• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Pertumbuhan Stump Karet (Hevea brassiliensis Muel Arg.) Terhadap Pemotongan Akar Tunggang Pada Berbagai Komposisi Media Tanam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Respon Pertumbuhan Stump Karet (Hevea brassiliensis Muel Arg.) Terhadap Pemotongan Akar Tunggang Pada Berbagai Komposisi Media Tanam"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON PERTUMBUHAN STUMP KARET (Hevea brassiliensis Muell-Arg.) TERHADAP PEMOTONGAN AKAR TUNGGANG PADA

BERBAGAI KOMPOSISI MEDIA TANAM

SKRIPSI

OLEH :

KRISTINA NADAPDAP/100301144 AGROEKOTEKNOLOGI-BPP

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(2)

RESPON PERTUMBUHAN STUMP KARET (Hevea brassiliensis Muell-Arg.) TERHADAP PEMOTONGAN AKAR TUNGGANG PADA

BERBAGAI KOMPOSISI MEDIA TANAM

SKRIPSI

OLEH :

KRISTINA NADAPDAP/100301144 AGROEKOTEKNOLOGI-BPP

Skripsi sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(3)

Judul :..Respon Pertumbuhan Stump Karet (Hevea brassiliensis Muel Arg.) Terhadap Pemotongan Akar Tunggang Pada Berbagai Komposisi Media Tanam

Nama : Kristina Nadapdap Nim : 100301144

Program Studi : Agroekoteknologi

Minat : Budidaya Pertanian dan Perkebunan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ir. Charloq, MP. Dr. Ir. Jonatan Ginting, MS. Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

Diketahui Oleh :

(4)

ABSTRAK

KRISTINA NADAPDAP : Respon Pertumbuhan Stump Karet (Hevea brassiliensis Muell-Arg) terhadap Pemotongan Akar Tunggang pada Berbagai Komposisi Media Tanam, dibimbing oleh Charloq dan Jonatan Ginting.

Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam budidaya karet yaitu tingginya persentase kematian stump di lapangan sebesar 15- 20%. Persentase kematian yang terjadi di lapangan diakibatkan oleh terhambatnya pertumbuhan akar dan tunas. Namun demikian perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengatasi pertumbuhan akar yang terhambat, maka dilakukan pemotongan akar yang bertujuan untuk meningkatkan perkembangan akar, pertumbuhan tunas dan memperbanyak serta mempercepat terbentuk akar- akar adventif. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui respon pertumbuhan stump karet (Hevea brasiliensis Muell-Arg.) terhadap pemotongan akar tunggang pada beberapa komposisi media tanam. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli hingga November 2014 di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap faktorial dengan dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah pemotongan akar (P0, P1 dan P3) dan faktor kedua adalah media tanam (M0, M1, M2 dan M3). Parameter yang diamati adalah persentase bertunas, kecepatan melentis, panjang tunas, diameter tunas, jumlah daun, berat basah tunas, berat kering tunas, berat basak akar, berat kering akar dan penambahan panjang akar.

Hasil penelitian diketahui bahwa pemotongan akar berpengaruh nyata terhadap parameter persentase melentis, kecepatan melentis, berat basah akar, berat kering akar dan penambahan panjang akar dengan pemotongan terbaik pada P1 (Pemotongan ¼ ujung akar). Media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter panjang tunas dan penambahan panjang akar dengan media tanam terbaik pada M0 (1:0). Interaksi antara pemotongan akar dan media tanam berpengaruh nyata terhadap kecpatan melentis, panjang tunas, diameter tunas, jumlah daun, berat basah akar dan berat kering akar dengan kombinasi terbaik pada perlakuan P1M0.

(5)

ABSTRACT

KRISTINA NADAPDAP : Growth Response Stump Rubber (Hevea brassiliensis Muell-Arg) on the Cutting Root Stables in Several Media Composition Planting, guided by Charloq and Jonatan Ginting..

One of the problems faced in rubber cultivation is the high percentage of deaths stum in the field of 15- 20%. The percentage of deaths occurring in the field caused by the inhibition of the growth of roots and shoots. However, further research needs to be done to address the root growth is inhibited then cutting the roots that aims to improve root development, growth of shoots and multiply and accelerate to form adventitious roots. The purpose of this study was to determine the growth response stump rubber (Hevea brasiliensis Muell-Arg.) To cutting the taproot growing media compositions. The experiment was conducted in July and November 2010 at the Faculty of Agriculture, University of North Sumatra, Medan. The study design used was completely randomized factorial design with two factors and three replications. The first factor is cutting roots (P0, P1 and P3) and the second factor is the growing media (M0, M1, M2 and M3). Parameters measured were percentage germinate, melentis speed, length of buds, shoots diameter, number of leaves, fresh weight tahuk, shoot dry weight, weight Basak root, root dry weight and root length increase.

The survey results revealed that the cutting roots have real impact on the parameters melentis percentage, speed melentis, root wet weight, dry weight of roots and root length with the addition of the best cuts on P1 (Cutting ¼ root tip). Planting medium significantly affected the length parameter length of shoots and roots with the addition of the best growing media in M0 (1: 0). Interaction between cutting the roots and planting media significantly affect kecpatan melentis, long shoots, buds diameter, number of leaves, fresh weight of roots and root dry weight with the best combination in the treatment P1M0.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lumban Lintong, pada tanggal 23 Januari 1992 dari ayah Arifin Nadapdap dan ibu Saida Manurung Penulis merupakan anak ketiga dari 3 bersaudara.

Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Pematang Siantar dan pada tahun 2010 terdaftar sebagai mahasiswa program studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi (HIMAGROTEK) dan anggota Kumpulan Mahasiswa Kristen (KMK) FP USU.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Respon Pertumbuhan Stump Karet (Hevea brassiliensis Muell-Arg) terhadap Pemotongan Akar Tunggang pada Berbagai Komposisi Media Tanam.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan, mengasihi, dan

mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan terima kasih kepada

Ibu Ir. Charloq, MP sebagai ketua komisi pembimbing, dan Bapak Dr. Ir. Jonatan Ginting, MS sebagai anggota komisi pembimbing yang

telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis mulai dari penyusunan sampai selesainya skripsi ini.

(8)

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK ... i

ABSTRACK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 4

Hipotesis Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ... 5

Stump Karet ... 6

Pemotongan Akar Tunggang... 9

Media Tanam ... 10

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 13

Bahan dan Alat Penelitian ... 13

Metode Penelitian... 13

Pelaksanaan Penelitian ... 15

Persiapan lahan... 15

Persiapan media tanam ... 15

Pemilihan stump ... 15

Pemotongan akar tunggang stump karet ... 16

Penanaman stump... 16

Pemeliharaan tanaman ... 16

Penyiraman ... 16

Penyiangan ... 16

Penunasan ... 16

Pemupukan ... 17

Pengamatan parameter ... 17

Persentase melentis (%) ... 17

Kecepatan melentis (hari) ... 17

Panjang tunas (cm) ... 18

Diameter tunas (cm) ... 18

Jumlah daun ( helai ) ... 18

Berat basah tunas (g) ... 18

Berat kering tunas (g) ... 18

Berat basah akar (g) ... 18

Berat kering akar (g) ... 18

(9)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil ... 20

Persentase melentis (%) ... 20

Kecepatan melentis (hari) ... 21

Panjang tunas (cm) ... 23

Diameter tunas (cm) ... 25

Jumlah daun ( helai ) ... 27

Berat basah tunas (g) ... 29

Berat kering tunas (g) ... 30

Berat basah akar (g) ... 31

Berat kering akar (g) ... 33

Penambahan panjang kar (cm) ... 35

Pembahasan ... 36

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 45

Saran ... 45 DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

No. Hal

1. Data persentase melentis (%) pada perlakuan pemotongan akar dan media tanam ... 20 2. Data kecepatan melentis (%) pada perlakuan pemotongan akar

dan media tanam ... 22 3. Data panjang tunas (cm) pada perlakuan pemotongan akar dan

media tanam ... 24 4. Data diameter tunas (mm) pada perlakuan pemotongan akar dan

media tanam ... 26 5. Data jumlah daun (helai) pada perlakuan pemotongan akar dan

media tanam ... 27 6. Data berat basah tunas (g) pada perlakuan pemotongan akar dan

media tanam ... 29 7. Data berat kering tunas (g) pada perlakuan pemotongan akar dan

media tanam ... 30 8. Data berat basah akar (g) pada perlakuan konsentrasi auksin dan

media tanam ... 31 9. Data berat kering akar (g) pada perlakuan konsentrasi auksin dan

media tanam ... 33 10. Rataan penambahan panjang akar (cm) pada perlakuan

(11)

LAMPIRAN GAMBAR

No. Hal.

1. Hubungan persentase bertunas terhadap beberapa pemotongan akar ... 21 2. Hubungan komposisi media tanam terhadap kecepatan melentis

pada pemotongan akar ... 22 3. Hubungan pemotongan akar terhadap kecepatan melentis pada

komposisi media tanam ... 23 4. Hubungan komposisi media tanam terhadap panjang tunas pada

pemotongan akar ... 24 5. Hubungan pemotongan akar terhadap panjang tunas pada

komposisi media tanam ... 25 6. Hubungan komposisi media tanam terhadap diameter tunas pada

pemotongan akar ... 26 7. Hubungan pemotongan akar terhadap diameter tunas pada

komposisi media tanam ... 27 8. Hubungan komposisi media tanam terhadap jumlah daun pada

pemotongan akar ... 28 9. Hubungan pemotongan akar terhadap jumlah daun pada

komposisi media tanam ... 29 10. Hubungan komposisi media tanam terhadap berat basah akar pada

pemotongan akar ... 32 11. Hubungan pemotongan akar terhadap berat basah akar pada

komposisi media tanam ... 32 12. Hubungan komposisi media tanam terhadap berat kering akar

pada pemotongan akar ... 34 13. Hubungan pemotongan akar terhadap berat kering akar pada

komposisi media tanam ... 34 14. Hubungan penambahan panjang akar terhadap beberapa

pemotongan akar ... 36 15. Hubungan antara penambahan panjang akar terhadap komposisi

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Data pengamatan persentase melentis ... 50

2. Tabel sidik ragam persentase melentis ... 50

3. Data pengamatan persentase melentis (Transformasi Arcsin)... 51

4. Tabel sidik ragam persentase melentis (Transformasi Arcsin)... 51

5. Data pengamatan kecepatan melentis (%/hari) ... 52

6. Tabel sidik ragam kecepatan melentis ... 52

7. Data pengamatan panjang tunas (cm) 6 MST. ... 53

8. Tabel sidik ragam panjang tunas 6 MST ... 53

9. Data pengamatan panjang tunas (cm) 8 MST ... 54

10. Tabel sidik ragam panjang tunas 8 MST ... 54

11. Data pengamatan panjang tunas (cm) 10 MST ... 55

12. Tabel sidik ragam panjang tunas 10 MST ... 55

13. Data pengamatan panjang tunas (cm) 12 MST ... 56

14. Tabel sidik ragam panjang tunas 12 MST ... 56

15. Data pengamatan diameter tunas (mm) 6 MST ... 57

16. Tabel sidik ragam diameter tunas 6 MST ... 57

17. Data pengamatan diameter tunas (mm) 8 MST ... 58

18. Tabel sidik ragam diameter tunas 8 MST ... 58

19. Data pengamatan diameter tunas (mm) 10 MST ... 59

20. Tabel sidik ragam diameter tunas 10 MST ... 59

21. Data pengamatan diameter tunas (mm) 12 MST ... 60

(13)

23. Data pengamatan jumlah daun (helai) ... 61

24. Tabel sidik ragam jumlah daun... 61

25. Data pengamatan berat basah tajuk (g) ... 62

26. Tabel sidik ragam berat basah tajuk ... 62

27. Data pengamatan berat kering tajuk (g)... 63

28. Tabel sidik ragam berat kering tajuk ... 63

29. Data pengamatan berat basah akar (g) ... 64

30. Tabel sidik ragam berat basah akar ... 64

31. Data pengamatan berat kering akar (g) ... 65

32. Tabel sidik ragam berat basah akar ... 65

33. Data pengamatan berat kering akar (g) (Transformasi ��+ 0,5) .. 66

34. Tabel sidik ragam berat kering akar (Transformasi ��+ 0,5) ... 66

35. Data pengamatan penambahan panjang akar (g) ... 67

36. Tabel sidik ragam penambahan panjang akar ... 67

37. Data pengamatan penambahan panjang akar (cm) (Transformasi ��) ... 68

38. Tabel sidik ragam penambahan panjang akar (Transformasi ��) .. 68

39. Deskripsi karet PB 260 ... 69

40. Bagan lahan penelitian ... 70

41. Jadwal kegiatan ... 71

42. Analisis Tanah ... 72

(14)

ABSTRAK

KRISTINA NADAPDAP : Respon Pertumbuhan Stump Karet (Hevea brassiliensis Muell-Arg) terhadap Pemotongan Akar Tunggang pada Berbagai Komposisi Media Tanam, dibimbing oleh Charloq dan Jonatan Ginting.

Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam budidaya karet yaitu tingginya persentase kematian stump di lapangan sebesar 15- 20%. Persentase kematian yang terjadi di lapangan diakibatkan oleh terhambatnya pertumbuhan akar dan tunas. Namun demikian perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengatasi pertumbuhan akar yang terhambat, maka dilakukan pemotongan akar yang bertujuan untuk meningkatkan perkembangan akar, pertumbuhan tunas dan memperbanyak serta mempercepat terbentuk akar- akar adventif. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui respon pertumbuhan stump karet (Hevea brasiliensis Muell-Arg.) terhadap pemotongan akar tunggang pada beberapa komposisi media tanam. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli hingga November 2014 di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap faktorial dengan dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah pemotongan akar (P0, P1 dan P3) dan faktor kedua adalah media tanam (M0, M1, M2 dan M3). Parameter yang diamati adalah persentase bertunas, kecepatan melentis, panjang tunas, diameter tunas, jumlah daun, berat basah tunas, berat kering tunas, berat basak akar, berat kering akar dan penambahan panjang akar.

Hasil penelitian diketahui bahwa pemotongan akar berpengaruh nyata terhadap parameter persentase melentis, kecepatan melentis, berat basah akar, berat kering akar dan penambahan panjang akar dengan pemotongan terbaik pada P1 (Pemotongan ¼ ujung akar). Media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter panjang tunas dan penambahan panjang akar dengan media tanam terbaik pada M0 (1:0). Interaksi antara pemotongan akar dan media tanam berpengaruh nyata terhadap kecpatan melentis, panjang tunas, diameter tunas, jumlah daun, berat basah akar dan berat kering akar dengan kombinasi terbaik pada perlakuan P1M0.

(15)

ABSTRACT

KRISTINA NADAPDAP : Growth Response Stump Rubber (Hevea brassiliensis Muell-Arg) on the Cutting Root Stables in Several Media Composition Planting, guided by Charloq and Jonatan Ginting..

One of the problems faced in rubber cultivation is the high percentage of deaths stum in the field of 15- 20%. The percentage of deaths occurring in the field caused by the inhibition of the growth of roots and shoots. However, further research needs to be done to address the root growth is inhibited then cutting the roots that aims to improve root development, growth of shoots and multiply and accelerate to form adventitious roots. The purpose of this study was to determine the growth response stump rubber (Hevea brasiliensis Muell-Arg.) To cutting the taproot growing media compositions. The experiment was conducted in July and November 2010 at the Faculty of Agriculture, University of North Sumatra, Medan. The study design used was completely randomized factorial design with two factors and three replications. The first factor is cutting roots (P0, P1 and P3) and the second factor is the growing media (M0, M1, M2 and M3). Parameters measured were percentage germinate, melentis speed, length of buds, shoots diameter, number of leaves, fresh weight tahuk, shoot dry weight, weight Basak root, root dry weight and root length increase.

The survey results revealed that the cutting roots have real impact on the parameters melentis percentage, speed melentis, root wet weight, dry weight of roots and root length with the addition of the best cuts on P1 (Cutting ¼ root tip). Planting medium significantly affected the length parameter length of shoots and roots with the addition of the best growing media in M0 (1: 0). Interaction between cutting the roots and planting media significantly affect kecpatan melentis, long shoots, buds diameter, number of leaves, fresh weight of roots and root dry weight with the best combination in the treatment P1M0.

(16)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara produsen karet alam terbesar di dunia disamping Malaysia dan Thailand. Keunggulan Indonesia dalam peningkatan produksi karet untuk yang masa yang akan datang adalah masih tersedianya lahan tropis yang cukup besar yang sesuai untuk penanaman pohon karet. Di sisi lain negara produsen karet lainnya yaitu Malaysia dan Thailand, produksinya terus mengalami penurunan karena kebijakan pemerintah yang kurang mendukung (Novianti dan Hapsari, 2007).

Produksi karet Indonesia pada tahun 2008 sekitar 2.751.286 ton dengan luas lahan 3.424.220 ha dan pada tahun 2012 sekitar 3.012.254 ton dengan luas lahan 3.506.201 ha. Jadi peningkatan produksi karet dari 2008-2012 adalah 260.968 ton. Untuk produksi karet di Sumatera Utara pada tahun 2008 sekitar 443.519 ton dengan luas lahan 462.036 ha dan tahun 2012 sekitar 486.307 ton

dengan luas lahan 473.748 ha. Jadi peningkatan produksi karet di Sumatera Utara pada tahun 2008-2012 adalah 33.229 ton. Sumatera Utara adalah penghasil karet kedua di Indonesia setelah Sumatera Selatan (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2012).

(17)

jika menggunakan stump okulasi mata tidur sebagai bahan tanam ialah tingginya persentase kematian stump di lapangan sebesar 15- 20%. Persentase kematian yang terjadi di lapangan diakibatkan oleh terhambatnya pertumbuhan akar dan tunas (Rosyid dan Drajat, 2008).

Untuk mencapai produktivitas yang tinggi, bahan tanam digunakan adalah bibit unggul yang berasal dari benih unggul yang diseleksi dengan baik merupakan tahapan yang penting sebab penggunaan bibit unggul akan menghasilkan produksi pertanaman yang baik serta berproduksi secara berkesinambungan. Bahan tanam karet yang dianjurkan untuk ditanam adalah bahan tanam klon yang diperbanyak dari okulasi (Siagian, 2012). Dimana okulasi adalah satu teknik yang dilakukan untuk memperbanyak tanaman karet dari klon-klon unggul (Setiawan dan Andoko, 2010). Ada tiga macam teknik okulasi pada tanaman karet, yaitu okulasi dini, okulasi hijau dan okulasi coklat. Ketiga macam teknik okulasi tersebut pada prinsipnya relatif sama, perbedaannya hanya terletak pada umur batang bawah dan umur batang atas (Amypalupy, 2009)

Amypalupy (2009) menjelaskan bahwa bahan tanaman karet asal okulasi banyak memberi keuntungan dari sifat-sifat unggul induknya seperti pertumbuhan tanaman seragam, produksi tinggi, mulai berproduksi dalam waktu relatif singkat, mudah dalam penyadapan, dan tahan terhadap penyakit. Menurut Setyamidjaja (1993 ) hasil okulasi pada tanaman karet salah satunya adalah stump. Stump adalah bibit hasil okulasi dengan mata tunas okulasi yang belum tumbuh.

(18)

adventif. Pemotongan akar pada stump juga bertujuan untuk menghindari pembengkokan akar pada saat penanaman yang menyebabkan kekerdilan pertumbuhan bibit (Yahmadi 1979 dalam Sari 2001). Pemotongan akar tunggang merupakan salah satu masalah dalam pembibitan. Akar akan menentukan baik buruknya pertumbuhan bibit. Oleh karena itu dilakukan pemotongan akar supaya akar mampu tumbuh dengan baik dan memacu pertumbuhan akar lateral ke samping guna memperlebar penyerapan air oleh akar sehingga kebutuhan air oleh tanaman tercukupi dengan demikian dapat memacu pertumbuhan tunas lebih cepat (Nur, et. al, 2013).

Selain pemotongan akar, media tanam juga penting untuk pertumbuhan tanaman yaitu sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya tanaman dan penyedia air dan unsur hara bagi tanaman. Secara umum, media tanam dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu media tanam tanah dan non tanah. Pasir sering digunakan sebagai media tanam untuk menggantikan fungsi tanah, keunggulan media tanam pasir adalah kemudahan dalam penggunaan dan dapat meningkatkan aerasi serta drainase media tanam. Fungsi pasir ini untuk mempermudah mengalirnya kelebihan air dalam media tanam dan mengurangi mengerasnya media tanam (Ismail,2013). Topsoil adalah lapisan tanah bagian atas, topsoil mempunyai peranan yang sangat penting karena di lapisan itu terkonsentrasi kegiatan-kegiatan mikroorganisme yang secara alami mendekomposisi serasah pada permukaan tanah yang pada akhirnya akan meningkatkan kesuburan tanah (Andy, 2009).

(19)

Sungei Putih, Sumatera Utara untuk bahan praktikum di laboratorium budidaya tanaman karet Fakultas Petanian Universitas Sumatera Utara. Kenyataannya dilapangan stump yang diterima sangat bervariasi, panjang-panjang, dan tidak sesuai dengan polibag yang disiapkan sehingga daya tampung polibag untuk menahan stump tersebut tidak cukup. Dari permasalahan tersebut, peneliti ingin meneliti seberapa banyak pemotongan yang ideal yang diharapkan.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai respon pertumbuhan stump karet (Hevea brassiliensis Muell-Arg.) terhadap pemotongan akar tunggang pada beberapa komposisi media tanam.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui respon pertumbuhan stump karet (Hevea brassiliensis Muell-Arg.) terhadap pemotongan akar tunggang pada berbagai komposisi media tanam.

Hipotesis Penelitian

Ada pertumbuhan stump karet yang berbeda terhadap pemotongan akar tunggang pada beberapa komposisi media tanam serta interaksinya.

Kegunaan Penelitian

(20)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Karet

Berdasarkan (Budiman, 2012), sistematika tanaman karet, diuraikan sebagai berikut : Divisio : Spermatophyta; Subdivisio : Angiospermae; Class : Dicotyledoneae; Ordo : Euphorbiales; Familia : Euphorbiaceae; Genus : Hevea;

Species : Hevea brassiliensis, Muell-Arg.

Daun karet terdiri atas tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama 3-20 cm. Panjang tangkai anak daun 3-10 cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing, serta tepinya rata dan gundul (Sianturi, 2001).

Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup tinggi dan berbatang cukup besar. Adapun tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi keatas. Dibeberapa kebun karet, ada beberapa kecondonfan arah tumbuh tanamannya agak miring kearah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan lateks (Tim karya tani mandiri, 2010).

Tanaman karet adalah berumah satu (monoecus). Pada satu tangkai bunga yang berbentk bunga majemuk terdapat bunga betina dan bunga jantan. Penyerbukan dapat terjadi dengan penyerbukan sendiri dan pernyerbukan silang (Setyamidjaja, 1993).

(21)

Stump Karet

Stump karet adalah bibit yang diokulasi dilahan persemaian dan dibiarkan selama kurang dari 2 bulan setelah pemotongan batang atas pada posisi 10 cm diatas mata okulasi, dengan akar tunggang atau bercabang. Akar tunggang lebih bagus dibandingkan dengan akar tunggang bercabang, sehingga petani karet biasanya memotong akar tunggang yang panjangnya sekitar 40 cm dan akar lateral yang panjangnya 5 cm (Sarnis, 2007).

Kelebihan bibit stump mata tidur ini adalah ringan, sehingga mudah diangkut. Sementara itu yang menjadi permasalahan adalah persentase kematian

bibit di lapangan cukup tinggi, hal ini disebabkan perkembangan akar yang tidak optimal dan pertumbuhan tunas yang terhambat (Setiawan dan Andoko, 2005 dalam Nur, et. al, 2013).

Kriteria bibit stump mata tidur yang baik adalah memiliki akar tunggang lurus, tidak bercabang, panjang minimal 35 cm dan akar lateral yang disisakan panjangnya 5 cm. Tinggi batang di atas okulasi sekitar 5-7 cm, memiliki diameter batang sekitar 2,5 cm. Bagian bekas pemotongan diolesi TB 192 atau parafin. Apabila ditoreh pada bagian okulasi berwarna hijau.Jika bibit memiliki akar tunggang lebih dari satu, pilih satu akar tunggang yang paling baik dan yang lainnya dibuang (BPPP, 2008).

(22)

Tabel 1. Klon-klon unggul anjuran pada tanaman Karet adalah : Klon Penghasil Lateks Klon Penghasil Lateks

dan Kayu

Klon Penghasil Kayu BPM 24, BPM 107,

BPM 109, IRR 104, PB 217, PB 260.

AVROS 2037, BPM 1, IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 112, IRR 118, PB 330, PB 340, RRIC 100.

IRR 70, IRR 71, IRR 72, IRR 78.

(Sumber : Balai Penelitian Sembawa, 2010).

Okulasi karet berdasarkan umur, warna batang bawah dan batang atas, serta diameter batang bawah dikenal dengan dua jenis okulasi, yaitu okulasi

cokeat dan okulasi hijau. Okulasi coklat dilakukan pada batang bawah berumur 9-18 bulan di pembibitan, sehingga sudah berwarna cokelat dengan diameter lebih

dari 1,5 cm. Sementara itu, okulasi hijau dilakukan pada batang bawah berusia 1,5-2,5 bulan di pembibitan, sehingga masih berwarna hijau dengan diameter 1-1,5 cm. Batang atasnya berumur 1-3 bulan setelah pemangkasan dan berwarna

hijau. Dibanding okulasi cokelat, okulasi hijau memiliki beberapa kelebihan yaitu: 1) Pelaksanaan bisa lebih awal 2) Masa hidup dipembibitan lebih pendek, sehingga penyediaan bahan tanaman lebih cepat 3) Perakaran tidak terganggu saat bibit dipindah ke lapangan 4) Pertautan okulasi lebih baik dan 5) Masa matang sadap bisa dipercepat enam bulan (Damanik, et. al, 2010).

(23)

perbanyakan tanaman yang dilakukan dengan menempelkan mata entres dari satu tanaman ke tanaman sejenis dengan tujuan mendapatkan sifat unggul.

Okulasi merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman yang dilakukan dengan menempelkan mata entres dari satu tanaman ke tanaman

sejenis dengan tujuan mendapatkan sifat yang unggul. Dari hasil okulasi

akan diperoleh bahan tanam karet unggul berupa stump mata

tidur, stump mini, bibit dalam polibeg, atau stump tinggi (Nur, et. al, 2013). Okulasi hijau memiliki beberapa kelebihan adalah pelaksanaan bisa lebih awal, masa hidup di pembibitan lebih pendek, sehingga penyediaan bahan tanaman lebih cepat, Perakaran tidak terganggu saat bibit dipindah ke lapangan,

Pertautan okulasi lebih baik dan Masa matang sadap bisa dipercepat enam bulan (Damanik, et. al, 2010). Pada saat okulasi hijau dimana mata telah bengkak,belum

muncul tunas, okulasi dibongkar untuk dipindahkan ke lapangan. Bila 8 minggu setelah pemenggalan, mata tunas tidak menunjukkan tanda- tanda pertumbuhan okulasi tersebut dianggap mati (Sianturi, 2001).

Pada proses okulasi, pencabutan stump, proses pengemasan dan pengiriman merupakan faktor-faktor yang menyebabkan adanya perubahan metabolisme dalam jaringan stump. Perubahan metabolisme tersebut menyebabkan perubahan dalam viabilitas stump untuk tumbuh dan berkemban kembali. Pencabutan stump dari tanah di pembibitan lapangan mengakibatkan pelukaan pada sebagian besar akar, terutama pada stump tanpa akar lateral (Hartman, et. al., 1990 dalam Sutanto, 2008).

(24)

telah terangsang untuk tumbuh, yang tujuannya untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang seragam, juga untuk memastikan bahwa bibit yang ditanam tumbuh baik serta untuk memudahkan akar untuk menyerap unsur hara maka akar lateralnya disisakan hanya 5 – 10 cm (Setyamidjaja, 1993).

Penggunaan bibit bermutu tinggi merupakan suatu keharusan bagi petani perkebunan karet rakyat untuk meningkatkan produktivitas. Hasil bibit yang optimal membutuhkan pengelolaan bibit yang baik pula di lapangan dan

merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pada perkebunan karet ( BPTP, 2013)

Pemotongan Akar Tunggang

Pemotongan akar adalah pemangkasan akar di lahan pembibitan untuk membatasi pertumbuhan akar utama yang panjang dan tidak bercabang. Perenggutan (wrenching) akar menggunakan peralatan sama dengan pemotongan akar, tetapi mata pisau dimiringkan agar dapat mengangkat atau merenggut semai pada bedengan persemaian. Pemangkasan akar adalah memangkas sistem akar dengan standar panjang tertentu, sesudah semai dicabut dan dipilih sebelum disimpan atau ditanam (Irawan, 2011).

(25)

pertumbuhan tunas dan diameter tunas dalam proses pembelahan sel (Nur, et. al, 2013).

Panjang akar tunggang mempengaruhi nisbah tajuk-akar. Kerusakan akar tunggang terkecil mengahasilkan nisbah tajuk-akar terendah. Panjang akar tunggang 25 % memberikan nisbah tajuk-akar terbesar, tetapi perbedaan antara 50 %, 75 %, dan 100 % tidak nyata. Pada umur 18 minggu setelah tanam, diameter tunas, tinggi tunas, jumlah daun, bobot kering tajuk dan bobot kering akar tidak dipengaruhi oleh panjang akar tunggang dan waktu simpan setelah pencabutan. Interaksi antara kedua faktor tersebut tidak berpengaruh terhadap semua peubah yang diamati (Sulistyono, et. al, 1994).

Penggunaan stump sebagai bahan perbanyakan tanaman telah dilakukan pada tanaman karet. Laju pertumbuhan sturn karet pada panjang akar tunggang 15 cm tertekan, sedangkan pada panjang akar tunggang 25 dan 35 em pertumbuhannya lebih baik dan di antara keduanya tidak berbeda (Siagian, et al.,

1987). Bibit pada urnumnya diangkut dari tempat persemaian untuk ditanam di lapang. Sehubungan dengan hal tersebut timbul masalah yang disebabkan oleh ukuran sturn yang berhubungan dengan tingkat kerusakan akar tunggang, biaya angkut sturn dan waktu simpan sturn untuk tetap mempunyai daya hidup di lapang (Sulistyono, et. al, 1994).

Media Tanam

Media tumbuh yang baik mengandung unsur hara yang cukup, bertekstur

ringan, dan dapat menahan air sehingga menciptakan kondisi yang dapat

menunjang pertumbuhan tanaman. Media untuk pembibitan memiliki daya

(26)

kemasaman tanah optimal bagi pertumbuhan tanaman (Istiana dan Sadikin, 2008)

Menurut Hartman dan Kester (1978) menyatakan bahwa untuk memperoleh hasil

yang baik, media perakaran harus dapat memegang stek selama perakaran, dapat

menahan kelembaban, mempunyai aerasi dan drainase yang baik

Tanah merupakan salah satu komponen terpenting dalam kehidupan di bumi ini, baik untuk bidang kehutanan, pertanian, perkebunan maupun bidang-bidang lainnya. Tanah mempunyai ciri khas dan sifat-sifat yang berbeda-beda antara tanah di suatu tempat dengan tempat yang lain. Sifat-sifat tanah itu meliputi fisika dan sifat kimia. Beberapa sifat fisika tanah antara lain tekstur, struktur dan kadar lengas tanah. Untuk sifat kimia menunjukkansifat yang dipengaruhi oleh adanya unsur maupun senyawa yang terdapat di dalam tanah tersebut. Beberapa contoh sifat kimia yaitu reaksi tanah (pH), kadar bahan organik dan Kapasitas Tukar Kation (KTK) (Anisa, 2011). Tanah yang digunakan untuk mengisi polibag adalah tanah lapisan atas (top soil) yang subur yang mengandung bahan organik. Tanah tersebut kemudian diayak untuk memisahkan dari sisa-sisa akar dan kayu yang dapat menjadi sumber penyakit (Budiman, 2012).

Media tanam bertekstur pasir sangat mudah diolah, tanah jenis ini memiliki aerasi (ketersediaan rongga udara) dan drainase yang baik, namun memiliki luas permukaan kumulatif yang relatif kecil, sehingga kemampuan menyimpan air sangat rendah atau tanahnya lebih cepat kering. Pasir mengandung unsur hara phospor (0,08 g), kalium (2,53 g), kalsium (2,92 g), Fe2O3 (5,19 g) dan MgO (1,02 g) (Ismail, 2013).

(27)

tanah. Kemampuan mengikat air media ini sangat rendah serta unsur hara yang

diberikan melalui pemupukan juga cepat terbawa air keluar dari area perakaran (Anggraini, 2012 ).

Tanah pasir atau dapat juga dikatakan tanah berukuran pasir antara 2,0- 0,20 mm dan sebagian besar tanah didomi nasi oleh fraksi pasir. Tanah pasir banyak mengandung pori-pori makro, sedikit pori-pori sedang dan pori-pori mikro. Tipe tanah seperti ini sulit untuk menahan air, tetapi mempunyai aerasi dan drainase yang baik. Pada umumnya tanah pasir banyak didominasi mineral primer jenis kwarsa (SiO2) yang tahan terhadap pelapukan dan sedikit mineral sekunder. Mineral kwarsa mempunyai sifat ”inert” atau sulit bereaksi dengan senyawa lain dan sukar mengalami pelapukan. Kondisi ini menjadikan tanah pasir merupakan tanah yang tidak subur, kandungan unsur hara rendah dan tidak produktif untuk pertumbuhan tanaman (Hanafiah, 2005).

(28)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25 m dari permukaan laut (dpl). Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli-November 2014 dengan suhu rata-rata 27.50C.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah stump mata tidur karet dari klon PB 260, polybag dengan ukuran 25 x 50 cm, tanah topsoil, pasir, label, air, pupuk Urea, SP-36, KCl, Kieserit, Dithane M45 dan amplop.

Alat yang digunakan pada penelitian adalah cangkul untuk mengolah plot, meteran, gembor, pisau, kalkulator, alat tulis, ember, spidol, jangka sorong, timbangan analitik, oven, gelas ukur dan kamera.

Metode Penelitian

Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL ) dengan dua faktor perlakuan, yaitu:

Faktor 1 : Pemotongan Akar Tunggang, terdiri dari tiga taraf yaitu : P0 : Tanpa Pemotongan

P1 : ¼ Pemotongan dari ujung akar P2 : ½ Pemotongan dari ujung akar

Faktor 2 : Media Tanam ( Topsoil + Pasir ) terdiri dari empat taraf yaitu : M0 : Top Soil

(29)

M2 : Top Soil : Pasir (1:2) M3 : Top Soil : Pasir (1:3)

Maka akan didapat 12 kombinasi perlakuan yaitu:

P1M0 P2M0 P3M0

P1M1 P2M1 P3M1

P1M2 P2M2 P3M2

P1M3 P2M3 P3M3

Jumlah ulangan : 3 Ulangan

Jumlah plot : 36 Plot

Ukuran plot : 120 cm x 150 cm Jarak antar plot : 30 cm

Jumlah polibag/plot : 12 polibag Jumlah tanaman/polibag : 1 tanaman Jumlah tanaman seluruhnya : 432 tanaman

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan model linier aditif sebagai berikut:

Yijk= µ + αi+ βj+ (αβ )ij + Ԑijk

i = 1,2,3, j = 1,2,3,4 k = 1,2,3 Dimana :

Yijk = Hasil pengamatan pada taraf ke-i akibat perlakuan pemotongan akar tungang dengan media tanam ke-j pada ulangan ke- k

µ = Rataan umum

(30)

(α β )ij = Interaksi antara pemotongan akar tunggang taraf ke-i dan media tanam ke-j .

Ԑijk = Galat dari pemotongan akar tunggang ke-j dan media tanam ke-j pada

…ulangan ke-k.

Data hasil penelitian yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji beda rataan berdasarkan uji jarak berganda Duncan’s (DMRT) pada taraf 5% (Steel dan Torrie, 1995).

Pelaksanaan Penelitian Persiapan lahan

Lahan dibersihkan dari gulma dan sisa-sisa akar tanaman, kemudian tanah diratakan dengan menggunakan cangkul. Kemudian dibuat plot percobaan dengan ukuran 120 cm x 150 cm dan jarak antar blok 50 cm dan jarak antar plot 30 dengan luas lahan 5,6 x 21,3 m.

Persiapan media tanam

Media tanam topsoil dan pasir dicampur merata hingga homogen kemudian dimasukkan ke dalam polibag berukuran 25 x 50 cm sampai batas ¾ bagian sesuai dengan perlakuan.

Pemilihan stump

Stump yang digunakan adalah green budding yang diperoleh dari Balai Penelitian Sungei Putih yang berumur 21 setelah pengokulasian. Pemilihan stump dilakukan setelah stump dibongkar dengan menggunakan cangkul atau

(31)

akar putih dan ujung batang bekas sayatan yang serong dicelup dalam lilin cair. Stump yang dipakai tidak dua kali okulasi.

Pemotongan akar tunggang stump

Stump mata tidur yang telah dipilih kemudian dipotong akar tunggangnya dengan menggunakan pisau tajam sesuai dengan perlakuan masing-masing yaitu tanpa pemotongan, ¼ pemotongan dan ½ pemotongan dari ujung akar dan pemotongan akar dibuat serong.

Penanaman stump

Sebelum dilakukan penanaman, stump direndam dengan larutan dithane M45 dengan dosis 2g/liter dengan waktu 15 menit. Media tanam terlebih dahulu disiram lalu dibuat lubang pada bagian tengah. Stump ditanam dan tanah disekeliling lubang dipadatkan sehingga stump dapat berdiri tegak dan dilakukan penyiraman.

Pemeliharaan tanaman Penyiraman

Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari, sesuai kondisi dilapangan dengan menggunakan gembor.

Penyiangan

Penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan tangan ataupun dengan cangkul, baik didalam maupun diluar polibag. Ini dilakukan untuk menghindari terjadinya persaingan antar tanaman utama dengan gulma. Penyiangan dilakukan sesuai dengan kondisi dilapangan.

Penunasan

(32)

menggunakan pisau. Hal ini bertujuan untuk memusatkan bahan hasil fotosintesis dan juga translokasi unsur hara dari tanah ke tunas yang diinginkan agar pertumbuhannnya maksimal.

Pemupukan

Pemupukan dilakukan dengan pupuk Urea dengan dosis 5 g/tanaman, SP-36 6,3 g/tanaman, KCl 2 g/tanaman, Kieserit 2 g/tanaman, dan diaplikasikan setiap bulannya.

Pengamatan parameter Persentase bertunas (%)

Parameter persentase bertunas diamati dengan menghitung mata tunas yang suda melentis setiap hari sampai 40 HST dengan menggunakan rumus : Persentase bertunas (%) = jumlah tunas yang sudah muncul

jumlah stump seluruhnya x 100%

Ciri-ciri mata tunas yang sudah melentis adalah mata tunas yang sudah tersembul keluar.

Kecepatan melentis (hari)

Parameter kecepatan melentis diamati dengan menghitung mata tunas yang suda melentis setiap hari samapi 40 HST. Ciri-ciri mata tunas yang sudah melentis adalah mata tunas yang sudah tersembul keluar.

Kecepatan melentis = N1T1+ N2T2 + ....+ N14T14 jumlah stump yang tumbuh

N = jumlah stump yang melentis pada satuan waktu tertentu. T = jumlah waktu melentis samapi 40 HST

(33)

Panjang tunas diukur dari pangkal jendela okulasi hingga titik tumbuh tanaman dengan memakai meteran. Pengukuran dilakukan 2 minggu sekali dimulai dari 6 MST sampai 12 MST.

Diameter tunas (mm)

Diameter tunas diukur setiap 2 minggu sekali dimulai dari 6 MST – 12 MST dengan menggunakan jangka sorong. Diamater tunas diukur 2 cm dari pangkal jendela okulasi.

Jumlah daun (helai)

Parameter jumlah daun diamati pada 14 MST yaitu pada akhir penelitian. Berat basah tunas (g)

Berat basah tunas dihitung pada akhir penelitian dengan mengambil bagian tunas dan dipotong-potong kemudian dibersihkan dan ditimbang.

Berat kering tunas (g)

Tunas yang sudah ditimbang dimasukkan ke dalam amplop kertas dan diovenkan dengan suhu 70 °C selama 24 jam kemudian ditimbang.

Berat basah akar (g)

Berat basah akar diukur pada akhir penelitian. Akar tanaman dibersihkan terlebih dahulu kemudian dipotong-potong seragam dan ditimbang.

Berat kering akar (g)

Akar yang sudah ditimbang dimasukkan ke dalam amplop kertas dan diovenkan dengan suhu 70°C selama 24 jam kemudian ditimbang.

Penambahan panjang akar tunggang (cm)

(34)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Persentase bertunas (%)

Hasil pengamatan dan daftar sidik ragam persentase bertunas disajikan pada lampiran 1-4. Dari hasil analisis sidik ragam terlihat bahwa perlakuan pemotongan akar berpengaruh nyata terhadap persentase bertunas dan perlakuan media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap persentase melentis. Interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap persentase bertunas.

Rataan persentase bertunas pada perlakuan pemotongan akar dan media tanam disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Data pesentase bertunas pada perlakuan pemotongan akar dan media tanam

Pemotongan Akar

Media Tanam

M0 M1 M2 M3 Rataan

P0 58,33 38,89 47,22 49,24 48,42a

P1 36,11 52,78 67,59 38,89 48,84a

P2 47,75 27,78 24,36 27,78 31,92b

Rataan 47,40 39,81 46,39 38,64

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom/baris antar perlakuan, menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan.(DMRT) pada taraf 5%.

[image:34.595.112.510.390.500.2]
(35)
[image:35.595.126.509.171.479.2]

Hubungan persentase bertunas terhadap beberapa pemotongan akar dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Hubungan persentase bertunas terhadap beberapa pemotongan akar Kecepatan melentis (hari)

Hasil pengamatan dan daftar sidik ragam kecepatan melentis disajikan pada lampiran 5-6. Dari hasil analisis sidik ragam terlihat bahwa perlakuan pemotongan akar berpengaruh nyata terhadap kecepatan melentis tetapi perlakuan media tanam tidak berpengaruh nyata terhadap kecepatan melentis. Interaksi antara pemotongan akar dan media tanam juga berpengaruh nyata terhadap kecepatan melentis.

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00

P1 P2 P3

P

er

sent

as

e M

el

ent

is

(36)

Rataan kecepatan melentis pada perlakuan pemotongan akar dan media tanam disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Data kecepatan melentis (hari) pada perlakuan pemotongan akar dan media tanam.

Pemotongan Akar

Media Tanam

M0 M1 M2 M3 Rataan

P0 20,84b 22,75b 23,32ab 26,88b 23,45a

P1 21,07b 20,89b 20,09b 20,56b 20,65b

P2 23,17ab 23,17ab 19,33b 21,22b 21,72ab

Rataan 21,69 22,27 20,91 22,89

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom/baris antar perlakuan, menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan,(DMRT) pada taraf 5%.

Dari Tabel 2 menunjukkan kecepatan melentis tertinggi perlakuan pemotongan akar yaitu pada P1 sebesar 20,65 hari yang berbeda nyata dengan P2 sebesar 21,72 hari namun berbeda tidak nyata dengan P0 sebesar 23,45 hari sedangkan kecepatan melentis tertinggi pada perlakuan media tanam yaitu pada M2 sebesar 20,91 hari diikuti oleh M0 sebesar 21,69 hari, M1 sebesar 22,27 hari dan yang terendah yaitu pada M3 sebesar 22,89 hari. Interaksi tertinggi pada perlakuan P2M2 sebesar 19.33 hari dan perlakuan terendah pada P0M2 sebesar 26.88 hari.

[image:36.595.110.513.168.278.2]
(37)
[image:37.595.118.503.91.263.2]

Gambar 2. Hubungan komposisi media tanam terhadap kecepatan melentis pada pemotongan akar.

Hubungan pemotongan akar terhadap kecepatan melentis pada komposisi media tanam dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Hubungan pemotongan akar terhadap kecepatan melentis pada komposisi media.

Panjang Tunas (cm)

Hasil pengamatan dan daftar sidik ragam panjang tunas 6, 8, 10 dan 12 minggu setelah tanam disajikan pada lampiran 7-14. Dari hasil analisis sidik ragam terlihat bahwa perlakuan pemotongan akar berpengaruh tidak nyata pada

0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00

M0 M1 M2 M3

K ecepa tan m el ent is

Komposisi media tanam

P0 P1 P2 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00

P0 P1 P2

[image:37.595.116.503.393.604.2]
(38)

panjang tunas dan berpengaruh nyata pada perlakuan media tanam. Interaksi antara pemotongan akar dan media tanam berpengaruh nyata terhadap panjang tunas.

Rataan panjang tunas perlakuan pemotongan akar dan media tanam pada umur 12 MST dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Data panjang tunas (cm) pada perlakuan pemotongan akar dan media tanam pada umur 12 MST.

Waktu Amatan

Pemotongan

Akar Media Tanam Rataan

M0 M1 M2 M3

P0 17,82abc 19,23ab 18,50ab 13,83dc 17,35

12MST P1

14,94abc

d 14,71bcd 17,15abc

16,86ab

c 15,92

P2 19,44a 16,15abcd

15,20abc

d 12,38d 15,79

Rataan 17,40a 16,70a 16,95a 14,36b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom/baris antar perlakuan, menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan.(DMRT) pada taraf 5%.

Pada Tabel 3 menunjukkan panjang tunas tertinggi perlakuan pemotongan akar pada umur 12 MST yaitu pada P0 sebesar 17,35 diikuti oleh P1 sebesar 15,92 dan perlakuan terendah pada P2 sebesar 15,79 sedangkan panjang tunas tertinggi pada perlakuan media tanam yaitu pada M0 sebesar 17,40 yang berbeda tidak nyata M2 sebesar 16,95 dan M1 sebesar 16,70 namun berbeda nyata dengan M3 sebesar 14,36. Interaksi tertinggi pada perlakuan P2M0 sebesar 19,44 dan perlakuan yang terendah pada P2M3 sebesar 12,38.

[image:38.595.111.517.307.435.2]
(39)

Gambar 4. Hubungan komposisi media tanam terhadap panjang tunas pada pemotongan akar pada umur 12 MST.

Hubungan pemotongan akar terhadap panjang tunas pada komposisi media tanam pada umur 12 MST dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Hubungan pemotongan akar terhadap panjang tunas pada komposisi media tanam pada umur 12 MST.

Diameter Tunas (mm) 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00

M0 M1 M2 M3

P anj ang t una s

Komposisi media tanam

P0 P1 P2 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00

P0 P1 P2

[image:39.595.128.505.84.280.2] [image:39.595.125.505.403.654.2]
(40)

Hasil pengamatan dan daftar sidik ragam diameter tunas 6, 8, 10 dan 12 minggu setelah tanam disajikan pada lampiran 15-22. Dari hasil analisis sidik ragam terlihat bahwa perlakuan pemotongan akar dan perlakuan media tanam berpengaruh tidak nyata pada diameter tunas. Interaksi antara pemotongan akar dan media tanam berpengaruh nyata terhadap diameter tunas.

[image:40.595.113.514.364.469.2]

Rataan diameter tunas perlakuan pemotongan akar dan media tanam pada umur 12 MST dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Data diameter tunas (mm) pada perlakuan pemotongan akar dan media tanam pada umur 12 MST

Waktu Amatan

Pemotongan

Akar Media Tanam Rataan

M0 M1 M2 M3

P0 3,93a 3,64ab 3,74ab 3,10b 3,60

12MST P1 3,14ab 3,90ab 3,31ab 3,92ab 3,57

P2 3,80ab 3,05b 3,73ab 3,39ab 3,49

Rataan 3,62 3,53 3,59 3,47

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom/baris antar perlakuan, menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan.(DMRT) pada taraf 5%.

Pada Tabel 4 menunjukkan diameter tunas tertinggi perlakuan pemotongan akar pada umur 12 MST yaitu pada P0 sebesar 3,60 diikuti oleh P1 sebesar 3,57 dan perlakuan terendah pada P2 sebesar 3,49 sedangkan diameter tunas tertinggi pada perlakuan media tanam yaitu pada M0 sebesar 3,62 diiukuti oleh M2 sebesar 3,59 dan M1 sebesar 3,53 dan rataan terendah pada M3 sebesar 3,47. Interaksi tertinggi pada perlakuan P0M0 sebesar 3,93 dan perlakuan yang terendah pada P2M1 sebesar 3,05.

(41)

Gambar 6. Hubungan komposisi media tanam terhadap diameter tunas pada pemotongan akar pada umur 12 MST.

[image:41.595.126.504.91.274.2]

Hubungan pemotongan akar terhadap diameter tunas pada komposisi media tanam pada umur 12 MST dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Hubungan pemotongan akar terhadap diameter tunas pada komposisi media tanam pada umur 12 MST.

Jumlah Daun (helai)

Hasil pengamatan dan daftar sidik ragam jumlah daun disajikan pada lampiran 23-24. Dari hasil analisis sidik ragam terlihat bahwa perlakuan

0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00 4,50

M0 M1 M2 M3

D iam et er t una s

Komposisi media tanam

P0 P1 P2 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00 4,50

P0 P1 P2

[image:41.595.124.506.413.596.2]
(42)

pemotongan akar dan media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun. Interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap jumlah daun.

Rataan jumlah daun pada perlakuan pemotongan akar dan media tanam disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Data jumlah daun (helai) pada perlakuan pemotongan akar dan media tanam

Pemotongan Akar

Media Tanam

M0 M1 M2 M3 Rataan

P0 16,79a 14,13ab 15,92ab 10,92b 14,44

P1 15,44ab 15,10ab 10,74b 15,50ab 14,20 P2 11,93ab 10,78b 14,09ab 14,38ab 12,79

Rataan 14,72 13,34 13,58 13,60

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom/baris antar perlakuan, menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan.(DMRT) pada taraf 5%.

Pada Tabel 5 menunjukkan jumlah daun tertinggi perlakuan pemotongan akar yaitu pada P0 sebesar 14,44 diikuti oleh P1 sebesar 14,20 dan perlakuan terendah pada P2 sebesar 12,79 sedangkan jumlah daun tertinggi pada perlakuan media tanam yaitu pada M0 sebesar 14,72 diiukuti oleh M3 sebesar 13,60 dan M2 sebesar 13,58 dan perlakuan terendah pada M1 sebesar 13,34. Interaksi tertinggi pada perlakuan P0M0 sebesar 16,79 dan perlakuan terendah pada P1M2 sebesar 10,74.

[image:42.595.113.514.224.337.2]
(43)

Gambar 8. Hubungan komposisi media tanam terhadap jumlah daun pada pemotongan akar.

[image:43.595.124.512.87.320.2]

Hubungan pemotongan akar terhadap jumlah daun pada komposisi media tanam dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Hubungan pemotongan akar terhadap jumlah daun pada komposisi media tanam. 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00 18,00

M0 M1 M2 M3

Jum

la

h da

un

Komposisi media tanam

P0 P1 P2 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00 18,00

P0 P1 P2

[image:43.595.125.503.505.699.2]
(44)

Berat Basah Tunas (g)

Hasil pengamatan dan daftar sidik ragam berat basah tajuk disajikan pada lampiran 25-26. Dari hasil analisis sidik ragam terlihat bahwa perlakuan pemotongan akar dan media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap berat basah tunas. Interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap berat basah tunas.

Rataan berat basah tunas pada perlakuan pemotongan akar dan media tanam disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Data berat basah tunas (g) pada perlakuan pemotongan akar dan media tanam

Pemotongan Akar

Media Tanam

M0 M1 M2 M3 Rataan

P0 17,97 17,62 17,44 11,93 16,24

P1 16,37 18,33 13,47 18,25 16,61

P2 17,87 13,13 8,96 17,13 14,27

Rataan 17,41 16,36 13,29 15,77

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom/baris antar perlakuan, menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan.(DMRT) pada taraf 5%.

Pada Tabel 6 menunjukkan berat basah tunas tertinggi perlakuan pemotongan akar yaitu pada P1 sebesar 16,61 diikuti oleh P0 sebesar 16,24 dan rataan yang terendah yaitu pada P2 sebesar 14,27 sedangkan berat basah tunas tertinggi pada perlakuan media tanam yaitu pada M0 sebesar 17,41 diikuti oleh M1 sebesar 16,36, M3 sebesar 15,77 dan perlakuan yang terendah yaitu pada M2 sebesar 13,29. Interaksi tertinggi pada perlakuan P1M1 sebesar 18,33 dan perlakuan yang terendah pada P2M2 sebesar 8,98.

Berat Kering Tunas (g)

[image:44.595.111.514.321.434.2]
(45)

pemotongan akar dan media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap berat kering tunas. Interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering tunas.

[image:45.595.113.514.225.336.2]

Rataan berat kering tajuk pada perlakuan pemotongan akar dan media tanam disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Data berat kering tunas (g) pada perlakuan pemotongan akar dan media tanam

Pemotongan Akar

Media Tanam

M0 M1 M2 M3 Rataan

P0 8,90 6,38 9,57 6,28 7,78

P1 6,06 9,56 6,49 9,93 8,01

P2 9,90 5,73 5,14 8,88 7,41

Rataan 8,29 7,23 7,07 8,36

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom/baris antar perlakuan, menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan.(DMRT) pada taraf 5%.

Pada Tabel 7 menunjukkan berat kering tunas tertinggi perlakuan pemotongan akar yaitu pada P1 sebesar 8,01 diikuti oleh P0 sebesar 7,78 dan perlakuan yang terendah yaitu pada P2 sebesar 7,41 sedangkan rataan berat kering tunas tertinggi pada perlakuan media tanam yaitu pada M3 sebesar 8,36 diikuti oleh M0 sebesar 8,90, M1 sebesar 7,23 dan perlakuan yang terendah yaitu pada M2 sebesar 7,07. Interaksi tertinggi pada perlakuan P1M3 sebesar 9,93 dan perlakuan terendah pada P0M3 sebesar 6,28.

Berat Basah Akar (g)

(46)

Rataan berat basah akar pada perlakuan pemotongan akar dan media tanam disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Data berat basah akar (g) pada perlakuan pemotongan akar dan media tanam

Pemotongan Akar

Media Tanam

M0 M1 M2 M3 Rataan

P0 1,46c 2,76bc 1,59c 1,00c 1,70b

P1 1,08c 2,87bc 2,72bc 4,11ab 2,70a

P2 3,53ab 1,58c 4,85a 2,63bc 3,15a

Rataan 2,02 2,40 3,05 2,58

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom/baris antar perlakuan, menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5% dan huruf besar untuk taraf 1%

Pada Tabel 8 menunjukkan berat basah akar tertinggi perlakuan pemotongan akar yaitu pada P2 sebesar 3,15 berbeda tidak nyata pada P1 sebesar 2,70 dan berbeda nyata pada P0 sebesar 1,70 sedangkan berat basah akar tertinggi pada perlakuan media tanam yaitu pada M2 sebesar 3,05 diikuti oleh M3 sebesar 2,58, M1 sebesar 2,40 dan perlakuan yang terendah yaitu pada M0 sebesar 2,02. Interaksi tertinggi pada perlakuan P2M2 sebesar 4,85 dan perlakuan terendah pada P0M3 sebesar 1,00.

[image:46.595.112.514.170.279.2]
(47)

Gambar 10. Hubungan komposisi media tanam terhadap berat basah akar pada pemotongan akar.

[image:47.595.130.503.92.311.2]

Hubungan pemotongan akar terhadap berat basah akar pada komposisi media tanam dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Hubungan pemotongan akar terhadap berat basah akar pada komposisi media tanam.

Berat Kering Akar (g)

Hasil pengamatan dan daftar sidik ragam berat kering tajuk disajikan pada lampiran 31-34. Dari hasil analisis sidik ragam terlihat bahwa perlakuan pemotongan akar berpengaruh nyata terhadap berat kering akar dan perlakuan

0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00

M0 M1 M2 M3

B er at ba sah a ka r

Komposisi media tanam

P0 P1 P2 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00

P0 P1 P2

[image:47.595.137.509.443.604.2]
(48)

media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap berat kering akar. Dan interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap berat kering akar.

Rataan berat kering akar pada perlakuan pemotongan akar dan media tanam disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Data berat kering akar (g) pada perlakuan pemotongan akar dan media tanam

Pemotongan Akar

Media Tanam

M0 M1 M2 M3 Rataan

P0 0,64c 1,08bc 0,74bcd 0,39c 0,71b

P1 0,45dc 1,03abcd 1,09abcd 1,58a 1,04ab P2 1,47ab 0,59dc 1,55a 0,92abcd 1,13a

Rataan 0,85 0,90 1,12 0,96

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom/baris antar perlakuan, menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan.(DMRT) pada taraf 5%.

Pada Tabel 9 menunjukkan berat kering akar tertinggi perlakuan pemotongan akar yaitu pada P2 sebesar 1,13 berbeda nyata pada P1 sebesar 1,04 dan P0 sebesar 0,71 sedangkan berat kering akar tertinggi pada perlakuan media tanam yaitu pada M2 sebesar 1,12 diikuti oleh M3 sebesar 0,96 M1 sebesar 0,90 dan perlakuan yang terendah yaitu pada M0 sebesar 0,85. Interaksi tertinggi pada perlakuan P1M3 sebesar 1.58 dan perlakuan terendah pada P0M3 sebesar 0,39.

[image:48.595.111.510.225.335.2]
(49)

Gambar 12. Hubungan komposisi media tanam terhadap berat kering akar pada pemotongan akar.

[image:49.595.129.504.91.296.2]

Hubungan pemotongan akar terhadap berat kering akar pada komposisi media tanam dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Hubungan pemotongan akar terhadap berat kering akar pada komposisi media tanam.

Penambahan Panjang Akar (cm) 0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20 1,40 1,60 1,80

M0 M1 M2 M3

B er at ke ri ng aka r

Komposisi media tanam

P0 P1 P2 0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20 1,40 1,60 1,80

P0 P1 P2

[image:49.595.124.503.436.623.2]
(50)

Hasil pengamatan dan daftar sidik ragam penambahan panjang akar disajikan pada lampiran 35-38. Dari hasil analisis sidik ragam terlihat bahwa perlakuan pemotongan akar berpengaruh nyata terhadap penambahan panjang akar dan media tanam. Interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap penambahan panjang akar.

[image:50.595.112.513.306.417.2]

Rataan penambahan panjang akar pada perlakuan pemotongan akar dan media tanam disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Data penambahan panjang akar (cm) pada perlakuan pemotongan akar dan media tanam

Pemotongan Akar

Media Tanam

M0 M1 M2 M3 Rataan

P0 4,30 1,83 4,40 1,63 3,04b

P1 10,30 1,57 2,40 4,60 4,72b

P2 15,57 9,50 6,51 9,77 10,34a

Rataan 10,06a 4,30b 4,44b 5,33b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom/baris antar perlakuan, menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan.(DMRT) pada taraf 5%.

(51)
[image:51.595.127.509.153.344.2]

Hubungan penambahan panjang akar terhadap beberapa pemotongan akar dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14. Hubungan penambahan panjang akar terhadap beberapa pemotongan akar.

Hubungan penambahan panjang akar terhadap komposisi media tanam dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15. Hubungan antara penambahan panjang akar terhadap komposisi media tanam. 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00

P1 P2 P3

P ena m ba ha n P anj ang A ka r Pemotongan Akar 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00

M0 M1 M2 M3

P ena m ba ha n P anj ang A ka r

[image:51.595.122.502.476.675.2]
(52)

Pembahasan

Respon pertumbuhan stump karet (Hevea brassiliensis Muell. Arg) terhadap pemotongan akar

Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan pemotongan akar berpengaruh nyata terhadap parameter kecepatan melentis, persentase melentis, berat basah akar, berat kering akar dan penambahan panjang akar.

(53)

yaitu massa sel yang belum terdiferensiasi sebagai respon terhadap perlukaan jaringan. Kalus kemudian akan berdiferensiasi membentuk akar-akar baru.

Berdasarkan pengamatan parameter berat basah akar, berat kering akar dan penambahan panjang akar berpengaruh nyata terhadap pemotongan akar dimana perlakuan terbaik terdapat pada perlakuan P2 dengan nilai rataan tertinggi pada parameter berat basah akar terdapat pada sebesar 3.15, berat kering akar sebesar 1.13, penambahan panjang akar sebesar 10,34. Dengan dilakukannya pemotongan akar dapat menekan tanaman untuk dapat berkembang lebih cepat dan masih tersedianya cadangan makanan sehingga dapat memperlancar proses fotosintesis sehingga menghasilkan energi untuk memacu pertambahan pada akar- akar adventif. Hal ini sesuai dengan literatur Sitompul (1995) dalam Marchino, F., Zen, Y.M., dan Suliansyah, I., (2010) pada stump, pembentukan akar pertama kali didorong oleh cadangan makanan yang ada di batang bawah. Setelah terbentuk, akar akan menyerap air yang ada di dalam tanah, kemudian cadangan makanan yang tersimpan di dalam batang diubah menjadi sumber energi untuk pertumbuhan tunas-tunas baru tersebut memfiksas CO2. Menurut Sediono, et, al

(2008) menyatakan bahwa selain akar berguna untuk menyerap dan melekat, juga berfungsi sebagai penyalur cadangan makanan yang diperoleh dari bahan tanaman dari pembibitan.

(54)

mendapatkan unsur hara yang cukup untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangannya, seperti unsur hara N dan P. Nitrogen (N) berperan sebagai penyusun protein dan Fosfor (P) yang penting dalam transfer energi diperlukan untuk kegiatan fisiologis tanaman dan akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Aktivitas fotosintesis menghasilkan fotosintat yang akan ditranslokasikan ke bagian meristem dan dilanjutkan dengan terjadinya pembelahan serta pemanjangan sel sehingga tanaman dapat menjadi besar. Namun jika jumlah unsur hara yang tersedia belum mencukupi tanaman karet, maka kurang mendukung pertumbuhan stum seperti panjang tunas, diameter tunas, jumlah daun berat basah tunas dan berat kering tunas. Hal ini sesuai dengan literatur Sukarman dkk (2002)

dalam Ulil Akbar Shiddiqi dkk,.(2012) jumlah daun yang lebih banyak dan kandungan klorofil yang lebih tinggi akan menghasilkan fotosintat yang lebih banyak untuk didistribusikan keseluruh organ tanaman termasuk kebatang sehingga memungkinkan tanaman untuk tumbuh pesat.

Respon pertumbuhan stump karet (Hevea brassiliensis Muell. Arg) terhadap media tanam

Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter panjang tunas dan penambahan panjang akar.

(55)

pertumbuhan karet adalah media tanam topsoil, dimana media topsoil mengandung bahan organik yang cukup tinggi. Hal ini sesuai dengan literatur Mahfudloh (2008) bahwa media topsoil cukup kuat dan kompak untuk menopang stek selama pembentukan akar dan mampu mempertahankan kelembaban media tanam. Haryati (2006) menyatakan bahwa media yang baik mempunyai empat fungsi utama yaitu memberi unsur hara dan sebagai media perakaran, menyediakan air dan tempat penampungan air, menyediakan udara untuk respirasi akar dan sebagai tempat tumbuhnya tanaman. Hartman et, al.(1990) dalam

Juhardi (1995) media yang baik harus memiliki persyaratan antara lain mampu menjaga kelembaban, memiliki aerasi dan drainasi yang baik, tidak memiliki salinitas yang tinggi serta bebas dari hama dan penyakit. Dengan adanya media tumbuh yang baik sehingga pertumbuhan tunas aktif kembali untuk melakukan fotosintesis. Hal ini sesuai dengan Borchert (1973) dalam Hidayat, dkk., (2005) yang menyatakan setelah tunas aktif kembali (fotosintesis berlangsung meningkat dan aktivitas fisiologi lainnya juga meningkat) akan terjadi mobilisasi asimilat ke daerah aerial (jaringan tanaman yang melakukan respirasi).

(56)

yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan, salah satunya tidak terlalu padat, sehingga dapat membantu pembentukan dan perkembangan akar tanaman. Anisa (2011) mengatakan bahwa topsoil juga mampu menyimpan air dan unsur hara secara baik, mempunyai aerase yang baik.

Respon pertumbuhan stump karet (Hevea brassiliensis Muell. Arg) terhadap interaksi pemotongan akar dan media tanam

Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa interaksi antara pemotongan akar dan media tanam berpengaruh nyata terhadap kecepatan melentis, panjang tunas, diameter tunas, jumlah daun, berat basah akar dan berat kering akar.

(57)

pertumbuhan tunas, aktivitasnya tergantung dari akumulasi karbohidrat di dalam tanaman yang dihasilkan pada musim pertumbuhan sebelumnya dan karbohidrat tersebut bergerak menuju ke arah jaringan meristem, sehingga laju pertumbuhan tunas meningkat, didukung dengan media tanam topsoil cukup kuat dan kompak untuk menopang stek selama pembentukan akar dan mampu mempertahankan kelembaban media tanam sehingga laju pertumbuhan tunas terjadi. Hartman et al.(1990) dalam Juhardi (1995) media yang baik harus memiliki persyaratan antara lain mampu menjaga kelembaban, memiliki aerasi dan drainasi yang baik, tidak memiliki salinitas yang tinggi serta bebas dari hama dan penyakit.

(58)

baik maka pertumbuhan tunas dapat terjadi. Haryati (2006) menyatakan bahwa media yang baik mempunyai empat fungsi utama yaitu memberi unsur hara dan sebagai media perakaran, menyediakan air dan tempat penampungan air, menyediakan udara untuk respirasi akar dan sebagai tempat tumbuhnya tanaman. Hartman et al. (1990) dalam Juhardi (1995) media yang baik harus memiliki persyaratan antara lain mampu menjaga kelembaban, memiliki aerasi dan drainasi yang baik, tidak memiliki salinitas yang tinggi serta bebas dari hama dan penyakit. Sehingga dengan kombinasi perlakuan P2M0 dapat meningkatkan berats basah akar dan berat kering akar. Namun interaksi antara pemotongan akar dan media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap parameter penambahan panjang akar. Hal ini menunjukkan bahwa antar kedua perlakuan belum terdapat hubungan yang saling mendukung sehingga pengaruh dari kedua perlakuan tersebut tidak nyata terhadap pertumbuhan stum mata tidur karet. Hal ini diduga karena, adanya pengaruh lingkungan seperti suhu, cahaya dan kelembaban sehingga menyebabkan pemotongan akar dan media tanam tidak berpengaruh satu sama lain.

(59)
(60)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Pemotongan akar berpengaruh nyata meningkatkan pertumbuhan stump karet pada parameter persentase melentis dan kecepatan melentis dengan pemotongan terbaik pada P1 kecuali pada parameter berat basah akar, berat kering akar dan penambahan panjang akar pemotongan tertinggi pada P2

2. Media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter panjang tunas dan penambahan panjang akar dengan media tanam terbaik pada M0.

3. Interaksi antara pemotongan akar dan media tanam berpengaruh nyata terhadap kecpatan melentis, panjang tunas, diameter tunas, jumlah daun, berat basah akar dan berat kering akar dengan kombinasi terbaik pada perlakuan P1M0.

Saran

(61)

DAFTAR PUSTAKA

Andy, M. S. E., 2009. Topsoil. http://www.pustaka-deptan.go.id. Diakses tanggal 12 Mei 2014. 2 halaman.

Anisa, S. 2011. Pengaruh Komposisi Media Tumbuh Terhadap Perkecambahan Benih Dan Pertumbuhan Bibit Andalas (Morus Macroura Miq.).Skripsi. Universitas Andalas.

Anggraini. 2012. Pengaruh Media Tanam Dan Penggunaan Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) Pada Masa Tanam Kedua. Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Purwokerto.

Amypalupy, K. 2009. Pembuatan Bahan Tanam Dalam Sapta Bina Usaha Tani Karet Rakyat, Pusat Penelitian Karet, Balai Penelitian Sembawa, Sumatera Selatan.

Ashari, S. 1995. Holtikultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia Press (UI-Press). Jakarta.

Balai Penelitian Sembawa. 2010. Pengolahaan Bahan Tanam Karet. Pusat Penelitian Karet. Palembang.

BPPP. 2008. Prospek Dan Arah Perkembangan Agribisnis Karet. Departemen Pertanian.

BPTP. 2013. Teknologi Pembibitan Karet Klon Unggul. Balai Besar Pengkajian

Teknologi Pertanian. Kementrian Pertanian. Jambi.www.litbang.deptan.co.id.

Borchert, R. 1973. Simulation Of Rythmic Growth Under Constant Conditions. Physiol. Plant. 29: 173-180.

Budiman, H. 2012. Budidaya Karet Unggul Prospek Jitu Masa Depan. Pustaka Baru Press. Yogyakarta.

Damanik, S., M. Syakir., Made Tasma dan Siswanto. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Karet. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan.

Direktorat Jendral Perkebunan. 2012. Luas Areal, Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan. Kementrian Pertanian.

Jakart

(62)

Hakim, N. M. Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugroho, M. H. Diha, G. B. Hong dan H. Bayley. 1986. Dasar-dasar Imu Tanah. Penerbit Universitas Lampung. Lampung.

Hanafiah, K.A, 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.

Haryati. 2006. Penetapan Kadar Air Tanah Dalam: Kurnia U.(eds). Sifat Fisik Tanah dan Metode Analisisnya. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Bogor. Hal. 131-142. Hartman, M. L, et.al. 1990. Human Exceptionality Allyn and Bacon. Boston.

Harjadi, S. S. 1989. Dasar Dasar Hortikultura. Departemen Budidaya Pertanian,

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. ;506.

Hartman dan Kester, 1983. Plant propagation Principle and Practise Prentice Hall Internasional Inc Engelwoods Clifs New Jersy 253-341.

Hidayat. R, S., Poerwanto. A., R, Latifah K., Darusman dan Purwoko B. A, 2005. Kajian Periode Dormansi dan Ritme Pertumbuhan Tunas dan Akar Tanaman Manggis(Garcinia mangostana L.). Institute Pertanian Bogor. Bogor. Bul. Agron. (33) (2) 16 – 22 (2005).

Irawan, S. D. 2011. Respons Pertumbuhan Stump Mata Tidur Karet (Hevea Brasiliensis Muell Arg.) Terhadap Pemotongan Akar Tunggang Dan Pemberian Air Kelapa. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

http://www.repository.usu.ac.id/bitstream/.../4/Chapter%20I.pdf.

Gambar

Tabel 1. Klon-klon unggul anjuran pada tanaman Karet adalah :
Tabel 1. Data pesentase bertunas pada perlakuan pemotongan akar dan media tanam
Gambar 1. Hubungan persentase bertunas terhadap beberapa pemotongan akar
Tabel 2. Data kecepatan melentis (hari) pada perlakuan pemotongan akar   dan media tanam
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengamatan dan sidik ragam penelitian (Lampiran 2-41) diketahui bahwa perlakuan media tanam limbah pabrik kelapa sawit terhadap pertumbuhan stump mata tidur tanaman

Perbedaan hasil dari pemberian asam asetik naftalen 3,0% pada penelitian ini dengan pemberian asam asetik naftalen 3,0% pada penelitian sebelumya diduga diakibatkan oleh

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk tertarik untuk melanjutkan penelitian tersebut dan meneliti mengenai respon pertumbuhan stump karet terhadap

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan berbagai jenis media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter Tinggi Tanaman, Diameter Tajuk, Jumlah Daun, Berat Basah Tajuk dan

Perbedaan media tanam berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan stump mata tidur karet.

Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan klon karet (K) memberikan pengaruh sangat nyata terhadap peubah tinggi tanam, jumlah tangkai dan, diameter

Studi Posisi Ruas Batang dan Konsentrasi Growtone Terhadap Pertumbuhan Stek Batang Dieffenbachia ( Dieffenbachia var. Green Magic).. Skripsi

apabila ditoreh pada bagian okulasi berwarna hijau, jika bibit memiliki akar tunggang lebih dari satu, pilih satu akar tunggang yang paling baik dan yang lainnya dibuang