STRATEGI PENINGKATAN PEMASARAN
SUB TERMINAL AGRIBISNIS HESSA AIR GENTING
KECAMATAN AIR BATU KABUPATEN ASAHAN
TESIS
Oleh
Yetty Fitri Yanti Piliang
107039009/MAG
PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
STRATEGI PENINGKATAN PEMASARAN
SUB TERMINAL AGRIBISNIS HESSA AIR GENTING
KECAMATAN AIR BATU KABUPATEN ASAHAN
TESIS
Tesis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Magister Pertanian pada Program Studi Magister Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Oleh
Yetty Fitri Yanti Piliang 107039009/MAG
PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul : Strategi Peningkatan Pemasaran Sub Terminal Agribisnis Hessa Air Genting Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan
Nama : Yetty Fitri Yanti Piliang
NIM : 107039009
Program Studi : Magister Agribisnis
Menyetujui Komisi Pembimbing,
Ketua
(Ir. Diana Chalil, M.Si, Ph.D)
Anggota
(Sri Fajar Ayu, SP, MM, DBA)
Ketua Program Studi,
(Dr. Ir. Tavi Supriana, MS)
Dekan,
Telah diuji dan dinyatakan LULUS di depan Tim Penguji pada Rabu, 28
Agustus 2013
Tim Penguji
Ketua : Ir. Diana Chalil, MSi, PhD _________________
Anggota : 1. Sri Fajar Ayu, SP, MM, DBA _________________
2. Dr. Ir. Tavi Supriana, MS _________________
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul:
STRATEGI PENINGKATAN PEMASARAN SUB TERMINAL AGRIBISNIS HESSA AIR GENTING KECAMATAN AIR BATU KABUPATEN ASAHAN
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun
sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan
secara benar dan jelas.
Medan, Agustus 2013 yang membuat pernyataan,
Dipersembahkan kepada:
ABSTRAK
YETTY FITRI YANTI PILIANG. Strategi Peningkatan Pemasaran Sub Terminal Agribisnis Hessa Air Genting Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan (Dibawah bimbingan Ir. Diana Chalil, M.Si, Ph.D sebagai ketua dan Sri Fajar Ayu, SP, MM, DBA sebagai anggota).
Penelitian ini dilakukan bulan Juni 2012 sampai bulan Februari 2013. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi peran STA Hessa Air Genting dalam pemasaran produksi petani sayuran dan (2) Merumuskan strategi apa yang dapat dilakukan dalam meningkatkan pemasaran STA Hessa Air Genting. Data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Metode analisis yang digunakan adalah dengan metode SWOT.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa STA Hessa Air Genting berada pada kuadran I, yaitu peningkatan pemasaran STA mempunyai peluang yang sangat besar dan memiliki kekuatan-kekuatan internal. Strategi peningkatan pemasaran STA Hessa Air Genting yang dihasilkan : 1) menggunakan harga pembelian di STA yang tinggi untuk meningkatkan produksi sehingga dapat memenuhi permintaan; 2) menggunakan modal STA yang kuat untuk meningkatkan produksi sehingga dapat memenuhi permintaan; 3) meningkatkan sosialisasi dengan memanfaatkan dukungan pemerintah; 4) membentuk kelembagaan STA/ Organisasi STA dengan memanfaatkan dukungan pemerintah; 5) melengkapi sarana dan prasarana STA untuk meningkatkan produksi sehingga dapat memenuhi permintaan; 6) menggunakan harga STA yang tinggi untuk bermitra dengan pedagang pengumpul desa; 7) menggunakan modal STA yang kuat untuk membantu modal petani yang lemah dan 8) meningkatkan sosialisasi untuk bekerjasama dengan pedagang pengumpul desa.
ABSTRACT
YETTY FITRI YANTI PILIANG. The Strategy of Marketing Improvement of Hessa Agribusiness Sub-Terminal, Air Genting, Air Batu Subdistrict, Asahan District (Under the Supervision of Ir. Diana Chalil, M.Si, Ph.D (chair) and Sri Fajar Ayu, SP, MM, DBA as the (member)
The research was conducted from June, 2012 to February, 2013. The objective of the research was 1) to identify internal and external factors which influenced the role of STA Hessa Air Genting in marketing the product of farmers’ vegetables and 2) to formulate the strategy in increasing the marketing of STA Hessa Air Genting. The data consisted of primary and secondary data and were analyzed by using SWOT method.
The result of the research showed that STA Hessa was in quadrant I; namely, the increase in marketing STA had great potential and internal powers. The strategies of increasing the marketing of STA Hessa Air Genting were as follows: 1) using high buying price of STA in order to increase the production so that it would meet the demand, 2) using strong STA capital in order to increase the production so that it could meet the demand, 3) improving socialization by using support from the government, 4) establishing STA institution/organization by using support from the government, 5) completing the equipment and infrastructure of STA in order to increase production so that it could meet the demand, 6) using high STA price to create partnership with village collecting traders, 7) using strong STA capital to aid farmers’ lack of capital, and 8) improving socialization by collaborating with village collecting traders.
Keywords: STA Hessa Air Genting, Marketing Improvement, SWOT
RIWAYAT HIDUP
YETTY FITRI YANTI PILIANG, lahir di Sibolga pada tanggal
30 Desember 1967 dari Bapak Syarifuddin dan Ibu Nurhasnah. Penulis
merupakan anak ke dua dari empat bersaudara.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :
1. Tahun 1974 masuk Sekolah Dasar Taman Siswa Pematang Siantar, tamat
tahun 1980.
2. Tahun 1980 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 14 Medan,
tamat tahun 1983.
3. Tahun 1983 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri 3 Medan, tamat
tahun 1986.
4. Tahun 1986 diterima di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Medan, tamat tahun 1991.
5. Tahun 2010 melanjutkan pendidikan S2 di Program Studi Magister
Agribisnis Universitas Sumatera Utara.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan
baik.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Ir. Diana Chalil, M.Si, Ph.D selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Sri Fajar
Ayu, SP, MM, DBA selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah membantu
penulis dalam penyusunan tesis ini serta Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS dan Bapak
Dr. Ir. Rahmanta Ginting, MS yang telah bersedia menguji dan memberikan
masukan dalam penyempurnaan tesis ini.
Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua,
suami dan seluruh keluarga yang telah mendorong dan memotivasi penulis untuk
menyelesaikan tesis ini.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi
kita semua.
Medan, Agustus 2013
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Identifikasi Masalah ... 4
1.3. Tujuan Penelitian ... 4
1.4. Kegunaan Penelitian ... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1. Tinjauan Pustaka ... 6
2.2. Penelitian Terdahulu ... 10
2.3. Landasan Teori ... 12
2.4. Kerangka Konsep Penelitian ... 18
III. METODE PENELITIAN ... 20
3.1. Metode Pemilihan Lokasi ... 20
3.2. Metode Penentuan Sampel ... 20
3.3. Metode Pengumpulan Data ... 21
3.3.1. Data Primer ... 21
3.3.2. Data Sekunder ... 22
3.4. Metode Analisis Data ... 22
3.4.1. Matrik Faktor Strategi Eksternal... 29
3.4.2. Matrik Faktor Strategi Internal... 30
3.4.3. Matrik SWOT ... 31
3.5. Defenisi dan Batasan Operasional ... 32
3.5.1. Defenisi ... 32
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34
4.1. Deskripsi Daerah Penelitian ... 34
4.1.1. Letak Geografis dan Batas Wilayah ... 34
4.1.2. Topografi ... 34
4.1.3. Geologi ... 35
4.1.4. Penduduk ... 36
4.1.5. Perekonomian ... 38
4.1.6. Penggunaan Lahan ... 39
4.1.7. STA Hessa Air Genting ... 41
4.2. Karakteristik Sampel... 42
4.3. Rantai Tata Niaga (% x harga pasar)... 44
4.4. Hasil Analisis ... 45
4.4.1. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemasaran STA ... 45
4.4.2. Matriks Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal ... 51
4.4.3. Penentuan Alternatif Strategi ... 54
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 59
5.1. Kesimpulan ... 59
5.2. Saran ... 60
DAFTAR PUSTAKA ... 62
DAFTAR TABEL
Perkembangan Produksi Sayur-Sayuran di Lima Kecamatan Sekitar STA Tahun 2010-2012...
Perkembangan Pemasaran di STA Hessa Air Genting Tahun 2010- 2012...
Penentuan Jumlah Responden Petani dan Pedagang Pengumpul Desa ...
Luas Wilayah, Jumlah Rumah Tangga, Penduduk dan Persebaran Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2009...
Pertumbuhan Ekonomi Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Sektor Tahun 2005-2009 (Persentase) ...
Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan di Kabupaten Asahan Tahun 2009 (dalam ha)...
Perkembangan Produksi Sayur-sayuran Kabupaten Asahan Tahun 2010-2012...
Sarana dan prasarana STA Hessa Air Genting...
Karakteristik Petani Sampel dan Pedagang Pengumpul Desa Sampel ...
Rantai Tata Niaga Pemasaran Sayuran Petani dan Pedagang Pengumpul Desa di Lima Kecamatan ...
Penentuan Skor Faktor Internal ...
Penentuan Skor Faktor Eksternal ...
Tabel IFAS ...
Tabel EFAS ...
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Hal
1.
2.
3.
4.
5.
Struktur Organisasi STA ...
Aliran Pemasaran Komoditas Pertanian di Lokasi Produksi...
Skema Kerangka Konsep Penelitian ...
Analisis SWOT ...
Kuadran SWOT ... 9
18
19
23
DAFTAR LAMPIRAN
Daftar Petani Sampel ...
Daftar Pedagang Sampel ...
Karakteristik Petani Sampel ...
Karakteristik Pedagang Sampel ...
Parameter Penilaian SWOT Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Pemasaran STA ...
Penilaian Skor Parameter Faktor Internal dan Eksternal Petani dan Pedagang yang Memasarkan di STA ...
Penilaian Skor Parameter Faktor Internal dan Eksternal Petani yang Tidak Memasarkan di STA ...
Penilaian Skor Parameter Faktor Internal dan Eksternal Pedagang Pengumpul Desa yang Tidak Memasarkan di STA ...
Penilaian Skor Parameter Faktor Internal dan Eksternal Pengelola STA ...
Pembobotan Faktor Internal ...
Pembobotan Faktor Eksternal ...
Hasil Penilaian Bobot Faktor Internal ...
Hasil Penilaian Bobot Faktor Eksternal ...
Normalisasi Bobot Faktor Internal ...
Normalisasi Bobot Faktor Eksternal ...
Rata-rata Harga Pasar Komoditi Pangan Kabupaten Asahan Tahun 2012 ...
Harga Pembelian di STA ...
Rata-rata Harga Jual yang Diterima Petani dari Pedagang Pengumpul Desa dan Rasio dengan Rata-rata Harga Pasar ...
19.
20.
Rata-rata Harga Jual yang Diterima Pedagang Pengumpul Desa dan Rasio dengan Rata-rata Harga Pasar ...
Kuesioner ... 84
ABSTRAK
YETTY FITRI YANTI PILIANG. Strategi Peningkatan Pemasaran Sub Terminal Agribisnis Hessa Air Genting Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan (Dibawah bimbingan Ir. Diana Chalil, M.Si, Ph.D sebagai ketua dan Sri Fajar Ayu, SP, MM, DBA sebagai anggota).
Penelitian ini dilakukan bulan Juni 2012 sampai bulan Februari 2013. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi peran STA Hessa Air Genting dalam pemasaran produksi petani sayuran dan (2) Merumuskan strategi apa yang dapat dilakukan dalam meningkatkan pemasaran STA Hessa Air Genting. Data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Metode analisis yang digunakan adalah dengan metode SWOT.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa STA Hessa Air Genting berada pada kuadran I, yaitu peningkatan pemasaran STA mempunyai peluang yang sangat besar dan memiliki kekuatan-kekuatan internal. Strategi peningkatan pemasaran STA Hessa Air Genting yang dihasilkan : 1) menggunakan harga pembelian di STA yang tinggi untuk meningkatkan produksi sehingga dapat memenuhi permintaan; 2) menggunakan modal STA yang kuat untuk meningkatkan produksi sehingga dapat memenuhi permintaan; 3) meningkatkan sosialisasi dengan memanfaatkan dukungan pemerintah; 4) membentuk kelembagaan STA/ Organisasi STA dengan memanfaatkan dukungan pemerintah; 5) melengkapi sarana dan prasarana STA untuk meningkatkan produksi sehingga dapat memenuhi permintaan; 6) menggunakan harga STA yang tinggi untuk bermitra dengan pedagang pengumpul desa; 7) menggunakan modal STA yang kuat untuk membantu modal petani yang lemah dan 8) meningkatkan sosialisasi untuk bekerjasama dengan pedagang pengumpul desa.
ABSTRACT
YETTY FITRI YANTI PILIANG. The Strategy of Marketing Improvement of Hessa Agribusiness Sub-Terminal, Air Genting, Air Batu Subdistrict, Asahan District (Under the Supervision of Ir. Diana Chalil, M.Si, Ph.D (chair) and Sri Fajar Ayu, SP, MM, DBA as the (member)
The research was conducted from June, 2012 to February, 2013. The objective of the research was 1) to identify internal and external factors which influenced the role of STA Hessa Air Genting in marketing the product of farmers’ vegetables and 2) to formulate the strategy in increasing the marketing of STA Hessa Air Genting. The data consisted of primary and secondary data and were analyzed by using SWOT method.
The result of the research showed that STA Hessa was in quadrant I; namely, the increase in marketing STA had great potential and internal powers. The strategies of increasing the marketing of STA Hessa Air Genting were as follows: 1) using high buying price of STA in order to increase the production so that it would meet the demand, 2) using strong STA capital in order to increase the production so that it could meet the demand, 3) improving socialization by using support from the government, 4) establishing STA institution/organization by using support from the government, 5) completing the equipment and infrastructure of STA in order to increase production so that it could meet the demand, 6) using high STA price to create partnership with village collecting traders, 7) using strong STA capital to aid farmers’ lack of capital, and 8) improving socialization by collaborating with village collecting traders.
Keywords: STA Hessa Air Genting, Marketing Improvement, SWOT
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu permasalahan yang mendasar dalam memajukan usaha
pertanian di Sumatera Utara adalah masih lemahnya kemampuan sumber daya
manusia dan kelembagaan usaha dalam hal penanganan pasca panen, pengolahan
dan pemasaran hasil. Hal tersebut disebabkan oleh karena pembinaan SDM
pertanian selama ini lebih difokuskan kepada upaya peningkatan produksi
(budidaya) pertanian, sedangkan produktivitas dan daya saing usaha agribisnis
sangat ditentukan oleh kemampuan pelaku usaha yang bersangkutan dalam
mengelola produk yang dihasilkan (pasca panen dan pengolahan hasil) serta
pemasarannya (Dinas Pertanian Propinsi Sumatera Utara, 2008).
Sub Terminal Agribisnis (STA) sebagai pasar di tingkat petani (farm-gate
market) adalah sarana pemasaran hasil pertanian yang berada pada sentra
produksi pertanian yang dilengkapi dengan sarana/prasarana pemasaran,
penanganan pasca panen, penanganan mutu, sistem informasi pasar dan distribusi
komoditas pertanian. Diharapkan kelembagaan ini dapat berfungsi sebagai
agen/institusi pemasaran produk pertanian dimana petani/kelompok tani/gabungan
kelompok tani melalui perwakilannya terlibat secara langsung dalam pengelolaan
dan penentuan harga yang berlaku di pasar tersebut (Ditjen Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Pertanian Departemen Pertanian, 2006).
Sasaran utama pembangunan sub terminal agribisnis adalah untuk
meningkatkan nilai tambah bagi petani dan pelaku pasar. Sasaran lainnya adalah
mendidik petani untuk memperbaiki kualitas produk sekaligus mengubah pola
daerah serta mengembangkan akses pasar (Dinas Pertanian Propinsi Sumatera
Utara, 2008).
Di Kabupaten Asahan telah dibangun STA pada tahun 2003 dengan
menggunakan dana APBN. STA di Kabupaten Asahan yang selanjutnya disebut
dengan STA Hessa Air Genting diharapkan dapat memperlancar proses
pemasaran melalui perbaikan mekanisme pasar sekaligus sebagai tempat
berkomunikasi dan saling tukar informasi antar pelaku agribisnis. Dengan kata
lain STA Hessa Air Genting dibangun sebagai pasar sekaligus sebagai pusat
transaksi hasil-hasil agribisnis.
Sebagai sarana pemasaran, STA Hessa Air Genting diharapkan dapat lebih
berperan dalam meningkatkan pemasaran produksi sayur-sayuran petani terutama
petani di sekitar lokasi STA yaitu Kecamatan Kisaran Timur, Air Joman, Air
Batu, Sei Dadap dan Simpang Empat. Kelima kecamatan tersebut adalah
termasuk kawasan penghasil sayur-sayuran Kabupaten Asahan.
Perkembangan produksi sayur-sayuran di kelima kecamatan tersebut
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Perkembangan Produksi Sayur-Sayuran di Lima Kecamatan Sekitar STA Tahun 2010-2012 *)
No Kecamatan Produksi (Ton)
2010 2011 2012
1 Kisaran Timur 245,70 438,00 398,50
2 Air Joman 1.220,90 1.688,00 1.908,50
3 Air Batu 1.106,70 971,50 1.100,50
4 Sei Dadap 770,20 718,50 693,00
5 Simpang Empat 709,10 1134,50 443,00
Jumlah 4.052,60 4.950,50 4.543,50
Meskipun dibangun pada Tahun 2003, namun STA Hessa Air Genting
baru dioperasikan pada akhir Tahun 2009. Pengelolaan operasional STA
dipercayakan kepada Gapoktan Subur. Komoditi yang dipasarkan di STA adalah
sayur-sayuran, baik hasil produksi petani lokal maupun yang berasal dari luar
daerah. Perkembangan pemasaran di STA Hessa Air Genting Tahun 2010-2012
disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Perkembangan Pemasaran di STA Hessa Air Genting Tahun 2010-2012
No Komoditi 2010 (Ton)
2011 (Ton)
2012 (Ton)
Petani Penghasil Utama
1 Timun 263,85 239,04 125,13 Lokal
2 Kacang panjang 72,74 77,34 77,26 Lokal
3 Sawi 106,05 102,61 88,22 Lokal
4 Terong biru 44,95 47,26 38,67 Lokal 5 Terong tauco 25,50 28,41 28,60 Luar Daerah 6 Terong bulat 33,69 32,58 36,65 Luar Daerah
7 Gambas 50,23 45,29 20,33 Luar Daerah
8 Pare 35,30 31,61 25,44 Luar Daerah
9 Ubi Kayu 49,64 47,76 29,65 Lokal
10 Ubi Rambat 84,55 92,73 107,10 Luar Daerah
11 Keladi 53,76 49,77 27,40 Luar Daerah
12 Melinjo 35,69 30,94 16,29 Luar Daerah
13 Jagung Hawai 17,78 64,90 110,40 Luar Daerah
14 Janten 5,21 23,25 28,53 Luar Daerah
15 Jengkol - 7,56 2,35 Luar Daerah
16 Kangkung 17,03 39,23 54,69 Lokal
17 Bayam 47,78 61,26 70,13 Lokal
18 Genjer - 76,34 128,15 Luar Daerah
Volume Total 943,74 1.097,88 1.014,98
Sumber : Kartu Monitor STA (Diolah)
Dari Tabel 2 terlihat bahwa tahun 2010-2012 volume pemasaran di STA
cenderung meningkat. Namun demikian, volumenya masih relatif kecil
STA. Dari 4.543,50 ton produksi sayur-sayuran di lima kecamatan pada tahun
2012 baru 1.014,98 ton yang dipasarkan melalui STA (22,34%).
Dari uraian tersebut, ternyata STA Hessa Air Genting belum berperan
optimal dalam pemasaran dan transaksi hasil produksi sayuran di Kabupaten
Asahan. Oleh karena itu, perlu diketahui faktor-faktor penyebab tidak optimalnya
peranan STA. Selanjutnya berdasarkan faktor-faktor tersebut dapat disusun
strategi yang tepat untuk meningkatkan pemasaran sayur-sayuran di STA Hessa
Air Genting.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dirumuskan beberapa
permasalahan penelitian, sebagai berikut:
1. Faktor-faktor internal dan eksternal apa saja yang mempengaruhi peran STA
Hessa Air Genting dalam pemasaran produksi petani sayuran?
2. Strategi apakah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pemasaran STA
Hessa Air Genting?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang
mempengaruhi peran STA Hessa Air Genting dalam pemasaran produksi
petani sayuran.
2. Untuk merumuskan strategi apa yang dapat dilakukan dalam meningkatkan
1.4. Kegunaan Penelitian
1. Sebagai saran/masukan bagi pengelola STA untuk untuk mengambil
langkah-langkah dalam peningkatan pemasaran di STA.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi Pemerintah dalam mengambil kebijakan
pengembangan STA.
3. Sebagai bahan informasi atau referensi untuk pengembangan ilmu bagi
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Pustaka
Sub Terminal Agribisnis (STA) merupakan sarana pusat informasi dan
komoditi produksi unggulan pertanian dan tempat untuk mempertemukan
pengusaha/pedagang dengan petani dalam rangka menjalin kerjasama bisnis. STA
merupakan perwujudan atas fenomena yang selama ini berkembang dalam tatanan
pemasaran komoditas pertanian dan sekaligus sebagai bagian dari rangkaian
kegiatan agribisnis, dimana selama ini pemasaran komoditas pertanian pada
umumnya mempunyai mata rantai yang panjang, mulai dari petani produsen,
pedagang pengumpul, pedagang besar hingga mengakibatkan kecilnya
keuntungan yang diperoleh petani serta konsumen membayar lebih mahal dari
harga yang selayaknya ditawarkan sehingga biaya pemasaran dari produsen ke
konsumen menjadi cukup tinggi. (Dinas Pertanian Propinsi Sumatera Utara,
2008).
Fenomena lain menunjukkan bahwa jaminan pasar merupakan prasyarat
utama yang menentukan tingkat keunggulan suatu komoditas, termasuk di
dalamnya indikasi tentang daya tampung dan potensi pengembangan pasar,
tingkat efisisensi distribusi, kesesuaian agroekosistem, ketersediaan dan peluang
pengembangan teknologi pertanian. Di sisi lain, pola pemasaran tidak mampu
menunjang upaya pengembangan berbagai jenis komoditas. Lemahnya posisi
rebut tawar petani serta semakin banyaknya produksi pesaing dari impor
komoditas yang sama di pasar dalam negeri, menuntut upaya peningkatan
efisiensi pemasaran dengan mengembangkan infrastuktur pemasaran
Sub Terminal Agribisnis (STA) merupakan infrastruktur pemasaran
untuk transaksi jual beli hasil-hasil pertanian, baik untuk transaksi fisik (lelang,
langganan, pasar spot) maupun non fisik (kontrak, pesanan, future market), yang
terletak di sentra produksi. STA juga merupakan wadah yang dapat
mengakomodasikan berbagai kepentingan pelaku agribisnis, seperti layanan
informasi manajemen produksi sesuai permintaan pasar, manajemen pengadaan
sarana produksi, manajemen pasca panen (pengemasan, sortir, grading,
penyimpanan) serta kegiatan-kegiatan lainnya, seperti ruang pamer, promosi,
transportasi dan pelatihan (Badan Agribisnis Departemen Pertanian, 2000;
Tanjung, 2001; Sukmadinata, 2001 dalam Pujiharto, 2010).
Sasaran utama pembangunan Sub Terminal Agribisnis pada dasarnya
adalah untuk meningkatkan nilai tambah bagi petani dan pelaku pasar. Sasaran
lainnya adalah mendidik petani untuk memperbaiki kualitas produk, sekaligus
mengubah pola pikir ke arah agribisnis sehingga menjadi salah satu sumber
pendapatan asli daerah serta mengembangkan akses pasar (Dinas Pertanian
Propinsi Sumatera Utara, 2008).
Menurut Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Departemen
Pertanian (2006), pada dasarnya tugas dan fungsi STA diarahkan pada usaha
pemasaran dan pembinaan terhadap petani produsen lewat kelompok. Dengan
demikian STA bertugas untuk :
1. Melayani konsumen umum ataupun konsumen lembaga seperti pasar induk,
supermarket, eksportir, maupun melakukan perdagangan antar daerah/antar
2. Selain menjual secara langsung pada kios/lapak-lapak yang disediakan, STA
juga melakukan sistem penjualan melalui mekanisme lelang yang dikelola
oleh manajemen STA, baik dengan lelang secara langsung (spot) maupun
berjangka (forward);
3. Mengarahkan petani untuk memproduksi komoditi pertanian sesuai dengan
permintaan pasar atau mitra pasar STA (sesuai informasi pasar yang
disampaikan STA).
4. Mendampingi Gapoktan agar mampu dalam manajemen usaha, penanganan
teknis pasca panen, penanganan mutu, packaging, kemitraan dan pemasaran
serta mampu mendapatkan kredit dari sumber permodalan seperti Koperasi,
Lembaga Keuangan Mikro, dan Perbankan (SP3).
STA dinilai memadai bila memiliki sarana dan prasarana sebagai faktor
penggerak pembangunan, yaitu : (1) infrastruktur fisik berupa bangunan utama
untuk transaksi jual beli, (2) tempat penanganan pasca panen (pencucian, sortasi,
pengepakan) serta gudang sebagai tempat penyimpanan, (3) sarana seperti
keranjang, timbangan dan meja, (4) kantor pengelola, (5) tempat bongkar muat
dan jasa angkut, serta (6) prasarana jalan termasuk tempat parkir.
Pemasaran yang terjadi di STA diharapkan lebih efisien dibandingkan
dengan pemasaran di pasar-pasar biasa. Kegiatan jual beli yang berlangsung di
STA terjadi antara penjual produk hortikultuta sayuran dataran tinggi dalam hal
ini produsen (petani) atau pedagang pengumpul dengan pembeli baik pedagang
besar maupun konsumen dengan cara negosiasi (tawar menawar) dengan patokan
Untuk menjalankan fungsinya dengan baik, struktur organisasi dan
manajemen STA harus dilakukan secara terpadu dan profesional. Kepengurusan
STA harus terdiri dari orang-orang yang banyak terlibat dalam struktur pemasaran
dan komoditi agribisnis yang ditangani di daerah yang bersangkutan, serta
memiliki kemampuan manajemen yang memadai. Pengelolaan STA tidak hanya
mengutamakan aspek komersialisasi pemasaran, melainkan juga aspek pelayanan
pemasaran. Struktur organisasi STA sebagaimana pada Gambar 1 (Ditjen P2HP
Departemen Pertanian, 2006).
Gambar 1. Struktur Organisasi STA Badan Musyawarah
Manajer/ Wakil Manajer
Keuangan - Pembayaran - Pembukuan -LaporanKeuangan
Umum - Kepegawaian -Perlengkapan -Fasilitas Umum dan
Penunjang
- Tata Tertib Pengelolaan
Perencanaan dan Pengadaan
Produk
Pemasaran Promosi dan
Informasi Pasar Simpan Pinjam
- Perencanaan pola produksi - Pembinaan
teknis - Pembelian - Handling
(sortasi, packing, storage)
- Penjualan langsung atau lelang - Pengepakan - Pengiriman - Pengelolaan
kios -Pelayanan
informasi pasar
- Mencari sumber pembiayaan - Pelayanan
kredit - Penyediaan
2.2. Penelitian Terdahulu
Sobang (2007), meneliti Pengaruh Pembangunan Sub Terminal Agribisnis
Mantung Terhadap Pedagang Konsumen dan Pemberdayaan Ekonomi Daerah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembangunan Sub Terminal Agribisnis
Mantung berpengaruh terhadap pemberdayaan ekonomi daerah yaitu berpengaruh
terhadap Pendapatan Asli Daerah, tidak berpengaruh terhadap persepsi pedagang
tentang pendapatan dan kualitas sayuran yang diperoleh dari petani khususnya
pedagang di tingkat kecamatan Pujon sedangkan bagi pedagang di STA Mantung,
adanya pembangunan STA Mantung memberikan pengaruh terhadap persepsi
pedagang tentang pendapatan dan kualitas sayuran yang diperoleh. Pembangunan
STA Mantung berpengaruh terhadap kuantitas komoditas sayuran yang diperoleh
pedagang di tingkat kecamatan Pujon tetapi tidak berpengaruh terhadap
pendapatan. Sedangkan bagi pedagang di STA Mantung, adanya pembangunan
STA Mantung memberikan pengaruh terhadap kuantitas dan pendapatan yang
diperoleh. Pembangunan STA Mantung berpengaruh terhadap persepsi konsumen
baik konsumen yang berasal dari luar kecamatan Pujon maupun konsumen yang
setiap hari berbelanja tentang kualitas dan kuantitas sayuran yang diperoleh dari
pedagang. Demikian halnya bagi konsumen yang setiap hari berbelanja di STA
Mantung bahwa pembangunan STA Mantung berpengaruh terhadap kualitas dan
kuantitas sayuran yang diperoleh dari pedagang.
Suranto (2010), meneliti Manajemen dan Tingkat Kepuasan Pedagang
Pengguna pada Sub Terminal Agribisnis Sewukan di Kabupaten Magelang.
Metode analisis data dengan menggunakan regresi linier berganda (multiple linear
pengorganisasian berpengaruh positif, sedangkan fungsi perencanaan,
pelaksanaan pengendalian, dan evaluasi tidak berpengaruh nyata dalam pengelola
di STA Sewukan Magelang, 2) Manajemen STA Sewukan Magelang yang
dilakukan oleh pengelola STA yang meliputi : Perencanaan dengan total skor 4,2
(sangat baik), pengorganisasian dengan total skor 3,9 (mampu), pelaksanaan
dengan total skor 4,3 (sangat mampu), pengendalian dan evaluasi dengan total
skor 4,0 (sangat mampu), 3) Rata-rata tingkat pendapatan pedagang pengguna
STA Sewukan setiap harinya sebesar Rp. 365.675,- 4) Persepsi pedagang STA
Sewukan terhadap kondisi tempat adalah nyaman, terhadap tingkat pelayanan
adalah memadai, dan terhadap harga sewa lokasi cukup sesuai dan tidak
memberatkan 5) Secara partial kondisi tempat berpengaruh nyata terhadap
pendapatan pedagang STA Sewukan, tingkat pelayanan dan harga sewa lokasi
tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan pedagang STA Sewukan,
6) Pedagang di STA Sewukan sangat puas terhadap STA yang ada di Sewukan
Magelang.
Paramastri (2011), meneliti Optimalisasi Distribusi Buah Pepaya di Sub
Terminal Agribisnis Rancamaya Kota Bogor Jawa Barat. Tujuan penelitian ini
adalah (1) mengetahui pola distribusi buah pepaya pada STA Rancamaya, (2)
menganalisis struktur biaya distribusi buah pepaya pada STA Rancamaya, dan (3)
menganalisis komposisi distribusi optimal buah pepaya pada STA Rancamaya.
Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Pengolahan data penelitian dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
Data yang diperoleh kemudian ditabulasikan dan dimasukkan dalam program
menggunakan software LINDO (Linear Interactive Discrete Optimizer). Hasil
optimalisasi menunjukkan bahwa alokasi buah pepaya yang dilakukan STA sudah
baik, tercermin dari perbedaan total biaya distribusi yang tidak besar. Namun
dalam hal penerimaan, nilai penjualan yang dihasilkan cukup berbeda jauh
sehingga berdampak pada kecilnya laba yang diperoleh. Nilai penjualan yang
kecil tersebut terjadi akibat banyaknya buah pepaya yang diretur atau
dikembalikan. Oleh karena itu STA sebaiknya terus berupaya untuk mengurangi
produk yang tidak diterima karena besarnya jumlah produk yang tidak diterima
sangat berpengaruh pada ketidakefisienan distribusi optimal.
Saswita (2010), meneliti Perbedaan Pendapatan Petani yang Menggunakan
Sub Terminal Agribisnis (STA) Dengan yang Tidak Menggunakan STA Sebagai
Lembaga Pemasaran Di Kota Payakumbuh Propinsi Sumatera Barat. Metode yang
digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan regresi linier berganda dan
deskrptif kualitatif. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa STA tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan petani di Kota Payakumbuh,
tetapi setelah dilakukan analisis regresi masing-masing untuk petani pengguna
STA dan petani yang tidak menggunakan STA diperoleh hasil bahwa terdapat
peningkatan pendapatan yang lebih tinggi untuk petani yang menggunakan STA
dibandingkan dengan petani yang tidak menggunakan STA.
2.3. Landasan Teori
Menurut Mubyarto (1989), istilah tataniaga diartikan sama dengan
pemasaran atau distribusi, yaitu semacam kegiatan ekonomi yang berfungsi
membawa atau menyampaikan barang dari produksi ke konsumen. Kotler (2005),
dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa
yang bernilai dengan pihak lain.
Pemasaran hasil sebagai faktor penentu keberhasilan sebuah usaha masih
menjadi kendala utama bagi petani kita. Posisi petani dalam rantai tata niaga
(pemasaran) sangat lemah. Beberapa sebab yang menjadikan lemahnya posisi
petani dalam rantai tata niaga adalah pertama, market share (pangsa pasar) petani
relatif terbatas, sehingga petani hanya akan bertindak sebagai penerima harga,
bukan penentu harga. Kedua, komoditas yang dihasilkan umumnya cepat rusak,
sehingga mengharuskan untuk menjualnya secepat mungkin. Ketiga, lokasi
produksi yang relatif terpencil sehingga kesulitan akses transportasi pengangkutan
hasil produksi. Faktor keempat adalah kurangnya informasi harga, kualitas dan
kuantitas yang diinginkan oleh konsumen, sehingga membuat petani dengan
mudah diperdaya oleh lembaga-lembaga pemasaran yang berhubungan langsung
dengan petani. Kelima, kebijakan pemerintah masih jauh dari menguntungkan
petani. Kebijakan-kebijakan yang ada lebih menguntungkan mereka-mereka yang
terlibat dalam rantai tata niaga ketimbang petani. Dan faktor kelima inilah yang
selalu dipandang menjadi biang keladi miskinnya kaum tani (Indonesia di Mata
Kaumbiasa, 2011).
Pemasaran dalam kegiatan pertanian dianggap memainkan peran ganda.
Peran pertama merupakan peralihan harga antara produsen dengan konsumen.
Peran kedua adalah transmisi fisik dari titik produksi (petani atau produsen) ke
tempat pembelian (konsumen). Namun untuk memainkan kedua peran tersebut
khususnya bagi petani berskala kecil. Masalah utama yang dihadapai pada
pemasaran produk pertanian meliputi, antara lain (Syahza A, 2008) :
1. Kesinambungan produksi
Salah satu penyebab timbulnya berbagai masalah pemasaran hasil pertanian
berhubungan dengan sifat dan ciri khas produk pertanian, yaitu : a) volume
produksi yang kecil karena diusahakan dengan skala usaha kecil, b) produksi
bersifat musiman sehingga hanya tersedia pada waktu-waktu tertentu, c)
lokasi usahatani yang terpencar-pencar sehingga menyulitkan dalam proses
pengumpulan produksi, sehingga memperbesar biaya pemasaran, d) sifat
produk pertanian yang mudah rusak, berat dan memerlukan banyak tempat.
2. Kurang memadainya pasar
Kurang memdainya pasar yang dimaksud berhubungan dengan cara
penetapan harga dan pembayaran. Ada 3 cara penetapan harga jual produk
pertanian yaitu : a) sesuai dengan harga yang berlaku, b) tawar menawar, c)
dan borongan.
3. Panjangnya saluran pemasaran
Panjangnya saluran pemasaran menyebabkan besarnya biaya yang
dikeluarkan (marjin pemasaran yang tinggi) serta ada bagian yang
dikeluarkan sebagai keuntungan pedagang.
4. Rendahnya kemampuan tawar-menawar
Kemampuan petani dalam penawaran produk yang dihasilkan masih terbatas
karena keterbatasan modal yang dimiliki, sehingga ada kecenderungan
5. Berfluktuasinya harga
Harga produksi hasil pertanian yang selalu berfluktuasi tergantung dari
perubahan yang terjadi pada permintaan dan penawaran. Naik turunnya harga
dapat terjadi dalam jangka pendek atau dalam jangka panjang. Pada saat
musim produk melimpah harga rendah, sebaliknya pada saat tidak musim
harga meningkat drastis.
6. Kurang tersedianya informasi pasar
Informasi pasar merupakan faktor yang menentukan apa yang diproduksi,
dimana, mengapa, bagaimana dan untuk siapa produk dijual dengan
keuntungan terbaik.
7. Kurang jelasnya jaringan pemasaran
Produsen atau pedagang dari daerah sulit untuk menembus jaringan
pemasaran yang ada di daerah lain karena pihak-pihak yang terlibat dalam
jaringan pemasaran tersebut dan tempat kegiatan berlangsung tidak diketahui.
8. Rendahnya kualitas produksi
Rendahnya kualitas produksi yang dihasilkan karena penanganan yang
dilakukan belum intensif. Masalah mutu ini timbul karena penanganan
kegiatan mulai dari pra panen sampai dengan panen yang belum dilakukan
dengan baik. Masalah mutu juga ditentukan pada kegiatan pasca panen,
seperti melalui standarisasi dan grading.
9. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia
Rendahnya kualitas sumberdaya manusia ini tidak pula didukung oleh
fasilitas pelatihan yang memadai, sehingga penanganan produk mulai dari pra
Beberapa fungsi penting dalam pemasaran hasil pertanian antara lain
fungsi penyimpanan, transportasi, grading dan standardisasi, serta periklanan.
Fungsi penyimpanan dimaksudkan untuk menyeimbangkan periode panen dan
periode paceklik. Ada empat alasan pentingnya penyimpanan untuk
produk-produk pertanian, yaitu : a). produk-produk bersifat musiman, b). adanya permintaan akan
produk pertanian yang berbeda sepanjang tahun, c). perlunya waktu untuk
menyalurkan produk dari produsen ke konsumen, d). perlunya stok persediaan
produk berguna dengan memindahkannya dari produsen ke konsumen.
Fungsi transportasi dimaksudkan untuk menjadikan suatu produk berguna
dengan memindahkannya dari produsen ke konsumen. Biaya transportasi
ditentukan oleh: a). lokasi produksi, b). area pasar yang dilayani, c). bentuk
produk yang dipasarkan, d). ukuran dan kualitas produk yang dipasarkan.
Fungsi standardisasi dan grading dimaksudkan untuk menyederhanakan
dan mempermudah serta meringankan biaya pemindahan komoditi melalui
saluran pemasaran. Grading atau penyortiran produk-produk ke dalam satuan
atau unit tertentu, standardisasi atau justifikasi kualitas yang seragam antara
pembeli dan penjual, antar tempat dan antar waktu.
Fungsi periklanan dimaksudkan untuk menginformasikan ke konsumen
apa yang tersedia untuk dibeli dan untuk mengubah permintaan atas suatu produk.
Masalah yang timbul dalam periklanan produk pertanian terutama berkaitan
dengan karakteristik produk pertanian itu sendiri (Anindita, 2004).
Pada dasarnya kegiatan pemasaran komoditas hasil pertanian Indonesia
selama ini sangat dipengaruhi oleh adanya keterkaitan antara para petani dengan
terlibat dalam proses pemasaran hasil pertanian tersebut (Anugrah, 2004).
Menurut Nuhung (2002) dalam Rizal M. (2010), terdapat beberapa tipe pengusaha
perantara antara lain:
1. Pedagang Pengumpul, yaitu pedagang yang mengumpulkan barang-barang
hasil pertanian dari pengusaha atau petani produsen dan kemudian
memasarkannya kembali dalam partai besar kepada pedagang lain.
2. Pedagang Besar, yaitu pedagang yang membeli hasil pertanian dari pedagang
pengumpul atau langsung dari pengusaha/produsen, serta menjual kembali
kepada pengecer dan pedagang lain dan atau kepada pembeli untuk industri,
lembaga, dan pemakai komersial yang tidak menjual dalam volume yang
sama pada konsumen akhir.
3. Pedagang Pengecer, yaitu pedagang yang menjual barang hasil pertanian ke
konsumen dengan tujuan memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen
dalam partai kecil.
Dari kondisi empiris sistem pemasaran yang ada maka secara umum
sistem pemasaran komoditas tanaman pangan dan hortikultura dapat dilihat pada
Gambar 2.
Sebagian besar petani, terutama petani dengan skala usaha kecil dan
menengah lebih banyak memasarkan produksinya melalui pedagang pengumpul
desa, selain itu ada juga ke pedagang kecamatan (bandar) atau bahkan ke
pedagang dari pasar induk dan pedagang besar lainnya yang datang langsung ke
Keterangan : sudah biasa dilakukan kadang-kadang dilakukan Sumber : Anugrah, 2004
Gambar 2. Aliran Pemasaran Komoditas Pertanian di Lokasi Produksi
Alur pemasaran lainnya adalah petani menjual ke pedagang pengumpul
kemudian dari pedagang pengumpul dipasarkan ke pedagang besar bahkan kepada
pedagang dari pasar induk. Bagi para petani dengan usaha tani skala besar,
pemasaran produksi juga kadang-kadang dilakukan langsung ke pedagang pasar
induk.
2.4. Kerangka Konsep Penelitian
Kehadiran STA Hessa Air Genting Kecamatan Air Batu Kabupaten
Asahan seyogyanya menjadi pusat transaksi bisnis hasil pertanian lokal. Dengan
menelaah faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi, maka dapat
dirumuskan strategi untuk mengoptimalkan peranan STA. Dengan optimalnya Petani
Kelompok Tani
Pasar Kecamatan
Pedagang besar/ bandar Pedagang pengumpul
desa/ kecamatan
Pedagang pasar induk A
peranan STA, maka secara langsung juga akan meningkatkan pemasaran hasil
produksi sayur-sayuran dan menjadi pusat transaksi bisnis. Dengan demikian
STA diharapkan mampu meningkatkan taraf hidup petani di Kabupaten Asahan
dan juga dapat menjadi salah satu sumber pendapatan asli daerah.
Gambar 3. Skema Kerangka Konsep Penelitian
Dinas Pertanian Kab. Asahan
Strategi
Strengths Weaknesses Opportunities Threats STA Hessa Air Genting
Pedagang Petani
Faktor Internal
- Kec. Kisaran Timur - Kec. Sei Dadap - Kec. Air Batu - Kec. Air Joman - Kec.Simpang Empat
III.
METODE PENELITIAN
3.1. Metode Pemilihan Lokasi
Penelitian ini ditentukan secara purpossive, yaitu di Sub Terminal
Agribisnis (STA) Hessa Air Genting Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan,
Propinsi Sumatera Utara dengan pertimbangan bahwa STA tersebut merupakan
salah satu STA yang ada di Sumatera Utara yang sudah berjalan, dibangun pada
tahun 2003 dan pada tahun 2009 ditetapkan pengelolanya yaitu Gabungan
Kelompok Tani (Gapoktan) Subur.
3.2. Metode Penentuan Sampel
Responden penelitian ini terdiri dari 3 komponen yaitu petani dan
pedagang yang memasarkan pada STA Hessa Air Genting, petani dan pedagang
yang tidak memasarkan pada STA Hessa Air Genting dan pengelola STA Hessa
Air Genting.
Prosedur yang digunakan dalam penentuan sampel adalah prosedur
sampling non-probabilitas. Pengambilan sampel untuk petani dan pedagang
menggunakan teknik snowball sampling yaitu cara pengambilan sampel secara
berantai, dimulai dari satu responden dan selanjutnya responden tersebut
menunjukkan responden yang lain. Demikian seterusnya, sehingga akhirnya
sejumlah sampel yang diperlukan dapat dikumpulkan. Sampling ini biasanya
digunakan dalam populasi yang berupa organisasi sosial atau bentuk-bentuk
usaha kecil (Soewadji, 2012).
Dari hasil pra survei dan observasi awal ke lapangan, ditemukan bahwa
pengumpul desa serta pedagang dari luar daerah. Jumlah petani dan pedagang
pengumpul desa yang saat ini memasarkan produknya ke STA relatif sedikit.
Petani hanya sejumlah 13 orang, seluruhnya berasal dari Kec. Air Batu.
Pedagang pengumpul desa yang memasarkan sayuran di STA hanya 7 orang,
yaitu 4 orang berasal dari Kec. Air Joman dan 3 orang dari Kec. Simpang Empat.
Dengan mempertimbangkan jumlah petani dan pedagang pengumpul desa yang
ada, maka ditentukan jumlah responden seperti pada Tabel 3.
Tabel 3. Penentuan Jumlah Responden Petani dan Pedagang Pengumpul Desa
No Kecamatan
Petani Pedagang Pengumpul Desa
Mema-sarkan
Tidak Mema-sarkan
Mema-sarkan
Tidak Mema-sarkan
1 Kisaran Timur - 5 - -
2 Air Joman - 5 4 5
3 Air Batu 5 5 - 5
4 Sei Dadap - 5 - 5
5 Simpang Empat - 5 3 -
Jumlah 5 25 7 15
Pengambilan sampel untuk pengelola STA dengan menggunakan teknik
purpossive sampling yaitu pengambilan sampel yang didasarkan atas
pertimbangan bahwa pengelola STA yang mengetahui tentang pengelolaan STA.
Responden Pengelola STA hanya 1 orang yaitu Ketua Gapoktan Subur.
3.3. Metode Pengumpulan Data
3.3.1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh melalui wawancara,
observasi dan diskusi dengan petani dan pedagang pengumpul desa di kecamatan
dipersiapkan. Selanjutnya survei dan wawancara kepada Dinas Pertanian
Kabupaten Asahan guna penilaian dan pembahasan ide yang berkenaan dengan
faktor internal dan eksternal. Data primer yang diperlukan merupakan faktor
lingkungan internal dan eksternal STA.
3.3.2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari Dinas Pertanian
Kabupaten Asahan, pengelola STA Hessa Air Genting dan instansi terkait
lainnya serta media dan literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian.
Data sekunder yang dikumpulkan mencakup antara lain :
a. Profil STA Hessa Air Genting, yang bersumber dari Dinas Pertanian
Kabupaten Asahan.
b. Data luas tanam, luas panen, produktivitas dan produksi komoditi
sayur-sayuran dari tahun 2010 sampai tahun 2012.
c. Data kegiatan berupa data pemasaran STA dari tahun 2010 sampai tahun
2012 serta sarana dan prasarana yang ada di STA, yang bersumber dari
pengelola STA Hessa Air Genting.
3.4. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam menjelaskan identifikasi
masalah adalah dengan analisis deskriptif, yaitu dengan matrik SWOT. Matrik
ini menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang
dihadapai STA disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.
Analisis SWOT menyediakan pemahaman realistis tentang hubungan suatu
organisasi dengan lingkungannya untuk mendapatkan terciptanya strategi yang
dan ancaman yang ada. Selanjutnya untuk mengetahui hasil analisis berada di
posisi mana, dapat dilihat pada gambar berikut ini (Rangkuti, 2008).
3. Mendukung stratrgi turn around 1. Mendukung strategi agresif
4. Mendukung strategi defensif 2. Mendukung strategi diversifikasi
Gambar 4. Analisis SWOT
Kuadran 1 : Merupakan situasi yang sangat menguntungkan, organisasi
memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan
peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi
ini adalah mendukung kebijakan yang agresif.
Kuadran 2 : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, organisasi masih
memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus
digunakan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi.
Kuadran 3 : Organisasi menghadapi peluang yang sangat besar, tetapi di lain
pihak harus menghadapi beberapa kendala/kelemahan interal. BERBAGAI PELUANG
KELEMAHAN INTERNAL KEKUATAN INTERNAL
Fokus strategi organisasi adalah meminimalkan masalah-masalah
internal organisasi.
Kuadran 4 : Merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, organisasi
menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.
Langkah-langkah pembuatan SWOT, sebagai berikut :
1. Menentukan tujuan penelitian/objek penelitian
Langkah yang paling awal dalam membuat SWOT adalah dengan
menetukan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui faktor faktor-faktor
internal dan eksternal yang mempengaruhi peran STA Hessa Air Genting
dalam pemasaran produk sayuran.
2. Menentukan faktor-faktor lingkungan/pengaruh
Dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan
pemasaran di STA akan ditemukan beberapa variabel yang akan
menentukan peningkatan pemasaran STA Hessa Air Genting. Faktor-faktor
tersebut diperoleh dari hasil studi literatur.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan peranan STA Hessa
Air Genting, antara lain :
1. Sosialisasi
2. Lokasi STA
3. Jarak
4. Harga pembelian di STA
5. Harga jual yang diterima petani dari pedagang pengumpul desa
6. Harga jual yang diterima pedagang pengumpul desa dari luar STA
8. Sarana dan prasarana STA
9. Fasilitas STA
10. Kondisi dan keadaan STA
11. Kenyamanan
12. Modal STA
13. Modal petani
14. Promosi
15. Kualitas produk
16. Jumlah dan jenis sayuran
17. Dukungan Pemerintah
18. Kelembagaan STA
19. Peluang pasar
20. Pelayanan
21. Desain
22. Permintaan
3. Menentukan faktor strategis
Setelah diperoleh faktor-faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan
pemasaran STA, kemudian dipilih faktor-faktor yang secara signifikan dapat
mempengaruhi peningkatan pemasaran STA. Faktor ini disebut sebagai
faktor strategis. Pemilihannya ditentukan berdasarkan pengamatan langsung
ke lokasi penelitian dan diperoleh dari hasil wawancara dengan 10 orang
petani sayuran, 10 orang pedagang pengumpul desa, pengelola STA dan
4. Klasifikasi Faktor Strategis menjadi Faktor Internal dan Faktor Eksternal.
Setelah diketahui faktor-faktor strategis selanjutnya diklasifikasikan menjadi
2 (dua) bagian, yaitu a) Faktor Eksternal, yaitu faktor yang tidak dapat
dikendalikan oleh pengelola STA Hessa Air Genting dan b) Faktor Internal,
yaitu faktor yang dapat dikendalikan oleh pengelola STA Hessa Air
Genting.
5. Penentuan Faktor S,W,O dan T Berdasarkan Skor
Setelah diklasifikasi faktor-faktor internal dan eksternal, kemudian disusun
kuisioner yang akan ditanyakan kepada responden untuk memperoleh
penilaian setiap faktor. Nilai skor berkisar antara 1 dan 4, dari penilaian
terendah sampai tertinggi. Untuk faktor internal, skor 1 dan 2 menunjukkan
Kelemahan (Weakness) sedangkan 3 dan 4 menunjukkan Kekuatan
(Strength). Untuk faktor Eksternal, skor 1 dan 2 menunjukkan Ancaman
(Threat) sedangkan 3 dan 4 menunjukkan peluang (Opportunity). Setelah
diperoleh skor tiap faktor dari setiap responden, kemudian dicari nilai
rata-rata aritmatik dari seluruh responden.
6. Penentuan Bobot
Setelah diperoleh skor tiap faktor, kemudian dilakukan pembobotan setiap
faktor. Pembobotan ini dilakukan dengan cara tehnik komparasi
berpasangan dengan memakai pembobotan yang dilakukan oleh Saaty
(1988). Metode ini menggunakan model Pairwise Comparision Scale yaitu
dengan membandingkan faktor yang satu dengan faktor lainnya dalam satu
tingkat hirarki berpasangan, sehingga diperoleh nilai kepentingan dari
berdasarkan kemampuan responden untuk membedakan nilai antar faktor
yang dipasangkan. Semakin besar kemampuan responden untuk
membedakan, maka akan semakin rinci juga pembagian nilainya. Nilai dari
masing-masing faktor tidak lepas dari skala banding berpasangan yang
ditemukan oleh Saaty (1988) dengan tingkat perbandingan :
Kepentingan Defenisi Penjelasan
1
2
3
Kedua elemen sama pentingnya
Elemen yang satu lebih penting dari elemen lainnya
Satu faktor mutlak lebih penting dari faktor lainnya
Kedua elemen mempunyai pengaruh yang sama terhadap tujuan yang akan dicapai
Penilaian lebih sedikit mempengaruhi satu faktor dibandingkan faktor lainnya
Faktor tersebut paling penting daripada faktor lainnya yang memiliki tingkat penegasan tertinggi
7. Matriks Perbandingan Seluruh Faktor untuk Tiap Responden
Setelah diperoleh nilai kepentingan masing-masing faktor dari tiap
responden selanjutnya dibuat matriks penilaian tiap responden yang akan
menjadi bobot dari tiap faktor.
8. Matriks Perbandingan Seluruh Faktor untuk Seluruh Responden
Setelah diperoleh matriks perbandingan penilaian tiap faktor dari setiap
responden, kemudian dicari nilai rata-rata geometris perbandingan dari
seluruh responden dengan rumus :
Dimana : X1
X
= Nilai untuk responden 1
2
X
= Nilai untuk responden 2
n
9. Normalisasi dan Rata-Rata Bobot
= Nilai untuk responden n
Setelah diketahui nilai rata-rata geometris, kemudian nilai rata-rata tersebut
dinormalisasi untuk mendapatkan nilai dari masing-masing faktor strategis.
Nilai inilah yang akan menjadi bobot faktor-faktor strategis STA.
10. Menentukan Skor Terbobot dan Prioritas
Setelah diperoleh bobot tiap faktor strategis, dicari skor terbobot dengan
cara mengalikan skor dari tiap faktor dengan bobot yang diperoleh dalam
tiap faktor. Nilai dari skor terbobot ini digunakan untuk mengetahui
bagaimana reaksi STA terhadap faktor-faktor strategis eksternal dan faktor
strategis internalnya.
11. Penyusunan strategi dengan menggunakan matriks SWOT.
Selanjutnya menyusun faktor-faktor strategis dengan menggunakan matriks
SWOT.
Pada penelitian ini untuk menentukan faktor S, W, O dan T berdasarkan
skor diperoleh dari responden yang berbeda yaitu dari pengelola STA, petani dan
pedagang yang memasarkan pada STA, petani yang tidak memasarkan pada
STA dan pedagang yang tidak memasarkan pada STA. Penentuan bobot hanya
dilakukan pada pengelola STA sebagai yang menjalankan strategi sehingga
langkah pembuatan SWOT untuk nilai rata-rata geometris perbandingan dari
3.4.1. Matrik Faktor Strategi Eksternal
Sebelum membuat matrik faktor strategi eksternal, kita perlu mengetahui
terlebih dahulu faktor strategi eksternal (EFAS). Berikut ini adalah cara-cara
penentuan Faktor Strategi Eksternal (EFAS)
1. Menyusun dalam kolom 1 (5 sampai dengan 10 peluang dan ancaman).
2. Memberi bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1 (sangat
penting) sampai dengan 0 (tidak penting). Faktor-faktor tersebut
kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor strategis.
3. Menghitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor)
berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang
bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif
(peluang yang semakin besar diberi rating 4, tetapi jika peluangnya kecil,
diberi rating 1). Pemberian nilai rating ancaman adalah kebalikannya.
Misalnya, jika nilai ancamannya sangat besar, ratingnya adalah 1.
Sebaliknya, jika nilai ancamannya sedikit, ratingnya 4.
4. Mengalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk
memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor
pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari
4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor).
5. Menggunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa
faktor-faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung.
6. Menjumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4) untuk memperoleh skor
menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor
strategis eksternalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk
membandingkan perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam kelompok
industri yang sama (Rangkuti, 2008).
3.4.2. Matrik Faktor Strategi Internal
Faktor-faktor strategis internal perusahaan yang diidentifikasi akan
disusun dalam suatu table IFAS (Internal Strategic Factors Analysis) dengan
tujuan untuk merumuskan faktor-faktor strategis internal tersebut dalam
kerangka Strength and Weakness perusahaan. Tahapannya adalah sebagai
berikut :
1. Menententukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan
perusahaan dalam kolom 1.
2. Memberi bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1
(paling penting) sampai dengan 0 (tidak penting) berdasarkan pengaruh
faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan. (Semua bobot
tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1).
3. Menghitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor)
berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang
bersangkutan. Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk
kategori kekuatan) diberi nilai mulai dari 1 sampai dengan 4 (sangat baik)
dengan membandingkannya dengan rata-rata industri atau dengan pesaing
4. Mengalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk
memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor
pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari
4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor).
5. Menggunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa
faktor-faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung
6. Menjumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4) untuk memperoleh skor
pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini
menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor
strategis internalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk membandingkan
perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang
sama (Rangkuti, 2008).
3.4.3. Matrik SWOT
Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan
adalah matrik SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana
peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan
dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrik ini dapat
menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis.
a. Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan
memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang
b. Strategi ST
Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan
untuk mengatasi ancaman
c. Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan
cara meminimalkan kelemahan yang ada
d. Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha
meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
3.5. Definisi dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalahan pemahaman dan kekeliruan atas pengertian
dalam penelitian ini, maka diberikan beberapa defenisi dan batasan operasional.
3.5.1. Defenisi
1. Sub Terminal Agribisnis (STA) adalah sarana pemasaran hasil pertanian
yang berada pada sentra produksi pertanian yang dilengkapi dengan
sarana/prasarana pemasaran, penanganan pasca panen, penanganan mutu,
sistem informasi pasar dan distribusi komoditas pertanian.
2. Agribisnis didefenisikan sebagai semua aktivitas mulai dari pengadaan dan
penyaluran sarana produksi sampai kepada pemasaran produk-produk yang
dihasilkan oleh suatu usahatani atau agroindustri yang saling berkait satu
sama lain.
3. Analisis SWOT merupakan analisis yang digunakan sebagai dasar untuk
menentukan strategi pengembangan dan prioritas program, dilakukan
kondisi internal, serta mengidentifikasi peluang dan ancaman melalui
analisis kondisi eksternal.
4. Faktor eksternal yaitu faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh pengelola
STA Hessa Air Genting
5. Faktor inernal yaitu faktor yang dapat dikendalikan oleh pengelola STA
Hessa Air Genting
6. Petani adalah orang yang melakukan usaha tani hortikultura (sayur-sayuran)
yang berdomisili di lima kecamatan sekitar STA yaitu Kecamatan Kisaran
Timur, Air Joman, Air Batu, Sei Dadap dan Simpang Empat.
7. Pedagang adalah pedagang pengumpul desa yang berada di lima kecamatan
sekitar STA yaitu Kecamatan Kisaran Timur, Air Joman, Air Batu, Sei
Dadap dan Simpang Empat.
8. Pengelola STA adalah pengurus STA yang ditetapkan oleh Dinas Pertanian
Kabupaten Asahan yaitu Ketua Gapoktan Subur
9. Pemasaran didefinisikan sebagai suatu runtutan kegiatan atau jasa yang
dilakukan untuk memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik
konsumen.
3.5.2. Batasan Operasional
1. Sub Terminal Agribisnis (STA) adalah STA Hessa Air Genting yang
terletak di Desa Hessa Air Genting, Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan.
2. Sampel penelitian adalah petani dan pedagang pengumpul desa di lima
kecamatan sekitar STA baik yang memasarkan sayur-sayuran ke STA
maupun yang tidak memasarkan sayur-sayuran ke STA dan pengelola STA.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Daerah Penelitian
4.1.1. Letak Geografis dan Batas Wilayah
Kabupaten Asahan merupakan salah satu kabupaten dari 33
kabupaten/kota Provinsi Sumatera Utara yang berada di Kawasan Pantai Timur.
Secara geografis Kabupaten Asahan berada pada 2º03’00’ - 3º26’00’ Lintang
Utara, 99º01 - 100º00 Bujur Timur dengan ketinggian 0 - 1.000 m di atas
permukaan laut. Luas wilayah Kabupaten Asahan adalah seluas 379.939 ha,
terdiri dari 25 kecamatan, 27 kelurahan dan 177 desa dengan batas-batas wilayah
sebagai berikut :
• Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Batu Bara
• Sebelah Timur : berbatasan dengan Selat Malaka
• Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Labuhan Batu Utara
dan Kabupaten Toba Samosir
• Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Simalungun
4.1.2. Topografi
Wilayah pesisir Asahan merupakan pesisir di laut pedalaman, berbatasan
dengan Selat Malaka. Arus laut mengalir di sepanjang pantai dari Utara ke
Selatan atau sebaliknya, bukan merupakan arus yang tegak lurus pantai. Karena
itu, daya kikis yang dimiliki air laut tidak begitu kuat. Sementara bentuk dataran
yang sangat landai dan sungai-sungai tua yang lebar menunjukkan bahwa
wilayah Asahan sangat dipengaruhi oleh pengikisan dan pengendapan aliran
Pada umumnya sungai yang terdapat di wilayah pesisir Asahan
mempunyai pola dendritik. Hal ini disebabkan oleh bentuk wilayahnya yang
melereng dari arah Barat Daya ke Timur Laut. Sungai-sungai muda terdapat di
bagian Barat Laut yang mengalir seperti cabang-cabang pohon ke induk
sungainya. Induk-induk sungai tersebut mengalami proses pengikisan dan
pengendapan dan beralih menjadi sungai dewasa dan tua di sebelah Timur Laut.
Sungai Asahan termasuk Dalam Sungai Strategis Nasional dan merupakan
sungai terbesar di Kabupaten Asahan.
4.1.3. Geologi
Pada umumnya formasi geologi yang membentuk wilayah Asahan adalah
formasi kwartier. Satuan batuan induk yang menyusun wilayah Asahan adalah :
1. Satuan batuan tuf liparit, dimana pada zaman kwartier terjadi kegiatan
vulkanis sebagai hasil peletusan Gunung Toba. Luas wliayah pada jenis
batuan ini adalah 140.201 ha (30,32 persen) dari total luas wilayah). Jenis
batuan ini mengandung bahan-bahan mineral seperti kaolin. Pelapukan dari
batuan ini menghasilkan jenis tanah podsolik coklat.
2. Satuan batuan alluvium yang terbentuk pada zaman tertier dan kwartier.
Satuan batuan ini lebih dominan terdapat pada Kabupaten Asahan, dimana
satuan batuan alluvium terdiri dari lempung dan pasir baik merupakan hasil
endapan alluvial sungai, laut maupun erosi vulkanik Gunung Toba. Satuan
batuan alluvium tersebut pada umumnya terdistribusi di seluruh kecamatan
dengan luas 302.195 ha (65,35 persen) dari total luas Kabupaten Asahan.
Pada umumnya jenis tanah alluvial terdapat di sepanjang aliran sungai dan
daerah asal sungai tersebut. Jenis tanah alluvial di Kabupaten Asahan masih
dapat dibagi lagi secara garis besar, yaitu :
• Tanah alluvial
• Tanah glay humus
• Tanah regosol
• Podsolik merah kuning
3. Disamping keadaan kedua jenis geologi di atas masih dijumpai batuan induk
diorite seluas 10.436 Ha (2,5 persen), batuan induk trias seluas 6.547 Ha
(1,42 persen) dan batuan induk formasi kapur seluas 1.103 Ha (0,24 persen).
4.1.4. Penduduk
Jumlah penduduk Asahan keadaan Bulan Juni Tahun 2009 diperkirakan
sebesar 700.606 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 188,36 jiwa per km2.
Jumlah rumah tangga sebanyak 168.019 rumah tangga dan setiap rumah tangga
rata-rata dihuni oleh sekitar 4,2 jiwa, sedangkan laju pertumbuhan penduduk dari
tahun 2000-2009 sebesar 1,71 persen. Jika dilihat dari jenis kelamin jumlah
penduduk laki-laki pada tahun 2009 lebih sedikit dari penduduk perempuannya
dengan persentase sebesar 49,82 persen dengan rasio jenis kelamin sebesar 99,28
yang artinya dari 100 penduduk perempuan terdapat kira-kira 99 penduduk
laki-laki.
Pada Tabel 4 di bawah dapat dilihat perkecamatan bahwa Kecamatan
Kota Kisaran Timur merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar
dengan tingkat persebaran penduduk sebesar 9,90 persen sedangkan Kecamatan
Sei Kepayang Timur adalah yang terkecil yaitu 1,36 persen. Untuk Kecamatan
Kisaran Timur disusul Kecamatan Kota Kisaran Barat. Hal ini dapat dimaklumi
karena Kecamatan Kota Kisaran Barat dan Kecamatan Kota Kisaran Timur
terletak di ibukota Kabupaten Asahan.
Tabel 4. Luas Wilayah, Jumlah Rumah Tangga, Penduduk dan Persebaran Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2009
No Kecamatan Wilayah Luas
(Km²)
Jumlah Rumah Tangga
Jumlah Penduduk (jiwa)
Persebaran Penduduk
(%)
Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 B.P. Mandoge 651,00 7.880 17.246 15.321 32.567 4,65
4.1.5. Perekonomian
Pertumbuhan ekonomi yang merupakan rangkuman laju pertumbuhan
dari berbagai sektor ekonomi akan menggambarkan perubahan ekonomi yang
terjadi. Pertumbuhan ekonomi Asahan tahun 2009 menurun sebagaiman tertera
pada Tabel 5 di bawah ini yang ditunjukkan oleh PDRB ADHK sebesar 4,67
persen. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi perlambatan pertumbuhan bila
dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,02 persen.
Tabel 5. Pertumbuhan Ekonomi Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Sektor Tahun 2005-2009 (Persentase)
No. Sektor Tahun
2005 2006 2007 2008 2009 1 Pertanian 0,58 0,71 1,59 1,86 1,75 2 Pertambangan dan Penggalian 2,43 2,77 2,96 3,82 4,53 3 Industri Pengolahan 8,20 10,82 8,74 8,56 6,75 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 8,97 3,11 4,68 4,50 5,99 5 Konstruksi 3,64 4,41 5,12 5,87 6,28 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 0,93 6,42 6,48 7,19 6,89 7 Pengangkutan dan Komunikasi 3,34 3,98 3,87 4,23 4,44 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan
3,66 4,31 5,39 0,42 6,06
9 Jasa-jasa 2,44 3,22 4,99 4,91 5,32 Pertumbuhan PDRB 3,09 4,80 8,49 5,02 4,67 Sumber : RPJMD Kab. Asahan Tahun 2011-2015
Pertumbuhan terbesar berasal dari sektor perdagangan, hotel dan restoran
sebesar 6,89 persen diikuti oleh sektor industri pengolahan sebesar 6,75 persen,
sektor konstruksi sebesar 6,75 persen, serta sektor keuangan dan jasa perusahaan
sebesar 6,06 persen. Selanjutnya diikuti oleh sektor listrik, gas dan air yang
tumbuh sebesar 5,99 persen, sektor jasa sebesar 5,32 persen, sektor
pertambangan dan penggalian sebesar 4,53 persen, sektor pengangkutan dan
komunikasi sebesar 4,44 persen, dan sektor pertanian sebesar 1,75 persen.
Sebelum pemekaran PDRB Kabupaten Asahan ADHB maupun ADHK