• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan majelis ta'lim al-huda dalam meningkatkan pendidikan agama islam ibu-ibu rumah tangga di Kec.Cibuaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan majelis ta'lim al-huda dalam meningkatkan pendidikan agama islam ibu-ibu rumah tangga di Kec.Cibuaya"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh

LINA MARLINA NIM: 106011000009

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)

di Desa Cibuaya, Kel. Cibuaya, Kec. Cibuaya, Kab. Karawang” Skripsi Jakarta: Program Studi Pendidikan Agama Islam, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta 2011

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peranan majelis ta’lim al-Huda dalam meningkatkan pendidikan agama Islam ibu-ibu rumah tangga. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, mengenai situasi dan kejadian. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 responden karena jumlah responden di majelis ta’lim al-Huda tersebut seluruhnya ada 30

jama’ah. Jadi, seluruh jama’ah tersebut dijadikan sampel.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara

ketua majelis ta’lim dan angket yang sebarkan kepada responden dengan 30 item

pertanyaan. Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan tabel frekuensi dan persantasenya didasarkan pada ketegori jawaban responden dengan menggunakan statika deskriptif. Kemudian hasil dari penelitian ini akan diinterpretasikan dalam bentuk narasi yang menunjukan kualitas dari gejala atau fenomena yang menjadi objek penelitian, sehingga penelitian ini tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesa tertentu hanya menggambarkan atau melukiskan fenomena atau kenyataan sosial, dengan cara mendeskripsikan berkenaan dengan masalah yang diteliti.

Dengan demikian penelitian ini menyimpulkan bahwa majelis ta’lim al-Huda memiliki peranan dalam meningkatkan pendidikan agama Islam Ibu-ibu rumah tangga yang mengikuti pengajian di majelis ta’lim tersebut.

Saran yang dapat penulis sampaikan dari hasil penelitian ini diantaranya waktu pengajian di majelis ta’lim al-Huda dapat di tambah lagi, bagi ketua dan pengurus majelis ta’lim al-Huda agar lebih memperhatikan waktu pengajian tersebut

agar para jama’ah bisa lebih puas dengan waktu yang disediakan. Metode dan sarana prasarana di majelis ta’lim al-Huda pun masih perlu di tingkatkan lagi. Diharapkan adanya penambahan metode dan sarana prasarana agar dapat mengatasi segala

permasalahan yang dihadapi jama’ah dan materi-materi pelajaran yang diberikan

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah swt. yang telah memberikan kekuatan dan rahmatNya atas nikmat yang berlimpah bagi seluruh makhluk, kepadaNya kita memohon pertolongan dan ampunan, kepadaNya pula kita memohon perlindungan. Sholawat dan salam kita haturkan kepada Nabi dan Rasul junjungan umat Islam, yakni baginda Nabi Muhammad saw. beserta keluarga beliau, sahabat dan seluruh pejuang Islam yang selalu dimuliakan oleh Allah swt.

Alhamdulillah akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang

berjudul, ”Peranan Majlis Ta’lim dalam Meningkatkan Pendidikan Agama Islam

Ibu-ibu Rumah Tangga di Kec. Cibuaya” dapat diselesaikan dengan baik. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar sarjana S1, Sarjana Pendidikan Islam (S.Pdi) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam proses pembuatan skripsi ini tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami penulis, baik yang berhubungan dengan pengaturan waktu, pengumpulan data-data maupun lain sebagainya. Namun, berkat bantuan dan motivasi berbagai pihak, maka segala kesulitan dan hambatan ini dapat diatasi tentunya dengan izin Allah swt. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, terutama kepada:

1. Kapada Ayahanda dan ibunda tercinta dan yang tersayang H. Leman dan Hj. Mulyati yang dengan kasih sayang dan kesabarannya telah memberi dan mencurahkan kasih sayang yang tak terhingga kepada penulis, serta memotivasi baik secara moril, materil maupun spirituil.

2. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(6)

4. Sapiudin Shidiq M.Ag, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta

5. Dr. Hj. Sofiah, M.Ag selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan fikirannya dalam memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis guna menyelesaikan tugas skripsi ini.

6. Penasehat Akademik Dr. H. Abd. Fatah Wibisono selaku dosen penasehat akademik yang telah memberikan pengarahan dan masukan kepada penulis.

7. Pimpinan dan seluruh staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Agama Islam, yang telah membekali penulis dengan ilmu yang berharga. Seluruh staf dan karyawan perpustakaan Tarbiyah, perpustakaan utama UIN, dan bagian Tata Usaha (TU) Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan pelayanan yang baik.

9. Ibu Masyitoh selaku Ketua dan guru majelis ta’lim al-Huda yang telah mengizinkan penulis mengadakan penelitian serta bersedia menjadi nara sumber dalam wawancara yang dilakukan penulis di rumah ketua Majelis

Ta’lim al-Huda di Desa Cibuaya, Kecamatan Cibuaya. Kabupaten

Karawang.

10.Ibu-ibu jama’ah majelis ta’lim al-Huda yang bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi angket yang telah disebarkan oleh penulis di majelis ta’lim al-Huda di Desa Cibuaya 1 Rt 02 Rw 05 Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang .

11.Kepada kakak-kakaku dan adik-adiku tersayang, (Mariyam SE, Hj. Juju Jelaeha SE. Putri Maulidna) yang selalu memberikan motivasi agar bisa menamatkan pendidikan dan membanggakan orang tua.

(7)

mengerjakan skripsi dan memberi semangat serta dorongan kepada penulis.

13.Kepada teman-teman jurusan PAI kelas A angkatan 2006, khususnya buat Yanti Febrina S.pdi, Siti Romaeti S.Pdi, Lieszaenia S.Pdi dan Sartika Dewi, kalian teman-teman kosan yang solider, yang baik, yang selalu menemani penulis selama melaksanakan kegiatan perkuliahan, sejak awal masuk sampai terakhir mengikuti kegiatan perkuliahan di kampus tercinta UIN Syarif Hidayatullah Jakarta . Buat Sholeha S.Pdi, Nunung Nurfadilah, Noer Aisyah S.Pdi, Siti Nurhayati SH, terima kasih karena kalian sudah memberi semangat dan dorongan yang sangat berharga, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dan melaksanakan ujian munaqhasah. Terima kasih juga atas kebersamaan selama berada di kampus tercinta.

”Shohibul Alif walaupun berbeda tetapi tetap bersama”. Semoga

persahabatan kita tetap terjaga dalam jalinan silaturahmi yang baik.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT. penulis memohon perlindungan. Mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca yang budiman pada umumnya.

Jakarta, 23 Maret 2011

(8)

Kata Pengantar ...…ii

Daftar Isi ...…v

Daftar Tabel ...…viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORI A. Peranan Majelis Ta’lim ... 6

1. Pengertian Majelis Ta’lim dan Latar Belakang Berdirinya ... 6

2. Fungsi Majelis Ta’lim ... 9

3. Tujuan Majelis Ta’lim ... 11

4. Peranan Majelis Ta’lim ... 12

5. Pentingnya Majelis Ta’lim bagi Ibu-ibu Rumah Tangga ... 15

B. Pendidikan Agama Islam ... 16

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 16

2. Fungsi Pendidikan Agama Islam ... 20

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 21

C. Ibu-ibu Rumah Tangga ... 24

1. Pengertian Ibu ... 24

2. Pengertian Rumah Tangga ... 26

3. Konsep Rumah Tangga Dalam Islam ... 29

(9)

D. Jenis dan Motode Penelitian ... 36

E. Tehnik Pengumpulan Data ... 37

F. Kisi-Kisi Instrument Penelitian ... 38

G. Tehnik Analisa Data ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian Majelis Ta’lim al-Huda di Kecematan Cibuaya ... 41

1. Sejarah Berdirinya Majelis Ta’lim al-Huda di Kec. Cibuaya ... 41

2. Visi, Misi dan Tujuan Majelis Ta’limal-Huda ... 42

3. Program Kerja Majelis Ta’lim al-Huda di Kecematan Cibuaya…….43

4. Faktor Penghambat dan Pendukung ... 44

B. Pelaksanaan Pengajian di Majelis Ta’lim al-Huda ... 45

1. Waktu Pengajian ... 45

2. Tempat Pengajian ... 45

3. Jama’ah ... 46

4. Materi ... 47

5. Metode ... 48

C. Deskripsi dan Analisa Data………….………...49

D. Interprestasi Data……….………...66

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 67

B. Saran-saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA...70

(10)

1.

Tabel 1 Kisi-kisi Instrumen Variabel X ... 38

2.

Tabel 2 Kisi-kisi Instrumen Variabel Y ... 38

3.

Tabel 3 Skala Penilaian Persentase ... 40

4.

Tabel 4 Latar Belakang Pendidikan Pengajar ... 46

5.

Tabel 5 Keberadaan M

ajelis Ta’lim al

-Huda ... 49

6.

Tabel

6

Keberadaan Majelis Ta’lim di Tengah

-TengahMasyarakat ... 50

7.

Tabel 7 Materi yang Diberikan dalam Pengajian ... 50

8.

Tabel 8 Penambahan Materi Pengajaran ... 51

9.

Tabel 9 Materi yang Diberikan Oleh Pengajar ... 51

10. Tabel 10 Metode yang Digunakan ... 52

11. Tabel 11 Tenaga Pengajar ... 52

12. Tabel 12 Sarana dan Prasarana ... 53

13.

Tabel 13 Waktu Belajar ... 53

14. Tabel 14 Penambahan Waktu Belajar ... 54

15. Tabel 15 Tentang Kemusyrikan ... 54

16. Tabel 16 Perbuatan Manusia ada yang Mencatat ... 55

17.

Tabel 17 Balasan Orang Beriman dan Beramal Saleh... 55

18. Tabel 18 Kepercayaan Pada Hari Kiamat ... 56

19. Tabel 19 Suatu Musibah Itu Sudah Diatur Allah ... 56

20. Tabel 20 Pengetahuan Tauhid ... 57

21.

Tabel 21 Pengetahuan Ibadah ... 57

(11)

26.

Tabel 26 Pengajian yang Bertentangan dengan Islam ... 60

27.

Tabel 27 Para Jama’ah Pergi Kemana Ketika

Sakit ... 60

28. Tabel 28 Pengetahuan Akhlak ... 61

29. Tabel 29 Menghadapi Kenyataan ... 61

30.

Tabel 30 Sikap Terhadap Tetangga yang Terkena Musibah ... 62

31. Tabel 31 Sikap Terhadap Tetangga yang Memperoleh

Kenikmatan ... 62

32. Tabel 32 Sikap Terhadap Tetangga yang Berbeda Agama ... 63

33.

Tabel 33 Menolong Orang Lain ... 63

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Majelis ta’lim adalah salah satu lembaga pendidikan Islam yang bersifat nonformal, di samping lembaga - lembaga pendidikan keislaman lain seperti masjid (termasuk surau), pondok pesantren, madrasah dan Perguruan Tinggi Islam. Sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam, majelis ta’lim tentu saja memiliki tujuan utama tertanamnya akhlak yang luhur dan mulia dalam sikap dan perilaku umat, meningkatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan

keterampilan jama’ahnya, dan memberantas kebodohan umat agar mencapai tingkat kehidupan yang lebih baik dan diridhai oleh Allah SWT.

Adapun pengertian secara istilah majelis ta’lim adalah lembaga pendidikan nonformal Islam yang memiliki kurikulum tersendiri, diselenggarakan secara berkala dan teratur, dan diikuti oleh jama’ah yang relatif banyak, dan bertujuan untuk membina dan mengembangkan hubungan yang santun dan serasi antara manusia dengan Allah SWT. antara manusia dengan sesamanya dan antara manusia dengan lingkungannya, dalam rangka membina masyarakat yang bertaqwa kepada Allah SWT.

(13)

lain, yaitu:

1. Majelis ta’lim adalah lembaga pendidikan nonformal Islam.

2. Waktu belajarnya berkala dan teratur, tidak setiap hari sebagaimana halnya sekolah dan madrasah.

3. Pengikut atau pesertanya disebut jama’ah

4. Tujuannya adalah memasyarakatkan ajaran Islam.1

Keberadaan majelis ta’lim sebagai salah satu lembaga pengajaran agama memiliki akar kesejarahan yang cukup kuat di dalam tradisi pengajaran agama Islam. Pada awalnya sisitem pendidikan ini dipraktekan Nabi Muhammad SAW. ketika menyampaikan ajaran agama Islam dengan cara berhadapan langsung dengan sahabatnya, baik dalam periode Mekkah maupun periode Madinah. Bentuk pengajaran ini selanjutnya mengalami perkembangan beberapa periode kesejarahan Islam mulai dari masa Khulafaurrasyidin, Dinasti Muawiyah, Dinasti Abbasiyah hingga bentuk pengajaran Islam oleh para wali ketika menyebarkan Islam ke kawasan Nusantara.2 Oleh karena itu, majelis ta’lim menjadi sarana dakwah pembinaan dan meningkatkan kualitas hidup umat Islam sesuai tuntutan ajaran agama.

Pertumbuhan majelis ta’lim di kalangan masyarakat menunjukan kebutuhan dan hasrat anggota masyarakat tersebut akan pendidikan agama. Perkembangan selanjutnya menunjukan kebutuhan dan hasrat masyarakat yang lebih luas lagi, yaitu usaha memecahkan masalah-masalah menuju

kehidupan yang lebih bahagia. Peningkatan tuntutan jama’ah dan peranan

pendidikan yang bersifat nonformal, menimbulkan pula kesadaran dan inisiatif dari para ulama dan anggota masyarakat untuk memperbaiki, meningkatkan dan mengembangkan kualitas dan kemampuan, sehingga eksistensi majelis ta’lim dapat menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya dengan sebaik-baiknya.

1

Hasbullah, Kapita Salekta Pendidikan Islam, (Jakarta: Manajemen PT Rajagravindo Persada, 1996), h.

2

(14)

1. Membina dan mengembangkan ajaran Islam dalam rangka membentuk masyarakat yang bertaqwa kepada Allah SWT.

2. Sebagai taman rekreasi rohaniah, karena penyelenggaraanya bersifat santai.

3. Sebagai ajang berlangsungnya silaturahmi masal yang dapat menghidup suburkan dakwah dan ukhuwah Islamiyah.

4. Sebagai sarana dialog berkesinambungan antara ulama dengan umat. 5. Sebagai media penyampaian gagasan yang bermanfaat bagi pembangunan

umat dan bangsa pada umumnya.3

Majelis ta’lim mempunyai kedudukan dan ketentuan tersendiri dalam mengatur pelaksanaan pendidikan atau dakwah Islamiyah, disamping lembaga lainnya yang mempunyai tujuan yang sama. Memang pendidikan nonformal dengan sifatnya yang tidak terlalu mengikat dengan aturan yang ketat dan tetap, merupakan pendidikan yang efektif dan efisien, cepat menghasilkan dan sangat baik untuk mengembangkan tenaga kerja, karena digemari masyarakat luas. Efektivitas dan efisiensi sistem pendidikan ini sudah banyak dibuktikan melalui media pengajian-pengajian Islam atau majelis ta’lim yang sekarang banyak tumbuh dan berkembang baik di desa-desa maupun kota-kota besar.4

Peranan majelis ta’lim selain merupakan wadah atau wahana dakwah Islamiyah yang bisa membina masyarakat, majelis ta’lim juga berperan penting untuk pendidikan ibu-ibu rumah tangga. Oleh karena itu, dengan adanya majelis ta’lim ditengah-tengah masyarakat khususnya bagi ibu-ibu rumah tangga, mereka akan mendapat pencerahan dan petunjuk agar bisa mendidik anak-anaknya dengan baik. Jika suasana dalam keluarga itu baik, maka anak akan tumbuh dengan baik pula. Jika tidak, tentu akan terhambatlah pertumbuhan anak tersebut. Peranan ibu dalam keluarga itu sangat penting. Dialah yang mengatur, membuat rumah tangga menjadi surga bagi anggota

3

Nurul Huda, dkk, Pedoman Majelis Ta’lim, (Jakarta: 1984) h. 5

4

(15)

dalam rumah tangga itu guru yang pertama dan utama bagi anak, dan bisa mengajarkan tentang keagamaan kepada anak dan suaminya. Agama dalam rumah tangga itu adalah hormat kepada Allah SWT. dan kedua orang tua 5.

Oleh karena itu, saya ingin meneliti lebih jauh seberapa besar peranan majelis ta’lim dalam meningkatkan pendidikan agama Islam bagi ibu-ibu rumah tangga. Masalah ini sangat penting diteliti, karena ini berkaitan dengan pendidikan agama Islam yang harus diberikan orang tua kepada anak-anaknya di rumah. Agar anak-anaknya menjadi anak yang berguna bagi bangsa dan negara. Karena majelis ta’lim sebagai lembaga pendidikan agama Islam ini mempunyai peran yang sangat penting dalam menanamkan pendidikan agama Islam kepada ibu-ibu rumah tangga, oleh sebab itu skripsi ini saya beri judul ” PERAN MAJELIS TA’LIM AL-HUDA DALAM MENINGKATKAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM IBU-IBU RUMAH TANGGA DI

KECAMATAN CIBUAYA”

B.

Identifikasi Masalah

Seperti telah diuraikan dalam latar belakang masalah di atas, maka timbul beberapa masalah. Masalah tersebut dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Majelis ta’lim al-Huda kurang berperan dalam meningkatkan pendidikan agama Islam ibu-ibu rumah tangga di Kecamatan Cibuaya.

2. Kurangnya respon Ibu-ibu rumah tangga terhadap majelis ta’lim al-Huda di Kecematan Cibuaya

3. Kurangnya kesadaran Ibu-ibu rumah tangga untuk meningkatkan pendidikan agama Islam di Kecamatan Cibuaya.

4. Sedikitnya pengaruh pengajian di majelis ta’lim al-Huda dengan sikap keberagamaan ibu-ibu rumah tangga di Kecamatan Cibuaya.

5

(16)

Untuk memperjelas dan memberi arah yang tepat dalam pembahasan penelitian ini, maka dari identifikasi masalah di atas, penulis membatasi hanya menbahas tentang peranan majelis ta’lim al-Huda dalam meningkatkan pendidikan agama Islam ibu-ibu rumah tangga di Kecamatan Cibuaya.

D.

Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang sudah dikemukakan di atas, maka perumusan masalah yang akan di fokuskan adalah sebagai berikut:

“Apakah majelis ta’lim al-Huda berperan dalam meningkatkan Pendidikan Agama Islam ibu-ibu rumah tangga di Desa Cibuaya, Dusun 1 Rt 05 Rw 02 Kel Cibuaya, Kec. Cibuaya, Kab. Karawang Jawa Barat. Hal ini diukur dalam kegiatan belajar mengajar di dalam majelis ta’lim, serta metode dan kondisi majelis ta’lim tersebut.

E.

Tujuan Penelitian

1. Menganalisis peranan majelis ta’lim al-Huda dalam meningkatkan pendidikan agama Islam ibu-ibu rumah tangga di Desa Cibuaya, Dusun 1 Rt 05 Rw 02, Kel Cibuaya, Kec. Cibuaya, Kab. Karawang Jawa Barat 2. Menganalisis metode atau cara yang dipergunakan majelis ta’lim al-Huda

dalam memberikan bimbingan keagamaan pada ibu-ibu rumah tangga di Desa Cibuaya, Dusun 1 Rt 05 Rw 02, Kel. Cibuaya, Kec. Cibuaya, Kab. Karawang Jawa Barat

(17)

BAB II

KAJIAN TEORI

A.

Peranan Majelis

Ta’lim

1. Pengertian Majelis Ta’limdan Latar Belakang Berdirinya

Menurut akar katanya majelis ta’lim tersusun dari gabungan dua kata majelis yang berarti tempat dan ta’lim yang berarti pengajaran atau pengajian bagi orang-orang yang ingin mendalami ajaran-ajaran Islam sebagai sarana dakwah dan pengajaran agama.

Majelis ta’lim bila dilihat dari struktur organisasinya, termasuk organisasi pendidikan luar sekolah atau satu lembaga pendidikan Islam yang bersifat non formal, yang senantiasa menanamkan akhlak yang luhur dan mulia, meningkatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan keterampilan

jama’ahnya, serta memberantas kebodohan umat Islam agar dapat

memperoleh kehidupan yang bahagia dan sejahtera serta diridhai oleh Allah SWT.

(18)

formal. Inilah yang menjadikan majelis ta’lim memiliki nilai karakteristik tersendiri dibanding lembaga-lembaga keagamaan lainnya1. Majelis ta’lim juga merupakan lembaga pendidikan masyarakat, yang tumbuh dan berkembang dari kalangan masyarakat Islam itu sendiri, yang kepentingannya untuk kemaslahatan umat manusia. Oleh karena itu, majelis ta’lim adalah lembaga swadaya masyarakat yang hidupnya didasarkan kepada “ta’awun” (saling mempererat) dan ”ruhama” (saling menyayangi), bainahum (antara sesama).” Jadi, di dalam majelis ta’limpara jama’ah saling mempererat silaturahmi sehingga menimbulkan kasih sayang sesama jama’ah lainnya.

Dari pengertian tersebut diatas, tampak bahwa majelis ta’lim diselenggarakan berbeda dengan lembaga pendidikan Islam lainnya, seperti pesantren dan madrasah, baik menyangkut sistem, materi maupun tujuannya. Pada majelis ta’lim terdapat hal-hal yang cukup membedakan dengan yang lain, diantaranya:

a. Majelis ta’lim adalah lembaga pendidikan non formal Islam.

b. Waktu belajarnya berkala tetapi teratur, tidak setiap hari sebagaimana halnya di sekolah atau madrasah.

c. Pengikut atau pesertanya disebut jama’ah, bukan pelajar atau santri. Hal ini bukan merupakan kewajiban sebagaimana dengan kewajiban murid menghadiri sekolah atau madrasah.

d. Tujuannya yaitu memasyarakatkan ajaran Islam2

Dari sejarahnya, majelis ta’lim merupakan lembaga pendidikan tertua dalam Islam, sebab sudah dilaksanakan sejak zaman Rasulullah SAW. meskipun tidak disebut majelis ta’lim, namun pengajian Nabi

1

Hasbullah Kapita Salekta Pendidikan Islam, (Jakarta: Manajemen PT Raja Grafindo, 1996), h. 94

2

(19)

Muhammad SAW. yang berlangsung secara sembunyi-sembunyi dirumah Arqam bin Abil Arqam dapat dianggap sebagai majelis ta’lim dalam konteks pengertian sekarang. Kemudian setelah adanya perintah Allah SWT. untuk menyiarkan Islam secara terang-terangan, pengajian seperti itu segera berkembang di tempat-tempat lain yang diselenggarakan secara terbuka dan tidak lagi diselenggarakan secara sembunyi-sembunyi.3 Memang dilihat dari segi historis Islam, majelis ta’lim dengan dimensinya yang berbeda-beda pada zaman Rasulullh tersebut, telah muncul berbagai jenis kelompok pengajian sukarela dan tanpa bayaran yang disebut halaqhah, yaitu pengajian di Masjid Nabawi atau Al-Haram, biasanya ditandai dengan salah satu pilar masjid untuk tempat berkumpulnya peserta kelompok masing-masing dengan seorang sahabat.

Pada periode Madinah, ketika Islam telah menjadi kekuatan nyata dalam masyarakat waktu itu, penyelenggaraan pengajian tersebut berlangsung lebih pesat. Rasulullah duduk di Masjid Nabawi untuk memberikan pengajian kepada para sahabat dan kaum muslimin ketika itu. Dengan cara ini Nabi Muhammad SAW. telah berhasil menyiarkan Islam, serta berhasil pula membentuk karakter dan ketaatan umat. Lebih lanjut dari itu berhasil pula membentuk dan membina para pejuang Islam yang tidak saja gagah perkasa di medan peperangan dalam membela dan menegakan Islam, tetapi juga terampil dalam mengatur pemerintahan dan membina kehidupan kemasyarakatan. Apa yang menjadi tradisi Nabi Muhammad SAW. semacam itu diterapkan para sahabat, tabi’in, tabi’it

tabi’in dan seterusnya sampai generasi sekarang. Bahkan di Masjidil Harham sendiri sampai saat ini terdapat pengajian, serta dikunjungi para jama’ah dari berbagai bangsa, terutama ketika musim haji tiba.

Sementara itu di Indonesia terutama di masa penyiaran Islam oleh para wali dahulu juga mempergunakan majelis ta’lim untuk menyampaikan dakwahnya. Itulah sebabnya maka untuk Indonesia, Majelis ta’lim juga merupakan lembaga pendidikan Islam tertua. Barulah

3

(20)

kemudian seiring dengan perkembangan ilmu dan pemikiran dalam mengatur pendidikan, tumbuh lembaga pendidikan yang lebih formal sifatnya seperti pesantren, madrasah dan sekolah.

Dengan demikian, menurut pengalaman historis, sistem majelis ta’lim telah berlangsung sejak awal penyebaran Islam di Saudi Arabia, kemudian menyebar ke berbagai penjuru dunia Islam di Asia, Afrika dan Indonesia pada khususnya sampai sekarang.4

2. Fungsi Majelis Ta’lim

Sebagai lembaga pendidikan non formal, majelis ta’lim berfungsi sebagai berikut:

a. Membina dan mengembangkan ajaran Islam dalam rangka membentuk masyarakat yang bertakwa kepada Allah SWT.

b. Sebagai taman rekreasi rohaniah, karena penyelenggaraanya bersifat santai.

c. Sebagai ajang berlangsungnya silaturrahmi masal yang dapat menghidup suburkan dakwah dan ukhuwah Islamiah.

d. Sebagai sarana dialog berkesinambungan antara ulama dengan umat. e. Sebagai media penyampaian gagasan yang bermanfaat bagi

pembangunan umat dan bangsa pada umumnya5.

Dalam prakteknya, majelis ta’lim merupakan tempat pangajaran atau pendidikan agama Islam. Majelis ta’lim bersifat terbuka terhadap segala usia, atau strata sosial, dan jenis kelamin. Waktu penyelenggaraan pengajiannya pun bermacam-macam, ada yang diselenggarakan pagi, siang, sore, atau malam. Tempat pengajarannya pun bisa dilakukan dirumah, masjid, mushola, gedung aula, halaman, dan sebagainya. Majelis ta’lim juga merupakan wahana interaksi dan komunikasi yang kuat antara

4

Hasbullah, Kapita Salekta Pendidikan Islam……, h. 98

5

(21)

masyarakat awam dengan para mualim, dan antara sesama anggota jama’ah majelis ta’lim tanpa dibatasi oleh tempat dan waktu.

Pertumbuhan majelis ta'lim dikalangan anggota masyarakat menunjukan akan adanya kebutuhan dan hasrat anggota masyarakat tersebut akan pengetahuan dan pendidikan agama. Peningkatan tuntunan jama'ah dan peranan pendidikan yang bersifat non formal, menimbulkan pula kesadaran dan inisiatif dari para ulama dan anggota masyarakat untuk memperbaiki, meningkatkan dan mengembangkan kualitas dan kemampuan, sehingga eksistensi majelis ta'lim dapat menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya sebaik-baiknya.6

Majelis ta’lim merupakan pusat informasi umat Islam dan arena pertemuan terbuka serta berkesinambungan diantara mereka. Kita memperkirakan sejauhmana pengaruh informasi dalam suatu masyarakat yang hidup di tengah-tengah majelis ta’lim, dimana kaum muslimin bertemu di dalamnya. Sesungguhnya Islam merupakan agama yang berhikmah baik ditinjau dari sudut informasi, sosial, maupun politik7.

Setelah itu dicoba untuk diaplikasikan dan dikembangkan dalam kehidupan ril umat untuk kehidupan di dunia ini dengan nilai-nilai Islam. Proses Islamisasi dalam segala aspek kehidupan secara arif bijaksana digulirkan, umat Islam berusaha untuk bangkit. Kebangkitan ini memerlukan peran majelis ta’lim sebagai basis perjuangan. Kebangkitan berawal dari majelis ta’lim menuju masyarakat secara luas. Karena itu upaya aktualisasi fungsi dan peran majelis ta’lim pada abad lima belas hijriyah adalah sangat mendesak dilakukan umat Islam.8

6

Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam..., h. 102

7

Muhammad Khair Ramadhan Yusuf, Peran Media Informasi Islam Dalam Pengembangan Ummat, (Jakarta : Pustaka Al Kautsar,1994), h. 44

(22)

3. Tujuan Majelis Ta'lim

Sebagai muslim, tentunya kita menginginkan perubahan masyarakat yang rusak saat ini menjadi masyarakat Islam. Orang muslim harus diselamatkan dari kehinaan yang mereka alami dengan cara mengajak mereka untuk berjuang menegakkan syariat Islam di bawah naungan Daulah Khilafah yang dapat menjamin kesejahteraan hidup di dunia dan tentu saja kebahagiaan hidup di akhirat.

Majelis ta'lim sebagai lembaga non formal di masyarakat merupakan sarana yang sangat potensial untuk menyampaikan dakwah Islam dan membina masyarakat. Agar majelis ta'lim dapat menjadi wadah pembinaan umat menuju masyarakat Islam, majelis ta’lim tidak boleh dijalankan sebagai sebuah aktivitas rutin belajar-mengajar tanpa arah dan tujuan yang tidak jelas. Majelis ta’lim menyebarkan dakwah Islam yang murni dari berbagai macam penyimpangan keyakinan dan pemikiran serta ajaran-ajaran sesat demi menggapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Sebenarnya tujuan majelis ta'lim itu adalah: a. Mengokohkan aqidah (keimanan) jama'ahnya.

b. Menjadikan jama'ahnya sebagai pribadi yang selalu terikat dengan syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari.

c. Menjadikan jama'ahnya sebagai ibu yang mendidik anaknya dengan baik, sehingga menjadi kader umat yang berkualitas.

d. Menjadikan jama'ahnya sebagai pejuang penegakkan syariat dalam masyarakat.

(23)

4. Peranan Majelis Ta'lim

(24)

tidak boleh dijalankan sebagai sebuah aktivitas rutin belajar-mengajar tanpa arah dan tujuan yang jelas

Jika dilihat dari segi strategi pembinaan umat, maka dapat dikatakan bahwa majelis-majelis ta'lim itu adalah merupakan wadah atau wahana dakwah Islamiyah. Sebagai institusi keagamaan Islam, sistem majelis ta'lim melekat pada agama Islam itu sendiri. Oleh karena itu, majelis ta’lim merupakan salah satu struktur kegiatan dakwah dan tabligh yang wajib dilaksanakan sesuai perintah agama secara teratur dan periodik.

Maka itu secara strategis majelis-majelis ta'lim itu adalah menjadi sarana dakwah dan tabligh yang Islami coraknya yang berperan sentral pada pembinaan dan meningkatkan kualitas umat Islam tuntunan ajaran agama. Untuk menyadarkan umat Islam dalam rangka menghayati, memahami dan mengamalkan ajaran agamanya yang kontektual kepada lingkungan hidup sosial budaya dan alam sekitar mereka. Untuk tujuan itu pemimpinnya harus berperan sebagai petunjuk jalan ke arah kecerahan sikap hidup Islam yang membawa kepada kesehatan mental rohaniah dan kesadaran fungsional selaku khalifah di buminya sendiri, dalam hal ini bagi umat Islam Indonesia adalah bumi Indonesia yang sedang membangun. Jadi peranan secara fungsional majelis ta'lim adalah mengkokohkan landasan hidup manusia pada khususnya di bidang mental spiritual keagamaan Islam dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya secara lahiriah dan batiniahnya, duniawiah dah ukhrawiah bersamaan, sesuai tuntutan ajaran agama Islam yaitu iman dan taqwa yang melandasi kehidupan duniawi dalam segala bidang kegiatannya.9

Berkenaan dengan hal-hal tersebut, peranan majelis ta'lim tidak terlepas dari kedudukannya sebagi alat dan sekaligus media pembinaan kesadaran beragama. Usaha pembinaan masyarakat dalam bidang agama harus memperhatikan sistem pendekatan antara lain :

9

(25)

a. Pendekatan psikologis yang menuntut kepada pemahaman terhadap kecendrungan dan tingkat kemampuan pemahaman jama'ah untuk menyerap materi pengajian. Nabi memerintahkan agar berbicara kepada audiens berdasarkan atas kemampuan berpikir mereka.

b. Pendekatan sosial menghendaki agar kita dapat membawa suasana kejiwaan peserta pengajian atau jama'ah kearah sikap komunikatif dan interaktif dengan lingkungan sosial yang positif di sekitarnya, sehingga tidak menimbulkan ketegangan atau benturan dengan realitas lingkungannya.

c. Pendekatan relegius menuntut kepada kita untuk mampu menguak dan menginterprestasikan ajaran agama yang menimbulkan suasana keagamaan dalam majelis ta’limserta dapat di terapkan dalam pribadi jama'ah.

d. Pendekatan saintifik menuntut kita untuk mampu menganalisa dan mentafsirkan ayat-ayat ataupun al-hadits yang relevan dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan.

e. Pendekatan pembangunan manuntut kita untuk menggali sumber motivasi dari dalam ajaran agama yang dapat memberikan gairah dan semangat membangun, justru posisi dan fungsi umat Islam sebagai manusia ciptaan Allah adalah menjadi khalifah di muka bumi yang harus menggali, mengelolah dan memanfaatkan kekayaannya bagi kepentingan kesejahteraan hidupnya.















(26)

f. Pendekatan security (Keamanan) dan prosperty (Kemakmuran) mengharuskan kita untuk menggelarkan ajaran agama dari sudut kemanfaatan untuk hidup rukun, bersatu pada sebagai satu bangsa, satu tanah air yang berketahanan mental dan nasional, berwawasan bangsa cinta kepada pola hidup sederhana dan mandiri. Dalam Islam ditemukan ajaran yang mengajak kepada sikap yang demikian, antara lain ajakan kepada hidup berukhuwah Islamiyah, berlomba dalam kebaikan, berta'aruf antara suku-suku, bekerja keras untuk dunianya dan sebagainya.















"Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu ada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu".(Q.S. al An’am: 165). .10

Demikianlah beberapa sistem pendekatan untuk diterapkan oleh para Mubaligh dalam majelis ta'lim yang menurut pendapat penulis dapat meningkatkan peran serta dalam pembangunan nasional

5. Pentingnya Majelis Ta'lim bagi Ibu-ibu Rumah Tangga

Peranan majelis ta'lim di tengah-tengah masyarakat sekarang ini sangatlah penting dalam membina Hablum Minallah, Hablum Minna Nas dan Hablum Minal Alam. Sebab melalui majelis ta'lim ini sekaligus sebagai media penyampai gagasan modernisasi yang bermanfaat bagi pembangunan umat. Membina dan mengembangkan agama Islam dalam rangka membentuk masyarakat yang lebih bertaqwa kepada Allah.

10

(27)

Keberadaan majelis ta'lim ditengah-tengah masyarakat merupakan wadah bersilaturrahmi ibu-ibu rumah tangga.

Sifat dari pengajaran dalam majelis ta'lim haruslah berupa pembentukan perilaku, tidak hanya bersifat transfer knowledge . Untuk itu, ilmu harus diberikan untuk membentuk amal perbuatan, dan bukan sekedar informasi. Jadi, pemberian ilmu di majelis ta'lim tidak cukup sekedar mengajarkan hukum, tapi juga menumbuhkan motivasi atau dorongan dari aqidah, untuk menjalankan hukum tersebut seberat apapun. Kita sangat berharap dari pengelolaan majelis ta'lim seperti gambaran diatas, akan membentuk ibu-ibu rumah tangga yang berkualitas, yang akan melahirkan dan mendidik anak-anak menjadi generasi yang berkualitas, yakni yang tidak hanya cerdas tetapi peduli terhadap Islam dan kaum muslim.11

Jadi, secara garis besar dapat disimpulkan bahwa majelis ta'lim sebagai lembaga pendidikan agama non formal, merupakan wadah bagi penerapan konsep pendidikan "minal mahdi Ila lahdi" yaitu pendidikan seumur hidup dan merupakan sarana bagi pembangunan gagasan berwawasan Islam.

B.

Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Sebelum membicarakan pengertian Pendidikan Agama Islam, maka perlu mengetahui pengertian pendidikan terlebih dahulu.

Menurut Ahmadi dalam bukunya Sejarah Pendidikan, disebutkan

bahwa “Pendidikan adalah semua kegiatan orang dewasa yang mempunyai

nilai bagi anak.”12

Sedangkan menurut Ngalim Purwanto dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam Teoritis dan Praktis, disebutkan bahwa “ Pendidikan

11

Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum..., h 135

12

(28)

ialah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk

memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan.”13

Jadi pada dasarnya pendidikan dalam pengertian tersebut di atas, adalah terjadinya pergaulan antara orang dewasa dengan anak-anak. Pergaulan yang dimaksud adalah pergaulan yang dapat menolong anak menjadi orang yang dapat atau sanggup memenuhi tugas hidupnya atas tanggung jawab sendiri.14

Zuhairini juga menyatakan, bahwa pendidikan adalah: suatu bimbingan secara sadar oleh pendidikan terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian utama”.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah proses bimbingan yang dilakukan pendidikan untuk mengolah sikap dan perilaku anak didik menuju kedewasaan dan kemandirian agar terbentuk pribadi yang berakhlak mulia sesuai dengan akidah dan nilai-nilai budaya.

Memang sudah disepakati oleh semua orang bahwa masalah pendidikan adalah masalah yang paling pokok untuk kemajuan manusia, Allah pun menyatakan, bahwa manusia yang tidak terdidik akan sama keadaannya dengan hewan, bahkan lebih jelek lagi. ( QS. Al Anfal : 22 dan QS. Al A’raf : 179 ).











Artinya: “Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah, orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apa-apapun”.

13

Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h.7

14

(29)

Karena itu apabila umat Islam menginginkan kemajuan dan melepaskan diri dari kebodohannya, maka masalah pendidikan adalah masalah terpokok yang harus diselesaikannya dengan cepat dan tepat.15

Pada hakikatnya yang disebut pendidikan adalah proses pembimbingan, pembelajaran dan pelatihan terhadap anak, generasi muda, manusia agar nantinya bisa berkehidupan dan melaksanakan peranan serta tugas-tugas hidupnya dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian pendidikan Islam dapat diartikan sebagai proses pembimbingan, pembelajaran, atau pelatihan agar manusia menjadi muslim atau orang Islam.16

Pendidikan diartikan sebagai latihan mental, moral dan fisik (jasmaniyah) yang menghasilkan manusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas kewajiban dan tanggung jawab dalam masyrakat selaku hamba Allah, maka kependidikan berarti menumbuhkan kepribadian serta menanamkan rasa tanggung jawab. Jadi, pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.

Meski manusia unggul dengan ilmu pengetahuannya, manusia bukanlah sumber kebenaran mutlak. Karena itu keunggulan ilmu pengetahuan harus berdasarkan kepada kekuatan moral, agar ia tidak menjadi hidup tersasar. Untuk itu penguasaan ilmu pengetahuan harus tumbuh di atas landasan keimanan dan akhlak. Hanya demikian keimanan dan akhlak inilah seseorang akan mampu menemukan profil dirinya sendiri sebagai menusia yang memiliki derajat kemanusiaan. Al-Qur'an menjelaskan akan hal itu.

15

Syahminan Zaini, Prinsip-Prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia,1986)

16

(30)











“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat."17

Pendidikan agama Islam merupakan pendidikan seimbang, berupaya merealisasikan keseimbangan antara kepentingan duniawi dan kepentingan ukhrawi, sebagaimana firman Allah:



















“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orangyang berbuat kerusakan.”(OS. al-Qhashas: 77)

Pendidikan agama Islam memiliki urgensi bagi terciptanya rumah tangga, masyarakat dan generasi yang muslim. Perhatian Islam terhadap manusia baik laki-laki maupun perempuan sama yaitu memerintahkan kepada mereka untuk beribadah taat kepada-Nya serta menjauhi larangan-Nya.18

Jadi, dari beberapa definisi di atas penulis menyimpulkan bahwa pendidikan agama Islam bukan pendidikan duniawi saja, individual saja, atau sosial saja, juga tidak mengutamakan aspek spritual atau aspek material. Keseimbangan antara semua itu merupakan karekteristik terpenting pendidikan agama Islam.

17

M. Irsyad Djuwaeli, Pembaharuan Kembali Pendidikan Islam, (Jakarta: Karsa Utama Mandiri, 1998), h. 5

18

(31)

2. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Seperti diketahui bahwa pembinaan mental anak didik tidaklah dimulai dari sekolah, akan tetapi dimulai dari rumah (keluarga), sejak si anak dilahirkan ke titik maksimal yang dapat sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan dunia, mulailah ia menerima didikan-didikan dan perlakuan-perlakuan. Mula-mula ibu bapaknya, kemudian dari anggota keluarga yang lain (saudara) dan kemudian dari lingkungan masyarakatnya.

Hal demikian memberikan warna dan mempengaruhi dasar-dasar pembentukan kepribadiannya. Pembinaan, pertumbuhan mental dan kepribadiannya itu kemudian akan ditambah dan disempurnakan oleh sekolah. Orang tua seharusnya memberikan pendidikan agama pada anak-anaknya sejak kecil, bahkan sejak masih dalam kandungan, sebab disadari atau tidak, hal ini akan mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan anak setelah lahir terutama pada perkembangan dan pertumbuhan aspek kejiwaannya.

(32)

yang dapat diyakini dan diterima oleh akal. Fungsi pendidikan Agama Islam di sini dapat menjadi inspirasi dan pemberi kekuatan mental yang akan menjadi bentuk moral yang mengawasi segala tingkah laku dan petunjuk jalan hidupnya serta menjadi obat anti penyakit gangguan jiwa.

Pendidikan agama Islam adalah sebuah proses yang dilakukan untuk menciptakan manusia-manusia yang seutuhnya, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta mampu mewujudkan eksistensinya sebagai khalifah Allah di muka bumi (Khalifah Fil’Ardi) berdasarkan kepada ajaran al-Quran dan Sunnah, maka tujuan dalam konteks ini berarti terciptanya insan-insan kamil setelah proses pendidikan berakhir.

Tujuan pendidikan agama Islam merupakan pendidikan yang berkesadaran dan bertujuan, Allah telah menyusun landasan pendidikan yang jelas bagi seluruh umat manusia melalui syariat Islam, termasuk tentang tujuan pendidikan agama Islam

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa fungsi pendidikan agama Islam adalah:

a. Memperkenalkan dan mendidik anak didik agar meyakini ke-Esaan Allah SWT. pencipta alam semesta beserta seluruh isinya.

b. Memperkenalkan kepada anak didik apa dan mana yang diperintahkan dan mana yang dilarang.

c. Menyuruh anak agar sejak dini dapat melaksanakan ibadah, baik ibadah yang menyangkut Hablum Minallah maupun ibadah yang menyangkut Hablum Minan Nas.

d. Mendidik anak didik agar taat dan hormat kepada orang tua dan serta tidak merusak lingkungannya.19

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan adalah batas akhir yang dicita-citakan seseorang dan dijadikan pusat perhatiannya untuk dicapai melalui usaha. Dalam proses

19

(33)

pendidikan, tujuan ialah orientasi yang dipilih pendidik dalam membimbing peserta didiknya, sehingga tujuan pendidikan dapat dikatakan sebagai masalah sentral dalam proses pendidikan.

Tujuan pendidikan berarti apa yang ingin dicapai dengan pendidikan. Masalahnya adalah, manusia yang bagaimanakah yang ingin dibentuk melalui pendidikan. Tujuan juga merupakan sasaran yang hendak dicapai dan sekaligus merupakan pedoman yang memberi arah bagi segala aktifitas yang dilakukan.

Kalau dilihat kembali pengertian pendidikan agama Islam, maka terdapat sesuatu yang diharapkan dapat terwujud ketika seseorang telah mengalami sebuah proses pendidikan agama Islam, yaitu manusia yang utuh baik jasmani maupun rohani, sehingga dapat hidup berkembang secara wajar dan normal karena didasari oleh ketaqwaannya kepada Allah SWT.

Salah satu tujuan pendidikan agama Islam adalah mengembangkan manusia yang baik yang beribadah dan tunduk kepada Allah serta mensucikan diri dari dosa.20

Adapun tujuan orang muslim adalah ibadah kepada Allah. Allah berfirman dalam surat Az-Dzariyat ayat 56:





“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. "

Fadlil Al-Jamali merumuskan tujuan pendidikan agama Islam yang lebih rinci, sebagai berikut:

1. Mengenalkan manusia akan perananya diantara sesama (makhluk) dan tanggung jawab pribadinya di dalam hidup ini.

20

(34)

2. Mengenalkan manusia akan interaksi sosial dan tanggung jawabnya dalam tata hidup bermasyarakat.

3. Mengenalkan manusia akan alam ini dan mengejar mereka untuk mengetahui hikmah diciptakannya serta memberikan kemungkinan kepada mereka untuk mengambil manfaat dari alam tersebut.

4. Mengenalkan manusia akan pencipta alam ini (Allah) dan memerintahkan beribadah kepada-Nya.21

Perumusan tujuan pendidikan ini menjadi penting. Artinya, bagi proses pendidikan, karena dengan adanya tujuan yang jelas dan tepat maka arah proses itu akan tepat dan jelas pula. Tujuan pendidikan agama Islam dengan jelas mengarah kepada terbentuknya insan kamil yang berkepribadian muslim, merupakan perwujudan manusia seutuhnya, takwa, cerdas, baik budi pekertinya, terampil, kuat kepribadiannya, berguna bagi diri sendiri, agama, keluarga, masyarakat dan negara.

Mahmud Yunus menjelaskan tujuan pendidikan Agama Islam sebagai berikut:

1. Menanamkan perasaan cinta dan taat kepada Allah dalam hati anak yaitu dengan mengingatkan nikmat Allah yang tidak terhitung banyaknya.

2. Menanamkan i’tikad yang benar dan kepercayaan yang betul dalam diri anak.

3. Mendidik anak dari kecilnya, supaya mengikuti perintah Allah maupun terhadap masyarakat, yaitu dengan mengisi hati mereka supaya takut kepada Allah dan berharap mendapat pahala.

4. Mendidik anak supaya membiasakan akhlak yang mulia dan adat kebiasaan yang baik.

5. Memberi pelajaran supaya anak didik mengutahui macam-macam ibadah yang wajib dikerjakan dan cara melakukannya

21

(35)

6. Memberi petunjuk kepada mereka untuk hidup di dunia dan menuju akhirat.

7. Memberi contoh dan suri tauladan yang baik.

8. Membentuk warga negara yang baik dan masyarakat yang berbudi luhur dan berakhlak mulia serta berpegang teguh dengan ajaran agama.

Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa tujuan pendidikan agama Islam adalah untuk meningkatkan pemahaman tentang ajaran Islam, keterampilan mempraktekkannya, dan meningkatkan pengamalan ajaran Islam itu dalam kehidupan sehari-hari. Jadi secara ringkas dapat dikatakan bahwa tujuan utama pendidikan agama Islam adalah keberagamaan, yaitu menjadi seorang muslim dengan intensitas keberagamaan yang penuh kesungguhan

Upaya untuk mewujudkan sosok manusia seperti yang tertuang dalam definisi pendidikan di atas tidaklah terwujud secara tiba-tiba. Upaya itu harus melalui proses pendidikan dan kehidupan, khususnya pendidikan agama dan kehidupan beragama. Proses itu berlangsung seumur hidup, di lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat. Salah satu masalah yang dihadapi oleh dunia pendidikan agama Islam saat ini, adalah bagaimana cara penyampaian materi pelajaran agama tersebut kepada peserta didik sehingga memperoleh hasil semaksimal mungkin.22

C.

Ibu-Ibu Rumah Tangga

1. Pengertian Ibu

Ibu adalah orang yang telah mengandung anaknya selama 9 bulan, melahirkan dan merawat anaknya dari bayi sampai besar dan telah mencurahkan segala kasih sayangnya untuk anaknya. Ibu juga yang selalu

22

(36)

memberi dorongan untuk melakukan segala hal dan selalu mendoakan anaknya. Ibu juga seseorang yang istimewa yang harus dihormati, dan sayangi. Tentunya tanpa ibu kita tidak akan pernah bisa hidup didunia ini. Teman Nabi Muhammad pernah bertanya kepada beliau "Siapa yang pertama harus saya hormati?" dan Nabi Muhammad menjawab "Ibumu" sampai tiga kali ia bertanya dan jawabannya sama, baru yang ke empatnya Nabi menjawab "Ayahmu".

Seorang ibu melahirkan anaknya ke dunia dengan susah payah, rasa sakit yang luar biasa, dan dengan pengorbanan hidupnya. Ketika anaknya lahir ke dunia, beliau menyusui banyinya hingga ia berumur 2 tahun dan memberikan makanan tambahan. Beliau rela mengorbankan waktunya untuk mengajari, membimbing dan memberikan anaknya bekal untuk masa depannya. Sang ibu selalu berharap dalam hati agar anaknya bisa hidup dengan baik di dunia dan menjadi anak berbakti. Peranan ibu lebih dominan daripada peranan bapak dalam keluarga, bila dilihat dari sisi pendidikan. Sebab ibu lebih banyak menyertai anaknya, pengaruhnya lebih umum dan luas.

Seorang penyair pernah berkata “Ibu laksana sekolahan. Bila kau persiapkan, maka kau telah persiapkan satu bangsa yang baik pangkalnya”.23

Islam telah berpesan melalui al-Qur’an dan sunnah tentang kedudukan orang tua. Terlebih khusus lagi, adanya penekanan untuk senantiasa berbuat baik kepada ibu. Allah berfirman :











23
(37)

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.(Q.S. al-Isra’: 23)“24

Ada satu hal yang tidak boleh dilupakan oleh seorang ibu kapan pun juga, yaitu ia tetap sebagai seorang istri dari suaminya, baik yang sebelum maupun setelah memiliki anak. Kehidupan rumah tangga suami istri memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kejiwaan dan perasaan emosional anak-anak.

Jadi, menurut penulis ibu adalah seorang yang sangat istimewa dan yang harus dihormati oleh anaknya di bangdingkan dengan yang lain, karena ibu mencurahkan semua kasih sayangnya buat anaknya. Dengan adanya ibu, kita sebagai anak tidak akan ada di dunia ini.

2. Pengertian Rumah Tangga

Pernikahan menurut Islam adalah suatu hal yang sangat penting dan utama, karena melalui ikatan inilah seorang laki-laki dan seorang wanita membentuk wadah yang disebut keluarga, dengannya mereka dapat menemukan kebahagiaan, ketenangan, serta cinta dan kasih sayang.25

Keluarga adalah sebuah institusi terkecil di dalam masyarakat yang berfungsi sebagai wahana untuk mewujudkan kehidupan yang tentram, aman, damai, dan sejahtera dalam suasana cinta dan kasih sayang diantara anggota-anggotanya. Dalam pengertian yang sempit anggota keluarga meliputi orang tua dan anak-anaknya.26

Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang paling penting untuk merubah manusia, sehingga Allah pun akan merubah keadaan yang ada

24

Adil Fathi Abdullah, Menjadi Ibu Ideal, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar 2003), h.7

25

Susi Dwi Bawarni dan Arin Mariani, Potret Keluarga Sakinah, (Surabaya : Media Idaman Press,1993), h. 7

26

(38)

pada suatu kaum. Sebagai kelompok yang terdiri dari beberapa unsur, keluarga selalu dihadapkan pada problematika yang kompleks, baik masalah internal maupun eksternal rumah tangga.

Kemudian rumah tangga adalah sebuah susunan atau jaringan yang hidup, yang merupakan pusat dari denyut-denyut pergaulan hidup yang menggetar. Dia adalah alam pergaulan manusia yang sudah diperkecil yang ditunjukan untuk mengekalkan keturunan. Kemudian daripadanya nanti akan terbentuklah sebuah keluarga, yaitu suatu jama'ah yang bulat, teratur dan sempurna. Dia bukan sekedar tempat tinggal belaka, tetapi rumah tangga sebagai lambang tempat yang aman, yang dapat menenteramkan jiwa, sebagai tempat latihan yang cocok untuk menyesuaikan diri, sebagai benteng yang kuat dalam membina keluarga dan merupakan arena yang nyaman bagi orang yang menginginkan hidup bahagia, tentram dan sejahtera.

Rumah tangga yang sehat merupakan dambaan bagi setiap keluarga. Namun, untuk mewujudkannya bukan perkara yang mudah, untuk mewujudkan rumah tangga yang sehat memerlukan dukungan dan peran serta dari setiap anggota keluarga dan kelengkapan sarana yang memadai. Apapun kegiatan yang dilaksanakan oleh anggota keluarga dalam menjalankan kehidupan keseharaian merupakan perilakuataukebiasaan.

Seorang Sarjana sosiologi Barat bernama Bolak telah Merumuskan apa yang sebenarnya Rumah tangga itu: "Rumah tangga adalah merupakan markas atau pusat dimana denyut pergaulan hidup menggetar. Rumah tangga merupakan susunan yang hidup, yang dapat mengkekalkan keturunan dan rumah tangga merupakan alam pergaulan manusia yang sudah diperkecil27 .

Berarti rumah tangga merupakan suatu organisasi yang mempunyai suatu ikatan batin. Kuat lemahnya rumah tangga tergantung dari manusia-manusianya yang membuat ikatan tersebut tergantung pula dari macam ikatan yang hendak dibuat. Ikatan itu terkenal dengan kata cinta dan kasih sayang.

27

(39)

Dengan demikian, kebahagiaan rumah tangga ialah kemakmuran, ketentraman dan kegembiraan bagi ayah, ibu dan anak-anak. Oleh sebab itu, ayah dan ibu haruslah mengerti dan melaksanakan aturan Allah dan Rasul-Nya tersebut dahulu dengan baik. Sehingga semua anggota dalam rumah itu dapat melaksanakan semua aturan Allah dan Rasul-Nya sesuai dengan status mereka masing-masing. Sebab yang bertanggung jawab terhadap terciptanya kebahagiaan rumah tangga itu adalah ayah dan ibu. Tanpa dibina mustahil kebahagiaan rumah tangga tersebut tercapai.28

Sudah dapat digambarkan bagaimana rupa dan bentuk rumah tangga yang mesti harus dibangun dan dijalani oleh setiap orang. Kepastian membangun dan membina sebuah rumah tangga oleh setiap manusia itu bukanlah sekedar karena naluri atau tabi'at dimana setiap manusia itu membutuhkan sebuah hidup untuk berkumpul bersama karena terdorong oleh suatu kebutuhan, akan tetapi agamapun memerintahkan di dunia semuanya menganjurkan supaya orang itu setelah tiba masanya agar cepat berumah tangga. Begitu agung dan mulia perkawinan menurut Islam, sehingga peraturan-peraturan mengenai masalah ini sangat luas dan jelas. Rasulullah SAW. memerintahkan kepada para pemuda yang sudah sanggup menikah agar segera menikah, yang berguna untuk kesucian lahir dan batin si pemuda itu sendiri.29

Anjuran menikah sebagaimana yang telah dijelaskan dalam sebuah hadits berarti anjuran untuk berumah tangga. Rasulullah SAW. juga memperingatkan kepada umatnya dangan sampai menghindari. Sebab ditakutkan bila kita menghindari sebuah kebutuhan biologis kita untuk menikah dalam hidup, maka dapat menimbulkan penyelewengan seksual. Hikmah pernikahan adalah sebuah kebijaksanaan Allah Yang Maha Tinggi, Dia memerintahkan hambanya hanya untuk melakukan perbuatan yang sesuai dengan logika. Allah SWT. telah menentapkan pernikahan

28

Syahminan Zaini, Membina Kebahagiaan Dalam Rumah Tangga..., h.27

29

(40)

dan menjadikannya sebagai suatu keharusan karena ada banyak manfaat yang tidak bisa dihitung serta derajatnya yang mulia.30

3. Konsep Rumah tangga Dalam Islam

Pernikahan salah satu ketentuan Allah yang umum berlaku pada semua makhluk baik pada manusia, hewan maupun tumbuhan. Allah tidak mau menjadikan manusia itu seperti makhluk lainnya yang hidup bebas mengikuti nalurinya dan berhubungan antara jantan dan betinanya secara anarki, dan tidak ada satu aturan. Akan tetapi , demi menjaga kehormatan dan martabat kemuliaan manusia, Allah adakan hukum sesuai dengan martabatnya. Sehingga hubungan laki-laki dan perempuan diatur secara terhormat dan berdasarkan saling ridha meridhai, dengan upacara akad nikah sebagai lambang dari adanya rasa ridha meridhai, dihadiri para saksi yang menyaksikan kedua pasangan laki-laki dan perempuan itu telah saling terikat.31

Perkawinan dari sudut pandang Islam merupakan sistem peraturan dari Allah SWT. yang mengandung karunia yang besar dan hikmah yang agung. Melalui perkawinan dapat diatur hubungan laki-laki dan wanita (yang secara fitrahnya saling tertarik) dengan aturan yang khusus. Dari hasil pertemuan ini juga akan berkembang jenis keturunan sebagai salah satu tujuan dari perkawinan tersebut. Dari perkawinan itu pulalah terbentuk keluarga yang diatasnya didirikan peraturan hidup khusus dan sebagai konsekuensi dari sebuah perkawinan.

Rumah tangga atau keluarga adalah suatu struktur dalam masyarakat yang bersifat khusus, satu sama lain saling mengikat. Dalam sebuah negara, rumah tangga itu ibarat sebuah bibit tanaman. Jika bibit tanamannya baik dan sehat, akan tumbuh menjadi pohon yang berdaun rindang dan berbuah lebat. Rumah tangga muslim yang mampu

30

Abdul Hamid Kisyik, Konsep Rumah Tangga, (Bandung:Al-Abyan,1995), h.17

31

(41)

merencanakan sinar Islam, pastilah akan melahirkan sebuah negara yang benar-benar adil, makmur, dengan ridha Allah SWT.

Islam membangun pondasi rumah tangga yang sakinah, mengikatnya dengan asas yang kuat dan sangat kokoh sehingga menggapai awan dan bintang-bintang, jika bintang-bintang adalah perhiasan langit, maka rumah tangga adalah perhiasan sebuah masyarakat. Karena pada rumah tangga ada suatu keindahan, kebanggaan, pertumbuhan yang menyenangkan, kebersamaan dengan orang-orang tercinta sehingga Allah SWT. mewariskan bumi serta isinya. Dari keluargalah kenikmatan abadi yang bisa diperoleh manusia atau sebaliknya, dari keluarga juga penderitaan berkepanjangan yang tiada bertepi yang di ujikan Allah kepadanya.32

Struktur rumah tangga dapat terbangun melalui hubungan darah taupun pernikahan. Menurut ajaran Islam, perikatan itu mengandung tanggung jawab dan sekaligus rasa saling memiliki dan saling berharap. Disamping terikat menurut hukum Islam, juga terjalin dalam ikatan batin33. Berhasil atau gagalnya pendidikan keluarga dalam Islam, sepenuhnya bergantung pada kemampuan kita memahami metode yang diterapkan dalam lingkungan keluarga yang berlandaskan pada al-Qur'an dan sunnah. Sebagai titik tolak, kita perlu memahami sebagaimana pandangan Islam terhadap manusia dan nilai kemanusiaannya.34

Keluarga dalam Islam merupakan komunitas ideal pertama bagi manusia muslim untuk membentuk masyarakat yang diridhai Allah. Di dalam Islam, keluarga menempati posisi dasar pembentukan insan yg sempurna. Bila memandang keluarga dalam Islam, tidak akan lepas dari konsep yang didalamnya mengandung unsur pengelolaan yg baik dan adil atau amanah yang harus dijaga dan istri memperlakukan suami sebagai amanah yg harus dimuliakan, serta keduanya melaksanakan amanah untuk

32

Abdul Hamid Kisyik, Konsep Rumah Tangga……….,h. 20 33

Anshari Thayib, Struktur Rumah Tangga Muslim, (Surabaya: Risalah Gusti, 1992), h.1

34

(42)

membesarkan dan mengasuh anak-anaknya untuk menjadi hamba-hamba Allah. Rumah tangga adalah amanah bersama. Titik ini semestinya menjadi acuan awal ketika menempatkan masalah rumah tangga sebagai sentral pembinaan umat. Biasanya masalah-masalah yang timbul dalam keluarga karena masing-masing pihak tidak bisa memenuhi amanah tersebut.

Menurut Konsep Islam, pembentukan keluarga dilakukan lembaga pernikahan. Keluarga dapat diwujudkan apabila fasilitas kehidupan dan kebutuhan hidup keluarga, baik lahir dan batin dapat terpenuhi secara baik. Dalam upaya mewujudkan keluarga yang bahagia, manusia dapat menempuh dan mengupayakan melalui usaha lahiriyah dalam bentuk perencanaan yang matang dan persiapan yang mantap, menempuh prinsip monogami, dan melalui keluarga berencana. Menurut konsep Islam, bekal utama yang harus dijadikan modal dalam upaya mewujudkan keluarga yang bahagia ialah iman yang kokoh, akhlak yang mulia, dan ketakwaan yang tinggi.35

Ciri-ciri Keluarga Islam

Keluarga yang islami mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) Dibentuk lewat akad pernikahan menurut ajaran Islam.

2) Yang dinamakan keluarga sekurang-kurangnya terdiri dari seorang laki-laki yang berstatus sebagai suami dan seorang perempuan yang berstatus sebagai istri. Ini adalah keluarga pokok yang dapat menjadi keluarga inti jika ditambahi anak-anak.

3) Dalam keluarga Islami, terdapat nilai-nilai dan norma-norma yang dianut. Nilai dan norma ini bersumber dari ajaran Islam.

4) Setiap anggota keluarga memiliki hak dan kewajiban sesuai dengan status dan kedudukannya, menurut ajaran Islam. Tujuan pembentukan keluarga Islami ialah kebahagiaan dan

35

(43)

ketentraman hidup berumah tangga dalam rangka mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Jadi, rumah tangga Islam adalah rumah tangga yang didalamnya ditegakan adab-adab Islam, baik yang menyangkut individu maupun keseluruhan anggota rumah tangga. Rumah tangga Islami adalah sebuah rumah tangga yang didirikan di atas landasan ibadah. Mereka bertemu dan berkumpul karena Allah, saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran, serta saling menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, karena kecintaan mereka kepada Allah serta teladan yang menjadi panutan dan dambaan umat. Mereka betah tinggal di dalamnya karena kesejukan iman dan kekayaan ruhani.

Rumah tangga Islami adalah rumah yang di dalamnya terdapat sakinah, mawadah dan warahmah (perasaan cinta dan kasih sayang). Perasaan itu senantiiasa melingkupi suasana rumah setiap harinya. Seluruh anggota keluarga merasakan suasana surga di dalamnya. Inilah ciri khas rumah tangga Islami. Mereka berserikat dalam rumah tangga itu untuk berkidhmat pada aturan Allah SWT. Mereka bergaul dan bekerja sama didalamnya untuk saling menguatkan dalam beribadah kepada Allah.36

Tidak dapat diragukan lagi bahwa rumah tangga Islam itu mutiara-mutiara masyarakat yang baik. Oleh karena itu, haruslah sungguh-sungguh

Gambar

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Tabel 1 (Peran Majelis Ta’lim)
Tabel 4
Keberadaan Majelis Tabel 5 Ta’lim al-Huda di Cibuaya
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar (80%) responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Upaya lain yang dilakukan dosen STAI Al-Amin Dompu dalam menerapkan prinsip pendidikan kritis dalam pendidikan Islam di STAI Al-Amin Dompu adalah dengan cara

Berdasarkan nilai t-hitung hasil estimasi pada masing-masing variabel pada tingkat kepercayaan 95% (α= 5%) didapat bahwa Variabel harga gabah kering giling (GKG),

Pembimbing penulisan skripsi saudara Rudi Wahyudi, NIM: 20402108078, Mahasiswa Jurusan/Program Studi Pendidikan Matematika pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN

Foot Kaki Cubit Hasta Span Jengkal Arm span Depa. Which of the following is the correct sequence from the longest to

Sedangkan bagi praktisi saran-saran yang dapat dikemukakan, perusahaan yang ingin meningkatkan likuiditas saham di Bursa Efek Indonesia, dapat melakukan alternatif berupa stock

Selain itu penambahan air sangat penting karena air merupakan materi yang tidak bisa terbakar sehingga keberadaannya dalam bioetanol akan menaikkan nilai flash point

Secara sistematis sesuai dengan Pasal 51 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, urut-urutan yang dapat dijadikan acuan bagi pemerintah untuk menentukan pihak penyelenggara

pemikiran, kritik dan saran untuk penyempurnaan skripsi ini. 7) Dosen di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang telah membimbing, mengajar, serta memberikan ilmu