ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH FISIKA PADA MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS
MASALAH (PBM) DENGAN PEMBELAJARAN LANGSUNG MENGGUNAKAN BANTUAN PETA KONSEP
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh
MAKMUR HARTONO NIM: 8106175011
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH FISIKA PADA MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS
MASALAH (PBM) DENGAN PEMBELAJARAN LANGSUNG MENGGUNAKAN BANTUAN PETA KONSEP
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh
MAKMUR HARTONO NIM: 8106175011
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRAK
MAKMUR HARTONO : “Analisis Pemahaman Konsep Dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Pada Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dengan Pembelajaran Langsung Menggunakan Bantuan Peta Konsep”. Tesis Medan. Program Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana Universitas Negeri Medan 2012.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis : (1) Perbedaan kemampuan pemecahan masalah Fisika siswa pada model pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran langsung, (2) Perbedaan kemampuan pemecahan masalah Fisika siswa yang memiliki pemahaman konsep rendah dan pemahaman konsep tinggi, (3) Interaksi antara model pembelajaran dengan pemahaman konsep untuk meningkatkan pemecahan masalah Fisika. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA N 1 Kutacane. Pemilihan sampel dilakukan secara cluster random class. Instrumen yang digunakan terdiri dari : 1). Tes Pemahaman Konsep, dan 2). Kemampuan pemecahan masalah fisika siswa. Adapun tes yang digunakan untuk memperoleh data adalah berbentuk essay. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan ANAVA dua jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1). Kemampuan pemecahan masalah Fisika menggunakan model pembelajaran berbasis masalah lebih baik dibandingkan dengan kemampuan pemecahan masalah Fisika menggunakan pembelajaran langsung pada materi sifat-sifat gelombang cahaya, 2). Kemampuan pemecahan masalah Fisika pada kelompok siswa konsep tinggi lebih baik dibandingkan kemampuan pemecahan masalah Fisika pada kelompok siswa konsep rendah pada materi sifat-sifat gelombang cahaya, 3). Tidak terdapat intraksi antara model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran langsung dengan pemahaman konsep untuk meningkatkan pemecahan masalah fisika siswa pada materi sifat-sifat gelombang cahaya kelas XII SMA N 1 Kutacane.
ABSTRACT
MAKMUR HARTONO : The analysis of concept understanding and ability to problem solving through problem based learning model and direct Instruction model by using maping concept. Thesis Medan. Physics Education Study Program. Postgraduate School of state Universty of Medan, 2012.
This research was aimed to analyze : (1) Differences ability to problem solving of student physics by using problem based learning model and direct instruction model, (2) Differences ability to problem solving of student physics has low and high concept understanding, and (3) Interaction between of learning model and concept understanding to problem solving physics. This research was quasi exprimental research. The population this research is twelve year at senior high school one Kutacane by using cluster random class. The instrument is used consist of: (1) Test of concept understanding. And (2) The ability of problem solving to physics students. The test was essay test. This research data was analyze by using two way ANAVA. The result of this research showed that: (1) The problem solving ability of Physics using problem-based learning model better than problem solving ability of physics using direct instruction the natures of ligh wave, (2). problem solving ability of physics in the students' high concept better than problem solving ability of physics in the low concept students the natures of ligh wave, (3) There were no interaction between problem based learning model and direct instruction model to concept understanding and problem solving of physics the nature light wave to class XII Senior high school 1 Kutacane.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus yang maha
pengasuh juga maha penyayang, yang telah memberikan anugrah-Nya kepada
penulis sehingga peneliti dapat menyelesaiakan penelitian dan penulisan ini tepat
pada waktunya. Adapun judul skripsi ini adalah”Eksistensi Upacara Nengget
pada Masyarakat Karo”..
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Peneliti sadar akan ketidak sempurnaan
skripsi ini, baik dalam tulisan maupun kata-kata. Penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca agar skripsi ini dapat menjadi lebih baik
dikemudian hari. Selama proses penelitian peneliti selalu menyelesaikan skripsi
ini peneliti menghadapi hambatan dan rintangan, akan tetapi berkat dorongan dan
semangat serta bantuan dari berbagai pihak membuat peneliti termotivasi untuk
menyelesaikan skripsi ini. Maka dari itu peneliti ingin mengucapkan terimakasih
kepada
1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si., sebagai Rektor Universitas
Negeri Medan
2. Ibu Dr. Isda Pramuniati, M.Hum., sebagai Dekan Fakultas Bahasa Dan
Seni
3. Ibu Dra. Tuti Rahayu, M.Si., sebagai Ketua Jurusan Sendratasik.
4. Ibu Nurwani,S.S.T.M.Hum selaku Ketua Prodi Pendidikan Seni Tari yang
banyak memberikan informasi dan layanan kepada penulis demi
terselesainya skripsi ini.
5. Ibu Dra. Rr. RHD. Nugrahaningsih, M.Si selaku dosen Pembimbing I
yang senantiasa memberikan arahan, masukan sera motivasi untuk
6. Bapak Drs. Inggit Prastiawan, M,Sn selaku Pembimbing II yang
senantiasa memberikan arahan dan masukan dan bantuan untuk
menyelesaikan skripsi ini.
7. Semua dosen dan staff pengajar khususnya program studi seni tari yang
telah banyak memberikan ilmu pengetahuan kepada peneliti selama studi
kuliah.
8. Terkusus dan teristimewa kepada orang tua yang sangat saya sayangi dan
cintai ayahanda T. Ginting dan ibunda L. Situmorang yang tiada
henti-hentinya memberikan doa, semangat, motivasi dan materi sehingga penulis
dapat termotivasi untuk segera menyelesaikan skripsi ini dengan tepat
waktu dan meraih gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Negeri Medan,
karna tanpa doa-doa mereka penulis tidak bisa seperti sekarang ini.
9. Kepada kakak dan abang saya, bebereku kerina ras impal canggih nd
Tiganyang selalu mendoakan saya, memberi semangat, motivasi serta
dukungan moril sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
10.Bapak narasumber Seter Ginting yang banyak memberikan informasi
kepada penulis tentang eksistensi upacara nengget Pada Masyarakat Karo
sehinga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
11.Bapak narasumber Wardin Ginting yang banyak memberikan informasi
kepada penulis tentang eksistensi upacara nengget Pada Masyarakat Karo
sehinga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
12.Kepada Bapak Tommy Heriko. M.AP Camat Kecamatan Juhar dan Bapak
Jahari Karo-Karo sekertaris Camat atas izin dan saran sehingga penulis
dapat melaksanakan penelitian di kecamatan Juhar Kabupaten Karo
13.Kepada Poda papa Gery sekeluarga, bang Antha Pryma, bang Neo, ma
Hery, Bp sella sekeluarga , teman-teman seniman Karo dan keluarga besar
Mehaga Salon atas bantuannya selama ini, didikannya dan motivasi
14.Kepada Pimpinan Dura Creative Production (Heriandi Surbakti) atas
bantuanya selama ini motivasi dan didikan kepada penulis untuk dapat
menyelesaikan Pendidikanya.
15.Kepada Emma Record, Sella Record, Saren Record Serta Produser yang
telah mendukung penulis untuk menyelesaikan Pendidikan.
16.Seluruh staf administrasi FBS UNIMED yang telah memberikan informasi
dan layanan kepada penulis demi terselesainya penelitian dan skripsi ini.
17.Semua teman-teman Program Studi Seni Tari yang tidak dapat saya
sebutkan namanya satu per satu yang sama-sama berjuang untuk
mendapatkan gelar S-1 pendidikan seni tari.
18.Seluruh pihak yang turut berperan membantu dan mendukung saya dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu
penulismengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Maret 2013 Peneliti
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GRAFIK ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Identifikasi Masalah ... 7
1.3. Batasan Masalah... 7
1.4. Rumusan Masalah ... 8
1.5. Tujuan Penelitian ... 9
1.6. Manfaat Penelitian ... 9
1.7. Definisi Oprasional ... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13
2.1. Tinjauan Teori ... 13
2.1.1. Teori Belajar ... 13
2.1.2. Kemampuan Pemecahan Masalah ... 28
2.1.3. Pemahaman Konsep ... 33
2.1.4. Pembelajaran Berbasis Masalah ... 51
2.1.5. Pembelajaran Langsung ... 63
2.1.6. Peta Konsep ... 69
2.1.7. Penelitian yang Relevan ... 76
2.2. Kerangka Konseptual ... 78
2.3. Hipotesis Penelitian ... 83
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 85
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 85
3.2. Populasi dan Sampel ... 85
3.2.1. Populasi ... 85
3.2.2. Sampel ... 85
3.3. Variabel Penelitian ... 87
3.4. Rancangan Penelitian ... 88
3.5. Prosedur dan Pelaksanaan Penelitian ... 90
3.6. Desain Penelitian ... 90
3.7. Alat Pengumpul Data ... 92
3.8. Validitas Ahli Terhadap Instrumen ... 92
3.9.1. Validitas Tes ... 93
3.9.2. Releabilitas Tes ... 96
3.9.3. Tingkat Kesukaran Tes ... 98
3.9.4. Daya Pembeda ... 99
3.10. Prosedur Penelitian... 101
3.11. Teknik Pemecahan Data ... 101
3.12. Hipotesis Statistik ... 103
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 105
4.1 Analisis Data ... 105
4.1.1 Deskripsi hasil melalui butir soal ... 110
4.1.2 Deskripsi hasil melalui kelompok konsep ... 113
4.1.3 Analisis kemampuan pemecahan masalah melalui indikator ... 116
4.1.3 Uji hipotesis ... 120
4.2 Pembahasan ... 127
4.2.1 Perbedaan pemecahan masalah Fisika dengan PBM dan PL ... 127
4.2.2 Perbedaan pemecahan masalah dengan konsep tinggi dan rendah .. 131
4.2.3 Interaksi antara model dengan pemahaman konsep ... 133
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 137
5.1 Kesimpulan ... 137
5.2 Saran ... 138
DAFTAR GAMBAR
Grafik Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran I. Silabus ... 144
Lampiran II. RPP ... 146
Lampiran II. RPP II ... 156
Lampiran II. RPP III ... 173
Lampiran III. LKS I ... 186
Lampiran III. LKS II ... 190
Lampiran IV. Pedoman peyekoran pemecahan masalah ... 192
Lampiran V. Pedoman peyekoran pemahan konsep ... 193
Lampiran VI. Bahan ajar fisika ... 194
Lampiran VII. Soal dan jawaban instrumen penelitian ... 204
Lampiran VIII. Soal instrumen pemecahan masalah ... 207
Lampiran IX. Soal dan jawaban instrumen konsep ... 210
Lampiran X. Instrumen pemahaman konsep ... 212
Lampiran XI. Instrumen pretes ... 213
Lampiran XII. Peta konsep ... 216
Lampiran XIII. Kisi-kisi konsep ... 217
Lampiran XIV. Reliabilitas dan validitas tes instrumen ... 218
Lampiran XV. Kisi-kisi pemecahan masalah... 228
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi manusia,
manusia yang berpendidikan tidak diperoleh begitu saja dalam waktu yang
singkat, namun memerlukan suatu proses pembelajaran sehingga menimbulkan
hasil atau efek yang sesuai dengan proses yang telah dilalui. Sumber daya
manusia yang berpendidikan akan mampu mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS). Untuk mengemban fungsi pendidikan
tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional
sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2006 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (Menteri pendidikan nasional, 23 Mei 2006). Maka
pencapian standar isi yang telah ditetapkan oleh menteri pendidikan harus
dilaksanakan dengan tujuan tercapainya pendidikan secara kritis, dan mandiri dari
proses belajar mengajar (Permendiknas 2006).
Pembelajaran merupakan pokok utama dalam pencapaian tujuan
pendidikan yang dituntun oleh tenaga pengajar, sehingga pengajar memiliki
tanggung jawab yang besar dalam mengemban pendidikan ini, dimana peran guru
akan memberi gambaran atas keberhasilan siswa baik secara kognitif, afektif dan,
psikomotorik. Tugas tenaga pengajar tersebut bukan mudah, karena banyak guru
yang masih mengeluh pada saat mengajar di dalam kelas disebabkan faktor
pengelolaan kelas dan pengajaran yang dianggap sangat berat seakan menjadi
terjadi maka akan banyak kritik yang ditujukan kepada cara guru mengajar yang
terlalu menekankan pada penguasaan sejumlah informasi belaka. Penumpukan
informasi pada subjek didik dapat saja kurang bermanfaat bahkan tidak
bermanfaat jika hanya dikomunikasikan guru dalam satu arah. Informasi
pengetahuan yang kita berikan memang sangat penting tetapi bukan hanya dalam
masalah itu saja, namun guru masih perlu memperhatikan sikap, cara mengambil
keputusan dan cara pemecahan masalah siswa. Untuk itu perlu pembelajaran yang
relevan yaitu pembelajaran yang bermakna (Sagala, 2010).
Dampak pada masalah sistem pembelajaran dapat dilihat dari prestasi
siswa pada Trend of iternational on mathematics and science study (TIMSS)
Fisika, tampak jelas bahwa kemampuan siswa secara rata-rata masih dibawah
standar internasional, pada ruang lingkup asia tenggara, indonesia masih jauh
tertinggal dari Singapura, Malaysia, dan Brunai Darussalam, tetapi yang sangat
mengejutkan adalah bukan dengan kemampuan siswa untuk menyelesaikan Fisika
secara matematis namun karena rendahnya kemauan siswa dalam pemecahan
masalah Fisika dan pemahaman konsep. Maka terdapat data secara rerata bahwa
siswa indonesia hanya berada diranking ke 37 dari 44 negara. Tantangan inilah
menjadi tugas bersama khususnya tugas guru sebagai pendidik dan pengajar
(Efendi, 2010).
Ditinjau secara khusus pendidikan di kabupaten aceh tenggara, dimana
kekawatir siswa dan guru pada saat datangnya ujian nasional masih menjadi
dilema karena banyaknya kalangan siswa dan guru yang menginginkan agar ujian
sementara kegiatan belajar mengajar terus berjalan. Maka perlu diperhatikan
faktor internal (guru) dan external (siswa) dalam arti kemampuan guru mengajar,
cara belajar dan hasil belajar siswa di kabupaten tersebut.
Peneliti telah melakukan wawancara pada salah satu sekolah di kabupaten
aceh tenggara yakni dengan melakukan intervew terhadap salah satu guru Fisika
SMA N 1 Kutacane (Saniman, S.Pd). Ternyata sangat penting jika seorang
pendidik memikirkan faktor intern yang biasa datang dari sistem mengajar seperti
kemampuan guru dalam penggunaan model pembelajaran khususnya model PBM
yang mampu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah Fisika siswa dalam
pembelajaran disekolah, karena selama ini dalam proses evaluasi Fisika, siswa
masih merasa kawatir tentang kehadiran ujian formatif dan ujian pertengahan
serta ujian diakhir semester. Bukan hanya hal tersebut, namun masih banyak
siswa yang mencoba curang, baik mencontek dari teman maupun membuka
catatan saat ujian berlangsung. Dimana siswa masih merasakan bahwa ilmu yang
mereka dapat belum berupa konsep Fisika yang terkonstruk secara teratur dan
kokoh dalam pikiran siswa, sehingga ilmu atau pengetahuan yang mereka dapat
dibangku sekolah tidak bertahan lama.
Berdasarkan hasil temuan dan intervew terhadap siswa, ternyata di
kalangan siswa masih membudaya cara belajar hafalan, yang dilakukan siswa saat
menjelang ujian formatif. Siswa hanya akan belajar ketika dikelas dan malas
untuk mengerjakan pekerjaan rumah (PR). Dari keadaan tersebut siswa belum
belajar untuk mengerti, tetapi baru dalam tahap menghafal. Keadaan ini
memiliki daya ingat kuat mendapat nilai yang baik, sedangkan siswa yang
memiliki daya ingat lemah mendapatkan nilai yang kurang memuaskan. Temuan
hasil belajar siswa ini ditinjau dari tingkat indikator rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) guru yang sesuai dengan tingkat indikator soal yang dibuat
guru untuk mengukur pencapaian kompetensi siswa.
Untuk tindak lanjut nilai atau hasil belajar siswa, pada tanggal 14 Mei
2012 dilakukan tes observasi pada siswa kelas XII SMA N 1 Kutacane. Hasil atau
nilai tes observasi tersebut masih tergolong rendah bila dibandingkan dengan nilai
KKM (kriteria ketuntasan minimal) yang telah ditetapkan sekolah tersebut untuk
mata pelajaran Fisika. Dimana rata-rata nilai yang mereka dapat adalah 4,00 yang
jauh berbeda dari nilai KKM yakni 6,50. Rata-rata hasil belajar ini dinilai dari
pedoman penyekoran pemecahan masalah dan pemahaman konsep Fisika siswa.
Persoalan sekarang adalah bagaimana menemukan cara yang terbaik untuk
menyampaikan materi yang diajarkan sehingga siswa dapat memahami dan
mengingat lebih lama materi yang diajar tersebut serta kemampuan pemecahan
masalah Fisika siswa yang tinggi. Bagaimana guru dapat menyampaikan cara
yang baik kepada siswa, bagaimana guru dapat membuka wawasan yang beragam
dari seluruh siswa, sehingga dapat mempelajari berbagai materi ajar dan cara
mengkaitkannya dalam kehidupan nyata. Maka sebagai guru yang baik dan
bijaksana harus mampu mengubah kesulitan pembelajaraan tersebut menjadi
pembelalajaran aktif, kritis, efektif, dan menyenangkan. Tentu dengan kemapuan
pemecahan masalah Fisika yang autentik dalam proses pembelajaran sangat perlu
masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang
benar-benar bermakna, dan berusaha untuk mencari pemecahan masalah secara
mandiri akan memberikan suatu pengalaman konkrit, dengan pengalaman tersebut
dapat digunakan pula memecahkan masalah-masalah lain yang serupa, karena
pengalaman itu memberikan makna tersendiri bagi peserta didik (Trianto 2009).
Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan pembelajaran tersebut perlu
diusahakan suatu model pembelajaran yang lebih bermakna pula. Salah satunya
dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah, yaitu model
pembelajaran konstruktivisme yang menekankan perlunya siswa untuk menyelidiki
dan membangun pengetahuan mereka sendiri, mempunyai keterampilan berpikir
tingkat tinggi, mengembangkan kemandirian dan rasa percaya diri. Dalam arti bahwa
siswa harus aktif, saling berinteraksi dengan teman-temannya, saling tahu
informasi, pemahaman konsep, dan berpikir kritis dengan cara pemecahkan
masalah. Desain dari berbasis masalah bertujuan untuk mengembangkan pemikiran
siswa dalam pemecahan masalah dan kemampuan intelektual melalui pembelajaran
yang autentik dan memiliki kemandirian dalam belajar, serta kemauan belajar secara
simulasi kelompok. Maka model pembelajaran berbasis masalah baik digunakan
terhadap siswa yang memiliki kemandirian yang tinggi, (Arends, 2007).
Model pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model
pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan
penyelidikan autentik yakni penyelidikan yang menggunakan penyelesaian nyata.
Dari permasalahan yang nyata sehingga memungkinkan siswa untuk memecahan
Terdapat pada penelitian terdahulu yaitu peneilitian (Yumira Simamora,
2011) yang berjudul perbedaan kemampuan berfikir kreatif dan pemecahan
masalah matematika antara siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah
dengan pembelajaran langsung, mengalami peningkatan pola jawaban siswa
dengan berbasis masalah lebih baik dari pembelajaran langsung sehingga
berdampak pada kemampuan kognitif siswa dimana dengan model berbasis
masalah siswa mendapatkan nilai rata-rata 46,65, sedangkan pembelajaran
langsung hanya 22,31. Penelitian (Santyasa I, 2010) memberikan kesimpulan
penelitiannya bahwa pengembangan pemahaman konsep dan kemampuan
pemecahan masalah mampu meningkatkan kemampuan investigasi cara belajar
Fisika siswa karena dilandaskan oleh konsep siswa dan pembelajaran
konstruktivis pemecahan masalah Fisika. Penelitian (Cahyaningrum N, 2010)
bahwa dengan menggunakan problem based learning dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah 10,81%, dari siklus I ke siklus II, peningkatan
ini dipengaruhi dengan meningkatnya kemampuan siswa pada pemahaman
masalah, merencanakan penyelesaian masalah, menyelesaikan masalah, dan
memeriksa penyelesaian masalah. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk
dilakukannya sebuah penelitian yang difokuskan pada: Analisis Pemahaman
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat di
identifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :
1. Hasil belajar Fisika siswa rendah mulai dari tingkat Penerapan (C3) sampai
Evaluasi (C6).
2. Pemahaman konsep Fisika siswa masih rendah
3. Kemampuan pemecahan masalah Fisika siswa masih rendah
4. Model pembelajaran berbasis masalah (PBM) belum diterapkan di sekolah
5. Guru lebih sering menggunakan pembelajaran langsung dalam proses
belajar mengajar di dalam kelas.
6. Siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajar
7. Guru kurang memahami penerapan model pembelajaran dalam kegiatan
belajar mengajar.
1.3. Pembatasan Masalah
Setiap aspek dalam pembelajaran Fisika mempunyai ruang lingkup yang
sangat luas, agar tidak terlalu melebar, perlu pembatasan masalah dalam
penelitian ini agar lebih fokus, maka batasan masalahnya adalah:
1. Pemahaman konsep Fisika siswa masih rendah pada materi sifat-sifat
gelombang cahaya di SMA N 1 Kutacane.
2. Kemampuan pemecahan masalah Fisika siswa masih rendah pada materi
3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) belum diterapkan di SMA
N 1 Kutacane.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka masalah
penelitian yang diselidiki dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah Fisika siswa
malalui model pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran langsung
menggunakan bantuan peta konsep pada materi sifat-sifat gelombang
cahaya di SMA N 1 Kutacane?
2. Apakah terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah Fisika siswa
yang memiliki pemahaman konsep rendah dan pemahaman konsep tinggi
menggunakan bantuan peta konsep pada materi sifat-sifat gelombang
cahaya di SMA N 1 Kutacane?
3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran berbasis masalah
dan pembelajaran langsung dengan pemahaman konsep untuk
meningkatkan pemecahan masalah Fisika pada materi sifat-sifat
1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, tujuan penelitian
ini adalah:
1. Untuk menganalisis perbedaan kemampuan pemecahan masalah Fisika
siswa yang diberi model pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran
langsung menggunakan bantuan peta konsep pada materi sifat-sifat
gelombang cahaya di SMA N 1 Kutacane.
2. Untuk menganalisis perbedaan kemampuan pemecahan masalah Fisika
antara siswa yang memiliki pemahaman konsep rendah dan pemahaman
konsep tinggi menggunakan bantuan peta konsep pada materi sifat-sifat
gelombang cahaya di SMA N 1 Kutacane.
3. Untuk menganalisis interaksi antara model pembelajaran berbasis masalah
dan pembelajaran langsung dengan pemahaman konsep untuk
meningkatkan pemecahan masalah Fisika pada materi sifat-sifat
gelombang cahaya di SMA N 1 Kutacane.
1.6. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi guru, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan
mengembangkan profesi guru serta mengubah pola dan sikap guru dalam
mengajar yang semula berperan sebagai pemberi informasi menjadi
berperan sebagai fasilitator dan mediator yang dinamis dengan
mengajar yang dirancang dan dilaksanakan menjadi efektif, efisien, kritis
dan inovatif.
2. Bagi siswa, melalui model pembelajaran berbasis masalah dapat
meningkatkan pemecahan masalah Fisika siswa.
3. Bagi peneliti, memberikan gambaran atau informasi tentang pemahaman
konsep dan pemecahan masalah Fisika selama pembelajaran berlangsung.
1.7.Definisi Oprasional.
a)Kemampuan pemahaman konsep
Kemampuan pemahaman konsep Fisika adalah kemampuan mengungkap
konsep-konsep materi Fisika dan melakukan pemahaman materi Sifat-sifat
gelombang cahaya secara luwes, akurat, efisien dan tepat. Kemampuan
pemahaman konsep Fisika siswa diukur berdasarkan jawaban soal tes.
Kemampuan pemahaman konsep Fisika berbentuk uraian yang terdiri dari tiga
kemampuan, 1) Menuliskan konsep, 2) memberi contoh konsep, 3) penerapkan
konsep dalam pemecahan masalah.
b) Kemampuan pemecahan masalah
Kemampuan pemecahan masalah Fisika adalah kemampuan siswa dalam
menyelesaikan masalah Fisika dengan memperhatikan proses menemukan
jawaban berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah.
a. Memahami masalah
c. Melakukan perhitungan
d. Memeriksa kembali kebenaran jawaban.
c) Pembelajaran Berbasis masalah
Pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu model pembelajaran
untuk mengaitkan konten dengan konteks. Yang dimaksud dengan konten adalah
isi materi pelajaran, sedangkan konteks adalah situasi dunia nyata yang dihadapi
siswa sehari-hari. Konteks memberikan makna pada isi, yang semakin banyak
keterkaitan yang ditemukan siswa dalam suatu konteks yang luas, semakin
bermaknalah isinya bagi mereka. Jadi sebagaian besar tugas guru menyediakan
konteks. Semakin mampu para siswa mengaitkan pelajaran-pelajaran akademis
mereka dengan konteks ini, semakin banyak makna yang akan mereka dapatkan
dari pelajaran tersebut.
d) Pembelajaran Langsung
Pembelajaran langsung adalah pembelajaran yang digunakan dengan
memberikan keterangan terlebih dahulu, definisi, prinsip dan konsep materi
pelajaran serta memberikan contoh-contoh latihan pemecahan masalah dalam
bentuk ceramah, demonstrasi, tanya jawab dan penugasan. Siswa mengikuti pola
yang ditetapkan oleh guru secara cermat. Penggunaan pembelajaran Langsung
merupakan pembelajaran mengarah kepada tersampaikannya isi pelajaran kepada
e) Peta Konsep
Peta konsep adalah suatu ilustrasi grafis yang konkrit yang dapat
menunjukkan bagaimana suatu konsep berhubungan atau terkait dengan
konsep-konsep lain yang termasuk kategori yang sama. Peta konsep-konsep dapat merupakan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 1.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dikemukakan, maka
dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Kemampuan pemecahan masalah Fisika menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah lebih baik dibandingkan dengan
kemampuan pemecahan masalah Fisika menggunakan pembelajaran
langsung pada materi sifat-sifat gelombang cahaya kelas XII SMA N 1
Kutacane. Dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah
dapat menjadikan siswa lebih berkreatifiatas, mampu meningkatkan
berpikir tingkat tinggi, belajar dewasa dan belajar aktif.
2. Kemampuan pemecahan masalah Fisika pada kelompok siswa konsep
tinggi lebih baik dibandingkan kemampuan pemecahan masalah Fisika
pada kelompok siswa konsep rendah pada materi sifat-sifat gelombang
cahaya kelas XII SMA N 1 Kutacane. Dengan konsep tinggi siswa akan
mampu menggambarkan, memprediksi, dan memahami indikator
kemampuan pemecahan masalah dengan kemampuan kognitif.
3. Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan pemahaman
konsep dalam meningkatkan pemecahan masalah Fisika siswa pada materi
sifat-sifat gelombang cahaya kelas XII SMA N 1 Kutacane. Tidak terdapat
konsep tidak saling memberi pengaruh terhadap kemampuan pemecahan
masalah Fisika siswa.
Hasil temuan penelitian menjelaskan bahwa kelompok siswa yang
mendapat konsep tinggi menggunkan model pembelajaran berbasis masalah lebih
baik dari pada kelompok siswa konsep tinggi menggunakan model pembelajaran
langsung, konsep rendah pembelajaran berbasis masalah, dan konsep rendah
pembelajaran langsung. Kelompok siswa konsep tinggi pembelajaran langsung
lebih baik daripada konsep rendah pembelajaran berbasis masalah, dan konsep
rendah pembelajaran langsung. Konsep rendah pembelajaran berbasis masalah
lebih baik daripada konsep rendah pembelajaran langsung.
1.2 Saran
Berdasarkan hasil dan kesimpulan dalam penelitian ini, maka peneliti
mempunyai beberapa saran, yaitu :
1. Kepada guru Fisika
a. Pada pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah, hendaknya guru
memberi masalah kepada siswa yang berifat kompleks dan mendidik siswa
untuk menganalisis masalah secara konsep dan secara khusus, serta
menuntun siswa memecahakan masalah secara matematis yang kompleks
dan juga mendalam.
b. Sebaiknya siswa yang diajar telah memahami pembelajaran secara
kooperatif, karena pembelajara PBM akan baik jika siswa belajar secara
c. Kebiasaan pembelajaran langsung masih memberi bias kepada siswa yang
akan diajar dengan pembelajaran berbasis masalah, maka hendaknya guru
harus menceritakan terlebih dahulu skenario pembelajaran pertemuan
berikutnya serta menambahkan evaluasi kemampuan Afektip dan
kemampuan Psikomotorik.
2. Kepada lembaga terkait
a. Model pembelajaran berbasis masalah dengan menekankan pemahaman
konsep dan kemampuan pemecahan masalah Fisika masih sangat asing
bagi guru maupun siswa, oleh karenanya perlu disosialisasikan oleh
sekolah atau lembaga terkait dengan harapan dapat meningkatkan hsil
belajar Fisika siswa, khusunya pemahaman konsep dan kemampuan
pemecahan masalah Fisika.
b. Model pembelajaran berbasis masalah dapat dijadikan sebagai salah satu
alternatif dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah Fisika
siswa pada pokok bahasan sifat-sifat gelombang cahaya sehingga dapat
dijadikan masukan bagi sekolah untuk dikembangkan sebagai model
pembelajaran yang efektif untuk pokok bahasan yang lain.
3. Kepada peneliti lanjutan
a. Dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan model pembelajaran berbasis
masalah dalam pemahaman konsep untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah Fisika siswa secara maksimum untuk memperoleh
b. Dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan model pembelajaran berbasis
masalah dalam pemahaman konsep untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah Fisika siswa dengan materi-materi Fisika dan
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, B. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Dan Komunikasi Siswa Sekolah Menengah. Medan : Sekolah Pascasarjana Unimed.
Arends, R. 2008. Learning To Teach Belajar Untuk Mengajar. Yokyakarta : pustaka pelajar.
Arikunto, S. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Cahyaningrum. N. 2010. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika melalui penerapan problem based learning. Universitas Negeri Yogyakarta :
Yokyakarta.
Dahar, R.W. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga.
Depdiknas. 2006. Peraturan Meteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006 Tentang Standart Isi Sekolah Manengah Atas. Jakarta : Depdiknas.
Dimyati dan Mudjiono, (2002), Belajar dan Pembelajaran, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta
Efendi. R. 2010. Kemampuan Fisika Siswa Indonesia dalam TIMSS. FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Hamalik, O. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.
Hamzah. U. 2004. Model Pembelajaran. Gorontalo : Nurul Zannah.
Joyce, B. 2009. Model Of Teaching Model-model Pembelajaran. Yokyakarta : pustaka Pelajar.
Lubis, N. 2011. Dengan Judul Penelitian Penerapan Pembelajaran Berbsis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Pengetahuan Prosedural Siswa Sekolah Menengah Pertama. Medan : Sekolah Pascasarjana Unimed.
Mohan, R. 2007. Innovative Science Teaching. New Delhi.
Ruseffendi. E.T. 1991. Pengantar kepada guru mengembangkan kompetensinya dalam pengajaran matematika untuk meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito
Rusilowati, 2009. Pengembangan kreativitas siswa dalam membuat karya ipa melalui model pembelajaran problem based Intraction. Unnes Semarang. Jurnal pendidikan Fisika.
Sagala, S. 2011. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Pendidik. Bandung : ALFABETA
Sagala, S. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : ALFABETA
Santyasa. I. 2010. Pengembangan pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah fisika bagi siswa SMA dengan pemberdayaan model perubahan konseptual berseting investigasi kelompok. Jurusan Pendidikan Fisika. Universitas Pendidikan Ganesha
Setyosari. P. 2010. Metodelogi Penelitian dan Pengembangan. Jakarta : Prenada media Group.
Sedarmayanti. 2011. Metodologi penelitian. Bandung: Munandar maju.
Simamora, 2011. Perbedaan Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Pemecahan Masalah Antara Siswa Yang Diberi Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Pembelajaran Langsung. Medan : Sekolah Pascasarjana Unimed.
Slavin, R.E. 1995. Cooperative Learning. Teori Researh and Practice, Second Edition.
Suci. 2007. Penerapan model pembelajaran problem based learning untuk meningkatkan partisipasi dan hasil belajar. Undiksha, Jurnal penelitian dan pengembang pendidikan.
Sudjana, N. 1992. Metode Statistik edisik ke-5. Bandung : Tarsito.
Sugiono. 2002. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi, A. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi aksara.
Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Tarwiyah, 2011. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah yang menekankan pada presentasi melalui pembelajaran berbasis masalah untuk siswa sekolah menengah. Medan : Sekolah Pascasarjana Unimed.
Tim PLPG. 2008. Materi Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG). Medan : Fisika, Fmipa, Unimed.
Tipler. 1991. Fisika untuk sains dan teknik. Jakarta: Erlangga
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Pranada Media Group.
Panjaitan, P. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Dengan Bantuan Peta Konsep Sebagai Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Pemecahan Masalah Sekolah Menengah Atas. Medan : Sekolah Pascasarjana Unimed.
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 2.1. Hubungan antara cara belajar dan pembelajaran ... 22
Tabel 2.2. Struktur pencapaian konsep ... 47
Tabel 2.3. Sintaks pembelajaran berbasis masalah ... 58
Tabel 2.4. Sintaks model pembelajaran langsung ... 68
Tabel 2.5. Langkah-langkah pembuatan peta konsep ... 73
Tabel 3.1 Rancangan penelitian ... 91
Tabel 3.2 Metode rancangan penelitian ... 91
Tabel 3.3 Validitas soal pemecahan masalah Fisika ... 93
Tabel 3.4 Validitas soal pemahaman konsep ... 95
Tabel 3.5. Reliabilitas kemampuan pemecahn masalah Fisika ... 97
Tabel 3.6 Reliabilitas pemahaman konsep ... 97
Tabel 3.7 Kriteria tingkat kesukaran soal pemecahan masalah ... 99
Tabel 3.8 Kriteria tingkat kesukaran soal pemahaman konsep ... 99
Tabel 3.9 Daya pembeda butir soal pemecahan masalah fisika ... 100
Tabel 3.10 Daya pembeda butir soal pemahaman konsep ... 100
Tabel 4.1 Nilai pretes kemampuan pemecahan masalah ... 106
Tabel 4.2 Uji normalitas pretes kedua kelas ... 106
Tabel 4.3 Uji homogenitas pretes... 107
Tabel 4.4 Uji beda kedua sampel ... 108
Tabel 4.5 Nilai pemahaman konsep siswa ... 108
Tabel 4.6 Nilai postes kemampuan pemecahan masalah ... 109
Tabel 4.7 Hasil pemecahan masalah Fisika melalui butir soal ... 110
Tabel 4.8 Kemampuan pemecahan masalah melalui konsep ... 113
Tabel 4.9 Deskripsi kemampuan pemecahan masalah Fisika ... 114
Tabel 4.10 Kemampuan memahami masalah ... 117
Tabel 4.11 Perencanaan penyelesaian masalah ... 118
Tabel 4.12 Penyelesaian masalah ... 119
Tabel 4.13 Memeriksa kembali ... 120
Tabel 4.14 Uji normalitas postes ... 121
Tabel 4.15 Uji homogenitas postes ... 121
Tabel 4.16 Hasil uji intraksi kedua kelas ... 122