• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Peer Relationships Pada Remaja Etnis Minoritas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Peer Relationships Pada Remaja Etnis Minoritas"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Andersson, Una Cunningham dan Andersson, Staffan. (1999). Growing Up With Two Language : A Practical Guide. London : Routledge

American Psychology Assosiation. 2002. A Reference for Professionals Developing Adolesecents. APA; Washington

Arief, Rudy. (1997). Persepsi terhadap perlakuan diskriminasi di dalam kondisi minoritas dan kecenderungan berinteraksi pada golongan pribumi dan golongan nonpribumi Cina. Skirpsi Strata satu. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Azwar, S. (2000). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar (2004). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar (2007). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Baron, A. Robert, Bryne, Donn, & Branscombe, Nyla R. (2006). Social

Psychology (11th Ed). United States of America: Pearson Education, Inc. Bradley, R. (2002). Socioeconomic status and Child Development. Annu. Rev.

Psychol. 2002. 53:371–99. Copyright °c 2002 by Annual Reviews. Cammings, K. (2010). Adolescent Girls Tend to Be Influenced More from Peers

Than from Magazines and Celebrities.

http://contributor.yahoo.com/user/604913/kimberly_cummings.html

Chen, X., French, D.C., & Schneider, B. H., (2002). Peer Relationship in Cultural Context. Cambridge.

Cobb, Nancy. (2007). Adolescence. Continuity, Change and Diversity. McGraw-Hill International Edition; New York.

Corcoran & Nichols, (2004). Ethnic and Racial Minorities & Socioeconomic status. American Psychology Association.

(2)

Davis, Jonita. 2007. The Change in Peer Relationship during Adolescence. http://www.associatedcontent.com/topic/5725/adolescence.html

Durkin, Kevin & Ramsden, Gina (2007). Language, Social Behavior, and the Quality of Friendships in AdolescentsWith and Without a History of Specific Language Impairment. Journal of Child Development, 78, 5, 1441

– 1457

Grosjean, Francois. (2001). Life with two Language. An Introduction to Bilingual. United States : Harvard College.

Gunarsa, Singgih. (2004). Dari Anak sampai usia lanjut. Jakarta : Bpk Health.Glenco.com. Peer Relatinship. Tanggal akses 5 Desember 2010.

Killen, M., Lee-Kim, J., McGlothlin, H., & Stangor, C. (2002). How children and adolescents evaluate gender and racial exclusion. Monographs of the Society for Research in Child Development, 67, 1-132.

Kuncoro, Mudrajat. (2003). Metode Research Untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta : Erlangga

La Greaca, A. M., & Davila, J. (2005). Peer Relations, Friendships, and Romantic Relationships: Implications for the Development and Maintenance of Depression in Adolescents. New York : University of Miami.

La Greca, A.M., & Harrison, H. M., (2005). Adolescent Peer Relations, Friendships, and Romantic Relationships: Do They Predict Social Anxiety and Depression? Journal of Clinical Child and Adolescent Psychology, 34, (1), 49–61.

Lee, Jenifer. 2008. The Effect of Ethnic Identity and Bilingual Confidence on Chinese Youth Self-Esteem. Journal of Edu

Lerner, Richard & Steinberg, Laurence. (2009). Handbook of Adolescent Psychology Secend Edition. John Wiley & Sons, Inc. New Jersey

Luqman, Agus. (2011). Tamil Menolak Keling. http://www.kbr68h.com/saga/77-saga/8420-tamil-menolak-keling.

Marcus, F. R. (2007). Aggression and Violence in Adolescence. New York: Cambridge University Press

(3)

Papalia, D. E., & Olds, S. W., (2007). Human Development, (10th Ed). New York : McGraw-Hill.

Pransiska, Lucky (2012). Mozaik itu Bernama Kelas Sosial. Harian Kompas, Juni 21, 2012.

Putrra, Heddy. (1999). A focused study on child abuse in six selected procvinces in Indonesia. Unic ef, Centre For Tourism Research And Developmnet Gajah Mada University.

Potter, Jami. (2009). The relationship of language and emotion understanding To the sociable behavior of children with language impairment. Brigham Young University

Rehman, Silke. (2010). What are the Advantages of Bilingual. Activityvillage.co.uk. Tanggal akses 3 Oktober 2010.

Rice, F. Philip. 2008. The Adolescent : development, relationship and culture. Pearson Education, Inc.

Rubin, K., Bukowski, W. M., & Laursen. B., (2009). Handbook of Peer Interactions, Relationships, and Groups Social, Emotional, and Personality Development in Context. London : The Guilford Press.

Robinson, L M.(2005). Welfare babies: poor children's experiences informing healthy peer relationships in Canada. Published by Oxford University Press. All rights reserved. Health Promotion International, Vol. 20 No. 4 Smith, K., & Landry, S., (2006). The Importance of Language, Social, and

Behavioral Skills Across Early and Later Childhood as Predictors of Social Competence With Peers. Journal of Developmental Science, 10, 4, 174–187

Santrock, J W. (2009). Life Span Development, (12th ed). New York : McGraw-Hill. International Edition.

Santrock, J W. (2003). Adolescence. 6th edition. Perkembangan Remaja. Jakarta : Erlangga

(4)

Sianturi, R (2005). Etnis Cina di Indonesia, Fakta Komunikasi antar Budaya. Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Suryadinata, Leo. (2006). Etnik Tionghoa, Pribumi Indonesia dan

Kemajemukan:

Peran Negara, Sejarah, dan Budaya dalam Hubungan antar Etnis.

Suryadinata, Leo. (1999). Etnis Tionghoa dan Pembangunan Bangsa. Jakarta: LP3ES.

Yasui, M. & Dishion , T. (2006). The Ethnic Minority Context of Child and Adolescent Problem Behavior: Implications for Theory, Assessment and Intervention. Child and Family Center, University of Oregon.

http://iccsg.wordpress.com/2006/01/27/etnik-tionghoa-pribumi-indonesia/. Tanggal akses 01Desember 2010.

(5)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang bersifat deskriptif yang dimaksudkan untuk melihat bagaimana gambaran peer relationships remaja etnis minoritas yaitu etnis Tionghoa dan etnis Tamil. Metode deskriptif merupakan metode yang bertujuan menggambarkan secara sistematik dan akurat, fakta, karakteristik mengenai populasi atau bidang tertentu (Hadi, 2000). Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan semata-mata bersifat deskriptif, tidak bermaksud mencari penjelasan, menguji hipotesis, membuat prediksi maupun mempelajari implikasi.

(6)

A. IDENTIFIKASI VARIABEL

Variabel diartikan sebagai sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian atau faktor-faktor yang berperan dalam gejala yang diamati. Variabel merupakan sebuah simbol dimana angka-angka atau nilai ditetapkan dan suatu konsep atau pengertian dapat dikatakan sebagai variabel bila menunjukkan adanya variasi (Kerlinger, 2000). Sesuai dengan judul penelitian yaitu gambaran peer relationships remaja dari etnis minoritas, maka terdapat 1 (satu) variabel saja, yaitu peer relationships, yang lebih khususnya pada remaja yang memiliki etnis Tionghoa dan remaja etnis Tamil.

B. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN

Definisi operasional merupakan batasan suatu fenomena yang dapat diamati dan diukur, bersifat behavioral (Purwanto, 2008). Definisi operasional dari penelitian perlu dijabarkan untuk menghindari perbedaan dalam menginterpretasi masing-masing variabel penelitian (Hadi, 2000).

Peer relationships yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hubungan interpersonal timbal balik pada remaja dan temannya sebaya meliputi persahabatan, kelompok teman sebaya dan hubungan romantis.

Peer relationships diungkap melalui skala peer relationships remaja yang disusun oleh peneliti berdasarkan 3 (tiga) aspek peer relationships yang dikemukakan oleh Santrock (2008) yang terdiri dari :

1. Persahabatan (Friendship)

(7)

3. Kencan (Dating)

Skor total pada skala peer relationships merupakan petunjuk gambaran peer relationships yang tinggi dan rendah. Semakin tinggi skor peer relationships berarti semakin tinggi peer relationships yang dimiliki seseorang dan semakin rendah skor peer relationships berarti semakin rendah peer relationships yang dimiliki seseorang.

C. POPULASI DAN METODE PENGAMBILAN SAMPEL

1. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah keseluruhan penduduk atau individu yang dimaksudkan untuk diteliti. Populasi dibatasi sebagai jumlah penduduk atau individu yang paling sedikit memiliki satu sifat yang sama (Hadi, 2000). Kelompok yang besar yang berkepentingan dalam penelitian adalah populasi, kelompok kecil individu yang berpartisipasi dalam penelitian adalah sampel (Gravetter, 2006). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah remaja. Karakterisktik populasi dalam penelitian ini adalah remaja dengan etnis minoritas yaitu etnis Tionghoa dan etnis Tamil.

(8)

a. Berusia remaja tengah hingga remaja akhir yaitu berusia 14 tahun hingga 18 tahun sesuai dengan rentang usia remaja menurut Berg, (2007). Remaja awal tidak diikutsertakan dalam penelitian ini karena pada remaja tengah dan akhir memiliki dinamika peer relationships yang lebih kompleks dan lengkap dibandingkan dengan remaja awal (Berg, 2007). Pada remaja tengah, sudah mulai pembentukan identitas, dan terlibat pada pengambilan perspektif sosial. Sikap dan perilaku stereotype pada gender berkurang, dan konformitas dengan teman sebaya semakin berkurang. Remaja akhir, berlanjut membangun identitas, dan berlanjut dalam pematangan penalaran moral. Kllik dan crowd menurun dan menjadi kurang penting, dan hubungan romantis semakin bertahan lama.

b. Merupakan remaja etnis minoritas, etnis yang mewakili dalam penelitian ini yaitu Etnis Tionghoa dan Etnis Tamil.

(9)

remaja biasanya menghabiskan waktu bersama-sama paling sedikit enam jam setiap harinya dan sekolah juga menyediakan ruang bagi banyak aktivitas remaja sepulang sekolah maupun akhir pekan.

2. Metode Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling yang digunakan ketika sampel memiliki karakteristik tertentu sehingga tidak semua individu dalam populasi memiliki kesempatan untuk dipilih untuk menjadi sampel penelitian. Dalam purposive sampling, pemilihan sekelompok subjek didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Hadi, 2000).

3. Jumlah Sampel Penelitian

(10)

dengan pasti. Jumlah anak yang menjadi sampel penelitian ini adalah sebanyak 214 remaja etnis minoritas.

D. METODE DAN ALAT PENGUMPULAN DATA

Penelitian gambaran bentuk-bentuk peer relationships pada remaja etnis minoritas akan diukur dengan menggunakan metode skala. Skala merupakan kumpulan pernyataan-pernyataan mengenai suatu objek. Skala merupakan suatu bentuk pengukuran terhadap performansi tipikal individu yang cenderung dimunculkan dalam bentuk respon terhadap situasi-situasi tertentu yang sedang dihadapi (Azwar, 2000). Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Peer relationships Remaja .

Menurut Hadi (2000), metode self-report berasumsi bahwa :

1. Subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri.

2. Apa yang dinyatakan subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya.

3. Interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada subjek adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti.

(11)

Tabel 1. Blue Print Distribusi Aitem Skala Peer relationships Sebelum Diuji Coba

Variabel dalam skala peer relationships (hubungan teman sebaya) ini diukur dengan model skala yang dirancang sendiri oleh peneliti dengan menggunakan model skala Likert serta menyederhanakannya dengan membuat 4 (empat) pilihan respon, yaitu SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai), STS (Sangat Tidak Sesuai).

Aitem dalam skala ini terbagi dalam dua arah, yaitu favorabel dan unfavorabel, setiap pilihan alternatif respon memiliki skor masing-masing tergantung dari jenis aitem, apakah favorabel atau unfavorabel. Untuk aitem favorabel, SS diberi skor 4, S diberi skor 3, TS diberi skor 2, dan STS diberi skor 1. Sedangkan skor untuk aitem yang unfavorabel adalah 4 untuk jawaban STS, 3 untuk jawaban TS, 2 untuk jawaban S, dan 1 untuk jawaban SS (Azwar, 2000). Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek maka semakin tinggi peer relationships yang dimiliki oleh subjek dan sebaliknya semakin rendah skor yang dimiliki oleh subjek maka semakin rendah peer relationships yang dimiliki oleh subjek.

No. Aspek Aitem Total Bobot

(%) Favorable Unfavorable

1. Persahabatan 17 17 35 47.36

2. Kelompok teman sebaya 14 14 28 36.84

3. Hubungan romantis 6 6 12 15,78

(12)

E. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR

Validitas dan reliabilitas alat ukur yang digunakan dalam sebuah penelitian sangat menetukan keakuratan dan keobjektifan hasil penelitian yang dilakukan. Suatu alat ukur yang tidak valid dan tidak reliabel akan memberikan informasi yang tidak akurat mengenai keadaan subjek atau individu yang dikenai suatu tes (Azwar, 2001). Peneliti akan melakukan uji coba pada alat ukur berupa skala peer relationships (hubungan dengan teman sebaya) pada sejumlah responden, dengan tujuan memperoleh alat ukur yang valid dan reliabel.

1. Uji Validitas

Validitas alat ukur adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsinya. Suatu tes atau instrumen pengukuran dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan tujuan pengukuran (Azwar, 2004).

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi (content validity). Validitas ini menunjukkan sejauh mana aitem-aitem dalam skala telah komprehensif mencakup semua aspek dalam penelitian dan tingkat relevansinya. Validitas isi dalam penelitian ini diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional (kesesuaian dengan blue print yang telah disusun oleh peneliti) dan diperkuat lewat professional judgement yang dilakukan oleh Dosen pembimbing (Azwar, 2000).

(13)

untuk mendapatkan aitem-aitem yang memenuhi persyaratan. Uji daya beda aitem adalah sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan tidak memiliki atribut yang diukur. Prinsip kerja yang dijadikan dasar untuk melakukan seleksi aitem dalam hal ini adalah memilih aitem-aitem yang fungsi ukurnya selaras atau sesuai dengan fungsi ukur tes sebagaimana yang dikehendaki oleh penyusunnya (Azwar, 2000).

Peneliti menggunakan formula koefesien korelasi Pearson Product Moment untuk menguji daya beda dari aitem-aitem dalam skala peer relationships (hubungan sebaya). Prosedur pengujian ini menghasilkan koefesien korelasi aitem total yang dikenal dengan indeks daya beda aitem (Azwar, 2000). Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan dengan SPSS versi 17.00 for Windows akan diperoleh aitem-aitem yang memenuhi persyaratan.

Sebagai kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem total biasanya digunakan batasan rix ≥ 0.300 akan tetapi peneliti boleh menurunkan sendiri batasan daya diskriminasi aitemnya dengan mempertimbangkan isi dan tujuan skala yang disusun. Peneliti dapat mempertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria 0.300 menjadi 0.250 (Azwar, 2004).

2. Uji Reliabilitas

(14)

hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah.

Pengukuran yang tidak reliabel akan menghasilkan skor yang tidak dapat dipercaya karena perbedaan skor yang terjadi di antara individu lebih ditentukan oleh faktor eror (kesalahan) daripada faktor perbedaan yang sesungguhnya. Reliabilitas alat ukur dapat dilihat dari koefisien reliabilitas yang merupakan indikator konsistensi aitem-aitem tes dalam menjalankan fungsi ukurnya bersama-sama (Azwar, 2007).

Uji reliabilitas skala penelitian ini menggunakan pendekatan konsistensi internal, di mana tes dikenakan sekali saja pada sekelompok subyek. Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien realibilitas (rxx`) yang angkanya berada dalam rentang 0 sampai dengan 1. Koefisien reliabilitas yang semakin mendekati angka satu menandakan semakin tinggi reliabilitas. Sebaliknya, koefisien yang semakin mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitas yang dimiliki (Azwar, 2007). Teknik estimasi reliabilitas yang digunakan adalah teknik koefisien alpha Cronbach dengan menggunakan program SPSS Versi 17.00 for Windows.

F. Hasil Uji Coba Alat Ukur

(15)

2009). Dalam skala Peer relationships yang disebarkan, terdapat 74 aitem. Tabel 2 menunjukkan distribusi aitem skala Peer relationships sebelum uji coba.

Tabel 2. Distribusi Aitem Skala Peer relationships Sebelum Diuji Coba

Peneliti menggunakan batasan 0,250 daya diskriminasi aitemnya dengan mempertimbangkan isi dan tujuan skala yang disusun. Peneliti menurunkan batas kriteria 0,300 menjadi 0,250. Peneliti menggunakan batas indeks daya beda aitem 0,300 untuk skala dikarenakan bila menggunakan 0.300 hasil aitem-aitem yang lolos sangat timpang dilihat pada aspek-aspeknya. Hasil uji coba alat ukur penelitian diolah melalui tiga kali perhitungan agar memperoleh reliabilitas yang memenuhi standar ukur dan indeks daya beda aitem di atas 0.250. Pada perhitungan pertama, reliabilitas alat ukur yang diujicobakan adalah sebesar 0.915 dengan nilai rxx` yang bergerak dari – 0.030 sampai 0.621 dan terdapat 10 aitem yang memiliki indeks daya beda aitem di bawah 0.250. Pada perhitungan kedua, reliabilitas alat ukur yang diujicobakan adalah sebesar 0.934 dengan nilai rxx` yang bergerak dari 0.235 sampai 0.614 dan terdapat 1 aitem yang memiliki indeks

(16)

daya beda aitem di bawah 0,250. Pada perhitungan terakhir, reliabilitas alat ukur yang diujicobakan adalah sebesar 0.935 dengan nilai rxx` yang bergerak dari 0.267 sampai 0.627dan semua aitem telah memiliki indeks daya beda aitem di atas 0.250. Terdapat 63 buah aitem yang dapat digunakan dalam penelitian dengan reliabilitas alat ukur sebesar 0.935. Distribusi aitem skala Peer relationships beserta aitem-aitem yang gugur dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Distribusi Aitem-aitem Skala Peer Relatonship sesudah Uji Coba

No. Aspek Aitem Total Bobot

(17)

Tabel 4. Distribusi Aitem-aitem Skala Peer Relatonship yang akan disebar.

Peneliti membuang beberapa aitem, agar pembagian aitem pada skala mendapatkan proporsi yang tidak timpang dan lebih merata berdasarkan aspek peer relationships.

G. PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari 3 tahap. Adapun ketiga tahap tersebut adalah tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pengolahan data. 1. Tahap Persiapan Penelitian

Dalam rangka pelaksanaan penelitian ini ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan oleh peneliti, antara lain :

No. Aspek Aitem Total Bobot

- Rasa berharga memiliki sahabat (2, 6, 25, 30) - Mampu mengungkapkan diri. (7, 8, 29, 31) - Saling mendukung secara emosi. (3, 9, 32, 33)

1, 2, 3,

- Meningkatkan harga diri (14, 20, 36, 40) - Memberi identitas diri (17, 18, 34, 35,) - Terlibat aktifitas yang sama (16, 21, 38, 39) - Sumber Informasi (12, 15, 37, 42 )

- Memikirkan suatu hubungan romantis (43, 44) - Melakukan aktifitas dengan lawan jenis (22, 23, 45, 46)

- Menghabiskan waktu membentuk hubungan romantis dengan lawan jenis (47, 48)

22, 23. 43, 44, 45, 46, 47, 48.

8 16%

(18)

a. Rancangan alat ukur penelitian

Pada tahap ini peneliti menyusun alat ukur penelitian, yaitu skala Peer relationships terhadap remaja etnis minoritas yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek Peer relationships yang dikemukakan oleh Santrock (2003). Skala ini berupa skala Likert dengan pilihan respon yang telah disederhanakan oleh peneliti menjadi 4 pilihan respon, yaitu SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai), STS (Sangat Tidak Sesuai). Penyusunan skala ini didahului dengan membuat blue print yang kemudian dilanjutkan dengan operasionalisasi dalam bentuk aitem-aitem pernyataan. Skala Peer relationships pada remaja etnis minoritas dibuat dalam bentuk booklet ukuran kertas A4 yang terdiri dari 74 pernyataan dan setiap pernyataan memiliki 4 alternatif jawaban.

b. Permohonan izin

Sebelum peneliti melakukan pengambilan data, terlebih dahulu diawali dengan meminta izin kepada kepala sekolah SMA Santo Thomas 3 Medan untuk melaksanakan penelitian dan uji coba penelitian. Permintaan izin ke sekolah ini dilakukan peneliti dengan membawa surat pengantar dari Fakultas Psikologi juga surat dari dinas pendidikan dan menjelaskan gambaran kegiatan penelitian yang akan dilakukan.

c. Uji Coba Alat Ukur

(19)

adalah validitas isi. Validasi validitas isi dalam penelitian ini dilakukan dengan professional judgement yakni oleh dosen pembimbing. Kemudian, skala Peer Relationships tersebut diujicobakan terlebih dahulu kepada sejumlah responden yang sesuai dengan karakteristik sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Dalam hal ini peneliti akan mengujicobakan pada sejumlah reponden yang tidak terpilih sebagai sampel penelitian. Menurut Azwar (2004), secara tradisional statistika menganggap jumlah sampel yang lebih dari 60 (enam puluh) orang dikatakan sudah cukup banyak. Atas dasar pendapat tersebut, peneliti merasa 127 skala yang telah direspon oleh sampel sudah mencukupi untuk uji coba.

Pelaksanaan uji coba alat ukur berlangsung pada tangga 29 Januari 2012 dan diujicobakan pada 133 siswa-siswi SMA Santo Thomas 3 Medan. Dari 133 skala yang disebarkan, terdapat 127 skala yang layak untuk dianalisis, karena 6 diantara skala yang kembali tersebut mengalami kecacatan, yakni tidak seluruh aitem diisi oleh responden.

d. Penyusunan Alat Ukur Penelitian

(20)

dengan membandingkan indeksnya secara keseluruhan (Azwar, 2004). Korelasi ini menggunakan korelasi Pearson product moment dan untuk mempermudah perhitungannya peneliti menggunakan bantuan program SPSS 17.00 for Windows.

Kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi dengan batasan rix ≥ 0,300. Semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,300 daya bedanya dianggap memuaskan. Namun, bila aitem yang lolos (memiliki indeks daya diskriminasi ≥ 0,300) jumlahnya melebihi jumlah aitem yang direncanakan untuk menjadi skala, maka dapat dipilih aitem-aitem yang mempunyai indeks daya diskriminasi tertinggi. Sebaliknya bila jumlah aitem yang lolos tidak mencukupi jumlah yang diinginkan, maka dapat dipertimbangkan untuk menurunkan kriteria 0,300 menjadi 0,250 (Azwar, 2004).

(21)

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Setelah skala penelitian lulus dalam uji validitas dan reliabilitas, maka aitem-aitem dalam skala tersebut disusun kembali. Selanjutnya, aitem-aitem yang sudah lulus penyaringan dijadikan alat pengumpulan data pada sampel penelitian yang sesungguhnya.

Pengambilan data dilakukan pada tanggal 21, 23 hingga 28 Maret 2012 di SMA Raksana, SMK Bridgen Katamso, SMA St. Thomas 1, SMA Sultan Iskandar Muda dan SMK Raksana, dengan memberikan skala kepada 230 siswa. Skala yang disebar sebanyak 230 booklet. Dalam penelitian ini, semua eksemplar skala yang disebarkan tersebut semuanya kembali, namun hanya 214 yang layak untuk dianalisis lebih lanjut. Hal ini dikarenakan 16 diantara skala yang kembali tersebut mengalami kecacatan, yakni tidak seluruh aitem diisi oleh responden.

3. Tahap Pengolahan Data

(22)

Berikut adalah rumus untuk masing-masing kategori. x < (µ - 1,0σ) kategori rendah (µ - 1,0σ)≤ x < (µ + 1,0σ) kategori sedang (µ +1,0σ) ≤ x kategori tinggi

H. METODE ANALISIS DATA

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang hanya melibatkan satu variabel pada satu kelompok, tanpa menghubungkan dengan variabel lain atau membandingkan dengan kelompok lain. Penelitian dilakukan atas satu kelompok dalam satu hal variabel (Purwanto, 2008). Hadi (2000) menyatakan bahwa penelitian deskriptif akan menganalisa dan menyajikan fakta secara sistematis sehingga dapat lebih mudah dipahami dan disimpulkan. Kesimpulan yang diberikan selalu jelas dasar faktualnya sehingga semuanya selalu dapat dikembalikan langsung pada data yang diperoleh.

(23)

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan menguraikan gambaran keseluruhan hasil penelitian. Pemaparan dalam bab ini akan diawali dengan pembahasan mengenai gambaran umum subjek penelitian yang dilanjutkan dengan analisis dan interpretasi data penelitian sesuai dengan masalah yang akan dijawab maupun analisis tambahan atas data yang ada.

A. ANALISIS DATA

1. Gambaran Umum Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adala remaja etnis minoritas dengan jumlah sampel keseluruhan 214 orang. Seluruh subjek dalam penelitian ini akan dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, usia, pendapatan orang tua, sekolah, dan etnis.

a. Gambaran subjek berdasarkan jenis kelamin

Berdasarkan jenis kelamin, penyebaran subjek penelitian dapat digambarkan seperti pada tabel 5 di bawah ini:

Tabel 5. Persentase Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)

Laki-Laki 114 53,27%

Perempuan 100 46,73%

Jumlah 214 100

(24)

(53.27%), sedangkan subjek perempuan berjumlah 100 orang (46.73%). Penyebaran subjek berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada grafik 1.

Grafik 1. Penyebaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

b. Gambaran subjek berdasarkan Usia

Berdasarkan usia, penyebaran subjek penelitian berdasarkan usia digambarkan seperti pada tabel 6 berikut ini :

Tabel 6. Persentase Subjek Berdasarkan Usia

Usia Jumlah Persentase (%)

Remaja Tengah

14-16 99 46,26

Remaja Akhir

17-18 115 53,74

Jumlah 214 100

Berdasarkan tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa dari usia subjek, usia yang tergolong dalam penelitian ini yaitu usia 14 hingga 16 tahun yaitu sebanyak 99 orang (46.26%). Selanjutnya subjek berusia 17 hingga 18 tahun tahun sebanyak

Jenis Kelamin 114 100

(25)

115 orang (53.74%). Penyebaran subjek berdasarkan usia dapat dilihat pada grafik 3 berikut ini.

Grafik 2. Penyebaran Subjek Berdasarkan Usia.

c. Gambaran subjek berdasarkan pendapatan Orang tua

Penyebaran subjek penelitian berdasarkan pendapatan orang tua digambarkan seperti pada tabel 7 berikut ini :

Tabel 7. Persentase Subjek Berdasarkan Pendapatan Orang tua

Berdasarkan tabel 7 di atas, dapat dilihat bahwa subjek penelitian berasal dari keluarga dengan pendapatan orang tua tergolong SES tinggi terdapat 78 orang (36,4%). Kemudian dilanjutkan dengan subjek yang memiliki orang tua dengan

90 95 100 105 110 115

Remaja Tengah

Remaja Akhir

Usia

Pendapatan Orang tua Jumlah Persentase (%)

SES rendah 49 22,7

SES menengah 87 40,7

SES tinggi 78 36,4

(26)

pendapatan orang tua tergolong SES menengah terdapat 87 orang (40,7%). Subjek penelitian dengan pendapatan orang tua tergolong rendah yaitu sebanyak 49 orang (22,7%). Penyebaran subjek dengan pendapatan orang tua dapat dilihat pada grafik 3.

Grafik 3. Penyebaran Subjek Berdasarkan Pendapatan Orang tua.

d. Gambaran subjek berdasarkan Asal Sekolah

Penyebaran subjek penelitian berdasarkan asal sekolah digambarkan seperti pada tabel 8 berikut ini :

Tabel 8. Persentase Subjek Berdasarkan Asal Sekolah

Asal Sekolah Jumlah Persentase (%)

SMA Raksana 21 9,8

SMK Raksana 18 8,4

SMA St. Thomas 1 74 34,6 SMA Bridgen Katamso 61 28,5 SMA Sultan Iskandar Muda 40 18,7

Jumlah 214 100

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

(27)

Berdasarkan asal sekolah, subjek yang paling banyak berasal dari sekolah SMA St. Thomas 1 yaitu sebanyak 74 orang (34,6%). Kemudian subjek yang berasal dari sekolah SMA Bridgen Katamso sebanyak 61 orang (28,5%). Selanjutnya subjek yang berasal dari SMA Sultan Iskandar Muda yaitu sebanyak 40 orang (18,7%). Kemudian pada subjek yang berasal dari sekolah SMA Raksana yaitu sebanyak 21 orang (9,8%). Dan subjek yang paling sedikit berasal dari SMK Raksana yaitu sebanyak 18 orang (8,4%). Penyebaran subjek berdasarkan asal sekolah dapat dilihat pada grafik 5.

Grafik 4. Penyebaran Subjek Berdasarkan Asal Sekolah.

e. Gambaran subjek berdasarkan Etnis

(28)

0 20 40 60 80 100 120 140 160

Etnis

Tamil Tionghoa

Tionghoa. Penyebaran subjek penelitian berdasarkan latar belakang etnis dapat digambarkan seperti pada tabel 9 berikut ini :

Tabel 9. Persentase Subjek Berdasarkan Etnis

Berdasarkan tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa dari 214 subjek, subjek yang terbanyak dalam penelitian ini adalah subjek yang merupakan etnis Tionghoa sebanyak 143 orang (66,82%). Sedangkan subjek yang berasal dari etnis Tamil sebanyak 71 orang. Penyebaran subjek berdasarkan etnis dapat dilihat pada grafik 5.

Grafik 5. Penyebaran Subjek Berdasarkan Etnis.

Etnis Jumlah (orang) Persentase (%)

Tamil 71 33,18%

Tionghoa 143 66,82%

(29)

e.1 Gambaran remaja etnis Tionghoa berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Asal Sekolah dan Pendapatan orang tua.

1. Gambaran Etnis Tionghoa berdasarkan Jenis Kelamin

Penyebaran subjek penelitian etnis Tionghoa berdasarkan jenis kelamin dapat digambarkan seperti pada tabel 10 berikut ini :

Tabel 10. Persentase Jenis Kelamin pada subjek etnis Tionghoa

Tabel 10 menunjukkan jumlah remaja etnis Tionghoa berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan jumlah subjek perempuan. Subjek laki-laki berjumlah 72 orang (50,37%), sedangkan subjek perempuan berjumlah 71orang (49,7%). Penyebaran remaja etnis Tionghoa berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada grafik 6.

Grafik 6. Penyebaran etnis Tionghoa berdasarkan Jenis Kelamin. Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%)

Perempuan 71 49,7

Laki-laki 72 50,3

Total 143 100

Jenis Kelamin

72 71

(30)

2. Gambaran etnis Tionghoa berdasarkan Usia.

Penyebaran subjek penelitian etnis Tionghoa berdasarkan usia dapat digambarkan seperti pada tabel 11 berikut ini :

Tabel 11. Presentae Usia pada subjek etnis Tionghoa

Usia Jumlah Persentase (%)

Remaja Tengah

14-16 70 48,9

Remaja Akhir

17-18 73 51,1

Jumlah 143 100

Tabel 11 menunjukkan jumlah remaja etnis Tionghoa berusia 17 hingga 18 lebih banyak dibandingkan dengan jumlah subjek berusia 14-16. Subjek berusia 17-18 berjumlah 73 orang (51,1%), subjek berusia 14 hingga 16 tahun berjumlah 70 orang (48,9%). Penyebaran subjek berdasarkan usia dapat dilihat pada grafik 8.

Grafik 7. Penyebaran etnis Tionghoa berdasarkan Usia

3. Gambaran etnis Tionghoa berdasarkan Asal Sekolah

Penyebaran subjek penelitian etnis Tionghoa berdasarkan asal sekolah dapat digambarkan seperti pada tabel 12 berikut ini :

68 69 70 71 72 73

(31)

Tabel 12. Persentase Asal Sekolah pada subjek etnis Tionghoa

Tabel 12 menunjukkan jumlah remaja etnis Tionghoa yang berasal dari sekolah SMA St. Thomas 1 berjumlah 74 orang (51,7%), subjek etnis Tionghoa berasal dari sekolah SMA Bridgen Katamso berjumlah 29 orang (20,3%), sedangkan subjek etnis Tionghoa berasal dari SMA Sultan Iskandar Muda berjumlah 40 orang (28%). Penyebaran subjek berdasarkan asal sekolah dapat dilihat pada grafik 8.

Grafik 8. Penyebaran etnis Tionghoa berdasarkan asal sekolah.

4. Gambaran etnis Tionghoa berdasarkan Pendapatan Orang tua.

Penyebaran subjek penelitian etnis Tionghoa berdasarkan pendapatan orang tua dapat digambarkan seperti pada tabel 13 berikut ini :

0

Asal sekolah Jumlah (Orang) Persentase (%)

SMA St. Thomas 1 74 51,7

SMA Bridgen Katamso 29 20,3

SMA Sultan Iskandar Muda 40 28

(32)

Tabel 13. Persentase pendapatan orang tua pada subjek etnis Tionghoa.

Tabel 13 menunjukkan jumlah remaja etnis Tionghoa paling banyak memiliki orang tua dengan pendapatan kelas ekonomi atas. Terdapat 18 orang (12,6%) subjek etnis Tionghoa yang memiliki orang tua dengan pendapatan tergolong kelas ekonomi bawah, kemudian terdapat 55 orang (385%) etnis Tionghoa yang memiliki orang tua dengan pendapatan tergolong kelas ekonomi menengah, kemudian terdapat 70 orang (49 %) etnis Tionghoa yang memiliki orang tua dengan pendapatan tergolong kelas ekonomi atas. Penyebaran subjek berdasarkan pendapatan orang tua dapat dilihat pada grafik 9.

Grafik 9. Penyebaran etnis Tionghoa berdasarkan pendapatan orang tua.

0 10 20 30 40 50 60 70

SES rendah SES menengah SES tinggi

Pendapatan Orang Tua Jumlah (Orang) Persentase (%)

SES rendah 18 12,6

SES menengah 55 38,5

SES tinggi 70 49,0

(33)

0 20 40 60

Jenis Kelamin

Perempuan Laki-laki

e.2 Gambaran remaja etnis Tamil berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Asal Sekolah dan Pendapatan orang tua.

1. Gambaran remaja etnis Tamil berdasarkan Jenis Kelamin.

Penyebaran subjek penelitian etnis Tamil berdasarkan jenis kelamin dapat digambarkan seperti pada tabel 15 berikut ini :

Tabel 14. Persentase jenis kelamin pada subjek etnis Tamil.

Tabel 14 menunjukkan jumlah remaja etnis Tamil berjenis kelamin laki lebih banyak dibandingkan dengan jumlah subjek perempuan. Subjek laki-laki berjumlah 42 orang (29,6%), sedangkan subjek perempuan berjumlah 29 orang (12,7%). Penyebaran remaja etnis Tamil berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada grafik 10.

Grafik 10. Penyebaran etnis Tamil berdasarkan jenis kelamin. Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%)

Perempuan 29 12,7

Laki-laki 42 29,6

(34)

2. Gambaran remaja etnis Tamil berdasarkan Usia.

Penyebaran subjek penelitian etnis Tamil berdasarkan usia dapat digambarkan seperti pada tabel 15 berikut ini :

Tabel 15. Persentase usia pada subjek etnis Tamil.

Usia Jumlah Persentase (%)

Remaja Tengah

14-16 30 42,2

Remaja Akhir

17-18 41 57,8

Jumlah 71 100

Tabel 15 menunjukkan jumlah remaja etnis Tamil berusia 17 hingga 18 lebih banyak dibandingkan dengan jumlah subjek berusia 14-16. Subjek berusia 17-18 berjumlah 41 orang (57,8%), subjek berusia 14-16 berjumlah 30 orang (42,8%). Penyebaran subjek berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada grafik 11.

Grafik 11. Penyebaran etnis Tamil berdasarkan Usia 0

10 20 30 40 50

14-16 17-18

(35)

3. Gambaran remaja etnis Tamil berdasarkan Pendapatan Orang tua

Penyebaran subjek penelitian etnis Tamil berdasarkan usia dapat digambarkan seperti pada tabel 16 berikut ini :

Tabel 16. Persentase pendapatan orang tua pada subjek etnis Tamil.

Tabel 16 menunjukkan jumlah remaja etnis Tamil paling banyak memiliki orang tua dengan pendapatan tergolong kelas ekonomi menengah. Terdapat 30 orang (42,3%) subjek etnis Tamil yang memiliki orang tua dengan pendapatan tergolong kelas ekonomi rendah, kemudian terdapat 33 orang (46,55%) etnis Tamil yang memiliki orang tua dengan pendapatan tergolong kelas ekonomi sedang, kemudian terdapat 8 orang (11,2 %) etnis Tamil yang memiliki orang tua dengan pendapatan tergolong kelas ekonomi atas. Penyebaran subjek berdasarkan pendapatan orang tua dapat dilihat pada grafik 12.

(36)

Grafik 12. Penyebaran etnis Tamil berdasarkan pendapatan orang tua. 4. Gambaran remaja etnis Tamil berdasarkan Asal Sekolah.

Penyebaran subjek penelitian etnis Tamil berdasarkan asal sekolah dapat digambarkan seperti pada tabel 17 berikut ini :

Tabel 17. Persentase asal sekolah pada subjek etnis Tamil

Tabel 17 menunjukkan jumlah remaja etnis Tamil yang berasal dari sekolah SMA Raksana berjumlah 32 orang (45,1%), subjek etnis Tamil berasal dari sekolah SMK Raksana berjumlah 21 orang (29,6%), sedangkan subjek etnis Tamil berasal dari SMA Bridgen Katamso berjumlah 18 orang (25,4%). Penyebaran subjek berdasarkan asal sekolah dapat dilihat pada grafik 13.

Grafik 13. Penyebaran etnis Tamil berdasarkan asal sekolah. 0

5 10 15 20 25 30 35

SMA Raksana SMK Raksana SMA Bridgen Katamso

Asal sekolah Jumlah (Orang) Persentase (%)

SMA Raksana 32 45,1

SMK Raksana 21 29,6

SMA Bridgen Katamso 18 25,4

(37)

2. Hasil Penelitian

Data dalam penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif. Tujuan dari analisis ini adalah untuk menjelaskan dan mendeskripsikan karakteristik variabel yang diteliti, dalam hal ini adalah gambaran Peer relationships (hubungan dengan teman sebaya) pada remaja etnis minoritas. Fungsi analisis deskriptif adalah menyederhanakan kumpulan data hasil pengukuran sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna. Secara teknis, analisis deskriptif merupakan kegiatan meringkas kumpulan data menjadi ukuran tengah dan ukuran variasi. Selanjutnya membandingkan data kelompok subjek satu dan lainnya (Hastono, 2001).

a. Hasil Utama Peneltian

1. Uji Normalitas

Sebelum melakukan kategorisasi, asumsi bahwa skor subjek pada kelompok merupakan estimasi terhadap skor subjek dalam populasi dan bahwa skor subjek dalam populasi telah terdistribusi secara normal harus terpenuhi. Data diuji dengan

menggunakan One Sample Kolmogorov- Smirnov untuk mengetahui apakah data telah terdistribusi secara normal. Menurut Hadi (2000), kaidah yang digunakan yaitu jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas (p) di bawah 0.05, sebaran data tidak normal. Apabila nilai probabilitas (p) di atas 0.05, data yang diuji tidak memiliki perbedaan yang

signifikan dengan data normal baku, sehingga sebaran data normal. Hasil uji normalitas data penelitian dari skala Peer Relationships (hubungan dengan teman sebaya) dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 18 berikut ini.

Tabel 18. Hasil Uji Normalitas Data Penelitian dari Skala Peer Relationships (hubungan dengan teman sebaya)

Peer relationships (hubungan dengan teman sebaya)

Kolmogorov-Smirnov Z 1.049

Asymp. Sig. (2-tailed) 0.221

Berdasarkan tabel 18, diperoleh nilai Z sebesar 1.049 dan nilai signifikansi (p) sebesar 0.221. Karena nilai p > 0.05, data dalam penelitian deskripsi umum Peer relationships (hubungan dengan teman sebaya) terhadap ini terdistribusi secara normal. Dengan demikian, subjek penelitian dapat dikategorikan ke dalam tiga kategori

(38)

2. Gambaran Umum Peer relationships (hubungan dengan teman sebaya)

Remaja Etnis Minoritas.

Sebelum dipaparkan cara pengkategorian subjek ke dalam kelompok subjek yang memiliki Peer relationships tinggi, Peer relationships, dan Peer relationships rendah, berikut ini akan disajikan deskripsi umum skor peer relationships subjek penelitian etnis minoritas. Data ini penting dalam pengolahan data dalam mengkategorikan subjek ke dalam tiga kelompok subjek yang dimaksudkan. Deskripsi umum skor maksimum, minimum, mean, dan standar deviasi Peer relationships dapat dilihat pada tabel 19.

Tabel 19. Deskripsi Umum Skor Maksimum, Minimum, Mean, dan Standar Deviasi Skor Peer Reltionship (hubungan dengan teman sebaya).

Variabel Data N Min Maks Mean Standard

Dari tabel 19 dapat diketahui bahwa nilai mean yang diperoleh dari data hipotetik lebih rendah dibandingkan dengan mean dari data empirik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa peer relationships pada remaja etnis minoritas lebih baik dibandingkan dengan populasi yang diasumsikan. Dari hasil tersebut maka subjek penelitian akan dikelompokkan ke dalam tiga kelompok berdasarkan tingkatan kategorisasi peer relationships, yaitu : rendah, sedang, dan tinggi. Untuk

mengelompokkan subjek ke dalam masing-masing kelompok, dibuat suatu kategorisasi skor berdasarkan norma pada tabel 18 yang selanjutnya menghasilkan pengkategorian skor peer relationships seperti pada tabel 20.

Tabel 20. Pengkategorian Peer Reltionship (Hubungan dengan Teman Sebaya) Remaja Etnis Minoritas

Keterangan :

X : Skor yang didapatkan oleh subjek

µ : Mean empirik skala Peer relationships σ : Standard deviasi

Rumus Kategori

X < (µ - 1,0 σ) Rendah

(µ - 1,0 σ) ≤ X < (µ + 1,0 σ) Sedang

(39)

Berdasarkan kategorisasi norma pada tabel 18 dan skor mean dan standar deviasi yang ada pada tabel 20 di atas maka diperoleh penggolongan peer relationships remaja serta frekuensi subjek dalam setiap kategori seperti yang diperlihatkan pada tabel 21 dan grafik 6 berikut.

Tabel 21. Pengkategorian Peer relationships pada remaja etnis minoritas berdasarkan skor skala Peer relationships.

Dari tabel 21, dikategorikan rentang skor peer relationships berdasarkan data hipotetik. Dapat dilihat bahwa mayoritas etnis minoritas memiliki tingkat peer

relationships yang tergolong sedang sebanyak 116 orang (54,2%) dan Peer relationships yang tergolong tinggi sebanyak 98 orang (48,5%). Berikut ini akan ditampilkan grafik yang menggambarkan kategorisasi peer relationships remaja etnis minoritas berdasarkan skor skala peer relationships.

Grafik 14. Pengkategorian Peer relationships remaja etnis minoritas berdasarkan skor skala Peer relationships.

3. Gambaran aspek-aspek Peer relationships (Hubungan dengan Teman Sebaya)

remaja etnis Minoritas. Variabel Rentang Skor Kategorisasi Frekuensi

(40)

Gambaran peer relationships remaja etnis minoritas (tabel 21) juga dapat dilihat melalui bentuk-bentuk perilakunya, di mana hal ini dapat dilihat dari aspek-aspek peer relationships yaitu persahabatan, kelompok teman sebaya, dan hubungan romantis. Dari 214 subjek yang digunakan dalam penelitian ini, maka akan diperoleh skor minimum, skor maksimum, mean, dan standar deviasi pada tiap aspek-aspek peer relationships (Hubungan dengan Teman Sebaya) yang dapat dilihat pada tabel 22 berikut.

Tabel 22. Kategorisasi Peer relationships (Hubungan dengan Teman Sebaya) pada etnis Minoritas.

(41)

Tabel 23. Pengkategorian siswa yang memiliki peer relationships sedang berdasarkan aspek-aspek peer relationships

Aspek Rentang Skor Kategorisasi Frekuensi (orang)

Berdasarkan pada tabel 23 dapat dilihat bahwa siswa yang memiliki peer relationships sedang pada tiap aspeknya juga mayoritas berada pada kategori sedang. Pada aspek persahabatan, remaja yang memiliki peer relationships sedang yang berada pada kategori rendah adalah sebanyak 17 orang (14.7%), kategori sedang sebanyak 86 orang (74.1 %), dan kategori tinggi sebanyak 13 orang (11.2 %). Pada aspek kelompok teman sebaya, remaja yang memiliki peer relationships sedang yang berada pada kategori rendah sebanyak 13 orang (11.2 %), kategori sedang sebanyak 81 orang (69.8 %), dan kategori tinggi sebanyak 22 orang (19.0%). Pada aspek hubungan romantis, siswa yang memiliki peer relationships sedang yang berada pada kategori rendah adalah sebanyak 18 orang (15.5 %), kategori sedang sebanyak 72 orang (62.1 %), dan kategori tinggi sebanyak 26 orang (22.4 %).

b. Hasil Tambahan Penelitian

(42)

yang lebih tinggi dibandingkan dengan remaja laki-laki. Hal ini bisa disebabkan oleh aspek psikologis yang dimiliki oleh perempuan. Selain itu, Cobb, (2007) juga

mengungkapkan bahwa remaja perempuan lebih memperhatikan hubungan emosional yang mereka jalin dimana perempuan saling membagi perasaan dibandingkan dengan remaja laki-laki.

Peneliti juga ingin melihat gambaran peer ralationships pada remaja etnis

minoritas berdasarkan status sosial ekonomi. Menurut Rice, (2004) remaja etnis minoritas yang memiliki orang tua dengan pendapatan yang rendah (status sosial ekonomi)

berhubungan dengan gangguan psikologis dan kesehatan mental. Gangguan tersebut misalnya depresi dan rasa rendah diri pada remaja etnis minoritas. Dan menurut Santrock, (2008) menjadi seseorang berlatarbelakang etnis minoritas merupakan suatu

permasalahan bagi remaja. Hal ini dikarenakan oleh adaya stereotype dan diskriminasi terhadap etnis minoritas. Etnis menentukan siapa, seberapa besar derajatnya dan dalam cara yang bagaimana seseorang akan menikmati status kewarganegaraan, dimana latar belakang etnis menentukan apakah seseorang akan diasingkan, ditekan atau dirugikan (Santrock, 2008). Hal ini bisa juga disebabkan oleh kelas sosial dan stereotype yang dimiliki oleh kedua etnis tersebut. Sehingga peneliti juga merasa perlu untuk meneliti bagaimana peer relationships pada remaja etnis minoritas bila ditinjau dari jenis kelaminnya, status sosial ekonomi dan etnis yang dimiliki oleh remaja.

1. Uji Homogenitas

Sebelum menggambarkan subjek berdasarkan perbedaan jenis kelamin, etnis dan pendapatan orang tua uji homogenitas dilakukan terlebih dahulu untuk melihat apakah sampel dalam penelitian ini homogen. Uji homogenitas menggunakan Levene Statistik dengan bantuan SPSS 17.00 for windows. Menurut Hadi (2000), jika probabilitas (p) di atas 0.05 (p>0.05) maka sampel dalam penelitian ini homogen.

a. Uji Homogenitas berdasarkan Jenis Kelamin. Tabel 24

Hasil Uji Homogenitas Jenis Kelamin Levene Statistic df1 df2 Sig.

(43)

Pada tabel 24 dapat dilihat bahwa pada peer relationships nilai p adalah 0.577 memiliki nilai p > 0.05 maka sampel dalam penelitian ini memiliki varians skor yang homogen, oleh sebab itu dapat dilakukan uji perbedaan.

Tabel 25.

Hasil Uji ANOVA Jenis Kelamin

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 485.853 1 485.853 2.432 .120

Within Groups 42343.960 212 199.736

Total 42829.813 213

Dari hasil uji ANOVA pada tabel 25 terlihat bahwa diperoleh nilai F = 2.432 dengan signifikansi sebesar 0.120 (p>0.05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan peer relationships berdasarkan jenis kelamin.

b. Uji Homogenitas berdasarkan Etnis. Tabel 26

Hasil Uji Homogenitas Etnis

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.978 1 212 .161

(44)

Tabel 27.

Hasil Uji ANOVA Etnis.

Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Between Groups 299.464 1 299.464 1.493 .223 Within Groups 42530.349 212 200.615

Total 42829.813 213

Dari hasil uji ANOVA pada tabel 27 terlihat bahwa diperoleh nilai F = 1,493 dengan signifikansi sebesar 0.223 (p>0.05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan peer relationships berdasarkan etnis.

c. Uji Homogenitas berdasarkan Pendapatan Orang tua

Tabel 28

Hasil Uji Homogenitas Pendapatan Orang tua

Levene Statistic df1 df2 Sig.

2.074 2 211 .128

Pada tabel 28 dapat dilihat bahwa pada peer relationships nilai p adalah 0.128 memiliki nilai p > 0.05 maka sampel dalam penelitian ini memiliki varians skor yang homogen, oleh sebab itu dapat dilakukan uji perbedaan.

Tabel 29.

Hasil Uji ANOVA Pendapatan Orang tua

(45)

Tabel 29.

Hasil Uji ANOVA Pendapatan Orang tua

Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 2151.508 2 1075.754 5.580 .004 Within Groups 40678.306 211 192.788

Total 42829.813 213

Dari hasil uji ANOVA pada tabel 29 terlihat bahwa diperoleh nilai F = 5.580 dengan signifikansi sebesar 0.004 (p<0.05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan peer relationships berdasarkan pendapatan orangtua.

2. Gambaran Peer Relationships berdasarkan Jenis Kelamin Subjek Penelitian.

Berdasarkan jenis kelamin, gambaran Peer relationships remaja etnis minoritas dapat dilihat pada tabel 30.

Tabel 30. Gambaran Peer relationships berdasarkan jenis kelamin remaja etnis minoritas.

Dari tabel 30 dapat dilihat bahwa nilai mean tertinggi peer relationships pada remaja etnis minoritas berdasarkan jenis kelamin terdapat pada siswa perempuan yaitu sebesar 145.02, namun walaupun terdapat perbedaan mean, perbedaan ini tidak signifikan berdasarkan hasil uji homogenitas. Tabel 30 juga menunjukkan bahwa subjek penelitian berjenis kelamin laki-laki yang memiliki tingkat peer relationships tinggi berjumlah 48 remaja, kemudian yang memiliki tingkat peer relationships sedang berjumlah 66 remaja. Sedangkan subjek berjenis kelamin perempuan yang memiliki tingkat peer relationships

(46)

tinggi berjumlah 50 remaja, kemudian yang memiliki tingkat peer relationships sedang juga berjumlah 50 remaja.

3. Gambaran Peer Relationships berdasarkan Etnis Subjek Penelitian.

Berdasarkan etnis, gambaran peer relationships pada remaja etnis minoritas dapat dilihat pada tabel 31 berikut.

Tabel 31. Gambaran Peer relationships berdasarkan etnis remaja etnis minoritas.

Dari tabel 31 dapat dilihat bahwa nilai mean tertinggi peer relationships pada remaja etnis minoritas berdasarkan etnis terdapat pada remaja Tionghoa yaitu sebesar 144.24, namun walaupun terdapat perbedaan mean, perbedaan ini tidak signifikan berdasarkan hasil uji homogenitas. Tabel 31 juga menunjukkan bahwa subjek etnis Tionghoa yang memiliki tingkat peer relationships tinggi berjumlah 71 orang, kemudian yang memiliki tingkat peer relationships sedang berjumlah 72 orang. Sedangkan subjek yang merupakan etnis Tamil yang memiliki tingkat peer relationships tinggi berjumlah 26 orang, kemudian yang memiliki tingkat peer relationships sedang berjumlah 45 orang.

4. Gambaran Peer Relationships pada Remaja Etnis Minoritas berdasarkan Status

Sosial Ekonomi Subjek Penelitian.

Berdasarkan pendapatan orang tua subjek penelitian dalam gambaran peer relationships pada remaja etnis minoritas dapat dilihat pada tabel 32 berikut.

Tabel 32. Gambaran peer relationships pada remaja etnis minoritas berdasarkan pendapatan orang tua.

Etnis Min Ma

x

(47)

Dari tabel 32 dapat dilihat bahwa nilai mean tertinggi peer relationships pada

remaja etnis minoritas berdasarkan pendapatan orang tua terdapat pada remaja yang

memiliki orang tua dengan pendapatan tergolong SES tinggi yaitu sebesar 147.57,

terdapat perbedaan mean yang signifikan berdasarkan hasil uji homogenitas. Tabel 32

juga menunjukkan bahwa subjek penelitian yang memiliki orang tua dengan pendapatan

tergolong SES tinggi yang memiliki tingkat peer relationships tinggi berjumlah 41 orang,

kemudian yang memiliki tingkat peer relationships sedang berjumlah 37 orang, dan tidak

terdapat subjek yang memiliki tingkat peer relationships rendah. Sedangkan subjek yang

memiliki orang tua dengan pendapatan tergolong SES sedang yang memiliki tingkat peer

relationships tinggi berjumlah 29 orang, kemudian yang memiliki tingkat peer

relationships sedang berjumlah 59 orang, dan tidak terdapat subjek yang memiliki tingkat

peer relationships rendah. Sedangkan subjek yang memiliki orang tua dengan pendapatan

tergolong SES rendah yang memiliki tingkat peer relationships tinggi hanya berjumlah

22 orang, kemudian subjek yang memiliki tingkat peer relationships sedang berjumlah 26

orang, dan tidak terdapat subjek yang memiliki tingkat peer relationships rendah.

Pendapatan Orang tua

(48)

B. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil utama yang diperoleh dari hasil penelitian yang terdiri dari 214 subjek ini, dapat diketahui bahwa gambaran peer relationships secara umum tergolong sedang yaitu sebanyak 116 remaja (54.20%), sedangkan yang tergolong tinggi sebanyak 98 remaja (40.66%), dan tidak terdapat subjek yang tergolong rendah. Demikian juga pada penelitian tambahan, yaitu gambaran peer relationships pada remaja etnis minoritas berdasarkan jenis kelamin, status sosial ekonomi, dan etnis secara keseluruhan subjek penelitian tergolong sedang.

Secara umum, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa remaja etnis minoritas

memiliki peer relationships yang tergolong sedang yaitu sebanyak 116 subjek (lihat tabel

21). Karakteristik remaja yang memiliki peer relationships sedang dapat digambarkan

berdasarkan jawaban-jawaban subjek pada skala peer relationships yang digunakan

dalam penelitian ini (lihat tabel 21). Pada aspek persahabatan, remaja etnis minoritas

sudah menerima sahabat apa adanya , mulai merasa berharga karena memiliki sahabat,

mulai mengungkapkan diri kepada sahabat, dan mulai berbagi dukungan emosi dengan

sahabat, namun kurang dapat berbagi masalah dengan temannya.

Pada aspek kelompok teman sebaya, remaja etnis minoritas mulai memiliki rasa

nyaman bersama teman kelompok, saling berbagi informasi dan mendapatkan informsi

dari teman kelompok. Namun remaja etnis minoritas dengan peer relationships sedang

tidak begitu terlibat aktifitas yang sama dengan teman kelompok, mereka juga kurang

mendapatkan identitas, dan hubungan yang dijalin bersama teman kelompok, bagi mereka

tidak begitu meningkatkan harga diri. Pada aspek hubungan romantis, remaja etnis

(49)

lawan jenis mereka, namun tidak begitu memikirkan hubungan romantis dengan lawan

jenis ataupun menjalin suatu hubungan romantis.

Sedangkan peer relationships pada remaja etnis minoritas yang berada pada

kategorisasi tinggi adalah sebanyak 98 subjek (lihat tabel 21). Karakteristik remaja yang

memiliki peer relationships tinggi dapat digambarkan berdasarkan jawaban-jawaban

subjek pada skala peer relationships yang digunakan dalam penelitian ini (lihat tabel 22).

Adapun karakterisik remaja yang memiliki peer relationships tinggi pada remaja etnis

minoritas adalah sebagai berikut : Pada aspek persahabatan, remaja etnis minoritas sudah

berbagi masalah dengan sahabatnya, menerima sahabat apa adanya, memiliki rasa

berharga, mampu mengungkapkan diri, dan menerima dukungan emosi dari sahabat

mereka. Selain itu, dari tabel 22 dapat dilihat bahwa nilai mean yang paling besar pada

kategorisasi sedang terdapat pada aspek persahabatan, yaitu sebesar 69.95. Artinya,

bahwa mayoritas remaja etnis minoritas cenderung dapat menjalin suatu hubungan

persahabatan dengan baik yang bermanfaat bagi relasi yang dimiliki oleh remaja etnis

minoritas. Hal ini sejalan dengan ungkapan yang dinyatakan oleh oleh Rubin (2008)

bahwa pada etnis minoritas persahabatan merupakan kekuatan remaja untuk mengatasi

masalah minoritas mereka.

Pada aspek kelompok teman sebaya, remaja etnis minoritas memiliki rasa

nyaman, harga diri, memiliki identitas diri karena bersama teman kelompok mereka,

remaja juga memiliki wadah untuk menghabiskan waktu maupun tempat sumber

informasi. Pada aspek hubungan romantis, remaja etnis minoritas sudah ingin memulai

suatu hubungan romantis dan menjalin suatu hubungan romantis.

Peneliti juga mencantumkan analisis tambahan dalam penelitian ini yaitu

berdasarkan jenis kelamin, status sosial ekonomi dan etnis. Gambaran peer relationships

(50)

remaja etnis minoritas perempuan memiliki peer relationships yang lebih tinggi

dibandingkan laki-laki (mean perempuan = 145.02; mean laki-laki = 142.00). Namun

mean antara remaja etnis minoritas pada laki-laki dan perempuan tidaklah signifikan. Hal

ini mungkin terjadi karena remaja laki-laki dan perempuan pada penelitian ini sama-sama

merupakan etnis minoritas. Dimana mereka sama-sama bergantung pada teman sebaya,

karena besarnya keinginan mereka untuk diterima oleh kelompok mayoritas (Santrock,

2008).

Gambaran peer relationships pada remaja etnis minoritas berdasarkan etnis,

menunjukkan hasil bahwa pada remaja etnis minoritas dengan etnis Tionghoa memiliki

peer relationships yang lebih tinggi dibandingkan remaja yang merupakan etnis Tamil

(mean remaja etnis Tionghoa = 144.24; remaja etnis Tamil = 141.73). Namun mean pada

etnis Tionghoa dan Tamil tersebut tidak signifikan. Hal ini dapat terjadi karena subjek

penelitian ini merupakan remaja etnis Tionghoa dan Tamil yang sama-sama merupakan

etnis minoritas di sekolah mereka. Kedua etnis tersebut memiliki stereotype tertentu,

dimana etnis Tamil memiliki stereotype etnis pemabuk dan penipu, sedangkan etnis

Tionghoa memiliki stereotype yaitu sifat spekulatif, menghalalkan semua cara, sombong,

lekas curiga, eksklusif, orientasi bisnis, hemat, ulet, egois, dan paternalis (Realita Pos,

2008). Berdasarkan hasil penelitian, tidak terdapat remaja etnis minoritas yang memiliki

peer relationships rendah. Hal ini dapat terjadi dikarenakan mereka berbaur dengan etnis

mayoritas, yaitu dengan cara memasuki sekolah dengan siswa adalah remaja etnis

mayoritas. Ketika remaja etnis minoritas membuka diri dan menjalin persahatan

antaretnis, dapat menghilangkan diskriminasi dan mereka memiliki kelompok yang lebih

kuat (Rubin, 2009)

Gambaran peer relationships pada remaja etnis minoritas berdasarkan

(51)

tinggi memiliki peer relationships yang lebih tinggi dibandingkan jumlah pendapatan

yang lainnya (mean pendapatan orang tua SES tinggi = 147.57, lebih SES menengah

mean = 140.72, SES rendah mean = 141.56)

Hal ini bisa disebabkan karena, remaja berlatar belakang penghasilan rendah,

beresiko tinggi untuk mengalami masalah yaitu kesulitan dalam adaptasi sosial dan

masalah psikologis seperti depresi, rendah diri, konflik dengan teman sebaya dan

kenalakan remaja lebih banyak terjadi pada remaja miskin dibandingkan dengan remaja

yang lebih berada (Gibbs & Huang, dalam Santrock 2008).

Santrock (2008) juga mengatakan remaja etnis minoritas kelas menengah masih

menghadapi masalah prasangka, diskriminasi dan bias yang berhubungan dengan status

sebagai anggota kelompok etnis minoritas. Hal inilah yang tentunya mempengaruhi peer

relationships pada remaja etnis minoritas yang berasal dari kelas ekonomi menengah ke

bawah. Dimana remaja etnis minoritas dengan pendapatan orang tua yang lebih tinggi,

memiliki peer relationships yang lebih tinggi dibandingkan dengan remaja etnis

minoritas dengan pendapatan orang tua menengah ke bawah. Tidak semua keluarga etnis

minoritas miskin, tapi kemiskinan menyumbangkan stress pada kehidupan dari banyak

remaja etnis minoritas. Hal tersebut membuat banyak remaja etnis minoritas mengalami

kerugian ganda : (1) prasangka, diskriminasi dan bias akibat status minoritas mereka, (2)

dampak kemiskinan yang menimbulkan stres.

Bradley (2002) juga mengatakan bahwa remaja dari latar belakang status sosial

ekonomi rendah, lebih cenderung menggunakan penyalahgunaan obat-obatan dan lebih

cenderung mengalami stress dikarenakan permasalahan keluarga. Sesuai juga dengan

pernyataan Robinson (2005), bahwa remaja yang berlatar belakang dari keluarga

berpendapatan rendah, mereka mengalami perasaan negatif terhadap teman sebaya

(52)

BAB V

KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan, diskusi dan saran-saran sehubungan dengan hasil yang diperoleh dari penelitian ini. Pada bagian pertama akan diuraikan kesimpulan dari penelitian ini yang kemudian akan dilanjutkan dengan saran-saran praktis dan metodologis yang diharapkan dapat berguna bagi penelitian yang akan datang yang berhubungan dengan penelitian ini.

A. KESIMPULAN

Berikut ini akan dipaparkan kesimpulan yang diperoleh berdasarkan pengolahan dan analisis data.

1. Hubungan teman sebaya (peer relationships) pada remaja etnis minoritas secara umum tergolong pada kategori sedang.

2. Berdasarkan aspek-aspek peer relationships, mean tertinggi terdapat pada aspek persahabatan.

3. Berdasarkan data tambahan, ditinjau dari pendapatan orang tua, remaja etnis minoritas yang memiliki peer relationships lebih tinggi adalah remaja yang memiliki tingkat status sosial ekonomi yang tinggi.

B. SARAN

(53)

1. Saran Metodologis

Penelitian ini tidak luput dari kekurangan baik secara metodologis ataupun secara praktisnya. Oleh karena itu peneliti menyampaikan beberapa saran metodologis yang diharapkan nantinya dapat menjadi bahan masukan yang cukup berarti untuk penelitian selanjutnya. Berikut ini adalah beberapa saran metodologis yang penting untuk dipertimbangkan:

a. Bagi peneliti yang tertarik mendalami mengenai peer relationships etnis minoritas dapat dilakukan penelitian dalam bentuk kualitatif untuk dapat melihat kualitas peer relationships pada remaja etnis minoritas.

b. Bagi peneliti yang tertarik melakukan penelitian lanjutan mengenai peer relationships dapat dilakukan penelitian dengan variabel–variabel yang juga mempengaruhi remaja seperti seperti attachment dengan orang tua, self esteem, well being, dan variabel lainnya yang ada pada masa perkembangan remaja.

2. Saran Praktis

Selain saran metodologis, peneliti juga menyampaikan beberapa saran praktis yang diharapkan dapat berguna baik bagi pihak sekolah beserta remaja etnis minoritas (khususnya etnis Tionghoa dan etnis Tamil).

a. Pihak sekolah

(54)

memiliki peer relationships yang tinggi tanpa terbatas pada status minoritas mereka.

b. Bagi remaja etnis minoritas

Remaja etnis minoritas yang masih memiliki peer relationships sedang, dapat semakin membuka diri dalam menjalin peer relationships melalui informasi yang mereka dapat dari pihak sekolah tanpa harus berfokus pada stereotype dan diskriminasi yang dimiliki etnis mereka.

c. Bagi orang tua remaja etnis minoritas

(55)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. PEER RELATIONSHIPS

1. Pengertian Peer relationships

Salah satu tugas perkembangan remaja menurut Havighurst (Gunarsa, 2004) adalah mencapai hubungan baru dan lebih matang dengan teman sebaya. Menurut Santrock (2006) teman sebaya (peer) bagi remaja merupakan sumber mendapatkan status, wadah untuk menjalin persahabatan dan berbagi rasa saling memiliki yang penting dalam situasi apapun.

(56)

Selain itu, menurut Guroglu (2008) hubungan merupakan gabungan interaksi antara dua individu dimana emosi, kognisi, dan perilaku dari interaksi dengan partner tersebut saling mempengaruhi satu sama lain. Dapat dikatakan suatu hubungan terjadi ketika emosi, kognisi dan perilaku serta tujuan individu dipengaruhi oleh individu lainnya. Jadi, peer relationships adalah kesatuan interaksi secara emosi, kognisi, dan perilaku yang dimiliki seseorang melalui hubungan interpersonal timbal balik dengan individu lain pada tingkat kedewasaan atau tingkat usia yang hampir sama.

2. Aspek-aspek Peer relationships

Menurut Santrock (2008) ada tiga aspek dari peer relatonship yang penting dalam masa remaja yaitu :

a. Persahabatan (Friendship)

Menurut Coleman & Henry (1990) persahabatan adalah rasa kebersamaan dan rasa timbal balik satu sama lain. Sedangkan menurut Baron & Bryne (2006) persahabatan adalah hubungan dimana dua orang menghabiskan waktu bersama, berinteraksi dalam berbagai situasi, dan menyediakan dukungan emosional. Cobb (2007) menyatakan bahwa remaja dari kelompok etnis minoritas kebanyakan bersahabat dengan teman sebaya dari etnis dan latar belakang yang sama.

(57)

Keakraban persahabatan (intimacy in friendship) diartikan sebagai pengungkapan diri atau membagi hal-hal yang pribadi. Pengetahuan yang mendalam dan pribadi tentang teman juga digunakan sebagai ukuran keakraban (Selman, dalam Santrock, 2003).

ii. Kesamaan

Kesamaan dalam hal ini diartikan dalam umur, jenis kelamin, etnis atau suku bangsa dan faktor lainnya yang penting dalam persahabatan.

Persahabatan pada remaja memiliki 6 fungsi yaitu (Santrock, 2003) : i. Kebersamaan.

Persahabatan memberikan para remaja teman akrab, seorang yang bersedia menghabiskan waktu dengan mereka dan bersama-sama dalam aktifitas. ii. Stimulasi.

Persahabatan memberikan para remaja informasi-informasi yang menarik, kegembiraan, dan hiburan.

iii. Dukungan fisik.

Persahabatan memberikan waktu, kemampuan-kemampuan dan pertolongan.

iv. Dukungan ego.

Persahabatan menyediakan harapan atas dukungan, dorongan dan umpan balik yang dapat membantu remaja untuk mempertahankan kesan atas dirinya sebagai individu yang mampu, menarik dan berharga.

(58)

Persahabatan menyediakan informasi tentang bagaimana cara berhubungan dengan orang lain dan apakah remaja baik-baik saja.

vi. Keakraban atau perhatian.

b. Peer Groups (Kelompok Teman Sebaya)

Peer Groups adalah sekelompok individu pada usia relatif sama, yang merupakan kelompok sosial yang mengatur langkah untuk bersosialisasi. Pada banyak remaja, bagaimana mereka dipandang oleh teman sebaya merupakan aspek yang terpenting dalam kehidupan mereka (Santrok, 2003). Santrock juga mengatakan beberapa dari remaja akan melakukan apapun untuk dapat dimasukkan dalam suatu anggota kelompok.

Adapun yang menjadi karakteristik Peer Groups (kelompok teman sebaya) yaitu : i. Tempat dimana Individu merasa nyaman

ii. Meningkatkan harga diri individu iii. Memberi individu suatu identitas. iv. Terlibat dalam aktivitas yang sama

v. Pergi hang out bersama-sama dengan anggota kelompok vi. Individu mendapatkan sumber penting akan informasi.

Fungsi hubungan teman sebaya (Santrock, 2003) adalah :

Gambar

Tabel 1. Blue Print Distribusi Aitem Skala Peer relationships Sebelum Diuji Coba
Tabel 2. Distribusi Aitem Skala Peer relationships Sebelum Diuji Coba
Tabel 3. Distribusi Aitem-aitem Skala Peer Relatonship sesudah Uji Coba
Tabel 4. Distribusi Aitem-aitem Skala Peer Relatonship yang akan disebar.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari skor kemandirian dengan mean = 96, standar deviasi = 21 maka diperoleh hasil kemandirian remaja dengan pola asuh permisif yang tergolong dalam kategori rendah tidak ada, 7

Dari skor kemandirian dengan mean = 96, standar deviasi = 21 maka diperoleh hasil kemandirian remaja dengan pola asuh permisif yang tergolong dalam kategori rendah tidak ada, 7

Statistik deskriptif menjelaskan tentang karakteristik data yang digunakan dalam penelitian yang dilihat dari nilai minimum, maksimum, mean, dan standar

Deskripsi data dari pemahaman kosakata meliputi nilai rata-rata, nilai maksimum, nilai minimum, standar deviasi, dan jumlah skor untuk kelas yang diberi perlakuan

Deskripsi variabel dalam statistik deskriptif yang digunakan pada penelitian ini meliputi nilai minimum, maksimum, mean dan standar deviasi dari suatu variabel

Analisis statistik deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk menghitung nilai minimum, maksimum, mean, standar deviasi pada variabel independen dana pihak ketiga,

Penelitian ini memberikan deskripsi tentang nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean) dan standar deviasi dari masing-masing variabel independen yang terdiri dari

Statistik Kemampuan Berfikir Kreatif Pada Siswa Kelas VIIbSmp Negeri 2 Nosu Pada Siklus II Statistik Nilai statistic Subjek 15 Skor ideal 100 Mean 72,067 Maksimum 89 minimum 64