• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Mual Dan Muntah Serta Upaya Penanggulangan Oleh Penderita Kanker Yang Menjalani Kemoterapi Di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Karakteristik Mual Dan Muntah Serta Upaya Penanggulangan Oleh Penderita Kanker Yang Menjalani Kemoterapi Di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan Tahun 2012"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK MUAL DAN MUNTAH SERTA UPAYA PENANGGULANGAN OLEH PENDERITA KANKER YANG

MENJALANI KEMOTERAPI DI RSUD Dr.PIRNGADI KOTA MEDAN TAHUN 2012

SKRIPSI Oleh: Lola Susanti

111121029

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN

(2)
(3)

Judul : Karakteristik mual dan muntah serta upaya penanggulangan oleh penderita kanker yang menjalani kemoterapi di RSUD Dr.Pirngadi kota Medan tahun 2012

Peneliti : Lola Susanti

Fakultas : Keperawatan Universitas Sumatera Utara NIM : 111121029

Tahun Akademik: 2012/2013

Abstrak

Kemoterapi sangat penting dan dirasakan besar manfaatnya karena bersifat sistemik mematikan/membunuh sel-sel kanker. Mual dan Muntah sering muncul bersama dalam berbagai kondisi, termasuk menjadi efek samping yang umum terjadi pada penggunaan obat anti neoplastik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik mual dan muntah serta upaya penanggulangan oleh penderita kanker yang menjalani kemoterapi. Desain penelitian yang digunakan adalah desain deskriptif. Besar sampel sebanyak 58 pasien penderita kanker yang menjalani kemoterapi. Teknik pengambilan sampel penelitian ini adalah teknik accidental sampling. Kuesioner penelitian ini terdiri dari kuesioner data demografi, kuesioner mual dan muntah serta kuesioner upaya penanggulangan mual dan muntah oleh penderita kanker yang menjalani kemoterapi yang dianalisa dengan program komputerisasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden merasa sangat mual sebanyak 43 responden (74,14%), responden yang tidak mengalami muntah sebanyak 29 responden (50,00) dan responden yang mengalami muntah sebanyak 29 responden (50,00), serta mayoritas responden berhasil mengatasi mual dan muntah dengan melakukan upaya penanggulangan sebanyak 25 responden (59,46). Bagi penelitian selanjutnya direkomendasikan agar menggunakan sampel yang lebih besar serta dapat mempertimbangkan faktor-faktor lain yang menjadi efek dari metode kemoterapi dan menggunakan sumber referensi yang lebih banyak.

(4)

PRAKATA

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan segala kerendahan hati penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan karunia-Nya serta sholawat dan salam tak lupa pula dihadiahkan kejunjungan Nabi besar Muhammmad SAW atas terselesaikannya skripsi ini yang disusun sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar sarjana di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Adapun judul skripsi ini adalah “Karakteristik Mual dan Muntah serta Upaya Penanggulangan oleh Penderita Kanker yang Menjalani Kemoterapi di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan Tahun 2012”.

Didalam penyusunan skripsi ini peneliti banyak mendapat bantuan, bimbingan, keterangan dan data-data baik secara tulis maupun secara lisan. Maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. dr. Dedi Ardinata, M. Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU, Ibu

Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I, Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan II, Bapak Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan III.

(5)

3. Bapak Setiawan, S.Kp, MNS,PhD selaku penguji 1 yang selalu memberikan masukan dan saran bagi penulis.

4. Bapak Achmad Fathi, S.Kep, MNS, selaku penguji 2 yang selalu memberikan masukan dan saran bagi penulis.

5. Teristimewanya bagi keluargaku yang kucintai, Ayahanda dan Ibunda atas do’a, motivasi, dukungan moril dan materil serta kasih sayangnya kepada penulis, serta adikku tersayang yang selalu memberikan dukungan dan do’a kepada penulis.

6. Sahabat-sahabat terbaikku, yang telah memberikan semangat dan dukungan, juga untuk teman-teman satu bimbingan skripsi yang telah sama-sama berjuang dalam penyelesaian skripsi serta teman-teman seperjuanganku angkatan 2011 yang telah memberikan motivasi, semangat, dan memberikan dukungan.

7. Seluruh Dosen & Staf administrasi di Fakultas Keperawatan USU yang telah menyumbangkan ilmu dan memberikan bantuan dalam kelancaran selama proses penelitian berlangsung.

8. Semua pihak yang dalam kesempatan ini tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah banyak memberi bantuan dan perhatian dalam penyelesaian skripsi ini.

(6)

penelitian ini dapat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan profesi keperawatan selanjutnya.

Medan, Februari 2013 Penulis

(7)

DAFTAR ISI

(8)

2.2.3.2 Obat antimetabolit ... 15

2.3.6. Pendekatan yang perlu dilakukan dalam penanganan Mual dan muntah ... . 24

2.3.7. Upaya penanggulangan mual dan muntah ... 26

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 3.1Kerangka Konseptual ... 29

3.2Definisi Operasional ... 29

(9)

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian……….. 36

5.1.1.Karakteristik responden……….. 36

5.1.2.Mual Dan Muntah……… 38

5.2. Pembahasan……….. 41

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan………. 46

6.2 Rekomendasi ……….. 47

DAFTAR PUSTAKA

Lampiran-Lampiran 1. Inform consent 2. Instrumen Penelitian 3. Survey Awal

4. Surat Izin Penelitian 5. Surat Selesai Penelitian 6. Hasil Analisa Data

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden Di Instalasi rawat inap ruangan IX Bedah dan Lt VI Interna RSUD Dr.Pirngadi Medan

Tabel 5.1.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Mual Pasien Kemoterapi Di Instalasi rawat inap ruangan IX Bedah dan Lt VI Interna RSUD Dr.Pirngadi Medan

Tabel 5.1.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Muntah Pasien Kemoterapi Di Instalasi rawat inap ruangan IX Bedah dan Lt VI Interna RSUD Dr.Pirngadi Medan

(11)

Judul : Karakteristik mual dan muntah serta upaya penanggulangan oleh penderita kanker yang menjalani kemoterapi di RSUD Dr.Pirngadi kota Medan tahun 2012

Peneliti : Lola Susanti

Fakultas : Keperawatan Universitas Sumatera Utara NIM : 111121029

Tahun Akademik: 2012/2013

Abstrak

Kemoterapi sangat penting dan dirasakan besar manfaatnya karena bersifat sistemik mematikan/membunuh sel-sel kanker. Mual dan Muntah sering muncul bersama dalam berbagai kondisi, termasuk menjadi efek samping yang umum terjadi pada penggunaan obat anti neoplastik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik mual dan muntah serta upaya penanggulangan oleh penderita kanker yang menjalani kemoterapi. Desain penelitian yang digunakan adalah desain deskriptif. Besar sampel sebanyak 58 pasien penderita kanker yang menjalani kemoterapi. Teknik pengambilan sampel penelitian ini adalah teknik accidental sampling. Kuesioner penelitian ini terdiri dari kuesioner data demografi, kuesioner mual dan muntah serta kuesioner upaya penanggulangan mual dan muntah oleh penderita kanker yang menjalani kemoterapi yang dianalisa dengan program komputerisasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden merasa sangat mual sebanyak 43 responden (74,14%), responden yang tidak mengalami muntah sebanyak 29 responden (50,00) dan responden yang mengalami muntah sebanyak 29 responden (50,00), serta mayoritas responden berhasil mengatasi mual dan muntah dengan melakukan upaya penanggulangan sebanyak 25 responden (59,46). Bagi penelitian selanjutnya direkomendasikan agar menggunakan sampel yang lebih besar serta dapat mempertimbangkan faktor-faktor lain yang menjadi efek dari metode kemoterapi dan menggunakan sumber referensi yang lebih banyak.

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kanker merupakan suatu penyakit atau kelainan pada tubuh sebagai akibat dari sel-sel tubuh yang tumbuh dan berkembang abnormal di luar batas kewajaran (Junaidi, 2007). Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik di dunia maupun di Indonesia. Didunia, 12% seluruh kematian disebabkan oleh kanker dan pembunuh nomor 2 setelah penyakit kardiovaskuler. Badan Kesehatan dunia (WHO) mengestimasikan bahwa 84 juta orang meninggal akibat kanker dalam rentang waktu 2005 dan 2015, dengan perkiraan setiap tahunnya 12 juta diseluruh dunia orang akan menderita kanker dan 7,6 juta diantaranya meninggal dunia. Kejadian kanker terjadi lebih cepat di negara miskin dan berkembang. Dari data tersebut saat ini hanya 15 persen dari 190-200 ribu penderita kanker baru di Indonesia setiap tahunnya (International Union Against Cancer/UICC, 2009).

(13)

jumlah penderita baru penyakit kanker meningkat hamper 20 juta penderita, 84 juta orang di antaranya akan meninggal pada sepuluh tahun ke depan. Diperkirakan setiap 11 menit ada satu penduduk dunia meninggal karena kanker dan setiap 3 menit ada satu penderita kanker baru (Jauhari, 2009).

Kemoterapi merupakan salah satu modalitas pengobatan pada kanker secara sistemik yang sering dipilih terutama untuk mengatasi kanker stadium lanjut, local maupun metastatis. Kemoterapi sangat penting dan dirasakan besar manfaatnya karena bersifat sistemik mematikan/membunuh sel-sel kanker dengan cara pemberian melalui infuse, dan sering menjadi pilihan metode efektif dalam mengatasi kanker terutama kanker stadium lanjut local (Desen, 2008). Teknik pemberian kemoterapi ditentukan dari jenis keganasan dan jenis obat yang diperlukan (Adiwijono, 2006). Obat kemoterapi umumnya berupa kombinasi dari beberapa obat yang diberikan secara bersamaan dengan jadwal yang telah ditentukan .Selain membunuh sel kanker, obat kemoterapi juga berefek pada sel-sel sehat yang normal, terutama yang cepat membelah atau cepat tumbuh seperti rambut, lapisan mukosa usus dan sumsum tulang. Beberapa efek samping yang terjadi pada kemoterapi, gangguan mual dan muntah adalah efek samping frekuensi terbesar (Yusuf, 2007).

(14)

lebih dari 60% pasien yang dikemoterapi mengeluh adanya keluhan mual dan muntah. Mual dan muntah pada pasien kanker yang dikemoterapi diakibatkan oleh adanya stimulasi pada pusat muntah oleh Chemoreceptor Trigger Zone sebagai efek samping dari obat-obat yang digunakan pada kemoterapi (Desen, 2008).

Disamping itu juga melalui korteks yang diakibatkan oleh kecemasan yang kemudian merangsang pusat muntah. Karakteristik mual dan muntah mencakup gejala dan tipe. Keluhan mual dan muntah setelah kemoterapi digolongkan menjadi 3 tipe yaitu akut, tertunda (Delayed) dan terantisipasi (Anticipatory). Muntah akut terjadi pada 24 jam pertama setelah kemoterapi. Muntah yang terjadi setelah periode akut ini kemudian digolongkan dalam muntah tertunda (Delayed) yang terjadi pada 24-96 jam setelah kemoterapi (Abdulmuthalib, 2006). Muntah antisipasi merupakan suatu respon klasik yang sering dijumpai pada pasien kemoterapi (10-40%) dimana muntah terjadi sebelum diberikannya kemoterapi/tidak ada hubungannya dengan pemberian kemoterapi (Ritenburg, 2005).

(15)

meningkatkan kualitas dan umur harapan hidup pasien kanker (Kanker Consultant, 2005).

Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi keluhan mual muntah setelah kemoterapi diantaranya adalah dengan terapi farmakologik, yaitu dengan obat anti mual dan muntah sebelum dan sesudah kemoterapi (premedikasi) dan non farmakologik yaitu berupa lingkungan yang kondusif untuk tenang dan nyaman, pengaturan pemberian nutrisi dan relaksasi (Abdulmuthalib, 2006).

Berdasarkan hasil survey awal yang peneliti lakukan, data pasien diperoleh dengan jumlah 839 pasien yang menjalani kemoterapi di RSU Dr.Pringadi Medan tahun 2011 (Rekam medik RSU Dr. Pirngadi Medan,2011).

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut yaitu bagaimana karakteristik mual dan muntah serta upaya penanggulangan oleh penderita kanker yang menjalani kemoterapi di RSUD Dr. Pringadi Medan?.

1.3. Tujuan Penelitian

(16)

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dasar bagi penelitian keperawatan yang akan datang mengenai karakteristik mual dan muntah serta upaya penanggulangan oleh penderita kanker yang menjalani kemoterapi. Selain itu juga menyediakan informasi awal untuk penelitian keperawatan sejenis di Medan khususnya untuk populasi penderita kanker di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan. 1.4.2. Bagi Rumah sakit

Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat memberikan informasi dalam mengenai karakteristik mual dan muntah serta upaya penanggulangan oleh penderita kanker yang menjalani kemoterapi di RSUD Dr.Pirngadi Medan.

1.4.3. Untuk Peneliti

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1. Defenisi Kanker

Kanker adalah sekelompok penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan tidak terkendali sel tubuh tertentu yang berakibat merusak sel dan jaringan tubuh lain, bahkan sering berakhir dengan kematian. Karena sifatnya demikian “ganas” (tumbuh tak terkendali dan berakibat kematian), maka kanker juga disebut sebagai penyakit keganasan, dan sel kanker disebut juga sel ganas. Semua sel tubuh dapat terkena kanker, kecuali rambut, gigi dan kuku (Hendry,dkk 2007).

(18)

Dalam keadaan normal, sel hanya akan membelah diri bila tubuh membutuhkannya seperti mengganti sel-sel yang rusak atau mati. Sebaliknya, sel kanker akan membelah diri meskipun tidak dibutuhkan sehingga terjadi kelebihan sel-sel baru. Kanker dapat tumbuh di semua sel jaringan tubuh, seperti sel kulit, sel hati, sel darah, sel otak, sel lambung, sel usus, sel paru, sel saluran kencing, dan berbagai macam sel tubuh lainnya. Oleh karena itu, dikenal bermacam-macam jenis kanker menurut sel atau jaringan asalnya. Keadaan ini yang menyebabkan adanya perbedaan kecepatan pertumbuhannya maupun reaksi terhadap pengobatan (Delimartha, 2003).

2.1.2. Mekanisme terjadinya kanker

Sebagian besar bukti mengisyaratkan bahwa pembentukan kanker merupakan suatu proses bertingkat yang membutuhkan lamanya waktu laten, yang disebut teori inisiasi-promosi pada karsinogenesis. Sel-sel kanker terbentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses kompleks yang disebut transformasi yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi (Iskandar, 2007).

(19)

inisiasi, adanya berbagai promoter, factor keturunan, umur dan lingkungan semua itu berperan dalam pembentukan kanker (Iskandar, 2007).

Pada tahap inisiasi atau pengenalan terjadi suatu perubahan menetap tertentu dalam bahan genetik sel yang memancing sel bakal menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran), atau sinar ultraviolet matahari. Namun, tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen (Iskandar, 2007).

Promosi merupakan proses induksi tumor pada sel yang sebelumnya telah diinisiasi atau diinduksi oleh zat kimia. Bahkan gangguan fisik menahun pun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan. Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi. Karena itu diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan suatu karsinogen) (Iskandar, 2007).

(20)

kemungkinan terjadinya suatu kesalahan, dan kesalahan yang tidak terdeteksi akan bermutasi dan diwariskan (Iskandar, 2007).

2.1.3. Faktor-Faktor penyebab kanker

Karsinogen secara umum dapat diartikan sebagai penyebab yang dapat merangsang pembentukan kanker. Beberapa karsinogen yang diduga dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker sebagai berikut.

a. Senyawa kimia (zat karsinogen), dalam hal ini adalah zat pewarna, zat pengawet, bahan tambahan pada makanan dan minuman.

b. Faktor fisika, dalam hal ini adalah bom atom dan radioterapi agresif (radiasi sinar pengion).

c. Virus, beberapa jenis virus berhubungan erat dengan perubahan sel normal menjadi sel kanker. Jenis virus ini disebut virus penyebab kanker atau virus onkogenik.

(21)

2.1.4. Pertumbuhan dan penyebaran (Metastasis)

Kanker tumbuh dan berkembang secara bertahap. Pertumbuhannya dimulai ketika satu sel dari sekian banyak sel normal tiba-tiba mengalami mutasi genetik. Sel tersebut kemudian berkembang dan membelah diri. Beberapa tahun kemudian, sel tersebut mengalami mutasi lagi yang menyebabkan pertumbuhan dan ukuran sel menjadi abnormal. Keadaan ini disebut fase dysplasia. Fase dysplasia terus berkembang mulai dari dysplasia ringan, sedang, berat, dan akhirnya akan menjadi kanker in situ, yaitu kanker yang belum menembus batas jaringan tempat kanker tersebut tumbuh. Beberapa tahun kemudian, sel kanker dapat menembus jaringan basal dan menyusup ke jaringan sekitarnya. Keadaan ini dinamakan kanker invasive . Sel kanker juga dapat melepaskan diri dari tempat asalnya dan menembus pembuluh darah atau pembuluh getah bening. Kemudian bersama dengan aliran darah atau getah bening, sel kanker terbawa kebagian lain dari tubuh. Ditempat yang baru, sel-sel kanker akan tumbuh dengan sifat-sifat yang sama dengan kanker induknya. Penyebaran kanker ke jaringan tubuh yang lainnya ini dinamakan anak sebar (metastasis) (Delimartha, 2003).

2.1.5. Komplikasi

(22)

setelah pengobatan konvensional. Infeksi juga dapat disebabkan karena hormone-hormon yang dihasilkan akibat stress yang berkepanjangan pad pasien kanker. Hormon yang dihasilkan akan menyebabkan terjadinya penekanan system kekebalan yang disebut imunosupresi. Hormon-hormon tersebut di antaranya adalah adrenokortikotropik (ACTH), yang merangsang pelepasan kortisol dari kelenjar korteks adrenal. Infeksi terjadi juga pada pembedahan (Iskandar, 2007).

2.2.1. Defenisi kemoterapi

Kemoterapi adalah cara pengobatan tumor dengan memberikan obat pembasmi sel kanker (disebut sitostatika) yang diminum ataupun yang diinfuskan ke pembuluh darah. Jadi, obat kemoterapi menyebar ke seluruh jaringan tubuh, dapat membasmi sel-sel kanker yang sudah menyebar luas di seluruh tubuh. Karena penyebaran obat kemoterapi luas, maka daya bunuhnya luas, efek sampingnya biasanya lebih berat dibandingkan dua modalitas pengobatan terdahulu (Hendry,dkk 2007).

(23)

Oleh karena itu, pemberian obat sitostatik (berupa obat medis ataupun obat herbal) harus dibawah pengawasan dokter yang berpengalaman untuk mencegah timbulnya efek samping yang serius, dan bila terjadi efek samping dapat segera diatasi atau diobati (Hendry, dkk 2007). Agar sel tubuh normal mempunyai kesempatan untuk memulihkan dirinya, maka pemberian kemoterapi biasanya harus diberi jedah (selang waktu) 2-3 minggu sebelum dimulai lagi pemberian kemoterapi berikutnya (Hendry,dkk 2007).

2.2.2. Prinsip kerja pengobatan kemoterapi

Prinsip kerja pengobatan dengan kemoterapi adalah dengan meracuni atau membunuh sel-sel kanker, mengontrol pertumbuhan sel kanker, dan menghentikan pertumbuhannya agar tidak menyebar, atau untuk mengurangi gejala-gejala yang disebabkan oleh kanker. Kemoterapi kadang-kadang merupakan pilihan pertama untuk menangani kanker. Kemoterapi bersifat sistemik, berbeda dengan radiasi atau pembedahan yang bersifat setempat, karenanya kemoterapi dapat menjangkau sel-sel kanker yang mungkin suddah menjalar dan menyebar ke bagian tubuh yang lain (Iskandar, 2007).

(24)

2.2.3. Obat kemoterapi pada kanker

Dua atau lebih obat sering digunakan sebagai suatu kombinasi. Alasan dilakukannya terapi kombinasi adalah untuk menggunakan obat yang bekerja pada bagian yang berbeda dari proses metabolisme sel, sehingga akan meningkatkan kemungkinan dihancurkannya jumlah sel-sel kanker. Selain itu, efek samping yang berbahaya dari kemoterapi dapat dikurangi jika obat dengan efek beracun yang berbeda digabungkan, masing-masing dalam dosis yang lebih rendah dari pada dosis yang diperlukan jika obat itu digunakan tersendiri (Iskandar, 2007 ). Obat-obat dengan sifat yang berbeda digabungkan, misalnya obat yang membunuh sel-sel tumor dikombinasikan dengan obat yang merangsang system kekebalan terhadap kanker (Iskandar, 2007).

2.2.3.1 Alkylating agents

(25)

2.2.3.2 Obat antimetabolit

Antimetabolit adalah zat yang bisa menghambat enzim-enzim yang diperlukan untuk memproduksi basa yang menjadi bahan penyusun DNA. Antimetabolit dan juga asam folat dapat mencegah terjadinya pembelahan pada sel kanker. Contoh dari obat ini antara lain adalah: Methotrexate, Floxuridine, Plicamycin, Mercaptopurine, Cytarabine dan Flourouracil (Indrawati, 2009).

Antimetabolit adalah sekumpulan obat yang memengaruhi sintesis (pembuatan) DNA atau RNA dan mencegah perkembangbiakan sel. Obat golongan ini menimbulkan efek yang sama dengan alkylating agents. Efek samping tambahan terjadinya ruam kulit, warna kulit menjadi lebih gelap (meningkatkan pigmentasi), atau gagal ginjal. Contoh obat ini adalah methotrexate dan gemcitabine yang digunakan pada kanker leukimia serta tumor payudara, ovarium dan saluran pencernaan (Iskandar, 2009).

2.2.3.3 Antibiotik antitumor

(26)

Efek sampingnya sama dengan alkylating agents. Kepada penderita leukimia limfoblastik akut dapat diberikan asparagin diperlukan oleh leukimia untuk melangsungkan pertumbuhanny (Iskandar, 2007). Efek sampingnya berupa reaksi alergi yang bisa berakibat fatal, hilangnya nafsu makan, mual, muntah, demam, kadar gula darah tinggi (Iskandar, 2007).

2.2.3.4 Senyawa-senyawa Alami

Ada beberapa senyawa alami yang dapat mengikat DNA (dengan sebuah proses yang disebut sebagai “interkalasi”) sehingga menimbulkan kerusakan pada krosom dari sel kanker dan menghambat pembelahan sel kanker. Contoh dari senyawa semacam ini adalah dactinomycin, mitomycin, doxorubicin, mithromycin, daunorubicin dan bleomycin (Indrawati, 2009).

2.2.3.5 Analog Platinum

(27)

2.2.4. Efek Samping Kemoterapi

Antikanker merupakan obat yang indeks terapinya sempit. Pada umumnya anti kanker menekan pertumbuhan atau proliferasi sel dan menimbulkan toksisitas, karena menghambat pembelahan sel normal yang proliferasinya cepat misalnya sumsum tulang, epitel germinativum, mukosa saluran cerna, folikel rambut dan jaringan limfosit (Nafrialdi dan Sulistia, 2007).

Terapi dengan sitostatika menyebabkan mielosupresi sehingga dapat menimbulkan risiko infeksi (neutropenia) dan perdarahan (trombositopenia). Kerusakan pada membran mukosa menyebabkan nyeri pada mulut, diare dan stimulasi zona pemicu kemotaksis yang menimbulkan mual dan muntah. Semua kemoterapi bersifat teratogenik. Beberapa obat menyebabkan toksisitas yang spesifik terhadap organ, seperti ginjal (cisplatin) dan saraf (vinkristin). Perawatan 13 suportif dengan antagonis 5-HT3, 5 Hidroksitriptamin (serotonin) dan steroid lebih mengatasi rasa mual (Davey, 2006).

2.3.1. Mual dan muntah

(28)

Muntah atau vomite atau emesis adalah keadaan akibat kontraksi otot perut yang kuat sehingga menyebabkan isi perut menjadi terdorong untuk keluar melalui mulut baik dengan maupun tanpa disertai mual terlebih dahulu Mual dan muntah sering muncul bersama dalam berbagai kondisi, termasuk menjadi efek samping yang umum terjadi pada penggunaan obat anti neoplastik.. Mual dan muntah yang terjadi setelah dilakukan kemoterapi dikenal sebagai Chemotherapy Induced Nausea and Vomiting (CINV) (Pazdur, 2003).

Nausea dan vomiting yang tidak terkontrol dapat mempengaruhi terapi pada pasien secara keseluruhan dan mempengaruhi respon terapi serta menurunkan tingkat kesembuhan pasien kanker. Selain itu mual muntah yang tidak terkontrol juga dapat menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, penurunan berat badan, dan malnutrsisi. Muntah yang bekepanjangan dapat menyebabkan esophageal, kerusakan gastric dan pendarahan (Pazdur, 2003).

(29)

Keadaan ini disebut reaksi akut, namun demikian dapat juga terjadi reaksi lambat, yaitu mual dan muntah terjadi beberapa hari setelah pemberian sitostatika dan akan berlangsung beberapa hari. Penderita yang mual tidak selalu disertai dengan muntah (Hood, 1995).

Mual adalah suatu gejala penyakit yang ditandai perasaan tidak suka terhadap makanan, rasa tidak enak pada daerah lambung dan ada keinginan untuk muntah. Muntah adalah suatu gejala penyakit yang ditandai adanya pengeluaran isi lambung melalui mulut. Akhir-akhir ini banyak penelitian dilakukan untuk mengetahui mekanisme dan pengelolaan penderita mual muntah akibat kemoterapi maupun akibat stadium akhir dari kankernya (Hood, 1995).

Terdapat variasi individu mengenai mual dan muntah dimana factor psikiis mempunyai peranan yang penting. Mual dan muntah merupakan efek samping yang menakutkan bagi penderita dan keluarganya sehingga kadang-kadang penderita menolak pengobatan lanjutan. Dengan adanya masalah tersebut tindakan pencegahan dan pengobatan mual dan muntah merupakan hal penting dalam pengolahan penderita kanker (Hood, 1995).

(30)

lebih lancar bagi para pasien. Orang yang mengalami gejala ini tentu saja harus berusaha untuk tetap makan dan sebaiknya pasien mendapatkan semua dukungan dan pertolongan yang bisa diberikan sebisa mungkin untuk meningkatkan nafsu makannya. Pada kemoterapi yang dilakukan dalam siklus 21 hari, muntah dan mual akan terjadi selama beberapa hari setelah menerima obat, tapi biasanya gejala itu akan hilang dalam waktu seminggu setelah menerima obat (Indrawati, 2009).

2.3.1. Etiologi dan patofisiologi.

Mual dan muntah adalah manifestasi dini yang sering ditemukan dari toksisitas obat kemoterapi. Etiologi mual dan muntah dari banyak masalah yang berbeda, oleh karena itu pengatasannya juga berbeda, bisa sederhana atau bisa juga kompleks (Dipiro and Thomas, 2005). Pengontrolan mual dan muntah dibutuhkan sebagai salah satu pertimbangan penting pada pengobatan kanker dan terapi suportif (Pazdur, 2001).

(31)

elektrolit, uremia, obat (digitalis, opium) dan metastase otak (Anonim, 2007).

2.3.2. Mekanisme mual muntah

Refleks yang menyebabkan muntah disebabkan oleh stimulasi dari reseptor pada CNS dan atau gastrointestinal. Area reseptor ini mengirim pesan 14 pada pusat muntah pada medulla, yang kemudian berkoordinasi dengan aksi muntah (Pazdur, 2001). Muntah yang diinduksi oleh berbagai zat kimia, obat sitostatik dan radiasi diperantai melalui CTZ (Schein, 1997). Chemoreceptors trigger zone (CTZ) juga berlokasi di medulla, berperan sebagai chemosensor dan diarahkan pada darah dan CSF. Area ini kaya akan berbagai reseptor neurotransmitter (Pazdur, 2001). Contoh dari reseptor-reseptor tersebut antara lain reseptor kolinergik dan histamin, dopaminergik, opiate, serotonin, neurokinin dan benzodiazepine. Agen kemoterapi, metabolitnya, atau komponen emetik lain menyebabkan proses muntah melalui salah satu atau lebih dari reseptor tersebut (Dipiro dan Taylor, 2005).

(32)

2.3.3. Tipe mual dan muntah akibat kemoterapi empat susunan emetogenik pada pemberian obat sitostatika antara lain:

1) Mual muntah akut, biasanya terjadi saat pemberian sitostatika tanpa pengobatan antiemetik.

2) Mual muntah tertunda menggambarkan keterlambatan mual muntah akibat penggunaan terapi sitostatika cisplatin. Terjadi 2-6 hari setelah terapi.

3) Mual muntah yang berkelanjutan, biasanya untuk obat sitostatika emetogenik sedang, dapat menyebabkan mual muntah selama 2-3 hari. 4) Antisipator mual muntah, terjadi pada pasien yang merasa mual atau

rasa tidak enak diperut dan cemas, padahal obat sitostatika belum diberikan (Jeffery dkk., 1998).

2.3.4. Karakteristik Pasien dan Emesis

a. Riwayat emesis tidak terkontrolEmesis yang sulit dikontrol sebelum penggunaan kemoterapi akan menyebabkanpasien lebih sulit untuk mengontrol emesisnya saat dilakukan kemoterapi walaupunsudah diberikan antiemesis, terutama untuk emesis yang bersifat akut.

b. Pernah mengonsumsi alcohol.Emesis akan lebih mudah muncul pada pasien yang biasa menggunakan alcohol dalam dosis tinggi (>100 g/ hari). Semakin banyak alkohol yang dikonsumsi makan risiko kejadian emesis akan semakin tinggi.

(33)

biasanya ada kecendrungan untuk perkembangkan kearah reaksi distonik akut.

d. Jenis kelamin. Lebih sulit untuk mengontrol emesis pada wanita dari pada laki–laki yang diberikan kemoterapi yang sama termasuk dalam dosis dan frekuensi pemberiannya.

e. Motion sickness

Pasien yang mengalami motion sickness biasanya lebih mudah mengalami mual muntah akibat kemoterapi (Solimando,2003).

2.3.5. Terapi Mual Dan Muntah

Secara garis besar terapi yang digunakan meliputi 2 macam, yaitu :

1. Terapi farmakologi dengan antiemetic. Antiemetik yang biasa digunakan dalam terapi CINV yaitu :

A. Fenotiazin

(34)

samping yang sering timbul adalah sedasi, akathisia, hipotensi, dan reaksi diastonik.

B. Kortikosteroid

Kortikosteroid khususnya deksametason digunakan untuk mencegah mual muntah karena kemoterapi dengan emetogenisitas sedang hingga berat.Mekanisme kerjanya belum diketahui pasti, namun diduga karena mampu menyebabkan perubahan permeabilitas sel dan mampu menghambat prostaglandin. Efek samping yang sering muncul adalah insomnia dan perut terasa terbakar.

C. Metoklopramid

Metoklopramid merupakan antiemetik pilihan kedua dalam penangananmual dan muntah akibat kemoterapi. Mekanisme kerjanya adalah denganmemblokade reseptor dopaminergik di CTZ dan dapat digunakan untuk segala macam klasifikasi dari mual muntah akibat kemoterapi. Efek samping yang sering muncul adalah diare, reaksi ekstrapiramidal, sedasi, dan hipotensi.

D. Antagonis reseptor neurokinin

(35)

E. SSRI (Selective serotonin reuptake inhibitor)

Mekanisme kerjanya adalah dengan memblokade fase CINV akut, sehingga digunakan sebagai terapi standar CINV, PONV, RINV, dengan efek samping yang ringan, misalnya ondansentron, granisentron, palonosentron,dolasentron. Untuk terapi pencegahan karena pemakaian obat dengan emetogenisitas yang tinggi maka pemakaian obat ini dapat dikombinasikan dengan kortikosteroid. Efikasi penggunaan obat ini dapat mencapai 30–50% pada pasien yang menggunakan cisplatin, sedangkan untuk obat-obatan kemoterapi lainnya efektivitas obat ini dapat mencapai 70%. Efek samping yang paling sering muncul dalam penggunaan obat golongan ini adalah pusing, konstipasi, meningkatkan enzim di hati, dan meningkatkan interval konduksi jantung.

F. Antikolinergik

Alkaloid seperti skopolamin dan atropin memiliki efektivitas sebagai antiemetik dengan cara menghambat reseptor kolinergik pusat. Efek samping yang sering muncul adalah pandangan kabur, mulut kering, sedasi, dan lain-lain. Contoh obat golongan ini adalah buclizin, meklizin.

G. Antihistamine

(36)

kering, dan sedasi. Contoh obat golongan ini adalah difenhidramin, dan hidroksizin.

H. Benzodiazepin.

Mekanisme antiemetik dari obat golongan ini belum dapat diketahui secara pasti. Efek samping yang paling sering dari obat ini adalah sedasi, pandangan kabur, dan amnesia. Lorazepam merupakan yang paling sering digunakan dari golongan ini, walaupun midazolam dan diazepam juga dapatdigunakan. Benzodiazepin biasanya digunakan untuk aktivitas emetogenik yangringan atau dipilih sebagai terapi profilaksis dalam penanganan mual dan muntah akut dan antisipatif (Dipiro, 2009).

2.3.6. Pendekatan yang perlu dilakukan dalam penanganan mual dan muntah

1. Pencegahan lebih baik diberikan pada pasien yang mengalami mual dan muntah yang akut. Sedangkan untuk pasien yang mengalami mual muntah kategori menengah hingga berat dapat diberikan antiemetik. Hal ini tergantung pada pemilihan antiemetik dan rute pemberian. Perlakuan sebaiknya diberikan 1 jam hingga 5 menit sebelum kemoterapi dilakukan.

2. Dosis dan frekuensi pemberian diberikan secara individual berbeda bagi tiap kondisi pasien dengan jadwal yang tetap.

(37)

menggunakan jadwal yang tetap dimulai dari gejala mual yang pertama kali muncul hingga 24 jam setelah pasien tidak lagi mengalami mual. 4. Dosis dapat diturunkan tergantung daya toleransi pasien.

5. Regimen kombinasi sebaiknya diberikan untuk mengoptimalkan terapi walaupun harus menggunakan dua golongan obat yang berbeda.

6. Sedapat mungkin hindari penggunaan dua obat atau lebih yang berasal dari kategori farmakologi yang sama.

7. Mual dan muntah antisipatif dapat diminimalisir dengan cara menggunakan terapi profilaksis yang efektif dalam menangani mual sejak siklus pertama kemoterapi.

8. Jika mual dan muntah antisipatif ini terus berkembang, pasien dapat menerima obat – obat ansiolitik.

9. Untuk mual dan muntah kategori menengah, steroid dan penghambat reseptor dopamin (seperti metoklorpramid, proklorperazin, thiethylpirazine) dapat menjadi regimen yang paling efektif.

10. Untuk mual dan muntah kategori berat, steroid dan penghambat reseptor serotonin (seperti: dolasetron, granisetron, ondansetron) dapat menjadi regimen yang paling dianjurkan.

11. Penghambat reseptor dopamin dapat diberikan apabila penghambat reseptor serotonin tidak dapat diberikan.

(38)

penanganan mual dan muntah sehingga bisa dilakukan sebagai terapi lini kedua ataupun ketiga.

13. Obat –obatan golongan penghambat reseptor serotonin lebih efektif bila digunakan sebagai terapi profilaksis dari pada pemakaian obat yang diberikan bila perlu dalam penanganan emesis.

14. Obat – obatan golongan penghambat reseptor serotonin memiliki dosis optimal yang apabila diberikan lebih tinggi tidak dapat memberikan efek antiemetiko (Solimando, 2003).

2.3.7. Upaya Penanggulangan Mual & Muntah

Menurut dr. Noorwati ada beberapa cara mengatasi efek samping kemoterapi mual dan muntah, diantaranya:

a. Makan dan minum sedikit tapi sering. b. Minum setiap muntah.

c. Hindari makanan yang berbau, berminyak, berlemak, berbumbu, pedas, terlalu manis, panas, dan beraroma sitrus.

d. Makan makanan yang dingin, kering dan pada temperatur ruangan. e. Minum teh beraorama mint atau jahe.

Adapun menurut RS. Dharmais Pusat Kanker Nasional (2009) mengemukakan beberapa cara untuk mengatasi efek samping kemoterapi, yakni :

(39)

b. Anti mual: Zofran, Narfos, Kytril, Primperan, Ativan dll. c. Waspada tanda dehidrasi

2. Penurunan jumlah sel darah merah (RBC)

a. Menyebabkan kekurangan Oksigen, kelemahan b. Hgb 9.5-10 gm/dl perlu supplemen zat besi c. Hgb ≤ 8 gm/dl perlu transfusi

d. Epogen untuk merangsang produksi RBC

3. Penurunan jumlah sel darah putih (WBC/ Lekosit) a. Resiko tinggi terhadap infeksi

b. Growth Factor (GCSF): leukokine/ granocyte untuk merangsang pembentukan Lekosit

c. Ruang/kamar terpisah dari orang yang menderita infeksi (FLU atau penyakit menular lainnya)

d. Cuci tangan dengan benar e. Ukur suhu tubuh tiap 4-6 jam

f. Perhatikan: demam, tanda infeksi spt batuk/pilek dan jumlah lekosit dalam darah

g. Batasi pengunjung h. Hindari tanaman hidup

(40)

4. Penurunan jumlah trombosit

a. Observasi adanya perdarahan di urine/kotoran b. Hindari penyuntikan secara secara langsung c. Gunakan pencukur elektrik

d. Hindari penggunaan kateter dan termometer dubur

e. Hindari trauma mulut dengan penggunaan sikatgigi lembut, hindari penggunaan dental gloss dan jangan makan permen yang keras

f. Batasi pergerakan/ aktifitas berlebihan untuk mencegah perdarahan otak

g. Jika perlu gunakan "stool softeners" untuk menghindari mengejan h. Tranfusi trombosit jika medis mengindikasikan

5. Mukositis

a. Perlukaan pada dinding rongga mulut/saluran cerna b. Kumur2 dengan ½ NS dan ½ peroxide setiap 12 jam c. Obat Topical analgesic

d. Hindari mouthwash yang mengandung alkohol e. Hindari makanan yang pedas dan keras

f. Monitor status nutrisi pasien

6. Rambut Rontok

a. 2-3 minggu setelah pengobatan

b. Semua rambut termasuk alis dan bulu mata

(41)

d. Pergunakan wig/ kerudung/ topi e. Perawatan kulit kepala tidak berlebihan

7. Gangguan Saraf Tepi

(42)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

3.1. Kerangka Penelitian

Adapun kerangka kerangka penelitian tentang “Karakteristik Mual dan Muntah Serta Upaya Penanggulangan Oleh Penderita Kanker Yang Menjalani Kemoterapi di RSUD. Dr Pirngadi Kota Medan tahun 2012 adalah sebagai berkut:

3.2. Defenisi Operasional

NO. Variabel Defenisi Operasional

2. Muntah Suatu gejala penyakit yang ditandai adanya pengeluaran isi

lambung melalui mulut

(43)

BAB IV

METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yaitu untuk mengidentifikasikan Karakteristik mual dan muntah serta upaya penanggulangan oleh penderita kanker yang menjalani dengan kemoterapi di RSUD Dr. Pirngadi kota medan tahun 2012.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi

Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. Pirngadi kota medan tahun 2012. Alasan peneliti memilih lokasi ini dengan memperhatikan keterbatasan waktu yang diberikan pendidikan peneliti sehingga mempermudah meneliti memperoleh data yang dibutuhkan untuk peneliti, selain itu peneliti memilih lokasi penelitian tersebut merupakan salah satu lokasi yang belum pernah dilakukan penelitian “Karakteristik Mual Dan Muntah Serta Upaya Penanggulangan Oleh Penderita Kanker Yang Menjalani Kemoterapi Oleh Mahasiswa Keperawatan Universitas Sumatera Utara medan.”

4.2.2. Waktu Penelitian

(44)

4.3. Populasi dan Sample 4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini pada pasien kemoterapi yang mual dan muntah di RSUD Dr. Pirngadi kota medan pada tahun 2011 dengan jumlah 839 orang. 4.3.2. Sampel

Pengambilan sample dilakukan dengan metode penarikan sample secara acidental sampling yaitu teknik pengambilan sample yang kebetulan saja. Rata-rata kunjungan setiap bulan sebanyak 70 sampel. Jumlahnya seluruh dari populasi dalam satu bulan. Setelah melakukan penelitian, data yang saya dapatkan selama 2 bulan sebanyak 58 orang. Sehingga data yang saya peroleh tidak mencapai target karena berhubung waktu penelitian sudah selesai. Kriteria sample dalam penelitian adalah: Kriteria Inklusi adalah karakteristik umum yang harus dipenuhi oleh subyek sehingga dapat diikutsertakan dalam penelitian (Nursalam,2003).

Dalam penelitian ini Kriteria inklusinya adalah : 1. Responden bersedia menjadi penelitian

2. Wanita yang terdiagnosa menderita kanker yang menjalani kemoterapi mengalami mual dan muntah

3. Responden bisa membaca dan menulis 4. Jenis kelamin: Laki-laki dan Perempuan

4.4. Pertimbangan Etik

(45)

Dan Pendidikan c.q Kabid pengolahan data dan rekam medis RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan untuk mendapat persetujuan penelitian dimana penelitian akan dilakukan. Setelah mendapat persetujuan barulah melakukan penelitian dengan menekankan pertimbangan etik yang meliputi:

a. Informed Concent

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian, bila responden menolak maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-haknya.

b. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden, tetapi lembar tersebut diberi kode.

c . Confidentiality

Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti dan hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan.

4.5. Instrumen Penelitian

Peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa visual analogue scale dan berupa kuesioner mual dan muntah yang dibuat oleh peneliti.

(46)

Kuesioner muntah dan tidak muntah yang digunakan adalah berupa pertanyaan untuk mengidentifikasi muntah dan tidak muntah. Kuesioner ini disusun sendiri oleh peneliti. .

4.6. Metode Pengumpulan data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan milileter blok dan kuesioner. Pada tahap awal peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan (Fakultas Keperawatan USU), kemudian permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada pasien yang berada di ruangan kemoterapi mendapat izin kemudian peneliti menjelaskan tujuan peneliti kepada responden dan bila responden setuju untuk menjadi sampel penelitian maka peneliti mengajukan surat persetujuan responden untuk ditandatangani, setelah itu peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner kepada responden dan mengingatkan responden untuk secara teliti dan cermat serta tidak ada yang terlewatkan. Peneliti juga mengingatkan untuk sesuai apa yang dialami atau dilakukan oleh responden. Setelah diisi kuesioner dikumpulkan kembali oleh peneliti dan diperiksa. Kelengkapannya, apabila kuesioner yang tidak lengkap maka diselesaikan pada saat itu juga.

4.7. Teknik pengolahan analisa data 4.7.1. Pengolahan Data

(47)

a. Editing

Editing dilakukan untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data.

b. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan computer.

c. Entri data

Data entri dilakukan untuk memasukan data yang telah dikumpulkan kedalam master table atau database computer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat table kontigensi.

d. Melakukan teknik analisis

Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian akan menggunakan ilmu statistic terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang dianalisis.

4.8. Analisa Data

(48)

dilakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik komputerisasi, yaitu program SPSS For Windows versi 16.

(49)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini menguraikan tentang hasil penelitian melalui pengumpulan data yang diikuti oleh 58 responden. Hasil penelitian ini didapat dari pengambilan data yang dilakukan selama 2 bulan yaitu dari tanggal 05 November 2012 sampai dengan tanggal 05 desember 2012 di instalasi rawat inap ruangan IX Bedah dengan jumlah responden sebanyak 29 orang dan dari tanggal 10 November 2012 sampai dengan tanggal 10 Desember 2012 di Lt VI Interna dengan jumlah responden sebanyak 29 orang. Penyajian data penelitian ini meliputi karakteristik responden, mual dan muntah, serta upaya penanggulangan oleh penderita kanker yang menjalani kemoterapi di RSUD Dr.Pirngadi Medan.

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Karakteristik Responden

(50)

dan pekerjaan responden mayoritas adalah PNS sebanyak 14 orang (83,3%). Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.1.1 berikut.

Tabel 5.1.1.

Distribusi frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden di instalasi rawat inap

ruangan IX Bedah dan Lt VI Interna RSUD Dr. Pirngadi Medan (N=58)

(51)

5.1.2. Mual Dan Muntah

Hasil penelitian karakteristik mual pada pasien kemoterapi di RSU Pirngadi Medan menunjukkan bahwa responden yang tidak mengalami mual sebanyak 15 responden ( 25.86%), responden yang mengalami mual tidak ada dan responden yang merasa sangat mual sebanyak 43 responden (74.14%). Gambaran ini dapat dilihat pada tabel 5.1.2. berikut.

(52)

Tabel 5.1.2.

Distribusi Frekuensi Dan Persentase Karakteristik Mual Pasien Kemoterapi di

instalasi rawat inap ruangan IX Bedah dan Lt VI Interna RSUD Dr. Pirngadi Medan (N=58)

Kategori Mual Pasien Kemoterapi Frekuensi (f)

Persentase (%)

Tidak Mual 15 25,86

Sangat Mual 43 74,14

Total 58 100

(53)

Tabel 5.1.3.

Distribusi Frekuensi Dan Persentase Karakteristik Muntah Pasien Kemoterapi di

instalasi rawat inap ruangan IX Bedah dan Lt VI Interna RSUD Dr. Pirngadi Medan (N=58)

Kategori Muntah Pasien Kemoterapi Frekuensi (f)

Persentase (%)

Tidak Muntah 29 50

Muntah 29 50

Total 58 100

(54)

Tabel 5.1.4.

Distribusi Frekuensi Dan Persentase Keberhasilan Upaya Penanggulangan Mual

&Muntah pada Pasien Kemoterapi di instalasi rawat inap ruangan IX Bedah dan Lt

VI Interna RSUD Dr. Pirngadi Medan (N=58)

No. Upaya Penanggulangan

Berhasil Tidak Berhasil

F % F %

8 Mendengarkn lagu rohani,mnum sangobion,jus

- - 1 2,38

(55)

Tingkat pendidikan yang paling banyak adalah SMA 24 orang (77,7%) dimana tingkat pendidikan yang tinggi akan mempengaruhi pemahaman seseorang terhadap suatu pengetahuan (Notoadmojo,2003). Pendapat bahwa setiap tujuan dari pengobatan yang diberikan adalah untuk mempercepat kesembuhan suatu penyakit ,tidak terkecuali pada penyakit kanker itu sendiri akan lebih mudah diterima dengan melaksanakan semua tindakan pengobatan yang dianjurkan oleh petugas kesehatan. Peneliti berasumsi pendidikan yang tinggi mempunyai wawasan yang lebih luas tentang suatu masalah sehingga lebih mudah diajak kerja sama terutama dalam pengobatan kemoterapi.

Pada pembahasan ini peneliti akan membahas karakteristik mual dan muntah serta upaya penanggulangan oleh penderita kanker yang menjalani kemoterapi dengan jumlah sampel sebanyak 58 orang.

(56)

yang berperan dalam patofisiologi mual muntah pada pemberian kemoterapi. Oleh karena itu obat yang bekerja sebagai penghambat reseptor dopamine, serotonin dan neurokinin-1 merupakan antiemetik profilaksi mual muntah pada pemberian kemoterapi. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Hudayani (2012) bahwa mual, muntah, diare, perubahan pengecapan, tidak nafsu makan, malabsorpsi zat gizi merupakan beberapa efek yang ditimbulkan setelah menjalani kemoterapi dan sependapat dengan Syakur (2012) bahwa efek jangka pendek obat kemoterapi dapat menyebabkan mual dan muntah, selain itu pasien mudah sekali lelah, rambut menjadi rontok, hal ini bersifat relatif dan sementara. Dalam jangka panjang efek samping yang ditimbulkan adalah sterilitas, serta jumlah sel darah putih yang rendah.

(57)

masing-masing. “Faktor psikologis, sangat berpengaruh. Untuk itu, dibutuhkan ketenangan dan kepercayaan diri dari pasien serta dukungan dari orang-orang terdekat,” lanjutnya.

Adapun data yang diperoleh berdasarkan kuesioner karakteristik muntah didapatkan jumlah yang sebanding antara responden yang mengalami muntah sebanyak 29 responden (50,0%) dan yang tidak mengalami muntah juga sebanyak 29 responden (50,0%) setelah menjalani metode kemoterapi. Menurut Syakur (2012) muntah adalah efek jangka pendek dari kemoterapi dan bersifat relatif.

(58)
(59)

BAB 6

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan dan rekomendasi mengenai karakteristik mual dan muntah serta upaya penanggulangan oleh penderita kanker yang menjalani kemoterapi di RSUD Dr.Pirngadi Medan tahun 2012.

6.1. Kesimpulan

Hasil penelitian yang diperoleh dari 58 responden penderita kanker yang menjalani kemoterapi di RSUD Dr.Pirngadi Medan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

a. Mayoritas responden berumur 41 - 50 tahun sebanyak 22 responden (37,4%), jenis kanker yang diderita responden mayoritas mengidap kanker mammae sebanyak 29 orang (50,0%), latar belakang pendidikan terakhir responden mayoritas SMA sebanyak 24 orang (77,7%), dan pekerjaan responden mayoritas adalah PNS sebanyak 14 orang (83,3%).

b. Berdasarkan karakteristik mual menunjukkan bahwa responden yang tidak mengalami mual sebanyak 15 responden ( 25.86%), responden yang mengalami mual tidak ada dan responden yang merasa sangat mual sebanyak 43 responden (74.14%).

(60)

d. Berdasarkan keberhasilan upaya penanggulangan mual & muntah pada pasien

kemoterapi di RSUD Dr. Pirngadi Medan menunjukkan bahwa dari 43

responden yang mengalami mual & muntah, ada sebanyak 25 responden (59,46%) yang berhasil mengatasi mual & muntahnya dengan melakukan upaya penanggulangan mual & muntah, selebihnya ada 18 (24,8%) responden yang tidak berhasil mengatasi mual & muntahnya walaupun telah melakukan upaya penanggulangan mual & muntah.

6.2. Rekomendasi 1) Bagi Pasien

Dengan mencari informasi medis tentang penyakit kanker diharapkan pasien dapat meningkatkan pengetahuan tentang penyakitnya, sehingga pasien termotivasi dalam menjalankan terapi pengobatan khususnya metode kemoterapi serta mampu melakukan upaya penanggulangan efek kemoterapi secara mandiri.

2) Bagi RSUD Dr. Pirngadi Medan

(61)

menyadari serta mau mengikuti program – program yang telah ditetapkan oleh dokter dan perawat.

3) Bagi Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan baik dokter spesialis dan perawat yang ada di rumah sakit harus lebih proaktif dalam menjalankan program – program penyembuhan pasien kanker khususnya pasien yang menjalani metode kemoterapi, bentuk nyatanya adalah dengan memberikan gambaran dan implikasi kepada pasien sehingga pasien sadar sedalam – dalam nya bahwa penyakitnya bisa disembuhkan dengan catatan mengikuti program yang bersifat teragenda.

4) Bagi Praktek Keperawatan

Bagi praktek keperawatan diharapkan agar dapat meningkatkan pelayanan keperawatan terutama intervensi keperawatan klinis serta diharapkan penelitian ini juga dapat menjadi masukan dan informasi tentang upaya untuk menanggulangi efek dari metode kemoterapi sehingga dapat meningkatkan kinerja dan mutu pelayanan keperawatan khususnya ditingkat klinis dan terhadap pasien kanker.

5) Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan asuhan keperawatan klinis. 6) Bagi Peneliti Selanjutnya

(62)
(63)

DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff, Hood. (1995). Kanker paru dan terapi paliatif. Surabaya: Airlangga University press

Baradero, marry dkk. (2007). Seri Asuhan Keperawatan Klien Kanker. Jakarta:EGC

Glauss, Agnes dkk. (2004). Jurnal : Chemotherapy-Induced Nausea And

Vomiting In Routine Pravtice a European Perspective volume 12 : 708-715 Hudayani, Fitri. (2012). Gangguan Makan Pasca Kemoterapi dan Radiasi.

Diakses tanggal 13 Februari 2013 dari

Indrawati , Maya (2009). Bahaya kanker Bagi Wanita dan Pria. Jakarta: AV Publisher

Japaries, Willie. (2007). Pencegahan Dan Terapi ,Kanker dengan kombinasi herbal Indonesia dan traditional Chinese Medicine. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI.

Junaidi, Iskandar. (2007). Kanker. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer Keperawatan edisi 2. Jakarta: Salemba Medika

Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian

Liau, Chi-Ting dkk. (2005). Incidence of chemotherapy-induced nausea and vomiting in Taiwan: physicians and nurses estimation vs. patients’ reported outcomes volume 13:277-286

Nursalam, (2011). Konsep dan Penerapan metodologi Penelitian Ilmu

Pazdur. (2001). Mual dan Muntah Pada Pasien dengan Kemoterapi. Diunduh di

http//

RS. Dharmais Pusat Kanker Nasional. (2009). Pasien & Informasi Kanker. Diakses tanggal 13 Februari 2013 dari

Syakur. (2012). Kemoterapi Bagi Penderita Kanker dan Nonkanker. Diakses tanggal 13 Februari 2013 dari

(64)

WHO. (2003). Mual dan Muntah Pada Pasien dengan Kemoterapi. Diunduh di http//www.google.co.id/search?q=mual+dan+muntah+pada+pasien+kemot

(65)

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN KARAKTERISTIK MUAL DAN MUNTAH SERTA UPAYA

PENANGGULANGAN OLEH PENDERITA KANKER YANG MENJALANI KEMOTERAPI DI RSUD DR.PIRNGADI KOTA MEDAN

tahun 2012

Oleh : LOLA SUSANTI

Saya adalah mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana Karakteristik Mual Dan Muntah Serta Upaya Penanggulangan Oleh Penderita Kanker Yang Menjalani Kemoterapi Di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Saya mengharapkan partisipasi saudara/i dalam memberikan jawaban atas wawancara sesuai dengan pendapat saudara/i tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Saya akan menjamin kerahasiaan dari jawaban saudara/i.

Partisipasi saudara/i dalam penelitian ini bersifat sukarela, saudara/i bebas menerima menjadi responden penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apapun. Jika saudara/i bersedia menjadi responden penelitian, silahkan menandatangani surat persetujuan ini pada tempat yang telah disediakan sebagai bukti kesukarelaan saudara/i. Terimakasih untuk partisipasi saudara/i untuk penelitian ini.

Tanda Tangan : No. Kode Responden :

(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)

RINCIAN BIAYA PENELITIAN

1. Persiapan Proposal

- Biaya rental, warnet dan print Rp. 120.000,-

- Biaya Foto copy Rp. 50.000,-

- Buku Referensi Rp. 75.000,-

- Denda perpustakaan Rp. 20.000,-

- Penggandaan proposal Rp. 60.000,-

- Transport Rp. 100.000,-

- Konsumsi saat sidang proposal Rp. 130.000,-

2. Pengumpulan Data

- Izin penelitian Rp. 475.000,-

- Biaya transportasi Rp. 200.000,-

3. Biaya pada saat penelitian

- Foto copy kuesioner Rp. 50.000,-

- Konsumsi saat penelitian Rp. 100.000,-

4. Persiapan hasil penelitian

- Biaya tinta dan kertas print skripsi Rp. 100.000,-

- Fotokopi perbanyak hasil penelitian Rp. 100.000,-

- Foto copy sumber-sumber referensi Rp. 50.000,-

- Denda Perpustakaan Rp. 30.000,-

5. Biaya Tak Terduga

Jumlah Rp. 1.760.000,-

(76)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Lola Susanti

Tempat/ tanggal lahir : Tg.Balai 24 November 1990 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jalan.Setia Budi Psr.I, Komp. Insan Citra Griya No. AA 20 Tanjung Sari Medan

Pendidikan :

1.SD Swasta Dharma Wanita No.30 Medan Tahun 1996 - 2002

2.SMP Negeri 1 Medan Tahun 2002 - 2005

3.SMA Swasta Kartika 1-I Medan Tahun 2005 - 2008 4.DIII Akademi keperawatan Deli Husada Delitua Tahun 2008 - 2011

Gambar

Tabel 5.1.2.
Tabel 5.1.3.
Tabel 5.1.4.

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu tulisan ini bertujuan mengemukakan peluan-peluang yang dapat dilakukan oleh ASEAN melalui program ASEAN Community, sebagai sebuah organisasi negara-negara

Penelitian ini dilakukan di Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung dengan dasar pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan salah satu daerah sentra

Developmental testing merupakan kegiatan uji coba rancangan produk pada subjek yang sesungguhnya. Saat ujicoba, dicari data respon, reaksi, atau tanggapan dari subjek penelitian

Selain itu juga terdapat delapan orang mahasiswa yang pindah program studi sudah mulai bisa untuk melakukan interaksi dengan baik bersama rekan-rekan sekelas- nya,

Penulisan tesis dengan judul "Pengaruh Kompetensi dan Kepemimpinan Terhadap Kinerja pegawai Pada Kantor Dinas Pekerjaan Umum Propinsi Bangka Belitung'', merupakan sebagian

a) Kebersihan mulut dan gigi, kebersihan gigi dan mulut harus tetap dijaga dengan menyikat gigi dan berkumur secara teratur meskipun sudah ompong. Bagi yang masih aktif dan

Spiked-placebo recovery : Sejumlah analit bahan murni (senyawa pembanding kimia CRM atau SRM) ditambahkan ke dalam campuran bahan pembawa sediaan farmasi

Ekstrak metanol (EM), fraksi n-heksana ekstrak metanol (FH), fraksi etil asetat ekstrak metanol(FE), danfraksi residu ekstrak metanol (FR) diuji kandungan