PROSES PEMBUATAN BIODIESEL DARI
PALM
FATTY ACID DISTILLATE
DAN
DIMETHYL
CARBONATE
DENGAN REAKTOR
PACKED BED
MENGGUNAKAN
KATALIS NOVOZYM
®435
SKRIPSI
Oleh
JOHAN SENJAYA
110405078
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
PROSES PEMBUATAN BIODIESEL DARI
PALM
FATTY ACID DISTILLATE
DAN
DIMETHYL
CARBONATE
DENGAN REAKTOR
PACKED BED
MENGGUNAKAN
KATALIS NOVOZYM
®435
SKRIPSI
Oleh
JOHAN SENJAYA
110405078
SKRIPSI INI DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI SEBAGIAN
PERSYARATAN MENJADI SARJANA TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
PRAKATA
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan. Tulisan ini merupakan skripsi dengan judul “Proses
Pembuatan Biodiesel dari Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) dan Dimethyl Carbonate
dengan Reaktor Packed Bed Menggunakan Katalis Novozym® 435”, berdasarkan hasil
penelitian yang penulis lakukan di Laboratorium Oleokimia, Pusat Penelitian Kelapa
Sawit. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik.
Melalui penelitian ini diperoleh hasil biodiesel dari produk samping pemurnian kelapa
sawit yaitu palm fatty acid distillate dengan reaksi transesterifikasi menggunakan katalis
Novozym® 435, sehingga hasil yang diperoleh dapat dimanfaatkan khususnya
mengurangi jumlah penggunaan bahan bakar fosil.
Selama melakukan penelitian sampai penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat
bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Taslim, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan penelitian dan
penulisan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Tjahjono Herawan dan Ibu Meta Rivani, S.T yang telah memberikan
bantuan dan arahan dalam pelaksanaan kegiatan penelitian ini.
3. Ibu Ir. Renita Manurung, M.T selaku Koordinator Penelitian Departemen Teknik
Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Ir. Renita Manurung, M.T selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan
saran dan masukan yang membangun dalam penulisan skripsi ini.
5. Bapak Ir. Bambang Trisakti, M.T selaku Dosen Penguji II yang telah
memberikan kritik dan saran yang membangun dalam penulisan skripsi ini.
6. Bapak Dr. Eng. Ir. Irvan, M.Si selaku Ketua Departemen Teknik Kimia,
DEDIKASI
Skripsi ini saya persembahkan untuk :
Bapak & Ibu tercinta
Bapak Junaidi dan Ibu Hiu Kim Yet
Mereka adalah orang tua hebat yang telah membesarkan dan
mendidikku dengan penuh kasih sayang.
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama : Johan Senjaya
NIM : 110405078
Tempat, tanggal lahir : Medan, 13 Juni 1993 Nama orang tua : Junaidi dan Hiu Kim Yet Alamat orang tua :
Jl. Metal No.59, Medan
Asal Sekolah:
SD Hosana Medan tahun 1999-2005
SMP Methodist-2 Medan tahun 2005-2008
SMA Methodist-2 Medan tahun 2008-2011 Pengalaman Kerja dan Organisasi:
1. Guru les privat (Juli 2011 – sekarang)
2. Mahasiswa magang di Pabrik Gula Sei Semayang Binjai KM 12,5, Medan (Agustus – September 2014)
Prestasi akademik/non akademik yang pernah dicapai:
ABSTRAK
Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) adalah produk sampingan yang dihasilkan dalam proses pemurnian di kilang minyak sawit yang berpotensi menjadi bahan baku dalam proses pembuatan biodisel serta harganya jauh lebih murah dari pada virgin oil. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memanfaatkan PFAD dalam pembuatan biodiesel dengan menggunakan Dimethyl Carbonate (DMC) sebagai reaktan dan Novozym® 435 sebagai katalis. Pembuatan biodiesel ini dilakukan dengan dua cara yaitu secara batch dan kontinu. Untuk batch, PFAD, DMC serta katalis dimasukkan kedalam tabung carousel yang dilengkapi dengan termometer dan magnetic stirrer. Campuran tersebut dipanaskan selama 1 jam dengan suhu 60 oC. Selanjutnya biodiesel disaring dengan menggunakan syringe filter untuk memisahkan produk dengan katalis dan diikuti dengan evaporasi produk menggunakan rotary vacuum evaporator pada suhu 50 oC dan tekanan 225 mbar. Hasil terbaik yang didapat melalui proses batch adalah rasio molar (PFAD:DMC) 1:9 dicapai kemurnian biodiesel sebesar 95,87% dan dengan suhu sebesar 60 oC didapat kemurnian sebanyak 95,87%. Untuk kontinu, digunakan kondisi terbaik yang telah didapat dari proses batch. Pembuatan biodiesel secara kontinu dilakukan dengan cara katalis dimasukkan kedalam reaktor packed bed selanjutnya dengan menggunakan pompa peristaltik dialirkan dari arah gravitasi berupa PFAD dan DMC yang telah dipanaskan dengan suhu 60 oC terlebih dahulu menggunakan hot plate. Suhu didalam reaktor dijaga dengan menggunakan water bath sebesar 60 oC. Biodiesel yang didapat ditampung setiap 1 jam selama 100 jam dan dilakukan proses evaporasi untuk menghilangkan sisa DMC. Kemurnian yang didapat pada 100 jam sebesar 98,55%.
ABSTRACT
Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) is a byproduct produced in the refining process in the palm oil that could potentially be a raw material in the manufacturing process of biodiesel and the price is much cheaper than virgin oil. The purpose of this study was to utilize PFAD in the manufacture of biodiesel by using Dimethyl Carbonate (DMC) as the reactant and Novozym® 435 as a catalyst. The production of biodiesel is done in two ways which are batch and continuous. For batch, PFAD, DMC and the catalyst was added to the tube carousel equipped with a thermometer and a magnetic stirrer. The mixture was heated for 1 hour at a temperature of 60 oC. Furthermore, biodiesel is filtered using a syringe filter to separate the product with the catalyst, followed by evaporation of the product using a rotary vacuum evaporator at a temperature of 50 ° C and a pressure of 225 mbar. The best results were obtained through a batch process is the molar ratio (PFAD: DMC) 1:9 achieved the purity of biodiesel amounted to 95.87% and with a temperature of 60 oC gained as much as 95.87% purity. The variale for continuous process was used the best conditions that have been obtained from batch processes. Manufacture biodiesel continuously carried out in a way catalyst packed bed reactor was added to further by using a peristaltic pump flowed from the direction of gravity in the form of PFAD and DMC that has been heated to a temperature of 60 oC in advance using a hot plate. The temperature inside the reactor is maintained by using a water bath at 60 °C. Biodiesel obtained accommodated every 1 hour for 100 hours and performed the process of evaporation to remove residual DMC. The purity of biodiesel that obtained at 100 hours was 98.55%.
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI i
PENGESAHAN ii
PRAKATA iii
DEDIKASI v
RIWAYAT HIDUP PENULIS vi
ABSTRAK vii
ABSTRACT viii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR TABEL xvii
DAFTAR LAMPIRAN xix
DAFTAR SINGKATAN xxi
DAFTAR SIMBOL xxii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 LATAR BELAKANG 5
1.2 PERUMUSAN MASALAH 5
1.3 TUJUAN PENELITIAN 5
1.4 MANFAAT PENELITIAN 5
1.5 RUANG LINGKUP PENELITIAN 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6
2.1 BIODIESEL 7
2.2 BAHAN BAKU 10
2.2.1 Dimetyhl Carbonate (DMC) 10
2.2.2 Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) 10
2.2.3 Katalis Enzim 11
2.3 TRANSESTERIFIKASI ENZIMATIK 13
2.4.1 Reaktor Batch 15
2.4.2 Reaktor Packed Bed 16
2.5 ANALISIS EKONOMI 18
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19
3.1 BAHAN PERCOBAAN 19
3.2 PERALATAN PERCOBAAN 19
3.3 PROSEDUR PERCOBAAN 20
3.3.1 Proses Esterifikasi Enzimatis Secara Batch 20
3.3.2 Proses Esterifikasi Enzimatis Secara Kontinu 20
3.4 FLOWCHART PERCOBAAN 21
3.4.1 Flowchart Proses Esterifikasi Enzimatis Secara Batch 21
3.4.2 Flowchart Proses Esterifikasi Enzimatis Secara Kontinu 22
3.5 PROSEDUR ANALISIS 22
3.5.1 Analisis Titik Nyala 22
3.5.2 Analisis Angka Asam 23
3.5.3 Analisis Bilangan Penyabunan 23
3.5.4 Analisis Kadar Air 24
3.5.5 Analisis Bilangan Peroksida 25
3.5.6 Analisis Densitas dan Viskositas Kinematik 26
3.5.7 Analisis Titik Keruh 26
3.5.8 Analisis Komposisi Biodiesel 27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 28
4.1 HASIL ANALISIS BAHAN BAKU 28
4.2 PROSES ESTERIFIKASI 30
4.2.1 Secara Batch 30
4.2.1.1 Pengaruh Rasio Molar terhadap Kandungan Ester 30
4.2.1.2 Pengaruh Suhu terhadap Kandungan Ester 31
4.2.2 Secara Kontinu 33
4.3 ANALISIS SIFAT FISIK BIODIESEL DARI PFAD 34
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 36
5.2 SARAN 36
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Pasokan Energi Total Dunia dengan Bahan Bakar
padaTahun 2006 (Tidak Termasuk Listrik dan
Panas).Total: 11.741 Million Tonnes of Oil Equivalent
(mtoe)
2
Gambar 2.1 Palm Fatty Acid Distillate 11
Gambar 2.2 Novozym® 435 13
Gambar 2.3 Reaksi Esterifikasi Enzimatik 14
Gambar 2.4 Produksi Biodiesel dengan Proses Alkali 14
Gambar 2.5 Produksi Biodiesel dengan Proses Enzimatik 15
Gambar 2.6 Reaktor Batch 16
Gambar 2.7 Reaktor Packed Bed 16
Gambar 3.1 Flowchart Proses Esterifikasi Enzimatis Secara Batch 21
Gambar 3.2 Flowchart Proses Esterifikasi Enzimatis Secara Kontinu 22
Gambar 3.3 Alat Instrumen K16200 Pensky-Martens Closed Cup
Flash Tester
22
Gambar 3.4 Alat Instrumen METTLER TOLEDO DL 32 Karl Fischer
Coulometer
24
Gambar 3.5 Alat Instrumen Stabinger ViscometerTM: SVM 3000 26
Gambar 3.6 Alat Instrumen Shimadzu Gas Chromatography 27
Gambar 4.1 Hasil Analisis GC Komposisi Palm Fatty AcidDistillate
(PFAD)
28
Gambar 4.2 Hubungan antara Rasio Molar dengan Kandungan
Esterpada Waktu 60 menit, Jumlah Katalis 10 %berat,
Kecepatanpengadukan 300 rpm dan suhu 60 oC
31
Gambar 4.3 Hubungan antara Suhu dengan Kandungan Ester pada
RasioMolar PFAD:DMC 1:9, Waktu 60 menit, Jumlah
Katalis 10 %berat dan Kecepatan pengadukan 300 rpm
Gambar 4.4 Perubahan Kandungan Ester Selama 120 Menit
padaRasio Molar PFAD:DMC 1:9, Tinggi Bed 9 cm (3
gram) danSuhu 60 oC
33
Gambar 4.5 Perubahan Kandungan Ester Selama 100 Jam padaRasio
Molar PFAD:DMC 1:9, Tinggi Bed 9 cm (3 gram)
danSuhu 60 oC
34
Gambar C.1 Reaksi Esterifikasi Enzimatik 44
Gambar D.1 Hasil Analisis GC Komposisi Bahan Baku Palm Fatty
Acid Distillate (PFAD)
46
Gambar D.2 Hasil Analisis GC Komposisi Biodiesel pada Kondisi
Rasio Molar PFAD/DMC 1:6
47
Gambar D.3 Hasil Analisis GC Komposisi Biodiesel pada Kondisi
Rasio Molar PFAD/DMC 1:7
48
Gambar D.4 Hasil Analisis GC Komposisi Biodiesel pada Kondisi
Rasio Molar PFAD/DMC 1:8
49
Gambar D.5 Hasil Analisis GC Komposisi Biodiesel pada Kondisi
Rasio Molar PFAD/DMC 1:9
50
Gambar D.6 Hasil Analisis GC Komposisi Biodiesel pada Kondisi
Rasio Molar PFAD/DMC 1:10
51
Gambar D.7 Hasil Analisis GC Komposisi Biodiesel pada Suhu 40 oC 52
Gambar D.8 Hasil Analisis GC Komposisi Biodiesel pada Suhu 50 oC 53
Gambar D.9 Hasil Analisis GC Komposisi Biodiesel pada Suhu 60 oC 54
Gambar D.10 Hasil Analisis GC Komposisi Biodiesel pada Suhu 70 oC 55
Gambar D.11 Hasil Analisis GC Komposisi Biodiesel pada Suhu 80 oC 56
Gambar D.12 Hasil Analisis GC Komposisi Biodiesel pada Waktu
10 Menit
57
Gambar D.13 Hasil Analisis GC Komposisi Biodiesel pada Waktu
20 Menit
58
Gambar D.14 Hasil Analisis GC Komposisi Biodiesel pada Waktu
30 Menit
Gambar D.15 Hasil Analisis GC Komposisi Biodiesel pada Waktu
40 Menit
60
Gambar D.16 Hasil Analisis GC Komposisi Biodiesel pada Waktu
50 Menit
61
Gambar D.17 Hasil Analisis GC Komposisi Biodiesel pada Waktu
60 Menit
62
Gambar D.18 Hasil Analisis GC Komposisi Biodiesel pada Waktu
70 Menit
63
Gambar D.19 Hasil Analisis GC Komposisi Biodiesel pada Waktu
80 Menit
64
Gambar D.20 Hasil Analisis GC Komposisi Biodiesel pada Waktu
90 Menit
65
Gambar D.21 Hasil Analisis GC Komposisi Biodiesel pada Waktu
100 Menit
66
Gambar D.22 Hasil Analisis GC Komposisi Biodiesel pada Waktu
110 Menit
67
Gambar D.23 Hasil Analisis GC Komposisi Biodiesel pada Waktu
120 Menit
68
Gambar D.24 Hasil Analisis GC Komposisi Biodiesel pada Waktu 4
Jam
69
Gambar D.25 Hasil Analisis GC Komposisi Biodiesel pada Waktu 8
Jam
70
Gambar D.26 Hasil Analisis GC Komposisi Biodiesel pada Waktu
12 Jam
71
Gambar D.27 Hasil Analisis GC Komposisi Biodiesel pada Waktu
16 Jam
72
Gambar D.28 Hasil Analisis GC Komposisi Biodiesel pada Waktu
20 Jam
73
Gambar D.29 Hasil Analisis GC Komposisi Biodiesel pada Waktu
24 Jam
Gambar D.30 Hasil Analisis GC Komposisi Biodiesel pada Waktu
28 Jam
75
Gambar D.31 Hasil Analisis GC Komposisi Biodiesel pada Waktu
32 Jam
76
Gambar D.32 Hasil Analisis GC Komposisi Biodiesel pada Waktu
36 Jam
77
Gambar D.33 Hasil Analisis GC Komposisi Biodiesel pada Waktu
40 Jam
78
Gambar D.34 Hasil Analisis GC Komposisi Biodiesel pada Waktu
44 Jam
79
Gambar D.35 Hasil Analisis GC Komposisi Biodiesel pada Waktu
48 Jam
80
Gambar D.36 Hasil Analisis GC Komposisi Biodiesel pada Waktu
52 Jam
81
Gambar D.37 Hasil Analisis GC Komposisi Biodiesel pada Waktu
56 Jam
82
Gambar D.38 Hasil Analisis GC Komposisi Biodiesel pada Waktu
60 Jam
83
Gambar D.39 Hasil Analisis GC Komposisi Biodiesel pada Waktu
64 Jam
84
Gambar D.40 Hasil Analisis GC Komposisi Biodiesel pada Waktu
68 Jam
85
Gambar D.41 Hasil Analisis GC Komposisi Biodiesel pada Waktu
72 Jam
86
Gambar D.42 Hasil Analisis GC Komposisi Biodiesel pada Waktu
76 Jam
87
Gambar D.43 Hasil Analisis GC Komposisi Biodiesel pada Waktu
80 Jam
88
Gambar D.44 Hasil Analisis GC Komposisi Biodiesel pada Waktu
84 Jam
Gambar D.45 Hasil Analisis GC Komposisi Biodiesel pada Waktu
88 Jam
90
Gambar D.46 Hasil Analisis GC Komposisi Biodiesel pada Waktu
92 Jam
91
Gambar D.47 Hasil Analisis GC Komposisi Biodiesel pada Waktu
96 Jam
92
Gambar D.48 Hasil Analisis GC Komposisi Biodiesel pada Waktu
100 Jam
93
Gambar E.1 Foto Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) 94
Gambar E.2 Foto Dimethyl Carbonate (DMC) 94
Gambar E.3 Foto Novozym® 435 94
Gambar E.4 Foto Pengujian Kadar Asam Lemak 95
Gambar E.5 Foto Rangkaian Alat Esterifikasi Secara Batch (Carousel) 95
Gambar E.6 Foto Penggunanan Syringe Filter 95
Gambar E.7 Foto Pemisahan Hasil Esterifikasi dengan Syringe Filter 96
Gambar E.8 Foto Evaporasi Hasil Esterifikasi dengan Rotary Vacuum
Evaporator
96
Gambar E.9 Foto Produk Akhir Biodiesel Secara Batch 96
Gambar E.10 Foto Rangkaian Alat Esterifikasi Secara Kontinu
(Reaktor Packed Bed)
97
Gambar E.11 Foto Packing 97
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Penelitian-penelitian Terdahulu tentang Pembuatan
Biodiesel dengan Reaktor Packed Bed
4
Tabel 2.1 Perbandingan Kandungan Unsur Kimia Biodiesel dan Solar 8
Tabel 2.2 Standar Biodiesel Berdasarkan ASTM D 6751/09,EN
14214/03, dan Pr EN 14214/09
9
Tabel 2.3 Sifat-sifat Fisika dan Kimia DMC 10
Tabel 2.4 Komposisi Bahan Baku Biodiesel (%berat) 11
Tabel 2.5 Komposisi Asam Lemak pada PFAD 11
Tabel 2.6 Tingkat FFA yang Direkomenndasikan untuk Proses
Transesterifikasi Menggunakan Katalis Basa
12
Tabel 2.7 Perbandingan Antara Free Enzyme dan Immobilized
Enzyme
13
Tabel 3.1 Berat Sampel Untuk Analisis Angka Asam 23
Tabel 3.2 Berat Sampel Untuk Analisis Bilangan Penyabunan 24
Tabel 3.3 Berat Sampel Untuk Analisis Bilangan Peroksida 25
Tabel 4.1 Komposisi Asam Lemak dari Palm Fatty Acid Distillate
(PFAD)
29
Tabel 4.2 Komposisi Penyusun PFAD 29
Tabel 4.3 Hasil Penelitian Pembuatan Biodiesel dari PFAD
denganMenggunakan Novozym® 435 dengan Variasi Rasio
Molar
30
Tabel 4.4 Hasil Penelitian Pembuatan Biodiesel dari PFAD
denganMenggunakan Novozym® 435 dengan Variasi Suhu
31
Tabel 4.5 Sifat Fisik Biodiesel dari PFAD Dibandingkan dengan
Standar Biodiesel di Eropa dan Amerika Serikat
35
Tabel A.1 Komposisi Asam Lemak Bahan Baku Palm Fatty Acid
Distillate (PFAD)
Tabel B.1 Hasil data Pengaruh Rasio Molar terhadap Kandungan
Ester
43
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN A DATA BAHAN BAKU 42
LA.1 KOMPOSISI ASAM LEMAK BAHAN BAKU
PALM FATTY ACID DISTILLATE (PFAD)
HASIL ANALISIS GCMS
42
LAMPIRAN B DATA PENELITIAN 43
LB.1 DATA PENGARUH RASIO MOLAR
TERHADAP KANDUNGAN ESTER
43
LB.2 DATA PENGARUH SUHU TERHADAP
KANDUNGAN ESTER
43
LAMPIRAN C CONTOH PERHITUNGAN 44
LC.1 PERHITUNGAN KADAR FFA PALM FATTY
ACID DISTILLATE (PFAD)
44
LC.2 PERHITUNGAN KEBUTUHAN DIMETHYL
CARBONATE (DMC)
44
LAMPIRAN D HASIL ANALISIS 46
LD.1 HASIL ANALISIS KOMPOSISI BAHAN
BAKU PALM FATTY ACID DISTILLATE
(PFAD)
46
LD.2 HASIL ANALISIS KOMPOSISI BIODIESEL 47
LD.2.1 Perbandingan Rasio Molar Secara Batch
dengan Waktu Reaksi 1 Jam, Kecepatan
Pengadukan 300 rpm, Jumlah Katalis 10
%berat dan Suhu 60 oC
47
LD.2.2 Perbandingan Suhu Secara Batch dengan
Waktu Reaksi 1 Jam, Kecepatan
Pengadukan 300 rpm, Jumlah Katalis
10% dan Rasio Molar (PFAD/DMC) 1:9
LD.2.3 Perbandingan Waktu Secara Kontinu
dengan Suhu 60 oC, Jumlah Katalis 30%
dan Rasio Molar (PFAD/DMC) 1:9
57
LAMPIRAN E DOKUMENTASI PENELITIAN 94
LE.1 FOTO BAHAN BAKU PENELITIAN 94
LE.2 FOTO PENGUJIAN KADAR ASAM LEMAK
BEBAS
95
LE.3 FOTO PROSES ESTERIFIKASI ENZIMATIS
SECARA BATCH
95
LE.4 FOTO PROSES ESTERIFIKASI ENZIMATIS
SECARA KONTINU
DAFTAR SIMBOL
Simbol Keterangan Dimensi
N Normalitas larutan NaOH N
V Volume larutan NaOH terpakai ml
M Berat molekul asam lemak palm fatty
DAFTAR SINGKATAN
ASTM American Standard Testing Method
BM Berat Molekul
FAME Fatty Acid Methyl Ester
FFA Free Fatty Acid
GCMS Gas Chromatography Mass Spectrometry
rpm rotary per minute
ABSTRAK
Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) adalah produk sampingan yang dihasilkan dalam proses pemurnian di kilang minyak sawit yang berpotensi menjadi bahan baku dalam proses pembuatan biodisel serta harganya jauh lebih murah dari pada virgin oil. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memanfaatkan PFAD dalam pembuatan biodiesel dengan menggunakan Dimethyl Carbonate (DMC) sebagai reaktan dan Novozym® 435 sebagai katalis. Pembuatan biodiesel ini dilakukan dengan dua cara yaitu secara batch dan kontinu. Untuk batch, PFAD, DMC serta katalis dimasukkan kedalam tabung carousel yang dilengkapi dengan termometer dan magnetic stirrer. Campuran tersebut dipanaskan selama 1 jam dengan suhu 60 oC. Selanjutnya biodiesel disaring dengan menggunakan syringe filter untuk memisahkan produk dengan katalis dan diikuti dengan evaporasi produk menggunakan rotary vacuum evaporator pada suhu 50 oC dan tekanan 225 mbar. Hasil terbaik yang didapat melalui proses batch adalah rasio molar (PFAD:DMC) 1:9 dicapai kemurnian biodiesel sebesar 95,87% dan dengan suhu sebesar 60 oC didapat kemurnian sebanyak 95,87%. Untuk kontinu, digunakan kondisi terbaik yang telah didapat dari proses batch. Pembuatan biodiesel secara kontinu dilakukan dengan cara katalis dimasukkan kedalam reaktor packed bed selanjutnya dengan menggunakan pompa peristaltik dialirkan dari arah gravitasi berupa PFAD dan DMC yang telah dipanaskan dengan suhu 60 oC terlebih dahulu menggunakan hot plate. Suhu didalam reaktor dijaga dengan menggunakan water bath sebesar 60 oC. Biodiesel yang didapat ditampung setiap 1 jam selama 100 jam dan dilakukan proses evaporasi untuk menghilangkan sisa DMC. Kemurnian yang didapat pada 100 jam sebesar 98,55%.
ABSTRACT
Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) is a byproduct produced in the refining process in the palm oil that could potentially be a raw material in the manufacturing process of biodiesel and the price is much cheaper than virgin oil. The purpose of this study was to utilize PFAD in the manufacture of biodiesel by using Dimethyl Carbonate (DMC) as the reactant and Novozym® 435 as a catalyst. The production of biodiesel is done in two ways which are batch and continuous. For batch, PFAD, DMC and the catalyst was added to the tube carousel equipped with a thermometer and a magnetic stirrer. The mixture was heated for 1 hour at a temperature of 60 oC. Furthermore, biodiesel is filtered using a syringe filter to separate the product with the catalyst, followed by evaporation of the product using a rotary vacuum evaporator at a temperature of 50 ° C and a pressure of 225 mbar. The best results were obtained through a batch process is the molar ratio (PFAD: DMC) 1:9 achieved the purity of biodiesel amounted to 95.87% and with a temperature of 60 oC gained as much as 95.87% purity. The variale for continuous process was used the best conditions that have been obtained from batch processes. Manufacture biodiesel continuously carried out in a way catalyst packed bed reactor was added to further by using a peristaltic pump flowed from the direction of gravity in the form of PFAD and DMC that has been heated to a temperature of 60 oC in advance using a hot plate. The temperature inside the reactor is maintained by using a water bath at 60 °C. Biodiesel obtained accommodated every 1 hour for 100 hours and performed the process of evaporation to remove residual DMC. The purity of biodiesel that obtained at 100 hours was 98.55%.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1LATAR BELAKANG
Jumlah penduduk Indonesia mencapai 249.865.631 pada tahun 2013 dan
merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat setelah Republik
Rakyat Tiongkok, India, dan Amerika Serikat [1]. Indonesia mensubsidi bahan
bakar fosil yang sangat besar serta ketergantungan yang kuat pada minyak untuk
Produk Domestik Bruto (PDB). Subsidi bahan bakar di Indonesia menggunakan
bagian penting dari anggaran negara. Maka untuk mengurangi ketergantungan
minyak, diperlukan penggunaan campuran sumber energi terbarukan di samping
bahan bakar fosil [2].
Energi terbarukan telah disorot dalam sepuluh tahun terakhir karena
potensinya untuk menggantikan bahan bakar fosil terutama untuk transportasi.
Sumber energi terbarukan seperti energi surya, energi angin, energi air, dan energi
dari biomassa dan limbah telah berhasil dikembangkan dan digunakan oleh
negara-negara yang berbeda untuk membatasi penggunaan bahan bakar fosil [3].
Namun demikian, berdasarkan penelitian terbaru dari Badan Energi Internasional
(IEA), hanya energi yang dihasilkan dari sumber yang terbarukan dan limbah
memiliki potensi tertinggi di antara sumber daya terbarukan lainnya seperti
ditunjukkan pada Gambar 1.1 [4].
Biodiesel telah muncul sebagai salah satu energi terbarukan yang paling
potensial untuk menggantikan bahan bakar fosil untuk mesin diesel dimana
diperkirakan cadangan minyak dunia didalam perut bumi akan habis dieksplorasi
pada tahun 2044 [3,5]. Biodiesel merupakan energi yang sangat menarik karena
manfaat lingkungan seperti biodegradable, tidak beracun dan efisensi pembakaran
Gambar 1.1 Pasokan Energi Total Dunia dengan Bahan Bakar pada Tahun 2006 (Tidak Termasuk Listrik dan Panas). Total : 11.741 Million Tonnes of
Oil Equivalent (mtoe)
Saat ini, kelemahan utama untuk komersialisasi biodiesel adalah biaya yang
lebih tinggi dari solar berbasis minyak bumi. Tingginya biaya biodiesel adalah
karena bahan baku yang sebagian besar berasal dari virgin oil yang mahal dan
berkualitas tinggi dengan kadar asam lemak bebas (Free Fatty Acid) yang rendah.
Biodiesel yang diproduksi secara konvensional adalah dari bahan baku yang
memiliki kadar Free Fatty Acid (FFA) kurang dari 20% berat [8]. Dengan bahan
baku yang memiliki kadar FFA tinggi maka biodiesel diproduksi dalam dua tahap.
Tahap pertama adalah untuk mengurangi kadar FFA minyak dengan esterifikasi.
Tahap kedua adalah transesterifikasi yang mengkonversi hasil esterifikasi menjadi
mono alkil ester dan gliserol [9]. Pembuatan biodiesel juga bergantung pada
senyawa kimia untuk mencapai konversi dan laju reaksi tertentu, pemurnian
produk yang kompleks dan pengolahan air limbah yang menghabiskan banyak
energi [10].
Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) adalah produk sampingan yang dihasilkan
dalam proses pemurnian di kilang minyak sawit, harga PFAD jauh lebih murah
dari pada minyak olahan ataupun virgin oil dimana sebagian besar adalah bahan
baku pembuatan biodiesel saat ini [11]. Namun kadar FFA PFAD sangat tinggi
sekitar 72,7 – 92,6 % [12].
Proses pembuatan biodiesel dengan menggunakan enzim akan dapat
mengurangi kebutuhan energi yang rendah karena kondisi reaksi yang lebih
rendah dibandingkan dengan kondisi dengan proses secara kimiawi [10]. Selain
itu, proses penggunaan enzim cenderung memiliki biaya pengolahan limbah yang
lebih rendah dan dapat digunakan pada kadar FFA yang tinggi [13-14].
Proses kontinu memiliki banyak keuntungan dibandingkan dengan proses
batch. Pada proses kontinu, biaya produksi dan waktu dapat disesuaikan serta
desain peralatan yang fleksibel dalam hal optimasi kualitas biodiesel [15]. Untuk
produksi skala industri, penggunaan enzim dengan reaktor packed bed membuat
biaya yang lebih efektif dari pada dengan reaktor batch. Enzim dikemas dalam
kolom dan campuran reaksi terus dipompa melalui kolom. Enzim dapat digunakan
kembali tanpa pemisahan sebelumnya. Selain itu, penggunaan reaktor packed bed
juga memberikan perlindungan bagi enzim dari tegangan geser mekanik [7].
Setelah digunakan selama 200 siklus, aktivitas enzim tidak menunjukkan
kehilangan kerja yang begitu jelas [16].
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam pembuatan biodiesel dan untuk
meminimalkan dampak lingkungan digunakan PFAD sebagai bahan baku yang
murah yang didapat dari hasil samping dalam proses pemurnian di kilang minyak
sawit dan Novozym® 435 sebagai katalis yang dapat digunakan pada bahan baku
dengan kadar FFA yang tinggi.
Berikut ini beberapa penelitian terdahulu yang menggunakan reaktor packed
Tabel 1.1 Penelitian-penelitian Terdahulu tentang Pembuatan Biodiesel dengan Reaktor Packed Bed
No. Judul Variabel Hasil Penelitian
Tetap Berubah
1.
Synthesis of Biodiesel from Waste Cooking Oil Immobilized Lipase in Fixed Bed Reactor [17]
T = 40 oC
Kandungan air = 10% berat Kandungan Heksana = 10% berat Laju alir = 1 ml/menit
Konsentrasi enzim = 5%, 10%, 10%, 15%, 20%, 25%, 30%, 35%
Kemurnian tertinggi pada konsentrasi enzim = 35% yaitu mendekati 90%
Konsentrasi enzim = 25% berat Kandungan air = 10% berat Kandungan heksana = 15% berat T = 45 oC
Laju alir = 1,2 ml/menit
Pengambilan sampel setiap 10 jam dari 0 - 100 jam
Menurun dari 91,08% ke 76,64%
2.
Solvent Free Enzymatic Transesterification of Crude Jatropha Oil in Packed Bed Reactor [18]
Tinggi bed = 10 cm
Kecepatan pengadukan = 600 rpm Laju alir = 5 ml/menit
Metanol : Minyak = 3 : 1 T = 45 oC
t = 24 jam
Konsentrasi enzim = 5%, 7,5%, 10%, 20%
Yield tertinggi pada konsentrasi enzim = 10% yaitu 54%
3.
Enzymatic Synthesis of a Series of Alkyl Esters Using
Novozyme 435 in a Packed-bed, Miniaturized, Continuous Flow Reactor [19]
Berat enzim = 10 mg Temperatur kamar
Konsentrasi reaksi = 0,05 M, 0,1 M, 0,15 M, 0,2 M, 0,25 M Laju alir = 25 - 1 μL/menit Pengambilan sampel setiap 10 menit sampai 2 jam
1.2PERUMUSAN MASALAH
Pembuatan biodiesel menggunakan katalis Novozym® 435 telah dilakukan
oleh beberapa peneliti. Akan tetapi, pembuatan biodiesel dengan baku bahan baku
PFAD secara kontinu belum pernah dilakukan. Penelitian ini ditekankan kepada
penggunaan PFAD sebagai bahan baku dan Novozym® 435 sebagai katalis dalam
pembuatan biodiesel dalam reaktor packed bed secara kontinu.
1.3TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memanfaatkan limbah dari hasil samping pemurnian kelapa sawit yang berupa
Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) sebagai bahan baku pembuatan biodiesel.
2. Menambah nilai ekonomis dari PFAD.
1.4MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat :
1. Memberikan informasi bahwa PFAD dan Novozym® 435 dapat dijadikan
sebagai bahan baku dan katalis dalam pembuatan biodiesel secara kontinu.
2. Memberikan informasi bahwa Novozym® 435 dapat digunakan hingga 100
jam tanpa kehilangan aktivitasnya.
1.5RUANG LINGKUP PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Oleokimia, Pusat Penelitian Kelapa
Sawit, Medan, Indonesia. Adapun bahan utama yang digunakan pada penelitian
ini yaitu Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) sebagai bahan baku, Dimethyl
Carbonate (DMC) sebagai reaktan dan Novozym® 435 sebagai katalis.
Variabel-variabel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
1. Reaktor batch
Variabel tetap :
a.Jumlah enzim = 10 %berat [20]
b.Kecepatan pengadukan = 300 rpm [8]
Variabel berubah :
a.Temperatur = 40, 50, 60, 70, 80 oC [21]
b.Rasio mol PFAD terhadap DMC = 1:6; 1:7; 1:8; 1:9; 1:10 [22]
2. Reaktor packed bed
Variabel tetap :
a.Rasio mol PFAD terhadap DMC = 1 : 9
b.Laju alir = 1,2 ml/menit [17]
c.Suhu reaksi = 60 oC
d.Tinggi bed = 9 cm (3 gram)
Variabel berubah :
a.Waktu = 1 – 100 jam [17]
Parameter yang dianalisis pada biodiesel adalah :
a. Titik nyala
b. Angka asam
c. Bilangan penyabunan
d. Kadar air
e. Bilangan peroksida
f. Densitas
g. Titik tuang
h. Titik keruh
i. Viskositas kinematik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1BIODIESEL
Biodiesel didefinisikan sebagai ester monoalkil dari asam lemak rantai
panjang, atau dikenal sebagai Fatty Acid Methyl Esters (FAME) yang berasal dari
bahan baku terbarukan seperti minyak sayur atau lemak hewan [10,13].
Minyak yang paling sering digunakan dalam proses pembuatan biodiesel di
seluruh dunia adalah rapeseed (terutama di negara-negara Uni Eropa), kedelai
(Argentina dan Amerika Serikat), kelapa sawit (negara-negara Asia dan Amerika
Tengah) dan bunga matahari, meskipun minyak lainnya juga banyak digunakan
seperti kacang tanah, biji rami, safflower, minyak nabati lainnya, dan juga lemak
hewani [23].
Keuntungan penggunaan biodiesel sebagai pengganti bahan bakar diesel yaitu
[24-27] :
1. Biodiesel merupakan bahan bakar terbarukan yang diperoleh dari minyak
nabati atau lemak hewan.
2. Toksisitas rendah dibandingkan dengan bahan bakar diesel.
3. Terdegradasi lebih cepat daripada bahan bakar diesel sehingga meminimalkan
dampak lingkungan dari tumpahan biodiesel.
4. Emisi lebih rendah dari kontaminan seperti karbon monoksida, partikel,
hidrokarbon aromatik polisiklik, dan aldehida.
5. Resiko kesehatan renfah karena mengurangi emizi zat karsinogenik.
6. Tidak ada kandungan sulfur dioksida (SO2).
7. Titik nyala yang lebih tinggi (minimum 100 oC).
Beberapa kelemahan penggunaan biodiesel sebagai pengganti bahan bakar
diesel yaitu [24-27] :
a. Konsumsi bahan bakar sedikit lebih tinggi karena nilai kalori yang lebih
rendah.
c. Titik beku lebih tinggi daripada bahan bakar diesel dimana akan menjadi
kendala dan menyulitkan dalam cuaca dingin.
d. Kurang stabil dibandingkan bahan bakar diesel sehingga penyimpanan jangka
panjang (lebih dari enam bulan) dari biodiesel tidak dianjurkan.
e. Dapat mendegradasi plastik, karet alam gasket, dan selang bila digunakan
dalam bentuk murni.
f. Dapat melarutkan endapan sedimen dan kontaminan lainnya dari bahan bakar
diesel dalam tangki penyimpanan dan saluran bahan bakar yang kemudian
menuju kedalam mesin sehingga dapat menyebabkan masalah pada katup dan
sistem injeksi. Karena itu, pembersihan tangki sebelum mengisi dengan
biodiesel dianjurkan.
Titik nyala biodiesel lebih tinggi dari bahan bakar diesel. Titik nyala ini
penting untuk penyimpanan bahan bakar dan transportasi di jalan keselamatan.
Angka setana biodiesel (~50) lebih tinggi dari bahan bakar diesel. Angka setana
merupakan faktor penting untuk menentukan kualitas bahan bakar diesel, terutama
kualitas pengapian bahan bakar diesel. Viskositas juga merupakan faktor penting
untuk biodiesel. Viskositas mempengaruhi kebanyakan peralatan injeksi bahan
bakar dan peningkatan viskositas bahan bakar mengubah viskositas pada suhu
rendah. Viskositas tinggi memiliki efek negatif pada atomisasi semprot bahan
bakar [28].
Tabel 2.1 Perbandingan Kandungan Unsur Kimia Biodiesel dan Solar [28]
Kandungan Biodiesel (%) Solar (%)
Karbon 79,6 86,4
Hidrogen 10,5 13,6
Oksigen 8,6 -
Nitrogen 1,3 -
C/H 7,6 6,5
n-Aliphatik 15,2 67,4
Olephenik 84,7 3,4
Aromatik - 20,1
Tabel 2.2 Standar Biodiesel Berdasarkan ASTM D 6751/09, EN 14214/03, dan Pr EN 14214/09 [29-31]
No. Parameter Satuan ASTM D
6751/09
EN 14214/03
Pr EN 14214/09
1. Kandungan ester % w/w - ≥96,5 ≥96,5 2. Densitas kg/m3 - 860-900 860-900 3. Viskositas kinematik mm2/s 1,9-6,0 3,5-5,0 3,5-5,0
4. Titik nyala oC
≥ 130 ≥ 93
(gelas tertutup)
≥120 ≥101
5. Kandungan sulfur mg/kg ≤ 15 ≤10 ≤10 6. Residu karbon % w/w ≤0,05 ≤0,30 -
7. Angka Setana ≥47 ≥51 ≥51
8. Kadar abu tersulfatasi % w/w ≤0,02 ≤0,02 ≤0,02 9. Air dan sedimen % w/w ≤0,05 - - 10. Kandungan air mg/kg - ≤500 ≤500 11. Total kontaminasi mg/kg - ≤24 ≤24
12. Korosi pada jalur
tembaga ≤No.3 Kelas 1 Kelas 1
13. Stabilitas oksidasi h ≥3 ≥6 ≥8
14. Angka asam mg
KOH/g ≤0,80 ≤0,50 ≤0,50
15. Nilai Iodin
g Iodin/10 0 g
- ≤120 ≤120
16. Linolenat metil ester % w/w - ≤12,0 ≤12,0
17. Metil ester ganda tak
jenuh % w/w - ≤1 ≤1
18. Kandungan metanol % w/w ≤0,20 ≤0,20 ≤0,20
19. Kandungan
monogliserida % w/w - ≤0,80 ≤0,80 20. Kandungan digliserida % w/w - ≤0,20 ≤0,20 21. Kadungan trigliserida % w/w - ≤0,20 ≤0,20 22. Gliserol bebas % w/w ≤0,020 ≤0,020 ≤0,020 23. Total gliserol % w/w ≤0,24 ≤0,25 ≤0,25
24. Logam kelompok I
(natrium dan kalium) mg/kg ≤5,0 ≤5,0 ≤5,0
25.
Logam kelompok II (kalsium dan magnesium)
mg/kg ≤5,0 ≤5,0 ≤5,0
26. Kandungan fosfor mg/kg ≤10,0 ≤10,0 ≤2,0
27. Cold soak filterability s ≤360 - -
28. Cold filter plugging point (CFPP)
o
C -
Biodiesel dapat digunakan dalam bentuk murni atau bila dicampur dengan
bahan bakar diesel dalam proporsi tertentu. Kebanyakan campuran biodiesel
umum adalah B2 (2% biodiesel, 98% solar), B5 (5% biodiesel, 95% solar), B20
(20% biodiesel, 80% solar) [32].
2.2BAHAN BAKU
2.2.1 Dimethyl Carbonate (DMC)
Dimethyl Carbonate (DMC) diproduksi dari metanol dan karbon dioksida
(CO2) sehingga DMC disebut zat kimia yang ramah lingkungan dan memiliki
reaktivitas kimia yang baik, tidak mudah larut dalam air dan memiliki sifat
melarut yang baik dengan sebagian besar pelarut organik [33-34].
Salah satu manfaat dari DMC berbasis transesterifikasi asam lemak adalah
bahwa reaksi tidak berada dalam kesetimbangan karena senyawanya terurai
menjadi CO2 dan alkohol [35]. Sifat-sifat fisika dan kimia DMC dapat dilihat
pada tabel 2.3.
Tabel 2.3 Sifat-sifat Fisika dan Kimia DMC [36]
Karakteristik Nilai
Berat molekul 90,08 g/mol Wujud cairan tidak berwarna Titik didih 90 oC pada 760 mmHg Titik leleh 2-4 oC
Densitas 1,0690 g/cm3 Kelarutan dalam air Tidak mudah larut
2.2.2 Palm Fatty Acid Distillate (PFAD)
Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) adalah produk sampingan dari proses
pemurnian minyak kelapa sawit dengan asam lemak bebas (FFA) lebih dari 93%
berat [37]. PFAD berwarna kuning muda dan berwujud padat pada temperatur
kamar [8]. Oleh karena PFAD merupakan produk sampingan maka harga PFAD
jauh lebih murah daripada minyak olahan lainnya [11].
Saat ini, kelemahan utama untuk komersialisasi biodiesel adalah biaya yang
lebih tinggi dari solar berbasis minyak bumi. Tingginya biaya biodiesel adalah
Tabel 2.4 Kompisisi Bahan Baku Biodiesel (%berat) [38]
Rapeseed Kedelai Kelapa
Sawit Tallow PFAD
Minyak Goreng Bekas
Trigliserida 96,0 98,6 87,0 74,0 8,0 62,0 Digliserida 2,0 0,8 6,0 12,0 5,0 16,0 Monogliserida 0,5 0,1 2,0 4,0 2,0 7,0
FFA 1,5 0,5 5,0 10,0 85,0 15,0
Tabel 2.5 Komposisi Asam Lemak pada PFAD [8]
Asam Lemak Rumus Molekul Struktur %berat
Asam Lemak Jenuh
Miristat C14H28O2 14 : 0 1,0
Palmitat C16H32O2 16 : 0 45,6
Stearat C18H36O2 18 : 0 3,8
Arachidiat C20H40O2 20 : 0 0,3
Asam Lemak Tak Jenuh Tunggal
Palmitoleat C16H30O2 16 : 1 0,2
Oleat C18H34O2 18 : 1 33,3
Ecosenoat C20H38O2 20 : 1 0,2
Tetracosenoat C24H46O2 24 : 1 0,6
Asam Lemak Tak Jenuh Ganda
Linoleat C18H32O2 18 : 2 7,7
Linoleneat C18H30O2 18 : 3 0,3
(a) (b)
Gambar 2.1 Palm Fatty Acid Distillate (a) Pada Suhu Ruangan (b) Setelah Dipanaskan
2.2.3 Katalis Enzim
Pada dasarnya, biodiesel diproduksi menggunakan katalis kimia. Proses
katalis basa seperti NaOH / KOH atau yang biasa disebut dengan proses
transesterifikasi membutuhkan bahan baku berkualitas tinggi dan seragam.
Penggunaan minyak berkualitas rendah membutuhkan langkah-langkah proses
katalis asam seperti H2SO4 / HCl atau yang biasa disebut dengan proses
esterifikasi untuk menurunkan kandungan FFA sebelum memasuki proses
transesterifikasi [3,38].
Katalis berupa enzim merupakan solusi untuk kandungan FFA yang tinggi
pada minyak [38], sehingga diharapkan PFAD berpotensi dijadikan bahan baku
yang murah untuk pembuatan biodiesel.
Tabel 2.6 Tingkat FFA yang Direkomendasi untuk Proses Transesterifikasi Menggunakan Katalis Basa
Referensi FFA (%berat)
Ma dan Milford, 1999 [39] < 1 Ramadhas, dkk., 2005 [40] ≤ 2 Zhang, dkk., 2003 [41] < 0,5 Freedman, dkk., 1984 [42] < 1 Tiwari, dkk., 2007 [43] < 1 Sahoo, dkk., 2007 [44] ≤ 2
Enzim dikategorikan kedalam dua bagian yaitu [28] :
1. Free Enzyme
Diisolasi dari berbagai spesies tanaman (getah pepaya, lipase biji oat, dan
lipase jarak biji), hewan bakteri (babi dan lipase pankreas manusia), jamur
berserabut dan ragi.
2. Immobilized Enzyme
Imobilisasi adalah metode modifikasi yang menempelkan enzim ke sebuah
bahan pendukung padat yang tidak larut. Untuk mendapatkan lipase yang
lebih ekonomis, aktif, selektif, atau stabil maka dilakukan modifikasi kimia,
Tabel 2.7 Perbandingan Antara Free Enzyme dan Immobilized Enzyme [28]
Karakterisitik Free Enzyme Immobilized Enzyme
Harga Tinggi Rendah
Efisiensi Rendah Tinggi
Aktivitas Tidak stabil Stabil Penggunaan kembali dan
pemulihan
Tidak mungkin Mungkin
Toleransi terhadap suhu, pH dll
Rendah Tinggi
Untuk memisahkan dari substrat
Sulit Mudah
Untuk memisahkan dari produk
Sulit Mudah
Pada penelitian ini digunakan enzim Novozym® 435. Novozym® 435 adalah
lipase komersial yang diperoleh dengan imobilisasi Candida antarctica pada resin
akrilik dan merupakan katalis yang baik yang memberikan yield biodiesel lebih
tinggi dari 90% [45].
Gambar 2.2 Novozym® 435
2.3TRANSESTERIFIKASI ENZIMATIK
Transesterifikasi enzimatik telah menarik banyak perhatian karena
memproduksi produk kemurnian tinggi dan memungkinkan pemisahan mudah
dari produk sampingan berupa gliserol [46].
Transesterifikasi enzimatik memiliki sejumlah keunggulan yaitu [47] :
a. Sedikitnya limbah yang dihasilkan industri
b. Enzim dapat digunakan kembali
c. Sensitivitas rendah dengan komposisi bahan baku
d. Kecepatan reaksi yang tinggi bahkan pada suhu kamar
Transesterifikasi secara enzimatik mudah dalam memisahkan antara biodiesel,
enzim dan alkohol. Transesterifikasi alkali membutuhkan proses yang banyak
dalam pemisahan katalis dan alkohol yang tidak bereaksi dengan biodiesel.
Penghapusan katalis melibatkan banyak komplikasi dan biodiesel harus dicuci
secara berulang-ulang untuk mencapai kemurnian tertentu [46].
C O
OH C
O
H3CO OCH3
+ C
O
OCH3
[image:40.595.143.477.248.628.2]+ CH3OH + CO2
Gambar 2.3 Reaksi Esterifikasi Enzimatik
Oil Transesterification Separation
Glycerol Alkali + MeOH Evaporation of MeOH Upper Phase Lower Phase Washing Waste Water-Alkaline Biodiesel Purification Evaporation of MeOH
Saponified Products
Oil MeOH Enzyme Separation Transesterification Biodiesel Upper Phase Glycerol Lower Phase
Gambar 2.5 Produksi Biodiesel dengan Proses Enzimatik [46]
2.4REAKTOR PADA TRANSESTERIFIKASI ENZIMATIK
Reaktor yang paling sering digunakan dalam transesterifikasi enzimatik adalah
reaktor batch dan reaktor packed bed.
2.4.1 Reaktor Batch
Reaktor Batch adalah desain sederhana yang biasa digunakan didalam
laboratorium. Proses ini dioperasikan dengan penambahan semua komponen dari
awal. Proses batch berguna untuk mengumpulkan data tentang proses, seperti
untuk produktivitas misalnya enzim. Kekurangan pada proses ini adalah sulitnya
memproduksi ester dalam skala besar karena diperlukan volume tangki yang
besar, waktu reaksi yang lama dan proses ini tidak berlangsung kontinu.
Fakta lain yang sangat penting untuk dipertimbangkan adalah penurunan
bertahap aktivitas enzim akibat dari agitasi fisik yang disebabkan oleh tegangan
geser dari pengadukan. Ketika aktivitas enzim menurun, waktu reaksi harus
ditingkatkan sesuai, untuk menjaga tingkat tinggi konstan konversi. Dengan
waktu, kapasitas pabrik akan berkurang dan akhirnya menjadi rendah sehingga
Gambar 2.6 Reaktor Batch
2.4.2 Reaktor Packed Bed
Reaktor packed bed adalah alternatif dari reaktor batch yang secara
substansual lebih cepat dan merupakan reaktor kontinu yang lebih ekonomis.
Reaktor Packed bed paling banyak digunakan di bidang bioteknologi karena
mudah untuk mengoperasikan. Keuntungan yang paling penting dari reaktor
packed bed adalah penurunan tegangan geser pada enzim yang akan mengarah ke
stabilitas enzim jangka panjang [28]. Dan selain itu, sebuah sistem reaktor packed
bed dengan imobilisasi enzim menghasilkan kontak yang baik antara reaktan cair
dan katalis padat [38].
1 2 3 4 5 7 8 6
1. Conical Flask 2. Heater
3. Peristaltic Pump 4. Reactor
5. Glass Beads
6. Novozyme® 435
7. Water Bath 8. Conical Flask
[image:42.595.188.432.486.733.2]Dari kedua reaktor tersebut maka reaktor packed bed merupakan sistem
reaktor transesterifikasi praktis dengan efisiensi transesterifikasi tinggi [28].
Berikut ini adalah beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja
transesterifikasi enzimatik dengan proses kontinu :
1. Temperatur
Transesterifikasi enzimatik berlangsung pada suhu rendah dengan rentang
25-60 oC. Pada umumnya, laju reaksi meningkat dengan kenaikan suhu reaksi
karena dengan peningkatan konstanta laju dengan suhu dan berkurangnya
transfer massa [48-49]. Namun, peningkatan suhu melebihi suhu optimum
akan mengakibatkan denaturasi dan deaktivasi termal yang tinggi terhadap
enzim sehingga akan terjadinya penurunan aktivitas katalitik [50].
2. Konsentrasi enzim
Semakin tinggi konsentrasi enzim maka semakin meningkat kandungan Fatty
Acid Methyl Ester (FAME) karena semakin banyak lipase, semakin banyak
molekul substrat yang diserap ke pusat aktif dari lipase tersebu [17].
3. Laju alir
Laju alir yang lebih tinggi dapat mempersingkat waktu reaksi. Ketika laju alir
rendah maka reaktan (alkohol) akan memiliki waktu yang lebih lama untuk
berkontak dengan enzim sehingga mengurangi aktivitas enzim. Sebaliknya
laju alir yang tinggi dapat menurunkan kadar FAME karena kontak antara
enzim dan substrat tidak begitu lama [17].
4. Perbandingan rasio molar
Semakin tinggi rasio molar minyak terhadap alkohol akan meningkatkan yield
biodiesel, akan tetapi dapat menonaktifkan kerja enzim terutama apabila
2.5ANALISIS EKONOMI
Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) adalah produk sampingan dari proses
pemurnian minyak kelapa sawit sehingga PFAD dapat dijadikan alternatif baru
sebagai bahan baku untuk pembuatan biodiesel. Karena PFAD merupakan produk
samping maka diharapkan PDAD dapat meminimalkan biaya produksi dan
dampak terhadap lingkungan sehinngga dapat diproduksi untuk mencukupo
kebutuhan bahan bakar dalam negeri yang semakin meningkat.
Untuk itu, perlu dilakukan kajian potensi ekonomi biodiesel dari PFAD.
Namun, dalam tulisan ini hanya akan dikaji potensi ekonomi secara sederhana.
Sebelum melakukan kajian tersebut, perlu diketahui harga bahan baku yang
digunakan dalam produksi dan harga jual biodiesel.
Biaya bahan baku :
Biaya pembelian asam lemak sawit distilat = Rp 1.130 / L [52]
Biaya pembelian dimethyl carbonate = 1,80 ml (1.5 L Rp 1.800.000) = Rp 2.160 [53] Biaya pembelian Novozym®435
$1 / g x Rp 13.401 / $ x 0,01 g = Rp 134,01 [54,55] Biaya listrik pada carousel
0,5 kWh x Rp 1,352 /kWh x 2 jam = Rp 1.352 [56]
Total biaya bahan baku = Rp 3.654,27
Dapat dilihat bahwa, harga jual bahan baku pembuatan biodiesel dari PFAD
berada di bawah harga jual bahan baku dari CPO (Crude Palm Oil) yaitu sekitar
Rp 7.500/liter, canola oil yaitu sekitar Rp. 90.000/liter, dan minyak jarak yaitu
sekitar Rp. 180.000/liter [57]. Tentu hal ini membawa nilai ekonomis dalam
pembuatan biodiesel dari PFAD. Dengan adanya kebijakan pemerintah yang
ditetapkan oleh peraturan menteri ESDM, penetapan harga jual biodiesel sendiri
bisa fleksibel mengikuti harga bahan baku serta biaya produksi saat ini yang
ditutupi dengan subsidi, sehingga produksi biodiesel menggunakan bahan baku
PFAD berpotensi untuk menjadi industri alternatif yang berkembang ke depannya
menjadikan Indonesia sebagai penghasil terbesar biodiesel dan pelaku ekspor
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1BAHAN PERCOBAAN
1. Palm Fatty Acid Distillate (PFAD)
Fungsi : sebagai sumber trigliserida dalam pembuatan biodiesel
2. Dimethyl Carbonate (DMC)
Fungsi : sebagai reaktan
3. Novozym® 435
Fungsi : sebagai katalis
3.2PERALATAN PERCOBAAN
1. Carousel
2. Corong gelas
3. Gelas ukur
4. Termometer
5. Magnetic stirrer
6. Pipet tetes
7. Syringe filter
8. Timbangan digital
9. Reaktor Packed bed
10.Hot Plate
11.Refluks Kondensor
12.Pompa Peristaltik
13.Erlenmeyer
14.Water Bath
3.3PROSEDUR PERCOBAAN
3.3.1 Proses Esterifikasi Enzimatis Secara Batch [21]
1. Novozym® 435 ditimbang sebanyak 10% dari 1 gram PFAD lalu
dimasukkan ke dalam beaker glass.
2. Dimethyl carbonate (DMC) ditambahkan dari rasio molar PFAD/DMC
1:6 ke dalam beaker glass lalu diaduk.
3. PFAD dipanaskan di atas carousel sampai mencair kira-kira 15 menit.
4. Campuran Novozym® 435 dan DMC dimasukkan ke dalam tabung
carousel yang dilengkapi dengan termometer dan magnetic stirrer lalu
dimasukkan sampel PFAD yang telah dipanaskan tersebut.
5. Campuran dipanaskan sampai suhu 60 oC di atas carousel dan dibiarkan
bereaksi selama satu jam pada suhu konstan dengan kecepatan konstan
300 rpm.
6. Campuran yang terbentuk disaring menggunakan Syringe filter
(porositas 0,45 μm, 4 mm Nylon) untuk membuang residu katalis dan
kelebihan DMC.
7. Setelah disaring, metil ester yang dihasilkan dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer dan dievaporasi menggunakan rotary vacuum evaporator
pada suhu 50 oC dan tekanan 225 mbar kemudian diukur volumenya
dan dianalisis.
8. Prosedur di atas diulangi dengan variasi rasio mol PFAD/DMC 1:7;
1:8; 1:9; 1:10 dan suhu reaksi 40 oC, 50 oC, 70 oC dan 80 oC.
3.3.2 Proses Esterifikasi Enzimatis Secara Kontinu [17]
1. Dimasukkan Novozym® 435 kedalam packed bed reaktor sebanyak 3
gram (9 cm).
2. PFAD dimasukkan kedalam erlenmeyer dan ditambahkan DMC dengan
perbandingan rasio molar 1 : 9.
3. Campuran dipanaskan diatas hotplate dengan suhu 60 oC.
4. Larutan tersebut dialirkan ke pompa peristaltik menuju ke reaktor
5. Reaktor tersebut telah berisi Novozym® 435 dimana suhu didalam
reaktor adalah 60 oC yang dipertahankan oleh water bath.
6. Diambil produk setiap jam selama 100 jam.
7. Produk yang dihasilkan dievaporasi menggunakan rotary vacuum
evaporator pada suhu 50 oC dengan tekanan 250 mbar.
3.4FLOWCHART PERCOBAAN
3.4.1 Flowchart Percobaan Proses Esterifikasi Enzimatis Secara Batch
Mulai
Selesai
Ditimbang Novozym® 435 sebanyak 10% dari 1 gram Palm Fatty Acid
Distillate (PFAD) lalu dimasukkan ke dalam beaker glass
Ditambahkan Dimethyl Carbonate (DMC) dari rasio molar PFAD/DMC 1:6 ke dalam beaker glass
PFAD dipanaskan di atas hot plate selama 15 menit
Campuran Novozym® 435 dan DMC dimasukkan ke dalam tabung
carousel lalu dimasukkan sampel PFAD yang telah dipanaskan
Campuran dipanaskan sampai suhu 60 oC di atas carousel
selama 2 jam dengan kecepatan 300 rpm
Campuran yang terbentuk disaring menggunakan Syringe filter
Metil ester yang dihasilkan dievaporasi menggunakan rotary vacuum
evaporator pada suhu 90oC kemudian diukur volumenya dan dianalisis.
Apakah ada variabel lain yang
divariasikan ?
Ya
[image:47.595.132.464.239.731.2]3.4.2 Flowchart Percobaan Proses Esterifikasi Enzimatis Secara Kontinu
Sebanyak 10 gram PFAD dimasukkan kedalam erlenmeyer kemudian ditambahkan DMC dengan rasio molar 1 : 9
Campuran dipanaskan diatas hotplate dengan suhu 60 oC
Mulai
Dimasukkan Novozym® 435 sebanyak 3
gram kedalam reaktor packed bed
Selesai
Diambil produk setiap jam selama 100 jam Campuran dialirkan ke pompa peristaltik dengan laju alir 1,2 mL/menit
[image:48.595.147.473.102.442.2]menuju ke reaktor packed-bed (60 oC)
Gambar 3.2 Flowchart Percobaan Proses Esterifikasi Enzimatis Secara Kontinu
3.5PROSEDUR ANALISIS
3.5.1 Analisis Titik Nyala
Analisis titik nyala dilakukan di Laboratorium Oleokimia, Pusat Penelitian
Kelapa Sawit menggunakan instrumen K16200 Pensky-Martens Closed Cup Flash
Tester.
[image:48.595.263.362.599.734.2]3.5.2 Analisis Angka Asam
Analisis angka asam dilakukan di Laboratorium Oleokimia, Pusat
Penelitian Kelapa Sawit menggunakan standar AOCS 5a – 40 (1989) dengan
prosedur sebagai berikut:
1. Sampel dicairkan pada suhu 60 oC - 70 oC agar sampel homogen
sebelum dilakukan analisis.
2. Gunakan tabel 3.1 untuk berat sampel yang digunakan.
3. Tambahkan 50 ml isoproponal yang telah dinetralkan.
4. Erlenmeyer yang berisi campuran dipanaskan diatas hot plate dengan
suhu 40 oC.
5. Aduk ketika dititrasi dengan alkali standar (NaOH/KOH) hingga
berwarna merah muda yang bertahan selama 30 detik.
6. Dicatat volume pentiter.
W V x N x 25,6 asam Angka
Dimana: N = Molaritas NaOH
V = Volume NaOH yang digunakan
W = Berat sampel
Tabel 3.1 Berat Sampel Untuk Analisis Angka Asam
Angka asam Berat sampel, ±10% (gram)
0 – 1 20
1 – 4 10
4 – 15 5
15 – 75 2,5
>75 0,5
3.5.3 Analisis Bilangan Penyabunan
Analisis bilangan penyabunan dilakukan di Laboratorium Oleokimia,
Pusat Penelitian Kelapa Sawit menggunakan standar AOCS Cd 3-25 (2011)
dengan prosedur sebagai berikut:
1. Lelehkan sampel, jika berwujud cair maka disaring terlebih dahulu
2. Timbang sampel sesuai tabel 3.2.
3. Tambahkan KOH alkoholik (larutan 40 gram KOH dalam 1 liter
alkohol destilasi) sebanyak 25 ml.
4. Didihkan sampel uji sampai benar-benar tersabunkan minimal 30
menit.
5. Dinginkan erlenmeyer ddengan aqudest.
6. Setelah erlenmeyer dingin,, tambahkan 1 ml Phenolphthalein 1% dan
dititer dengan HCl 0,5M hingga warna merah jambu hilang.
7. Dicatat volume pentiter.
W V V x N x 56,1 penyabunanBilangan b s
Dimana: N = Molaritas HCl
Vb = Volume HCl yang digunakan untuk mentiter blanko
Vs = Volume HCl yang digunakan untuk mentiter sampel
W = Berat sampel
Tabel 3.2 Berat Sampel Untuk Analisis Bilangan Penyabunan
Angka asam Berat sampel (gram) 150 – 200 2,2 – 1,8 200 – 250 1,7 – 1,4 250 – 300 1,3 – 1,2 >75 1,1 – 1,0
3.5.4 Analisis Kadar Air
Analisis kadar air dilakukan di Laboratorium Oleokimia, Pusat Penelitian
Kelapa Sawit menggunakan instrumen METTLER TOLEDO DL 32 Karl Fischer
Coulometer.
Gambar 3.4 Alat Instrumen METTLER TOLEDO DL 32 Karl Fischer
3.5.5 Analisis Bilangan Peroksida
Analisis bilangan peroksida dilakukan di Laboratorium Oleokimia, Pusat
Penelitian Kelapa Sawit menggunakan standar AOCS Cd 8b-90 (1989) dengan
prosedur sebagai berikut:
1. Timbang sampel sesuai dengan tabel 3.3 kedalam erlenmeyer bertutup
dan tambahkan 50 ml karutan asam asetat dan isooktan.
2. Diaduk dan ditambahkan 0,5 ml larutan KI jenuh.
3. Dibiarkan selama 1 menit kemudian dikocok 3 kali dan ditambahkan
30 ml aquadest.
4. Dititer dengan larutan Natrium Thiosulfat 0,1 M hingga warna kuning
hampir hilang.
5. Tambahkan 0,5 ml larutan indikator starch.
6. Dititer sampai warna biru tepat hilang.
7. Dicatat volume pentiter.
W V V x N x 1000 peroksidaBilangan s b
Dimana: N = Molaritas Natrium Thiosulfat
Vs = Volume HCl yang digunakan untuk mentiter sampel
Vb = Volume HCl yang digunakan untuk mentiter blanko
W = Berat sampel
Tabel 3.3 Berat Sampel Untuk Analisis Bilangan Peroksida
3.5.6 Analisis Densitas dan Viskositas Kinematik
Analisis densitas dan viskositas kinematik dilakukan di Laboratorium
Bioproses, Pusat Penelitian Kelapa Sawit menggunakan instrumen Stabinger
[image:52.595.215.414.168.317.2]ViscometerTM: SVM 3000.
Gambar 3.5 Alat Instrumen Stabinger ViscometerTM: SVM 3000
3.5.7 Analisis Titik Keruh
Analisis titik keruh dilakukan di Laboratorium Oleokimia, Pusat Penelitian
Kelapa Sawit menggunakan standar AOCS Cc 6-25 (1989) dengan prosedur
sebagai berikut:
1. Sampel yang diuji harus kering. Saring 60-75 gram menggunakan
kertas saring Whatman No.1. panaskan hasil filtrat dengan suhu 130 oC
selama 5 menit sebelum dilakukan pengujian. Tuang 45 ml kedalam
botol sampel.
2. Mulai pendinginan menggunakan waterbath dan diaduk secukupnya
agar sampel homogen. Ketika suhu sampel mencapai 10 oC, sampel
diaduk terus-menerus untuk menghindari pengkristalan di dinding dan
dasar botol.
3. Level sampel harus sejajar dengan level air di waterbath.
4. Keluarkan botol sampel dari waterbath dan dilihat dengan teratur. Titik
keruh adalah suhu dimana garis pada termometer yang dicelupkan
3.5.8 Analisis Komposisi Biodiesel
Analisis komposisi biodiesel dilakukan di Laboratorium Oleopangan,
Pusat Penelitian Kelapa Sawit menggunakan instrumen Shimadzu Gas
Chromatography.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL ANALISIS BAHAN BAKU
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bahan baku berupa Palm Fatty
Acid Distillate (PFAD) yang disediakan oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit
(PPKS), Medan, Indonesia dimana mengandung asam palmitat yang tinggi yaitu
48,54%.
Berikut adalah gambar hasil analisis dengan GC (Gas Chromatography)
[image:54.595.122.508.308.681.2]untuk mengetahui komposisi asam-asam lemak yang terkandung di dalamnya.
Dari kromatogram pada gambar 4.1, komposisi asam lemak dari PFAD
tersebut disajikan pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Komposisi Asam Lemak dari Palm Fatty Acid Distillate (PFAD)
No. Puncak Retention
Time (menit) Komponen Penyusun
Komposisi (%berat)
1 13,555 Asam Laurat (C12:0) 0,3140 2 16,564 Asam Miristat (C14:0) 1,2518 3 19,313 Asam Palmitat (C16:0) 48,5401 4 19,587 Asam Palmitoleiat (C16:1) 0,1492 5 21,586 Asam Stearat (C18:0) 3,9187 6 21,917 Asam Oleat (C18:1) 36,9306 7 22,445 Asam Linoleat (C18:2) 8,2130 8 23,186 Asam Linolenat (C18:3) 0,2427 9 23,917 Asam Arakidat (C20:0) 0,3260 10 24,317 Asam Eikosenoat (C20:1) 0,1140
Berdasarkan data komposisi asam lemak dari PFAD maka dapat
ditentukan bahwa berat molekul asam lemak PFAD adalah 268,88 gr/mol yang
dapat dilihat dari lampiram LA.1. Berdasarkan hasil analisis GC, komponen asam
lemak yang dominan pada sampel PFAD adalah pada puncak 3 yaitu asam lemak
jenuh berupa asam palmitat sebesar 48,54% dan puncak 6 yaitu asam lemak tidak
jenuh berupa asam oleat sebesar 36,93%.
Selain mengidentifikasi komponen asal lemak dalam PFAD, dilakukan
juga identifikasi komposisi penyusun PFAD. Data-data yang telah diperoleh
disajikan dalam tabel 4.2.
Tabel 4.2 Komposisi Penyusun PFAD
Komposisi Jumlah (%berat)
Trigliserida 0,3376 Digliserida 0,1763 Monogliserida
Asam Lemak
4.2 PROSES ESTERIFIKASI
4.2.1 Secara Batch
Untuk acuan efisiensi reaktor kontinu maka dilakukan reaksi secara batch.
Untuk reaksi, 1:9 campuran PFAD dan DMC diaduk (300 rpm) dengan
Novozym® 435 (10 %berat) pada 60 oC. Setelah 1 jam, Novozym® 435 disaring
dan produk yang dihasilkan dianalisis menggunakan Gas Chromatography (GC).
Prosedur yang sama reaksi diulang dengan variabel suhu (40, 50, 70 dan 80
o
C) dan molar rasio PFAD/DMC (1:6; 1:7; 1:8 dan 1:10) yang hasilnya dapat
dilihat pada 4.2.1.1 dan 4.2.1.2.
4.2.1.1Pengaruh Rasio Molar terhadap Kandungan Ester
Adapun hasil penelitian pembuatan biodiesel dari PFAD dengan
menggunakan Novozym® 435 dengan variasi molar rasio dapat dilihat pada tabel
4.3 di bawah ini.
Tabel 4.3 Hasil Penelitian Pembuatan Biodiesel dari PFAD dengan Menggunakan Novozym® 435 dengan Variasi Rasio Molar
Rasio Mol PFAD/DMC Waktu (menit) Jumlah Katalis (%berat) Kecepatan Pengadukan (rpm) Suhu (oC)
Kemurnian (%)
1:6
60 10 300 60
89,1156
1:7 90,1967
1:8 92,2664
1:9 95,8725
1:10 92,0387
Hubungan antara rasio molar PFAD/DMC terhadap kemurnian biodiesel
dengan kondisi waktu reaksi 60 menit, suhu 60 oC dan jumlah katalis 10% dapat
dilihat pada gambar 4.2.
Dari gambar 4.2 dapat diihat bahwa semakin tinggi rasio molar maka
kandungan ester yang dihasilkan akan semakin besar akan tetapi pada rasio molar
1:10 kandungan ester mulai menurun. Kandungan Dimethyl Carbonate (DMC)
yang sedikit tidak akan cukup untuk menyempurnakan reaksi. Akan tetapi jika
DMC telah lebih dari cukup maka metanol akan terbentuk seperti reaksi pada
gambar 2.3 dan terbentuknya metanol ini akan memberikan efek negatif pada
adalah pada rasio molar PFAD/DMC 1:9 yang memberikan kandungan ester
terbanyak sebesar 95,87%.
Gambar 4.2 Hubungan antara Rasio Molar dengan Kandungan Ester pada Waktu 60 menit, Jumlah Katalis 10 %berat, Kecepatan Pengadukan 300 rpm dan
suhu 60 oC
4.2.1.2Pengaruh Suhu terhadap Kandungan Ester
Adapun hasil penelitian pembuatan biodiesel dari PFAD dengan
menggunakan Novozym® 435 dengan variasi suhu dapat dilihat pada tabel 4.4 di
bawah ini.
Tabel 4.4 Hasil Penelitian Pembuatan Biodiesel dari PFAD dengan Menggunakan Novozym® 435 dengan Variasi Suhu
Rasio Mol PFAD/DMC Waktu (menit) Jumlah Katalis (%) Kecepatan Pengadukan (rpm) Suhu (oC)
Kemurnian (%)
1:9 60 10 300
40 91,1842 50 93,3018 60 95,8725 70 94,3941 80 86,2549
Hubungan antara suhu terhadap kemurnian biodiesel dengan kondisi waktu
reaksi 60 menit, rasio molar PFAD/DMC 1:9 dan jumlah katalis 10% dapat dilihat
pada gambar 4.2. Dari gambar 4.3 dapat diihat bahwa semakin tinggi suhu maka 88 90 92 94 96 98
0 1 2 3 4 5
K an d u n gan E ste r (% )
Rasio Molar (PFAD:DMC)
kandungan ester yang dihasilkan akan semakin besar akan tetapi pada suhu 70 oC
[image:58.595.146.492.148.350.2]kandungan ester mulai menurun.
Gambar 4.3 Hubungan antara Suhu dengan Kandungan Ester pada Rasio Molar PFAD:DMC 1:9, Waktu 60 menit, Jumlah Katalis 10 %berat dan Kecepatan
Pengadukan 300 rpm
Temperatur merupakan faktor yang sangar penting terhadap aktivitas
enzim. Pada umumnya, kecepatan reaksi akan meningkat seiring dengan
meningkatnya suhu. Esterifikasi enzimatik terjadi pada suhu rendah antara 25-60
o
C [49]. Pada suhu reaksi yang rendah, enzim tidak akan bekerja secara optimal
untuk mengubah semua reaktan menjadi produk sebaliknya pada suhu reaksi yang
tinggi dapat menurunkan viskositas minyak dan mengurangi waktu reaksi, namun
diatas tingkat yang optimal produksi biodiesel akan menurun [58-59]. Selain itu,
sebagian besar lipase memiliki waktu rentang suhu optimal. Suhu optimum
tergantung pada stabilitas enzim, perbandingan rasio molar alkohol dan minyak
serta jenis pelarut organik [60]. Jika suhu melebihi suhu optimal maka aktivitas
enzim akan menurun karena mengalami denaturasi [61].
Dari gambar 4.3 dapat dilihat bahwa kondisi terbaik yang didapatkan
adalah pada suhu 60 oC yang memberikan kandungan ester terbanyak sebesar
95,87%. 84 86 88 90 92 94 96 98
30 40 50 60 70 80
K an d u n gan E ste r (% )
4.2.2 Secara Kontinu
Reaktor packed bed yang digunakan pada penelitian ini memiliki jari jari
sebesar 1 cm dan luas 3,14 cm2. Tinggi bed yang digunakan adalah 9 cm
(3 gram) dan tinggi reaktornya adalah 30 cm. Cairan yang diinjinkan didalam
reaktor setinggi 25 cm. Sehingga volume enzim sebesar 28,26 cm3 dan volume
reaktor sebesar 78,5 cm3. Laju alir yang digunakan sebesar 1,2 ml/menit yang
didapat dari kondisi optimum dari penelitian yang dilaporkan oleh Chen, dkk.,
2009 [17]. Untuk residence time (enzim) didapat sebesar 23,55 menit dan
residence time (reaktor) didapat sebesar 65,42 menit. Kondisi yang paling baik
dari proses esterifikasi secara batch yaitu suhu 60 oC dan rasio molar PFAD/DMC
1:9 akan digunakan sebagai variabel pada reaksi esterifikasi secara kontinu..
Reaksi dijalankan secara kontinu selama 100 jam.
Adapun hasil penelitian pembuatan biodiesel dari PFAD dan DMC secara
kontinu dapat dilihat pada gambar 4.4 dan 4.5. Kandungan ester yang ditunjukkan
pada gambar 4.4 meningkat seiring dengan waktu selama 120 menit atau yang
disebut rezim dinamik dengan margin error 0,77 dan mengalami rezim steady
state setelah 10 jam yang ditunjukkan pada gambar 4.5 dengan margin error
. 32 , 0
Kandungan ester yang didapat pada 100 jam sebesar 98,55% dan hasil ini lebih baik dibandingkan dengan penelitian yang dilaporkan oleh Chen, dkk., 2009
yang memakai bahan baku waste cooking oil dan metanol dengan enzim sebagai