• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH FISIKA SISWA SMK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH FISIKA SISWA SMK."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

TERHADAP KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH FISIKA SISWA SMK

T E S I S

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

MUHAMMAD ZUNANDA NIM. 8136176025

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

i

ABSTRAK

MUHAMMAD ZUNANDA (NIM: 8136176025). Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Dan Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Keterampilan Pemecahan Masalah Fisika Siswa SMK. Tesis. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan keterampilan pemecahan masalah fisika siswa pada model pembelajaran problem based learning dan pembelajaran konvensional, perbedaan keterampilan pemecahan masalah fisika siswa antara siswa yang memiliki kemampuan berpikir di atas rata-rata dan siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis di bawah rata-rata, serta interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan berpikir kritis dalam mempengaruhi keterampilan pemecahan masalah fisika siswa.

Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling sebanyak dua kelas, dimana kelas pertama diajarkan dengan model pembelajaran berbasis masalah dan kelas kedua dengan pembelajaran konvensional. Instrumen yang digunakan terdiri dari tes keterampilan pemecahan masalah dan tes kemampuan berpikir kritis. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan anava dua jalur.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan pemecahan masalah fisika siswa yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, keterampilan pemecahan masalah fisika siswa dengan kemampuan berpikir kritis di atas rata-rata menunjukkan perbedaan dan hasil yang lebih baik dari pada siswa dengan kemampuan berpikir kritis di bawah rata-rata, serta terdapat interaksi antara model pembelajaran berbasis masalah dan kemampuan berpikir kritis dalam mempengaruhi keterampilan pemecahan masalah fisika siswa.

(6)

ii

ABSTRACT

MUHAMMAD ZUNANDA (NIM: 8136176025). The Effect of Problem Based Learning Model and Critical Thingking on Student’s Problem Solving Skills of Physic In Vocational School . Thesis. Medan: Post Graduate Program, State University of Medan, 2015.

The aims of this research were to analyze the differences of student’s problem solving skills by using problem based learning model and conventional learning, the differences of student’s problem solving skills who had under average and above average category in critical thingking, and the interaction between learning model and the level of critical thingking in influencing student’s problem solving skills.

This research was a quasi-experimental research. The sample in this research was conducted by cluster random sampling of two classes, which the first class, as experiment class, was taught with Problem Based Learning Model, as a control class, with Conventional Learning. The research instrument consisted of problem solving skills test and critical thingking test. Data in this research was analyzed by using two way Anova.

The results of the research showed that the student of physic’s problem solving skills using problem based learning model was differ and show better results than the conventional learning, the physics problem solving skills of the students who had above average category in critical thingking was differ and show better results than under average category, and there was interaction between problem based learning model and the level of critical thingking in influencing student of physic’s problem solving skills.

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah swt, Tuhan Yang Maha

Esa, yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan tesis dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis

Masalah (Problem Based Learning) dan Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap

Keterampulan Pemecahan Masalah Fisika Siswa SMK” dapat diselesaikan

dengan baik dan tepat pada waktunya. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi

persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi

Pendidikan Fisika di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Alhamdulillah dalam penyusunan tesis ini, penulis banyak mendapat

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak

langsung dalam menentukan judul, penyusunan proposal hingga menjadi sebuah

tesis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan tesis ini, yaitu

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur Program

Pascasarjana UNIMED;

2. Bapak Prof. Dr. H. Sahyar, M.S., M.M selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Fisika Pascasarjana UNIMED sekaligus narasumber I dan

Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si selaku Sekretaris Program Studi

Pendidikan Fisika Pascasarjana UNIMED sekaligus narasumber III,

(8)

iv

serta arahan yang kritis, baik selama kegiatan perkuliahan, maupun dalam

rangka perbaikan dan penyempurnaan tesis ini;

3. Terkhusus pada Ibu Dr. Derlina, M.Si, dan Bapak Dr. Karya Sinulingga,

M.Si. selaku dosen pembimbing tesis yang telah mendampingi,

membimbing, serta memotivasi penulis dalam sejak awal hingga

selesainya tesis ini dengan baik sesuai yang diharapkan;

4. Bapak Prof. Marabangun Harahap, M.S sebagai narasumber II dalam

penyusunan tesis ini yang telah memberikan saran dan masukan yang

membangun demi penyempurnaan tesis ini;

5. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Fisika PPs Unimed yang telah

memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan

berlangsung;

6. Teristimewa penulis ucapkan pada Ayahanda Solahuddin dan Ibunda

Lelawati, yang telah secara terus menerus memberikan motivasi, doa, serta

kasih sayang yang tak pernah henti, serta Afriandi, Muliza Silfia, Ahmad

Fauzi yang penulis banggakan yang senantiasa memberikan motivasi dan

doa kepada penulis dalam menyelesaikan studi di Unimed hingga

selesainya tesis ini;

7. Kepala Sekolah dan Staf Guru di SMK Dharma Analitika yang telah

memberikan ijin dalam memberikan waktu, kesempatan dan izin kepada

penulis untuk melakukan penelitian;

8. Teman-teman seperjuangan angkatan IV Prodi Magister Pendidikan Fisika

yang juga telah memberikan semangat, motivasi, ruang, serta waktu

(9)

v

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih belum sempurna, oleh

karena itu masukan dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan

demi kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi penelitian

selanjutnya serta bermanfaat dalam menambah pengetahuan dunia pendidikan.

Medan, 02 Juni 2015

Penulis

(10)

vi

1.2. Identifikasi masalah 10

1.3. Batasan masalah 11

2.1.2. Model Pembelajaran PBL (Problem Based Learning) 16 2.1.2.1. Pengertian PBL (Problem Based Learning) 16 2.1.2.2. Karakteristik Problem Based Learning 16 2.1.2.3. Sintaks Pembelajaran PBL (Problem based learning) 18 2.1.2.4. Sistem Penilaian Problem Based Learning 20

2.1.2.5. Dampak Instruksional PBL 21

2.1.3. Teori yang Mendukung Pembelajaran Berbasis Masalah 22 2.1.3.1. Dewey dan Kelas Berorientasi Masalah 22

2.1.3.2. Teori Belajar Vygotsky 23

2.1.3.3. Teori Belajar Konstruktivis 24

2.1.4. Model Pembelajaran Konvensional 25

2.1.5. Keterampilan Pemecahan Masalah (Problem Solving) 27

2.1.6. Kemampuan Berpikir Kritis 32

2.1.7. Penelitian Yang Relevan 41

2.2. Kerangka Konseptual 48

2.2.1. Perbedaan keterampilan pemecahan masalah fisika siswa menggunakan model pembelajaran problem based learning

dengan model pembelajaran konvensional 48

2.2.2. Perbedaan keterampilan pemecahan masalah fisika siswa pada kelompok siswa dengan kemampuan berpikir kritis di atas rata-rata dan kelompok siswa dengan kemampuan berpikir kritis di bawah rata-rata 49 2.2.3. Interaksi antara model pembelajaran problem based learning dan

model pembelajaran konvensional dengan kemampuan berpikir kritis terhadap keterampilan pemecahan masalah fisika siswa 50

(11)

vii BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 53

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian 53

3.2.1. Populasi Penelitian 53

3.2.2. Sampel Penelitian 53

3.7. Teknik Analisis Data 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil penelitian 69

4.1.1. Hasil Pretes Keterampilan Pemecahan Masalah 69 4.1.2. Hasil Postes Keterampilan Pemecahan Masalah 73 4.1.3. Hasil Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis 74

4.1.4. Analisis Hasil Penelitian 75

4.1.4.1. Analisis Data Postes Keterampilan Pemecahan Masalah 75 4.1.4.2. Analisis Data Keterampilan Pemecahan Masalah

Berdasarkan Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis 76

4.1.5. Pengujian Hipotesis 79

4.2. Pembahasan 89

4.2.1. Perbedaan keterampilan pemecahan masalah fisika siswa menggunakan model pembelajaran problem based learning

dengan model konvensional 89

4.2.2. Perbedaan keterampilan pemecahan masalah fisika siswa pada kelompok siswa dengan kemampuan berpikir kritis di atas rata-rata dan kelompok siswa dengan kemampuan berpikir kritis di bawah

rata-rata 92

4.2.3. Interaksi antara model membelajaran problem based learning dan model pembelajaran konvensional dengan kemampuan berpikir

kritis terhadap keterampilan pemecahan masalah fisika siswa 94

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 96

5.2. Saran 97

(12)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Sintaks Model Problem Based Learning (PBL) 19 Tabel 2.2. Aspek kemampuan berpikir kritis menurut Ennis 35 Tabel 2.3. Jurnal-jurnal penelitian problem based learning 41

Tabel 3.1. Rancangan Penelitian 54

Tabel 3.2. Desain Penelitian ANAVA 55

Tabel 3.3. Tabel Spesifikasi Tes Keterampilan Pemecahan Masalah 56 Tabel 3.4. Spesifikasi Kemampuan Berpikir Kritis 58 Tabel.3.5. Kesimpulan validitas ramalan instrumen penelitian 63 Tabel 4.1. Deskripsi Data Pretes Keterampilan Pemecahan Masalah 69

Tabel 4.2. Uji Normalitas Data Pretes 70

Tabel 4.3. Uji Homogenitas Data Pretes 71

Tabel 4.4. Uji Kesamaan Kemampuan awal KPM kelas Eksperimen dan

kelas Kontrol 72

Tabel 4.5. Data Postes Keterampilan pemecahan masalah 73 Tabel 4.6. Data Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Gabungan Kelas

Eksperimen dan Kontrol 74

Tabel 4.7. Pembagian Kelompok Kemampuan Berpikir Kritis Tinggi

dan Rendah 75

Tabel 4.8. Pengelompokan Nilai Keterampilan Pemecahan Masalah

Berdasarkan Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Siswa 77 Tabel 4.9. Desain Faktorial Rata-Rata 2 x 2 Anava 79

Tabel 4.10. Data Faktor antar Subjek 80

Tabel 4.11. Uji Homogenitas antar kelompok 80

Tabel 4.12. Hasil Uji Anava Dua Jalur 81

(13)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1. Hasil yang Diperoleh Pelajar dari Problem BasedLearning 22

Gambar 3.1. Skema Rancangan Penelitian 65

Gambar 4.1. Histogram Distribusi Normal Kelas Eksperimen 70 Gambar 4.2. Histogram Distribusi Normal Kelas Kontrol 71 Gambar 4.3. Diagram Pretes-Postes kelas Ekspermen dan Kontrol 76 Gambar 4.4. Diagram Data Keterampilan Pemecahan Masalah Siswa

Berdasarkan Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis 78 Gambar 4.5. Interaksi Antara Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)

dan Pembelajaran Konvensional dengan Kemampuan

Berpikir Kritis 84

Gambar 4.6. Hubungan antara Nilai Keterampilan Pemecahan Masalah Terhadap Model Pembelajaran Konvensional dan PBL 90 Gambar 4.7. Hubungan Perbedaan Keterampilan Pemecahan Masalah

(KPM) dengan Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Kelas

(14)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 101

Lampiran 2. Bahan Ajar 126

Lampiran 3. Lembar Kerja Siswa (LKS) 136

Lampiran 4. Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) 142 Lampiran 5. Tabel Kisi-Kisi Tes Kemampuan Berpikir Kritis 152 Lampiran 6. Tabel Kisi-kisi Tes Keterampilan Pememcahan Masalah 156

Lampiran 7. Laporan Uji Tabel Instrumen 161

Lampiran 8. Tabulasi Data Berpikir Kritis 163

Lampiran 9. Tabulasi Data Pretes 165

Lampiran 10. Tabulasi Data Postes 167

Lampiran 11. Tabulasi Lembar Observasi 169

Lampiran 12. Deskripsi Statistik Perhitungan Data Pretes dan Postes 170

(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan adalah suatu proses belajar mengajar yang berlangsung

secara efektif dan efisien, secara terbuka dan bertanggung jawab yang

disampaikan melalui kegiatan formal dan nonformal antara guru dan siswa.

Tumbuh kembang suatu negara, tidak ubah dari peranan pendidikan dalam

membangun sumber daya manusia yang unggul dan berdaya saing kelas tinggi

dalam dunia pendidikan. Melalui pendidikan, peradaban pengetahuan yang

unggul, maju, berteknologi, serta berdaya saing ekonomi kelas dunia dapat

dibangun dengan baik.

Pendidikan merupakan salah satu asas penting yang mempunyai

pengaruh besar dalam memajukan suatu bangsa. Dengan pendidikan, Indonesia

dapat membangun suatu bangsa yang unggul dan bersaing dengan negara-negara

maju dan mumpuni dalam pengetahuan sains dan teknologi. Dengan kualitas

pendidikan yang baik, Indonesia dapat mencetak sumber daya yang tangguh yang

dimanfaatkan dalam membangun perekonomian. Hal itu seperti yang telah

diketahui, banyak prestasi-prestasi siswa-siswi Indonesia yang telah ditorehkan

dalam dunia pendidikan diantaranya kemenangan dalam olimpiade sains

internasional, karya ilmiah, teknologi robotik dan bahkan menjadi juara umum

dengan mengalahkan negara-negara yang lebih terdahulu maju lainnya. Melalui

gambaran tersebut Indonesia telah memiliki pendidikan yang mampu menjadi

(16)

2

pendidikan yang bersaing dan berkualitas tinggi di mata dunia dimana makna

berkualitas pada dasarnya adalah lebih mengarah pada sesuatu yang baik, Glaser

(Hamzah Uno 2009). Namun selepas dari semua prestasi tersebut, pendidikan

Indonesia ternyata masih dinyatakan rendah jika dibandingkan dengan negara

asean lain, hal ini dinyatakan di dalam data UNESCO melalui Education of All

(EFA) Global Monitroring Report 2011, pendidikan Indonesia masih berada pada peringkat 69 dari 127 negara di mana peringkat tersebut turun dari penilaian

sebelumnya yang menduduki posisi nomor 65 dari 127 negara dengan jepang

sebagai negara yang memiliki kualitas pendidikan yang terbaik saat ini, kompas

(Mudjia Rahardjo 2011), walaupun sebenarnya Indonesia mulai mengarah dan

berusaha memajukan pendidikan melalui berbagai bermacam cara untuk

meningkatkan kualitasnya.

Fisika merupakan salah satu pembelajaran sains memiliki peranan dalam

mengembangkan ilmu pengetahuan di dunia pendidikan, mengajak siswa untuk

berpikir aktif dan kreatif dan berperan penting dalam membentuk karakter

seseorang yaitu karakter berpikir kognitif, afektif dan psikomotorik yang

bersaskan sikap pengetahuan yang tinggi dalam memecahkan suatu fenomena

alam. Selain sebagai bagian dari pengembangan karakter, fisika juga merupakan

pengetahuan yang berisi konsep yang menguji analisis berpikir seseorang dalam

menafsirkan dan menentukan hal-hal yang diperoleh pada saat melakukan

kegiatan eksperimen atau investigasi. Sehingga melalui serangkaian kegiatan

eksperimen, proses berpikir siswa dapat dimanfaatkan dengan baik dalam

(17)

3

Berpikir terjadi dalam setiap aktivitas mental manusia yang berfungsi

dalam memformulasikan atau menyelesaikan masalah, membuat keputusan serta

mencari alasan. Berpikir adalah sesuatu yang berhubungan dengan apa yang

seharusnya dipercaya atau dilakukan setiap situasi atau peristiwa yang meliputi

proses analisis, sintesis, menyimpulkan dalam mengevaluasi suatu kejadian agar

dapat diambil pelajaran dalam memecahkan suatu peristiwa. Dengan penelitian ini

kemampuan berpikir yang digunakan sebagai variabel moderator dalam

memecahkan suatu permasalahan fisika adalah kemampuan berpikir kritis siswa

yang dimanfaatkan dalam mencari pernyataan dan alasan yang jelas dari suatu

pertanyaan dengan memakai sumber yang memiliki kredibilitas, memperhatikan

situasi dan kondisi secara menyeluruh dengan berusaha tetap relevan dengan ide

utama dalam mencari alternatif, bersikap dan berpikir terbuka dengan

alasan-alasan yang logis dan peka terhadap ilmu lain. Sehingga melalui penelitian ini

kemampuan berpikir kritis yang digunakan adalah kemampuan berpikir kritis

menurut Ennis (dalam Costa, 1985) yaitu memberikan penjelasan sederhana

(elementary clarification), membangun keterampilan dasar (basic support),

menyimpulkan (interference), memberikan penjelasan lebih lanjut (advanced

clarification), serta mengatur strategi dan taktik (strategy and tactics).

Proses berpikir tidak jauh hubungannya dari proses belajar yang menurut

pandangan behavioris adalah sesuatu yang dilakukan orang untuk merespon

stimulasi eksternal dengan memasukkan aspek-aspek ekspektasi, pikiran, motivasi

dan keyakinan. Sehingga tidak lagi terbatas pada perilaku sebagai kekuatan tetapi

(18)

4

merupakan aktivitas mentalis yang terjadi pada kepala seseorang. Piaget juga

beranggapan faktor utama yang mempengaruhi perkembangan kognitif seorang

anak adalah kematangan (maturation), aktivitas (activity) dan transmisi sosial

(social transmion) belajar dari orang lain. Pada saat menghadapi lingkungannya,

anak juga berinteraksi dengan orang lain, seorang anak juga dapat belajar dari

anak lain dengan tingkat belajar yang berbeda tergantung tahap

perkembangannya. Piaget mengatakan bahwa proses pembelajaran harus sejalan

komponen emosional dengan proses berpikirnya, dan sisi emosional selalu

mempengaruhi sisi berpikirnya. Dengan demikian untuk dapat membantu anak

belajar dengan baik maka guru harus berupaya menyediakan suatu aktivitas yang

berinteraksi dengan lingkungan agar anak dapat mencapai berpikir kritis dan

kecerdasan emosional yang baik.

Melalui penyebaran angket yang dilakukan kepada 30 siswa SMK

Dharma Analitika Medan menyatakan bahwa 63 persen siswa menyukai pelajaran

Fisika, ketika dilakukan kegiatan ulangan terdapat 30 persen siswa yang bisa

memenuhi standar ketuntasan minimal atau KKM dengan nilai 70, soal yang

diberikan lebih mengarah pada soal defenisi serta perhitungan dan siswa yang

berpartisipasi aktif dalam proses belajar mengajar hanya 10 persen siswa.

Selanjutnya melalui penyebaran angket yang disebarkan kepada 30 siswa

diperoleh data bahwa guru mengajar dengan metode ceramah dan tanya jawab

sebanyak 24 siswa dan kegiatan pembelajaran berlangsung biasa-biasa saja

sebanyak 23 siswa. Hal ini dikarenakan variasi pembelajaran berlangsung

(19)

5

mengajar dan sebagai variasi metode atau model pembelajaran yang digunakan

adalah metode diskusi.

Data di atas menyatakan bahwa siswa yang menyukai pembelajaran

fisika merupakan pilihan yang terbanyak, tetapi dalam menyelesaikan masalah

pelajaran fisika dengan baik dan benar diperoleh kemampuan siswa masih rendah.

Selain itu siswa yang aktif dalam proses pembelajaran masih sedikit, hal ini

dikarenakan kemampuan berpikir siswa terhadap pembelajaran fisika masih

rendah sehingga menyebabkan siswa cenderung berpikiran lebih pasif dan tidak

bisa bereksplorasi di dalam proses pembelajaran. Selain itu, metode atau model

pembelajaran yang digunakan cenderung mengajak siswa berpikir satu arah dan

kurang terampil dalam keterampilan pemecahan masalah fisika siswa .

Proses pembelajaran yang diharuskan siswa untuk berperan aktif dalam

pembelajaran, membuat guru cenderung sebagai pusat pembelajaran (center

learning), sehingga keterampilan dalam menyelesiakan masalah dan menilai pembelajaran dan hasil belajar berupa keaktifan yang seharusnya diharapkan guru,

ternyata diperoleh di bawah rata-rata. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan

Sudirman (1992), bahwa metode ceramah adalah suatu bentuk pengajaran dengan

kegiatan dimana guru mengalihkan informasi kepada kelompok besar siswa

dengan cara yang bersifat verbal (lisan). Dimana dengan kesulitan menggunakan

metode ceramah yaitu menurunnya perhatian siswa akibat kejenuhan karena

panjangnya ceramah, kecenderungan terjadinya proses satu arah yang

(20)

6

Belajar adalah tidak ubahnya sebuah perilaku yang mengubah siswa dari

kurang terampil, berkarakter dan berpengetahuan menjadi terampil, berwawasan

ke depan dalam memecahkan suatu permasalahan fisika. Keterampilan problem

solving adalah karakter umum dari struktur kognitif manusia yang merupakan proses mental yang meliputi empat aktivitas besar yaitu identifikasi, memahami,

menyelesaikan dan mengevaluasi masalah. Keterampilan ini dipengaruhi oleh

motivasi, kebiasaan, emosi, kepercayaan dan sikap yang salah serta kemampuan

kognitif atau kecerdasan siswa. Posisinya merupakan fungsi intelektual paling

kompleks dari semua fungsi intelektual tinggi atau proses kognitif manusia yang

memerlukan kontrol dan keterampilan fundamental. Posamentier (1999)

mengungkapkan problem solving adalah suatu proses mengaplikasikan

pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam suatu situasi yang baru

dan tidak dikenal. Atau suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan

masalah dan memecahkan berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga

dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat, Hamalik (dalam Yasin, 2009).

Berpikir memecahkan masalah dan menghasilkan sesuatu yang baru

adalah kegiatan yang kompleks yang berhubungan erat satu dengan yang lain.

Suatu masalah umumnya tidak dapat dipecahkan tanpa berpikir. Sebaliknya,

menghasilkan sesuatu (benda-benda, gagasan-gagasan) yang baru dan

menciptakan sesuatu itu mencakup pemecahan masalah atau problem solving.

Mengembangkan siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis, aktif, cerdas

dalam keterampilan pemecahan masalah fisika siswa, diperlukan suatu model

(21)

7

masalah sains. Model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning)

sangat realistis untuk pembelajaran sains yang melibatkan kecerdasan emosional

dan pemikiran konsep siswa. Karena pembelajaran berbasis masalah menciptakan

kondisi belajar yang tidak hanya sebatas menghapal, mencatat, menerima

pengetahuan tetapi memiliki keterampilan dalam memecahkan masalah melalui

tahap-tahap metode ilmiah dengan cara mensharing pengetahuan, mencari

(inquiry), menemukan pengetahuan sehingga terjadi peningkatan pemahaman

(bukan ingatan).

PBL (Problem Based Learning) adalah suatu pendekatan pembelajaran

dengan membuat konfrontasi pada pembelajar dengan masalah-masalah praktis,

berbentuk ill-structured, atau open ended melalui stimulus dalam belajar, Boud,

F., dan Fogarty (dalam Ngalimun, 2012). Lebih lanjut Arends (2008) menyatakan

bahwa ada tiga hasil belajar (outcomes) yang diperoleh pebelajar yang diajarkan

dengan PBL yaitu inkuiri dan keterampilan melakukan pemecahan masalah fisika,

belajar model peraturan orang dewasa (adult role behaviours) dan keterampilan

belajar mandiri (skills for independent learning). Dimana inkuiri dan keterampilan

proses akan menggunakan kemampuan berpikir kritis tingkat tinggi (higher order

thinking skill) dalam melakukan operasi mental seperti induksi, deduksi, klasifikasi dan reasoning. Bagi guru penggunaan model pembelajaran berbasis

masalah merupakan salah satu model pembelajaran yang menunjang dalam proses

pembelajaran kurikulum 2013. Hal ini dikarenakan model pembelajaran berbasis

masalah sejalan dengan tujuan dan amanat pembelajaran kurikulum 2013 yaitu

(22)

8

Kurikulum 2013 juga mengamanatkan pembelajaran dengan pendekatan

ilmiah (scientific approach) yang diketahui lebih mengarahkan siswa cenderung

melakukan eksperimen melalui kegiatan investigasi, bersikap ilmiah atas

fenomena atau gejala dalam memperoleh pengetahuan baru. Melalui

kegiatan-kegiatan ini, model pembelajaran berbasis masalah memiliki karekteristik yang

mendukung dalam berlangsungnya kegiatan pembelajaran kurikulum 2013.

Menurut Arends, Richard (2008), terdapat lima fase sintaks secara umum dalam

model pembelajaran berbasis masalah, yaitu orientasi permasalahan,

pengorganisasian untuk meneliti, investigasi, mengembangkan dan presentasi

serta menganalisis dan presentasi. Pembelajaran ini mengharuskan guru untuk

mengembangkan keterampilan kolaborasi diantara siswa dan membantu siswa

dalam menginverstigasi masalah secara bersama-sama dan menjadi pelajar yang

mandiri. Dukungan sosial dan kontekstual berhubungan dengan bagaimana

masalah yang menjadi fokus pembelajaran dapat membuat pembelajar termotivasi

untuk memecahkannya. Suasana kompetitif dalam kelompok juga dapat

mendukung kinerja kelompok. Dengan demikian, pembelajaran berbasis masalah

memiliki potensi yang amat besar dalam membuat pengalaman belajar yang lebih

menarik dan bermakna bagi siswa dalam meningkatkan kemampuan berpikir

siswa pada pelajaran fisika.

Melalui jurnal-jurnal penelitian seperti penelitian yang dilakukan oleh

(Burris dan Bryan, 2007; El-Shaer, dkk., 2014; Thoman, Ias., 2009) problem

(23)

9

persentase perubahan yang tinggi yang diikuti dengan keingintahuan dan

kedewasaan siswa dan perkembangan berpikir adalah elemen berpikir kritis dalam

hubungan pendidikan yang berkelanjutan. Alper, Ayfer (2008) berpendapat

bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara skala sikap ke dua kelas,

antara pria dan wanita terlebih tidak ditemukan pengaruh interaksi antara kelas

dengan jenis kelamin secara signifikan. Masek, Alias dan Sulaiman Yamin (2011)

mengungkapkan proses spesifik dalam teori PBL mendukung siswa

mengembangkan berpikiran kritis termasuk dalam desian pengaplikasian

sedangkan secara empiris tidak membuktikan dengan jelas pengaruh PBL

terhadap kemampuan berpikir kritis, terutama ruang lingkup medis, selain itu

beberapa bukti mengindikasikan PBL memerlukan waktu panjang membuka

perkembangan kemampuan berpikir kritis siswa dan adanya hubungan pengaruh

PBL dan berpikir kritis terhadap, jenis kelamin, akademik, prestasi dan

background pendidikan.

Berbeda bagi (Ferreira dan Trudel (2012); Astika, I. Kd. Urip, dkk.,

(2013)) dalam penggunaan PBL terhadap sikap ilmiah, sikap sains, keterampilan

pemecahan masalah fisika siswa dan berpikir kritis siswa, tenyata terdapat

perbedaan yang signifikan. Eldy, Elnetthra Folly dan Fauziah Sulaiman (2013)

dengan tes YanPiaw Creative-Critical Thinking (YCreative-Critical Thinking)

yang dikembangkan oleh Chua (2004) dimana digunakan untuk mengidentifikasi

level gaya berpikir siswa (keseimbangan berpikir, critical thinking) menunjukkan

hasil perkembangan yang positif terhadap gaya berpikir siswa sebelum dan setelah

(24)

10

siswa pada kelas eksperimen yang diajarkan dengan PBL memiliki prestasi kimia

lebih tinggi jika dibandingkan kelas kontrol yang diajarkan dengan metode

tradisional. Begitu juga terhadap sikap kimia siswa. Sedangkan Batdi, Veli (2014)

menyimpulkan bahwa pendekatan dengan pembelajaran problem based learning

lebih efektif jika dibandingkan dengan pembelajaran secara tradisional. Afandi,

S., dan Widhia, S., (2012) mengatakan interaksi antara model pembelajaran

dengan kemampuan berpikir kritis secara signifikan mempengaruhi prestasi

belajar mahasiswa. Sedangkan Nurlaila, N., dkk., (2013) mengatakan ada interaksi

antara pembelajaran PBL problem solving dan PBL problem posing dengan

kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi belajar siswa pada aspek kognitif,

tetapi tidak ada interaksi pada aspek afektif dan psikomotorik.

Melaui pemaparan di atas dan didasari pada kenyataan bahwa model

pembelajaran problem based learning dan kemampuan berpikir kritis dapat

membawa siswa untuk memiliki keterampilan pemecahan masalah pembelajaran

fisika serta membentuk hubungan komunikasi dua arah secara interaktif antara

guru dan siswa, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

dan Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Keterampilan Pemecahan Masalah Fisika Siswa SMK”.

1.2. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis mengidentifikasikan

masalah yang ada disekolah tersebut diantaranya:

(25)

11

2. Model pembelajaran masih kurang bervariasi

3. Proses pembelajaran kurang merangsang siswa dalam kemampuan berpikir

kritis dan keterampilan pemecahan masalah fisika siswa .

4. Proses belajar masih bersifat konvensional dan berpusat pada guru,

sehingga proses belajar mengajar kurang interaktif

1.3. Batasan masalah

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Materi pelajaran Fisika kelas XI semester II pada materi pokok listrik

dinamis di SMK Dharma Analitika Medan Tahun Ajaran 2014/2015.

2. Model Pembelajaran yang digunakan adalah problem based learning yang

berlangsung pada materi listrik dinamis.

3. Kemampuan berpikir kritis siswa dilihat pada kemampuan berpikir kritis

di atas rata-rata dan di bawah rata-rata

4. Hasil yang akan diperoleh pada model pembelajaran ini adalah

keterampilan pemecahan masalah fisika siswa

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas, maka yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Menganalisis apakah terdapat perbedaan yang lebih baik keterampilan

pemecahan masalah fisika siswa yang menggunakan model pembelajaran

(26)

12

2. Menganalisis apakah terdapat perbedaan yang lebih baik keterampilan

pemecahan masalah fisika siswa pada kelompok kemampuan berpikir

kritis di atas rata-rata dibanding kelompok di bawah rata-rata?

3. Menganalisis apakah terdapat interaksi yang baik antara model

pembelajaran problem based learning dan pembelajaran Konvensional

dengan kemampuan berpikir kritis terhadap keterampilan pemecahan

masalah fisika siswa ?

1.5. Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis perbedaan keterampilan pemecahan masalah fisika

siswa menggunakan model pembelajaran problem based learning dan

pembelajaran konvensional.

2. Untuk menganalisis perbedaan keterampilan pemecahan masalah fisika

siswa antara siswa yang memiliki kemampuan berpikir di atas rata-rata

dan siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis di bawah rata-rata.

3. Untuk menganalisis interaksi model pembelajaran problem based learning

terhadap kemampuan berpikir kritis siswa dalam meningkatkan

keterampilan pemecahan masalah fisika siswa

1.6. Manfaat penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan masukan bagi guru fisika dalam memilih strategi

(27)

13

2. Sebagai bahan informasi alternatif hasil pemilihan strategi atau model

pembelajaran problem based learning dalam mengetahui dugaan pengaruh

kemampuan berpikir kritis dalam meningkatkan keterampilan pemecahan

masalah fisika siswa .

1.7. Definisi Operasional

Untuk memperjelas istilah yang digunakan dalam penelitian ini maka

dibuat suatu defenisi operasional sebagai berikut:

1. Model pembelajaran problem based learning adalah suatu model

pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah

melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari

pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus

memiliki keterampilan dalam memecahkan masalah, Ward dan Stepien

(dalam Ngalimun 2012: 89)

2. Kemampuan berpikir kritis adalah bentuk kecenderungan mencari peryataan

yang jelas dari suatu pertanyaan, mencari alasan, memakai sumber yang

memiliki kredibilitas, memperhatikan situasi dan kondisi secara

menyeluruh, berusaha tetap relevan dengan ide utama, mengingat

kepentingan yang asli dan mendasar, mencari alternatif, bersikap dan

berpikir terbuka, mencari alasan-alasan yang logis dan peka terhadap ilmu

lain.

3. Keterampilan pemecahan masalah fisika siswa (problem Solving) adalah

suatu proses mengaplikasikan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya

(28)

96

96 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di sekolah SMK Dharma Analitika dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning

diperoleh kesimpulan:

1. Terdapat perbedaan keterampilan pemecahan masalah fisika siswa melalui

model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dengan

model pembelajaran konvensional. Dimana nilai rata-rata pembelajaran

berbasis masalah 76.69, yang berarti lebih baik jika dibandingkan kelas

konvensional dengan nilai rata-rata 71.38.

2. Terdapat perbedaan keterampilan pemecahan masalah fisika siswa antara

kelompok siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis di atas rata –

rata dengan kelompok siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis di

bawah rata – rata, dan keterampilan pemecahan masalah fisika siswa yang

memiliki kemampuan berpikir kritis di atas rata – rata 81.40 lebih baik jika

dibandingkan kelas konvensional 66,75.

3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran berbasis masalah (problem

based learning) dan kemampuan berpikir kritis dalam meningkatkan keterampilan pemecahan masalah fisika siswa dengan hasil interaksi pada

kelas problem based learning sebesar 0,043 lebih baik dibanding

konvensional. Namun perbedaan keterampilan pemecahan masalah dengan

kemampuan berpikir kritis tinggi kelas eksperimen tidak terdapat

(29)

97

yang berperan dominan dalam proses pembelajaran adalah tingkat

kemampuan berpikir kritis sedangkan di kelas problem based learning

yang berperan domain dalam pembelajaran adalah model pembelajaran

PBL.

5.2 Saran

1. Pendidik hendaknya memilah materi pembelajaran yang sesuai dengan

model pembelajaran berbasis masalah serta memperhatikan kelengkapan

sumber belajar dalam mengoptimalkan pelaksanaan pembelajaran.

2. Dilihat dari karakter siswa, siswa yang belum terbiasa dengan

menggunakan model pembelajaran berbasis masalah, sebaiknya dilatih

terlebih dahulu melakukan penalaran penyelesaian masalah sederhana

ketika pembelajaran dilakukan agar siswa dengan menggunakan model ini

siswa memiliki respon yang cepat dalam melakukan model pembelajaran.

3. Melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah, sebaiknya

diperhitungkan dengan baik pembagian jumlah kelompok, jangan sampai

terlalu banyak siswa dalam satu kelompok, karena akan mengakibatkan

siswa dalam kelompok tidak bekerja secara efektif.

4. Peneliti lain yang ingin menggunakan model pembelajaran berbasis

masalah diharapkan dapat menggunakan variabel moderator lain selain

kemampuan berpikir kritis dalam penelitian, karena selain model

pembelajaran yang dapat mempengaruhi terhadap hasil pemecahan

masalah, tetapi terdapat faktor lain yang bisa diklasifikasikan

(30)

98

DAFTAR PUSTAKA

Afandi, Suguyarto dan Widha Sunarno. 2012. Pembelajaran Biologi Menggunakan Pendekatan Metakognitif Melalui Model Reciprocal Teaching dan Problem Based Learning Ditinjau Dari Kemandirian Belajar dan Keterampilan Berpikir Kritis Mahasiswa. Jurnal Inkuri, 1 (2) : 86-92

Alper, Ayfer. 2008. Attitudes Toward Problem Based Learning in a New Turkish Medicine Curriculum. World Applied Sciences Journal, 4 (6) : 830-836 Arends, R.I. 2008. Learning to Teach. Mc Graw Hill Companies. New York

Astika, I. Kd. Urip, K. Suma, I. W. Suastra. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Sikap Ilmiah dan Keterampilan Berpikir kritis. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA, Vol 3 : 26-34

Aydogdu, Cemil. 2012. The Effect of Problem Based Learning Strategy In Electrolysis and Battery Subject Teaching. H. U. Journal of Education. 42: 48-59

Batdi, Veli. 2014. The Effect of A Problem Approach on Student’s Attitude Level: A Meta Analysis. Journals Educational Research and Review, 9 (9): 272-276

Budiningsih, C.A. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Burris , Scott dan Bryan L. Garton. 2007. Effect of Instructional Strategy On Critical Thingking and Content Knowledge : Using Problem Based Learning In The Secondary Classroom. Journal of Agricultural Education, 48 (1) : 106–116

Costa, Arthur L. 1985. Developing Minds, A Resource Book for Teaching Thinking. Virginia: ASCD

Dahar, Ratna Wilis. 2011. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga

Edward. 2007. http://repository.maranatha.edu/2322/3/0710147_Chapter1.pdf. diakses 7 November 2014

(31)

99

El-Shaer, Ahlam dan Hala Gaber. 2014. Impact of Problem Based Learning on students`Critical Thinking Dispositions, Knowledge Acquisition and Retention. Journal of Education and Practice, 5 (14) : 74-85

Ferreira, Maria M. dan Trudel, A.R. 2012. The Impact of Problem-Based Learning (PBL) on Student Attitudes Toward Science, Problem-Solving Skills, and Sense of Community in the Classroom. Journal of Classroom Interaction, 47 (1) : 23-30

Fisher, A. 2009. Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Terjemahan oleh Benyamin Hadinata. Jakarta: Erlangga

Kamajaya. 2008. Fisika SMA Kelas X Semester I. Bandung: Penerbit Grafindo Media Pratama

Masek, Alias dan Sulaiman Yamin. 2011. The Effect of Problem Based Learning on Critical Thinking Ability: A Theoretical and Empirical Review. International Review of Social Sciences and Humanities, 2 (1): 215-221

Melek, D., dan Belma A.T. 2010. The Effects Of Problem Based Learning On Achievement, Attitude, Metacognitive Awareness And Motivation.

Hacettepe Üniversitesi Eğitim Fakültesi Dergisi (H. U. Journal of

Education) 38 : 55-66

Ngalimun. 2014. Strategi dan Model pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo

Nurlaila, Nunung., Suparmi dan Widha Sunarno. 2013. Pembelajaran Fisika Dengan PBL Menggunakan Problem Solving dan Problem Posing Ditinjau dari Kreativitas dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. Jurnal Inkuiri, 2 (2) : 114- 123

Prokop, P., Tuncer, G and Chuda, J. 2007. Slovakian Students Attitudes toward Biology. Eurasian journal of Mathematics, Science & Technology Education, 3(4): 287-295

Posamentier, Alfred S. and Jay Steppelman. 1999. Teaching Secondary Mathematics:Techniques and Enrichment Units. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Polya, George. 1957. How to Solve It: A New Aspect of Mathematical Method. New Jersey: Princeton University Press.

(32)

100

Redhana, I.,W. 2013. Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Peningkatan Keterampilan Pemecahan Masalah dan Berpikir Kritis, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran. 46 (1): 76-86

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

Temel, Senar. 2014. The effects of problem-based learning on pre-service teachers’ critical thinking dispositions and perceptions of problem-solving ability. South African Journal of Education, 34 (1): 1-20

Thoman, Ias. 2009. Critical Thinking,Transformative Learning, Sustainable Education,and Problem-Based Learning in Universities. Journal of Transformative Education, 7(3) : 245-264

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana

Uno, Hamzah B. 2009. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Utomo, Pristiadi. 2014. Fisika Bidang Keahlian Kesehatan untuk SMK/MAK Kelas XI. Jakarta: Erlangga

Waters, Robert and Michael Mc Cracken. 2012. http://www.fie-conference.org/ diakses 20 Maret 2015

Gambar

Gambar 2.1.  Hasil yang Diperoleh Pelajar dari Halaman Problem Based Learning Gambar 3.1

Referensi

Dokumen terkait

Keberhasilan sebuah bisnis perhotelan dalam meraih kepuasan pengguna jasanya pada tahap awal ditentukan antara lain oleh keunggulan produknya, oleh karena sebagian besar

Pada perkembangan selanjutnya protokol diartikan sebagai tata aturan, pedoman standard/formal yang digunakan sebagai acuan pihak tertentu, misalkan

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA MATA PELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN ABAD 21 (4Cs) SISWA SMP Universitas

[r]

Pada ujicoba kedua, berdasarkan hasil analisis pengujian validitas dan reliabilitas diperoleh butir instrumen yang valid sebanyak 14 butir dan tidak ada butir instrumen yang

Tahun Pelajaran ……… Bulan Januari s.d Maret 2016 Melaksanakan tugas mengajar dengan beban kerja sebanyak ……… Jam Tatap Muka (JTM) yang terdiri

Konsentrasi nitrat di

dari shuhuf, bentuk plural dari kata shahîfah yang berarti ‘surat kabar’), dan al-Kitâb (Buku), sebagai dua media komunikasi dalam proses komunikasi massa yang