• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis pengaruh Kurs (Rupiah atas Dollar AS) dan Produksi PT Inalum terhadap Nilai Ekspor Aluminium Ingot (Studi Kasus PT Inalum).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis pengaruh Kurs (Rupiah atas Dollar AS) dan Produksi PT Inalum terhadap Nilai Ekspor Aluminium Ingot (Studi Kasus PT Inalum)."

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS PENGARUH KURS (RUPIAH ATAS DOLLAR AS)

DAN PRODUKSI PT INALUM TERHADAP NILAI EKSPOR

ALUMINIUM INGOT

(STUDI KASUS PT INALUM)

SKRIPSI

Diajukan Oleh:

RUTH PRINCES JULIANA PARDEDE 040501001

Ekonomi Pembangunan

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

(2)

ABSTRACT

The aim of this research is to analyze the influence of exchange rate (Rupiah/US Dollar) and production of PT Inalum to the export value of aluminium ingot in PT Inalum.

Data used for this research is time series data from 1984-2005. Independent variable are exchange rate (Rupiah/US Dollar) and production of PT Inalum. The method used is OLS ( Ordinary Least Square ) by using econometric model.

The result shows that exchange rate (Rupiah/US Dollar) and production of PT Inalum have positively influenced on export value of aluminium ingot. Exchange rate (Rupiah/US Dollar) and production of PT Inalum are respectively influenced to export value of aluminium ingot, significantly at α = 1%.

(3)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh kurs (Rupiah atas Dollar AS) dan produksi PT Inalum terhadap nilai ekspor aluminium ingot di PT Inalum.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series (data berkala) dari tahun 1984-2005. Variabel independennya adalah kurs (Rupiah atas Dollar AS) dan produksi PT Inalum. Metode yang digunakan adalah metode Ordinary Least Square (OLS) yaitu dengan model ekonometrika.

Hasil estimasi yang diperoleh menunjukkan bahwa kurs (Rupiah atas Dollar AS) dan produksi PT Inalum secara bersama mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap nilai ekspor aluminium ingot pada α = 1%.

(4)

KATA PENGANTAR

Dengan kerinduan dan kerendahan hati, terlebih dahulu penulis mengucapkan

puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas berkat dan rahmatNya,

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun penulisan skripsi ini merupakan kewajiban bagi para mahasiswa

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara guna memenuhi syarat dalam

memperoleh gelar kesarjanaan. Untuk memenuhi kewajiban tersebut, maka penulis

menyusun skripsi yang berjudul: ”Analisis pengaruh Kurs (Rupiah atas Dollar AS)

dan Produksi PT Inalum terhadap Nilai Ekspor Aluminium Ingot (Studi Kasus PT Inalum).”

Penulis menyadari bahwa adanya bimbingan dan dorongan dari semua pihak

ataupun dukungan baik moril maupun materil, maka penulisan skripsi ini dapat

terwujud.

Untuk itu pada kesempatan ini, secara khusus penulis mengucapkan terima

kasih sebagai rasa hormat atas dukungan ataupun dorongan melalui perhatian

(bimbingan moril) dan materil serta doa bagi penulis kepada bapak dan mama

tercinta, yaitu: Bapak P. A. Pardede dan Ibu L. br. Nainggolan, serta adik-adik

tercinta, yaitu: Roy Vicktor Valentinus Pardede, Rifka Sarilawista Pardede, dan

(5)

dorongan melalui perhatian (bimbingan moril) dan materil serta doa bagi penulis

yang terus diberikan dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, selaku Ketua Departemen Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Irsyad Lubis, Ph.D, selaku Penasehat Akademik selama penulis mengikuti

perkuliahan di Fakultas Ekonomi.

4. Ibu Dr. Murni Daulay, MSi, selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia

meluangkan waktu untuk memberikan banyak masukan maupun bimbingan mulai

dari awal pengerjaan sampai dengan selesainya skripsi ini.

5. Bapak HB Tarmizi, SU dan Ibu Dra. T. Diana Bakti, MSi, selaku Dosen

Pembanding yang telah banyak memberikan petunjuk yang berguna bagi

penyelesaian skripsi ini.

6. Seluruh Staff Pengajar dan Staff Pegawai di Fakultas Ekonomi, terkhusus

Departemen Ekonomi Pembangunan atas pengajaran, bimbingan, dan bantuannya

kepada penulis selama mengikuti perkuliahan sampai kepada penyelesaian skripsi

ini.

7. Seluruh Staff dan Pegawai BI Cabang Sumatera Utara atas bantuannya dalam

(6)

8. Seluruh Staff dan Pegawai PT Inalum atas bantuannya dalam memberikan data

yang berhubungan dengan skripsi penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

9. Seluruh keluarga tercinta yang berada di Medan dan Pematangsiantar yang

memberikan kasih sayangnya dan yang menjadi motivator bagi penulis.

10.Buat teman-teman yang melayani di UKM KMK UP FE (Koordinasi, PKK, dan

AKK) dan kelompok kecil tercinta (KK AGAVE; K’Welfania, Yustina,

Christanty, Febrina, Luvani, Sri Yanti, Rita Melayanti dan KK BE BLESSED;

Elida, Derma, Jeni, Siska, Vina, Natalin) yang telah banyak mendukung melalui

bimbingan moril dan juga doa bagi penulis selama mengikuti perkuliahan dan

juga penyelesaian skripsi ini.

11.Buat teman-teman Departemen Ekonomi Pembangunan stambuk 2004, 2005,

2006, yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu, khususnya buat

teman-teman stambuk 2004, yang selalu memberikan senyum, harapan, semangat, dan

yang selalu mendengarkan dan memecahkan masalah bersama-sama dalam suka

dan duka. Penulis sangat bersyukur dapat mengenal kalian, yang telah

memberikan warna di dalam hidup ini. Kalian adalah anugerah termanis yang

Tuhan berikan.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

sebab itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari para

(7)

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca

dan semoga Tuhan senantiasa melimpahkan berkat dan damai sejahtera bagi kita

semua.

Medan, Januari 2008

Penulis,

(Ruth Princes Juliana Pardede)

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR GRAFIK ... xii

DAFTAR SINGKATAN ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I : PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 7

1.3Hipotesis ... 7

1.4Tujuan Penelitian ... 7

1.5Manfaat Penelitian... 7

BAB II : URAIAN TEORITIS 2.1 Nilai Tukar (Kurs) Valuta Asing... 9

2.1.1 Pengertian Nilai Tukar atau Kurs Valuta Asing ... 9

2.1.2 Kurs Beli dan Kurs Jual ... 12

2.1.3 Sistem Nilai Tukar Valuta Asing ... 13

2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar Valuta Asing ... 14

2.1.5 Teori Nilai Tukar Valuta Asing... 16

2.1.6 Nilai Tukar dan Neraca Perdagangan ... 18

2.2 Produksi ... 21

2.2.1 Pengertian Produksi ... 21

(9)

2.2.3 Teori Produksi ... 28

2.2.4 Hubungan Produksi dan Ekspor ... 33

2.3 Ekspor ... 34

2.3.1 Pengertian Ekspor ... 34

2.3.2 Manfaat dan Peranan Ekspor... 37

2.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor ... 38

2.3.4 Kebijakan Ekspor ... 38

2.3.5 Aneka Cara Ekspor ... 41

2.3.6 Hubungan Ekspor dengan Perekonomian ... 45

BAB III : METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 48

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 48

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 49

3.4 Pengolahan Data... 49

3.5 Model Analisis Data ... 49

3.6 Test of Goodness of Fit ... 50

3.6.1 Koefisien Determinasi (R-Square) ... 51

3.6.2 Uji t-statistik (Uji Parsial) ... 51

3.6.3 Uji F-Statistik (Uji Serempak) ... 52

3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 54

3.7.1 Kolinearitas Ganda (Multicollinearity) ... 54

3.7.2 Serial Correlation/Autocorrelation ... 54

3.8 Definisi Variabel Operasional... 57

BAB IV : ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum PT Indonesia Asahan Aluminium (PT Inalum) ... 58

4.1.1 Latar Belakang PT Inalum ... 58

(10)

4.1.3 Struktur dan Pembagian Tugas... 61

4.1.3.1 Struktur Organisasi ... 61

4.1.3.2 Pembagian Tugas ... 62

4.1.4 Pembangkit Listrik Tenaga Air ... 67

4.2 Perkembangan Kurs (Nilai Tukar) Rupiah terhadap Dollar AS ... 69

4.3 Perkembangan Produksi PT Inalum ... 73

4.4 Perkembangan Volume Ekspor PT Inalum ... 78

4.5 Perkembangan Nilai Ekspor Aluminium Ingot di PT Inalum ... 80

4.6 Analisis dan Pengumpulan Data ... 83

4.6.1 Interpretasi Model... 84

4.6.2 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) ... 85

4.6.3 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 90

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 94

5.2 Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

SURAT RISET

(11)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Hal 2.1 Hubungan Jumlah Tenaga Kerja dan Jumlah Produksi 31

4.1 Perkembangan Kurs (Nilai Tukar) Rupiah terhadap Dollar

AS dari tahun 1984-2005 73

4.2 Perkembangan Produksi PT Inalum

dari tahun 1984-2005 77

4.3 Perkembangan Volume Ekspor PT Inalum

Dari tahun 1984-2005 80

4.4 Perkembangan Realisasi Nilai Ekspor PT Inalum

(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Hal

2.1 Kurva J 21

3.1 Kurva Uji t-statistik 52

3.2 Kurva Uji F-Statistik 53

3.3 Kurva Durbin-Watson 56

4.1 Struktur Organisasi PT Inalum 62

4.2 Uji t-statistik (Variabel Kurs Rupiah terhadap

Dollar AS) 88

4.3 Uji t-statistik (Variabel Produksi PT Inalum) 89

4.4 Uji F-Statistik 90

(13)

DAFTAR GRAFIK

No. Grafik Judul Hal

4.1 Grafik Perkembangan Kurs (Nilai Tukar)

Rupiah atas Dollar AS dari tahun 1984-2005 74

4.2 Grafik Perkembangan Produksi PT Inalum

Dari tahun 1984-2005 79

4.3 Grafik Perkembangan Volume Ekspor PT Inalum

dari tahun 1984-2005 81

4.4 Grafik Perkembangan Realisasi Nilai Ekspor

(14)

DAFTAR SINGKATAN

AP = Average Product

AS = Amerika Serikat

GATT = General Agreement on Tariffs and Trade

GNP = Gross National Product

L = Labor

MEWA = Maatschappij Tot Exploitatiem Van de Waterkracht in de Asahan

Rivier

MP = Marginal Product

NAA = Nippon Asahan Aluminium Company Ltd.

OLS = Ordinary Least Square

OPEC = Organization of Petroleum Exporting Countries

PDRB = Product Domestik Regional Bruto

PJP I = Pembangunan Jangka Panjang Tahap I

PLTA = Pembangkit Listrik Tenaga Air

PPP = Purchasing Power Parity

PT Inalum = PT Indonesia Asahan Aluminium

RUPS = Rapat Umum Pemegang Saham

SDA = Sumber Daya Alam

SDM = Sumber Daya Manusia

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran

1 Data Variabel

2 Hasil Regresi

3 Hasil Regresi Variabel Kurs (Rupiah atas Dollar AS) terhadap Produksi PT Inalum

(16)

ABSTRACT

The aim of this research is to analyze the influence of exchange rate (Rupiah/US Dollar) and production of PT Inalum to the export value of aluminium ingot in PT Inalum.

Data used for this research is time series data from 1984-2005. Independent variable are exchange rate (Rupiah/US Dollar) and production of PT Inalum. The method used is OLS ( Ordinary Least Square ) by using econometric model.

The result shows that exchange rate (Rupiah/US Dollar) and production of PT Inalum have positively influenced on export value of aluminium ingot. Exchange rate (Rupiah/US Dollar) and production of PT Inalum are respectively influenced to export value of aluminium ingot, significantly at α = 1%.

(17)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh kurs (Rupiah atas Dollar AS) dan produksi PT Inalum terhadap nilai ekspor aluminium ingot di PT Inalum.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series (data berkala) dari tahun 1984-2005. Variabel independennya adalah kurs (Rupiah atas Dollar AS) dan produksi PT Inalum. Metode yang digunakan adalah metode Ordinary Least Square (OLS) yaitu dengan model ekonometrika.

Hasil estimasi yang diperoleh menunjukkan bahwa kurs (Rupiah atas Dollar AS) dan produksi PT Inalum secara bersama mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap nilai ekspor aluminium ingot pada α = 1%.

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada era globalisasi dewasa ini, telah menyebabkan ketergantungan ekonomi

yang terus berkembang diantara negara-negara di dunia. Artinya bahwa setiap negara

tidak dapat lagi menutup diri terhadap negara-negara lain, dalam arti menjalani

perekonomian tertutup. Oleh karena itu, keterbukaan perekonomian terhadap dunia

internasional menjadi pilihan utama bagi setiap negara.

Sebagai salah satu negara berkembang, Indonesia memiliki perekonomian

yang bersifat terbuka (open economy), dimana perekonomiannya berinteraksi secara

terbuka dengan perekonomian-perekonomian lain di seluruh dunia.

Pengaruh globalisasi terhadap perekonomian Indonesia (Sistem perekonomian

terbuka) yang dianut oleh Indonesia, menyebabkan perekonomian Indonesia tidak

dapat menghindar dari setiap perkembangan perekonomian dunia, dan membawa

konsekuensi adanya keterkaitan yang erat, baik melalui arus barang, jasa maupun arus

modal.

Keterbukaan ekonomi serta pelaksanaan pembangunan yang lebih

mengandalkan ekspor menempatkan peran perdagangan luar negeri pada posisi yang

(19)

peningkatan pendapatan masyarakat, perluasan pasar bagi produksi barang domestik,

kesempatan kerja, dan terutama ditujukan kepada usaha untuk memperoleh devisa.

Indonesia yang sudah lama terlibat dalam perdagangan internasional terus

melakukan pembenahan dan perbaikan di berbagai sektor guna mengantisipasi

persaingan yang semakin berat terutama dari negara-negara maju yang telah memiliki

fundamental ekonomi yang kuat dan lebih efisien dalam memanfaatkan faktor-faktor

produksi.

Bagi Indonesia, sebagai negara yang masih berkembang, perdagangan luar

negeri mempunyai peranan yang strategis dalam menunjang berbagai pembangunan

yang dilaksanakan. Indonesia masih mengandalkan penerimaan dari hasil ekspor

disamping pajak sebagai sumber pendapatan nasional yang terbesar. Umumnya

barang-barang ekspor yang diandalkan oleh Indonesia terutama barang-barang hasil

pertanian dan barang-barang tambang. Hal ini didukung oleh potensi yang dimiliki

Indonesia sebagai negara agraris dan memiliki kekayaan alam yang cukup melimpah.

Perdagangan internasional dapat memberi keuntungan bagi suatu negara dan

sebaliknya kerugian bagi negara lain. Hal ini dapat terjadi disebabkan

ketidakseimbangan diantara ekspor di satu sisi dan impor di sisi lain yang berlaku

timbal balik. Konsekuensi lebih jauh tentunya akan berpengaruh langsung kepada

nilai tukar (kurs) mata uang domestik terhadap mata uang domestik negara lain.

Dalam perkembangannya, kurs selalu mengalami fluktuasi yang tidak hanya

dipengaruhi oleh faktor ekonomi, tetapi faktor nonekonomi juga ikut menentukan

(20)

Nilai tukar (kurs) merupakan harga suatu mata uang terhadap mata uang asing

lainnya yang mempunyai pengaruh yang besar terhadap jalannya suatu

perekonomian. Hal ini akan berdampak pada penentuan nilai tukar barang pada

kegiatan perdagangan. Namun yang lebih penting daripada nilai tukar adalah

kestabilan nilai tukar uang itu sendiri. Kestabilan nilai tukar akan mengurangi risiko

para pelaku ekonomi sehingga dapat mendorong perekonomian pada tingkat

perkembangan yang lebih baik. Dengan mengetahui kurs, memungkinkan kita untuk

membandingkan harga-harga seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai

negara. Perubahan kurs akan mempengaruhi harga barang-barang ekspor suatu

negara. Bila nilai mata uang suatu negara melemah terhadap nilai mata uang lainnya

(mengalami depresiasi), ekspornya bagi luar negeri menjadi lebih murah, sedangkan

impor bagi penduduk negara tersebut menjadi semakin mahal. Sebaliknya, bila mata

uang suatu negara menguat terhadap nilai mata uang negara lainnya (mengalami

apresiasi) maka harga produk negara itu bagi pihak luar negeri semakin mahal,

sedangkan harga impor bagi penduduk domestik lebih murah.

Tinggi rendahnya daripada nilai tukar suatu mata uang terhadap mata uang

lainnya, ditentukan oleh interaksi pembeli dan penjual valas di pasar valuta asing dari

berbagai rumah tangga, perusahaan dan lembaga-lembaga keuangan guna keperluan

pembayaran internasional. Kurs yang terlalu terdepresiasi atau terapresiasi akan

memperburuk kondisi perekonomian khususnya dari sektor perdagangan

internasional. Pengaruhnya adalah nilai tukar yang terlalu melemah akan

(21)

mempengaruhi ketidakseimbangan neraca perdagangan. Sebaliknya, bila terlalu

menguat akan menyebabkan harga ekspor di luar negeri menjadi mahal sehingga

barang-barang ekspor menjadi kurang bersaing khususnya dari segi harga di pasar

internasional.

Perkembangan ekspor sangat mempengaruhi kemampuan pemerintah untuk

melakukan kebijakan di segala bidang. Kebijaksanaan di bidang ekspor pada

prinsipnya diarahkan pada upaya peningkatan ekspor non-migas untuk menggantikan

peranan ekspor minyak bumi yang cenderung semakin menurun. Perkembangan

harga minyak bumi yang tidak menentu, volume produksi yang semakin terbatas, dan

pembatasan kuota produksi oleh OPEC, menyebabkan penerimaan devisa ekspor

minyak bumi tidak dapat terlalu diharapkan sebagai sumber penerimaan devisa yang

utama bagi pembiayaan pembangunan nasional. Meskipun demikian, peranan ekspor

migas bagi pembangunan tetap cukup penting dan tetap diharapkan ikut

meningkatkan neraca pembayaran.

Pemerintah RI beralih kepada ekspor non-migas sebagai sumber devisa negara

sejak tahun 1986. Peningkatan ekspor non-migas telah merupakan tekad nasional

bangsa Indonesia dan pelaksanaan pembangunan nasional Indonesia sebagian besar

tergantung dari keberhasilan peningkatan ekspor, terutama non-migas.

Peningkatan ekspor non-migas dapat dilakukan melalui berbagai sektor. Salah

satu sektor yang terus dapat meningkatkan dalam penerimaan devisa negara adalah

(22)

perkembangan yang cukup pesat sehingga mampu merubah komposisi ekspor dan

mengurangi ketergantungan sumber devisa negara pada ekspor migas.

Salah satu komoditi yang dapat meningkatkan sumber devisa, khususnya di

Sumatera Utara, adalah aluminium ingot. Perusahaan yang merupakan penghasil

aluminium ingot terbesar di Sumatera Utara adalah PT Inalum.

PT Inalum (PT Indonesia Asahan Aluminium) merupakan suatu perusahaan

patungan antara pemerintah RI dan suatu usaha patungan antara sekelompok

perusahaan swasta Jepang, dengan nama Nippon Asahan Aluminium Company Ltd.,

atau disingkat NAA.

PT Inalum adalah perusahaan peleburan aluminium yang memberikan

kontribusi yang besar di dalam pembangunan, sehingga perusahaan ini disebut

sebagai penggerak pembangunan. Adapun kontribusi PT Inalum berpengaruh

terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar dan kemajuan perusahaan ini sendiri.

Memanfaatkan potensi alam untuk mensejahterakan masyarakat sekitar adalah

gagasan utama yang melandasi pembangunan Proyek Asahan. Sebagai sebuah proyek

yang berskala besar, Asahan membutuhkan banyak sekali tenaga kerja terutama di

awal masa pembangunan. Ribuan tenaga kerja dari berbagai jenis dan tingkat

keahlian bahu-membahu untuk menuntaskan proyek ini sehingga menjadikan Asahan

sebagai pusat penyerapan tenaga kerja dan tenaga kerja informal sebagai pendukung.

Seluruh kegiatan pembangunan ini membuka banyak lapangan kerja baru

untuk masyarakat sekitar proyek. Hal ini secara langsung maupun tidak langsung,

(23)

pembangunan. Mereka tidak hanya menjadi penonton namun ikut terlibat di

dalamnya. Prasarana fisik yang dibangun oleh Inalum seperti jalan penghubung mulai

dari Porsea ke Parhitean serta dari Kebun Kopi sampai Kuala Tanjung membuat

daerah mereka tidak lagi terisolir, sehingga semakin melancarkan roda perekonomian

masyarakat. Hasilnya jelas kelihatan dari perkembangan kota Porsea, Indrapura dan

Tebing Tinggi. Sinergi antara Inalum dan masyarakat sekitar yang sudah dibina sejak

masa pembangunan harus terus berlanjut. Peran Inalum sebagai “penggerak

pembangunan” mempunyai tujuan dan makna tersendiri serta harus melekat terus

sampai kapanpun.

PT Inalum menghasilkan batangan aluminium atau yang disebut juga dengan

aluminium ingot. Jenis produksi ini termasuk pada industrial goods yang diolah

kembali menjadi barang jadi atau siap pakai. Kemudian produksi aluminium ingot ini,

ada yang diekspor ke Jepang dan non-Jepang, dan ada juga yang dipasarkan di dalam

negeri. Hasil dari penjualan aluminium ingot ini (ekspor dan penjualan domestik)

adalah 60% untuk Jepang dan sisanya 40% untuk dalam negeri, dihitung berdasarkan

perbandingan sahamnya.

Berdasarkan uraian tersebut maka penulis ingin menulis suatu skripsi dengan

judul: “Analisis Pengaruh Kurs (Rupiah atas Dollar AS) dan Produksi PT. Inalum

terhadap Nilai Ekspor Aluminium Ingot (Studi Kasus PT. Inalum).”

(24)

Yang menjadi pokok permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah:

“Bagaimana pengaruh Kurs (Rupiah atas Dollar AS) dan Produksi PT Inalum

terhadap Nilai Ekspor Aluminium Ingot?”

1.3 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari permasalahan yang menjadi objek

penelitian yang memerlukan pengujian untuk membuktikan kebenarannya. Dari

rumusan masalah di atas, maka hipotesisnya adalah:

“Kurs (Rupiah atas Dollar AS) dan Produksi PT Inalum mempunyai pengaruh positif

terhadap Nilai Ekspor Aluminium Ingot, ceteris paribus.”

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah:

“Untuk mengetahui pengaruh Kurs (Rupiah atas Dollar AS) dan Produksi PT Inalum

terhadap Nilai Ekspor Aluminium Ingot.”

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan studi dan literatur tambahan bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi

terutama mahasiswa Departemen Ekonomi Pembangunan USU yang ingin

(25)

2. Sebagai bahan masukan bagi kalangan akademisi dan peneliti lain yang ingin

melakukan penelitian yang sejenis.

3. Sebagai masukan yang akan bermanfaat bagi pemerintah dan instansi-instansi

yang terkait.

4. Untuk memperkaya wawasan ilmiah penulis mengenai pengaruh Kurs (Rupiah

(26)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Nilai Tukar (Kurs) Valuta Asing

2.1.1 Pengertian Nilai Tukar atau Kurs Valuta Asing

Pengertian nilai tukar (foreign exchange rate) menurut Cornelius Luca di

dalam bukunya yang berjudul “Trading in the Global Currency Markets” adalah

sebagai berikut:

An exchange rate is therefore the price of one currency in terms of another.” (Luca,

1995:1).

Dari definisi tersebut, nilai tukar valuta asing dapat diartikan sebagai harga

suatu mata uang terhadap mata uang negara lain.

Frank J. Fabozzi dan Franco Modigliani dalam buku “Capital Markets

memberikan definisi mengenai nilai tukar sebagai berikut:

An exchange rate is defined as the amount of one currency that can be exchanged

per unit of another currency, or the price of one currency in terms of another

currency.” (Fabozzi dan Modigliani, 1992:664).

Dari definisi di atas dapat diartikan bahwa nilai tukar adalah sejumlah uang

dari suatu mata uang tertentu yang dapat dipertukarkan dengan satu unit mata uang

(27)

Terdapat dua cara untuk menyatakan kurs, yaitu:

a. Model Eropa yang sering disebut dengan Indirect Quote.

Model ini merupakan cara yang paling umum dipakai dalam perdagangan valuta

asing atau antarbank di seluruh dunia. Penetapan kursnya dilakukan berdasarkan

pada berapa unit mata uang asing yang dibutuhkan untuk membeli satu unit mata

uang dalam negeri. Contohnya, kurs US Dollar terhadap Rupiah pada tanggal 16

Maret 2004 adalah 0.0000116 US Dollar per 1 Rupiah. Kurs ini biasa disebut

sebagai harga satu unit mata uang domestik dalam mata uang asing.

b. Model Amerika yang sering disebut Direct Quote.

Model ini disebut sebagai harga satu unit mata uang asing dalam mata uang

domestik. Contohnya, kurs Rupiah terhadap Dollar pada tanggal 16 Maret 2004

adalah Rp 8.610,00 per 1 US Dollar. Dengan kata lain, model ini menjelaskan

berapa unit Rupiah yang dibutuhkan untuk membeli satu unit US Dollar. Kurs ini

merupakan kurs yang biasa dipakai di Indonesia.

Apabila nilai tukar didefinisikan sebagai nilai Rupiah dalam valuta asing

dapat diformulasikan sebagai berikut:

NTIDR/USD = Rupiah yang diperlukan untuk membeli satu Dolar Amerika (USD).

NTIDR/YEN

Dalam hal ini, apabila nilai tukar meningkat maka berarti Rupiah mengalami

depresiasi, sedangkan apabila nilai tukar menurun maka Rupiah mengalami apresiasi. Sementara untuk sesuatu negara menerapkan sistem nilai tukar tetap,

(28)

negara secara resmi menaikkan nilai mata uangnya terhadap mata uang asing disebut

dengan revaluasi, sementara kebijakan menurunkan nilai mata uang terhadap mata

uang asing disebut devaluasi.

Apabila nilai tukar didefinisikan sebagai nilai valuta asing terhadap Rupiah

dapat diformulasikan sebagai berikut:

NTUSD/IDR = Dolar Amerika yang diperlukan untuk membeli satu Rupiah.

NTYEN/IDR

1. Konsep Nominal, merupakan konsep untuk mengukur perbedaan harga mata uang

yang menyatakan berapa jumlah mata uang suatu negara yang diperlukan guna

memperoleh sejumlah mata uang dari negara lain.

= Yen yang diperlukan untuk membeli satu Rupiah.

Dengan menggunakan konsep ini, apabila nilai tukar meningkat, maka Rupiah

mengalami apresiasi untuk sistem nilai tukar mengambang bebas atau revaluasi

untuk sistem nilai tukar tetap, sedangkan apabila nilai tukar menurun, maka Rupiah

mengalami depresiasi untuk sistem nilai tukar mengambang bebas atau devaluasi

untuk sistem nilai tukar tetap.

Nilai tukar didasari oleh dua konsep, antara lain:

2. Konsep Riil, yang dipergunakan untuk mengukur daya saing komoditi ekspor

suatu negara di pasaran internasional.

Dalam transaksi perdagangan internasional, suatu negara tidak hanya

melakukan transaksi pada satu negara, tetapi juga dengan beberapa negara. Dengan

demikian, pengukuran nilai tukar riil suatu negara terhadap mitra dagangnya perlu

(29)

masing-masing negara tersebut. Pengukuran rata-rata nilai tukar suatu mata uang riil terhadap

seluruh atau sejumlah mata uang asing disebut sebagai nilai tukar efektif.

Sebagai suatu angka rata-rata biasanya dalam menghitung nilai tukar efektif

tersebut dipergunakan suatu bobot atas suatu mata uang tertentu. Bobot tersebut,

misalnya, dapat berupa pangsa perdagangan suatu negara dengan negara lain. Nilai

tukar efektif ini dapat dihitung antara satu negara dengan negara lain (bilateral) atau

satu negara dengan beberapa negara (multilateral).

Pasar valuta asing (Foreign Exchange Market) adalah sebuah pasar atau

tempat pertemuan dimana individu, perusahaan, dan kalangan perbankan

mengadakan jual beli mata uang dari berbagai negara atau valuta-valuta asing.

Pasar ini tidak memiliki lokasi fisik yang tunggal, akan tetapi ada dimana saja

dan kapan saja transaksi valuta asing menjadi kebutuhan. Secara prinsip bursa

didapati di pusat-pusat keuangan utama seperti London dan New York yang terdiri

atas pencipta bursa (market maker) yang dipersiapkan untuk perdagangan valuta

asing.

2.1.2 Kurs Beli dan Kurs Jual

Kurs yang di-quote menunjukkan kesediaan untuk membeli dan menjual mata

uang asing pada harga atau rate yang ditetapkan. Secara umum, terdapat dua macam

kurs, yaitu kurs beli (bid) dan kurs jual (offer).

Kurs beli adalah harga dimana dealer yang terdiri dari bank dan money

(30)

bersedia menjual mata uang asing. Selisih antara kurs jual dan kurs beli merupakan

keuntungan dealer tersebut.

2.1.3 Sistem Nilai Tukar Valuta Asing

Sistem nilai tukar yang dipakai oleh banyak negara di dunia, yaitu (Gillis et al,

1996):

a. Sistem fixed (pegged), dimana otoritas moneter selalu mengintervensi pasar untuk

mempertahankan nilai tukar mata uang sendiri terhadap satu mata uang asing

tertentu. Intervensi tersebut memerlukan cadangan devisa yang relatif besar.

Tekanan terhadap nilai tukar valuta asing, yang biasanya bersumber dari defisit

neraca perdagangan, cenderung menghasilkan kebijakan devaluasi.

b. Sistem Adjustable peg, dimana otoritas moneter terikat untuk mempertahankan nilai tukar valuta asing. Namun, otoritas moneter berhak mengubah kurs apabila

terjadi perubahan kebijakan.

c. Sistem Crawling peg, dimana otoritas moneter mengaitkan mata uang dalam negeri terhadap satu atau beberapa mata uang asing. Nilai tukar valuta asing dalam

sistem ini diubah secara periodik dan berangsur-angsur dalam persentase yang

kecil.

d. Sistem Managed float, dimana otoritas moneter tidak terikat untuk mempertahankan nilai tukar valuta asing tertentu. Namun, otoritas moneter secara

kontinyu mengintervensi pasar berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu,

(31)

moneter dapat mengintervensi pasar agar nilai mata uang Rupiah melemah untuk

mendorong peningkatan ekspor.

e. Sistem Wider band, dimana otoritas moneter membiarkan nilai tukar valuta asing mengambang atau berfluktuasi di antara dua titik tertinggi dan terendah, misalnya

di antara Rp4.000 – Rp3.000 per 1 US Dollar. Jika keadaan perekonomian

menyebabkan kurs bergerak melampaui dua titik tersebut, otoritas moneter akan

mengintervensi pasar dengan cara membeli atau menjual Rupiah atau US Dollar.

Intervensi tersebut menjaga nilai tukar Rupiah tetap berada di antara kedua titik

tersebut.

f. Sistem Free floating berada pada kutub yang bertentangan dengan sistem fixed. Dalam sistem ini, otoritas moneter secara teoretis tidak perlu mengintervensi pasar

sehingga sistem ini tidak memerlukan cadangan devisa.

2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar Valuta Asing

Dalam sistem nilai tukar tetap, mata uang lokal diciptakan secara tetap

terhadap mata uang asing. Sementara dalam sistem nilai tukar mengambang, nilai

tukar atau kurs dapat berubah-ubah setiap saat, tergantung pada jumlah penawaran

dan permintaan valuta asing relatif terhadap mata uang domestik. Setiap perubahan

dalam penawaran dan permintaan dari suatu mata uang akan mempengaruhi nilai

tukar mata uang yang bersangkutan.

Dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar, terdapat tiga faktor

utama yang mempengaruhi permintaan valuta asing, antara lain adalah sebagai

(32)

a. Faktor pembayaran impor. Semakin tinggi impor barang dan jasa, maka semakin

besar permintaan terhadap valuta asing sehingga nilai tukar akan cenderung

melemah. Sebaliknya, jika impor turun, maka permintaan valuta asing menurun

sehingga mendorong menguatnya nilai tukar.

b. Faktor aliran modal keluar (capital outflow). Semakin besar aliran modal keluar,

maka semakin besar permintaan valuta asing dan pada lanjutannya akan

memperlemah nilai tukar. Aliran modal keluar meliputi pembayaran hutang

penduduk Indonesia (baik swasta dan pemerintah) kepada pihak asing dan

penempatan dana penduduk Indonesia ke luar negeri.

c. Kegiatan spekulasi. Semakin banyak kegiatan spekulasi valuta asing yang

dilakukan oleh spekulan, maka semakin besar permintaan terhadap valuta asing

sehingga memperlemah nilai tukar mata uang lokal terhadap mata uang asing.

Sementara itu, penawaran valuta asing dipengaruhi oleh dua faktor utama,

antara lain adalah sebagai berikut:

a. Faktor penerimaan hasil ekspor. Semakin besar volume penerimaan ekspor barang

dan jasa, maka semakin besar jumlah valuta asing yang dimiliki oleh suatu negara

dan pada lanjutannya nilai tukar terhadap mata uang asing cenderung menguat atau

apresiasi. Sebaliknya, jika ekspor menurun, maka jumlah valuta asing yang dimiliki

semakin menurun sehingga nilai tukar juga cenderung mengalami depresiasi.

b. Faktor aliran modal masuk (capital inflow). Semakin besar aliran modal masuk,

maka nilai tukar akan cenderung semakin menguat. Aliran modal masuk tersebut

(33)

pihak asing (Portfolio Investment) dan investasi langsung pihak asing (Foreign

Direct Investment).

2.1.5 Teori Nilai Tukar Valuta Asing

Berikut ini adalah beberapa teori yang berkaitan dengan nilai tukar valuta

asing, antara lain adalah sebagai berikut:

a. Balance of Payment Approach.

Pendekatan ini mendasarkan diri pada pendapat bahwa nilai tukar valuta

ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan terhadap valuta tersebut.

Adapun alat yang digunakan untuk mengukur kekuatan penawaran dan permintaan

adalah Balance of Payment.

Dalam menggunakan pendekatan ini harus berhati-hati melihat data yang ada

pada Balance of Payment. Karena tidak jarang data yang tersaji di sana memberikan

gambaran yang bias terhadap pergerakan mata uang itu sendiri. Contohnya adalah

sebagai berikut:

Balance of Payment tidak memperhitungkan transaksi di pasar gelap. Memang

transaksi di pasar gelap tidak terlalu besar dibandingkan dengan transaksi resmi.

Tetapi untuk beberapa negara yang transaksi pasar gelapnya besar (transaksi

narkotika dll.) maka aliran dana ini akan berpengaruh signifikan.

Balance of Payment tidak memperhitungkan transaksi yang sifatnya berjangka.

b. Teori Purchasing Power Parity.

Teori ini berusaha untuk menghubungkan nilai tukar dengan daya beli valuta

(34)

Law of One Price sebagai dasar. Dalam Law of One Price disebutkan bahwa dengan

asumsi tertentu, dua barang yang identik (sama dalam segala hal) seharusnya

mempunyai harga yang sama.

Ada dua versi teori ini yaitu versi absolute dan versi relatif.

Versi absolute menyatakan bahwa nilai tukar adalah perbandingan harga barang di

dua negara. Ukuran yang digunakan adalah rata-rata tertimbang dari harga seluruh

barang yang ada di negara tersebut.

Versi absolute ini banyak mendapat kritikan karena beberapa hal antara lain:

▪ Sulit sekali menemukan produk di dua negara yang benar-benar identik.

▪ Versi ini tidak memperhatikan hal-hal lain seperti selera, tingkat pendapatan, merk

barang, dll.

Versi relatif mengatakan bahwa pergerakan nilai tukar valuta dua negara adalah

sama dengan selisih kenaikan harga barang di kedua negara tersebut pada periode

tertentu. Versi relatif ini masih mendapat beberapa kritikan yaitu:

▪ Belum memperhitungkan pembatasan perdagangan yang diterapkan pada dua

negara tersebut.

▪ Perbedaan dalam pembobotan indeks harga.

▪ Kesulitan dalam menentukan periode perhitungan sehingga mengalami kesulitan

dalam perbandingan tingkat kenaikan harga.

▪ Kenyataan bahwa pada jangka pendek pergerakan valuta lebih dipengaruhi oleh

(35)

c. Fisher Effect yang diperkenalkan oleh Irving Fisher.

Fisher Effect menyatakan bahwa tingkat suku bunga nominal di satu negara

akan sama dengan tingkat suku bunga riil ditambah tingkat inflasi di negara itu.

d. International Fisher Effect.

Pendapat ini menyatakan bahwa pergerakan nilai mata uang satu negara

dibanding negara lain (pergerakan kurs) disebabkan oleh perbedaan suku bunga

nominal yang ada di kedua negara tersebut.

Implikasi dari International Fisher Effect adalah bahwa orang tidak bisa

menikmati keuntungan yang lebih tinggi hanya dengan menanamkan dana mereka ke

negara yang mempunyai suku bunga nominal tinggi karena nilai mata uang negara

yang suku bunganya tinggi tersebut akan terdepresiasi (turun nilainya) sebesar selisih

bunga nominal dengan negara yang mempunyai suku bunga nominal lebih rendah.

2.1.6 Nilai Tukar dan Neraca Perdagangan

Berdasarkan konsep Purchasing Power Parity (PPP), harga barang-barang

ekspor dan impor suatu negara dipengaruhi oleh nilai tukar mata uang lokal terhadap

mata uang asing. Devaluasi atau depresiasi nilai tukar mata uang lokal terhadap mata

uang asing mengakibatkan harga barang impor lebih mahal dan harga barang ekspor

menjadi lebih murah. Sebaliknya, apabila kebijakan revaluasi atau apresiasi dilakukan

harga barang impor menjadi lebih murah dan harga barang ekspor lebih mahal.

Kebijakan devaluasi atau penurunan nilai tukar mata uang lokal dapat

digunakan untuk memperbaiki neraca perdagangan. Devaluasi nilai tukar

(36)

peningkatan daya saing barang-barang ekspor dan pada akhirnya dapat meningkatkan

volume barang-barang ekspor. Dari sisi barang impor, devaluasi dapat mengakibatkan

semakin mahalnya barang impor dan pada akhirnya dapat mengurangi permintaan

impor. Dasar pemikiran tersebut mendorong beberapa negara menerapkan kebijakan

devaluasi untuk memperbaiki neraca perdagangannya, seperti yang dilakukan oleh

Pemerintah Indonesia pada tahun 1978, 1983, dan 1986.

Dalam praktek tidak semua negara yang nilai tukarnya mengalami depresiasi

atau devaluasi selalu menunjukkan perbaikan di sisi neraca perdagangan. Banyak

faktor yang mempengaruhi keberhasilan devaluasi terhadap neraca perdagangan,

terutama berkaitan dengan elastisitas barang impor dan ekspor. Jika elastisitas barang

impor atau barang ekspor terhadap harga elastis, maka kebijakan devaluasi ataupun

depresiasi akan sulit untuk memperbaiki neraca perdagangan. Kebijakan devaluasi

dapat berhasil memperbaiki neraca perdagangan jika elastisitas barang ekspor dan

impor lebih dari satu dan persyaratan ini disebut dengan Marshall Lerner Condition.

Terdapat beberapa alasan melemahnya respons perubahan nilai tukar

terhadap harga, antara lain:

Terdapat lag kebijakan karena penyampaian informasi tidak sempurna

sehingga importir baru menyadari bahwa telah terjadi perubahan harga akibat

kebijakan tersebut.

Terdapat lag antara pengambilan keputusan dan waktu pemesanan, seperti

persediaan bahan baku untuk produksi akan habis dua atau tiga bulan kemudian

(37)

Terdapat lag antara impor baru dengan produksi dan penyampaian barang

sebelum dipenuhi, misalnya, perusahaan yang telah memesan barang-barang modal,

seperti mesin, tidak dapat membatalkan pesanannya karena telah terikat kontrak.

Pengaruh devaluasi atau depresiasi nilai tukar akan dirasakan dalam jangka

waktu yang lebih panjang, sementara dalam jangka pendek neraca perdagangan

cenderung memburuk. Pengaruh dari devaluasi sebagaimana telah dikemukakan di

atas dapat digambarkan dalam bentuk kurva J (J-Curve) pada Gambar 2.1. Pada

daerah (1) neraca perdagangan akan memburuk akibat kebijakan devaluasi. Hal ini

dapat terjadi karena dalam jangka pendek kebutuhan impor perusahaan masih tinggi

sementara ekspor belum meningkat. Pada daerah (2) elastisitas barang ekspor dan

impor meningkat secara bertahap, dan daerah (3) neraca perdagangan akan

(38)

Gambar 2.1 Kurva J

2.2 Produksi

2.2.1 Pengertian Produksi

Menurut Richard Ruggles beserta istrinya Nancy D. Ruggles, definisi

produksi di dalam ilmu ekonomi adalah sebagai berikut:

“In broader terms any process that creaters value or adds value to already existing

(39)

Secara lebih luas setiap proses yang menciptakan nilai atau memperbesar nilai

sesuatu barang adalah produksi. Dapat juga dikatakan bahwa produksi adalah setiap

usaha yang menciptakan atau memperbesar daya guna barang.

Suatu bangsa harus berproduksi untuk menjamin kelangsungan hidupnya.

Produksi harus dilakukan oleh pemerintah maupun oleh swasta dalam keadaan

apapun. Tetapi, produksi tentu saja tidak akan dapat dilakukan apabila tidak ada

bahan-bahan yang memungkinkan dilakukannya produksi itu sendiri. Agar dapat

melakukan produksi, diperlukan tenaga manusia, sumber-sumber alam, modal dalam

segala bentuknya, serta kecakapan. Semua unsur itu disebut faktor-faktor produksi

(factors of production).

Jadi, semua unsur itu yang menopang usaha penciptaan nilai atau usaha

memperbesar nilai barang disebut sebagai faktor-faktor produksi. Seperti yang baru

disebutkan di atas, faktor-faktor produksi itu terdiri dari:

• tanah (land), atau SDA (natural resources)

• tenaga kerja manusia (labor), atau SDM (human resources)

• modal (capital)

• kecakapan tata laksana (managerial skill)

Tanah

Faktor produksi yang pertama ini sering pula disebut dengan natural

(40)

land ini maksudnya adalah segala sesuatu yang bisa menjadi faktor produksi dan

berasal dari atau disediakan oleh alam, yang antara lain meliputi:

a.Tenaga penumbuh daripada tanah, baik untuk pertanian, perikanan, maupun

pertambangan.

b.Tenaga air, baik untuk pengairan, pegaraman, maupun pelayaran. Termasuk juga di

sini adalah misalnya air yang dipakai sebagai bahan pokok oleh Perusahaan Air

Minum.

c.Ikan dan mineral, baik ikan dan mineral darat (sungai, danau, tambak, kuala, dan

sebagainya) maupun ikan dan mineral laut.

d.Tanah yang di atasnya didirikan bangunan.

e.Living stock, seperti ternak dan binatang-binatang lain yang bukan ternak.

f. Iklim, cuaca, curah hujan, arus angin, dan yang sebangsanya.

g.Dan lain-lainnya, seperti bebatuan dan kayu-kayuan.

Kesimpulannya, yang dimaksud dengan istilah tanah (land) maupun sumber

daya alam (natural resources) di sini adalah segala sumber asli yang tidak berasal

dari kegiatan manusia.

Tenaga Kerja

Di dalam ilmu ekonomi, yang dimaksud dengan istilah tenaga kerja manusia

(labor) bukan semata-mata kekuatan manusia untuk mencangkul, menggergaji,

(41)

sekedar labor atau tenaga kerja saja, tetapi lebih luas lagi, yaitu human resources

(SDM).

Istilah yang disebut terakhir itu nyata-nyata lebih luas artinya daripada hanya

sekedar labor saja. Di dalam istilah human resources atau SDM ini, tercakup tidak

saja tenaga fisik atau tenaga jasmani manusia tetapi juga kemampuan mental atau

kemampuan non fisiknya, tidak saja tenaga terdidik tetapi juga tenaga yang tidak

terdidik, tidak saja tenaga yang terampil tetapi juga yang tidak terampil.

Jadi, di dalam istilah atau pengertian human resources itu terkumpul semua

kemampuan manusiawi yang dapat disumbangkan untuk memungkinkan

dilakukannya produksi barang-barang dan jasa-jasa. Kualitas atau mutu sumber daya

manusia sesuatu bangsa itu tergantung pada kualitas atau mutu kesehatan, kekuatan

fisik, pendidikan, serta kecakapan penduduknya.

Modal

Faktor produksi yang ketiga adalah modal (capital). Secara lengkap, nama

atau sebutan bagi faktor produksi yang ketiga ini adalah real capital goods (

barang-barang modal riil), yang meliputi semua jenis barang yang dibuat untuk menunjang

kegiatan produksi barang-barang lain serta jasa-jasa. Termasuk ke dalam bilangan

barang-barang modal semacam itu misalnya adalah mesin-mesin, pabrik-pabrik,

jalan-jalan raya, pembangkit tenaga listrik, gudang serta peralatan-peralatannya.

Pengertian modal (capital) semacam itu sebenarnya hanyalah merupakan

(42)

digunakan oleh para ahli ekonomi. Sebab, modal juga mencakup arti uang yang

tersedia di dalam perusahaan untuk membeli mesin-mesin serta faktor produksi

lainnya. Yang dimaksudkan dengan “modal” dalam faktor produksi yang ketiga ini

adalah barang-barang modal, bukan modal uang. Adapun produksi yang

menghasilkan barang-barang modal adalah produksi tidak langsung (indirect

production).

Jadi, indirect production adalah pembuatan suatu alat, sebuah mesin ataupun

setiap jenis barang modal, yang pada dasarnya akan membantu dalam hal pembuatan

barang-barang yang dipakai langsung (atau barang konsumsi), untuk memenuhi

kebutuhan manusia. Istilah indirect production ini sering juga disebut istilah ciptaan

Von Bohm Bawerk: “round about production”.

Kecakapan Tata Laksana

Ketiga faktor produksi yang telah disebutkan di atas adalah faktor-faktor

produksi yang dapat diraba (tangible). Ketiganya, yakni, tanah, tenaga manusia, dan

modal, dapat dilihat, dapat pula diraba, disamping juga dapat dihitung, dan begitu

pula dapat diukur, ditimbang, dan ditakar.

Kecakapan (skill) yang menjadi faktor produksi keempat ini disebut dengan

entrepreneurship, yang merupakan faktor produksi yang tidak dapat diraba

(intangible), tetapi peranannya sangat menentukan.

Sebagai contoh, dua masyarakat atau dua bangsa yang memiliki natural

(43)

keduanya bisa berproduksi lebih baik karena memiliki kapasitas entrepreneurship

yang lebih daripada yang dimiliki oleh masyarakat atau bangsa yang lain itu. Dengan

demikian, entrepreneurship atau skill itu merupakan faktor produksi yang justru

paling menentukan di dalam perkembangan ekonomi masyarakat.

Keempat faktor produksi yang telah disebutkan di atas, adalah unsur-unsur

yang harus bekerja demi terlaksananya proses produksi. Kepada faktor produksi

tanah, dibayarkan sewa (rent). Untuk tenaga manusia (labor), dikenal tiga jenis

pembayaran balas jasa, yaitu upah (wage), gaji (salary), dan royalty. Untuk modal,

modal uang maupun barang-barang modal, dibayarkan bunga (interest). Adapun

dividen adalah sejenis bunga, yang dibayarkan kepada mereka yang ikut serta dalam

modal perusahaan. Kepada para entrepreneur, diterima laba(profit). Tetapi laba usaha

itu dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian pertama dibayarkan kepada pemerintah

dalam bentuk pajak perusahaan (corporate tax), bagian kedua adalah laba yang tidak

dibagikan (undistributed corporate tax), karena digunakan untuk cadangan

perusahaan maupun untuk usaha perluasan perusahaan, dan bagian ketiga adalah laba

yang dibagikan dalam bentuk dividen, yakni bagian laba untuk para pemegang

saham.

Semua usaha serta daya dan kemampuan yang bisa menunjang produksi

disebut dengan istilah produktif (productive). Sehubungan dengan hal itu, maka

keempat faktor produksi tersebut di atas dapat pula disebut sebagai sumber-sumber

(44)

Cara yang dapat dipakai untuk melihat besarnya kapasitas produktif sesuatu

sumber produktif tertentu adalah dengan melihat produktivitas (productivity)nya.

Pengertian produktivitas ini adalah seperti yang diterangkan oleh Stonierdan Hague:

For the economist, “productivity” means about per unit of input.

Bagi ahli ekonomi, “produktivitas” berarti keluaran untuk tiap satuan masukan.

Semua faktor produksi adalah input, sedang hasil produksi adalah outputnya.

Dengan demikian, produktivitas berarti besarnya hasil produksi yang dapat dihasilkan

oleh setiap satuan input.

2.2.2 Fungsi Produksi

Fungsi produksi menunjukkan sifat hubungan diantara faktor-faktor produksi

dan tingkat produksi yang dihasilkan. Fungsi produksi selalu dinyatakan dalam

bentuk rumus, yaitu sebagai berikut:

Q = f ( K, L, R, T )

dimana K adalah jumlah stok modal, L adalah jumlah tenaga kerja dan ini meliputi

berbagai jenis tenaga kerja dan keahlian keusahawanan, R adalah kekayaan alam, dan

T adalah tingkat teknologi yang digunakan. Sedangkan Q adalah jumlah produksi

yang dihasilkan oleh berbagai jenis faktor-faktor produksi tersebut, yaitu secara

bersama digunakan untuk memproduksi barang yang sedang dianalisis sifat

produksinya.

Persamaan tersebut merupakan suatu pernyataan matematik yang pada

dasarnya berarti bahwa tingkat produksi suatu barang tergantung kepada jumlah

(45)

digunakan. Jumlah produksi yang berbeda-beda dengan sendirinya akan memerlukan

berbagai faktor produksi tersebut dalam jumlah yang berbeda-beda juga. Disamping

itu, untuk satu tingkat produksi tertentu, dapat pula digunakan gabungan faktor

produksi yang berbeda.

Dengan membandingkan berbagai gabungan faktor-faktor produksi untuk

menghasilkan sejumlah barang tertentu dapat ditentukan gabungan faktor produksi

yang paling ekonomis untuk memproduksi sejumlah barang tersebut.

2.2.3 Teori Produksi

Teori produksi dalam ilmu ekonomi membedakan analisisnya kepada dua

pendekatan berikut:

a.Teori produksi dengan satu faktor berubah.

b.Teori produksi dengan dua faktor berubah.

a. Teori Produksi Dengan Satu Faktor Berubah

Teori produksi yang sederhana menggambarkan tentang hubungan diantara

tingkat produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk

menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut.

Dalam analisis tersebut dimisalkan bahwa faktor-faktor produksi lainnya

adalah tetap jumlah, yaitu modal dan tanah jumlahnya dianggap tidak mengalami

perubahan. Juga teknologi dianggap tidak mengalami perubahan. Satu-satunya faktor

produksi yang dapat diubah jumlahnya adalah tenaga kerja.

(46)

Hukum tersebut menjelaskan sifat pokok dari hubungan diantara tingkat

produksi dan tenaga kerja yang digunakan untuk mewujudkan produksi tersebut.

Hukum hasil lebih yang semakin berkurang menyatakan bahwa apabila faktor

produksi yang dapat diubah jumlahnya (tenaga kerja) terus menerus ditambah

sebanyak satu unit, pada mulanya produksi total akan semakin banyak

pertambahannya, tetapi sesudah mencapai suatu tingkat tertentu produksi tambahan

akan semakin berkurang dan akhirnya akan mencapai nilai negatif. Sifat

pertambahan produksi seperti ini menyebabkan pertambahan produksi total semakin

lambat dan akhirnya ia mencapai tingkat yang maksimum dan kemudian menurun.

Dengan demikian pada hakikatnya hukum hasil lebih yang semakin berkurang

menyatakan bahwa hubungan diantara tingkat produksi dan jumlah tenaga kerja yang

digunakan dapat dibedakan dalam tiga tahap, yaitu:

Tahap pertama: Produksi total mengalami pertambahan yang semakin

cepat.

Tahap kedua: Produksi total pertambahannya semakin lambat. Tahap ketiga: Produksi total semakin lama semakin berkurang.

Dalam tabel di bawah ini dikemukakan suatu gambaran mengenai produksi

suatu barang pertanian di atas sebidang tanah yang tetap jumlahnya, tetapi jumlah

tenaga kerjanya berubah-ubah. Dalam gambaran itu ditunjukkan bahwa produksi total

yang ditunjukkan dalam kolom (3) mengalami pertambahan yang semakin cepat

(47)

keadaan ini kegiatan memproduksi mencapai tahap pertama. Dalam tahap ini setiap

tambahan tenaga kerja menghasilkan tambahan produksi yang lebih besar dari yang

dicapai pekerja sebelumnya. Dalam analisis ekonomi keadaan ini dinamakan

produksi marginal pekerja yang semakin bertambah. Data dalam kolom (4) yaitu data

produksi marginal pada tahap pertama, menggambarkan keadaan tersebut.

Apabila tenaga kerja ditambah dari 3 menjadi 4, kemudian 4 menjadi 5,

kemudian 5 menjadi 6, dan selanjutnya 6 menjadi 7, produksi total tetap bertambah;

tetapi jumlah pertambahannya semakin lama semakin sedikit. Maka dalam keadaan

ini produksi mencapai tahap kedua, yaitu keadaan dimana produksi marginal

semakin berkurang. Maksudnya, setiap pertambahan pekerja akan menghasilkan tambahan produksi kurang daripada tambahan produksi pekerja sebelumnya.

Pada tahap ketiga, pertambahan tenaga kerja tidak akan menambah produksi

total, yaitu produksi total berkurang. Pada waktu tenaga kerja bertambah dari 7

menjadi 8, produksi total masih mengalami peningkatan, yaitu sebanyak 15 unit.

Akan tetapi apabila satu lagi tenaga kerja ditambah dari 8 pekerja menjadi 9 pekerja,

produksi totalnya menurun. Produksi total berkurang lebih lanjut apabila tenaga kerja

(48)

Tabel 2.1

Hubungan Jumlah Tenaga Kerja dan Jumlah Produksi

Tanah Tenaga Kerja Produksi Total Produksi Produksi Tahap

(hektar) (orang) (unit) marginal rata-rata

(unit) (unit)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 1 150 150 150

1 2 400 250 200 Pertama

1 3 810 410 270

1 4 1080 270 270

1 5 1290 210 258

1 6 1440 150 240 Kedua

1 7 1505 65 215

1 8 1520 15 180

1 9 1440 -80 160 Ketiga

(49)

Produksi Total, Produksi Rata-Rata, dan Produksi Marginal

Kolom (4) menunjukkan nilai produksi marginal, yaitu tambahan produksi

yang diakibatkan oleh pertambahan satu tenaga kerja yang digunakan. Apabila ∆L

adalah pertambahan tenaga kerja, ∆TP adalah pertambahan produksi total, maka

produksi marginal (MP) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:

MP =

L TP

∆ ∆

Besarnya produksi rata-rata, yaitu produksi yang secara rata-rata dihasilkan

oleh setiap pekerja, ditunjukkan dalam kolom (5). Apabila produksi total adalah TP,

jumlah tenaga kerja adalah L, maka produksi rata-rata (AP) dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan berikut:

AP =

L TP

b. Teori Produksi dengan dua faktor berubah

Dalam analisis ini dimisalkan terdapat dua jenis faktor produksi yang dapat

diubah jumlahnya. Misalnya yang dapat diubah adalah tenaga kerja dan modal.

Misalkan pula bahwa kedua faktor produksi yang dapat berubah ini dapat

dipertukar-tukarkan penggunaannya, yaitu tenaga kerja dapat mengganti modal atau sebaliknya.

Analisis mengenai kegiatan produksi dapat dilakukan dengan

memaksimumkan produksi dan meminimumkan biaya. Analisis memisalkan ada dua

(50)

Untuk menentukan jumlah produksi yang maksimum dan jumlah biaya yang

minimum dapat dilakukan dengan menggabungkan dua kurva, yaitu:

a.Kurva Produksi Sama (Isoquant), yaitu kurva yang menggambarkan gabungan

tenaga kerja dan modal yang akan menghasilkan satu tingkat produksi tertentu.

b.Garis Biaya Sama (Isocost), yaitu garis yang menggambarkan gabungan

faktor-faktor produksi yang dapat diperoleh dengan menggunakan sejumlah biaya

tertentu.

2.2.4 Hubungan Produksi dan Ekspor

Di Indonesia istilah industri lebih banyak dipergunakan dalam konteks

produksi barang. Di dalam proses produksi barang terdapat tahapan-tahapan, dimana

barang tersebut langsung dapat dimanfaatkan kegunaannya, ataupun masih berupa

bahan baku, ataupun produk antara yang masih harus diproses lebih lanjut sebelum

menjadi suatu customer product atau barang jadi.

Apabila rupiah mengalami depresiasi terhadap mata uang negara-negara mitra

dagang, misalnya terhadap Dollar AS, akan menyebabkan harga komoditi ekspor bisa

lebih kompetitif di pasar internasional terutama komoditi yang bahan-bahan

produksinya berasal dari dalam negeri sendiri dan bahan mentah dari sumber-sumber

alam menjadi lebih murah dibanding produksi sejenis negara lain sehingga pada

(51)

2.3 Ekspor

2.3.1 Pengertian Ekspor

Kegiatan ekspor merupakan hal yang terpenting bagi setiap negara baik

negara maju maupun negara berkembang, bahkan mendapat perhatian utama dalam

kegiatan ekonomi mengingat peranannya yang sangat besar dalam menunjang setiap

program pembangunan yang dilaksanakan yakni sebagai penggerak kegiatan ekonomi

dan pembangunan. Ekspor merupakan arus keluar sejumlah barang dan jasa dari satu

negara ke pasar internasional.

Menurut Soekartawi (1991:126), alasan yang mendesak mengapa suatu negara

perlu menggalakkan ekspor adalah untuk meningkatkan kekayaan negara yang berarti

pula meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat. Dengan demikian,

perbincangan mengenai ekspor sudah menjadi bahan pembicaraan umum baik di

media massa maupun dalam kehidupan sehari-hari, sehingga istilah ekspor bukan lagi

istilah yang asing bagi masyarakat.

Menurut Michael P. Todaro (1983:620), ekspor adalah kegiatan perdagangan

internasional yang memberikan rangsangan guna menumbuhkan permintaan dalam

negeri yang menyebabkan tumbuhnya industri-industri pabrik besar bersama dengan

struktur politik yang stabil dan lembaga sosial yang fleksibel. Dengan kata lain,

ekspor mencerminkan aktivitas perdagangan antar bangsa yang dapat memberikan

dorongan dalam dinamika pertumbuhan perdagangan internasional, sehingga suatu

negara yang sedang berkembang kemungkinan untuk mencapai kemajuan

(52)

Sementara itu, menurut G. M. Meiner (1965:313), ekspor adalah salah sektor

perekonomian yang memegang peranan penting melalui perluasan pasar antara

beberapa negara dimana dapat mengadakan perluasan dalam suatu industri sehingga

mendorong sektor lain dalam perekonomian.

Ada tiga hal yang menjadi landasan untuk kemungkinan memperdagangkan

komoditi dalam pasaran internasional (Amir, 2003:7), antara lain:

a.Bila komoditi atau produk itu mempunyai keunggulan mutlak atau keunggulan

komparatif dalam biaya produksi dibandingkan dengan biaya produksi komoditi

yang sama di negara lain. Asas ini lebih ditekankan pada masalah biaya produksi,

tingkat produktivitas dan efisiensi dari komoditi yang bersangkutan. Sesuatu

produk yang biaya produksinya lebih rendah dibandingkan dengan negara lain

dapat dikatakan mempunyai potensi untuk diekspor ke negara-negara yang biaya

produksi untuk komoditi itu lebih mahal atau lebih tinggi. Suatu komoditi

dikatakan mempunyai keunggulan mutlak, bila produk itu merupakan produk

langka secara alamiah, misalnya karena terikat pada iklim tertentu atau wilayah

tertentu.

b.Bila komoditi tersebut sesuai dengan selera dan kebutuhan konsumen di luar

negeri. Asas yang kedua ini dengan sendirinya dipandang dari sudut kepentingan

konsumen. Komoditi yang mempunyai potensi ekspor dipandang dari sudut selera

konsumen ini adalah komoditi yang mutu desain, ketepatan waktu penyerahan,

pengaturan packing dan standardisasi produksi itu sesuai dan memenuhi selera

(53)

c.Bila komoditi tersebut diperlukan untuk diekspor dalam rangka pengamanan

cadangan strategi nasional, misalnya pada suatu saat kita kekurangan beras, maka

untuk menutupi kekurangan ini, justru kita lakukan ekspor beras yang bermutu

tinggi dengan harga mahal dan pada waktu yang bersamaan diimpor beras dengan

mutu yang lebih rendah dalam kuantum lebih besar, namun dengan nilai yang

setaraf dengan nilai beras yang diekspor. Dengan cara ini kita dapat meningkatkan

volume cadangan beras dalam negeri. Sebaliknya bisa juga yaitu mengekspor beras

surplus dan mengimpor gandum misalnya untuk meningkatkan gizi atau mengubah

pola konsumsi.

Bidang ekspor sebagai salah satu dari perdagangan luar negeri meliputi

bidang aktivitas seperti berikut:

a.Bidang produksi.

b.Bidang pengumpulan.

c.Bidang sortasi dan up-grading.

d.Bidang angkutan darat.

e.Bidang pembiayaan (keuangan).

f. Bidang pergudangan dan pengepakan.

g. Bidang angkutan laut.

h.Bidang perasuransian.

i. Persoalan prosedur dan peraturan pemerintah.

j. Persoalan administrasi perusahaan.

(54)

l. Persoalan khusus disparitas dan subsidi.

m. Persoalan pemasaran.

2.3.2 Manfaat dan Peranan Ekspor

Secara umum, ada beberapa manfaat atau peranan yang dapat diperoleh dari

kegiatan ekspor (Djamin, 1994:5), antara lain:

a.Keuntungan komparatif (comparative advantage), didasarkan pada hukum

keuntungan komparatif yakni suatu negara akan mengekspor hasil produksi yang

darinya terdapat keuntungan yang lebih besar dan mengimpor barang-barang yang

darinya terdapat keuntungan yang lebih kecil.

b.Sektor ekspor menjadi penggerak dari kegiatan perekonomian (leading sector).

c.Ekspor merupakan sumber devisa bagi negara. Bila ekspor naik mengakibatkan

penerimaan dalam negeri akan meningkat.

d.Ekspor menciptakan permintaan efektif yang baru, akibatnya permintaan

barang-barang di pasar dalam negeri meningkat. Terjadinya persaingan mendorong

industri-industri dalam negeri mencari inovasi yang ditujukan untuk menaikkan

produktivitas.

e.Perluasan kegiatan ekspor mempermudah pembangunan . Karena industri tertentu

tumbuh tanpa membutuhkan investasi dalam kapital sosial sebanyak yang

dibutuhkan seandainya barang-barang itu akan dijual di luar negeri, misalnya

karena sempitnya pasar dalam negeri akibat tingkat pendapatan riil yang rendah

(55)

2.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor

Menurut Darmansyah (dalam Soekartawi, 1991:128), faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi perkembangan ekspor antara lain:

a.Harga internasional. Semakin besar selisih antara harga di pasar internasional

dengan harga domestik akan menyebabkan jumlah komoditi yang akan diekspor

menjadi bertambah banyak.

b.Nilai tukar uang (exchange rate). Semakin tinggi nilai tukar mata uang suatu

negara maka harga ekspor negara itu di pasar internasional menjadi mahal.

Sebaliknya, semakin rendah nilai mata uang suatu negara, harga ekspor negara itu

di pasar internasional menjadi lebih murah.

c.Quota ekspor-impor yakni kebijakan perdagangan internasional berupa pembatasan

kuantitas barang ekspor.

d.Kebijakan tarif dan non tarif. Kebijakan tarif adalah untuk menjaga harga produk

dalam negeri dalam tingkatan tertentu yang dianggap mampu atau dapat

mendorong pengembangan komoditi tertsebut. Sedangkan kebijakan non tarif

adalah untuk mendorong tujuan diversifikasi ekspor.

2.3.4 Kebijakan Ekspor

Kebijakan perdagangan internasional di bidang ekspor diartikan sebagai

berbagai tindakan dan peraturan yang dikeluarkan pemerintah, baik secara langsung

maupun tidak langsung, yang akan mempengaruhi struktur, komposisi, dan arah

(56)

Tujuan dari kebijakan ekspor adalah bagaimana upaya untuk meningkatkan

ekspor sehingga dapat menutupi defisit transaksi berjalan dan neraca pembayaran.

Untuk mencapai sasaran atau tujuan tersebut, dapat ditempuh dengan beberapa cara,

antara lain:

a. Kebijakan Devaluasi, yaitu kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dengan

menurunkan nilai mata uang sendiri terhadap mata uang negara lain. Akibat

kebijakan ini, harga barang-barang ekspor negara tersebut menjadi murah di luar

negeri dan mampu bersaing dengan produk saingan dari negara lain. Sedangkan

harga barang-barang impor bagi negara tersebut menjadi mahal. Akibatnya, hasrat

mengimpor dapat ditekan sebagai upaya penghematan penggunaan devisa. Akan

tetapi, bila kebijakan ini sering dilakukan akan menimbulkan ketidakpercayaan

masyarakat internasional terhadap negara tersebut karena merugikan negara lain

untuk berkompetisi di pasar internasional.

b. Subsidi Ekspor, merupakan salah satu kebijakan yang ditempuh pemerintah dalam

meningkatkan ekspor dengan memberikan bantuan kepada para produsen, sehingga

biaya produksinya dapat ditekan. Hal tersebut akan membuat harga barang ekspor

lebih murah di pasar internasional sehingga dapat memenangkan persaingan

dengan negara lain. Akan tetapi, kebijakan ini melanggar perjanjian umum

mengenai tarif dan perdagangan internasional (GATT) yang menggambarkan

subsidi ekspor sebagai persaingan yang tidak adil dan mengizinkan negara-negara

pengimpor untuk membalasnya dengan bea balasan (counter duties) yang bersifat

(57)

c. Diversifikasi Ekspor, yakni kegiatan penganekaragaman hasil ekspor. Hal ini juga

salah satu cara yang ditempuh dalam meningkatkan ekspor. Ini berarti komoditas

ekspor tidak hanya terfokus pada satu jenis komoditi saja, tetapi dari berbagai jenis

komoditi lainnya.

Agar kebijakan-kebijakan tersebut dapat lebih efektif dan efisien

penerapannya, sekurang-kurangnya ada beberapa hal pokok yang perlu diperhatikan

(Soediyono, 1996:23), antara lain:

a.Daya saing sesama negara produsen yang pada dasarnya berkisar pada masalah

kemampuan pemasaran, tingkat efisiensi dan produktivitas produksi serta mutu dari

komoditi.

b.Tindak tanduk dan taktik serta teknik yang dijalankan oleh konsumen untuk

memperoleh komoditi yang murah dan bermutu tinggi serta penawaran

(supply) yang berkesinambungan.

c.Campur tangan pemerintah negara konsumen dan pemerintah negara produsen

yang menjadi saingan yang bersifat proteksionistis.

d.Kemajuan teknologi negara konsumen dalam menciptakan barang pengganti

(barang substitusi) atau perkembangan teknologi dalam teknik produksi dari

negara produsen saingan yang akan mempengaruhi biaya produksi dan mutu

komoditi.

Sementara itu, menurut Soedrajad Djiwandono (1992:56), keberhasilan dalam

(58)

a.Perkembangan ekspor dan perdagangan dunia terutama mitra dagang dan

negara-negara yang mempunyai pengaruh besar terhadap perdagangan dunia serta

terbukanya kesempatan akses ke pasar negara-negara tersebut, misalnya Amerika

Serikat.

b.Iklim usaha yang baik yakni iklim usaha yang memungkinkan dunia usaha untuk

bertumbuh dan berkembang secara wajar menurut prinsip-prinsip ekonomi

rasional. Penciptaan iklim ini banyak dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah

seperti penyederhanaan dan pengurangan berbagai bentuk pengaturan berupa

perizinan, pembatasan serta terbinanya kerjasama yang terpadu antara berbagai

instansi terkait dalam peningkatan ekspor.

c.Perilaku dan kemampuan serta kesiapan dunia usaha dalam bersaing merebut pasar

di luar negeri.

2.3.5 Aneka Cara Ekspor

Dalam melaksanakan ekspor ke luar negeri dapat ditempuh beberapa cara

(Amir MS, 1993:49), antara lain sebagai berikut:

a. Ekspor Biasa

Dalam hal ini barang dikirim ke luar negeri sesuai dengan peraturan umum

yang berlaku, yang ditujukan kepada pembeli di luar negeri untuk memenuhi suatu

transaksi yang sebelumnya sudah diadakan dengan importir di luar negeri. Sesuai

dengan peraturan devisa yang berlaku maka hasil devisa yang diperoleh dari ekspor

ini dapat dijual kepada Bank Indonesia, sedang eksportir menerima pembayaran

Gambar

Gambar 2.1
Tabel 2.1
tabel. Jika F-hitung > F-tabel, maka H0 ditolak yang berarti variabel independen
Tabel 4.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

anak soleh yang selalu mendo’akan orang tuanya yang telah meninggal 11.yang termasuk tanda tanda besar menjelang hari kiamat adalah….. banyak ulama yang meninggal

dan sampel berjumlah 42 anak, diambil menggunakan teknik purposive sampel. Instrumen penelitian menggunakan tes pemanduan bakat model sport search. Analisis data

Data merupakan representasi dari 3 (tiga) eksperimen yang berbeda dengan hasil yang konsisten dan masing-masing eksperimen dilakukan dengan 3(tiga)x replikasi. Pada gambar

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh roman Tenggelamna Kapal van der Wijck ( TKvDW ) karya Hamka yang menyajikan unsur-unsur adat Minangkabau dengan sangat kental,

Data Flow (Interrupt

Akan tetapi, ketika pengajuan pembiayaan tersebut ditolak, maka, ME lah yang bertugas untuk mengembalikan jaminan tersebut ke tempat tinggal calon debitur, atau,

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, nikmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Efektivitas

Lickona (2007: 10) menyatakan bahwa pengertian pendidikan karakter adalah suatu usaha yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat memahami,