SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi Untuk meraih gelar Sarjana Sosial (S.Sos) dalam Bidang
Ilmu Perpustakaan dan Informasi
Oleh :
WINNIE AGNESA DAMANIK 110709032
DEPARTEMEN ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
LEMBAR PERSETUJUAN
Judul Skripsi : Evaluasi Literasi Informasi Dengan Menggunakan Empowering 8 Pada Pengguna Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen Medan
Oleh : Winnie Agnesa Damanik
NIM : 110709032
Pembimbing I : Hotlan Siahaan, S.Sos,M.I.Kom. NIP. 197803312005012003
Tanda Tangan :
Tanggal :
Pembimbing II : Laila Hadri Nasution, S.Sos.,M.P. NIP. 1979 0625 20050 1 200 3
Tanda Tangan :
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi : Evaluasi Literasi Informasi Dengan Menggunakan Empowering 8 Pada Pengguna Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen Medan
Oleh : Winnie Agnesa Damanik
NIM : 110709032
DEPARTEMEN ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI
Ketua : Dr. Irawaty A. Kahar, M.Pd. NIP. 10511119 198601 2 001
Tanda Tangan :
Tanggal :
FAKULTAS ILMU BUDAYA
Dekan : Dr. Syahron Lubis, M.A.
Tanda Tangan :
tulisan untuk memperoleh suatu klasifikasi tertentu atau dimuat pada media
publikasi lain.
Penulis membedakan dengan jelas antara pendapat atau gagasan penulis dengan
pendapat atau gagasan yang bukan berasal dari penulis dengan mencantumkan
tanda kutip.
Medan, Juli 2015
Menggunakan Empowering 8 pada Pengguna Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen Medan. Departemen Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.
Penelitian dilakukan di Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen Medan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui literasi informasi dengan menggunakan internet sebagai media penelusuran informasi yang dilakukan oleh pengguna Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen Medan dengan menggunakan Model Empowering 8 (E8).
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa aktif Universitas HKBP Nommensen Medan yang berjumlah 7120 orang. Penentuan sampel menggunakan rumus Slovin dengan tingkat kesalahan sebesar 10% sehingga diperoleh sampel sebanyak 99 orang. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik accidental sampling. Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan kuesioner.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa literasi informasi yang dimiliki pengguna Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen Medan dengan menggunakan acuan standart Empowering 8 adalah sebagai berikut: Sebanyak 66,6% pengguna Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen Medan memiliki kemampuan mengidentifikasi kebutuhan informasi (identify), sebanyak 73,1% pengguna memiliki kemampuan mengeksplorasi sumber dan informasi yang sesuai dengan topik (explorer), sebanyak 48,8% pengguna memiliki kemampuan menyeleksi dan merekam informasi yang relevan (select), sebanyak 63,6% pengguna memiliki kemampuan kemampuan memilih dan membedakan mana informasi yang sesuai dengan kebutuhan (organise), sebanyak 61,5% pengguna memiliki kemampuan menciptakan suatu karya dari informasi yang di peroleh (creat), sebanyak 57,9% pengguna memiliki kemampuan mempresentasikan karya yang telah di tulis (present), sebanyak 70,7% pengguna memiliki kemampuan memberi atau menerima penilaian terhadap karya yang telah di tulis (assess), dan sebanyak 67,6% pengguna memiliki kemampuan menerapkan karya yang telah di tulis dalam kehidupan sehari-hari (apply).
KATA PENGANTAR
Puji syukur Peneliti ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah
memberikan rahmat serta anugerah-Nya sehingga Peneliti dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Evaluasi Literasi Informasi dengan Menggunakan
Empowering 8 pada Pengguna Perpustkaan Universitas HKBP Nommensen
Medan”. Skripsi ini diselesaikan sebagai salah satu persyaratan untuk meraih gelar
Sarjana Sosial (S.Sos) dalam bidang Ilmu Perpustakaan dan Informasi pada
Fakultas Ilmu Budaya.
Pada kesempatan ini Peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada
orang tua Peneliti yaitu, Bapak Ir. Kasnan Damanikdan Ibu Erita Yani Purba yang
telah memberikan dukungan baik moral maupun moril serta kesabaran menunggu
Peneliti untuk wisuda. Kepada kakakPeneliti yang tersayang, Nina Septania
Damanik dan kedua adik Peneliti Mulia Novendro Damanik dan Togu Philia
Damanik terima kasih atas dukungan dan semangat tanpa batas yang diberikan
kepada Peneliti.
Peneliti juga menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu keberhasilan penyusunan skripsi ini baik secara langsung maupun
tidak langsung, antara lain :
1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
USU.
2. Ibu Dr. Irawaty A. Kahar, M.Pd, Selaku ketua Program Studi Ilmu
menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Laila Hadri Nasution, S.Sos.,M.P, selaku Pembimbing II yang telah
meluangkan waktu serta kesabaran dalam membimbing Peneliti
menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Dra. Zurni Zahara, M.Si, selaku Penguji I yang telah memberikan
saran yang bermanfaat dalam menyelesaikan skripsi ini sehingga menjadi
lebih baik lagi.
6. Ibu Dra. Eva Rabita,M.Hum, selaku Penguji II yang telah memberikan
saran yang bermanfaat dalam menyelesaikan skripsi ini sehingga menjadi
lebih baik lagi.
7. Seluruh Staf Pengajar pada Departemen Studi Ilmu Perpustakaan dan
Informasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah
mendidik Peneliti selama perkuliahan.
8. Kepada Kepala Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen dan kak
Gusti yang telah membantu dan memberikan informasi yang dibutuhkan
Peneliti dalam penelitian ini.
9. Kepada Jefry Mahalim Sitepu yang sudah Peneliti anggap sebagai teman,
sahabat dan keluarga trimakasih buat semangat yang telah diberikan
kepada Peneliti.
10.Kepada Guru SMA Peneliti, Bapak Alexander Sihite, terimakasih atas
11.Kepada teman-teman angkatan tahun 2011,Suetha, Chindy, Yohanna,
Friska, Tria Feba,Ida Gloria,Retno, Rina, Mariani, Leila,david, Rizky, dll.
Dan kakak senior kak Rista, terima kasih atas kebersamaan, semangat,
serta persaudaraan yang terjalin.
12.Kepada semua teman- teman satu kos “Mabes”, terimakasih atas
kebersamaannya dan semangatnya
Peneliti berharap dan berdo’a semoga Tuhan Yang Maha Esamelimpahkan
Anugerah-Nya kepada semua pihak yang telah membantu peneliti dalam
menyelesaikan skripsi ini. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, Peneliti
mengharapkan adanya masukan yang positif untuk memperbaiki skripsi ini
selanjutnya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Medan, Juli 2015
Winnie Agnesa Damanik
DAFTAR ISI ... v
DARTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 5
1.4. Manfaat Penelitian ... 6
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 6
BAB II KAJIAN TEORITIS ... 7
2.1. Pengertian Literasi Informasi ... 7
2.2. Manfaat dan Tujuan Literasi Informasi ... 10
2.1.1. Manfaat Literasi Informasi ... 10
2.1.2. Tujuan Literasi Informasi ... 11
2.3. Keterampilan Literasi Informasi ... 13
2.4. Manfaat Kompetensi Literasi Informasi pada Pendidikan Tinggi ... 14
2.5. Standar Literasi Informasi bagi Pendidikan Tinggi ... 15
2.6. Literasi Informasi dalam Perpustakaan ... 18
2.7. Model Literasi Informasi Empowering 8 (E8) ... 19
BAB III METODE PENELITIAN ... 24
3.1 Metode Penelitian... 24
3.2. Lokasi Penelitian ... 24
3.3. Populasi dan Sampel ... 25
3.3.1. Populasi ... 25
3.3.2. Sampel ... 25
3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 27
3.5. Jenis dan Sumber Data... 27
3.6. Instrumen Penelitian ... 27
3.6.1. Devinisi Operasional Variabel ... 28
3.7. Analisis Data ... 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31
4.1. Gambaran Umum Responden ... 31
4.2. Analisis Deskriptif ... 31
4.2.1. Tingkat Literasi Pengguna Perpustakaan HKBP Nommensen Medan 31 4.2.1.1. Kemampuan Pengguna Perpustakaan HKBP Nommensen Medan dalam Mengidentifikasi Informasi (Identify) ... 32
4.2.1.3. Kemampuan Pengguna Perpustakaan HKBP Nommensen
Medan dalam Menyeleksi Informasi (Select) ... 38
4.2.1.4. Kemampuan Pengguna Perpustakaan HKBP Nommensen Medan dalam Mengorganisasi Informasi (Organise) ... 41
4.2.1.5. Kemampuan Pengguna Perpustakaan HKBP Nommensen Medan dalam Menciptakan Informasi (Creat) ... 45
4.2.1.6. Kemampuan Pengguna Perpustakaan HKBP Nommensen Medan dalam Menyajikan/Mempresentasikan Informasi (Present) ... 48
4.2.1.7. Kemampuan Pengguna Perpustakaan HKBP Nommensen Medan dalam Menilai Informasi (Assess) ... 51
4.2.1.8. Kemampuan Pengguna Perpustakaan HKBP Nommensen Medan dalam Mengaplikasikan Informasi (Apply) ... 52
4.3. Rangkuman Analisis Data ... 55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 58
5.1. Kesimpulan ... 58
5.2. Saran ... 60
DAFTAR PUSTAKA ... 63
Tabel 4.1. Kemampuan Menentukan Topik dan Subjek ... 32
Tabel 4.2. Kemampuan Menggunakan Strategi Penelusuran Boolean Operator (AND, OR and NOT) ... 33
Tabel 4.3. Kemampuan Memilih Bentuk Informasi ... 34
Tabel 4.4. Kemampuan Memilih Sumber Informasi Yang Sesuai DenganTopik ... 35
Tabel 4.5. Kemampuan Memilih Mesin Pencari (Search Engine) ... 36
Tabel 4.6. Kemampuan Melakukan Studi Lapangan/Wawancara ... 37
Tabel 4.7. Kemampuan Mengevaluasi Strategi Penelusuran ... 38
Tabel 4.8. Kemampuan Mencatat Informasi Yang Relevan Dengan Membuat Tabel, Grafik/Garis ... 39
Tabel 4.9. Kemampuan Mengevaluasi Informasi ... 40
Tabel 4.10. Kemampuan Mendapatkan Informasi Yang Sesuai Dengan Topik ... 41
Tabel 4.11. Kemampuan Menyusun Informasi Menggunakan Bahasa Yang Baik Dan Benar ... 42
Tabel 4.12. Kemampuan Menyortir/Memilih informasi... 44
Tabel 4.13. Kemampuan Menulis Sebuah Karya ... 45
Tabel 4.14. Kemampuan Menentukan Langkah Apa Yang Dilakukan Terhadap Informasi ... 46
Tabel 4.15. Kemampuan Memahami Arti Kepemilikan Intelektual/Hak Cipta .... 47
Tabel 4.16. Kemampuan Mempresentasikan Hasil Karya ... 49
Tabel 4.17. Kemampuan Menyebarluaskan Hasil Karya ... 50
Tabel 4.18. Kemampuan Menyajikan Hasil Karya ... 51
Tabel 4.19. Kemampuan Memilih Saran Dan Kritik Yang Membangun ... 52
Tabel 4.20. Kemampuan Merefleksikan Hasil Karya ... 53
Tabel 4.21. Kemampuan Menerapkan Hasil Karya ... 54
Tabel 4.22. Kemampuan Mengaplikasikan Pengetahuan Yang Diperoleh ... 55
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Tahapan Empowering Eight (E8) ... 20 Gambar 4.1. Grafik Literasi Informasi Pengguna Perpustakaan
Menggunakan Empowering 8 pada Pengguna Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen Medan. Departemen Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.
Penelitian dilakukan di Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen Medan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui literasi informasi dengan menggunakan internet sebagai media penelusuran informasi yang dilakukan oleh pengguna Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen Medan dengan menggunakan Model Empowering 8 (E8).
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa aktif Universitas HKBP Nommensen Medan yang berjumlah 7120 orang. Penentuan sampel menggunakan rumus Slovin dengan tingkat kesalahan sebesar 10% sehingga diperoleh sampel sebanyak 99 orang. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik accidental sampling. Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan kuesioner.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa literasi informasi yang dimiliki pengguna Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen Medan dengan menggunakan acuan standart Empowering 8 adalah sebagai berikut: Sebanyak 66,6% pengguna Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen Medan memiliki kemampuan mengidentifikasi kebutuhan informasi (identify), sebanyak 73,1% pengguna memiliki kemampuan mengeksplorasi sumber dan informasi yang sesuai dengan topik (explorer), sebanyak 48,8% pengguna memiliki kemampuan menyeleksi dan merekam informasi yang relevan (select), sebanyak 63,6% pengguna memiliki kemampuan kemampuan memilih dan membedakan mana informasi yang sesuai dengan kebutuhan (organise), sebanyak 61,5% pengguna memiliki kemampuan menciptakan suatu karya dari informasi yang di peroleh (creat), sebanyak 57,9% pengguna memiliki kemampuan mempresentasikan karya yang telah di tulis (present), sebanyak 70,7% pengguna memiliki kemampuan memberi atau menerima penilaian terhadap karya yang telah di tulis (assess), dan sebanyak 67,6% pengguna memiliki kemampuan menerapkan karya yang telah di tulis dalam kehidupan sehari-hari (apply).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
Dalam dunia pendidikan tinggi, informasi dibutuhkan sebagai pendukung
atau penunjang kegiatan perkuliahan dan semacam fasilitas untuk belajar secara
lebih efektif dan efisien. Dalam memperoleh informasi, diperlukan kemampuan
untuk mengidentifikasi, mencari, menemukan, mengevaluasi, dan memanfaatkan
informasi secara efektif yang disebut dengan literasi informasi. Literasi informasi
sebagai suatu keterampilan diperlukan karena mengubah dan membangun
seseorang menjadi individu pembelajaran seumur hidup (lifelong learning).
Konsep literasi sendiri bermula dari pendidikan pemakai di perpustakaan.
Prinsip kegiatan yang ada dalam pendidikan pemakai sama dengan apa yang akan
dikembangkan melalui program-program literasi informasi, yaitu
mengembangkan kemampuan pengguna dalam menetapkan hakikat dan rentang
informasi yang dibutuhkan, mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif
dan efisien, mengevaluasi informasi dan sumber daya secara kritis, menggunakan
informasi untuk keperluan tertentu.
Saat ini pertumbuhan informasi begitu pesat, hal ini ditandai dengan
timbulnya berbagai jenis media yang berperan sebagai alat penyebaran informasi
yang dapat diakses dengan mudah dan cepat, sehingga menimbulkan fenomena
ledakan informasi dan disinilah diperlukan kemampuan literasi informasi oleh
mahasiswa agar mampu menyelesaikan masalah secara kritis dan logis,
menanggapi seleksi dalam pemenuhan kebutuhan informasi, serta merupakan
kunci keberhasilan mahasiswa di era globalisasi informasi.
Pada mulanya akses sumber informasi harus melalui media cetak seperti
halnya buku, jurnal dan majalah. Namun saat ini di indonesia, bahan pustaka
tersebut pemanfaatanya sudah mengalami pergeseran, terutama dikaitkan dengan
masih tingginya harga buku dan majalah ilmiah serta penyediaan dana pengadaan
bahan pustaka yang terbatas. Internet sebagai salah satu media yang mutakhir,
dianggap sebagai solusi yang dapat membantu mengatasi masalah tersebut. Selain
itu secara teknis internet dapat di akses kapan saja dan dimana saja tanpa batas
selama terhubung dengan jaringan. Pesatnya perkembangan jenis informasi yang
tersedia dalam berbagai media membutuhkan keahlian kita untuk memahami
kebutuhan informasi, mencari lokasi, temu kembali dan mengevaluasi kualitas
dari informasi yang kita akses. Saat ini telah tersedia begitu banyak bahan, isi, dan
sumber informasi, terutama pada internet, yang sangat cepat perubahan ketepatan,
reliabilitas dan nilainya. Perkembangan teknologi internet telah mengubah
paradigma dalam mendapatkan informasi dan berkomunikasi, yang tidak lagi
dibatasi oleh dimensi ruang dan waktu. Melalui keberadaan internet mahasiswa
mampu mendapatkan informasi yang dibutuhkan dimanapun dan kapanpun tanpa
terhalang ruang dan waktu.
Untuk menjadi information literate, seseorang harus mampu untuk
menempatkan, mengevaluasi dan menggunakan informasi dengan efektif. Standar
literasi menyediakan sebuah mekanisme untuk membantu mahasiswa menjadi
3
Sampai saat ini penulis mengetahui Terdapatbeberapa model literasiinformasi,
diantaranyayaitu: The Big 6 Skill, The Seven Pillars of Information Literacy,
Empowering Eight (E8), Bruce’s Seven Faces of Information Literacy, McKinsey
Model, dan Empowering Eight (E8).
Dari keenam model diatas penulis menggunakanEmpowering 8 sebagai
alat untuk mengukur kemampuan mahasiswa dalam menelusur informasi. Model
Empowering 8 dikembangkan oleh dan merupakan Copyright NILIS (National
Institute of Library and Information Science) dari Universitas Colombo Sri Lanka
pada tahun 2004. Model literasi informasi inimerupakan model reflektif dari
kondisi lokal (Asia), oleh karena itu model ini dikembangkan oleh orang Asia dan
untuk Asia.
Model Empowering 8 memiliki delapan tahapan yaitu: kemampuan untuk
mengidentifikasi masalah (identifity), kemampuan untuk mengeksplorasi
informasi (explore), kemampuan dalam memilih informasi (select),kemampuan
untuk mengorganisasi informasi (organise),kemampuan untuk menciptakan
sebuah karya(creat), kemampuan unatuk mempresentasikan hasil karya (present),
kemampuan dalam menilai masukan yang diberikan Audience (assess), dan
kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut kedalam kehidupan
sehari-hari(apply). Alasanpenulismemilih model Empowering 8 karena terdapat
perbedaan dan bisa disebut sebagai kelebihan dari model Empowering 8 dengan
model- model literasi lainnya, yaitu terdapat pada tahapan assess (penilaian) dan
apply (penerapan), karena pada tahapan ini dapat merefleksikan apa yang telah
Perpustakaan perguruan tinggi merupakan pusat sumber informasi yang
sering disebut sebagai jantung perguruan tinggi. Perumpamaan sebagai sebuah
jantung bagi instansi pendidikan tinggi (perguruan tinggi) bahwa keberadaan
perpustakaan diperlukan dan memiliki peranan penting untuk menunjang
tercapainya Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan dan pengajaran, pusat
penelitian dan informasi, serta pengabdian pada masyarakat.
Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen adalah salah satu
perpustakaan perguruan tinggi swasta yang menjadi salah satu contoh yang baik
bagi perpustakaan perguruan tinggi swasta lainnya, khususnya di Ibu kota Medan,
Sumatera Utara. Keberadaan perpustakaan ini menjadi penunjang kemajuan
akademik mahasiswanya, karena Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen
menyediakan berbagai kebutuhan bahan pustaka baik tercetak maupun
non-tercetak. Bukan hanya bahan pustaka yang dilayankan perpustakaan universitas
HKBP Nommensen kepada penggunanya, Perpustakaan Universitas HKBP
Nommensen juga melanggan journal elektronik proquest untuk memenuhi
kebutuhan informasi, selain itu perpustakaan universitas HKBP Nommensen juga
memberikan layanan internet berupa wifi bagi pengunjungnya untuk menunjang
proses pencarian informasi yang dilakukan oleh pengguna.
Dari hasil observasi awal, dalam praktik keseharian nya untuk
mendapatkan informasi yang tepat dan bermutu mahasiswa Universitas HKBP
Nommensen belum literate informasi karena tidak memiliki keterampilan dan
kemampuan dalam menelusur informasi melalui internet. Keberadaan layanan
5
mahasiswa dalam mencari atau menemukan informasi dalam bentuk elektonik
(non-tercetak). Tetapi untuk menelusuri nformasi tersebut tidak banyak
mahasiswa yang mengetahui cara menemukan informasi yang tepa tdan benar
yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh mahasiswa.
Dilatar belakangi pemikiran tersebut, penulis berkeinginan untuk
mengetahui seberapa besar kemampuan dan ketepatan mahasiswa dalam
menelusur informasi dengan menggunakan internet. Sehingga penulis memilih
judul penelitian, “Evaluasi Literasi Informasi dengan Menggunakan
Empowering 8 pada Pengguna Perpustakaan Universitas HKBP
NOMMENSEN Medan”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas penulis
merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut: Bagaimanakahliterasi
informasi dengan menggunakan internet sebagai media penelusuran informasi
oleh pengguna Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen Medan dengan
menggunakan model Empowering 8 (E8).
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui literasi informasi dengan
menggunakan internet sebagai media penelusuran informasi yang dilakukan oleh
pengguna Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen Medan dengan
1.4. Manfaat Penelitian Manfaat Penelitian ini adalah:
1. Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen Medan, sebagai masukan
untuk semakin meningkatkan literasi informasi mahasiswa.
2. Peneliti selanjutnya, agar dapat dijadikan sebagai bahan rujukan untuk
melakukan penelitian pada topik yang sama dengan aspek yang berbeda.
3. Peneliti, untuk menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang
literasi informasi.
4. Untuk menambah khasanah dalam bidang ilmu perpustakaan khususnya
pada bidang literasi informasi
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan kajian pengguna tentang literasi informasi yang
mencakup kemampuan dan ketepatan dalam mencari maupun mengakses
informasi yang dibutuhkan dengan memanfaatkan internet sebagai media
penelusurannya, dan menggunakan model literasi informasi Empowring 8 sebagai
BAB II
KAJIAN TEORITIS
2.1. Pengertian Literasi Informasi
Definisi tentang literasi informasi sangat banyak dan terus berkembang
sesuai kondisi waktu dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam
rumusan yang sederhana literasi informasi adalah kemampuan mencari,
mengevaluasi dan menggunakan informasi yang dibutuhkan secara efektif.
Hakekat dari literasi informasi adalah seperangkat keterampilan yang diperlukan
untuk mencari, menelusur, menganalisis, dan memanfaatkan informasi (Bundy,
2001).
Literasi informasi sering disebut juga dengan keberaksaraan informasi atau
kemelekan informasi. Dalam bidang ilmu perpustakaan dan informasi, literasi
informasi sering dikaitkan dengan kemampuan mengakses dan memanfaatkan
secara benar informasi yang tersedia. Pengertian literasi informasi secara umum
adalah kemelekan atau keberaksaraan informasi. Menurut kamus Bahasa Inggris
pengertian literacy adalah kemelekan huruf atau kemampuan membaca dan
information adalah informasi. Maka literasi informasi adalah kemelekan terhadap
informasi. Walaupun istilah literasi informasi belum begitu familiar dan menjadi
istilah yang asing di kalangan masyarakat. Seseorang dikatakan melek informasi
berarti literat terhadap informasi. Walaupun saat ini literasi informasi biasanya
selalu dikaitkan dengan penggunaan perpustakaan dan penggunaan teknologi
Pengertian literasi informasi menurut American Library Association
(ALA) :
“information literacy is a set of abilities requiring individuals to recognize
when information is needed and have the ability to locate, evaluate, and use
effective needed information”.
Artinya, literasi informasi diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk
mengidentifikasi informasi yang dibutuhkannya, mengakses dan menemukan
informasi, mengevaluasi informasi, dan menggunakan informasi seara efektif dan
etis.
Literasi informasi pertama kali ditemukan oleh pemimpin American
Information Industry Association Paul G.Zurkowski pada tahun 1974 dalam
proposalnya yang ditujukan kepada The National Commission on Libraries and
Information Science (NCLIS) di Amerika Serikat. Paul Zurkowski menggunakan
ungkapan literasi informasi untuk menggambarkan "teknik dan kemampuan" yang
dikenal dengan istilah literasi informasi yaitu kemampuan untuk memanfaatkan
berbagai alat-alat informasi serta sumber-sumber informasi primer untuk
memecahkan masalah mereka. Istilah literasi informasi selalu dikaitkan dengan
computer literacy, library skills dan critical thinking yang merupakan sebagai
pendukung terhadap perkembangan literasi informasi.
Konsep literasi informasi sebenarnya telah diartikan dan dilakukan dalam
berbagai cara sejak awal tahun tujuh puluhan. Semula istilah yang sering
digunakan adalah seperti study skills, research skills, dan library skills dan
9
informasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pendidikan
dan/atau pembelajaran. Sedangkan dalam lingkungan kerja sering digunakan
istilah information competencies dan information proficiencies. Akan tetapi,
apapun istilah yang digunakan, bahwa berbagai istilah tersebut tetap merujuk
kepada kemampuan mencari, mengevaluasi, dan menggunakan informasi secara
efektif. Kalaupun istilah yang digunakan untuk menyatakan kemampuan ini
berbeda-beda, hal itu tergantung kepada lingkungannya. Sebagai contoh, sampai
dengan tahun 1980-an istilah literasi informasi belum begitu dikenal di Indonesia,
istilah yang dikenal adalah keterampilan perpustakaan (library skill) karena pada
masa itu penggunaan sumberdaya informasi elektronik khususnya internet masih
langka. Akan tetapi setelah akhir tahun 1990-an penggunaan sumberdaya
informasi elektronik khususnya internet di perguruan tinggi sudah membudaya
sehingga istilah literasi informasi semakin populer.
Berdasarkan berbagai defenisi literasi informasi yang diuraikan di atas
maka defenisi literasi informasi adalah kemampuan yang dimiliki seseorang
dalam mencari, menemukan, menganalisis, mengevaluasi, mengkomunikasikan
informasi yang berfungsi dalam pemenuhan kebutuhan informasi yang akan
memecahkan berbagai masalah. Literasi informasi juga didukung oleh peranan
perpustakaan dalam memperkenalkan istilah literasi informasi dan memperoleh
kemampuan literasi informasi tersebut. Penguasaan teknologi informasi juga akan
sangat memudahkan seseorang memiliki literasi informasi. Oleh karena itu literasi
informasi merupakan proses pembelajaran seumur hidup yang akan menjadi bekal
2.2. Manfaat dan Tujuan Literasi Informasi 2.2.1. Manfaat literasi informasi
Jelaslah bahwa dengan memiliki literasi informasi kita memiliki
kemudahan-kemudahan dalam melakukan berbagai hal yang berhubungan dengan
kegiatan informasi. Menurut Gunawan (2008:3) literasi informasi bermanfaat
dalam persaingan di era globalisasi informasi sehingga pintar saja tidak cukup
tetapi yang utama adalah kemampuan dalam belajar secara terus-menerus.
Menurut Adam (2009:1) bahwa terdapat beberapa manfaat literasi
informasi yaitu:
1. Membantu mengambil keputusan.
Literasi informasi berperan dalam membantu memecahkan suatu persoalan. Kita harus mengambil keputusan ketika memecahkan masalah, sehingga dalam mengambil keputusan tersebut seseorang harus memiliki informasi yang cukup.
2. Menjadi manusia pembelajar di era ekonomi pengetahuan.
Kemampuan literasi informasi memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan kemampuan seseorang menjadi manusia pembelajar. Semakin terampil dalam mencari, menemukan, mengevaluasi dan menggunakan informasi, semakin terbukalah kemampuan untuk selalu melakukan pembelajaran sehingga dapat belajar secara mandiri.
3. Menciptakan pengetahuan baru
Suatu negara dikatakan berhasil apabila mampu menciptakan pengetahuan baru. Seseorang yang memiliki literasi informasi akan mampu memilih informasi mana yang benar dan mana yang salah, sehingga tidak mudah saja percaya dengan informasi yang diperoleh.
Menurut Hancock (2004:1) manfaat literasi informasi adalah:
1. Untuk pelajar
Pelajar dan guru akan dapat menguasai pelajaran mereka dalam proses belajar mengajar dan siswa tidak akan tergantung kepada guru karena dapat belajar secara mandiri dengan kemampuan literasi informasi yang dimiliki. Hal ini dapat dilihat dari penampilan dan kegiatan mereka di lingkungan belajar. Mahasiswa yang literat juga akan berusaha belajar mengenai berbagai sumber daya informasi dan cara penggunaan sumber-sumber informasi.
11
Literasi informasi bagi masyarakat sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari mereka dan dalam lingkungan pekerjaan. Mereka mengidentifikasi informasi yang paling berguna saat membuat keputusan misalnya saat mencari bisnis atau mengelola bisnis dan berbagi informasi dengan orang lain
3. Untuk pekerja
Kemampuan dalam menghitung dan membaca belum cukup dalam dunia pekerjaan, karena pada saat ini terjadi ledakan informasi sehingga pekerja harus mampu menyortir dan mengevaluasi informasi yang diperoleh. Bagi pekerja, dengan memiliki literasi informasi akan mendukung dalam melaksanakan pekerjaan, memecahkan berbagai masalah terhadap pekerjaan yang dihadapi dan dalam membuat kebijakan.
Berdasarkan beberapa pendapat yang diuraikan di atas maka dapat
dikatakan bahwa literasi informasi bermanfaat di era globalisasi informasi bagi
semua orang baik pelajar, pekerja, dan dalam lingkungan masyarakat. Setiap
orang yang memiliki literasi informasi maka dapat menciptakan pengetahuan baru
dengan menggabungkannya dengan pengetahuan yang sebelumnya ada dan
memudahkan dalam pengambilan keputusan ketika menghadapi berbagai masalah
maupun ketika membuat suatu kebijakan.
2.2.2. Tujuan literasi informasi
Literasi informasi merupakan kemampuan yang sangat penting dimiliki
seseorang terutama dalam dunia perguruan tinggi karena pada saat ini semua
orang dihadapkan dengan berbagai jenis sumber informasi yang berkembang
sangat pesat, namun belum tentu semua informasi yang ada dan diciptakan
tersebut dapat dipercaya dan sesuai dengan kebutuhan informasi para pencari
informasi. Literasi informasi akan memudahkan seseorang untuk belajar secara
mandiri dimana pun berada dan berinteraksi dengan berbagai informasi.
Literasi informasi juga sangat berguna dalam dunia perguruan tinggi
kompetensi yang mengharuskan peserta didik untuk menemukan informasi bagi
dirinya sendiri dan memanfaatkan berbagai sumber informasi. Selain itu dengan
memiliki literasi informasi maka para peserta didik mampu berpikir secara kritis
dan logis serta tidak mudah percaya terhadap informasi yang diperoleh sehingga
perlu mengevaluasi terlebih dahulu informasi yang diperoleh sebelum
menggunakannya.
Menurut Doyle yang di kutip oleh Wijetunge (2005:33) dengan memiliki
keterampilan literasi informasi maka seorang individu mampu:
1. Menentukan informasi yang akurat dan lengkap yang akan menjadi dasar dalam membuat keputusan.
2. Menentukan batasan informasi yang dibutuhkan. 3. Memformulasikan kebutuhan informasi.
4. Mengidentifikasi sumber informasi potensial. 5. Mengembangkan strategi penelusuran yang sukses.
6. Mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efisien. 7. Mengevaluasi informasi.
8. Mengorganisasikan informasi.
9. Menggabungkan informasi yang dipilih menjadi dasar pengetahuan seseorang.
10.Menggunakan informasi secara efektif untuk mencapai tujuan tertentu.
Literasi informasi dibutuhkan di era globalisasi informasi agar pengguna
memiliki kemampuan untuk menggunakan informasi dan teknologi komunikasi
dan aplikasinya untuk mengakses dan membuat informasi. Misalnya kemampuan
dalam menggunakan alat penelusuran internet. Berdasarkan tujuan yang diuraikan
di atas, maka literasi informasi memiliki tujuan dalam membantu seseorang dalam
memenuhi kebutuhan informasinya baik untuk kehidupan pribadi (pendidikan,
13
2.3. Keterampilam Literasi Informasi
The American Library Association (ALA) mendefinisikan literasi
informasi sebagai istilah yang diterapkan terhadap keterampilan- keterampilan
informasi untuk memecahkan masalah, yang terdiri dari tujuh keterampilan, yaitu:
1. Mendefinisikan kebutuhan informasi, yaitu kemampuan seseorang dalam mengetahui bahwa pengetahuan yang dimilikinya tentang sesuatu subyek tertentu adalah tidak mencukupi. Namun, dia sadar bahwa disekililingnya ada banyak sumber-sumber yang tersedia dan dapat dimanfaatkan untuk memecahkan berbagai masalahnya.
2. Menetapkan strategi pencarian, yaitu sebuah proses sebelum pencarian yang dengannya seseorang mampu mengorganisir data yang saat ini telah diketahuinya kedalam beberapa kategori atau subjek, mengidentifikasi sumber-sumber yang berpotensi tentang bahan tambahan ke dalam kategori-kategori atau subjek dan menetukan kriteria untuk sumber-sumber yang potensial, kemuktahiran, bentuk/format, dan sebagainya. 3. Mengumpulkan sumber-sumber, yaitu kemampuan seseorang dalam
melakukan proses pengumpulan berbagai sumber yang diperlukan baik dalam bentuk tercetak dan non-tercetak, online dan komputerisasi, interview antar pakar, permohonan dokumen-dokumen pemerintah yang cocok, konsultasi dengan para pustakawan dan para pakar lainnya untuk saran-saran tentang sumber-sumber tambahan yang diperlukan
4. Menilai dan memahami informasi, yaitu proses mengorganisir dan menyaring dan meneliti kata kunci dan topik-topik terkait, mengevaluasi otoritas dari sumber-sumber, mengidentifikasi kesalahan-kesalahan, pandangan-pandangan beberapa keberpihakan, dan kemudian kalau perlu, memperjelas kembali pertanyaan untuk pencarian informasi yang dibutuhkannya.
5. Menerjemahkan informasi melibatkan analisa, sintesa, evaluasi dan pengorganisasian data terseleksi untuk penggunaan dan kemudian menarik sebuah kesimpulan dari semua yang terkait dengan penelitian tersebut. 6. Mengkomunikasikan informasi, yaitu berbagai informasi dengan cara
memberikan manfaat kepada orang lain dari pertanyaan riset, dalam bentuk laporan, poster, grafik, atau yang lainnya.
2.4. Manfaat Kompetensi Literasi Informasi pada Pendidikan Tinggi
Perkembangan Teknologi Infomasi dan Komunikasi(TIK)membuat
informasi begitu melimpah dan mudah untuk diakses serta dimanfaatkan.
Kelimpahruahan, kecepatan serta kemudahan memperoleh informasi hanya akan
diperoleh jika pencari informasi memiliki kompetensi dalam literasi informasi.
Bahkan American Library Association (ALA, 1989) telah mempertimbangkan
bahwa literasi informasi merupakan hasil utama mahasiswa di pendidikan tinggi.
Manfaat kompetensi literasi informasi dalam pendidikan tinggi menurut
California State University yang dikutip oleh Hasugian (2009, 204) yaitu:
1. Menyediakan metode yang telah teruji untuk dapat memandu mahasiswa kepada berbagai sumber informasi yang terus berkembang. Sekarang ini individu berhadapan dengan informasi yang beragam dan berlimpah. Informasi tersedia melalui perpustakaan, sumber-sumber komunitas, organisasi khusus, media, dan internet.
2. Mendukung usaha nasional untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Lingkungan belajar yang proaktif mensyaratkan setiap mahasiswa memiliki kompetensi literasi informasi. Dengan keahlian informasi tersebut maka mahasiswa akan selalu dapat mengikuti perkembangan bidang ilmu yang dipelajarinya.
3. Menyediakan perangkat tambahan untuk memperkuat isi perkuliahan. Dengan kompetensi literasi informasi yang dimilikinya, maka mahasiswa dapat mencari bahan-bahan yang berhubungan dengan perkuliahan sehingga dapat menunjang perkuliahan tersebut.
4. Meningkatkan pembelajaran seumur hidup. Meningkatkan pembelajaran seumur hidup adalah misi utama dari institusi pendidikan tinggi dengan memastikan bahwa setiap individu memiliki kemampuan intelektual dalam berpikir secara kritis yang ditunjang dengan kompetensi informasi yang dimilikinya maka individu dapat melakukan pembelajaran seumur hidup secara mandiri.
Candy (Candy, Crebert, dan O’Leary 1994) mengatakan “Access to, and
critical use of information and of information technology is absolutely vital to
lifelong learning, and accordingly no graduate —can be judged educated unless
15
Dari pernyataan tersebut Candy, Crebert, dan O’Leary mengungkapkan bahwa seseorang tidak dapat dinyatakan lulus, bilamana ia belum menyandang status sebagai information literate person. Maksudnya, untuk melakukan hal yang demikian, lembaga pendidikan tinggi harus menetapkan literasi informasi sebagai sebuah standar kompetensi (sebagai syarat) yang wajib dimiliki oleh setiap peserta didik sebelum meninggalkan universitas (Iman 2013, 82).
Dari beberapa pernyataan yang dikembangkan mengenai literasi informasi
dan dunia pendidikan tinggi, diketahui bahwa kompetensi literasi informasi
memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan tinggi, hal ini sesuai dengan
Kasowitz-Scheer (Kasowitz-Scheer dan Pasqualoni 2002) yang secara garis besar
menyatakan bahwa terdapat sejumlah perguruan tinggi di Amerika Serikat,
diantaranya State University of New York, University of Oregon, Montana State
University, dan University of Maryland University College (UMUC) yang
mempunyai kelas literasi informasi pada tahun pertama perkuliahan, dengan
maksud memperkenalkan langkah-langkah dalam proses penelitian dan strategi
untuk mencari berbagai sumber daya elektronik secara efektif. Kelas ini juga
memberikan kesempatan untuk berlatih mengevaluasi dan mengutip hasil
penelitian.
2.5. Standar Literasi Informasi bagi Pendidikan Tinggi
Rumusan tentang standar kompetensi literasi informasi untuk pendidikan
tinggi dilakukan oleh Komite Standar ACRL dan disetujui oleh Dewan Direksi
Association of College and Research Libraries (ACRL) pada 18 Januari 2000.
ACRL telah mengeluarkan lima standar literasi informasi dalam dunia perguruan
tinggi dan kelima standar tersebut memiliki 22 indikator. Standar literasi ini berisi
seseorang dalam memahami informasi. Dalam standar ini terdapat cara bagaimana
mahasiswa dapat berinteraksi dengan informasi. Standar ini juga digunakan oleh
fakultas, pustakawan, dan staf lainnya dalam mengembangkan metode untuk
mengukur pembelajaran mahasiswa sesuai dengan misi institusi tersebut. Standar
kompetensi literasi informasi dari ACRL (2000, 8) tersebut yaitu:
1. Mahasiswa yang literat informasi mampu menentukan jenis dan sifat
informasi yang dibutuhkan.
a. Mahasiswa mendefinisikan dan menyampaikan kebutuhan informasinya.
b. Mahasiswa mengidentifikasi berbagai jenis dan bentuk sumber informasi
yang potensial.
c. Mahasiswa mempertimbangkan biaya dan keuntungan yang diperoleh dari
informasi yang dibutuhkan.
d. Mahasiswa mengevaluasi kembali sifat dan batasan informasi yang
dibutuhkan.
2. Mahasiswa yang literat informasi mengakses kebutuhan informasi secara
efektif dan efisien.
a. Mahasiswa memilih metode penelitian dan sistem temu kembali informasi
yang paling tepat untuk mengakses informasi yang dibutuhkan.
b. Mahasiswa membangun dan menerapkan strategi penelusuran yang
efektif.
c. Mahasiswa melakukan sistem temu kembali secara online atau pribadi
dengan menggunakan berbagai metode.
17
e. Mahasiswa mengutip, mencatat dan mengolah informasi dan
sumber-sumbernya.
3. Mahasiswa yang literat mengevaluasi informasi dan sumber-sumber secara
kritis dan menjadikan informasi yang dipilih sebagai dasar pengetahuan.
a. Meringkas ide utama yang dikutip dari informasi yang dikumpulkan.
b. Mahasiswa menentukan dan menerapkan kriteria awal untuk mengevaluasi
informasi dan sumber-sumbernya.
c. Mahasiswa mampu mensintesis ide utama untuk membangun konsep baru.
d. Mahasiswa membandingkan pengetahuan baru dengan pengetahuan lama
untuk menentukan nilah tambah, kontradiksi, atau karakteristik informasi
unik lainnya dari informasi.
e. Mahasiswa menentukan apakah pengetahuan baru memberi dampak
terhadap sistem nilai individu dan mengambil langkah-langkah untuk
menyatukan perbedaan.
f. Mahasiswa menentukan bila query perlu direvisi.
4. Mahasiswa yang literat menggunakan dan mengkomunikasikan informasi
dengan efektif dan efisien.
a. Mahasiswa menerapkan informasi baru dan yang lama untuk
merencanakan dan menciptakan hasil.
b. Mahasiswa merevisi proses pengembangan untuk hasil.
c. Mahasiswa mengkomunikasikan hasil secara efektif kepada orang lain.
5. Mahasiswa yang literat informasi memahami isu ekonomi, hukum dan sosial
a. Mahasiswa memahami isu-isu ekonomi, hukum dan aspek sosial mengenai
informasi dan teknologi informasi.
b. Mahasiswa mematuhi hukum, peraturan, kebijakan intitusi, dan etika yang
berhubungan dengan pengaksesan dan penggunaan sumber informasi
c. Mahasiswa mengetahui penggunaan sumber-sumber informasi dalam
mengkomunikasikan informasi.
2.6.Literasi Informasi dalam Perpustakaan
Dunia perpustakaan Indonesia sebenarnya telah lama mengenal dan
melakukan aktivitas yang berkenaan dengan literasi informasi, meskipun dengan
istilah yang berbeda. Sekarang, penggunaan istilah literasi informasi menjadi
lebih populer, karena telah terjadi perubahan agenda dalam dunia pendidikan dan
juga karena adanya perkembangan hybrid library menjadi digital library (Salmubi
2007).
Pendapat lain dikemukakan oleh Pendit (2008), sebagai berikut:
Pada perpustakaan, konsep literasi informasi pada perpustakaan, konsep literasi informasi sendiri bermula dari pendidikan pemakai di perpustakaan. Prinsip kegiatan yang ada dalam pendidikan pemakai sama dengan apa yang akan dikembangkan melalui program-program literasi informasi, yaitu mengembangkan kemampuan pengguna dalam menetapkan hakikat dan rentang informasi yang dibutuhkan, mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efisien, mengevaluasi informasi dan sumbernya secara kritis, menggunakan informasi untuk keperluan tertentu.
Perpustakaan perguruan tinggi pada umumnya membekali mahasiswa
dengan literasi yang berkaitan dengan kegiatan perpustakaan yaitu cara
mengakses koleksi perpustakaan. Peningkatan layanan biasanya lebih tertuju pada
fasilitas komputer atau laboratorium komputer, koneksi internet nirkabel, jenis
19
kemampuan yang menjadi sorotan adalah literasi komputer. Mahasiswa diarahkan
memiliki kemampuan mengoperasikan komputer, sehingga paling tidak, masalah
penggunaan OPAC terselesaikan. Beberapa keterampilan yang biasanya diajarkan
perpustakaan adalah:
1. Orientasi perpustakaan; cara menggunakan koleksi dan memanfaatkan layanan perpustakaan.
2. Pengoperasian komputer dan internet.
3. Penelusuran artikel pada online database yang dilanggan.
4. Pemanfaatan layanan online kampus: email, forum mahasiswa, file transfer, e-class dan sebagainya.
2.7. Model Literasi InformasiEmpowering Eight (E8)
Pada tahun 2004 diadakan workshop mengenai literasi informasi di
Kolombo yang kemudian dilanjutkan pada tahun 2005 di Patiala. Workshop ini
dihadiri oleh beberapa negara yaitu Indonesia, India, Bangladesh, Maldiva,
Malaysia, Nepal, Pakistan, Singapura, Sri Lanka, Vietnam dan Thailand. Dan
hasil dari seminar ini melahirkan konsep baru dari model literasi informasi yaitu
Empeworing 8. Model literasi ini banyak digunakan di negara-negara Asia karena
mencerminkan kondisi orang Asia. Dan sekarang model ini menjadi hak milik
intelektual NILIS (International Workshop on Information Skill for Learning) Sri
Langka.
Model ini terdiri dari 8 tahapan keterampilan atau kemampuan yang harus
dikuasai oleh seseorang (Basuki, 2013). Keterampilan tersebut adalah
1. Identifity 5. Creat
2. Explore 6. Present
3. Select 7. Assess
Tahapan Empowering 8dapat di ilustrasikan seperti gambar dibawah ini:
Gambar 2.1. Tahapan Empowering 8
Setiap keterampilan Empowering 8 terdiri dari beberapa langkah yang
harus dikerjakan oleh setiap orang. Dari Gambar 2.1 di atas terlihat bahwa setelah
tahap 8 dicapai, maka kita akan kembali lagi ketahap 1. Hal ini dapat dianalogikan
seperti seseorang yang sudah mendapat “sesuatu” yang baru akan
menggunakannya kembali untuk menghasilkan hal yang baru lagi. Demikian
seterusnya, sehingga proses ini akan berulang kembali. Jika hal ini digambarkan
akan seperti spiral yang akan terus berputar.
Berbeda dengan model- model literasi lain kekuatan model ini adalah pada
tahapan penilaian dan penerapan, karena pada tahapan ini dapatmerefleksikan apa
yang telah di capai dengan kendala atau kesulitan yang akan di hadapi.
21
Tabel 2.1: Komponen dan Hasil Pembelajaran Empowering 8
Langkah Memberdayakan 8 Komponen
Mahasiswa Akan Mampu
Mendemostrasikan Sebuah Kemampuan Untuk:
1 Mengidentifikasi a. Tentukan topik atau subjeknya
b. Memastikan dan memahami pesertanya c. Pilih format yang relevan untuk hasil yang
sudah selesai atau produk jadi d. Menentukan kata-kata kunci e. Merencanakan sebuah strategi
f. Mengidentifikasi berbagai sumber dimana informasi dapat ditemukan.
2 Memeriksa a. Menentukan sumber-sumber yang sesuai dengan topik yang dipilih
b. Menemukan informasi yang sesuai dengan topik yang dipilih
c. Mengadakan wawancara, kunjungan lapangan atau penelitian diluar lapangan lain
3 Memilih a. Memilih informasi yang relevan
b. Menemukan sumber-sumber mana yang paling mudah, paling sulit, atau tepat c. Merekam informasi yang relevan dengan
membuat catatan atau membuat susunan visual seperti bagan, grafik, dan skema, dan lain- lain
d. Mengidentifikasi tahapan-tahapan di dalam proses
e. Mengumpulkan kutipan yang sesuai 4 Mengatur a. Memilah-milah informasi
b. Membedakan antara fakta, opini dan fiksi c. Memeriksa prasangka di dalam
sumber-sumber
d. Mengurutkan informasi dalam urutan yang logis atau tepat
e. Menggunakan susunan visual untuk membandingkan atau membedakan informasi
5 Menciptakan a. Menyiapkan informasi dengan kata-kata sendiri dalam cara yang sesuai
b. Memeriksa ulang dan mengedit, sendiri atau dengan kelompok
6 Menyajikan a. Berlatih untuk mempresentasikan
b. Membagi informasi dengan peserta yang tepat
c. Menunjukkan informasi dalam sebuah format yang tepat untuk memuaskan peserta
d. Mengatur dan menggunakan peralatan dengan benar
7 Menilai a. Menerima umpan balik dari mahasiswa lain
b. Penilaian diri pada penampilan mahasiswa dalam menjawab tugas penilain dosen c. Merefleksikan seberapa baik yang sudah
mereka kerjakan
d. Menemukan apakah ada skill/ keterampilan baru yang dipelajari
e. Mempertimbangkan halbaik apa yang bisa dilakukan dilain waktu
8 Menerapkan a. Menggunakan umpan balik dan penilaian untuk kegiatan belajar/tugas selanjutnya b. Berusaha untuk menggunakan pengetahuan
yang diperoleh dalam berbagai situasi baru c. Menentukan dalam pelajaran apa
skill/keterampilan bisa digunakan
d. Menambahkan hasil kedalam produk-produk portofolio (Wijetunge, 2005:36) e. Meninjau ulang umpan balik dan penilain
yang diberikan
Berdasarkan pendapat yang diuraikan di atas diketahui bahwa model
Empeworing 8 terdiri dari delapan tahapan yaitu mengidentifikasi masalah yang
meliputi identifikasi topik, audien, format informasi, kata kunci, strategi
penelusuran dan sumber sumber informasi, eksplorasi meliputi kegiatan dalam
memilih dan menemukan sumber informasi yang sesuai dengan topik yang dapat
dilakukan dengan interview, memilih informasi yang relevan, mengorganisir
informasi meliputi menyusun informasi secara logis, menciptakan informasi yang
23
daftar bibliografi, menyajikan yaitu menyebarkan informasi yang diperoleh
kepada peserta, menaksir yaitu menerima masukan dari orang lain dan
menentukan apa yang terbaik dimasa yang akan datang, terakhir menerapkan yaitu
menerapkan informasi tersebut dalam berbagai situasi misal pendidikan,
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian
Untuk melakukan penelitianini, peneliti membutuhkan metode penelitian
yang tepat dan mungkin dilakukan. Arikunto (1998:151) mengatakan bahwa“
Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan
data penelitian”. Dari pendapat ini dapat diketahui bahwa metode penelitian itu
sebaiknya dapat menjelaskan cara yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan
data penelitian.
Berdasarkan pendapat diatas, Penelit imenggunakan metode deskriptif
dalam mengumpulkan data, mengolah dan menemukan permasalahan dari
penelitian ini.
Pada penelitian ini, penulis hanya memaparkan data yang diperoleh dari
responden (dalam hal ini mahasiswa) melalui kuisioner untuk selanjutnya akan di
evaluasi dan di interpretasikan.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen
25
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi adalah objek atau sumber data yang dibutuhkan dalam suatu
penelitian. Menurut Sugiyono (1999:72), “Populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.”
Yang menjadi populasi penelitian adalah seluruh mahasiswa anggota Aktif
pengguna Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen. Yaitu sebanyak 7120
mahasiswa aktif.(sumber: Kepala Bagian Kemahasiswaan Universitas HKBP
Nommensen)
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang dianggap dapat mewakili
populasi sebagaian dari sumber data. Menurut Sugiono (2002:57), “Sampel adalah
sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.”
Sampel ditetapkan dengan tujuan mempermudah peneliti dalam menyelesaikan
penelitiannya.
Penentuan besarnya sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan rumus Slovin yaitu:
� = �
+ � �
Keterangan:
N = Jumlah populasi
e = Kelonggaran sampel (10%)
1 = Konstanta
n = N
+ N e 2
n = + , 2
n = + ,
n =
+ .
n = ,
n = , dibulatkan menjadi 99 orang
Dengan demikian, maka dari jumlah populasi 7120 orang diperoleh sampel
sebanyak 99 orang
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
teknik accidental sampling, yang hanya berfokus pada mahasiswa yang sedang
mencari informasi dengan menggunakan internet. Teknik accidental sampling
adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang
sacara kebetulan/ insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai
sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber
27
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian
1. Pengamatan, yaitu mengadakan pengamatan awal terhadap para
mahasiswa yang berkunjung ke Perpustakaan Universitas HKBP
Nommensen
2. Kuesioner, yaitu pengumpulan data dengan cara memberikan daftar
pertanyaan (kuesioner) untuk diisi oleh responden
3. Studi kepustakaan dan dokumen melalui buku, jurnal, majalah, artikel
lepas, laporan tahunan dan dokumen lain yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti.
3.5 Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data penelitian ini adalah:
1. Data primer, yaitu data yang diperolehlangsung dari responden melalui
kuesioner.
2. Data sekunder, yaitu data yang bersumber dari buku, jurnal, majalah,
laporan tahunan dan dokumen lain yang berhubungan dengan masalah
penelitian.
3.6 Instrumen Penelitian
Ada beberapa jenis instrumen penelitian yang dapat dijadikan alat untuk
mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Menurut Sugiyono (2006) “instrumen
maupun sosial yang diamati”. Pada penelitian ini penulis menggunkan kuesioner
sebagai instrumen penelitian.
3.6.1 Definisi Operasional Variabel
Untuk mempermudah pembuatan kuesioner, maka peneliti menyajikan
definisi operasional variabel dari Empowering 8. Variabel dengan menggunakan
model literasi informasi Empowering 8 pada Perpustakaan Universitas HKBP
Nommensen yang dilakukan oleh pengguna Perpustakaan Universitas HKBP
Nommensen dengan indikatornya adalah
a. Identify adalah kemampuan pengguna Perpustakaan Universitas HKBP
Nommensen untuk mengidentifikasi kebutuhan informasi.
b. Explorer adalah kemampuan pengguna Perpustakaan Universitas HKBP
Nommensen untuk mengeksplorasi sumber dan informasi yang sesuai
dengan topik.
c. Select adalah kemampuan pengguna Perpustakaan Universitas HKBP
Nommensen untuk menyeleksi dan merekam informasiyang relevan, dan
mengumpulkankutipan-kutipan yang sesuai.
d. Organise adalah kemampuan pengguna Perpustakaan Universitas HKBP
Nommensen untuk memilih atau membedakan mana informasi yang sesuai
dengan apa yang dibutuhkan.
e. Creat adalah kemampuan pengguna Perpustakaan Universitas HKBP
Nommensen untuk menciptakan suatu karya dari informasi yang telah di
29
f. Present adalah kemampuan pengguna Perpustakaan Universitas HKBP
Nommensen untuk mempresentasekan karya yang telah dibuat.
g. Assess adalah kemampuan pengguna Perpustakaan Universitas HKBP
Nommensen untuk memberi atau menerima penilaian terhadap karya yang
telah dibuat.
h. Apply adalah kemampuan pengguna Perpustakaan Universitas HKBP
Nommensen untuk menerapkan karya yang telah dibuat dalam kehidupan
sehari- hari.
3.7 Analisis Data
Metode yang digunakan dalam menganalisis data ini adalah metode
deskriptif kuantitatif. Metode ini dilakukan dengan cara penyajian data bersifat
tabulasi dan frekuensi serta perhitungan dan persentase yang diperoleh dari
jawaban pernyataan responden. Perhitungan persentase dengan menggunakan
tafsiran data dengan menggunakan rumus. Untuk menghitung persentase suatu
jawaban dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
� =�
�× %
Keterangan:
P = Persentase
n = Sampel (jumlah responden)
Penafsiran data dan hasil distribusi terhadap jawaban kuesioner dilakukan
dengan menggunakan pedoman penafsiran data yang dikemukakan oleh Arikunto
(2005, 57) sebagai berikut:
0,00% : Tidak ada
1,00% - 24,99% : Sebagian kecil
25,00% - 49,99% : Hampir setengahnya
50,00% : Setengahnya
50,01% - 74,99% : Sebagian besar
75,00% - 99,99% : Pada umumnya
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas data dari hasil penyebaran kuesioner kepada
responden. Penelitian ini tentang Evaluasi Literasi Informasi menggunakan
Empowering 8 pada pengguna perpustakaan Universitas HKBP Nommensen
Medan.
4.1 Gambaran Umum Responden
Sesuai dengan bahasan bab sebelumnya, yang menjadi responden dalam
penelitian ini adalah pengguna Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen
Medan yaitu sebanyak 7210 populasi dengan sampel sebanyak 99 mahasiswa.
Hasil dan pembahasan akan diuraikan pada bab ini berdasarkan data yang berasal
dari jawaban pengguna yang diketahui dari penyebaran kuesioner.
4.2 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif adalah cara menganalisis dengan mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.
4.2.1 Tingkat literasi informasi pengguna Perpustakaan HKBP Nommensen
Kegiatan pada penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kemampuan
literasi informasi yang dimiliki oleh pengguna Perpustakaan HKBP Nommensen
yang diukur dengan menggunakan metode Empowering 8, yang meliputi
kemampuan untuk mengidentifikasi masalah (identifity), kemampuan untuk
informasi(select), kemampuan untuk mengorganisasi informasi (organise),
kemampuan untuk menciptakan sebuah karya (creat), Kemampuan unatuk
mempresentasikan hasil karya (present), kemampuan dalam menilai masukan
yang diberikan Audience (assess) , dan kemampuan untuk menerapkan informasi
tersebut kedalam kehidupan sehari- hari (apply).
4.2.1.1Kemampuan pengguna Perpustakaan HKBP Nommensen Medan dalam mengidentifikasi informasi (Identify)
Kemampuan pengguna Perpustakaan HKBP Nommensen Medan dalam
[image:47.595.113.522.389.496.2]mengidentifikasi informasi dapat dilihat pada tabel 4.1:
Tabel 4.1 : Kemampuan Menentukan Topik dan Subjek Nomor
Pertanyaan
Kategori Jawaban F Presentase
(%)
1
a. Selalu 69 69,7
b. Sering 17 17,2
c. kadang- kadang 11 11,1
d. tidak pernah 2 2
Jumlah Total 99 100
Keterangan: f = Frekuensi
Dari data Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa pada umumnya pengguna
(86,9%) Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen menyatakan selalu
menentukan topik atau subjek terlebih dahulu sebelum mencari dan menelusur
informasi di internet. Kemudian sebagian kecil (17,2%) pengguna Perpustakaan
Universitas HKBP Nommensen sering menentukan topik atau subjek terlebih
dahulu sebelum mencari dan menelusur informasi di internet. Lalu sebagian kecil
(11,1%) pengguna Perpustakaan HKBP Nommensen menyatakan kadang- kadang
menentukan topik atau subjek terlebih dahulu sebelum mencari dan menelusur
33
Universitas HKBP Nommensen menyatakan tidak pernah menentukan topik dan
subjek sebelum menelusur informasi di internet.
Menentukan topik atau subjek terlebih dahulu sebelum mencari dan
menelusur informasi di internet diartikan bahwa pengguna memahami betul
informasi apa yang dibutuhkannya sehingga dapat menentukan sumber informasi
yang tepat dan sesuai dengan topik ataupun sabjek yang diinginkan dan ini
merupakan langkah awal yang baik dalam penerapan literasi informasi.
Kemampuan untuk mengidentifikasi informasi juga dapat dilihat dari
bagaimana cara pengguna mendapatkan informasi tersebut dan strategi apa yang
[image:48.595.113.509.443.547.2]digunakan oleh pengguna dalam proses pencarian informasi tersebut.
Tabel 4.2 : Kemampuan Menggunakan Strategi Penelusuran Boolean Operator(AND, OR dan NOT)
Nomor Pertanyaan
Kategori Jawaban f Presentase
(%)
2
a. selalu 5 5
b. sering 6 6,1
c. kadang- kadang 47 47,5
d. tidak pernah 41 41,4
Jumlah Total 99 100
Keterangan: f = Frekuensi
Dari data Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa hampir setengah(47,5%)
pengguna Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen menyatakan
kadang-kadang mencari atau menelusur informasi melalui internet menggunakan strategi
penelusuran Boolean Operator (AND, OR dan NOT). Kemudian, hampir setengah
(41,4%) pengguna Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen menyatakan
tidak pernah mencari atau menelusur informasi melalui internet, menggunakan
(6,1%) pengguna Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen sering mencari
atau menelusur informasi melalui internet, menggunakan strategi penelusuran
Boolean Operator (AND, OR dan NOT), dan sebagian kecil (5%) pengguna
Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen menyatakan selalu mencari atau
menelusur informasi melalui internet, menggunakan strategi penelusuran Boolean
Operator (AND, OR dan NOT).
Menggunakan strategi penelusuran Boolean Operator (AND, OR dan
NOT) diartikan bahwa pengguna memahami betul bagaimana cara atau strategi
informasi apa yang dibutuhkannya sehingga dapat mempermudah proses
pencarian informasi yang diinginkan dan ini merupakan langkah awal yang baik
dalam penerapan literasi informasi. tetapi dalam hal ini pengguna Perpustakaan
Universitas HKBP Nommensen tidak memahami apa itu strategi Boolean
Operator. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman tentang literasi
[image:49.595.106.517.524.644.2]informasi di kalangan pengguna Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen.
Tabel 4.3 : Kemampuan Memilih Bentuk Informasi Nomor
Pertanyaan
Kategori Jawaban f Presentase
(%)
3
a. Elektronik/digital 18 18,2
b. Tercetak 16 16,2
c. Audio/visual 3 3
d. Bentuk a,b dan c 62 62,6
Jumlah Total 99 100
Keterangan: f = Frekuensi
Dari data Tabel 4.3 dapat di ketahui bahwa sebagian kecil(18,2%)
pengguna Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen menyatakan
35
di internet, selanjutnya sebagian kecil (16,2%) pengguna Perpustakaan
Universitas HKBP Nommensen menyatakan menggunakan bentuk tercetak dalam
mencari informasi, dan sebagian kecil (3%) penguna Perpustakaan Universitas
HKBP Nommensen menggunkan bentuk audio/visual dan sebagian besar (62,6%)
pengguna Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen memilih menggunakan
bentuk ketiganya (elektonik/digital, tercetak, audio/visual).
Berdasarkan data yang diperoleh mayoritas mahasiswa memilih semua
bentuk format/ bentuk (elektronik/digital, tercetak, dan audio/visual) ketika
mencari informasi, pilihan ini sangat baik dikarenakan pengguna Perpustakaan
Universitas HKBP Nommensen tidak membatasi bentuk/ format informasi
sebagai sumber informasi yang pada saat ini sudah ada dalam berbagai bentuk/
format.
4.2.1.2Kemampuan pengguna Perpustakaan HKBP Nommensen Medan dalam mengeksplorasi informasi (Explore)
Kemampuan pengguna Perpustakaan HKBP Nommensen Medandalam
[image:50.595.113.520.623.730.2]mengeksplorasi informasi diukur dengan pertanyaan berikut:
Tabel 4.4: Kemampuan Memilih Sumber Informasi yang Sesuai DenganTopik
Nomor Pertanyaan
Kategori Jawaban f Presentase
(%)
4
a. Selalu 23 23,2
b. Sering 32 32,3
c. kadang- kadang 42 42,4
d. tidak pernah 2 2,1
Jumlah Total 99 100
Dari data Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa hampir setengah(42.4%)
pengguna Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen menyatakan
kadang-kadang menemukan sumber informasi yang sesuai dengan topik yang diinginkan,
kemudian, hampir setengahnya (32,3%) pengguna Perpustakaan Universitas
HKBP Nommensen menyatakan sering menemukan sumber informasi yang sesuai
dengan topik yang diinginkan. Lalu sebagian kecil (23.2%) pengguna
Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen selalu menemukan sumber
informasi yang sesuai dengan topik yang diinginkan, dan sebagian kecil (2,1%)
mengatakan tidak pernah menemukan sumber informasi yang sesuai dengan topik
yang diinginkan.
Berdasarkan data yang diperoleh hampir setengah (42,4%) pengguna
mengatakan kadang-kadang menemukan sumber informasi yang sesuai dengan
topik yang diinginkan. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan mahasiswa
mengenai sumber-sumber informasi yang sudah banyak saat ini terutama pada
[image:51.595.112.519.544.652.2]internet.
Tabel 4.5: Kemampuan Memilih Mesin pencari (search engine) Nomor
Pertanyaan
Kategori Jawaban f Presentase
(%) 5
a. Google 94 95
b. Yahoo 4 4
c. Google scolar 1 1
d. Wikipedia 0 0
Jumlah Total 99 100
Keterangan: f = Frekuensi
Dari data Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa pada umumnya (95%)
pengguna Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen menyatakan
37
di internet. Kemudian, sebagian kecil(4%) pengguna Perpustakaan Universitas
HKBP Nommensen menyatakan menggunakan Yahoo dalam menelusur informasi
di internet. Dan sebagian kecil (1%) lagi pengguna Perpustakaan Universitas
HKBP Nommensen menggunakan mesin pencari (search Engine) google scolar
dalam mencari informasi di internet.
Berdasarkan data yang diperoleh pada umumnya (95%) pengguna
Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen mengatakan menggunakan mesin
pencari google untuk mencari informasi di internet. Hal ini merupakan hal umum
karena google merupakan mesin pencari yang sangat tinggi penggunaannya
[image:52.595.113.519.406.518.2]terutama dalam mencari informasi dalam bentuk umum.
Tabel 4.6: Kemampuan Melakukan Studi Lapangan/ Wawancara Nomor
Pertanyaan
Kategori Jawaban f Presentase
(%) 6
a. Selalu 9 9,1
b. Sering 5 5
c. Kadang- kadang 68 68,7
d. Tidak pernah 17 17,2
Jumlah Total 99 100
Keterangan: <