Laporan Pengantar Tugas Akhir
PERANCANGAN MEDIA INFORMASI PAMALI, SEBAGAI
PRODUK BUDAYA LISAN SUNDA
DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2013/2014
Oleh:
Rizky Setyaludin 51909193
Program Studi Desain Komunikasi Visual
FAKULTAS DESAIN
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Rizky Setyaludin
Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 01 Oktober 1990 Status Perkawinan : Belum Menikah
Hobi : Tidur, Jalan-jalan, Online
Agama : Islam
Bahasa : Indonesia dan Sunda
Alamat : Komp. Bukit Citra Biru Rt.04/Rw.08 Kel.
Pasir Biru Kec. Cibiru Kota bandung
Email : setyaludin@gmail.com
Telpon : 085624069466
PENDIDIKAN
• SD Negeri Cikudayasa, Bandung ( 1996 – 2002 )
• MTs.AR-Rosyidiyah, Bandung ( 2002 – 2005 )
• SMA Pasundan 1 Rancaekek ( 2005 – 2009 )
iv
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 6
1.3 Rumusan Masalah ... 6
1.4 Batasan Masalah ... 6
1.5 Tujuan Penelitian ... 6
BAB II PAMALI BUDAYA LISAN MASYARAKAT SUNDA ... 7
2.1 Budaya Lisan Masyarakat Sunda ... 7
2.2 Pamali ... 11
2.3 Pamali Dalam Kebudayaan Masyarakat Sunda ... 13
2.3.1 Nilai – Nilai Pamali ... 14
2.4 Keterkaitan Budaya Sunda, Pamali dan Remaja ... 16
2.4.1 Karakter dan Perkembangan Remaja ... 16
2.4.2 Pengetahuan Remaja terhadap Kebudayaan Sunda Pamali ... 18
2.5 Media Informasi Buku ... 20
2.6 Ilustrasi ... 22
2.7 Analisa Permasalahan ... 24
2.8 Solusi ... 25
BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL ... 26
3.1 Strategi Perancangan ... 26
3.1.1 Target Audiens dan Media ... 26
3.1.2 Strategi Komunikasi ... 27
3.1.2.1 Pendekatan Komunikasi Visual ... 28
3.1.2.2 Pendekatan Komunikasi Verbal ... 31
v
3.3 Strategi Media ... 32
3.3.1 Strategi Distribusi ... 33
3.4 Konsep Visual ... 34
3.4.1 Format Desain ... 34
3.4.2 Layout ... 35
3.4.3 Tipografi ... 36
3.4.4 Warna ... 37
3.4.5 Gaya Ilustrasi ... 38
BAB IV TEKNIS PRODUKSI MEDIA INFORMASI PAMALI ... 39
4.1 Media Utama ... 39
4.2 Media Pendukung ... 40
4.2.1 Poster ... 40
4.2.2 Flayer ... 41
4.2.3 Sticker ... 42
4.3 Media Kreatif ... 43
4.3.1 Pin ... 44
4.3.2 Pembatas Buku ... 45
4.3.3 Gantungan Kunci ... 45
4.3.4 Kaos ... 46
4.4 Proses Perancangan ... 47
50
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, A. (2002). Media Pembelajaran, edisi 1. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Cece, Sobarna. (2007). Bahasa Sunda Sudah di Ambang Pintu Kematiankah?. Makara, Sosial Humaniora, Vol. 11, No. 1, 13-17.
Chatib, Thoha. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Cooper, Carol., Claire Halsey., Su Laurent., Karen Sullivan. (2009). Ensiklopedia Perkembangan Anak. Jakarta : Esensi.
Dananjaja, James (1984). Folklore Indonesia. Jakarta : Grafiti
Danandjaja, James. (2002). Folklor Indonesia Ilmu Gosip, dongeng, dan lain-lain. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
Dede Mulkan. 2013 (18 November). Pamali Tradisi Lisan Sunda. Tersedia di : http://www.fikom.unpad.ac.id
Dwi Siswoyo, dkk. 2005. Psikologi Anak-anak. Jakarta: Rajawali.
Fagan. (2006). Psikologi Remaja. PT Gramedia
Hariyanto. (2011). Perkembangan Psikologis Remaja. belajar psikologi. Tersedia di:http://belajarpsikologi.com/perkembangan-psikologis-remaja/(30 April 2014).
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia, Jakarta, 1998
51 Suryani, N.S., Elis. (2006). Pandangan Hidup Orang Sunda Tentang Hubungan
Antara Manusia Dengan Lingkungan Masyarakatnya. Bandung : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Kebudayaan Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Budaya Sunda.
Suyono, Ariyono, Drs. (1985). Kamus Antropologi. Jakarta: CV. Akademika Pressindo
Wojirsch. (1995). Pengertian Ilustrasi. Tersedia di : http://www.e-jurnal.com/2013/04/pengertian-ilustrasi.html (30 April 2014)
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunian-Nya sehingga laporan hasil penelitian Tugas
Akhir dengan judul ini Pamali Produk Budaya Lisan Sunda dapat diselesaikan.
tujuan dari penulisan laporan penelitian ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
tugas akhir .
Selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang
telah memberikan masukan-masukan kepada penulis. Untuk itu penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penulisan terutama kepada Allah SWT yang telah memberikan kelancaran
dan kemudahan. Ibu Rini Maulina, M.Sn selaku dosen pembimbing mata kuliah
ini.. Kedua orang tua yang telah memberikan banyak dukungan moril dan materil,
Yuyun Miranur A yang telah senantiasa memberikan banyak dukungan dan
bantuannya selama penyusunan makalah ini,serta kepada teman-teman.
Dengan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan, penulis menyadari
bahwa masih banyak kekurangan dari penulisan laporan ini, baik dari segi
pembahasan maupun dari segi penyusunan. Semoga dengan adanya laporan tugas
akhir ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan semua pihak yang terkait
dan dapat menambah wawasan dan kreatifitas untuk dapat menjadi lebih baik
lagi.
Bandung, 12 Agustus 2014
Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan warisan budaya, hampir setiap daerah di Indonesia memiliki kebudayaan tersendiri. Kebudayaan tidak terlepas dari kehidupan bermasyarakat yang meliputi cara komunikasi masyarakat baik lisan maupun tulisan. Kebudayaan di Indonesia merupakan hal yang tidak dapat lepas dari tradisi. Tradisi itu sendiri bukanlah hal yang sudah selesai dan berhenti, melainkan merupakan suatu hal yang masih ada dan terus berkembang. Tradisi ini berkembang mengikuti arus perubahan sosial, namun perubahan yang terjadi tidaklah melenceng jauh dari akarnya, dan tradisi tetap menjadi tradisi kehidupan bagi masyarakat setempat
Budaya lisan merupakan salah satu tradisi yang pernah dikenal oleh leluhur Sunda bahkan hingga saat ini masih dipercayai oleh sebagian masyarakat yang menganggapnya sebagai suatu tradisi lisan (adat). Menurut B.H. Hoed (2008) Budaya lisan dapat diartikan berbagai pengetahuan dan adat kebiasaan yang secara turun-temurun disampaikan secara lisan yang juga dilengkapi dengan sejarah, hukum adat, dan pengobatan. Tradisi lisan yang berkembang di kalangan masyarakat Sunda menurut Rusyana (2000) dalam kegiatannya dituturkan dalam bentuk cerita (dongeng dan cerita karuhun), pertanyaan tradisional (sisindiran dan tatarucingan), istilah ungkapan (peribahasa, babasan dan pamali), puisi dan
nyanyian. Tradisi lisan berupa ungkapan ini yang sering digunakan oleh masyarakat Sunda karena dekat dengan kegiatan sehari-hari. Salah satunya kalangan leluhur Sunda menggunakan tradisi lisan seperti petuah dan larangan yang kita kenal “pamali”. Hal-hal yang terkandung dalam suatu tradisi lisan
adalah hal-hal yang terlahir dan mentradisi dalam suatu masyarakat yang merupakan warisan nenek moyang.
2 tata nilai yang penting bagi kehidupan masyarakatnya. Dimana pamali sudah
menjadi suatu kepercayaan yang dianut masyarakat sebagai suatu nilai yang
mengatur kehidupan masyarakat (norma). Menurut Dede Mulkan1 unsur
kepercayaan banyak berpengaruh dalam interaksi sosial suatu kelompok masyarakat. Bahkan, unsur kepercayaan ini dapat menjadi ciri khas (tipikal) suatu masyarakat dalam melakukan interaksi sosial dan cara-cara masyarakat berkomunikasi. Hal ini mempengaruhi pula pola pikir suatu masyarakat
tradisional bahkan masyarakat yang modern peradabannya, sehingga
menyebabkan pamali menjadi suatu tradisi lisan yang terus berkembang dan turun temurun di masyarakat Sunda.
Terdapat istilah dalam budaya Sunda “Kuat adat batan warah ucing nyandingkeun paisan” yang artinya lebih kuat adat dari pada pendidikan seperti
kucing mendampingi ikan, sebab pendidikan yang datangnya baru walaupun sudah melekat dalam hati kadang-kadang dilanggar dan kembali lagi kepada adat kebiasaan asal yang dibawa secara kodrati. Dari istilah tersebut dapat diketahui bahwa pamali sebagai suatu adat dahulu sangat dipegang teguh oleh masyarakat Sunda. Pamali berkembang dari pendalaman karakter masyarakat sunda yang memiliki sikap peduli terhadap lingkungan sosial maupun alamnya agar selalu selaras. Sehingga sikap itu kemudian berkembang menjadi suatu tradisi lisan berupa larangan-larangan “pamali” yang bertujuan untuk membuat kebaikan, mengatur nilai moral dan etika bagi masyarakatnya agar tetap menahan diri dari kerusakan, menghargai dan menjaga kelestarian lingkungan alam. Sebagai suatu
nilai dalam kehidupan masyarakat Sunda pamali menjadi sangat penting untuk tetap ada dan dikenal masyarakat, sebab tradisi lisan pamali ini mengandung nilai-nilai identitas dan karakter masyarakat Sunda yang dilandasi oleh sikap silih asih, silih asah dan silih asuh kemudian filosofi hidup masyarakat sunda yang sangat
menghargai alam dan harus hidup selaras dengan alam. Selain itu pamali mengandung pesan moral dimana bertujuan untuk menanamkan nilai nilai etika dan religius yang terkandung didalamnya dalam kehidupan sehari-hari.
1Dede Mulkan Pamali Tradisi Lisan Sunda melalui http://www.fikom.unpad.ac.id [181113]
3 Dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat sunda kata 'pamali' sering
diucapkan para orang tua sebagai tambahan istilah (ancaman) untuk melarang anak-anaknya melakukan hal-hal yang tidak baik seperti contoh “Ulah diuk di lawang panto, pamali bisi nongtot jodo” yang artinya jangan duduk diambang
pintu, pamali nanti jodoh tidak kunjung datang. Pamali yang dahulu sangat ditakuti dan dipercayai kebenarannya seiring dengan perkembangan jaman mulai dianggap sebagai suatu mitos dan takhayul belaka. Hal tersebut diakibatkan karena perkembangan jaman mendukung kemajuan teknologi informasi dan pendidikan sehingga dapat mengubah pola hidup masyarakat dan cara berpikir masyarakat menjadi lebih dinamis dan terbuka terutama pada daerah perkotaan seperti Kota Bandung.
Tradisi lisan pamali mempunyai peluang bertahan, berkembang, atau bisa juga punah. Kepunahan dapat disebabkan terlalu lama tidak diingat oleh masyarakat dan tidak pernah diperdengarkan lagi dan juga tidak adanya penutur generasi tua atau generasi muda yang enggan mewarisi tradisi karena dianggap kuno (Sukatman, 2012). Melihat fenomena saat ini seperti yang diungkap oleh Cece Sobarna bahwa fenomena yang terjadi di pusat - pusat kota di Jawa Barat, terutama Bandung, yang diduga kini masyarakatnya, terutama generasi muda, enggan menggunakan lagi bahasa Sunda dalam pergaulan sehari-harinya (Makara Sosial Humaniora Vol 11, 13: 2007). Kondisi ini dapat mendukung terjadinya kepunahan bagi budaya lisan pamali karena keenggenan generasi muda dalam menggunakan bahasa sunda, dapat menyebabkan larangan pamali menjadi kurang
diingat ataupun jarang dituturkan. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh semakin kuatnya eksistensi penggunaan bahasa nasional dan juga bahasa asing. Bahasa Indonesia yang semula hanya digunakan dalam situasi resmi dalam masyarakat sunda , kini digunakan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk penggunaannya di
lingkungan keluarga. Akibatnya, istilah-istilah sunda seperti pamali dapat kurang didengar oleh anak-anak ataupun kurang dituturkan oleh orangtua.
4 orangtua (generasi tua). Semakin minimnya informasi mengenai pamali
menyebabkan pengetahuan generasi muda mengenai pamali menjadi terbatas (kurang). Dengan derasnya arus globalisasi ini dikhawatirkan budaya bangsa, khususnya budaya lokal akan mulai terkikis sedikit demi sedikit. Budaya asing kini kian mewabah dan mulai mengikis eksistensi budaya lokal yang sarat makna. Fenomena anak usia sekolah yang senang dengan budaya asing menjadikan kewaspadaan untuk mengangkat dan melestarikan budaya lokal agar menjadi bagian dalam penanaman budaya pada generasi muda.
Selain terancam punah dengan kemajuan teknologi informasi dan pendidikan mengakibatkan setiap larangan atau pantangan harus menjadi jelas alasannya secara ilmiah. Sehingga menyebabkan pandangan masyarakat Sunda terhadap pamali berkembang menjadi beragam ada yang masih mempercayai serta menerapkannya dikarenakan sudah menjadi suatu tradisi atau kebiasaan dan ada yang menganggap sebagai takhayul serta meninggalkan budaya tersebut akibat lebih memilih hal hal yang logis. Kepercayaaan yang mulai ditinggalkan dapat menyebabkan budaya tersebut menghilang padahal budaya pamali merupakan bagian dari aset dan kekayaan bahasa baik lokal maupun nusantara yang memiliki daya untuk menguatkan kembali jati diri, identitas dan karakter bangsa Indonesia maupun suku Sunda yang pada saat ini mengalami pergeseran oleh bahasa asing maupun bahasa nasional.
Pamali sebagai suatu budaya yang tidak berwujud dan hanya dikenal apabila diperdengarkan menyebabkan semakin besarnya peluang budaya ini tergeser oleh
budaya baru dan menghilang terutama dikalangan generasi muda. Saat ini belum terdapat media belajar ataupun media informasi yang menarik mengenai pamali, sehingga hal ini tidak sepenuhnya menciptakan gairah untuk meneruskan tradisi penuturan ungkapan – ungkapan tradisional dikeseharian para remaja awal.
5 yang berbasis kebudayaan Sunda dibentuk untuk mempertahankan pewarisan
identitas lokal agar tidak punah. Namun cara ini harus didukung dengan cara lainnya agar tradisi lokal mampu menyesuaikan diri dengan perubahan jaman.
Kecintaan pada budaya sendiri akan sangat baik bila ditanamkan dari sejak dini.
Menurut Wijaya Anto (2013) Generasi muda merupakan aset penting sebuah bangsa yang dapat membantu meneruskan dan menjaga warisan budaya agar tidak mengalami kepunahan.
Remaja adalah generasi muda yang sedang mengalami masa pencarian identitas diri dan mengalami perubahan dalam karakter dan pembentuan diri. Dimana remaja mulai memiliki keingintahuan yang besar, dan mulai terbuka terhadap informasi-informasi baru sehingga menyebabkan remaja banyak menerima informasi dari media massa yang sudah dikenal dan dekat dengan mereka. Oleh karenanya, remaja menjadi individu yang terbuka terhadap hal-hal baru (Makgosa, 2010). Sehingga arus budaya asing yang masuk sangat mudah diserap oleh remaja dan hal tersebut dapat mengakibatkan remaja mulai melupakan budaya daerah sendiri. Salah satu cara agar budaya daerah tidak dilupakan dan punah yaitu dengan melakukan upaya pengenalan dan pemahaman budaya tersebut. Dengan kata lain gerakan ”kearifan lokal” dengan kembali ke akar budaya bangsa sendiri namun perlu disesuaikan dengan budaya baru yang positif dengan cara – cara yang kreatif akan menarik simpati masyarakat, terutama generasi baru yang tidak maksimal mengalami pewarisan budaya Sunda dari generasi sebelumnya. Kohn (dalam Dwi Siswoyo, 2005:72) menyatakan bahwa
nilai nilai budaya dan disiplin perlu ditanamkan kepada anak-anak remaja Sebagaimana fungsi tradisi lisan menurut Bascom sebagai alat pendidikan anak dan masyarakat (Danandjadj, 2012). Dengan ditanamkannya nilai-moral lewat nilai-nilai budaya lisan pamali, diharapkan dapat membentuk karakter pada anak
6
1.2 Identifikasi Masalah
Dari pendahuluan di atas, terdapat beberapa permasalahan yang muncul, antara lain:
1. Mulai terkikisnya budaya lisan “pamali” seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan pendidikan yang disebabkan oleh perubahan pola hidup dan pola pikir masyarakat.
2. Kurangnya media informasi untuk mengetahui budaya lisan pamali bagi remaja.
3. Munculnya beragam pandangan mengenai budaya lisan pamali yang
dianggap sebagai mitos atau takhayul.
4. Belum terdapatnya media belajar mengenai pamali, seperti buku dan media kreatif lainnya
1.3Rumusan Masalah
Dari berbagai permasalahan yang ada dalam identifikasi mengenai budaya lisan pamali, maka diambil satu permasalahan utama, yaitu : Bagaimana upaya yang tepat untuk menjaga budaya lisan pamali agar tidak dilupakan oleh kalangan remaja Kota Bandung?
1.4 Batasan Masalah
Permasalahan yang ada dititikberatkan pada kurangnya media informasi
pamali yang menjelaskan tentang nilai moral dan etika dalam larangan pamali kepada remaja awal.
1.5 Tujuan Perancangan
1. Memberikan media pengetahuan tentang budaya lisan pamali yang
dikemas secara menarik.
2. Menanamkan nilai budaya Sunda yang terkandung dalam makna setiap
larangan pamali.