ABSTRAK
PENINGKATAN KEMAMPUAN HEAD STAND DENGAN CARA BERPASANGAN PADA SISWA KELAS III SDN
4 GADINGREJO TAHUN 2011
Oleh
BAMBANG PRASETYO
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kopstand dengan cara berpasangan pada siswa kelas III di SD Negeri 4 Gadingrejo Kabupaten Pringsewu.
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) dengan subjek penelitian adalah siswa kelas III di SD Negeri 4 Gadingrejo Kabupaten Pringsewu. yang berjumlah 25 siswa, dengan perincian 10 laki-laki dan 15 perempuan. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan melalui tes kemampuan kopstand.
Hasil penelitian menunjukkan: setiap siklus adanya peningkatan kemampuan kopstand, dan bila dilihat dari KKM pada siklus pertama diperoleh prosentase keberhasilan ketuntasan belajar sebesar 40 %, ternyata dapat meningkatkan kemampuan kopstand secara signifikan, pada siklus kedua diperoleh prosentase keberhasilan ketuntasan belajar 64 %, dan pada siklus ketiga diperoleh prosentase keberhasilan ketuntasan belajar 100 %. Hasil peningkatan ≥ 65% itu artinya hasil peningkatan kopstand dengan cara berpasangan menunjukan telah terjadi
PENINGKATAN KEMAMPUAN HEAD STAND DENGAN CARA BERPASANGAN PADA SISWA KELAS III SDN
4 GADINGREJO TAHUN 2011
Oleh
BAMBANG PRASETYO Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Pada
Jurusan Ilmu Pendidikan Penjasorkes Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Judul Skripsi : PENINGKATAN KEMAMPUAN HEAD STAND DENGAN CARA BERPASANGAN
PADA SISWA KELAS III SDN 4 GADINGREJO TAHUN 2011
Nama Mahasiswa : BAMBANG PRASETYO Nomor Pokok Mahasiswa : 1013118001
Program Studi : Penjaskes
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Komisi Pembimbing
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Drs. Ade Jubaedi, M.Pd. …………
Penguji
Bukan Pembimbing : Dr. Rahmat Hermawan, M.Kes. …………
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Hi.Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003
PERNYATAAN
Bahwa saya yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Bambang Prasetyo NPM : 1013118001
Tempat tanggal lahir : Tegalrejo, 29 Desember 1963 Alamat : Gadingrejo Kabupaten Pringsewu
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “PENINGKATAN KEMAMPUAN KOPSTAND (HEAD STAND) DENGAN CARA
BERPASANGAN PADA SISWA KELAS III SDN 4 GADINGREJO TAHUN 2011” adalah benar hasil karya penulis berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 1 Agustus – 20 September 2012. Skripsi ini bukan hasil menjiplak, dan atau hasil karya orang lain.
Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya.
Bandar Lampung, Oktober 2012
PENINGKATAN KEMAMPUAN HEAD STAND DENGAN CARA BERPASANGAN PADA SISWA KELAS III SDN
4 GADINGREJO TAHUN 2011
(Skripsi)
Oleh
BAMBANG PRASETYO
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan sebagai salah satu proses pembinaan manusia yang
berlangsung seumur hidup melalui aktivitas jasmani berupa gerak. Gerak sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia dan dirinya secara alami dan berkembang searah dengan zaman. Melalui pendidikan jasmani yang diberikan di sekolah memiliki peranan penting karena memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani.
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dalam kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), mata pelajaran Pendidikan Jasmani merupakan salah satu mata pelajaran inti bagi Sekolah Dasar (SD). Untuk menghasilkan manusia yang berkualitas tinggi, maka melalui Pendidikan Jasmani siswa SD perlu dibekali dengan bermacam-macam kegiatan fisik yang
dari ; Atletik, Senam, dan Pencak Silat. Sementara kegiatan pilihan terdiri dari ; Renang, Bulu Tangkis, Tenis Meja, Sepak Bola dan permainan tradisional.
Kegiatan fisik tersebut diberikan kepada anak untuk memenuhi salah satu tujuan khusus Pendidikan Jasmani yaitu meningkatkan ketrampilan melakukan kegiatan olahraga dan memiliki sikap positif anak terhadap kegiatan olahraga. Namun dalam prakteknya, penentuan tugas gerak suatu cabang olahraga dalam proses pembelajaran Pendidikan Jasmani di sekolah masih menjadi persoalan bagi anak. Hal ini menyebabkan materi yang diajarkan oleh guru berintikan teknik-teknik bagu yang tidak sesuai dengan tingkat usia dan kesiapan belajar anak. Padahal gerak tersebut termasuk dalam kategori dasar senam lantai.
Untuk mengatasi persoalan tersebut, guru harus berusaha untuk mencari dan mencoba berbagai metode yang sesuai dengan tingkat usia dan kesiapan anak seperti yang dikatakan Lutan (1993 : 3).
“Berhubungan dengan tingkat kesiapan belajar anak, maka perjenjangan tugas gerak yang selaras dengan tingkat perkembangan dan pertumbuhan anak merupakan tuntutan yang mendesak ditinjau dari kebutuhan
pebingkatan layanan pendidikan dasar”.
Berdasarkan pendapat tersebut, maka dengan melakukan pentahapan tugas gerak yang selaras dengan kematangan anak, proses pembelajaran pendidikan jasmani akan lebih efektif dan keselamatan anak terjamin. Di sisi lain, penentuan model untuk mengajarkan suatu tugas gerak harus disesuaikan kompleks atau
Di SDN 4 Gadingrejo, beberapa tugas gerak dalam materi senam lantai masih menjadi tugas gerak yang kompleks bagi anak, salah satunya adalah gerak kop stand (Head Stand). Namun, bila dianalisis lebih jauh lagi mengenai karakteristik geraknya memang cukup sulit bagi ukukuran siswa SD oleh karena itu di sini penulis memberikan cara berpasangan untuk memudahkan gerak tersebut.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat diidentifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pada umumya siswa merasa kesulitan menerima atau melakukan gerakan seperti gerakan kop stand dalam pembelajaran senam lantai
2. Siswa kurang antusias bila harus melakukan sendiri setelah melihat peragaan kawan maupun guru.
3. Pada umumya siswa masih belum bisa mengkoordinasikan gerakan
C. Permasalahan
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Meningkatkan gerak dasar senam lantai yakni kop stand dengan cara berpasangan.
2. Untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran senam lantai yakni kop stand dengan cara berpasangan.
3. Untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar gerak dasar senam lantai yakni kop stand setelah berpasangan.
E. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai wawasan dan masukan bagi:
1. Bagi siswa
Sebagai perbandingan untuk meningkatkan latihan belajar gerak dasar senam lantai yakni kop stand setelah diberikan cara berpasangan secara benar.
2. Bagi guru penjas
3. Bagi Program Studi
Sebagai kontribusi untuk perbendaharaan dalam metode mengajarkan ketrampilan senam lantai yakni kop stand..
4. Bagi FKIP
Sebagai model pembelajaran yang berguna untuk mata kuliah terutama bekal persiapan PPL di sekolah
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendidikan Jasmani
Pendidikan Jasmani merupakan pendidikan yang mengaktulisasikan
potensi-potensi aktivitas manusia berupa sikap, tindakan dan karya yang diberi bentuk, isi,
dan arah untuk menuju kebulatan kepribadian sesuai dengan cita-cita
kemanusiaan, untuk menjaga keseimbangan antara perkembangan kecerdasan
otak dan ketrampilan jasmani, maka sekolah-sekolah di Indonesia diberikan
pendidikan olahraga. Peranan dan fungsi guru penjas yang baik akan terwujud
apabila memiliki inisiatif, kreatifitas dan inovatif serta selektif dalam memilih dan
menentukan suatu metode atau pendekatan pembelajaran yang cocok dan sesuai
dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak didiknya.
Pengertian pendidikan jasmani dalam pedoman khusus yang diterbitkan oleh
Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah tahun 2003, mengemukakan
definisi Pendidikan Jasmani sebagai berikut :
“Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didisain untuk meningkatkan kebugaran jasmani,
mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, dan sikap sportif serta kecerdasan emosi”.
Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktivitas
jasmani untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh. Melalui
pendidikan jasmani siswa di sosialisasikan kedalam aktivitas jasmani termasuk
keterampilan berolahraga. Tidaklah mengherankan bahwa pendidikan jasmani
strategis untuk mendidik. Pendidikan jasmani yang dikemukakan oleh Wiranto
Arismunandar. (1997) bahwa :
“Perndidikan Jasmani adalah suatu proses pendidikan sesorang sebagai perseorangan maupun sebagai anggota masyarakat yang dilakukan secara sadra dan sistematik melaului berbagai kegiatan Jasmani dalam rangka peningkatkan kemampuan dan ketrampilan jasmani,
pertumbuhan kecerdasan dan pembentukan watak. Sedangkan Olahraga merupakan bentuk-bentuk kegiatan jasmani yang terdapat dalam
permainan, perlombaan dan kegiatan jasmani yang intensif dalam rangka memperoleh rekreasi, kemenangan dan prestasi yang optimal.”
Bila disimpulkan bahwa pendidikan jasmani adalah pendidikan melalui aktitifitas
jasmani yang bertujuan untuk meningkatkan perilaku hidup sehat seutuhnya.
B. Belajar Mengajar
Hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang
“belajar”. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui
pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar adalah merupakan suatu proses,
suatu kegiatan dan bukan suatu hasil dan tujuan.
Pengertian ini sangat berbeda dengan Slameto. (1988) adalah “Belajar dimaknai
sebagai proses tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antara individu
dengan lingkungannya. Tingkah laku ini mencakup aspek pengetahuan,
ketrampilan dan sikap”. Tingkah laku dapat menjadi dua berpasangan yaitu dapat
diamati dan yang tidak. Tingkah laku yang dapat diamati disebut dengan
behavoral performance, sedangkan yang tidak diamati disebut behavioral tendency. Sedangkan mengajar menurut pandangan Ngalim Purwanto.(1998) adalah upaya dalam memberikan rangsangan (stimulus), bimbingan, pengarahan
Dari pandangan mengenai belajar dan mengajar di atas pada dasarnya dalam
proses belajar mengajar guru perlu menerapkan pendekatan yang sesuai dengan
kodisi dan situasi, sehingga proses belajar mengajar berjalan secara kompleks dan
tidak sekedar menyampaikan informasi dari guru kepada siswa saja, melainkan
dalam menyampaikan bahan pelajaran dan dalam kegiatan belajar guru dan
peserta didiknya keduanya harus aktif.
C. Belajar Motorik
Menurut Abin Syamsuddin Makmun. (1998), Belajar adalah memodifikasi atau
memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Menurut rumusan tersebut bearti
bahwa belajar bukan hanya sekedar mengingat melainkan lebih luas dari itu, yaitu
mengalami. Hasil belajar bukan hanya penguasa latihan, melainkan perubahan
prilaku.
Sedangkan mengajar menurut pandangan Yandianto.(2003), adalah upaya dalam
memberikan rangsangan (stimulus), bimbingan, pengarahan dan dorongan kepada
siswa agar terjadi proses belajar. Dari pandangan mengenai belajar dan mengajar
di atas pada dasarnya dalam proses belajar mengajar guru perlu menerapkan
pendekatan yang sesuai dengan kodisi dan situasi, sehingga proses belajar
mengajar berjalan secara kompleks dan tidak sekedar menyampaikan informasi
dari guru kepada siswa saja, melainkan dalam menyampaikan bahan pelajaran dan
D. Belajar Gerak
Belajar gerak adalah belajar yang diwujudkan melaui-mealui respon-respon
muscular.
Dan diekspresikan dalam gerakan tubuh. Yang dipelajari di dalam belajar gerak
adalah pola-pola gerakan ketrampilan tertentu misalnya gerak-gerak ketrampilan
olahraga. Di dalam mempelajari gerakan olahraga, atlet berusaha untuk mengerti
gerakan-gerakan yang dipelajari, kemudian apa yang dimengerti itu
dikomandokan kepada otot-otot tubuh untuk mewujudkan dalam gerakan tubuh
secara keseluruhan atau hanya sebagian sesuai dengan pola gerakan yang
dipelajari. Proses belajar gerak berbentuk kegiatan mengamati gerakan kemudian
mencoba menirukan berulang-ulang; menerapkan pola-pola gerak tertentu pada
situasi tertentu yang dihadapi; dan juga dalam bentuk kegiatan menciptakan
pola-pola gerak baru untuk tujuan tertentu.
Dalam gerak juga terdapat istikah “ranah gerak. Kata ranah adalah terjemahan
dari kata “domain” yang bisa dartikan bagian atau unsur. Gerak tubuh merupakan
salah satu kemampuan manusia untuk melaksanakan hidupnya. Gerak tubuh
manusia bias diklasifikasikan menjadi bebrapa macam.
Anita j. Harrow (1972) membedakan gerakan tubuh manusia menjadi enam
klasifikasi. Enam klasifikasi gerakan tubuh menurut Anita j. Harrow
1. Gerak refleks
2. Gerak dasar fundamental
4. Kemampuan fisik
5. Gerak Keterampilan
6. Komunikasi non diskursif
Keenam klasifikasi tersebut merupakan suatu kesatuan yang membentuk gerakan
tubuh manusia, dan merupakan suatu urutan mulai dari yang bersifat bawan sejak
lahir sampai ke taraf paling tinggi yang bisa dilakukan oleh manusia.
Belajar gerak sangat berhubungan dengan latihan, maka Lutan (1988 ; 309)
memaparkan sebagai berikut
“Pada waktu yang permulaan latihan, kemampuan itu barangkali memiliki kemampuan yang sama; tetapi selanjutnya kemampuan atau abilitas itu bertalian dengan kepekaan kinesthetic, dan tak bertalian dengan orientasi spatial. Ketika si pelaku semakin terampil, mereka seperti tidak menggunakan abilitas yang berbeda untuk menghasilkan suatu kegiatan ketimbang ketika masih belum terampil. Latihan
menghasilkan perubahn dalam kemampuan yang melandasi suatu tugas gerak”.
Dalam hal ini jelas bahwa perubahan seperangkat kemampuan adalah akibat
latihan dari waktu ke waktu. Dari penjelasan tersebut dapat dinyatakan bahwa
kegiatan belajar dalam Pendidikan Jasmani merupakan prasyarat penting untuk
menguasai ketrampilan. Untuk memperoleh suatu ketrampilan olahraga
diperlukan aktivitas belajar dari tiap individu. Tanpa belajar atau berlatih tidak
mungkin ada perubahan yang diharapkan pada diri seseorang, baik tingkahnya,
penampilannya maupun sikapnya. Dalam hal kegiatan Pendidikan Jasmani
E. Senam
Senam yaitu latihan tubuh yang dipilih dan diciptakan dengan berencana, disusun
secara sistematis, dengan tujuan membentuk dan mengembangkan pribadi secara
harmonis (depdikbud, 1983/1984).
a. Senam Lantai
Senam ketangkasan adalah bentuk-bentuk gerakan senam yang dilakukan dengan
unsur kekuatan, kecepatan, ketepatan, kelentukan, keterampilan, keberanian, dan
kepercayaan pada diri sendiri. Senam ketangkasan merupakan urutan gerakan dari
suatu rangkaian yang terpadu yang dilakukan dengan cepat, lepat, luwes, dan
lancar sehingga indah dipandang. Senam ketangkasan sering disebut senam
pertandingan atau senam artistik, karena gerakan-gerakannya harus sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
b. Kop stand
1. Pengertian Kop Stand
Kop stand merupakan posisi berdiri dengan kepala di bawah.Teknik ini digunakan
dalam situasi yang berbeda, seperti yoga, breakdancing dan pemula senam.
2. Gerakan Kop Stand
a. Sikap PermulaanBerdiri tegak, kedua kaki rapat. Kedua lengan disamping dan
pandangan lurus ke depan.
b. Gerakan Kop stand
1. Keseimbangan dilakukan dengan posisi awal roll ke depan
2. Tangan dan kepala membentuk segitiga sama sisi
3. Ayunkan salah satu kaki keatas dan diikuti kaki yang lain
4. Bawa kedua kaki keatas, sampai kedua kaki rapat dan lurus dengan badan
5. Badan bertumpu pada kepala dan dibantu oleh tangan untuk menjaga
keseimbangan
6. Apabila posisi tidak seimbang dan hampir jatuh, tindakan yang harus dilakukan
ialah gerakan roll depan.
3. Hal – Hal Yang Tidak Boleh Dilakukan
a. Menempatkan kedua tangan dan kepala tidak segitiga sama sisi
b. Kekakuan pada leher, sendi bahu, perut, pinggang dan paha
c. Kurang kuatnya otot leher, bahu, perut, pinggang dan paha
d. Alas dasar/ lantai tempat kepala bertumpu terlalu keras, menimbulkan rasa sakit
4. Latihan kondisi fisik
Kondisi fisik siswa memegang peranan yang sangat penting dalam suatu program
latihan. Program latihan kondisi fisik haruslah direncanakan secara baik dan
sistematis, ditujukan untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan
fungsional dari sistem tubuh sehingga dengan demikian memungkinkan atlet
untuk mencapai prestasi yang lebih baik.
Jika kondisi fisik baik maka:
a) Akan ada peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung.
b) Akan ada peningkatan dalam kekuatan, kelentukan, stamina, kecepatan dan
komponen kondisi fisik lainnya.
c) Akan ada ekonomi gerak yang lebih baik pada waktu latihan.
d) Akan ada pemulihan yang lebih cepat dalam organ-organ tubuh setelah latihan
e) Akan ada respons yang cepat dari organisme tubuh kita apabila sewaktu-waktu
respon demikian diperlukan.
Kalau faktor-faktor tersebut tidak atau kurang tercapai setelah suatu masa latihan
kondisi fisik tertentu, maka hal ini berarti bahwa perencanaan dan sistematik
latihan kurang sempurna. Karena sukses dalam olahraga sering menuntut
keterampilan yang sempurna dalam situasi strees dalam meningkatkan prestasi
siswa.
Jadi, sebelum melakukan gerakan senam, seorang siswa harus sudah berada dalam
dan segala macam strees yang akan dihadapinya selama melakukan gerakan
senam (kops tand).
Tanpa adanya kondisi fisik yang seksama dan serius siswa harus dilarang untuk
mengikuti suatu kegiatan olahraga senam.
Dalam melakukan latihan-latihan kondisi fisik serta perkembangan fitness yang
optimal, banyak tekanan yang harus diberikan pada perkembangan tubuh secara
keseluruhan yang secara teratur harus ditambah dalam intensitasnya. Proses
conditioning dalam olahraga adalah suatu proses yang harus dilakukan dengan
hati-hati, dengan sabar, dan dengan penuh kewaspadaan terhadap siswa. Melalui
latihan yang berulang-ulang dilakukan, yang sedikit demi sedikit ditambah dalam
intensitas dan kompleksitasnya, siswa lama-kelamaan akan berubah menjadi
orang yang lebih lincah, lebih kuat, lebih terampil dan dengan sendirinya lebih
efektif.
Proses conditioning harus dapat membangkitkan reaksi-reaksi yang positif dalam
tubuh kita, yaitu kemajuan dalam organisasi neurophysicologis kita, dan
kemajuan dalam penyesuaian perubahan-perubahan (adaptive alterations) dalam
jaringan-jaringan tubuh kita. Para ahli olahraga berpendapat bahwa atlet yang
mengikuti suatu program latihan kondisi fisik pre-season yang intensif akan
5. Akibat Yang Timbul Dari Kesalahan Melakukan Kop Stand a. Cedera
Menurut Corbin, C.B., et al. (1997), secara umum macam-macam cedera yang
mungkin terjadi adalah:
- cedera ligamentum, cedera pada otot dan tendo
- pingsan. Struktur jaringan di dalam tubuh yang sering terlibat dalam cedera
olahraga adalah:
otot, tendo, tulang, persendian termasuk tulang rawan, ligamen, dan fasia
a.1. Cedera pada Otot atau Tendo dan Ligamen
Menurut Corbin, C.B., et al. (1997), cedera pada ligamentum dikenal dengan
istilah sprain sedangkan cedera pada otot dan tendo dikenal sebagai strain. 1) Sprain
Sprain adalah cedera pada ligamentum, cedera ini yang paling sering terjadi padaberbagai cabang olahraga.” hal ini terjadi karena stress berlebihan yang
mendadak atau penggunaan berlebihan yang berulang-ulang dari sendi.
Berdasarkan berat ringannya cedera sprain dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu a) Sprain Tingkat I
Pada cedera ini terdapat sedikit hematoma dalam ligamentum dan hanya
beberapa serabut yang putus. Cedera menimbulkan rasa nyeri tekan,
b) Sprain Tingkat II
Pada cedera ini lebih banyak serabut dari ligamentum yang putus, tetapi lebih
separuh serabut ligamentum yang utuh. Cedera menimbulkan rasa sakit, nyeri
tekan, pembengkakan, efusi, (cairan yang keluar) dan biasanya tidak dapat
menggerakkan persendian tersebut.
c) Sprain Tingkat III
Pada cedera ini seluruh ligamentum putus, sehinnga kedua ujungya terpisah.
Persendian yang bersangkutan merasa sangat sakit, terdapat darah dalam
persendian, pembekakan, tidak dapat bergerak seperti biasa, dan terdapat
gerakan–gerakan yang abnormal.
2) Strain
Strain adalah kerusakan pada suatu bagian otot atau tendo karena penggunaan yang berlebihan ataupun stress yang berlebihan. Membagi strain menjadi 3
tingkatan, yaitu:
a) Strain Tingkat I
Pada strain tingkat I, terjadi regangan yang hebat, tetapi belum sampai terjadi robekan pada jaringan otot maupun tendon.
b) Strain Tingkat II
c) Strain Tingkat III
Pada strain tingkat III, terjadi robekan total pada unit musculo tendineus. Biasanya hal ini membutuhkan tindakan pembedahan, kalau diagnosis dapat
ditetapkan. Adapun strain dan sprain yang mungkin terjadi dalam cabang olahraga renang yaitu punggung, dada, pinggang, bahu, tangan, lutut, siku,
pergelangan tangan dan pergelangan kaki.
b. Dislokasi
Dislokasi adalah terlepasnya sebuah sendi dari tempatnya yang seharusnya.
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi di bahu, angkle
(pergelangan kaki), lutut dan panggul. Faktor yang meningkatkan resiko dislokasi
adalah ligamen-ligamennya yang kendor akibat pernah mengalami cedera,
kekuatan otot yang menurun ataupun karena factor eksternal yang berupa tekanan
energi dari luar yang melebihi ketahanan alamiah jaringan dalam tubuh.
c. Patah Tulang (Fraktur)
Patah tulang adalah suatu keadaan yang mengalami keretakan, pecah atau patah,
baik pada tulang maupun tulang rawan. Fraktur berdasarkan continuitas patahan, patah tulang dapat digolongkan menjadi dua yaitu:
1. Patah tulang komplek, dimana tulang terputus sama sakali.
Sedangkan, berdasarkan tampak tidaknya jaringan dari bagian luar tubuh
membagi patah tulang manjadi:
1. Patah tulang terbuka dimana fragmen (pecahan) tulang melukai kulit diatasnya
dan tulang keluar.
2. Patah tulang tertutup dimana fragmen (pecahan) tulang tidak menembus
permukaan kulit.
F. Model berpasangan
Menurut Rusli Lutan (dalam Rahmat Hermawan, 1998), bahwa beberapa model
pembelajaran pendidikan jasmani menurut Mosston adalah gaya komando
(command style), pemberian tugas (task teaching), pengajaran individu (individual teaching), pengajaran berpasangan (reciprocal teaching), pengajaran
berpasangan (group teaching), pemecahan masalah (problem solving), dan penemuan terbimbing (guided discovery). Berdasarkan pengamatan dan pengalaman mengajar yang selama ini dilakukan, untuk mengatasi tingkat
kesulitan dan mengatasi rasa ketakutan siswa dalam melaksanakan pembelajaran
gerak kop stand maka model berpasangan sangat tepat untuk meningkatkan
pembelajaran gerak tersebut, karena kemungkinan siswa mendapat bantuan dari
temannya dalam melakukan gerakan tersebut sangat bepsar, sehingga keadaan ini
menjadi motivasi pula dalam meningkatkan keberanian siswa dalam belajar gerak
G. Hipotesis
Hipotesis merupakan petunjuk arah proses penelitian untuk menjelaskan
permasalahan yang harus dicari pemecahannya. Hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah : “Jika model berpasangan diterapkan pada pembelajaran
senam lantai khususnya kopstand, maka hasil belajar gerak dasar kop stand pada
III. METODE PENELITIAN
A. Metodologi
Metodologi adalah ”Ilmu yang membahas tentang jalan atau cara
mendapatkan sesuatu atau data dengan menggunakan teknik serta alat-alat yang
sistematis dalam rangka mendapatkan suatu hal yang diinginkan” (Winarno
Surachmad, 1986: 105). Sedangkan menurut Sutrisno Hadi (1981:4) Metodologi
adalah ”suatu usaha untuk menentukan, mengembangkan serta menguji kebenaran
suatu pengetahuan , usaha mana dilakukan dengan menggunakan metode-metode
ilmiah”.
Dari pengertian diatasmaka dapat penulis kemukakan bahwa metodologi
penelitian adalah metode yang digunakan seorang peneliti dalam usahanya
memperoleh hasil yang diinginkan atau diharapkan dari penelitian yang
diharapkan. Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif. Muhadjir, Noeng, (1997), berpendapat bahwa: ”Penelitian
deskriptif dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat
penelitian dilakukan. Penelitian ini diarahkan untuk menetapkan sifat suatu situasi
pada waktu penyelidikan itu dilaksanakan.
Dalam penelitian deskriptif tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan
seperti yang ditemua dalam penelitian eksperimen. Tujuan penelitian ini adalah
B. Jenis Penelitian
Dalam memecahkan masalah sangat diperlukan suatu cara atau metode. Karena
metode merupakan faktor penting dalam menentukan keberhasilan dari suatu
penelitian terhadap suatu subjek yang akan diteliti. Dalam hal ini peneliti ingin
menggunakan metode penelitian tindakan (kaji tindak) yang akan dilaksanakan
pada siswa kelas III SDN 4 Gadingrejo. Kesalahan yang sering terjadi pada kop
stand Kesalahan yang sering terjadi pada kop stand Menempatkan kedua tangan
dan kepala tidak segitiga sama sisi, Kekakuan pada leher, sendi bahu, perut,
pinggang dan paha, Kurang kuatnya otot leher, bahu, perut, pinggang dan paha,
Alas dasar / lantai tempat kepala bertumpu terlalu keras, menimbulkan rasa sakit
Dan Siswa terlalu cepat / kuat menolak. Sehingga bahwa siswa kelas III memilki
kemampuan yang kurang dalam melakukan kegiatan belajar mengajar Pendidikan
Jasmani khusunya dalam senam lantai yakni Kop Stand (Head Stand).
Penelitian tindakan bertujuan untuk mengembangkan ketrampilan-ketrampilan
baru atau cara pendekatan baru dan untuk memecahkan masalah dengan
penerapan langsung di dunia kerja atau dunia aktual lain.
Penelitian ini bercirikan sebagai berikut :
1. Menyediakan kerangka kerja yang teratur untuk memecahkan masalah dan
perkembangan- perkembangan baru yang lebih baik.
2. Bersifat kolaboratif
3. Tujuan untuk meningkatkan pelaksanaan suatu program pembelajaran yang
efektif dan efesien.
Sedangkan tujuan utama dari PTK adalah untuk perbaikan dan peningkatan
praktik pembelajaran secara berkesinambungan, juga untuk pengembangan
kemampuan ketrampilan guru untuk menghadapi permasalahan aktual
pembelajaran dikelasnya dan atau di sekolahnya sendiri. Dalam penelitian ini
penulis merencanakan penelitian sampai tiga siklus dan disetiap siklus memiliki
tindakan yang berbeda
Menurut Moch Slamet bahwa yang dimaksud dengan penelitian tindakan kelas
(PTK) adalah kajian tentang situasi soasial dengan maksud untuk meningkatkan
kualitas tindakan di dalamnya Moch Slamet. (1990). Seluruh prosesnya telaah,
diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pengaruh menciptakan
hubungan yang diperlukan antara evaluasi diri dari perkembangan professional.
Dalam penelitian ini penulis merencanakan penelitian sampai tiga siklus dan
disetiap siklus memiliki tindakan yang berbeda.
Dalam pelaksanaanya setiap proses penelitian merupakan tindak lanjut dari
siklus sebelumnya. Penelitian tindakan ini dilakukan melalui putaran yang setiap
siklusnya terdiri dari rencana, tindakan, observasi dan refleksi.
C. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas III SDN 4 Gadingrejo yang
berjumlah, dengan pertimbangan bahwa siswa di kelas tersebut mendapat nilai di
bawah standar rata-rata untuk pelajaran pendidikan jasmani khususnya senam
D. Tempat dan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
a. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SDN 4 Gadingrejo pada siswa kelas VI.
b. Pelaksanaan Penelitian
Lama waktu yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah satu bulan.
E. Proses Pembelajaran Kopstand
Siklus I
Rencana :
1. Menyiapkan alat-alat yang berkaitan dengan proses pembelajaran
dan instrument yang diperlukan untuk mengobservasi tindakan.
2. Menyiapkan siswa untuk mengikuti proses belajar mengajar
Pendidikan Jasmani khusunya Senam Lantai yakni Kop stand
Tindakan :
1. Memberikan penjelasan dan mengenalkan alat yang akan
digunakan pada pembelajaran di siklus pertama.
2. Mendemonstrasikan latihan Kop stand dua orang siswa dengan cara
salah satu siswa melakukan kopstand dengan cara dibantu salah
satu teman untuk memegang kaki siswa tersebut.
3. Menyuruh siswa melakukan gerakan kop stand melalui cara
Observasi :
Setelah tindakan dilakukan, diamati, kemudian dikoreksi dan diberikan
waktu pengulangan serta dinila imenggunakan alat perekam yang dapat di
replay ulang untuk menjaga objektifitas penilaian.
Refleksi :
1. Hasil observasi disimpulkan dan dianalisis, bahwa pelaksanaan
tindakan siklus pertama dengan model pembelajaran berpasangan
sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran gerak dasar Kop
stand, namun masih terdapat kekurangan.
2. Merencanakan tindakan untuk siklus kedua, yang mana penulis
berencana memberikan latihan Kop stand Pada siklus berikutnya
Siklus II
Rencana :
1. Menyiapkan alat-alat yang berkaitan dengan proses pembelajaran
dan instrument yang diperlukan untuk mengobservasi tindakan.
2. Menyiapkan siswa untuk mengikuti proses belajar mengajar
Pendidikan Jasmani khususnya senam lantai yakni Kop stand
Tindakan :
1. Memberikan petunjuk, tentang pelaksanaan pembelajaran
2. Mendemonstrasikan latihan Kop stand dua orang siswa dengan cara
salah satu siswa melakukan kopstand dengan cara dibantu salah
satu teman untuk memegang kaki siswa tersebut.
Observasi :
Setelah tindakan dilakukan, diamati dan dikoreksi, kemudian diberikan
waktu pengulangan serta /dievaluasi menggunakan alat perekam yang
dapat di replay ulang untuk menjaga objektifitas penilaian
Refleksi
1. Hasil observasi disimpulkan, bahwa pelaksanaan tindakan siklus
kedua dengan cara berpasangan sangat berpengaruh, namun masih
terdapat kekurangan.
2. Merencanakan tindakan untuk siklus berikutnya, apabila terdapat
indikator yang kurang maka penulis merencanakan siklus
berikutnya.
Siklus III
Rencana :
1. Menyiapkan alat dan tempat untuk melakukan kopstand dengan
berpasangan.
2. Menyiapkan siswa untuk mengikuti pemebelajaran senam lantai yakni
kopstand yang akan dilakukan dan sebelumnya menyuruh pemanasan.
Tindakan :
1. Memberikan petunjuk, mendemonstrasikan cara pelaksanaan siklus
2. Melakukan latihan kopstand
Observasi :
Setelah tindakan dilakukan, diamati, dikoreksi dan diberikan waktu
pengulangan. Pada pertemuan berikutnya dilakukan tes menggunakan
kopstand dengan berpasangan. Hasil tes pada siklus ketiga di analisis
menggunakan persentase.
Refleksi
1. Hasil observasi disimpulkan dan dianalisis, bahwa pelaksanaan
hasil latihan kopstan dengan berpasangan sangat berpengaruh
terhadap hasil pembelajaran kopstand padasiswa kelas III.
2. Hasil pembelajaran kopstanddengan berpasangan sudah dianggap
baik maka siklus berhanti sampai di sini.
F. Teknik Pengumpulan data
Observasi adalah studi yang disengaja dan sistematis tentang
fenomena-fenomena social atau gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan langsung
(Kartini Kartono, 1983 : 142). Metode ini penulis gunakan untuk
mengungkap-kan data tentang kegiatan siswa dalam mengikuti pembelajaran pendidimengungkap-kan
G. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengukur pelaksanaan PTK
disetiap siklusnya. Alat itu berupa indikator-indikator penilaian gerak kop stand
Bentuk indikator dalam hand stand roll adalah : 1) Sikap awal, 2)
Pelaksanaan.dan 3) sikap akhir. Jika masing-masing prediktor pada setiap
indikator nampak maka berapapun jumlahnya akan dihitung secara total. Jumlah
skor (total) dibagi tiga untuk mencari nilai rata-rata setiap siswa.
H. Teknik Analisis Data
Untuk melihat seberapa besar peningkatan atau efektivitas kemampuan siswa
dalam melakukan melompat pada setiap siklus, maka menggunakan rumus :
P = X 100 %
Keterangan:
P = Prosentase keberhasilam
F = jumlah frekuensi yang dilakukan N = jumlah siswa yang mengikuti tes
I. Validnya Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Moch Slamet. (1990), mengatakan bahwa validnya penelitian
tindakan kelas bila tindakan itu memang aplikatif dan dapat berfungsi untuk
memecahkan masalah yang dihadapi. Sehingga criteria validitas penelitian
tindakan kelas terletak pada aplikatifnya atau berfungsinyatindakan untuk
Didasarkan pendapat di atas maka penelitian dalam setiap siklus telah
memberikan dampak terhadap dalam upaya peningkatan gerak dasar siswa
melakukan gerakan Kop standmelalui model pembelajaran dengan cara
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada Bab IV maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Siswa yang termasuk kedalam kategori baik sekali berjumlah 0 %siswa
2. Siswa yang termasuk kedalam kategori baik berjumlah 1 siswa atau 4%
3. Siswa yang termasuk kedalam kategori sedang berjumlah 15 atau 60%
Siswa
4. Siswa yang masuk dalam kategori kurang berjumlah 9 atau 36% siswa.
5. Siswa yang masuk dalam kategori kurang sekali berjumlah 0 atau 0%
siswa.
Maka dapat disimpulkan tingkat kebugaran jasmani siswa kelas VI SDN 2
Waringinsari Timur Kecamatan Adiluwih kabupaten Pringsewu pada tingkat
klasifikasi sedang.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan maka perlu diajukan
beberapa saran sebagai berikut:,
1. Untuk meningkatkan kebugaran jasmani yang baik, sebaiknya dilakukan
penelitian dengan menggunakan metode yang berbeda dan obyek penelitian
3. Untuk menjaga kebugaran jasmani yang stabil sebaiknya kita melakukan
olahraga yang teratur dimulai dari tingkat olahraga yang ringan hingga
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
yang penulis laksanakan di kelas III SDN 4 Gadingrejo Kabupaten Pringsewu
dapat terlaksana dengan waktu yang telah dijadwalkan. Dan penulis beri judul
laporan ini “Peningkatan Kemampuan Kopstand (Head Stand) Dengan Cara
Berpasangan Pada Siswa Kelas III SDN 4 Gadingrejo tahun 2011”.
Banyak manfaat yang penulis dapatkan sebagai seorang pendidik selama
melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), untuk meningkatkan
profesionalisme dalam memperbaiki kinerja dalam pembelajaran. Kemudian
penulis lebih serius dan percaya diri dalam mengelola pembelajaran melalui
latihan terbimbing untuk memperbaiki pembelajaran dikelas yang dilakukan
berulang kali dengan proses refleksi yang penulis lakukan dengan merenung dan
diskusi dengan teman sejawat.
Penulis menyadari hasil kerja ini masih banyak sekali kekurangan dan
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun.
Semoga hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan para guru pada umumnya. Sebagai hasil untuk
Penulis
MOTTO
Kupersembahkan karya tulis ini kepada :
1.
Kedua Orang Tua ku Tercinta Ayahanda atas jasa mu lah
Ananda untuk mencapai cita-cita.
2.
Ibunda ku yang telah mendidikku, memberi kasih sayang,
semangat dan nasehat serta doa demi keberhasilan ku.
3.
Istri dan anak-anak Tercinta yang telah memberi semangat,
support, masukan serta saran dalam menyelesaikan Laporan
Skripsi ini.
4.
Kepala sekolah dan rekan guru di SDN 4 Gadingrejo yang selalu
memberi dukungan.
5.
Sahabat-sahabatku yang selalu menemani perjuanganku bersama-sama
dari awal sampai akhir masa kuliahku di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung
6.
Almamater Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Penulis dilahirkan di Tegalrejo pada tanggal 29 Desember
1963 dengan nama lengkap Bambang Prasetyo, merupakan
anak ke tiga dari sepuluh bersaudara, putra pasangan Bapak
Sujo Adi Sunyoto (Alm) dan Ibu Sutinah.
Pendidikan formal yang di tempuh penulis adalah :
1. Sekolah dasar (SD) Negeri 4 Gadingrejo selesai pada tahun 1977.
2. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 gadingrejo selesai tahun
1981.
3. Sekolah Guru Olahraga (SGO) PGRI Tanjung Karang selesai pada tahun
1984.
Pada tahun 1985 penulis diangkat menjadi PNS dan bertugas di SDN 4
Gadingrejo sampai dengan sekarang. Pada tahun 2010 meneruskan jenjang
pendidikan kesarjanaan pada Universitas Lampung Jurusan Program Studi
Asalamualaikum. Wr. Wb
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat
dan Salam semoga selalu tercurah kepada baginda Rasulullah SAW yang mulia.
Skripsi dengan judul “Peningkatan Kemampuan Kopstand (Head Stand) Dengan Cara Berpasangan Pada Siswa Kelas III SDN 4 Gadingrejo tahun 2011” adalah dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk pencapaian gelar Sarjana
Pendidikan di Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si selaku Dekan FKIP Universitas
Lampung.
2. Bapak Drs. Baharuddin, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
3. Bapak Drs. Ade Jubaedi, M.Pd. selaku Pembimbing yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan dan motivasi serta kepercayaan kepada penulis.
4. Bapak Dr. Rahmat Hermawan, M.Kes. selaku Penguji Utama yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan.
5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Penjaskes FKIP Unila yang telah
memberikan ilmu pengetahuan dan keteladanan selama penulis menjalani
melaksanakan penelitian pada siswa kelas III.
8. Siswa-siswi kelas III SD Negeri 4 Gadingrejo, terimakasih atas waktu dan
kerjasamanya.
9. Teman-teman seperjuangan di Program S1 dalam Jabatan terutama kelompok
Sukimin, ayo sukseskan program S1 secepatnya. Semangat.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
penyelesaian tugas akhir ini.
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Amiin.
Wasalamualaikum Wr. Wb.
Bandar Lampung, 17 September 2012 Penulis
Gambar Halaman
Halaman
E. Kegunaan Penelitian... 4
Corbin, C.B., et al. (1997). Physical Fitness With Laboratories. USA: Times Minor Higher Education Group, Inc.
Depdikbud, 1994, Tes Kebugaran Jasmani Indonesia Untuk Umur 10-12
Tahun,Jakarta
Depdikbud, 2003. Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar Senam di Sekolah Dasar Kelas I s/d VI mata Pelajaran Pendidikan Jasmani. Jakarta
Hermawan Rahmat, 1998, Usaha Manajemen Kelas dalam Pembelajaran
Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Yang Inovatif dan Prediktif di SDN 3 Gedung Air Tanjung Karang Barat Bandar Lampung, Universitas Lampung, Lampung.
J. Haraw Anita, 1972, Materi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Erlangga, Jakarta.
Kartono, Kartini, 1986, Pengantar Metodologi Riset Sosial, Alumni Bandung.
Lutan Rusli (1988), Belajar Keterampilan Motorik, P2LPTK, Jakarta
Makmun Abin Syamsuddin. 1998. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Muhadjir, Noeng, 1997. Pedoman Pelaksanaan Penelitian Kaji Tindak, BPGSD, Yogyakarta.
Munandar Aris. 1997. Makalah: Masa Depan Penjas dan Olahraga Di Indonesia.
Bandung: IKA IKIP Bandung.
Purwanto Ngalim. 1998. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Rusli Lutan, Suherman Adang, 1993, Pengukuran dan Evaluasi Penjaskes,
DEPDIKNAS, DIRJEN Pendidikan Dasar dan Menengah.
Slameto. 1988. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Bina Aksara.
1 Norma Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (untuk Putera dan
Puteri)... 21
2 Norma Tes Lari 40 Meter Untuk Usia 10-12 Tahun...
3. Norma Tes Pull-Up Untuk Usia 10-12 Tahun.....
4 Norma Tes Sit-Up Untuk Usia 10-12 Tahun...
5. Norma Tes Sit-Up Untuk Usia 10-12 Tahun...
6. Norma Tes Lari 600 Meter Untuk Usia 10-12 Tahun...
7 Peningkatan Kebugaran Jasmani Tiap Siklus... 31