(Analisis Wacana Kritis Norman Fairclough Tentang Pesan Bahaya
Korupsi Dalam Lirik Lagu Tikus Tikus Kantor Karya Iwan Fals)
SKRIPSI
Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Komputer Indonesia
Disusun oleh
MOHAMMAD SYAEFUL BAHRI NIM: 41809191
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA B A N D U N G
xii
Hal
LEMBAR PENGESAHAN ... i
LEMBAR PERNYATAAN ... ii
LEMBAR PERSEMBAHAN... iii
ABSTRAK………... iv
ABSTRACT………... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR GAMBAR ……….. xvii
DAFTAR TABEL ………..… xviii
DAFTAR BAGAN ………..… xix
DAFTAR LAMPIRAN…... xx
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah ... 1
1.2
Rumusan Masalah ... 12
1.2.1 Rumusan Makro ... 12
1.2.2 Rumusan Mikro ... 12
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ...13
1.3.1 Maksud Penelitian ... 13
1.3.2 Tujuan Penelitian ... 13
1.4 Kegunaan Penelitian ...12
1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 14
1.4.2 Kegunaan Praktis ... 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Tinjauan Pustaka ... 16
xiii
2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi ... 22
2.1.2.1 Pengertian Komunikasi ... 22
2.1.2.2 Komponen komponen komunikasi ... 24
2.1.2.2.1 Komunikator dan Komunikan ...25
2.1.2.2.2 Pesan ... 26
2.1.2.2.3 Media ... 27
2.1.2.2.4 Efek ... 28
2.1.2.3 Tujuan Komunikasi ... 28
2.1.2.4 Lingkup Komunikasi ... 30
2.1.3 Tinjauan Korupsi ... 34
2.1.3.1 Pengertian Korupsi... 34
2.1.3.2 Pengertian Tindak Pidana Korupsi... 35
2.1.4 Tinjauan lirik lagu... 37
2.1.5 Lirik Lagu Sebagai Bentuk Pesan Komunikasi ………...… 39
2.1.6 Tinjauan Tentang Wacana ……… 40
2.1.6.1 Pengertian Wacana ………... 41
2.1.6.2 Ciri-ciri dan Sifat Wacana ……… 42
2.1.6.3 Wujud dan Jenis Wacana ……….. 43
2.1.7 Wacana dan Ideologi ………... 43
2.1.8 Analisis Wacana ………..…… 45
2.1.9 Analisis Wacana Kritis ……… 47
2.1.9.1 Pengertian Analisis Wacana Kritis ……….. 47
2.1.9.2 Karakteristik Analisis Wacana Kritis ……….. 48
2.1.9.2 Analisis Wacana Kritis Model Norman Fairclough …...…….. 51
2.2 Kerangka Pemikiran ………..… 62
2.2.1 Kerangka Teortis ………62
xiv
3.1 Objek Penelitian ...71
3.1.1 Biografi Singkat Iwan Fals...73
3.2 Metode Penelitian ... 75
3.2.1 Desain Penelitian ... 79
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ... 80
3.2.2.1 Studi Pustaka... ... 80
3.2.2.2 Studi Lapangan... ... 81
3.2.2.3 Internet
Searching
... ... 81
3.2.3 Teknik Penentuan Informan ... 82
3.2.4 Teknik Analisis Data ... 83
3.2.5 Uji Keabsahan Data... 84
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 86
3.3.1 Lokasi Penelitian... ... 86
3.3.2 Waktu Penelitian ... 86
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Informan Penelitian ...88
4.1.1 Rosyid E abby …………...88
4.1.2 Ozon Listanto. ………...90
4.1.3 Rosyid E abby ………...88
4.2 Hasil Penelitian ... 93
4.2.1 Pesan Korupsi dalam Lirik Lagu Tikus Tikus Kantor dalam Struktur
teks ... 94
4.2.1.1 Representasi dalam Anak Kalimat ………….……….. 95
4.2.1.2 Representasi dalam Kombinasi Anak Kalimat ……….... 95
4.2.1.3 Representasi dalam Rankaian Anak Kalimat.………..100
4.2.1.4 Relasi ………....………..101
4.2.1.5 Identitas ………....………..103
xv
4.2.3 Pesan Korupsi dalam Lirik Lagu Tikus Tikus Kantor dalam
Deskripsi
Sosiocultural Practice
……….…..……
104
4.2.3.1 Situasional ……….………..105
4.2.3.2 Intituasional……….... 106
4.2.3.3 Sosial ……….………..107
4.3 Pembahasa …... 108
4.3.1 Pesan Korupsi dalam Lirik Lagu Tikus Tikus Kantor dalam Struktur
teks ………..108
4.3.1.1 Representasi dalam Anak Kalimat ………….……… 109
4.3.1.2 Representasi dalam Kombinasi Anak Kalimat ………...115
4.3.1.3 Representasi dalam Rankaian Anak Kalimat.………..118
4.3.1.4 Relasi ………....………..119
4.3.1.5 Identitas ………....………..120
4.3.2 Pesan Korupsi dalam Lirik Lagu Tikus Tikus Kantor dalam
Deskripsi
Discourse Practice ……….………
123
4.3.3 Pesan Korupsi dalam Lirik Lagu Tikus Tikus Kantor dalam
Deskripsi
Sosiocultural Practice
……….…..……
126
4.3.3.1 Situasional ……….………..126
4.3.3.2 Intituasional……….... 128
4.3.3.3 Sosial ……….………..130
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan …………...140
5.1.1 Dimensi Teks …………...140
5.1.2 Discourse practice
………
...141
5.1.3 Sosiocultural practice ……….142
5.2 Saran ... 143
5.2.1 Bagi Akademik………...143
xvi
vi
Segala puji dan syukur peneliti panjatkan hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang mana atas segala berkat dan anugerah-Nya yang telah memberikan kekuatan, kesehatan, keyakinan dan jalan serta kesabaran pagi peneliti dalam menyelesaikan Skripsi ini. Adapun pembuatan Skripsi yang berjudul Pesan Korupsi Dalam Lirik Lagu Tikus Tikus Kantor Karya Iwan Fals
Peneliti sangat meyadari bahwa adanya peran berharga dari orang-orang
hebat disisi peneliti yang bersedia membagi hidupnya untuk bersama-sama
merasakan apa yang peneliti alami, hadapi dan rasakan. Dengan segala
kerendahan hati, peneliti ucapkan terima kasih sedalam dalamnya kepada kedua
orang tua ku Mamah dan Papah atas segala cinta, kasih dan sayang mewarnai
kehidupan peneliti dan selalu setia mendukung peneliti, memberikan kekuatan
moril dan memenuhi kebutuhan materil peneliti.
. Papah yang selalu mengajarkan kerendahan hati dan selalu mengingatkan
untuk terus beribadah, sholat, berdoa dan berusaha serta menjadi pribadi yang
bermanfaat untuk sekitar dan mengajarkan tentang perjuangan dan semangat.
Terima kasih papah, aku bangga dilahirkan menjadi anakmu.
Mamah selalu mengajarkan peneliti untuk selalu berusaha memberi yang
terbaik yang bisa dilakukan, dan selalu mengingatkan untuk terus beribadah,
sholat, berdoa dan berusaha serta menjadi pribadi yang bermanfaat untuk sekitar.
vii
Kepada kakak kakak peneliti Hasan dan Marta Kusumah dan tidak lupa
adikku yang satu ini Dewi Sartika, terima kasih untuk selalu mendukung,
perhatian dan selalu mendoakan peneliti untuk terus berusaha tanpa mengeluh
untuk memberikan hasil yang terbaik pada penelitian ini. Kalian adalah
penyemangat dan tiang penyanggah hidupku dan merupakan hal terbaik yang aku
miliki didalam hidup ini. Aku akan selalu berusaha untuk menjadi dan
memberikan yang terbaik bagi kalian.
Peneliti sadari sepenuhnya bahwa tanpa adanya dukungan, dorongan dan
bimibingan serta bantuan dari beberapa pihak dalam proses penyusunan Skripsi
ini, peneliti tidaklah mampu untuk menyelesaikan Skripsi. Untuk itu pada
kesempatan ini, dengan segala ketulusan dan kerendahan hati peneliti ingin
menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Yth. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A selaku Dekan
Fakultas Sosial dan Politik (FISIP), Universitas Komputer Indonesia
(UNIKOM), yang telah memberikan penandatanganan surat izin dan
surat-surat administrasi lainnya yang diajukan peneliti.
2. Yth. Bapak Drs. Manap Solihat M. Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu
Komunikasi dan Public Relations Unikom, yang telah memberikan
pengesahan pada proposal usulan penelitian ini sehingga dapat
viii
Komputer Indonesia. Selaku dosen tetap Program Studi Ilmu Komunikasi
yang banyak memberikan ilmunya kepada peneliti melalui proses
perkuliahan.
4. Yth. Bapak Sangra Julianao, S.I.Kom, selaku Dosen Wali selama
peniliti mencari ilmu di Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia. Terimaksih
untuk semua saran dan ilmunya.
5. Yth. Bapak DR. Mahi M Hikmat, M. Si, selaku Dosen Pembimbing
yang telah meluangkan waktu, kesabaran, dan perhatiannya buat penulis,
hingga bisa menyelesaikan proposal usulan penelitian ini.
6. Ibu Desayu Eka Surya, S.Sos, M.Si, selaku dosen tetap Program Studi
Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Komputer Indonesia yang telah banyak memberikan nasihat, masukan,
semangat kepada peneliti selama proses perkuliahan.
7. Ibu Rismawaty, S.Sos, M.Si, selaku dosen tetap Program Studi Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer
Indonesia. Selaku dosen tetap Program Studi Ilmu Komunikasi yang
banyak memberikan ilmunya kepada peneliti melalui proses perkuliahan.
8. Bapak Olih Solihin, S. Sos, M.Si Bapak Adiyana Slamet, S.IP., M.Si,
Bapak Arie Prasetio S.Sos, M.I.Kom, dan Bapak Yadi Supriadi,
ix
9. Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Komputer Indonesia. Bapak Bapak Inggar Prayoga
S.Ikom, Ibu Tine A. Wulandari S.Ikom. Terima kasih telah memberikan
banyak ilmunya melalui proses perkuliahan.
10.Yth, Ibu Ratna Widiastuti, A.Md selaku Sekretaris Dekan FISIP
UNIKOM yang telah membantu peneliti dalam hal administrasi.
11.Yth. Ibu Asrti Ikawati., A.Md., Kom., selaku sekertariat Program Studi
Ilmu Komunikasi dan Public Relation FISIP UNIKOM, yang telah
membantu kelancaran administrasi untuk melaksanakan perkuliahan.
12.Terima kasih buat Berry karena selalu memotivasi peneliti dan berdiskusi
hingga akhirnya skripsi ini pun jadi dan terima kasih untuk motornya
karena sering dipakai peneliti untuk kebutuhan peneliti. Nuhun pisan mang.
13.Terima kasih buat Tiar dan Melvin yang selalu menyemangati peneliti,
kalian adalah teman yang baik dan teman buat asik untuk melepaskan
bebas. kalian harus lulus juga tahun depan yah. Nuhun pisan mang.
14.Terima kasih baut Yaser Dwi Yasa S.I.Kom dan Pramita Bardiana Putri
yang selalu memberikan dukungan dan doa untuk kelancaran peneliti
dalam hal kuliah dan pembelajaran dalam hal pekerjaan, kalian sudah
x menyelesaikan Skripsi ini.
16..Seluruh pihak yang tidak sapat penulis sebutkan satu-persatu telah
memberikan bantuan serta saran-sarannya kepada penulis untuk
menyelesaikan Skripsi ini.
Peneliti juga mengucapkan banyak terima kasih kepada keluarga besar
IK-5 2009, Fazar, Tian, Arya, Budi, Al, Lani, Ayu, Isma, Anisyah, Santi, Manda,
Disty, Wiwit, Gita, Dewi, Tya, Ririn, Berry, Tisa, Basir, Melvin, Candra, Tiar,
Sigit, Adit, Aldi untuk arti perteman, dan pengalaman yang sangat berharga
selama mengenal kalian. Baik buruk pengalaman yang kalian beri menjadikan aku
pribadi yang lebih baik lagi, dan tau bagaimana berterimakasih, berteman dan
pastinya tau bagaimana mengucap syukur atas apa yang aku miliki.
Terimakasih untuk keluarga besar IK Jurnal 2 2009, Berry, Tiar, Melvhin,
Chandra, Rizky, Abbas, Reno, Dwi, Borril, Vitri, May, Eka, Oscar, Dewi, Gita,
Olga, Sheerly, Al, Ayla, Romi, Dikdik, dan tidak lupa Nurul Fitri, terima kasih ya
fit, karena kamu telah memberikan semangat untuk mengerjakan skripsi ini dan
semuanya untuk diskusi, dan saling membantu dan memberi semangat satu sama
xi
Akhir kata untuk kesempurnaan laporan ini, peneliti mengharapkan
koreksi dan saran dari pemabaca serta menerima masukan dan kritik tersebut
dengan hati terbuka, sehingga di masa yang akan datang laporan ini dapat menjadi
bahan yang lebih baik, lebih menarik dan lebih bermanfaat lagi. Amin.
Bandung, Juli 2013
Peneliti
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Cangara, Hafied. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Sobur, Alex, 2003. Semiotika Komunikasi. Bandung, Remaja Rosdakarya
Effendy, Onong Uchjana. 2002. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Rosdakarya.
Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Grasindo.
Eriyanto. 2001. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: PT LkiS Printing Cemerlang.
Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mulyana, Deddy dan Solatun. 2008. Metode Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Djohan. 2003. Psikologi Musik. Yogyakarta: Buku Baik.
Ardinanto, Dr Elvinaro. 2010. Metode Penelitian untuk Public Relations Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta
Internet seaching
http://iwan-fals.artis.life.viva.co.id/ 16:10 24/04/2013
http://bahasa.kompasiana.com/2012/11/17/sekilas-tentang-analisis-wacana-kritis-509087.html 23:39 29/04/2013
http://id.wikipedia.org/wiki/Iwan_Fals . Pada Hari Minggu, tanggal 07 April 2013, pukul 13.04wib
http://www.lirikdanlagu.com/album35_150.html 12 April 2013. pukul 21.40 wib
http://syaifulhuda21.blogspot.com/2013/05/membongkar-jejak-sejarah-budaya-korupsi.html
http://nurcahayasianiparordebaru.blogspot.com/
http://nissakfh.wordpress.com/2011/02/16/sejarah-dan-sistem-perekonomian-indonesia-23210895/
http://www.artikata.com/arti-306636-tikus.html
http://kamusbahasaindonesia.org/
http://syaifulhuda21.blogspot.com/2013/05/membongkar-jejak-sejarah-budaya-korupsi.html
Referensi
Heri Wibowo, Program Ilmu Komunikasi Bidang Kajian Ilmu Kehumasan, Universitas Komputer Indonesia dengan judul Representasi Konsumerisme Pada Lirik Lagu menggunakan metode penelitian kualitatif studi Semiotika.
1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Lagu adalah rangkaian nada yang dipadukan dengan irama yang harmonis
dan dilengkapi dengan syair yang membentuk sebuah harmonisasi indah. Lagu
merupakan salah satu hal yang kerap dijadikan sebagai media untuk
menyampaikan pesan terhadap orang lain. Pesan yang disampaikan melalui lirik
lagu atau syair merupakan contoh dari komunikasi verbal dan non verbal. Lagu
adalah media yang merupakan komunikasi verbal dan non verbal. Lagu
merupakan komunikasi verbal jika dilihat dari sisi lirik. Lirik biasanya berisikan
pesan yang ingin disampaikan oleh komunikator kepada komunikan.
Setiap lagu memiliki penggemar dan pangsa pasar tersendiri, tergantung
pada kondisi pendengarnya. Kondisi psikologis seseorang juga akan
mempengaruhi suasana hati seseorang yang mendengarkan lagu tersebut. Ketika
seseorang tersebut sedang sedih dan ia mendengarkan lagu sendu, ia akan
cenderung semakin sedih saat menghayati dan memaknai liriknya lebih dalam.
Hal ini menunjukan pesan yang terkandung dalam lagu tersebut sampai
pada komunikan. Namun, ada pula ketika seseorang sedang sedih dan mendengar
lagu yang bersemangat dan memiliki lirik yang memberikan banyak dukungan, ia
akan cenderung kembali bersemangat dan tidak sedih lagi.
yang luar biasa dari musik adalah dapat menangkap dan membangkitkan pola
perasaan seperti pengharapan, keinginan, kegembiraan, kesedihan bahkan ke
gilaan.
Lagu menyampaikan pesan-pesannya dengan lirik. Lirik lagu biasanya
dikemas dengan ringan dan mudah diingat. Setiap lagu pasti memiliki cerita
tersendiri. Cerita inilah pesan yang akan disampaikan kepada orang lain. Oleh
sebab itu, banyak orang menggunakan lagu sebagai media mengungkapkan
perasaan terhadap orang lain. Lagu juga merupakan contoh dari komunikasi
nonverbal jika dilihat dari sisi nada dan melodi.
Denis Mc Quail mengatakan “The transmission information, ideas, attitudes or emotion from one person or group to another (or other) primarily throuht symbols”, yang artinya komunikasi berarti proses penyampaian pesan atau informasi, baik berupa ide, sikap atau emosi dari seseorang atau kelompok kepada
yang lain (atau orang lain) melalui simbol-simbol. (Mc Quail 1993 : 4).
Musik merupakan media yang efektif untuk menyampaikan pesan.
Menurut Parker (Djohan, 2003:4) musik adalah produk pikiran, elemen vibrasi
atas frekuensi, bentuk, amplitudo dan durasi belum menjadi musik bagi manusia
sampai semua itu ditransformasi secara neurologis dan diinterprestasikan melalui
otak.
Salah satu hal terpenting dalam sebuah musik adalah keberadaan lirik
lagunya, karena melalui lirik lagu, penyanyi lagu ingin menyampaikan pesan yang
dunia sekitar, dimana dia berinteraksi didalamnya. Lirik lagu dapat pula sebagai
sarana untuk sosialisasi dan pelestarian terhadap suatu sikap atau nilai. Oleh
karena itu, ketika sebuah lirik lagu di aransir dan diperdengarkan kepada khalayak
juga mempunyai tanggung jawab yang besar atas tersebar luasnya sebuah
keyakinan, nilai-nilai, bahkan prasangka tertentu (Setianingsih, 2003:7-8).
Menurut pendapat dari Soerjono Soekanto (Rahmawati, 2000:1) bahwa
musik berkait erat dengan setting sosial kemasyarakatan dan gejala khas akibat interaksi sosial dimana lirik lagu menjadi penunjang dalam musik tersebut dalam
menjembatani isu-isu sosial yang terjadi.
Sejalan dengan pendapat Soerjono Soekanto dalam (Rahmawati, 2000:1)
yang menyatakan bahwa musik berkait erat dengan setting sosial kemasyarakatan
tempat dia berada. Musik merupakan gejala khas yang dihasilkan akibat adanya
interaksi sosial, dimana dalam interaksi tersebut manusia menggunakan bahasa
sebagai mediumnya. Disinilah kedudukan lirik sangat berperan, sehingga dengan
demikian musik tidak hanya bunyi suara belaka, karena juga menyangkut perilaku
manusia sebagai individu maupun kelompok sosial dalam wadah pergaulan hidup
dengan wadah bahasa atau lirik sebagai penunjangnya.
Berdasarkan kutipan di atas, sebuah lirik lagu dapat berkaitan erat pula
dengan situasi sosial dan isu-isu sosial yang sedang berlangsung di dalam
masyarakat.
Teks lagu atau lirik lagu mengandung unsur-unsur dalam proses
komunikasi yaitu komunikator, pesan, media, komunikan dan efek. Penulis lirik
yakni para pendengar lagu itu sendiri. Lirik lagu biasanya menggunakan diksi
yang unik, bahasa yang indah, makna yang interpretatif dan merupakan ungkapan
perasaan yang sedang dihadapai oleh penulis lagu saat proses penulisan lagu
berlangsung. Pesan dalam lirik lagu merupakan hasil realitas yang dilihat atau
dijumpai oleh penulis lagu kemudian diproses, dinterpretasikan secara pribadi
sesuai dengan apa yang ia lihat dan disesuaikan dengan pola pemikiran serta
pengalaman penulis lagu tersebut yang dikemas dalam bentuk simbol-simbol pada
lirik tersebut. Lirik tersebut tentunya akan dimaknai secara interpretatif oleh
pendengarnya.
Saat lirik diciptakan berdasarkan realitas dan pengalaman yang dialami
oleh penulis maupun konteks situasi sosial dan isu-isu sosial yang sedang
berlangsung di dalam masyarakat.
Menurut Djohan (2003 : 7-8), bahwa musik merupakan perilaku sosial
yang kompleks dan universal yang didalamnya memuat sebuah ungkapan pikiran
manusia, gagasan, dan ide-ide dari otak yang mengandung sebuah sinyal pesan
yang signifikan. Pesan atau ide yang disampaikan melalui musik atau lagu
biasanya memiliki keterkaitan dengan konteks historis. Muatan lagu tidak hanya
sebuah gagasan untuk menghibur, tetapi memiliki pesan-pesan moral atau
idealisme dan sekaligus memiliki kekuatan ekonomis.
Salah satu era yang penting dalam perjalanan bangsa ini adalah era Orde
pemerintahan pada penghujung 1960-an sampai berakhirnya kekuasaan Presiden
Soeharto pada penghu-jung 1990-an.
Di era orde baru rakyat memang terkesan makmur, berkecukupan. Tapi
pada kenyataanya korupsi saat itu tidak kalah mengerikannya, banyak sekali
praktek korupsi yang terjadi saat pemerintah waktu itu, hanya saja pada waktu itu
pemerintahnya sangat otoriter, dan sangat di kuasai oleh sang penguasa negeri,
demikian pula media-media yang ada pada waktu itu, mereka diawasi dan
dikontrol dalam setiap pemberitaanya, tidak bisa memberitakan hal-hal yang
menyangkut keburukan keburukan pada saat itu. Pada era orde baru, arus
informasi dikekang sedemikian rupa layaknya air yang mengalir namun disumbat
dan diberi lubang keluar yang sangat kecil.
Salah satu musisi yang sempat mewarnai era Orde Baru. Banyak
karya-karya lagunya yang mengkritiki keadaan pemerintahan pada masa orde baru,
dengan liriknya yang sangat penuh kritikan menjadi representasi pada masa itu.
Iwan Fals adalah salah satu penyanyi legendaris Indonesia. Legenda hidup
yang bernama asli Virgiawan Listanto ini dikenal dengan lagu-lagu baladanya
yang menuturkan realitas keseharian dan kritik sosial yang dibungkus dalam nada
yang indah dan lagu yang merdu.
Dalam lagunya penyanyi yang selalu memaninkan gitar ini memotret
kehidupan dan sosial-budaya di akhir tahun 1970-an hingga sekarang. Banyak hal
yang jadi tema lagunya misalnya kritik terhadap DPR yang dituangkan dalam lagu
tokoh seperti Hatta dalam lagu Bung Hatta.
Salah karya Iwan Fals yang diilhami dari bencana kelaparan di Ethiopia,
ialah Album Uthopia, album ini cukup laris dipasaran karena peredarannya sangat
pas dengan momen tersebut. Ada lagu ‘Willy’ yang bercerita tentang sahabat
Iwan yaitu WS.Rendra yang kabarnya mengasingkan diri karena dicekal oleh
pemerintah sebab puisi-puisinya yang keras. Lagu ‘Tikus-Tikus Kantor’ yang
liriknya menarik dan lucu sangat sesuai dengan kenyataan. Dan lagu ’14-4-84’,
konon lagu ini sempat dilarang dinyanyikan oleh aparat kepolisian saat Iwan
konser di Sumatera, terjadi perdebatan namun tetap dilarang dinyanyikan dengan
alasan yang tidak jelas. Kalau diperhatikan lirik lagu ini hanya bercerita tentang
cinta dan bangganya Iwan kepada istri dan anaknya. Sampai sekarang alasan
pelarangan itu tidak jelas dan tidak masuk akal.
Berikut daftar lagu dalam album ini :
1. Ethiopia
2. Sebelum Kau Bosan
3. Tikus Tikus Kantor
4. 14 4 84
5. Willy
6. Entah
7. Kontrasmu Bisu
8. Berandal Malam Di Bangku Terminal
10.Bunga Bunga Kumbang Kumbang
Album Uthopia dirilis pada tahun 1986. Salah satu lagunya yang
menceritakan tentang kritikan terhadap kegitan korupsi. Iwan Fals memakai nama
hewan dalam liriknya itu, ia menceritakan hewan tikus dan segala tingkah
lakunya. Iwan fals menganalogikan tikus di dalam lagu Tikus Tikus Kantor adalah
kerakusan para pejabat pemeritahan pada saat itu, (masa orde baru) banyak sekali
para pejabat yang melakukan korupsi pada masa itu, termasuk juga keluarga
presiden.
Lagu Tikus Tikus Kantor, yang menceritakan keadaan pemerintahan orde
baru yang banyak sekali tindakan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).
Menceritakan prilaku pejabat-pejabat lembaga pemerintahan yang suka
melakukan tindakan KKN, yang rakus dan tak tahu malu, selalu menghalalkan
segala cara untuk mendapatkan semua keinginannya, dengan sangat licik dan
cerdik.
Dalam konteks perjalanan bangsa Indonesia, persoalan korupsi memang
telah mengakar dan membudaya. Bahkan dikalangan mayoritas pejabat publik, tak
jarang yang menganggap korupsi sebagi sesuatu yang “lumrah dan Wajar”. Ibarat
candu, korupsi telah menjadi barang bergengsi, yang jika tidak dilakukan, maka
akan membuat “stress” para penikmatnya. Korupsi berawal dari proses
pembiasan, akhirnya menjadi kebiasaan dan berujung kepada sesuatu yang sudah
terbiasa untuk dikerjakan oleh pejabat-pejabat Negara. Tak urung kemudian,
banyak masyarakat yang begitu pesimis dan putus asa terhadap upaya penegakan
dan berkembang?. Tulisan ini akan sedikit memberikan pemaparan mengenai
asal-asul budaya korupsi di Indonesia yang pada hakekatnya telah ada sejak dulu
ketika daerah-daerah di Nusantara masih mengenal system pemerintah feodal
(Oligarkhi Absolut), atau sederhanya dapat dikatakan, pemerintahan disaat
daerah-daerah yang ada di Nusantara masih terdiri dari kerajaan-kerajaan yang
dipimpin oleh kaum bangsawan (Raja, Sultan dll).
Secara garis besar, budaya korupsi di Indonesia tumbuh dan berkembang
melalu 3 (tiga) fase sejarah, yakni ; zaman kerajaan, zaman penjajahan hingga
zaman modern seperti sekarang ini. Mari kita coba bedah satu-persatu pada setiap
fase tersebut. Pertama, Fase Zaman Kerajaan. Budaya korupsi di Indonesia pada
prinsipnya, dilatar belakangi oleh adanya kepentingan atau motif kekuasaan dan
kekayaan. Literatur sejarah masyarakat Indonesia, terutama pada zaman
kerajaan-kerajaan kuno, seperti kerajaan-kerajaan Mataram, Majapahit, Singosari, Demak, Banten
dll, mengajarkan kepada kita bahwa konflik kekuasan yang disertai dengan motif
untuk memperkaya diri (sebagian kecil karena wanita), telah menjadi faktor utama
kehancuran kerajaan-kerajaan tersebut. Coba saja kita lihat bagaimana Kerajaan
Singosari yang memelihara perang antar saudara bahkan hingga tujuh turunan
saling membalas dendam berebut kekuasaan, mulai dari Prabu Anusopati, Prabu
Ranggawuni, hingga Prabu Mahesa Wongateleng dan seterusnya. Hal yang sama
juga terjadi di Kerajaan Majapahit yang menyebabkan terjadinya beberapa kali
konflik yang berujung kepada pemberontakan Kuti, Nambi, Suro dan lain-lain.
Bahkan kita ketahui, kerajaan Majapahit hancur akibat perang saudara yang kita
Mada. Lalu, kerajaan Demak yang memperlihatkan persaingan antara Joko
Tingkir dengan Haryo Penangsang, ada juga Kerajaan Banten yang memicu
Sultan Haji merebut tahta dan kekuasaan dengan ayahnya sendiri, yaitu Sultan
Ageng Tirtoyoso (Amien Rahayu SS, Jejak Sejarah Korupsi Indonesia-Analis
Informasi LIPI). Hal menarik lainnya pada fase zaman kerajaan ini adalah, mulai
terbangunnya watak opurtunisme bangsa Indonesia. Salah satu contohnya adalah
posisi orang suruhan dalam kerajaan, atau yang lebih dikenal dengan “abdi
dalem”. Abdi dalem dalam sisi kekuasaan zaman ini, cenderung selalu bersikap
manis untuk menarik simpati raja atau sultan. Hal tersebut pula yang menjadi
embrio lahirnya kalangan opurtunis yang pada akhirnya juga memiliki potensi
jiwa yang korup yang begitu besar dalam tatanan pemerintahan kita dikmudian
hari.
Kedua, Fase Zaman Penjajahan. Pada zaman penjajahan, praktek korupsi
telah mulai masuk dan meluas ke dalam sistem budaya sosial-politik bangsa kita.
Budaya korupsi telah dibangun oleh para penjajah colonial (terutama oleh
Belanda) selama 350 tahun. Budaya korupsi ini berkembang dikalangan
tokoh-tokoh lokal yang sengaja dijadikan badut politik oleh penjajah, untuk menjalankan
daerah adiministratif tertentu, semisal demang (lurah), tumenggung (setingkat
kabupaten atau provinsi), dan pejabat-pejabat lainnya yang notabene merupakan
orang-orang suruhan penjajah Belanda untuk menjaga dan mengawasi daerah
territorial tertentu. Mereka yang diangkat dan dipekerjakan oleh Belanda untuk
memanen upeti atau pajak dari rakyat, digunakan oleh penjajah Belanda untuk
memperkaya diri dengan menghisap hak dan kehidupan rakyat Indonesia.
Para cukong-cukong suruhan penjajah Belanda (atau lebih akrab degan sebutan
“Kompeni”) tersebut, dengan tanpa mengenal saudara serumpun sendiri, telah
menghisap dan menindas bangsa sendiri hanya untuk memuaskan kepentingan si
penjajah. Ibarat anjing piaraan, suruhan panjajah Belanda ini telah rela diperbudak
oleh bangsa asing hanya untuk mencari perhatian dengan harapan mendapatkan
posisi dan kedudukan yang layak dalam pemerintahan yang dibangun oleh para
penjajah. Secara eksplisit, sesungguhnya budaya penjajah yang mempraktekkan
hegemoni dan dominasi ini, menjadikankan orang Indonesia juga tak segan
menindas bangsanya sendiri lewat perilaku dan praktek korupsi-nya. Tak ubahnya
seperti drakula penghisap darah yang terkadang memangsa kaumnya sendiri demi
bertahan hidup (Survival).
Ketiga, Fase Zaman Modern. Fase perkembangan praktek korupsi di
zaman modern seperti sekarang ini sebenarnya dimulai saat lepasnya bangsa
Indonesia dari belenggu penjajahan. Akan tetapi budaya yang ditinggalkan oleh
penjajah kolonial, tidak serta merta lenyap begitu saja. salah satu warisan yang
tertinggal adalah budaya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Hal tersebut
tercermin dari prilaku pejabat-pejabat pemerintahan yang bahkan telah dimulai di
era Orde lama Soekarno, yang akhirnya semakin berkembang dan tumbuh subur
di pemerintahan Orde Baru Soeharto hingga saat ini. Sekali lagi, pola
kepemimpinan yang cenderung otoriter, anti-demokrasi dan anti-kritik,
membuat jalan bagi terjadi praktek korupsi dimana-mana semakin
terbuka. Indonesia tak ayal pernah menduduki peringkat 5 (besar) Negara yang
pejabatnya paling korup, bahkan hingga saat ini.
Seperti pemerintahan Indonesia sekarang, banyak sekali kasus kasus
korupsi di negeri ini, dari kasus ke kasus, dari kalangan pejabat dan aparat
pemerintahan juga ikut berpartisipasi dalam kegiataan yang merugikan negara ini,
sudah berapa kekayaan negara ini yang dicuri, layaknya tikus yang tak pernah
kenyang dan rakus. Peneliti sangat tertarik untuk menganalisis lirik Tikus Tikus
kantor karya Iwan Fals ini.
Pada penelitian, peneliti menggunakan metode analisis wacana kritis.
Untuk mengetahui pesan dari lirik lagu Tikus-tikus kantor ciptaan Iwan Fals,
peneliti menggunakan teori analisis wacana kritis yang dikemukakan oleh
Norman Fairclough.
Dalam model Fairclough, teks disini di analisis secara linguistik, dengan
melihat kosakata, semantik, dan tata kalimat. Ia juga memasukan koherensi dan
kohesivitas, bagaimana antar kalimat atau kalimat tersebut digabung sehingga
menimbulkan pengertian. (Eriyanto, 2001 : 286)
Norman Fairclough membangun suatu model yang mengintegrasikan
secara bersama-sama analisis wacana yang didasarkan pada linguistik dan
pemikiran sosial dan politik dan secara umum di integrasikan pada perubahan
sosial. Oleh karena itu, model yang di kemukakan oleh fairclough ini sering juga
wacana menunjuk pada pemakaian bahasa sebagai praktik sosial, lebih dari
aktivitas individu atau untuk merefleksikan sesuatu. Memandang bahasa sebagai
praktik sosial semacam ini, mengandung sejumlah implikasi. (Eriyanto, 2001 :
286)
1.2Rumusan Masalah
Untuk itu, maka peneliti mengambil rumusan masalah pada dua bentuk
pertanyaan yaitu pertanyaaan Makro dan pertanyaan Mikro. Pengertian dari
pertanyaan makro adalah inti dari permasalah yang peneliti ingin teliti, lalu
pertanyaan mikro merupakan pertanyaan permasalahan yang berdasarkan teori
sebagai landasan penelitian ini.
1.2.1 Pertanyaan Makro
Peneliti merumuskan pertanyaan makro yaitu “Bagaimana Pesan
Korupsi dalam Lirik Lagu Tikus Tikus Kantor Karya Iwan Fals
Ditinjau dari Analisis Wacana Kritis Norman Fairclough?
1.2.2 Pertanyaan Mikro
Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti merumuskan pertanyaan
mikro guna membatasi masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pesan korupsi dalam lirik lagu tikus tikus kantor dalam
struktur teks?
2. Bagaimana pesan korupsi dalam lirik lagu tikus tikus kantor dalam
3. Bagaimana pesan korupsi dalam lirik lagu tikus tikus kantor deskripsi
sosiocultural practice (Situasional, Institusional, Sosial)?
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari rumusan masalah yang peneliti bagi menjadi dua
pertanyaan yaitu makro dan mikro, maka peneliti pun mendapati Maksud dan
Tujuan dari penelitian ini yaitu:
1.3.1 Maksud Penelitian
Adapun maksud dari penelitian ini adalah untuk menganalisa dan
mendeskripsikan Pesan Korupsi dalam Lirik Lagu Tikus Tikus Kantor
dengan analisis wacana kritis Norman Fairclough.
1.3.2Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pesan korupsi dalam lirik lagu tikus tikus kantor
bagaimana dalam struktur teks?
2. Untuk mengetahui pesan korupsi dalam lirik lagu tikus tikus kantor
dalam deskripsi praktik wacana (produksi dan konsumsi)?
3. Untuk Mengetahui bagaimana pesan korupsi dalam lirik lagu tikus
tikus kantor dalam deskripsi wacana sosial budaya (Situasional,
1.4.1Kegunaan Teoritis
Peneliti ini diharapkan dapat memberikan manfaat kegunaan,
bagi universitas diharapkan dapat menjadi tambahan bagi
pengembangan ilmu pengetahuan karya ilmiah penelitian skripsi.
Dalam bidang ini kajian ilmu komunikasi mengenai penggunaan
analisis wacana kritis dalam menganalisis suatu teks, membedah
berbagai unsur-unsur seputar wacana yang terdapat dalam suatu teks,
dan semoga dapat memperkaya keilmuan analisis wacana dalam kajian
ilmu komunikasi, termasuk jika penelitian ini nantinya dapat dijadikan
sebagai rujukan referensi bagi penelitian penelitian berikutnya dengan
tema yang sama yaitu seputar analisis wacana.
1.4.2 Kegunaan Praktis
A. Bagi Peneliti
Kegunaan penelitian ini bagi peneliti adalah
memberikan tambahan wawasan pengetahuan ilmu komunikasi
tentang analisis wacana, bahwa memahami suatu teks tidak
hanya suatu bentuk tulisan yang tak bernyawa dan tanpa
maksud apa-apa, oleh karena setiap teks itu memiliki wacana
tersembunyi.
B. Bagi Pengembangan Akademik
Semoga penelitian ini dapat pula berguna bagi bidang
penelitian ilmiah di universitas. Diharapkan pula dapat menjadi
bahan penerapan dan pengembangan dalam kajian ilmu
komunikasi, dan juga sebagai bahan perbandingan dan
pengembangan referensi tambahan bagi penelitian dengan
tema sejenis.
C. Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat diharapkan penelitian ini dapat
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya. Agar masyarakat
memahami lagu itu mempunyai pesan yang ingin di sampaikan
oleh penulis lirik lagunya, supaya masyarakat bukan hanya
bisa menikmati saja alunan musiknya, tetapi benar-benar
mengerti tentang isi lirik lagu tersebut. Memahami bahwa isi
dibalik wacana.
Semoga dengan karya ilmiah saya ini dapat menambah
wawasan baru bagi masyarakat mengenai wacana yang
16 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka bertujuan untuk menjelaskan teori yang relevan
dengan masalah yang diteliti, tinjauan pustaka berisikan tentang data-data
sekunder yang peneliti peroleh dari jurnal-jurnal ilmiah atau hasil penelitian
pihak lain yang dapat dijadikan asumsi-asumsi yang memungkinkan
terjadinya penalaran untuk menjawab masalah yang diajukan peneliti. adapun
hasil dari pengumpulan yang telah peneliti dapatkan selama penelitian dan
peneliti menguraikannya sebagai berikut :
2.1.1 Peneliti Terdahulu
Dalam tinjauan pustaka, peneliti mengawali dengan menelaah
penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan serta relevansi dengan
penelitian yang dilakukan. Dengan demikian, peneliti mendapatkan rujukan
pendukung, pelengkap serta pembanding yang memadai sehingga penulisan
skripsi ini lebih memadai.
Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat kajian pustaka berupa
penelitian yang ada. Selain itu, karena pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang menghargai berbagai
perbedaan yang ada serta cara pandang mengenai objek-objek tertentu,
sehingga meskipun terdapat kesamaan maupun perbedaan adalah suatu hal
1. Heri Wibowo (Skripsi), Program Ilmu Komunikasi Bidang Kajian Ilmu Kehumasan, Universitas Komputer Indonesia dengan judul Representasi Konsumerisme Pada Lirik Lagu menggunakan metode penelitian kualitatif studi Semiotika.
Dalam penelitian skripsi ini, Heri Wibowo merepresentasikan konsumerisme, dimana konsumerisme merupakan suatu pola pikir dan tindakan dimana orang membeli barang bukan karena ia membutuhkan barang itu, melainkan karena tindakan membeli itu sendiri memberikan kepuasan kepadanya
Heri Wibowo memilih teori Semiotika untuk melakukan penelitian nya. Dengan menggunakan teori Semiotika dari Charles Sanders Peirce, yang digunakan untuk menganalisis makna semiotik tentang konsumerisme yang terdapat dalam lirik lagu yang berjudul Belanja Terus Sampai Mati karya Efek Rumah Kaca.
2. Pratama, Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta. Dengan
jedul skripsinya Lirik Lagu Gosip Jalanan Grup Band Slank
(Pendekatan Analisis Wacana).
Pratam melakukan penelitian Kualitatif Metode Pendekatan Analisis
Wacana Kritis Norman Faircloug. Perseteruan DPR dengan Grup Band
Slank, yang Menceriakan tentang Keadaan Bangsa yang Carut Marut dengan
sebuah lirik lagu. Lirik Lagu Gosip Jalanan Grup Band Slank (Pendekatan
Analisis Wacana) Kualitatif Metode Pendekatan Analisis Wacana Kritis
Norman Fairclough Perseteruan DPR dengan Grup Band Slank, yang
lagu Dimensi atau Wliayah Teksnya di Analisis Menggukanan Metode
Semiotika Penulis ini Dimensi Teks nya Tetep Memakai Metode Analisis
Wacana Kritis Noramn Fairclough
Dimensi atau Wliayah Teksnya di Analisis Menggukanan Metode Semiotika
Penulis ini Dimensi Teks nya.
3. Lingga Agung, Jurusan Ilmu Komunikasi Konsentrasi Hubungan
Masyarakat, Universitas Pasundan Bandung dengan judul Analisis Lirik
lirik Lagu Homicide Sebagai Sebauh Bentuk Kampanye Menentang
Arus Neoliberalisme (Studi Fenomenologis Mengenai Kampanye Anti
Neoliberalisme Dalam Pendekatan Analisis Wacana Kritis Norman
Fairclough.
Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif
eksploratif dengan teknik pengumpulan data dari: wawancara mendalam
(Depth Interview), pengamatan langsung/observasi, dan studi kepustakaan.
Wawancara dilakukan kepada pencipta lirik-lirik lagu Homicide yaitu Ucok.
Adapun informan dari penelitian ini adalah kawan dekat Homicide yakni Adi
Gembel dan Jay D, penggemar berat Homicide yakni Amindala, Okky dan
Echa, serta seorang yang baru mendengarkan Homicide yakni Yuda. Semua
informan dipilih berdasarkan intensitasnya terhadap pemahaman liri-lirik
lagu Homicide.
Homocide selalu menampilkan dalam lirik lagu nya tentang Ideologi
Homicide selalu menampilkan ideologi yang melawan paham neoliberalisme
serta menampilkan kaum yang tertindas. Pada praktek kewacanaan, produksi
lirik-lirik lagu Homicide didasarkan kepada situasi dan kondisi yang ada di
sekitarnya. Dan pada dimensi praktek sosial, penulisan lirik-lirik lagu
Homicide sepenuhnya dipengaruhi oleh situasi pranata sosial yang ada di
Tabel 2.1
2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi
Sebagai makhluk sosial setiap manusia secara alamiah memiliki
potensi dalam berkomunikasi. Ketika manusia diam, manusia itu sendiripun
sedang melakukan komunikasi dengan mengkomunikasikan perasaannya.
Baik secara sadar maupun tidak manusia pasti selalu berkomunikasi. Manusia
membutuhkan komunikasi untuk berinteraksi terhadap sesama manusia
maupun lingkungan sekitar.
Ilmu komunikasi merupakan ilmu sosial terapan dan bukan termasuk
ilmu sosial murni karena ilmu sosial tidak bersifat absolut melainkan dapat
berubah-ubah sesuai dengan perkembangan jaman. Hal tersebut dikarenakan
ilmu komunikasi sangat erat kaitannya dengan tindak dan perilaku manusia,
sedangkan perilaku dan tingkah laku manusia dapat dipengaruhi oleh
lingkungan maupun perkembangan jaman.
2.1.2.1 Pengertian Komunikasi
Definisi dan pengertian komunikasi juga banyak dijelaskan oleh
beberapa ahli komunikasi. Salah satunya dari Wiryanto dalam bukunya
Pengantar Ilmu Komunikasi menjelaskan bahwa “Komunikasi
mengandung makna bersama-sama (common). Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin, yaitu communication yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifat yang diambil dari communis,
Pengertian komunikasi lainnya bila ditinjau dari tujuan manusia
berkomunikasi adalah untuk menyampaikan maksud hingga dapat
mengubah perilaku orang yang dituju, menurut Mulyana sebagai
berikut, “Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang
(komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang
verbal) untuk mengubah perilaku orang lain)”. (Mulyana, 2003:62)
Selain itu, Joseph A Devito menegaskan bahwa komunikologi
adalah ilmu komunikasi, terutama komunikasi oleh dan di antara
manusia. Seorang komunikologi adalah ahli ilmu komunikasi. Istilah
komunikasi dipergunakan untuk menunjukkan tiga bidang studi yang
berbeda: proses komunikasi, pesan yang dikomunikasikan, dan studi
mengenai proses komunikasi.
Luasnya komunikasi ini didefinisikan oleh Devito dalam
Effendy sebagai:
intra-persona, antarpersona, kelompok kecil, pidato, komunikasi massa atau komunikasi antarbudaya.” (Effendy, 2005 : 5)
Menurut Roger dan D Lawrence dalam Cangra, mengatakan
bahwa komunikasi adalah: “Suatu proses dimana dua orang atau lebih
membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama
lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang
mendalam” (Cangara, 2004
Sementara Raymond S Ross dalam Rakhmat, melihat
komunikasi yang berawal dari proses penyampaian suatu lambang:
“A transactional process involving cognitive sorting, selecting, and sharing of symbol in such a way as to help another elicit from his own experiences a meaning or responses similar to that intended by the source.”
(Proses transaksional yang meliputi pemisahan, dan pemilihan bersama lambang secara kognitif, begitu rupa sehingga membantu orang lain untuk mengeluarkan dari pengalamannya sendiri arti atau respon yang sama dengan yang dimaksud oleh sumber.) (Rakhmat, 2007:3)
Dari beberapa pengertian mengenai komunikasi di atas, dapatdi
simpulkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses pertukaran pesan
atau informasi antara dua orang atau lebih, untuk memperoleh
kesamaan arti atau makna diantara mereka.
2.1.2.2 Komponen-komponen Komunikasi
Berdasarkan beberapa pengertian komunikasi diatas, dapat
terdapat unsur atau komponen. Menurut Effendy (2005:6), Ruang
Lingkup Ilmu Komunikasi berdasarkan komponennya terdiri dari :
1. Komunikator (communicator)
2. Pesan (message)
3. Media (media)
4. Komunikan (communicant)
5. Efek (effect)
Untuk itu, Lasswell memberikan paradigma bahwa komunikasi
adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan
melalui media yang menimbulkan efek tertentu.
2.1.2.2.1 Komunikator dan Komunikan
Komunikator dan komunikan merupakan salah satu
unsur terpenting dalam proses komunikasi. Komunikator sering
juga disebut sebagai sumber atau dalam bahasa Inggrisnya
disebut source, sender, atau encoder.
Hafied Cangara dalam bukunya ”Pengantar Ilmu
Komunikasi” mengatakan bahwa:
Begitu pula dengan komunikator atau penerima, atau dalam
bahasa Inggris disebut audience atau receiver.
Cangara menjelaskan, ”Penerima bisa terdiri dari satu
orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai, atau
negara”. Selain itu, ”dalam proses komunikasi telah dipahami
bahwa keberadaan penerima adalah akibat karena adanya
sumber. Tidak ada penerima jika tidak ada sumber”. Cangara
pun menekankan:
“Kenalilah khalayakmu adalah prinsip dasar dalam berkomunikasi. Karena mengetahui dan memahami karakteristik penerima (khalayak), berarti suatu peluang untuk mencapai keberhasilan komunikasi” (Cangara, 2004:25).
2.1.2.2.2 Pesan
Pesan yang dalam bahasa Inggris disebut message,
content, tau information, salah unsur dalam komunikasi yang
teramat penting, karena salah satu tujuan dari komunikasi yaitu
menyampaikan atau mengkomunikasikan pesan itu sendiri.
Cangara menjelaskan bahwa:
2.1.2.2.3 Media
Media dalam proses komunikasi yaitu, ”Alat yang
digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada
penerima” (Cangara, 2004:23).
Media yang digunakan dalam proses komunikasi
bermacammacam, tergantung dari konteks komunikasi yang
berlaku dalam proses komunikasi tersebut. Komunikasi
antarpribadi misalnya, dalam hal ini media yang digunakan yaitu
pancaindera.
Selain itu, ”Ada juga saluran komunikasi seperti telepon,
surat, telegram yang digolongkan sebagai media komunikasi
antarpribadi” (Cangara, 2004:24).
Lebih jelas lagi Cangara menjelaskan, dalam konteks
komunikasi massa media, yaitu:
2.1.2.2.4 Efek
Efek atau dapat disebut pengaruh, juga merupakan bagian dari
proses komunikasi. Namun, efek ini dapat dikatakan sebagai akibat dari
proses komunikasi yang telah dilakukan. Seperti yang dijelaskan
Cangara, masih dalam bukunya ”Pengantar Ilmu Komunikasi”,
pengaruh atau efek adalah:
”Perbedaaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap, dan tingkah laku seseorang” (De Fleur, 1982, dalam Cangara, 2004:25).
Oleh sebab itu, Cangara mengatakan, ”Pengaruh bisa juga
diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap,
dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan” (Cangara,
2004:25).
2.1.2.3 Tujuan Komunikasi
Setiap individu yang berkomunikasi pasti memiliki tujuan,
secara umum tujuan komunikasi adalah lawan bicara agar mengerti dan
memahami maksud makna pesan yang disampaikan, lebih lanjut
diharapkan dapat mendorong adanya perubahan opini, sikap, maupun
perilaku.
Menurut Onong Uchjana dalam buku yang berjudul Ilmu
Komunikasi Teori dan Praktik, menyebutkan ada beberapa tujuan
a. perubahan sikap (attitude change)
b. perubahan pendapat (opinion change)
c. perubaha perilaku (behavior change)
d. perubahan sosial (social change)
Sedangkan Joseph Devito dalam bukunya Komunikasi Antar
Manusia menyebutkan bahwa tujuan komunikasi adalah sebagai
berikut:
a. Menemukan
Dengan berkomunikasi kita dapat memahami secara baik diri
kita sendiri dan diri orang lain yang kita ajak bicara.
Komunikasi juga memungkinkan kita untuk menemukan
dunia luar yang dipenuhi oleh objek, peristiwa dan manusia.
b. Untuk Berhubungan
Salah satu motivasi dalam diri manusia yang paling kuat
adalah berhubungan dengan orang lain.
c. Untuk Meyakinkan
Media massa ada sebagian besar untuk meyakinkan kita agar
d. Untuk Bermain
Kita menggunakan banyak perilaku komunikasi kita untuk
bermain dan menghibur diri kita dengan mendengarkan
pelawak (Devito, 1997:31)
2.1.2.4 Lingkup Komunikasi
Menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya Ilmu, Teori
dan Filsafat Komunikasi (2003:52), ilmu komunikasi merupakan ilmu
yang mempelajari, menelaah dan meneliti kegiatan-kegiatan
komunikasi manusia yang luas ruang lingkup (scope)-nya dan banyak dimensinya. Para mahasiswa acap kali mengklasifikasikan aspek-aspek
komunikasi ke dalam jenis-jenis yang satu sama lain berbeda
konteksnya. Berikut ini adalah penjenisan komunikasi berdasarkan
konteksnya.
A. Bidang Komunikasi
Yang dimaksud dengan bidang ini adalah bidang pada kehidupan
manusia, dimana diantara jenis kehidupan yang satu dengan jenis
kehidupan lain terdapat perbedaan yang khas, dan kekhasan ini
menyangkut pula proses komunikasi. Berdasarkan bidangnya,
komunikasi meliputi jenis-jenis sebagai berikut:
2) komunikasi organisasi atau manajemen (organiazation or management communication)
3) komunikasi bisnis (business communication) 4) komunikasi politik (political communication)
5) komunikasi internasional (international communication)
6) komunikasi antar budaya (intercultural communication)
7) komunikasi pembangunan (development communication) 8) komunikasi tradisional (traditional communication)
B. Sifat Komunikasi ditinjau dari sifatnya komunikasi diklasifikasikan
sebagai berikut:
1. komunikasi verbal (verbal communicaton)
a. komunikasi lisan
b. komunikasi tulisan
2. komunikasi nirverbal (nonverbal communication)
a. kial (gestural)
b. gambar (pictorial)
3. tatap muka (face to face) 4. bermedia (mediated)
C. Tatanan Komunikasi
Tatanan komunikasi adalah proses komunikasi ditinjau dari
jumlah komunikan, apakah satu orang, sekelompok orang, atau
situasi komunikasi seperti itu, maka diklasifikasikan menjadi
bentuk-bentuk sebagai berikut:
a. Komunikasi Pribadi (Personal Communication)
komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication)
komunikasi antarpribadi (interpersonal communication)
b. Komunikasi Kelompok (Group Communication)
komunikasi kelompok kecil (small group communication)
komunikasi kelompok besar (big group communication)
c. Komunikasi Massa (Mass Communication)
komunikasi media massa cetak (printed mass media)
komunikasi media massa elektronik (electronic mass media)
D. Fungsi Komunikasi
a. Menginformasikan (to Inform)
b. Mendidik (to educate)
c. Menghibur (to entertaint)
E. Teknik Komunikasi
Istilah teknik komunikasi berasal dari bahasa Yunani
“technikos” yang berarti keterampilan. Berdasarkan keterampilan
komunikasi yang dilakukan komunikator, teknik komunikasi
diklasifikasikan menjadi:
a. Komunikasi informastif (informative communication)
b. Persuasif (persuasive)
c. Pervasif (pervasive)
d. Koersif (coercive)
e. Instruktif (instructive)
f. Hubungan manusiawi (human relations) (Effendy, 2003:55)
F. Metode Komunikasi
Istilah metode dalam bahasa Inggris “Method” berasal dari bahasa Yunani “methodos” yang berarti rangkaian yang sistematis dan yang merujuk kepada tata cara yang sudah dibina berdasarkan rencana
yang pasti, mapan, dan logis. Atas dasar pengertian diatas, metode
komunikasi meliputi kegiatan kegiatan yang teroganisasi sebagai
berikut:
1. Jurnalisme
a. Jurnalisme cetak
2. Hubungan Masyarakat
a. Periklanan
b. Propaganda
c. Perang urat syaraf
d. Perpustakaan (Effendy, 2003: 56)
2.1.3 Tinjauan Korupsi
2.1.3.1 Pengertian Korupsi
Kata korupsi berasal dari bahasa latin “coruptio” atau “corrutus”,
selanjutnya disebutkan bahwa coruptio itu berasal dari kata corrumpere
suatu kata latin yang lebih tua. Menurut bahasa eropa seperti Inggris,
istilah korupsi adalah : corruption, corrup. Perancis : corruption. Dan
dalam bahasa Belanda : corruptie. Dalam bahasa Indonesia arti dari kata
korupsi itu ialah kebusukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak
bermoral, dan penyimpangan dari kesucian.
Arti dari korupsi yang telah diterima dalam perbendaharaan kata
Bahasa Indonesia itu telah disimpulkan oleh Poerwadarminta dalam
kamus umum bahsa Indonesia bahwa korupsi adalah :
“Perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang
sogok, dan sebagainya, lalu dalam kamus besar bahasa Indonesia yang
dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan edisi kedua
(uang negara atau perusahaan dan sebagainya) untuk keuntungan pribadi
atau orang lain. Jadi secara epistemologis kata korupsi berarti
kemerosotan dari keadaan yang semula baik, sehat, benar menjadi
penyelewengan, busuk, kemerosotan itu terletak pada fakta bahwa orang
menggunakan kekuasaan, kewibawaan, dan wewenang jabatan
menyimpang dari tujuan yang semula dimaksud”.
2.1.3.2 Pengertian Tindak Pidana Korupsi
Pengertian tindak pidana korupsi berdasarkan Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi
lebih luas seperti yang tercantum di dalam Pasal 1 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi. Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 menyebutkan, dihukum
karena tindak pidana korupsi, yaitu
1. Barang siapa dengan melawan hukum melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang atau suatu badan yang secara
langsung atau tidak langsung dapat merugikan keuangan negara
dan atau perekonomian negara atau diketahui atau patut disangka
olehnya bahwa perbuatan tersebut merugikan keuangan negara
atau perekonomian negara.
2. Barang siapa dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau
orang lain atau suatu badan, menyalahgunakan kewenangan,
kedudukan, yang secara langsung atau tidak langsung dapat
merugikan keuangan negara dan perekonomian negara.
3. Barang siapa melakukan kejahatan yang tercantum dalam Pasal
209, 210, 387, 388, 415, 416, 417, 418, 419, 420, 423, 425, dan
Pasal 435 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
4. Barang siapa memberi hadiah atau janji kepada pegawai negeri
seperti dimaksud dalam Pasal 2 dengan mengingat sesuatu
kekuasaan atau sesuatu wewenang yang melekat pada jabatannya
atau kedudukannya atau oleh si pemberi hadiah atau janji
dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan itu.
5. Barang siapa tanpa alasan yang wajar dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya setelah menerima pemberian atau janji yang
diberikan kepadanya seperti yang tersebut dalam Pasal 418, 419
dan Pasal 420 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, tidak
melaporkan pemberian atau janji tersebut kepada yang berwajib.
Pengertian tindak pidana korupsi berdasarkan undang-undang
tentang pemberantasan tindak pidana korupsi lebih luas lagi yaitu
dengan dicantumkan korporasi sebagai subjek hukum. Pengertian
korporasi sendiri tercantum dalam Pasal 1 angka 1 Undang-undang
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
yang menyebutkan, bahwa korporasi adalah kumpulan orang dan atau
kekayaan yang terorganisasi baik merupakan badan hukum maupun
2.1.4 Tinjauan lirik lagu
Lirik lagu merupakan simbol verbal yang diciptakan oleh manusia.
Manusia adalah makhluk yang tahu bagaimana harus bereaksi, tidak hanya
terhadap lingkungan fisiknya, namun juga pada simbol-simbol yang
dibuatnya sendiri. (Rivers, 2003:28). Dari pengertian diatas, dapat
disimpulkan bahwa lirik merupakan reaksi simbolik dari manusia yang
merupakan respon dari segala sesuatu yang terjadi dan dirasakan oleh
lingkungan fisiknya (yang dipengaruhi oleh akal sehat dan rasionalitas).
Simbol digunakan oleh manusia untuk memaknai dan memahami kenyataan
yang tidak dapat dilihat secara langsung, namun kenyataan tersebut dapat
terlihat dan dirasakan oleh indera manusia, stimulus ini kemudian diolah oleh
pikiran, kemudian tercipta konsep atau penafsiran tertentu dan kemudian
simbol yang diciptakan tersebut akan membentuk makna tertentu sesuai
dengan apa yang akan diungkapkan.
The lyrics is the commonest, and yet, in its perfection, the post modern; the simplest, and yet in its laws emotional association; and it all these because it express, more intimately, than other types of verse the personality of the poet. (Hubbel, 1949:57).
Bisa diartikan sebagai berikut, yang berkenaan dengan lirik lagu
adalah sesuatu yang paling umum, namun sempurna dan modern; selain itu
diekspresikan secara mendalam oleh penulis (penyair atau dalam hal ini
penulis lirik) seperti halnya sajak.
Berangkat dari pengertian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa lirik
lagu adalah tulisan seperti sajak yang ditulis secara mendalam untuk
menuangkan dan mengungkapkan berbagai macam emosi.
The lyric, then, give us idea and theme and calls up appropriate pictures in language, wich is rich in suggestions, pictorial power, an sensuous beauty (Hubbel, 1949:22).
Dapat diartikan lirik, membangun persepsi serta menggambarkan
sesuatu yang kemudian diperkaya akan perasaan, kekuatan imaji, serta kesan
keindahan. Dalam membuat lirik lagu terkait dengan bahasa, dan bahasa
terkait dengan sastra. Karena kata-kata (lirik lagu) yang dibuat oleh pencipta
lagu tidak semua dapat dimengerti oleh khalayak, karena itulah memerlukan
suatu penelitian tentang isi lirik lagu tersebut.
Penentuan bahasa yang digunakan juga tergantung pada individual
yang menciptakan lirik lagu, karena belum ada ketentuan bahasa dalam
membuat sebuah lirik lagu tetapi lirik yang dibuat dapat dipertanggung
jawabkan isinya. Sedangkan tiap lirik yang dibuat oleh pencipta lagu pasti
memiliki makna tersendiri yang ingin disampaikan kepada pendengarnya.
Hal ini terkait dengan kasus yang penulis teliti, dimana dalam setiap
lirik lagu ”Tikus-tikus Kantor” memiliki makna yang ingin disampaikan oleh
walaupun penafsiran setiap individu berbeda-beda. Dengan lirik lagu
tersebut, tujuan dari seorang pencipta lagu dapat disampaikan kepada para
khalayaknya.
Dari pengertian tersebut diatas, dapat dikatakan bahwa lirik (dalam
lagu) adalah rangkaian pesan verbal yang tertulis dengan sistematika tertentu
untuk menimbulkan kesan tertentu juga, isi pesan verbal tersebut mewakili
gagasan penulis (lirik) yang merupakan respon dari lingkungan fisik manusia.
2.1.5 Lirik Lagu Sebagai Bentuk Pesan Komunikasi
Menurut Lasswell, Komunikasi adalah pesan yang disampaikan
kepada komunikan (penerima) dari komunikator (sumber) melalui
saluran-saluran tertentu baik secara langsung atau tidak langsung dengan maksud
memberikan dampak atau effect kepada komunikan sesuai dengan yang
diinginkan komunikator. Yang memenuhi lima unsur who, says what, in which channel, to whom, with what effect. Dengan pola pikir dan hasil cipta, manusia dapat mengkomunikasikan segala sesuatu pemikiran kepada
khalayak luas berupa gagasan, ide atau opini di encode menjadi sebuah pesan
komunikasi yang mudah dicerna.
Dalam sebuah proses penyampaian komunikasi, pesan merupakan hal
yang utama. Definisi pesan sendiri adalah segala sesuatu, verbal maupun non
verbal, yang disampaikan komunikator kepada komunikan untuk
mewujudkan motif komunikasi. Pesan pada dasarnya bersifat abstrak,
menghantarkan pesan berupa suara, mimik, gerak-gerik, bahasa lisan &
tulisan yang dapat saling dimengerti sebagai alat bantu dalam berkomunikasi.
Dalam musik terjadi pertukaran pikiran, ide, gagasan antara pencipta
lagu dengan audiens sebagai penikmat musik. Pencipta menyampaikan isi
pikiran dibenaknya berupa nada dan lirik agar audiens mampu menerima
pesan didalamnya. Disinilah terjadi proses komunikasi melalui lambang
musik berupa nada dan lirik berupa teks dalam sebuah lagu antara pencipta
lagu dengan audiensnya.
Komunikasi antara pencipta dan penikmat lagu berjalan ketika sebuah
lagu diperdengarkan kepada audiens. Pesan yang disampaikan dapat berupa
cerita, curahan hati, atau sekedar kritik yang dituangkan dalam bait-bait lirik.
Lirik sendiri memiliki sifat istimewa. Tentunya dibandingkan pesan pada
umumnya lirik lagu memiliki jangkauan yang luas didalam benak
pendengarnya. Demikian pula dengan penyanyi sebagai komunikator untuk
menyampaikan pesannya yang berbentuk lagu dengan media seperti kaset,
CD (compact disk) maupun VCD (video compact disk). Musik dapat dimasukkan dalam suatu bentuk komunikasi massa karena memiliki beberapa
unsur, karakteristik dan fungsi yang sama dengan komunikasi massa.
2.1.6 Tinjauan Tentang Wacana
Sudah lama bahasa menjadi unsur kajian ilmu pengetahuan, bahkan
sejak zaman Yunani Kuno, walaupun bukan untuk kepentingan kebahasaan
karena bahasa dianggap sebagai sebuah alat yang tepat untuk
mengungkapkan konsepkonsep berpikir dan hasil pemikiran filosofis.
Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia
sehingga dalam kenyataannya bahasa menjadi aspek penting dalam
melakukan sosialisasi atau berinteraksi sosial dengan bahasa manusia dapat
menyampaikan berbagai berita, pikiran, pengalaman, gagasan, pendapat,
perasaan, keinginan, dan lain-lain kepada orang lain. (Kurniawan dalam
Darma, 2009:1). Bahasa meliputi tataran fonologi, morfologi, sintaksis,
semantik, dan wacana. Berdasarkan hierarkinya, wacana merupakan tataran
bahasa terbesar, tertinggi dan terlengkap.
2.1.6.1 Pengertian Wacana
Pembahasan wacana adalah rangkaian kesatuan situasi atau
dengan kata lain, makna suatu bahasa berada dalam konteks dan situasi.
Wacana dikatakan terlengkap karena wacana mencakup tataran
dibawahnya, yakni fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan
ditunjang oleh unsur lainnya, yaitu situasi pemakaian dalam
masyarakat.
Alex Sobur dalam Darma mengatakan, “wacana adalah
rangkaian ujar atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu
hal (subjek) yang disajikan secara teratur, sistematis, dalam kesatuan
yang koheren, dibentuk oleh unsur segmental maupun nonsegmental
kata-kata, tulisan, gambar-gambar, dan lain-lain, tidak bersifat netral atau
steril.
Eksistensinya ditentukan oleh orang-orang yang
menggunakannya, konteks peristiwa yang berkenaan dengannya, situasi
masyarakat luas yang melatarbelakangi keberadaannya, dan lain-lain.
Kesemuanya itu dapat berupa nilai-nilai, ideologi, emosi,
kepentingan-kepentingan, dan lain-lain.
2.1.6.2 Ciri-ciri dan Sifat Wacana
Berdasrkan pengertian wacana, kita dapat mengidentifikasi ciri
dan sifat sebuah wacana, antara lain sebagai berikut:
1. Wacana dapat berupa rangkaian ujar secara lisan dan tulisan atau
rangkaian tindak tutur.
2. Wacana mengungkapkan suatu hal (subjek).
3. Penyajian teratur, sistematis, koheren, dan lengkap dengan semua
situasi pendukungnya.
4. Memiliki satu kesatuan misi dalam rangkaian itu.realitas, media
komunikas, cara pemaparan, dan jenis pemakaian. Dalam
kenyataan wujud dari bentuk wacana itu
2.1.6.3 Wujud dan Jenis Wacana
Wujud adalah rupa dan bentuk yang dapat diraba atau nyata.
Jenis adalah cirri khusus. Jadi wujud wacana mempunyai rupa atau
bentuk wacana yang nyata dan dapat kita lihat strukturnya secara
nyata. Sedangkan jenis wacana mempunyai arti bahwa wacana itu
memiliki sifat-sifat atau ciri-ciri khas yang dapat dibedakan dari
bentuk bahasa lain.
Pada dasarnya, wujud dan jenis wacana dapat ditinjau dari
sudut realitas, media komunikasi, cara pemaparan, dan jenis
pemakaian. Dalam kenyataannya wujud wacana itu dapat dilihat dalam
beragam buah karya si pembuat wacana, yaitu: teks (wacana dalam
wujud tulisan/grafis) antara lain dalam bentuk berita, feature, artikel, opini, cerpen, novel, dsb. Talk (wacana dalam wujud ucapan) antara lain dalam wujud rekaman wawancara, obrolan, pidato, dsb. Act (wacana dalam wujud tindakan) antara lain dalam wujud lakon drama,
tarian, film, defile, demonstrasi, dsb. Artifact (wacana dalam wujud
jejak) antara lain dalam wujud bangunan, lanskap, fashion, puing, dsb.