• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pesan Bahaya Korupsi Dalam Lirik Lagu Tikus Tikus Kantor Karya Iwan Fals (Analisis Wacana Kritis Norman Fairclough Tentang Pesan Bahaya Korupsi Dalam Lirik Lagu Tikus Tikus Kantor Karya Iwan Fals)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pesan Bahaya Korupsi Dalam Lirik Lagu Tikus Tikus Kantor Karya Iwan Fals (Analisis Wacana Kritis Norman Fairclough Tentang Pesan Bahaya Korupsi Dalam Lirik Lagu Tikus Tikus Kantor Karya Iwan Fals)"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

(Analisis Wacana Kritis Norman Fairclough Tentang Pesan Bahaya

Korupsi Dalam Lirik Lagu Tikus Tikus Kantor Karya Iwan Fals)

SKRIPSI

Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Komputer Indonesia

Disusun oleh

MOHAMMAD SYAEFUL BAHRI NIM: 41809191

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA B A N D U N G

(2)
(3)
(4)

xii

Hal

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PERSEMBAHAN... iii

ABSTRAK………... iv

ABSTRACT………... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ……….. xvii

DAFTAR TABEL ………..… xviii

DAFTAR BAGAN ………..… xix

DAFTAR LAMPIRAN…... xx

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah ... 1

1.2

Rumusan Masalah ... 12

1.2.1 Rumusan Makro ... 12

1.2.2 Rumusan Mikro ... 12

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ...13

1.3.1 Maksud Penelitian ... 13

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 13

1.4 Kegunaan Penelitian ...12

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 14

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka ... 16

(5)

xiii

2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi ... 22

2.1.2.1 Pengertian Komunikasi ... 22

2.1.2.2 Komponen komponen komunikasi ... 24

2.1.2.2.1 Komunikator dan Komunikan ...25

2.1.2.2.2 Pesan ... 26

2.1.2.2.3 Media ... 27

2.1.2.2.4 Efek ... 28

2.1.2.3 Tujuan Komunikasi ... 28

2.1.2.4 Lingkup Komunikasi ... 30

2.1.3 Tinjauan Korupsi ... 34

2.1.3.1 Pengertian Korupsi... 34

2.1.3.2 Pengertian Tindak Pidana Korupsi... 35

2.1.4 Tinjauan lirik lagu... 37

2.1.5 Lirik Lagu Sebagai Bentuk Pesan Komunikasi ………...… 39

2.1.6 Tinjauan Tentang Wacana ……… 40

2.1.6.1 Pengertian Wacana ………... 41

2.1.6.2 Ciri-ciri dan Sifat Wacana ……… 42

2.1.6.3 Wujud dan Jenis Wacana ……….. 43

2.1.7 Wacana dan Ideologi ………... 43

2.1.8 Analisis Wacana ………..…… 45

2.1.9 Analisis Wacana Kritis ……… 47

2.1.9.1 Pengertian Analisis Wacana Kritis ……….. 47

2.1.9.2 Karakteristik Analisis Wacana Kritis ……….. 48

2.1.9.2 Analisis Wacana Kritis Model Norman Fairclough …...…….. 51

2.2 Kerangka Pemikiran ………..… 62

2.2.1 Kerangka Teortis ………62

(6)

xiv

3.1 Objek Penelitian ...71

3.1.1 Biografi Singkat Iwan Fals...73

3.2 Metode Penelitian ... 75

3.2.1 Desain Penelitian ... 79

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ... 80

3.2.2.1 Studi Pustaka... ... 80

3.2.2.2 Studi Lapangan... ... 81

3.2.2.3 Internet

Searching

... ... 81

3.2.3 Teknik Penentuan Informan ... 82

3.2.4 Teknik Analisis Data ... 83

3.2.5 Uji Keabsahan Data... 84

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 86

3.3.1 Lokasi Penelitian... ... 86

3.3.2 Waktu Penelitian ... 86

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Informan Penelitian ...88

4.1.1 Rosyid E abby …………...88

4.1.2 Ozon Listanto. ………...90

4.1.3 Rosyid E abby ………...88

4.2 Hasil Penelitian ... 93

4.2.1 Pesan Korupsi dalam Lirik Lagu Tikus Tikus Kantor dalam Struktur

teks ... 94

4.2.1.1 Representasi dalam Anak Kalimat ………….……….. 95

4.2.1.2 Representasi dalam Kombinasi Anak Kalimat ……….... 95

4.2.1.3 Representasi dalam Rankaian Anak Kalimat.………..100

4.2.1.4 Relasi ………....………..101

4.2.1.5 Identitas ………....………..103

(7)

xv

4.2.3 Pesan Korupsi dalam Lirik Lagu Tikus Tikus Kantor dalam

Deskripsi

Sosiocultural Practice

……….…..……

104

4.2.3.1 Situasional ……….………..105

4.2.3.2 Intituasional……….... 106

4.2.3.3 Sosial ……….………..107

4.3 Pembahasa …... 108

4.3.1 Pesan Korupsi dalam Lirik Lagu Tikus Tikus Kantor dalam Struktur

teks ………..108

4.3.1.1 Representasi dalam Anak Kalimat ………….……… 109

4.3.1.2 Representasi dalam Kombinasi Anak Kalimat ………...115

4.3.1.3 Representasi dalam Rankaian Anak Kalimat.………..118

4.3.1.4 Relasi ………....………..119

4.3.1.5 Identitas ………....………..120

4.3.2 Pesan Korupsi dalam Lirik Lagu Tikus Tikus Kantor dalam

Deskripsi

Discourse Practice ……….………

123

4.3.3 Pesan Korupsi dalam Lirik Lagu Tikus Tikus Kantor dalam

Deskripsi

Sosiocultural Practice

……….…..……

126

4.3.3.1 Situasional ……….………..126

4.3.3.2 Intituasional……….... 128

4.3.3.3 Sosial ……….………..130

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan …………...140

5.1.1 Dimensi Teks …………...140

5.1.2 Discourse practice

………

...141

5.1.3 Sosiocultural practice ……….142

5.2 Saran ... 143

5.2.1 Bagi Akademik………...143

(8)

xvi

(9)

vi

Segala puji dan syukur peneliti panjatkan hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang mana atas segala berkat dan anugerah-Nya yang telah memberikan kekuatan, kesehatan, keyakinan dan jalan serta kesabaran pagi peneliti dalam menyelesaikan Skripsi ini. Adapun pembuatan Skripsi yang berjudul Pesan Korupsi Dalam Lirik Lagu Tikus Tikus Kantor Karya Iwan Fals

Peneliti sangat meyadari bahwa adanya peran berharga dari orang-orang

hebat disisi peneliti yang bersedia membagi hidupnya untuk bersama-sama

merasakan apa yang peneliti alami, hadapi dan rasakan. Dengan segala

kerendahan hati, peneliti ucapkan terima kasih sedalam dalamnya kepada kedua

orang tua ku Mamah dan Papah atas segala cinta, kasih dan sayang mewarnai

kehidupan peneliti dan selalu setia mendukung peneliti, memberikan kekuatan

moril dan memenuhi kebutuhan materil peneliti.

. Papah yang selalu mengajarkan kerendahan hati dan selalu mengingatkan

untuk terus beribadah, sholat, berdoa dan berusaha serta menjadi pribadi yang

bermanfaat untuk sekitar dan mengajarkan tentang perjuangan dan semangat.

Terima kasih papah, aku bangga dilahirkan menjadi anakmu.

Mamah selalu mengajarkan peneliti untuk selalu berusaha memberi yang

terbaik yang bisa dilakukan, dan selalu mengingatkan untuk terus beribadah,

sholat, berdoa dan berusaha serta menjadi pribadi yang bermanfaat untuk sekitar.

(10)

vii

Kepada kakak kakak peneliti Hasan dan Marta Kusumah dan tidak lupa

adikku yang satu ini Dewi Sartika, terima kasih untuk selalu mendukung,

perhatian dan selalu mendoakan peneliti untuk terus berusaha tanpa mengeluh

untuk memberikan hasil yang terbaik pada penelitian ini. Kalian adalah

penyemangat dan tiang penyanggah hidupku dan merupakan hal terbaik yang aku

miliki didalam hidup ini. Aku akan selalu berusaha untuk menjadi dan

memberikan yang terbaik bagi kalian.

Peneliti sadari sepenuhnya bahwa tanpa adanya dukungan, dorongan dan

bimibingan serta bantuan dari beberapa pihak dalam proses penyusunan Skripsi

ini, peneliti tidaklah mampu untuk menyelesaikan Skripsi. Untuk itu pada

kesempatan ini, dengan segala ketulusan dan kerendahan hati peneliti ingin

menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Yth. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A selaku Dekan

Fakultas Sosial dan Politik (FISIP), Universitas Komputer Indonesia

(UNIKOM), yang telah memberikan penandatanganan surat izin dan

surat-surat administrasi lainnya yang diajukan peneliti.

2. Yth. Bapak Drs. Manap Solihat M. Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu

Komunikasi dan Public Relations Unikom, yang telah memberikan

pengesahan pada proposal usulan penelitian ini sehingga dapat

(11)

viii

Komputer Indonesia. Selaku dosen tetap Program Studi Ilmu Komunikasi

yang banyak memberikan ilmunya kepada peneliti melalui proses

perkuliahan.

4. Yth. Bapak Sangra Julianao, S.I.Kom, selaku Dosen Wali selama

peniliti mencari ilmu di Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia. Terimaksih

untuk semua saran dan ilmunya.

5. Yth. Bapak DR. Mahi M Hikmat, M. Si, selaku Dosen Pembimbing

yang telah meluangkan waktu, kesabaran, dan perhatiannya buat penulis,

hingga bisa menyelesaikan proposal usulan penelitian ini.

6. Ibu Desayu Eka Surya, S.Sos, M.Si, selaku dosen tetap Program Studi

Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Komputer Indonesia yang telah banyak memberikan nasihat, masukan,

semangat kepada peneliti selama proses perkuliahan.

7. Ibu Rismawaty, S.Sos, M.Si, selaku dosen tetap Program Studi Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer

Indonesia. Selaku dosen tetap Program Studi Ilmu Komunikasi yang

banyak memberikan ilmunya kepada peneliti melalui proses perkuliahan.

8. Bapak Olih Solihin, S. Sos, M.Si Bapak Adiyana Slamet, S.IP., M.Si,

Bapak Arie Prasetio S.Sos, M.I.Kom, dan Bapak Yadi Supriadi,

(12)

ix

9. Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, Universitas Komputer Indonesia. Bapak Bapak Inggar Prayoga

S.Ikom, Ibu Tine A. Wulandari S.Ikom. Terima kasih telah memberikan

banyak ilmunya melalui proses perkuliahan.

10.Yth, Ibu Ratna Widiastuti, A.Md selaku Sekretaris Dekan FISIP

UNIKOM yang telah membantu peneliti dalam hal administrasi.

11.Yth. Ibu Asrti Ikawati., A.Md., Kom., selaku sekertariat Program Studi

Ilmu Komunikasi dan Public Relation FISIP UNIKOM, yang telah

membantu kelancaran administrasi untuk melaksanakan perkuliahan.

12.Terima kasih buat Berry karena selalu memotivasi peneliti dan berdiskusi

hingga akhirnya skripsi ini pun jadi dan terima kasih untuk motornya

karena sering dipakai peneliti untuk kebutuhan peneliti. Nuhun pisan mang.

13.Terima kasih buat Tiar dan Melvin yang selalu menyemangati peneliti,

kalian adalah teman yang baik dan teman buat asik untuk melepaskan

bebas. kalian harus lulus juga tahun depan yah. Nuhun pisan mang.

14.Terima kasih baut Yaser Dwi Yasa S.I.Kom dan Pramita Bardiana Putri

yang selalu memberikan dukungan dan doa untuk kelancaran peneliti

dalam hal kuliah dan pembelajaran dalam hal pekerjaan, kalian sudah

(13)

x menyelesaikan Skripsi ini.

16..Seluruh pihak yang tidak sapat penulis sebutkan satu-persatu telah

memberikan bantuan serta saran-sarannya kepada penulis untuk

menyelesaikan Skripsi ini.

Peneliti juga mengucapkan banyak terima kasih kepada keluarga besar

IK-5 2009, Fazar, Tian, Arya, Budi, Al, Lani, Ayu, Isma, Anisyah, Santi, Manda,

Disty, Wiwit, Gita, Dewi, Tya, Ririn, Berry, Tisa, Basir, Melvin, Candra, Tiar,

Sigit, Adit, Aldi untuk arti perteman, dan pengalaman yang sangat berharga

selama mengenal kalian. Baik buruk pengalaman yang kalian beri menjadikan aku

pribadi yang lebih baik lagi, dan tau bagaimana berterimakasih, berteman dan

pastinya tau bagaimana mengucap syukur atas apa yang aku miliki.

Terimakasih untuk keluarga besar IK Jurnal 2 2009, Berry, Tiar, Melvhin,

Chandra, Rizky, Abbas, Reno, Dwi, Borril, Vitri, May, Eka, Oscar, Dewi, Gita,

Olga, Sheerly, Al, Ayla, Romi, Dikdik, dan tidak lupa Nurul Fitri, terima kasih ya

fit, karena kamu telah memberikan semangat untuk mengerjakan skripsi ini dan

semuanya untuk diskusi, dan saling membantu dan memberi semangat satu sama

(14)

xi

Akhir kata untuk kesempurnaan laporan ini, peneliti mengharapkan

koreksi dan saran dari pemabaca serta menerima masukan dan kritik tersebut

dengan hati terbuka, sehingga di masa yang akan datang laporan ini dapat menjadi

bahan yang lebih baik, lebih menarik dan lebih bermanfaat lagi. Amin.

Bandung, Juli 2013

Peneliti

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Cangara, Hafied. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Sobur, Alex, 2003. Semiotika Komunikasi. Bandung, Remaja Rosdakarya

Effendy, Onong Uchjana. 2002. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Rosdakarya.

Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Grasindo.

Eriyanto. 2001. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: PT LkiS Printing Cemerlang.

Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy dan Solatun. 2008. Metode Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Djohan. 2003. Psikologi Musik. Yogyakarta: Buku Baik.

Ardinanto, Dr Elvinaro. 2010. Metode Penelitian untuk Public Relations Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta

(16)

Internet seaching

http://iwan-fals.artis.life.viva.co.id/ 16:10 24/04/2013

http://bahasa.kompasiana.com/2012/11/17/sekilas-tentang-analisis-wacana-kritis-509087.html 23:39 29/04/2013

http://id.wikipedia.org/wiki/Iwan_Fals . Pada Hari Minggu, tanggal 07 April 2013, pukul 13.04wib

http://www.lirikdanlagu.com/album35_150.html 12 April 2013. pukul 21.40 wib

http://syaifulhuda21.blogspot.com/2013/05/membongkar-jejak-sejarah-budaya-korupsi.html

http://nurcahayasianiparordebaru.blogspot.com/

http://nissakfh.wordpress.com/2011/02/16/sejarah-dan-sistem-perekonomian-indonesia-23210895/

http://www.artikata.com/arti-306636-tikus.html

http://kamusbahasaindonesia.org/

http://syaifulhuda21.blogspot.com/2013/05/membongkar-jejak-sejarah-budaya-korupsi.html

Referensi

Heri Wibowo, Program Ilmu Komunikasi Bidang Kajian Ilmu Kehumasan, Universitas Komputer Indonesia dengan judul Representasi Konsumerisme Pada Lirik Lagu menggunakan metode penelitian kualitatif studi Semiotika.

(17)

1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Lagu adalah rangkaian nada yang dipadukan dengan irama yang harmonis

dan dilengkapi dengan syair yang membentuk sebuah harmonisasi indah. Lagu

merupakan salah satu hal yang kerap dijadikan sebagai media untuk

menyampaikan pesan terhadap orang lain. Pesan yang disampaikan melalui lirik

lagu atau syair merupakan contoh dari komunikasi verbal dan non verbal. Lagu

adalah media yang merupakan komunikasi verbal dan non verbal. Lagu

merupakan komunikasi verbal jika dilihat dari sisi lirik. Lirik biasanya berisikan

pesan yang ingin disampaikan oleh komunikator kepada komunikan.

Setiap lagu memiliki penggemar dan pangsa pasar tersendiri, tergantung

pada kondisi pendengarnya. Kondisi psikologis seseorang juga akan

mempengaruhi suasana hati seseorang yang mendengarkan lagu tersebut. Ketika

seseorang tersebut sedang sedih dan ia mendengarkan lagu sendu, ia akan

cenderung semakin sedih saat menghayati dan memaknai liriknya lebih dalam.

Hal ini menunjukan pesan yang terkandung dalam lagu tersebut sampai

pada komunikan. Namun, ada pula ketika seseorang sedang sedih dan mendengar

lagu yang bersemangat dan memiliki lirik yang memberikan banyak dukungan, ia

akan cenderung kembali bersemangat dan tidak sedih lagi.

(18)

yang luar biasa dari musik adalah dapat menangkap dan membangkitkan pola

perasaan seperti pengharapan, keinginan, kegembiraan, kesedihan bahkan ke

gilaan.

Lagu menyampaikan pesan-pesannya dengan lirik. Lirik lagu biasanya

dikemas dengan ringan dan mudah diingat. Setiap lagu pasti memiliki cerita

tersendiri. Cerita inilah pesan yang akan disampaikan kepada orang lain. Oleh

sebab itu, banyak orang menggunakan lagu sebagai media mengungkapkan

perasaan terhadap orang lain. Lagu juga merupakan contoh dari komunikasi

nonverbal jika dilihat dari sisi nada dan melodi.

Denis Mc Quail mengatakan “The transmission information, ideas, attitudes or emotion from one person or group to another (or other) primarily throuht symbols”, yang artinya komunikasi berarti proses penyampaian pesan atau informasi, baik berupa ide, sikap atau emosi dari seseorang atau kelompok kepada

yang lain (atau orang lain) melalui simbol-simbol. (Mc Quail 1993 : 4).

Musik merupakan media yang efektif untuk menyampaikan pesan.

Menurut Parker (Djohan, 2003:4) musik adalah produk pikiran, elemen vibrasi

atas frekuensi, bentuk, amplitudo dan durasi belum menjadi musik bagi manusia

sampai semua itu ditransformasi secara neurologis dan diinterprestasikan melalui

otak.

Salah satu hal terpenting dalam sebuah musik adalah keberadaan lirik

lagunya, karena melalui lirik lagu, penyanyi lagu ingin menyampaikan pesan yang

(19)

dunia sekitar, dimana dia berinteraksi didalamnya. Lirik lagu dapat pula sebagai

sarana untuk sosialisasi dan pelestarian terhadap suatu sikap atau nilai. Oleh

karena itu, ketika sebuah lirik lagu di aransir dan diperdengarkan kepada khalayak

juga mempunyai tanggung jawab yang besar atas tersebar luasnya sebuah

keyakinan, nilai-nilai, bahkan prasangka tertentu (Setianingsih, 2003:7-8).

Menurut pendapat dari Soerjono Soekanto (Rahmawati, 2000:1) bahwa

musik berkait erat dengan setting sosial kemasyarakatan dan gejala khas akibat interaksi sosial dimana lirik lagu menjadi penunjang dalam musik tersebut dalam

menjembatani isu-isu sosial yang terjadi.

Sejalan dengan pendapat Soerjono Soekanto dalam (Rahmawati, 2000:1)

yang menyatakan bahwa musik berkait erat dengan setting sosial kemasyarakatan

tempat dia berada. Musik merupakan gejala khas yang dihasilkan akibat adanya

interaksi sosial, dimana dalam interaksi tersebut manusia menggunakan bahasa

sebagai mediumnya. Disinilah kedudukan lirik sangat berperan, sehingga dengan

demikian musik tidak hanya bunyi suara belaka, karena juga menyangkut perilaku

manusia sebagai individu maupun kelompok sosial dalam wadah pergaulan hidup

dengan wadah bahasa atau lirik sebagai penunjangnya.

Berdasarkan kutipan di atas, sebuah lirik lagu dapat berkaitan erat pula

dengan situasi sosial dan isu-isu sosial yang sedang berlangsung di dalam

masyarakat.

Teks lagu atau lirik lagu mengandung unsur-unsur dalam proses

komunikasi yaitu komunikator, pesan, media, komunikan dan efek. Penulis lirik

(20)

yakni para pendengar lagu itu sendiri. Lirik lagu biasanya menggunakan diksi

yang unik, bahasa yang indah, makna yang interpretatif dan merupakan ungkapan

perasaan yang sedang dihadapai oleh penulis lagu saat proses penulisan lagu

berlangsung. Pesan dalam lirik lagu merupakan hasil realitas yang dilihat atau

dijumpai oleh penulis lagu kemudian diproses, dinterpretasikan secara pribadi

sesuai dengan apa yang ia lihat dan disesuaikan dengan pola pemikiran serta

pengalaman penulis lagu tersebut yang dikemas dalam bentuk simbol-simbol pada

lirik tersebut. Lirik tersebut tentunya akan dimaknai secara interpretatif oleh

pendengarnya.

Saat lirik diciptakan berdasarkan realitas dan pengalaman yang dialami

oleh penulis maupun konteks situasi sosial dan isu-isu sosial yang sedang

berlangsung di dalam masyarakat.

Menurut Djohan (2003 : 7-8), bahwa musik merupakan perilaku sosial

yang kompleks dan universal yang didalamnya memuat sebuah ungkapan pikiran

manusia, gagasan, dan ide-ide dari otak yang mengandung sebuah sinyal pesan

yang signifikan. Pesan atau ide yang disampaikan melalui musik atau lagu

biasanya memiliki keterkaitan dengan konteks historis. Muatan lagu tidak hanya

sebuah gagasan untuk menghibur, tetapi memiliki pesan-pesan moral atau

idealisme dan sekaligus memiliki kekuatan ekonomis.

Salah satu era yang penting dalam perjalanan bangsa ini adalah era Orde

(21)

pemerintahan pada penghujung 1960-an sampai berakhirnya kekuasaan Presiden

Soeharto pada penghu-jung 1990-an.

Di era orde baru rakyat memang terkesan makmur, berkecukupan. Tapi

pada kenyataanya korupsi saat itu tidak kalah mengerikannya, banyak sekali

praktek korupsi yang terjadi saat pemerintah waktu itu, hanya saja pada waktu itu

pemerintahnya sangat otoriter, dan sangat di kuasai oleh sang penguasa negeri,

demikian pula media-media yang ada pada waktu itu, mereka diawasi dan

dikontrol dalam setiap pemberitaanya, tidak bisa memberitakan hal-hal yang

menyangkut keburukan keburukan pada saat itu. Pada era orde baru, arus

informasi dikekang sedemikian rupa layaknya air yang mengalir namun disumbat

dan diberi lubang keluar yang sangat kecil.

Salah satu musisi yang sempat mewarnai era Orde Baru. Banyak

karya-karya lagunya yang mengkritiki keadaan pemerintahan pada masa orde baru,

dengan liriknya yang sangat penuh kritikan menjadi representasi pada masa itu.

Iwan Fals adalah salah satu penyanyi legendaris Indonesia. Legenda hidup

yang bernama asli Virgiawan Listanto ini dikenal dengan lagu-lagu baladanya

yang menuturkan realitas keseharian dan kritik sosial yang dibungkus dalam nada

yang indah dan lagu yang merdu.

Dalam lagunya penyanyi yang selalu memaninkan gitar ini memotret

kehidupan dan sosial-budaya di akhir tahun 1970-an hingga sekarang. Banyak hal

yang jadi tema lagunya misalnya kritik terhadap DPR yang dituangkan dalam lagu

(22)

tokoh seperti Hatta dalam lagu Bung Hatta.

Salah karya Iwan Fals yang diilhami dari bencana kelaparan di Ethiopia,

ialah Album Uthopia, album ini cukup laris dipasaran karena peredarannya sangat

pas dengan momen tersebut. Ada lagu ‘Willy’ yang bercerita tentang sahabat

Iwan yaitu WS.Rendra yang kabarnya mengasingkan diri karena dicekal oleh

pemerintah sebab puisi-puisinya yang keras. Lagu ‘Tikus-Tikus Kantor’ yang

liriknya menarik dan lucu sangat sesuai dengan kenyataan. Dan lagu ’14-4-84’,

konon lagu ini sempat dilarang dinyanyikan oleh aparat kepolisian saat Iwan

konser di Sumatera, terjadi perdebatan namun tetap dilarang dinyanyikan dengan

alasan yang tidak jelas. Kalau diperhatikan lirik lagu ini hanya bercerita tentang

cinta dan bangganya Iwan kepada istri dan anaknya. Sampai sekarang alasan

pelarangan itu tidak jelas dan tidak masuk akal.

Berikut daftar lagu dalam album ini :

1. Ethiopia

2. Sebelum Kau Bosan

3. Tikus Tikus Kantor

4. 14 4 84

5. Willy

6. Entah

7. Kontrasmu Bisu

8. Berandal Malam Di Bangku Terminal

(23)

10.Bunga Bunga Kumbang Kumbang

Album Uthopia dirilis pada tahun 1986. Salah satu lagunya yang

menceritakan tentang kritikan terhadap kegitan korupsi. Iwan Fals memakai nama

hewan dalam liriknya itu, ia menceritakan hewan tikus dan segala tingkah

lakunya. Iwan fals menganalogikan tikus di dalam lagu Tikus Tikus Kantor adalah

kerakusan para pejabat pemeritahan pada saat itu, (masa orde baru) banyak sekali

para pejabat yang melakukan korupsi pada masa itu, termasuk juga keluarga

presiden.

Lagu Tikus Tikus Kantor, yang menceritakan keadaan pemerintahan orde

baru yang banyak sekali tindakan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).

Menceritakan prilaku pejabat-pejabat lembaga pemerintahan yang suka

melakukan tindakan KKN, yang rakus dan tak tahu malu, selalu menghalalkan

segala cara untuk mendapatkan semua keinginannya, dengan sangat licik dan

cerdik.

Dalam konteks perjalanan bangsa Indonesia, persoalan korupsi memang

telah mengakar dan membudaya. Bahkan dikalangan mayoritas pejabat publik, tak

jarang yang menganggap korupsi sebagi sesuatu yang “lumrah dan Wajar”. Ibarat

candu, korupsi telah menjadi barang bergengsi, yang jika tidak dilakukan, maka

akan membuat “stress” para penikmatnya. Korupsi berawal dari proses

pembiasan, akhirnya menjadi kebiasaan dan berujung kepada sesuatu yang sudah

terbiasa untuk dikerjakan oleh pejabat-pejabat Negara. Tak urung kemudian,

banyak masyarakat yang begitu pesimis dan putus asa terhadap upaya penegakan

(24)

dan berkembang?. Tulisan ini akan sedikit memberikan pemaparan mengenai

asal-asul budaya korupsi di Indonesia yang pada hakekatnya telah ada sejak dulu

ketika daerah-daerah di Nusantara masih mengenal system pemerintah feodal

(Oligarkhi Absolut), atau sederhanya dapat dikatakan, pemerintahan disaat

daerah-daerah yang ada di Nusantara masih terdiri dari kerajaan-kerajaan yang

dipimpin oleh kaum bangsawan (Raja, Sultan dll).

Secara garis besar, budaya korupsi di Indonesia tumbuh dan berkembang

melalu 3 (tiga) fase sejarah, yakni ; zaman kerajaan, zaman penjajahan hingga

zaman modern seperti sekarang ini. Mari kita coba bedah satu-persatu pada setiap

fase tersebut. Pertama, Fase Zaman Kerajaan. Budaya korupsi di Indonesia pada

prinsipnya, dilatar belakangi oleh adanya kepentingan atau motif kekuasaan dan

kekayaan. Literatur sejarah masyarakat Indonesia, terutama pada zaman

kerajaan-kerajaan kuno, seperti kerajaan-kerajaan Mataram, Majapahit, Singosari, Demak, Banten

dll, mengajarkan kepada kita bahwa konflik kekuasan yang disertai dengan motif

untuk memperkaya diri (sebagian kecil karena wanita), telah menjadi faktor utama

kehancuran kerajaan-kerajaan tersebut. Coba saja kita lihat bagaimana Kerajaan

Singosari yang memelihara perang antar saudara bahkan hingga tujuh turunan

saling membalas dendam berebut kekuasaan, mulai dari Prabu Anusopati, Prabu

Ranggawuni, hingga Prabu Mahesa Wongateleng dan seterusnya. Hal yang sama

juga terjadi di Kerajaan Majapahit yang menyebabkan terjadinya beberapa kali

konflik yang berujung kepada pemberontakan Kuti, Nambi, Suro dan lain-lain.

Bahkan kita ketahui, kerajaan Majapahit hancur akibat perang saudara yang kita

(25)

Mada. Lalu, kerajaan Demak yang memperlihatkan persaingan antara Joko

Tingkir dengan Haryo Penangsang, ada juga Kerajaan Banten yang memicu

Sultan Haji merebut tahta dan kekuasaan dengan ayahnya sendiri, yaitu Sultan

Ageng Tirtoyoso (Amien Rahayu SS, Jejak Sejarah Korupsi Indonesia-Analis

Informasi LIPI). Hal menarik lainnya pada fase zaman kerajaan ini adalah, mulai

terbangunnya watak opurtunisme bangsa Indonesia. Salah satu contohnya adalah

posisi orang suruhan dalam kerajaan, atau yang lebih dikenal dengan “abdi

dalem”. Abdi dalem dalam sisi kekuasaan zaman ini, cenderung selalu bersikap

manis untuk menarik simpati raja atau sultan. Hal tersebut pula yang menjadi

embrio lahirnya kalangan opurtunis yang pada akhirnya juga memiliki potensi

jiwa yang korup yang begitu besar dalam tatanan pemerintahan kita dikmudian

hari.

Kedua, Fase Zaman Penjajahan. Pada zaman penjajahan, praktek korupsi

telah mulai masuk dan meluas ke dalam sistem budaya sosial-politik bangsa kita.

Budaya korupsi telah dibangun oleh para penjajah colonial (terutama oleh

Belanda) selama 350 tahun. Budaya korupsi ini berkembang dikalangan

tokoh-tokoh lokal yang sengaja dijadikan badut politik oleh penjajah, untuk menjalankan

daerah adiministratif tertentu, semisal demang (lurah), tumenggung (setingkat

kabupaten atau provinsi), dan pejabat-pejabat lainnya yang notabene merupakan

orang-orang suruhan penjajah Belanda untuk menjaga dan mengawasi daerah

territorial tertentu. Mereka yang diangkat dan dipekerjakan oleh Belanda untuk

memanen upeti atau pajak dari rakyat, digunakan oleh penjajah Belanda untuk

memperkaya diri dengan menghisap hak dan kehidupan rakyat Indonesia.

(26)

Para cukong-cukong suruhan penjajah Belanda (atau lebih akrab degan sebutan

“Kompeni”) tersebut, dengan tanpa mengenal saudara serumpun sendiri, telah

menghisap dan menindas bangsa sendiri hanya untuk memuaskan kepentingan si

penjajah. Ibarat anjing piaraan, suruhan panjajah Belanda ini telah rela diperbudak

oleh bangsa asing hanya untuk mencari perhatian dengan harapan mendapatkan

posisi dan kedudukan yang layak dalam pemerintahan yang dibangun oleh para

penjajah. Secara eksplisit, sesungguhnya budaya penjajah yang mempraktekkan

hegemoni dan dominasi ini, menjadikankan orang Indonesia juga tak segan

menindas bangsanya sendiri lewat perilaku dan praktek korupsi-nya. Tak ubahnya

seperti drakula penghisap darah yang terkadang memangsa kaumnya sendiri demi

bertahan hidup (Survival).

Ketiga, Fase Zaman Modern. Fase perkembangan praktek korupsi di

zaman modern seperti sekarang ini sebenarnya dimulai saat lepasnya bangsa

Indonesia dari belenggu penjajahan. Akan tetapi budaya yang ditinggalkan oleh

penjajah kolonial, tidak serta merta lenyap begitu saja. salah satu warisan yang

tertinggal adalah budaya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Hal tersebut

tercermin dari prilaku pejabat-pejabat pemerintahan yang bahkan telah dimulai di

era Orde lama Soekarno, yang akhirnya semakin berkembang dan tumbuh subur

di pemerintahan Orde Baru Soeharto hingga saat ini. Sekali lagi, pola

kepemimpinan yang cenderung otoriter, anti-demokrasi dan anti-kritik,

(27)

membuat jalan bagi terjadi praktek korupsi dimana-mana semakin

terbuka. Indonesia tak ayal pernah menduduki peringkat 5 (besar) Negara yang

pejabatnya paling korup, bahkan hingga saat ini.

Seperti pemerintahan Indonesia sekarang, banyak sekali kasus kasus

korupsi di negeri ini, dari kasus ke kasus, dari kalangan pejabat dan aparat

pemerintahan juga ikut berpartisipasi dalam kegiataan yang merugikan negara ini,

sudah berapa kekayaan negara ini yang dicuri, layaknya tikus yang tak pernah

kenyang dan rakus. Peneliti sangat tertarik untuk menganalisis lirik Tikus Tikus

kantor karya Iwan Fals ini.

Pada penelitian, peneliti menggunakan metode analisis wacana kritis.

Untuk mengetahui pesan dari lirik lagu Tikus-tikus kantor ciptaan Iwan Fals,

peneliti menggunakan teori analisis wacana kritis yang dikemukakan oleh

Norman Fairclough.

Dalam model Fairclough, teks disini di analisis secara linguistik, dengan

melihat kosakata, semantik, dan tata kalimat. Ia juga memasukan koherensi dan

kohesivitas, bagaimana antar kalimat atau kalimat tersebut digabung sehingga

menimbulkan pengertian. (Eriyanto, 2001 : 286)

Norman Fairclough membangun suatu model yang mengintegrasikan

secara bersama-sama analisis wacana yang didasarkan pada linguistik dan

pemikiran sosial dan politik dan secara umum di integrasikan pada perubahan

sosial. Oleh karena itu, model yang di kemukakan oleh fairclough ini sering juga

(28)

wacana menunjuk pada pemakaian bahasa sebagai praktik sosial, lebih dari

aktivitas individu atau untuk merefleksikan sesuatu. Memandang bahasa sebagai

praktik sosial semacam ini, mengandung sejumlah implikasi. (Eriyanto, 2001 :

286)

1.2Rumusan Masalah

Untuk itu, maka peneliti mengambil rumusan masalah pada dua bentuk

pertanyaan yaitu pertanyaaan Makro dan pertanyaan Mikro. Pengertian dari

pertanyaan makro adalah inti dari permasalah yang peneliti ingin teliti, lalu

pertanyaan mikro merupakan pertanyaan permasalahan yang berdasarkan teori

sebagai landasan penelitian ini.

1.2.1 Pertanyaan Makro

Peneliti merumuskan pertanyaan makro yaitu “Bagaimana Pesan

Korupsi dalam Lirik Lagu Tikus Tikus Kantor Karya Iwan Fals

Ditinjau dari Analisis Wacana Kritis Norman Fairclough?

1.2.2 Pertanyaan Mikro

Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti merumuskan pertanyaan

mikro guna membatasi masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pesan korupsi dalam lirik lagu tikus tikus kantor dalam

struktur teks?

2. Bagaimana pesan korupsi dalam lirik lagu tikus tikus kantor dalam

(29)

3. Bagaimana pesan korupsi dalam lirik lagu tikus tikus kantor deskripsi

sosiocultural practice (Situasional, Institusional, Sosial)?

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah yang peneliti bagi menjadi dua

pertanyaan yaitu makro dan mikro, maka peneliti pun mendapati Maksud dan

Tujuan dari penelitian ini yaitu:

1.3.1 Maksud Penelitian

Adapun maksud dari penelitian ini adalah untuk menganalisa dan

mendeskripsikan Pesan Korupsi dalam Lirik Lagu Tikus Tikus Kantor

dengan analisis wacana kritis Norman Fairclough.

1.3.2Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pesan korupsi dalam lirik lagu tikus tikus kantor

bagaimana dalam struktur teks?

2. Untuk mengetahui pesan korupsi dalam lirik lagu tikus tikus kantor

dalam deskripsi praktik wacana (produksi dan konsumsi)?

3. Untuk Mengetahui bagaimana pesan korupsi dalam lirik lagu tikus

tikus kantor dalam deskripsi wacana sosial budaya (Situasional,

(30)

1.4.1Kegunaan Teoritis

Peneliti ini diharapkan dapat memberikan manfaat kegunaan,

bagi universitas diharapkan dapat menjadi tambahan bagi

pengembangan ilmu pengetahuan karya ilmiah penelitian skripsi.

Dalam bidang ini kajian ilmu komunikasi mengenai penggunaan

analisis wacana kritis dalam menganalisis suatu teks, membedah

berbagai unsur-unsur seputar wacana yang terdapat dalam suatu teks,

dan semoga dapat memperkaya keilmuan analisis wacana dalam kajian

ilmu komunikasi, termasuk jika penelitian ini nantinya dapat dijadikan

sebagai rujukan referensi bagi penelitian penelitian berikutnya dengan

tema yang sama yaitu seputar analisis wacana.

1.4.2 Kegunaan Praktis

A. Bagi Peneliti

Kegunaan penelitian ini bagi peneliti adalah

memberikan tambahan wawasan pengetahuan ilmu komunikasi

tentang analisis wacana, bahwa memahami suatu teks tidak

hanya suatu bentuk tulisan yang tak bernyawa dan tanpa

maksud apa-apa, oleh karena setiap teks itu memiliki wacana

tersembunyi.

B. Bagi Pengembangan Akademik

Semoga penelitian ini dapat pula berguna bagi bidang

(31)

penelitian ilmiah di universitas. Diharapkan pula dapat menjadi

bahan penerapan dan pengembangan dalam kajian ilmu

komunikasi, dan juga sebagai bahan perbandingan dan

pengembangan referensi tambahan bagi penelitian dengan

tema sejenis.

C. Bagi Masyarakat

Bagi masyarakat diharapkan penelitian ini dapat

memberikan manfaat yang sebesar-besarnya. Agar masyarakat

memahami lagu itu mempunyai pesan yang ingin di sampaikan

oleh penulis lirik lagunya, supaya masyarakat bukan hanya

bisa menikmati saja alunan musiknya, tetapi benar-benar

mengerti tentang isi lirik lagu tersebut. Memahami bahwa isi

dibalik wacana.

Semoga dengan karya ilmiah saya ini dapat menambah

wawasan baru bagi masyarakat mengenai wacana yang

(32)

16 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka bertujuan untuk menjelaskan teori yang relevan

dengan masalah yang diteliti, tinjauan pustaka berisikan tentang data-data

sekunder yang peneliti peroleh dari jurnal-jurnal ilmiah atau hasil penelitian

pihak lain yang dapat dijadikan asumsi-asumsi yang memungkinkan

terjadinya penalaran untuk menjawab masalah yang diajukan peneliti. adapun

hasil dari pengumpulan yang telah peneliti dapatkan selama penelitian dan

peneliti menguraikannya sebagai berikut :

2.1.1 Peneliti Terdahulu

Dalam tinjauan pustaka, peneliti mengawali dengan menelaah

penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan serta relevansi dengan

penelitian yang dilakukan. Dengan demikian, peneliti mendapatkan rujukan

pendukung, pelengkap serta pembanding yang memadai sehingga penulisan

skripsi ini lebih memadai.

Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat kajian pustaka berupa

penelitian yang ada. Selain itu, karena pendekatan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang menghargai berbagai

perbedaan yang ada serta cara pandang mengenai objek-objek tertentu,

sehingga meskipun terdapat kesamaan maupun perbedaan adalah suatu hal

(33)

1. Heri Wibowo (Skripsi), Program Ilmu Komunikasi Bidang Kajian Ilmu Kehumasan, Universitas Komputer Indonesia dengan judul Representasi Konsumerisme Pada Lirik Lagu menggunakan metode penelitian kualitatif studi Semiotika.

Dalam penelitian skripsi ini, Heri Wibowo merepresentasikan konsumerisme, dimana konsumerisme merupakan suatu pola pikir dan tindakan dimana orang membeli barang bukan karena ia membutuhkan barang itu, melainkan karena tindakan membeli itu sendiri memberikan kepuasan kepadanya

Heri Wibowo memilih teori Semiotika untuk melakukan penelitian nya. Dengan menggunakan teori Semiotika dari Charles Sanders Peirce, yang digunakan untuk menganalisis makna semiotik tentang konsumerisme yang terdapat dalam lirik lagu yang berjudul Belanja Terus Sampai Mati karya Efek Rumah Kaca.

2. Pratama, Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta. Dengan

jedul skripsinya Lirik Lagu Gosip Jalanan Grup Band Slank

(Pendekatan Analisis Wacana).

Pratam melakukan penelitian Kualitatif Metode Pendekatan Analisis

Wacana Kritis Norman Faircloug. Perseteruan DPR dengan Grup Band

Slank, yang Menceriakan tentang Keadaan Bangsa yang Carut Marut dengan

sebuah lirik lagu. Lirik Lagu Gosip Jalanan Grup Band Slank (Pendekatan

Analisis Wacana) Kualitatif Metode Pendekatan Analisis Wacana Kritis

Norman Fairclough Perseteruan DPR dengan Grup Band Slank, yang

(34)

lagu Dimensi atau Wliayah Teksnya di Analisis Menggukanan Metode

Semiotika Penulis ini Dimensi Teks nya Tetep Memakai Metode Analisis

Wacana Kritis Noramn Fairclough

Dimensi atau Wliayah Teksnya di Analisis Menggukanan Metode Semiotika

Penulis ini Dimensi Teks nya.

3. Lingga Agung, Jurusan Ilmu Komunikasi Konsentrasi Hubungan

Masyarakat, Universitas Pasundan Bandung dengan judul Analisis Lirik

lirik Lagu Homicide Sebagai Sebauh Bentuk Kampanye Menentang

Arus Neoliberalisme (Studi Fenomenologis Mengenai Kampanye Anti

Neoliberalisme Dalam Pendekatan Analisis Wacana Kritis Norman

Fairclough.

Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif

eksploratif dengan teknik pengumpulan data dari: wawancara mendalam

(Depth Interview), pengamatan langsung/observasi, dan studi kepustakaan.

Wawancara dilakukan kepada pencipta lirik-lirik lagu Homicide yaitu Ucok.

Adapun informan dari penelitian ini adalah kawan dekat Homicide yakni Adi

Gembel dan Jay D, penggemar berat Homicide yakni Amindala, Okky dan

Echa, serta seorang yang baru mendengarkan Homicide yakni Yuda. Semua

informan dipilih berdasarkan intensitasnya terhadap pemahaman liri-lirik

lagu Homicide.

Homocide selalu menampilkan dalam lirik lagu nya tentang Ideologi

(35)

Homicide selalu menampilkan ideologi yang melawan paham neoliberalisme

serta menampilkan kaum yang tertindas. Pada praktek kewacanaan, produksi

lirik-lirik lagu Homicide didasarkan kepada situasi dan kondisi yang ada di

sekitarnya. Dan pada dimensi praktek sosial, penulisan lirik-lirik lagu

Homicide sepenuhnya dipengaruhi oleh situasi pranata sosial yang ada di

(36)

Tabel 2.1

(37)
(38)

2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi

Sebagai makhluk sosial setiap manusia secara alamiah memiliki

potensi dalam berkomunikasi. Ketika manusia diam, manusia itu sendiripun

sedang melakukan komunikasi dengan mengkomunikasikan perasaannya.

Baik secara sadar maupun tidak manusia pasti selalu berkomunikasi. Manusia

membutuhkan komunikasi untuk berinteraksi terhadap sesama manusia

maupun lingkungan sekitar.

Ilmu komunikasi merupakan ilmu sosial terapan dan bukan termasuk

ilmu sosial murni karena ilmu sosial tidak bersifat absolut melainkan dapat

berubah-ubah sesuai dengan perkembangan jaman. Hal tersebut dikarenakan

ilmu komunikasi sangat erat kaitannya dengan tindak dan perilaku manusia,

sedangkan perilaku dan tingkah laku manusia dapat dipengaruhi oleh

lingkungan maupun perkembangan jaman.

2.1.2.1 Pengertian Komunikasi

Definisi dan pengertian komunikasi juga banyak dijelaskan oleh

beberapa ahli komunikasi. Salah satunya dari Wiryanto dalam bukunya

Pengantar Ilmu Komunikasi menjelaskan bahwa “Komunikasi

mengandung makna bersama-sama (common). Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin, yaitu communication yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifat yang diambil dari communis,

(39)

Pengertian komunikasi lainnya bila ditinjau dari tujuan manusia

berkomunikasi adalah untuk menyampaikan maksud hingga dapat

mengubah perilaku orang yang dituju, menurut Mulyana sebagai

berikut, “Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang

(komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang

verbal) untuk mengubah perilaku orang lain)”. (Mulyana, 2003:62)

Selain itu, Joseph A Devito menegaskan bahwa komunikologi

adalah ilmu komunikasi, terutama komunikasi oleh dan di antara

manusia. Seorang komunikologi adalah ahli ilmu komunikasi. Istilah

komunikasi dipergunakan untuk menunjukkan tiga bidang studi yang

berbeda: proses komunikasi, pesan yang dikomunikasikan, dan studi

mengenai proses komunikasi.

Luasnya komunikasi ini didefinisikan oleh Devito dalam

Effendy sebagai:

(40)

intra-persona, antarpersona, kelompok kecil, pidato, komunikasi massa atau komunikasi antarbudaya.” (Effendy, 2005 : 5)

Menurut Roger dan D Lawrence dalam Cangra, mengatakan

bahwa komunikasi adalah: “Suatu proses dimana dua orang atau lebih

membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama

lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang

mendalam” (Cangara, 2004

Sementara Raymond S Ross dalam Rakhmat, melihat

komunikasi yang berawal dari proses penyampaian suatu lambang:

“A transactional process involving cognitive sorting, selecting, and sharing of symbol in such a way as to help another elicit from his own experiences a meaning or responses similar to that intended by the source.”

(Proses transaksional yang meliputi pemisahan, dan pemilihan bersama lambang secara kognitif, begitu rupa sehingga membantu orang lain untuk mengeluarkan dari pengalamannya sendiri arti atau respon yang sama dengan yang dimaksud oleh sumber.) (Rakhmat, 2007:3)

Dari beberapa pengertian mengenai komunikasi di atas, dapatdi

simpulkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses pertukaran pesan

atau informasi antara dua orang atau lebih, untuk memperoleh

kesamaan arti atau makna diantara mereka.

2.1.2.2 Komponen-komponen Komunikasi

Berdasarkan beberapa pengertian komunikasi diatas, dapat

(41)

terdapat unsur atau komponen. Menurut Effendy (2005:6), Ruang

Lingkup Ilmu Komunikasi berdasarkan komponennya terdiri dari :

1. Komunikator (communicator)

2. Pesan (message)

3. Media (media)

4. Komunikan (communicant)

5. Efek (effect)

Untuk itu, Lasswell memberikan paradigma bahwa komunikasi

adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan

melalui media yang menimbulkan efek tertentu.

2.1.2.2.1 Komunikator dan Komunikan

Komunikator dan komunikan merupakan salah satu

unsur terpenting dalam proses komunikasi. Komunikator sering

juga disebut sebagai sumber atau dalam bahasa Inggrisnya

disebut source, sender, atau encoder.

Hafied Cangara dalam bukunya ”Pengantar Ilmu

Komunikasi” mengatakan bahwa:

(42)

Begitu pula dengan komunikator atau penerima, atau dalam

bahasa Inggris disebut audience atau receiver.

Cangara menjelaskan, ”Penerima bisa terdiri dari satu

orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai, atau

negara”. Selain itu, ”dalam proses komunikasi telah dipahami

bahwa keberadaan penerima adalah akibat karena adanya

sumber. Tidak ada penerima jika tidak ada sumber”. Cangara

pun menekankan:

“Kenalilah khalayakmu adalah prinsip dasar dalam berkomunikasi. Karena mengetahui dan memahami karakteristik penerima (khalayak), berarti suatu peluang untuk mencapai keberhasilan komunikasi” (Cangara, 2004:25).

2.1.2.2.2 Pesan

Pesan yang dalam bahasa Inggris disebut message,

content, tau information, salah unsur dalam komunikasi yang

teramat penting, karena salah satu tujuan dari komunikasi yaitu

menyampaikan atau mengkomunikasikan pesan itu sendiri.

Cangara menjelaskan bahwa:

(43)

2.1.2.2.3 Media

Media dalam proses komunikasi yaitu, ”Alat yang

digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada

penerima” (Cangara, 2004:23).

Media yang digunakan dalam proses komunikasi

bermacammacam, tergantung dari konteks komunikasi yang

berlaku dalam proses komunikasi tersebut. Komunikasi

antarpribadi misalnya, dalam hal ini media yang digunakan yaitu

pancaindera.

Selain itu, ”Ada juga saluran komunikasi seperti telepon,

surat, telegram yang digolongkan sebagai media komunikasi

antarpribadi” (Cangara, 2004:24).

Lebih jelas lagi Cangara menjelaskan, dalam konteks

komunikasi massa media, yaitu:

(44)

2.1.2.2.4 Efek

Efek atau dapat disebut pengaruh, juga merupakan bagian dari

proses komunikasi. Namun, efek ini dapat dikatakan sebagai akibat dari

proses komunikasi yang telah dilakukan. Seperti yang dijelaskan

Cangara, masih dalam bukunya ”Pengantar Ilmu Komunikasi”,

pengaruh atau efek adalah:

”Perbedaaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap, dan tingkah laku seseorang” (De Fleur, 1982, dalam Cangara, 2004:25).

Oleh sebab itu, Cangara mengatakan, ”Pengaruh bisa juga

diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap,

dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan” (Cangara,

2004:25).

2.1.2.3 Tujuan Komunikasi

Setiap individu yang berkomunikasi pasti memiliki tujuan,

secara umum tujuan komunikasi adalah lawan bicara agar mengerti dan

memahami maksud makna pesan yang disampaikan, lebih lanjut

diharapkan dapat mendorong adanya perubahan opini, sikap, maupun

perilaku.

Menurut Onong Uchjana dalam buku yang berjudul Ilmu

Komunikasi Teori dan Praktik, menyebutkan ada beberapa tujuan

(45)

a. perubahan sikap (attitude change)

b. perubahan pendapat (opinion change)

c. perubaha perilaku (behavior change)

d. perubahan sosial (social change)

Sedangkan Joseph Devito dalam bukunya Komunikasi Antar

Manusia menyebutkan bahwa tujuan komunikasi adalah sebagai

berikut:

a. Menemukan

Dengan berkomunikasi kita dapat memahami secara baik diri

kita sendiri dan diri orang lain yang kita ajak bicara.

Komunikasi juga memungkinkan kita untuk menemukan

dunia luar yang dipenuhi oleh objek, peristiwa dan manusia.

b. Untuk Berhubungan

Salah satu motivasi dalam diri manusia yang paling kuat

adalah berhubungan dengan orang lain.

c. Untuk Meyakinkan

Media massa ada sebagian besar untuk meyakinkan kita agar

(46)

d. Untuk Bermain

Kita menggunakan banyak perilaku komunikasi kita untuk

bermain dan menghibur diri kita dengan mendengarkan

pelawak (Devito, 1997:31)

2.1.2.4 Lingkup Komunikasi

Menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya Ilmu, Teori

dan Filsafat Komunikasi (2003:52), ilmu komunikasi merupakan ilmu

yang mempelajari, menelaah dan meneliti kegiatan-kegiatan

komunikasi manusia yang luas ruang lingkup (scope)-nya dan banyak dimensinya. Para mahasiswa acap kali mengklasifikasikan aspek-aspek

komunikasi ke dalam jenis-jenis yang satu sama lain berbeda

konteksnya. Berikut ini adalah penjenisan komunikasi berdasarkan

konteksnya.

A. Bidang Komunikasi

Yang dimaksud dengan bidang ini adalah bidang pada kehidupan

manusia, dimana diantara jenis kehidupan yang satu dengan jenis

kehidupan lain terdapat perbedaan yang khas, dan kekhasan ini

menyangkut pula proses komunikasi. Berdasarkan bidangnya,

komunikasi meliputi jenis-jenis sebagai berikut:

(47)

2) komunikasi organisasi atau manajemen (organiazation or management communication)

3) komunikasi bisnis (business communication) 4) komunikasi politik (political communication)

5) komunikasi internasional (international communication)

6) komunikasi antar budaya (intercultural communication)

7) komunikasi pembangunan (development communication) 8) komunikasi tradisional (traditional communication)

B. Sifat Komunikasi ditinjau dari sifatnya komunikasi diklasifikasikan

sebagai berikut:

1. komunikasi verbal (verbal communicaton)

a. komunikasi lisan

b. komunikasi tulisan

2. komunikasi nirverbal (nonverbal communication)

a. kial (gestural)

b. gambar (pictorial)

3. tatap muka (face to face) 4. bermedia (mediated)

C. Tatanan Komunikasi

Tatanan komunikasi adalah proses komunikasi ditinjau dari

jumlah komunikan, apakah satu orang, sekelompok orang, atau

(48)

situasi komunikasi seperti itu, maka diklasifikasikan menjadi

bentuk-bentuk sebagai berikut:

a. Komunikasi Pribadi (Personal Communication)

 komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication)

 komunikasi antarpribadi (interpersonal communication)

b. Komunikasi Kelompok (Group Communication)

 komunikasi kelompok kecil (small group communication)

 komunikasi kelompok besar (big group communication)

c. Komunikasi Massa (Mass Communication)

 komunikasi media massa cetak (printed mass media)

 komunikasi media massa elektronik (electronic mass media)

D. Fungsi Komunikasi

a. Menginformasikan (to Inform)

b. Mendidik (to educate)

c. Menghibur (to entertaint)

(49)

E. Teknik Komunikasi

Istilah teknik komunikasi berasal dari bahasa Yunani

“technikos” yang berarti keterampilan. Berdasarkan keterampilan

komunikasi yang dilakukan komunikator, teknik komunikasi

diklasifikasikan menjadi:

a. Komunikasi informastif (informative communication)

b. Persuasif (persuasive)

c. Pervasif (pervasive)

d. Koersif (coercive)

e. Instruktif (instructive)

f. Hubungan manusiawi (human relations) (Effendy, 2003:55)

F. Metode Komunikasi

Istilah metode dalam bahasa Inggris “Method” berasal dari bahasa Yunani “methodos” yang berarti rangkaian yang sistematis dan yang merujuk kepada tata cara yang sudah dibina berdasarkan rencana

yang pasti, mapan, dan logis. Atas dasar pengertian diatas, metode

komunikasi meliputi kegiatan kegiatan yang teroganisasi sebagai

berikut:

1. Jurnalisme

a. Jurnalisme cetak

(50)

2. Hubungan Masyarakat

a. Periklanan

b. Propaganda

c. Perang urat syaraf

d. Perpustakaan (Effendy, 2003: 56)

2.1.3 Tinjauan Korupsi

2.1.3.1 Pengertian Korupsi

Kata korupsi berasal dari bahasa latin “coruptio” atau “corrutus”,

selanjutnya disebutkan bahwa coruptio itu berasal dari kata corrumpere

suatu kata latin yang lebih tua. Menurut bahasa eropa seperti Inggris,

istilah korupsi adalah : corruption, corrup. Perancis : corruption. Dan

dalam bahasa Belanda : corruptie. Dalam bahasa Indonesia arti dari kata

korupsi itu ialah kebusukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak

bermoral, dan penyimpangan dari kesucian.

Arti dari korupsi yang telah diterima dalam perbendaharaan kata

Bahasa Indonesia itu telah disimpulkan oleh Poerwadarminta dalam

kamus umum bahsa Indonesia bahwa korupsi adalah :

“Perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang

sogok, dan sebagainya, lalu dalam kamus besar bahasa Indonesia yang

dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan edisi kedua

(51)

(uang negara atau perusahaan dan sebagainya) untuk keuntungan pribadi

atau orang lain. Jadi secara epistemologis kata korupsi berarti

kemerosotan dari keadaan yang semula baik, sehat, benar menjadi

penyelewengan, busuk, kemerosotan itu terletak pada fakta bahwa orang

menggunakan kekuasaan, kewibawaan, dan wewenang jabatan

menyimpang dari tujuan yang semula dimaksud”.

2.1.3.2 Pengertian Tindak Pidana Korupsi

Pengertian tindak pidana korupsi berdasarkan Undang-undang

Nomor 20 Tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi

lebih luas seperti yang tercantum di dalam Pasal 1 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi. Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 menyebutkan, dihukum

karena tindak pidana korupsi, yaitu

1. Barang siapa dengan melawan hukum melakukan perbuatan

memperkaya diri sendiri atau orang atau suatu badan yang secara

langsung atau tidak langsung dapat merugikan keuangan negara

dan atau perekonomian negara atau diketahui atau patut disangka

olehnya bahwa perbuatan tersebut merugikan keuangan negara

atau perekonomian negara.

2. Barang siapa dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau

orang lain atau suatu badan, menyalahgunakan kewenangan,

(52)

kedudukan, yang secara langsung atau tidak langsung dapat

merugikan keuangan negara dan perekonomian negara.

3. Barang siapa melakukan kejahatan yang tercantum dalam Pasal

209, 210, 387, 388, 415, 416, 417, 418, 419, 420, 423, 425, dan

Pasal 435 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

4. Barang siapa memberi hadiah atau janji kepada pegawai negeri

seperti dimaksud dalam Pasal 2 dengan mengingat sesuatu

kekuasaan atau sesuatu wewenang yang melekat pada jabatannya

atau kedudukannya atau oleh si pemberi hadiah atau janji

dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan itu.

5. Barang siapa tanpa alasan yang wajar dalam waktu yang

sesingkat-singkatnya setelah menerima pemberian atau janji yang

diberikan kepadanya seperti yang tersebut dalam Pasal 418, 419

dan Pasal 420 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, tidak

melaporkan pemberian atau janji tersebut kepada yang berwajib.

Pengertian tindak pidana korupsi berdasarkan undang-undang

tentang pemberantasan tindak pidana korupsi lebih luas lagi yaitu

dengan dicantumkan korporasi sebagai subjek hukum. Pengertian

korporasi sendiri tercantum dalam Pasal 1 angka 1 Undang-undang

Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

yang menyebutkan, bahwa korporasi adalah kumpulan orang dan atau

kekayaan yang terorganisasi baik merupakan badan hukum maupun

(53)

2.1.4 Tinjauan lirik lagu

Lirik lagu merupakan simbol verbal yang diciptakan oleh manusia.

Manusia adalah makhluk yang tahu bagaimana harus bereaksi, tidak hanya

terhadap lingkungan fisiknya, namun juga pada simbol-simbol yang

dibuatnya sendiri. (Rivers, 2003:28). Dari pengertian diatas, dapat

disimpulkan bahwa lirik merupakan reaksi simbolik dari manusia yang

merupakan respon dari segala sesuatu yang terjadi dan dirasakan oleh

lingkungan fisiknya (yang dipengaruhi oleh akal sehat dan rasionalitas).

Simbol digunakan oleh manusia untuk memaknai dan memahami kenyataan

yang tidak dapat dilihat secara langsung, namun kenyataan tersebut dapat

terlihat dan dirasakan oleh indera manusia, stimulus ini kemudian diolah oleh

pikiran, kemudian tercipta konsep atau penafsiran tertentu dan kemudian

simbol yang diciptakan tersebut akan membentuk makna tertentu sesuai

dengan apa yang akan diungkapkan.

The lyrics is the commonest, and yet, in its perfection, the post modern; the simplest, and yet in its laws emotional association; and it all these because it express, more intimately, than other types of verse the personality of the poet. (Hubbel, 1949:57).

Bisa diartikan sebagai berikut, yang berkenaan dengan lirik lagu

adalah sesuatu yang paling umum, namun sempurna dan modern; selain itu

(54)

diekspresikan secara mendalam oleh penulis (penyair atau dalam hal ini

penulis lirik) seperti halnya sajak.

Berangkat dari pengertian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa lirik

lagu adalah tulisan seperti sajak yang ditulis secara mendalam untuk

menuangkan dan mengungkapkan berbagai macam emosi.

The lyric, then, give us idea and theme and calls up appropriate pictures in language, wich is rich in suggestions, pictorial power, an sensuous beauty (Hubbel, 1949:22).

Dapat diartikan lirik, membangun persepsi serta menggambarkan

sesuatu yang kemudian diperkaya akan perasaan, kekuatan imaji, serta kesan

keindahan. Dalam membuat lirik lagu terkait dengan bahasa, dan bahasa

terkait dengan sastra. Karena kata-kata (lirik lagu) yang dibuat oleh pencipta

lagu tidak semua dapat dimengerti oleh khalayak, karena itulah memerlukan

suatu penelitian tentang isi lirik lagu tersebut.

Penentuan bahasa yang digunakan juga tergantung pada individual

yang menciptakan lirik lagu, karena belum ada ketentuan bahasa dalam

membuat sebuah lirik lagu tetapi lirik yang dibuat dapat dipertanggung

jawabkan isinya. Sedangkan tiap lirik yang dibuat oleh pencipta lagu pasti

memiliki makna tersendiri yang ingin disampaikan kepada pendengarnya.

Hal ini terkait dengan kasus yang penulis teliti, dimana dalam setiap

lirik lagu ”Tikus-tikus Kantor” memiliki makna yang ingin disampaikan oleh

(55)

walaupun penafsiran setiap individu berbeda-beda. Dengan lirik lagu

tersebut, tujuan dari seorang pencipta lagu dapat disampaikan kepada para

khalayaknya.

Dari pengertian tersebut diatas, dapat dikatakan bahwa lirik (dalam

lagu) adalah rangkaian pesan verbal yang tertulis dengan sistematika tertentu

untuk menimbulkan kesan tertentu juga, isi pesan verbal tersebut mewakili

gagasan penulis (lirik) yang merupakan respon dari lingkungan fisik manusia.

2.1.5 Lirik Lagu Sebagai Bentuk Pesan Komunikasi

Menurut Lasswell, Komunikasi adalah pesan yang disampaikan

kepada komunikan (penerima) dari komunikator (sumber) melalui

saluran-saluran tertentu baik secara langsung atau tidak langsung dengan maksud

memberikan dampak atau effect kepada komunikan sesuai dengan yang

diinginkan komunikator. Yang memenuhi lima unsur who, says what, in which channel, to whom, with what effect. Dengan pola pikir dan hasil cipta, manusia dapat mengkomunikasikan segala sesuatu pemikiran kepada

khalayak luas berupa gagasan, ide atau opini di encode menjadi sebuah pesan

komunikasi yang mudah dicerna.

Dalam sebuah proses penyampaian komunikasi, pesan merupakan hal

yang utama. Definisi pesan sendiri adalah segala sesuatu, verbal maupun non

verbal, yang disampaikan komunikator kepada komunikan untuk

mewujudkan motif komunikasi. Pesan pada dasarnya bersifat abstrak,

(56)

menghantarkan pesan berupa suara, mimik, gerak-gerik, bahasa lisan &

tulisan yang dapat saling dimengerti sebagai alat bantu dalam berkomunikasi.

Dalam musik terjadi pertukaran pikiran, ide, gagasan antara pencipta

lagu dengan audiens sebagai penikmat musik. Pencipta menyampaikan isi

pikiran dibenaknya berupa nada dan lirik agar audiens mampu menerima

pesan didalamnya. Disinilah terjadi proses komunikasi melalui lambang

musik berupa nada dan lirik berupa teks dalam sebuah lagu antara pencipta

lagu dengan audiensnya.

Komunikasi antara pencipta dan penikmat lagu berjalan ketika sebuah

lagu diperdengarkan kepada audiens. Pesan yang disampaikan dapat berupa

cerita, curahan hati, atau sekedar kritik yang dituangkan dalam bait-bait lirik.

Lirik sendiri memiliki sifat istimewa. Tentunya dibandingkan pesan pada

umumnya lirik lagu memiliki jangkauan yang luas didalam benak

pendengarnya. Demikian pula dengan penyanyi sebagai komunikator untuk

menyampaikan pesannya yang berbentuk lagu dengan media seperti kaset,

CD (compact disk) maupun VCD (video compact disk). Musik dapat dimasukkan dalam suatu bentuk komunikasi massa karena memiliki beberapa

unsur, karakteristik dan fungsi yang sama dengan komunikasi massa.

2.1.6 Tinjauan Tentang Wacana

Sudah lama bahasa menjadi unsur kajian ilmu pengetahuan, bahkan

sejak zaman Yunani Kuno, walaupun bukan untuk kepentingan kebahasaan

(57)

karena bahasa dianggap sebagai sebuah alat yang tepat untuk

mengungkapkan konsepkonsep berpikir dan hasil pemikiran filosofis.

Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia

sehingga dalam kenyataannya bahasa menjadi aspek penting dalam

melakukan sosialisasi atau berinteraksi sosial dengan bahasa manusia dapat

menyampaikan berbagai berita, pikiran, pengalaman, gagasan, pendapat,

perasaan, keinginan, dan lain-lain kepada orang lain. (Kurniawan dalam

Darma, 2009:1). Bahasa meliputi tataran fonologi, morfologi, sintaksis,

semantik, dan wacana. Berdasarkan hierarkinya, wacana merupakan tataran

bahasa terbesar, tertinggi dan terlengkap.

2.1.6.1 Pengertian Wacana

Pembahasan wacana adalah rangkaian kesatuan situasi atau

dengan kata lain, makna suatu bahasa berada dalam konteks dan situasi.

Wacana dikatakan terlengkap karena wacana mencakup tataran

dibawahnya, yakni fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan

ditunjang oleh unsur lainnya, yaitu situasi pemakaian dalam

masyarakat.

Alex Sobur dalam Darma mengatakan, “wacana adalah

rangkaian ujar atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu

hal (subjek) yang disajikan secara teratur, sistematis, dalam kesatuan

yang koheren, dibentuk oleh unsur segmental maupun nonsegmental

(58)

kata-kata, tulisan, gambar-gambar, dan lain-lain, tidak bersifat netral atau

steril.

Eksistensinya ditentukan oleh orang-orang yang

menggunakannya, konteks peristiwa yang berkenaan dengannya, situasi

masyarakat luas yang melatarbelakangi keberadaannya, dan lain-lain.

Kesemuanya itu dapat berupa nilai-nilai, ideologi, emosi,

kepentingan-kepentingan, dan lain-lain.

2.1.6.2 Ciri-ciri dan Sifat Wacana

Berdasrkan pengertian wacana, kita dapat mengidentifikasi ciri

dan sifat sebuah wacana, antara lain sebagai berikut:

1. Wacana dapat berupa rangkaian ujar secara lisan dan tulisan atau

rangkaian tindak tutur.

2. Wacana mengungkapkan suatu hal (subjek).

3. Penyajian teratur, sistematis, koheren, dan lengkap dengan semua

situasi pendukungnya.

4. Memiliki satu kesatuan misi dalam rangkaian itu.realitas, media

komunikas, cara pemaparan, dan jenis pemakaian. Dalam

kenyataan wujud dari bentuk wacana itu

(59)

2.1.6.3 Wujud dan Jenis Wacana

Wujud adalah rupa dan bentuk yang dapat diraba atau nyata.

Jenis adalah cirri khusus. Jadi wujud wacana mempunyai rupa atau

bentuk wacana yang nyata dan dapat kita lihat strukturnya secara

nyata. Sedangkan jenis wacana mempunyai arti bahwa wacana itu

memiliki sifat-sifat atau ciri-ciri khas yang dapat dibedakan dari

bentuk bahasa lain.

Pada dasarnya, wujud dan jenis wacana dapat ditinjau dari

sudut realitas, media komunikasi, cara pemaparan, dan jenis

pemakaian. Dalam kenyataannya wujud wacana itu dapat dilihat dalam

beragam buah karya si pembuat wacana, yaitu: teks (wacana dalam

wujud tulisan/grafis) antara lain dalam bentuk berita, feature, artikel, opini, cerpen, novel, dsb. Talk (wacana dalam wujud ucapan) antara lain dalam wujud rekaman wawancara, obrolan, pidato, dsb. Act (wacana dalam wujud tindakan) antara lain dalam wujud lakon drama,

tarian, film, defile, demonstrasi, dsb. Artifact (wacana dalam wujud

jejak) antara lain dalam wujud bangunan, lanskap, fashion, puing, dsb.

2.1.7

Gambar

Gambar 2.1
Tabel 2.2
Gambar 2.2
Tabel 2.3
+2

Referensi

Dokumen terkait

Deteksi outlier merupakan suatu teknik untuk mencari obyek dimana obyek tersebut mempunyai perilaku berbeda dibandingkan obyek-obyek pada umumnya. Deteksi outlier

Proses merubah dapat dilakukan dengan cara pilih tabel data yang akan. dirubah, kemudian pilih icon simpan maka akan muncul informasi apakah

KERANGKA TEORI DAN

regresi yang diperoleh dari penelitian ini menunjukan hasil bahwa, secara bersama-sama ke dua variabel Kemampuan dan Kepuasan Kerja berpengaruh terhadap tingkat

Pernyataan yang terkait dengan proses katabolisme adalah ..... A.. DOKUNILrN

Semakin tinggi sudut converging duct dan semakin panjang constant-area section pada tekanan motive 5 kg/cm 2 , semakin besar daerah vakum yang dihasilkan pada

Descriptive model dimana data yang diolah adalah data kemiskinan pada 12 Kota atau Kabupaten di Propinsi Riau dimana variabel yang digunakan adalah : Data pesentase

This study describes the kinds of verbal humor in The SpongeBob Movie: Sponge Out of Water ” animated film and the violation maxim principle of humor