LAPORAN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI DASAR
ACARA II ARGENTOMETRI
Penanggung Jawab:
Ana Andiana (A1F015025)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Salah satu cara untuk menentukan kadar asam-basa dalam suatu larutan adalah dengan volumetri (titrasi). Volumetri (titrasi) merupakan cara penentuan kadar suatu zat dalam larutannya didasarkan pada pengukuran volumenya.
Berdasarkan pada jenis reaksinya, volumetri dibedakan atas : 1. Asidimetri dan alkalimetri
Volumetri jenis ini berdasar atas reaksi netralisasi asam-basa. 2. Oksidimetri
Volumetri jenis ini berdasar atas reaksi oksidasi-reduksi. 3. Argentometri
Volumetri jenis ini berdasar atas reaksi kresipilasi (pengendapan dari ion Ag+).
Larutan yang telah diketahui konsentrasinya dengan tepat disebut larutan baku atau larutan standar, sedangkan indikator adalah zat yang memberikan tanda perubahan pada saat titrasi berakhir yang dikenal dengan istilah titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi merupakan keadaan dimana penambahan satu tetes zat penitrasi (titran) akan menyebabkan perubahan warna indikator. Pada setiap tahap titrasi selalu terbentuk kesetimbangan antara titran yang sudah ditambahkan dan titrat. Salah satu contoh dari titrasi yaitu argentometri.
Argentometri adalah suatu proses titrasi yang menggunakan garam argentum nitrat (AgNO3) sebagai larutan standard. Dalam titrasi argentometri,
larutan AgNO3 digunakan untuk menetapkan garam-garam halogen dan sianida
karena kedua jenis garam ini dengan ion Ag+ dari garam standard AgNO3 dapat
AgNO3 0,1 N dapat dibuat dengan melarutkan 16,99 gram AgNO3 dalam 1 liter
aquades. Seperti halnya pada proses titrasi netralisasi, pada proses argentometri pun dapat digambarkan proses titrasinya meskipun pembuatan kurva ini tidak dimaksudkan untuk memilih dan menentukan jenis indikator yang akan digunakan untuk menentukan saat tercapainya titik ekivalen, sehingga untuk pembuatan kurva ini sebagai ordinatnya bukan lagi besarnya pH larutan melainkan besarnya pAg atau pX dalam larutan.
Argentometri termasuk salah satu cara analisis kuantitatif dengan sistem pengendapan. Cara analisis ini biasanya dipergunakan untuk menentukan ion-ion halogen, ion perak, ion tiosianat serta ion-ion lainnya yang dapat diendapkan oleh larutan standardnya.
B. Tujuan
II. TINJAUAN PUSTAKA
Titrasi adalah suatu proses atau prosedur dalam analisis volumetrik dimana suatu titran atau larutan standar (yang telah diketahui konsentrasinya) diteteskan melalui buret ke larutan lain yang dapat bereaksi dengannya (belum diketahui konsentrasinya) hingga tercapai titik ekuivalen atau titik akhir. Artinya, zat yang ditambahkan tepat bereaksi dengan zat yang ditambahi. Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai titran dan biasanya diletakkan di dalam erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai titer dan biasanya diletakkan di dalam buret. Baik titer maupun titrat biasanya berupa larutan. Dalam hal ini, suatu larutan yang konsentrasinya telah diketahui secara pasti (larutan standar), ditambahkan secara bertahap ke larutan lain yang konsentrasinya tidak diketahui, sampai reaksi kimia antara kedua larutan tersebut berlangsung sempurna dalam hal ini titrasi merupakan metode penetapan kadar suatu larutan dengan menggunakan larutan standar yang sudah diketahui konsentrasinya (Chandra, 2012).
Titrasi argentometri juga ada acara langsung (langsung dititer oleh baku sekunder pertama) dan tidak langsung (dititer dengan baku sekunder pertama berlebihan, kelebihan ini dititrasi balik dengan baku sekunder kedua). Cara langsung dikemukaan oleh Mohr dan Fajans, dimana Mohr menggunakan indikator K2CrO4 dan Fajans menggunakan indikator adsorbs (cosin). Cara tidak
langsung dinyatakan oleh Volhard dimana indikator yang digunakan adalah FeCl3
(Nilna, 2011).
Alkalinitas ditentukan dalam sampel air dengan metode titrasi, menggunakan indikator metil orange dan larutan asam sulfat standar. Kekerasan Magnesium dihitung dari selisih antara jumlah kekerasan dan kalsium. Kekerasan klorida ditentukan dengan metode argentometrik, menggunakan indikator kromat kalium dan solusi AgNO3 standar. Natrium dan Kalium ditentukan dengan metode fotometri emisi nyala, menggunakan flame photometer (Khan et al, 2013). Titrasi pengendapan adalah titrasi yang berdasarkan pembentukan endapan atau kekeruhan. Perak nitrat (AgNO3) adalah bahan kimia yang paling banyak
titrasi pengendapan dikenal juga sebagai titrasi argentometri. Senyawa lainnya yang dapat digunakan sebagai senyawa pengendap dalam titrasi adalah merkuri (II), Hg22+ sehingga titrasi yang menggunakan senyawa tersebut dikenal sebagai
metode titrasi merkurometri (Rodiani dan Suprijadi, 2013).
Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar halogenida dan senyawa-senyawa lain yang membentuk endapan dengan perak nitrat (AgNO3) pada suasana tertentu. Metode argentometri disebut juga dengan metode pengendapan karena pada argentometri memerlukan (terjadi proses) pembentukan senyawa yang relatif tidak larut atau endapan. Dasar titrasi argentometri adalah pembentukkan endapan yang tidak mudah larut antara titran dengan analit (Minah, 2011).
Reaksi yang menghasilkan endapan dapat digunakan untuk analisis secara titrasi jika reaksinya berlangsung cepat, dan kuantitatif serta titik akhir dapat dideteksi. Beberapa reaksi pengendapan berlangsung lambat dan mengalami keadaan lewat jenuh. Tidak seperti gravimetri, titrasi pengendapan tidak dapat menunggu sampai pengendapan berlangsung sempurna. Hal yang penting juga adalah hasil kali kelarutan harus cukup kecil sehingga pengendapan bersifat kuantitatif dalam batas kesalahan eksperimen. Reaksi samping tidak boleh terjadi demikian juga kopresipitasi (zat lain yang ikut mengendap selain zat yang diinginkan). Keterbatasan pemakaian cara ini disebabkan sedikit sekali indikator yang sesuai. Semua jenis reaksi diklasifikasi berdasarkan tipe indikator yang digunakan untuk melihat titik akhir.
Berdasarkan jenis indikator dan teknik titrasi yang dipakai, maka titrasi argentometri dapat dibedakan atas beberapa metode, yaitu :
1) Metode Guy Lussac (cara kekeruhan)
2) Metode Mohr (pembentukan endapan berwarna pada titik akhir) 3) Metode Fajans (adsorpsi indikator pada endapan)
III. METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan 1. Alat
Alat-alat yang digunakan untuk praktikum ini adalah: a. Neraca O’haus,
b. Pipet Tetes, c. Labu Erlenmeyer, d. Desikator,
e. Oven, f. Botol,
g. Statif dan Klem, dan h. Buret 50 ml, dan
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan untuk praktikum ini adalah: a. Larutan NaCl 0,03N ,
b. Larutan AgNO3 0,03 N,
c. Indikator K2CrO4, dan
d. Aquades.
B. Prosedur Kerja 1. Pembuatan Larutan-larutan
a. Larutan Baku Primer NaCl 0,03 N
NaCl dikeringkan dahulu dalam oven pada temperature 500 – 600OC,
NaCl kering disimpan dalam desikator.
b. Larutan Baku Sekunder
c. Indikator K2CrO4
2. Pembakuan
NaCl yang telah ditimbang, dimasukkan ke dalam labu ukur dan dilarutkan dengan aquades sebanyak 100 ml.
AgNO3 ditimbang terlebih dahulu sebanyak yang diperlukan.
Dimasukkan ke dalam labu ukur dan dilarutkan dengan aquades.
Disimpan dalam botol.
Diambil 1 ml larutan 5%b/v untuk volume air antara 50-100 ml.
Apabila K2CrO4 berupa padatan, maka dibuat lrutan K2CrO4 0,1% dengan
K2CrO4 dilarutkan menggunakan aquades.
Disimpan dalam botol.
Diambil larutan NaCl 0,03 sebanyak 10 ml dan dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer.
Ditambahkan 4-5 tetes indikator K2CrO4.
Dilakukan titrasi dengan larutan AgNO3.
Erlenmeyer dikocok agar reaksi berjalan sempurna (dipercepat bila menjelang titik akhir titrasi) sampai terbentuk endapan merah.
3. Penetapan Sample
Sample hasil titrasi sebelumnya diambil 10 ml dengan pipet (sample yang diambil harus ada endapannya dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer).
Ditambahkan 4 – 5 tetes larutan indikator K2CrO4.
Dititrasi dengan larutan AgNO3 sampai terbentuk endapan merah bata.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Perlakuan Sebelum Sesudah Vol. AgNo3 yang Dibutuhkan a. Pembuatan Larutan NaCl 0,03 N Diketahui : Mr = 58,5 P = 100
b. Pembuatan Larutan AgNO3 0,03 N
Diketahui : Mr = 169 P = 2000 N = 0,03
N = gram
Titrasi argentometri merupakan titrasi dengan menggunakan larutan perak nitrat untuk menentukan kadar halogen. Contoh reaksinya adalah: NaX(aq) + AgNO3(aq) AgX(aq) + NaNO3(aq). Sebagai contoh penggunaan metode
sekunder yang digunakan adalah AgNO3, karena AgNO3 merupakan satu-satunya senyawa perak yang bisa terlarut dalam air. Produk yang dihasilkan dari titrasi ini adalah endapan yang berwarna (Rodiani dan Suprijadi, 2013).
Sesuai dengan namanya penetapan kadar ini menggunakan perak nitrat (AgNO3). Garam ini merupakan satu-satunya garam perak yang terlarutkan air
sehingga reaksi perak nitrat dengan garam lain akan menghasilkan endapan garam seperti natrium klorida (NaCl). Sampel garam dilarutkan dalam air dan dititrasi dengan larutan perak nitrat standar sampai keseluruhan garam perak mengendap. Jenis titrasi ini dapat menunjukan titik akhirnya sendiri, tetapi biasanya suatu indikator dipilih yang menhasilkan endapan berwarna pada titik akhir. (Rodiani dan Suprijadi, 2013).
Pada percobaan titrasi pengendapan argentometri ini, hal pertama yang dilakukan adalah pembuatan larutan baku primer NaCl 0,03 N. Berdasarkan perhitungan NaCl yang dibutuhakan untuk dilarutkan pada 100 ml aquades adalah seberat 0,1755 gram. Selanjutnya pembuatan larutan AgNO3 dan berat yang
dibutuhkan yaitu 10,14 gram untuk dilarutkan dengan 2000 ml aquades.
Pada titrasi ini, titran yang digunakan yaitu AgNO3 dan titrat yang
digunakan yaitu NaCl. Menurut Rodiani dan Suprijadi (2013), titrasi penentuan NaCl dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan ion Cl dari analit
membentuk garam yang tidak mudah larut AgCl yang berwarna putih.
Ag(NO3)(aq) + NaCl(aq) AgCl(s) + NaNO3(aq)
Adapun indikator yang digunakan yaitu K2CrO4. Dipilih indikator K2CrO4 (kalium
kromat) karena suasana sistem cenderung netral. Kalium kromat hanya bisa digunakan dalam suasana netral (Eka et al, 2014). Jika kalium kromat pada reaksi dengan suasana asam, maka ion kromat menjadi ion
bikromat dengan reaksi :
Sedangkan dalam suasana basa, ion Ag+ akan bereaksi dengan OH dari basa dan membentuk endapan Ag(OH) dan selanjutnya teroksidasi menjadi A2O dengan
reaksi :
2 Ag+ + 2OH- ↓ ↔ H
2O (Minah, 2011).
Setalah pembuatan larutan, selanjutnya NaCl dalam erlenmeyer dititrasi dengan AgNO3 menggunakan buret dan K2CrO4 sebagai indikatornya. Sebanyak
13,5 ml AgNO3 yang dipakai hingga larutan berubah menjadi warna kuning.
Sehingga kadar ion klorida dapat dicari dengan menggunakan persamaan N1 . V1
= N2 . V2 dan didapatkan molaritas sebesar 0,0075 M. Menurut Minah (2011),
menyatakan bahwa penambahan indikator ini akan menjadikan warna larutan menjadi kuning.
Larutan yang telah berwarna kuning, lalu diambil lagi sebanyak 10 ml dan dititrasi kembali deengan AgNO3 serta penambahan K2CrO4 sebagi indikatornya
hingga larutan berwarta merah bata. Terbentuknya endapan berwarna merah bata maka titrasi telah mencapai titik ekuivalen. Hal ini sesuai dengan Wahyuni (2010), yang menyatakan bahwa warna endapan merah bata yang dihasilkan disebabkan oleh ion perak berlebih bereaksi dengan ion kromat. Ion kromat yang ada memberikan perak kromat warna merah bata. Apabila Cl- sudah habis bereaksi maka kelebihan Ag+ selanjutnya bereaksi dengan CrO42- yang berasal dari indikator K2CrO4 yang ditambahkan dan membentuk endapan Ag2CrO4 yang
berwarna merah bata, berarti titik akhir titrasi sudah tercapai.Reaksinya sebagai berikut:
K2CrO4 + 2AgNO3 Ag2CrO4 + K2NO3
Percobaan yang dilakukan didapat pada 40 ml AgNO3 warna endapan
muncul. Sehingga kadar ion klorida dapat dicari dengan menggunakan persamaan N1 . V1 = N2 . V2 dan didapatkan molaritas sebesar 0,0075 M. Metode mohr
IV. PENUTUP A. Kesimpulan
Dari praktikum argentometri yang dilakukan oleh praktikan, dapat ditarik kesimpulan yaitu:
1. Titrasi argentometri merupakan titrasi dengan menggunakan larutan perak nitrat untuk menentukan kadar halogen ,
2. Terbentuk endapan warna kuning saat reaksi antara NaCl yang dilakukan titrasi dengan AgNO3 yang menggunakan indikator K2CrO4 memerlukan
13,5 ml AgNO3, dan
3. Terbentuk endapan warna merah bata saat reaksi antara larutan sampel yang dititrasi dengan AgNO3 yang menggunakan indikator K2CrO4
membutuhkan 40 ml AgNO3.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Chandra, A. D. dan Cordova, Hendra. 2012. “Rancang Bangun Kontrol pH Berbasis Self Tuning PID Melalui Metode Adaptive Control”. Jurnal Teknik Pomits. (1). 2.
Eka., et al. 2014.”Titrasi Argentometri dengan Cara Mohr”. Jurnal Kimia Analitik 02.
Khan, Naeem., et al. 2013. “Physiochemical Investigation of Drinking Water Sources from Tehsil Lachi, Kohat”. American Journal of Research Communication. (1). 5
Minah, N. 2011. Kimia Analisis I. Malang: Putra Nasional Malang.
Nilna, F. M. 2011. Kimia Analisa Kuantitatif dan Kualitatif. Malang: Putra Indonesia Malang.
Rodiani, T. dan Suprijadi. 2013. Analisis Titrimetri dan Gravimetri. Cianjur: Tenanga Kependidikan Pertanian.
LAMPIRAN A. Logbook
Titrasi Berwarna Kuning Proses Titrasi