• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan persepsi tentang orientasi masa depan anak dengan kecemasan orang tua

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan persepsi tentang orientasi masa depan anak dengan kecemasan orang tua"

Copied!
168
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG ORIENTASI MASA

DEPAN ANAK DENGAN KECEMASAN ORANG TUA

OLEH:

WIJI HARIY ANTI '

103070029168

Skripsi lni Ditujukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

,.

FAKULTAS PSIKOLOGI

UIN SY ARIF HIDAY ATULLAl-I

JAKARTA

(2)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat

memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Pembimbing I

Oleh:

WIJI HARIYANTI

NIM :103070029168

Di Bawah Bimbingan

S. Evangeline I. Suaidy, M.Si. Psi

FAKULTAS PSIKOl...OGI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H / 2008 M

(3)

Skripsi yang berjudul HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG ORIENTASI l\llASA DEPAN ANAK DENGAN KECEl\llASAN ORANG TUA telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 20 Juni 2008 Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.

Jakarta, 20 Juni 2008

l

Sidang l\llunaqasyah

Ketua Me 1hgkap Anggota

!\II.Si.

Pembimbing I

Anggota:

Penguji II

セ@ uセMd@

"-

セl@

Ora. Fath-;;;;h

[セセ[[isゥN@

NIP. 150 215 283

キセ@

/

S. i:va;:;geline I. Suaidv, M. Si. Psi

(4)

aan, mengama{Rg,n k§paaa sesamanya itu sfioaaqofi, 'l(f]rena ifmu

itu .... se6agai pengfii6ur aisaat k§taftutan, :M.enjadi teman aafam

k§sendirian, menjadi senjata aafam mengfiaaapi fawan, Se6agai pengfiias

6agi seseorang dik..,afa k§sepian

<Dengan i{mu itu .... )1.{{afi mengangRg,t insan aan menjadiRg,nnya se6agai

pimpinan yang diiftuti aafam k§6aiRg,n, '](arena ifmu itu. ... mengfiid"upRg,n

qa{6u aan menguatRg,n 6aaan aari k§femafian, <Deng an i{mu itu .... )1.{{afi

aitaati aan aisem6afi sefa{u.

:M.OPTO:

(5)

Dan

(6)

(C) Wiji Hariyanti

(D) Hubungan Persepsi tentang Orientasi Masa Depain Anak dengan Kecemasan Orang Tua

(E) 1 ·15 halaman

(F) Pada umumnya para orang tua memiliki bennacam-macam

harapan seperti agar anak dapat sekolah setinggi-tingginya dan mencapai cita-cita yang didambakan, agar semua keibutuhan anak terpenuhi seperti sandang, pangan dan papan, agar anak mempunyai akhlak yang mulia dapat menjunjung nilai-nilai moral dan agama, tetapi pada kenyataannya ada orang tua yang merasa tertekan karena tidak dapat mencukupi kebutuhan anaknya, ada pula orang tua yang tidak berhasil membangun akhlak atau tingkah laku yang baik pada anak. Akibatnya orang tua yang seperti itu merasa cemas akan masa depan anak-anaknya. orang tua yang merasakan kondisi atau keadaan tersebut mengalami dampak psikis seperti sulit tidur, gelisah, resah, ketakutan, sering marah, khawatir, sering merasakan murung,

kehilangan gairah hidup, lesu, putus asa, serta kehilangan rasa percaya diri, disertai berbagai keluhan fisik atau somatis, seperti sakit kepala, gemetar, pusing jantung berdebar-debar, sesak nafas, nyeri perut. karena orang tua tersebut merasa dalam kondisi ketidak pastian

sehingga mereka khawatir bagaimana masa depan anak-anaknya pada masa mendatang. Persepsi orang tua tentang orientasi masa depan anak berbeda-beda tergantung dari bagaimana penghayatan dan pandangan orang tua. Orientasi masa depan anak dapat bersifat positif ataupun negatif. Persepsi tersebutlah yang akan menimbulkan tingkat kecemasan yang berbeda-beda.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeitahui bagaimana persepsi tentang orientasi masa depan anak dan kecemasan orang tua; apakah ada hubungan negatif yang signifikan antara persepsi tentang

orientasi masa depan anak dengan kecemasan ッイ。ョQセ@ tua

Untuk mengkaji masalah tersebut maka peneliti ュ・ョAセァオョ。ォ。ョ@

(7)

Pearson. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan negatif

yang signifikan antara persepsi tentang orientasi masa depan anak

dengan kecemasan orang tua, dengan nilai r hitung yang didapat sebesar 0, 418. Sernentara nilai r tabel dengan df 1\1 -1

=

79 pada taraf signifikansi 5% sebesar 0,220. Artinya sernakin positif persepsi orang tua tentang orientasi rnasa depan anak rnaka akan rnengakibatkan sernakin rendah atau turun tingkat kecernasan yang dialarni.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, disarankan agar untuk penelitian selanjutnya rnenggunakan populasi yang lebih banyak dengan sarnpel yang lebih bervariasi. Selain itu dapat rnenggunakan kombinasi pendekatan kuantitatif dan kualitatif, untul< para orang tua agar rnernpersiapkan diri sedini rnungkin untuk rnenghadapi masa depan anak-anaknya.

(G) Bahan Bacaan: 31 (1983-2006)

(8)

Assalamu'alaikum Wr.Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang 「セャ。ィ@ melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul "Hubungan persepsi tentang orientasi masa dlepan anak dengan

kecemasan orang tua". Shalawat serta salam semoga teitap terlimpah atas

Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah menjadi suri tauladan terbaik bagi

umat manusia, kepada keluarga, para sahabat dan para pengikutnya hingga

akhir zaman.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesulitan-kesulitan yang

penulis hadapi dalam menyelesaikan skripsi ini. Tugas ini dapat terselesaikan

tidak dapat terlepas dari konstribusi berbagai pihak. Oleh l<arena itu, dengan

penuh rasa hormat perkenankanlah penulis untuk menguc:apkan terima kasih

yang mendalam kepada:

1. lbu Ora. Hj Netty Hartati, M.Si, Oekan Fakultas Psikologi UIN Syarif

Hidayatullah dan Pembimbing Akademik yang telah memberikan

pengarahan dan perhatian kepada seluruh mahasiswa.

2. lbu Ora. Zahrotun Nihayah, M.Si, Pembantu Dekan Bidang Akademik

yang telah memberikan pengarahan dan perhatian kepada seluruh

(9)

penulis untuk rner:iyelesaikan skripsi ini.

4. lbu S. Evangeline I. Suady, M. Si. Psi, Pembimbing II dan Pembimbing

Seminar yang tidak pernah bosan untuk menyurnbangkan pendapatnya,

memberikan kritik yang membangun, motivasi, dan menumbuhkan rasa

percaya diri sehingga penulis dapat mengatasi kendala dalam

penyusunan skripsi ini.

5. lbu Yufi Andriyani, Pembimbing Seminar yang senantiasa memberikan

bimbingan, saran, dan arahan kepada penulis.

6. para Dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah yang dengan

penuh kesabaran dan keikhlasan memberikan ilmu kepada kami.

7. Ycing teristimewa mamah dan bapa, yang tak kenal lelah berjuang dan

berkorban untuk memberikan yang terbaik kepada penulis. Setiap untaian

doa yang bapa dan mamah panjatkan merupakan sumber kekuatan bagi

ananda untuk menjalani hidup, ananda belum dapat membalas jasa-jasa

mu. Kepada Adikku semoga mendapatkan yang terbaik dalam hidup.

8. Yang terkhusus suami tercinta,dengan kebijakan dan kesabarannya

meyakinkan penulis untuk terus berjuang dan membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-teman Psikologi angkatan 2003, terimakasih alas dukungan yang

telah kalian berikan.

10. For my best friend Ade, Fatma, Atika yang selalu berbagi dalam suka dan

(10)

responden penelitian, tanpa bantuan para orang tua dan sisiwa siswi

SMPN 178 belum tentu skripsi ini bisa selesai.

Penulis berharap skripsi ini bisa memberikan manfaat 「。セQゥ@ diri penulis dan para pembaca.

Jakarta, Juni 2008.

(11)

Halaman Persetujuan . ... ... ... . ... ... .. ... ... ... ii

Halaman Pengesahan... .. . . .. . . .. . . iii

Motto ... iv

Abstraksi . . . .. . . .. .. . . .. . . .. . . v

Kata Pengantar . . . . .. . . .. . . .. . . .. . . .. . . .. . . .. . vii

Daftar fsi... .. . . .. . . ... . . .. . . .. . . .. . . .. . . .. . . x

Daftar Tabel ... ... xiii

Daftar Gambar ... :... xiv

Daftar Lampiran... ... ... ... ... ... ... ... xv

BAB 1 PENDAHULUAN 1-12 BAB2 1.1. Latar Belakang Masalah . .. . . .. . . .. . . . 1

1.2. ldentifikasi Masalah . . . .. . . 7

1.3. Pembatasan masalah penelitian... ... 8

1.4. Perumusan Masalah Penelitian ... 9

1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

1.5.1. Tujuan Penelitian... 1 O 1.5.2. Manfaat Penelitian ... . 1.6. Sistematika Penulisan KAJIAN TEORI 10 12

13-60

2.1. Persepsi ... ... .... ... .. ... ... ... .. 13

2.1.1. Pengertian Persepsi ... ... ... ... ... .. ... 13

2.1.2. Persepsi Dalam Pandangan Islam... 17

2.1.3. Ciri-ciri Umum Dunia Persepsi .... ... 19

2.1.4. Karakteristik Persepsi ... ... ... ... 20

(12)

2.2.2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Orientasi

Masa Depan... ... ... .. .. . .. . .. .. ... .. .. .. 35

2.3. Orientasi Masa Depan Dalam pandangan Islam... 36

2.4. Persepsi tentang Orientasi Masa Depan.. ... ... 37

2.5. Kecemasan ... 37

2.5.1. Definisi Kecemasan. ... ... .... .. ... 37

2.5.2. Sumber Kecemasan... 47

2.5.3. Macam-macam Cemas ... ... 48

2.5.4. Gejala-gejala Kecemasan ... ... .... 48

2.5.5. Penanggulangan Kecemasan ... 53

2.5.6. Cara-cara Bertahan... 54

2.6. Orang Tua... 54

2.6.1. Definisi Orang Tua ... 55

2.6.2. Hakikat Orang Tua ... 55

2.7. Kerangka berpikir ... 59

2.8. Hipotesis ... 60

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 61-83 3.1. Jenis Penelitian ... 61

3.1.1. Pendekatan dan Metode Penelitian... 61

3.2. Variabel Penelitian... 61

3.3. Populasi dan Sampel ... 62

3.3.1. Populasi ... ... 62

3.3.2. Sampel. ... ... ... ... 63

3.3.3. Teknik pengambilan Sampel ... ... 63

3.4. Pengumpulan Data... 64

(13)

3.6. Teknik Analisa Data... 77

3.7. Prosedur Penelitian ... 81

BAB4 HASIL 3.7.1. Tahap Persiapan ... 81

3.7.2. Pengujian Alat Ukur... 82

3.7.3. Pelaksanan Penelitian... 82

84-107 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian ... .. ... ... . ... .. . 84

4.2. Presentasi dan analisis data... 85

4.2.1. Deskripsi Hasil Penelitian .. ... .. .... ... ... ... .. . 85

4.2.2. Uji Persyaratan . .. ... .. ... .. ... .... ... . ... ... ... .. .. ... 90

4.3. Hasil Tambahan... 97

4.3.1. Perbedaan Persepsi tentang Oriemtasi Masa Depan anak . .. . . .. .. . . 97

4.3.2. Perbedaan kecemasan orang tua ... 103

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 108-115 5.1. Kesimpulan ... 108

5.1.1. Hasil Tambahan ... 109

5.2. Diskusi ... 110

5.3. Saran ... 113

5.3.1. Saran Teoritis ... 109

5.3.2. Saran Praktis ... ... ... ... ... 109

DAFTAR PUSTAKA

viii

[image:13.595.31.444.88.599.2]
(14)
[image:14.595.31.451.125.669.2]

anak (try out) ... ... ... .. . .. ... ... ... ... ... 66

Tabel 3.2 Blue Print Skala Kecemasan orang tua (Try out)... 67

Tabel 3.3 Skala Alternatif jawaban ... ZセNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN@ 68 Tabel 3.4 Kisi-Kisi Try Out persepsi orientasi masa depan anak... 71

Tabel 3.5 Blue Print Penelitian persepsi orientasi masa Depan anak... 72

Tabel 3.6 Kisi-Kisi Try Out kecemasan orang tua ... .. .. ... ... .... ... .... ... 73

Tabel 3.7 Blue Print Penelitian kecemasan orang tua ... 74

Tabel 3.8 Kaidah Reliabilitas Guilford... 76

Tabel 3.9 Penskoran Skala... 79

Tabel 4.1 Gambaran Subjek Berdasarkan Kelas... 84

Tabel 4.2 Kategorisasi Skor Skala Persepsi ... ... .... .. .. ... ... .. .... .... ... ... 87

Ta be I 4.3 Kategorisasi Skor Skala kecemasan . . . .. . 89

Tabel 4.4 Uji Normalitas Skala Persepsi... .. ... ... .. .. . .. ... .. .. ... ... 91

Tabel 4.5 Uji Normalitas Skala kecemasan .. ... .. ... ... ... ... 92

Tabel 4.6 Uji Homogenitas ... .. ... .. ... ... .... ... ... ... 93

Tabel 4.7 Uji Hipotesis ... 94

Tabel 4.8 Regresi.. ... ... ... ... ... ... ... 95

Tabel 4.9 Perbedaan persepsi berdasarkan pekerjaan ... ... ... .... .... ... 98

Tabel 4.10 Perbedaan persepsi berdasarkan pendidikan ... 100

Tabel 4.11 Perbedaan persepsi berdasarkan jumlah anak.... ... ... 101

/ Tabel 4.12 Perbedaan persepsi berdasarkan usia ... 102

Tabel 4.13 Perbedaan Kecemasan berdasarkan pekerjaan ... 103

Tabel 4.14 Perbedaan Kecemasan berdasarkan pendidikan ... 104

Tabel 4.15 Perbedaan Kecemasan berdasarkan jumlah anak .. ... ... 105

[image:14.595.31.442.136.665.2]
(15)
(16)

Lampiran 1. Surat Bimblngan Skripsi

Lampiran 2. Surat lzin Penelitian dari Fakultas Psikologi UIN Syahid

Lampiran

3.

Surat lzin Telah Melaksanakan Penelitian dari SMPN

178

Ji!!karta

Lampiran 4. Skala penelitian

Lampiran 5. Validitas

Lampiran 6. Reliabilitas

Lampiran 7. Data Hasil Penelitian

(17)

PENDAHULUAN

1.1. latar Belakang Masalah

Kompleksnya masalah di kota besar yang berakar dari masalah kemiskinan,

pendidikan, kesehatan serta kesejahteraan. Merupakan permasalahan yang

berpengaruh dalam kehidupan individu sebagai pribadi maupun sebagai

anggota masyarakat, yang menyangkut permasalahan masa depan.

Harapan masyarakat, khususnya para orang tua dapat terpenuhinya semua

kebutuhan keluarga, tetapi pada kenyataanya dana yang mereka dapat tidak

sesuai dengan tingkat kebutuhan dengan naiknya biaya pendidikan, naiknya

harga sembako yang tinggi, naiknya BBM, serta tingginya tarif angkutan kota,

kesenjangan diperparah lagi dengan tingkat PHK yang cukup tinggi, serta

kesempatan kerja yang rendah. ltu semua adalah efek dari krisis ekonomi.

Masih banyak lagi akibat yang dapat ditimbulkan dari krisis ekonomi tersebut.

(school-development.com/mahal.html)

Krisis ekonomi sangat dirasakan oleh masyarakat khususnya bagi keluarga

miskin, Hal ini sesuai dengan penjelasan Direktur Bantuan Sosial Fakir Miskin

(18)

jumlah penduduk miskin di Indonesia saat ini mencapai 38 juta orang lebih,

dan 12,7 jiwa diantaranya masuk kategori fakir miskin." Meningkatnya jumlah

penduduk miskin tersebut sebagai dampak krisis moneter yang terjadi sejak

tahun 1998 lalu, ketika banyak masyarakat keh!langan pekerjaannya,"

ketidakmampuan menyesuaikan diri secara ekonomilah, yang membuat

orang tua merasa khawatir akan kelanjutan hidup anak-anaknya di masa

depan.

Pada umumnya para orang tua memiliki bermacam-macam harapan seperti

agar anak dapat sekolah setinggi-tingginya dan mencapai cita-cita yang

didambakan, agar semua kebutuhan anak terpenuhi seperti sandang, pangan

dan papan. Tetapi pada kenyataannya ada orang tua ケ。ョAセ@ merasa tertekan

karena ia tidak dapat mencukupi kebutuhan anaknya, orang tua merasa

serba susah, mengalami penderitaan yang berkepanjangan, krisis kehidupan,

keterpurukan sosial, dan berbagai situasi bemuansa muram lainnya.

Kenaikan harga biasanya disertai dengan pelayanan penclidikan yang

semakin bermutu, fasilitas sekolah semakin lengkap tapi clisisi lain banyak

anak yang mengalami putus sekolah karena dengan alasan tidak mampu

membayar biaya sekolah yang semakin meningkat. kenail<an biaya-biaya

(19)

sebagian keluarga miskin frustrasi, binggung dan merasa cemas akan masa

depan anak-anaknya

Bisa jadi orang tua yang merasakan kondisi atau keadaan tersebut

mengalami dampak psikis seperti sulit tidur, gelisah, resah, ketakutan, sering

marah, khawatir, sering merasakan murung, kehilangan gairah hidup, lesu,

putus asa, serta kehilangan rasa percaya diri, disertai berbagai keluhan fisik

atau somatis, seperti sakit kepala, gemetar, pusing jantung berdebar-debar,

sesak nafas, nyeri perut, karena orang tua tersebut merasa dalam lmndisi

ketidak pastian sehingga mereka khawatir bagaimana masa depan

anak-•

anaknya pada masa mendatang. Mulai muncul perasaan bingung, l<etika

membayangkan bagaimana kelanjutan masa depan anak-anaknya. Mulailah

terpikir bagaimana upaya apa yang harus dilakukan supaya cita-cita

anak-anaknya bisa terwujud, seperti apakah mencari tambahan biaya dengan

bekerja sampingan, mencari pinjaman, dan ada juga yang1 menyuruh

anak-anaknya bekerja untuk menutupi kebutuhan yang ada, sampai-sampai ada

orang tua yang menitipkan anaknya pada keluarga atau orang lain yang lebih

mampu agar anaknya dapat hidup.sejahtera di kemudian hari. Apabila usaha

yang dilakukan orang tua belum menjamin keberhasilan anak, maka

perasaan khawatir bisa muncul kembali bahkan sampai pada tingkatan yang

(20)

Orientasi orang tua tentang masa depan anak bisa jadi tidak hanya berkaitan

dengan keberhasilan studi pendidikan yang tinggi atau memperolah income

yang tinggi yang merupakan halhal yang bersifat material, melainkan juga

-yang bersifat non material seperti ketenangan hidup dan kebahagiaan -yang

berkaitan dengan nilai-nilai moral dan keagamaan diantaranya adanya

persaingan yang tidak sehat, maraknya pornografi dan pornoaksi, banyaknya

minuman keras dan narkoba, tidak adanya kejujuran, tanggung jawab dan

kedisiplinan yang semua itu dapat mengakibatkan rusaknya generasi

penerus bangsa.

Dalam mempersiapkan hari depan anak, orang tua harus mampu

merencanakan masa depan anak seperti bagaimana anak bisa sekolah,

bagaimana anak dalam belajar, bagaimana nilai-nilai moral dan keagamaan

yang dimiliki anak, karena nilai-nilai moral, keagamaan, dan pendidikan yang

tinggi akan membawa seseorang memasuki dunia kerja yang dicita-citakan.

Tetapi bagaimana anak dapat sekolah tinggi dan berhasil jika biaya

pendidikan terus meningkat, kebutuhan semakin tinggi, buku-buku yang

dibutuhkan anak sekolah te'rlalu mahal, anak sudah terkena narkoba,

akhlaknya kurang baik, apakah masih bisa bekerja sesuai dengan apa yang

(21)

Dari gambaran di atas orang tua dapat melihat dan merasakan bahwa masa

depan anak sangat penting. Sebagian orang tua yang ticlak dapat rnengatasi

hambatan-harnbatan yang rnuncul untuk mewujudkan perencanaan masa

depan, akan mengalami kehawatiran secara berlebihan, t.erlebih lagi para

orang tua ada yang mengalami tekanan karena tidak dapat mengatasi

hambatan-hambatan tersebut, mereka takut anak-anaknya tidak mempunyai

masa depan yang baik. Kecemasan yang dimaksud disini adalah emosi yang

tidak menyenangkan yang ditandai dengan perasaan khawatir, prihatin, dan

timbulnya rasa takut yang kadang-kadang dialami dalam tingkat yang

berbeda. (Rita Atkinson, 1996)

Menurut Zakiah Daradjat, kecemasan adalah manisfestaBi dari berbagai

proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika orang sedang

mengalami tekanan perasaan (frustrasi) dan pertentangan batin (konflik)

(Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental). Jakarta:CV.Haji Masagung, 1990.h.27).

begitu juga Para psikiatris tidak bisa menyangkal bahwa dunia ini berisi

bahaya dan hal-hal yang tidak menyenangkan, baik yang terlihat maupun

tidak. (Dimyati, 1990). Hal tersebut dapat menimbulkan reiaksi psikologis

individu karena memperkirakan adanya bahaya yang akan dialami, yang

biasa di sebut rasa cemas/kecemasan. Seperti halnya orang tua yang selalu

merasa takut dan khawatir akan masa·depan anaknya yang belum jelas

karena kondisinya yang tidak pasti, apakah ia dapat memenuhi kebutuhan

anak-anaknya agar anak-anaknya mempunyai masa depan yang baik seperti

(22)

Shand & Mc. Dougal ( dalam sidik 2002 )mengemukakan bahwa kecemasan

adalah emosi yang berhubungan dengan masa yang akan datang, sehingga

bila seseorang mengalami kecemasan maka kecemasan itu bukan

disebabkan oleh hal-hal yang sedang atau telah terjadi, dalam hal ini

kecemasan bukan hal yang sederhana, melainkan emosi yang bersifat

kompleks yang didukung oleh harapan (hope). kecemasan (anxiety).

kemurungan (despondency) dan keputusan (despair). Dalam artian

seseorang yang kesiapan menghadapi masa depannya rendah, maka akan

mengalami tingkat kecemasan yang tinggi.

Segala bentuk situasi yang mengancam kesejahteraan oq1anisme seperti

ancaman fisik, ancaman terhadap harga diri, dan tekanan untuk melakukan

sesuatu di luar kemampuan dapat menimbulkan kecemasan. Maka dari itu

para orang tua merasa khawatir dan cemas karena mereka belum tau

bagaimana masa depan anaknya nantinya, khususnya bagi orang tua yang

tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya secara optimal. Peneliti memilih

orang tua murid SMP 178 yang terletak di lingkungan Pesanggrahan Bintaro

sebagai subj'ek penelitian. Masyarakat yang tinggal di daerah pemukiman ini

pada umumnya berada pada tingkat sosial ekonomi menengah ke bawah.

Banyak hal yang mungkin dirasakan dan dipersepsikan para orang tua

tentang kondisi keluarga dan masyarakat yang berkaitan dengan masa

(23)

Berdasarkan asumsi yang telah dikemukakan diduga bahwa persepsi orang

tua tentang orientasi masa depan anak dapat berbeda, bisa cenderung positif

atau negatif. Apakah persepsi yang negatif dapat menyebabkan tingkat

kecemasan yang rendah atau dapat menyebabkan tingkat kecemasan yang

tinggi, itulah yang masih perlu diteliti. Berdasarkan latar belakang tersebut

penulis merasa tertarik untuk mengadakan suatu penelitian, di mana

penelitian ini mengkaji bagaimana penghayatan dan pandangan orang tua

terhadap masa depan anak berkaitan dengan tingkat kec:emasan yang

mereka alami.

1.2.

ldentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka, masalah yang hendak diteliti dapat

diidentifikasi sebagai berikut

1. Bagaimana persepsi orang tua terhadap orientasi masa depan anak?

2. Apa yang mempengaruhi persepsi orang tua akan masa depan anaknya?

3. Apakah persepsi terhadap orientasi masa depan men!Jakibatkan

kecemasan pada orang tua?

4. Persepsi yang bagaimanakah yang mempengaruhi kecemasan?

5. Bagaimana !Jpaya orang tua dalam menanggulangi kecemasan?

(24)

1.3.

Pembatasan Masalah Penelitian

Mengingat kompleksnya masalah yang akan diteliti, maka penulis batasi

ruang lingkup penelitian sebagai berikut:

1. Orientasi Masa depan anak yang dimaksud berkaitan dengan bagaimana

orang tua memandang masa depan anak-anaknya yang di dalamnya

tercakup harapan,tujuan, standar, perencanaan dan strategi. Gambaran

masa depan ini membuat individu dapat menentukan tujuan,menyusun

rencana mencapai tujuan, dan mengevaluasi sejauh mana tujuan tersebut

dapat direalisasikan. Harapan, tujuan, standar, perencanaan dan strategi

ini dapat dikaitkan dalam aspek masa depan yang luas yang menyangkut

berbagai bidang pendidikan, pekerjaan, kehidupan, perkawinan,

kebahagiaan, status sosial dalam masyarakat dan integritas pribadi.

2. Persepsi tentang orientasi masa depan anak adalah suatu penghayatan

dan pandangan orang tua tentang hal-hal yang berkaitan dengan

kehidupan anak yang akan terjadi di masa mendatan!l atau memikirkan

sesuatu yang akan terjadi, yang menyangkut kesiapan seseorang

menghadapi masa depan, yang di dalamnya tercakup harapan, tujuan,

standar, perencanaan dan strategi.

3. Kecemasan yang dimaksud merupakan reaksi ーウゥォッャッAセゥウ@ orang tua

terhadap perkiraan adanya bahaya yang dikhawatirkan akan dialami oleh

(25)

dalam gejala-gejala psikis seperti was-was, takut, lemah, terancam,

khawatir akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, gugup, tegang,

perasaan gundah, rasa tidak aman, lekas terkejut, emosi labil, mudah

tersinggung, apatis, perasaan salah tidak pada tempatnya dan lainnya,

yang muncul secara bersamaan, dan biasanya diikuti dengan naiknya

rangsangan pada tubuh seperti jantung berdebar-debar, keringat dingin.

4. Orang tua yang dimaksud dalam penelitian ini adalah orang tua yang

mempunyai anak yang sedang bersekolah pada tingkat pendidikan SL TP,

berada di wilayah Pesanggrahan Bintaro.

1.4. Perum usan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, mal<a masalah dapat

dirumuskan sebagai berikut, yaitu:

1. Bagaimana persepsi orang tua terhadap orientasi rnasa depan anak?

2. Bagaimana kecemasan orang tua terhadap masa clepan anak ?

3. Apakah ada hubungan yang signifikan antara persepsi tentang

orientasi masa depan anak dengan kecemasan yang dialami para

(26)

1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.5.1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan tentang :

1. Persepsi orang tua tentang orientasi masa depan anak

2. Kecemasan orang tua tentang masa depan anak

3. Hubungan antara persepsi tentang orientasi masa depan anak dengan

kecemasan orang tua

1.5.2. Manfaat Penelitian

Sedangkan manfaat penelitian ini adalah diharapkan dapat memberikan

kontribusi pemikiran yang bersifat teoritis dan praktis dalam wacana psikologi.

1. Manfaat yang bersifat teoritis di sini dimaksud untuk memberikan

masukan dan agar dapat memperluas wacana psikologi terutama

mengenai persepsi orang tua tentang orientasi masa depan anak

dengan kecemasan yang dialami orang tua.

2. Sedangkan yang bersifat praktis diantaranya:

a. Menjadi bahan masukan bagi orang tua dalam membuat perencanaan

program untuk anak

b. Agar dapat berperan serta sebagai konseling bagi orang tua untuk

(27)

c. Berharap dapat dijadikan bahan pelatihan bagi para orang tua agar

benar-benar siap menghadapi masa depan anak-anaknya.

d. Untuk pendidik agar dapat mempersiapkan anak didiknya agar siap

dalam menghadapi kehidupan yang akan terjadi terutama yang

berhubungan dengan kesejahteraan anak didik.

e. Untuk pemerintah agar dapat dijadikan sebagai perencanaan untuk

anak-anak demi masa depan mereka dengan memperbaiki kondisi

negara Indonesia, dalam artian mereka harus peduli dengan keadaan

masyarakat pada saat sekarang ini.

(28)

1.6.

Sistematika Penulisan

Dalam sistematik"! penulisan, penulis akan menggunakan kaidah penulisan

skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sehingga peneliti mengambil

langkah-langkah sebagai berikut:

Bab I. Mencakup latar belakang pengambilan judul, pembatasan masalah

dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika

penulisan.

Bab II. Mencakup kajian pustaka yang tentunya membah.as teori persepsi

tentang orientasi masa depan, definisi masa depan, Teori Kecemasan,

definisi kecemasan, sumber kecemasan, macam-macam kecemasan,

gejala-gejala dan penanggulangan kecemasan, pengertian dan hakikat orang tua.

Bab Ill. Membahas metodologi penelitian yang mencakup pendekatan

penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, variable penelitian,

instrumen pengumpulan data,tekhnik analisis data, serta persiapan dan

pelaksanaan penelitian.

Bab IV. Membahas Analisis dan lnterprestasi data Yang meliputi: Gambaran

responden, Uji asumsi, dan Uji hipotesis

(29)

2.1. Persepsi

KAJIAN TEORI

2.1.1. Pengertian Persepsi

Beberapa ahli psikologi menguraikan definisi persepsi yang sangat beragam.

Persepsi merupakan tahap paling awal dari serangkaian pemrosesan

informasi. Persepsi merupakan proses yang antara satu orang dengan orang

yang lain sifatnya berbeda (individualistik) dari pada yang diperkirakan orang.

Menurut Linda L.Dafidof (1988) Persepsi merupal<an proses yang

mengorganisir dan menggabungkan data-data indra kita untuk dikembangkan

sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari sekeliling kita, termasuk

sadar akan diri sendiri.Persepsi manusia tergantung dengan apa yang

diharapkan, pengalaman, motivasi. Pengaruh dari apa yang kita harapkan,

dapat dicontoh dengan mudah.

Walgito (dalam Lusianne, 2003) menyatakan bahwa persepsi merupakan

suatu proses yang didahului oleh pengindraan yaitu suatu proses yang

berwujud diterimanya stimulus oleh seseorang melalui alat rangsangannya.

(30)

diinterpretasikan sehingga seseorang menyadari dan mengerti tentang apa

yang diindra.

Definisi lain menyatakan bahwa persepsi merupakan kemampuan

membeda-bedakan, mengelompokkan, memfokuskan perhatian terhadap suatu objek

rangsang. Dalam proses pengelompokan dan membedakan ini persepsi

melibatkan proses interpretasi berdasarkan pengalaman terhadap satu

peristiwa atau objek (Suharnan, 2005).

Noor (1972) menjelaskan lebih lanjut bahwa objek-objek tersebut ditangkap

melalui alat indra, ia akan diproyeksikan pada bagian tertemtu dalam otak,

sehingga rnanusia dapat mengamati obyek tersebut dengan baik. Persepsi

adalah "proses dimana kita mengorganisasi dan menafsirkan pola stimulus

ini dalam lingkungan (Atkinson, 1983).

Sedangkan rnenurut Dafidoff (1988) persepsi merupakan ::;atu cara kerja

(proses) yang rumit dan aktif. Orang sering kali menganggap bahwa persepsi

menyajikan satu pencerminan yang sempurna mengenai realitas atau

kenyataan. Persepsi bukanlah cermin karena indera kita tidak mernberikan

respon terhadap aspek-aspek yang ada di dalam lingkungan. Contoh: kita

tidak dapat mendengar nada suara yang tinggi sekali ケ。ョセQ@ dapat didengar

(31)

rangsang-rangsang yang pada

ォ・ョケ。エ。。ョョセ。ャャ、。ォ。、セセMk[エゥァ。L@

persepsi manusia

tergantung pada apa yang ia harapkan, pengalaman, motivasi.

Menurut Chaplin (1989) persepsi sebagai berikut:

a. Proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan

bantuan indera

b. Satu kelompok penginderaan dengan penambahan arti-arti yang berasal

dari pengalaman dimasa lalu

c. Kesadaran dari proses-proses organis.

d. Variabel yang menghalangi atau ikut campur tangan, berasal dari

kemampuan organisme untuk melakukan pembedaan diantara

perangsang-perangsang

e. Kesadaran intuitif mengenai kebenaran langsung atau keyakinan yang

serta merta mengenai sesuatu (Chaplin, 1989:358)

Dalam psikologi kontemporer, persepsi secara umum diperlakukan sebagai

satu variabel campur tangan (intervening variable), tergantung pada

faktor-faktor perangsang, cara belajar, perangkat, keadaan jiwa atau suasana hati

dan faktor-faktor motivasional. Maka arti dari suatu objek i1tau satu kejadian

objektif ditentukan baik oleh kondisi perangsang maupun oleh faktor-faktor

orgi:ii;iisme. Dengan alasan demikian, persepsi mengenai dunia oleh pribadi ..

(32)

berkenaan dengan aspek-aspek situasi tadi yang mengandung arti khusus

sekali bagi dirinya.

Proses perseptual dimulai dengan perhatian yaitu merupakan proses

pengamatan selektif. Faktor-faktor perangsang yang panting dalam

perbuatan memperhatikan ini ialah perbuatan, intensitas, dan gerak.

Faktor-faktor organisme yang penting ialah minat, kepentingan dan kebiasaan

memperhatikan yang telah dipelajari. Persepsi yaitu tahap kedua dalam

rnengamati dunia kita, mencakup pemahaman dan mengimali atau

mengetahui objek-objek serta kejadian-kejadian.(Atkinsori, 1983)

Berdasarkan pemahaman tersebut, maka persepsi mencakup dua proses

yang berlangsung secara serempak antara keterlibatan aspek-aspek dunia

luar (stimulus-informasi) dengan dunia didalam dirl seseorang (pengetahuan

yang relevan dan telah disimpan didalam ingatan). Dua proses itu disebut

bottom up (data driven processing) atau aspek stimulus dan top-down

(conceptually driven processing) atau aspek pengetahuan seseorang. Hasil

persepsi seseorang mengenai sesuatu obyek disamping clipengaruhi oleh

penampilan obyek itu sendiri, juga pengetahuan seseorang mengenai obyek

(33)

2.1.2. Persepsi Dalam Pandangan Islam

Menurut Abd. Rahman Saleh dan Muhbib (2004) persepsi dalam pandangan

Al Qur'an adalah fungsi psikis penting yang menjadi jendeila pemahaman

bagi peristiwa dan realitas kehidupan yang dihadapi manusia. Manusia

sebagai mahluk yang diberikan amanah ke khalifahan berbagai macam

keistimewaan yang salah satunya adalah proses dan ヲオョセQウゥ@ persepsi yang

lebih rumit dan kompleks di bandingkan dengan mahluk Allah lainnya.

Dalam bahasa Al-Qur'an beberapa proses dan fungsi per.sepsi dimulai dari

proses penciptaan seperti di dalam Qs. Al-Mu'minun;

Dan Sesungguhnya kami Te/ah menciptakan manusia dari suatu saripati

(berasa/) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang

disimpf!,n) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kepwdian air mani itu kami

jadikan segumpa/ darah, /alu segumpal darah itu kami jadikan segumpal

daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tui8ng

belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia

makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha suci/ah Allah, Pencipta yang

(34)

Dalam ayat di atas disebutkan proses penciptaan manusia dilengkapi dengan

penciptaan fungsi-fungsi pendengaran dan penglihatan dalam ayat ini tidak

disebutkan alat indra tetapifungsi, kedua fungsi ini merupakan fungsi vital

bagi manusia disebutkan selalu dalam keadaan berpasang-pasangan.

Dengan kata lain, bahwa persepsi tidak dapat dipisahkan dari pengindraan,

namun dalam Al-Qur'an lebih ditegaskan bahwa persepsi yang dimaksud

adalah fungsi dari indra tersebut.

Islam sudah lebih dulu membahas persepsi dibuktikan sejak proses

penciptaan manfaat pengindraan sudah diketahui. Hal ini yang membedakan

antara manusia dengan makhlul< lain.

Setiap manusia memiliki potensi untuk mempersepsikan sesuatu. Perbedaan

manusia dengan makhluk lain tidak hanya sebatas dapat mempersepsil<an

sesuatu saja tetapi dibuktikan lagi dengan cara, jika persepsi dipertajam

maka, manusia tidal< hanya dapat mempersepsil<an sesuatu yang tampak

saja melainkan hal-hal yang tidak tampak sekalipun.

Penulis menyimpulkan bahwa persepsi merupakan pemrosesan informasi

dengan menggunal<an panca indera untuk mengenali objel<,

(35)

secara sadar untuk kemudian dapat di interpretasi maknanya, dalam proses

pengelompokan dan membeda-bedakan ini persepsi melibatkan proses

interpretasi berdasarkan pengalaman terhadap satu peristiwa atau objek,

persepsi manusia tergantung dengan apa yang diharapkan, dan motivasi

2.1.3. Ciri-ciri Umum Dunia Persepsi

Pengindraan terjadi dalam suatu konteks tertentu, konteks ini disebut sebagai

dunia persepsi agar dihasilkan suatu pengindraan yang bermakna. Ada

ciri-ciri umum tertentu dalam dunia persepsi yaitu:

1. Rangsang-rangsang yang diterima harus sesuai dengan modalitas

tiap-tiap indra yaitu sifat sensoris dasar dari masing-masin!g indra.

2. Dunia persepsi mempunyai sifat ruang (dimensi ruang), kita dapat

menyatakan atas-bawah, tinggi-rendah, luas- sempit.

3. Dunia persepsi mempunyai dimensi waktu seperti cepat-lambat,

tua-muda.

4. Obyek-obyek atau gejala-gejala dalam dunia pengamatan mempunyai

struktur yang menyatu dengan konteksnya.

5. Dunia persepsi adalah dunia penuh arti. Kita cenderung melakukan

pengamatan atau persepsi pada gejala-gejala yang ュゥセューオョケ。ゥ@ makna

bagi kita, yang ada hubungan dengan tujuan dalam diri kita. (lrwanto,

(36)

2.1.4. l<arakteristik Persepsi

lnformasi yang datang dari organ-organ indra kiranya perlu terlebih dahulu

diorganisasikan dan diinterpretasikan sebelum dapat dimengerti dan proses

ini dinamakan persepsi, Tidak semua informasi yang masuk tertangkap indra

pada suatu waktu dirasakan individu (Hardy & Heyes, 1988).

Oskamp (1972) mengemukakan untuk karakteristik penting dari faktor-faktor

perbedaan dan sosial yang dapat mempengaruhi persepsi kita yaitu:

1. faktor ciri khas dari obyek stimulus yang antara lain dari nilai, arti,

familiaritas dan intensitas nilai: ciri-ciri dari stimuli sepEirti nilai bagi subyek

Q

yang mempengaruhi caranya stimuli tersebut dipersepsikan. Emosional:

sampai berapa jauh stimulus tertentu merupakan suatu yang

memancarkan atau menyenangkan atau mempengaruhi persepsi orang

yang bersangkutan. Familiaritas: pengenalan berdasarkan dari proses

yang barkali-kali dari suatu stimulus yang mengakibatkan bahwa stimulus

tersebut dipersepsikan lebih akurat. lntensitas: berhubungan dengan

kesadaran seseorang mengenai stimuli tersebut.

2. Faktor pribadi termasuk di dalamnya ciri khas.individu seperti taraf

kecerdasannya, minat, emosional dsb.

3. Faktor pengaruh kelompok artinya respon orang lain dapat memberi arah

ke suatu tingkah laku konform. Studi Flament (1961) menemukan bahwa

(37)

dapat menyebabkan perubahan persepsi pada anggota yang tidak naif

dan juga bahwa dalam suatu keadaan dimana tidak ada tekanan untuk

bertingkah laku konform maka pengaruh sosial yang hanya formatif saja

sifatnya telah dapat memodifikasi persepsi individu.

4. Faktor perbedaan latar belakang kulturil diantaranya 'lariabel sosial yang

dianggap sangat berpengaruh dalam persepsi seseorang

2.1.5. Macam Macam Persepsi

Rahmat (2000) membagi persepsi rnenjadi 2 bagian besar, persepsi

interpersonal dan persepsi objek. Persepsi interpesonal adalah persepsi

pada manusia dan persepsl obyek adalah persepsi terhadap benda-benda

lain selain manusia. Perbedaan persepsi interpesonal dan persepsi obyek

ada 4 yaitu:

-1. pada persepsi obyek stimuli ditangkap oleh alat indra :oecara langsung

melalui benda-benda fisik, gelombang cahaya, gelombang suara,

temperatur dsb. Pada persepsi interpersonal, persepsii bisa sampal

melalui lambang-lambang verbal yang disampaikan pihak-pihak ketiga.

Kecermatan persepsi seseorang bisa oerkurang karena ada pihak ketiga

ini.

2. Pada persepsi obyek, seseorang hanya menaggapi sit'at-sifat luar obyek

tidak memiliki sifat batiniah obyek itu sendiri. Pada persepsi interpersonal

(38)

alat indranya, seseorang tidak hanya melihat perilaku orang lain, tetapi

juga melihat orang lain berperilaku seperti itu. Jadi tidak hanya berusaha

memahami suatu tindakan, tetapi motif dari tindakan itu, karena terlalu

kompleksnya stimuli yang akan dipersepsikan itu, seseorang akan

cenderung rnemilih stimuli tersebut. lni jelas membuat persepsi

interpersonal lebih sulit dari persepsi obyek.

3. Dalam mempersepsikan obyek, obyek tidak bereaksi batik terhadap orang

yang mempersepsinya. Seseorang juga tidak akan memberikan reaksi

emosional pada obyek menjadi stimuli. Dalam persepi;i interpersonal ada

faktor-faktor lain yang berpengaruh seperti faktor personal, karalcteristik

orang lain yang dipersepsikan dan bagaimana hubungan antara orang

yang mempersepsi dan yang dipersepsi.

4.

Obyek relatif tetap sedangkan manusia berubah-ubah.

2.1.6. Proses Kognisi dalam Persepsi

Persepsi ternyata banyak melibatkan kegiatan kognitif, pada awal proses

pembentukan persepsi, orang telah menentukan dulu apa yang akan

diperhatikan. Setiap kali kita memusatkan perhatian, lebih besar

kemungkinannya kita akan memperoleh makna dari apa yang ditangkap, lalu

menghubungkannya dengan pengalaman lalu, dan untuk kemudian hari

(39)

Kesadaran rnernpengaruhi persepsi. Bila kita sedang rnerasa sangat

bahagia, rnaka pernandangan alarn yang ada didepan kita akan terlihat luar

biasa indah. Begitu pula sebaliknya. lngatan berperan dalarn persepsi

rnenurut aturan tertentu. Indra kita secara teratur akan rnenyirnpan data-data

yang dia terirna.dalarn rangka untuk rnernberikan arti, secara terus rnenerus

orang akan cenderung untuk rnernbanding-bandingkan penglihatan, suara

dan pengindraan lainnya dengan ingatan-ingatan pengalarnan lalu yang

rnirip.

Proses inforrnasi ternyata juga rnernpunyai peran didalarn persepsi. Kita

sudah dapat rnenentukan dan rnernutuskan data rnana yang akan dihadapi

berikutnya, dibandingkan dengan situasi lalu dan saat itu, lalu rnernbuat

interpretasi.

Bahasa jelas dapat rnernpengaruhi kognisi kita, rnernberikan bentuk pada

persepsi secara tidak langsung. Penguji hipotesis rnerupakan kornponen

pusat persepsi yang rnengolah inforrnasi. Sering terjadi, interpretasi terhadap

data pengindraan hanya rriernpunyai satu kernungkinan saja, sehingga

pencarian untuk hipotesis persepsi yang tepat dilakukan clengan sangat

cepat, otornatis dan berada sedikit dibawah kesadaran (Davidoff)

Kalau disatu pihak proses kognitif saling berkaitan satu sarna lain, kita akan

(40)

kognisi dan kenyataan, dan juga dianggap sebagai sumber dari aktivitas

kognitif.

Banyal< psikolog sangat tertarik untuk mengetahui tempat atau titik didalam

proses persepsi dimana atensi memegang peranannya. Dari penelitian

diajukan pendapat bahwa atensi selalu aktif pada waktu tertentu, mula-mula

l<etika menerima masukan dari organ indra, kemudian ketil<a harus memilih

dan menginterpretasikan data sensorik dan menentukan apakah akan

memberikan respon terhadap rangsangan itu.

Atensi mempunyai ciri-ciri tertentu:

1. lntensitasnya

2. Terbatas dalam kapasitas, meskipun manusia dapat mengerjakan lebih

dari dua tugas sekaligus.

Proses persepsi yang rumit ini tergantung pada sistem sensorik dan otak.

Sistem sensorik kita akan mendeteksi informasi, mengubahnya ke dalam

impuls saraf, mengolah beberapa diantara, dan mengiriml<annya ke otak

melalui benang-benang saraf. Otak memainkan peranannya yang luar biasa

dalam mengolah data sensorik. Karena itu dikatakan bahwa persepsi

tergantung pada 4 cara kerja yaitu: deteksi (pengenalan), transduksi

(perubahan energi ke satu bentuk ke bentuk lain), transmisi (penerus) dan

(41)

Penghayatan dapat dikatakan sebagai upaya untuk menclapatkan tafsiran

yang prima dan informasi sensorik berdasarkan pengetahuan kita tentang

benda-benda. Para ahli psikolog kognitif, berdasarkan gagasan dari para ahli

gestalt sebelumnya menekankan bahwa penghayatan adalah suatu hipotesis

yang dianjurkan oleh data sensorik. Dugaan adanya ー・ョセQオェゥ。ョ@ hipotesis

menekankan adanya sifat aktif persepsi. Sistem persepsi tidak menerima

masukan secara pasif tetapi berupaya untuk mencari penghayatan yang

paling sesuai dengan data sensorik. Dalam kebanyakan situasi, hanya

terdapat satu penafsiran data sensorik yang masuk akal, dan pencarian

terhadap penghayatan yang tepat, berlangsung begitu cepatnya dan secara

otomatik sehingga hal itu tidak disadari. Hanya dalam kondisi yang luar biasa,

seperti halnya bila kita melihat bentuk yang taksa (ambiguous), sifat

pengujian hipotesis persepsi menjadi nyata.

Teori yang memandang persepsi sebagai proses aktif yang menguji hipotesis

yang dipengaruhi konteks dan pengalaman lampau disebut analisis dengan

sintesis. (Neisser, 1976) menurut teori ini, penghayatan menggunakan ciri

benda, konteks dan pengalaman lampau untuk mendapatkan "terkaan yang

jitu " tentang apa yang dilihat. lstilah analisis sintesis mengandung arti

penghayatan menganalisis benda sampai pada cirinya kemudian

(42)

menjadi suatu penghayatan yang tepat sesuai dengan semua informasi

masukan sensoris, konteks, dan pengalaman lampau.

Analisis sintesis berasumsi bahwa pengamat telah menyimpan suatu skema

dalam ingatannya untuk setiap stimulus yang dialaminya dimasa lalu. Teori

analisis dengan sintesis ini memandang persepsi sebagai proses kognitif

yang aktif mengecek satu hipotesis ke hipotesis yang lain sampai ditemukan

yang sesuai dengan kenyataan. Pandangan ini sangat berbeda dengan

pendekatan statik yang mengemukakan bahwa ciri fisik ditimbulkan secara

mekanik dari masukan stimulus terlepas dari konteks dan kemudian hanya

diolah untuk pengenalan (recognition). Beberapa aspek persepsi dapat

berlangsung dengan cara mekanik, tetapi bila berkaitan dengan penghayatan

yang rumit, pendekatan pengujian hipotesis tampaknya diperlukan.

Apa yang kita hayati tidak berupa kumpulan ciri fisik yang sampai pada

sistem sensorik tetapi hal-hal yang bermakna bagi kita. Bila skema masukan

stimulus didapat dari ingatan, stimulus menerima makna yang lebih berbobot.

Makna itu berdasarkan pada ingatan kita untuk stimulus tersebut yang

diasosiasikan dengan kejadian dan pengalaman lampau. Makna stimulus itu

(43)

"'

Walaupun banyak stimulus yang berbeda-beda yang sampai pada kita

tentang soal yang sama , kita dengan pasti terbatas pada apa yang kita

hayati pada suatu saat tertentu. Apa yang kita hayati tidal< tergantung pada

stimulus tetapi juga pada proses kognitif yang merefleksikan minat, tujuan

dan harapan kita pada saat itu. Pemusatan persepsi ini disebut perhatian.

Terdapat bukti bahwa walaupun tidak memperhatikan stimulus tertentu

secara aktif, stimulus tersebut tetap terdaftar paling tidak sementara dalam

sistem persepsi kita meskipun kita mungkin tidak mengenalinya. Tampaknya

sistem suara memonitor suara lain untuk stimulus yang relevan diluar

kesadaran kita akan aktivitas semacam itu. Semua penyelidikan ini

menghasilkan kesimpulan bahwa sistem saraf mestinya mempunyai

semacam tempat dimana informasi sensorik yang masuk disimpan

sementara dalam bentuk yang agak kasar dan tidak teranalisis dari semua

stimulus yang memenuhi indera kita, yang terpilih untuk diperhatikan

hanyalah stimulus yang menuntut proses mental yang lebih tinggi yaitu yang

relevan pada saat itu.

Bila suatu stimulus menarik perhatian kita, biasanya melakukan gerakan

badan tertentu yang membangkitkan persepsi. Reaksi fisiologis yang terjadi

sebagai respon pada perubahan stimulus disekitarnya membentuk suatu pola

(44)

Menurut Atkinson

(1983)

Refleks berorientasi baik pada rnanusia maupun

hewan sebagai respon pada setiap perubahan yang paling kecil sekalipun

disekitar stimulus. Disarnping gerakan badan respon juga1 berupa

pengembangan berbagai pembuluh darah dikepala, penyempitan pembuluh

saraf peripheral, perubahan tertentu pada respon elektris otak (EEG) dan

perubahan irama otot, denyutjantung dan pernafasan, Respon ini meliputi 2

fungsi:

1.

Memudahkan penerimaan stimulus.

2.

Menyiapkan organisme untuk memberikan respon yang cepat bila

tindakan diperlukan (Atkinson,

1983)

2.2. Orientasi Masa Depan

Semua orang tua tentu mengharapkan agar anaknya kelak mempunyai

kehidupan yang lebih baik darl sekarang. Barang kali orang tua yang

sebagian besar masih merupakan orang tua muda , belum merasa mencapai

suatu kehidupan yang mapan. Namun dengan adanya pEmdapatan yang

demikian, orang tua dengan semangat muda, ingin memajukan kehidupan

anaknya. Mereka mengadakan persiapan sejak dini dari cara pengasuhan

dan pendidikan anaknya, dengan cara berbeda dibanding dengan cara orang

tua mendidik pada zaman dahulu. Mereka turun tangan untuk memberikan

(45)

pendidikan tertinggi. Mereka juga menyadari betapa pentingnya hubungan

harmonis antara anak dan orang tua, mereka mulai mengetahui karakter apa

dan bentuk pribadi bagaimana yang patut dikembangkan pada anak.

Orang tua sekarang agaknya menghadapi tantangan dan perubahan

masyarakat yang lebih banyak dibandingkan orang tua zaman dahulu. Orang

tua perlu mempunyai pandangan yang lebih jauh, bagaimanakah kiranya

anak yang dibutuhkan oleh masyarakat kelak? Bagaimanakah orang tua

harus menghadapi persaingan yang lebih ketat dikemudian hari?. Maka dari

itu Orang tua harus mempersiapkan dirinya agar mereka dapat memenuhi

peran dan tanggung jawabnya sebagai orang tua yang sesuai dengan

tuntutan masa sekarang dan masa yang akan datang.

Masa depan adalah waktu yang akan datang (kamus ャ・ョAセォ。ー@ B.indonesia,

depdiknas 2002:717) masa depan sebuah kehidupan yang masih

diawang-awang tetapi acap kali meresahkan dan ini kenyataan. Bisa dikatakan hampir

semua manusia pernah diresahkan oleh bayang-bayang rnasa depannya

bahkan tidak sedikit manusia yang gagal karena salah memahami dan

(46)

Terdapat kesulitan dalam meramalkan masa depan diantaranya

1. Asas ketidakpastian

Ketidak pastian tentang hari depan melumpuhkan sebagian orang pada saat

mengambil suatu keputusan, guna menghilangkan keraguan yang

menyakitkan mereka beranggapan bahwa terkaan mereka tentang hari

depan itu salah. Kenyataan bahwa hari depan tidak pasti bukan berarti

bahwa kita tidak dapat memperoleh pengetahuan yang sah tentang hari

depan. Kita dapat mengharapkan sebagian besar dari

kernungkinan-kemungkinan umum untuk hari depan. Kita juga dapat membuat

pertimbangan yang dapat dipercayai tentang kemungkinan yang bakal

エ・イェセ、ゥN@ Seseorang yang memikirkan hari depannya dapat berupaya

meningkatkan kemungkinan untuk mendapatkan apa yang diinginkan dan

meningkatkan kesempatan untuk bersiap-siap untuk menghadapi kesulitan

yang bakal terjadi.

2. Ada dua ide pokok dari teori keputusan formal

a. guna mengambil suatu keputusan yang sehat, perlu dibuat

tafsiran-tafsiran terbaik tentang kemungkinan bahwa masing-masing dari

akibat-akibat yang dinantikan bakal terjadi.

b. suatu keputusan yang sehat mengharuskan adanya pertimbangan

(47)

3. Pemakaian skenario masa depan

Suatu cara yang baik untuk mengatasi ketidak pastian tentang masa depan

adalah berpikir dalam hubungan skenario. Sebuah skenario adalah sebuah

sketsa dari apa yang mungkin bakal terjadi di masa mendatang jika suatu

pilihan tertentu dibuat. Sebelum seseorang mengambil keputusan yang fital

yang meliputi karier, kehidupan asmara, kesehatan atau kesejahteraan

dimasadepan, kita perlu membuat skenario bagi masing-masing alternatif;(1)

hasif terburuk yang bakal terjadi, (2) hasil terbaik yang dapat terjadi, (3) hasil

yang mempunyai kemungkinan terbesar.

4. Memakai tafsiran kemungkinan

Sesudah menciptakan skenario dan mencari bukti kuat tentang kemungkinan

yang akan terjadi dimasa mendatang, seseorang dapat ュヲセャゥィ。エ@

keuntungan-keuntungan dan kerugian-kerugian yang kemungkinan kecil, sedang atau

besar menjadi kenyataan bagi setiap alternatif yang sedang

dipertimbangkan.(Manullang, 1986)

Bandura (1986, dalam Nurmi, 1989) menekankan bahwa kemampuan untuk

merencanakan masa depan merupakan salah satu ciri dasar pemikiran

manusia. Berdasarkan hal ini, Nurmi (1991) mengemukakan bahwa orientasi

masa depanpada dasarnya mengacu pada seseorang memandang masa

(48)

dan strategi. Gambaran masa depan ini membuat individu dapat menentukan

tujuan, menyusun rencana mencapai tujuan, dan mengevaluasi sejauh mana

tujuan tersebut dapat direalisasikan (Nurmi 1989). Harapan, tujuan, standar,

perencanaan dan strategi ini dapat di kaitkan dalam aspel< masa depan yang

luas yang menyangkut berbagai bidang, pekerjaan, perkawinan. Oleh karena

itu, orientasi masa depan penting bagi seseorang karena menyangkut

kesiapan seseorang menghadapi masa depan. Sebelum seseorang

membentuk harapan, tujuan, standar, perencanaan dan strategi, ia terlebih

dulu harus rnemiliki kerangka pikir mengenai antisipasi kehidupanya di masa

yang akan datang. Fungsi kerangka pikir ini adalah mengarahkan individu

dalarn melakukan hal-hal yang diperlukan untuk mencapai masa depan

(Nurmi, 1989) Oengan adanya orientasi rnasa depan dalam diri seseorang

berarti seseorang telah melakukan antisipasi tentang kejadian-kejadian yang

mungkin timbul di masa depan (Nunni 1991).

2.2.1. Pembeotukan Orientasi Masa Depan.

Oalam usaha mengantisipasi masa depan, individu harus membentuk skema

kognitif. Skema kognitif ini memberi gambaran mengenai diri (self) serta

lingkungan indivldu yang di antisipasi di masa meridatang. Gambaran ini

akan mengarahkan individu untuk bertindak dalam konteks aktifitas masa

depan. Berdasarkan skema yang dihasilkan individu membentuk

(49)

Selain membentuk gambaran dirinya di masa depan, individu juga

mengantisipasi kejadian yang akan terjadi di masa depan dan memberi arti

tersendiri bagi bagi masing-masing kejadian itu (Bandura, dalam Nurmi

1991 ).

Selanjutnya individu juga mampu memberikan penilaian atau evaluasi

mengenai kejadian dan hasil tingkah laku dalam bidang pendidikan yang

diharapkan di masa depan.

Pada akhirnya, kemampuan individu untuk mengantisipasi kejadian-kejadian

di masa mendatang, kemampuan untuk memberil<an arti bagi hal-hal

tersebut, dan untuk bertindak menurut apa yang ia pahami tersebut menjadi

dasar bagi terbentuknya orientasi masa depannya dalam bidang pendidikan.

Berdasarkan pada teori Cognitive Psychology (Bandura 1987;Neisser, 1976;

Weiner, 1985) dan Action theory (Leontiv (1979); Nurmi (1 !l79),dalam Nurmi,

1989), Nurmi menjelaskan bahwa orientasi masa depan dapat dideskripsikan

sebagai suatu proses yang mencakup tiga tahap yaitu motivasi (motivation),

perencanaan (planning), evaluasi (evaluation) yang 「・イッイゥエセョエ。ウゥ@ dengan

skema l<0gnitif mengenai tugas perkembangan yang diantisipasi. Motivasi

(motivation) pada tahap pertama, mengacu pada penetapan tujuan yang di

dasarkan pada perbandingan motif-motif, nilai dan minat yang dimi!iki individu

(50)

rentang kehidupan yang diantisipasi; seperti misalnya, pada usia berapa

individu mempunyai niat untuk menyelesaikan pendidikanya. Orientasi masa

- depan yang jelas ditandai oleh motivasi yang tinggi, perencanaan yang

terarah dan evaluasi yang positif (Nurmi 1991 ).

Pada tahap kedua, setelah individu menetapkan tujuan yang ingin dicapai di

perlukan aktifitas perencanaan (planning), yang dimaksudkan untuk

merealisasikan pengetahuan dan ketrampilan apa yang harus dimilikinya

untuk tercapainya tujuan-tujuan yang telah ia tetapkan. Pada proses

perencanaan ini juga tercakup sub-tujuan. Penyusunan rencana-rencana dan

strategi untuk mencapai tujuan tersebut.

Kemudian pada tahapan ketiga atau tahapan terahir individu harus

mengevaluasi kemungkinan-kemungkinan untuk merealisasikan tujuan-tujuan

yang telah dibuat dan rencana-rencana yang telah dibuat. Dalam proses

evaluasi ini juga terkait pertimbangan mengenai penyebab terwujudnya suatu

harapan (causal atribution) dan perasaan/effect yang meyertainnya

(emotional atribution). Pada proses evaluasi yang berkenaan dengan berapa

besar kekuatan yang dimiliki individu dalam menghadapi masa depan

dibidang pendidikan, konsep diri memainkan peran pentin9 di·dalamnya.

lndividu mengevaluasi kesempatan yang di milikinya dalarn merealisasi

tujuan-tujµ£ln dan rencana-rencana yang telah di buat berdasarkan pada

(51)

2.2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Orientasi Masa Depan

Orientasi masa depan terbentuk sebagai hasil interaksi individu dengan

lingkunganya, Nurmi (1989) mengungkapkan dua faktor utama yang

mempengaruhi orientasi masa depan, yaitu faktor individu dan faktor

kontekstual.

1. Faktor individu

Orientasi masa depan merupakan suatu proses yang berlangsung dalam

sistem kognisi individu. Menurut Nurmi (1991), faktor-faktor psikologis

individu mempengaruhi perkembangan orientasi masa depan. Misalnya

perkembangan kognitif seseorang akan mempengaruhi kemampuanya untuk

menentukan tujuan, menyusun rencana, dan mencari jalan yang paling efektif

untuk mencapai tujuan ataupun mencari alternatif lain jika perencanaan

tersebut mengalami perubahan.

2. Faktor kontekstual

lndividu tidak lagi bisa dipisahkan dari lingkungannya. Se(Jala sesuatu yang

diterima individu dari lingkungan akan mempengaruhi pengetahuan individu

dan pandanganya ke masa depan. Sejalan dengan bertambahnya usia,

kemampuan sosialisasi individu juga berkembang. lndividu tidak lagi

berhubungan dengan anggota keluarga, tetapi dengan orang-orang di luar

lingkungan keluarga seperti teman sebaya, guru, lingkungan tempat tinggal,

(52)

mempengaruhi wawasan pengetahuan individu yang berperan dalam

perkembangan orientasi masa depan remaja.

2.3.

Orientasi Masa Depan menurut pandangan islam

Orientasi masa depan menurut pandangan Al-Qur'an yaitu sesuatu

yang harus dipandang positif oleh setiap manusia, terutama para orang tua

agar menjaga anak-anaknya, karena Allah memberi peringatan pada para

orang tua agar jangan takut miskin dengan adanya anak--anak mereka karena

Allah lah yang akan memberi rezki untuk mencukupi kebutuhan mereka.

Seperti dikatakan dalam Q.s. AL-lsraa:31

31. Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu Karena takut kemiskinan.

kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu.

Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar (Q.S.

AL-lsraa ayat 31 )

Dalam ayat diatas disebutkan janganlah takut akan kemiskinan karana Allah

akan memberi rezki pada manusia dengan kata lain jika para orang tua

berpedoman pada ayat tersebut mereka akan mempunyai persepsi positif

terhadap masa depan anaknya karena mereka tidak takut berapa banyak

(53)

mengalami kecemasan yang berlebihan, karena para orang tua yakin Allah

akan memberikan rezki yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

2.4. Persepsi tentang Orientasi Masa IJepan Anak

Persepsi tentang orientasi masa depan disini mempunyai maksud bahwa

bagaimana orang tua mengorganisir dan menggabungkan data-data indra

untuk dikembangkan sedemikian rupa dan diinterpretasi berdasarkan

pengalaman, minat, tujuan dan harapan orang tua terhadap satu peristiwa

sehingga dapat menyadari keadaan disekelilingnya. Jadi persepsi tentang

orientasi masa depan adalah penghayatan orang tua terhadap sesuatu yang

akan terjadi berdasarkan pengalaman, minat, tujuan dan harapan yang

dimiliki orang tua yang berkaitan dengan kesejahteraan hidup, kesuksesan,

dan keberhasilan anaknya di kemudian hari. Penghayatan orang tua

berdasarkan pengalaman, minat, tujuan, dan harapan tersebutlah yang

membuat orang tua dapat menentukan tujuan, harapan, perencanaan, dan

strategi.

2.5. Kecemasan

2.5.1. IJefinisi Kecemasan

Secara etimologi kecemasan atau anxieti berasal dari kata angustus, yang

berarti sempit atau terbatas (constricted), dan ango atau anci, yang berarti

(54)

mencekik atau menahan, mengikat {strengle), {Strerm, 1964). Sedangkan

kecemasan secara terminologis, sebagaimana yang diungkapkan oleh

beberapa ahli, sebagai berikut:

Menurut linda L. Davidov (1991) kecemasan sebagai emosi yang ditandai

oleh perasaan akan bahaya yang diantisipasikan, termasuk juga ketegangan

dan stess yang menghadang dan oleh bangkitnya syara1' simpstetik. Hal

serupa juga diungkapkan oleh Linda De Clerg (1994) bahwa kecemasan

menunjukkan kepada keadaan emosi yang menantang aitau tidak

menyenangkan yang meliputi interpretasi subjektif dan arousal (rangsangan

fisiologis) . sedangkan menurut PPDGJ Ill dalam Rusdi (2002) individu

individu yang dikatakan cemas bila mengalami:

1. Afek kecemasan, ini sering ditandai dengan adanya perasaan khawatir

akan nasib buruk, sulit berkonsentrasi .

2. ketegangan motorik, seperti gelisah, gemetar, tidak dapat santai.

3. overaktifitas otonomik, yang ditandai dengan jantung berdebar-debar,

berkeringat, sesak nafas serta sering mengalami dengan keluhan

lambung.

\llstilah kecemasan sebenarnya pertama kali digunakan oleh Sigmund Freud,

ia mer:ijelaskan sebagai berikut: "Anxiety is the subjectivi1 reflection of

floading of the mental apparatus

by

mental stimuli and エィQセ@ endophysic of
(55)

Menurutnya kecemasan adalah refleksi subjektif dari perangkat mental atau

stimuli mental sebagai akaibat dari faktor dalam dirinya sendiri maupun faktor

lluar dirinya, misalnya orang yang menghadapi bahaya hatinya berdenyut

lebih cepat, nafasnya agak sesak, mulutnya kering dan telapak tangannya

juga kering.

Dalam buku pengantar Psikologi Umum, Linda. L. Davidoff (1991),

menjelaskan bahwa menurut psikoanalisa para psikolog kognitif,

perhatiannya pada konflik batin antara beberapa pengharapan, keyakinan,

sikap, persepsi, informasi, dan konsep-konsep yang lebitl mengarah pada

disonansi kognitif. Lain halnya dengan Psikolog Humanistik yang lebih

menekankan pada koflik-konflik mental, khususnya ketika orang harus

memilih gaya hidup yang memuaskan dan bermakna. Sedangkan menurut

Psikolog Behavioristik, kecemasan merupakan akibat dari pengkondisian

ketika sebuah objek dan jenis tertentu dikaitkan maknanya dengan

pengalaman yang menimbulkan kecemasan.

Sering kali sifat kecemasan mengancam dan membahayakan, oleh sebab itu

konflik kognitif atau situasi yang jelas mengancam keduanya menimbulkan

(56)

Menurut Dr. Abdurrahman M. Al-lsawi (2005), secara umum kecemasan

セ@

dipahami mirip dengan ketakutan dan merupakan pendorong bagi suatu

perilaku, dan sering kali perasaan cemas tidal< lebih dari kegagalan sistem

pertahanan diri seseorang yaitu pertahanan yang bertujuan menjaga

seseorang dari ketakutan dan kecemasan pengalaman rnasa lalu.

Lebih jauh lagi dijelaskan bahwa seseorang melakukan antisipasi sosial

berdasarkan adanya ancaman rasa aman yang ia rasakan, ancaman itu

membuatnya cemas jika ia belum melakukan suatu antisipasi atau belum

memenuhi nilai-nilai sosial.

Shand & Mc. Dougal ( dalam sidik 2002 )mengemukakan bahwa kecemasan

adalah emosi yang berhubungan dengan masa yang akan datang, sehingga

bila seseorang mengalami kecemasan maka kecemasan itu bukan

disebabkan oleh hal-hal yang sedang atau telah terjadi, clalam hal ini

kecemasan bukan hal yang sederhana, melainkan emosi' yang bersifat

kompleks yang didukung oleh harapan (hope), kecemasan (anxiety).

kemurungan (despondency) dan keputusan (despair). Dalam artian

seseorang yang kesiapan menghadapi masa depannya- rendah, maka akan

(57)

Hurlock mendefinisikan "kecemasan sebagai keadaan mental yang tidak

enak, berkenaan dengan rasa sakit yang mengancam ditandai kekhawatiran,

ketidak enakan dan perasaan tidak baik yang tidak bisa dihindari oleh

seseorang.(Nur Ainy F.2003). sedangkan menurut Mararnis menyebutkan

bahwa kecernasan adalah suatu keadaan ketegangan, rasa tidak aman dan

kekhawatiran yang timbul karena dirasakan akan terjadi sesuatu yang tidak

menyenangkan tetapi sebagian besar sumbernya tidak diketahui

0JV.F Maramis, 2003).

Menurut Zakiah Daradjat, kecemasan adalah rnanisfestasi dari berbagai

proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika orang sedang

mengalami tekanan perasaan (frustasi) dan pertentangan batin (konflik)

(Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental. Jakarta:CV.Haji Masagung, 1990.h.27).

Selanjutnya Spilberger dalam Eysenk (!984) mengatakan bahwa kecemasan

adalah perasaan galau yang dirasakan individu yang sifatnya realistis dalam

arti bahwa perasaan itu timbul karena adanya suatu penyebab dari luar

namun kecemasan ini bisa pula timhul dari individu sendiri yang merupakan

karakteristik individu. Terlepas dari stimulus nyata yang dapat langsung

(58)

Jeffrey s. Nevid dkk 2003 menyatakan bahwa kecemasan adalah keadaan

khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu akan segera terjadi, banyak hal

yang harus dicemaskan misalnya kesehatan, relasi sosial, ujian, karier, relast

internasional, dan kondisi lingkungan kita. Kecemasan bermanfaat bila hal

tersebut mendorong kita melakukan sesuatu yang bermanfaat seperti

kecemasan akan memotivasi kita untuk belajar menjelang ujian. Tetapi

kecemasan itu juga dapat mengganggu fungsi kita sehari-hari.

Kecemasan adalah suatu keadaan tegangan dan merupakan suatu dorongan

yang timbul oleh sebab-sebab dari luar (Freud dalam Hall & Lindzey, 1993).

Rita

L.

Atkinson (1999) menyatakan istilah kecemasan pertama kali

digunakan oleh Sigmund Freud, dia mengartikan kecemasan itu sebagai

salah satu bentuk emosi yang sangat penting dalam teori psikoanalisanya.

Kecemasan timbul karena adanya konflik yang tidak disadari antara impuls id

(terutama seksual dan agresi) dengan kendala yang ditetapkan oleh ego dan

superego. lmpuls-impuls id menimbulkan ancaman bagi individu karena

bertentangan dengan nilai pribadi dan nilai sosial.

Kecemasan adalah bagian dari pribadi tiap manusia terutama jika individu

dihadapkan padasituasi yang tidak jelas dan tidak menentu.kecemasan dapat

berfungsi sebagai sinyal di dalam diri manusia untuk bersikap waspadadalam

..

(59)

kesiapan diri seseorang dalam menghadapi suatu tantangan tertentu (Monty:

2001).

Para psikiatris tidak bisa menyangkal bahwa dunia ini berisi bahaya dan

hal-hal yang tidak menyenangkan, baik yang terlihat maupun tidak. (Dimyati,

1990). Hal tersebut dapat menimbulkan reaksi psikologis individu karena

memperkirakan adanya bahaya yang akan dialami, yang: biasa di sebut rasa

cemas atau kecemasan.

Kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan, ditandai dengan

istilah-istilah seperti kekhawatiran, keprihatinan, daan rasa takut, yang

kadang-kadang di alami dalam tingkat yang berbeda-beda (Rita Atkinson, 1996).

Segala bentuk situasi yang mengancam kesejahteraan organisme seperti

ancaman fisik, ancaman terhadap harga diri, dan tekanan untuk melakukan

sesuatu di luar kemampuan dapat menimbulkan kecemasan.

Lebih lanjut Rita Atkinson (1999) menjelaskan kecemasan merupakan salah

satu bagian dari respon yang penting dalam mempertahankan diri. Sejumlah

kecemasan tertentu merupakan bagian dari unsur peringatan yang tepat

dalam suatu keadaan yang berbahaya. Tingkat kecemasan seseorang

memberikan pergantian yang tepat dan tak tampak dalam suatu spektrum

kesadaran, mulai dari tidur-siaga-kecemasan-ketakutan, demikian

berulang-• ,J

(60)

atau terlalu berlebihan sehingga terjadilah suatu penyakit kecemasan. Jika

kecemasan terjadi bukan pada saat yang tepat atau sangat hebat dan

berlangsung lama sehingga mengganggu aktivitas kehidupan yang normal,

maka hal ini sudah merupakan suatu penyakit.

Di dalam kamus lengkap psikologi menyatakan bahwa kecemasan

merupakan perasaan campuran yang berisikan ketakutan dan keprihatinan

mengenai masa-masa mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan

tersebut. Kecemasan juga dapat diartikan rasa takut atau kekhawatiran

kronis pada tingkat yang ringan; kekhawatiran atau ketakutan yang kuat dan

meluap-luap; satu dorongan sekunder mencakup suatu reaksi penghindaran

yang dipelajari. (J.P. Chaplin, 2001).

Hurlock (1996) mendefinisikan kecemasan sebagai keadaan mental yang

tidak enak berkenaan dengan rasa sakit yang mengancam, yang ditandai

dengan perasaan khawatir, ketidakenakan, dan perasaan tidak

menyenangkan yang tidak mampu untuk dihindari oleh ウゥセウ・ッイ。ョァN@

Dari beberapa definisi di atas maka penulis memberikan satu kesimpulan

bahwa kecemasan merupakan suatu keadaan mental manusia baik perasaan

kuatir, cemas, gelisah dan takut yang muncul secara bernamaan, yang

biasanya diikuti dengan naiknya rangsangan pada tubuh seperti jantung

(61)

dan "ketakutan" terhadap sesuatu yang akan segera terjadi, banyak hal yang

harus d

Gambar

Gambaran Umum Subjek Penelitian ..... .. ....... ... . ....... .. .
Tabel 3.1 Blue Print Skala Persepsi tentang orientasi masa depan
Tabel 3.1 Blue Print Skala Persepsi tentang Orientasi Masa Depan Anak (try out)
Blue Tabel 3.2 Print Skala Kecemasan Orang Tua (try out)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah,

Permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini yaitu bagaimana pelaksanaan pengawasan terhadap Notaris dalam pembuatan akta otentik oleh Majelis Pengawas Daerah Notaris

Kecamatan Krui Selatan merupakan salah satu dari bagian wilayah Kabupaten Pesisir Barat yang mempunyai luas wilayahnya mencapai 3,625 Ha dan berpenduduk sebanyak 8,417 Jiwa dan

Usaha pembelaan dengan cara memindahkan sasaran dari arah serangan lawan dengan cara mengadakan kontak langsung dengan sasaran adalah.... Serangan lengan atau tangan

Diferensiasi dilakukan dengan menciptakan identitas merek yang berbeda dari pesaing melalui periklanan, pelayanan, dan produk yang ditawarkan. Diferensiasi

Daftar FPEB: 314/UN40.7.D1/LT/2014 Dari keempat faktor tersebut, faktor kedua yaitu kemampuan dana untuk membayar hutang pada sub sektor otomotif dan komponennya

Skripsi ini mempunyai tujuan untuk mengetahui sektor basis yang mendorong perekonomian Kabupaten Jember, arah dan kekuatan pergeseran yang terjadi di Kabupaten

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa informasi akuntansi yang berupa leverage dan Return On Equity (ROE) berpengaruh terhadap harga saham Initial Public Offering, sedangkan