PENGARUH PENGGUNAAN METODE DISKOVERI (DISCOVERY LEARNING) TERHADAP AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP
(Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah Pekalongan Lampung Timur Tahun Ajaran 2012/2013)
Oleh
ENSYA WISTI AGNIYA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Alam
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
PENGARUH PENGGUNAAN METODE DISKOVERI (DISCOVERY LEARNING) TERHADAP AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP
(Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah Pekalongan Lampung Timur Tahun Ajaran 2012/2013)
Oleh
ENSYA WISTI AGNIYA
Hasil observasi dan wawancara dengan guru biologi yang mengajar di kelas VII di SMP Muhammadiyah Pekalongan, Lampung Timur masih didominasi oleh guru sehingga siswa tidak aktif dalam proses pembelajaran, hal ini berdampak terhadap kurang munculnya aktivitas belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode diskoveri terhadap aktivitas dan kemampuan berpikir kritis siswa. Penelitian ini adalah eksperimen dengan desain pretes-postes tak ekuivalen.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP
purposive sampling. Data penelitian berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa aktivitas belajar siswa terhadap penerapan metode diskoveri yang dianalisis secara deskriptif. Data kuantitatif diperoleh dari nilai pretes dan postes yang dianalisis secara statistik menggunakan uji-U.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam semua aspek yang diamati pada kelas eksperimen mengalami peningkatan. Pada aspek
mengemukakan pendapat bernilai sebesar 86,20 %, aspek bertanya sebesar 93,10 %, dan aspek menjawab pertanyaan sebesar 70,68 %. Kemampuan berpikr kritis juga mengalami peningkatan dengan rata-rata nilai pretes (49,86); postes (76,44); dan N-gain (48,52). Hasil analisis rata-rata N-gain setiap indikator kemampuan berpikir kritis pada memberikan penjelasan sederhana rata-ratanya sebesar 78,75; membangun keterampilan dasar sebesar 56,90; dan menyimpulkan sebesar 32,28. Dengan demikian, pembelajaran menggunakan metode diskoveri dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa dan kemampuan berpikir kritis siswa.
Kata kunci : metode diskoveri, aktivitas belajar siswa, kemampuan berpikir kritis siswa, ciri-ciri makhluk hidup
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR GAMBAR ... xix
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... .. 1
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Penemuan (Discovery Method)…….. ... 9
B. Berpikir Kritis ... 13
C. Aktivitas Belajar ... 16
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 20 IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 33
B. Pembahasan ... 37
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 46
B. Saran ... 46
LAMPIRAN
1. Silabus Pembelajaran ... 51
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 55
3. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 71
4. Soal Pretes-Postes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 108
5. Data Hasil Penelitian ... 121
6. Analisis Uji Statistik Data Hasil Penelitian ... 139
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Metode Penemuan (Discovery Method)
Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan studi individual, manipulasi objek-objek dan eksperimentasi oleh siswa. Diskoveri membuat generalisasi sampai siswa menyadari suatu komponen dari praktek pendidikan yang sering disebut sebagai heuristic teaching, yakni: suatu tipe pengajaran yang meliputi metode-metode yang disusun untuk memajukan rentang yang luas dari belajar aktif, berorientasi pada proses, membimbing diri sendiri (self-directed), inkuiri, dan model belajar reflektif (Hamalik, 2004:134). Richard (dalam Roestiyah, 2008:20)
menyatakan bahwa: “Discovery learning adalah suatu cara mengajar yang
melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri, dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri”.
10
komponen dari praktik pendidikan yang meliputi metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif, beroreientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri, dan reflektif. Metode Penemuan menurut Roestiyah (2008: 20) adalah metode mengajar mempergunakan teknik penemuan. Metode discovery adalah proses mental di mana siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya. Dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode penemuan adalah suatu metode dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi yang secara tradisional biasa diberitahukan atau diarahkan. Penggunaan metode diskoveri ini guru berusaha
meningkatkan aktivitas adalah proses belajar mengajar.
Langkah-langkah pelaksanaan metode penemuan (discovery method) menurut Richard Scuhman yang dikutip oleh Suryosubroto (2002: 199) adalah :
1. identifikasi kebutuhan siswa,
2. seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian, konsep dan generalisasi yang akan dipelajari,
3. seleksi bahan dan problema serta tugas-tugas,
11
5. mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang diperlukan,
6. mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan dan tugas-tugas siswa,
7. memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan,
8. membantu siswa dengan informasi dan data, jika diperlukan oleh siswa, 9. memimpin analisis sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan
mengidentifikasi proses,
10. merangsang terjadinya interaksi antarsiswa dengan siswa,
11. memuji dan membesarkan siswa yang bergiat dalam proses penemuan, dan 12. membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil
penemuannya.
Sedangkan langkah-langkah diskoveri yang dilakukan siswa menurut Hamalik (2001: 220) adalah :
1. mengidentifikasi dan merumuskan topik, 2. mengajukan suatu pertanyaan tentang fakta,
3. memformulasikan hipotesis atau beberapa hipotesis untuk menjawab pertanyaan pada langkah 2,
4. mengumpulkan informasi yang relevan dengan hipotesis dan menguji setiap hipotesis dengan data yang terkumpul,
12
Dalam penelitian ini, peneliti mengadaptasi langkah-langkah Hamalik (2001: 220) tersebut menjadi merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,
merencanakan kegiatan, melaksanakan kegiatan, mengumpulkan dan menganalisis data, serta membuat kesimpulan.
Metode penemuan, menurut Gilstrap (dalam Dimyati dan Moedjiono, 2006: 87), memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan metode
pembelajaran yang lain. Beberapa keunggulan dalam metode penemuan adalah sebagai berikut.
1. Metode ini kemungkinan yang besar untuk memperbaiki dan / atau
memperluas persediaan dan penguasaan ketrampilan dalam proses kognitif siswa.
2. Pengetahuan sebagai pengetahuan yang melekat erat pada diri siswa. 3. Metode penemuan dapat menimbulkan gairah pada diri siswa karena siswa
merasakan jerih payahnya membuahkan hasil.
4. Metode ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk maju berkelanjutan sesuai dengan kemampuannya sendiri.
5. Metode ini menyebabkan siswa mengarahkan belajarnya sendiri, sehingga lebih termotivasi untuk belajar.
6. Metode ini membantu siswa memperkuat konsep siswa dengan bertambahnya rasa percaya diri selama proses kerja penemuan. 7. Metode ini terpusat pada siswa, guru sebagai fasilitator dan
13
8. Metode ini membantu perkembangan siswa menuju ke skeptisme (perasaan meragukan) yang sehat untuk mencapai kebenaran akhir dan mutlak.
Selain memiliki kelebihan, metode penemuan juga memiliki kelemahan. Beberapa kelemahan metode penemuan adalah sebagai berikut:
1. Metode ini mempersyaratkan suatu persiapan kemampuan berpikir yang dapat dipercaya.
2. Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas yang jumlahnya besar. 3. Harapan yang ditimbulkan oleh metode ini, kurang bisa diterapkan oleh
guru dan siswa yang sudah terbiasa dengan perencanaan dan pengajaran yang tradisional.
4. Mengajar dengan pengetahuan akan dipandang sebagai metode yang telalu menekankan pada penguasaan pengetahuan dan kurang memperhatikan perolehan sikap.
5. Metode ini tidak memungkinkan siswa untuk berpikir kreatif, bila sejak awal konsep yang akan ditemukan telah dipilih guru dan proses
penemuannya juga dibawah bimbingan guru.
B. Berpikir Kritis
Ruggiero (dalam Johnson, 2007:187) mengartikan berpikir sebagai “segala aktivitas mental yang membantu merumuskan atau memecahkan masalah, membuat keputusan, atau memenuhi keinginan untuk memahami.
14
(remembering) dan memahami (comprehending). “Mengingat” pada dasarnya hanya melibatkan usaha penyimpanan sesuatu yang telah dialami untuk suatu saat dikeluarkan kembali atas permintaan, sedangkan “memahami”
memerlukan perolehan apa yang didengar dan dibaca serta melihat keterkaitan antar-aspek dalam memori. Kemampuan berpikir seseorang menyebabkan seseorang tersebut harus bergerak hingga di luar informasi yang didengarnya. Misalkan kemampuan berpikir seseorang untuk menemukan solusi baru dari suatu persoalan yang dihadapi.
Menurut Gunawan (2004: 177) keahlian berpikir tingkat tinggi (High Order Thingking) meliputi aspek berpikir kritis, berpikir kreatif, dan kemampuan
memecahkan masalah. Berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpikir pada level yang kompleks dan menggunakan proses analisis dan evaluasi. Berpikir kritis melibatkan keahlian berpikir induktif seperti mengenali hubungan, menganalisis masalah yang bersifat terbuka (dengan banyak kemungkinan penyelesaian), menentukan sebab dan akibat, membuat kesimpulan dan memperhitungkan data yang relevan. Keahlian berpikir kritis lainnya adalah kemampuan mendeteksi bias, melakukan evaluasi, membandingkan dan mempertentangkan, dan kemampuan untuk membedakan antara fakta dan opini.
15
mengevaluasi keyakinan dan pendapat mereka sendiri. Berpikir kritis merupakan sebuah proses terorganisasi yang memungkinkan siswa
mengevaluasi bukti, asumsi, logika, dan bahasa yang mendasari pernyataan orang lain. Menurut Screven dan Paul serta Angelo (dalam Filsaime, 2008: 56) memandang berpikir kritis sebagai proses disiplin cerdas dari
konseptualisasi, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi aktif dan berketerampilan yang dikumpulkan dari, atau dihasilkan oleh observasi, pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi sebagai sebuah penuntun menuju kepercayaan dan aksi.
Ada 5 indikator berpikir kritis menurut Ennis (dalam Costa, 1985: 54) sebagai berikut :
Tabel 1. Aspek dan indikator kemampuan berpikir kritis
No Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Sub Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
1 Memberikan penjelasan sederhana
1. memfokuskan pertanyaan, 2. menganalisis pertanyaan dan
bertanya,
3. menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan atau pernyataan.
2 Membangun ketrampilan dasar
1. mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak, dan 2. mengamati serta mempertimbangkan
suatu laporan hasil observasi. 3 Menyimpulkan 1. kegiatan mendeduksi atau
mempertimbangkan hasil deduksi, 2. meninduksi atau mempertimbangkan
hasil induksi,
3. membuat pertimbangan, dan 4. menentukan nilai pertimbangan 4 Memberikan penjelasan
lanjut
1. mengidentifikasi istilah-istilah dan definisi pertimbangan dan juga dimensi, serta
2. mengidentifikasi asumsi. 5 Mengatur strategi dan
teknik
16
Menurut Norris dan Ennis (dalam Marpaung, 2005:30). Tujuan berpikir kritis adalah untuk mengevaluasi tindakan yang dipercaya paling baik. Kerangka kerja yang menimbulkan proses berpikir ketika dilakukan penggalian informasi dan penerapan kriteria yang pantas untuk memutuskan cara bertindak atau melihat sesuatu dari sudut pandang berbeda. Semangat berpikir kritis adalah harus selalu berusaha keras dan tetap terbuka terhadap informasi dan banyak sumber yang dapat dipercaya. Keterampilan berpikir kritis dapat dilatih pada siswa melalui pendidikan berpikir yaitu melalui belajar penalaran, di mana dalam proses berpikir tersebut diperlukan keterlibatan aktivitas si pemikir itu sendiri. Salah satu pendekatan dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis adalah memberi sejumlah pertanyaan, sambil membimbing dan mengkaitkannya dengan konsep yang telah dimiliki oleh siswa sebelumnya.
C. Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran. Semakin banyak aktivitas yang dilakukan siswa dalam belajar maka semakin baik proses pembelajaran yang terjadi. Dengan
17
keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat.
Aktivitas belajar itu banyak sekali macamnya maka para ahli mengadakan klasifikasi atas macam-macam aktivitas tersebut. Diedrich (dalam Hamalik, 2011:172) membagi kegiatan belajar dalam 8 kelompok, ialah:
a) Kegiatan-kegiatan visual, antara lain adalah membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.
b) Kegiatan-kegiatan lisan (oral), antara lain adalah mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan
pertanyaan, meberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.
c) Kegiatan-kegiatan mendengarkan, antara lain adalah mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio
d) Kegiatan-kegiatan menulis, antara lain adalah menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, membuat rangkuman, mengerjakan tes dan mengisi angket.
18
f) Kegiatan-kegiatan metrik, antara lain adalah melakukan percobaan, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, dan berkebun.
g) Kegiatan-kegiatan mental, antara lain adalah merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat, hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.
h) Kegiatan-kegiatan emosional, antara lain adalah minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini terdapat dalam semua jenis kegiatan dan overlap satu sama lain.
Menurut Marthayunanda, (2012:1), semua kegiatan tersebut merupakan aktivitas siswa. Siswa diharapkan dapat berperan aktif dalam mencari sesuatu informasi guna memecahkan suatu permasalahan. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif, dimana para peserta didik dapat mengembangkan aktivitas belajarnya secara optimal, sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Keaktifan siswa tentu juga dipengaruhi oleh guru dalam memberikan pembelajaran, keaktifan tersebut dapat dilihat saat proses pembelajaran berlangsung. Guru tidak hanya
19
Menurut Memes (dalam Andra, 2007:38), terdapat beberapa indikator aktivitas yang relevan dalam pembelajaran, yang meliputi:
1. Interaksi siswa dalam mengikuti pembelajaran
2. Kecakapan komunikasi siswa selama mengikuti proses belajar mengajar. 3. Partisipasi siswa dalam proses belajar
4. Motivasi dan kegairahan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar 5. Interaksi antar siswa selama proses belajar mengajar.
20
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2013 di SMP Muhammadiyah Pekalongan, Lampung Timur.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VII A – VII D SMP Muhammadiyah Pekalongan, Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013, pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup. Untuk kepentingan penelitian ini sampel diambil dengan menggunakan purposive sampling dengan mengambil dua kelas dari empat kelas yang ada dan diperoleh kelas VII A sebagai kelas eksperimen dengan jumlah 29 siswa dan kelas VII C sebagai kelas kontrol dengan jumlah 29 siswa (Sugiyono, 2009:83-84).
C. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pretes – postes kelompok non ekuivalen. Baik kelas eksperimen maupun kontrol
21
kedua kelas kemudian dibandingkan. Struktur desain penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ket : I = Kelas eksperimen; II = Kelas kontrol; O1 = Pretest; O2 = Posttest; X = Perlakuan metode pembelajaran diskoveri, C = Perlakuan metode ceramah (dimodifikasi dari Sukardi, 2007: 186). Gambar 2. Desain pretest-posttest non ekuivalen.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri atas dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut: 1. Prapenelitian
Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut :
a. Membuat surat pengantar izin penelitian ke sekolah tempat diadakannya penelitian.
b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti, untuk mengetahui kondisi awal nilai siswa serta mendiskusikan masalah– masalah yang dihadapi guru saat ini.
c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen.
d. Mengambil data berupa nilai akademik siswa semester ganjil yang akan digunakan sebagai acuan dalam pembuatan kelompok.
e. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk setiap pertemuan.
I O1 X O2
22
f. Membuat instrumen evaluasi yaitu soal tes awal dan tes akhir berupa pilihan jamak beralasan dan soal uraian.
2.Pelaksanaan Penelitian
Melakukan kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode
pembelajaran diskoveri untuk kelas eksperimen dan menggunakan metode ceramah untuk kelas kontrol di SMP Muhammadiyah Pekalongan,
Lampung Timur. Penelitian ini dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan. Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut:
2.1Kelas eksperimen (Pembelajaran dengan metode diskoveri) a) Pendahuluan
1. Siswa mengerjakan soal tes awal (pretest) yang diberikan oleh guru dengan jujur dan teliti.
2. Guru memberikan apersepsi kepada siswa:
Melakukan demonstrasi dengan menyentuh pena dan belalang ,siswa ditanyakan reaksi pena dan belalang sebelum melakukan demonstrasi pada siswa sehingga memunculkan pertanyaan mengenai perbedaan benda mati dan makhluk hidup (pertemuan I). Guru menampilkan video tentang perubahan tumbuhan dari kecil hingga dewasa, dan penampilan sebuah monumen dari tahun ke tahun sampai memunculkan pernyataan mengenai perbedaan benda mati dan makhluk hidup.
23
3. Memotivasi siswa dengan menjelaskan bahwa setelah mempelajari materi KD 6.1 ini siswa dapat memiliki keterampilan dalam mengidentifikasi (pertemuan I). Guru memberikan motivasi dengan menunjukan bidang ilmu yang relevan dalam mempelajari identifikasi ciri-ciri makhluk hidup seperti taksonomi, klasifikasi, morfologi, dan ilmu lainnya (pertemuan II).
b) Kegiatan Inti
1. Siswa diminta oleh guru untuk duduk berdasarkan kelompok
yang telah dibacakan, masing-masing 7-8 orang.
2. Siswa dibagikan LKS pada tiap kelompok kemudian guru
menjelaskan maksud dan tujuan dari LKS yang telah dibagikan.
3. Guru meminta siswa mulai mengerjakan setiap langkah kerja dalam LKS, mengamati proses, dan menulisnya.
4. Guru memeperlihatkan beberapa video gerak pada tumbuhan 5. Guru meminta siswa mulai mengerjakan setiap langkah kerja
dalam LKS 1 tentang bergerak, iritabilitas, bernapas, pada hewan dan tumuhan, mengamati proses, dan menulisnya dalam tabel hasil pengamatan
6. Guru memperlihatkan beberapa video tentang gerak pada tumbuhan
24
8. Guru berkeliling membimbing siswa dalam mengerjakan LKS. 9. Guru memilih perwakilan dari satu kelompok untuk
mempresentasikan hasil percobaan dan diskusinya. c) Kegiatan Akhir
1. Siswa diminta oleh guru untuk mengumpulkan LKS yang telah dikerjakan
2. Guru mengadakan tes akhir (postes) (Pertemuan ke-II). 3. Siswa bersama guru membuat kesimpulan dalam setiap
pertemuan.
2.2 Kelas Kontrol (Pembelajaran dengan metode ceramah) a) Pendahuluan
1. Siswa mengerjakan soal tes awal (pretest) yang diberikan oleh guru (pertemuan I).
2. Guru memberikan apersepsi kepada siswa:
25
3. Memotivasi siswa dengan menjelaskan bahwa setelah mempelajari materi KD 6.1 ini siswa dapat memiliki kemampuan dalam mengidentifikasi (pertemuan I). Guru memberikan motivasi dengan menunjukan bidang ilmu yang relevan dalam mempelajari identifikasi ciri-ciri makhluk hidup seperti taksonomi, klasifikasi, morfologi, dan ilmu lainnya. (pertemuan II).
b) Kegiatan Inti
1. Guru menjelaskan materi pelajaran menggunakan power point 2. Guru mempersilakan siswa untuk bertanya mengenai materi
yang belum dimengerti
3. Guru dan siswa melakukan tanya jawab mngenai materi yang dipelajari
c) Kegiatan Akhir
1. Guru mengadakan tes akhir (postes) (Pertemuan ke-II). 2. Guru bersama siswa membuat kesimpulan dalam setiap
pertemuan.
E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data Penelitian
Jenis dan teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah : 1. Jenis Data
Data penelitian berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data
26
dengan posttest. Nilai selisih tersebut disebut sebagai skor gain, lalu dianalisis secara statistik. Data kualitatif merupakan aktivitas belajar siswa selama pembelajaran menggunakan metode diskoveri dan metode ceramah. Data aktivitas belajar diambil saat pembelajaran berlangsung.
Kemampuan berpikir kritis ditinjau berdasarkan perbandingan nilai gain yang dinormalisasi (N-gain), antara nilai tes awal dan tes akhir. Gain yang dinormalisasi (N-gain) dapat dihitung dengan formula Hake (Loranz, 2008 : 2) sebagai berikut:
Keterangan : X= nilai postes Y= nilai pretes Z= skor maksimum 2. Teknik Pengambilan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan pretes dan postes dan menggunakan lembar pengumpulan data berbentuk tabel yang diperoleh dari skror pretes dan postes untuk setiap kemampuan berpikir kritis. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Pretes dan Postes
27
sama. Bentuk soal adalah soal pilihan jamak beralasan dengan jumlah 6 soal dan 2 soal uraian. Soal pretes diberikan pada awal pertemuan, mempunyai bentuk dan jumlah yang sama dengan postes yang diberikan di akhir pertemuan.
Teknik penskoran nilai tes awal dan tes akhir yaitu :
100
S = Nilai yang diharapkan (dicari)
R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar
N = jumlah skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008 : 112) b) Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Lembar observasi siswa berisi semua aspek kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati point kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi tanda ( ) pada lembar observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan
Tabel 2. Lembar observasi aktivitas siswa
No Nama Aspek yang diamati
Berilah tanda checklist (√) pada setiap item yang sesuai (dimodifikasi dari Arikunto, 2009:183)
28
A.Mengemukakan Pendapat/Ide: 0) Tidak mengemukakan pendapat/ide
1) Mengemukakan pendapat/ide namun tidak sesuai dengan pembahasan
2) Mengemukakan pendapat/ide sesuai dengan pembahasan B.Bertanya:
0) Tidak mengemukakan pertanyaan
1) Mengajukan pertanyaan, tetapi tidak mengarah pada permasalahan 2) Mengajukan pertanyaan yang mengarah dan sesuai dengan
permasalahan
C.Menjawab pertanyaan:
0) Tidak berkomunikasi secara lisan (diam saja)
1) Berkomunikasi secara lisan pada saat tanya jawab tetapi tidak relevan dengan materi
2) Berkomunikasi secara lisan dalam bertukar pendapat pada saat tanya jawab yang relavan dengan materi
F. Teknik Analisis Data
1. Data Kuantitatif
Nilai pretes, postes, dan N-gain pada kelas eksperimen dan kontrol dianalisis menggunakan uji t dengan program SPSS versi 17, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa:
a.Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Lilliefors dengan program SPSS versi 17.
a. Hipotesis
Ho : Sampel berdistribusi normal H1 : Sampel tidak berdistribusi normal b. Kriteria Pengujian
29
b. Uji Kesamaan Dua Varians
Masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua varians dengan menggunakan program SPSS versi 17.
o Hipotesis
H0 = Kedua sampel mempunyai varians sama H1 = Kedua sampel mempunyai varians berbeda
o Kriteria Pengujian
Dengan kriteria uji yaitu jika F hitung < Ftabel atau probabilitasnya> 0,05 maka H0 diterima, jika Fhitung > F tabel atau probabilitasnya < 0,05 maka H0 ditolak (Pratisto, 2004:71).
c. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis data yang berdistribusi normal digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata dengan
menggunakan program SPSS 17, namun untuk data yang tidak berdistribusi normal pengujian hipotesis di lakukan dengan uji Mann-Whitney U.
1) Uji Kesamaan Dua Rata-rata
o Hipotesis
H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama
o Kriteria Pengujian
30
Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka Ho ditolak (Pratisto, 2004: 13).
2) Uji Perbedaan Dua Rata-rata
o Hipotesis
H0 = rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen lebih rendah atau sama dengan kelompok kontrol.
H1 = rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol.
o Kriteria Pengujian
Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima.
Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak (Pratisto, 2004:10).
3) Uji Mann-Whitney U
o Hipotesis
H0 : Rata-rata nilai pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sama H1 : Rata-rata nilai pada kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak
sama
o Kriteria Uji :
Ho ditolak jika sig < 0,05 Dalam hal lainnya Ho diterima
d. Mendeskripsikan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran biologi adalah sebagai berikut:
31
2) Menentukan persentase tiap indikator kemampuan berpikir kritis dalam bentuk persentase dengan menggunakan rumus:
P =
3) Menghitung persentase skor tiap item
Tabel 3. Deskripsi Kemampuanan Berpikir Kritis Siswa
No Nama
Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
f P Kriteria e. Pengolahan Data Aktivitas Siswa
Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan indeks aktivitas siswa.
Langkah-langkah yang dilakukan yaitu:
1) Menghitung persentase aktivitas menggunakan rumus:
32
Xi = Jumlah skor aktivitas yang diperoleh
n = Jumlah skor aktivitas maksimum (Sudjana, 2002 : 69). 2) Menafsirkan atau menentukan kategori Persentase Aktivitas Siswa sesuai kriteria pada tabel 4
Tabel 4. Kriteria persentase aktivitas siswa Persentase (%) Kriteria
87,50 – 100 75,00 – 87,49 50,00 – 74,99 0 – 49,99
Sangat baik Baik Cukup Kurang
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dari penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Penerapan metode diskoveri berpengaruh signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup.
2. Penerapan metode diskoveri berpengaruh terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran dengan materi pokok ciri-ciri makhluk hidup.
B. Saran
Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut: 1. Untuk penelitian lanjut, untuk kelas yang menggunakan metode diskoveri
sebaiknya guru membentuk kelompok dengan jumlah siswa kurang dari 6 orang/kelompok, agar setiap siswa dapat terlibat langsung dalam proses penemuan.
48
DAFTAR PUSTAKA
Alisyani. 2011. Mengungkap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa melaluiMetode Diskoveri pada Materi Pokok Fotosintesis (Studi Eksperimental pada Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 19 Bandar Lampung TP 2010/2011). Skripsi. Unila. Bandar Lampung.
Andra, D. 2007. Penerapan Mastery Learning Melalui discovery Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Pencapaian Kompetensi Belajar Siswa Materi Gerak (PTK Pada Siswa Kelas VIIB SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2006/2007. Skripsi. Unila. Bandar Lampung.
Arbaitin, N. 2010. Pengaruh Metode Diskoveri terhadap Keterampilan Berpikir Kritis pada Siawa SMP N 1 Seputih Agung Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi. Universitas Lampung : Bandar Lampung.
Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta BSNP. 2006. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/Model Silabus
SMA/MA Mata pelajaran biologi. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Costa, A. L. 1985. Developing Minds A Resource Book For TeachingThinking. Association for Supervision and Curriculum Development. Virginia. Depdiknas. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Instrumen dan Penilaian
Ranah Koknitif, Afektif dan Psikomotor. Depdiknas-Dikdasmen. Jakarta
Dimyati dan Moedjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Filsaime, D. K. 2008. Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif.Prestasi
Pustaka. Jakarta.
Gunawan, A. W. 2004. Genius Learning Strategy. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Hamalik, O. 2001. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bumi Aksara. Jakarta
49
_________. 2011. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.
Hidayati, A.N. 2011. Training of Trainer Berorientasi Higher Order Learning Skills dan Pengaruhnya pada Prestasi serta Performance Guru. (Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2011). Kerjasama FKIP Unila-HEPI. Bandar Lampung.
Johnson, E. B. 2007. Centextual Teaching and Learning. MLC: Bandung. Loranz, D. 2008. Gain Skor. Dalam.http://www.tmcc.edu./vp/acstu/
assasment/downloads/documents/reports/archives/discipline/0708/SLOAP HYSDisipline Rep0708.pdf.(26 Desember 2012 : 09.04 WIB)
Marpaung, R. T. 2005. Penggunaan Lembar Kegiatan Pembelajaran Berbasis Masalah (LKPBM) sebagai Assesment Alternatif untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis dan Hasil Helajar Biologi Siswa. Tesis. Universitas Malang. Malang
Marthyunanda. 2012. Jenis Aktifitas Dalam Pembelajaran.
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2173729-jenis-aktivitas-dalam-pembelajaran/#ixzz2GFiZ9AGr. (26 Desember 2012, 21:30) Mumtazah, D. F. 2012.Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing (Guidid Inquiry) Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Materi Pokok Ciri-ciri Makhluk Hidup. Skripsi. Unila. Bandar Lampung.
Nurgiantoro, B., Gunawan dan Marzuki. 2002. Statistik Terapan Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Gadjah Mada Universty Press. Yogyakarta.
Purwanto, N. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 17. Bumi Aksara: Jakarta.
Roestiyah. N.K. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar proses
Pendidikan. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.
Sudijono, A. 2004. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sudjana. 2002. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung.
50
Sukardi. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetisi dan Praktiknya. Bumi Aksara. Jakarta
Suryosubroto, B. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Rineka Cipta. Jakarta.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Prenada Media Group: Surabaya.