• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN SENAM LANTAI GERAK MERODA MELALUI ALAT BANTU PADA SISWA KELAS V SDN 1 SUMUR BATU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN SENAM LANTAI GERAK MERODA MELALUI ALAT BANTU PADA SISWA KELAS V SDN 1 SUMUR BATU"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN KEMAMPUAN HEAD STAND DENGAN CARA BERPASANGAN PADA SISWA KELAS III SDN

4 GADINGREJO TAHUN 2011

Oleh

BAMBANG PRASETYO

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kopstand dengan cara berpasangan pada siswa kelas III di SD Negeri 4 Gadingrejo Kabupaten Pringsewu.

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) dengan subjek penelitian adalah siswa kelas III di SD Negeri 4 Gadingrejo Kabupaten Pringsewu. yang berjumlah 25 siswa, dengan perincian 10 laki-laki dan 15 perempuan. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan melalui tes kemampuan kopstand.

Hasil penelitian menunjukkan: setiap siklus adanya peningkatan kemampuan kopstand, dan bila dilihat dari KKM pada siklus pertama diperoleh prosentase keberhasilan ketuntasan belajar sebesar 40 %, ternyata dapat meningkatkan kemampuan kopstand secara signifikan, pada siklus kedua diperoleh prosentase keberhasilan ketuntasan belajar 64 %, dan pada siklus ketiga diperoleh prosentase keberhasilan ketuntasan belajar 100 %. Hasil peningkatan ≥ 65% itu artinya hasil peningkatan kopstand dengan cara berpasangan menunjukan telah terjadi

(2)

PENINGKATAN KEMAMPUAN HEAD STAND DENGAN CARA BERPASANGAN PADA SISWA KELAS III SDN

4 GADINGREJO TAHUN 2011

Oleh

BAMBANG PRASETYO Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan Penjasorkes Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

Judul Skripsi : PENINGKATAN KEMAMPUAN HEAD STAND DENGAN CARA BERPASANGAN

PADA SISWA KELAS III SDN 4 GADINGREJO TAHUN 2011

Nama Mahasiswa : BAMBANG PRASETYO Nomor Pokok Mahasiswa : 1013118001

Program Studi : Penjaskes

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Komisi Pembimbing

(4)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Ade Jubaedi, M.Pd. …………

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Rahmat Hermawan, M.Kes. …………

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi.Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003

(5)

PERNYATAAN

Bahwa saya yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Bambang Prasetyo NPM : 1013118001

Tempat tanggal lahir : Tegalrejo, 29 Desember 1963 Alamat : Gadingrejo Kabupaten Pringsewu

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “PENINGKATAN KEMAMPUAN KOPSTAND (HEAD STAND) DENGAN CARA

BERPASANGAN PADA SISWA KELAS III SDN 4 GADINGREJO TAHUN 2011” adalah benar hasil karya penulis berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 1 Agustus – 20 September 2012. Skripsi ini bukan hasil menjiplak, dan atau hasil karya orang lain.

Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya.

Bandar Lampung, Oktober 2012

(6)

PENINGKATAN KEMAMPUAN HEAD STAND DENGAN CARA BERPASANGAN PADA SISWA KELAS III SDN

4 GADINGREJO TAHUN 2011

(Skripsi)

Oleh

BAMBANG PRASETYO

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(7)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan sebagai salah satu proses pembinaan manusia yang

berlangsung seumur hidup melalui aktivitas jasmani berupa gerak. Gerak sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia dan dirinya secara alami dan berkembang searah dengan zaman. Melalui pendidikan jasmani yang diberikan di sekolah memiliki peranan penting karena memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani.

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dalam kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), mata pelajaran Pendidikan Jasmani merupakan salah satu mata pelajaran inti bagi Sekolah Dasar (SD). Untuk menghasilkan manusia yang berkualitas tinggi, maka melalui Pendidikan Jasmani siswa SD perlu dibekali dengan bermacam-macam kegiatan fisik yang

(8)

dari ; Atletik, Senam, dan Pencak Silat. Sementara kegiatan pilihan terdiri dari ; Renang, Bulu Tangkis, Tenis Meja, Sepak Bola dan permainan tradisional.

Kegiatan fisik tersebut diberikan kepada anak untuk memenuhi salah satu tujuan khusus Pendidikan Jasmani yaitu meningkatkan ketrampilan melakukan kegiatan olahraga dan memiliki sikap positif anak terhadap kegiatan olahraga. Namun dalam prakteknya, penentuan tugas gerak suatu cabang olahraga dalam proses pembelajaran Pendidikan Jasmani di sekolah masih menjadi persoalan bagi anak. Hal ini menyebabkan materi yang diajarkan oleh guru berintikan teknik-teknik bagu yang tidak sesuai dengan tingkat usia dan kesiapan belajar anak. Padahal gerak tersebut termasuk dalam kategori dasar senam lantai.

Untuk mengatasi persoalan tersebut, guru harus berusaha untuk mencari dan mencoba berbagai metode yang sesuai dengan tingkat usia dan kesiapan anak seperti yang dikatakan Lutan (1993 : 3).

“Berhubungan dengan tingkat kesiapan belajar anak, maka perjenjangan tugas gerak yang selaras dengan tingkat perkembangan dan pertumbuhan anak merupakan tuntutan yang mendesak ditinjau dari kebutuhan

pebingkatan layanan pendidikan dasar”.

Berdasarkan pendapat tersebut, maka dengan melakukan pentahapan tugas gerak yang selaras dengan kematangan anak, proses pembelajaran pendidikan jasmani akan lebih efektif dan keselamatan anak terjamin. Di sisi lain, penentuan model untuk mengajarkan suatu tugas gerak harus disesuaikan kompleks atau

(9)

Di SDN 4 Gadingrejo, beberapa tugas gerak dalam materi senam lantai masih menjadi tugas gerak yang kompleks bagi anak, salah satunya adalah gerak kop stand (Head Stand). Namun, bila dianalisis lebih jauh lagi mengenai karakteristik geraknya memang cukup sulit bagi ukukuran siswa SD oleh karena itu di sini penulis memberikan cara berpasangan untuk memudahkan gerak tersebut.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat diidentifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pada umumya siswa merasa kesulitan menerima atau melakukan gerakan seperti gerakan kop stand dalam pembelajaran senam lantai

2. Siswa kurang antusias bila harus melakukan sendiri setelah melihat peragaan kawan maupun guru.

3. Pada umumya siswa masih belum bisa mengkoordinasikan gerakan

C. Permasalahan

(10)

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Meningkatkan gerak dasar senam lantai yakni kop stand dengan cara berpasangan.

2. Untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran senam lantai yakni kop stand dengan cara berpasangan.

3. Untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar gerak dasar senam lantai yakni kop stand setelah berpasangan.

E. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai wawasan dan masukan bagi:

1. Bagi siswa

Sebagai perbandingan untuk meningkatkan latihan belajar gerak dasar senam lantai yakni kop stand setelah diberikan cara berpasangan secara benar.

2. Bagi guru penjas

(11)

3. Bagi Program Studi

Sebagai kontribusi untuk perbendaharaan dalam metode mengajarkan ketrampilan senam lantai yakni kop stand..

4. Bagi FKIP

Sebagai model pembelajaran yang berguna untuk mata kuliah terutama bekal persiapan PPL di sekolah

(12)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan Jasmani

Pendidikan Jasmani merupakan pendidikan yang mengaktulisasikan

potensi-potensi aktivitas manusia berupa sikap, tindakan dan karya yang diberi bentuk, isi,

dan arah untuk menuju kebulatan kepribadian sesuai dengan cita-cita

kemanusiaan, untuk menjaga keseimbangan antara perkembangan kecerdasan

otak dan ketrampilan jasmani, maka sekolah-sekolah di Indonesia diberikan

pendidikan olahraga. Peranan dan fungsi guru penjas yang baik akan terwujud

apabila memiliki inisiatif, kreatifitas dan inovatif serta selektif dalam memilih dan

menentukan suatu metode atau pendekatan pembelajaran yang cocok dan sesuai

dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak didiknya.

Pengertian pendidikan jasmani dalam pedoman khusus yang diterbitkan oleh

Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah tahun 2003, mengemukakan

definisi Pendidikan Jasmani sebagai berikut :

“Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didisain untuk meningkatkan kebugaran jasmani,

mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, dan sikap sportif serta kecerdasan emosi”.

Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktivitas

jasmani untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh. Melalui

pendidikan jasmani siswa di sosialisasikan kedalam aktivitas jasmani termasuk

keterampilan berolahraga. Tidaklah mengherankan bahwa pendidikan jasmani

(13)

strategis untuk mendidik. Pendidikan jasmani yang dikemukakan oleh Wiranto

Arismunandar. (1997) bahwa :

“Perndidikan Jasmani adalah suatu proses pendidikan sesorang sebagai perseorangan maupun sebagai anggota masyarakat yang dilakukan secara sadra dan sistematik melaului berbagai kegiatan Jasmani dalam rangka peningkatkan kemampuan dan ketrampilan jasmani,

pertumbuhan kecerdasan dan pembentukan watak. Sedangkan Olahraga merupakan bentuk-bentuk kegiatan jasmani yang terdapat dalam

permainan, perlombaan dan kegiatan jasmani yang intensif dalam rangka memperoleh rekreasi, kemenangan dan prestasi yang optimal.”

Bila disimpulkan bahwa pendidikan jasmani adalah pendidikan melalui aktitifitas

jasmani yang bertujuan untuk meningkatkan perilaku hidup sehat seutuhnya.

B. Belajar Mengajar

Hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

“belajar”. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar adalah merupakan suatu proses,

suatu kegiatan dan bukan suatu hasil dan tujuan.

Pengertian ini sangat berbeda dengan Slameto. (1988) adalah “Belajar dimaknai

sebagai proses tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antara individu

dengan lingkungannya. Tingkah laku ini mencakup aspek pengetahuan,

ketrampilan dan sikap”. Tingkah laku dapat menjadi dua berpasangan yaitu dapat

diamati dan yang tidak. Tingkah laku yang dapat diamati disebut dengan

behavoral performance, sedangkan yang tidak diamati disebut behavioral tendency. Sedangkan mengajar menurut pandangan Ngalim Purwanto.(1998) adalah upaya dalam memberikan rangsangan (stimulus), bimbingan, pengarahan

(14)

Dari pandangan mengenai belajar dan mengajar di atas pada dasarnya dalam

proses belajar mengajar guru perlu menerapkan pendekatan yang sesuai dengan

kodisi dan situasi, sehingga proses belajar mengajar berjalan secara kompleks dan

tidak sekedar menyampaikan informasi dari guru kepada siswa saja, melainkan

dalam menyampaikan bahan pelajaran dan dalam kegiatan belajar guru dan

peserta didiknya keduanya harus aktif.

C. Belajar Motorik

Menurut Abin Syamsuddin Makmun. (1998), Belajar adalah memodifikasi atau

memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Menurut rumusan tersebut bearti

bahwa belajar bukan hanya sekedar mengingat melainkan lebih luas dari itu, yaitu

mengalami. Hasil belajar bukan hanya penguasa latihan, melainkan perubahan

prilaku.

Sedangkan mengajar menurut pandangan Yandianto.(2003), adalah upaya dalam

memberikan rangsangan (stimulus), bimbingan, pengarahan dan dorongan kepada

siswa agar terjadi proses belajar. Dari pandangan mengenai belajar dan mengajar

di atas pada dasarnya dalam proses belajar mengajar guru perlu menerapkan

pendekatan yang sesuai dengan kodisi dan situasi, sehingga proses belajar

mengajar berjalan secara kompleks dan tidak sekedar menyampaikan informasi

dari guru kepada siswa saja, melainkan dalam menyampaikan bahan pelajaran dan

(15)

D. Belajar Gerak

Belajar gerak adalah belajar yang diwujudkan melaui-mealui respon-respon

muscular.

Dan diekspresikan dalam gerakan tubuh. Yang dipelajari di dalam belajar gerak

adalah pola-pola gerakan ketrampilan tertentu misalnya gerak-gerak ketrampilan

olahraga. Di dalam mempelajari gerakan olahraga, atlet berusaha untuk mengerti

gerakan-gerakan yang dipelajari, kemudian apa yang dimengerti itu

dikomandokan kepada otot-otot tubuh untuk mewujudkan dalam gerakan tubuh

secara keseluruhan atau hanya sebagian sesuai dengan pola gerakan yang

dipelajari. Proses belajar gerak berbentuk kegiatan mengamati gerakan kemudian

mencoba menirukan berulang-ulang; menerapkan pola-pola gerak tertentu pada

situasi tertentu yang dihadapi; dan juga dalam bentuk kegiatan menciptakan

pola-pola gerak baru untuk tujuan tertentu.

Dalam gerak juga terdapat istikah “ranah gerak. Kata ranah adalah terjemahan

dari kata “domain” yang bisa dartikan bagian atau unsur. Gerak tubuh merupakan

salah satu kemampuan manusia untuk melaksanakan hidupnya. Gerak tubuh

manusia bias diklasifikasikan menjadi bebrapa macam.

Anita j. Harrow (1972) membedakan gerakan tubuh manusia menjadi enam

klasifikasi. Enam klasifikasi gerakan tubuh menurut Anita j. Harrow

1. Gerak refleks

2. Gerak dasar fundamental

(16)

4. Kemampuan fisik

5. Gerak Keterampilan

6. Komunikasi non diskursif

Keenam klasifikasi tersebut merupakan suatu kesatuan yang membentuk gerakan

tubuh manusia, dan merupakan suatu urutan mulai dari yang bersifat bawan sejak

lahir sampai ke taraf paling tinggi yang bisa dilakukan oleh manusia.

Belajar gerak sangat berhubungan dengan latihan, maka Lutan (1988 ; 309)

memaparkan sebagai berikut

“Pada waktu yang permulaan latihan, kemampuan itu barangkali memiliki kemampuan yang sama; tetapi selanjutnya kemampuan atau abilitas itu bertalian dengan kepekaan kinesthetic, dan tak bertalian dengan orientasi spatial. Ketika si pelaku semakin terampil, mereka seperti tidak menggunakan abilitas yang berbeda untuk menghasilkan suatu kegiatan ketimbang ketika masih belum terampil. Latihan

menghasilkan perubahn dalam kemampuan yang melandasi suatu tugas gerak”.

Dalam hal ini jelas bahwa perubahan seperangkat kemampuan adalah akibat

latihan dari waktu ke waktu. Dari penjelasan tersebut dapat dinyatakan bahwa

kegiatan belajar dalam Pendidikan Jasmani merupakan prasyarat penting untuk

menguasai ketrampilan. Untuk memperoleh suatu ketrampilan olahraga

diperlukan aktivitas belajar dari tiap individu. Tanpa belajar atau berlatih tidak

mungkin ada perubahan yang diharapkan pada diri seseorang, baik tingkahnya,

penampilannya maupun sikapnya. Dalam hal kegiatan Pendidikan Jasmani

(17)

E. Senam

Senam yaitu latihan tubuh yang dipilih dan diciptakan dengan berencana, disusun

secara sistematis, dengan tujuan membentuk dan mengembangkan pribadi secara

harmonis (depdikbud, 1983/1984).

a. Senam Lantai

Senam ketangkasan adalah bentuk-bentuk gerakan senam yang dilakukan dengan

unsur kekuatan, kecepatan, ketepatan, kelentukan, keterampilan, keberanian, dan

kepercayaan pada diri sendiri. Senam ketangkasan merupakan urutan gerakan dari

suatu rangkaian yang terpadu yang dilakukan dengan cepat, lepat, luwes, dan

lancar sehingga indah dipandang. Senam ketangkasan sering disebut senam

pertandingan atau senam artistik, karena gerakan-gerakannya harus sesuai dengan

peraturan yang berlaku.

b. Kop stand

1. Pengertian Kop Stand

Kop stand merupakan posisi berdiri dengan kepala di bawah.Teknik ini digunakan

dalam situasi yang berbeda, seperti yoga, breakdancing dan pemula senam.

(18)

2. Gerakan Kop Stand

a. Sikap PermulaanBerdiri tegak, kedua kaki rapat. Kedua lengan disamping dan

pandangan lurus ke depan.

b. Gerakan Kop stand

1. Keseimbangan dilakukan dengan posisi awal roll ke depan

2. Tangan dan kepala membentuk segitiga sama sisi

3. Ayunkan salah satu kaki keatas dan diikuti kaki yang lain

4. Bawa kedua kaki keatas, sampai kedua kaki rapat dan lurus dengan badan

5. Badan bertumpu pada kepala dan dibantu oleh tangan untuk menjaga

keseimbangan

6. Apabila posisi tidak seimbang dan hampir jatuh, tindakan yang harus dilakukan

ialah gerakan roll depan.

3. Hal – Hal Yang Tidak Boleh Dilakukan

a. Menempatkan kedua tangan dan kepala tidak segitiga sama sisi

b. Kekakuan pada leher, sendi bahu, perut, pinggang dan paha

c. Kurang kuatnya otot leher, bahu, perut, pinggang dan paha

d. Alas dasar/ lantai tempat kepala bertumpu terlalu keras, menimbulkan rasa sakit

(19)

4. Latihan kondisi fisik

Kondisi fisik siswa memegang peranan yang sangat penting dalam suatu program

latihan. Program latihan kondisi fisik haruslah direncanakan secara baik dan

sistematis, ditujukan untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan

fungsional dari sistem tubuh sehingga dengan demikian memungkinkan atlet

untuk mencapai prestasi yang lebih baik.

Jika kondisi fisik baik maka:

a) Akan ada peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung.

b) Akan ada peningkatan dalam kekuatan, kelentukan, stamina, kecepatan dan

komponen kondisi fisik lainnya.

c) Akan ada ekonomi gerak yang lebih baik pada waktu latihan.

d) Akan ada pemulihan yang lebih cepat dalam organ-organ tubuh setelah latihan

e) Akan ada respons yang cepat dari organisme tubuh kita apabila sewaktu-waktu

respon demikian diperlukan.

Kalau faktor-faktor tersebut tidak atau kurang tercapai setelah suatu masa latihan

kondisi fisik tertentu, maka hal ini berarti bahwa perencanaan dan sistematik

latihan kurang sempurna. Karena sukses dalam olahraga sering menuntut

keterampilan yang sempurna dalam situasi strees dalam meningkatkan prestasi

siswa.

Jadi, sebelum melakukan gerakan senam, seorang siswa harus sudah berada dalam

(20)

dan segala macam strees yang akan dihadapinya selama melakukan gerakan

senam (kops tand).

Tanpa adanya kondisi fisik yang seksama dan serius siswa harus dilarang untuk

mengikuti suatu kegiatan olahraga senam.

Dalam melakukan latihan-latihan kondisi fisik serta perkembangan fitness yang

optimal, banyak tekanan yang harus diberikan pada perkembangan tubuh secara

keseluruhan yang secara teratur harus ditambah dalam intensitasnya. Proses

conditioning dalam olahraga adalah suatu proses yang harus dilakukan dengan

hati-hati, dengan sabar, dan dengan penuh kewaspadaan terhadap siswa. Melalui

latihan yang berulang-ulang dilakukan, yang sedikit demi sedikit ditambah dalam

intensitas dan kompleksitasnya, siswa lama-kelamaan akan berubah menjadi

orang yang lebih lincah, lebih kuat, lebih terampil dan dengan sendirinya lebih

efektif.

Proses conditioning harus dapat membangkitkan reaksi-reaksi yang positif dalam

tubuh kita, yaitu kemajuan dalam organisasi neurophysicologis kita, dan

kemajuan dalam penyesuaian perubahan-perubahan (adaptive alterations) dalam

jaringan-jaringan tubuh kita. Para ahli olahraga berpendapat bahwa atlet yang

mengikuti suatu program latihan kondisi fisik pre-season yang intensif akan

(21)

5. Akibat Yang Timbul Dari Kesalahan Melakukan Kop Stand a. Cedera

Menurut Corbin, C.B., et al. (1997), secara umum macam-macam cedera yang

mungkin terjadi adalah:

- cedera ligamentum, cedera pada otot dan tendo

- pingsan. Struktur jaringan di dalam tubuh yang sering terlibat dalam cedera

olahraga adalah:

otot, tendo, tulang, persendian termasuk tulang rawan, ligamen, dan fasia

a.1. Cedera pada Otot atau Tendo dan Ligamen

Menurut Corbin, C.B., et al. (1997), cedera pada ligamentum dikenal dengan

istilah sprain sedangkan cedera pada otot dan tendo dikenal sebagai strain. 1) Sprain

Sprain adalah cedera pada ligamentum, cedera ini yang paling sering terjadi padaberbagai cabang olahraga.” hal ini terjadi karena stress berlebihan yang

mendadak atau penggunaan berlebihan yang berulang-ulang dari sendi.

Berdasarkan berat ringannya cedera sprain dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu a) Sprain Tingkat I

Pada cedera ini terdapat sedikit hematoma dalam ligamentum dan hanya

beberapa serabut yang putus. Cedera menimbulkan rasa nyeri tekan,

(22)

b) Sprain Tingkat II

Pada cedera ini lebih banyak serabut dari ligamentum yang putus, tetapi lebih

separuh serabut ligamentum yang utuh. Cedera menimbulkan rasa sakit, nyeri

tekan, pembengkakan, efusi, (cairan yang keluar) dan biasanya tidak dapat

menggerakkan persendian tersebut.

c) Sprain Tingkat III

Pada cedera ini seluruh ligamentum putus, sehinnga kedua ujungya terpisah.

Persendian yang bersangkutan merasa sangat sakit, terdapat darah dalam

persendian, pembekakan, tidak dapat bergerak seperti biasa, dan terdapat

gerakan–gerakan yang abnormal.

2) Strain

Strain adalah kerusakan pada suatu bagian otot atau tendo karena penggunaan yang berlebihan ataupun stress yang berlebihan. Membagi strain menjadi 3

tingkatan, yaitu:

a) Strain Tingkat I

Pada strain tingkat I, terjadi regangan yang hebat, tetapi belum sampai terjadi robekan pada jaringan otot maupun tendon.

b) Strain Tingkat II

(23)

c) Strain Tingkat III

Pada strain tingkat III, terjadi robekan total pada unit musculo tendineus. Biasanya hal ini membutuhkan tindakan pembedahan, kalau diagnosis dapat

ditetapkan. Adapun strain dan sprain yang mungkin terjadi dalam cabang olahraga renang yaitu punggung, dada, pinggang, bahu, tangan, lutut, siku,

pergelangan tangan dan pergelangan kaki.

b. Dislokasi

Dislokasi adalah terlepasnya sebuah sendi dari tempatnya yang seharusnya.

Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi di bahu, angkle

(pergelangan kaki), lutut dan panggul. Faktor yang meningkatkan resiko dislokasi

adalah ligamen-ligamennya yang kendor akibat pernah mengalami cedera,

kekuatan otot yang menurun ataupun karena factor eksternal yang berupa tekanan

energi dari luar yang melebihi ketahanan alamiah jaringan dalam tubuh.

c. Patah Tulang (Fraktur)

Patah tulang adalah suatu keadaan yang mengalami keretakan, pecah atau patah,

baik pada tulang maupun tulang rawan. Fraktur berdasarkan continuitas patahan, patah tulang dapat digolongkan menjadi dua yaitu:

1. Patah tulang komplek, dimana tulang terputus sama sakali.

(24)

Sedangkan, berdasarkan tampak tidaknya jaringan dari bagian luar tubuh

membagi patah tulang manjadi:

1. Patah tulang terbuka dimana fragmen (pecahan) tulang melukai kulit diatasnya

dan tulang keluar.

2. Patah tulang tertutup dimana fragmen (pecahan) tulang tidak menembus

permukaan kulit.

F. Model berpasangan

Menurut Rusli Lutan (dalam Rahmat Hermawan, 1998), bahwa beberapa model

pembelajaran pendidikan jasmani menurut Mosston adalah gaya komando

(command style), pemberian tugas (task teaching), pengajaran individu (individual teaching), pengajaran berpasangan (reciprocal teaching), pengajaran

berpasangan (group teaching), pemecahan masalah (problem solving), dan penemuan terbimbing (guided discovery). Berdasarkan pengamatan dan pengalaman mengajar yang selama ini dilakukan, untuk mengatasi tingkat

kesulitan dan mengatasi rasa ketakutan siswa dalam melaksanakan pembelajaran

gerak kop stand maka model berpasangan sangat tepat untuk meningkatkan

pembelajaran gerak tersebut, karena kemungkinan siswa mendapat bantuan dari

temannya dalam melakukan gerakan tersebut sangat bepsar, sehingga keadaan ini

menjadi motivasi pula dalam meningkatkan keberanian siswa dalam belajar gerak

(25)

G. Hipotesis

Hipotesis merupakan petunjuk arah proses penelitian untuk menjelaskan

permasalahan yang harus dicari pemecahannya. Hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini adalah : “Jika model berpasangan diterapkan pada pembelajaran

senam lantai khususnya kopstand, maka hasil belajar gerak dasar kop stand pada

(26)

III. METODE PENELITIAN

A. Metodologi

Metodologi adalah ”Ilmu yang membahas tentang jalan atau cara

mendapatkan sesuatu atau data dengan menggunakan teknik serta alat-alat yang

sistematis dalam rangka mendapatkan suatu hal yang diinginkan” (Winarno

Surachmad, 1986: 105). Sedangkan menurut Sutrisno Hadi (1981:4) Metodologi

adalah ”suatu usaha untuk menentukan, mengembangkan serta menguji kebenaran

suatu pengetahuan , usaha mana dilakukan dengan menggunakan metode-metode

ilmiah”.

Dari pengertian diatasmaka dapat penulis kemukakan bahwa metodologi

penelitian adalah metode yang digunakan seorang peneliti dalam usahanya

memperoleh hasil yang diinginkan atau diharapkan dari penelitian yang

diharapkan. Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif. Muhadjir, Noeng, (1997), berpendapat bahwa: ”Penelitian

deskriptif dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat

penelitian dilakukan. Penelitian ini diarahkan untuk menetapkan sifat suatu situasi

pada waktu penyelidikan itu dilaksanakan.

Dalam penelitian deskriptif tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan

seperti yang ditemua dalam penelitian eksperimen. Tujuan penelitian ini adalah

(27)

B. Jenis Penelitian

Dalam memecahkan masalah sangat diperlukan suatu cara atau metode. Karena

metode merupakan faktor penting dalam menentukan keberhasilan dari suatu

penelitian terhadap suatu subjek yang akan diteliti. Dalam hal ini peneliti ingin

menggunakan metode penelitian tindakan (kaji tindak) yang akan dilaksanakan

pada siswa kelas III SDN 4 Gadingrejo. Kesalahan yang sering terjadi pada kop

stand Kesalahan yang sering terjadi pada kop stand Menempatkan kedua tangan

dan kepala tidak segitiga sama sisi, Kekakuan pada leher, sendi bahu, perut,

pinggang dan paha, Kurang kuatnya otot leher, bahu, perut, pinggang dan paha,

Alas dasar / lantai tempat kepala bertumpu terlalu keras, menimbulkan rasa sakit

Dan Siswa terlalu cepat / kuat menolak. Sehingga bahwa siswa kelas III memilki

kemampuan yang kurang dalam melakukan kegiatan belajar mengajar Pendidikan

Jasmani khusunya dalam senam lantai yakni Kop Stand (Head Stand).

Penelitian tindakan bertujuan untuk mengembangkan ketrampilan-ketrampilan

baru atau cara pendekatan baru dan untuk memecahkan masalah dengan

penerapan langsung di dunia kerja atau dunia aktual lain.

Penelitian ini bercirikan sebagai berikut :

1. Menyediakan kerangka kerja yang teratur untuk memecahkan masalah dan

perkembangan- perkembangan baru yang lebih baik.

2. Bersifat kolaboratif

3. Tujuan untuk meningkatkan pelaksanaan suatu program pembelajaran yang

efektif dan efesien.

(28)

Sedangkan tujuan utama dari PTK adalah untuk perbaikan dan peningkatan

praktik pembelajaran secara berkesinambungan, juga untuk pengembangan

kemampuan ketrampilan guru untuk menghadapi permasalahan aktual

pembelajaran dikelasnya dan atau di sekolahnya sendiri. Dalam penelitian ini

penulis merencanakan penelitian sampai tiga siklus dan disetiap siklus memiliki

tindakan yang berbeda

Menurut Moch Slamet bahwa yang dimaksud dengan penelitian tindakan kelas

(PTK) adalah kajian tentang situasi soasial dengan maksud untuk meningkatkan

kualitas tindakan di dalamnya Moch Slamet. (1990). Seluruh prosesnya telaah,

diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pengaruh menciptakan

hubungan yang diperlukan antara evaluasi diri dari perkembangan professional.

Dalam penelitian ini penulis merencanakan penelitian sampai tiga siklus dan

disetiap siklus memiliki tindakan yang berbeda.

Dalam pelaksanaanya setiap proses penelitian merupakan tindak lanjut dari

siklus sebelumnya. Penelitian tindakan ini dilakukan melalui putaran yang setiap

siklusnya terdiri dari rencana, tindakan, observasi dan refleksi.

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas III SDN 4 Gadingrejo yang

berjumlah, dengan pertimbangan bahwa siswa di kelas tersebut mendapat nilai di

bawah standar rata-rata untuk pelajaran pendidikan jasmani khususnya senam

(29)

D. Tempat dan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

a. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SDN 4 Gadingrejo pada siswa kelas VI.

b. Pelaksanaan Penelitian

Lama waktu yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah satu bulan.

E. Proses Pembelajaran Kopstand

Siklus I

Rencana :

1. Menyiapkan alat-alat yang berkaitan dengan proses pembelajaran

dan instrument yang diperlukan untuk mengobservasi tindakan.

2. Menyiapkan siswa untuk mengikuti proses belajar mengajar

Pendidikan Jasmani khusunya Senam Lantai yakni Kop stand

Tindakan :

1. Memberikan penjelasan dan mengenalkan alat yang akan

digunakan pada pembelajaran di siklus pertama.

2. Mendemonstrasikan latihan Kop stand dua orang siswa dengan cara

salah satu siswa melakukan kopstand dengan cara dibantu salah

satu teman untuk memegang kaki siswa tersebut.

3. Menyuruh siswa melakukan gerakan kop stand melalui cara

(30)

Observasi :

Setelah tindakan dilakukan, diamati, kemudian dikoreksi dan diberikan

waktu pengulangan serta dinila imenggunakan alat perekam yang dapat di

replay ulang untuk menjaga objektifitas penilaian.

Refleksi :

1. Hasil observasi disimpulkan dan dianalisis, bahwa pelaksanaan

tindakan siklus pertama dengan model pembelajaran berpasangan

sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran gerak dasar Kop

stand, namun masih terdapat kekurangan.

2. Merencanakan tindakan untuk siklus kedua, yang mana penulis

berencana memberikan latihan Kop stand Pada siklus berikutnya

Siklus II

Rencana :

1. Menyiapkan alat-alat yang berkaitan dengan proses pembelajaran

dan instrument yang diperlukan untuk mengobservasi tindakan.

2. Menyiapkan siswa untuk mengikuti proses belajar mengajar

Pendidikan Jasmani khususnya senam lantai yakni Kop stand

Tindakan :

1. Memberikan petunjuk, tentang pelaksanaan pembelajaran

2. Mendemonstrasikan latihan Kop stand dua orang siswa dengan cara

salah satu siswa melakukan kopstand dengan cara dibantu salah

satu teman untuk memegang kaki siswa tersebut.

(31)

Observasi :

Setelah tindakan dilakukan, diamati dan dikoreksi, kemudian diberikan

waktu pengulangan serta /dievaluasi menggunakan alat perekam yang

dapat di replay ulang untuk menjaga objektifitas penilaian

Refleksi

1. Hasil observasi disimpulkan, bahwa pelaksanaan tindakan siklus

kedua dengan cara berpasangan sangat berpengaruh, namun masih

terdapat kekurangan.

2. Merencanakan tindakan untuk siklus berikutnya, apabila terdapat

indikator yang kurang maka penulis merencanakan siklus

berikutnya.

Siklus III

Rencana :

1. Menyiapkan alat dan tempat untuk melakukan kopstand dengan

berpasangan.

2. Menyiapkan siswa untuk mengikuti pemebelajaran senam lantai yakni

kopstand yang akan dilakukan dan sebelumnya menyuruh pemanasan.

Tindakan :

1. Memberikan petunjuk, mendemonstrasikan cara pelaksanaan siklus

(32)

2. Melakukan latihan kopstand

Observasi :

Setelah tindakan dilakukan, diamati, dikoreksi dan diberikan waktu

pengulangan. Pada pertemuan berikutnya dilakukan tes menggunakan

kopstand dengan berpasangan. Hasil tes pada siklus ketiga di analisis

menggunakan persentase.

Refleksi

1. Hasil observasi disimpulkan dan dianalisis, bahwa pelaksanaan

hasil latihan kopstan dengan berpasangan sangat berpengaruh

terhadap hasil pembelajaran kopstand padasiswa kelas III.

2. Hasil pembelajaran kopstanddengan berpasangan sudah dianggap

baik maka siklus berhanti sampai di sini.

F. Teknik Pengumpulan data

Observasi adalah studi yang disengaja dan sistematis tentang

fenomena-fenomena social atau gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan langsung

(Kartini Kartono, 1983 : 142). Metode ini penulis gunakan untuk

mengungkap-kan data tentang kegiatan siswa dalam mengikuti pembelajaran pendidimengungkap-kan

(33)

G. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengukur pelaksanaan PTK

disetiap siklusnya. Alat itu berupa indikator-indikator penilaian gerak kop stand

Bentuk indikator dalam hand stand roll adalah : 1) Sikap awal, 2)

Pelaksanaan.dan 3) sikap akhir. Jika masing-masing prediktor pada setiap

indikator nampak maka berapapun jumlahnya akan dihitung secara total. Jumlah

skor (total) dibagi tiga untuk mencari nilai rata-rata setiap siswa.

H. Teknik Analisis Data

Untuk melihat seberapa besar peningkatan atau efektivitas kemampuan siswa

dalam melakukan melompat pada setiap siklus, maka menggunakan rumus :

P = X 100 %

Keterangan:

P = Prosentase keberhasilam

F = jumlah frekuensi yang dilakukan N = jumlah siswa yang mengikuti tes

I. Validnya Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Moch Slamet. (1990), mengatakan bahwa validnya penelitian

tindakan kelas bila tindakan itu memang aplikatif dan dapat berfungsi untuk

memecahkan masalah yang dihadapi. Sehingga criteria validitas penelitian

tindakan kelas terletak pada aplikatifnya atau berfungsinyatindakan untuk

(34)

Didasarkan pendapat di atas maka penelitian dalam setiap siklus telah

memberikan dampak terhadap dalam upaya peningkatan gerak dasar siswa

melakukan gerakan Kop standmelalui model pembelajaran dengan cara

(35)

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan pada Bab IV maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Siswa yang termasuk kedalam kategori baik sekali berjumlah 0 %siswa

2. Siswa yang termasuk kedalam kategori baik berjumlah 1 siswa atau 4%

3. Siswa yang termasuk kedalam kategori sedang berjumlah 15 atau 60%

Siswa

4. Siswa yang masuk dalam kategori kurang berjumlah 9 atau 36% siswa.

5. Siswa yang masuk dalam kategori kurang sekali berjumlah 0 atau 0%

siswa.

Maka dapat disimpulkan tingkat kebugaran jasmani siswa kelas VI SDN 2

Waringinsari Timur Kecamatan Adiluwih kabupaten Pringsewu pada tingkat

klasifikasi sedang.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan maka perlu diajukan

beberapa saran sebagai berikut:,

1. Untuk meningkatkan kebugaran jasmani yang baik, sebaiknya dilakukan

penelitian dengan menggunakan metode yang berbeda dan obyek penelitian

(36)

3. Untuk menjaga kebugaran jasmani yang stabil sebaiknya kita melakukan

olahraga yang teratur dimulai dari tingkat olahraga yang ringan hingga

(37)

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat

dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

yang penulis laksanakan di kelas III SDN 4 Gadingrejo Kabupaten Pringsewu

dapat terlaksana dengan waktu yang telah dijadwalkan. Dan penulis beri judul

laporan ini “Peningkatan Kemampuan Kopstand (Head Stand) Dengan Cara

Berpasangan Pada Siswa Kelas III SDN 4 Gadingrejo tahun 2011”.

Banyak manfaat yang penulis dapatkan sebagai seorang pendidik selama

melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), untuk meningkatkan

profesionalisme dalam memperbaiki kinerja dalam pembelajaran. Kemudian

penulis lebih serius dan percaya diri dalam mengelola pembelajaran melalui

latihan terbimbing untuk memperbaiki pembelajaran dikelas yang dilakukan

berulang kali dengan proses refleksi yang penulis lakukan dengan merenung dan

diskusi dengan teman sejawat.

Penulis menyadari hasil kerja ini masih banyak sekali kekurangan dan

masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik

dan saran yang bersifat membangun.

Semoga hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dapat bermanfaat bagi

penulis khususnya dan para guru pada umumnya. Sebagai hasil untuk

(38)

Penulis

(39)

MOTTO

(40)

Kupersembahkan karya tulis ini kepada :

1.

Kedua Orang Tua ku Tercinta Ayahanda atas jasa mu lah

Ananda untuk mencapai cita-cita.

2.

Ibunda ku yang telah mendidikku, memberi kasih sayang,

semangat dan nasehat serta doa demi keberhasilan ku.

3.

Istri dan anak-anak Tercinta yang telah memberi semangat,

support, masukan serta saran dalam menyelesaikan Laporan

Skripsi ini.

4.

Kepala sekolah dan rekan guru di SDN 4 Gadingrejo yang selalu

memberi dukungan.

5.

Sahabat-sahabatku yang selalu menemani perjuanganku bersama-sama

dari awal sampai akhir masa kuliahku di Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung

6.

Almamater Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

(41)

Penulis dilahirkan di Tegalrejo pada tanggal 29 Desember

1963 dengan nama lengkap Bambang Prasetyo, merupakan

anak ke tiga dari sepuluh bersaudara, putra pasangan Bapak

Sujo Adi Sunyoto (Alm) dan Ibu Sutinah.

Pendidikan formal yang di tempuh penulis adalah :

1. Sekolah dasar (SD) Negeri 4 Gadingrejo selesai pada tahun 1977.

2. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 gadingrejo selesai tahun

1981.

3. Sekolah Guru Olahraga (SGO) PGRI Tanjung Karang selesai pada tahun

1984.

Pada tahun 1985 penulis diangkat menjadi PNS dan bertugas di SDN 4

Gadingrejo sampai dengan sekarang. Pada tahun 2010 meneruskan jenjang

pendidikan kesarjanaan pada Universitas Lampung Jurusan Program Studi

(42)

Asalamualaikum. Wr. Wb

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat

dan Salam semoga selalu tercurah kepada baginda Rasulullah SAW yang mulia.

Skripsi dengan judul “Peningkatan Kemampuan Kopstand (Head Stand) Dengan Cara Berpasangan Pada Siswa Kelas III SDN 4 Gadingrejo tahun 2011” adalah dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk pencapaian gelar Sarjana

Pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si selaku Dekan FKIP Universitas

Lampung.

2. Bapak Drs. Baharuddin, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

3. Bapak Drs. Ade Jubaedi, M.Pd. selaku Pembimbing yang telah memberikan

bimbingan, pengarahan dan motivasi serta kepercayaan kepada penulis.

4. Bapak Dr. Rahmat Hermawan, M.Kes. selaku Penguji Utama yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan.

5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Penjaskes FKIP Unila yang telah

memberikan ilmu pengetahuan dan keteladanan selama penulis menjalani

(43)

melaksanakan penelitian pada siswa kelas III.

8. Siswa-siswi kelas III SD Negeri 4 Gadingrejo, terimakasih atas waktu dan

kerjasamanya.

9. Teman-teman seperjuangan di Program S1 dalam Jabatan terutama kelompok

Sukimin, ayo sukseskan program S1 secepatnya. Semangat.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

penyelesaian tugas akhir ini.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Wasalamualaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, 17 September 2012 Penulis

(44)
(45)

Gambar Halaman

(46)

Halaman

E. Kegunaan Penelitian... 4

(47)
(48)

Corbin, C.B., et al. (1997). Physical Fitness With Laboratories. USA: Times Minor Higher Education Group, Inc.

Depdikbud, 1994, Tes Kebugaran Jasmani Indonesia Untuk Umur 10-12

Tahun,Jakarta

Depdikbud, 2003. Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar Senam di Sekolah Dasar Kelas I s/d VI mata Pelajaran Pendidikan Jasmani. Jakarta

Hermawan Rahmat, 1998, Usaha Manajemen Kelas dalam Pembelajaran

Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Yang Inovatif dan Prediktif di SDN 3 Gedung Air Tanjung Karang Barat Bandar Lampung, Universitas Lampung, Lampung.

J. Haraw Anita, 1972, Materi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Erlangga, Jakarta.

Kartono, Kartini, 1986, Pengantar Metodologi Riset Sosial, Alumni Bandung.

Lutan Rusli (1988), Belajar Keterampilan Motorik, P2LPTK, Jakarta

Makmun Abin Syamsuddin. 1998. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Muhadjir, Noeng, 1997. Pedoman Pelaksanaan Penelitian Kaji Tindak, BPGSD, Yogyakarta.

Munandar Aris. 1997. Makalah: Masa Depan Penjas dan Olahraga Di Indonesia.

Bandung: IKA IKIP Bandung.

Purwanto Ngalim. 1998. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Rusli Lutan, Suherman Adang, 1993, Pengukuran dan Evaluasi Penjaskes,

DEPDIKNAS, DIRJEN Pendidikan Dasar dan Menengah.

Slameto. 1988. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Bina Aksara.

(49)
(50)
(51)

1 Norma Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (untuk Putera dan

Puteri)... 21

2 Norma Tes Lari 40 Meter Untuk Usia 10-12 Tahun...

3. Norma Tes Pull-Up Untuk Usia 10-12 Tahun.....

4 Norma Tes Sit-Up Untuk Usia 10-12 Tahun...

5. Norma Tes Sit-Up Untuk Usia 10-12 Tahun...

6. Norma Tes Lari 600 Meter Untuk Usia 10-12 Tahun...

7 Peningkatan Kebugaran Jasmani Tiap Siklus... 31

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penerapan alat bantu pembelajaran menggunakan sabuk dan dinding dapat meningkatkan hasil belajar senam lantai gerakan

Dari hasil analisis data diatas dapat disimpulan bahwa penggunaan alat bantu pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar senam lantai loncat harimau pada siswa kelas XI

Skripsi dengan judul Upaya Meningkatkan Pembelajaran Gerak Dasar Hand Stand Menggunakan Alat Bantu Pada Siswa Kelas V SDN 1 Tanjung Gading Bandar Lampung adalah dalam rangka

Skripsi dengan judul ” Upaya Meningkatkan Pembelajaran Gerak Dasar Hand Stand Menggunakan Alat Bantu Pada Siswa Kelas V SDN 2 Sukoharjo III Pringsewu” adalah dalam rangka memenuhi

Atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MERODA SENAM LANTAI MELALUI PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN AUDIO

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa melalui alat bantu pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar senam lantai loncat harimau dari prasiklus ke siklus I dan

Pada tahap siklus 2 ini peningkatan hasil belajar siswa yang diperoleh merupakan hasil dari proses pembelajaran tentang gerak meroda menggunakan media bola gymnastic

Adapun penelitian tentang gerak meroda pada penelitian sebelumnya dalam skripsi Sulistiyo (2015) bahwa, penelitian tentang gerak meroda menggunakan dua tindakan siklus