SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN MANAJEMEN RANTAI
PASOK KARET ALAM DENGAN PENDEKATAN
SUSTAINABLE BALANCED SCORECARD
DI PT. X
WIBISONO ADHI
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul: Sistem Penunjang Keputusan Manajemen Rantai Pasok Karet Alam dengan Pendekatan Sustainable Balanced Scorecard di PT. X, adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2014
Wibisono Adhi
ABSTRAK
WIBISONO ADHI. Sistem Penunjang Keputusan Manajemen Rantai Pasok Karet Alam dengan Pendekatan Sustainable Balanced Scorecard di PT. X. Dibimbing oleh MARIMIN dan M ARIF DARMAWAN.
Sistem penunjang keputusan (SPK) dapat digunakan untuk melakukan evaluasi kinerja dan pengambilan keputusan di dalam manajemen rantai pasok dengan lebih efisien sehingga dapat meningkatan produktivitas dari agroindustri karet alam. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi rantai pasok karet alam serta merancang model pengambilan keputusan dan model pengukuran kinerja rantai pasok dengan menggunakan pendekatan sustainablebalanced scorecard dan selanjutnya menggunakan model tersebut untuk mengembangkan SPK. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan sistem. Dalam penelitian ini juga dilakukan analisis seven green waste untuk penggambaran green value stream map
(GVSM) yang menunjukan bahwa terdapat potensi penghematan air sebesar 1 877 364 liter dan energi sebesar 761 kWh perbulan dalam proses produksi ribbed
smoked sheet (RSS) di salah satu kebun karet milik PT. X. Hasil penilaian pakar pada model pemilihan strategi peningkatan mutu lateks dengan metode fuzzy AHP merekomendasikan adanya perbaikan perilaku sadap. Hasil penilaian pakar pada model pemilihan strategi peningkatan kinerja rantai pasok dengan metode analisis SWOT merekomendasikan strategi penekanan biaya produksi dengan melakukan berbagai efisiensi dan pengutamaan kualitas produk sebagai nilai saing utama dengan perusahaan lain. Pembobotan indikator kinerja utama (IKU) dengan metode
fuzzy AHP di dalam model pengukuran kinerja menunjukan bahwa perspektif pelanggan memiliki bobot kepentingan yang paling besar sebesar 0.318 sedangkan IKU dengan bobot yang paling besar adalah net profit margin yang dipicu oleh penurunan biaya operasional rantai pasok karet alam. Model-model ini diterjemahkan dalam pemodelan berorientasi obyek yang kemudian diimplementasikan dalam sebuah paket program komputer yang akan membantu pengguna SPK dalam menentukan keputusan dan melakukan pengukuran kinerja. Kata kunci: SustainableBalanced Scorecard, SPK, rantai pasok, karet alam, fuzzy
AHP, GVSM.
ABSTRACT
WIBISONO ADHI. Decision Support Systems for Natural Rubber Supply Chain Management with Sustainable Balanced Scorecard Approach in PT. X. Supervised by MARIMIN and M ARIF DARMAWAN.
develop a decision support system prototype. This study was conducted by using a systems approach. This study also analyzed seven green waste to describe the green value stream map (GVSM), the result shown that there is a potential savings of 1 877 364 liters of water and an energy of 761 kWh per month in the ribbed smoked sheet (RSS) production process in one of the gardens owned byPT. X. The results of expert judgment by using fuzzy AHP method in latex quality improvement strategy selection model shown that there are some needs of tapping behavior improvement. The results of expert judgment in supply chain performance improvement strategies selection model of by SWOT analysis method recommended cost reduction strategy by perform several production efficiency and using product quality as the key value to compete with other companies. Weighting of key performance indicators (KPI) with fuzzy AHP method in performance measurement model shown that the customer perspective has the greatest importance weight of 0.318 while the KPI with the greatest weight is net profit margin which is triggered by a decrease in operating costs of natural rubber supply chain. These models were translated into an object-oriented modeling and implemented in a package of computer programs that could assist users in decision making and performance measurement.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Teknologi Industri Pertanian
SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN MANAJEMEN RANTAI
PASOK KARET ALAM DENGAN PENDEKATAN
SUSTAINABLE BALANCED SCORECARD
DI PT. X
WIBISONO ADHI
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala karena atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah dengan judul “ Sistem Penunjang Keputusan Manajemen Rantai Pasok Karet Alam dengan Pendekatan
Sustainable Balanced Scoredcrad di PT. X” dapat diselesaikan dengan baik. Dalam menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini, penlis mendapatkan bantuan serta bimbingan dari banyak pihak. Maka dari itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, khususnya kepada:
1. Prof Dr Ir Marimin, MSc selaku dosen pembimbing pertama yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah.
2. M. Arif Darmawan, STP MT selaku dosen pembimbing kedua atas segala waktu yang diberikan dalam memberikan bimbingan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini.
3. Dr Andes Ismayana, STP MT selaku dosen penguji yang telah memberikan arahan dan masukan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini.
4. Prof Sudirman Yahya, Dr Ir sinung Hendratno, dan Dr Ir Dadi Maspanger selaku pakar yang telah memberikan bantuan kepada penulis saat melakukan penelitian.
5. Panti Yudilestari, STP, Budi Rein Wirawan, ST, Sinta Setyarini, STP, dan Bapak Imron Rosyadi sebagai pakar dari pihak PT. X yang telah memberikan bantuan kepada penulis saat melakukan penelitian.
6. Bapak Husein Syirod TS, Bapak Tri Wahyudi, Teguh Widodo STP, Pudjo Hari Prastowo, SE, dan Bapak Sukirno sebagai narasumber dalam pengumpulan data selama penelitian.
7. Kedua orang tua penulis Bapak Wargantono Adhi dan Ibu Winiati P Rahayu atas doa serta dukungan yang telah diberikan kepada penulis. Kepada Kakak dan Adik penulis Widanto P Adhi dan Wardianto Adhi yang memberikan semangat kepada penulis dalam penulisan karya ilmiah.
8. Keluarga besar TIN 47, yang senantiasa berbagi ilmu selama kegiatan perkuliahan di Fakultas Teknologi Pertanian.
Bogor, Oktober 2014
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Pertanyaan Penelitian 2
Tujuan Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 3
METODE 3
Kerangka Pemikiran 3
Tata Laksana Penelitian 3
Prosedur Penelitian 3
Pemodelan Sistem 5
Pengguna SPK 5
Konfigurasi Sistem 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 7
Mekanisme Rantai Pasok 7
Analisis Seven Green Waste 8
Hasil Analisis Sistem Berorientasi Obyek 8
Implementasi Perangkat Lunak Sistem Penunjang Keputusan 14
Subsistem Pemilihan Produk Prospektif 15
Subsistem Pemilihan Strategi peningkatan Mutu Lateks 15 Subsistem Pemilihan Strategi Peningkatan Kinerja Rantai Pasok 17
Subsistem Pengukuran Kinerja Rantai Pasok 20
Subsistem Informasi Karet Alam 23
Verifikasi dan Validasi Perangkat Lunak Sistem Penunjang Keputusan 24 Uji validitas Subsistem Pemilihan Produk Prospektif 25 Uji validitas Subsistem Pemilihan Strategi Peningkatan Kinerja
Rantai Pasok 25
Uji Validitas Subsistem Pengukuran Kinerja Rantai Pasok 25
Implikasi Manajerial 27
SIMPULAN DAN SARAN 29
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
Saran 29
DAFTAR PUSTAKA 29
LAMPIRAN 31
RIWAYAT HIDUP 50
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Diagram alir penelitian 4
Gambar 2 Konfigurasi sistem penunjang keputusan 5
Gambar 3 Current-state green value stream map 9
Gambar 4 Future-state green value stream map 10
Gambar 5 Diagram skenario kasus SPK 11
Gambar 6 Diagram aktivitas subsistem pemilihan produk prospektif 12 Gambar 7 Diagram aktivitas subsistem pengukuran kinerja rantai pasok 12
Gambar 8 Diagram status SPK 13
Gambar 9 Tampilan halaman splash screen 14
Gambar 10 Tampilan halaman Menu Utama 14
Gambar 11 Tampilan halaman Pemilihan Produk Prospektif 15 Gambar 12 Tampilan halaman muka Pemilihan Strategi Peningkatan
Mutu Lateks 16
Gambar 13 Hasil pembobotan strategi peningkatan mutu lateks dalam hierarki
fuzzy AHP 16
Gambar 14 Tampilan halaman Lihat Hasil Penilaian Pakar 17
Gambar 15 Tampilan halaman Penilaian Sendiri 17
Gambar 16 Tampilan halaman muka Pemilihan Strategi Peningkatan Kinerja
Rantai Pasok 18
Gambar 17 Tampilan halaman Analisis SWOT dengan Satu Orang Penilai 18
Gambar 18 Matrik SWOT 19
Gambar 19 Tampilan hasil penilaian pada bulan Juni 2014 19 Gambar 20 Peta strategi manajemen rantai pasok karet alam 21 Gambar 21 Hasil pembobotan IKU dalam hierarki fuzzy AHP 22 Gambar 22 Tampilan halaman Pengukuran Kinerja Rantai Pasok 23 Gambar 23 Fragmen tampilan halaman pada subsistem informasi karet alam
(halaman current-state dan future-state green value stream map) 24 Gambar 24 Hasil uji validitas model pemilihan produk prospektif 25 Gambar 25 Hasil uji validitas model pemilihan strategi peningkatan kinerja
rantai pasok 26
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Diagram alir pengembangan model pemilihan produk prospektif 31 Lampiran 2 Diagram alir pengembangan model pemilihan strategi peningkatan
mutu lateks 31
Lampiran 3 Diagram alir pengembangan model pemilihan strategi peningkatan
kinerja rantai pasok 32
Lampiran 4 Diagram alir pengembangan model pengukuran kinerja rantai
pasok 33
Lampiran 5 Pola aliran rantai pasokan karet alam PT. X 34 Lampiran 6 Uraian perhitungan penghematan pada future-state GVSM 34
Lampiran 7 Notasi pada diagram UML 39
Lampiran 8 Diagram aktivitas SPK AHAt. 01. 41
Lampiran 9 Diagram kelas SPK AHAt. 01. 43
Lampiran 10 Kebutuhan perangkat keras, perangkat lunak, serta prosedur
instalasi dan pengoperasian program AHAt. 01. 44 Lampiran 11 Tampilan alat batu hitung model pemilihan strategi peningkatan
mutu lateks 45
Lampiran 12 Rumus yang digunakan pada model pengukuran kinerja rantai
pasok 46
Lampiran 13 Tampilan halaman pada subsistem informasi karet alam 47
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Karet merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia. Pada tahun 2012 luas areal perkebunan karet Indonesia merupakan yang terluas di dunia, namun Indonesia memiliki rata-rata produktivitas karet alam yang masih rendah yaitu sekitar 40% dari potensi produksinya (Ditjenbun 2013). Di sisi lain permintaan akan karet alam terus meningkat karena didorong oleh pertumbuhan industri otomotif. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatan produktivitas perusahaan perkebunan karet alam adalah dengan memperbaiki manajemen rantai pasok. Kinerja rantai pasok yang optimal akan mendorong perusahaan untuk dapat terus berkembang (Vorst 2006).
Kompleksitas rantai pasok karet alam mulai dari penyadapan lateks hingga dihasilkan produk olahan karet memerlukan perhatian khusus agar target perusahaan dalam manajemen rantai pasok tercapai. Beberapa keputusan penting yang harus diambil dalam manajemen rantai pasok karet alam diantaranya adalah pemilihan produk prospektif, pemilihan strategi peningkatan mutu lateks, serta pemilihan strategi peningkatan kinerja rantai pasok. Pemilihan produk prospektif diperlukan untuk menentukan produk yang potensial berdasarkan beberapa kriteria tertentu. Pemilihan peningkatan mutu lateks menjadi penting untuk menghasilkan bahan olah yang berkualitas sehingga dapat digunakan untuk memproduksi produk olahan karet yang berkualitas. Pemilihan strategi peningkatan kinerja rantai pasok diperlukan untuk meningkatkan produktivitas di sepanjang rantai pasok karet alam. Dalam rangka memperbaiki kinerja rantai pasok dibutuhkan pengukuran kinerja rantai pasok sebagai kunci untuk dapat terus mengevaluasi dan memperbaiki kinerja rantai pasok (Marimin dan Maghfiroh 2010). Proses pengukuran kinerja rantai pasok dapat dilakukan secara tepat dan efisien dengan menggunakan sistem pengukuran kinerja rantai pasok.
Sistem pengukuran kinerja rantai pasok digunakan untuk menentukan parameter pengukuran yang harus selalu dimonitor untuk menciptakan kesesuaian antara strategi rantai pasok dan tujuan perusahaan (Pujawan 2005). Pengukuran kinerja rantai pasok diperlukan perusahaan untuk menentukan strategi baru atau mengambil tindakan koreksi sebelum masalah yang ada di sepanjang rantai pasok tersebut meluas. Sistem pengukuran kinerja rantai pasok holistik diperlukan untuk menghasilkan pengukuran yang baik (Gunasekaran et al. 2004). Salah satu pendekatan untuk menilai tingkat kinerja rantai pasok adalah dengan pendekatan metode SustainableBalanced Scorecard (SBSC).
BSC konvensional (Kaplan and Norton 2001). Melalui derivasi top-down, aspek lingkungan dan sosial yang relevan dan strategis dalam kerangka BSC dapat diidentifikasi dan secara otomatis terintegrasi di dalamnya serta memiliki hubungan sebab-akibat dan hirarkis yang berorientasi pada perspektif finansial dan konversi sukses dari strategi bisnis (Figge et al. 2002).
Pengambilan keputusan dan pengukuran kinerja di dalam manajemen rantai pasok membutuhkan beberapa tahapan proses serta analisis dari pakar yang ahli di bidang manajemen rantai pasok. Pengambilan keputusan dan pengukuran kinerja yang menggunakan hasil analisis dari pakar membutuhkan waktu yang relatif lama dan biaya yang cukup besar. Oleh karena itu diperlukan alternatif lain untuk membantu proses pengambilan keputusan dan mengevaluasi kinerja di dalam manajemen rantai pasok. Alternatif lain tersebut antara lain dapat berupa sistem penunjang keputusan (SPK). Sebuah SPK dimaksudkan untuk menjelaskan secara rinci elemen-elemen sistem sehingga dapat menunjang dalam proses pengambilan keputusan. Evaluasi dan pengambilan keputusan tersebut dapat dilakukan dengan lebih efisien karena lebih cepat, hemat biaya, dan lebih praktis.
Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang teridentifikasi, muncul beberapa pertanyaan yang perlu dijawab agar dapat menyelesaikan permasalahan yang ada. Beberapa pertanyaan tersebut antara lain:
1. Bagaimana mekanisme rantai pasok karet alam di PT. X?
2. Bagaimana bentuk model pengambilan keputusan dalam manajemen rantai pasok yang perlu dibuat untuk membantu proses pengambilan keputusan? 3. Bagaimana bentuk model pengukuran kinerja rantai pasok yang perlu dibuat
dengan menggunakan pendekatan SBSC?
4. Bagaimana model pengambilan keputusan dan model pengukuran kinerja rantai pasok digunakan dalam pengembangan SPK?
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi mekanisme rantai pasok dan membuat green value stream map panen dan pascapanen dalam proses produksi untuk produk olahan karet alam ribbed smoked sheet (RSS)di PT. X.
2. Merancang model pengambilan keputusan (model pemilihan produk prospektif, model pemilihan strategi peningkatan mutu lateks, dan model pemilihan strategi peningkatan kinerja rantai pasok karet alam) dan model pengukuran kinerja rantai pasok karet alam dengan menggunakan pendekatan SBSC.
Ruang Lingkup Penelitian
Fokus penelitian adalah pengembangan SPK manajemen rantai pasok karet alam untuk PT. X yang merupakan perusahaan perkebunan milik negara. Cakupan rantai pasok dalam penelitan ini diawali pada proses pembibitan tanaman karet dan diakhiri pada proses pengiriman produk hingga gudang penyimpanan. Pengembangan SPK dilakukan berdasarkan analisis seven green wastes pada proses budidaya dan pengolahan produk di dalam salah satu kebun karet milik PT. X, model pengukuran kinerja rantai pasok dengan pendekatan SBSC, dan tiga model pengambilan keputusan sesuai dengan tujuan penelitian. Penelitian dibatasi pada produk RSS yang di produksi oleh PT. X hingga bulan Juni 2014.
METODE
Kerangka Pemikiran
Proses pembuatan sistem pengambilan keputusan ini dimulai dengan pengumpulan data. Selanjutnya dilakukan identifikasi dan pemodelan sistem. Untuk menunjang proses pengambilan keputusan dalam manajemen rantai pasok karet alam, sistem ini dilengkapi dengan empat model utama yakni model pemilihan produk prospektif, model pemilihan strategi peningkatan mutu lateks, model pemilihan strategi peningkatan kinerja rantai pasok, dan model pengukuran kinerja rantai pasok. Model pemilihan produk prospektif menggunakan metode perbandingan eksponensial (MPE). Model pemilihan strategi peningkatan mutu lateks mengunakan metode fuzzy Analytical Hierarchy Process (fuzzy AHP). Model pengukuran kinerja rantai pasok dibuat dengan pendekatan SBSC yang kemudian dilakukan pembobotan dengan menggunakan metode fuzzy AHP. Model pemilihan strategi peningkatan kinerja rantai pasok dikembangkan dengan analisis SWOT. Sistem ini juga dilengkapi dengan informasi Green Value Stream Map (GVSM) untuk proses produksi RSS dan informasi mekanisme rantai pasok karet alam. Informasi tersebut juga dapat dimanfaatkan untuk mendukung pengambilan keputusan di dalam manajemen rantai pasok.
Tahapan pengembangan sistem dilakukan dengan metode pengembangan sistem berorientasi obyek berbasis Unified Modelling Language (UML) (Kendall dan Kendall 2003) yang terdiri dari tiga fase, yaitu fase identifikasi masalah, fase analisis sistem dan fase perancangan atau desain sistem. Selanjutnya dilanjutkan dengan verifikasi dan validasi sistem. Diagram alir penelitian disajikan pada Gambar 1.
Tata Laksana Penelitian Prosedur Penelitian
ini diikuti dengan formulasi permasalahan dan identifikasi sistem. Tahap kedua adalah tahap pemodelan sistem yang dilakukan bersama dengan pakar. Kegiatan diskusi kelompok dan wawancara pakar dilakukan di kantor direksi PT. X; Institut Pertanian Bogor; dan Pusat Penelitian Karet di Bogor. Tahap pemodelan selanjutnya adalah pengembangan sistem berorientasi obyek yang dilakukan dengan menggunakan Power Designer 16.5. Tahap ketiga adalah implementasi model-model tersebut dalam SPK. Pembuatan paket program menggunakan bahasa pemrograman Java menggunakan IDE Netbeans versi 7.0.1. Pelaksanaan penelitian dilakukan mulai bulan April sampai dengan bulan Agustus tahun 2014.
Gambar 1 Diagram alir penelitian Mulai
Pengumpulan Data
Identifikasi Rantai Pasok dan Analisis Seven Green Wastes
Identifikasi Sistem
Pemodelan Sistem Pengguna SPK
Sistem penunjang keputusan ini dibuat untuk membantu direktur atau kepala bagian PT. X dalam proses pengambilan keputusan strategis di dalam manajemen rantai pasok. Sistem ini mengintegrasikan pendapat pakar dan formulasi matematika sehingga proses pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan terstuktur, cepat, dan hemat sumber daya.
Konfigurasi Sistem
Sistem penunjang keputusan yang dirancang terdiri dari beberapa bagian utama yaitu: sistem pengolahan terpusat, sistem manajemen basis data (SMBD), sistem manajemen basis model (SMBM), dan sistem manajemen dialog. Sistem penunjang keputusan ini mengkomputasikan model pengambilan keputusan dan pengukuran kinerja sehingga berfungsi sebagai penunjang dalam proses pengambilan keputusan. Dalam hal ini, SMBM memberikan fasilitas pengelolaan model untuk perhitungan dalam proses pengambilan keputusan dan pengukuran kinerja. Hasil integrasi dari pendapat pakar dan formulasi matematika menjadi komponen utama dari sistem ini. Konfigurasi SPK dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Konfigurasi sistem penunjang keputusan Pengguna
Sistem Manajemen Dialog
Sistem Pengolahan Terpusat Sistem Manajemen
Basis Data Data Mekanisme Rantai Pasok
Karet Alam
Data Produk Prospektif dan Atributnya
Data Strategi Peningkatan Mutu Lateks dan Atributnya
Data GVSM
Data IKUdan Atributnya
Data Strategi Peningkatan Kinerja Rantai Pasok dan
Model Pemilihan Produk Prospektif
Model pemilihan produk prospektif dirancang untuk menentukan produk olahan karet alam yang prospektif di pasaran dengan menggunakan metode perbandingan eksponensial (MPE). Pada model ini analisis diawali dengan penentuan alternatif dan kriteria prioritas produksi. Selanjutnya dilakukan pembobotan terhadap kriteria-kriteria tersebut. Pemilihan alternatif dan kriteria serta pembobotan dilakukan dengan melibatkan pakar. Diagram alir pengembangan model pemilihan produk prospektif dapat dilihat pada Lampiran 1.
Model Pemilihan Strategi Peningkatan Mutu Lateks
Model ini dirancang untuk menentukan strategi terbaik dalam meningkatkan mutu lateks yang dihasilkan perusahaan. Model ini menggunakan metode fuzzy
AHP. Penyusunan hierarki dan pembobotan dilakukan bersama pakar dari pihak perusahaan, akademisi, dan peneliti di bidang karet. Model ini menghasilkan urutan prioritas alternatif strategi. Diagram alir pengembangan model pemilihan strategi peningkatan mutu lateks dapat dilihat pada Lampiran 2.
Model Pemilihan Strategi Peningkatan Kinerja Rantai Pasok
Model ini dirancang untuk menentukan strategi terbaik dalam meningkatkan kinerja rantai pasok berdasarkan analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (analisis SWOT) pada perusahaan dalam mengelola manajemen rantai pasok karet alam. Analisis diawali dengan identifikasi faktor-faktor internal dan ekternal yang dimiliki oleh perusahaan. Faktor internal terdiri dari kekuatan dan kelemahan sedangkan faktor eksternal terdiri dari peluang dan ancaman. Berdasarkan faktor-faktor yang telah diidentifikasi dibuat sebuah matrik SWOT yang berisi alternatif strategi peningkatan kinerja rantai pasok.
Semua faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman telah memiliki bobot berdasarkan tingkat kepentingannya. Bobot ini diperoleh dari wawancara pakar dan tidak dapat diubah oleh pengguna. Pengguna perlu memberikan penilaian dalam bentuk rating untuk semua faktor. Rating yang diberikan pengguna kemudian diubah menjadi skor dengan cara mengalikan bobot dengan rating. Nilai evaluasi faktor internal (EFI) didapatkan dengan cara mengurangi total skor kekuatan dengan total skor kelemahan, sedangkan nilai evaluasi faktor eksternal (EFE) didapatkan dengan cara mengurangi total skor peluang dengan total skor ancaman. Nilai EFI dan EFE menunjukan posisi perusahaan di dalam diagram SWOT. Selain informasi mengenai posisi perusahaan keluaran dari model ini adalah rekomendasi strategi peningkatan kinerja rantai pasok. Rekomendasi yang diberikan merupakan rekomendasi yang sesuai dengan posisi perusahaan hasil analisis. Diagram alir pengembangan model pemilihan strategi peningkatan kinerja rantai pasok karet alam dapat dilihat pada Lampiran 3.
Model Pengukuran Kinerja Rantai Pasok
Model ini dirancang untuk membantu pengguna dalam mengevaluasi kinerja dan memberikan rekomendasi terhadap proses yang berlangsung dalam manajemen rantai pasok. Model ini dibuat dengat pendekatan sustainable balanced scorecard
(SBSC). Dengan konsep ini diharapkan kinerja perusahaan membaik dalam tiga dimensi keberlanjutan yakni dimensi ekonomi, dimensi sosial, dan dimensi lingkungan secara bersamaan (Figge et al. 2002).
Peta strategi terdiri dari empat perspektif utama SBSC. Setelah perumusan peta strategi selesai selanjutnya ditentukan indikator kinerja utama (IKU) dan dilakukan pembobotan dengan menggunakan metode fuzzy AHP. Pembobotan ini juga dilakukan oleh pakar. Diagram alir pengembangan model pengukuran kinerja rantai pasok dapat dilihat pada Lampiran 4.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Mekanisme Rantai Pasok
Rantai pasokan karet alam di PT. X berawal dari kegiatan persemaian tanaman karet dan berakhir sampai dengan penyerahan produk kepada pihak gudang (PT. Y). Selanjutnya perusahaan penyedia layanan pengiriman barang yang telah ditunjuk oleh konsumen mengirimkan produk karet alam ke berbagai negara di dunia. Komunikasi dengan pihak konsumen dilakukan oleh bagian pemasaran PT. X. Sistem pemasaran produk karet alam di PT. X menggunakan sistem
pelelangan bersama yang diikuti oleh 14 perusahaan perkebunan BUMN se-Indonesia yang dilakukan di PT. Z. Aliran finansial dalam rantai pasok ini
berawal dari hasil transaksi antara PT. X dengan konsumen. Aliran finansial ini digunakan perusahaan untuk kegiatan produksi selanjutnya. Komisi untuk PT. Z adalah sebesar 2.5% dari setiap nilai transaksi. Sedangkan pembayaran dengan PT. Y dilakukan dengan sistem kontrak. Risiko operasional yang ada dalam rantai pasok ini antara lain keadaan cuaca, munculnya penyakit tanaman karet dan serangan binatang, serta kesalahan dari sumber daya manusia. Risiko kebijakan ekternal umumnya berasal dari kebijakan pemerintah sebagai penentu kebijakan negara. Pola aliran rantai pasokan karet alam disajikan pada Lampiran 5.
Analisis Seven Green Waste
Berdasarkan hasil analisis seven green waste pada kelompok kegiatan budidaya diketahui bahwa penggunaan energi sebesar 947.3 kWh. Total air yang dibutuhkan sebesar 945 000 liter perbulan. Total penggunaan material adalah sebesar 240 411 Kg. Total jarak yang ditempuh adalah 35 293 Km perbulan. Emisi yang dihasilkan berasal dari hasil konversi penggunaan solar dan bensin sebesar 13 498 CO2 per bulan. Sedangkan total luas areal biodiversitas yang digunakan
mencapai 1 627 Ha. Hasil analisis seven green waste pada kelompok pengolahan RSS menunjukan bahwa untuk memproduksi RSS sebesar rata-rata 120 ton/bulan atau 4 ton/hari, untuk satu bulannya dibutuhkan energi berupa listrik sebesar 157 365 kWh, air sebanyak 3 659 m3, material sebanyak 458 706 Kg, sampah sisa hasil produksi sebesar 5 907 Kg, transportasi yang ditempuh sejauh 90.3 Km, emisi yang ditimbulkan sebesar 2 337 Kg CO2, dan biodiversity yang dikorbankan seluas
1.26 ha.
Pada current-state green value streammap penggunaan energi total untuk kegiatan produksi selama satu bulan adalah sebesar 4 697 kWh. Total air yang diperlukan sebesar 4 604 616 liter, material sebanyak 699 118 Kg, dan sampah
sebesar 9 429 Kg. Adapun total transportasi yang ditempuh adalah sejauh 37 203 Km. Emisi yang dihasilkan sebesar 21 040 Kg CO2 dan biodiversitas yang
dikorbankan seluas 1 628 ha. Angka-angka ini merupakan total dari seven green waste yang dihasilkan di kebun maupun di pabrik selama satu bulan. Current-state
green value streammap memberikan gambaran peluang untuk melakukan efisiensi
dari seven green waste. Setelah analisis dilakukan didapatkan beberapa solusi efisiensi dari seven green waste dalam proses produksi RSS. Terdapat peluang penghematan sumberdaya air yang besar dengan memperbaiki sarana produksi khususnya pada stasiun pemanenan dan pengumpulan di kebun dan stasiun pengolahan dan penggilingan di pusat pengolahan RSS. Penghematan energi listrik juga dapat dilakukan dengan mengganti lampu dengan lampu hemat energi. Current-state green value stream map disajikan pada Gambar 3. Hasil efisiensi dapat dilihat pada future-state green value stream map pada Gambar 4. Uraian perhitungan penghematan pada future-stategreen value streammap disajikan pada Lampiran 6.
Hasil Analisis Sistem Berorientasi Obyek
Analisis sistem berorietasi obyek dengan UML digunakan untuk menggambarkan rancangan SPK yang dikembangkan. Empat macam diagram UML yang digunakan antara lain diagram skenario kasus, diagram aktivitas, diagram kelas dan diagram kasus. Notasi yang digunakan dalam diagram UML dapat dilihat pada Lampiran 7.
Diagram Skenario Kasus
9 Gambar 3 Current-state green value stream map
O
SUPPLIER ADMIN & SUPPORT CUSTOMER
PT. X rata-rata 460 000 L/bulan
Energi : 4 697 kWh
Air : 4 604 616 Liter
Material : 699 118 Kg
Sampah : 9 429 Kg
Transportasi : 37 203 Km
Emisi : 21 040 Kg CO2
Biodiversity : 1 628 ha
Energi :
Pengumpulan Pengiriman Penerimaan
Bahan Baku
Pengolahan Pengilingan Pengasapan Sortasi dan
Pengepakan
Pengiriman
Gambar 4 Future-state green value stream map
SUPPLIER ADMIN & SUPPORT CUSTOMER
Energi : 760.37 kwh Prakiraan Produksi 120 Ton/bulan rata-rata 460 000 L/bulan
Energi : 3 936 kWh + 326.43 kWh
Air : 2 727 252 liter
Material : 699 118 Kg
Sampah : 5 109 Kg
Transportasi : 32 892 Km
Emisi : 21 040 Kg CO2
Biodiversity : 1 628 ha
Energi :
Pengumpulan Pengiriman Penerimaan Bahan Baku
Pengolahan Penggilingan
Pengasapan Sortasi dan
Gambar 5 Diagram skenario kasus SPK Diagram Aktivitas
Diagram aktivitas digunakan untuk menggambarkan rangkaian aliran dari aktivitas di dalam suatu sistem (Yasin 2012). Obyek yang ada dalam diagram ini antara lain adalah titik mulai, aktivitas, swimline pelaku, aliran aktivitas, titik keputusan, sinkronisasi dan titik selesai. Dalam pengembangan SPK ini diagram aktivitas dibuat untuk masing-masing subsistem diantaranya subsistem pemilihan produk prospektif, subsistem pemilihan strategi peningkatan kualitas lateks, subsistem pemilihan strategi peningkatan kinerja rantai pasok, subsistem pengukuran kinerja rantai pasok, dan subsistem pusat informasi. Gambar 6 dan 7 merupakan diagram aktivitas subsistem pemilihan produk prospektif dan diagram aktivitas subsistem pengukuran kinerja rantai pasok. Diagram aktivitas untuk subsistem yang lain disajikan pada Lampiran 8.
Diagram Kelas
Diagram kelas berfungsi untuk menjelaskan tipe dari obyek sistem dan hubungannya dengan obyek lainnya. Obyek di dalam sistem ini antara lain kelas lembar kerja pemilihan produk, kelas lembar kerja penilaian kinerja rantai pasok, kelas lembar kerja penilian analisis SWOT, kelas lembar rekomendasi kinerja SCM, kelas lembar pilihan strategi peningkatan kinerja SCM, kelas lembar penilaian pakar peningkatan mutu lateks, kelas beri penilaian peningkatan mutu lateks, dan kelas pusat informasi. Diagram kelas SPK dapat dilihat pada Lampiran 9.
Sistem
Pengambil Keputusan dalam SCM Karet Alam.
Pakar
Aplikasi Identifikasi Mekanisme Rantai Pasok
Karet Alam.
Identifikasi Peta Aliran Nilai Hijau Panen dan Pasca Panen. Identifikasi Key Performence Indicator dalam
SPK.
Penyediaan Sistem Manajemen basis Model pemilihan Produk Prospektif.
Penyediaan Sistem Manajemen basis Model Pemilihan Strategi Peningkatan Mutu lateks.
Penyediaan Sistem Manajemen basis Model Pemilihan Strategi Peningkatan Kinerja Rantai
Pasok. Penyediaan Sistem Manajemen basis Model
Pengukuran Kinerja Rantai Pasok. Hasil dan Rekomendasi Pengukuran
Kinerja Rantai Pasok.
Penyediaan Informasi untuk Menunjang Pengambilan Keputusan dalam SCM. pemberian skor kinerja kunci.
Pemberian Skor faktor Internal dan Eksternal2 Pemilihan Strategi Peningkatan Kinerja
Rantai Pasok.
Pemberian Skor untuk tiap Alternatif. Pemilihan Produk Prospektif.
Pemberian Skor untuk Tiap Alternatif Strateg.
Pemilihan Strategi Peningkatan Mutu Lateks Pembobotan Faktor Internal dan
Ekstrenal
Pembobotan Tiap Kriteria Produk
Diagram Status
Diagram status menggambarkan analisis tahapan-tahapan dan skenario yang dilakukan sistem terhadap aktivitas-aktivitas yang dilakukan pengguna terhadap sistem. Diagram ini fokus pada transisi dari satu tahap ke tahap lain pada sistem. Diagram status untuk sistem ini dimulai dengan status pilih menu utama. Diagram status dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 6 Diagram aktivitas subsistem pemilihan produk prospektif
13 Gambar 8 Diagram status SPK
Pilihan menu
do / open
Produk prospektif
do / open Strategi peningkatan mutu lateks
do / open
entry / Skor alternatif produk
Hasil kalkulasi
[Pilih strategi peningkatan mutu lateks]
[Pilih Pengukuran kinerja SCM]
[Pilih lihat hasil penilaian pakar] [pilih beri
penilaian] [Masuk Subsistem 3]
[Keluar subsistem]
[submit skor alternatif] [Submit penilaian]
[Masuk subsistem 4]
Lembar kerja Penilaian analisis SWOT
entry / rating tiap faktor
Hasil Penilaian SWOT
do / view
Implementasi Perangkat Lunak Sistem Penunjang Keputusan
Dalam proses implementasi SPK dirancang dalam sebuah paket program komputer yang diberi nama AHAt. 01. Program ini merupakan desain antarmuka sebagai suatu manajemen dialog antara sistem dengan pengguna. Kebutuhan fungsional untuk menjalankan SPK ini meliputi kebutuhan perangkat keras, perangkat lunak, serta kebutuhan tenaga. Kemampuan dasar yang harus dimiliki tenaga pengguna adalah kemampuan mengoperasikan sistem secara baik serta memiliki pemahaman mengenai pengoperasian komputer secara umum. Kebutuhan perangkat keras, perangkat lunak, serta prosedur instalasi dan pengoperasian program AHAt. 01 disajikan pada Lampiran 10.
Ketika program AHAt. 01 dijalankan, program akan memasuki halaman splash screen sebagai sarana persiapan sistem dan dilanjutkan dengan halaman Profil sebagai pengantar sebelum memasuki halaman Menu Utama. Pada halaman Menu Utama tersedia beberapa pilihan subsistem yang dapat diakses oleh pengguna antara lain pemilihan produk prospektif, pemilihan strategi peningkatan mutu lateks, pemilihan strategi peningkatan kinerja rantai pasok, pengukuran kinerja rantai pasok, dan informasi karet alam. Halaman splash screen dan halaman Menu Utama dapat diihat pada Gambar 9 dan 10.
Gambar 9 Tampilan halaman splash screen
Subsistem Pemilihan Produk Prospektif
Subsistem ini berisi model pemilihan produk prospektif. Pengguna harus memberikan penilaian untuk masing-masing alternatif produk berdasarkan kesesuaiannya terhadap masing-masing kriteria untuk menggunakan model ini. Skala yang digunakan adalah 1-5. Angka 1 diberikan jika alternatif tersebut memiliki penilaian yang sangat rendah terhadap kriteria dan angka 5 diberikan jika alternatif tersebut memiliki penilaian yang sangat tinggi terhadap kriteria. Setiap kriteria telah memiliki bobot berdsarkan tingkat kepentingannya. Bobot ini diperoleh dari wawancara pakar dan tidak dapat diubah oleh pengguna. Penilaian ini dapat diberikan oleh satu hingga empat orang. Alternatif, kriteria, dan bobot kriteria dapat dilihat pada tampilan halaman Pemilihan Produk Prospektif dalam Gambar 11.
Gambar 11 Tampilan halaman Pemilihan Produk Prospektif Subsistem Pemilihan Strategi peningkatan Mutu Lateks
Subsistem ini berisi model pemilihan strategi peningkatan mutu lateks. Halaman muka subsistem ini akan memberikan pilihan kepada pengguna untuk melihat hasil penilaian pakar atau memberikan penilaian sendiri terhadap hierarki yang sudah ada. Tampilan halaman muka subsistem ini dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12 Tampilan halaman muka Pemilihan Strategi Peningkatan Mutu Lateks Untuk melakukan pembobotan sendiri pengguna harus mengunduh file yang berisi kuesioner dan alat bantu hitung dalam bentuk file Excel pada link unduh yang telah disediakan. Pembobotan dapat dilakukan oleh satu hingga empat orang. Tampilan halaman Penilaian Sendiri dapat dilihat pada Gambar 15. Tampilan alat bantu hitung dapat dilihat pada Lampiran 11. Dalam perhitungan bobot, baik untuk penilaian pakar maupun penilaian sendiri, digunakan nilai α sebesar 0.5 yang menunjukan para pakar memiliki tingkat kepercayaan rata-rata pada saat penilaian dan indeks optimisme (ω) sebesar 0.5 yang menunjukan bahwa penilaian yang diberikan tidak terlalu optimis dan tidak terlalu pesimis.
Gambar 13 Hasil pembobotan strategi peningkatan mutu lateks dalam hierarki
Gambar 14 Tampilan halaman Lihat Hasil Penilaian Pakar
Gambar 15 Tampilan halaman Penilaian Sendiri Subsistem Pemilihan Strategi Peningkatan Kinerja Rantai Pasok
Subsistem ini berisi model pemilihan strategi peningkatan kinerja rantai pasok. Halaman muka subsistem ini memberikan pilihan kepada pengguna untuk memberikan penilaian terhadap faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman atau melihat hasil penilaian yang diberikan oleh pihak perusahaan pada bulan Juni 2014. Halaman muka subsistem ini dapat dilihat pada Gambar 16.
Gambar 16 Tampilan halaman muka Pemilihan Strategi Peningkatan Kinerja Rantai Pasok
Berdasarkan penilaian yang diberikan oleh pihak perusahaan pada bulan Juni 2014, PT. X berada pada kuadran II dengan nilai EFI sebesar 1.392 dan nilai EFE sebesar -0.018. Strategi yang tepat untuk posisi ini adalah strategi yang bersifat diversifikasi. Terdapat dua strategi yang direkomendasikan oleh sistem yakni menekan biaya produksi dengan melakukan berbagai efisiensi dan mengutamakan kualitas produk sebagai nilai saing utama dengan perusahaan lain. Strategi tersebut diambil dari matrik SWOT yang dapat dilihat pada Gambar 18. Tampilan halaman Hasil Penilaian Juni 2014 disajikan pada Gambar 19.
Internal
Eksternal
KEKUATAN (S)
1.Nilai rasio laba/pendapatan yang tinggi
2.Tersedianyaa dana untuk investasi 3.Kepercayaan pelanggan/loyalitas
pelanggan
4.Sarana dan prasarana produksi yang baik
5.Kualitas produk yang baik 6.Kinerja karyawan yang baik
KELEMAHAN (W) 1.Jumlah lahan yang terbatas 2.Penanganan bahan yang belum
optimal
3.Teknologi pengolahan belum berkembang
4.Pelatihan karyawan yang masih sedikit
5.Tidak tersedianya pusat pengolahan produk SIR
PELUANG (O) 1. Lahan kosong yang
dapat dimanfaatkan
1.Pemanfaatan lahan kosong untuk peluang budaya tanaman kayu-kayuan. (S2&O1)
2.Melakukan kegiatan produksi dengan mengutamakan kualitas.
(S3,4,5,6&O2,3)
3.Mengusahakan terjadinya perluasan pasar, baik dengan melakukan promosi ataupun kerjasama dengan perusahaaan lain. (S3,5&O2)
4.Membuat pusat pengolahan SIR. (S1,2&O4)
WO
1.Membuat program pelatihan terkait kegiatan produksi budidaya dan pengolahan karet lebih ditingkatkan. (W2,4&O3)
3.Fokus pada menjaga kualitas lateks. (W1,2,5&O3)
ANCAMAN (T) 1. Harga produk olahan
karet yang fluktuatif 2. Rendahnya biaya
produksi di negara lain
3. Daya tawar pekerja yang meningkat
ST
1.Mengutamakan kualitas produk sebagai nilai saing utama dengan perusahaan lain. (S5&T2)
2.Menekan biaya produksi dengan melakukan berbagi efisiensi. (S2,6&T1,3)
WT
1. Pembinaan yang lebih baik kepada karyawan sehingga kualitas bahan yang dihasilkan baik. (W2,4,5&T2)
2. Penerapan TQM (W1-5&T1,2)
Gambar 18 Matrik SWOT
Subsistem Pengukuran Kinerja Rantai Pasok
Subsistem ini berisi model pengukuran kinerja rantai pasok. Di dalam peta strategi yang disusun perspektif yang berada di paling bawah adalah perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. Perspektif ini berisi tiga hal yang menjadi sasaran strategis perusahaan diantaranya keselamatan karyawan, kepuasan karyawan dan peningkatan kapasitas karyawan.
Di atas perspektif pertumbuhan dan pembelajaran terdapat perspektif proses internal. Di dalam perspektif ini terdapat lima sasaran strategis dimana dua diantaranya merupakan sasaran strategis yang mengacu pada aspek lingkungan. Sasaran strategis yang digunakan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pemeliharaan lingkungan sekaligus sebagai upaya efisiensi adalah sasaran strategis efisiensi energi, air, bahan baku, dan modal kerja untuk produksi dan sasaran strategis proses produksi yang lebih ramah lingkungan. Efisiensi sumber daya dipicu dengan peningkatan kualitas produksi dengan menjaga kualitas mesin dan tata cara kerja karyawan. Sedangkan proses produksi yang lebih ramah lingkungan dipicu dengan peningkatan kualitas penanganan limbah cair. Sasaran strategis yang lain di dalam perspektif ini antara lain terpenuhinya pasokan bahan baku karet alam dan optimalisasi performa pengiriman produk. Keempat sasaran strategis tersebut secara langsung akan mendukung tercapainya sasaran strategis kelima yakni peningkatan produktivitas dalam proses produksi.
Perspektif yang ketiga adalah perspektif pelanggan, sedangkan perspektif yang berada di pucak adalah perspektif finansial. Perspektif pelanggan berisi empat sasaran strategis. Sasaran strategis yang pertama adalah meningkatkan kepuasan pelanggan yang dipicu dengan mengoptimalkan pelayanan kepada pelanggan dan mitra. Kedua, menciptakan citra perusahaan yang ramah lingkungan yang dipicu dengan memperbaiki sistem manajemen lingkungan untuk sertifikasi yang lebih baik. Sasaran strategis ini termasuk perspektif yang mendukung perbaikan kinerja dalam dimensi lingkungan. Sasaran strategis ketiga adalah hubungan masyarakat yang baik disepanjang rantai pasok yang dipicu dengan mewujudkan kontribusi sosial kepada masyarakat sekitar di sepanjang rantai pasok. Sasaran strategis ini merupakan bentuk upaya dalam memperbaiki kinerja dalam dimensi sosial. Sasaran strategis di dalam perspektif pelanggan yang terakhir adalah pertumbuhan pangsa pasar yang dipicu dengan peningkatan pertumbuhan penjualan dengan mengupayakan pengembangan pasar.
Perspektif finansial terdiri dari dua sasaran strategis yakni penurunan biaya operasional rantai pasok dan peningkatan laba bersih. Penurunan biaya operasional dipicu dengan penurunan biaya rantai pasok sedangkan peningkatan laba bersih dipicu dengan peningkatan kuantum penjualan serta minimalisasi biaya produksi. Peta strategi manajemen rantai pasok perusahaan dapat dilihat pada Gambar 20.
Pembobotan dilakukan dengan metode fuzzy AHP. Berdasarkan penilaian pakar, hasil pembobotan dengan metode fuzzy AHP menunjukan bahwa perspektif pelanggan memiliki bobot kepentingan yang paling besar sebesar 0.318, diikuti oleh perspektif finansial sebesar 0.270, persektif pembelajaran dan pertumbuhan sebesar 0.228, dan perspektif proses internal sebesar 0.184 sedangkan IKU dengan bobot yang paling besar adalah net profit margin yang dipicu oleh penurunan biaya operasional rantai pasok karet alam. Hasil pembobotan IKU dalam hierarki fuzy
Gambar 20 Peta strategi manajemen rantai pasok karet alam
Model ini dirancang untuk digunakan pada tahun 2014 hingga tahun 2020. Dalam model ini pengguna perlu memasukan nilai realisasi di dalam kolom realisasi untuk masing-masing IKU sesuai dengan capaian perusahaan pada tahun pengukuran. Terdapat enam belas IKU untuk seluruh perspektif. Setelah mengisi seluruh kolom realisasi pengguna harus memilih tombol proses sesuai tahun pengukuran. Terdapat tujuh tombol proses yang dapat dipilih, masing-masing memproses perhitungan evaluasi kinerja rantai pasok berdasarkan target pada tahun pengukuran. Informasi yang tersedia untuk mendukung proses pengukuran kinerja rantai pasok antara lain sasaran strategis, indikator kinerja utama (IKU) pemicu, kode IKU, IKU hasil, bobot IKU, definisi operasional IKU, standar IKU, baseline
Gambar 22 Tampilan halaman Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Subsistem Informasi Karet Alam
Subsistem informasi karet alam berisi tiga informasi antara lain mengenai mekanisme rantai pasok RSS di dalam PT. X, green value stream map RSS, dan informasi mengenai pembobotan dan perumusan IKU yang digunakan dalam pengukuran kinerja rantai pasok. Di dalam halaman Informasi Mekanisme Rantai Pasok RSS terdapat pola aliran rantai pasokan RSS yang menjelaskan aliran barang, aliran informasi, dan aliran finansial di sepanjang rantai pasok RSS PT. X. Di dalam halaman Informasi Green Value Stream Map RSS terdapat hasil analisis seven green waste pada proses produksi RSS. Informasi ini diberikan dalam bentuk current-state green value stream map dan future-state green value stream map.
Gambar 23 Fragmen tampilan halaman pada subsistem informasi karet alam (halaman current-state dan future-state green value stream map)
Verifikasi dan Validasi Perangkat Lunak Sistem Penunjang Keputusan Tahapan verifikasi dilakukan untuk mengetahui kelayakan sistem, sedangkan validasi dilakukan untuk mengetahui keakuratan sistem dibandingkan dengan dunia nyata. Proses verifikasi sistem dilakukan dengan membandingkan sistem dengan hasil analisis kebutuhan (Lampiran 14). Di dalam sistem ini seluruh kebutuhan aktor telah diakomodasi dengan tiga model pengambilan keputusan, satu model pengukuran kinerja dan beberapa informasi di dalam subsistem Informasi Karet Alam.
Proses validasi dilakukan dengan metode blackbox testing. Blackbox testing
Uji validitas Subsistem Pemilihan Produk Prospektif
Uji validitas dilakukan terhadap keempat pilihan penilaian yakni untuk penilaian satu orang, dua orang, tiga orang, dan empat orang. Komponen yang diuji validasinya adalah total skor dan peringkat yang dihasilkan oleh sistem. Perhitungan total skor dan peringkat menunjukan hasil yang akurat sehingga subsistem ini dinyatakan lulus uji validitas. Nilai yang dimasukkan oleh pengguna dan hasil keluarannya untuk penilaian satu orang ditunjukan pada Gambar 17.
Gambar 24 Hasil uji validitas model pemilihan produk prospektif
Uji validitas Subsistem Pemilihan Strategi Peningkatan Kinerja Rantai Pasok Uji validitas dilakukan terhadap keempat pilihan penilaian yakni untuk penilaian satu orang, dua orang, tiga orang, dan empat orang. Uji validitas untuk tiga orang penilai dilakukan dengan menggunakan data aktual yang diberikan oleh tiga orang penilai dari PT. X. Komponen yang diuji kesesuaiannya antara lain nilai total skor kekuatan - kelemahan, total skor peluang – ancaman, koordinat posisi di dalam diagram SWOT, keterangan di dalam diagram SWOT, dan rekomendasi yang diberikan. Perhitungan nilai total skor kekuatan – kelemahan dan total skor peluang – ancaman menunjukan hasil yang akurat dengan perhitungan manual. Nilai akan selalu ditampilkan untuk menunjukan posisi perusahaan di dalam diagram SWOT. Keterangan yang diberikan menunjukan jenis strategi yang diperlukan sesuai dengan posisi prusahaaan. Rekomendasi yang diberikan sistem juga selalu sesuai dengan jenis strategi yang diperlukan oleh perusahaan. Berdasarkan kesesuaian tersebut subsistem ini dinyatakan lulus uji validitas. Nilai yang dimasukkan oleh pengguna dan keluarannya pada penilaian satu orang ditunjukan pada Gambar 18. Halaman Rekomendasi Strategi yang dihasilkan oleh proses tersebut ditunjukan pada Gambar 19.
Uji Validitas Subsistem Pengukuran Kinerja Rantai Pasok
Gambar 25 Hasil uji validitas model pemilihan strategi peningkatan kinerja rantai pasok
Gambar 26 Tampilan halaman Rekomendasi Strategi hasil uji validitas
Gambar 27 Hasil evaluasi kinerja untuk pengukuran tahun 2014
komponen subsistem telah berjalan denga baik sehingga subsistem ini dinyatakan lulus uji validitas. Rekomendasi perbaikan untuk pengukuran tahun 2014 dapat dilihat pada Gambar 21.
Gambar 28 Rekomendasi perbaikan untuk pengukuran tahun 2014
Implikasi Manajerial
Peningkatan mutu lateks dapat dilakukan dengan memprioritaskan strategi perbaikan perilaku sadap dan penerapan teknologi baru. Intensitas sadap yang terlalu tinggi akan berpengaruh terhadap kesehatan tanaman karet yang menyebabkan berkurangnya masa produktif dan kualitas produksi tanaman karet. Perencanaan produksi bahan olah perlu dibuat dengan mempertimbangkan kemampuan fisiologis tanaman karet. Frekuensi dan intensitas sadapan perlu disesuaikan dengan kemampuan tanaman karet sebagai contoh pohon yang baru saja disadap biasanya intensitas sadapannya 67% dan baru bisa mencapai 100% pada tahun ketiga (Damanik et al. 2010). Perilaku sadap juga harus mengikuti sistem eksploitasi yang benar. Penerapan teknologi baru diperlukan untuk meningkatkan produksi sekaligus memelihara kesehatan tanaman. Penggunaan teknologi stimulasi merupakan teknologi yang umum diterapkan untuk meningkatkan produksi. Namun tidak semua klon karet memberikan respon yang baik terhadap stimulasi. Dalam hal ini diperlukan kerjasama perusahaan dengan lembaga penelitian untuk menentukan klon karet, jenis stimulan, dan kondisi lingkungan yang tepat untuk peningkatan produksi. Setelah kedua strategi tersebut diterapkan selanjutnya strategi yang lain di dalam subsistem pemilihan strategi peningkatan mutu lateks juga dapat diterapkan satu persatu secara bertahap untuk kualitas lateks yang lebih baik.
Peningkatan produktivitas dapat dicapai dengan penerapan strategi yang tepat dan kontrol yang baik. Hasil evaluasi faktor-faktor internal dan eksternal menunjukan bahwa perusahaan memerlukan strategi peningkatan kinerja rantai pasok yang menggunakan semua kekuatan untuk mengatasi ancaman. Tersedianya sarana dan prasarana serta karyawan yang baik memungkinkan perusahaan untuk melakukan berbagai efisiensi sekaligus mempertahankan kualitas produk. Hal ini perlu dilakukan mengingat persaingan baik di dalam maupun di luar negeri yang semakin ketat.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal. Pertama, mekanisme rantai pasok PT. X meliputi kegiatan pengadaan, produksi, dan distribusi. Rantai pasok melibatkan mitra, diantaranya PT. Y sebagai pihak gudang dan PT. Z sebgai pemasar. Aliran barang, finansial dan informasi belangsung dengan sistem yang baik. Kedua, berdasarkan analisis seven green waste dapat disimpulkan bahwa terdapat peluang efisiensi dalam penggunaan sumber daya air sebesar 1 877 364 liter dan energi sebesar 761 kWh perbulan. Ketiga, model pengambilan keputusan dapat dirancang dengan menggunakan metode pengambilan keputusan seperti metode perbandingan eksponensial, metode fuzzy
AHP, dan analisis SWOT. Sedangkan model pengukuran kinerja rantai pasok dapat dirancang dengan tiga dimensi keberlanjutan (dimensi ekonomi, dimensi sosial dan dimensi lingkungan) secara bersamaan menggunakan pendekatan SBSC dengan penyesuaian pada keaadan perusahaan. Keempat, model pengambilan keputusan dan model pengukuran kinerja rantai pasok dapat diimplementasikan dalam SPK AHAt. 01. Program ini teruji mampu memberikan rekomendasi pengambilan keputusan dan saran perbaikan bagi manajemen rantai pasok karet alam.
Saran
Terdapat tiga hal utama yang dapat ditindaklanjuti dari penelitian ini. Pertama, efisiensi terhadap seven green waste dapat segera dilaksanakan perusahaan dengan investasi yang sebelumnya telah dibuat kajian kelayakannya. Kedua, diperlukan pengembangan SPK sehingga dihasilkan SPK yang lebih dinamis. Tersedianya fasilitas untuk melakukan perubahan pada atribut SPK seperti untuk kriteria, alternatif, dan bobot dapat memudahkan pengguna untuk menyesuaikan SPK dengan perkembangan yang terjadi pada manajemen rantai pasok karet alam. Ketiga, kajian mengenai keputusan penting lainnya di dalam manajemen rantai pasok karet alam perlu dilakukan, seperti keputusan pemilihan klon tanaman karet, keputusan penerapan teknologi budidaya dan pengolahan dan keputusan pengadaan sarana produksi tambahan.
DAFTAR PUSTAKA
Damanik S, Syakir M, Made T, Sistamto. 2010. Budidaya dan Pascapanen karet.
Bogor (ID). Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan.
Ditjenbun [Direktorat Jenderal Perkebunan]. 2013. Pedoman Teknis
Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2014. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal
Perkebunan Kementrian Pertanian.
InterScience Business Strategy and the Environment. Bus. Strat. Env. [internet]. [diunduh 2014 Januari 15]; (11):269–284. Tersedia pada: http://www.greenprof.org/wp-content/uploads/2010/09/The-Sustainability-Balanced-Scorecard.pdf.
Gunasekaran A, Patel C, Gaughey Mc R E. 2004. A framework for supply chain performance measurement. International Journal of Production Economics. 87(3):333-347.
Kaplan R, Norton D. 2001. The Strategy-Focused Organization: how Balanced
Scorecard Companies Thrive in the New Business Environment. Boston (USA):
Harvard Business School Press.
Kendall K E, Kendall J E. 2011. System Analysis and Design, 8th edition. New Jersey (USA): Prentice Hall.
Marimin, Maghfiroh. 2010. Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan dalam
Manajemen Rantai Pasok. Bogor (ID): IPB Press.
Pujawan I N. 2005. Supply Chain Management. Surabaya (ID): Guna Widya. Sommerville I. 2011. Software Engineering, Ninth Edition. California (USA):
Addison-Wesley.
SCC [Supply Chain Council]. 2010. Supply Chain Operations Reference Model Version 10.0. Barker (USA): Barker Cypress.
Vorst G A J Van Der. 2006. Performance Measurement in Agri-Food Supply-Chain Networks- An overview. Netherland: Springer.
Wills B. 2009. Green Intentions: Creating a Green Value Stream to Compete and Win. New York (USA): Productivity Press.
Lampiran 1 Diagram alir pengembangan model pemilihan produk prospektif
Lampiran 2 Diagram alir pengembangan model pemilihan strategi peningkatan mutu lateks
Penentuan alternatif
Penentuan kriteria Mulai
Penilaian dengan Metode Perbandingan Eksponensial
Urutan alternatif produk prospektif
Selesai Pembobotan kriteria
Penentuan tujuan peningkatan mutu lateks
Penentuan faktor yang berpengaruh dan aktor yang berperan Mulai
Penentuan strategi peningkatan mutu lateks
Urutan strategi peningkatan mutu lateks
Selesai
Lampiran 3 Diagram alir pengembangan model pemilihan strategi peningkatan kinerja rantai pasok
Penilaian masing-masing faktor
Identifikasi faktor internal dan eksternal dalam manajemen rantai pasok perusahaan
Perumusan matriks SWOT Mulai
Pembobotan faktor
Posisi Perusahaan
Selesai
Lampiran 4 Diagram alir pengembangan model pengukuran kinerja rantai pasok
Identifikasi visi dan misi perusahaan
Menentukan sasaran strategis dan membuat peta strategi dengan pendekatan SBSC
Mulai
Menentukan indikator kinerja rantai pasok dengan pendekatan SBSC
Indeks kinerja rantai pasok
Selesai
Menetapkan target masing-masing indikator kinerja utama
Merumuskan rekomendasi strategi perbaikan untuk masing-masing indikator kinerja utama
Pembobotan matrik indikator kinerja utama, sasaran strategis
dan atribut kinerja dengan menggunakan fuzzy AHP
Pengukuran kinerja rantai pasok
Target Rekomendasi
Terpenuhi
Lampiran 5 Pola aliran rantai pasokan karet alam PT. X
Keterangan:
1 : Penyedia sarana produksi; 2 : Pengumpul lateks; 3 : Tempat pengumpulan harian; 4 : Pabrik pengolah lateks; 5: Gudang; 6 : Penyedia layanan pengiriman; 7 : Konsumen; 8 : Kantor pemasaran bersama; Cakupan rantai pasok Indonesia; Cakupan rantai pasok PT X; PT. X; Bagian Tanaman;
Aliran barang; Aliran informasi; Aliran finansial.
Lampiran 6 Uraian perhitungan penghematan pada future-state GVSM Lembar Kerja Eliminasi Limbah Air
Aktivitas /
Area Penyaringan dan pengumpulan lateks / Bagian Tanaman
Current State
Identifikasi Pengukuran
Alat/Unit Flow rate Penggunaan Konsumsi Discharge Toksisitas Pencucian
ember dan alat sadap
Kapasitas bak: 1.5 m3
X19 TPH*
28 500 liter / hari
855 000
liter - -
Future State
Minimisasi
Alat/Unit Solusi Kuantitas Penghematan
Pencucian ember dan alat sadap
Tidak mengisi bak secara penuh
0.5 m3 dari setiap bak 285 000 liter
Lampiran 6 (lanjutan)
Lembar Kerja Eliminasi Limbah Transportasi Aktivitas /
Area Penyaringan dan Pengumpulan / Bagian Tanaman
Current State
Identifikasi Pengukuran
Alat/Unit Mode Transportasi Jarak
Pengumpul
lateks ke TPH Sepeda Motor
1 Km x 30 orang / TPH X 19 TPH X 30
Lembar Kerja Eliminasi Limbah Air Aktivitas /
Area Penerimaan / Bagian Pengolahan
Current State
Identifikasi Pengukuran
Alat/Unit Flow
rate Penggunaan Konsumsi Discharge Toksisitas
Pencucian
Alat/Unit Solusi Penghematan
Pencucian talang dan saringan
Penggunaan kendali tangan di ujung selang
Lampiran 6 (lanjutan)
Lembar Kerja Eliminasi Limbah Air Aktivitas /
Area Pengolahan lateks / Bagian Pengolahan
Current State
Identifikasi Pengukuran
Alat/Unit Flow
rate Penggunaan Konsumsi Discharge Toksisitas
Pencucian
Alat/Unit Solusi Penghematan
Pencucian Bak
Penggunaan kendali tangan di ujung selang
Pada proses pencucian bak pemborosan dilakukan pada waktu membersihkan bak tanpa mematikan keran. Hal ini dilakukan berulang dimana rata-rata 3.5 menit pemborosan dari 9
menit penggunaan air pada selang. (38.9 % X 432 000 liter = 171 936 liter )
Air Talang pendorong
Melakukan pekerjaan secara bertahap
Pada proses pencucian keran air pada talang pendorong terus dibuka padahal waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk membersihkan talang adalah 25 menit maka penghematan dapat dilakukaan sebsar 83.3 % X 216 000 = 179 928
Total 351 864 liter
Lampiran 6 (lanjutan)
Lembar Kerja Eliminasi Limbah Air Aktivitas
/ Area Penggilingan / Bagian Pengolahan
Current State
Konsumsi Discharge Toksisitas
Air talang
1.6 liter/detik X 8 jam/ hari X 3600 detik / jam X 30
Future State (Minimisasi)
Alat/Unit Solusi Penghematan
Air talang Pendorong
1. Pengurangan debit air
Kebutuhan debit air dapat dikurangi, hal ini dapat dilihat dari kecepatan bergerak sheet yang terlalu cepat sehingga menyebabkan tumpukan di depan mesin giling. Jika debit air dikurangi menjadi 0,8 liter/detik (1 keran ditutup) maka penghematan = 0,8 liter/detik X 8 jam/ hari X 3600 detik / jam X 30 hari pangkal sehingga tidak diperlukan debit air. Jika air di talang dibutuhkan sebanyak 150.000 liter / bulan maka penghematan yang dapat dilakukan adalah 1.382.400 liter - 150.000 liter = 1.232.400 liter / bulan
Dengan pemasangan baling-baling diperkirakan kebutuhan listrik akan bertambah sebagai berikut
Alat/Unit Sumber
Lampiran 6 (lanjutan)
Lembar Kerja Eliminasi Limbah Sampah Aktivitas /
Area Pengasapan / Bagian Pengolahan
Current State
Identifikasi Pengukuran
Alat/Unit Material Kuantitas Susbstansi
berbahaya
Sampah Kuantitas Recycle/Compost Penghematan Pembakaran
kayu bakar
Kamar
asap 4 320 kg -
Penjualan Abu
Lembar Kerja Eliminasi Limbah Transportasi Aktivitas /
Area Pengasapan / Bagian Pengolahan
Current State
Identifikasi Pengukuran
Alat/Unit Mode Transportasi Jarak
Kayu bakar Gerobak dorong 200 m x 2 kali sehari x 6 kali bolak balik / 30 hari = 72 km
Future State
Minimalisasi
Alat/Unit Jarak Offsetting
Solusi Penghematan Kayu Bakar Gerobak lebih
Lampiran 7 Notasi pada diagram UML Deskripsi notasi dalam diagram kasus
Obyek Simbol Deskripsi
Aktor Orang atau pengguna yang berinteraksi langsung dengan sistem, subsistem atau
Usecase Proses atau aktivitas yang dilakukan
dalam sistem berdasarkan aktor
Asosiasi Jalur komunikasi penghubung antara aktor dan usecase
Generalisasi Hubungan antar usecase yang bersifat umum dengan turunannya yang lebih spesifik
Depedensi Hubungan antara dua elemen yang dapat mempengaruhi elemen yang lain yang dikarenakan adanya perubaan salah satu elemen.
Deskripsi notasi yang digunakan pada diagram aktivitas
Obyek Simbol Deskripsi
Start Titik awal
Aktivitas Aktivitas/ aksi
End Titik akhir
Sinkronasi Pengaturan antara dua atau lebih
Keputusan/ decision
Keputusan untuk dua atau lebih aliran/ flow
Aliran/ flow Aliran kontrol aktivitas/ aksi
Swimlane Organisasi, perusahaan, jasa, pengguna, atau peran lainnya.
.
.
.
Lampiran 7 (lanjutan)
Deskripsi notasi yang digunakan dalam diagram kelas Obyek Simbol Deskripsi
Generalisasi Hubungan antar usecase yang bersifat umum dengan turunannya yang lebih spesifik Agregasi Bagian dari agregat
Dependensi Hubungan antara dua elemen yang dapat mempengaruhi elemen yang lain yang dikarenakan adanya perubaan salah satu elemen.
Kelas Sekumpulan obyek dengan atribut, operasi dan hubungan yang sama
Interface Mirip dengan kelas tetapi digunakan untuk menentukan spesifikasi dari perilaku. Kumpulan operasi yang menentukan perilaku dari kelas.
Deskripsi notasi yang digunakan dalam diagram status
Obyek Simbol Deskripsi
Start Titik awal.
Status/ state Status skenario.
Aliran/ flow Aliran kontrol antar aktivitas. Junction
flow
Pemisah transisi antar status. Sinkronisasi Pengatur antara dua atau lebih aksi
End Titik akhir.
* *
* *
.
.
Lampiran 8 Diagram aktivitas SPK AHAt. 01.
Diagram aktivitas subsistem pemilihan strategi peningkatan mutu lateks
Lampiran 8 (lanjutan)
43 Lampiran 9 Diagram kelas SPK AHAt. 01.
0..1
Lembar Kerja Penilaian kinerja rantai pasok -+ Tampilkan GRF () : java.lang.Object Beri penilaian pemilihan strategi
peningkatan mutu lateks + Download () : java.lang.Object
lembar penilian pakar strategi peningkatan mutu lateks
Lembar kerja Penilaian Analisis SWOT
-Lembar pilihan strategi peningkatan kinerja SCM + Tampilkan GRF () : java.lang.Object
Pusat Informasi Informasi IKU Kinerja SCM karet Alam
: java.lang.Object
buka Info mekanisme rantai pasok () Buka info green value stream () buka info IKU kinerja SCM karet Alam ()
: java.lang.Object : java.lang.Object : java.lang.Object Interface_Lembar Kerja Pemilihan Produk
1 orang penilai
Interface_Lembar Kerja Penilaian kinerja rantai pasok
+ Tampilkan GRF () : java.lang.Object Interface_Beri penilaian pemilihan
strategi peningkatan mutu lateks
+ Download () : int
Interface_lembar penilian pakar strategi peningkatan mutu lateks
+ Tampilkan GRF_2 () : java.lang.Object
Interface_Lembar kerja Penilaian Analisis SWOT 1 orang penilai
+ Hitung skor () : int Interface_Lembar pilihan strategi
peningkatan kinerja SCM
+ Tampilkan GRF () : java.lang.Object Interface_Pusat Informasi
+ + +
buka Info mekanisme rantai pasok () Buka info green value stream () buka info IKU kinerja SCM karet Alam ()
: java.lang.Object : java.lang.Object : java.lang.Object Interface_Lembar Kerja Pemilihan Produk
2 orang penilai
Interface_Lembar Kerja Pemilihan Produk 3 orang penilai
Interface_Lembar Kerja Pemilihan Produk 4 orang penilai Analisis SWOT 2 orang penilai
+ Hitung skor () : int
Interface_Lembar kerja Penilaian Analisis SWOT 3 orang penilai
+ Hitung skor () : int Interface_Lembar kerja Penilaian
Analisis SWOT 4 orang penilai
Lampiran 10 Kebutuhan perangkat keras, perangkat lunak, serta prosedur instalasi dan pengoperasian program AHAt. 01.
Kebutuhan perangkat keras minimal adalah seperangkat komputer dengan spesifikasi sebagai berikut:
1. Satu set Personal Computer (PC) atau laptop dengan prosesor Pentium IV dan RAM 256 MB.
2. Layar monitor 1366 x 768 pixel. 3. DVD-ROM.
4. Ruang kosong pada harddisk sebesar 100 MB.
Kebutuhan perangkat lunak minimal untuk menjalankan sistem ini adalah sebagai berikut:
1. Sistem operasi Linux, Mac atau Windows. 2. Java Runtime Environment Version 7.
Petunjuk Instalasi Java Runtime Environment Version 7 untuk sistem operasi Windows:
1. Masukkan CD AHAt. 01 ke dalam DVD-ROM. 2. Buka folder“AHAt. 01”.
3. Jalankan program jre-7-windows-i586.
4. Pilih “install”.
5. Tunggu proses instalasi selesai hingga muncul tampilan sebagai berikut:
Lampiran 10 (lanjutan)
Petunjuk pengoperasian program AHAt. 01:
1. Masukkan CD AHAt. 01 ke dalam DVD-ROM. 2. Buka folder“AHAt. 01”.
3. Jalankan program AHAt. 01.
4. Selamat menggunakan program AHAt. 01.
Lampiran 11 Tampilan alat batu hitung model pemilihan strategi peningkatan mutu lateks
Lampiran 11 (lanjutan)
Fragmen tampilan file Excel alat bantu hitung model pemilihan strategi peningkatan mutu lateks (hasil perhitungan)
Lampiran 12 Rumus yang digunakan pada model pengukuran kinerja rantai pasok
skor IKU= Nilai realisasiTarget x 100 (1)
skor akhir IKU= skor IKU x bobot IKU (2)
total skor akhir perspektif= ∑skor akhir IKU perspektif (3)
total skor akhir keseluruhan= ∑skor akhir IKU (4)
capaian perspektif dalam persen= total skor akhir perspektif maksimumtotal skor akhir perspektif x 100% (5)
Lampiran 13 Tampilan halaman pada subsistem informasi karet alam
Tampilan halaman muka Informasi Karet Alam