• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDE NOTE TAKING DITINJAU DARI MINAT DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDE NOTE TAKING DITINJAU DARI MINAT DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA"

Copied!
163
0
0

Teks penuh

(1)

i

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDE

NOTE TAKING DITINJAU DARI MINAT DAN HASIL

BELAJAR FISIKA SISWA SMA

skripsi

disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

oleh Lisa Dwi Astuti

4201411060

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)
(3)
(4)
(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

”Sesungguhnya sesudah kesukaran itu ada kemudahan, maka kerjakanlah suatu

urusan dengan sungguh–sungguh hanya kepada Allah-lah kamu berharap ”(QS. Annar: 6-8)

“Barangsiapa bersungguh-sungguh, sesungguhnya kesungguhan itu adalah untuk

dirinya sendiri.” (Q.S. Al-Ankabut [29]: 6)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penyusun persembahkan:

1. Untuk Bapak Sarmuji dan Ibu Pami tercinta yang selalu menyayangi dan memberi dukungan

2. untuk kakakku Didik Setyawan yang selalu memberi motivasi

(6)

vi

PRAKATA

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun skripsi dengan judul “Keefektifan Model Pembelajaran Guide Note Taking Ditinjau dari Minat dan Hasil Belajar Fisika

Siswa SMA” dapat terselesaikan dengan baik dan sebagai salah satu persyaratan

untuk memperoleh gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Fisika di Universitas Negeri Semarang.

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari banyak pihak, maka dengan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum selaku Rektor Universitas Negeri Semarang

2. Prof. Dr. Wiyanto, M.Si selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

3. Dr. Khumaedi, M.Si selaku Ketua Jurusan Fisika

4. Drs. Hadi Susanto, M.Si selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dengan teliti

5. Dr. Putut Marwoto, M.S selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dengan teliti

6. Amin Hidayat, S.Pd.,M.M. selaku Kepala SMA Negeri 1 Purwodadi yang telah memberikan ijin penelitian

(7)

vii

8. Siswa kelas X Mia 6 dan X Mia 7 yang telah bersedia menjadi objek penelitian 9. Keluarga yang telah memberikan bantuan material maupun spiritual sehingga

penulis dapat melakukan penelitian dengan lancar

10. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan.Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Semoga skripsi ini berguna dan bermanfaat bagi pembaca.

Semarang, Agustus 2015

(8)

viii

ABSTRAK

Astuti, Lisa Dwi 2015. Keefektifan Model Pembelajaran Guide Note Taking Ditinjau Dari Minat dan Hasil Belajar Fisika Siswa SMA. Skripsi, Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama Drs. Hadi Susanto, M.Si dan Pembimbing Pendamping Dr.Putut Marwoto, M.S. Kata kunci: Guide Note Taking, Minat, Hasil Belajar

Hasil belajar fisika siswa kelas X masih rendah. Salah satu penyebabnya yaitu metode pembelajaran yang diterapkan masih konvensional sehingga minat belajar siswa kurang dan akan berdampak pada hasil belajar yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar dan minat belajar siswa yang mendapat model pembelajaran Guide Note Taking dengan siswa yang mendapat model pembelajaran konvensional. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu True Experimental

bentuk Pretest-Posttest Control Group Design. Sampel pada penelitian ini yaitu X Mia 6 dan X Mia 7 dengan teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling.

Analisis pada penelitian ini meliputi uji normalitas, uji kesamaan dua varians, uji pihak kanan, uji ketuntasan belajar dan uji gain. Hasil dari analisis uji normalitas χ2 hitung<χ

2

tabel . Hal itu menunjukkan kelas kontrol dan kelas eksperimen terdistribusi normal. Hasil analisis uji kesamaan dua varians antara kelas kontrol dan kelas eksperimen Fhitung<Ftabel. Jadi dapat disimpulkan bahwa kelas kontrol dan kelas eksperimen mempunyai varians yang sama/ homogen. Untuk uji pihak kanan dari hasil analisis menunjukkan bahwa thitung = 2,16 dan t tabel= 1,67. Hasil analisis menunjukkan bahwa thitung lebih besar dari ttabel. Hal ini berarti hasil belajar kelas ekperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Berdasarkan hasil analisis ketuntasan belajar, kelas kontrol memperoleh ketuntasan belajar klasikal 76% dan kelas eksperimen 83%. Besarnya peningkatan nilai rata-rata melalui uji gain. Hasil dari analisis uji gain kelas kontrol 0,38 (sedang) dan kelas eksperimen 0,60 (sedang). Dari analisis angket minat diperoleh rata-rata minat kelas kontrol 70,1 dan kelas eksperimen 78,8. Jadi pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa minat dan hasil belajar siswa yang mendapat model pembelajaran Guide Note Taking

(9)

ix

ABSTRACT

Keefektifan Model Pembelajaran Guide Note Taking Ditinjau Dari Minat dan Hasil Belajar Fisika Siswa SMA

Astuti, Lisa Dwi; Drs. Hadi Susanto, M.Si & Dr. Putut Marwoto, M.S

lisadwiastuti.lda@gmail.com

Results of studying physics class X still low. One of the reasons is still applied learning methods that conventional student interest less and will have an impact on learning outcomes low. The purpose of research to determine the differences learning outcomes and interest learning of students who received Guide Note Taking learning model with students getting conventional learning model. The method used in this research is True Experimental forms of pretest-posttest control group design. Samples in this research that X Mia 6 and X Mia 7 with the sampling technique is purposive sampling.

The analysis in this research include normality test, the equality of two variance, the right side test , mastery learning test and gain test. Results of the analysis of normality test χ2 count < χ

2

(10)

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING... . ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN………. iii

HALAMAN PENGESAHAN……… iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN………. v

PRAKATA………. vi

ABSTRAK………. viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 4

1.3Tujuan Penelitian ... 4

1.4Manfaat Penelitian ... 4

1.5Penegasan Istilah ... 5

1.6Sistematika Penulisan Skripsi ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Pembelajaran ... 8

2.2 Hasil Belajar ... 9

2.3 Metode Guide Note Taking ... 12

(11)

xi

2.5 Kerangka Berpikir ... 16

2.6 Hipotesis ... 18

2.7 Materi ... 18

BAB 3 METODE PENELITIAN... 26

3.1 Desaign Penelitian ... 26

3.2 Populasi Dan Sampel ... 26

3.3 Lokasi Penelitian ... 27

3.4 Variabel Penelitian ... 27

3.5 Jenis Penelitian ... 27

3.6 Metode Pengumpulan Data ... 28

γ.7 Instrumen Penelitian………. 28

γ.8 Analisis Instrumen Penelitian………... 34

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

4.1 Hasil Penelitian ... 41

4.2 Pembahasan ... 50

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN ... 57

5.1 Simpulan ... 57

5.2 Saran ... 57 DAFTAR PUSTAKA

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Kalor Jenis Beberapa Zat Dalam J/Kg.K ... 24

3.1 Hasil PerhitunganValiditas Soal ... 30

3.2 Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 32

3.3 Daya Beda Soal ... 33

3.4 Hasil Perhitungan Daya Beda Soal ... 34

3.5 Kategori Penilaian Uji Gain ... 39

4.1 Hasil Perhitungan Validitas Soal ... 41

4.2 Hasil Uji Homogenitas Sampel ... 43

4.3 Hasil Uji Normalitas Pre Test ... 44

4.4 Hasil Uji Normalitas Post Test ... 44

4.5 Hasil Uji Kesamaan Dua Varians……… 45

4.6 Hasil Uji t Pihak Kanan ... 46

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Bagan Kerangka Berfikir ………..17

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. RPP Kelas Kontrol ... 59

2. RPP Kelas Eksperimen... 65

3. Silabus ... 73

4. Kisi-Kisi Uji Coba Soal... 77

5. Soal Tes Uji Coba Soal ... 78

6. Kunci Jawaban Soal Uji Coba ... 80

7. Soal Tes ... 86

8. Kunci Jawaban Soal Tes ... 88

9. Analisis Butir Soal………... 91

10.Daftar Nama Kelas Kontrol... 95

11.Daftar Nama Kelas Eksperimen ... 96

12.Nilai Pre Test Kelas Kontrol ... 97

13.Nilai Pre Test Kelas Eksperimen ... 98

14.Nilai Post Test Kelas Kontrol... 99

15.Nilai Post Test Kelas Eksperimen ... 100

16.Uji Normalitas Nilai Ulangan Harian Kelas Kontrol ... 101

17.Uji Normalitas Nilai Ulangan Harian Kelas Eksperimen ... 104

18.Uji Homogenitas ... 107

19.Uji Normalitas Nilai Pre Test Kelas Kontrol ... 109

20.Uji Normalitas Nilai Pre Test Kelas Eksperimen ... 112

21.Uji Normalitas Nilai Post Test Kelas Kontrol... 115

22.Uji Normalitas Nilai Post Test Kelas Eksperimen ... 118

23.Uji Kesamaan Dua Varians ... 121

(15)

xv

Lampiran Halaman

25.Uji Gain Kelas Kontrol ... 125

26.Uji Gain Kelas Eksperimen ... 126

27. Ketuntasan Belajar Kelas Kontrol………... 1β7 28. Ketuntasan Belajar Kelas Eksperimen……… 1β8 29.Angket Awal Kelas Kontrol ... 129

30.Angket Awal Kelas Eksperimen ... 131

31.Angket Akhir Kelas Kontrol ... 133

32.Angket Akhir Kelas Eksperimen ... 135

33.Bahar Ajar 1………. 137

34.Bahan Ajar β……… 149

35.Angket Minat Belajar Siswa……… 154

36.Surat Keputusan……….. 157

37.Surat Observasi……… 158

38.Surat Penelitian ... 159

39.Surat Keterangan Penelitian ... 160

(16)

1 1.1. Latar Belakang

Suatu negara akan selalu mengutamakan pendidikan karena keberhasilan suatu pendidikan akan mengangkat derajat negara tersebut dan keunggulannya akan diakui dunia. Karena dengan adanya pendidikan dapat melahirkan generasi-generasi manusia berilmu, baik itu pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan dikatakan unggul apabila dalam prosesnya melahirkan dan menciptakan sumber daya manusia yang berkompeten, baik peserta didik maupun guru sebagai pendidik.

(17)

Keberhasilan proses belajar mengajar pada pembelajaran fisika bisa diamati dari keberhasilan siswa. Keberhasilan itu dapat dilihat dari pemahaman dan penguasaan materi serta pencapaian prestasi yang dapat dilihat dari perolehan nilai tes. Namun pada kenyataannya hasil yang diperoleh masih rendah. Kesulitan siswa dalam menghadapi pelajaran fisika bisa disebabkan oleh berbagai hal seperti penyampaian materi ajar yang kurang menarik dari guru, keterbatasan waktu dan pengelolaan kelas yang kurang terprogram sehingga akan mempengaruhi konsentrasi siswa dalam pembelajaran. Selain itu, dilihat dari segi strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru masih mengikuti metode – metode pada umumnya monoton yang pada akhirnya menimbulkan ketidaktanggapan siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Strategi belajar mengajar yang digunakan guru cenderung masih menggunakan metode konvensional yang monoton. Biasanya guru hanya memberikan teori, contoh soal dan pembahasan kemudian diberi tugas. Saat pembelajaran guru jarang melibatkan siswa. Selain itu, ketika guru menjelaskan materi, catatan yang dibuat oleh siswa kurang lengkap dan belum tentu materi yang dicatat siswa adalah poin-poin penting dalam materi yang disampaikan. Bahkan ada siswa yang hanya mendengarkan tanpa membuat catatan tentang materi yang disampaikan. Keadaan seperti itu yang membuat siswa menjadi bosan dan tidak minat belajar fisika karena peran guru terlihat lebih dominan karena yang berperan aktif adalah guru.

(18)

Salah satu strategi pembelajaran yang dimaksud adalah model pembelajaran

Guide Note Taking. Model pembelajaran Guide Note Taking atau catatan terbimbing adalah salah satu model pembelajaran active learning yang dipilih untuk membantu penyampaian materi ajar dengan menggunakan handout. Dalam pelaksanaannya siswa dituntut untuk membuat catatan-catatan materi yang telah disampaikan oleh guru, di mana sebelumnya guru membuatkan skema atau pola yang sepenuhnya tidak tercatat atau masih ada materi yang kosong dengan diberi titik-titik untuk diisi siswa sehingga dengan model pembelajaran ini catatan siswa terarah dan lengkap. Pembelajaran ini lebih melibatkan siswa daripada sekedar menyediakan pegangan yang lengkap.

Stringfellow dan Miller (2005) menjelaskan bahwa catatan terbimbing terdiri dari pelajaran menguraikan dengan memberikan ide-ide utama dan ruang kosong bagi siswa untuk menulis dalam definisi, konsep-konsep, kunci dan informasi tambahan.

Heward, (1996) menyatakan catatan terbimbing handout guru disajikan untuk membimbing siswa melalui kuliah dengan isyarat standar dan bagian kosong yang digunakan untuk menulis fakta-fakta kunci, konsep dan hubungan. Catatan terbimbing merupakan kerangka di mana siswa secara aktif merespon pembelajaran.

Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Christianti dkk (2012) yang menunjukkan bahwa pembelajaran Guide Note Taking

(19)

eksperimen sudah mencapai ketuntasan belajar klasikal (Keberhasilan kelas) yaitu sebesar 92,86 % lebih dari 85% dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut yang telah mencapai ketuntasan individu.

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang mendapat model pembelajaran Guide Note Taking dengan siswa yang mendapat model pembelajaran konvensional?

1.2.2. Bagaimanakah minat belajar siswa yang mendapat model pembelajaran

Guide Note Taking dengan siswa yang mendapat model pembelajaran konvensional?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang mendapatkan model pembelajaran Guide Note Taking dengan siswa yang mendapat model pembelajaran konvensional.

1.3.2. Untuk mengetahui minat belajar siswa yang mendapat model pembelajaran

Guide Note Taking dengan siswa yang mendapat model pembelajaran konvensional.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Guru

1) Menambah model pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan siswa kemampuan siswa dalam memahami materi dalam kegiatan belajar mengajar. 1.4.2. Bagi Siswa

(20)

2) Memudahkan siswa dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru. 1.4.3. Bagi Sekolah

1) Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran fisika.

2) Memberikan gambaran pada sekolah tentang proses pembelajaran fisika dengan model pembelajaran Guide Note Taking.

1.5. Penegasan Istilah 1.5.1. Keefektifan

Keefektifan artinya keadaan berpengaruh, keberhasilan terhadap usaha atau tindakan (Kamus Besar Bahasa Indonesia 1997:226).

1.5.2. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar.

1.5.3. Model Pembelajaran Guide Note Taking

Model Guide Note Taking atau catatan terbimbing adalah pembelajaran yang diawali dengan memberikan bahan ajar berupa handout dari materi ajar yang disampaiakan dengan metode ceramah kepada peserta didik (Suprijono, 2012: 105).

1.5.4.Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan (Slameto, 2010:57).

1.6. Sistematika Skripsi

(21)

1.6.1.Bagian Awal

Pada bagian awal terdiri atas judul, pernyataan keaslian tulisan, pengesahan, persembahan, motto, prakata, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran.

1.6.2.Bagian Pokok

Bagian pokok terdiri dari lima bab, yaitu : 1. Bab 1 Pendahuluan

Bab 1 pendahuluan menyajikan gagasan pokok yang terdiri dari enam bagian yaitu latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah dan sistematika skripsi.

2. Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bagian bab 2 ini berisi teori yang mendukung dan berkaitan dengan permasalahan, yang meliputi dasar pemikiran dan metode pembelajaran yang dikembangkan.

3. Bab 3 Metode Penelitian

Bagian bab 3 ini berisi metode penelitian yang meliputi: desaign penelitian, populasi dan sampel lokasi penelitian, variabel penelitian, jenis penelitian, metode pengumpulan data, instrument penelitian, analisis instrument penelitian.

4. Bab 4 Hasil dan Pembahasan

(22)

5. Bab 5 Penutup

Bab 5 penutup berisi simpulan dan saran 5.1.1.Bagian Akhir

(23)

8

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pembelajaran

Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara guru dan siswa, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak langsung yaitu dengan menggunakan berbagai media pembelajaran. Didasari oleh adanya perbedaan interaksi tersebut, maka kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pola pembelajaran (Rusman, 2014:134).

Pengertian pembelajaran menurut Darsono (2000:24) terdiri atas pembelajaran umum dan pembelajaran khusus. Pengertian pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut.

1. Umum

Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik.

2. Khusus a. Behavioristik

Pembelajaran adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon.

b. Kognitif

(24)

c. Gestlat

Kegiatan pembelajaran dilakukan untuk mengetahui dan mengembangkan sesuatu secara keseluruhan serta dilakukan secara berkesinambungan.

d. Humanistik

Pembelajaran lebih menekankan pada diri siswa sendiri.

Jadi dari pengertian pembelajarn di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu usaha yang dilakukan oleh guru untuk membentuk tingkah laku dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa dengan stimulus dan rencana serta tujuan yang hendak dicapai.

2.2. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Menurut Benyamin S. Bloom ada tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar, yaitu:

1. Ranah Kognitif

Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencapai kategori sebagai berikut. a. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan didefinisikan sebagai perilaku mengingat atau mengenali informasi ( materi peserta didikan) yang telah dipelajari sebelumnya.

b. Pemahaman (comprehensioan)

Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan memperoleh makna dari materi peserta didikan.

c. Penerapan (application)

(25)

d. Analisis ( analysis)

Analisis mengacu pada kemampuan memecahkan material ke dalam bagian-bagian sehingga dapat dipahami struktur organisasinya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis mengacu pada kemampuan menggabungkan bagian-bagian dalam rangka membentu struktur yang baru.

f. Penilaian (evaluation)

Penilaian mengacu pada kemampuan membuat keputusan tentangnilai materi peserta didikan untuk tujuan tertentu.

2. Ranah Afektif

Ranah afektif berkaitan dengan perasaan, sikap, minat dan nilai. Kategori tujuan pembelajaran afektif adalah sebagai berikut.

a. Penerimaan (receiving)

Penerimaan mengacu pada keinginan peserta didik untuk menghadirkan rangsangan atau fenomena tertentu.

b. Penanggapan (responding)

Penanggapan mengacu pada partisipasi aktif pada diri peserta didik. c. Penilaian ( valuing)

Penilaian berkaitan dengan nilai yang melekat pada objek. d. Pengorganisasian ( organization)

Pengorganisasian berkaitan dengan perangkaian nilai-nilai yang berbeda, memecahkan kembali konflik-konflik antar nilai, dan mulai menciptakan sistem nilai yang konsisten secara internal.

(26)

Pembentukan pola hidup mengacu pada individu peserta didik memiliki sistem nilai yang telah mengendalikan perilakunya dalam waktu cukup lama sehingga mampu mengembangkannya menjadi karakteristik gaya hidupnya. 3. Ranah Psikomotorik

Ranah psikomotorik berkaitan dengan kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek dan koordinasi syaraf. Kategori jenis perilaku untuk ranah psikomotorik menurut Elizabeth Simpson adalah :

a. Persepsi (perception)

Persepsi berkaitan dengan penggunakan organ penginderaan untuk memperoleh petunjuk yang memandu kegiatan motorik.

b. Kesiapan (set)

Kesiapan mengacu pada pengambilan tipe kegiatan tertentu. c. Gerakan Terbimbing (guided response)

Gerakan terbimbing berkaitan dengan tahap-tahap awal di dalam belajar keterampilan kompleks.

d. Gerakan Terbiasa (mechanism)

Gerakan terbiasa berkaitan dengan tindakan kinerja dimana gerakan yang telah dipelajari itu telah menjadi biasa dan gerakan dapat dilakukan dengan sangat meyakinkan dan mahir.

e. Gerakan Kompleks ( complex avert response)

(27)

f. Penyesuaian (adaptation)

Penyesuaian berkaitan dengan keterampilan yang dikembangkan sangat baik sehingga individu partisipan dapat memodifikasi pola-pola gerakan sesuai dengan persyaratan-persyaratan baru atau ketika menemui situasi masalah baru. g. Kreativitas ( originality)

Kreativitas mengacu pada penciptaan pola-pola gerakan baru untuk disesuaikan dengan situasi tertentu atau masalah-masalah tertentu.

Dari ketiga ranah tersebut, penelitian ini menggunakan ranah belajar kognitif untuk mendapatkan hasil belajar fisika.

2.3. Metode Guide Note Taking

Model Guide Note Taking (GNT) atau catatan terbimbing adalah salah satu pembelajaran yang diawali dengan memberikan bahan ajar berupa handout dari materi ajar yang disampaikan dengan metode ceramah kepada peserta didik. Mengosongi sebagian poin-poin yang penting sehingga terdapat bagian-bagian yang kosong dalam handout tersebut. Beberapa cara yang bisa dilakukan adalah mengosongkan istilah atau definisi dan menghilangkan beberapa kata kunci (Suprijono, 2012:105).

Stringfellow dan Miller (2005) menjelaskan bahwa catatan terbimbing terdiri dari pelajaran menguraikan dengan memberikan ide-ide utama dan ruang kosong bagi siswa untuk menulis dalam definisi, konsep-konsep, kunci dan informasi tambahan.

(28)

kosong yang digunakan untuk menulis fakta-fakta kunci, konsep dan hubungan. Catatan terbimbing merupakan kerangka di mana siswa secara aktif merespon pembelajaran.

Guide Note Taking (catatan yang terbimbing ) yaitu menyiapkan suatu bagan atau skema yang lain yang dapat membantu mahasiswa dalam membuat catatan-catatan ketika dosen menyampaikan materi kuliah (Zaini dkk, 2002: 30).

Catatan terbimbing adalah tehnik dimana guru menyediakan formulir atau lembar yang telah dipersiapkan. Lembar ini menginstruksikan siswa untuk membuat catatan sewaktu guru mengajar (Melvin, 2006: 123).

Jadi Guide Note Taking (Catatan Terbimbing) adalah pembelajaran dimana guru menyediakan bahan ajar yang terdapat poin-poin yang dikosongi untuk diiisi oleh siswa saat guru memberikan materi tersebut.

Langkah-langkah model pembelajaran Guide Note Taking yaitu sebagai berikut.

a. Guru memberikan ringkasan poin-poin utama dari materi pelajaran yang akan disampaikan.

b. Mengelompokkan siswa dengan anggota minimal 2 orang dan bagikan bahan ajar (handout).

(29)

e. Mengajak siswa berperan aktif dalam menyampaikan ide dan menyimpulkan dari apa yang diperoleh untuk diisikan pada bagian handout yang masih kosong atau pada titik-titiknya.

Ciri khas pembelajaran menggunakan model Guide Note Taking (GNT) ini adalah dengan menggunakan handout. Dengan menggunakan model Guide Note Taking dalam pembelajaran fisika dapat meningkatkan minat yang berakibat meningkatnya hasil belajar.

Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Guide Note Taking. Kelebihan model Guide Note Taking (GNT), antara lain:

a. Metode pembelajaran ini cukup berguna untuk materi pengantar.

b. Metode pembelajaran ini sangat cocok untuk materi yang mengandung fakta- fakta atau prinsip-prinsip dan definisi-definisi.

c. Metode pembelajaran ini mudah digunakan ketika peserta didik harus mempelajari materi yang bersifat menguji pengetahuan kognitif.

d. Memungkinkan siswa belajar lebih aktif karena memberikan kesempatan mengembangkan diri.

Adapun kelemahan model pembelajaran Guide Note Taking (GNT) antara lain:

a. Jika Guide Note Taking diguakan sebagai metode pembelajaran pada setiap materi pelajaran, maka guru akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.

(30)

c. Biaya untuk pengadaan handout bagi sebagian guru masih dirasakan mahal dan kurang ekonomis.

2.4. Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena apabila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar (Slameto, 2010:57).

Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut semakin besar minat. Siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek tesebut (Slameto, 2010: 180).

Jadi apabila siswa memiliki minat terhadap pelajaran fisika, maka siswa akan mempelajari fisika dengan sungguh-sungguh dan perasaan senang yang pada akhirnya hasil belajar fisika lebih baik.

Indikator minat belajar menurut Slameto (2003:58) siswa yang berminat dalam belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus-menerus.

(31)

3. Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang diminat. Ada rasa ketertarikan pada sesuatu aktivitas-aktivitas yang diminati.

4. Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang lainnya. 5. Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas kegiatan.

Guru merupakan salah satu faktor penting dalam pembelajaran. Guru harus mampu menerapkan pembelajaran yang menarik, sehingga bisa menimbulkan minat siswa dan siswa merasa senang mengikuti pembelajaran.

2.5 Kerangka Berpikir

Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa sehingga banyak siswa tidak menyukai pelajaran ini. Dalam fisika, selain siswa harus paham konsep, fisika juga banyak rumus-rumus sehingga harus teliti dalam pengerjaannya. Apabila siswa tidak suka atau tidak tertarik terlebih dahulu dengan mata pelajaran fisika, maka siswa tidak akan ada minat belajar, sehingga siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya. Apalagi dalam kenyataannya selama ini pembelajaran yang diterapakan di kelas masih menggunakan model konvensional dan monoton. Pembelajaran masih didominasi oleh guru dan jarang melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar. Hal itulah yang menyebabkan siswa merasa bosan dan tidak minat dalam belajar.

Untuk mengatasi masalah itu maka saat pembelajaran guru harus menggunakan metode pembelajaran yang menarik dan membuat siswa fokus dan melibatkan siswa saat pembelajaran. Model tersebut yaitu model pembelajaran

(32)

Pada akhirnya apabila dilakukan tes hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol akan terdapat perbedaan yang signifikan. Sehingga dengan pencapaian KKM oleh siswa, berpengaruhnya aktivitas dan keterampilan proses pada hasil belajar siswa serta perbedaan signifikan antara hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol menjadikan pembelajaran fisika dengan model

Guide Note Taking menjadi efektif.

[image:32.595.146.537.299.677.2]

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir

 Pelajaran fisika salah satu pelajaran yang dianggap sulit.

 Model pembelajaran yang diterapkan masih konvensional

 Minat belajar kurang

 Hasil belajar fisika rendah

Model pembelajaran Guide Note Taking

Pembelajaran dimana guru menyediakan bahan ajar yang terdapat poin – poin yang dikosongi untuk diisi siswa saat guru

memberikan materi.

 Minat belajar siswa bertambah

(33)

2.6 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara yang memerlukan pengujian secara empiris.

a. Ha1: Hasil belajar siswa yang mendapatkan model pembelajaran Guide Note Taking lebih besar daripada siswa yang mendapatkan model konvensional. b. Ha2: Minat belajar siswa yang mendapat model pembelajaran Guide Note

Taking lebih tinggi daripada siswa yang mendapat model pembelajaran konvensional.

Untuk keperluan uji empiris, Ha diubah menjadi H0, yaitu:

a. H01: Hasil belajar siswa yang mendapatkan model pembelajaran Guide Note Taking lebih kecil atau sama dengan siswa yang mendapatkan model konvensional.

b. H02:. Minat belajar siswa yang mendapat model pembelajaran Guide Note Taking tidak lebih tinggi daripada siswa yang mendapat model pembelajaran konvensional.

2.7 Materi 2.7.1 Suhu

(34)
[image:34.595.149.432.111.274.2]

Gambar 2.2 Termometer

Terdapat empat skala yang digunakan dalam pengukuran suhu yaitu: a. Celsius

Skala ini memiliki titik didih air 100 dan memiliki titik beku 0

b. Reamur

Skala ini memiliki titik didih air 80dan memiliki titik beku 0

c. Fahrenheit

Skala ini memiliki titik didih air 212dan memiliki titik beku 32

d. Kelvin

Skala ini memiliki titik didih air 373dan titik beku 273

Dari ketentuan tersebut diperoleh perbandingan skala dari keempat thermometer tersebut sebagai berikut.

C : R : (F-32) : (K-273) = 5 : 4 : 9 : 5 2.7.2 Pemuaian

(35)

2.7.2.1 Pemuaian zat padat ada 3 yaitu: 1. Pemuaian panjang

[image:35.595.156.277.335.442.2]

Pemuaian panjang zat padat berlaku jika zat padat itu hanya dipandang sebagai satu dimensi (berbentuk garis). Percobaan yang telah membahas tentang pemuaian panjang zat padat adalah percobaan Musschenbroek, dimana dari hasil percobaannya disimpulkan bahwa pertambahan panjang zat padat yang dipanasi sebanding dengan panjang mula-mula, kenaikan suhu dan tergantung pada jenis zat.

Gambar 2.3 Pemuaian Panjang Koefisien muai panjang dapat dinyatakan:

T L

L

  

. 0 

Dari persamaan di atas diperoleh pula persamaan:

T L

L 

 .. 0.

dimana LLtL0

Sehingga LtL0 .L0T

Atau LtL0 .L0T

Atau LtL0(1.T)

(36)

2. Pemuaian luas

[image:36.595.149.362.257.374.2]

Jika zat padat tersebut mempunyai 2 dimensi (panjang dan lebar) kemudian dipanasi tentu baik panjang maupun lebarnya mengalami pemuaian atau dengan kata lain luas zat padat tersebut mengalami pemuaian. Koefisien pada pemuaian luas ini disebut dengan koefisien muai luas yang diberi lambang 

Gambar 2.4 Pemuaian Luas

Luas awal A0p0xl0 dan Luas akhir Atpxl

Analog dengan persamaan pemuaian panjang maka koefisien muai luas dapat dinyatakan dengan persamaan:

T A

A

  

. 0 

Atau A.A0.T dimana AAtA0

) . 1 (

.A0 T

At   

t

A luas zat padat pada suhu t

Berdasarkan penurunan persamaan pemuaian luas, diperoleh nilai =2  3. Pemuaian volume

(37)
[image:37.595.150.265.146.226.2]

koefisien muai volum atau koefisien muai ruang yang diberi lambang 

Gambar 2.5 Pemuaian Volume

Analog dengan persamaan pemuaian panjang dan pemuaian luas maka koefisien muai volum dapat dinyatakan dengan persamaan:

T V

V

  

0 

dengan VVtV0

) . 1 (

0 T

V

Vt   

t

V volum zat padat pada suhu t

=3

2.7.2.2 Pemuaian Zat Cair

[image:37.595.121.408.611.729.2]

Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa pada umumnya setiap zat memuai jika dipanaskan, kecuali air jika dipanaskan dari 0oC sampai 4oC, menyusut. Sifat keanehan air seperti itu disebut anomali air. Di bawah ini grafik anomali air.

Vt

V0

(38)

Keterangan:

Pada suhu 4oC diperoleh: a. Volum air terkecil b. Massa jenis air terbesar

Pada zat cair yang mengalami pemuaian hanya pemuaian volume. Berdasarkan analog pemuaian panjang maka ;

T V

V

  

0 

dimana VVtV0

) . 1 (

0 T

V

Vt   

t

V volum zat padat pada suhu T

=3

Keterangan: 

0

V volume awal (m3) 

t

V volume akhir (m3)

V

= pertambahan volume (m3

) 

T kenaikan suhu (oC)

 = koefisien muai volume(/oC)

2.7.3 Kalor

(39)

2.7.3.1 Kalor Jenis dan Kapasitas Kalor

Kalor dapat diberikan kepada benda atau diambil darinya. Kalor dapat diberikan pada suatu benda dengan cara pemanasan dan sebagai salah satu dampak adalah kenaikan suhu. Kalor dapat diambil dari suatu benda dengan cara pendinginan dan sebagai salah satu dampaknya adalah penurunan suhu. Jadi salah satu dampak dari pemberian atau pengurangan kalor adalah perubahan suhu. Untuk membedakan zat dalam hubungannya dengan pengaruh kalor pada zat-zat itu digunakan konsep kalor jenis yang diberi lambang c.

Kalor jenis zat didefinisikan sebagai banyaknya kalor yang diperlukan atau dilepaskan untuk menaikkan atau menurunkan suhu satu satuan massa zat itu sebesar satu satuan suhu. Kalor jenis zat dapat dinyatakan dengan persamaan:

T m

Q c

 

. atau Qm.c.T dengan:

m = massa (kg) T

= perubahan suhu (K)

Q = kalor yang diserap atau diterima (joule)

[image:39.595.146.476.635.735.2]

c = kalor jenis (J/kg)

Tabel 2.1 kalor jenis beberapa zat dalam J/Kg.K Zat Kalor jenis Zat Kalor jenis

Air 4180 Kuningan 376

Air laut 3900 Raksa 140

Alumunium 903 Seng 388

Besi 450 Spiritus 240

Es 2060 Tembaga 385

(40)

Kapasitas kalor adalah banyaknya kalor yang diperlukan atau dilepaskan untuk mengubah suhu benda sebesar satu satuan suhu. Dari pengertian tersebut maka kapasitas kalor dapat dinyatakan dengan persamaan:

T Q C

 

Dari persamaan Qm.c.T dan QC.T

Maka diperoleh:

c m

C .

Keterangan:

(41)

26

METODE PENELITIAN

3.1 Design Penelitian

Pada penelitian ini digunakan True Experimental bentuk Pretest-Posttest Control Group Design.

R O1 X O2

R O3 O4

Keterangan:

O1 = pretest kelompok kelas eksperimen

O2 = posttest kelompok kelas eksperimen

X = perlakuan kelas eksperimen model pembelajaran Guide Note Taking

O3 = pretest kelompok kontrol

O4 = posttest kelompok kontrol

3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi

Menurut Arikunto (2006:130) yang dimaksud dengan populasi yaitu keseluruhan subyek penelitian. Berdasarkan pengertian tersebut yang menjadi populasi penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Purwodadi. 3.2.2 Sampel

(42)

penelitian ini teknik sampling yang digunakan yaitu purposive sampling.

Purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Dalam pengambilan sampel ini dengan pertimbangan yaitu guru yang mengajar sama, mendapat materi yang sama dan nilai yang hampir sama (Sugiyono, 2009: 85).

3.3 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Purwodadi yang berlokasi di jalan R. Suprapto 82, Purwodadi.

3.4 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009:61). Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu:

a. Variabel Kontrol (X) adalah pembelajaran yang menggunakan metode Guide Note Taking.

b. Variabel Terikat (Y) adalah minat dan hasil belajar siswa kelas X. 3.5 Jenis Penelitian

(43)

3.6 Metode Pengumpulan Data 3.6.1 Metode Dokumenter

Metode dokumenter digunakan untuk mengambil nama siswa dan nilai ulangan harian siswa yang termasuk dalam populasi dan sampel penelitian. Nilai tersebut digunakan untuk menentukan normalitas dan homogenitas awal sampel. 3.6.2 Metode Tes

Metode tes ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mendapat pembelajaran. Tes ini diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data yang diperoleh dianalisis untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.

3.6.3 Kuesioner (Angket)

Kuesioner (angket) merupakan teknik pengambilan data yang dilakukan dengan cara member seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2009: 142). Pada penelitian ini angket digunakan untuk mengetahui minat belajar siswa.

3.7 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2009:148).

3.7.1 Penyusunan Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes dalam bentuk uraian. Prosedur yang ditempuh dalam pengadaan instrument yaitu:

a. Observasi tentang materi pelajaran yang mendukung penelitian.

(44)

homogenitas.

c. Menentukan sampel penelitian dengan menggunakan purposive sampling. d. Menyusun instrumen penelitian berupa bahan ajar (handout), silabus, RPP, soal

evaluasi dan angket minat belajar.

e. Menyusun uji coba instrument berupa tes evaluasi adalah sebagai berikut. 1) Menyusun kisi-kisi soal tes evaluasi

2) Menyusun soal tes evaluasi untuk diujicobakan berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun.

3) Mengujicobakan soal-soal tes evaluasi pada kelompok uji coba

4) Menganalisis data hasil instrumen uji coba untuk mengetahui validitas, realibilitas, taraf kesukaran dan daya pembeda butir tes.

5) Menentukan soal-soal tes yang akan digunakan dalam tes evaluasi pada kelompok eksperimen dan kelas kontrol.

3.7.2 Pelaksanaan uji Coba Instrumen

Hasil uji coba dianalisis untuk mengetahui validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya pembeda butir soal. Uji coba tersebut dilakukan di kelas uji coba yang telah ditentukan sebelumnya. Perangkat tes yang diujicobakan adalah tes uraian atau tes essay. Metode analisis butir soal yang digunakan adalah sebagai berikut.

3.7.2.1 Validitas Butir Soal

(45)

rxy = ∑ ∑ ∑ √ ∑ ∑ ∑ ∑

(Arikunto, 2009:72) Keterangan:

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y

N = banyak subjek/ siswa yang diteliti

X = skor tiap butir soal

Y = skor total

2

X = jumlah kuadrat skor butir soal

2

Y = jumlah kuadrat skor total

Setelah didapat harga rxy atau rhitung maka dibandingkan dengan harga tabel

r product moment. Harga rtabel dihitung dengan taraf kepercayaan 5% dan n sesuai

dengan jumlah peserta didik. Kriteria pengujian : jika rhitung > rtabel maka butir soal

tersebut valid.

Tabel 3.1 Hasil Perhitungan Validitas Soal

Kriteria Nomor Butir Soal Jumlah

Valid 1,2,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16 15

Tidak Valid 3 1

Perhitungan lebih lengkap dapat dilihat di Lampiran 11. 3.7.2.2 Reliabilitas

(46)

Untuk mencari reliabilitas tes dalam bentuk uraian adalah menggunakan rumus Alpha sebagai berikut.

               

2

2 11 1 1 t i n n r  

(Arikunto, 2009: 109) Keterangan:

11

r = reliabilitas yang dicari

2

i = jumlah varians skor tiap-tiap item

2 t

 = varians total

n = banyaknya butir soal

Kriteria pengujian reliabilitas soal-soal tes yaitu setelah didapatkan harga r11, kemudian hasil r11 yang didapat dari perhitungan dibandingkan dengan harga

tabel r product moment. Harga rtabel dihitung dengan taraf signifikasi 5% dan n

sesuai dengan jumlah butir soal. Jika r11 rtabel maka dapat dinyatakan bahwa

butir soal tersebut reliable. Rumus varians:

n n X X

 2 2 2  (Arikunto, 2009:110).
(47)

3.7.2.3 Taraf Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau soal yang tidak terlalu sukar (Arikunto, 2009:207). Rumus yang digunakan untuk mencari indeks kesukaran soal adalah sebagai berikut.

JS B P

(Arikunto, 2009:208) Keterangan:

P = Indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan betul JS= jumlah seluruh siswa peserta tes

[image:47.595.164.434.547.605.2]

Indeks kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut.  Soal dengan P 1,00 sampai 0,30 adalah soal sukar  Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang  Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah

Tabel 3.2 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal Tingkat Kesukaran Nomor Butir Soal Jumlah

Sukar 3,7,8,9,11,12 6

Sedang 6,10,15,16 4

Mudah 1,2,4,5,13,14 6

Perhitungan lebih lengkap dapat dilihat di Lampiran 11. 3.7.2.4 Daya Pembeda Soal

(48)

B A B B

A

A P P

J B J B

D   

(Arikunto, 2009: 213) Keterangan:

J = jumlah peserta tes

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan

benar

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan

benar

PA =

A A J B

= proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB =

B B

J B

[image:48.595.142.524.536.680.2]

= proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar.

Table 3.3. Daya Beda Soal

Besarnya D Klasifikasi Interpretasi

Bertanda negatif - Jelek sekali

< 0,20 Poor Daya beda jelek

0,20 – 0,40 Satisfactory Sedang (Cukup)

0,40 – 0,70 Good Baik

0,70 – 1,00 Excellent Sangat baik

(49)
[image:49.595.152.527.167.253.2]

Tabel 3.4. Hasil Perhitungan Daya Beda Soal

Kriteria DP No Butir Soal Jumlah

Sangat Jelek - -

Jelek 1,2,3,5,6,11,14,15 8

Cukup 4,8,12,13,16 5

Baik 7,9,10 3

Sangat baik - -

Perhitungan dapat dilihat di Lampiran 11.

3.8 Analisis Instrumen Penelitian 3.8.1 Analisis Awal

Dalam analisis awal ini data yang digunakan adalah nilai harian yang digunakan untuk uji normalitas dan uji homogenitas.

3.8.1.1 Uji Normalitas

Untuk menguji normalitas data menggunakan rumus Chi kuadrat yaitu

h h o

f f f x

2

2  

3.8.1.2 Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas adalah pengujian mengenai sama tidaknya variansi– variansi dua buah distribusi atau lebih. Untuk menguji homogenitas sampel digunakan uji F yaitu:

F =

Hipotesis yang akan diuji yaitu:

H0 : k2

2 2 2

1 σ .... σ

(50)

Dengan kriteria jika x2hitung < x2tabel, dengan taraf signifikansi 5%, maka

dapat dikatakan homogen. 3.8.2 Analisis Akhir

Setelah pada uji tahap awal diketahui bahwa populasi dari keadaan homogen dan berangkat dari keadaan awal yang sama, maka kedua kelompok ini sudah dapat diberi perlakuan.

3.8.2.1Uji Normalitas

Untuk menguji normalitas data menggunakan rumus Chi kuadrat yaitu:

h h o

f f f x

2

2  

3.8.2.2Uji Kesamaan Dua Varians

Sudjana (2005: 250) menyatakan uji kesamaan dua varians data hasil belajar bertujuan untuk menentukan rumus t-tes yang digunakan dalam uji hipotesis akhir, dengan rumus :

F =

Kriteria pengujian hipotesis adalah:

1. Jika harga Fhitung< F(nb1)(nk1) dengan 12 berarti kedua kelas mempunyai

varians tidak berbeda sehingga diuji dengan rumus t

2. Jika harga Fhitung  F(nb1)(nk1) dengan 1 2 berarti kedua kelas mempunyai varians berbeda sehingga diuji dengan rumus t’.

3. Peluang yang digunakan adalah 12( 5%), dk untuk pembilang = n1-1 dan

(51)

3.8.2.3Uji Hipotesis

Untuk hipotesis di atas analisis data dengan uji t dua sampel, uji hipotesis yang digunakan adalah uji perbedaan rata-rata dengan satu pihak.

Uji satu pihak dimisalkan bahwa kedua populasi berdistribusi normal dengan rata-rata 1dan 2 serta simpangan baku 1dan 2. Karena umumnya besar 1dan 2tidak diketahui, maka di sini akan ditinjau hal-hal tersebut untuk keadaan 1=2dan 1 2.

Hipotesis yang akan diuji adalah

H0 : 1=2

Ha: 1> 2

3.8.2.3.1 Jika 1=2, maka statistik yang digunakan adalah

2 1 1 1 2 1 n n s

t

X

X

  

 

Dengan

2

1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2       n n s n s n s Dengan:

t = perbedaan rata-rata prestasi s = simpangan baku

1

x

= nilai rata-rata kelompok eksperimen

2

x

(52)

1

n = jumlah sampel kelompok eksperimen

2

n = jumlah sampel kelompok kontrol

2

S = varians gabungan

2 1

s = varians kelompok eksperimen

2 2

s = varians kelompok kontrol

Kriteria pengujiannya adalah H0 diterima jika : t < t1didapat dari daftar distribusi t dengan dk = (n1 + n2 – 2) dan peluang (1 – α). Untuk harga-harga t

lainnya H0 ditolak.

3.8.2.3.2 Jika jumlah n1 = n2 dan 12, maka statistik yang digunakan:

                    2 2 2 1 2 1 2 1 n s n s X X t Keterangan:

t = perbedaan rata-rata prestasi

1

x = nilai rata-rata kelompok eksperimen

2

x = nilai rata-rata kelompok kontrol

1

n = jumlah sampel kelompok eksperimen

2

n = jumlah sampel kelompok kontrol

2 1

s = varians kelompok eksperimen

2 2

(53)

Kriteria pengujian adalah tolak Ho jika: 2 1 2 2 1 1 w w t w t w t'  

 dan terima Ho jika sebaliknya.

Dengan 2 2 2 3 1 2 1 1 n s w ; n s

w  

1 α,(n 1)

1 t 1

t 

dant2 t1α,(n31)

Tolak Ho jika

2 1 2 2 1 1 w w t w t w t'  

 , dengan t1 = t(1 – α), (n1 – 1) didapat dari daftar

distribusi t dengan dk nya masing-masing (n1–1) dan (n2–1) dengan peluang (1-α).

Untuk harga-harga t lainnya Ho diterima. (Sudjana, 2005: 242 - 243) 3.8.2.4Ketuntasan Belajar

Untuk mengetahui keefektifan pembelajaran digunakan kriteria ketuntasan belajar sebagai berikut.

3.8.2.4.1Ketuntasan Belajar Individu

Ketuntasan belajar siswa baik kelompok kontrol maupun eksperimen dapat dirumuskan sebagai berikut:

Apabila siswa telah menguasai sekurang-kurangnya 75% terhadap materi setiap satuan bahasan yang diajukan.

3.8.2.4.2Ketuntasan Belajar Klasikal

Di dalam pengukuran tuntas secara klasikal, dikatakan belajar tuntas dengan rumus:

(54)

Apabila sekurang-kurangnya 75% dari siswa berhasil mencapai tingkat penguatan yang ditetapkan (Arikunto, 2010:319).

3.8.2.5Uji Gain

Besar peningkatan rata-rata hasil belajar siswa sebelum perlakuan dan setelah perlakuan dapat diukur dengan menggunakan uji gain. Rumus yang dapat digunakan yaitu:

<g> =

[image:54.595.140.518.349.408.2]

Tabel 3.5 Kategori penilaian gain

Nilai Kriteria

<g> ≥ 0,7 Tinggi

0,γ ≤ <g> < 0,7 Sedang

<g> ≤ 0,γ Rendah

3.8.2.6Analisis Angket

Instrumen angket dalam penelitian ini adalah angket minat belajar siswa. Angket ini digunakan untuk untuk mengungkap seberapa besar pengaruh minat terhadap hasil belajar siswa. Jenis angket ini adalah angket langsung tertutup yang sudah ada jawabannya. Responden tinggal memilih jawaban yang sesuai

dengankeadaan dirinya dengan cara member tanda (√ ).

Pada penskoran ini, langkah yang ditempuh adalah memasukkan data- data angket yang telah diperoleh kemudian menjumlahkan masing-masing jawaban yang telah diberikan responden dalam angket penelitian. Besarnya presentase tanggapan siswa dihitung dengan rumus:

N =

(55)

N = presentase nilai siswa yang diperoleh (Sudjana, 2002: 13) Dengan ketentuan:

85% - 100% = minat sangat tinggi 69% - 84,99% = minat tinggi

53% - 68,99% = minat sedang

37% - 52,99 = minat rendah

(56)

57 5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: 1. Hasil belajar antara siswa yang mendapat model pembelajaran Guide Note

Taking lebih besar daripada siswa yang mendapat model pembelajaran konvensional. Rata-rata hasil belajar kelas eksperimen 84,49 sedangkan rata-rata hasil belajar kelas kontrol 79,46.

2. Minat belajar siswa yang mendapat model pembelajaran Guide Note Taking

lebih tinggi daripada siswa ynag mendapat model pembelajaran konvensional. 5.2. Saran

Guru Fisika hendaknya dalam penyampaian materi dapat menerapkan model pembelajaran Guide Note Taking karena berdasarkan hasil dari penelitian model Guide Note Taking dapat membuat siswa lebih fokus memperhatikan dan siswa ikut terlibat dalam pembelajaran sehingga memberikan dampak baik hasil belajar siswa dan minat belajar siswa. Apabila menggunakan model ini sebaiknya dari awal mengontrol siswa agar siswa paham dengan tugas yang harus dilakukan. Selain itu, siswa juga harus diberi waktu saat mengerjakan latihan soal di handout

(57)

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar –Dasar Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar – Dasar Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Blackwell Ann J, McLaughlin. 2005. Using Guide Notes, And Response Cards To Increase Student Performance. The International Journal Of Special Education. 20 (2).

Christianti, Sudarmin, Soebroto, T. 2012. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Guide Note Taking (GNT) Berbantuan Media Chemo – Edutaimen (CET) Terhadap Hasil Belajar Materi Pokok Kimia Koloid pada Siswa SMA Purwodad iKelas XI Semester II. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia,1 (1):27-31.

Darsono, Max. 2000. Belajar Dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.

Dawson Daniel dkk. 2012. Impact Of Guide Notes On Achievement In K-12 and Special Education Students. Internasional Journal Of Special Education. 27 (3).

James, Peter. 2014. Academic Achievement Prediction: Role Of Interest In Learning And Attitude Towards School.Internationals Journal Of Humanities Social Sciences And Education.1 (11).

RC Rifa’I, Achmad dan Chatarina Tri Anni. β011. Psikologi Pendidikan. Semarang. Semarang: Pusat Pengembangan MKU/MKDK-LP3 UNNES. Rusman. 2014. Model – Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Jakarta: Rajawali.

Silberman, Melvin L. 2006. Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Penerbit Nusamedia.

Slameto, 2010. Belajar & Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2006. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

(58)

Widodo, Tri. 2009. Fisika untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

(59)

58

(60)

Lampiran 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (KELAS KONTROL)

Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Purwodadi Mata Pelajaran : Fisika

Kelas/Semester : X/2

Pokok Bahasan : Suhu dan Kalor Alokasi Waktu : 2 x 45 menit

A. Kompetensi Inti

KI 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

KI 2: Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI 3: Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

(61)

B.Kompetensi Dasar

3.7 Menganalisis pengaruh kalor dan perpindahan kalor pada kehidupan sehari-hari.

C.Indikator

1. Menjelaskan pengertian suhu 2. Mengetahui alat ukur suhu

3. Menghitung konversi skala termometer

4. Menjelaskan pengertian pemuaian dan menyebutkan macam-macam pemuaian

D.Tujuan Pembelajaran

1. Peserta didik dapat menjelaskan pengertian suhu 2. Peserta didik dapat mengetahui alat ukur suhu

3. Peserta didik dapat menghitung konversi skala termometer

4. Peserta didik dapat menjelaskan pengertian pemuaian dan dapat menyebutkan macam-macam pemuaian.

E.Materi Pembelajaran

1. Suhu adalah ukuran panas dinginnya suatu benda 2. Alat untuk mengukur suhu adalah thermometer

3. Pemuaian adalah gerakan atom penyusun benda karena mengalami pemanasan

4. Macam-macam pemuaian yaitu pemuaian zat padat, pemuaian zat cair dan pemuaian zat gas

F.Metode Pembelajaran Metode : Ceramah G. Bahan Ajar

Bahan ajar : buku fisika kelas X H.Langkah – Langkah Pembelajaran

Langkah – langkah Pembelajaran Alokasi Waktu

1. Kegiatan Awal

a. Salam pembuka dan berdoa

(62)

b. Mengontrol kehadiran peserta didik c. Menyampaikan tujuan pembelajaran d. Menyampaikan apersepsi tentang suhu 2. Kegiatan Inti

a. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari. b. Guru meminta peserta didik untuk mencatat materi

yang disampaikan

c. Guru memberi kesempatan pada peserta didik untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami

80 menit

3. Kegiatan Akhir

a. Mengarahkan peserta didik untuk membuat kesimpulan b. Memberikan tugas peserta didik untuk membaca

materi selanjutnya. c. Salam penutup

5 menit

I. Penilaian

Penilaian yang dilakukan yaitu menggunakan tes uraian.

Semarang, Maret 2015 Mengetahui,

Guru mata pelajaran Mahasiswa

Ari Mustikawati, S.Pd Lisa Dwi Astuti

(63)

Lampiran 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (KELAS KONTROL)

Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Purwodadi Mata Pelajaran : Fisika

Kelas/Semester : X/2

Pokok Bahasan : Suhu dan Kalor Alokasi Waktu : 1 x 45 menit

A. Kompetensi Inti

KI 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

KI 2: Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI 3: Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan. B.Kompetensi Dasar

(64)

C.Indikator

1. Menjelaskan pengertian kalor

2. Mengidentifikasi factor-faktor yang mempengaruhi banyaknya kalor yang diserap dan diterima

3. Menghitung jumlah kalor yang dibutuhkan 4. Menghitung kapasitas kalor dan kalor jenis benda D.Tujuan Pembelajaran

1. Peserta didik dapat menjelaskan pengertian kalor

2. Peserta didik dapat mengidentifikasi faktor -faktor yang mempengaruhi banyaknya kaor yang diserap dan yang diterima

3. Peserta didik dapat menghitung jumlah kalor yang dibutuhkan 4. Peserta didik dapat menghitung kapasitas kalor dan kalor jenis benda E.Materi Pembelajaran

1. Kalor adalah salah satu bentuk energy yang dapat berpindah dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi banyaknya kalor yang diserap atau diterima yaitu: massa, jenis zat dan suhu

3. Kalor jenis zat :

T m

Q c

 

. 4. Kapasitas kalor : Cm.c

F.Metode Pembelajaran Metode : Ceramah G.Bahan Ajar

Bahan ajar : buku fisika kelas X H.Langkah-Langkah Pembelajaran

Langkah-langkah Pembelajaran Alokasi Waktu

1. Kegiatan Awal

a. Salam pembuka dan berdoa

b. Mengontrol kehadiran peserta didik c. Menyampaikan tujuan pembelajaran d. Menyampaikan apersepsi tentang kalor

(65)

2. Kegiatan Inti

a. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari. b. Guru meminta peserta didik untuk mencatat materi

yang disampaikan

c. Guru memberi kesempatan pada peserta didik untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami

35 menit

3. Kegiatan Akhir

a. Mengarahkan peserta didik untuk membuat kesimpulan b. Memberikan tugas peserta didik untuk membaca

materi selanjutnya. c. Salam penutup

5 menit

I. Penilaian

Penilaian yang dilakukan yaitu menggunakan tes uraian.

Semarang, Maret 2015 Mengetahui,

Guru mata pelajaran Mahasiswa

Ari Mustikawati, S.Pd Lisa Dwi Astuti

(66)

Lampiran 3

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (KELAS EKSPERIMEN)

Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Purwodadi Mata Pelajaran : Fisika

Kelas/Semester : X/2

Pokok Bahasan : Suhu dan Kalor Alokasi Waktu : 2 x 45 menit

A. Kompetensi Inti

KI 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

KI 2: Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI 3: Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan. B.Kompetensi Dasar

(67)

C.Indikator

1. Menjelaskan pengertian suhu 2. Mengetahui alat ukur suhu

3. Menghitung konversi skala termometer

4. Menjelaskan pengertian pemuaian dan menyebutkan macam-macam pemuaian

D.Tujuan Pembelajaran

1. Peserta didik dapat menjelaskan pengertian suhu 2. Peserta didik dapat mengetahui alat ukur suhu

3. Peserta didik dapat menghitung konversi skala termometer

4. Peserta didik dapat menjelaskan pengertian pemuaian dan dapat menyebutkan macam-macam pemuaian.

E.Materi Pembelajaran

1. Suhu adalah ukuran panas dinginnya suatu benda 2. Alat untuk mengukur suhu adalah thermometer

3. Pemuaian adalah gerakan atom penyusun benda karena mengalami pemanasan

4. Macam-macam pemuaian yaitu pemuaian zat padat, pemuaian zat cair dan pemuaian zat gas

F.Metode dan Model Pembelajaran

Metode : Ceramah dengan catatan terbimbing Model : Cooperative Learning

G.Alat dan Bahan Ajar Alat : Handout

Bahan Ajar : Buku fisika kelas X H.Langkah-Langkah Pembelajaran

Langkah-langkah Pembelajaran Alokasi Waktu

1. Kegiatan Awal

a. Salam pembuka dan berdoa

b. Mengontrol kehadiran peserta didik

(68)

c. Menyampaikan tujuan pembelajaran d. Menyampaikan apersepsi tentang suhu 2. Kegiatan Inti

a. Guru meminta peserta didik untuk berkelompok dan tiap kelompok terdiri dari 2 orang .

b. Guru memberikan ringkasan poin –poin utama dari materi pelajaran yang akan disampaikan

c. Guru membagikan bahan ajar (handout)

d. Guru menjelaskan bahwa bahan ajar yang dibagikan sengaja ada materi yang dikosongi dan harus diisi oleh peserta didik saat pembelajaran.

e. Guru menjelaskan materi secara sistematis sesuai dengan bahan ajar yang dibagikan.

f. Guru meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil dari melengkapi bahan ajar yang dibagikan

g. Guru memberi penguatan berupa pujian untuk peserta didik yang berprestasi

80 menit

3. Kegiatan Akhir

a. Mengarahkan peserta didik untuk membuat kesimpulan b. Memberikan tugas peserta didik untuk membaca

materi selanjutnya. c. Salam penutup

5 menit

I. Penilaian

(69)

Semarang, Maret 2015 Mengetahui,

Guru mata pelajaran Mahasiswa

Ari Mustikawati, S.Pd Lisa Dwi Astuti

(70)

Lampiran 4

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (KELAS EKSPERIMEN)

Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Purwodadi Mata Pelajaran : Fisika

Kelas/Semester : X/2

Pokok Bahasan : Suhu dan Kalor Alokasi Waktu : 1 x 45 menit

A. Kompetensi Inti

KI 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

KI 2: Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI 3: Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

B.Kompetensi Dasar

(71)

C.Indikator

1. Menjelaskan pengertian kalor

2. Mengidentifikasi factor-faktor yang mempengaruhi banyaknya kalor yang diserap dan diterima

3. Menghitung jumlah kalor yan

Gambar

Gambar Halaman
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir
Gambar 2.2 Termometer
Gambar 2.3 Pemuaian Panjang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian, kebanyakan para musisi di Sulawesi Utara adalah musisi otodidak. Mereka belajar sendiri tanpa bimbingan dari orang lain seperti

• Dan pada 1989, formasi International Council of Chemical Association (ICCA), badan dunia industri kimia yang mewakili produsen kimia dari seluruh dunia, tengah memimpin

Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi 2 (1996 : 437-438) kampanye adalah sebuah gerakan (tindakan) serentak (untuk melawan, mengadakan aksi, dan sebagainya), sedangkan Rogers

Sama dengan semua produk lainnya, sepatu juga ada yang harganya mahal dan murah, kualitasnya tinggi dan standar, serta bercita rasa tinggi atau sederhana, namun pameran kali

RSUP Fatmawati merupakan salah satu rumah sakit pemerintah yang telah ditetapkan sebagai BLU dan menerapkan standar akuntansi rumah sakit yang telah berlaku umum, dalam hal ini

Agar menjadi efektif, visual sebaiknya ditempatkan pada konteks yang bermakna dan siswa harus berinteraksi dengan visual (image) itu untuk meyakinkan terjadinya

Beberapa sumber yang membuat kandungan sulfur dalam umpan naphta tinggi adalah : proses hydrotreating yang tidak baik (temperature reactor kurang tinggi atau

Hasil dari pengujian hipotesis mengindikasikan bahwa customer capital yang dimiliki oleh PT BPR Setia Karib Abadi Semarang telah digunakan secara optimal dan memiliki