• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. TINJAUAN PUSTAKA. Universitas Kristen Petra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2. TINJAUAN PUSTAKA. Universitas Kristen Petra"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Yang Berhubungan Dengan Museum 2.1.1. Pengertian Museum

Museum memiliki beberapa pengertian diantaranya adalah sebagai berikut,

Kata museum berasal dari kata Yunani, mouseion, yang sebenarnya merujuk kepada nama kuil untuk sembilan Dewi Muses, anak-anak Dewa Zeus yang melambangkan ilmu dan kesenian. Dengan seiring berkembangnya zaman, ilmu pengetahuan dan manusia semakin membutuhkan bukti-bukti otentik mengenai catatan sejarah kebudayaan maka mulai didirikan sebuah museum, Museum Radya Pustaka merupakan museum pertama yang di dirikan di Indonesia.

Sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, memperoleh, merewat, menghubungkan, dan memamerkan artefak-artefak perihal jati diri manusia dan lingkungannya untuk tujuantujuan studi, pendidikan dan rekreasi.

Museum menurut Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1995 Pasal 1 ayat (1) adalah lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan pemanfaatan benda-benda bukti materiil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa.

2.1.2. Kriteria Perancangan Museum

Untuk dapat menciptakan suasana Museum Satwa yang nyaman bagi pengunjung, maka harus merencanakan dan mengaplikasikan kriteria perancangan museum yang baik.

Tujuan dari perencanaan yang baik adalah:

Memberikan suasana yang nyaman, santai, dan informatif.

Menjamin keamanan dan kenyamanan pengunjung dalam mengunjungi

serta mengamati museum tersebut.

(2)

2.1.3. Jenis – Jenis Museum

Jenis museum dapat dibedakan dalam beberapa hal,yaitu:

a. Koleksi Museum

Menurut koleksi yang dimilikinya,museum dapat dibagi menjadi dua jenis museum yaitu :

Pertama, museum umum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia dan lingkungannya yang berkaitan dengan berbagai cabang seni, disiplin ilmu dan teknologi.

Kedua, museum khusus adalah museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia atau lingkungannya yang berkaitan dengan satu cabang seni, cabang ilmu atau satu cabang teknologi. Contoh museum khusus adalah Museum Kebangkitan Nasional, Museum Wayang dan Museum Bahari.

Museum satwa ini menampilkan koleksi-koleksi bukti material lingkungan, yang berkaitan dengan cabang ilmu tentang satwa mamalia serta memberikan informasi tentang keanekaragaman satwa mamalia khas Indonesia, sehingga museum ini digolongkan sebagai museum khusus.

b. Menurut Kedudukannya Museum

Menurut kedudukanya museum dapat dibagi menjadi 3, yaitu:

Museum Nasional

Adalah museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal dari, mewakili, dan berkaitan dengan material manusia dan lingkunganya dari seluruh wilayah Indonesia yang bernilai nasional.

Museum Regional Propinsi

Adalah museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal dari, mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia dan lingkunganya dari wilayah propinsi tertentu.

Museum Lokal

Adalah museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal

dari, mewakili, dan berkaitan dengan bukti material manusia dan atau

lingkungannya dari wilayah kabupaten atau kota madya tertentu.

(3)

Berdasarkan pada kedududkannya, museum satwa ini dapat digolongkan sebagai Museum Nasional, yaitu museum yang mengoleksi benda maupun material dari seluruh wilayah Indonesia.

c. Menurut Penyelenggaraan Museum

Menurut penyelenggaraannya,museum dapat digolongkan menjadi 2 yaitu:

Museum Pemerintah

Yaitu museum yang diselenggarakan dan dikelola oleh pemerintah pusat atau dikelola oleh pemerintah setempat.

Museum Swasta

Yaitu museum yang diselenggarakan dan dikelola oleh pihak swasta.

Berdasarkan penyelenggaraannya museum satwa ini dapat digolongkan sebagai Museum Pemerintah. Dalam hal ini museum satwa mamalia khas indonesia ini dibawahi oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

2.1.4. Persyaratan Berdirinya Sebuah Museum

Persyaratan berdirinya sebuah museum harus diperhatikan, persyaratan berdirinya museum adalah:

a. Lokasi Museum

Lokasi harus strategis dan sehat (tidak terpolusi, bukan daerah yang berlumpur atau tanah rawa). Pendistribusian luas areal museum harus sesuai dengan pembagian,dimana luas areal untuyk kuratorial ditambah administrasi dan servis harus seluas areal pameran. Standart luasan museum berdasarkan pada jumlah penduduk/jiwa adalah sebagai berikut

Tabel 2.1. Standart Luas Museum

Populasi Total luas areal museum

10.000 jiwa 650m2-1300m2

25.000 jiwa 1115m2-2230m2

50.000 jiwa 1800m2-3600m2

100.000 jiwa 2700m2-5500m2

250.000 jiwa 4830m2-9800m2

500.000 jiwa 7600m2-15000m2

>1.000.000 jiwa 12000m2-23500m2

Sumber: Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya (2000)

(4)

b. Bangunan Museum

Bangunan museum dapat berupa bangunan baru atau memanfaatkan gedung lama. Harus memenuhi prinsip-prinsip konservasi, agar koleksi museum tetap lestari. Bangunan museum minimal dapat dikelompok menjadi dua kelompok, yaitu bangunan pokok (pameran tetap, pameran temporer, auditorium, kantor, laboratorium konservasi, perpustakaan, bengkel preparasi, dan ruang penyimpanan koleksi) dan bangunan penunjang (pos keamanan, museum shop, tiket box, toilet, lobby, dan tempat parker)

c. Koleksi

Merupakan syarat mutlak dan merupakan inti sebuah museum, maka benda-benda koleksi harus harus memenuhi persyaratan untuk dimuseumkan, persyaratan itu seperti:

Mempunyai nilai sejarah dan nilai-nilai ilmiah (termasuk nilai estetika)

Harus diterangkan asal-usulnya secara historis, geografis dan fungsinya

Harus dapat dijadikan monumen jika benda tersebut berbentuk bangunan yang berarti juga mengandung nilai sejarah

Dapat diidentifikasikan mengenai bentuk, tipe, gaya, fungsi, makna, asal secara historis dan geografis, genus (untuk biologis), atau periodenya (dalam geologi, khususnya untuk benda alam)

Harus dapat dijadikan dokumen, apabila benda itu berbentuk dokumen dan dapat dijadikan bukti bagi penelitian ilmiah

Harus merupakan benda yang asli, bukan tiruan

Harus merupakan benda yang memiliki nilai keindahan (master piece)

Harus merupakan benda yang unik, yaitu tidak ada duanya.

d. Organisasi dan Ketenagaan

Pendirian museum sebaiknya ditetapkan secara hukum. Museum harus

memiliki organisasi dan ketenagaan di museum, yang sekurang-kurangnya terdiri

dari kepala museum, bagian administrasi, pengelola koleksi (kurator), bagian

konservasi (perawatan), bagian penyajian (preparasi), bagian pelayanan

masyarakat dan bimbingan edukasi, serta pengelola perpustakaan.

(5)

2.2. Tinjaun Pustaka Pusat Informasi dan Ruang Pamer 2.2.1. Kegiatan Pusat Informasi

Pusat informasi merupakan sebuah wadah yang menginformasikan tentang segala sesuatu yang bersifat informasi kepada masyarakat awam. Pusat informasi dapat beruapa ruang pamer. Ruang pamer ini memiliki tatanan dan fungsi yang sama dengan penataan ruang pameran pada museum.

Fungsi pusat informasi secara umum:

Sebagai wadah atau tempat informasi

Pusat informasi berfungsi untuk menampung, melestarikan dan menjaga baik relic-relic, fosil satwa yang telah diawetkan agar tidak rusak dan hilang sehingga generasi mendatang dapat menikmatinya.

Sebagai sarana rekreasi dan mendapatkan pendidikan

Pusat informasi ini berfungsi sebagai tempat rekreasi keluarga maupun pelajar disamping sebagai saran rekreasi masyarakat juga akan mendapatkan pengetahuan satwa-satwa awetkan.

Sebagai tempat konservasi

Pusat informasi ini juga berguna sebagai tempat konservasi fosil dan replika yang akan berguna bagi generasi muda, maupun masyarakat awam.

Sebagai tempat pameran

Pusat informasi merupakan sebuah ruang yang memamerkan karya seni dan ilmu pengetahuan . Pada umumnya ruangan tersebut harus:

- Terlindung dari gangguan pencurian, kelembapan dan debu

- Mendapatkan cahaya yang terang merupakan hal yang baik dari penataan ruang pameran.

Pada pusat informasi terdapat beberapa pembagian ruang, antara lain:

Ruang pameran meliputi pameran tetap dimana ruang pameran tersebut akan selalu berganti (±5thn), ruang untuk meletakkan replika satwa awetan, miniatur, serta ruang belajar dan ruang rapat.

Ruang hiburan meliputi ruang santai, ruang simulasi, kafe, auditorium, dan

lain-lainya.

(6)

Tempat penyimpanan barang (gudang), ruang pengawetan. (Pedoman Klasifikasi Koleksi Museum Umum Negri Provinsi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan)

2.2.2. Penataan Ruang Pameran

Pendekatan pada estetis

Pendekatan ini menggunakan pendekatan yang mengutamakan sisi keindahan dengan didukung latar belakang, pencahayaan, dan penataan displey yang menarik

Pendekatan romantis evoratif

Penataan dan penyajian koleksi berdasarkan kondisi asli yang dapat mengungkapkan dan menceritakan suatu suasana dalam periode sejarah yang dapat menambah nilai keindahan dari koleksi tersebut.

Pendekatan intelektual

Penyajian koleksi yang bersifat pengungkapan dapat memberikan informasi pendidikan bagi para pengunjung.

2.2.3. Pola Sirkulasi Area Pamer

Sirkulasi pada area pamer harus didesain dengan tingkat fleksibelitas yang tinggi, karena pola sirkulasi sangat berpengaruh kepada kenyamanan pada saat pengunjung berkeliling untuk mengamati benda koleski. Hal-hal yang mempengaruhi sirkulasi area pamer adalah :

Orientasi Pengunjung

Ruang pamer harus didesain semenarik mungkin dan berorientasi kepada pengunjung. Hal ini didasari karena pengunjung akan nyaman mengamati benda koleksi apabila sirkulasinya terarah dan bebas untuk bergerak, misalnya jalan masuk dan lobby harus dapat mengarahkan serta menarik pengunjung untuk masuk kedalam ruang pamer untuk mengamati dan melihat-lihat.

Beberapa faktor mendesain ruang pameran antara lain:

Pengunjung dapat bergerak melewati area pamer tanpa dipaksa untuk

kembali ke objek yang sudah dilewati sebelumnya.

(7)

Harus ada cukup ruang bagi pengunjung untuk bergerak dengan kecepatan yang berbeda dan saat pengunjung berhenti untuk melihat-lihat dan mengamati objek dengan detail.

Kecendrungan pengunjung kearah kanan saat memasuki area displey (faktor kebiasaan)

Kemanapun pergerakan pengunjung saat berada di area pamer, benda koleksi dan tempat displey juga dapat membantu arah sirkulasi pengunjung.

Jenis-jenis sirkulasi pada area pamer

Pola Radial Keuntungan :

- Cocok untuk galeri besar

- Pengunjung bebas untuk memilih koleksi yang ingin dilihat - Pembagian koleksi jelas

- Adanya ruang pengebal

Kerugian : Membutuhkan ruang yang cukup luas

Pola Linear Keuntungan :

- Pemisahan koleksi jelas - Sirkulasi bersequent Kerugian :

- Pengunjung tidak bebas memilih benda koleksi apa yang akan diamati - Sirkulasi kemungkinan terganggu oleh orang yang melihat koleksi

Pola Linear Bercabang Keuntungan :

- Sirkulasi tidak terganggu - Pembagian koleksi jelas

- Pengunjung bebas memilih benda yang akan diamati Kerugian :

- Ruang yang dibutuhkan panjang

(8)

Pola Random Keuntungan :

- Cocok digunakan oleh galeri dalam sekala kecil

- Pengunjung dapat memilih benda koleksi yang akan diamati Kerugian :

- Sirkulasi cross dan membingungkan

- Sirkulasi tergantung penataan koleksi (pemisahan koleksi tidak jelas) Pengelompokan ruang dalam area pameran, dapat dibagi dalam beberapa susunan ruang, antara lain :

Susunan ruang ke ruang

Merupakan susunan dengan ruang yang terletak pada kamar yang saling berhubungan secara menerus. Pada umumnya terdapat pada bangunan dengan ruang pameran satu lantai dan bersebelahan dengan ruang lobby. Kelebihan dari susunan ini yaitu memiliki pengelompokan yang simple dan ruangan yang cukup ekonomis. Kekurangan susunan ini, terdapat satu ruang yang tidak dilalui walaupun dikelilingi oleh ruang lain.

Susunan koridor ruang

Susunan ruang dan koridor merupakan susunan dimana setiap ruang dapat diakses melalui sebuah koridor. Keuntungan dari susunan ini yaitu, setiap ruang mudah diakses secara langsung oleh karena itu dapat ditutup tanpa memberi pengaruh pada ruang lainya. Kelemahan susunan ini yaitu terdapat ruang yang tidak dapat digunakan karena digunakan sebagai ruang koridor,walaupun dapat diminimalisasi dengan menjadikan ruang tersebut sebagai ruang pameran terbuka.

Susunan lingkaran pusat

Merupakan susunan yang berpusat pada ruangan dengan dikelilingi ruang-

ruang disekelilingnya. Keuntungan susunan ini yaitu susunan ruangnya lebih

sederhana. Kekurangan susunan lingkaran pusat ini yaitu ruang serasa tidak

ekonomis karena banyak membuang ruang sehingga pengunjung malas untuk

mengelilingi ruang pameran tersebut.

(9)

a b c

Gambar. 2.1. Contoh susunan ruang pameran

Sirkulasi dalam ruang pameran memiliki peran yang sangat penting.

Sirkulasi biasanya tercipta sesuai dengan bentuk layout bangunan. Arah sirkulasi dapat dijadikan daya tarik bagi pengunjung serta sebagai pengarah atau petunjuk.

Gambar. 2.2. Sirkulasi ruang pameran

2.2.4. Pengaturan dan Perawatan Benda Koleksi

Terdapat beberapa sistem pengaturan koleksi dalam ruang pamer, yaitu : - Systematik group : Binatang yang terbagi dalam kelompok

taxonomis (familia,ordo/kelas hewan) diletakkan secara bersamaan.

Binatang- binatang ini tanpa dihias dengan diorama yaitu hanya menonjolkan jumlah jenis.

- Pseudo habitat group : Binatang-binatang yang dipamerkan ini

bertujuan memperlihatkan keindahan-keindahan serta fungsi maupun

bentuk anggota badan dengan tema tertentu.

(10)

- Semi habitat group : Binatang dengan habitat yang sama dipajang dalam salah satu bagian alam hidupnya, hal ini bertujuan agar pengamatan lebih detil.

- Habitat group : Dimana beberapa jenis binatang dipajang dengan diorama yang menggambarkan habitatnya.

- Comosite habitat group: Jenis-jenis binatang yang sama tidak dapat dimasukan kedalam satu tempat.

Dalam pengaturan displey koleksi maupun benda pajang lain, museum harus memperhatikan kenyamanan pengunjung. Hal –hal yang harus diperhatikan antara lain:

Menghindari kelemahan fisik (letih), kepenatan mata, kebosanan pada pengunjung

Perlu adanya penyesuaian koleksi yang menarik serta tidak monoton atau bentuk yang diulang-ulang.

Tinjauan terhadap anatomi manusia juga perlu dipertimbangkan pada penataan benda pamer.

Benda yang dipamerkan harus dapat dilihat oleh pengunjung agar para pengunjung mendapatkan manfaat, fungsi dan tujuan mengunjungi museum.

Penglihatan manusia normal terhadap daerah visual mata dalam bidang horizontal adalah 60

o

dan daerah visual bidang vertikal adalah 60

o

. (Panero,60)

Gambar. 2.3.Jarak Pandang Visual Pada Gambar. 2.4. Jarak Pandang Visual Pada

Bidang Horisontal Bidang Vertikal

Sumber: Panero (1979,p.295) Sumber: Panero (1979,p.295)

(11)

Besaran benda dan cara meletakan ruang display pada ruang pameran juga harus diperhatikan, agar saat melihat benda koleksi yang ditampilkan dapat dilihat secara nyaman dan propolsional.

Gambar. 2.5. Perbandingan Jarak Pandang Mata Manusia Terhadap Benda Koleksi Sumber : De Chiara (1995,p.374)

Gambar. 2.6. Contoh Kesalahan Peletakan Benda Koleksi Sumber : De Chiara (1995,p.376)

Gambar. 2.7. Jarak Pandang yang Diperlukan Apabila Benda Pamer Besar Sumber : De Chiara (1995,p.376)

(12)

Berikut ini adalah fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan dalam ruang pameran, antara lain :

Gudang koleksi

Gudang koleksi merupakan salah satu ruang yang sangat diperlukan dalam pendirian sebuah museum. Peletakan gudang harus tersamar agar keamanan benda yang tersimpan didalam gudang terjaga, serta penempatannya yang tidak terlalu jauh dari ruang pamer.

Pembingkaian

Ruang pamer yang memamerkan karya seni pada kertas, foto, dokumen, atau benda kertas 2 dimensi lainnya akan memerlukan pembingkaian. Hal itu dikarenakan kertas tidak dapat diperkan dalam jangka waktu yang lama tanpa merusaknya oleh karena itu perlu dilakukan pembingkaian. Ruangan ini harus bersih dan steril.

Laboratorium Perawatan Benda Koleksi

Kebanyakan museum dengan ruang pamer kecil tidak memiliki laboratorium perawatan. Ruang pamer besar bagaimanapun juga mungkin memiliki fasilitas lebih termasuk laboratorium terpisah untuk prosedur perawatan seperti yang dibutuhkan untuk lukisan, patung, seni dekorasi 3D, tekstil, fosil maupun artefak. Fasilitas tersebut membutuhkan fasilitas dan perawatan khusus.

(Architects and Museum Planners 893) Cara Pengawetan Benda Koleksi

Pada prinsipnya pengawetan bertujuan untuk menghilangkan atau menghambat proses penghancuran (dekomposisi) oleh mikro organisme. Secara garis besar pengawetan dapat dilakukan dengan 2 cara awetan obyek biologi, yaitu:

Pengawetan Basah

Pengawetan basah adalah pengawetan yang dilakukan dengan mengawetkan obyek biologi dengan menggunakan suatu cairan pengawetan.

Pengawetan basah biasanya dilakukan bagi hewan yang tidak bercangkang dan

memiliki ukuran yang relatife besar dengan media perendaman dalam larutan

pengawet.

(13)

Pengawetan Kering

Pengawetan kering adalah pengawetan yang dilakukanan dengan mengeringkan objek biologi hingga kadar air yang sangat rendah, sehingga organisme perusak dan penghancur tidak bekerja. Organisme dengan metode pengawetan kering juga dapat dilakukan meskipun benda relatif besar dengan cara mengeringkan dengan sinar matahari, dengan bantuan oven, agar lebih awet benda awetan disimpan dalam media pengawet resin (Bioplastik). Obyek relatif kecil juga dapat diawetkan, misalnya plankton, cacing, protozoa, yang diletakan dalam bentuk slide mikroskop.

a. Langkah-Langkah Pengawetan

- Hewan-hewan yang akan diawetkan dalam bentuk utuh dan akan dipamerkan dimuseum biasanya hewan-hewan yang berukjuran relatif kecil.

Hewan yang akan diawetkan diletakan dalam bpotol koleksi yang sudah berisi label.

- Langkah yang selanjutnya disebut killing (mematikan), preserving (pengawetan), fixing (meneguhkan) yang memerlukan peralatan dan Tetracloride/CCL

4

atau yang biasa disebut Ethyl Acetat. Namun terkadang memerlukan perlakuan khusus yaitu pembiusan sebelum proses mematikan dilakukan, agar tubuh hewan yang akan diawetkan tidak susut dan rusak.

Pembiusan dilakukan dengan serbuk methol, kapur barus setelah tampak lemas hewan dapat dipindahkan kedalam larutan pengawet.bahan-bahan tertentu, seperti Ether, Kloroform, HNC/KCN, Karbon

b. Bahan Pengawetan

Beberapa bahanpengawet yang dapat digunakan antara lain, formalin, alkohol, (ethil alkohol), resin atau pengawet berupa ekstrak tanaman.

c. Sifat Larutan Pengawet

Bahan pengawet ndan peneguhan yang biasa digunakan untuk pengawet ini berbahaya bagi manusia, maka harus hati-hati dalam penggunaannya.Dengan mengenal sifat larutan tersebut diharapkan dapat menghindari bahaya dari penggunaan cairan pengawet ini.

Alkohol, merupakan bahan yang mudah terbaka, bersifat disinfektan dan

tidak korosif

(14)

Formalin,larutan mudah menguap, menyebabkan iritasi selaput lendir hidung, mata dan sangat korosif, bila pekat berbahaya bagi kulit.

Kloroform,larutan yang mudah menguap, dapat membius dan melarutkan plastik.

Ether, larutan mudah menguap, beracun serta dapat membius dengan konstraksi rendah eksplosife

Karbon tetracloride, larutan yang mudah menguap, melarutkan plastik serta lemak, dapat membunuh serangga.

Ethil acetat, larutan mudah menguap, dapat membius dan mematikan serangga maupun manusia.

Resin, merupakan larutan yang tidak mudah menguap, mudah mengeras dibantu dengan penambahan larutan katalis, karsinogenik dapat mengawetkan spesies dalam waktu yang sangat lama.

KCN/HCN, larutan pembunuh yang sangat kuat dan sangat beracun, apabila tidak terlalu mendesak jangan gunakan larutan ini karena sangat berbahaya bagi kesehatan.

d. Pengawetan Kering

Pengawetan ini dilakukan pada hewan yang memiliki kerangka luar keras dan tidak mudah rusak akibat proses pengeringan. Pengeringan dilakukan dengan menggunakan oven atau dijemur dibawah terik matahari hingga kadar airnya sangat rendah. Sebelum dikeringkan hewan dimatikan dengan larutan pembunuh, kemudian hewan diatur posisinya. Hewan yang sudah kering kemudian dimasukkan kedalam kotak yang diberi kapur barus dan silika gel. Tiap hewan yang diawetkan sebaiknya diberi label yang berisi nama, lokasi penangkapan, tanggal penangkapan,serta nama kolektornya.

e. Bioplastik

Bioplastik merupakan pengawetan specmen hewan atau tumbuhan dalam blok resin untuk digunakan sebagai media pembelajaran. Spesimen hewan atau tumbuhan dalam blok resin berfungsi juga sebagai ornamen. Di dalam dunia industri resin sudah familiar dan merupakan bahan perekat untuk fiberglass.

Fiberglass terbuat dari pasir dan semen. Didunia otomotif resin biasa digunakan

sebagai pembuatan komponen bemper, dalam industri fashion resin digunakan

(15)

untuk boneka peraga pakaian(manequin). Resin merupakan senyawa organik hasil metabolisme sekunder, tersusun atas karbon, senyawa ini akan mengalami polimerisasi yang bersifat eksoterm sehingga akan menimbulkan panas.

Untuk mempercepat polimerisasi digunakan katalis. Jumlah katalis yang ditambahkan akan mempengaruhi terhadap cepat atau lambatnya proses polimerisasi dan jumlah panas yang dikeluarkan. Menurut Setyadi (2004) perbandingan resin dan katalis kurang lebih 20:1, namun sebenarnya tidak terdapat rumus baku untuk proses ini. Terlalu banyak katalis akan menyebabkan spesimen mengalami pemanasan dan blok menjadi retak atau pecah. Jumlah katalis yang terlalu sedikit juga menyebabkan pembentukan blok menjadi lambat dan tidak kering dalam waktu yang dikehendaki. Dalam kondisi normal tanpa katalis resin akan mendapat sekitar 24-48 jam suhu ruangan juga mempengaruhi padal lamanya pemadatan resin.

Cara Pemeliharaan Benda Koleksi

Pemeliharaan benda koleksi, harus diperhatikan dari beberapa faktor antara lain :

Iklim

Serangga dan tumbuhan berjamur (mikro organisme)

Tabel 2.2. Cara Mengatasi Gangguan Pada Benda Koleksi

Gangguan Cara Mengatasi Gangguan

1 Jamur Direndam HCL + Rermaldehid (1:10) lalu disikat 2 Lumut Direndam HCL + Amoniak + Acetton + Alkohol 3 Kapur/cat HCL 1-10%

4 Tinta Aceton + Alkohol + Tolven (1:1:1) 5 Debu Teepol, kuas, sikat ijuk

Sumber: Wawancara dengan Staff Konservasi dan Preparasi

Aspek- aspek yang perlu diperhatikan dalam merancang sebuah pameran, yaitu :

Fungsional

Fungsional memiliki arti tepat guna,sarana pameran tersebut agar benda

yang dipamerkan tepat dengan fungsinya. Misalnya untuk apa benda

koleksi dibuat.

(16)

Aman

Harus diperhatikan benar agar sarana pameran yang dibuat mampu melindungi pengunjung dari bahaya kecelakaan

Ekonomis

Ekonomis memiliki arti tepat serta sesuai dengan kondisi yang ada,benda yang dihasilkan mempunyai wujud efektifitas, efisiensi, dan praktis.

Estetis

Berhubungan dengan institusi cendrung mengemukakan ide ekspresi, dengan wujud menciptakan bentuk yang harmonis, serasi, seimbang dengan memperhatikan letak.

Sarana untuk benda koleksi terbagi menjadi menjadi 2 kategori, yaitu :

Sarana pokok pameran yang berupa panel, vitirin, dan pedestal (alas koleksi)

Sarana penunjang berupa label, koleksi penunjang yang berupa peta, foto, miniatur, patung peraga) sarana pengamanan, publikasi, pengaturan cahaya, warna, pengaturan udara, audiovisual, angkutan dalam ruang, dekorasi ruang (meliputi taman dalam ruang, tempat sampah, dan tempat duduk)

Sarana pokok dalam ruang pameran mutlak diperlukan karena tanpa sarana tersebut pameran tidak berhasil dalam pencapaian tujuan, terlihat tidak teratur karena hanya tampak kumpulan benda-benda saja tanpa maksud dan tujuan yang jelas.

- Panel adalah sarana pokok pameran yang digunakan untuk menggantung koleksi terutama 2 dimensi dan cukup dilihat dari depan kadang digunakan untuk menempelkan label/koleksi penunjang lain seperti peta maupun benda grafi.

- Vitrin adalah sarana untuk meletakkan benda koleksi (umumnya 3 dimensi) dan relatif bernilai tinggi derta mudah untuk pengakutan (pemindahan). Berfungsi sebagai benda koleksi dari gangguan manusia ataupun lingkungan.

- Pedesental atau alas koleksi merupakan tempat meletakkan koleksi yang biasanya berbentuk 3 dimensi.

Sarana Penunjang Benda Koleksi yang Dipamerkan :

(17)

Peta

Pembuatan peta ini dapat menggunakan teknik cetak ataupun tulisan yang di buat kemudian dipotong.

Foto

Sarana penunjang yang sering digunakan yaitu foto koleksi hal ini sebaiknya dibuat dengan ukuran yang tidak terlalu kecil sehingga sulit dilihat pengunjung dengan jarak ±3m, ukuran yang biasa digunakan antara lain 30cm x 45cm, 45cm x 60cm ukuran tersebut sudah cukup jelas terlihat oleh pengunjung.

Foto yang diletakkan diatas diatas alas koleksi perlu dibuatkan penyangga, agar letak foto dapat dilihat dengan baik dan peletakanya harus direbahkan sedikit kira- kira 100

o

.

Sketsa atau lukisan

Informasi terkadang tidak jelas apa bila hanya menggunakan kata-kata saja, atau jika diutarakan akan memakan kata-kata yang terlalu panjang. Dengan permasalahan tersebut biasanya dapat menggunakan mediaisasi berupa gambar maupun seketsa.

Sketsa merupakan penggambaran visual tentang pristiwa pada suatu tempat biasanya dibuat cepat dan sederhana baik warnannya maupun bentuknya namun cukup mewakili obyek yang dimaksudkan.

Lukisan merupakan penggambaran yang lebih lengkap dari pada sketsa, disamping itu warna, komposisi, dan bentuk harus jelas. Suasana yang inin digambarkan hendaknya diungkapkan dengan dukungan teknik penguasaan warna.

Miniatur

Bentuk lebih kecil dari benda yang sebenarnya. Pembuatan berdasarkan skala yang sebenarnya, biasanya bahan yang digunakan tidak harus sama dengan jenis benda yang asli namun harus dibuat setepat mungkin agar sama dengan benda yang asli, hanya ukurannya saja yang membedakan. Misalnya warna, serta ornament dari benda miniatur harus jelas dan sama dengan benda yang asli.

Patung peraga

Patung peraga ini bersifat penting untuk menunjang koleksi yang

dipamerkan. Patung adalah berupa benda 3 dimensi yang wujudnya dapat dilihat

(18)

dengan jelas. Patung ini harus memperhatikan segi anatominya disamping itu tujuan penyajiannya pun harus jelas dan dapat mewakili patung yang dibuat.

Pengamanan benda koleksi, serta penataan benda-benda koleksi dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan :

Benda koleksi yang diletakkan diatas kotak alas kemudian dimasukkan kedalam vitrin sehingga benda koleksi aman dari jangkauan tangan pengunjung yang jail maupun memiliki kebiasaan menyentuh benda displey.

Benda displey dapat juga diamankan dengan cara meletakkannya dialas kemudian diberi pagar. Pagar ini dimaksudkan untuk membatasi ruang gerak pengunjungsehingga benda-benda koleksi yang dipamerkan selalu dalam keadaan aman dari jangkauan tangan yang usil. (Pedoman Teknis Pembuatan sarana Pameran di Museum,125)

2.2.5. Pencahayaan Ruang Pamer Museum

Pencahayaan ruang pamer merupakan hal dasar, karena cahaya yang terang diperlukan untuk menerangi benda yang akan dipamerkan. Akan tetapi perlu diperhatikan pula efek cahaya dan kuat cahaya yang diberikan, apakah tepat untuk benda yang akan didispley apabila tidak sesuai maka dapat menyebabkan kerusakan pada benda pamer tersebut. Terdapat macam pencahayaan pada ruang pamer antara lain :

Pencahayaan Umum

Pencahayaan yang digunakan untuk fungsi secara umum seharusnya memberikan kesan keindahan karena ruangan ini mewakili keseluruhan ruang pamer. Cahaya alami dari ruang tunggu atau ruang lain harus dibatasi dengan ketat, karena tingkat pencahayaan diruang tunggu tidak boleh terlalu terang sehingga menyebabkan ruang koleksi pamer terkesan gelap.

Pencahayaan Galeri

Pencahayaan galeri pada umumnya terdiri dari sebuah sistem pencahayaan yang baik dan diatur sesuai dengan dinding ruang pameran. Tegangan cahaya cukup 120volt, dapat memberikan fleksibilitas dalam mengatur kuat terangnya pencahayaan pada ruangan ini (meminimalisasikan pemantulan cahaya).

Konfigurasi Pencahayaan

(19)

Jendela biasanya tidak terdapat diruang galeri karena pemantulan cahayanya yang digradiasi foto kimianya mengganggu pengamatan terhadap obyek yang dipamerkan serta memiliki resiko terhadap keamanan. Galeri patung memiliki perkecualian karena batu dan perunggu tidak terpengaruh oleh itensitas kuatnya cahaya.

Pencahayaan Gudang Koleksi

Pencahayaan pada gudang koleksi ini harus baik berguna untuk pemeliharaan serta pemeriksaan benda., misalnya seperti cahaya Ultraviolet. Pada gudang besar penggunaan cahaya buatan juga harus diselaraskan dengan penggunaan pencahayaan alami, hal ini digunakan untuk menghindari jamur dan kelembapan pada gudang koleksi.

Pencahayaan buatan yang paling sering digunakan untuk pencahayaan gudang koleksi adalah lampu neon. Lampu neon merupakan lampu yang berbentuk bolam dan harganya murah. Pencahayaan lampu neon ini baik untuk gudang koleksi karena lampu ini tidak memiliki bias UV sehingga tidak merusak benda koleksi. (Arcitects and Museum Planner:895)

2.2.6. Pengaturan Warna

Mengatur warna dalam ruang pamer perlu adanya kepekaan perasaan terhadap pemakaian warna itu sendiri. Warna merupakan salah satu peranan penting, karena warna dapat mempengaruhi perasaan seseorang dan memberikan nuansa lain yang bersifat psikis (kejiwaan). Hal ini menunjang kehadiran barang- barang koleksi yang akan disajikan, untuk pameran tetap dapat menggunakan warna-warna pastel sedangkan untuk ruang pameran khusus atau yang bersifat sementara dapat menggunakan warna-warna panas. Dalam mengkombinasikan warna harus hati-hati karena bila terlalu banyak warna dapat mengganggu perhatian pengunjung dalam menikmati dan mengamati benda koleksi yang dipamerkan.

Berikut ini merupakan tabel psikologis warna yang sering digunakan:

(20)

Tabel 2.3. Psikologis Warna Yang Sering Digunakan Efek

Warna Suhu Pesikis Jarak

Biru Sejuk Segar, sejuk, tenang, konsentrasi Jauh Kuning Hangat Menarik perhatian, aktif dan semarak Dekat Oranye Hangat Gembira, membangkitkan semangat Dekat Putih Netral Suci, bersih, tenang, resmi Dekat

Abu-abu Netral Formal, tenang, damai Jauh

Hitam Netral Keras, berat, gelap, duka cita, memperkuat

kontaras Dekat

(Sumber: Unsur-unsur dan Prinsip-prinsip Desain Interior. 2009,p.10) Tidak dapat disangkal warna sangat memegang peranan penting dalam interior. Perrmainan warna dapat memberi nilai tambah pada ruangan, warna dapat membuat ruang terasa lebih luas, lebih sempit, lebih terang, lebih hangat, maupun lebih segar. Sebaliknya juga warna juga dapat membuat ruangan tersebut lebih berhairah, santai, ceria, dan lain-lain.

Kunci memainkan warna adalah berani memadukan warna, agar lebih mudah bermain warna terdapat 3 langkah yaitu :

Tentukan warna primer atau warna utama yang menjadi center (warna dasar pewarnaan ruang). Untuk menciptakan kesan kuat dan solid gunakan warna merah, biru dan kuning klasik. Aplikasikan warna ini pada bagian yang terluas sehingga dapat memperkuat tema warna tyang sudah ditentukan.

Tentukan warna sekunder, mencakup warna hijau, jingga dan ungu, hal ini dapat diciptakan dengan menggambungkan 2 warna primer dalam takaran tertentu. Dalam pencampuran warana tambahkan warna putih untuk menghasilkan warna yang lebih lembut. Warna sekunder ini dapat digunakan sebagai aksen dalam ruang yang bersisian dengan warna primer.

Berikan tambahan warna tersier, warna ini didapat dari perpaduan warna

primer dan sekunder misalnya merah-hijau, kuning-jingga, biru-ungu dan

seterusnya. Apabila warna primer dan warna sekunder sudah diaplikasikan pada

(21)

dinding maka warna tersier dapat digunakan sebagai pelengkap aksesoris ruang interior misalnya upholster, dan benda berukuran kecil lainnya.

Tabel 2.4. Aturan Dalam Penggunaan Warna

BAIK TIDAK

 Pilihan

warna yang mampu membangkitkan mood positif

 Pertimbangkan

terlebih dahulu ukuran ruang dan warna material yang akan digunakan

 Pertimbangkan efek cahaya yang

ada, baik cahaya matahari maupun cahaya buatan (lampu). Lakukan pengetesan warna cat dinding pada beberapa bagian dinding terlebih dahulu, misalnya dinding luar dekat jendeladan dinding yang tidak terkena cahaya matahari langsung.

 Serasikan warna dengan warna

lainnya, jika perlu sapukan cat pada tripleks dan dekatkan pada warna tersebut.

 Jangan terburu - buru dalam

menjatuhkan pilihan warna.

 Memilih warna karena sedang in

dan tren.

 Jangan takut bereksperimen dengan

cat dinding. Beberapa cat dinding biasanya menyediakan mesin percampuran warna sehingga kita dapat menghasilkan warna yang kita inginkan sendiri.

 Jangan menggunakan terlalu banyak

kombinasi warna.

 Jangan

biarkan warna baru, bertabrakan dengan perabot yang ada. Misalnya pelengkap interior memiliki warna solid, sebaiknya warna background bewarna terang.

(Sumber: Ide – Ide Segar Menata Warna. 2009, p.20) 2.2.7. Pengontrolan Suhu Udara

Pembagian Daerah

Peletakkan ruang pamer harus diputuskan dan dibagi berdasarakan

keseluruhan bangunan. Pengontrolan suhunya juga harus disesuaikan dengan

benda koleksi dan gudang penyimpanan koleksi. Pengontrolan suhu ini dapat

terbatas pada daerah tersebut sehingga daerah lainnya dapat diperlakukan secara

umum (tidak terdapat pengontrolan suhu khusus). Hal ini berarti galeri harus

(22)

terpisah dari ruang tunggu dan pintu masuk, namun apabila galeri atau gudang berada didaerah yang lebih dalam dalam gedung masalah ini dapat diminimalisasi dan diatasi.

Kontrol Kelembapan

Pengontrolan kelembapan udara merupakan salah satu faktor penting dalam menjaga suhu kelembapan pada ruang pamer, walaupun kondisi ruang maupun gedung bervariasi. Pada ruang pamer P.H yang ideal kira-kira 50% dan nilai ini harus tetap konstan siang maupun malam, dan dalam cuaca apapun, jika terjadi perubahan P.H maka akan menyebabkan kerusakan benda pamer.

Mempertahankan nilai P.H senilai 50% sepanjang bulan pada musim penghujan mengakibatkan adanya embun pada kaca jendela dalam ruang interior, namun dapat dicegah dengan penggunaan sistem penyerapan air yang baik. Oleh karena itu sistem pendisenan dinding dan atap juga harus mempersiapkan sistem untuk mengatasi masalah ini.

Jika pada musum hujan dibutuhkan peralatan dan sistem khusus untuk menjaga P.H dibatas normal yaitu 50% semua ini dilakukan dengan tujuan untuk menjaga benda-benda koleksi tidak mengalami kerusakan yang disebabkan P.H tiap jam, hari, bahkan tahunan.

Filter Udara

Kebutuhan terhadap filter udara bergantung kepada kualitas udara diluar gedung yang akan berpengaruh terhadap udara di dalam ruang. Pada umumnya filter udara yang terbuat dr elektronik dapat merusak lapisan ozon. Filter karbon aktif sangat efektif dalam membuang polutan diudara namun kekurangan filter ini sangat mahal harganya dan membutuhkan pemeliharaan yang teratur pula agar terhindar dari kerusakan.

Siklus Operasi

Suhu udara yang berubah-ubah dapat terjadi didalam museum (dengan

adanya yang masuk akibat pengunjung yang masuk) Ketika ruang pamer ditutup

sistem ini seharusnya didesain dalam tingkat rendah karena volume udara lebih

besar dan polusi udara sedikit. Pada saat ruang pamer ditutup maka sistem dapat

beroprasi dan mengurangi dan menghilangkan polutan agar stabilitas pada ruang

pamer tetap terjaga.

(23)

2.2.8. Sistem Proteksi Keamanan

Keamanan ruang pameran yang baik dihasilkan dari perencanan ruang yang baik, serta sistem kunci, dan proteksi keamanan maupun kebakaran. Ruang pamer juga harus memperhatikan keamanan tersebut. Terdapat beberapa peralatan sistem keamanan, yang biasa digunakan antara lain:

a. Alarm tanda bahaya (burglar) b. Detektor panas

Luas perlindungan 46m

2

.

Jarak antar detektor adalah 7m untuk ruang efektif dan 10 m untuk ruang sirkulasi.

Jarak ke dinding adalah 0,3-6m untuk ruang sirkulasi .

Maksimum 40 titik per zona.

c. Detektor asap

Luas perlindungan 92m

2

.

Jarak antar detektor adalah 12m untuk ruang efektif dan 18 m untuk ruang sirkulasi.

Jarak ke dinding adalah 6m untuk ruang efektif dan 12m untuk ruang sirkulasi.

Maksimum 20 titik per zona (± 2.000 m

2

)

a b c

Gambar. 2.8. Alat Proteksi Kebakaran

d. Alat Pemadam Kebakaran (APAR)

Salah satu kriteria penting dalam pemilihan APAR adalah jenis kebakarannya:

Kebakaran golongan A, yaitu:

(24)

Kebakaran pada bahan padat bukan logam seperti kayu, kertas, plastik, karpet, tekstil.

Kebakaran golongan B, yaitu:

Kebakaran pada bahan cair dan gas seperti bensin, minyak tanah, LPG, solar, dan lain-lain

Kebakaran golongan C, yaitu:

Kebakaran pada peralatan listrik bertegangan seperti transformator, instalasi listrik, dan lain-lain

Kebakaran golongan D, yaitu:

Kebakaran pada bahan logam seperti magnesium, lithium, senyawa Na-K, dan lain-lain

Gambar. 2.9.

Alat Pemadam Kebakaran (APAR)

e. Sprinkler

Sistem sprinkler ini bisa juga digabungkan dengan sistem hidran gedung/halaman, sehingga bisa didapat reliability yang lebih tinggi pada operasional pompa-pompa serta penghematan pompa.perhatian perlu diberikan pada perbedaan tekanan kerja yang besar, sehingga mungkin diperlukan preassure reducting valve untuk sistem sprinkler. Sistem sprinkler ada tiga, yaitu:

Sprinkler head ke atas

Sprinkler ini biasanya digunakan di tempat parkir dan dibuat menghadap ke atas agar tidak mengenai kendaraan yang melebihi ketinggian.

Sprinkler head ke bawah

Sprinkler ini biasanya digunakan pada ruang tertutup, seperti ruang kuliah, kantor.

Sprinkler head ke samping

(25)

Sprinkler ini biasanya digunakan di koridor hotel.

a b c

Gambar. 2.10.

Alat Pemadam Kebakaran Sprinkler

2.3. Tinjuan Pustaka Tentang satwa 2.3.1. Pengertian Mamalia

Satwa, hewan dan binatang merupakan kelompok organisme yang diklasifikasikan dalam animalia atau metozoa (salah satu spesies dari berbagai makhluk hidup dibumi).

Mamalia memiliki ciri-ciri khas seperti mempunyai kelenjar mammae, kelenjar keringat, kelenjar bau dan memiliki rambut serta pada umumnya melahirkan. Dalam sejarah evolusi mamalia merupakan perkembangan lanjut dari reptil (kelas paling tinggi dalam animalia) memiliki dua set gigi susu, gigi permanen memiliki daun telinga (pendengaran), penciuman yang tajam, penyederhanaan langka, memiliki larynx.

2.3.2. Kateristik Mamalia

Sebagian besar hewan mamalia melahirkan keturunannya namun terdapat beberapa mamalia yang tergolong ke dalam monotremata yang bertelur.

Monotremata tidak memiliki puting susus, namun tetap meiliki kelenjar susu yang artinya monotermata memenuhi syarat untuk masuk kedalam kelas mamalia.

Mamalia memiliki 3 tulang pendengaran dalam setiap telinga dan 1 tulang (dentrari) disetiap sisi rahang bawah. Vebrata lain juga memiliki 1 tulang pendengaran yang disebut Stapes. Mamalia memiliki integument yang terdiri dari 3 lapisan yaitu :

Pada bagian paling luar disebut epidermis

(26)

Epidemis biasanya terdiri atas 30 lapis sel yang berfungsi menjadi lapisan tahan air , sel-sel terluar dari lapisan epidermis ini sering terkelupas. Pada bagian dalam epidermis sering membelah dan sel anaknya terdoronbg keatas (kearah keluar)

Pada bagian tengah disebut dermis

Pada bagian tengah (dermis) memiliki ketebalan 15-40 kali dibanding epidermis. Dermis terdiri dari berbagai bagian komponen seperti pembuluh darah dan kelenjar.

Paling dalam disebut hipodermis.

Hipodermis tersusun atas jaringan-jaringan adiposa dan berfungsi untuk menyimpan lemak, penahan benturan, dan insulasi. Memiliki ketebalan lapisan yang bervariasi pada setiap spesies.

Sistem reproduksi

Reproduksi merupakan proses menghasilkan individu baru dari organisme sebelumnya. Organisme bereproduksi melalui 2 cara, yaitu :

Reproduksi Aksesual (Vegetatif)

Adalah terbentuknya individu baru tanpa melakukan peleburan sel kelamin. Individu baru (keturunannya) yang terbentuk memiliki ciri dan sifat yang sama dengan induknya. Reproduksi aksesual dapat dibagi atas lima jenis yaitu fisi, Pembentukan spora, Pembentukan tunas, Fragmentasi, Propogasi vegetatif.

Reproduksi Seksual (Genetatif)

Umumnya melibatkan persatuan sel kelamin (gemet) dari 2 individu yang berbeda jenis kelamin. Pada reproduksi genetatif terjadi persatuan dua macam gemet dari dua individu yang berbeda jenis kelaminnya sehingga terjadi percampuran materi genetik yang memungkinkan terbentuknya individu baru dengan sifat baru pula.

Peleburan 2 macam gemet tersebut disebut singami. Pristiwa ini didahului

dengan pembunuhan atau pertemuan sperma dengan sel telur. Pada organisme

sederhana tidak dapat dibedakan gemet jantan dan gemet betina karena keduannya

sama dan disebut isogemet.

(27)

2.3.3. Keanekaragaman Mamalia di Indonesia

Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman mamalia tertinggi di dunia, yang terdiri atas 515 jenis dari 4400 jenis di dunia dan memiliki 36 macam spesies endemis. Hewan-hewan di Indonesia memiliki tipe Oriental (Kawasan Barat Indonesia) dan Australia (Kawasan Timur Indonesia).

Pembagian mamalia di Indonesia Barat dan Indonesia Timur:

Tabel 2.5. Pembagian Mamalia Indonesia Barat dan Timur

Indonesia Barat Indonesia Timur

 Meliputi Sumatra, Jawa, Kalimantan

dan pulau-pulau lainnya.

 Terdapat spesies mamalia berukuran

besar. Misalnya gajah, banteng harimau, badak. (tidak terdapat hewan berkantung)

 Terdapat macam-macam kera :

Kalimantan merupakan pulau yang kaya akan jenis-jenis primata.

Misalnya orang utan, loris hutan, bekatan.

 Mamalia epidemik, misalnya: badak

bercula satu (ujung kulon), Binurong, Monyet Presbystis thomasi, kukang.

 Meliputi

Irian Jaya, Maluku, Sulawesi, Nusa Tenggara (relatif sama dengan Australia).

 Memiliki ciri khas :

- Mamalia berukuran kecil - Banyak hewan berkantung - Tidak terdapat spesies kera

 Irian jaya memiliki 110 spesies

mamalia terbagi atas :

- 13 mamalia berkantung misalnya kanguru, kuskus, bandicot dan oposum.

- 27 spesies pengerat - 17 spesies epidemik kecil

Pola persebaran fauna di Indonesia sama dengan pola persebaran tumbuhan, yaitu di bagian Barat, faunanya mempunyai kemiripan dengan fauna Asia, di bagian Timur faunanya mirip dengan fauna di Australia, dan diantara kedua daerah tadi, faunanya merupakan fauna daerah peralihan. Hal tersebut dimungkinkan karena pada zaman es Indonesia pernah menyatu dengan Asia dan Australia. Pada masa itu Indonesia menjadi jembatan persebaran hewan dari Asia dan Australia.

Jenis-Jenis dan Persebaran Fauna di Indonesia

(28)

Fauna Asiatis (Oriental)

Fauna ini tersebar di bagian Barat, yang meliputi sumatra, Kalimantan, Jawa, Bali. Daerah ini juga disebut daerah fauna dataran rendah/ dataran Sunda.

Fauna Asiatis antara lain adalah: gajah, harimau, badak bercula satu, orang utan, kancil/ peladuk, beruang madu. Fauna endemik di daerah ini adalah badak bercula satu, Bekatan/ kera, Orang utan Kalimantan.

Fauna Australis

Fauna ini terdapat di Irian Jaya dan pulau-pulau disekitarnya. Binatang- binatangnya memiliki kesamaan dengan binatang-binatang dibenua Australia.

Daerah ini juga disebut dataran Sahul, contoh binatang australis antara lain Kanguru, kasuari, kus-kus, trenggiling, anoa, komodo, dan lainya.

Fauna Peralihan

Fauna peralihan tersebar di Maluku, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Daerah fauna peralihan dibatasi oleh garis Wallace yang membatasi dengan fauna di dataran Sunda dan garis Weber yang membatasi dengan fauna dataran Sahul.

Contoh binatang hewan peralihan antara lain Tarsius spectrum, babi rusa, anoa.

2.3.4. Klasifikasi Satwa Mamalia Yang Dilindungi Di Indonesia

Mamalia

Mamalia menurut kateristiknya diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata (memiliki penyokong tubuh) Superclass : Tetrapoda

Klas : Mamalia

Tabel 2.6. Klasifikasi Satwa Mamalia Yang Dilindungi Di Indonesia

No. Nama Indonesia Nama Ilmiah

1 Anoa Dataran Rendah Anoa Depressicornis 2 Anoa Pegunungan Anoa Quarlesi

3 Binturung Arcitictis Binturong

4 Pulusan Arctonyx Collaris

5 Babirusa Babyrousa Babbyrussa

(29)

6 Paus Biru Balaenoptera Musculus 7 Paus Bersirip Balaenoptera Physalus

8 Banteng Bos Sondaicus

9 Kambing Sumatra Capricornis Sumatrensis 10 Rusa Bawean Cervus Kuhli ; Axis Kuhli 11 Menjangan, Rusa Sambar Cervus spp

12 Paus Cetacea

13 Ajag Cuon Alpinus

14 Kubung, Tando Cynocephalus Variegatus

15 Musang Air Cynogale Bennetti

16 Monyet Hitam Sulawesi Cynopithecus Niger

17 Kanguru Pohon Dendrolagus spp

18 Badak Sumatra Dicerorhinus Sumatrensis 19 Lumba-lumba Air Laut Dolphinidae

20 Duyung Dugong Dugon

21 Gajah Elephas Indicus

22 Kucing Merah Felis Badia

23 Kucing Hutan,Meong congkok Felis Bengalensis

24 Kuwuk Felis Marmorota

25 Kucing Dampak Felis Planiceps

26 Kucing Emas Felis Temmincki

27 Kucing Bakau Felis Viverrinus

28 Beruang Madu Helarctos Malayanus

29 Owa (kera tak berbuntut) Hylobatidae

30 Landak Hystrix Brachyura

31 Bajing Terbang Ekor Merah Lomys Horsfieldi 32 Bajing Tanah Bergaris Lariscus Hosei

33 Tupai Tanah Lariscus Insignis

34 Lutra Lutra Lutra

35 Lutra Sumatra Lutra Sumatrana

36 Monyet Sulawesi Macaca Brunnescens

(30)

37 Monyet Sulawesi Macaca Maura 38 Beruk Mentawai Macaca Pagensis

39 Monyet Jambul Macaca Tonkeana

40 Musang Sulawesi Macrogalidea Musschenbroeki

41 Trenggiling Manis Javanica

42 Paus Bongkok Megaptera Novaeangliae

43 Kidang/muncak Muntiacus Muntjak

44 Sigung Mydaus Javanensis

45 Bekatan Nasalis Larvatus

46 Harimau Dahan Neofelies Nebulusa 47 Kelinci Sumatra Nesolagus Netscheri

48 Malu-malu Nycticebus Coucang

49 Lumba-lumba air tawar, pesut Orcaella Brevirostris 50 Macan kumbang, macan tutul Panthera Pardus

51 Harimau Jawa Panthera Tigris Sondaica 52 Harimau Sumatra Panthera Tigris Sumatrae 53 Cukbo,Bajing terbang Petaurista Elegans

54 Kuskus Phalanger spp

55 Orang utan, Mawas Pongo Pygmaeus 56 Lutung Dahi Putih Presbitys Rubicunda 57 Lutung Mentawai Presbitys Potenziami

58 Rungka Presbitys Thomasi

59 Musang Congkok Prionodon Linsang 60 Landak irian, Landak Sumut Prochidna Bruijni

61 Badak Jawa Rhinoceros Sondaicus

62 Simpei Mentawai Simias Concolor

63 Tapir Tapirus Indicus

64 Kanguru Tanah Thylogale spp

65 Kancil, Peladuk, Napu Tragulus spp 66 Lumba-lumba air laut Ziphiidae

67 Arwana irian Scleropages Jardini

(31)

Dibawah ini terdapat beberapa contoh satwa mamalia khas dari Indonesia:

Ajag (Cuon Alpinus)

Sejenis anjing hutan atau serigala yang hidup di asia. Di Indonesia tersebar di Jawa, Sumatra dan diantaranya ditemukan dikaawasan Taman Nasional Gunung Leuser (NAD-Sumatra Utara), Sumatra Barat, dan Taman Nasional Baluran (Jawa Timur).

Warna bulu dominan coklat kemerahan, kecuali bagian leher dan perut yang agak putih. Selain itu ekor Ajag ini bewarna kehitaman. Panjang tubuh dapat mencapai 160 cm dengan berat badan 21 kg. Karena perburuan populasi Anjag ini semakin berkurang.

Gambar. 2.11. Gambar Ajag (Cuon Alpinus) Sumber: Mengenal Hewan dan Tumbuhan Indonesia 39

Anoa Dataran Tinggi (Bubalus Quarlesi)

Anoa Dataran Tinggi merupakan satwa epidemik Sulawesi, dan tersebar hampir diseluruh wilayah sulawesi. Satwa ini hidup didaerah pegu nungan atau dataran tinggi, penampilan Anoa ini mirip seperti kerbau atau rusa tetapi lebih kecil dan memiliki tanduk lurus (tergolong lembu terkecil di dunia).

Tinggi Anoa Dataran Tinggi ini hanya sekitar 80 cm dan memiliki berat

150 - 300 kg, Anoa memiliki sebutan “sapi cebol” atau kerbau sulawesi. Warna

kulit anoa bewarna coklat kekuningan seperti warna rusa. Populasi (Bubalus

Quarlesi) kini hanya sedikit akibat banyak perburuan liar dan sekarang satwa ini

dilindungi keberadaanya.

(32)

Gambar. 2.12. Gambar Anoa Dataran Tinggi (Bubalus Quarlesi) Sumber: Mengenal Hewan dan Tumbuhan Indonesia 39

Babirusa (Babyrousa Babbyrussa)

Aku satwa epidemik Sulawesi dan sekitarnya, dapat ditemukan di sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, dan Maluku. Panjang tubuh mencapai 110 cm, dengan ciri khas memiliki empat taring yang tumbuh keatas. Taring ini berguna untuk melindungi mata babirusa dari duri rotan dihutan. Makanan babirusa ini adalah tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan. Babirusa (Babyrousa Babbyrussa) termasuk salah satu satwa yang dilindungi keberadaanya karena babirusa ini sering diburu oleh para pemburu untuk dikonsimsi dagingnya serta diambil taringnya.

Gambar. 2.13. Gambar Babirusa (Babyrousa Babbyrussa) Sumber: Mengenal Hewan dan Tumbuhan 40

Badak Jawa (Rhinoceros Sondaicus)

Badak Jawa ini merupakan satwa identitas provinsi Banten, berbeda dari

badak lain yang memiliki dua cula, badak ini hanya memiliki satu cula di ujung

hidungnya. Panjang cula badak ini tidak lebih dari 20 cm, panjang tubuh sekitar 3

meter dengan tinggi 1,5 meter. Saat ini Badak Jawa ini adalah salah satu mamalia

terlangka yang ada dibumi, kini hanya ada di Taman Nasional Ujung Kulon

(33)

(Banten) dan di Taman Nasional Cata Tien (Vietnam). Populasi Badak Jawa ini kemungkinan tidak lebih dari 50 ekor.

Jaman dahulu populasi Badak Jawa ini menjadi Badak asia yang penyebarannya paling luas. Badak ini pernah tersebar di Assam, Benggala, Myanmar, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, Semenanjung Malaya, hingga Sumatra, Jawa dan Kalimantan. Kelangkaan satwa ini disebabkan karena para pemburu mengincar cula yang terdapat di ujung hidung badak. Sejak dahulu cula badak sudah dimanfaatkan untuk pengobatan tradisional ala Tiongkok.

Gambar. 2.14. Gambar Badak Jawa (Rhinoceros Sondaicus) Sumber: Mengenal Hewan dan Tumbuhan Indonesia 41

Badak Sumatra (Dicerorhinus Sumatrensis)

Satwa ini merupakan badak asli Sumatra dapat dijumpai di Taman Nasional Gunung Leuser (NAD- Sumatra Utara). Badak Sumatra tinggal ditempat yang dekat dengan sumber air. Panjang tubuh badak Sumatra ini 3,2 meter dengan berat 2 ton, Badak ini juga memiliki cula, namun berbeda dengan badak Jawa.

Badak Sumatra memiliki 2 cula yang panjang bisa mencapai 38 cm. Badak Sumatra memakan dedaunan dan buah-buahan. Saat ini populasi badak Sumatra sangat rendah akibat perburuan liar dan penebangan hutan.

Gambar. 2.15. Gambar Badak Sumatra

(Dicerorhinus Sumatrensis)

Sumber: Mengenal Hewan dan Tumbuhan Indonesia 41

(34)

Bajing Terbang Ekor Merah (Lomys Horsfieldi)

Satwa ini merupakan mamalia yang sangat unik, karena satwa ini bisa terbang. Terbang memang tidak seperti burung hanya melompat dari satu dahan ke dahan yang lain, namun bajing ekor merah ini dapat menempuh jarak 135-450 meter hal ini disebabkan bajing memiliki selaput dikedua sisi tubuhnya yang menghubungkan tangan dengan kakinya. Selain itu ekor yang panjang (dapat mencapai 90 cm) membantu kesimbangan tubuhnya ketika terbang.

Bajing Terbang Ekor Merah (Lomys Horsfieldi) merupakan sejenis mamalia pengerat namun berbeda dengan tikus, dan berbeda dengan tupai. Tupai memiliki moncong(muka, mulut, dan hidung) yang panjang, sedangkan bajing terbang memiliki muka relatif datar. Panjang tubuh mencapai 43 cm dengan berat 215 gram, memiliki bulu halus yang bewarna coklat keabu-abuan hingga kehitaman. Bajing merah aktif pada malam hari untuk mencari makanan, makananya berupabuah-buahan, kacang-kacangan, dan ular kecil. Daerah persebaran bajing cukup luas meliputi pulau Sumatra, Jawa dan Kalimanta, diantaranya Sumatra Baarat, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Kalimantan Tengah.

Gambar. 2.16. Gambar Bajing Terbang Ekor Merah (Lomys Horsfieldi) Sumber: Mengenal Hewan dan Tumbuhan Indonesia 42

Bekatan (Nasalis Lavatus)

Nasalis Lavatus atau biasa disebut bekatan ini adalah kera yang memiliki

hidung besar dan panjang namun hidung yang besar ini hanya ada pada bekatan

jantan sedangkan pada betina relatif lebih kecil. Ukuran hidung bekatan ini

membuat bekatan sulit untuk makan, rambut bekatan bewarna coklat kemerahan

seperti bule karena itu bekatan sering disebut “Monyet Belanda”. Ciri khas

lainnya ya itu perut yang buncit, persebaran bekatan sangat terbatas, hanya di

(35)

Kalimantan Selatan, populasi bekatan sangat sedikit dan berada diambang kepunahan.

Habitat bekatan hidup di di hutan bakau, rawa dan pinggiran hutan. Hidup bekatan berkelompok dengan kera lainnya dan sebagian besar waktunya dihabiskan diatas pohon, namun bekatan juga pandai berenang. Bekatan aktif mencari makan pada pagi hari hingga sore hari, makanan bekatan adalah daun- daunan dan biji-bijian. Pada siang hari bekatan terbiasa beristirahat ditempat yang teduh, karena keunikan dan kelangkaan satwa ini bekatan dijadikan satwa identitas Kalimantan Selatan.

Gambar. 2.17. Gambar

Bekatan (Nasalis Lavatus)

Sumber: Mengenal Hewan dan Tumbuhan Indonesia 43

Beruang Madu (Helarctos Malayanus)

Satwa ini merupakan satwa identitas provinsi Bengkulu, sebenarnya ada dua jenis beruang madu di Indonesia. Pertama Helarctos Malayanus yang ada di Sumatra terutama Bengkulu dan kedua Helarctos Malayanus Euryspilus yang ada di Kalimantan terutama di Balikpapan. Populasi beruang madu kini semakin berkurang dan terancam punah karena hutan yang menjadi tempat tinggal beruang semakin sedikit.

Beruang Madu (Helarctos Malayanus) merupakan beruang yang paling

kecil diantara delapan jenis beruang yang ada di dunia. Tinggi badan beruang

madu ini sekitar 1,2 meter dengan berat 48-63 kg, satwa ini aktif pada malam hari

untuk memanjat pohon beruang madu menggunakan cakar yang tajam. Meski

beruang madu menyukai madu sebenarnya makanan beruang ini beraneka ragam,

misalnya jenis semut, cacing, tabuan dan tabuan dan berbagai tumbuhan.

(36)

Gambar. 2.18. Gambar

Beruang Madu (Helarctos Malayanus)

Sumber: Mengenal Hewan dan Tumbuhan Indonesia 43

Gajah Sumatra (Elephas Maximus Sumatranus)

Gajah Sumatra ini merupakan satwa mamalia asli sumatra yang menjadi satwa identitas provinsi Lampung. Penyebaran gajah ini hampir tersebar diseluruh kawasan hutan yang ada di daratan Sumatra. Saat baru lahir bobot Gajah Sumatra ini antara 75-100kg setelah dewasa dapat mencapai 3.500-5.000 kg, karena tubuh gajag sangat besar maka membutuhkan banyak makanan dalam sehari gajah dapat menghabiskan 200-300 kilogram rumput dan dedaunan serta meminum 20-50 liter air.

Gajah memiliki hidung atau belalai yang panjang selain itu bernafas menggunakan belalai, namun memiliki fungsi lain seperti tangan untuk mengambil makanan dan air minum.Sekali hisap belalai gajah dapat menampung air sebanyak 7-10 liter. Gajah juga memiliki panjang yang disebut gading, orang- orang sering memburu gajah untuk mengambil gadingnya, oleh karena itu populasi gajah kini semakin berkurang.

Gambar. 2.19. Gambar Gajah Sumatra (Elephas Maximus Sumatranus) Sumber: Mengenal Hewan dan Tumbuhan Indonesia 44

(37)

Harimau Loreng (Panthera Tigris Sumatrae)

Panthera Tigris Sumatrae merupakan siraja hutan asli Sumatra dan telah menjadi satwa identitas provinsi Jambi. Harimau Loreng ini tersebar di Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Jambi dan Bengkulu. Tubuh harimau ini bergaris- garis hitam oleh karen itu harimau ini disebut “ Harimau Loreng”. Panjang tubuh harimau ini dapat mencapai 3 meter dan tinggi 60 cm dengan bobot sekitar 200 kg. Dalam berkembang biak harimau dapat melahirkan 1-6 ekor anak.

Harimau dapat hidup diberbagai habitat seperti hutan, pegunungan, rawa bakau, padang rumput. Harimau lebih senang hidup sendiri, kecuali sedang berkembang biak. Harimau lebih banyak aktif dan berburu pada malam hari, makanan utama harimau adalah mamalia berukuran sedang sampai besar, seperti rusa, babi, kijang, kancil, dan lainnya. Kini populasi harimau loreng ini semakin menurun akibat pembabatan hutan dan perburuan liar, manusia memburu harimau untuk mengambil tulang serta kulitnya untuk dijual.

Gambar. 2.20. Gambar

Harimau Loreng (Panthera Tigris Sumatrae)

Sumber: Mengenal Hewan dan Tumbuhan Indonesia 44

Kancil/ Peladuk/Napu (Tragulus Napu)

Satwa ini memiliki nama peladuk atau biasa disebut kancil. Dalam cerita

fabel kancil dikenal sebagai hewan yang paling cerdik dan pintar. Kancil

merupakan sebangsa kijang namun tubuhnya lebih kecil, panjang tubuh kancil

sekitar 72 cm dengan berat 4,5 kg hanya lebih besar dari kelinci. Kancil dapat

hidup dihutan hujan tropis Asia Tenggara, termasuk Sumatra dan Kalimantan, dan

diantaranya di daerah Sumatra Barat, Sumatra Selatan, Jambi, Bengkulu,

Lampung, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Barat.

(38)

Gambar. 2.21. Gambar

Kancil/ Peladuk/Napu (Tragulus Napu)

Sumber: Mengenal Hewan dan Tumbuhan Indonesia 45

Kanguru (Macropus Agilis)

Kanguru memang identik dengan negara Australia, namun sebenarnya kanguru juga ada di Indonesia khususnya untuk jenis Kanguru (Macropus Agilis) memang hanya dapat ditemukan di merauke dan sekitarnya. Kanguru dapat hidup di daerah dataran rendah, makanan kanguru adalah rumput-rumputan namun saat musim kemarau tiba dan rumput kering kanguru akan menggali tanah untuk mendapatkan akar-akar tanaman.

Berat tubuh kanguru jantan sekitar 19 kg dengan panjang tubuh 80 cm dan ekor 77 cm, semenara tubuh kanguru betina hanya sekitar 11kg dengan panjang tubuh 64 cm dan ekor 65 cm. Kanguru memiliki kantong di depan perutnya yang berguna untuk melindungi bayi-bayinya dari pemangsa. Saat baru lahir, bayi kanguru sangat kecil (seukuran lebah madu) dan akan langsung masuk kedalam kantong untuk meyi kanguru akan berada di dalam kantong hingga tumbuh besar dan kuat yakni selama 7-12 bulan.

Gambar. 2.22. Gambar Kanguru (Macropus Agilis) Sumber: Mengenal Hewan dan Tumbuhan Indonesia 45

(39)

Kijang / Muncak (Muntiacus Muntjak)

Muntiacus Muntjak masih kerabat dekat dengan rusa. Warna bulu kijang coklat keemasan kecuali dibagian muka bewarna coklat tua, dan dibagian telinga kijang memiliki sedikit rambut. Pada kijang jantan memiliki tanduk kecil yang bisa tumbuh kembali jika patah.

Penyebaran Kijang atau Muntiacus Muntjak di Sumatra, Jawa, dan Kalimantan, diantaranya di Jambi, Sumatra selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Tengah. Apabila kijan merasa memiliki musuh disekitarnya maka kijang akan mengeluarkan bunyi yang kedengaranya seperti gonggongan anjing.

Gambar. 2.23. Gambar

Kijang / Muncak (Muntiacus Muntjak)

Sumber: Mengenal Hewan dan Tumbuhan Indonesia 46

Kukang (Nycticebus Coucang)

Kukang merupakan sejenis primata yang lucu dan menggemaskan, kadang – kadang kukang ini juga disebut “malu-malu” sebutan tersebut karena kukang bergerak sangat lamban.Panjang tubuhnya 19-30 cm dengan berat badan sekitar 900 gram, dan memiliki rambut beragam mulai dari kelabu keputihan, kecoklatan, hingga kehitam-hitaman.

Dari punggung hingga dahi terdapat garis coklat yang kemudian menjadi

bercak di dasar telinga dan mata. Di Indonesia kukang tersebar di Jawa, Sumatra,

dan Kalimantan, diantaranya didaerah Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur,

Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan.

(40)

Gambar. 2.24. Gambar

Kukang (Nycticebus Coucang)

Sumber: Mengenal Hewan dan Tumbuhan Indonesia 46

Lutung Banggat (Presbytis Hosei)

Satwa ini termasuk dalam jenis lutung atau kera berekor panjang yang memiliki tampang unik. Warna Kulit wajah lutung memiliki warna krem, bagian pipi kanan dan kiri ada pola bewarna hitam, lutung ini memiliki jambul diatas kepala. Panjang dari kepala hingga pangkal ekor 48-56 cm dan panjang ekor dapat mencapai 65-84cm. Berat badan rata-rata lutung banggat rata-rata 6-7 kg, bulu dibagian punggung lutung bewarna kelabu sedangkan dibagian dada dan perut bewarna putih sementara bulu yang tumbuh dikaki dan tangan bewarna kehitaman.

Lutung Banggat (Presbytis Hosei) aktif pada siang hari di puncak-puncak pohon, makanan utamanya adalah biji-bijian dan dedaunan muda yanbg ada di pucuk pohon. Kadang-kadang lutung akan turun ke tanah untuk minum.

Penyebaran lutung ini cukup terbatas, hanya dapat ditemukan di pulau Kalimantan, terutama Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Kini populasi lutung terus berkurang dan terancam punah akibat kerusakan hutan, penebangan liar, perburuan secara besar-besaran sehingga habitat lutung semakin terancam punah.

Gambar. 2.25.

Lutung Banggat (Presbytis Hosei)

Sumber: Mengenal Hewan dan Tumbuhan Indonesia 48

Gambar

Tabel 2.2. Cara Mengatasi Gangguan Pada Benda Koleksi
Tabel 2.3. Psikologis Warna Yang Sering Digunakan  Efek
Tabel 2.4. Aturan Dalam Penggunaan Warna
Tabel 2.5. Pembagian Mamalia Indonesia Barat dan Timur
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap pembelian, konsumen akan melakukan pembelian produk, dan pada tahap setelah pembelian, konsumen melakukan konsumsi melakukan pembelian produk, dan pada

SPT masa adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan atau pembayaran pajak yang terutang dalam suatu Masa Pajak atau pada suatu

dalam ini dengan penerapan sertifikasi ISO 9001:2008 yang merupakan prosedur terdokumentasi dan praktek-praktek standar untuk sistem manajemen mutu, yang bertujuan menjamin

Percobaan acak Suatu hasil percobaan dikatakan acak jika bervariasi untuk beberapa percobaan tetapi untuk jangka panjang setelah sejumlah besar pengulangan hasilnya

Untuk penjualan smartphone Xiaomi di jaringan took ritelnya, perusahaan telah melakukan pembahasan intensif, sebab pihak Xiaomi juga belum memiliki kan- tor perwakilan

Masyarakat Desa Balumpewa sangat men- dukung pengelolaan Taman Wisata Alam Wera karena sebagai hutan yang harus dijaga kelestariannya memberikan kontri- busi sebagai

RPJPD Kabupaten Purbalingga disusun dengan memperhatikan RPJP Nasional dan RPJPD Provinsi Jawa Tengah serta memperhatikan dokumen perencanaan lainnya seperti Rencana Tata Ruang