• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas IV SDN I Sajira Pada Mata Pelajaran IPA Konsep Ekosistem,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas IV SDN I Sajira Pada Mata Pelajaran IPA Konsep Ekosistem,"

Copied!
171
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING

TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA

SDN I SAJIRA PADA MATA PELAJARAN IPA KONSEP

EKOSISTEM

Skripsi

Disusun dan Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh Sukroni NIM 109018300056

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

i ABSTRAK

Syukroni, Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas IV SDN I Sajira Pada Mata Pelajaran IPA Konsep Ekosistem, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh keterampilan berpikir kritis antara siswa yang diajarkan melalui model pembelajaran problem based learning

dengan metode konvensional. Penelitian ini dilaksanakan di SDN I Sajira, Lebak – Banten. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi

experiment) dengan desain control group pretest-posttest design. Pengambilan

sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Sampel penelitian berjumlah 22 siswa untuk kelas eksperimen dan 22 siswa untuk kelas kontrol. Pengambilan data menggunakan instrumen tes berbentuk uraian terbuka yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh model problem based learning terhadap keterampilan berpikir kritis siswa kelas IV SDN I Sajira pada mata pelajaran IPA konsep ekosistem. Analisis data menggunakan uji-t, kedua kelompok tersebut diperoleh nilai t hitung sebesar 2,463 sedangkan t tabel pada taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasan (dk) = 42 yaitu sebesar 2,021, maka dapat dikatakan bahwa t hitung > t tabel berarti hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh model problem based learning terhadap keterampilan berpikir kritis siswa.

(6)

ii

S1 Thesis, primary school teacher education, Faculty of Tarbiyah and Teachers Training of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

The purpose of this research is to know the influence of student’ critical thinking skill

between students who learned using problem based learning model and conventional model. This research is done in SDN I Sajira Lebak-Banten. This research used quasi experiment method with control group pretest posttest design. Sample were taken using technique of purposive sampling. The amount of research sample is 22 students for the experiment class and 22 students for the control class. The data taken using instrument of learning test in form opened essay which have been tested its validity and its reliability. The hypotesis in this research is there is influence from problem

based learning to students’ critical thinking skill. The data analysis used t-test, from the result of data calculation the differenciation of mean between the experiment claas with control clas are equal to 2,463, while t-table at the level of significance 5% with degree of freedom (dk) = 42 that is equal to 2,021. So it can be said that by t-test > t-table it means the alternative hypothesis (Ha) is accepted and zero hypothesis (Ho) refused. It shows that there is influence of problem based learning

model to students’ critical thinking skill in IPA lesson ecosystem consept.

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, tuhan semesta alam yang telah mencurahkan berjuta kenikmatan dan anugerah yang tak terhingga yang dengan nikmat-Nya itulah penulis mampu menyelesaikan laporan penelitian (skripsi) ini dengan lancar tanpa ada halangan dan gangguan yang berarti.

Shalawat beserta salam semoga selalu mengiringi jejak langkah dan perjuangan sang pemimpin dunia yang sanggup berperang dan memerangi jahiliyahnya pikiran dan moral sehingga beliau dipuja oleh sekalian pengikut- pengikutnya karena mampu membebaskan bangsa manusia dari jeruji jahiliyahnya pikiran dan hati, insan kamil yang selalu memikirkan kepentingan umatnya daripada kepentingan dirinya sendiri dan keluarganya meskipun ajal sudah menjelang, beliau tak lain adalah habibana Muhammad SAW.

Tidak lupa ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang turut andil dan memberikan sumbangsih dalam proses penyusunan skripsi yang penulis lakukan baik sumbangsih berua moril maupun materil dari awal penyusunan, penelitian sampai sampai penulisan skripsi ini. Mereka antara lain :

1. Ibu Dra. Nurlena Rifa’i, MA.Ph.d, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Bapak Dr. Fauzan, MA. Kaprodi PGMI yang telah memberikan dukungan moril kepada penulis

3. Bapak Burhanudin Milama, M.Pd. Dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

(8)

iv

6. Orang tua yang dengan sabar membantu dan memotivasi penulis baik secara moril maupun materil baik sebelum, pada waktu proses penulisan maupun pasca penulisan sehingga karya kecil ini bisa diselesaikan.

7. keluarga yang telah memberikan dorongan moril maupun materil kepada penulis, dan

8. Teman- teman seperjuangan yang telah memberikan masukan dan tempat sharing pengalaman dalam menyusun karya ini yang tidak bias saya sebutkan satu persatu.

Untuk itu, semoga karya kecil ini bisa bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya dan bagi pihak-pihak yang berkepentingan umumnya. Penyusun menyadari, bahwa tak ada gading yang tak retak, dimana tidak ada pekerjaan yang sempurna, Karena kesempurnaan hanyalah milik Allah semata. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat dalam karya ini, dan guna memperbaiki kesalahan tersebut, penulis menerima saran dan kritik yang positif dari pembaca agar karya ini menjadi lebih baik dan dapat bermanfaat di masa yang akan datang.

Jakarta, Mei 2013

(9)

v

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah……… .. 7

C. Pembatasan Masalah………... .. 8

D. Rumusan Masalah……… . 8

E. Tujuan Penelitian………. .. 8

F. Manfaat Penelitian……… . 8

BAB II : KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Teori ... 10

1. Hakikat Model Pembelajaran ... 10

a. Pengertian Model Pembelajaran ... 10

b. Hakikat Model Pembelajaran Problem Based Learning ... 10

c. Konsep Metode Pembelajaran Problem Based Learning…………...11

1) Karakteristik Pembelajaran Problem Based Learning ... 11

(10)

vi

5) Kriteria Pemilihan Bahan Pelajaran Dalam Metode

Pembelajaran Problem Based Learning……… 18

2. Keterampilan Berpikir Kritis ... 19

a. Pengertian Berpikir Kritis ... 19

b. Tujuan Berpikir Kritis ... 22

c. Indikator Keterampilan Berpikir Kritis ... 22

3. Hubungan Antara Model Problem Based Learning Dengan Keterampilan Berpikir Kriti………23

B. Hasil Penelitian Yang Relevan……….26

C. Kerangka Berpikir……….27

D. Hipotesis Penelitian………...29

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat penelitian………. 31

B. Metode dan desain penelitian……….. 31

C. Populasi dan Sampel……… 32

D. Tekhnik pengumpulan data………. 32

E. Instrumen Penelitian……… 33

F. Uji Coba Instrumen ………. 33

1. Uji validitas……… 34

2. Uji reliabilitas………. 34

3. Taraf kesukaran ……… 35

4. Daya pembeda………... 36

G. Tekhnik Analisis Data………. 39

(11)

vii

2. Uji homogenitas……….. 41

3. Uji Hipotesis……… 42

H. Hipotesis Statistik……….. 43

BAB IV ; HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian……… 44

1. Deskripsi Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SDN I Sajira……….. 44

a. Deskripsi Data Hasil Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol………. 44

b. Deskripsi Data Hasil Postes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen……… 47

2. Pengujian Prasyarat analisis Data ……... 51

a. Uji Normalitas……… 51

1) Uji Normaitas Pretes……… 51

2) Uji Normalitas postes……….. 52

b. Uji Homogenitas……… 52

1) Uji Homogenitas Pretes………... 53

2) Uji Homogenitas Postes……….. 53

c. Uji Hipotesis……….. 53

B. Pembahasan………... 55

BAB V : KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan……… 61

B. Implikasi……… 62

C. Saran……….. 62

1. Bagi Guru………. 62

2. Bagi Pengembang Kurikulum dan sekolah………. 62

(12)
(13)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1. Tabel Desain Penelitian... 35

3.2. Tabel Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Instrumen ... 38

4.1. Tabel Gambaran Umum Mengenai Data Statistik Pretes ... 49

4.2 Ketercapaian Indikator Keterampilan Berpikir Kritis Pada Pretes ... 50

4.3. Gambaran Umum Data Statistik Postes ... 52

4.4. Ketercapaian Indikator Keterampilan Berpikir Kritis Pada Postes ... 53

4.5. Tabel Hasil Uji Normalitas Pretes... 55

4.6. Tabel Hasil Uji Normalitas Postes ... 55

4.7 Hasil Uji Homogenitas Pretes ... 56

4.8. Hasil Uji Homogenitas Postes ... 57

4.9 Tabel Hasil Uji Hipotesis Pretes ... 58

[image:13.612.118.520.255.507.2]
(14)
[image:14.612.114.522.243.549.2]

x

Gambar Halaman

2.1. Kerangka Berpikir Model PBL Terhadap Keterampilan

Berpikir Kritis ... 33 4.1. Persentase Ketercapaian Indikator Keterampilan Berpikir

Kritis Pada Pretes ... 51 4.2. Persentase Ketercapaian Indikator Keterampilan Berpikir

(15)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

LAMPIRAN 1 : Data Postes dan Uji Normalitas Kelas Kontrol ... 64

LAMPIRAN 2 : Data Postes dan Uji Normalitas Kelas Eksperimen ... 69

LAMPIRAN 3 : Uji homogenitas Postes Kelas Kontrol dan eksperimen ... 74

LAMPIRAN 4 : Data Pretes dan Uji Normalitas Kelas Kontrol ... 75

LAMPIRAN 5 : Data Pretes dan Uji Normalitas Kelas Eksperimen... 80

LAMPIRAN 6 : Uji homogenitas Pretes Kelas Kontrol dan eksperimen ... 85

LAMPIRAN 7 : Pedoman Penskoran ... 86

LAMPIRAN 8 : Tabel Ketercapaian Proses Pembelajaran Model Problem Based Learning Pada Tiap Pertemuan Kelas Eksperimen ... 88

LAMPIRAN 9 : Data Hasil Pretes Kelompok Kontrol Dan Eksperimen ... 89

LAMPIRAN 10: Data Hasil Postes Kelompok Kontrol Dan Eksperimen ... 90

LAMPIRAN 11: Uji Hipotesis Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol... 91

LAMPIRAN 12: Uji Hipotesis Pretes Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 92

LAMPIRAN 13: Instrumen Penelitian... 96

LAMPIRAN 14: Instrumen Pra Validitas Penelitian ... 99

LAMPIRAN 15: Kisi-Kisi Soal instrumen ... 102 LAMPIRAN16: Presentase Ketercapaian Indikator Keterampilan

(16)

xii

Pada Postes ... 114

LAMPIRAN 18: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 117

LAMPIRAN 19 : Uji Validitas Menggunakan ANATES... 118

LAMPIRAN 20 : Tabel Uji F ... 119

LAMPIRAN 21 : Tabel Uji T ... 120

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 menyebutkan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Berdasarkan definisi tersebut, maka pendidikan bukan hanya terfokus pada pemberian teori - teori yang menuntut hafalan semata, Namun lebih dari itu, pendidikan hakikatnya harus mampu mengembangkan segala potensi siswa baik fisik maupun mental tanpa terkecuali dengan pembelajaran sains atau ilmu pengetahuan alam.

Ilmu Pengetahuan Alam atau sering disebut dengan sains merupakan suatu upaya manusia yang meliputi operasi mental, keterampilan dan strategi memanipulasi dan menghitung yang dapat diuji kembali kebenarannya dengan dilandasi dengan sikap keingintahuan (curiousity), keteguhan hati (courage), ketekunan (persistence) yang dilakukan oleh individu untuk menyingkap rahasia alam semesta 1

Ilmu pengetahuan alam (IPA) pada hakikatnya merupakan ilmu praktis yang tidak hanya difokuskan pada pendalaman teori semata, oleh karena itu, implementasinya di sekolah hendaknya tidak hanya dipusatkan pada pemberian pengetahuan konsep saja, namun harus pula melibatkan aspek praktis, afektif dan psikomotik. Sebagai salah satu mata pelajaran pokok yang diajarkan di sekolah,

1

(18)

termasuk di MI/SD, IPA seharusnya mampu mengembangkan segala potensi yang ada pada siswa tidak hanya dalam segi pemahaman konsep dan keterlibatan aspek kognitif saja. Namun lebih dari itu, pembelajaran IPA harus mampu mengembangkan tiga dimensi pembelajaran yaitu dimensi proses, produk dan pengembangan sikap ilmiah sebagai hakikat dari IPA itu sendiri sehingga akan mampu mengaktifkan siswa secara holistik termasuk aspek mental. Oleh karena itu, idealnya guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mencari, menemukan, menyimpulkan dan mengomunikasikan sendiri berbagai pengetahuan, nilai-nilai pengalaman yang dibutuhkan yang dapat menumbuhkan motivasi dan kesadaran siswa akan pentingnya pembelajaran IPA sehingga proses pembelajaran yang dilakukan akan terasa lebih bermakna sehingga mampu mewujudkan cita-cita pendidikan nasional yang diamanatkan dalam Undang – Undang Dasar 1945.

(19)

3

keaktifan berpendapat dan bertanya. Pertanyaan yang dibuat peserta didik juga belum menunjukkan pertanyaan-pertanyaan kritis berkaitan dengan materi yang dipelajari dan jawaban dari pertanyaan masih sebatas ingatan dan pemahaman saja, belum terdapat sikap peserta didik yang menunjukkan jawaban analisis terhadap pertanyaan guru.

Selain itu, Pelajaran IPA di kalangan peserta didik kelas IV SDN I Sajira masih terfokus pada aspek produk saja, yaitu masih menekankan pada kumpulan konsep yang harus dihafal sehingga berdampak pada rendahnya kemampuan peserta didik pada aspek kognitifnya terutama aspek kognitif tingkat tinggi. Aspek kognitif tingkat tinggi tersebut yaitu menganalisis, mengevaluasi dan menciptakan Sehingga mereka kesulitan dalam menerapkan pengetahuan yang dimiliki dalam kehidupan sehari - hari. Peserta didik juga belum biasa menyelesaikan suatu permasalahan yang didahului dengan kegiatan penyelidikan. Jika prinsip penyelesaian masalah ini diterapkan dalam pembelajaran, maka peserta didik dapat terlatih dan membiasakan diri berpikir kritis secara mandiri.

Selain itu, kurangnya penanaman rasa ingin tahu dan kemampuan berpikir kritis siswa terhadap segala fenomena alam yang terjadi di sekitar mereka kurang dioptimalkan. Padahal dalam pembelajaran IPA guru dituntut untuk dapat mengajak siswa memanfaatkan alam sekitar sebagai sumber belajar. Alam merupakan salah satu sumber belajar yang sangat penting dan tidak akan habis digunakan sehingga dimensi proses untuk mendapatkan ilmu IPA itu sendiri juga menjadi hal yang sangat penting.2 Selain itu, fenomena-fenomena alam yang terjadi di sekitar siswa akan lebih menarik dan memacu pengetahuan dan rasa ingin tahu mereka terutama bagi anak SD yang taraf kognitifnya masih dalam taraf berpikir konkret sehingga ketika mereka dihadapkan pada situasi konkret yang terjadi di sekeliling mereka, siswa akan menggali fenomena tersebut secara kritis dan ilmiah serta mampu menemukan penyebab fenomena tersebut dan akhirnya

2

(20)

mampu memecahkan dan menemukan solusi terhadap fenomena-fenomena alam yang terjadi di dalamnya. Untuk itu,maka sudah seharusnya dengan mempelajari IPA siswa diharapkan mampu menemukan serta menyingkap rahasia alam semesta yang terjadi di sekeliling mereka.

Bukti lain yang dapat dipaparkan sebagai bukti lemahnya penanaman keterampilan berpikir kritis pada siswa-siswi kita ialah terlalu dominannya pegaruh guru dalam menanamkan dan mentransfer ilmu pengetahuan dalam bentuk hafalan konsep tanpa memberikan kesempatan yang luas bagi siswa untuk bertanya dan mengkritisi konsep yang mereka dapatkan secara nyata sesuai dengan kehidupan mereka. Padahal pengetahuan dan pemikiran sangatlah erat hubungannya. Pemikiran tidak akan terjadi jika pengetahuan tidak ada. Namun merupakan suatu kekeliruan jika kita hanya memfokuskan perhatian hanya pada satu pengetahuan tertentu saja dan mengabaikan keterampilan-keterampilan berpikir. Pengabaian akan mengakibatkan lahirnya individu-individu yang hanya memiliki banyak pengetahuan tetapi tidak mempunyai kemampuan berpikir yang memadai. Sebaliknya jika perhatian hanya difokuskan pada keterampilan-keterampilan berpikir saja tentunya hanya akan melahirkan individu-individu yang mengetahui cara berpikir tetapi tidak ada yang dipikirkan. Untuk itu, antara pengetahuan dan keterampilan berpikir kritis haruslah seimbang karena perkembangan kemampuan berpikir kritis terjadi bersamaan dengan aspek perkembangan kognitif lainnya.

(21)

5

bukti yang dapat dipercaya dan logis.3 Namun sayangnya dalam masyarakat sekarang, orang berpikir bahwa berpikir kritis hanya ada dimata kuliah filsafat dan retorika di perguruan tinggi dan bukan sebuah kebiasaan berpikir yang seharusnya ditanamkan sejak dini dan hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang memiliki nilai IQ berkategori genius4.

Berkaitan dengan pernyataan di atas, gurupun tidak lepas dari pandangan tersebut terutama persepsi guru mengenai anak SD. Guru masih menganggap bahwa siswa SD belum mampu mengkritisi suatu permasalahan dengan baik, sehingga guru lebih memilih mendominasi pembelajaran dengan mentransfer pengetahuan kepada siswa dalam satu arah tanpa ada usaha untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswanya misalnya dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya saja menjadi hal yang langka atau jarang dilakukan. Padahal dengan memberikan kesempatan kepada siswa sejak dini untuk bertanya, berarti telah memberikan kesempatan pula bagi mereka untuk melatih, mengasah dan mengembangkan keterampilan berpikir kritisnya. Karena dengan begitu, siswa akan melibatkan aktivitas kognitif dan mentalnya ketika mereka mencoba mengkritisi sebuah pembelajaran dan permasalahan melalui suatu pertanyaan. Selain itu, dengan memberikan kesempatan bagi siswa untuk bertanya maka mereka akan terbiasa mengkritisi segala yang terjadi terhadap diri mereka, lingkungan dan alam di sekitarnya dengan logis, ilmiah dan sistematis sehingga ketika mereka dihadapkan dengan fenomena alam yang terjadi di sekitar mereka, siswa akan berusaha mencari tahu apa penyebab dari fenomena tersebut danakan mampu menemukan solusi untuk mencegah fenomena yang terjadi supaya tidak terulang di masa mendatang.

Berdasarkan paparan di atas, maka diperlukan sebuah inovasi pembelajaran yang mampu merealisasikan keterampilan berpikir kritis yang diharapkan. Salah

3

Elaine,B.Johnson.CTL,contextual teaching and learning,menjadikan kegiatan belajar mengajar mengasyikan dan bermakna.Bandung: KAIFA.2012.cetakan keempat.hal.184.

4

(22)

satu inovasi pembelajaran yang dapat dilakukan ialah dengan cara menerapkan model dan strategi yang relevan sesuai dengan tujuan keterampilan berpikir kritis yang diharapkan. Salah satu model pembelajaran yang diduga dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa ialah model problem based learning. Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Neni Fitriawati pada tahun 2010 yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran berdasarkan masalah (problem Based Learning) terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.5

Model Problem Based Learning merupakan suatu model pembelajaran dengan menghadapkan siswa pada permasalahan-permasalahan praktis sebagai pijakan dalam belajar atau dengan kata lain siswa belajar melalui permasalahan-permasalahan. Menurut Boud dan Felleti (1997) dan Fogarty (1997) model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada siswa dengan masalah-masalah praktis, berbentuk ill

structured atau open ended melalui stimulus dalam belajar.6 Karena pembelajaran

problem based learning selalu diawali dengan menyuguhkan masalah nyata yang

sesuai dengan dunia nyata siswa, maka siswa akan dituntut untuk menggali dan menyelesaikan masalah tersebut dengan mencari solusi dan gagasan mereka melalui aktivitas mental dan kognitif terhadap masalah yang diberikan secara kritis, logis dan ilmiah sehingga keterampilan berpikir kritis siswa dapat terlatih dan berkembang.

Menurut Rideout dan Carpio dalam jurnal chiangmai university journal of

social science and humanities karya Haobin Yuan, dkk. Tahun 2008

Problem-based learning (PBL) is a student-centered approach to learning which enables

5

Neni, fitriawati.Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu kelas VIII Di MTsN Selorejo Blitar.Malang: Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial,Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik IbrahimMalang. 2010

6

(23)

7

students to participate in small group work during the learning process in order to foster deeper learning. In the PBL approach, students encounter the

problem-solving situations in small groups. Students’ critical thinking skills are fostered

through their group discussions7

model pembelajaran berdasarkan masalah adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa dimana siswa ikut berpartisipasi dalam kelompok kecil selama proses pembelajaran berlangsung untuk membantu menumbuhkan proses pembelajaran yang lebih mendalam. Dalam PBL, siswa dihadapkan pada situasi pemecahan masalah dalam kelompok. Kemampuan berpikir kritis siswa dikembangkan melalui diskusi kelompok.

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Model PembelajaranProblem

Based Learning Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis siswa Pada Mata

Pelajaran IPA Konsep Ekosistem “.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

1. Rendahnya keterampilan berpikir kritis yang dimiliki siswa

2. Proses pembelajaran IPA masih didominasi oleh hafalan konsep dan belum melibatkan aktivitas berpikir kritis siswa.

3. Kurangnya kesempatan yang diberikan guru kepada siswa untuk melatih keterampilan berpikir kritis.

4. Proses pembelajaran cenderung didominasi oleh guru dan terjadi dalam satu arah sehingga siswa tidak tertantang untuk mengembangkan aspek kognitif tingkat tinggi termasuk kemampuan berpikir kritis

7

Hobin Yuan. Promoting Critical Thinking Skills Through Problem-Based Learning. China :

Chiangmai University Journal Of Social Science And Humanities. 2008 (http//Www Thai science. Info/

(24)

5. Guru belum mengoptimalkan fenomena-fenomena yang terjadi di alam sebagai media konkret dalam proses pembelajaran guna mengembangkan keterampilan berpikir kritis

C. Pembatasan Masalah

Karena keterbatasan biaya, kemampuan serta untuk memfokuskan penelitian guna menghindari kesimpangsiuran, maka peneliti membatasi masalah penelitian ini pada aspek sebagai berikut:

1. Rendahnya keterampilan berpikir kritis siswa dengan indicator keterampilan berpikir kritis yang akan digunakan ialah indikator keterampilan berpikir kritis yang dikemukakan oleh Ennis yaitu memberikan penjelasan sederhana, menyimpulkandan mengatur strategi dan taktik.

2. Penggunaan Model pembelajaran Problem Based Learning pada konsep ekosistem.

3. Rata-rata persentase keberhasilan kemampuan berpikir kritis siswa mencapai 60%

D. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat

pengaruh model pembelajaran problem based learning terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran IPA konsep Ekosistem?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui Pengaruh model problem

based learning terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran

IPA konsep Ekosistem. F.Manfaat Penelitian

1. Bagi Siswa

(25)

9

keterampilan berpikir kritis mereka secara optimal dan mampu memperbaiki keterampilan berpikir kritisnya.

2. Bagi Guru dan Sekolah

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi pertimbangan bagi guru dan kepala sekolah dalam menentukan kebijakan kurikulum di sekolah baik dari segi metode maupun model pembelajaran yang akan diterapkan di kelas pada mata pelajaran IPA.

3. Bagi Peneliti

(26)

10

BAB II

KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A.

Kajian Teori

1. Hakikat Model Pembelajaran a. Pengertian Model Pembelajaran

Model adalah suatu pola umum sedangkan pembelajaran adalah suatu upaya untuk membantu siswa dalam mencapai standar kompetensi.Menurut Bruce Joyce dan Marsha Weil (1989) Model pembelajaran adalah suatu pola umum atau rencana pembelajaran yang bertujuan untuk membuat membantu dalam mencapai kompetensi dasar belajar IPA.1

b. Hakikat Model Pembelajaran Problem Based Learning

Model Problem-Based Learning merupakan suatu model pembelajaran dengan menghadapkan siswa pada permasalahan-permasalahan praktis sebagai pijakan dalam belajar atau dengan kata lain siswa belajar melalui permasalahan-permasalahan.

“PBL was first introduced in the McMaster University in Canada in 1965.

Soon after that, in 1974, the McMaster medical school PBL model was established. This model inspired other universities to implement a similar design into their curriculum. Since then, PBL has been popularized and used in several

higher educational institutions across the world”. 2 PBL pertama kali

diperkenalkan di universitas McMaster – Canada pada tahun 1965. Tidak lama

1

Ari, Widodo .dkk. Bahan belajar mandiri pendidikan IPA di SD.Bandung : UPI PRESS.2008.h.37

2

Seyed Javad Ghazi Mir Saeed, Sarah Nokhbeh Rousta. The Effect of Problem-based

Learning on Critical Thinking Ability of Iranian EFL Students. Iran : Tehran Islamic Azad University

Science and Research Branch. 2013. H.3 (http://www.academians.ca/Articles/July2013-1.pdf ) Diakses

(27)

11

setelah itu, pad tahun 1974 didirikan sekolah medis model PBL. Model ini teah menginspirasi universitas – universitas lain untuk mengimplementasikan desain yang sama kedalam kurikulum mereka. Sejak saat itu, PBL menjadi popular dan digunakan di beberapa institusi pendidikan tinggi di belahan dunia.

c. Konsep metode Problem-Based Learningsebagai salah satu metode aktif 1) Karakteristik pembelajaran problem based learning

Menurut Seyed Javad Ghazi Mir Saeed dan Sarah Nokhbeh Rousta dalam jurnal The Effect of Problem-based Learning on Critical Thinking Ability of

Iranian EFL Students mengemukakan Some features of this pedagogy are:3

a) Problem-based learning is student-centered. PBL makes a fundamental

shift from a focus on teaching to a focus on learning. The process is aimed at using the power of authentic problem solving to engage students and enhance their learning and motivation. There are several unique aspects that define the PBL approach:

b) Learning takes place within the contexts of authentic tasks, issues, and

problems that are aligned with real-world concerns.

c) In a PBL course, students and the instructor become learners,

co-planners, co-producers, and co-evaluators as they design, implement, and

continually refine their curricula.

d) The PBL approach is grounded in solid academic research on learning and

on the best practices that promote it. This approach stimulates students to take responsibility for their own learning.

e) PBL is unique in that it fosters collaboration among students, stresses the

development of problem solving skills within the context of professional practice, promotes effective reasoning and self-directed learning, and is aimed at increasing motivation for life-long learning.

3

(28)

Menurut Tan (2003) karakteristik yang tercakup dalam Problem Based

Learning adalah sebagai berikut4 :

a) Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran

b) Masalah yang digunakan biasanya masalah di dunia nyata yang disajikan secara mengambang

c) Masalah biasanya menuntut perspektif majemuk solusinya menuntut siswa untuk meggunakan dan mendapatkan konsep dari beberapa bab materi pembelajaran atau lintas ilmu ke bidang lainnya.

d) Masalah membuat siswa akan merasa tertantang untuk mendapatkan pembelajaran di ranah pembelajaran yang baru.

e) Sangat mengutamakan belajar mandiri

f) Memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi. g) Pembelajarannya kolaboratif,Komunikatif dan kooperatif.

Menurut Savoie dan Hughes (1994) karakteristik model problem based

learning antaralain sebagai berikut5 :

a) Belajar dimulai dengan suatu permasalahan

b) Permasalahan yang diberikan harus berhubungan dengan dunia nyata siswa c) Mengorganisasikan pembelajaran diseputar permasalahan bukan diseputar

disiplin ilmu

d) Memberikan tanggung jawab yang besar dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri

e) Menggunakan kelompok kecil.

f) Menuntut siswa untuk mendemonstrasikan apa yang telah terjadi dalam bentuk produk dan kinerja.

4

M. Taufik Amir.inovasi pendidikan melalui problem based learning, bagaimana pendidik memberdayakan pemelajar di era pengetahuan .Jakarta : Kencana Prenada media Group. 2009.h. 22 - 32

5

(29)

13

Jadi, dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik model problem based learning yaitu sebagai berikut :

a) Pembelajaran diawali dengan memberikan masalah yang mengambang b) Masalah yang digunakan harus berhubungan dengan dunia nyata siswa

sehingga mereka akan merasa tertantang untuk mendapatkan pembelajaran di ranah pembelajaran yang baru

c) Menuntut kemandirian siswa

d) Menuntut siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah yang diberikan.

2) Tujuan Pembelajaran Problem Based Learning

Tujuan yang Ingin dicapai dalam model pembelajaran berbasis masalah adalah kemampuan siswa untuk berpikir kritis, analitis, sistematis dan logis. Untuk menemukan alternatif pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah. Pembelajaran berbasis masalah melibatkan presentasi situasi- situasi autentik dan bermakna yang berfungsi sebagai landasan bagi investigasi oleh para peserta didik. 3) Manfaat Pembelajaran Problem Based Learning

a) Meningkatkan daya ingat dan pemahaman siswa atas materi pembelajaran karena proses pembelajaran disampaikan dengan konteks yang dekat dengan praktiknya

b) Meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan, artinya dengan kemampuan pendidik membangun masalah yang sarat dengan konteks praktik, Siswa bisa merasakan lebih baik konteks operasinya di lapangan. c) Mendorong untuk berpikir, artinya dengan karakteristik Problem Based

Learning yang menyajikan masalah yang harus diselesaikan siswa, maka

(30)

d) Membangun kerja tim, kepemimpinan dan keterampilan sosial. Artinya dengan sistem pembelajaran Problem Based Learning yang mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil maka akan mendorong terjadinya kerjasama dan interaksi sosial diantara anggota kelomponya. Selain itu, siswa akan belajar menghargai pendapat orang lain dan mampu mempertimbangkan startegi, merumuskan dan persuasif terhadap orang lain sehingga akan mengasah jiwa kepemimpinan serta keterampilan sosial mereka

e) Membangun kecakapan belajar, artinya dengan pemberian masalah yang mengambang dan harus dirumuskan dicari jalan keluar yang relevan,maka mereka dituntut untuk mengembangkan pengetahuan dan kemampuan belajar sehingga mereka akan terbiasa untuk mengembangkan kemampuan belajar mereka secara terus-menerus. f) Memotivasi siswa. Artinya dengan Problem Based Learning kita

memiliki peluang untuk membangkitkan minat dari dalam diri siswa karena kita mencipatkan masalah dengan konteks pekerjaan. Dengan masalah yang menantang maka siswa akan merasa tertarik dan bergairah untuk meningkatkan gaya belajarnya.6

4) Langkah-Langkah Penerapan Pembelajaran Problem Based Learning

Menurut Fogarty (1997), tahapan-tahapan dalam dalam pembelajaran

problem based learning ialah sebagai berikut :7

a) Menemukan masalah b) Mendefinisikan masalah c) Mengumpulkan fakta d) Menyusun hipotesis e) Melakukan penyelidikan

f) Menyempurnakan permasalahan yang telah didefinisikan

6

M. Tufik Amir. Op.cit Hal 26-29

7

(31)

15

g) Menyimpulkan alternatif pemecahan masalah secara kolaboratif h) Melakukan pengujian hasil (solusi) pemecahan masalah

Menurut John Dewey langkah-langkah pembelajaran problem based

learning yaitu sebagai berikut8:

a) Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan

b) Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dan berbagai sudut pandang

c) Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya d) Mengumpulkandata, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan

informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah

e) Pengujian hipotesis,yaitu langkah siswa mengambuil atau merumuskan kesimpulan sesuai degan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan

f) Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan simpulan.

Menurut Johnson dan Jhonson mengemukakan ada 5 langkah problem

based learning melalui kegiatan kelompok :

a) Mendefinisikan masalah, yaitumerumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang mengandung isu konflik sehingga siswa menjadi jelas masalah apa yang akan dikaji.

b) Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah serta menganalisis berbagai faktor baik faktor yang dapat menghambat maupun faktor yang dapat mendukung dalam penyelesaian masalah

8

(32)

c) Merumuskan alternatif strategi, yaitu menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan melalui diskusi kelas.

d) Menentukan dan menerapkan strategi pilihan, yaitu mengambil keputusan tentang strategi mana yang akan dipakai

e) Melakukan evaluasi,Baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil.

Dari pendapat para Ahli di atas, Wina Sanjaya menyimpulkan langkah- langkah pembelajaran problem based learning antara lain9:

a) Menyadarai masalah, artinya implementasi problem based learning harus dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang harus dipecahkan

b) Merumuskan masalah, artinya bahan pelajaran dalam bentuk topik yang dapat dicari dari kesenjangan selanjutnya difokuskan pada masalah apa yang pantas untuk dikaji guna untuk mengetahui kejelasan dan kesamaan persepsi tentang masalah yang berkaitan.

c) Merumuskan hipotesis, dalam kegitan ini, siswa diharapkan mampu menentukan sebab akibat dari masalah yang ingin diselesaikan.

d) Mengumpulkan data, penentuan cara penyelesaian masalah sesuai dengan hipotesis yang diajukan harus sesuai dengan data yang relevan yang berdasarkan pada pengalaman bukan imajinasi.

e) Menguji hipotesis, artinya data yang sudah dikumpulkan siswa,menentukan hipotesis mana yang diterima dan mana yang ditolak dengan menelaahnya sekaligus membahasnya untuk melihat hubungan dengan masalah yang dikaji.

f) Menentukan pilihan penyelesaian, artinya pada tahapan ini siswa diharapkan mampu memilih alternatif penyelesaian yang mungkin bisa dilakukan serta dapat mempertimbangkan kemungkinan yang kan terjadi sehubungan dengan alternatif yang dipilihnya.

9

(33)

17

Menurut iif khoiru Ahmadi dkk bahwa langkah-langkah pembelajaran

problem based learning adalah sebagai berikut10:

a) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitaspemecahan masalah yang dipilih

b) Guru membantu sisa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah (menentukan topik, tugas, jadwal dan lain-lain)

c) Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, dan pemecahan masalah.

d) Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.

e) Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

Jadi, dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah model problem based learning adalah sebagai berikut :

a) Menemukan dan menyadari masalah yang harus dipecahkan b) Mendefinisikan dan merumuskan masalah

c) Merumuskan dan menentukan hipotesis d) Mengumpulkan data dan fakta

e) Menguji hipotesis

f) Menentukan alternatif pemecahan masalah g) Melakukan evaluasi baik proses maupun hasil h) Menentukan rekomendasi dan refleksi

10

(34)

5) Kriteria Pemilihan Bahan Pelajaran Dalam Metode Pembelajaran

Problem Based Learning

a) Bahan pelajaran harus mengandung isu-isu konflik yang bisa bersumber dari berita, rekaman video dan lain- lain.

b) Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa sehingga setiap siswa dapat mengikutinya dengan baik

c) Bahan yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak sehingga terasa manfaatnya.

d) Bahan yang dipilih merupakan bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa dengan kurikulu yang berlaku

e) Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga setiap siswa merasa perlu untuk mempelajarinya.11

6) Keunggulan Dan Kelemahan Metode Pembelajaran Problem Based

Learning12

Keunggulan problem based learning terletak pada perancangan masalah yang akan diberikan.Adapaun karakteristik masalah yang diberikan dalam PBL adalah sebagai berikut :

a) Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserapnya dengan baik

b) Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain c) Dapat memperoleh dari berbagai sumber

d) Masalah yang disajikan konkret sesuai dengan dunia nyata e) Dibangun dengan memperhitungkan dan mengaitkan

pengetahuansebelumnya dengan pengetahuan baru

11

Wina.Op.cit. h.216

12

(35)

19

f) Membangun pemikiran yang metakognitif dan konstruktif artinya siswa akan mencoba berefleksi sepertia apa pemikiran mereka atas suatu hal sambil menguji pemikirannya, mempertanyakannya, mengkritisi gagasannya sendiri sekaligus mengeksplor hal yang baru.

Adapun kelemahan model problem based learning yaitu :

a) Untuk siswa yang malas tujuan dari metode ersebut tidak dapat dicapai b) Membutuhkan banyak waktu dan dana

c) Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini.

2. Keterampilan Berpikir Kritis a. Pengertian Berpikir Kritis

Vincent Ruggiero (1998) menyatakan bahwa Berpikir merupakan kegiatan atau aktivitas mental yang membantu merumuskan atau memecahkan masalah, membuat keputusan atau memenuhi keinginan untuk memahami, mencari jawaban terhadap sebuah pencapaian makna. Melalui proses berpikir, berarti prosespencarian jawaban atas pemecahan masalah yang sedang dihadapi akan memberikan pengaruh yang sangat mendalam terhadap keputusan-keputusan yang akan diambil karena dalam prosesnya, berpikir tidak hanya melibatkan aspek psikologis semata namun melibatkan segenap aspek psikologis lain seperti perasaan, instink, logika dan akal guna mendukung proses pencapaian pemecahan masalah tersebut sehingga dengan adanya proses berpikir tersebut akan memberikan makna mendalam bagi pengambilan keputusan.

(36)

dianugerahi oleh Allah memiliki kedua keterampilan berpikir tersebut, hal itu terbukti dengan kemampuan manusia untuk memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi dengan terlebih dahulu memikirkan langkah sistematis tentang pemecahan masalah yang dihadapi dengan mempertimbangkan segala akibat yang akan ditimbulkan dari langkah yang akan diambil. Semua langkah pemecahan masalah tersebut senantiasa akan melibatkan struktur logika, mental dan akal untuk mencapai sebuah pencapaian tujuan yang dicita-citakan meskipun tidak sedikit dari kita yang kurang mampu untuk mengembangkan dan mengeksplorasi keterampilan itu menjadi sebuah keterampilan dan kebutuhan yang harus dimiliki oleh setiap individu.

“Critical thinking is one of the important elements of scientific thinking.

Critical thinking is active and organized mental process that realize our own thinking as considering the others thinking out of us, practice what we have learned, aim to understand events, circumstances in our environment. There are five basic characteristics of critical thinking. The first one is that critical thinking requires to be active, the other one is that critical thinking requires to be independent, another one is that critical thinking requires to be open-mindedness to new ideas, more over critical thinking requires to consider the proofs and reasons advocating the thinking, the last one is that critical thinking

requires the organization (Özden, 2003, pp. 158)”.13 Berpikir kritis adalah

salah satu elemen penting dari berpikir sains. Berpikir kritis adalah proses mental yang aktif dan terorganisasi yang merealisasikan pikiran sebagai pertimbangan dari pikiran – pikiran kita.

13

Ali Azar. The Effect of Critical Thinking Dispositions on Students Achievement in Selection and Placement Exam for University in Turkey. Turki : Assoc. Prof. Dr., Zonguldak

Karaelmas University, Ereğli Education Faculty, Dept. of Sec. Sci. and Math. Education, Zonguldak.

(37)

21

Menurut R.H. Ennis (1991) berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Menurut Elaine B. Johnson bahwa berpikir kritis adalah sebuah proses sistematis yang memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengevaluasi keyakinan dan pendapat mereka sendiri. Selain itu, dia berpendapat bahwa berpikir kritis adalah sebuah proses terorganisasi yang memungkinkan siswa mengevaluasi bukti, asumsi, logika dan bahasa yang mendasari pernyataan orang lain14. Dalam mengambil sebuah keputusan, Orang yang memiliki keterampilan berpikir kritis selalu melibatkan logika dan akal sehat dalam memberikan asumsi dan pendapat dalam pengambilan keputusan. Dalam arti, mereka tidak terburu-buru untuk mengambil keputusan yang ceroboh dan tidak mudah percaya begitu saja percaya sepenuhnya terhadap asumsi atau pendapat orang lain. Mereka senantiasa akan mempertimbangkan dan mengevaluasi asumsi-asumsi yang ada secara mendalam yang di dukung oleh fakta dan data yang akurat guna mencapai hasil keputusan yang diinginkan.

Sasmita mengatakan bahwa berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpikir secara logis, reflektif dan produktif yang diaplikasikan dalam menilai situasi untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang baik. Selain itu, berpikir kritis diartikan sebagai merefleksikan permasalahan secara mendalam, mempertahankan pikiran agar tetap terbuka bagi berbagai pendekatan dan perspektif yang berbeda, tidak mempercayai begitu saja informasi-infomasi yang datang dari berbagai sumber serta berpikir secara reflektif daripada hanya

14

(38)

menerima ide-ide dari luar tanpa adanya pemahaman dan evaluasi yang signifikan15.

Jadi, dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis merupakan kemampuan berpikir secara logis, reflektif, produktif, sistematis, terorganisasi dan beralasan yang memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengevaluasi keyakinan dan pendapat mereka sendiri terhadap bukti, asumsi, logika dan bahasa yang mendasari pernyataan orang lain serta mampu untuk merefleksikan permasalahan secara mendalam, mempertahankan pikiran agar tetap terbuka bagi berbagai pendekatan dan perspektif yang berbeda.

b. Tujuan Berpikir Kritis

Adapun tujuan dari berpikir kritisadalah untuk mencapai pemahaman yang mendalam dan mejauhkan seseorang dari keputusan yang keliru dan tergesa-gesa sehingga tidak dapat dipertanggungjawabkan. Sedangkan menurut John Chaffee (1994) mendefinisikan berpikir kritis sebagai berpikir untuk menyelidiki secara sistematis proses berpikir itu sendiri. Maksudnya ialah dalam proses berpikir seseorang tidakk hanya memikirkan dengan sengaja tetapi juga dengan meneliti bagaimana kita dan orang lain menggunakan bukti dan logika.16

c. Indikator Keterampilan Berpikir Kritis

Menurut Ennis yang dikutip oleh Arief Ahmad,Terdapat dua belas indikator berpikir kritisyang dikelompokkan dalam lima kelompok keterampilan berpikir yaitu :17

1) Memberikan penjelasan sederhana yang meliputi

15

.Desmita.psikologi perkembangan peserta didik,Panduan bagi orang tua dan guru dalam memahami psikologi anak usia SD,SMPdan SMA.Bandung:PT Remaja Rosdakarya.2010 . Cetakan kedua.h,153

16

Johnson, Elaine B.loc.cit 17

(39)

23

a) Memfokuskan pertanyaan b) Menganalisis pertanyaan

c) Bertanya dan menjawab pertanyaan tentang penjelasan atau tantangan

2) Membangun keterampilan dasar yang meliputi :

a) Mempertimbangkan kriteria dan keabsahan informasi b) Mengamati dan mempertimbangka laporan hasil observasi 3) Menyimpulkan yang meliputi

a) Mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi b) Menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi c) Membuat dan menentukan hasil pertimbangan 4) Memberikan penjelasan lanjut yang meliputi ;

a) Mendefinisikan istilah dan definisi pertimbangan b) Mengidetifikasi asumsi

5) Mengatur strategi dan taktik yang meliputi : a) Menentukan tindakan

b) Berinteraksi dengan orang lain.

Pierce and associate(dalam dacey dan Kenny 1997) mengemukakan karakteristik keterampilan berpikir kritis sebagai berikut:18

a. Mampu menarik kesimpulan dari pengamatan b. Mampu mengidentifikasi asumsi

c. Mampu untuk berpikir secara deduktif

d. Mampu untuk membuat interpretasi yang logis

e. Mampu untuk mengevaluasi argumentasi mana yang lemah dan mana yang kuat.

18

(40)

3. Hubungan Antara Model Problem Based Learning Dengan Keterampilan Berpikir Kritis

Model Problem Based Learning erat kaitannya dengan karakteristik kemampuan berpikir kritis. Model PBL lebih menekankan pada usaha penyelesaian masalah melalui kegiatan penyelidikan. Kegiatan penyelidikan peserta didik ini tentunya membutuhkan informasi dari segala sumber. Keterampilan mengolah informasi merupakan salah satu ciri dari kemampuan berpikir kritis. hubungan antara model problem based learning dengan keterampilan berpikir kritis siswa dapat dilihat pada bagan di bawah ini: 19

Bagan 2. 1 Hubungan Antara Model PBL Dengan Keterampilan Berpikir Kritis

19

Devi Diyas Sari. Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Untuk

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Pada Pembelajaran Ipa

Kelas Viii Smp Negeri 5 Sleman.Yogyakarta : 2012. H. 21 (http: // eprints. uny.ac.i d/9174/

10/10%20BAB%20I%20-%20V.pdf) diakses pada tanggal 18 April 2014

Problem based learning

Keterampilan penyelidikan dan

pemecahan masalah

Keterampila n belajar mengolah informasi

(41)

25

PBL is often theorized to promote students’ higher order thinking skills,

especially reasoning skill. In this context, knowledge acquisition becomes one

of the prerequisites in developing students’ critical thinking ability. knowledge

and working memory play major roles in the acquisition of complex cognitive skills. This is particularly true because knowledge is operational and working within a social and attitudinal environment. critical thinking ability is possibly nurtured by PBL, through the process of problem solving, particularly within

group brainstorming sessions (O’Grady and Alwis, 2002; Wee, 2004). During these sessions, students critically consider one best possible solution for the problem at hand. The process is mediated by a facilitator, who is responsible for probing their meta-cognitive thinking, in making any decision (Wee, 2004). It is believed that probing questions may engage students in a systematic

cognitive process that promotes the development of the students’ reasoning

ability. 20

PBL sering dikenal dengan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Dalam konteks ini, pengetahuan diperkenalkan menjadi salah satu syarat mutlak dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Pengetahuan dan kerja memori memainkan peran penting dalam mengenalkan keterampilan kognitif yang kompleks. Kemampuan berpikir kritis siswa bisa dilatih menggunakan model pembelajaran PBL. Karena dengan pemberian masalah dalam pembelajaran PBL, siswa akan melakukan proses pemecahan masalah tersebut terutama dalam segi pemecahan masalah kelompok. Dalam hal ini, siswa akan dengan kritis memikirkan dan mempertimbangkan salah satu solusi terbaik terhadap masalah yang dihadapi.

20

(42)

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang penulis lakukan diantaranya ialah sebagai berikut :

1. penelitian yang dilakukan oleh Neni fitriawati pada tahun 2010. Dengan judul

skripsinya“Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata

Pelajaran IPS Terpadu kelas VIII Di MTsN Selorejo Blitar”.Skripsi pada Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial,Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Penelitian nya menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitianPenelitian Tindakan Kelas (PTK) model Kurt Lewin dengan 3 (tiga) siklus.Teknikpengumpulan data yang digunakan adalah observasi, evaluasi hasil belajar, wawancara, dokumentasi dan angket.Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa penerapanmodel pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikirkritis siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu kelas VIII di MTsN Selorejo Blitar.21

2. I Ketut Reta pada tahun 2012 dengan judul skripsinya Pengaruh Model

Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Keterampilan Berpikir kritis

ditinjau dari gaya kognitif siswa sma negeri 1 gianyar. Artikel pada program

studi pendidikan IPA Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha. Gianyar- Bali. Penelitian tersebut merupakan penelitian kuasi eksperimen pada siswa kelas X SMAN 1 Gianyar tahun pelajaran 2011/2012. Rancangan

21

Neni, fitriawati.Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu kelas VIII Di MTsN Selorejo Blitar.Malang: Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial,Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik IbrahimMalang.2010..http://scholar.google.com/scholar?start=10&q=jurnal+ilmiah+pengaruh+m odel+/+metode+pbl+terhadap+keterampilan+berpikir+kritis+siswa&hl=id&as_sdt=0,5&as_vis=1

(43)

27

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah non equivalent

pretest-posttest control group design. Data penelitian ini dianalisis dengan analisis

statistik ANAVA faktorial 2 x 2. Uji lanjut dari ANAVA faktorial 2 x 2 dilakukan dengan Uji t- terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan berpikir kritis antara kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran berbasis masalah dan kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional.22

3. Zalia Muspita, I. W. Lasmawan, Sariyasa.2013 dengan judul skripsinya.

Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Kemampuan Berfikir Kritis, Motivasi Belajar, dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas VII SMPN

1 Aikmel. Jurnal. Singaraja Bali. Program Studi Pendidikan Dasar Program

Studi Pendidikan Dasar, Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesa. Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis Manova dan uji t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, Terdapat pengaruh penerapan model pembelajaarn berbasis masalah terhadap kemampuan berfikir kritis siswa kelas VII SMPN Terdapat pengaruh secara simultan penerapan model pembelajaarn berbasis masalah terhadap kemampuan berfikir kritis siswa.23

22

I Ketut Reta.Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Ditinjau Dari Gaya Kognitif Siswa.Program Studi Pendidikan IPA Program PascasarjanaUniversitas Pendidikan Ganesha. 2012 .http://scholar. google. com/ scholar ?start=10&q=jurnal+ilmiah+pengaruh+model+/+metode+pbl+terhadap+keterampilan+berpikir+k ritis+siswa&hl=id&as_sdt=0,5&as_vis=1diakses pada tanggal 22 januari 2014

23

(44)

C. Kerangka Berpikir

Model Problem-Based Learning merupakan suatu model pembelajaran dengan menghadapkan siswa pada permasalahan-permasalahan praktis sebagai pijakan dalam belajar atau dengan kata lain siswa belajar melalui permasalahan-permasalahan.

Menurut Elaine B. Johnson bahwa berpikir kritis adalah sebuah proses sistematis yang memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengevaluasi keyakinan dan pendapat mereka sendiri. Selain itu, dia berpendapat bahwa berpikir kritis adalah sebuah proses terorganisasi yang memungkinkan siswa mengevaluasi bukti, asumsi, logika dan bahasa yang mendasari pernyataan orang lain24. Dalam mengambil sebuah keputusan, Orang yang memiliki keterampilan berpikir kritis selalu melibatkan logika dan akal sehat dalam memberikan asumsi dan pendapat dalam pengambilan keputusan. Dalam arti, mereka tidak terburu-buru untuk mengambil keputusan yang ceroboh dan tidak mudah percaya begitu saja percaya sepenuhnya terhadap asumsi atau pendapat orang lain.

Model Problem Based Learning erat kaitannya dengan karakteristik kemampuan berpikir kritis. Model PBL lebih menekankan pada usaha penyelesaian masalah melalui kegiatan penyelidikan. Kegiatan penyelidikan peserta didik ini tentunya membutuhkan informasi dari segala sumber. Keterampilan mengolah informasi merupakan salah satu ciri dari kemampuan berpikir krits. 25 jika siswa diberikan pembelajaran dengan menggunakan model problem based learning maka, keterampilan berpikir kritis siswa akan meningkat. Jadi, diduga terdapat pengaruh positif model problem based learning terhadap keterampilan berpikir kritis siswa.

Untuk lebih jelasnya kerangka berpikir penelitian ini tergambar dalam bagan berikut ini:

24

Johnson, Elaine B. CTL (contextual teaching and learning)menjadikan kegiatan belajar mengajar nmengasikan dan bermakna. (Bandung : Kaifa.2012), cetakan ke IV hlm.185-187

25

Devi Diyas Sari. Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Untuk

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Pada Pembelajaran Ipa

Kelas Viii Smp Negeri 5 Sleman.Yogyakarta : 2012. H. 21 (http: // eprints. uny.ac.i d/9174/

(45)

29

Gambar 2.2 Bagan kerangka berpikir model problem based learning terhadap keterampilan berpikir kritis siswa.

D. Hipotesis Penelitian

Dari literature-literatur yang penulis dapatkan serta merujuk pada pernyataan- pernyataan di atas, penulis memberikan rumusan hipotesis sebagai berikut :

= Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran based learning terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV SDN 1 Sajira pada mata pelajaran IPA konsep ekosistem

Rendahnya keterampilan berpikir kritis siswa

Diberikan pembelajaran menggunakan model problem based learning

Dengan masalah yang diberikan, siswa akan mampu

mengolah informasi Dengan masalah yang diberikan, siswa

akan terampil melakukan penyelidikan dan memrecahkan masalah )

[image:45.612.111.523.96.538.2]
(46)
(47)

31

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SDN I Sajira yang berlokasi di Jalan Cipanas, kecamatan Sajira, kabupaten Lebak Provinsi Banten. Alasan penulis memilih SDN I Sajira karena sekolah tersebut dianggap representatif dan memiliki karakteristik sampel yang sesuai dengan penelitian yang penulis lakukan. Adapun waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Maret-juni 2013.

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang peneliti gunakan ialah metode penelitian quasi

experiment (eksperimen semu) yaitu metode yang tidak memungkinkan peneliti

untuk melakukan pengontrolan penuh terhadap variabel kondisi eksperimen. Dalam penelitian ini, peneliti ikut berpartisipasi langsung dalam proses penelitian dengan mengajar mata pelajaran IPA dengan metode problem based learning. Adapun desain penelitian yang digunakan ialah desain penelitian control group

pretest-posttest design. Untuk lebih jelasnya rancangan penelitian tersebut

dinyatakan dalam tabel berikut :1

Tabel3.1 Desain Penelitian

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen OІ XІ OЇ

Kontrol OІ XЇ OЇ

Keterangan :

1

(48)

OІ = tes awal (pretest) kelas eksperimen dan control

OЇ = tes akhir ( postest) kelas eksperimen dan control

XІ = perlakuan dengan menggunakan model problem based learning

XЇ = perlakuan dengan model konvensional

Dalam desain ini, baik kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen dikenakan OІ dan OЇ, tetapi hanya kelompok eksperimen saja yang mendapatkan perlakuan X. pengaruh perllakuan X diamati dalam situasi yang lebih terkontrol yaitu dengan membandingkan selisih (OІ - OЇ pada kelompok eksperimen dengan selisih OІ - OЇ pada kelompok kontrol.

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SDN I Sajira, kecamatan Sajira kabupaten Lebak - Banten. Tekhnik pengambilan sampel yang peneliti gunakan ialah tekhnik rancangan sampel nonprobabilitas (nonprobability

sampling design) yaitu pengambilan sampel yang tidak memberikan kesempatan

yang sama kepada anggota populasi untuk dijadikan sampel penelitian karena sifatnya yang heterogen. Adapun tekhnik yang digunakan ialah tekhnik purposive

sampling yaitu suatu cara pengambilan sampel yang berdasarkan pada

pertimbangan dan atau tujuan tertentu serta berdarkan ciri-ciri atau sifat tertentu yang sudah diketahui sebelumnya.2 Sedangkan sampel dalam penelitian ini ialah siswa SDN I Sajira kecamatan Sajira kabupaten Lebak - Banten tahun ajaran 2012/2013 kelas IVA sebagai kelas eksperimen dan kelas IVB sebagai kelas kontrol.

2Ibid.

(49)

33

D. Tekhnik Pengumpulan Data

Data (jamak dari kata datum) adalah bahan keterangan tentang sesuatu objek penelitian yang diperoleh di lokasi penelitian3. Berangkat dari konsep tersebut, maka yang paling banyak disinggung dalam penelitian adalah data penelitian baik itu jenisnya maupun tekhnik memperolehnya. Untuk memperoleh data yang dibutuhkan, maka diperlukan sebuah alat yang dapat digunakan untuk mendapatkan data tersebut yaitu dengan menggunakan instrumen. Adapun tekhnik pengumpulan data yang peneliti gunakan ialah tes berupa uraian terbuka (bebas) dimana siswa diberikan kebebasan untuk menjawab soal dengan cara dan sistematika sendiri yang akan diberikan untuk pretest dan posttest 4.

E. InstrumenPenelitian

Instrumen yang peneliti gunakan ialah tes uraian terbuka (uraian bebas) dimana dengan instrumen ini, siswa diminta untuk mengisi dan menjawab tes yang diberikan berupa masalah aktual atau peristiwa nyata yang terjadi untuk mencari solusi atas permasalahan yang diberikan dengan terlebih dahulu mengidentifikasi penyebab mengapa masalah itu bisa terjadi kemudian siswa diminta untuk mengungkapkan alasan-alasan siswa mengenai jawaban yang mereka berikan sesuai dengan pengetahuan yang mereka miliki. Adapun konten dari tes yang akan diberikan disesuaikan dengan kompetensi dan pokok bahasan yang relevan sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan untuk memudahkan peneliti dalam melakukan penilaian, maka peneliti menyusun dan menggunakan kisi-kisi indikator soal dan pedoman atau kriteria penskoran dalam memberikan penilaian terhadap jawaban siswa.

3

Burhan bungin .metodologi penelitian kuantitatif, ekonomi,komunikasi dan kebijakan public serta ilmu-ilmu social lainnya.jakarta : Kencana. 2010.Edisi I cetakan kelim. h.119 - 122

4

(50)

Untuk membandingkan hasil tes setelah (posttest) dan sebelum (pretest) perlakuan yang diberikan terhadap kedua kelompok sampel, peneliti memberikan

pretest dan posttest menggunakan instrumen soal yang telah disusun.

F. Uji Coba Instrumen

Sebelum instrumen disebarkan kepada sampel, instrumen penelitian diuji cobakan terlebih dahulu kepada anggota populasi yang tidak termasuk sampel penelitian guna menguji validitas instrumen baik validitas konstruksi maupun validitas konten. Untuk menguji validitas konstruk peneliti meminta pendapat para ahli tentang instrumen yang disusun guna melakukan perbaikan terhadap instrumen yang dalam hal ini, peneliti berkonsultasi kepada dosen pembimbing dan dua orang guru kelas IV sekolah dasar (SD). Sedangkan validitas konten dilakukan dengan cara menyusun instrumen tersebut dengan bersumber pada kurikulum yang berlaku (kompetensi dasar pada pokok bahasan). Selain itu peneliti juga melakukan reabilitas instrumen, daya pembeda dan taraf kesukaran tes. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:5

1. Validitas

Rumus yang digunakan untuk menentukan validitas butir soal adalah dengan menggunakan rumus korelasi perbedaan peringkat (rank differences correlation), yaitu:

dimana:

r = koefisien korelasi yang dicari 1 dan 6 = angka tetap

D = perbedaan antara dua peringkat (rank)

N = jumlah sampel

5

(51)

35

Perlu diketahui bahwa koefisien korelasi dinotasikan dengan “r”. Besarnya

koefisien korelasi tidak akan lebih kecil atau sama dengan -1.00 atau tidak akan lebih besar atau sama dengan + 1.00. Hal ini dapat dinyatakan dengan:

-1.00 ≤ r≤ +1.00

r = + 1.00, korelasi sempurna positif r = - 1.00, korelasi negatif

2. Reliabilitas

Untuk mengukur reliabilitas instrumen, maka peneliti menggunakan rumus

alpha cronbach dengan rumus :

(1 -

)

Keterangan ;

3. Taraf Kesukaran

Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal yang akan diberikan, Peneliti terlebih dahulu melakukan uji kesukaran terhadap soal yang akan diberikan dengan menggunakan rumus :

dimana:

TK = indeks tingkat kesukaran

(52)

Interprestasi mengenai tingkat kesukaran yang diperoleh digunakan tabel klasifikasi dibawah ini:

Tabel 3.2 Klasifikasi Indeks Kesukaran Soal Taraf Kesukaran Klasifikasi

0.00 soal sangat sukar

0.01 - 0.39 Sukar

0.40 - 0,80 Sedang / baik

0,81- 0,99 Mudah

1,00 Sangat mudah

4. Daya Pembeda

Untuk megetahui kemampuan soal dalam mengukur dan membedakan kemampuan siswa yang pandai dan siswa yang kurang pandai, peneliti melakukan pengujian terhadap daya pembeda soal dengan menggunakan rumus di bawah ini :

dimana:

DB = daya pembeda

U = jumlah peserta kelompok atas yang menjawab benar L = jumlah peserta kelompok bawah yang menjawab benar Nup = jumlah peserta siswa upper atau lower6

Dengan klasifikasi daya pembeda sebagai berikut:

6

[image:52.612.123.524.161.618.2]
(53)
[image:53.612.143.530.135.549.2]

37

Tabel 3.3 Klasifikasi Daya Pembeda

Daya Pembeda Klasifikasi 0.70 – 1,00 Baik sekali 0.40 – 0.69 Baik 0.20 – 0.39 Cukup 0.00 – 0,19 Jelek -1,00 – 0,00 Jelek sekali

Adapun tekhnik yang digunakan peneliti untuk menguji validitas, reliabilitas, daya beda soal dan taraf kesukaran soal, peneliti menggunakan ANATES. Penggunaan tekhnik ANATES digunakan untuk menguji kevaiditasan instrumen yang digunakan sebelum instrumen tersebut digunakan dan diberikan kepada sampel baik kelas kontrol maupun klas eksperimen untuk menguji kemampuan berpikir kritis mereka baik pada postes maupun pretes. Dari hasil uji validitas tersebut, diperoleh sepuluh butir soal yang dinyatakan valid dan mewakili tiap-tiap indikator dari jumlah keseluruhan soal yang diberikan yaitu berumlah 20 soal yang dibuat berdasarkan konsep/materi dan indikator kemampuan berpikir kritis yang diuji. Adapun soal yang valid tersebut ialah soal nomor 8, 9, 10, 11, 13, 16, 17, 18, 19, dan 20 dengan taraf kesukaran sedang. Kesepuluh soal yang dinyatakan valid tersebut kemudian digunakan seluruhnya ketika penelitian baik pada pretes maupun postes guna mengukur dan membedakan keterampilan berpikir kritis siswa kelas kontrol yang tidak diberikan treatment dengan kelas eksperimen yang diberikan

treatment atau perlakuan berupa model problem based learning. Adapun

(54)

Tabel 3.4 rekapitulasi uji validitas instrumen No Korelasi Tingkat

kesukaran

Tafsiran signifikansi Keteran gan

1. 0,077 Sedang

Gambar

Tabel
Gambar
Gambar 2.2 Bagan kerangka berpikir model problem based learning
Tabel 3.2 Klasifikasi Indeks Kesukaran Soal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : efek model Problem Based Learning dengan macromedia flash terhadap keterampilan pemecahan masalah autentik siswa, untuk mengetahui

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan keterampilan pemecahan masalah fisika siswa pada model pembelajaran problem based learning dan pembelajaran

Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Pembelajaran dengan menggunakan inkuiri, mengumpulkan data

Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan data dan informasi yang sesuai dari berbagai referensi atau sumber, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah

Masalah yang diberikan berfungsi sebagai stimulus (motivator) untuk mengaktifkan siswa dalam belajar. b) proses pembelajaran berpusat pada siswa dan memberikan

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan karunianya, tugas akhir dalam rangka untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar

Penelitian ini merupakan penelitian pemecahan masalah ( problem solving) yang difokuskan pada pembelajaran eksperimen pada konsep gerak harmonik dengan tujuan

Proses pembelajaran untuk kelas kontrol berbeda dengan kelas eksperimen, pada kelas eksperimen proses pembelajarannya dilakukan sesuai dengan langkah-langkah yang