• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi kepala sekolah Dasar Tentang Efektivitas Manajemen Berbasis Sekolah di Kecamatan Tanah Sareal Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi kepala sekolah Dasar Tentang Efektivitas Manajemen Berbasis Sekolah di Kecamatan Tanah Sareal Bogor"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

1

TENTANG EFEKTIFITAS

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta

Disusun oleh :

HUSNUL KHOTIMAH

103018227368

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

ABSTRAK

Husnul Khotimah, NIM : 103018227368, PERSEPSI KEPALA SEKOLAH

DASAR TENTANG EFEKTIVITAS MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR, skripsi program strata satu (SI)

Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta 2010.

Penelitian ini bertujuan mengetahui Persepsi Kepala Sekolah Dasar Tentang Efektivitas Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di Kecamatan Tanah Sareal Bogor. Metode yang digunakan adalah deskriptif analisis, dengan mengambil 20 orang kepala sekolah sebagai sampel penelitian. Sampel diambil dengan teknik acak sederhana (simple random sampling), bentuk instrumen yang digunakan adalah kuesioner/angket dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumus persentase.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Persepsi Kepala Sekolah Dasar Tentang Efektivitas Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di Kecamatan Tanah Sareal Bogor sudah berjalan efektif. Hal ini terbukti dari lima indikator, empat indikator berkategori sangat efektif. Adapun yang berkategori efektif, yaitu pemanfaatan sumber dana yang meliputi penyediaan bea siswa untuk siswa berprestasi, pembebanan biaya ekstrakurikuler kepada orang tua siswa, bea siswa dari lembaga sosial/orang tua asuh, partisipasi orang tua siswa dalam KPHB, pembebanan biaya pemeliharaan gedung sekolah, kepada orang tua siswa, penyusunan anggaran untuk mendukung rencana sekolah dan kreatifitas guru dalam mendisain program pendidikan.

(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah menggenggam setiap kejadian, penyempurna setiap kebahagiaan, tempatku bersandar dan bersyukur atas seluruh nikmat yang tanpa batas telah diberikan. Sholawat dan salam senantiasa menyelimuti Rasulullah SAW tercinta beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Skripsi yang berjudul “Persepsi Kepala Sekolah Dasar Tentang Efektifitas MBS di kecamatan Tanah Sareal Bogor ” ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata Satu Pendidikan (S.Pd). Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat motivasi, do’a dan bantuan dari banyak pihak sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Kependidikan Islam Program Studi Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Drs. H. Muarif Sam, M.Pd, pembimbing skripsi yang telah memberikan ilmu dan arahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Abdul Rozak, M.Si, dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan kritik dan saran.

5. Seluruh dosen dan Staff Jurusan Kependidikan Islam Program Studi Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan begitu banyak pengalaman dan ilmu pengetahuan kepada penulis.

6. Staff Perpustakaan Utama dan Fakultas Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Kepala Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Tanah Sareal Bogor, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut. 8. Drs. Cepi Saefulloh, M.Pd, Pengawas Dikdas Disdikpora Kota Bogor yang telah

Membantu penulis informasi sebagai bahan penelitian.

(5)

dan doa, Semoga Allah yang membalas semuanya. Buat keponakan Tante yang hebat K`khilda, Uda`Rafi, dan Nasywa. Kalian memberi senyum sempurna buat tante.

10.Temen-temen KI-MP angkatan 2003, buat sahabat-sahabatku Ade Faizatul Mutmainah, Himah Septania (Golin), Asih Sumiasih, Iis Umairoh, Chairunnisa, Siti Hasanah, Ikrimah, dan Azis Uban. Love you all and always miss you..

11.Seseorang yang Special di Hati yang selalu mengobarkan motivasi. Kebersamaan denganmu memberikan pengalaman-pengalaman yang baru bagiku. Terima kasih Allah telah memperkenalkannya padaku.

Penulis menyadari bahwa karya ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan sarannya. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi orang lain. Amin

(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... B. Identifikasi Masalah ... C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ... D. Manfaat Penelitian ...

BAB II KAJIAN TEORI

A. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

(7)

B. Efektivitas MBS

1. Pengertian Efektivitas... 2. Strategi Efektivitas MBS ... 3. Keterlibatan Masyarakat pada Efektivitas MBS ... 4. Sistem Pendidikan Nasional yang Diperlukan Masyarakat

Masa Depan ...

C. Persepsi Tentang Efektivitas MBS

1. Pengertian Persepsi ... 2. Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Persepsi ...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian ... B. Waktu dan Tempat Penelitian... C. Populasi dan Sampel ... D. Metodologi Penelitian ... E. Teknik Pengumpulan Data ... F. Instrumen Pengumpulan Data ... G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ...

BAB VI HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Pelaksanaan MBS ... B. Deskripsi Data ... C. Pembahasan Hasil Penelitian ...

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... B. Saran-saran ...

DAFTAR PUSTAKA ...

(8)

DAFTAR TABEL

Kisi-Kisi Angket ... 30

Kisi-Kisi Pedoman Wawancara ... 30

Menjalin Hubungan Baik dengan Guru dalam melaksanakan Program Sekolah ... 33

Penyelenggaraan Kegiatan Pendidikan dengan Baik... 34

Pelibatan Guru dalam Menyusun Program Kerja ... 34

Melalui Penerapan MBS Meningkatkan Mutu Pendidikan Sekolah ... 34

Tanggung JawabKepada Orang Tua, Masyarakat, dan Pemerintah ... 35

Keterbukaan Manajemen Meningkatkan Mutu Pendidikan ... 35

Menyarankan Guru agar Meningkatkan Program Pengajaran di Sekolah ... 35

Pelaksanaan Kepemimpinan Sekolah yang Demokratis ... 36

Pelaksanaan Kegiatan Musyawarah Setiap Ajaran Baru ... 36

Program Tahunan yang Telah Ditetapkan Sesuai Jadwal Pelaksanaan ... 37

Jadwal Pelaksanaan Program Tahunan Sekolah ... 37

Usulan dari Orang Tua SiswaTerhadap Penerapan Program Tahunan Sekolah ... 37

Penyusunan Organisasi Sekolah Melibatkan Unsur Masyarakat ... 38

HUMAS Mempunyai Wewenang dan Tanggung Jawab yang Berbeda ... 38

Pengadaan Kerjasama dengan Instansi Kesehatan ... 38

Mengundang Orang Tua Siswa Menghadiri Rapat ... 39

Pengadaan Bakti Sosial kepada Masyarakat Bersama Siswa ... 39

Antusiasme Masyarakat terhadap Program Hubungan Sekolah ... 39

Pelibatan Masyarakat dalam Pelaksanaan Kegiatan ... 40

Tanggung Jawab Kepala Sekolah Terhadap Pelaksanaan HUMAS... 40

Sikap Kepala Sekolah Terhadap Pengawasan Masyarakat ... 40

Pelibatan Guru dalam Pengambilan Keputusan ... 41

Optimalisasi Sumber Daya untuk Memajukan Sekolah ... 41

Kemampuan TU dalam Menunjang KBM ... 42

Upaya Peningkatan Kedisiplinan Guru dalam Mengajar ... 42

Tingkat Kedisiplinan Guru dalam Mengajar ... 42

(9)

Kreatifitas Guru dalam Mendisain Program Pendidikan ... 43

Penyediaan Bea Siswa untuk Siswa Berprestasi ... 43

Pembebanan Biaya Ekstrakurikuler kepada Orang Tua Siswa ... 44

Bea Siswa dari Lembaga Sosial/Orang Tua Asuh ... 44

Partisipasi Orang Tua Siswa dalam KPHB ... 44

Pembebanan Biaya Pemeliharaan Gedung Sekolah kepada Orang Tua Siswa ... 45

Penyusunan Anggaran untuk Mendukung Rencana Sekolah ... 45

Penyusunan Laporan Akhir Pertanggungjawaban Pengelolaan Anggaran Dana Operasional Sekolah pada Dewan Sekolah ... 45

Pengadaan Pelatihan dan Pengembangan Profesionalisme Guru ... 46

Penyediaan Media Pembelajaran Efektif ... 46

Pemenuhan Fasilitas yang Diperlukan oleh Guru dan Siswa ... 47

Mengarahkan Guru Untuk Memberikan Appersepsi ... 47

Kelengkapan Buku Wajib bagi Siswa... 47

Anjuran bagi Guru untuk Menggunakan Sumber lain ... 48

Penyediaan Layanan BK ... 48

Penyediaan Bimbingan Belajar ... 48

(10)
(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Saat ini pendidikan di Indonesia belum banyak mengalami perbaikan. Dengan demikian kelemahan proses dan hasil pendidikan dari sebuah jalur pendidikan akan mempengaruhi indeks keberhasilan pendidikan secara keseluruhan. Hal ini tergambar dengan prestasi pendidikan di Indonesia tertinggal jauh di bawah negara-negara Asia lainnya, seperti Singapura, Jepang, dan Malaysia. Bahkan jika dilihat dari indeks sumber daya manusia, yang salah satu indikatornya adalah sektor pendidikan, posisi Indonesia kian menurun dari tahun ke tahun, padahal Indonesia kini sudah menjadi bagian dari masyarakat dunia yang sudah tidak bisa dihindari. Indonesia kini menjadi bagian dari kompetisi masyarakat dunia. Jika tidak bisa menjadi pemenang, maka akan menjadi yang kalah serta tertinggal dari masyarakat lainnya. Oleh sebab itu, penyiapan sumber daya manusia yang berkualitas, kompetitif serta memiliki berbagai keunggulan komparatif menjadi sebuah keharusan yang mesti menjadi perhatian dalam sektor pendidikan.1

Indikator lain yang menunjukkan betapa rendahnya mutu pendidikan di Indonesia adalah masih rendahnya penghasilan per kapita masyarakat Indonesia, hal ini dapat dilihat dari data UNESCO tahun 2000 tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan dan penghasilan per kepala yang menunjukan bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun.

Akibat dari rendahnya mutu pendidikan, lulusan pendidikan di Indonesia kurang kompetetif serta kalah bersaing negara-negara berkembang lainnya. Hal ini sekaligus menunjukkan adanya kesenjangan kualitas pendidikan di Indonesia yang sangat memprihatinkan bila dibandingkan dengan jumlah sekolah di Indonesia yang sangat banyak. Indikator kesenjangan itu adalah: [1] Banyaknya sekolah . [2] Minimnya pestasi. [3] Lulusan pendidikan terutama di sekolah berbasis Islam

1

(12)

sangatlah rendah sehingga kalah kompetetif, baik dari level regional maupun nasional.

Kesenjangan yang serius itu sudah saatnya dibenahi dengan langkah menerapkan manejemen pendidikan yang baik dan manejemen pendidikan yang berdasarkan pada manajemen berbasis sekolah adalah upaya yang tepat untuk mengatasi persoalan mutu pendidikan yang rendah itu, karena pada dasarnya manajemen berbasis sekolah merupakan upaya sistematis yang menyangkut efisiensi dan efektifitas dalam pemanfaatan serta pengelolaan sumber daya pendidikan agar menghasilkan mutu pendidikan yang baik dan unggul.

Kemajuan suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh pendidikan, karena itu sudah sepantasnya pemerintah lebih memperhatikan peningkatan kualitas pendidikan. Kompleksitas permasalahan pendidikan di Indonesia sangat banyak dan hal tersebut telah di identifikasi secara rinci oleh Bank Dunia baik dari aspek sistem yang menyangkut keuangan, ketenangan, kurikulum, sarana dan prasarana serta tinggkat partisipasi masyarakat yang masih rendah yang akan mempengaruhi efektifitas manajemen berbasis sekolah.

Kualitas suatu pendidikan sangat dipengaruhi oleh sistem manajemen yang diterapkan. Dalam manajemen pendidikan dikenal dengan dua mekanisme pengaturan yaitu system sentralisasi dan sistem desentralisasi. Pendidikan yang selama ini dikelola secara terpusat (sentralisasi) harus diubah untuk mengikuti irama yang sedang berkembang. Otonomi daerah sebagai kebijakan politik di tingkat makro akan memberi impas terhadap otonomi sekolah sebagai subsistem pendidikan nasional. Maka sudah sepantasnya pengelolaan pendidikan diserahkan sepenuhnya di tingkat sekolah, dengan mempertimbangkan aspirasi masyarakat dan pemberdayaan potensi lokal. Modal pengelolaan tersebut dikenal dengan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) atau School Based Managemen (SBM).

(13)

dibuat oleh mereka yang berada di garis depan (Line Staf) yang bertanggung jawab secara langsung terhadap pelaksanaan kebijaksanaan pendidikan.

Manajemen berbasis sekolah merupakan bentuk operasional dari sistem desentralisasi yang di harapkan dengan sistem tersebut akan membuka peluang pada masyarakat untuk berpartisipasi dalam dunia pendidikan dan meningkatkan kualitas pendidikan serta pemberdayaan potensi lokal.

Kemudian semakin tingginya kehidupan sosial masyarakat sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, telah semakin meningkatkan tuntutan kebutuhan kehidupan sosial masyarakat. Pada akhirnya tuntutan tersebut bermuara kepada pendidikan, karena masyarakat menyakini bahwa pendidikan mampu menjawab dan mengantisipasi berbagai tantangan tersebut. Pendidikan merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh sekolah sebagai institusi tempat masyarakat berharap tentang kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang. Sesuai dengan tuntutan tersebut perlu adanya suatu upaya penting yang harus dilakukan dalam peningkatan kualitas pendidikan, adalah dengan pemberdayaan sekolah melalui manajemen berbasis sekolah.2

Pilihan ini didasari atas asumsi bahwa model School Based Management memiliki karakteristik system pengelolaan sekolah sebagai lembaga yang memiliki kewenangan otonomi dalam memenuhi kebutuhan siswanya dengan dukungan stakeholders pendidikan di sekolah yang bersangkutan. Selain itu dalam Undang-undang N0.25 Tahun 2000 tentang program pembangunan Nasional menyebutkan bahwa salah satu tujuan pembinaan sekolah, mulai dari pra sekolah sampai dengan sekolah menengah adalah terselenggaranya manajemen yang berbasis sekolah dan masyarakat (School Community Based Education).

Dalam implementasinya, Manajemen berbasis Sekolah memerlukan pedoman-pedoman sebagai pendukung keberhasilannya, atau dapat juga sebagai perangkat implementasi MBS. Perangkat tersebut antara lain kesiapan SDM yang terkait dengan pelaksanaan MBS, kategori sekolah dan daerah, peraturan/kebijakan,rencana

2

(14)

sekolah, rencana pembiayaan, monitoring dan evaluasi internal, monitoring dan evaluasi eksternal, serta laporan akhir.

Melalui perangkat MBS inilah konsep-konsep MBS dapat diimplementasikan. Namun perangkat ini tidak akan dapat berjalan dan berfungsi dengan baik tanpa adanya dukungan dari komponen sekolah. Komponen sekolah ini terdiri dari kurikulum dan program pengajaran, tenaga pendidikan, kesiswaan, keuangan, sarana dan prasarana pendidikan, pengelolaan husemas (hubungan sekolah dan masyarakat) serta manajemen pelayanan khusus lembaga pendidikan.

Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi kabupaten Bogor khususnya di kecamatan Tanah Sareal adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, misalnya pengembangan kurikulum nasional dan lokal, peningkatan kompetensi guru melalui pelatihan, pengadaan buku dan alat pelajaran, pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, dan peningkatan mutu manajeman sekolah. Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang berarti. Sebagian sekolah, terutama di kota-kota, menunjukkan peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan, namun sebagaian lainnya masih memprihatinkan.

Selain itu faktor yang menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami peningkatan. Pertama, sekolah difungsikan sebagai pusat produksi dimana apabila input pendidikan seperti pelatihan guru, pengadaan buku dan alat serta perbaikan sarana pendidikan lainnya dipenuhi, maka dengan sendirinya mutu pendidikan akan meningkat, ternyata anggapan ini tidak benar, di sebagaian besar sekolah mutu pendidikan yang diharapkan tidak terjadi walaupun input pendidikan telah dipenuhi selama bertahun-tahun.

Kedua, penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara sentralistik, sehingga sekolah-sekolah sangat tergantung pada keputusan birokrasi yang baku, mempunyai jalur yang sangat panjang dan terkadang kebijaksanaan tidak sesuai dengan kondisi sekolah setempat.

Ketiga, peranserta masyarakat, khususnya orang tua dalam membantu

(15)

ini pada umumnya lebih banyak bersifat dukungan dana, bukan dalam proses pendidikan (pengambilan keputusan, monitoring, pengawasan dan akuntabilitas).3 Akibatnya, sekolah tidak mempunyai beban untuk mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan pendidikan kepada orang tua sebagai pihak yang dilayani dan berkepentingan dengan pendidikan.

Sebagai sebuah model pengelolaan pendidikan yang masih dianggap baru, MBS mulai diterapkan diberbagai lembaga pendidikan, walaupun hasilnya belum sepenuhnya dapat diukur. Di sekolah-sekolah di Kecamatan Tanah Sareal, MBS juga nampak sudah diterapkan, walaupun belum efektifitas secara keseluruhan. Namun demikian, sekolah-sekolah tersebut sudah mampu mengambil keputusan yang sesuai dengan kebutuhan, kemampuan dan kondisi sekolah, program sekolah disusun dan dilaksanakan dengan mengutamakan kepentingan proses belajar mengajar, dan adanya keterbukaan dalam pengelolaan pendidikan sekolah, baik menyangkut program, anggaran, ketenagaan dan prestasi. Namun belum adanya keterlibatan semua unsur terkait dalam perencanaan program sekolah, pelaksanan sampai dengan evaluasi (kepala sekolah, guru, BP3, tokoh masyarakat dan lain-lain).4

Manajemen Berbasis Sekolah adalah suatu usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Sistem ini muncul hasil adopsi dari negara-negara maju setelah melihat perkembangan pendidikan di kita jauh ketinggalan. Sekalipun sistem tidak memberikan jaminan pasti, namun perlu kita sikapi bahwa hal ini merupakan terobosan yang perlu diterapkan di sekolah-sekolah. Apalagi sistem yang diterapkan di Indonesia selama ini cenderung monoton dan secara umum tidak memperlihatkan perkembangan.

Melihat kenyataan tersebut, tentu saja perlu dilakukan upaya perbaikan-perbaikan, salah satunya adalah melakukan reorientasi penyelenggaraan pendidikan,

3

Wawan Kusmawan, ”Manajeman Madrasah Aliyah Menyongsong Masa Depan”, dalam Media Pembinaan, No. 2/XXX, Mei 2003, h. 5

4

(16)

sehingga kepala sekolah yang mempunyai peran yang sangat sentral dalam pengelolaan pendidikan tidak terkesan hanya ikut-ikutan peraturan atau kebijakan pemerintah saja.

Berdasarkan penjabaran yang telah diuraikan diatas, peneliti menganggap penting untuk melakukan kajian dan mengetahui lebih jauh hal tersebut melalui penelitian yang berjudul ”Persepsi Kepala Sekolah Dasar di Kecamatan Tanah Sareal tentang Efektifitas Manajemen Berbasis Sekolah”.

B. Identifikasi Masalah

MBS adalah program yang masih baru di Indonesia, tentu saja ketika dilaksanakan pasti ada problemnya, untuk itu penulis dapat mengidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:

1. Sumber daya manusianya belum siap dalam pelaksanaan MBS

2. Minimnya sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan MBS 3. Pengetahuan tentang MBS masih kurang, baik oleh kepala sekolah maupun

komponen-komponen sekolah yang lain.

4. Masih belum efektifnya pelaksanaan MBS di sekolah-sekolah. 5. Kultur manajemen yang masih kaku

6. Partisipasi masyarakat yang masih kurang.

7. Resistensi (penolakan) sebagaian masyarakat terhadap penerapan MBS

C. Pembatasan Masalah

Untuk lebih efektif dalam mengkaji permasalahan dalam pengelolaan sekolah dan mengingat keterbatasan waktu, tenaga, biaya, dan kemampuan maka dalam penelitian ini, peniliti memfokuskan pada masalah “Persepsi Kepala Sekolah Dasar tentang Efektifitas MBS”

(17)

kebutuhan sekolah dan menjamin adanya keberagaman dalam pengelolaan sekolah, sehingga memiliki otonomi luas dalam mengelola sumber dayanya dengan melibatkan partisipasi masyarakat serta tidak mengabaikan kebijakan pendidikan nasional. Untuk dapat mengetahui persepsi kepala sekolah tentang efektifitas MBS dapat diukur dengan penilaian kepala sekolah mengenai pelaksanaaan semua tugas pokok sekolah, jalinan partisipasi masyarakat, serta memanfaatkan sumber daya, sumber dana, dan sumber belajar untuk mewujudkan tujuan sekolah.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka peniliti merumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan MBS pada Sekolah Dasar di Kec. Tanah Sareal Bogor?

2. Bagaimana persepsi Kepala Sekolah Dasar di Kec. Tanah Sareal dalam pelaksanaan MBS?

3.Bagaimana Efektivitas MBS yang telah dilaksanakan Kepala Sekolah Dasar di Kec. Tanah Sareal Bogor?

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Peneliti diharapkan dapat memperluas wawasan dalam pengkajian tentang persepsi mengenai efektifitas MBS.

2. Bagi kepala sekolah diharapkan dapat meningkatkan keleluasaan dalam pengambilan keputusan tentang pengelolaan sumber daya, kurikulum, dan peningkatan profesionalisme guru.

(18)
(19)
(20)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

1. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

School Based Management (SBM) sudah lama dipakai terutama di negara-negara Eropa dan Amerika Serikat dan negara-negara-negara-negara lainnya, seperti: di Inggris disebut Local Management Of Schools, di Australia (Victiria) The School Of The Future, di Amerika Serikat Charter School, atau Site Based Management dan School-Based Leadership dan di Hongkong disebut School Management Intiative.

Sedangkan pengertian tentang SBM pada umumnya cukup beragam, namun secara umum pengertian SBM disini dapat disimpulkan yaitu: keseimbangan kekuasaan dan wewenang (Power&Authorities) antara sekolah, pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Propinsi, Pemerintah Pusat dan masyarakat di dalam pengelolaan pendidikan yang bermutu.5

School Based Management (SBM) atau Manajemen Berbasis Sekolah ini diadopsi dan diangkat sebagai sebuah substitusi terhadap pola pengambilan berbagai kebijakan pengembangan sekolah, dari mulai kurikulum, strategi, evaluasi serta berbagai sarana pembelajaran lainnya, yang semua lebih banyak digagas oleh sekolah bersama dengan stakeholder (pihak yang berkepentingan) dan bahkan user-nya (siswa). Oleh karena itu pihak sekolah harus benar-benar memahami tentang konsep MBS tersebut.

Dede Rosyada, mengutip pendapat Etheridge, menyatakan bahwa manajemen berbasis sekolah adalah sebuah proses formal yang melibatkan kepala sekolah, guru, orang tua siswa, siswa, dan masyarakat yang berada dekat dengan sekolah, dalam proses pengambilan berbagai keputusan.6

Nanang Fattah mendefinisikan manajemen berbasis sekolah adalah suatu pendekatan yang bertujuan untuk merancang kembali pengelolaan sekolah dengan memberikan kekuasaan kepada kepala sekolah dan meningkatkan partisipasi

5

Hikmat RJ Suganjar, “School Based Management (SBM): Format Madrasah Masa Depan dan Masa Depan Madrasah”, dalam Media Pembinaan,Bandung, Mei 2003, hlm. 7.

6

(21)

masyarakat dalam upaya perbaikan kinerja sekolah yang mencakup guru, kepala sekolah, orang tua siswa, dan masyarakat.7

Dari dua pengertian di atas, Dede Rosyada menyatakan MBS adalah sebuah proses formal yang melibatkan komponen-komponen sekolah. Sedangkan Nanang Fattah menyatakan bahwa MBS merupakan pendekatan baru dan lebih kepada tata akademiknya.

Berbeda dari dua pendapat di atas, Umaedi berpendapat bahwa manajemen berbasis sekolah (School-Based Management) adalah sesuatu yang relatif, keseimbangan kekuasaan dan kewenangan (power&authorities ) antar sekolah, pemerintah Kabupaten/Kota. Pemerintah Propinsi, pemerintah Pusat dan masyarakat di dalam pengelolaan pendidikan yang bermutu.8

Mulyasa mendefinisikan manajemen berbasis sekolah merupakan paradigma baru manajemen pendidikan, yang memberikan otonomi luas pada sekolah, dan perlibatan masyarakat dalam kerangka kebijakan pendidikan Nasional.9

Sedangkan Depdiknas yang dikutip Ibtisam Abu-Duhou merumuskan pengertian MBS sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan secara langsung warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan, orang tua dan masyarakat) untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional.10

Disimpulkan bahwa dengan otonomi yang lebih besar, maka sekolah memiliki kewenangan yang lebih besar dalam mengelola sekolahnya, sehingga sekolah lebih mandiri dengan memberikan kekuasaan kepada kepala sekolah dengan melibatkan masyarakat dalam upaya mencapai tujuan pendidikan.

7

Nanang Fattah, Mohammad Ali, Materi pokok Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), (Jakarta: Universitas Terbuka, 2004), Cet. ke-3, h.1.3

8

Umaedi, ”Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) : Pengelolaan Pendidikan Dalam Era Masarakat Berubah”, Departemen Agama, Dirjen Kelembagaan Agama Islam, Direktorat Madrasah dengan Pendidikan Agama di Sekolah Umum, (Jakarta:2002), h. 9

9

E.Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. IV, h.33

10

(22)

2. Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam memahami konsep MBS adalah: a) Pengkajian konsep MBS terutama yang menyangkut kekuatan desentralisasi,

kekuasaan atau wewenang di tingkat sekolah. Dalam sistem keputusan, hal ini dikaitkan dengan program dan kemampuannya dalam peningkatan kinerja sekolah.

b) Penelitian tentang program MBS berkenaan dengan desentralisasi kekuasaan dan program peningkatan partisipasi local stakeholder. Pendelegasian otoritas pengambilan keputusan dalam kaitannya dengan pemberdayaan sekolah, perlu dihubungkan dengan efektifitas program.

c) Strategi MBS harus lebih menekankan kepada elemen manajemen partisipatif. Pengalaman dalam implementasi strategi MBS yang menekankan pada kekuasaan daripada kemampuan profesional (pengetahuan dan keahlian) menyebabkan kegagalan dalan menerapkan konsep MBS. Menurut Nanang, aspek kemampuan, informasi dan imbalan yang memadai merupakan elemen-elemen yang sangat menentukan efektifitas program MBS dalam meningkatkan kinerja sekolah.11

3. Komponen Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Tujuan Program MBS adalah peningkatan mutu pembelajaran. Program ini terdiri atas tiga komponen, yaitu:

 Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

 Peran Serta Masyarakat (PSM), dan

 Peningkatan Mutu Kegiatan Belajar Mengajar melalui Penginkatan Mutu Pembelajaran yang disebut Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) di SD-MI, dan Pembelajaran Kontekstual di SLTP-MTs.

11

(23)

4.Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Sebagai salah satu konsep dan paradigma baru pendidikan di era otonomi, MBS berupaya terwujudnya sistem pendidikan yang memberdayakan, demokratisasi yang berorientasi pada kemandirian, kebebasan dan tanggung jawab sekolah. Dari sinilah tujuan utama MBS diperoleh yaitu untuk membuat sekolah lebih independen dan terus menerus meningkatkan kinerja sekolah terutama peningkatan out put pendidikan melalui proses belajar mengajar yang bermutu.

Hal ini senada dengan ungkapan E. Mulyasa bahwa tujuan utama MBS adalah: a.Meningkatkan efisiensi

b. mutu

c.pemerataan pendidikan

Peningkatan efisiensi diperoleh melalui keleluasaan mengelola sumber daya, partisipasi masyarakat dan penyederhanaan birokrasi. Peningkatan mutu didapat melalui partisipasi orang tua terhadap sekolah, fleksibilitas pengelolaan sekolah dan kelas, peningkatan profesionalisme guru dan kepala sekolah, berlakunya sistem insentif dan disentif. Sedangkan peningkatan pemerataan melalui peningkatan partisipasi masyarakat yang memungkinkan pemerintah lebih berkonsentrasi pada kelompok tertentu.12

12

(24)

5. Manfaat Manajeman Berbasis Sekolah (MBS)

Dengan adanya otonomi, sekolah dapat mengelola sumber daya yang dimilikinya dengan pengembangan dan implementasi MBS sesuai dengan cultur, kondisi, dan kebutuhan sekolah juga masyarakat setempat.

Keleluasaan dalam mengelola sumber daya yang dimaksud memberikan nilai-nilai positif bagi pengembangan pendidikan masa depan dan meningkatkan mutu pendidikan secara makro. Nilai positif MBS banyak dirasakan oleh stakeholder pendidikan seperti, birokrasi, kepala sekolah, guru, masyarakat, dan pelaksanaan sistem.

Bagi guru dan masyarakat, nilai positif yang didapat seperti guru merasa dihargai, sehingga tingkat kepuasan kerja dan motivasinya meningkatkan masyarakat merasa puas, karena aspirasinya terakomodasi sehinga dukunganya lebih besar.

Sedangkan manfaat yang diperoleh oleh sekolah dan pelaksana sistem seperti, kepala sekolah diberi kesempatan yang baik untuk menunjukkan kepemimpinannnya, kedudukan kepala sekolah stabil, karena adanya dukungan dari berbagai pihak dan organisasi penyelenggara pendidikan lebih efektif dan efisien.

Manfaat MBS dimunculkan karena adanya alasan-alasan MBS harus diimplementasikan dan dikembangkan. Ametembun secara ringkas menyebut keunggulan-keunggulan MBS, sebagai berikut:

a) Program-program bagi peserta didik lebih baik

b) Pemanfaatan sumber-sumber daya manusia secara penuh c) Kualitas keputusan-keputusan meningkat

d) Meningkatkan loyalitas dan komitmen staf e) Mengembangkan keterampilan-keterampilan staf f) Tujuan-tujuan organisasi jelas

g) Meningkatkan ”morale” staf

h) Merangsang kreatifitas dan inovasi staf i) Memperbesar konfidensi masyarakat j) Menambah akuntabilitas finansial, dan k) Restrukturisasi.13

Departemen Agama melalui Dirjen Kelembagaan Agama Islam, menjelaskan manfaat MBS bagi madrasah/sekolah, yaitu:

13

(25)

a) Madrasah dapat mengoptimalkan sumber-sumber daya yang tersedia untuk memajukan madrasah, agar bisa mengetahui peta kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang mungkin dihadapi.

b) Madrasah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input dan out put pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik. c) Pengambilan keputusan partisipatif yang dilakukan dapat memenuhi kebutuhan madrasah, karena madrasah lebih mengetahui apa yang terbaik bagi madrasahnya.

d) Penggunaan sumber daya pendidikan lebih efisien dan efektif apabila masyarakat turut serta mengawasinya.

e) Keterlibatan warga madrasah dalam pengambilan keputusan menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat.

f) Madrasah bertanggungjawab terhadap mutu pendidikan di madrasahnya kepada pemerintah, orang tua, peserta didik dan masyarakat.

g) Madrasah dapat bersaing dengan sehat untuk meningkatkan mutu pendidikan.14

6. Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

MBS memiliki karakteristik yang mesti dipahami oleh penyelenggara pendidikan pada era desentralisasi ini. Oleh karena itu, untuk menerapkan MBS sekolah perlu memiliki sejumlah karakteristik dari MBS tersebut agar sekolah lebih efektif.

Karakteristik MBS bisa diketahui antara lain dari bagaimana sekolah dapat mengoptimalkan kinerja organisasi sekolah, proses belajar mengajar, pengelolaan sumber daya dan administrasi.15

Untuk lebih jelasnya karakteristik MBS dapat diketahui melalui uraian pendekatan sistem yaitu, (input), proses maupun hasil (output) pendidikan.

a. Masukan Pendidikan

14

Departemen Agama, Dirjen Kelembagaan Agama Islam, Direktorat Madrasah dengan Pendidikan Agama di Sekolah Umum, Manajemen Berbasis Sekolah Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan Pada Madrasah (Jakarta:2002), h. 6

15

(26)

Masukan pendidikan adalah segala sesuatu yang diperlukan oleh sistem sekolah untuk menghasilkan keluaran yang diharapkan. Masukan yang dimaksud dalam implementasi MBS adalah:

1) Kebijakan, tujuan dan sasaran program jelas 2) Sumber daya tersedia dan siap

3) Staf yang kompeten dan berdedikasi tinggi 4) Memiliki harapan prestasi yang tinggi 5) Fokus pada pelanggan

6) Manajemen b. Proses Pendidikan

Proses pendidikan adalah suatu kegiatan yang dilakukan sekolah, termasuk segala proses yang terjadi di sekolah dalam rangka mengubah masukan untuk menghasilkan keluaran.16

c. Hasil Pendidikan

Hasil pendidikan yang diharapkan adalah prestasi sekolah yang dihasilkan oleh proses pembelajaran dan manajemen sekolah.

Pada dasarnya, hasil pendidikan diklasifikasikan menjadi dua, yaitu hasil berupa prestasi akademik dan non-akademik. Hasil berupa prestasi akademik misalnya, Nilai Ebtanas Murni (NEM), lomba karya ilmiah remaja, lomba kinerja siswa, lomba matematika/fisika dan lainnya. Hasil prestasi non-akademik, misalnya kesenian olah raga, kejuruan, kerja sama yang baik, rasa kasih sayang yang tinggi terhadap sesama, solidaritas yang tinggi, toleransi, kedisiplinan, dan kerajinan.

7. Prinsip Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Agar sukses, para pengelola patut mempedulikan prinsip-prinsip MBS, sebagai berikut:

a) MBS berpendirian bahwa dalam lingkungan organisasi-organisasi yang demokratik, power (kekuasan, kewenangan) perlu dibagi-bagikan secara arif, karena menghargai abilitas dan motif-motif rekan sejawat dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi.

16

(27)

b) Implementasi MBS secara sukses menghendaki pemahaman dan penerimaan semua pihak, bahwasanya missi persekolahan yang esensial – yaitu the intructions of students – terjadi di kelas, dan bahwa semua aktifitas Kandep Diknas/Kanwil Depdiknas hanyalah sebagai penunjang pendidikan/pengajaran/pembelajaran bagi peserta didik.

c) Dalam lingkungan MBS tenaga-tenaga personil sekolah tidak disupervisi sebagai bawahan, tetapi sebagai sejawat yang bekerja bersama.

d) Akuntabilitas tercapai melalui proses perumusan tujuan-tujuan dengan kebebasan maksimum. Pemecahan masalah-masalah tercapai melalui kerja kelompok dan evaluasi terfokus pada program-program, bukan pada individu-individu.

e) Perbedaan dan ketidaksepakatan pendapat diperkenankan dan dihargai sebagai kesempatan-kesempatan belajar.

f) Kesuksesan MBS tetap memelihara relasi-relasi insani yang positif, dan menghendaki anggota-anggota staf (baca: guru-guru) lebih berorientasi kepada organisasi/institusi sekolah sebagai suatu keseluruhan.17

8. Implementasi Manajeman Berbasis Sekolah (MBS)

Dalam mengimplementasikan MBS di tingkat sekolah para pelaksana pendidikan perlu mengetahui dan memahami prosedur dan mekanisme MBS, strategi sukses MBS, langkah-langkah dan implementasi tantangannya.

Oleh karena itu, ada beberapa tahapan untuk mengimplementasikan model MBS dalam manajeman sekolah. Tahapan tersebut secara jelas berkaitan dengan aspek perumusan tujuan dan sasaran, pembuatan kebijakan, perencanaan kurikulum, penetapan sumber daya, implementasi dan evaluasi serta pengkajian ulang.18

Untuk mengimplementasikan MBS secara efektif dan efisien, semua komponen sekolah harus meningkatkan kinerja dan profesionalisme kerja dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Hal ini sangat diperlukan karena untuk

17

Ametembun, h. 13

18

(28)

mencapai tujuan pendidikan, output yang diperoleh dari proses pendidikan harus memiliki kompetensi sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Dan itu tidak terlepas dari peranan sekolah, seperti, kepala sekolah, guru, staf dan orang tua.

Dalam kaitan ini Ametembun merinci apa yang harus dilakukan penyelenggara pendidikan dalam pelaksanaan konsep MBS secara sistematik.

a) Menyusun organisasi b) Perumusan tujuan c) Penyusunan anggaran d) Alokasi Personil

e) Pengembangan kurikulum f) Penyebaran informasi g) Pembuatan keputusan19

Dari pemikiran tokoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa implementasi MBS akan berhasil apabila pelaksanaan MBS menerapkan strategi-strategi seperti:

1. Sekolah harus memiliki otonom yang menyangkut empat hal, yaitu kekuasaan dan wewenang, pengembangan pengetahuan yang berkesinambungan, akses informasi kesegala bagian dan pemberian penghargaan kepada setiap orang yang berhasil.

2. Peran serta masyarakat secara aktif dalam hal pembiayaan, proses pengambilan keputusan terhadap kurikulum dan instruksional serta non instruksional

3. Kepemimpinan kepala sekolah yang mampu menggerakan dan mendayagunakan setiap sumber daya secara efektif.

4. Proses pengambilan keputusan yang demokratis dalam kinerja dewan sekolah yang aktif

5. Semua pihak harus memahami peran dan tanggung jawabnya secara sungguh-sungguh

6. Adanya pedoman dari departemen terkait dalam hal ini Depdiknas. 7. Adanya transparansi dan akuntabilitas

8. Peningkatan kinerja sekolah dalam kaitan ini output pendidikan yang berkualitas

19

(29)

9. Sosialisasi konsep MBS melalui uji coba, seminar, work shop dan lain sebagainya.

Dalam implementasi MBS akan sangat dipengaruhi oleh beberapa factor yang sifatnya internal dilingkungan sekolah, ataupun faktor eksternal diluar sekolah. Secara umum beberapa pendukung keberhasilan MBS tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kepemimpinan dan manajemen sekolah yang profesional

MBS akan berhasil jika ditopang oleh kemampuan profesional kepala sekolah dalam memimpim dan mengelola sekolah secara efektif dan efisien, serta mampu menciptakan iklim organisasi di sekolah yang kondusifuntuk proses belajar dan mengajar.

2. Kondisi sosial, ekonomi, dan apresiasi masyarakat terhadap pendidikan

Faktor eksternal yang turut menentukan keberhasilan MBS adalah kondisi tingkat pendidikan orang tua siswa dan masyarakat. Kemapuan dalam membiayai pendidikan, serta tingkat apresiasi dalam dorongan anak untuk terus belajar. 3. Dukungan pemerintah

Faktor ini sangat menentukan efektefitas implementasi MBS terutama bagi sekolah yang kemampuan orang tua/masyarakatnya relatif belum siap memberikan kontribusi terhadap penyelenggaraan pendidikan. Alokasi dana pemerintah dan pemberian wewenang dalam pengelolaan sekolah kepada sekolah menjadi penentu dalam keberhasilan.

4. Profesionalisme

Faktor ini sangat strategis dalam upaya menentukan mutu dan kinerja sekolah. Tanpa profesionalisme kepala sekolah, guru, pengawas, dan tenaga pendidikan yang lain akan sulit dicapai PBM yang bermutu serta prestasi siswa.20

Selain merumuskan langkah-langkah di atas, implementasi MBS sedikitnya mempunyai tiga tantangan yang akan dihadapi sekolah. Pertama, kemampuan sekolah untuk melaksanakannya (Capacity building), Kedua, keterbukaan

20

(30)

manajemen (Tranparancy), Ketiga, tanggung jawab kegiatan dan hasil pendidikan (Accountability).21

Jadi, dalam implementasi MBS perlu memperhatikan prinsip dan karakteristik, tujuan, dan manfaat yang dimiliki MBS agar tujuan yang ingin dicapai sekolah dalam mengimplementasikannya dapat tercapai secara maksimal. Karena semua komponen yang ada dalam MBS merupakan saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Maka pelaksanaan MBS harus dilaksanakan sesuai dengan aturan yang telah dibuat.

9. Analisis Perlunya Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Peningkatan mutu pendidikan merupakan sasaran pembangunan bidang pendidikan nasional dan merupakan bagian integral dari upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia secara kaffah. Pemerintah, dalam hal ini Menteri Pendidikan Nasional telah merancangkan ”Gerakan Peningkatan Mutu Pendidikan” pada tanggal 2 Mei 2002. dan lebih terfokus lagi, setelah diamanatkan dalam Undang-Undang Sisdiknas (2003) bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk ”mencerdaskan kehidupan bangsa”.

Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa menjadi tanggung jawab pendidikan, terutama dalam mempersiapkan peserta didik menjadi subjek yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, tangguh, kreatif, demokratis, dan profesional pada bidangnya masing-masing. Kompetensi tersebut diperlukan, terutama untuk era kesejagatan, khususnya globalisasi pasar bebas. Menyadari hal tersebut pemerintah telah melakukan penyempurnaan sistem pendidikan. Untuk kepentingan tersebut diperlukan paradigma baru dalam manajeman pendidikan. Dalam hal ini, berbagai pihak menganalisis dan melihat perlu adanya diterapkan manajeman berbasis sekolah.

21

(31)

B. Efektifitas Manajeman Berbasis Sekolah (MBS)

1. Pengertian Efektifitas

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata efektifitas berasal dari bahasa Inggris, yaitu effective yang bermakna ”1) ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya), 2) manjur atau mujarab (tentang obat), 3) dapat membawa hasil, berhasil guna (tentang usaha atau tindakan).”22

Menurut Lipham dan Hoel (1987) yang dikutip E. Mulyasa meninjau efektifitas suatu kegiatan dari faktor pencapaian tujuan, yang memandang bahwa ”efektifitas berhubungan dengan pencapain tujuan bersama bukan pencapaian tujuan pribadi. Suatu organisasi dan lembaga, termasuk sekolah dikatakan efektif jika tujuan bersama dapat dicapai, dan belum bisa dikatakan efektif meskipun tujan individu yang ada didalamnya dapat dipenuhi”.23

Sementara itu, T. Hani Handoko berpendapat bahwa ”efektifitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan”.24 Dengan kata lain, seorang manajer efektif dapat memilih pekerjaan yang harus dilakukan atau metoda (cara) yang tepat untuk mencapai tujuan.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat dikemukakan bahwa efektifitas berkaitan dengan terlaksananya tugas pokok, tercapainya tujuan, ketepatan waktu, dan adanya partisipasi aktif dari anggota. Dengan demikian, efektifitas manajeman berbasis sekolah (MBS) berarti bagaimana manajeman berbasis sekolah berhasil melaksanakan semua tugas pokok sekolah, menjalin partisipasi masyarakat, mendapatkan serta memanfaatkan sumber daya, sumber dana, sumber belajar untuk mewujudkan tujuan sekolah.

22

Tim Penyusun kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Cet. II, h. 284.

23

E.Mulyasa, , Manajemen Berbasis Sekolah:Konsep, Strategi dan Implementasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 83

24

(32)

2. Strategi Efektifitas manajeman Berbasis Sekolah (MBS)

Apa yang membuat implementasi sekarang menjadi efektif? Dasarnya adalah - Manajemen implementasi yang bagus. Seperti semua inisiatif yang lain, manajemen yang bagus adalah kunci untuk implementasi yang afektif. Bila perubahan sistemik dilaksanakan tanpa perubahan kebudayaan organisasi, implementasinya sering gagal dan kembali ke keadaan sebelumnya, seperti kita sudah melihat dulu setelah kepala sekolah yang mendorong prosesnya dipindahkan kesekolah yang lain.

Untuk implementasi yang bagus semua stakeholder harus sangat mengerti peran mereka masing-masing. Sesuai dengan etos MBS peran mereka tidak dapat dipastikan dari awal secara hitam di atas putih, mereka perlu, secara proses terbuka, mendiskusikan dan menukar pikiran supaya peran mereka yang paling mendukung guru di lapangan dan proses belajar-mengajar secara maksimal dapat ditentukan. Di dalam program baru, tidak ada peserta (stakeholder) yang dianggap superior, semua stakeholder walau mereka adalah Dewan Pendidikan, guru baru, atau orang tua yang petani, membawa input (pengalaman) dan kebutuhan mereka ke meja diskusi untuk mencari jalan terbaik untuk membantu stakeholder yang lain maupun keperluan mereka sendiri. Sekarang, yang juga sangat mendukung prosesnya adalah kita sekalian mengimplementasikan PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif dan Menyenangkan)

Bila proses-proses di atas sudah diikuti dengan baik, dan berjalan secara efektif kita seharusnya dapat melihat situasi pengajaran dan pelajaran yang lebih baik, tetapi bila kita tidak mulai menghadapi hal cara siswa kita belajar, dan apa yang mereka pelajari keuntungan mungkin tidak dapat dilihat dari hasil karya mereka (outcomes).

(33)

dengan mengembangkan sikap kepedulian, semangat belajar, disiplin kerja, keteladanan dan hubungan manusiawi sebagai modal perwujudan iklim kerja yang kondusif.25

3. Keterlibatan Masyarakat pada Efektifitas Manajemen Berbasis Sekolah

(MBS).

Menurut Mulyasa,26 hubungan sekolah dengan masyarakat bertujuan antara lain: a. Untuk memajukan kulitas pembelajaran dan pertumbuhan anak.

b. Memperkokoh tujuan serta meningkatkan kulitas hidup dan penghidupan masyarakat.

c. Merangsang masyarakat untuk menjalin hubungan dengan sekolah.

Tujuan hubungan sekolah dengan orang tua menurut Mulyasa,27 dimaksudkan agar orang tua mengetahui berbagai kegiatan peserta didik dan juga agar orang tua murid mau memberi perhatian yang besar dalam menunjang program-program sekolah. Tujuan hubungan sekolah dan orang tua peserta didik antara lain sebagai berikut:

a. Saling membantu dan isi-mengisi. b. Bantuan keuangan dan barang-barang.

c. Untuk mencegah perbuatan-perbuatan yang kurang baik. d. Bersama-sama membuat rencana yang baik untuk sang anak.

5. Sistem pendidikan Nasional yang Diperlukan Masyarakat Masa Depan.

Dalam koridor reformasi, otonomi pendidikan mempunyai dua arti:

pertama ialah menata kembali sistem pendidikan nasional yang sentralistis menuju kepada suatu sistem yang memberikan suatu kesempatan luas kepada inisiatif masyarakat. Otonomi pendidikan berarti pula demokratisasi sistem pendidikan yang berarti mengembalikan hak dan kewajiban masyarakat untuk mengurus pendidikan.

25

E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah:Konsep, Strategi dan Implementasi, h. 57.

26

E.Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah:Konsep, Strategi, dan Implementasi, h. 50.

27

(34)

Kedua yang dapat diamati adalah otonomi pendidikan bukan berarti melepaskan segala ikatan untuk membangun Negara kesatuan Republik Indonesia otonomi pendidikan justru berarti untuk memperkuat dasar-dasar pendidikan pada tingkat Grass-Root untuk membentuk suatu masyarakat Indonesia yang bersatu berdasarkan kebhinekaan masyarakat kita.28

GBHN, menetapkan misi dalam rangka mewujudkan visi bangsa Indonesia antara lain:

1. Perwujudan kehidupan sosial budaya yang berkepribadian dinamis, kreatif dan berdaya tahan terhadap pengaruh globalisasi.

2. Pemberdayaan masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi nasional, terutama pengusaha kecil, menengah dan koperasi dengan mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan berbasis pada sumber daya alam dan sumber daya manusia yang produktif, mandiri, maju, berdaya asing, berwawasan lingkungan, berkelanjutan.

3. Perwujudan sistem dan iklim pendidikan nasional yang demokratis dan bermutu guna memperteguh akhlak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat, berdisiplin dan bertanggung jawab, berketerampilan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka mengembangkan kualitas manusia Indonesia.

Masalah efektifitas biasanya berkaitan erat dengan perbandingan antara antara tingkat pencapaian tujuan dengan rencana yang telah disusun sebelumnya, atau perbandingan hasil nyata dengan hasil yang direncanakan.

Dari berbagai analisis teori tentang efektifitas MBS, maka yang dimaksud dengan efektifitas MBS adalah bagaimana keberhasilan MBS dalam melaksanakan semua tugas pokok sekolah, menjalin partisipasi masyarakat, mendapatkan serta memanfaatkan sumber daya, sumber dana, dan sumber belajar untuk mewujudkan tujuan sekolah.

28

(35)

C. Persepsi tentang Efektifitas Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Persepsi berasal dari bahasa Inggris, yaitu perception yang berarti pengamatan. Dalam kamus ilmiah populer, kata ’persepsi’ mempunyai arti pengamatan, hal mengetahui, melalui indera; tanggapan (indera); daya memahami.29

Menurut Sarlito Wirawan Sarwono, kemampuan untuk membeda-bedakan, memfokuskan objek-objek disebut sebagai kemampuan untuk mengorganisasikan pengamatan disebut persepsi.30

Dalam buku Psikologi Umum dan Perkembangannya, M. Alisuf Sabri mendefinisikan persepsi atau pengamatan sebagai ”aktivitas jiwa yang memungkinkan manusia mengenali rangsangan yang sampai kepadanya melalui alat-alat inderanya”.31

Persepsi pada hakekatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang didalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Kunci untuk memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi, bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap situasi seperti yang dikatakan oleh David Krech:

Peta kognitif individu itu buknlah penyajian potografik dari suatu kenyataan fisik, melainkan agak bersifat konstruksi pribadi yang kurang sempurna mengenai objek tertentu, diseleksi sesuai kepentingan utamanya dan dipahami menurut kebiasaannya. Setiap pemahaman (perciever) adalah pada tingkat tertentu bukanlah seniman yang bersifat representatif, karena lukisan gambar tentang kemyataan itu hanya menyatakan pandangan realitas individunya.32

Dapat diartikan bahwa persepsi adalah suatu proses kognitif seseorang tentang suatu objek yang dipahami melalui penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan

29

Pius A. Partanto & M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), h. 591

30

Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta:PT. Bulan Bintang, 2000), Cet. 8, h.39

31

M.Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangannya, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993), h. 45

32

(36)

dan penciuman, dan akan menghasilkan makna yang mungkin berbeda dengan kenyataannya.

Persepsi dikemukakan oleh Desiderato, seperti yang dikutip oleh Jalaludin Rakhmat, ”persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli).33 Dari pendapat Jalaludin dapat dipahami bahwa persepsi itu merupakan sesuatu yang ada dilingkungannya yang kemudian ditafsirkan sesuai dengan pengetahuannya.”

Dari pendapat di atas dapat disimak bahwa persepsi yang dimaksud lebih ditekankan kepada kecenderungan perasaan dan sikap dari seorang pemimpin terhadap bawahannya dari hasil interaksinya.

Persepsi diartikan dengan bayangan yang menjadi kesan yang dihasilkan dari pengamatan. Kesan tersebut menjadi isi kesadaran yang dapat dikembangkan dalam hubungannya dengan konteks pengalaman waktu sekarang serta antisipasi keadaan untuk masa yang akan datang. Dengan uraian ini, maka dapat dikemukakan adanya tiga macam tanggapan, yaitu:

1) Tanggapan masa lampau yang sering disebut sebagai tanggapan ingatan 2) Tanggapan masa sekarang yang dapat disebut sebagai tanggapan

imajinatif

3) Tanggapan masa mendatang yang dapat disebut sebagai tanggapan antisipatif.34

Miftah Thoha menguraikan beberapa faktor yang mempengaruhi pengembangan persepsi seseorang, yaitu:

1) Psikologi

Persepsi seseorang mengenai segala sesuatu di alam dunia ini sangat dipengaruhi oleh keadaan psikologi. sebagai contoh, terbenamnya matahari diwaktu senja yang indah temaram, akan dirasakan sebagai bayang-bayang yang kelabu bagi seseorang yang buta warna.

33

Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2004), Cet. 21, h. 129

34

(37)

2) Famili

Pengaruh yang paling besar terhadap anak-anaknya adalah famili. Orang tua yang telah mengembangkan suatu cara yang khusus di dalam memahami dan melihat kenyataan di dunia ini, banyak sikap dan persepsi-persepsi mereka yang diturunkan kepada anak-anaknya.

3) Kebudayaan

Kebudaaan dan lingkungan masyarakat tertentu juga merupakan salah satu faktor yang kuat di dalam mempengeruhi sikap, nilai, dan cara seseorang memandang dan memahami keadaan di dunia ini.35

Dari beberapa pengertian persepsi di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu proses pemahaman seseorang dari hasil interaksinya dengan orang lain dalam suatu lingkungan yang berupa pendapat dan penilaian dirinya terhadap apa yang diterima dan ditangkapnya selama melakukan kegiatan atau pekerjaan di lingkungan tersebut. Dengan adanya persepsi maka seseorang dapat memberikan pendapat atau penilaian tentang suatu objek yang menjadi perhatiannya. Dan dengan adanya persepsi maka baik dan buruknya seseorang atau suatu objek dapat diketahui dengan jelas sesuai dengan kenyataan yang ada.

Jadi, persepsi kepala sekolah dasar tentang efektifitas MBS dalam penelitian ini adalah penilaian atau pandangan kepala sekolah dasar terhadap keefektifan implementasi pengelolaan sekolah dasar dengan model “Manajemen Berbasis Sekolah” yang diukur berdasarkan keberhasilan MBS dalam melaksanakan semua tugas pokok sekolah, jalinan partisipasi masyarakat, serta pemanfaatan berbagai sumber, baik sumber daya, sumber dana, dan sumber belajar untuk mewujudkan tujuan sekolah.

35

(38)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Penelitian tentang Persepsi Kepala Sekolah Dasar tentang Efektifitas Manajeman Berbasis Sekolah (MBS) bertujuan untuk:

1. Mengetahui pelaksanaan MBS pada sekolah Dasar Negeri di Kec. Tanah Sareal Bogor.

2. Mengetahui persepsi kepala sekolah tentang efektifitas MBS.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat yang menjadi objek penelitian ini adalah Sekolah Dasar Negeri di Kec. Tanah Sareal Kota Bogor. Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei dan diperkirakan selesai pada bulan Juni 2009.

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, dimana seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian.36 Dalam penelitian ini ditujukan kepada Kepala Sekolah Dasar Negeri di Kec. Tanah Sareal Kota Bogor, yang berjumlah 34 orang.

Sedangkan sampel adalah sebagaian dari populasi yang memiliki karakteristik yang sama, sehingga betul-betul memiliki populasi37. Sampel dalam penelitian ini memakai (Random Sampling), adapun yang diambil sebanyak 20 orang kepala sekolah.

D. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode survey, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan deskriptif analisis. Hal ini

36

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002, Cet. 12, Edisi Revisi. V, h. 108.

37

(39)

dimaksudkan untuk menggambarkan suatu kegiatan atau keadaan tertentu dengan terlebih dahulu menganalisis kejadiannya, untuk kemudian dipertimbangkan dengan teori yang ada.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik angket dan kuesioner. Angket atau kuesioner ini merupakan data primer. Adapun angket ini disebarkan kepada kepala sekolah-kepala sekolah untuk memperoleh data persepsi tentang efektifitas MBS. Angket yang disebarkan kepada responden berisikan butir-butir pernyataan dalam bentuk skala bertingkat yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

F. Instrumen Pengumpulan Data

a. Definisi Operasional

Secara konseptual yang dimaksud dengan persepsi kepala sekolah dasar tentang efektifitas Manajeman Berbasis Sekolah (MBS) dalam penelitian ini adalah suatu penilaian atau pandangan kepala sekolah dasar terhadap keefektifan implementasi pengelolaan dan pengaturan sekolah dasar dengan model ”Manajeman Berbasis Sekolah”. Untuk dapat mengetahui tentang persepsi kepala sekolah tentang efektifitas manajeman berbasis sekolah dapat diukur berdasarkan aspek pelaksanaan tugas pokok sekolah, jalinan dan partisipasi masyarakat, pemanfaatan sumber daya, sumber dana, dan sumber belajar untuk mewujudkan tujuan sekolah.

b.Kisi-kisi Instrumen Penelitian

(40)

Tabel 1

Kisi-kisi Insrtumen Persepsi Kepala Sekolah Dasar Tentang Efektifitas MBS38

Variabel Indikator No. Item

Aspek yang diterapkan pada awal pelaksanaan Wujud pertanggungjawabannya

Jumlah SD di Kecamatan Tanah Sareal Negeri Dan Swasta Sekolah yang telah melaksanakan MBS

Jenjang pendidikan kepala sekolah

Kepala sekolah yang telah mengikuti pelatihan MBS

G. Teknik Analisis Data

Dalam hal ini, peneliti menganalisis data berdasarkan teknik deskriptif dengan prosentase yaitu:

1. Mentabulasi data dan dihitung prosentasenya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

(41)

P = Angka Persentase

F = Frekuansi yang sedang dicari persentasenya

N = Number of Case (Jumlah frekuensi atau banyaknya Individu)39

2. Mendeskripsikan data yang menggambarkan persepsi kepala sekolah tentang efektifitas MBS

3. Menganalisis data yang diperoleh dengan mendeskripsikan persepsi kepala sekolah tentang efektifitas MBS.

39

(42)
(43)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Pelaksanaan MBS Di SD Kecamatan Tanah Sareal Bogor

Pelaksanaan MBS Di Kecamatan Tanah Sareal diterapkan sejak tahun 2006 setelah Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) diganti dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pelaksanaan penerapan MBS pada dasarnya serentak dilaksanakan oleh seluruh sekolah dasar yang ada di Kecamatan Tanah Sareal, akan tetapi pada proses pelaksanaanya disesuaikan dengan kondisi sekolah tersebut.

Aspek-aspek yang telah dilaksanakan secara optimal yaitu aspek sosialisasi dan pelatihan, karena aspek ini mempunyai peranan yang sangat penting agar setelah dilaksanakan MBS ada perubahan sikap dan prilaku tenaga kependidikan dan masyarakat.

Walaupun perkembangan MBS dilaksanakan pada setiap sekolah, akan tetapi dalam tingkat keberhasilannya prosentase tiap sekolah berbeda. Hal ini tergantung intensitas komunikasi antara sekolah dengan masyarakat, selain itu juga status sekolah negeri dan swasta sangat menentukan keberhasilan penerapan MBS.

Tolak ukur MBS juga dapat dilihat dari prestasi yang dicapai oleh sekolah, Seperti juara tingkat Nasional: Juara kinerja Kepala Sekolah dan juara Kepala Sekolah berprestasi. Sekolah tersebut dijadikan uji banding bagi sekolah lain, sebagai contoh SDN Sukadamai.

Adapun jumlah Sekolah Dasar Negeri yang ada di kecamatan Tanah Sareal 34 sekolah, swasta 5 sekolah, dan jenjang pendidikan kepala sekolah rata-rata strata satu (S1) sedangkan sebagian diploma II yang sedang melanjutkan studi strata satu.

Pelatihan MBS telah dilaksanakan pada tingkat kota, propinsi dan nasional,. walaupun masing-masing sekolah memiliki persepsi dan pelaksanaan yang berbeda karena adanya perbedaan karakteristik tiap sekolah.

Terkadang MBS pada setiap sekolah hanya di atas kertas dalam prakteknya belum dilaksanakan secara maksimal karena adanya kendala yang dihadapi sekolah.

B. Deskripsi Data

(44)

Data dari hasil penelitian yang terjaring melalui penyebaran angket dikelompokkan kedalam 4 (empat) indikator sehingga tersaji data tentang tugas pokok sekolah, partisipasi masyarakat, pemanfaatan sumber daya, pemanfaatan sumber dana dan pemanfaatan sumber belajar. data dari ke-4 indikator tersebut diuraikan satu demi satu.

1. Tugas Pokok Sekolah

Data tentang tugas pokok sekolah terangkum dalam 8 tabel dimulai dari tabel 3 sampai dengan tabel 10 dan tiap-tiap tabel diuraikan satu per satu sebagaimana tercantum di bawah ini:

Tabel 3

Menjalin Hubungan Baik dengan Guru dalam Melaksanakan Program Sekolah

No Item Alternatif Jawaban F %

1 Selalu 20 100

Sering 0 0

Kadang-Kadang 0 0

Tidak Pernah 0 0

Jumlah 20 100

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa 100% kepala sekolah mengaku selalu menjalin hubungan baik dengan para guru dalam melaksanakan program sekolah.

Tabel di bawah ini berisi data mengenai Penyelenggaraan Kegiatan Pendidikan dengan Baik, di mana 100% kepala sekolah menyatakan selalu.

Tabel 4

Penyelenggaraan Kegiatan Pendidikan dengan Baik

No Item Alternatif Jawaban F %

2 Selalu 20 100

Sering 0 0

Kadang-Kadang 0 0

Tidak Pernah 0 0

(45)

Tabel 5

Menjalin Hubungan Baik dengan Guru dalam Melaksanakan Program Sekolah

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa 90% kepala sekolah menyatakan selalu melibatkan guru dalam menusun program kerja. Sementara 10% menyatakan sering, dengan demikian kepala sekolah dengan maksimal melibatkan guru dalam menyusun program kerja.

Selanjutnya tabel di bawah ini berisi data mengenai Penerapan MBS dapat Meningkatkan Mutu Pendidikan Sekolah, dimana 15% menyatakan sangat setuju, sedangkan 25% menyatakan setuju.

Tabel 6

Melalui Penerapan MBS Meningkatkan Mutu Pendidikan Sekolah

No Item Alternatif Jawaban F %

Tanggung Jawab kepada Orang Tua, Masyarakat, dan Pemerintah

No Item Alternatif Jawaban F %

(46)

setuju. Artinya seluruh kepala sekolah bertanggung jawab kepada orang tua, masyarakat, dan pemerintah dapat meningkatkan mutu pendidikan.

Tabel dibawah ini menggambarkan tentang menjalin hubungan baik dengan guru dalam melaksanakan program sekolah. Untuk itu diketahui bahwa 85% kepala sekolah sangat setuju dengan keterbukaan manajemen sekolah karena dapat meningkatkan mutu pendidikan sekolah. Sedangkan 15% kepala sekolah menyatakan setuju.

Tabel 8

Menjalin Hubungan Baik dengan Guru dalam Melaksanakan Program Sekolah

No Item Alternatif Jawaban F %

6 Sangat Setuju 17 85

Setuju 3 15

Kurang Setuju 0 0

Tidak Setuju 0 0

Jumlah 20 100

Tabel 9

Menyarankan Guru agar Meningkatkan Program Pengajaran di Sekolah

No Item Alternatif Jawaban F %

7 Selalu 16 80

Sering 4 20

Kadang-Kadang 0 0

Tidak Pernah 0 0

Jumlah 20 100

Sesuai dengan tabel di atas diketahui bahwa 80% kepala sekolah selalu menyarankan guru agar meningkatkan program pengajaran di sekolah. Sementara 20% menyatakan sering.

(47)

Tabel 10

Pelaksanaan Kepemimpinan Sekolah yang Demokratis

No Item Alternatif Jawaban F %

8 Selalu 16 80

Sering 4 20

Kadang-Kadang 0 0

Tidak Pernah 0 0

Jumlah 20 100

2. Partisipasi Masyarakat

Data tentang partisipasi masyarakat terangkum dalam 13 tabel dimulai dari tabel 11 sampai dengan tabel 23 dan tiap-tiap tabel diuraikan satu per satu sebagaimana tercantum di bawah ini:

Tabel 11

Pelaksanaan Kegiatan Musyawarah Setiap Ajaran Baru

No Item Alternatif Jawaban F %

1 Selalu 20 100

Sering 0 0

Kadang-Kadang 0 0

Tidak Pernah 0 0

Jumlah 20 100

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa 100% kepala sekolah menyatakan selalu mengadakan musyawarah bersama guru-guru guna penetapan rencana program sekolah pada setiap tahun ajaran baru.

selanjutnya tabel di bawah ini diketahui bahwa 100% kepala sekolah menyatakan selalu membuat jadwal pelaksanaan program tahunan yang telah ditetapkan.

Tabel 12

Program Tahunan yang Telah Ditetapkan Sesuai Jadwal Pelaksanaan

No Item Alternatif Jawaban F %

2 Selalu 20 100

Sering 0 0

Kadang-Kadang 0 0

Tidak Pernah 0 0

(48)

Tabel 13

Jadwal Pelaksanaan Program Tahunan Sekolah

No Item Alternatif Jawaban F % membuat jadwal pelaksanaan program tahunan sekolah bersama guru dan orang tua murid, sedangkan 10% menyatakan sering.

Selanjutnya tabel di bawah diketahui bahwa 50% kepala sekolah menyatakan selalu meminta orang tua murid memberikan usulan guna penetapan program tahunan sekolah, sedangkan 30% menyatakan sering dan 20% menyatakan kadang-kadang.

Tabel 14

Usulan dari Orang Tua Siswa Terhadap Penerapan Program Tahunan Sekolah

Penyusunan Organisasi Sekolah Melibatkan Unsur Masyarakat

No Item Alternatif Jawaban F %

(49)

Tabel 16

HUMAS Mempunyai Wewenang dan Tanggung Jawab yang Berbeda

No Item Alternatif Jawaban F % bila setiap unit organisasi dalam struktur organisasi HUMAS mempunyai wewenang dan tanggung jawab yang berbeda. Sementara 30% menyatakan setuju dan 5% menyatakan tidak setuju.

Dapat diihat dari tabel di bawah ini diketahui bahwa 70% kepala sekolah menyatakan selalu mengadakan kegiatan kerjasama dengan instansi kesehatan, sedangkan 20% menyatakan 20%. Sementara 10% kepala sekolah menyatakan kadang-kadang.

Tabel 17

Pengadaan Kerja Sama dengan Instansi Kesehatan

No Item Alternatif Jawaban F %

Mengundang Orang Tua Siswa Menghadiri Rapat

No Item Alternatif Jawaban F %

(50)

Tabel 19 Pengadaan Bakti Sosial kepada Masyarakat Bersama Siswa

No Item Alternatif Jawaban F %

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa 15 % kepala sekolah menyatakan bahwa pihak sekolah selalu mengadakan bakti social bersama para siswa dan masarakat. Sementara 35 % menyatakan sering dan kadang-kadang. Sedangkan 15 % menyatakan tidak pernah.

Tabel 20

Antusiasme Masyarakat terhadap Program Hubungan Sekolah

No Item Alternatif Jawaban F % masyarakat selalu terlibat dan antusias terlibat dalam program hubungan sekolah dengan masyarakat. Sementara 50% menyatakan sering dan 25% menyatakan kadang-kadang.

Tabel dibawah ini diketahui bahwa 45% kepala sekolah menyatakan selalu ikut terjun langsung dalam pelaksanaan kegiatan yang melibatkan masyarakat sehingga pelaksanaannya berjalan dengan baik sesuai tujuan yang telah direncanakan. Sementara 35% kepala sekolah menyatakan sering dan hanya 20% yang menyatakan kadang-kadang.

Tabel 21

Pelibatan Masyarakat dalam Pelaksanaan Kegiatan

(51)

Tabel 22

Tanggung Jawab Kepala Sekolah Terhadap Pelaksanaan HUMAS

No Item Alternatif Jawaban F %

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa 75% kepala sekolah menyatakan selalu bertanggung jawab terhadap pelaksanaan hubungan sekolah kepada masyarakat dan 25% kepala sekolah menyatakan sering.

Dari table menggambarkan tentang sikap kepala sekolah terhadap pengawasan masyarakat. Untuk itu diketahui bahwa 85% kepala sekolah menyatakan selalu tidak merasa terganggu dengan pengawasan yang dilakukan masyarakat. sementara 10% menyatakan sering dan hanya 5% yang menyatakan kadang-kadang.

Tabel 23

Sikap Kepala Sekolah Terhadap Pengawasan Masyarakat

No Item Alternatif Jawaban F %

Data tentang pemanfaatan sumber daya terangkum dalam 7 tabel dimulai dari tabel 24 sampai dengan tabel 30 dan tiap-tiap tabel diuraikan satu per satu sebagaimana tercantum di bawah ini:

Tabel 24

Pelibatkan Guru dalam Pengambilan Keputusan

Gambar

Tabel 2 Kisi-kisi Wawancara
Tabel 3 Menjalin Hubungan Baik dengan Guru
Tabel 5 Menjalin Hubungan Baik dengan Guru
Tabel dibawah ini menggambarkan tentang menjalin hubungan baik dengan
+7

Referensi

Dokumen terkait

dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 123 Tahun 2014

perbedaan yang bermakna antara hasil pengukuran SFAR subyek pada kelompok. kasus dan kelompok kontrol dengan nilai

Misalnya, pada tahun 2007 Pemerintah Republik Uzbekistan menandatangani kesepakatan dengan Pemerintah Federasi Rusia bahwa kegiatan kerja dan perlindungan hak-hak migran

Pada penelitian ini PTS dilakukan dengan cara memberikan pendampingan kepada kepala sekolah dalam mengoftimalkan pelaksanaan supervisi kunjungan kelas dalam rangka

Berdasarkan hasil pengolahan data dan penganalisaan data yang dilakukan, diperoleh r hitung = 0,353 hasil ini kemudian dibandingkan dengan r tabel dimana r hitung

Dengan kajian ini diharapkan dengan konsep arsitektur tanggap iklim dapat menjadi solusi untuk masalah – masalah lingkungan yang ada saat ini, selain itu juga bisa menjadi

SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR NEGERI KURIPAN DAFTAR DANA CADANGAN TAHUN ANGGARAN 2014/2015 NO TUJUAN PEMBENTUKA N DANA CADANGAN DASAR HUKUM PEMBENTUK AN DANA CADANGAN JUMLAH

disusun berdasarkan Base Practices (BP) pada setiap enabler process COBIT 5 yang relevan dengan subkategori yang akan diterapkan. RENCANA AKSI LEVEL 0 MENUJU LEVEL 1