PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA
PEGAWAI MAHKAMAH SYAR’IYAH DAERAH KUTACANE
KABUPATEN ACEH TENGGARA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mendapatkan
Gelar Sarjana Sosial dalam Bidang Antropologi Sosial
Oleh:
AYU NURUL HUSNAINI 090905004
DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PERNYATAAN ORIGINALITAS
PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA
PEGAWAI MAHKAMAH SYAR’IYAH KUTACANE
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau pernah diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Apabila kemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan di sini, saya bersedia diproses secara hukum dan siap menanggalkan gelar kesarjanaan saya.
Medan, April 2015
ABSTRAK
Ayu Nurul Husnaini, 2015. Judul skripsi: Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Mahkamah Syar’iyah Kutacane.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis budaya organisasi yang ada pada kantor Mahkamah Syar’iyah Kutacane serta pengaruhnya terhadap kinerja pegawai. Dimana Kutacane merupakan daerah yang sangat jauh jika ditempuh dari kota Medan menghabiskan waktu sekitar tujuh jam perjalanan dan penduduk sekitar mayoritas bekerja sebagai petani.
Metode yang digunakan dalam peelitian ini merupakan metode kualitatif. Metode ini digunakan untuk menggambarkan bagaimana pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja para pegawai. Teknik penelitian yang dilakukan adalah teknik wawancara dan observasi dengan para pegawai yang ada pada kantor Mahkamah Syar’iyah Kutacane sesuai dengan masalah yang diteliti.
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Allah SWT yang telah memberikan kesehatan, keselamatan, kemudahan serta kemurahan rezeki sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan di Departemen Antropologi Sosial FISIP USU serta menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari tanpa adanya saran serta bimbingan dari semua pihak.
Penulis memberikan ucapan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada kedua orang tua penulis Bapak Rohyan S.H dan Ibu Zainab yang sangat penulis cintai dan sayangi. Terimakasih atas kasih sayang, pengorbanan serta ketulusan hati dan dukungan moral dan materi yang diberikan kepada penulis selama menyelesaikan pendidikan semoga Allah selalu memberikan kesehatan, keselamatan serta kemurahan rezeki buat kedua orang tua penulis. Penulis juga memberikan ucapan terima kasih kepada kakak serta abang-abang penulis yang selalu memberikan motivasi dan semangat kepada penulis yaitu Rikha Zainarti S.pd, Khairul Muhadi dan Abdul Halim Habibi S.H serta ucapan terimakasih kepada teman terdekat Edu Surya Siregar S.T dalam memberikan bantuan serta semangat yang tidak ada henti-hentinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Selaku ketua Departemen Antropologi ; Drs. Agustrisno MSP, selaku Sekretaris Departemen Antropologi Sosila FISIP USU; Ibu Dra. Tjut Syahriani M.soc.sc, selaku pembimbing proposal, Bapak Drs. Ermansyah M.Hum selaku Dosen Penasihat Akademik selama menjalani perkuliahan di Antropologi Sosial FISIP USU; Para Dosen Departemen Antropologi Sosial, Staff Administrasi Departemen Antropologi, Staff Pegawai FISIP, Pegawai Perpustakaan FISIP dan Pegawai Perpustakaan USU.
Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Bapak Drs. Husaini S.H selaku Ketua Mahakamh Syar’iyah Kutacane yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di kantor Mahkamah Syar’iyah Kutacane; Bapak Drs. Abdul Hamid Lubis selaku Wakil Ketua yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian serta; Bapak Rohyan S.H, Bapak Muhammad Nawawi S.Hi, Bapak Haris Lutfi S.Hi. M.A dan Ibu Heni Nurliana S.Ag selaku Hakim Mahkamah Syar’iyah Kutacane yang telah membantu penulis dalam memberikan informasi; Bapak Drs. Samsuar Husein S.H selaku Panitera Sekretaris Mahkamah Syar’iyah Kutacane yang telah membantu menjawab semua pertanyaan penulis dengan sabar; Bapak Drs. Jemadil M.Kasim selaku Wakil Panitera yang membantu dalam memberikan informasi; Bapak Suherdi S.Ag selaku Panitera Muda Hukum yang menyempatkan waktunya untuk membantu penulis dalam menjawab pertanyaan.
Kepada kerabat Antropologi 2009, Rahmah Ariasty, Anggun Nova Sastika, Yustina Pane, Yayuk Yusdiawati, Elisa Novarita Kahar, Nelvi Gulsiana, Razakiko Harkani Lubis, Naya Adluna, Tety Yunita Gultom, Marlyna Irene Hutagalung, Rona Maria Girsang, Sentani Purba, Intan Inayati Tharo, Theresha Melani Hutagaol, Lita Saragih dan lainnya, penulis ucapkan terima kasih atas dukungan dan bantuannya. Ucapan terima kasih juga penulis berikan kepada semua pihak yang tidak dapat disebut satu persatu penulis ucapakan terima kasih.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna untuk itu penulis mengharapkan saran dari semua pihak demi kesempurnaan skirpsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Medan, April 2015
Penulis
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Ayu Nurul Husnaini, lahir pada tanggal 22 Mei 1992 di kota Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang. Anak ke empat dari 4 (empat) bersaudara dari pasangan Bapak Rohyan dan Ibu Zainab, beragama islam. Menyelesaikan pendidikan dasar di SD 013858 Kisaran, Asahan pada tahun 2003, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 2 Kisaran pada tahun 2006 dan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Karang Baru, Aceh Tamiang pada tahun 2009. Melanjutkan pendidikan ke jenjang Perguruan Tinggi dengan jalur PMP di Universitas Sumatera Utara pada tahun 2009 dengan program studi yang diambil Ilmu Antropologi Sosial di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Berbagai kegiatan yang dilakukan selama menjalani studi yaitu:
• Peserta Olimpiade Biologi Tingkat Sekolah Se-Aceh Tamiang Tahun 2008 • Peserta ROHIS di SMA Negeri 1 Karang Baru Kab. Aceh Tamiang
• Mengikuti pelatihan ”Training of Fasilitator” angkatan I oleh Departemen Antropologi Sosial USU pada tahun 2012.
KATA PENGANTAR
Skripsi merupakan salah satu syarat menyelesaikan studi di Departemen Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Dalam rangka memenuhi persyaratan tersebut penulis telah menyusun sebuah skripsi dengan
judul PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA
PEGAWAI MAHKAMAH SYAR’IYAH KUTACANE.
Pada bagian pendahuluan diuraikan garis besar secara menyeluruh antara lain Latar Belakang, Tinjauan Pustaka, Rumusan Masalah sehingga dapat diketahui apa yang ingin dilakukan dan di ungkapkan dalam penulisan skripsi ini. Selain itu terdapat pula Tujuan Dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian yang berisi Tehnik Pengumpulan Data. Pada bab ini dimaksudkan agar dapat memberikan gambaran secara keseluruhan mengenai penulisan skripsi ini.
Pada Bab II diuraikan mengenai gambaran umum, sejarah, letak geografis, visi dan misi serta struktur organisasi pada kantor Mahkamah Syar’iyah Kutacane. Pada bab ini akan dijelaskan keseluruhan dari badan peradilan yang khusus ada pada wilayah Nanggroe Aceh Darussalam yakni Mahkamah Syar’iyah serta apa saja yang membedakannya dengan badan peradilan yang ada dilaur aceh.
Bab III diuraikan mengenai budaya organisasi Mahkamah Syar’iyah Kutacane. Pada bab ini akan dibahas mengenai hal-hal yang menyangkut pada budaya organisasi keseharian yang dilaksanakan pada kantor ini.
Bab V berisi penutup yang berupa Kesimpulan serta Saran. Pada bagian ini penulis menyampaikan beberapa kesimpulan dari hasil penelitian. Penulis juga menyampaikan saran-saran yang dapat menjadi pertimbangan bagi kantor Mahkamah Syar’iyah Kutacane serta pegawai-pegawai dan tenaga honorer yang ada didalam kantor tersebut.
Pada bagian akhir skripsi penulis juga membuat daftar pustaka sebagai bahan referensi dari skripsi serta lampiran yang berisikan foto-foto lapangan, surat keterangan penelitian beserta informan-informan yang membantu penulis dalam mendapatkan informasi mengenai judul dari penelitian.
Penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna karena keterbatasan pengetahuan, kemampuan, serta pengalaman penulis. Penulis juga mengharapkan kritik beserta saran yang membangun dari semua pihak dengan tujuan kesempurnaan skripsi ini.
Medan, April 2015 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Persetujuan... Halaman Pengesahan...
Pernyataan Originalitas... i
Abstrak... ii
Ucapan Terima Kasih...iii
Daftar Riwayat Hidup...vi
KataPengantar...viii
Daftar Isi... x
Daftar Gambar...xiii
Bab I Pendahuluan 1.1Latar Belakang ... 1
1.2Tinjauan Pustaka ... 7
1.2.1 Pengertian Budaya Organisasi ... 7
1.2.2 Fungsi Budaya Organisasi ... 9
1.2.3 Karakteristik Budaya Organisasi ... 9
1.2.4 Pengertian Kinerja ...11
1.2.5 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kinerja ...12
1.2.6 Penilaian Kinerja ... 13
1.3 Rumusan Masalah ... 14
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 14
1.5 Metode Penelitian ... 15
1.5.1 Observasi Langsung ... 15
1.5.2 Tehnik Wawancara ... 15
1.5.3 Membangun Rapport ... 16
1.5.4 Data Sekunder ... 16
Bab II Gambaran Umum Mahkamah Syar’iyah Kutacane ... 17
2.1 Sejarah dan Letak Geografis Kutacane ... 17
2.2 Sejarah Singkat Mahkamah Syar’iyah ... 21
2.3 Kantor Mahkamah Syar’iyah Kutacane ... 24
2.4 Fasilitas Kantor Mahkamah Syar’iyah ... 26
2.4.1 Ruang Tunggu ... 27
2.4.2 Meja Piket dan Informasi ... 28
2.4.3 Ruang Sidang ... 29
2.4.4 Papan Nomenklatur Struktural dan Fungsional ... 30
2.4.5 Papan Pengumuman ... 32
2.4.6 Papan Pengumuman Sidang ... 33
2.5 Visi dan Misi Mahkamah Syar’iyah Kutacane ... 34
2.6 Struktur Organisasi ... 35
2.7 Tupoksi (Tugas Pokok dan Fungsi)... 36
Bab III Budaya Organisasi Mahkamah Syar’iyah Kutacane ... 39
3.1 Standart Operasioanl Prosedur (SOP) ... 39
3.1.1 Bagian I ... 39
3.1.2 Bagian II ... 41
3.1.3 Staff ... 47
3.1.4 Fungsional ... 52
3.2 Kinerja / Sasaran Kerja Pegawai (SKP) ... 54
3.2.1 Bagian I ... 55
3.2.2 Bagian II ... 63
3.2.3 Staff ... 71
3.2.4 Fungsional ... 72
3.3 Finger Print (Absen Sidik Jari) ... 76
3.4 Seragam Hakim dan Pegawai ... 80
3.5 Rapat Bulanan ... 84
3.6 Sanksi ... 86
3.7 Remonerasi (Tunjangan) ... 91
3.8 Sidang Keliling ... 93
3.10 Tenaga Honorer Beserta Tugas ... 98
3.11 Pembinaan dan Pengelolaan Mahkamah Syar’iyah Kutacane ...106
3.11.1 Sumber Daya Manusia ...106
3.11.2 Rekruitmen ...108
3.11.3 Mutasi ...109
3.11.4 Promosi ...110
3.11.5 Pensiun ...110
3.12 Pengelolaan Saran Prasarana ...110
3.12.1 Pembangunan Gedung Baru ...110
3.12.2 Pemeliharaan Gedung Kantor Mahkamah Syar’iyah...111
3.12.3 Pembangunan Rumah Dinas ...111
3.12.4 Pengadaan Kendaraan Dinas ...112
Bab IV Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja ...114
4.1 Mampu Datang Tepat Waktu ...115
4.2 Mampu Menyelesaikan Pekerjaan ...118
4.3 Informasi Teknologi (IT) ...127
Bab V Penutup ...133
5.1 Kesimpulan ...129
5.2 Saran ...131
Daftar Pustaka... 133
Lampiran Foto Lapangan...135
Data Informan ...140
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Kantor Mahkamah Syar’iyah Kutacane ... 25
Gambar 2 : Ruang Tunggu...28
Gambar 3 : Meja Piket ... 28
Gambar 4 : Meja Informasi ... 29
Gambar 5 : Ruang Sidang ... 30
Gambar 6 : Nomenkaltur Struktural ... 31
Gambar 7 : Nomenkaltur Fungsional ...32
Gambar 8 : Papan Pengumuman ... 32
Gambar 9 : Papan Pengumuman Sidang ... 34
Gambar 10 : Finger Print ... 77
Gambar 11 : Absen Manual Honorer ...78
Gambar 12 : Absen Manual Hakim ...79
Gambar 13 : Absen Manual Pegawai ...79
Gambar 14 : Seragam Mahkamah Agung Pegawai ...82
Gambar 15 : Seragam Safari Hakim ...83
Gambar 16 : Seragam Lain yang Dipakai Pegawai ...84
Gambar 17 : Seragam Sidang ...84
Gambar 18 : Rapat Koordinasi ...86
Gambar 19 : Suasana Rapat ...87
Gambar 20 : Sidang Keliling ... 95
Gambar 21 : Sidang Lapangan Luas Tanah ... ... 96
Gambar 22 : Sidang Lapangan Luas Rumah ... ...96
Gambar 23 : Sidang Lapangan Luas Kebun Sawit ...97
ABSTRAK
Ayu Nurul Husnaini, 2015. Judul skripsi: Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Mahkamah Syar’iyah Kutacane.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis budaya organisasi yang ada pada kantor Mahkamah Syar’iyah Kutacane serta pengaruhnya terhadap kinerja pegawai. Dimana Kutacane merupakan daerah yang sangat jauh jika ditempuh dari kota Medan menghabiskan waktu sekitar tujuh jam perjalanan dan penduduk sekitar mayoritas bekerja sebagai petani.
Metode yang digunakan dalam peelitian ini merupakan metode kualitatif. Metode ini digunakan untuk menggambarkan bagaimana pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja para pegawai. Teknik penelitian yang dilakukan adalah teknik wawancara dan observasi dengan para pegawai yang ada pada kantor Mahkamah Syar’iyah Kutacane sesuai dengan masalah yang diteliti.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1LATAR BELAKANG
Kajian ini membahas tentang pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja pegawai Mahkamah Syar’iyah Kutacane Kabupaten Aceh Tenggara serta mendeskripsikan bagaimana budaya organisasi yang ada pada Mahkamah Syar’iyah. Fokus penelitian adalah melihat seberapa besar pengaruh adanya budaya organisasi terhadap kinerja para pegawai yang ada di kantor tersebut. Budaya organisasi menjadi hal yang memiliki peran penting dalam berdirinya suatu organisasi bahkan budaya organisasi menjadi tolak ukur keberhasilan ataupun kegagalan dalam organisasi tersebut. Budaya organisasi dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai efisiensi, efektivitas, produktivitas, serta semangat kerja yang dimiliki oleh semua orang yang menaungi organisasi.
Suatu instansi didirikan karena memiliki tujuan yang akan dicapai. Dalam mencapai sebuah tujuan membutuhkan orang-orang yang dapat membantu mewujudkan tujuan tersebut. Kesuksesan untuk mencapai tujuan tersebut tergantung kepada kemampuan pegawai dalam mengoperasikan unit kerja, karena keberhasilan dari tujuan yang dicapau tidak lepas dari peran dari orang-orang yang ada di dalam instansi tersebut.
bertanggung jawab terhadap apa yang dibebankan kepadanya maka jika hal ini terjadi organisasi akan berjalan dengan semestinya.
Pegawai merupakan unsur yang strategis dalam menentukan baik tidaknya suatu organisasi. Dalam hal ini organisasi dituntut untuk menbantu dan mengembangkan potensi para pegawai agar memberikan kontribusi yang maksimal pada organisasi serta mempertahankan produktifitas yang dihasilkan oleh para pegawai. Sehingga peningkatan kualitas sumber daya manusia juga perlu dilakukan agar dapat mewujudkan pegawai yang memiliki disiplin dan kinerja yang tinggi, oleh sebab itu peran pemimpin dibutuhkan untuk mewujudkan hal tersebut. Masalah sumber daya manusia yang kelihatannya hanya merupakan masalah intern dari suatu organisasi sesungguhnya mempunyai hubungan
yang erat dengan masyarakat luas sebagai pelayanan publik yang diukur dari kinerja.
Organisasi sesungguhnya merupakan suatu koneksitas manusia yang kompleks dan dibentuk untuk tujuan tertentu, dimana hubungan antar anggotanya bersifat resmi, ditandai oleh aktivitas kerjasama, integrasi dalam lingkungan yang lebih luas, memberikan pelayanan dan produk tertentu dan tanggung jawab kepada hubungan dengan lingkungannya. Organisasi memiliki ciri –ciri pembagian kerja, kekuasaan dan tanggung jawab berkomunikasi, pembagian yang direncanakan untuk mempertinggi realisasi tujuan khusus, adanya satu atau lebih pusat kekuasaan yang mengawasi penyelenggaraan usaha-usaha bersama dalam organisasi dan pengawasan, serta memiliki pengaturan personil dalam mengatur anggotanya dalam melaksanakan tugas organisasi.
begitu halnya dengan organisasi yang memiliki ciri khas sehingga mudah dikenal dan dengan budaya-budaya yang berisikan nilai beserta norma dapat sebagai acuan untuk mengatur para anggota yang memiliki asal-usul yang berbeda.
Budaya adalah suatu pola asumsi dasar yang diciptakan, ditemukan atau dikembangkan oleh kelompok tertentu sebagai pembelajaran untuk mengatasi masalah adaptasi ekternal dan integritas internal yang resmi dan terlaksana dengan baik dan oleh karena itu diajarkan/diwariskan kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang tepat memahami, memikirkan dan merasakan terkait dengan masalah-masalah tersebut (Schein dalam Tika, 2006:3).
Organisasi adalah unit sosial yang sengaja didirikan untuk jangka waktu yang relatif lama, beranggotakan dua orang atau lebih yang bekerja bersama-sama dan terkoordinasi, mempunyai pola kerja tertentu yang terstruktur, dan didirikan untuk mencapai tujuan bersama atau satu set tujuan yang telah ditentukan sebelumnya (Robbins dalam Sutrisno, 2007:5). Penggunaan kata budaya organisasi merupakan budaya yang berlaku dalam perusahaan seperti kerjasama yang terjalin antara beberapa orang dalam organisasi tersebut.
Budaya organisasi pada sebuah perusahaan diciptakan berdasarkan hasil interaksi dari semua orang yang tergabung dalam perusahaan tersebut dan biasanya budaya tersebut tertulis sehingga dapat dilihat dan dipatuhi oleh semua orang yang tergabung dalam organisasi. Budaya organisasi sebagai suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota dan inilah yang membedakan organisasi satu dengan lainnya.
budaya yaitu budaya organisasi atau organization culture dan budaya ini menjadi budaya yang satu-satunya ada dalam organisasi tersebut sehingga memudahkan dalam hal bekerjasama untuk mencapai satu tujuan. Namun tidak menutup kemungkinan jika ada beberapa pelaku organisasi yang sulit menerimanya.
Selain dari budaya yang mengatur individu-individu yang ada dalam organisasi, kinerja juga merupakan hal yang penting bagi para pegawai sulitnya untuk mengukur tingkat kinerja ini terkadang mengharuskan pimpinan untuk melakukan pekerjaan tambahan guna meningkatkan semangat pegawai dalam bekerja baik itu berupa penghargaan ataupun pujian yang dilontarkan sehingga para pegawai merasa pekerjaannya dihargai dan semakin menimgkatkan kualitas kerja dan pimpinan juga wajib memantau kinerja para pegawai.
Pengukuran kinerja organisasi perlu dilakukan dalam memastikan
pemahaman para pelaksana dan mengukur pencapaian prestasi, memastikan
tercapainya skema prestasi yang disepakati, memonitor dan mengevaluasi kinerja
dengan perbandingan antara skema kerja dan pelaksanaan, memberikan penghargaan
maupun hukuman yang obyektif atas prestasi pelaksanaan yang telah diukur sesuai
sistem pengukuran yang telah disepakati, menjadikan sebagai alat komunikasi antara
pegawai dan pimpinan dalam upaya memperbaiki kinerja organisasi, memastikan
bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara obyektif dan mengungkapkan
permasalahan yang terjadi.
Kinerja yang dimiliki oleh instansi pemerintahan pada hakikatnya merupakan
suatu akibat dari persyaratan kerja yang harus dipenuhi oleh pegawai. Pegawai akan
bersedia bekerja dengan penuh semangat apabila merasa kebutuhan baik fisik dan non
yang menjadi ujung tombak kantor itu. Kesadaran para pegawai ataupun pimpinannya
akan pengaruh positif budaya organisasi terhadap produktivitas organisasi akan
memberikan motivasi yang kuat untuk mempertahankan, memelihara, dan
mengembangankan budaya organisasi yang dimiliki, sehingga merupakan daya
dorong yang kuat untuk kemajuan organisasi.
Penelitian kali ini terfokus pada pegawai Mahkamah Syar’iyah Kutacane yang merupakan badan peradilan hukum yang dinaungi oleh Mahkamah Agung sebagai badan peradilan syari’at Islam di Aceh. Mahkamah Syar’iyah merupakan pengadilan Khusus dalam lingkungan Peradilan Agama. Peradilan Syar’iat islam merupakan pengadilan khusus dalam lingkungan peradilan agama sepanjang wewenangnya menyangkut wewenang peradilan agama dan merupakan pengadilan khusus dalam lingkungan peradilan umum sepanjang wewenangnya menyangkut wewenang peradilan umum. Wewenang Mahkamah Syar’iyah sebagai pengadilan khusus seperti yang dijelaskan dalam pasal 3A Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tidak lafi terbatas dalam bidang perdata tetapi juga mencakup bidang mu’amalah dan jinayah. Sebagai bagian dari sistem peradilan Indonesia Mahkamag Syar’iyah memiliki dua kompetensi dasar yaitu wewenang Peradilan Agama dan sebahagian wewenang Peradilan Umum. Penyempurnaan yang menyangkut dengan kewenangan tambahan dari Mahkamah Syar’iyah tersebut harus dibuat dalam bentuk undang-undang khuss yang mengatur
tentang Mahkamah Syar’iyah sebagai pengadilan khusus sebagaimana yang diatur dalam Pasal 24 ayat (3) UUD 1945 1
1
http://pustaka.unpad.ac.id//kewenangan –mahkamah-syar’iyah-pdf (diakses tanggal 26 februari
Mahkamah Syar’iah (MS) merupakan Lembaga Peradilan Syari’at Islam di Aceh sebagai pengembangan Peradilan Agama. Penggunaan nama Mahkamah Syar’iyah (MS) hanya dapat dijumpai pada daerah Aceh saja berbeda dengan daerah lainnya seperti Sumatera Utara dikenal dengan nama Pengadilan Agama (PA) yang menangani masalah perkawinan, wasiat, kewarisan serta hibah dll sama halnya dengan Pengadilan Agama (PA) namun pada MS di Aceh ditambah dengan perkara jinayat. Mahkamah Syar’iyah sama seperti dengan organisasi lainnya yang memiliki budaya organisasi yang mengatur segala kegiatan para karyawan yang berada di dalamnya.
Setiap orang pasti tahu yang namanya Pengadilan Agama yakni suatu instansi pemerintahan yang menangani masalah perkawinan, harta warisan dsb begitupun dengan Mahkamah Syar’iyah yang berada di daerah istimewa Aceh seluruhnya namun hal jinayat (seperti khamr, maisir dan khalwat) menjadi bahan tambahan yang dimiliki oleh MS ini dibandingkan dengan instansi peradilan lainnya yang berada diluar Aceh. Begitu pula dengan visi dan misi yang dimiliki oleh Mahkamah Syar’iyah
terdapat satu Mahkamah Syar'iyah Provinsi dan 20 Mahkamah Syar'iyah2
1.2TINJAUAN PUSTAKA
. Atas dasar belakang tersebut yang menjadi ketertarikan peneliti untuk meneliti budaya organisasi serta pengaruhnya dengan kinerja para pegawai.
1.2.1 Pengertian Budaya Organisasi
Kebudayaan menurut Kluckhon (dalam Suparlan, 1983:69) adalah
keseluruhan cara hidup manusia yaitu warisan sosial yang diperoleh seseorang dari kelompoknya. Atau kebudayaan bisa dianggap sebagai bagian lingkungan yang diciptakan manusia.
Indriyo Gitusodarmo (1997:1) menjelaskan organisasi adalah suatu sistem yang terdiri dari pola aktivitas kerjasama yang dilakukan secara teratur dan berulang-ulang oleh sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan. Dari pengertian di atas menunjukkan bahwa organisasi memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
1. Sistem
Bahwa organisasi adalah kumpulan dari sub-sub sistem 2. Pola aktivitas
Bahwa didalamnya ada aktivitas-aktivitas yang dilakukan orang yang dilaksanakan secara relatif teratur dan cenderung berulang.
3. Sekelompok orang
Organisasi adalah kumpulan orang-orang 4. Tujuan
Setiap organisasi didirikan adalah untuk mencapai suatu tujuan. Budaya organisasi dapat didefinisikan sebagai perangkat sistem nilai-nilai (values), keyakinan-keyakinan (beliefs), asumsi-asumsi (asumsiptions), atau norma-norma yang telah lama berlaku, disepakati dan diikuti oleh para anggota suatu organisasi sebagai pedoman perilaku dan pemecaham masalah-masalah organisasinya. Budaya organisasi juga disebut budaya perusahaan, yaitu seperangkat nilai-nilai atau norma-norma yang telah relatif lama berlakunya, dianut bersama oleh para anggota organisasi (karyawan) sebagai norma perilaku dalam me nyelesaikan masalah-masalah organisasi. Dalam budaya organisasi terjadi sosialisasi nilai-nilai dan menginternalisasi dalam diri para anggota menjiwai orang per orang di dalam organisasi. Dengan demikian maka budaya organisasi merupakan jiwa organisasi dan jiwa para anggota organisasi (Killman dalam Sutrisno, 2007:2).
Peter F. Druicker (dalam Tika, 2006:4) menjelaskan budaya organiasasi adalah pokok penyelesaian masalah-masalah eksternal dan internal yang pelaksanaannya dilakukan secara konsisten oleh suatu kelompok yang kemudian mewariskan kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang tepat untuk memahami, memikirkan dan merasakan terhadap masalah-masalah terkait.
Budaya organisasi merupakan suatu kekuatan sosial yang tidak tampak, yang dapat menggerakkan orang-orang dalam suatu organisasi untuk melakukan aktivitas kerja (Sutrisno, 2011:2).
1.2.2 Fungsi Budaya Organisasi
Stephen P. Robbins dalam bukunya Organizational Behavior membagi lima fungsi budaya organisasi sebagai berikut:
a. Berperan menetapkan batasan
b. Mengantarkan suatu perasaan identitas bagi anggota organisasi c. Mempermudah timbulnya komitmen yang lebih luas daripada
kepentingan individual seseorang.
d. Meningkatkan stabilitas sistem sosial karena merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi
e. Sebagai mekanisme kontrol dan menjadi rasional yang memandu dan membentuk sikap serta perilaku para karyawan
1.2.3 Karakteristik Budaya Organisasi
Robbins (dalam Tika, 2006:10) menyatakan ada 10 karakteristik yang apabila dicampurkan dan dicocokkan akan menjadi budaya organisasi yakni:
1. Inisiatif individual adalah tingkat tanggung jawab, kebebasan atau independensi yang dipunyai setiap individu dalam mengemukakan pendapat.
3. Pengarahan adalah sejauh mana suatu organisasi menciptakan dengan jelas sasaran dan harapan yang diinginkan. Sasaran dan harapan tersebut jelas tercantum dalam visi dan misi serta tujuan organisasi dan kondisi ini dapat berpengaruh terhadap kinerja pegawai.
4. Integrasi adalah dimana suatu organisasi dapat mendorong unit-unit organisasi untuk bekerja dengan cara yang terkoordinasi. Kekompakan unit-unit organisasi dalam bekerja dapat mendorong kualitas dan kuanitas pekerjaan yang dihasilkan.
5. Dukungan manajeman adalah sejauh mana para atasan dapat memberikan komunikasi atau arahan, bantuan serta dukungan yang jelas terhadap bawahan. Perhatian atasan terhadap bawahan (pegawai) sangat membantu kelancaran kinerja suatu organisasi.
6. Kontrol adalah pengawasan langsung dari atasan berdasarka peraturan-peraturan atau norma-norma yang berlaku guna untuk mengawasi dan mengendalikan perilaku pegawai.
7. Sistem imbalan adalah imbalan (kenaikan gaji dan promosi) yang diberikan berdasarkan prestasi kerja pegawai bukan senioritas hal ini dapat mendorong pegawai untuk berperilaku inovatif dan mencari prestasi kerja.
8. Identitas adalah satu kesatuan dalam perusahaan bukan sebagai kelompok kerja dalam mencapai tujuan dan sasaran organisasi.
10. Pola komunikasi adalah sejauh mana komunikasi antara atasan dan bawahan tidak dibatasi oleh hirearki kewenangan.
1.2.4 Pengertian Kinerja
Dalam suatau organiasasi perlu ada yang namanya anggota organisasi yang terdiri dari individu-individu yang bekerja sama dalam mencapai tujuan dari organiasasi tersebut. Individu yang tergabung dalam organisasi harusnya memiliki kinerja yang baik sehingga dapat terlihat apakah budaya organisasi yang ada didalamnya penting terhadap kinerja para anggota organisasi.
Miner (Sutrisno, 2011:170) mengemukakan kinerja adalah bagaimana seseorang diharapkan dapat berfungsi dan berperilaku sesuai dengan tugas yang telah dibebankan kepadanya. Setiap harapan mengenai bagaimana seseorang harus berperilaku dalam melaksanakan tugas, berarti menunjukkan suatu peran dalam organisasi.
Tika (2006:121) menjelaskan kinerja sebagai hasil-hasil fungsi pekerjaan/kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu.
1.2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Stoner (1978) dalam bukunya Management mengemukakan bahwa kinerja adalah fungsi dari motivasi, kecakapan, dan persepsi peranan. Menurut Prawirosentono (dalam Sutrisno, 2011:176) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan adalah sebagai berikut:
1. Efektivitas dan Efisiensi
Masalahnya adalah bagaimana proses terjadinya efisiensi dan efektivitas organisasi. Dikatakan efektif bila mencapai tujuan, dikatakan efisien bila hal-hal itu memuaskan sebagai pendorong mencapai tujuan terlepas dari efektif atau tidak.
2. Otoritas dan Tanggung Jawab
Dalam organisasi wewenang dan tanggung jawab telah didelegasikan dengan baik, tanpa adanya tumpang tindih tugas. Masing-masing karyawan yang ada dalam organisasi mengetahui apa yang menjadi haknya dan tanggung jawabnya dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Kejelasan wewenang dan tanggung jawab setiap orang dalam suatu organisasi akan mendukung kinerja karyawan tersebut. Kinerja karyawan akan dapat terwujud bila karyawan mempunyai komitmen dengan organisasinya dan ditunjang dengan disiplin kerja yang tinggi.
3. Disiplin
maka karyawan bersangkutan harus sanggup menerima hukuman yang telah disepakati.
4. Inisiatif
Inisiatif berkaitan dengan daya pikir, kreativitas dalam bentuk ide untuk merencanakan sesuatu yang berkaitan dengan tujuan organisasi. Setiap inisiatif sebaiknya mendapatkan perhatian ataupun tanggapan positif dari atasan.
1.2.6 Penilaian Kinerja
Pada prinsipnya kinerja unit-unit organisasi dimana seseoarang atau sekelompok orang berada di dalamnya merupakan pencerminan dari kinerja sumber daya manusia bersangkutan. Bernadin dan Rusel (dalam sutrisno, 2011:179) yakni:
1. Quality, merupakan tingkat sejauh mana proses atau hasil pelaksanaan kegiatan mendekati kesempurnaan atau mendekati tujuan yang diharapkan.
2. Quantity, merupakan jumlah yang dihasilkan
3. Timeliness, merupakan sejauh mana suatu kegiatan diselesaikan pada waktu yang dikehendaki, dengan memperhatikan koordinasi output lain serta waktu yang tersedia untuk kegiatan orang lain.
5. Need for supervision sejauh mana seorang dapat melaksanakan suatu fungsi pekerjaan tanpa memerlukan pengawasan.
6. Interperpersonal impact, sejauh mana pegawai memelihara nama baik dan kerja sama di antara rekan kerja.
1.3 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan masalah tersebut dapat dibagi dalam beberapa pertanyaan yakni:
1. Bagaimana budaya organisasi yang diterapkan pada Mahkamah Syar’iyah Kutacane?
2. Apa pengaruh budaya organisasi terhadap peningkatan kinerja para pegawai?
1.4TUJUAN dan MANFAAT
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui budaya organisasi yang ada pada kantor Mahkamah Syar’iyah Kutacane, dan untuk mengetahui kinerja para pegawai kantor Mahkamah Syar’iyah Kutacane serta melihat pengaruh penerapan budaya organisasi terhadap peningkatan kinerja para pegawai. Mahkamah Syari’iyah sebagai lembaga peradilan yang memiliki tujuan yang sama-sama dicapai bersama dengan para pegawai. Penelitian ini menitikberatkan pada pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja para pegawai, apakah budaya yang ada memberikan peranan penting dalam mencapai produktivitas para pegawai.
dengan tujuan agar lebih baik kedepannya. Selain itu dapat bermanfaat untuk menambah wawasan keilmuan dalam bidang antropologi khususnya mengenai budaya organisasi.
1.5 METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Peneliti akan mendeskripsikan budaya organisasi yang berlaku pada kantor Mahkamah Syar’iyah serta pengaruhnya terhadap para pegawai yang ada didalamnya. Menurut Moleong (2005:6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik dan dengan cara deskprisi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Penelitian ini akan dilakukan pada Kantor Mahkamah Syar’iyah Jl. T.Bedussamad No 259. KUTACANE.
1.5.1 Teknik Observasi Langsung (Pengamatan)
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
1.5.2 Teknik Wawancara
Penulis akan melakukan wawancara mendalam mengenai budaya organisasi serta kinerja pegawai lalu kemudian mengaitkan pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja dan penulis akan bertanya kepada Ketua selaku pimpinan tertinggi yang ada di kantor serta jajarannya Wakil Ketua, Para Hakim, Para Pegawai serta tenaga honorer yang ada di kantor Mahkamah Syar’iyah. 1.5.3 Membangun Rapport (Hubungan Baik)
Untuk membangun raport saya cukup tersenyum dan memberikan sapaan terhadap pegawai dan jajarannya yang ada di kantor tersebut kemudian saya akan mendatangi ke setiap ruangan untuk mendekatkan diri dengan para pegawai di sela-sela waktu luang mereka sehingga dapat memunculkan kesan baik sehingga mereka tidak menganggap saya sombong terhadap mereka. Selain itu saya juga akan berbaur dengan pegawai wanita dan ngobrol-ngobrol satu sama lain dengan menceritakan banyak hal selain mengenai masalah di kantor hingga pada masalah lain diuar kantor. Sehingga pada akhirnya sering terjadi obrolan yang berisi curahan hati masing-masing pegawai tentang kehidupan pribadinya atau hal-hal lain sehingga tidak ada lagi rasa canggung.
1.5.4 Data Sekunder
BAB II
GAMBARAN UMUM MAHKAMAH SYAR’IYAH (MS)
KUTACANE
2.1 SEJARAH dan LETAK GEOGRAFIS KUTACANE
Menurut Sufi, dkk (2006:11), Kutacane adalah Kabupaten Aceh Tenggara dengan Ibukota Kutacane adalah salah satu daerah dalam wilayah administrasi Pemerintahan Daerah Provinsi Aceh. Wilayah Kabupaten Aceh Tenggara dikelilingi oleh Kabupaten lainnya dalam wilayah Provinsi Aceh dan Provinsi Sumatera Utara. Dengan demikian kabupaten ini tidak memiliki batas wilayah laut sebagaimana yang dimiliki oleh kabupaten lainnya seperti Kabupaten Aceh Selatan dan Kabupaten Aceh Barat, yang memiliki wilayah garis pantai bagian Barat. Sedangkan garis pantai sebelah Timur dimiliki oleh Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Pidie, dan sebagian wilayah Kabupaten Aceh Besar.
Kuta Cane berasal dari dua suku kata yaitu Kuta dan Cane. Kuta berasal dari bahasa Alas berarti Kota atau Kampung tempat permukiman penduduk, dan Cane berasal dari bahasa Belanda yang artinya Tebu. Kenapa diambil dari bahasa Belanda, mengingat bahwa Belanda lah yang pertama kali menjajah di wilayah Gayo-Alas. Jadi Kuta Cane maksudnya Kota Tebu.
keluarga yang dilakukan secara berkelompok atau sekampung ke pihak yang mengundang dengan maksud memberi makan pihak pemamanen, dan pihak pemamanen membawakan peulawat (uang) serta bawaan tebu (kado) kepada pihak yang dituju.
Dulunya kata orang-orang tua dikampung, setiap pemamanen sebagai barang bawaan kepada pihak yang dikunjungi (ke tempat pesta) selain pelawat mereka juga membawa tebu untuk diserahkan. Bahkan masih sempat sewaktu saya berusia sekitar 9 tahunan setiap berkunjung ke rumah kakek, kami pernah diberikan tebu sebagai oleh-oleh dibawa ke rumah. Meskipun perkebunan tebu dalam skala besar tidak ada di daerah ini, namun dapat dipastikan bahwa setiap perkebunan maupun perkarangan rumah masyarakat yang ada di wilayah Gayo-Alas, khususnya Kutacane pasti ada menanam Tebu untuk dikonsumsi maupun dijual di pasar3
Kabupaten Aceh Tenggara sebelum terbentuknya Kodam I/Iskadndar Muda, dan pembentukan Provinsi Aceh, Kewedaan Tanah Alas dan Aceh Tengah termasuk dalam wilayah Sumatera Utara. Pada tahun 1957 setelah terbentuknya Provinsi Daerah Istimewa Aceh terbentuk Panitia Aksi Tuntutan Rakyat Tanah Alas/Gayo yang menolak dimasukkannya Tanah Alas dan Gayo Lues ke Provinsi Sumatera Utara dan mengusulkan agar Ibu Kota Kabupaten Aceh Tengah di pindahkan ke Kutacane, namun jika pemindahan ibu kota kabupaten tidak dimungkinkan.
.
3
Tim mengusulkan agar Kewedaan Tanah Alas dan Gayo Lues dibentuk kabupaten dengan ibu kota Kutacane.
Setelah perjuangan selama 17 tahun (1957-1974), pada hari Kamis tanggal 4 Juni 1974 Kewedanan Tanah Alas dan Gayo Lues resmi menjadi Kabupaten Aceh Tenggara berdasarkan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1974 dan Letkol Syahadat menjadi Bupati yang pertama. Namun pada tahun 2002 kewedanan Gayo Lues memisahkan diri dan membentuk Kabupaten Gayo Lues dengan keluarnya Undang-undang Nomor 4 Tahun 2002 dengan ibukota di Blangkejeren4
Secara Geografis wilayah Kabupaten Aceh Tenggara terletak pada 3055'23”–4016'37” Lintang Utara dan 96043'23‘–98010'32” Bujur Timur, dengan luas wilayah 4. 231,41 Km² dan ketinggian 25-1000 m di atas permukaan laut dengan dikelilingi Hutan Taman Nasional Gunung Lauser dan Bukit Barisan, dengan batas-batas wilayah sebagai berikur :
.
5
Terbentuk pada tahun 1974 dengan ibukota Kutacane, Kabupaten Aceh Tenggara sampai tahun 2012 terdiri dari 16 Kecamatan dan 385 Desa. Sebanyak 282 desa diantaranya terletak di lembah dan 103 terletak di kawasan lereng Taman Nasional Gunung Leuser dan Bukit Barisan. Jumlah penduduk Aceh Tenggara berdasarkan hasil proyeksi tahun 2012 adalah sebanyak 184.150 jiwa
Sebelah Utara Berbatasan dengan Kabupaten Gayo Lues. Sebelah Timur dengan Provinsi Sumatera Utara.
Sebelah Selatan dengan Kab. Aceh Selatan dan Kab. Aceh Singkil. Sebelah Barat berbatasan dengan Kab. Aceh Selatan.
4
Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Tenggara, Aceh Tenggara Dalam Angka 2013, diterbitkan oleh BPS Aceh Tenggara, Kutacane, 2013, halaman xlvi.
dengan 91.880 penduduk laki-laki dan 92.270 penduduk perempuan. Pada umumnya penduduk di Aceh Tenggara bermata pencaharian sebagai Petani atau Pekebun, hal ini ditunjang dengan keadaan alam yang dimungkinkan bagi penduduk untuk berkecimpung di dalamnya6
Penduduk Kabupaten Aceh Tenggara terdiri dari beberapa suku bangsa, yang lebih dominan adalah suku Alas dan suku Gayo, selain itu ada suku Minangkabau, suku Singkil, suku Aceh, suku Pak-Pak, suku Karo, suku Batak, suku Mandailing, suku Jawa, suku Sunda, suku Nias.dan suku Aneuk Jamee. Bahasa Alas dan Gayo digunakan oleh mayoritas masyarakat Kabupaten Aceh Tenggara, bahasa Indonesia tetap menjadi bahasa ibu, sebagai bahasa bisnis, sekolah, pemerintah, universitas, dan kantor
.
2.1.1 Suku- Suku di Kutacane
7
Pada umumnya penduduk Kabupaten Aceh Tenggara menganut Agama Islam dengan persentasi 87,78 % dan sebagian kecil saja dari penduduk tersebut yang menganut agama Kristen Katholik dengan persentasi 1,77 % dan Kristen Protestan dengan persentasi 10,45 %
.
8
6
Ibid, halaman 61
. Untuk menunjang kegiatan Ibadah sehari-hari masyarakat Kabupaten Aceh Tenggara, pemerintah kabupaten dan masyarakat telah menyediakan dan membangun sarana ibadah, yang terdiri dari 212 Mesjid, 128 Meunasah/Mushalla dan 128 Gereja (Sufi, dkk, 2006:21).
8
Di Kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas hidup berdampingan dengan 12 etnis lainnya dan penduduk yang beragama Islam berdampingan dengan penduduk yang beragama Kristen Protestan dan Khatolik, walaupun memiliki keanekaragaman dari segi etnis dan agama, di tanah Alas tidak pernah terjadi konflik antar penduduk yang diakibatkan oleh perbedaan tersebut. Inilah yang membuat wilayah perbukitan di daerah Aceh Tenggara terkesan damai dan asri heterogen.
Keheterogenan kehidupan di tanah Alas kemudian menjadi keunikan tersendiri yang dimiliki oleh Aceh Tenggara, membuat kehidupan setiap elemen masyarakatnya sangat berwarna dan bervariasi. Setiap unsur masyarakat yang berbeda kebudayaan saling berbaur dan saling mempengaruhi antara satu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain.
Atas dasar etiologi kehadiran berbagai etnis di tanah Alas, jelaslah bahwa tidak ada satu orang pun yang dapat hidup berdiri sendiri, begitu juga dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten ini. Semua pihak perlu terlibat baik secara langsung maupun tidak. Keberagaman suku dan keyakinan akan menjadikan keunikan tersendiri bagi masyarakat di sana dalam membangun daerahnya.
2.2 SEJARAH SINGKAT MAHKAMAH SYAR’IYAH
rangka pelaksanaan otonomi khusus adalah Peradilan Syari’at Islam yang dilaksanakan oleh Mahkamah Syar’iyah.
Mahkamah Syar`iyah adalah lembaga Peradilan Syari'at Islam di Nanggroe Aceh Darussalam sebagai pengembangan dari Peradilan Agama yang diresmikan pada tanggal 4 Maret 2003 M/1 Muharram 1424 H sesuai dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2001, Keppres Nomor 11 Tahun 2003 dan Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 10 Tahun 2002.
Dalam Undang-undang Dasar 1945 Pasal 24 menyebutkan hanya 4 (empat) lingkungan badan Peradilan yaitu :
1. Lingkungan Badan Peradilan Umum. 2. Lingkungan Badan Peradilan Agama 3. Lingkungan Badan Peradilan Militer dan
4. Lingkungan Badan Peradilan Tata Usaha Negara.
Selanjutnya yang dimaksud dengan kewenangan dalam bidang muamalat meliputi hukum kebendaan dan perikatan seperti :
- Jual beli, hutang piutang.
- Qiradh (permodalan)
- Musaqoh, Muzara’ah, mukhabarah, (bagi hasil pertanian)
- Wakilah (kuasa),syirkah (perkongsian)
- Ariyah (pinjam meminjam), Hajru (penyitaan harta), syuf’ah (hak Langgeh), Rahn(Gadai)
- Ihyaul Mawat (pembukaan lahan), Ma’din (tambang),Lughatah (barang temuan)
- Perbankan, Ijarah (sewa menyewa),takaful
- Perburuhan
- Harta Rampasan
- Wakaf,hibah, shadaqah dan hadiah.
Sedangkan yang dimaksud kewenangan bidang jinayat adalah :
a. Hudud mencakup zina, menuduh berzina (qazhaf), mencuri, merampok, menuman keras dan napza, murtad, pemberontakan (bughat)
b. Qishas/diat meliputi : pembunuhan, penganiayaan.
penipuan, pemalsuan, Khlawat meninggalkan shalat fardhu dan puasa ramadhan.
Pelaksanaan kewenangan Mahkamah Syar’iyah khususnya dalam bidang Jinayah, akan dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan, kompotensi dan ketersediaan sumber daya manusia. Hal ini secara tegas telah digariskan dalam Pasal 3 ayat (2) Keputusan Presiden RI No. 11 Tahun 2003.
2.3 KANTOR MAHKAMAH SYAR’IYAH KUTACANE
Kantor Mahkamah Syar’iyah Kutacane merupakan kantor bekas Departemen Agama karena dulunya Mahkamah Syar’iyah dan Departemen Agama memiliki satu naungan yakni Kementrian Agama namun pada tahun 2003 dipecah Mahkamah Syar’iyah dibawah naungan Mahkamah Agung dan Departemen Agama tetap berada dibawah naungan Kementrian Agama. Departemen Agama kini sudah meemiliki kantor sendiri sedangkan Mahkamah Syar’iyah belum sehingga kantor tersebut dijadikan kantor Mahkamah Syar’iyah untuk sementara waktu sampai kantor Mahkamah Syar’iyah selesai di bangun.
Gambar 1: Kantor Mahkamah Syar’iyah Jl. T. Bedussamad no 259 Kutacane
Kantor ini tergolong bangunan lama dan tidak bertaraf bangunan Mahkamah Agung. Dalam bangunan ini susunan ruangan tidak sesuai standar yang ditentukan untuk Kantor Mahkamah Syar’iyah bahkan mushalla khusus tidak dimiliki oleh kantor ini. Mushalla yang digunakan merupakan pengalihan dari ruang kerja yang tidak dipakai lagi dan merangkap menjadi ruangan penyimpanan seperti gudang dan ini yang digunakan oleh pegawai wanita yang ingin shalat sedangkan pegawai laki-laki lebih memilih shalat di masjid yang letaknya tidak jauh dari kantor Mahkamah Syar’iyah.
akhir tahun 2014. Pada awal tahun 2015 Mahkamah Syar’iyah sudah berkoordinasi dengan pemda setempat untuk membangun kantor Mahkamah Syar’iyah Kutacane dan saat ini kantor tersebut dalam pembangunan dengan luas kurang lebih 10 rantai dan akan dibangun dengan dua lantai yang ditargetkan akhir tahun 2015 ini akan selesai dan dapat dihuni menjadi kantor Mahkamah Syar’iyah Kutacane. Sehingga dapat dipastikan selambat-lambatnya awal tahun 2016 kantor Mahkamah Syar’iyah Kutacane yang baru sudah selesai dan dapat langsung ditempati sehingga kantor Mahkamah Syar’iyah sama dengan kantor Mahkamah Syar’iyah lainnya yang ada di Kutacane.
2.4 FASILITAS KANTOR MAHKAMAH SYAR’IYAH
Layaknya kantor haruslah memiliki fasilitas yang menunjang kegiatan kantor agar kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik. Kutacane yang berada dikelilingi oleh perbukitan menyebabkan kota ini sedikit jauh perkembangannya dengan kota lainnya selain permasalahan jarak tempuh serta kondisi jalan yang buruk sampai tingginya kemungkinan terjadinya bencana longsor ketika musim hujan menjadi penyebab sulitnya pembangunan perkantoran di kota ini.
kegiatan kerja sehingga para pencari keadilan merasa nyaman berada di kantor ini dalam rangka penyelesaian perkara. Fasilitas yang dimiliki kantor ini antara lain:
2.4.1 Ruang Tunggu
Kantor Mahkamah Syar’iyah merupakan kantor yang pernah dipakai oleh Departemen Agama dan sekarang menjadi kantor Mahkamah Syar’iyah. Bisa dikatakan kalau kantor ini memiliki bangunan tua yang tidak berstandar kantor Mahkamah Syar’iyah namun karena tidak memiliki pilihan lain sehingga kantor ini tetap masih beroperasi hingga sekarang.
.
Gambar 2: Terlihat ibu-ibu duduk sambil menunggu giliran sidang
2.4.2 Meja Piket dan Meja Informasi
Selain ruang tunggu terdapat meja piket dan meja informasi yang letaknya berdekatan dengan kursi-kursi pada ruang tunggu. Meja piket dan meja informasi digunakan untuk memudahkan para pencari keadilan untuk bertanya agar tidak membingungkan mereka untuk mendaftar dan lain sebagainya.
Meja piket ini diisi oleh satpam yang bertugas mengarahkan para pencari keadilan sesuai dengan keluhan yang disampaikan. Selain itu satpam juga bertugas menjaga keamanan dalam jalannya sidang agar tetap kondusif dan tidak ada yang membahayakan para majelis hakim. Sedangkan meja informasi diisi oleh pegawai, guna meja informasi membantu para pencari keadilan untuk memberikan informasi yang dibutuhkan seperti informasi mendaftarkan gugatannya baik itu perceraian, isbat nikah, maupun harta warisan. Tidak berbeda dengan meja piket meja informasi juga diperuntukkan untuk memudahkan para pencari keadilan untuk bertanya seputar jadwal sidang, kelengkapan berkas, serta hal-hal lainnya.
Gambar 4: Meja informasi
2.4.3 Ruang Sidang
bagi para pencari keadilan. Ruangan ini digunakan untuk melakukan kegiatan sidang baik sidang perceraian, harta warisan, jinayat ataupun isbat nikah. Setiap berlangsungnya sidang biasaya dihadiri majelis hakim yang berisi hakim ketua, dan dua orang hakim anggota dan satu orang panitera dan lamanya sidang tidak dapat ditentukan karena tergantung dari selesai atau tidaknya suatu perkara menurut para majelis hakim.
Gambar 5 : Ruang sidang (tempat berlangsungnya persidangan) serta majelis hakim yang bertindak sebagai pemberi keadilan.
2.4.4 Papan Nomenklatur Struktural dan Fungsional
atau sedang diluar, dengan tujuan agar para pencari keadilan tau jika sedang mencari para pejabat struktural ataupun fungsional sehingga dapat memudahkan para pencari keadilan dalam mencari pejabat sesuai dengan nama yang tertera disitu. Dengan kata lain papan ini seperti papan pemberitahuan keberadaan pejabat struktural dan pejabat fungsional.
Gambar 7: Nomenklatur Fungsional
2.4.5 Papan Pengumuman
Gambar 8: Papan Pengumuman
tersebut ditempelkan di papan ini dengan tujuan agar dapat dilihat jika saja yang bersangkutan datang langsung ke kantor Mahkamah Syar’iyah Kutacane untuk mencari kebenarannya. Selain itu pemanggilan pihak yang tidak diketahui ini juga disiarkan melalui radio daerah yang bekerja sama dengan Mahkamah Syar’iyah untuk melakukan siaran yang berisi pemanggilan terhadap pihak tersebut untuk segera datang ke kantor Mahkamah Syar’iyah dan memenuhi panggilan tersebut. Pemanggilan melalui radio ini dilakukan selama 4 bulan dan apabila selama tenggang waktu tersebut yang bersangkutan tidak datang maka sidang tersebut dianggap selesai dan perkara tersebut putus.
2.4.6 Papan Pengumuman Sidang
Papan pengumuman sidang ini berisi mengenai jadwal sidang baik itu sidang cerai, warisan dsb. Jadwal sidang ini akan berganti setiap harinya sesuai dengan jadwal orang-orang yang sidang pada hari itu sesuai dengan yang telah ditentukan. Pada papan ini lengkap dengan nama, jenis perkara, waktu persidangan, serta nama majelis hakim yang menangani perkara tersebut.
Gambar 9: Papan Pengumuman Sidang
2.5 VISI dan MISI MAHKAMAH SYAR’IYAH
Sama halnya dengan kantor-kantor lainnya Mahkamah Syar’iyah juga memiliki visi dan misi sebagai garis besar dalam melakukan semua kegiatan yakni:
VISI : Terwujudnya Badan Peradilan yang Agung
MISI : 1. Menjaga kemandirian badan peradilan
2.Memberikan pelayanan hukum yang berkeadilan kepada pencari keadilan
3.Meningkatkan kualitas kepemimpinan badan peradilan
Ketua : Drs Husaini SH Panitra / Sekretaris
Drs. Samsuar Husein SH
Wakil Panitera : Drs. Jemadil
2.7 TUPOKSI (Tugas Pokok dan Fungsi)
1. Ketua
• Pemimpin pelaksanaan tugas dalam mengawasi, mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas sesuai dengan kebijakan tugas menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Wakil Ketua
• Mewakili ketua dalam hal merencanakan dan melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai wakil ketua serta mengkoordinasi dan melaporkan pengawasan tugas
3. Hakim
• Menerima dan meneliti berkas perkara serta bertanggung jawab atas perkara yang diterima yang menjadi wewenangnya baik dalam proses maupun penyelesainnya sampai dengan minutasi.
2. Panitera/ Sekretaris
5. Wakil Panitera
• Membantu panitera dalam melaksanakan tugas-tugas kepaniteraan dan bertanggung jawab dalam mengawasi tugas meja I meja II meja III. Mengevaluasi dan melaporkan tugas sesuai dengan perundangan yang berlaku.
6. Kepala Urusan Umum
• Memimpin dan mengkoordinir dan menggerakkan seluruh aktivitas pada sub bagian bagian umum (rumah tangga) serta menyiapkan konsep rumusan kebijakan dalam pelaksanaan mengevaluasi dan membuat laporan/ bertanggung jawab kepada wakil sekretaris.
7. Kepala Urusan Kepegawaian
• Memimpin dan mengkordinir / menggerakkan seluruh aktivitas pada sub bagian kepegawaian serta menyiapkan konsep rumusan kebijakan dan pelaksanaan mengevaluasi dan membuat laporan/ bertanggung jawab kepada wakil sekretaris.
8. Kepala Urusan Keuangan
• Memimpin dan mengkordinir/menggerakkan seluruh aktivitas sub bagian keuangan serta menyiapkan konsep rumusan kebijakan dan pelaksanaan mengevaluasi dan membuat laporan/ bertanggung jawab kepada wakil sekretaris.
9. Panitera Muda Gugatan
• Memimpin dan mengkoordinasi/ menggerakkan seluruh aktivitas pada bagian gugatan serta menyiapkan konsep rumusan kebijakan dalam pelaksanaan, mengevaluasi dan membuat laporan dan bertanggung jawab kepada wakil panitera.
10.Panitera Muda Permohonan
• Memimpin dan mengkoordinasi/ menggerakkan seluruh aktivitas pada bagian permohonan serta menyiapkan konsep rumusan kebijakan dalam pelaksanaan, mengevaluasi dan membuat laporan dan bertanggung jawab kepada wakil panitera.
11.Panitera Pengganti
• Mendampingi dan membantu majelis hakim mengikuti sidang pengadilan, membuat berita acara, membuat instrumen sidang, mengetik putusan, dan penetapan perkara, menyerahkan berkas perkara yang telah selesai pada panitera muda hukum atau meja III melalui wakil panitera serta bertanggung jawab kepada panitera sekretaris.
12.Jurusita/ Jurusita Pengganti
BAB III
BUDAYA ORGANISASI MAHKAMAH SYAR’IYAH KUTACANE
3.1 Standart Oprasional Prosedur
Penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang efektif dan efisien pada dasarnya menunjukkan bahwa suatu organisasi mempunyai keinginan dan kemauan memperbaiki langkah-langkah dan tahapan-tahapan dalam melaksanakan kegiatan sesuai dengan tuntutan perubahan zaman.
Penyusunan SOP adalah salah satu modal penting dan dominan dalam suatu organisasi guna untuk mengendalikan seluruh kegiatan yang akan dilakukan dalam koridor yang sistematis dan efektif. Semakin besar organisasi, semakin besar pula tuntutan untuk mempunyai kontrol yang memadai. Semua itu hanya bisa terwujud apabila organisasi memiliki panduan yang jelas dan terukur.
Dari uraian diatas berikut ini diuraikan Standar Operasianal Prosedur ((SOP) Mahkamah Syar’iyah Kutacane Tahun 2014 yang terdiri dari :
3.1.1 Bagian I
SOP PENERIMAAN DAN PENYELESAIAN PERKARA
Uraian Kegiatan Uraian Pelayanan Unit/Pejabat Terkait
Menerima surat gugatan/
permohonan dari calon penggugat
/ pemohon sebanyak jumlah pihak
ditambah 3 rangkap untuk Majelis
Hakim.
Memberikan penjelasan tentang
tatacara mengajukan gugatan /
permohonan, kemudian menaksir
panjar biaya perkara yang
dituangkan kedalam SKUM
rangkap 3.
Petugas Meja I 10 menit
Mengembalikan surat gugatan /
permohonan kepada calon
penggugat/pemohon disertai
SKUM untuk menyetor biaya
perkara ke Bank Rakyat
Indonesia Cabang Kutacane (PT.
Bank BRI) sejumlah yang
tercantum dalam SKUM
Petugas Meja I 1 menit
Calon penggugat / calon pemohon
menyerahkan kepada KASIR Slip
penyetoran biaya dari BRI beserta
SKUM, yang kemudian KASIR
memberikan nomor perkara pada
SKUM sesuai nomor urut pada
Buku Jurnal dan menandatangani
serta memberi cap lunas pada
SKUM Serta membukukannya
pada buku jurnal keuangan biaya
perkara.
Petugas Kasir 15 menit
Penggugat/pemohon menghadap
petugas Meja II dan
menyerahkan surat gugatan/ surat
permohonan sebanyak yang
dibutuhkan, kemudian petugas
Meja II memeriksa dan meneliti
kelengkapan persyaratan surat
gugatan /surat permohonan yang
kemudian mencatat identitas para
pihak dan petitum gugatan/
permohonan dalam buku register
induk perkara. Serta memberi cap
penomoran pada surat gugatan /
surat permohonan yang diajukan
penggugat/pemohon
Berkas perkara sebelum
dinaikkan kepada Panitera
melalui Wakil Panitera, terlebih
dahulu diperiksa kelengkapannya
oleh Panitera Muda
Gugatan/Panitera Muda
Berkas perkara diteruskan kepada
Wakil Panitera dan diperiksa
kelengkapannya syarat sebelum
dinaikkan kepada Ketua
Mahkamah melalui Panitera
Wapan 10 menit
3.1.2 Bagian II
b. Pendaftaran
Permohonan
Banding
Petugas meja II Menerima
pendaftaran Permohonan Banding
dan menaksir besarnya panjar
biaya banding yang dituangkan
kedalam SKUM, kemudian
pemohon banding menyetor
panjar biaya banding ke BRI yang
ditunjuk
Petugas Meja I 15 menit
Pemohon banding menyerahkan
SKUM dan slip penyetoran panjar
biaya banding ke petugas kasir,
lalu petugas Kasir membukukan
uang panjar biaya banding yang
tercantum dalam SKUM kedalam
buku jurnal biaya banding, serta
menandatangani dan memberi cap
lunas pada SKUM
Petugas Kasir 15 menit
Setelah biaya banding disetor oleh
pemohon banding secara lunas
sesuai SKUM, lalu dibuat Akta
Permohonan Banding
Setelah Akta Pernyataan Banding
ditandatangani oleh Panitera, lalu
dicatat kedalam buku Register
Induk Perkara Gugatan dan Buku
Register Permohonan Banding
dan satu lembar Akta Pernyataan
Banding diberikan kepada
pemohon banding.
Petugas Meja II 20 menit
Petugas Meja II melimpahkan
berkas perkara banding kepada
Petugas Meja III melalui wakil
Panitera
Petugas Meja II 5 menit
Petugas Meja III melengkapi
berkas permohonan banding
dengan salinan putusan, Akta
Pernyataan banding dan relaas
pemberitahuan isi putusan bila
ada
Petugas Meja III 10 menit
Petugas Meja III melalui Jurusita Pengganti (JSP) memberitahukan pernyataan banding, memori banding, kontra memori banding dan relaas untuk memeriksa berkas banding ( Inzage ) kepada pihak Pemohon dan Termohon Banding
Petugas Meja III Maksimal 7 hari setelah pernyataan
banding
Sebelum berkas perkara banding
dikirim ke Mahkamah Syar’iyah
Aceh, berkas dipelajari dan
dijahit sebagai bundel B, sesuai
petunjuk Buku II.
Petugas Meja III 30 hari kerja
Selanjutnya petugas Meja III
melalui Wakil Panitera
menyerahkan Bundel A dan
Bundel B yang telah diteliti
kelengkapannya kepada Panitera
untuk diteliti kembali
Panitera meneliti kembali
kelengkapan berkas perkara
banding yang akan dikirim ke
Mahkamah Syar’iyah Aceh
Panitera 15 menit
Panitera menyiapkan surat
pengantar pengiriman berkas
perkara banding ke Mahkamah
Syar’iyah Aceh
Panitera 15 menit
Kemudian berkas perkara banding
diteruskan kepada Ketua untuk
diteliti ulang dan menandatangani
surat pengantar
Menerima pendaftaran perkara
Permohonan Kasasi dan
Menaksir besarnya panjar
Biaya Kasasi yang dituangkan
dalam SKUM, kemudian
pemohon Kasasi menyetor panjar
biaya Kasasi ke BRI yang
ditunjuk
Petugas Meja I 15 menit.
Pemohon kasasi menyerahkan
SKUM dan slip setoran panjar
biaya kasasi dari BRI ke petugas
kasir, lalu petugas Kasir
membukukan uang panjar biaya
Kasasi yang tercantum dalam
SKUM dalam buku jurnal biaya
Kasasi, serta menandatangani dan
memberi cap lunas pada SKUM
Petugas Kasir 15 menit
Setelah biaya Kasasi dibayar
lunas sesuai SKUM, lalu dibuat
Akta Permohonan Kasasi
Panitera 10 menit
Setelah Akta Permohonan Kasasi
ditandatangani oleh Panitera, lalu
dicatat kedalam buku Register
Register Permohonan Kasasi dan
satu lembar Akta Permohonan
Kasasi diberikan kepada pemohon
Kasasi
Petugas Meja II melimpahkan
berkas Kasasi kepada Petugas
Meja III melalui Wakil Panitera
Petugas Meja II 10 menit
Petugas Meja III melengkapi
berkas permohonan Kasasi
dengan salinan putusan, Akta
Pernyataan Kasasi dan relaas
pemberitahuan isi putusan
Banding.
Petugas Meja III 10 menit
Petugas Meja III melalui JSP
memberitahukan pernyataan
Kasasi, memori Kasasi, kontra
memori Kasasi dan relaas untuk
memeriksa berkas Kasasi (Inzage)
kepada pihak Pemohon dan
Termohon Kasasi
Petugas Meja
III
60 hari kerja
Sebelum berkas dikirim ke
Mahkamah Agung,RI berkas
dipelajari dan dijahit sebagai
bundel B, sesuai Petunjuk Buku
II.
Selanjutnya Meja III melalui Wakil Panitera menyerahkan Bundel A dan Bundel B yang telah diteliti kelengkapannya kepada Panitera untuk diteliti kembali
Petugas Meja III 10 menit
Panitera meneliti kembali kelengkapan berkas Kasasi yang hendak dikirim ke Mahkamah Agung
Panitera 15 menit
Panitera menyiapkan surat pengantar pengiriman berkas
Kasasi ke Mahkamah Agung
Kemudian berkas Kasasi diteruskan kepada Ketua untuk diteliti ulang dan sekaligus penanda tanganan surat pengantar pengiriman berkas ke Mahkamah Agung.
Permohonan PK dan menaksir
besarnya panjar biaya PK yang
dituangkan ke dalam SKUM
rangkap tiga ,kemudian pemohon
PK menyetor panjar biaya PK ke
bank BRI yang ditunjuk
Petugas Meja I 15 menit
Pemohon PK menyerahkan
SKUM dan Slip setoran panjar
biaya PK dari bank BRI ke
petugas kasir, lalu petugas Kasir
membukukan uang panjar biaya
perkara PK yang tercantum dalam
SKUM kedalam buku jurnal biaya
PK, serta menanda tangani dan
memberi cap lunas pada SKUM
Petugas Kasir 15 menit
Setelah biaya PK dibayar lunas
sesuai SKUM, lalu dibuat Akta
Permohonan PK
Panitera 10 menit
Setelah Akta Permohonan PK
ditandatangani oleh Panitera, lalu
dicatat kedalam buku Register
Induk Perkara Gugatan dan Buku
Register Permohonan PK dan satu
lembar Akta Permohonan PK
diberikan kepada pemohon PK
Petugas Meja II 20 menit
Petugas Meja II melimpahkan
berkas PK kepada Petugas Meja
III melalui Wakil Panitera
Petugas Meja II 10 menit
Berkas perkara PK Petugas Meja III 74 hari
kerja
Petugas Meja III melalui
Panitera/JSP memberitahukan
permohonan PK beserta
alasannya kepada Termohon PK.
Petugas Meja III 14 hari
kerja
Menerima jawaban atas alasan
PK dengan dibubuhi hari dan
tanggal diterima Kepaniteraan
Mahkamah Syar’iyah Kutacane
Petugas Meja III 30 hari
kerja
Setelah diterima jawaban atas
alasan PK, berkas PK berupa
Bundel B disusun dan dijahit
dengan benar dan rapi
Petugas Meja III 30 menit
Setelah diterima Jawaban PK
permohonan PK berupaBundel A
dan Bundel B selanjutnya
diteruskan kepada Wakil Panitera
untuk diperiksa kelengkapannya.
Petugas Meja III 10 menit
Wakil Panitera setelah memeriksa
kelengkapan berkas PK,
meneruskannya kepada Panitera
untuk diteliti ulang.
Wakil Panitera 15 Menit
Panitera meneliti ulang
kelengkapan berkas PK, sekaligus
menyiapkan surat pengantar
pengiriman Bundel A dan Bundel
B ke Mahkamah Agung RI
Panitera
Ketua memeriksa dan menanda
tangani surat pengantar
pengiriman berkas PK dan
terhitung 30 hari kerja setelah
diterimanya jawaban PK, berkas
PK sudah dikirim ke Mahkamah
Agung RI
3.1.3 Staff
a. Pendaftaran
Perkara Prodeo
Menerima surat gugatan
/permohonan Prodeo dari calon
penggugat/ pemohon sebanyak
jumlah pihak ditambah 3 (tiga)
rangkap untuk Majelis Hakim
Petugas Meja I 15 menit
Memberikan penjelasan tentang
tatacara mengajukan gugatan
/permohonan secara prodeo dan
selanjutnya membuat SKUM
nihil rangkap 3 (tiga)
Petugas Meja I 10 menit
Mengembalikan surat gugatan /
permohonan kepada calon
penggugat/pemohon disertai
SKUM Nihil setelah diperiksa
petitum surat gugatan/
permohonan telah dicantumkan
alasan dan permintaan berperkara
secara Prodeo untuk diteruskan
kepada Kasir
Petugas Meja I 5 menit
Calon Penggugat / calon pemohon
menyerahkan kepada KASIR
surat gugatan/ permohonan
beserta SKUM nihil untuk
diberikan nomor perkara pada
SKUM sesuai nomor urut pada
Buku Jurnal Keuangan Biaya
Perkara.
Petugas Kasir 10 menit
Berkas perkara diteruskan kepada
petugas register untuk dicatat
dalam Buku Induk Register
Perkara sesuai dengan nomor
dalam SKUM, identitas para
pihak dan petitum surat
gugatan/permohonan serta
memberikan cap penomoran pada
surat gugatan/ permohon dan satu
lembar surat gugatan/permohonan
diberikan kepada
Penggugat/Pemohon
Berkas perkara prodeo sebelum
dinaikkan kepada Panitera
melalui Wakil Panitera, diperiksa
kelengkapannya oleh Panitera
Muda Gugatan /Panitera Muda
Permohonan
Berkas perkara prodeo diteruskan
kepada Wakil Panitera dan
diperiksa kelengkapannya
sebelum dinaikkan kepada Ketua
Mahkamah Melalui Panitera
Wakil Panitera 10 menit
Panitera melakukan pemeriksaan
kelengkapan berkas perkara
sebelum meneruskannya kepada
Ketua untuk ditetapkan PMH
Panitera Paling
lambat 1
hari kerja
Uraian Kegiatan Uraian Pelayanan Unit/Pejabat
Terkait
Waktu Penyusuna
n
Ket
• SOP Persiapan Persidangan
a. Penetapan
Majelis Hakim ( PMH )
Ketua menunjuk Majelis
Hakim yang memeriksa dan
mengadili perkara tersebut
dalam instrument PMH
Ketua Paling
lambat 3
hari kerja
Pengetikan PMH Panmud Gugatan
/Panmud
Permohonan
10 Menit
Penandatangan PMH Ketua 5 menit
Ketua menyerahkan berkas
perkara melalui petugas
kepada Panitera untuk
disampaikan kepada Majelis
Hakim
Pencatatan PMH dalam Buku
Register Induk Perkara
Petugas Meja II 5 menit
b.
Penunjukan Panitera Pengganti (PP)
Panitera Membuat Penetapan Panitera Pengganti
Panitera 5 menit
Pencatatan PP dalam Buku Register Induk Perkara
Petugas Meja II 3 menit
c.
Penetapan Hari Sidang
Panitera Menyampaikan berkas perkara kepada Majelis Hakim untuk ditetapkan hari sidang dengan memakai buku expedisi
Panitera 5 menit
Ketua Majelis menentukan
hari sidang yang dituangkan
pada blangko PHS
Ketua Majelis 5 menit
Pengetikan PHS PP 10 menit
Penandatanganan PHS Ketua Majelis 5 menit
Pencatatan PHS dalam Buku Register Induk Perkara
Petugas Meja II 5 menit
d. Pemanggilan
Para Pihak
JSP menyiapkan Relaas
Panggilan kepada para pihak
JSP 30 menit
Penyampaian relaas panggilan kepada para pihak
Penyampaian relaas panggilan
kepada para pihak sebelum
ada putusan sela dilakukan
secara prodeo murni.
Uraian Kegiatan Uraian Pelayanan Unit/Pejabat
Terkait
kedua belah pihak yang berperkara dan apabila perdamaian tidak berhasil, Hakim mewajibkan kedua belah pihak agar lebih dahulu menempuh Mediasi
Majelis Hakim 60 menit
Mediasi Hakim Mediator
Apabila Mediasi tidak berhasil, maka pemeriksaan perkara dilanjutkan dengan
membacakan surat permohonan / surat gugatan,
Jawaban Replik, duplik, Pembuktian dan Kesimpulan
Majelis Hakim Paling
Lambat 6 bulan
Pengetikan berita acara sidang, sudah terketik rapi 2 hari sebelum sidang berikutnya.
Panitera Pengganti 3 hari kerja
• SOP Putusan
Majelis Hakim melakukan
musyawarah dalam
mengambil kesimpulan
untuk menetapkan putusan
Majelis Hakim 120 menit
Majelis Hakim menyiapkan
konsep putusan
Majelis Hakim 4 hari kerja
Pengetikan dan koreksi
putusan
Ketua Majelis
/Hakim anggota
2 hari kerja
Sidang Pembacaan Putusan,
sekaligus penandatanganan
asli putusan
Majelis Hakim Sesuai
waktu yang
dibutuhkan
Pencatatan amar putusan
pada buku register perkara Petugas Meja II 20 menit
• SOP Pengembalian Sisa Panjar
Panitera Sidang membuat dan memberikan Instrumen