• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kemasan Aktif Oxygen Scavenging Berbasis Material Komposit Kitosan-Polivinil Alkohol untuk Minyak Ikan Lemuru (Sardinella sp.).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kemasan Aktif Oxygen Scavenging Berbasis Material Komposit Kitosan-Polivinil Alkohol untuk Minyak Ikan Lemuru (Sardinella sp.)."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

KEMASAN AKTIF OXYGEN SCAVENGING BERBASIS

MATERIAL KOMPOSIT KITOSAN-POLIVINIL ALKOHOL

UNTUK MINYAK IKAN LEMURU (Sardinella sp.)

SHEILLA AMANDA

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi berjudul “Kemasan Aktif Oxygen Scavenging Berbasis Material Komposit Kitosan-Polivinil Alkohol untuk Minyak Ikan Lemuru (Sardinella sp.)” adalah benar hasil karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Seluruh sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

(4)

ABSTRAK

SHEILLA AMANDA. Kemasan Aktif Oxygen Scavenging Berbasis Material Komposit Kitosan-Polivinil Alkohol untuk Minyak Ikan Lemuru (Sardinella sp.). Dibimbing oleh BAMBANG RIYANTO dan WINI TRILAKSANI.

Kemasan aktif merupakan kemasan yang dalam formulasinya sengaja ditambahkan suatu material untuk meningkatkan kemampuannya dalam menjaga kualitas, keamanan, dan nilai sensori dari bahan. Kemasan aktif oxygen scavenging belum pernah diaplikasikan pada produk minyak ikan. Penelitian ini bertujuan mengembangkan model kemasan aktif oxygen scavenging dari material komposit kitosan-polivinil alkohol melalui pendekatan perubahan mutu minyak ikan lemuru. Aktivitas penelitian meliputi pembuatan dan karakterisasi film, pengembangan model, dan pengujian tingkat kemampuan atau fungsionalisasi kemasan aktif oxygen scavenging melalui pendekatan perubahan mutu minyak ikan selama penyimpanan. Kemasan aktif oxygen scavenging dengan penggunaan komposit kitosan-PVA menunjukkan sifat fisik (ketebalan 0,056 ± 0,006 mm dan persentase perpanjangan putus 151,37 ± 11,38%) yang lebih baik dibandingkan dengan kemasan kontrol (ketebalan 0,052 ± 0,003 mm, dan persentase perpanjangan putus 120,04 ± 8,03%). Tingkat kemampuan atau fungsionalisasi kemasan aktif oxygen scavenging melalui pendekatan perubahan mutu minyak ikan selama penyimpanan masih belum memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan bilangan iod, bilangan peroksida dan asam lemak bebas. Kata kunci: kemasan aktif, kitosan, minyak ikan, penyerap oksigen

ABSTRACT

SHEILLA AMANDA. Active Packaging Oxygen Scavenging Based on Chitosan-Polyvinyl Alcohol Composite Materials for Sardinella sp. Fish Oil. Supervised by BAMBANG RIYANTO and WINI TRILAKSANI

Active packaging is packaging in the formulation deliberately added with a material to improve its ability to enhance the quality, safety and sensory value of stuffs. Active packaging with oxygen scavenging has not applied for fish oil products. This research aimed to develop a model of active packaging oxygen scavenging from chitosan-PVA composite for Sardinella sp. fish oil. Research activities including formulation and characterization, model development, and capability level or functionalization of active packaging oxygen scavenging through the approach of fish oil quality changes during storage. Active packaging oxygen scavenging with chitosan-PVA composite showed that the physical properties (thickness 0.056 ± 0.006 mm, elongation at break percentage 151.37 ± 11.38%), were better than the control packaging (thickness 0.052 ± 0.003 mm, elongation at break percentage 120.04 ± 8.03%). The level of cability or functionalization of active packaging with oxygen scavenging approach fish oil quality changes during storage did not have a significant influence on the increase in iodine value, peroxide value and free fatty acid of fish oil.

(5)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Departemen Teknologi Hasil Perairan

KEMASAN AKTIF OXYGEN SCAVENGING BERBASIS

MATERIAL KOMPOSIT KITOSAN-POLIVINIL ALKOHOL

UNTUK MINYAK IKAN LEMURU (Sardinella sp.)

SHEILLA AMANDA

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Kemasan Aktif Oxygen Scavenging Berbasis Material Komposit Kitosan-Polivinil Alkohol untuk Minyak Ikan Lemuru (Sardinella sp.)

Nama : Sheilla Amanda

NIM : C34100060

Program Studi : Teknologi Hasil Perairan

Disetujui oleh

Bambang Riyanto, SPi MSi Dr Ir Wini Trilaksani, MSc

Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Joko Santoso, MSi Ketua Departemen

(10)
(11)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kemasan Aktif Oxygen Scavenging Berbasis Material Komposit Kitosan-Polivinil Alkohol untuk Minyak Ikan Lemuru (Sardinella sp.)”.

Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini, terutama kepada :

1 Bapak Bambang Riyanto, SPi MSi dan Ibu Dr Ir Wini Trilaksani, MSc selaku dosen pembimbing atas segala bimbingan dan pengarahan yang diberikan kepada penulis.

2 Dr. Sugeng Heri Suseno, SPi MSi selaku dosen penguji yang telah memberikan pengarahan dalam melengkapi keilmuan yang ada.

3 Dr. Ir. Iriani Setyaningsih, MS selaku Ketua Program Studi Teknologi Hasil Perairan.

4 Prof. Dr. Ir. Joko Santoso, MSi selaku dosen penguji dan ketua Departemen Teknologi Hasil Perairan FPIK yang telah memberikan pengarahan dalam melengkapi keilmuan yang ada dan menyetujui tulisan ini.

5 Keluarga terutama kedua orang tua (Muhamad Taufik dan Reny Ambarwati dan Muhamad Akmal yang telah memberikan doa dan dukungannya selama ini.

6 Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Rizal A, Wirathazia ELC, Maydariana A, Elly S, Chalida S, Bayu I, Santiara P, Rizky IA, dan Nia K atas pemberian semangat dan dukungan tiada henti kepada penulis. 7 Teman-teman THP 47 yang telah memberi dukungan dan semangat

kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya ilmiah ini masih terdapat kekurangan. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan. Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Bogor, Agustus 2015

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

METODE PENELITIAN ... 3

Waktu dan Tempat ... 3

Bahan dan Alat ... 3

Tahapan Penelitian ... 3

Preparasi bahan, pembuatan dan karakterisasi film kemasan aktif oxygen scavenging ... 3

Pengembangan model kemasan aktif oxygen scavenging ... 4

Tingkat kemampuan atau fungsionalisasi kemasan aktif oxygen scavenging melalui pendekatan perubahan mutu minyak ikan selama penyimpanan ... 5

Analisis data ... 5

Prosedur Analisis ... 5

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 8

Viskositas Larutan Dasar Film Kemasan Aktif Oxygen Scavenging ... 8

Karakteristik Fisik Film Kemasan Aktif Oxygen Scavenging ... 9

Spektrum Transmitansi Gugus Fungsi Film Kemasan Aktif Oxygen Scevenging ... 11

Struktur FilmKemasan Aktif Oxygen Scavenging ... 12

Tingkat Kemampuan atau Fungsionalisasi Kemasan Aktif Oxygen Scavenging melalui Pendekatan Perubahan Mutu Minyak Ikan selama Penyimpanan ... 13

KESIMPULAN DAN SARAN ... 18

Kesimpulan ... 18

Saran ... 18

DAFTAR PUSTAKA ... 19

RIWAYAT HIDUP ... 33

LAMPIRAN ... 24

(13)

DAFTAR GAMBAR

1 Model pengembangan kemasan aktif oxygen scavenging dengan penempatan film komposit kitosan-PVA pada tutup botol kaca

penyimpanan minyak ikan lemuru (modifikasi Ryosei et al. 2008) ... 4

2 Viskositas larutan bahan dasar film kemasan aktif oxygen scavenging ( = PVA 8%, = Kitosan 2%, dan = PVA 8%+Kitosan 2%+ Gliserol) ... 8

3 Laju transmisi uap air kemasan aktif oxygen scavenging dari komposit kitosan dan PVA ( A: Kitosan 2%+ PVA 8%+Gliserol, B: PVA 8% (kontrol)) ... 10

4 Spektrum transmitan FTIR kemasan aktif oxygen scavenging dari film komposit kitosan ... 11

5 Struktur film komposit kitosan-PVA untuk material kemasan aktif oxygen scavenging dengan SEM (A: PVA 8% (kontrol) permukaan lebih licin dan halus, B: Kitosan 2%+ PVA 8%+Gliserol permukaan berpori/berbintik) ... 12

6 Pendekatan perubahan bilangan iod minyak ikan lemuru selama penyimpanan untuk melihat tingkat kemampuan atau fungsionalisasi kemasan aktif oxygen scavenging (Keterangan: PVA 8%+Kitosan 2%+ Gliserol, kontrol (PVA 8%)) ... 14

7 Pendekatan perubahan bilangan peroksida minyak ikan lemuru selama penyimpanan untuk melihat tingkat kemampuan atau fungsionalisasi kemasan aktif oxygen scavenging (Keterangan: PVA 8%+ Kitosan 2%+Gliserol, kontrol (PVA 8%)) ... 15

8 Mekanisme peroksidasi lipida ... 16

9 Pendekatan perubahan asam lemak bebas minyak ikan lemuru selama penyimpanan untuk melihat tingkat kemampuan atau fungsionalisasi kemasan aktif oxygen scavenging (Keterangan: PVA 8%+Kitosan 2%+Gliserol, kontrol (PVA 8%)) ... 18

DAFTAR LAMPIRAN

1 Keragaan asam lemak minyak ikan lemuru (Sardinella sp.) ... 25

2 Hasil uji FTIR dan interpretasi spektrum IR serbuk kitosan ... 26

3 Hasil uji FTIR dan interpretasi spektrum IR film PVA 8%+kitosan 2%+gliserol ... 27

4 Grafik hasil uji mekanik film PVA 8%+kitosan 2%+gliserol ... 28

5 Grafik hasil uji mekanik film PVA 8% (kontrol) ... 28

6 Grafik pertambahan bobot pada pengujian laju transmisi uap air ... 29

7 Tabel hasil uji normalitas dan independent sampel t test bilangan iod minyak ikan lemuru selama penyimpanan ... 29

(14)
(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kemasan pada produk pangan antara lain berfungsi untuk melindungi makanan dari pengaruh lingkungan, memberikan informasi mengenai makanan tersebut dan memudahkan saat pendistribusian (Restuccia et al. 2010). Peran penting ini mendorong kemasan menjadi sektor industri terbesar di dunia, dengan kemasan pangan sebagai produk utamanya (Kim et al. 2014). Business Communications Company (BCC) Research (2013) melaporkan pasar global untuk produk advanced packaging (active, controlled, and intelligent packaging) pangan dan minuman diperkirakan telah mencapai US $31,4 juta dan diproyeksikan mendekati US $44,3 juta pada tahun 2017. Perkembangan ini dapat diprediksi dari berbagai gejala sosial dan ekonomi dunia karena standar hidup dan permintaan konsumen yang terus meningkat, terutama tuntutan akan keamanan, kenyamanan, kesehatan, kesejahteraan, dan lingkungan hidup yang lebih baik.

Kemasan aktif (active packaging) merupakan bentuk kemasan yang secara sengaja ditambahkan sesuatu material dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuannya dalam menjaga atau memelihara kualitas, keamanan, dan sensori dari bahan pangan (Day 2008). Material aktif berbeda telah dikembangkan untuk meningkatkan fungsionalitas terhadap kemasan (Kerry et al. 2006). Kemasan aktif berprinsip pada migrasi atau difusi fase gas dari senyawa aktif yang dapat dicapai melalui kontak langsung antara makanan dan bahan kemasan (Ramos et al. 2013). Kecenderungan baru model kemasan aktif yang berkembang adalah modified atmosfer packaging (MAP), smart/intelegent packaging, dan active packaging (Gohil dan Wysock 2013). Active packaging ternyata juga memiliki beberapa teknik atau sistem, seperti carbon dioxide release, ethylene scavenging, ethanol release, water vapour removal dan oxygen scavenging. Fokus pengembangan kemasan aktif saat ini adalah pada penggunaan bahan penyerap oksigen (oxygen scavengers) (Kerry et al. 2006). Bahan penyerap oksigen dipilih karena keberadaan oksigen pada kemasan makanan dapat mempercepat kerusakan makanan (menyebabkan off-flavour, perubahan warna, hilangnya nutrisi dan serangan bakteri) (Bortolomeazzi et al. 2007). Teknologi bahan penyerap oksigen (oxygen scavengers) yang dikembangkan antara lain mekanisme oksidasi besi (Polyakov dan Miltz 2010) dan oksidasi asam askorbat (Janjarasskul et al. 2011). Prinsip oksidasi besi paling banyak digunakan (Cecchi et al. 2010), namun Byun et al. (2012) melaporkan bahwa penyerapan oksigen dari besi diduga dapat berisiko terhadap kesehatan, selain secara fungsional tidak dapat digunakan untuk produk pangan cair.

Penggunaan bahan alami telah pula dikembangkan, misalnya pemanfaatan

campuran α-tokoferol dengan logam transisi. Sistem ini memiliki kapasitas penyerapan oksigen yang rendah, yaitu 6,72 cc O2/g (Byun et al. 2011), jika

dibandingkan dengan serbuk besi dalam sachet yang memiliki kapasitas penyerapan oksigen 39-79 cc O2/g (Charles et al. 2006). Penggunaan ascorbyl

(16)

2

Pengembangan berbagai bentuk penggunaan kitosan telah banyak dilakukan, seperti serpihan (flakes), bahkan butiran (partikel), hidrogel, maupun membran/film, sehingga dapat meningkatkan kemampuan adsorpsi, kekuatan mekanik dan kestabilannya (Zhang et al. 2007). Bagian aktif pada kitosan diperankan oleh atom N dari gugus amina (-NH2) dan atom O dari gugus hidroksi

(-OH) (Jin dan Bai 2002). Utami (2014) menunjukkan bahwa material kitosan-tungsten trioksida dalam bentuk thin film dapat berperan sebagai sensor gasochromic untuk penyerapan gas karbondioksida (CO2). Riyanto et al. (2010)

juga melaporkan model smart packaging, dengan material berupa kitosan-PVA-indikator BTB, yang berhasil menunjukkan kemampuannya dalam mendeteksi tingkat kebusukan filet ikan nila yang diduga berasal dari penyerapan komponen-komponen basa volatil (amonia). Kitosan dengan polivinil alkohol (PVA) telah dilaporkan memiliki sifat mekanik dan kimia yang baik. Interaksi antara kitosan dan PVA dalam campuran, dikaitkan melalui agregasi hidrofobik rantai samping dan ikatan hidrogen antarmolekul dan intramolekul (Jin dan Bai 2002). Penggunaan kitosan pada produk yang menggunakan minyak ikan telah mulai dikembangkan. Yu et al. (2013) melaporkan bahwa kitosan larut air dan selulosa yang ditambahkan caffeic-acid ternyata dapat menghambat oksidasi produk emulsi minyak ikan.

Estiasih (2009) melaporkan bahwa kandungan asam lemak tidak jenuh yang tinggi pada minyak ikan lemuru (Sardinella sp.) menyebabkan mudah sekali teroksidasi dan mengalami ketengikan selama penyimpanan. Guillén dan Cabo (2002) melaporkan bahwa kerusakan oksidasi minyak ikan diawali oleh otooksidasi asam lemak tidak jenuh dengan terbentuknya radikal-radikal bebas yang disebabkan oleh cahaya, panas, dan logam berat. Radikal-radikal bebas ini kemudian bereaksi dengan oksigen membentuk senyawa peroksida aktif yang akhirnya mempengaruhi sifat-sifat fisik dan kimia dari minyak ikan terutama bilangan iod dan bilangan peroksida. Pengembangan kemasan dan teknik penyimpanan minyak ikan lemuru yang dapat meminimalisasi perubahan mutu atau kerusakan, terutama oksidasi pada minyak ikan belum banyak dilakukan.

Keberadaan gugus NH2 pada kitosan yang berubah menjadi gugus

bermuatan positif (NH3+), akibat penerimaan ion H+ dari lingkungan,

menyebabkan kitosan memiliki reaktivitas yang tinggi (Jin dan Bai 2002). Reaktivitas inilah yang diduga mampu berikatan dengan oksigen bebas yang merupakan salah satu pemicu terjadinya oksidasi minyak ikan. Asumsi-asumsi tersebut meyakinkan bahwa penelitian mengenai komposit kitosan-PVA sebagai kemasan aktif oxygen scavenging pada penyimpanan minyak ikan yang berperan menangkap oksigen penyebab oksidasi menjadi penting untuk dikembangkan.

Tujuan Penelitian

(17)

3

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2014. Penelitian bertempat di Institut Pertanian Bogor, yang meliputi Laboratorium Analisis Bahan, Departemen Fisika, FMIPA dan Laboratorium Biokimia Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan, FPIK. Lokasi lain adalah Balai Pengujian Mutu Barang Ekspor Impor, Ciracas, Jakarta dan Laboratorium Pusat Survei Geologi (Puslitbang Geologi Kelautan (P3GL)), Bandung.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan meliputi bahan pembuatan kemasan aktif oxygen scavenging, yaitu berupa kitosan komersial(CV Bio Chitosan Indonesia berbahan dasar cangkang kepiting, derajat deasetilasi 88,16% dengan perhitungan menggunakan spektrum spektroskopi inframerah (FTIR) mengacu ASTM E1252 (2013), kadar air 7,90% serta kadar abu 0,73%), asam asetat glasial 98% (Merck KgaA Germany), polivinil alkohol (Merck KgaA Germany), gliserol (Merck KgaA Germany). Bahan lain meliputi minyak ikan lemuru (Sardinella sp.) yang diperoleh dari tahapan precooking saat proses pengalengan lemuru di PT Maya Food Industries, Pekalongan, Jawa Tengah (ditransportasikan dalam wadah 20 L dengan lama perjalanan 12 jam, preparasi yang dilakukan melalui sentrifugasi 12 522 G selama 30 menit dan suhu 10 °C, selanjutnya disimpan pada dalam lemari es 5 °C), akuades, etanol, kloroform, kalium iodida (KI), natrium tiosulfat, pati, indikator phenolphthalein (PP), kalium hidroksida (KOH), dan pereaksi Wijs.

Alat yang digunakan meliputi, sentrifuge Hitachi CR G Series (himac CR 21G) Japan, magnetic stirrer (Yamato MD-41 Japan), oven (Memmert DIN 12880-KI, 220 V,50/60 Hz Germany), tensile strength and elongation tester Zwick/Roell Z005 USA, seperangkat alat pengukur water vapor transmission rate (OSK 2380 moisture previous cups), viskometer Brookfield LVDV-E (spindle 2, 50 rpm) USA, Scanning Electron Microscopy (SEM) merk JEOL JSM-6360LA Japan, dan Fourier Transform Infra Red (FTIR) spektrofotometer model Bruker Tensor 27 Japan (rentang spektrum 4000-400 cm-1, dengan standar kalium bromida (KBr) beam splitter).

Tahapan Penelitian

Preparasi bahan, pembuatan dan karakterisasi film kemasan aktif oxygen scavenging

(18)

4

akuades, kemudian dipanaskan menggunakan kompor listrik pada suhu 90 ºC selama 1 jam.

Pencampuran larutan kitosan dan PVA dilakukan menggunakan magnetic stirrer dengan kecepatan 45 G selama 1 jam. Pengujian karakteristik dilakukan berupa uji viskositas dengan menggunakan viskometer Brookfield yang dioperasikan menurut ASTM D789 (2010).

Pencetakan lembaran film mengacu Leceta et al. (2013) dengan menuangkan larutan campuran pada wadah kaca pencetak berdimensi 29,5×29,5×2,5 cm3 dengan ketinggian larutan pada wadah 2-3 mm. Pengeringan menggunakan oven udara pada suhu 40 °C selama 48 jam mengacu metode Liang et al. (2009).

Karakterisasi film kemasan aktif oxygen scavenging meliputi analisis kimia dan fisik. Analisis kimia meliputi penentuan gugus fungsi dari komposit film kemasan aktif oxygen scavenging yang dilakukan menggunakan spectrofotometer FTIR (ASTM E1252 2013). Analisis fisik meliputi karakteristik struktur menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM) (Tripathi et al. 2009), ketebalan (thickness) (ASTM 2004), laju transmisi uap air (WVTR), kuat tarik (tensile strenght) dan perpanjangan putus (elongasi) (ASTM 2012).

Pengembangan model kemasan aktif oxygen scavenging

Pengembangan model kemasan aktif oxygen scavenging mengacu modifikasi Ryosei et al. (2008). Pembuatan diawali dengan memotong film yang disesuaikan ukuran penampang dalam tutup botol kaca penyimpanan minyak ikan berdiameter 2,5 cm, kemudian ditempelkan. Ketebalan film kemasan aktif oxygen scavenging adalah 0,056 ± 0,006 mm dan ketebalan untuk film PVA 8% adalah 0,052 ± 0,003 mm. Jarak antara film dengan permukaan cairan minyak ikan ±7,5 cm. Botol yang digunakan terbuat dari kaca, berwarna coklat dengan kapasitas pengisian 80 mL. Model pengembangan kemasan aktif oxygen scavenging botol kaca penyimpanan minyak ikan secara lengkap disajikan Gambar 1.

(19)

5

Tingkat kemampuan atau fungsionalisasi kemasan aktif oxygen scavenging melalui pendekatan perubahan mutu minyak ikan selama penyimpanan

Teknik pengukuran tingkat kemampuan atau fungsionalitas kemasan aktif oxygen scavenging melalui pendekatan perubahan mutu minyak ikan selama penyimpanan mengacu Yu et al. (2013). Botol penyimpanan minyak ikan yang telah ditempelkan kemasan aktif oxygen scavenging berisi sampel minyak ikan lemuru 20 g dengan dua ulangan setiap sampelnya. Penutupan botol dilakukan tanpa penyegelan. Botol-botol tersebut disimpan dalam lemari tanpa cahaya dengan suhu penyimpanan ±25°C dan kelembaban udara sekitar 40-60%. Penyimpanan dilakukan selama 168 jam dengan pengukuran setiap 24 jam selama 7 hari (0, 24, 48, 72, 96, 120, 144 dan 168 jam).

Aspek pengukuran mutu minyak ikan, meliputi bilangan iod metode Wijs (AOAC 1984), bilangan peroksida (AOAC 2000, No. Metode 965.33b), dan asam lemak bebas (%FFA) (AOCS 1998, No. Metode Ca 5a-40).

Pengujian tingkat kemampuan atau fungsionalisasi dilakukan dengan membandingkan kemasan botol yang menggunakan kemasan aktif film komposit (PVA 8%+kitosan 2%+gliserol) dengan kemasan aktif yang hanya berupa PVA 8% (kontrol), sehingga dapat diketahui pengaruh penggunaan kemasan aktif dengan yang tidak terhadap mutu minyak ikan selama penyimpanan.

Analisis data

Data tingkat kemampuan atau fungsionalitas kemasan aktif oxygen scavenging melalui pendekatan perubahan mutu minyak ikan selama penyimpanan dianalisis dengan analisis statistik Independent Sample T-Test menggunakan bantuan program Statistical Packages for Social Science (SPSS) yang diawali dengan uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov. Uji tersebut digunakan untuk membandingkan dua kelompok mean dari dua sampel yang berbeda. Prinsipnya ingin mengetahui ada tidaknya perbedaan mean antara dua populasi dengan membandingkan dua mean sampelnya. Ada dua tahapan analisis yang dilakukan dalam uji ini, yaitu:

a. Menguji apakah asumsi varian populasi kedua sampel tersebut sama ataukah berbeda.

b. Melihat nilai t-test untuk menentukan apakah terdapat perbedaan nilai rata-rata secara signifikan. Pengambilan keputusan berdasarkan:

 Jika p-value > 0,05 maka Ho (hipotesis) ditolak dan H1 diterima

 Jika p-value < 0,05 maka Ho (hipotesis) diterima dan H1 ditolak Prosedur Analisis

Ketebalan film kemasan aktif oxygen scavenging (ASTM D374 2004)

(20)

6

Kuat tarik dan perpanjangan putus film kemasan aktif oxygen scavenging (ASTM D1708 2013)

Kuat tarik (tensile strength) dan perpanjangan putus (elongasi) diukur menggunakan Tensile Strength and Elongation Tester Zwick/Roell Z005 yang dioperasikan sesuai ASTM D1708 (2013). Sampel berukuran 22 x 1,5 cm2 dijepit pada alat dengan grip sepanjang 75 mm. Hasil pengukuran ditampilkan dalam output kurva pada komputer menggunakan software TestXpert Tensile Tester for Zwick/Roell berupa kurva regang putus, yang dikonversi menjadi rataan nilai regangan putus (N) dan elongasinya (%).

Laju transmisi uap air film kemasan aktif oxygen scavenging (ASTM E96 2012)

Laju transmisi uap air ASTM E96 (2012) diukur dengan menggunakan water vapor transmission rate (WVTR) tester OSK 2380moisture previous cups. Film kemasan aktif berdiameter 7 cm dikondisikan pada ruangan bersuhu 22 °C dan RH 70-80% (24 jam). Sampel diletakkan di atas cawan yang telah berisi bahan desikan (silica gel), sedemikian rupa sehingga permukaan desikan berjarak 3 mm dari membran uji. Tepian membran dilekatkan dengan bibir cawan menggunakan bekuan parafin cair. Berat membran dan sistem cawan mula-mula ditimbang. Cawan ditimbang setiap hari (pada jam yang hampir sama) dan ditentukan pertambahan berat (g) dan waktu (jam).

, dimana WVTR = laju transmisi uap air (g.m2.24 jam)

∆w = pertambahan berat (g)

t = waktu antar 2 penimbangan terakhir (jam) A = luas permukaan membran uji (m2)

24 = jumlah jam dalam 1 hari

Spektrum transmitansi gugus fungsi film kemasan aktif oxygen scavenging (ASTM E1252 2013)

Sampel berukuran 2,5×2,5 cm dipasang pada IR card. Spektrum gelombang inframerah ditembakkan melalui sampel yang diletakkan di antara elektroda spektrofotometer dan diteruskan menuju komputer. Data yang didapatkan berupa persentase nilai transmitansi, dengan pengukuran spektrum pada rentang bilangan gelombang 4000-400 cm-1. Nilai transmitan pada spektra hasil pengukuran dicocokkan dengan data pada tabel acuan dari OChemOnline (2013) serta menggunakan perangkat lunak IR Pal 2.0.

Struktur film kemasan aktif oxygen scavenging (Tripathi et al. 2009)

(21)

7

Analisis bilangan iod (AOAC 1984)

Sampel minyak ikan ditimbang 0,1 g dalam erlenmeyer 250 mL dan dilarutkan dalam 20 mL kloroform dan 25 mL pereaksi Wijs, kemudian campuran larutan itu didiamkan selama 30 menit di ruang gelap sambil dilakukan pengocokan. Setelah 30 menit ditambahkan 10 mL KI 15%, kemudian 100 mL akuades. Setelah itu dilakukan titrasi dengan Na2S2O3 0,1 N sampai larutan

berubah menjadi kuning muda. Selanjutnya ditambahkan indikator pati 1% dan titrasi kembali hingga warna biru tepat hilang. Perhitungan bilangan iod menggunakan rumus.

( )

Analisis bilangan peroksida (AOAC 2000, No. Metode 965.33b)

Analisis bilangan peroksida dilakukan dengan penimbangan 5 g contoh dalam erlenmeyer 250 mL kemudian ditambahkan 30 mL larutan asam asetat glasial dan kloroform (3:2). Sebanyak 0,5 mL larutan KI jenuh ditambahkan ke dalam campuran, kemudian ditambah 30 mL aquades dan 0,5 mL indikator pati 1%. Warna campuran sebelum dititrasi adalah biru kehitaman, lalu campuran tersebut dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N hingga larutan menjadi kuning. Penetapan

blanko dilakukan dengan cara yang sama, hanya tidak menggunakan sampel. Perhitungan bilangan peroksida mengunakan rumus.

Analisis asam lemak bebas (AOCS 1998, No. Metode Ca 5a-40)

Prinsip bilangan asam dan asam lemak bebas adalah pelarutan contoh lemak atau minyak dalam pelarut organik tertentu (alkohol netral 96%) dilanjutkan dengan penitaran dengan basa (NaOH atau KOH). Sampel minyak ikan yang akan diuji, ditimbang sebanyak 10 g di dalam erlenmeyer 250 mL, lalu ke dalam sampel ditambahkan alkohol netral 96% sebanyak 25 mL dan dipanaskan sampai mendidih. Larutan ditambahkan 2 tetes (0,1 mL) indikator PP, kemudian dititrasi dengan larutan KOH 0,1 N hingga berwarna merah muda (konstan selama 15 detik). Persentase asam lemak bebas dihitung berdasarkan persamaan

, dimana

A = jumlah titrasi KOH (mL) N = normalitas KOH

(22)

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Viskositas Larutan Dasar Film Kemasan Aktif Oxygen Scavenging

Nilai viskositas larutan dasar PVA 8%, kitosan 2% dan PVA 8%+kitosan 2%+gliserol berturut-turut (617±9,24 cP), (613±2,31 cP), dan (926±4 cP) (Gambar 2). Nilai tersebut menunjukkan, larutan dasar komposit memiliki viskositas yang lebih besar dibandingkan larutan kitosan dan PVA saja. Perbedaan tersebut diduga karena makin banyaknya bobot massa yang terlarut dalam larutan komposit. Zhang et al. (2007) melaporkan bahwa viskositas atau kekentalan suatu larutan akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya bobot massa yang terlarut dalam pelarut dan fase zat terlarutnya, sehingga semakin tinggi konsentrasi kitosan maka viskositas akan meningkat. Dugaan yang sama juga berlaku pada larutan PVA, yaitu semakin tinggi konsentrasi maka viskositas juga cenderung mengalami peningkatan (Uslu et al. 2008).

Sajeev et al. (2008) menunjukkan bahwa viskositas PVA 8% yang dilarutkan dengan air adalah 528 cP, sedangkan campuran PVA 8% dengan kitosan 2% memiliki viskositas 1028 cP. Data tersebut menunjukkan bahwa viskositas larutan dari penelitian ini memiliki nilai yang tidak jauh berbeda dan diduga perbedaan disebabkan oleh adanya penambahan gliserol. Gliserol sendiri memiliki viskositas 1.140 cP pada suhu 20-40 °C (Iniewski 2008). Larutan campuran PVA 8%+kitosan 2%+gliserol juga memiliki viskositas yang lebih tinggi dibandingkan larutan PVA 8% dan kitosan 2%. Jika dibandingkan Sajeev et al. (2008) yang tidak menggunakan tambahan gliserol, viskositas larutan campuran pada penelitian ini lebih rendah. Mao et al. (2002) memberikan dugaan bahwa adanya penambahan gliserol dapat meningkatkan difusi dan kondensasi uap air di udara menjadi air dalam larutan sehingga viskositasnya menurun.

(23)

9

Karakteristik Fisik Film Kemasan Aktif Oxygen Scavenging

Ketebalan, kuat tarik dan perpanjangan putus (elongasi) erat kaitannya dengan distribusi dan kerapatan dari interaksi intermolekular dan intramolekular jaringan pada membran komposit. Penambahan kitosan dan gliserol memberikan hasil yang berbeda terhadap nilai kuat tarik dan perpanjangan putus (elongasi). Hasil pengujian menunjukkan bahwa film kemasan aktif oxygen scavenging dengan komposisi penyusun PVA 8%+ kitosan 2%+ gliserol memiliki nilai perpanjangan putus (elongasi) yang lebih besar dibandingkan dengan film PVA 8%. Namun nilai ketebalan dan kuat tarik film PVA 8% (kontrol) lebih besar dibandingkan dengan film kemasan aktif oxygen scavenging dengan komposisi penyusun PVA 8%+ kitosan 2%+ gliserol (Tabel 1).

Tabel 1 Karakteristik fisik film kemasan aktif oxygen scavenging dari material komposit kitosan dan PVA

Sampel Ketebalan (mm) Kuat Tarik (N) Perpanjangan Putus (%)

PVA 8%+Kitosan

2% + gliserol 0,056 ± 0,006 14,86 ± 0,55 151,37 ± 11,38 PVA 8% (kontrol) 0,052 ± 0,003 28,93 ± 2,82 120,04 ± 8,03

Hasil pengujian karakteristik mekanik film kemasan aktif oxygen scavenging dengan komposisi penyusun PVA 8%+ kitosan 2%+ gliserol memiliki ketebalan 0,056 ± 0,006 mm, kuat tarik 14,86 ± 0,55 N, dan persentase perpanjangan putus 151,37 ± 11,38%. Sementara film PVA 8% (kontrol) memiliki ketebalan 0,052 ± 0,003 mm, kuat tarik 28,93 ± 2,82 N, dan persentase perpanjangan putus 120,04 ± 8,03%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa film kemasan aktif oxygen scavenging dengan komposisi penyusun PVA 8%+ kitosan 2%+ gliserol memiliki ketebalan dan presentase perpanjangan putus yang lebih besar dari film PVA 8%, namun jika dilihat dari nilai simpangan baku hasil menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil pengujian ketebalan, kuat tarik, dan perpanjangan putus antara dua film tersebut.

Perbedaan nilai-nilai tersebut diduga terjadi akibat bercampurnya beberapa larutan yang berbeda sehingga jumlah padatan larutan meningkat dan menyebabkan film menjadi lebih sulit diuapkan saat pengeringan dan menjadi lebih tebal. Penambahan gliserol juga diduga memberikan pengaruh besar terhadap perbedaan nilai tersebut. Nugroho et al. (2013) menyatakan bahwa jumlah padatan dalam larutan menyebabkan polimer-polimer penyusun matriks film semakin banyak sehingga ketebalan film meningkat dan ketebalan film juga dipengaruhi oleh viskositas dan penambahan gliserol. Selain itu gugus hidroksil dan gugus amina yang berinteraksi dalam ikatan hidrogen menjadikan larutan menjadi lebih sulit menguap dari senyawa lain sehingga film yang dihasilkan lebih tebal (Raymond et al. 2003). Ketebalan mengindikasikan semakin banyak gugus fungsi yang terdapat pada film yang dapat semakin banyak mengikat oksigen atau dengan kata lain semakin tebal film maka kemampuan sebagai oxygen scavenger dari suatu kemasan aktif juga akan meningkat.

(24)

10

telah ditambahkan bahan plasticizer (360,20%) lebih besar dari film PVA 8% (210,58%). Nilai kuat tarik film PVA-kitosan yang ditambahkan gliserol akan mengalami penurunan menjadi sekitar 10,85-5,28 N dari 17,42 N (tanpa gliserol) dan nilai perpanjangan putus meningkat jika ditambahan gliserol sekitar 49,70-89,40% dari awal (tanpa gliserol) 21,40% (Cruz et al. 2006).

Zhou et al. (1990) menyimpulkan adanya gugus CH2 dan OH− dari PVA

akan membentuk ikatan hidrogen bila bertemu dengan gugus hidrokarbon dan amina sehingga menghasilkan ikatan hidrogen yang kuat, yang secara simultan meningkatkan nilai kuat tarik. Penambahan gliserol dapat menurunkan kekuatan intermolekuler di antara rantai polimer sehingga kekuatan tarik berkurang (Sinaga et al. 2014). Nilai perpanjangan putus (elongasi) membran komposit dipengaruhi sifat plastis dari gugus vinil-klorida pada PVA (Stammen et al. 2001) serta pengaruh konsentrasi gliserol (Kim et al. 2008). Gugus OH pada gliserol menjembatani polimerisasi kitosan-PVA sehingga memperlambat pemutusan ikatan hidrogen keduanya (Mao et al. 2002). Hal tersebut akan meningkatkan mobillitas molekuler rantai polimer yang dapat menyebabkan bioplastik semakin elastis sehingga persentase perpanjangan putus cenderung akan meningkat (Sinaga et al. 2014).

Pengujian laju transmisi uap air untuk film kemasan aktif oxygen scavenging dengan komposisi penyusun PVA 8%+ kitosan 2%+gliserol 0,1717±0,0263 g.m2.24 jam. Sampel PVA 8% (kontrol) memiliki nilai laju transmisi uap air 0,0122±0,0073 g.m2.24 jam (Gambar 3). Nilai tersebut menunjukkan bahwa sampel film PVA 8% (kontrol) kurang dapat menyerap uap air di lingkungannya, hal itu ditandai dengan rendahnya pertambahan bobot dan nilai akhir laju transmisi uap airnya. Film campuran PVA 8%+ kitosan 2%+gliserol mengalami pertambahan bobot yang jauh lebih besar dari film PVA 8% (kontrol). Hal tersebut terjadi karena film PVA 8% cenderung memiliki struktur yang padat dan kompak dibandingkan film komposit karena tidak ditambahkan plasticizer sehingga kurang dapat meyerap air dari lingkungan.

(25)

11 Keberadaan plasticizer hidrofilik seperti gliserol dapat meningkatkan nilai transmisi uap air karena membentuk film biopolimer sehingga terjadi peningkatan volume bebas antara rantai polimer (Kolodziejska dan Piotrowska 2007) serta dapat meningkatkan difusi oksigen ke dalam material bahan (Mao et al. 2002).

Spektrum Transmitansi Gugus Fungsi Film Kemasan Aktif Oxygen Scevenging

Meneghello et al. (2008) melaporkaan bahwa spektrum serapan intensitas tinggi gugus OH- terikat NH+ pada rentang 3788-3217 cm-1 diduga akibat peningkatan laju ionisasi molekul air bergugus fungsi pada kitosan dan PVA. Setiap molekul O-H bervibrasi regang menunjukkan terjadinya ikatan hidrogen antara gliserol dengan kitosan(selulosa). Gugus alkohol atau hidroksil merupakan prekursor ikatan hidrogen antar molekul sehingga mempererat struktur membran. Gugus karbonil (C=O) terlihat pada daerah 1820-1600 cm-1. Gugus alkohol (-OH) terlihat dengan adanya serapan melebar pada sekitar 3500-3300 cm-1 (dikonformasi dengan asam karboksilat) dan diperkuat dengan serapan C-O pada sekitar 1300-1000 cm-1. Amina (N-H) ditunjukkan dengan serapan medium pada sekitar 3500 cm-1 (dikonformasi dengan amida).

Gugus fungsi sejenis di setiap sampel memiliki perbedaan bilangan gelombang yang tidak jauh berbeda. Hasil ini menandakan bahwa film kemasan aktif oxygen scavenging dengan komposisi penyusun kitosan, gliserol, dan PVA berikatan kimia dengan baik serta mewarisi sifat-sifat unggul polimer penyusunnya. Perubahan bilangan gelombang ini dapat terjadi akibat interaksi antara gugus-gugus dari bahan-bahan yang dicampurkan (Zhang et al. 2007). Ikatan kimia yang terbentuk dengan baik antara bahan penyusun diduga menunjukkan bahwa film dapat digunakan secara efektif sebagai kemasan aktif oxygen scavenging.

(26)

12

Struktur Film Kemasan Aktif Oxygen Scavenging

Membran bersifat lentur, tekstur kompak hingga tekstur kenyal. Kelenturan dan tekstur penanda peningkatan kualitas fisik secara tidak langsung karena penambahan PVA dan gliserol sebagai agen plasticizer. Gliserol adalah plasticizer berbasis asam amino polyols, yang merupakan gula-gula nabati (Mao et al. 2002) dan menjembatani polimerisasi ikatan cross-linking (taut silang) kitosan-PVA. Larutan PVA merupakan plasticizer berbasis turunan resin plastik polistirena (Stammen et al. 2001) yang diduga membentuk struktur kompak tersendiri seperti plastik (tanpa penambahan kitosandan gliserol).

Gambar 5 Struktur film komposit kitosan-PVA untuk material kemasan aktif oxygen scavenging dengan SEM (A: PVA 8% (kontrol) permukaan lebih licin dan halus, B: Kitosan 2%+ PVA 8%+Gliserol permukaan berpori/berbintik)

Permukaan membran licin serta lengket diduga akibat dehidrasi larutan dasar membran menyisakan molekul air, ketika gugus alkohol telah teruapkan. Molekul air memiliki titik didih (titik uap) 100 ºC (belum menguap pada suhu 60 ºC), sehingga permukaan agak basah dan licin. Jarak antar molekul padatan terlarut semakin merenggang (Park dan Chinnan 1995) akibat proses penguapan, membentuk pori (Mao et al. 2002) sekaligus memaksa komponen terlarut merapat membentuk struktur solid.

(27)

13 lebih tersebar acak pada perbesaran lebih tinggi, yang mungkin disebabkan oleh beberapa pemisahan fase yang mungkin terjadi karena berbeda pertautan silang kinetika kitosan dan PVA. Granula PVA besar di permukaan memperbesar sudut pantul gelombang & mereduksi intensitas tekanan udara (Kinsler et al. 2000).

Hasil penelitian Tripathi et al. (2009) dengan perbesaran 2500 kali, bintik yang tersusun secara teratur membentuk kumpulan rongga mikro dibatasi kerangka ikatan gugus fungsi, berbentuk seperti bintik/matriks selulosa (Othman et al. 2011) di antara granula. Ketika waktu dehidrasi bertambah cenderung meningkatkan kerapatan membran, karena ketika pelarut diuapkan. Larutan polimer yang masih berbentuk cair bergerak mengisi pori sehingga menghasilkan pori yang lebih rapat dibanding tanpa penguapan pelarut (Meneghello et al. 2008). Interaksi polimer dominasi gliserol dengan PVA menciptakan suasana basa (Mao et al. 2002) sehingga ionisasi gugus hidroksil (O-H) meningkat pesat dan menyebabkan adanya transmisi uap air dari lingkungan ke membran komposit.

Tingkat Kemampuan Atau Fungsionalisasi Kemasan Aktif Oxygen Scavenging Melalui Pendekatan Perubahan Mutu Minyak Ikan

Selama Penyimpanan Bilangan iod minyak ikan

Semakin lama masa penyimpanan, bilangan iod dari minyak ikan yang disimpan dengan tambahan film komposit (PVA 8%+ kitosan 2%+ gliserol) dan kontrol terus mengalami peningkatan. Nilai bilangan iod minyak ikan yang disimpan dengan film komposit meningkat dari 169 mg/100g pada awal penyimpanan menjadi 316 mg/100g pada jam ke-168. Peningkatan terbesar terjadi pada jam ke-48 dan ke-144 dari 24 jam sebelumnya. Nilai bilangan iod minyak ikan kontrol meningkat dari 163 mg/100g pada awal penyimpanan menjadi 307 mg/100g pada akhir penyimpanan dengan peningkatan terbesar terjadi pada jam ke-120 hingga jam ke-168.

(28)

14

Gambar 6 Pendekatan perubahan bilangan iod minyak ikan lemuru selama penyimpanan untuk melihat tingkat kemampuan atau fungsionalisasi kemasan aktif oxygen scavenging (Keterangan: PVA 8%+ Kitosan 2%+ Gliserol, kontrol (PVA 8%))

Normalitas data yang diuji dengan Kolmogorov-Smirnov test menunjukkan signifikansi (P value) > 0,05 yaitu (0,622>0,05) maka data tersebut normal. Nilai t hitung < t tabel (1,613<4,303) dan P value (0,248>0,05) menunjukkan Ho diterima artinya bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata fungsionalitas film PVA 8%+Kitosan 2%+Gliserol dan film PVA 8% selama penyimpanan dengan indikator bilangan iod (Lampiran 7). Gugus NH2 kitosan

berubah menjadi bermuatan positif (NH3+) akibat menerima ion H+ dari

lingkungan. Gugus NH3+ menyebabkan kitosan memiliki reaktivitas yang tinggi

(Jin dan Bai 2002), sehingga diharapkan mampu berikatan dengan oksigen bebas yang merupakan salah satu pemicu terjadinya oksidasi minyak ikan. Hasil yang tidak signifikan menunjukkan bahwa pengunaan kemasan aktif belum dapat menghambat kenaikan bilangan iod dari minyak ikan yang artinya gugus reaktif pada kitosan belum mampu mengikat oksigen dalam kemasan secara maksimal.

Bilangan iod digunakan untuk menyatakan derajat ketidakjenuhan dari minyak dan biasanya digunakan sebagai penunjuk bentuk dari minyak atau lemak. Bilangan iodin yang tinggi biasanya berwujud cair, sedangkan bilangan iodin yang rendah biasanya berwujud padat. Peningkatan bilangan iod diduga disebabkan karena tidak dilakukan proses hidrogenasi, karena proses ini dapat menjenuhkan ikatan rangkap dari rantai karbon asam lemak dari minyak yang dapat menyebabkan bilangan iod menurun .

Bilangan peroksida minyak ikan

Bilangan peroksida dari minyak ikan yang disimpan dengan tambahan PVA 8%+ kitosan 2%+ gliserol film selama masa penyimpanan terlihat lebih kecil daripada film PVA 8% (kontrol) pada jam ke-24, ke-48 dan jam ke-144 yaitu 8,2 meq/kg, 8,8 meq/kg, dan 35 meq/kg. Namun pada jam 72, jam 96, jam

(29)

15 120 dan jam ke-168 bilangan peroksida dari minyak ikan yang disimpan dengan tambahan PVA 8%+ kitosan 2%+ gliserol film selama masa penyimpanan terlihat lebih tinggi dari film PVA 8% (kontrol). Peningkatan terbesar terjadi pada jam ke-72 dan jam ke-168 dari 24 jam sebelumnya (Gambar 7). Memon et al. (2010) melaporkan minyak ikan mentah memiliki nilai peroksida 3-20 meq/kg dengan nilai bilangan peroksida yang dapat diterima yaitu 7-8 meq/kg.

Selama penyimpanan, proses kerusakan oksidatif akan menyebabkan minyak ikan rusak dan menghasilkan senyawa peroksida yang merupakan satu indikator kerusakan pada minyak (Prabowo et al. 2013). Mekanisme peroksidasi lipid yang diperantarai senyawa oksigen reaktif mempunyai tiga komponen utama reaksi, yaitu reaksi inisiasi, propagasi, dan terminasi:

LH + oksidan  L + oksidan-H (inisiasi) ganda. Peroksidasi asam lemak tak jenuh terjadi karena radikal bebas mengambil hidrogen dari gugus metilen dan menghasilkan radikal bebas pada asam lemak tak jenuh tersebut, sehingga –OH lebih reaktif dari pada O2-. Ikatan rangkap membuat

ikatan atom H pada atom C yang berikatan rangkap menjadi lemah sehingga membuat atom H lebih mudah lepas.

(30)

16

Propagasi

Kecepatan reaksi propagasi ditentukan oleh energi disosiasi ikatan karbon-hidrogen rantai lipida. Apabila radikal karbon bereaksi dengan oksigen, akan terbentuk radikal peroksil. Radikal peroksil dapat mengambil atom hidrogen pada lipida yang lain. Apabila terjadi pengambilan atom hidrogen lipida lain oleh radikal peroksil, akan terbentuk lipida hidroperoksida (Gambar 8). Lipida hidroperoksida adalah produk primer peroksidasi yang bersifat sitotoksik. Proses pemanasan atau reaksi yang melibatkan logam, lipida hidroperoksida akan dipecah menjadi produk peroksidasi lipida sekunder, yakni radikal lipid alkoksil dan peroksi lipida. Radikal lipida alkoksil dan lipida peroksil juga dapat menginisiasi reaksi rantai lipida selanjutnya. Selain itu, radikal lipida alkoksil akan melangsungkan reaksi beta cleavage membentuk aldehida sitotoksik dan genotoksik.

Terminasi

Radikal karbon yang terbentuk pada reaksi inisiasi cenderung menjadi stabil melalui reaksi dengan radikal karbon maupun radikal lain yang terbentuk pada tahap propagasi. Penelitian Zuta et al. (2007) melaporkan bahwa angka peroksida yang terbetuk pada minyak ikan selama penyimpanan suhu kamar semakin meningkat dan berbanding lurus dengan lama penyimpanan. Hal tersebut dipengaruhi oleh proses oksidasi yang terjadi.

Sumber: Winarno (2002)

Gambar 8 Mekanisme peroksidasi lipida

Normalitas data yang diuji dengan Kolmogorov-Smirnov test menunjukkan signifikansi (P value) > 0,05 yaitu (0,621>0,05) maka data tersebut normal. Nilai t hitung < t tabel (1,603<4,303) dan P value (0,250>0,05) menunjukkan Ho diterima artinya bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata fungsionalitas film PVA 8%+Kitosan 2%+Gliserol dan film PVA 8% selama penyimpanan minyak ikan dengan indikator bilangan peroksida (Lampiran 8). Gugus NH2 kitosan berubah menjadi bermuatan positif (NH3+)akibat menerima

ion H+ dari lingkungan. Gugus NH3+ menyebabkan kitosan memiliki reaktivitas

(31)

17 artinya gugus reaktif pada kitosan belum mampu mengikat oksigen dalam kemasan secara maksimal.

Ketidaksempurnaan cara pengemasan minyak sebelum proses analisis diduga mengakibatkan terjadinya kontak antara minyak dengan udara dan cahaya. Hal tersebut menjadi katalisator oksidasi. Oksidasi yang terjadi dapat meningkatkan bilangan peroksida pada minyak. Bilangan peroksida yang tinggi menunjukkan minyak sudah mengalami oksidasi, namun bilangan yang rendah belum tentu mengindikasikan kondisi oksidasi dini (Raharjo 2006). Selain itu Aminah (2010) menyatakan terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi oksidasi diantaranya oksigen, suhu tinggi, dan cahaya.

Asam lemak bebas minyak ikan

Nilai asam lemak bebas mengalami peningkatan disetiap jamnya. Pada jam ke-72, ke-120, ke-144 dan ke-168 nilai asam lemak bebas dari minyak ikan yang disimpan dengan tambahan PVA 8%+ kitosan 2%+ gliserol film selama masa penyimpan memiliki nilai yang lebih rendah dibandingan minyak ikan yang disimpan dengan tambahan film PVA 8% (kontrol), berturut-turut 3%, 3,3%, 3,4%, dan 3,4%. Meskipun perbedaannya tidak terpaut jauh antara keduanya. Sebaliknya pada jam ke-0, ke-24, ke-48 dan ke-96 simpanan minyak ikan yang ditambahkan film PVA 8% memiliki nilai asam lemak bebas yang lebih rendah yaitu berturut-turut 2,7%, 2,8%, 2,9 dan 3,2% (Gambar 9).

Normalitas data yang diuji dengan Kolmogorov-Smirnov test menunjukkan signifikansi (P value) > 0,05 yaitu (0,650>0,05) maka data tersebut normal. Nilai t hitung < t tabel (-1,348<4,303) dan P value (0,310>0,05) menunjukkan Ho diterima artinya bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata fungsionalitas film PVA 8%+Kitosan 2%+Gliserol dan film PVA 8% selama penyimpanan dengan indikator bilangan asam lemak bebas (Lampiran 9). Gugus NH2 kitosan berubah menjadi bermuatan positif (NH3+)akibat menerima ion H+

dari lingkungan. Gugus NH3+ menyebabkan kitosan memiliki reaktivitas yang

tinggi (Jin dan Bai 2002), sehingga diharapkan mampu berikatan dengan oksigen bebas yang merupakan salah satu pemicu terjadinya oksidasi minyak ikan. Hasil yang tidak signifikan menunjukkan bahwa pengunaan kemasan aktif belum dapat menghambat kenaikan asam lemak bebas dari minyak ikan yang artinya gugus reaktif pada kitosan belum mampu mengikat oksigen dalam kemasan secara maksimal. Bilangan asam lemak bebas menunjukkan jumlah asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak yang biasanya dihubungkan dengan proses hidrolisis minyak oleh air pada ikatan ester trigliserida yang akan menghasilkan asam lemak bebas. Diduga asam lemak bebas pada minyak ikan belum berubah menjadi senyawa yang volatil, sehingga belum bisa secara efektif dihambat karena pada model pengemasan aktif ini kemasan aktif diletakkan di tutup botol penyimpanan yang diharapkan dapat menangkap oksigen bebas pada kemasan bukan oksigen yang terdapat pada minyak.

(32)

18

Gambar 9 Pendekatan perubahan asam lemak bebas minyak ikan lemuru selama penyimpanan untuk melihat tingkat kemampuan atau fungsionalisasi kemasan aktif oxygen scavenging (Keterangan: PVA 8%+ Kitosan 2%+Gliserol, kontrol (PVA 8%))

Penambahan gliserol pada film kitosan dapat menyebabkan difusi molekul oksigen melalui film lebih mudah. Selain itu film yang mengandung kitosan memiliki barrier properties yang sangat baik, yaitu efektif mencegah terjadinya oksidasi produk yang disebabkan oleh sinar UV (Leceta et al. 2013). Keberadaan oksigen dan paparan cahaya merupakan pemicu terjadinya oksidasi dan akan meningkatkan jumlah asam lemak bebas yang terdapat pada minyak ikan (Abdillah 2008).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kemasan aktif oxygen scavenging dapat dibuat dengan material komposit kitosan-PVA (ketebalan 0,056 ± 0,006 mm dan persentase perpanjangan putus 151,37 ± 11,38%). Tingkat kemampuan atau fungsionalisasi kemasan aktif oxygen scavenging melalui model pengembangan dengan penempatan pada tutup botol kaca dan pendekatan perubahan mutu minyak ikan lemuru selama penyimpanan, masih belum memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan bilangan iod, bilangan peroksida dan asam lemak bebas.

Saran

Perlu teknik pengukuran serapan oksigen dengan menggunakan peralatan yang dapat mengukur kadar oksigen yang terserap oleh suatu bahan meskipun kadarnya sangat kecil (oxygen analyzer). Pembandingan tingkat kemampuan

(33)

19 kemasan aktif oxygen scavenger dengan minyak ikan yang menggunakan antioksidan dan wadah penyimpanan minyak ikan dengan kondisi vakum.

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah MH. 2008. Pemurnian minyak dari limbah pengolahan ikan [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Aminah S. 2010. Bilangan peroksida minyak goreng curah dan sifat organoleptik tempe pada pengulangan penggorengan. Jurnal Pangan dan Gizi. 1(1): 7-14.

[AOAC] Association of Official Analytical and Chemist. 1984. Official Method of Analysis of The Association of Official Agricultural Chemist, 17th edition. Washington (US): Association of Official Analytical and Chemists, Inc. [AOAC] Association of Official Analytical and Chemistry. 2000. Official Method

of Analysis of The Association of Official Analytical of Chemist. Arlington, Virginia, USA (US): Association of Official Analytical and Chemists, Inc. [AOCS] American Oil Chemist Society. 1998. Free Fatty Acid In: Official

Methods and Recommended Practices of the American Oil Chemist Society. Vol 5a. 5th ed. Champaign (US): AOCS Press.

[ASTM] American Society for Testing Material. 2004. ASTM D374: Standard Test Methods for Thickness of Solid Electrical Insulation. Pennsylvania (US): American Society for Testing Material.

[ASTM] American Society for Testing Material. 2010. ASTM D789: Standard Method for Determination of Solution Viscosities of Polyamide (PA). Pennsylvania (US): American Society for Testing Material.

[ASTM] American Society for Testing Material. 2012. ASTM E96:Standard Test Methods for Water Vapor Transmission of Materials in Sheet Form. Pennsylvania (US): American Society for Testing Material.

[ASTM] American Society for Testing Material. 2013. ASTM D1708: Standard Test Method for Tensile Properties of Plastic by Use of Microtensile Specimens. Pennsylvania (US): American Society for Testing Material. [ASTM] American Society for Testing Material. 2013. ASTM E1252: Standard

Practice for General Techniques for Obtaining Infrared Spectra for Qualitative Analysis. Pennsylvania (US): American Society for Testing Material.

BCC Research. 2013. The advanced packaging solution market value for 2017 is projected to be nearly $44.3 bilion. Dapat diakses pada http://www.bccresearch.com [4 Maret 2014]

(34)

20

Bortolomeazzi R, Sebastianutto N, Toniolo R, Pizzariello A. 2007. Comparative evaluation of the antioxidant capacity of smoke flavouring phenols by crocin bleaching inhibition, DPPH radical scavenging antioxidation potential. Food Chemistry 100 (4): 1481-1489.

Byun Y, Whiteside S. 2012. Ascorbyl palmitate-β-cyclodextrin inclusion complex as an oxygen scavenging microparticle. Carbohydrate Polymers 87: 2114-2119.

Byun Y, Darby D, Cooksey K, Dawson P, Whiteside S. 2012. Development of oxygen scavenging system containing a natural free radical scavenger and a transition metal. Food Chemistry 124: 615-619.

Byun Y, Whiteside S, Cooksey K, Darby D, Dawson P. 2011. β -Tocopherol-loaded PCL nanoparticles as a heat activated oxygen scavenger. Journal of Agricultural and Food Chemistry 59: 1428-1431.

Cecchi T, Passamonti P, Cecchi P. 2010. Study of the quality of extra virgin olive oil stored in PET bottles with or without an oxygen scavenger. Food Chemistry 120: 730-735.

Charles F, Sanchez J, Gontard N. 2006. Absoption kinetics of oxygen and carbon dioxide scavengers as part of active modified atmosphere packaging. Journal of Food Engineering 72 (1): 1-7.

Costa-Junior ES, Barbosa-stancioli EF, Mansur AAP, Vasconcelos WL. 2009. Preparation and characterization of chitosan/poly (vinyl alcohol) chemically crosslinked blends for biomedical applications. Journal of Carbohydrate Polymers 76: 472–481.

Cruz CM, Dabu AC, Rescober E. 2006. Effect of blend ratio of PVA-chitosan-glycerol films on their mechanical properties [skripsi]. Manila (PH): Mapúa Institute of Technology.

Day BPF. 2008. Active Packaging of Food. Di dalam: Smart Packaging Technologies for Fast Moving Consumer Goods. Chichester (GB): John Wiley & Sons Ltd. hlm 75-96.

El-Hefian EA, Elgannoudi ES, Mainal A, Yahaya A. 2009. Characterization of chitosan in acetic acid: Rheological and thermal studies. Turkish Journal of Chemistry 34: 47-56.

Estiasih, T. 2009. Minyak Ikan, Teknologi dan Penerapannya untuk Pangan dan Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Gohil RM, Wysock WA. 2013. Designing efficient oxygen scavenging coating formulations for food packaging applications. Packaging Technology Science. doi: 10.1002/pts.

Guillén MD, Cabo N. 2002. Fourier transform infrared spectra data versus peroxide and anisidine values to determine oxidative stability of edible oils. Food Chemistry 77: 503–510.

(35)

21

[IFOS] International Fish Oils Standard. 2011. Fish Oil Purity Standards. http://www.omegavia.com/best-fish-oil-supplement-3/ [15 Agustus 2015].

Iniewski K. 2008. VLSI Circuit for Biomedical Aplication. Norwood (US): Artech House, Inc. hlm 403.

Janjarasskul T, Tananuwong K, Krochta JM. 2011. Whey protein film with oxygen scavenging function by incorporation of ascorbic acid. Journal of Food Science 76 (9): 561-568.

Jin L, Bai R. 2002. Mechanisms of lead adsoption on chitosan-PVA hydrogel beads. Langmuir 18: 9765-9770.

Kerry JP, O’Grady MN, Hogan SA. 2006. Past, current and potensial utilization of active and intelligent packaging systems for meat and muscle-based product. Meat Science 74: 113-130.

Kim JH, Bae JH, Lim KT, Choung PH, Park JS, Choi SJ, Im, AL, Lee LT, Choung YH, Chung JH. 2008. Development of water-insoluble chitosan patch scaffold to repair traumatic tympanic membrane perforations. Journal of Biomedical Material Research Part A: 446-455.

Kim YT, Min B, Kim KW. 2014. General characteristics of packaging material for food system. Di dalam: Han JH, editor. Innovation in Food Packaging. Second Edition. London (UK): Elsevier. hlm 13-35.

Kolodziejska I, Piotrowska B. 2007. The water vapour permeability, mechanical properties and solubility of fish gelatin-chitosan films modified with transglutaminase or 1-ethyl-3-(3-dimethylaminopropyl) carbodiimide (EDC) and plasticized with glycerol. Food Chemistry 103: 295-300.

Leceta I, Guerrero P, de la Caba K. 2013. Functional properties of chitosan-based films. Carbohydrate Polymers 93: 339-346.

Liang S, Liu L, Huang Q, Kit LY. 2009. Preparation of single or double-network chitosan/poly(vinyl alcohol) gel films through selectively cross-linking method. Carbohydrate Polymers 77: 718-724.

Mao L, Imam S, Gordon S, Cinelli P, Chiellni E. 2002. Extruded corn starch glycerol polyvinyl alcohol blends mechanical properties, morphology, and biodegradability. Journal of Polymers and the Environtment 8 (4): 205-211. Memon NN, Talpur FN, Sherazi ST, Bhanger MI. 2010. Impact of refrigerated

storage on quality of oil from freshwater jarko (Wallago attu) fish. Pakistan Journal of Analytical and Environmental Chemistry 11(2): 37-43.

Meneghello G, Ainsworth B, de Bank P, Ellis MJ, Chaudhuri J. 2008. Effect of polyvinyl alcohol and sodium hypochlorite on porosity and mechanical properties of PLGA hollow fibre membrane scaffolds. European Cell and Materials 16 (3): 82.

(36)

22

OchemOnline. 2013. Infrared spectroscopy absorption table. Dapat diakses pada http://ochemonline.com/ [13 Agustus 2015].

Othman N, Azahari NA, Ismail H. 2011. Thermal properties of polyvinyl alcohol (PVOH)/corn starch blend film. Malaysian Polymer Journal 6 (6): 147-154. Park HJ, Chinnan MS. 1995. Gas and water vapour barrier properties of edible

films from protein and cellulose materials. Journal of Food Engineering 25: 766.

Polyakov VA, Miltz J. 2010. Modeling of the humidity effect on the oxygen absopstion by iron-based scavenging. Journal of Food Science 75 (2): 91-99.

Prabowo A, Budhiyanti S, Husni A. 2013. Ekstrak Sargassum sp. sebagai antioksidan dalam sistem emulsi minyak ikan selama penyimpanan pada suhu kamar. Jurnal Bina Praja Perikanan 8 (1): 143-150.

Pu-you J, Cai-ying H, Li-hong H, Yong-hong Z. 2014. Properties of poly(vinyl alcohol) plasticized by glycerin. Journal of Forest Product and Industries 3(3): 151-153.

Raharjo S. 2006. Kerusakan Oksidatif pada Makanan. Yogyakarta (ID): UGM Press.

Ramos M, Beltran A, Valdes A, Peltzer M, Jimenez A, Garrigos Z, Zalkov G. 2013. Active packaging for fresh food based on the release of carvacrol and thymol. Chemistry and Chemical Technology 7 (3): 295-303.

Raymond EA, Tarbuck TL, Brown MG, Richmond GL. 2003. Hydrogen-bonding interactions at the vapor/water interface investigated by vibrational sum frequency spectroscopy of HOD/H2O/D2O mixtures and molecular dynamics simulations. Journal of Physics Chemistry B 107: 546-556.

Restuccia D, Gianfranco, Spizzirri U, Parisi OI, Cirillo G, Curcio M, Iemma F. 2010. New EU regulation aspects and global market of active and intelligent packaging for food industry applications. Food Control 21 (11): 1425-1435. Riyanto B, Maddu A, Hasnedi WH. 2010. Kemasan cerdas pendeteksi kebusukan

filet ikan nila. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 13 (2): 129-142.

Ryosei, Tadayoshi, Kazuhiro, penemu; Nihon Yamamura Glass Co. Ltd. 2008 Februari 27. Oxygen-absorbing resin composition and oxygen-absorbing cap for container and oxygen-absorbing stopper portion of container using the same. Paten Jepang JP EP 1892267 A1.

Sajeev US, Anand KA, Menon D, Nair S. 2008. Control of nanostructure in PVA, PVA/chitosan blends and PCL through electrospinning. Bulletin of Materials Science 31(3): 343-351.

(37)

23 Stammen JA, William S, Ku DN, Guldberg RE. 2001. Mechanical properties of a novel PVOH hydrogel in shear and unconfined compression. Biomaterials 22: 799-806.

Tripathi S, Mehrotra GK, Dutta PK. 2009. Physicochemical and bioactivity of cross-linked chitosan film for food packaging applications. International Journal of Biological Macromolecules 45: 372-376.

Utami FA. 2014. Biosensor optik gas rumah kaca dengan komposit material gasochromic chitosan-tungsten trioksida (WO3) [skripsi]. Bogor (ID):

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Uslu I, Celikkan H, Atakol O, Aksu ML. 2008. Preparation of PVA/chitosan doped with boron composite fibers and their characterization. Hacettepe Journal of Biology and Chemistry 36(2): 117-122.

Winarno. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. Yogaswara G. 2008. Mikroenkapsulasi minyak ikan dari hasil samping industri

penepungan ikan lemuru (Sardiniella lemuru) dengan metode pengeringan beku (freeze drying) [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Yu SH, Hsieh HY, Pang JC, Tang DW, Shih CM, Tsai ML, Tsai YC, Mi FL. 2013. Active film for water soluble chitosan/cellulose composites incorporating releasable caffeic-acid for inhibition of lipid oxidationn fish oil emulsions. Food Hydrocolloids 32: 9-19.

Zhang Y, Huang X, Duan B, Wu L, Li S, Yuan W. 2007. Preparation of electrospun chitosan/poly(vinyl alcohol) membranes. Colloid Polymer Science 285: 855-863.

Zhou JL, Chen SZ, Zuo CM, Ji XJ. 1990. XPS investigation of hydrogen bond in hydroxyapatite. Journal of Acta Chimica Sinica 6 (5): 629-632.

(38)

24

(39)

25 Lampiran 1 Keragaan asam lemak minyak ikan lemuru (Sardinella sp.)

Jenis Asam Lemak

Asam Lemak Minyak Ikan (%)

Asam Laurat, C12:0 0,08±0,00

Asam Tridekanoat, C13:0 0,09±0,00

Asam Miristat, C14:0 4,38±0,02

Asam Pentadekanoat, C15:0 0,91±0,00

Asam Palmitat, C16:0 15,62±0,01

Asam Heptadekanoat, C17:0 0,88±0,00

Asam Stearat, C18:0 3,88±0,00

Asam Arakidat, C20:0 0,50±0,01

Asam Heneikosanoat, C21:0 0,10±0,01

Asam Behenat, C22:0 0,19±0,00

Asam Trikosanoat, C23:0 0,07±0,00

Asam Lignoserat, C24:0 0,13±0,00

Σ SFA 26,41±0,48

Asam Miristoleat, C14:1 0,02±0,00

Asam Palmitoleat, C16:1 4,45±0,07

Asam Cis-10-Heptadekanoat, C17:1 0,30±0,01

Asam Elaidat, C18:1n9t 0,45±0,07

Asam Oleat, C18:1n9c 9,76±0,19

Asam Cis-11-Eikosenoat C20:1 0,83±0,03

Asam Erusat, C22:1n9 0,23±0,03

Asam Nervonat, C24:1 0,37±0,00

Σ MUFA 16,44±0,69

Asam Linoleat, C18:2n6c 1,27±0,02

Asam ϒ-Linolenat, C18:3n6 0,12±0,00

Asam Linolenat, C18:3n3 0,89±0,00

Asam Cis-11,14-Eikosedienoat C20:2 0,29±0,00

Asam Cis-8,11,14-Eikosetrienoat, C20:3n6 0,11±0,00 Asam Cis-11,14,17-Eikosetrienoat C20:3n3 0,07±0,00

Asam Arakhidonat, C20:4n6 1,58±0,02

Asam Cis-5,8,11,14,17-Eikosapentaenoat, C20:5n3 8,03±0,04 Asam Cis-4,7,10,13,16,19-Dokosaheksaenoat, C22:6n3 17,48±0,13 Asam Cis-13, 16-Docosadienoic Acid, C22:2 0,03±0,00

(40)

26

Lampiran 2 Hasil uji FTIR dan interpretasi spektrum IR serbuk kitosan

Vibrasi Stretching Vibrasi Bonding Rentang

(cm-1) Intensitas Ikatan

Tipe Senyawa

Rentang

(cm-1) Intensitas Ikatan

Tipe Senyawa

3780 medium O-H alkohol 1427 medium O-H asam karboksilat 3448 medium N-H amina 1381 medium O-H fenol 2924 lemah O-H alkohol 895 kuat C=C alkena

1643 kuat C=C alkena

(41)

27 Lampiran 3 Hasil uji FTIR dan interpretasi spektrum IR film PVA 8%+kitosan

2%+gliserol

Vibrasi Stretching Vibrasi Bonding

Rentang

(cm-1) Intensitas Ikatan Tipe Senyawa

Rentang

(cm-1) Intensitas Ikatan

Tipe Senyawa

2909 kuat N-H garam amina 1437 medium O-H

asam karboksilat

1720 kuat C=O

conjugated

anhydride 1335 medium O-H fenol 1681 kuat C=O conjugated acid

1085 medium C-N amina

(42)

28

Lampiran 4 Grafik hasil uji mekanik film PVA 8%+kitosan 2%+gliserol

Lampiran 5 Grafik hasil uji mekanik film PVA 8% (kontrol)

0 50 100 150

0 10 20 30 40 50

Strain in %

F

o

rc

e

in

k

g

0 50 100 150

0 10 20 30 40 50

Strain in %

F

or

ce

in

k

(43)

29 Lampiran 6 Grafik pertambahan bobot pada pengujian laju transmisi uap air

Lampiran 7 Tabel hasil uji normalitas dan independent sampel t test bilangan iod minyak ikan lemuru selama penyimpanan

Hari Ke-1 Hari Ke-2 Hari Ke-3 Hari Ke-4 Hari ke-5

(44)

30

Lampiran 8 Tabel hasil uji normalitas dan independent sampel t test bilangan peroksida minyak ikan lemuru selama penyimpanan

(45)

31

Lampiran 9 Tabel hasil uji normalitas dan independent sampel t test angka asam lemak bebas minyak ikan lemuru selama penyimpanan

Independent Samples Test

(46)

32

Independent Samples Test

5,823E+015 ,000

-1,348 -1,348

2 1,503

,310 ,345

-,39500 -,39500

,29296 ,29296

-1,65550 -2,15326

,86550 1,36326

F Sig. Levene's Test f or

Equality of Variances

t df

Sig. (2-tailed) Mean Dif ference

Std. Error Dif ference

Lower Upper 95% Confidence Interval of the Dif f erence t-test for Equality of

Means FFA

Equal v ariances assumed

(47)

33

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bekasi, Jawa Barat pada tanggal 2 November 1992. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Muhamad Taufik dan Reny Ambarwati. Pendidikan formal yang ditempuh penulis dimulai dari SDN Cilincing 05 Pagi, Jakarta Utara pada tahun 1998 hingga tahun 2004. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan pada tahun 2004 hingga tahun 2007 di SMPN 244 Jakarta Utara dan dilanjutkan dengan pendidikan formal di SMAN 75 Jakarta Utara dari tahun 2007 hingga tahun 2010.

Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Penulis aktif sebagai asisten mata kuliah Teknologi Pengolahan Hasil Perairan periode 2013/2014. Penulis juga pernah aktif mengikuti lomba karya tulis ilmiah PKM-Penelitian 2013 yang didanai oleh DIKTI yang berjudul “Model Baru Advanced Packaging melalui Mekanisme Aktif Oxygen Scavenging dari Chitosan untuk Kemasan Suplemen Pangan Kecerdasan berbasis Asam Lemak Omega-3 Minyak Ikan”. Selain itu penulis juga pernah melakukan praktek lapangan di perusahan perikanan dengan

judul “Penerapan Kelayakan Dasar pada Pembekuan Tuna Loin di PT Makmur

Jaya Sejahtera, Muara Baru, Jakarta Utara”. Sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada program studi Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, penulis menyusun skripsi dengan

judul “Kemasan Aktif Minyak Ikan dengan Material Komposit Kitosan”.

Gambar

Gambar  1  Model pengembangan kemasan aktif oxygen scavenging dengan penempatan film komposit kitosan-PVA pada tutup botol kaca penyimpanan minyak ikan lemuru (modifikasi Ryosei et al
Gambar 2 Viskositas larutan bahan dasar film kemasan aktif oxygen scavenging
Gambar 3 Laju transmisi uap air kemasan aktif oxygen scavenging dari komposit
Gambar 4 Spektrum transmitan FTIR kemasan aktif oxygen scavenging dari film
+6

Referensi

Dokumen terkait

Kepala desa sebagai motivator harus mampu memotivasi warga untuk aktif serta dalam pelaksanaan pembangunan sehingga pembangunan yang ingin dicapai nantinya dapat

sehingga perlu diketahui tentang beberapa jenis nyamuk yang merupakan vektor dari beberapa penyakit yang melanda kota Lamongan, terutama nyamuk diurnal yang

Fairness (ketidakberpihakan) berita Kekalahan Indonesia Melawan Malaysia pada Final AFF 2010 pada surat kabar Jawa Pos edisi 27 Desember – 30 Desember 2010 masih belum

Motivasi dibutuhkan oleh semua karyawan termasuk karyawan di PT PLN (Persero) APJ Surakarta, dalam melakukan pekerjaan dan kewajibannya karyawan diharapkan mempunyai semangat

Rekomendasi bagi mahasiswa peserta KKN PPM UNUD berikutnya agar memaha mi dengan baik mengenai program KK Dampingan dari mulai pembekalan sehingga pada saat

Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa melalui layanan penguasaan konten dengan teknik Self management efektif dalam mengurangi kesulitan belajar yang dialami siswa

Berdasarkan kerangka berpikir, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah Penerapan Metode RAP dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata

Dengan demikian, H0 ditolak dan H1 diterima, berarti hipotesis ketiga yang berbunyi minat baca (X1) dan penguasaan kosakata (X2) secara bersama-sama berkontribusi