• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Beribadah Anak Dirumah Terhadap Hasil Belajar Akidah Akhlak Di Mts. Qotrun Nada Depok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Beribadah Anak Dirumah Terhadap Hasil Belajar Akidah Akhlak Di Mts. Qotrun Nada Depok"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

Syahril Aziz

109011000170

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

iii

ABSTRAK

SYAHRIL AZIZ (109011000170), “Hubungan Beribadah Siswa di Rumah Terhadap Hasil Belajar Akidah Akhlak di MTs. Qotrun Nada Depok”.

Kata Kunci: Beribadah Siswa di Rumah, Hasil Belajar Akidah Akhlak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kebiasaan belajar terhadap hasil belajar Siswa dalam pembelajaran Akidah Akhlak, seberapa besar kontribusi yang diberikan dan apakah dengan adanya kebiasaan beribadah ini hasil belajar Siswa menjadi lebih optimal.

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode penelitian korelasi. Yaitu dengan melakukan teknik pengumpulan data dan analisis data meliputi: observasi, soal angket. Obyek penelitian disini ialah siswa kelas VIII di MTs. Qotrun Nada.

(6)

iv

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji dan syukur tiada terhingga penulis sampaikan kehadirat Ilahi Rabbi Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat dan salam tak lupa penulis sampaikan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabatnya, dan seluruh pengikutnya yang telah mengenalkan Islam kepada seluruh umat manusia.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penyelesaian skripsi ini tidak sedikit mengalami kesulitan, hambatan, dan gangguan baik yang berasal dari penulis sendiri maupun dari luar. Namun berkat bantuan, motivasi, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Oleh karena itu dengan penuh ketulusan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA. Selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dra. Nurlena Rifa’i, Ph.d, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bahrissalim, M.Ag. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Drs. Sapiudin Shidiq, M.A. Selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Drs. Ahmad Ghalib, M.Ag. Dosen Pembimbing Skripsi yang telah bersedia dengan tulus memberikan bimbingan, petunjuk dan saran kepada peneliti selama menyelesaikan skripsi ini.

(7)

v

7. Drs. H. Bahruddin Marzuki, sebagai Kepala MTs sekaligus guru bidang studi Akidah Akhlak MTs, Qotrun Nada beserta staf yang telah membantu proses penelitian serta memberikan data-data yang diperlukan peneliti. 8. Bapak-bapak dan Ibu-ibu dosen serta seluruh staf Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah dengan sabar dan tekun, rela mentransfer ilmunya kepada penulis selama penulis menempuh studi di UIN Jakarta ini.

9. Untuk kedua orang tua tercinta yang tiada henti-hentinya mengucurkan

semua pengorbanan baik materi, semangat, dan yang terpenting do’a.

Semoga beliau selalu diberkahkan hidupnya.

10.Untuk yang tersayang Nazliyah Intan Sari yang dengan penuh kasih sayang selalu memberikan kesadaran pentingnya arti kesungguh-sungguhan, Ahmad Fauzi kakak yang membantu secara materil, ibenk, Abd. Rojak, Muflihah, Uvi Silvia, Siti Maryam teman-teman yang tiada henti memberikan semangat, dan selalu mendo’akan penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di UIN Jakarta.

11.Untuk teman-teman PAI E 2009 tercinta, yang selalu mengobarkan api semangat dalam keputusasaan penulis dan telah memberikan bantuan baik langsung maupun tidak langsung dengan penuh toleransi ikut serta memberikan sumbangan yang amat berharga dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.

Bagi mereka semua, tiada untaian kata dan ungkapan hati selain ucapan terima kasih penulis, semoga Allah SWT membalas semua amal baik mereka, dan akhirnya peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya kepada pembaca.

Jakarta, 24 November 2013

(8)

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ...

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ...

ABSTRAKSI ...

KATA PENGANTAR ...

DAFTAR ISI ...

DAFTAR TABEL ...

DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN ...

DAFTAR LAMPIRAN ... i ii iii iv vi ix xi xii

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah ... B. Pembatasan Masalah ... C. Perumusan Masalah ... D. Tujuan Penelitian ... E. Kegunaan Penelitian Penelitian ...

1 6 6 6 7

BAB II Landasan Teori

A. Beribadah ... 1.Pengertian Ibadah ... 2.Tujuan Ibadah ... 1. Macam-macam Ibadah ... 2. Waktu-waktu beribadah ... 3. Hikmah beribadah...

(9)

vii

B. Hasil Belajar ... 1.Pengertian Hasil Belajar ... 2.Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 3.Indikator Prestasi Belajar ... C. Pengertian Akidah Akhlak ... 1.Pengertian Akidah ... 2.Fungsi dan Peranan Akidah ... 3.Pokok Bahasan Akidah ... 4.Pengertian Akhlak ... 5.Ruang Lingkup Akidah Akhlak ... D. Hasil Penelitian Yang Relevan ... E. Kerangka Berfikir ... F. Hipotesis Penelitian ...

26 26 27 27 27 28 29 30 32

BAB III Metodologi Penelitian

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... B. Metode Penelitian ... C. Populasi dan Sampel ... D. Tekhnik Pengumpulan Data ... E. Instrumen Penelitian ... F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ...

(10)

viii

G. Hipotesis Statistik ...

BAB IV Hasil Penelitian

A. Deskripsi Data ... B. Uji Instrumen Penelitian dan Uji Prasyarat Analisis ... C. Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis ... D. Pembahasan Hasil Penelitian ... E. Keterbatasan Penelitian ...

40 49 51 58 72

BAB 5 Penutup

A. Kesimpulan ... B. Implikasi ... C. Saran ...

73 74 74

Daftar Pustaka 75

(11)

ix

DAFTAR TABEL

No Tabel Nama Tabel Halaman

2.1 Jenis, Indikator, dan Cara Evaluasi Prestasi 25

3.1 Penentuan Sample Siswa 34

4.1 Rekapitulasi Variabel X 41

4.2 Deskripsi Data Kebiasaan Beribadah (Variabel X) 42

4.3 Nilai Rapot Akidah Akhlak kelas VIII 44

4.4 Deskripsi Data Rata-rata Nilai Raport Siswa

(Variabel Y)

46

4.5 Hasil Penskoran Dan Pengumpulan Data Tentang

Kebiasaan Beribadah Siswa dan Hasil Belajar

47

4.6 Hasil Uji Validitas Kuesioner Ibadah Siswa 50

4.7 Hasil Uji Realibilitas menggunakan SPSS 20 51

4.8 Hasil Uji Normalitas Kebiasaan beribadah siswa 52

4.9 Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Siswa MTs.

Qotrun Nada

52

4.10 Nilai Angket dan Nilai Rata-rata Raport Siswa 53

4.11 Jumlah Variabel X dan Variabel Y 55

4.12 Interpretasi r Product Moment 59

4.13 Memahami penjelasan guru tentang shalat 61

4.14 Mengerjakan shalat dalam sehari 5 waktu 62

(12)

x

tiap hari

4.16 Siswa berusaha mengerjakan shalat tepat pada

waktunya

63

4.17 Menunda-nunda waktu shalat 64

4.18 Mengerjakan shalat tanpa disuruh orang tua 64

4.19 Contoh orang tua untuk mengerjakan shalat tepat

waktu

65

4.20 Memahami penjelasan oleh guru tentang puasa 66

4.21 Mengerjakan puasa pada bulan ramadhan 67

4.22 Mengerjakan puasa selain puasa ramadhan 67

4.23 Kebiasaan untuk mengerjakan puasa senin kamis 68

4.24 Kebiasaan membantu orang tua di rumah 69

4.25 Kebiasaan menolong orang lain 69

4.26 Kebiasaan berfikir posotif terhadap orang lain 70

4.27 Memperhatikan pelajaran yang diberikan kepada

guru tentang beribadah

(13)

xi

DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN

Nomor Gambar Nomor Gambar Halaman

Gambar 4.1 Histogram kebiasaan beribadah

siswa

43

Gambar 4.2 Histogram Hasil Belajar yang

Diperoleh Siswa

(14)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 2. Surat Permohonan Penelitian

Lampiran 3. Surat Telah Melakukan Penelitian

Lampiran 4: Surat Pernyataan Jurusan

Lampiran 5: Kuesioner Penelitian

Lampiran 6: Laporan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII A

Lampiran 7: Laporan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII B

Lampiran 8: Laporan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII C

Lampiran 9: Hasil Perhitungan SPSS 20

Lampiran 10: Profil Sekolah

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Sesungguhnya Ibadah adalah pengabdian, penyembahan, ketaatan, merendahkan diri, doa, secara Ibadah berarti perbuatan yang dilakukan oleh seseorang sebagai usaha menghubungkan dan mendekatkan dirinya kepada Allah sebagai Tuhan yang disembah. Seperti yang telah di yakini oleh umat Islam bahwa tidak ada satupun di antara ciptaan Allah hampa dari nilai-nilai kebaikan atau hikmah.

Namun untuk memperoleh hikmah tersebut, sangat bergantung pada ilmu pengetahuan manusia yang dimilikinya. Al-quran menggambarkan bahwa dari Ibadah yang dilakukan akan menimbulkan kemaslahatan, seperti hikmah puasa adalah agar mencapai derajat taqwa bagi pelakunya. Begitu juga dengan hikmah-hikmah Ibadah-ibadah lainnya, secara umum untuk mencapai taqwa agar memperoleh ridho Allah SWT.

Anak adalah anugrah terindah yang diberikan oleh Allah SWT. Setiap orang ingin memiliki anak. Dalam kehidupan rumah tangga apabila dalam keluarga kecil tersebut tidak didapati seorang anak kehidupan rumah tangga tersebut akan sunyi senyap dan tanpa ada kebahagiaan. Sehingga, anak memiliki peran penting dalam kehidupan keluarga, baik dalam lingkup bernegara, berbangsa dan beragama.

(16)

mampu menjadi anak yang soleh atau solehah, berbudi pekerti luhur, dan mempunyai etika serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.1

Dan untuk itu masalah kebiasaan menjadi perhatian bagi setiap pembina, baik dia orang tua maupun unsur pemerintah yang disebut pejabat beserta jajarannya. Semua pembina mengharapkan agar setiap Siswa mempunyai kebiasaan, kebiasaan pribadi meningkatkan ketekunan serta memperbesar kemungkinan Siswa untuk berkreasi dan berprestasi.

Dalam kegiatan sehari-hari mendidik dan mengasuh anak, sering kali berhadapan dengan berbagai prilaku anak yang tidak sesuai dengan harapan pendidik. Oleh karena itu, sering timbul dalam pemikiran untuk “membiasakan” anak. Ada berbagai pandangan di dalam permasalahan kebiasaan, perbedaan pandangan kebiasaan itu ada yang masih berpijak kepada pandangan lama dan pandangan baru. Pandangan lama tentang kebiasaan berpendapat bahwa untuk membiasakan anak pendidik berusaha untuk mencegah perbuatan yang tidak diinginkan. Sebaliknya, pandangan baru mengenai kebiasaan adalah membantu anak dalam rasa perasaan dan perbuatan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh

Dr. H. Hamzah Ya‟qub didalam bukunya”Etika Islam” bahwa “Orang yang sudah

menerima sesuatu pekerjaan menjadi kebiasaan atau adat dalam dirinya, maka pekerjaan itu sukar ditinggalkan karena berakar kuat dalam pribadinya”.2

Dengan pola kebiasaan dapat menyadarkan anak bahwa anak harus mengubah dan mengendalikan segi-segi yang tidak baik dari tingkah lakunya. Dengan demikian, disiplin yang disodorkan dan dibebankan oleh pendidik, lambat laun akan tertanam dalam lubuk hati anak.

Sesungguhnya hambatan dalam dunia pendidikan sekarang ini, di antaranya adalah kesadaran inisiatif Siswa dalam tanggung jawabnya terhadap kebiasaannya di sekolah. Hal ini memberi perhatian kepada pendidik untuk selalu memberikan

1

Ana Rizki Saputri, Pendidikan untuk anak pre natal dan anak usia dini dengan cara islami, Jurnal Ilmiah, http://anariezqysaputry.blogspot.com/2012/06/artikel-jurnal-ilmiah.html,

Jum‟at 15 September 2013, 10:55.

2

(17)

keteladanan kepada para Siswanya. Sebagaimana dikemukakan oleh H. Hamzah

Ya‟qub didalam bukunya”Etika Islam” bahwa : “Segala pekerjaan yang berat bagi

orang lain, menjadi mudah bagi seseorang karena sudah terbiasa. Pribahasa

mengungkapkan: “Kalah kepintaran dari kebiasaan” dan “Alah bisa karena

biasa”.3

Dengan demikian kebiasaan yang tertanam dari dalam diri Siswa akan membawa Siswa menuju kepada perubahaan sikap yang lebih baik, serta menjadikan Siswa untuk selalu percaya diri dan mempunyai keyakinan yang kuat akan ajaran agama yang sesungguhnya, sehingga prilaku yang akan nampak adalah terbinanya kesadaran hidup yang mandiri, penuh rasa tanggung jawab, dan disiplin dalam tingkah lakunya serta dalam agamanya. Dan sebaliknya, jika Siswa selalu dihadapkan oleh masalah dalam hidupnya, rasa bimbang dalam beribadah tidak mustahil akan membuat mereka lalai bahkan ragu dalam beragama. Perasaan seperti itulah yang akan muncul dalam hasil belajar akidah akhlak Siswa di sekolah. Sebagaimana dikemukakan oleh Zakiyah Darajat dalam bukunya

”problema Remaja di Indonesia” bahwa: “ Sesungguhnya masalah kepercayaan

adalah persoalan pertama dari agama yang dihadapi para remaja umumnya, karena masa remaja adalah masa pertarungan antara ragu dan percaya, sehingga remaja terombang-ambing antara kedua sumbu ini. Maka dia membutuhkan kepercayaan kepada Allah sebagai penolong moral yang meluruskan kelakuannya”.4

Hasil belajar dimaksudkan terutama dalam hal yang bersifat kognitif yang meliputi kualitas pengetahuan Siswa dan kuantitas nilai raport. Namun tidak terlepas dari itu, nilai afektif dan psikimotorik Siswa juga termasuk ruang lingkup hasil belajar, namun bersifat relatif, tergantung dengan kondisi kejiwaan dan lingkung sosial Siswa.

Secara objektif hasil belajar adalah adanya perubahan dalam kemampuan dan tingkah laku, dimana perubahan itu mengarah pada perubahan yang lebih baik.

3

Ibid, h.64

4

(18)

Jadi Siswa dianggap berhasil dalam pembelajaran agama Islam, manakala hasil belajarnya menunjukkan kemajuan dalam bentuk nilai dan perubahan sikap.

Ketidak biasaan Siswa beragama akan selalu ada apabila tidak ada peran para pendidik menjadi teladan bagi kehidupan Siswa. Pendidik mempunyai kewajiban untuk memerintahkan anak dalam melalukan sholat.

Sebagaimana yang dijelaskan dalam firman Allah QS. At-Tahrim : 6























Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;

penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai

Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu

mengerjakan apa yang diperintahkan”. (Q.S. At-Tahrim : 6)

Dari sumber di atas menerangkan peranan orang tua terhadap anaknya dalam membiasakan melaksanakan peribadatan maka pendidik berperan dalam mengarahkan anak untuk kebiasan dalam melaksankan shalat. Karena jika anak telah dibiasakan dalam shalatnya, maka segala aktivitasnya yang dilakukannya akan membawa kepada sikap yang teatur dan terarah.

Dan Ibadah tidak terlepas dari pemahaman terhadap pengertian itu sendiri. Oleh sebab itu Ibadah mencakup semua bentuk cinta dan kerelaan kepada Allah SWT, baik dalam perkataan dan perbuatan, lahir, batin. Maka yang termasuk ke dalam hal ini adalah shalat, zakat, puasa, haji, benar dalam berbicara, menjalankan amanah, berbuat baik kepada orang tua, menghubungkan silaturrahmi, memenuhi

(19)

sabil, berdoa, berzikir, membaca Al-Qur‟an, ikhlas, sabar, syukur, rela menerima ketentuan Allah SWT, tawakal, raja, khauf (takut terhadap azab), dan sebagainya.

Lebih khusus lagi Ibadah dapat diklasifikasikan menjadi Ibadah umum dan Ibadah khusus. Ibadah umum mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, yaitu mencakup segala amal kebajikan yang dilakukan dengan niat ikhlas dan sulit untuk mengemukakan sistematiknya. Tetapi Ibadah khusus ditentukan oleh

syara‟(nash) bentuk dan caranya. Oleh karena itu dapat di kemukakan

sistematikanya secara garis besar berikut: Shalat, puasa, zakat.

Dan dalam pendidikan keluarga juga beperan penting dapat dilihat bahwa pengaruh pertama yang diterima oleh seorang anak dalam hidupnya, ialah pengaruh sosok-sosok yang berada di sekelilingnya. Di lingkungan rumah mereka, adalah ayah dan keluarganya. Untuk lebih menjelaskan betapa pentingnya pendidikan keluarga itu bagi tiap-tiap anak yang nantinya akan terjun ke dalam masyarakat. Di dalam keluarga anak dididik untuk dapat memahami mana yang baik dan yang buruk dan dari yang tidak tahu menjadi tahu dan membiasakan perilaku yang baik dan sopan satun.

Dan dalam pendidikan juga mempunyai alat pendidikan yaitu adalah pembiasaan, pembiasaan yang dimaksud adalah salah satu alat pendidikan yang penting, terutama bagi anak-anak yang masih kecil. Anak-anak kecil belum mengerti apa yang dikatakan baik dan apa yang dikatakan buruk dalam arti susila. Juga anak kecil belum mempunyai kewajiban-kewajiban yang harus dikerjakan seperti pada orang dewasa tetapi hak mereka sudah mempunyainya, seperti hak dipelihara, hak mendapat perlindungan, dan hak mendapat pendidikan. Anak kecil belum kuat ingatannya, ia lekas melupakan apa yang sudah dan baru terjadi. Perhatian mereka lekas dan mudah beralih kepada hal-hal yang baru, yang lain, yang disukainya.

(20)

diberikan makan dengan teratur, dan sebagainya. Menjadi besar kebiasaan-kebiasaan yang baik itu harus tetap diberikan dan dilaksanakan, seperti tidur dan bangun pada waktu yang teratur, demikian pula makan, mandi, bermain-main, berbicara, belajar, berkerja, dan sebagainya.

Dan banyak hal-hal yang dapat dijadikan contoh misalnya: shalat apabila anak dibiasakan dari kecil shalat maka ia akan terbiasa melakukannya maka di sekolah maupun di rumah sudah terbiasa dan secara tidak langsung dengan kebiasaan melakukan ibadah anak akan paham pengertian dari ibadah tersebut seperti shalat ada rukun, syarat dan sebagainya.

Berdasarkan uraian di atas, penulis bermaksud melaksanakan penelitian

dengan judul “ HUBUNGAN BERIBADAH SISWA DI RUMAH

TERHADAP HASIL BELAJAR AKIDAH AKHLAK DI MTS QOTRUN

NADA DEPOK”

B.

Pembatasan Masalah

Untuk mendapatkan masalah secara jelas agar tidak terlalu luas ruang lingkupnya maka penulis membatasi masalah yang akan dibahas sebagai berikut:

1. Adakah dampak aktif beribadah di rumah dengan hasil belajar di sekolah terutama pada mata pelajaran dan aqidah akhlak.

C.

Perumusan

Berdasarkan pembatasan diatas, maka masalah yang dapat penulis rumus kan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kebiasaan Ibadah Siswa di rumah ?

2. Bagaimana hasil belajar Siswa pada mata pelajaran akidah akhlak di MTs Qotrun Nada Depok?

3. Bagaimana hubungan beribadah Siswa di rumah dengan hasil belajar akidah akhlak di MTs Qotrun Nada?

(21)

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang hubungan beribadah Siswa di rumah terhadap hasil belajar akidah akhlak di Mts Qotrun Nada. Adapun sasaran yang hendak diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui beribadah Siswa anak di rumah

2. Untuk mengetahui hasil belajar Siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak di Mts Qotrun Nada.

3. Untuk mengetahui hubungan antara beribadah Siswa di rumah terhadap hasil belajar dan akidah akhlak di MTs Qotrun Nada.

E.

Kegunaan penelitian

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan yang berguna:

1. Untuk memberikan sumbangan pokok-pokok pikiran semaksimal mungkin sesuai kemampuan penulis dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan Agama di Mts Qotrun Nada khususnya dan di sekolah lain umumnya.

2. Untuk memberikan gambaran pentingnya menanamkan beribadah, terutama bagi pelajar agar hasil belajar mereka mengalami peningkatan. 3. Sebagai masukan bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian

(22)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A.

Beribadah

1.

Pengertian Ibadah

Kata “Ibadah” yang berasal dari bahasa arab telah menjadi bahasa

Melayu yang terpakai dan di pahami secara baik oleh orang-orang yang menggunakan bahasa Melayu atau Indonesia. Ibadah dalam istilah bahasa Arab di artikan dengan berbakti, berkhidmat, tunduk, patuh, mengesakan dan merendahkan diri. Dalam istilah Melayu di artikan: perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah yang di dasari ketaatan untuk mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.5

Ibadah adalah bahasa Arab yang secara etimologi yang berarti taat, patuh, merendahkan diri dan hina. Kesemua pengertian itu mempunyai makna

yang berdekatan. “Seseorang yang tunduk, patuh, merendahkan diri dan hina

di hadapan yang di sembah di sebut abid (yang beribadah)”.6

Profesor TM Hasbi Ashshidiqi, dalam kitab kuliah Ibadah membagi arti Ibadah dalam dua arti, arti menurut bahasa dan arti menurut istilah.

a. Ibadah dari segi bahasa berarti: taat, menurut, mengikuti dan sebagainya. Juga Ibadah di gunakan dalam arti doa penggunaan kata Ibadah dalam arti taat dan sebagainya, tersebut dalam Al-Quran Surat Yasin Ayat 60

5 Amir Syarifuddin, Garis-garis besar fiqih, (Jakarta: prenada media, 2003), h. 17

6

(23)































Artinya: “Bukankah aku telah memerintahkan kepadamu Hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah

musuh yang nyata bagi kamu", 7(Q.S. Yasin:60)

b. Penggunaan Ibadah dalam arti doa ialah tersebut dalam Al-Quran surat Al-Mu‟min ayat 60































Artinya: “dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan

Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan

diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina

dina".8 (Q.S. Al-Mu‟min : 60)

c. Ibadah menurut istilah ahli tauhid, Ibadah berarti meng-Esakan Allah, mentakzimkannya dengan sepenuh-penuhnya takzhim serta menghinakan diri kita dan menundukkan jiwa kepadaNya.

d. Ahli fiqih mengartikan Ibadah dengan apa yang di kerjakan untuk mendapatkan keridhaan Allah dan mengharapkan pahala-Nya di akhirat.

Moh.Rifai berpendapat bahwa Ibadah memiliki dua arti yaitu:

a. Ibadah dalam arti Ibadah semata-mata ialah ketundukan jiwa seseorang yang menumbuhkan mengetuk hati nurani, karena cinta

7

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahnya, (Surabaya: Jaya Sakti, 1998), hal. 452

8

(24)

kepada yang berhak disembah dan berkeyakinan bahwa sesungguhnya di alam semesta ini ada penguasa yang tidak dapat di jangkau oleh akal pikiran manusia, yaitu Allah.

b. Ibadah dalam arti luas ialah segala macam perbuatan dan ucapan yang di niatkan karena Allah. Misalnya: membaca bismillah, istigfar, shalawat, tasbih mengajak orang lain mengaji, berdakwah dan ucapan-ucapan baik lainnya yang di niatkan karena Allah.

2.

Tujuan Ibadah

Ibadah mempunyai tujuan pokok dan tujuan tambahan. Tujuan pokoknya adalah mengahadapkan diri kepada Allah yang Maha Esa dan mengkonsentrasikan niat kepada-Nya dalam setiap keadaan. Dengan adanya tujuan seseorang akan mencapai derajat yang tinggi diakhirat. Sedangkan tujuan tambahan adalah agar terciptanya kemaslahatan diri manusia dan terwujudnya usaha yang baik. Shalat umpamanya, di syariatkan pada dasarnya bertujuan untuk menundukkan diri kepada Allah dengan ikhlas, mengingatkan diri dengan berdzikir.9 Sedangkan tujuan tambahannya antara lain adalah untuk menghindarkan diri dari perbuatan keji dan munkar, sebagaimana di pahami dari firman Allah dalam Al-Quran surat 29 ayat 45.















































Artinya: “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al

Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari

(perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat

Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang

lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” .10

9

A. Rahman Ritonga dan Zainuddin, Fiqh Ibadah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), h. 9.

10

(25)

Karena manusia di ciptakan oleh Allah bukan untuk sekedar untuk hidup di dunia ini kemudian mati tanpa pertanggung jawaban, tetapi manusia di ciptakan oleh Allah hidup di dunia untuk beribadah.11 Hal ini dapat di pahami dari firman Allah surat Adz-dzariyat ayat 56.















Artiinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

mereka mengabdi kepada-Ku”. (Q.S. Adz-dzariyat : 56)

Karena Allah Maha mengetahui tentang kejadian manusia, maka agar manusia terjaga hidupnya, taqwa, di beri kewajiban Ibadah. Tegasnya manusia di wajibkan beribadah, agar manusia itu mencapai ketaqwaan.

3.

Macam-macam Ibadah

Menurut Ali Anwar Yusuf, M.Si yang berkaitan dengan ulama fiqih itu membagi menjadi tiga macam yaitu:

a. Ibadah mahdhah adalah Ibadah yang mengandung hubungan dengan Allah semata-mata. Ciri-ciri Ibadah ini adalah semua ketentuan dari aturan pelaksanaannya telah di tetapkan secara rinci melalui penjelasan-penjelasan Al-Qur‟an atau Sunnah.

b. Ibadah ghairu mahdhah, yaitu ibadah yang tidak hanya sekadar menyangkut hubungan dengan Allah, tetapi juga menyangkut hubungan sesama mahluk, atau di samping hubungan sesama makhluk tidak terbatas pada hubungan antar manusia, tetapi juga hubungan manusia dengan lingkungan, seperti dinyatakan dalam

Al-Qur‟an:

janganlah kamu sekalian berbuat kerusakan di muka bumi sesudah Allah

memperbaikinya”.( Q. S. Al-A‟raf ayat 56).

11

(26)

c. Ibadah Dzil- wajhain, yaitu ibadah yang memiliki dua sifat sekaligus, yaitu ibadah mahdhah dan ibadah ghairu mahdhah maksudnya adalah sebagian dari maksud dan tujuannya pensyariatannya dapat diketahui dan sebagian tidak dapat diketahui,

seperti nikah dan adanya‟ iddah dalam talak nikah.12

Dan Zakiah Daradjat berpendapat bahwa macam-macam ibadah ditentukan dari pembagiannya.

a. Pembagian ibadah didasarkan pada umum dan khususnya, maka ada

dua macam, yakni ibadah khashah dan ibadah „ammah.

- Ibadah khashah adalah ibadah yang ketetuannya telah ditetapkan oleh nash, seperti: shalat, zakat, puasa, haji.

- Ibadah „ammah ialah semua pertanyaan baik, yang dilakukan

dengan niat yang baik dan semata-mata karena Allah, seperti makan dan minum, bekerja dan lain sebagainya dengan niat melaksanakan perbuatan itu untuk menjaga badan jasmaniyah dalam rangka agar dapat beribadah kepada Allah.13

b. Pembagian ibadah dari segi hal-hal yang bertalian dengan pelaksanaannya, dibagi menjadi 3 macam:

- Ibadah jasmaniyah ruhiyah, seperti shalat dan puasa. - Ibadah ruhiyah dan amaliyah, seperti zakat.

- Ibadah jasmaniyah ruhiyah dan ruhiyah dan amaliyah, seperti mengerjakan ibadah haji.

c. Pembagian ibadah dari segi kepentingan perseorangan atau masyarakat, maka dibagi dua:

- Ibadah fardu, seperti shalat dan puasa

- Ibadah ijtima‟i, seperti zakat dan haji

d. Pembagian ibadah dari segi dan bentuknya

12

Ali Anwar Yusuf, Studi Agama Islam, (Bandung:CV Pustaka setia, 2003, cet 1), h. 146.

13

(27)

- Ibadah yang berupa perkataan atau ucapan lidah seperti membaca doa, membaca Al-Qur‟an, membaca zikir, membaca tahmid, dan mendoakan orang bersin.

- Ibadah yang berupa perbuatan yang tidak ditentukan bentuknya seperti menolong orang lain, berjihad, membela diri dari gangguan, takhizul janazah.

- Ibadah yang berupa perkerjaan yang tertentu bentuknya meliputi perkataan dan perbuatan seperti, shalat, zakat, puasa, haji.

- Ibadah yang pelaksanaannya menahan diri seperti, ihram, puasa, itikaf.

- Ibadah yang sifatnya mengugurkan hak, seperti membebaskan hutang, memaafkan hutang yang bersalah.14

Dan jika dilihat dari beberapa bagian ibadah memiliki banyak bagian yang meliputi rohani dan jasmani dalam beribadah tetapi dari berbagai bagian hanya sebagian yang dapat dimengarti. Oleh karena itu makna ibadah yang harus kita pahami karena klo arti dari ibadah dipahami maka sudah mencakup hal-hal yang bersifat baik.

4.

Waktu- waktu beribadah

Menurut sebagian pendapat bahwa apabila ditinjau dari segi sifat, waktu, keadaan dan hukumnya, ibadah terbagi menjadi 15 bagian yaitu:

a. Muadda, yaitu ibadah yang dikerjakan dalam waktu yang ditetapkan

syara‟. Ibadah ini disebut dengan ibadah tunai (ada).

b. Maqdhi, yaitu ibadah yang dikerjakan sesudah keluar waktu yang ditentukan syara. Ibadah ini bersifat sebagai pengganti yang tertinggal, baik karena sengaja atau tidak, seperti tertinggal karena sakit atau sedang dalam perjalanan. Pelaksanaan ibadah ini disebut dengan qadha.

14

(28)

c. Mudad, yaitu ibadah yang diulang sekali lagi dalam waktunya untuk menambah kesempurnaan, misalnya melaksanakan shalat berjamaah dalam waktu yang ditentukan setelah melaksanakannya secara sendirian pada waktu yang sama.

d. Muthlaq, yaitu ibadah yang tidak dikaitkan waktunya oleh syara dengan sesuatu waktu yang terbatas, seperti membayar kafarat sebagai hukuman bagi pelanggar sumpah.

e. Muakkot, yaitu ibadah yang dikaitkan oleh syara‟ dengan waktu

yang tertentu dan terbatas, seperti shalat pada waktu shubuh, dzuhur, ashar, maghrib, dan isya. Termasuk juga puasa pada bulan ramadhan.

f. Muassa‟, yaitu ibadah yang lebih luas waktunya dari yang

diperlukan untuk melaksanakan kewajiban yang dituntut pada waktu itu, seperti shalat lima waktu. Seorang yang shalat diberikan kepadanya hak mengerjakan shalatnya diawal waktu, dipertengahan dan diakhirnya asal selesai dikerjakan sebelum berakhir waktunya. Dalam jangka waktu itu boleh dikerjakan shalat sunnat.

g. Mudhayyaq, yaitu ibadah yang waktunya sebanyak atau sepanjang fardhu yang difardhukan pada waktu itu, seperti puasa. Dalam bulan ramadhan, hanya dikhusukan untuk puasa wajib dan tidak boleh dikerjakan puasa yang lain pada waktu itu seperti puasan sunnat, nadzar dan lain-lain.

h. Dzusyabhain, yaitu ibadah yang mempunyai persamaan dengan mudhayyaq dan mempunyai persamaan pula dengan muassa‟, seperti ibadah haji. Dari segi pelaksanaanya, ibadah haji menyerupai mudayyaq, karena hanya diwajibkan sekali dalam setahum, dan dari segi berlanjutan bulan-bulan haji itu menyerupai muassa‟

(29)

j. Mukhayyar, yaitu ibadah yang boleh dipilih salah satu dari yang diperintahkan. Seperti, kebolehan memilih antara ber-istinja‟ dengan air dan ber-istinja dengan batu. Atau memilih kaffarat sumpah yang terdiri dari memberi makan fakir miskin, memberi pakaian mereka atau memerdekakan hamba sahaya (QS 5:89)























































































































“Artinya Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan

sumpah-sumpah yang kamu sengaja, Maka kaffarat (melanggar) sumpah itu,

ialah memberi Makan sepuluh orang miskin, Yaitu dari makanan yang biasa

kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka

atau memerdekakan seorang budak. barang siapa tidak sanggup melakukan

yang demikian, Maka kaffaratnya puasa selama tiga hari. yang demikian itu

adalah kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu

langgar). dan jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan

kepadamu hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur (kepada-Nya)”.

k. Muhaddad, yaitu ibadah yang dibatasi kadarnya oleh syara‟, seperti

(30)

l. Goiru Muhaddad, yaitu ibadah yang tidak dibatasi kadarnya oleh

syara‟, seperti mengeluarkan harta dijalan Allah SWT.

m. Murratab, yaitu ibadah yang harus dikerjakan secara tertib.

n. Ma yaqbal al-takhyir wa la yaqbal al-taqdim, yaitu ibadah yang dapat dilambatkan dan tidak dapat didahulukan dari waktunya, seperti shalat dzuhur, magrib, dan puasa.

o. Ma yaqbal al-taqdim wa la yaqbal attakhir, yaitu ibadah yang boleh didahulukan dari waktunya, tetapi tidak boleh ditunda dari waktunya, seperti shalat ashar dan isya. Shalat ashar bisa didahulukan waktunya ke waktu dzuhur tetapi tidak boleh ditakhirkan ke waktu maghrib dan shalat isya bisa pula didahulukan kewaktu maghrib tetapi tidak bisa ditunda ke waktu shubuh.15

5.

Hikmah beribadah

Menurut pendapat Ali Anwar Yusuf hikmah beribadah adalah akan melahirkan

a. Kesadaran bahwa dirinya adalah makhluk ciptaan Allah dan harus mengabdi dan menyembah hanya kepada- Nya, sehingga ibadah merupakan tujuan akhir ihidupnya.

b. Kesadaran bahwa sesudah kehidupan dunia ini ada kehidupan akhirat sebagai masa untuk mempertanggung jawabkan pelaksanaan perintah Allah selama menjalani kehidupan di dunia.

c. Kesadaran bahwa dirinya diciptakan Allah bukan sekedar pelengkap alam semesta, melainkan justru menjadi sentral alam dan segala isinya.16

B.

Hasil belajar

1.

Pengertian Hasil Belajar

15

Rahman Ritonga dan Zainuddin MA, Fiqih Ibadah, (Jakarta, Gaya Media Pratama, 1997, cet 1), h. 15-17.

16

(31)

Pengertian hasil dalam kamus bahasa indonesia kata hasil berarti suatu yang diadakan ( dibuat, dijadikan, dan sebagai berikut). Oleh usaha maka dari kata hasil bisa disimpulkan bahwa sesuatu usaha yang telah ada.17

Pengertian belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.18 Skinner berpendapat bahwa belajar adalah proses adaptasi yang berlangsung secara progresif.19

Dan menurut Reber dalam kamusnya, membatasi belajar dengan dua macam definisi. Pertama, belajar adalah proses memperoleh pengetahuan. Pengertian ini biasanya lebih sering dipakai dalam pembahasan psikologi kognitif yang oleh sebagian ahli dipandang kurang representatif karena tidak mengikut sertakan nonkognitif. Kedua belajar adalah suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.20

Dan menurut Muhibbinsyah dalam Psikologi pendidikan belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.21

Dan pengertian secara psikologi belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhannya, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.22

Setiap perilaku belajar tersebut selalu ditandai oleh ciri-ciri perubahan yang spesifik antara lain seperti dikemukakan berikut ini :

17

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional , Kamus Besar Bahasa Indonesia,( Jakarta: Balai Pustaka, ed. Ke 3 2007), h. 146.

18

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 20060, h. 89.

19

Muhibbin Syah, Psikologi belajar, (jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 64.

20

Ibid., h. 66.

21

Muhibbin Syah, op. Cit., h. 87.

22

(32)

a. Belajar menyebabkan perubahan pada aspek-aspek kepribadian yang berfungsi terus menerus, yang berpengaruh pada proses belajar selanjutnya.

b. Belajar hanya terjadi melalui pengalaman yang bersifat individual. c. Belajar merupakan kegiatan yang bertujuan, yaitu arah yang ingin

dicapai melalui proses belajar.

d. Belajar menghasilkan perubahan yang menyeluruh, melibatkan keseluruhan tingkah laku secara integrasi.

e. Belajar adalah proses interaksi.

f. Belajar berlangsung dari yang paling sederhana sampai pada kompleks.23

Dari pembahasan tersebut ditegaskan bahwa ciri khas belajar adalah perubahan, yaitu belajar menghasilkan perubahan perilaku dalam diri peserta didik. Belajar menghasilkan perubahan perilaku yang secara relatif tetap dalam berpikir, merasa dan melakukan pada diri peserta didik. Perubahan tersebut terjadi sebagai hasil latihan, pengalaman dan pengembangan yang hasilnya tidak dapat diamati secara langsung.

Dalam belajar, terdapat unsur-unsur yang menjadi indikator keberlangsungan proses belajar. Setiap ahli pendidikan sesuai dengan aliran teori belajar yang dianutnya, memberikan aksentuasi tentang hal-hal apa yang penting dipahami dan dilakukan agar belajar benar-benar belajar.24

Cronbach sebagai penganut aliran behaviorisme menyatakan bahwa ada tujuh unsur utama dalam proses belajar, yang meliputi :

a. Tujuan. Belajar dimulai karena adanya tujuan yang ingin dicapai. tujuan ini muncul karena adanya suatu kebutuhan. perbuatan belajar atau pengalaman belajar akan efektif bila diarahkan pada tujuan yang jelas dan bermakna bagi individu.

23

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alphabeta, cet ke 8 2010), h. 53.

24

(33)

b. Kesiapan. Agar mampu melaksanakan perbuatan belajar dengan baik, anak perlu memiliki kesiapan, baik fisik, psikis, maupun kesiapan yang berupa kematangan untuk melakukan sesuatu yang terkait dengan pengalaman belajar.

c. Situasi. Kegiatan belajar berlangsung dalam situasi belajar. Adapun yang dimaksud dengan situasi belajar adalah tempat, lingkungan sekitar, alat dan bahan yang dipelajari, guru, kepala sekolah, pagawai administrasi, dan seluruh warga sekolah yang lain

d. Interpretasi. Di sini anak melakukan interpretasi yaitu melihat hubungan di antara komponen-komponen situasi belajar, melihat makna dari hubungan tersebut dan menghubungkannya dengan kemungkinan pencapaian tujuan.

e. Respon. Berlandaskan hasil interpretasi tentang kemungkinannya dalam mencapai tujuan belajar, maka anak membuat respon. respon ini dapat berupa usaha yang terencana dan sistematis, baik juga berupa usaha coba-coba, (trial and error)

f. Konsekuensi. Berupa hasil, dapat hasil positif (keberhasilan) maupun hasil negatif (kegagalan) sebagai konsekuensi respon yang dipilih siswa

g. Reaksi terhadap kegagalan. Kegagalan dapat menurunkan semangat, motivasi, memperkecil usaha-usaha belajar selanjutnya. Namur, dapat juga membangkitkan siswa karena dia mau belajar dari kegagalan.25

Proses pembelajaran tidak selalu efektif dan efisien dan hasil proses belajar mengajar tidak selalu optimal, karena ada sejumlah hambatan. Karena itu, guru dalam memberikan materi relajaran hanya yang berguna dan bermanfaat bagi para siswanya. Materi tersebut disesuaikan dengan kubutuhan mereka akan pelajaran tersebut. Belajar seperti ini akan lebih mengutamakan penguasaan ilmu, dan diyakini akan memberi peluang untuk siswa lebih kreatif dan guru lebih profesional. Dengan demikian

25

(34)

pembelajaran akan lebih membangun kreatifitas siswa untuk menguasai ilmu pengetahuan.26

2.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi balajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor

ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.27

Faktor intern Faktor intern yang ada dalam diri individu terdiri atas faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan.

a. Faktor jasmaniah ; terdiri atas faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh. Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi dan ibadah. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu.28

b. Faktor Psikologis ; sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar, yaitu faktor intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan.

26

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alphabeta, cet ke 8 2010), h, 58.

27

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang mempengaruhinya, Cet ke 5, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010, hal..54

28

(35)

Intelegensi menurut Wechsler adalah "kecakapan global dari individu untuk bertindak secara bertujuan, berpikir secara rasional dan berhubungan dengan lingkungan secara efektif".29

Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.30

Selain intelegensi, hal yang termasuk faktor psikologis yang dapat mempengaruhi prestasi belajar adalah perhatian. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya.31

Salah satu usaha untuk membimbing perhatian anak didik yaitu melalui pemberian rangsangan atau stimuli yang menarik perhatian anak didik.32

Faktor psikologis lainnya adalah minat, yang merupakan kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.

“Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya”.33

Selain minat, bakat merupakan salah satu faktor psikologis yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Menurut Hilgard bakat atau aptitude

adalah "the capacity to learn", dengan kata lain bakat adalah kemampuan

29

Hamalik, Oemar, psikologi belajar dan mengajar, (Bandung:Sinar Baru Algensindo, 2002), h. 89.

30

Slameto, op. Cit., h. 56.

31

Ibid., h. 56.

32

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alphabeta, cet ke 8 2010), h..130.

33

(36)

untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih.34

Hal lainnya adalah motif yang merupakan daya penggerak/pendorong yang berasal dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut mau melakukan sesuatu. Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan/menunjang belajar.35

Faktor psikologis lainnya adalah kematangan, yaitu suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Belajar akan lebih berhasil jika anak sudah siap (matang). Dan hal terakhir yang termasuk faktor psikologis yang dapat mempengaruhi hasil atau prestasi belajar adalah kesiapan, yang menurut jamies Drever adalah kesediaan untuk memberi response atau bereaksi.36

a. Faktor kelelahan 1. Faktor ekstern

Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar, dapat dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.

a. Faktor keluarga : Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.

Orang tua yang kurang/tidak memperhatikan pendidikan anaknya, dapat menyebabkan anak kurang/tidak berhasil dalam belajar. Mungkin anak sendiri sebetulnya pandai, tetapi karena cara belajarnya tidak teratur, akhirnya

34

Ibid., h. 57.

35

Ibid., h. 58.

36

(37)

kesukaran-kesukaran menumpuk sehingga mengalami ketinggalan dalam belajarnya dan akhirnya anak menjadi malas belajar.37

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah relasi antar keluarga. Demi kelancaran belajar serta keberhasilan anak, perlu diusahakan relasi yang baik di dalam kelurga anak tersebut. Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh pengertian dan kasih sayang, disertai dengan bimbingan dan bila perlu hukuman-hukuman untuk mensukseskan belajar anak sendiri.38

Selain itu, suasana rumah juga merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Suasana rumah yang dimaksud adalah situasi atau kejadian-kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak berada dan belajar. Agar anak dapat belajar dengan baik perlulah diciptakan suasana rumah yang tenang dan tenteram.39

Keadaan ekonomi keluarga juga merupakan salah satu faktor yang erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, juga membutuhkan fasilitas belajar yang baik yang dapat terpenuhi dengan kondisi ekonomi yang sehat.40

Latar belakang kebudayaan, tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga juga merupakan faktor penting yang dapat mempangaruhi sikap anak dalam belajar, yang tentunya akan bedampak terhadap hasil belajar mereka.

b. Faktor sekolah : Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.41

37

Ibid., h. 61.

38

Ibid., h. 62.

39

Ibid., h. 63.

40

Ibid., h. 63.

41

(38)

Metode mengajar adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode mengajar harus diusahakan yang setepat, efektif dan efisien mungkin.42

c. Faktor masyarakat : Yaitu faktor lingkungan terbagi dalam dua bagian yakni, faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.

1. Lingkungan sosial

Lingkungan sosial seperti para guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar siswa. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan prilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar.

2. Lingkungan nonsosial

Faktor-faktor yang termasuk lngkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal, keluarga.

3.

Indikator Prestasi Belajar

Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Namun demikian, pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah itu, khususnya ranah rasa murid, sangat sulit. Hal ini disebabkan perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat intangible (tak dapat diraba). Oleh karena itu, yang dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah hanya mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat

42

(39)

mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun yang berdimensi karsa.43

[image:39.595.118.521.317.723.2]

Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa sebagaimana yang terurai di atas adalah mengetahui garis-garis besar indikator (penunjuk adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur, digambarkan sebagai berikut :

Tabel 2.1

Jenis, indikator dan cara evaluasi prestasi

Ranah/Jenis Prestasi Indikator Cara Evaluasi

3. Ranah cipta (Kognitif)

1) Pengamatan

2) Ingatan

3) Pemahaman

a) Dapat menunjukkan b) Dapat membandingkan c) Dapat menghubungkan

a) Dapat menyebutkan b) Dapat menunjukkan

kembali

a) Dapat menjelaskan b) Dapat mendefinisikan

dengan lisan sendiri

a) Dapat memberikan contoh

(1) Tes Lisan (2) Tes tertulis (3) Observasi

(1) Tes Lisan (2) Tes tertulis (3) Observasi

(1) Tes lisan (2) Tes tertulis

43

(40)

4) Penerapan

5) Analisis

(pemeriksaan dan pemilihan secara teliti)

6) Sintesis (membuat paduan baru dan utuh)

b) Dapat menggunakan secara tepat

a) Dapat menguraikan b) Dapat

mengklasifikasikan/memil ah-milah

a) Dapat menghubungkan b) Dapat menyimpulkan c) Dapat

menggeneralisasikan (membuat prinsip umum)

(1) Tes tertulis (2) Pemberian

tugas (3) Observasi

(1) Tes tertulis (2) Pemberian

tugas

(1) Tes tertulis (2) Pemberian

tugas

C.

Pengertian Akidah Akhlak

1.

Pengertian aqidah

Akidah islam merupakan penutup akidah bagi agama-agama yang pernah Allah turunkan sebelumnya, bersamaan diutusnya Nabi Muhammad sebagai rosul Allah yang terakhir. Al-Quran dan sunnah telah menjelaskan hakikat akidah tersebut berikut prinsip-prinsipnya secara lengkap dan sempurna dalam bentuk keimanan kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab-Nya, para rosul-rosul-Nya, hari akhir dan ketentuan-Nya.44

Pengertian akidah secara etimologis, akidah berasal dari kata ‟ aqada

yang mengandung arti ikatan atau terkaitan, atau dua utas tali dalam satubuhul yang tersambung. Akidah berarti pula janji, karena janji merupakan ikatan kesepakatan antara dua orang yang mengadakan perjanjian.

44

(41)

Secara terminologis akidah dalam islam berarti keimanan atau keyakinan seseorang terhadap Allah yang menciptakan alam semesta berserta isinya dengan segala sifat dan perbuatan-Nya.

2.

Fungsi dan Peranan Aqidah

Akidah sebagai ketentuan-ketentuan dasar mengenai keimanan seseorang merupakan landasan bagi ketentuan ajaran islam lainnya yang merupakan pedoman bagi seseorang untuk berinteraksi atar sesamanya. Oleh karena itu akidah tidak hanya berfungsi sebagai landasan secara pasif, melainkan ia berfungsi sebagai ukuran atau patokan untuk mengukur prilaku seseorang dalam berperilakunya. Pada hakikatnya iman dan akidah adalah keseluruhan tingkah laku, sehingga setiap prilaku yang tidak disertai dengan dan tidak dikaitkan kepada keimanan dinyatakan hampa, kosong, tidak berbobot dan tidak mengandung arti apa-apa.

3.

Pokok Bahasan Akidah

Sistem keyakinan atau akidah islam pada intinya dibangun diatas enam dasar keimanan yang lazim disebut rukun iman. Rukun iman tersebut sekaligus menjadi pokok bahasan akidah islam yang meliputi : iman kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab, para rosul, dan ketentuan-Nya qadha dah qadr.45

4.

Pengertian Akhlak

Akhlak merupakan kata jama dari kata khilqun atau khuluqun yang artinya sama dengan arti akhlak sebagaimana telah disebutkan diatas. Menggunakan kata khilqun untuk arti budi perkerti, sedangkan kata khuluqun untuk kata kebiasaan.46

45

Ibid., h. 113.

46

(42)

Dari dua definisi tersebut akhlak dapat disimpulkan bahwa suatu perbuatan atau sikap dikatagorikan akhlak apabila memenuhi kriterianya sebagai berikut: pertama perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya. Kedua perbuatan yang dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran. Ini tidak berarti bahwa pada saat melakukan suatu perbuatan yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur atau gila.

Adapun pengertian sepanjang terminologi yang dikemukakan oleh Ulama Akhlak antara lain sebagai berikut:

a. Ilmu akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, antara yang terpuji dan yang tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin.

b. Ilmu akhlak adalah ilmu pengetahuan yang memberikan pengertian tentang baik dan buruk, ilmu yang mengajarkan pergaulan manusia dan menyatakan tujuan mereka yang terakhir dari seluruh usaha dan pekerjaan mereka.

Ahmad Amin dalam bukunya “Al-akhlaq” merumuskan pengertian

Akhlaq sebagai berikut : “Akhlaq ialah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik

dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh setengah

manusia kepada lainnya menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia

dalam perbuatan mereka dan menunjukkan apa yang harus diperbua”.t47

Dilihat dari fungsinya dan perannya, dapat dikatakan bahwa akhlak, etika, dan moral sama yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan seseorang untuk ditentukan baik dan buruknya. 48

5. Ruang Lingkup Akidah Akhlak

47

Ibid., h. 12.

48

(43)

Sistem keyakinan atau akidah Islam pada intinya dibangun diatas enam dasar keimanan yang lazim disebut rukun iman. Rukun iman tersebut sekaligus menjadi pokok bahasan akidah islam yang meliputi : iman kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab, para rasul, dan ketentuan-Nya qadha dan qadr.49

D.

Hasil Penelitian Yang Relevan

Berikut ini peneliti menyajikan beberapa penelitian terdahulu yang menyangkut hubungan kebiasaan siswa dirumah terhadap hasil belajar. Penelitian-penelitian tersebut digunakan sebagai acuan dan refrensi untuk memahami pengaruh dalam penelitian ini.

Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini di antaranya adalah : 1. Sri Fajar Wati Rejeki Lestar (207011000388) jurusan pendidikan agama

islam fakultas ilmu taqrbiyah dan keguruan UIN jakarta, dalam

skripsinya yang berjudul “Hubungan Perhatian Orang Tua Pada Pendidikan Anak Terhadap Prestasi Belajar Siswa”. berdasarkan hasil

penelitian dan perhitungan terdapat korelasi positif sebesar 0.454, menunjukan adanya variabel X dan Y tidak bertanda negatife. Dalam interprestasinya tergolong antara Variabel X dan Y terdapat korelasi yang sedang atau cukup.

2. Nurlaela (102011023513) jurusan pendidikan agama islam fakultas ilmu taqrbiyah dan keguruan UIN jakarta, dalam skripsinya yang berjudul

“Hubungan Prestasi Belajar Akidah Akhlak Dengan Akhlak Siswa di

MTs. Al-Ikhlas Leuwinanggung Cimanggis Depok. Dari hasil penelitian tersebut yang menggunakan korelasi product moment diketahui hasil dengan nilai 0.730 , jadi adanya hubungan antara prestasi belajar akidah akhlak dengan akhlak siswa.

3. Dias woro pertiwi (209011000292) jurusan pendidikan agama islam fakultas ilmu taqrbiyah dan keguruan UIN jakarta, dalam skipsinya yang

49

(44)

berjudul “Pengaruh Pengawasan Orang Tua Terhadap Pendidikan Akhlak

Anak Di MTs. Sa‟adatuddara Mampang Jakarta Selatan. Dan hasil yang

didapat setelah terjadi perhitungan diperoleh sebesar 0,572. Dengan demikian korelasi antara variabel X dan Y berada pada derajat sedang atau cukup. Hal ini berarti bahwaq pengawasan orang tua cukup berpengaruh terhadap pendidikan akhlak anak.

E.

Kerangka Berfikir

Dr.H.Hamzah Ya‟qub bependapat bahwa: “salah satu faktor penting dalam tingkah manusia adalah” kebiasaan” atau “adat kebiasaan”yang dimaksud dengan

kebiasaan adalah perbuatan yang selalu diulang-ulang sehingga mudah dikerjakan contohnya: Bangun tengah malam melakukan shalat tahajjud, berat bagi orang yang tidak biasa. Tetapi jika hal itu terus diulang akhirnya akan menjadi kebiasaan

yang menyenangkan”.50

Anak memiliki fungsi yang sangat besar yaitu sebagai generasi penerus pada era yang akan datang nantinya, itu salah satunya. Sehubungan dengan hal tersebut anak harus dilatih, diasuh, dibina dan dididik dengan baik dan benar, agar kelak mampu menjadi anak yang soleh atau solehah, berbudi pekerti luhur, dan mempunyai etika serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.51

Dan untuk itu masalah kebiasaan menjadi perhatian bagi setiap pembina, baik dia orang tua maupun unsur pemerintah yang disebut pejabat beserta jajarannya. Semua pembina mengharapkan agar setiap siswa mempunyai kebiasaan, kebiasaan pribadi meningkatkan ketekunan serta memperbesar kemungkinan siswa untuk berkreasi dan berprestasi.

Hasil belajar dimaksudkan terutama dalam hal yang bersifat kognitif yang meliputi kualitas pengetahuan siswa dan kuantitas nilai raport. Namun tidak terlepas dari itu, nilai afektif dan psikimotorik siswa juga termasuk ruang lingkup

50

Op,citHamzah Ya'kub, Etika Islam,(Bandung:CV. Diponegoro,1996), h. 61

51

(45)

hasil belajar, namun bersifat relatif, tergantung dengan kondisi kejiwaan dan lingkung sosial siswa.

Secara objektif hasil belajar adalah adanya perubahan dalam kemampuan dan tingkah laku, dimana perubahan itu mengarah pada perubahan yang lebih baik. Jadi siswa dianggap berhasil dalam pembelajaran Agama islam, manakala hasil belajarnya menunjukkan kemajuan dalam bentuk nilai dan perubahan sikap.

Dan dalam pendidikan keluarga juga beperan penting dapat dilihat bahwa pengaruh pertama yang diterima oleh seorang anak dalam hidupnya, ialah pengaruh sosok-sosok yang berada di sekelilingnya. Di lingkungan rumah mereka, adalah ayah dan keluarganya. Untuk lebih menjelaskan betapa pentingnya pendidikan keluarga itu bagi tiap-tiap anak yang nantinya akan terjun ke dalam masyarakat. Di dalam keluarga anak di didik untuk dapat memahami mana yang baik dan yang buruk dan dari yang tidak tahu menjadi tahu dan membiasakan perilaku yang baik dan sopan satun.

Dan dalam pendidikan juga mempunyai alat pendidikan yaitu adalah pembiasaan, pembiasaan yang dimaksud adalah salah satu alat pendidikan yang penting, terutama bagi anak-anak yang masih kecil. Anak-anak kecil belum mengerti apa yang dikatakan baik dan apa yang dikatakan buruk dalam arti susila. Juga anak kecil belum mempunyai kewajiban-kewajiban yang harus dikerjakan seperti pada orang dewasa tetapi hak mereka sudah mempunyainya, seperti hak dipelihara, hak mendapat perlindungan, dan hak mendapat pendidikan. Anak kecil belum kuat ingatannya, ia lekas melupakan apa yang sudah dan baru terjadi. Perhatian mereka lekas dan mudah beralih kepada hal-hal yang baru, yang lain, yang disukainya.

(46)

bangun pada waktu yang teratur, demikian pula makan, mandi, bermain-main, berbicara, belajar, berkerja, dan sebagainya.

Setelah menganalis teori-teori di atas, kebiasaan dan prestasi belajar serta keterkaitan teori-teori keduanya, peneliti menduga bahwa “diduga terdapat korelasi yang positif antara hubungan kebiasaan beribadah anak di rumah terhadap hasil belajar akidah akhlak.

F.

Hipotesis Penelitian

(47)

33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Tempa dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian yaitu di MTs. Qotrun Nada yang beralamat di jl. Pondok pesantren Qotrun Nada, cipayung jaya, pancoran mas, kota depok. Dan penelitian ini berlangsung selama 9 bulan, dari bulan april sampai bulan November.

B.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kolerasi, yaitu metode yang mempelajari hubungan dua variabel atau lebih, yakni sejauh mana variasi dalam variabel berhubungan dengan variasi dalam variable yang lain52, yaitu kebiasaan beribadah anak dengan hasil belajar. Penelitian kolerasi ini termasuk salah satu jenis penelitian katagori penelitian kuantitatif. Metode penelitian kolerasi ini bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan untuk hubungan dan apabila ada berapa eratnya hubungan serta berarti apa tidak hubungan itu.53 Hubungan kebiasaan anak beribadah dengan

Gambar

Tabel 2.1
Tabel 3.1
Tabel 4.1
Tabel 4.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kelemahan penelitian ini adalah tidak dapat dihitung secara statistik hubungan kualitas udara dengan gangguan faal paru karena pengukuran kualitas udara hanya pada satu titik yaitu

NISSAN TERANO KINGSROAD’01 / 02 Coklat Silver Orsinil AC / RT / VR Interior Lux jrg pakai spt baru Ex.. Iklan Baris

Setelah pemadatan, ratakan permukaan atas beton sampai batas atas wadah ukur dengan alat perata hingga permukaan beton benar-benar rata. Perataan sebaiknya dilakukan

TEMA.. Hal tersebut dapat diketahui dari nilai rata-rata yang menunjukkan bahwa nilai tersebut berada diatas rata-rata seluruhnya yaitu diatas 2.5. Adapun nilai

Tabel 22 : Distribusi responden tentang tingkat frekuensi bawahan dalam menerima teguran terhadap hasil kerja yang tidak sesuai dengan mutu yang diharapkan oleh camat. Tabel 23 :

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) langkah-langkah penerapan model Group Investigation (GI) dengan media puzzle, yaitu: (a) identifikasi topik dengan media

Menurut penulis motivasi yang paling penting adalah motivasi dari diri sendiri (inner motivation).karena memotivasi dalam diri akan membuat seseorang menyelsaikan pekerjannya

Individu dengan tipe kepribadian Ekstrovert adalah individu yang memiliki nilai dalam dimensi Ekstrovert (E) yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai