• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Peningkatan Pemasaran Sub Terminal Agribisnis Hessa Air Genting Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Strategi Peningkatan Pemasaran Sub Terminal Agribisnis Hessa Air Genting Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENINGKATAN PEMASARAN

SUB TERMINAL AGRIBISNIS HESSA AIR GENTING

KECAMATAN AIR BATU KABUPATEN ASAHAN

TESIS

Oleh

Yetty Fitri Yanti Piliang

107039009/MAG

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

STRATEGI PENINGKATAN PEMASARAN

SUB TERMINAL AGRIBISNIS HESSA AIR GENTING

KECAMATAN AIR BATU KABUPATEN ASAHAN

TESIS

Tesis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Magister Pertanian pada Program Studi Magister Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Oleh

Yetty Fitri Yanti Piliang 107039009/MAG

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul : Strategi Peningkatan Pemasaran Sub Terminal Agribisnis Hessa Air Genting Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan

Nama : Yetty Fitri Yanti Piliang

NIM : 107039009

Program Studi : Magister Agribisnis

Menyetujui Komisi Pembimbing,

Ketua

(Ir. Diana Chalil, M.Si, Ph.D)

Anggota

(Sri Fajar Ayu, SP, MM, DBA)

Ketua Program Studi,

(Dr. Ir. Tavi Supriana, MS)

Dekan,

(4)

Telah diuji dan dinyatakan LULUS di depan Tim Penguji pada Rabu, 28

Agustus 2013

Tim Penguji

Ketua : Ir. Diana Chalil, MSi, PhD _________________

Anggota : 1. Sri Fajar Ayu, SP, MM, DBA _________________

2. Dr. Ir. Tavi Supriana, MS _________________

(5)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul:

STRATEGI PENINGKATAN PEMASARAN SUB TERMINAL AGRIBISNIS HESSA AIR GENTING KECAMATAN AIR BATU KABUPATEN ASAHAN

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun

sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan

secara benar dan jelas.

Medan, Agustus 2013 yang membuat pernyataan,

(6)

Dipersembahkan kepada:

(7)

ABSTRAK

YETTY FITRI YANTI PILIANG. Strategi Peningkatan Pemasaran Sub Terminal Agribisnis Hessa Air Genting Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan (Dibawah bimbingan Ir. Diana Chalil, M.Si, Ph.D sebagai ketua dan Sri Fajar Ayu, SP, MM, DBA sebagai anggota).

Penelitian ini dilakukan bulan Juni 2012 sampai bulan Februari 2013. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi peran STA Hessa Air Genting dalam pemasaran produksi petani sayuran dan (2) Merumuskan strategi apa yang dapat dilakukan dalam meningkatkan pemasaran STA Hessa Air Genting. Data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Metode analisis yang digunakan adalah dengan metode SWOT.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa STA Hessa Air Genting berada pada kuadran I, yaitu peningkatan pemasaran STA mempunyai peluang yang sangat besar dan memiliki kekuatan-kekuatan internal. Strategi peningkatan pemasaran STA Hessa Air Genting yang dihasilkan : 1) menggunakan harga pembelian di STA yang tinggi untuk meningkatkan produksi sehingga dapat memenuhi permintaan; 2) menggunakan modal STA yang kuat untuk meningkatkan produksi sehingga dapat memenuhi permintaan; 3) meningkatkan sosialisasi dengan memanfaatkan dukungan pemerintah; 4) membentuk kelembagaan STA/ Organisasi STA dengan memanfaatkan dukungan pemerintah; 5) melengkapi sarana dan prasarana STA untuk meningkatkan produksi sehingga dapat memenuhi permintaan; 6) menggunakan harga STA yang tinggi untuk bermitra dengan pedagang pengumpul desa; 7) menggunakan modal STA yang kuat untuk membantu modal petani yang lemah dan 8) meningkatkan sosialisasi untuk bekerjasama dengan pedagang pengumpul desa.

(8)

ABSTRACT

YETTY FITRI YANTI PILIANG. The Strategy of Marketing Improvement of Hessa Agribusiness Sub-Terminal, Air Genting, Air Batu Subdistrict, Asahan District (Under the Supervision of Ir. Diana Chalil, M.Si, Ph.D (chair) and Sri Fajar Ayu, SP, MM, DBA as the (member)

The research was conducted from June, 2012 to February, 2013. The objective of the research was 1) to identify internal and external factors which influenced the role of STA Hessa Air Genting in marketing the product of farmers’ vegetables and 2) to formulate the strategy in increasing the marketing of STA Hessa Air Genting. The data consisted of primary and secondary data and were analyzed by using SWOT method.

The result of the research showed that STA Hessa was in quadrant I; namely, the increase in marketing STA had great potential and internal powers. The strategies of increasing the marketing of STA Hessa Air Genting were as follows: 1) using high buying price of STA in order to increase the production so that it would meet the demand, 2) using strong STA capital in order to increase the production so that it could meet the demand, 3) improving socialization by using support from the government, 4) establishing STA institution/organization by using support from the government, 5) completing the equipment and infrastructure of STA in order to increase production so that it could meet the demand, 6) using high STA price to create partnership with village collecting traders, 7) using strong STA capital to aid farmers’ lack of capital, and 8) improving socialization by collaborating with village collecting traders.

Keywords: STA Hessa Air Genting, Marketing Improvement, SWOT

(9)

RIWAYAT HIDUP

YETTY FITRI YANTI PILIANG, lahir di Sibolga pada tanggal

30 Desember 1967 dari Bapak Syarifuddin dan Ibu Nurhasnah. Penulis

merupakan anak ke dua dari empat bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :

1. Tahun 1974 masuk Sekolah Dasar Taman Siswa Pematang Siantar, tamat

tahun 1980.

2. Tahun 1980 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 14 Medan,

tamat tahun 1983.

3. Tahun 1983 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri 3 Medan, tamat

tahun 1986.

4. Tahun 1986 diterima di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Medan, tamat tahun 1991.

5. Tahun 2010 melanjutkan pendidikan S2 di Program Studi Magister

Agribisnis Universitas Sumatera Utara.

(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan

baik.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu

Ir. Diana Chalil, M.Si, Ph.D selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Sri Fajar

Ayu, SP, MM, DBA selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah membantu

penulis dalam penyusunan tesis ini serta Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS dan Bapak

Dr. Ir. Rahmanta Ginting, MS yang telah bersedia menguji dan memberikan

masukan dalam penyempurnaan tesis ini.

Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua,

suami dan seluruh keluarga yang telah mendorong dan memotivasi penulis untuk

menyelesaikan tesis ini.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu dalam penyelesaian tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi

kita semua.

Medan, Agustus 2013

(11)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Kegunaan Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Tinjauan Pustaka ... 6

2.2. Penelitian Terdahulu ... 10

2.3. Landasan Teori ... 12

2.4. Kerangka Konsep Penelitian ... 18

III. METODE PENELITIAN ... 20

3.1. Metode Pemilihan Lokasi ... 20

3.2. Metode Penentuan Sampel ... 20

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 21

3.3.1. Data Primer ... 21

3.3.2. Data Sekunder ... 22

3.4. Metode Analisis Data ... 22

3.4.1. Matrik Faktor Strategi Eksternal... 29

3.4.2. Matrik Faktor Strategi Internal... 30

3.4.3. Matrik SWOT ... 31

3.5. Defenisi dan Batasan Operasional ... 32

3.5.1. Defenisi ... 32

(12)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian ... 34

4.1.1. Letak Geografis dan Batas Wilayah ... 34

4.1.2. Topografi ... 34

4.1.3. Geologi ... 35

4.1.4. Penduduk ... 36

4.1.5. Perekonomian ... 38

4.1.6. Penggunaan Lahan ... 39

4.1.7. STA Hessa Air Genting ... 41

4.2. Karakteristik Sampel... 42

4.3. Rantai Tata Niaga (% x harga pasar)... 44

4.4. Hasil Analisis ... 45

4.4.1. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemasaran STA ... 45

4.4.2. Matriks Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal ... 51

4.4.3. Penentuan Alternatif Strategi ... 54

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 59

5.1. Kesimpulan ... 59

5.2. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 62

(13)

DAFTAR TABEL

Perkembangan Produksi Sayur-Sayuran di Lima Kecamatan Sekitar STA Tahun 2010-2012...

Perkembangan Pemasaran di STA Hessa Air Genting Tahun 2010- 2012...

Penentuan Jumlah Responden Petani dan Pedagang Pengumpul Desa ...

Luas Wilayah, Jumlah Rumah Tangga, Penduduk dan Persebaran Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2009...

Pertumbuhan Ekonomi Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Sektor Tahun 2005-2009 (Persentase) ...

Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan di Kabupaten Asahan Tahun 2009 (dalam ha)...

Perkembangan Produksi Sayur-sayuran Kabupaten Asahan Tahun 2010-2012...

Sarana dan prasarana STA Hessa Air Genting...

Karakteristik Petani Sampel dan Pedagang Pengumpul Desa Sampel ...

Rantai Tata Niaga Pemasaran Sayuran Petani dan Pedagang Pengumpul Desa di Lima Kecamatan ...

Penentuan Skor Faktor Internal ...

Penentuan Skor Faktor Eksternal ...

Tabel IFAS ...

Tabel EFAS ...

(14)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal

1.

2.

3.

4.

5.

Struktur Organisasi STA ...

Aliran Pemasaran Komoditas Pertanian di Lokasi Produksi...

Skema Kerangka Konsep Penelitian ...

Analisis SWOT ...

Kuadran SWOT ... 9

18

19

23

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Daftar Petani Sampel ...

Daftar Pedagang Sampel ...

Karakteristik Petani Sampel ...

Karakteristik Pedagang Sampel ...

Parameter Penilaian SWOT Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Pemasaran STA ...

Penilaian Skor Parameter Faktor Internal dan Eksternal Petani dan Pedagang yang Memasarkan di STA ...

Penilaian Skor Parameter Faktor Internal dan Eksternal Petani yang Tidak Memasarkan di STA ...

Penilaian Skor Parameter Faktor Internal dan Eksternal Pedagang Pengumpul Desa yang Tidak Memasarkan di STA ...

Penilaian Skor Parameter Faktor Internal dan Eksternal Pengelola STA ...

Pembobotan Faktor Internal ...

Pembobotan Faktor Eksternal ...

Hasil Penilaian Bobot Faktor Internal ...

Hasil Penilaian Bobot Faktor Eksternal ...

Normalisasi Bobot Faktor Internal ...

Normalisasi Bobot Faktor Eksternal ...

Rata-rata Harga Pasar Komoditi Pangan Kabupaten Asahan Tahun 2012 ...

Harga Pembelian di STA ...

Rata-rata Harga Jual yang Diterima Petani dari Pedagang Pengumpul Desa dan Rasio dengan Rata-rata Harga Pasar ...

(16)

19.

20.

Rata-rata Harga Jual yang Diterima Pedagang Pengumpul Desa dan Rasio dengan Rata-rata Harga Pasar ...

Kuesioner ... 84

(17)

ABSTRAK

YETTY FITRI YANTI PILIANG. Strategi Peningkatan Pemasaran Sub Terminal Agribisnis Hessa Air Genting Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan (Dibawah bimbingan Ir. Diana Chalil, M.Si, Ph.D sebagai ketua dan Sri Fajar Ayu, SP, MM, DBA sebagai anggota).

Penelitian ini dilakukan bulan Juni 2012 sampai bulan Februari 2013. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi peran STA Hessa Air Genting dalam pemasaran produksi petani sayuran dan (2) Merumuskan strategi apa yang dapat dilakukan dalam meningkatkan pemasaran STA Hessa Air Genting. Data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Metode analisis yang digunakan adalah dengan metode SWOT.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa STA Hessa Air Genting berada pada kuadran I, yaitu peningkatan pemasaran STA mempunyai peluang yang sangat besar dan memiliki kekuatan-kekuatan internal. Strategi peningkatan pemasaran STA Hessa Air Genting yang dihasilkan : 1) menggunakan harga pembelian di STA yang tinggi untuk meningkatkan produksi sehingga dapat memenuhi permintaan; 2) menggunakan modal STA yang kuat untuk meningkatkan produksi sehingga dapat memenuhi permintaan; 3) meningkatkan sosialisasi dengan memanfaatkan dukungan pemerintah; 4) membentuk kelembagaan STA/ Organisasi STA dengan memanfaatkan dukungan pemerintah; 5) melengkapi sarana dan prasarana STA untuk meningkatkan produksi sehingga dapat memenuhi permintaan; 6) menggunakan harga STA yang tinggi untuk bermitra dengan pedagang pengumpul desa; 7) menggunakan modal STA yang kuat untuk membantu modal petani yang lemah dan 8) meningkatkan sosialisasi untuk bekerjasama dengan pedagang pengumpul desa.

(18)

ABSTRACT

YETTY FITRI YANTI PILIANG. The Strategy of Marketing Improvement of Hessa Agribusiness Sub-Terminal, Air Genting, Air Batu Subdistrict, Asahan District (Under the Supervision of Ir. Diana Chalil, M.Si, Ph.D (chair) and Sri Fajar Ayu, SP, MM, DBA as the (member)

The research was conducted from June, 2012 to February, 2013. The objective of the research was 1) to identify internal and external factors which influenced the role of STA Hessa Air Genting in marketing the product of farmers’ vegetables and 2) to formulate the strategy in increasing the marketing of STA Hessa Air Genting. The data consisted of primary and secondary data and were analyzed by using SWOT method.

The result of the research showed that STA Hessa was in quadrant I; namely, the increase in marketing STA had great potential and internal powers. The strategies of increasing the marketing of STA Hessa Air Genting were as follows: 1) using high buying price of STA in order to increase the production so that it would meet the demand, 2) using strong STA capital in order to increase the production so that it could meet the demand, 3) improving socialization by using support from the government, 4) establishing STA institution/organization by using support from the government, 5) completing the equipment and infrastructure of STA in order to increase production so that it could meet the demand, 6) using high STA price to create partnership with village collecting traders, 7) using strong STA capital to aid farmers’ lack of capital, and 8) improving socialization by collaborating with village collecting traders.

Keywords: STA Hessa Air Genting, Marketing Improvement, SWOT

(19)

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu permasalahan yang mendasar dalam memajukan usaha

pertanian di Sumatera Utara adalah masih lemahnya kemampuan sumber daya

manusia dan kelembagaan usaha dalam hal penanganan pasca panen, pengolahan

dan pemasaran hasil. Hal tersebut disebabkan oleh karena pembinaan SDM

pertanian selama ini lebih difokuskan kepada upaya peningkatan produksi

(budidaya) pertanian, sedangkan produktivitas dan daya saing usaha agribisnis

sangat ditentukan oleh kemampuan pelaku usaha yang bersangkutan dalam

mengelola produk yang dihasilkan (pasca panen dan pengolahan hasil) serta

pemasarannya (Dinas Pertanian Propinsi Sumatera Utara, 2008).

Sub Terminal Agribisnis (STA) sebagai pasar di tingkat petani (farm-gate

market) adalah sarana pemasaran hasil pertanian yang berada pada sentra

produksi pertanian yang dilengkapi dengan sarana/prasarana pemasaran,

penanganan pasca panen, penanganan mutu, sistem informasi pasar dan distribusi

komoditas pertanian. Diharapkan kelembagaan ini dapat berfungsi sebagai

agen/institusi pemasaran produk pertanian dimana petani/kelompok tani/gabungan

kelompok tani melalui perwakilannya terlibat secara langsung dalam pengelolaan

dan penentuan harga yang berlaku di pasar tersebut (Ditjen Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Pertanian Departemen Pertanian, 2006).

Sasaran utama pembangunan sub terminal agribisnis adalah untuk

meningkatkan nilai tambah bagi petani dan pelaku pasar. Sasaran lainnya adalah

mendidik petani untuk memperbaiki kualitas produk sekaligus mengubah pola

(20)

daerah serta mengembangkan akses pasar (Dinas Pertanian Propinsi Sumatera

Utara, 2008).

Di Kabupaten Asahan telah dibangun STA pada tahun 2003 dengan

menggunakan dana APBN. STA di Kabupaten Asahan yang selanjutnya disebut

dengan STA Hessa Air Genting diharapkan dapat memperlancar proses

pemasaran melalui perbaikan mekanisme pasar sekaligus sebagai tempat

berkomunikasi dan saling tukar informasi antar pelaku agribisnis. Dengan kata

lain STA Hessa Air Genting dibangun sebagai pasar sekaligus sebagai pusat

transaksi hasil-hasil agribisnis.

Sebagai sarana pemasaran, STA Hessa Air Genting diharapkan dapat lebih

berperan dalam meningkatkan pemasaran produksi sayur-sayuran petani terutama

petani di sekitar lokasi STA yaitu Kecamatan Kisaran Timur, Air Joman, Air

Batu, Sei Dadap dan Simpang Empat. Kelima kecamatan tersebut adalah

termasuk kawasan penghasil sayur-sayuran Kabupaten Asahan.

Perkembangan produksi sayur-sayuran di kelima kecamatan tersebut

disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan Produksi Sayur-Sayuran di Lima Kecamatan Sekitar STA Tahun 2010-2012 *)

No Kecamatan Produksi (Ton)

2010 2011 2012

1 Kisaran Timur 245,70 438,00 398,50

2 Air Joman 1.220,90 1.688,00 1.908,50

3 Air Batu 1.106,70 971,50 1.100,50

4 Sei Dadap 770,20 718,50 693,00

5 Simpang Empat 709,10 1134,50 443,00

Jumlah 4.052,60 4.950,50 4.543,50

(21)

Meskipun dibangun pada Tahun 2003, namun STA Hessa Air Genting

baru dioperasikan pada akhir Tahun 2009. Pengelolaan operasional STA

dipercayakan kepada Gapoktan Subur. Komoditi yang dipasarkan di STA adalah

sayur-sayuran, baik hasil produksi petani lokal maupun yang berasal dari luar

daerah. Perkembangan pemasaran di STA Hessa Air Genting Tahun 2010-2012

disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Perkembangan Pemasaran di STA Hessa Air Genting Tahun 2010-2012

No Komoditi 2010 (Ton)

2011 (Ton)

2012 (Ton)

Petani Penghasil Utama

1 Timun 263,85 239,04 125,13 Lokal

2 Kacang panjang 72,74 77,34 77,26 Lokal

3 Sawi 106,05 102,61 88,22 Lokal

4 Terong biru 44,95 47,26 38,67 Lokal 5 Terong tauco 25,50 28,41 28,60 Luar Daerah 6 Terong bulat 33,69 32,58 36,65 Luar Daerah

7 Gambas 50,23 45,29 20,33 Luar Daerah

8 Pare 35,30 31,61 25,44 Luar Daerah

9 Ubi Kayu 49,64 47,76 29,65 Lokal

10 Ubi Rambat 84,55 92,73 107,10 Luar Daerah

11 Keladi 53,76 49,77 27,40 Luar Daerah

12 Melinjo 35,69 30,94 16,29 Luar Daerah

13 Jagung Hawai 17,78 64,90 110,40 Luar Daerah

14 Janten 5,21 23,25 28,53 Luar Daerah

15 Jengkol - 7,56 2,35 Luar Daerah

16 Kangkung 17,03 39,23 54,69 Lokal

17 Bayam 47,78 61,26 70,13 Lokal

18 Genjer - 76,34 128,15 Luar Daerah

Volume Total 943,74 1.097,88 1.014,98

Sumber : Kartu Monitor STA (Diolah)

Dari Tabel 2 terlihat bahwa tahun 2010-2012 volume pemasaran di STA

cenderung meningkat. Namun demikian, volumenya masih relatif kecil

(22)

STA. Dari 4.543,50 ton produksi sayur-sayuran di lima kecamatan pada tahun

2012 baru 1.014,98 ton yang dipasarkan melalui STA (22,34%).

Dari uraian tersebut, ternyata STA Hessa Air Genting belum berperan

optimal dalam pemasaran dan transaksi hasil produksi sayuran di Kabupaten

Asahan. Oleh karena itu, perlu diketahui faktor-faktor penyebab tidak optimalnya

peranan STA. Selanjutnya berdasarkan faktor-faktor tersebut dapat disusun

strategi yang tepat untuk meningkatkan pemasaran sayur-sayuran di STA Hessa

Air Genting.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dirumuskan beberapa

permasalahan penelitian, sebagai berikut:

1. Faktor-faktor internal dan eksternal apa saja yang mempengaruhi peran STA

Hessa Air Genting dalam pemasaran produksi petani sayuran?

2. Strategi apakah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pemasaran STA

Hessa Air Genting?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang

mempengaruhi peran STA Hessa Air Genting dalam pemasaran produksi

petani sayuran.

2. Untuk merumuskan strategi apa yang dapat dilakukan dalam meningkatkan

(23)

1.4. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai saran/masukan bagi pengelola STA untuk untuk mengambil

langkah-langkah dalam peningkatan pemasaran di STA.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi Pemerintah dalam mengambil kebijakan

pengembangan STA.

3. Sebagai bahan informasi atau referensi untuk pengembangan ilmu bagi

(24)

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka

Sub Terminal Agribisnis (STA) merupakan sarana pusat informasi dan

komoditi produksi unggulan pertanian dan tempat untuk mempertemukan

pengusaha/pedagang dengan petani dalam rangka menjalin kerjasama bisnis. STA

merupakan perwujudan atas fenomena yang selama ini berkembang dalam tatanan

pemasaran komoditas pertanian dan sekaligus sebagai bagian dari rangkaian

kegiatan agribisnis, dimana selama ini pemasaran komoditas pertanian pada

umumnya mempunyai mata rantai yang panjang, mulai dari petani produsen,

pedagang pengumpul, pedagang besar hingga mengakibatkan kecilnya

keuntungan yang diperoleh petani serta konsumen membayar lebih mahal dari

harga yang selayaknya ditawarkan sehingga biaya pemasaran dari produsen ke

konsumen menjadi cukup tinggi. (Dinas Pertanian Propinsi Sumatera Utara,

2008).

Fenomena lain menunjukkan bahwa jaminan pasar merupakan prasyarat

utama yang menentukan tingkat keunggulan suatu komoditas, termasuk di

dalamnya indikasi tentang daya tampung dan potensi pengembangan pasar,

tingkat efisisensi distribusi, kesesuaian agroekosistem, ketersediaan dan peluang

pengembangan teknologi pertanian. Di sisi lain, pola pemasaran tidak mampu

menunjang upaya pengembangan berbagai jenis komoditas. Lemahnya posisi

rebut tawar petani serta semakin banyaknya produksi pesaing dari impor

komoditas yang sama di pasar dalam negeri, menuntut upaya peningkatan

efisiensi pemasaran dengan mengembangkan infrastuktur pemasaran

(25)

Sub Terminal Agribisnis (STA) merupakan infrastruktur pemasaran

untuk transaksi jual beli hasil-hasil pertanian, baik untuk transaksi fisik (lelang,

langganan, pasar spot) maupun non fisik (kontrak, pesanan, future market), yang

terletak di sentra produksi. STA juga merupakan wadah yang dapat

mengakomodasikan berbagai kepentingan pelaku agribisnis, seperti layanan

informasi manajemen produksi sesuai permintaan pasar, manajemen pengadaan

sarana produksi, manajemen pasca panen (pengemasan, sortir, grading,

penyimpanan) serta kegiatan-kegiatan lainnya, seperti ruang pamer, promosi,

transportasi dan pelatihan (Badan Agribisnis Departemen Pertanian, 2000;

Tanjung, 2001; Sukmadinata, 2001 dalam Pujiharto, 2010).

Sasaran utama pembangunan Sub Terminal Agribisnis pada dasarnya

adalah untuk meningkatkan nilai tambah bagi petani dan pelaku pasar. Sasaran

lainnya adalah mendidik petani untuk memperbaiki kualitas produk, sekaligus

mengubah pola pikir ke arah agribisnis sehingga menjadi salah satu sumber

pendapatan asli daerah serta mengembangkan akses pasar (Dinas Pertanian

Propinsi Sumatera Utara, 2008).

Menurut Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Departemen

Pertanian (2006), pada dasarnya tugas dan fungsi STA diarahkan pada usaha

pemasaran dan pembinaan terhadap petani produsen lewat kelompok. Dengan

demikian STA bertugas untuk :

1. Melayani konsumen umum ataupun konsumen lembaga seperti pasar induk,

supermarket, eksportir, maupun melakukan perdagangan antar daerah/antar

(26)

2. Selain menjual secara langsung pada kios/lapak-lapak yang disediakan, STA

juga melakukan sistem penjualan melalui mekanisme lelang yang dikelola

oleh manajemen STA, baik dengan lelang secara langsung (spot) maupun

berjangka (forward);

3. Mengarahkan petani untuk memproduksi komoditi pertanian sesuai dengan

permintaan pasar atau mitra pasar STA (sesuai informasi pasar yang

disampaikan STA).

4. Mendampingi Gapoktan agar mampu dalam manajemen usaha, penanganan

teknis pasca panen, penanganan mutu, packaging, kemitraan dan pemasaran

serta mampu mendapatkan kredit dari sumber permodalan seperti Koperasi,

Lembaga Keuangan Mikro, dan Perbankan (SP3).

STA dinilai memadai bila memiliki sarana dan prasarana sebagai faktor

penggerak pembangunan, yaitu : (1) infrastruktur fisik berupa bangunan utama

untuk transaksi jual beli, (2) tempat penanganan pasca panen (pencucian, sortasi,

pengepakan) serta gudang sebagai tempat penyimpanan, (3) sarana seperti

keranjang, timbangan dan meja, (4) kantor pengelola, (5) tempat bongkar muat

dan jasa angkut, serta (6) prasarana jalan termasuk tempat parkir.

Pemasaran yang terjadi di STA diharapkan lebih efisien dibandingkan

dengan pemasaran di pasar-pasar biasa. Kegiatan jual beli yang berlangsung di

STA terjadi antara penjual produk hortikultuta sayuran dataran tinggi dalam hal

ini produsen (petani) atau pedagang pengumpul dengan pembeli baik pedagang

besar maupun konsumen dengan cara negosiasi (tawar menawar) dengan patokan

(27)

Untuk menjalankan fungsinya dengan baik, struktur organisasi dan

manajemen STA harus dilakukan secara terpadu dan profesional. Kepengurusan

STA harus terdiri dari orang-orang yang banyak terlibat dalam struktur pemasaran

dan komoditi agribisnis yang ditangani di daerah yang bersangkutan, serta

memiliki kemampuan manajemen yang memadai. Pengelolaan STA tidak hanya

mengutamakan aspek komersialisasi pemasaran, melainkan juga aspek pelayanan

pemasaran. Struktur organisasi STA sebagaimana pada Gambar 1 (Ditjen P2HP

Departemen Pertanian, 2006).

Gambar 1. Struktur Organisasi STA Badan Musyawarah

Manajer/ Wakil Manajer

Keuangan - Pembayaran - Pembukuan -LaporanKeuangan

Umum - Kepegawaian -Perlengkapan -Fasilitas Umum dan

Penunjang

- Tata Tertib Pengelolaan

Perencanaan dan Pengadaan

Produk

Pemasaran Promosi dan

Informasi Pasar Simpan Pinjam

- Perencanaan pola produksi - Pembinaan

teknis - Pembelian - Handling

(sortasi, packing, storage)

- Penjualan langsung atau lelang - Pengepakan - Pengiriman - Pengelolaan

kios -Pelayanan

informasi pasar

- Mencari sumber pembiayaan - Pelayanan

kredit - Penyediaan

(28)

2.2. Penelitian Terdahulu

Sobang (2007), meneliti Pengaruh Pembangunan Sub Terminal Agribisnis

Mantung Terhadap Pedagang Konsumen dan Pemberdayaan Ekonomi Daerah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembangunan Sub Terminal Agribisnis

Mantung berpengaruh terhadap pemberdayaan ekonomi daerah yaitu berpengaruh

terhadap Pendapatan Asli Daerah, tidak berpengaruh terhadap persepsi pedagang

tentang pendapatan dan kualitas sayuran yang diperoleh dari petani khususnya

pedagang di tingkat kecamatan Pujon sedangkan bagi pedagang di STA Mantung,

adanya pembangunan STA Mantung memberikan pengaruh terhadap persepsi

pedagang tentang pendapatan dan kualitas sayuran yang diperoleh. Pembangunan

STA Mantung berpengaruh terhadap kuantitas komoditas sayuran yang diperoleh

pedagang di tingkat kecamatan Pujon tetapi tidak berpengaruh terhadap

pendapatan. Sedangkan bagi pedagang di STA Mantung, adanya pembangunan

STA Mantung memberikan pengaruh terhadap kuantitas dan pendapatan yang

diperoleh. Pembangunan STA Mantung berpengaruh terhadap persepsi konsumen

baik konsumen yang berasal dari luar kecamatan Pujon maupun konsumen yang

setiap hari berbelanja tentang kualitas dan kuantitas sayuran yang diperoleh dari

pedagang. Demikian halnya bagi konsumen yang setiap hari berbelanja di STA

Mantung bahwa pembangunan STA Mantung berpengaruh terhadap kualitas dan

kuantitas sayuran yang diperoleh dari pedagang.

Suranto (2010), meneliti Manajemen dan Tingkat Kepuasan Pedagang

Pengguna pada Sub Terminal Agribisnis Sewukan di Kabupaten Magelang.

Metode analisis data dengan menggunakan regresi linier berganda (multiple linear

(29)

pengorganisasian berpengaruh positif, sedangkan fungsi perencanaan,

pelaksanaan pengendalian, dan evaluasi tidak berpengaruh nyata dalam pengelola

di STA Sewukan Magelang, 2) Manajemen STA Sewukan Magelang yang

dilakukan oleh pengelola STA yang meliputi : Perencanaan dengan total skor 4,2

(sangat baik), pengorganisasian dengan total skor 3,9 (mampu), pelaksanaan

dengan total skor 4,3 (sangat mampu), pengendalian dan evaluasi dengan total

skor 4,0 (sangat mampu), 3) Rata-rata tingkat pendapatan pedagang pengguna

STA Sewukan setiap harinya sebesar Rp. 365.675,- 4) Persepsi pedagang STA

Sewukan terhadap kondisi tempat adalah nyaman, terhadap tingkat pelayanan

adalah memadai, dan terhadap harga sewa lokasi cukup sesuai dan tidak

memberatkan 5) Secara partial kondisi tempat berpengaruh nyata terhadap

pendapatan pedagang STA Sewukan, tingkat pelayanan dan harga sewa lokasi

tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan pedagang STA Sewukan,

6) Pedagang di STA Sewukan sangat puas terhadap STA yang ada di Sewukan

Magelang.

Paramastri (2011), meneliti Optimalisasi Distribusi Buah Pepaya di Sub

Terminal Agribisnis Rancamaya Kota Bogor Jawa Barat. Tujuan penelitian ini

adalah (1) mengetahui pola distribusi buah pepaya pada STA Rancamaya, (2)

menganalisis struktur biaya distribusi buah pepaya pada STA Rancamaya, dan (3)

menganalisis komposisi distribusi optimal buah pepaya pada STA Rancamaya.

Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Pengolahan data penelitian dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.

Data yang diperoleh kemudian ditabulasikan dan dimasukkan dalam program

(30)

menggunakan software LINDO (Linear Interactive Discrete Optimizer). Hasil

optimalisasi menunjukkan bahwa alokasi buah pepaya yang dilakukan STA sudah

baik, tercermin dari perbedaan total biaya distribusi yang tidak besar. Namun

dalam hal penerimaan, nilai penjualan yang dihasilkan cukup berbeda jauh

sehingga berdampak pada kecilnya laba yang diperoleh. Nilai penjualan yang

kecil tersebut terjadi akibat banyaknya buah pepaya yang diretur atau

dikembalikan. Oleh karena itu STA sebaiknya terus berupaya untuk mengurangi

produk yang tidak diterima karena besarnya jumlah produk yang tidak diterima

sangat berpengaruh pada ketidakefisienan distribusi optimal.

Saswita (2010), meneliti Perbedaan Pendapatan Petani yang Menggunakan

Sub Terminal Agribisnis (STA) Dengan yang Tidak Menggunakan STA Sebagai

Lembaga Pemasaran Di Kota Payakumbuh Propinsi Sumatera Barat. Metode yang

digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan regresi linier berganda dan

deskrptif kualitatif. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa STA tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan petani di Kota Payakumbuh,

tetapi setelah dilakukan analisis regresi masing-masing untuk petani pengguna

STA dan petani yang tidak menggunakan STA diperoleh hasil bahwa terdapat

peningkatan pendapatan yang lebih tinggi untuk petani yang menggunakan STA

dibandingkan dengan petani yang tidak menggunakan STA.

2.3. Landasan Teori

Menurut Mubyarto (1989), istilah tataniaga diartikan sama dengan

pemasaran atau distribusi, yaitu semacam kegiatan ekonomi yang berfungsi

membawa atau menyampaikan barang dari produksi ke konsumen. Kotler (2005),

(31)

dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan

menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa

yang bernilai dengan pihak lain.

Pemasaran hasil sebagai faktor penentu keberhasilan sebuah usaha masih

menjadi kendala utama bagi petani kita. Posisi petani dalam rantai tata niaga

(pemasaran) sangat lemah. Beberapa sebab yang menjadikan lemahnya posisi

petani dalam rantai tata niaga adalah pertama, market share (pangsa pasar) petani

relatif terbatas, sehingga petani hanya akan bertindak sebagai penerima harga,

bukan penentu harga. Kedua, komoditas yang dihasilkan umumnya cepat rusak,

sehingga mengharuskan untuk menjualnya secepat mungkin. Ketiga, lokasi

produksi yang relatif terpencil sehingga kesulitan akses transportasi pengangkutan

hasil produksi. Faktor keempat adalah kurangnya informasi harga, kualitas dan

kuantitas yang diinginkan oleh konsumen, sehingga membuat petani dengan

mudah diperdaya oleh lembaga-lembaga pemasaran yang berhubungan langsung

dengan petani. Kelima, kebijakan pemerintah masih jauh dari menguntungkan

petani. Kebijakan-kebijakan yang ada lebih menguntungkan mereka-mereka yang

terlibat dalam rantai tata niaga ketimbang petani. Dan faktor kelima inilah yang

selalu dipandang menjadi biang keladi miskinnya kaum tani (Indonesia di Mata

Kaumbiasa, 2011).

Pemasaran dalam kegiatan pertanian dianggap memainkan peran ganda.

Peran pertama merupakan peralihan harga antara produsen dengan konsumen.

Peran kedua adalah transmisi fisik dari titik produksi (petani atau produsen) ke

tempat pembelian (konsumen). Namun untuk memainkan kedua peran tersebut

(32)

khususnya bagi petani berskala kecil. Masalah utama yang dihadapai pada

pemasaran produk pertanian meliputi, antara lain (Syahza A, 2008) :

1. Kesinambungan produksi

Salah satu penyebab timbulnya berbagai masalah pemasaran hasil pertanian

berhubungan dengan sifat dan ciri khas produk pertanian, yaitu : a) volume

produksi yang kecil karena diusahakan dengan skala usaha kecil, b) produksi

bersifat musiman sehingga hanya tersedia pada waktu-waktu tertentu, c)

lokasi usahatani yang terpencar-pencar sehingga menyulitkan dalam proses

pengumpulan produksi, sehingga memperbesar biaya pemasaran, d) sifat

produk pertanian yang mudah rusak, berat dan memerlukan banyak tempat.

2. Kurang memadainya pasar

Kurang memdainya pasar yang dimaksud berhubungan dengan cara

penetapan harga dan pembayaran. Ada 3 cara penetapan harga jual produk

pertanian yaitu : a) sesuai dengan harga yang berlaku, b) tawar menawar, c)

dan borongan.

3. Panjangnya saluran pemasaran

Panjangnya saluran pemasaran menyebabkan besarnya biaya yang

dikeluarkan (marjin pemasaran yang tinggi) serta ada bagian yang

dikeluarkan sebagai keuntungan pedagang.

4. Rendahnya kemampuan tawar-menawar

Kemampuan petani dalam penawaran produk yang dihasilkan masih terbatas

karena keterbatasan modal yang dimiliki, sehingga ada kecenderungan

(33)

5. Berfluktuasinya harga

Harga produksi hasil pertanian yang selalu berfluktuasi tergantung dari

perubahan yang terjadi pada permintaan dan penawaran. Naik turunnya harga

dapat terjadi dalam jangka pendek atau dalam jangka panjang. Pada saat

musim produk melimpah harga rendah, sebaliknya pada saat tidak musim

harga meningkat drastis.

6. Kurang tersedianya informasi pasar

Informasi pasar merupakan faktor yang menentukan apa yang diproduksi,

dimana, mengapa, bagaimana dan untuk siapa produk dijual dengan

keuntungan terbaik.

7. Kurang jelasnya jaringan pemasaran

Produsen atau pedagang dari daerah sulit untuk menembus jaringan

pemasaran yang ada di daerah lain karena pihak-pihak yang terlibat dalam

jaringan pemasaran tersebut dan tempat kegiatan berlangsung tidak diketahui.

8. Rendahnya kualitas produksi

Rendahnya kualitas produksi yang dihasilkan karena penanganan yang

dilakukan belum intensif. Masalah mutu ini timbul karena penanganan

kegiatan mulai dari pra panen sampai dengan panen yang belum dilakukan

dengan baik. Masalah mutu juga ditentukan pada kegiatan pasca panen,

seperti melalui standarisasi dan grading.

9. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia

Rendahnya kualitas sumberdaya manusia ini tidak pula didukung oleh

fasilitas pelatihan yang memadai, sehingga penanganan produk mulai dari pra

(34)

Beberapa fungsi penting dalam pemasaran hasil pertanian antara lain

fungsi penyimpanan, transportasi, grading dan standardisasi, serta periklanan.

Fungsi penyimpanan dimaksudkan untuk menyeimbangkan periode panen dan

periode paceklik. Ada empat alasan pentingnya penyimpanan untuk

produk-produk pertanian, yaitu : a). produk-produk bersifat musiman, b). adanya permintaan akan

produk pertanian yang berbeda sepanjang tahun, c). perlunya waktu untuk

menyalurkan produk dari produsen ke konsumen, d). perlunya stok persediaan

produk berguna dengan memindahkannya dari produsen ke konsumen.

Fungsi transportasi dimaksudkan untuk menjadikan suatu produk berguna

dengan memindahkannya dari produsen ke konsumen. Biaya transportasi

ditentukan oleh: a). lokasi produksi, b). area pasar yang dilayani, c). bentuk

produk yang dipasarkan, d). ukuran dan kualitas produk yang dipasarkan.

Fungsi standardisasi dan grading dimaksudkan untuk menyederhanakan

dan mempermudah serta meringankan biaya pemindahan komoditi melalui

saluran pemasaran. Grading atau penyortiran produk-produk ke dalam satuan

atau unit tertentu, standardisasi atau justifikasi kualitas yang seragam antara

pembeli dan penjual, antar tempat dan antar waktu.

Fungsi periklanan dimaksudkan untuk menginformasikan ke konsumen

apa yang tersedia untuk dibeli dan untuk mengubah permintaan atas suatu produk.

Masalah yang timbul dalam periklanan produk pertanian terutama berkaitan

dengan karakteristik produk pertanian itu sendiri (Anindita, 2004).

Pada dasarnya kegiatan pemasaran komoditas hasil pertanian Indonesia

selama ini sangat dipengaruhi oleh adanya keterkaitan antara para petani dengan

(35)

terlibat dalam proses pemasaran hasil pertanian tersebut (Anugrah, 2004).

Menurut Nuhung (2002) dalam Rizal M. (2010), terdapat beberapa tipe pengusaha

perantara antara lain:

1. Pedagang Pengumpul, yaitu pedagang yang mengumpulkan barang-barang

hasil pertanian dari pengusaha atau petani produsen dan kemudian

memasarkannya kembali dalam partai besar kepada pedagang lain.

2. Pedagang Besar, yaitu pedagang yang membeli hasil pertanian dari pedagang

pengumpul atau langsung dari pengusaha/produsen, serta menjual kembali

kepada pengecer dan pedagang lain dan atau kepada pembeli untuk industri,

lembaga, dan pemakai komersial yang tidak menjual dalam volume yang

sama pada konsumen akhir.

3. Pedagang Pengecer, yaitu pedagang yang menjual barang hasil pertanian ke

konsumen dengan tujuan memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen

dalam partai kecil.

Dari kondisi empiris sistem pemasaran yang ada maka secara umum

sistem pemasaran komoditas tanaman pangan dan hortikultura dapat dilihat pada

Gambar 2.

Sebagian besar petani, terutama petani dengan skala usaha kecil dan

menengah lebih banyak memasarkan produksinya melalui pedagang pengumpul

desa, selain itu ada juga ke pedagang kecamatan (bandar) atau bahkan ke

pedagang dari pasar induk dan pedagang besar lainnya yang datang langsung ke

(36)

Keterangan : sudah biasa dilakukan kadang-kadang dilakukan Sumber : Anugrah, 2004

Gambar 2. Aliran Pemasaran Komoditas Pertanian di Lokasi Produksi

Alur pemasaran lainnya adalah petani menjual ke pedagang pengumpul

kemudian dari pedagang pengumpul dipasarkan ke pedagang besar bahkan kepada

pedagang dari pasar induk. Bagi para petani dengan usaha tani skala besar,

pemasaran produksi juga kadang-kadang dilakukan langsung ke pedagang pasar

induk.

2.4. Kerangka Konsep Penelitian

Kehadiran STA Hessa Air Genting Kecamatan Air Batu Kabupaten

Asahan seyogyanya menjadi pusat transaksi bisnis hasil pertanian lokal. Dengan

menelaah faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi, maka dapat

dirumuskan strategi untuk mengoptimalkan peranan STA. Dengan optimalnya Petani

Kelompok Tani

Pasar Kecamatan

Pedagang besar/ bandar Pedagang pengumpul

desa/ kecamatan

Pedagang pasar induk A

(37)

peranan STA, maka secara langsung juga akan meningkatkan pemasaran hasil

produksi sayur-sayuran dan menjadi pusat transaksi bisnis. Dengan demikian

STA diharapkan mampu meningkatkan taraf hidup petani di Kabupaten Asahan

dan juga dapat menjadi salah satu sumber pendapatan asli daerah.

Gambar 3. Skema Kerangka Konsep Penelitian

Dinas Pertanian Kab. Asahan

Strategi

Strengths Weaknesses Opportunities Threats STA Hessa Air Genting

Pedagang Petani

Faktor Internal

- Kec. Kisaran Timur - Kec. Sei Dadap - Kec. Air Batu - Kec. Air Joman - Kec.Simpang Empat

(38)

III.

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Pemilihan Lokasi

Penelitian ini ditentukan secara purpossive, yaitu di Sub Terminal

Agribisnis (STA) Hessa Air Genting Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan,

Propinsi Sumatera Utara dengan pertimbangan bahwa STA tersebut merupakan

salah satu STA yang ada di Sumatera Utara yang sudah berjalan, dibangun pada

tahun 2003 dan pada tahun 2009 ditetapkan pengelolanya yaitu Gabungan

Kelompok Tani (Gapoktan) Subur.

3.2. Metode Penentuan Sampel

Responden penelitian ini terdiri dari 3 komponen yaitu petani dan

pedagang yang memasarkan pada STA Hessa Air Genting, petani dan pedagang

yang tidak memasarkan pada STA Hessa Air Genting dan pengelola STA Hessa

Air Genting.

Prosedur yang digunakan dalam penentuan sampel adalah prosedur

sampling non-probabilitas. Pengambilan sampel untuk petani dan pedagang

menggunakan teknik snowball sampling yaitu cara pengambilan sampel secara

berantai, dimulai dari satu responden dan selanjutnya responden tersebut

menunjukkan responden yang lain. Demikian seterusnya, sehingga akhirnya

sejumlah sampel yang diperlukan dapat dikumpulkan. Sampling ini biasanya

digunakan dalam populasi yang berupa organisasi sosial atau bentuk-bentuk

usaha kecil (Soewadji, 2012).

Dari hasil pra survei dan observasi awal ke lapangan, ditemukan bahwa

(39)

pengumpul desa serta pedagang dari luar daerah. Jumlah petani dan pedagang

pengumpul desa yang saat ini memasarkan produknya ke STA relatif sedikit.

Petani hanya sejumlah 13 orang, seluruhnya berasal dari Kec. Air Batu.

Pedagang pengumpul desa yang memasarkan sayuran di STA hanya 7 orang,

yaitu 4 orang berasal dari Kec. Air Joman dan 3 orang dari Kec. Simpang Empat.

Dengan mempertimbangkan jumlah petani dan pedagang pengumpul desa yang

ada, maka ditentukan jumlah responden seperti pada Tabel 3.

Tabel 3. Penentuan Jumlah Responden Petani dan Pedagang Pengumpul Desa

No Kecamatan

Petani Pedagang Pengumpul Desa

Mema-sarkan

Tidak Mema-sarkan

Mema-sarkan

Tidak Mema-sarkan

1 Kisaran Timur - 5 - -

2 Air Joman - 5 4 5

3 Air Batu 5 5 - 5

4 Sei Dadap - 5 - 5

5 Simpang Empat - 5 3 -

Jumlah 5 25 7 15

Pengambilan sampel untuk pengelola STA dengan menggunakan teknik

purpossive sampling yaitu pengambilan sampel yang didasarkan atas

pertimbangan bahwa pengelola STA yang mengetahui tentang pengelolaan STA.

Responden Pengelola STA hanya 1 orang yaitu Ketua Gapoktan Subur.

3.3. Metode Pengumpulan Data

3.3.1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh melalui wawancara,

observasi dan diskusi dengan petani dan pedagang pengumpul desa di kecamatan

(40)

dipersiapkan. Selanjutnya survei dan wawancara kepada Dinas Pertanian

Kabupaten Asahan guna penilaian dan pembahasan ide yang berkenaan dengan

faktor internal dan eksternal. Data primer yang diperlukan merupakan faktor

lingkungan internal dan eksternal STA.

3.3.2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari Dinas Pertanian

Kabupaten Asahan, pengelola STA Hessa Air Genting dan instansi terkait

lainnya serta media dan literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian.

Data sekunder yang dikumpulkan mencakup antara lain :

a. Profil STA Hessa Air Genting, yang bersumber dari Dinas Pertanian

Kabupaten Asahan.

b. Data luas tanam, luas panen, produktivitas dan produksi komoditi

sayur-sayuran dari tahun 2010 sampai tahun 2012.

c. Data kegiatan berupa data pemasaran STA dari tahun 2010 sampai tahun

2012 serta sarana dan prasarana yang ada di STA, yang bersumber dari

pengelola STA Hessa Air Genting.

3.4. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam menjelaskan identifikasi

masalah adalah dengan analisis deskriptif, yaitu dengan matrik SWOT. Matrik

ini menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang

dihadapai STA disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.

Analisis SWOT menyediakan pemahaman realistis tentang hubungan suatu

organisasi dengan lingkungannya untuk mendapatkan terciptanya strategi yang

(41)

dan ancaman yang ada. Selanjutnya untuk mengetahui hasil analisis berada di

posisi mana, dapat dilihat pada gambar berikut ini (Rangkuti, 2008).

3. Mendukung stratrgi turn around 1. Mendukung strategi agresif

4. Mendukung strategi defensif 2. Mendukung strategi diversifikasi

Gambar 4. Analisis SWOT

Kuadran 1 : Merupakan situasi yang sangat menguntungkan, organisasi

memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan

peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi

ini adalah mendukung kebijakan yang agresif.

Kuadran 2 : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, organisasi masih

memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus

digunakan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan

peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi.

Kuadran 3 : Organisasi menghadapi peluang yang sangat besar, tetapi di lain

pihak harus menghadapi beberapa kendala/kelemahan interal. BERBAGAI PELUANG

KELEMAHAN INTERNAL KEKUATAN INTERNAL

(42)

Fokus strategi organisasi adalah meminimalkan masalah-masalah

internal organisasi.

Kuadran 4 : Merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, organisasi

menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.

Langkah-langkah pembuatan SWOT, sebagai berikut :

1. Menentukan tujuan penelitian/objek penelitian

Langkah yang paling awal dalam membuat SWOT adalah dengan

menetukan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui faktor faktor-faktor

internal dan eksternal yang mempengaruhi peran STA Hessa Air Genting

dalam pemasaran produk sayuran.

2. Menentukan faktor-faktor lingkungan/pengaruh

Dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan

pemasaran di STA akan ditemukan beberapa variabel yang akan

menentukan peningkatan pemasaran STA Hessa Air Genting. Faktor-faktor

tersebut diperoleh dari hasil studi literatur.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan peranan STA Hessa

Air Genting, antara lain :

1. Sosialisasi

2. Lokasi STA

3. Jarak

4. Harga pembelian di STA

5. Harga jual yang diterima petani dari pedagang pengumpul desa

6. Harga jual yang diterima pedagang pengumpul desa dari luar STA

(43)

8. Sarana dan prasarana STA

9. Fasilitas STA

10. Kondisi dan keadaan STA

11. Kenyamanan

12. Modal STA

13. Modal petani

14. Promosi

15. Kualitas produk

16. Jumlah dan jenis sayuran

17. Dukungan Pemerintah

18. Kelembagaan STA

19. Peluang pasar

20. Pelayanan

21. Desain

22. Permintaan

3. Menentukan faktor strategis

Setelah diperoleh faktor-faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan

pemasaran STA, kemudian dipilih faktor-faktor yang secara signifikan dapat

mempengaruhi peningkatan pemasaran STA. Faktor ini disebut sebagai

faktor strategis. Pemilihannya ditentukan berdasarkan pengamatan langsung

ke lokasi penelitian dan diperoleh dari hasil wawancara dengan 10 orang

petani sayuran, 10 orang pedagang pengumpul desa, pengelola STA dan

(44)

4. Klasifikasi Faktor Strategis menjadi Faktor Internal dan Faktor Eksternal.

Setelah diketahui faktor-faktor strategis selanjutnya diklasifikasikan menjadi

2 (dua) bagian, yaitu a) Faktor Eksternal, yaitu faktor yang tidak dapat

dikendalikan oleh pengelola STA Hessa Air Genting dan b) Faktor Internal,

yaitu faktor yang dapat dikendalikan oleh pengelola STA Hessa Air

Genting.

5. Penentuan Faktor S,W,O dan T Berdasarkan Skor

Setelah diklasifikasi faktor-faktor internal dan eksternal, kemudian disusun

kuisioner yang akan ditanyakan kepada responden untuk memperoleh

penilaian setiap faktor. Nilai skor berkisar antara 1 dan 4, dari penilaian

terendah sampai tertinggi. Untuk faktor internal, skor 1 dan 2 menunjukkan

Kelemahan (Weakness) sedangkan 3 dan 4 menunjukkan Kekuatan

(Strength). Untuk faktor Eksternal, skor 1 dan 2 menunjukkan Ancaman

(Threat) sedangkan 3 dan 4 menunjukkan peluang (Opportunity). Setelah

diperoleh skor tiap faktor dari setiap responden, kemudian dicari nilai

rata-rata aritmatik dari seluruh responden.

6. Penentuan Bobot

Setelah diperoleh skor tiap faktor, kemudian dilakukan pembobotan setiap

faktor. Pembobotan ini dilakukan dengan cara tehnik komparasi

berpasangan dengan memakai pembobotan yang dilakukan oleh Saaty

(1988). Metode ini menggunakan model Pairwise Comparision Scale yaitu

dengan membandingkan faktor yang satu dengan faktor lainnya dalam satu

tingkat hirarki berpasangan, sehingga diperoleh nilai kepentingan dari

(45)

berdasarkan kemampuan responden untuk membedakan nilai antar faktor

yang dipasangkan. Semakin besar kemampuan responden untuk

membedakan, maka akan semakin rinci juga pembagian nilainya. Nilai dari

masing-masing faktor tidak lepas dari skala banding berpasangan yang

ditemukan oleh Saaty (1988) dengan tingkat perbandingan :

Kepentingan Defenisi Penjelasan

1

2

3

Kedua elemen sama pentingnya

Elemen yang satu lebih penting dari elemen lainnya

Satu faktor mutlak lebih penting dari faktor lainnya

Kedua elemen mempunyai pengaruh yang sama terhadap tujuan yang akan dicapai

Penilaian lebih sedikit mempengaruhi satu faktor dibandingkan faktor lainnya

Faktor tersebut paling penting daripada faktor lainnya yang memiliki tingkat penegasan tertinggi

7. Matriks Perbandingan Seluruh Faktor untuk Tiap Responden

Setelah diperoleh nilai kepentingan masing-masing faktor dari tiap

responden selanjutnya dibuat matriks penilaian tiap responden yang akan

menjadi bobot dari tiap faktor.

8. Matriks Perbandingan Seluruh Faktor untuk Seluruh Responden

Setelah diperoleh matriks perbandingan penilaian tiap faktor dari setiap

responden, kemudian dicari nilai rata-rata geometris perbandingan dari

seluruh responden dengan rumus :

(46)

Dimana : X1

X

= Nilai untuk responden 1

2

X

= Nilai untuk responden 2

n

9. Normalisasi dan Rata-Rata Bobot

= Nilai untuk responden n

Setelah diketahui nilai rata-rata geometris, kemudian nilai rata-rata tersebut

dinormalisasi untuk mendapatkan nilai dari masing-masing faktor strategis.

Nilai inilah yang akan menjadi bobot faktor-faktor strategis STA.

10. Menentukan Skor Terbobot dan Prioritas

Setelah diperoleh bobot tiap faktor strategis, dicari skor terbobot dengan

cara mengalikan skor dari tiap faktor dengan bobot yang diperoleh dalam

tiap faktor. Nilai dari skor terbobot ini digunakan untuk mengetahui

bagaimana reaksi STA terhadap faktor-faktor strategis eksternal dan faktor

strategis internalnya.

11. Penyusunan strategi dengan menggunakan matriks SWOT.

Selanjutnya menyusun faktor-faktor strategis dengan menggunakan matriks

SWOT.

Pada penelitian ini untuk menentukan faktor S, W, O dan T berdasarkan

skor diperoleh dari responden yang berbeda yaitu dari pengelola STA, petani dan

pedagang yang memasarkan pada STA, petani yang tidak memasarkan pada

STA dan pedagang yang tidak memasarkan pada STA. Penentuan bobot hanya

dilakukan pada pengelola STA sebagai yang menjalankan strategi sehingga

langkah pembuatan SWOT untuk nilai rata-rata geometris perbandingan dari

(47)

3.4.1. Matrik Faktor Strategi Eksternal

Sebelum membuat matrik faktor strategi eksternal, kita perlu mengetahui

terlebih dahulu faktor strategi eksternal (EFAS). Berikut ini adalah cara-cara

penentuan Faktor Strategi Eksternal (EFAS)

1. Menyusun dalam kolom 1 (5 sampai dengan 10 peluang dan ancaman).

2. Memberi bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1 (sangat

penting) sampai dengan 0 (tidak penting). Faktor-faktor tersebut

kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor strategis.

3. Menghitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan

memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor)

berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang

bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif

(peluang yang semakin besar diberi rating 4, tetapi jika peluangnya kecil,

diberi rating 1). Pemberian nilai rating ancaman adalah kebalikannya.

Misalnya, jika nilai ancamannya sangat besar, ratingnya adalah 1.

Sebaliknya, jika nilai ancamannya sedikit, ratingnya 4.

4. Mengalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk

memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor

pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari

4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor).

5. Menggunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa

faktor-faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung.

6. Menjumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4) untuk memperoleh skor

(48)

menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor

strategis eksternalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk

membandingkan perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam kelompok

industri yang sama (Rangkuti, 2008).

3.4.2. Matrik Faktor Strategi Internal

Faktor-faktor strategis internal perusahaan yang diidentifikasi akan

disusun dalam suatu table IFAS (Internal Strategic Factors Analysis) dengan

tujuan untuk merumuskan faktor-faktor strategis internal tersebut dalam

kerangka Strength and Weakness perusahaan. Tahapannya adalah sebagai

berikut :

1. Menententukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan

perusahaan dalam kolom 1.

2. Memberi bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1

(paling penting) sampai dengan 0 (tidak penting) berdasarkan pengaruh

faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan. (Semua bobot

tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1).

3. Menghitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan

memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor)

berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang

bersangkutan. Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk

kategori kekuatan) diberi nilai mulai dari 1 sampai dengan 4 (sangat baik)

dengan membandingkannya dengan rata-rata industri atau dengan pesaing

(49)

4. Mengalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk

memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor

pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari

4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor).

5. Menggunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa

faktor-faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung

6. Menjumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4) untuk memperoleh skor

pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini

menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor

strategis internalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk membandingkan

perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang

sama (Rangkuti, 2008).

3.4.3. Matrik SWOT

Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan

adalah matrik SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana

peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan

dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrik ini dapat

menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis.

a. Strategi SO

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan

memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang

(50)

b. Strategi ST

Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan

untuk mengatasi ancaman

c. Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan

cara meminimalkan kelemahan yang ada

d. Strategi WT

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha

meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

3.5. Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahan pemahaman dan kekeliruan atas pengertian

dalam penelitian ini, maka diberikan beberapa defenisi dan batasan operasional.

3.5.1. Defenisi

1. Sub Terminal Agribisnis (STA) adalah sarana pemasaran hasil pertanian

yang berada pada sentra produksi pertanian yang dilengkapi dengan

sarana/prasarana pemasaran, penanganan pasca panen, penanganan mutu,

sistem informasi pasar dan distribusi komoditas pertanian.

2. Agribisnis didefenisikan sebagai semua aktivitas mulai dari pengadaan dan

penyaluran sarana produksi sampai kepada pemasaran produk-produk yang

dihasilkan oleh suatu usahatani atau agroindustri yang saling berkait satu

sama lain.

3. Analisis SWOT merupakan analisis yang digunakan sebagai dasar untuk

menentukan strategi pengembangan dan prioritas program, dilakukan

(51)

kondisi internal, serta mengidentifikasi peluang dan ancaman melalui

analisis kondisi eksternal.

4. Faktor eksternal yaitu faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh pengelola

STA Hessa Air Genting

5. Faktor inernal yaitu faktor yang dapat dikendalikan oleh pengelola STA

Hessa Air Genting

6. Petani adalah orang yang melakukan usaha tani hortikultura (sayur-sayuran)

yang berdomisili di lima kecamatan sekitar STA yaitu Kecamatan Kisaran

Timur, Air Joman, Air Batu, Sei Dadap dan Simpang Empat.

7. Pedagang adalah pedagang pengumpul desa yang berada di lima kecamatan

sekitar STA yaitu Kecamatan Kisaran Timur, Air Joman, Air Batu, Sei

Dadap dan Simpang Empat.

8. Pengelola STA adalah pengurus STA yang ditetapkan oleh Dinas Pertanian

Kabupaten Asahan yaitu Ketua Gapoktan Subur

9. Pemasaran didefinisikan sebagai suatu runtutan kegiatan atau jasa yang

dilakukan untuk memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik

konsumen.

3.5.2. Batasan Operasional

1. Sub Terminal Agribisnis (STA) adalah STA Hessa Air Genting yang

terletak di Desa Hessa Air Genting, Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan.

2. Sampel penelitian adalah petani dan pedagang pengumpul desa di lima

kecamatan sekitar STA baik yang memasarkan sayur-sayuran ke STA

maupun yang tidak memasarkan sayur-sayuran ke STA dan pengelola STA.

(52)

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1. Letak Geografis dan Batas Wilayah

Kabupaten Asahan merupakan salah satu kabupaten dari 33

kabupaten/kota Provinsi Sumatera Utara yang berada di Kawasan Pantai Timur.

Secara geografis Kabupaten Asahan berada pada 2º03’00’ - 3º26’00’ Lintang

Utara, 99º01 - 100º00 Bujur Timur dengan ketinggian 0 - 1.000 m di atas

permukaan laut. Luas wilayah Kabupaten Asahan adalah seluas 379.939 ha,

terdiri dari 25 kecamatan, 27 kelurahan dan 177 desa dengan batas-batas wilayah

sebagai berikut :

• Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Batu Bara

• Sebelah Timur : berbatasan dengan Selat Malaka

• Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Labuhan Batu Utara

dan Kabupaten Toba Samosir

• Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Simalungun

4.1.2. Topografi

Wilayah pesisir Asahan merupakan pesisir di laut pedalaman, berbatasan

dengan Selat Malaka. Arus laut mengalir di sepanjang pantai dari Utara ke

Selatan atau sebaliknya, bukan merupakan arus yang tegak lurus pantai. Karena

itu, daya kikis yang dimiliki air laut tidak begitu kuat. Sementara bentuk dataran

yang sangat landai dan sungai-sungai tua yang lebar menunjukkan bahwa

wilayah Asahan sangat dipengaruhi oleh pengikisan dan pengendapan aliran

(53)

Pada umumnya sungai yang terdapat di wilayah pesisir Asahan

mempunyai pola dendritik. Hal ini disebabkan oleh bentuk wilayahnya yang

melereng dari arah Barat Daya ke Timur Laut. Sungai-sungai muda terdapat di

bagian Barat Laut yang mengalir seperti cabang-cabang pohon ke induk

sungainya. Induk-induk sungai tersebut mengalami proses pengikisan dan

pengendapan dan beralih menjadi sungai dewasa dan tua di sebelah Timur Laut.

Sungai Asahan termasuk Dalam Sungai Strategis Nasional dan merupakan

sungai terbesar di Kabupaten Asahan.

4.1.3. Geologi

Pada umumnya formasi geologi yang membentuk wilayah Asahan adalah

formasi kwartier. Satuan batuan induk yang menyusun wilayah Asahan adalah :

1. Satuan batuan tuf liparit, dimana pada zaman kwartier terjadi kegiatan

vulkanis sebagai hasil peletusan Gunung Toba. Luas wliayah pada jenis

batuan ini adalah 140.201 ha (30,32 persen) dari total luas wilayah). Jenis

batuan ini mengandung bahan-bahan mineral seperti kaolin. Pelapukan dari

batuan ini menghasilkan jenis tanah podsolik coklat.

2. Satuan batuan alluvium yang terbentuk pada zaman tertier dan kwartier.

Satuan batuan ini lebih dominan terdapat pada Kabupaten Asahan, dimana

satuan batuan alluvium terdiri dari lempung dan pasir baik merupakan hasil

endapan alluvial sungai, laut maupun erosi vulkanik Gunung Toba. Satuan

batuan alluvium tersebut pada umumnya terdistribusi di seluruh kecamatan

dengan luas 302.195 ha (65,35 persen) dari total luas Kabupaten Asahan.

Pada umumnya jenis tanah alluvial terdapat di sepanjang aliran sungai dan

(54)

daerah asal sungai tersebut. Jenis tanah alluvial di Kabupaten Asahan masih

dapat dibagi lagi secara garis besar, yaitu :

• Tanah alluvial

• Tanah glay humus

• Tanah regosol

• Podsolik merah kuning

3. Disamping keadaan kedua jenis geologi di atas masih dijumpai batuan induk

diorite seluas 10.436 Ha (2,5 persen), batuan induk trias seluas 6.547 Ha

(1,42 persen) dan batuan induk formasi kapur seluas 1.103 Ha (0,24 persen).

4.1.4. Penduduk

Jumlah penduduk Asahan keadaan Bulan Juni Tahun 2009 diperkirakan

sebesar 700.606 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 188,36 jiwa per km2.

Jumlah rumah tangga sebanyak 168.019 rumah tangga dan setiap rumah tangga

rata-rata dihuni oleh sekitar 4,2 jiwa, sedangkan laju pertumbuhan penduduk dari

tahun 2000-2009 sebesar 1,71 persen. Jika dilihat dari jenis kelamin jumlah

penduduk laki-laki pada tahun 2009 lebih sedikit dari penduduk perempuannya

dengan persentase sebesar 49,82 persen dengan rasio jenis kelamin sebesar 99,28

yang artinya dari 100 penduduk perempuan terdapat kira-kira 99 penduduk

laki-laki.

Pada Tabel 4 di bawah dapat dilihat perkecamatan bahwa Kecamatan

Kota Kisaran Timur merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar

dengan tingkat persebaran penduduk sebesar 9,90 persen sedangkan Kecamatan

Sei Kepayang Timur adalah yang terkecil yaitu 1,36 persen. Untuk Kecamatan

(55)

Kisaran Timur disusul Kecamatan Kota Kisaran Barat. Hal ini dapat dimaklumi

karena Kecamatan Kota Kisaran Barat dan Kecamatan Kota Kisaran Timur

terletak di ibukota Kabupaten Asahan.

Tabel 4. Luas Wilayah, Jumlah Rumah Tangga, Penduduk dan Persebaran Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2009

No Kecamatan Wilayah Luas

(Km²)

Jumlah Rumah Tangga

Jumlah Penduduk (jiwa)

Persebaran Penduduk

(%)

Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 B.P. Mandoge 651,00 7.880 17.246 15.321 32.567 4,65

(56)

4.1.5. Perekonomian

Pertumbuhan ekonomi yang merupakan rangkuman laju pertumbuhan

dari berbagai sektor ekonomi akan menggambarkan perubahan ekonomi yang

terjadi. Pertumbuhan ekonomi Asahan tahun 2009 menurun sebagaiman tertera

pada Tabel 5 di bawah ini yang ditunjukkan oleh PDRB ADHK sebesar 4,67

persen. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi perlambatan pertumbuhan bila

dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,02 persen.

Tabel 5. Pertumbuhan Ekonomi Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Sektor Tahun 2005-2009 (Persentase)

No. Sektor Tahun

2005 2006 2007 2008 2009 1 Pertanian 0,58 0,71 1,59 1,86 1,75 2 Pertambangan dan Penggalian 2,43 2,77 2,96 3,82 4,53 3 Industri Pengolahan 8,20 10,82 8,74 8,56 6,75 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 8,97 3,11 4,68 4,50 5,99 5 Konstruksi 3,64 4,41 5,12 5,87 6,28 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 0,93 6,42 6,48 7,19 6,89 7 Pengangkutan dan Komunikasi 3,34 3,98 3,87 4,23 4,44 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan

3,66 4,31 5,39 0,42 6,06

9 Jasa-jasa 2,44 3,22 4,99 4,91 5,32 Pertumbuhan PDRB 3,09 4,80 8,49 5,02 4,67 Sumber : RPJMD Kab. Asahan Tahun 2011-2015

Pertumbuhan terbesar berasal dari sektor perdagangan, hotel dan restoran

sebesar 6,89 persen diikuti oleh sektor industri pengolahan sebesar 6,75 persen,

sektor konstruksi sebesar 6,75 persen, serta sektor keuangan dan jasa perusahaan

sebesar 6,06 persen. Selanjutnya diikuti oleh sektor listrik, gas dan air yang

tumbuh sebesar 5,99 persen, sektor jasa sebesar 5,32 persen, sektor

pertambangan dan penggalian sebesar 4,53 persen, sektor pengangkutan dan

komunikasi sebesar 4,44 persen, dan sektor pertanian sebesar 1,75 persen.

Sebelum pemekaran PDRB Kabupaten Asahan ADHB maupun ADHK

Gambar

Tabel 1. Perkembangan Produksi Sayur-Sayuran di Lima Kecamatan Sekitar STA Tahun 2010-2012 *)
Tabel 2. Perkembangan Pemasaran di STA Hessa Air Genting Tahun 2010-2012
Gambar 1. Struktur Organisasi STA
Gambar 3.  Skema Kerangka Konsep Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal dalam pemasaran susu kambing Adilla Goat Farm, mengidentifikasi alternatif strategi

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal dalam pemasaran kecap cap Udang Ny.Oei Hok Hoo, mengidentifikasi alternatif strategi

Apa saja faktor internal dan eksternal pemasaran yang dihadapi oleh Pabrik Mini Chokato dan mengidentifikasi strategi pemasaran produk dan strategi pemasaran

Alternatif strategi yang dirumuskan untuk mengembangkan STA ada enam, yaitu: i) melakukan pemasaran komoditas pertanian, ii) optimalisasi peran STA sebagai pusat pelatihan

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman dalam pemasaran keripik

Berdasarkan hasil pemetaan tingkat kesesuaian kepuasan dan kepentingan pengguna STA Sumillan (petani, pedagang dan pembeli), diperoleh sub variabel yang menempati kuadran A

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor internal dan faktor eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman, serta merumuskan alternatif

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal dalam pemasaran kecap cap Udang Ny.Oei Hok Hoo, mengidentifikasi alternatif strategi