BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sifat-sifat batupasir pada daerah penelitian
Sifat-sifat batupasir berdasarkan pengamatan secara megaskopis dilapangan kemudian dilakukan pendiskripsian secara petrologi terhadap contoh batupasir. Adapun ciri-ciri dominan nya berupa, berwarna abu-abu, klastik, ukuran butir dari pasir halus – pasir sedang (1/8 - 1/2 ), kebundaran adalah subrounded , kemas grain supported , pemilahan medium sorted, permeabilitas baik, porositas baik, kekompakkan hard, matriks terdiri dari batupasir, semen karbonatan.
2.2. Kegunaan batupasir
Batu pasir tahan terhadap cuaca tapi mudah untuk dibentuk. Hal ini membuat jenis batuan ini merupakan bahan umum untuk bangunan dan jalan. Karena kekerasan dan kesamaan ukuran butirannya, batu pasir menjadi bahan yang sangat baik untuk dibuat menjadi batu asah (grindstone) yang digunakan untuk menajamkan pisau dan berbagai kegunaan lainnya. Bentukan batuan yang terutama tersusun dari batu pasir biasanya mengizinkan perkolasi air dan memiliki pori untuk menyimpan air dalam jumlah besar sehingga menjadikannya sebagai akuifer yang baik. Batupasir dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Konstituen utamanya, yakni silisium, juga dapat diolah menjadi silikon, salah satu bahan semikonduktor yang dipakai untuk memproduksi peranti-peranti elektronik (electronic devices).selain itu pasir merupakan bahan utama bagi pembuatan beton bangunan, bahan pengecoran yang mempunyai ketahanan yang cukup baik.
2.3 Pengertian Sirtu
Sirtu berasal dari dua bagian yang yang berukuran besar merupakan material dari batuan beku, metamorf dan sedimen. Sedangkan berukuran halus terdiri pasir dan lempung. Seluruh material tersebut tererosi dari batuan induknya bercampur menjadi satu dengan material halus. Kuatnya proses ubahan atau pelapukan batuan dan jauhnya transportasi sehingga material batuan berbentuk elip atau bulat dengan ukuran mulai kerikil sampai bongkah.
Penggunaan sirtu terbatas sebagai bahan bangunan terutama untuk campuran beton, sedang penggalian sering dilakukan dengan secara tradisional tanpa memperhatikan dampak lingkungan. Sirtu yang lepas sangat baik untuk bahan pengeras jalan biasa maupun jalan tol, dan airport. Selain itu dapat pula dipergunakan dalam campuran beton, aspal/hotmix, plester, bahan bangunan dan tanah urug.
2.3 Eksplorasi batupasir
Eksplorasi batupasir merupakan serangkaian kegiatan yang terdiri dari perencanaan lapangan, pengambilan sampel dan kemudian dilakukan pemetaan geologi lapangan. Tujuan dari eksplorasi geologi ini salah satunya adalah untuk mengetahui keberadan batupasir, kualitas, kuantitas batupasir tersebut. Pekerjaan yang dilakukan dalam tahapan eksplorasi/survey tersebut meliputi pemetaan untuk mencari dan mendapatkan singkapan batuan, struktur dan target batupasir. Pemetaan dilakukan untuk mengetahui seberapa luas penyebaran endapan batupasir, bentuk morfologi kemudian batas satuan batuan, jenis satuan batuan dan kondisi dilapangan. Pendiskripsian mengenai batupasir ini diawali dengan mengamati mengenai sifat-sifat fisik batupasir dilapangan, sifat-sifat-sifat-sifat fisik yang diamati tersebu meliputi warna, tekstur, struktur, komposisi. Tujuan pendiskripsian secara megaskopis (petrologi) untuk memberikan penamaan batuan dilapangan. Analisa kimia batuan diperlukan untuk mengetahui kualitas dari batuan yang dimaksud sehingga dapat ditentukan nantinya didalam skala peruntukannya, Sedangkan pembahasan mengenai potensi pemanfaatan batupasir tersebut dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai pemanfaatan pada saat ini dan peluang pengembangan pemanfaatan batupasir pada massa datang dengan mempertimbangkan fungsi dan kandungan komposisi kimianya.
Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kenampakan permukaan bumi dan proses-proses yang menyebabkannya. Studi geomorfologi dilakukan untuk mengelompokkan bentang alam secara sistematis berdasarkan kenampakan bentuk-betuk relief di lapangan, kemiringan lereng, beda tinggi serta variasi litologi, pola aliran sungai, genetik sungai dan struktur geologi yang mengontrolnya.
Secara umum geomorfologi daerah pemetaan memperlihatkan perbukitan dan bergelombang. Namun pengklasifikasian bentang alam ini, dilakukan dengan mengacu pada parameter-parameter relief yang disusun oleh Van Zuidam (1983) .
Tabel 2.1 Tabel Klasifikasi relief berdasarkan Van Zuidam (1983)
permukaan yang berupa pengikisan pengangkutan, dan penimbunan pada daerah rendah seperti lembah, ledok, dan daratan aluvial; (b)Bentuk asal marine, aktivitas marine yang utama adalah abrasi, sedimentasi, pasang surut dan pertemuan terumbu karang, bentuk lahan yang dihasilkan oleh aktivitas marine berada di kawasan pesisir yang melapar sejajar garis pantai; (c)Bentuk Lahan Asal Pelarutan (Karst), adalah bentuk lahan karst dihasilkan oleh proses solusi/pelarutan pada batuan yang mudah larut. Mempunyai karakteristik relief dan drainase yang khas, yang disebabkan oleh tingkat pelarutan batuan yang tinggi; (d)Bentuk Lahan Asal Aeolian (Angin), adalah bentukan ini dipengaruhi oleh udara dan angin yang dapat membentuk medan yang khas dan berbeda bentuknya dari daerah lain. Endapan angin terbentuk oleh pengikisan, pengangkatan, dan pengendapan material lepas oleh angin yang umumnya dibedakan menjadi gumuk pasir dan endapan debu (loess); (e)Bentuk Lahan Asal Glasial, adalah bentuk yang dihasilkan oleh aktivitas gletser, tidak berkembang didaerah tropis kecuali sedikit di puncak Gunung Jaya Wijaya di Indonesia; (f) Bentuk Asal Denudasional, adalah proses denudasional (penelanjangan) merupakan kesatuan dari proses pelapukan, pegerakan tanah, erosi dan kemudian diakhiri dengan proses pengendapan.
Tabel 2.2 Satuan Geomorfologi Daerah Pemetaan
membulat Sejajar Dewasa Breksi,Batupasir V -U Subdendritik Dewasa-Tua
V - U Subdendritik Dewasa-Tua
Membulat Sejajar Dewasa Material – material lepas
V - U Subdendritik Dewasa -Tua
Gambar 2.1 Geomorfologi Digital Daerah Penelitian 2.2.1 Satuan Geomorfologi Berbukit Tersayat Tajam Struktural
Satuan geomorfologi ini secara deskriptif dicirikan dengan beda tinggi 200 meter dan nilai kemiringan antara 18-36% serta ketinggian mencapai 50-250. Satuan geomorfologi ini menempati 55% dari seluruh luas daerah pemetaan dan meliputi daerah Desa Pengadingan , Desa Karangredja , Desa Segaralangu , Desa Mulyadadi serta G. Penggadingan. Bentuk konturnya adalah membulat dan pola penyebaran konturnya adalah paralel atau sejajar. Stadia sungai pada satuan geomorfologi ini adalah dewasa-tua dan stadia daerah pada satuan geomorfologi ini adalah dewasa-tua.
Foto 2.1 Kenampakan Satuan Geomorfologi Berbukit Tersayat Tajam Struktural dari LP 50. 2.2.2 Satuan Geomorfologi Berbukit Bergelombang Struktural
Satuan geomorfologi ini dicirikan dengan beda tinggi 54 meter dengan nilai kelerengan antara 14-16%. Terletak pada ketinggian antara 48.4-102.4 meter, memiliki bentuk kontur membulat dan pola kontur sejajar. Satuan geomorfologi ini menempati 12% dari seluruh luas daerah pemetaan. Penyebaran berada di bagian Tenggara daerah pemetaan,yaitu pada daerah Karangbawang dan Pajamudja. Stadia sungai pada satuan geomorfologi ini adalah dewasa-tua dan stadia daerah pada sadewasa-tuan geomorfologi ini adalah dewasa-dewasa-tua.
Satuan ini disusun oleh satuan breksi dan batupasir. Proses endogen yang bekerja berupa struktur kekar. Proses eksogen yang bekerja berupa erosi yang mengikiskan permukaan sehingga membentuk suatu bentuk bentang alam seperti sekarang.
Foto 2.2 Kenampakan Satuan Geomorfologi Berbukit Bergelombang Struktural dari LP 74
2.2.3 Satuan Geomorfologi Dataran Denudasional
Satuan geomorfologi ini dicirikan dengan beda tinggi 4.7 meter dengan nilai kelerengan antara 0-2%. Terletak pada ketinggian antara 10 -14.7 meter, memiliki bentuk kontur memanjang dan pola kontur sejajar. Satuan geomorfologi ini menempati 33% dari seluruh luas daerah pemetaan. Penyebaran terletak pada daerah Desa Cipari , Desa Mulyadadi dan Desa Serang. Stadia sungai pada satuan geomorfologi ini adalah dewasa-tua dan stadia daerah pada satuan geomorfologi ini adalah dewasa-tua.
Satuan ini disusun oleh satuan material – material lepas. Proses geologi yang dominan bekerja berupa erosi yang mengikis permukaan sehingga membentuk suatu bentang alam seperti sekarang. Penamaan satuan ini berdasarkan kenampakan dilapangan mencirikan tingkat pelapukan yang tinggi seperti hadirnya longsoran.
Foto 2.3 Kenampakan Satuan Geomorfologi Berbukit Bergelombang Struktural dari LP 22
//
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Metode penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey lapangan, meliputi pengumpulan dan pengambilan data primer dilanjutkan dengan data sekunder. Pengamatan langsung (pengambilan data primer) dilakukan dengan cara pengamatan singkapan batupasir, kondisi daerah penelitian, pendiskripsian batuan dan pengamatan bentuk bentang alam (morfologi).
3.1.1. Tahap pendahuluan/persiapan
Pada tahapan ini dilakukan pekerjaan untuk mendapatkan data dan informasi yang mendukung pekerjaan ini yaitu mencakup :
Studi kepustakaan atas laporan-laporan terdahulu atau data sekunder
Perencanaan pekerjaan lapangan
Interpretasi tofografi daerah penelitian melalui peta tofografi skala 1 : 12.500 dan mempersiapkan peralatan lapangan.
3.1.2. Tahap pekerjaan lapangan
Pada tahap pengamatan lapangan dilakukan pengamatan terhadap objek penelitian berupa singkapan batuan. Untuk mendapatkan singkapan dilakukan dengan menyusuri Sungai dan jalan pada daerah penelitian. Setelah singkapan di dapatkan dilakukan berupa :
Memplotkan posisi objek kedalam peta.
Melakukan deskripsi secara megaskopis terhadap singkapan/endapan batuan dengan mengamati tekstur dan struktur .
Pengambilan foto sebagai dokumentasi.
Pengambilan sample batuan.
3.1.3. Tahap analisa dan Interpretasi data
Analisa data yang dilakukan adalah analisa litologi/petrologi meliputi warna batuan, komposisi batuan, tekstur ukuran butir dan bentuk butir dan sifat fisik lainnya, sedangkan analisa kimia untuk mengetahui komposisi unsur kimia batuan, Data-data tersebut kemudian digunakan untuk mengetahui dan menginterpretasikan kondisi geologi daerah penelitian dan kualitas endapan batuan. 3.1.4. Penyusunan laporan serta perhitungan cadangan
semua tahap terdahulu terkumpul lalu dapat dilakukan perhitungan dengan mempertimbangkan aspek-aspek ekonomis.
BAB IV
4.1 Besaran cadangan
Besarnya cadangan batupasir yang terdapat di daerah Desa Mulyadadi dan sekitarnya, kecamatan cipari, kabupaten cilacap, Provinsi Jawa Tengah yang terletak pada lahan seluas 127,5 m x 75m = 9562,5 m2 .
Luas daerah prospek: - A1 = 37.500 m2 - A2 = 190.625 m2 - A3 = 368.750 m2 - A4 = 637.500 m2 Volume daerah prospek: - Vb 1.2 = 1.425.781,25 m3 - Vb 2.3 = 2.333.845,474 m3 - Vb 3.4 = 4.196.888,001 m3
Adapun volume total daerah prospek X densitas batupasir 2.0 ton/m3 adalah 7.956.514,725 ton = 7.956.514.725 m3
4.2 Besaran Pendapatan
Setelah di lakukan perhitungan jumlah besaran cadangan daerah prospek batupasir maka dapat pula dilakukan perhitungan nilai jual dari batupasir dengan besaran cadangan yang telah di temukan , sebagai berikut :
Pendapatan kotor :
= 7.956.514.725 m3 x Rp 125.000 = Rp 99.456.434.060.000
4.3 Lama waktu penambangan
Setelah dilakukan perhitungan jumlah cadangan batugamping pada daerah prospek, maka dapat pula dilakukan perhitungan lama waktu penambangan batupasir sebagai berikut, Jumlah Cadangan : 7.956.514,725 ton
Eksplorasi/hari : 250 truk ( kapasitas/truk = 7 Ton ) = 1750 Ton/ hari Maka,
7.956.514,725 ton / 1750 ton / 365 hari = 12.4 Tahun
Jadi, di dapatlah data bahwa untuk mengeksplorasi jumlah cadangan batupasir pada daerah prospek dengan ketentuan dan perhitungan diatas di dapatkan lama waktu penambangan batugamping selama 12.4 Tahun
4.4 Besaran Pengeluaran dan Laba bersih
Rencana anggaran biaya eksplorasi
Laba Bersih :
Laba Kotor – Pengeluaran selama Proyek
Rp 99.456.434.060.000– Rp 18.327.733.000.000 = Rp. 81.128.701.060.000 Selama 148 bulan
Laba Bersih Selama Proyek : 148 Bulan :
Rp. 81.128.701.060.000: 148 bulan = Rp 54.816.689.910
Jadi, Setelah dilakukan seluruh perhitungan, didaptkan besaran keuntungan dalam eksplorasi batugamping pada daerah prospek penelitian sebesar Rp 54.816.689.910 /bulan
4.5 Rencana Kerja
BAB V
PENUTUP
5.1 KesimpulanDAFTAR PUSTAKA
Rachman Wiryosudarmono, 1991. Kebijakan Pengembangan Mineral Industri di Indonesia. Laporan Penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara, Bandung.
Supriatna Suhala dan M.Arifin, 1997, Bahan Galian Industri, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral (PPTM), Bandung
http://www.academia.edu/7302603/Laporan_Proposal_Eksplorasi_Emas_di_Pongkor_Bogor_-_Johan_Edwart
http://hargabahanbangunan.co/harga-pasir-dan-batu-terbaru.html