• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Stres dan Adaptasi Remaja Putri terhadap Dismenorea di SMA Raksana Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Respon Stres dan Adaptasi Remaja Putri terhadap Dismenorea di SMA Raksana Medan"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON STRES DAN ADAPTASI REMAJA PUTRI

TERHADAP DISMENOREA DI SMA RAKSANA

MEDAN

SKRIPSI

Oleh

Indah Lestari Harahap

131121027

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)
(4)

Judul : Respon Stres dan Adaptasi Remaja Putri terhadap Dismenorea di SMA Raksana Medan

Nama mahasiswa : Indah Lestari Harahap

NIM : 131121027

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2015

Abstrak

Dimenorea atau nyeri haid adalah nyeri atau rasa sakit yang dialami wanita diawal

menstruasi dan dapat mengganggu aktifitas sehari-hari. Dismenorea terjadi 2 hari atau lebih sebelum menstruasi dimulai dan rasa nyeri akan semakin hebat saat menstruasi, kemudian menghilang 2 hari atau lebih setelah menstruasi berhenti Stres sebagai salah satu faktor psikis yang menyebabkan dismenorea. Seseorang yang mengalami dismenorea dapat menimbulkan respon stres yang mengakibatkan sering marah-marah, cemas dan konsentrasi menurun. Selain itu, juga dapat menimbulkan respon adaptasi yang mengakibatkan terhadap perubahan kebutuhan fisik, konsep diri, fungsi peran dan kemandirian. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi respon stres dan adaptasi remaja putri terhadap dismenorea di SMA Raksana Medan. Desain penelitian menggunakan metode deskriptif dengan jumlah sampel sebanyak 73 responden dan teknik pengambilan sampel stratified random sampling. Instrument yang digunakan berupa kuesioner. Karakteristik responden pada penelitian adalah mayoritas (79,5%) berumur 17 tahun, (52,1%) beragama islam, (54,8%) bersuku batak, (61,6%) pendidikan orang tua SMA. Hasil penelitian menunjukkan respon stres remaja putri terhadap dismenorea adalah ada (56,2%) dan respon adaptasi terhadap dismenorea adalah adaptif (53,4%). Dari hasil penelitian disarankan kepada guru/pendidik di sekolah dapat mengenal respon stres remaja usia sekolah terhadap dismenorea agar lebih membaik bagi remaja yang beradaptasi terhadap stres.

(5)

Title : Stress Respond And Adaptation Of Gilrs Towards Dismenorea In SMA Raksana Medan

Name : Indah Lestari Harahap

NIM : 131121027

Program :

Year : 2015

Faculty of Nursing, USU

Dismenorea or menstruation paint is the paint or hurt got by a girl in the early time of menstruation and it can disturb the daily activities. Dismenorea exists in 2 days or more before the menstruation begins and the paint is getting worse at the menstruation time, then it disappears in 2 days or more after the menstruation stops. Stress is one of the psychological factors causes dismenorea. Someone with dismenorea can arise stress respond that cause angry, anxiety, and lower concentration. Besides, it can cause respond adaptation that cause the change of physical needs, body image, role function, and autonomy. This research is purposed to identify stress respond and adaption of girls towards dismenorea in SMA Raksana Medan. Research design used descriptive method with the sample of 73 respondents and the sample technique used was stratified random sampling. The instrument was questioners. The characteristic of respondents in this research is majority of the age of 17 (59,1%), moslems (54,8%), Batak etnic (61,6%), parents’ educations was SMA. The research results shows that stress respond of the girls towards dismenorea is existed (56,2%) and adaptation respond towards dismenorea is adaptive (53,4%). From this research, it is suggested to the girls to know the stress respond and adaptation towards dismenorea.

Abstract

(6)

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Allah SWT karena atas rahmat-Nya penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Respon Stres dan Adaptasi Remaja Putri

terhadap Dismenorea di SMA Raksana Medan”, untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara.

Pada saat penyelesaian skripsi ini peneliti mengucapkan terima kasih yang

setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan serta

dorongan kepada peneliti sehingga skripsi ini terselesaikan.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada yang terhormat :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen penguji yang telah memberikan

masukan demi perbaikan skripsi ini.

3. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen pembimbing yang

telah memberikan pengetahuan, bimbingan, masukan dan arahan yang sangat

membantu sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Ibu Nurbaiti, S.Kep, M.Biomed selaku dosen penguji yang telah memberikan

masukan demi perbaikan skripsi ini.

5. Seluruh dosen dan staf pengajar Fakultas Keperawatan USU yang telah

(7)

6. Kepala Sekolah SMA Raksana Medan membantu dalam memperlancar

penelitian.

7. Terkhusus buat kedua orangtua tercinta, Bapak J. Harahap dan Ibu R. Pohan

atas segala dukungan moral dan materil serta do’a sehingga skripsi ini

terselesaikan, dan kepada kakak beserta adik-adik saya yang selalu

memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

8. Untuk semua teman-teman yang telah mendukung penulis dalam penyelesaian

skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari dalam pembuatan skripsi ini masih ada yang kurang

sempurna, maka dari itu peneliti menerima kritik dan saran yang diberikan demi

perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk praktik

keperawatan.

Medan, Januari 2015

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERNYATAAN PLAGIAT ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

ABSTRAK ... iv

2.1.3 Faktor Pengaruh Respon terhadap Stres ... 10

2.1.4 Tahapan Stres ... 11

2.3.2 Karakteristik Remaja ... 23

2.4 Konsep Dismenorea ... 24

2.4.1 Defenisi Dismenorea ... 24

2.4.2 Klasifikasi Dismenorea ... 25

2.4.3 Faktor Resiko ... 27

2.4.4 Komplikasi ... 28

2.4.5 Pengobatan ... 28

(9)

BAB III KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep ... 32

3.2 Defenisi Operasional ... 33

BAB IV METODELOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ... 34

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian... 34

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35

4.4 Pertimbangan Etik ... 36

4.5 Instrumen Penelitian ... 36

4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas... 38

4.7 Pengumpulan Data... 39

4.8 Analisa Data ... 40

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ... 41

5.1.1 Deskripsi Karakteristik Responden ... 41

5.1.2 Deskripsi Respon Stres Remaja Putri terhadap Dismenorea ... 42

5.1.3 Deskripsi Respon Adaptasi Remaja Putri terhadap Dismenorea ... 44

5.2 Pembahasan ... 45

5.2.1 Respon Stres Remaja Putri terhadap Dismenore ... 45

5.2.2 Respon Adaptasi Remaja Putri terhadap Dismenorea ... 48

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 51

6.2 Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52

(10)

DAFTAR SKEMA

Skema 3.1. Kerangka konsep respon stres dan adaptasi remaja putri terhadap

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Defenisi Operasional Variabel Penelitian .……….33

Tabel 5.1. Distribusi responden berdasarkan karakteristik di SMA Raksana Medan tahun 2014 ……….………42

Tabel 5.2. Distribusi responden berdasarkan respon stres terhadap dismenorea di SMA Raksana Medan tahun 2014 ………..43

Tabel 5.3. Distribusi respon stres terhadap dismenorea di SMA Raksana Medan tahun 2014 berdasarkan respon adaptif dan maladaptif ……….43

Tabel 5.4. Distribusi responden berdasarkan respon adaptasi terhadap dismenorea di SMA Raksana Medan tahun 2014 ………..44

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden ... 55

2. Instrument Penelitian ... 56

3. Surat Komisi Etik ... 59

4. Surat Izin Survei Awal dari Fakultas Keperawatan USU ... 60

5. Surat Balasan Survei Awal dari Sekolah SMA Raksana Medan ... 61

6. Surat Pengantar Validitas ... 62

7. Surat Pernyataan Validitas ... 63

8. Surat Izin Uji Reliabel dari Fakultas Keperawatan USU ... 64

9. Surat Balasan Uji Reliabel dari Sekolah SMA Gajah Mada Medan... 65

10. Surat Izin penelitian dari Fakultas Keperawatan USU ... 66

11. Surat izin penelitian dari Kepala Sekolah SMA Raksana Medan ... 67

12. Hasil Uji Reliabilitas ... 68

13. Hasil Penelitian ... 72

14. Master Tabel Penelitian ... 84

15. Jadwal Penelitian... 87

16. Lembar Konsul ... 88

17. Taksasi Dana ... 91

(13)

Judul : Respon Stres dan Adaptasi Remaja Putri terhadap Dismenorea di SMA Raksana Medan

Nama mahasiswa : Indah Lestari Harahap

NIM : 131121027

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2015

Abstrak

Dimenorea atau nyeri haid adalah nyeri atau rasa sakit yang dialami wanita diawal

menstruasi dan dapat mengganggu aktifitas sehari-hari. Dismenorea terjadi 2 hari atau lebih sebelum menstruasi dimulai dan rasa nyeri akan semakin hebat saat menstruasi, kemudian menghilang 2 hari atau lebih setelah menstruasi berhenti Stres sebagai salah satu faktor psikis yang menyebabkan dismenorea. Seseorang yang mengalami dismenorea dapat menimbulkan respon stres yang mengakibatkan sering marah-marah, cemas dan konsentrasi menurun. Selain itu, juga dapat menimbulkan respon adaptasi yang mengakibatkan terhadap perubahan kebutuhan fisik, konsep diri, fungsi peran dan kemandirian. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi respon stres dan adaptasi remaja putri terhadap dismenorea di SMA Raksana Medan. Desain penelitian menggunakan metode deskriptif dengan jumlah sampel sebanyak 73 responden dan teknik pengambilan sampel stratified random sampling. Instrument yang digunakan berupa kuesioner. Karakteristik responden pada penelitian adalah mayoritas (79,5%) berumur 17 tahun, (52,1%) beragama islam, (54,8%) bersuku batak, (61,6%) pendidikan orang tua SMA. Hasil penelitian menunjukkan respon stres remaja putri terhadap dismenorea adalah ada (56,2%) dan respon adaptasi terhadap dismenorea adalah adaptif (53,4%). Dari hasil penelitian disarankan kepada guru/pendidik di sekolah dapat mengenal respon stres remaja usia sekolah terhadap dismenorea agar lebih membaik bagi remaja yang beradaptasi terhadap stres.

(14)

Title : Stress Respond And Adaptation Of Gilrs Towards Dismenorea In SMA Raksana Medan

Name : Indah Lestari Harahap

NIM : 131121027

Program :

Year : 2015

Faculty of Nursing, USU

Dismenorea or menstruation paint is the paint or hurt got by a girl in the early time of menstruation and it can disturb the daily activities. Dismenorea exists in 2 days or more before the menstruation begins and the paint is getting worse at the menstruation time, then it disappears in 2 days or more after the menstruation stops. Stress is one of the psychological factors causes dismenorea. Someone with dismenorea can arise stress respond that cause angry, anxiety, and lower concentration. Besides, it can cause respond adaptation that cause the change of physical needs, body image, role function, and autonomy. This research is purposed to identify stress respond and adaption of girls towards dismenorea in SMA Raksana Medan. Research design used descriptive method with the sample of 73 respondents and the sample technique used was stratified random sampling. The instrument was questioners. The characteristic of respondents in this research is majority of the age of 17 (59,1%), moslems (54,8%), Batak etnic (61,6%), parents’ educations was SMA. The research results shows that stress respond of the girls towards dismenorea is existed (56,2%) and adaptation respond towards dismenorea is adaptive (53,4%). From this research, it is suggested to the girls to know the stress respond and adaptation towards dismenorea.

Abstract

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan

hanya dalam arti psikologis tetapi juga fisik. Bahkan perubahan-perubahan fisik

yang terjadi itulah yang merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja,

sedangkan perubahan-perubahan psikologis muncul antara lain sebagai akibat dari

perubahan-perubahan fisik itu (Sarwono, 2011).

Stres merupakan respon tubuh yang bersifat tidak spesifik terhadap setiap

tuntutan atau beban atasnya. Terjadinya stres dapat disebabkan oleh sesuatu yang

dinamakan stessor. Stressor diperlukan dalam kehidupan dan upayanya untuk

meningkatkan kewaspadaan, kematangan kepribadian dan kompetisi dalam hidup

(Rasmun, 2004). Stres yang dialami seseorang dapat menimbulkan reaksi

fisiologis dan psikologis. Selain itu, respon adaptif adalah suatu totalitas respon

dari manusia sebagai makhluk holistik yang memerlukan penyesuaian (Hidayat,

2008).

Nyeri haid adalah hal yang sangat wajar terjadi di kalangan perempuan

dan bisa terjadi pada mereka yang sedang haid. Beberapa kalangan menganggap

nyeri haid adalah hal yang biasa, dialami dalam waktu singkat, tidak terlalu

mengganggu aktivitas dan dalam hitungan jam rasa nyeri itu hilang dengan

sendirinya. Namun dalam beberapa kasus, mereka terus menerus mengalami rasa

(16)

itu juga disertai kondisi psikologis yang tidak nyaman, seperti mudah marah,

cepat tersinggung, bawaannya kesel pada semua orang (Anurogo, 2011).

Usia gadis remaja pada waktu pertama kalinya mendapat haid

(menarche) bervariasi lebar yaitu antara 10 sampai 16 tahun, tetapi rata-rata 12,5

tahun. Statistik menunjukkan bahwa usia menarche dipengaruhi faktor keturunan,

keadaan gizi dan kesehatan umum (Prawihardjo, 2012).

Perempuan merasakan nyeri haid (dismenore) dengan berbagai tingkatan,

mulai dari yang sekedar pegal-pegal di panggul dari sisi dalam hingga rasa nyeri

yang luar biasa sakitnya (Anurogo, 2011). Nyeri ini terjadi 2 hari atau lebih

sebelum menstruasi dimulai dan rasa nyeri akan semakin hebat saat menstruasi,

kemudian menghilang 2 hari atau lebih setelah menstruasi berhenti (Proverawati,

2009).

Menurut Llewellyn (2005), lima puluh persen dari wanita mengeluh

karena sakit waktu haid pada masa remaja. Gangguan ini mencapai puncak pada

umur 17 sampai 25 tahun, dan berkurang atau sembuh setelah mengandung.

Angka kejadian nyeri menstruasi di dunia sangat besar. Di Amerika,

angka presentasenya sekitar 60% dan di Swedia sekitar 72% (Proverawati, 2009).

Masih di Amerika Serikat, puncak insiden dismenorea primer terjadi pada akhir

masa remaja dan di awal usia 20-an. Insiden dismenorea pada remaja putri

dilaporkan sekitar 92% (Anugoro, 2011).

Dismenorea dapat menyebabkan perempuan tidak dapat hadir saat

(17)

bahwa dismenorea menyebabkan 14% remaja sering tidak masuk sekolah

(Anurogo, 2011).

Sementara di Indonesia angkanya diperkirakan 55% perempuan usia

produktif yang mengalami nyeri menstruasi (haid). Angka kejadian (prevalensi)

nyeri menstruasi (haid) berkisar 45-95% di kalangan wanita usia produktif

(Proverawati, 2009). Dapat dikatakan 90% perempuan Indonesia pernah

mengalami dismenorea. Lebih banyak perempuan yang mengalami dismenorea

tidak melaporkan atau berkunjung ke dokter. Banyak yang menganggap kesehatan

adalah urusan ke sekian dan mereka memutuskan untuk pergi ke dokter atau

rumah sakit ketika kondisi sudah sangat parah (Anurogo, 2011). Walaupun pada

umumnya tidak berbahaya, namun dismenorea dapat mengganggu bagi wanita

yang mengalaminya. Nyeri yang dirasakan tidak sama untuk setiap wanita, ada

yang masih bisa bekerja sambil meringis dan adapula yang tidak mampu

beraktifitas.

Penelitian Haryani (2012), yang dilakukan di SMP Negeri 35 Medan

melaporkan bahwa 76,7% remaja mengalami nyeri haid yang hilang-timbul dan

dengan intensitas nyeri sedang. Sedangkan tingkat stres yang dialami sebagian

besar berada pada tingkat kedua dengan koping positif.

Penelitian yang dilakukan Mayyane (2011) di SMA Negeri 1 Padang

Panjang yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat stres dengan

kejadian sindrom pra menstruasi menggunakan pendekatan cross sectional dan

responden sebanyak 144 orang. Hasil penelitian menunjukkan 75,7% responden

(18)

Terdapat hubungan positif dengan korelasi yang sedang antara tingkat stres

dengan kejadian sindrom pra menstruasi (r = 0,504, p = 0,000).

Hasil penelitian yang dilakukan Roza (2011), di Fakultas Keperawatan

USU yang menggunakan desain penelitian deskriptif korelasi dengan teknik

pengambilan sampel menggunakan total sampling sebanyak 42 orang responden.

Didapatkan bahwa aktivitas belajar responden yang mengalami dismenorea

sebagian besar (71,4%) berada pada aktivitas belajar kategori terganggu sebanyak

30 orang (71,4%), sedangkan aktivitas belajar kategori tidak terganggu. Penelitian

Rakhma (2012) yang bertujuan untuk mengetahui gambaran derajat dismenorea

dan upaya penanganannya pada siswi SMK Arjuna Depok Jawa Barat didapat

bahwa siswi yang mengalami dismenorea sebagian besar melakukan upaya

penanganan dengan cara istirahat total atau tidur sebanyak 30 (23,3%) siswi,

melakukan teknik distraksi sebanyak 24 (18,6%) siswi, melakukan kompres air

hangat sebanyak 13 (10,1%) siswi dan meminum obat warung sebanyak 10

(7,8%) siswi.

Penelitian Sulastri (2006) dalam Rakhma (2012) menyatakan bahwa

dismenorea berdampak pada gangguan aktivitas sehari-hari sehingga

menyebabkan absen sekolah ≤ 3 hari atau tidak masuk s ekolah dan berdampak pada menurunnya konsentrasi di kelas.

Dari survey awal yang dilakukan peneliti di SMA Raksana Medan,

dengan wawancara non formal kepada guru bimbingan, dari kelas 1 sampai kelas

(19)

masuk sekolah setiap bulannya dengan keterangan nyeri haid bahkan ada siswa

pulang disaat pelajaran berlangsung karena nyeri haid.

Berdasarkan latar belakang yang mengatakan banyak siswi mengalami

dismenorea di SMA Raksana Medan, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Respon Stres dan Adaptasi Remaja Putri terhadap

Dismenorea di SMA Raksana Medan.”

1.2. Perumusan Masalah

Masalah penelitian yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah

“Bagaimana respon stres dan adaptasi remaja putri terhadap dismenorea

di SMA Raksana Medan?”

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1.Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi bagaimana respon stres dan adaptasi remaja putri

terhadap dismenorea di SMA Raksana Medan.

1.3.2.Tujuan Khusus

- Untuk mengidentifikasi respon stres remaja putri di SMA Raksana

terhadap dismenorea.

- Untuk mengidentifikasi respon adaptasi remaja putri di SMA

Raksana terhadap dismenorea.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1.Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan peneliti di

(20)

menambah wawasan pengetahuan peneliti dalam penerapan ilmu tentang

hal-hal yang berhubungan dengan dismenorea.

1.4.2.Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi

keperawatan khususnya yang terkait dengan dismenorea.

1.4.3.Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi

atau bahan masukan bagi penelitian selanjutnya yang ingin melakukan

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Stres

2.1.1. Defenisi Stres

Stres adalah kumpulan hasil, respon, jalan, dan pengalaman yang

berkaitan, yang disebabkan oleh berbagai keadaan atau peristiwa yang

menyebabkan stres (Manktelow, 2008). Stres biasanya dipersepsikan sebagai

sesuatu yang negatif padahal tidak. Sumber stressor dapat mempengaruhi sifat

dari stressor seperti lingkungan, baik secara fisik, psikologis maupun spiritual

(Hidayat, 2008).

Stres adalah respon tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan

tubuh yang terganggu, suatu fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan

setiap orang mengalaminya, stres memberi dampak secara total pada individu

yaitu terhadap fisik, psikologis, intelektual, sosial dan spiritual, stres dapat

mengancam keseimbangan fisiologis (Rasmun, 2004).

Menurut Asmadi (2008), stres adalah suatu keadaan yang dinamis yang

berlangsung setiap kali manusia berinteraksi dengan lingkungan yang bertujuan

memelihara keseimbangan pertumbuhan, perkembangan, dan perbuatan yang

meliputi pertukaran energi dan informasi antara individu dan lingkungannya guna

(22)

maupun berat. Stres juga bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia

karena stres merupakan proses normal dalam hidup.

Dalam batas tertentu, stres dapat membantu kita untuk tetap aktif dan

waspada. Akan tetapi, stres yang berlangsung lama dapat melebihi kemampuan

kita untuk mengatasinya dan menyebabkan distress emosional seperti kelelahan,

meningkatnya asam lambung, dan sakit kepala (Sukmono, 2009).

2.1.2. Macam-macam Stres

a. Stres Fisik

Stres yang disebabkan karena keadaan fisik seperti karena temperatur yang

tinggi atau yang sangat rendah, suara yang bising, sinar matahari atau

karena tegangan arus listrik (Hidayat, 2008). Perubahan iklim, alam, suhu,

cuaca, geografi; yang meliputi letak tempat tinggal, domisili, demografi;

berupa jumlah anggota dalam keluarga, nutrisi, radiasi kepadatan

penduduk, imigrasi, dll (Rasmun,2004).

b. Stres Kimiawi

Stres yang disebabkan karena zat-zat kimia seperti obat-obatan dan zat

beracun asam, basa, faktor hormon atau gas dan prinsipnya karena

(23)

c. Stres Mikrobiologik

Stres yang disebabkan karena kuman seperti adanya virus, bakteri atau

parasit (Hidayat, 2008). Bermacam tumbuhan dan makhluk hidup lainnya

yang dapat mempengaruhi kesehatan misalnya; tumbuhnya jerawat,

demam yang dipersepsikan mengancam konsep diri individu juga dapat

menyebabkan stres (Rasmun, 2004).

d. Stres Fisiologik

Stres yang disebabkan karena gangguan fungsi organ tubuh (Hidayat,

2008).

e. Stres Proses Pertumbuhan dan Perkembangan

Stres yang disebabkan karena proses pertumbuhan dan perkembangan

seperti pada pubertas, perkawinan, dan proses lanjut usia (Hidayat, 2008).

f. Stres Psikis atau Emosional

Stres yang disebabkan karena gangguan situasi psikologis atau

ketidakmampuan kondisi psikologis untuk menyesuaikan diri seperti

hubungan interpersonal, dan sosial budaya (Hidayat, 2008).

g. Stres Spiritual

Yaitu adanya persepsi negatif terhadap nilai-nilai keagamaan (Rasmun,

(24)

2.1.3. Faktor Pengaruh Respon Terhadap Stressor

a. Sifat Stressor

Faktor yang dapat mempengaruhi respon tubuh terhadap stressor secara

tiba-tiba atau berangsur-angsur, dapat berbeda pada setiap individu

tergantung dari pemahaman tentang arti stressor (Hidayat, 2008).

b. Durasi Stressor

Lamanya stressor yang dialami akan mempengaruhi respon tubuh. Apabila

stressor yang dialami lama, maka respon yang dialami juga lama (Hidayat,

2008). Memanjangnya stressor dapat menyebabkan menurunnya

kemampuan individu mengatasi stres, karena individu telah berada pada

fase kelelahan, individu sudah kehabisan tenaga untuk menghadapi

stressor tersebut (Rasmun, 2004).

c. Jumlah Stressor

Jumlah stressor seseorang dapat menentukan respon tubuh. Semakin

banyak stressor yang dialami, maka dapat menimbulkan dampak yang

besar bagi fungsi tubuh (Hidayat, 2008). Pada waktu yang bersamaan

bertumpuk sejumlah stressor yang harus dihadapi, sehingga stressor kecil

dapat menjadi pemicu (pencetus) yang mengakibatkan reaksi yang

berlebihan (Rasmun, 2004).

d. Pengalaman Masa lalu

Pengalaman masa lalu dapat mempengaruhi kemampuan individu dalam

menghadapi stressor yang sama (Rasmun, 2004). Semakin banyak stressor

(25)

baik dalam mengatasinya sehingga kemampuan adaptifnya akan semakin

baik pula (Hidayat, 2008).

e. Tipe Kepribadian

Seseorang yang memiliki tipe kepribadian A lebih rentan terkena stres

dibanding dengan tipe kepribadian B. Karena tipe kepribadian A memiliki

ciri agresif, bicara cepat, kurang sabar, mudah tersinggung, mudah marah,

dan lain-lain. Sedangkan tipe kepribadian B kebalikan dari tipe

kepribadian A (Hidayat, 2008).

f. Tingkat Perkembangan

Pada tingkat perkembangan tertentu terdapat jumlah dan intensitas stressor

yang berbeda sehinggga resiko terjadi stres pada tiap tingkat

perkembangan akan berbeda (Rasmun, 2004). Semakin matang dalam

perkembangannya, maka semakin baik pula kemampuan untuk

mengatasinya. Kemampuan individu dalam mengatasi stressor dan respon

berbeda-beda (Hidayat, 2008).

2.1.4. Tahapan Stres

a. Tahapan Pertama

Tahap yang ringan dari stres yang ditandai dengan adanya semangat

bekerja besar, penglihatannya tajam tidak seperti pada umumnya, merasa

mampu menyelesaikan pekerjaan yang tidak seperti biasanya, kemudian

merasakan senang dengan pekerjaan akan tetapi kemampuan yang

(26)

b. Tahapan Kedua

Pada tahap ini seseorang memiliki ciri adanya perasaan letih sewaktu

bangun pagi yang semestinya segar, terasa lelah sesudah makan siang,

cepat lelah menjelang sore, sering mengeluh lambung atau perut tidak

nyaman, denyut jantung berdebar-debar lebih dari biasanya, otot-otot

punggung dan tengkuk semakin tegang dan tidak bisa santai.

c. Tahapan Ketiga

Pada tahap ini apabila seseorang mengalami gangguan seperti adanya

keluhan gastritis, buang air besar tidak teratur, ketegangan otot semakin

terasa, perasaan tidak tenang, gangguan pola tidur, lemah, terasa seperti

tidak bertenaga.

d. Tahapan Keempat

Pada tahap ini seseorang akan mengalami gejala seperti segala pekerjaan

yang menyenangkan terasa membosankan, semula tanggap terhadap

situasi menjadi kehilangan kemampuan untuk merespon secara adekuat,

tidak mampu melaksanakan kegiatan sehari-hari, adanya gangguan pola

tidur, sering menolak ajakan karena tidak bergairah, kemampuan

mengingat dan konsentrasi menurun.

e. Tahapan Kelima

Pada tahap ini ditandai dengan adanya kelelahan fisik secara mendalam,

tidak mampu menyelesaikan pekerjaan yang ringan dan sederhana,

gangguan pada sistem pencernaan semakin berat dan perasaan ketakutan

(27)

f. Tahapan Keenam

Tahap ini merupakan tahap puncak dan seseorang mengalami panik dan

perasaan takut mati dengan ditemukan gejala seperti detak jantung

semakin keras, susah bernafas, terasa gemetar seluruh tubuh dan

berkeringat, kemungkinan terjadi kolaps atau pingsan (Hidayat, 2008).

2.1.5. Respon Stres Individu

Stres sifatnya umum, semua orang dapat merasakannya tetapi cara

pengungkapannya berbeda sesuai dengan karakteristik individu. Respon yang

berbeda tersebut dikarenakan mekanisme koping yang digunakan oleh individu

berbeda.

Adapun manifestasi respon individu terhadap stres yaitu:

1. Manifestasi secara Verbal dan Psikomotor

Umumnya respon pertama individu terhadap stres adalah merupakan

spontanitas yang diungkapkan secara verbal dan diikuti dengan gerakan

dari ungkapan emosional psikomotor misalnya; menangis, ketawa, teriak,

memukul, menyepak, menggenggam, memegang, meremas, mencerca,

mengumpat.

2. Manifestasi secara Psikologis

Merupakan gejala atau gambaran yang dapat diamati secara subjektif

maupun objektif dari individu yang mengalami stres psikologis.

(28)

3. Manifestasi secara Kognitif

Merupakan reaksi dari individu yang mengalami stres dengan

menggunakan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki untuk

mengatasi masalah yang sedang dihadapi antara lain: penyelesaian

masalah, strukturisasi (memanipulasi situasi), melatih diri untuk

menghindari stres (disiplin diri), menekan perasaan yang tidak

menyenangkan (supresi), fantasi dan melamun, berdo’a atau sembahyang

(Rasmun, 2004). Stres pada daya pikir ditemukan penurunan konsentrasi

dan keluhan sering sakit kepala dan pusing (Hidayat, 2008).

2.1.6. Manajemen Stres

Apabila stres tidak cepat ditanggulangi atau dikelola dengan baik, maka

akan dapat berdampak lebih lanjut seperti mudah terjadi gangguan atau terkena

penyakit (Hidayat, 2008). Semakin banyak bukti menunjukkan bahwa stres

membuat kita rentan terhadap penyakit karena melemahnya sistem kekebalan

tubuh (Sukmono, 2009). Tahap untuk mengatasi dan mencegah stres dapat

dilakukan dengan:

a. Pengaturan Diet dan Nutrisi

Pengaturan diet dan nutrisi merupakan cara yang efektif dalam

mengurangi atau mengatasi stres melalui makan dan minum yang halal dan

tidak berlebihan, dengan mengatur jadwal makan secara teratur, menu

bervariasi, hindari makanan dingin dan menonton karena dapat

(29)

(2007), minum air dapat mengurangi nyeri menstruasi, air dapat

mengencerkan darah dan mencegah penggumpalan darah ketika ia beredar

ke seluruh tubuh serta sumber utama energi bagi tubuh.

b. Istirahat dan Tidur

Istirahat dan tidur merupakan obat yang baik dalam mengatasi stres karena

dengan istirahat dan tidur yang cukup akan memulihkan keletihan fisik

dan akan memulihkan keadaan tubuh. Tidur yang cukup akan memberikan

kegairahan dalam hidup dan memperbaiki sel-sel yang rusak.

c. Olahraga atau Latihan Teratur

Olahraga atau latihan teratur adalah salah satu cara untuk meningkatkan

daya tahan dan kekebalan fisik maupun mental. Olahraga dapat dilakukan

dengan cara jalan pagi, lari pagi.

d. Berhenti Merokok

Berhenti merokok adalah salah satu cara menanggulangi stres karena dapat

meningkatkan status kesehatan dan mempertahankan ketahanan dan

kekebalan tubuh.

e. Tidak Mengkonsumsi Minuman Keras

Dengan tidak mengkonsumsi minuman keras, kekebalan dan ketahanan

tubuh akan semakin baik, segala penyakit dapat dihindari karena minuman

keras banyak mengandung alkohol.

f. Pengaturan Berat Badan

Peningkatan berat badan dapat menyebabkan stres karena mudah

(30)

g. Pengaturan Waktu

Dengan pengaturan waktu segala pekerjaan yang dapat menimbulkan

kelelahan fisik dapat dihindari. Pengaturan waktu dapat dilakukan dengan

cara menggunakan waktu secara efektif dan efisien serta melihat aspek

produktivitas waktu.

h. Terapi Psikofarmaka

Terapi ini menggunakan obat-obatan dalam mengatasi stres yang dialami

dengan cara memutuskan jaringan antara psiko neuro dan imunologi

sehingga stresor psikososial yang dialami tidak mempengaruhi fungsi

kognitif afektif atau psikomotor yang dapat mengganggu organ tubuh yang

lain.

i. Terapi Somatik

Terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan akibat stres yang

dialami sehingga diharapkan tidak dapat mengganggu sistem tubuh yang

lain.

j. Psikoterapi

Terapi ini dapat meliputi psikoterapi suportif dan psikoterapi reedukatif

dimana psikoterapi suportif memberikan motivasi atas dukungan agar

pasien percaya diri, sedangkan psikoterapi reedukatif dilakukan dengan

memberikan pendidikan secara berulang.

k. Terapi Psikoreligius

Terapi ini menggunakan pendekatan agama dalam mengatasi

(31)

mempertahankan kehidupan seseorang harus sehat secara fisik, psikis,

sosial dan sehat spiritual sehingga stres yang dialami dapat diatasi

(Hidayat, 2008).

2.2. Konsep Adaptasi

2.2.1. Defenisi Adaptasi

Adaptasi adalah suatu proses perubahan yang menyertai individu dalam

berespon terhadap perubahan yang ada di lingkungan dan dapat mempengaruhi

keutuhan tubuh baik secara fisiologis maupun psikologis yang akan menghasilkan

perilaku adaptif (Hidayat, 2008). Apabila reaksi emosional kita berlebihan, atau

kemampuan kita untuk berfungsi mengalami penurunan, misalnya, menghindari

interaksi sosial, sulit bangun tidur, maka bisa didiagnosis sebagai gangguan

penyesuaian (Sukmono, 2009).

Adaptasi adalah menyesuaikan diri dengan kebutuhan atau tuntutan baru;

yaitu suatu usaha untuk mencari keseimbangan kembali dalam keadaan normal.

Penyesuaian terhadap kondisi lingkungan; modifikasi dari organisme atau

penyesuaian organ secara sempurna untuk dapat eksis pada kondisi lingkungan

tersebut (Rasmun, 2004).

2.2.2. Macam-macam Adaptasi

a. Adaptasi fisiologi

Adaptasi dapat berupa; penyesuaian atas tuntutan terhadap perubahan fisik

(32)

yang terus menerus, bertambahnya kapasitas jantung, paru setelah latihan

dalam waktu yang lama (Rasmun, 2004). Proses penyesuaian tubuh secara

alamiah atau secara fisiologis untuk mempertahankan keseimbangan dari

berbagai faktor yang menimbulkan atau mempengaruhi keadaan menjadi

tidak seimbang. Ada dua adaptasi secara fisiologis yaitu apabila

kejadiannya atau proses adaptasi bersifat lokal disebut LAS (Local

Adaptation Syndroma), akan tetapi apabila reaksi lokal tidak dapat diatasi

sehingga menyebabkan gangguan secara sistemik tubuh akan melakukan

proses penyesuaian seperti panas seluruh tubuh, keadaan ini disebut GAS

(General Adaptation Syndroma) (Hidayat, 2008). Model gas menyatakan

bahwa dalam keadaan stres, tubuh kita seperti jam dengan sistem alarm

yang tidak berhenti sampai tenaganya habis (Sukmono, 2009).

b. Adaptasi Psikologis

Yaitu adaptasi yang terjadi berupa berubahnya sikap perilaku individu oleh

karena adanya upaya yang terus menerus dilakukan (Rasmun, 2004).

Proses penyesuaian secara psikologis akibat stressor yang ada, dengan cara

memberikan mekanisme pertahanan diri dengan harapan dapat melindungi

atau bertahan dari serangan-serangan atau hal-hal yang tidak

menyenangkan. Dan ada dua cara mempertahankan diri dari berbagai

stressor yaitu dengan cara melakukan koping atau penanganan diantaranya

berorientasi pada tugas (task oriented) yang dikenal dengan problem

solving strategi dan ego oriented atau mekanisme pertahanan diri

(33)

c. Adaptasi Sosial Budaya

Merupakan cara untuk mengadakan perubahan dengan melakukan proses

penyesuaian perilaku yang sesuai dengan norma yang berlaku

dimasyarakat (Hidayat, 2008). Sosial budaya juga terjadi perubahan

perilaku yang berkaitan dengan keyakinan terhadap budaya baru (Rasmun,

2004).

d. Adaptasi Religius

Proses penyesuaian diri dengan melakukan perubahan perilaku yang

didasarkan pada keyakinan atau kepercayaan yang dimiliki sesuai dengan

agama yang dianutnya (Hidayat, 2008).

2.2.3. Mekanisme Adaptasi

Individu mempunyai kemampuan untuk mempertahankan kesehatan, dan

menggunakan energinya untuk beradaptasi secara positif. Terdapat dua sub sistem

yang berperan, antara lain:

1. Sub sistem regulator

Yaitu sub sistem dari manusia yang menangani terhadap adanya

rangsangan dari luar yaitu melalui sistem saraf dan hormonal, contohnya

bagaimana seseorang yang mengalami stimulus respon emosional,

kemudian tubuh menyesuaikan diri dengan mengeluarkan hormon

adrenalin yang berefek untuk mempercepat denyut nadi, pernafasan yang

(34)

2. Sub sistem kognator

Yaitu sub sistem yang menangani stimulus dengan melalui proses

informasi, belajar, dan pengambilan keputusan. Artinya adaptasi ini

dengan cara mengaktifkan fungsi-fungsi kognitif untuk menyelesaikan

masalah yang dihadapi (Rasmun, 2004).

2.2.4. Respon Adaptasi

Respon atau perilaku adaptasi seseorang terhadap perubahan atau

kemunduran bergantung pada stimulus yang masuk dan tingkat/kemampuan

adaptasi orang tersebut. Tingkat atau kemampuan adaptasi seseorang ditentukan

oleh tiga hal, yaitu masukan (input), control, dan keluaran (output) (Asmadi,

2008).

Respon individu terhadap stimulus lingkungan dapat berupa respon adaptif

dan maladaptif. Respon adaptif merupakan respon yang dapat meningkatkan

integritas dan membantu individu untuk mencapai tujuan dari adaptasi sendiri,

seperti bertahan hidup, tumbuh, bereproduksi, penguasaan dan perubahan pada

individu maupun lingkungan. Sebaliknya, respon maladaptif dapat menggagalkan

atau mengancam tujuan adaptasi (Alligood & Tomey, 2010).

Individu beradaptasi dan menunjukkan respon atau perilaku terhadap

perubahan kebutuhan yang mencakup perubahan fisik (physiological), konsep

diri, fungsi peran dan hubungan saling ketergantungan atau kemandirian (Asmadi,

(35)

a. Fungsi fisiologis (Physiological)

Adaptasi yang digunakan untuk bersatunya fungsi sistem tubuh, yaitu

reaksi fisik terhadap adanya stressor yang masuk ke dalam tubuh, berupa

penolakan tubuh terhadap stressor, baik secara alami (reaksi imunitas)

maupun yang dipelajari yaitu tindakan menghindar atau berlindung

menangkis untuk menolak atau mengurangi stressor.

b. Konsep Diri (Self Concept)

Yaitu adaptasi yang menyangkut persepsi diri sehingga melibatkan

aktivitas mental dan pengungkapan perasaan diri. Konsep diri dibagi

menjadi lima yaitu: Identitas diri yaitu yang berhubungan dengan ciri-ciri

diri yang dipersepsikan. Ideal diri yaitu hal yang terkait dengan persepsi

diri terhadap cita-cita, keinginan, harapan hidup. Peran diri yaitu persepsi

terhadap peran dirinya di lingkungan sosial masyarakat. Gambaran diri

yaitu hal yang terkait dengan persepsi dirinya terhadap keseluruhan bentuk

fisik (tubuh). Harga diri yaitu persepsi terhadap keberadaan nilai dirinya

didalam lingkungan sosial.

c. Fungsi Peran (Role Function)

Yaitu proses penyesuaian yang berhubungan dengan bagaimana peran

seseorang dalam mengenal pola-pola interaksi sosial dalam berhubungan

dengan orang lain. Fungsi psikososial yang diperankan dimasyarakat

sesuai kedudukan. Dari peran yang dimiliki, individu dapat menjaga diri

(36)

d. Kemandirian (Interdependence)

Yaitu keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian didalam

mencapai sesuatu serta kemampuan seseorang mengenal pola-pola tentang

kasih sayang, cinta yang dilakukan melalui hubungan secara interpersonal

pada tingkat individu maupun kelompok (Rasmun, 2004). Menurut

Asmadi (2008), kemandirian lebih difokuskan pada kebutuhan dan

kemampuan melakukan interaksi sosial, termasuk kebutuhan akan

dukungan orang lain.

2.3. Konsep Remaja

2.3.1. Defenisi Remaja

Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia.

Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke

masa dewasa yang meliputi perubahan biologik, psikologik, dan sosial

(Notoatmodjo, 2007). Masa remaja terjadi perubahan fisik (organobiologis)

secara cepat yang tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan (mental-emosional)

(Kumalasari, 2012).

Masa remaja adalah suatu tahapan antara masa kanak-kanak dengan masa

dewasa, biasanya mulai dari usia 14 tahun pada pria dan usia 12 tahun pada

wanita (Proverawati, 2009).

Remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi ke dalam

(37)

sejajar (Ali, 2011). Masa remaja, usia diantara masa anak-anak dan dewasa, yang

secara biologis yaitu antara umur 10 sampai 19 tahun (Llewellyn, 2005).

Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun

bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja

dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu remaja awal antara usia 12 atau 13 tahun

sampai 17 atau 18 tahun dan remaja akhir antara 17 atau 18 tahun sampai 21 atau

22 tahun (Ali, 2011).

2.3.2. Karakteristik Remaja

1. Remaja Awal (early adolescence)

Menurut Ali (2011), remaja awal antara usia 12 atau 13 tahun sampai

dengan 17 atau 18 tahun. Seorang remaja pada tahap ini masih

terheran-heran akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan

dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu (Sarwono,

2011). Lebih dekat dengan teman sebaya, ingin bebas, lebih banyak

memperhatikan keadaan tubuhnya, mulai berpikir abstrak (Kumalasari,

2012).

2. Remaja Madya (middle adolescence)

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan, senang kalau

banyak teman yang menyukainya, kecenderungan narsistik (Sarwono,

2011). Mencari identitas diri, timbul keinginan untuk berkencan,

mempunyai rasa cinta yang mendalam, mengembangkan kemampuan

(38)

3. Remaja Akhir (late adolescence)

Remaja akhir antara usia 17 atau 18 tahun sampai dengan 21 atau 22 tahun

(Ali, 2011). Tahap ini adalah masa dimana remaja menuju periode dewasa

dan ditandai dengan minat yang mantap terhadap fungsi-fungsi intelek,

terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi, egosentrisme

(terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri), mencari kesempatan

untuk bersatu dengan orang-orang lain (Sarwono, 2011), pengungkapan

kebebasan diri, lebih selektif dalam mencari teman sebaya, mempunyai

citra tubuh terhadap diri sendiri, dapat mewujudkan rasa cinta

(Kumalasari, 2012).

2.4. Konsep Dismenorea

2.4.1. Defenisi Dismenorea

Dismenorea yaitu rasa nyeri saat menstruasi yang mengganggu kehidupan

sehari-hari wanita (Manuaba, 2009). Rasa sakit disebabkan kontraksi lapisan

pembuluh darah yang mengecilkan (vasokontriksi) pembuluh darah (BKKBN,

2009).

Dismenorea atau nyeri haid merupakan salah satu keluhan ginekologi yang

paling umum pada perempuan muda, hampir semua perempuan mengalami rasa

tidak nyaman selama haid. (Anurogo, 2011).

Dismenorea yaitu nyeri menstruasi yang memaksa wanita untuk istirahat

(39)

Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa dimenorea

atau nyeri haid adalah nyeri atau rasa sakit yang dialami wanita diawal menstruasi

dan dapat mengganggu aktifitas sehari-hari.

Gejala klinis dismenorea adalah nyeri abdomen bagian bawah, menjalar ke

daerah pinggang dan paha, dan disertai keluhan dan muntah, sakit kepala, diare,

mudah tersinggung (Manuaba, 2009).

2.4.2. Klasifikasi Dismenorea

1. Dismenorea Primer

Dismenorea primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanda kelainan pada

alat genital yang nyata. Dismenorea primer terjadi beberapa waktu setelah

menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena siklus-siklus haid

pada bulan-bulan pertama menarche umumnya berjenis anovulatoar yang tidak

disertai rasa nyeri (Prawirohardjo, 2012).

Dismenorea primer yaitu tidak terdapat kelainan organ rahim dalam batas

normal (Manuaba, 2009). Dismenora primer biasanya terjadi dalam 6 sampai 12

bulan pertama setelah haid pertama, segera setelah siklus ovulasi teratur

ditentukan (Anurogo, 2011).

Sifat rasa nyeri ialah kejang berjangkit-jangkit, biasanya terbatas pada

perut bawah, tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha, disertai dengan

rasa mual, muntah sakit kepala, diare, iritabilitas dan sebagainya (Prawirohardjo,

(40)

Penyebab dismenorea primer antara lain:

a. Faktor kejiwaan: emosional tidak stabil pada gadis-gadis, apalagi jika

mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses haid,

mudah timbul dismenorea (Prawirohardjo, 2012). Menurut Anurogo

(2011), faktor kejiwaan atau gangguan psikis seperti rasa bersalah,

ketakutan seksual, takut hamil, hilangnya tempat berteduh, konflik

dengan masalah jenis kelaminnya, dan imaturitas.

b. Faktor konstitusi: faktor-faktor seperti anemia, penyakit menahun, dan

sebagainya dapat mempengaruhi timbulnya dismenorea

(Prawirohardjo, 2012).

c. Faktor Endokrin: rendahnya kadar progesteron pada akhir fase corpus

luteum. Hormon progesteron menghambat atau mencegah

kontraktilitas uterus sedangkan hormon estrogen merangsang

kontraktilitas uterus (Anurogo, 2011). Faktor endokrin mempunyai

hubungan dengan soal tonus dan kontraktilitas otot usus

(Prawirohardjo, 2012).

d. Faktor Alergi: teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya

asosiasi antara dismenorea dengan urtikaria, migrain atau asma

bronkhiale (Prawirohardjo, 2012).

e. Kelainan organik, seperti retrofleksia uterus (kelainan letak-arah

anatomis rahim), hypoplasia uterus (perkembangan rahim yang tak

(41)

mioma submukosa bertangkai (tumor jinak yang terdiri dari jaringan

otot), dan polip endometrium (Anurogo, 2011).

2. Dismenorea Sekunder

Dismenora sekunder adalah nyeri menstruasi yang terjadi karena kelainan

ginekologik, misalnya: endometriosis, fibroids, adenomyosis. Terjadi pada wanita

yang sebelumnya tidak mengalami dismenorea (Proverawati, 2009).

Dismenorea sekunder dapat terjadi kapan saja setelah haid pertama, tetapi

yang paling sering muncul di usia 20 sampai 30 tahunan, setelah tahun-tahun

normal dengan siklus tanpa nyeri (Anurogo, 2011).

Penyebab dismenorea sekunder antara lain: intrauterine contraceptive

devices (alat kontrasepsi dalam rahim), adenomyosis (adanya endometrium selain

di rahim), uterine myoma (tumor jinak rahim yang terdiri dari jaringan otot)

terutama mioma submukosum (bentuk mioma uteri), uterine polyps (tumor jinak

di rahim), adhesions (pelekatan), dll. (Anurogo, 2011).

Adapun menurut Proverawati (2009), penyebab dismenorea sekunder

antara lain: endometriosis dan fibroids (myoma).

2.4.3. Faktor Resiko

Faktor-faktor resiko berikut ini berhubungan dengan dismenorea yaitu:

haid pertama pada usia amat dini, periode haid yang lama, aliran darah haid yang

hebat, merokok, riwayat keluarga yang positif terkena penyakit, kegemukan,

(42)

2.4.4. Komplikasi

Ada dua komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita nyeri haid, yaitu

sebagai berikut: pertama, jika diagnosis dismenorea sekunder diabaikan atau

terlupakan maka patologi (kelainan atau gangguan yang mendasari dapat memicu

kenaikan angka kematian termasuk kemandulan dan kedua isolasi sosial (merasa

terasing atau dikucilkan) dan atau depresi (Anurogo, 2011).

2.4.5. Pengobatan

1. Penerangan dan nasehat

Kebanyakan mereka yang mengeluh sakit tidak memerlukan pengobatan,

tetapi lebih membutuhkan pengertian dan penerangan. Sikap orangtua

yang tidak terlalu keras atau mengasihani dapat membantu meringankan

penderitaannya (Llewelly, 2005). Hendaknya diadakan penjelasan dan

diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan, dan lingkungan

penderita. Nasihat-nasihat mengenai makanan sehat, istirahat yang cukup,

dan olahraga mungkin berguna. Kadang-kadang diperlukan psikoterapi

(Prawirohardjo, 2012).

2. Pemberian obat analgesik

Jika rasa nyerinya berat, diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres

panas pada perut bawah untuk mengurangi penderitaan (Prawirohardjo,

2012). Berbaring dengan botol berisi air panas diperutnya (BKKBN,

2009). Obat analgesik yang sering diberikan adalah preparat kombinasi

(43)

ialah antara lain novalgin, ponstan, acet-aminophen dan sebagainya

(Prawirohardjo, 2012).

3. Terapi hormonal

Tujuannya yaitu menekan ovulasi dan penggunaannya hanya atas saran

dokter. Tindakan ini bersifat sementara dengan tujuan untuk membuktikan

bahwa gangguan bener-benar dismenorea, atau untuk memungkinkan

penderita melaksanakan pekerjaan penting pada waktu haid tanpa

gangguan. Dan dapat dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil

kontrasepsi (Prawirohardjo, 2012).

4. Terapi dengan obat nonsteroid antiprostaglandin

Termasuk indometasin, ibuprofen, dan naproksen; kurang lebih 70%

penderita dapat disembuhkan atau mengalami banyak perbaikan.

Diberikan sebelum haid mulai; 1 sampai 3 hari sebelum haid, dan pada

hari pertama haid (Prawirohardjo, 2012).

Obat-obat yang digunakan untuk meredakan nyeri menstruasi, diantaranya:

pereda nyeri (analgesik) golongan Non Steroid Anti Inflamasi (NSAI),

misalnya: parasetamol atau asetamonofen (sumagesik, panadol, dll), asam

mefenamat (ponstelex, nichostan, dll), ibuprofen (ribunal, ostarin, dll), dan

obat-obat pereda nyeri lainnya (Proverawati, 2009).

2.5.Dasar Penelitian

Dismenorea adalah nyeri haid yang sering dialami oleh remaja putri yang

ditandai dengan nyeri perut bagian bawah dan gejala lainnya. Stres adalah respon

(44)

Manajemen stres dapat dilakukan dengan pengaturan diet dan nutrisi, istirahat dan

tidur, olahraga atau latihan teratur, berhenti merokok, tidak mengkonsumsi

minuman keras, pengaturan berat badan, pengaturan waktu, terapi psikofarmaka,

terapi somatik, psikoterapi, terapi psikoreligius.

Sedangkan adaptasi yaitu proses perubahan yang menyertai individu dalam

berespon terhadap perubahan dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan atau

tuntutan baru yang ada di lingkungan dan dapat mempengaruhi keutuhan tubuh

baik secara fisiologis maupun psikologis yang akan menghasilkan perilaku

adaptif.

Pada penelitian Haryani (2012) yang bertujuan untuk mengetahui stres dan

koping dalam menghadapi dysmenorrhea di SMP Negeri 35 Medan. Desain

penelitian deskriptif dengan teknik pengambilan sampel total sampling sebanyak

73 orang. Hasil penelitian gambaran stres responden sebagian besar berada pada

tahapan kedua (42,5%), dan hasil untuk koping responden dalam menghadapi

dismenorea terbanyak adalah koping positif (89%). Dari hasil penelitian

diharapkan perawat dapat mengenal stres dan koping dalam mengahadapi

dysmenorrhea yang dialami remaja awal, sehingga dalam memberikan asuhan

keperawatan dapat terlaksana secara optimal. Dan pada penelitian Muntari (2010),

yang bertujuan untuk menganalisis hubungan stres pada remaja dengan gangguan

menstruasi (dismenorea). Desain yang digunakan dengan metode analitik dengan

pendekatan cross sectional dan jumlah sampelnya sebanyak 93 responden. Hasil

(45)

stres sedang mengalami dismenorea diharapkan para remaja bisa mengahadapi

masalahnya dengan beberapa cara seperti obat-obatan, rileksasi dan alternatif

pengobatan lainnya.

Hasil penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menghasilkan

tingkatan stres ataupun tahapan stres terhadap dismenorea dan menghasilkan

apakah ada hubungan stres terhadap dismenorea. Bedanya pada penelitian ini,

bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana respon stres dan adaptasi remaja

putri terhadap dismenorea di SMA Raksana Medan. Desain pada penelitian ini

dengan menggunakan metode deskriptif dengan jumlah sampel sebanyak 73

responden dan teknik pengambilan sampel dengan menggunakan Stratified

(46)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

3.1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini digunakan untuk mengidentifikasi

bagaimana respon stres dan adaptasi remaja putri terhadap dismenorea.

Variabel pada penelitian ini yaitu repon stres yang terdiri dari respon

secara verbal dan psikomotor, secara psikologis serta secara kognitif dan respon

adaptasi yang terdiri dari fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan

interdependence. Maka penulis menyusun kerangka konsep dengan menggunakan

skema dibawah ini:

Skema 3.1. Kerangka konsep respon stres dan adaptasi remaja putri terhadap

dismenorea di SMA Raksana Medan. Respon stres

- Secara Verbal dan Psikomotor - Secara Psikologis - Secara Kognitif

Respon adaptasi - Fisik

- Konsep Diri - Fungsi Peran - Interdependence

Adaptif

Maladaptif Ada

(47)

3.2. Defenisi Operasional

No Variabel Definisi

Operasional Alat Ukur Hasil Ukur

Skala

Ukur

1. Respon stres Reaksi seorang

remaja SMA

Kuesioner 1. Ada jika skor

pernyataan yang

Kuesioner 1. Adaptif jika

skor pernyataan

(48)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah dengan metode deskriptif, yaitu

suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat

gambaran atau mendeskripsikan tentang suatu keadaan secara objektif

(Notoatmodjo, 2010).

4.2. Populasi dan Sampel Penelitian

4.2.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja putri yang mengalami

dismenorea di SMA Raksana Medan dengan jumlah 266 orang. Dari keseluruhan

remaja putri di SMA Raksana, 81% angka kejadian dismenorea.

4.2.2. Sampel

Besar sampel pada penelitian ini menggunakan rumus, sebagai berikut :

N =

) ( 1 N d2

N

+

Keterangan

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

(49)

n =

Berdasarkan perhitungan diatas, maka jumlah sampel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah 73 orang remaja di SMA Raksana Medan. Cara

pengambilan sampel dalam penelitian menggunakan metode Stratified Random

Sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan membagi populasi sasaran di

dalam strata berdasarkan tingkatan kelas yaitu sebanyak 25 orang untuk kelas 1,

24 orang untuk kelas 2 dan 24 orang untuk kelas 3.

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

4.3.1. Lokasi

Lokasi penelitian ini dilakukan di SMA Raksana Medan karena sekolah

tersebut mudah dijangkau peneliti dan penelitian respon stres dan adaptasi belum

pernah dilakukan sebelumnya.

4.3.2. Waktu

(50)

4.4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini menggunakan objek manusia. Oleh karena itu peneliti

memahami prinsip-prinsip etika penelitian dengan tidak melanggar hak-hak

(otonomi) manusia. Penelitian ini tidak mengakibatkan penderitaan kepada subjek

penelitian, bebas dari eksploitasi dengan meyakinkan responden bahwa hasil

penelitian ini tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang dapat merugikan

responden. Menghargai hak asasi manusia (respect human dignity) yaitu

responden mempunyai hak untuk tidak bersedia menjadi responden dan peneliti

menjelaskan maksud, tujuan, dan prosedur penelitian secara adil dan jujur

(justice), peneliti juga menjelaskan kepada responden bahwa data yang diberikan

dirahasiakan (confidentiality).

Untuk itu perlu adanya tanpa nama atau inisial nama (anonymity) dan

responden diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan kemudian

peneliti menanyakan kesediaan menjadi responden dengan menandatangani

lembar persetujuan (informed consent), jika responden menolak berpartisipasi

dalam penelitian ini, maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati

hak-haknya.

4.5. Instrumen Penelitian

Data penelitian diperoleh dengan menggunakan instrumen penelitian

berupa kuesioner. Instrumen ini terdiri dari 3 bagian yaitu bagian A merupakan

(51)

terhadap dismenorea dan bagian C kuesioner mengenai respon adaptasi terhadap

dismenorea.

Kuesioner karakteristik responden meliputi usia, agama, suku, dan

pendidikan orang tua. Kuesioner pada respon stres dan respon adaptasi disusun

dengan modifikasi dari tinjauan pustaka dan kerangka konsep yang dikembangkan

sendiri oleh penulis yaitu berupa pernyataan: respon stres yang meliputi

pernyataan positif terdapat pada soal nomor 2,3,4,5,7,8,9,10,12 dan pernyataan

negatif terdapat pada soal nomor 1,6,11. Sedangkan respon adaptasi yang meliputi

pernyataan positif terdapat pada soal nomor 1,2,4,6,7,9,10,11,12,13dan

pernyataan negatif terdapat pada soal nomor 3,5,8,14. Untuk pernyataan pada

kuesioner respon stres dan respon adaptasi diukur menggunakan skala Guttman

dengan menggunakan jawaban “Ya” dan “Tidak”. Untuk pernyataan positif bila

menjawab “ya” mendapat skor 1, “tidak” mendapat skor 0 . Untuk pernyataan

negatif bila menjawab “ya” mendapat skor 0, “tidak” mendapat 1. Pada respon

stres nilai terendah yang mungkin dicapai adalah 0 dan yang tertinggi adalah 12.

Sedangkan respon adaptasi nilai terendah yang mungkin dicapai adalah 0 dan

yang tertinggi adalah 14.

Berdasarkan rumus statistik untuk pembagian panjang kelas dengan rumus :

P= Rentang Banyak kelas

Berdasarkan rumus diatas maka total skor respon stres adalah 0-12 dengan

skor ada apabila skor jawaban yang didapat responden 7-12 dan skor tidak ada

(52)

adaptasi adalah 0-14 dengan skor adaptif apabila skor jawaban yang didapat

responden 8-14 dan maladaptif apabila skor jawaban yang didapat responden 0-7.

4.6. Uji Validitas dan Reliabilitas

4.6.1. Uji Validitas

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan

suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan

data dari variabel yang diteliti secara tepat.

Penelitian ini menggunakan uji content validiy, dimana instrument

penelitian telah dinyatakan valid oleh Expert Judgement yaitu dosen

Keperawatan Jiwa USU. Instrument penelitian tersebut mendapat conten validity

indeks (CVI) senilai 0,9.

4.6.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu

alat pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Uji reliabilitas pada

penelitian ini dilakukan sebelum pengumpulan data kepada sampel yang

memenuhi kriteria. Uji reliabilitas ini menggunakan analisa Kuder dan

Richardson-21 (KR-21) karena pernyataan dalam instrumen dijawab dengan ya

(skor 1) atau tidak (skor 0). Setelah dilakukan uji reliabilitas terhadap 30

responden dengan waktu 15 menit d SMA Gajah Mada Medan maka diperoleh

nilai r11 pada respon stres adalah 0,656 dan nilai r11 pada respon adaptasi adalah

(53)

kuesioner dikatakan reliabel jika nilai r11 lebih besar atau sama dengan 0,632

sesuai dengan Arikunto (2005).

4.7. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan dengan

langkah-langkah sebagai berikut: Peneliti melakukan komisi etik terlebih dahulu untuk

menyatakan penelitian layak atau tidak untuk diteliti. Setelah penelitian layak

untuk dilakukan, peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian

pada institusi pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara,

kemudian mengajukan surat izin penelitian kepada Kepala Sekolah SMA Raksana

Medan untuk pengambilan data sesuai dengan tujuan penelitian, setelah

mendapatkan izin penelitian dari SMA Raksana Medan, peneliti melakukan

pengumpulan data.

Pengumpulan data dilakukan di dalam Aula SMA Raksana Medan.

Peneliti dibantu oleh kepala sekolah untuk mengumpulkan responden dengan

mendatangi kelas 1,2 dan 3 di SMA Raksana. Setelah itu, responden dikumpul di

dalam aula dan kemudian peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang

tujuan, manfaat dan proses pengisian kuesioner sebelum menanyakan kesediannya

untuk terlibat sebagai responden. Calon responden yang bersedia diminta untuk

menandatangani lembar persetujuan (informed consent). Setelah itu peneliti

memberikan kuesioner data demografi dan kuesioner respon stres dan respon

adaptasi kepada responden dan diberikan kesempatan untuk bertanya bila ada

(54)

responden supaya penelitian berjalan dengan lancer dan tertib. Sebelum kuesioner

dikumpulkan, peneliti melihat kelengkapannya terlebih dahulu atau mengecek

kembali hasil pengisian. Bila ada yang tidak lengkap, maka peneliti meminta

kepada responden untuk melengkapinya. Kemudian peneliti melakukan terminasi

kepada responden dengan mengucapkan terima kasih atas kesediannya

berpartisipasi dalam penelitian ini. Peneliti mempersiapkan alat-alat yang

dibutuhkan selama pengisian kuesioner seperti lembar kuesioner dan pulpen.

4.8. Analisa Data

Analisa data dilakukan melalui beberapa tahap: pertama dimulai dengan

Editing yaitu dilakukan pengecekan kelengkapan data yang terkumpul, bila

terdapat kesalahan dan kekeliruan dalam pengumpulan data, diperiksa, diperbaiki

dan dilakukan pendataan ulang, kedua Coding data yaitu dilakukan dengan cara

memberikan kode pada setiap kategori yang telah ada. Ketiga processing yaitu

memasukkan data dari lembar observasi ke dalam komputer. Keempat cleaning

yaitu mengecek kembali data yang telah dimasukkan untuk mengetahui ada

kesalahan atau tidak.

Analisa data pada penelitian ini menggunakan analisis univariat dimana

data demografi yaitu karakteristik responden, respon stres terhadap dismenorea

dan respon adaptasi terhadap dismenorea menggunakan skala nominal (data

kategorisasi), maka dicari distribusi frekuensi dan persentase. Hasil penelitian

(55)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Bab ini menguraikan data hasil penelitian mengenai respon stres dan

adaptasi remaja putri terhadap dismenorea melalui pengumpulan data yang telah

dilakukan tanggal 13 Desember 2014, terhadap 73 responden di SMA Raksana

Medan. Penyajian data hasil penelitian meliputi deskripsi karakteristik responden,

respon stres yang meliputi verbal dan psikomotor, psikologis, serta kognitif dan

respon adaptasi remaja putri yang meliputi fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi

peran, serta interdependence (kemandirian) terhadap dismenorea di SMA Raksana

Medan.

5.1.1. Deskripsi Karakteristik Responden

Responden pada penelitian ini adalah remaja putri di SMA Raksana

Medan. Adapun karakteristik responden yang akan dipaparkan mencakup usia,

agama, suku, dan pendidikan orang tua.

Hasil penelitian pada karakteristik responden menunjukkan bahwa

responden berada pada kelompok usia mayoritas 17 tahun sebanyak 58 orang

(79,5%), berdasarkan agama mayoritas islam sebanyak 38 orang (52,1%),

berdasarkan suku mayoritas batak sebanyak 40 orang (54,8%), dan berdasarkan

pendidikan orangtua mayoritas SMA sebanyak 45 orang (61,6%) dapat dilihat

(56)

Tabel 5.1. Distribusi responden berdasarkan karakteristik di SMA Raksana Medan tahun 2014 (n=73)

Karakteristik Responden F %

Usia

5.1.2. Deskripsi Respon Stres Remaja Putri terhadap Dismenorea

Respon stres yang dimiliki oleh responden remaja putri di SMA Raksana

Medan pada penelitian ini meliputi respon verbal dan psikomotor, psikologis,

serta kognitif.

Hasil penelitian pada respon stres menunjukkan bahwa respon stres remaja

putri terhadap dismenorea berdasarkan verbal dan psikomotor, yaitu mayoritas 68

responden (93,2%) menyatakan memegang perut; berdasarkan psikologi,

(57)

berdasarkan kognitif, mayoritas 54 responden (74,0%) menyatakan konsentrasi

menurun dapat dilihat pada tabel 5.2. berikut:

Tabel 5.2. Distribusi responden berdasarkan respon stres terhadap dismenorea di SMA Raksana Medan tahun 2014 (n=73)

Respon stress Ya Tidak

Saya tidur dengan posisi menekuk lutut ke dada

Saya menyelesaikan tugas dengan baik Konsentrasi saya menurun

Tabel 5.3. Distribusi respon stres terhadap dismenorea di SMA Raksana Medan tahun 2014 berdasarkan respon adaptif dan maladaptif (n=73)

Hasil penelitian respon stres remaja putri terhadap dismenorea adalah ada

sebanyak 41 responden (56,2%), sedangkan tidak ada sebanyak 32 responden

(43,8%) dapat dilihat pada table 5.3. berikut:

(58)

5.1.3. Deskripsi Respon Adaptasi Remaja Putri terhadap Dismenorea

Hasil penelitian menunjukkan bahwa respon adaptasi yang dimiliki oleh

responden remaja putri di SMA Raksana Medan yang meliputi fungsi fisiologis,

konsep diri, fungsi peran, serta interdependence (kemandirian) dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 5.4. Distribusi responden berdasarkan respon adaptasi terhadap dismenorea di SMA Raksana Medan tahun 2014 (n=73)

Respon adaptasi Ya Tidak

f (%) f (%)

Fungsi fisiologis

Saya tidak mau makan Saya sering ke kamar mandi Saya jongkok lama di WC

Saya mengkompres bagian perut dengan air hangat

Nafsu makan saya bertambah Konsep diri

Saya meminum obat anti nyeri Saya tidak percaya diri

Fungsi peran

Saya memilih untuk tidak sekolah

Saya membantu orangtua bersih-bersih rumah Saya memperbanyak aktivitas di luar rumah Saya berjalan-jalan ke mall

Interdependence

Tabel 5.4. menunjukkan bahwa respon adaptasi remaja putri terhadap

dismenorea berdasarkan fungsi fisiologis, yaitu mayoritas 56 responden (76,7%)

menyatakan jongkok lama di WC; berdasarkan konsep diri, mayoritas 36

responden (49,3%) menyatakan tidak percaya diri; berdasarkan fungsi peran,

(59)

berdasarkan interdependence, mayoritas 62 responden (84,9%) menyatakan

mengalihkan perhatian dengan menonton TV.

Tabel 5.5. Distribusi respon adaptasi terhadap dismenorea di SMA Raksana Medan tahun 2014 berdasarkan respon adaptif dan maladaptif (n=73)

Respon Adaptasi f %

Adaptif Maladaptif

39 34

53,4% 46,6% Tabel 5.5. respon adaptasi remaja putri terhadap dismenorea adalah adaptif

sebanyak 39 responden (53,4%), sedangkan maladaptif sebanyak 34 responden

(46,6%).

5.2. Pembahasan

Hasil penelitian diperoleh dari respon stres dan adaptasi remaja putri

terhadap dismenorea di SMA Raksana Medan.

5.2.1. Respon Stres Remaja Putri terhadap Dismenorea

Stres adalah kumpulan hasil, respon, jalan, dan pengalaman yang

berkaitan, yang disebabkan oleh berbagai keadaan atau peristiwa yang

menyebabkan stres (Manktelow, 2008).

Hasil penelitian respon stres remaja putri terhadap dismenorea di SMA

Raksana Medan diperoleh bahwa (56,2%) responden berespon ada dan (43,8%)

berespon tidak ada. Hal ini sesuai dengan Rasmun (2004), semua orang dapat

merasakan stres tetapi cara pengungkapannya berbeda sesuai dengan karakteristik

(60)

digunakan oleh individu berbeda, baik secara verbal dan psikomotor, psikologis

dan kognitif.

Rasmun (2004) mengungkapkan bahwa respon pertama individu terhadap

stres adalah merupakan spontanitas yang diungkapkan secara verbal dan diikuti

dengan gerakan dari ungkapan emosional psikomotor misalnya; menangis,

ketawa, teriak, memukul, menyepak, menggenggam, memegang, meremas,

mencerca, mengumpat. Nyeri terjadi karena kekejangan pada otot rahim yang

disebabkan aliran darah tidak lancar akibat adanya darah haid yang membeku.

Nyeri terasa di perut bagian bawah, hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian

bahwa (93,2%) responden memegang perut saat dismenorea sehingga nyeri yang

dirasakan berkurang dan memberikan rasa nyaman.

Dalam batas tertentu, stres dapat membantu kita untuk tetap aktif dan

waspada. Akan tetapi, stres yang berlangsung lama dapat melebihi kemampuan

kita untuk mengatasinya dan menyebabkan distress emosional seperti kelelahan,

meningkatnya asam lambung, dan sakit kepala (Sukmono, 2009). Hal ini dapat

dilihat dari hasil penelitian (84,9%) responden merasa tidak semangat saat

dismenorea. Stres yang disebabkan karena gangguan situasi psikologis atau

ketidakmampuan kondisi psikologis untuk menyesuaikan diri seperti hubungan

interpersonal, dan sosial budaya (Hidayat, 2008). Dismenorea tidak hanya

menyebabkan gangguan aktivitas tetapi juga memberi dampak bagi fisik,

psikologis, social dan ekonomi terhadap wanita seperti cepat letih dan sering

Gambar

Tabel 3.1.  Defenisi Operasional Variabel Penelitian
Tabel 5.1.  Distribusi responden berdasarkan karakteristik di SMA Raksana
Tabel 5.2.  Distribusi responden berdasarkan respon stres terhadap dismenorea di SMA Raksana Medan tahun 2014 (n=73)
Tabel 5.4. menunjukkan bahwa respon adaptasi remaja putri terhadap
+2

Referensi

Dokumen terkait

Satrio mengendarai sepeda motor melintasi jalan raya tanpa menggunakan

 There is a conscious belief that only host -country managers can ever really understand the culture and behavior of the host -country market; therefore the foreign

Besar kemungkinannya orang lain sudah pernah (bahkan berkali-kali) mengatakan bahwa anda sangat menguasai bidang tertentu. Hanya saja selama ini mungkin anda

Untuk dapat melakukan perjalanan dinas, Gubernur, Wakil Gubernur, Ketua DPRD, Wakil Ketua DPRD dan Anggota DPRD, serta Pegawai Negeri Sipil harus diberikan ST dan SPPD

Serta dalam rangka ketertiban sosial diperlukan sistem peradilan pidana anak yang mampu memberikan perlindungan dan rasa keadilan terhadap anak sehingga mereka masih memiliki

Pengetahuan yang jelas tentang volatilitas dan sensitivitas dari setiap faktor sehubungan dengan perilaku harga saham yang membantu investor untuk menikmati

Yakni, kesehatan sebagai modal kerja dan aspek penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan, khususnya factor risiko akibat penggunaan teknologi baru dan

Berdasarkan tabel dan grafik rata-rata return harga saham dapat diketahui bahwa pada akhir bulan Desember hingga awal bulan Januari periode 1 mengalami penurunan sehingga