• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas X SMA 29 Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas X SMA 29 Jakarta"

Copied!
175
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh:

SIGIT RAHMA DINUR PRIANTO NIM: 1111015000081

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH) TERHADAP HASIL BELAJAR

EKONOMI KELAS X SMAN 29 JAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana pendidikan

Oleh:

Sigit Rahma Dinur Prianto

NIM:

1111015000081

Dibawah Bimbingan:

Dr. Nurochim. M.M

NIP: 19590715 198403 1 003

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UINSYARIFHIDAYATULLAH

JAKARTA

20t5

Dosen Pembimbing i Dosen Pembirnbing

il

(3)

Problem Based

Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah) Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Kelas

X

Sma 29

Jakarta"

disusun oleh

Sigit

Rahma

Dinur

Prianto,

NIM

1111015000081, Jurusan

Pendidikan

Ilmu

Pengetahuan Sosial (P.IPS) Fakultas

Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri

rufN

Syarif Hidayatullah Jakarla. Teiah melalui bimbingan dan

dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakafia, 28 Septernber 2015

Dosen Pembirnbing:

Dr. Nurochirn. M.M

NIP: 1959011s 198403 1 003

Dosen Pernbirnbir-rg I Pembi bing II

(4)

LEMtsAR PENGESAIIAN

Skripsi berjudul "Pengaruh

Mcdel

Pembelajaran Problem Based Learning

(Pembelajaran Berbasis Masalah) Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Kelas X SMA 29 Jakarta" disusun oleh Sigit Rahma Dinur Prianto, NIM 1111015000081, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 12 Oktober

di

hadapan dewan

penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana

Sl

(S.Pd) dalam bidang Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (P.tPS).

Jakarta, I9 Oktober 201 5

Panitia Ujian Munaqasah

Tanggal Tanda Tangan

Ketua Panitia (Ketua Jurusan Pendidikan IPS)

Dr. hvan Purwanto. M.Pd NrP. l 97304 20081 I 012

Sekretaris (Sekretari s Jurusan Pendidikan IP S)

Drs. S),aripulloh. M.Si

NIP. 19670909 200701 1 033

Penguji I

Dr. Ilvan Purwanto. M.Pd NrP. 197304 20081 1 012

Penguji II

Neng SriNuraeni. ll.Pd

"llv

^6

*/:s

u'!

r\-__

vt

f

,o

a-o(s

/''

Enl

-

s"tr

t,

(5)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

N am a : Sigit Rahma Dinur Prianto Tempat/Tgl.Lahir : Jakarta, 28 Februari 1994

NIM

: 1111015000081

Jurusan

/Prodi

: Pendidikan IPS /Ekonomi

Judul

Skripsi

: Pengaruh Model Pembelajaran problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah) Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Kelas X SMAN 29 Jakarta

Dosen Pembimbing : l. Dr. Nurochim, M.M 2. Tri Harjawati, S.Pd, M.Si

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Jakarta, 19 Oktober 201 5

Mahasiswa Ybs.

Siglt Rahma Dinur Prianto

(6)

i

Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Kelas X SMAN 29 Jakarta. Skripsi. Jakarta: Program Studi Ekonomi. Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (P.IPS) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini berkaitan dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dengan pendekatan saintifik terhadap hasil belajar ekonomi. Tujuannnya adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh model Problem Based Learning terhadap hasil belajar ekonomi. Diharapkan setelah dilakukan penelitian ini maka bisa mengarahkan keaktifan siswa dan meningkatkan pola berpikir siswa melalui saling tukar menukar pengalaman informasi sehingga hasil belajar berhasil dengan maksimal. Model penelitian ini menggunakan pendekatan eksperimen semu atau quasi experimental design. Dimana kelas eksperimen X MIA 4 dan kelas kontrol X MIA 2. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMAN 29 Jakarta tahun ajaran 2015/2016 dan teknik sampel yang digunakan adalah simple random sampling. Teknik pengumpulan data adalah berupa tes pretest dan posttest dan non test berupa obervasi angket dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji t melalui prasyarat analisis uji normalitas dan uji homogenitas. Hasil penelitian menunjukan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning berpengaruh terhadap hasil belajar ekonomi siswa di SMAN 29 Jakarta. Hal ini ditunjukan oleh hasil uji t sebesar 2,46 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya terdapat pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning terhadap hasil belajar ekonomi siswa. Nilai ini diperkuat dengan rata-rata posttest hasil belajar kelas eksperimen (73,78) lebih tinggi dari kelas kontrol (61.42) sehingga menunjukan kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol.

(7)

ii

Based Learning Model Learning To Learning Outcomes Economy Class X SMA 29 Jakarta. Skripsi of Social Sciences at Faculty of Tarbiyah and Teaching State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta.

This research relates to the application of problem based learning with scientific approach to the results of the economic study. The research model use quasi-experimental approach or quasi-experimental design. Where in X MIA 4 experimental class and control class X MIA 2. The population in this study were all students of SMAN 29 Jakarta academic year 2015/2016 and sampling technique used was simple random sampling. Data collection techniques are in the form of test pretest and posttest and non test in the form of observation questionnaires and interviews. Data analysis technique used was t test through the analysis prerequisite test for normality and homogeneity test. This research is to effect in method of problem based learning to result of student learning in economy studies. This reseacrh was conducted on February to May 2015 in SMAN 29 Jakarta. This research use quasi experimental design. The sample which 72 student by into two groups : experiment class and control class. The instrument used in this study is the test result and student learning in the form

pretest and posttest. The analysis data was by statistic test “t” form the result

score of t hitung for sample independent is 2,46 and in t table significan level 5% or 1,66 (t hitung > t tabel ). It show that there is positive influence in using method problem based learning to the result of student learning in economiy studies.

(8)

iii

karunia, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari zaman jahiliyah ke zaman yang terang benderang seperti sekarang ini.

Skripsi ini tidak akan tersusun dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (P.IPS) dan Bapak Syaripulloh, M.Si., selaku sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (P.IPS) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Anissa Windarti, M.Sc., selaku Dosen Penasehat Akademik selama belajar di jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (P.IPS)

5. Bapak Dr. Nurochim, M.M., selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Tri Harjawati, S.Pd, M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang tidak lelah untuk membimbing dan memberikan arahan pada penulisan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (P.IPS) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama masa perkuliahan. Semoga ilmu yang diajarkan bermanfaat bagi kehidupan. 7. Ibu Dra. Carrol Titaley sekalu Kepala Sekolah SMAN 29 Jakarta dan Bapak Drs.

Sugiatno selaku Wakil Kepala Sekolah SMAN 29 Jakarta.

8. Ibu Dra. Zulhafna selaku Guru Pamong Mata Pelajaran Ekonomi SMAN 29 Jakarta. 9. Seluruh Guru dan Staff Sekolah SMAN 29 Jakarta yang telah memberikan

(9)

iv

memberikan pertolongan selama penulisan skripsi ini dari awal sampai selesai.

12.Teman-teman tersayang yang telah memberikan semangat dan bantuan selama penulisan skripsi, Aprian Ismed, Asif Kuon, Alfi Mukhlis, Tuti Anissa, Imam Munandar, Burhan Tyar, Mulyadi, Fauzi Owe, Nanda Kanan. Terimakasih kalian selalu memberikan masukan kepada saya. Canda dan tawa yang selalu menghiasi penulisan skripsi ini. Semoga kalian selalu jadi yang terbaik.

13.Seluruh rekan-rekan mahasiswa jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (P.IPS) angkatan 2011.

Penulis menyadari tak ada gading yang tak retak. Skripsi ini mungkin masih memiliki kekurangan sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik demi perbaikan. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan bagi semua pihak.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua yang membacanya. Terimakasih.

Jakarta, 28 September 2015

(10)

v

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ... 9

1. Pengertian Model Pembelajaran ... 9

2. Pengertian Problem Based Learning ... 11

A. Pengertian Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah) ... 11

B. Ciri-ciri Pembelajaran Model Problem Based Learning (PBL) ... 15

C. Konsep Dasar Pembelajaran Berbasis Masalah ... 17

D. Langkah-langkah Problem Based Learning ... 17

E. Manfaat Model Pembelajaran Problem Based Learning ... 21

F. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Problem Based Learning ... 20

G. Asesment dan Evaluasi ... 22

(11)

vi

E. Asesment dan Evaluasi ... 29

4. Hasil Belajar ... 30

5. Pengertian Ekonomi ... 32

B. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 34

C. Kerangka Berpikir ... 39

D. Hipotesis ... 43

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 44

B. Metode Penelitian ... 45

C. Desain Penelitian ... 45

D. Prosedur Penelitian ... 46

E. Populasi dan Sampel ... 48

F. Variable Penelitian ... 48

G. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 49

H. Teknik Pengolahan Data ... 49

I. Teknik Analisis Data ... 53

J. Hipotesis Statistik ... 55

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN A. Hasil Uji Soal ... 56

B. Hasil Belajar Siswa ... 63

C. Analisis Hasil Belajar Siswa ... 68

D. Hasil Uji Statistik ... 70

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 75

(12)
(13)

viii

1. Tabel 2.1 Penelitian Yang Relevan ... 41

2. Tabel 3.1 Perencanaan Waktu Penelitian ... 45

3. Tabel 3.2 Design Penelitian ... 46

4. Tabel 3.3 Kategori Besarnya Reabilitas ... 52

5. Tabel 3.4 Tingkat Kesukaran ... 53

6. Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas ... 58

7. Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas ... 59

8. Tabel 4.3 Rekapitulasi Uji Taraf Kesukaran... 61

9. Tabel 4.4 Hasil SPSS Uji Taraf Kesukaran ... 62

10.Tabel 4.5 Rekapitulasi Uji Daya Pembeda ... 63

11.Tabel 4.6 Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 64

12.Tabel 4.7 Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 67

13.Tabel 4.8 Rekapitulasi Distribusi Data Hasil Pretest-Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 70

14.Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Data Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 71

15.Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Data Pretest dan Posttest ... 72

(14)

ix

(15)

x Lampiran 3 : RPP Kelas Eksperimen

Lampiran 4 : Kisi-kisi Soal

Lampiran 5 : Instrumen Penelitian Pretest Lampiran 6 : Kunci Jawaban

Lampiran 7 : Rekap Uji Validitas Soal Lampiran 8 : Rekap Uji Reabilitas Soal Lampiran 9 : Rekap Uji Taraf Kesukaran Soal

Lampiran 10 : Rekap Uji Daya Beda Lampiran 11 : Angket

Lampiran 12 : Hasil Wawancara

Lampiran 13 : Daftar Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Lampiran 14 : Foto-Foto Kegiatan Pembelajaran

Lampiran 15 : Instrumen Penelitian Posttest Lampiran 16 : Kunci Jawaban

(16)

1 A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan topik yang menarik dan senantiasa aktual dibicarakan, tetapi sekaligus merupakan persoalan yang rumit dan terkesan tidak pernah dapat diselesaikan secara tuntas. Hal tersebut dapat dimaklumi, sebab terdapat begitu banyak unsur dan berbagai aspek yang diperhitungkan untuk menunjang terjadinya pendidikan yang sempurna. Menurut Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1, Pasal 1, menyatakan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya masyarakat, bangsa, dan negara1.

Pendidikan merupakan upaya untuk meningkatkan taraf kualitas hidup yang pada intinya bertujuan untuk menciptakan manusia yang bisa berfikir lebih ilmiah dan membuat prilaku manusia menjadi lebih baik. Pendidikan merupakan program jangka panjang yang ditetapkan pemerintah yang bertujuan untuk menjawab kebutuhan dan tantangan zaman serta turut andil dalam pembangunan nasional dan mampu bersaing secara global pada saat sekarang dan masa yang akan datang, guna untuk mengingat semakin berkembangnya zaman semakin ketat persaingan dan tantangan berbagai bidang kehidupan. Oleh karena itu, pembangunan pendidikan merupakan salah satu prioritas utama dalam agenda pembangunan nasional yang diarahkan salah satunya untuk meningkatkan mutu pendidikan.

1

(17)

Pendidikan berusaha mengembangkan potensi individu agar mampu berdiri sendiri2. Pembangunan pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan perlu untuk diperhatikan karena mempunyai peran yang amat penting dalam mencapai kemajuan diberbagai bidang kehidupan. Pendidikan dapat membuat masyarakat menjadi lebih terpelajar dan dapat menjadi landasan untuk pertumbuhan suatu negara dalam bersaing didunia kerja yang memiliki kemampuan dasar, pengetahuan, menguasai teknologi, serta mempunyai keahlian dan keterampilan dalam bidangnya.

Menurut teori human capital, pendidikan memiliki keuntungan yang bersifat moneter maupun keuntungan yang bersifat non-moneter. Contohnya keuntungan moneter antara lain diperolehnya manfaat ekonomis yaitu berupa tambahan pendapatan seseorang yang telah menyelesaikan tingkat pendidikan tertentu dibandingkan dengan pendapatan lulusan pendidikan dibawahnya, serta bersifat non-moneter seperti kondisi dunia kerja yang baik, hidup saling bertoleransi dan hidup berdemokrasi. Dengan demikian untuk membentuk masyarakat terpelajar dan memiliki kemampuan dasar, pengetahuan, menguasai teknologi serta mempunyai keahlian dan keterampilan diperlukan pendidikan yang bermutu dan secara langsung meningkatkan mutu secara terus menerus guna menciptakan penerus bangsa yang berkualitas.

Pendidikan yang bermutu sangat diperlukan sebagai upaya untuk mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, dalam arti menguasai ilmu pengetahuan, mempunyai keterampilan yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup, dan menguasai teknologi untuk mengikuti perkembangan zaman. Sumber daya manusia yang berkualitas dan unggul sangat diperlukan untuk dapat bersaing dengan sumber daya manusia dari

2

(18)

berbagai bangsa dalam memperebutkan dunia kerja dan dapat bertahan didalam kehidupan yang penuh dengan persaingan.

Jalur pendidikan dapat diperoleh melalui pendidikan formal maupun pendidikan non-formal. Pendidikan formal bisa diraih sejak dini melalui Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), bahkan jenjang pendidikan tinggi negeri maupun swasta yang ada di Indonesia. Dengan pendidikan maka manusia dan masyarakat akan mendapati jati dirinya dan mempunyai wawasan yang luas dalam berfikir kedepan, bukan hanya pendidikan lingkungan masyarakat akan tetapi pendidikan formal juga berpengaruh dalam perkembangan individu dan kualitas sumber daya manusia didalam berkehidupan sehari-hari. Semakin berkembangnya dunia pendidikan, guru harus mampu melaksanakan proses belajar mengajar yang dituntut untuk menggunakan berbagai strategi atau model pembelajaran yang mengaktifkan interaksi siswa dengan guru, siswa dengan siswa serta mampu berinteraksi dengan lingkungannya.

(19)

Selama ini hasil pendidikan hanya tampak dari sejauh mana kemampuan siswa dalam menghafal fenomena yang dilihat dengan mata kepala sendiri dan menghafal sekedar teori beserta fakta-fakta yang terjadi. Walaupun banyak siswa yang mampu menyajikan hafalan dalam tingkat terbaik terhadap materi yang diterimanya dalam kegiatan belajar, tetapi pada kenyataannya yang dialami seringkali para siswa tidak memahami dan mencerna materi yang disampaikan secara mendalam. Itulah merupakan salah satu pengaruh pendidikan yang dapat dilihat dan dirasakan pada saat ini, secara langsung dalam perkembangan serta kehidupan masyarakat, kehidupan kelompok, maupun kehidupan setiap individu. Maka bidang-bidang lain seperti ekonomi, pertanian, perindustrian yang berperan menciptakan sarana dan prasarana bagi kepentingan manusia. Pendidikan merupakan faktor yang menentukan modal manusia yang akan dihasilkannya. Pendidikan juga memberikan kontribusi yang sangat besar dan nyata terhadap kemajuan suatu bangsa, serta merupakan tempat untuk menterjemahkan pesan-pesan moral dan kontribusi serta merupakan tempat dalam membangun dan membentuk watak bangsa.

Dalam menentukan berhasil atau tidaknya proses pendidikan, guru harus mampu menentukan model pembelajaran yang sesuai dengan minat dan dapat menarik perhatian siswa. Dan tidak lupa materi yang akan diajarkan harus dikuasai serta mampu mengaitkan dalam kehidupan bermasyarakat agar para siswa bisa mencerna melalui penyampaian guru yang berbicara tentang masyarakat. Guru juga harus mengembangkan kemampuan berfikir siswa dengan berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan dan membangkitkan semangat siswa untuk belajar.

(20)

dalam proses pembelajaran sehingga siswa bertindak sebagai perserta didik yang aktif dan mampu menghidupkan semangat belajar dalam dirinya sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator yang mampu memfasilitasi kebutuhan siswa dalam belajar.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu disiplin ilmu yang ada dalam mata pelajaran pendidikan formal. IPS yang didalamnya juga mengkaji tentang berbagai kajian sosial diantaranya sosiologi, ekonomi, geografi, dan sejarah. Khusus di SMA mata pelajaran IPS itu menjadi suatu konsentrasi penjurusan yang dipilih oleh siswa berdasarkan minat masing-masing. Mata pelajaran IPS sangat penting kedudukannya dan kehadirannya dalam kehidupan bermasyarakat karena IPS sering mengkaji dan membahas tentang kehidupan sehari-hari. Namun selama ini masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami dan mengikuti pelajaran ini.

Para siswa hanya mendengar dan melihat bagaimana guru menjelaskan suatu pokok bahasan dan siswa terbiasa selalu menerima penjelasan dari guru tanpa tahu sudah apakah dipahami atau tidak. Ketika ditanyakan apakah ada yang belum mengerti maka siswa hanya diam, diam tersebut bisa berarti sudah paham apa yang disampaikan oleh guru atau mungkin diam karena takut untuk diajukan pertanyaan. Hal tersebut yang menyebabkan para siswa kurang antusias belajar didalam kelas.

(21)

Berkaitan dengan kemampuan cara-cara mengajar, wajib bagi seorang guru mengetahui seluruh model-model pembelajaran yang terdapat dalam pelaksanaan suatu pembelajaran yang berkaitan dengan hasil belajar siswa. Dengan mengetahui model pembelajaran sehingga memungkinkan dapat mengurangi masalah yang berkenaan dengan jalannya suatu pengajaran, serta dapat memecahkan berbagai kesulitan dalam menyampaikan materi dan mampu menarik perhatian dari siswa yang memiliki beragam karakter. Berdasarkan penelitian awal di SMAN 29 Jakarta terdapat bahwa nilai mata pelajaran ekonomi yang rendah serta masih ada beberapa guru yang belum mengerti betul tentang model pembelajaran yang berkembang saat ini sehingga pembelajaran yang disampaikan guru monoton sehingga hasil belajar rendah.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dan menuliskannya dalam sebuah karya ilmiah yang berupa skripsi dengan judul: “Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah) Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Kelas X SMA 29 Jakarta”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan oleh peneliti diatas, maka masalah yang diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:

1. Siswa tidak memahami dan mencerna materi yang disampaikan secara mendalam

2. Siswa hanya sebagai pendengar dan kurangnya antusiasme belajar dalam kelas

3. Rendahnya minat belajar IPS karena IPS membosankan 4. Cara mengajar masih dilakukan secara konvensional 5. Hasil belajar ekonomi rendah

(22)

C. Pembatasan Masalah

Agar hasil dari penelitian terarah dan tidak ada keraguan dalam penafsiran, maka peneliti membatasi penelitian ini hanya pada aspek guru dalam menggunakan model pembelajaran yang kurang dan hasil belajar ekonomi yang rendah dikelas X SMA 29 Jakarta.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah dan identifikasi masalah diatas,

rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: “Berapa besar

pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah) terhadap hasil belajar ekonomi siswa di SMA 29

Jakarta?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa besar pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah) terhadap hasil belajar ekonomi siswa di SMA 29 Jakarta.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain : 1. Kegunaan Teoritis

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk referensi penelitian selanjutnya yang relevan.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan pengetahuan dalam bidang pendidikan, khususnya dalam pemilihan model pembelajaran yang tepat.

2. Kegunaan Praktek a. Bagi sekolah

(23)

dengan model pembelajaran Problem Based Learning dalam pembelajaran ekonomi.

b. Bagi Guru

Menjadi bahan masukan untuk para praktisi pendidikan khususnya guru ekonomi dalam penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning agar mengarah kepada keaktifan siswa sehingga hasil belajar dapat tercapai dengan maksimal.

c. Bagi Siswa

Penelitian ini dapat membantu siswa lebih mengaktifkan dirinya dalam proses belajar mengajar sehingga keinginan siswa untuk belajar meningkat. Selain itu, dengan menggunakan model Problem Based Learning dapat menunjukan cara berpikir siswa, serta saling tukar menukar pengalaman informasi.

d. Bagi peneliti

(24)

9

Sebelum membahas tentang model pembelajaran terlebih dahulu dikaji secara mendalam apakah yang dimaksud dengan model. Model adalah suatu objek atau konsep yang digunakan untuk mempresentasikan sesuatu hal. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman untuk merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam melakukan suatu tutorial dan untuk menentukan suatu perangkat yang akan dipakai dalam proses tersebut.

Adapun Soekamto, dkk mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar1. Artinya setiap aktivitas pembelajaran akan selalu menggunakan model sebagai peninjau kesuksesan proses belajar mengajar karena model pembelajaran merupakan suatu perangkat yang telah tersedia untuk kelangsungan belajar.

Metode pembelajaran merupakan proses atau prosedur yang digunakan oleh guru atau instruktur untuk mencapai tujuan atau kompetensi2. Istilah model pembelajaran meliputi pendekatan suatu model pembelajaran yang luas dan menyeluruh. Salah satu contoh model pembelajaran berdasarkan masalah, dimana kelompok-kelompok siswa bekerja sama dalam memecahkan suatu masalah yang telah disepakati bersama dan disepakati guru. Ketika guru menerapkan model tersebut

1

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). (Jakarta: Kencana, 2009) Hal. 22.

2

(25)

tuntutan kepada siswa harus mampu berpiki kritis dan mampu menggali keterampilan yang ada dalam dirinya untuk memecahkan suatu masalah.

Model pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajarannya. Sebagai salah satu contoh berdasarkan tujuan yaitu pembelajaran langsung, suatu model pembelajaran yang baik untuk membantu siswa dalam mempelajari keterampilan dasar seperti memahami kebutuhan dalam kegiatan ekonomi atau topik-topik bahasan lain yang berkaitan dengan penggunaan alat.

Belajar aktif meliputi berbagai cara untuk membuat peserta didik aktif sejak awal melalui aktivitas-aktivitas yang membangun kerja kelompok dan dalam waktu singkat membuat mereka berpikir tentang materi pelajaran3. Setiap model pembelajaran membutuhkan lingkungan yang berbeda. Misalnya pembelajaran kooperatif memerlukan lingkungan belajar yang fleksibel seperti tersedianya meja dan kursi yang dapat dengan mudah untuk dipindahkan. Pada model diskusi para siswa membutuhkan duduk bersamaan dan berhadap-hadapan untuk mencurahkan pendapat dari masing-masing siswa tersebut.

Menurut Khabibah, bahwa untuk melihat tingkat kelayakan model pembelajaran untuk aspek validitas dibutuhkan ahli dan praktisi untuk memvalidasi model pembelajaran yang dikembangkan4. Yang dimaksud ahli dan praktisi disini adalah seorang guru, dimana guru dituntut mampu mengembangkan model pembelajaran agar suatu proses pembelajaran dengan topik tertentu dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

Dalam mengajarkan suatu pokok bahasan tertentu guru harus mampu memilih model yang sesuai dengan kebutuhan pengajaran tersebut dan terutama sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu,

3

Mel Silberman, Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif. (Yogyakarta: Pusaka Insan Madani, 2009) Hal. Xxii.

4

(26)

dalam memilih model pembelajaran harus perlu dipertimbangkan terlebih dahulu agar model tersebut sesuai dengan kebutuhan siswa. Selain harus mempertimbangkan guru juga harus mampu mengembangkan potensi dirinya agar model pembelajaran berlangsung secara sempurna dan materi yang akan disampaikan dapat diterima dengan baik oleh siswa.

2. Pengertian Problem Based Learning

A. Pengertian Problem Based Learning Pembelajaran Berbasis Masalah)

Model Problem Based Learning adalah seperangkat model mengajar yang menggunakan masalah sebagai fokus untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, keterampilan, materi dan pengaturan diri5. Model pembelajaran ini yang berfokus pada pemecahan masalah dan menuntut tanggung jawab untuk memecahkan masalah yang ditumpu oleh siswa serta peran guru mendukung proses siswa pada saat memecahkan masalah. Pembelajaran berdasarkan masalah adalah suatu model pembelajaran yang didasarkan pada prinsip menggunakan masalah sebagai titik awal akuisis dan integrasi pengetahuan baru 6 . Belajar berbasis masalah adalah suatu bentuk pembelajaran yang berlandaskan pada paradigma kontruktivisme, yang berorientasi pada proses belajar siswa7. Pembelajaran berbasis masalah berfokus pada penyajian suatu permasalahan (nyata atau simulasi) kepada siswa, kemudian siswa diminta memecahkannya melalui diskusi.

Dalam proses belajar mengajar, guru hendaknya dapat menggunakan model pembelajaran yang berorientasi agar siswa tidak jenuh dalam belajar. Salah satunya model Problem Based Learning (PBL) dapat merangsang kemampuan siswa dalam berpikir tingkat tinggi.

5

Paul Eggen & Don Kauchak, Strategic and Models for Teachers: Teaching Content and Thinking Skills. (Jakarta: PT. Indeks, 2012) Hal. 307.

6

Agus N Cahyo, Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar. (Jogjakarta: DIVA Press, 2013) Hal. 283.

7

(27)

Menurut Dewey (dalam Sudjana) belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dengana respons, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberi masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari pemecahannya dengan baik8.

Model pembelajaran ini bercirikan penggunaan masalah dalam kehidupan nyata sebagai suatu yang harus dipelajari siswa dan untuk melatih dan meningkatkan keterampilan berpikir secara kritis dan pemecahan masalah serta mendapatkan pengetahuan. PBL berfokus pada penyajian suatu permasalahan baik nyata maupun simulasi kepada siswa, kemudian siswa diminta mencari pemecahannya melalui serangkaian penelitian, teori, konsep, maupun prinsip yang dipelajari dari berbagai ilmu lainnya.

Menurut Arends, pengajaran berbasis masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang autentuk dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan kemandirian, dan percaya diri9.

Problem Based Learning atau Pembelajaran Berbasis Masalah meliputi pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan pada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan, serta menghasilkan karya berupa peragaan. Pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya pada siswa. Pembelajaran berbasis masalah antara lain bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir serta keterampilan pemecahan masalah.

8

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). (Jakarta: Kencana, 2009) Hal. 91.

9

(28)

Model pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan para proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah10. Pembelajaran ini tidak mengharapkan siswa hanya mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, tetapi siswa dituntut aktif berfikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan yang terakhir menyimpulkan. Kata kunci dari pembelajaran ini adalah tanpa masalah maka tidak mungkin ada proses pembelajaran.

Pembelajaran berbasis masalah memiliki karakteristik: (1) belajar dimulai dengan suatu masalah, (2) memastikan bahwa masalah tersebut berhubungan dengan dunia nyata siswa, (3) mengorganisasikan pelajaran seputar masalah, bukan seputar disiplin ilmu, (4) memberikan tanggung jawab yang besar kepada siswa dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri, (5) menggunakan kelompok kecil, dan (6) menuntut siswa untuk mendemonstrasikan yang telah mereka pelajari dalam bentuk produk atau kinerja. Berdasarkan uraian diatas, tampak jelas bahwa pembelajaran berbasis masalah dimulai dengan adanya masalah yang dalam hal ini masalah tersebut dimunculkan oleh siswa maupun guru, lalu kemudian guru membimbing siswa untuk menggali pengetahhuan yang dimilikinya dan yang mereka ketahui tentang pemecahan masalah tersebut.

Penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih peserta didik menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi ataupun perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama11. Pembelajaran berbasis masalah melibatkan peserta didik dalam prosses pembelajaran yang aktif, kolaboratif, dan berpusat kepada peserta didik yang mengembangkan

10

Jumanta Hamdayama, Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter.

(Bogor: Ghalia Indonesia, 2014) Hal. 209.

11

(29)

kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan dan karir, dalam lingkungan yang bertambah kompleks sekarang ini. Pembelajaran berbasis masalah ini dapat dimulai dengan melakukan kerja kelompok antar peserta didik, mereka menyelidiki sendiri, menemukan permasalahan, kemudian menyelesaikan masalahnya dibawah petunjuk guru.

Pembelajaran berbasis masalah menyarankan kepada peserta didik untuk mencari atau menentukan sumber-sumber pengetahuan yang relevan. Pembelajaran berbasis masalah memberikan tantangan kepada peserta didik untuk belajar sendiri. Dalam hal ini peserta didik lebih diajak untuk membentuk suatu pengetahuan dengan sedikit bimbingan atau arahan guru, sementara pada pembelajaran tradisional peserta didik lebih diperlakukan sebagai penerima pengetahuan yang diberikan secara terstruktur oleh guru.

Pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning

(PBL) merupakan salah satu model pembelajaran yang inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga peserta didik dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah.

(30)

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa model

Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah) merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kemampuan keterampilan berfikir dan keterampilan pemecahan masalah sehingga menjadi pelajar yang mandiri. Dalam model ini peran guru menyajikan masalah dan membentuk kelompok kecil serta memfasilitasi siswa dalam proses berjalannya pembelajaran. Dengan demikian diharapkan siswa dapat mengembangkan cara berfikir yang lebih tinggi sehingga meningkatkan prestasi belajarnya.

B. Ciri-ciri Pembelajaran Model Problem Based Learning (PBL) Menurut Arends karakteristik model pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut12:

1) Pengajuan pertanyaan atau masalah.

Pembelajaran berbasis masalah dimulai dengan pengajuan pertanyaan atau masalah, bukannya mengorganisasikan di sekeliling atau di sekitar prinsip-prinsip atau keterampilan-keterampilan teretntu. Pembelajaran berbasis masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan atau masalah yang kedua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna bagi siswa. Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata autentik untuk menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu.

2) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin.

Masalah yang diselidiki telah benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran.

12

Mohammad Jauhar, Implementasi Paikem dari Behavioristik sampai Kontrivistik sebuah Pengembangan Pembelajaran Berbasis CTL (Contextual Teaching & Learning).

(31)

3) Penyelidikan autentik.

Pembelajaran berbasis masalah mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus menganalisis dan mengidentifikasi masalah, mengembangkan hipotesis, dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisa informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat referensi, dan merumuskan kesimpulan.

4) Menghasilkan produk dan memamerkannya.

Pembelajaran berbasis masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Bentuk tersebut dapat berupa laporan, model fisik, video maupun program komputer. Karya nyata yang akan dijelaskan kemudian direncanakan oleh siswa untuk mendemonstrasikan kepada teman-temannya yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari dan menyediakan suatu alternatif terhadap laporan atau makalah.

5) Kolaborasi.

(32)

C. Konsep Dasar Pembelajaran Berbasis Masalah

Model pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah. Dalam implementasi model pembelajaran berbasis masalah, guru perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Model pembelajaran berbasis masalah ini dapat diterapkan dalam kelas jika :

1) Guru bertujuan agar peserta didik tidak hanya mengetahui dan hafal materi pelajaran saja, tetapi juga mengerti dan memahaminya.

2) Guru mengiginkan agar peserta didik memecahkan masalah dan membuat kemampuan intelektual siswa bertambah.

3) Guru menginginkan agar peserta didik dapat bertanggung jawab dalam belajarnya.

4) Guru menginginkan agar peserta didik dapat menghubungkan antara teori yang dipelajari di dalam kelas dan kenyataan yang dihadapinya di luar kelas.

Guru bermaksud mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan, mengenal antara fakta dan pendapat, serta mengembangkan kemampuan dalam membuat tugas secara objektif.

D. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

(33)

menjadi pelajar mandiri13. Pembelajaran berbasis masalah terdiri dari lima tahap utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa pada suatu masalah dan diakhiri dengan penyajian analisis hasil kerja siswa. lima tahapan model pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:

1) Orientasi siswa pada masalah.

Pada tahap ini guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih.

2) Mengorganisasikan siswa untuk belajar.

Pada tahap ini guru membagi siswa ke dalam kelompok kecil, membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

3) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok. Pada tahap ini guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen dan penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya. 5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Pada tahap ini guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

13

Mohammad Jauhar, Implementasi Paikem dari Behavioristik sampai Kontrivistik sebuah Pengembangan Pembelajaran Berbasis CTL (Contextual Teaching & Learning).

(34)

John Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika menjelaskan 6 langkah dalam pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) sebagai berikut14:

1) Merumuskan masalah.

Guru membimbing siswa untuk menentukan masalah yang akan dipecahkan dalam proses pembelajaran, walaupun sebenarnya guru telah menetapkan masalah tersebut.

2) Menganalisis masalah.

Langkah peserta didik meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang.

3) Merumuskan hipotesis.

Langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki.

4) Mengumpulkan data.

Langkah siswa mencari dan menggambarkan berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah.

5) Pengujian hipotesis.

Langkah siswa dalam merumuskan dan mengambil kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.

6) Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah.

Langkah siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.

14

Jumanta Hamdayama, Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter.

(35)

Secara umum langkah-langkah model pembelajaran ini adalah : 1) Menyadari Masalah. Dimulai dengan kesadaran akan masalah

yang harus dipecahkan. Kemampuan yang harus dicapai siswa adalah siswa dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang dirasakan oleh manusia dan lingkungan sosial.

2) Merumuskan Masalah. Rumusan masalah berhubungan dengan kejelasan dan kesamaan persepsi tentang masalah dan berkaitan dengan data-data yang harus dikumpulkan. Diharapkan siswa dapat menentukan prioritas masalah.

3) Merumuskan Hipotesis. Siswa diharapkan dapat menentukan sebab akibat dari masalah yang ingin diselesaikan dan dapat menentukan berbagai kemungkinan penyelesaian masalah. 4) Mengumpulkan Data. Siswa didorong untuk mengumpulkan

data yang relevan. Kemampuan yang diharapkan adalah siswa dapat mengumpulkan data dan memetakan serta menyajikan dalam berbagai tampilan sehingga sudah dipahami.

5) Menguji Hipotesis. Siswa diharapkan memiliki kecakapan menelaah dan membahas untuk melihat hubungan dengan masalah yang diuji.

(36)

E. Manfaat Model Pembelajaran Problem Based Learning

Pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pembelajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual (belajar berbagi peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi pembelajar yang otonom dan mandiri.

Menurut Sudjana, manfaat khusus yang diperoleh dari metode Dewey adalah metode pemecahan masalah. Tugas guru adalah membantu para siswa merumuskan tugas-tugas, dan bukan menyajikan tugas-tugas pelajaran. Objek pelajaran tidak dipelajari dari buku, tetapi dari masalah yang ada di sekitarnya15.

F. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Problem Based Learning

Sebagai suatu strategi pembelajaran, PBL memiliki beberapa keunggulan, diantaranya16:

a. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.

b. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.

c. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.

15

Mohammad Jauhar, Implementasi Paikem dari Behavioristik sampai Kontrivistik sebuah Pengembangan Pembelajaran Berbasis CTL (Contextual Teaching & Learning).

(Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2011) Cet ke 1, Hal. 88.

16

(37)

d. Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.

e. Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.

f. Melalui pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran, pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja.

Disamping keunggulan, PBL juga memiliki kelemahan, diantaranya17:

a. Siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba

b. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui PBL membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.

c. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.

G. Asesment dan Evaluasi

Penilaian yang dilakukan guru tidak hanya sebatas dengan tes kertas dan pensil (paper and paper tes) tetapi termasuk menemukan prosedur penilaian alternatif yang dapat digunakan untuk mengukur pekerjaan siswa. Evaluasi pembelajaran seharusnya didesain untuk menjawab beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan materi18.

17

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. (Jakarta: Predena, 2006) Cet ke 7, Hal. 220.

18

(38)

Seperti halnya dalam model pembelajaran kooperatif, dalam model pembelajaran berbasis masalah fokus perhatian pembelajaran tidak pada perolehan pengetahuan deklaratif, oleh karena itu tugas penilaian tidak cukup bila penilaiannya dengan tes tertulis atau tes kertas dan pensil19.

Tugas asessment dan evaluasi yang sesuai untuk model pengajaran berdasarkan masalah terutama terdiri dari menemukan prosedur penilaian alternatif, misalnya asessment kinerja dan peragaan hasil. Asessment kinerja dapat berupa asessment melakukan pengamatan, asessment merumuskan pertanyaan, asessment merumuskan sebuah hipotesis dan sebagainya.

3. Pengertian Pendekatan Saintifik A. Pengertian Pendekatan Saintifik

Pembelajaran pada kurikulum 2013 merupakan pembelajaran dengan memperkuat proses pembelajaran dan penilaian autentik untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Penguatan proses pembelajaran dilakukan melalui pendekatan saintifik, yaitu pembelajaran yang mendorong siswa lebih mampu dalam mengamati, menanya, mencoba/ mengumpulkan data, mengasosiasi/ menalar, dan mengomunikasikan.

Pendekatan saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmia20. Model pembelajaran yang diperlukan adalah yang memungkinkan terbudayakannya kecapakan berpikir sains, terkembangkannya dan kemampuan berpikir kreatif siswa. Model pembelajaran yang dibutuhkan adalah mampu menghasilkan kemampuan untuk belajar, bukan saja diperolehnya sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap, tetapi yang

19

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). (Jakarta: Kencana, 2009) Hal. 92.

20

(39)

lebih penting adalah bagaimana pengetahuan, keterampilan, dan sikap itu diperoleh siswa

Pendekatan saintifik tidak hanya memandang hasil belajar sebagai hasil akhir, namun proses pembelajaran dipandang sangat penting. Oleh karena itu pembelajaran saintifik menekankan pada keterampilan proses. Model pembelajaran berbasis peningkatan keterampilan proses sains adalah model pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan proses sains ke dalam sistem penyajian materi secara terpadu. Model ini menekankan pada proses pencarian pengetahuan daripada transfer pengetahuan, peserta didik dipandang sebagai subjek belajar yang perlu dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, guru hanyalah seorang fasilitator yang membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan belajar. Dalam model ini peserta didik diajak untuk melakukan proses pencarian pengetahuan berkenaan dengan materi pelajaran melalui berbagai aktivitas proses sains sebagaimana dilakukan oleh para ilmuwan dalam melakukan penyelidikan ilmiah, dengan demikian peserta didik diarahkan untuk menemukan sendiri berbagai fakta, membangun konsep, dan nilai-nilai baru yang diperlukan untuk kehidupannya.

(40)

Dengan demikian siswa lebih diberdayakan sebagai subjek belajar yang harus berperan aktif dalam memburu informasi dari berbagai sumber belajar, dan guru lebih berperan sebagai organisator dan fasilitator pembelajaran.

B. Langkah-langkah Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik atau pendekatan ilmiah ini memerlukan langkah-langkah pokok sebagai berikut :

1. Observing (mengamati)

Objek Ekonomi yang dipelajari dalam IPS adalah buah pikiran manusia, sehingga bersifat abstrak. Mengamati objek ekonomi dapat dikelompokkan dalam dua macam kegiatan yang masing-masing mempunyai ciri berbeda, yaitu:

Mengamati fenomena lingkungan kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan topik ekonomi tertentu

Fenomena adalah hal-hal yang dapat disaksikan dengan pancaindera dan dapat dijelaskan serta dinilai secara ilmiah. Melakukan pengamatan terhadap fenomena dalam lingkungan kehidupan sehari-hari tepat dilakukan ketika siswa belajar hal-hal yang terkait dengan topik-topik ekonomi yang pembahasannya dapat dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari secara langsung.

Fenomena yang diamati akan menghasilkan pernyataan yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Selanjutnya pernyataan tersebut dituangkan dalam bentuk pendapat atau menjadi pembuka dari pembahasan objek ekonomi yang abstrak. 2. Questioning (menanya)

Objek kajian ilmu pengetahuan sosial yang dipelajari siswa selama belajar di sekolah dapat berupa fakta, konsep, prinsip, dan

(41)

atau prinsip yang tergolong sebagai pengetahuan, sebagaimana disampaikan sangat perlu dipertimbangkan bahwa tingkat berpikir siswa.

3. Associating (menalar)

Secara umum dapat dikatakan bahwa penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Dalam proses pembelajaran ekonomi, pada umumnya proses menalar terjadi secara simultan dengan proses mengolah atau menganalisis kemudian diikuti dengan proses menyajikan atau mengkomunikasikan hasil penalaran sampai diperoleh suatu simpulan. Bentuk penyajian pengetahuan atau keterampilan IPS sebagai hasil penalaran dapat berupa konjektur atau dugaan sementara atau hipotesis.

4. Experimenting (mencoba)

Berdasarkan hasil penalaran yang diperoleh pada tahap sebelumnya yakni berupa konjektur atau dugaan sementara sampai diperoleh kesimpulan, maka selanjutnya perlu dilakukan kegiatan

„mencoba‟. Kegiatan mencoba dalam proses pembelajaran ekonomi

di sekolah dimaknai sebagai menerapkan pengetahuan atau keterampilan hasil penalaran ke dalam suatu situasi atau bahasan yang masih satu lingkup, kemudian diperluas ke dalam situasi atau bahasan yang berbeda lingkup.

Tahap mencoba ini menjadi wahana bagi siswa untuk membiasakan diri berkreasi dan berinovasi menerapkan dan memperdalam pengetahuan atau keterampilan yang telah dipelajari

bersama guru. Dengan memfasilitasi kegiatan „mencoba‟ ini siswa

(42)

memecahkan masalah itulah yang akan banyak memberi sumbangan bagi siswa dalam menuju kesuksesan mengarungi kehidupan sehari-harinya.

5. Networking (membentuk jejaring)

Membentuk jejaring dimaknai sebagai menciptakan pembelajaran yang kolaboratif antara guru dan siswa atau antar siswa. Pembelajaran kolaboratif merupakan suatu filsafat personal, lebih dari sekadar melaksanakan suatu teknik pembelajaran di kelas. Kolaborasi esensinya merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan dan memaknai kerjasama sebagai struktur interaksi yang dirancang secara baik dan disengaja sedemikian rupa untuk memudahkan usaha kolektif dalam rangka mencapai tujuan bersama.

Dalam kegiatan pembelajaran kolaboratif, fungsi guru lebih sebagai manajer belajar dan siswa aktif melaksanakan proses belajar. Dalam situasi pembelajaran kolaboratif antara guru dan siswa atau antar siswa, diharapkan terjadi siswa berinteraksi dengan empati, saling menghormati, dan menerima kekurangan atau kelebihan masing-masing, sehingga pada diri siswa akan tumbuh rasa aman, yang selanjutnya akan memungkinkan siswa menghadapi aneka perubahan dan tuntutan belajar secara bersama-sama.

[image:42.595.120.515.149.670.2]
(43)

C. Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran

Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran pada materi segiempat adalah sebagai berikut :

1. Observing (mengamati)

Siswa mengamati gambar/foto/video dari peristiwa, kejadian, fenomena, konteks atau situasi yang berkaitan dengan manajemen.. 2. Questioning (menanya)

Guru dapat memotivasi siswa dengan bertanya tentang manajemen dan siswa termotivasi untuk mempertanyakan berbagai manajemen.

3. Associating (menalar)

Siswa menganalisis, mengkaitkan dan mendefinisikan secara lebih persis perbedaan manajemen

4. Experimenting (mencoba)

Siswa mengidentifikasi dan menjelaskan macam-macam manajemen

Siswa menentukan fungsi manajemen serta apa saja produksi yang dilakukan dalam manajemen

5. Networking (membentuk jejaring)

Siswa menyajikan secara tertulis dan lisan hasil pembelajaran atau apa yang telah dipelajari pada tingkat kelas atau tingkat kelompok mulai dari apa yang telah dipahami, keterampilan mengidentifikasi tentang manajemen yang dikuasai.

Guru memberikan tanggapan hasil presentasi meliputi tanya jawab untuk mengkonfirmasi, memberikan tambahan informasi, melengkapi informasi ataupun tanggapan lainnya

(44)

D. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Saintifik Kelebihan pendekatan saintifik yaitu :

1. Siswa harus aktif dan kreatif

Tak seperti kurikulum sebelumya materi di kurikulum terbaru ini lebih ke pemecahan masalah. Jadi siswa untuk aktif mencari informasi agar tidak ketinggalan materi pembelajar.

2. Penilaian di dapat dari semua aspek.

Pengambilan nilai siswa bukan hanya di dapat dari nilai ujianya saja tetapi juga di dapat dari nilai kesopanan, religi, praktek, sikap dan lain lain.

Kekurangan pendekatan saintifik yaitu : 1. Guru jarang menjelaskan

Guru banyak yang beranggapan bahwa dengan kurikulum terbaru ini guru tidak perlu menjelaskan materinya. Padahal kita tahu bahwa belajar ekonomi tidak cukup hanya membaca saja.

E. Asesment dan Evaluasi

Penilaian yang terdapat dalam pendekatan saintifik lebih menekankan agar guru lebih mendekati siswa secara menyeluruh dalam arti guru memahami kemampuan yang dimiliki oleh siswa sehingga guru dapat mengetahui apa yang menjadi permasalahan siswa tersebut dalam kegiatan pembelajaran.

(45)

4. Hasil Belajar

Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang mencangkup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik21. Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima belajar22. Belajar dikatakan berhasil bila terjadi perubahan tingkah laku yang lebih baik, penambahan pengetahuan, dan juga lebih terampil dari sebelumnya.

Soedjarto menyatakan bahwa, hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh pengajar dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan. Adapun Briggs menyatakan bahwa hasil belajar merupakan seluruh kecakapan dan segala hal yang diperoleh melalui proses belajar mengajar disekolah yang dinyatakan dengan angka dan diukur dengan menggunakan tes hasil belajar23.

Hasil belajar berupa perubahan tingkah laku yang relatif permanen pada individu yang ditunjukan oleh adanya kemampuan bereaksi, dimana kemampuan bereaksi itu akan terbentuk dengan kuat jika ada pengulangan atau penguatan. Hasil belajar adala pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan.

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar dalam diri seseorang terlihat melalui kemampuan-kemampuan yang dimilikinya, belajar membawa perubahan pada individu yang belajar. Perubahan iu tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan melainkan dalam bentuk kecakapan, kebebasan, sikap, pengertian dan minat.

Suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan instruksional

21

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Bandung, Remaja Rosdakarya: 2012) hal 3

22

Ibid Hal. 22.

23

(46)

khusus dari bahan tersebut24. Seseorang dapat dikatakan berhasil dalam belajar jika ia mampu menunjukan adanya perubahan dalam dirinya. Perubahan tersebut dapat ditunjukan diantaranya dari kemampuan berpikirnya, keterampilannya, atau sikapnya terhadap suatu objek. Perubahan dari hasil belajar ini dalam taksonomi Bloom dikelompokan dalam tiga ranah yaitu: 1). Kognitif atau kemampuan berfikir, 2). Efektif atau sikap, dan 3). Psikomotorik atau keterampilan.

Hasil belajar menempatkan seseorang dari tingkat kemampuan yang satu ke tingkat kemampuan yang lain. Mengenai perubahan tingkat kemampuan menurut Bloom meliputi tiga ranah, yaitu:

1. Kognitif: Knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension

(pemahaman, menjelaskan, meringkas), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), evaluation

(menilai), dan application (menerapkan).

2. Affective: receiving (sikap menerima), responding (memberi respon), valuting (menilai), dan organization (organisasi), dan

characterization (karakterisasi).

3. Psychomotoric: intiatory level, pre-routine level, routinized level25.

Dari pengertian hasil belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli maka intinya adalah perubahan dalam diri seseorang. Oleh karena itu, seseorang yang melakukan aktivitas belajar dan memperoleh perubahan dalam dirinya dengan memperoleh pengalaman baru, maka individu itu dikatakan telah belajar.

Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar tersebut dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar26. Dari beberapa

24

Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta: Rineka Cipta, 2010) Hal. 105.

25

(47)

pengertian hasil belajar diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan siswa setelah menerima atau menyelesaikan pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya hasil belajar tersebut membawa guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu.

Hasil belajar akan mennumbuhkan pengetahuan dan pengertian dalam diri seseorang sehingga ia dapat mempunyai kemampuan berupa keterampilan dalam bentuk kebiasaan, sikap dan cita-cita hidupnya. Orang yang telah berhasil dalam belajar akan menjadi orang yang mandiri dan dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya, serta dapat menentukan arah hidupnya.

Jadi kesimpulannya, hasil belajar yaitu hasil yang telah dicapai secara optimal selama berlangsungnya belajar baik itu pada mata pelajaran apapun selama proses pembelajaran berlangsung, terutama mata pelajaran ekonomi. Dapat dimaknai untuk masa kini dan dapat diantisipasi untuk masa yang akan datang baik secara regional, nasional, maupun global.

5. Pengertian Ekonomi

Ilmu ekonomi adalah suatu studi mengenai individu-individu dan masyarakat membuat pilihan27. Dengan atau tanpa penggunaan uang, dengan menggunakan sumber-sumber data yang terbatas tetapi dapat digunakan dalam berbagai cara untuk menghasilkan berbagai jenis barang

26

Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta: Rineka Cipta, 2010) Hal. 105.

27

(48)

dan jasa dan mendistribusikannya untuk kebutuhan konsumsi, sekarang dan di masa datang, kepada berbagai individu dan golongan masyarakat.

Ilmu ekonomi pada dasarnya mempelajari upaya manusia baik sebagai individu maupun masyarakat dalam rangka melakukan pilihan penggunaan sumber daya yang terbatas guna memenuhi kebutuhan28. Ilmu ekonomi merupakan bagian dari ilmu-ilmu sosial dan memiliki obyek formal sama dengan obyek formal ilmu-ilmu sosial lainnya29. Terdapat beberapa rumusan tentang pengertian ekonomi yang disampaikan oleh para ekonom. Rumusan-rumusan yang mereka sampaikan antara lain adalah sebagai berikut30:

a. Richard G. Lipsey menyatakan bahwa ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari pemanfaatan sumber daya yang langka untuk memenuhi keinginan manusia yanng tidak terbatas.

b. N. Gregory Mankiw menyatakan bahwa ilmu ekonomi adalah studi tentang cara masyarakat mengelola sumber-sumber daya yang langka. c. Robert B. Ekelund Jr. Dan Robert D. Tollison mengatakan bahwa ilmu

ekonomi adalah ilmu yang mempelajari cara individu dan masyarakat yang mempunyai keinginan tidak terbatas memilih untuk mengalokasian sumber daya yang terbatas demi memenuhi keinginan mereka.

d. Paul A. Samuelson menyatakan bahwa ilmu ekonomi adalah suatu studi tentang cara orang-orang dan masyarakat membuat pilihan, dengan atau tanpa menggunakan uang dan dipergunakan untuk menghasilkan berbagai jenis komoditas dari waktu ke waktu.

28

Nopirin, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro & Mikro. (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2000) Hal. 1.

29

Mohammad Ali, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. (Jakarta: PT Imperial Bhakti Utama, 2009) Hal. 229.

30

(49)

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Dalam mendukung penelitian ini, berikut ini disajikan hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang sudah dilakukan. Penelitian ini dirujuk pada skripsi yang dilakukan oleh Achmad Saifudin

(2011) dalam penelitian yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil

Belajar Kimia Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) di MAN 12 Jakarta Barat. Kesimpulan dari peneliti ini bahwa Hasil penelitian tersebut dapat meningkatkan hasil belajar, serta siswa aktif dan berpikir kritis dalam proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran kimia.

Selanjutnya penelitian yang dirujuk dari skripsi Wiwin Winarsih

(2012) dalam penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran

Problem Based Learning terhadap Hasil Belajar IPS Siswa”. Berdasarkana kesimpulan dari peneliti menyatakan bahwa kegiatan belajar mengajar tersebut harus melibatkan siswa secara aktif bukan hanya berpusat pada guru. Dengan demikian proses belajar mengajar dibutuhkan suatu metode pembelajaran, salah satunya adalah dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBL).

Penelitian model Problem Based Learning dapat dilihat dari hasil

penelitian yang dilakukan Nurhikmah (2012) yang berjudul “Keefektifan

Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) terhadap Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri

Adiwerna 04 Kabupaten Tegal”. Hasil dari penelitian tersebut

(50)

eksperimen yaitu 76,25. Hal tersebut menunjukkan siswa yang pembelajarannya menggunakan model Problem Based Learning

mendapatkan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan siswa yang tidak menggunakan model Problem Based Learning dalam pembelajaran.

Penelitian mengenai model Problem Based Learning juga dilakukan oleh Fanny Vidhayanti Nasution (2012) yang berjudul

Penerapan Model PBL untuk Meningkatkan Hasil Pembelajaran IPA

Siswa Kelas III SD Mutiara Harapan Lawang”. Hasil penelitian

menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa dalam kegiatan belajar pada siklus I ke Siklus II. Hasil nilai aktivitas belajar siswa yang berada pada kategori kurang dan cukup, pada siklus II hampir semua siswa berada pada kategori sangat baik dan baik. Selain meningkatkan aktivitas belajar juga meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti dari rata-rata hasil belajar siswa sebelumnya yaitu 59 pada siklus I menjadi 83 pada siklus II.

Berikutnya jurnal dalam negeri mengenai Problem Based Learning

oleh Sudarman (2013) dengan judul “Suatu Model Pembelajaran untuk

Mengembangkan dan Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah”.

(51)
[image:51.595.109.538.173.734.2]

Tabel 2.1

Penelitian yang Relevan

No. Nama Peneliti Judul Persamaan dan Perbedaan

1. Achmad Saifudin Skripsi: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran

Problem Based

Learning (PBL) di MAN 12 Jakarta Barat.

Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti model pembelajaran Problem Based Learning terhadap hasil belajar.

Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian ini meneliti mata pelajaran kimia sedangkan peneliti akan meneliti terhadap mata pelajaran ekonomi. 2. Wiwin Winarsih Skripsi: Pengaruh

Model Pembelajaran Problem Based Learning terhadap Hasil Belajar IPS Siswa

Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti model pembelajaran Problem Based Learning terhadap hasil belajar.

Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian ini meneliti mata pelajaran IPS secara keseluruhan sedangkan peneliti akan meneliti terhadap mata pelajaran ekonomi.

3. Nurhikmah Skripsi: Keefektifan Penerapan Model

Problem Based

(52)

Learning (PBL) terhadap Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Adiwerna 04

Kabupaten Tegal.

Based Learning terhadap hasil belajar.

Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan Nurhikmah lebih menekankan kepada seberapa efektif penerapan model PBL sedangkan penelitian yang akan dilakukan lebih melihat dari hasil belajar siswa. 4. Fanny Vidhayanti

Nasution

Skripsi: Penerapan Model PBL untuk Meningkatkan Hasil Pembelajaran IPA Siswa Kelas III SD Mutiara Harapan Lawang.

Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti model pembelajaran Problem Based Learning terhadap hasil belajar.

Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian ini meneliti mata pelajaran IPA secara keseluruhan sedangkan peneliti akan meneliti terhadap mata pelajaran ekonomi. 5. Sudarman Jurnal: Suatu Model

Pembelajaran untuk Mengembangkan dan Meningkatkan

Kemampuan

Memecahkan Masalah

Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti model pembelajaran Problem Based Learning.

(53)

C. Kerangka Berfikir

Guru merupakan salah satu komponen penting dalam proses belajar mengajar. Seorang guru ikut berperan serta dalam usaha membentuk sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan.

Pengertian guru profesional menurut para ahli adalah semua orang yang mempunyai kewenangan serta bertanggung jawab tentang pendidikan anak didiknya, baik secara individual atau klasikal, di sekolah atau di lu

Gambar

gambar. Kegiatan
Tabel 2.1
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir
Tabel 3.1 Perencanaan Waktu Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal ini siswa melakukan penyelidikan atau pemecahan masalah. Pada tahap ini guru mmendorong siswa mengumpulkan data dan melakukan eksperimen sampai mereka benar-benar mengerti

Perbedaan nilai rata-rata hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol pada penelitian ini membuktikan bahwa pembelajaran melalui

Setelah dilakukan uji hipotesis dilakukan terlihat bahwa hipotesis diterima, artinya Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Dapat Meningkatkan Hasil

Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian ini meliputi, hasil belajar siswa antara kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran problem based learning

Hasil penelitian ini menunjukan terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar ekonomi siswa antara kelas eksperimen yang diajarkan dengan model pembelajaran

Dilihat dari ketuntasan hasil belajar pada kelas eksperimen VIIG dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning terdapat 72,22% siswa yang tuntas, sedangkan pada kelas

hasil belajar IPA siswa antara kelas eksperimen yang menggunakan discovery learning dan kelas kontrol yang menggunakan model problem-based learning.15 Berbeda dengan hasil penelitian

ProseProsedur dur EksperimEksperimen en Pretest-Pretest- Postest Control Postest Control Grou Groupp Design Design Kelompok Pretest Perlakuan Postest Eksperimen O1 X O2 Kontrol O1