EFEK MODEL
KONSEP DAN KREATIVITAS
PEMECAHAN MASALAH FISIKA
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memper
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
EFEK MODEL PROBLEM BASED LEARNINGBERBANTU PETA KONSEP DAN KREATIVITAS TERHADAP KEMAM
PEMECAHAN MASALAH FISIKA SMA
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan (M.Pd) Pada
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh :
RIZKI NOVERI PANDIANGAN NIM : 8146176016
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2016
BERBANTU PETA TERHADAP KEMAMPUAN
ABSTRAK
Rizki Noveri Pandiangan. “Efek Model Problem Based Learning Berbantu Peta Konsep Dan Kreativitas Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika SMA”. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk : menganalisis apakah hasil kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajarkan dengan model problem based learning berbantu peta konsep lebih baik daripada pembelajaran konvensional, menganalisis apakah hasil kemampuan pemecahan masalah siswa yang memiliki kreativitas tinggi lebih baik daripada siswa yang memiliki kreativitas rendah, menganalisis apakah ada interaksi antara model problem based learning berbantu peta konsep dengan kreativitas siswa terhadap kemampuan pemecahan masalah fisika siswa. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan desain two group pretest-posttest design. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 3 Medan semester II tahun ajaran 2015/2016. Sampel dalam penelitian ini diambil secara cluster random sampling, yaitu sebanyak 2 kelas berjumlah 80 orang. Kelas X MIA-4 sebagai kelas eksperimen yang diajarkan dengan model pembelajaran problem based learning berbantu peta konsep terdiri atas 40 orang siswa, kelas X MIA-14 sebagai kelas kontrol diajarkan dengan pembelajaran konvensional terdiri atas 40 orang siswa. Instrumen penelitian ini menggunakan tes essay kemampuan pemecahan masalah terdiri dari 5 soal dan tes kreativitas dalam bentuk essay terdiri dari 8 soal serta telah dinyatakan valid dan reliabel. Data yang dihasilkan dianalisis dengan menggunakan ANAVA dua jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran problem based learning berbantu peta konsep lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, kemampuan pemecahan masalah siswa yang memiliki kreativitas tinggi lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki kreativitas rendah , dan terdapat interaksi antara model pembelajaran problem based learning berbantu peta konsep dan pembelajaran konvensional dengan kreativitas dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah fisika siswa.
ABSTRACT
Rizki Noveri Pandiangan. “The Effect of Problem-Based Learning Model with Concept Mapping and Creativity on Problem Solving Ability in SMA”. Postgraduate School of the State University of Medan, 2016.
The aim of this study were : to analyze if the result of students’ problem solving ability with using problem-based learning model with concept mapping better than conventional learning, to analyze if the results of problem solving ability of students who have high creativity was better than students who have low creativity,to analyze if there was no interaction between problem-based learning modelwith concept mapping and creativity of physics students' problem solving ability. This research is a quasi-experimental design with two group pretest-posttest design. Theresearchpopulation is all students of class X SMA Negeri 3 Medan in second semester of the 2015/2016 academic year. The sampling define by random cluster sampling with two classes consist of 80 students.The lass of X MIA-4 as the experimental classusingproblem-based learning model withconcept mapping consists of 40 students, the class of X MIA-14 as the control class using conventional learning consiste of 40 students. This research instrument use essay tests of problem solving ability consists of 5 questions and tests of creativity in the form of an essay consists of 8 questions and has been valid and reliable. Result of the data analyzed by using two ways ANAVA. The results showed that: the problem solving ability of students using problem-based learning model with concept mapping better than conventional learning, The problem solving ability of students who have high creativity better than students who have the low creativity, and there was interaction between the problem-based learning model with concept mapping and conventional learning with creativity to improvephysicsstudents' problem-solving ability.
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Efek Model Problem Based Learning Berbantu Peta Konsep Dan Kreativitas Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika SMA”dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Fisika di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Alhamdulillah dalam penyusunan tesis ini, penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menentukan judul,penyusunan proposal hingga menjadi sebuah tesis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan tesis ini, yaitu kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S., M.M selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana dan Pembimbing I yang selalu memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan tesis ini.
2. Bapak Dr. Ridwan Abdullah Sani,M.Si selaku Pembimbing II yang selalu memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan tesis.
3. Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si selaku narasumber I, Ibu Prof. Dr. Retno Dwi Suyanti, M.Si selaku narasumber II, Bapak Prof.Motlan,M.Sc, Ph.D selaku narasumber III yang telah memberikan masukan guna kesempurnaan tesis ini.
4. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Fisika Pps Unimed yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan berlangsung.
. Bapak Kepala Sekolah dan Staff guru SMA Laksamana Martadinata Medan yang memberikan motivasi dan dukungan tempat penulis bekerja.
. Teristimewa untuk keluargaku yang sangat saya sayangi dengan penuh hormat penulis menyampaikan terimakasih tidak terhingga pada kedua orangtuaku tersayang Ibunda Rismawati Tanjung, Ayahanda erman Pandiangan dan Adikku sayang Ferdiansyah Pandiangan yang telah memberikan motivasi, doa, serta kasih sayang yang tak pernah henti kepada penulis dalam menyelesaikan studi di Unimed hingga selesainya tesis ini. . Teman-teman seperjuangan semasa perkuliahan Pps Pendidikan Fisika Dik B
Sartika Sari Rambe,M.Pd,Tetty Oppusunggu,M.Pd, Lilys Bahrani, M.Pd, Kk Sari Wahyuni, M.Pd, Kk Unita Sukma,M.Pd,Rika Yulia,M.Pd, Mutiah,M.Pd, Bg Risdo ultom, M.Pd, Bg Yosua, M.Pd, Wita, M.Pd Pak Narso, M.Pd, Bu Yanti, M.Pd Pak Kasden, M.Pd dan lainnya tidak tersebutkan satu persatu. Teman-teman kelas A1 dan A2 aflah,M.Pd, Irdes idayana Siregar,M.Pd, Tionar Melisa, M.Pd Kak Pesta, M.Pd terimakasih atas kerjasama dan semangat yang kalian berikan. Serta adik kohati Irma Yanti,S.Pd yang membantu dalam penelitian, dan kk kos ku selama dua tahun perjuangan s2 kak Cut Izzah Farahiya M.Pd.
Penulis juga menyadari bahwa tesis ini masih perlu disempurnakan oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan tesis ini. Akhir kata penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat kepada para pembacanya.
Medan, Juni 201
Penulis
Rizki Noveri Pandiangan
DAFTAR ISI
2.1.1. Model Pembelajaran 16
2.1.2. Model Pembelajaran Problem Based Learning 16
2.1.2.1 Pengertian Model Pembelajaran PBL 16
2.1.2.2 Teori Belajar yang Melandasi Model Pembelajaran PBL 18 2.1.2.2.1Dewey dan Kelas Berorientasi Masalah 20
2.1.2.2.2Teori Belajar Vygotsky 20
2.1.2.2.3Teori Belajar Kontruktivis 21
2.1.2.3 Sintaks Model Pembelajaran PBL 22
2.1.2.4 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran PBL 28
2.1.3. Pembelajaran Konvensional 29
2.1.3.1 Pengertian Model Pembelajaran Konvensional 29 2.1.3.2 Kelebihan dan KekuranganPembelajaran Konvensional 29
2.1.4 Peta Konsep 31
2.1.4.1 Pengertian Peta Konsep 31
2.1.4.2 Gagasan-gagasan yang Mendasari Pembentukan Peta
Konsep 31
2.1.4.3 Menyusun Peta Konsep 32
2.1.4.4 Kegunan dan Manfaat Peta Konsep 33
2.1.5 Kreativitas 35
2.1.5.1 Pengertian Kreativitas 35
2.1.5.2 Tujuan-tujuan wujud Kreatif 37
2.1.5.3. Ciri-Ciri Kreativitas 38
2.1.5.4. Indikator Kreativitas 38
2.1.6. Kemampuan Pemecahan Masalah 41
2.1.7. Penelitian Yang Relevan... 43
2.2 Kerangka Konseptual dan Hipotesis 47
2.2.1.1. Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah dengan menggunakan Problem Based Learning Berbantu Peta Konsep Lebih Baik daripada Model
Pembelajaran Konvensional... 47 2.2.1.2. Kemampuan Pemecahan Masalah isika untuk
Kreativitas Tinggi Lebih Baik daripada
Kreativitas Rendah... 49 2.2.1.3. Ada Interaksi Model Problem Based Learning
Berbantu Peta Konsep Dan Model Pembelajaran Konvensional Dengan Kreativitas Dalam Kemampuan
Pemecahan Masalah isika siswa... 51
2.2.2. Hipotesis Penelitian 52
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 54
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 54
3.1.1. Tempat Penelitia... 54 3.1.2. Waktu Penelitian... 54
3.2 Populasi dan Sampel Penelitia 54
3.2.1 Populasi Penelitian 54
3.2.2 Sampel Penelitian 54
3.3 Variabel Penelitian 55
3.4 Jenis dan Desain Penelitian 55
3.4.1 Jenis Penelitian 55
3.4.2 Desain Penelitian 56
3.5. Prosedur dan Pelaksanaan Penelitian 58
3.6. Teknik Pengumpulan Data... 60
3.7. Instrumen Penelitian 61
3.7.1. Tes Kreativitas Siswa 61
3.7.2. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah isika 62 3.8. Validitas Tes... 64 3.8.1. Pengujian Validitas Tes Secara Rasional... 64 3.8.2. Pengujian Validitas Tes Secara mpirik... 65
3.8.3. Reliabilitas 67
3.8.4. Tingkat Kesukaran Tes 68
3.8.5. Daya Pembeda 69
3.9. Teknik Analisis Data 71
3.9.1. Analisis Deskriptif 71
3.9.2. Uji Normalitas Data 71
3.9.3. Uji Homogenitas Data 73
3.9.4. Uji Hipotesis 73
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian 75
4.1.1 Deskriptif Hasil Penelitian 75
4.1.2. Analisis Statistika Data Hasil Penelitian Pretes 75
4.1.2.2 Uji Normalitas 78
4.1.2.3 Uji Homogenitas 78
4.1.2.4 Uji Kemampuan Awal Kemampuan Pemecahan Masalah
Uji t-pretes 79
4.1.3 Analisis Statistika Data Hasil Penelitian Postes 80 4.1.3.1 Perlakuan dalam Pelaksanaan Penelitian 80 4.1.3.2 Deskripsi Data Postes Kemampuan Pemecahan Masalah 83
4.1.3.3 Uji Normalitas 86
4.1.3.4 Uji Homogenitas 86
4.1.3.5 Analisis Butir Soal Kemampuan Pemecahan Masalah
Pada Kelas Kontrol Dan ksperimen 87
4.1.4 Hasil Instrumen Kreativitas 89
4.1.4.1 Analisis Data Kemampuan Pemecahan Masalah
Berdasarkan Tingkat Kreativitas Kelas Kontrol dan Kelas
ksperimen 91
4.1.5 Analisis Hasil Penelitian 93
4.1.5.1 Analisis Data Pretes Dan Postes Kemampuan
Pemecahan Masalah 93
4.2 Pengujian Hipotesis 94
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian 106
4.3.1. Kemampuan Pemecahan Masalah isika Siswa Antara Kelas yang Menggunakan Model Pembelajaran
Problem based learning lebih baik dibandingkan dengan Kelas yang Menggunakan pembelajaran
Konvensional 107
4.3.2. Kemampuan Pemecahan Masalah isika Siswa pada Kelompok Siswa yang Memiliki Kreativitas tinggi
lebih baik Dibandingkan Kelompok Siswa yang Memiliki
Kreativitas Rendah 109
4.3.3. Terdapat Interaksi Model Pembelajaran Problem based learning berbantu peta konsep dan Pembelajaran
Konvensional dengan Kreativitas Terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah Siswa 111
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 112
5.2. Saran 113
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sembilan Peristiwa Belajar Gagne 19 Tabel 2.2 Sintaksis Model Pembelajaran PBL 27
Tabel 2.3 Indikator Kreativitas 39
Tabel 2.4 Tahapan dan Indikator Kemampuan Pemecahan
Masalah 43
Tabel 2.5 Hasil Penelitian Yang Relevan Sesuai Model
Pembelajaran PBL 44
Tabel 3.1. Two Grup Pretest-Posttest Design 56 Tabel 3.2 Desain Penelitian Anava 57 Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Kreativitas Siswa 61 Tabel 3.4 Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 62 Tabel 3.5 Pedoman penskoran Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah... 62 Tabel 3.6 Interpretasi Nilai Koefisien Korelasi (r)... 66 Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Tes Kemampuan Pemcahan Masalah... 66 Tabel 3.8 Interpretasi derajat Reliabilitas... 67 Tabel 3.9 Realibilitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 68 Tabel 3.10 Tingkat Kesukaran Tes 69 Tabel 4.1 Data Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah 76 Tabel 4.2 Uji Normalitas Data Pretes 78 Tabel 4.3 Uji Homogenitas Data Pretes 79 Tabel 4.4 Uji Kesamaan Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 80 Tabel 4.5 Nilai Postes Kemampuan Pemecahan Masalah
Pada Kelas Kontrol Dan Kelas Eksperimen... 83 Tabel 4.6 Normalitas Data Postes 86 Tabel 4.7 Homogenitas Data Postes 86 Tabel 4.8 Nilai Rata-Rata Jawaban Siswa Tiap Butir Soal KPM
Pada Kelas Kontrol Dan Eksperimen Tiap Butir Soal 87 Tabel 4.9 Data Kreativitas Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 89 Tabel 4.10 Analisis Data Kreativitas Rendah dan Kreativitas
Tinggi Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 90 Tabel 4.11 Data Kreativitas Siswa Gabungan Kelas Eksperimen Dan
Kelas Kontrol 91
Tabel 4.12 Nilai Kemampuan Pemecahan Masalah (KPM) Siswa Dengan Kreativitas Tinggi Dan Rendah Pada Kelas
Kontrol dan Kelas Eksperimen 91 Tabel 4.13 Jumlah Siswa Kreativitas Tinggi Dan Kreativitas Rendah
Model Konvensional (Kelas Kontrol) Dan Model
Problem Based Learning Berbantu Peta Konsep
(Kelas Eksperimen) 95
Tabel 4.14 Hasil Uji Anava Dua Jalur 96 Tabel 4.15 Uji Homogenitas Antar Kelompok 96 Tabel 4.16 Statistik Deksriptif Anava 97
Tabel 4.17 Hasil Uji Anava 98
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Hubungan Antar Variabel 55 Gambar 3.2 Skeka Pelaksanaan Penelitian 60 Gambar 4.1 Histogram Data Pretes Kelas Kontrol 77 Gambar 4.2 Histogram Data Pretes Kelas Eksperimen 77 Gambar 4.3 Nilai Rata-rata Uji Lembar Kerja Siswa 82 Gambar 4.4 Histogram Data Postes Kelas Kontrol 85 Gambar 4.5 Histogram Data Postes Kelas Eksperimen 85 Gambar 4.6 Analisis Indikator Butir Soal KPM 88 Gambar 4.7 Analisis Nilai Kemampuan Pemecahan Masalah
Berdasarkan Tingkat Kreativitas 93 Gambar 4.8 Grafik Nilai Postes dan Pretes kelas eksperimen
dan kontrol 94
Gambar 4.9 Pola Garis Interaksi Antara Model Pembelajaran Dan Kreativitas Siswa Terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah 102
Gambar 4.10 Nilai rata-rata hasil belajar kemampuan pemecahan masalah pada tingkat kreativitas rendah dan tingkat
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 12. Tabel Sfesifikasi Tes Kreativitas 158 Lampiran 13. Rubrik penilaian Dan Validasi Instrumen Kreativitas 161 Lampiran 14. Soal Tes Kreativitas 165 Lampiran 15. Tabel Spesifikasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 168 Lampiran 16. Lembar Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 175 Lampiran 17. Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 177 Lampiran 18. Validitas Tes 181 Lampiran 19. Reliabilitas Tes 184 Lampiran 20. Tingkat Kesukaran Tes 185 Lampiran 21. Perhitungan Daya Beda Soal 187 Lampiran 22. Daftar Nama Siswa Kelas Kontrol Dan Kelas
Eksperimen 188
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu langkah untuk merubah sikap, tingkah
laku bahkan pola pikir seseorang untuk lebih maju dari sebelum mendapatkan
pendidikan yang ia peroleh. Pendidikan tidak hanya dapat diperoleh dalam
sekolah, namun dalam lingkungan keluarga dan masyarakat, seseorang dapat
memperoleh pendidikan. Untuk mengemban fungsi pendidikan pemerintah
menyelenggarakan suatu system pendidikan nasional sebagaimana tercantum
dalma Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2006 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Menteri pendidikan nasional, 23 Mei 2006). Maka pencapaian standar
isi yang telah ditetapkan oleh menteri pendidikan harus dilaksanakan dengan
tujuan tercapainya pendidikan secara kritis, dan mandiri dari proses belajar
mengajar (Permendiknas, 2006). Tolak ukur terhadap keberhasilan belajar (dalam
lingkup akademik) siswa ialah pencapaian hasil belajar.
Fisika merupakan salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains yang
dapat digunakan sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan berfikir analitis
dan deduktif dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam
sekitar, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dengan menggunakan
matematika, serta dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap
percaya diri. Fisika memiliki struktur keilmuan yang pasti (Supeno et.all, 2008).
Guru memegang peranan penting dalam rangka meningkatkan kualitas
2
diharapkan dapat mengembangkan berbagai alternatif pendekatan dalam
pengelolaan proses belajar mengajar untuk menghasilkan suatu proses belajar
mengajar yang inovatif. Pada proses pembelajaran sangat diharapkan terjadinya
komunikasi dua arah antara guru dan siswa secara timbal balik, demi terjadinya
interaksi belajar yang bagus sehingga membawa kepada pencapaian tujuan hasil
belajar yang maksimal.
Proses pembelajaran akan lebih interaktif, menyenangkan dan memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam mencari tahu dan menyelesaikan
masalah secara bekerjasama dan berkolaborasi. Sehingga dapat menghasilkan
insan ndonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif melalui penguatan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi (Permendikbud nomor tahun
201 Tentang Kurikulun 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah 8 7).
al ini merupakan salah satu upaya perubahan yang dilakukan oleh pemerintah
dengan menyesuaikan tujuan pendidikan nasional agar insan ndonesia dapat
bersaing dan cakap dalam memecahkan masalah dalam rangka memasuki abad ke
21 yang sarat akan persaingan global dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta informasi yang kian pesat.
Pada kenyataannya di lapangan proses pembelajaran fisika di kelas
cenderung bersifat analitis, siswa cenderung menghafal rumus namun kurang
memaknai untuk apa dan bagaimana rumus itu digunakan, metode ceramah dan
tanya jawab merupakan metode yang biasa digunakan oleh guru dengan urutan
menjelaskan, memberi contoh, bertanya, latihan dan memberikan tugas (Mariati,
3
ndikator rendahnya prestasi belajar fisika siswa dapat diperoleh dari hasil
T MMS (Trend Of International On Mathematics And Science Study) sejak tahun
1 . Prestasi sains siswa ndonesia pada T MSS menempati peringkat 32 dari 38
negara tahun 1 , peringkat 37 dari 6 negara tahun 2003, dan peringkat 3 dari
negara tahun 2007 (Kemdikbud, 201 ). Tes berstandar T MSS tidak hanya
soal yang mengukur kemampuan menyelesaikan soal saja, tetapi juga melihat
kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah, menganalisanya, dan
mengkomunikasikan gagasannya kepada orang lain. Maka dapat disimpulkan
bahwa kemampuan siswa ndonesia masih rendah dalam aspek pemecahan
masalah.
ari hasil wawancara peneliti dengan guru fisika ( bu ra.Sukmawati,
M.Si dan bu Farida Nuriana,S.Pd,M.Si) yang mengajar di SMA N 3 Medan
menyatakan bahwa secara umum hasil belajar fisika siswa dapat dikategorikan
masih cukup rendah. Tiga tahun terakhir nilai ujian semester rata-rata fisika 60
masih dibawah nilai KKM 7 , sehingga untuk menuntaskannya, harus diadakan
remedial. an untuk praktikum siswa dilaksanakan setiap selesai 1 K
(Kompetensi asar) dan terkadang tidak terlaksana karena waktu dan kondisi
laboratorim yang bertabrakan dengan jam pelajaran biologi dan kimia karena
terletak dalam satu ruangan. Model yang digunakan selama proses pembelajaran
yaitu TL, dengan metode ceramah, tanya jawab dan demonstrasi. alaupun
di sekolah tersebut telah menerapkan kurikulum 2013 siswa duduk kadang
berkelompok tetapi belum sepenuhnya melaksanakan diskusi seperti yang
diharapkan pemerintah pada kurikulum 2013. Selama pembelajaran berlangsung
ari fakta di atas, diperlukan perubahan serta inovasi dalam kegiatan
pembelajaran guna meningkatkan kemampuan pemecahan masalah fisika siswa
serta kreativitas siswa dalam belajar. Peningkatan kemampuan pemecahan
masalah fisika dan kreativitas siswa ini dalam proses pembelajaran merupakan
suatu upaya yang penting dilakukan. al ini sesuai dengan tujuan dari pendidikan
nasional, yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha sa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab (UU R Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional).
Pembelajaran yang berdasarkan masalah sangat sesuai dengan tuntutan
kurikulum saat ini. i samping mengembangkan kemampuan pemecahan masalah
(problem solving), pendekatan ini juga menekankan pada pencapaian kompetensi
yaitu berpikir kritis, kreatif, dan produktif. al yang sama juga dikemukakan
Arends (2013) “ it is strange we expect students to learn yet saldom teach then
about learning , expect students seldom teach about problem solving“, yang
berarti, dalam mengajar guru selalu menuntut siswa untuk belajar, guru juga
menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah, tetapi jarang mengarahkan
bagaimana siswa seharusnya menyelesaikan masalah.
Model pembelajaran berdasarkan masalah (problem based learning)
adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata
sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan
keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan
pembelajaran berbasis masalah adalah penyajian situasi permasalahan yang
autentik dan bermakna kepada siswa yang dapat menjadi landasan penyelidikan
dan inkuiri. Sagala (200 ) menyatakan bahwa menerapkan pemecahan masalah
dalam proses pembelajaran penting, karena selain mencoba menjawab pertanyaan
atau memecahkan masalah, siswa juga termotivasi untuk bekerja keras. i
samping mengembangkan kemampuan pemecahan masalah (problem solving),
pendekatan ini juga menekankan pada pencapaian kompetensi tingkat tinggi yaitu
berpikir kritis, kreatif, dan produktif.
erdasarkan pemaparan diatas, penelitian sebelumnya menunjukkan
bahwa dengan Model pembelajaran problem based learning yang telah diteliti
oleh beberapa peneliti sebelumnya, antara lain (1) Panjaitan, Patuan (2010),
dalam penelitiannya di kelas dengan judul “Penerapan Pembelajaran erbasis
Masalah engan Peta Konsep Sebagai Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep
an Pemecahan Masalah Matematika Siswa”, memperoleh kesimpulan bahwa
secara keseluruhan siswa yang pembelajarannya berbasis masalah secara
signifikan lebih baik untuk meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan
pemecahan masalah dibandingkan dengan pembelajaran langsung; (2)
Manalu,Andriono (201 ) dalam penelitiannya dengan judul “ fek Model Problem
Based Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah an Keterampilan
Proses Sains Siswa SMA Negeri 2 Pemetangsiantar T.A 201 /201 ” disimpulkan
bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajarkan dengan model
problem based learning lebih baik dari pembelajaran konvensional, keterampilan
proses sains siswa yang diajarkan dengan model problem based learning lebih
6
yang berjudul “ fek Model Pembelajaran Problem Based Learning an
Pemahaman Konsep Fisika Terhadap asil elajar Fisika” diperoleh kesimpulan
terdapat perbedaan hasil belajar fisika siswa yang diajarkan dengan model
problem based learning dan pembelajaran konvensional. Terdapat perbedaan hasil
belajar fisika siswa yang memilki pemahaman konsep tinggi dan pemahaman
konsep rendah. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan pemahaman
konsep terhadap hasil belajar siswa; ( ) Adeyemo, Sunday (2008), dalam
penelitiannya menemukan bahwa “the results of the findings showed that
students’ ability have significant influence on problem-solving task are
discussed”, yang berarti terjadi peningkatan kemampuan siswa pada pembelajaran
model pemecahan masalah siswa yang juga menggunakan diskusi kelompok.
“This implies that, all the students in the different ability levels were able to solve
problems based on electrolysis and its prerequisite concepts after the treatment”
hal ini menyatakan bahwa meskipun kemampuan siswa yang berbeda-beda,
namun ketika diberi perlakuan problem based learning maka siswa akan
mengalami peningkatan dalam kemampuan pemecahan masalahnya. an dalam
penelitiannya juga menemukan bahwa “there exists a significant relationship
between teaching-learning and problem solving task in physics. The relationship
is significant at 17% and has a significant impact on teaching learning in
physics.”; ( ) Santyasa, (200 ) terdapat pengaruh interaktif antara model dan
seting pembelajaran terhadap pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan
masalah. Pengembangan pemahaman dan kemampuan pemecahan masalah fisika
bagi siswa SMA dapat dibangun secara bersinergi antara model perubahan
7
konseptual yang mendasarkan diri pada paham konstruktivistik tepat diacu
sebagai alternatif pembelajaran fisika khususnya dalam pencapaian pemahaman
konsep dan kemampuan pemecahan masalah; (6) Sindelar, Teresa (2002), dalam
penelitian menemukan bahwa “The conclusion of this study found that problem
based learning is an effective strategy to use in the classroom, especially
regarding student engagement”, yang berarti model problem based learning
merupakan model pembelajaran yang efektif digunakan, khususnya bagi
peningkatan hasil belajar fisika siswa. (7) Sementara penelitian Ganina, dan
oolaid (2008) menunjukkan bahwa “the results showed that solving
dispersed data problems increases studying effectiveness in physics by 36% on the
average”, terjadi peningkatan efektifitas belajar sebesar 36% pada saat
menggunakan model pemecahan masalah; (8) Yusof, Aziz, dkk (200 ) dalam
penelitian menemukan bahwa “more than 95% admitted that they have gained
from problem based learning, especially on the generic skills, and were willing to
take other classes that implements PBL in the future’, yang berarti bahwa lebih
dari % dari siswa mengakui bahwa mereka memperoleh dampak positif dari
pembelajaran dengan menggunakan problem based learning, dan masih ingin
menggunakannya dalam pelajaran lainnya.
i dalam pembelajaran di kelas tidak hanya dipengaruhi model
pembelajaran saja, namun tingkat kreativitas juga diduga mempengaruhi hasil
belajar siswa ( ahlia dkk, 2013). al ini disebabkan karena kreativitas itu
diperlukan untuk menghadapi perubahan-perubahan yang tidak dapat dihindari
dalam kehidupan. Menurut Abu amid ( ahlia dkk, 2012) berpendapat, “ alam
8
mampu memecahkan masalah”. Secara universal anak mempunyai tingkat
kreativitas yang berbeda-beda, ada yang sudah mempunyai tingkat kreativitas
yang tinggi namun ada juga yang masih rendah. Kreativitas siswa mempunyai
pengaruh yang cukup besar dalam mengoptimalkan proses berpikir siswa.
Adapun perbedaan dalam penelitian ini dengan sebelumnya yang akan
dilaksanakan terletak pada model problem based learning yang dibantu dengan
peta konsep serta variabel moderator berupa kreativitas.
imana peta konsep sebagai alternatif untuk mengorganisasi materi dalam
bentuk peta (gambar) secara holistik, interelasi, dan komprehensif. Peta konsep
dalam model problem based learning sebangai alat bantu yang mana desain
content berdasarkan concept map yang memiliki karakteristik khas yaitu 1)
anya memilki konsep atau ide-ide pokok; 2) Memiliki hubungan yang
mengaitkan antara satu konsep dengan yang lain; 3) Memiliki label yang
membunyikan arti hubungan yang mengaitkan antara konsep-konsep; ) esain
itu terwujud sebuah diagram atau peta yang merupakn satu bentuk representasi
konsep-konsep atau materi-materi yang penting (Zaini, isyam dkk.2002).
Kreativitas atau berpikir kreatif secara operasional dirumuskan sebagai
suatu proses yang tercermin dari kelancaran, kelenturan, dan orisinalitas dalam
berpikir (Munandar,2012). Kreativitas merupakan suatu proses mental individu
yang melahirkan gagasan, proses,metode ataupun produk baru yang efektif yang
bersifat imajinatif, estetika, fleksibel, integrasi, suksesi, diskontiunitas dan
diferensiasi yang berdaya guna dalam berbagai bidang untuk pemecahan suatu
engan memperhatikan pentingnya kemampuan pemecahan masalah
fisika siswa serta kelebihan dari model problem based learning dibantu peta
konsep dan kreativitas siswa. Maka pada penelitian ini, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul
Efek M el Problem Based Learning Ber ant Peta K nse Dan Kreat tas erha a Kemam an Peme ahan Masalah F s ka MA
1. . I ent f kas Masalah
erdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka permasalahan yang
dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut
1. asil P SA tahun 2012 ndonesia menduduki peringkat kedua dari bawah
dari 6 negara peserta menunjukkan penurunan dari hasil sebelumnya
tahun 200 ndonesia menduduki peringkat 7 dari 6 negara peserta.
2. Rata-rata skor internasional pada mata pelajaran fisika mengalami
penurunan, dari hasil T MSS tahun 2007 dan 2011.
3. asil belajar fisika siswa masih rendah berdasarkan nilai ujian semester
kurang dari nilai KKM yang diperoleh dari 2 guru fisika.
. Proses pembelajaran fisika di kelas cenderung bersifat analitis, siswa
cenderung menghafal rumus namun kurang memaknai untuk apa dan
bagaimana rumus itu digunakan.
. Model pembelajaran belum optimal digunakan oleh guru dalam mengajar.
6. Kemampuan pemecahan masalah fisika siswa masih rendah serta prestasi
10
7. Proses pembelajaran fisika di sekolah belum menggunakan model problem
based learning untuk meningkatkan kemampuan tingkat kreativitas siswa
dalam belajar.
8. Laboratorium yang kurang memadai karena keterbatasan alat dan bahan.
. Kreativitas siswa dalam pembelajaran fisika masih kurang.
1. . Batasan Masalah
ari identifikasi masalah yang diuraikan di atas dan disebabkan adanya
keterbatasan waktu, dana, tenaga, dan perlu dilakukan penelitian secara lebih
mendalam, maka penelitian ini dibatasi pada
1. Model problem based learning berbantu peta konsep.
2. Kreativitas siswa pada tingkat tinggi dan tingkat rendah.
3. Kemampuan Pemecahan Masalah fisika siswa.
1. m san Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
1) Apakah kemampuan pemecahan masalah fisika siswa yang diajarkan
dengan model problem based learning berbantu peta konsep lebih baik
daripada pembelajaran konvensional?.
2) Apakah kemampuan pemecahan masalah fisika pada siswa yang memiliki
tingkat kreativitas tinggi lebih baik daripada siswa yang memiliki
11
3) Apakah ada interaksi antara model problem based learning berbantu peta
konsep dengan kreativitas terhadap kemampuan pemecahan masalah fisika
siswa ?
1. . an Penel t an
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini, yakni untuk
1. Menganalisis apakah hasil kemampuan pemecahan masalah siswa yang
diajarkan dengan model problem based learning berbantu peta konsep
lebih baik daripada pembelajaran konvensional.
2. Menganalisis apakah hasil kemampuan pemecahan masalah siswa yang
memiliki kreativitas tinggi lebih baik daripada siswa yang memiliki
kreativitas rendah.
3. Menganalisis apakah ada interaksi antara model problem based learning
berbantu peta konsep dengan kreativitas siswa terhadap kemampuan
pemecahan masalah fisika siswa.
1. Manfaat Penel t an
engan tercapainya tujuan penelitian di atas dapat diperoleh manfaat
penelitian sebagai berikut
1) Manfaat secara teoretis.
a. Memberikan inspirasi dalam mengembangkan model-model pembelajaran
kreatif dan inovatif fisika untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
12
b. apat berkontribusi khususnya dalam pendidikan, terutama yang berkaitan
dengan implementasi problem based learning.
2) Manfaat penelitan secara praktik
a. Untuk sekolah, sebagai informasi untuk menerapkan model pembelajaran
yang lebih kreatif dan inovatif
b. Untuk guru sebagai informasi dan dapat dijadikan acuan dalam proses
belajar mengajar dalam menggunakan peta konsep pada model problem
based learning untuk melihat interaksi kreativitas fisika siswa.
c. Untuk siswa, untuk membantu siswa agar termotivasi untuk terus
meningkatkan kemampuan pemecahan fisika siswa.
1. . Defen s O eras nal
Untuk memperjelas variabel-variabel, agar tidak menimbulkan perbedaan
penafsiran terhadap rumusan masalah dalam penelitian ini, berikut diberikan
definisi operasional
1. Model problem based learning (P L) adalah model pembelajaran yang
didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan
penyelidikan otentik yakni penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian
nyata dari permasalahan nyata (Arend,2013).
2. Peta konsep adalah alternatif untuk mengorganisasi materi dalam bentuk
peta (gambar)secara holistik, interelasi, dan komprehensif (Zaini et.all,
2002) .
3. Kreativitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kreativitas yang
13
kreativitas adalah kemampuan untuk melihat atau memikirkan hal-hal
yang luar biasa, yang tidak lazim, memadukan informasi yang tampaknya
tidak berhubungan dan mencetuskan solusi-solusi baru atau
gagasan-gagasan baru yang menunjukkan kelancaran (fluency), kelenturan
(flexibility) dan orisinalitas (originality) dalam berpikir.
. Kemampuan pemecahan masalah sebagai aspek kognitif adalah
kemampuan seseorang untuk menemukan solusi melalui suatu proses yang
melibatkan pemerolehan dan pengorganisasian informasi. Pemecahan
masalah melibatkan pencarian cara yang layak untuk mencapai tujuan
( eller,dkk.1 1). Menurut eller,dkk langkah-langkah pemecahan
masalah fisika terdiri dari 1) Memahami masalah; 2) Menginterpretasi
masalah; 3) Merencanakan strategi; ) Melaksanakan strategi; )
112
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di uraikan pada bab sebelumnya,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Kemampuan pemecahan masalah fisika siswa menggunakan model
pembelajaran problem based learning berbantu peta konsep lebih baik
dibandingkan dengan kemampuan siswa menggunakan pembelajaran
konvensional.. Berdasarkan data nilai rata-rata siswa pembelajaran problem
based learning berbantu peta konsep sebesar 71,13 dan untuk pembelajaran
konvensional 50,92. Terdapat efek dari model pembelajaran problem based
learning berbantu peta konsep terhadap kemampuan pemecahan masalah.
2. Kemampuan pemecahan masalah fisika siswa pada kelompok kreativitas
tinggi lebih baik dibandingkan kemampuan Kemampuan pemecahan masalah
fisika siswa pada kelompok kreativitas rendah. Hal ini dapat ditunjukkan dari
data penelitian yang menunjukkan bahwa Kemampuan pemecahan masalah
pada kelompok kreativitas tinggi sebesar 65,50 dan pada kelompok
kreativitas rendah sebesar 55,55. Terdapat efek kreativitas siswa terhadap
kemampuan pemecahan masalah siswa.
3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran problem based learning
berbantu peta konsep dan pembelajaran konvensional dengan kreativitas
dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah fisika siswa. Dalam
113
pemecahan masalah fisika siswa pada model pembelajaran problem based
learning berbantu peta konsep sedangkan pada pembelajaran konvensional
kreativitas siswa tidak berpengaruh.
5.2. Saran
1. Siswa harus dibimbing dengan memberikan latihan yang cukup untuk
meningkatkan kemampuan Kemampuan pemecahan masalah fisika siswa.
2. Peneliti selanjutnya menggunakan jangka waktu yang lebih lama karena
waktu yang tersedia dalam pelaksanaan pembelajaran baik dibelajarkan
dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning berbantu
peta konsep dan dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional masih
sangat kurang, sebab disesuaikan dengan jadwal sekolah yang bersangkutan.
3. Pendidik dalam mengajar dengan menggunakan model pembelajaran problem
based learning berbantu peta konsep lebih baik diterapkan pada siswa yang
memiliki kreativitas tinggi karena dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah siswa.
4. Dilihat dengan karakter siswa, siswa belum terbiasa dengan menggunakan
model pembelajaranproblem based learning berbantu peta konsep, maka
sebaiknya siswa mulai dilatih untuk memecahkan masalah sederhana ketika
pembelajaran fisika agar memiliki respon yang cepat akan melakukan model
pembelajaran problem based learning berbantu peta konsep.
5. Untuk peneliti selanjutnya dapat mengalokasi waktu yang lebih banyak