• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN ACADEMIC SELF MANAGEMENT DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN ACADEMIC SELF MANAGEMENT DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

(Skripsi)

Oleh

Bebby Sylvia Hadi

PROGAM STUDI BIMBINGAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

Kata kunci: Bimbingan kelompok, Academic Self Management ABSTRAK

PENINGKATAN ACADEMIC SELF MANAGEMENT DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA

KELAS XI IPS SMA NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh

BEBBY SYLVIA HADI

Tujuan penelitian untuk mengetahui peningkatan Academic Self Management melalui layanan bimbingan kelompok siswa. Masalah penelitian adalah rendahnya Academic Self Management siswa, permasalahan penelitian ini “apakah Academic Self Management dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas XI SMA Negeri 5 Bandar Lampung”.

Metode penelitian bersifat Quasi Experiment dengan desain one group Pre-test and post-test. Subjek penelitian sebanyak 12 orang siswa kelas XI IPS dengan Academic Self Management yang rendah. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi Academic Self Management. Hasil penelitian dengan uji wilcoxon menunjukan nilai probabilitas diperoleh sebesar 0,002 < sig. 0,05 sehingga Ha diterima, artinya bahwa Academic Self Management dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas XI IPS SMA Negeri 5 Bandar Lampung tahun pelajar an 2014/2015.

(3)

DAFTAR ISI

C. Layanan Bimbingan Kelompok 1. Pengertian Bimbingan Kelompok... 33

2. Tujuan Bimbingan Kelompok ... 34

3. Asas-asas Bimbingan Kelompok ... 35

4. Komponen Bimbingan Kelompok ... 37

5. Tahap-tahap Bimbingan Kelompok ... 38

(4)

III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 45

B. Metode Peneltian... 46

C. Subjek Penelitian... 46

D. Variabel Penelitian ... 47

E. Definisi Operasional Variabel ... 48

F. Fokus Penelitian ... 49

G. Metode dan Alat Pengumpul Data ... 49

H. Uji Istrumen ... 51

I. Teknik Analisis Data ... 53

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Pra Bimbingan Kelompok ... 55

2. Deskripsi Data ... 57

3. Hasil Pelaksanaan Kegiatan Layanan Bimbingan Kelompok ... 59

4. Data Skor Hasil Penelitian ... 67

5. Analisis Data Hasil Penelitian ... 87

6. Uji Hipotesis ... 90

B. Pembahasan ... 90

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 94

B. Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA ... 97

LAMPIRAN ... 99

(5)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1. Daftar Subjek Academic Self Management rendah... 56

4.2. Kriteria kemampuan Academic Self Management siswa ... 58

4.3. Data siswa Pretest Bimbingan Kelompok ... 58

4.4. Jadwal pelaksanaan kegiatan penelitian ... 59

4.5. Skor preetest dan posttest ... 67

4.6 Analisis uji wilcoxon pada data pretest dan posttest ... 88

(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

1.1 Skema kerangka pemikiran ... 15

3.1. Desain one group Pre-test and post-teest ... 46

4.1. Grafik perubahan Academic Self Management dalam belajar ALF... 69

4.2. Grafik perubahan Academic Self Management dalam belajar BJK ... 70

4.3. Grafik perubahan Academic Self Management dalam belajar EJT ... 72

4.4. Grafik perubahan Academic Self Management dalam belajar BMR ... 74

4.5. Grafik perubahan Academic Self Management dalam belajar MHY ... 75

4.6. Grafik perubahan Academic Self Management dalam belajar ADW... 77

4.7. Grafik perubahan Academic Self Management dalam belajar BRA ... 78

4.8. Grafik perubahan Academic Self Management dalam belajar ERM ... 80

4.9. Grafik perubahan Academic Self Management dalam belajar FAR ... 82

4.10. Grafik perubahan Academic Self Management dalam belajar MHR ... 83

4.11. Grafik perubahan Academic Self Management dalam belajar RCA ... 85

4.12. Grafik perubahan Academic Self Management dalam belajar YLM ... 87

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Blue print observasi penelitian ... 100

2. Kisi-kisi Observasi Penelitian ... 101

3. Lembar Observasi Ceklist ... 103

4. Uji Coba Realibilitas ... 105

5. Hasil Uji Coba Ekspert Judgment ... 109

6. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 111

7. Hasil Observasi Pretest ... 112

8. Hasil Observasi Posttest ... 114

9. Rata-rata Pretest dan Posttest ... 116

10. Satuan Layanan Bimbingan Kelompok ... 117

11. Modul Layanan Bimbingan Kelompok ... 132

12. Hasil Uji Wilcoxon ... 221

13. Foto kegiatan Layanan Bimbingan ... 219

(8)

MOTO

Jangan Berhenti Melangkah

( Rudi Hartati )

“Motivation is what gets you started. Habit is what keeps you going”

(9)
(10)
(11)
(12)

PERSEMBAHAN

Teruntuk Papaku tercinta Alm Suhadi Prayogha dan Mamaku tercinta Rudi Hartati yang selalu mendoakanku, memberikanku semangat, menjadi penguat dan motivasi dalam menempuh study, yang selalu membimbing dan mengajarkanku untuk “bersabar, ikhlas dan

bersyukur atas apa yang selalu diberikan Allah kepada umat-Nya“. Tak lebih, hanya sebuah karya sederhana ini yang bisa kupersembahkan.

Adik-adikku tercinta Bobby dan Bella, mbah Putrid dan Mbah kakung tersayang, Sahabat – sahabat yang terkasih BK 2010, Sahabat-sahabat terhebat BK, Sahabat-sahabat seperjuangan SNETS Lampung, anak-anakku SNETS Lampung yang menjadi penguat juga

adik – adikku tersayang Belitang dan Metro dan tak lupa almamater tercinta.

(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir tanggal 06 September 1992 di Metro Lampung. Penulis adalah putri pertama dari tiga bersaudara, pasangan Bapak Suhadi Prayogha dan Ibu Rudi Hartati.

Menempuh pendidikan formal yang diawali dari: SD Negeri Triyoso Belitang Oku Timur Sumatera Selatan lulus tahun 2004; SMP Negeri 12 Surakarta Jawa Tengah lulus tahun 2007 ; kemudian melanjutkan ke SMK Taqwa Belitang Oku Timur Sumatera Selatan lulus tahun 2010.

Tahun 2010, terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selanjutnya, pada bulan Juli-September 2013 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Praktik Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah (PLBK-S) di SMP N 3 Gunung Agung, Kecamatan Gunung Agung, Kabupaten Tulang Bawang Barat, kedua kegiatan tersebut dilaksanakan di Sumber Jaya , Gunung Agung, Tulang Bawang Barat.

(14)

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan kemudahan sehinga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul

“Peningkatan Academic Self-Management dengan menggunakan Layanan Bimbingan Kelompok pada siswa kelas XI IPS SMA Negeri 5 Bandar

Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015”. Adapun maksud penulisan skripsi

ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan, FKIP Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada

1. Bapak Prof. Dr. H. Bujang Rahman, M.Si , selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

2. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

3. Bapak Drs Yusmansyah,M.Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Lampung dan Pembahas, yang telah memberikan bimbingan, motivasi, kritikan dan masukan dalam proses penyelesaian skripsi ini;

4. Drs. Giyono,M.Pd selaku pembimbing I yang telah menyediakan waktunya dalam memberikan bimbingan, motivasi, bantuan dan pengarahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Terimakasih banyak Pak Gi.

(15)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa dimana individu mencari jati diri dan mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya. Menurut Mappiare, masa remaja berlangsung antara umur 12-21 tahun bagi wanita dan 13-22 tahun bagi pria. Selain mencari jati diri, remaja memiliki tugas untuk belajar. Siswa SMA merupakan individu yang berada pada masa remaja menuju dewasa. Dimana pada masa ini, siswa SMA memiliki tugas belajar yang lebih berat yang berhubungan erat dengan suatu proses perubahan di dalam kepribadian siswa, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dll (Hakim, 2002).

(16)

siswa yang masih menganggap remeh tentang pentingnya belajar baik di sekolah maupun dirumah.

Pada tahun 2014 tercatat siswa SMA yang tidak lulus berjumlah 7.811 siswa dan tersebar di seluruh sekolah di Indonesia dari total peserta dengan total 1.632.757 peserta Ujian Nasional tingkat SMA (sumber news Liputan6, diakses tanggal 13 Juli 2014). Kurangnya belajar secara intens dikalangan Siswa Menengah Atas merupakan dampak ketibakberartian Ujian Nasional ataupun Ujian Akhir Semester itu sendiri. Meskipun ujian Nasional kini tidak mempengaruhi kelulusan siswa. Namun nilai ujian menjadi dasar untuk kelulusan SNMPTN atau jalur undangan menuju Perguruan Tinggi. Dalam proses belajar, apabila siswa tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, maka siswa tersebut sebenarnya belum mengalami proses belajar atau dengan kata lain ia mengalami kegagalan didalam proses belajar. Siswa dianggap belum mampu memahami apa yang diajarkan selama satu tahun, sehingga harus mengulang di jenjang yang sama (Kristiyani, 2008). Penilaian kelulusan SNMPTN dilihat dari peningkatan nilai siswa dari kelas X sampai kelas XII. Untuk itu guru harus mefokuskan nilai siswa terutama pada saat memasuki kelas XI.

(17)

lingkungan fisik dan sosial), strategi motivasi (menyusun tujuan dan meregulasi emosi dan usaha), dan strategi belajar cara belajar (belajar dari buku bacaan, belajar dari guru, mempersiapkan diri untuk ujian, dan menjalani ujian).

Ketika seorang siswa memiliki Self Management yang tinggi dalam belajar. Siswa tersebut akan mampu mengatur dan mengelola dirinya dengan baik terutama dalam belajar. Dengan kata lain Academic Self-Management merupakan suatu kemampuan yang berkenaan dengan keadaan diri sendiri dan ketrampilan dimana individu mengarahkan pengubahan perilakunya sendiri untuk belajar dengan memanipulasi stimulus dan respon baik internal maupun eksternal.

(18)

membolos dan tidak mengikuti les sekolah, itu artinya para siswa masih kurang mampu mengatur faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar dikarenakan Academic Self-Management yang rendah.

Seperti dijelaskan oleh Dembo (2004) bahwa kunci utama bagi keberhasilan siswa dalam dunia pendidikan adalah kemampuan memanajemen diri yang baik dikarenakan siswa yang sukses akan mengatur diri sendiri atau mengontrol faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar, menciptakan kondisi yang optimal untuk belajar, dan menghilangkan rintangan yang dapat mengganggu proses belajar. Kemampuan tersebut dikenal dengan istilah Academic Self-Management.

Rendahnya Academic Self-Management tidak hanya menjadi tanggung jawab guru bidang studi tetapi juga menjadi tanggung jawab konselor sekolah selaku guru pembimbing disekolah yaitu memberikan layanan bimbingan dan konseling. Salah satu tujuan bimbingan dan konseling adalah membantu individu untuk menjadi insan yang dapat mengatur dan mengelola dirinya dengan baik yang meliputi pikiran, perasaan dan tingkah laku untuk dapat memperoleh apa yang ingin dicapai yaitu keberhasilan dalam belajar (Winkel, 2004).

(19)

individu yang memerlukan bantuan dengan memanfaatkan dinamika kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Bimbingan kelompok mengupayakan perubahan sikap dalam perilaku secara tidak langsung melalui penyampaian informasi yang menekankan pengolahan kognitif tentang informasi yang diberikan kepada anggota kelompok (Winkel, 2004).

Dengan bimbingan kelompok siswa mendapat berbagai informasi, dapat saling berinteraksi antar anggota, berbagi pengalaman, pengetahuan, gagasan, ide-ide yang diharapkan dapat menyelesaikan masalahnya. Diharapkan siswa nantinya mampu mengatur dan mengelola dirinya sendiri seperti kemampuan Self-Management yang baik terutama dalam belajar.

Berdasarkan hal tersebut diatas, peneliti mengadakan penelitian dengan judul

“Peningkatan Academic Self-Management Dengan Menggunakan Layanan

Bimbingan Kelompok Pada Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 5 Bandar Lampung“.

2. Indentifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka penulis dapat mengidentifikasi masalah dari siswa SMA N 5 Bandar Lampung antara lain; 1. Tercatat siswa terlambat datang ke sekolah

2. Tercatat siswa yang berani membolos di jam les sekolah. 3. Banyaknya siswa yang tidak mencatat di kelas.

4. Para siswa berkumpul dan ribut di kelas saat ada jam kosong. 5. Beberapa siswa dihukum karena tidak mengumpulkan tugas

(20)

3. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penulis membatasi masalah

mengenai “Peningkatan Academic Self-Management pada Siswa Kelas XI

IPS SMAN 5 Bandar lampung Tahun Ajaran 2014/2015 dengan Menggunakan Layanan Bimbingan Kelompok”.

4. Rumusan Masalah

Bedasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah dalam penelitian ini, maka masalahnya adalah “ Rendahnya Academic Self-Management Siswa kelas XI IPS SMAN 5 Bandar Lampung”. Adapun permasalahannya adalah

“Apakah Layanan Bimbingan Kelompok Dapat Meningkatkan Academic

Self-Management bagi Siswa Kelas XI IPS SMAN 5 Bandar Lampung

Tahun Ajaran 2014/2015?”

B. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa Academic Self-Management siswa yang rendah dapat ditingkatkan dengan pemebrian layanan bimbingan kelompok.

2. Manfaat penelitian a) Manfaat secara teoritis

(21)

b) Manfaat secara praktis

1) Sebagai bahan masukan untuk Guru bimbingan dan konseling di sekolah dalam memberikan bantuan atau penanganan yang tepat terhadap siswa-siswa yang memiliki permasalahan dalam belajar. 2) Dapat dijadikan suatu sumbangan informasi, pemikiran bagi guru

bimbingan dan konseling, peneliti selanjutnya dan tenaga kependidikan lainnya dalam upaya meningatkan Academic Self-Management pada siswa dengan menggunakan Layanan

Bimbingan Kelompok.

3. Ruang Lingkup Penelitian

a. Ruang Lingkup Objek Penelitian

Dalam hal ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian, agar penelitian ini lebih jelas dan tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan, diantaranya adalah:

a) Ruang lingkup ilmu

Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup ilmu bimbingan dan konseling dalam bidang Belajar.

b) Ruang lingkup objek

Ruang lingkup objek dalam penelitian ini adalah meningkatkan Academic Self-Management pada siswa dengan menggunakan Layanan Bimbingan Kelompok.

c) Ruang lingkup subjek

(22)

d) Ruang lingkup wilayah

Ruang lingkup wilayah dalam penelitian ini adalah SMAN 5 Bandar Lampung.

e) Ruang lingkup waktu

Ruang lingkup waktu dalam penelitian ini dilakukan pada Tahun Ajaran 2014/2015.

C. Kerangka Pikir

Masalah yang ditemui dilapangan adalah masalah ketidak berartian dalam belajar yang diakibatkan oleh Academic Self-Management siswa yang rendah. Rendahnya Academic Self-Management terlihat dari ketidak berhasilan siswa dalam mencapai tujuan pendidikan antara lain mengedukasi diri sendiri, mengatur hidup sendiri, mengatur tujuan dan menyediakan penguat untuk diri sendiri. Kehidupan yang penuh dengan tugas-tugas menuntut dibutuhkannya kemampuan untuk memiliki Self Management yang baik (Kanfer & Gaelick dalam Woolfolk,2004).

(23)

Menurut Woolfolk (2004), Self Management adalah manajemen diri perilaku sendiri dan pengambilan tanggung jawab atas tindakan sendiri, serta penggunaan prinsip-prinsip belajar untuk mengubah perilaku. Sedangkan menurut Kanar (2011), Self Management adalah kualitas personal dari disiplin diri atau kontrol diri dan ketika siswa yang memiliki manajemen diri yang baik maka siswa tersebut dapat memotivasi diri sendiri.

Self management di dalam penelitian ini lebih difokuskan pada belajar yaitu Academic Self-Management. Academic Self-Management adalah suatu

kemampuan yang berkenaan dengan keadaan diri sendiri dan ketrampilan dimana individu dapat mengelola dan mengatur diri untuk mengarahkan pengubahan tingkahlakunya sendiri dalam belajar dengan pemanipulasian stimulus dan respon baik internal maupun eksternal. Academic Self-Management yang dimaksud ini meliputi: self motivation, self organization,

self control, dan self development ( Gie, 2000).

(24)

Menurut Dembo (2004), ketika seorang siswa memiliki Self Management yang tinggi dalam belajar. Siswa tersebut akan mampu mengatur dan mengelola dirinya dengan baik terutama dalam belajar. mengontrol faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar, yang meliputi

a. strategi perilaku (manajemen waktu dan pengaturan lingkungan fisik dan sosial),

b. strategi motivasi (menyusun tujuan dan meregulasi emosi dan usaha) c. strategi belajar cara belajar (belajar dari buku bacaan, belajar dari guru,

mempersiapkan diri untuk ujian, dan menjalani ujian).

Menurut Fikriana (2007), siswa yang memiliki Academic Self-Management tinggi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Mengenali diri sendiri sehingga lebih mudah dalam merubah apa yang ingin dirubah dalam diri sendiri.

b. Mempunyai komitmen yang besar pada diri sendiri, tidak setengah- setengah, agar benar-benar dapat berjalan dengan baik perubahan itu. c. Melakukan perubahan atas kemauan sendiri.

(25)

Gambar 1.1 Kerangka Pikir

Melalui bimbingan kelompok, konselor akan membentuk kelompok dan memberikan bimbingan yang diberikan kepada sekelompok individu untuk membahas topik yang bersifat umum dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Melalui dinamika kelompok tersebut, siswa memiliki hubungan yang akrab dan hangat antar anggota kelompok sehingga menyebabkan munculnya keterbukaan di antara anggota kelompok.

D. Hipotesis

Menurut Sugiyono (2012:96), hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Berdasarkan pengertian di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah Academic Self-Management dapat ditingkatkan dengan penggunaan Layanan Bimbingan Kelompok bagi siswa kelas XI SMAN 5 Bandar Lampung Tahun ajaran 2014/2015.

Academic Self-Management

rendah

Academic Self-Management

Meningkat

Layanan Bimbingan

(26)

Sedangkan hipotesis statistiknya adalah :

Ha : Academic Self-Management yang rendah dapat ditingkatkan dengan menggunakan Layanan Bimbingan Kelompok bagi Siswa Kelas XI SMAN 5 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2014/2015.

(27)

BAB II PEMBAHASAN

A. Academic Self Management dalam Bimbingan dan Konseling

Permasalahan Academic Self-Management yang rendah pada siswa manjadi tanggung jawab konselor sekolah. Dalam ranah bimbingan dan konseling, Academic Self-Management berfokus pada bidang belajar dimana masalah yang dihadapai siswa terkait belajar dan konselor harus segera memberikan pelayanan pada siswanya yang bermasalah.

Dalam bimbingan belajar, pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah membantu siswa mengembangkan diri, sikap dan kebiasaan belajar yang baik untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan serta menyiapkannya melanjutkan pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi. Menurut Dewa Ketut Sukardi (2008), bidang belajar dapat dirinci menjadi pokok-pokok sebagai berikut:

(28)

2. Pemantapan disiplin belajar dan berlatih baik secara mandiri maupun berkelompok.

3. Pemantapan penguasaan materi program belajar di sekolah menengah umum sesuai dengan perkembangan ilmu, teknologi dan kesenian.

4. Pemantapan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial, budaya yang ada di sekolah dan lingkungan sekitar untuk pengembangan pengetahuan dan kemampuan serta pengembangan pribadi.

5. Orientasi belajar di sekolah sambungan atau perguruan tinggi.

B. Academic Self-Management

1. Pengertian Academic Self-Management

Sebelum menjelaskan pengertian Academic Self-Management, terlebih dahulu akan diuraikan pengertian dari belajar dan pengertian Self management. Menurut Hamzah (2012), belajar adalah pemerolehan pengalaman baru oleh seseorang dalam bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap, sebagai akibat adanya proses dalam bentuk interaksi belajar terhadap suatu objek (pengetahuan) atau melalui suatu penguatan (reinforcement) dalam bentuk pengalaman terhadap suatu objek yang ada dalam lingkungan belajar.

Trorndike (Hamzah ; 2012) menjelaskan arti dari belajar adalah

(29)

Jadi pengertian belajar adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengelamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Sedangkan pengertian Self Management (pengelolaan diri) berarti mendorong diri sendiri untuk maju, mengatur semua unsur kemampuan pribadi, mengendalikan kemampuan untuk mencapai hal-hal yang baik dan mengembangkan berbagai segi dari kehidupan pribadi agar lebih sempurna (Gie, 2000). Menurut Gunarsa (2004), self management adalah proses dimana seseorang dimungkinkan memiliki pegangan untuk menghadapi masalah dengan mengurangi terjadinya perilaku yang bermasalah tersebut.

Menurut Stewart dan Lewis ( Nursalim, 2013) mengemukakan bahwa Self Management menunjuk pada kemampuan individu untuk mengarahkan

perilakunya atau kemampuan untuk melakukan hal-hal yang terarah bahkan meskipun upaya-upaya itu sulit. Sedangkan menurut Kanar (2011), Self Management adalah kualitas personal dari disiplin diri atau kontrol

diri dan ketika siswa yang memiliki manajemen diri yang baik maka siswa tersebut dapat memotivasi diri sendiri.

(30)

sendiri, serta penggunaan prinsip-prinsip belajar untuk mengubah perilaku artinya siswa membuat pilihan dan berhadapan dengan konsekuensi, menyusun tujuan dan prioritas, memanajemen waktu, berkolaborasi dalam proses belajar dan membangun hubungan yang dapat dipercaya dengan guru dan teman sekelas

Berpijak dari dari definisi tersebut diketahui bahwa Academic Self-Management merupakan kemampuan yang berkenaan dengan ketrampilan

individu dalam mengarahkan pengubahan tingkah lakunya sendiri atas rasa tanggung jawab untuk mengontrol faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajarnya

Sesuai penjelasan Dembo (2004), academic self-management adalah strategi-strategi yang digunakan para siswa untuk mengontrol faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar, yang meliputi strategi perilaku (manajemen waktu dan pengaturan lingkungan fisik dan sosial), strategi motivasi (menyusun tujuan dan meregulasi emosi dan usaha), dan strategi belajar cara belajar (belajar dari buku bacaan, belajar dari guru, mempersiapkan diri untuk ujian, dan menjalani ujian).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Academic Self-Management

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi Academic Self-Management (Dembo, 2004) adalah :

a. Faktor personal dan sosiokultural

(31)

belajar sekolah menengah pertama dapat dibawa sampai masa sekolah menengah atas, dan hal ini dapat mempengaruhi bagaimana motivasi, perilaku, dan kelangsungan studi siswa. Faktor sosiokultural seperti level sosioekonomi, tingkat pendidikan orang tua, dan harapan orang tua dapat mempengaruhi motivasi dan perilaku siswa (Ratcliff dalam Dembo, 2004).

b. Faktor lingkungan kelas

Faktor di lingkungan kelas meliputi tugas yang diberikan (ulangan harian ulangan semester, ujian kenaikan kelas), perilaku instruktur (dukungan yang diberikan kepada siswa), dan metode instruksional (pembentukan kelompok belajar di dalam kelas baik sesama etnis atau dengan etnis lain, tutor) akan mempengaruhi bagaimana perilaku siswa di dalam kelas. Bukan hanya lingkungan kelas yang mempengaruhi motivasi pelajar, melainkan tanggung jawab siswa terhadap diri sendiri juga penting.

c. Faktor internal

(32)

Academic Self-Management juga tidak terlepas dari adanya faktor-faktor di dalamnya (Jawwad, 2007). Faktor-faktor internal yang mempengaruhi adalah sebagai berikut :

a. Perhatian Terhadap Waktu

Kemampuan Academic Self-Management juga dipengaruhi oleh waktu dengan tujuan agar segala yang ingin dikerjakan dapat berjalan secara teratur dan lancar seperti yang diinginkan. Apabila kita dapat mengatur waktu dengan baik, maka kita akan memiliki kemampuan Academic Self-Management yang baik.

b. Kondisi Sosial

Apabila kondisi sosial seseorang baik, tentunya dia bisa memiliki kemampuan Academic Self-Management yang baik. Karena dengan hubungan yang baik dengan sesama dan tidak membedakan antara yang satu dengan yang lainnya akan mendukung pada pembentukan Academic Self-Management. Apabila kondisi lingkungan sosial

seseorang sehat, kodusif pastinya Academic Self-Management akan berkembang sehingga hubungan sosial dengan sesama juga akan serasi. c. Tingkat Kondisi Ekonomi

(33)

d. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan juga mempengaruhi pemahaman seseorang pada pentingnya Academic Self-Management bahwa dengan adanya kemampuan Academic Self-Management yang baik, dia bisa melalui proses pendidikannya dengan baik.

e. Kendala Lingkungan Sekitar

Lingkungan juga menjadi faktor terbentuknya Academic Self-Management. Seperti terbentuknya pola pikir, perbuatan dan

pengalaman yang terbentuk dari lingkungan yang di tempati. Segala pola pikir maupun perbuatan yang muncul akan menentukan bagaimana kemampuan Academic Self-Management terbentuk

Faktor lain yang mempengaruhi Academic Self-Management menurut Pedler dan Boydell (dalam Jawwad, 2003) yaitu:

a. Kesehatan (health ).

(34)

b. Ketrampilan/ keahlian (skill).

Ketrampilan atau keahlian yang dimiliki seorang individu menggambarkan kualitas individu tersebut. Seberapa jauh individu menyusun rencana kehidupannya, seberapa jauh kesadaran individu akan hal ini menentukan seberapa jauh ia menyusun rencana kehidupannya. Individu tersebut dapat memutuskan untuk menjadi orang yang memiliki beberapa keahlian sekaligus atau menjadi orang yang memiliki satu keahlian dibidang tertentu. Pilihan tertentu yang dilakukan oleh individu selanjutnya akan mempengaruhi cara mewujudkan tujuannya itu.

c. Aktivitas (Action)

Aktivitas yang dimaksud disinin adalah seberapa jauh individu mampu menyelesaikan tugas dengan baik, misalnya seberapa jauh kemampuannya untuk membuat keputusan dan mengambil inisiatif. Individu yang mampu mengembangkan aktivitas hidupnya adalah individu yang memiliki kepekaan terhadap berbagai alternatif atau cara pandang dan memiliki imajinasi moral yang tinggi, sehingga keputusan aktivitasnya mempertimbangkan 2 hal sekaligus yaitu yang memberikan manfaat bagi dirinya dan bagi orang lain.

d. Identitas diri (Identity).

(35)

dan penilaian individu terhadap keadaan dirinya akan mempengaruhi cara-caranya bertindak.

Berdasarkan uraian di atas faktor-faktor yang mempengaruhi Academic Self-Management adalah faktor personal dan sosiokultural, faktor lingkungan kelas dan faktor internal (perhatian terhadap waktu, kondisi sosial, tingkat kondisi ekonomi, tingkat pendidikan, dan kendala lingkungan sekitar), kesehatan (health), ketrampilan/ keahlian (Skill), aktivitas (action), dan identitas diri (identity). Faktor tersebut satu sama lainnya saling berkaitan sehingga munculnya salah satu faktor yang dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain.

3. Aspek-aspek Academic Self-Management

Menurut Gie (2000) menyatakan ada sekurang-kurangnya 4 aspek bentuk perbuatan Academic Self-Management bagi siswa yaitu: (1) motivasi dirii (self motivation), (2) penyusunan diri (self organization), (3) pengendalian diri (self control), (4) pengembangan diri (self development).

a. Motivasi diri (Self Motivation)

(36)

terpengaruh oleh orang lain, hasrat ingin maju, dan dapat melakukan kegiatan belajar dalam waktu yang lama. Suatu dorongan yang kuat dari dalam diri sendiri akan lebih baik dibandingkan hanya dorongan dari orang lain atau hal luar.

b. Penyusunan Diri (self organization)

Penyusunan diri meliputi proses membuat standar untuk performansi. Penyususnan diri membantu siswa untuk menjadi waspada (aware) terhadap nilai dan menentukan apa yang ingin dilakukannya. Sebagai hasilnya, tujuan akan mempengaruhi sikap, motivasi, dan proses belajar (Schunk dalam Dembo, 2004). Penyusunan diri membantu siswa menentukan jumlah usaha yang dibutuhkan untuk sukses dan mengarah pada perasaan puas ketika tujuan itu tercapai.

Bisa dikatakan juga penyusunan diri merupakan suatu usaha dalam mengatur dan mengurus segala hal yang menyangkut pikiran, waktu, tempat, benda, dan sumber daya lainnya yang menunjang pembentukan self management, apabila segala sesuatunya telah diatur sebaik mungkin, maka akan tercapai kehidupan individu menjadi lebih efisien.

c. Pengendalian Diri (Self Control)

(37)

keinginan mencari gampangnya, keseganan berjerih payah melakukan konsentrasi, kebiasaan menunda-nunda pelaksanaan tugas, belum lagi berbagai gangguan perhatian lainnya seperti acara televisi, iklan film, atau ajakan teman senantiasa menghinggapi kebanyakan siswa. Semuanya itu hanya bisa ditangkis atau dilawan dengan pengendalian diri.

Adanya pengendalian diri yang kuat tentunya akan muncul sebuah tekad atau keinginan yang kuat untuk melaksanakan apa yang harus dikerjakan. Keinginan yang kuat akan memacu munculnya semangat untuk bisa memperoleh apa yang ingin dicapainya. Pengendalian diri yang kuat juga bisa memberikan penguatan diri pada individu agar bisa menghindari dirinya pada hal-hal yang tidak penting dan lebih mengutamakan apa yang menjadi prioritasnya.

d. Pengembangan Diri (Self Development)

Pengembangan diri adalah perbuatan menyempurnakan atau meningkatkan diri sendiri dalam berbagai hal. Pengembangan diri yang lengkap dan penuh mencakup segenap sumberdaya pribadi dalam diri seorang siswa seperti; menambah pengetahuan dan keterampilan yang berguna dalam hidup, membina budi yang luhur dan perilaku yang susila, menjaga kesehatan fisik dan mengikuti kegiatan rohani.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan aspek-aspek Academic Self-Management meliputi motivasi diri (self motivation), penyusunan

(38)

diri (self development), pengelolaan waktu. Academic Self-Management dapat membentuk individu kearah lebih baik sesuai

dengan perilaku mana yang akan diubah, ditingkatkan atau dikurangi sehingga mampu membantu individu untuk mencapai tujuannya dalam belajar.

4. Ciri-Ciri Academic Self-Management

Agar dapat mengendalikan diri secara langsung maka seseorang dapat menciptakan atau mengubah isyarat berupa benda, barang, atau hal yang ada disekitarnya untuk mempengaruhi perilakunya. Ciri-ciri individu yang memiliki Academic Self-Management yang tinggi, secara lebih jelas dikemukakan oleh Dembo (2000), yang meliputi;

a) Mengatur strategi perilaku (manajemen waktu dan pengaturan lingkungan fisik dan sosial),

b) Menyususn strategi motivasi (menyusun tujuan dan meregulasi emosi dan usaha)

c) Mengontrol strategi belajar cara belajar (belajar dari buku bacaan, belajar dari guru, mempersiapkan diri untuk ujian, dan menjalani ujian).

Selain ciri-ciri diatas menurut Fikriana (2007), siswa yang memiliki Academic Self-Management tinggi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Mengenali diri sendiri sehingga lebih mudah dalam merubah apa yang ingin dirubah dalam diri sendiri.

(39)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan ciri-ciri siswa yang memiliki Academic Self-Management tinggi yaitu: menentukan sasaran, memonitor

diri sendiri, mengevaluasi diri sendiri, proses penguatan diri, mengenali diri sendiri, mempunyai komitmen motivasi dirii sendiri, pengorganisasian diri dan pengendalian diri. Ciri-ciri satu dengan yang lain saling melengkapi, sehingga ciri yang terbaik adalah kombinasi dari beberapa ciri sehingga menjadi satu kesatuan.

5. Tahap-tahap Academic Self-Management

Menurut Gantina (2011) Academic Self-Management biasanya dilakukan dengan mengikuti tahap-tahap sebagai berikut: (1) tahap monitor diri atau observasi diri, (2) tahap evaluasi diri, (3) tahap pemberian penguatan, penghapusan, atau hukuman.

a. Tahap Monitor Diri

Pada tahap ini individu dengan sengaja mengamati tingkah lakunya sendiri serta mencatatnya dengan teliti. Catatan ini dapat menggunakan daftar cek atau catatan observasi kualitatif. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh individu dalam mencatat tingkah laku adalah frekuensi, intensitas, dan durasi tingkah laku. Dalam hal memonitor diri, siswa akan dijelaskan dan diberi lembar monitor diri (self management log) melalui layanan bimbingan kelompok setelah

(40)

1) Tahap-tahap self-monitoring :

a) Rasional

Konselor member penjelasan tentang apa yang akan di monitor dan mengapa; menekankan bahwa hal ini dapat dilakukan sendiri dan dapat dilakukan sesering mungkin. b) Penentuan Respons

Konselor perlu membantu konseli menentukan usaha yang

ditentukan secara eksplisit,misalnya: “Setiap saat saya berfikir

tentang saya dapat fokus belajar dan saya dapat segera

menyelesaikan tugas”. Konselor dapat memberi contoh respon

,missal nya: “Yes, tugas ini dapat saya selesaikan!”

c) Mencatat Respons

Konselor mengajarkan konseli tentang waktu, metode dan alat-alat untuk mencatat. Dalam hal ini digunakan “post

behavior monitoring” “log self management”. Dimana

(41)

Adapun formatnya adalah sebagai berikut :

Keterangan: (1) Tanggal dan waktu berisi hari, tanggal dan jam pada saat pemantauan diri, (2) lamanya total belajar diluar sekolah selama satu hari, (3) catatan yang berisi peristiwa yang mengganggu sasaran (4) Hal yang dirasakan saat mampu mewujudkan perilaku sasaran (5) Hal yang mendorong atau alasan melakukan perilaku sasaran, (6) Pemberian nilai tingkat keinginan untuk belajar berisi; 1 untuk rendah, 2 untuk sedang, 3 untuk tinggi dan 4 berarti sangat tinggi, (7) Pemberian nilai dalam kemampuan mengendalikan situasi seperti 1 berarti buruk, 2 untuk cukup baik, 3 berarti baik dan 4 sangat baik. d) Memperlihatkan Data

Setelah membuat log Academic Self-Management, hasil dapat ditempelkan ditempat dimana keluarga dan temannya juga dapat melihat dan mendorong untuk kemajuannya contoh didalam kamar. Komentar umum dapat juga memperkuat keinginannya untuk maju. e) Analisis Data

(42)

sendiri data dengan membandingkan data sebelumnya dengan tingkah laku yang diinginkan dan tingkat perubahan.

b. Tahap Evaluasi Diri

Pada tahap ini individu membandingkan hasil catatan tingkah laku dengan target tingkah laku yang telah dibuat oleh individu. Perbandingan ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas dan efisiensi progam. Bila progam tersebut tidak berhasil, maka perlu ditinjau kembali progam tersebut, apakah target tingkah laku yang ditetapkan memiliki ekspektasi yang terlalu tinggi, perilaku yang ditargetkan tidak cocok, atau penguatan yang diberikan tidak sesuai.

c. Tahap Pemberian Penguatan, Penghapusan atau Hukuman

Pada tahap ini individu mengatur dirinya sendiri, memberikan penguatan, menghapus, dan memberikan hukuman pada diri sendiri. Tahap ini merupakan tahap yang paling sulit karena membutuhkan kemauan yang kuat dari individu untuk melaksanakan progam yang telah dibuat secara kontinyu.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan tahap-tahap Academic Self-Management meliputi: tahap monitor diri atau observasi diri, tahap

(43)

C. Layanan Bimbingan Kelompok 1. Pengertian Bimbingan Kelompok

Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa, agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan individu yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku (Mugiarso, 2009). Kelompok pada dasarnya didukung dan terbentuk melalui berkumpulnya sejumlah orang. Kumpulan orang-orang itu kemudian menjunjung suatu atau beberapa kualitas tertentu, sehingga dengan demikian kumpulan tersebut menjadi sebuah kelompok (Prayitno, 2004).

Bimbingan kelompok mengupayakan perubahan sikap dalam perilaku secara tidak langsung, melalui penyampaian informasi yang menekankan pengolahan kognitif oleh para peserta sehingga mereka dapat menerapkan sendiri suatu pengolahan kognitif tentang informasi yang diberikan kepada anggota kelompok (Winkel, 2004).

(44)

Berdasarkan definisi tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang dilaksanakan dalam suatu kelompok dengan memanfaatkan dinamika kelompok sehingga anggota dapat mengembangkan potensi diri sekaligus memperoleh manfaat dari pembahasan topik masalah.

2. Tujuan Bimbingan Kelompok

Tujuan dari layanan bimbingan kelompok yaitu supaya orang yang mengikuti bimbingan kelompok mampu mengatur kehidupannya sendiri, memiliki pandangan sendiri dan tidak sekedar mengikuti pendapat orang lain, mampu dalam mengambil sikap sendiri dan berani menanggung sendiri konsekuensi-konsekuensi dan tindakannya (Winkel, 2004).

Tujuan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk memungkinkan siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari konselor sekolah sebagai narasumber yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari baik sebagai individu maupun pelajar, anggota dan masyarakat (Mugiarso, 2009).

Prayitno (2004) mengemukakan tujuan bimbingan kelompok dapat dibagi menjadi dua, yaitu tujuan secara umum dan tujuan secara khusus. a. Tujuan umum layanan bimbingan kelompok adalah berkembangnya

kemampuan sosialisasi siswa, khususnya kemampuan komunikasi peserta layanan.

(45)

dan menjadi perhatian peserta. Melalui dinamika kelompok yang intensif, pembahasan topik-topik itu mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan, dan sikap yang menunjang diwujudkannya tingkah laku yang lebih efektif. Dalam hal ini kemampuan berkomunikasi, verbal maupun non verbal ditingkatkan.

Melalui layanan bimbingan kelompok hal-hal yang mengganggu atau menghimpit perasaan dapat diungkapkan, dilonggarkan, diringankan melalui berbagai cara; pikiran yang suntuk, buntu atau beku dicairkan dan didinamikkan melalui berbagai masukkan dan tanggapan baru; persepsi dan wawasan yang menyimpang dan/ atau sempit diluruskan dan diperluas melalui peserta seintensif mungkin yang mengarah kepada pencapaian tujuan-tujuan umum dan khusus tersebut di atas.

3. Asas-asas Bimbingan Kelompok

Asas-asas dalam bimbingan kelompok, yaitu: (1) Asas kerahasiaan, (2) asas kesukarelaan, (3) asas kegiatan dan keterbukaan, (4) asas kekinian, (5) asas kenormatifan, (6) asas keahlian (Prayitno, 2004).

a. Asas Kerahasiaan

(46)

b. Asas Kesukarelaan

Kesukarelaan AK dimulai sejak awal rencana pembentukan kelompok oleh konseor atau Pemimpin Kelompok (PK). Kesukarelaan terus– menerus dibina melalui upaya PK mengembangkan syarat-syarat kelompok yang efektif dan penstrukuran tentang layanan BK. Dengan kesukarelaan itu AK dapat mewujudkan peran aktif diri mereka masing-masing untuk mencapai tujuan layanan.

c. Asas Kegiatan dan Keterbukaan

Anggota kelompok secara aktif dan terbuka menampilkan diri tanpa rasa takut, malu ataupun ragu. Dinamika kelompok semakin tinggi, berisis dan bervariasi.

d. Asas Kekinian

Memberikan isi aktual dalam pembahasan yang dilakukan, AK diminta mengemukakan hal-hal yang terjadi dan berlaku sekarang ini. Hal-hal atau pengalaman yang telah lalu dianalisis dan disangkut-pautkan kepentingan pembahasan hal-hal yang terjadi dan berlaku sekarang. Hal-hal yang akan datang direncanakan sesuai dengan kondisi yang ada sekarang.

e. Asas Kenormatifan

(47)

f. Asas Keahlian

Diperlihatkan PK dalam mengelola kegiatan kelompok dalam mengembangkan proses dan isi pembahasan secara keseluruhan.

4. Komponen Bimbingan Kelompok

Dalam Bimbingan kelompok ada komponen–komponen yang harus diketahui sehingga Bimbingan Kelompok dapat berjalan. Komponen Bimbingan kelompok yaitu:

a. Pemimpin Kelompok

Pemimpin kelompok (PK) adalah konselor yang terlatih dan berwenang menyelenggarakan praktik konseling professional. Sebagaimana untuk jenis layanan konseling lainnya, konselor memiliki ketrampilan khusus menyelengarakan bimbingan kelompok secara khusus, PK diwajibkan menghidupkan dinamika kelompok antara semua peserta seintensif mungkin yang mengarah kepada pencapaian tujuan-tujuan umum dalam bimbingan kelompok.

b. Anggota Kelompok

(48)

tidak terlalau kecil. Kekurang efektifakan kelompok akan terasa jika jumlah kelompok melebihi sepuluh orang.

c. Dinamika Kelompok

Dalam kegiatan bimbingan kelompok dinamika kelompok sengaja ditumbuh kembangkan, karena dinamika kelompok adalah hubungan interpersonal yang ditandai dengan semangat, kerja sama antar anggota kelompok, saling berbagi pengetahuan, pengalaman dan mencapai tujuan kelompok. Hubungan interpersonal ini yang nantinya akan mewujudkan rasa kebersamaan diantara anggota kelompok, menyatukan kelompok untuk dapat lebih menerima satu sama lain, lebih saling mendukung dan cnderung untuk membentuk hubungan yang berarti dan bermakna di dalam kelompok.

Dinamika kelompok merupakan jiwa yang menghidupkan dan menghidupi suatu kelompok. Dinamika kelompok akan terwujud dengan baik apabila kelompok tersebut benar-benar hidup mengarah kepada tujuan yang ingin dicapai dan membuahkan manfaat bagi masing-masing anggota kelompok juga sangat ditentukan oleh peranan kelompok.

5. Tahap-tahap Bimbingan Kelompok

(49)

a. Tahap pembentukan ( awal )

Tahap ini tahap pengenalan dan keterlibatan anggota kedalam kelompok dengan tujuan agar anggota kelompok memahami maksud Bimbingan Kelompok. Pemahaman anggota kelompok memungkinkan anggota kelompok aktif berperan dalam kegiatan Bimbingan kelompok yang selanjutnya dapat menumbuhkan minat pada diri mereka untuk mengikutinya. Pada tahap ini bertujuan untuk saling menumbuhkan suasana saling mengenal, percaya, menerima dan membantu teman-teman yang ada dalam anggota kelompok. Kegiatan dilakukan pada tahap ini adalah pengungkapan pengertian dan tujuan kegiatan kelompok dalam rangka pelayanan Bimbingan kelompok; menjelaskan cara-cara dan azaz kegiatan kelompok, anggota kelompok saling memperkenalkan diri dan mengungkapkan diri kemudian ada permainan keakraban.

b. Tahap Peralihan

(50)

c. Tahap Kegiatan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini untuk topik tugas adalah pemimpin kelompok mengemukakkan topik untuk dibahas oleh kelompok, kemudian tejadi tanya jawab antara anggota kelompok dan pemimpin kelompok tentang hal-hal yang belum jelas mengenai topik yang akan dikemukakan oleh pemimpin kelompok. Selanjutnya anggota membahas topik tersebut secara mendalam dan tuntas, serta dilakukan kegiatan selingan bila diperlukan. Sedangkan untuk bimbingan kelompok topik bebas, kegiatan yang akan dilakukan adalah masing-masing anggota secara bebas mengemukakan topik bahasan, menetapkan topik yang akan dibahas dulu, kemudian anggota membahas secara mendalam dan tuntas, serta diakhiri kegiatan selingan bila perlu.

d. Tahap Pengakhiran

(51)

kegiatan, membahas kegiatan lanjutan dan kemudian mengemukakan pesan dan harapan.

D. Keterkaitan Layanan Bimbingan Kelompok dalam Meningkatkan Academic Self-Management

Salah satu bidang bimbingan dan konseling adalah mengenai belajar. Masalah yang dibahas terkait rendahnya Academic Self-Management tentunya berhubungan erat dengan bidang belajar siswa yang harus ditangani oleh konselor secara langsung. Tercatat rendahnya nilai siswa membuktikan ketidak berartian belajar itu sendiri. Layanan bimbingan kelompok dianggap mampu mengatasi rendahnya Academic Self-Management siswa karena dalam kegiatan bimbingan kelompok, siswa dilatih untuk mengemukakan pendapat terhadap topik yang dibahas berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya seperti kesulitan apa yang dihadapi selama belajar dan cara-cara mengatasinya.

Keterkaitan Bimbingan kelompok dalam meningkatkan Academic Self-Management siswa dapat dilihat dari aspek-aspek yang harus dimiliki siswa

(52)

belajar, tidak mudah terpengaruh oleh orang lain, dapat melakukan kegiatan belajar dalam waktu yang lama serta memperoleh kesenangan batin karena belajar telah membantu meningkatkan wawasan tentang apa saja yang dipelajari.

Menurut Gie (2000: 78) mengemukakan bahwa “dorongan yang kuat untuk

belajar pada diri seorang siswa misalnya pada kesenangan membaca,

keingintahuan terhadap pengetahuan baru, dan hasrat pribadi untuk maju”.

Hal tersebut dapat diatasi dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok karena dalam bimbingan kelompok siswa akan memperoleh pengetahuan baru yang sebelumnya belum pernah didapatkan. Siswa juga dapat saling bertukar pikiran, pendapat dengan anggota kelompok yang lain (Prayitno, 1995). Penyusunan diri adalah pengaturan sebaik-baiknya terhadap pikiran, tenaga, waktu, tempat, benda, dan semua sumberdaya lainnya dalam kehidupan seorang siswa sehingga tercapai efisiensi pribadi. Efisiensi pribadi adalah perbandingan terbaik antara setiap kegiatan hidup pribadi siswa dengan hasil yang diinginkan.

(53)

Adanya pengendalian diri yang kuat tentunya akan muncul sebuah tekad atau keinginan yang kuat untuk melaksanakan apa yang harus dikerjakan. Keinginan yang kuat akan memacu munculnya semangat untuk bisa memperoleh apa yang ingin dicapainya. Salah satu fungsi dari bimbingan kelompok adalah fungsi pengembangan dimana siswa dapat mengembangkan tekad dan tenaganya. Individu mengembangkan segenap aspek yang bervariasi dan komplek sehingga tidak dapat berdiri sendiri dengan kegiatan bimbingan kelompok tiap anggota dapat saling bantu membantu (Prayitno, 1995). Pengembangan diri adalah perbuatan menyempurnakan atau meningkatkan diri sendiri dalam berbagai hal. Pengembangan diri yang lengkap dan penuh mencakup segenap sumberdaya pribadi dalam diri seorang siswa. Tujuan umum dalam bimbingan kelompok adalah melatih kemampuan bersosialisasi siswa terutama kemampuan berkomunikasi sehingga dapat menambah kearifan pengetahuan siswa, dan melatih siswa untuk berkomunikasi dengan anggota kelompok lainnya.

(54)
(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 5 Bandar Lampung. Waktu penelitian ini pada tahun 2014/2015.

B. Metode Peneltian

Metodologi penelitian merupakan hal yang penting di dalam suatu penelitian. Ketepatan dalam memilih metode akan mengatur arah serta tujuan penelitian. Menurut Vockell & Ashar metode penelitian merupakan suatu upaya secara sistematis untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan atau fenomena yang kita hadapi (Setyosari, 2012). Hal terpenting yang perlu diperhatikan bagi peneliti adalah penggunaan metode yang sesuai dengan obyek penelitian dan tujuan yang akan dicapai agar penelitian dapat berjalan dengan baik, terarah dan sistematis

(56)

Dalam desain ini, pengukuran dilakukan dua kali yaitu yang pertama digunakan untuk mengetahui Academic Self-Management siswa sebelum diberi layanan bimbingan kelompok (pre test) dengan kode O1, sedangkan pengukuran yang kedua dilakukan untuk mengetahui Academic Self-Management siswa setelah diberi layanan bimbingan kelompok (pos test)

dengan kode O2. Perbedaan O1 dan O2 yaitu O2 - O1 diasumsikan sebagai efek dari perlakuan atau eksperimen yang telah dilakukan.

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Keterangan:

O1 : Pengukuran pertama kemampuan Academic Self-Management siswa sebelum diberi layanan bimbingan kelompok (pre test)

X : Perlakuan (pemberian layanan bimbingan kelompok)

O2 : Pengukuran kedua kemampuan academic self managemet siswa sesudah diberi layanan bimbingan (post test)

(Arikunto, 2006)

C. Subjek Penelitian

Arikunto (2006) mengemukakan bahwa, subjek penelitian merupakan subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti atau sasaran peneliti. Subjek penelitia ini diambil dari siswa kelas XI IPS SMAN 5 Bandar Lampung yang memiliki Academic Self-Management yang rendah

(57)

Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan untuk menetapkan subjek penelitian adalah purposive sampling. Teknik ini dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya kriteria tertentu. Peneliti memilih subjek berdasarkan karakteristik dan kriteria siswa kelas XI IPS yang tercatat memiliki nilai rata-rata yang rendah, manajemen waktu yang buruk seperti terlambat datang ke sekolah, tidak datang saat ujian, tidak mengumpulkan tugas tepat waktu dan tercatat mencontek pekerjaan teman baik PR maupun saat ujian (Dembo, 2004)

Agar dalam pemberian perlakuan layanan bimbingan kelompok lebih efektif, anggota kelompok lebih baik heterogen. Yang dimaksud heterogen dalam penelitian ini yaitu, anggota kelompok atau subjek penelitian terdiri dari laki-laki dan perempuan, subjek berasal dari kelas yang berbeda serta subjek memiliki kecenderungan tingkat Academic Self-Management yang berbeda.

D. Variabel Penelitian

(58)

Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu variabel penyebab atau variabel bebas (X) dan variabel akibat atau variabel terikat (Y). Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah layanan bimbingan kelompok. Sedangkan variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Academic Self-Management.

E. Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini masalah yang akan menjadi fokus penelitian dibatasi pada peningkatan Academic Self-Management siswa melalui layanan bimbingan kelompok. Oleh karena itu, variabel yang akan diteliti meliputi:

1. Academic Self-Management

Academic Self-Management adalah kemampuan individu dalam mengarahkan pengubahan tingkah lakunya sendiri atas rasa tanggung jawab untuk mengontrol faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajarnya di sekolah yang ditandai adanya pendorongan diri (Self Motivation ), penyusunan diri (Self Organization), pengendalian diri (Self Control), dan pengembangan diri (Self Development).

2. Bimbingan Kelompok

(59)

cara belajar yang baik, membuat keputusan yang tepat dalam perubahan berperilaku, serta untuk memperbaiki dan mengembangkan pemahaman tentang pentingnya belajar.

F. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah meningkatkan Academic Self-Management pada siswa kelas XI SMA Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015 dengan penggunaan layanan Bimbingan Kelompok.

G. Metode dan Alat Pengumpul Data

Pengumpulan data sangat penting dalam penelitian, data yang diperoleh akan digunakan untuk membuat kesimpulan dalam penelitian tersebut. Mengumpulkan data harus tepat dengan variabel yang akan diteliti.

1. Observasi

Menurut Mulyatiningsih (2013), Observasi merupakan metode pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan perilaku subjek penelitian yang dilakukan secara sistematik. Observasi dilakukan dengan menggunakan dua observer yaitu peneliti dan guru BK yang bertanggung jawab dengan kelas yang ditangani.

(60)

peneliti merancang pedoman observasi yang natinya akan digunakan dalam kegiatan observasi.

Pada pengamatan berstruktur, peneliti telah mengetahui aspek apa dari aktivitas yang diamatinya yang relevan dengan masalah serta tujuan peneliti, dengan pengungkapan yang sistematis untuk menguji hipotesisnya. Seperti yang tercantum dalam pedoman observasi, peneliti telah mengetahui aspek apa saja yang akan diamati dalam penelitiannya. Observasi dalam penelitian ini digunakan saat pre-test, rentang hari selama pertemuan dan post-test. Hal ini dikarenakan yang akan diteliti adalah perilaku siswa, sehingga pengamatan terhadap perubahan perilakunya akan lebih mudah dilakukan.

Saat pelaksanaan observasi observer akan mengamati perilaku siswa dalam satu hari selama jam sekolah berlangsung. Dalam pengamatan tersebut akan diperhatikan berapa kali perilaku-perilaku yang menjadi target pengamatan muncul pada siswa (sesuai dengan lembar observasi).

(61)

Perhitungan skor pada lembar observasi dilakukan dengan menghitung skor total yang diperoleh dari muncul atau tidaknya perilaku yang diamati. Pada tahap observasi ini Academic Self-Management dikategorikan menjadi 3 yaitu: tinggi, sedang, dan rendah. Untuk mengkategorikannya, terlebih dahulu ditentukan besarnya interval dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan: : interval : nilai tertinggi : nilai terendah K : jumlah kategori

H. Uji Istrumen

(62)

1. Uji Validitas Instrumen

Validitas merupakan kepercayaan terhadap instrumen penelitian. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah skala. Validitas yang digunakan dalam skala penelitian ini yaitu validitas isi. Menurut Mustafa (2009), validitas isi berkaitan dengan pertanyaan mengenai seberapa lengkap butir-butir yang digunakan telah memadai atau dapat mengungkap sebuah konsep.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan validitas isi (content validity) dengan pengujian pendapat para ahli (judgment experts). Judgment experts dilakukan oleh para ahli, dalam hal ini judgment expert dilakukan

oleh para dosen bimbingan dan konseling Universitas Lampung yakni oleh Drs. Syaefuddin Latief, M.Pd., Ari Sofia. S.Psi., M.A., Psi dan Citra Abriani Maharani, S.Pd.,M.Pd., Kons. Hasil uji ahli menyatakan bahwa peryataan sangat tepat dan tepat dan dinyatakan valid sehingga dapat dipergunakan sebagi instrumen dalam penelitian.

2.Uji Reliabilitas

(63)

Maka menurut Arikunto (2006) dalam menentukan realibilitas instrument

N2 : Jumlah kode yang dibuat oleh pengamat II

Untuk mengetahui tinggi rendahnya reliabilitas digunakan kriteria reliabilitas yang diungkapkan oleh Basrowi & Suwandi (2008) sebagai berikut:

Berdasarkan hasil pengolahan terdapat 24 aitem dalam lembar observasi (lampiran hal 103) yang valid dengan realibilitas melalui koefisien kesepakatan yaitu 0,78 (lampiran hal 106) maka dapat dikatakan instrument ini reliabel. Dari kriteria tingkat realibilitas diatas maka tingkat realibilitas observasi adalah tinggi. Dari hasil uji coba yang diperoleh, maka lembar observasi ini dapat digunakan untuk mengobservasi Academic Self-Management siswa.

I. Teknik Analisis Data

Setelah semua data-data yang berkaitan dengan penelitian diperoleh, maka langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah pengolahan data dan analisa data. Menurut Arikunto (2002:136) analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan

2S

(64)

uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan rumus uji wilcoxon. Alasan peneliti menggunakan uji Wilcoxon karena subjek penelitian kurang dari 25, distribusi datanya dianggap tidak normal. maka statistik yang digunakan adalah nonparametrik dengan menggunakan Wilcoxon Matched Pairs Test. Sudjana (2005:369). Peneliti dapat melihat perbedaan nilai antara pretest dan posttest melalui uji Wilcoxon ini. Pelaksanaan uji Wilcoxon untuk

menganalisis dilakukan dengan menggunakan analisis uji melalui bantuan program SPSS (Statistical Package for Social Science)16.

Adapun rumus uji Wilcoxon ini adalah sebagai berikut Sudjana (2005:273):

Z=

Keterangan :

Z : Uji Wilcoxon

T : Total Jenjang (selisih) terkecil antara nilai pretest dan posttest N : Jumlah data sampel

Sedangkan kaidah pengambilan keputusan terhadap hipotesis dengan analisis data uji wilcoxon ini dilakukan dengan berdasarakan angka probabilitas, dasar pengambilan keputusan yakni:

(65)
(66)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada siswa kelas XI di SMAN 5 BAndar Lampung tahun ajaran 2014/2015, maka dapat diambil kesimpulan, yaitu: 1. Kesimpulan Statistik

Berdasarkan analisis data dengan menggunakan uji wilcoxon hasil yang diperoleh dimana sig.probabilitas diperoleh sebesar 0.002 < sig. 0.05 sehingga Ha1 diterima dan Ho1 ditolak,. artinya terjadi peningkatan

Academic Self-Management dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas XI SMA N 5 Bandar Lampung tahun ajaran 2014/2015.

2. Kesimpulan Penelitian

Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata peningkatan secara keseluruhan adalah sebesar 56%. Hal ini ditunjukan dari adanya perubahan perilaku Academic Self-Management keduabelas siswa dalam penelitian ini, yang

(67)

mengatasi rendahnya Academic Self-Management siswa dikarenakan dalam bimbingan kelompok memanfaatkan dinamika kelomok untuk mengatasi permasalahan anggotanya, layanan bimbingan kelompok merupakan layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta memperoleh kesempatan untuk membahas dan mengentaskan permasalahan yang dialami siswa melalui dinamika kelompok.

B. Saran

Saran yang dapat dikemukakan dari penelitian yang telah dilakukan di SMAN 5 Bandar Lampung adalah:

1. Siswa

Siswa hendaknya mengikuti kegiatan bimbingan kelompok untuk meningkatkan Academic Self-Management , sehingga siswa dapat secara optimal mengembangkan potensi di dalam diri, menumbuhkan tanggung jawab untuk fokus dalam belajar dan dapat meningkatkan prestasi.

2. Guru Bimbingan dan Konseling

(68)

3. Kepada para peneliti

(69)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohamad dan Asrori, Mohamad. 2010. Psikologi Remaja. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Edisi Revisi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, Saifuddin. 2005. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Dembo, M. 2004. Motivation and Learning Strategies for College Success (A Self Management Approach). London: University of Southern California.

Fikriana, 2007, management-diri. https://fikriana.wordpress.com. diunduh 12 september 2014 jam: 20.00 WIB.

Gantina komalasari, Dkk. (2011). Teori Teknik Konseling, Jakarta: Indeks.Gunarsa 2004

Gie, The Liang. 2000. Cara Belajar yang Baik bagi Mahasiswa edisi kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada Universiaty Press.

Hakim, Thursan. 2002. Belajar Secara efektif. Jakarta: Puspa Swara Hamzah. 2012. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Jawwad, Ahmad Abdul. 2007. Manajement Diri. Bandung: Savei Generation. Kanar, Carol C. (2011). The Confident Student (7th Edition). USA : Wadsworth Kanfer. F. H, 1980. Self Management Method. Dalam Helping People Change.

Second edition, New York: Pergamon Press

Komalasari, Gantina dan Eka Wahyuni. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: Pt Indeks.

(70)

Muhibbin Syah,M. 20 00. Psikologi Pendidikan. Bandung ; Remaja Rosdakarya. Mulyatiningsih, Endang. 2013. Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan.

Bandung: Alfabeta.

Mustafa, Zainal. Mengurai Variabel hingga Instrumentasi. 2009. Yogyakarta: Graha Ilmu

Nazir, M. 2003. Metode Penelitian: Ghalia Indonesia

Nursalim, Mochammad, 2013. Strategi dan Intervensi Konseling. Jakarta: Akademia Permata

Prayitno, 2004. Layanan Bimbingan Kelompok . Universitas Negeri Padang. Setyosari, Punaji. 2012. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Sukardi, Dewa Ketut & Desak P.E N Kusmawati. 2008. Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rieneka Cipta.

Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : ALFABETA

Wibowo, Mungin Eddy. 2005. Konseling Kelompok Perkembangan. Semarang : UNNES Press

Winkel. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

Woolfolk, Annita. 2004. Educational Psychology. Boston : Pearson Educational. Zimmerman, B.J. & Schunk, D. H. (Eds). (2001). Self regulated learning and

Gambar

Gambar 1.1 Kerangka Pikir
Gambar 2.1 Self Management Log
Gambar 3.1 Desain Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Hasil klasifikasi CART menunjukkan bahwa variabel nilai Matematika Dasar merupakan variabel terpenting dalam pengklasifikasian penerimaan SBMPTN ITS dengan kombinasi

Sampai gugatan ini diajukan tergugat belum atau tidak membayar uang pengganti kepada negara, oleh karena membayar uang pengganti kepada negara atas dasar Putusan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fungsi, kualitas informasi, daya tarik dari situs web pemerintah Tasikmalaya www.tasikmalayakota.go.id dan kendala yang

SYARIP HIDAYAT Laki-laki BOGOR 30-10-1973 Tenaga Guru SMA-D.III KANTOR KEMENAG KAB.. SYARIEFUDDIN Laki-laki BOGOR 04-06-1963 Tenaga Teknis/Administrasi D.IV-S.III KANTOR

dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Rektor Universitas

• Perhitungan biaya dimulai pada saat pembangkit paralel trip tiba – tiba (di luar rencana operasi yang dilaporkan ke PLN) yang diakibatkan oleh Pemilik Pembangkit sampai

I am working on to implement Web Feature Service (WFS) version 2.0 to our IMS products but I could not find test data for WFS version 2.0?. And there is no any compliant that taken