PRA RANCANGAN PABRIK
PEMBUATAN METIL ESTER DARI PALM FATTY ACID
DISTILLATE (PFAD)
DENGAN PROSES ESTERIFIKASI
DENGAN KAPASITAS 150.000 TON/TAHUN
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Teknik Kimia
Oleh :
ADE ZULFIKAR A.
040405035
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PRAKATA
Syukur alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Metil Ester dari Palm Fatty Acid
Distillate (PFAD) dengan proses Esterifikasi dengan kapasitas 150.000
ton/tahun. Tugas Akhir ini dikerjakan sebagai syarat untuk kelulusan dalam
sidang sarjana.
Selama mengerjakan Tugas akhir ini penulis begitu banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Ir. Iriany, M.Si sebagai Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan memberikan masukan selama menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Ibu Maulida, ST MSc sebagai Dosen Pembimbing II yang telah memberikan arahan selama menyelesaikan tugas akhir ini.
3. Bapak Dr. Eng. Ir. Irvan, MT sebagai Koordinator Tugas Akhir Departemen Teknik Kimia FT USU.
4. Seluruh Dosen Pengajar Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama menjalani studi.
5. Para pegawai administrasi Departemen Teknik Kimia yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama mengenyam pendidikan di Deparetemen Teknik Kimia.
6. Dan yang paling istimewa Orang tua penulis yaitu Ibunda Suwarni dan Ayahanda Ibrahim Gani Marpaung, yang tidak pernah lupa memberikan do’a, motivasi dan semangat kepada penulis.
7. Kakanda Penulis Dedi Aksaris Arief, Indra Rahmadi, Silvia Dewi Yuniarti, dan Evi Yusnita Sari yang selalu memberi dukungan dan do’anya.
8. Teman-teman stambuk ‘04 tanpa terkecuali. Thanks buat kebersamaan dan semangatnya.
10. Adik-adik junior stambuk ’05, ’06, dan ’07.
11. Seluruh Pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu namanya yang juga turut memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih terdapat banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan pada penulisan berikutnya. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Juni 2010 Penulis,
INTI SARI
Pembuatan Meti Ester dapat dilakukan dengan proses Esterifikasi Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) dengan kondisi operasi pada suhu 30 0C dan tekanan 1 atm.
Pabrik Metil Ester ini direncanakan akan berproduksi dengan kapasitas 150.000 ton/tahun (18.939,3939 kg/jam) dan beropersi selama 330 hari dalam setahun. Pabrik ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap produk impor.
Lokasi pabrik yang direncanakan adalah di daerah hilir Sungai Silau Asahan, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara dengan luas tanah yang dibutuhkan sebesar 30.000 m2.
Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk mengoperasikan pabrik sebanyak 276 orang. Bentuk badan usaha yang direncanakan adalah Perseroan Terbatas (PT) dan bentuk organisasinya adalah organisasi fungsionil dan staff.
Hasil analisa terhadap aspek ekonomi pabrik metil ester, adalah: - Total modal investasi : Rp. 2.018.851.975.664,53,-
- Biaya produksi : Rp. 470.231.981.777,38,- - Hasil penjualan per tahun : Rp. 1.179.969.701.760,- - Laba bersih : Rp. 496.833.903.987,84,- - Profit Margin : 60,15 %
- Break even point (BEP) : 33,81 %
- Return of Investment : 26,41%
- Pay Out Time : 4 tahun
- Return of Network : 41,02 % - Internal Rate of Return : 34,49 %
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... i
INTI SARI... ii
DAFTAR ISI... iii
DAFTAR TABEL... vi
DAFTAR GAMBAR...x
BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang ... I-1 1.2 Rumusan Masalah ... I-2 1.3 Tujuan Rancangan... I-2 1.4 Manfaat ... I-2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...II-1 2.1 Kelapa Sawit ...II-1
2.2 Metil ester ...II-2 2.3 Proses Pembuatan Metil ester ...II-4 2.4 Hasil Samping Pembuatan Metil Ester dengan Bantuan Katalis ...II-6 2.5 Seleksi Proses...II-7
2.6 Deskripsi Proses ...II-7 2.7 Sifat-sifat Bahan Baku dan Produk ...II-8
BAB III NERACA MASSA... III-1
BAB IV NERACA PANAS... IV-1
BAB V SPESIFIKASI PERALATAN... V-1
BAB VI INSTRUMENTASI DAN KESELAMATAN KERJA... VI-1
6.1 Instrumentasi ... VI-1 6.2 Keselamatan Kerja Pabrik... VI-7
7.5 Kebutuhan Bahan Bakar ...VII-11 7.6 Unit Pengolahan Limbah ...VII-12 7.7 Spesifikasi Peralatan Utilitas ...VII-13 7.8 Spesifikasi Peralatan Unit Pengolahan Limbah ...VII-30
BAB VIII LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK... VIII-1 8.1 Lokasi pabrik... VIII-1 8.2 Tata Letak Pabrik ... VIII-6 8.3 Perincian Luas Tanah... VIII-7
BAB IX ORGANISASI DAN MANAJEMEN PERUSAHAAN... IX-1
9.1 Organisasi Perusahaan ... IX-1 9.2 Manajemen Perusahaan... IX-3
9.3 Bentuk Hukum Badan Usaha ... IX-5 9.4 Uraian Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab ... IX-6 9.5 Sistem Kerja ... IX-10 9.6 Jumlah Karyawan dan Tingkat Pendidikan ... IX-13 9.7 Analisa Jabatan ... IX-15
9.8 Pengaturan Gaji Staf dan Karyawan ... IX-15 9.9 Kesejahteraan Staf dan Karyawan ... IX-17
BAB X ANALISA EKONOMI... X-1 10.1 Modal Investasi ... X-1 10.2 Biaya Produksi Total... X-4 10.3 Perkiraan Laba/Rugi Perusahaan ... X-5 10.4 Analisa Aspek Ekonomi... X-5
BAB XI KESIMPULAN... XI-1
DAFTAR PUSTAKA... DP-1
LAMPIRAN A PERHITUNGAN NERACA MASSA... L.A-1
LAMPIRAN B PERHITUNGAN NERACA PANAS... L.B-1
LAMPIRAN C PERHITUNGAN SPESIFIKASI ALAT... L.C-1
LAMPIRAN D PERHITUNGAN UTILITAS DAN
SPESIFIKASI PERALATAN... L.D-1
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Proyeksi Kebutuhan Biodisel... I-2 Tabel 2.1 Produksi Biodisel di Berbagai Negara Eropa ...II-3 Tabel 2.2 Proyeksi Timna Pengembangan BBN akan kebutuhan Biodisel ...II-4 Tabel 3.1 Neraca Massa Heater ... III-1 Tabel 3.2 Neraca Massa Tangki Pecampur I (M-101)... III-1 Tabel 3.3 Neraca Massa Reaktor Esterifikasi (R-101)... III-2 Tabel 3.4 Neraca Massa Dekanter I (FL-101) ... III-2 Tabel 3.5 Neraca Massa Separator Flash Drum I (D-101)... III-3 Tabel 3.6 Neraca Massa Evaporator (D-102) ... III-3 Tabel 3.7 Neraca Massa Reaktor Netralisasi (R-102)... III-3 Tabel 3.8 Neraca Massa Cooler... III-4 Tabel 3.9 Neraca Massa Dekanter II (FL-102) ... III-4 Tabel 4.1 Neraca Panas Heater 1 (E-101)... IV-1 Tabel 4.2 Neraca Panas Reaktor Esterifikasi (R-101) ... IV-1 Tabel 4.3 Neraca Panas Heater 2 (E-102)... IV-2 Tabel 4.4 Neraca Panas Heater 3 (E-103)... IV-2 Tabel 4.5 Neraca Panas Reaktor Netralisasi ... IV-2 Tabel 4.6 Neraca Panas Cooler (E-104)... IV-3 Tabel 6.1 Daftar Penggunaan Instrumentasi pada Pra Rancangan
DAFTAR GAMBAR
INTI SARI
Pembuatan Meti Ester dapat dilakukan dengan proses Esterifikasi Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) dengan kondisi operasi pada suhu 30 0C dan tekanan 1 atm.
Pabrik Metil Ester ini direncanakan akan berproduksi dengan kapasitas 150.000 ton/tahun (18.939,3939 kg/jam) dan beropersi selama 330 hari dalam setahun. Pabrik ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap produk impor.
Lokasi pabrik yang direncanakan adalah di daerah hilir Sungai Silau Asahan, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara dengan luas tanah yang dibutuhkan sebesar 30.000 m2.
Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk mengoperasikan pabrik sebanyak 276 orang. Bentuk badan usaha yang direncanakan adalah Perseroan Terbatas (PT) dan bentuk organisasinya adalah organisasi fungsionil dan staff.
Hasil analisa terhadap aspek ekonomi pabrik metil ester, adalah: - Total modal investasi : Rp. 2.018.851.975.664,53,-
- Biaya produksi : Rp. 470.231.981.777,38,- - Hasil penjualan per tahun : Rp. 1.179.969.701.760,- - Laba bersih : Rp. 496.833.903.987,84,- - Profit Margin : 60,15 %
- Break even point (BEP) : 33,81 %
- Return of Investment : 26,41%
- Pay Out Time : 4 tahun
- Return of Network : 41,02 % - Internal Rate of Return : 34,49 %
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Methil Ester merupakan senyawa organik (ester) yang pada keadaan normal berupa cairan tak berwarna, berbau khas, larut dalam alkohol, khloroform dan eter dan larut terbatas dalam air. Salah satu bahan yang dapat dijadikan metil ester adalah PFAD (palm fatty acid distillate). PFAD merupakan hasil samping dari industri minyak sawit.
Dalam Industri kimia, methil ester banyak digunakan sebagai pelarut organik atau solvent untuk selulosa nitrat, rubber klorida, ethyil selulosa, benzyl abitat, resin metil metakrilat, resin cyclohexanone, formaldehid, poli stirene, polivinil asetat, dll. Metil Ester digunakan juga dalam industri kosmetik, farmasi dan paint remover.
Selain itu, dengan semakin meningkatnya kepedulian manusia akan kesehatan dan lingkungan, maka kebutuhan akan produk-produk yang bersifat alami dan ramah lingkungan juga semakin meningkat. Salah satu industri oleokimia berbasis dari alam yang mempunyai prospek untuk dikembangkan di Indonesia adalah industri metil ester dari Palm Fatty Acid Distillate (PFAD).
1.2 Perumusan Masalah
Kebutuhan metil ester sebagai bahan baku pembuatan biodiesel, kosmetik, obat-obatan, dan pestisida semakin hari akan semakin meningkat. Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) yang merupakan bahan yang dapat diolah menjadi metil ester
melimpah di Indonesia. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian mengenai pembuatan metil ester dari PFAD secara pabrik.
1.3 Tujuan Perancangan
Tujuan perancangan pabrik metil ester dengan proses esterifikasi dari Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) ini adalah untuk menerapkan disiplin ilmu
Teknik Kimia, khususnya di bidang perancangan, proses, dan operasi teknik kimia, sehingga memberikan gambaran kelayakan Pra-Rancangan Pabrik ini.
1.4 Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelapa Sawit
Kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan / industri yang berupa pohon batang lurus dari famili Palmae. Tanaman tropis yang dikenal sebagai penghasil minyak sayur ini berasal dari Amerika. Brazil dipercaya sebagai tempat dimana pertama kali kelapa sawit tumbuh. Dari tempat asalnya, tanaman ini menyebar ke Afrika, Amerika Equatorial, Asia Tenggara dan Pasifik selatan.
Benih kelapa sawit yang pertama kali ditanam di Indonesia adalah di Kebun Raya pada tahun 1884 yang berasal dari Mauritius (Afrika). Saat itu Johannes Elyas Teysmann yang menjabat sebagai Direktur Kebun Raya. Hasil introduksi ini berkembang dan merupakan induk dari perkebunan kelapa sawit di Asia Tenggara. Pohon induk ini telah mati pada 15 Oktober 1989, tapi anakannya bisa dilihat di Kebun Raya Bogor. Perkebunan kelapa sawit pertama dibangun di Tanahitam, Hulu Sumatera Utara oleh Schadt seorang Jerman pada tahun 1911.
Pulau Sumatra terutama Sumatera Utara, Lampung dan Aceh merupakan pusat penanaman kelapa sawit yang pertama kali terbentuk di Indonesia, namun demikian sentra penanaman ini berkembang ke Jawa Barat (Garut Selatan dan Banten Selatan), Kalimantan Barat dan Timur, Riau, Jambi, serta Irian Jaya. Pada tahun 1995 luas perkebunan kelapa sawit adalah 2,025 juta, dan diperkirakan pada tahun 2005 luas perkebunan menjadi 2,7 juta hektar dengan produksi minyak sebesar 9,9 ton/tahun (MAKSI, 2005).
Produk utama pohon kelapa sawit yang dimanfaatkan adalah tandan buahnya yang menghasilkan minyak dari daging buah dan kernel (inti sawit). Minyak kelapa sawit adalah bahan untuk pembuatan:
a) mentega, minyak goreng dan kue/biskuit.
b) bahan industri tekstil, farmasi, kosmetika, gliserol. c) sabun, deterjen, pomade.
pupuk yang dihasilkan. Ampas inti sawit (bungkil) digunakan untuk makanan ternak, sedangkan batang dan pelepah daun merupakan bahan pembuat particle board.
Beberapa produk dari kelapa sawit yang umum diperdagangkan adalah (MAKSI, 2005) :
1. Minyak Sawit Kasar atau Crude Palm Oil (CPO)
2. Minyak Inti Kelapa Sawit atau Crude Palm Kernel (CPKO) 3. Inti Kelapa Sawit atau Palm Kernel
4. Bungkil Inti Kelapa Sawit atau Palm Kernel Cake 5. Pretreated Palm Oil
6. Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBD Palm Oil) 7. Crude Palm Fatty Acid
8. Crude Palm Olein 9. Preteated Palm Olein 10. RBD Palm Olein 11. Crude Palm Stearin 12. Pretreated Palm Stearin 13. RDB Palm Stearin 14. Palm Acid Oil
15. Crude Palm Kernel Fatty Acid
2.2 Metil Ester
Methil Ester merupakan senyawa organik (ester) yang pada keadaan normal berupa cairan tak berwarna, berbau khas, larut dalam alkohol, khloroform dan eter dan larut terbatas dalam air.
Reaksi pembentukan metil ester dari methanol dan PFAD merupakan reaksi esterifikasi. Reaksi berlangsung bolak-balik. Untuk memperoleh hasil yang optimal dibutuhkan beberapa kondisi sebagai berikut :
2. Salah satu pereaksi dibuat berlebihan karena dengan pereaksi berlebihan reaksi akan bergeser kekanan.
3. Menggunakan katalisator, antara lain H2SO4, HCl dan lain-lain. Katalisator ini berfungsi untuk melepas ion H+ yang akan mengaktifkan gugus karboksilat, sehingga akan terjadi reaksi dengan methanol.
2.3 Proses Pembuatan Metil Ester
Teknologi yang paling banyak digunakan dalam pembuatan Metil Ester adalah pirolisis, mikroemulsifikasi dan esterifikasi (Syah, 2006).
2.3.1 Pirolisis
Pirolisis menunjukkan reaksi dekomposisi termal. Biasanya berlangsung tanpa oksigen. Pirolisis minyak nabati merupakan pilihan akibat adanya garam logam sebagai katalis. Dulunya perlakuan ini sebagai sarana untuk memproduksi bahan bakar darurat selama perang dunia II. Perlakuan ini menghasilkan campuran dari alkana, alkena, alkadiena, aromatik, dan asam karboksilat yang sama dengan bahan bakar diesel hidrokarbon dalam beberapa hal. Cetane number dari minyak nabati dapat ditingkatkan melalui pirolisis asalkan konsentrasi belerang, air, dan endapan dari produknya masih dalam toleransi yang dapat diterima. Namun, menurut standar bahan bakar modern, viskositas bahan bakar tersebut dianggap terlalu tinggi. Abu dan residu karbonnya jauh melebihi nilai diesel fosil.
2.3.2 Mikroemulsifikasi
karbon, dan meningkatkan kekentalan minyak pelumas. Lebih lanjut, mikroemulsifikasi menampilkan nilai pemanasan volumetrik yang lebih rendah dibandingkan dengan bahan bakar diesel hidrokarbon akibat kandungan alkoholnya yang tinggi, dan juga kurang cukup dalam hal jumlah dan perilaku pada suhu dingin (Wikipedia, 2007).
2.3.3 Esterifikasi
Esterifikasi adalah tahap konversi dari asam lemak bebas menjadi ester. Esterifikasi mereaksikan minyak lemak dengan alkohol. Katalis-katalis yang cocok adalah zat berkarakter asam kuat. Asam sulfat, asam sulfonat organik atau resin penukar kation asam kuat merupakan katalis-katalis yang biasa terpilih dalam praktek industrial (Soerawidjaja, 2006). Esterifikasi biasa dilakukan untuk membuat metil ester dari minyak berkadar asam lemak bebas tinggi (berangka-asam ≥ 5 mg-KOH/g). Pada tahap ini, asam lemak bebas akan dikonversikan menjadi metil ester. Tahap esterifikasi biasa diikuti dengan tahap transesterfikasi.
2.4 Hasil Samping Pembuatan Metil Ester Dengan Bantuan Katalis
2.4.1 Sabun
Sabun dapat juga terbentuk selama reaksi berhubung karena adanya reaksi samping dari reaksi transesterifikasi. Mula-mula, etil ester yang terbentuk beraksi dengan air membentuk asam lemak dan etanol, seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.7.
Gambar 2.7 Reaksi Pembentukan Asam Lemak dari Etil Ester
Kemudian asam lemak yang terbentuk beraksi dengan katalis sisa (dalam kasus ini berupa KOH) membentuk sabun. Reaksi ini ditampilkan pada gambar 2.8.
Gambar 2.8 Reaksi Pembentukan Sabun
Namun reaksi diatas sulit terjadi karena sedikitnya kadar air dalam sistem. Air yang dapat muncul ini dapat disebabkan oleh tidak murninya alkohol yang digunakan, air yang berasal dari reaktan lain pada awal proses (dari udara), atau bahkan dari tahap pencucian awal (Khan, 2002).
2.5 Seleksi Proses
Kondisi proses yang digunakan dalam pra-rancangan pabrik ini adalah dengan proses esterifikasi. Ester yang digunakan adalah Palm Fatty Acid Distilatte (PFAD). Alasan digunakannya PFAD adalah karena harganya yang
murah.
Pembuatan metil ester yang dilakukan dengan proses esterifikasi memiliki kelebihan diantaranya :
2. Menghasilkan metil ester yang memiliki yield mendekati standard biodisel
3. Menghasilkan produk samping berupa sabun.
2.6 Deskripsi Proses
Bahan baku yang digunakan pada tahap hidrolisis adalah PFAD, asam sulfat dan metanol. PFAD dipompakan ke heater (E-101), tujuannya adalah untuk menaikkan temperatur PFAD. Sementara itu, asam sulfat dan metanol dipompakan ke tangki pencampur (M-101). Kemudian, campuran asam sulfat dan metanol, serta PFAD dipompakan kedalam reaktor esterifikasi yang beroperasi pada temperatur 70oC dengan waktu tinggal 60 menit. Reaktor esterifikasi mereaksikan FFA yang terdapat dalam PFAD dengan metanol menjadi metil ester dan air. Untuk mengantisipasi terjadinya reaksi bolak-balik maka ditambahkan metanol berlebih dan penambahan katalisator. Perbandingan molar metanol : FFA adalah 8 : 1. Setelah keluar dari reaktor esterifikasi kemudian campuran dimasukkan ke unit dekanter (FL-101). Lapisan atas adalah berupa campuran asam sulfat, metanol dan air, sementara lapisan bawah merupakan metil ester, asam lemak dan trigliserida yang terbentuk selama reaksi. Lapisan atas selanjutnya masuk ke Flash Drum (D-101) untuk memisahkan metanol dan asam sulfat. Sementara lapisan bawah dialirkan ke Vaporizer (D-102) untuk memisahkan metanol dari campuran untuk kemudian di kirim ke unit reaktor (R-102) untuk proses netralisasi dengan penambahan NaOH 3 M yang beroperasi pada suhu 65oC dengan waktu tinggal selama 15 menit. Setelah itu, campuran didinginkan di unit cooler (E-104). Kemudian campuran dipompakan ke unit dekanter (FL-102). Lapisan atas adalah berupa metil ester dan trigliserida, sementara lapisan bawah merupakan sabun yang terbentuk selama reaksi.
2.7 Sifat-Sifat Bahan Baku dan Produk
2.7.1 PFAD (Palm Fatty Acid Distillate)
tersedianya PFAD sekitar 0,21 juta ton per tahun di Indonesia, maka bisa dihasilkan metil ester sebesar 0,189 juta ton. Nilai ini setara dengan 3,78 juta ton atau 4.195,8 juta liter biosolar per tahun (jenis B5) (Prihandana dkk, 2007).
Adapun komposisi dari PFAD (Chongkhong, 2007) : 93 % FFA
- Asam palmitat : 45,60% - Asam oleat : 33,30% - Asam linoleat : 7,70% - Asam stearat : 3,80% - Asam laurat : 1,80% - Asam linolenat : 0,80%
Trigliserida : 7%
2.7.2 Metanol (CH3OH)
1. Berat molekul : 32,04 gr/mol
2. Densitas : 0,7918 gr/cm3
3. Titik lebur : -970C 4. Titik didih : 64,70C
5. Titik nyala : 110C
6. Keasaman (pKa) : 15,5 7. Viskositas pada 250C : 0,59 mPa.s 8. Bentuk molekul : tetrahedral 9. Momen dipol (gas) : 1,69 D
2.7.3 Air (H2O)
1. Berat molekul : 18 gr/mol
2. Titik beku : 00C
3. Titik didih : 1000C
5. Viskositas pada 200C : 0,01002 cP 6. Viskositas pada 250C : 0,8937 cP
7. Indeks bias : 1,33
8. Tekanan uap pada 1000C : 760 mmHg 9. Tidak berbau dan tidak berasa
10. Pelarut yang baik untuk senyawa organik 11. Larut dalam alkohol
12. Konstanta ionisasinya kecil
2.7.4 Metil Ester
1. Densitas (150C) : 0,8793 gr/cm3 2. Viskositas (400C) : 4,865 mm2/s 3. Angka asam : 0,33 mg KOH/g
4. Titik nyala : 1810C
5. Residu karbon : 0,07 %b/b
6. Kadar abu : 0,07 %b/b
7. Kadar air : 0,03 %b/b
8. Kadar ester : 99,48 %b/b 9. Temperatur destilasi 95% : 3350C
10. Trigliserida : 0
11. Digliserida : 0,058 %b/b
BAB
III
NERACA MASSA
Hasil perhitungan neraca massa pada pra-rancangan pabrik Metil Ester dari PFAD (palm fatty acid destillate) dengan proses esterifikasi adalah :
Kapasitas produksi : 150.000 ton/tahun atau 18.939,3939 kg/jam
Waktu bekerja / tahun : 330 hari
Satuan operasi : kg/jam
3.1 Heater (E-101)
Tabel 3.1 Neraca Massa Heater (E-101)
Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam) Komponen
Alur 1 Alur 7
PFAD 19.779,7298 19.779,7298
Total 19.779,7298 19.779,7298
3.2 Tangki Pencampur I (M-101)
Tabel 3.2 Neraca Massa Tangki Pencampur (M-101)
Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam) Komponen
Alur 2 Alur 5 Alur 6
Asam Sulfat 305,9544 - 305,9544
Metanol - 16.155,7245 16.155,7245
Air 1,1459 91,6735 92,8194
3.3 Reaktor Esterifikasi (R-101)
Tabel 3.3 Neraca Massa Reaktor Esterifikasi (R-101)
Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam) Komponen
Alur 6 Alur 7 Alur 8
PFAD - 19.779,7298 -
Asam Sulfat 305,9544 - 305,9544
Metanol 16.155,7245 - 14.323,1104
FFA - - 395,5945
Trigeliserida - - 1.384,581
Metil ester - - 16.309,1296
Air 92,8194 - 1.213,9872
Total 36.334,2281 36.334,2281
3.4 Dekanter I (FL-101)
Tabel 3.4 Neraca Massa Dekanter I (FL-101)
Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam) Komponen
Alur 8 Alur 9 Alur 10
Asam Sulfat 305,9544 - 305,9544
Metanol 14.323,1104 14,3231 14.308,7872
FFA 395,5945 395,5945 -
Trigeliserida 1.384,581 1.384,581 -
Metil ester 16.309,1296 16.309,1296 -
Air 1.213,9872 - 1.213,9872
3.5 Flash Drum (D-101)
Tabel 3.5 Neraca Massa Flash Drum (D-101)
Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam) Komponen
Alur 11 Alur 12 Alur 13
Asam Sulfat 305,9544 1,8357 304,1187
Metanol 14.308,7872 13.787,9473 520,8399
Air 1.213,9872 36,9052 1.177,082
Total 15.828,7288 15.828,7288
3.6 Vaporizer (D-102)
Tabel 3.6 Neraca Massa Evaporator (D-102)
Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam) Komponen
Alur 15 Alur 14 Alur 16
Metanol 14,3231 14,3231 -
FFA 395,5945 - 395,5945
Trigeliserida 1.384,581 - 1.384,581
Metil ester 16.309,1296 - 16.309,1296
Total 18.103,6282 18.103,6282
3.7 Reaktor Netralisasi (R-202)
Tabel 3.7 Neraca Massa Reaktor Netralisasi (R-202)
Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam) Komponen
Alur 16 Alur 19 Alur 20
Metil ester 16.309,1296 - 16.309,1296
Teligeriserida 1.384,581 - 1.384,581
FFA 395,5945 - -
NaOH - 63,5958 -
Air - 529,965 558,581
Total 18.782,2148 18.782,2148
3.8 Cooler (E-104)
Tabel 3.8 Neraca Massa Cooler (E-104)
Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam) Komponen
Alur 20 Alur 21
Metil Ester 16.309,1296 16.309,1296
Trigeliserida 1.384,581 1.384,581 Sabun 528,9232 528,9232
Air 558,581 558,581
Total 18.322,0245 18.322,0245
3.9 Dekanter II (FL-201)
Tabel 3.9 Neraca Massa Dekanter II (FL-201)
Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam) Komponen
Alur 21 Alur 22 Alur 23
Metil ester 16.309,1296 - 16.309,1296
Trigeliserida 1.384,581 - 1.384,581
Sabun 528,9232 528,9232 -
Air 558,581 558,581 -
BAB IV
NERACA PANAS
Basis perhitungan : 1 jam operasi Satuan operasi : kJ/jam Temperatur basis : 25oC
4.1 Heater1 (E-101)
Tabel 4.1 Neraca Panas Heater 1 (E-101)
Alur masuk (kJ/jam) Alur keluar (kJ/jam)
Umpan 197.773,5123 -
Produk - 1.778.799,648
Steam 1.581.026,136 -
Total 1.778.799,648 1.778.799,648
4.2 Reaktor Esterifikasi (R-101)
Tabel 4.2 Neraca Panas Reaktor Esterifikasi (R-101)
Alur masuk (kJ/jam) Alur keluar (kJ/jam)
Umpan 1.988.014,934 -
Produk - 5.084.042,63
Steam 3.096.027,772 -
4.3 Heater 2 (E-102)
Tabel 4.3 Neraca Panas Heater 2 (E-102)
Alur masuk (kJ/jam) Alur keluar (kJ/jam)
Umpan 3.477.078,894 -
Produk - 5.450.364,57
Steam 1.973.285,676
Total 5.450.364,57 5.450.364,57
4.4 Heater3 (E-103)
Tabel 4.4 Neraca Panas Heater 3 (E-103)
Alur masuk (kJ/jam) Alur keluar (kJ/jam)
Umpan 1.607.127,006 -
Produk - 1.965.524,817
Steam 358.397,811
Total 1.965.524,817 1.965.524,817
4.5 Reaktor Netralisasi (R-102)
Tabel 4.5 Neraca Panas Reaktor Netralisasi (R-102)
Alur masuk (kJ/jam) Alur keluar (kJ/jam)
Umpan 1.961.902,958 -
Produk - 1.882.402,046
Air Pendingin 120.807,8257
4.6 Cooler (E-104)
Tabel 4.6 Neraca Panas Cooler 2 (E-104)
Alur masuk (kJ/jam) Alur keluar (kJ/jam)
Umpan 1.882.402,046 -
Produk - 663.651,6391
Air Pendingin - 1.218.750,407
Total 1.882.402,046 1.882.402,046
4.7 Vaporizer (D-102)
Tabel 4.7 Neraca Panas Vaporizer (D-102)
Alur masuk (kJ/jam) Alur keluar (kJ/jam)
Umpan 1.965.524,817 -
Produk - 2.621.310,066
Steam 655.785,2494 -
BAB V
SPESIFIKASI PERALATAN
5.1Tangki Penyimpanan PFAD (T-101)
Fungsi : menyimpan PFAD untuk kebutuhan selama 15 hari Bentuk : silinder dengan alas datar dan tutup datar
Bahan konstruksi : Carbon Steel SA-285 grade C Jumlah : 10 unit
Kapasitas : 824,2132 m3 Kondisi penyimpanan:
Temperatur = 30°C
Tekanan = 1 atm = 14,696 psia Kondisi fisik
Diameter = 7,4865m
Tinggi = 22,4595 m
Tebal = 1 in
5.2Tangki Penyimpanan Asam Sulfat (T-102)
Fungsi : menyimpan H2SO4 untuk kebutuhan selama 15 hari Bentuk : silinder vertikal dengan dasar datar dan tutup ellipsoidal Bahan konstruksi : Stainless steel, SA–240, Grade A, type 410
Jumlah : 1 unit Kapasitas : 72,565 m3 Kondisi penyimpanan:
Temperatur = 30°C
Tekanan = 1 atm = 14,696 psia Kondisi fisik
Diameter = 3,0781 m
Tinggi = 9,2344 m
5.3Tangki Penyimpanan CH3OH (T-103)
Fungsi : menyimpan CH3OH untuk kebutuhan selama 15 hari Bentuk : silinder vertikal dengan dasar datar dan tutup ellipsoidal Bahan konstruksi : Carbon Steel SA-285 grade C
Jumlah : 6 unit
Kapasitas : 1454,2362 m3 Kondisi penyimpanan:
Temperatur = 30°C
Tekanan = 1 atm = 14,696 psia Kondisi fisik
Diameter = 10,3556 m
Tinggi = 15,5333 m
Tebal = 1 in
5.4Tangki Penyimpanan Air (T-104)
Fungsi : menyimpan air untuk kebutuhan selama 30 hari Bentuk : silinder dengan alas datar dan tutup datar Bahan konstruksi : Carbon Steel SA-285 grade C
Jumlah : 1 unit Kapasitas : 460,0021 m3 Kondisi penyimpanan:
Temperatur = 30°C
Tekanan = 1 atm = 14,696 psia Kondisi fisik
Diameter = 5,8004 m
Tinggi = 17,4012 m
Tebal = ½ in
5.5Tangki Penyimpanan Asam Sulfat (T-105)
Fungsi : menyimpan H2SO4 dari flash vaporizer (D-101)
Jumlah : 1 unit Kapasitas : 300,4550 m3 Kondisi penyimpanan:
Temperatur = 30°C
Tekanan = 1 atm = 14,696 psia Kondisi fisik
Diameter = 6,1219 m
Tinggi = 9,1829 m
Tebal = ½ in
5.6Tangki Penyimpanan Sabun (T-106)
Fungsi : menyimpan sabun dari Dekanter (FL-102) Bentuk : silinder dengan alas datar dan tutup datar Bahan konstruksi : Carbon Steel SA-285 grade C
Jumlah : 1 unit Kapasitas : 847,5309 m3 Kondisi penyimpanan:
Temperatur = 30°C
Tekanan = 1 atm = 14,696 psia Kondisi fisik
Diameter = 8,9591 m
Tinggi = 13,4387 m
Tebal = ½ in
5.7Tangki Penyimpanan Metil Ester (T-107)
Fungsi : menyimpan biodiesel selama 15 hari Bentuk : silinder dengan alas datar dan tutup datar Bahan konstruksi : Carbon Steel SA-285 grade C
Jumlah : 8 unit
Kapasitas : 1093,2041 m3 Kondisi penyimpanan:
Temperatur = 30°C
Kondisi fisik
Diameter = 7,7405 m
Tinggi = 23,2216 m
Tebal = 1 in
5.8 Pompa 1 (J-101)
Fungsi : Memompa PFAD ke reaktor Esterifikasi (R-101) sekaligus
menaikkan tekanan PFAD Jenis : reciprocating piston pump
Jumlah : 1 unit
Bahan konstruksi : commercial Steel Kapasitas : 0,0064 m3/s Daya motor : 1,5 hp
5.9 Pompa 2 (J-102)
Fungsi : Memompa Asam Sulfat ke Tangki Pencampur (T-101) sekaligus menaikkan tekanan Asam Sulfat
Jenis : reciprocating piston pump
Jumlah : 1 unit
Bahan konstruksi : commercial Steel Kapasitas : 0,000031 m3/s Daya motor : ½ hp
5.10 Pompa 3 (J-103)
Fungsi : Memompa metanol ke Tangki Pencampur (T-101) sekaligus
menaikkan tekanan metanol Jenis : reciprocating piston pump
Jumlah : 1 unit
5.11 Pompa 4 (J-104)
Fungsi : Memompa campuran metanol dan asam sulfat ke Reaktor Esterifikasi (R-101) sekaligus menaikkan tekanannya Jenis : reciprocating piston pump
Jumlah : 1 unit
Bahan konstruksi : commercial Steel Kapasitas : 0,0056 m3/s Daya motor : ¼ hp
5.12 Pompa 5 (J-105)
Fungsi : Memompa campuran metanol dan asam sulfat dari dekanter
ke heater (E-102) sekaligus menaikkan tekanannya Jenis : reciprocating piston pump
Jumlah : 1 unit
Bahan konstruksi : commercial Steel Kapasitas : 0,0053 m3/s Daya motor : 1,25 hp
5.13 Pompa 6 (J-106)
Fungsi : Memompa campuran metanol, metil ester, tligeriserida dan
FFA ke Heater (E-103) sekaligus menaikkan tekanannya Jenis : reciprocating piston pump
Jumlah : 1 unit
5.14 Pompa 7 (J-107)
Fungsi : Memompa campuran metanol, metil ester, tligeriserida dan
FFA ke Reaktor (R-102) sekaligus menaikkan tekanannya Jenis : reciprocating piston pump
Jumlah : 1 unit
Bahan konstruksi : commercial Steel Kapasitas : 0,006 m3/s Daya motor : 0,5 hp
5.15 Pompa 8 (J-108)
Fungsi : Memompa air ke tangki Pencampur (M-102) dan menaikkan
tekanan air
Jenis : reciprocating piston pump
Jumlah : 1 unit
Bahan konstruksi : commercial Steel Kapasitas : 1,4785E-04 m3/s Daya motor : 1/20 hp
5.16 Pompa 9 (J-109)
Fungsi : Memompa Larutan NaOH ke Reaktor (R-102) sekaligus menaikkan tekanannya
Jenis : reciprocating piston pump
Jumlah : 1 unit
Bahan konstruksi : commercial Steel Kapasitas : 0,0001 m3/s Daya motor : 1/20 hp
5.17 Pompa 10 (J-110)
Jumlah : 1 unit Bahan konstruksi : commercial Steel Kapasitas : 0,0056 m3/s Daya motor : 1 hp
5.19 Gudang Penyimpanan NaOH (F-101)
Fung si : Te mp a t me nyimp a n Na O H untuk ke b utuha n
120 ha ri
Be ntuk : Prisma se g i e mp a t b e ra tura n
Ba ha n ko nstruksi : Be to n
Jumlah : 1 unit Kapasitas : 85,9886 m3 Kondisi penyimpanan:
Temperatur = 30°C
Tekanan = 1 atm = 14,696 psia Kondisi fisik
Panjang = 6,0692 m
Tinggi = 3,0346 m
Lebar = 6,0692 m
5.20 Bucket Elevator (BE-101)
Fungsi : mengangkut NaOH dari gudang bahan baku ke
tangki
Pencampur 2 (M-102)
Jenis : Spaced-Bucket Centrifugal-Discharge Elevator Bahan : Malleable-iron
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 71,2272 kg/jam Kondisi penyimpanan:
Temperatur = 30°C
Kondisi fisik
Tinggi = 7,62 m
Lebar = 0,1778 m
Daya = 1/20 Hp
5.21 Tangki Pencampur 1 (M-110)
Fungsi : untuk mencampurkan CH3OH dan Asam Sulfat sebelum diumpankan ke reaktor
Bentuk : tangki silinder Vertikal berpengaduk marine propeller tiga daun dengan tutup berbentuk
ellipsoidal
Bahan konstruksi : Stainless steel, SA–240, Grade A, type 410 Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 14,3769 m3 Kondisi penyimpanan
Temperatur : 100oC Tekanan : 1 atm
Kondisi fisik Silinder
Diameter : 2,8 m Tinggi : 2,8 m Tebal : 3/16 in Tutup
Diameter : 2,4208 m Tinggi : 0,7 m Tebal : 3/16 in Pengaduk
Jenis : Marine propeller tiga daun Jumlah baffle : 4 buah
5.22 Tangki Pencampur 2 (M-102)
Fungsi : untuk melarutkan NaOH dan Air sebelum diumpankan ke reaktor (R-102)
Bentuk : tangki silinder Vertikal berpengaduk marine propeller tiga daun dengan tutup berbentuk
ellipsoidal
Bahan konstruksi : Stainless steel, SA–240, Grade A, type 410 Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 0,3749 m3 Kondisi penyimpanan
Temperatur : 100oC Tekanan : 1 atm
Kondisi fisik Silinder
Diameter : 0,7817 m Tinggi : 0,9771 m Tebal : 5/8 in Tutup
Diameter : 0,7817 m Tinggi : 0,1954 m Tebal : 5/8 in Pengaduk
Jenis : Marine propeller tiga daun Jumlah baffle : 4 buah
Diameter : 0,2606 m Daya motor : 1/20 Hp
5.23 Flash Drum (D-101)
Fungsi : Menguapkan air dan asam sulfat dari campuran Asam
Bentuk : Silinder tegak dengan tutup atas dan bawah ellipsoidal
Bahan : Carbon steel, SA – 283, Gr.C Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 4.293,3845 m3 Kondisi operasi
Temperatur : 100oC Tekanan : 1 atm
Kondisi fisik Shell
Tinggi : 14,8411 m Diameter : 11,1308 m Tebal : 1½ in Head
Diameter : 11,1308 m Panjang : 2,7827 m Tebal : 1½ in
5.24 Vaporizer (D-102)
Fungsi : untuk menghilangkan sisa air dan methanol pada campuran methanol, metil ester, Trigeliserida dan FFA
Bentuk : silinder vertikal dengan alas dan tutup ellipsoidal Bahan konstruksi : Carbon steel SA-283 grade C
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 1.239,1598 m3 Kondisi operasi
Temperatur : 100oC Tekanan : 1 atm
Kondisi fisik Shell
Diameter : 9,5129 m Tebal : 3/8 in Tutup dan Alas
Diameter : 9,5129 m Tebal : 3/8 in Jumlah Tube : 21 buah.
5.25 Heater 1 (E-101)
Fungsi : menaikkan temperatur air sebelum dimasukkan ke reaktor 1 (R-101)
Jenis : 1-2 shell and tube exchanger Bahan konstruksi : Carbon Steel
Jumlah : 1 unit Diameter tube : 1 in OD Jenis tube : 18 BWG Panjang tube : 12 ft
Pass : 2
Pitch (PT) : 1 1/4 in triangular pitch
5.26 Heater 2 (E-102)
Fungsi : menaikkan temperatur air sebelum dimasukkan ke
Flash drum (D-101)
Jenis : 1-2 shell and tube exchanger Bahan konstruksi : Carbon Steel
Jumlah : 1 unit Diameter tube : 1 in OD Jenis tube : 18 BWG Panjang tube : 12 ft
Pass : 2
5.27 Heater 3 (E-103)
Fungsi : menaikkan temperatur air sebelum dimasukkan ke
Vaporizer (D-102)
Jenis : 1-2 shell and tube exchanger Bahan konstruksi : Carbon Steel
Jumlah : 1 unit Diameter tube : 1 in OD Jenis tube : 18 BWG Panjang tube : 12 ft
Pass : 2
Pitch (PT) : 1 1/4 in triangular pitch
5.28 Cooler 1 (E-101)
Fungsi : Menurunkan temperatur caira sebelum dimasukkan
ke Dekanter II (FL-102) Jenis : 1-2 shell and tube exchanger Bahan konstruksi : Carbon Steel
Jumlah : 1 unit Diameter tube : 3/4 in OD Jenis tube : 18 BWG Panjang tube : 12 ft
Pass : 2
Pitch (PT) : 1 in triangular pitch
5.30 Kompressor 1 (JE-101)
Fungsi : menaikkan tekanan produk gas dari separator
(M-101).
Jenis : Reciprocating compressor Jumlah : 1 unit dengan 1 stages Efisiensi kompresor ( ) : 75 %
Laju alir massa komponen : F = 13.825,6882 kg/jam Tekanan awal komponen : P1 = 1,01325 bar
Tekanan akhir komponen : P2 = 2,0265 bar
Daya : 275 hp
5.31 Kompressor 2 (JE-102)
Fungsi : menaikkan tekanan produk gas dari separator
tekanan tinggi sebelum dimasukkan ke tangki
matanol.
Jenis : Reciprocating compressor Jumlah : 1 unit dengan 1 stages Efisiensi kompresor ( ) : 75 %
Laju alir massa komponen : F = 14,3231 kg/jam Tekanan awal komponen : P1 = 1,01325 bar
Tekanan akhir komponen : P2 = 2,0265 bar
Daya : 1/4 hp
5.32 Dekanter I (FL-101)
Fungsi : memisahkan metal ester, asam lemak dan trigliserida
dengan air, methanol dan asam sulfat. Jenis : continuous gravity decanter
Bentuk : silinder horizontal
Jumlah : 1 unit Kapasitas : 51,5776 m3 Kondisi operasi
Temperatur : 30oC Tekanan : 1 atm Kondisi fisik
Diameter : 2,7005 m Panjang : 8,1014 m Tebal : 1/8 in
5.33 Dekanter II (FL-102)
Fungsi : memisahkan biodiesel dengan sabun dan air. Jenis : continuous gravity decanter
Bentuk : silinder horizontal
Bahan konstruksi : carbon steel SA-285 grade c
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 2,0685 m3 Kondisi operasi
Temperatur : 30oC Tekanan : 1 atm Kondisi fisik
Diameter : 0,9243 m Panjang : 2,7730 m Tebal : 2 in
5.35 Reaktor Esterifikasi (R-101)
Fungsi : tempat berlangsungnya reaksi antara PFAD, metanol dan H2SO4. Jenis : reaktor berpengaduk marine propeller tiga daun dengan tutup
Ellipsoidal, serta dilengkapi dengan jacket pemanas.
Bahan konstruksi : Carbon steel, SA – 283 Gr.C
Kapasitas : 26,9169 m3
Kondisi operasi:
Kondisi fisik : Silinder
- Diameter : 3,086 m - Tinggi : 3,086 m - Tebal : 3/16 in Tutup
- Diameter : 3,086 m - Tinggi : 0,7715 m - Tebal : 3/16 in Daya motor pengaduk : 10 hp Spesifikasi jacket pemanas
Diameter dalam jacket : 3,0956 m Diameter luar jacket : 3,1051 m Luas yang dilalui steam : 1,8253 m2
5.36 Reaktor Netralisasi (R-102)
Fungsi : tempat berlangsungnya reaksi antara FFA, NaOH dan Air.
Jenis : reaktor berpengaduk marine propeller tiga daun dengan tutup Ellipsoidal.
Bahan konstruksi : Carbon steel, SA – 283 Gr.C Kapasitas : 6,3863 m3
Kondisi operasi:
Suhu (T) : 65 oC Tekanan (P) : 1 atm Kondisi fisik :
Silinder
- Diameter : 1,9105 m - Tinggi : 1,9105 m - Tebal : 3/16 in Tutup
Daya motor pengaduk : 1/20 hp
BAB VI
INSTRUMENTASI DAN KESELAMATAN KERJA
6.1 Instrumentasi
Alat instrumentasi merupakan salah satu bagian yang paling penting dalam suatu pabrik. Instrumentasi adalah rangkaian peralatan yang dipakai di dalam suatu proses kontrol untuk mengatur jalannya proses agar diperoleh hasil sesuai dengan yang diharapkan. Dengan adanya alat kontrol maka dapat diketahui dan dikorelasi segala kesalahan ataupun penyimpangan proses yang mungkin terjadi.
Fungsi instrumentasi adalah sebagai penunjuk (indicator), pencatat (recorder), pengontrol (controller), dan pemberi tanda bahaya (alarm). Peralatan instrumentasi biasanya bekerja dengan tenaga mekanis atau tenaga listrik dan pengontrolannya dapat dilakukan secara manual ataupun otomatis. Penggunaan instrumen pada suatu peralatan proses tergantung pada pertimbangan ekonomis dan sistem peralatan itu sendiri. Pada pemakaian alat-alat instrumen juga harus ditentukan apakah alat-alat tersebut dipasang di atas papan instrumen dekat peralatan proses (kontrol manual) atau disatukan di dalam suatu ruang kontrol pusat (control room) yang dihubungkan dengan bangsal peralatan (kontrol otomatis).
Alat-alat kontrol yang biasa dipakai pada peralatan proses antara lain : 1. Temperature Controller (TC), yaitu alat untuk mengetahui suhu aliran atau
suhu operasi suatu alat dan dapat mengendalikan suhu operasi sesuai dengan kondisi yang diinginkan.
2. Pressure Controller (PC), yaitu alat untuk mengetahui tekanan suatu aliran dan tekanan pada peralatan yang sedang beroperasi dan sebagai alat untuk mengendalikan tekanan operasi sesuai yang diinginkan.
4. Level Controller (LC), yaitu alat untuk mengendalikan tinggi cairan dalam suatu alat sehingga tidak melebihi yang diinginkan.
Secara umum, kerja dari alat-alat instrumentasi dapat dibagi dua bagian yaitu operasi secara manual dan operasi secara otomatis. Penggunaan instrumen pada suatu peralatan proses bergantung pada petimbangan ekonomis dan sistem peralatan itu sendiri. Pada pemakaian alat-alat instrumentasi juga harus ditentukan apakah alat-alat itu dipasang pada peralatan proses (manual control) atau disatukan dalam suatu ruang kontrol yang dihubungkan dengan bagian peralatan (automatic control).
Hal-hal yang diharapkan dari pemakaian alat-alat instrumentasi adalah: Kualitas produk dapat diperoleh sesuai dengan yang diinginkan
Pengoperasian sistem peralatan lebih mudah Sistem kerja lebih efisien
Penyimpangan yang mungkin terjadi dapat diketahui dengan cepat
[image:46.595.110.517.460.752.2]Penggunaan instrumentasi pada pra rancangan pabrik pembuatan Metil Ester dengan proses esterifikasi dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6.1 Daftar penggunaan instrumentasi pada pra rancangan pabrik pembuatan Metil Ester
No. N a m a A l a t Jenis Instrumen
1. Kompressor Pressure Controller (PC)
2. Pompa Flow Controller (FC)
3. Heater dan Cooler Flow Controller (FC)
Temperature Controller (TC)
4. Flash drum dan Vaporizer
Flow Controller (FC)
Temperature Controller (TC)
Level Indicator (LI)
5. Reaktor
Flow Controller (FC)
Temperature Controller (TC)
Pressure Controller (PC)
7. Tangki Level Indicator (LI)
Contoh jenis-jenis instrumentasi yang digunakan pada pra rancangan pabrik pembuatan Metil Ester :
1. Pompa
[image:47.595.255.402.432.514.2]Variabel yang dikontrol pada pompa adalah laju aliran (flow rate). Untuk mengetahui laju aliran pada pompa dipasang flow control (FC). Jika laju aliran pompa lebih besar dari yang diinginkan maka secara otomatis katup pengendali (control valve) akan menutup atau memperkecil pembukaan katup.
Gambar 6.1 Instrumentasi pada pompa
2. Tangki bahan baku, tangki pencampur, dan tangki produk
Tangki dapat berfungsi untuk tempat penyimpanan atau penampungan zat cair. Pada tangki ini dilengkapi dengan level indicator (LI) yang berfungsi untuk mengontrol ketinggian cairan di dalam tangki. Prinsip kerja dari level indicator (LI) ini adalah dengan menggunakan pelampung (floater) sehingga isi tangki dapat terlihat dari posisi jarum penunjuk di luar tangki yang digerakkan oleh pelampung. Pengontrolan ketinggian permukaan cairan ini dilakukan dengan mengatur laju cairan yang masuk atau keluar dari tangki.
TC FC
LC Steam masuk
Kondensat keluar
[image:48.595.245.364.128.219.2]PI
Gambar 6.2 Instrumentasi pada tangki
3. Reaktor
Reaktor adalah alat tempat berlangsungnya reaksi kimia antara bahan-bahan yang digunakan. Pada reaktor dilengkapi sensing elemen yang peka terhadap perubahan suhu, sehingga suhu dalam reaktor dapat dilihat pada indikator temperatur. Reaksi yang berlangsung pada reaktor merupakan reaksi endotermis atau reaksi yang membutuhkan panas. Oleh karena itu, untuk menjaga agar suhu operasi konstan pada 100 0C dibutuhkan steam yang dialirkan dalam koil pemanas. Jika suhu terlalu rendah maka secara otomatis valve yang terdapat pada aliran steam akan terbuka sehingga suhu dalam reaktor dapat dijaga. Untuk menjaga agar laju alir bahan masuk sesuai dengan yang diinginkan digunakan flow control (FC). Dan agar tekanan dalam reaktor bertahan pada 1 atm digunakan pressure control (PC). Untuk mengendalikan ketinggian cairan dalam reaktor digunakan level control (LC) dengan tujuan agar tidak terjadi kelebihan muatan.
Gambar 6.3 Instrumentasi pada reaktor 4. Heater dan Cooler
Gambar 6.4 Instrumentasi Heater dan Cooler
Instrumentasi pada heater, kondenser, reboiler, dan cooler mencakup temperature controller (TC) yang berfungsi untuk mengatur temperatur bahan
keluaran heater dan cooler dengan mengatur bukaan katup steam atau air pendingin masuk.
[image:49.595.240.402.403.492.2]5. Kompresor
Gambar 6.5 Instrumentasi Kompresor
Instrumentasi pada kompresor mencakup flow controller (FC) dan pressure controller (PC). Flow controller (FC) berfungsi untuk mengatur laju
alir bahan dalam pipa dengan mengatur bukaan katup aliran bahan. Pressure controller (PC) berfungsi untuk mengatur tekanan bahan dalam pipa dengan
mengatur bukaan katup aliran bahan.
6. Dekanter
TC
LC FC
[image:50.595.193.454.160.261.2]Pengontrolan ketinggian permukaan cairan ini dilakukan dengan mengatur laju cairan yang masuk atau keluar dari dekanter.
Gambar 6.6 Instrumentasi pada dekanter
7. Flash Drum (D-101) dan Evaporator (D-102)
Gambar 6.7 Instrumentasi pada separator flash drum dan Evaporator
6.2 Keselamatan Kerja Pabrik
Keselamatan kerja adalah suatu usaha untuk mencegah terjadinya kecelakaan, cacat ataupun kematian. Keselamatan kerja dan keamanan pabrik merupakan faktor yang perlu diperhatikan secara serius. Keselamatan kerja merupakan jaminan perlindungan bagi keselamatan karyawan dari bahaya cacat jasmani dan kematian. Dalam hubungan ini bahaya yang dapat timbul dari mesin, bahan baku dan produk, sifat zat, serta keadaan tempat kerja harus mendapat perhatian yang serius sehingga dapat dikendalikan dengan baik untuk menjamin kesehatan karyawan.
Makin tinggi tingkat keselamatan kerja dari suatu pabrik makin meningkat pula aktivitas kerja para karyawan. Hal ini disebabkan karena keamanan kerja sudah terjamin dan suasana kerja yang menyenangkan. Untuk mencapai hal tersebut adalah menjadi tanggung jawab dan kewajiban para perancang untuk merencanakannya sehingga bangunan yang dirancang dengan baik akan menciptakan rasa aman bagi para pekerja. Dengan adanya keselamatan kerja berarti para pekerja pabrik dan lingkungan sekitarnya dapat terhindar dari bahaya.
Untuk menjamin keselamatan kerja, maka dalam perencanaan suatu pabrik perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu :
Lokasi pabrik
Sistem pencegahan kebocoran Sistem perawatan
Sistem penerangan
Sistem penyimpanan material dan perlengkapan Sistem pemadam kebakaran
Tidak boleh merokok atau makan
Tidak boleh minum minuman keras (beralkohol) selama bertugas.
Pada pra rancangan pabrik pembuatan Metil Ester ini, usaha-usaha pencegahan terhadap bahaya-bahaya yang mungkin terjadi dilakukan dengan cara :
1. Pencegahan terhadap kebakaran
Memasang sistem alarm pada tempat yang strategis dan penting, seperti power station, laboratorium dan ruang proses.
Mobil pemadam kebakaran harus selalu dalam keadaan siap siaga di fire station.
Fire hydrant ditempatkan di daerah storage, proses, dan perkantoran.
Fire extinguisher disediakan pada bangunan pabrik untuk memadamkan
api yang relatif kecil.
Gas detector dipasang pada daerah proses, storage, dan daerah perpipaan
dan dihubungkan dengan gas alarm di ruang kontrol untuk mendeteksi kebocoran gas.
Smoke detector ditempatkan pada setiap sub-stasiun listrik untuk
mendeteksi kebakaran melalui asapnya. 2. Memakai peralatan perlindungan diri
Di dalam pabrik disediakan peralatan perlindungan diri, seperti : Pakaian kerja
Pakaian luar dibuat dari bahan-bahan seperti katun, wol, serat, sintetis, dan asbes. Pada musim panas sekalipun tidak diperkenankan bekerja dengan keadaan badan atas terbuka.
Sepatu pengaman
Sepatu harus kuat dan harus dapat melindungi kaki dari bahan kimia dan panas. Sepatu pengaman bertutup baja dapat melindungi kaki dari bahaya terjepit. Sepatu setengah tertutup atau bot dapat dipakai tergantung pada jenis pekerjaan yang dilakukan.
Topi pengaman
bekerja dengan pipa-pipa yang letaknya lebih tinggi dari kepala, maupun tangki-tangki serta peralatan lain yang dapat bocor.
Sarung tangan
Dalam menangani beberapa bahan kimia yang bersifat korosif, maka para operator diwajibkan menggunakan sarung tangan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Masker
Berguna untuk memberikan perlindungan terhadap debu-debu yang berbahaya ataupun uap bahan kimia agar tidak terhirup.
3. Pencegahan terhadap bahaya mekanis
Sistem ruang gerak karyawan dibuat cukup luas dan tidak menghambat kegiatan kerja karyawan.
Alat-alat dipasang dengan penahan yang cukup kuat. 4. Pencegahan terhadap bahaya listrik
Setiap instansi dan alat-alat listrik harus diamankan dengan pemakaian sekering atau pemutus hubungan arus listrik secara otomatis lainnya.
Sistem perkabelan listrik harus dipasang secara terpadu dengan tata letak pabrik, sehingga jika ada perbaikan dapat dilakukan dengan mudah.
5. Menerapkan nilai-nilai disiplin bagi karyawan
Setiap karyawan bertugas sesuai dengan pedoman-pedoman yang diberikan dan mematuhi setiap peraturan dan ketentuan yang diberikan. Setiap kecelakaan kerja atau kejadian yang merugikan segera dilaporkan
ke atasan.
Setiap karyawan harus saling mengingatkan akan perbuatan yang dapat menimbulkan bahaya.
Setiap ketentuan dan peraturan harus dipatuhi. 6. Penyediaan poliklinik di lokasi pabrik
Poliklinik disediakan untuk tempat pengobatan akibat terjadinya kecelakaan secara tiba-tiba, misalnya menghirup gas beracun, patah tulang, luka terbakar pingsan/syok dan lain sebagainya.
Mematikan seluruh kegiatan pabrik, baik mesin maupun listrik.
Mengaktifkan alat pemadam kebakaran, dalam hal ini alat pemadam kebakaran yang digunakan disesuaikan dengan jenis kebakaran yang terjadi, yaitu :
Instalasi pemadam dengan air
Untuk kebakaran yang terjadi pada bahan berpijar seperti kayu, arang, kertas, dan bahan berserat. Air ini dapat disemprotkan dalam bentuk kabut. Sebagai sumber air, biasanya digunakan air tanah yang dialirkan melalui pipa-pipa yang dipasang pada instalasi-instalasi tertentu di sekitar areal pabrik. Air dipompakan dengan menggunakan pompa yang bekerja dengan instalasi listrik tersendiri, sehingga tidak terganggu apabila listrik pada pabrik dimatikan ketika kebakaran terjadi.
Instalasi pemadam dengan CO2
CO2 yang digunakan berbentuk cair dan mengalir dari beberapa tabung gas yang bertekanan yang disambung secara seri menuju nozel-nozel. Instalasi ini digunakan untuk kebakaran dalam ruang tertutup, seperti pada tempat tangki penyimpanan dan juga pemadam pada instalasi listrik.
Keselamatan kerja yang tinggi dapat dicapai dengan penambahan nilai-nilai disiplin bagi para karyawan, yaitu :
Setiap karyawan bertugas sesuai dengan pedoman-pedoman yang diberikan.
Setiap peraturan dan ketentuan yang ada harus dipenuhi.
Setiap kecelakaan atau kejadian yang merugikan harus segera dilaporkan kepada pimpinan.
Dilakukan kontrol secara periodik terhhadap sseluruh alat instalasi pabrik oleh petugas perawatan.
BAB VII
UTILITAS
Dalam suatu pabrik, utilitas merupakan unit penunjang utama dalam memperlancar jalannya proses produksi. Oleh karena itu, segala sarana dan prasarananya harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menjamin kelangsungan operasi suatu pabrik.
Berdasarkan kebutuhannya, utilitas pada pabrik pembuatan Metil Ester adalah sebagai berikut:
1. Kebutuhan uap (steam) 2. Kebutuhan air
3. Kebutuhan bahan kimia 4. Kebutuhan bahan bakar 5. Kebutuhan listrik 6. Unit pengolahan limbah
7.1 Kebutuhan Uap (Steam)
Uap digunakan dalam pabrik sebagai media pemanas. Kebutuhan uap pada pabrik pembuatan biodiesel dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 7.1 Kebutuhan Uap Sebagai Media Pemanas
Nama alat Jumlah Uap (Kg/jam)
E-101 590,8169
R-101 434,2429
E-102 737,4012
Steam yang digunakan adalah saturated steam dengan temperatur 100oC dan tekanan 1 atm. Jumlah total steam yang dibutuhkan adalah 2.539,1203 kg/jam. Tambahan untuk faktor keamanan diambil sebesar 30%.
Maka:
Total steam yang dibutuhkan = 1,3 × 2.539,1203 kg/jam = 3.330,8564 kg/jam
Diperkirakan 80% kondensat dapat digunakan kembali, sehingga Kondensat yang digunakan kembali = 80% × 3.330,8564 kg/jam
= 2640,6851 kg/jam
Kebutuhan tambahan untuk ketel uap = 20% × 3.330,8564 kg/jam = 666,1713 kg/jam
7.2 Kebutuhan Air
Dalam proses produksi, air memegang peranan penting, baik untuk kebutuhan proses maupun kebutuhan domestik.
Kebutuhan air pada pabrik pembuatan Metil Ester ini adalah sebagai berikut: Air untuk umpan ketel uap = 666,1713 kg/jam
Air pendingin
Cooler (E-104) = 14.578,3541 kg/jam
Reaktor Netralisai (R-102) = 1.445,0696 kg/jam Total = 16.023,4241 kg/jam
Air pendingin bekas dapat digunakan kembali setelah didinginkan pada menara pendingin air (water cooling tower). Dengan menganggap terjadi kehilangan air selama proses sirkulasi, maka tambahan air yang diperlukan adalah jumlah air yang hilang karena penguapan, drift loss, dan blow down (Perry, 1997). Air yang hilang karena penguapan dapat dihitung dengan persamaan :
We = 0,00085 Wc (T2 – T1) (Pers. 12-10, Perry, 1997)
Di mana :
Wc = jumlah air pendingin yang diperlukan = 16.023,4241 kg/jam T1 = temperatur air pendingin masuk = 30 °C = 86 °F
We = 0,00085 x 10.682,2762 x (104 0F-78,8 0F) = 228,8144 kg/jam
Air yang hilang karena drift loss biasanya 0,1 – 0,2 % dari air pendingin yang masuk ke menara air (Perry, 1997). Ditetapkan drift loss 0,2 %, maka:
Wd = 0,002 x 228,8144 = 45,7629 kg/jam
Air yang hilang karena blowdown bergantung pada jumlah siklus sirkulasi air pendingin, biasanya antara 3 – 5 siklus (Perry, 1997). Ditetapkan 5 siklus, maka:
1 S
W
W e
b
(Pers, 12-12, Perry,
1997)
Wb =
1 5 228,8144
= 57,2036 kg/jam Air pendingin yang hilang = We + Wd + Wb
= 228,8144 + 45,7629 + 57,2036 = 331,7809 kg/jam
Sehingga air tambahan yang diperlukan = 331,7809 kg/jam
Kebutuhan air proses
Kebutuhan air proses = 529,965 kg/jam
Air untuk berbagai kebutuhan diperkirakan : Perhitungan kebutuhan air domestik:
Menurut Metcalf et.al. (1991) kebutuhan air domestik untuk tiap orang/shift
adalah 40-100 liter/hari. Diambil 100 liter/hari ×
jam hari 24
1
= 4,16 ≈ 4 liter/jam
ρair = 1000 kg/m3 = 1 kg/liter Jumlah karyawan = 273 orang
Perkiraan pemakaian air untuk berbagai kebutuhan ditunjukkan pada tabel 7.3.
Tabel 7.2 Pemakaian Air Untuk Kebutuhan Domestik
Kebutuhan Jumlah air (kg/jam)
Kantor 1.092 Laboratorium 58 Kantin dan tempat ibadah 100
Poliklinik 58 Total 1.308
Sehingga total kebutuhan air yang memerlukan pengolahan awal adalah: = 666,1713 + 331,7809 + 529,965 + 1308
= 2835,9172 kg/jam
Sumber air untuk pabrik pembuatan Metil Ester ini berasal dari Sungai Silau, Asahan, Sumatera Utara. Kualitas air Sungai Silau ini dapat dilihat pada tabel di bawah: Tabel 7.3 Kualitas air Sungai Silau Asahan
Parameter Satuan Kadar
Suhu
Total Amonia (NH3-N) Besi (Fe)
Kadmium (Cd) Klorida (Cl) Mangan (Mn) Kalsium (Ca) Magnesium (Mg) Oksigen terlarut (O2)
°C mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
26,6 0,0005
0,42 0,023
60 0,028
Seng (Zn) Sulfat (SO4) Tembaga (Cu) Timbal (Pb) Hardness (CaCO3)
mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
>0,0004 42 0,01 0,648
95
Sumber : Laporan Akhir Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan, Bapedal SUMUT, 2002.
Untuk menjamin kelangsungan penyediaan air, maka di lokasi pengambilan air dibangun fasilitas penampungan air (water intake) yang juga merupakan tempat pengolahan awal air sungai. Pengolahan ini meliputi penyaringan sampah dan kotoran yang terbawa bersama air. Selanjutnya air dipompakan ke lokasi pabrik untuk diolah dan digunakan sesuai dengan keperluannya. Pengolahan air di pabrik terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
1. Screening 2. Pengendapan 3. Klarifikasi 4. Filtrasi
5. Demineralisasi 6. Deaerasi
7.2.1 Screening
Penyaringan merupakan tahap awal dari pengolahan air. Dalam perancanagn pabrik ini, penghilangan partikel-partikel kasar yang terikut akan disaring terlebih dahulu dengan screening yang dipasang pada pintu air (water intake) sebelum dialirkan ke bak pengendapan.Pada screening, partikel-partikel padat yang besarnya 20 mm akan tersaring tanpa bantuan bahan kimia. Sedangkan partikel-partikel yang lebih kecil akan terikut bersama air menuju unit pengolahan selanjutnya.
7.2.2 Pengendapan
kimia. Sedangkan partikel-partikel yang lebih kecil akan terikut bersama air menuju unit pengolahan selanjutnya.
7.2.3 Klarifikasi
Klarifikasi merupakan proses penghilangan kekeruhan di dalam air. Air dari bak pengendapan dialirkan ke dalam clarifier setelah diinjeksikan larutan alum, Al2(SO4)3, dan larutan abu, Na2CO3. Larutan Al2(SO4)3 berfungsi sebagai koagulan utama dan larutan Na2CO3 sebagai koagulan tambahan yang berfungsi sebagai bahan pembantu untuk mempercepat pengendapan dan penetralan pH.
Setelah pencampuran yang disertai pengadukan maka akan terbentuk flok-flok yang akan mengendap ke dasar clarifier karena gaya gravitasi, sedangkan air jernih akan keluar melimpah (overflow) yang selanjutnya akan masuk ke penyaring pasir (sand filter) untuk penyaringan.
Pemakaian Al2(SO4)3 dan Na2CO3 masing-masing adalah 50 ppm dan 27 ppm dari jumlah air yang akan diolah. (Hammer,1986)
Reaksi koagulasi yang terjadi adalah ;
Al2(SO4)3.14H2O + 3Caa(HCO3)2 2Al(OH)3 + 3CaSO4 + 14H2O + 6CO2 - Total air yang dipompakan dari sungai = 2835,9172 kg/jam
- Total Kebutuhan Al2(SO4)3 50 ppm :
= 50 . 10-6 x 2835,9172 kg/jam = 0,1417959 kg/jam - Total kebutuhan Na2CO3 = 27 ppm
= 27 . 10-6 x 2835,9172 kg/jam = 0,0766 kg/jam
Campuran air dan koagulan dalam clarifier diaduk dengan kecepatan pengadukan 100 rpm untuk menyempurnakan kelarutan koagulan dalam air.
7.2.4 Filtrasi
Filtrasi berfungsi untuk memisahkan flok dan koagulan yang masih terikut bersama air. Penyaring pasir (sand filter) yang digunakan terdiri dari 3 lapisan, yaitu:
a. Lapisan I terdiri dari pasir berdiameter 0,4 – 1 mm setinggi 0,5 – 0,8 meter. b. Lapisan II terdiri dari batu kerikil (gravel) setinggi 0,06 – 0,6 meter. (Barnes,
Bagian bawah alat penyaring dilengkapi dengan strainer sebagai penahan. Selama pemakaian, daya saring sand filter akan menurun. Untuk itu diperlukan regenerasi secara berkala dengan cara pencucian balik (back washing). Dari sand filter, air dipompakan ke menara air sebelum didistribusikan untuk berbagai
kebutuhan.
Untuk air umpan ketel, diperlukan lagi pengolahan air lebih lanjut yaitu proses demineralisasi. Untuk air domestik, laboratorium, kantin, dan tempat ibadah, serta poliklinik, dilakukan proses klorinasi, yaitu mereaksikan air dengan klor untuk membunuh kuman-kuman di dalam air. Klor yang digunakan biasanya berupa kaporit, Ca(ClO)2.
Kebutuhan air yang memerlukan proses klorinasi = 1308 kg/jam Kaporit yang digunakan direncanakan mengandung klorin 70 %
Kebutuhan klorin = 2 ppm dari berat air (Gordon, 1968)
Total kebutuhan klorin dalam kaporit
=
7 , 0
/ 1308 10
.
2 6x kg jam
= 0,0037 kg/jam
7.2.5 Demineralisasi
Air untuk umpan ketel dan pendingin pada reaktor harus murni dan bebas dari garam-garam terlarut. Untuk itu perlu dilakukan proses demineralisasi. Alat demineralisasi dibagi atas:
1. Penukar kation (cation exchanger) 2. Penukar anion (anion exchanger)
[image:61.595.190.433.625.739.2]Syarat air umpan ketel dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 7.4Syarat air umpan ketel uap
Karakteristik Kation Anion
Kadar (%)
Ca2+ HCO3- 0
Mg2+ SO42- 0
Fe2+ NO3- 0
Mn2+ SiO3- 0
Sumber : Perry (1984) dan Gerard Kiely (1987)
7.2.5.1Penukar Kation (Cation Exchanger)
Penukar kation berfungsi untuk mengikat logam-logam alkali dan mengurangi kesadahan air yang digunakan. Proses yang terjadi adalah pertukaran antara kation Ca, Mg dan kation lain yang larut dalam air dengan kation dari resin. Resin yang digunakan bermerek Amberlite IR-120 plus. Reaksi yang terjadi:
2H+R + Ca2+ Ca2+R + 2H+ 2H+R + Mg2+ Mg2+R + 2H+
Untuk regenerasi dipakai H2SO4 berlebih dengan reaksi: H2SO4 + RCa2+ CaSO4 + 2RH+
H2SO4 + RMg2+ MgSO4 + 2RH+
7.2.5.2Penukar Anion (Anion Exchanger)
Penukar anion berfungsi untuk menukar anion yang terdapat dalam air dengan ion hidroksida dari resin. Resin yang digunakan bermerek Amberlite IRA-402. Reaksi yang terjadi:
2ROH- + SO42- RSO42- + 2OH ROH- + Cl- RCl- + OH
-Untuk regenerasi dipakai larutan NaOH dengan reaksi: RSO42- + 2NaOH Na2SO4 + 2ROH RCl- + NaOH NaCl + ROH
-
7.2.5.3
Perhitungan
Kesadahan
Kation
Air Sungai Silau mengandung kation Ca+2, Mg+2, Mn+2, Fe+2, Cu+2 masing-masing 45 ppm, 28 ppm, 0,028 ppm, 0,42 ppm, 0,01 ppm (Tabel 7.2). Total kesadahan kation = 45 + 28 + 0,028 + 0,42 + 0,01 ppm
Jumlah air yang diolah = 666,1713 kg/jam = 3
/ 68 , 995 / 666,1713 m kg jam kg F
x 264,17 gal/m3
= 176,746 gal/jam
Kesadahan air = 4,2958 gr/gal x 176,746 gal/jam x 24 jam/hari
= 18.222,37 gr/hari = 18,2223 kg/hari = 40,1726 lbm/hari Ukuran cation exchanger :
Jumlah air yang diolah = 176,746 gal/jam = 2,9457 gal/menit Dari Tabel 12.3, The Nalco Water Handbook, dipeoleh :
- Diameter Cation exchanger : 2 ft - Luas Cation exchanger : 3,14 ft2 -Jumlah Cation exchanger : 1 unit Volume resin yang dibutuhkan :
Total kesadahan air = 18,2223 kg/hari
Resin yang digunakan Ambelite IR-120 plus (Rohm dan Haas, 1978)
Kapasitas resin = 25 kg/ft3 resin = 55,115 lbm/ft3 Untuk regenerasi digunakan H2SO4 5% sebanyak 10 lb H2SO4/ft3
(Rohm dan Haas, 1978)
Maka :
Kebutuhan resin = 25 18,2223
= 0,7288 ft3/hari
Tinggi resin = 2 3 25 / 7288 , 0 ft hari ft
= 0,0291ft/hari
Tinggi minimum resin adalah 30 in = 2,5 ft (Tabel 12.4, The Nalco Water Handbook)
Sehingga volume resin yang dibutuhkan = 2,5 ft × 3,14 ft2 = 7,85 ft3 Waktu regenerasi =
kg/hari 18,2223
kg/ft 25 ft
7,85 3 3
= 10,77 hari = 258,4745 jam
= 3,3064 lb/hari = 1,5 kg/hari
7.2.5.4 Pe rhitung a n Ke sa da ha n Anion
Air sungai Silau Asahan mengandung anion SO42-, Cl- dan CO3-2 yang masing-masing 42 ppm, 60 ppm dan 95 ppm.(Tabel 7.2)
Total kesadahan kation = 42 + 60 + 95 ppm = 197 ppm
= 11,4869 gr/gal Jumlah air yang diolah = 666,1713 kg/jam = 3
/ 68 , 995
/ 666,1713
m kg
jam g
x 264,17 gal/m3 = 176,746 gal/jam
Kesadahan air = 11,4869 gr/gal x 176,746 gal/jam x 24 jam/hari = 48.726,327 gr/hari = 48,7263 kg/hari
= 107,4212 lbm/hari
Ukuran anion exchanger :
Jumlah air yang diolah = 176,746 gal/jam = 2,9457 gal/menit Dari Tabel 12.3, The Nalco Water Handbook, diperoleh :
- Diameter Anion exchanger : 2 ft - Luas Anion exchanger : 3,14 ft2 -Jumlah Anion exchanger : 1 unit Volume resin yang dibutuhkan :
Total kesadahan air = 48,7263 kg/hari
Dari Tabel 12.7, The Nalco Water Handbook, 1988, diperoleh : - Kapasitas resin = 12 kg/ft3
- Kebutuhan regenerasi = 5 lb NaOH/ft3 resin Jadi, Kebutuhan resin =
3 kg/ft 12
kg/hari
48,7263
= 4,0605 ft3/hari
Tinggi resin =
3,1400 4,0605
Sehingga volume resin yang dibutuhkan = 1,2931 ft × 3,14 ft2 = 4,0605 ft3 Waktu regenerasi =
kg/hari 32,980
kg/ft 12 0605
,
4 ft3 3
= 1,4774 hari = 2 hari = 48 jam
Kebutuhan regenerant NaOH = 32,980 kg/hari x 3 3 kg/ft 12
lb/ft 5
= 13,7417 lb/hari = 6,2332 kg/hari
7.2.6 Deaerator
Deaerator berfungsi untuk menghilangkan gas-gas terlarut pada air yang
keluar dari alat penukar ion (ion exchanger) dan kondensat bekas sebelum dikirim sebagai air umpan ketel. Pada deaerator ini, air dipanaskan hingga 90°C supaya gas yang terlarut dalam air, seperti O2 dan CO2 dapat dihilangkan, sebab gas-gas tersebut dapat menyebabkan korosi. Pemanasan dilakukan dengan menggunakan koil pemanas di dalam deaerator.
7.3 Kebutuhan Bahan Kimia
Kebutuhan bahan kimia pada pabrik pembuatan Metil Ester adalah sebagai berikut:
1. Al2(SO4)3 = 0,1169 kg/jam 2. Na2CO3 = 0,0631 kg/jam 3. Kaporit = 0,0037 kg/jam 4. H2SO4 = 0,0930 kg/jam 5. NaOH = 0,2597 kg/jam
7.4 Kebutuhan Listrik
Tabel 7.6 Perincian kebutuhan listrik diperkirakan sebagai berikut: No. Pemakaian Jumlah
(hp)
Jumlah (Kw)
1. Unit Proses 206,0125 153,6235
2. Unit Utilitas 212,8966 158,7570
3. Ruang Kontrol dan
Laboratorium 30 22,3710
5. Penerangan dan Perkantoran 25 18,6425
6. Perumahan 100 74,5700
Total
603,9091
450,3350
Faktor keamanan diambil 5% maka total kebutuhan listrik : = 1,05 x 603,9091 hp = 634,156 hp = 472,8518kW
Efisiensi generator 80%, maka : (Perry,
1997)
Daya output generator = 450,3350/ 0,8 = 562,9188 kW
Untuk perancangan dipakai Generator Diesel AC, 300 kW, 220-240 volt, 50 Hz sebanyak 3 unit (2 unit untuk operasi normal dan 1 unit untuk cadangan).
7.5 Kebutuhan Bahan Bakar
Bahan bakar yang digunakan untuk ketel uap dan pembangkit tenaga listrik (generator) adalah minyak solar karena minyak solar mempunyai harga yang murah dan nilai bakar yang baik.
7.5.1 Keperluan bahan bakar untuk generator:
Nilai bakar solar = 19.860 Btu/lbm (Labban,1971) Densitas bahan bakar solar = 0,89 kg/L (Perry, 1997) Daya output generator = 562,9188 kW
Daya generator yang dihasilkan = 562,9188 kW x 0,9578 x3600 = 1.920.723,8762 Btu/jam
Jumlah
bahan
bakar