• Tidak ada hasil yang ditemukan

THE SOCIAL INTERACTION MODELS IN THE ROLE OF PEERS TO THE FORMATION OF STUDENTS’ PERSONALITY IN SCHOOL ENVIRONMENT MODEL INTERAKSI SOSIAL PERAN TEMAN SEBAYA DALAM PEMBENTUKAN NILAI KEPRIBADIAN SISWA DI LINGKUNGAN SEKOLAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "THE SOCIAL INTERACTION MODELS IN THE ROLE OF PEERS TO THE FORMATION OF STUDENTS’ PERSONALITY IN SCHOOL ENVIRONMENT MODEL INTERAKSI SOSIAL PERAN TEMAN SEBAYA DALAM PEMBENTUKAN NILAI KEPRIBADIAN SISWA DI LINGKUNGAN SEKOLAH"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

THE SOCIAL INTERACTION MODELS IN THE ROLE OF PEERS TO THE FORMATION OF STUDENTS’ PERSONALITY

IN SCHOOL ENVIRONMENT by

Roseanna Febriyani

The aim of the research was to describe the social interaction models in the role of peers to the formation of the students’ personality in school environment. The method of this research was descriptive qualitative. The subjects of the research were five students of SMA Negeri 10 Bandar Lampung. The research data were collected by using observation and interviews

The result of this research was the social interaction models in peers provided interrelationship. The social interaction models were formed because of the openness, trust, a sense of comfort, the interests, needs, equality and similarity of motives. The role of peers was take and give, dependency. Friendship was one of process in interaction in which students will experience a process of interrelationship such as the interplay between peers. The roles of peers in this research were (1) friendship provided new information; (2) peers provided information to interact with other friends; (3) the intimacy of friendship relationship with peers. Friends had influence in shaping the personality of the students. Personality was the character of a person in his behavior. The value of personality formed by social interaction models in the role of peers in school environment were welcoming, social caring, tolerance.

(2)

ABSTRAK

MODEL INTERAKSI SOSIAL PERAN TEMAN SEBAYA DALAM PEMBENTUKAN NILAI KEPRIBADIAN

SISWA DI LINGKUNGAN SEKOLAH

Oleh

Roseanna Febriyani

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan model interaksi sosial peran teman sebaya dalam pembentukan nilai kepribadian siswa di lingkungan sekolah. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Subjek penelitian ini adalah siswa di SMA Negeri 10 Bandar Lampung sebanyak 5 orang siswa. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan obsevasi dan wawancara.

Adapun hasil penelitian ini yaitu model interaksi sosial teman sebaya memberikan hubungan timbal balik. Model interaksi sosial terbentuk karena adanya keterbukaan, kepercayaan, rasa nyaman, kepentingan, kebutuhan, kesetaraan dan kesamaan motif. Maka peran teman sebaya yang muncul adalah take and give, ketergantungan. Pertemanan sebagai salah satu proses interaksi dimana siswa akan mengalami proses timbal balik misalnya pengaruh-mempengaruhi antar teman sebaya. Peran teman sebaya dalam penelitian ini yaitu (1) pertemanan memberikan informasi-informasi baru; (2) teman sebaya memberikan informasi berinteraksi dengan teman yang lain; (3) keakraban hubungan pertemanan dengan teman sebaya. Teman mempunyai pengaruh dalam membentuk kepribadian siswa. Kepribadian merupakan watak seseorang di dalam perilakunya. Nilai kepribadian yang terbentuk dari model interaksi sosial peran teman sebaya di lingkungan sekolah yaitu bersahabat, peduli sosial, toleransi.

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada 28 Februari 1989,

anak pertama dari tiga bersaudara merupakan buah hati dari

Papa Rifdanil, S.Pd dan Mama Rosmiyati.

Jenjang pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis untuk

pertama kali diawali pada Taman Kanak-kanak Beringin Raya

tahun 1994-1995, kemudian dilanjutkan di Sekolah Dasar Negeri I Beringin Raya dan

diselesaikan pada tahun 2001. Setelah itu penulis melanjutkan ke Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 4 Rawa Laut, Bandar Lampung yang diselesaikan

pada tahun 2004. Kemudian penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Atas

(SMA) 10 Bandar Lampung yang penulis selesaikan pada tahun 2007. Pada tahun

2007 penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Jurusan Sosiologi(Non-Reguler)

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. Penulis mengaplikasikan

ilmu di bidang akademis dengan melaksanakan Praktek Kuliah Lapangan (PKL) di

Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Bandar Lampung. Setelah

menjalankan proses perkuliahan selama tiga tahun sembilan bulan dan lulus

September 2011. Tahun 2012 penulis melanjutkan pendidikan di jurusan Magister

(8)

MOTO

Perlakukanlah setiap orang dengan kebaikan hati dan rasa

hormat, meski mereka berlaku buruk pada mu. Ingatlah

bahwa kamu menunjukkan penghargaan pada orang lain

bukan karena siapa mereka tapi karena siapakah dirimu

(Andrew T. Somers)

Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia

lain

(HR. Tarmizi)

Disaat kita terjatuh maka segeralah berpikir bagaimana cara

kita bangkit .

(9)

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahi robbil „alamin, dan mengucap syukur kepada Allah SWT, Kau telah tunjukkan setiap jalan untuk merasa kebahagiaan ini. Satu demi satu harapan dan bulir impian diri akhirnya terealisasi. Sebuah karya yang merupakan wujud tanggung jawab dan perjuangan diri dalam setiap limpahan ridho dan rizki-Mu di setiap perjalanan hidupku, dalam setiap titik kehidupan ini yang

meyakinkanku bahwa semua yang telah kuraih adalah doa tulus dari orang-orang yang selalu mencintai dan menyayangiku.

Dengan segala kerendahan hati, serta penuh cinta dan kasih sayang, karya kecil yang amat sederhana ini kupersembahkan untuk:

 Papa dan Mama

Kedua orang tua ku papa Rifdanil, S.Pd dan Mama Rosmiyati. Semua yang ku lakukan untuk senyum papa dan mama. Terima kasih untuk semua doa, cucuran keringat dan air mata, pengorbanan tanpa pamrih, kepercayaan dan limpahan cinta kasih yang telah menjadi nafas kehidupanku, motivasi serta mengiringi setiap langkahku sehingga aku berhasil tiba di “jenjang” ini...

 Adik-adikku Roseamelia Adevina dan Rosearistavia Yuniarif

Saudara terbaik yang selalu menjadi yang terbaik dalam hatiku dan selalu mewarnai hari-hariku dalam merajut kebersamaan, serta motivatorku untuk menjadi lebih baik dan sukses dalam kehidupanku nanti...

 Keluarga besarku

Terima kasih atas doa dan kasih sayangnya.

 My Lovely Pooh (Dimas Aditya Saputra, S.T.P.)

Seseorang yang selama empat tahun dua bulan ini selalu ada mengiringi fase kehidupanku. Ada di samping ku saat ku susah dan senang serta selalu memperhatikan, menyayangi, mencintai dan sabar menghadapi ku. Penantian ini akan segera berakhir my lovely pooh.... 

 Almamater tercinta Universitas Lampung.

(10)

SANWACANA

Segala puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat

dan karunia yang tercurah sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang

berjudul Model Interaksi Sosial Peran Teman Sebaya Dalam Pembentukan Nilai Kepribadian Siswa Di Lingkungan Sekolah”. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.

Penulisan tesis ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan motivasi, dan saran yang

diberikan dari semua pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih yang setulusnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., Rektor Universitas Lampung.

2. Bapak Prof. Dr. Sudjarwo, M.S., selaku Direktur Pascasarjana Universitas

Lampung.

3. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Dr. H. Pargito, M.Pd., selaku Ketua Program Pascasarjana Magister

Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

dan sebagai penguji I yang telah memberi masukan dan saran yang bermanfaat

(11)

5. Bapak Dr. R. Gunawan Sudarmanto, S.Pd., S.E., M.M., selaku Sekretaris

Program Pascasarjana Magister Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung, dan sebagai pembimbing II, terimakasih

atas segala bantuan, motivasi, dan dukungannya semoga bapak selalu dalam

lindungan Allah dan segera diberikan kesehatan, amin.

6. Bapak Dr. Darsono, M.Pd., selaku pembimbing I yang telah memberi motivasi

dan saran yang bermanfaat bagi penulis.

7. Ibu Dr. Risma M Sinaga, M.Hum, selaku dosen penguji II yang telah memberi

masukan dan saran yang bermanfaat bagi penulis.

8. Bapak dan Ibu Dosen FKIP Universitas Lampung, khususnya Dosen Program

Pascasarjana Magister Pendidikan IPS yang telah memberikan ilmu yang

bermanfaat kepada penulis.

9. Papa dan mama tercinta Rifdanil, S.Pd dan Rosmiyati yang telah membimbing

serta memberikan cinta dan kasih sayangnya dengan penuh kesabaran. Terima

kasih atas doanya yang tiada henti untuk keberhasilan anak-anaknya

10.Adik-adikku Roseamelia Adevina dan Rosearistavia Yuniarif yang telah

menemani, mewarnai hari-hariku dalam merajut kebersamaan, serta

motivatorku untuk menjadi lebih baik. Sukses buat kita bertiga semoga bisa

jadi anak yang bisa dibanggain papa dan mama.

11.Dimas Aditya Saputra, S.T.P. terimakasih atas kasih sayang, cinta, perhatian

dan atas bantuannya selama ini serta penantiannya.

12.Ibu Novi selaku guru di SMA 10 Bandar Lampung yang bersedia membagi

(12)

13.Drs. Fadrizal Alam dan Dra. Wiyati, terimakasih atas pinjaman buku-buku dan

saran-sarannya.

14.Sahabatku Rainbow Desy Mauliya S.Pd, Iffatul Fa-Izah S.E dan Tri Darmawati S.Pd.

15.Teman dekatku Irma Dahlia M.Pd, Baby Deni Effendi Muhtar S.Pd dan Fatma Rossa M.Pd, Merita Sagita, S.E, M.Pd.

16.Isbandiyah M.Pd terimakasih atas sarannya yang sudah sangat membantu.

17. Rekan-rekan seperjuangan Magister Pendidikan IPS Angkatan 2012, Mas adi,

Aprilia, Bu Soimah Apriliyani, Apriyanti, Abah Asrin, Astri, Pak Budi, Mbak

Cherley, Defti, Mabak Desy S, Mbak Dewi, Bu Fatma, Pak Dadang, Pak

Wardaya, Dwi, Dwilita, Fajar, Bu Fau, Febra, Mbak Fitri, Bang Hambali,

Heri, Bu Hurus, Mbak Iceu, Pak Ignatius, Inaya, Into, Kak Lili, Bu Maryani,

Kak Mery, Mbak Novi, Putut, Mimi, Restia, Duli, Mas Sidiq Ndut, Bunda

Siti, Bu Sofi, Bu Marti, Titi, Pak Wahyudin, Dedek Dani, Pak Wartoyo, Pak

Waluyo dan Bu Retno.

18.Almarhum sahabat kami Magister Pendidikan IPS 2012 tercinta Bapak Padri.

19.Teman-teman mahasiswa Magister Pendidikan IPS FKIP Universitas

Lampung.

20.Murid-murid Kelas XI IPS 5 SMA Negeri 10 Bandar Lampung yang banyak

membantu dalam penelitian ini.

21.Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam

menyelesaikan tesis ini.

Demikianlah penulis hanya bisa berdoa semoga Allah SWT membalas semua

(13)

bermanfaat bagi semua, akhir kata dengan kerendahan hati penulis ucapkan terima

kasih.

Bandar Lampung, 11 Februari 2014 Penulis,

(14)

DAFTAR ISI

5. Faktor Dasar Terbentuknya Interaksi Sosial ... . 26

6. Unsur-unsur Dalam Interaksi Sosial ... 29

B. Tinjauan Nilai Kepribadian ... 34

1. Nilai………..………….…. ... 34

2. Kepribadian … ... 39

3. Pola Kepribadian ... 40

4. Perubahan Kepribadian ... 44

5. Karakteristik Kepribadian... 45

6. Faktor Yang Mempengaruhi Kepribadian ... 47

C.Tinjauan Teman Sebaya ... 51

1. Teman Sebaya... 52

(15)

Halaman

D.Tinjauan Lingkungan Sekolah ... 56

E. Tinjauan Materi Kajian Sosiologi dalam Kawasan Pendidikan IPS ... 57

1. Pendidikan IPS ... 57

2. Ruang Lingkup Pendidikan IPS ... 58

3. Karakteristik Pendidikan IPS ... 59

4. Tujuan Pendidikan IPS ... 60

5. Manfaat Pendidikan IPS ... 62

6. Dimensi Pendidikan IPS ... 63

7. IPS Sebagai Pengembangan Pribadi Seseorang ... 71

8. Pembelajaran Sosiologi dalam kawasan IPS di SMA ... 72

F. Penelitian yang relevan ... 75

G.Kerangka Pikir. ... 76

III. METODE PENELITIAN... 78

A.Pendekatan Penelitian ... 78

1. Pertemanan memberikan informasi-informasi baru ... 102

2. Teman sebaya memberikan informasi berinteraksi dengan teman yang lain ... 104

3. Keakraban hubungan pertemanan dengan teman sebaya ... 105

C.Pembentukan Model Interaksi ... 107

D.Model Interaksi Sosial Teman Sebaya ... 113

1. Memberi dan Menerima (Take and give) ... 114

2. Ketergantungan ... 117

(16)

Halaman

V. Simpulan dan Saran. ... 131

A.Simpulan. ... 131 B.Saran. ... 132

DAFTAR PUSTAKA

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri ... 43 2.2Skema Kerangka Pikir... 77 4.1Model Interaksi Sosial Peran Teman Sebaya dalam Pembentukan

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Pedoman wawancara ... 134

2. Hasil wawancara informan I ... 135

3. Hasil observasi informan I ... 136

4. Hasil wawancara informan II ... 137

5. Hasil observasi informan II ... 138

6. Hasil wawancara informan III... 139

7. Hasil observasi informan III ... 140

8. Hasil wawancara informan IV ... 141

9. Hasil observasi informan IV ... 142

10. Hasil wawancara informan V ... 143

11. Hasil observasi informan V... 144

12. Karakteristik Informan Penelitian. ... 145

13. Kebersamaan yang informan lakukan saat bersama teman sebaya di sekolah... 145

14. Alasan memilih teman sebaya ... 146

15. Hal yang di dapat informan dari pertemanan ... 147

17. Dukungan sosial yang di dapat dari teman sebaya ... 147

18. Pentingnya teman sebaya bagi informan ... 148

19. Mendapatkan informasi cara berinteraksi dengan teman yang lain ... 149

20. Keakraban hubungan pertemanan informan dengan teman sebaya ... 150

21. Surat izin penelitian ... 152

(20)

1

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran

orang lain. Manusia akan bersosialisasi dengan orang lain dengan proses interaksi

sosial. Interaksi sosial yaitu hubungan antar individu dengan individu lainnya atau

individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok.

Persoalan-persoalan kehidupan manusia dilihat dari sisi sosial semakin hari makin

banyak, dan semakin komplek. Bahkan akhir-akhir ini dengan semakin

bertambahnya jumlah penduduk dunia, dan semakin terbatasnya sumber-sumber

penghidupan manusia, membuat kehidupan manusia semakin komplek,

kompetetif, dan menjadi tidak menentu (uncertainty).

Sementara itu, untuk menyiapkan generasi muda yang berkarakter dan memiliki

kepekaan sosial perlu membekali pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap, serta

kemampuan berfikir kritis dan kreatif dalam rangka mengambil keputusan. Di

antara program pendidikan tentang masalah sosial kehidupan manusia di tingkat

sekolah dilakukan melalui program pendidikan IPS (Social Studies) (Pargito, 2010: 4). Menurut Somantri, (2001: 92) pendidikan IPS adalah penyederhanaan

(21)

2 manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan

pedagogis-psikologis untuk tujuan pendidikan.

Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa yang

akan mengalami perkembangan. Pada masa ini remaja belum memiliki golongan

yang jelas karena sudah tidak tergolong anak-anak tetapi juga belum termasuk

kedalam golongan dewasa/tua.

Sebagaimana yang dinyatakan oleh Soekanto (2007: 312)

“Masa remaja dikatakan sebagai sesuatu masa yang berbahaya, karena pada periode ini seseorang meninggalkan tahap kehidupan anak-anak untuk menuju ketahap selanjutnya, yaitu tahap kedewasaan. Masa ini dirasakan sebagai suatu krisis karena belum adanya pegangan, sedangkan kepribadiannya sedang mengalami perkembangan”.

Menurut Ravik (2005: 60) sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, terdiri dari

pendidik dan anak didik, dan tenaga kependidikan. Antara mereka telah terjadi

hubungan yang berlapis-lapis, baik antara siswa dengan guru, murid dengan

murid, serta murid dengan warga sekolah. Hubungan siswa dengan murid juga

menunjukkan suasana yang edukatif. Sesama siswa saling berkawan, berolahraga

bersama dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku, saling mengajak dan diajak,

saling bercerita, saling mendisiplinkan diri agar tidak menyinggung perasaan

teman sepergaulannya. Sekolah merupakan miniatur masyarakat yang memiliki

peran-peran yang cukup rumit dan menerapkan pola-pola peraturan yang lebih

ketat. Tempat dimana proses pengajaran keterampilan dan macam-macam standar

pengetahuan akan diserap dan dipahami oleh siswa untuk memainkan peran

(22)

3 Keseharian pada peserta didik SMA Negeri 10 Bandar Lampung membentuk

suatu kelompok, perlu diperhatikan agar dapat terhindar dari perkelahian dapat

berdampak buruknya karakter yang akan terbentuk. Pelanggaran-pelanggaran

yang dilakukan peserta didik terhadap aturan di sekolah bisa dilihat pada peserta

didik terlihat datang terlambat karena bangun kesiangan, kemudian pada

pelaksanaan silent reading biasanya peserta didik berusaha untuk tidak melaksanakannya dengan berbagai alasan, ada juga peserta didik merokok di

kamar mandi pada saat istirahat, adanya pergeseran cinta tanah air yang belum

dimiliki peserta didik secara baik ini ditandai dengan keadaan setiap hari senin

banyak peserta didik tidak melaksanakan upacara bendera, mereka dengan sengaja

bersembunyi di dalam kelas, belakang sekolah dan ada yang berpura-pura sakit

sehingga hanya tidur di ruang UKS dan sebagian peserta melakukan upacara

bendera hanya sebagai upaya untuk menggugurkan kewajiban yaitu sambil

mengobrol dan lupa membawa topi.

Kebutuhan untuk diterima dalam kelompok merupakan penting dalam pergaulan

remaja. Permasalahan penyesuaian sosial diantaranya problematika pergaulan

teman sebaya akan dialami oleh anak yang mengalami masa peralihan dari

anak-anak menuju remaja. Pengaruh interaksi sosial, lingkungan ataupun teman sebaya

banyak menentukan pembentukan sikap, tingkah laku, dan perilaku sosial remaja.

Jika lingkungan sosial memberikan dampak positif, maka remaja akan

berkembang secara matang begitupun sebaliknya jika lingkungan sosial

(23)

4 Pengaruh lingkungan diawali dengan pergaulan dengan teman. Pada usia 9-15

tahun hubungan perkawanan merupakan hubungan yang akrab yang diikat oleh

minat yang sama, kepentingan bersama, dan saling membagi perasaan, saling

tolong menolong untuk memecahkan masalah bersama.. Peran teman sebaya

dalam pergaulan remaja menjadi sangat menonjol. Hal ini sejalan dengan

meningkatnya minat individu dalam persahabatan serta keikut sertaan dalam

kelompok. Kelompok teman sebaya juga menjadi suatu komunitas belajar di mana

terjadi pembentukan peran dan standar sosial yang berhubungan dengan pekerjaan

dan prestasi (Santrock, 2004: 257).

Pengaruh sekolah itu tentunya diharapkan positif terhadap perkembangan jiwa

remaja, karena sekolah adalah lembaga pendidikan sesuai dengan tujuan

pendidikan nasional yang tertuang pada UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional Pasal 34 menyatakan Pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa. Tujuan pendidikan adalah berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang

berdemokratis serta bertanggung jawab.

Kepribadian seseorang diperoleh karena adanya proses interaksi sosial ketika

(24)

5 masyarakat adalah pribadi yang unik, tetapi karena mereka memperoleh tipe-tipe

sosialisasi yang sangat mirip, baik yang berasal dari rumah maupun sekolah, akan

banyak ciri kepribadian yang hampir serupa.

Kepribadian merupakan gabungan utuh dari sikap, sifat, emosi, dan nilai yang

mempengaruhi seseorang agar berbuat sesuai dengan tata cara yang diharapkan.

Di samping itu kepribadian sering diartikan dengan ciri-ciri yang menonjol pada diri individu, seperti kepada orang yang pemalu dikenakan atribut “berkepribadian

pemalu”. Kepada orang supel diberikan atribut “berkepribadian supel” dan kepada

orang yang plin-plan, pengecut, dan semacamnya diberikan atribut “tidak punya kepribadian” (http://id.wikipedia.org/wiki/Kepribadian).

Pembelajaran IPS mengikuti lima tradisi social studies, interaksi sosial peran teman sebaya dalam pembentukan nilai kepribadian siswa di lingkungan sekolah

mengacu pada tradisi yang kelima yaitu IPS sebagai pengembangan pribadi

individu (social studies as personal development of the individual). Melalui pendidikan IPS diharapkan dapat membantu siswa dalam memperoleh

pengetahuan sosial, memiliki kepekaan dan kesadaran sosial di lingkungannya,

serta memiliki keterampilan dalam mengkaji dan memecahkan masalah sosial

dalam kehidupannya, sehingga akhirnya diharapkan dapat menjadi warga negara

yang baik dan bertanggungjawab. Pembelajaran di sekolah tidak hanya

menekankan pada perolehan nilai hasil ujian, tetapi seiring dengan perkembangan

zaman pembelajaran juga harus berbasis karakter, sebab ini sangat penting untuk

pembentukan karakter peserta didik. Menurut Muchlas dan Harianto (2012: 41)

(25)

6 untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa,

dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang dapat membuat

keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusannya.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut

tentang membentuk nilai kepribadian, bagaimakah model interaksi sosial peran

teman sebaya dalam pembentukan nilai kepribadian siswa di lingkungan sekolah.

Untuk itu penulis akan melakukan penelitian dengan judul “Model Interaksi

Sosial peran Teman Sebaya dalam Pembentukan Nilai Kepribadian Siswa di

Lingkungan Sekolah”.

B.Fokus Penelitian

Fokus dalam penelitian kualitatif bersifat penting yang berisi tentang pokok

masalah. Hal ini untuk membatasi situasi sosial pada bidang penelitian. Tanpa

ada fokus penelitian, maka peneliti akan terjebak oleh banyaknya data yang

diperoleh di lapangan. Oleh karena itu fokus penelitian memiliki peran yang

sangat penting untuk memandu dan mengarahkan jalannya penelitian. Penelitian

ini akan difokuskan melakukan pengamatan bagaimana model interaksi sosial

peran teman sebaya dalam pembentukaan nilai kepribadian siswa di lingkungan

sekolah.

C.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan fokus masalah di atas, rumusan masalah pada

penelitian ini adalah bagaimanakah model interaksi sosial peran teman sebaya

(26)

7 D.Tujuan Penelitian

Mengacu pada fokus penelitian dan rumusan masalah di atas, maka tujuan

penelitian ini yaitu mendeskripsikan model interaksi sosial peran teman sebaya

dalam pembentukan nilai kepribadian siswa di lingkungan sekolah.

E.Kegunaan Penelitian

Ada beberapa kegunaan yang diharapkan dengan penelitian ini. Adapun kegunaan

tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Bagi guru, dapat dijadikan referensi bagi para guru pentingnya peran teman

sebaya dalam pembentukan nilai kepribadian siswa di lingkungan sekolah.

2. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan siswa mampu membina hubungan

interaksi sosial peran teman sebaya dalam pembentukan nilai kepribadian

siswa di lingkungan sekolah.

3. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi penulis sendiri

untuk dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dan dapat pula menjadi

bahan masukan dalam mengadakan penelitian lain yang berkaitan dengan

peran teman sebaya.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penulis membatasi ruang lingkup penelitian untuk memudahkan dalam

melaksanakan penelitian serta untuk menghindari kesalah pahaman dari para

(27)

8 1. Ruang lingkup subjek penelitian adalah siswa/siswi kelas XI IPS 5 di SMA

Negeri 10 Bandar Lampung.

2. Ruang lingkup objek penelitian adalah model interaksi sosial peran teman

sebaya dalam pembentuk nilai kepribadian siswa di lingkungan sekolah.

3. Ruang lingkup waktu penelitian adalah semester genap tahun ajaran

2013/2014.

4. Ruang lingkup keilmuan adalah pendidikan IPS sebagai bentuk program

pendidikan ilmu-ilmu sosial untuk tingkat sekolah bahannya bersumber dari

disiplin ilmu-ilmu sosial baik berupa fakta, konsep, ataupun generalisasi dan

teori. Menurut Sapriya (2009: 13) semula ada tiga tradisi Social Studies, yakni: a. IPS sebagai transmisi kewarganegaraan (Social Studies as citizenship

transmission);

b. IPS sebagai ilmu-ilmu sosial (Social Studies as social sciences); c. IPS sebagai penelitian mendalam (Social Studies as reflective inquiry); namun kini telah berkembang menjadi lima yakni:

a. IPS sebagai transmisi kewarganegaraan (Social Studies as citizenship transmission);

b. IPS sebagai ilmu-ilmu sosial (Social Studies as social sciences); c. IPS sebagai penelitian mendalam (Social Studies as reflective inquiry); d. IPS sebagai kritik kehidupan sosial (Social studies as social criticism); e. IPS sebagai pengembangan pribadi individu (Social studies as personal

development of the individual).

Mengacu dari lima tradisi IPS di atas bisa dikembangkan menjadi sepuluh tema

(28)

9 1. Budaya(culture);

2. Waktu, kontiunitas, dan perubahan(time, continuity, and change); 3. Orang, tempat, dan lingkungan(people, places and environment); 4. Individu, pengembangan, dan identitas (individual, development, and

identity);

5. Individu, kelompok, dan lembaga(individual, groups, and institution); 6. Kekuasaan, wewenang, dan pemerintahan (power, outhority and

governance);

7. Produksi, distribusi, dan konsumsi (production, distribution and consumtion);

8. Sain, teknologi, dan masyarakat(science, technology and society); 9. Koneksi global(global connections); dan

10.Cita-cita dan praktek warga negara(civic ideals andpractices).

Merujuk pada kesepuluh tema di atas, maka posisi Sosiologi dalam pendidikan

IPS masuk pada poin ke lima yaitu individu, kelompok, dan lembaga (individual, groups, and institution). Hal ini didukung oleh Sapriya (2009: 31) yang menyatakan bahwa ahli sosiologi mempelajari perilaku manusia dalam

kelompok-kelompok. Perhatian utamanya adalah dalam hubungan sosial manusia, perilaku

manusia seperti diwujudkan sendiri dalam perkembangan dan fungsi dari

kelompok dan institusi. Kelompok-kelompok dapat mencakup kelompok yang

terjadi secara alamiah seperti keluarga, para pekerja dalam organisasi, gerakan

kerusuhan atau kelompok-kelompok yang dibentuk untuk tujuan mengadakan penelitian ilmiah “di dalam laboratorium” (seperti kelompok pengambilan

keputusan atau pemecahan masalah). Berdasarkan pemaparan tersebut, maka

dalam mata pelajaran sosiologi dipelajari tentang individu, kelompok, dan

(29)

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Tinjauan Interaksi Sosial

1. Interaksi Sosial

Menurut Soekanto, (2007: 37) interaksi sosial merupakan suatu fondasi dari

hubungan yang berupa tindakan yang berdasarkan norma dan nilai sosial yang

berlaku dan diterapkan di dalam masyarakat. Dengan adanya nilai dan norma

yang berlaku,interaksi sosial itu sendiri dapat berlangsung dengan baik jika

aturan-aturan dan nilai–nilai yang ada dapat dilakukan dengan baik. Jika tidak

adanya kesadaran atas pribadi masing-masing,maka proses sosial itu sendiri tidak

dapat berjalan sesuai dengan yang kita harapkan. Di dalam kehidupan sehari-hari

tentunya manusia tidak dapat lepas dari hubungan antara satu dengan yang

lainnya,ia akan selalu perlu untuk mencari individu ataupun kelompok lain untuk

dapat berinteraksi ataupun bertukar pikiran. Menurut Soekanto di dalam

pengantar sosiologi, interaksi sosial merupakan kunci semua kehidupan sosial.

Dengan tidak adanya komunikasi ataupun interaksi antar satu sama lain maka

tidak mungkin ada kehidupan bersama. Jika hanya fisik yang saling berhadapan

antara satu sama lain, tidak dapat menghasilkan suatu bentuk kelompok sosial

yang dapat saling berinteraksi. Maka dari itu dapat disebutkan bahwa interaksi

(30)

11 sosial, maka kegiatan-kegiatan antar satu individu dengan yang lain tidak dapat

disebut interaksi.

Menurut Ritzer (2009: 59) teori interaksionisme simbolik yaitu manusia

mempunyai kemampuan untuk menanggapi diri sendiri secara sadar, dan

kemampuan tersebut memerlukan daya pikir tertentu, khususnya daya pikir

reflektif. Namun, ada kalanya terjadi tindakan manusia dalam interaksi sosial

munculnya reaksi secara spontan dan seolah-olah tidak melalui pemikiran dan hal

ini biasa terjadi pada binatang. Bahasa atau komunikasi melalui simbol-simbol

adalah merupakan isyarat yang mempunyai arti khusus yang muncul terhadap

individu lain yang memiliki ide yang sama dengan isyarat-isyarat dan

simbol-simbol akan terjadi pemikiran.

Teori interaksionalisme simbolik, memiliki dasar bahwa manusia melakukan

berbagai hal atas dasar makna yang diberikan oleh berbagai hal itu kepada

mereka, yang artinya bahwa orang tidak bertindak terhadap berbagai hal ini, tetapi

terhadap makna yang dikandungnya. Selain itu juga bahwa makna dari berbagai

hal itu muncul interaksi sosial seseorang dengan orang lain. Dalam teori ini,

individu-individu akan memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti

berbagai informasi, pemeliharaan diri, atau pemecahan masalah sehingga

karakeristik pribadi anggota lainnya dengan akurat. Dalam interaksi, bahasa

sangatlah penting, karena digunakan sebagai komunikasi antara anggota

masyarakat yang satu dengan yang lain. Bahasa dalam kehidupan manusia

memiliki beberapa fungsi, antara lain untuk menamai maupun menjuluki orang,

(31)

12 Menurut Tasrif (2008: 60) manusia juga disebut sebagai makhluk yang “mobilitif” yaitu suatu entitas yang mendeskripsikan bahwa manusia adalah lokomotif

terjadinya interaksi sosial. dengan kata lain, dalam pentas budaya, sosial dan

politik manusia adalah pemain utama dalam perubahan dan gerakan sosial

tersebut. Sedangkan makhluk lainnya hanya sebagai komponen pelengkap

terjadinya gerakan sosial (social mobility). Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial. interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya

aktivitas-aktivitas sosial. Wujud dari interaksi sosial misalnya apabila dua orang atau lebih

bertemu dalam suatu kepentingan maka secara langsung mereka sudah melakukan

suatu interaksi, berjabat tangan, saling menegur, saling berbicara, berkelahi dan

pertentangan dan lainnya merupakan bentuk interaksi sosial. Setiap individu

dalam suatu masyarakat menginginkan adanya suatu interaksi sebab interaksi akan

menciptakan suatu kondisi dinamis dalam masyarakat. Individu dalam masyarakat

akan mengalami suatu perubahan dengan adanya interaksi. Interaksi juga akan

menyusun kerangka sistem kehidupan individu maupun kelompok dan dari

interaksi itu pulalah individu maupun masyarakat mendapatkan ruang publik

(public spase) dan kesempatan untuk mendapatkan atau meraih impiannya dalam masyarakat.

Menurut Abdulsyani (2007: 45) proses sosial merupakan aspek dinamis dari

kehidupan masyarakat. Dimana di dalamnya terdapat suatu proses hubungan

antara manusia satu dengan yang lainnya. Proses hubungan tersebut berupa antar

aksi sosial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari secara terus menerus. Antar

aksi (interaksi) sosial, dimaksudkan sebagai pengaruh timbale balik antar dua

(32)

13 dalam rangka mencapai atau tujuan tertentu. Proses sosial pada dasarnya

merupakan siklus perkembangan dari struktur sosial yang merupakan aspek

dinamis dalam kehidupan masyarakat. Proses hubungan tersebut berupa antar aksi

sosial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari secara terus menerus. Antar aksi

(interaksi sosial), dimaksudkan sebagai pengaruh timbal balik antara dua belah

pihak, yaitu antara individu satu dengan individu atau kelompok lainnya dalam

rangka mencapai tujuan. Terjadinya interaksi sosial sebagaimana dimaksud,

karena adanya saling mengerti tentang maksud dan tujuan masing-masing pihak

dalam suatu hubungan sosial.

Menurut Elly (2011: 61) tindakan manusia tidak berdiri sendiri, melainkan terpola

dalam bentuk tindakan atau aksi yang tidak berdiri sendiri. Atau dua hal yang

berkaitan dengan tindakan manusia di dalam realitas sosial, di antaranya:

1. Tindakan tersebut merupakan respons atas tindakan manusia lain.

2. Tindakan manusia yang menimbulkan respons dari pihak lain.

Jika dirumuskan proses sosial dapat digambarkan dalam pola berikut ini:

Interaksi sosial merupakan hubungan antar manusia yang sifat dari hubungan

tersebut adalah dinamis artinya hubungan itu tidak statis, selalu mengalami

dinamika. Kegiatan manusia di mana salah satu pihak memberikan aksinya dan

pihak lain meresponsnya atau memberikan reaksi, maka kegiatan itu disebut interaksi. Interaksi sendiri sebenarnya berasal dari kata “antar” dan “aksi” yaitu

aksi dan reaksi. Dengan demikian, bentuk umum proses sosial adalah interaksi

(33)

14 merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial tidak

cukup hanya dijelaskan sebagai hubungan timbal balik antar manusia berdasarkan

pola-pola tertentu, sebab interaksi sosial tetap didasarkan pada ciri-ciri atau

karakter tertentu. Agar dapat dikatagorikan sebagai bentuk interaksi, maka

hubungan timbal balik antar manusia tersebut harus memiliki kriteria tertentu,

yaitu:

a. Harus ada pelaku yang jumlahnya lebih dari satu. Kriteria ini merupakan

prasyarat mutlak sebab tidak akan mungkin terjadi aksi dan reaksi dari

tindakan manusia jika tidak ada teman atau lawan yang terlibat dalam

proses tersebut. Seseorang yang sedang melamun sendiri di suatu tempat

dalam keadaan berdiam diri, atau seorang petani sedang mencangkul di

sawah tidak termasuk interaksi sosial sebab tidak ada respons dari pihak

lain terhadap aktivitas yang dilakukannya.

b. Ada komunikasi antar pelaku dengan menggunakan simbol-simbol. Yang

dimaksud dengan simbol-simbol dalam hal ini adalah benda, bunyi, gerak,

atau tulisan yang memiliki arti. Seseorang sedang lewat kemudian orang

lain mencium bau parfum atau keringat orang yang lewat tersebut, maka

orang yang mencium bau tersebut berkesan tentang orang yang lewat

terutama bau parfum atau keringatnya, maka dalam gejala tersebut sudah

terjadi aksi dan reaksi.

c. Ada dimensi waktu (yaitu lampau, kini, dan mendatang) yang menentukan

sifat aksi yang sedang berlangsung. Interaksi sosial akan senantiasa terjadi

(34)

15 d. Ada tujuan-tujuan tertentu, terlepas dari sama atau tidaknya tujuan tersebut

dengan yang diperkirakan pengamat. Interaksisosial dilihat dari bentuknya

terdapat du abentuk yang pokok, yaitu integrasi dan konflik. Jika interaksi

sosial tersebut berbentuk integrasi (penyatuan), maka masing-masing

pihak memiliki tujuan yang sama yang ingin dicapai. Akan tetapi jika

interaksi sosial berbentuk konflik (perpecahan), maka bisa saja tujuan yang

hendak dicapai oleh masing-masing pihak yang terlibat dalam konflik

tersebut adalah memenangkan pertikaian, menyingkirkan lawan dan

sebagainya.

2. Syarat interaksi sosial

Menurut Soeroso (2009: 53) interaksi sosial tidak didominasi oleh kontak fisik,

melainkan oleh komunikasi sosial. Syarat bagi terjadinya interaksi sosial antara

lain sebagai berikut.

a) adanya dua orang atau lebih

Interaksi sosial sebagai pusat kajian sosiologi mengisyaratkan bahwa

setidaknya ada dua orang atau lebih yang melakukan interaksi. Jika hanya

seorang saja, biasanya menjadi objek kajian psikologi. Interaksi antara dua

orang atau lebih memungkinkan terjadinya kontak sosial dan komunikasi. Dari

interaksi yang ada, akan menimbulkan berbagai akibat dari interaksi tersebut.

Syarat mereka yang berinteraksi harus dilakukan dua orang minimal

memberitahukan kepada kita bahwa memahami apa yang mereka lakukan

melalui interaksi dan bukan introspeksi atau mawas diri. Oleh karena itu,

(35)

16 interaksi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih, kita dapat memahami

pribadi mereka satu dengan yang lain dan keinginan apa yang terdapat dalam

pembicaraan tersebut.

Orang yang sedang mengigau atau bicara sendiri karena mabuk, mereka tidak

melakukan interaksi dengan orang lain atau orang gila yang bicara sendiri juga

tidak melakukan interaksi dengan orang lain.

b) adanya tujuan bersama

Seseorang melakukan interaksi pasti ada tujuan bersama dari mereka yang

melakukan interaksi tersebut. Tujuan bersama ini penting karena akan

mengeratkan dan menyemangati interaksi yang ada. Jika tujuan bersama ini

tidak ada, maka interaksi yang terjadi tidak akan efektif.

Misalnya, seorang siswi melakukan curhat (curahan hati) kepada teman yang

lain, siswi tersebut sangat serius dan sering diselingi dengan isak tangis. Jika

teman siswi tadi menanggapi serius berkeinginan untuk membatu siswi yang

curhat, maka tujuan bersamatadi aka tercapai. Sebaliknya jika teman yang

menjadi tumpuan curhat tadi tidak serius, pastilah siswi tersebut akan merasa

kecewa sehingga curhat tidak terjadi secara baik.

c) adanya kesamaan konsep

Pada hakikatnya, interaksi sosial merupakan hubungan dan pengaruh timbal

balik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok individu, dan

hubungan antara kelompok individu dengan kelompok individu. Interaksi

(36)

17 seluruh hubungan sosial dan kehidupan bersama dalam masyarakat dan

kehidupan sosial lainnya.

Syarat tersebut di atas adalah syarat minimal bagi terjadinya interaksi sosial.

Dalam rangka meningkatkan efektivitas interaksi sosial, terdapat persyaratan

yang lain seperti suasana interaksi, media yang digunakan, dan juga kondisi

kedua orang tersebut.

Menurut Tasrif (2008: 60) untuk menciptakan suatu sistem yang dinamis dan

harmonis, maka dalam suatu interaksi di perlukan adanya-syarat, yaitu:

a) Adanya kontak sosial (social contact)

Kontak berasal dari bahasa Latin con atau cum yang artinya bersama-sama dan tango yang artinya menyentuh, jadi artinya secara harfiah adalah bersama-sama. Secara fisik kontak baru terjadi apabila terjadi hubungan badaniah, tetapi

sebagai gejala sosial kontak tidak perlu terjadi dengan saling menyentuh. Oleh

karena itu, orang bisa saja mengadakan kontak dengan orang lain tanpa harus

terjadi kontak fisik. Misalnya orang berbicara melalui telepon, berkirim kabar

melalui suran dan sebagainya. Di alam yang modern ini bahkan hubungan

badaniah tidak perlu menjadi syarat utama terjadinya kontak. Kontak sosial ada

yang bersifat positif dan ada yang bersifat negatif. Kontak sosial yang bersifat

positif dapat mengarahkan orang pada suatu kerja sama dan partisipasi yang

baik, namun partisipasi yang negatif dapat mengarahkan orang pada suatu

kondisi pertentangan dan konflik dan dapat menyebabkan terhambatnya laju

(37)

18 b) Adanya komunikasi

Seorang yang memberikan tafsiran pada tingkah laku atau perasaan-perasaan

orang lain dalam bentuk pembicaraan, gerak-gerik dan sikap tertentu.

Komunikasi merupakan kerja verbalitas seseorang untuk menyampaikan ide

dan aspirasinya pada pihak lain. Dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah

proses menyampaikan pesan dari satu pihak ke pihak lain atas tujuan-tujuan

tertentu. Dengan adanya komunikasi tersebut, sikap dan perasaan satu

kelompok masyarakat atau perorangan dapat diketahui oleh orang atau

kelompok lain. Hal tersebut merupakan bahan untuk menentukan reaksi apa

yang hendak dilakukannya. Komunikasi dan kontak sosial merupakan dua hal

yang penting dalam kehidupan masyarakat. Suatu kontak dapat terjadi tanpa

komunikasi, misalnya orang Indonesia bertemu dan berjabat tangan dengan

orang Jerman, lalu ia bercakap-cakap dalam bahasa Indonesia pada halo rang

Jerman tersebut tidak mengerti sama sekali. Dalam peristiwa tersebut keduanya telah melakukan “kontak” tetapi tidak terjadi proses “komunikasi”.

Suatu kontak dapat bersifat primer dan sekunder. Kontak primer terjadi apabila

yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan langsung

dengan obyeknya, misalnya berjabat tangan langsung, saling senyum dan

seterusnya. Sebaliknya, kontak yang sekunder adalah kontak yang memerlukan

(38)

19 Adapun pernyataan lain diperkuat oleh Soekanto (2007: 38) interaksi sosial tidak

mungkin terjadi tanpa adanya dua syarat, yaitu kontak sosial dan komunikasi.

a) Kontak Sosial

Kata “kontak” berasal dari bahasa Latin con atau cum yang artinya bersama-sama

dan tangere yang artinya menyentuh. Jadi, kontak berarti bersama-sama

menyentuh. Dalam pengertian sosiologi, kontak sosial tidak selalu terjadi melalui

interaksi atau hubungan fisik, sebab orang bisa melakukan kontak sosial dengan

pihak lain tanpa menyentuhnya, misalnya bicara melalui telepon, radio, atau surat

elektronik. Oleh karena itu, hubungan fisik tidak menjadi syarat utama terjadinya

kontak. Kontak sosial memiliki sifat-sifat berikut.

1. Kontak sosial dapat bersifat positif atau negatif. Kontak sosial positif

mengarah pada suatu kerja sama, sedangkan kontak sosial negatif mengarah

pada suatu pertentangan atau konflik.

2. Kontak sosial dapat bersifat primer atau sekunder. Kontak sosial primer

terjadi apabila para peserta interaksi bertemu muka secara langsung. Misalnya,

kontak antara guru dan murid di dalam kelas, penjual dan pembeli di pasar

tradisional, atau pertemuan ayah dan anak di meja makan. Sementara itu,

kontak sekunder terjadi apabila interaksi berlangsung melalui suatu perantara.

Misalnya, percakapan melalui telepon. Kontak sekunder dapat dilakukan secara

langsung dan tidak langsung. Kontak sekunder langsung misalnya terjadi saat

ketua RW mengundang ketua RT datang ke rumahnya melalui telepon.

(39)

20 kepada ketua RT agar datang ke rumahnya, yang terjadi adalah kontak

sekunder tidak langsung.

b) Komunikasi

Komunikasi merupakan syarat terjadinya interaksi sosial. Hal terpenting dalam

komunikasi yaitu adanya kegiatan saling menafsirkan perilaku (pembicaraan,

gerakan-gerakan fisik, atau sikap) dan perasaan-perasaan yang disampaikan. Ada

lima unsur pokok dalam komunikasi yaitu sebagai berikut.

1. Komunikator, yaitu orang yang menyampaikan pesan, perasaan, atau

pikiran kepada pihak lain.

2. Komunikan, yaitu orang atau sekelompok orang yang dikirimi pesan,

pikiran, atau perasaan.

3. Pesan, yaitu sesuatu yang disampaikan oleh komunikator. Pesan dapat

berupa informasi, instruksi, dan perasaan.

4. Media, yaitu alat untuk menyampaikan pesan. Media komunikasi dapat

berupa lisan, tulisan, gambar, dan film.

5. Efek, yaitu perubahan yang diharapkan terjadi pada komunikan, setelah

mendapatkan pesan dari komunikator.

3. Bentuk Interaksi Sosial

Menurut George Simmel dalam Siahaan (2002:159) masyarakat adalah suatu

bentuk interaksi sosial yang terpola seperti halnya jaringan laba-laba. Masyarakat

terdiri dari jaringan yang banyak liku-likunya dari suatu hubungan yang bersifat

ganda diantara individu di dalam suatu interaksi yang konstan. Masyarakat

(40)

21 interaksi. Terutama dia dibatasi perhatian utamanya pada pola-pola dasar dari

interaksi antara individu-individu yang berada di bawah kelompok sosial yang

lebih luas (apa yang sekarang dikenal dengan micro sociology). Adapun bentuk-bentuk dari hubungan sosial menurut Simmel antara lain: dominasi (penguasaan),

subordinasi (penundukan), kompetisi, imitasi, pembagian pekerjaan, pembentukan

kelompok atau partai-partai dan banyak lagi bentuk perhubungan sosial yang lain

kesemuanya selalu terdapat di dalam kesatuan-kesatuan sosial seperti kesatuan

agama, kesatuan keluarga, kesatuan organisasi dagang, dan sekolah. Bagi Simmel,

bentuk-bentuk yang ditemukan di dalam kenyataan sosial tidak pernah bersifat

murni. Setiap fenomena sosial merupakan elemen formal yang bersifat ganda,

antara kerjasama dan konflik, antara superordinasi dan subordinasi, antara

keakraban dan jarak sosial, yang kesemuanya dijalankan di dalam hubungan yang

teratur di dalam struktur yang kurang lebih bersifat birokratis.

4. Proses Interaksi Sosial

Menurut Soeroso (2009: 59) proses interaksi sosial adalah runtutan kejadian atau

peristiwa yang ditimbulkan oleh adanya interaksi sosial. Hasil interaksi sosial ini

akan menimbulkan berbagai macam keadaan. Penjelasan berikut untuk memahami

berbagai macam proses interaksi sosial yang ada.

a. Proses yang Asosiatif

Proses asosiatif merupakan suatu proses interaksi sosial yang menghasilkan

bentuk kerja sama dari berbagai orang atau kelompok. Mereka bergabung dalam

rangka untuk mencapai tujuan bersama. Asosiatif ini merupakan proses interaksi

(41)

22 dapat diketemukan dalam masyarakat, contohnya asosiasi pengusaha muda Ikatan

Dokter Indonesia. Sifat asosiasi ini adalah formal, memiliki Anggaran Dasar dan

Anggaran Rumah Tangga, serta berjalan seperti halnya organisasi formal.

Asosiasi adalah pelaksana dari lembaga sosial atau sebagai pendukung dari

keberadaan organisasi dalam masyarakat. Proses asosiatif terbagi ke dalam

bentuk-bentuk khusus, yaitu sebagai berikut.

1) Akomodasi (Accomodation)

Akomodasi adalah suatu proses kearah tercapainya kesepakatan kedua belah pihak

yang tengah bersengketa. Kesepakatan ini bias bersifat darurat yang gunanya

untuk mengurangi ketegangan kedua belah pihak.

Ada beberapa bentuk akomodasi, di antaranya adalah sebagai berikut.

a. Koersi (Coercion)

Koersi adalah bentuk akomodasi yang prosesnya melalui paksaan secara fisik

maupun psikologis. Pemaksaan tersebut bias dilakukan oleh aparat yang

berwajib, misalnya polisi atau kepala pemerintahan, kepala adat, atau tokoh

masyarakat lainnya. Pemaksaan ini biasanya dilakukan kalau mereka

masing-masing tetap pada pendirian mereka dan tidak dapat diselesaikan dengan cara

damai.

b. Kompromi (Compromise)

Kompromi adalah bentuk akomodasi dalam upaya untuk memperoleh

kesepakatan di antara kedua belah pihak yang berselisih. Jika masing-masing

tetap pada pendiriannya, maka upaya kesepakatan dalam menyelesaikan

(42)

23 c. Arbitrasi (Arbitration)

Arbitrasi adalah bentuk akomodasi dengan menggunakan jasa penengah dalam

upaya memperoleh kesepakatan antara dua orang yang berinteraksi, tetapi

menemui jalan buntu. Agar kebekuan tersebut bias mencair, dibutuhkan jasa

perantara yang mencoba mengadakan negosiasi (tawar-menawar) antara

kepentingan kedua orang yang berinteraksi tersebut dan menemukan jalan

keluarnya sehingga kesepakatan antara keduanya bias tercapai karena jasa-jasa

penengah tersebut.

d. Mediasi (Mediation)

Mediasi adalah upaya menjembatani antara dua orang atau dua pihak yang

melakukan interaksi, tetapi tidak tercapai suatu kesepakatan. Interaksi

antarkeduanya mengalami kebekuan dan bahkan antara keduanya enggan untuk

bertemu atau berbicara. Agar kesepakatan baru dapat terjadi, maka

membutuhkan seorang mediator yang berupa untuk menjebatani kedua orang

tersebut agar mau bertemu kembali dan membicarakan persoalan yang mereka

hadapi bersama. Mediator akan berusaha berdiri netral, tidak berpihak dan

menyampaikan persoalan satu kepada yang lain secara diplomatif agar

kebekuan yang ada dapat dicairkan, dan mereka mau mengadakan pertemuan

untuk mencari penyelesaian dari masalah yang mereka hadapi.

e. Konsiliasi (Conciliation)

Konsiliasi adalah akomodasi yang berupaya untuk mengadakan kesepakatan

(43)

24 kembali tersebut merupakan hasil akhir dari proses konsiliasi yang dilakukan.

Kedua belah pihak yang bermusuhan tersebut kembali berdamai.

f. Toleransi (Tolerance)

Toleransi timbul secara ilmiah dari aksi individu untuk menghargai orang lain

dengan mengorbankan sedikit kepentingan sendiri agar tidak terjadi tanpa

persetujuan yang sifatnya formal.

g. Ajudikasi (Adjudication)

Ajudikasi adalah upaya mencapai kesepakatan melalui peradilan. Hal itu terjadi

manakala kedua belah pihak yang mengadakan interaksi silang pendapat dan

masing-masing tetap pada pendiriannya sebagai pihak yang benar.

Kesepakatan dapat terjadi melalui lembaga peradilan, diputuskan dengan bukti

tertentu, dan alas an tertentu sesuai peraturan yang berlaku.

2) Asimilasi (Assimilation)

Asimilasi terjadi karena perpaduan antara dua kebudayaan atau lebih dan

masing-masing unsur kebudayaan masih tampak dalam perpaduan tersebut. Asimilasi

adalah suatu proses interaksi atau kesepakatan yang berkaitan dengan masalah

kebudayaan.

Terdapat dua macam asimilasi dalam kebudayaan masyarakat, yaitu subculture dan amalgamasi.

a. Subculture

(44)

25 kelompok tertentu yang memiliki berbagai kesamaan perilaku. Dalam

masyarakat kita, subculture meliputi jenis kelamin, pekerjaan, agama, dan usia.

b. Amalgamasi

Amalgamasi adalah perkawinan yang dilakukan oleh mereka yang berbeda

suku bangsa. Dari perkawinan tersebut akan terjadi percampuran kebudayaan

dari masing-masing kebudayaan dari sukunya. Perbedaan kebudayaan di antara

keduanya pada awal perkawinan sering menjadi kendala, tapi dalam perjalanan

selanjutnya saling mengisi dan saling melengkapi.

3) Akulturasi (Aculturation)

Akulturasi diberikan pengertian sebagai perpaduan antara dua kebudayaan atau

lebih dan telah menyatu sehingga unsur-unsur kebudayaan pembentuknya sudah

tidak dapat dilihat lagi. Akulturasi akan mencakup berbagai aspek kehidupan

termasuk di dalamnya adalah bahasa, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta

kesenian.

b. Proses yang Disosiatif

Proses yang disosiatif dimengerti sebagai hasil interaksi sosial yang lebih banyak

menunjukkan persaingan hasil yang dicapai dari interaksi tersebut. Pertentangan

bisa terjadi antarindividu, individu dengan kelompok, kelompok dengan

kelompok, antarsuku bangsa, dan juga dapat terjadi antar negara. Menurut Gilin

dalam Tasrif (2008: 63) bentuk interaksi disosiatif yaitu:

1) Persaingan (Competion)

Persaingan adalah bentuk interaksi yang dilakukan oleh individu atau

(45)

26 cara menarik perhatian atau mempertajam prasangka yang telah ada tanpa

menggunakan kekerasan.

2) Kontravensi (Contravention)

Kontravensi adalah bentuk interaksi yang berbeda antara persaingan dan

pertentangan. Kontravensi ditandai dengan adanya ketidakpastian terhadap

diri seseorang, perasaan tidak suka yang disembunyikan dan kebencian

terhadap kepribadian orang, akan tetapi gejala-gejala tersebut tidak sampai

menimbulkan pertentangan dan atau konflik.

3) Pertentangan (Conflict)

Pertentangan adalah suatu bentuk interaksi individu atau kelompok sosial

yang berusaha mencapai tujuannya dengan jalan menentang pihak lain

disertai dengan ancaman dan kekerasan.

5. Faktor dasar terbentuknya interaksi sosial

Menurut Soeroso (2009: 65) proses interaksi sosial yang terjadi dalam masyarakat

bersumber dari faktor imitasi, sugesti, simpati, motivasi, identifikasi dan empati.

a) Imitasi atau meniru adalah suatu proses kognisi untuk melakukan tindakan

maupun aksi seperti yang dilakukan oleh model dengan melibatkan alat

indera sebagai penerima rangsang dan pemasangan kemampuan persepsi

untuk mengolah informasi dari rangsang dengan kemampuan aksi untuk

melakukan gerakan motorik. Proses ini melibatkan kemampuan kognisi

tahap tinggi karena tidak hanya melibatkan bahasa namun juga pemahaman

(46)

27 pandang ilmu seperti psikologi, neurologi, kognitif, kecerdasan buatan, studi

hewan (animal study), antropologi, ekonomi, sosiologi dan filsafat. Hal ini berkaitan dengan fungsi imitasi pada pembelajaran terutama pada anak,

maupun kemampuan manusia untuk berinteraksi secara sosial sampai

dengan penurunan budaya pada generasi selanjutnya.

b) Identifikasi adalah pemberian tanda-tanda pada golongan barang-barang

atau sesuatu. Hal ini perlu, oleh karena tugas identifikasi ialah membedakan

komponen-komponen yang satu dengan yang lainnya, sehingga tidak

menimbulkan kebingungan. Dengan identifikasi dapatlah suatu komponen

itu dikenal dan diketahui masuk dalam golongan mana. Cara pemberian

tanda pengenal pada komponen, barang atau bahan bermacam-macam

antara lain dengan menggantungkan kartu pengenal, seperti halnya orang

yang akan naik kapal terbang, tasnya akan diberi tanpa pengenal pemilik

agar supaya nanti mengenalinya mudah.

c) Sugesti adalah rangsangan, pengaruh, stimulus yang diberikan seorang

individu kepada individu lain sehingga orang yang diberi sugesti menuruti

atau melaksanakan tanpa berpikir kritis dan rasional.

d) Motivasi yaitu rangsangan pengaruh, stimulus yang diberikan antar

masyarakat, sehingga orang yang diberi motivasi menuruti tau

melaksanakan apa yang dimotivasikan secara kritis, rasional dan penuh rasa

tanggung jawab . Motivasi biasanya diberikan oleh orang yang memiliki

status yang lebih tinggi dan berwibawa, misalnya dari seorang ayah kepada

(47)

28 e) Simpati adalah ketertarikan seseorang kepada orang lain hingga mampu

merasakan perasaan orang lain tersebut. Contoh: membantu orang lain yang

terkena musibah hingga memunculkan emosional yang mampu merasakan

orang yang terkena musibah tersebut.

f) Empati yaitu mirip dengan simpati, akan tetapi tidak semata-mata perasaan

kejiwaan saja. Empati dibarengi dengan perasaan organisme tubuh yang

sangat intens/dalam.

Hubungan antara suatu individu masyarakat dengan relasi-relasi sosial

lainnya,menentukan struktur dari masyarakatnya yang dimana hubungan antar

manusia dengan relasi tersebut berdasarkan atas suatu komunikasi yang dapat

terjadi di antara keduanya. Hubungan antar manusia atau relasi–relasi sosial,suatu

individu dengan sekumpulan kelompok masyrakat,baik dalam bentuk individu

atau perorangan maupun dengan kelompok–kelompok dan antar kelompok

masyarakat itu sendiri,menciptakan segi dinamika dari sisi perubahan dan

perkembangan masyarakat. Sebelum terbentuk sebagai suatu bentuk

konkrit,komunikasi atau hubungan yang sesuai dengan nilai–nilai sosial di dalam

suatu masyarakat,telah mengalami suatu proses terlebih dahulu yang dimana

proses–proses ini merupakan suatu bentuk dari proses sosial itu sendiri.

Gillin & Gillin dalam Soekanto (2007: 77) mengatakan bahwa proses-proses

sosial adalah cara-cara berhubungan yang dapat dilihat apabila orang-perorangan

dan kelompok-kelompok manusia saling bertemu dan menentukan sistem serta

bentuk-bentuk hubungan tersebut, atau apa yang akan terjadi apabila ada

(48)

29 ada. Berdasarkan sudut inilah komunikasi dapat dipandang sebagai suatu sistem di

dalam kelompok masyarakat maupun sebagai sebuh proses sosial. Adanya

hubungan timbal balik dalam memperngaruhi tiap individu pada saat terjadinya

komunikasi dapat membentuk suatu pengetahuan maupun pengalaman baru yang

dirasakan oleh masing–masing individu. Hal ini membuat kegiatan komunikasi

menjadi suatu dasar yang kuat dalam kehidupan maupun proses sosial seseorang.

Adanya tingkat kesadaran di dalam berkomunikasi di antara warga–warga dalam

kehidupan bermasyarakat dapat membuat masyarakat dipertahankan sebagai suatu

kesatuan dan menciptakan apa yang dinamakan sebagai suatu sistem komunikasi.

Sistem komunikasi ini mempunyai lambang–lambang yang diberi arti dan

menghasilkan persepsi khusus dalam memahami lamabang–lambang tersebut oleh

masyarakat.Karena kelangsungan kesatuannya dengan jalan komunikasi itu, setiap

masyarakat dapat membentuk kebudayaan berdasarkan sistem komunikasinya

masing-masing.

6. Unsur-unsur dalam interaksi sosial

Menurut Elly (2011: 66) unsur-unsur dalam interaksi sosial yaitu meliputi

sebagai berikut:

a.) Tindakan sosial

Tindakan manusia sebenarnya tidak jauh dari aktivitas yang saling

memberikan aksi dan interaksi. Manusia mampu melakukan berbagai

tindakan seperti membaca, menulis, berkomunikasi, merespons pendapat

orang lain dalam hubungan di dalam kehidupan masyarakat dan

(49)

30 manusia melakukan tindakan dari mana sumber tindakan tersebut, apa

yang melatarbelakangi munculnya tindakan tersebut. Tindakan manusia

dibedakan dalam dua macam, yaitu:

1. Tindakan yang terorganisasi, artinya tindakan yang dilatarbelakangi

oleh seperangkat kesadaran sehingga apa yang dilakukannya tersebut

didorong oleh tingkat kesadaran yang berasal dari dalam dirinya.

2. Tindakan yang dilakukan tanpa kesadaran, yaitu tindak reflex yang

tidak dikategorikan sebagai tindakan sosial, sebab tindakan itu tidak

terorganisasi melalui kesadaran diri. Seseorang ketika merasa sakit

mendadak mengatakan aduh, latah, maka tindakan itu dikelompokkan

sebagai tindakan tidak terorganisasi.

Tindakan terorganisasi tidak sepenuhnya muncul begitu saja di dalam

setiap individu manusia, sebab tidak ada satu pun manusia yang

melakukan tindakan terorganisasi tanpa melalui proses latian atau proses

belajar. Tindakan terorgaanisasi merupakan tindakan yang terkoordinasi

oleh kesadaran (pusat saraf otak), sehingga memunculkan aktivitas organ

tubuh.

b.) Kelompok-kelompok sosial (Social Group)

Manusia pada umumnya dilahirkan seorang diri, akan tetapi ia adalah

makhlukyang mempunyai naluri untuk hidup dengan manusia lain. Naluri

(50)

31 beberapa persyaratan berhimpunnya manusia di suatu tempat untuk

dianggap sebagai kelompok sosial. beberapa persyaratan ini, antara lain:

1. Ada kesadaran bagi setiap anggota kelompok tersebut bahwa ia adalah

bagian dari kelompok yang bersangkutan.

2. Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dan anggota

lainnya.

3. Terdapat faktor yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota kelompok

itu, sehingga hubungan antara mereka bertambah erat.

4. Berstruktur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku.

Adapun faktor yang membentuk kelompok sosial dapat dilihat dari

pengaruh-pengaruh.

1. Hubungan kedekatan

Hubungan kedekatan akan terkait dengan faktor geografis. Di dalam suatu

tempat tertentu anggota-anggota kelompok menjalin interaksi yang

frekuensinya (tingkat keseringannya) lebih banyak disbanding dengan

interaksi antar kelompok di luar daerahnya. Hal inilah yang memunculkan

adanya kelompok orang dalam (in group) dan kelompok orang luar (out group). Ikatan kelompok orang dalam tercermin dari perasaan-perasaan tertentu seperti ikatan solidaritas, kebersamaan, kesamaan identitas dan

karakter. Dalam kelompok ini tersusun atas individu-individu yang saling

berinteraksi. Semakin dekat jarak geografis antara dua orang semakin

mungkin mereka memiliki tingkat keseringan berinteraksi seperti saling

melihat, berbicara, dan berasosiasi. Faktor geografis lebih menekankan

(51)

32 dan bentuk kegiatan bersama yang memungkinkan terbentuknya kelompok

sosial.

2. Adanya kesamaan. Selain hubungan kedekatan secara fisik, terdapat faktor

kesamaan antar mereka yang menyebabkan timbulnya rasa keanggotaan.

Ada kecenderungan manusia untuk memilih hubungan dengan orang yang

memiliki kesamaan, seperti kesamaan minat, agama/kepercayaan, nilai,

usia, tingkat pendidikan dan karakter personal lainnya.

c.) Kelas sosial (Social Class)

Kelas sosial adalah penggolongan manusia dalam bentuk

penggolongannya yang tidak sederajat dengan kelompok sosial. jika

kelompok sosial lebih menekankan pada pengelompokan manusia atas

dasar perbedaan yang bersifat horizontal, tetapi dalam kelas sosial,

manusia dikelompokkan berdasarkan perbedaan berdasarkan perbedaan

kualtatif kolektif secara vertical. Pengkualifikasian sosial, selain

didasarkan pada faktor internal individu, seperti kecerdasan, status atau

kedudukan sosial, pesona individu seperti cantik atau tampan, juga

didasarkan atas faktor-faktor internal seperti kepemilikan benda-benda

berharga (harta benda). Dasar pengkualifikasian sosial secara vertical ini,

manusia dikelompokkan menurut kelas masing-masing seperti kelas atas

(upper class), kelas menengah (middle clas), dan kelas bawah (lower class). Penggolongan ini juga berlaku pada tingkat kedudukan atau jabatan, status kebangsawanan, dan kasta. Setelah menempati kelas-kelas

(52)

33 kelompok yang posisi itu disebut posisi sosial atau kedudukan sosial

(status sosial). kedudukan sosial adalah tempat atau posisi seseorang

dalam kelompok sosial atau masyarakat secara umum sehubungan dengan

keberadaan orang lain di kelompok ini atau tempat suatu kelompok

sehubungan kelompok-kelompok lain yang lebih besar lagi.

d.) Peranan sosial

Peranan sosial muncul akibat dari proses interaksi sosial itu sendiri, sebab

tanpa interaksi sosial, maka tidak aka nada peranan sosial. karena proses

interaksi sosial maka seseorang memiliki hak dan kewajiban sehubungan

adanya orang lain di sekitarnya. Misalnya proses interaksi sosial anatara

pedagang dan pembeli, maka di dalam proses sosial tersebut terdapat pihak

yang berperan sebagai pedagang dan perperan sebagai pembeli dengan hak

dan kewajiban yang berbeda.

Kedudukan dan peranan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain,

akibat hubungan saling ketergantungan satu dengan yang lain. Artinya tak

ada peranan tanpa kedudukan dan tak ada kedudukan tanpa peranan.

e.) Organisasi sosial (Social Organization)

Organisasi sosial merupakan salah satu dari ciri/karakter masyarakat

modern. Dalam masyarakat modern tersebut aka nada berbagai

macam/bentuk organisasi sosial baik yang bersifat formal maupun yang

bersifat informal. Organisasi sosial merupakan berhimpunnya orang-orang

dalam kelompok tertentu yang di dalam perhimpunan tersebut terdapat

(53)

34 anggotanya. Di dalam organisasi sosial terdapat pembagian kerja yang

jelas dalam bentuk tugas yang dijalankan oleh anggota-anggotanya yang

dianggap kompeten di bidangnya. Terdapat pula di dalamnya struktur

personalia organisasi, perencanaan, pembagian kerja atau tugas,

pelaksanaan kerja atau tugas, pencapaian dan evaluasi dari hasil yang

hendak dicapai melalui perencanaan tersebut. Apabila dilihat dari sifatnya,

organisasi dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Oganisasi formal, organisasi yang bersifat teratur, terdapat struktur

organisasi yang resmi, terdapat perencanaan kinerja organisasi sebagai

langkah awal untuk mencapai tujuannya.

2. Organisasi informal, organisasi yang struktur organisasinya tidak jelas,

program-program kerjanya juga tidak jelas, bahkan sering terjadi

secara spontan.

B.Tinjauan Nilai Kepribadian

a. Nilai

Nilai sangat penting dalam pembentukan pribadi peserta didik karena peserta

didik yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi tidak akan bermanfaat secara

positif jika tidak memiliki kecerdasan afektif secara emosional, sosial maupun

spiritual.

Menurut Narwoko, (2004: 35) nilai adalah suatu bagian penting dari kebudayaan.

Suatu tindakan dianggap sah-artinya secara moral dapat diterima-kalau harmonis

Gambar

Tabel 2.1 Nilai-nilai dan deskripsi nilai kepribadian
Tabel 2.2 Nilai-nilai perilaku karakter berdasarkan tingkat satuan pendidikan
gambar berikut.
Gambar 2.2 Skema Kerangka Pikir.

Referensi

Dokumen terkait

Agama Islam Ranah Kognitif Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah Pakem”. Dalam skripsi ini penulis membahas tentang penerapan pendekatan rasional dalam

Pengoperasian waduk eka guna lebih mudah dibandingkan dengan waduk multiguna, dikarenakan tidak adanya konflik kepentingan dalamnya.Waduk multi guna adalah waduk yang berfungsi

Pada permainan bola voli gerakan-gerakan tubuh yang dilakukan oleh pemain berpengaruh pada permainan pemain, karena semakin bagus kondisi fisik pemain tentu akan

Peran kepemimpinan dalam menumbuhkan pemahaman dan kesadaran para pegawainya sudah bagus hanya saja masih kurang tegas kepada pegawainya, karena ketegasan

Kedua hal diatas berhubungan dengan peningkatan minat dalam sistem pembelian just in time. Organisasi yang menggunakan pembelian just in time biasanya menekankan biaya

9 Irma Devita, Irma Devita, Akibat-Hukum Dari Nikah Sirri h.. Selain itu, kesaksian dari saksi-saksi yang menghadiri pernikahan sirri tersebut sah dan harus diakui

This value was designed to inculcate by Lia in the last learning process by giving the same exercises to all students The example of evaluating value activity designed by

bahan organik, biobriket yang bisa digunakan untuk kebutuhan rumah tangga dan bentuk bentuk energi alternatif yang lain, energi alternatif yang dihasilkan diharapkan