• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Hukum Mediasi Perbankan Dalam Penyelesaian Kredit Macet (Studi Pada Pt. Bank Sumut)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Aspek Hukum Mediasi Perbankan Dalam Penyelesaian Kredit Macet (Studi Pada Pt. Bank Sumut)"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

ASPEK HUKUM MEDIASI PERBANKAN DALAM

PENYELESAIAN KREDIT MACET

(Studi Pada PT. Bank Sumut)

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas Akhir dan Memenuhi Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh:

SARAH DIVA NIM : 110200386

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM DAGANG

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ASPEK HUKUM MEDIASI PERBANKAN DALAM

PENYELESAIAN KREDIT MACET

(Studi Pada PT. Bank Sumut)

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh:

SARAH DIVA NIM: 110200386

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM DAGANG

Disetujui Oleh

Ketua Departemen Hukum Keperdataan

Dr. H. Hasim Purba, S.H. M. Hum NIP: 196603031985091001

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. Hasim Purba, S.H. M. Hum Aflah, S.H. M. Hum

NIP: 196603031985091001 NIP :1970050192002122002

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan karunia dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi inni dengan baik dan tepat pada waktunya.

Skripsi ini merupakan syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum di

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Didorong dengan kenyataan ini,

maka akhirnya penulis menyelesaikan skripsi ini dengan judul :

“ASPEK HUKUM MEDIASI PERBANKAN DALAM PENYELESAIAN KREDIT MACET (STUDI PADA PT. BANK SUMUT)”.

Skripsi ini membahas tentang aspek hukum mediasi perbankan dalam

penyelesaian kredit macet pada PT. Bank Sumut, semoga skripsi ini berguna dan

bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi para pihak yang berkepentingan

pada umumnya.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan,

namun dengan lapang hati penulis selalu menerima kritik, saran maupun masukan

yang bersifat mendidik dan membangun dari berbagai pihak.

Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Runtung, S.H., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum, selaku Pembantu Dekan I.

3. Bapak Dr. Hasim Purba, S.H., M.Hum, selaku Ketua Departemen Hukum

Keperdataan, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I yang telah

memberikan waktu, tenaga dan arahannya kepada penulis dalam

(4)

4. Ibu Sinta Uli, S.H., M.Hum, selaku Ketua Program Kekhususan Dagang.

5. Ibu Aflah, S.H., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang telah

meluangkan waktu, tenaga, arahan, dan nasehat kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Malem Ginting, S.H., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing

Akademik yang telah memberikan arahan selama penulis berada dalam

perkuliahan, serta seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara yang dengan dedikasinya dan pengabdiannya telah mendidik penulis

selama menjadi Mahasiswa, dan Staff Administrasi yang telah membantu

dalam pengurusan selama perkuliahan.

7. Teristimewa kepada kedua orang tua saya tercinta, Ir. Faizal Rida dan

Fauziah Hanum Lubis serta abang dan kakak ipar saya Gallif Faizal Rida,

S.H dan Jihan Farhana Lubis, S.E, yang selalu mendoakan, mendukung,

menyemangati dan memberikan kasih sayang selama ini kepada penulis

baik dalam menyelesaikan perkuliahan maupun dalam kehidupan

sehari-hari.

8. Kepada Fauzal Rizkal, S.T, yang selalu memberikan semangat, dan kasih

sayang, dan selalu sabar mendengarkan keluhan penulis mulai dari

masa-masa perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.

9. Kepada sahabat-sahabat yang penulis sayangi : Calvin, Rido, Nadhira,

Lutfhi, Fauzan Zaki, Yovina, dan Ka Anditha, terima kasih telah setia

mendengarkan keluhan penulis dan selalu menyemangati penulis dalam

menyelesaikan penulisan skripsi ini, seluruh teman-teman seperjuangan

(5)

kepada teman-teman Grup A Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,

serta teman-teman Departemen Keperdataan Program Kekhususan

Dagang, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya.

10.Kepada seluruh staff PT. Bank Sumut : Bapak Abdi Santosa, Bapak

Ikhwan Simanjuntak, Bapak Prima dan seluruh staff yang tidak dapat

disebutkan satu persatu, terima kasih atas bimbingan, kerjasamanya,

dan keramahannya dalam penyelesaian skripsi ini.

11.Kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis selama ini

yang tidak dapat penulis lupakan atas segala bantuan dan dukungannya

hingga terselesaikannya skripsi ini.

Atas semua dukungan tersebut, kiranya tuhan Yang Maha Esa

melimpahkan rahmatNya dan balasan yang berlipat ganda.

Akhir kata penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak luput

dari kekurangan dan ketidaksempurnaan, karena sebagai manusia penulis tentu

jauh dari kesempurnaan dan ingin melangkah baik dan belajar dari kesalahan.

Penulis juga berharap kiranya skripsi ini dapat bermanfaat dalam

memperluas cakrawala dan pengetahuan kita semua.

Medan, April 2015

(6)

ABSTRAK

Sarah Diva*

Hasim Purba**

Aflah***

Perbankan sebagai lembaga yang memberikan kredit kepada rakyat, akan selalu di ancam oleh berbagai krisis, antara lain adalah krisis kredit bermasalah. Para nasabah yang telah memperoleh fasilitas kredit oleh bank tidak seluruhnya dapat mengembalikan hutangnya dengan lancar dan sesuai dengan waktu yang telah diperjanjikan. Terjadinya kredit macet terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya. Pihak bank setidaknya mempertimbangkan lembaga penyelesaian sengketa mana yang dipandang dapat menyelesaikan secara efektif dan efisien dengan hasil yang memuaskan. Untuk penyelesaian sengketa di bidang perbankan antara kedua belah pihak, Bank Indonesia telah mengeluarkan PBI No. 8/5/PBI/2006 yang telah dirubah menjadi No. 10/1/PBI/2008 tentang mediasi perbankan. Beberapa permasalahan yang timbul dalam penelitian ini diantaranya, bagaimana pelaksanaan pemberian kredit, bagaimana menentukan kredit tersebut dapat dikatakan sebagai kredit macet, bagaimana proses pelaksanaan mediasi perbankan, dan apa saja yang menjadi hambatan dalam menyelesaikan kredit macet tersebut dilihat dari segi pihak bank.

Metode penelitian yang digunakan metode yuridis normatif dan metode yuridis empiris. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kepustakaan, yaitu dengan meneliti bahan pustaka seperti perundang-undangan, buku-buku yang berkaitan dengan penelitian, pendapat para sarjana, jurnal hukum, internet, dan diperoleh secara langsung dari penelitian lapangan, yakni dilakukannya wawancancara di PT. Bank Sumut.

Hasil penelitian menunjukan bahwa, pihak Bank Sumut juga mengalami perkreditan macet, nasabah yang memperoleh kredit dari Bank Sumut pada akhirnya ada beberapa yang tidak bisa membayar hutangnya. Dari hasil penelitian pihak Bank Sumut pernah melakukan mediasi untuk saling membantu kedua bela pihak agar bisa menyelesaikan kredit bermasalah tersebut. Mediasi yang diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No. 10/1/PBI/2008 dengan medasi dalam peraturan lainnya memiliki beberapa persamaan dalam unsur-unsurnya maupun dalam pelaksanaannya dan juga tidak memiliki perbedaan yang begitu menonjol. Peranan mediasi ini bagi kedua belah pihak dalam menyelesaikan perkreditan macet pada dasar nya sama-sama menguntungkan bagi keduanya, sehingga baik pihak bank maupun pihak nasabah tetap dapat menjalankan hubungan mereka dengan baik.

Kata kunci: Mediasi Perbankan, Kredit Macet

*

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

**

Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

***

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ...ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I : PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Peneilitan ... 7

E. Metode Penelitian... 8

F. Keaslian Penulisan ... 11

G. Sistematika Penulisan... 12

BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG MEDIASI ... 15

A. Pengertian Mediasi Perbankan ... 15

B. Unsur-Unsur Mediasi Perbankan ... 19

C. Manfaat dan Tujuan Mediasi Perbankan... 23

D. Penyelesaian Sengketa Pada Perbankan Melalui Mediasi ... 27

E. Pengaturan Hukum Mengenai Mediasi Perbankan ... 30

BAB III : TINJAUAN UMUM MENGENAI KREDIT PERBANKAN ... 34

A. Struktur Organisasi PT. Bank Sumut ... 34

B. Jenis-Jenis Kredit ... 37

C. Perjanjian Kredit ... 43

D. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Perjanjian Kredit... 53

(8)

BAB IV: PENERAPAN MEDIASI PERBANKAN DALAM

PENYELESAIAN KREDIT MACET DALAM BANK SUMUT . 60

A. Pelaksanaan Pemberian Kredit Pada Bank Sumut ... 60

B. Pengertian Kredit Macet Pada Bank Sumut ... 65

C. Proses Penyelesaian Kredit Macet Pada Bank Sumut Melalui Mediasi Perbankan... 68

D. Hambatan yang Dihadapi dalam Penyelesaian Kredit Macet dalam Mediasi Perbankan ... 72

BABV : KESIMPULAN DAN SARAN ... 75

A. Kesimpulan ... 75

B. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 79

LAMPIRAN

a. Wawancara (Question of Interview)

b. Surat Izin Riset dari PT. Bank Sumut

(9)

ABSTRAK

Sarah Diva*

Hasim Purba**

Aflah***

Perbankan sebagai lembaga yang memberikan kredit kepada rakyat, akan selalu di ancam oleh berbagai krisis, antara lain adalah krisis kredit bermasalah. Para nasabah yang telah memperoleh fasilitas kredit oleh bank tidak seluruhnya dapat mengembalikan hutangnya dengan lancar dan sesuai dengan waktu yang telah diperjanjikan. Terjadinya kredit macet terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya. Pihak bank setidaknya mempertimbangkan lembaga penyelesaian sengketa mana yang dipandang dapat menyelesaikan secara efektif dan efisien dengan hasil yang memuaskan. Untuk penyelesaian sengketa di bidang perbankan antara kedua belah pihak, Bank Indonesia telah mengeluarkan PBI No. 8/5/PBI/2006 yang telah dirubah menjadi No. 10/1/PBI/2008 tentang mediasi perbankan. Beberapa permasalahan yang timbul dalam penelitian ini diantaranya, bagaimana pelaksanaan pemberian kredit, bagaimana menentukan kredit tersebut dapat dikatakan sebagai kredit macet, bagaimana proses pelaksanaan mediasi perbankan, dan apa saja yang menjadi hambatan dalam menyelesaikan kredit macet tersebut dilihat dari segi pihak bank.

Metode penelitian yang digunakan metode yuridis normatif dan metode yuridis empiris. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kepustakaan, yaitu dengan meneliti bahan pustaka seperti perundang-undangan, buku-buku yang berkaitan dengan penelitian, pendapat para sarjana, jurnal hukum, internet, dan diperoleh secara langsung dari penelitian lapangan, yakni dilakukannya wawancancara di PT. Bank Sumut.

Hasil penelitian menunjukan bahwa, pihak Bank Sumut juga mengalami perkreditan macet, nasabah yang memperoleh kredit dari Bank Sumut pada akhirnya ada beberapa yang tidak bisa membayar hutangnya. Dari hasil penelitian pihak Bank Sumut pernah melakukan mediasi untuk saling membantu kedua bela pihak agar bisa menyelesaikan kredit bermasalah tersebut. Mediasi yang diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No. 10/1/PBI/2008 dengan medasi dalam peraturan lainnya memiliki beberapa persamaan dalam unsur-unsurnya maupun dalam pelaksanaannya dan juga tidak memiliki perbedaan yang begitu menonjol. Peranan mediasi ini bagi kedua belah pihak dalam menyelesaikan perkreditan macet pada dasar nya sama-sama menguntungkan bagi keduanya, sehingga baik pihak bank maupun pihak nasabah tetap dapat menjalankan hubungan mereka dengan baik.

Kata kunci: Mediasi Perbankan, Kredit Macet

*

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

**

Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

***

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam undang-undang No. 7 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah

dengan Undang-undang No. 10 tahun 1998, dimana dalam undang-undang

tersebut, pada pasal angka 2, telah didefinisikan bahwa :

“Bank adalah Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia :

Bank adalah usaha di bidang keuangan yang menarik dan mengeluarkan

uang di masyarakat, terutama memberikan kredit dan jasa di lalu lintas

pembayaran dan peredaran uang.1

Bank merupakan intermediasi dana untuk menggerakkan dunia bisnis dan

mempunyai tugas sebagai perantara untuk menyalurkan penawaran dan

permintaan kredit pada waktu yang ditentukan dan suatu badan usaha yang

menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang penyalurannya

akan kembali pada masyarakat juga dalam rangka meningkatkan taraf hidup

masyarakat. Sebagai badan usaha, bank akan selalu berusaha mendapatkan

keuntungan dari usaha yang dijalankannya, sebaliknya sebagai lembaga keuangan

bank mempunyai kewajiban pokok untuk menjaga kestabilan nilai uang, untuk

mendorong kegiatan ekonomi dan perluasan kesempatan kerja. Dalam hal ini

tanpa perbankan yang sehat dan berkembang sebuah perekonomian tidak akan

1

(11)

dapat di bangun, terutama dalam era globalisasi dan ekonomi pasar sekarang,

hanya dengan kesehatan yang primalah bank dapat menjalankan fungsinya.2

Perbaikan struktur permodalan dunia usaha merupakan keharusan untuk

meningkatkan efisiensi dan memperkokoh daya saing perusahaan dalam

mengadapi persaingan yang semakin tajam terutama dalam era globalisasi.

Upaya-upaya perbaikan dapat dilakukan salah satunya dengan memperhatikan

aspek-aspek good corporate governance, yang studi dan risetnya makin banyak

dilakukan oleh berbagai intitusi baik dalam lingkungan nasional maupun

internasional. Globalisasi yang ditandai dengan adanya perapatan dunia

(Compression of the world) telah mengubah peta perekonomian, politik dan

budaya. Pergerakan barang dan jasa terjadi semakin cepat. Modal dari suatu

Negara beralih ke Negara lain dalam hitungan detik akibat pemanfaatan teknologi

informasi. Sejalan dengan itu, kegiatan perbankan sebagai urat nadi perekonomian

bangsa tidak luput dari dampak globalisasi.3

Lembaga perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan mempunyai

nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu Negara. Lembaga tersebut

dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang mempunyai kelebihan dana

(Surplus of Funds) dengan pihak-pihak yang kekuranngan dan memerlukan dana

(Lack of Funds). Dengan demikian perbankan akan bergerak dalam kegiatan

perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan. Bank melayani kebutuhan

pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua sektor

perekonomian masyarakat. Menurut ilmu sosiologi, perbankan diakui merupakan

suatu lembaga sosial, dalam arti bahwa perbankan tersebut merupakan bentuk

2Adrian Sutedi, Hukum Perbankan Suatu Tinjauan Pencucian Uang, Merger, Likuidasi,

dan Kepailitan, Jakarta, Sinar Grafika, 2010, hal. V

3

(12)

himpunan norma-norma dari segala tingkatan yang menyangkut kebutuhan pokok

manusia.

Perbankan mempunyai fungsi utama sebagai penghimpun dan pengatur

dana masyarakat dan bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan

nansional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi,

dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Dalam

menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya perbankan harus lah tetap senantiasa

bergerak cepat guna menghadapi tantangan-tantangan yang semakin berat dan

luas, baik dalam perkembangan ekonomi nasional maupun internasional.4

Dunia perbankan di berbagai belahan dunia ini tampaknya selalu di ancam

oleh berbagai krisis, antara lain krisis kredit bermasalah atau yang lazim disebut

sebagai Debt Crisis. Hal ini dapat dipahami karena dunia perbankan adalah suatu

kegiatan usaha yang selalu melayani dan hidup dalam kesatuannya dengan

kegiatan ekonomi nyata dimasyarakat mana pun.5

Para nasabah yang telah memperoleh fasilitas kredit dari bank tidak

seluruhnya dapat mengembalikan hutang nya dengan lancar sesuai dengan waktu

yang telah diperjanjikan. Pada kenyatannya di dalam praktik nya selalu ada

sebagian nasabah yang tidak dapat mengembalikan kredit kepada bank yang telah

meminjaminya. Akibat dari nasabah tidak dapat membayar lunas hutang nya,

maka akan tergambar perjalanan kredit menjadi kredit yang bermasalah. Kredit

bermasalah ini sangat dikhawatirkan oleh bank, karena akan mengganggu kondisi

keuangan bank, bahkan dapat mengakibatkan berhentinya kegiatan usaha bank.

4

Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti , 2006,hal. 4

(13)

Oleh karena itu setiap bank memiliki prosedur dalam pemberian kredit, dan tidak

semata-mata memberikan fasilitas kredit tersebut secara mudah.

Dalam persoalan kredit bermasalah, debitur mengingkari janji mereka

membayar bunga dan atau kredit induk yang telah jatuh tempo. Sehingga terjadi

keterlambatan pembayaran atau sama sekali tidak ada pembayaran. Di dalam

persoalan kredit bermasalah ini, ada kemungkinan yang memungkinkan kreditur

untuk terpaksa melakukan tindakan hukum, atau menderita kerugian dalam

jumlah yang jauh lebih besar dari jumlah yang diperkirakan.6

Terjadinya kredit bermasalah ada beberapa faktor yang mempengaruhi

nya, yaitu faktor yang berasal dari nasabah dan faktor yang berasal dari bank.

Bank sebagai kreditur juga tidak terlepas dari kelemahan yang dimiliki. Faktor

tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berkaitan dengan nasabah.7

Kredit macet bukan hanya persoalan antara bank dengan nasabahnya di

bidang perkreditan, namun juga menjadi persoalan bagi pihak nasabah, karena

pihak nasabah yang tidak dapat membayar hutangnya akan terancam dengan

adanya penyitaan dan akhirnya akan terjadi pelelangan atas jaminan yang nasabah

berikan kepada bank. Persoalan kredit macet merupakan bukan hal yang baru

dalam dunia perbankan karena pemberian kredit berisiko kemacetan. Sebagai

pihak yang meghadapi masalah, bank memiliki kebebasan untuk menentukan

lembaga mana yang akan dipilih untuk penyelesaian sengketa kredit macet dengan

nasabahnya.

Pihak bank setidaknya akan mempertimbangkan lembaga penyelesaian

sengketa mana yang dipandang dapat menyelesaikan secara efektif dan efisien

(14)

dengan hasil yang memuaskan. Untuk penyelesaian sengketa di bidang perbankan

antara bank dengan nasabah, Bank Indonnesia telah mengeluarkan PBI No.

8/5/PBI/2006 tentang mediasi perbankan, maka yang dimaksud dengan mediasi

perbankan adalah alternatif penyelesaian sengketa antara nasabah dan bank yang

tidak mencapai penyelesaian yang melibatkan mediator untuk membantu para

pihak yang bersengketa guna mencapai penyelesaian dalam bentuk kesepakatan

sukarela terhadap sebagian ataupun seluruh permasalahan yang disengketakan.

Mediasi perbankan merupakan figur baru dalam dunia perbankan. Mediasi

di bidang perbankan dilakukan oleh lembaga mediasi perbankan independen yang

dibentuk oleh asosiasi perbankan. Mediasi perbankan sebagai cara untuk

penyelesaian sengketa mempunyai kelebihan dan keunggulan, yaitu proses

penyelesaiannya yang murah, cepat dan sederhana.8

Keberadaan mediasi perbankan juga dalam rangka tindakan pembinaan

dan pengawasan dari Bank Indonesia sebagai bank sentral, dimana tujuan dari

pembinaan dan pengawasan tersebut adalah mengingat bank terutama bekerja

dengan dana dari masyarakat yang disimpan pada bank atas dasar kepercayaan,

maka suatu bank perlu dipantau oleh Bank Indonesia, yang bertujuan agar

kesehatan bank tetap terjaga dan kepercayaan masyarakat terhadap bank tetap

terpelihara sebab kepercayaan terhdap lembaga perbankan hanya dapat

ditimbulkan apabila lembaga perbankan dalam kegiatan usahanya selalu berada

dalam keadaan yang sehat.9

(15)

Secara konvensional, penyelesaian sengketa biasanya dilakukan secara

litigasi atau dimuka pengadilan. Dalam keadaan demikian, posisi para pihak yang

bersengketa sangat antagonistis atau saling berlawanan satu sama lain.

Penyelesaian sengketa seperti ini tidak direkomendasikan. Dan kalaupun

ditempuh, sifatnya semata-mata hanya sebagai jalan yang terakhir setelah

alternatif lain dinilai tidak mampu membuahkan hasil. Proses penyelesaian

sengketa yang membutuhkan waktu yanglama mengakibatkan perusahaan atau

para pihak yang bersengketa mengalami ketidakpastian. Cara penyelesaian seperti

itu tidak diterima di dunia bisnis karena tidak sesuai dengan tuntutan zaman.10

Berdasarkan uraian latar belakang diatas,maka penulis membuat penelitian

hukum yang mengambil judul sebagai berikut : “Aspek Hukum Pelaksanaan

Mediasi Perbankan Dalam Penyelesaian Kredit Macet”, ini diangkat sebagai suatu

karya ilmiah yang diharapkan mampu menambah pengetahuan di bidang hukum,

khususnya hukum perbankan di Indonesia.

B. Perumusan Masalah

Setelah menguraikan latar belakang pemilihan judul skripsi, penulis akan

merinci permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini. Adapun pokok-pokok

permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Pelaksanaan Pemberian Kredit Pada Bank Sumut?

2. Bagaimana Pengertian Kredit Macet Pada Bank Bank Sumut?

3. Bagaimana Proses Penyelesaian Kredit Macet Pada Bank Sumut melalui

Mediasi Perbankan?

10

(16)

4. Apa Saja Hambatan Yang Dihadapi Dalam Penyelesaian Kredit Macet

Dalam Mediasi Perbankan?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah bertujuan untuk

menghasilkan tulisan yang akurat dan dapat dibuktikan kebenarannya dan juga

bertujuan untuk :

1. Untuk mengetahui proses pelaksanaan pemberian kredit pada Bank Sumut.

2. Untuk mengetahui pengertian kredit macet pada Bank Sumut.

3. Untuk mengetahui proses penyelesaian kredit macet pada Bank Sumut

melalui mediasi perbankan.

4. Untuk mengetahui hambatan apa saja yang dihadapi dalam penyelesaian

kredit macet dalam mediasi perbankan.

D. Manfaat Penulisan

Adapun penulisan ini dilakukan diharapkan bermanfaat, baik bermanfaat

teoritis maupun praktis. Adapun kedua manfaat itu adalah sebagai berikut :

a. Secara Teoritis

Hasil penulisan ini diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran dalam

suatu karya ilmiah yang berbentuk dalam skripsi, yang dapat bermanfaat

bagi masyarakat yang membaca skripsi ini mengenai aspek hukum mediasi

perbankan dalam penyelesaian kredit macet.

b. Secara Praktis

Hasil penulisan ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi setiap bank

(17)

kepentingan bank maupun nasabah sama-sama terlindungi dan tidak ada

hak yang dilanggar demi tercapainya kepentingan kedudukan antara bank

dan nasabah.

E. Metode Penelitian

Penelitian merupakan terjemahan dari bahasa inggris yaitu research, yaitu

berasal dari kata re (kembali) dan to search (mencari). Pada dasarnya yang dicari

itu adalah “pengetahuan yang benar” untuk menjawab pertanyaan atau

ketidaktahuan tertentu dengan menggunakan logika berfikir.

Metode penelitian digunakan dalam setiap penelitian ilmiah. Penelitian

ilmiah itu sendiri suatu proses penalaran yang mengikuti suatu alur berpikir yang

logis dan dengan menggabungkan metode yang juga ilmiah karena penelitian

ilmiah selalu menuntut pengujian dan pembuktian. Metode penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian yuridis normatif dan

yuridis empiris.

Metode penelitian sebenarnya adalah cara alamiah untuk memperoleh data

dengan kegunaan dan tujuan tertentu. Jadi setiap penelitian yang dilakukan itu

melakukan kegunaan serta terdapat tujuan tertentu, adapun tujuan umum dari

penelitian ini adalah adanya suatu penemuan, pembuktian dan pengembangan.

Penemuan yang dimaksud adalah data nya benar-benar suatu hal yang baru dan

belum pernah dibahas sebelumnya, sedangkan pembuktian yang berarti itu

datanya bisa digunakan untuk membuktikan keraguan terhadap pengetahuan atau

(18)

Untuk melengkapi penulisan skripsi ini, agar tujuan lebih terarah dan dapat

dipertanggung jawabkan, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini

sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam skripsi ini

adalah metode yuridis normatif dan yuridis empiris. Pendekatan yuridis

normatif dikenal juga dengan pendekatan kepustakaan, yaitu dengan

meneliti bahan pustaka atau data sekunder, yang terdiri dari bahan hukum

primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tresier. Pendekatan

yuridis empiris yakni dilakukan dengan melihat kenyataan yang ada dalam

praktek dilapangan. Pendekatan ini dikenal juga dengan pendekatan secara

sosiologis yang dilakukan secara langsung ke lapangan.

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian pada skripsi ini bersifat penelitian deskriptif dan penelitian

studi kasus. Penelitian deskriptif secara sistematis, dan akurat mengenai

fakta-fakta yang akan dibahas dalam skripsi ini.

3. Jenis dan Sumber Data

Penyusunan skripsi ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder,

yaitu data yang diperoleh dari studi kepustakaan, serta didukung oleh data

yang diperoleh dari studi lapangan di PT. Bank Sumut.

Sumber data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini yaitu :

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang mengikat seperti

(19)

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder diartikan sebagai bahan hukum yang tidak

mengikat tetapi menjelaskan mengenai bahan hukum primer seperti

buku-buku yang berkaitan dengan penelitian, doktrin atau pendapat

para sarjana, jurnal hukum, internet, dan diperoleh secara langsung

dari penelitian lapangan, yakni dilakukannya wawancara.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hujum tersier adalah bahan hukum yang mendukung bahan

hukum primer dan sekunder. Bahan hukum yang dipergunakan seperti

Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Kamus Hukum.

4. Analisis Data

Data yang dikumpulkan dapat dipertanggung jawabkan dan dapat

menghasilkan jawaban yang tepat dari suatu permasalahan, maka perlu

suatu teknik analisa data yang tepat. Analisis data merupakan langkah

selanjutnya untuk mengelola hasil penelitian menjadi suatu laporan.11

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif, artinya

menguraikan data yang diolah secara rinci kedalam bentuk

kalimat-kalimat. Analisis kualitatif yang dilakukan bertitik tolak pada analisis

empiris, yang didalamnya dilengkapi dengan analisis normatif.

Berdasarkan hasil analisis kesimpulan yang ditarik secara dedukatif, yaitu

cara berpikir yang didasarkan pada fakta-fakta yang bersifat umum untuk

kemudian ditarik suatu kesimpulan bersifat khusus.

11

(20)

F. Keaslian Penulisan

Pembuatan karya ilmiah haruslah merupakan suatu hal yang berasal dari

alam pikiran yang berdasarkan pengetahuaan yang dimiliki oleh penulis, tidak

merupakan suatu hal yang telah ditulis terlebih dahulu oleh orang lain atau yang

biasa disebut plagiat.

Penulisan karya ilmiah ini adalah murni dan benar-benar berasal dari

pemikiran penulis dan pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam diri penulis

bahwa terhadap judul diperlukannya suatu pembahasan yang lebih dalam.

Keaslian penulisan ini dapat dibuktikan karena sebelum penulisan ini

berlangsung penulis telah melakukan pengecekkan terhadap judul ini terlebih

dahulu ke Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Dari hasil

tersebut penulis mendapatkan beberapa judul yang bisa dijadikan sebagai refrensi

bagi penulis, yaitu :

Nama : Dupa Andhyka S. K

Nim : 030200012

Judul : Tinjauan Yuridis Terhadap Penyelesaian Pengaduan Nasabah Dalam

Transaksi Perbankan Indonesia (tinjauan yuridis terhadap PBI

No.7/7/PPI/2005 tentang penyelesaian pengaduan nasabah dan PBI

No.8/5/PBI/2006 tentang mediasi perbankan)

Permasalahan yang dibahas dalam skripsi di atas adalah, bagaimana prosedur

penyelesaian sengketa perbankan sebelum keluarnya PBI No.8/5/2006 tentang

mediasi perbankan dan bagaimana prosedur penyelesaian sengketa perbankan

(21)

Nama : Endika Triono Dachi

Nim : 030200197

Judul : Mediasi Perbankan Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Antara

Bank Dengan Nasabah, merujuk pada peraturan Bank Indonesia

No.8/5/PBI/2006 dan Surat Edaran Bank Indonesia No.8/14/DPNP

Perumusan masalah yang dibahas dalam skripsi diatas adalah, bagaimana

pertanggung jawaban bank terhadap adanya kerugian nasabah, bagaimana proses

pelaksanaan mediasi perbankan, bagaimana akta kesepakatan dari proses mediasi

dan ketentuan hukum beserta sanksi-sanksinya, dan bagaimana independensi

mediator dalam melaksanakan fungsi mediasi perbankan.

Judul dan perumusan masalah diatas adalah beberapa judul yang telah

menjelaskan tentang Mediasi Perbankan, namun judul maupun permasalahan

yang dibahas tersebut berbeda dengan penulisan skripsi ini. Adapun judul skripsi

ini adalah “Aspek Hukum Mediasi Perbankan Dalam Penyelesaian Kredit Macet”

(Studi pada PT. Bank Sumut), dan pemasalahannya yaitu bagaimana pelaksanaan

pemberian kredit, bagaimana menentukan kredit tersebut dapat dikatakan sebagai

kredit macet, bagaimana proses pelaksanaan mediasi perbankan, dan apa saja

yang menjadi hambatan dalam menyelesaikan kredit macet, maka dari itu

penulisan karya ilmiah ini telah terbukti keasliannya.

G. Sistematika Penulisan

Dalam menghasilkan karya ilmiah yang baik maka pembahasannya harus

diuraikan dengan sistematis. Untuk memudahkan penulisan skripsi ini maka

(22)

yang saling berkaitan satu sama lain. Adapun sistematika penulisan skripsi ini

adalah :

BAB I : Pendahuluan, bab ini berisikan pendahuluan yang merupakan

pengantar yang didalamnya terdiri mengenai, latar belakang,

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian

penulisan, tinjauan pustaka, metode penulisan, dan diakhiri

oleh sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan umum tentang mediasi, bab ini memaparkan tentang

pengertian mediasi perbankan, unsur-unsur mediasi perbankan,

manfaat dan tujuan mediasi perbankan, penyelesaian sengketa

pada perbankan melalui mediasi, dan pengaturan hukum

mengenai mediasi perbankan.

BAB III : Tinjauan umum mengenai kredit perbankan, bab ini

memaparkan tentang struksur organisasi PT. Bank Sumut,

jenis-jenis kredit, perjanjian kredit, hak dan kewajiban para

pihak dalam perjanjian kredit, serta wanprestasi dalam

perjanjian kredit.

BAB IV : Penerapan mediasi perbankan dalam penyelesaian kredit macet

pada PT. Bank Sumut, bab ini memaparkan tentang bagaimana

pelaksanaan pemberian kredit, pengertian kredit macet, proses

penyelesaian kredit macet melalui mediasi perbankan, dan

hambatan yang dihadapi dalam penyelesaian kredit macet

(23)

BAB V : Kesimpulan dan Saran, bab ini berisikan kesimpulan dari

bab-bab yang telah dibahas sebelumnya dan saran-saran yang

mungkin berguna bagi pihak perbankan, pihak akademis dan

(24)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG MEDIASI

A. Pengertian Mediasi Perbankan

Bank sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

menjalankan usahanya terutama dari dana masyarakat dan kemudian menyalurkan

kembali kepada masyarakat. Selain itu bank juga memberikan jasa-jasa keuangan

dan pembayaran lainnya.12 Praktek transaksi yang terjadi diantara bank dan

nasabah tidak terlepas dari adanya risiko. Salah satu risiko yang sering terjadi

yaitu sengketa antara pihak bank dan nasabah. Ketika hubungan hukum antara

bank dan nasabah mulai tercipta, maka sejak itu terbuka kemungkinan sengketa

antar para pihak.

Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk menyelesaikan masalah

sengketa yaitu melalui proses Mediasi. Mediasi merupakan salah satu pilihan

alternatif yang digunakan pada saat sengketa yang terjadi antara nasabah dan bank

tidak dapat diselesaikan. Ciri utama mediasi adalah perundingan yang esensinya

sama dengan proses musyawarah atau consensus. Sesuai dengan hakikat

perundingan atau musyawarah maka dalam mediasi tidak boleh ada paksaan untuk

menerima atau menolak sesuatu gagasan atau penyelesaian selama proses mediasi

berlangsung.13

Mediasi adalah perluasan dari proses negosiasi. Dimana para pihak yang

bersengekta merasa tidak mampu menyelesaikan sengketanya, dimana seorang

pihak ketiga yang netral yaitu mediator, membantu para pihak yang bersengketa

12

Mediasi Perbankan Sebagai Wujud Perlindungan Terhadap Nasabah Bank, dalam

http://www. djpp.kemenkumham.go.id diakses pada tanggal 27 November 2014.

13

PTABandung, MEDIASI Pengertian Mediasi, dalam http://www. pta-bandung.go.id dikases pada tanggal 27 November 2014.

(25)

untuk mencapai kesepakatan. Mediator tidak mempunyai kewenangan untuk

menetapkan keputusan bagi para pihak14. Dalam mediasi pihak ketiga akan

membantu pihak-pihak yang bertikai dalam menerapkan niai-nilainya terhadap

fakta-fakta untuk mencapai hasil akir. Nilai-nilai ini dapat meliputi hukum, rasa

keadilan, kepercayaan agama, moral, dan masalah-masalah etika15.

Mediasi adalah juga salah satu dari beberapa jalur alternative lain selain

arbitrase yang dapat dipergunakan sebagai sarana memecahkan persoalan yang

masih dibawah pemukaan atau sebagian besar masih dibawah permukaan atau

masalah yang timbul masih dapat diantisipasi agar tidak memasuki jalur litigasi

yang prosesnya dapat berlarut-larut. Dimana jalur mediasi ini ditangani oleh

mereka yang ditunjuk sebagai mediator.16

Mediasi merupakan proses penyelesaian sengketa melalui proses

perundingan atau mufakat para pihak dengan dibantu oleh mediator yang tidak

memiliki kewenangan memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian.

Ciri-ciri utama proses mediasi adalah perundingan yang esensinya sama

dengan proses musyawarah atau konsensus. Sesuai dengan hakikat perundingan

atau musyawarah atau konsensus maka tidak boleh ada paksaan untuk menerima

atau menolak sesuatu gagasan atau penyelesaian selama proses mediasi

berlangsung. Segala sesuatunya harus memperoleh persetujuan dari para pihak.17

Pada prinsipnya Mediasi adalah salah satu mekanisme penyelesaian

sengketa diluar pengadilan (Out of Court Settlemen) melalui perundingan yang

14

Arus Akbar Silondae, Andi Farian Fathoeddin, Aspek Hukum dalam Ekonomi dan Bisinis, Jakarta, Mitra Wacana Media, 2010, 2013, Hal.89

15

Astrid Vinolia Siahaan, Op.Cit Hal 17

16

Hamid Shahab, Menyingkap dan Meneropong Undang-undang Arbitrase No. 30 Tahun 1999 dan Jalur Penyelesaian Alternatif, Jakarta, Djambatan, 2000, Hal. 6

17

(26)

melibatkan pihak ketiga yang bersifat netral dan tidak memihak. Penyelesaian

sengketa melalui mekanisme mediasi tidak mencari siapa yang salah atau benar,

atau siapa yang wanprestasi dan siapa yang dirugikan atau siapa yang dilanggar

haknya dimasa lalu yang mengakibatkan timbulnya sengketa.

Fokus mediasi adalah untuk mencapai kesepakatan karena para pihak

memahami bahwa jika konflik terus berlanjut para piihak akan mengalami

kerugian, yaitu kehilangan meraih peluang dimasa depan. Dengan demikian

persoalan dimasa lalu yang menimbulkan konflik tidak diungkapkan lagi, tetapi

lebih mengutamakan mencapai kesepakatan agar dari kerjasama yang dilanjutkan

tersebut membawa keuntungan bagi mereka.18

Mediasi Perbankan adalah proses penyelesaian sengketa yang melibatkan

mediator untuk membantu para pihak yang bersengketa guna mencapai

penyelesaian dalam bentuk kesepakatan sukarela terhadap sebagian maupun

seluruh permasalahan yang disengketakan.19

Adapun yang menjadi penyelenggara Mediasi Perbankan menurut Pasal 3

Peraturan Bank Indonesia No.8/5/PBI/2006, yakni Lembaga Mediasi Perbankan

independen yang dibentuk asosiasi perbankan. Proses beracara dalam Mediasi

Perbankan secara teknis diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No.8/5/PBI/2006

dan Surat Edaran Bank Indonesia No.8/14/DPNP tanggal 1 Juni 2006.20

Ada beberapa pengertian tentang mediasi dan mediasi perbankan yang

dapat disebutkan disini, antara lain :

18 Arus Akbar Silondae, Andi Farian Fathoeddin, Op.Cit. Hal. 89

19

DBS Treasures, Mediasi-Perbankan, http://www.dbs.com/id/treasures-id/mediasi-perbankan.page. Diakses tanggal 27 November 2014

20

(27)

a. Mediasi adalah upaya penyelesaian konflik dengan melibatkan pihak

ketiga yang netral yang tidak memiliki kewenangan mengambil keputusan

yang membantu pihak-pihak yang bersengketa mencapai penyelesaian atau

solusi yang dapat diterima oleh kedua belah pihak21.

b. Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa melalui proses perundingan

atau mufakat para pihak dengan dibantuk oleh mediator yang tidak

memiliki kewenangan memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian.22

c. Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa yang melibatkan mediator

untuk membantu para pihak yang bersengketa guna mencapai

penyelesaian dalam bentuk kesepakatan sukarela terhadap sebagian atau

seluruh permasalahan yang disengketakan.

Sebenarnya PBI No.8/5/PBI/2006 tidak menyatakan definisi mediasi

perbankan secara lengkap, karena Pasal 1 angka 5 hanya menjelaskan apa yang

dimaksud dengan “Mediasi” sebagai bentuk rumusan lain yang tidak jauh berbeda

dengan rumusan-rumusan yang ditemukan dalam undang-undang atau pendapat

para ahli. Berpedoman pada definisi di atas, definisi mediasi perbankan adalah

proses penyelesaian sengketa antara bank dan nasabah atau perwakilan nasabah

yang melibatkan mediator sebagai pihak ketiga yang membantu para pihak yang

bersengketa untuk mencapai kesepakatan secara sukarela tanpa adanya

kewenangan atau keputusan dari mediator.

Adapun hal- hal yang diatur dalam mediasi perbankan adalah :

21

Bennylin, Mediasi – Wikipedia bahasa Indonesia, Ensiklopedia bebas, dalam

http://www.id.wikipedia.org/wiki/Mediasi diakses tanggal 27 November 2014

22

Gunadarma, Hidup Adalah Perjuangann : Pengertiian Mediasi, dalam

(28)

a. Nasabah atau perwakilan nasabah dapat mengajukan upaya penyelesaian

sengketa melalui mediasi ke BI apabila nasabah merasa tidak puas atas

penyelesaian pengaduan nasabah;

b. Sengketa yang dapat diajukan penyelesaiannya adalah sengketa keperdataan

yang timbul dari transaksi keuangan yang memiliki tuntutan finansial paling

banyak Rp. 500.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah). Nasabah tidak dapat

mengajukan tuntutan finansial yang diakibatkan oleh tuntutan immaterial;

c. Pengajuan penyelesaian sengketa tidak melebihi 60 (enam puluh hari) kerja

saat tanggal surat hasil penyelesaian pengaduan yang disampaikan bank

kepada nasabah;

d. Pelaksanaan proses mediasi sejak ditandatanganinya perjanjian mediasi

sampai dengan penandatanganan Akta Kesepakatan oleh para pihak

dilaksanakan dalam waktu 30 hari kerja dan dapat diperpanjang sampai

dengan 30 hari berikutnya berdasarkan kesepakatan nasabah dan bank;

e. Akta kesepakatan dapat memuat menyeluruh, kesepakatan sebagian, atau tidak

tercapainya kesepakatan atau kasus yang disengketakan.23

B. Unsur-unsur Mediasi Perbankan

Mediasi perbankan memiliki beberapa unsur yang terdapat di dalamnya,

mediasi perbankan bersifat sebagai suatu alternatif dalam menyelesaikan

sengketa, yang merupakan keinginan para pihak yang bersengketa sendiri tanpa

adanya paksaan dari pihak mana pun, kesediaan para pihak untuk menyelesaikan

sengketa, adanya itikad baik dan adanya pihak ketiga.

23

Mediasi perbankan sebagai wujud perlindungan terhadap nasabah bank dalam

(29)

Dikatakan sebagai mediasi perbankan adalah, dengan adanya unsur

sengketa dan pengaduan dari nasabah. Dalam kredit macet, terjadinya peristiwa

kredit macet ini lah yang menjadi suatu sengketa antara nasabah dengan bank.

Pengaduan yang diajukan oleh pihak nasabah kepada bank adalah seperti nasabah

yang tidak sanggup lagi melakukan pembayaran hutangnya beserta bunga,

sehingga pihak nasabah mengadukan hal ini dan meminta diadakannya mediasi

agar pihak nasabah bisa mendapatkan keringanan. Dalam proses penagihan

terkadang juga pihak nasabah mengadukan cara penagihan tersebut, seperti pihak

nasabah yang merasa malu dengan seringnya dilakukan kunjungan oleh pihak

bank.

Mediasi perbankan merupakan suatu alternatif penyelesaian sengketa

diluar pengadilan bagi kalangan perbankan saja. Sengketa yang terjadi haruslah

dalam ruang lingkup perbankan, yaitu antara nasabah dan bank. Bank sebagai

penghimpun dana masyarakat dan sebagai lembaga yang memberi pelayanan

kepada masyarakat, salah satu nya adalah pemberian kredit kepada masyarakat,

pasti tidak terlepas dari segala risiko, baik risiko yang ditimbulkan dari bank

maupun risiko yang ditimbulkan dari pihak nasabah.

Menurut Soebagjo, didalamnya terdapat 3 (tiga) unsur dalam mediasi :

1) Adanya pihak (dua pihak atau lebih). Dengan demikian jika dalam

(30)

sengketa. Anggapan lain adalah bahwa yang tunduk untuk haarus menyelesaikan sengketa melalui jalur mediasi hanyalah nasabah, sedangkan bank dapat dan bebas menggunakan jalur penyelesaian sengketa lain. Kalaupun bank kemudian mengajukan sengketa tersebut kepada penyelenggara mediasi perbankan, hal itu tidak akan dapat dilayani karena tidak termasuk dalam cakupan “sengketa” seperti yang dimaksud PBI No. 8/5/PBI/2006.

2) Unsur yang kedua adalah adanya unsur “sengketa” diantara para pihak. Dimana, dalam PBI No.8/5/PBI/2006 tentang Mediasi Perbankan pada Pasal 1 angka 4 disebutkan bahwa sengketa adalah permasalahan yang diajukan oleh Nasabah atau Perwakilan Nasabah kepada penyelenggara mediasi perbankan, setelah melalui proses penyelesaian pengaduan nasabah oleh bank sebagaimana diatur dalam Perturan Bank Indonesia tentang penyelesaian Pengaduan Nasabah.

3) Unsur yang ketiga adalah unsur Mediator yang membantu

menyelesaikan sengketa di antara para pihak. Dimana mediator adalah :

a. Seorang fasiliator yang akan membantu para pihak untuk

mencapai kesepakatan yang dikehendaki oleh para pihak. Mediator tidak akan membuat keputusan tentang mana yang salah atau benar, mengintruksikan para pihak tentang apa yang harus dilakikam atau memaksakann para pihak untuk melaksanakan kesepakatan. Segala bentuk komentar, pendapat, saran, pernyataan, atau rekomendasi yang dibuat oleh mediator, bila ada, tidak dapat mengikat para pihak.

b. Mediator tidak memberikan nasehat atau pendapat hukum.

c. Mediator tidak dapat bertindak sebagai penasehat hukum

terhadap salah satu pihak dalam kasus yang sama ataupun yang berhubungan dan ia juga tidak dapat bertindak sebagai arbiter atas kasus yang sama.

d. Para pihak paham bahwa agar proses mediasi dapat berjalan

dengan baik, maka diperlukan proses komunikasi yang terbuka dan jujur. Selanjutnya, segala bentuk komunikasi, negoisasi dan pernyataan baik tertulis maupun lisan yang dibuat dalam proses mediasi akan diperlakukan sebagai informasi yang bersifat tertutup dan rahasia. Oleh sebab itu Mediator tidak akan membicarakan atau menyampaikan hal-hal yang telah didiskusikan dalam proses mediasi ke pohak lain tanpa izin para pihak.

e. Apabila memdiator menganggap bahwa permasalahan tidak

dapat diselesaikan melalui proses mediasi, maka proses mediasi berakhir setelah mediator menyampaikan hal tersebut kepada para pihak.

Jadi, pada umumnya syarat-syarat menjadi seorang mediator adalah :

a. Mempunyai kemampuan dan keahlian sehubungan

(31)

keuangan dan atau hukum. Sedangkan mengenai syarat-syarat pengangkatan mediator dapat dipergunakan syarat-syarat pengangkatan arbiter sebagaimana terdaoat dalam Pasal 12 Undang-undang No.30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.

b. Tidak mempunyai benturan kepentingan finansial atau

kepentingan lain atas penyelesaian sengketa

c. Tidak mempunyai hubungan sedarah atau semenda

sampai dengan derajat kedua dengan nasabah atau

perwakilan nasabah dan bank.24

Dari penjelasan diatas mengenai unsur-unsur mediasi, dapat disimpulkan

bahwa unsur adalah sebagai berikut :25

1. Adanya pihak (dua atau lebih) yang bersengketa, jika dalam proses

mediasi hanya dijumpai satu pihak yang bersengketa, maka hal itu

menjadikan tidak terpenuhinya unsur-unsur yang bersengketa.

2. Adanya unsur sengketa di antara para pihak.

3. Mediator bertugas membantu para pihak yang bersengketa untuk mencari

penyelesaian

4. Mediator tidak mempunyai kewenangan membuat keputusan selama

perundingan berlangsung

5. Mediasi bertujuan untuk mencapai atau menghasilkan kesepakatan yang

dapat diterima pihak-pihak yang bersengketa guna mengakhiri sengketa.

Unsur tambahan lain yang terdapat dalam mediasi perbankan antara lain:

1. Sengketa yang dapat diajukan dalam mediasi perbankan adalah sengketa

keperdataan yang timbul dari transaksi keuangan.

24

Felix Oentong Soebagjo, Mediasi sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa di Bidang

Perbankan, Bahan diskusi Teratas “Pelaksanaan Mediasi Perbankan Oleh Bank Indonesia dan

Pembentukan Lembaga Independen Mediasi Perbankan, dalam http://www.bapmi.org. Diakses tanggal 27 November 2014

25

(32)

2. Sengketa yang dapat diajukan adalah sengketa yang timbul dari hasil

penyelesaian pengaduan Nasabah yang telah dilakukan oleh Bank.

3. Nasabah tidak dapat mengajukan tuntutan finansial yang diakibatkan oleh

kerugian immaterial. Yang dimaksud dengan kerugian immaterial adalah

kerugian karena pencemaran nama naik dan perbuatan yang tidak

menyenangkan.

C. Manfaat dan Tujuan Mediasi Perbankan

Bank indonesia telah menyediakan fasilitas lembaga mediasi perbankan

yang bertujuan untuk membantu para nasabah untuk dapat menyelesaikan

sengketanya kepada pihak bank. Sengeketa yang sering terjadi dalam dunia

perbankan adalah sengketa dalam persoalaan kredit, dimana permasalahan kredit

ini harus lah segera diselesaikan, karena dapat mengganggu kondisi bank tersebut.

Permasalahan sengketa diantara bank dan nasabah diaggap penting dan

harus segera diselesaikan, mediasi perbankan di harapkan dapat menyelesaikan

sengketa antara pihak bank dengan nasabah dengan cara yang cepat, sederhana,

dan biaya rinngan.

Penyelesaian sengketa melalui jalur mediasi sangat dirasakan manfaatnya,

karena para pihak telah mencapai kesepakatan yang mengakhiri persengketaan

mereka secara adil dan saling menguntungkan. Bahkan dalam mediasi yang gagal

pun, di mana para pihak belum mencapai kesepakatan, sebenarnya juga telah

merasakan manfaatnya. Kesediaan para pihak bertemu di dalam proses mediasi,

paling tidak telah mampu mengklarifikasikan akar persengketaan dan

(33)

keinginan para pihak untuk menyelesaikan sengketa, namun mereka belum

menemukan format tepat yang dapat disepakati oleh kedua belah pihak.

Model utama penyelesaian sengketa adalah keinginan dan iktikad baik

para pihak dalam mengakhiri persengketaan mereka. Keinginan dan iktikad baik

ini, kadang-kadang memerlukan bantuan pihak ketiga dalam perwujudannya.

Mediasi merupakan salah satu bentuk penyelesaian sengketa yang melibatkan

pihak ketiga.

Adapun beberapa karakteristik dari mediasi adalah sebagai berikut :

1. Interest accommodation/interest based-problem solving, penyelesaian

sengketa didasarkan pada terakomodasinya kepetingan-kepentingan

pihak-pihak yang bersengketa. Mekanisme ini lebih mengutamakan persamaan dari

pada perbedaan.

2. Voluntary and consensual, kesediaan para pihak untuk menyelesaikan

sengketa dengan menempuh melalui mediasi bersifat sukarela dan telah

disepakati oleh pihak yang bersengketa.

3. Procedural flexibility, prosedur yang ditempuh dalam proses untuk mencapai

kesepakatan bersifat informal, mudah, tidak ada suatu proses yang baku atau

standar yang harus diterapkan seperti dalam proses litigasi di pengadilan atau

arbitrase. Pada mediasi, prosedurnya ditetapkan oleh pihak-pihak yang

bersengketa dengan dibantu oleh Mediator.

4. Norm creating, penyelesaian sengketa tidak harus mengacu pada norma

hukum privat yang berlaku atau pada isi perjanjian atau kontrak yang menjadi

(34)

dapat membangun norma-norma baru yang disepakati para pihak sebagai

acuan untuk menyelesaikan sengketa mereka.

5. Person-centered, untuk dapat mencapai kesepakatan sangat tergantung dari

kemauan yang serius atau itikad baik dari para pihak untuk mencapai

kesepakatan. Kesepakatan tidak akan tercapai apabila dalam diri

masing-masing pihak masih ada keengganan untuk melanjutkan kerjasama.

6. Relationship-oriented, mekanisme mediasi dilaksanakan dalam hal para pihak

yang bersengketa masih saling menghargai atau setidaknya menilai bahwa

hubungan bisnis atau kerjasama diantara mereka masih bisa untuk dilanjutkan.

7. Future focus, mediasi berfokus untuk mencapai kesepakatan karena para pihak

memahami bahwa jika konflik terus berlanjut maka para pihak akan

mengalami kerugian.

8. Private and confidential, sengketa yang diselesaikan melalui mekanisme

mediasi adalah terutama dalam wilayah sengketa pribadi yang tunduk pada

hukum perdata atau dagang. 26

Untuk tercapainya kesepakatan dalam mediasi atau mediasi bisa dikatakan

berhasil, Garry Goodpaster mengemukakan pendapatnya bahwa syarat-syarat agar

mediasi berhasil adalah sebagai berikut :

1. Para pihak mempunyai kekuatan tawar menawar yang seimbang.

2. Para pihak menaruh perhatian terhadap kelanjutan hubungan

kerjasama dimasa depan.

3. Terdapat persoalan yang memungkinkan terjadinya pertukaran

kepentingan.

4. Terdapat urgensi atau batas waktu untuk menyelesaikan.

5. Para pihak tidak memiliki permusuhan yang berlangsung lama dan

mendalam.

6. Mempertahankan suatu hak tidak lebih penting dibandingkan

menyelesaikan persoalan mendesak.27

26

Arus Akbar Silondae, Andi Fariana Fathoeddin, Op.Cit. Hal 89-91

27

(35)

Mediasi perbankan dapat memberikan sejumlah manfaat antara lain:

1. Mediasi diharapkan dapat menyelesaikan sengketa secara cepat dan relatif

murah dibandingkan dengan membawa perselisihan tersebut ke pengadilan atau ke lembaga arbitrase.

2. Mediasi akan memfokuskan perhatian para pihak pada kepentingan

merekan secara nyata dan pada kebutuhan emosi atau psikologis mereka, sehingga mediasi bukan hanya tertuju pada hak-hak hukumnya.

3. Mediasi memberikan kesempatan para pihak untuk berpartisipasi secara

langsung dan secara informal dalam menyelesaikan perselisihan mereka.

4. Mediasi memberikan para pihak kemampuan untuk melakukan kontrol

terhadap proses dan hasilnya.

7. Mediasi mampu menghilangkan konflik atau permusuhan yang hampir

selalu mengiringi setiap putusan yang bersifat memaksa yang dijatuhkan

oleh hakim di pengadilan atau arbiter pada lembaga arbitrase.28

Tujuan dari pembentukan lembaga mediasi perbankan ini adalah agar

hak-hak nasabah dapat terpenuhi dengan baik dan setiap pihak-hak yang bersengketa dapat

mencapai kesepakatan damai antara kedua belah pihak. Terciptanya Peraturan

Bank Indonesia ini tentang Mediasi Perbankan diharapkan akan mencitptakan

iklim perbankan yang semakin kondusif.

1. Tujuan Utama

a. Membantu mencarikan jalan keluar atau alternatif penyelesaian

sengketa yang timbul diantara para pihak yang disepakati dan dapat diterima oleh pihak yang bersengketa.

b. Mencapai suatu penyelesaian masalah dan bukan kebenaran dan /

atau dasar hukum untuk diterapkan dalam suatu sengketa.

2. Tujuan Tambahan

a. Melalui proses mediasi diharapkan dapat dicapai komunikasi yang

lebih baik antara para pihak yang bersengketa.

b. Menjadikan para pihak yanng bersengketa dapat mendengar,

(36)

c. Dengan adanya pertemuan tatap muka, diharapkan dapat mengurangi rasa marah / bermusuhan antara para pihak.

d. Memahami kekurangan / kelebihan / kekurangan masing-masing,

dan hal ini diharapkan dapat mendekatkan cara pandang dari pihak-pihak yang bersengketa, menuju suatu kompromi yang dapat

diterima para pihak.29

D. Penyelesaian Sengketa Pada Perbankan Melalui Mediasi

Dalam pelaksanaan kegiatan usaha perbankan seringkali menimbulkan

perbedaan pendapat sehingga dapat terjadi sengketa antara bank dan nasabah.

Dalam kegiatan perkreditan juga tidak lepas dengan akan adanya sengketa antara

bank dan nasabah ini. Sengketa yang disebabkan debitur tidak dapat

mengembalikan uang yang dipinjamnya kepada pihak bank. Sehingga terjadi

kredit macet dan pihak bank sebagai kreditur akan mengambil langkah-langkah

hukum untuk menyelesaikan kredit macet tersebut. Namun terjadinya kredit

macet bukan hanya terjadi oleh faktor nasabah saja, tetapi juga bisa terjadi dari

pihak bank yang salah menganalisa calon debiturnya

Proses mediasi perbankan merupakan kelanjutan dari pengaduan nasabah

apabila nasabah merasa tidak puas atas penanganan dan penyelesaian yang

diberikan oleh bank, namun terjadi nya sengketa antara pihak bank dan nasabah

terkadang juga tidak hanya semata-mata ada kesalahan dari pihak bank, tetapi

juga dari pihak nasabah.

Penyelesaian sengketa antara nasabah dengan bank perlu diupayakan

secara sederhana, murah dan cepat melalui mediasi perbankan. Mediasi Perbankan

merupakan proses penyelesaian sengketa antara nasabah dengan bank yang

difasilitasi oleh Bank Indonesia, untuk mencapai penyelesaian dalam bentuk

kesepakatan sukarela.

29

(37)

Mediasi perbankan merupakan penyelesaian sengketa yang murah, cepat

dan sederhana, karena mediasi perbankan tidak memungut biaya, jangka waktu

proses mediasi yang singkat paling lama 60 hari kerja dan proses mediasi

dilakukan secara informal atau dengan cara fleksibel.30

Penyelesaian sengketa melalui mediasi juga mampu mencakup masalah

prosedural dan psikologis yang tidak mungkin diselesaikan melalui jalur hukum.

Mediasi juga memberikan pihak-pihak didalamnya memiliki kontrol yang lebih

besar terhadap hasil sengketa. Dan juga, keputusan yang dihasilkan dapat

dilaksanakan dan berlaku tanpa mengenal waktu.

Penyelesaian sengketa melalui mediasi juga mendorong terciptanya iklim

yang kondusif bagi para pihak yang bersengketa tetap dapat menjaga hubungan

kerjasama mereka yang sempat terganggu akibat adanya persengketaan diantara

mereka. Selain itu juga, putusan yang dihasilkan dari mediasi tersebut sifat nya

tidak memihak, namun bersifat sukarela yang telah disepakati dari masing-masing

pihak.

Proses penyelesaian sengketa pada perbankan melalui mediasi :

1. Sengketa yang dapat diselesaikan melalui mediasi perbankan hanya sengketa

yang menyangkut aspek keperdataan dalam transaksi keuangan nasabah pada

bank, dengan ketentuan nilai sengeketa setinggi-tingginya adalah

Rp.500.000.000.

2. Sebelum melakukan proses mediasi, pihak nasabah dan bank harus

menandatangani perjanjian mediasi yang memuat tentang kesepakatan untuk

30

(38)

memilih mediasi sebagai alternatif penyelesaian sengketa, dan persetujuan dari

kedua belah pihak untuk patuh dan tunduk pada aturan mediasi

3. Dalam mediasi akan ada pihak ketiga selaku mediator yang akan bersikap

netral, tidak memihak, memotivasi para pihak untuk menyelesaikan

sengketanya, dan tidak memberikan rekomendasi atau keputusan. Hasil dari

penyelesaian terhadap sengketa tersebut merupakan harus kesepakatan antara

pihak nasabah dengan bank.

4. Apabila telah tercapai kesepakatan,maka dituangkan secara tertulis sebagai

suatu kesepakatan bersama dan para pihak akan menandatangani akta

kesepakatan.

5. Namun apabila tidak terjadi kesepakatan, maka para pihak dapat melakukan

upaya penyelesaian lanjutan melalui arbitrase atau pengadilan.31

Dalam proses mediasi tersebut, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:

1. Nasabah yang hendak mengajukan sengketanya kepada lembaga mediasi

perbankan Bank Indonesia ini terlebih dahulu memastikan bahwa

sengketanya memenuhi syarat untuk dapat diselesaikan melalui jalur mediasi

perbanbnhkan.

2. Dokumen disampaikan secara lengkap disertai data pendukung.

3. Telah mendapatkan informasi mengenai mediasi perbankan dari bank yang

bersangkutan.

4. Mematuhi hasil kesepakatan yang tertuang dalam akta kesepakatan.

31

(39)

E. Pengaturan Hukum Mengenai Mediasi Perbankan

Mengenai alternatif penyelesaian sengketa di luar pengadilan, antara lain

diatur dalam arbitrase dan mediasi seperti yang diatur dalam UU No. 30 tahun

1999. Pengaturan mediasi di pengadilan diatur dalam PERMA No. 2 tahun 2003.

Mediasi diatur dalam UU No.4 tahun 2004 pasal 16 ayat (2) tentang

kekuasaan kehakiman yang berbunyi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) tidak menutup usaha penyelesaian perkara perdata dengan cara perdamaian.

UU No. 30 tahun 1990 tentang arbitrase dan alternatif penyelesaian sengketa,

yang lebih memperjelas keberadaan lembaga mediasi sebagai lembaga alternatif

penyelesaian sengketa. Sedangkan Mediasi Perbankan diatur dalam PBI No.

8/5/PBI/2006. 32

Sesuai dengan pasal 3 ayat 1 PBI No.8/5/PBI/2006, yang membentuk

lembaga mediasi perbankan independen adalah asosiasi perbankan. Asosiasi

perbankan yang membentuk lembaga mediasi perbankan independen dapat terdiri

dari gabungan asosiasi perbankan untuk menjaga indepedensinya. Bank Indonesia

harus mewajibkan seluruh bank untuk menjadi anggota dari lembaga mediasi

perbankan. Agar mempunyai kekuatan hukum yang mengikat, maka Bank

Indonesia perlu membuat PBI tentang kewajiban Bank menjadi anggota lembaga

mediasi.

Dalam lembaga mediasi harus ada mediator independen yang dapat

memberikan saran sesuai dengan profesinya masing-masing, misalnya apabila ada

sengketa antara nasabah dengan bank, maka harus ada mediator yang ahli dalam

bidang perbankan.33

32

Muhammad Djumhana Hukum Perbankan di Indonesia, Citra Aditya Bakti ,Bandung 2006, Hal. 343

33

(40)

Pembentukan mediasi perbankan diharapkan akan memberikan nilai

positif baik bagi nasabah maupun bank, seoerti terciptanya keseimbangan

hubungan antara posisi nasabah dengan bank.34

Keberadaan Lembaga Mediasi Perbankan di Indonesia telah

disosialisasikan melalui Peraturan Bank Indonesia No.8/5/PBI/2006, tanggal 30

Januari 2006 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia No.

10/1/PBI/2008 tentang Mediasi Perbankan dan Surat Edaran No. 8/14/DPNP

tanggal 1 Juni 2006, sehingga bank-bank di Indonesia telah dapat

menginformasikan kepada masyarakat umum dan juga nasabahnya tentang Bank

Indonesia yang menjalankan fungsi Mediasi Perbankan sebagai sarana yang

sederhana, murah, cepat dalam hal penyelesaian sengketa antara pihak nasabah

dan bank.35

Pengajuan penyelesaian sengketa yang dimaksud dapat disampaikan

kepada Bank Indonesia oleh Nasabah atau Perwakilan Nasabah dengan

persyaratan sebagai berikut :

1. Sengketa yang dapat diajukan adalah sengketa keperdataan yang timbul

dari transaksi keuangan.

2. Sengketa yang dapat diajukan adalah sengketa yang timbul dari hasil

penyelesaian pengaduan nasabah yang telah dilakukan oleh bank.

3. Nasabah tidak dapat mengajukan tuntuan finansial yang diakibatkan oleh

kerugian immaterial. Yang dimaksud dengan kerugian immaterial antara

lain adalah karena pencemaran nama baik dan perbuatan tidak

(41)

4. Nilai tuntutan finansial diajukan dalam mata uang rupiah dengan jumlah

maksimal adalah Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Jumlah

tersebut dapat berubah kumulatif dari kerugian karena penundaan atau

tidak dapat dilaksanakan transaksi keuangan nasabah dengan pihak lain,

dan atau biaya-biaya yang telah dikeluarkan nasabah untuk mendapatkan

penyelesaian sengketa.

5. Batas waktu pengajuan adalah paling lambat 60 hari kerja, yang dihitung

sejak tanggal surat hasil penyelesaian pengaduan nasabah dari bank.

6. Nasabah mengajukan penyelesaian sengketa kepada lembaga Mediasi

Perbankan secara tertulis dengan menggunakan formulir terlampir atau

dibuat sendiri oleh nasabah dan dilengkapi dokumen pendukung antara

lain :

a. Foto copy surat hasil penyelesaian pengaduan yang diberikan Bank

kepada Nasabah.

b. Foto copy bukti identitas Nasabah yang masih berlaku.

c. Surat pernyataan yang ditandatanganii diatas materai yang cukup

bahwa sengketa yang diajukan tidak sedang dalam proses atau telah

mendapatkan keputusan dari lembaga arbitrase, peradilan, atau

lembaga mediasi lainnya dan belum pernah diproses dalam Mediasi

Perbankan yang difasilitasi oleh Bank Indonesia.

d. Foto copy dokumen pendukung yang terkait dengan sengketa yang

diajukan.

e. Foto copy surat kuasa, dalam hal pengajuan penyelesaian sengketa

(42)

f. Formulir yang telah diisi dan dilengkapi dokumen pendukung

disampaikan kepada Bank Indonesia yang berada di Jakarta bidang

Direktorat Investigasu dan Mediasi Perbankan.36

36

(43)

BAB III

TINJAUAN UMUM MENGENAI KREDIT PERBANKAN

A. Struktur Organisasi Bank Sumut

Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara didirikan pada tanggal 4

November 1961 dengan Akte Notaris Rusli Nomor 22 dalam bentuk Perseroan

terbatas dengan nama BPDSU. Pada tahun 1962 berdasarkan Undang-Undang

Nomor 13 tahun 1962 tentang ketentuan pokok Bank Pembangunan

DaerahTingkat 1 Sumatera Utara Nomor 5 tahun 1965.

Modal dasar pada saat itu sebesar Rp.100.000.000 dan sahamnya dimiliki

oleh Pemerintah Daerah Tingkat II se-Sumatera Utara. Pada tanggal 16 April

1999, berdasarkan Peraturan Daerah Tingkat I Sumatera Utara No. 2 tahun 1999

bentuk badan dirubah kembali menjadi perseroan terbatas dengan nama Bank

Sumut. Perubahan tersebut ddituangkan dalam Akte Pendirian Alina Hanum

Nasution SH, dan telah mendapat pengesahan dari menteri Kehakiman Republik

Indonesia berdasarkan surat keputusan No. C-8224 HT.01.01.TH.99 tanggal 5

Mei 1999, serta diumumkan dalam berita Negara Republik Indonesia Nomor 54

tanggal 6 Juli 1999.

PT. Bank Sumut merupakan bank non devisa yang kantor pusatnya di

jalan Imam Bonjol No. 18 Medan. Adapun Visi daripada Bank Sumut yaitu

menjadi bank andalan untuk membantu mendorong pertumbuhan perekonomian

dan pembangunan daerah disegala bidang serta sebagai salah satu sumber

pendapatan daerah dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. 37

37

Wawancara dengan Bapak Ikhwan Simanjuntak, Divisi Penyelamatan Kredit (DPK), Kantor Pusat Bank Sumut, pada tanggal 18 Maret 2015.

(44)

Dalam menjalankan kehidupannya, PT. Bank Sumut telah berusaha untuk

mewujudkan visinya dengan cara memberikan bantuan kepada masyarakat yang

kurang mampu berupa bantuan beasiswa kepada anak yatim, bantuan kepada

anak-anak yang berada di panti asuhan, bantun kepada orang tua yang berada

dipanti jompo, bantuan kepada fakir miskin serta turut berpartisipasi dalam

pembangunan rumah ibadah dan kegiatan akademis, ibadah dan kegiatan

kemasyarakatan lainnya.

Misi daripada Bank Sumut ini yakni mengelola dana pemerintah dan

masyarakat secara profesional yang didasarkan pada prinsip-prinsip compliance

dan budaya dari perusahaan ini adalah yakni ingin memberikan pelayanan yang

terbaik bagi seluruh nasabahnya.38

PT. Bank Sumut berfungsi sebagai alat kelengkapan otonomi daerah

dibidang perbankan. PT. Bank Sumut sebagai penggerak dan pendorong lajunya

pembangunan di daerah, dan bertindak sebagai pemegang kas daerah yang

melaksanakan peenyimpanan uang daerah serta sebagai salah satu sumber

pendapatan asli daerah dengan melakukan kegiatan usaha sebagai Bank umum

seperti yang dimaksudkan pada Undang-Undang Nomor. 7 tahun 1992, tentang

perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun

1998.

Perorganisasian adalah suatu aktivitas yang menghasilkan suatu struktur

organisasi. Organisasi adalah sarana untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh

orang-orang yang bekerja didalamnya. Struktur adalah susunan dari suatu bidang

pekerjaan yang akan diduduki sesuai dengan keahlian masing-masing. Jadi

38

Referensi

Dokumen terkait

Dalam perjanjian kredit banyak masalah-masalah yang akan timbul dan juga berbagai cara menyelesaikan masalah tersebut baik dari pihak bank maupun dari pihak pemohon atau kreditur,

Sedangkan dalam PBI Nomor 8/5/PBI/2006 Tentang Mediasi Perbankan, Sengketa perbankan yang tidak dapat diselesaikan dengan mekanisme pengaduan nasabah, dapat diselesaikan

Keunikan penjualan secara lelang adalah bahwa dalam penjualan tersebut pihak yang akan mengadakan perjanjian ( pihak pembeli ) tidak dapat ditunjuk sebelumnya. Mengingat adanya

Sengketa Dibidang Perbankan ”, Bahan Diskusi Terbatas Pelaksanaan Mediasi Perbankan Oleh Bank Indonesia dan Pembentukan Lembaga Independen Mediasi Perbankan,

Tujuan mediasi adalah untuk (1) menghasilkan suatu rencanaatau kesepakatan ke depan yang dapat diterima dan dijalankan oleh para pihak yang bersengketa, (2)

Dalam perjanjian kredit banyak masalah-masalah yang akan timbul dan juga berbagai cara menyelesaikan masalah tersebut baik dari pihak bank maupun dari pihak pemohon atau kreditur,

PBI Nomor 8/ 21/ PBI/ 2006 tgl 5 Oktober 2006 tentang Evaluasi Mutu Aktiva Bank Universal Yang Melakukan Aktivitas Usaha Bersumber pada Prinsip Syariah, Pasal 1 butir

Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/1/PBI/2008 tentang Mediasi Perbankan, perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/5/PBI/2006, maka yang dimaksud dengan Mediasi Perbankan