HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KINERJA
MAHASISWA AKUNTANSI
ARTIKEL ILMIAH
Digunakan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian Program Pendidikan Strata Satu
Jurusan Akuntansi
Oleh :
YOHAN SUHARDIANSYAH 2008310310
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS
SURABAYA
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KINERJA MAHASISWA AKUNTANSI
Yohan Suhardiansyah
STIE Perbanas Surabaya Email:yohansuhardiansyah@gmail.com
Jl. Nginden Semolo 34-36 Surabaya
ABSTRACT
This research aims to know the relationship of emotional intelligence on the performance of students. For variables of emotional intelligence is measured using a detailed questionnaire in which there are five indicators that self introduction, self control, motivation, empathy and social skills. While the performance variables were measured through the level of the cumulative achievement index gained students.
Population and sample the study using the respondent as much as 136 students in STIE Perbanas of Surabaya. Sampling techniques are used emotional intelligence the sampling convinience. Data analysis techniques used include: a descriptive analysis and analysis of the correlation of spearman. Through the process of data analysis and discussion of the test results are inconsistent with the theory of Mc Clelland conclusion needs emotional intelligence consists of self-recognition, self-control, motivation, empathy and social skills in the study of his statistically has no relationship to the student's performance.
Keywords:emotional intelligence, student performance, theory of need
PENDAHULUAN
Era globalisasi sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi, peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu cara untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah melalui pendidikan. Pada tingkat perguruan tinggi mahasiswa yang mengikuti pendidikan tentunya mempunyai harapan akan keberhasilan studi demi masa depannya. Masalah-masalah yang biasa dihadapi mahasiswa pada saat belajar umumnya terkait dengan rendahnya motivasi, konsep diri, etos belajar, rendahnya daya juang mahasiswa dan juga manajemen waktu merupakan hal yang patut
dipertimbangkan mahasiswa
(http://www.waspada.co.id).
Kesuksesan mahasiswa dalam mencapai prestasi belajar tidak hanya dipengaruhi oleh kecerdasan intelektual saja akan tetapi masih banyak faktor – faktor lainnya. Hal ini didukung oleh pernyataan
Dunia kerja menuntut lulusan mahasiswa tidak hanya memiliki kemampuan akademik saja, melainkan juga harus mempunyai kecerdasan emosional yang baik. Kecerdasan emosional meliputi kemampuan individu dalam berkomunikasi, beradaptasi, kreatifitas, ketahanan mental, kepercayaan diri, motivasi, kerjasama tim, dan mampu memberikan kontribusi kepada perusahaan, dengan begitu seseorang akan mempunyai nilai tambah dalam bersaing pada dunia kerja. Banyak contoh disekitar masyarakat yang membuktikan bahwa orang yang memiliki kecerdasan otak saja, atau memiliki gelar yang banyak belum tentu sukses berkarir pada dunia kerja. Seringkali seseorang yang berpendidikan formal lebih rendah ternyata banyak yang lebih berhasil. Namun, mahasiswa tetap tidak boleh melupakan kinerjanya sewaktu mengikuti kuliah yang diukur melalui indeks prestasi kumulatif (IPK), hal ini dikarenakan pada dunia kerja masing-masing perusahaan telah menetapkan indeks kumulatif minimal yang disyaratkan untuk bisa masuk dalam perusahaannya. IPK merupakan salah satu indikator keberhasilan mahasiswa selama melaksanakan perkuliahan, walaupun itu tidaklah mutlak, namun dapat diasumsikan bahwa sesorang yang memiliki IPK yang baik maka memiliki kemampuan yang baik dalam bidang akademik (Putriaji, 2011).
Retnawati (2006) mendefinisikan bahwa indeks prestasi kumulatif merupakan hasil usaha dari kegiatan yang dilakukan mahasiswa, baik dari belajar, pengalaman dan latihan dari suatu kegiatan perkuliahan yang dihitung pada setiap akhir semester yang digunakan sebagai dasar untuk mngetahui keberhasilan belajar dari semua mata kuliah yang diikuti. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi indeks prestasi kumulatif (IPK) seorang mahasiswa di perguruan tinggi. Putriaji (2011), mengungkapkan bahwa indek prestasi (IP) mahasiswa dipengaruhi beberapa faktor
antara lain : suasana hati, membagi waktu, hubungan dengan keluarga, penjelasan dosen, suasana tempat tinggal, kegiatan selain kuliah, bakat, adaptasi lngkungan, pantauan orang tua, perhatian orang tua, pergaulan, makanan dan gizi, kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional, kemampuan sosialisasi, kondisi keuangan, suasana belajar kampus, panca indera kemampuan manangkap materi, dan olahraga. Kemampuan-kemampuan ini mendukung mahasiswa dalam mencapai tujuan dan indek kumulatif yang diinginkan.
Dengan memperhatikan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan perasaan atau emosi, perasaan yang tidak terkendali akan cenderung mengakibatkan tingkah laku serta sikap individu kurang terkendali yang akan berdampak pada prestasi individu. Sehingga pemahaman tentang kecerdasan emosional serta hubungannya dengan indek prestasi akademik perlu untuk di gali lebih dalam lagi, hal ini sangat perlu dilakukan untuk peningkatan prestasi akademik mahasiswa. Oleh karna itu peneliti tertarik untuk meneliti “Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Kinerja Mahasiswa Akuntansi”.
PERNTANYAAN PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dengan ini penelitian merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: “Apakah ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan kinerja mahasiswa STIE Perbanas Surabaya?.
TUJUAN PENELITIAN
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
Teori Kebutuhan Mc Clelland
Teori kebutuhan ini merupakan konsep penting dari teori motivasi yang didasarkan dari kekuatan yang ada pada diri manusia. Mc clelland berpendapat seseorang mempunyai motivasi prestasi apabila individu mempunyai keinginan lebih baik dari pada yang lain. Tiga kebutuhan motivasi menurut Mc clelland dalam Yulianto (2012), yaitu:
1. Kebutuhan prestasi tercermin dari keinginan mengambil tugas yang dapat dipertanggung jawabkan secara pribadi atas perbuatan-perbuatannya. Mempunyai hasrat untuk melakukan sesuatu dengan lebih baik atau efisien dari pada yang dilakukan sebelumnya, dan menentukan tujuan yang cukup menantang
2. Kebutuhan afiliasi, kebutuhan ini lebih bertujuan untuk sosial. Individu akan lebih menyukai situasi kooperatif dari pada sitiasi kompetitif, dan sangat menginginkan hubungan yang melibatkan derajat umpan balik yang tinggi.
3. Kebutuhan kekuasaan, kebutuhan ini tercermin pada seseorang yang ingin mempunyai pengaruh atas orang lain, dia peka terhadap struktur pengaruh antar pribadi dan ia mencoba menguasai orang lain dengan mengatur perilakunya dan membuat orang lain terkesan kepadanya. Serta selalu menjaga reputasi dan kedudukannya.
Sejarah Kecerdasan Emosional
Semenjak dipublikasikannya kecerdasan emosional oleh Danniel goleman pada tahun 1995 kecerdasan emosional ini menjadi salah satu hal yang sering di perbincangkan oleh perusahaan-perusahaan yang berada di Amerika. Misalnya, ketika havard business review mempublikasikan artikel kecerdasan emosional hal ini cukup
menarik minat pembaca dibandingkan artikel-artikel lain pada waktu itu.(chermiss, 2000 dalam dwi, 2004).
KECERDASAN EMOSIONAL
Goleman (1996:45), mendefinisikan kecerdasan emosional ialah kemampuan seseorang untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi atau masalah yang terjadi, mengendalikan dorongan hati dalam artian tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir. Svyantek dalam M Ridwan (2006) mendefinisikan kecerdasan emosional (EQ) adalah kemampuan mengetahui perasaaan sendiri dan perasaaan orang lain serta menggunakan perasaan tersebut untuk menuntun pikiran dan prilaku seseorang.
Indikator Kecerdasan Emosional
Goleman (2000) dalam Rissyo (2007), mendefinisikan terdapat lima dimensi atau komponen kecerdasan emosional (EQ) yang keseluruhannya diturunkan menjadi dua puluh lima kompetensi. Rissyo (2007), berpendapat apabila individu menguasai cukup enam atau lebih kompetensi yang menyebar pada kelima dimensi kecerdasan emosional tersebut, akan dapat membuat seseorang menjadi profesional yang handal. Kelima dimensi atau komponen tersebut adalah: 1. Pengenalan diri (Self awareness),
individu akan lebih siap akan apa yang menjadi tujuannya.
2. Pengendalian diri (self regulation), artinya mengelola keadaan dalam diri dan sumber daya diri sendiri. Kompetensi dimensi kedua ini adalah menahan emosi dan dorongan negatif, menjaga norma kejujuran dan integritas, bertanggung jawab atas kinerja pribadi, luwes terhadap perubahan, dan terbuka terhadap ide-ide serta informasi baru. Dilihat dari teori kebutuhan Mc Clelland pengendalian diri saling berkaitan dengan kebutuhan prestasi dan kekuasaan. Individu dapat mengelola keadaan emosi didalam diri untuk menjaga suasana hati didalamnya agar tetap baik.
3. Motivasi (motivation), artinya dorongan yang membimbing atau membantu peraihan sasaran atau tujuan. Kompetensi dimensi ketiga adalah dorongan untuk menjadi lebih baik, menyesuaikan dengan sasaran kelompok atau organisasi, kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan, dan kegigihan dalam memperjuangkan kegagalan dan hambatan. Dilihat dari sudut pandang teori kebutuhan Mc Clelland motivasi adalah berupa kekuatan yang ada pada diri manusia. Individu mempunyai motivasi apabila mempunyai keinginan yang lebih baik dari pada yang lain.
4. Empati (empathy), yaitu kesadaran akan perasaan, kepentingan, dan keprihatinan orang. Menciptakan kesempatan-kesempatan melalui pergaulan dengan berbagai macam orang, membaca hubungan antara keadaan emosi dan kekuatan hubungan suatu kelompok. Dirilhat dari sudut pandang teori kebutuhan Mc Clelland empati saling berkaitan dengan kebutuhan afiliasi. Individu
memerlukannya terutama pada saat bergaul dengan memahami perasaan sesama mahasiswa ataupun ketika memahami karakteristik kelompok. 5. Keterampilan sosial (social skills),
artinya kemahiran dalam menggugah tanggapan yang dikehendaki oleh orang lain. Di antaranya adalah kemampuan persuasi, mendengar dengan terbuka dan memberi pesan yang jelas, kemampuan menyelesaikan pendapat, semangat leadership, kolaborasi dan kooperasi, serta team building. Melihat dari sudut pandang teori kebutuhan Mc Cleland keterampilan sosial saling berhubungan dengan kebutuhan afiliasi. Individu disini akan
membutuhkannya untuk
berkomunikasi atau mengemukakan pendapat baik dengan individu lain maupun dengan kelompok.
Kinerja Mahasiswa
Maler dalam mohamad (2007), mendefinisikan kinerja sebagai keberhasilan seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Lawler dan poter dalam mohamad (2007), mendefinisikan sebagai succesfull achievement yang diperoleh seseorang dari apa yang dilakukannya. Sedangkan tingkat kinerja seseorang merupakan ukuran sejauh mana keberhasilan orang itu dalam melakukan pekerjaanya (as’ad dalam mohamad, 2007). Kinerja pada mahasiswa sendiri dapat diukur melalui prestasi belajarnya
Indek Prestasi Kumulatif
SKS mata kuliah yang telah ditempuh dalam periode tersebut.
Untuk predikat kelulusan STIE Perbanas Surabaya sendiri telah mempertimbangkan S.K. Menteri Pendidikan Nasional No.232/U/2000 tentang pedoman penyusunan kurikulum pendidikan tinggi dan penilaian hasil belajar mahasiswa, maka predikat kelulusan terdiri dari 3 (tiga) yaitu : memuaskan, sangat memuaskan dan dengan pujian (cum laude).
Hubungan KecerdasanEmosional dan Kinerja Mahasiswa (IPK)
Kinerja mahasiswa pada umumnya dapat diukur melalui indeks prestasi kumulatif yang didapatkan mahasiswa tersebut. Bahtiar (2009) mengungkapkan bahwa terdapat hubungan antara kecerdasan emosional terhadap kinerja siswa SMAN 2 Makasar.
Seseorang yang tidak dapat mengendalikan kecerdasan emosionalnya tentu akan mengalami perang batin yang berpengaruh pada kemampuannya. Jika hal ini sampai berpengaruh pada kegiatan akademis seseorang dalam bidang akademis, bukan tidak mungkin individu tersebut akan sulit untuk memfokuskan perhatian pada pelajaran yang didapatkan. Hal-hal itulah yang diprediksikan nantinya bisa berpengaruh kepada baik buruknya IPK mahasiswa.
METODE PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional dengan kinerja mahasiswa akuntansi STIE Perbanas Surabaya.
Identifikasi Variabel
Berdasarkan kerangka pikir yang telah disusun variabel yang digunakan adalah sebagai berikut ini.
Untuk variabel independent adalah: pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi, empati, keterampilan sosial. Variabel dependent adalah kinerja mahasiswa
akuntansi yang diukur melalui indeks prestasi mahasiswa.
Gambar 1 Kerangka Pemikiran
HIPOTESIS
Berdasarkan pertimbangan di atas, peneliti menyusun hipotesis berdasarkan pengaruh kecerdasan emosional terhadap indek prestasi kumulatif sebagai berikut: H 0:Tidak ada hubungan antara
kecerdasan emosional dengan kinerja mahasiswa akuntansi.
H 1:Ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan kinerja mahasiswa akuntansi.
RANCANGAN PENELITIAN
Rancangan penelitian merupakan kerangka dalam melaksanakan suatu proyek riset (Juliansyah, 2011: 107). Berdasarkan paradigmanya, penelitian ini tergolong penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel-variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik (Nur Indrianto, 2002 : 26). Ditinjau dari aspek pengembangan teori merupakan penelitian deduktif yaitu penelitian yang bertujuan untuk menguji hipotesis melalui validaitas teori atau pengujian aplikasi teori dalam keadaan tertentu. Dilihat dari metode pengumpulan data, penelitian ini merupakan penelitian survey karena dilakukan dengan membagikan kuesioner.
Hasil penelitian pengujian sebagai dasar untuk menarik kesimpulan penelitian yaitu mendukung atau menolak hipotesis
Kinerja mahasiswa
akuntansi. (Y) Kecerdasan emosional
(X1)
Pengenalan diri
Pengendalian diri
Motivasi
Empati
yang dikembangkan dari telaah teoritis. ditinjau berdasarkan jenis data penelitian ini menggunakan data primer.
Batasan Penelitian
Agar penelitian ini dapat fokus, maka dibatasi sebagai berikut Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kinerja mahasiswa, seperti pembagian waktu, penjelasan dosen, pergaulan, kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan lain-lain. Agar penelitian ini dapat fokus, maka dibatasi sebagai berikut :
1. Penelitian ini hanya meneliti tentang hubungan kecerdasan emosional dengan kinerja mahasiswa akuntansi. 2. Sampel penelitian menggunakan
mahasiswa akuntansi S1 pada STIE Perbanas Surabaya.
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel Bebas
Goleman dalam Rissyo et al (2007), mendefinisikan Kecerdasan emosional merupakan kemampuan individu didalam mengenali dan mengelola perasaan atau emosi dengan baik. Terdapat lima komponen untuk mengukur tingkat kecerdasan emosional, yaitu :
a) Pengenalan diri
Pengenalan diri kemampuan individu dalam mengenal dirinya sendiri baik itu dari segi kemampuan yang mereka miliki maupun kekurangan yang ada pada diri sendiri.
b) Pengendalian diri
Pengendalian diri adalah seberapa besar kemampuan seseorang tersebut dalam mengendalikan suasana hati mereka sendiri. Hal ini akan sangat bermanfaat pada waktu menghadapi masalah, dengan kemampuan ini seseorang akan bisa tegar dalam menghadapi masalah yang dihadapinya. Hal ini juga sangat penting untuk mahasiswa guna memanajemen waktunya.
c) Motivasi
Kemampuan individu di dalam memotivator dirinya sendiri hal ini terjadi ketika seorang mahasiswa dihadapkan dengan tugas-tugas kuliah yang sangat banyak. Disini apabila individu memiliku kemampuan motivasi yang tinggi maka ia akan dapat mengerjakan mengerjakan dengan sungguh-sungguh di karenakan ada dorongan dalam dirinya sendiri. d) Empati
Kemampuan dalam memahami, mendangarkan, dan mengerti suasana orang lain. Kemampuan ini akan sangat penting untuk dimiliki mahasiswa dalam bersosialisasi. e) Ketrampilan sosial
Kemampuan ketika individu berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar, menggunakan ketrampilan-ketrampilan ini untuk mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah, dan menyelesaikan perselisihan, serta untuk bekerja sama dan bekerja dalam tim.
Variabel Terikat
Pengukuran Variabel
Pengukuran variabel dalam penelitian ini adalah:
a. Untuk variabel dependen untuk pengukuran kinerja mahasiswa menggunakan perolehan Indek prestasi kumulatif mahasiswa sebagai tolak ukurnya.
b. Untuk variabel independen: kecerdasan emosional, diukur dengan skala likert dengan skala 1-5 yaitu sangat tidak setuju sampai dengan sangat setuju.
Populasi Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas kelompok orang , kejadian atau sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu (Arfan, 2008 : 117). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa akuntansi yang ada pada STIE Perbanas Surabaya. Arfan, (2008 : 118) mendefinisikan Sampel merupakan bagian dari jumlah maupun karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik convenience sampling merupakan desain sampel yang handal tetapi biasanya lebih murah dan lebih muda dihasilkan. Pada penarikan sampel ini, peneliti mempunyai kebebasan untuk memilih siapapun yang mereka temukan (Arfan, 2008 : 128).
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini teknik analisis data terdiri dari :
Analisis Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan dengan mengelompokkan atau memisahkan salah satu bentuk analisis untuk proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih muda dibaca dan diinterprestasikan. Metode yang digunakan adalah metode statistik yang merupakan metode yang paling luas. Selain itu penelitian survey memang lebih tepat untuk menggunakan metode ini.
Analisis Statistik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel kecerdasan emosional terhadap indek prestasi kumulatif oleh karena itu, model analisis data yang digunakan adalah analisis korelasi spearman.
Pengujian Hipotesis
Rancangan pengujian hipotesis dilakukan untuk menentukan apakah hipotesis yang diajukan peneliti dapat diterima atau ditolak. Langkah-langkah pengujian hipotesis sebagai berikut :
1. Penetapan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif H1.
2. Memilih uji statistik yang tepat berdasarkan apakah data yang dikumpulkan adalah parametrik atau nonparametrik.
3. Melihat tingkat signifikansi, untuk tingkat signifikansi pada penelitian ini adalah 0,05. Tingkat signifikansi tersebut dipilih karena merupakan tingkat signifikansi yang umum digunakan.
4. Kriteria penerimaan dan penolakan : Jika nilai thitung > ttabel , hipotesis nol
ditolak , dan alternatif diterima. Jika nilai thitung< ttabel, hipotesis nol diterima
dan alternatif ditolak (Sofyan, 2011 : 222).
Gambaran Subyek Penelitian
Berdasarkan teknik pengambilan sampel yang dibahas pada bab tiga sebelumnya desain pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik convenience sampling yaitu teknik memilih sampel dari elemen populasi (orang atau kejadian) yang data nya mudah diperoleh oleh peneliti. Adapun karakteristik responden diidentifikasikan berdasarkan jenis kelamin, umur, tahun angkatan dan juga jumlah sks yang di ambil.
dianalisis sesuai dengan kebutuhan penelitian. Penyebaran kuesioner dilakukan pada tanggal 27 juli 2013 sampai tanggal 6 agustus 2012. Pada tabel 4.1 dapat diketahui penyebaran kuisioner yang telah dilakukan oleh peneliti. Seratus enam puluh kuisioner telah didistribusikan kepada responden untuk memperoleh jawaban sebagai data primer penelitian dari 1208 mahasiswa yang menjadi populasi STIE Perbanas Surabaya.
Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk melihat normal tidaknya suatu data dengan melihat signifikansinya lebih dari 0.05 maka data dikatakan normal. Dari hasil uji normalitas berikut ini data ada beberapa dimensi yang dikatakan tidak normal yaitu pada pengenalan diri, motivasi, dan variabel dependen kinerja mahasiswa yang diukur dengan IPK
Uji Validitas dan Realibilitas Uji Validitas
Pengenalan diri
pernyataan satu sampai pernyataan sepuluh dinyatakan valid karena P < 0,05 yaitu 0,000. Berdasarkan hasil output SPSS terlihat bahwa korelasi antara masing-masing indikator terhadap total skor konstruk menunjukkan hasil yang signifikan. Jadi dapat disimpulkan bahwa masing-masing indikator pertanyaan adalah valid. Pengendalian diri
pernyataan satu sampai pernyataan sepuluh dinyatakan valid karena P < 0,05 yaitu 0,000. Berdasarkan hasil output SPSS terlihat bahwa korelasi antara masing-masing indikator terhadap total skor konstruk menunjukkan hasil yang signifikan. Jadi dapat disimpulkan bahwa masing-masing indikator pertanyaan adalah valid. Motivasi
pernyataan satu sampai pernyataan sepuluh, sembilan diantaranya dinyatakan valid karena P < 0,05 yaitu 0,000. Berdasarkan hasil output SPSS terlihat bahwa korelasi antara masing-masing
indikator terhadap total skor konstruk menunjukkan hasil yang signifikan. Jadi dapat disimpulkan bahwa indikator pertanyaan adalah valid.
Empati
pernyataan satu sampai pernyataan sepuluh dinyatakan valid karena P < 0,05 yaitu 0,000. Berdasarkan hasil output SPSS terlihat bahwa korelasi antara masing-masing indikator terhadap total skor konstruk menunjukkan hasil yang signifikan. Jadi dapat disimpulkan bahwa masing-masing indikator pertanyaan adalah valid. Keterampilan sosial
pernyataan satu sampai pernyataan sepuluh, sembilan diantaranya dinyatakan valid karena P < 0,05 yaitu 0,000. Berdasarkan hasil output SPSS terlihat bahwa korelasi antara masing-masing indikator terhadap total skor konstruk menunjukkan hasil yang signifikan. Jadi dapat disimpulkan bahwa indikator pertanyaan adalah valid. Sedangkan pertanyaan Kt6 menunjukkan hasil yang tidak signifikan karena nilai signifikannya lebih dari 0.05. yaitu 0.064. jadi dapat disimpulkan bahwa pertanyaan Kt6 tidak valid.
Uji Reliabilitas
Berdasarkan hasil pada uji reliabilitas variabel penelitian diketahui bahwa nilai cronbach’s alpha untuk pengenalan diri dan motivasi sudah lebih besar dari 0,60 maka dinyatakan reliabel. Terlihat pada pengendalian diri, empati dan keterampilan sosial nilai cronbach’s alpha kurang dari 0,60. Sehingga dapaat disimpulkan bahwa kuisioner dinyatakan kurang handal dan dipercaya sebagai alat ukur yang menghasilkan jawaban realatif konsisten
Analisis Korelasi
hasil perhitungan dengan menggunakan spearmanprogram SPSS 16 :
1. besarnya korelasi antara pengenalan diri terhadap kinerja mahasiswa adalah 0.002 dengan signifikansi 0.978.
2. besarnya korelasi antara pengendalian diri terhadap kinerja mahasiswa adalah -0.021 dengan signifikansi 0.811.
3. besarnya korelasi antara motivasi terhadap kinerja mahasiswa adalah 0.020 dengan signifikansi 0.819.
4. besarnya korelasi antara empati terhadap kinerja mahasiswa adalah -0.008 dengan signifikansi 0.922.
5. besarnya korelasi antara keterampilan sosial terhadap kinerja mahasiswa adalah 0.011 dengan signifikansi 0.899.
Uji Hipotesis
Kinerja mahasiswa merupakan sebagai tingkat keberhasilan seorang mahasiswa dalam melaksanakan suatu proses perkuliahan dalam sebuah institusi pendidikan. Biasanya kinerja mahasiswa dapat diukur melalui IPK (indek prestasi kumulatif) yang dimilikinya. IPK merupakan ukuran kemampuan mahasiswa sampai periode tertentu yang di hitung berdasarkan jumlah (satuan kredit semester) yang diambil. Ukuran tersebut nantinya akan di kalikan dengan nilai bobot tiap mata kuliah dan kemudian dibagi dengan jumlah SKS.
Karakteristik responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa dari angkatan 2006 sampai dengan 2011. Namun, dapat dilihat bahwa sebagaian besar diisi oleh angkatan 2010 dan 2011 dengan total 71 mahasiswa. Dilihat dari jenis kelamin sebagian besar diisi oleh perempuan yakni 88 mahasiswa atau 65 persen dari total 136 mahasiswa yang menjadi sampel penelitian dan sisanya 48 mahasiswa laki-laki atau 35 persen.
Ditinjau dari teori kebutuhan, terdapat tiga kebutuhan akan motivasi yaitu kebutuhan prestasi, kebutuhan afiliasi,
kebutuhan kekuasaan. Mahasiswa sendiri pada umumnya akan membutuhkannya untuk mencapai kinerja yang diinginkannya, apa lagi jika hal ini di dukung oleh motivasi pada dalam diri individu. Tentu itu akan semakin mempermudah mahasiswa dalam mencapai hal yang diinginkannya. Kecerdasan emosional juga begitu didalamnya terdapat kekuatan yang dapat dijadikan sumber motivasi dalam diri dan sekaligus untuk mngetahui akan kemampuan yang ada pada diri individu. Kamampuan inilah yang nantinya akan dapat memudahkan mahasiswa dalam mencapai kinerja yang diinginkannnya. Berdasarkan penjelasan teori ini dapat disimpulkan terdapat hubungan yang searah antara kecerdasan emosional terhadap kinerja mahasiswa. Namun, hal ini berbeda dengan hasil uji analisis korelasi yang dilakukan.
Analisis korelasi pada penelitian sekarang juga menunjukkan hasil yang berbeda dengan penelitian yang sebelumnya yaitu tidak terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dengan kinerja mahasiswa. Peneliti terdahulu Bahtiar (2009) pada hasil penelitian menunjukannya ada hubungan antara kecerdasa emosional terhadap kinerja siswa, sedangkan pada penelitian ini memperoleh hasil yang berbeda dari penelitian terdahulu. Dari hasil uji korelasi diatas dapat dilihat bahwa kelima indikator pengukur kecerdasan emosional tidak ada hubungan dengan kinerja mahasiswa yang diukur dengan indek prestasi mahasiswa. Maka dengan ini dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan
H1 ditolak. Tidak adanya hubungan bisa
disebabkan oleh beberapa hal.
hal ini dikarenakan banyak faktor yang akan dinilai oleh dosen untuk memperoleh kinerja yang baik salah satunya sofskill dari mahasiswa tersebut seperti ketepatan waktu memasuki kuliah keaktifan mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan dan banyak lagi faktor-faktor yang harus di pertimbangkan mahasiswa guna memperoleh kinerja yang diinginkannya.
Dimensi pengendalian diri, argumen yang bisa diberikan oleh peneliti adalah pada dimensi ini terlihat bahwa tidak berhubungan denga kinerja mahasiswa STIE perbanas surabaya, dapat diakibatkan oleh lingkungan pergaulan mahasiswa juga keadaan emosi mahasisiswa dalam mengikuti perkuliahan hal ini mahasiswa tidak dapat membedakan emosi pribadi saat diluar dengan saat mengikuti perkuliahan.
Dimensi motivasi, argumen yang dapat diberikan oleh peneliti adalah pada dimensi ini terlihat bahwa tidak ada hubungan pada motivasi dengan kinerja mahasiswa diakibatkan oleh faktor-faktor dari luar. Mahasiswa tidak dapat memperoleh kinerja yang baik bila mana tidak didukung kemampuan yang memadai dalam menunjang kinerja pada perkuliahan dan juga usaha untuk mewujudkannya.
Dimensi empati, argumen yang dapat diberikan peneliti tentang tidak ada hubungan antara empati dengan kinerja mahasiswa. Kemampuan ini umumnya sangat berpengaruh pada saat mahasiswa sedang bersosialisasi dengan teman kuliahnya. Namun kemampuan ini kurang mendukung apa bila diaplikasikan untuk memperoleh kinerja yang baik, hal ini dikarenakan penilaian dosen untuk memperoleh kinerja yang baik umumnya di hitung dari bagai mana mahasiswa dapat menguasai materi yang didapat. Contohnya dalam mengerjakan ujian disini mahasiswa dituntut untuk dapat memperoleh nilai yang baik tanpa menerima bantuan dari
mahasiswa lain yang sedang melakukan ujian.
Dimensi keterampilan sosial, argumen yang dapat diberikan peneliti tentang tidak ada hubungan antara keterampilan sosial dengan kinerja mahasiswa. Hampir sama dengan empati, kemampuan ini berguna apabila digunakan mahasiswa untuk bersosialisasi dengan teman kuliah. Namun, akan kurang berpengaruh apabila digunakan dalam memperoleh kinerja yang baik. Dikarenakan penilain dosen akan kinerja yang baik tidak hanya dinilai dari kemampuan mahasiswa bekerja dalam kelompok tetapi juga kemampuan individu dalam memahami materi yang disampaikan dosen, hal ini sangat mendukung pada saat mengerjakan kuis atau ujian pada saaat perkuliahan.
Tidak adanya hubungan jika dilihat dari identifikasi responden dapat dilihat sebagai berikut: Pertama, metode pengumpulan sampel yang kurang bisa mewakili populasi. Kedua, kualifikasi responden yang belum sesuai dengan tujuan penelitian. Ketiga, data penelitian yang tidak tersebar secara normal. Keempat, kecilnya tingkat realibilitas dari kuisioner.
Peneliti menggunakan metode convinience sampling untuk penearikan sampelnya. Metode convinience sampling adalah metode memilih sampel dari elemen populasi secara sengaja yang datanya mudah diperoleh peneliti. Kelemahan dari metode ini adalah hasil penelitian tidak bisa digeneralisasikan. Selain itu responden yang terpilih belum tentu memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Jumlah sampel yang kurang mewakili populasi bisa menjadi salah satu penyebab perbedaan hasil dengan penelitian sebelumnya. Terlihat dari populasi sebesar 1208 mahasiswa sedangkan sampel yang diperoleh peneliti berjumlah 136.
menyebabkan informasi yang diperoleh menjadi kurang valid. Hal ini mengakibatkan terjadinya perbedaan hasil antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan saat ini. Terbukti bahwa penelitian ini tidak menunjukkan adanya hubungan antara kecerdasan emosional dengan kinerja mahasiswa. Sedangkan penelitian terdahulu mampu membuktikan bahwa terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dengan kinerja mahasiswa.
Data penelitian yang tidak terdistribusi secara normal cenderung mengganggu hasil pengujian. Data yang tidak tersebar secara normal mencerminkan adanya penyimpangan yang cukup tinggi antara data yang satu dan data lainnya. Ketidak normalan data tersebut juga mencerminkan bahwa responden cenderung tidak menjawab secara hati-hati.
Kecilnya tingkat realibilitas dari kuisioner menuntukkan bahwa konsistensi responden dalam menjawab pertanyaan juga kecil. Kondisi ini menggambarkan bahwa sebagian besar responden belum memiliki pendirian yang kuat. Dengan demilikian hasil jawaban yang diberikan akan membuat hasil analisis menjadi bias.
KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosional terhadap kinerja mahasiswa. Untuk variabel kecerdasan emosional diukur menggunakan kuisioner yang di dalamnya terdapat lima indikator yaitu pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial. Sedangkan variabel kinerja diukur melalui tingkat indek prestasi kumulatif yang diperoleh mahasiswa.
Populasi berjumlah 1208 mahasiswa akuntansi dan sampel penelitian menggunakan responden sebanyak 136 mahasiswa yang terdapat pada STIE Perbanas Surabaya. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu convinience
sampling. Teknik analisis data yang digunakan antara lain: analisis deskriptif dan analisis korelasi spearman. Melalui proses analisis data dan pembahasan dari hasil pengujian tidak sejalan dengan teori kebutuhan Mc Clelland diperoleh kesimpulan kecerdasan emosional yang terdiri dari pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial dalam peneitian ini secara statistik kelimanya tidak memiliki hubungan terhadap kinerja mahasiswa.
Keterbatasan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Terbatasnya waktu untuk penyebaran kuisioner karena disebabkan pada saat menjelang minggu tenang.
2. Sulitnya menentukan responden yang benar-benar dapat mengisi kuisioner dengan sungguh-sungguh agar data yang didapat lebih handal.
3. Sampel penelitian yang diperoleh tergolong sedikit hanya 160 namun demikian yang dapat diolah hanyalah 136 responden, sehingga sampel penelitian ini tidak sepenuhnya dapat diandalkan.
Saran penelitian selanjutnya sebagai berikut:
1. Untuk studi mendatang diharapkan dapat menggunakan sampel yang lebih besar supaya sampel yang didapatkan dapat lebih dihandalkan.
2. Penelitian selanjutnya diharap peneliti dapat membedakan mana responden yang mengisi kuisioner dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh data yang benar-benar valid.
3. Peneliti selanjutnya diharapkan untuk membuat perencanaan pengerjaan skripsi yang lebih hati-hati lagi. Sehingga tidak terdapat masalah pada waktu penyebaran kuisioner.
berguna dalam melihat tingkat kecerdasan emosional pada tiap semester yang ada pada STIE Perbanas Surabaya.
DAFTAR PUSTAKA
Arfan Ikhsan. 2008. Metodologi Penelitian Akuntansi Keperilakuan. Badan Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta. Burhan Bungin. 2005. Metodelogi
Penelitian Kuantitatif. Badan Penerbit Prenada Media. Jakarta. Bahtiar. 2009. “Hubungan antar kecerdasan
emosional dengan prestasi belajar siswa” Jurnal Insania. Vol 14, No 2. Dwi hardaningtyas. 2005. “Pengaruh
Tingkat Kecerdasan Emosi DAN Sikap Budaya Organisasi Terhadap Organizational”, Tesis Dimandiri. Universitas Airlangga.
Endang Saryanti. 2011. “Kajian Empiris atas Perilaku Belajar, Efikasi Diri dan Kecerdasan Emosional Yang Berpengaruh Pada Stres Kuliah Mahasiswa Akuntansi Perguruan Tinggi Swasta Di Surakarta”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol 19, No 1. Goleman, Daniel . 1996. Emotional
Intelligence. Diterjemahkan oleh Hermaya. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.
Gultom syawal. Menyidik aktivitas pendidikan
(http://www.waspada.co.id/index.ph p/templates/index.php?option=com_ content&view=article&id=13901:ana lis-pendidikan-menyidik-aktivitas-
belajar-mahasiswa&catid=25:artikel&Itemid =44, diakses 27 mei 2012)
Imam Ghozali. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Badan Penerbit Univesitas Diponegoro. Semarang.
Juliansyah Noor. 2011. Metodologi Penelitian : Skripsi, Thesis,
Disertasi, Dan Karya Ilmiah. Badan Penerbit Prenada Media. Jakarta. Lauw Tjun Tjun, Santy setiawan, sinta
setiana. 2009, “Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Pemahaman Akuntansi Dilihat Dari Prespektif Gender”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol.1 No.2 Hal 101-118. Mohamad Rangga dan Prima Naomi. 2007.
Pengaruh Motivasi Diri Terhadap Kinerja Belajar Mahasiswa. Jurnal Abmas. Tahun 7 Nomor 7.
Nur Indriantoro dan Bambang Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis. BPFE. Yogyakarta.
Noviaty kresna dan bayu. 2002.”Peranan Kecerdasan Intelektual, Emosional, dan Spiritual Dalam Kompetensi Memimpin Perubahan Organisasi”, Konferensi I APIO. Surabaya 2 – 3 Agustus.
Putriaji Hendikawati. 2011. “Analisis faktor yang Mempengaruhi Indeks Prestasi Kumulatif”. Jurnal Matematika Kreatif-Inovativ. Vol 2, no 1.
Parker, James dan Ronald Creque, 2004. ” Academic Achievement in High School: Does Emotional Intelligence Metter?”. Jurnal Personality and Individual Difference.37. Pp 1321-1330
Rissyo Melandy, dan Nurna Aziza, 2006. “Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntasni, Kepercayaan diri sebagai variable pemoderasi”, SNA IX, Padang, 23-26 Agustus.
______, Fitri Widiastuti, Nurna Aziza, 2007. “Pengaruh Komponen Kecerdasan Emosional Dan Pengaruhnya Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi Dalam Sistem Pendidikan Tinggi Akuntansi”. Unhas, Makasar, 26-28 Juli.
Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Agresivitas Pada Mahasiswa UIN Malang”, El-Qudwah, Jurnal Penelitian dan Pengembangan. Vol 1, No 1.
Ridwan Tikollah, Iwan Triyuwono, H. Unti Ludigdo. 2006, “Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Spiritual Terhadap Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi”, SNA IX, Padang, 23-26 Agustus.
Retnawati Siregar. 2006. “Pengaruh Indeks Prestasi Kumulatif dan Presepsi Mahasiswa Akuntansi Mengenai Beberapa Faktor Pemilihan Karir”. Tesis USU e –Repository. Universitas Sumatra Utara.
Sri Suryaningrum. dan Eka Indah Trisniawati. 2003, “Pengaruh kecerdasan emosional terhadap tingkat pemahaman akuntasi”, SNA VI, Surabaya, 16-17 Oktober.
IDENTITAS PENULIS
Nama : YOHAN SUHARDIANSYAH
Alamar Rumah : JLN. TENGGUMUNG KARYA LOR NO.40-SURABAYA
Tempat Tanggal Lahir : SURABAYA, 16 APRIL 1991
Telepon : 082140452558
E-mail : yohansuhardiansyah@gmail.com
Usia : 21 Tahun
Agama : ISLAM
Jenis Kelamin : LAKI-LAKI
Tinggi / Berat Badan : 170 / 69 KG
Status Perkawinan : BELUM MENIKAH PENDIDIKAN
1996 - 2002 : SDN NEGERI 2 WONOKUSUMO
2002 – 2005 : SMP TA’MIRIYAH
2005-2008 : SMA TA’MIRIYAH
2008- 2012 : STIE PERBANAS SURABAYA
PENGALAMAN ORGANISASI
2010 – 2011 : ANGGOTA BOLA BASKET STIE PERBANAS SURABAYA
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dan dapat dipertanggungjawabkan.
Surabaya, 6 november 2012