HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG ORIENTASI MASA
DEPAN ANAK DENGAN KECEMASAN ORANG TUA
OLEH:
WIJI HARIY ANTI '
103070029168
Skripsi lni Ditujukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
,.
FAKULTAS PSIKOLOGI
UIN SY ARIF HIDAY ATULLAl-I
JAKARTA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat
memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Pembimbing I
Oleh:
WIJI HARIYANTI
NIM :103070029168
Di Bawah Bimbingan
S. Evangeline I. Suaidy, M.Si. Psi
FAKULTAS PSIKOl...OGI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H / 2008 M
Skripsi yang berjudul HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG ORIENTASI l\llASA DEPAN ANAK DENGAN KECEl\llASAN ORANG TUA telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 20 Juni 2008 Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.
Jakarta, 20 Juni 2008
l
Sidang l\llunaqasyahKetua Me 1hgkap Anggota
!\II.Si.
Pembimbing I
Anggota:
Penguji II
セ@ uセMd@
"-
セl@
Ora. Fath-;;;;h
[セセ[[isゥN@
NIP. 150 215 283
キセ@
/
S. i:va;:;geline I. Suaidv, M. Si. Psi
aan, mengama{Rg,n k§paaa sesamanya itu sfioaaqofi, 'l(f]rena ifmu
itu .... se6agai pengfii6ur aisaat k§taftutan, :M.enjadi teman aafam
k§sendirian, menjadi senjata aafam mengfiaaapi fawan, Se6agai pengfiias
6agi seseorang dik..,afa k§sepian
<Dengan i{mu itu .... )1.{{afi mengangRg,t insan aan menjadiRg,nnya se6agai
pimpinan yang diiftuti aafam k§6aiRg,n, '](arena ifmu itu. ... mengfiid"upRg,n
qa{6u aan menguatRg,n 6aaan aari k§femafian, <Deng an i{mu itu .... )1.{{afi
aitaati aan aisem6afi sefa{u.
:M.OPTO:
Dan
(C) Wiji Hariyanti
(D) Hubungan Persepsi tentang Orientasi Masa Depain Anak dengan Kecemasan Orang Tua
(E) 1 ·15 halaman
(F) Pada umumnya para orang tua memiliki bennacam-macam
harapan seperti agar anak dapat sekolah setinggi-tingginya dan mencapai cita-cita yang didambakan, agar semua keibutuhan anak terpenuhi seperti sandang, pangan dan papan, agar anak mempunyai akhlak yang mulia dapat menjunjung nilai-nilai moral dan agama, tetapi pada kenyataannya ada orang tua yang merasa tertekan karena tidak dapat mencukupi kebutuhan anaknya, ada pula orang tua yang tidak berhasil membangun akhlak atau tingkah laku yang baik pada anak. Akibatnya orang tua yang seperti itu merasa cemas akan masa depan anak-anaknya. orang tua yang merasakan kondisi atau keadaan tersebut mengalami dampak psikis seperti sulit tidur, gelisah, resah, ketakutan, sering marah, khawatir, sering merasakan murung,
kehilangan gairah hidup, lesu, putus asa, serta kehilangan rasa percaya diri, disertai berbagai keluhan fisik atau somatis, seperti sakit kepala, gemetar, pusing jantung berdebar-debar, sesak nafas, nyeri perut. karena orang tua tersebut merasa dalam kondisi ketidak pastian
sehingga mereka khawatir bagaimana masa depan anak-anaknya pada masa mendatang. Persepsi orang tua tentang orientasi masa depan anak berbeda-beda tergantung dari bagaimana penghayatan dan pandangan orang tua. Orientasi masa depan anak dapat bersifat positif ataupun negatif. Persepsi tersebutlah yang akan menimbulkan tingkat kecemasan yang berbeda-beda.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeitahui bagaimana persepsi tentang orientasi masa depan anak dan kecemasan orang tua; apakah ada hubungan negatif yang signifikan antara persepsi tentang
orientasi masa depan anak dengan kecemasan ッイ。ョQセ@ tua
Untuk mengkaji masalah tersebut maka peneliti ュ・ョAセァオョ。ォ。ョ@
Pearson. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan negatif
yang signifikan antara persepsi tentang orientasi masa depan anak
dengan kecemasan orang tua, dengan nilai r hitung yang didapat sebesar 0, 418. Sernentara nilai r tabel dengan df 1\1 -1
=
79 pada taraf signifikansi 5% sebesar 0,220. Artinya sernakin positif persepsi orang tua tentang orientasi rnasa depan anak rnaka akan rnengakibatkan sernakin rendah atau turun tingkat kecernasan yang dialarni.Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, disarankan agar untuk penelitian selanjutnya rnenggunakan populasi yang lebih banyak dengan sarnpel yang lebih bervariasi. Selain itu dapat rnenggunakan kombinasi pendekatan kuantitatif dan kualitatif, untul< para orang tua agar rnernpersiapkan diri sedini rnungkin untuk rnenghadapi masa depan anak-anaknya.
(G) Bahan Bacaan: 31 (1983-2006)
Assalamu'alaikum Wr.Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang 「セャ。ィ@ melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul "Hubungan persepsi tentang orientasi masa dlepan anak dengan
kecemasan orang tua". Shalawat serta salam semoga teitap terlimpah atas
Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah menjadi suri tauladan terbaik bagi
umat manusia, kepada keluarga, para sahabat dan para pengikutnya hingga
akhir zaman.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesulitan-kesulitan yang
penulis hadapi dalam menyelesaikan skripsi ini. Tugas ini dapat terselesaikan
tidak dapat terlepas dari konstribusi berbagai pihak. Oleh l<arena itu, dengan
penuh rasa hormat perkenankanlah penulis untuk menguc:apkan terima kasih
yang mendalam kepada:
1. lbu Ora. Hj Netty Hartati, M.Si, Oekan Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah dan Pembimbing Akademik yang telah memberikan
pengarahan dan perhatian kepada seluruh mahasiswa.
2. lbu Ora. Zahrotun Nihayah, M.Si, Pembantu Dekan Bidang Akademik
yang telah memberikan pengarahan dan perhatian kepada seluruh
penulis untuk rner:iyelesaikan skripsi ini.
4. lbu S. Evangeline I. Suady, M. Si. Psi, Pembimbing II dan Pembimbing
Seminar yang tidak pernah bosan untuk menyurnbangkan pendapatnya,
memberikan kritik yang membangun, motivasi, dan menumbuhkan rasa
percaya diri sehingga penulis dapat mengatasi kendala dalam
penyusunan skripsi ini.
5. lbu Yufi Andriyani, Pembimbing Seminar yang senantiasa memberikan
bimbingan, saran, dan arahan kepada penulis.
6. para Dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah yang dengan
penuh kesabaran dan keikhlasan memberikan ilmu kepada kami.
7. Ycing teristimewa mamah dan bapa, yang tak kenal lelah berjuang dan
berkorban untuk memberikan yang terbaik kepada penulis. Setiap untaian
doa yang bapa dan mamah panjatkan merupakan sumber kekuatan bagi
ananda untuk menjalani hidup, ananda belum dapat membalas jasa-jasa
mu. Kepada Adikku semoga mendapatkan yang terbaik dalam hidup.
8. Yang terkhusus suami tercinta,dengan kebijakan dan kesabarannya
meyakinkan penulis untuk terus berjuang dan membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman-teman Psikologi angkatan 2003, terimakasih alas dukungan yang
telah kalian berikan.
10. For my best friend Ade, Fatma, Atika yang selalu berbagi dalam suka dan
responden penelitian, tanpa bantuan para orang tua dan sisiwa siswi
SMPN 178 belum tentu skripsi ini bisa selesai.
Penulis berharap skripsi ini bisa memberikan manfaat 「。セQゥ@ diri penulis dan para pembaca.
Jakarta, Juni 2008.
Halaman Persetujuan . ... ... ... . ... ... .. ... ... ... ii
Halaman Pengesahan... .. . . .. . . .. . . iii
Motto ... iv
Abstraksi . . . .. . . .. .. . . .. . . .. . . v
Kata Pengantar . . . . .. . . .. . . .. . . .. . . .. . . .. . . .. . vii
Daftar fsi... .. . . .. . . ... . . .. . . .. . . .. . . .. . . .. . . x
Daftar Tabel ... ... xiii
Daftar Gambar ... :... xiv
Daftar Lampiran... ... ... ... ... ... ... ... xv
BAB 1 PENDAHULUAN 1-12 BAB2 1.1. Latar Belakang Masalah . .. . . .. . . .. . . . 1
1.2. ldentifikasi Masalah . . . .. . . 7
1.3. Pembatasan masalah penelitian... ... 8
1.4. Perumusan Masalah Penelitian ... 9
1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9
1.5.1. Tujuan Penelitian... 1 O 1.5.2. Manfaat Penelitian ... . 1.6. Sistematika Penulisan KAJIAN TEORI 10 12
13-60
2.1. Persepsi ... ... .... ... .. ... ... ... .. 132.1.1. Pengertian Persepsi ... ... ... ... ... .. ... 13
2.1.2. Persepsi Dalam Pandangan Islam... 17
2.1.3. Ciri-ciri Umum Dunia Persepsi .... ... 19
2.1.4. Karakteristik Persepsi ... ... ... ... 20
2.2.2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Orientasi
Masa Depan... ... ... .. .. . .. . .. .. ... .. .. .. 35
2.3. Orientasi Masa Depan Dalam pandangan Islam... 36
2.4. Persepsi tentang Orientasi Masa Depan.. ... ... 37
2.5. Kecemasan ... 37
2.5.1. Definisi Kecemasan. ... ... .... .. ... 37
2.5.2. Sumber Kecemasan... 47
2.5.3. Macam-macam Cemas ... ... 48
2.5.4. Gejala-gejala Kecemasan ... ... .... 48
2.5.5. Penanggulangan Kecemasan ... 53
2.5.6. Cara-cara Bertahan... 54
2.6. Orang Tua... 54
2.6.1. Definisi Orang Tua ... 55
2.6.2. Hakikat Orang Tua ... 55
2.7. Kerangka berpikir ... 59
2.8. Hipotesis ... 60
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 61-83 3.1. Jenis Penelitian ... 61
3.1.1. Pendekatan dan Metode Penelitian... 61
3.2. Variabel Penelitian... 61
3.3. Populasi dan Sampel ... 62
3.3.1. Populasi ... ... 62
3.3.2. Sampel. ... ... ... ... 63
3.3.3. Teknik pengambilan Sampel ... ... 63
3.4. Pengumpulan Data... 64
3.6. Teknik Analisa Data... 77
3.7. Prosedur Penelitian ... 81
BAB4 HASIL 3.7.1. Tahap Persiapan ... 81
3.7.2. Pengujian Alat Ukur... 82
3.7.3. Pelaksanan Penelitian... 82
84-107 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian ... .. ... ... . ... .. . 84
4.2. Presentasi dan analisis data... 85
4.2.1. Deskripsi Hasil Penelitian .. ... .. .... ... ... ... .. . 85
4.2.2. Uji Persyaratan . .. ... .. ... .. ... .... ... . ... ... ... .. .. ... 90
4.3. Hasil Tambahan... 97
4.3.1. Perbedaan Persepsi tentang Oriemtasi Masa Depan anak . .. . . .. .. . . 97
4.3.2. Perbedaan kecemasan orang tua ... 103
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 108-115 5.1. Kesimpulan ... 108
5.1.1. Hasil Tambahan ... 109
5.2. Diskusi ... 110
5.3. Saran ... 113
5.3.1. Saran Teoritis ... 109
5.3.2. Saran Praktis ... ... ... ... ... 109
DAFTAR PUSTAKA
viii
[image:13.595.31.444.88.599.2]anak (try out) ... ... ... .. . .. ... ... ... ... ... 66
Tabel 3.2 Blue Print Skala Kecemasan orang tua (Try out)... 67
Tabel 3.3 Skala Alternatif jawaban ... ZセNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN@ 68 Tabel 3.4 Kisi-Kisi Try Out persepsi orientasi masa depan anak... 71
Tabel 3.5 Blue Print Penelitian persepsi orientasi masa Depan anak... 72
Tabel 3.6 Kisi-Kisi Try Out kecemasan orang tua ... .. .. ... ... .... ... .... ... 73
Tabel 3.7 Blue Print Penelitian kecemasan orang tua ... 74
Tabel 3.8 Kaidah Reliabilitas Guilford... 76
Tabel 3.9 Penskoran Skala... 79
Tabel 4.1 Gambaran Subjek Berdasarkan Kelas... 84
Tabel 4.2 Kategorisasi Skor Skala Persepsi ... ... .... .. .. ... ... .. .... .... ... ... 87
Ta be I 4.3 Kategorisasi Skor Skala kecemasan . . . .. . 89
Tabel 4.4 Uji Normalitas Skala Persepsi... .. ... ... .. .. . .. ... .. .. ... ... 91
Tabel 4.5 Uji Normalitas Skala kecemasan .. ... .. ... ... ... ... 92
Tabel 4.6 Uji Homogenitas ... .. ... .. ... ... .... ... ... ... 93
Tabel 4.7 Uji Hipotesis ... 94
Tabel 4.8 Regresi.. ... ... ... ... ... ... ... 95
Tabel 4.9 Perbedaan persepsi berdasarkan pekerjaan ... ... ... .... .... ... 98
Tabel 4.10 Perbedaan persepsi berdasarkan pendidikan ... 100
Tabel 4.11 Perbedaan persepsi berdasarkan jumlah anak.... ... ... 101
/ Tabel 4.12 Perbedaan persepsi berdasarkan usia ... 102
Tabel 4.13 Perbedaan Kecemasan berdasarkan pekerjaan ... 103
Tabel 4.14 Perbedaan Kecemasan berdasarkan pendidikan ... 104
Tabel 4.15 Perbedaan Kecemasan berdasarkan jumlah anak .. ... ... 105
[image:14.595.31.442.136.665.2]Lampiran 1. Surat Bimblngan Skripsi
Lampiran 2. Surat lzin Penelitian dari Fakultas Psikologi UIN Syahid
Lampiran
3.
Surat lzin Telah Melaksanakan Penelitian dari SMPN178
Ji!!karta
Lampiran 4. Skala penelitian
Lampiran 5. Validitas
Lampiran 6. Reliabilitas
Lampiran 7. Data Hasil Penelitian
PENDAHULUAN
1.1. latar Belakang Masalah
Kompleksnya masalah di kota besar yang berakar dari masalah kemiskinan,
pendidikan, kesehatan serta kesejahteraan. Merupakan permasalahan yang
berpengaruh dalam kehidupan individu sebagai pribadi maupun sebagai
anggota masyarakat, yang menyangkut permasalahan masa depan.
Harapan masyarakat, khususnya para orang tua dapat terpenuhinya semua
kebutuhan keluarga, tetapi pada kenyataanya dana yang mereka dapat tidak
sesuai dengan tingkat kebutuhan dengan naiknya biaya pendidikan, naiknya
harga sembako yang tinggi, naiknya BBM, serta tingginya tarif angkutan kota,
kesenjangan diperparah lagi dengan tingkat PHK yang cukup tinggi, serta
kesempatan kerja yang rendah. ltu semua adalah efek dari krisis ekonomi.
Masih banyak lagi akibat yang dapat ditimbulkan dari krisis ekonomi tersebut.
(school-development.com/mahal.html)
Krisis ekonomi sangat dirasakan oleh masyarakat khususnya bagi keluarga
miskin, Hal ini sesuai dengan penjelasan Direktur Bantuan Sosial Fakir Miskin
jumlah penduduk miskin di Indonesia saat ini mencapai 38 juta orang lebih,
dan 12,7 jiwa diantaranya masuk kategori fakir miskin." Meningkatnya jumlah
penduduk miskin tersebut sebagai dampak krisis moneter yang terjadi sejak
tahun 1998 lalu, ketika banyak masyarakat keh!langan pekerjaannya,"
ketidakmampuan menyesuaikan diri secara ekonomilah, yang membuat
orang tua merasa khawatir akan kelanjutan hidup anak-anaknya di masa
depan.
Pada umumnya para orang tua memiliki bermacam-macam harapan seperti
agar anak dapat sekolah setinggi-tingginya dan mencapai cita-cita yang
didambakan, agar semua kebutuhan anak terpenuhi seperti sandang, pangan
dan papan. Tetapi pada kenyataannya ada orang tua ケ。ョAセ@ merasa tertekan
karena ia tidak dapat mencukupi kebutuhan anaknya, orang tua merasa
serba susah, mengalami penderitaan yang berkepanjangan, krisis kehidupan,
keterpurukan sosial, dan berbagai situasi bemuansa muram lainnya.
Kenaikan harga biasanya disertai dengan pelayanan penclidikan yang
semakin bermutu, fasilitas sekolah semakin lengkap tapi clisisi lain banyak
anak yang mengalami putus sekolah karena dengan alasan tidak mampu
membayar biaya sekolah yang semakin meningkat. kenail<an biaya-biaya
sebagian keluarga miskin frustrasi, binggung dan merasa cemas akan masa
depan anak-anaknya
Bisa jadi orang tua yang merasakan kondisi atau keadaan tersebut
mengalami dampak psikis seperti sulit tidur, gelisah, resah, ketakutan, sering
marah, khawatir, sering merasakan murung, kehilangan gairah hidup, lesu,
putus asa, serta kehilangan rasa percaya diri, disertai berbagai keluhan fisik
atau somatis, seperti sakit kepala, gemetar, pusing jantung berdebar-debar,
sesak nafas, nyeri perut, karena orang tua tersebut merasa dalam lmndisi
ketidak pastian sehingga mereka khawatir bagaimana masa depan
anak-•
anaknya pada masa mendatang. Mulai muncul perasaan bingung, l<etika
membayangkan bagaimana kelanjutan masa depan anak-anaknya. Mulailah
terpikir bagaimana upaya apa yang harus dilakukan supaya cita-cita
anak-anaknya bisa terwujud, seperti apakah mencari tambahan biaya dengan
bekerja sampingan, mencari pinjaman, dan ada juga yang1 menyuruh
anak-anaknya bekerja untuk menutupi kebutuhan yang ada, sampai-sampai ada
orang tua yang menitipkan anaknya pada keluarga atau orang lain yang lebih
mampu agar anaknya dapat hidup.sejahtera di kemudian hari. Apabila usaha
yang dilakukan orang tua belum menjamin keberhasilan anak, maka
perasaan khawatir bisa muncul kembali bahkan sampai pada tingkatan yang
Orientasi orang tua tentang masa depan anak bisa jadi tidak hanya berkaitan
dengan keberhasilan studi pendidikan yang tinggi atau memperolah income
yang tinggi yang merupakan halhal yang bersifat material, melainkan juga
-yang bersifat non material seperti ketenangan hidup dan kebahagiaan -yang
berkaitan dengan nilai-nilai moral dan keagamaan diantaranya adanya
persaingan yang tidak sehat, maraknya pornografi dan pornoaksi, banyaknya
minuman keras dan narkoba, tidak adanya kejujuran, tanggung jawab dan
kedisiplinan yang semua itu dapat mengakibatkan rusaknya generasi
penerus bangsa.
Dalam mempersiapkan hari depan anak, orang tua harus mampu
merencanakan masa depan anak seperti bagaimana anak bisa sekolah,
bagaimana anak dalam belajar, bagaimana nilai-nilai moral dan keagamaan
yang dimiliki anak, karena nilai-nilai moral, keagamaan, dan pendidikan yang
tinggi akan membawa seseorang memasuki dunia kerja yang dicita-citakan.
Tetapi bagaimana anak dapat sekolah tinggi dan berhasil jika biaya
pendidikan terus meningkat, kebutuhan semakin tinggi, buku-buku yang
dibutuhkan anak sekolah te'rlalu mahal, anak sudah terkena narkoba,
akhlaknya kurang baik, apakah masih bisa bekerja sesuai dengan apa yang
Dari gambaran di atas orang tua dapat melihat dan merasakan bahwa masa
depan anak sangat penting. Sebagian orang tua yang ticlak dapat rnengatasi
hambatan-harnbatan yang rnuncul untuk mewujudkan perencanaan masa
depan, akan mengalami kehawatiran secara berlebihan, t.erlebih lagi para
orang tua ada yang mengalami tekanan karena tidak dapat mengatasi
hambatan-hambatan tersebut, mereka takut anak-anaknya tidak mempunyai
masa depan yang baik. Kecemasan yang dimaksud disini adalah emosi yang
tidak menyenangkan yang ditandai dengan perasaan khawatir, prihatin, dan
timbulnya rasa takut yang kadang-kadang dialami dalam tingkat yang
berbeda. (Rita Atkinson, 1996)
Menurut Zakiah Daradjat, kecemasan adalah manisfestaBi dari berbagai
proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika orang sedang
mengalami tekanan perasaan (frustrasi) dan pertentangan batin (konflik)
(Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental). Jakarta:CV.Haji Masagung, 1990.h.27).
begitu juga Para psikiatris tidak bisa menyangkal bahwa dunia ini berisi
bahaya dan hal-hal yang tidak menyenangkan, baik yang terlihat maupun
tidak. (Dimyati, 1990). Hal tersebut dapat menimbulkan reiaksi psikologis
individu karena memperkirakan adanya bahaya yang akan dialami, yang
biasa di sebut rasa cemas/kecemasan. Seperti halnya orang tua yang selalu
merasa takut dan khawatir akan masa·depan anaknya yang belum jelas
karena kondisinya yang tidak pasti, apakah ia dapat memenuhi kebutuhan
anak-anaknya agar anak-anaknya mempunyai masa depan yang baik seperti
Shand & Mc. Dougal ( dalam sidik 2002 )mengemukakan bahwa kecemasan
adalah emosi yang berhubungan dengan masa yang akan datang, sehingga
•
bila seseorang mengalami kecemasan maka kecemasan itu bukan
disebabkan oleh hal-hal yang sedang atau telah terjadi, dalam hal ini
kecemasan bukan hal yang sederhana, melainkan emosi yang bersifat
kompleks yang didukung oleh harapan (hope). kecemasan (anxiety).
kemurungan (despondency) dan keputusan (despair). Dalam artian
seseorang yang kesiapan menghadapi masa depannya rendah, maka akan
mengalami tingkat kecemasan yang tinggi.
Segala bentuk situasi yang mengancam kesejahteraan oq1anisme seperti
ancaman fisik, ancaman terhadap harga diri, dan tekanan untuk melakukan
sesuatu di luar kemampuan dapat menimbulkan kecemasan. Maka dari itu
para orang tua merasa khawatir dan cemas karena mereka belum tau
bagaimana masa depan anaknya nantinya, khususnya bagi orang tua yang
tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya secara optimal. Peneliti memilih
orang tua murid SMP 178 yang terletak di lingkungan Pesanggrahan Bintaro
sebagai subj'ek penelitian. Masyarakat yang tinggal di daerah pemukiman ini
pada umumnya berada pada tingkat sosial ekonomi menengah ke bawah.
Banyak hal yang mungkin dirasakan dan dipersepsikan para orang tua
tentang kondisi keluarga dan masyarakat yang berkaitan dengan masa
Berdasarkan asumsi yang telah dikemukakan diduga bahwa persepsi orang
tua tentang orientasi masa depan anak dapat berbeda, bisa cenderung positif
atau negatif. Apakah persepsi yang negatif dapat menyebabkan tingkat
kecemasan yang rendah atau dapat menyebabkan tingkat kecemasan yang
tinggi, itulah yang masih perlu diteliti. Berdasarkan latar belakang tersebut
penulis merasa tertarik untuk mengadakan suatu penelitian, di mana
penelitian ini mengkaji bagaimana penghayatan dan pandangan orang tua
terhadap masa depan anak berkaitan dengan tingkat kec:emasan yang
mereka alami.
1.2.
ldentifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka, masalah yang hendak diteliti dapat
diidentifikasi sebagai berikut
1. Bagaimana persepsi orang tua terhadap orientasi masa depan anak?
2. Apa yang mempengaruhi persepsi orang tua akan masa depan anaknya?
3. Apakah persepsi terhadap orientasi masa depan men!Jakibatkan
kecemasan pada orang tua?
4. Persepsi yang bagaimanakah yang mempengaruhi kecemasan?
5. Bagaimana !Jpaya orang tua dalam menanggulangi kecemasan?
1.3.
Pembatasan Masalah Penelitian
Mengingat kompleksnya masalah yang akan diteliti, maka penulis batasi
ruang lingkup penelitian sebagai berikut:
1. Orientasi Masa depan anak yang dimaksud berkaitan dengan bagaimana
orang tua memandang masa depan anak-anaknya yang di dalamnya
tercakup harapan,tujuan, standar, perencanaan dan strategi. Gambaran
masa depan ini membuat individu dapat menentukan tujuan,menyusun
rencana mencapai tujuan, dan mengevaluasi sejauh mana tujuan tersebut
dapat direalisasikan. Harapan, tujuan, standar, perencanaan dan strategi
ini dapat dikaitkan dalam aspek masa depan yang luas yang menyangkut
berbagai bidang pendidikan, pekerjaan, kehidupan, perkawinan,
kebahagiaan, status sosial dalam masyarakat dan integritas pribadi.
2. Persepsi tentang orientasi masa depan anak adalah suatu penghayatan
dan pandangan orang tua tentang hal-hal yang berkaitan dengan
kehidupan anak yang akan terjadi di masa mendatan!l atau memikirkan
sesuatu yang akan terjadi, yang menyangkut kesiapan seseorang
menghadapi masa depan, yang di dalamnya tercakup harapan, tujuan,
standar, perencanaan dan strategi.
3. Kecemasan yang dimaksud merupakan reaksi ーウゥォッャッAセゥウ@ orang tua
terhadap perkiraan adanya bahaya yang dikhawatirkan akan dialami oleh
dalam gejala-gejala psikis seperti was-was, takut, lemah, terancam,
khawatir akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, gugup, tegang,
perasaan gundah, rasa tidak aman, lekas terkejut, emosi labil, mudah
tersinggung, apatis, perasaan salah tidak pada tempatnya dan lainnya,
yang muncul secara bersamaan, dan biasanya diikuti dengan naiknya
rangsangan pada tubuh seperti jantung berdebar-debar, keringat dingin.
4. Orang tua yang dimaksud dalam penelitian ini adalah orang tua yang
mempunyai anak yang sedang bersekolah pada tingkat pendidikan SL TP,
berada di wilayah Pesanggrahan Bintaro.
1.4. Perum usan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, mal<a masalah dapat
dirumuskan sebagai berikut, yaitu:
1. Bagaimana persepsi orang tua terhadap orientasi rnasa depan anak?
2. Bagaimana kecemasan orang tua terhadap masa clepan anak ?
3. Apakah ada hubungan yang signifikan antara persepsi tentang
orientasi masa depan anak dengan kecemasan yang dialami para
1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.5.1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan tentang :
1. Persepsi orang tua tentang orientasi masa depan anak
2. Kecemasan orang tua tentang masa depan anak
3. Hubungan antara persepsi tentang orientasi masa depan anak dengan
kecemasan orang tua
1.5.2. Manfaat Penelitian
Sedangkan manfaat penelitian ini adalah diharapkan dapat memberikan
kontribusi pemikiran yang bersifat teoritis dan praktis dalam wacana psikologi.
1. Manfaat yang bersifat teoritis di sini dimaksud untuk memberikan
masukan dan agar dapat memperluas wacana psikologi terutama
mengenai persepsi orang tua tentang orientasi masa depan anak
dengan kecemasan yang dialami orang tua.
2. Sedangkan yang bersifat praktis diantaranya:
a. Menjadi bahan masukan bagi orang tua dalam membuat perencanaan
program untuk anak
b. Agar dapat berperan serta sebagai konseling bagi orang tua untuk
c. Berharap dapat dijadikan bahan pelatihan bagi para orang tua agar
benar-benar siap menghadapi masa depan anak-anaknya.
d. Untuk pendidik agar dapat mempersiapkan anak didiknya agar siap
dalam menghadapi kehidupan yang akan terjadi terutama yang
berhubungan dengan kesejahteraan anak didik.
e. Untuk pemerintah agar dapat dijadikan sebagai perencanaan untuk
anak-anak demi masa depan mereka dengan memperbaiki kondisi
negara Indonesia, dalam artian mereka harus peduli dengan keadaan
masyarakat pada saat sekarang ini.
1.6.
Sistematika Penulisan
Dalam sistematik"! penulisan, penulis akan menggunakan kaidah penulisan
skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sehingga peneliti mengambil
langkah-langkah sebagai berikut:
Bab I. Mencakup latar belakang pengambilan judul, pembatasan masalah
dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika
penulisan.
Bab II. Mencakup kajian pustaka yang tentunya membah.as teori persepsi
tentang orientasi masa depan, definisi masa depan, Teori Kecemasan,
definisi kecemasan, sumber kecemasan, macam-macam kecemasan,
gejala-gejala dan penanggulangan kecemasan, pengertian dan hakikat orang tua.
Bab Ill. Membahas metodologi penelitian yang mencakup pendekatan
penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, variable penelitian,
instrumen pengumpulan data,tekhnik analisis data, serta persiapan dan
pelaksanaan penelitian.
Bab IV. Membahas Analisis dan lnterprestasi data Yang meliputi: Gambaran
responden, Uji asumsi, dan Uji hipotesis
2.1. Persepsi
KAJIAN TEORI
2.1.1. Pengertian Persepsi
Beberapa ahli psikologi menguraikan definisi persepsi yang sangat beragam.
Persepsi merupakan tahap paling awal dari serangkaian pemrosesan
informasi. Persepsi merupakan proses yang antara satu orang dengan orang
yang lain sifatnya berbeda (individualistik) dari pada yang diperkirakan orang.
Menurut Linda L.Dafidof (1988) Persepsi merupal<an proses yang
mengorganisir dan menggabungkan data-data indra kita untuk dikembangkan
sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari sekeliling kita, termasuk
sadar akan diri sendiri.Persepsi manusia tergantung dengan apa yang
diharapkan, pengalaman, motivasi. Pengaruh dari apa yang kita harapkan,
dapat dicontoh dengan mudah.
Walgito (dalam Lusianne, 2003) menyatakan bahwa persepsi merupakan
suatu proses yang didahului oleh pengindraan yaitu suatu proses yang
berwujud diterimanya stimulus oleh seseorang melalui alat rangsangannya.
diinterpretasikan sehingga seseorang menyadari dan mengerti tentang apa
yang diindra.
Definisi lain menyatakan bahwa persepsi merupakan kemampuan
membeda-bedakan, mengelompokkan, memfokuskan perhatian terhadap suatu objek
rangsang. Dalam proses pengelompokan dan membedakan ini persepsi
melibatkan proses interpretasi berdasarkan pengalaman terhadap satu
peristiwa atau objek (Suharnan, 2005).
Noor (1972) menjelaskan lebih lanjut bahwa objek-objek tersebut ditangkap
melalui alat indra, ia akan diproyeksikan pada bagian tertemtu dalam otak,
sehingga rnanusia dapat mengamati obyek tersebut dengan baik. Persepsi
adalah "proses dimana kita mengorganisasi dan menafsirkan pola stimulus
ini dalam lingkungan (Atkinson, 1983).
Sedangkan rnenurut Dafidoff (1988) persepsi merupakan ::;atu cara kerja
(proses) yang rumit dan aktif. Orang sering kali menganggap bahwa persepsi
menyajikan satu pencerminan yang sempurna mengenai realitas atau
kenyataan. Persepsi bukanlah cermin karena indera kita tidak mernberikan
respon terhadap aspek-aspek yang ada di dalam lingkungan. Contoh: kita
tidak dapat mendengar nada suara yang tinggi sekali ケ。ョセQ@ dapat didengar
rangsang-rangsang yang pada
ォ・ョケ。エ。。ョョセ。ャャ、。ォ。、セセMk[エゥァ。L@
persepsi manusiatergantung pada apa yang ia harapkan, pengalaman, motivasi.
Menurut Chaplin (1989) persepsi sebagai berikut:
a. Proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan
bantuan indera
b. Satu kelompok penginderaan dengan penambahan arti-arti yang berasal
dari pengalaman dimasa lalu
c. Kesadaran dari proses-proses organis.
d. Variabel yang menghalangi atau ikut campur tangan, berasal dari
kemampuan organisme untuk melakukan pembedaan diantara
perangsang-perangsang
e. Kesadaran intuitif mengenai kebenaran langsung atau keyakinan yang
serta merta mengenai sesuatu (Chaplin, 1989:358)
Dalam psikologi kontemporer, persepsi secara umum diperlakukan sebagai
satu variabel campur tangan (intervening variable), tergantung pada
faktor-faktor perangsang, cara belajar, perangkat, keadaan jiwa atau suasana hati
dan faktor-faktor motivasional. Maka arti dari suatu objek i1tau satu kejadian
objektif ditentukan baik oleh kondisi perangsang maupun oleh faktor-faktor
orgi:ii;iisme. Dengan alasan demikian, persepsi mengenai dunia oleh pribadi ..
berkenaan dengan aspek-aspek situasi tadi yang mengandung arti khusus
sekali bagi dirinya.
Proses perseptual dimulai dengan perhatian yaitu merupakan proses
pengamatan selektif. Faktor-faktor perangsang yang panting dalam
perbuatan memperhatikan ini ialah perbuatan, intensitas, dan gerak.
Faktor-faktor organisme yang penting ialah minat, kepentingan dan kebiasaan
memperhatikan yang telah dipelajari. Persepsi yaitu tahap kedua dalam
rnengamati dunia kita, mencakup pemahaman dan mengimali atau
mengetahui objek-objek serta kejadian-kejadian.(Atkinsori, 1983)
Berdasarkan pemahaman tersebut, maka persepsi mencakup dua proses
yang berlangsung secara serempak antara keterlibatan aspek-aspek dunia
luar (stimulus-informasi) dengan dunia didalam dirl seseorang (pengetahuan
yang relevan dan telah disimpan didalam ingatan). Dua proses itu disebut
bottom up (data driven processing) atau aspek stimulus dan top-down
(conceptually driven processing) atau aspek pengetahuan seseorang. Hasil
persepsi seseorang mengenai sesuatu obyek disamping clipengaruhi oleh
penampilan obyek itu sendiri, juga pengetahuan seseorang mengenai obyek
2.1.2. Persepsi Dalam Pandangan Islam
Menurut Abd. Rahman Saleh dan Muhbib (2004) persepsi dalam pandangan
Al Qur'an adalah fungsi psikis penting yang menjadi jendeila pemahaman
bagi peristiwa dan realitas kehidupan yang dihadapi manusia. Manusia
sebagai mahluk yang diberikan amanah ke khalifahan berbagai macam
keistimewaan yang salah satunya adalah proses dan ヲオョセQウゥ@ persepsi yang
lebih rumit dan kompleks di bandingkan dengan mahluk Allah lainnya.
Dalam bahasa Al-Qur'an beberapa proses dan fungsi per.sepsi dimulai dari
proses penciptaan seperti di dalam Qs. Al-Mu'minun;
Dan Sesungguhnya kami Te/ah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasa/) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpf!,n) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kepwdian air mani itu kami
jadikan segumpa/ darah, /alu segumpal darah itu kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tui8ng
belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha suci/ah Allah, Pencipta yang
Dalam ayat di atas disebutkan proses penciptaan manusia dilengkapi dengan
penciptaan fungsi-fungsi pendengaran dan penglihatan dalam ayat ini tidak
disebutkan alat indra tetapifungsi, kedua fungsi ini merupakan fungsi vital
bagi manusia disebutkan selalu dalam keadaan berpasang-pasangan.
Dengan kata lain, bahwa persepsi tidak dapat dipisahkan dari pengindraan,
namun dalam Al-Qur'an lebih ditegaskan bahwa persepsi yang dimaksud
adalah fungsi dari indra tersebut.
Islam sudah lebih dulu membahas persepsi dibuktikan sejak proses
penciptaan manfaat pengindraan sudah diketahui. Hal ini yang membedakan
antara manusia dengan makhlul< lain.
Setiap manusia memiliki potensi untuk mempersepsikan sesuatu. Perbedaan
manusia dengan makhluk lain tidak hanya sebatas dapat mempersepsil<an
sesuatu saja tetapi dibuktikan lagi dengan cara, jika persepsi dipertajam
maka, manusia tidal< hanya dapat mempersepsil<an sesuatu yang tampak
saja melainkan hal-hal yang tidak tampak sekalipun.
Penulis menyimpulkan bahwa persepsi merupakan pemrosesan informasi
dengan menggunal<an panca indera untuk mengenali objel<,
secara sadar untuk kemudian dapat di interpretasi maknanya, dalam proses
pengelompokan dan membeda-bedakan ini persepsi melibatkan proses
interpretasi berdasarkan pengalaman terhadap satu peristiwa atau objek,
persepsi manusia tergantung dengan apa yang diharapkan, dan motivasi
2.1.3. Ciri-ciri Umum Dunia Persepsi
Pengindraan terjadi dalam suatu konteks tertentu, konteks ini disebut sebagai
dunia persepsi agar dihasilkan suatu pengindraan yang bermakna. Ada
ciri-ciri umum tertentu dalam dunia persepsi yaitu:
1. Rangsang-rangsang yang diterima harus sesuai dengan modalitas
tiap-tiap indra yaitu sifat sensoris dasar dari masing-masin!g indra.
2. Dunia persepsi mempunyai sifat ruang (dimensi ruang), kita dapat
menyatakan atas-bawah, tinggi-rendah, luas- sempit.
3. Dunia persepsi mempunyai dimensi waktu seperti cepat-lambat,
tua-muda.
4. Obyek-obyek atau gejala-gejala dalam dunia pengamatan mempunyai
struktur yang menyatu dengan konteksnya.
5. Dunia persepsi adalah dunia penuh arti. Kita cenderung melakukan
pengamatan atau persepsi pada gejala-gejala yang ュゥセューオョケ。ゥ@ makna
bagi kita, yang ada hubungan dengan tujuan dalam diri kita. (lrwanto,
2.1.4. l<arakteristik Persepsi
lnformasi yang datang dari organ-organ indra kiranya perlu terlebih dahulu
diorganisasikan dan diinterpretasikan sebelum dapat dimengerti dan proses
ini dinamakan persepsi, Tidak semua informasi yang masuk tertangkap indra
pada suatu waktu dirasakan individu (Hardy & Heyes, 1988).
Oskamp (1972) mengemukakan untuk karakteristik penting dari faktor-faktor
perbedaan dan sosial yang dapat mempengaruhi persepsi kita yaitu:
1. faktor ciri khas dari obyek stimulus yang antara lain dari nilai, arti,
familiaritas dan intensitas nilai: ciri-ciri dari stimuli sepEirti nilai bagi subyek
Q
yang mempengaruhi caranya stimuli tersebut dipersepsikan. Emosional:
sampai berapa jauh stimulus tertentu merupakan suatu yang
memancarkan atau menyenangkan atau mempengaruhi persepsi orang
yang bersangkutan. Familiaritas: pengenalan berdasarkan dari proses
yang barkali-kali dari suatu stimulus yang mengakibatkan bahwa stimulus
tersebut dipersepsikan lebih akurat. lntensitas: berhubungan dengan
kesadaran seseorang mengenai stimuli tersebut.
2. Faktor pribadi termasuk di dalamnya ciri khas.individu seperti taraf
kecerdasannya, minat, emosional dsb.
3. Faktor pengaruh kelompok artinya respon orang lain dapat memberi arah
ke suatu tingkah laku konform. Studi Flament (1961) menemukan bahwa
dapat menyebabkan perubahan persepsi pada anggota yang tidak naif
dan juga bahwa dalam suatu keadaan dimana tidak ada tekanan untuk
bertingkah laku konform maka pengaruh sosial yang hanya formatif saja
sifatnya telah dapat memodifikasi persepsi individu.
4. Faktor perbedaan latar belakang kulturil diantaranya 'lariabel sosial yang
dianggap sangat berpengaruh dalam persepsi seseorang
2.1.5. Macam Macam Persepsi
Rahmat (2000) membagi persepsi rnenjadi 2 bagian besar, persepsi
interpersonal dan persepsi objek. Persepsi interpesonal adalah persepsi
pada manusia dan persepsl obyek adalah persepsi terhadap benda-benda
lain selain manusia. Perbedaan persepsi interpesonal dan persepsi obyek
ada 4 yaitu:
-1. pada persepsi obyek stimuli ditangkap oleh alat indra :oecara langsung
melalui benda-benda fisik, gelombang cahaya, gelombang suara,
temperatur dsb. Pada persepsi interpersonal, persepsii bisa sampal
melalui lambang-lambang verbal yang disampaikan pihak-pihak ketiga.
Kecermatan persepsi seseorang bisa oerkurang karena ada pihak ketiga
ini.
2. Pada persepsi obyek, seseorang hanya menaggapi sit'at-sifat luar obyek
tidak memiliki sifat batiniah obyek itu sendiri. Pada persepsi interpersonal
alat indranya, seseorang tidak hanya melihat perilaku orang lain, tetapi
juga melihat orang lain berperilaku seperti itu. Jadi tidak hanya berusaha
memahami suatu tindakan, tetapi motif dari tindakan itu, karena terlalu
kompleksnya stimuli yang akan dipersepsikan itu, seseorang akan
cenderung rnemilih stimuli tersebut. lni jelas membuat persepsi
interpersonal lebih sulit dari persepsi obyek.
3. Dalam mempersepsikan obyek, obyek tidak bereaksi batik terhadap orang
yang mempersepsinya. Seseorang juga tidak akan memberikan reaksi
emosional pada obyek menjadi stimuli. Dalam persepi;i interpersonal ada
faktor-faktor lain yang berpengaruh seperti faktor personal, karalcteristik
orang lain yang dipersepsikan dan bagaimana hubungan antara orang
yang mempersepsi dan yang dipersepsi.
4.
Obyek relatif tetap sedangkan manusia berubah-ubah.2.1.6. Proses Kognisi dalam Persepsi
Persepsi ternyata banyak melibatkan kegiatan kognitif, pada awal proses
pembentukan persepsi, orang telah menentukan dulu apa yang akan
diperhatikan. Setiap kali kita memusatkan perhatian, lebih besar
kemungkinannya kita akan memperoleh makna dari apa yang ditangkap, lalu
menghubungkannya dengan pengalaman lalu, dan untuk kemudian hari
Kesadaran rnernpengaruhi persepsi. Bila kita sedang rnerasa sangat
bahagia, rnaka pernandangan alarn yang ada didepan kita akan terlihat luar
biasa indah. Begitu pula sebaliknya. lngatan berperan dalarn persepsi
rnenurut aturan tertentu. Indra kita secara teratur akan rnenyirnpan data-data
yang dia terirna.dalarn rangka untuk rnernberikan arti, secara terus rnenerus
orang akan cenderung untuk rnernbanding-bandingkan penglihatan, suara
dan pengindraan lainnya dengan ingatan-ingatan pengalarnan lalu yang
rnirip.
Proses inforrnasi ternyata juga rnernpunyai peran didalarn persepsi. Kita
sudah dapat rnenentukan dan rnernutuskan data rnana yang akan dihadapi
berikutnya, dibandingkan dengan situasi lalu dan saat itu, lalu rnernbuat
interpretasi.
Bahasa jelas dapat rnernpengaruhi kognisi kita, rnernberikan bentuk pada
persepsi secara tidak langsung. Penguji hipotesis rnerupakan kornponen
pusat persepsi yang rnengolah inforrnasi. Sering terjadi, interpretasi terhadap
data pengindraan hanya rriernpunyai satu kernungkinan saja, sehingga
pencarian untuk hipotesis persepsi yang tepat dilakukan clengan sangat
cepat, otornatis dan berada sedikit dibawah kesadaran (Davidoff)
Kalau disatu pihak proses kognitif saling berkaitan satu sarna lain, kita akan
kognisi dan kenyataan, dan juga dianggap sebagai sumber dari aktivitas
kognitif.
Banyal< psikolog sangat tertarik untuk mengetahui tempat atau titik didalam
proses persepsi dimana atensi memegang peranannya. Dari penelitian
diajukan pendapat bahwa atensi selalu aktif pada waktu tertentu, mula-mula
l<etika menerima masukan dari organ indra, kemudian ketil<a harus memilih
dan menginterpretasikan data sensorik dan menentukan apakah akan
memberikan respon terhadap rangsangan itu.
Atensi mempunyai ciri-ciri tertentu:
1. lntensitasnya
2. Terbatas dalam kapasitas, meskipun manusia dapat mengerjakan lebih
dari dua tugas sekaligus.
Proses persepsi yang rumit ini tergantung pada sistem sensorik dan otak.
Sistem sensorik kita akan mendeteksi informasi, mengubahnya ke dalam
impuls saraf, mengolah beberapa diantara, dan mengiriml<annya ke otak
melalui benang-benang saraf. Otak memainkan peranannya yang luar biasa
dalam mengolah data sensorik. Karena itu dikatakan bahwa persepsi
tergantung pada 4 cara kerja yaitu: deteksi (pengenalan), transduksi
(perubahan energi ke satu bentuk ke bentuk lain), transmisi (penerus) dan
Penghayatan dapat dikatakan sebagai upaya untuk menclapatkan tafsiran
yang prima dan informasi sensorik berdasarkan pengetahuan kita tentang
benda-benda. Para ahli psikolog kognitif, berdasarkan gagasan dari para ahli
gestalt sebelumnya menekankan bahwa penghayatan adalah suatu hipotesis
yang dianjurkan oleh data sensorik. Dugaan adanya ー・ョセQオェゥ。ョ@ hipotesis
menekankan adanya sifat aktif persepsi. Sistem persepsi tidak menerima
masukan secara pasif tetapi berupaya untuk mencari penghayatan yang
paling sesuai dengan data sensorik. Dalam kebanyakan situasi, hanya
terdapat satu penafsiran data sensorik yang masuk akal, dan pencarian
terhadap penghayatan yang tepat, berlangsung begitu cepatnya dan secara
otomatik sehingga hal itu tidak disadari. Hanya dalam kondisi yang luar biasa,
seperti halnya bila kita melihat bentuk yang taksa (ambiguous), sifat
pengujian hipotesis persepsi menjadi nyata.
Teori yang memandang persepsi sebagai proses aktif yang menguji hipotesis
yang dipengaruhi konteks dan pengalaman lampau disebut analisis dengan
sintesis. (Neisser, 1976) menurut teori ini, penghayatan menggunakan ciri
benda, konteks dan pengalaman lampau untuk mendapatkan "terkaan yang
jitu " tentang apa yang dilihat. lstilah analisis sintesis mengandung arti
penghayatan menganalisis benda sampai pada cirinya kemudian
menjadi suatu penghayatan yang tepat sesuai dengan semua informasi
masukan sensoris, konteks, dan pengalaman lampau.
Analisis sintesis berasumsi bahwa pengamat telah menyimpan suatu skema
dalam ingatannya untuk setiap stimulus yang dialaminya dimasa lalu. Teori
analisis dengan sintesis ini memandang persepsi sebagai proses kognitif
yang aktif mengecek satu hipotesis ke hipotesis yang lain sampai ditemukan
yang sesuai dengan kenyataan. Pandangan ini sangat berbeda dengan
pendekatan statik yang mengemukakan bahwa ciri fisik ditimbulkan secara
mekanik dari masukan stimulus terlepas dari konteks dan kemudian hanya
diolah untuk pengenalan (recognition). Beberapa aspek persepsi dapat
berlangsung dengan cara mekanik, tetapi bila berkaitan dengan penghayatan
yang rumit, pendekatan pengujian hipotesis tampaknya diperlukan.
Apa yang kita hayati tidak berupa kumpulan ciri fisik yang sampai pada
sistem sensorik tetapi hal-hal yang bermakna bagi kita. Bila skema masukan
stimulus didapat dari ingatan, stimulus menerima makna yang lebih berbobot.
Makna itu berdasarkan pada ingatan kita untuk stimulus tersebut yang
diasosiasikan dengan kejadian dan pengalaman lampau. Makna stimulus itu
"'
Walaupun banyak stimulus yang berbeda-beda yang sampai pada kita
tentang soal yang sama , kita dengan pasti terbatas pada apa yang kita
hayati pada suatu saat tertentu. Apa yang kita hayati tidal< tergantung pada
stimulus tetapi juga pada proses kognitif yang merefleksikan minat, tujuan
dan harapan kita pada saat itu. Pemusatan persepsi ini disebut perhatian.
Terdapat bukti bahwa walaupun tidak memperhatikan stimulus tertentu
secara aktif, stimulus tersebut tetap terdaftar paling tidak sementara dalam
sistem persepsi kita meskipun kita mungkin tidak mengenalinya. Tampaknya
sistem suara memonitor suara lain untuk stimulus yang relevan diluar
kesadaran kita akan aktivitas semacam itu. Semua penyelidikan ini
menghasilkan kesimpulan bahwa sistem saraf mestinya mempunyai
semacam tempat dimana informasi sensorik yang masuk disimpan
sementara dalam bentuk yang agak kasar dan tidak teranalisis dari semua
stimulus yang memenuhi indera kita, yang terpilih untuk diperhatikan
hanyalah stimulus yang menuntut proses mental yang lebih tinggi yaitu yang
relevan pada saat itu.
Bila suatu stimulus menarik perhatian kita, biasanya melakukan gerakan
badan tertentu yang membangkitkan persepsi. Reaksi fisiologis yang terjadi
sebagai respon pada perubahan stimulus disekitarnya membentuk suatu pola
Menurut Atkinson
(1983)
Refleks berorientasi baik pada rnanusia maupunhewan sebagai respon pada setiap perubahan yang paling kecil sekalipun
disekitar stimulus. Disarnping gerakan badan respon juga1 berupa
pengembangan berbagai pembuluh darah dikepala, penyempitan pembuluh
saraf peripheral, perubahan tertentu pada respon elektris otak (EEG) dan
perubahan irama otot, denyutjantung dan pernafasan, Respon ini meliputi 2
fungsi:
1.
Memudahkan penerimaan stimulus.2.
Menyiapkan organisme untuk memberikan respon yang cepat bilatindakan diperlukan (Atkinson,
1983)
2.2. Orientasi Masa Depan
Semua orang tua tentu mengharapkan agar anaknya kelak mempunyai
kehidupan yang lebih baik darl sekarang. Barang kali orang tua yang
sebagian besar masih merupakan orang tua muda , belum merasa mencapai
suatu kehidupan yang mapan. Namun dengan adanya pEmdapatan yang
demikian, orang tua dengan semangat muda, ingin memajukan kehidupan
anaknya. Mereka mengadakan persiapan sejak dini dari cara pengasuhan
dan pendidikan anaknya, dengan cara berbeda dibanding dengan cara orang
tua mendidik pada zaman dahulu. Mereka turun tangan untuk memberikan
pendidikan tertinggi. Mereka juga menyadari betapa pentingnya hubungan
harmonis antara anak dan orang tua, mereka mulai mengetahui karakter apa
dan bentuk pribadi bagaimana yang patut dikembangkan pada anak.
Orang tua sekarang agaknya menghadapi tantangan dan perubahan
masyarakat yang lebih banyak dibandingkan orang tua zaman dahulu. Orang
tua perlu mempunyai pandangan yang lebih jauh, bagaimanakah kiranya
anak yang dibutuhkan oleh masyarakat kelak? Bagaimanakah orang tua
harus menghadapi persaingan yang lebih ketat dikemudian hari?. Maka dari
itu Orang tua harus mempersiapkan dirinya agar mereka dapat memenuhi
peran dan tanggung jawabnya sebagai orang tua yang sesuai dengan
tuntutan masa sekarang dan masa yang akan datang.
Masa depan adalah waktu yang akan datang (kamus ャ・ョAセォ。ー@ B.indonesia,
depdiknas 2002:717) masa depan sebuah kehidupan yang masih
diawang-awang tetapi acap kali meresahkan dan ini kenyataan. Bisa dikatakan hampir
semua manusia pernah diresahkan oleh bayang-bayang rnasa depannya
bahkan tidak sedikit manusia yang gagal karena salah memahami dan
Terdapat kesulitan dalam meramalkan masa depan diantaranya
1. Asas ketidakpastian
Ketidak pastian tentang hari depan melumpuhkan sebagian orang pada saat
mengambil suatu keputusan, guna menghilangkan keraguan yang
menyakitkan mereka beranggapan bahwa terkaan mereka tentang hari
depan itu salah. Kenyataan bahwa hari depan tidak pasti bukan berarti
bahwa kita tidak dapat memperoleh pengetahuan yang sah tentang hari
depan. Kita dapat mengharapkan sebagian besar dari
kernungkinan-kemungkinan umum untuk hari depan. Kita juga dapat membuat
pertimbangan yang dapat dipercayai tentang kemungkinan yang bakal
エ・イェセ、ゥN@ Seseorang yang memikirkan hari depannya dapat berupaya
meningkatkan kemungkinan untuk mendapatkan apa yang diinginkan dan
meningkatkan kesempatan untuk bersiap-siap untuk menghadapi kesulitan
yang bakal terjadi.
2. Ada dua ide pokok dari teori keputusan formal
a. guna mengambil suatu keputusan yang sehat, perlu dibuat
tafsiran-tafsiran terbaik tentang kemungkinan bahwa masing-masing dari
akibat-akibat yang dinantikan bakal terjadi.
b. suatu keputusan yang sehat mengharuskan adanya pertimbangan
3. Pemakaian skenario masa depan
Suatu cara yang baik untuk mengatasi ketidak pastian tentang masa depan
adalah berpikir dalam hubungan skenario. Sebuah skenario adalah sebuah
sketsa dari apa yang mungkin bakal terjadi di masa mendatang jika suatu
pilihan tertentu dibuat. Sebelum seseorang mengambil keputusan yang fital
yang meliputi karier, kehidupan asmara, kesehatan atau kesejahteraan
dimasadepan, kita perlu membuat skenario bagi masing-masing alternatif;(1)
hasif terburuk yang bakal terjadi, (2) hasil terbaik yang dapat terjadi, (3) hasil
yang mempunyai kemungkinan terbesar.
4. Memakai tafsiran kemungkinan
Sesudah menciptakan skenario dan mencari bukti kuat tentang kemungkinan
yang akan terjadi dimasa mendatang, seseorang dapat ュヲセャゥィ。エ@
keuntungan-keuntungan dan kerugian-kerugian yang kemungkinan kecil, sedang atau
besar menjadi kenyataan bagi setiap alternatif yang sedang
dipertimbangkan.(Manullang, 1986)
Bandura (1986, dalam Nurmi, 1989) menekankan bahwa kemampuan untuk
merencanakan masa depan merupakan salah satu ciri dasar pemikiran
manusia. Berdasarkan hal ini, Nurmi (1991) mengemukakan bahwa orientasi
masa depanpada dasarnya mengacu pada seseorang memandang masa
dan strategi. Gambaran masa depan ini membuat individu dapat menentukan
tujuan, menyusun rencana mencapai tujuan, dan mengevaluasi sejauh mana
tujuan tersebut dapat direalisasikan (Nurmi 1989). Harapan, tujuan, standar,
perencanaan dan strategi ini dapat di kaitkan dalam aspel< masa depan yang
luas yang menyangkut berbagai bidang, pekerjaan, perkawinan. Oleh karena
itu, orientasi masa depan penting bagi seseorang karena menyangkut
kesiapan seseorang menghadapi masa depan. Sebelum seseorang
membentuk harapan, tujuan, standar, perencanaan dan strategi, ia terlebih
dulu harus rnemiliki kerangka pikir mengenai antisipasi kehidupanya di masa
yang akan datang. Fungsi kerangka pikir ini adalah mengarahkan individu
dalarn melakukan hal-hal yang diperlukan untuk mencapai masa depan
(Nurmi, 1989) Oengan adanya orientasi rnasa depan dalam diri seseorang
berarti seseorang telah melakukan antisipasi tentang kejadian-kejadian yang
mungkin timbul di masa depan (Nunni 1991).
2.2.1. Pembeotukan Orientasi Masa Depan.
Oalam usaha mengantisipasi masa depan, individu harus membentuk skema
kognitif. Skema kognitif ini memberi gambaran mengenai diri (self) serta
lingkungan indivldu yang di antisipasi di masa meridatang. Gambaran ini
akan mengarahkan individu untuk bertindak dalam konteks aktifitas masa
depan. Berdasarkan skema yang dihasilkan individu membentuk
Selain membentuk gambaran dirinya di masa depan, individu juga
mengantisipasi kejadian yang akan terjadi di masa depan dan memberi arti
tersendiri bagi bagi masing-masing kejadian itu (Bandura, dalam Nurmi
1991 ).
Selanjutnya individu juga mampu memberikan penilaian atau evaluasi
mengenai kejadian dan hasil tingkah laku dalam bidang pendidikan yang
diharapkan di masa depan.
Pada akhirnya, kemampuan individu untuk mengantisipasi kejadian-kejadian
di masa mendatang, kemampuan untuk memberil<an arti bagi hal-hal
tersebut, dan untuk bertindak menurut apa yang ia pahami tersebut menjadi
dasar bagi terbentuknya orientasi masa depannya dalam bidang pendidikan.
Berdasarkan pada teori Cognitive Psychology (Bandura 1987;Neisser, 1976;
Weiner, 1985) dan Action theory (Leontiv (1979); Nurmi (1 !l79),dalam Nurmi,
1989), Nurmi menjelaskan bahwa orientasi masa depan dapat dideskripsikan
sebagai suatu proses yang mencakup tiga tahap yaitu motivasi (motivation),
perencanaan (planning), evaluasi (evaluation) yang 「・イッイゥエセョエ。ウゥ@ dengan
skema l<0gnitif mengenai tugas perkembangan yang diantisipasi. Motivasi
(motivation) pada tahap pertama, mengacu pada penetapan tujuan yang di
dasarkan pada perbandingan motif-motif, nilai dan minat yang dimi!iki individu
rentang kehidupan yang diantisipasi; seperti misalnya, pada usia berapa
individu mempunyai niat untuk menyelesaikan pendidikanya. Orientasi masa
- depan yang jelas ditandai oleh motivasi yang tinggi, perencanaan yang
terarah dan evaluasi yang positif (Nurmi 1991 ).
Pada tahap kedua, setelah individu menetapkan tujuan yang ingin dicapai di
perlukan aktifitas perencanaan (planning), yang dimaksudkan untuk
merealisasikan pengetahuan dan ketrampilan apa yang harus dimilikinya
untuk tercapainya tujuan-tujuan yang telah ia tetapkan. Pada proses
perencanaan ini juga tercakup sub-tujuan. Penyusunan rencana-rencana dan
strategi untuk mencapai tujuan tersebut.
Kemudian pada tahapan ketiga atau tahapan terahir individu harus
mengevaluasi kemungkinan-kemungkinan untuk merealisasikan tujuan-tujuan
yang telah dibuat dan rencana-rencana yang telah dibuat. Dalam proses
evaluasi ini juga terkait pertimbangan mengenai penyebab terwujudnya suatu
harapan (causal atribution) dan perasaan/effect yang meyertainnya
(emotional atribution). Pada proses evaluasi yang berkenaan dengan berapa
besar kekuatan yang dimiliki individu dalam menghadapi masa depan
dibidang pendidikan, konsep diri memainkan peran pentin9 di·dalamnya.
lndividu mengevaluasi kesempatan yang di milikinya dalarn merealisasi
tujuan-tujµ£ln dan rencana-rencana yang telah di buat berdasarkan pada
2.2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Orientasi Masa Depan
Orientasi masa depan terbentuk sebagai hasil interaksi individu dengan
lingkunganya, Nurmi (1989) mengungkapkan dua faktor utama yang
mempengaruhi orientasi masa depan, yaitu faktor individu dan faktor
kontekstual.
1. Faktor individu
Orientasi masa depan merupakan suatu proses yang berlangsung dalam
sistem kognisi individu. Menurut Nurmi (1991), faktor-faktor psikologis
individu mempengaruhi perkembangan orientasi masa depan. Misalnya
perkembangan kognitif seseorang akan mempengaruhi kemampuanya untuk
menentukan tujuan, menyusun rencana, dan mencari jalan yang paling efektif
untuk mencapai tujuan ataupun mencari alternatif lain jika perencanaan
tersebut mengalami perubahan.
2. Faktor kontekstual
lndividu tidak lagi bisa dipisahkan dari lingkungannya. Se(Jala sesuatu yang
diterima individu dari lingkungan akan mempengaruhi pengetahuan individu
dan pandanganya ke masa depan. Sejalan dengan bertambahnya usia,
kemampuan sosialisasi individu juga berkembang. lndividu tidak lagi
berhubungan dengan anggota keluarga, tetapi dengan orang-orang di luar
lingkungan keluarga seperti teman sebaya, guru, lingkungan tempat tinggal,
mempengaruhi wawasan pengetahuan individu yang berperan dalam
perkembangan orientasi masa depan remaja.
2.3.
Orientasi Masa Depan menurut pandangan islamOrientasi masa depan menurut pandangan Al-Qur'an yaitu sesuatu
yang harus dipandang positif oleh setiap manusia, terutama para orang tua
agar menjaga anak-anaknya, karena Allah memberi peringatan pada para
orang tua agar jangan takut miskin dengan adanya anak--anak mereka karena
Allah lah yang akan memberi rezki untuk mencukupi kebutuhan mereka.
Seperti dikatakan dalam Q.s. AL-lsraa:31
31. Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu Karena takut kemiskinan.
kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu.
Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar (Q.S.
AL-lsraa ayat 31 )
Dalam ayat diatas disebutkan janganlah takut akan kemiskinan karana Allah
akan memberi rezki pada manusia dengan kata lain jika para orang tua
berpedoman pada ayat tersebut mereka akan mempunyai persepsi positif
terhadap masa depan anaknya karena mereka tidak takut berapa banyak
mengalami kecemasan yang berlebihan, karena para orang tua yakin Allah
akan memberikan rezki yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
2.4. Persepsi tentang Orientasi Masa IJepan Anak
Persepsi tentang orientasi masa depan disini mempunyai maksud bahwa
bagaimana orang tua mengorganisir dan menggabungkan data-data indra
untuk dikembangkan sedemikian rupa dan diinterpretasi berdasarkan
pengalaman, minat, tujuan dan harapan orang tua terhadap satu peristiwa
sehingga dapat menyadari keadaan disekelilingnya. Jadi persepsi tentang
orientasi masa depan adalah penghayatan orang tua terhadap sesuatu yang
akan terjadi berdasarkan pengalaman, minat, tujuan dan harapan yang
dimiliki orang tua yang berkaitan dengan kesejahteraan hidup, kesuksesan,
dan keberhasilan anaknya di kemudian hari. Penghayatan orang tua
berdasarkan pengalaman, minat, tujuan, dan harapan tersebutlah yang
membuat orang tua dapat menentukan tujuan, harapan, perencanaan, dan
strategi.
2.5. Kecemasan
2.5.1. IJefinisi Kecemasan
Secara etimologi kecemasan atau anxieti berasal dari kata angustus, yang
berarti sempit atau terbatas (constricted), dan ango atau anci, yang berarti
mencekik atau menahan, mengikat {strengle), {Strerm, 1964). Sedangkan
kecemasan secara terminologis, sebagaimana yang diungkapkan oleh
beberapa ahli, sebagai berikut:
Menurut linda L. Davidov (1991) kecemasan sebagai emosi yang ditandai
oleh perasaan akan bahaya yang diantisipasikan, termasuk juga ketegangan
dan stess yang menghadang dan oleh bangkitnya syara1' simpstetik. Hal
serupa juga diungkapkan oleh Linda De Clerg (1994) bahwa kecemasan
menunjukkan kepada keadaan emosi yang menantang aitau tidak
menyenangkan yang meliputi interpretasi subjektif dan arousal (rangsangan
fisiologis) . sedangkan menurut PPDGJ Ill dalam Rusdi (2002) individu
individu yang dikatakan cemas bila mengalami:
1. Afek kecemasan, ini sering ditandai dengan adanya perasaan khawatir
akan nasib buruk, sulit berkonsentrasi .
2. ketegangan motorik, seperti gelisah, gemetar, tidak dapat santai.
3. overaktifitas otonomik, yang ditandai dengan jantung berdebar-debar,
berkeringat, sesak nafas serta sering mengalami dengan keluhan
lambung.
\llstilah kecemasan sebenarnya pertama kali digunakan oleh Sigmund Freud,
ia mer:ijelaskan sebagai berikut: "Anxiety is the subjectivi1 reflection of
floading of the mental apparatus
by
mental stimuli and エィQセ@ endophysic ofMenurutnya kecemasan adalah refleksi subjektif dari perangkat mental atau
stimuli mental sebagai akaibat dari faktor dalam dirinya sendiri maupun faktor
lluar dirinya, misalnya orang yang menghadapi bahaya hatinya berdenyut
lebih cepat, nafasnya agak sesak, mulutnya kering dan telapak tangannya
juga kering.
Dalam buku pengantar Psikologi Umum, Linda. L. Davidoff (1991),
menjelaskan bahwa menurut psikoanalisa para psikolog kognitif,
perhatiannya pada konflik batin antara beberapa pengharapan, keyakinan,
sikap, persepsi, informasi, dan konsep-konsep yang lebitl mengarah pada
disonansi kognitif. Lain halnya dengan Psikolog Humanistik yang lebih
menekankan pada koflik-konflik mental, khususnya ketika orang harus
memilih gaya hidup yang memuaskan dan bermakna. Sedangkan menurut
Psikolog Behavioristik, kecemasan merupakan akibat dari pengkondisian
ketika sebuah objek dan jenis tertentu dikaitkan maknanya dengan
pengalaman yang menimbulkan kecemasan.
Sering kali sifat kecemasan mengancam dan membahayakan, oleh sebab itu
konflik kognitif atau situasi yang jelas mengancam keduanya menimbulkan
Menurut Dr. Abdurrahman M. Al-lsawi (2005), secara umum kecemasan
セ@
dipahami mirip dengan ketakutan dan merupakan pendorong bagi suatu
perilaku, dan sering kali perasaan cemas tidal< lebih dari kegagalan sistem
pertahanan diri seseorang yaitu pertahanan yang bertujuan menjaga
seseorang dari ketakutan dan kecemasan pengalaman rnasa lalu.
Lebih jauh lagi dijelaskan bahwa seseorang melakukan antisipasi sosial
berdasarkan adanya ancaman rasa aman yang ia rasakan, ancaman itu
membuatnya cemas jika ia belum melakukan suatu antisipasi atau belum
memenuhi nilai-nilai sosial.
Shand & Mc. Dougal ( dalam sidik 2002 )mengemukakan bahwa kecemasan
adalah emosi yang berhubungan dengan masa yang akan datang, sehingga
bila seseorang mengalami kecemasan maka kecemasan itu bukan
disebabkan oleh hal-hal yang sedang atau telah terjadi, clalam hal ini
kecemasan bukan hal yang sederhana, melainkan emosi' yang bersifat
kompleks yang didukung oleh harapan (hope), kecemasan (anxiety).
kemurungan (despondency) dan keputusan (despair). Dalam artian
seseorang yang kesiapan menghadapi masa depannya- rendah, maka akan
Hurlock mendefinisikan "kecemasan sebagai keadaan mental yang tidak
enak, berkenaan dengan rasa sakit yang mengancam ditandai kekhawatiran,
ketidak enakan dan perasaan tidak baik yang tidak bisa dihindari oleh
seseorang.(Nur Ainy F.2003). sedangkan menurut Mararnis menyebutkan
bahwa kecernasan adalah suatu keadaan ketegangan, rasa tidak aman dan
kekhawatiran yang timbul karena dirasakan akan terjadi sesuatu yang tidak
menyenangkan tetapi sebagian besar sumbernya tidak diketahui
0JV.F Maramis, 2003).
Menurut Zakiah Daradjat, kecemasan adalah rnanisfestasi dari berbagai
proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika orang sedang
mengalami tekanan perasaan (frustasi) dan pertentangan batin (konflik)
(Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental. Jakarta:CV.Haji Masagung, 1990.h.27).
Selanjutnya Spilberger dalam Eysenk (!984) mengatakan bahwa kecemasan
adalah perasaan galau yang dirasakan individu yang sifatnya realistis dalam
arti bahwa perasaan itu timbul karena adanya suatu penyebab dari luar
namun kecemasan ini bisa pula timhul dari individu sendiri yang merupakan
karakteristik individu. Terlepas dari stimulus nyata yang dapat langsung
Jeffrey s. Nevid dkk 2003 menyatakan bahwa kecemasan adalah keadaan
khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu akan segera terjadi, banyak hal
yang harus dicemaskan misalnya kesehatan, relasi sosial, ujian, karier, relast
internasional, dan kondisi lingkungan kita. Kecemasan bermanfaat bila hal
tersebut mendorong kita melakukan sesuatu yang bermanfaat seperti
kecemasan akan memotivasi kita untuk belajar menjelang ujian. Tetapi
kecemasan itu juga dapat mengganggu fungsi kita sehari-hari.
Kecemasan adalah suatu keadaan tegangan dan merupakan suatu dorongan
yang timbul oleh sebab-sebab dari luar (Freud dalam Hall & Lindzey, 1993).
Rita
L.
Atkinson (1999) menyatakan istilah kecemasan pertama kalidigunakan oleh Sigmund Freud, dia mengartikan kecemasan itu sebagai
salah satu bentuk emosi yang sangat penting dalam teori psikoanalisanya.
Kecemasan timbul karena adanya konflik yang tidak disadari antara impuls id
(terutama seksual dan agresi) dengan kendala yang ditetapkan oleh ego dan
superego. lmpuls-impuls id menimbulkan ancaman bagi individu karena
bertentangan dengan nilai pribadi dan nilai sosial.
Kecemasan adalah bagian dari pribadi tiap manusia terutama jika individu
dihadapkan padasituasi yang tidak jelas dan tidak menentu.kecemasan dapat
berfungsi sebagai sinyal di dalam diri manusia untuk bersikap waspadadalam
..
kesiapan diri seseorang dalam menghadapi suatu tantangan tertentu (Monty:
2001).
Para psikiatris tidak bisa menyangkal bahwa dunia ini berisi bahaya dan
hal-hal yang tidak menyenangkan, baik yang terlihat maupun tidak. (Dimyati,
1990). Hal tersebut dapat menimbulkan reaksi psikologis individu karena
memperkirakan adanya bahaya yang akan dialami, yang: biasa di sebut rasa
cemas atau kecemasan.
Kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan, ditandai dengan
istilah-istilah seperti kekhawatiran, keprihatinan, daan rasa takut, yang
kadang-kadang di alami dalam tingkat yang berbeda-beda (Rita Atkinson, 1996).
Segala bentuk situasi yang mengancam kesejahteraan organisme seperti
ancaman fisik, ancaman terhadap harga diri, dan tekanan untuk melakukan
sesuatu di luar kemampuan dapat menimbulkan kecemasan.
Lebih lanjut Rita Atkinson (1999) menjelaskan kecemasan merupakan salah
satu bagian dari respon yang penting dalam mempertahankan diri. Sejumlah
kecemasan tertentu merupakan bagian dari unsur peringatan yang tepat
dalam suatu keadaan yang berbahaya. Tingkat kecemasan seseorang
memberikan pergantian yang tepat dan tak tampak dalam suatu spektrum
kesadaran, mulai dari tidur-siaga-kecemasan-ketakutan, demikian
berulang-• ,J
atau terlalu berlebihan sehingga terjadilah suatu penyakit kecemasan. Jika
kecemasan terjadi bukan pada saat yang tepat atau sangat hebat dan
berlangsung lama sehingga mengganggu aktivitas kehidupan yang normal,
maka hal ini sudah merupakan suatu penyakit.
Di dalam kamus lengkap psikologi menyatakan bahwa kecemasan
merupakan perasaan campuran yang berisikan ketakutan dan keprihatinan
mengenai masa-masa mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan
tersebut. Kecemasan juga dapat diartikan rasa takut atau kekhawatiran
kronis pada tingkat yang ringan; kekhawatiran atau ketakutan yang kuat dan
meluap-luap; satu dorongan sekunder mencakup suatu reaksi penghindaran
yang dipelajari. (J.P. Chaplin, 2001).
Hurlock (1996) mendefinisikan kecemasan sebagai keadaan mental yang
tidak enak berkenaan dengan rasa sakit yang mengancam, yang ditandai
dengan perasaan khawatir, ketidakenakan, dan perasaan tidak
menyenangkan yang tidak mampu untuk dihindari oleh ウゥセウ・ッイ。ョァN@
Dari beberapa definisi di atas maka penulis memberikan satu kesimpulan
bahwa kecemasan merupakan suatu keadaan mental manusia baik perasaan
kuatir, cemas, gelisah dan takut yang muncul secara bernamaan, yang
biasanya diikuti dengan naiknya rangsangan pada tubuh seperti jantung
dan "ketakutan" terhadap sesuatu yang akan segera terjadi, banyak hal yang
harus d