• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prototype Sistem Manajemen Pengetahuan Penyakit Sawit Menggunakan Pendekatan Usability Engineering

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prototype Sistem Manajemen Pengetahuan Penyakit Sawit Menggunakan Pendekatan Usability Engineering"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

PROTOTYPE SISTEM MANAJEMEN PENGETAHUAN

PENYAKIT SAWIT MENGGUNAKAN PENDEKATAN

USABILITY ENGINEERING

SURIANTI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul prototype sistem manajemen pengetahuan penyakit sawit menggunakan pendekatan usability engineering adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014

(4)

RINGKASAN

SURIANTI. Prototype sistem manajemen pengetahuan penyakit sawit menggunakan pendekatan usability engineering. Dibimbing oleh AGUS BUONO dan IRMAN HERMADI

Pengetahuan merupakan sumberdaya yang penting, pengetahuan yang dikelolah dapat meningkatkan kinerja baik dari segi efektifitas kerja, efisiensi waktu dan dapat menunjang dalam pengambilan keputusan manajemen. Salah satu cara mengelolah pengetahuan adalah dengan menerapkan knowledge management (KM). Melalui KM akan teridentifikasi pengetahuan yang dimiliki untuk meningkatkan kinerja dan menghasilkan berbagai inovasi oleh Awad dan Ghaziri (2004).

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) sebagai tanaman pendatang dari Afrika Barat ternyata cocok dikembangkan di luar daerah asalnya, termasuk Indonesia. Hingga kini telah berkembang sangat pesat dan sampai saat ini masih merupakan primadona penghasil devisa Negara dari sektor pertanian. Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia pada tahun 1848 dan mulai dibudidayakan secara komersial dalam bentuk perusahaan perkebunan pada tahun 1911 (Satyawibawa dan Widiastuti 1992). Tanaman kelapa sawit tergolong kuat, walaupun begitu tanaman ini juga tidak luput dari serangan penyakit baik yang ringan maupun yang berat dan membahayakan. Tanaman kelapa sawit dapat diserang oleh berbagai penyakit sejak dipembibitan hingga di kebun pertanaman. Penyakit yang menyerang tanaman pada umumnya sangat sukar untuk diberantas. Oleh karena itu pengendalian terhadap penyakit perlu dilaksanakan secara baik dan benar.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan suatu prototype sistem manajemen pengetahuan penyakit kelapa sawit untuk meningkatkan pengetahuan petani akan penyakit kelapa sawit yang merupakan salah satu ancaman pada sektor perkebunan sehingga tidak mengakibatkan turunnya tingkat produksi. Penelitian ini menggunakan metode knowledge management sistem life cycle (KMSLC) yang diadopsi dari Awad dan Ghaziri (2010) dengan menggunakan pendekatan usability engineering yang terdiri dari 6 tahap yaitu analisis, identifikasi sumberdaya, identifikasi sumber pengetahuan, perancangan, verifikasi dan validasi KMS, dan implementasi KMS. Implementasi sistem ini menggunakan android, emulator, PHP dan MySQL. Perancangan yang dilakukan terdiri dari 2 tahap yaitu perancangan sistem, perancangan usability.

Prototype sistem manajemen pengetahuan penyakit sawit dikembangkan dan dirancang berbasis online sehingga dapat membantu para petani dalam memperoleh pengetahuan seputar penyakit yang menyerang tanaman kelapa sawit yang datanya dapat diakses melalui smartphone berbasis Android sehingga petani dapat memperoleh pengetahuan secara langsung agar memudahkan dalam transfer pengetahuan.

(5)

SUMMARY

SURIANRI. Prototype knowledge management system using a palm tree disease usability engineering approach. Supervised by AGUS BUONO and IRMAN HERMADI.

Knowledge is an important resource, the management knowledge can improve the performance in terms of both work effectiveness, time efficiency and to support management decision making. One way to manage knowledge is by applying knowledge management (KM). KM will be identified through the knowledge to improve the performance and yield of various innovations Awad dan Ghaziri (2004).

Oil palm (Elaeis guineensis Jacq) as immigrants from West African plant is well suited developed beyond his native region, including Indonesia. Up to now has been growing very rapidly and is still a belle of the State foreign exchange earner of the agricultural sector. Palm oil imported into Indonesia in 1848 and began cultivated commercially in the form of plantations in 1911 (Satyawibawa and Widiastuti 1992). Relatively strong palm oil plants, however plants are also not immune from the disease attacks both light and heavy and harm. Oil palm trees can be attacked by various diseases since in nursery crop up in the garden. Diseases that attack plants are generally very difficult to eradicate. Therefore controlling the disease should be implemented properly.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Komputer

pada

Program Studi Ilmu Komputer

PROTOTYPE SISTEM MANAJEMEN PENGETAHUAN

PENYAKIT SAWIT MENGGUNAKAN PENDEKATAN

USABILITY ENGINEERING

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

(8)
(9)

Judul Tesis : Prototype Sistem Manajemen Pengetahuan Penyakit Sawit Menggunakan Pendekatan Usability Engineering

Nama : Surianti

NIM : G651120041

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr Ir Agus Buono, Msi,Mkom Ketua

Irman Hermadi, Skom,MS,PhD Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Ilmu Komputer

Dr Eng Wisnu Ananta Kusuma, ST,MT

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MSc,Agr

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah yang Maha Kuasa atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini sudah dikerjakan dari bulan September 2013 dengan judul prototype sistem manajemen pengetahuan penyakit sawit menggunakan pendekatan usability engineering.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Agus Buono, MSi, MKom dan Bapak Irman Hermadi, Skom, MS, PhD selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran, kepada Ibu Dr Yani Nurhadryani, S.Si, MT selaku penguji. Selain itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua dosen dan staf Departemen Ilmu Komputer IPB yang telah membantu selama proses penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibunda, Ayahanda dan suami tercinta, Miati, Ida, Dian, Thoyyibah, atas doa, perhatian dan kasih sayangnya. teman sepembimbingan pada Bapak Agus Buono dan Bapak Irman Hermadi dan teman-teman seperjuangan angkatan 13 dan 14 Ilmu Komputer IPB yang selalu bersama penulis dua tahun ini, terima kasih atas dukungannya. Penulis juga tidak lupa berterima kasih pada Yayasan Umel Mandiri dan jajaran dosen dan staf AMIK Umel Mandiri Jayapura atas semua bantuan yang diberikan kepada penulis.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Kritik dan saran sangat diharapkan demi kesempurnaan tesis ini.

Bogor, Agustus 2014

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

Ruang Lingkup Penelitian 3

2 TINJAUAN PUSTAKA 3

Kelapasawit 3

pengetahuan (knowledge) 5

knowledge management (KM) 5

knowledge management system (KMS) 6

Komponen dan pilar knowledge management 7

Menangkap pengetahuan 7

Usability engineering 7

Knowledge management life cycle (KMSLC) 8

3 METODE PENELITIAN 9

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 11

5 SIMPULAN 17

DAFTAR PUSTAKA 18

LAMPIRAN 20

(12)

DAFTAR TABEL

1 Rekapitulasi verifikasi dan validasi KMS 15

2 Keberhasilan task pengujian dan error rate 16

3 Skor hasil evaluasi SUMI 17

DAFTAR GAMBAR

1 Kelapa sawit 4

2 Komponen penyusun KM 7

3 Pengembangan KMS berbasis usability engineering 9

4 Knowledge map penyakit kelapa sawit 12

5 Data Flow Diagram (DFD) level 0 13

6 Data Flow Diagram (DFD) level 1 13

7 Entity relationship diagram (ERD) 14

8 Rancangan antarmuka 14

9 Halaman searcing dan penyakit sawit 16

DAFTAR LAMPIRAN

1 Pertanyaan wawancara 21

2 Hasil wawancara 21

3 Data sekunder dari Direktorat Jenderal Perkebunan 23

4 Pengenalan dan pengendalian 26

5 Form karakteristik pengguna 30 6 Hasil analisis responden 31

7 Pengantar kuesioner 32

8 Kuesioner SUMI 33

9 User experience 34

10 Buku panduan KMS penyakit sawit 35

(13)
(14)
(15)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pengetahuan merupakan sumberdaya yang penting dan salah satu upaya untuk mengelola pengetahuan dengan cara menerapkan knowledge management (KM). Melalui manajemen pengetahuan maka pengetahuan yang dimiliki oleh pakar akan menjadi aset perusahaan meskipun secara fisik pakar tersebut telah meninggalkan perusahaan. Pengetahuan yang dikelola dengan baik dapat meningkatkan kinerja suatu organisasi baik secara efektifitas dan efisiensi waktu oleh Nonaka dan Takeuchi (1995). Menangkap pengetahuan bukanlah tugas yang mudah. Untuk menangkap pengetahuan yang berada didalam kepala manusia sering digunakan metode wawancara. Terdapat dua model konversi pengetahuan yaitu: tacit to explicit, explicit to explicit menurut Nonaka dan Takeuchi (1995). Sistem manajemen pengetahuan merupakan integrasi antara teknologi dan mekanisme yang dibangun untuk mendukung proses manajemen pengetahuan (Fernandes dan rajiv 2010). Knowledge management system (KMS) adalah penggunaan teknologi informasi modern untuk meningkatkan dan mempercepat pengolahan pengetahuan di dalam dan antar organisasi (Ahlawat 2006). Kebutuhan akan informasi pengetahuan dalam era globalisasi semakin tinggi, diperlukan suatu terobosan yang dapat memudahkan perolehan pengetahuan.

Penerapan prototype sistem manajemen pengetahuan tentang penyakit sawit dan bioteknologi pertanian untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki pada akhirnya meningkatkan hasil dalam kegiatan pertanian, melalui proses identifikasi, penciptaan, perolehan, penyimpanan, dan pertukaran informasi dan pengetahuan di dalam organisasi masyarakat komoditas petani sehingga terjadi transfer knowledge tacit ke knowledge explisit atau sebaliknya (Nasution et al. 2011). Knowledge management tidak dapat diterapkan secarah terpisah dengan aktifitas operasional dan teknologi informasi, karena ketiganya saling berkaitan dan mendukung dalam uapaya penciptaan smartphone yang berwawasan pengetahuan. Maka smartphone berbasis Android sebagai media untuk dapat mengakses pengetahuan dalam bidang pertanian menjadi solusi atas keterbatasan pengetahuan yang dihadapi para petani saat ini. Sehingga bermanfaat untuk mendapatkan referensi pengetahuan selengkap mungkin, akurat, dan cepat. Android adalah sistem operasi berbasis linux yang dipergunakan sebagai pengelolah sumber daya perangkat keras baik untuk ponsel, smartphone dan juga PC tablet. Secara umum Android adalah platform yang terbuka bagi para pengembang untuk menciptakan aplikasi mereka sendiri untuk digunakan oleh berbagai piranti bergerak (Hyeon 2012).

(16)

2

ponsel menyiratkan pentingnya aplikasi smarphone. Usability membantu aplikasi smarphone untuk mudah digunakan (Treeratanapon 2012).

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) sebagai tanaman pendatang dari Afrika Barat ternyata cocok dikembangkan di luar daerah asalnya, termasuk Indonesia. Hingga kini telah berkembang sangat pesat dan sampai saat ini masih merupakan primadona penghasil devisa Negara dari sektor pertanian. Tanaman kelapa sawit dapat diserang oleh berbagai penyakit sejak dipembibitan hingga di kebun pertanaman. Penyakit dapat merusak bibit, tanaman muda yang belum menghasilkan (TBM) maupun tanaman yang sudah menghasilkan (Djoehana 2006). Penyakit busuk pangkal batang (BPB) yang disebabkan oleh jamur ganoderma spp merupakan penyakit penting pada pertanaman kelapa sawit. Kerugian yang ditimbulkan oleh serangan ganoderma spp pada tanaman kelapa sawit di Indonesia saat ini yang mencapai 8 juta hektar dan jika tingkat serangan sebesar 1%, maka kerugiannya ditaksir bisa mencapai lebih dari Rp 2 trilyun tiap tahunnya (Dirbun 2011).

Salah satu penyakit mematikan kelapa sawit hingga 80 % yaitu disebabkan oleh ganoderma boninense (Azahar et al. 2011). Penyakit yang menyerang tanaman pada umumnya sangat sukar untuk diberantas. Oleh karena itu pengendalian terhadap penyakit perlu dilaksanakan secara baik dan benar. Tindakan pemberantasan yang biasa dilakukan yaitu dengan pemotongan bagian tanaman yang terserang, pembongkaran, dan pembakaran. Karena sulit pemberantasannya, maka tindakan yang terbaik adalah dengan melakukan tindakan pencegahan. Kemajuan teknologi smartphone dewasa ini dalam menyajikan berbagai kebutuhan informasi dan layanan digital bagi pengguna semakin beragam dan inovatif. Suatu sistem yang dirancang dengan menggunakan pengujian usability dapat mengurangi waktu yang dibutuhkan bagi pengguna untuk melakukan pembelajaran menjadi sekitar 25% (Treeratanapon 2012). Pengukuran usability pernah dilakukan oleh Ichsani (2012) mengukur usability dan accessibility pada situs-situs web E-Government pada profinsi di Indonesia. Yuniar (2013) mengembangkan sistem manajemen pengetahuan hama kedelai pada pusat Perpustakaan dan penyebaran teknologi pertanian.

Dengan membangun prototype sistem berbasis Android maka diperlukan pengetahuan mengenai Usability engineering. Usability merupakan kemampuan pengguna dalam menggunakan sesuatu untuk melaksanakan tugas dengan sukses.

Perumusan Masalah

(17)

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan prototype sistem manajemen pengetahuan penyakit kelapa sawit yang dapat meningkatkan pengetahuan petani tentang penyakit sawit yang merupakan salah satu ancaman pada sektor perkebunan.

Manfaat Penelitian

Dapat digunakan sebagai sarana untuk transfer pengetahuan seputar penyakit sawit kepada para petani sehingga diharapkan dapat memberikan penanganan kelapa sawit yang belum maupun yang sudah terkena penyakit lebih dini.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup yang membatasi penelitian ini adalah : 1. Pengguna sistem adalah penyuluh dan petani.

2. Sistem dirancang untuk dapat dijalankan pada smartphone berbasis Android.

3. Pengembangan prototype menggunakan knowledge management system life sycle

(KMSLC) dan pendekatan usability engineering.

2 TINJAUAN PUSTAKA

Kelapa Sawit

(18)

4

Gambar 1. Kelapa Sawit

(Sumber : Foto dari Balai Besar P2TP Medan)

Bagi para pekebun atau praktisi kelapa sawit pasti setuju menyebut penyakit busuk pangkal batang atau penyakit ganoderma sebagai momok bagi pekebun kelapa sawit. Hal ini disebabkan karena tanaman kelapa sawit yang terserang penyakit tersebut, walaupun lambat prosesnya tetapi pasti akan mengalami kematian. Masalah tersebut sebenarnya dapat diatasi dengan baik, apabila para pekebun mengenal penyakit ini secara mendalam dan dilakukan tindakan pengendalian sedini mungkin.

Penyakit pada bibit kelapa sawit dapat bersifat genetis dan non-genetis. Penyakit bersifat genetis pada bibit kelapa sawit dapat dikenali dari morfologis daun dan perawakan tanaman yang abnormal. Pengendalian penyakit genetis tersebut hanya dapat dilakukan dengan cara menyeleksi bibit secara ketat. Penyakit non-genetis terjadi akibat serangan satu atau lebih mikroorganisme pathogen dan didorong oleh kondisi lingkungan fisik, yaitu kondisi iklim mikro, keharaan tanah dan kultur teknis. Ketidak seimbangan hara termasuk defisiensi hara ataupun kelebihan hara merupakan salah satu pemicu berjangkitnya penyakit tanaman. Berikut ini dipaparkan penyakit dipembibitan, yang dipicu oleh keharaan dan faktor abiotik yaitu antraknosa Penyakit ini akan muncul pada bibit yang mengalami defisiensi hara atau nutrisi akibat media tanam yang miskin hara (misal tanah subsoil). Faktor lain yang dapat memicu munculnya penyakit ini adalah kondisi naungan yang terlalu berat dan pemberian air yang berlebihan pada saat pre-nursery, sehingga kelembaban udara menjadi tinggi oleh Riyaldi (2005). Gejala penyakit, daun-daun bagian bawah menguning kemudian menjalar ke daun-daun bagian atasnya, pelepah daun dibagian tengah mengering lalu patah dan menggantung (Gomez et al. 2005).

(19)

dicoba dalam pengendalian penyakit ini namun hasil yang sangat memuaskan belum tercapai seperti pengendalian secara kimia, biologi dan kultur tehnis.

Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan (Knowledge) adalah sebuah perpaduan dari rumusan pengetahuan, nilai, konteks informasi dan pengetahuan yang mendalam dari ahli yang menyediakan sebuah kerangka untuk mengevaluasi dan menggabungkan pengalaman dan informasi baru Awad dan Ghaziri (2010) ada dua jenis pengetahuan yang harus dikelolah yaitu :

a. Tacit knowledge

Pengetahuan tacit knowledge merupakan pengetahuan yang ada dalam kepala manusia. Terdiri dari keahlian teknis, know-how dan dimensi kognitif lainnya seperti model mental, kepercayaan, perspektif, pengalaman masa lalu. Pengetahuan jenis ini bersifat sangat pribadi dan sangat sulit untuk dituangkan dalam bentuk formal. Oleh karenanya sangat sulit untuk mengkomunikasikannya kepada orang lain. Tacit knowledge bersifat personal, procedural, soft (Lunak), tersimpan di otak, informal dan biasanya tentang kecakapan atau keterampilan. b. Explicit knowledge

Jenis lain adalah explicit knowledge yang merupakan salah satu bentuk pengetahuan yang sangat formal dan sistematik. Pengetahuan explicit adalah pengetahuan yang telah disusun dalam format tertentu dan biasanya telah terdokumentasi. Pengetahuan jenis ini lebih mudah dikomunikasikan dan didistribusikan. Bentuk explicit knowledge, antara lain dokumen, buku, dan Jurnal. Sifat dari explicit knowledge adalah tercetak dalam kode-kode, deklaratif, formal dan Hard (Keras).

Menurut Turban (2007) Knowledge berisi informasi yang telah di organisasikan dan diproses untuk memberikan pengertian, pengalaman, pembelajaran lebih lanjut dan keahlian sebagaimana ini digunakan untuk masalah atau proses bisnis tertentu.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Knowledge adalah gabungan dari keahlian, wawasan, keterampilan dan pengalaman yang dimiliki oleh satu individu yang dapat digunakan untuk menyelesaikan semua rutinitas dan masalah yang dihadapi.

Knowledge management (KM)

Ada beberapa pengertian Knowledge management menurut para ahli yaitu: Knowledge management atau manajemen pengetahuan adalah mengatur dan mengelolah proses operasional pengetahuan sedemikian rupa sehingga mewujudkan target dan strategi organisasi yang sedang dipromosikan (Lai 2007)

(20)

6

membagikan secara luas sumber daya yang sangat penting yang dimiliki oleh suatu organisasi. Seperti keahlian karyawan, keterampilan, jaringan hubungan dan kebijakan-kebijakan yang ada

Jadi dapat disimpulkan bahwa Knowledge management adalan suatu proses untuk mencari,menemukan, menyimpan dan membagikan Knowledge (keahlian, keterampilan, pengalaman dan jaringan) yang dimiliki oleh individu-individu di dalam sebuah organisasi kepada organisasi dan individu-individu lainnya yang ada di dalam organisasi tersebut.

Knowledge Management System (KMS)

Menurut Fernandes dan rajif (2010) sistem manajemen pengetahuan atau knowledge management system merupakan integrasi antara teknologi dan mekanisasi yang dibangun untuk mendukung proses manajemen pengetahuan. Sistem manajemen pengetahuan adalah fase yang digunakan untuk menggambarkan penciptaan penyimpanan pengetahuan, peningkatan akses, distribusi pengetahuan, pengetahuan sebagai aset bagi suatu organisasi. Sistem manajemen pengetahuan digunakan untuk meningkatkan kinerja proses dengan menangkap, mengatur dan membuat proses bisnis tersebut menjadi inovatif, efisien dan efektif.

Knowledge management perlu karena aset knowledge sebagian besar tersimpan dalam pikiran kita yang disebut tacit knowledge, sesuatu yang kita ketahui dan alami namun sulit untuk diungkapkan secara jelas dan lengkap. Knowledge management sangat sulit dipindahkan kepada orang lain karena knowledge tersimpan pada pikiran masing-masing individu. Proses mengubah tacit knowledge menjadi knowledge yang mudah dikomunikasikan dan mudah didokumentasikan yang disebut explisit knowledge. Dokumentasi menjadi sangat penting dalam knowledge management, karena tanpa dokumentasi semuanya akan tetap menjadi tacit knowledge dan knowledge itu menjadi sulit untuk diakses oleh siapapun dan kapanpun. karena tantangan knowledge management adalah menjadikan manusia berbagi knowledge mereka.

Sistem manajemen pengetahuan adalah penggunaan teknologi informasi modern guna meningkatkan dan mempercepat pengelolaan pengetahuan di dalam dan antar organisasi (Ahlawat 2006). Awad dan Ghaziri (2010) Suatu sistem dikatakan sistem manajemen pengetahuan apabila sistem tersebut memiliki klasifikasi sebagai berikut:

a. Adanya sistem untuk menemukan pengetahuan. Sebuah sistem manajemen pengetahuan yang baik haruslah mengandung sebuah modul untuk menemukan pengetahuan. Modul ini merupakan sebuah alat untuk para pengguna menemukan pengetahuan-pengetahuan baru yang dibutuhkan, yang bisa berupa mesin pencari yang dapat digunakan untuk menemukan sebuah dokumen.

b. Adanya sistem untuk aplikasi pengetahuan, yaitu bentuk pengetahuan yang tersedia dalam sebuah sistem sehingga mudah untuk diakses oleh mereka yang membutuhkannya.

(21)

Komponen dan Pilar Knowledge Management

Untuk dapat menerapkan knowledge management (KM), kita harus mengenal komponen-komponen apa saja yang menyusun knowledge management. Ada tiga komponen knowledge management yaitu terdiri dari people, process, dan Technology (Bhatt 2000). Komponen pada tahap ini dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Komponen Penyusun KM

Seperti yang dikemukakan oleh Bhatt (2000) setiap aspek dari knowledge management pasti berkaitan dengan tiga komponen tersebut, yaitu people, process, dan tehnology.

People: Knowledge berada didalam people dan akan ditransfer ke people juga, jadi people adalah faktor utama dalam penerapan keberhasilan knowledge management.

Process: Proses membantu untuk mengeksternalisasi (tacit menjadi explicit) yang berhubungan dengan perubahan proses kerja, organisasi dan lain sebagainya.

Technology: Teknologi disini berperan serta sebagai enabler dalam knowledge management, dimana teknologi mempunyai fungsi dalam menangkap (capture), update, search knowledge atau yang sering kita kenal sebagai sistem manajemen pengetahuan (KMS).

Menangkap Pengetahuan

Menangkap pengetahuan bukanlah tugas yang mudah. Pengetahuan yang diambil dapat berupa dokumen-dokumen atau pengetahuan dari para pakar. Menurut Awad dan Ghaziri (2010) salah satu definisi menangkap pengetahuan yaitu transfer pengetahuan dari para pakar sehingga dapat didokumentasikan baik dalam bentuk softcopy maupun hardcopy.

Untuk menangkap pengetahuan yang berada didalam kepala manusia sering digunakan metode wawancara.

Usability Engineering

(22)

8

merancang sistem tidak hanya bisah digunakan tetapi juga menarik bagi pengguna. Suatu aplikasi pembelajaran tingkat keberhasilannya dipengaruhi oleh faktor usability (Ardito et al. 2005). Banyak aplikasi mobile yang susah digunakan dan dipelajari karena usability yang rendah (Ali et al. 2012). Metode yang digunakan dalam menguji usability yaitu menggunakan kuesioner untuk dapat mengukur tingkat efektifitas, efisiensi, dan kepuasan para pengguna (Holzinger 2005).

warna adalah salah satu faktor penentu bagi para pengguna dalam berinteraksi dengan situs web. Warna memiliki potensi untuk mempengaruhi persepsi kita, reaksi emosional dan niat perilaku. Disini perasaan awal pengguna sangat penting, karena selama beberapa detik pengguna berinteraksi dengan navigasi website dan akan memutuskan apakah tetap melanjutkan atau tidak (Nathalie et al. 2010).

Sejumlah peneliti dan organisasi di Amerika Serikat telah menyarankan pedoman untuk membuat website ramah senior (Arch 2008), Karena pengguna internet di Amerika serikat yang berusia 55 tahun keatas sekitar seperempat dari populasi pengguna internet di Amerika serikat meningkat dua kali lipat antara tahun 2005-2008. Kaum muda berbeda dengan kaum tua dalam menggunakan internet sehingga komunitas online diarahkan untuk lebih menyederhanakan desain situs mereka dalam rangka untuk meningkatkan tampilan dan kegunaan untuk yang lebih tua.

Knowledge Management Life Cycle (KMSLC)

Di dalam suatu organisasi, terutama pada dunia kerja, seringkali terjadi regenerasi. Dari tiap-tiap generasi akan mengalami kejadian-kejadian dan akan memiliki pengalaman yang berbeda-beda. Regenerasi dari tiap organisasi selalu terjadi. Oleh karena itu generasi yang baru perlu mengetahui apa-apa saja yang telah dilakukan, dialami, dan pernah terjadi di organisasi, agar perkembangan organisasi dapat lebih baik dan kesalahan yang terjadi dapat lebih kecil dengan berbekal pengalaman, pengetahuan, data dan dokumentasi-dokumentasi lainnya mengenai organisasi tersebut pada generasi-generasi sebelumnya.

(23)

terdahulu, yang mana pasti memakan biaya dan dari segi waktu kurang effisien, Karena itulah tercipta sebuah sistem yang sering dikenal manajemen pengetahuan atau dikenal dengan istilah knowledge management system life Cycle (Nielsen 1993).

3 METODE PENELITIAN

Metode pengembangan yang akan dilakukan diadopsi dari knowledge management system life cycle (KMSLC) atau siklus hidup sistem manajemen pengetahuan Awad dan Ghaziri (2010) yang ditampilkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Pengembangan KMS Awad dan Ghaziri 2010

Analisis

Dilakukan untuk mendapatkan data dan gambaran kondisi pertanian saat ini melalui diskusi dengan pakar. Analisis ini pun menggunakan tahap satu pada usability engineering yaitu untuk mengetahui karakteristik pengguna sistem dilakukan dengan kuesioner dimana terlebih dahulu dilakukan wawancara dengan Prof Meity dari Proteksi tanaman selaku pakar yang ahli dibidang penyakit tanaman.

Identifikasi sumber daya

Identifikasi sumber Pengetahuan

Implementasi KM prototype Perancangan

Verifikasi dan validasi KMS Analisis

(24)

10

Identifikasi sumber daya

Identifikasi sumber daya untuk pengembangan prototype sistem manajemen pengetahuan dilakukan dengan membentuk tim manajemen pengetahuan yang dibuat, terdiri atas pakar kelapa sawit dan petani. Pakar kelapa sawit memberikan pengetahuan berupa pengetahuan tacit dan explicit begitupun juga petani kelapa sawit yang berpengalaman memberikan pengetahuan tacit yang dimilikinya.

Identifikasi sumber pengetahuan

Pada tahap ini penulis melakukan identifikasi sumber pengetahuan untuk mendokumentasikan pengetahuan tacit yang telah ditangkap kedalam bentuk pengetahuan explicit sehingga pengetahuan tersebut dapat diakses dengan mudah oleh setiap pengguna dengan melakukan kodifikasi pengetahuan dengan menggunakan knowledge map.

Perancangan

Perancangan dilakukan dengan 2 tahap yaitu perancangan berdasarkan kebutuhan prototype sistem, dan perancangan berdasarkan konsep usability. Pengetahuan yang ditangkap dirancang dengan menggunakan DFD dan ERD.

Verifikasi dan Validasi KMS

Tim manajemen pengetahuan akan melakukan verifikasi dan validasi terhadap rancangan prototype sistem manajemen pengetahuan yang akan dibuat. Bila masih ada hal-hal yang belum dipenuhi oleh sistem yang akan dibangun, proses desain rancangan manajemen pengetahuan akan diulang kembali. Hal tersebut akan berlangsung sampai diperoleh rancangan yang sesuai dengan kebutuhan.

Implementasi KM prototype

(25)

dari basis data SUMI yaitu 50. Evaluasi antarmuka dilakukan dengan metode user experience measurement atau pengukuran pengalaman pengguna dengan menggunakan kuesioner SUMI kedua pengujian ini dilakukan dengan pengguna yang sama dan melibatkan sebanyak 10 pengguna sesuai dengan aturan SUMI (Veenendaal 1998). Pengujian terhadap pengguna dapat dilakukan dengan perhitungan error rate atau tingkat kesalahan pengguna dengan menggunakan formulah berikut:

Spesifikasi perangkat lunak dan perangkat keras

Dari hasil analisis, diperoleh kebutuhan perangkat lunak dan perangkat keras yang digunakan dalam pengembangan sistem. perangkat lunak yang digunakan adalah tools eclipse, Android SDK, server apache DBMS MySQL dan PHP version 5.2.8. photoshop CS4 version 11.0

Perangkat keras yang digunakan dalam mengembangkan sistem adalah laptop Toshiba core i3 dan Tab Advan yang memiliki spesifikasi: sistem operasi Android 4.2.2, processor cortex A7 Quad Core 1.2 GHz, Ram 1 GB.

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis

(26)

12

karena sampai saat ini belum ada cara yang efektif dalam mengendalikannya.

Identifikasi Sumber Pengetahuan

Pengetahuan yang telah ditangkap yang terdiri dari penyakit kelapa sawit yang menyerang akar, pangkal batang/batang, buah/tandan, dan daun. Kemudian dikelompokkan berdasarkan organ kelapa sawit, nama penyakit, jenis jamur dan gejala yang ditimbulkan digambarkan dalam bentuk knowledge map yang terlihat pada Gambar 4.

Penyakit kelapa

Jaringan di dalam akar mengalami busuk basa

Menyebabkan kematian pada bibit

Tandan menjadi rusak atau seluruhnya menjadi busuk

Munculnya titik terang berwarna coklat yang semakin besar

Diawali adanya titik bening kemudian cepat berkembang menjadi coklat terang

Adanya titik basah pada antar vena dan membesar mengikuti dua arah vena tersebut

Gambar 4 knowledge map penyakit kelapa sawit

Perancangan

(27)

Perancangan prototype sistem

Data Flow Diagram (FDFD) level 0

Gambar 5 DFD level 0

Gambar 5 merupakan arus proses yang berjalan pada sistem, representasi pengetahuan yang telah ditangkap kemudian dirancang dengan menggunakan DFD. Pemakai mencari kueri penyakit, kueri jurnal dan kueri buku pada sistem lalu sistem mengembalikan pencarian berupa penyakit, jurnal dan buku kemudian admin dapat memasukkan penyakit, jurnal dan buku lalu sistem memberikan notifikasi. Admin juga dapat memasukkan username dan password.

Data Flow Diagram (DFD) level 1

Gambar 6 DFD level 1

Gambar 6 merupakan DFD level 1 yang menggambarkan aktifitas sistem, dimana pemakai mencari kueri penyakit, kueri jurnal dan buku melalui proses kueri lalu admin memasukkan data pengetahuan berupa penyakit, jurnal dan buku kedalam database penyakit, jurnal dan buku. Sistem mengembalikan pencarian berupa penyakit, jurnal dan buku kemudian admin dapat memasukkan penyakit, jurnal dan buku lalu sistem memberikan notifikasi. Admin dapat login dengan memasukkan username dan password, setelah login kemudian pengetahuan dimasukkan melalui otorisasi sehingga admin dapat membaca data penyakit, jurnal dan buku.

(28)

14

Entity Relationship Diagram (ERD)

Gambar 7 Entity Relationship Diagram

Perancangan database berdasarkan knowledge map kemudian digambarkan dalam bentuk ERD yang terlihat pada Gambar 7.

Perancangan usability engineering

Pada Gambar 8 merupakan halaman utama antarmuka prototype sistem. Kendala yang sering dihadapi oleh para pengguna smartphone adalah antarmuka yang kecil saat mengakses halaman pada internet sehingga pada halaman menu utama hanya diletakkan lima icon, dengan ukuran 100 x 100 pixels untuk ukuran masing-masing icon, agar lebih mudah dioperasikan oleh pengguna (Passig et al. 1999). Berdasarkan hasil kuesioner yang didapat, pengguna lebih menyukai screen dengan jumlah icon yang tidak terlalu banyak (Chung et al. 2012).

(29)

Verifikasi dan validasi KMS

Setelah dilakukan verifikasi dan validasi sistem yang dikembangkan

telah memenuhi kebutuhan pengguna seperti yang terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Rekapitulasi verifikasi dan validasi KMS

No Deskripsi Sistem Valid(Ya/

Tidak)

2 Apakah jika terjadi perubahan pengetahuan di dalam

7 Kesimpulan yang dihasilkan apakah sudah benar ?

Implementasi Knowledge management (KM) prototype

(30)

16

batang dan akar yang salah satu tampilannya seperti yang terlihat pada Gambar 9.

a b

Gambar 9 halaman searching dan penyakit sawit

Hasil perancangan prototype sistem untuk semua fungsi diukur dengan melakukan kuesioner dengan menggunakan formula. Hasil perhitungan error rate pada pengujian terhadap pengguna berdasarkan tingkat kesalahan dengan cara mengamati pengguna serta menghitung jumlah pekerjaan yang tidak terselesaikan sehingga diperoleh rata-rata error rate sebesar 37,5%. Dalam pengujian ini menggunakan 10 responden sesuai aturan SUMI, semua pengguna diberikan pekerjaan (task) yang sama namun tempat dan waktu yang berbeda. Jika pekerjaan sukses akan diberi tanda cek

(√) dan jika pekerjaan gagal atau error maka akan diberi tanda silang (×)

seperti yang terlihat pada Tabel 2.

Tabel 2 keberhasilan task pengujian dan error rate

(31)

terurut yang diberikan oleh pengguna. Median digunakan karena sudah menjadi ketentuan dari kuesioner SUMI dalam menentukan skor yang diperoleh agar dalam mengeliminasi subyektifitas responden yang dikarenakan pendapat user yang ekstrim terlalu rendah atau terlalu tinggi (setuju dan tidak setuju) sehingga alat ukur tahan terhadap gangguan. Dapat dilihat bahwa pada semua kategori usability secara keseluruhan diperoleh skor diatas 50 yang dapat dilihat pada Tabel 3. Hal ini menunjukkan bahwa aplikasi yang dikembangkan diterima oleh pengguna.

Tabel 3 skor hasil evaluasi SUMI

dikembangkan dan dirancang berbasis online sehingga dapat membantu para petani dalam memperoleh pengetahuan seputar penyakit yang menyerang tanaman kelapa sawit yang datanya dapat diakses melalui smartphone berbasis Android sehingga petani dapat memperoleh pengetahuan secara langsung agar memudahkan dalam transfer pengetahuan. Selain itu prototype sistem ini dapat menjadi database tempat penyimpanan pengetahuan tentang penyakit sawit. Dengan menggunakan pendekatan usability maka pengguna lebih mudah dalam menggunakan sistem yang telah dirancang. Evaluasi usability yang dilakukan menggunakan kuesioner SUMI sehingga diperoleh skor efektifitas, efisiensi, dan kepuasan sebesar 100, 95, dan 95, dengan skor tersebut pengguna puas dengan sistem yang telah dibangun karena memiliki nilai median diatas 50. Hasil ini menunjukkan bahwa dengan melakukan uji usability, maka aplikasi yang telah dikembangkan dapat diterima oleh pengguna.

Saran

Pengembangan prototype sistem manajemen pengetahuan penyakit sawit masih diperlukan untuk menambahkan fitur-fitur baru sesuai kebutuhan. Perlu penambahan pengetahuan pada basis pengetahuan.

(32)

18

DAFTAR PUSTAKA

Ahlawat S. 2006. Competing in the global knowledge Economy; implication for business Education. Journal of American Academy of Business, 8 (1).

Ali A, Quda A, Capretz LF, Member S. 2012. Conseptual framework for measuring the quality aspects of mobile learning. Bulletin of the IEEE technical committee on learning technology, vol 14, number 4, october 2012:31-34

Alvarez, E and Claroz, JL. 2004. Characterization and classification of Phytoplasma associated with oil palm (Eleis guineensis).NCBI accession number AY39024.

Arch A. 2008. “web accessibility for older users: A literature review”. W3 working.

Ardito C, Costabile MF. Marsico DR, Lanzilotti R, Levialdi S, Roselli T, Rossano V. 2005. An approach to usability evaluation of e-learning applications. Univ Access Inf Soc (2006) 4: 270–283. DOI 10.1007/s10209-005-0008-6.

Azahar TM, Jawahir CM, Mazliham S, Patrice. 2011. Temporal analysis of basal steam rot disease in oil palm plantations: An analysis on peat soil. International journal of engineering & Technology IJET-IJENS Vol:11 No:03

Awad EM, Ghaziri HM. 2010. Knowledge management, prentice Hall Bhatt. 2000. Exellence model and management implication

(http://www.eknowledgecenter.com/articles/1010/100.htm, diakses 15

september 2013).

Chung JE, Park N, Wang H, Fulk J. 2010. Age differences in perceptions of online community participation among non-users: An extension of the tecnology acceptance model. Journal computer in human behavior. 26 (2010) 1674-1684.

[Ditjenbun]. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2010. Pedoman pengamatan dan pengendalian OPT penting kelapa sawit. Jakarta [ID]:Kementerian Pertanian.

Djoehana S. 2006. Kelapa sawit, Teknik budi daya.

Fernandes IB and Rajiv. 2010. Knowledge management System and process. New York 10504, London, England.

Gomez PL, Munevar F, Tovar JP. 2005. Characteristic and management of

the main disease of oil palm in colombia.”On pets and diseases of

importance to the oil palm industry, international conference kuala lumpur,18-19 may 2004.

Holzinger A. 2005. Usability engineering methods for software developers. Communications of the ACM. 48(1).

Hyeon JY. 2012. A study on the performance of android platform. International journal on computer science and engineering (IJCSE) vol.4 no.4 April 2012

(33)

[Thesis].Bogor[ID]:Institut pertanian Bogor.

Lai, LF. 2007. Knowledge Engineering Approach to knowledge management. Information sciences an international journal. Vol. 177:4072-4094.

Nasution N, Hasad A, Seminar KB. 2011. “penerapan knowledge management system bioteknologi pertanian menggunakan blok.

Prosiding “seminar nasional informatika pertanian indonesia”. 21-22

0ktober 2011. Bandung.

Nathalie B, Annie P, ludovic LB. 2010. “The impac of colour on website

appeal and users’ cognitive processes”, international Jornal elsevier.

Displays 32 (2011) 69-80.

Nielsen J. 1993. Usability Engineering. Morgan kaufman, San Pransisco. Nonaka dan takeuchi. 1995. “The knowledge-creating company how

japanese companies create the dynamics of innovation” New York,USA: oxford university press.

Passig LH. 1999. Gender interest differences with multimedia learning interface. Journal computer in human behavior. 15(1999) 174-183. Riyaldi L. 2005. Kebijakan pemerintah dalam menangkal masuknya hama

dan penyakit.

Satyawibawa I, widiastuty YE, 2005. Kelapa sawit “usaha budi daya

pemanfaatan hasil dan aspek pemasaran.

Treeratanapon T. 2012. Desingn of the usability measurement framework for mobile aplications. International conference on computer and information teknology. Juni 16-17, Bangkok.

Turban E. 2007. Decission support System and Intellegence System. Ed ke-7. New Jersey: Prentice Hall

Veenendal E. 1998. Questionnaire based usability testing. Conference procedings european software quality week: Brussels. November. Valkeenswaard : improve quality services waalreseweg.

Wong LC, Bong CF, Idrism. 2012. Ganoderma species assosiated with basal steam rot dieses of oil palm. American journal of applied scienses 9(6) : 879-885. ISSN 1546-9239.

Yuniar H. 2013. Pengembangan sistem manajemen pengetahuan hama kedelai pada pusat perpustakaan dan penyebaran teknologi pertanian. [Thesis.Bogor[ID]:

(34)

20

LAMPIRAN

(35)

Lampiran 1 pertanyaan wawancara

Daftar pertanyaan wawancara yang dilakukan terhadap pakar dan petani kelapa sawit.

Responden pakar.

1. Apa yang dimaksud dengan ganoderma ?

2. Faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan penyakit busuk pangkal batang (BPB) ?

3. Strategi apa yang harus dilakukan dalam mengendalikan penyakit ganoderma ?

4. Seperti apa gejala khas serangan penyakit ganoderma ? Responden petani.

1. Sudah berapa lama Bapak mengelolah perkebunan kelapa sawit ? 2. Penyakit apa saja yang dapat menyerang tanaman kelapa sawit ? 3. Apakah Bapak mengetahui cara pengendalian penyakit ganoderma ?

Lampiran 2 Hasil wawancara

Hasil wawancara

Wawancara yang dilakukan terhadap Prof Meity Suradji Sinaga selaku pakar dari proteksi tanaman yang ahli dibidang penyakit. Hasil wawancara mengenai penyakit ganoderma yang menyerang tanaman kelapa sawit sebagai berikut:

Ganoderma adalah jamur patogenik tular tanah (soil borne) yang banyak ditemukan di hutan-hutan dan menyerang berbagai jenis tanaman hutan. Jamur ini dapat bertahan didalam dalam jangka waktu yang lama. Serangan jamur ganoderma pada kelapa sawit menjadi dominan karena terjadi ketidakseimbangan agroekosistem di perkebunan kelapa sawit dan tidak adanya jamur kompetitor dalam tanah akibat menurunnya unsur hara organik dalam tanah dan aplikasi herbisisda yang tidak bijaksana.

Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit busuk pangkal batang (BPB) antara lain bahan tanaman, jenis tanah, status hara, teknik penanaman, dan tanaman yang ditanam sebelum pembukaan lahan baru. Penyakit menyebar ke tanaman sehat bila akar tanaman bersinggungan dengan tunggul-tunggul pohon yang sakit. Laju infeksi ganoderma akan semakin cepat ketika populasi sumber penyakit (inokulum) semakin banyak diareal perkebunan kelapa sawit. Hal ini akan mengancam kelangsungan hidup tanaman kelapa sawit muda yang baru saja ditanam.

Berdasarkan dari berbagai hasil penelitian yang telah dilakukan strategi pengendalian penyakit (BPB) yang dapat dilakukan yaitu dengan menerapkan pengendalian terpadu yang merupakan kombinasi dari:

(36)

22

pada pembibitan kelapa sawit, ke dalam polibeg ditambahkan 15-30 gram mikoriza arbuskular vasikular (MVA). Pada saat bibit dipindahkan ke lapangan, ke dalam lubang tanam ditambahkan jamur trichoderma spp sebanyak 50-75 gram.

2. Pemanfaatan tanaman yang toleran terhadap serangan ganoderma. Ada indikasi bahwa bahan tanaman (varietas dura) menunjukkan gejala yang lebih lambat daripada bahan tanaman (varetas ternera) yang banyak ditanam di Sumatra.

3. Pembuatan parit isolasi untuk tanaman terinfeksi.

4. Pemusnahan inokulum dengan cara membongkar tanah dan memusnahkan tunggul-tunggul serta akar-akar tanaman terinfeksi kemudian dibakar.

Gejala khas serangan ganoderma sebelum terbentuk tubuh buah adalah adanya pembusukan pada pangkal batang. Apabila pangkal batang sakit dibelah melintang, terlihat jaringan yang membusuk dan terdapat jalur-jalur tidak terarur berwarna cokelat tua. Di tepi daerah yang terinfeksi terdapat terdapat zone tidak teratur berwarna kuning dan berbau seperti minyak sawit yang mengalami fermentasi merupakan akibat dari mekanisme perlawanan tanaman terhadap infeksi ganoderma.

Wawancara yang dilakukan terhadap Bapak Akbar yang telah menekuni perkebunan kelapa sawit selama 25 tahun mulai dari pembibitan sampai pada pemanenan. Hasil wawancara mengenai masalah penyakit yang menyerang tanaman kelapa sawit sebagai berikut:

Penyakit bercak daun yang umumnya menyerang bibit tanaman kelapa sawit yang masih muda dan pemicunya adalah kelembaban udara yang terlalu tinggi dan kurang bersihnya lapangan pembibitan dari gulma. Karena itu bersihkan lahan pembibitan dan disekitarnya secara rutin, serta jangan menyiram bibit pada daunnya tetapi langsung ke permukaan tanah dalam polibagnya. Kurangi volume penyiraman untuk sementara waktu. Lakukan penjarangan bilah bibit terlalu rapat ukurannya yang paling baik yaitu 90x90 cm. Kurangi pelindung diatas bibit agar cahaya matahari dapat masuk sehingga bisa membantu mengurangi pertumbuhan jamur. potong dan bakar daun bibit yang terserang pada penyakit. Lakukan penyemprotan fungisida tiap 14 hari.

Penyakit karat daun biasanya menyerang tanaman yang sudah mulai berproduksi sampai tanaman yang sudah tua. Gejala penyakit berupa pembentukan karat berwarna kemerahan pada pelepah daun bagian bawah menjadi kering lalu mati. Pengendaliannya melakukan pemangkasan pelepah bawah secara teratur dan melakukan penyemprotan dengan fungisida tiap satu minggu.

Penyakit tajuk daun menyerang pada helai daun bagian tengah pelepah berukuran kecil-kecil lalu sobek. Penyakit ini merupakan turunan dari tanaman induk. Dilakukan seleksi terhadap tanaman induk, sehingga tanaman yang terinfeksi penyakit tersebut tidak boleh dijadikan indukan lagi.

(37)

Penyakit ganoderma menyerang tanaman kelapa sawit baik usia muda maupun usia tua yang dapat mengakibatkan kematian pada tanaman hingga 80 %. Drainase yang kurang bagus yang mengakibatkan air tergenang, banjir, pemberian pupuk yang tidak lengkap dan seimbang, kekurangan unsur hara serta gulma sangat berpengaruh pada peningkatan penyakit tersebut. Sanitasi lahan sangat penting dalam proses replanting/penanaman kembali guna mencegah penularan infeksi penyakit busuk pangkal batang yang disebabkan oleh ganoderma yang berasal dari jaringan pohon kelapa sawit tua yang sudah terinfeksi. Pemotongan jaringan kelapa sawit yang terinfeksi dengan menggunakan pahat dimulai dari atas sampai bawah lalu di keluarkan dari dalam kebun lalu dibakar. Penyemprotan fungisida jangan dibatasi hanya pada tanaman kelapa sawit yang terinfeksi ganoderma saja tapi juga pada tanaman sehat yang menyimpan potensi untuk terinfeksi penyakit ganoderma. Pembuatan parit disekitar pohon kelapa sawit yang terinfeksi agar jamur tidak menyebar ke tanaman yang lain. Membongkar tanaman yang terserang dan dibakar lalu melakukan pembumbunan kembali.

Lampiran 3 Data sekunder dari Direktorat Jenderal Perkebunan

Petunjuk teknis pengenalan penyakit kelapa sawit menurut Dirbun

Data sekunder didapat dari Direktorat Jenderal Perkebunan berupa petunjuk teknis pengenalan organisasi pengganggu tanaman pada tanaman kelapa sawit. Ada empat kelompok organisme pengganggu tanaman (OPT) yaitu yang menyerang akar, daun, pangkal batang dan batang, tandan.

Penyakit busuk akar

Penyakit ini disebabkan oleh beberapa jenis jamur yaitu Rhizoctonia, phytium, dan fusarium, serta menimbulkan gejala:

a Pada daun: daun kusam, berwarna hijau pucat dan layu, selanjutnya menjadi kekuningan mulai dari ujung daun dan akhirnya nekrosis dengan warna gelap cokelat.

b Pada akar: bagian hypodermis terpisah dengan berkas pembuluh, terjadi pembusukan pada jaringan kortikal, selanjutnya jaringan-jaringan didalam akar mengalami busuk basa, berwarna kuning kecokelatan. c Biasanya penyakit menyerang bibit yang berumur sekitar 3-7 tahun. d Kerusakan besar dapat menyebabkan kematian bibit.

Penyakit bercak atau hawar daun

(38)

24

demi sedikit berubah menjadi cokelat muda, dan pucat bercak tampak mengendap. Warna bercak menjadi cokelat tua dan pada umumnya dikelilingi oleh halo jingga kekuningan. Pada infeksi yang berat daun yang paling tua 24ongering, mengeriting dan menjadi rapuh.

Gejala karena D. halodes

Gejala mula-mula timbul pada pupus atau daun pertama yang baru saja membuka, berbentuk bercak-bercak kecil hijau pucat, lalu menjadi hijau jernih yang dikelilingi oleh halo lebar, berwarna hijau kekuningan dan tidak berbatas tegas. Di tengah bercak terjadi satu titik berwarna cokelat, mula-mula pucat tetapi akhirnya menjadi cokelat tua. Bercak-bercak utama biasanya bundar, agak mengendap, dengan pusat yang warnanya lebih gelap dari pada bagian tepinya. Dari sisi bawah daun, bercak berwarna cokelat pucat. Bercak-bercak dapat membesar dan bersatu, sehingga terjadi kumpulan bercak yang bentuknya tidak teratur, berwarna hitam kelabu.

Penyakit Antraknosa, penyebab penyakit: jamur Botryodiplodia spp, Melaconium elaeidis dan Gromerella cingulate.

Gejala serangan:

a Terutama menyerang bibit pada umur ≥ 2 bulan.

b Kadang-kadang dijumpai bersamaan dengan gejala transplanting shock (cekaman pindah tanam).

c Gejala biasanya dijumpai pada bagian tengah atau ujung daun, berupa bintik terang yang selanjutnya melebar dan daun menjadi kuning dan cokelat gelap.

d Jaringan sakit selanjutnya mati, luka meluas dengan batas berwarna kuning antara lasio dengan jaringan bukan sehat.

e Luka kadangkala memanjang sejajar tulang daun.

Penyakit busuk daun, penyebab: jamur Corticium solani (bentuk aseksualnya Rhyzoctonia solani).

Gejala serangan:

a Daun yang pertaman kali diserang adalah daun-daun tombak menyusul pada daun-daun yang tua.

b Bentuk luka tidak teratur, pucat dikelilingi zona ungu coklat, selanjutnya luka membesar, coklat dan nekrosis.

c Beberapa lesion menyatu, bagian tengahnya berwarna kelabu, tetap bagian daun diluar lesion berwarna kuning pucat.

Penyakit karat daun, penyebab: karat daun kelapa sawit disebabkan oleh ganggang Cephaleuros virescens

Gejala serangan:

(39)

c Koloni ganggang biasanya menyatu menutupi sebagian besar permukaan helaian daun, menyebar terutama pada anak-anak daun ditengah pelepah.

Penyakit yang menyerang pangkal batang dan batang Penyakit busuk pangkal pupus (spear base Rot)

Penyebab penyakit disebabkan oleh gabungan beberapa jenis mikroba, yaitu: Erwinia, penicillium, phytophthora, Marasmius, pestalotiopsis, fusarium dan curvularia.

Gejala:

a Gejala awal yaitu daun-daun pupus, kira-kira 8 pelepah menguning, mengering dan berwarna coklat.

b Semula bagian pangkal pupus berdiri tegak, makin lama makin condong dan selanjutnya patah pada pangkalnya.

c Jaringan dipangkal pupus membusuk, berair dan berbau busuk, selanjutnya pembusukan berlanjut ke sekitar titik tumbuh.

d Dalam keadaan sangat lanjut pembusukan mengarah ke jaringan dibagian batang mengakibatkan seluruh jaringan hancur.

e Pada tingkat akhir seluruh sisa pelepah mengering.

f Jika titik tumbuh tidak dirusak, maka tanaman masih dapat pulih dan menghasilkan pupus-pupus baru.

Penyakit busuk pangkal batang (Basal Stem Rot)

Gejala serangan: gejala dini penyakit ini biasanya kurang mendapat perhatian karena perkembangan penyakit sangat lambat dan sulit diidentifikasi. Gejala mudah dilihat apabila gejala sudah lanjut atau sudah membentuk tubuh buah, tetapi tubuh buah ini biasanya jarang ditemukan pada pangkal batang. Jika sudah terbentuk tubuh buah biasanya pengendalian sudah sulit dilakukan.

Gejala pada tanaman belum menghasilkan (TBM):

a. Daun kuning kemudian 25ongering dan nekrosis dari pelepah bawah terus kepelepah atas.

b. Pembusukan pangkal batang. c. Tanaman 25ongering dan mati.

d. Tubuh buah jarang ditemukan pada pangkal batang. Gejala pada tanaman menghasilkan TM:

(40)

26

b. Pada pangkal batang atau bagian tengah tanaman kelapa sawit mengalami pembususkan yang kadang-kadang diikuti tumbuhnya tubuh buah ganoderma.

c. Tanaman kelapa sawit yang terserang berat bagian daun-daun tuahnya 26ongering kemudian patah membentuk struktur seperti sarung.

d. Tanaman kelapa sawit tiba-tiba tumbang dan bagian bawah batang telah membusuk.

Penyakit yang menyerang Buah/ Tandan

Busuk tandan marasmius (Marasmius Bunch Rot). Penyebab penyakit, oleh jamur Marasmius palmivorus.

Gejala serangan:

a. Gejala awal ditandai dengan adanya rizomorf jamur berwarna putih pada permukaan buah terutama dibagian pangkal, mula-mula pada tandan terbawah.

b. Penyakit biasanya mulai menyerang buah berumur 2-4 bulan tetapi kadang-kadang tandan dan bungapun terserang.

c. Tandan terserang menjadi rusak sebagian atau seluruhnya menjadi busuk, pericarp menjadi lembek berwarna coklat kemudian menghitam menyebabkan naiknya kadar asam lemak bebas dalam minyak yang dihasilkan.

Penyakit bercak daun Cercospora

Penyakit ini disebabkan oleh jamur Cercospora elaeidis. Penyakit ini sangat merugikan tanaman dipembibitan. Penyakit ini jarang menyebabkan kematian bibit tetapi sangat menghambat pertumbuhan tanaman. Diperkirakan penyakit ini akan menimbulkan kerugian yang besar di daerah yang mempunyai curah hujan tinggi seperti Indonesia. Gejala penyakit berupa busuk kering pada daun yang mulai dari tepi daun menuju ke tengah. Apabila diamati lebih lanjut pada permukaan daun terdapat bintik-bintik kemerahan seperti karat.

Lampiran 4 Pengenalan dan pengendalian

Pengenalan dan pengendalian penyakit Ganoderma menurut Dirjen perkebunan

(41)

dan jika tingkat serangan sebesar 1%, maka kerugiannya ditaksir bisa mencapai lebih dari Rp 2 trilyun tiap tahunnya. Padahal tingkat serangan dapat mencapai lebih dari 20%, terutama pada kebun yang telah mengalami replanting beberapa kali. Tanaman yang terserang penyakit BPB cepat atau lambat akan berakhir dengan kematian.

Ganoderma boninense merupakan spesies jamur penyebab BPB di Indonesia. Jamur ini diduga berasal dari Asia Tenggara, Jepang, dan kawasan Pasifik Australia. Selain itu ganoderma boninense diketahui memiliki kategori penyebaran geografik yang meliputi wilayah Jepang, Indonesia, Asia Tenggara, Papua New Guinea, dan Australia dengan inang sebagian besar adalah tanaman palem-paleman. Saat ini penyebab BPB telah menyerang hamper seluruh wilayah di Indonesia.

Serangan penyakit BPB cenderung meningkat dari tahun ke tahun dan dari generasi ke generasi seiring dengan usaha besar-besaran untuk memperluas kebun kelapa sawit di Indonesia. Penyakit BPB dapat menyerang tanaman belum menghasilkan (TBM) maupun tanaman menghasilkan (TM). Kejadian penyakit akan menjadi lebih besar pada kebun kelapa sawit generasi kedua, ketiga dan seterusnya. Akibatnya produktifitas kelapa sawit yang telah menghasilkan akan semakin turun dan usia produktif tanaman akan semakin berkurang sehingga pekebun harus melakukan replanting lebih awal.

Pada skala nasional penurunan produktifitas kebun kelapa sawit akibat serangan penyakit BPB berdampak pada penurunan ekspor dan pendapatan devisa Negara. Selain itu kerugian non ekonomi yang ditimbulkan adalah munculnya kegelisahan di kalangan pekebun dan investor terhadap bahaya serangan penyakit BPB dan citra buruk Indonesia di mata Internasional sebagai Negara endemis penyakit BPB.

Penyakit BPB pada kelapa sawit mampu mengakibatkan kematin tanaman lebih dari 80% populasi tanaman pada satu hamparan. Kondisi inilah yang menjadikan penyakit BPB pada kelapa sawit sebagai penyakit terpenting yang harus segera dikendalikan.

(42)

28

Daerah sebaran

Penyakit ini menimbulkan kerusakan serius pada bibit kelapa sawit di wilayah NAD, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau, Bengkulu, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Tengah.

Penyebab:

penyakit ini disebabkan oleh beberapa jamur yaitu Culvularia eragrostidis, Cochiobolus carbonus, Drechsiera halodes, dan Helminthosporium sp dengan gejala yang berbeda.

Gejala penyakit

Gejala dimulai dengan munculnya bercak kecil tersebar secara acak dan selanjutnya bercak tidak membesar. Bercak yang sangat banyak dan berdekatan menyebabkan daun seperti kering atau klorosis.

Faktor pendorong

a. Populasi bibit persatuan luas terlalu tinggi atau terlalu rapat (jarak tanam kurang dari 90x90 cm).

b. Keadaan pembibitan yang terlalu lembab.

c. Kelebihan air siraman dan cara penyiraman yang kurang tepat. d. Kebersihan pembibitan yang kurang terpelihara dengan baik.

e. Banyak gulma yang merupakan inang alternatif bagi patogen, terutama dari keluarga Gramineae.

Pengendalian

a. Memperjarang letak bibit menjadi 90x90 cm b. Mengurangi volume air siraman sementara waktu.

c. Penyiraman secara manual menggunakan gembor lebih dianjurkan dan sebaliknya diarahkan ke permukaan tanah dalam polibeg, bukan ke daun. d. Mengisolasi dan memangkas daun-daun sakit dari bibit yang bergejala

ringan-seang selanjutnya disemprot dengan fungisida thibenzol, captan atau thiram dengan konsentrasi 0.1 – 0.2 % tiap 10-14 hari.

e. Memusnahkan dengan cara membakar bibit yang terserang berat. penyakit Antraknosa

penyakit antraknosa merupakan sekumpulan nama infeksi pada daun bibit-bibit mudah yang disebabkan oleh tiga genera jamur patogenik. Penyakit ini telah dilaporkan terdapat di berbagai perkebunan di Indonesia. penyebab

(43)

Gejala penyakit

Serangan Botryodiplodia menyebabkan munculnya titik-titik terang kemudian berubah menjadi coklat gelap dengan ukuran yang semakin membesar. Kemudian titik berubah menjadi coklat terang dan membentuk zona kekuning-kuningan. Bagian tengah bercak akan mengering dengan tekstur seperti kertas tipis berwarna abu-abu atau coklat keabu-abuan. Serangan melanconium diawali adanya titik bening tidak berwarna (hialin) dan dengan cepat berkembang sehingga menjadi coklat terang seperti terendam air. Nekrosis berkembang pada jaringan yang terinfeksi dengan batas berwarna kuning pucat. Serangan Glomerella ditandai dengan adanya titik basah pada antarvena dan membesar memanjang mengikuti arah dua vena tersebut. Pada ujung daun selanjutnya akan berubah menjadi coklat atau hitam dan dibatasi oleh lingkaran (halo) kuning pucat. Selanjutnya bagian tengah bercak akan mati, kering dan rapu.

Pengendalian penyakit Antraknosa

a. Jangan terlambat pindah tanam dari pre nursery ke main nursery. b. Pemupukan berimbang.

c. Memisahkan bibit sakit dari bibit yang sehat.

d. Penyemprotan dengan fungisida secara rotasi dengan Dithane 0,2%, benlate 0,3% dan Antracol 0,2% dengan interval 1 minggu.

(44)

30

Lampiran 5 Form karakteristik pengguna

DATA DIRI (Akan Dirahasiakan)

Mohon Beri Tanda Cek (√) pada Tanda Kurung yang Anda Pilih

 Jenis Kelamin :

( ) Laki-laki ( ) Perempuan

 Usia :

( ) 17 – 25 tahun ( ) 25 – 35 tahun ( ) > 35 tahun

 Jenjang Pendidikan :

( ) SD ( ) SLTP ( ) SLTA (D1/D2/D3) Diploma ( S1/S2 )Sarjana Lainnya:...

 Alamat :

Desa ... Kecamatan ... Kabupaten ... Provinsi ...

 Apakah di daerah tempat tinggal terkoneksi internet ( ) Ya ( ) Tidak

Jika Ya frekuensi Penggunaan Internet: ( ) Setiap Hari

( ) 3 kali per minggu ( ) 1 kali per minggu ( ) 1 kali per bulan ( ) Tidak Pernah

 Media terkoneksi internet

( ) Hand phone ( ) Komputer/PC/Laptop

 Nomor HP: ……….

(45)

Berikan Tanda Cek (√) Atau Silang (X) Sesuai penggunaan Internet yang Anda Lakukan

Selanjutnya Berikan Nomor Sesuai Prioritas Dimulai dari yang Paling Sering Anda Lakukan

(46)

32

Lampiran 7 Pengantar kuesioner

KUESIONER PROTOTYPE SISTEM MANAJEMEN

PENGETAHUAN PENYAKIT SAWIT

Tanggal Pengisian : ……/……/ 2014 No Responden :

Penelitian ini merupakan prototype sistem manajemen pengetahuan penyakit sawit menggunakan pendekatan usability engineering. Penelitian ini menggunakan kuesioner dari Software Usability Measurement Inventory (SUMI).

Tujuan melakukan kuesioner yaitu untuk mengevaluasi prototype sistem yang dirancang, mengukur usability serta dapat menjadi media pembelajaran bagi pengguna terhadap aplikasi yang akan digunakan. Usability adalah sebuah konteks penggunaan aplikasi dengan ukuran efektivitas, efisiensi dan kepuasan sehingga dapat mengukur sejauh mana suatu aplikasi dapat digunakan dengan mudah.

Petunjuk Pengisian kuesioner yaitu:

1. Lembar kuesioner ini berisi 30 pertanyaan mengenai usability pengguna dalam mengakses pengetahuan pemilihan bibit kelapa sawit.

2. Nomor responden harap di kosongkan.

3. Beri tanda cek (√) pada kolom yang telah disediakan yang paling mencerminkan pilihan Anda dengan pilihan setuju (S), tidak tahu (TT) dan tidak setuju (TS).

4. Anda dipersilahkan untuk membaca dan memahami kuesioner ini. Jika terdapat pertanyaan, silahkan bertanya kepada peneliti. Terima kasih atas kesediaan Anda untuk menjadi responden.

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

SEKOLAH PASCASARJANA

(47)

Lampiran 8 Kuesioner SUMI

No Pertanyaan S TT TS

A Evaluasi Efektifitas

A.1 Petani berhasil menemukan icon penyakit sawit A.2 Petani berhasil membuka icon penyakit sawit A.3 Petani memahami isi pada profil dengan mudah A.4 Petani membaca tulisan pada aplikasi dengan mudah A.5 Petani membaca isi menu dokumen dengan mudah

A.6 Gambar yang disajikan pada tab petunjuk teknis menarik minat petani

A.7 Petani menemukan menu penyakit sawit dengan mudah A.8 Petani dapat memilih jenis penyakit sawit dengan mudah A.9 Petani membuka menu wawancara dengan mudah A.10 Petani membuka menu organ tanaman dengan mudah

Total

B Evaluasi Efisiensi

B.1 Petani memahami pengetahuan yang terdapat dalam dokumen B.2 Panduan dan bantuan dari fasilitator cukup lengkap

B.3 Petani memilih menu penyakit sawit dengan mudah B.4 Petani memahami pengetahuan pada menu wawancara

B.5 Petani memilih icon yang benar saat membuka aplikasi pertama kali

B.6 Panduan / bantuan fasilitator membuka aplikasi cukup lengkap B.7 Panduan /bantuan fasilitator pada menu profil cukup lengkap B.8 Panduan/bantuan fasilitator membaca isi menu dokumen cukup

lengkap

B.9 Panduan /bantuan fasilitator membaca isi menu penyakit sawit cukup lengkap

B.10 Panduan /bantuan fasilitator memahami isi menu wawancara cukup lengkap

Total

C Evaluasi kepuasan

C.1 Aplikasi ini mudah digunakan

C.2 Membaca tulisan pada layar sangat mudah C.3 Komposisi warnanya sesuai

C.4 Gambar yang ditampilkan menarik

C.5 Bahasa yang digunakan mudah dimengerti

C.6 Istilah-istilah yang digunakan pada aplikasi ini mudah dipahami C.7 Petani sawit ingin menggunakan aplikasi ini

C.8 Materi pembelajaran untuk petani sawit mudah dimengerti C.9 Menambah pengetahuan tentang penyakit kelapa sawit

C.10 Membantu petani dalam mendapatkan pengetahuan penyakit Sawit

(48)

34

Lampiran 9 Tabel User Experience

User Experience Measurement

No responden: Waktu

penyelesaian task:

No Pekerjaan (Task) Berhasil Tidak berhasil 1 Responden membuka menu profil

2 Responden membuka menu dokumen

3 Responden membuka jurnal sawit pada menu dokumen 4 Responden membuka buku tentang sawit pada menu

dokumen

5 Responden membuka petunjuk teknis tentang sawit pada menu dokumen

(49)

Lampiran 10 Buku Panduan prototype KMS penyakit sawit

PANDUAN PROTOTYPE KMS PENYAKIT SAWIT

Penyakit yang menyerang tanaman kelapa sawit berdasarkan organ tanaman yang terserang yaitu akar, batang/pangkal batang, tandan/buah, dan daun.

Oleh SURIANTI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(50)

36

Tahap-tahap untuk mengakses KMS penanggulangan penyakit sawit pada smartphone yaitu:

1. Menu utama

Tahap ini merupakan menu utama pada antar muka sistem yang terdapat 5 icon yaitu home, dokumen penyakit, wawancara dan search yang dapat dipilih dengan cara mengklik dari salah satu icon seperti yang terlihat pada gambar dibawah:

2. Icon home

Icon ini menggambarkan tentang isi dari sistem seperti yang terdapat pada gambar dibawah:

(51)

3. Halaman dokumen jurnal

Pada halaman dokumen terdapat 3 tab yaitu jurnal, buku dan petunjuk teknis. Jika ingin melihat jurnal tentang penyakit sawit maka klik tab jurnal akan muncul daftar semua jurnal berdasarkan tahun seperti yang terlihat pada gambar dibawah:

4. Halaman dokumen buku

Halaman dokumen tersebut berisi tentang buku-buku tentang penyakit sawit.

Klik jurnal

(52)

38

5. Halaman dokumen petunjuk teknis

Pada halaman dokumen petunjuk teknis terdapat gambar-gambar penyakit antraknosa yang ditampilkan dalam dua ukuran yaitu kecil dan besar seperti pada gambar dibawah :

6 Halaman cari (searching)

Pada halaman ini pengguna dapat mengetikkan kata kunci tentang data yang ingin ditampilkan dengan mengklik tombol cari. Misalnya ingin melihat semua daftar penyakit sawit seperti yang terlihat pada gambar dibawah

(53)

7 Halaman menuaku

Pada halaman ini terdapat 2 tab yang dapat dipilih yaitu wawancara dan konsultasi, dimana pada tab wawancara berisi tentang daftar pertanyaan dengan pakar seperti yang terlihat pada gambar dibawah:

Lampiran 11. Tampilan web

1. Tabel menu login

(54)

40

2. Tabel login berhasil

Setelah login berhasil maka muncul pesan otentikasi administrator admin berhasil login lalu klik tombol ok untuk masuk ke proses selanjutnya.

6. Tabel input data penyakit

Pada tabel menu penyakit admin dapat menginput nama penyakit, spesifikasi penyakit, gambar dan deskripsi pada kolom yang telah disediakan setelah semua proses selesai lalu klik tombol simpan maka data penyakit yang telah diinput akan tersimpan pada tabel data penyakit.

Gambar

Gambar 1. Kelapa Sawit
Gambar 2. Komponen Penyusun KM
Gambar 3.
Gambar 4 knowledge map penyakit kelapa sawit
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menghasilkan Pejantan dan Induk Unggul pada Sapi Peranakan Ongole di Kabupaten Kebumen Jawa Tengah (Anggota dari 4 Peneliti).. 2015 DIKTI (Penelitian Unggulan Perguruan

• Elektrik mühendisliğinde temel buluşlar, örneğin Ohm’un, Amper’in Edison’un buluşları doğru gerilim üzerine olmakla beraber enerji iletimi alanında hızlı

 Secara ideal, sumber daya manusia yang diharapkan untuk melaksanakan penanggulangan HIV dan AIDS adalah mereka yang selama ini telah bekerja di sektor kesehatan

Ada beberapa point penting yang dianggap dan diterima sebagai bagian yang tidak lagi terpisahkan dari tanggung jawab sosial yaitu tanggung jawab sosial dan moral perusahaan

Terkait dengan kondisi fasilitas tersebut, penelitian ini juga mengemukakan secara sekilas faktor tata ruang kewilayahan terminal Purwoasri dalam Rencana Tata Ruang

menganalisis perbedaan rerata konsumsi buah dan sayur, IMT, frekuensi olahraga serta durasi olahraga sebelum dan setelah intervensi antara kelompok yang diberi konseling

Berdasarkan Diagram 5.3 diatas menunjukkan bahwa dari seluruh responden, dapat disimpulkan lebih dari setengahnya (56%) atau sebanyak 49 responden memiliki

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri infusa daun mangga bacang ( Mangifera foetida L.) terhadap pertumbuhan Shigella flexneri ,