• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Koperasi Unit Desa (KUD) dalam Pengembangan Usaha Ternak Sapi Perah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan Koperasi Unit Desa (KUD) dalam Pengembangan Usaha Ternak Sapi Perah"

Copied!
182
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN KOPERASI UNIT DESA (KUD) TERHADAP P0ENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI PERAH

(Studi Kasus Peternakan Sapi Perah KUD Mandiri Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut)

CHICHI RIZKY

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

RINGKASAN

CHICHI RIZKY. Peranan Koperasi Unit Desa (KUD terhadap Pengembangan Usaha Ternak Sapi Perah. DibimbingOleh ADI HADIANTO.

Dalam pembangunan, masyarakat membutuhkan layanan usaha koperasi dengan alasan utama adalah dasar pemikiran ekonomi, adanya peluang untuk mengembangkan potensi usaha tertentu atau karena memanfaatkan fasilitas yang disediakan pihak lain (pemerintah) yang mensyaratkan kelembagaan koperasi, Penelitian ini dilakukan untuk memberikan informasi seberapa besar peranan KUD terhadap pengembangan usaha ternak sapi perah. Tujuan penelitian ini secara khusus yaitu: (1) Mengkaji seberapa besar peranan KUD Mandiri Cisurupan dalam pengembangan usaha ternak dan pendapatan peternak pada sapi perah, (2) Menganalisis kelembagaan pengelolaan Koperasi Unit Desa (KUD) Mandiri Cisurupan.

Penelitian ini dilakukan di Koperasi Unit Desa (KUD) Mandiri, Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-April 2010. Kajian mengenai seberapa besar peranan koperasi terhadap pengembangan usaha ternak dan pendapatan peternak sapi perah serta pengelolan kelembagaan KUD Mandiri Cisurupan dilakukan dengan metode analisis deskriptif. Analisis pendapatan dilakukan dengan menghitung struktur biaya yang dikeluarkan selama proses produksi susu dan menghitung penerimaan peternak.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa KUD Mandiri Cisurupan cukup berperan besar dalam pengembangan usaha bagi para peternak sapi perah yaitu tersedianya pelayanan kesehatan secara gratis, yang terdiri dari kegiatan pelaksanaan IB pada sapi perah dan kegiatan pelayanan pemeriksaan kebuntingan, persediaan bahan baku, penyuluhan mengenai cara beternak yang baik secara teknis, pemasaran dan distribusi yang lebih memudahkan hasil produksi, waserda yang menyediakan barang-barang yang dibutuhkan para anggota dalam beternak dengan harga yang lebih terjangkau, dan kegiatan simpan pinjam yang memfasilitasi anggotanya untuk dapat melakukan penyimpanan serta peminjaman dana untuk kepentingan para anggota. Oleh karena itu, KUD Mandiri Cisurupan sangat berperan besar dalam peningkatan pengembangan usaha ternak sapi perah. Selain itu kelembagaan pengelolaan KUD Cisurupan sudah cukup baik, diantaranya dapat dilihat dari pengorganisasian kerja yang sudah berjalan dengan baik, bentuk usaha yang telah berbadan hukum dan perizinan usaha lainnya, hubungan kerjasama KUD dengan IPS yang baik dan hubungan kerjasama yang baik dengan pemasok bahan baku. Akan tetapi, kelemahan KUD Cisurupan adalah kurangnya pengetahuan manajer dan karyawan sehingga kurang optimal dalam melakukan tugas dan tanggung jawabnya.

(3)

PERANAN KOPERASI UNIT DESA (KUD) DALAM PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI PERAH

(Studi Kasus Peternakan Sapi Perah KUD Mandiri Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut)

CHICHI RIZKY H44070059

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Peranan Koperasi Unit Desa (KUD) dalam Pengembangan Usaha Ternak Sapi Perah” belum pernah

diajukan pada perguruan tinggi lain atau lembaga lain manapun untuk tujuan memperoleh gelar akademik tertentu. Saya juga menyatakan skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri dan tidak mengandung bahan-bahan yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak lain kecuali sebagai bahan rujukan yang dinyatakan dalam naskah.

Bogor, Juni 2011

(5)

Judul Skripsi : Peranan Koperasi Unit Desa (KUD) dalam Pengembangan Usaha Ternak Sapi Perah

Nama : Chichi Rizky NIM : H44070059

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Adi Hadianto, SP, M. Si NIP : 19790615 200501 1 004

Mengetahui, Ketua Departemen

Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT NIP : 19660717 199203 1 003

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya maka penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi bantuan dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:

1. Adi Hadianto, SP. M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran dan motivasi.

2. Ir. Ujang Sehabudin selaku dosen penguji utama dan Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si selaku dosen penguji perwakilan departemen yang telah memberikan saran.

3. Bapak H. Ishak Maliki (Ketua KUD Mandiri Cisurupan), Bapak Nyanyang (Sekretaris KUD Mandiri Cisurupan), dan Bapak Jajang (Karyawan KUD Mandiri Cisurupan) yang telah memberikan bantuan dan informasi data yang terkait dengan penelitian.

4. Orang tua dan keluarga tercinta atas perhatian, nasihat, doa, segala kasih sayang dan cintanya.

5. Teman-teman ESL 44, terima kasih atas semangat, doa, bantuan, saran dan pengeditan data.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat serta karunia-Nya. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai peranan koperasi dimana dalam penelitian ini adalah peranan Koperasi Unit Desa (KUD) Mandiri Cisurupan. Kajian yang dilakukan meliputi kajian seberapa besar peranan KUD Mandiri Cisurupan terhadap pengembangan usaha ternak sapi perah dan kelembagaan pengelolaan KUD Mandiri Cisurupan yaitu dengan menggunakan analisis deskriptif. Selain itu, juga dilakukan analisis struktur biaya dan pendapatan peternak sapi perah untuk mengetahui peranan koperasi terhadap penghasilan para peternak sapi perah.

(8)

DAFTAR ISI

2.1.2 Pembangunan Peternakan dan Koperasi ... 10

2.1.3 Usaha Koperasi dan Kemitraan Koperasi ... 12

2.2 Konsep Pendapatan dalam Usaha Ternak ... 14

2.2.1 Biaya Usaha Ternak Sapi Perah ... 14

2.2.2 Penerimaan Usaha Ternak Sapi Perah ... 15

2.3 Perkembangan Usaha Ternak Sapi Perah di Indonesia ... 16

2.4 Penelitian Terdahulu ... 18

3.2Kerangka Pemikiran Penelitian ... 29

IV. METODOLOGI PENELITIAN ... 32

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 32

4.3Metode Pengambilan Sampel ... 32

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 33

4.4.1 Analisis penerimaan Usaha Ternak Sapi Perah ... 33

4.4.2 Analisis Biaya Usaha Ternak Sapi Perah ... 34

4.4.3 Analisis Pendapatan Usaha Ternak Sapi Perah ... 34

(9)

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN ... 36

5.2.2 Tingkat Pendidikan Responden ... 40

5.2.3 Lama Beternak Petrenak ... 40

5.3Profil Singkat dan Sejarah KUD Cisurupan ... 41

5.3.1 Profil KUD Cisurupan ... 41

5.3.2 Visi dan Misi KUD Cisurupan ... 42

5.3.3 Keanggotaan KUD Cisurupan ... 43

5.4 Kondisi Umum Usaha Ternak Sapi Perah Cisurupan ... 44

VI. PERANAN KUD MANDIRI CISURUPAN terhadap USAHA TERNAK SAPI PERAH ... 48

VII. SISTEM PENGELOLAAN USAHA TERNAK SAPI PERAH KUD MANDIRI CISURUPAN ... 60

7.1Struktur Organisasi dan Pengambilan Keputusan ... 60

7.1.1Struktur Organisasi KUD Cisurupan ... 60

7.1.2Sistem Pengambilan Keputusan KUD Cisurupan ... 64

7.2Permodalan ... 66

7.3Skala Usaha ... 67

7.3.1 Skala Usaha KUD Mandiri Cisurupan ... 67

7.3.2 Skala Usaha Peternak Anggota KUD Cisurupan ... 68

7.4Kemitraan dengan Unit Usaha Lain ... 69

7.5Struktur Biaya Usaha Peternakan Sapi Perah KUD Cisurupan ... 70

7.5.1Analisis Biaya UsahaTernak Sapi Perah Anggota KUD Cisurupan ... 71

7.5.2Analisis Penerimaan Usaha Ternak Sapi Perah Anggota KUD Cisurupan ... 72

(10)

VIII. KESIMPULAN dan SARAN ... 74

8.1 Kesimpulan ... 74

8.2 Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Data Perkembangan Koperasi di Indonesia ... 1

2 Populasi Ternak Indonesia tahun 2004-2008 ... 2

3 Populasi Sapi Perah Nasional ... 3

4 Tabel Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 33

5 Tabel Jumlah Penduduk Cisurupan berdasarkan Kelompok Umur ... 37

6 Tabel Jumlah Anggota dan Simpanan Anggota ... 44

7 Tabel Perkembangan Jumlah Peternak Anggota KUD Mandiri Cisurupan ... 49

8 Tabel Pelayanan IB dan PKB di KUD Cisurupan ... 49

9 Tabel Struktur Biaya Peternak Bergabung dengan KUD ... 70

10 Tabel Biaya Usaha Ternak Sapi Perah KUD Cisurupan... 72

11 Tabel Penerimaan Usaha Ternak Sapi Perah KUD Cisurupan ... 73

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Skema Kerangka Pemikiran Penelitian ... 31

2 Peta Lokasi Penelitian ... 36

3 Jumlah Penduduk Kecamatan Cisurupan ... 37

4 Jumlah Penduduk berdasarkan Lapangan Usaha ... 38

5 Jumlah Peternak Responden berdasarkan Umur ... 39

6 Jumlah Peternak Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 40

7 Jumlah Penduduk berdasarkan Lama Beternak ... 41

8 Perkembangan Jumlah Kelahiran Sapi KUD Cisurupan Tahun 2006-2009... 46

9 Perkembangan Jumlah Populasi Sapi Perah KUD Cisrupan Tahun 2006-2009 ... 48

10 Perkembangan Produksi Susu KUD Cisurupan Tahun 2006-2009 ... 52

11 Perkembangan Penjualan Susu KUD ke IPS tahun 2006-2009 ... 55

12 Proses Pendistribusian Susu oleh KUD Cisurupan ... 57

13 Struktur Organisasi KUD Mandiri Cisurupan ... 61

14 Bagan Sistem Pengambilan Keputusan KUD Cisurupan ... 65

15 Perkembangan SHU keseluruhan KUD Cisurupan tahun 2004-2008 ... 67

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Biaya Penyusutan Usaha Ternak Sapi Perah Anggota

KUD Cisurupan Per Bulan ... 79 2 Biaya Peralatan Usaha Ternak Sapi Perah Anggota

KUD Cisurupan Per Bulan ... 79 3 Biaya Usaha Ternak Sapi perah Anggota KUD Cisurupan

Per Bulan ... 79 4 Penerimaan Usaha Ternak Sapi Perah Anggota KUD

Cisurupan Per Bulan ... 80 5 Pendapatan Usaha Ternak Sapi Perah Anggota KUD

(14)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Koperasi dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi sosial negara sedang berkembang dengan membantu membangun struktur ekonomi dan sosial yang kuat (Partomo, 2009). Dalam pembangunan, masyarakat membutuhkan layanan usaha koperasi dengan alasan utama adalah dasar pemikiran ekonomi, adanya peluang untuk mengembangkan potensi usaha tertentu atau karena memanfaatkan fasilitas yang disediakan pihak lain (pemerintah) yang mensyaratkan kelembagaan koperasi, sebagaimana praktek pengembangan koperasi yang telah dilakukan selama ini. Berdasarkan data perkembangan koperasi di Indonesia pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa jumlah koperasi aktif, permodalan, volume usaha, sisa hasil usaha bertambah setiap tahunnya. Perkembangan koperasi yang positif tersebut menjadi pertanda mulai tumbuhnya perkoperasian di Indonesia.

Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun 2004-2008

Thn

2004 93.402 11.989.451 16.897.052 37.649.091 2.164.234

2005 94.818 14.836.208 18.179.195 40.831.693 2.198.320

2006 98.944 16.790.860 22.062.212 62.718.499 3.216.817

2007 104.999 20.231.699 23.324.032 63.080.595 3.470.459

2008 108.966 21.973.936 24.697.110 62.252.170 4.285.869

Sumber : Departemen Koperasi (2009)

(15)

Tabel 2. Populasi Ternak di Indonesia Tahun 2006-2010 (ribu ekor)

Ayam Buras 291.085 272.251 243.423 249.964 268.957

Ayam Ras Petelur 100.202 111489 107.955 99.768 103.841

Ayam Ras Pedaging 797.527 891.659 902.052 991.281 1.249.952

Itik 32.481 35.867 38.840 42.318 45.292

*) Angka Sementara

Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan (2009)

Tabel 2 menunjukkan bahwa secara umum terjadi fluktuasi populasi ternak Indonesia setiap tahunnya. Dari tahun 2006-2010 populasi ternak terus mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa sektor peternakan memberikan peluang usaha yang cukup menjanjikan terutama dalam hal perbaikan perekonomian.

(16)

Tabel 3. Populasi Sapi Perah Nasional Kabupaten Garut memiliki potensi peternakan sangat baik, produk unggulan peternakan Kabupaten Garut salah satunya adalah Sapi Perah. Luas lahan penggembalaan di Kabupaten Garut kurang lebih mencapai 2.651,65 Ha yang menghasilkan produksi pakan ternak sebanyak 93.187,08 ton, sehingga produktivitas lahan penggembalaan dalam menghasilkan pakan sebesar 28,29 ton/Ha. Pencapaian populasi ternak Kabupaten Garut apabila dibandingkan dengan tahun 2005, saat ini mengalami pertumbuhan antara 0,2 persen sampai dengan 18,66 persen, kecuali pada populasi itik. Peningkatan pertumbuhan populasi tersebut diperoleh antara lain melalui fasilitasi program pengembangan ternak dan breeding, baik yang dilaksanakan oleh pemerintah, peternak maupun swasta (Ditjennak, 2009).

(17)

Keberhasilan dari suatu kegiatan seperti koperasi tidak akan terlepas dari adanya suatu sistem pengelolaan usaha yang mengaturnya. Pengembangan masyarakat kelompok peternak melalui koperasi merupakan suatu upaya pemberdayaan terencana yang dilakukan secara sadar dan sungguh-sungguh melalui usaha bersama peternak untuk memperbaiki keragaan sistem perekonomian masyarakat pedesaan. Adanya suatu sistem dalam pengelolaan usaha koperasi ini pun pastinya akan memberikan dampak terhadap pengembangan usaha ternak sapi perah terutama dalam hal perekonomiannya. 1.2 Perumusan Masalah

Usaha pembangunan di bidang koperasi dimaksudkan untuk lebih meningkatkan peranan golongan ekonomi lemah dalam kegiatan ekonomi agar dengan demikian tingkat kesejahteraan golongan tersebut semakin meningkat. Selain itu, sistem pengelolaan usaha dalam koperasi memiliki peranan yang sangat penting dalam menunjang subsistem pengembangan koperasi. Mekanisme kelompok dan musyawarah dalam rangka pengaturan hasil menjadi satu komponen penting di dalam sistem pengelolaan pengembangan koperasi itu sendiri. Kesepakatan yang dihasilkan mempunyai orientasi utama terciptanya koperasi sesuai dengan yang diharapkan dimana akan membawa pada kehidupan masyarakat yang lebih adil dan sejahtera.

(18)

ternak unggas. Bergabungnya mereka dalam suatu wadah koperasi tentu disertai banyak harapan. Keterbatasan peternak secara individual yang umumnya berpendidikan relatif rendah, memiliki modal finansial yang sedikit, bekal keterampilan yang kurang memadai, akan kalah bersaing jika mereka bergabung dalam koperasi.

Secara umum, KUD Mandiri Cisurupan merupakan koperasi yang cukup sukses dalam mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan berbasis peternakan, khususnya Sapi perah. Hal ini tidak terlepas dari peran KUD Mandiri Cisurupan yang dipimpin oleh ketua yang dibantu oleh sekretaris dan bendahara. Dimana Pengurus Koperasi dipilih melalui rapat anggota dengan masa jabatan lima tahun. Adapun sistem pengelolaan usaha KUD Mandiri Cisurupan salah satunya meliputi: sistem pengelolaan pelayanan kesehatan sapi perah (pos kesehatan hewan) di bawah bimbingan dan kontrol dari Sub Dinas Peternakan Dinas Pertanian Kabupaten Garut.

(19)

koperasi semakin meningkatkan keinginan masyarakat untuk ikut bergabung dalam koperasi.

Selain itu, konsep pemberdayaan masyarakat pedesaan melalui koperasi bukanlah konsep baru, banyak kendala dan hambatan. Kendala dan hambatan yang dimaksud salah satunya adalah dimaksud ketidakmampuan sistem pengelolaan usaha peternak/koperasi dalam memberikan kebutuhan anggotanya dan ketidakmampuan dalam memasarkan hasil produksi ternak anggotanya.

Berdasarkan uraian di atas maka dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana peranan dari KUD Mandiri Cisurupan terhadap pengembangan usaha ternak sapi perah di Kecamatan Cisurupan?

2. Bagaimana sistem pengelolaan usaha yang dilakukan KUD Mandiri Cisurupan dalam mengembangkan usaha ternak sapi perah selama ini?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Menganalisis peranan KUD Mandiri Cisurupan dalam pengembangan usaha ternak sapi perah di Kecamatan Cisurupan.

(20)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi pemerintah Kabupaten Garut, penelitian ini dapat dijadikan salah satu referensi dalam pengembangan usaha ternak sapi perah di wilayah Kabupaten Garut.

2. Bagi masyarakat, penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pemecahan masalah yang terkait dengan pengelolaan koperasi dengan pengembangan usaha ternak sapi perah di Kecamatan Cisurupan

3. Bagi peneliti, dapat menjadi referensi dan pengetahuan dasar dalam melakukan penelitian lanjutan yang terkait dengan pengembangan koperasi dan peningkatan usaha ternak sapi perah.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada analisis peranan KUD Mandiri Cisurupan terhadap pengembangan usaha ternak sapi perah dan sistem pengelolaan usaha pengelolaan usaha ternak sapi perah yang dilakukan KUD Mandiri Cisurupan di Kecamatan Cisurupan.

2. Unit analisis usaha dibatasi pada unit usaha peternakan sapi perah dengan kepemilikan 3 ekor sapi yang merupakan komoditas unggulan Kabupaten Garut.

(21)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Koperasi

2.1.1 Pengertian Koperasi

Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2 dikatakan bahwa “koperasi berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta berdasar atas asas kekeluargaan”. Koperasi sebagai suatu usaha

bersama harus mencerminkan ketentuan-ketentuan sebagaimana dalam kehidupan keluaraga. Dalam suatu keluarga, segala sesuatu yang dikerjakan secara bersama-sama ditujukan untuk kepentingan berbersama-sama seluruh anggota keluarga. Selain itu, menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian bahwa koperasi memiliki tujuan dan peranan penting dalam menjalankan usahanya. Dalam Bab II pasal 3 No. 26 tahun 1992 dikatakan bahwa : “koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut memnbangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945”, dari bunyi pasal 3 tersebut jelas, bahwa koperasi hendak memajukan kesejahteraan anggota terlebih dahulu. Sedangkan peranan koperasi menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 pasal 4 dikatakan bahwa fungsi dan peranan koperasi adalah sebagai berikut.

1. Koperasi dapat mengurangi tingkat pengangguran.

(22)

2. Koperasi dapat mengembangkan kegiatan usaha masyarakat.

Misalnya KUD yang bergerak di bidang pertanian. KUD tersebut dapat menyediakan alat-alat pertanian yang dibutuhkan petani dengan harga lebih murah, sehingga petani akan membeli kebutuhan tersebut di KUD dan dapat meningkatkan usahanya.

3. Koperasi dapat berperan serta meningkatkan pendidikan rakyat, terutama pendidikan perkiperasian dan dunia usaha.

Koperasi dapat memberikan pendidikan kepada para anggota dan kemudian secara berantai para anggota koperasi dapat mengamalkan pengetahuan tersebut kepada masyarakat sekitarnya.

4. Koperasi dapat berperan sebagai alat perjuangan ekonomi.

Sikap ketergantungan koperasi terhadap bantuan dan fasilitas dari pemerintah harus dihilangkan. Koperasi harus dapat mandiri, sehingga mampu bersaing dengan badan usaha yang lain. Majunya koperasi akan dapat member dorongan untuk meningkatkan taraf hidup para anggota dan masyarakat.

5. Koperasi Indonesia dapat berperan menciptakan demokrasi ekonomi.

Demokrasi ekonomi yang dimaksud adalah demokrasi berdasar Pancasila dan UUD 1945, dimana demokrasi ekonomi tersebut menekankan peran aktif masyarakat dalam pembangunan, sedangkan pemerintah hanya wajib member dorongan, pengarahan dan bimbingan.

(23)

rapat anggota, pembagian sisa hasil usaha dilakukan berdsarkan besarnya usaha yaitu berdasarkan hasil produksi susu yang dihasilkan masing-masing ternak yang dimiliki, selain itu KUD Mandiri Cisurupan juga sudah berhasil melakukan kerjasama dengan Industri Pengolahan Susu (IPS).

2.1.2 Pembangunan Peternakan dan Koperasi

Menurut Handoko (2003), usaha koperasi umumnya masih berskala kecil, namun usaha kecil ini sangat mendukung perekonomian bangsa. Pembangunan peternakan memiliki peran penting dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia yang terus meningkat, seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, dan relatif lebih meningkatnya taraf hidup masyarakat. Keberhasilan pembangunan sektor ini berdampak pada perubahan pola konsumsi masyarakat yang tadinya banyak mengkonsumsi karbohidrat ke konsumsi protein hewani seperti daging, telur, dan susu. Sebagian dari permintaan akan produk hewani tersebut belum sepenuhnya dapat dilayani oleh produksi dalam negeri, dengan demikian para peternak diharapkan lebih meningkatkan usahanya. Peningkatan usaha ternak, kiranya dapat difasilitasi jika para peternak yang umumnya terdiri atas peternak kecil mau bergabung dalam suatu wadah koperasi.

(24)

idealnya. Koperasi yang seharusnya mengutamakan para anggota, sering terkalahkan oleh kepentingan-kepentingan lain, baik itu dari dalam koperasi sendiri maupun dari luar koperasi. Sementara para anggota sendiri kesejahteraannya terabaikan, hal ini pada akhirnya bisa menyebabkan keruntuhan institusi koperasi. Untuk melihat bagaimana berkembang tidaknya koperasi, dapat dilihat dari kondisi aktual koperasi itu. Aspek-aspek yang bisa memberikan gambaran tentang performa koperasi antara lain dengan melihat profil koperasi berdasarkan dimensi sistem pengelolaan usaha, permodalan dan usahanya.

(25)

globalisasi dewasa ini, koperasi masih relevan sebagai institusi rakyat untuk memperjuangkan bisnis dan ekonominya. Koperasi masih bisa diandalkan dengan cara memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada rakyat untuk membangun koperasi berdasarkan kekuatan sendiri agar rakyat dapat menerapkan doktrin koperasi yang sebenarnya.

2.1.3 Usaha Koperasi dan Kemitraan Koperasi

Menurut Departemen Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah (1999) SHU atau sisa hasil usaha adalah pendapatan koperasi yang diperoleh dalam waktu satu tahun buku setelah dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan dalam pengelolaan koperasi, penyusutan, dan kewajiban lainnya, serta pajak pada tahun buku yang bersangkutan. Proporsi alokasi penjatahan dan pembagian SHU ditentukan dalam anggaran dasar koperasi.

Analisis terhadap usaha koperasi antara lain dapat dilakukan berdasarkan jenis unit usaha dan volume usahanya. Namun demikian, dapat juga dikaji dari segi aspek bentuk-bentuk usaha kerjasama dengan pihak lain, partisipasi anggota dalam usaha, bagaimana pelaksanaan rencana operasional program dan rencana kerjanya, serta aspek administrasi organisasi dan sarana usaha.

(26)

akan menghambat daya saing dan kemampuan dalam menciptakan dan memanfaatkan peluang usaha.

Usaha kecil perlu memberdayakan dirinya dengan beberapa cara diantaranya adalah dengan pembinaan dan pengembangan usaha kecil melalui kemitraan usaha. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas secara optimal. Secara rinci, Hakim (2004) memaparkan tujuan dari kemitraan, yaitu :

a. Tujuan dari Aspek Ekonomi

Dalam kondisi yang ideal, tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kemitraan secara konkrit adalah :

1. Meningkatkan pendapatan usaha kecil dan masyarakat.

2. Meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan agar lebih menguntungkan.

3. Meningkatkan pemerataan dan pemberdayaan masyarakat dan usaha kecil. 4. Meningkatkan ekonomi pedesaan, wilayah dan nasional.

5. Memperluas kesempatan kerja.

6. Meningkatkan ketahanan ekonomi nasional b. Tujuan dari Aspek Sosial dan Budaya

(27)

kultural, tujuan kemitraan adalah agar mitra usaha dapat menerima dan mengadaptasikan nilai-nilai baru dalam berusaha seperti perluasan wawasan, prakarsa dan kreativitas, berani mengambil resiko, etos kerja, kemampuan aspek-aspek manajerial, bekerja atas dasar perencanaan dan berwawasan ke depan. c. Tujuan dari Aspek Teknologi

Usaha kecil mempunyai skala usaha yang kecil, baik dari sisi modal, penggunaan tenaga kerja dan orientasi pasar. Selain itu, usaha ini bersifat pribadi atau perorangan sehingga kemampuan mengadopsi teknologi baru cenderung rendah. Dengan demikian diharapkan dengan adanya kemitraan, perusahaan besar dapat membina dan membimbing Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) untuk mengembangkan kemampuan teknologi produksi, sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi usaha.

d. Tujuan dari Aspek Manajemen

Pengusaha kecil selain memiliki tingkat teknologi yang rendah juga memiliki pemahaman manajemen usaha yang rendah. Dengan kemitraan usaha diharapkan pengusaha besar dapat membina pengusaha kecil untuk membenahi manajemen, meningkatkan mutu SDM dan memantapkan organisasi usaha.

2.2 Konsep Pendapatan dalam Usaha Ternak

2.2.1 Biaya Usaha Ternak Sapi Perah

(28)

relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Di sisi lain biaya tidak tetap atau biaya variabel didefinisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh.

Dalam jangka pendek ditemui biaya tetap dan biaya variabel, namun dalam jangka panjang semua biaya bersifat variabel. Biaya tetap yaitu biaya yang besarnya tidak tergantung dari jumlah produksi, antara lain mencakup kandang, lahan, peralatan dan pajak. Sementara biaya variabel yang yang dikeluarkan tergantung dari besarnya jumlah output yang dproduksi, meliputi antara lain, biaya pakan, obat-obatan, biaya tenaga kerja, dan biaya lainnya (Mubyarto, 1989). Menurut Gittinger (1986) cara yang praktis untuk menentukan besarnya hasil secara keseluruhan dari suatu usaha pertanian adalah dengan membandingkan manfaat yang diterima dengan atau tanpa usaha. Usaha ini dalam rangka pemanfaatan limbah ternak sapi perah.

2.2.2 Penerimaan Usaha Ternak Sapi Perah

Penerimaan usahatani adalah nilai produksi yang diperoleh dalam jangka waktu tertentu dan merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi total dengan harga satuan dari hasil produksi tersebut (Soekartawi et al, 1986). Penerimaan usahatani dibagi menjadi :

a. Penerimaan Tunai Usahatani

(29)

b. Penerimaan Kotor / Total Usahatani

Penerimaan kotor atau total usahatani adalah penerimaan dalam jangka waktu (biasanya satu tahun atau satu musim), baik yang dijual (tunai) maupun yang tidak dijual (tidak tunai, seperti konsumsi keluarga, bibit, dan pakan ternak).

Menurut Siregar (1990), penerimaan usahaternak sapi perah terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penjualan susu, penjualan sapi-sapi afkir, dan penjualan pedet yang tidak digunakan untuk mengganti sapi laktasi merupakan penerimaan tunai usaha ternak sapi perah. Penjualan limbah kotoran ternak sapi perah yang digunakan untuk input usahatani peternak, penjualan susu untuk konsumsi keluarga merupakan penerimaan tidak tunai.

2.3 Perkembangan Usaha Ternak Sapi Perah di Indonesia

(30)

dilaporkan pula bahwa hanya 20 persen dari total koperasi sapi perah yang dapat dinyatakan beroperasi secara layak dengan tingkat produksi yang relatif tinggi. Permintaan susu dalam negeri relatif besar dan terus mengalami pertumbuhan dan baru dapat dipenuhi 30 persen sedangkan sisanya dipenuhi melalui impor. Beberapa tahun lagi, Indonesia akan memasuki pasar bebas dunia, dan ini berarti koperasi harus segera mencari jalan keluar bagi peningkatan produksi dan menjadi tuan di rumah sendiri. Sekalipun setelah krisis ekonomi, susu impor menurun dan penyerapan susu segar dalam negeri meningkat, IPS (Industri Pengolahan Susu) akan lebih menyukai impor susu karena harganya akan lebih murah. Meskipun saat ini, harga susu dunia melonjak hingga lebih dari 100% akibat kekeringan di Australia. Selama Januari hingga Juni 2007, harga bahan baku susu berupa full cream milk powder impor naik dari 2.900 dolar AS per ton menjadi 4.500 dolar AS per ton. Kebutuhan susu dalam negeri yang dapat dipasok dari produksi dalam negeri baru mencapai 45% (360.000 ton) dari total kebutuhan 800.000 ton, sehingga sisanya masih diimpor dari luar negeri. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka produksi dalam negeri harus ditingkatkan, baik kuantitas maupun kualitasnya. Secara nasional, sebagian besar agribisnis sapi perah merupakan peternakan rakyat yang ditangani koperasi, sehingga sebagian besar (90%) produksi susu ditangani oleh koperasi.

(31)

bawah 5.000 liter per hari. Skala kepemilikan sapi perah 2-3 ekor per peternak hasilnya tidak optimal dengan produktivitas rendah berakibat kehidupan peternak stagnan, bahkan tidak dapat mencukupi kebutuhan hidupnya.

2.4 Penelitian Terdahulu

Anisa (2008) melakukan penelitian dengan judul Analisis Fungsi Biaya dan Efisiensi Usaha Ternak Sapi Perah di Wilayah kerja KPSBU Lembang Kabupaten Bandung menunjukkan bahwa rata-rata peternak memiliki sapi laktasi kurang dari 10 ekor atau hanya 3,18 ST dari rata-rata kepemilikan sapi 4,03 ST. rataan produksi susu di daerah penelitian adalah 14,68 liter per ekor per hari. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa biaya produksi terbesar yang dikeluarkan peternak alah biaya pakan yaitu mencapai 54 persen pada peternak skala I dengan pemilikan sapi 3,91 ST dan 69,17 persen, pada peternak skala II dengan pemilikan sapi 4,29 ST. komponen biaya terbesar kedua dan ketiga secara berturut-turut adalah biaya pembelian ternak dan biaya tenaga kerja. Penerimaan usaha ternak sapi perah di daerah penelitian yang paling utama adalah dari penjualan susu. Penerimaan sampingan usaha ternak sapi perah di lokasi penelitian berasal dari penjualan ternak, penjualan karung, penjualan kotoran ternak, nilai perubahan ternak dan susu yang dikonsumsi oleh keluarga peternak.

(32)

bulan atau pada saat penerimaan peternak hasil penjualan susu sebesar Rp 1.072.769,75 per peternak per bulan.

(33)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Teoritis

3.1.1 Manajemen Usaha Ternak

(34)

Untuk memperoleh produksi susu yang tinggi dan dapat memenuhi kebutuhan, maka harus lebih intensif dalam menjalankan usaha. Karena sebagian besar para peternak sapi perah merupakan skala usaha peternakan rakyat, maka difokuskan pada peningkatan skala usaha dari usaha ternak sapi perah yang dilakukan oleh para petani peternak di Pedesaan. Sebelum melakukan perluasan skala usaha maka dibutuhkan suatu kajian dan analisis mengenai usaha peternakan sapi perah rakyat. Hal ini penting dilakukan untuk mengetahui sejauh mana efisiensi usaha dan pendapatan yang diperoleh petani peternak dengan jumlah ternak yang dimilikinya.

Analisis usaha tani ternak sapi perah dapat dilakukan dengan menganalisis usaha tani. Dalam analisis usaha tani perlu dicermati biaya-biaya yang diperhitungkan dan biaya yang tidak diperhitungkan. Contohnya sebagian besar petani tidak memperhitungkan tenaga dan pakan yang dapat diperoleh dari kebun sendiri. Oleh karena itu, dalam analisis usaha tani diperlukan analisis pendapatan. Soekartawi (1986) menyatakan bahwa pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi.

(35)

pembangunan kandang, peralatan dan pembelian sapi. Dengan dilakukannya analisis usaha tani ternak sapi perah rakyat maka dapat dijadikan pertimbangan dalam melakukan perluasan skala usaha dengan melihat kemampuan dan sumberdaya yang ada. Oleh karena itu, pembangunan peternakan khususnya usaha ternak sapi perah perlu mendapat bantuan dan dukungan dari semua pihak, baik pemerintah, swasta dan investor.

3.1.2 Pemasaran Usaha Ternak Sapi Perah

Pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, promosi, dan mendistribusikan barang-barang yang dapat memuaskan keinginan dan mencapai pasar sasaran serta tujuan perusahaan. Pemasaran sebagai kegiatan produksi mampu meningkatkan guna tempat, guna bentuk dan guna waktu. Dalam menciptakan guna tempat, guna bentuk dan guna waktu ini diperlukan biaya pemasaran. Biaya pemasaran ini diperlukan untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran oleh lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran dari produsen sampai kepada konsumen akhir.

(36)

makanan, hotel, restoran ataupun konsumen akhir. Tentu saja ini memerlukan lembaga, karena tidak mungkin semua itu dilakukan secara bersamaan dengan kegiatan produksi peternakan (Rasyaf, 1996).

Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya. Lembaga pemasaran ini timbul karena adanya keinginan konsumen untuk memperoleh komoditi yang sesuai dengan waktu, tempat dan bentuk yang diinginkan konsumen. Tugas lembaga pemasaran ini adalah menjalankan fungsi-fungsi pemasaran serta memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin. Konsumen memberikan balas jasa kepada lembaga pemasaran ini berupa margin pemasaran. Arus pemasaran yang terbentuk dalam proses pemasaran ini beragam sekali, misalnya produsen berhubungan langsung kepada konsumen akhir atau petani produsen berhubungan terlebih dahulu dengan tengkulak, pedagang pengumpul atau pedagang besar dan membentuk pola-pola pemasaran yang khusus. Pola-pola pemasaran yang terbentuk selama pergerakan arus komoditi pertanian dari petani produsen ke konsumen akhir ini disebut dengan sistem pemasaran. Dalam proses tata niaga, terdapat fungsi pemasaran yang dilaksanakan oleh produsen dan lembaga pemasaran, yaitu :

1. Pembelian, yaitu usaha memilih barang-barang yang dibeli untuk dijual lagi atau untuk digunakan sendiri dengan harga, pelayanan dari penjual dan kuantitas tertentu,

(37)

3. Pengambilan resiko, yaitu menghindari dan mengurangi resiko terhadap semua masalah dalam pemasaran,

4. Pengumpulan, yaitu pengumpulan barang-barang yang sama dari beberapa sumber atau beberapa barang dari sumber yang sama,

5. Penyimpanan, yaitu melakukan penyesuaian waktu antara penawaran dengan permintaan terhadap barang,

6. Pengangkutan, yaitu pemindahan barang dari tempat barang dihasilkan ke tempat barang dikonsumsikan,

7. Sortasi, yaitu menggolongkan, memeriksa, dan menentukan jenis barang yang akan disalurkan,

8. Perbelanjaan atau pembiayaan, yaitu pengadaan dana dalam melakukan transaksi pertukaran ataupun dalam pengeluaran ongkos-ongkos pemasaran, 9. Informasi pasar, yaitu tingkat kepentingan pembeli atau penjual terhadap

barang yang akan disalurkan.

3.1.3 Pendapatan Usaha Ternak dan Biaya Produksi

Biaya dalam ilmu ekonomi adalah biaya kesempatan. Konsep ini tetap dipakai dalam analisis teori biaya produksi. Biaya produksi adalah sejumlah kompensasi yang diterima pemilik faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi (Rahardja, 2000).

(38)

nelayan dan beternak untuk peternak. Biaya usaha ternak dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). 1. Biaya Tetap (fixed Cost), umumnya diberikan sebagai biaya yang relatif tetap

jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun output yang diperoleh banyak atau sedikit. Selain itu, biaya tetap dapat pula dikatakan sebagai biaya yang tidak dipengaruhi oleh besarnya produksi komoditas pertanian, misalnya penyusutan peralatan dan gaji tenaga kerja jika tenaga kerjanya berasal dari luar keluarga, sewa lahan, alat peternakan.

2. Biaya Variabel (Variable Cost), merupakan biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi komoditas pertanian yang diperoleh. Misalnya biaya untuk sarana produksi susu. Jika menginginkan produksi susu yang tinggi, faktor produksi pakan ternak perlu ditambah dan sebagainya sehingga biaya akan berubah tergantung pada komoditi pertanian yang dihasilkan. 3. Biaya Total (Total Cost), biaya produksi terdiri dari biaya tetap dan biaya

(39)

Sedangkan untuk pendapatan dalam usaha ternak sapi perah, Soekartawi (1985), mengemukakan beberapa definisi yang berkaitan dengan pendapatan dan keuntungan, yaitu :

Π = TR – TC

Keterangan : Π = Keuntungan, TR = Penerimaan, TC = Biaya

1. Penerimaan tunai, yaitu nilai uang yang diterima dari penjualan produk. 2. Pengeluaran tunai, yaitu jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian

barang dan jasa usahatani.

3. Pendapatan tunai, yaitu selisih antara penerimaan tunai dengan pengeluaran tunai.

4. Penerimaan kotor, yaitu produk total usaha dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual.

5. Pengeluaran total usaha, yaitu semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan dalam produksi termasuk biaya yang diperhitungkan.

6. Pendapatan bersih usaha, yaitu selisih antar penerimaan kotor usaha dan pengeluaran total usaha.

Pendapatan usaha ternak merupakan selisih dari penerimaan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan. Besarnya pendapatan yang diterima merupakan balas jasa atas tenaga kerja baik yang berasal dari keluarga ataupun tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga, modal keluarga.

3.1.4 Sistem Pengelolaan Koperasi

(40)

menggunakan hak-haknya sebagai anggota koperasi. Keputusan yang diambil dalam rapat anggota ini dijadikan dasar untuk kerja koperasi dalam satu tahun mendatang. Pada umumnya rapat anggota koperasi diadakan satu tahun sekali, sehingga rapat ini dikenal dengan sebutan RAT (Rapat Anggota Tahunan). Keputusan rapat anggota diusahakan dengan cara musyawarah untuk mufakat, jika hal ini tidak bisa dilaksanakan, keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak. Dalam pemungutan suara setiap anggota memiliki satu suara. Rapat anggota dapat diselenggarakan atas permintaan tertulis dari 10 persen jumlah anggota maupun atas kehendak pengurus. Segala keputusan dalam rapat anggota dinyatakan syah atau memiliki kekuatan hukum jika diputuskan melalui pengambilan keputusan yang demokratis. Keputusan dinilai demokratis apabila rapat anggota dihadiri sekurang-kurangnya lebih dari 50 persen jumlah anggota. Apabila ini tidak tercapai, rapat ditunda paling lama dalam jangka waktu 7 hari. Perangkat organisasi lain adalah Pengurus Koperasi yaitu sekelompok orang yang diberi kepercayaan oleh anggota koperasi melalui rapat anggota untuk menjalankan keputusan-keputusan rapat anggota, dengan demikian pengurus merupakan pemegang kekuasaan rapat anggota. Pemilihan pengurus dapat dilakukanmdengan cara yang telah disepakati oleh rapat anggota, yaitu pemilihan langsung, pemilihan aklamasi, dan pemilihan formatur.

(41)

buku anggota dan pengurus, serta memelihara semua kekayaan koperasi. Anggaran dasar telah mengatur, untuk tugas-tugasnya itu pengurus berhak untuk memperoleh uang atau jasa tertentu dari SHU atau sisa hasil usaha setiap satu tahun sekali. Besar kecilnya uang jasa ditetapkan oleh AD/ART. Masa jabatan pengurus paling lama 5 tahun, namun setelah itu dapat dipilih kembali. Kepengurusan dapat saja berhenti sebelum masa bakti selesai.

Pengawas sebagai salah satu perangkat organisasi koperasi diperlukan untuk mengawasi jalannya koperasi. Pengawas dipilih dari anggota yang memenuhi persyaratan sama untuk menjadi pengurus, dan memberikan pertanggung jawabannya kepada rapat anggota. Umumnya koperasi memilih tiga orang anggota sebagai pengawas, dengan posisi masing-masing sebagai ketua merangkap anggota, sekretaris merangkap anggota, dan anggota.

(42)

3.2 Kerangka Pemikiran Penelitian

Kabupaten Garut memiliki potensi peternakan sangat baik, salah satunya peternakan Sapi Perah. Sub sektor peternakan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan pertanian, sehingga harus dilaksanakan secara bertahap dan berencana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu jenis usaha pada sub sektor peternakan yang cukup mendapat perhatian yaitu usaha sapi perah yang dikembangkan untuk memenuhi permintaan susu yang semakin meningkat dari tahun ke tahun dan juga melihat tendensi pertambahan jumlah penduduk, pendapatan dan meningkatnya kesadaran sebagian masyarakat akan pentingnya gizi.

(43)

Undang-Undang Dasar 1945. Keberhasilan koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi anggotanya akan lebih mudah diukur, apabila aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh anggotanya dilakukan melalui koperasi.

Koperasi Unit Desa (KUD) Mandiri Cisurupan merupakan salah satu koperasi yang terdapat di Cisurupan Kabupaten Garut. Tetapi, tidak semua peternak yang ada di kecamatan Cisurupan ini ikut bergabung dalam wadah koperasi, hanya sebagian peternak saja yang ikut bergabung dalam wadah koperasi. Oleh karena itu, perlu dianalisis mengenai faktor-faktor apa saja yang menyebabkan peternak ikut bergabung dalam wadah koperasi.

(44)
(45)

IV. METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakuan secara sengaja (purvosive) dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Cisurupan merupakan daerah sentra produksi komoditas susu segar sapi perah yang terdapat kelompok peternak sapi perah dan telah menjadi anggota koperasi. Kegiatan penelitian dan pengambilan data dilaksanakan pada bulan Januari sampai bulan Juni 2011.

4.2 Jenis Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data sekunder. Data Primer akan diperoleh melalui pengamatan langsung (observasi) dan wawancara dilapangan dengan peternak, ketua kelompok peternak dan pihak perusahaan mitra yang merupakan responden dalam penelitian. Kegiatan wawancara dilakukan untuk mengetahui kondisi dan kegiatan yang dilakukan oleh para peternak, kelompok peternak mulai dari kegiatan memerah sampai tahap pemasaran serta pihak-pihak yang menjalin kemitraan.

Sementara itu, data sekunder diperoleh dari Dinas Peternakan Kabupaten Garut, Badan Pusat Statistik (BPS), KUD Mandiri Cisurupan, laporan kegiatan kelompok ternak, Garut dalam angka, Buku Monografi Kec. Cisurupan, serta berbagai referensi yang terkait dalam penelitian.

4.3 Metode Pengambilan Sampel

(46)

wilayah. Wilayah yang akan dijadikan (sampel) dalam penelitian ini didasarkan pada tempat dimana peternak yang tergabung merupakan kelompok terbesar, masing-masing diambil 5 orang dari setiap kelompok anggota untuk dijadikan responden yaitu kelompok Desa Cisurupan, Desa Balewangi, Desa Cisero, Desa Sukatani, Desa Sukawargi, dan Desa Sirnajaya. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 orang peternak anggota Koperasi Unit Desa (KUD) Mandiri yang diambil dari 5 kelompok anggota peternak yang berasal dari 30 kelompok anggota KUD Mandiri.

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh akan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Cara pengumpulan dan analisis data berdasarkan tujuan penelitian secara singkat disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Metode Pengumpulan dan Analisis Data

Tujuan

4.4.1 Analisis Penerimaan Usaha Ternak Sapi Perah

(47)

4.4.2 Analisis Biaya Usaha Ternak Sapi Perah

Biaya merupakan komponen paling penting dalam kegiatan usaha ternak sapi perah. Biaya usaha ternak sapi perah dapat berbentuk biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai adalah biaya yang dibayar dengan uang, komponen biaya tunai biaya untuk input produksi hingga biaya pemasaran. Biaya diperhitungkan untuk menghitung berapa besarnya pendapatan kerja peternak dan modal. Komponen biaya diperhitungkan seperti, sewa lahan dan biaya penyusutan peralatan (Rp).

4.4.3 Analisis Pendapatan dan Analisis BiayaUsaha Ternak Sapi Perah

Menurut Soekartawi (1986), analisis pendapatan usaha ternak bertujuan untuk mengetahui besar keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan. Analisis pendapatan dilihat dari total penerimaan dan total biaya. Pendapatan usaha ternak adalah total penerimaan dari usaha ternak dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan dalam usaha ternak tersebut. Pada penelitian ini, pendapatan peternak dalam kurun waktu satu bulan.

Π Tunai/bulan = TR – TC

Π = Π1 + Π2 + Π3 + Π4 Keterangan :

Π = Pendapatan (Rp/bulan )

Π1 = Pendapatan dari penjualan susu (Rp/bulan )

Π2 = Pendapatan dari usaha tani (Rp/bulan ) Π3 = Pendapatan dari buruh tani (Rp/bulan )

Π4 = Pendapatan dari buruh bangunan (Rp/bulan )

(48)

TC = Biaya Tunai Produksi (Rp/bulan) CC = Biaya yang diperhitungkan (Rp/bulan) 4.4.4 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dapat diartikan sebagai proses pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subyek dan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau bagaimana adanya. Peneleitian dengan analisis deskriptif tidak terbatas sampai pengumpulan dan penyususnan data, tetapi meliputi analisis dan interpretasi tentang data tersebut, selain itu semua yang dikumpulkan memungkinkan menjadi kunci terhadap apa yang diteliti.

(49)

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN

5.1 Karakteristik Wilayah dan Sosial Ekonomi Masyarakat

5.1.1 Letak dan Kondisi Geografis Lokasi Penelitian

Kecamatan Cisurupan terletak kurang lebih 18 Km dari Ibu Kota Kabupaten Garut dengan ketinggian tempat berkisar antara 900-1.215 meter persegi diatas permukaan laut. Berikut peta Kecamatan Cisurupan telihat pada Gambar 2.

Sumber : Buku Monografi Kec. Cisurupan (2009)

Gambar 2. Peta Lokasi Kec. Cisurupan

Batas wilayah Kecamatan Cisurupan sebagai berikut : ● Utara berbatasan dengan Kecamatan Sukaresmi

● Timur berbatasan dengan Kecamatan Cigedug dan Bayongbong

● Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cikajang

(50)

5.1.2 Kondisi Sosial Ekonomi Mayarakat

Jumlah penduduk Kecamatan Cisurupan Tahun 2010 sebanyak 94.812 orang, yang terdiri dari 48.039 orang laki-laki dan 46.773 orang perempuan dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) 34.478 KK.

Sumber : Buku Monografi Kec. Cisurupan (2009)

Gambar 3. Jumlah Penduduk Cisurupan Laki-laki dan Perempuan

Sedangkan berdasarkan kelompok umur, penduduk Cisurupan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah Penduduk Cisurupan berdasarkan Kelompok Umur

Sumber : Buku Monografi Kec. Cisurupan (2009)

Kecamatan Cisurupan memiliki luas ± 4.521, 04 ha memiliki kepadatan penduduk rata-rata sebesar 1.089,77 jiwa/km2. Wilayah Kecamatan Cisurupan meliputi..RW, RT, dan Dusun yang sebagian besar dari luas wilayahnya adalah pertanian. Ekonomi masyarakat atau daya beli masyarakat Kecamatan Cisurupan dapat diketahui dari lapangan usaha penduduk.

51% 49%

Laki-laki Perempuan

No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah

Orang Persen

1 0-14 34.977 36,89 %

2 15-64 55.949 59,01 %

3 >65 3.886 4,10 %

(51)

. Sumber : Buku Monografi Kec. Cisurupan (2009)

Gambar 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Lapangan Usaha

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa mata pencaharian penduduk mayoritas berusaha disektor pertanian, baik di lahan milik sendi (berperan sebagai petani pemilik tanah) kurang lebih sekitar 10,41 % ataupun dilahan milik orang lain(bereperan sebagai petani penggarap tanah, petani penyakap, buruh tani) kurang lebih sekitar 10,48 %. Dengan demikian pendapatan perkapita masyarakat Cisurupan sangat dipengaruhi dengan oleh pertanian. Penduduk lainnya bermata pencaharian sebagai pedagang, buruh, PNS, pengrajin/ industri kecil, TNI/ POLRI, pensiunan, peternak, jasa dan lain-lain.

5.2 Karakteristik Responden

Lokasi penelitian di Kabupaten Garut yaitu di Kecamatan Cisurupan, merupakan kecamatan pengahasil susu segar sapi perah di Kabupaten Garut. Identitas responden dalam penelitian ini meliputi beberapa aspek yang dilihat yaitu umur responden, tingkat pendidikan, jenis kelamin, jumlah kepemilikan 3 ekor sapi. Karakteristik peternak digunakan untuk mengetahui bagaimana cara peternak dalam mengelola usaha ternak sapi perah.

(52)

5.2.1 Umur Peternak Responden

Peternak yang dipilih sebagai responeden dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 orang peternak sapi perah dari 6 desa di Kecamatan Cisurupan yaitu, Desa Cisurupan, Desa Balewangi, Desa Cisero, Desa Sukatani, Desa Sukawargi, dan Desa Sirnajaya. Secara umum rata-rata umur petani responden dari 6 desa berumur 25-75 tahun. Umur peternak responden termuda berumur 25 tahun, sedangkan umur petermak responden tertua berumur 75 tahun.

Sumber : Laporan Buku Tahunan KUD Mandiri Cisurupan (2009)

Gambar 5. Jumlah Peternak Responden Anggota KUD Cisurupan berdasarkan Umur Responden

Berdasarkan Gambar 5. dapat dilihat bahwa persentase terbesar berada pada kelompok unur 37-47, yaitu sebanyak 16 orang (53,33%), sedangkan persentase terbesar kedua berada pada kelompok umur 25-37 tahun, yaitu sebanyak 11 orang (36,67%) dan sisanya berada pada kelompok umur 47-75 tahun, yaitu sebanyak 3 orang (10%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar peternak responden yang beternak sapi perah adalah peternak yang cukup berpengalaman. Peternak tersebut biasanya mampu mengambil keputusan dalam menghadapi resiko produksi dalam usaha ternak.

53,33% 36,67%

10 %

(53)

5.2.2 Tingkat Pendidikan Peternak

Tingkat pendidikan yang ditempuh seseorang akan mempengaruhi bagaimana cara peternak berpikir dan bertindak. Tingkat pendidikan yang diukur dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan formal. Tingkat pendidikan peternak responden meliputi tamat SD, tamat SMP, tamat SMA. Struktur tingkat pendidikan peternak responden tersebut yang dapat dilihat

Sumber : Laporan Buku Tahunan KUD Mandiri Cisurupan (2009)

Gambar 6. Jumlah Peternak Responden Anggota KUD Cisurupan berdasarkan Tingkat Pendidikan

Hasil wawancara dengan peternak responden yang ditunjukkan pada Gambar 6, menunjukkan bahwa sebagian besar petrenak responden hanya berpendidikan hingga SD, yaitu sebanyak 15 orang (50 %). Kemudian tamat SMP sebanyak 9 orang (30 %). Selanjutnya tamat SMA sebanyak 6 orang (20 %). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan peternak responden tergolong masih cukup rendah.

5.2.3 Lama Beternak Peternak

Lamanya beternak yang dilakukan seseorang akan mempengaruhi bagaimana cara peternak mengambil suatu keputusan dalam produksi usaha ternak. Lama tidaknya peternak dalam beternak bisa menunjukkan tingkat pengalamannya dalam menghadapi berbagai resiko dalam beternak.

50% 30%

20%

(54)

Sumber : Hasil Wawancara dengan Peternak Anggota KUD Cisrupan

Gambar 7. Jumlah Peternak Responden Anggota KUD Cisurupan berdasarkan Lama Beternak

Hasil wawancara dengan peternak responden yang ditunjukkan pada Gambar 7, menunjukkan bahwa sebagian besar petrenak responden sudah cukup berpengalaman dalam beternak sapi perah, hal ini terlihat dari cukup lamanya usaha mereka dalam beternak sapi perah yaitu dengan pengalaman beternak selama 5- 10 tahun sebanyak 16 orang (53 %). Kemudian pengalaman beternak selama 0-5 tahun sebanyak 11 orang (37 %). Selanjutnya pengalaman beternak lebih dari 10 tahun sebanyak 3 orang (10%). Hal ini menunjukkan bahwa para peternak sudah cukup berpengalaman dalam beternak sapi perah.

5.3 Profil dan Keanggotaan KUD Mandiri Cisurupan

5.3.1 Profil KUD Mandiri Cisurupan

Koperasi Unit Desa (KUD) Mandiri Cisurupan beralamat di Jln. Raya Cisurupan Km.12 Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut. KUD Cisurupan telah berbadan hukum didasarkan pada No. 4827 C/BH/KWK/10/14. Saat ini KUD Cisurupan dipimpin oleh H. Ishak Maliki sebagai ketua dan jabatan sekretaris oleh Nyanyang Suhersa serta Ahmad Endang sebagai bendahara. KUD Mandiri Cisurupan memiliki pihak pengawas yang dipimpin oleh Maman Sukmana.

30%

60% 10%

(55)

65 karyawan dan pada umumnya karyawan yang diperkerjakan di KUD Mandiri Cisurupan merupakan masyarakat sekitar KUD Mandiri Cisurupan. Karyawan KUD Mandiri Cisurupan yang terdiri dari 65 karyawan terdiri dari beberapa bagian diantaranya: 2 orang tim manajemen, 1 dokter hewan, 15 orang karyawan staf, 23 orang karyawan lapangan, 4 orang karyawan laboratorium, 12 orang karyawan IB/Keswan, 2 orang karyawan unit listrik, 1 orang karyawan waserda, 2 orang karyawan bengkel, 2 orang satpam/keamanan, dan 3 orang kernet. Tingkat pendidikan karyawan yang diperkerjakan di KUD Mandiri Cisurupan rata-rata lulusan SD . Tingkat pendidikan karyawan sangat mempengaruhi kualitas suatu organisasi, semakin tinggi pendidikan karyawan maka kualitas koperasi pasti akan semakin baik pula.

Untuk mempermudah pengawasan terhadap anggotanya KUD Mandiri Cisurupan membentuk kelompok-kelompok kecil dari setiap desa di Kecamatan Cisurupan. Pembentukan kelompok untuk mengefisiensikan pengelolaan organisasi yang dilakukan KUD Mandiri Cisurupan baik antar pengurus dengan anggota maupun antara anggota dengan anggota lainnya. Kelompok ini dapat dijadikan sebagi media informasi dan konsultasi yang dilakukan antar anggota dengan pengurus KUD Mandiri Cisurupan.

5.3.2 Visi dan Misi KUD Cisurupan

(56)

pernyataan singkat yang merupakan tujuan jangka panjang suatu organisasi yang mampu menggambarkan bentuk atau jatidiri dari organisasi yang dijalankan. Misi merupakan suatu deklarasi sikap dan pandangan. Misi yang baik memungkinkan penciptaan dan pengembangan beragam tujuan dan strategi alternative tanpa kemudian menghambat krestivitas manajemen. Selain itu, pernyataan misi perlu luas agar dapat secara efektif merekonsiliasi perbedaan di kalangan, dan menarik bagi para pemangku kepentingan (stakeholders), yaitu individu-individu dan kelompok-kelompok individu yang memiliki kepentingan atau tuntutan khusus pada organisasi atau perusahaan.

KUD Cisurupan hingga saat ini belum memiliki visi dan misi yang tertulis secara jelas. Sedangkan arahan misi organisasi yang digunakan KUD Cisurupan untuk mencapai tujuannya didasarkan pada konsep koperasi yaitu “menyejahterakan anggotanya pada khususnya dan masyarakat pada umumnya”, artinya KUD Cisurupan memiliki tujuan untuk berupaya memberikan pelayanan terbaik kepada anggotanya melalui unit usaha yang dijalankan, guna meningkatkan kesejahteraan anggota dan masyrakat sekitarnya.

5.3.3 Keanggotaan KUD Mandiri Cisurupan

(57)

Tabel 6. Jumlah Anggota dan jumlah Simpanan Anggota

Sumber : Laporan Data KUD Mandiri Cisurupan (2009)

Berdasarkan Laporan Tahunan KUD Mandiri Cisurupan Tahun Buku 2009, Perkembangan anggota KUD Mandiri Cisurupan cukup fluktuatif. Pada tahun 2006 jumlah anggota KUD Mandiri Cisurupan mengalami penurunan drastis yang diakibatkan oleh kondisi ekonomi yang buruk serta perubahan cuaca yang tidak menentu mengakibatkan jumlah dan kualitas susu yang dihasilkan rendah. Hal ini berdampak pada rendahnya harga susu di tingkat peternak, dan memancing para peternak untuk menjual produksi susunya ke tempat yang mampu membayar produksi susunya lebih tinggi dari KUD Mandiri Cisurupan.

Pada tahun 2007, KUD Mandiri Cisurupan mulai melakukan pembenahan sedikit demi sedikit pada manajemen koperasinya. Hal tersebut pun berdampak pada peningkatan kembali jumlah anggota secara berangsur-angsur diikuti meningkatnya kapasitas dan kualitas produksi susu yang dihasilkan.

5.4 Kondisi Umum Usaha ternak Sapi Perah KUD Mandiri Cisurupan

(58)

anggota KUD Cisurupan. Usaha peternakan ini dilakukan secara tradisional mulai dari pengambilan pakan, perawatan hingga pemerahan. Selain sapi perah masih ada jenis ternak lain yang diusahakan diantaranya domba, kambing dan kerbau.

Kegiatan yang dilaksanakan dalam unit ternak sapi perah meliputi upaya menjaga ketersediaan pakan ternak, menjaga kebersihan, kesehatan dan pelestarian keturunan ternak, menjaga kapasitas dan kualitas produksi susu, hingga pada pemasaran susu yang dihasilkan ke Industri Pengolahan Susu (IPS). Upaya menjaga kebersihan, kesehatan dan pelestarian ternak merupakan tanggung jawab peternak, yang kemudian dibantu dengan pelayanan yang diberikan KUD Mandiri Cisurupan melalui penyuluhan, pemeriksaan kesehatan hewan dan inseminasi buatan (IB) melalui penyediaan dokter hewan keliling. Kemudian untuk menjaga kapasitas dan kualitas sangat bergantung terhadap upaya kerja sama peternak dalam menjaga kebersihan dan kesehatan ternaknya. Disamping pemberian penyuluhan, upaya pengontrolan secara berkala pun dilakukan untuk mengetahui kondisi pengelolaan ternak dilapangan.

(59)

Non Fat (SNF), Freezing Point, Lactose, Ph, dan Antibiotik. Berikut rincian susu yang diterapkan : TPC (<5 juta/ml susu), TS (> 11,3), Fat (+/- 4%), SNF (+/- 8%), Freezing Point (< 0,565), Lactose ( < 4,6), Ph (<6,9), Antibiotik (-).

Hingga saat ini produksi akan susu segar dari peternak dalam negeri masih belum memenuhi kebutuhan produksi perusahaan. Masing-masing perusahaan hanya mampu meyerap kurang lebih 400-475 ton per hari susu segar dari peternak. Jumlah itu hanya memenuhi 20-25 % dari kebutuhan perusahaan, sedangkan sisanya IPS menyerap dari susu impor. Untuk memenuhi standar tersebut KUD Mandiri Cisurupan menerapkan SOP dalam pengelolaan susu mulai penerimaan dari peternak hingga pada pengiriman ke Industri Pengolahan Susu (IPS) yang menjadi target pemasaran susu segar KUD Mandiri Cisurupan.

Perkembangan jumlah kelahiran ternak sapi perah KUD Mandiri Cisurupan saat ini mencapai ± 2250 ekor sapi dengan jumlah peternak kurang lebih 1.300 orang. Berdasarkan Laporan Tahunan KUD Cisurupan Tahun Buku 2004-2009 berikut perkembangan jumlah pedet KUD Cisurupan dapat dilihat pada Gambar 7.

Sumber : : Laporan Buku Tahunan KUD Mandiri Cisurupan (2009)

Gambar 8. Perkembangan Jumlah Kelahiran Sapi KUD Mandiri Cisurupan

(60)
(61)

VI. PERANAN KUD MANDIRI CISURUPAN TERHADAP USAHA TERNAK SAPI PERAH

6.1 Pelayanan Kesehatan

Pelayanan ini berupa pelayanan dokter hewan dan obat-obatan dengan adanya tunjangan dari pemerintah untuk ternak yang sakit. Peternak juga mendapatkan tunjangan dalam melakukan inseminasi buatan. Tidak semua sapi melakukan inseminasi buatan dan dilakukan apabila ada permintaan dari peternak. Peternakan sapi perah di KUD Mandiri Cisurupan mengalami peningkatan, hal ini dapat terlihat dari jumlah populasi sapi perah di KUD Mandiri Cisurupan.

Sumber : Laporan Buku Tahunan KUD Mandiri Cisurupan (2009)

Gambar 9. Perkembangan Jumlah Populasi Sapi Perah KUD Mandiri Cisurupan Tahun 2006-2009

Perkembangan usaha sapi perah yang dilakukan KUD Mandiri Cisurupan sudah cukup baik, hal ini terlihat pada gambar yang menunjukkan jumlah populasi sapi perah yang dimiliki para peternak terus mengalami peningkatan, meskipun pada tahun 2008 sempat mengalami penurunan karena kondisi ekonomi yang menurun dan pendidikan peternak yang masih rendah sehingga usaha ternak sapi perah mengalami penurunan, akan tetapi berkat usaha dan kerja keras dari para pengurus KUD Mandiri Cisurupan sehingga koperasi pun berhasil menarik kepercayaan masyarakat untuk ikut bergabung kembali dengan koperasi dan

(62)

memulai usaha ternak sapinya kembali. Selain itu, jumlah peternak yang menjadi anggota KUD Mandiri Cisurupan pun mengalami peningkatan.

Tabel 7. Perkembangan Jumlah Peternak Anggota KUD Mandiri Cisurupan Tahun 2006-2009

No Tahun Jumlah Anggota (orang)

1 2006 1.250

2 2007 1.300

3 2008 1.268

4 2009 1.350

Sumber : Laporan Buku Tahunan KUD Mandiri Cisurupan (2009)

Berdasarkan Laporan Tahunan KUD Mandiri Cisurupan Tahun Buku 2009, jumlah peternak mengalami peningkatan. Akan tetapi, pada tahun 2008 jumla peternak sempat mengalami penurunan karena para peternak tidak mampu mempertahankan usahanya dan juga karena pengetahuan mereka yang masih sangat rendah sehingga tidak mampu mengatasi berbagai resiko yang dihadapi. Pada tahun 2009, koperasi melakukan pembenahan dan berkat kerja keras dan keyakinan pengurus koperasi sehingga KUD Mandiri Cisurupan berhasil menarik kembali kepercayaan masyarakat untuk bisa mengembangkan kembali usaha ternak sapi perah.

6.1.1 Kegiatan Pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) pada Sapi Perah.

Pelayanan bidang reproduksi di peternakan sapi perah KUD Mandiri Cisurupan meliputi pelayanan inseminasi buatan (IB), pemeriksaan kebuntingan (PKB), penanganan infertilitas dan sterilitas (kemajiran). Pelayanan inseminasi buatan (IB) dan pemeriksaan kebuntingan (PKB) yang diikuti mahasiswa bersama petugas lapangan dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 8. Pelayanan IB dan PKB di KUD Mandiri Cisurupan per Bulan

No Kegiatan Jumlah (ekor)

(63)

Sistem pelaporan inseminasi buatan di KUD Mandiri Cisurupan dilakukan dengan beberapa cara yaitu: menitipkan nama peternak ke petugas pengambil susu, datang langsung ke KUD atau menghubungi melalui telpon atau pesan singkat ponsel. Di KUD ada seorang petugas yang merekapitulasi laporan permintaan inseminasi buatan dari peternak dan akan mengelompokkan berdasarkan wilayah kerja inseminatornya. Pada pukul 08.00 inseminator akan mendapatkan daftar nama peternak dari tiap wilayah kerjanya siapa saja yang sapinya minta diinseminasi. Setelah selesai melakukan inseminasi petugas akan mencuci tangan dan mencatat pelaksanaan inseminasi tersebut pada struk rangkap tiga, di mana lembar pertama untuk peternak, lembar kedua akan diserahkan ke KUD dan lembar terakhir sebagai arsip inseminator. Di KUD lembar tadi akan dipindahkan ke komputer data base KUD untuk data keberhasilan IB, jumlah straw yang terpakai dan kinerja inseminator. Lembar tersebut berisi data antara lain: nama peternak, kelompok, alamat, nama atau nomor sapi, tanggal IB terakhir, tanggal kelahiran terakhir, inseminasi keberapa setelah partus, informasi

straw, derajat birahi, petugas dan tandatangan peternak.

(64)

kecelakaan yang sering terjadi pada saat perkawinan karena fisik pejantan terlalu besar, menghindari ternak dari penularan penyakit terutama penyakit yang ditularkan melalui hubungan kelamin (Rahadi 2009).

6.1.2 Kegiatan Pelayanan Pemeriksaan Kebuntingan (PKB)

Pemeriksaan kebuntingan pada peternakan sapi perah di Cisurupan tidak terjadwal rutin oleh KUD. Petugas lapangan baru memeriksa kebuntingan apabila ada permintaan dari peternak, banyak kejadian di lapangan peternak mengasumsikan bila sapi tidak kembali menunjukan gejala estrus setelah sebulan diinseminasi dianggap berhasil, sedangkan bila kembali menunjukan gejala estrus akan dilaporkan untuk diinseminasi lagi.

Apabila ada laporan pemeriksaan kebuntingan petugas akan datang ke kandang dan bertanya kapan terakhir diinseminasi dan melihat kartu bukti IB terakhir. Apabila sudah memasuki hari ke 60, petugas akan melakukan palpasi. Apabila di bawah 60 hari petugas akan menunda pemeriksaan kebuntingan sampai mencapai hari ke 60. Pengetahuan tentang kebuntingan ternak setelah inseminasi sangat penting bagi peternak dan petugas lapangan untuk memutuskan tindakan selanjutnya terhadap ternak tersebut.

6.2 Persediaan Bahan Baku

(65)

menjalankan usaha ternak sapi adalah ketersediaan pakan ternak. Pakan yang diberikan berupa pakan konsentrat. Pakan konsentrat membutuhkan bahan baku yang diperoleh dari para pengumpul daerah sekitar, pihak GKSI dan pengumpul baku lainnya.

Untuk persediaan pakan konsentrat yang dikelola oleh KUD Mandiri setiap bulannya diperlukan 200-288 ton konsentrat. Konsentrat yang diberikan dikemas dalam bentuk karungan dengan harga jual Rp. 1600 Per kilonya. Pengolahan pakan konsentrat meliputi beberapa langkah kegiatan dengan menggunakan alat bantu mesin gilling dan mixer. Kualitas konsentrat sangat berpengaruh terhadap hasil produksi susu yang dihasilkan sapi perah. Berikut adalah jumlah produksi susu yang dihasilkan sapi perah pada KUD Mandiri Cisurupan pada tahun 2006-2009 dapat dilihat pada Gambar 10.

Sumber : Laporan Buku Tahunan KUD Mandiri Cisurupan (2009)

Gambar 10. Perkembangan Produksi Susu Sapi Perah KUD Mandiri Cisurupan Tahun 2006-2009

(66)

perah mengalami peningkatan kembali karena usaha dan kerja keras dari koperasi dan para peternak itu sendiri untuk mengembangkan usahanya, serta usaha dari koperasi dalam peningkatan kualitas konsentrat yang sangat berpengaruh terhadap hasil produksi susu yang dihasilkan sapi perah. Hal ini dapat dikatakan bahwa KUD Mandiri Cisurupan sudah cukup baik dalam memberikan pelayanan dalam hal penyediaan baku karena mempermudah para peternak dalam mencari pakan konsentrat untuk sapi perah.

6.3 Penyuluhan

Gambar

Tabel 2. Populasi Ternak di Indonesia Tahun 2006-2010 (ribu ekor)
Gambar 1. Kerangka Operasional KUD dalam Pengembangan Usaha
Gambar 2.  Sumber : Buku Monografi Kec. Cisurupan (2009)
Gambar 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Lapangan Usaha
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian analisis usaha ternak sapi perah di Kecamatan Selo bertujuan untuk 1) Mengetahui bagaimana karakteristik peternak sapi perah di Desa Samiran dan Desa Lencoh. 2)

Penelitian analisis usaha ternak sapi perah di Kecamatan Selo bertujuan untuk 1) Mengetahui bagaimana karakteristik peternak sapi perah di Desa Samiran dan Desa

Hal ini mempakan potensi pasar yang besar, namun rata-raia petemak sapi perah sebagai produsen susu sapi perah di Indonesia masih merupakan peternak rakyat yang

Penelitian bertujuan untuk: (i) Mengetahui kemampuan petani penerima kredit sapi perah dalam memenuhi kewajiban kreditnya kepada KUD Subur; (ii) Mengetahui peranan faktor-faktor 5 C

Berdasarkan Tabel 4 menunjukkanterdapat hubungan yang signifikan antara peran KUD Andini Luhur yang berupa penyediaan dan penyaluran sarana produksi, penyediaan

Adapun peranan koperasi tani jasa tirta ini dalam pengembangan usaha ternak sapi perah adalah membantu tersedianya pelayanan kesehatan secara gratis, yang terdiri

Berdasarkan Tabel 4 menunjukkanterdapat hubungan yang signifikan antara peran KUD Andini Luhur yang berupa penyediaan dan penyaluran sarana produksi, penyediaan

Ciri-ciri pola inti plasma dalam kemitraan antara KUD Musuk dengan peternak sapi perah adalah perusahaan besar (KUD Musuk) sebagai inti membina dan mengembangkan