UJI TOKSISITAS EKSTRAK Selaginella willdenowii TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP JUVENIL IKAN MAS (Cyprinus sp.)
Oleh
Akmalia Rahmani
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA SAINS
Pada
Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG
UJI TOKSISITAS EKSTRAK Selaginella willdenowii TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP JUVENIL IKAN MAS (Cyprinus sp.)
Oleh
Akmalia Rahmani
ABSTRAK
Selaginella willdenowii merupakan jenis tumbuhan yang memiliki senyawa aktif hasil dari metabolit sekunder berupa biflavonoid. Biflavonoid diduga sebagai zat toksik yang mampu menghambat pertumbuhan sel kanker. Hal inilah yang menjadikan Selaginella sebagai salahsatu jenis tumbuhan yang dapat dikembangkan menjadi obat tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat toksisitas ekstrak Selaginella willdenowii terhadap juvenil ikan mas (Cyprinus sp.). Ekstrak dibuat dari keseluruhan bagian Selaginella yang dimaserasi dengan menggunakan aquades, kemudian ekstrak dioven sampai menjadi ekstrak pasta. Ekstrak pasta tersebut diencerkan menggunakan aquades hingga didapatkan ekstrak cair dengan konsentrasi yang berbeda yaitu 0%, 5%, 10%, 20%, 40%, 50%, lalu diberikan kepada media air juvenil ikan mas. Metode penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 kali ulangan. Analisis data menggunakan ANOVA dengan α 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak Selaginella willdenowii tidak cukup toksik terhadap juvenil ikan mas. Pada konsentrasi ekstrak aquades Selaginella willdenowii 50% tidak mampu mentoksik juvenil ikan mas (Cyprinus sp.)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK……… i
LEMBAR PENGESAHAN………. ii
SANWACANA……….…… iii
DAFTAR ISI……….…… vii
DAFTAR TABEL……….... x
DAFTAR GAMBAR………... xi
I. PENDAHULUAN………. 1
A. Latar Belakang……….. 1
B. Tujuan Penelitian………... 2
C. Manfaat Penelitian………... 2
D. Kerangka Pikir………... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4
A.Tumbuhan Paku ... 4
B.Tumbuhan Selaginella willdenowii ... 5
1. Klasifikasi Selaginella ... 5
2. Biologi Selaginella……… 6
3. Penyebaran Selaginella……… . 7
C.Ikan Mas (Cyprinus sp.) ... 9
1. Klasifikasi ... 9
2. Biologi Ikan Mas……… 10
3. Habitat Ikan Mas……… 10
D.Definisi Ekstrak... 11
E. Uji Toksisitas ... 11
F. Uji LC50... ... 12
III. METODE PENELITIAN ... 13
A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 13
B. Alat dan Bahan ... 13
C. Rancangan Penelitian ... 14
D. Cara Kerja……….. ... 15
1. Persiapan Tumbuhan Selaginella……… 15
2. Pembuatan Ekstrak Tumbuhan Selaginella……… 15
3. Pembuatan Konsentrasi Ekstrak Selaginella ….…………... 16
4. Persiapan Wadah Hewan Uji……… 16
5. Persiapan Juvenil Ikan Mas……….. 16
6. Aklimasi……… 17
7. Perlakuan Ekstrak Terhadap Hewan Uji Ikan Mas ... 17
8. Pengambilan Data……… . 17
E. Parameter Penelitian……….. 17
G. Diagram Alir……….. 19 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 21 A. Nilai Mortalitas Ikan Mas (Cyprinus sp.) ... 21 B. Gambar Yang Menunjukkan Nilai Mortalitas
Ikan Mas (Cyprinus sp.) ... 23 V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 30
DAFTAR PUSTAKA……….. ... 31
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Melimpahnya keanekaragaman tumbuhan di muka bumi ini mendorong manusia untuk menjadikan tumbuhan menjadi bahan baku pembuatan obat. Ada 940 jenis tumbuhan di Indonesia yang telah ditemukan berkasiat sebagai tanaman obat (Erlen,2005). Di Indonesia pemanfaatan tanaman obat tradisional makin banyak digunakan,sepertiobat anti oksidan, anti tumor, bahkan untuk anti kanker
(Chikmawati et al, 2009).
Selaginella merupakan salah satu tanaman yang memiliki manfaat sebagai bahan baku untuk antioksidan (Chikmawati et al, 2009). Sedangkan menurut Thomson (2007), Selaginella disamping bermanfaat sebagai anti tumor, Selaginella juga bermanfaat sebagai anti kanker. Ekstrak S. willdenowii mengandung flavonoid 4,7-di-O-metilamentoflavon, isokriptomerin, dan 7-O-metilrobusta-flavon yang secara signifikan sitotoksik terhadap berbagai sel kanker (Silva et al. 1995). Umumnya Selaginella yang digunakan adalah Selaginella willdenowii.
parameter pengujian bahan toksik terhadap hewan uji menggunakan LD50 atau LC50. Suatu tumbuhan dikatakan bersifat toksik bila konsentrasi yang digunakan
menyebabkan kematian sebanyak 50% dari organisme uji yang digunakan dalam penelitian.
Selaginella willdenowii banyak di jumpai di hutan sekunder. Untuk mengetahui Selaginella willdenowii ini memiliki sifat toksik seperti jenis Selaginella yang lain, maka perlu dilakukan uji toksisitas.
Berdasarkan dari latar belakang tersebut, penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan ikan mas sebagai hewan uji karena ikan mas lebih sensitif terhadap penyakit dan memiliki daya tahan tubuh yang lebih rendah sehingga akan diberi perlakuan dengan menggunakan ekstrak Selaginella willdenowii.
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat toksisitas ekstrak Selaginella willdenowii terhadap juvenil ikan mas (Cyprinus sp.).
1.3 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang keamanan penggunaan Selaginella willdenowii sebagai bahan baku obat tradisional yang diuji dengan
1.4 Kerangka Fikir
Keanekaragaman hayati flora di Indonesia yang sangat melimpah dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan obat tradisional, salah satunya adalah Selaginella. Selaginella merupakan jenis tanaman paku-pakuan yang memiliki manfaat cukup banyak sebagai bahan baku obat yaitu bermanfaat sebagai antioksidan, anti tumor, dan juga untuk anti kanker. Salah satu contoh tanaman Selaginella ini adalah Selaginella willdenowii. Selaginella willdenowii merupakan jenis tanaman yang memiliki senyawa aktif hasil dari metabolit sekunder berupa biflovonoid. Biflavonoid ini banyak sekali ditemukan pada tumbuhan hijau. Dalam
pemanfaatannya, biflavonoid diduga dapat membunuh sel-sel kanker. Biflavonoid yang paling kuat dalam menghambat sel kanker adalah ginkgetin. Adanya
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.Tumbuhan Paku
Tumbuhan paku merupakan salah satu tumbuhan tertua yang masih sering kita jumpai di daratan. Memiliki kormus merupakan ciri yang khas dari tumbuhan ini. Arti dari tumbuhan berkormus adalah tumbuhan tersebut memiliki akar, batang, dan daun yang sudah memiliki pembuluh pengangkut berupa xylem dan floem. Di Indonesia tumbuhan paku merupakan kelompok tumbuhan yang memiliki banyak jenis. Sekitar 10.000 jenis tumbuhan paku yang ada di muka bumi ini dan 1.300 jenisnya berada di sebagian besar kepulauan Indonesia dan Malaysia
(Sastrapraja,1985).
B.Tumbuhan Selaginella willdenowii 1. Klasifikasi Selaginella
[image:12.612.114.396.200.401.2]Menurut Tjitrosoepomo (1994), klasifikasi dari Selaginella willdenowii adalah sebagai berikut:
Gambar 1. Selaginella willdenowii
Regnum :Plantae Divisi :Pteridophyta Kelas :Lycopodinae Ordo :Selaginellales Famili :Selaginellaceae Genus :Selaginella
2. Biologi Selaginella
Selaginella tergolong jenis tumbuhan paku (Pteridophyta) yang sering dikenal dalam masyarakat dengan sebutan paku rane, yang berkembangbiak secara seksual dengan menggunakan spora (Czeladzinski, 2003). Ciri khas dari tanaman Selaginella yaitu berupa tanaman herba yang tumbuh tegak dengan percabangan khas dan Selaginella tumbuh dengan merayap. Rane merupakan nama Indonesia dari tanaman Selaginella. Selaginella memiliki daun yang tersusun dibagian kiri-kanan batang maupun
cabangnya sehingga Selaginella disebut sebagai tanaman paku rane. Disamping itu Selaginella juga bersisik-sisik (de Winter & Amaoroso, 2003).
Selaginella willdenowii merupakan tanaman semak yang memiliki tinggi 1-2 meter. Selaginella willdenowii memiliki ciri-ciri yaitu: merupakan tanaman yang memanjat, memiliki batang utama yang tegak dengan batang berbentuk segi empat, warna dari batang coklat kemerahan, membentuk sudut 450 dari cabang utamanya, Selaginella willdenowii juga memiliki daun yang licin (Czeladzinski, 2003).
Sebagian besar jenis-jenis tanaman Selaginella memiliki kesamaan antara satu dengan yang lain. Perbedaan yang nyata antara jenis-jenis tanaman Selaginella yaitu terdapat pada pigmentasi dan bentuk morfologinya. Pigmentasi dan morfologi dari tanaman Selaginella merupakan karakter utama dalam taksonomi Selaginella (Czeladzinski, 2003).
daun-daun kecil yang menyerupai sisik. Pertumbuhan Selaginella dapat terjadi dari berbagai tipe tanah maupun iklim. Sifat heterospor menyebabkan Selaginella
memiliki keanekaragaman yang tinggi dalam kehidupannya di hutan hujan tropis dan hal ini juga yang menyebabkan banyak kemungkinan terjadi persilangan antar spesies Selaginella.
3. Penyebaran Selaginella
Selaginella yang ditemukan di Asia Tenggara tumbuh pada tanah yang kaya zat organik, tempat yang lembab, dan drainasi baik ditempat yang ternaungi atau setengah ternaungi. Selaginella juga sering dijumpai di tepi jalan, di dekat sungai, tebing-tebing pegunungan, maupun hutan (de Winter & Amaroso, 2003).
Camus (1997) menyatakan bahwa Indonesia memiliki sejumlah spesies Selaginella. Spesies Selaginella dapat dijumpai pada pulau-pulau besar maupun pulau-pulau kecil di Indonesia yaitu Kalimantan (58 spesies), Nugini (55 spesies), Sumatera (29
spesies), Sulawesi (21 spesies), Maluku (18 spesies), dan Sunda Kecil (9 spesies).
4. Senyawa Aktif pada Selaginella
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa bahan aktif tersebut dapat digunakan untuk pengobatan penyakit tertentu.
Proses metabolisme sekunder menghasilkan senyawa bioaktif seperti biflavonoid pada tumbuhan. Zat ini digunakan sebagai pertahan dari serangan patogen dan jamur. Pada Selaginella, metabolit sekunder utama yaitu biflavonoid. Penyebaran senyawa ini hanya terbatas pada Selaginellales, Psilotales, dan Gymnospermae (Seigler, 1998), namun beberapa Bryophyta dan sekitar 15 familia Angiospermae juga memiliki senyawa ini (DNP, 1992).
Selaginella willdenowii mengandung robusflavon yaitu suatu biflavonoid
penghambat perkembangan virus hepatitis B secara in vitro, penghambat kuat virus influensa A dan B dan penghambat sedang HSV-1 dan 2 (Lee et al, 1999). Flavonoid merupakan golongan fenol alam yang memiliki banyak jenis. Secara umum,
flavonoid merupakan senyawa yang mengandung 15 atom karbon dalam dua inti dasarnya, yang tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6 yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh unit tiga karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga (Markham, 1988).
Manfaat dari genus Selaginella (Selaginellaceae) adalah :
2. Spesies ini secara tradisional digunakan untuk menyembuhkan beberapa penyakit terutama untuk luka, nifas, dan gangguan haid. Biflavonoid adalah salah satu produk alam yang paling berharga dari Selaginella.
3. Secara ekologis, tumbuhan menggunakan biflavonoid untuk merespon kondisi lingkungan seperti pertahanan terhadap hama, penyakit, herbivora, dan kompetisi. Manusia memanfaatkan biflavonoid secara medis terutama untuk antioksidan, anti-inflamasi, dan anti karsinogenik (Setyawan, 2011).
C. Ikan Mas (Cyprinus sp.)
1. Klasifikasi
[image:16.612.113.356.420.568.2]Menurut Pribadi (2002), klasifikasi ikan mas adalah sebagai berikut:
2. Biologi Ikan Mas
Bentuk tubuh agak memanjang dan memipih ke samping (compressed) merupakan karakteristik yang kita jumpai pada ikan mas. Keseluruhan tubuh ikan mas ditutupi oleh sisik. Ikan mas memiliki gigi kerongkongan sebanyak tiga baris yang berbentuk graham. Sedangkan sirip ikan mas memanjang dan bagian permukaannya terletak berseberangan dengan permukaan sirip perut (ventral). Sirip punggung (dorsal) berjari-jari keras dan bagian akhirnya bergerigi. Sirip ekor dari ikan mas ini menyerupai cagak yang memanjang simetris. Ikan mas memiliki sisik yang cukup besar dengan tipe sisik lingkaran yang letaknya beraturan (Pribadi, 2002).
Ikan mas mengalami pertumbuhan yang cepat, bobot ikan mas dapat mencapai 500 g/ekor pada saat usia 5 bulan sejak ikan dewasa menetas (Cahyono, 2000). Menurut Susanto (2006), ikan mas dapat berkembang sampai panjang 3cm setiap bulannya didalam kolam.
Tipe ikan dapat dikelompokkan dalam beberapa katagori yaitu: bentuk fisik ikan, spesies ikan, proses dalam pembuatan pakan ikan, keaslian pakan, cara penggunaan pakan, dan kandungan gizi pakan (Zonneveld et al, 1991).
3. Habitat Ikan Mas
pertumbuhan ikan mas mengalami penurunan setengah kali jika dibandingkan pada suhu 200C (Wardoyo dalam Tamanampo, 1994). Sedangkan menurut Zonneveld et al. (1991) suhu air 20-300C dengan pH 6-9 merupakan kondisi yang mendukung dalam pertumbuhan larva ikan mas.
D.Definisi Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair dari simplisia nabati atau hewani, di luar pengaruh cahaya matahari langsung. Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga. Ekstraksi adalah suatu cara penarikan kandungan kimia dari simplisia dengan menggunakan pelarut yang cocok agar kandungan kimia yang dapat larut terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Terdapat dua model ekstraksi, yaitu cara dingin dan cara panas (Farmakope Indonesia III, 1979).
E.Uji Toksisitas
F. Uji LC50
LC50 (Median Lethal Concentration) yaitu konsentrasi yang menyebabkan kematian sebanyak 50% dari organisme uji yang dapat diestimasi dengan grafik dan
perhitungan pada suatu waktu pengamatan tertentu, seperti LC50 48 jam, LC50 96 jam sampai waktu hidup hewan uji. Untuk mengetahui nilai LC50, kita dapat
menggunakan dua tahap dalam penelitian, yaitu:
a. Uji Pendahuluan. Uji ini digunakan untuk menentukan batas kritis
konsentrasi yang dapat menyebabkan kematian terbesar mendekati 50% dan kematian terkecil mendekati 50%.
III. METODE PENELITIAN
A.Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Juli 2013. Tempat penelitian adalah Laboratorium Botani dan Laboratorium Biologi Molekuler, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.
B. Alat dan Bahan
Alat-alat yang diperlukan untuk penelitian ini adalah: aerator untuk menyuplai udara kedalam wadah, wadah digunakan sebanyak 18 buah untuk tempat hidup hewan uji, alumunium foil untuk menutup larutan maupun sampel agar tidak terkontaminasi dengan udara dilingkungan sekitar, batang pengeduk untuk mengaduk sampel baik yang akan direaksi maupun ketika reaksi berlangsung, beaker glass untuk
menyimpan maupun membuat larutan, blender untuk menghaluskan organ
ukur untuk mengukur volume larutan, indikator universal untuk identifikasi
keasamaan larutan/zat, kertas saring untuk menyaring larutan, lampu untuk memberi cahaya didekat wadah, mortal dan pastle untuk menghaluskan zat yang bersifat padat/kristal, oven untuk mengeringkan alat sebelum digunakan dan juga untuk mengeringkan bahan yang basah, pipet tetes untuk meneteskan atau mengambil larutan dalam jumlah kecil, tabung reaksi untuk mereaksi dua atau lebih zat, rak tabung reaksi untuk meletakkan tabung reaksi, dan spatula untuk mengambil bahan-bahan kimia dalam bentuk padatan.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: air aquades, ikan mas (Cyprinus sp.) sebagai hewan uji dalam penelitian sebanyak 54 ekor dan Selaginella willdenowii sebagai ekstrak yang diujikan dalam penelitian.
C.Rancangan Penelitian
D. Cara Kerja
1. Persiapan Tumbuhan Selaginella willdenowii
Sampel Selaginella diambil dari Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman sebagai tempat pertumbuhan tumbuhan Selaginella yang ada di Bandar Lampung. Bagian yang digunakan adalah keseluruhan dari tumbuhan ini baik akar, batang maupun daunnya.
2. Pembuatan Ekstrak Tumbuhan Selaginella willdenowii
1. Akar, batang, dan daun Selaginella dikeringkan di dalam oven dengan suhu 40°-50º C selama 5x24 jam sampai benar-benar kering.
2. Selaginella yang telah kering dipotong-potong lalu dihaluskan dengan blender kering.
3. Selaginella yang telah halus direndam (maserasi) dengan aquades selama 24 jam kemudian disaring, langkah ini diulang sebanyak 3 kali untuk menghasilkan ekstrak Selaginella.
3. Pembuatan Konsentrasi Ekstrak Selaginella willdenowii
Jumlah ekstrak yang digunakan sebagai perlakuan sebanyak 10 g + 10 g air aquades dengan total keseluruhan adalah 20 g di dalam 100 ml air. Pembuatan ekstrak perkonsentrasi dibuat sebanyak 3 kali karena dalam percobaan menggunakan 3 kali ulangan.
Konsentrasi 0 %
Konsentrasi 5 % 1 cc (ekstrak) + 19 cc (air aquades) = 20 cc Konsentrasi 10 % 1 cc (ekstrak) + 9 cc (air aquades) = 10 cc Konsentrasi 20 % 1 cc (ekstrak) + 4 cc (air aquades) = 5 cc Konsentrasi 40 % 1 cc (ekstrak) + 1,5 cc (air aquades) = 2,5 cc Konsentrasi 50 % 1 cc (ekstrak) + 1 cc (air aquades) = 2 cc
4. Persiapan Wadah Hewan Uji
Wadah berukuran 2500 mL yang telah disterilisasikan, diisi air sebanyak 1000 mL. Jumlah wadah yang digunakan sebanyak 18 buah.
5. Persiapan Juvenil Ikan Mas
6. Aklimasi
Juvenil ikan mas sebanyak 54 ekor diambil masing-masing 3 ekor untuk dimasukkan ke dalam 1 wadah yang berbeda untuk diberikan perlakuan. Wadah tersebut telah dilengkapi aerator. Juvenil ikan diaklimasi selama 1 hari. Setiap hari juvenil ikan mas diberi pakan komersil yang dibeli di tempat penjualan pakan ikan. Pakan tersebut diberikan secara 2 tahap yaitu pagi dan sore.
7. Perlakuan Ekstrak Terhadap Hewan Uji Ikan Mas (Cyprinus sp.)
Hewan uji yang digunakan dalam uji toksisitas adalah ikan mas (Cyprinus sp.) dengan berat tubuh sebesar 3 gram. Hewan uji diletakkan dalam 18 wadah dan masing-masing wadah berisi ikan mas sebanyak 3 ekor dengan 3 pengulangan.
8. Pengambilan Data
Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah ikan mas yang mati di setiap wadah pada 12 jam setelah perlakuan, 24 jam, 36 jam, 48 jam, 60 jam, 72 jam, 84 jam, dan 96 jam pada tiap konsentrasi.
E.Parameter Penelitian
(Cyprinus sp.). Kemudian dihitung LC50 dengan memasukkan nilai probit (50 % kematian). Rumus Mortalitas:
% Angka Mortalitas Juvenil = (juvenil mati / jumlah total juvenil) x100% Untuk mencari angka probit dibuat persamaan garis : y = bx + a
dimana y = log konsentrasi x = Angka probit
F. Analisis Data
G.Diagram Alir
Persiapan alat dan bahan
Pengambilan Sampel Selaginella
Pembuatan sampel ekstrak dari bagian batang dan daun Selaginella melalui 4 tahapan yaitu:
1. Sampel dibersihkan lalu dipotong-potong sedang
2. Sampel di oven dengan
menggunakan temperature
400C sampai sampel
benar-benar kering
3. Sampel lalu diblender sampai menjadi tepung
4. Maserasi dengan aquades
Gambar 3. Diagram alir penelitian
Selama 24 jam maserat diambil dan disaring untuk memisahkan antara air ekstrak dengan ampas serbuk. Ekstrak
yang diperoleh berupa ekstrak pasta.
Ekstrak tersebut dijadikan larutan stok
Persiapan toples berukuran besar
Uji yang digunakan adalah uji toksisitas dengan menggunakan ikan mas Cyprinus sp.
Pengambilan Data
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian uji toksisitas ekstrak Selaginella willdenowii terhadap kelangsungan hidup juvenil ikan mas (Cyprinus sp.) adalah :
1. Ekstrak Selaginella willdenowii tidak cukup toksik terhadap juvenil ikan mas. 2. Pada konsentrasi ekstrak aquades Selaginella willdenowii 50% tidak mampu
mentoksik juvenil ikan mas (Cyprinus sp.)
B.Saran
DAFTAR PUSTAKA
Amrullah.2000. Penggunaan Imunostimulan Spirulina platensis Untuk Meningkatkan Ketahanan Tubuh Ikan Koi (Cyprinus carpio) Terhadap Virus Herpes [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Cahyono, 2000.Budidaya Ikan Air Tawar.Kanisius. Jakarta.
Camus J., M .1997. The Genus Selaginella (Selaginellaceae) in Malesia. Di dalam Dransfield.J Plant Diversity of MalesiaIII: 59-69.
Chikmawati, T., A. Wijayanto, Miftahudin.2009. Potensi Selaginella Sebagai Antioksidan. Bogor: FMIPA IPB
Czeladzinski.2003. Selaginella at the Barbican. Plant Heritage 10: 472-476
de Winter, W.P., and V.B. Amoroso. 2003. Plant Resources of South-East Asia No. 15(2). Cryptograms: Ferns and Fern Allies. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. pp. 13-46.
DNP. 1992. Dictionary of Natural Products.Chapman and Hall. New York.
Donatus I. A.2001. Toksikologi Dasar. Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Effendie, M. I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Erlan. 2005. Pengaruh berbagai media terhadap pertumbuhan bibit mahkota dewa
(Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.)di polibag. J. Akta Agrosia 7(2):72-75. Farmakope Indonesia 1979, Edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hamburger M., K. Hostettmann. 1991.Bioactivity in plants: the link between
Phythochemistry and Medicine. Phytochemistry 30: 364-3874.
Havsteen, B. 1983. Flavonoids, a class of natural products of high pharmacological potency.Biochemical Pharmacology 32 (7): 1141-1148.
Lee I. S., A. Nishikawa., P. Furukawa., K. Kasahara., dan S. U. Kim. 1999. Effect of Selaginella tamariscina on in vitro tumor cell growth, p53 expression, G1 arrest and in vivo gastric cell proliferation. Cancer Lett 144(1):93-94. Lilis Suhaerah. 2006. Zoologi Vertebrata. Ardesigen. Bandung.
Loveless, A.R. 1989. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik 2. Gramedia. Jakarta.
Madhuri, G. and A.R. Reddy. 1999. Plant blotechnology of flavonolds. Plant Biotechnology 16 (3): 179-199.
Markham, K.R. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid.ITB Press. Bandung
Mason, C. F. 1991. Biology Of Freshwater Pollution. Longman Group, Ltd. London. pp 31-34.
Meyer, B. N., N. R. Ferrigni., J. E. Putman., L. B. Jacbsen., D. E. Nicols., and J. L. Mc Laughlin. 1982. Brine Shrimp : A Comvenient general Bioassay For Active Plant Constituents. Plant Medica
Nio. 1989. Daftar Analisis Bahan Makanan. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.Jakarta.hal 28.
Pribadi, S.T., 2002. Pembesaran Ikan Mas di Kolam Air Deras.Agromedia Pustaka. Jakarta.
Rahman, M. Riaz M. Desai U.R. 2007. Synthesis of biologically relevant biflavonoids. Reviev.Chemistri and Biodiversity 4: 2495-2527.
Sastrapradja, S., J.J. Afriastini. 1985. Kerabat Paku. Lembaga Biologi Nasional. Bogor. Hlm. 5, 37, 87, 101.
Seigler, D.S. 1998. Plant Secondary Metabolism.Dodrecht: Kluwer.
Setyawan, A.D. 2011. Natural products from Genus Selaginella (Selaginellaceae). Nusantara Bioscience 3: 44-58.
Setyawan, A.D dan Darusman, L.K. 2008.Senyawa Biflavonoid pada Selaginella Pal. Beauv.dan Pemanfaatannya.B I O D I V E R S I T A S ISSN: 1412-033X Volume 9, Nomor 1 Januari 2008 Halaman: 64-81. Bogor: Departemen Kimia, FMIPA, Institut Pertanian Bogor (IPB)
Soemirat, J. 2003. Toksikologi Lingkungan. Gadjah Mada University Press:Yogyakarta
Sudarmo, S. 1992. Pestisida Untuk Tanaman. Penerbit Kanisius, Yogyakarta Susanto, H. 2006. Budidaya Ikan Mas di Kolam Air Deras. Penebar Swadaya.
Jakarta. hal 8-9: 118-128.
Tamanampo, J.F.W.S., 1994. Ekologi Perairan (Ekologi Perairan Tawar). Fakultas Perikanan Unsrat, Manado.
Tjitrosoepomo, G. 1994. Taksonomi Tumbuhan (Schizophytha, Thalophytha, Bryophytha). UGM Press. Bandung.
Thomson G.,E. 2007. The Health Benefit of Traditional Chinese Plant Medicine: Weighing the scientific evidence. Australia: RIRDC Pr.
Yamaguchi, L.F., D.G. Vassao, M.J. Kato, and P. Mascio. 2005. Biflavonoids from Brazilian pine Araucaria angustifoliaas potentials protective agents against DNA damage and lipoperoxidation. Phytochemistry. 66: 2238-2247.
Konsentrasi (%)
Ulangan Mean
Std.
Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Minimum Maximum
Between- Component
Variance Lower Bound Upper Bound
0 3 .04167 .072169 .041667 -.13761 .22094 .000 .125
5 3 .04167 .072169 .041667 -.13761 .22094 .000 .125
10 3 .12500 .125000 .072169 -.18552 .43552 .000 .250
20 3 .12500 .000000 .000000 .12500 .12500 .125 .125
40 3 .16667 .072169 .041667 -.01261 .34594 .125 .250
50 3 .20833 .072169 .041667 .02906 .38761 .125 .250
Total 18 .11806 .090670 .021371 .07297 .16314 .000 .250
Model Fixed Effects .077951 .018373 .07802 .15809
Perlakuan Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .067 5 .013 2.200 .122
Within Groups .073 12 .006
Total .140 17
Test of Homogeneity of Variances Perlakuan
Levene
Statistic df1 df2 Sig.