• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Kara Rawe (Mucuna Bracteata) Dan Kara Benguk (Mucuna Pruriens) Terhadap Perfoma Sapi Bali Periode Akhir Penggemukan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Kara Rawe (Mucuna Bracteata) Dan Kara Benguk (Mucuna Pruriens) Terhadap Perfoma Sapi Bali Periode Akhir Penggemukan"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KARA RAWE (

Mucuna bracteata

) DAN KARA BENGUK

(

Mucuna pruriens

) TERHADAP PERFOMA SAPI BALI

PERIODE AKHIR PENGGEMUKAN

ASTARI BINTANG FAIRUZ

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Kara Rawe (Mucuna bracteata) dan Kara Benguk (Mucuna pruriens) terhadap Perfoma Sapi Bali Periode Akhir Penggemukan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, April 2015

(4)

ABSTRAK

ASTARI BINTANG FAIRUZ. Studi Kara Rawe (Mucuna bracteata) dan Kara Benguk (Mucuna pruriens) terhadap Perfoma Sapi Bali Periode Akhir Penggemukan.Dibimbing oleh DIDID DIAPARI dan DWIERRA EVVYERNIE.

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari performa sapi bali jantan pada akhir periode penggemukan yang mengkonsumsi ransum hijauan berupa kara rawe (Mucuna bracteata) dan growth promoter alami berupa kara benguk (Mucuna pruriens). Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) yang terdiri atas 9 ekor sapi bali jantan dibagi menjadi 3 kelompok dan 3 perlakuan. Perlakuan terdiri dari P1 (15% jerami padi), P2 ( 15% kara rawe), dan P3 (15% kara rawe + 16% kara benguk). Parameter yang diuji adalah konsumsi bahan kering, pertambahan bobot badan harian (PBBH), efisiensi pakan, dan IOFC (Income Over Feed Cost). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kedua perlakuan 15% kara rawe (P2) dan 15% kara rawe ditambah 16% kara benguk (P3) meningkatkan performa sapi lebih unggul dari P1(171% PBBH dan 160% efisiensi pakan. Nilai IOFC P2 secara ekonomis lebih tinggi yaitu Rp17 283 ekor-1. Simpulan dari penelitian ini bahwa penggantian sumber hijauan jerami padi dengan leguminosa kara rawe (Mucuna bracteata) pada periode penggemukan sapi bali jantan, menunjukkan peningkatan performa dan nilai ekonomi yang lebih baik. Suplementasi kara benguk (Mucuna pruriens) dalam ransum sapi bali jantan dengan hijauan berupa kara rawe (Mucuna bracteata) tidak tepat dilakukan.

Kata kunci: IOFC, kara benguk (Mucuna pruriens), kara rawe (Mucuna bracteata), performa, sapi bali jantan

ABSTRACT

ASTARI BINTANG FAIRUZ. Study of Kara Rawe (Mucuna Bracteata) and Kara Benguk (Mucuna Pruriens) on Bali Cattle Performance in Finishing Period. Supervised by DIDID DIAPARI and DWIERRA EVVYERNIE.

(5)

Keywords : Bali cattle, IOFC, kara rawe (Mucuna bracteata), performance, velvet bean (Mucuna pruriens)

ASTARI BINTANG FAIRUZ

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2015

STUDI KARA RAWE (

Mucuna bracteata

) DAN KARA BENGUK

(

Mucuna pruriens

) TERHADAP PERFOMA SAPI BALI

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul Studi Kara Rawe (Mucuna bracteata) dan Kara Benguk (Mucuna pruriens) terhadap Perfoma Sapi Bali Periode akhir Penggemukan dapat diselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Tulisan ini menggali informasi yang berkaitan dengan sawit - sapi dengan memperoleh informasi mengenai potensi pakan lokal untuk dikembangkan. Salah satunya dengan menggunakan Leguminous Cover Crop (LCC) atau tanaman penutup tanah yang berada diantara tegakan pohon sawit. Bahan lain yang memiliki potensi menjadi pakan lokal yaitu biji - bijian salah satunya kara benguk yang terkenal di daerah Jawa dan sangat cocok tumbuh di semua musim. Hal tersebut dapat membantu berkembangnya sistem integrasi tanaman - ternak yang menjadi program pendukung tercapainya swasembada daging Indonesia dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam Indonesia. Skripsi ini merupakan hasil penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus hingga Oktober 2014.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik, saran, dan masukan yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan di masa mendatang. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan informasi baru dalam dunia peternakan dan dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, April 2015

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR LAMPIRAN ix

PENDAHULUAN 1

METODE PENELITIAN 2

Waktu dan Lokasi 2

Materi 2

Ternak 2

Kandang dan Peralatan 2

Pakan 3

Prosedur 4

Persiapan Pakan 4

Pemeliharaan 4

Rancangan dan Analisis Data 4

Perlakuan 4

Rancangan Percobaan 4

Peubah yang Diukur 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Konsumsi Bahan Kering 6

Pertambahan Bobot Badan 7

Efisiensi Pakan 8

Income Over Feed Cost (IOFC) 9

SIMPULAN DAN SARAN 10

Simpulan 10

Saran 10

DAFTAR PUSTAKA 10

LAMPIRAN 12

RIWAYAT HIDUP 13

(10)

DAFTAR TABEL

1 Kandungan nutrien jerami padi, kara rawe dan kara benguk 3

2 Komposisi nutrien ransum penelitian 3

3 Rataan konsumsi bahan kering pertambahan bobot badan harian dan

efisiensi pakan 5

4 Nilai Income Over Feed Cost (IOFC) 9

DAFTAR LAMPIRAN

1 ANOVA konsumsi bahan kering total 12

2 Uji lanjut Duncan konsumsi bahan kering total 12

3 ANOVA pertambahan bobot badan 12

4 Uji lanjut Duncan pertambahan bobot badan 12

5 ANOVA efisiensi pakan 12

(11)

PENDAHULUAN

Program pembangunan peternakan Indonesia saat ini banyak diperhatikan oleh pemerintah untuk mencapai swasembada daging. Salah satu program yang berpotensi dikembangkan lebih lanjut adalah sistem integrasi tanaman - ternak di areal perkebunan terutama peternakan sapi pedaging. Kelebihan dari program ini adalah memanfaatkan ketersediaan pakan lokal yang ada di sekitar perkebunan sehingga peternak mengurangi penggunaan pakan konvensional. Pakan konvensional merupakan pakan yang umum digunakan oleh peternak. Peternak yang memiliki usaha penggemukan sapi umumnya menggunakan hijauan konvensional seperti rumput dan pakan tambahan yang sering digunakan seperti jagung, bungkil kedelai ataupun konsentrat komersial. Pakan tambahan atau konsentrat terkadang bernilai sangat tinggi disebabkan oleh ketersediaan dan biaya transportasi yang tidak dapat dipenuhi oleh peternak. Jika terdapat lahan dekat peternakan, dapat digunakan untuk menanam tanaman pakan lokal yang berpotensi. Hijauan konvensional juga memiliki kekurangan dalam hal ketersediaannya. Hijauan yang umum digunakan untuk ternak tumbuh sesuai musim, pada musim kemarau hijauan sulit tersedia, sehingga perlu pakan hijauan yang kontinu.

Salah satu lahan perkebunan yang utama di Indonesia adalah kelapa sawit. Luasan lahan kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2013 diperkirakan oleh Badan Pusat Statistik (2014) seluas 5 592 juta ha. Lahan yang cukup luas di bawah naungan tanaman utama perkebunan, terkadang menjadi tempat tumbuhnya gulma. Petani mengatasinya dengan menanam jenis tanaman tumpangan untuk menekan tumbuhnya gulma. Tanaman yang menjadi tumpangan dalam perkebunan sawit kebanyakan legum kacang - kacangan. Kara rawe atau Mucuna bracteata merupakan tanaman berdaun trifoliat dari kelompok leguminosa yang sejak tiga tahun terakhir ini banyak digunakan sebagai tanaman penutup tanah (Leguminous Cover Crop) di perkebunan kelapa sawit (Samedani et al. 2014). Tanaman penutup tanah ini diharapkan dapat berfungsi sebagai pengganti hijauan konvensional seperti kara rawe sebagai legum memiliki nilai protein yang tinggi sebesar 18.04% (Sirait et al. 2009). Kara rawe tidak menghasilkan polong bila ditanam di dataran rendah, di tempat asalnya tanaman ini tumbuh pada ketinggian 5 000 kaki di atas permukaan laut (Subronto dan Harahap 2002). Tanaman ini menghasilkan bahan organik yang tinggi dan akan sangat bermanfaat jika ditanam di daerah yang sering mengalami kekeringan dan pada areal yang rendah kandungan organiknya (Subronto dan Harahap 2002). Jika daerah peternakan mengalami musim kering, peternak menggunakan jerami padi sebagai pakan, oleh karena itu ketersediaan tanaman ini yang berpotensi ditanam dalam musim apapun dapat dikembangkan untuk menjadi pakan lokal yang bernutrisi tinggi.

(12)

menghasilkan dopamin neurotransmitter. Neurotransmitter adalah zat kimia yang berfungsi membantu sistem saraf untuk menyampaikan informasi antara sel saraf tubuh. Dopamin lebih berfungsi pada pembentukan dan fungsi otot tubuh (Natarajan et al. 2012).

Jika pada program penggemukan sapi, ternak sering diberikan growth promoter sintetik untuk menghasilkan performa tubuh yang lebih baik. Diapari dan Evvyernie (2013) mengungkapkan penggunaan kara benguk sebagai growth promoter alami tidak memberikan perbedaan nyata pada performa sapi yang diberikan pakan growth promoter sintetik seperti Ractophamine HCl dan β-agonist. Hal tersebut mendasari penelitian ini untuk menguji efek jika kara benguk diberikan bersama dengan leguminous cover crop.

Berdasarkan informasi tersebut, dalam penelitian ini dikaji pemanfaatan kara rawe sebagai hijauan pakan dan kara benguk sebagai growth promoter alami yang dimasukkan kedalam ransum sapi bali pada akhir penggemukan dengan mengamati performa ternak tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari performa sapi bali jantan pada akhir periode penggemukan yang mengkonsumsi ransum hijauan berupa kara rawe (Mucuna bracteata) dan growth promoter alami berupa kara benguk (Mucuna pruriens).

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2014 sampai dengan bulan Oktober 2014. Tanaman kara rawe (Mucuna bracteata) diperoleh dari PT Perkebunan Nusantara VIII Cikasungka, Jasinga, Bogor. Kara benguk (Mucuna pruriens) yang digunakan diperoleh dari petani di Yogyakarta. Penggilingan dan pengeringan kedua bahan tersebut dilakukan di Laboratorium Industri Pakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pemeliharaan dilaksanakan di Mitra Tani Farm. Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Pusat Antar Universitas Institut Pertanian Bogor.

Materi Ternak

Sapi yang digunakan merupakan jenis sapi lokal yaitu sapi bali jantan sebanyak 9 ekor. Sapi yang digunakan berumur 1.5 – 2 tahun dengan rataan bobot badan 239.77±20.12 kg.

Kandang dan Peralatan

Kandang yang digunakan adalah kandang sapi individu. Peralatan yang digunakan adalah timbangan ternak kapasitas 1 ton, timbangan digital pakan, dan karung.

(13)

Ransum yang digunakan sesuai dengan standar kebutuhan sapi menurut NRC (2000) yaitu protein kasar (PK) 10% dan total digestble nutrien (TDN) sebesar 60%. Ransum yang diberikan kepada ternak dengan rasio hijauan dan konsentrat 15:85. Beberapa bahan baku yang digunakan disajikan pada Tabel 1, sedangkan komposisi ransum tercantum pada Tabel 2.

Tabel 1 Kandungan nutrien jerami padi, kara rawe dan kara benguk

Nutrien (%) Jerami padi Kara rawe Kara

*Analisa dilakukan di Laboratorium Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor (2014) ;BETN: Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen, TDN: total digestible nutrient; Rumus perhitungan TDN menurut Hartadi et al. (1990): **TDN(%) = 92.464 -3.338(SK) - 6.945(LK) - 0.762(BETN) + 1.115(PK) + 0.031(SK)2 - 0.207(LK)(BETN) + 0.100(LK)(PK) – 0.022(LK)2(PK), *** TDN(%) = -202.686 – 1.357(SK) + 2.638(LK) + 3.003(BETN) + 2.347(PK) + 0.046 (SK)2 + 0.647 (LK)2 +0.041 (SK)(BETN) -0.081(LK)(BETN) + 0.553 (LK)(PK) – 0.046(LK)2(PK)

Tabel 2 Komposisi nutrien ransum penilitian

Bahan baku ransum P1(%) P2(%) P3(%)

Hasil perhitungan kandungan ransum dengan rasio hijauan dan konsentrat 15:85; *Analisa dilakukan di Laboratorium Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor (2014) ;BETN: Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen, TDN: total digestible nutrient; **Rumus perhitungan TDN menurut Hartadi et al. (1990); P1:15 % jerami padi + 85 % konsentrat, P2: 15% kara rawe + 85% konsentrat, P3:15% kara rawe + 69% konsentrat + 16% kara benguk.

(14)

Prosedur

Persiapan pakan

Bahan pakan seperti kara rawe dan kara benguk dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Kara rawe segar setelah dicacah, kemudian dimasukkan oven 60˚C. Pengolahan kara benguk dimulai dengan perebusan pada kacang selama 15 menit, kacang dijemur di bawah naungan cahaya matahari setelah itu kara benguk

dimasukkan ke oven 60˚C dan kemudian dilakukan penggilingan menjadi tepung.

Pemeliharaan

Sapi dipelihara selama ±1 bulan dengan masa pra perlakuan 10 hari untuk adaptasi pakan yang diberikan. Pemberian pakan sebanyak tiga kali sehari yang dilaksanakan pada pagi hari pukul 06.00 WIB, siang hari pukul 12.00 WIB, dan sore hari pukul 16.00 WIB. Setiap sapi diberikan 1.5 kg hijauan dan 7.65 kg konsentrat per hari yang disesuaikan dengan perlakuan. Sisa pakan ditimbang setiap pagi sebelum diberikan pakan baru.

Rancangan dan Analisis Data Perlakuan

Penelitian ini menggunakan 3 perlakuan dengan 3 ulangan, perlakuan yang digunakan adalah sebagai berikut :

P1 : 15% jerami padi + 85% konsentrat P2 : 15% kara rawe + 85% konsentrat

P3 : 15% kara rawe + 69% konsentrat +16% kara benguk

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 perlakuan ransum dan 3 kelompok ternak. Setiap perlakuan diberikan pada 3 ekor sapi yang sudah diacak dari kelompok berbobot kecil, sedang, dan besar. Model matematika dari rancangan acak kelompok menurut Steel dan Torrie (1993) adalah sebagai berikut:

Yij= µ + Ai + Bj + Eij

Yij : Nilai pengamatan pada satuan percobaan ke-j yang mendapat perlakuan ransum ke-i

µ : Nilai rata-rata sesungguhnya

Ai : Pengaruh kelompok bobot awal sapi ke-i Bj : Pengaruh perlakuan (P2 dan P3) ke-i

Eij : Pengaruh galat dari satuan percobaan pada kelompok ke-i yang mendapat perlakuan ransum ke-j

(15)

Duncan (Steel dan Torrie 1993). Income Over Feed Cost (IOFC) dianalisis dengan analisis deskriptif.

Peubah yang Diukur

Konsumsi Bahan Kering. Konsumsi pakan dihitung berdasarkan Djajuli (1992) dengan cara menimbang, mencatat pakan yang diberikan dan pakan yang tersisa. Kemudian hitung konsumsi bahan kering dengan mengkalikan pakan yang dikonsumsi dengan persentase bahan kering pakan.

onsumsi pakan ang di e ikan sisa pakan pakan

Pertambahan Bobot Badan (kg). Pertambahan bobot badan diketahui

dengan cara pengukuran seperti yang dikemukakan Bogart dan Taylor (1983) mengukur bobot badan awal dan bobot badan akhir, setelah diketahui maka dilakukan perhitungan dengan mengurangi bobot badan akhir dikurangi dengan bobot badan awal setelah perlakuan dan dibagi dengan hari pemeliharaan.

Efisiensi Pakan. Nilai efisiensi pakan diperoleh dengan ratio antara rataan

pertambahan bobot badan harian dengan konsumsi bahan kering ransum (Crampton dan Harris 1983).

Income Over Feed Cost. Income Over Feed Cost adalah suatu metode

untuk mengukur keuntungan yang diperoleh dari pemeliharaan sapi ini. Metode perhitungan IOFC menurut Prawirokusumo (1990) diperoleh dengan menghitung selisih pendapatan usaha peternakan dikurangi biaya pakan. Pendapatan merupakan perkalian antara pertambahan bobot badan (kg) akibat perlakuan dengan harga jual (kg bobot badan-1).

C a ga ual e nak konsumsi pakan a ga pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis statistik membuktikan bahwa pemanfaatan kara rawe (Mucuna bracteata) dan kara benguk (Mucuna pruriens) pada sapi bali jantan tidak berpengaruh pada kelompok ternak terhadap konsumsi bahan kering, pertambahan bobot badan harian dan efisiensi pakan (P>0.05). Pengaruh pemberian kara rawe dan kara benguk pada pakan sapi potong terhadap konsumsi bahan kering, pertambahan bobot badan harian (PBBH) dan efisiensi pakan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Rataan konsumsi bahan kering, pertambahan bobot badan harian, efisiensi pakan

Peubah Perlakuan

P1 P2 P3

Konsumsi BK (kg ekor -1

hari-1)

4.89±0.107c 5.63±0.064b

(16)

Huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0.05); P1 :15 % jerami padi + 85 % konsentrat, P2:15 % kara rawe + 85 % konsentrat, P3:15 % kara rawe + 69 % konsentrat + 16 % kara benguk.

Pakan yang diberikan pada ternak berperan dalam memenuhi kebutuhan hidup pokok serta pertumbuhannya. Pertumbuhan ternak sapi dapat dilihat pada Tabel 3 bahwa pemanfaatan kara rawe dan kara benguk berpengaruh dalam meningkatkan secara nyata konsumsi bahan kering, pertambahan bobot badan harian (PBBH) dan efisiensi pakan (P<0.05) .

Konsumsi Bahan Kering

Penggunaan tanaman 15% kara rawe (Mucuna bracteata) dan 16% kara benguk (P3) dapat meningkatkan konsumsi bahan kering pada sapi. Hasil analisis sidik ragam perlakuan menunjukkan bahwa penggunaan 15% kara rawe (P2) dan 15% kara rawe ditambah 16% kara benguk (P3), memiliki nilai konsumsi bahan kering lebih tinggi secara nyata jika dibandingkan dengan menggunakan pakan konvensional berupa jerami padi (P1) (P<0.05). Hal ini dikarenakan pada kedua perlakuan tersebut menggunakan kara rawe yang mengandung tinggi protein yaitu 17.07%. Jika dibandingkan dengan P1 yang menggunakan jerami padi sebagai hijauan, konsumsi ternak terlihat rendah. Pernyataan tersebut disebabkan oleh nilai protein jerami padi dan palatabilitasnya rendah. Nilai protein kasar jerami padi lebih rendah dibandingkan dengan kara rawe yaitu 5.13 %. Menurut Parakkasi (1995), konsumsi pakan antara lain ditentukan oleh palatabilitas. Konsumsi pakan dipengaruhi terutama oleh faktor kualitas pakan, kebutuhan energi ternak, tingkat kecernaan pakan. Kualitas pakan yang semakin baik akan meningkatkan konsumsi pakan dari seekor ternak.

Nilai konsumsi tertinggi dalam penelitian ini adalah 6.05 kgekor-1hari-1, terdapat pada ternak dengan pemberian kara rawe yang ditambahkan kara benguk (P3). Konsumsi BK ternak yang diberikan kara rawe dengan penambahan kara benguk (P3) lebih banyak dibandingkan dengan ternak yang diberikan kara rawe dan konsentrat (P2) yaitu sebesar 5.63 kgekor-1hari-1. Salah satu pembeda kedua perlakuan diatas adalah penambahan kara benguk sebanyak 16%. Kara benguk mengandung protein yang tinggi yaitu 24.17%, yang mampu meningkatkan palatabilitas ternak dikarenakan kualitas pakan yang baik dan juga tekstur yang halus mempercepat laju pencernaan, sehingga ternak mengkonsumsi kembali pakan dan meningkatkan jumlah konsumsi. Menurut Castillo-Caamal et al. (2003), pemberian kara benguk pada level 5 – 15 g kg-1 o o idup pada dom a “pali ue ” dapat meningkatkan konsumsi bahan kering dan pertambahan bobot badan secara linier. Hal tersebut juga telah dilaporkan Diapari dan Evvyernie (2013) bahwa penggunaan kara benguk sebanyak sebanyak 16% di dalam ransum sapi Sumba Ongole jantan dalam periode akhir penggemukan, setara dengan penggunaan growth promoter sintetik (Ractophamine HCl) dalam meningkatkan konsumsi bahan kering dan pertambahan bobot badan ternak, bahkan menunjukkan performa sapi yang lebih tinggi secara ekonomis dibandingkan dengan kontrol.

(17)

Pertambahan Bobot Badan Harian

Penggunaan tanaman 15% kara rawe (Mucuna bracteata) dan 16% kara benguk (Mucuna pruriens) (P3) dan 15% kara rawe (Mucuna bracteata) (P2) dapat meningkatkan pertambahan bobot badan harian sapi (P<0.05). Hasil penelitian menunjukkan pertambahan bobot badan harian sapi berkisar antara (-)0.73 sampai dengan 0.583 kg ekor-1hari-1. Pertambahan bobot badan harian sapi dengan pemberian kara rawe (P2) dan kara rawe dengan kara benguk (P3) mengalami kenaikan dibandingkan dengan pakan yang menggunakan jerami padi. Hal ini dipengaruhi oleh konsumsi bahan kering ternak, dimana konsumsi BK ternak yang diberikan jerami padi memiliki nilai yang rendah dibandingkan dengan kedua perlakuan lainnya. Konsumsi pakan yang mencukupi kebutuhan tubuh dapat mempertahankan kondisi tubuh bahkan jika melebihi kebutuhan akan diserap dan digunakan untuk produksi ternak. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pertambahan bobot badan ternak adalah konsumsi dan kualitas pakan (Purwanti 2013). Penggunaan kara rawe dan kara benguk yang tinggi protein dalam ransum dimanfaatkan dengan baik oleh sapi sebagai produk yaitu pertambahan bobot badan. Pertambahan bobot badan harian yang dihasilkan pada sapi penelitian terlihat normal terkecuali ternak yang menggunakan pakan berupa jerami (P1). Sapi bali jantan dewasa mampu mencapai pertambahan bobot badan hingga 0.7 kg hari-1(Pane 1991).

Nilai PBBH pada ternak yang diberikan jerami padi bernilai negatif, yang menunjukkan adanya penurunan bobot badan selama penelitian. Hal ini disebabkan ransum tidak dapat dicerna dengan baik oleh tubuh ternak. Ransum yang diberikan pada perlakuan ini, dengan PK dan TDN sebesar 8.24% dan 66.68% ternyata tidak dapat mengembalikan keadaan tubuh sapi menjadi normal dan beradaptasi dengan baik dengan lingkungan baru. Hal itu juga dikarenakan konsumsi bahan kering pada ternak yang menggunakan jerami padi rendah, oleh karena konsumsi yang rendah, nutrien yang diserap untuk kebutuhan tubuh pun sedikit. Hal tersebut terlihat pada nilai pertambahan bobot badan yang bernilai negatif atau mengalami penurunan. Menurut Parakkasi (1995), sapi yang memperoleh asupan nutrien kurang dari kebutuhan tidak dapat menunjukkan produktifitas optimal, karena untuk menambah bobot badan sapi harus terpenuhi beberapa kebutuhan seperti kandungan protein kasar dan penambahan sumber energi.

(18)

kandungan protein kasar jerami padi rendah (3% - 5%), serat kasarnya tinggi (>34%), kekurangan mineral, ikatan lignoselulosanya kuat dan kecernaannya rendah. Keterbatasan penggunaan jerami padi sebagai pakan ternak disebabkan karakteristik dinding selnya yang berbeda dari dinding sel jerami tanaman sereal lainnya. Sebagai limbah tanaman tua, jerami padi telah mengalami lignifikasi lanjut, menyebabkan terjadinya ikatan kompleks antara lignin, selulosa dan hemiselulosa (lignoselulosa) (Eun et al. 2006). Lignin pada jerami padi merupakan polimer poli aromatik dengan berat molekul tinggi dan termasuk golongan phenolik lignin (Arroyo 2000) yang tahan terhadap hidrolisis enzimatik termasuk fermentasi oleh mikroba rumen dan alkali tanah (Hatakka 2000). Hal tersebut membatasi kecernaan selulosa dan hemiselulosa (polisakarida) sebagai sumber energi pakan ternak ruminansia.

Pertambahan bobot badan harian P2 dan P3 tidak berbeda nyata. Kedua perlakuan tersebut dapat meningkatkan bobot badan hingga sekitar 0.46 - 0.58 kg e-1h-1. Kedua perlakuan tersebut dapat meningkatkan bobot badan secara baik dan sesuai dengan nilai PBBH sapi bali menurut Oematan (2000) bahwa sapi bali mampu menghasilkan pertambahan bobot badan hingga 0.7 - 0.9 kg hari-1 pada pemberian ransum dengan kandungan protein kasar 12.2% - 15.3%. Hal yang demikian membuktikan bahwa kandungan nutrien terutama protein kasar dalam ransum sangat berpengaruh dan mempunyai peran penting dalam menghasilkan laju pertambahan bobot badan ternak. Apabila dilihat konsumsi ransum dengan kandungan protein ransum pada kedua perlakuan diatas berkisar 8.56% - 8.95%, ternak memanfaatkan pakan yang dikonsumsi untuk mempertahankan keadaan tubuh dan pertumbuhan.

Efisiensi Penggunaan Pakan

Pemanfaatan tanaman 15% kara rawe (Mucuna bracteata) dan 16% kara benguk (Mucuna pruriens) (P3) dan 15% kara rawe (P2) meningkatkan nilai efisiensi penggunaan pakan sapi (P <0.05). Nilai efisiensi pakan yang semakin tinggi menunjukkan bahwa ransum yang dikonsumsi semakin tinggi yang diubah menjadi pertambahan bobot badan. Nilai efisiensi pakan pada penelitian ini yaitu (-)0.15 sampai dengan 0.10. Sapi dalam penelitian dapat memanfaatkan pakan dengan 15% kara rawe (P2) dan 15% kara rawe dengan 16% kara benguk (P3), secara lebih efisien dibandingkan pakan dengan jerami padi. Penggunaan jerami padi memiliki nilai efisiensi penggunaan pakan terendah yaitu (-) 0.15. Penyebab hal tersebut diindikasikan karena konsumsi BK yang rendah dan nutrien yang tercerna rendah, sehingga ternak tidak mengalami pertumbuhan dikarenakan nutrien banyak terbuang dalam ekskresi dan efisiensi pakan bernilai negatif.

Nilai efisiensi pakan yang tertinggi dalam penelitian ini adalah 0.10 yang artinya 1 kg bahan kering ransum menghasilkan pertambahan bobot badan harian sebesar 0.1 kg. Nilai ini belum bisa dikatakan sudah efisien secara ekonomi jika digunakan. Hal ini dikarenakan suatu pakan dikatakan efisien secara ekonomi jika nilai efisiensi mendekati 1. Jika efisiensi<1 maka jumlah penggunaan jenis pakan perlu dikurangikarena sudah berlebihan.

(19)

setara dan mempengaruhi nilai efisiensi pakan. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa penambahan kara benguk kurang tepat ketika hijauan yg digunakan dari golongan legume yang nilai nutrisinya tinggi. Jika dililhat dari performa sapi, penggunaan kara rawe menunjukkan keunggulan dibandingkan dengan penggunaan jerami padi. Kara rawe sebagai leguminous cover crop (LCC) memiliki potensi sebagai pakan, oleh karena itu pemeliharaan sapi bali jantan mempunyai potensi dikembangkan dekat dengan perkebunan sawit.

Income Over Feed Cost

Income Over Feed Cost (IOFC) diperlukan untuk melihat efisiensi pakan berdasarkan biaya ransum. Hal tersebut dilihat dari performa ternak dan pemanfaatan pakan dengan ekonomis. IOFC sapi bali tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Nilai Income Over Feed Cost Peubah konsentrat + 16 % kara benguk.

(20)

penggunaan pakan lebih rendah yang menyebabkan keuntungan dari ransum ini lebih sedikit.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Penggantian sumber hijauan jerami padi dengan leguminosa kara rawe (Mucuna bracteata) pada periode penggemukan sapi bali jantan, menunjukkan peningkatan performa dan nilai ekonomi yang lebih baik. Suplementasi kara benguk (Mucuna pruriens) dalam ransum sapi bali jantan dengan hijauan berupa kara rawe (Mucuna bracteata) tidak tepat dilakukan.

Saran

Perlu dilakukan pengujian ransum berbahan baku hijauan kara rawe terhadap beberapa jenis sapi tipe pedaging dari berbagai bangsa ternak, untuk mengetahui efektifitas manfaat kara rawe secara maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Arroyo D. 2000. Gasification of lignin from rice straw. Mayaguez Campus National Renewable Energy Laboratory Golden, Colorado (US). 80401. University of Puerto Rico.

Bogart, R. dan R. E. Taylor. 1983. Scientific Farm Animal Production. 2nd Ed. New York (US):Macmillan Publishing Company.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Luas Tanaman Perkebunan Besar Menurut Jenis Tanaman, Indonesia[Internet].[Disunting 13 Juni 2014]. Tersedia pada : www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel+1&id_subyek=54. Campbell JR, Douglas K, Karen L. Campbell. 2006. Animal Sciences. 4th Ed.New

York (US):McGraw-Hill.

Castillo-Caamal AM, Castillo-Caamal JB, Ayala Burgos AJ. 2003. Mucuna bean (Mucuna spp.) supplementation of growing sheep fed with a basal diet of napier grass (Pennisetum purpureum). Tropical and Subtropical Agroecosystems. 1(2-3): 107-111.

Crampton, E.W. dan L.E. Harris. 1969. Applied Animal Nutrition. 2nd Ed. San Fransisco (US):W.H. Freeman and Co.

(21)

Djajuli M. 1992. Perbandingan nilai gizi untuk empat macam hijauan pada ternak

domba. [Laporan Penelitian]. Bandung (ID):Universitas Padjadjaran. Eun JS, Beauchemin KA , Hong SH , and Bauer MW. 2006. Exogenous

enzymes added to untreated or ammoniated rice straw : Effect on in vitro fermentation characteristic and degradability. J. Anim. Sci.Tec h.131(1-2) : 86‐101.doi: http://dx.doi.org/10.1016/j.anifeedsci.2006.01.026 Hartadi. HS, Reksohadiprojo S dan Tillman. A. D. 1997. Tabel Komposisi Pakan

untuk Indonesia. Cetakan ke IV. Yogyakarta (ID):Gadjah Mada University Press.

Haryoto. 2002. Tempe Benguk. Yogyakarta (ID) : Kanisius.

Hatakka A. 2000. Biodegration of Lignin. University of Helsinki, Viikki Bio center, Department of Applied Chemistry dan Microbiology. Helsinki (FI):University of Helsinki.

Kasim. 2002. Performa domba lokal yang diberi ransum komplit berbahan baku jerami dan onggok yang mendapat perlakuan cairan rumen.[skripsi]. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor (ID).

Natarajan K, Narayanan N, and Ravichandran N .2012. “Mucuna”-The wonder plant. Int. J. Pharm. Sci.17(1):86-93

[NRC] National Research Council. 2000. Nutrient Requirement of Beef Cattle 6th revised edition. Washington DC (US):National Academy Pr.

Oematan JS. 2000. Pertumbuhan kompensasi Sapi Bali Jantan pada beberapa imbangan energi:protein ransum dan efeknya terhadap sifat-sifat karkas. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Pane, I., 1991. Produktivitas dan breeding Sapi Bali. Proceeding Seminar Nasional Sapi Bali. 2-3 September 1991;Ujung Pandang, Indonesia.Ujung Pandang (ID): Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. hlm 50-69. Parakkasi, A. 1995. Ilmu Nutrisi Dan Makanan Ruminansia. Jakarta (ID): UI Press. Pond, WG, Chruch DC, Pond KR.1995. Basic Animal Nutrition and Feeding. 4th

Ed. New York (US) :John Wiley and Sons Press.

Purwanti D. 2013. Performa sapi potong sebagai respon dari suplementasi probiotik padat dan cair [skripsi].Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Prawirokusumo S. 1990. Ilmu Usaha Tani.Yogyakarta (ID): BPFE.

Samedani B, Juraimi AS, Abdullah SAS, Rafii MY, Rahim AA, Anwar MP. 2014. Effect of cover crops on weed community and oil palm yeild. Int. J. Agric. Biol. 16 :23-31.

Sirait, J, Hutasoit R, Junjungan, Simanihuruk K. 2009. Pemanfaatan Mucuna bracteata untuk pakan kambing: produksi, nilai nutrisi, palatabilitas dan kecernaan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. 11 – 12 November; Bogor, Indonesia. Bogor (ID):Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 436 – 445.

(22)

Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika (Pendekatan Biometrik) Penerjemah B. Sumantri. Jakarta (ID):Gramedia Pustaka Utama

Subronto, Harahap IY. 2002. Penggunaan kacangan penutup tanah Mucuna bracteata pada pertanaman kelapa sawit. Warta PPKS. 10(1):1-6

Sutrisno CI, Sulistyanto, Widyati S, Nurwantoro, Mukodiningsih S, Surahmanto, Tristiarti. 2006. Peningkatan kualitas jerami sebagai pakan [Internet]. [Diunduh 14 September 2014]. Tersedia pada:http:// www.dikti.org / p3m / abstrakHB.

LAMPIRAN

Lampiran 1 ANOVA konsumsi bahan kering total SK

SK = sumber keragaman, db= derajat bebas, JK= jumlah kuadrat, KT= kuadrat tengah Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data; Sig = Signifikansi dengan taraf

kesala an se esa 5% α 0.05

Lampiran 2 Uji lanjut Duncan konsumsi bahan kering total Perl

Lampiran 3 ANOVA pertambahan bobot badan harian SK

(23)

2 3 0.58333

Lampiran 6 Uji lanjut Duncan efisiensi pakan Perlaku Bekasi. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Sukar Marbun dan Ibu Rima Haerima. Pendidikan yang telah ditempuh penulis yaitu SMP Negeri 7 Jambi pada tahun 2004 - 2007 dan SMA Negeri 1 Jambi pada tahun 2007 terakhir SMA Negeri 3 Medan tahun 2008 - 2010 Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor sebagai mahasiswa melalui jalur Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada tahun 2010 dan diterima di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan.

Selama mengikuti pendidikan sarjana, penulis aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Peternakan sebagai staff Public Relation pada tahun 2011-2012. Penulis pernah menjadi panitia acara Cowboy Show Time, Fapet Golden Week (FGW) 2012 sebagai tim acara, panitia Fapet Goes to Village 2012 sebagai manajer komunikasi, panitia Meet Cowboy 48 divisi acara, panitia I-SHARE 2013 serta tim exchange untuk Speak Up project International AIESEC.

(24)

Gambar

Tabel 3 bahwa pemanfaatan kara rawe dan kara benguk berpengaruh dalam
Tabel 4  Nilai Income Over Feed Cost

Referensi

Dokumen terkait

pada suplemen multinutrisi yang diberikan pada sapi Bali jantan selama penelitian memberikan keuntungan dan dapat digunakan dalam usaha peternakan sapi Bali.. Kata kunci:

Mucuna bracteata dalam pakan berbasis limbah perkebunan dapat memberikan pengaruh terhadap pertambahan bobot badan dan konsumsi pakan serta konversi pakan sapi peranakan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan pelepah dan daun kelapa sawit pada pakan sapi bali hanya berpengaruh sangat nyata terhadap konsumsi pakan namun untuk

Pada perlakuan tempe benguk pemberian pakan yang lebih baik juga dapat meningkatkan glukosa darah dibandingkan kontrol, namun kinerja L-dopa tidak muncul sehingga

JUDUL SKRIPSI : Pengaruh Biosuplemen Isi Rumen Sapi Bali pada Ransum Non Konvensional Terhadap Berat dan Komposisi Fisik Karkas Itik Bali Jantan NAMA MAHASISWA : I

Secara statistik perbandingan ukuran-ukuran tubuh Sapi Bali jantan dan betina pada setiap tingkatan umur diketahui bahwa untuk ukuran tinggi badan Sapi Bali umur pedet

Kadar air yang tidak berbeda nyata untuk tempe kara benguk biji utuh dari fermentasi 24 ke fermentasi 36 jam karena miselium pada tempe biji utuh tidak sekompak 2

Hasil pengujian akurasi jumlah data latih terhadap nilai K dan ukuran citra terbaik untuk sapi bali jantan dapat dilihat pada Tabel 10. Gambar 5 Grafik Perbandingan