• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Diorama Sebagai Media Informasi Lokananta Solo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Diorama Sebagai Media Informasi Lokananta Solo"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN DIORAMA SEBAGAI MEDIA INFORMASI

LOKANANTA SOLO

DK 26313/Tugas Akhir Semester II 2013/2014

Oleh:

Esa Iswanto Apriansyah 52111022

Program Studi Desain Grafis

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(2)
(3)
(4)
(5)

Curiculum Vitae

A.Biodata

Nama : Esa Iswanto Apriansyah

Tempat/Tanggal Lahir : Cimahi, 19 April 1993

Agama : Islam

Alamat : Jalan Pojok Selatan I No.175 Kota Cimahi,

Jawa Barat

Telepon : 087821843625

Email : apriansyaheza@rocketmail.com

Studi : D3 Desain Komunikasi Visual, UNIKOM

B.Pendidikan

1. SDN W.R Supratman 1999 - 2005

2. SMPN 9 Cimahi 2005 - 2008

3. SMAN 4 Cimahi 2008 - 2011

4. Universitas Komputer Indonesia 2011 - Sekarang

C.Organisasi

SD : Pramuka

SMP : Paskibra, PKS

(6)

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... . vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN...1

I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Identifikasi Masalah ... 3

I.3 Fokus Masalah ... 3

I.4 Tujuan Perancangan... 3

I.5. Manfaat Perancangan ... 4

BAB II INFORMASI...5

II.1 Pengertian Informasi ... 5

II.2.1 Siklus Informasi ... 5

II.2.2 . Data ... 5

II.2 Pengertian Museum ... 7

II.3 Fungsi Museum ... 8

II.4 Jenis-jenis Museum ... 9

II.4.1 Museum Berdasarkan Koleksinya ... 9

II.4.2 Museum Berdasarkan Kedudukannya ... 10

II.5 Lokananta Solo ...12

II.5.1 Awal Mula Berdirinya Lokananta ... 12

II.5.2 Visi Dan Misi ... 12

II.5.3 Status ... 14

II.5.4 Koleksi Piringan Hitam ... 15

II.5.5 Event Di Lokananta ... 16

(7)

viii

II.7 Diorama ... 20

II.8 Segmentasi ... 22

BAB III STRATEGI PERANCANGAN KONSEP VISUAL ... 24

III.1 Strategi Perancangan ... 24

III.1.1 Pendekatan Komunikasi ... 24

III.1.2 Strategi Kreatif ... 24

III.1.3 Strategi Media ... 25

III.2 Konsep Visual ... 26

III.2.1 Format Desain ... 26

III.2.2 Tipografi ... 27

III.2.3 Ilustrasi ... 27

III.2.4 Warna ... 28

BAB IV TEKNIK PRODUKSI MEDIA ... 30

IV.1 Media Utama ... 30

IV.1.1 Diorama ... 30

IV.1.2 Teknik Produksi ... 31

IV.2 Media Pendukung ... 32

IV.2.1 Buklet ... 32

IV.2.2 Poster ... 33

IV.2.3 Flyer ... 34

IV.2.4 Kartu Pos ... 35

IV.2.4 Spanduk ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 37

(8)

i

KATA PENGANTAR

Segala puji hanyalah milik ALLAH SWT, Tuhan semesta alam Yang Maha Luas Ilmu-Nya, karena dengan Rahmat-Nya penulisan makalah perancangan tugas

akhir yang berjudul “PERANCANGAN DIORAMA SEBAGAI MEDIA

INFORMASI LOKANANTA SOLO” ini dapat berjalan lancar.

Makalah perancangan tugas akhir ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk melaksanakan tugas akhir dalam upaya mendapatkan gelar Diploma 3 Program Studi Desain Grafis .

Banyak pihak yang telah memberi bantuan, dorongan dan motivasi selama proses penyusunan makalah perancangan tugas akhir ini berlangsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Semua pihak yang telah terlibat dan membantu sehingga makalah perancangan tugas akhir ini bisa selesai dengan baik.

(9)

Semoga bantuan dan dukungan yang telah diberikan, diganti dengan kebaikan yang jauh lebih besar dari Allah SWT, amin. Akhir kata, semoga penyusunan makalah perancangan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya, dan bagi Mahasiswa Program Studi Desain Grafis pada umumnya.

Bandung, 20 Agustus 2014

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

B.mills, Criss. (2008). Merancang dengan maket: Panduan studio dalam membuat maket perancangan arsitektural. Jakarta: Erlangga.

Calamar, Gary and Gallo, Phil. (2009). Record Store Days: From Vinyl to Digital and Back Again. New York: Sterling Publishing co, inc.

Petersen, Susan and Petersen, Jan. (2003). The Craft and Art of Clay. New York: The Overlook Press.

Yampolsky, Philip. (1987). Lokananta: a discography of the National Recording Company of Indonesia, 1957-1985. Center for Southeast Asian Studies:

University of Illinois Press.

Sumber Media Online

Mandala, Dimas. 2011 (1 Desember). Segmentasi Pasar dan Analisis Demografi

Terhadap Perilaku Konsumen. Tersedia di :

http://dimasmandala.wordpress.com/2011/12/01/segmentasi-pasar-dan-analisis-demografi-terhadap-perilaku-konsumen/ (27 Mei 2014).

Maulina Gultom, Annissa. 2012 (16 Juli). Museum Sebagai Media Komunikasi. Tersedia di: http://museumku.wordpress.com/2012/07/16/museum-sebagai-media-komunikasi/. (2 Mei 2014).

Murdiyanto, Ari. 2013 (14 Juli). Lokananta, White Shoes & The Couples

Company, dan Pandai Besi. Tersedia di:

(11)

Pickr, Zool. 2012 (9 November). Definisi Maket, Macam-macam jenis dan

kegunaan maket. Tersedia di:

http://ilmu-konstruksi.blogspot.com/2012/11/definisi-maket-macam-macam-jenis-dan.html#_ (22 Mei 2014).

Prawitaningrum, Raras. 2013 (9 November). Vinyl Di Mata Rekti The S.I.G.I.T. http://butikmusik.com/news/detail/392/vinyl-di-mata-rekti-the-sigit. (6 September 2013).

Purwoaji, Ayos dan Zakaria, Fakhri. 2013 (9 November). LOKANANTA:

Menyelamatkan Musik Indonesia. Tersedia di:

http://rollingstone.co.id/read/2012/10/27/145255/2073969/1100/lokananta-menyelamatkan-musik-indonesia?lftheadline. (27 Oktober 2012).

Riyadi, Timur Arif. 2013 (18 Desember). Menata Koleksi Lokananta. Tersedia di: http://demo.jurnas.com/halaman/9/2013-11-13/273839. (13 November 2013).

Zakaria, Fakhri. 2013 (9 November). Mencium Hilversum dari Solo. Tersedia di: http://masjaki.com/2013/05/08/mencium-hilversum-dari-solo/. (8 Mei 2013).

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Modernisasi merupakan suatu bentuk transformasi budaya yang menjadikan perubahan dalam tata nilai, perilaku hidup dalam keseharian, dampaknya pun lebih cenderung kepada gaya hidup yang konsumtif dan individualistik. Contoh pada masa sekarang informasi telah dipermudah oleh akses internet dimanapun dan kapanpun, mengkonsumsi berita secara cepat dan mudah, dapat diakses dirumah dan dimanapun berada. Oleh karena itu dampaknya sangat terlihat jelas seperti kurangnya interaksi kepada sesama, kurangnya mengunjungi ruang terbuka publik seperti museum karena telah tersedianya informasi yang sangat memudahkan pengguna melalui internet.

Padahal sebagai makhluk sosial seharusnya ada interaksi secara langsung dengan sesama, contoh sederhana dengan mengunjungi ruang publik, seperti berkunjung ke museum, selain dapat memanfaatkan ruang publik juga dapat menggali sumber informasi dan wawasan dari museum tersebut namun kembali kepada informasi pada masa ini sangat mudah didapat hanya dengan mengakses internet, namun informasi yang disuguhi belum tentu lengkap dan akurat. Informasi yang berada di internet sebagian besar hanya informasi umum dan tidak mendetail dikarenakan informasi tersebut hanya didapat dari orang yang berkompeten dibidang tersebut sementara informasi yang berada di-internet cenderung copy paste dari situs ke situs.

(13)

2

wawasan. Ada banyak jenis museum yang tersebar di Indonesia, salah satunya museum Lokananta yang berada di Solo, yaitu museum musik yang dahulu digunakan sebagai tempat memproduksi piringan hitam dan sampai sekarang koleksi piringan hitam sejak masa Presiden Soekarno masih tersimpan disana, selain mengkoleksi sejumlah piringan hitam, museum Lokananta memiliki beberapa alat untuk memproduksi kaset. Sangat disayangkan dulu pernah ada alat untuk memproduksi piringan hitam namun telah diganti oleh alat untuk memproduksi kaset karena memang pada masa itu ada peralihan dari piringan hitam menjadi kaset lalu sebagian besar alat untuk memproduksi piringan hitam pun tergantikan oleh alat untuk memproduksi kaset.

Lokananta merupakan ide dasar dari R.Sudibjo dan juga atas prakarsa dari R.Maladi yang pada kala itu menjabat sebagai Menteri Penerangan periode 1959-1962 sebagai pengganti R.Sudibjo, lalu mendapat amanat dari Presiden Soekarno pada waktu itu untuk didirikannya pabrik piringan hitam, hasil dari produksi Lokananta itu tujuannya sebagai bahan transkrip untuk siaran radio RRI seluruh Indonesia. Tujuan Lokananta yaitu untuk mencegah budaya asing berkembang pesat di Nusantara, oleh karena itu koleksi piringan hitam yang berada di Lokananta lebih banyak kepada lagu-lagu daerah lokal.

(14)

3

recording di Lokananta dan juga sumbangan sukarela jika ada pengunjung yang ingin masuk ke Lokananta.

1.2

Identifikasi Masalah

Melihat semua hal yang melatarbelakangi pengetahuan tentang Museum Lokananta maka, dapat ditarik beberapa masalah dengan berdasarkan kepada :

- Koleksi piringan hitam di Lokananta sebagian besar sudah memprihatinkan dikarenakan kondisi cover sudah banyak yang hilang dan rusak.

- Koleksi alat produksi kaset di Lokananta beberapa sudah tidak berfungsi. - Koleksi alat produksi piringan hitam di Lokananta telah tergantikan oleh

alat produksi kaset.

1.3 Fokus Masalah

Ketiadaan alat-alat produksi piringan hitam di Lokananta dikarenakan peralihan media dari piringan hitam menjadi pita kaset atau kaset tape yang menggantikan alat produksi piringan hitam menjadi alat produksi pita kaset, padahal hal tersebut sangat disayangkan mengingat di Lokananta sendiri pernah ada mesin tersebut.

1.4 Tujuan Perancangan

(15)

4

- Memberikan ilustrasi tentang beberapa alat produksi piringan hitam. - Membangun suasana ruangan tempat alat produksi tersebut di simpan. - Memberikan infomasi mengenai cara kerja dari masing-masing mesin

dalam media buklet.

1.5 Manfaat Perancangan

- Dapat dijadikan sebagai sarana informasi Lokananta kepada para pengunjung dan dapat memberikan edukasi melalui informasi cara kerja alat produksi pada media buklet.

- Dapat dijadikan sebagai salah satu bahan referensi bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian di bidang industri perkembangan musik di Indonesia.

(16)

4

BAB II

INFORMASI

2.1 Pengertian Informasi

Informasi adalah hasil pemrosesan, manipulasi dan pengorganisasian/penataan dari sekelompok data yang mempunyai nilai pengetahuan (knowledge) bagi penggunanya.

Secara umum informasi dapat didefinisikan sebagai hasil dari pengolahan data dalam suatu bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian yang nyata yang digunakan sebagai pengambilan keputusan.

2.2.1 Siklus Informasi

Sumber dari informasi adalah data. Data adalah kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata. Kejadian-kejadian adalah sesuatu yang terjadi pada saat tertentu. Di dalam dunia bisnis, kejadian-kejadian yang sering terjadi adalah transaksi perubahan dari suatu nilai yang disebut transaksi. Kesatuan nyata adalah berupa suatu obyek nyata seperti tempat, benda dan orang yang betul-betul ada dan terjadi.

2.2.2 Data

(17)

5

Data yang diolah melalui suatu model menjadi informasi, penerima kemudian menerima informasi tersebut, membuat suatu keputusan dan melakukan tindakan, yang berarti menghasilkan suatu tindakan yang lain yang akan membuat sejumlah data kembali. Data tersebut akan ditangkap sabagai input, diproses kembali lewat suatu model dan seterusnya membentuk suatu siklus. Siklus informasi ini dapat digambarkan sebagai berikut

Pengertian Informasi menurut para ahli memiliki definisi yang berbeda-beda, diantaranya :

1. Robert G. Murdick

Informasi terdiri atas data yang telah didapatkan, diolah/diproses, atau sebaliknya yang digunakan untuk tujuan penjelasan/penerangan, uraian, atau sebagai sebuah dasar untuk pembuatan ramalan atau pembuatan keputusan

2. Kusrini

Informasi merupakan data yang sudah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi pengguna, yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat ini atau mendukung sumber informasi

3. Mc Leod

Infomasi merupakan data yang telah diproses atau data yang memiliki arti

4. Gordon B. Davis

(18)

6

MUSEUM

2.2

Pengertian Museum

Secara etimologis, museum berasal dari kata Yunani, Μουσε ον atau mouseion, yang sebenarnya merujuk kepada nama kuil untuk sembilan Dewi Muses, anak-anak Dewa Zeus yang melambangkan ilmu dan kesenian. Bangunan lain yang diketahui berhubungan dengan sejarah museum adalah bagian kompleks perpustakaan yang dibangun khusus untuk seni dan sains, terutama filsafat dan riset di Alexandria oleh Ptolemy I Soter pada tahun 280 SM.

Museum berkembang seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan manusia semakin membutuhkan bukti otentik mengenai catatan sejarah kebudayaan.

Di Indonesia, museum yang pertama kali dibangun adalah Museum Radya Pustaka. Selain itu dikenal pula Museum Gajah yang dikenal sebagai yang terlengkap koleksinya di Indonesia, Museum Wayang, Persada Soekarno, Museum Tekstil serta Galeri Nasional Indonesia yang khusus menyajikan koleksi seni rupa modern Indonesia.

Pada awalnya, museum bermula sebagai tempat untuk menyimpan koleksi milik individu, keluarga atau institusi kaya. Benda-benda yang disimpan biasanya merupakan karya seni dan benda-benda yang langka, atau kumpulan benda alam dan artefak arkeologi.

(19)

7

Kata “Museum” berasal dari bahasa Yunani Kuno, “Mouseion” yang artinya,

“Kuil atau rumah ibadah tempat menyembah 9 Dewi Muze, Dewa Utama dalam Pantheon Yunani Klasik”. Kuil atau tempat ibadah pemujaan Dewi-Dewi Muze

inilah yang disebut “Muzeum”. Dengan demikian kata Museum pada awalnya

berasal dari kata “Muze”, kemudian dalam bahasa Yunani menjadi “Mouseion

lalu ditransfer ke dalam bahasa latin dan Inggris menjadi kata “Museum”.

Douglas A. Allan mengemukakan bahwa “Museum dalam pengertian yang sederhana terdiri dari sebuah gedung yang menyimpan kumpulan benda-benda

untuk penelitian studi dan kesenangan”.

Menurut Pott (1970) “Museum adalah yayasan/penyelenggara bangunan museum, berada dibawah pimpinan penyelenggara yang dapat dipertanggungjawabkan, di bawah sejumlah staf yang memiliki keahlian di berbagai bidang, seni, ilmu pengetahuan, teknik dan pengetahuan alam serta paham akan masalah sosial dengan menggunakan dokumen-dokumen yang dapat dipertanggungjawabkan, menggunakan berbagai sarana teknis, registrasi, pemeliharaan, penyimpanan, mengerjakan, mempelajari karya manusia dengan tujuan untuk dipresentasikan kepada publik dengan dasar penelitian pengguanaan.”

Menurut Jolanda Srisusana Atmadjaja (2002) “Museum merupakan bangunan public berorientasi kebudayaan, baik ditinjau dari fungsi utama sebagai sarana pengdokumentasian benda-benda bersejarah dan objek penelitian lain, pusat penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, seni dan budaya, maupun ditinjau dari perkembangannya yang dipengaruhi oleh dinamika kondisi lingkungan sosial, politik, budaya dan ekonomi.”

2.3 Fungsi Museum

(20)

8

a. Sebagai tempat pelestarian, museum harus melaksanakan kegiatan sebagai berikut :

 Penyimpanan, yang meliputi pengumpulan benda untuk menjadi koleksi,

pencatatan koleksi, sistem penomoran dan penataan koleksi.

 Perawatan, yang meliputi kegiatan mencegah dan menanggulangi

kerusakan koleksi.

 Pengamanan, yang meliputi kegiatan perlindungan untuk menjaga koleksi

dari gangguan atau kerusakan oleh faktor alam dan ulah manusia.

b. Sebagai sumber informasi, museum melaksanakan kegiatan pemanfaatan melalui penelitian dan penyajian.

 Penelitian dilakukan untuk mengembangkan kebudayaan nasional, ilmu pengetahuan dan teknologi.

 Penyajian harus tetap memperhatikan aspek pelestarian dan

pengamanannya.

2.4

Jenis-jenis Museum

Museum yang terdapat di Indonesia dapat dibedakan melaui beberapa jenis klasifikasi (Ayo Kita Mengenal Museum ; 2009), yakni sebagai berikut :

2.4.1 Jenis museum berdasarkan koleksi yang dimiliki, yaitu :

· Museum Umum, museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia dan atau lingkungannya yang berkaitan dengan berbagai cabang seni, disiplin ilmu dan teknologi.

(21)

9

(Gambar II.1. Museum Piringan Hitam Lokananta) Sumber Dok. Pribadi

2.4.2 Jenis museum berdasarkan kedudukannya, terdapat tiga jenis : · Museum Nasional, museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang

berasal, mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia dan atau lingkungannya dari seluruh wilayah Indonesia yang bernilai nasional.

(Gambar II.2. Museum Nasional Jakarta) Sumber wisatamuseum.com (13 maret 2014)

(22)

10

(Gambar II.3. Museum Propinsi Bali) Sumber www.indonesia.is (13 maret 2014)

· Museum Lokal, museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal, mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia dan atau lingkungannya dari wilayah kabupaten atau kotamadya dimana museum tersebut berada.

(23)

11

2.5

LOKANANTA SOLO

2.5.1. Awal Mula Berdirinya Lokananta

Lokananta pertama berdiri pada tahun 1956, tepatnya pada tanggal 29 Oktober, Lokananta mempunyai arti "Gamelan di Kahyangan yang berbunyi tanpa penabuh". Awal mula Lokananta berdiri mempunyai tugas sebagai pabrik piringan hitam pertama yang berada di Indonesia.

(Gambar II.5. Museum Lokananta Solo) Sumber Dok. Pribadi

2.5.2 Visi Dan Misi

(24)

12

(Gambar II.6. Foto R. Maladi)

Sumber wikipedia.com (22 maret 2014)

Pada waktu itu RRI di Indonesia ada hampir di setiap daerah. Untuk dapat diperdengarkan diseluruh Nusantara salah satu contoh lagu daerah Maluku, Rasa Sayange pertama dibuat master lagu tersebut lalu dikirim dan diproduksi oleh Lokananta untuk diperbanyak lalu disebarkan kepada Radio Republik Indonesia untuk disiarkan diseluruh Nusantara. Itu merupakan misi kebudayaan dari Presiden Soekarno pada waktu itu, untuk lebih mempersatukan masyarakat Indonesia disetiap pulau. Kebanyakan produk-produk Lokananta merupakan produk-produk lokal dari budaya Indonesia. Contoh, lagu terang bulan, lagu dayak, gending, langgam, keroncong, dan lagu-lagu daerah, wayang orang serta lundruk, jadi masyarakat Sumatera tidak hanya dapat mendengarkan lagu-lagu daerah mereka saja namun melalui siaran RRI masyarakat dapat mendengarkan lagu daerah Indonesia, bahkan rekaman lagu Indonesia Raya dan lagu-lagu nasional lainnya juga tersimpan di studio Lokananta di Kota Solo ini. termasuk rekaman pidato presiden pertama RI, Bung Karno. Kemudian karena materi yang semakin banyak dibuatlah studio untuk melengkapinya. Diantaranya ada Gamelan, ada Gending dari Jawa Barat, kemudian Gending Jawa Barat tersebut direkam lalu kemudian dicetak piringan hitam yang berproduksi di Lokananta, kemudian disebar melalui RRI.

(25)

13

ada, karena memang pada waktu itu Lokananta didirikan untuk mencegah budaya luar masuk ke Nusantara sehingga budaya-budaya kita lebih berkembang.

Semenjak tahun 1983 Lokananta juga pernah mempunyai unit produksi penggandaan film dalam format pita magnetik Betamax dan Video Home System atau VHS.

(Gambar II.7. Koleksi VHS Lokananta Solo) Sumber Dok. Pribadi

2.5.3 Status

Awal berdiri Lokananta itu sebagai bagian dari Kementerian Penerangan jadi proses produksi Lokananta pada waktu itu masih dibiayai oleh Negara, ada tidak adanya karya yang diproduksi tetap dibiayai oleh Negara, kemudian sekarang Lokananta beralih menjadi cabang usaha Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Percetakan Negara dan tidak dibiayai oleh Negara, oleh karena itu Lokananta kini berdiri sendiri tanpa bergantung pada Negara, profit dihasilkan melalui inovasi yang diterapkan oleh Lokananta sendiri. POL (2013) menjelaskan

“DIREKTUR Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

akan mengurus kondisi studio rekaman Lokananta yang selama ini terkesan tidak terurus. Pak Dirjen telah memberikan kepercayaan untuk mengurus studio rekaman lokananta dan direncanakan warisan musik yang bersejarah di Solo itu

(26)

14

2.5.4 Koleksi Piringan Hitam

Menurut Hengky (seperti dikutip Timur Arif Riyadi 2013) rekaman piringan hitam di Lokananta sejak tahun 1950-an diperkirakan tersimpan 50 ribu buah koleksi. Bahkan, sekitar 20 ribu keping piringan hitam cukup memprihatinkan atau tidak terpelihara dengan baik. Lokananta sampai sekarang masih mempunyai koleksi ribuan lagu-lagu daerah dari seluruh Indonesia (Ethnic/World Music/foklor) dan lagu pop lama termasuk di antaranya lagu-lagu keroncong. Selain itu Lokananta mempunyai koleksi lebih dari 5.000 lagu-lagu rekaman daerah bahkan rekaman pidato-pidato kenegaraan Presiden Soekarno.

(Gambar II.8. Koleksi Piringan Hitam Lokananta Solo) Sumber Dok. Pribadi

Koleksinya antara antara lain terdiri musik gamelan Jawa, Bali, Sunda, Sumatera Utara (batak) dan musik daerah lainnya serta lagu-lagu folklore ataupun lagu rakyat yang tidak diketahui penciptanya. Rekaman gending karawitan gubahan dalang kesohor Ki Narto Sabdo, dan karawitan Jawa Surakarta dan Yogya merupakan sebagian dari koleksi yang ada di Lokananta. Tersimpan juga master lagu berisi lagu-lagu dari penyanyi legendaris seperti Gesang, Waldjinah, Titiek Puspa, Bing Slamet, dan Sam Saimun. Lokananta telah melahirkan beberapa penyanyi ternama di Indonesia.

(27)

15

(Gambar II.9. Piringan Hitam salah satu bingkisan Asian Games 1962 Jakarta) Sumber Dok. Pribadi

2.5.5 Event di Lokananta

Ari Mudiyanto (2013) menjelaskan di tahun 2013 ini White Shoes & The Couples Company merilis sebuah mini album berisi 5 lagu berjudul Menyanyikan Lagu2 Daerah, diantaranya musik populer masa Orde Lama yang mereka hidupkan kembali. Ada karya legendaris seniman Pasundan, Mang Koko Koswara di lagu “Tjangkurileung”, lagu permainan klasik Melayu berjudul “Tam Tam Buku”, serenada Amboinalegendaris gaya Broery & The Pros di “Lembe Lembe”,

dan lagu pop berbahasa Maluku yang dilantunkan oleh Max Lesiangi di “Te O Randang O”.

(28)

16

Lalu ada Grup Band Pandai Besi yang memang Band tersebut merupakan proyek sampingan dari Band Efek Rumah Kaca membuat album mereka yang berjudul Daur Baur, dimana isi lagu tersebut direkam kembali di studio Lokananta. Di album ini berisi 9 buah lagu yang materinya diambil dari album Kamar Gelap dan Efek Rumah Kaca milik Band Efek Rumah Kaca.

(Gambar II.11. Album Daur, Baur dari Pandai Besi) Sumber Buzzerbeezz.com (22 maret 2014)

Lalu ada juga musisi Indonesia Glenn Fredly yang membuat video klip di Lokananta.

(29)

17

(Gambar II.12. Poster Festival Lokananta 2012) Sumber 4shared.com (22 maret 2014)

2.6 Maket

(Gambar II.13. Maket Interior) Sumber kaskus.co.id (6 april 2014)

(30)

18

Sebuah maket yang layak untuk di presentasikan menandai selesainya suatu proses perancang dan membutuhkan suatu upaya yang besar dalam membangun maket tersebut agar tampak sempurna.

Sebuah maket tidak lebih dan tidak kurang adalah sesuatu yang abstrak, gambar miniatur dari sesuatu yang sesungguhnya yang dipertaruhkan bukan penggambaran yang tepat dari suatu realitas, tetapi proses dari penyederhanaan untuk mendapatkan bentuk absiran yang telah ditentukan.

Maket mengandung segi karakter seperti lubang, proyeksi, jendela, dan rancangan atap. Dalam bentuk yang abstrak ini, area lokasi-landscape dalam skala kecil disederhanakan dan di ilustrasikan dengan bahan yang telah dipilih sebagai dataran rata. jika landscape berlereng, hal ini dapat di maketkan dengan lapisan horizontal yang ditumpuk di atas yang lain.

Seluruh tipe maket yang didiskusikan (maket sketsa, maket massa, maket pengembangan, dan lain-lain) dianggap sebagai maket studi, termasuk yang digunakan untuk presentase formal. Maket-maket tersebut bertujuan untuk memunculkan ide-ide desain dan berfungsi sebagai wahana untuk penyempurnaan desain.

Maket-maket studi dapat dibagi menjadi dua kelompok berbeda, maket primer dan maket sekunder.

Maket primer

Maket primer memiliki konsep yang abstrak dan digunakan untuk mengeksplorasi berbagai tahap fokus investigasi desain yang berbeda-beda.

- Sketsa - Diagram

- Konsep

- Massa

- Solid void

(31)

19

- Presentasi/finishing

Maket sekunder

Maket sekunder digunakan untuk menelaah komponen-komponen tertentu dari suatu bangunan atau tapak.

- Kontur tapak

- Konteks tapak/perkotaan - Fitur dan vegetasi tapak - Interior

- Unit bagian - Fasad

- Rangka/struktural - Detail/koneksi-koneksi

2.7 Diorama

(Gambar II.14. Cabins Mini Diorama)

Sumber www.pacificmodelloggerscongress.com (6 april 2014)

Diorama dapat merujuk kepada perangkat, didalam penggunaan

modern, ukuran
(32)

20

dari hobi terkait seperti pemodelan kendaraan militer, pemodelan tokoh miniatur, atau modeling pesawat.

Kata "diorama" digunakan sejak tahun 1822 di Perancis sebagai jenis picture-viewing device atau alat untuk melihat sebuat visual dalam bentuk perangkat. Secara harfiah berarti "melalui apa yang terlihat", dalam bahasa Yunani di ("melalui") + orama ("yang terlihat , pemandangan"). Diorama ini ditemukan oleh Daguerre dan Charles Marie Bouton, pertama kali dipamerkan di London, 29 September 1823. Makna "replika skala kecil dari adegan" pada tahun 1902.

Diorama Daguerre terdiri dari sepotong kain dicat di kedua sisi. Ketika diterangi dari depan, adegan akan ditampilkan dalam satu negara dan dengan beralih ke penerangan dari belakang fase lain atau aspek akan terlihat.

Salah satu penggunaan pertama diorama di museum, berada di Stockholm, Swedia, di Museum Biologi yang dibuka pada tahun 1893. Ada beberapa diorama miniatur, lebih dari tiga lantai.

Diorama Miniatur biasanya jauh lebih kecil , dan menggunakan model berskala dan lansekap untuk menciptakan adegan sejarah atau fiksi . Berbasis model skala, diorama tersebut digunakan, misalnya, di Chicago Museum Sains dan Industri menampilkan railroading. Diorama ini menggunakan model skala railroading umum 1:87 (HO scale) . Diorama sering menggunakan skala seperti 1/35 atau 1/ 48.

Sheperd Paine mempopulerkan diorama miniatur modern yang dimulai pada tahun 1970-an.

(33)

21

oleh sudut, jahitan, atau tepi. Semua teknik ini merupakan cara menyajikan sudut pandangan yang realistis tentang adegan besar dalam sebuah cerita.

(Gambar II.15. Akeley’s Diorama)

Sumber fuckyeahdioramas.tumblr.com (6 april 2014)

Carl Akeley merupakan seorang naturalis, pematung, dan ahli mengisi kulit binatang telah menciptakan diorama habitat yang pertama pada tahun 1889. Diorama Akeley yang menampilkan berang-berang taxidermied dalam habitat tiga dimensi yang realistis. Dengan dukungan dari kurator Frank M. Chapman, Akeley merancang diorama habitat yang menjadi populer sehingga ditampilkan di American Museum of Natural History . Menggabungkan seni dengan sains, pameran ini dimaksudkan untuk mendidik masyarakat tentang meningkatnya kebutuhan konservasi habitat.

2.8 Segmentasi

 Geografis

(34)

22  Demografis

Rentang waktu usia remaja dan dewasa, yaitu: Masa remaja awal, 12 – 21 tahun

Tingkat pendidikan dikhususkan kepada mahasiswa dan orang yang berwiraswasta/berwirausaha.

Jenis kelamin : laki-laki dan wanita

 Psikografis

Remaja cenderung menghentikan aktifitas rekreasi yang menuntut banyak pengorbanan tenaga dan berhenti dari perkembangan kesukaan akan rekreasi. Gaya hidup yang menginfiltrasi berbagai budaya, lebih khususnya musik.

(35)

23

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

3.3

Strategi Perancangan

Pada strategi perancangan dibutuhkan gagasan yang tepat dan efektif untuk penyampaian media informasi yang baik dan untuk menghasilkan karya yang lebih maksimal. Dimulai dengan tahapan strategi perancangan kemudian mengacu pada konsep visual yang akan dibuat.

3.1.1 Pendekatan Komunikasi

Sebuah media informasi yang benar harus didampingi dengan komunikasi yang jelas, sehingga pesan yang disampaikan tepat sasaran kepada penerimanya. Begitu juga dengan Museum Lokananta Solo yang perlu diinformasikan kepada masyarakat pada umumnya dan generasi muda pada khususnya. Perlu adanya pendekatan komunikasi yang bertujuan persuatif dan informatif sehingga baik secara langsung maupun tidak langsung dapat memberi pandangan positif terhadap masyarakat khususnya generasi muda tentang adanya Museum Lokananta Solo, salah satu saksi sejarah perkembangan musik di Indonesia.

3.1.2 Strategi Kreatif

(36)

24

3.1.3 Strategi Media

Media merupakan suatu sarana komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan informasi atau pesan dari satu orang kepada orang lain sehingga pesan yang disampaikan tepat dan dapat dipahami. Media yang dipilih sebagai media informasi tentang sejarah Museum Lokananta Solo yaitu :

1. Diorama

Sebagai media utama untuk menyampaikan informasi tentang suasana tempat penyimpanan alat produksi dengan menggunakan visual 3 dimensi yang menarik dan tidak membosankan agar lebih menambah pengetahuan dan wawasan.

2. Buklet

Media buklet digunakan untuk lebih spesifik menginformasikan tentang kegunaan dari alat-alat yang sedang diperagakan di sebuah diorama.

3. Poster

Media poster digunakan untuk menunjang promosi dan media penjelas tentang adanya media diorama

4. Kartu Pos

Sebagai media tambahan dan sebagai gimmick agar lebih terkesan vintage. Berfungsi sebagai souvenir dan juga sebagai benda memorable setelah berkunjung ke museum.

5. Spanduk

(37)

25

6. Flyer

Flyer diberikan seminggu sebelum acara berlangsung agar lebih menarik minat secara langsung.

3.2

Konsep Visual

Dalam proses penyampaian media informasi tentang sejarah perkembangan Lokananta Solo kepada target audiens, maka dibutuhkan konsep visual yang tepat dan efektif sehingga menarik dan dapat dipahami dengan jelas. Ada pun konsep visualnya sebagai berikut :

3.2.1 Format Desain

Pada media informasi ini telah ditemukan gaya yang akan dipakai untuk

memudahkan penyampaian bahasa visual melalui 3d models, tipografi, ilustrasi dan warna sehingga mudah dipahami dan dimengerti oleh target audiens.

- Diorama

Dengan format ukuran 52cm x 36,5cm x 25cm diaplikasikan pada

(38)
[image:38.595.209.450.84.236.2]

26

Gambar III.1. World War II Diorama) Sumber precisemodeling.com (8 april 2014)

3.2.2 Tipografi

Pemilihan dan penggunaan huruf dalam media informasi ini harus disesuaikan dengan segmentasi dan juga isi dari media informasi ini agar seimbang dalam menyampaikan pesan visual dan dapat dipahami dengan mudah oleh audiens. Dalam hal ini ditekankan pada readability dan appealing, untuk itu menggunakan beberapa type font family seperti Andes, LittleLordFontleroy, dan Letter Gothic Std.

(39)

27

3.2.4 Ilustrasi

Ilustrasi merupakan hasil visualisasi dari suatu tulisan dengan teknik drawing, lukisan, fotografi, atau teknik seni rupa lainnya. Ilustrasi berfungsi sebagai penerangan konsep yang akan disampaikan, berfungsi juga sebagai bayangan setiap karakter di dalam cerita. Ilustrasi pada rancangan diorama ini lebih menekankan pada kesan cerita.

(Gambar III.3. Pop-up Illustration Book) Sumber behance.net (16 maret 2014)

3.2.5 Warna

(40)

28

(41)

29

BAB IV

TEKNIS PRODUKSI MEDIA

4.1 Media Utama

4.1.1 Diorama

(Gambar IV.1. Ruangan Alat Produksi Lokananta) Sumber Dok. Pribadi

(42)

30

(Gambar IV.2. Diorama Mesin Produksi) Sumber Dok. Pribadi

Diorama mesin-mesin produksi piringan hitam sebagai media informasi utama yang ditujukan kepada target audiens. Teknis produksi manual atau handcraft agar detail lebih terlihat. Ukuran diorama dengan orientasi perspektif 52cm x 36,3cm x 25cm skala perbandingan 1:20.

4.1.2 Teknik Produksi

(43)

31

(Gambar IV.3. Proses Pewarnaan Replika Mesin) Sumber Dok. Pribadi

4.2

Media Pendukung

Media pendukung dalam hal ini bersifat sebagai pengingat dan merchandise, dapat digunakan oleh target audiens bahkan dapat digunakan juga sebagai media untuk memperluas informasi yang disampaikan. Semua media pendukung melalui proses layout menggunakan media Adobe Photoshop CS5.

4.2.1 Buklet

(44)

32

(Gambar IV.4. Sampul Media Buklet) Sumber Dok. Pribadi

(Gambar IV.5. Media Buklet) Sumber Dok. Pribadi

4.2.2 Poster

(45)

33

(Gambar IV.6. Media Poster) Sumber Dok. Pribadi

4.2.3 Flyer

(46)

34

(Gambar IV.7. Media Flyer) Sumber Dok. Pribadi

4.2.4 Kartu Pos

Media Kartu Pos dengan teknik produksi cetak offset separasi di ukuran kertas A5 di cetak menggunakan kertas linen.

(47)

35

4.2.5 Spanduk

Media Spanduk dengan teknik produksi Print Out separasi ukuran 160cm x 60cm di cetak menggunakan kertas flexy.

Gambar

Gambar III.1. World War II Diorama) Sumber precisemodeling.com (8 april 2014)

Referensi

Dokumen terkait

Bentuk dan pesan secara visual menggunakan penggayaan dengan bentuk-bentuk yang diambil dari benda-benda yang terdapat pada museum dalam hal ini adalah fosil baik hewan

Adalah sebuah mu museum y yang koleksinya t t er er di di ri d d ar ari i kumpulan benda yang beras sa al, mewaki ili dan berkaitan dengan bukti material manusia dan ata au lingkun

Kepercayaaan yang mulai ditinggalkan dapat menyebabkan budaya tersebut menghilang padahal budaya pamali merupakan bagian dari aset dan kekayaan bahasa baik lokal

Aktivasi dari sebuah skema menyadarkan manusia tentang sesuatu (benda) yang diwakili oleh skema itu serta skema-skema lainnya yang berkaitan dengan skema

• Dokumentasi adalah Kumpulan dari dokumen-dokumen dapat memberikan keterangan atau bukti yang berkaitan dengan proses pengumpulan dan pengelolaan dokumen secara

kumpulan bukti material manusia dan lingkungannya yang.. 10 berkaitan dengan berbagai cabang seni, disiplin ilmu dan teknologi. b) Museum Khusus adalah Museum yang koleksinya

Perbedaan dari ketiga video profile tersebut dengan Perancangan Video Profil sebagai Media Informasi Pada Lorin Solo Hotel adalah dilihat dari konsep video dengan

Museum juga dapat digolongkan menurut kedudukannya ruang lingkup wilayah tugas, sebagai berikut :  Museum Nasional, adalah museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda – benda