• Tidak ada hasil yang ditemukan

teori akuntansi 008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "teori akuntansi 008"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBAHASAN

2.1. TEORI AKUNTANSI

Pada awal dipraktekkannya akuntansi bahkan sampai beberapa tahun kemudian tidak ada teori akuntansi. Selama tidak adanya struktur teori akuntansi formal, maka yang terjadi adalah banyaknya alternative metode pencatatan yang berlaku dalam praktek sehingga menimbulkan kebingungan masyarakat. Vernon Kam (1986) mengemukakan fungsi dari adanya teori akuntansi sebagai berikut :

1. Menjadi pegangan bagi lembaga penyusun standar akuntansi menyusun standarnya. 2. Memberikan kerangka rujukan untuk menyelesaikan masalah akuntansi dalam hal

tidak adanya standar resmi.

3. Menentukan batas dalam hal melakukan “judgement” dalam penyusunan laporan keuangan.

4. Meningkatkan pemahaman dan keyakinan pembaca laporan terhadap informasi yang disajikan laporan keuangan.

5. Meningkatkan kualitas dapat diperbandingkan.

Sedangkan hendriksen (1982) mengemukakan kegunaan teori akuntansi sebagai berikut : 1. Memberikan kerangka rujukan sebagai dasar untuk menilai prosedur dan praktek

akuntansi

2. Memberikan pedoman terhadap praktek dan prosedur akuntansi yang baru.

Teori adalah susunan konsep, definisi, dan dalam menyajikan pandangan yang sistematis, fenomena dengan menunjukkan hubungan antara variable yang satu dengan yang lain dengan maksud untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.

Webster’s Third New International Dictionary mendefinisikan teori sebagai suatu susunan yang saling berkaitan tentang hipotesa, konsep, dan prinsip pragmatis yang membentuk kerangka acuan untuk bidang yang dipertanyakan.

McDonald memberikan tiga elemen teori :

1. Membuat kode sebagai symbol fenomena. 2. Mengkombinasikannya sesuai dengan peraturan.

3. Menerjemahkannya ke dalam fenomena yang sebenarnya terjadi.

Vernon Kam (1986) menganggap bahwa teori akuntansi adealah suatu system yang komprehensif, dimana termasuk postulat dan teori yang berkaitan dengannya. Dia membagi unsur teori dalam beberapa elemen, yaitu postulat atau asumsi dasar, definisi, tujuan akuntansi, prinsip atau standar, dan prosedur atau metode-metode.

(2)

teori adalah penjelasan, tetapi tidak semua penjelasan itu teori. Teori adalah penjelasan yang sistematik dan scientific. Dia menambahkan bahwa teori memiliki tiga dimensi, yaitu : 1. Reductnionism yang berarti bahwa teori itu di mulai dari asumsi-asumsi dimana teori itu

tidak langsung merujuk ke obyek yang diobservasi (yang dipersepsikan) dan bukan pula pernyataan yang dapat diuji kebenarannya. Tetapi dia merupakan bahan rujukan untuk mengamati fenomena dan sejenis alat yang lebih cepat dapat dirujuk ke fenomena yang diamati.

2. Instrumentalism yang berarti bahwa teori adalah sebuah instrument atau alat menghitung yang akan digunakan untuk menilai pernyataan tentang suatu observasi. Disini peranan teori adalah menjelaskan dan meramalkan.

3. Realism yang berarti bahwa teori adalah sekumpulan proposisi atau dalil yang merupakan pernyataan atau kebenaran atau ketidakbenaran tentang dunia nyata, fenomena, atau obyek.

Eldon S. Hendriksen (1970) mengutip definisi Eric I. Kohler, sepakat menerima definisi teori sebagai:

“suatu set proporsi termasuk aksioma, teorema bersama definisi dan peraturan, kesimpulan formaldan informal yang diarahkan untuk menjelaskan suatu gabungan fakta atau kelompok kegiatan yang kongkret atau yang abstrak.”

Sedangkan menurut hendriksen sendiri teori adalah satu set susunan hipotesa, konsep dan prinsip pragmatis yang membentuk kerangka umum referensi untuk suatu bidang yang dipertanyakan. Sedangkan teori akuntansi didefinisikan sebagai alasan yang logis dalam bentuk suatu set prinsip yang luas yang (1) memberikan kerangka umum dari rujukan di mana prinsip akuntansi dapat di nilai, (2) pedoman pengembangan praktek dan prosedur yang baru. Teori akuntansi bisa juga menjelaskan pratek yang berlaku saat ini dan mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang praktek tersebut. Tujuan utama dari teori akuntansi adalah memberikan suatu set prinsip yang logis yang saling terkait yang membentuk kerangka umum sebagai rujukan untuk menilai dan mengembangkan praktek akuntansi yang baik.

Godfrey dkk (1992) menyatakan bahwa teori dapat didefinisikan dalam berbagai cara misalnya, teori adalah system deduktif yaitu berupa pernyataan yang mengurangi generalisasi, yang lain menganggap bahwa teori adalah suatu susunan ide yang digunakan untuk menjelaskan sesuatu. Teori bisa juaga secara sederhana dijelaskan sebagai alasan logis yang mendasari suatu pernyataan keyakinan. Apakah teori diterima atau di tolak tergantung pada kemampuannya meramalkan realitas, kemampuannya menjelaskan pratek akuntansi, dan kemampuannya menjadi dasar pengembangan paraktek akuntansi tersebut. Dari beberapa definisi ini dapat di simpulkan bahwa akuntansi memiliki teori akuntansi.

(3)

Teori ini merupakan kristalisasi dari fenomena empiris yang terjadi yang digambarkan dalam bentuk dali-dalil yang disimpilkan dari fenomena dan disajikan dalam bentuk kalimat-kalimat pendek yang berlaku secara umum. Teori biasanya diambil dari berbagai riset demi riset sehingga sampai pada suatu kesimpulan yang dapat berlaku unruk semua, universal, logis, konsisten, dapat diramalkan, obyektif. Obyek penelitianadalah fenomena social dan ekonomi. Fenomena ini dikaji, diteliti dan lahirlah suatu kesimpilanatau tesa, dari riset dan kesimpulan lain ditemukan anti tesa dan lahirlah sintesa sehingga mengkristal menjadi teori yang selanjutnya akan dikaji berulang kali. Sepanjang suatu teori dapat mempertahankan diri darikritikan dan verifikasi, maka dia tetap menjadi teori yang confirm dan masih berlaku. Memang poper memperkenalkan pandangan “Falsification View” menurut pandangan ini apapun yang dilakukan dalam dunia ilmiah tidak akan mampu memberikan pernyataan absolute karenaapa yang bisa dilakukan peneliti atau ilmuwan hanya percobaan demi prcobaan, trial and error, pengujian hipotesa. Suatu teori bisa benar pada waktu kurun tertentu dan belum tentu benar pada kurun waktu yang lain. Menurut Lee D. Parker hanya “allah knows the true”. Hanya tuhan yang mengetahui yang benar, peneliti hanya mampu mendekati kebenaran hakiki itu. Menurut Poper apa yang bisa dilakukan teori adalah menolak atau menunjukkan hipotesa atau teori yang salah. Kita hanya mampu membuktikan bahwa hipotesa, pernyataan atau teori ini salah. Ini berarti bahwa pencarian teori itu melalui proses demi proses (refinement). Suatu teori mungkinbenar untuk keadaan tertentu bukan pada keadaan lain. Sejalan dengan pendapat ini maka Imre Lakatos membagi dua unsur ilmu yaitu: 1)Negative heuristic yang merupakan Inti utama penelitian yang menjelaskan asumsi dasar dari suatu Ilmu. Unsure ini tidak bisa difalsifikasi, ia adalah bersifat dogmatic yang harus diterima kebenarannya.

2)Positive heuristic merupakan “bumper” atau “belt” yang melingkungi “hard core” tadi. Ini yang terkena falsifikasi dan ini yang menjadi obyek riset para ilmuwan.

Kemudian muncul Kuhnian paradigm atau disebut juga ”disciplinary matrics”. Menurut Kuhn (1970) teori ilmiah dan perkembangan ilmu memiliki sifat revolusi artinya terjadi proses yang terus menerus untuk mengubah suatu teori yang tidak sesuai lagi (incompatible) dan menggantinyadengan teori yang lain. Menurut Kuhn siklus ilmu itu dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Pre-science, di sini tidak ada ide atau ilmu yang umum. 2. Perkembangan berbagai pemikiran (school of thoght) 3. Munculnya paradigm yang dominan.

(4)

Setelah krisis ilmu terjadi maka proses kembali ke awal, munculnya berbagai perkembangan pemikiran (nomor 2).

[image:4.595.47.514.212.443.2]

Kalau berbicara mengenai teori akuntansi maka yang dimaksudkan adalah kristalisasi fenomena yang dituangkan dalam bentuk kalimat-kalimat (preposition) yang disimpulkan dari fenomena interaksi bisnis etities dan pemakai laporan keuangan.

Gambar 1.1 Revolusi Kuhnian

Berdasarkan pernyataan ini maka semestinya teori itu harus melihat dan menyesuaikan diri dengan perkembangan dan evolusi dari interaksi pemakai laporan keuangan dan situasi bisnis. Pemakai laporan keuangan menentukan tujuan laporan keuangan. Mereka inilah yang diminta pendapatnya untuk apa mereka mengganakan laporan keuangan. Dari pendapat ini para ahli merumuskan postulat, konsep, prinsip dasar, dan akhirnya dapat dijabarkan tehknik pencatatan akuntansi.

Hubungan antara pemakai laporan keuangan, fenomena social, prinsip akuntansi serta teori akuntansi dapat di lihat dari gambar sebagai berikut :

Pre-Science

Pengembangan Berbagai Pemikiran (School of Thought) Krisis

Anomali

(5)
[image:5.595.184.390.74.262.2]

Gambar 1.2 Hubungan Pemakaian Laporan Keuangan Teori Akuntansi dan Fenomena Sosial

2.2. TEORI DAN PEMBUAT KEBIJAKAN AKUNTANSI

Teori akuntansi berkaitan erat dengan penyusunan kebijaksanaan akuntansi. Teori bersama faktor politik dan kondisi dan sistem ekonomi akan menentukan pembuatan kebijakan akuntansi.Hubungan itu dapat dilihat dari gambar sebagai berikut :

Gambar 1.3 Lingkungan Akuntansi Keuangan Laporan

Prinsip Pemakai Laporan

Teori Akuntansi

Fenomena Sosial

Faktor

Pembuatan Kebijaksanaan

Akuntansi

Praktik

Pemakaian Data Akuntansi dan

Kondisi Teori

Fungsi Audit

Kesesuaian praktik dengan Prinsip Akuntansi (Fungsi Arus Utama

[image:5.595.104.546.486.699.2]
(6)

Dari gambar di atas jelas kita lihat bahwa dalam penyusunan kebijaksanaan akuntansi yang akan dijadikan sebagai dasar dalam praktek atau tehnik akuntansi di pengaruhi oleh berbagai faktor antara lain :

1. Teori Akuntansi 2. Faktor politik 3. Kondisi ekonomi

Hal ini membuktikan bahwa kita harus mempelajari teori akuntansi untuk dapat merumuskan kebijaksanaan yang tepat.

Lambat atau cepat,struktur akuntansi mestinya mengikuti evolusi perkembangan masyarakat. Perkembangan itu tentu akan mempengaruhi konsep,postulat akuntansi,prinsip dasar akuntansi,dan akhirnya tehnik ( metode pencatatan) akuntansi. Biasanya postulat, konsep, dan prinsip dasar akuntansi lebih bersifat jangka panjang dibandingkan dengan penggunaan teknik atau prosedur pencatatannya. J

ika kita lihat struktur ini maka wilayah teori akuntansi itu mencakup perumusan postulat, konsep, prinsip dasar, dan tehnik dasar akuntansi.

Kenyataan ini telah digambarkan dalam APB statement Nomor 4 sebagai berikut :

Prinsip akuntansi yang berlaku sekarang adalah merupakan hasil evolusi yang diperkirakan akan terus berlaku seterusnya.Perubahan bisa saja terjadi pada tingkat metode pancatatan (GAAP).GAAP ini berubah sebagai respon terhadap perubahan ekonomi dan kondisi sosial,teknologi dan ilmu pengetahuan baru,permintaan para pemakai laporan keuangan yang mengharapkan informasi yang lebih bermanfaat.Sifat dinamis akuntansi kauangan itu dalam merespon perubahan keadaan menambah kegunaan informasi yang di sajikan.

Perubahan ini tentu tidak bisa dilaksanakan begitu saja.Perubahan harus dilakukan berdasarkan prinsip dalam kerangka teori akuntansi dan disiplinnya sendiri.disinilah hubungan antara teori akuntansi dengan prinsip akuntansi (GAAP) itu Teori ini harus debatable, refutable, arguable, justifiable, terhadap kritik dan argumen baru yang di ungkapkan masyarakat. Proses ini di sebut dengan proses verivication theory,Teori yang tidak memiliki sifat itu maka rumusan prinsip yang dilahirkan akan rapuh.

Teori akuntansi oleh karenanya harus lahir dari proses kontruksi teori dan sekaligus verifikasi teori .Jika suatu teori tidak dapat bertahan pada proses verifikasi maka teori harus diganti dengan teori yang lebih baik ukurannya pada akhirnya kembali pada respon yang diberikan masyarakat pada output akuntansi itu. Committe on Accounting theory and verifikation mengungkapkan pendapatnya dalam konteks ini sebagai berikut :

(7)

harus dicari teori batu atau modifikasi terhadap teori lama.Tujuan penyusunan teori baru dan modifikasi teori lama adalah upaya mengubah anomalies menjadi confirm atau anggapan fenomena yang terjadi sesuai dengan kejadiannya.”

Teori akuntansi akan dapat bermanfaat apabila rumusan teori itu dapat dijadikan sebagai alat untuk meramalkan apa yang akan diharapkan mungkin terjadi dimasa yang kan datang. Kalau demikian halnya maka mestinya setiap negara harus memiliki dan merumuskan teori akuntansinya sendiri yang disimpulkan dari kondisi dan fenomena ekonomi sosial yang dimilikinya.Bukan mengambil alih sepenuhnya dari susunan teori akuntansi negara lain. Hadibroto (Media Akuntansi 1988) menekankanpentingnya teori akuntansi. Menurut beliau ada sinyalemen yang berkembang yang menggangap bahwa seolah teori akuntansi tidak di butuhkan.Alasan yang mendasarri pemikiran ini adalah bahwa akuntansi bukanlah merupakan suatu disiplin ilmu yang dapat menjelaskan semua gejala-gejala akuntansi dalam prakteknya. Akuntansi bersifat teknis prosedural dia sama seperti mesin saja tidak memerlukan kreasi-kreasi atau inisiatif baru.

Pandangan ini adalah keliru,apa yang terdapat dalam aliran Positive Accounting Theory yang di pakai oleh watts dan zimmerman misalnya menjelaskan bahwa teori bukan aturan untuk memilih antara prosedur akuntansi yang satu dengan yang lainnya. Misalnya memilih prosedur yang lebih mencerminkan proses ”matching”pendapatan dan beban. Akan tetapi lebih luas.Teori akuntansi dapat memberikan penjelasan mengenai praktek akuntansi, menjawab dan menjelaskan semua fenomena yang melatar belakangi penerapan suatu metode dalam praktek akuntansi. Misalnya, mengapa perusahan yang satu menggunakan metode depresiasi di percepat (Accelerated Depreciation)sedangkan perusahan lain menggunakan metode garis lurus.

Teori dapat didefinisikan sebagai hasil pemikiran yang berdasarkan metode ilmiah atau logika. Teori terdiri dari dua bagian yaitu:

1. Asumsi-asumsi termasuk definisi variabel-variablenya dan logika yang menghubungkan antar variabel tersebut.Asumsi-asumsi, definisi logika dipergunakan untuk mengatur, menganalisa, memahami, gejala empiris yang menjadi perhatian.

2. Himpunan hipotesa-hipotesa yang penting. Sedangkan hipotesa merupakan anggapan awal dari sebuah fenomena atau masalah yang akan dianalisa.Tujuan teori akuntansi adalah menjelaskan dan meramalkan praktek akuntansi.

Teori akuntansi dapat menjelaskan mengapa perusahaan lebih cenderung menggunakan metode LIFO daripada FIFO. Teori akuntansi akan dapat memprediksi atau menemukan gejala akuntansiyang belum diketahui. Misalnya teori akuntansi dapat memberikan hipotesa mengenai sifat – sifat perusahaan yang menggunakan metode LIFO dibandingkan dengan menggunakan FIFO.

(8)

positif dan dewasa ini berkembang ke arah Teori Akuntansi interpretatif. Dimana masing-masing dalam menyusun teori tersebut terdapat berbagai pendekatan. Misalnya dalam teori akuntansi positif dilakukan pendekatan ekonomi dan perilaku (behavior)

2.3. SIFAT TEORI AKUNTANSI

Dari penjelasan maka teori akuntansi dapat kita rumuskan sebagai berikut :

Teori akuntansi adalah suatu konsep definisi dalil yang menyajikan secara sistematis gambaran fenomena akuntansi yang menjelaskan hubungan antara variabel dengan variabel lainnya dalam struktur akuntansi dengan maksud dapat menjelaskan dan meramalkan fenomena yang mungkin muncul

Hendriksen menilai teori akuntansi sebagai satu susunan prinsip umum akan dapat : 1. Memberikan kerangka acuan yang umum dari mana praktek akuntansi dinilai.

2. Teori akuntansi yang dirumuskan tidak akan mampu mengikuti perkembangan ekonomi, sosial, teknologi dan ilmu pengetahuan yang demikian cepat.

Oleh karena itu tepatlah kesimpulan ahmed belkaoui yang menyatakan bahwa tidak ada teori akuntansi yang lengkap apada setiap kurun waktu. Oleh karena itu teori akuntansi harus juga mencakup semua literatur akuntansi yang memberikan pendekatan yang berbeda-beda satu sama lain. Senada dengan kesimpulan ini American Accounting Association’s Committe On Concepts and Standard For External Reports yang menyebutkan bahwa :

1. Tidak ada teori akuntansi keuangan yang lengkap yang mencakup dan memenuhi keinginan semua keadaan dan waktu dengan efektif oleh karenanya.

2. Di dalam literatur akuntansi keuangan yang ada bukan teori akuntansi tetapi kumpulan teori yang dapat dirumuskan mengatasi perbedaan-perbedaan persyaratan yang diinginkan para pemakai laporan keuangan.

(9)

2.4. PERIODISASI TEORI AKUNTANSI

Godfrey dkk (1992) membuat periodisasi teori akuntansi sebagai berikut: 1. Pre-theory period (1492-1800)

Peragalo mengemukakan bahwa tidak ada teori akuntansi yang dirumuskan sejak Pacioli sampai pada awal abad ke-19. kalaupun ada saran-saran atau pertanyaan-pertanyaan belum dapat digolongkan sebagai teori atau pernyataan yang sistematis.

2. General scientific period (1800-1955)

Dalam periode ini sudah ada pengimbangan teori yang penekanannya baru berupa penjelasan terhadap praktek akuntansi. Di sini sudah ada kerangka kerja untuk menjelaskan dan mengembangkan praktek akuntansi. Akuntansi dikembangkan berdasarkan metode empiris yang mengutamakan pengamatan atas kenyataan sehari-hari atau realitas bukan didasarkan pada logika. Laporan AAA ”A Tentative Statement of Accounting Principles Affecting Corporate Reports pada tahun 1938 serta laporan AICPA tentang A Statement of Accounting Principle (Sanders, Hatfield dan Moore) merupakan dua contoh perumusan teori akuntansi berdasarkan metode empiris atau disebut era general scientific ini.

3. Normative period (1956-1970)

Dalam periode ini perumus teori akuntansi mencoba merumuskan “norma-norma” atau “praktek akuntansi yang baik”. Kalau dalam periode sebelumnya menekankan kepada ”APA” yang terjadi dalamperiode ini ”Bagaimana seharusnya” dilakukan, ”What should be”. Pada periode ini muncul kritik terhadap konsep ”historical cost” dan pendukung adanya ”conceptual framework”. Beberapa terbitan laporan pada era ini adalah: An Inquiry into the Nature of Accounting oleh Goldberg yang diterbitkan pada tahun 1965, AAA menerbitkan A Statement of Basic Accounting Theory.

4. Specific Scientific Period (1970-sekarang)

Periode ini disebut juga “positive era”. Di sini teori akuntansi tidak cukup hanya dengan sifat normatif tetapi harus bisa diuji kebenarannya. Norma dinilai subyektif jadi harus diuji secara positif. Pendekatan normatif dikritik karena:

(1) teori normatif tidak melibatkan pengujian hipotesa. (2) teori normatif didasarkan pada pertimbangan subyektif.

(10)

adalah untuk menerangkan dan meramalkan praktek akuntansi. Salah satu contoh dalam penggunaan teori positif ini adalah hipotesa ”bonus plan”. Hipotesa ini menunjukkan bahwa manajemen yang remunerasinya didasarkan pada bonus maka mereka akan berusaha memaksimasi pendapatannya melalui pendekatan akuntansi yang dapat menaikkan laba sehingga bonusnya tinggi. Dalam penyusunan laporan keuangan manajemen tentu akan memilih standar akuntansi yang dapat menaikkan laba atau bonus mereka. Teori ini akan dapat menjelaskan atau memprediksi prilaku manajemen dalam mana bonus plan diberlakukan. Watts dan Zimmerman pendukung konsep ini dalam bukunya Positive Accounting Theory menyatakan bahwa keuntungan pendekatan ini adalah bahwa regulator bisa meramalkan konsekuensi ekonomis dari berbagai kebijakan atau praktek akuntansi. Menurut Godfrey dkk pada akhir-akhir ini ada kecenderungan munculnya perbedaan antara Riset Academics dan Riset Profesional yang sebelumnya dinilai seragam. Riset Academics tetap dalam pendekatan positif yang umumnya menekankan pada peran dan pengaruh informasi akuntansi sedangkan Profesional agak condong pada pendekatan normatif yang umumnya menekankan upaya untuk menyeragamkan praktek akuntansi agar lebih bermanfaat bagi praktisi.

2.5. METODE PERUMUSAN (KONSTUKSI)

Dalam literatur kita akan bingung menemukan berbagai penggolongan dan istilah yang beragam untuk menjelaskan metode perumusan ini serta serta sifat dan tata caranya. Kita akan mencoba merangkum berbagai pendapatan ini sehingga dapat menggambarkan metode yang terdapat dalam literatur.

Merumuskan teori akuntansi mesti memiliki metode. Dari berbagai pendapat dan praktek, Belkaoui dan Godfrey mengemukakan dalam literatur dikenal beberapa metode:

1. Metode Deskriftif (pragmatic) yaitu teori akuntansi mencoba menjawab pertanyaan ”APA”. Dalam metode ini akuntansi dianggap sebagai seni yang tidak dapat dirumuskan dan karenanya metode perumusan teori akuntansi harus bersifat menjelaskan atau descriptive. Dia menjelaskan dan menganalisa praktek yang ada dan diterima sekarang. Di sini diamati perilaku akuntan dalam berhubungan dengan prinsip akuntansi yang berlaku. Metode ini disebut juga deskriptive accounting atau deskriptive theory of accounting. Beberapa contoh prinsip akuntansi yang menggunakan metode ini adalah buku Paul Grady: Inventory of General Accepted Accounting Principle for Business En terprises, APB Statement No. 4, Skinners and Ijiri.

(11)

3. Metode Normatif (1950-1960) yaitu teori akuntansi mencoba menjawab pertanyaan ”APA YANG SEMESTINYA”. Di sini akuntansi dianggap sebagai norma peraturan yang harus diikuti tidak peduli apakah berlaku atau dipraktekkan sekarang atau tidak. Metode ini disebut juga normative accounting research atau normative theory of accounting. Metode ini berguna dalam hal membahas isu “true income” dan “decision usefulness”. Metode ini diatur antara lain oleh: Moonitz, Sprouse and Moonitz, A Statement of Basic Accounting Theory (ASOBAT) dari AAA, Edward and Bell, Chambers.

4. Metode Positive (1970an) yaitu suatu metode yang diawali dari suatu teori atau model ilmiah yang sedang berlaku atau diterima umum. Berdasarkan teori ini maka dirumuskan problem penelitian untuk mengamati perilaku atau fenomena nyata yang tidak ada dalam teori. Kemudian dikembangkan teori untuk menjelaskan fenomena tadi dan dilakukan penelitian secara terstuktur dan peraturan yang standar dengan melakuklan perumusan masalah, penyusunan hipotesa, pengumpulan data dan pengujian statistik ilmiah. Sehingga diketahui apakah hipotesa yang dirumuskan diterima atau tidak.

Para pendukung ini menyebut metode inilah yang digolongkan sebagai ”ilmiah” karena menggunakan peraturean yang terstruktur dan data empiris yang objektif dan model statistik matematik yang bersifat logik. Dalam penggolongan lain disebut metode kuantitatif (Quantitatif Research). Namun bukan berarti metode ini tidak mendapatkan kritik. Disamping metode kuantitatif ini dibuat juga penggolongan lain yaitu metode kualitatif (Qualitatif Research). Metode kualitatif tidak harus didasarkan pada model yang terstruktur dan analisa yang menggunakan matematik atau statistik. Disamping penggolongan berdasarkan kuantitatif dan kualitatif ada juga penggolongan Scientific Research dan Naturalistic Research. Scientific disamakan dengan positive atau quantitative sedangkan Naturalistic disamakan dengan metode kualitatif.

2.6. PENDEKATAN DALAM PERUMUSAN TEORI

Teori adalah rumusan yang direduksi dari kenyataan atau praktek. Menurut Godfrey dkk (1992) dalam mengaitkan antara teori (dunia abstrak) dan kenyataan (dunia pengalaman) dikenal 3 hubungan dalam struktur teoritis:

1. Syntactis

Di sini teori itu dirumuskan dalam bentuk hubungan logis. Hubungan itu dirumuskan dalam bentuk aturan seperti aturan bahasa (grammar), aturan matematik dan sebagainya. Biasanya rumusan teori menggunakan sylogism yang memberikan hubungan logis. Sylogism tidak dimaksudkan menyatakan kebenaran tetapi hanya hubungan logis, seperti:

Premis 1: seluruh perkiraan aktiva bersaldo debet Premis 2: Biaya Sewa bersaldo debet

(12)

Rangkaian premis dan kesimpulan di atas itu merupakan bahasa teori dalam permainan logika. Tidak seluruhnya stuktur silogisme itu bisa menjamin kebenaran. Syntactis hanya menggambarkan dunia kenyataan dalam bentuk bahasa ilmiah atau teori.

2. Semantic

Di sini teori menghubungkan konsep dasar dari suatu teori ke obyek nyata. Hubungan ini dituangkan dalam bentuk aturan yang sesuai atau definisi operasional. Semantic menyangkut hubungan kata, tanda atau simbol dari kenyataan. Sehingga teori ini lebih mudah dipahami, realistik dan berarti. Misalnya Kesamaan akuntansi Aktiva = Utang + Modal.

3. Pragmatic

Tidak semua teori memiliki aspek pragmatis. Di sini hubungan pragmatis itu berkaitan dengan pengaruh kata-kata, simbol terhadap manusia. Akuntansi dianggap memiliki kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang. Teori akuntansi dianggap harus bermanfaat bagi pengambil keputusan sehingga informasi akuntansi juga harus sesuai dengan kebutuhan para pengambil keputusan ini.

Teori harus mampu merumuskan kebenaran sehingga teori ini harus terus-menerus diuji dan diverifikasi. Ada 3 kriteria atau pihak atau sumber yang memiliki wewenang menentukan kebenaran:

1. Dogmatic, suatu pernyataan atau teori dapat kita sebut benar jika pihak yang menyampaikannya memiliki wewenang untuk menyampaikan kebenaran itu dan ini tidak perlu diuji lagi. keyakinan kepada kebenaran ini hanya berdasarkan pada kepercayaan, keyakinan atau iman seseorang. Sumber dogma ini misalnya berasal dari keyakinan agama, kharisma seseorang, jabatan, indoktrinasi, dan lain sebagainya. Dalam akuntansi ada beberapa lembaga yang dikenal otoritasnya dalam menelorkan teori akuntansi misalnya AAA, FASB, IAI dan sebagainya.

2. Self evident, di sini kebenaran dibuktikan oleh pengetahuan umum, pengamatan, pengalaman. Misalnya disebutkan bahwa akuntansi menggunakan harga pasar. Pernyataan ini rasanya tidak perlu lagi diuji kebenarannya karena sudah terbukti sendiri berdasarkan pengetahuan, pengalaman dan pengamatan kita.

3. Scientific, di sini kebenaran itu dibuktikan oleh suatu metode ilmiah. Teori dirumuskan, diuji dan seterusnya berulang secara terus-menerus. Metode ilmiah ini sangat beragam dan akan kita bahas berikut ini.

Perumusan Teori Akuntansi

(13)

I. Pendekatan informal yang dibagi dalam: 1. Pragmatis, Praktis, Non teoritis 2. Otoriter

II. Pendekatan Teoritis yang dibaginya dalam: 1. Deduktif

2. Induktif 3. Etik 4. Sosiologis 5. Ekonomi 6. Eklektif

I. 1. Pendekatan non teoritis:

Dalam metode ini perumusan teori akuntansi. Didasarkan pada keadaanpraktek di lapangan. Di sini yang menjadi pertimbangan adalah hal-hal yang berguna untuk menyelesaikan persoalan secara praktis. Menurut pendekatan ini prinsip akuntansi yang dipakai adalah didasarkan pada kegunaannya bagi para pemakai laporan keuangan dan relevansinya dengan proses pengambilan keputusan.

2. Pendekatan otoriter

Dalam metode ini yang merumuskan teori akuntansi adalah organisasi profesi yang mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang mengatur praktek akuntansi. Biasanya organisasi profesipun tetap memperhatikan aspek praktis dan pragmatis. Oleh karena itu maka pendekatan otoriter ini digolongkan juga sebagai pragmatis.

II. 1. Deduktif

(14)

Beberapa pendukung metode ini adalah: Paton, Canning, Sweeney, MacNeal, Alexander, Edward and Bell, Moonitz, dan Sprouse and Moonitz.

2. Induktif

Dalam metode ini penyusunan teori akuntansi didasarkan pada beberapa observasi dan pengukuran khusus dan akhirnya dari berbagi sample dirumuskan fenomena yang seragam atau berulang (informasi akuntansi) dan diambil kesimpulan umum (postulat dan prinsip akuntansi). Tahap yang dilalui adalah:

1. Mengumpulkan semua observasi.

2. Analisis dan golongan observasi berdasarkan hubungan yang berulang-ulang dan sejenis, seragam, mirip.

3. Ditarik kesimpulan umum dan prinsip akuntansi yang menggambarkan hubungan yang berulang-ulang tadi.

4. Kesimpulan umum diuji kebenarannya.

Tidak seperti pendekatan deduktif, dalam pendekatan induktif ini kebenaran dan kepalsuan dalil tidak tergantung pada dalil lainnya, tetapi harus melalui pengujian empiris. Dalam pendekatan induktif kebenaran suatu dalil tergantung pada pengamatan terhadap contoh yang cukup dari hubungan kasus yang berulang-ulang dan seragam. Para teoritisi yang menggunakan pendekatan ini adalah: Hatfield, Gilman, Littlelton, Paton and Littlelton, dan Ijiri.

3. Etik

Dalam pendekatan ini digunakan konsep kewajaran , keadilan, pemilikan, dan kebenaran. Patillo menyebutkan dalam metode ini standar dasarnya adalah etika, metodenya logis dan ”coherent” dan penerapannya di lapangan. Jadi sebenarnya dimensi yang diutamakan dalam perumusan teori itu diutamakan dari sudut etikanya, tanpa menyebut bahwa pendekatan lain tidak beretika. Pendekatan ini diperkenalkan oleh D.R. Scott. Menurut beliau kriteria yang harus digunakan dalam perumusan teori akuntansi adalah keadilan dengan memperlakukan pihak yang berkaitan secara adil. Disajikan kebenaran dalam arti laporan yang benar dan akurat tanpa mengundang salah tafsir, dan kewajaran dalam arti penyajiannya wajar, tidak bias, dan tidak sebagian-sebagian.

Dalam buku lain dikenal dengan ”Pendekatan Peristiwa” (Event Approach) artinya dalam perumusan teori kita harus memperhatikan semua pihak jangan hanya memperhatikan pihak-pihak tertentu saja. Pendekatan ini mirip pendekatan etik ini.

4. Sosiologis

(15)

Economic Accounting atau Social Responsibility Accounting. Pendekatan ini seolah merupakan perluasan dari konsep etik dimana yang menjadi focus perhatian adalah kesejahteraan seluruh masyarakat bukan saja pemilik. Menurut konsep ini prinsip akuntansi dinilai dari penerimaan dari seluruh pihak terhadap laporan keuangan, khususnya yang melaporkan tentang dampak perusahaan terhadap masyarakat. Akuntansi dalam model ini harus dapat memberikan pertimbangan dalam mengambil kesimpulan terhadap kesejahteraan masyarakat. Para penulis yang mengkaji isu ini adalah Belkaoui dan Beams dan Fertig, Ladd, Littlelton, dan Zimmerman.

5. Makro Ekonomi

Pendekatan ekonomi dalam perumusan teori akuntansi menekankan pada kontrol pada perilaku indikator makro ekonomi atau generar economic welfare yang menghasilkan perumusan teknik akuntansi. Sehingga dalam pemilihan teknik akuntansi didasarkan pada dampaknya pada ekomomi nasional. Misalnya teknik LIFO lebih menarik daripada FIFO pada masa inflasi. Dari pendekatan ini maka dapat disimpulkan bahwa:

a. Teknik dan kebijaksanaan akuntansi harus dapat menggambarkan realitas ekonomi. b. Pilihan terhadap teknik akuntansi harus tergantung pada konsekuensi ekonomis. Pendekatan ini banyak dianut oleh FASB.

6. Eklektif

Jika dalam perumusan teori akuntansi digunakan tidak hanya satu pendekatan, tetapi berbagai kombinasi pendekatan maka disebut eklektif.

Dari literatur lain kita mengenal pendekatan komunikatif (communication theory) dalam perumusan teori akuntansi. Pendekatan ini dikembangkan oleh Bedford dan Baldouni yang menganggap bahwa akuntansi adalah sebagai suatu sistem yang terpadu dalam proses komunikasi. Di sini dirumuskan informasi apa yang perlu dan disajikan oleh perusahaan kepada para pembaca agar mereka dapat menggunakannya dalam proses pengambilan keputusan. ASOBAT (A Statement of Basic Accounting Theory) termasuk menggunakan teori ini.

(16)

2.7. PERUMUSAN TEORI AKUNTANSI DI INDONESIA

Sampai saat ini Indonesia masih belum berupaya untuk merumuskan teori maupun standar akuntansinya sendiri. Kita masih tetap menggunakan teori atau standar akuntansi Amerika atau terakhir dari IASC (International Accounting Standard Committee) sebagai dasar pengembangan akuntansi di Tanah Air. Standar Akuntansi Keuangan maupun Pernyataan Standar Pemeriksaan masih mengadopsi atau menerjemahkan standar atau pedoman dari Amerika atau IASC dengan berbagai modifikasi minor. Upaya yang baru dilakukan oleh profesi akuntansi adalah perumusan prinsip akuntansi Indonesia namun belum menyentuh dasar teori akuntansinya. Dalam sebuah kuliahnya di gedung baja (1991), Belkaoui menganjurkan agar setiap negara memiliki teori akuntansi sendiri termasuk Indonesia. Menurut beliau teori akuntansi lahir dari kondisi, lingkungan, dan situasi ekonomi dan sosial yang ada disuatu negara yang tentu akan berbeda dengan negara lainnya. Akibatnya kita tidak akan tepat jika menggunakan teori akuntansi yang dilahirkan dari negara lain dengan situasi dan kondisi yang berbeda dengan negara kita.

Menurut penulis buku ini, tentu sangat ideal dan tidak akan mungkin dapat kita wujudkan dalam jangka pendek. Namun pada dasarnya kita harus membuat agenda menuju ke sana. Oleh karena itu para peneliti akuntansi, pemerintah, Fakultas Ekonomi serta Kantor Akuntan Publik sudah selayaknya memikirkan permasalahan ini dengan upaya yang intens untuk melakukan berbagai penelitian akuntansi. Sebelum hal itu terwujud maka sebaiknya profesi dan pemerintah sudah harus melakukan upaya-upaya dalam perumusan teori dan standar akuntansi Indonesia yang digali dari kondisi kita. Dan tentu saja teori akuntansi yang sudah ada khususnya dari negara lain seperti dari Amerika dapat kita jadikan sebagai dasar atau pedoman dalam merumuskan teori kita atau mengisi teori yang masih lowong.

PENUTUP 3.1. Simpulan

Dari uraian diatas maka dapat kami simpulkan bahwa banyak para pakar mengemukakan mengenai teori akuntansi, baik itu Vernon Kam, Kuhnian, dan masih banyak lagi pakar-pakar yang mengemukakannya. Teori dapat didefinisikan sebagai hasil pemikiran yang berdasarkan metode ilmiah atau logika. Teori terdiri dari dua bagian yaitu:

1. Asumsi-asumsi termasuk definisi variabel-variablenya dan logika yang menghubungkan antar variabel tersebut. Asumsi-asumsi, definisi logika dipergunakan untuk mengatur, menganalisa, memahami, gejala empiris yang menjadi perhatian.

2. Himpunan hipotesa-hipotesa yang penting. Sedangkan hipotesa merupakan anggapan awal dari sebuah fenomena atau masalah yang akan dianalisa. Tujuan teori akuntansi adalah menjelaskan dan meramalkan praktek akuntansi.

(17)

fenomena yang mungkin muncul. Dalam merumuskan teori akuntansi, ada beberapa metode yang dapat dipergunakan yaitu metode deskriptif (pragmatic), psichological pragmatic, metode normatif dan metode positive. Sampai saat ini Indonesia masih belum berupaya untuk merumuskan teori maupun standar akuntansinya sendiri. Kita masih tetap menggunakan teori atau standar akuntansi Amerika atau terakhir dari IASC (International Accounting Standard Committee) sebagai dasar pengembangan akuntansi di Tanah Air.

3.2 Saran

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Harahap,sofyan syafri.2002.Teori Akuntansi.Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada http://www.skripsi-tesis.com/search/latar+belakang+teori+akuntansi

Gambar

Gambar 1.1 Revolusi Kuhnian
Gambar 1.2 Hubungan Pemakaian Laporan KeuanganTeori Akuntansi dan Fenomena Sosial

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Pembahasan teori-teori komunikasi organisasi antara lain menyangkut struktur dan fungsi organisasi, hubungan antar manusia, komunikasi dan proses pengorganisasian,

Pilihan lain yang dapat dipergunakan dalam menyusun buku ini adalah dengan menggunakan beberapa teks atau literatur tentang suatu teori politik tertentu.. Teori-teori politik

Berbeda dengan teori keunggulan absolut yang mengutamakan keunggulan absolut dalam produksi tertentu yang dimiliki oleh suatu negara dibandingkan dengan negara lain, teori

Ide yang dipromosikan oleh para pendukung teori kelompok regulasi kepentingan ekonomi adalah bahwa jika kelompok tertentu (mungkin minoritas) tidak memiliki kekuatan

Pembelajaran individu merupakan proses atau cara yang dilakukan seseorang untuk memperoleh pengetahuan kontekstual secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan teori-teori

atribut, kejadian, situasi, keadaan, perilaku, dan proses; yang atribut, kejadian, situasi, keadaan, perilaku, dan proses; yang memiliki makna tertentu yang membangun sebuah teori..

Ma'hab Bina mengetengahkan, dalam teori hukum pencarian pengetahuan yang murni 1 , dengan kata lain teori hukum harus murni formal. 2lmu hukum adalah ilmu normatif dan hukum

Kritik lain tehadap teori ini adalah berpendapat bahwa teori ini tidak dapat bekerja karena mekanisme pasar tidak bisa mencapai tingkat harga keseimbangan harga yang ideal secara