• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS)"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

Rika Yulita Sari

ABSTRAK

PENGARUH KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN

THINK PAIR SHARE (TPS)

Oleh Rika Yulita Sari

Pengelolaan proses pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik merupakan titik

awal keberhasilan pembelajaran yang muaranya akan meningkatkan prestasi belajar

siswa. Untuk meningkatkan kualitas berpikir kritis dan hasil belajar kognitif siswa,

maka perlu untuk mengubah proses belajar mengajar dan merubah

komponen-komponen yang dapat mempengaruhi proses belajar mengajar itu sendiri. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap hasil

belajar kognitif siswa melalui pembelajaran Think Pair Share. Penelitian ini dilakukan di SMP Wiyatama Bandar Lampung dengan fokus bahasan materi

penelitian pada hukum newton. Penelitian ini menggunakan desain tipe One-Shot Case Study. Sampelpenelitian ini diambil secara purposive. Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen tes berupa soal essay. Data hasil penelitian, dianalisis dengan uji normalitas, linearitas dan uji regresi linear sederhana. Hasil

(2)

Rika Yulita Sari

antara kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar kognitif siswa SMP melalui

pembelajaran TPS. Besarnya persentase pengaruh berpikir kritis terhadap hasil belajar kognitif adalah 87,4% .

Kata kunci : Kemampuan Berpikir Kritis, Hasil Belajar Fisika, Model Cooperative Learning, Think Pair Share (TPS)

(3)

PENGARUH KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN

THINK PAIR SHARE (TPS)

Oleh

RIKA YULITA SARI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

Judul Skripsi : PENGARUH KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA MELALUI

PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE(TPS)

Nama Mahasiswa : Rika Yulita Sari

Nomor Pokok Mahasiswa : 0913022104

Program Studi : Pendidikan Fisika

Jurusan : Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Dr. Undang Rosidin, M.Pd. Viyanti, S.Pd., M.Pd.

NIP. 19600301 198503 1 003 NIP. 19800330 200501 2 001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M. Si.

(5)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Undang Rosidin, M.Pd.

Sekretaris : Viyanti, S.Pd., M.Pd.

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. I Putu Dewa Nyeneng, M.Sc.

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si.

NIP 19600315 198503 1 003

(6)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah:

Nama : Rika Yulita Sari

NPM : 0913022104

Fakultas/Jurusan : FKIP/P. MIPA Program Studi : Pendidikan Fisika

Alamat : Jl. P. Polim Gg Mawar Putih 3 No. 31 Bandar Lampung

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis dalam acuan naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, 2013

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gunung Raya, pada tanggal 04 Juli 1991 anak kesatu dari

tiga bersaudara dari pasangan Bapak Zulhadi Efendi S.Pd dan Ibu Rosdawati.

Penulis mengawali pendidikan formal Pada tahun1997 di SD Negeri 1 Gunung

Raya, diselesaikan tahun 2003. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di

SLTP Negeri 10 Bandar Lampung hingga tahun 2006, kemudian penulis

melanjutkan pendidikannya di SMA Perintis 1 Bandar Lampung, diselesaikan

pada tahun 2009. Pada tahun yang sama, penulis diterima dan terdaftar sebagai

mahasiswa program studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung.

Pada tahun 2012, penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di

SMP PGRI 2 Merbau Mataram Desa Karang Raja Kecamatan Merbau Mataram

Kabupaten Lampung Selatan. Dan pada tahun 2013 penulis melaksanakan

(8)

MOTTO

“Allah tidak membebani suatu kaum melainkan dengan kesanggupannya . . .” (Q.S. Al-Baqarah: 286)

Gagal melakukan hal-hal besar itu lebih terhormat dari pada berhasil melakukan hal-hal kecil, karena orang yang gagal melakukan hal-hal yang besar

sudah pasti berhasil melakukan hal-hal kecil” (Mario Teguh)

“Tuliskan rencana kita dengan sebuah pensil, tetapi berikan penghapusnya kepada

Allah. Izinkan Dia menghapus bagian-bagian yang salah dan menggantikan dengan rencana-Nya yang indah di dalam hidup kita, karena Allah selalu tahu apa

yang kita butuhkan, bukan apa yang kita minta, dan Allah tidak henti-hentinya

memenuhi kebutuhan seseorang, selama ia memenuhi kebutuhan saudaranya.”

(HR. Thabrani)

“Jangan cepat menyerah dengan keadaan, berusaha dan berjuanglah semaksimal mungkin karena hidup adalah perjuangan dan kembalikan

(9)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT. Penulis persembahkan karya

sederhana ini sebagai tanda cinta dan terima kasih penulis kepada:

1. Ayah penulis Zulhadi Efendi S.Pd dan Ibu Rosdawati tercinta, yang selalu

memperjuangkan masa depan, yang telah lama menantikan keberhasilan

penulis, yang tak pernah lupa menyebut nama penulis dalam setiap doa, yang

tak pernah lelah memperhatikan, dan yang selalu mendukung penulis.

Semoga Allah memberikan kesempatan kepada penulis untuk bisa selalu

membahagiakan kalian.

2. Adik–adik penulis ‘‘Anhar Jaya Putra dan Ela Tri Ani.’’ yang selalu

memberikan motivasi, dukungan, dan doa bagi penulis.

3.

Keluarga besar terima kasih untuk do’a, dukungan, dan kebersamaan yang

selalu dihadirkan.

4.

Keluarga besar Pendidikan Fisika 2009 terima kasih untuk do’a, dukungan,

dan kebersamaan yang selalu dihadirkan.

(10)

SANWACANA

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena kasih sayang dan

rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika di Universitas

Lampung.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Bapak Dr. Agus Suyatna, M. Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Fisika.

4. Bapak Dr. Undang Rosidin, M. Pd., selaku pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

5. Ibu Viyanti, S.Pd., M.Pd., selaku Pembimbing Akademik dan sekaligus

Pembimbing II atas keikhlasannya memberikan bimbingan, saran, dan

motivasi.

6. Bapak Drs. I Putu Dewa Nyeneng, M.Sc., selaku pembahas yang banyak

memberikan kritik serta masukan yang bersifat positif dan konstruktif.

7. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Jurusan Pendidikan MIPA.

8. Ibu Hj. Kusmijati, S.Pd., selaku Kepala SMP Wiyatama Bandar Lampung

(11)

9. Ibu Susy, S.Pd., selaku Guru Mitra dan murid-murid kelas VIII c SMP

Wiyatama Bandar Lampung atas bantuan dan kerjasamanya.

10.Bapak dan ibu tercinta adalah inspirator terbesar dalam hidup penulis, terima

kasih untuk perhatian, doa dan kasih sayang yang tak terhingga selama ini..

11.Teman seperjuangan di P. Fisika’09

12.Seluruh keluarga P. Fisika bersatu semoga selalu menjadi keluarga besar.

Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua,

serta berkenan membalas semua budi yang diberikan kepada penulis dan semoga

skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandarlampung, Juni 2013 Penulis

(12)
(13)

3. Uji regresi linear sederhana ... 27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 29

1. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 29

1.1 Uji validitas ... 29

1.2 Uji Reliabilitas ... 30

2. Uji Normalitas ……... 31

3. Uji linieritas ... 32

4. Uji regresi linier sederhana……… 32

B. Pembahasan ... 33

1. Kemampuan Berpikir Kritis... 33

2. Hasil Belajar Kognitif ... 34

3. Pengaruh Kemampuan Berpikir Kritis terhadap hasil kognitif melalui pembelajaran TPS ……… 36

6. Lembar Kerja Kelompok Hukum Newton………. 66

7. Rubrik-Rubrik Penilaian... 79

8. Buku Siswa... 82

9. Data hasil analisis Kemampuan berpikir kritis……….. 91

10. Data Analisis Hasil Belajar Kognitif..………92

11. Data Hasil Uji Instrumen Soal……… .. 93

12. Hasil Validitas Kemampuan Berpikir Kritis……….. 94

13. Hasil Validitas Hasil Belajar Kognitif……….. 95

(14)

15. Hasil Reliabilitas Hasil Belajar Kognitif……….. . 97

16. Hasil Uji Normalitas Kemampuan Berpikir Kritis………. 98

17. Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar Kognitif……….. 99

18. Hasil Uji linieritas……….…………..………….. 100

19. Hasil Uji regresi linear sederhana.……… 102 20. Surat Keterangan Penelitian Pendahuluan

21. Surat Keterangan Izin Penelitian

(15)

i

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Aspek keterampilan berpikir kritis ... 9

2. Interpretasi ukuran kemantapan nilai alpha ... 25

3. Kategori berpikir kritis dan hasil belajar kognitif siswa ……….. 26

4. Hasil uji validasi soal kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar

kognitif……….………. 30

5. Hasil uji reliabilitas soal kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar

kognitif……….………. 30

6. Hasil uji normalitas skor postest kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar

kognitif………..… 31

7. Hasil uji linieritas data……….…. 32

8. Hasil uji regresi pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar

(16)

ii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Diagram kerangka pemikiran ... 20

2. Desain penelitian One-shot case studyt ... 22

3. Grafik persentase posttest kemampuanberpikir kritis ………... 34

4. Grafik persentase posttest hasil belajar kognitif siswa….…... 35

(17)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu permasalahan pokok dalam proses pembelajaran saat ini yaitu kesulitan

siswa dalam menerima, merespon, serta mengembangkan materi yang diberikan

oleh guru. Proses belajar mengajar akan berlangsung dengan baik apabila di

dalamnya terdapat kesiapan antara guru dengan siswa. Guru sebagai fasilitator

dituntut untuk bisa membawa siswanya ke dalam pembelajaran yang aktif,

inovatif dan menyenangkan, sehingga siswa dapat menikmati pembelajaran dan

dapat menjangkau semua sudut kelas. Bukan merupakan pembelajaran

konvensional yang selama ini berpusat pada guru, karena akan terkesan

merugikan siswa, terutama siswa yang berkemampuan rendah karena cenderung

jenuh dalam pembelajaran.

Berdasarkan observasi awal dan wawancara dengan guru bidang studi fisika di

SMP Wiyatama pembelajaran fisika yang dilakukan memang masih

menitikberatkan guru sebagai peran utama dalam pembelajaran. Guru lebih

banyak menjelaskan, memberikan contoh soal dan kemudian siswa mencatat serta

mendengarkan. Sesuai dengan hasil observasi tersebut, diketahui bahwa siswa

kurang aktif dalam berpikir kritis. Selain itu, siswa juga kurang paham dalam

(18)

2

Hal ini dapat diketahui dari hasil belajar siswa pada ulangan harian pertama yang

rendah dan masih banyak siswa belum mencapai KKM yang ditetapkan disekolah.

Nilai rata-rata pada ulangan hari pertama yang diperoleh kelas VIIIc adalah 52.07.

Nilai tersebut belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata

pelajaran IPAyang ditetapkan sekolah yaitu 65. Siswa yang nilainya >60

sebanyak 25.00 % dan sebanyak 75.00 % lainnya belum mencapai KKM.

Faktor penyebab dari rendahnya hasil belajar siswa antara lain adalah kurangnya

keterlibatan siswa dalam proses belajar. Selain itu, model pembelajaran yang

kurang efektif dan efisien, menyebabkan tidak seimbangnya kemampuan kognitif,

afektif dan psikomotorik, misalnya kebisingan atau keributan sering mendominasi

situasi kelas yang membuat siswa menjadi kurang tertarik dan tidak terpusat pada

pelajaran saat pembelajaran berlangsung .

Menanggulangi permasalahan tersebut, diperlukan model pembelajaran yang tepat

untuk mengoptimalkan proses pembelajaran dengan penyajian materi yang

menarik yang lebih dominan melibatkan siswa sehingga siswa dapat lebih aktif

dalam proses pembelajaran yang lebih mengedepankan berpikir kritis, dimana

siswa dituntut memperoleh pengalaman secara langsung dan menemukan sendiri

maupun dari kelompok ilmu pengetahuan yang terjadi di lingkungan sekitar.

Dewasa ini berbagai model dan metode pembelajaran yang telah dikembangkan

dalam rangka meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa.

Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan dalam

(19)

3

Model pembelajaran ini terdiri dari 3 tahap yaitu berpikir (thinking), berpasangan (Pairing) dan berbagi (sharing).

Model pembelajaran ini dapat melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran,

membiarkan siswa menemukan gagasan/ide melalui diskusi kelompok,

meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat suatu informasi, meningkatkan

kemampuan berpikir kritis siswa, membuat seorang siswa dapat belajar dari siswa

lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan

di depan kelas. Selain itu, model pembelajaran TPS juga dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas

sehingga terbentuk pemahaman terhadap sebuah konsep, yang diharapkan

menimbulkan berpikir kritis sehingga mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

Selain itu pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru tetapi berpusat pada siswa.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, peneliti telah melakukan

penelitian mengenai seberapa besar pengaruh berpikir kritis terhadap hasil belajar

kognitif siswa melalui pembelajaran TPS.

B.Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Adakah pengaruh yang positif dan

signifikan antara kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar kognitif siswa

(20)

4

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah: Mengetahui pengaruh kemampuan berpikir kritis

terhadap hasil belajar kognitif siswa melalui pembelajaran TPS.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Diharapkan dapat menjadi alternatif baru bagi guru dalam menyajikan materi

pembelajaran yang dapat diterapkan di kelas untuk meningkatkan kemampuan

berpikir kritis dan hasil belajar kognitif siswa.

2. Diharapkan dapat menumbuhkan keterampilan berpikir kritis siswa dalam

kegiatan belajar untuk meningkatkan hasil belajar.

E.Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:

1. Kemampuan berpikir kritis merupakan keterampilan bernalar dan berpikir

reflektif yang difokuskan untuk memutuskan hal-hal yang diyakini dan

dilakukan. Pada penelitian ini indikator pencapaian keterampilan berpikir kritis

siswa SMP meliputi: memberikan penjelasan dasar, membangun keterampilan

dasar, dan menyimpulkan

2. Hasil belajar suatu gambaran kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui

kegiatan belajar. Pada penelitian ini hasil belajar yang digunakan difokuskan

(21)

5

3. Pembelajaran TPS adalah suatu strategi diskusi kooperatif. Model

pembelajaran ini terdiri dari 3 tahap yaitu berpikir (Thinking), berpasangan (Pairing) dan berbagi (Sharing). Pada penelitian ini yaitu: 1). Guru

mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran kemudian

siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri

untuk beberapa saat; 2). Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa lain

untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama; 3).

Guru meminta kepada beberapa pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas

tentang apa yang telah didiskusikan.

4. Materi pokok dalam penelitian ini adalah Hukum I Newton, Hukum II Newton,

(22)

6

II. KERANGKA TEORETIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Berpikir Kritis

Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan

tertentu dapat dikatakan berpikir dimana dapat dikatakan berpikir kritis siswa

merumuskan dan mengevaluasi apa yang dipercaya dan diyakininya dalam

memecahkan masalah. Menurut Suryabrata (2001: 54) menyatakan bahwa:

Berpikir adalah meletakkan hubungan antara bagian-bagian pengetahuan seseorang. Bagian pengetahuan tersebut, yaitu sesuatu yang telah dimiliki, yang berupa pengertian-pengertian dan dalam batas tertentu juga tanggapan-tanggapan.

Berpikir dapat diartikan pula dengan meletakkan hubungan antara bagian-bagian

pengetahuan. Pengetahuan ini berupa pengertian dalam tertentu. Pengertian akan

menghasilkan tanggapan-tanggapan yang berbeda pada setiap orang. Dalam arti

bergantung pada pengetahuannya. Pola pikir tinggi dibentuk berdasarkan cara

berpikir kritis dan kreatifitasnya. Sebagian dari orang tua dan pendidik sepakat

bahwa dalam masyarakat sekarang anak-anak sangat membutuhkan keahlian pola

(23)

7

Berpikir kritis dapat terjadi bila mendapatkan rangsangan dari luar sehingga dapat

memberikan arahan dalam berpikir dan bekerja. Maksudnya tidak hanya

memikirkan dengan sengaja, tetapi juga meneliti bagaimana kita dan orang lain

menggunakan bukti dan logika. Johnson (2009: 48) mendefinisikan berpikir kritis

sebagai berpikir untuk menyelidiki secara sistematis proses berpikir itu sendiri.

Spliter dalam Komalasari (2010: 267) mengemukakan bahwa keterampilan

berpikir kritis adalah keterampilan bernalar dan berpikir reflektif yang difokuskan

untuk memutuskan hal-hal yang diyakini dan dilakukan.

Suatu aktifitas kogitif yang berkaitan dengan penggunaan nalar maka dapat

dikatakan berpikir kritis dimana berpikir kritis salah satu jenis berpikir konvergen.

Menurut Setiono ( 2007: 30) yang menyatakan bahwa Berpikir kritis adalah salah

satu jenis berpikir yang konvergen, yaitu menuju ke satu titik. Kemampuan

berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan,

pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya. Berpikir

kritis adalah suatu aktifitas kognitif yang berkaitan dengan penggunaan nalar.

Belajar untuk berpikir kritis berarti menggunakan proses-proses mental, seperti

memperhatikan, mengkategorikan, menyeleksi, dan menilai/memutuskan.

Kemampuan dalam berpikir kritis memberikan arahan yang tepat dalam berpikir

dan bekerja, dan membantu dalam menentukan keterkaitan sesuatu dengan yang

lainnya dengan lebih akurat. Oleh sebab itu kemampuan berpikir kritis sangat

dibutuhkan dalam pembelajaran.

Berdasarkan dua kutipan di atas dapat dianalisis bahwa berpikir kritis adalah

(24)

8

dalam memecahkan masalah dimana berpikir kritis itu salah satu jenis berpikir

yang konvergen, yaitu menuju ke satu titik.

Ada beberapa indikator berpikir kritis. Ennis dalam Aryati (2009: 3),

mengidentifikasi 12 indikator berpikir kritis, yang dikelompokkannya dalam lima

besar aktivitas sebagai berikut:

1. Memberikan penjelasan sederhana, yang berisi: (a) memfokuskan pertanyaan;

(b) menganalisis pertanyaan dan bertanya; (c) menjawab pertanyaan tentang

suatu penjelasan atau pernyataan.

2. Membangun keterampilan dasar, yang terdiri atas : (a) mempertimbangkan

apakah sumber dapat dipercaya atau tidak; (b) mengamati serta

mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi.

3. Menyimpulkan, yang terdiri atas kegiatan: (a) mendeduksi atau

mempertimbangkan hasil deduksi; (b) meninduksi atau mempertimbangkan

hasil induksi; (c) membuat serta menentukan nilai pertimbangan

4. Memberikan penjelasan lanjut, yang terdiri atas: (a) mengidentifikasi

istilah-istilah dan definisi pertimbangan serta dimensi; (b) mengidentifikasi asumsi

5. Mengatur strategi dan teknik, yang terdiri atas: (a) menentukan tindakan; (b)

berinteraksi dengan orang lain

Berdasarkan dua kutipan di atas dapat dianalisis bahwa berpikir kritis adalah

siswa dapat merumuskan dan mengevaluasi apa yang dipercaya dan diyakininya

dalam memecahkan masalah dimana berpikir kritis itu salah satu jenis berfikir

(25)

9

Mengenai berpikir kritis dibagi dalam dua aspek besar dimana aspek tersebut

meliputi aspek pembentukan watak dan aspek keterampilan. Menurut Tresnawati

(2010: 19) mengembangkan berpikir kritis kedalam dua aspek besar yaitu:

Aspek pembentukan watak (disposition), yang terdiri dari komponen : a) mencari sebuah pertanyaan yang benar dari pertanyaan, b) mencari alasan, c) mencoba untuk memperoleh informasi yang baik, d) menggunakan sumber yang dapat dipercaya dan menyebutkannya, e) memasukkan informasi/ sumber ke dalam laporan, f) mencoba mempertahankan

pemikiran yang relevan, g) menjaga pikiran tetap dalam focus perhatian, h) melihat beberapa alternatif, i) menjadi berpikir terbuka, j) menga sebuah posisi ketika fakta dan alasan sesuai, k) mencari keakuratan subjek secara benar, l) mengikuti sebuah kebiasaan yang teratur, m) menjadi lebih respon dalam merasakan tingkatan pengetahuan dan pengalaman. Selanjutnya adalah aspek keterampilan (ability): keterampilan berpikir kritis yang ditinjau untuk siswa SMP meliputi 3 keterampilan, 4 sub keterampilan, dan 6 indikator.

Keterampilan berpikir kritis seperti diuraikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Aspek Keterampilan Berpikir Kritis yang Diamati

Keterampilan Berpikir

1. Menganalisis argument 1. Mencari persamaan dan perbedaan

3. Menyimpulkan 3. Menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi

3. Berhipotesis 4. Menggeneralisasi

(26)

10

Selain indikator berpikir kritis, siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis

memiliki ciri-ciri tersendiri. Ada pula ciri-ciri dari berpikir kritis yang

dikemukakan Kirschenbaum dalam Zuchdi (2008: 49-50) menyatakan:

Ciri-ciri orang yang berpikir kritis adalah: mencari kejelasan pernyataan atau pertanyaan; mencari alasan; mencoba memperoleh informasi yang benar; menggunakan sumber yang dapat dipercaya; mempertimbangkan seluruh situasi; mencari alternatif; bersikap terbuka; mengubah pandangan apabila ada bukti yang dapat dipercayai; mencari ketepatan suatu

permasalahan, sensitif terhadap perasaan, tingkat pengetahuan, dan tingkat kecanggihan orang lain. Ciri tersebut hanya dapat dikembangkan lewat latihan yang dilakukan secara terus-menerus, sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan. Berpikir kritis dapat mengarah pada pembentukan sifat bijaksana.

Berdasarkan uraian di atas dapat dianalisis bahwa untuk mengukur kemampuan

berpikir kritis siswa meliputi: kemampuan mendefinisikan masalah, kemampuan

menyeleksi informasi untuk pemecahan masalah, kemampuan merumuskan

hipotesis, dan kemampuan menarik kesimpulan.

2. Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)

Mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan dalam suatu pembelajaran, maka

guru harus bisa memilih dan menetapkan model atau strategi yang optimal.

Dengan itu, guru harus menetapkan model dan strategi yang tepat.

Model pembelajaran kooperatif tipe TPS dikembangkan oleh Frank Lyman diuniversitas Maryland tahun 1981, yang disampaikan kembali oleh Nurhadi

(2004: 23)

(27)

11

Hal ini didukung dengan Lie (2002: 56) yang menyatakan:

TPS atau berpikir-berpasangan-berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa, struktur yang dikembangkan ini dimaksudkan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisonal. Struktur ini menghendaki siswa bekerja sama saling membantu dalam kelompok kecil (2-5 anggota) dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif daripada penghargaan individu.

Dalam pembelajaran TPS siswa menjadi aktif dan interaktif dikelas. Dasar tujuan pembelajaran kooperatif model TPS adalah mengembangkan partisipasi siswa dalam kelas melalui diskusi baik dengan pasangan maupun kelas. Melalui model

pembelajaran ini siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya agar dapat

menghasilkan ide- ide yang berkualitas.

Berdasarkan dua kutipan di atas maka dapat dianalisis bahwa dalam pembelajaran

TPS jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa sehingga siswa menjadi aktif dan interaktif.

Tahap dalam TPS terdiri dari tiga yaitu berpikir, berpasangan, dan berbagi. Menurut Ibrahim (2000: 26), yaitu;

Thinking (berfikir), siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan yang diberikan oleh guru, Pairing (berpasangan), siswa berpasangan dengan siswa lain dan mendiskusikan apa yang telah dipikirkan secara individual.

Share (berbagi), pasangan diminta mempresentasikan atau berbagi dengan seluruh kelas dari apa yang telah dibicarakan dalam kelompok.

Tahap pertama, guru mengajukan pertanyaan isu yang berhubungan dengan

pelajaran. Selanjutnya siswa diminta untuk memikirkan jawaban pertanyaan atau

isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat. Tahap kedua, guru meminta

siswa berpasangan dengan siswa yang lain untuk mendiskusikan apa yang

dipikirkan pada tahap pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagi

(28)

12

berpasangan. Tahap ketiga, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan

seluruh kelas tentang apa yang mereka bicarakan. Ini dapat dilakukan dengan cara

bergiliran pasangan demi pasangan dan dilanjutkan sampai dengan sekitar

seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan.

Lebih lanjut Lyman dalam Depdiknas (2003: 25) membagi langkah-langkah

dalam pembelajaran TPS sebagai berikut:

1.Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai; (2) Siswa diminta untuk berfikir tentang materi yang disampaikan; (3) Siswa diminta berpasangan dan berdiskusi; (4) Tiap pasangan mengemukakan hasil diskusinya; Guru memimpin diskusi; (5) Guru menambah materi yang belum diungkapkan siswa; (6) Guru memberi kesimpulan.

Berdasarkan dua kutipan di atas maka dapat dianalisis bahwa pembelajaran

dengan menggunakan model TPS memberikan peluang kepada para siswa untuk dapat mendiskusikan ide-ide yang mereka miliki dalam rangka menyelesaikan

masalah yang disajikan guru dengan pasangannya.

TPS yaitu teknik yang dikembangkan oleh Frank Lyman Teknik ini memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain.

Keunggulan dan teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa, yaitu memberi

kesempatan delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan

menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain (Isjoni, 2006).

Model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa pendekatan, salah satunya

ialah TPS. Strategi TPS tumbuh dari penelitian pembelajaran kooperatif dan waktu tunggu. Strategi ini merupakan cara yang efektif untuk mengubah pola diskusi

(29)

13

perlu dilakukan di dalam setting seluruh kelompok. TPS memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk

berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Strategi TPS yang digunakan oleh para guru menerapkan langkah-langkah sebagai berikut:

Tahap-1: Thinking (berpikir)

Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran

kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara

mandiri untuk beberapa saat.

Tahap-2: Pairing

Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa

yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan

dapat berbagi jawaban jika telah diajukan suatu pertanyaan atau berbagi ide jika

suatu persoalan khusus telah diidentifikasi. Biasanya guru memberi waktu 4-5

menit untuk berpasangan.

Tahap-3: Share

Pada tahap ini, guru meminta kepada beberapa pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah didiskusikan. Ini efektif dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan dan dilanjutkan sampai seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan pekerjaannya. (Ibrahim, 2006: 27).

Kegiatan “berpikir-berpasangan-berbagi” dalam model TPS memberikan

keuntungan. Siswa secara individu dapat mengembangkan pemikirannya

masing-masing karena adanya waktu berpikir (think time), Sehingga kualitas jawaban juga dapat meningkat. Menurut Ibrahim (2006), akuntabilitas berkembang karena

(30)

14

(berdiskusi) dengan pasangannya, kemudian pasangan-pasangan tersebut harus

berbagi dengan seluruh kelas. Jumlah anggota kelompok yang kecil mendorong

setiap anggota untuk terlibat secara aktif, sehingga siswa jarang atau bahkan tidak

pernah berbicara di depan kelas paling tidak memberikan ide atau jawaban karena

pasangannya.

Berdasarkan kutipan di atas dapat dianalisis TPS suatu strategi kooperatif dimana

TPS membantu struktur diskusi, meningkatkan partisipasi siswa,siswa dapat mengembangkan kecakapan hidup sosial sesama siswa dan guru. TPS memiliki tiga tahapan yaitu: (1) guru mengemukakan suatu pertanyaan; (2) siswa berpikir

secara individu kemudian siswa mendiskusikan dengan kelompok masing-masing;

(3) siswa berbagi jawaban dengan anggota kelompok yang lain.

3. Hasil Belajar Kognitif

Hasil belajar siswa berkaitan dengan cara siswa menangkap dan memahami isi

materi yang disampaikan oleh guru. Hasil belajar siswa dapat diketahui setelah

proses pembelajaran. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2010: 3-4):

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa tingkat perkembangan

siswa tampak pada evaluasi hasil belajar siswa, hasil belajar diperoleh setelah

berakhirnya proses pembelajaran. Hasil belajar merupakan proses penilaian yang

(31)

15

telah diterima siswa. Dari hasil penilaian tersebut guru dapat mengevaluasi sistem

mengajar yang telah ia lakukan untuk mengetahui berapa persen hasil dari metode

yang ia terapkan saat itu. Dari hasil belajar tersebut siswa juga dapat mengetahui

kesalahan serta kekurang pahaman meteri yang diajarkan untuk didiskusikan

bagian yang ia tidak mengerti berdasar kemampuan yang ia miliki.

Keberhasilan siswa dalam belajar tergantung dari aktivitas belajar siswa itu

sendiri. Karena aktivitas yang tinggi dapat meningkatkan daya serap siswa

terhadap pelajaran yang diterimanya. Sehingga keberhasilan proses belajar

mengajar diukur dari hasil yang diperoleh siswa dalam pembelajaran.

Hal tersebut didukung oleh pendapat Djamarah dan Zain (2010: 121):

Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar, dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan akhir atau puncak dari proses belajar. Akhir dari kegiatan inilah yang menjadi tolak ukur tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar.

Berdasarkan kutipan di atas dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan akhir

atau puncak dari proses belajar. Akhir dari kegiatan inilah yang menjadi tolak

ukur tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar. Untuk mengetahui

keberhasilan dalam belajar diperlukan adanya suatu pengukuran hasil belajar yaitu

melalui suatu evaluasi atau tes dan dinyatakan dalam bentuk angka.

Setiap proses pembelajaran akan mencapai suatu puncak kegiatan dengan

melakukan pengukuran terhadap proses pembelajaran tersebut. Proses pengukuran

ini membantu untuk mengetahui hasil belajar setelah dilangsungkannya

pembelajaran. Sedangkan menurut Slameto (2008: 131) hasil belajar itu sendiri

(32)

16

(kognitif); b) Kepribadian atau sikap (afektif); c) Keterampilan atau penampilan

(psikomotor). Sedangkan hasil belajar dalam kecakapan kognitif menurut Dimyati

dan Mudjiono (2010: 10) memiliki beberapa tingkatan, yaitu: a). Informasi non

verbal, b). Informasi fakta dan pengetahuan verbal, c). Konsep dan prinsip, d).

Pemecahan masalah dan kreatifitas.

Berdasarkan dua kutipan di atas bahwa hasil belajar diakhir dari suatu proses

pembelajaran, maka siswa akan memperoleh suatu hasil belajar. Hasil belajar

tampak apabila terjadi perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati

dan diukur dalam bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Nilai aspek

kognitif diperoleh dari pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, dan sintesis

siswa yang dievaluasi di setiap akhir pembelajaran. Hasil evaluasi kemudian

dianalisis dan disajikan dalam bentuk hasil belajar siswa

Sasaran penilaian dalam evaluasi hasil belajar terbagi menjadi tiga ranah. Menurut

Daryanto (2010: 100) ada tiga ranah yang menjadi sasaran dalam evaluasi hasil

belajar yaitu “ ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor”. Namun dalam

penelitian ini hasil belajar siswa dibatasi pada ranah kognitif saja. Selanjutnya

adapun aspek kognitif dibedakan atas enam jenjang diantaranya: pengetahuan

(knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (aplication), analisis

(analysis), sintsis (syntesis), dan evaluasi penilaian (evaluation).

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat dianalisis bahwa keberhasilan proses

belajar yang dilakukan dapat diukur dengan tolak ukur hasil belajar yang

diperoleh oleh siswa. Selain itu, nilai aspek kognitif diperoleh dari pengetahuan,

(33)

17

pembelajaran. Hasil evaluasi kemudian dianalisis dan disajikan dalam bentuk

hasil belajar siswa. Dari uraian-uraian di atas jelas bahwa suatu pembelajaran

pada akhirnya akan menghasilkan kemampuan seseorang yang mencakup

pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dapat diukur dengan menggunakan tes

hasil belajar.

Hasil belajar dapat dilihat dari nilai yang diperoleh setelah tes dilakukan.

Dengan adanya tes maka siswa akan mengetahui tingkat pengetahuan yang

dimilikinya.

B.Kerangka Pikir

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang menggunakan satu kelas.

Pada penelitian ini dilakukan pengujian untuk mengetahui pengaruh berpikir kritis

siswa SMP terhadap hasil kognitif menggunakan model pembelajaran TPS.

Pelajaran fisika dianggap sebagai pelajaran yang rumit karena memuat banyak

rumus dan fenomena-fenomena abstrak. Siswa mengalami kesulitan untuk

memahami konsep jika pembelajaran di kelas hanya berupa penyampaian materi

yang monoton. Menyoroti hal tersebut maka diperlukan inovasi dalam

pembelajaran untuk membantu siswa. Salah satu cara adalah mengembangkan

keterampilan berpikir kritis guna mempermudah siswa dalam memecahkan

persoalan-persoalan dalam pelajaran fisika.

Keterampilan berpikir kritis memerlukan model pembelajaran yang berpusat pada

siswa dan memberi kesempatan bagi siswa untuk mengemukakan

(34)

18

tepat dapat menggali keterampilan berpikir kritis siswa secara efektif. Model

pembelajaran yang digunakan hendaknya senantiasa merangsang siswa untuk

berpikir kritis sehingga turut meningkatkan hasil belajar fisika siswa.

Keberhasilan belajar fisika sangat ditentukan oleh model pembelajaran yang

diterapkan oleh guru di dalam kelas. Model pembelajaran tersebut tentu saja harus

ada interaksi timbal balik antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa.

Interaksi yang baik juga menghendaki suasana pembelajaran yang tidak

membosankan dan memicu semangat siswa sehingga tercapai tujuan dari

pembelajaran tersebut. Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat

mengembangkan keterampilan-keterampilan intelektual dengan model

pembelajaran kooperatif.

Model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tipe salah satunya pembelajaran kooperatif TPS yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil kognitif siswa. Model pembelajaran TPS

akan menciptakan kondisi belajar siswa yang efektif. Dengan berfokus pada

keaktifan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, siswa dituntut berpikir

secara kritis dan analitis, serta mampu untuk mendapatkan dan menggunakan

secara tepat sumber-sumber pembelajaran.

Dimana dalam model pembelajaran ini siswa belajar sesuai dengan

kemampuannya sehingga masing-masing siswa mempunyai kesempatan yang

sama untuk sukses. Di dalam pelaksanaannya hal pertama yang dilakukan adalah

guru mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan topik pelajaran, kemudian

(35)

19

beberapa saat. Dalam tahap ini siswa dituntut lebih mandiri dalam mengolah

informasi yang dia dapat. Lalu guru meminta siswa duduk berpasangan dengan

siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah difikirkannya pada tahap pertama.

Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat membagi jawaban dengan pasangannya.

Tahap akhir guru meminta kepada pasangan untuk berbagi jawaban dengan

seluruh kelas tentang apa yang telah mereka diskusikan. Ini efektif dilakukan

dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan dan dilanjutkan sampai sekitar

seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan hasil diskusi

mereka.

Dengan demikian, siswa akan terbiasa bersikap teliti, kreatif, tekun/ulet,

objektif/jujur, dan juga menghormati pendapat orang lain. Keunggulan dari Model

pembelajaran TPS adalah optimalisasi partisipasi siswa dan memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk menunjukkan partisipasi mereka kepada

orang lain sehingga dapat meningkatkan kreativitas, berpikir krtitis dan

kemampuan kognitif pada siswa.

Penelitian ini menggunakan tiga bentuk variabel penelitian , yaitu variabel bebas,

variabel terikat, dan variabel moderator. Sebagai variabel bebas adalah berpikir

kritis (X), variabel terikatnya adalah hasil belajar kognitif siswa (Y), sedangkan

variabel moderator adalah Model pemebelajaran TPS. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai hubungan variabel bebas dan variabel terikatnya

serta variabel moderator maka dapat dijelaskan dalam Diagram kerangka

(36)

20

Gambar 1.Diagram Kerangka Pemikiran Keterangan:

X = berpikir kritis

Y = hasil belajar kognitif siswa Z = Model pembelajaran TPS.

r = pengaruh berpikir kritis terhadap hasil kognitif siswa

C. Hipotesis Tindakan

Hipotesis penelitian ini yang akan diuji adalah:

Ho : Tidak ada pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar kognitif

melalui pembelajaran TPS.

H1 : Ada pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar kognitif

melalui pembelajaran TPS.

X Y

Z

(37)

III. METODE PENELITIAN

A.Populasi Penelitian

Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

seluruh siswa kelas VIII SMP Wiyatama Bandar Lampung pada semester genap

Tahun Pelajaran 2013/2014.

B.Sampel Penelitian

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Berdasarkan populasi yang terdiri dari 4 kelas kemudian dipilih 1 kelas sebagai sampel dengan

anggapan siswa pada kelas tersebut dapat dilakukan pengukuran terhadap variabel

penelitian sesuai dengan penelitian yang dilakukan dan dari hasil pengukuran

tersebut akan diperoleh data yang benar. Sampel yang diperoleh adalah siswa

kelas VIIIc SMP Wiyatama Bandar Lampung semester genap Tahun Pelajaran

2013/2014. Dengan jumlah siswa laki-laki 17 orang dan perempuan 17 orang.

C. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah studi eksperimen dengan menggunakan sebuah kelas yang

menjadi populasi sekaligus sampel dalam penelitian. Kelas tersebut diberikan

(38)

22

yang diberi perlakuan dan selanjutnya diberikan soal ujian akhir (posttest) untuk melihat hasil belajar. Secara prosedur rancangan desain penelitian pola seperti

ditunjukkan pada gambar 2.

Gambar 2. Desain Penelitian One-Shot case Study

Keterangan:

X = kemampuan berpikir kritis O = Posttest hasil belajar kognitif

(Sugiyono, 2010: 110)

Kelas yang menjadi sampel yaitu VIIIc diberikan perlakuan yaitu penerapan

pembelajaran dengan model TPS. Kemudian pada akhir pembelajaran, siswa diberikan postest ( tes akhir ) dalam bentuk soal essay.

D.Variabel Penelitian

Variabel penelitian ada tiga yaitu variabel bebas, variabel terikat, dan variabel

moderator. Variabel bebasnya adalah berpikir kritis, variabel terikatnya adalah

kemampuan hasil kognitif siswa, dan variabel moderator adalah pembelajaran

TPS.

E.Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Instrumen untuk

mengukur kemampuan berpikir kritis siswa dan untuk mengukur hasil belajar

kognitif siswa adalah soal tes berbentuk essay. Tes ini digunakan pada saat postest

(39)

23

F. Analisis Instrumen

Sebelum instrumen digunakan dalam sampel, instrumen harus diuji terlebih

dahulu dengan menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas.

1. Uji Validitas

Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium,

dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium.

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data

(mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk

mengukur apa yang seharusnya diukur (ketepatan).Untuk menguji validitas

instrumen digunakan rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson dengan rumus:

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan:

= Koefisien korelasi yang menyatakan validitas

= Skor butir soal = Skor total

= Jumlah sampel

(Arikunto, 2008: 72)

Diketahui dengan kriteria pengujian jika korelasi antar butir dengan skor total

lebih dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika

korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen tersebut

dinyatakan tidak valid. Dan jika r hitung > r tabeldengan α = 0,05 maka koefisien

(40)

24

Item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3. (Sugiyono, 2010: 188)

Berdasarkan kutipan di atas jika korelasi antar butir dengan skor total lebih dari

0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika korelasi antar

butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan tidak

valid. Dan jika r hitung > r tabel dengan α = 0,05 maka koefisien korelasi tersebut

signifikan. Pengujian validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan program SPSS 17.0 dengan kriteria uji bila correlated item – total correlation lebih besar dibandingkan dengan 0,3 maka data tersebut kuat (valid).

2. Uji Reliabilitas

Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali

untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.

Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen didasarkan pada pendapat

Arikunto (2008: 109) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas

dapat digunakan rumus alpha, yaitu:

Keterangan :

r11 = reliabilitas yang dicari

Σσi2 = jumlah varians skor tiap-tiap item

σt2 = varians total

(Arikunto, 2008: 109)

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukuran

dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas instrumen diperlukan untuk

(41)

25

dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan SPSS 17.0 dengan metode Alpha Cronbach’s yang diukur berdasarkan skala alpha cronbach’s 0 sampai 1.

Menurut Sayuti dalam Saputri (2010: 30), instrumen dinyatakan reliabel jika

mempunyai nilai koefisien alpha, maka digunakan ukuran kemanta-pan alpha

yang diinterprestasikan sebagai berikut:

Tabel 2. Interpretasi ukuran kemantapan nilai alpha

Nilai Alpha Cronbach’s Keterangan

0,00-0,20 kurang reliabel.

0,21-0,40 agak reliabel.

0,41-0,60 cukup reliabel.

0,61-0,80 reliabel.

0,81-1,00 sangat reliabel.

Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian instrumen akan diujikan kepada sampel

penelitian. Skor total setiap siswa diperoleh dengan menjumlahkan skor setiap nomor

soal.

G.Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar pengumpulan data

berbentuk tabel yang diperoleh dari skor postest untuk kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar kognitif siswa.

H.Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 1. Analisis Data

Proses analisis untuk berpikir kritis dan hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:

a. Skor yang diperoleh dari masing-masing siswa adalah jumlah skor dari setiap

(42)

26

b. Persentase pencapaian hasil belajar siswa diperoleh dengan rumus:

Adapun kategori hasil belajar ranah kognitif siswa disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Kategori Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa

Nilai Kategori

Uji normalitas dilakukan terhadap hasil tes akhir dari kedua variabel tersebut,

menggunakan program komputer. Pada penelitian ini uji normalitas digunakan

dengan uji kolmogorov smirnov. Dasar dari pengambilan keputusan uji

normalitas, dihitung menggunakan program program komputer dengan metode

kolmogorov smirnov berdasarkan pada besaran probabilitas atau nilai signifikasi. Data dikatakan memenuhi asumsi normalitas jika pada Kolmogorov-Smirnov

maupun Shapiro-Wilk nilai sig. > 0.05. 2. Uji Linieritas

Pengujian dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan metode

Test for Linearity pada taraf signifikan 0, 05. Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linier bila signifikansi (Linearity) kurang dari 0,05

(43)

27

3. Uji Regresi linear sederhana

Uji regresi linear sederhana dilakukan untuk menghitung persamaan regresinya. Dengan menghitung persamaan regresinya maka dapat diprediksi seberapa tinggi

nilai variabel terikat jika nilai variabel bebas diubah-ubah serta untuk mengetahui

arah hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat apakah positif atau

negatif.

Dengan:

∑ ∑ ∑ ∑

∑ ∑ ∑

Priyatno (2010: 55)

Untuk memudahkan dalam menguji hubungan antara variabel dilakukan dengan

menggunakan program SPSS 17.0 dengan uji Reggression Linear. Adapun hipotesis penelitian yang telah diuji adalah:

Ho = Tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan berpikir kritis terhadap hasil

belajar kognitif siswa SMP melalui model pembelajaran TPS.

H1 = Ada pengaruh yang positif dan signifikan berpikir kritis terhadap hasil

belajar kognitif siswa SMP melalui model pembelajaran TPS. Kriteria pengujian:

Jika lebih kecil dari , maka Ho diterima, dan ditolak. Dan jika

(44)

28

Berdasarkan tingkat signifikansi:

H0 diterima jika signifikansi > 0.05

(45)

41

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh

yang positif dan signifikan kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar kognitif

siswa SMP melalui pembelajaran TPS. Besarnya pengaruh berpikir kritis terhadap hasil belajar kognitif adalah 87,4% .

B.Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian, penulis memberikan saran:

Guru IPA Fisika hendaknya berupaya untuk selalu meningkatkan berpikir kritis

siswa, khususnya dengan menggunakan pembelajaran TPS dalam proses belajar mengajar dengan pembagian pasangan jenis kelamin yang sama agar mereka lebih

aktif dalam pembelajaran dan siswa senang mengikuti pelajaran sehingga dapat

(46)

43

DAFTAR PUSTAKA

Apriyani, Eva. 2010. Perbedaan penggunaan model pembelajaran tipe think pair share (TPS) dengan TGT (teams games tournament) terhadap aktivitas belajar siswa dan pemahaman konsep pada materi pokok hidrokarbon.

Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung.Tidak diterbitkan. Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara.

. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Aryati, Rosmedi. 2009. Bagaimana Strategi Pembelajaran Quantum Teaching

Dan Quantum Learning Dapat Dilaksanakan. [Network] diakses 25 November 2010 darihttp://blog.unila.ac.id/momon/2009/09/07/bagaimana- strategi-pembelajaran-quantum-teaching-dan-quantum-learning-dapat-dilaksanakan/

Daryanto. 2010. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata pelajaran Sains. Jakarta: Depdiknas

Dimyati dan Mudjiono. 2010. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Djamarah, Syaiful Bahri, dan Aswan Zain. 2010. Eds Revisi : Strategi Belajar

Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Ibrahim, M.,Rahmadiarti,M. Nur, Ismono.2000. Pembelajaran kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya

Ibrahim.2006. Think Phair Share.http://www.tuanguru.net/2011/12/ penerapan-model-pembelajaran-kooperatif.html.18 Februari 2012 (21.34 WIB)

Isjoni.2006. Model – Model Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada. Johnson, Elaine B. 2009. Contextual Teaching Learning (CTL). Bandung: Kaifa. Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi.

(47)

43

Lie, Anita. 2002. Mempraktikan Cooperative learning di ruang–ruang kelas. Jakarta: Grasindo.

Meltzer D. E. 2002. The relationship between mathemathics preparation and conceptual learning gains in physics : A possible :hidden variable in diagnostic pretest score. American Journal Physics. 70 (2), 1259–1268. Nurhadi. Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta: PT Gramedia

Widiasarana Indonesia, 2004

Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisis Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta: Media Kom.

Saputri, Novika. 2010. Pengaruh Fasilitas di Rumah dan Motivasi Belajar pada Pembelajaran Fisika melalui Metode Pemberian Tugas terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Trimurjo Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Setiawan, Cahyo Agus. 2012. Pengaruh penerapan model pembelajaran generatif learning terhadap kemampuan berpikir kritis siswa dilihat dari kemampuan kognitif siswa. Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Setiono, Agustinus. 25 September 2008. Berpikir Kritis. Diakses 12 November 2009 dari http://agustinussetiono.wordpress.com/2007/09/25/berpikir-kritis/

Setiyani, Hesti. 2011. Perbandingan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa dengan metode pembelajaran cooperative learning type think pair share (TPS) dan group investigation(GI). Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Slameto. 2008. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Suryabrata S, 2001. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Rajawali Pers. Tresnawati, Erna.2010. Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah

untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMP (online). Tersedia (http://repository.upi.edu/skripsiview.php?no_skripsi=859).

Skripsi pada jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI. Bandung : 26 oktober 2010 [diakses 10 November 2010]

Gambar

Tabel 1. Aspek Keterampilan Berpikir Kritis yang Diamati
Gambar 1.Diagram Kerangka Pemikiran
Tabel 2. Interpretasi ukuran kemantapan nilai alpha
Tabel 3. Kategori Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Ranah Kognitif  Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini terjadi karena dengan metode diskusi, setiap kelompok diberi masalah yang harus diselesaikan .Namun hasilnya belum optimal karena pada siklus 1 belum

Pusat Pengembangan Minat dan Bakat pemuda Tanjung Morawa atau lebih sering kita kenal dengan nama Gelanggang Remaja, merupakan suatu wadah yang memungkinkan

Aplikasi yang dibangun pada artikel ini dapat membantu pengguna mencari informasi alam tanpa harus melakukan pencocokan dengan kata kunci pencarian. 5.2

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 ayat (4) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha

- kawasan tadahan musnah - perlombongan petroleum di laut : - peningkatan suhu kerana kurang proses transpirasi pencemaran laut, kepupusan sumber laut - angin lebih kencang

jadi, lingkungan bisnis Islami adalah segala aktivitas ekonomi yang sesuai dengan ajaran Islam....

- Terdapat variasi font di dalam satu mukasurat, tiada kekemasan.. -Penggunaan effect pada font adalah melebihi

di atas diper oleh bahw a pada kelas eksper imen yang menggunakan model pembelajar an kooper atif tipe NHT ( Number ed Heads Toget her ) dengan metode snowball t hr owing