• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN KOPERASI UNIT DESA (KUD) TERHADAP P0ENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI PERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERANAN KOPERASI UNIT DESA (KUD) TERHADAP P0ENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI PERAH"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN KOPERASI UNIT DESA (KUD) TERHADAP P0ENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI PERAH

(Studi Kasus Peternakan Sapi Perah KUD Mandiri Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut)

CHICHI RIZKY

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

RINGKASAN

CHICHI RIZKY. Peranan Koperasi Unit Desa (KUD terhadap Pengembangan Usaha Ternak Sapi Perah. DibimbingOleh ADI HADIANTO.

Dalam pembangunan, masyarakat membutuhkan layanan usaha koperasi dengan alasan utama adalah dasar pemikiran ekonomi, adanya peluang untuk mengembangkan potensi usaha tertentu atau karena memanfaatkan fasilitas yang disediakan pihak lain (pemerintah) yang mensyaratkan kelembagaan koperasi, Penelitian ini dilakukan untuk memberikan informasi seberapa besar peranan KUD terhadap pengembangan usaha ternak sapi perah. Tujuan penelitian ini secara khusus yaitu: (1) Mengkaji seberapa besar peranan KUD Mandiri Cisurupan dalam pengembangan usaha ternak dan pendapatan peternak pada sapi perah, (2) Menganalisis kelembagaan pengelolaan Koperasi Unit Desa (KUD) Mandiri Cisurupan.

Penelitian ini dilakukan di Koperasi Unit Desa (KUD) Mandiri, Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-April 2010. Kajian mengenai seberapa besar peranan koperasi terhadap pengembangan usaha ternak dan pendapatan peternak sapi perah serta pengelolan kelembagaan KUD Mandiri Cisurupan dilakukan dengan metode analisis deskriptif. Analisis pendapatan dilakukan dengan menghitung struktur biaya yang dikeluarkan selama proses produksi susu dan menghitung penerimaan peternak.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa KUD Mandiri Cisurupan cukup berperan besar dalam pengembangan usaha bagi para peternak sapi perah yaitu tersedianya pelayanan kesehatan secara gratis, yang terdiri dari kegiatan pelaksanaan IB pada sapi perah dan kegiatan pelayanan pemeriksaan kebuntingan, persediaan bahan baku, penyuluhan mengenai cara beternak yang baik secara teknis, pemasaran dan distribusi yang lebih memudahkan hasil produksi, waserda yang menyediakan barang-barang yang dibutuhkan para anggota dalam beternak dengan harga yang lebih terjangkau, dan kegiatan simpan pinjam yang memfasilitasi anggotanya untuk dapat melakukan penyimpanan serta peminjaman dana untuk kepentingan para anggota. Oleh karena itu, KUD Mandiri Cisurupan sangat berperan besar dalam peningkatan pengembangan usaha ternak sapi perah. Selain itu kelembagaan pengelolaan KUD Cisurupan sudah cukup baik, diantaranya dapat dilihat dari pengorganisasian kerja yang sudah berjalan dengan baik, bentuk usaha yang telah berbadan hukum dan perizinan usaha lainnya, hubungan kerjasama KUD dengan IPS yang baik dan hubungan kerjasama yang baik dengan pemasok bahan baku. Akan tetapi, kelemahan KUD Cisurupan adalah kurangnya pengetahuan manajer dan karyawan sehingga kurang optimal dalam melakukan tugas dan tanggung jawabnya.

(3)

PERANAN KOPERASI UNIT DESA (KUD) DALAM PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI PERAH (Studi Kasus Peternakan Sapi Perah KUD Mandiri Kecamatan

Cisurupan Kabupaten Garut)

CHICHI RIZKY H44070059

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Peranan Koperasi Unit Desa (KUD) dalam Pengembangan Usaha Ternak Sapi Perah” belum pernah diajukan pada perguruan tinggi lain atau lembaga lain manapun untuk tujuan memperoleh gelar akademik tertentu. Saya juga menyatakan skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri dan tidak mengandung bahan-bahan yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak lain kecuali sebagai bahan rujukan yang dinyatakan dalam naskah.

Bogor, Juni 2011

Chichi Rizky H44070059

(5)

Judul Skripsi : Peranan Koperasi Unit Desa (KUD) dalam Pengembangan Usaha Ternak Sapi Perah

Nama : Chichi Rizky NIM : H44070059 Menyetujui, Dosen Pembimbing Adi Hadianto, SP, M. Si NIP : 19790615 200501 1 004 Mengetahui, Ketua Departemen

Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT NIP : 19660717 199203 1 003

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya maka penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi bantuan dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:

1. Adi Hadianto, SP. M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran dan motivasi.

2. Ir. Ujang Sehabudin selaku dosen penguji utama dan Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si selaku dosen penguji perwakilan departemen yang telah memberikan saran.

3. Bapak H. Ishak Maliki (Ketua KUD Mandiri Cisurupan), Bapak Nyanyang (Sekretaris KUD Mandiri Cisurupan), dan Bapak Jajang (Karyawan KUD Mandiri Cisurupan) yang telah memberikan bantuan dan informasi data yang terkait dengan penelitian.

4. Orang tua dan keluarga tercinta atas perhatian, nasihat, doa, segala kasih sayang dan cintanya.

5. Teman-teman ESL 44, terima kasih atas semangat, doa, bantuan, saran dan pengeditan data.

6. Dosen dan pegawai departemen yang telah membantu selama penulis menyelesaikan studi di ESL.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat serta karunia-Nya. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai peranan koperasi dimana dalam penelitian ini adalah peranan Koperasi Unit Desa (KUD) Mandiri Cisurupan. Kajian yang dilakukan meliputi kajian seberapa besar peranan KUD Mandiri Cisurupan terhadap pengembangan usaha ternak sapi perah dan kelembagaan pengelolaan KUD Mandiri Cisurupan yaitu dengan menggunakan analisis deskriptif. Selain itu, juga dilakukan analisis struktur biaya dan pendapatan peternak sapi perah untuk mengetahui peranan koperasi terhadap penghasilan para peternak sapi perah.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, khususnya pihak yang terkait dengan penelitian ini.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Konsep Koperasi ... 8

2.1.1 Pengertian Koperasi ... 8

2.1.2 Pembangunan Peternakan dan Koperasi ... 10

2.1.3 Usaha Koperasi dan Kemitraan Koperasi ... 12

2.2 Konsep Pendapatan dalam Usaha Ternak ... 14

2.2.1 Biaya Usaha Ternak Sapi Perah ... 14

2.2.2 Penerimaan Usaha Ternak Sapi Perah ... 15

2.3 Perkembangan Usaha Ternak Sapi Perah di Indonesia ... 16

2.4 Penelitian Terdahulu ... 18

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 20

3.1 Kerangka Teoritis ... 20

3.1.1 Manajemen Usaha Ternak ... 20

3.1.2 Pemasaran Usaha Ternak Sapi Perah ... 22

3.1.3 Pendapatan Usaha Ternak dan Biaya Produksi ... 24

3.1.4 Sistem Pengelolaan Koperasi ... 26

3.2 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 29

IV. METODOLOGI PENELITIAN ... 32

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 32

4.3 Metode Pengambilan Sampel ... 32

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 33

4.4.1 Analisis penerimaan Usaha Ternak Sapi Perah ... 33

4.4.2 Analisis Biaya Usaha Ternak Sapi Perah ... 34

4.4.3 Analisis Pendapatan Usaha Ternak Sapi Perah ... 34

(9)

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN ... 36

5.1 Karakteristik Wilayah dan Sosial Ekonomi Masyarakat ... 36

5.1.1 Letak dan Kondisi Geografis Lokasi Penelitian ... 36

5.1.2 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat ... 37

5.2 Karakteristik Responden ... 38

5.2.1 Umur Peternak Responden ... 39

5.2.2 Tingkat Pendidikan Responden ... 40

5.2.3 Lama Beternak Petrenak ... 40

5.3 Profil Singkat dan Sejarah KUD Cisurupan ... 41

5.3.1 Profil KUD Cisurupan ... 41

5.3.2 Visi dan Misi KUD Cisurupan ... 42

5.3.3 Keanggotaan KUD Cisurupan ... 43

5.4 Kondisi Umum Usaha Ternak Sapi Perah Cisurupan ... 44

VI. PERANAN KUD MANDIRI CISURUPAN terhadap USAHA TERNAK SAPI PERAH ... 48

6.1 Pelayanan Kesehatan ... 48

6.1.1 Kegiatan Pelaksanaan IB pada Sapi Perah ... 49

6.1.2 Kegiatan Pelayanan Pemeriksaan Kebuntingan ... 51

6.2 Persediaan Bahan Baku ... 51

6.3 Penyuluhan ... 53 6.4 Pemasaran ... 54 6.4.1 Analisis Pelanggan ... 54 6.4.2 Penjualan Produk ... 55 6.4.3 Perencanaan Produksi ... 55 6.4.4 Distribusi ... 56

6.5 Waserda dan Simpan Pinjam ... 58

VII. SISTEM PENGELOLAAN USAHA TERNAK SAPI PERAH KUD MANDIRI CISURUPAN ... 60

7.1 Struktur Organisasi dan Pengambilan Keputusan ... 60

7.1.1 Struktur Organisasi KUD Cisurupan ... 60

7.1.2 Sistem Pengambilan Keputusan KUD Cisurupan ... 64

7.2 Permodalan ... 66

7.3 Skala Usaha ... 67

7.3.1 Skala Usaha KUD Mandiri Cisurupan ... 67

7.3.2 Skala Usaha Peternak Anggota KUD Cisurupan ... 68

7.4 Kemitraan dengan Unit Usaha Lain ... 69

7.5 Struktur Biaya Usaha Peternakan Sapi Perah KUD Cisurupan ... 70

7.5.1 Analisis Biaya UsahaTernak Sapi Perah Anggota KUD Cisurupan ... 71

7.5.2 Analisis Penerimaan Usaha Ternak Sapi Perah Anggota KUD Cisurupan ... 72

7.5.3 Analisis Pendapatan Usaha Ternak Sapi Perah Anggota KUD Cisurupan ... 73

(10)

VIII. KESIMPULAN dan SARAN ... 74

8.1 Kesimpulan ... 74

8.2 Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Data Perkembangan Koperasi di Indonesia ... 1

2 Populasi Ternak Indonesia tahun 2004-2008 ... 2

3 Populasi Sapi Perah Nasional ... 3

4 Tabel Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 33

5 Tabel Jumlah Penduduk Cisurupan berdasarkan Kelompok Umur ... 37

6 Tabel Jumlah Anggota dan Simpanan Anggota ... 44

7 Tabel Perkembangan Jumlah Peternak Anggota KUD Mandiri Cisurupan ... 49

8 Tabel Pelayanan IB dan PKB di KUD Cisurupan ... 49

9 Tabel Struktur Biaya Peternak Bergabung dengan KUD ... 70

10 Tabel Biaya Usaha Ternak Sapi Perah KUD Cisurupan... 72

11 Tabel Penerimaan Usaha Ternak Sapi Perah KUD Cisurupan ... 73

12 Tabel Pendapatan Total Usaha Ternak Sapi Perah KUD Cisurupan ... 73

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Skema Kerangka Pemikiran Penelitian ... 31

2 Peta Lokasi Penelitian ... 36

3 Jumlah Penduduk Kecamatan Cisurupan ... 37

4 Jumlah Penduduk berdasarkan Lapangan Usaha ... 38

5 Jumlah Peternak Responden berdasarkan Umur ... 39

6 Jumlah Peternak Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 40

7 Jumlah Penduduk berdasarkan Lama Beternak ... 41

8 Perkembangan Jumlah Kelahiran Sapi KUD Cisurupan Tahun 2006-2009 ... 46

9 Perkembangan Jumlah Populasi Sapi Perah KUD Cisrupan Tahun 2006-2009 ... 48

10 Perkembangan Produksi Susu KUD Cisurupan Tahun 2006-2009 ... 52

11 Perkembangan Penjualan Susu KUD ke IPS tahun 2006-2009 ... 55

12 Proses Pendistribusian Susu oleh KUD Cisurupan ... 57

13 Struktur Organisasi KUD Mandiri Cisurupan ... 61

14 Bagan Sistem Pengambilan Keputusan KUD Cisurupan ... 65

15 Perkembangan SHU keseluruhan KUD Cisurupan tahun 2004-2008 ... 67

16 Bagan Kerjasama KUD Mandiri Cisurupan ... 69

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1 Biaya Penyusutan Usaha Ternak Sapi Perah Anggota

KUD Cisurupan Per Bulan ... 79 2 Biaya Peralatan Usaha Ternak Sapi Perah Anggota

KUD Cisurupan Per Bulan ... 79 3 Biaya Usaha Ternak Sapi perah Anggota KUD Cisurupan

Per Bulan ... 79 4 Penerimaan Usaha Ternak Sapi Perah Anggota KUD

Cisurupan Per Bulan ... 80 5 Pendapatan Usaha Ternak Sapi Perah Anggota KUD

(14)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Koperasi dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi sosial negara sedang berkembang dengan membantu membangun struktur ekonomi dan sosial yang kuat (Partomo, 2009). Dalam pembangunan, masyarakat membutuhkan layanan usaha koperasi dengan alasan utama adalah dasar pemikiran ekonomi, adanya peluang untuk mengembangkan potensi usaha tertentu atau karena memanfaatkan fasilitas yang disediakan pihak lain (pemerintah) yang mensyaratkan kelembagaan koperasi, sebagaimana praktek pengembangan koperasi yang telah dilakukan selama ini. Berdasarkan data perkembangan koperasi di Indonesia pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa jumlah koperasi aktif, permodalan, volume usaha, sisa hasil usaha bertambah setiap tahunnya. Perkembangan koperasi yang positif tersebut menjadi pertanda mulai tumbuhnya perkoperasian di Indonesia.

Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun 2004-2008 Thn Jumlah Koperasi Aktif (Unit) Modal sendiri (Rp juta ) Modal luar (Rp juta) Volume Usaha (Rp juta) Sisa Hasil Usaha (Rp juta) 2004 93.402 11.989.451 16.897.052 37.649.091 2.164.234 2005 94.818 14.836.208 18.179.195 40.831.693 2.198.320 2006 98.944 16.790.860 22.062.212 62.718.499 3.216.817 2007 104.999 20.231.699 23.324.032 63.080.595 3.470.459 2008 108.966 21.973.936 24.697.110 62.252.170 4.285.869 Sumber : Departemen Koperasi (2009)

Koperasi dapat dikembangkan pada berbagai sektor usaha, salah satunya sektor peternakan. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis, antara lain dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus akibat bertambahnya jumlah penduduk, peningkatan rata-rata pendapatan penduduk, dan penciptaan lapangan pekerjaan.

(15)

Tabel 2. Populasi Ternak di Indonesia Tahun 2006-2010 (ribu ekor) Ternak 2006 2007 2008 2009 2010* Sapi Potong 10.875 11.515 12.257 12.760 13.633 Sapi Perah 369 374 458 475 495 Kerbau 2.167 2.086 1.931 1.933 2.005 Kuda 398 401 393 399 409 Kambing 13.790 14.470 15.147 15.815 16.821 Domba 8.980 9.514 9.605 10.199 10.932 Babi 6.218 6.711 6.338 6.975 7.212 Ayam Buras 291.085 272.251 243.423 249.964 268.957 Ayam Ras Petelur 100.202 111489 107.955 99.768 103.841 Ayam Ras Pedaging 797.527 891.659 902.052 991.281 1.249.952

Itik 32.481 35.867 38.840 42.318 45.292

*) Angka Sementara

Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan (2009)

Tabel 2 menunjukkan bahwa secara umum terjadi fluktuasi populasi ternak Indonesia setiap tahunnya. Dari tahun 2006-2010 populasi ternak terus mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa sektor peternakan memberikan peluang usaha yang cukup menjanjikan terutama dalam hal perbaikan perekonomian.

Menurut Direktorat Jenderal Peternakan (Ditjennak, 2009), Jawa Barat saat ini merupakan salah satu sentra penghasil susu terbesar ke-dua di Indonesia setelah Jawa Timur. Sekitar 40 persen populasi ternak sapi perah Indonesia ada di Jawa Barat dan 32 persen produksi susu segar nasional dihasilkan oleh Provinsi Jawa Barat (GKSI, 2007). Peternakan sapi perah Jawa Barat masuk dalam tiga besar peternakan sapi perah nasional dengan jumlah ternak mencapai 114.588 ekor pada tahun 2009. Semakin berkembangnya populasi ternak merupakan sinyal positif untuk meningkatkan perkembangan peternakan di Indonesia. Populasi sapi perah dapat dilihat pada Tabel 3.

(16)

Tabel 3. Populasi Sapi Perah Nasional

No Provinsi Tahun (ekor)

2005 2006 2007 2008 2009 1 Jawa Timur 134.043 136.497 139.277 212.322 221.944 2 Jawa Tengah 114.116 115.158 116.260 118.424 134.821 3 Jawa Barat 92.770 97.367 103.489 111.250 114.588 4 DKI Jakarta 3.347 3.343 3.685 3.355 3.422 5 Sumatera Utara 6.521 6.526 2.093 2.290 2.505 Sumber : Departemen Pertanian (2010)

Salah satu sentra penghasil susu di Jawa Barat adalah Kabupaten Garut. Kabupaten Garut memiliki potensi peternakan sangat baik, produk unggulan peternakan Kabupaten Garut salah satunya adalah Sapi Perah. Luas lahan penggembalaan di Kabupaten Garut kurang lebih mencapai 2.651,65 Ha yang menghasilkan produksi pakan ternak sebanyak 93.187,08 ton, sehingga produktivitas lahan penggembalaan dalam menghasilkan pakan sebesar 28,29 ton/Ha. Pencapaian populasi ternak Kabupaten Garut apabila dibandingkan dengan tahun 2005, saat ini mengalami pertumbuhan antara 0,2 persen sampai dengan 18,66 persen, kecuali pada populasi itik. Peningkatan pertumbuhan populasi tersebut diperoleh antara lain melalui fasilitasi program pengembangan ternak dan breeding, baik yang dilaksanakan oleh pemerintah, peternak maupun swasta (Ditjennak, 2009).

Koperasi Unit Desa (KUD) Mandiri Cisurupan merupakan salah satu koperasi yang berperan penting dalam pengembangan usaha ternak sapi perah di Kabupaten Garut. Koperasi ini merupakan tempat bernaung peternak yang tersebar di Kabupaten Garut bagian selatan dan sekitarnya. Koperasi ini berperan dalam memberikan penyuluhan peternakan, kesehatan ternak, pembibitan sapi perah, warung serba ada (waserda), pengumpulan susu, pengolahan susu, dan pemasaran susu.

(17)

Keberhasilan dari suatu kegiatan seperti koperasi tidak akan terlepas dari adanya suatu sistem pengelolaan usaha yang mengaturnya. Pengembangan masyarakat kelompok peternak melalui koperasi merupakan suatu upaya pemberdayaan terencana yang dilakukan secara sadar dan sungguh-sungguh melalui usaha bersama peternak untuk memperbaiki keragaan sistem perekonomian masyarakat pedesaan. Adanya suatu sistem dalam pengelolaan usaha koperasi ini pun pastinya akan memberikan dampak terhadap pengembangan usaha ternak sapi perah terutama dalam hal perekonomiannya. 1.2 Perumusan Masalah

Usaha pembangunan di bidang koperasi dimaksudkan untuk lebih meningkatkan peranan golongan ekonomi lemah dalam kegiatan ekonomi agar dengan demikian tingkat kesejahteraan golongan tersebut semakin meningkat. Selain itu, sistem pengelolaan usaha dalam koperasi memiliki peranan yang sangat penting dalam menunjang subsistem pengembangan koperasi. Mekanisme kelompok dan musyawarah dalam rangka pengaturan hasil menjadi satu komponen penting di dalam sistem pengelolaan pengembangan koperasi itu sendiri. Kesepakatan yang dihasilkan mempunyai orientasi utama terciptanya koperasi sesuai dengan yang diharapkan dimana akan membawa pada kehidupan masyarakat yang lebih adil dan sejahtera.

Dilihat dari lapangan usahanya, setidak-tidaknya koperasi dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu koperasi produksi, koperasi konsumsi, dan koperasi kredit atau simpan pinjam. Dalam konteks ini, rakyat atau masyarakat peternak yang umumnya memiliki skala usaha kecil, banyak yang telah bergabung dalam wadah koperasi produksi, baik mereka yang memiliki ternak besar, ternak kecil, maupun

(18)

ternak unggas. Bergabungnya mereka dalam suatu wadah koperasi tentu disertai banyak harapan. Keterbatasan peternak secara individual yang umumnya berpendidikan relatif rendah, memiliki modal finansial yang sedikit, bekal keterampilan yang kurang memadai, akan kalah bersaing jika mereka bergabung dalam koperasi.

Secara umum, KUD Mandiri Cisurupan merupakan koperasi yang cukup sukses dalam mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan berbasis peternakan, khususnya Sapi perah. Hal ini tidak terlepas dari peran KUD Mandiri Cisurupan yang dipimpin oleh ketua yang dibantu oleh sekretaris dan bendahara. Dimana Pengurus Koperasi dipilih melalui rapat anggota dengan masa jabatan lima tahun. Adapun sistem pengelolaan usaha KUD Mandiri Cisurupan salah satunya meliputi: sistem pengelolaan pelayanan kesehatan sapi perah (pos kesehatan hewan) di bawah bimbingan dan kontrol dari Sub Dinas Peternakan Dinas Pertanian Kabupaten Garut.

Pada tingkat pertama KUD Mandiri Cisurupan harus nyata menunjukkan tentang manfaatnya bahwa badan tersebut benar-benar bisa memberi manfaat dan jasa kepada warga desa sekitarnya. Di bidang agribisnis atau usaha tani/ternak, KUD Mandiri Cisurupan telah berhasil menarik kepercayaan para anggotanya dan masyarakat petani/peternak umumnya. Sebagian besar keberadaan KUD Mandiri Cisurupan ini benar-benar dirasakan manfaatnya oleh para peternak sehingga adanya antusiasme yang tinggi dari para peternak untuk ikut bergabung dalam koperasi karena menganggap koperasi akan meningkatkan perekonomian mereka. Selain itu, dengan adanya sosialisasi dan dukungan dari pemerintah tentang

(19)

koperasi semakin meningkatkan keinginan masyarakat untuk ikut bergabung dalam koperasi.

Selain itu, konsep pemberdayaan masyarakat pedesaan melalui koperasi bukanlah konsep baru, banyak kendala dan hambatan. Kendala dan hambatan yang dimaksud salah satunya adalah dimaksud ketidakmampuan sistem pengelolaan usaha peternak/koperasi dalam memberikan kebutuhan anggotanya dan ketidakmampuan dalam memasarkan hasil produksi ternak anggotanya.

Berdasarkan uraian di atas maka dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana peranan dari KUD Mandiri Cisurupan terhadap pengembangan usaha ternak sapi perah di Kecamatan Cisurupan?

2. Bagaimana sistem pengelolaan usaha yang dilakukan KUD Mandiri Cisurupan dalam mengembangkan usaha ternak sapi perah selama ini?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Menganalisis peranan KUD Mandiri Cisurupan dalam pengembangan usaha ternak sapi perah di Kecamatan Cisurupan.

2. Menganalisis sistem pengelolaan usaha yang dilakukan KUD Mandiri Cisurupan dalam mengembangkan usaha ternak sapi perah selama ini.

(20)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi pemerintah Kabupaten Garut, penelitian ini dapat dijadikan salah satu referensi dalam pengembangan usaha ternak sapi perah di wilayah Kabupaten Garut.

2. Bagi masyarakat, penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pemecahan masalah yang terkait dengan pengelolaan koperasi dengan pengembangan usaha ternak sapi perah di Kecamatan Cisurupan

3. Bagi peneliti, dapat menjadi referensi dan pengetahuan dasar dalam melakukan penelitian lanjutan yang terkait dengan pengembangan koperasi dan peningkatan usaha ternak sapi perah.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada analisis peranan KUD Mandiri Cisurupan terhadap pengembangan usaha ternak sapi perah dan sistem pengelolaan usaha pengelolaan usaha ternak sapi perah yang dilakukan KUD Mandiri Cisurupan di Kecamatan Cisurupan.

2. Unit analisis usaha dibatasi pada unit usaha peternakan sapi perah dengan kepemilikan 3 ekor sapi yang merupakan komoditas unggulan Kabupaten Garut.

3. Responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah peternak sapi perah di Kecamatan Cisurupan yang menjadi anggota KUD Mandiri Cisurupan.

(21)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi

Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2 dikatakan bahwa “koperasi berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta berdasar atas asas kekeluargaan”. Koperasi sebagai suatu usaha bersama harus mencerminkan ketentuan-ketentuan sebagaimana dalam kehidupan keluaraga. Dalam suatu keluarga, segala sesuatu yang dikerjakan secara bersama-sama ditujukan untuk kepentingan berbersama-sama seluruh anggota keluarga. Selain itu, menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian bahwa koperasi memiliki tujuan dan peranan penting dalam menjalankan usahanya. Dalam Bab II pasal 3 No. 26 tahun 1992 dikatakan bahwa : “koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut memnbangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945”, dari bunyi pasal 3 tersebut jelas, bahwa koperasi hendak memajukan kesejahteraan anggota terlebih dahulu. Sedangkan peranan koperasi menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 pasal 4 dikatakan bahwa fungsi dan peranan koperasi adalah sebagai berikut.

1. Koperasi dapat mengurangi tingkat pengangguran.

Kehadiran koperasi KUD, misalnya diharapkan dapat menolong nasib mereka yang membutuhkan pekerjaan, karena dengan adanya KUD tersebut akan dibutuhkan banyak pekerja untuk mengelola usahanya.

(22)

2. Koperasi dapat mengembangkan kegiatan usaha masyarakat.

Misalnya KUD yang bergerak di bidang pertanian. KUD tersebut dapat menyediakan alat-alat pertanian yang dibutuhkan petani dengan harga lebih murah, sehingga petani akan membeli kebutuhan tersebut di KUD dan dapat meningkatkan usahanya.

3. Koperasi dapat berperan serta meningkatkan pendidikan rakyat, terutama pendidikan perkiperasian dan dunia usaha.

Koperasi dapat memberikan pendidikan kepada para anggota dan kemudian secara berantai para anggota koperasi dapat mengamalkan pengetahuan tersebut kepada masyarakat sekitarnya.

4. Koperasi dapat berperan sebagai alat perjuangan ekonomi.

Sikap ketergantungan koperasi terhadap bantuan dan fasilitas dari pemerintah harus dihilangkan. Koperasi harus dapat mandiri, sehingga mampu bersaing dengan badan usaha yang lain. Majunya koperasi akan dapat member dorongan untuk meningkatkan taraf hidup para anggota dan masyarakat.

5. Koperasi Indonesia dapat berperan menciptakan demokrasi ekonomi.

Demokrasi ekonomi yang dimaksud adalah demokrasi berdasar Pancasila dan UUD 1945, dimana demokrasi ekonomi tersebut menekankan peran aktif masyarakat dalam pembangunan, sedangkan pemerintah hanya wajib member dorongan, pengarahan dan bimbingan.

Di KUD Mandiri Cisurupan pun sudah menerapkan nilai-nilai koperasi tersebut dimana bergabungnya para peternak dengan koperasi atas keinginan mereka sendiri tanpa adanya paksaaan dari pihak manapun, pengelolaanya dilakukan oleh para pengurus koperasi yang dipilih oleh anggota koperasi pada

(23)

rapat anggota, pembagian sisa hasil usaha dilakukan berdsarkan besarnya usaha yaitu berdasarkan hasil produksi susu yang dihasilkan masing-masing ternak yang dimiliki, selain itu KUD Mandiri Cisurupan juga sudah berhasil melakukan kerjasama dengan Industri Pengolahan Susu (IPS).

2.1.2 Pembangunan Peternakan dan Koperasi

Menurut Handoko (2003), usaha koperasi umumnya masih berskala kecil, namun usaha kecil ini sangat mendukung perekonomian bangsa. Pembangunan peternakan memiliki peran penting dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia yang terus meningkat, seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, dan relatif lebih meningkatnya taraf hidup masyarakat. Keberhasilan pembangunan sektor ini berdampak pada perubahan pola konsumsi masyarakat yang tadinya banyak mengkonsumsi karbohidrat ke konsumsi protein hewani seperti daging, telur, dan susu. Sebagian dari permintaan akan produk hewani tersebut belum sepenuhnya dapat dilayani oleh produksi dalam negeri, dengan demikian para peternak diharapkan lebih meningkatkan usahanya. Peningkatan usaha ternak, kiranya dapat difasilitasi jika para peternak yang umumnya terdiri atas peternak kecil mau bergabung dalam suatu wadah koperasi.

Cernea (1991) mengatakan bahwa “mengutamakan manusia” dalam pembangunan dapat dipandang sebagai keinginan yang manusiawi dari para perencana pembangunan. Pengertian dari hal tersebut juga sebagai suatu permintaan yang sungguh-sungguh agar memberikan prioritas pada aspek dasar dalam pembangunan. Makna ini harus digunakan dalam jangka panjang apapun rintangannya. Mengutamakan manusia dalam pembangunan, termasuk dalam pembangunan koperasi, dalam perjalanannya sangat sering tidak semulus konsep

(24)

idealnya. Koperasi yang seharusnya mengutamakan para anggota, sering terkalahkan oleh kepentingan-kepentingan lain, baik itu dari dalam koperasi sendiri maupun dari luar koperasi. Sementara para anggota sendiri kesejahteraannya terabaikan, hal ini pada akhirnya bisa menyebabkan keruntuhan institusi koperasi. Untuk melihat bagaimana berkembang tidaknya koperasi, dapat dilihat dari kondisi aktual koperasi itu. Aspek-aspek yang bisa memberikan gambaran tentang performa koperasi antara lain dengan melihat profil koperasi berdasarkan dimensi sistem pengelolaan usaha, permodalan dan usahanya.

Krisnamurti (1998) menyatakan sedikitnya ada lima alasan mengapa kegiatan usaha dilakukan dengan badan hukum berbentuk koperasi. Pertama, karena koperasi merupakan perusahaan komunitas. Koperasi mempertahankan manfaat ekonomi dalam masyarakat yang bersangkutan. Keuntungan tidak dibawa keluar oleh kepentingan luar karena anggota koperasi pemilik, dan keberadaan koperasi adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang tidak dapat dipenuhi oleh bentuk usaha atau perusahaan lainnya. Kedua, koperasi mendorong demokrasi, setiap anggota dalam koperasi mengembangkan modal bersama-sama, mengangkat pengurus dan menerima manfaat dari koperasi dengan prinsip kebersamaan dan pemerataan. Pemecahan masalah dan kebijakan usaha juga diputuskan secara demokratis melalui suatu mekanisme tertentu. Ketiga, koperasi mengembangkan pasar terbuka. Keberadaan koperasi dengan melibatkan banyak anggota mencegah pemusatan kekuatan ekonomi pada beberapa swasta tertentu. Keempat, koperasi meningkatkan harkat hidup dan harga diri manusia. Kelima, koperasi merupakan sistem untuk melakukan pembangunan, terutama jika kegiatan komunitas dikembangkan dalam jaringan regional dan nasional. Di era

(25)

globalisasi dewasa ini, koperasi masih relevan sebagai institusi rakyat untuk memperjuangkan bisnis dan ekonominya. Koperasi masih bisa diandalkan dengan cara memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada rakyat untuk membangun koperasi berdasarkan kekuatan sendiri agar rakyat dapat menerapkan doktrin koperasi yang sebenarnya.

2.1.3 Usaha Koperasi dan Kemitraan Koperasi

Menurut Departemen Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah (1999) SHU atau sisa hasil usaha adalah pendapatan koperasi yang diperoleh dalam waktu satu tahun buku setelah dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan dalam pengelolaan koperasi, penyusutan, dan kewajiban lainnya, serta pajak pada tahun buku yang bersangkutan. Proporsi alokasi penjatahan dan pembagian SHU ditentukan dalam anggaran dasar koperasi.

Analisis terhadap usaha koperasi antara lain dapat dilakukan berdasarkan jenis unit usaha dan volume usahanya. Namun demikian, dapat juga dikaji dari segi aspek bentuk-bentuk usaha kerjasama dengan pihak lain, partisipasi anggota dalam usaha, bagaimana pelaksanaan rencana operasional program dan rencana kerjanya, serta aspek administrasi organisasi dan sarana usaha.

Pengkajian aspek usaha koperasi sangat perlu dilakukan, sebab koperasi memiliki peranan yang cukup berarti dalam memberdayakan perekonomian masyarakat luas. Pada sisi lain, pengembangan usaha koperasi masih berhadapan dengan beberapa hambatan antara lain masih rendahnya aspek sumber daya manusia yang tercermin dari kurang berkembangnya semangat atau jiwa wirausaha, lemahnya penyerapan inovasi dan kurangnya kreativitas, serta rendahnya etos kerja dan profesionalisme. Kondisi seperti ini pada gilirannya

(26)

akan menghambat daya saing dan kemampuan dalam menciptakan dan memanfaatkan peluang usaha.

Usaha kecil perlu memberdayakan dirinya dengan beberapa cara diantaranya adalah dengan pembinaan dan pengembangan usaha kecil melalui kemitraan usaha. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas secara optimal. Secara rinci, Hakim (2004) memaparkan tujuan dari kemitraan, yaitu :

a. Tujuan dari Aspek Ekonomi

Dalam kondisi yang ideal, tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kemitraan secara konkrit adalah :

1. Meningkatkan pendapatan usaha kecil dan masyarakat.

2. Meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan agar lebih menguntungkan.

3. Meningkatkan pemerataan dan pemberdayaan masyarakat dan usaha kecil. 4. Meningkatkan ekonomi pedesaan, wilayah dan nasional.

5. Memperluas kesempatan kerja.

6. Meningkatkan ketahanan ekonomi nasional b. Tujuan dari Aspek Sosial dan Budaya

Sebagai wujud tanggungjawab sosial dari pengusaha besar menurut Hakim (2004) diwujudkan melalui pemberian pembinaan dan bimbingan kepada usaha kecil. Dengan pembinaan dan bimbingan terus menerus, diharapkan pengusaha kecil dapat tumbuh dan berkembang sebagai komponen ekonomi yang tangguh dan mandiri. Selain itu, berkembangnya kemitraan diharapkan dapat menciptakan pemerataan pendapatan dan mencegah kesenjangan sosial. Dari segi pendekatan

(27)

kultural, tujuan kemitraan adalah agar mitra usaha dapat menerima dan mengadaptasikan nilai-nilai baru dalam berusaha seperti perluasan wawasan, prakarsa dan kreativitas, berani mengambil resiko, etos kerja, kemampuan aspek-aspek manajerial, bekerja atas dasar perencanaan dan berwawasan ke depan. c. Tujuan dari Aspek Teknologi

Usaha kecil mempunyai skala usaha yang kecil, baik dari sisi modal, penggunaan tenaga kerja dan orientasi pasar. Selain itu, usaha ini bersifat pribadi atau perorangan sehingga kemampuan mengadopsi teknologi baru cenderung rendah. Dengan demikian diharapkan dengan adanya kemitraan, perusahaan besar dapat membina dan membimbing Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) untuk mengembangkan kemampuan teknologi produksi, sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi usaha.

d. Tujuan dari Aspek Manajemen

Pengusaha kecil selain memiliki tingkat teknologi yang rendah juga memiliki pemahaman manajemen usaha yang rendah. Dengan kemitraan usaha diharapkan pengusaha besar dapat membina pengusaha kecil untuk membenahi manajemen, meningkatkan mutu SDM dan memantapkan organisasi usaha.

2.2 Konsep Pendapatan dalam Usaha Ternak 2.2.1 Biaya Usaha Ternak Sapi Perah

Soekartawi et.al (1986) mendefinisikan pengeluaran total usahatani sebagai nilai semua masukan yang dikeluarkan dan habis terpakai di dalam proses produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja yang berasal dari keluarga peternak. Biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu : (a) biaya tetap; dan (b) biaya tidak tetap. Biaya tetap ini umumnya didefinisikan sebagai biaya yang

(28)

relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Di sisi lain biaya tidak tetap atau biaya variabel didefinisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh.

Dalam jangka pendek ditemui biaya tetap dan biaya variabel, namun dalam jangka panjang semua biaya bersifat variabel. Biaya tetap yaitu biaya yang besarnya tidak tergantung dari jumlah produksi, antara lain mencakup kandang, lahan, peralatan dan pajak. Sementara biaya variabel yang yang dikeluarkan tergantung dari besarnya jumlah output yang dproduksi, meliputi antara lain, biaya pakan, obat-obatan, biaya tenaga kerja, dan biaya lainnya (Mubyarto, 1989). Menurut Gittinger (1986) cara yang praktis untuk menentukan besarnya hasil secara keseluruhan dari suatu usaha pertanian adalah dengan membandingkan manfaat yang diterima dengan atau tanpa usaha. Usaha ini dalam rangka pemanfaatan limbah ternak sapi perah.

2.2.2 Penerimaan Usaha Ternak Sapi Perah

Penerimaan usahatani adalah nilai produksi yang diperoleh dalam jangka waktu tertentu dan merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi total dengan harga satuan dari hasil produksi tersebut (Soekartawi et al, 1986). Penerimaan usahatani dibagi menjadi :

a. Penerimaan Tunai Usahatani

Penerimaan tunai uasaha tani adalah nilai yang diterima dari penjualan usahatani.

(29)

b. Penerimaan Kotor / Total Usahatani

Penerimaan kotor atau total usahatani adalah penerimaan dalam jangka waktu (biasanya satu tahun atau satu musim), baik yang dijual (tunai) maupun yang tidak dijual (tidak tunai, seperti konsumsi keluarga, bibit, dan pakan ternak).

Menurut Siregar (1990), penerimaan usahaternak sapi perah terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penjualan susu, penjualan sapi-sapi afkir, dan penjualan pedet yang tidak digunakan untuk mengganti sapi laktasi merupakan penerimaan tunai usaha ternak sapi perah. Penjualan limbah kotoran ternak sapi perah yang digunakan untuk input usahatani peternak, penjualan susu untuk konsumsi keluarga merupakan penerimaan tidak tunai.

2.3 Perkembangan Usaha Ternak Sapi Perah di Indonesia

Menurut Sudono (1999), koperasi sapi perah merupakan perusahaan yang bergerak di dalam produksi susu segar dan kemudian dipasarkan ke industri susu sebagai bahan baku susu olahan dan produk asal susu lainnya. Koperasi dalam memproduksi susu segar bermitra dengan peternak rakyat yang menjadi anggota koperasi. Sebagai anggota koperasi, peternak adalah juga pemegang saham melalui simpanan wajib dan simpanan pokok dan sebagainya. Dengan demikian keberhasilan koperasi dalam bisnis susu segar secara langsung merupakan keberhasilan para peternak anggota itu sendiri. Sebaliknya jika terjadi mismanajemen dalam pengurusan koperasi akan merugikan perkembangan peternak anggota koperasi. Pada kenyataannya, berbagai laporan penelitian memperlihatkan bahwa usaha sapi perah rakyat selama 25 tahun terakhir tidak mengalami perkembangan, malah cenderung statis, khususnya dalam ukuran usaha yang tetap bertahan pada skala 2-3 ekor per peternak. Pada sisi koperasi

(30)

dilaporkan pula bahwa hanya 20 persen dari total koperasi sapi perah yang dapat dinyatakan beroperasi secara layak dengan tingkat produksi yang relatif tinggi. Permintaan susu dalam negeri relatif besar dan terus mengalami pertumbuhan dan baru dapat dipenuhi 30 persen sedangkan sisanya dipenuhi melalui impor. Beberapa tahun lagi, Indonesia akan memasuki pasar bebas dunia, dan ini berarti koperasi harus segera mencari jalan keluar bagi peningkatan produksi dan menjadi tuan di rumah sendiri. Sekalipun setelah krisis ekonomi, susu impor menurun dan penyerapan susu segar dalam negeri meningkat, IPS (Industri Pengolahan Susu) akan lebih menyukai impor susu karena harganya akan lebih murah. Meskipun saat ini, harga susu dunia melonjak hingga lebih dari 100% akibat kekeringan di Australia. Selama Januari hingga Juni 2007, harga bahan baku susu berupa full cream milk powder impor naik dari 2.900 dolar AS per ton menjadi 4.500 dolar AS per ton. Kebutuhan susu dalam negeri yang dapat dipasok dari produksi dalam negeri baru mencapai 45% (360.000 ton) dari total kebutuhan 800.000 ton, sehingga sisanya masih diimpor dari luar negeri. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka produksi dalam negeri harus ditingkatkan, baik kuantitas maupun kualitasnya. Secara nasional, sebagian besar agribisnis sapi perah merupakan peternakan rakyat yang ditangani koperasi, sehingga sebagian besar (90%) produksi susu ditangani oleh koperasi.

Peternakan rakyat menurut Badan Pusat Statistik tahun 2000, populasi sapi perah sebanyak 354,3 ribu ekor dengan skala kepemilikan 2-3 ekor per KK dan produktivitas rendah sekitar 9-10 liter per ekor per hari. Hal ini disebabkan antara lain kualitas pakan yang belum baik dan pemeliharaan yang belum optimal. Skala usaha KUD sebagian besar (60%) kapasitas produksinya masih rendah, yaitu di

(31)

bawah 5.000 liter per hari. Skala kepemilikan sapi perah 2-3 ekor per peternak hasilnya tidak optimal dengan produktivitas rendah berakibat kehidupan peternak stagnan, bahkan tidak dapat mencukupi kebutuhan hidupnya.

2.4 Penelitian Terdahulu

Anisa (2008) melakukan penelitian dengan judul Analisis Fungsi Biaya dan Efisiensi Usaha Ternak Sapi Perah di Wilayah kerja KPSBU Lembang Kabupaten Bandung menunjukkan bahwa rata-rata peternak memiliki sapi laktasi kurang dari 10 ekor atau hanya 3,18 ST dari rata-rata kepemilikan sapi 4,03 ST. rataan produksi susu di daerah penelitian adalah 14,68 liter per ekor per hari. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa biaya produksi terbesar yang dikeluarkan peternak alah biaya pakan yaitu mencapai 54 persen pada peternak skala I dengan pemilikan sapi 3,91 ST dan 69,17 persen, pada peternak skala II dengan pemilikan sapi 4,29 ST. komponen biaya terbesar kedua dan ketiga secara berturut-turut adalah biaya pembelian ternak dan biaya tenaga kerja. Penerimaan usaha ternak sapi perah di daerah penelitian yang paling utama adalah dari penjualan susu. Penerimaan sampingan usaha ternak sapi perah di lokasi penelitian berasal dari penjualan ternak, penjualan karung, penjualan kotoran ternak, nilai perubahan ternak dan susu yang dikonsumsi oleh keluarga peternak.

Selanjutnya, Penelitian yang sama dilakukan oleh Sinaga (2003) dengan judul Pendugaan Fungsi Biaya Usaha Ternak Sapi Perah di Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa semakin besar skala usaha maka semakin tinggi produktivitas sapi laktasi. Produksi optimal dicapai pada saat produksi susu 670,99 liter per bulan per peternak atau 99,70 liter per ekor per

(32)

bulan atau pada saat penerimaan peternak hasil penjualan susu sebesar Rp 1.072.769,75 per peternak per bulan.

Nurhayati (2000) melakukan penelitian dengan judul Pendugaan Fungsi Biaya dan Analisis Efisiensi Usaha Peternakan Sapi Perah di Wilayah KUD Mukti Kabupaten Bandung, menunjukkan besarnya Biaya Variabel untuk skala usaha sampai tiga ekor sapi laktasi adalah Rp 365.270,00 per peternak per bulan dan untuk skala lebih dari atau sama dengan empat ekor sapi laktasi adalah Rp 576.038,00 per peternak per bulan. Ini berarti bahwa semakin besar skala usaha maka semakin besar biaya variabel yang dikeluarkan.

(33)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Teoritis

3.1.1 Manajemen Usaha Ternak

Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya seperti protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral dibutuhkan untuk pembentukan jaringan tubuh, sumber protein, energi dan aktivitas sel-sel dalam tubuh. Susu dapat dihasilkan dari ternak yang diperah. Saat ini, ternak yang dapat menghasilkan susu untuk dikonsumsi oleh manusia hampir semuanya berasal dari ternak sapi dan kambing perah. Susu dari sapi perah harganya lebih murah dan kuantitas dipasaran lebih banyak dibandingkan susu dari ternak kambing. Industri Pengolahan Susu (IPS) supaya dapat memenuhi kebutuhan konsumen, harus memperoleh bahan baku susu segar dari industri peternakan. Industri peternakan di Indonesia terbagi menjadi dua yaitu usaha peternakan rakyat dan usaha intensif untuk tujuan komersil. Industri peternakan dalam negeri saat ini hanya mampu memasok 30 % bahan baku susu segar untuk memenuhi permintaan IPS. Hal ini menunjukkan bahwa 70 % bahan baku susu segar masih harus diimpor. Dengan melihat kondisi ini, maka usaha ternak sapi perah harus ditingkatkan lagi populasi dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha peternakan rakyat merupakan usaha budidaya ternak yang dikelola oleh petani peternak di pedesaan dengan skala kepemilikan ternak kecil dengan rata-rata kepemilikan kurang dari 5 ekor. Usaha tani ternak sapi perah rakyat umumnya hanya dijadikan sambilan oleh para petani jika mereka sewaktu-waktu membutuhkan biaya yang cukup besar.

(34)

Untuk memperoleh produksi susu yang tinggi dan dapat memenuhi kebutuhan, maka harus lebih intensif dalam menjalankan usaha. Karena sebagian besar para peternak sapi perah merupakan skala usaha peternakan rakyat, maka difokuskan pada peningkatan skala usaha dari usaha ternak sapi perah yang dilakukan oleh para petani peternak di Pedesaan. Sebelum melakukan perluasan skala usaha maka dibutuhkan suatu kajian dan analisis mengenai usaha peternakan sapi perah rakyat. Hal ini penting dilakukan untuk mengetahui sejauh mana efisiensi usaha dan pendapatan yang diperoleh petani peternak dengan jumlah ternak yang dimilikinya.

Analisis usaha tani ternak sapi perah dapat dilakukan dengan menganalisis usaha tani. Dalam analisis usaha tani perlu dicermati biaya-biaya yang diperhitungkan dan biaya yang tidak diperhitungkan. Contohnya sebagian besar petani tidak memperhitungkan tenaga dan pakan yang dapat diperoleh dari kebun sendiri. Oleh karena itu, dalam analisis usaha tani diperlukan analisis pendapatan. Soekartawi (1986) menyatakan bahwa pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi.

Penerimaan diperoleh dari penjualan output hasil produksi. Output yang harus diperhitungan meliputi penjualan susu, penjualan pedet, penjualan limbah peternakan dan penjualan sapi perah afkir. Sedangkan input dibagi menjadi input biaya tetap dan input biaya variabel. Input biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan tanpa terpengaruh oleh volume faktor produksi dan input biaya variabel merupakan biaya yang terpengaruh oleh volume faktor produksi. Selain itu, investasi yang dikeluarkan juga harus diperhitungkan. Penyusutan investasi dimasukkan dalam biaya tetap. Investasi pada usaha tani ternak sapi perah seperti

(35)

pembangunan kandang, peralatan dan pembelian sapi. Dengan dilakukannya analisis usaha tani ternak sapi perah rakyat maka dapat dijadikan pertimbangan dalam melakukan perluasan skala usaha dengan melihat kemampuan dan sumberdaya yang ada. Oleh karena itu, pembangunan peternakan khususnya usaha ternak sapi perah perlu mendapat bantuan dan dukungan dari semua pihak, baik pemerintah, swasta dan investor.

3.1.2 Pemasaran Usaha Ternak Sapi Perah

Pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, promosi, dan mendistribusikan barang-barang yang dapat memuaskan keinginan dan mencapai pasar sasaran serta tujuan perusahaan. Pemasaran sebagai kegiatan produksi mampu meningkatkan guna tempat, guna bentuk dan guna waktu. Dalam menciptakan guna tempat, guna bentuk dan guna waktu ini diperlukan biaya pemasaran. Biaya pemasaran ini diperlukan untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran oleh lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran dari produsen sampai kepada konsumen akhir.

Sistem pemasaran merupakan cara memasarkan hasil. Untuk peternakan, sistem ini bertujuan untuk memasarkan hasil peternakan. Sistem pemasaran dikenal dengan sistem pemasaran tunggal, pemasaran berganda dan pemasaran bertahap. Untuk saat ini para peternak sering menggunakan sistem pemasaran berganda. Sistem pemasaran berganda ini memakai lebih dari satu cara untuk memasarkan produknya. Tentu hal ini merupakan kebalikan dari sistem pemasaran tunggal. Pada sistem ini bukan hanya kepada pengumpul saja suatu produk dipasarkan, tetapi juga kepada distributor, pedagang besar, pabrik

(36)

makanan, hotel, restoran ataupun konsumen akhir. Tentu saja ini memerlukan lembaga, karena tidak mungkin semua itu dilakukan secara bersamaan dengan kegiatan produksi peternakan (Rasyaf, 1996).

Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya. Lembaga pemasaran ini timbul karena adanya keinginan konsumen untuk memperoleh komoditi yang sesuai dengan waktu, tempat dan bentuk yang diinginkan konsumen. Tugas lembaga pemasaran ini adalah menjalankan fungsi-fungsi pemasaran serta memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin. Konsumen memberikan balas jasa kepada lembaga pemasaran ini berupa margin pemasaran. Arus pemasaran yang terbentuk dalam proses pemasaran ini beragam sekali, misalnya produsen berhubungan langsung kepada konsumen akhir atau petani produsen berhubungan terlebih dahulu dengan tengkulak, pedagang pengumpul atau pedagang besar dan membentuk pola-pola pemasaran yang khusus. Pola-pola pemasaran yang terbentuk selama pergerakan arus komoditi pertanian dari petani produsen ke konsumen akhir ini disebut dengan sistem pemasaran. Dalam proses tata niaga, terdapat fungsi pemasaran yang dilaksanakan oleh produsen dan lembaga pemasaran, yaitu :

1. Pembelian, yaitu usaha memilih barang-barang yang dibeli untuk dijual lagi atau untuk digunakan sendiri dengan harga, pelayanan dari penjual dan kuantitas tertentu,

2. Penjualan, yaitu bertujuan menjual barang atau jasa yang diperlukan sebagai sumber pendapatan untuk menutup semua ongkos guna memperoleh laba,

(37)

3. Pengambilan resiko, yaitu menghindari dan mengurangi resiko terhadap semua masalah dalam pemasaran,

4. Pengumpulan, yaitu pengumpulan barang-barang yang sama dari beberapa sumber atau beberapa barang dari sumber yang sama,

5. Penyimpanan, yaitu melakukan penyesuaian waktu antara penawaran dengan permintaan terhadap barang,

6. Pengangkutan, yaitu pemindahan barang dari tempat barang dihasilkan ke tempat barang dikonsumsikan,

7. Sortasi, yaitu menggolongkan, memeriksa, dan menentukan jenis barang yang akan disalurkan,

8. Perbelanjaan atau pembiayaan, yaitu pengadaan dana dalam melakukan transaksi pertukaran ataupun dalam pengeluaran ongkos-ongkos pemasaran, 9. Informasi pasar, yaitu tingkat kepentingan pembeli atau penjual terhadap

barang yang akan disalurkan.

3.1.3 Pendapatan Usaha Ternak dan Biaya Produksi

Biaya dalam ilmu ekonomi adalah biaya kesempatan. Konsep ini tetap dipakai dalam analisis teori biaya produksi. Biaya produksi adalah sejumlah kompensasi yang diterima pemilik faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi (Rahardja, 2000).

Menurut Rahim (2000), pengeluaran usahatani sama artinya dengan biaya usahatani. Biaya ini merupakan pengorbanan yang dilakukan oleh produsen (petani, nelayan dan peternak) dalam mengelola usahanya untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Daam hal ini, disebut ushatani untuk petani, melaut untuk

(38)

nelayan dan beternak untuk peternak. Biaya usaha ternak dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). 1. Biaya Tetap (fixed Cost), umumnya diberikan sebagai biaya yang relatif tetap

jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun output yang diperoleh banyak atau sedikit. Selain itu, biaya tetap dapat pula dikatakan sebagai biaya yang tidak dipengaruhi oleh besarnya produksi komoditas pertanian, misalnya penyusutan peralatan dan gaji tenaga kerja jika tenaga kerjanya berasal dari luar keluarga, sewa lahan, alat peternakan.

2. Biaya Variabel (Variable Cost), merupakan biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi komoditas pertanian yang diperoleh. Misalnya biaya untuk sarana produksi susu. Jika menginginkan produksi susu yang tinggi, faktor produksi pakan ternak perlu ditambah dan sebagainya sehingga biaya akan berubah tergantung pada komoditi pertanian yang dihasilkan. 3. Biaya Total (Total Cost), biaya produksi terdiri dari biaya tetap dan biaya

variabel (Soekartawi, 1985). Biaya tetap merupakan biaya yang tidak tergantung dari jumlah produksi yang mencakup kandang, lahan, peralatan dan pajak. Biaya variabel merupakan biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai perubahan kuantitas produksi yang dihasilkan. Semakin besar kuantitas produk yang dihasilkan, makin besar biaya variabel yang diperlukan. Biaya ini meliputi biaya pakan, biaya obat-obatan dan vaksin, upah tenaga kerja dan biaya lainnya. Biaya total merupakan keseluruhan biaya produksi yang mencakup biaya tetap dan biaya variabel.

(39)

Sedangkan untuk pendapatan dalam usaha ternak sapi perah, Soekartawi (1985), mengemukakan beberapa definisi yang berkaitan dengan pendapatan dan keuntungan, yaitu :

Π = TR – TC

Keterangan : Π = Keuntungan, TR = Penerimaan, TC = Biaya

1. Penerimaan tunai, yaitu nilai uang yang diterima dari penjualan produk. 2. Pengeluaran tunai, yaitu jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian

barang dan jasa usahatani.

3. Pendapatan tunai, yaitu selisih antara penerimaan tunai dengan pengeluaran tunai.

4. Penerimaan kotor, yaitu produk total usaha dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual.

5. Pengeluaran total usaha, yaitu semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan dalam produksi termasuk biaya yang diperhitungkan.

6. Pendapatan bersih usaha, yaitu selisih antar penerimaan kotor usaha dan pengeluaran total usaha.

Pendapatan usaha ternak merupakan selisih dari penerimaan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan. Besarnya pendapatan yang diterima merupakan balas jasa atas tenaga kerja baik yang berasal dari keluarga ataupun tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga, modal keluarga.

3.1.4 Sistem Pengelolaan Koperasi

Koperasi memiliki perangkat organisasi yang terdiri atas rapat anggota, pengurus, dan pengawas. Rapat anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam tata kehidupan koperasi. Dalam rapat ini semua anggota

(40)

menggunakan hak-haknya sebagai anggota koperasi. Keputusan yang diambil dalam rapat anggota ini dijadikan dasar untuk kerja koperasi dalam satu tahun mendatang. Pada umumnya rapat anggota koperasi diadakan satu tahun sekali, sehingga rapat ini dikenal dengan sebutan RAT (Rapat Anggota Tahunan). Keputusan rapat anggota diusahakan dengan cara musyawarah untuk mufakat, jika hal ini tidak bisa dilaksanakan, keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak. Dalam pemungutan suara setiap anggota memiliki satu suara. Rapat anggota dapat diselenggarakan atas permintaan tertulis dari 10 persen jumlah anggota maupun atas kehendak pengurus. Segala keputusan dalam rapat anggota dinyatakan syah atau memiliki kekuatan hukum jika diputuskan melalui pengambilan keputusan yang demokratis. Keputusan dinilai demokratis apabila rapat anggota dihadiri sekurang-kurangnya lebih dari 50 persen jumlah anggota. Apabila ini tidak tercapai, rapat ditunda paling lama dalam jangka waktu 7 hari. Perangkat organisasi lain adalah Pengurus Koperasi yaitu sekelompok orang yang diberi kepercayaan oleh anggota koperasi melalui rapat anggota untuk menjalankan keputusan-keputusan rapat anggota, dengan demikian pengurus merupakan pemegang kekuasaan rapat anggota. Pemilihan pengurus dapat dilakukanmdengan cara yang telah disepakati oleh rapat anggota, yaitu pemilihan langsung, pemilihan aklamasi, dan pemilihan formatur.

Tugas dan wewenang pengurus adalah mengelola koperasi dan usahanya, menyelenggarakan rapat anggota, dan memajukan rancangan rencana kerja serta rancangan anggaran pendapatan dan belanja koperasi untuk waktu tertentu. Selain itu pengurus harus membuat laporan hasil pekerjaannya kepada rapat anggota, mengajukan laporan keuangan dan laporan pelaksanaan tugas, memelihara daftar

(41)

buku anggota dan pengurus, serta memelihara semua kekayaan koperasi. Anggaran dasar telah mengatur, untuk tugas-tugasnya itu pengurus berhak untuk memperoleh uang atau jasa tertentu dari SHU atau sisa hasil usaha setiap satu tahun sekali. Besar kecilnya uang jasa ditetapkan oleh AD/ART. Masa jabatan pengurus paling lama 5 tahun, namun setelah itu dapat dipilih kembali. Kepengurusan dapat saja berhenti sebelum masa bakti selesai.

Pengawas sebagai salah satu perangkat organisasi koperasi diperlukan untuk mengawasi jalannya koperasi. Pengawas dipilih dari anggota yang memenuhi persyaratan sama untuk menjadi pengurus, dan memberikan pertanggung jawabannya kepada rapat anggota. Umumnya koperasi memilih tiga orang anggota sebagai pengawas, dengan posisi masing-masing sebagai ketua merangkap anggota, sekretaris merangkap anggota, dan anggota.

Pengawas memiliki tugas dan wewenang yang berbeda dari pengurus. Tugasnya antara lain melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan pengelolaan koperasi. Sedangkan wewenangnya adalah meneliti catatan yang ada pada koperasi dan memperoleh seluruh keterangan yang diperlukan. Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya ini tentu saja harus didukung oleh para pengurus agar kegiatan koperasi selaras dengan AD/ART. Selain itu di beberapa koperasi yang telah berkembang usahanya, ada yang mempekerjakan manajer dan karyawan. Manajer adalah orang yang diangkat oleh pengurus dan diberi wewenang untuk mengelola usaha koperasi sesuai dengan aturan yang telah disepakati dalam perjanjian kontrak kerja, sedangkan karyawan adalah orang yang dipekerjakan dan digaji atau diupah oleh koperasi (Departemen Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah. 1999).

(42)

3.2 Kerangka Pemikiran Penelitian

Kabupaten Garut memiliki potensi peternakan sangat baik, salah satunya peternakan Sapi Perah. Sub sektor peternakan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan pertanian, sehingga harus dilaksanakan secara bertahap dan berencana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu jenis usaha pada sub sektor peternakan yang cukup mendapat perhatian yaitu usaha sapi perah yang dikembangkan untuk memenuhi permintaan susu yang semakin meningkat dari tahun ke tahun dan juga melihat tendensi pertambahan jumlah penduduk, pendapatan dan meningkatnya kesadaran sebagian masyarakat akan pentingnya gizi.

Sesuai dengan pernyataan tersebut, maka pembangunan sub sektor peternakan juga mendapatkan porsi untuk dikembangkan karena subsektor ini mempunyai peranan yang cukup penting didalam perekonomian. Pertumbuhan subsektor peternakan cukup tinggi dibandingkan dengan subsektor lainnya pada sektor pertanian. Kecamatan Cisurupan merupakan salah satu wilayah sentra penghasil susu di Kabupaten Garut. Namun hingga saat ini wilayah Kecamatan Cisurupan walaupun sebagai sentra penghasil susu di Kabupaten Garut tetap saja tidak memberikan kesejahteraan bagi para peternak. Oleh karena itu diperlukan adanya suatu upaya untuk pengembangan usaha ternak sapi perah salah satunya dengan dibentuknya wadah koperasi. Dalam UU. No 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 3 disebutkan bahwa, koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional, dalam ramgka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan

(43)

Undang-Undang Dasar 1945. Keberhasilan koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi anggotanya akan lebih mudah diukur, apabila aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh anggotanya dilakukan melalui koperasi.

Koperasi Unit Desa (KUD) Mandiri Cisurupan merupakan salah satu koperasi yang terdapat di Cisurupan Kabupaten Garut. Tetapi, tidak semua peternak yang ada di kecamatan Cisurupan ini ikut bergabung dalam wadah koperasi, hanya sebagian peternak saja yang ikut bergabung dalam wadah koperasi. Oleh karena itu, perlu dianalisis mengenai faktor-faktor apa saja yang menyebabkan peternak ikut bergabung dalam wadah koperasi.

Secara umum, KUD Mandiri Cisurupan merupakan koperasi yang cukup sukses dalam mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan berbasis peternakan, khususnya Sapi perah. Akan tetapi dengan adanya koperasi ini, belum tentu bisa benar-benar memperbaiki kondisi perekonomian masyrakat sekitar terutama peternak sapi perah. Banyak kendala-kendala dan hambatan-hambatan yang dihadapi salah satunya terkait dengan kelembagaan yaitu lemahnya manajemen usaha. Suatu koperasi tidak akan bisa berjalan dengan baik apabila tidak ada sistem pengelolaan usaha yang mengatur didalamnya. Oleh karena itu, diperlukan kejelasan mengenai aktor-aktor mana saja yang terlibat, apa saja hak dan kewajibannya, serta aturan main yang jelas. Suatu kelembagaan sangat penting dalam perkembangan kegiatan koperasi dan juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan usaha ternak itu sendiri. Berdasarkan uraian kerangka pemikiran diatas, maka alur kerangka berpikir terkait penelitian ini tersaji dalam Gambar 1.

(44)

Gambar 1. Kerangka Operasional KUD dalam Pengembangan Usaha Ternak Sapi Perah

Potensi Ternak Sapi Perah

Peranan KUD Mandiri Cisurupan

Pengembangan Usaha KUD Mandiri Cisurupan

Sistem Pengelolaan Usaha Ternak Sapi Perah KUD

Mandiri Cisurupan

- Jumlah Produksi susu, jumlah Populasi Ternak, Jumlah Peternak

- Pelayanan Kesehatan - Persediaan Bahan Baku - Penyuluhan

- Pemasaran

- Waserda dan Simpan Pinjam - Peranan KUD terhadap

peternak Sapi Perah Cisurupan

- Struktur Organisasi dan Pengambilan Keputusan

- Sistem Pengelolaan Usaha Ternak Sapi Perah KUD Cisurupan - Permodalan

- Skala Usaha

- Kemitraan dengan Unit Usaha Lain

- Analisis Deskriptif - Analisis Deskriptif

(45)

IV. METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakuan secara sengaja (purvosive) dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Cisurupan merupakan daerah sentra produksi komoditas susu segar sapi perah yang terdapat kelompok peternak sapi perah dan telah menjadi anggota koperasi. Kegiatan penelitian dan pengambilan data dilaksanakan pada bulan Januari sampai bulan Juni 2011.

4.2 Jenis Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data sekunder. Data Primer akan diperoleh melalui pengamatan langsung (observasi) dan wawancara dilapangan dengan peternak, ketua kelompok peternak dan pihak perusahaan mitra yang merupakan responden dalam penelitian. Kegiatan wawancara dilakukan untuk mengetahui kondisi dan kegiatan yang dilakukan oleh para peternak, kelompok peternak mulai dari kegiatan memerah sampai tahap pemasaran serta pihak-pihak yang menjalin kemitraan.

Sementara itu, data sekunder diperoleh dari Dinas Peternakan Kabupaten Garut, Badan Pusat Statistik (BPS), KUD Mandiri Cisurupan, laporan kegiatan kelompok ternak, Garut dalam angka, Buku Monografi Kec. Cisurupan, serta berbagai referensi yang terkait dalam penelitian.

4.3 Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel sebagai responden dalam penelitian ini menggunakan metode purposive, yaitu populasi sampel dibagi menjadi kelompok

(46)

wilayah. Wilayah yang akan dijadikan (sampel) dalam penelitian ini didasarkan pada tempat dimana peternak yang tergabung merupakan kelompok terbesar, masing-masing diambil 5 orang dari setiap kelompok anggota untuk dijadikan responden yaitu kelompok Desa Cisurupan, Desa Balewangi, Desa Cisero, Desa Sukatani, Desa Sukawargi, dan Desa Sirnajaya. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 orang peternak anggota Koperasi Unit Desa (KUD) Mandiri yang diambil dari 5 kelompok anggota peternak yang berasal dari 30 kelompok anggota KUD Mandiri.

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh akan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Cara pengumpulan dan analisis data berdasarkan tujuan penelitian secara singkat disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Metode Pengumpulan dan Analisis Data Tujuan Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data Mengetahui peranan KUD

terhadap pengembangan usaha ternak dan

pendapatan peternak pada sapi perah Data primer dari masyarakat peternak Kuisioner dan wawancara Analisis deskriptif dan analisis pendapatan peternak sapi perah Menganalisis kelembagaan pengelolaan KUD Cisurupan

Data primer Wawancara dan pengamatan langsung di lapangan

Analisis deskriptif

4.4.1 Analisis Penerimaan Usaha Ternak Sapi Perah

Penerimaan merupakan hasil kali jumlah produksi total dan harga jual per satuan. Analisis penerimaan usaha ternak merupakan analisis penerimaan yang diperoleh petani sebelum dikurangi biaya-biaya.

(47)

4.4.2 Analisis Biaya Usaha Ternak Sapi Perah

Biaya merupakan komponen paling penting dalam kegiatan usaha ternak sapi perah. Biaya usaha ternak sapi perah dapat berbentuk biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai adalah biaya yang dibayar dengan uang, komponen biaya tunai biaya untuk input produksi hingga biaya pemasaran. Biaya diperhitungkan untuk menghitung berapa besarnya pendapatan kerja peternak dan modal. Komponen biaya diperhitungkan seperti, sewa lahan dan biaya penyusutan peralatan (Rp).

4.4.3 Analisis Pendapatan dan Analisis BiayaUsaha Ternak Sapi Perah Menurut Soekartawi (1986), analisis pendapatan usaha ternak bertujuan untuk mengetahui besar keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan. Analisis pendapatan dilihat dari total penerimaan dan total biaya. Pendapatan usaha ternak adalah total penerimaan dari usaha ternak dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan dalam usaha ternak tersebut. Pada penelitian ini, pendapatan peternak dalam kurun waktu satu bulan.

Π Tunai/bulan = TR – TC

Π = Π1 + Π2 + Π3 + Π4

Keterangan :

Π = Pendapatan (Rp/bulan )

Π1 = Pendapatan dari penjualan susu (Rp/bulan )

Π2 = Pendapatan dari usaha tani (Rp/bulan )

Π3 = Pendapatan dari buruh tani (Rp/bulan )

Π4 = Pendapatan dari buruh bangunan (Rp/bulan )

(48)

TC = Biaya Tunai Produksi (Rp/bulan) CC = Biaya yang diperhitungkan (Rp/bulan) 4.4.4 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dapat diartikan sebagai proses pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subyek dan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau bagaimana adanya. Peneleitian dengan analisis deskriptif tidak terbatas sampai pengumpulan dan penyususnan data, tetapi meliputi analisis dan interpretasi tentang data tersebut, selain itu semua yang dikumpulkan memungkinkan menjadi kunci terhadap apa yang diteliti.

Analisis deskriptif kualitatif ditujukan untuk mendapatkan informasi tentang berbagai kondisi lapang yang bersifat tanggapan dan pandangan terhadap pelaksanaan program perkuatan serta kondisi lingkungan sosial ekonomi dan daerah sample. Hasil analisis kualitatif berupa perbandingan kondisi riil di lapang yang diperoleh dari pendapat-pendapat berbagai unsur yang terlibat langsung dalam pelaksanaan kelembagaan koperasi dengan kondisi ideal yang diperoleh dari studi pustaka.

Gambar

Tabel 2. Populasi Ternak di Indonesia Tahun 2006-2010 (ribu ekor)  Ternak       2006              2007           2008         2009          2010*  Sapi Potong  10.875  11.515  12.257  12.760  13.633  Sapi Perah  369  374  458  475  495  Kerbau  2.167  2.08
Gambar 1. Kerangka Operasional KUD dalam Pengembangan Usaha   Ternak Sapi Perah
Gambar 2. Peta Lokasi Kec. Cisurupan  Batas wilayah Kecamatan Cisurupan sebagai berikut :
Gambar 3. Jumlah Penduduk Cisurupan Laki-laki dan Perempuan  Sedangkan  berdasarkan  kelompok  umur,  penduduk  Cisurupan  dapat  dilihat pada Tabel 5
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pendapatan usaha ternak sapi perah merupakan jumlah rupiah yang diperoleh peternak dari hasil penjualan produk sapi perah setelah dikurangi dengan biaya sesuai

Penelitian analisis usaha ternak sapi perah di Kecamatan Selo bertujuan untuk 1) Mengetahui bagaimana karakteristik peternak sapi perah di Desa Samiran dan Desa Lencoh. 2)

Hal ini mempakan potensi pasar yang besar, namun rata-raia petemak sapi perah sebagai produsen susu sapi perah di Indonesia masih merupakan peternak rakyat yang

Penelitian bertujuan untuk: (i) Mengetahui kemampuan petani penerima kredit sapi perah dalam memenuhi kewajiban kreditnya kepada KUD Subur; (ii) Mengetahui peranan faktor-faktor 5 C

Adapun peranan koperasi tani jasa tirta ini dalam pengembangan usaha ternak sapi perah adalah membantu tersedianya pelayanan kesehatan secara gratis, yang terdiri

Nurtini (2011) menyatakan bahwa usaha peternakan sapi perah Indonesia dibedakan menjadi dua jenis : 1) Usaha peternakan sapi perah rakyat; 2) Perusahaan peternakan sapi

Ciri-ciri pola inti plasma dalam kemitraan antara KUD Musuk dengan peternak sapi perah adalah perusahaan besar (KUD Musuk) sebagai inti membina dan mengembangkan

Berdasarkan metode Balanced Score Card, maka strategi yang dapat dilakukan oleh unit sapi perah KUD Turen adalah melakukan kerjasama dengan institusi pendidikan, meningkatkan keahlian