PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) DAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH FISIKA
SISWA SMA
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
UNITA SUKMA ZULIANI NASUTION
NIM. 8146176022
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRAK
Unita Sukma Zuliani Nasution Nim:
8146176022,
Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Dan Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Siswa SMA. Tesis. Medan: Program Pascasarjana Unimed, 2016.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan kemampuan pemecahan masalah fisika menggunakan model pembelajran problem based learning dan pembelajaran dengan model pembelajaran direct instruction, perbedaan kemampuan pemecahan masalah fisika antara siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis di atas rata-rata dengan siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis di bawah rata-rata, dan interaksi model pembelajaran problem based learning dengan kemampuan berpikir kritis terhadap kemampuan pemecahan masalah fisika siswa. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Pemilihan sampel dilakukan dengan random sampling, dimana kelas eksperimen menggunakan model problem based learning dan kelas kontrol menggunakan model direct intruction. Instrumen yang digunakan terdiri dari tes kemampuan pemecahan masalah dan tes kemampuan berpikir kritis. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan anava dua jalur. Instrumen yang digunakan adalah dengan memberikan tes kemampuan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah pada seluruh sampel sebagai bahan masukan untuk mengetahui situasi yang sebenarnya di SMA Gajah Mada Binjai, dengan jenis penelitian kuantitatif dan analisis datanya menggunakan korelasi product moment. Dari hasil hipotesis kemampuan pemecahan masalah yang besarnya 21,52 dan 23,42 untuk model pembelajaran berpikir kritis dan kelas maka koefisien korelasi yang ditemukan adalah kuat. Uji hipotesis menggunakan spss 21 menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah fisika siswa yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran langsung, kemampuan pemecahan masalah fisika siswa dengan kemampuan berpikir kritis di atas rata-rata menunjukkan perbedaan dan hasil yang lebih baik dari pada siswa dengan kemampuan berpikir kritis di bawah rata-rata, serta terdapat interaksi antara model pembelajaran berbasis masalah dan kemampuan berpikir kritis dalam mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah fisika siswa.
ABSTRACT
Unita Sukma Zuliani Nasution Nim: 8146176022, Effect of Problem Based Learning Model ( Problem Based Learning) And Critical Thinking Skills Problem Solving Ability Of High School Students Physics . Thesis. Medan : Graduate Unimed , 2016 .
This study aimed to analyze the differences in physics problem solving skills used problem based learning model and teaching learning direct instruction model, physics problem solving ability differences among students who had critical thinking skills above average with students critical thinking skills below ability to think critically about the physics student’s problem-solving abilities.This research was a quasi experimental. Sample selection was done by random sampling, where the experimental class used a problem based learning models and classroom control used direct instruction models. The instrument used was made up and test the problem solving and critical thinking skills test. Data was analyzed using ANOVA two lanes. The instrument used was to provide a test of critical thinking skills and problem solving skills in all sample as inputs to determine the actual situation in SMA Gajah Mada Binjai, with quantitative research and data analysis using product moment correlation and the results of the hypothesis that the magnitude of the problem -solving ability 21.52 and 23.42 to think critical thinking skill model and the class correlation coefficients found was strong. Test the hypothesis indicated that the problem solving physics students using problem based learning model was better than the direct learning , problem-solving abilities of physics students with critical thinking skills above average shows differences and better results and the path of students with the ability to critical thinking skills below average , and there was interaction between the model of problem-based learning and critical thinking skills in influenced the physics students' problem-solving abilities .
Keywords : Problem Based Learning Model, Critical Thinking Skills, Problem Solving Ability
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim, puji syukur kehadirat Allah SWT dengan izin dan ridhonya penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Dan Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Siswa SMA” tepat pada waktunya. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Fisika di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Alhamdulillah dalam penyusunan tesis ini, penulis mendapatkan banyak bantuan dan dukungan serta bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menentukan judul, menyusun proposal, hingga menjadi sebuah tesis. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada pihak yang telah membantu penyusunan tesis ini, terutama kepada :
1. Bapak Prof.Dr.Syawal Gultom, M.Si selaku Rektor Unimed. 2. Bapak Prof. Bornok Sinaga, M.Pd sebagai Direktur Pascasarjana
Unimed
3. Bapak Dr. Rahmatsyah, M. Si, sebagai ketua Program studi Pendidikan Fisika
4. Bapak Prof. Dr Sahyar, M.S, MM sebagai pembimbing I dan Wakil Direktur Pascasarjana Unimed
6. Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si sebagai narasumber dan penguji I
7. Bapak Prof. Motlan Sirait, M.Si sebagai narasumber dan penguji II 8. Ibu Dr. Eva Marlina Ginting, M.Si sebagai narasumber dan penguji
III
9. Bapak/ Ibu Dosen Pascasarjana Pendidikan Fisika Unimed yang telah memberikan ilmunya kepada penulis
10.Bapak/Ibu Kepala Sekolah Yayasan Perguruan Gajah Mada Binjai, Bapak Romylie Dian Prasetyo, S.E, M.Pd dan Ibu Ellyn, M.Pd 11.Terkhusus dan paling istimewa pada kedua orang tua, Ayahanda
Drs. Ahmad Zulian Nasution dan Ibunda Sofyani, S.Pd yang senantiasa mendoakan, memberikan motivasi, kasih sayang, serta dukungan moril dan materil hingga tesis ini selesai
12.Adinda Dwi Kartika Zuliani Nasution, S.Pd dan M. Anggi Alfharabi Nasution yang selalu memberikan dukungan berupa semangat dan doa
13.Anggota geng jajan Palma Juanta, S.Si, M.Pd, Sari Wahyuni Rozi Nasution, S.Pd, M.Pd, dan Ibu Yanti, M.Pd
14.Teman seperjuangan Tetty Ompusunggu, M.Pd, Rizky Noveri Pandiangan, M.Pd, Sartika Sari Rambe, M.Pd, Lylis Bahriani, M.Pd, Yosua Nadeak, M.Pd
Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi menyempurnakan Tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi penelitian selanjutnya serta bermanfaat dalam menambah pengetahuan dunia pendidikan.
vi
DAFTAR LAMPIRAN
1. RPP Suhu dan Kalor 1... 96
2. Bahan Ajar 1... 106
3. Lembar Kerja Siswa 1...112
4. RPP Suhu dan Kalor 2...114
5. Bahan Ajar 2... 125
6. Lembar Kerja Siswa 2...131
7. RPP Suhu dan Kalor 3... 133
8. Bahan Ajar 3... 144
9. Lembar Kerja Siswa 3...149
10.Pedoman Tes Pemecahan Masalah... 152
11.Pedoman Tes Berpikir kritis... 155
12.Lampiran Hasil SPSS 21... 159
13.Foto Penelitian... 160
14.Lembar Validasi Kemampuan Pemecahan Masalah ... 162
vii
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran 16
Tabel 2.1.3 Sintaks Model Pembelajaran Direct Instruction 23
Tabel 2.1.4 Tahapan dan Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah 31
Tabel 3.4.2.1 Rancangan Penelitian 46
Tabel 3.4.2.2 Desain Penelitian ANAVA 2x2 47
Tabel 3.4.2.3 Analisis Varians Dua Jalur untuk Jumlah Sampel yang Sama 49 Tabel 3.5.1 Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 51
Tabel 3.5.2 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 51
Tabel 4.1 Frekuensi Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen 63
Tabel 4.2 Perhitungan Statistik Berpikir Kritis Kelas Ekspe 64
Tabel 4.3 Frekuensi Kemampuan Pemecahan Masalah Eksperimen 65
Tabel 4.4 Perhitungan Statistik Kelas Eksperimen 66
Tabel 4.5 Frekuensi Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Kontrol 67
Tabel 4.6 Perhitungan Statistik Berpikir Kritis Kelas Kontrol 68
Tabel 4.7 Frekuensi Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Kontrol 69
Tabel 4.8 Perhitungan Statistik Kemampuan Pemecahan Masalah 69
Tabel 4.9 Uji Normalitas Kemampuan Berpikir Kritis 71
Tabel 4.10 Uji Normalitas Kemampuan Pemecahan Masalah 72
Tabel 4.11 Rekapitulasi Uji Normalitas Kelas Eksperimen 73
Tabel 4.12 Uji Normalitas Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Kontrol 73
Tabel 4.13 Uji Normalitas Kemampuan Pemecahan Masalah 74
Tabel 4.14 Uji Homogenitas Kelas Eksperimen 75
Tabel 4.15 Uji Homogenitas Kelas Kontrol 76
Tabel 4.16 Perhitungan Pengaruh Variabel X Terhadap Variabel Y Pada Kelas Eksperimen 77
Tabel 4.17 Hasil Uji Determinasi Kelas Eksperimen 78
Tabel 4.18 Perhitungan Pengaruh Variabel X Terhadap Variabel Y Pada Kelas Kontrol 78
Tabel 4.19 Hasil Uji Determinasi Kelas Kontrol 79
Tabel 4.20 Hasil Uji F Kelas Eksperimen 79
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 3.6 Skema Rancangan Penelitian 57
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Tuntutan era globalisasi saat ini adalah kebutuhan sumber daya manusia
yang berkualitas tinggi. Yang bertujuan untuk mewujudkan negara yang mampu
berkompetisi dan berkembang dari negara lainnya. Untuk meningkatkan kualitas
tersebut dibutuhkan sarana yang berkompeten, yaitu pendidikan. Melalui
pendidikan tentunya pengetahuan dan tekhnologi juga berkembang untuk
memenuhi kebutuhan manusia dan membekali generasi muda. Untuk itu
diperlukan perbaikan mutu pendidikan agar mencapai tujuan tersebut.
Dalam mencapai tujuan tersebut siswa diharapkan tidak hanya menguasai
pengetahuan semata tetapi menjadi individu yang mempunyai keterampilan serta
mampu mengatasi masalah-masalah yang ditemukan di dalam kehidupan
sehari-hari. Pada hakikatnya pembelajaran fisika di SMA merupakan pembelajaran yang
berperan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan di dunia pendidikan,
mengajak siswa berpikir aktif dan kreatif serta dalam pembentukan karakter
seseorang, yaitu berpikir kognitif, afektif, dan psikomotorik yang berasaskan
sikap pengetahuan yang tinggi dalam memecahkan suatu fenomena alam.
Pelajaran fisika di kalangan SMA masih berupa kumpulan konsep yang
dihapal sehingga berdampak pada rendahnya kemampuan peserta didik pada
aspek kognitif. Aspek kognitif terdiri dari enam aspek, yaitu : mengingat,
memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan. Namun,
2
mengevaluasi, dan menciptakan belum biasa dilatihkan kepada peserta didik.
Sehingga peserta didik masih kesulitan dalam menerapkan pengetahuan yang
dimiliki dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, peserta didik juga belum mampu
menyelesaikan suatu permasalahan yang didahului dengan penyelidikan. Apabila
prinsip penyelesaian masalah ini diterapkan dalam pembelajaran, maka peserta
didik dapat terlatih dan membiasakan diri berfikir kritis secara mandiri.
Kemampuan berpikir kritis adalah mode berpikir-mengenai hal, substansi
atau masalah apa saja- di mana si pemikir meningkatkan kualitas pemikirannya
dengan menangani secara terampil struktur-struktur yang melekat dalam
pemikiran dan menerapkan standar-standar intelektual padanya (Alec Fisher ,
2002). Sementara itu, kemampuan berfikir kritis melatih peserta didik untuk
membuat keputusan dari berbagai sudut pandang secara cermat, teliti, dan logis.
Dengan kemampuan berfikir kritis peserta didik dapat mempertimbangkan
pendapat orang lain serta mampu mengungkapkan pendapatnya sendiri. Oleh
karena itu, diharapkan pendidikan di sekolah terutama dalam pembelajaran fisika
siswa dilatih untuk menggali kemampuan dan keterampilan dalam mencari,
mengolah, dan menilai berbagai informasi secara kritis. Dengan kemampuan
berpikir kritis siswa akan lebih mudah memecahkan permasalahan dalam fisika
secara cermat, sistematis, dan logis dengan berbagai sudut pandang. Kemampuan
berpikir kritis diperoleh melalui suatu latihan atau situasi yang sengaja diciptakan
untuk merangsang seseorang berpikir secara kritis, misalnya melalui kegiatan
pembelajaran. Pembelajaran fisika yang dilaksanakan pada setiap jenjang
pendidikan, hendaknya menekankan pada pemberian pengalaman langsung.
3
Siswa diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga membantu siswa untuk
memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang alam sekitar. Hal itu
dikarenakan pembelajaran fisika berkaitan dengan sikap pengetahuan yang tinggi
dalam memecahkan suatu fenomena alam. Oleh karena itu pendekatan yang
diterapkan dalam menyajikan pembelajaran fisika adalah memadukan antara
pengalaman proses dan pemahaman produk. Hal ini sesuai dengan tingkat
perkembangan mental siswa SMA yang berada dalam tahap transisi antara
berpikir konkret operasional ke berpikir formal.
Pembelajaran PBL merupakan suatu pendekatan pengajaran yang
menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik
untuk belajar cara berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah,
serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi
pelajaran. Dalam PBL peserta didik diharapkan bisa mempunyai kemampuan
berpikir kritis dalam menerima pembelajaran di dalam kelas.
Model pembelajaran problem based learning adalah model pembelajaran
yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan
otentik yakni penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari
permasalahan nyata (Arends, 2008). Lebih lanjut Arends (2008) menyatakan
bahwa ada tiga hasil belajar (outcomes) yang diperoleh pembelajar yang diajarkan
dengan PBL yaitu inkuiri dan keterampilan melakukan pemecahan masalah fisika,
belajar model peraturan dewasa (adult role behaviours) dan keterampilan belajar
mandiri (skills for independent learning). Keterampilan pemecahan masalah fisika
siswa (problem solving) adalah suatu proses mengaplikasikan pengetahuan yang
4
(Posamentier, 1999). Menurut Arends (2008) terdapat lima fase sintaks secara
umum dalam model pembelajaran berbasis masalah, yaitu orientasi permasalahan,
pengorganisasian untuk meneliti,investigasi, mengembangkan dan presentasi serta
menganalisis dan presentasi.
Melalui jurnal penelitian seperti yang dilakukan oleh Afandi S. dan
Widhia S (2012) mengatakan interaksi antara model pembelajaran dengan
kemampuan berpikir kritis secara signifikan mempengaruhi prestasi belajar
mahasiswa. Sedangkan Idayati,dkk (2013) mengatakan terdapat interaksi antara
model pembelajaran dan berpikir kritis ke Fisika terhadap hasil belajar
IPA-Fisika siswa. Pada siswa dengan keterampilan berpikir kritis ke IPA-IPA-Fisika tinggi
hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran problem based
learning (PBL) sama dengan menggunakan model pembelajaran jigsaw. Pada
siswa dengan keterampilan berpikir ke IPA-Fisika rendah hasil belajar siswa
dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning (PBL) lebih
rendah dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw.
Melalui pemaparan di atas dan didasari pada kenyataan bahwa model
pembelajaran problem based learning dan kemampuan berpikir kritis dapat
membawa siswa untuk memiliki keterampilan pemecahan masalah pembelajaran
fisika serta membentuk hubungan komunikasi dua arah secara interaktif antara
guru dan siswa, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Dan Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Kemampuan Pemecahan
5
1.2.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat diidentifikasi
beberapa masalah sebagai berikut :
1) Kemampuan fisika siswa masih rendah
2) Model pembelajaran masih kurang bervariasi
3) Proses pembelajaran kurang merangsang siswa dalam kemampuan berfikir
kritis dan kemampuan pemecahan masalah fisika siswa
4) Proses belajar masih bersifat berpusat pada guru, sehingga proses belajar
mengajar kurang interaktif
1.3.Pembatasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1) Materi pelajaran fisika kelas X SMA Suhu dan Kalor tahun ajaran 2015/2016
2) Model pembelajaran yang digunakan adalah problem based learning yang
berlangsung pada materi suhu dan kalor
3) Kemampuan berpikir kritis siswa dilihat pada kemampuan berpikir kritis di
atas rata-rata dan di bawah rata-rata
4) Hasil yang akan diperoleh pada model pembelajaran ini adalah kemampuan
pemecahan masalah fisika siswa.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukan pada latar belakang masalah maka
6
1) Apakah ada perbedaan kemampuan pemecahan masalah fisika siswa yang
dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran problem based
learning dan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran direct
instruction?
2) Apakah ada perbedaan kemampuan pemecahan masalah fisika siswa yang
memiliki kemampuan berpikir kritis di atas rata-rata dengan kemampuan
berpikir kritis di bawah rata-rata?
3) Apakah ada interaksi antara model pembelajaran problem based learning
dengan kemampuan berpikir kritis siswa terhadap kemampuan pemecahan
masalah fisika siswa?
1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1) Untuk menganalisis perbedaan kemampuan pemecahan masalah fisika
menggunakan model pembelajaran problem based learning dengan
pembelajaran direct instruction
2) Untuk menganalisis perbedaan kemampuan pemecahan masalah fisika antara
siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis di atas rata-rata dengan siswa
yang memiliki kemampuan berpikir kritis di bawah rata-rata
3) Untuk menganalisis interaksi model pembelajaran problem based learning
dengan kemampuan berpikir kritis siswa terhadap kemampuan pemecahan
masalah fisika siswa
1.6.Manfaat Penelitian
7
1) Sebagai bahan masukan bagi guru fisika dalam memilih strategi pembelajaran
yang efektif yang dapat diterapkan di sekolah.
2) Sebagai bahan referensi penerapan model problem based learning dan
berpikir kritis terhadap kemampuan pemecahan masalah.
3) Sebagai bahan informasi alternatif hasil pemilihan strategi atau model
pembelajaran problem based learning dalam mengetahui
pengaruh kemampuan berpikir kritis dalam meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah fisika siswa.
1.7. Defenisi Operasional
Untuk memberikan konsep yang sama dan menghindari kesalahan penafsiran
terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan
defenisi operasional sebagai berikut :
1) Model pembelajaran problem based learning adalah model pembelajaran
yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan
penyelidikan otentik yakni penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian
nyata dari permasalahan nyata (Arends, 2013).
2) Kemampuan berpikir kritis adalah mode berpikir-mengenai hal, substansi
atau masalah apa saja- di mana si pemikir meningkatkan kualitas
pemikirannya dengan menangani secara terampil struktur-struktur yang
melekat dalam pemikiran dan menerapkan standar-standar intelektual
padanya (Alec Fisher, 2002).
3) Kemampuan pemecahan masalah fisika siswa (problem solving) adalah
8
ke dalam suatu situasi yang baru dan tidak dikenal (Posamentier, 1999).
Pemecahan masalah melibatkan pencarian cara yang layak untuk mencapai
tujuan (Heller, 1991).
4) Model Pembelajaran direct instruction adalah suatu pendekatan mengajar
yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang
berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang
terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang
bertahap, selangkah demi selangkah. Selain itu, pembelajaran ini ditujukan
untuk membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh
informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah (Arends, 2013).
91 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di sekolah SMA Gajahmada Binjai dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning diperoleh kesimpulan:
1. Terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah fisika siswa melalui model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dengan model pembelajaran direct instruction, Dimana nilai rata-rata pembelajaran berbasis masalah 97,09 yang berarti lebih baik jika dibandingkan kelas direct intruction dengan nilai rata-rata 86,60.
2. Terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah fisika siswa antara kelompok siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis di atas rata -rata dengan kelompok siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis di bawah rata - rata, dan kemampuan pemecahan masalah fisika siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis di atas rata - rata 98,36 lebih baik jika dibandingkan kelas direct intructional 92,87.
3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dan kenampuan berpikir kritis dalam meningkatkan
keterampilan pemecahan masalah fisika siswa dengan hasil interaksi pada kelas problem based learning sebesar 10,49 lebih baik dibanding direct intruction. Namun perbedaan kemampuan pemecahan masalah dengan
92
instruction yang berperan dominan dalam proses pembelajaran adalah
tingkat kemampuan berpikir kritis sedangkan di kelas problem based learning yang berperan dominan dalam pembelajaran adalah model
pembelajaran PBL.
5.2 Saran
1. Pendidik hendaknya memilah materi pembelajaran yang sesuai dengan model pembelajaran berbasis masalah serta memperhatikan kelengkapan sumber belajar dalam mengoptimalkan pelaksanaan pembelajaran.
2. Dilihat dan karakter siswa siswa yang belum terbiasa dengan menggunakan model penibelajaran berbasis masalah, sebaiknya dilatih terlebih dahulu melakukan penalaran penyelesaian masalah sederhana ketika pembelajaran dilakukan agar siswa dengan menggunakan model mi siswa memiliki respon yang cepat dalam melakukan model pembelajaran.
3. Melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah, sebaiknya diperhitungkan dengan baik pembagian jumlah kelompok, jangan sampai terlalu banyak siswa dalam satu kelompok, karena akan mengakibatkan siswa dalam kelompok tidak bekerja secara efektif.
93
DAFTAR PUSTAKA
Arends, R. I. 2001. Learning to Teach (Fifth ed.). Boston: McGraw-Hill.
Adrends, R.I.1997. Classroom Instruction and Management. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.
...1997. Classroom Instruction and Management. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.
……….2004. Guide to Field Experiences and Portfolio Development to Accompany Learning to Teach, Sixth Edition. Boston: McGraw-Hill Higher Education.
………2008. Guide to Field Experiences and Portfolio Development to
Accompany Learning to Teach, Sixth Edition. Boston: McGraw-Hill Higher Education.
Arikunto, S., 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.
Dahar, R, W. 1996. Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga.
………2011. Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga
Dimyati & Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta Dwi, I, M., Arif, H., dan Sentot, K. 2013. Pengaruh Strategi Problem Based
Learning Berbasis ICT Terhadap Pemahaman Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 9 : 8-17
Fisher, Alec. 2009. Berpikir Kritis:Sebuah Pengantar. Terjemahan oleh Benyamin Hadinata. Jakarta: Erlangga.
Harahap, M.B. 2013. Strategi Pembelajaran Fisika. Medan: Unimed
Heller,P. 1991. Teaching Problem Solving Through Cooperative Grouping Part I: Group Versus Individuals Problem Solving. Am.J.Phys.60,627-636.
Indrawati. 2000. Keterampilan Proses Sains: Tinjauan Kritis dari Teori ke Praktis. Depdikbud: Bandung.
Jonassen. 2004. Learning to Solve Problems, An Instructional Desaign Guide. San Fransisco : John Wiley & Sons, Inc
Joyce, B. 1992. Models of Teaching (fourth ed.). Massachusetts: Allyn and Bacon. ...2000. Models of Teaching (Sixth ed.). Boston: Allyn and Bacon.
94
Joko,Tri, Wakhid Ahdinirwanto, Arif Maftukhin. 2013. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Mirit Tahun Pelajaran 2012/2013.
Liliasari.2005. Membangun Keterampilan Berfikir Manusia Indonesia Melalui Pendidikan Sains. Naskah Pidato Pengukuhan jabatan Guru Besar Tetap Dalam Ilmu Pendidikan IPA pada Fakultas FMIPA UPI : Bandung.
Ormrod, Jeanne Ellis.2008. Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Permendiknas No 22 Thn 2006. Standar isi SMP
Polya, G. (1985). How To Solve It. 2nd ed., Princeton University Press, ISBN 0-691-08097-6. (online). Tersedia : http://www.math.utah.edu/~pa /math/polya..html [20 Nopember 2013]
Posamentier, Alfred S. and Jay Steppelman.1999. Teaching Secondary Mathematics : technique and Enrichment Units. New Jersey : Prenticehall, Inc.
Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standart Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak. Jakarta :PT Gelora Aksara Pratama Erlangga
Selcuk, S, G., Caliskan, S., Erol, M. 2008. The Effects of Problem Solving Instruction on Physics Achievement, Problem Solving Performance and Strategy Use. Lat. Am. J. Phys. Educ, 2 (3) : 151-166. Tersedia : http://www.journal.lapen.org.mx [29 Nopember 2013]
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung : Tarsito.
Sudijono, Anas.2012. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers Sugiyono.2012. Pengembangan Sistem Evaluasi. Yogyakarta : Insan Madani. Sugiyarto, Teguh. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta : Pusat Perbukuan Suryabrata, Sumadi.2008. Metode Penelitian. Jakarta :PT Raja Grafindo Persada Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif.
Jakarta:Kencana.
UU No 20 Thn 2003 Sistem Pendidikan Nasional