• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Rumpon Portable dan Jenis Lampu terhadap Hasil Tangkapan Bagan Tancap di Teluk Palabuhanratu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Rumpon Portable dan Jenis Lampu terhadap Hasil Tangkapan Bagan Tancap di Teluk Palabuhanratu"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH RUMPON

PORTABLE

DAN JENIS LAMPU

TERHADAP HASIL TANGKAPAN BAGAN TANCAP DI

TELUK PALABUHANRATU JAWA BARAT

YADUDIN

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Pengaruh

Rumpon Portable dan Jenis Lampu terhadap Hasil Tangkapan Bagan Tancap di

Teluk Palabuhanratu Jawa Barat” adalah benar karya saya dengan arahan dari

komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Yadudin

(4)

Hasil Tangkapan Bagan Tancap. Dibimbing oleh M. FEDI A SONDITA dan ZULKARNAIN.

Semakin berkembangnya teknologi, penggunaan lampu sebagai alat bantu penangkapan pada perikanan bagan di Palabuhanratu banyak mengalami perubahan, yaitu semua bagan baik bagan apung maupun bagan tancap yang sebelumnya menggunakan lampu petromaks pada saat ini sudah menggunakan lampu listrik. Jenis lampu yang digunakan pada penelitian ini adalah light emitting diode (LED) yang memiliki keunggulan hemat energi dan memiliki umur teknis yang tahan lama. Alat bantu lainnya yang sering digunakan pada perikanan tangkap adalah rumpon. Rumpon sudah lama digunakan pada perikanan tangkap sebagai alat pemikat ikan. Penggunaan rumpon pada bagan tancap bertujuan untuk mengumpulkan ikan pada siang hari sehingga pada malam hari nelayan bisa melakukan kegiatan penangkapan. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Membandingkan hasil tangkapan di antara dua unit bagan yang masing-masing dilengkapi dengan 4 unit rumpon portable namun dengan jenis lampu yang berbeda, yaitu lampu LED (Bagan A) dan lampu standar (bagan B). (2) Membandingkan hasil tangkapan di antara dua unit bagan yang masing-masing dilengkapi dengan lampu standar namun dengan jumlah rumpon portable yang berbeda, yaitu 4 unit rumpon (Bagan B) dan 2 unit rumpon (Bagan C). Penelitian ini menggunakan metode experimental fishing dengan ulangan sebanyak 20 kali (trip). Uji t statistik menyimpulkan perbedaan hasil tangkapan signifikan di antara bagan A dan B untuk ikan udang rebon, layur, dan teri (α = 0,05). Uji t statistik juga menyimpulkan perbedaan pada hasil tangkapan yang signifikan di antara

bagan B dan C untuk ikan teri, tembang, layur dan udang rebon (α = 0,05).

(5)

ABSTRACT

YADUDIN, C44080087. Effects of the Portable Fish Aggregating Device and Lamp on Stationary Liftnet Catch. Supervised by M. FEDI A SONDITA and ZULKARNAIN.

Nowadays, usage of lamps on liftnet fisheries in Palabuhanratu has experienced many changes. All liftnets, both mobile and stationary, previously used pressured kerosene lamps but now they use electric lamps. Type of lamps used in this research is light emitting diode (LED) because of its low energy consumption and more durable. Fish aggregating devices (FADs) have long been used in capture fisheries, including liftnets. Liftnets catch fish more efficiently by concentrating fish schools daytime and catch them at night fishermen by means of lights as fish attractor. The objectives of this research are (1) to compare fish catch between two liftnets equipped with 4 FADs but different in types of lamp, i.e. LED (liftnet A) and flourescent (liftnet B), (2) to compare fish catch between two lifnets equipped with flourescent lamps but different in number of FADs, i.e. 4 FADs (liftnet B) and 2 FADs (liftnet C). This research is conducted in experimental fishing approach and each lifftnet was operated 20 times. Statistical analysis using t test concluded a signifikant difference in catcah of small shrimp, hairtail

fish and anchovies (α = 0,05) between liftnet A and B, and a signifikant difference

in catches of anchovy, sardines, hairtail fish and small shrimp between liftnet B

and C (α = 0,05).

(6)

TELUK PALABUHANRATU JAWA BARAT

YADUDIN

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(7)
(8)

NIM : C44080087

Program studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui oleh

Dr Ir M Fedi A Sondita, MSc Dr Ir Zulkarnain, MSi Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Budy Wiryawan, MSc Ketua Departemen

(9)
(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih pada penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2012 ini adalah Pengaruh Rumpon Portable dan Jenis Lampu Setting Terhadap Hasil Tangkapan Bagan Tancap di Palabuhanratu Jawa Barat.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Dr Ir M Fedi A Sondita, MSc. selaku pembimbing pertama dan Dr Ir Zulkarnain, MSi selaku pembimbing kedua atas bimbingan serta arahanya yang telah diberikan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Dr Ir Yopi Novita MSi selaku Komisi Pendidikan Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.

3. Prof Dr Ir Ari Purbayanto, MSc Sebagai Penguji tamu pada ujian sidang skripsi.

4. Dosen Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan atas ilmu yang telah diberikan selama ini.

5. Kedua orang tua penulis atas doa dan dukunganya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

6. Keluarga besar PSP 45 yang telah memberikan semangat dan motivasi sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi.

7. PSP 46, PSP 47, PSP 48, PSP 49, Toba crew, TU PSP, Bagian dapur serta civitas PSP lainya yang telah memberikan doa, dukungan dan semanagat. 8. Fiscakost personil : Bang Bob, Bang Ancol, Haji Ryan, Alfin, Asep, Golo,

Daus, Indi, Miftah, dan Adi yang telah memberikan saran dan motivasinya. 9. Pihak terkait yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Bogor, Februari 2014

(11)

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRA vii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Manfaat Penelitian ... 2

METODOLOGI ... 2

Waktu dan Tempat ... 2

Alat dan Bahan ... 3

Proses pembuatan dan pemasangan rumpon ... 4

Metode Pengambilan Data ... 8

Metode Pengoperasian Bagan Penelitian ... 8

Analisis Data ... 10

Diagram Alir Penelitian ... 11

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 12

Hasil Tangkapn Bagan Penelitian ... 12

Sebaran Cahaya pada Bagan Tancap ... 18

Pengaruh Jenis Lampu Setting terhadap Hasil Tangkapan Bagan A dan B ... 21

Pengaruh Rumpon Portable terhadap Hasil Tangkapan Bagan B dan C ... 23

KESIMPULAN DAN SARAN ... 25

Kesimpulan ... 25

Saran ... 26

DAFTAR PUSTAKA ... 27

LAMPIRAN ... 29

(12)

DAFTAR TABEL

1.Spesifikasi umum tiga bagan penelitian ... 6

2.Jadwal pengambilan data hasil tangkapan ... 8

3.Berat lima jenis ikan terbanyak ditangkap oleh bagan penelitian Di palabuhanratu (kg), dalam periode juli s.d. agustus 2012 ... 17

4.Sebaran iluminasi cahaya A ... 18

5.Uji t statistik melihat pengaruh lampu led dan standar Terhadap lima jenis ikan dominan tertangkap oleh 6.Bagan penelitian A dan B. ... 21

7.Uji t statistik melihat pengaruh rumpon 4 rumpon portable Dan 2 rumpon portable pada bagan penelitian b dan c. ... 23

DAFTAR GAMBAR 1. Peta lokasi penelitian ... 3

2. Konstruksi bagan penelitian dengan empat rumpon portable ... 4

3. Posisi pengukuran iluminasi cahaya ... 6

4. Alir arus listrik yang digunakan pada penelitian ... 7

5. Diagram alir penelitian ... 11

6. Komposisi lima jenis ikan hasil tangkapan ... 12

7. Hasil tangkapan bagan tancap dengan menggunakan (a) 4 rumpon lampu led, (b) 4 rumpon lampu standar (c) 2 rumpon lampu standar ... 14

8. Persentase total hasil tangkapan bagan A,B, dan C Selama 20 trip ... 16

9. Rata-rata total hasil tangkapan bagan A,B, dan C Selama 20 trip (SE). ... 16

10.Perbandingan kontur iluminasi cahaya bagan A dengan lampu LED, dengan bagan B yang menggunakan lampu philips 24 watt. ... 19

11.Pengukuran lampu setting ... 20

12.Pengukuran lampu hauling ... 20 13.Rata-rata hasil tangkapan lima jenis ikan dominan tertangkap

(13)

(C) rata rata hasil tangkapan layur, (D) rata rata hasil tangkapan tembang, (E) rata rata hasil tangkapan teri dari

lima jenis bagan penelitian ...24

DAFTAR LAMPIRAN 1. Komposisi hasil tangkapan tiga jenis bagan penelitian ... 27

2. Dokumentasi lima jenis ikan dominan tertangkap ... 28

3. Lampiran 3 Proses pembuatan dan pemasangan rumpon portable...29

4. Komposisi hasil tangkapan tiga bagan per trip ... 30

5. Uji t statistik lima jenis ikan dominan tertangkap ... 36

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bagan adalah alat penangkap ikan yang digolongkan ke dalam kelompok jaring angkat (Subani dan Barus 1989). Tujuan penangkapannya berupa jenis-jenis ikan pelagis kecil. Jenis alat tangkap ini masih banyak digunakan oleh nelayan Pelabuhanratu, Jawa Barat, karena bagan mudah dioperasikan dan lokasi pengoperasianya dekat dengan pantai. Penempatan bagan dilakukan dengan menancapkan kaki bagan ke dasar perairan atau diapungkan dengan bantuan rakit, perahu, atau dengan drum pelastik. Bagan dengan kaki yang ditancapkan ke dasar perairan di sebut bagan tancap dan bagan yang diapungkan disebut bagan apung. Bagan tancap hanya dapat dioperasikan secara menetap pada suatu perairan, sedangkan bagan apung dapat dioperasikan berpindah-pindah tergantung pada keinginan nelayan. Nelayan biasanya menempatkan bagan (baik bagan apung maupun bagan tancap pada lokasi yang prospektif akan didatangi ikan. Bagan apung biasanya didaratkan di pantai ketika laut sedang bergelombang besar atau bagan perlu diperbaiki. Memperhatikan struktur konstruksi, mobilitas unit penangkapan ikan dan metode penangkapan ikan yang diterangkan, bagan apung dan bagan tancap merupakan alat tangkap yang bersifat pasif.

Rumpon sudah lama digunakan dalam perikanan tangkap sebagai alat pemikat ikan. Pada penelitian Sondita (1986) rumpon juga digunakan pada perikanan purse seine. Salah satu faktor keberhasilan dari pengoperasian bagan adalah banyaknya ikan yang berkumpul di sekitar bagan Zulkarnain (2002). Seiring dengan ini, salah satu kendala penting yang dihadapi nelayan adalah justru ikan-ikan tersebut tidak terkonsentrasi di sekitar bagan. Kendala ini dapat ditangani dengan cara di antaranya adalah penggunaan teknologi rumpon

portable. Teknologi ini akan berhasil jika pada siang hari ikan akan terkonsentrasi tetap di sekitar rumpon dan pada malam hari nelayan bisa melakukan mengoperasikan bagan dengan menggunakan lampu, misalnya lampu petromaks lampu pijar dan sebagainya. Penggunaan rumpon pada pengoprasian penangkapan ikan telah lama dikenal oleh nelayan, baik untuk rumpon laut dangkal maupun rumpon laut dalam.

Jumlah rumpon diperkirakan akan mempengaruhi jumlah ikan yang berkumpul karena atraktor menjadi lebih mencolok dan tersedia ruang lebih banyak untuk peryphyton Yusfiandayani (2004) oleh karena itu dalam penelitian ini akan diteliti pengaruh jumlah rumpon terhadap hasil tangkapan.

Dasar dari penggunaan 2 rumpon dan 4 rumpon pada penelitian ini karena mengikuti keberadaan kaki-kaki bagan tancap di dasar perairan. Zulkarnain (2002) menyebutkan hasil tangkapan bagan dengan rumpon diduga memiliki sifat asosiatif terhadap rumpon dan bersifat fototaksis terhadap cahaya lampu. Adanya rumpon disuatu kolom perairan akan tampak menyolok dan menarik perhatian ikan, karena jika ditinjau secara visual keadaan lingkungan kolom air dapat dikatakan homogen Sondita (1986).

(15)

pada perikanan bagan mengalami perubahan. Beberapa kajian tentang lampu dan rumpon telah dilakukan, diantarany Zulkarnain (2002) meneliti tentang perikanan rumpon di teluk Palabuhanratu, lampu yang digunakan untuk menangkap ikan adalah petromaks, Nurdiana (2005) Iluminasi cahaya lampu pijar 25 watt pada medium udara, Rohanah (2012) mengenai studi pendahuluan penggunaan lampu tabung bereflaktometer terhadap hasil tangkapan bagan apung.

LED merupakan salah satu model lampu yang sumber cahayanya berasal dari pertemuan dua pelat tipis. Pada lampu model LED, bagian dalam bohlam, padat terisi sehingga tidak mudah rusak akibat goncangan. Rancangan lampu seperti ini menghasilkan pancaran cahaya yang lebih fokus bila dibandingkan dengan model lampu yang lain. Lampu LED memiliki umur teknis yang sangat panjang, membutuhkan daya listrik yang sangat kecil (hemat energi) dan respon kerja yang sangat cepat dan baik Sagitarianto (2007).

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Membandingkan hasil tangkapan diantara dua unit bagan yang masing-masing dilengkapi dengan 4 unit rumpon portable namun dengan jenis lampu yang berbeda, yaitu lampu LED (Bagan A) dan lampu standar (bagan B).

2. Membandingkan hasil tangkapan diantara dua unit bagan yang masing-masing dilengkapi dengan lampu standar namun dengan jumlah rumpon portable yang berbeda, yaitu 4 unit rumpon (Bagan B) dan 2 unit rumpon (Bagan C).

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan dalam membuat keputusan tentang jenis lampu yang akan digunakan dalam perikanan tangkap, tidak hanya perikanan bagan. Informasi yang dihasilkan juga dapat digunakan untuk menentukan arah penelitian terkait penggunaan lampu sebagai alat pemikat ikan.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

(16)

Gambar 1 Lokasi penelitian “Pengaruh Rumpon Portable dan Jenis Lampu Setting Terhadap Hasil Tangkapan Bagan Tancap di Palabuhanratu Jawa Barat.”

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah tiga unit bagan tancap dengan pengaturan seperti pada Tabel 1. Bagan tancap sebagai tempat kegiatan operasi penangkapan ikan dengan jaring sebagai alat penangkap ikan dan lampu sebagai sumber cahaya untuk mengumpulkan ikan. Bagan tancap yang digunakan berjumlah 3 unit dengan lokasi penangkapan di Teluk Palabuhanratu, masing-masing berukuran panjang dan lebarnya 7 m x 7 m dan lokasinya di perairan dengan kedalaman 9,5 meter. Bagan tancap yang digunakan pada penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

Tabel 1 Spesifikasi umum tiga bagan penelitian

Jenis bagan Rumpon Lampu setting Lampu hauling

A 4 unit Lampu LED Incandescent lamp

B 4 unit Fluorescent lamp Incandescent lamp

C 2 unit Fluorescent lamp Incandescent lamp

Dua jenis alat pemikat ikan dalam penelitian ini digunakan secara simultan, yaitu rumpon portable dan lampu pemikat ikan. Lampu tersebut terdiri dari lampu setting dan lampu hauling (Tabel 1). Rumpon yang digunakan terbuat dari daun kelapa dan dipasang dengan jumlah berbeda untuk setiap bagan, bagan pertama (bagan A) menggunakan 4 rumpon dengan lampu LED sebagai lampu

(17)

Gambar 2 Konsruksi rumpon portable yang terpasang pada bagan penelitian.

Rumpon portable digunakan karena tidak satupun bagan di Palabuhanratu yang pengoperasianya mrnggunakan rumpon. Untuk lampu setting dan hauling

dilakukan pengukuran iluminasi cahaya, pengambilan nilai iluminasi dilakukan di darat dan di dalam air, iluminasi cahaya yang diukur adalah lampu bagan A (LED), sedangkan untuk iluminasi lampu standar nelayan mengacu pada penelitian Siti Rohanah (2012). Penggunaan lampu LED pada penelitian ini adalah uji coba penggunaan lampu listrik lainya sebagai uji coba awal untuk mengetahui hasil tangkapan yang diperoleh melalui penggunaan rumpon.

Rumpon (fish aggregating device) adalah jenis alat pemikat ikan sehingga ikan-ikan yang tersebar kemudian mengkonsentrasikan ikan sehingga mereka dapat dengan mudah ditangkap. Lebih lanjut disebut bahwa rumpon biasanya terdiri atas tiga komponen utama, yaitu pemikat ikan, jangkar, tali penambat yang menghubungkan pemikat ikan dengan jangkar. Ada banyak bahan pemikat ikan yang bisa dipakai namun ynag umum digunakan adalah daun kelapa (Subani 1986). Prinsip suatu penangkapan ikan dengan alat bantu rumpon disamping berfungsi untuk mengumpulkan ikan, pada dasarnya adalah agar kawanan ikan tersebut mudah ditangkap dengan alat tangkap yang dikehendaki. Diduga ikan yang tertarik dan berkumpul disekitar rumpon karena rumpon berfunsi sebagai tempat berlindung dan mencari makan (Subani 1972 dan Sondita 1986).

(18)

mengganggu kegiatan setting dan hauling pada saat operasi penangkapan ikan dilakukan.

Kekuatan rumpon ditentukan oleh sistem tali temali antara bagian bagian rumpon yang akan dipasang. Sistem sambungan tali dengan daun kelapa atau atraktor menggunakan simpul eye’s splacing, tetapi untuk pengikatan tali ke kaki kaki bagan menggunakan simpil mati, begitu pula bdari tali ke pemberat menggunakan simpul mati supaya ikatan lebih kuat dan tidak mudah lepas.

Tahap penyelesaian perakitan rumpon adalah sebagai berikut:

1) Tali yang sudah disiapkan dipotong menjadi ukuran 20meter, tali ini digunakan untuk mengikat atraktor;

2) Pemasangan daun kelapa (pelepah kecil) pada setiap ruas ruas tali dipasang pelapah daun kelapa dengan jarak 50 cm (Lampiran 1); dan

3) Pemasangan pemberat yang trbuat dari kayu yang berbentuk siku dan ditambah dengan batu dengan berat kurang lebih 15-20 kg, tali pemberat adalah bagian ujung tali dari rumpon.

Rumpon dipasang di empat sudut-sudut kaki pada bagan A dan bagan B, di dua sudut berseberangan pada bagan C. Dari 20 m tali rumpon, 5 meter pertama digunakan untuk mengikat rumpon pada kaki bagan sehingga jarak antara tempat pengikatan dan atraktor pertama pada tali adalah 5 meter.

Pemasangan rumpon dilakukan pada siang hari. Rumpon dipasang dengan menggunaka dua buah kapal yaitu kapal bermotor dan kapal jukung, kapal bermotor digunakan untuk menyimpan rumpon sementara, pemasangan rumpon dilakukan secara satu persatu dengan menggunakan kapal jukung. Setelah ujung tali rumpon diikatkan ke tiang kaki pojok bagan, pemberat dan badan rumpon dinaikan ke kapal jukung lalu ditarik menjauhi bagan sampai rumpon berbentuk lurus lalu kemudian pemberat dan badan rumpon ditenggelamkan ke dalam air. Begitu pula seterusnya sampai semua rumpon berhasil dipasang (Lampiran 1).

Pada penelitian ini beberapa pengaruh terhadap rumpon bisa terlihat pada minggu pertama, rumpon yang telah dipasang mengalami pembusukan dan sudah di tumbuhi mikro alga atau lumut yang sudah menempel di atraktor daun kelapa. Pada minggu kedua terihat sudah banyak ikan kecil yang mulai berkumpul di sekitar rumpon karena mencari makan atau melakukan grazing. Pada kondisi ini ikan kecil yang berkumpul pada atraktor adalah ikan ikan karang yang merupakan bahan makanan untuk ikan yang lebih besar dan diharapkan bisa tertangkap pada saat dilakukanya operasi penangkapan pada malam hari.

Pengukuran iluminasi cahaya dilakukan pada malam hari, pada penelitian ini pengukuran iluminasi cahaya dilakukan terhadap bagan A dengan lampu LED, posisi pengukuran lampu di lapangan diilakukan dengan tiga tahap. Ilustrasi posisi pengukuran dapat dilihat pada Gambar 3.

1) Titik 1 adalah pusat dimana lampu operasi penangkapan diletakan. 2) Titik 2 berjarak (2,47) meter dari pusat.

(19)

Gambar 3 Posisi pengukuran iluminasi cahaya di bawah air dilihat dari atas bagan penelitian.

Dalam penelitian di laut alat transportasi yang digunakan adalah perahu nelayan atau jukung. perahu tanpa mesin, menggunakan dayung sebagai alat untuk mengoprasikanya. Perahu tersebut digunakan untuk mengantar nelayan ke tempat pengoperasian bagan tancap. Untuk mengantarkan hasil tangkapan ke tempat pelelangan ikan (TPI) biasanya nelayan menggunakan perahu motor tempel 12 PK dengan panjang x lebar x dalam masing masing 7 m x 1,5 m x 1 m. Alat-alat ukur yang digunakan adalah:

Timbangan digunakan untuk mengukur berat ikan hasil tangkapan. Jumlah timbangan ada 3 unit, masing masing satu unit di setiap bagan. Kapasitas beban yang dapat diukur timbangan adalah 2 kg. Meteran dan penggaris digunakan untuk mengukur panjang ikan hasil tangkapan yang tertangkap.

Alat-alat observasi langsung adalah:

Kamera foto digunakan untuk dokumentasi selama kegiatan penelitian. Peralatan selam scuba digunakan untuk perlengkapan penyelaman dalam mendokumentasikan kegiatan pengamatan bawah air. Satu unit underwater camera untuk mendokumentasikan kegiatan pengamatan bawah air.

Menurut fungsinya, pada setiap bagan berlampu (baik LED maupun lampu neon) ada dua jenis lampu, yaitu lampu setting dan lampu hauling. Lampu setting

(20)

Gambar 4 Alir arus listrik yang digunakan pada penelitian

Pada penelitian ini listrik yang digunakan bersumber dari genset, untuk menstabilkan cahaya lampu yang digunakan maka diperlukan stabilizer, selanjutnya stop contact digunakan untuk menyambungkan listrik dari stabilizer

menuju Miniature circuit breaker (MCB), selanjutnya listrik dialirkan ke dua buah sakelar lampu hauling dan setting (Gambar 4).

Penggunaan modifikasi rangkaian arus lisrik dimaksudkan untuk mempermudah nelayan pada saat melakukan setting dan hauling. Dengan menggunakan saklar, proses menghidupkan dan mematikan lampu akan lebih mudah sehingga ikan tidak mudah terkejut pada saat dilakukanya hauling karena kontrol lampu sangat diperhatikan agar tidak mengagetkan ikan yang sedang berkumpul pada area penangkapan.

Metode Pengambilan Data

Penelitian ini merupakan uji coba penangkapan ikan (experimental fishing), membandingkan hasil tangkapan dan alat tangkap bagan dengan menggunakan rumpon portable dan bagan tanpa rumpon sebagai kontrol. Sebagai ulangan jumlah trip yang masing-masing untuk kedua bagan dilakukan sebanyak 20 trip secara bersamaan.

Data yang dikumpulkan merupakan data primer. Data primer diperoleh dengan cara mengikuti operasi penangkapan bagan dan melakukan pengamatan langsung terhadap pengaruh penggunaan rumpon portable terhadap hasil tangkapan bagan apung.

LED 1

Saklar

LED 2 LED3

Saklar

LED 4 Hauling Genset

Stabilizer

Stop contact

(21)

Data yang dikumpulkan adalah: (1) desain dan konstruksi rumpon yang digunakan, (2) metode pengoperasian bagan apung dengan menggunakan rumpon, dan (3) hasil tangkapan dari ketiga unit bagan. Data hasil tangkapan yang dikumpulkan langsung oleh peneliti berasal dari bagan A, sedangkan data dari bagan lainnya (bagan B dan C) diperoleh dari laporan nelayan. Data tersebut mencakup hari trip penangkapan ikan, jenis dan jumlah berat ikan yang diperoleh serta rata-rata ukuran ikan per jenis. Lebih banyak ikan berkumpul dan tertangkap pada bagan penelitian maka rumpon dan lampu pada penelitian mempengaruhi hasil tangkapan. Untuk melaporkan data hasil tangkapan, nelayan dibekali dengan timbangan dan pita pengukur panjang. Waktu pengambilan data dijelaskan pada Tabel 2.

Tabel 2 Waktu pengambilan data hasil tangkapan dari tiga bagan penelitian.

No Periode/minggu Nomor trip Jumlah trip

1 17 Juli s.d. 23 Juli 2012 1 s.d. 7 7

2 24 Juli s.d. 1 Agustus 2012 8 s.d. 15 7

3 2 Agustus s.d. 08 Agustus 2012 16 s.d. 20 6 Metode Pengoperasian Bagan Penelitian

Von Brandt (1984) menyatakan bahwa keberhasilan penangkapan ikan dengan menggunakan alat bantu cahaya ditentukan oleh teknik penangkapan, kondisi perairan dan lingkungan serta kualitas cahaya yang digunakan untuk memikat perhatian ikan.

Jenis jaring umumnya direntangkan dari dalam kolom perairan. Kelompok ikan diusahakan untuk berkumpul dibagian tengah jaring baik dengan cara penebaran umpan maupun dengan atraktor cahaya buatan. Setelah ikan berkumpul dibagian tengah jaring, maka jaring dinaikan ke permukaan (Nomura dan Yamazaki, 1975). Waktu operasi penangkapan dilakukan berdasarkan perhitungan bulan, nelayan tidak melakukan penangkapan selama bulan terang ditambah tujuh hari berikutnya (Monintja dan Martasuganda 1991).

Operasi penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan menurunkan atau menenggelamkan waring kedalam perairan hingga kedalaman tertentu. Selanjutnya lampu dinyalakan untuk memikat perhatian ikan agar berkumpul disekitar bagan. Apabila kelompok ikan telah berkumpul di pusat cahaya, sebagian lampu diangkat atau dimatikan agarkelompok ikan yang telah terkumpul tidak menyebar kembali. Setelah kelompok ikan terkumpul secara sempurna maka waring diangkat secara perlahan-lahan. Pada saat waring mendekati permukaan, kecepatan pengangkatan lebih ditinggikan hingga kepermukaan air, selanjutnya ikan ditangkap dengan menggunakan serok (Subani 1972).

Metode pengoperasian bagan penelitian pada prinsipnya sama dengan metode yang diterapkan oleh nelayan setempat. Berikut adalah metode pengoprasian bagan tancap pada penelitian ini.

(22)

digunakan untuk operasi penangkapan, setelah persiapan lampu selesai, kemudian jaring bagan diturunkan atau setting.

2) Setting atau penurunan jaring: penurunan jaring dilakukan pada pukul 18.00 WIB karena pada saat itu hari sudah mulai gelap. Nelayan menurunkan jaring dengan menggunakan roller sampai kedalaman yang telah ditentukan yaitu 9 meter dibawah permukaan air. Setelah selesai menurunkan jaring nelayan menyalakan lampu settingdan digantungkan pada jarak 1 meter di atas permukaan air laut. 3) Perendaman jaring dan pengamatan: lamanya perendaman jaring tidak selalu sama

pada setiap setting karena nelayan menunggu ikan yang akan berkumpul di bawah cahaya lampu. Selama perendaman jaring nelayan mengamati keaadan arus, gelombang, angin dan tanda tanda keberadaan ikan di bawah sumber cahaya. 4) Pengangkatan jaring (hauling): hauling dilakukan ketika ikan sudah berkumpul dibawah sumber cahaya. Dalam tahap ini, lampu setting diganti dengan lampu

hauling. Jaring diangkat secara vertikal kearah permukaan air laut dengan menggunakan roller dengan kecepatan maksimum.

5) Pengambilan hasil tangkapan (brailing): Setelah jaring bagan berada diatas permukaan air, maka hasil tangkapan bisa diambil dengan menggunakan serok sebagai alat bantu, kemudian ikan disortir sesuai jenisnya, ditimbang kemudian panjang ikan diukur. Data dicatat pada formulir penelitian.

AnalisisData

Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini ada dua macam yaitu: 1) Analisis deskriptif

Data hasil tangkapan disajikan dalam bentuk tabel, kemudian dianalisis secara deskriptif menurut pokok-pokok bahasan sebagai berikut: (1) komposisi hasil tangkapan per jenis ikan; (2) hasil tangkapan (kg) per trip; (3) hasil tangkapan rata-rata (kg/hauling) per trip; (4) laju akumulasi ikan

2) Uji statistik

Dalam penelitian ada dua faktor yang dianggap dapat menentukan jumlah ikan yang ditangkap per trip. Kedua faktor tersebut adalah lampu dan rumpon; sementara itu ada dua jenis lampu menurut fungsinya (lampu setting dan lampu

hauling). Dalam penelitian ini diasumsikan bahwa dalam menentukan jumlah ikan yang tertangkap lampu setting lebih berperan dari lampu hauling, sehingga kedua faktor tersebut adalah lampu setting dan rumpon.

Pengaruh dari kedua faktor tersebut dapat diuji dengan baik jika ada perlakuan yang bersifat orthogonal . Mengingat dalam penelitian, perlakuan tidak bersifat orthogonal, maka analisis akan difokuskan untuk melihat pengaruh jenis lampu terhadap hasil tangkapan. Analisis ini akan dilakukan terhadap data dari bagan A dan B karena kedua bagan tersebut menggunakan rumpon dengan jumlah yang sama (4 unit) dan dioperasikan di tempat yang berdekatan. Metode statistika yang digunakan untuk menguji pengaruh jenis lampu adalah uji t dengan hipotesis sebagai berikut:

(23)

Ho: Hasil tangkapan per trip bagan A dan bagan B adalah sama. H1: Hasil tangkapan per trip bagan A dan bagan B adalah berbeda. Analisis dilakukan pada taraf  = 0,05.

Jumlah ulangan (n) = 20.

(b) Uji t juga digunakan pada bagan B dan C karena kedua bagan tersebut menggunakan lampu yang sama flourescent lamp dan dioperasikan di tempat yang berdekatan dengan hipotesis sebagai berikut:

Ho: Hasil tangkapan per trip bagan B dan bagan C adalah sama. H1: Hasil tangkapan per trip bagan B dan bagan C adalah berbeda. Analisis dilakukan pada taraf  = 0,05.

d0 = Dugaan rata-rata perbedaan poulasi

Uji t dilakukan karena jumlah populasi ikan di teluk Palabuhanratu tidak diketahui. Analisis dilakukan terhadap data total hasil tangkapan per trip, dan masing-masing 5 spesies yang terbanyak ditangkap.

Frekuensi tertangkapnya ikan diduga sebagai frekuensi kemunculan ikan dan dipertimbangkan sebagai musim ikan tersebut pada bulan-bulan penelitian, frekuensi penangkapan ikan ditentukan dengan banyaknya trip yang dilakukan, dengan 20 trip yang dilakukan pada saat operasi penangkapan ikan.

(24)

Gambar 5. Diagram alir penelitian

Survey pendahuluan

Pelaksanaan penelitian

Bagan A

Experimental fishing

Jenis data penelitian

Analisis data

Bagan B Bagan C

Dokumentasi

(25)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Tangkapan Bagan Tancap

Selama kegiatan operasi penangkapan bagan tancap, bagan tancap dengan menggunakan 4 rumpon dan lampu LED memperoleh jenis hasil tangkapan paling banyak yaitu 25 jenis dengan nama lokal, yaitu pepetek, udang rebon, tembang, layur, cumi cumi, teri, bilis, buntal, bawal, kakap, ikan kuning, kerapu, ramora, ikan terbang, jangilus, rajungan, songkeat, gurita, selar, sidat, betok, ekor kuning, belanak, selayang dan camaul. Selanjutnya bagan tancap dengan 4 rumpon dan lampu standar nelayan mendapatkan 15 jenis hasil tangkapan dengan nama lokal yaitu pepetek, udang rebon, teri, layur, cumi cumi, tembang, camaul, deles, bawal, baracuda, pisang pisang, ramora, belida, ikan terbang dan boce. Sedangkan bagan dengan 2 rumpon dan lampu standar nelayan mendapatkan 14 jenis hasil tangkapan dengan nama lokal, yaitu pepetek, tembang, teri, bilis, layur, cumi cumi, udang rebon, selar, geleng sadap, ikan lidah, kerapu, kakap, kipper dan ikan terbang. Total produksi ikan dari bagan C lebih besar dari total produksi bagan A dan B (Gambar 6).

Gambar 6 Proporsi hasil tangkapan bagan A,B, dan C selama 20 trip.

Dari pengoperasian 3 bagan penelitian masing-masing 20 trip, telah diperoleh 2,575,9 kg ikan yang terdiri dari 37 jenis (Lampiran 2). Lima jenis ikan yang paling banyak tertangkap selama penelitian adalah pepetek (818,5 kg, 31,8%), udang rebon (623,8 kg, 24,2%), teri (249 kg, 9,7%), tembang (167,6 kg, 6,5%) dan layur (153,1 kg, 5,9%). Sepuluh jenis ikan tertangkap kurang dari 10 kg.

Total hasil tangkapan pada tiga jenis bagan penelitian bagan A mendapatkan 35% sedangkan pada bagan B 22%, hal ini menunjukan bahwa lampu LED yang digunakan pada bagan A memberikan pengaruh terhadap hasil tangkapan total pada bagan tancap selama 20 trip. Bagan B dan C yang menggunakan rumpon berbeda, bagan C memiliki total hasil tangkapan lebih tinggi dibandingkan bagan

(26)

B, hal ini bisa disebabkan karena posisi lokasi bagan penelitian yang berbeda, jarak bagan C lebih jauh dari bagan B dan A dengan garis pantai.

Dengan jumlah rumpon yang sama jenis hasil tangkapan pada bagan A lebih banyak dibandingkan bagan B dan C. Hal ini menunjukkan bahwa jenis lampu yang digunakan mempengaruhi keragaman hasil tangkapan pada bagan A dibandingkan dengan bagan B. Sedangkan untuk bagan B dan C jenis hasil tangkapan bagan B lebih banyak dari bagan C hal ini bisa disebabkan karena semakin banyak rumpon yang dipasang maka jenis ikan yang berada di rumpon akan semakin banyak.

Gambar 7 Komposisi 5 jenis ikan hasil tangkapan yang dominan

Hasil pengamatan dari kegiatan penelitian di lapangan diperoleh jenis ikan yang tertangkap oleh bagan apung yaitu pepetek, udang rebon, tembang, layur, berdasarkan wawancara dengan nelayan bagan tancap pada bulan 7-8 adalah musim puncak ikan pepetek.

Lima jenis ikan yang tertangkap di setiap bagan penelitian A,B,C, berbeda beda karena di setiap bagan diberikan perlakuan yang berbeda (Gambar 7). Semua bagan dilengkapi dengan alat bantu rumpon portable namun dengan jumlah yang berbeda dan jenis lampu yang berbeda.

Menurut Zulkarnain (2002), beberapa kondisi yang perlu diperhatikan yang terkait dengan penggunaan kombinasi alat bantu penangkapan yang berupa lampu dengan rumpon bila dilihat dari aspek tingkah laku ikan yaitu: (1) apakah ikan ikan yang tertangkap memiliki respon positif dengan rumpon? (2) Apakah ikan ikan yang tertangkap memiliki respon negatif dengan rumpon, dimana rumpon sebagai habitat tempat mencari makan dan singgah untuk sementara? (3) Apakah ikan yang tertangkap memiliki respon positif terhadap rumpon dan bersifat fototaksis positif terhadap cahaya? Sumberdaya ikan didaerah tropis adalah multi spesies sehingga ikan tertentu yang bersifat pemangsa akan

(27)

bermunculan ketika menemukan keberadaan ikan pada rumpon dan dibawah sumber cahaya.

Pada penelitian ini ada beberapa ikan predator yang tertangkap oleh bagan tancap, yaitu baracuda, bawal, kerapu, kipper dan lain lain. Hal ini menunjukkan bahwa fototaksis positif pada ikan ikan kecil memberikan pengaruh munculnya ikan predator yang lebih besar dan bernilai ekonomis tinggi. Ikan kecil berkumpul dibawah cahaya lampu dan mengundang datangnya ikan pemangsa. Hal ini juga menunjukan bahwa rumpon yang digunakan pada penelitian menjadi tempat mencari makan ikan kecail dan ikan kecil tersebut mengundang predator yang lebih besar.

Rumpon yang digunakan merupakan jenis rumpon permukaan atraktor rumpon berada di lapisan pertengahan dan permukaan air. Menurut Zulkarnain (2002), rumpon permukaan adalah rumpon yang penempatanya berada di kolom perairan dekat dengan permukaan air yaitu pada kedalaman 5-11 meter. Rumpon yang digunakan terbuat dari daun kelapa, pelepah daun kelapa diikatkan pada tali dan dibuat memanjang mudah membusuk dan kemudian menjadi habitat perifiton yang merupakan makanan ikan (Lampiran 1).

Berdasarkan hasil penelitian di lapang diperoleh hasil bahwa jenis ikan yang paling banyak tertangkap yaitu ikan pepetek mencapai 3876,1 kg pada bagan dengan menggunakan 2 rumpon dan lampu standar nelayan. Selanjutnya diikuti oleh bagan tanpa rumpon mencapai 195 kg. Selanjutnya bagan dengan 4 rumpon dan lampu LED mencapai 177,6 kg; yang terakhir bagan 4 rumpon denagn lampu standar nelayan mencapai 108,8 kg.

Dari total hasil tangkapan yang didapat sebanyak 2.575,9 kg. Berikut jenis ikan yang mendominasi atau paling banyak tertangkap adalah pepetek dengan jumlah hasil tangkapan sebanyak 818,5 kg, diikuti dengan udang rebon sebanyak 623,75 kg, teri 249,05 kg, tembang 167,6 kg, layur 153,1 kg, cumi cumi 142,42 kg. Secara keseluruhan jenis ikan yang paling banyak tertangkap oleh bagan tancap adalah ikan pepetek (Gambar 7).

Secara umum hasil tangkapan bagan adalah ikan pelagis kecil yang bersifat fototaksis positif, seperti teri (Stolephorus sp), tembang (Sardinella fimbrianta), japuh, peperek (Leiognathus sp), selar ekor kuning, keong-keong, cumi-cumi (Loligo sp), sotong (Sepia sp), kembung (Rastrelliger) dan layur (Trichiurus) (Subani, 1972). Jeni s ikan hasil tangkapan sampingan bagan antara lain layur dan tongkol. Hasil tangkapan lainya adalah jenis ikan fototaksis negatif, ikan ini bersifat karnivora yang mendekati bagan dengan tujuan mencari mangsa, diantaranya cumi, layur, dan tongkol.

Lima jenis ikan yang tertangkap paling banyak adalah pepetek, udang rebon, teri, tembang dan layur hal ini dikarenakan ikan ikan tersebut termasuk kedalam hasil tangkapan utama pada perikanan bagan kecuali layur, ikan layur sendiri merupakan predator yang muncul ketika melihat gerombolan ikan yang merupakan sumber makanan ikan layur, dengan kata lain ikan layur bisa disebut sebagai pemangsa. Lima jenis ikan tersebut merupakan hasil tangkapan dominan karena untuk bulan Agustus – September merupakan musim puncak ikan tersebut.

(28)

15

100 150 200 250 300 350 400

pepetek

100 150 200 250 300 350 400

pepetek

100 150 200 250 300 350 400

(29)

Hasil tangkapan bagan A yang paling banyak tertangkap adalah pepetek (177,6 kg), udang rebon (125,7 kg), tembang (52,5 kg), layur (37 kg), cumi cumi (29,16). Lima jenis ikan yang paling banyak tertangkap oleh bagan B adalah pepetek (367,1 kg), udang rebon (165,4 kg), teri (51,85 kg), layur (44,6 kg), cumi cumi (30,66 kg). Lima jenis ikan yang paling Banyak tertangkap oleh bagan C selama penelitian adalah pepetek (108,8 kg), tembang (88,9 kg), teri(72,7 kg), bilis (52,8 kg), layur (45,5 kg) (Lampiran 3).

Gambar 8 Hasil tangkapan bagan tancap dengan menggunakan (A) 4 rumpon lampu LED, (B) 4 rumpon lampu standar (C) 2 rumpon lampu standar.

Gambar 9 Rata-rata total hasil tangkapan bagan A,B, dan C selama 20 trip (±SE).

Dari rata-rata total hasil tangkapan tiga buah bagan (kg/trip) semakin kecil nilai error maka data hasil tangkapan akan semakin akurat, nilai terkecil terdapat pada bagan C (0,90), bagan A (0,92) dan bagan B (1,44).

Tabel 3. Berat lima jenis ikan terbanyak ditangkap oleh bagan penelitian di Palabuhanratu (kg), dalam periode Juli s.d. Agustus 2012.

No Nama lokal Bagan A Bagan B Bagan C tertinggi berada pada bagan B (367,1 kg) dan berat ter kecil berada pada bagan C (108,8 kg). Udang rebon berat tertinggi berada pada bagan B (165,4 kg) dan berat

0

Bagan A Bagan B Bagan C

(30)

ter kecil (37,7) pada bagan C. Teri nilai tertinggi berada pada bagan C (72,7) dan berat ter kecil berada pada bagan A (17,5 kg). Tembang berat tertinggi (88,9 kg) berada pada bagan C, berat terkecil (26,5 kg) berada pada bagan B. Layur berat tertinggi (45,5 kg) pada bagan C dan berat terkecil pada bagan A (37 kg).

Tabel 4 Hasil tangkapan rata-rata per trip ±SE (kg) dari lima jenis ikan terbanyak ditangkap oleh bagan penelitian di Palabuhanratu, dalam periode Juli s.d. Agustus 2012.

Dari rata-rata hasil tangkapan lima jenis ikan dominan didapatkan nilai tertinggi untuk ikan pepetek pada bagan B (18,41,39) artinya hasil tangkapan ikan pepetek pada bagan B berkisar antara (17,01-19,79) dengan rata-rata hasil tangkapan (18,4 kg). Untuk hasil tangkapan terkecil (0,50,09) terdapat pada bagan A untuk ikan tembang, hasil tangkapan ikan tembang pada bagan A berkisar antara (0,41-0,59) dengan nilai rata-rata 0,5 kg.

Sebaran cahaya pada bagan penelitian

Tabel 5 Sebaran iluminasi cahaya pada bagan A Kedalaman

(m)

Kenaikan dan penurunan iluminasi cahaya lampu LED Titik 1

(31)

tersebut dan nilainya akan berkurang apabila cahaya tersebut memasuki air. Fenomena ini dikatakan sebagai tingkah laku cahaya Tilley (1976). Hasil penelitian mengenai sebaran iluminasi cahaya pada bagan A dapat dilihat pada Tabel 3.

Pengukuran iluminasi cahaya dilakukan terhadap bagan A dengan lampu LED, posisi pengukuran lampu di lapangan diilakukan dengan tiga tahap:

1) Titik 1adalah pusat dimana lampu operasi penangkapan diletakan 2) Titik 2 berjarak (2,47) meter dari pusat

3) Titik 3 berjarak (2,47) meter dari diagonal 1.

Perbandingan Kontur iluminasi cahaya Bagan A dengan Kontur iluminasi cahaya bagan B (pada penelitian Rohanah, 2012) dapat dilihat pada gambar 8. Pada bagan A lampu LED dengan kekuatan 9 watt menghasilkan cahaya yang cukup besar (320) tetapi tidak memiliki panjang gelombang yang jauh. Untuk membandingkan nilai iluminasi lampu LED dan lampu standar yang digunakan nelayan Palabuhanratu mengacu pada penelitian Rohanah (2012) karena rata rata lampu yang digunakan nelayan Palabuhanratu memiliki watt yang sama (Gambar 10).

(A) (B)

Gambar 10 Perbandingan kontur iluminasi cahaya bagan A dengan lampu LED, dengan bagan B yang menggunakan lampu philips 24 watt.

(32)

meter mengalami penurunan nilai iluminasi (320-140 lux), dan sterusnya di setiap penambahan kedalaman mengalami penurunan nilai iluminasi.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap pengukuran iluminasi cahaya lampu LED. Sebaran nilai iluminasi akan menentukan posisi keberadaan wilayah berkumpulnya ikan. Menurut Zulkarnain (2002) dari hasil pengukuran iluminasi cahaya dapat diketahui lapisan lapisan perairan yang disukai oleh ikan. Kedalaman 5-20 meter dengan nilai iluminasi 0,5-4 lux adalah daerah yang disukai oleh ikan. Dengan demikian pada penelitian ini nilai 0,5-4 luk berada pada diagonal 2 atau sudut dari bagan tancap karena daerar tersebut memiliki nilai iluminasi cukup rendah atau memiliki cahaya lampu remang remang.

Gambar 11 Pengukuran lampu setting

Pengukuran cahaya lampu LED dengan menggunakan lux meter. lampu LED yang digunakan pada penelitian di lapangan berjumlah 2 buah dalam 1 tudung. Pengukuran iluminasi cahaya dilakukan dengan jarak 1 meter dan diukur setiap penambahan sudut 150 dari sumber cahaya. Terjadi kenaikan dan penurunan pada saat pengukuran iluminasi cahaya. Penurunan terjadi pada sudut 150 (7 lux), 300 (6 lux), sedangkan dari sudut 300 sampai 1800 mengalami peningkatan nilai iluminasi, pada 1 lampu didapatkan nilai iluminasi paling tinggi pada sudut 1800 derajat (184 lux). Sedangkan untuk 2 lampu dalam 1 tudung terjadi kenaikan nilai iluminasi disetiap penambahan sudut. 00 (14 lux), 1800 (288

(33)

Gambar 12 Pengukuran lampu hauling

Pengukuran iluminasi cahaya pada lampu hauling menunjukan kenaikan dan penurunan nilai iluminasi. Penurunan terjai pada lampu hauling 15 watt 00 (10 lux), 150 (9 lux). Nilai tertinggi berada pada sudut 1800 (135 lux). Sama seperti lampu hauling 15 watt, untuk lampu hauling 45 watt mengalami penaikan dan penurunan. Pada penelitian dilapangan nilai paling tinggi terdapat pada sudut 1800 (215 lux) (Gambar12).

Nilai tertinggi berada pada 1800 karena posisi lampu berada pada posisi vertikal kearah sudut 1800. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rohanah (2012) bahwa iluminasi cahaya yang dipancarkan lampu tabung bereflektortidak terukur pada sudut 00 dan 900 sampai 2700, karena terhalang oleh kepala lampu dan dinding reflektor. Berbeda halnya dengan iluminasi cahaya pada sudut 1800 yang mencapai nilai maksimal pada lampu setting 184 lux untuk 1 lampu, 288 lux untuk 2 lampu, dan pada lampu hauling 135 lux untuk lampu 15 watt dan 215 lux untuk lampu hauling 45 watt. Cahaya yang dipancarkan pada sudut tersebut berasal dari permukaan bawah lampu secara langsung selain itu akibat dari pantulan tudung lampu sehingga nilai iluminasi pada sudut 1800 memiliki nilai luxmaksimal.

Lampu setting LED 9 watt memiliki nilai iluminasi 184 lux sedangkan lampu hauling 45 watt 215 lux, dengan perbedaan watt yang sangat jauh lampu LED memiliki nilai iluminasi hampir sama. Hal ini yang menyebabkan penggunaan bahan bakar pada bagan yang menggunakan lampu LED lebih hemat dibandingkan dengan bagan lain yang menggunakan lampu standar nelayan di Palabuhanratu.

Pengaruh jenis lampu setting terhadap hasil tangkapan bagan A dan B

Berdasarkan uji t statistik, diketahui bahwa hasil tangkapan yang berpengaruh terhadap perbedaan jenis lampu adalah udang rebon, teri dan layur. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Subani dan Barus (1972), bahwa ketiga ikan tersebut termasuk kedalam kelompok ikan fototaksis positif. Dari kelima

(34)

jenis ikan hasil tangkapan yang paling banyak tertangkap di bagan A dan B, ikan tembang adalah ikan yang paling banyak tertangkap pada bagan A, sedangkan keempat ikan lainya paling banyak tertangkap pada bagan B (Tabel 6).

Tabel 6 Hasil Uji t statistik untuk melihat pengaruh jenis lampu terhadap hasil tangkapan lima jenis ikan dominan tertangkap oleh bagan A dan B.

Uji Perbandingan Lampu LED dan Standar Jenis Ikan Nilai signifikan α Hasil Analisis

Rebon 0,282 0,05 Berbeda nyata

Layur 0,98 0,05 Berbeda nyata

Teri 0,213 0,05 Berbeda nyata

Pepetek 0,001 0,05 Tidak berbeda nyata

Tembang 0,035 0,05 Tidak berbeda nyata

Berdasarkan hasil uji statistik total hasil tangkapan Bagan A dan Bagan B didapatkan nilai t hitung -1,89 Dan t tabel 1,72. Hal tersebut menunjukkan t hit < t tabel, pada tingkat tingkat kepercayaan 95 %. sehingga total hasil tangkapan bagan A dan B tidak berbeda nyata.

(35)

(E)

Gambar 13 Rata-rata hasil tangkapan lima jenis ikan dominan tertangkap pada bagan A dan B (± standar error). (A) Rata rata hasil tangkapan pepetek, (B) rata rata hasil tangkapan udang rebon, (C) rata rata hasil tangkapan layur, (D) rata rata hasil tangkapan tembang, (E) rata rata hasil tangkapan teri dari lima jenis bagan penelitian.

Pengaruh rumpon portable terhadap hasil tangkapan bagan B dan C

Berdasarkan uji t statistik, diketahui bahwa untuk lima jenis ikan yang dominan tertangkap. Hasil tangkapan yang berpengaruh terhadap perbedaan jumlah rumpon yang dipasang adalah jenis ikan teri, tembang dan layur. Berdasarkan uji t statistik hasil tangkapan ikan teri, tembang, layur dan rebon pada bagan B dan bagan C didapatkan nilai t hitung berturut turut 1,26, 0,94, -0,74, 1,40 Dan t table berturut turut 1,72, 1,72, 1,72, 1,72. Hal tersebut menunjukkan t hit < t tabel, pada tingkat selang kepercayaan 95 %. sehingga total hasil tangkapan bagan B dan C berbeda nyata. Sedangkan untuk ikan pepetek mendapatkan nilai t hitung 1,92 dan t tabel 1,72. Hal ini menunjukan t hitung > t tabel pada tingkat selang kepercayaan 95%, sehingga hasil tangkapan pepetek di bagan B dan C tidak berbeda nyata. Semakin banyak rumpon yang dipasang maka untuk jenis ikan teri, tembang, layur dan rebon akan semakin banyak tertangkap (Tabel 7).

Perbedaan jenis rumpon yang digunakan pada bagan B dan C berdasarkan hasil uji t statistik t hitung 1,74 dan t tabel 1,72 t hitung > dari t tabel. Pada selang kepercayaan 95% jika t hitung > t tabel maka hasil tangkapan bagan B dan C berbeda nyata.

(36)

perbedaan jumlah rumpon yang dipasang pada bagan juga bisa mempengaruhi hasil tangkapan.

Tabel 7 Hasil Uji t statistik untuk melihat pengaruh rumpon portable terhadap hasil tangkapan lima jenis ikan dominan tertangkap pada bagan B dan C.

(37)

(E)

Gambar 14 Rata-rata hasil tangkapan lima jenis ikan dominan tertangkap pada bagan B dan C (± standar error). (A) Rata rata hasil tangkapan pepetek, (B) rata rata hasil tangkapan udang rebon, (C) rata rata hasil tangkapan layur, (D) rata rata hasil tangkapan tembang, (E) rata rata hasil tangkapan teri dari lima jenis bagan penelitian.

(38)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian di lapangan, diketahui bahwa hasil tangkapan yang berpengaruh terhadap perbedaan jenis lampu (LED) adalah udang rebon, teri dan layur, ketiga ikan tersebut termasuk kedalam kelompok ikan fototaksis positif. Dari kelima jenis ikan hasil tangkapan yang paling banyak tertangkap, terdapat pada bagan A dan B. Perbedaan jumlah rumpon yang dipasang pada bagan B dan C memberikan pengaruh terhadap lima jenis ikan dominan tertangkap (α = 0,05).

Uji t statistik menyimpulkan perbedaan hasil tangkapan signifikan di antara bagan A dan B untuk lima jenis ikan yang dominan tertangkap yaitu udang rebon,

layur, teri, pepetek dan tembang. (α = 0,05). Uji t statistik juga menyimpulkan

perbedaan yang signifikan pada hasil tangkapan bagan B dan C untuk ikan teri,

tembang, layur, udang rebon dan pepetek (α = 0,05).

Saran

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Ben Yami. 1988. Attacting Fishing With Light. Roma : FAO Ben Yami. 1987. Fishing With Light. Roma : FAO

Dulgofar, Fahrudin, Fauzi. 1988. Petunjuk Pembuatan dan Pengoperasian Bagan Rakit Semarang : Balai Pengembangan Penangkapan ikan.

Effendi M. 1997. Biologi Perikanan. Yogyakarta : Yayasan Perpustakaan Nusantara.

Sagitarianto F. 2007. Potensi Lampu LED (Light Emitting Diode) Sebagai Perangkap Lampu Untuk Cylas formicarius Fabricius.

Gunarso. 1988. Tingkah Laku Ikan dalam Hubunganya dengan Alat, Metoda, dan Teknik Penangkapan. Bogor : Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor.

Iskandar MD. 2001. Analisis Hasil Tangkapan Bagan Motor pada Tingkat Pencahayaan yang Berbeda di Perairan Teluk Semangka Kabupaten Tanggamus. [Tesis]. Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Monintja DR, S Martasuganda. 1991. Teknologi Pemanfaatan Sumberdaya Hayati II. Bogor : IPB Press.

Nikolsky GV.1963. The Technologi of Fishes. London : Academic press.

Nomura M, T. yamazaki, 1975. Teknik Penangkapan Ikan. Jilid I diterjemahkan oleh Wisnu Gunarso, 1987. Fishing Techniques I. Jurusan Pemanfaatan Suberdaya Perikanan Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. Bogor. 152 hal.

Nurdiana. 2005. Iluminasi Cahaya Lampu Pijar 25 Watt Pada Medium Udara. [Skripsi] Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Puspito G. 2008. Lampu petromaks: manfaat, kelemahan dan solusinya pada perikanan bagan. Bogor : Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan – IPBS.

Rohanah Siti. 2012. Studi Pendahuluan Penggunaan Lampu Tabung Bereflaktometer Terhadap Hasil Tangkapan Bagan Apung. [Skripsi] Fakultas Perikaan Dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Sondita Muhamad Fedi Alfiadi. 1986. Suatu studi tentang peranan pemikat ikan dalam operasi purse seiner milik PT Tirta Raya Mina (persero), Pekalongan.

Subani W. 1972. Alat dan Cara Penangkapan Ikan di Indonesia. Jilid I. Jakarta: Lembaga Penelitian Perikanan Laut. 259 hal.

Subani W, H R Barus. 1989. Alat tangkap Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut No.50 tahun 1989. Balai Penelitian Perikanan Laut

Von Brant A. 1984. Fish Catching Methods of the World. Fishing News Book, Ltd Farham. Surrey, England. 418 p.

(40)
(41)

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses pembuatan dan pemasangan rumpon portable

Proses pembuatan rumpon Proses pemasangan rumpon

(42)

Lampiran 2 Dokumentasi lima jenis hasil tangkapan dominan tertangkap pada bagan tancap di Palabuhanratu dalam periode Juli-Agustus 2012.

Ikan pepetek (Leiognathus sp) Udang rebon (Mysisand acetes)

Ikan teri (Stolephorus sp) Ikan tembang (Sardinella fimbrianta)

(43)
(44)
(45)
(46)
(47)

pepetek 0,3 teri 1 Teri 17

tembang 0,2 boce 0,1 Kipper

0,7

2

kepiting 0,5

Caweneh 0,2

10 ekor kuning 0,2 23,9 cumi cumi 1 1,9 cumi cumi 2,5 8,5 pepetek 5 13

Layur 2 bilis 0,3 Layur 2 cumi cumi 3

Cumi 2,4 tembang 0,3 Pepetek 3 teri 5

Pepetek 12,7 pepetek 0,3 Teri 1

Songkeat 1

Buntal 5

Caweneh 0,1

Sidat 0,5

11 Cumi 0,3 7,9 cumi cumi 1,3 16,3 cumi cumi 1,2 5,2 udang rebon 10 21

Pepetek 4,3 udang rebon 15 pepetek 4 cumi cumi 1

ekor kuning 0,1 pepetek 5

Layur 0,8 teri 5

Betok 0,4

Kerapu 1,5

Caweneh 0,3

udang rebon 0,2

12 Layur 2,3 5,55 cumi cumi 2,3 17,5 teri 10 14,6 udang rebon 5 17

cumi 0,6 udang rebon 15 pepetek 4,5 cumi cumi 1

Kerapu 0,95 cumi cumi 0,1 Teri 10

Tembang 0,1 Selar 1

Caweneh 0,5

(48)

kepitng rajungan 0,3

ekor kuning 0,1

Camaul 0,2

udang rebon 0,5

13 udang rebon 1 7,9 cumi cumi 1,8 46,8 pepetek 5 11,95 udang rebon 5 6

Cawene 0,5 pepetek 45 layur 4 cumi cumi 1

Buntal 0,65 cumi cumi 2,2

Layur 1,1 kerapu

0,7

5

cumi cumi 1,2

Sidat 0,3

kerapu 1,5

pepetek 0,6

rajungan 0,65

teri katak 0,4

14 cumi cumi 0,16 27,4

1 pepetek 15 16,3 cumi cumi 1,1 11,45 udang rebon 60 83,5

ekor kuning 0,2 rajungan 0,3 pepetek 8 Layur 5,5

ikan terbang 0,1 cumi cumi 1 layur 1,6 cumi cumi 3

kakap 1,3 kakap

0,7

5 Pepetek 10

cawene 0,9 Teri 5

pepetek 21,8

layur 2,1

belanak 0,55

selayang 0,3

(49)

15 layur 0,4 4,88 cumi cumi 1,6 7,2 pepetek 4 6,06 udang rebon 30 56

Gurita 0,5 Layur 5 cumi cumi 0,5 cumi cumi 1

cumi cumi 0,6 pepetek 0,6 tembang

0,5

6 Pepetek 20

Bilis 1,38 layur 1 Teri 5

Selar 0,1

pepetek 0,1

damora 1,5

cawene 0,3

16 udang rebon 21 23,7

5 udang rebon 5 56,5 pepetek 7 8,35 cumi cumi 1 16,87

cumi cumi 0,35 Layur 10 cumi cumi 0,5 Pepetek 10

cawene 0,4 Bawal 1,5 layur 0,2 ikan terbang

0,8 7

Layur 0,9 pepetek 40 tembang

0,6

5 udang rebon 5

Betok 0,1

kerapu 0,9

ekor kuning 0,1

17 cawene 0,4 5,55 Belida 0,2 14,5 pepetek 3,2 5,6 cumi cumi 1 11

pepetek 0,3 cumi cumi 3,3 cumi cumi 0,4 Layur 5

tembang 0,2 pepetek 5,5 layur 1,5 Pepetek 5

cumi cuimi 0,6 layur 0,5 tembang 0,5

Kakap 1,3 udang rebon 5

kerapu 0,95

Buntal 0,75

(50)

Damora 0,85

ekor kuning 0,2

18 cumi cumi 1 24 pepetek 25 32,7 cumi cumi 0,6 11,6 Pepetek 15 20

Jangilus 1,5 udang rebon 5 udang rebon 5 Teri 5

Pepetek 20 cumi cumi 2,5 pepetek 5,5

Cawene 0,5 layur 0,2 teri 0,5

kakap merah 1

19 cumi cumi 0,5 7,55 udang rebon 60 86 pepetek 7 9,8 Layur 5 5,3

Pepetek 6 cumi cumi 3 cumi cumi 0,6 cumi cumi 0,3

Cawene 0,3 bawal 3 layur 1,2

tembang 0,75 pepetek 20 tembang 1

20 Pepetek 20

25,2

5 Teri 5 37,6 pepetek 5,5 8,75 Layur 5 21,3

cumi cumi 3,2 udang rebon 5 udang rebon 2 cumi cumi 1,3

Buntal 0,75 layur 5 cumi cumi 0,2 Pepetek 15

Layur 0,1 belida 1 tembang

0,7

5

Kakap 1 cawene 1 layur 0,3

Betok 0,2 cumi cumi 0,6

(51)

Lampiran 5 Uji t statistik lima jenis ikan yang paling banyak tertangkap pada bagan A dan B selama 20 trip di Palabuhanratu periode Juli s.d. Agustus 2012.

Pepetek:

Group Statistics jenis_l

ampu N Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

pepetek LED 20 6.5050 8.47246 1.89450

Neon 20 18.3550 27.83917 6.22503

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the Difference

F Sig. T Df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper

pepetek Equal variances assumed 12.760 .001 -1.821 38 .076 -11.85000 6.50693 -25.02259 1.32259

Equal variances not assumed

(52)

Lampiran 5 (lanjutan) Udang rebon:

Group Statistics Jenis_L

ampu N Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

HT LED 20 7.2600 16.27783 3.63983

NEON 20 5.8175 11.38260 2.54523

Independent Samples Test Levene's Test for Equality

of Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the Difference

F Sig. T df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper HT Equal variances

assumed

1.189 .282 .325 38 .747 1.44250 4.44146 -7.54877 10.43377

Equal variances not assumed

(53)

Lampiran 5 (lanjutan) Teri:

Group Statistics jenis_l

ampu N Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

teri LED 20 1.3200 3.15238 .70489

neon 20 2.5925 6.85547 1.53293

Independent Samples Test Levene's Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the Difference

F Sig. T df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper teri Equal variances

assumed

1.607 .213 -.754 38 .455 -1.27250 1.68723 -4.68812 2.14312

Equal variances not assumed

-.754 26.691 .457 -1.27250 1.68723 -4.73629 2.19129

(54)

Lampiran 5 (lanjutan) Tembang:

Group Statistics jenis_l

ampu N Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

tembang LED 20 .4625 1.78258 .39860

neon 20 1.3225 3.33271 .74522

Independent Samples Test Levene's Test for Equality

of Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the Difference

F Sig. t df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper tembang Equal variances

assumed

4.779 .035 -1.018 38 .315 -.86000 .84512 -2.57086 .85086

Equal variances not assumed

(55)

Lampiran 5 (lanjutan) Layur:

Group Statistics jenis_l

ampu N Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

Layur LED 20 1.8500 3.53977 .79152

Neon 20 1.4250 2.68679 .60078

Independent Samples Test Levene's Test for Equality

of Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the Difference

F Sig. T df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper layur Equal variances

assumed

.001 .980 .428 38 .671 .42500 .99370 -1.58664 2.43664

Equal variances not assumed

.428 35.437 .671 .42500 .99370 -1.59143 2.44143

(56)

Lampiran 6.

Uji t statistik bagan A dan B

BaganA BaganB

Mean 24.265 38.79

Variance 424.6571 922.5515

Observations 20 20

Pearson Correlation 0.311883 Hypothesized Mean

Difference 0

Df 19

t Stat -2.10002

(57)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Serang pada tanggal 03 Maret 1990 dari Ayah Subari dan Ibu Angrum. Penulis adalah putra pertama dari enam bersaudara. Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Bina Putera Kopo dan pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan sarjana di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN) dan diterima di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Selama mengikuti kegiatan perkuliahan penulis aktif di beberapa organisasi kemahasiswaan. Pada tahun 2010-2011 Penulis bergabung di organisasi kemahasiswaan Himafarin ( Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan) dan aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Penulis aktif sebagai asisten mata kuliah Metode Observasi Bawah Air 2014), Kepelautan (2012-2013), dan IKN (2013-2014).

Dalam rangka menyelesaikan program sarjana penulis mendapatkan hibah

penelitian dengan judul “Pengaruh Rumpon Portable dan Jenis Lampu Setting

Gambar

Gambar 1  Lokasi penelitian  “Pengaruh Rumpon Portable dan Jenis Lampu
Gambar 2  Konsruksi rumpon portable yang terpasang pada bagan penelitian.
Gambar 3  Posisi pengukuran iluminasi cahaya di bawah air dilihat dari atas
Gambar 4  Alir arus listrik yang digunakan pada penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gelar Doktor di bidang llmu Komputer diperoleh dari Program Pasca Sarjana llmu Komputer Universitas Indonesia pada tahun 2006 dengan judul disertasi &#34;Perbaikan

Mobilisasi pemilih merupakan aktivitas yang mencakup beberapa aspek dari marketing politik yang digunakan dalam kerangka konseptual penelitian ini, yakni mencakup

Sebagai sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam di Universitas Islam Indonesia, maka penulis menyusun skripsi dengan judul “Pengaruh

Istilah – istilah Sesaji dalam Tradisi Julen Giling Tebu PTP Nusantara IX PG Tasikmadu Kabupaten Karanganyar (Kajian Etnolinguistik), ” Skripsi : Program Studi Sastra

seandainya pertambahan konsumsi mereka tersebut diinvestasikan. Pelunasan utang dan bunga.. Terdapat dua jenis pinjaman, pertama pinjaman dari dalam negeri dan pinjaman dari

Pada pasien didapatkan dua gejala utama depresi yang terdiri dari, (1) kehilangan minat dan kegembiraan, (2) berkurangnya energi yang menuju keadaan mudah lelah dan

Begitu juga pada saat menjelang hari Raya Natal bagi umat Kristen, para penduduk Dusun Balun Khususnya bergotong royong untuk membersihkan makam khusus Kristen tanpa adanya