ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN MURABAHAH, MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH TERHADAP PROFITABILITAS BANK
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
MUHAMAD ZIQRI
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN MURABAHAH,
MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH TERHADAP
PROFITABILITAS BANK
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Sebagai Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
MUHAMAD ZIQRI NIM
Dibawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni Aminuddin, SH, MAg NIP. NIP .
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
Hari ini Senin Tanggal Empat Belas September Dua Ribu Delapan telah
dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Muhamad Ziqri, NIM : ,
dengan judul skripsi “Analisis Pengaruh Pendapatan Murabahah, Mudharabah, Dan Musyarakah Terhadap Profitabilitas Bank”. Memperhatikan kemampuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka
skripsi imi sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat utuk memperoleh gelar
Sarjana ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, September
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Indoyama Nasarudin, SE, M.AB Suhendra,S.Ag, MM Ketua Sekretaris
\
i
ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN MURABAHAH,
MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH TERHADAP
PROFITABILITAS BANK
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Sebagai Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
MUHAMAD ZIQRI
NIM
Dibawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni
Aminuddin, SH, MAg
NIP.
NIP .
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
ii
Hari ini kamis tanggal
Januari tahun dua ribu sepuluh telah dilakukan
Ujian Skripsi atas nama Muhamad Ziqri dengan NIM :
dengan judul
“ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN MURABAHAH, MUDHARABAH
DAN MUSYARAKAH TERHADAP PROFITABILITAS BANK”.
Memperhatikan
kemammpuan keilmuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi
ini sudah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta
Januari
Tim Penguji Ujian Skripsi
Prof. Dr. Ahmad Rodoni
Aminuddin, SH.M.ag
Ketua
Sekretaris
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
iii
Hari ini Senin Tanggal Empat Belas September Dua Ribu Delapan telah
dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Muhamad Ziqri, NIM :
,
dengan judul skripsi
“Analisis Pengaruh Pendapatan Murabahah, Mudharabah,
Dan Musyarakah Terhadap Profitabilitas Bank”
. Memperhatikan kemampuan
mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi imi sudah dapat diterima
sebagai salah satu syarat utuk memperoleh gelar Sarjana ekonomi pada Jurusan
Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta,
September
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Indoyama Nasarudin, SE, M.AB
Suhendra,S.Ag, MM
Ketua
Sekretaris
Pof. Dr. Ahmad Rodoni
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas Pribadi
Nama
:
MUHAMAD ZIQRI
Tempat & Tgl Lahir :
JAKARTA,
FEBRUARI
Alamat
:
LENTENG AGUNG
Gg. FILLAR,
KEL. LENTENG AGUNG, KEC. JAGAKARSA
JAKARTA SELATAN (
)
Handphone
:
(
)
Jenis Kelamin
:
LAKI-LAKI
Agama
:
ISLAM
Motto Hidup
:
“
HIDUP MULIA ATAU MATI SYAHID”
II. Pendidikan
MI AL-ISLAMIYAH JAKARTA
:
-
MTS AL-MUKHLISHIN BOGOR
:
-
MAN JAKARTA
:
-
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
:
-
III. Pengalaman Organisasi
-
: Ketua Osis MTS Al-Mukhlisin
-
: Paskibra
v
ABSTRACT
The objective of the research is to analyze empirical data about the influence of
Murabahah,
Mudharabah
and
Musyarakah
towards
Profitability
(ROE)
simultaneously.Sample of the research was taken from all of the population of BUS
(Bank Umum Syariah / Sharia Commercial Bank) and listed in Bank of Indonesia
(BI) from
to
period.The statistical method employed in this research is
Multiple-Regression test. Based on the cultivation of data, the result indicates that
there is a significant influence of Mudharabah upon Profitability (ROE), whereas
both Murabahah and Musyarakah do not influence upon Profitability (ROE)
significantly.
vi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Murabahah, Mudharabah dan
Musyarakah secara simultan terhadap Profitabilitas (ROE).Sampel yang
digunakan dari populasi terdaftar di bank sentral (BI) dari tahun
sampai
dengan
. Metode statistik yang digunakan adalah metode Regresi
berganda.Hasil statistik menunjukkan bahwa Mudharabah mempengaruhi
Profitabilitas (ROE) secara signifikan. Murabahah dan Musyarakah tidak
mempengaruhi Profitabilitas (ROE) secara signifikan.
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT dengan rahmatnya
telah dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan harapan. Dan tak lupa kita
panjatkan shalawat serta salam kepada junjungan nabi kita Muhammad SAW
beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah menunjukkan jalan yang
benar kepada umat manusia dan selalu berada di jalan Allah SWT.
Skripsi ini berjudul
“Analisis Pengaruh Murabahah, Mudharabah,
dan Musyarakah terhadap Profitabilitas Bank
” Penulisan skripsi ini masih
banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna sehingga perlu saran, kritik,
pendapat yang membangun agar skripsi ini menjadi lebih baik dan dapat
berguna bagi pembaca.
Penyusunan skripsi ini berhasil sesuai dengan waktu yang diharapkan
sehingga perlu perbaikan-perbaikan. Skripsi ini merupakan tugas akhir yang
dilakukan oleh Mahasiswa untuk memperoleh gelar sarjana. Untuk menyusun
skripsi ini memiliki banyak kendala namun skripsi ini berhasil terlaksana.
Oleh karena itu, ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
memberikan dukungan guna menyelesaikan skripsi ini di antaranya :
.
Kedua Orang Tua yang telah memberikan dukungan moral, spiritual,
maupun material untuk menjalankan skripsi ini.
.
Bpk Prof Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial Universitas Islam Negari Syarif Hidayatullah.
.
Bpk Indoyama Nasarrudin, SE, MAB selaku ketua jurusan manajemen
Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negari Syarif
Hidayatullah
.
Bpk Prof Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku Pembantu Dekan Bid Akademik
Sekaligus sebagai pembimbing I yang telah memberikan saran, petunjuk,
ilmu pengetahuan, wawasan sehingga terselesaikan skripsi ini.
viii
.
Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial yang telah memberikan
ilmunya dan wawasan kepada penulis. Dan staf-staf bagian Akademik,
Staf keuangan, staf jurusan dan staf perpustakaan yang selalu melayani
mahasiswa.
.
Terima kasih kepada rekan-rekan yang memberikan informasi dalam
menyelesaikan skripsi ini. Special thanks to Purwo Yudo Wibowo, SE.
.
Elyza Martiarini, S.Pd dan keluarga, yang tak henti-hentinya mendorong
semangat dan menjadi inspirasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
Semoga diberikan balasan baik di dunia maupun di akhirat serta
dibukakan jalan yang baik di setiap langkahnya.
Penulis menyadari kekurangan sehingga saran dan kritik yang
membangun guna memperbaiki skripsi ini.
Jakarta, Desember
ix
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Skripsi... i
Lembar Bukti Ujian skripsi... ii
Lembar Bukti Ujian Komprehensif... iii
Daftar Riwayat Hidup ...
iv
Abstract ...
v
Abstrak ...
vi
Kata Pengantar ...
vii
Daftar Isi ...
ix
Daftar Tabel ...
xi
Daftar gambar...
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah...
B.
Batasan Masalah ...
C.
Perumusan Masalah ...
D.
Tujuan Penelitian ...
E.
Manfaat Penelitian ...
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Landasan Teori ...
B.
Murabahah ...
C.
Mudhrabahah ...
D.
Musyarakah ...
E.
Pengertian Pendapatan ...
F.
Pengertian Propitabilitas ...
G.
Kerangka Pemikiran ...
H.
Penelitian Terdahulu ...
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
x
B.
Metode Penentuan Sampel ...
C.
Pengumpulan Data ...
D.
Metode Analisis ...
.
Analisis Statistik ...
a.
Uji F ...
b.
Uji T ...
c.
Uji Koefisien determinasi ...
.
Analisis asumsi Klasik ...
a.
Uji Normalitas Data ...
b.
Uji Autokolerasi ...
c.
Uji Multikolineritas ...
d.
Uji Heteroskedastisitas ...
.
Analisis Regresi Berganda ...
E.
Operasional Variabel ...
BAB
IV PEMBAHASAN
A.
Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ...
B.
Pengolahan dan Analisis Deskriptif...
C.
Uji Asumsi Klasik ...
.
Uji Normalitas Data ...
.
Uji Multikolinearitas ...
.
Uji Autokorelasi ...
.
Uji Heteroskedastisitas ...
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan...
B.
Implikasi ...
C.
Saran ...
DAFTAR PUSTAKA
... xiii
xi
DAFTAR TABEL
NO
Keterangan
Halaman
xii
DAFTAR GAMBAR
NO
Keterangan
Halaman
[image:15.612.112.542.58.454.2]kerangka Pemikiran
ABSTRACT
The objective of the research is to obtain empirical data about the influence of
Murabahah, Mudharabah and Musyarakah towards Profitability (ROE) either partially
and simultaneously.
Sample of the research was taken from all of the population of BUS (Bank Umum Syariah
/ Sharia Commercial Bank) and listed in Bank of Indonesia (BI) from
to
period.
The statistical method employed in this research is two-stage least regression, T
test, F
testand Coefficient of Determination.
i DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...
B. Identifikasi Masalah ...
C. Batasan Masalah ...
D. Perumusan Masalah ...
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ...
. Pengertian Bank Syariah ...
. Fungsi Bank Syariah ...
. Produk-Produk Bank Syariah ...
. Karakteristik dan Persyaratan Transaksi
Perbankan Syariah ...
B. Murabahah ...
C. Mudhrabahah ...
D. Musyarakah ...
E. Pengertian Pendapatan ...
F. Pengertian Propitabilitas ...
ii BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup penelitian ...
B. Metode Penentuan Sampel ...
C. Pengumpulan Data ...
D. Metode Analisis ...
. Analisis Statistik ...
a. Uji F ...
b. Uji T ...
c. Uji Koefisien determinasi ...
. Analisis asumsi Klasik ...
a. Uji Normalitas Data ...
b. Uji Autokolerasi ...
c. Uji Multikolineritas ...
d. Uji Heteroskedastisitas ...
. Analisis Regresi Berganda ...
E. Operasional Variabel ...
BAB IV PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ...
. Sejarah Singkat Bank Muamalat...
. Sejarah Singkat Bank Syariah Mandiri ...
B. Pengolahan dan Analisis Deskriptif...
iii
. Analisis Deskriptif Variabel ...
C. Uji Asumsi Klasik ...
. Uji Normalitas Data ...
. Uji Multikolinearitas ...
. Uji Autokorelasi ...
. Uji Heteroskedastisitas ...
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan...
B. Implikasi ...
C. Saran ...
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tidak dapat disangkal bahwa uang merupakan alat yang sangat
penting bagi kebutuhan manusia. Saat ini lembaga-lembaga keuangan
sengaja berdiri agar dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia
(Human Needs). Bank merupakan lembaga keuangan yang berfungsi
sebagai Intermediary, artinya bank sebagai lembaga keuangan berfungsi
sebagai perantara antara pihak yang mempunyai kelebihan dana (kreditur)
dengan pihak yang membutuhkan dana (debitur).
Kita ketahui di Indonesia terdapat dua jenis bank ditinjau dari
prinsipnya. Yang pertama adalah bank konvensional. Bank konvensional
adalah bank yang menghimpun dana dari masyarakat serta
menyalurkannya kepada pihak-pihak kekurangan dana dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Yang kedua adalah bank syariah.
Bank syariah adalah bank yang menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkannya kepada pihak-pihak kekurangan dana dalam rangka
mensejahterakan rakyat dan berdasarkan prinsip-prinsip syariat Islam.
Jika dicermati dari pengertian kedua macam bank di atas, sekilas
tidak ada perbedaan dalam tujuannya, namun walaupun keduanya
diregulasi oleh Bank Indonesia, prinsip yang membedakan kedua bank
Bank konvensional dalam menjalankan aktivitasnya memakai
bunga sebagai pendapatan dalam memperoleh keuntungan. Bunga dalam
bank konvensional didapat dari pendapatan bank yang disebut interest
margin. Pada pemberian kredit yang dilakukan bank konvensional, unsur
bunga sangat berperan penting. Dengan demikian bahwa bunga dalam
bank konvensional diakui sebagai pendapatan bank konvensional. Tetapi,
tingkat suku bunga yang fluktuatif kadang-kadang menjadi masalah di
bank konvensional dalam memberikan atau mengajukan persentase bunga
dari pemberian kredit yang dilakukan.
Krisis yang melanda dunia perbankan Indonesia sejak tahun
telah menyadarkan semua pihak bahwa perbankan dengan sistem
konvensional bukan merupakan satu-satunya sistem yang dapat
diandalkan, tetapi ada sistem perbankan lain yang lebih tangguh karena
menawarkan prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. Perbankan Syariah mempunyai prinsip bagi hasil yang berbeda
dengan perbankan konvensional, yang ternyata lebih tangguh dan terbukti
mampu bertahan pada saat krisis moneter. Bahkan, sistem perbankan
syariah saat ini lebih berkembang dan menjadi alternatif menarik bagi
kalangan pengusaha sebagai pelaku bisnis, akademisi sebagai penyedia
sumber daya manusia dan masyarakat sebagai pengguna jasa perbankan. Bank berdasarkan prinsip syariah atau bank syariah atau bank
Islam, seperti halnya konvensional, juga berfungsi sebagai suatu lembaga
masyarakat dan menyalurkan kembali dana-dana tersebut kepada
masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk fasilitas pembiayaan.
Bedanya hanyalah bahwa bank syariah melakukan kegiatan usahanya tidak
berdasarkan bunga tetapi berdasarkan prinsip syariah, yaitu prinsip
pembagian keuntungan (Profit lost sharing principle).
Di Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah muslim, telah
muncul pula kebutuhan akan adanya bank yang melakukan kegiatan
berdasarkan prinsip syariah. Keinginan ini kemudian ditampung dengan
dikeluarkannya Undang-undang No. Tahun sekalipun belum
dengan istilah yang tegas, tetapi baru dimunculkan dengan memakai istilah
“bagi hasil”. Baru setelah Undang-undang No. Tahun itu diubah
dengan Undang-undang No. Tahun , istilah yang dipakai lebih
terbuka. Dalam Undang-undang No. Tahun disebut dengan tegas
istilah “prinsip syariah” bank berdasarkan prinsip syariah. Karena
operasinya berpedoman ketentuan-ketentuan Syariah Islam, karenanya
bank Islam disebut pula “Bank Syariah”.
Berdasarkan Undang-undang No. Tahun , bank dalam
melakukan kegiatannya tidak hanya memperhatikan prinsip syariah saja
tetapi juga harus memperhatikan rambu-rambu ketentuan Bank Indonesia
(BI) atas terjadinya usaha yang dilakukan oleh bank. Penetapan
rambu-rambu ketentuan dari BI bertujuan agar bank sebagai financial
intermediary institution yang melakukan kegiatan usaha pembiayaannya
Seperti Bank Konvensional, Bank Syariah juga memberikan
jasa-jasa pembiayaan. Jasa-jasa-jasa pembiayaan yang diberikan Bank Syariah jauh
lebih beragam daripada jasa-jasa pembiayaan yang dapat diberikan oleh
Bank Konvensional. Mengenai jasa pembiayaan yang dapat diberikan oleh
bank Islam bukan saja pembiayaan dalam bentuk apa yang disebut dalam
istilah perbankan konvensional sebagai kredit, tetapi juga memberikan
jasa-jasa pembiayaan yang biasanya diberikan oleh lembaga pembiayaan
(multi finance company), seperti leasing, hire purchase, pembelian barang
oleh nasabah bank kepada bank Islam yang bersangkutan dengan cicilan,
pembelian barang oleh bank Islam kepada perusahaan manufaktur dengan
pembayaran di muka, penyertaan modal (equity participation atau venture
capital).
Jasa-jasa perbankan Islam yang terkait dengan jasa pembiayaan
yang ditawarkan oleh Bank Syariah dikemas dalam produk-produk yang
ada dalam Bank Syariah, salah satunya adalah pembiayaan murabahah.
Pembiayaan murabahah merupakan jasa pembiayaan dengan mengambil
bentuk transaksi jual beli dengan cicilan. Sedangkan pola pelayanannya
dengan memakai jenis pembelian berdasarkan pesanan. Pada perjanjian
murabahah atau mark-up, bank membiayai pembelian barang atau asset
yang dibutuhkan oleh nasabahnya dengan membeli barang itu dari
pemasok barang dan kemudian menjualnya kepada nasabah tersebut
penjualan barang oleh bank kepada nasabah dilakukan atas dasar cost-plus
profit.
Selain itu mudharabah dan musyarakah merupakan instrumen yang
menarik di bank syariah. Mudharabah dan musyarakah umumnya
digunakan untuk kerjasama antara bank dengan para nasabahnya yang
menggunakan sistem bagi hasil yang sesuai dengan ketentuan di awal
akad. Para pengusaha yang ingin melakukan akad tersebut hendaknya
mengetahui tentang prosedur-prosedur yang ada di dalam akad untuk
menghindari dari nisbi.
Mudharabah dan musyarakah yang ditawarkan bank syariah
amatlah cocok dibandingkan dengan pemberian kredit yang ada di bank
konvensional, karena dengan sistem profit loss sharing dan revenue
sharing serta adanya ketentuan-ketentuan usaha atau managemen yang
diberikan oleh bank diharapkan untuk kepuasan dan transparasi.
Transparansi bagi bank syariah bersifat mutlak dan harus
dilakukan. Dengan adanya transparansi yang benar-benar transparan
diharapkan akan semakin meningkatkan kepercayaan nasabah. Salah satu
implementasi transparansi dalam operasional bank syariah adalah
pembuatan laporan bagi hasil kepada semua deposan secara rutin setiap
bulan. Dalam laporan bagi hasil antara lain dilaporkan berapa jumlah
pendapatan yang diterima bank dalam satu bulan, yang akhirnya akan
berpengaruh terhadap berapa nominal hasil investasi yang akan diterima
Dalam laporan bagi hasil, pengertian pendapatan adalah
pendapatan riil, yaitu pendapatan yang benar-benar secara tunai telah
diterima bank dari hasil penanaman dalam aktiva produktif, baik yang
berupa pendapatan margin, pendapatan nisbah, maupun pendapatan sewa.
Seperti yang diketahui, bahwa aktiva produktif bank syariah secara garis
besar ada tiga macam, yaitu piutang yang akan menghasilkan margin,
pembiayaan yang akan menghasilkan bagi hasil dan ijarah yang akan
menghasilkan pendapatan sewa.
PSAK tentang akuntansi perbankan syariah yang dalam
pelaksanaannya diperjelas dengan Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah
(PAPSI), dalam beberapa paragraf yang mengatur metode pengakuan
pendapatan menyatakan bahwa pengakuan pendapatan atas aktiva
produktif yang performing menggunakan accrual basis. Accrual basis
merupakan salah satu metode pengakuan pendapatan yang akan mengakui
adanya pendapatan dalam periode timbulnya hak meskipun nasabah pada
kenyataannya pada periode yang dimaksud belum melakukan pembayaran.
Metode accrual basis diterapkan untuk pengakuan pendapatan atas
aktiva produktif yang performing, yaitu aktiva produktif yang mempunyai
kualitas lancar dan dalam perhatian khusus. Sedangkan untuk aktiva
produktif non performing, yaitu aktiva produktif dengan kualitas kurang
lancar, diragukan, dan macet diterapkan metode cash basis.
Penerapan metode accrual basis dalam pengakuan pendapatan atas
perbedaan jumlah pendapatan yang tercantum dalam pelaporan keuangan.
Dalam hal ini adalah laporan laba rugi dengan pendapatan yang tercantum
dalam laporan bagi hasil yang dimaksud dengan pendapatan adalah
pendapatan yang benar-benar secara cash diterima oleh pihak bank.
Sedangkan pendapatan yang tercantum dalam laporan laba rugi mencakup
baik pendapatan yang secara cash telah diterima oleh bank maupun
pendapatan yang timbul karena adanya proses akrual.
Oleh karena itu, tingginya minat nasabah untuk melakukan akad
murabahah, mudharabah dan musyarakah di bank syariah, tentunya akan
memberikan kontribusi yang besar bagi pendapatan bank syariah. Dari
pendapatan-pendapatan tersebut kiranya bank dapat mengetahui seberapa
besar profit yang dihasilkan bank syariah.
Berdasarkan dari permasalahan tersebut, timbul keinginan penulis
dalam menyusun sebuah skripsi yang berjudul “ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN MURABAHAH, MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH TERHADAP PROFITABILITAS BANK “
B. Identifikasi Masalah
. Apakah pendapatan Murabahah, Mudharabah dan Musyarakah dapat
mempengruhi profitabilitas Bank secara parsial?
. Bagaimana profitabilitas bank atas pendapatan Murabahah,
C. Batasan Masalah
Agar dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini terfokus pada
ruang lingkup penelitian, maka penulis membatasi permasalahan pada
“Analisis Pengaruh Pendapatan Murabahah, Mudharabah dan
Musyarakah Terhadap Profitabilitas Bank”
D. Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut:
. Seberapa besar profitabilitas yang dihasilkan bank dari pendapatan
Murabahah, Mudharabah dan Musyarakah ?
. Seberapa besar pengaruh pendapatan Murabahah, Mudharabah dan
Musyarkah terhadap tingkat profitabilitas ?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka
tujuan dari penulisan skripsi ini adalah :
. Untuk mengetahui profitabilitas yang dihasilkan dari pendapatan
Murabahah, Mudharabah dan Musyarakah .
. Untuk menganalisa pengaruh pendapatan Murabahah, Mudaharabah
dan Musyarakah terhadap tingkat profitabilitas.
Adapun manfaat yang ingin diberikan penulis dari skripsi ini
. Bagi pihak Bank, yaitu sebagai acuan dalam melaksanakan prinsip
perekonomian syariah yang sesuai dengan syariat Islam serta dapat
menghasilkan profit, khususnya melalui produk Murabahah,
Mudharabah dan Musyarakah.
. Bagi Regulator, yaitu sebagai bahan pertimbangan dalam rangka
meningkatkan dunia perbankan syariah di Indonesia.
. Bagi Akademis/Peneliti, yaitu menambah pemahaman mengenai
perbankan syariah terutama konsep Murabahah, Mudharabah dan
Musyarakah, serta dapat mengetahui seberapa besar pengaruh atau
kontribusi dari pendapatan murabahah, mudharabah dan musyarakah
terhadap profitabilitas bank syariah.
. Bagi Investor, yaitu sebagai bahan acuan atau pertimbangan dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
. Pengertian Bank Syariah
Di dalam Undang-Undang Nomor Tahun Pasal -
Perubahan atas UU No. tahun tentang Perbankan disebutkan bahwa
yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana
dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sedangkan Bank Umum
adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan
atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan
jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Dalam kerangka ekonomi umat Islam, istilah bank memiliki
konsep sendiri yakni bank syariah, yang memiliki prinsip operasional yang
berbeda dengan prinsip operasional bank konvensional.
Bank Islam menurut Karnaen A. Perwataatmadja dan Syafi’i
Antonio ( ) adalah bank yang beroperasi sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah Islam yaitu bank yang tata cara beroperasinya mengikuti
suruhan dan larangan yang tercantum dalam Al-Qur’an dan Hadist, yaitu
menjauhi praktek-praktek yang mengandung unsur riba dan mengikuti
Bank syariah adalah bank yang menjual produk-produknya dengan
tata cara sesuai dengan hukum Islam dan menerima imbal jasanya dalam
bentuk bagi hasil (ujrah) berdasarkan akad (kesepakatan) antara bank
dengan nasabah, masing-masing pihak menyediakan informasi secara
lengkap dan akurat (jujur) sebelum dan setelah akad, tidak ada eksploitasi
terhadap pihak lain serata tujuannya adalah mencari ridha Allah SWT.
(Slamet Haryono, : )
Bank syariah adalah bank yang dalam aktivitasnya, baik
penghimpun dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan
dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah.
Bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya
memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta
peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip
syariah. (Sudarsono, : ). Definisi lainnya menyebutkan bahwa bank
Islam adalah sebuah lembaga keuangan yang berfungsi menghimpun dana
untuk disalurkan kepada yang memerlukan dana bank untuk perorangan
atau badan usaha guna investasi dalam usaha-usaha yang produktif dan
lain-lain sesuai dengan syariat Islam tanpa menggunakan sistem bunga.
(Adhim, : )
Bank syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak
mengandalkan pada bunga, bank syariah atau biasa disebut dengan bank
tanpa bunga adalah lembaga keuangan/ perbankan yang operasionalnya
atau dengan kata lain dalam lalu lintas pembayarannya serta peredaran
uang yang operasionalnya dengan prinsip syariat islam.
Istilah lain yang digunakan untuk sebutan bank Islam adalah
syariah, menurut Ensiklopedia Islam adalah lembaga keuangan yang usaha
pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran
serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip
syariat Islam.
. Fungsi Bank Syariah
Fungsi Bank Syariah secara garis besar tidak berbeda dengan bank
konvensional, yakni sebagai lembaga intermediasi (intermediary
institution) yang mengerahkan dana dari masyarakat dan menyalurkan
kembali dana-dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya
dalam bentuk fasilitas pembiayaan. Perbedaan pokoknya terletak dalam
jenis keuntungan yang diambil bank dari transaksi-transaksi yang
dilakukannya. Bila bank konvensional mendasarkan keuntungannya dari
pengambilan bunga, maka Bank syariah dari apa yang disebut sebagai
imbalan, baik berupa jasa (fee-based income) maupun mark-up atau profit
margin, serta bagi hasil (loss and profit sharing).
. Produk-Produk Bank Syariah
Pada umumnya produk-produk perbankan syariah dapat dibagi
menjadi tiga bagian yaitu :
a. Produk Penghimpun Dana
c. Produk Jasa
a. Produk penghimpun dana
Penghimpunan dana di bank syariah dapat berbentuk giro,
tabungan, dan deposito. Prinsip operasional syariah yang diterapkan dalam
penghimpunana dana masyarakat adalah prinsip wadi’ah dan mudharabah.
) Prinsip wadiah
Prinsip wadiah yang diterapkan adalah wadi’ah yad dhamanah
berbeda dengan wadi’ah amanah. Dalam wadi’ah amanah, pada
prinsipnya harta titipan tidak boleh dimanfaatkan oleh yang dititipi,
sedangkan dalam wadi’ah dhamanah, pihak yang dititipi bertanggung
jawab atas keutuhan harta titipan sehingga ia boleh memanfaatkan harta
titipan tersebut
) Rekening tabungan.
Bank menerima simpanan dari nasabah dengan jasa penitipan dana.
Bank mendapatkan izin dari nasabah untuk menggunakan dana tersebut
selama mengendap di bank. Keuntungan dari penggunaan dana akan
dibagi dengan nasabah yang pembagiannya telah disepakati di awal. Bank
juga menjamin pembayaran kembali semua simpanan nasabah.
) Rekening investasi umum
Produk ini menggunakan prinsip Mudaharabah Mutlaqah, dimana
bank bertindak sebagai mudharib dan nasabah bertindak sebagai shahibul
) Rekening investasi khusus
Produk ini menggunakan prinsip Mudharabah Muqayyadah,
dimana bank menerima pinjaman dari pemerintah atau nasabah korporasi,
bentuk investasi dan pembagian keuntungan dinegosiasikan kasus per
kasus.
b. Produk Penyaluran Dana ) Akad Bagi Hasil
a) Mudharabah
Mudharabah adalah bentuk kerjasama antara dua atau lebih pihak
dimana pemilik modal (Shahibul Maal) mempercayakan sejumlah modal
kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian
keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerjasama dengan kontribusi
modal shahibul maal dan keahlian dari mudharib.
b) Musyarakah
Musyarakah adalah akad kerjasama antara kedua belah pihak atau
lebih untuk melakukan usaha tertentu dimana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana dengan keuntungan dan risiko akan
ditanggung sesuai dengan kesepakatan. Pada umumnya transaksi ini
dilandasi oleh adanya keinginan para pihak yang bekerjasama untuk
meningkatkan nilai asset yang mereka miliki secara bersama-sama.
Semua modal disatukan untuk dijadikan modal proyek musyarakah
dan dikelola bersama-sama. Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam
) Akad Jual Beli
a) Murabahah
Yaitu kontrak jual-beli di mana bank bertindak sebagai penjual
sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank
ditambah keuntungan. Dalam transaksi ini barang diserahkan segera
setelah akad, sedangkan pembayaran dapat dilakukan secara cicil
(Bitsaman Ajil) maupun sekaligus.
Dalam teknis perbankan, murabahah adalah akad jual-beli antara
bank selaku penyedia barang (penjual) dengan nasabah yang memesan
untuk membeli barang. Bank memperoleh keuntungan dari jual-beli yang
disepakati bersama. Rukun dan syarat murabahah adalah sama dengan
rukun dan syarat dalam fiqih, sedangkan syarat-syarat lain seperti barang,
harga dan cara pembayaran adalah sesuai dengan kebijakan bank yang
bersangkutan. Harga jual bank adalah harga beli dari pemasok ditambah
keuntungan yang disepakati bersama. Jadi nasabah mengetahui
keuntungan yang diambil oleh bank.
b) Ba’i Salam
Secara etimologi Salamberarti Salaf (dahulu). Bai' as salamadalah
akad jual-beli suatu barang dimana harganya dibayar dengan segera,
sedangkan barangnya akan diserahkan kemudian dalam jangka waktu yang
disepakati.
Dalam teknis perbankan syariah, salam berarti pembelian yang
jangka waktu penyerahan yang disepakati bersama. Harga yang
dibayarkan dalam salam tidak boleh dalam bentuk utang melainkan dalam
bentuk tunai yang dibayarkan segera. Tentu saja bank tidak bermaksud
hanya melakukan salamuntuk memperoleh barang. Barang itu harus dijual
lagi untuk memperoleh keuntungan.
c) Bai’ Istishna
Bai' Istishna' adalah akad jual-beli antara pemesan/ pembeli
(Mustashni') dengan produsen/ penjual (Shani') dimana barang yang akan
diperjual belikan harus dibuat lebih dulu dengan kriteria yang jelas.
Istishnahampir sama dengan bai' salam, bedanya hanya terletak pada cara
pembayarannya. Pada salam pembayarannya harus dimuka dan segera,
sedang pada istishna pembayarannya boleh di awal, di tengah atau di
akhir, baik sekaligus ataupun secara bertahap.
) Ijarah dan Ijarah wa Iqtina
Yaitu kontrak jual-beli di mana bank bertidak sebagai penjual jasa
sementara nasabah serbagai pembeli.
c. Produk Jasa . Rahn
Rahn adalah satu jenis transaksi tabaru', karena apa yang diberikan
Rahin (pemilik barang) untuk murtahin (pemegang barang) bukan atas
imbalan akan sesuatu, ia termasuk transaksi (uqud) 'ainiyah, di mana tidak
(transaksi) jenis ini ada lima, yaitu hibah, i'arah, ida', qard dan rahn.
Tabaru' itu tidak sempurna kecuali dengan qard.
Dalam teknis perbankan, akad ini dapat digunakan sebagai
tambahan pada pembiayaan yang berisiko dan memerlukan jaminan
tambahan. Akad ini juga dapat menjadi produk tersendiri untuk melayani
kebutuhan nasabah guna keperluan yang bersifat jasa dan konsumtif,
seperti pendidikan, kesehatan dan sebagainya. Bank atau lembaga
keuangan tidak menarik manfaat apapun kecuali biaya pemeliharaan atau
keamanan barang yang digadaikan tersebut.
. Wakalah
Wakalah adalah akad perwakilan antara dua pihak, di mana pihak
pertama mewakilkan suatu urusan kepada pihak kedua untuk bertindak
atas nama pihak pertama. Dalam aplikasinya pada perbankan Syariah,
Wakalah biasanya diterapkan untuk penerbitan Letter of Credit (L/C) atau
penerusan permintaan akan barang dalam negeri dari bank di luar negeri
(L/C ekspor). Wakalah juga diterapkan untuk mentransfer dana nasabah
kepada pihak lain.
. Kafalah
Istilah Kafalah adalah memasukkan tanggung jawab seseorang
ke dalam tanggung jawab orang lain dalam suatu tuntutan umum, dengan
kata lain menjadikan seseorang ikut bertanggung jawab atas tanggung
jawab orang lain yang berkaitan dengan masalah nyawa, utang atau
tersebut tidak dianggap berutang, dan utang pihak yang dijamin tidak
gugur dengan jaminan pihak penjamin.
. Hawalah
Hawalah adalah akad pemindahan utang/piutang suatu pihak
kepada pihak lain. Dalam hal ini ada tiga pihak, yaitu pihak yang berutang
(muhil atau madin), pihak yang memberi utang (muhal atau da'in) dan
pihak yang menerima pemindahan (muhal 'alaih). Di pasar keuangan
konvensional praktek hawalah dapat dilihat pada transaksi anjak piutang
(factoring). Namun sebagaimana diuraikan di atas, kebanyakan ulama
tidak memperbolehkan mengambil manfaat (imbalan) atas pemindahan
utang/ piutang tersebut.
. Ju’alah
Ju'alah adalah suatu kontrak di mana pihak pertama menjanjikan
imbalan tertentu kepada pihak kedua atas pelaksanaan suatu tugas/
pelayanan yang dilakukan oleh pihak kedua untuk kepentingan pihak
pertama. Prinsip ini dapat diterapkan oleh bank dalam menawarkan
berbagai pelayanan dengan mengambil fee dari nasabah, seperti Referensi
Bank, Informasi Usaha dan sebagainya. Prinsip ini juga digunakan oleh
Bank Indonesia dalam Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Prinsip ini digunakan oleh bank dalam menwarkan jasa dengan fee
. Qard Al- Hasan
Yaitu pinjaman dana bank kepada pihak yang layak untuk
mendapatkannya. Bank sama sekali dilarang untuk menerima manfaat
apapun.
. Sharf
Sharf adalah transaksi pertukaran antara emas dengan perak atau
pertukaran valuta asing, di mana mata uang asing dipertukarkan dengan
mata uang domestik atau dengan mata uang asing lainnya.
. Karakteristik dan persyaratan transaksi perbankan syariah a. Transaksi hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham dan
saling ridha
b. Prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang objeknya halal dan
baik (Thayyib)
c. Uang hanya berfungsi sebagi alat tukar dan satuan pengukur nilai,
bukan sebagai komoditas
d. Tidak mengandung unsur riba, kezaliman, maysir, gharar, haram
e. Tidak mengandung prinsip nilai waktu dari uang (time value of
money), karena keuntungan yang didapat dalam kegiatan usaha terkait
dengan risiko yang melekat pada kegiatan usaha tersebut sesuai dengan
prinsip Al-ghunmu bil ghurmi (no gain without accompanying risk)
f. Transaksi dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas dan benar,
untuk keuntungan semua pihak tanpa merugikan pihak lain, tidak
tidak menggunakan dua transaksi bersamaan yang berkaitan (Ta’alluq)
dalam satu akad.
g. Tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan (najasy), dan
rekayasa penawaran (ikhtiar),
h. Tidak mengandung unsur kolusi dengan suap menyuap (risywah)
i. Transaksi syariah dapat berupa aktivitas bisnis yang bersifat komersial
maupun akitivitas sosial yang bersifat nonkomersial
j. Transaksi syariah komersial dilakukan antara lain berupa
). Investasi untuk mendapatkan bagi hasil
). Jual beli untuk mendapatkan laba
). Pemberian layanan jasa untuk mendapatkan imbalan.
B. Murabahah
Murabahah adalah kesepakatan untuk transaksi jual beli antara bank
sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli terhadap barang sebesar
harga perolehan ditambah keuntungan (margin) yang disepakati dan
dengan informasi yang lengkap dan transparan (jujur) diantara dua pihak.
(Slamet Haryono, )
Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan
tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam murabahah, penjual harus
memberi tahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat
Murabahah berasal dari kata Ribhu (keuntungan) adalah transaksi
jual beli di mana bank menyebut jumlah keuntungannya, bank bertindak
sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah
harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan.kedua pihak harus
menyepakati harga jual dan jangka waku pembayaran, harga jual
dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati tidak dapat
berubah selama berlakunya akad. (Ahmad Rodoni, : )
Murabahah Yaitu kontrak jual-beli di mana bank bertindak sebagai
penjual sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli
bank di tambah keuntungan. Dalam transaksi ini barang diserahkan segera
setelah akad, sedangkan pembayaran dapat dilakukan secara cicil
(bitsaman ajil) maupun sekaligus.
Murabahah adalah perjanjian jual-beli antara bank dengan nasabah.
Bank syariah membeli barang yang diperlukan nasabah kemudian
menjualnya kepada nasabah yang bersangkutan sebesar harga perolehan
ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati antara bank syariah
dan nasabah.
Murabahah, dalam konotasi Islam pada dasarnya berarti penjualan.
Satu hal yang membedakannya dengan cara penjualan yang lain adalah
bahwa penjual dalam murabahah secara jelas memberi tahu kepada
pembeli berapa nilai pokok barang tersebut dan berapa besar keuntungan
yang dibebankannya pada nilai tersebut. Keuntungan tersebut bisa berupa
komoditi/ barang dengan harga lumpsum tanpa memberi tahu berapa nilai
pokoknya, maka bukan termasuk murabahah, walaupun ia juga mengambil
keuntungan dari penjualan tersebut.
Murabahah Adalah suatu perjanjian yang disepakati antara Bank
Syariah dengan nasabah, dimana Bank menyediakan pembiayaan untuk
pembelian bahan baku atau modal kerja lainnya yang dibutuhkan nasabah,
yang akan dibayar kembali oleh nasabah sebesar harga jual bank (harga
beli bank + margin keuntungan) pada waktu yang ditetapkan.
Pembiayaan Murabahah dalam istilah fiqih ialah akad jual beli atas
barang tertentu. Dalam transaksi jual beli tersebut, penjual menyebutkan
dengan jelas barang yang diperjual belikan termasuk harga pembelian dan
keuntungan yang diambil . Murabahah dalam teknis perbankan adalah akad
jual beli antara bank selaku penyedia bank dengan nasabah yang memesan
untuk membeli barang.
a. Landasan Syariah
Al-qur’an Surat Al-baqarah
Artinya : …”Allah telah menghalalkan Jual beli dan mengharamkan
riba…”
Hadits
Dari Suhaib ar-Rumi R.A. bahwa rasulullah SAW. Bersabda “Tiga
Muqaradhah (Mudharabah), dan mencapur gandum dengan tepung untuk
keperluan rumah, bukan untuk dijual’ (HR Ibnu Majah)
b. Syarat-syarat Murabahah
) Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah
) Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan
) Kontrak harus bebas dari riba
) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas
barang sesudah pembelian.
) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.
c. Rukun-rukun Murabahah
) Penjual
) Pembeli
) Barang yang diperjual-belikan
) Harga dan
) Ijab-qabul
d. Teknis Perbankan
Dalam teknis perbankan Murabahah dilakukan jika nasabah ingin
membeli barang yang di inginkan kemudian bank membeli barang tersebut
dari suplier. Setelah barang tersebut cocok, terjadilah akad muarabahah
dengan kesepakatan margin yang telah disepakati. Berikut skema
Murabahah
C. `Mudharabah
(Adiwarman Karim ) yang dimaksud dengan mudharabah
adalah akad yang telah dikenal oleh umat muslim sejak zaman nabi bahkan
telah dipraktekkan oleh bangsa arab sebelum Islam. Ketika nabi
Muhammad berprofesi sebagai pedagang, ia melakukan akad Mudharabah
dengan khadijah. Dengan demikian ditinjau dari segi hukum Islam, maka
praktek Mudharabah ini diperbolehkan, baik menurut Al-Qur’an
,As-Sunnah mapun Ijma’.
Dalam buku yang berjudul Bank Dan Lembaga keuangan Lainnya,
karangan professor Ahmad Rodoni menerjemahkan mudharabah adalah
bentuk kerjasama antara dua pihak atau lebih dimana pemilik modal
(shahibul Maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola
tidak mensyaratkan adanya wakil shahibul maal dalam manajemen proyek
sebagai orang kepercayaan, mudharib harus bertindak berhati-hati dan
bertanggung jawab untuk setiap kerugian yang terjadi akibat kelalaian.
Sedangkan sebagai wakil shahibul maal dia diharapkan untuk mengelola
modal dengan cara tertentu untuk menciptakan laba optimal.
Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak, dimana
pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modalnya ( ),
sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib). Mudharabah juga
dapat diartikan bentuk kerjasama antara dua orang atau lebih dimana
pemilik modal (shahibul maal) mempercayakan sejumlah modal kepada
pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan.
Mudharabah bersal dari kata Dharb, berarti memukul atau berjalan.
Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seorang
memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha. Secara teknis,
al-mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak
pertama (shahibul maal) menyediakan suluruh ( ) modal, sedangkan
pihak lainya menjadi pengelola. Keuntangan usaha secara mudharabah
dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, bukan akibat
si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau
kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian
a. Landasan Syariah
Secara umum landasan dasar syariah mudharabah lebih
mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha. Hal ini tampak dalam ayat
dan hadits berikut ini Allah berfirman dalam surat Al- Muzammil.
t
βρ
y
z#
u
u
ρ
t
βθ/Ø
t
ƒ
’û
Ú‘
F
{
$
#
t
βθó
t
G6
t
ƒ
Β
≅Ò
s
ù
«
!
$
#
) ﻞﻣﺰﳌﺍ : ٢٠ (artinya “……dan orang-orang yang berjalan dimuka bumi mencari sebagian karunia Allah SWT…”( : )
Adanya kata yadribun pada ayat diatas dianggap sama dengan akar
kata mudharabah yang berarti melakukan suatu perjalanan usaha. Ayat
tersebut mendorong kaum muslim untuk melakukan upaya atau usaha
yang telah diperintahkan Allah SWT.
#
s
Œ*
s
ù
M
u
ŠÒ%
ο
4
θ
n
=Á9
$
#
(
#ρ±
t
FΡ
$
$
s
ù
’û
Ú‘
F
{
$
#
(
#θó
t
G/
$
#
u
ρ
Β
≅Ò
s
ù
«
!
$
#
) ﺔﻌﻤﳉﺍ : ١٠ (“Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah SWT…”( )
}
§Š
s
9
Ν6‹
n
=
t
ã
y$
o
Ψ_
β
r
&
(
#θó
t
G;
s
?
ξÒ
s
ù
Β
Ν6/‘
) ﺓﺮﻘﺒﻟﺍ : ١٩٨ (“Tiada ada dosa (halangan) bagi kamu untuk mencari karunia Tuhanmu…”( : )
Surah al-jum’ah: dan al-baqarah: sama-sama mendorong
Hadits nabi Muhammad SAW yang artinya “ diriwayatkan dari
Ibnu Abbas bahwa Abbas bin Abdul Muthalib jika memberikan dana ke
mitra usahanya secara mudharabah mensyaratkan agar dananya tidak
dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau
membeli ternak, jika menyalahi peraturan tersebut maka yang
bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikan
syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah SAW. Dan Rasulullah pun
memperbolehkannya “ (HR Tabrani).
Sementara hadits nabi Muhammad SAW. bersabda , dalam hadits
kudsi yang diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW telah
bersabda “ Allah SWT telah berfirman saya menyertai dua pihak yang
sedang berkongsi selama salah satu dari keduanya tidak mengkhianati
yang lainnya, seandainya berkhianat maka saya keluar dari penyertaan
tersebut (HR. Abu Daud, Subulussalam )
b. Jenis-jenis Mudharabah
Secara umum, mudharabah terbagi menjadi dua jenis yakni
mudharabah mutlaqah dan mudharabah muqayyadah.
) Mudharabah Mutlaqah
Mudharabah Mutlaqah adalah bentuk kerjasama antara pemilik
modal (shahibul maal) dan pengelola (mudahrib) yang cakupannya sangat
luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah
dicontohkan dengan ungkapan if’al ma Syi’ta (lakukan sesukamu) dari
shahibul maal ke mudharib yang memberi kekuasaan sangat besar.
) Mudaharabah Muqayyadah
Mudarabah Muqayyadah adalah kebalikan dari mudharabah
Mutlaqah. Si Mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, atau
tempat usaha. Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan
kecenderungan umum si Shahibul maal dalam memasuki jenis dunia
usaha.
Adapaun dari sisi pembiayaan, mudharabah biasanya diterapkan untuk
bidang-bidang berikut.
a) Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan
jasa.
b) Investasi khusus disebut juga mudaharabah muqayyadah, yaitu
sumber invesatsi yang khusus dengan penyaluran yang khusus pula
dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh shahibul maal.
Mudharabah dan kaitannya dengan dunia perbankan biasanya
diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan pendanaan.
c. Rukun-rukun Mudharabah
rukun dalam akad Mudharabah adalah :
) Pelaku ( pemilik modal dan pelaksana usaha)
Jelaslah bahwa rukun akad mudharabah sama dengan rukun akad
jual beli. Dalam mudharabah harus ada minimal dua pelaku. Pihak
pihak kedua bertindak sebagai pelaksana usaha (Mudharib atau A’mil).
Tanpa dua pelaku ini, maka akad mudharabah tidak ada.
) Objek Mudharabah ( modal dan kerja)
Objek mudharabah merupakan konsekuensi logis dari tindakan
yang dilakukan oleh para pelaku. Pemilik modal menyerahkan modal
sebagai objek mudharabah dan pelaksana usaha menyerahkan modalnya
juga sebai objek mudharabah. Adapun modal yang diserahkan berbentuk
uang atau barang yang telah dirinci berapa harganya. Sedangkan kerja
yang diserahkan bisa berbentuk keahlian, keterampilan, selling skill,
management skill, dan lain-lain. Tanpa dua objek ini akad mudharabah
pun tidak sah.
Para fuqaha sebetulnya tidak membolehkan modal mudharabah
berbentuk barang. Ia harus uang tunai karena barang tidak dapat dipastikan
taksiran harganya dan mengakibatkan ketidakpastian (gharar) besarnya
modal mudharabah (Al-Kasani, Al-Badai’, vol. , hal ) namun para ulama mazhab hanafi memperbolehkannya dan nilai barang yang dijadikan
setoran modal harus disepakati pada saat akad oleh Mudharib dan shahibul
maal ( Ibnu Qudamah, Al-mughni, vol. , hlm. .)
) persetujuan akad kedua belah pihak ( Ijab- Qabul)
Persetujuan kedua belah pihak merupakan kosekuensi dari prinsip
An-Taraddin Minkum (sama-sama rela). Disini kedua belah pihak harus
) Nisbah Keuntungan.
Nisbah keuntungan merupakan rukun mudharabah yang khas, yang
tidak ada dalam akad jual beli. Nisbah ini mencerminkan imbalan yang
berhak diterima oleh kedua pihak yang bermudharabah. Mudharib
mendapatkan imbalan atas kerjanya , sedangkan shahibul maal mendapat
imbalan atas penyertaan modalnya. Nisbah keuntungan inilah yang akan
mencegah terjadinya perselisihan antara kedua belah pihak mengenai cara
pembagian keuntungan.
Teknis Perbankan
Aplikasi mudharabah dalam dunia perbankan, bank selaku pemilik
dana (Shahibul Maal) mempercayakan uangnya kepada nasabah
(Mudharib) untuk dikelola dalam suatu usaha.Pendapatan atau keuntungan
dari usaha tersebut dibagikan sesuai dengan porsi yang telah disetujui
diawal akad.
PERJANJIAN BAGI HASIL
SKEMA AL – MUDHARABAH
D. Musyarakah
Dalam fiqih muamalah Musyarakah atau (syirkah) dari segi bahasa
bermakna penggabungan dua bagian atau lebih, yang tidak bisa dibedakan
lagi antara satu bagian dengan bagian yang lain. Sedangkan menurut syara’
musyarakah adalah transaksi antara dua orang atau lebih, yang dua-duanya
sepakat untuk melakukan kerja yang bersifat finansial dengan mencari
keuntungan. (Taqiyyudin An-Nabhani, ) PROYEK /
USAHA
BANK (Shahibul Maal)
PEMBAGIAN KEUNTUNGAN
MODAL
KEAHLIAN MODAL %
NASABAH
(Mudhorib)
Nisbah X %
Nisbah Y %
Dalam fiqih muamalah disebutkan pula musyarakah (syirkah)
berarti pencampuran, yakni bercampurnya salah satu dari dua harta dengan
harta lainnya, tanpa dapat dibedakan antara keduanya.
ﹸ ﻁ ﹶﻼﺧِﻹﺍ ﻱ ﹶﺃ ﹸ ﻂ ﹾﻠﺧ ﺪﺣﹶﺃ ﻦﻴﻟﺎﻤﹾﻟﺍ ﹺ ﺮﺧﻵﺎﹺﺑ ﹸ ﺚ ﻴﺤﹺﺑ ﹶ ﻻ ﻥﺍﺰﺘﻤﻳ ﻦﻋ ﺎﻤﹺﻬﻀ ﻌﺑ
Musyarakah adalah izin untuk mendayagunakan (tasharruf) harta
yang dimiliki dua orang secara bersama-sama oleh keduanya, yakni
keduanya saling mengizinkan kepada salah satunya untuk
mendayagunakan harta milik keduanya, namun masing-masing memiliki
hak untuk bertasharruf. (Dasuqi, Asy-Syarh Al-Kabir Ma’a
Ad-Dasuqi, juz II. )
ﻲﻫ ﹾ ﻥﹶﺫﹺﺇ ﻲﻓ ﻑ ﺮﺼ ﺘﻟﺍ ﺎﻤﻬﹶﻟ ﺎﻌﻣ ﺎﻤﻬﺴﹸﻔﻧﹶﺍ ﹶ ﺃ ﻱ ﹾ ﻥﹶﺃ ﹶ ﻥﹶﺫﹾﺄﻳ ﱡ ﻞﹸﻛ ﺪﺣﺍﻭ ﻦﻣ ﹺ ﻦﻴﹶﻜﻳﹺﺮﺸﻟﺍ ﻪﹺﺒﺣﺎﺼ ﻟ ﻲﻓ ﹾ ﻥﹶﺃ ﻑ ﺮﺼ ﺘﻳ ﻲﻓ ﹴ ﻝﺎﻣ ﺎﻤﻬﹶﻟ ﻊﻣ ِ ﺀﺎﹶﻘﺑﹺﺇ ﻖﺣ ﻑ ﺮﺼ ﺘﻟﺍ ﱢ ﻞﹸﻜﻟ ﺎﻤﻬﻨﻣ
Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih
untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan
kontribusi dana ( atau amal/ expertise) dengan kesepakatan bahwa
keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan.
Melalui kontrak ini, dua pihak atau lebih (termasuk bank dan
lembaga keuangan bersama nasabahnya) dapat mengumpulkan modal
mereka untuk membentuk sebuah perusahaan (Syirkah Al Inan) sebagai
sebuah badan hukum (legal entity). Setiap pihak memiliki bagian secara
mengawasi (voting right) perusahaan sesuai dengan proporsinya. Untuk
pembagian keuntungan, setiap pihak menerima bagian keuntungan secara
proporsional dengan kontribusi modal masing-masing atau sesuai dengan
kesepakatan yang telah ditentukan sebelumnya. Bila perusahaan merugi,
maka kerugian itu juga dibebankan secara proporsional kepada
masing-masing pemberi modal.
Dalam teknis perbankan, Musyarakah adalah akad kerjasama
antara bank dengan nasabah untuk bersama-sama membiayai suatu usaha
dengan pembagian keuntungan dan risiko sesuai kesepakatan (Ani
Murdiyati, Dirut BMSI).
a. Landasan syariah
Landasan syariah musyarakah terdapat dalam Al-Qur’an ( : )
Μγ
s
ù
!
%
Ÿ
2
u
°
’û
]=W9
$
#
) ﺀﺎﺴﻨﻟﺍ : ١٢ (artinya : ...“ maka mereka berserikat pada sepertiga...”
Kemudian terdapat dalam surat Shaad
β)
u
ρ
#V
x
.
z
Β
!
$
s
Ü
n
=ƒ:
$
#
‘ó6
u
‹
s
9
ΝκÕè
t
/
4
’
n
?
t
ã
Ùè
t
/
ā
ω)
t
$
#
(
#θΖ
t
Β#
u
(
#θ=ϑ
t
ã
u
ρ
M≈
y
s=≈Á9
$
#
!
≅‹=
s
%
u
ρ
$Β
Νδ
) ﺹ : ٢٤ (artinya : ...“ dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang ynag berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh...
Kedua ayat di atas menunjukkan perkenan dan pengakuan Allah
dalam surah An-nisa : perkongsian terjadi secara otomatis (jabr karena
waris, sedangkan dalam Surat Shaad : terjadi atas dasar akad (ikhtiyari)
Hadits ﻦﻋ ﻲﹺﺑﹶﺃ ﹶ ﺓﺮﻳﺮﻫ ﻲﺿ ﺭ ُ ﷲﺍ ﹶ ﻝﹶﺎﻗ : ﱠ ﻥﹺﺇ َ ﷲﺍ ﹸ ﻝﻮﹸﻘﻳ ﺎﻧﹶﺃ ﹸ ﺚ ﻟﺎﹶﺛ ﹺ ﻦﻴﹶﻜﻳﹺﺮﺸﻟﺍ ﻢﹶﻟﺎﻣ ﻦﺨﻳ ﺎﻤﻫﺪﺣﹶﺃ ﻪﺒﺣﺎﺻ ﺪﻳ ِ ﷲﺍ ﻰﹶﻠﻋ ﹺ ﻦﻴﹶﻜﻳﹺﺮﺸﻟﺍ ﻢﹶﻟﺎﻣ ﹸ ﻥﻭﺎﺨﺘﻳ
Dikatakan dari Abu hurairah, Rasulullah SAW, bersabda , “ sesungguhnya Allah SWT berfirman, ‘ aku pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah satunya tidak mengkhianati lainnya” “(HR Abu Daud) ﺪﻳ ِ ﷲﺍ ﻰﹶﻠﻋ ﹺ ﻦﻴﹶﻜﻳﹺﺮﺸﻟﺍ ﻢﹶﻟﺎﻣ ﹸ ﻥﻭﺎﺨﺘﻳ
Kekuasaan Allah senantiasa berada pada dua orang yang bersekutu selama keduanya tidaklah berkhianat (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits qudsi tersebut menunjukkan kecintaan Allah kepada
hamba-hambanya yang melakukan perkongsian selama saling menjunjung tinggi
amanat kebersamaan dan menjauhi pengkhianatan.
Ijma
Umat Islam sepakat bahwa musyarakah dibolehkan. Hanya saja
mereka berbeda pendapat tentang jenisnya.
b. Jenis-jenis Musyarakah
) Musyarakah Amlak
Musyarakah Amlak adalah dua orang atau lebih yang memiliki
) Musyarakah Ikhtiary
Musyarakah Ikhtiary adalah kerjasama yang muncul karena adanya
kontrak dari dua orang yang bersekutu.
) Musyarakah Jabar
Musyarakah Jabar adalah kerjasama yang ditetapkan kepada dua
orang atau lebih yang bukan didasarkan atas perbuatan keduanya.
) Musyarakah Uqud
Musyarakah Uqud merupakan bentuk transaksi yang terjadi antara
dua orang atau lebih untuk bersekutu dalam harta dan keuntungannya.
Musyarakah ini dibagi menjadi yaitu :
) Musyarakah Inan
Musyarakah Inan adalah persekutuan antara dua orang dengan
harta masing-masing. Dengan kata lain, ada dua orang yang melakukan
persekutuan dengan masing-masing harta mereka untuk bersama-sama
mengelola dengan kemampuannya masing-masing. Kemudian keuntungan
dibagi di antara mereka. Musyarakah ini dinamakan Inan karena kedua
belah pihak yang melakukan persekutuan tersebut sama-sama ikut
mengelola.
) Musyarakah Abdan
Musyarakah Abdan adalah persekutuan antara dua orang untuk
menerima suatu pekerjaan yang akan dikerjakan secara-bersama-sama.
Kemudian keuntungan dibagi di antara keduanya dengan menetapkan
) Musyarakah Mufawadhah
Musyarakah Mufawadhah adalah persekutuan antara dua orang
sebagai gabungan bentuk persekutuan yang telah disebutkan di atas.
Musyarakah Mufawadhah adalah kontrak kerjasama/ persekutuan antara
dua orang atau lebih. Setiap pihak memberikan suatu porsi dari
keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja. (Syafi’I Antonio,
: ).
) Musyarakah Wujuh
Musyarakah Wujuh adalah kontrak antara dua atau orang lebih yang
memiliki reputasi dan prestise baik secara ahli dalam ambisi. Mereka
membeli barang secara kredit dari suatu perusahaan dan menjual barang
secara tunai. Mereka berbagi dalam keuntungan dan kerugian berdasarkan
jaminan kepada penyuplai yang disediakan oleh tiap mitra.
) Musyarakah Mudharabah
Musyarakah Mudhrabah disebut juga Qiradh. Yaitu apabila pihak
dengan harta melebur untuk melakukan suatu persekutuan/ kerjasama.
Dengan kata lain, ada seseorang yang memberikan hartanya kepada pihak
lain yang dipergunakan untuk berbisnis, dengan ketentuan bahwa
keuntungan yang diperoleh akan dibagi oleh masing-masing pihak sesuai
dengan kesepakatan.
c. Rukun-rukun Musyarakah
Dalam hal ini Bank dan pihak-pihak yang ingin menyetujui akad
Musyarakah.
) Ijab Qabul
Setelah para pihak telah jelas dengan akad musyarakah, selanjutnya
ijab Qabul dilakukan untuk mengikat para pihak.
) Maal (harta/ Modal)
) Kegiatan Usaha
) Keuntungan/ hasil
d. Teknis Perbankan
Aplikasi musyarakah dalam perbankan bank dengan nasabah
melakukan kesepatan kerjasama dengan memberikan masing-masing
kontribusi dan pembagian keuntungan berdasarkan porsi-porsi dan telah
E. Pengertian Pendapatan
Diakui bahwa tujuan utama perusahaan itu adalah memperoleh
laba, laba atau profit dapat tercapai bila diperoleh pendapatan. Pendapatan
adalah hasil prestasi suatu perusahaan yang memperoleh imbalan yang
pada umumnya disebut penjualan (Hadiwidjaya dan Rivai, : ).
Yang dimaksud penjualan disini adalah semua transaksi penjualan baik
penjualan barang atau pendapatan barang.
PROYEK USAHA
Bank Syariah
Parsial
KEUNTUNGAN
Bagi Hasil keuntungan Sesuai porsi kontribusi
Modal
Nasabah
Parsial:
Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa pendapatan itu
merupakan tukar (imbalan) nilai barang atau jasa. Nilai tukar dalam satuan
uang yang diterima setelah dipotong dengan perhitungan yang
menyangkut transaksi sehingga dapat dimengerti bahwa pendapatan dari
suatu transaksi adalah nilai nettonya.
Menurut Hadiwidjaya ( : ) bank seperti bank umum
bekerja dalam bidang
a) Penghimpunan dana dari masyarakat
b) Pemberian kredit
c) Pemberian jasa lainnya.
Adapun sebagai imbalan dari kegiatan bidang usaha itu bank
umum swasta memperoleh beberapa pendapatan di antaranya adalah
pendapatan yang diperoleh dari usaha pemberian kredit.
Menurut Baridwan ( ) dalam Rina ( : ) definisi
pendapatan adalah bahwa pendapatan merupakan aliran masuk atau
kenaikan lain aktiva suatu badan usaha, atau pelunasan hutang atau
kombinasi dari keduanya selama satu periode yang berasal dari
penyerahan atau pembuatan barang, penyerahan jasa, atau dari kegiatan
lainnya yang merupakan kegiatan utama badan usaha.
Pendapatan juga didefinisikan sebagai peningkatan ekuitas pemilik
yang diakibatkan oleh proses penjualan barang atau jasa kepada pembeli
Menurut Soemarso ( ) dalam Rina ( : ) ada empat
kejadian yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan saat
diakuinya pendapatan, yaitu :
) Pada saat penjualan, yaitu pendapatan diakui saat barang diserahkan
kepada pembeli.
) Pada saat pembayaran diterima, yaitu pendapatan diakui pada saat
pembayaran atas penjualan telah diterima.
) Pada saat bagian produksi diselesaikan, yaitu pendapatan diakui dan
dicatat sesuai dengan bagian-bagian kontrak yang telah diselesaikan.
) Pada saat produksi selesai, yaitu pendapatan diakui pada saat produksi
telah selesai.
Menurut Hasibuan ( ) pendapatan bank bersumber dari :
a) Bunga kredit yang disalurkan
b) Ongkos-ongkos lalu lintas pembayaran
c) Penjualan buku cek, bilyet giro, dan sebagainya
d) Save Deposit Box
e) Komisi dan Provisi
f) Call Money Market
Pendapatan merupakan hasil yang diterima dari pengelolaan yang
berasal dari aktivitas atau kegiatan perusahaan, tentunya pendapatan yang
. Prinsip margin
Sistem margin yang digunakan bank syariah merupakan sistem
dimana dilakukannya akad perjanjian antara bank dengan nasabahnya.
Margin yang ditentukan bank hendaknya disepakati oleh nasbah. Ini
dimaksudkan agar menghindari riba dan mempunyai rasa kepuasan antara
bank dan nasabah.
Margin bank syariah digunakan dalam melakukan akad jual beli
dan jasa, seperti murabahah, isthisna, salam , hawalah, kafalah, dan lain
sebagainya.
. Prinsip bagi hasil
Sistem bagi hasil merupakan sistem di mana dilakukannya
perjanjian atau ikatan bersama di dalam melakukan kegiatan usaha. Di
dalam usaha tersebut diperjanjikan adanya pembagian hasil atas
keuntungan yang akan di dapat antara kedua belah pihak atau lebih. Bagi
hasil dalam sistem perbankan syari’ah merupakan ciri khusus yang
ditawarkan kapada masyarakat, dan di dalam aturan syari’ah yang
berkaitan dengan pembagi