• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh deposito valas letter of credit terhadap risk based internal audit :studi empiris pada bank pemerintah dan bank swasta di jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh deposito valas letter of credit terhadap risk based internal audit :studi empiris pada bank pemerintah dan bank swasta di jakarta"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH DEPOSITO VALAS DAN

LETTER OF CREDIT

TERHADAP

RISK BASED INTERNAL AUDIT

(STUDI EMPIRIS PADA BANK PEMERINTAH DAN BANK

SWASTA DI JAKARTA)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh: Fitri Akbariah NIM: 106082002605

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

ii

PENGARUH DEPOSITO VALAS DAN

LETTER OF CREDIT

TERHADAP

RISK BASED INTERNAL AUDIT

(STUDI EMPIRIS PADA BANK PEMERINTAH DAN BANK

SWASTA DI JAKARTA)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh: Fitri Akbariah NIM: 106082002605

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Yahya Hamja., MM Hepi Prayudiawan., SE., Ak., MM NIP. 19490602 197803 1 001 NIP. 19720516 200901 1 006

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

iii

Hari ini Selasa Tanggal 18 Mei Tahun 2010 telah dilakukan Ujian Komprehensif

atas nama Fitri Akbariah NIM: 106082002605 dengan judul Skripsi

“PENGARUH DEPOSITO VALAS DAN LETTER OF CREDIT TERHADAP RISK BASED INTERNAL AUDIT (STUDI EMPIRIS PADA BANK PEMERINTAH DAN BANK SWASTA DI JAKARTA)”.

Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka

sudah dapat menempuh sidang skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 18 Mei 2010

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Hepi Prayudiawan., SE., Ak., MM Yessi Fitri SE., Ak., M.Si

Ketua Sekretaris

Dr. Amilin., SE., Ak., M.Si

(4)

iv

Hari ini Senin Tanggal 21 Juni Tahun 2010 telah dilakukan Sidang Skripsi atas

nama Fitri Akbariah NIM: 106082002605 dengan judul Skripsi “PENGARUH DEPOSITO VALAS DAN LETTER OF CREDIT TERHADAP RISK BASED INTERNAL AUDIT (STUDI EMPIRIS PADA BANK PEMERINTAH DAN BANK SWASTA DI JAKARTA)”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan

Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 21 Juni 2010

Tim Penguji Ujian Skripsi

Dr. Yahya Hamja, MM Hepi Prayudiawan., SE., Ak., MM

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Amilin., SE., Ak., M.Si Afif Sulfa., SE., Ak., M.Si

(5)

vi THE INFLUENCE OF FOREIGN CURRENCY DEPOSIT AND LETTER OF

CREDIT TO RISK BASED INTERNAL AUDIT

By: Fitri Akbariah ABSTRACT

This research aimed to identify and to test that influence foreign currency deposit and letter of credit to risk based internal audit. The research has been done in Jakarta with auditor intern, assistant manager and manager respondent working for Government Banks and Private Banks. Retrieval of sample has been using convenience sampling. Number of questionnaires propagated was 90 copies but only 69 copies question returned and 61 may be used. The data were analysis for hypothesis tester was done with multiple regression.

The result of research indicates that foreign currency deposit and letter of credit have significantly and simultaneously influence to risk based internal audit.

Keywords: foreign currency deposit, letter of credit, risk based internal audit

(6)

vii PENGARUH DEPOSITO VALAS DAN LETTER OF CREDIT TERHADAP

RISK BASED INTERNAL AUDIT

Oleh: Fitri Akbariah ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh deposito valas dan letter of credit terhadap risk based internal audit. Pada penelitian ini digunakan data primer dalam bentuk penyebaran kuesioner yang dilakukan di Jakarta dengan responden auditor internal, asisten manajer dan manajer yang bekerja pada Bank Pemerintah dan Bank Swasta. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan metode

convenience sampling. Kuesioner yang disebarkan berjumlah 90 tetapi kembali hanya 69 dan yang bisa diolah 61. Penganalisisan data untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan regresi berganda.

Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa deposito valas dan letter of credit berpengaruh signifikan dan simultan terhadap risk based internal audit.

(7)

viii KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

PENGARUH DEPOSITO VALAS DAN LETTER OF CREDIT TERHADAP RISK BASED INTERNAL AUDIT (STUDI EMPIRIS PADA BANK PEMERINTAH DAN BANK SWASTA DI JAKARTA).

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini terutama kepada:

1. Kedua orang tua yang selalu memberikan doa, bantuan dan dukungan terbesar dalam diri penulis, baik berupa moril maupun materil. Sehingga penulis menjadi lebih kuat dan selalu semangat serta tidak putus asa dalam menjalani hidup.

2. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

3. Bapak Hepi Prayudiawan., SE., Ak., MM selaku dosen Pembimbing Skripsi II yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Afif Sulfa, SE., Ak., M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi dan ibu Yessi Fitri SE., Ak., M.Si selaku Sekretaris Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(8)

ix

7. Keluargaku yang telah menyemangati dan memberikan banyak inspirasi dalam menyelesaikan skripsi ini. Terutama untuk Opung yang selalu mengingatkan penulis untuk segera mengikuti ujian kompre dan sidang, uda Lena dan bou Romi yang selalu memberikan nasihat yang sangat berarti. 8. Abangku Bima Aria yang selalu menyemangati serta ikut andil membantu

dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Adik-adikku yang sudah mau mendengarkan semua keluh kesah dalam membuat skripsi ini hingga tahap akhir.

10.Sahabat-sahabatku Galih, Intan, Mega, Nia dan Fenti (Team DURCHIN). Berkat kalian semangat ini selalu berapi-api. Intan terimakasih berkat bantuannya belajar sebelum ujian kompre.

11.Tante Keri, Tante Rita, Bou Romi, Omnya bang Bima, ibu Eni, mama Pandu yang telah membantu menyebarkan kuesioner, tanpa kalian mungkin waktu penyebaran kuesioner semakin panjang.

12.Rekan-rekan Akuntansi Audit, Akuntansi Manajemen dan Akuntansi Perpajakan angkatan 2006 yang telah memberikan dukungannya selama ini kepada penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.

Jakarta, Juni 2010

(9)

x DAFTAR ISI

Halaman

Judul ... i

Lembar Pengesahan Skripsi ... ii

Lembar Pengesahan Uji Komprehensif ... iii

Lembar Pengesahan Uji Skripsi ... iv

Daftar Riwayat Hidup ... v

Abstract ... vi

Abstrak ... vii

Kata Pengantar ... viii

Daftar Isi ... x

Daftar Tabel ... xiii

Daftar Gambar ... xv

Daftar Lampiran ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Tinjauan Literatur ... 10

(10)

xi

2. Letter of Credit ... 14

3. Risk Based Internal Audit...21

B. Keterkaitan Antara Variabel ... 31

1. Deposito Valas dengan Risk Based Internal Audit ... 31

2. Letter of Credit dengan Risk Based Internal Audit... 34

C. Model Penelitian ... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 39

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 39

B. Metode Penentuan Sampel ... 39

C. Metode Pengumpulan Data ... 40

1. Penelitian Pustaka ... 40

2. Penelitian Lapangan ... 40

D. Metode Analisis Data... 41

1. Statistik Deskriptif ... 41

2. Uji Kualitas Data ... 41

3. Uji Asumsi Klasik ... 42

4. Uji Hipotesis ... 44

E. Operasionalisasi Variabel ... 47

1. Deposito Valas ... 47

2. Letter of Credit ... 47

3. Risk Based Internal Audit ... 48

BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 50

(11)

xii

1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 50

2. Karakteristik Profil Responden ... 52

B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ... 56

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 56

2. Hasil Uji Kualitas Data... 57

3. Hasil Uji Asumsi Klasik... 61

4. Hasil Uji Hipotesis... 64

C. Pembahasan... 67

BAB V PENUTUP... 70

A. Kesimpulan ... 70

B. Implikasi ... 70

Daftar Pustaka ... 72

(12)

xiii Daftar Tabel

Halaman

Tabel 1.1 Kasus-kasus Tentang Deposito Valas dan Letter of Cerdit... 4

Tabel 2.1 Perbandingan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Sekarang... 36

Tabel 3.1 Tabel Operasionalisasi Variabel ... 48

Tabel 4.1 Data Distribusi Sampel Penelitian ... 50

Tabel 4.2 Data Sampel Penelitian... 51

Tabel 4.3 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 52

Tabel 4.4 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jabatan ... 53

Tabel 4.5 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir... 54

Tabel 4.6 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja 55 Tabel 4.7 Hasil Uji Statistik Deskriptif... 57

Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Variabel Deposito Valas... 58

Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Variabel Letter of Credit ... 58

Tabel 4.10 Hasil Uji Validitas Variabel Risk Based Internal Audit... 59

Tabel 4.11 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Deposito Valas... 59

Tabel 4.12 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Letter of Credit... 60

Tabel 4.13 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Risk Based Internal Audit... 60

Tabel 4.14 Hasil Uji Multikolonieritas... 61

(13)

xiv

Tabel 4.16 Hasil Uji Statistik t... 65

(14)

xv Daftar Gambar

Halaman

Gambar 2.1 Model Pengaruh Variabel Independen Dengan Variabel

Dependen... 38

Gambar 4.1 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 53

Gambar 4.2 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jabatan... 54

Gambar 4.3 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan

Terakhir... 55

Gambar 4.4 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja 56

Gambar 4.5 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot... 62

Gambar 4.6 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram... 62

(15)

xvi Daftar Lampiran

Halaman

Lampiran 1 Kuesioner Pengaruh Deposito Valas dan Letter of Credit

Terhadap Risk Based Internal Audit... 75

Lampiran 2 Daftar Jawaban Responden... 79

Lampiran 3 Hasil Uji Validitas... 87

Lampiran 4 Hasil Uji Reliabilitas Data... 92

Lampiran 5 Hasil Uji Regresi Linier Berganda... 95

(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semakin berkembangnya industri perbankan membuat semakin

beragamnya kegiatan usaha yang dilakukan oleh bank. Beragam produk dari

bank telah banyak dilemparkan kepada masyarakat sehingga kegiatan usaha

bank itu sendiri menjadi semakin kompleks. Tentu saja dengan meningkatnya

kompleksitas dari kegiatan usaha bank maka semakin kompleks pula

risiko-risiko yang dihadapi oleh dunia perbankan.

Risiko-risiko perbankan yang ada antara lain yaitu: risiko pasar, risiko

kredit, risiko operasional dan risiko likuiditas. Semakin kompleksnya struktur

industri perbankan menyebabkan bertambahnya risiko-risiko lain yang akan

dihadapi, seperti risiko hukum, risiko reputasi, risiko strategik dan risiko

kepatuhan. Beragam risiko tersebut sangatlah menentukan tingkat kesehatan

perbankan yang pada akhirnya berpengaruh kepada tingkat kepercayaan

masyarakat umum (Surbakti, 2004 dalam Habiburrochman, 2007:2).

Menurut Embun Duriany (2003:9) pengertian bank menurut pasal 1

UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan

UU No. 10 tahun 1998 adalah:

(17)

2

Sejarah pengaturan dan pengawasan perbankan di Indonesia tidak

terlepas dari adanya keinginan untuk mengembangkan perbankan nasional

sekaligus untuk menanggulangi kejahatan perbankan yang menyertainya.

Pengawasan bank melalui audit terhadap bank pemerintah dilakukan

berlapis-lapis oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Badan

Pemeriksa Keuangan (BPK), Kantor Akuntan Publik (KAP) termasuk oleh

Bank Indonesia (BI) sendiri.

Berbagai kasus perbankan yang banyak bermunculan menandai

pentingnya dilakukan pengelolaan atas risiko-risiko bank. Munculnya kasus

perbankan tersebut tidak hanya terjadi di dalam industri perbankan dalam

negeri tetapi juga terjadi di dunia perbankan internasional. Beberapa kasus

yang terjadi menimbulkan kerugian materil yang cukup besar seperti adanya

rekayasa terhadap pencatatan dan laporan keuangan, pembiayaan ekspor fiktif

dengan menggunakan Usance Letter of Credit dan penyalahgunaan wewenang oleh pemegang saham, komisaris, direksi dan pejabat bank. Selain

itu, terdapat pula contoh kasus-kasus lain seperti pembobolan dana Deposit On Call bank lain, penyalahgunaan Negotiable Certificate of Deposit (NCD)

milik nasabah untuk jaminan pencairan cash collateral credit, pencairan bilyet giro deposito tanpa sepengetahuan nasabah dan pemberian kredit

dengan agunan NCD fiktif (Embun Duriany, 2003:9).

Perkembangan industri perbankan di Indonesia secara garis besar

dapat dikelompokkan menjadi empat periode. Pertumbuhan yang sangat pesat

(18)

3

pada tahun 1997-1998, periode stabilisasi pada tahun 1999-2001 dan periode

pemulihan sejak 2002 yang ditandai dengan mulai berkembangnya kembali

industri perbankan dan perubahan strategi kegiatan industri perbankan

(Debora Christina, 2008:5).

Pada penelitian yang dilakukan hanya difokuskan pada kegiatan bank

yang berkaitan dengan transaksi luar negeri, yaitu berkaitan dengan deposito

valas dan Letter of Credit (L/C). Sebagai negara yang ekonominya terbuka dan mengandalkan ekspor sebagai penggerak pembangunan serta menganut

sistem devisa bebas (Bisnis Indonesia, 27/10/2003). Indonesia memiliki

hubungan ekonomi yang sangat erat dengan dunia internasional, apalagi

dengan terus menguatnya kecenderungan menyatukan ekonomi dunia.

Berbagai transaksi kita lakukan dengan pihak luar negeri, baik dibidang

perdagangan ekspor dan impor barang dan jasa maupun dalam bidang aliran

modal.

Dunia perbankan memiliki peranan yang sangat besar untuk

melakukan transaksi perdagangan tersebut, karena sebagian besar transaksi

tersebut dilakukan melalui dan menggunakan jasa perbankan. Untuk itu,

informasi keuangan yang lengkap, akurat dan tepat waktu, khususnya yang

berkaitan dengan transaksi valuta asing sangat diperlukan dalam

penyelenggaraan kegiatan perbankan. Ini diperlukan tidak saja untuk

mendukung peranan perbankan dalam lalu lintas barang dan jasa dengan

pihak luar negeri, tetapi juga bagi perkembangan usaha perbankan itu sendiri

(19)

4

Perkembangan globalisasi perekonomian dunia berlangsung sangat

cepat, hal tesebut ditandai dengan semakin terintegrasinya perekonomian.

Salah satu dampak yang muncul dari proses globalisasi, yaitu peningkatan

arus investasi dalam valuta asing baik berupa capital in-flow maupun capital out-flow (Embun Duriany, 2003:9).

Dibawah ini akan disajikan data mengenai kasus deposito valas dan

letter of credit yang terjadi pada Bank Swasta dan Pemerintah di Indonesia.

Tabel 1.1

Kasus-Kasus Tentang Deposito Valas dan Letter Of Credit

Tahun Kasus Jenis untuk Golden Key Group

Letter of credit Rp 1,3 triliun 2003 Pembobolan pada Bank BNI

berupa transaksi ekspor fiktif melalui surat letter of credit

Letter of credit Kurang lebih Rp 861 miliar

2005 Kasus transaksi Negotiable Certificate Deposit (NCD)

fiktif

Deposito valas Rp 153,5 miliar

2005 Penggelapan kredit Grup Gramarindo Mega Indonesia Marga Nusaphala Persada (CMNP)

Deposito valas 28 juta Dolar AS

2008 Dugaan letter of credit fiktif milik PT SPI terhadap Bank Century

Letter of credit Rp 225 miliar

2010 Mengenai kasus pencairan deposito valas tanpa seizin pemiliknya menggelapkan surat berharga, dan l/c fiktif pada Bank Century

Deposito valas,

letter of credit

Rp 3,4 triliun

(20)

5

Pada tahun 2006, suku bunga deposito relatif rendah. Biasanya,

investor tertarik mendepositokan uangnya dengan motif pengamanan, bukan

bertujuan mengincar tingkat kembalian (return) yang tinggi. Namun, pada situasi krisis, ketika pemerintah harus menetapkan kebijakan pengetatan

likuiditas, suku bunga akan dikerek naik dan tingkat bunga deposito juga

akan naik. Pada tahun 1998, pernah suku bunga deposito dipatok pada angka

60 persen. Jadi, dengan modal Rp 100 juta rupiah, seseorang dapat menikmati

pendapatan bunga (sebelum pajak) sampai Rp 5 Juta per bulan (William

Tanuwidjaja, 2006:11).

Memang keuntungan bunga nominal yang dapat diraih mencapai 60

persen setahun. Dibandingkan dengan laju inflasi (80 persen), maka suku

bunga riil yang akan diterima menjadi minus 20-an persen. Itu pun jika lolos

dari risiko dana tak bisa diambil karena banknya dilikuidasi oleh pemerintah

(William Tanuwidjaja, 2006:12).

Aktivitas-aktivitas di atas memerlukan audit untuk memastikan dalam

operasionalnya telah menerapkan risk management proses memadai. Pelaksanaan manajemen risiko diuraikan dalam Peraturan Bank Indonesia

No. 5/8/2003 tanggal 19/05/2003 dimana mulai Januari 2005 bank umum

diwajibkan menerapkan manajemen risiko, karena bank berada dalam bisnis

berisiko tinggi, dimana bank dalam menjalankan usahanya melakukan

penawaran jasa-jasa keuangan. Bank juga harus mengambil atau menerima

dan mengelola berbagai jenis risiko keuangan secara efektif agar dampak

(21)

6

moneter tahun 1997 terjadi karena belum diterapkannya manajemen risiko

(Embun Duriany, 2003:9).

Bank menjalankan atau menerapkan Peraturan Bank Indonesia Nomor

5/8/PBI/2003 tentang pelaksanaan manajemen risiko sehingga semua pihak di

dalam bank termasuk auditor internal wajib menjalankan hal tersebut. Untuk

mempermudah menjalankan peraturan-peraturan tersebut pendekatan audit

berbasis risiko mungkin menjadi salah satu pilihan yang baik.

Demi terciptanya kondisi bank yang sehat dan baik maka perlu sekali

diterapkannya manajemen risiko dengan melakukan audit yang dilaksanakan

oleh auditor internal. Audit internal yang objektif memerlukan alokasi sumber

daya. Sumber daya yang dimaksud mencakup sumber daya anggaran, sumber

daya manusia dan hari kerja efektif auditor internal (mandays) yang mengalami keterbatasan. Maka perlu pendekatan audit yang dapat membantu

kegiatan audit operasional dengan sumber daya yang tersedia. Oleh karena itu

pendekatan audit berbasis risiko merupakan alternatif untuk melakukan

fungsi audit internal bank berjalan secara efektif dan efisien. Dengan kata

lain, pelaksanaan audit internal bank berbasis risiko (Risk Based Internal Audit) merupakan konsekuensi dari penerapan manajemen risiko (Debora Christina, 2008:10).

Dimana auditor internal dipermudah dengan memfokuskan

pemeriksaan pada area dan aspek yang berisiko tinggi. Kemudian baru di

alokasikan pada tingkatan risiko lapis berikutnya, sangat menghemat tenaga

(22)

7

memeriksa area atau aspek kegiatan yang risikonya rendah, walaupun

diyakini berisiko rendah namun tidak berarti area dan aspek kegiatan tersebut

tidak diperiksa. Hanya saja frekuensi pemeriksaannya tidak setinggi pada area

dan aspek kegiatan yang berisiko tinggi (Habiburrochman, 2007:12).

Penelitian ini merujuk pada hasil penelitian yang dilakukan oleh

Debora Christina (2008). Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian

terdahulu adalah terdapat pada variabel penelitian dan obyek penelitian,

variabel yang digunakan pada penelitian terdahulu adalah pada aktivitas

pendanaan oleh audit internal bank sedangkan obyek penelitian tersebut

adalah para auditor internal beserta dewan direksi yang bekerja pada Bank

Negara Indonesia Pusat di Jakarta. Penelitian saat ini merubah variabel yang

digunakan oleh peneliti sebelumnya yaitu deposito valas dan letter of credit

dan obyek penelitian ini adalah auditor internal, asisten manajer, serta

manajer yang bekerja pada bank pemerintah dan bank swasta di Jakarta.

Perubahan variabel ini dilakukan sebab melihat dari fenomena risiko

yang terjadi terhadap transaksi perbankan khususnya pada transaksi luar

negeri. Oleh karena itu penulis menguji seberapa besar tingkat risiko yang

dapat terjadi pada deposito valas maupun letter of credit agar para auditor internal serta pihak-pihak tertentu dapat menghindari serta mengantisipasi risk based audit yang akan terjadi pada bank di Indonesia.

Penggunaan audit berbasis risiko ini merupakan salah satu jalan

pemerintah untuk memperbaiki kondisi bank yang ada di Indonesia.

(23)

8

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Deposito Valas dan Letter of Credit Terhadap Risk Based Internal Audit (Studi Empiris Pada Bank Pemerintah dan Bank Swasta di Jakarta).”

B. Perumusan Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah deposito valas berpengaruh secara signifikan terhadap risk based internal audit?

2. Apakah letter of credit berpengaruh secara signifikan terhadap risk based internal audit?

3. Apakah deposito valas dan letter of credit berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap risk based internal audit?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk menemukan bukti empiris atas hal-hal

sebagai berikut:

1. Menguji pengaruh deposito valas terhadap risk based internal audit. 2. Menguji pengaruh letter of credit terhadap risk based internal audit. 3. Menguji pengaruh deposito valas dan letter of credit secara simultan

(24)

9 D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini diharapkan

dapat memberikan manfaat bagi:

1. Auditor internal, sebagai pertimbangan bagi auditor internal untuk dapat

mengontrol risiko audit dalam perbankan, serta membangkitkan naluri

agar lebih bersikap konservatif dalam menjalankan tugasnya.

2. Bank, agar dapat berperan lebih aktif dalam melakukan pengawasan atas

risk based internal audit serta diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam rangka pengembangan dan peningkatan kualitas perbankan.

3. Masyarakat, sebagai sarana informasi tentang risk based internal audit

pada bank serta dapat menambah wawasan pada bidang akuntansi.

4. Peneliti, guna memperluas wawasan dan menambah referensi mengenai

auditing agar diperoleh hasil yang bermanfaat bagi peneliti dimasa yang

(25)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Literatur 1. Deposito Valas

Simpanan deposito merupakan salah satu simpanan (dana) pihak

ketiga yang dikeluarkan oleh bank. Bentuk lain simpanan pihak ketiga

adalah tabungan dan rekening koran (giro). Menurut Undang-Undang No.

10 tahun 1998 yang dimaksud dengan deposito adalah simpanan yang

penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan

perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. Artinya kontrak simpanan

deposito untuk jangka waktu 3 bulan antara nasabah dan bank baru dapat

dicairkan setelah berakhirnya masa kontrak (biasanya disebut tanggal jatuh

tempo) (UU no 10 tahun 1998, pasal 1 ayat 7) (Kasmir, 2001 dalam

Imbang J. Mangkuto, 2004:80).

Deposito merupakan simpanan yang memiliki jangka waktu

tertentu (jatuh tempo). Penarikannya pun dilakukan sesuai jangka waktu

tersebut. Sama halnya dengan deposito, deposito valas merupakan

simpanan yang memiliki jangka waktu tertentu, hanya jenis mata uang

yang disimpan saja yang berbeda. Pada deposito valas menggunakan

valuta asing atau menggunakan mata uang selain rupiah. Saat ini sudah ada

bank yang memberikan fasilitas deposito yang penarikannya dapat

(26)

11

nasabah. Dalam praktiknya jenis deposito terdiri dari deposito berjangka,

sertifikat deposito dan deposit on call.

Deposito berjangka adalah deposito yang diterbitkan menurut

jangka waktu tertentu. Jangka waktu deposito berjangka yang umum

adalah 1, 3, 6, 12, 18 dan 24 bulan. Atas simpanan deposito berjangka

tersebut, nasabah akan menerima pendapatan bunga yang telah disepakati

bersama dengan pihak bank. Pendapatan bunga tersebut merupakan

persentase atas jumlah pokok simpanan deposito berjangka dan dapat

diambil setiap bulannya atau pada saat jatuh tempo. Pendapatan bunga

tersebut dikarenakan pajak yang besarnya ditentukan oleh pemerintah

(Kasmir, 2001 dalam Imbang J. Mangkuto, 2004:81).

Suku bunga deposito yang ditetapkan oleh sebuah bank berlaku

untuk setiap periode tertentu yang disesuaikan dengan perkembangan

pasar dan kebutuhan dana bank yang bersangkutan. Suku bunga deposito

terdiri dari suku bunga counter yaitu suku bunga yang tercantum pada

papan bank bersangkutan atau media cetak dan suku bunga negosiasi.

Suku bunga negosiasi biasanya diberikan kepada nasabah besar dengan

tujuan agar dengan kelebihan suku bunga tersebut, deposan mau

menyimpan di bank yang bersangkutan (Johar Arifin, 2006:81).

Ada saat suku bunga harus dinaikkan, ada pula saat suku bunga

harus diturunkan. Jika nasabah dapat menebak dengan akurat, kapan suku

bunga naik atau kapan suku bunga turun, maka nasabah dapat menikmati

(27)

12

korelasi erat dengan naik-turunnya indeks pasar saham serta kurs mata

uang.

Suku bunga tidak akan selamanya dipatok dititik yang tinggi, juga

pada titik yang rendah. Justru ini merupakan peluang bagi investor untuk

mendapatkan keuntungan optimal dari suku bunga bank.

Naik turunnya suku bunga bank merupakan sesuatu yang sangat

biasa. Otoritas moneter biasanya menggunakan instrumen suku bunga

untuk melakukan intervensi terhadap perekonomian. Suku bunga tinggi

ditujukan untuk mengurangi JUB (Jumlah Uang Beredar) yang ada di

masyarakat, sehingga otoritas moneter dapat lebih mudah dalam

menjalankan tugasnya mengendalikan inflasi. Kebijakan suku bunga tinggi

atau TMP (Tight Money Policy) biasa disebut dengan istilah “uang ketat”. Dengan berkembangnya internasionalisasi ekonomi diseluruh dunia

dan didukung fleksibilitas pertukaran mata uang, lebih banyak perhatian

diberikan kepada transmisi kebijakan moneter yang bekerja melalui kanal

pertukaran net export. Kanal ini juga melibatkan efek tingkat suku bunga karena penurunan tingkat suku bunga riil dalam negeri, deposito dalam

negeri menjadi kurang menarik dibandingkan dengan deposito dalam mata

uang asing, sehingga mengakibatkan kejatuhan pada nilai deposito relatif

terhadap deposito dalam mata uang lain/depresiasi. Nilai mata uang dalam

negeri yang lebih rendah membuat barang-barang dalam negeri lebih

(28)

13

kenaikan pada eksper netto dalam menaikkan aggregat output (Amin Budi Pramuraharjo, 2005:19).

Menurut Pindyck, 2001 dalam Imbang J. Mangkuto

(2004:157-158), preferensi nasabah terhadap risiko dapat dibagi menjadi tiga

kelompok, yaitu: kelompok risiko tolak, kelompok risiko netral dan

kelompok risiko lebih. Penjelasannya adalah sebagai berikut:

a. Kelompok risiko tolak

Kelompok nasabah yang tidak menyukai risiko atau selalu berusaha

menghindari risiko (risk averse) dalam menentukan penempatan (investasi) dananya. Risiko yang utama bagi kelompok ini adalah

berbentuk pendapatan tidak pasti (return) dan yang berbentuk gagal bayar (kredit). Kelompok ini umumnya menyukai investasi yang

memberikan pendapatan pasti (fixed income) seperti deposito, obligasi atau commercial paper. Untuk risiko kredit yang kecil, nasabah menyukai Sertifikat Bank Indonesia atau Treasury Bills di Amerika

serikat atau deposito berjangka yang dijamin oleh pemerintah.

b. Kelompok risiko netral

Kelompok ini bersikap lebih moderat atas faktor risiko dalam investasi

(risk neutral), namun demikian tidak mempunyai kecendrungan untuk memilih investasi yang risikonya tinggi. Diasumsikan bahwa kelompok

ini mempunyai informasi dan pemahaman yang lebih baik tentang

instrumen investasi keuangan berikut risiko-risikonya sehingga secara

(29)

14

instrumen investasi yang lebih mempunyai risiko. Sesuai dengan

meningkatnya risiko yang diambil maka nasabah kelompok ini

menginginkan tingkat pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan

pendapatan yang diperoleh dari instrumen bebas risiko.

c. Kelompok risiko lebih

Kelompok ini menyukai instrumen investasi dengan risiko tinggi (risk taker) dengan harapan tingkat pendapatan yang sangat tinggi pula. Seiring dengan meningkatnya preferensi terhadap risiko, tentunya perlu

diasumsikan bahwa kelompok ini mempunyai pengetahuan atau akses

kepada informasi yang cukup mengenai jenis-jenis risiko instrumen

yang ada. Risiko yang diambil oleh para investor kelompok ini adalah

risiko yang dapat diperhitungkan (calculated risk).

Kelompok risiko lebih harus dibedakan dengan kelompok yang

melakukan investasi tanpa memperhatikan risiko sama sekali. Karena

risiko selalu melekat ke dalam kegiatan investasi, dapat dikatakan bahwa

preferensi buta risiko dalam keputusan investasi adalah suatu tindakan

yang tidak sesuai dengan akal sehat. Maka kelompok buta risiko ini tidak

dipandang sebagai kelompok investasi yang layak karena bersifat

spekulatif semata.

2. Letter of Credit

Menurut Amir M.S (2005:1) Letter of Credit (L/C) merupakan suatu surat yang dikeluarkan oleh bank devisa atas permintaan importir

(30)

15

negeri yang menjadi relasi dari importir tersebut. Isi surat itu menyatakan

bahwa eksportir penerima L/C diberi hak oleh importir untuk menarik wesel (surat perintah untuk melunasi utang) atas bank pembuka untuk

sejumlah uang yang disebut dalam surat itu. Bank yang bersangkutan

menjamin untuk mengakseptir atau menghonorir wesel yang ditarik

tersebut asal sesuai dan memenuhi semua syarat yang tercantum di dalam

surat itu.

Menurut Nunu Nugraha (2008:2) Letter of Credit (L/C) yang diterbitkan oleh bank dengan segala macam sifat dan jenisnya. Dalam

transaksi jual beli antara eksportir dan importir, penggunaan L/C

merupakan cara yang paling aman bagi eksportir maupun importir, karena

adanya kepastian bahwa pembayaran akan dilakukan apabila syarat L/C

dipenuhi. Namun demikian, cara pembayaran ini biayanya relatif lebih

besar dibanding dengan cara pembayaran yang lain.

Bagi eksportir merupakan risiko besar mengirimkan barang bila

tidak ada jaminan pembayaran. Untuk mendapatkan jaminan tersebut

eksportir meminta kepada importir agar membuka L/C untuknya. L/C

inilah yang merupakan jaminan atas pelunasan barang yang akan dikirim

oleh eksportir. Jadi, untuk kepentingan eksportirlah L/C harus dibuka terlebih dahulu sebelum barang dikirim. Sebaliknya, pembukaan L/C

merupakan jaminan pula bagi importir bersangkutan untuk memperoleh

pengapalan barang secara utuh sesuai yang diinginkannya, sedangkan dana

(31)

16

dengan demikian dapat dikatakan bahwa L/C merupakan suatu instrumen yang ditawarkan bank devisa untuk memudahkan lalu lintas pembayaran

dalam transaksi perdagangan internasional (Amir M.S, 2005:2).

Atas L/C yang dibuka oleh importir, eksportir atau supplier di luar negeri diberi hak untuk menarik wesel sebesar nilai harga barang yang

dikirimnya atas nama importir. Wesel ini beserta dokumen-dokumen

pengapalan barangnya oleh eksportir diserahkan kepada bank koresponden

yang menjadi penerima L/C untuk diambil alih.

Untuk menjalankan tugas perantara dalam transaksi perdagangan

internasional yang dimaksud, suatu bank tentu saja tidak akan dapat

bekerja sendiri dan hal ini kiranya tidaklah mungkin apabila bank yang

bersangkutan memang menginginkan tugasnya sebagai perantara harus

berhasil baik. Untuk itu maka bank-bank tersebut harus mengadakan

hubungan koresponden dengan bank-bank di luar negeri terutama dengan

bank-bank yang dalam dunia perbankan dan perdagangan internasional

tidak diragukan lagi bonafiditas-nya serta moral dan financial

standing-nya. Oleh karena bank-bank di luar negeri tersebut seolah-olah merupakan

agen dari bank yang bersangkutan, maka hubungan dimaksud sering

dikenal dengan sebutan Agency Arrangement yang mengatur tentang cara-cara penyelesaian sehubungan dengan kepentingan-kepentingan yang

menyangkut kegiatan bank masing-masing.

Dilihat dari sifatnya (Nunu Nugraha, 2008:3) suatu hubungan

(32)

17

negeri dapat dilakukan dengan 3 macam cara, yaitu Depository Correspondent, Non Depository Correspondent dan One Side Correspondent. Penjelasannya adalah sebagai berikut:

a. Depository Correspondent, yaitu suatu hubungan antara bank dengan bank di luar negeri dimana bank yang bersangkutan memelihara

rekening pada bank luar negeri tersebut

b. Non Depository Correspondent, yaitu suatu hubungan antara bank dengan bank di luar negeri dimana bank yang disebut pertama tidak

memelihara rekening pada bank di luar negeri itu

c. One Side Correspondent, yaitu suatu hubungan antara bank dengan bank di luar negeri tanpa pemeliharaan suatu rekening.

Peranan Letter of Credit (L/C) dalam perdagangan internasional (Amir M.S, 2005:1) ialah:

a. Memudahkan pelunasan pembayaran transaksi ekspor

b. Mengamankan dana yang disediakan importir untuk membayar barang

impor

c. Menjamin kelengkapan dokumen pengapalan.

Pihak-pihak yang terlibat dalam pembukaan suatu Letter of Credit (L/C) (Amir M.S, 2005:3-4) adalah:

a. Opener atau applicant, yaitu importir yang memiliki bantuan bank devisanya untuk membuka L/C guna keperluan penjual atau eksportir b. Opening atau issuing bank, yaitu bank devisa yang dimintai bantuannya

(33)

18

Nilai L/C sangat tergantung pada nama baik dan reputasi dari bank devisa yang membuka L/C tersebut

c. Advising atau bank penyampai amanat, opening bank membuka L/C

untuk eksportir yang menjadi koresponden dari opening bank tersebut. Bank koresponden ini berkewajiban untuk menyampaikan amanat yang

terkandung dalam L/C kepada eksportir yang berhak

d. Beneficiary atau penerima L/C, yaitu eksportir yang menerima pembukaan L/C dan diberi hak untuk menarik uang dari dana L/C yang tersedia itu

e. Negotiating bank, yaitu bank yang membayar dokumen tersebut.

Keuntungan Letter of Credit (L/C) bagi para eksportir dan importir (Amir M.S, 2005:5-7) dapat diuraikan sebagai berikut:

Keuntungan Letter of Credit (L/C) bagi eksportir: a. Kepastian pembayaran dan menghindari risiko

b. Penguangan dokumen dapat langsung dilakukan

c. Biaya yang dipungut bank untuk negosiasi dokumen relatif kecil bila

ada L/C

d. Terhindar dari risiko pembatasan transfer valuta

e. Kemungkinan memperoleh uang muka atau kredit tanpa bunga.

Sedangkan keuntungan Letter of Credit (L/C) bagi importir adalah:

a. Pembukaan L/C dapat diartikan bahwa opening bank meminjamkan nama baik dan reputasinya kepada importir sehingga dapat dipercayai

(34)

19

b. L/C merupakan jaminan bagi importir, bahwa dokumen atas barang yang dipesan akan diterimanya dalam keadaan lengkap dan utuh, karena

telah diteliti oleh bank yang sudah mempunyai keahlian dalam hal

tersebut

c. Importir dapat mencantumkan syarat-syarat untuk pengamanan yang

pasti akan dipatuhi oleh eksportir agar dapat menarik uang dari L/C

yang tersedia.

Mengenai hal ikhwal yang menyangkut kewajiban dan

tanggungjawab bank sebagai pihak yang berurusan dengan

dokumen-dokumen, telah diatur secara lengkap (Nunu Nugraha, 2008:4-5) dapat

dikemukakan sebagai berikut:

a. Bank wajib memeriksa semua dokumen dengan ketelitian yang wajar

untuk memperoleh kepastian bahwa dokumen-dokumen itu secara

formal telah sesuai dengan L/C

b. Bank yang memberi kuasa kepada bank lain untuk membayar, membuat

pernyataan tertulis pembayaran berjangka, mengaksep, atau

menegosiasi dokumen, maka bank yang memberi kuasa tersebut akan

terikat untuk me-reimburse

(35)

20

d. Penolakan dokumen harus diberitahukan dengan telekomunikasi atau

sarana tercepat dengan mencantumkan penyimpangan-penyimpangan

yang ditemui dan minta penegasan status dokumen tersebut

e. Issuing bank akan kehilangan hak menyangkut bahwa dokumen-dokumen itu tidak sesuai dengan syarat-syarat L/C

f. Bila bank pengirim dokumen menyatakan terdapat penyimpangan pada

dokumen dan memberitahukan bahwa pembayaran, pengaksepan, atau

penegosiasian dengan syarat atau berdasarkan indemnity telah dilakukannya

g. Bank-bank dianggap tidak terikat kewajiban atau tanggungjawab

mengenai:

1)Bentuk, kecukupan, ketelitian, keaslian, pemalsuan atau keabsahan

menurut hukum dari pada tiap-tiap dokumen

2)Syarat-syarat khusus yang tertera dalam dokumen-dokumen atau

yang ditambahkan pada bank

3)Uraian, kuantitas, berat, kualitas, kondisi, pengepakan, penyerahan,

nilai atau adanya barang-barang

4)Itikad baik atau tindakan-tindakan dan atau kealpaan, kesanggupan

membayar utang, pelaksanaan pekerjaan atau standing dari pada si pengirim

h. Bank-bank juga dianggap tidak terikat kewajiban atau tanggungjawab

atas akibat-akibat yang timbul karena kelambatan dan atau hilang dalam

(36)

21

i. Bank-bank tidak terikat kewajiban atau tanggungjawab sebagai akibat

yang timbul karena terputusnya bisnis mereka disebabkan hal-hal di

luar kekuasaanya

j. Bila bank mempergunakan jasa-jasa bank lain dalam melaksanakan

instruksi applicant, maka hal tersebut adalah atas beban dan risiko

applicant.

Menurut Amir M.S (2005:11) terdapat cara pembayaran ekspor

yang diizinkan pemerintah yaitu:

a. Advance payment (pembayaran tunai di muka) b. Open account (rekening terbuka)

c. Document against payment

d. Document against acceptance

e. Consigment transfer

f. Sight letter of credit

g. Usance letter of credit

h. Barter

i. Counter trade

j. Deferred payment

k. Cash on delivery (tunai pada waktu penyerahan). 3. Risk Based Internal Audit

Peraturan Bank Indonesia No. 5/8/PBI/2003 tentang penerapan

manajemen risiko bagi bank umum pasal 15 (2) mengatakan bahwa

(37)

22

manajemen risiko wajib dilakukan oleh satuan kerja audit intern.

Sementara itu, Pedoman Standar Sistem Pengendalian Intern untuk Bank

Umum menjelaskan peranan audit intern dalam kegiatan pengendalian dari

pengendalian intern. Kegiatan pengendalian intern ini didefinisikan

sebagai kebijakan, prosedur dan praktik yang memberikan keyakinan

pejabat dan pegawai bank bahwa arahan dewan komisaris dan direksi bank

telah dilaksanakan secara efektif. Kegiatan pengendalian tersebut akan

dapat membantu direksi termasuk komisaris Bank dalam mengelola dan

mengendalikan risiko yang dapat mempengaruhi kinerja atau

mengakibatkan kerugian bank (Muh Arief Effendi, 2003:1).

Risiko merupakan kemungkinan kerugian dari suatu investasi

sebagai akibat perubahan kondisi yang mempengaruhi nilai dari investasi

tersebut. Risiko mempunyai hubungan positif dan linier dengan return

yang diharapkan dari suatu investasi, sehingga semakin besar return yang diharapkan semakin besar pula risiko yang harus ditanggung oleh seorang

investor (Imbang J. Mangkuto, 2004:30).

Berdasarkan bahasa, risiko merupakan kemungkinan, bahaya,

kerugian akibat kurang menyenangkan dari sesuatu perbuatan usaha dan

sebagainya (Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, 2005:558). Sedangkan Mc

Namee (1998) mendefinisikan risiko sebagai ketidakpastian yang

menimbulkan dampak material perlu dikelola untuk menggunakan tujuan

(38)

23

Timbulnya suatu risiko disebabkan oleh suatu peristiwa (risk event)

yang didefinisikan sebagai munculnya kejadian yang dapat menciptakan

potensi kerugian atau hasil yang tidak diinginkan. Peristiwa penyebab

timbulnya risiko dapat berasal dari kejadian internal maupun eksternal.

Kejadian internal yang dimaksud adalah kejadian yang bersumber dari

dalam institusi itu sendiri, seperti kesalahan sistem, kesalahan manusia,

kesalahan prosedur dan lain-lain. Kejadian internal pada dasarnya dapat

dicegah agar tidak terjadi. Sebaliknya kejadian eksternal adalah kejadian

yang bersumber dari luar yang tidak mungkin dapat dihindari. Contoh dari

kejadian eksternal adalah bencana alam, kerusuhan atau perang, krisis

ekonomi global, krisis ekonomi regional, krisis ekonomi lokal, hingga

dampak sistematik yang ditimbulkan oleh masalah pada lembaga

keuangan atau bank lain. Peristiwa-peristiwa tersebut sulit diprediksi

seberapa jauh pengaruhnya terhadap sebuah bank.

Menurut Amin Widjaja Tunggal (2008:91-92) ada beberapa cara

yang dapat dilakukan oleh suatu organisasi dalam mengelola risiko sampai

ke tahap yang dapat diterima oleh manajemen, yaitu dihindari, dialihkan,

diterima, dikurangi dan dinaikkan. Penjelasannya adalah sebagai berikut:

a. Dihindari (avoid)

Merancang ulang proses sebagai jalan untuk mengurangi risiko atau

menghindari aktifitas tersebut jika risiko tidak dapat dikurangi samapai

(39)

24

b. Dialihkan (transfer)

Mengalihkan risiko ke pihak lain, seperti; asuransi, outsourcing,

hedging atau lainnya c. Diterima (accept)

Menerima risiko yang ada karena biaya yang dikeluarkan tidak efektif

untuk mengurangi risiko

d. Dikurangi (reduce)

Menggunakan teknik untuk mengurangi dampak dan kemungkinan

terjadinya risiko, contohnya adalah mendiversifikasi portofolio

e. Dinaikkan (increase)

Menaikkan risiko dengan menghilangkan hambatan yang ada, hal ini

akan meningkatkan kesempatan dan mempertahankan risiko pada tahap

yang masih bisa diterima.

Menurut Kamus Besar Akuntansi (2008:83) Audit Risk adalah suatu kemungkinan dimana pemeriksaan tidak akan membuka

ketidakberesan dalam catatan keuangan akibat kecurangan, kelalaian atau

alasan-alasan lain. Misalnya teknik pengambilan sampel dari pemeriksa

tidak selalu membuka pos atau ayat yang tidak tepat, seperti pengeluaran

yang berlebihan. Selanjutnya, evaluasi kontrol internal dan pengujian atau

pengecekan tidak mungkin mendeteksi ketidakefisienan (deficiency). Pemeriksaan harus mencoba melindungi terhadap konsekuensi yang

(40)

25

mendapatkan surat perwakilan (representation letter) dan jaminan kesalahan praktik yang memadai.

Menurut Z. Dunil (2005:18) audit berbasis risiko adalah audit yang

difokuskan dan diprioritaskan pada risiko bisnis dan prosesnya serta

pengendalian terhadap risiko yang dapat terjadi.

Dalam konsep audit berbasis risiko, semakin tinggi risiko suatu

area, maka harus semakin tinggi pula perhatian dalam audit area tersebut.

Untuk mengidentifikasi suatu risiko bisnis, auditor harus memahami aspek

pengendalian dari bisnis termasuk memahami risiko dan pengendalian dari

sistem dalam mencapai sasaran dan tujuan organisasi.

Risk based audit merupakan metodologi audit untuk dapat memberikan pendapat yang independen dan obyektif kepada manajemen

(Amin Widjaja Tunggal, 2008:95). Tujuan risk based auditing (Amin Widjaja Tunggal, 2008:95-96) secara umum adalah mengurangi risiko,

mengantisipasi area dengan risiko potensial dan melindungi perusahaan.

Penjelasannya adalah sebagai berikut:

1. Mengurangi risiko

Dari audit risiko yang dilakukan dapat diungkapkan transaksi, produk

serta aktivitas perusahaan yang berisiko tinggi. Area yang berisiko

tinggi tersebut dapat dilihat apa yang menjadi penyebabnya. Sebab

risiko tinggi bisa terdapat pada proses, orang, sistem atau sebab dari

(41)

26

manajemen dapat mengurangi risiko dengan menjadikan atau

mengurangi risiko tersebut

2. Antisipasi area dengan risiko potensial

Audit berbasis risiko juga mengungkapkan area mana yang berpotensi

mempunyai risiko tinggi, yang mungkin belum disadari oleh auditee

yang bersangkutan

3. Melindungi perusahaan

Suatu kejadian yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan dapat

terjadi secara mendadak dan perusahaan tidak siap menghadapinya.

Akibat yang ditimbulkan mempunyai pengaruh yang besar pada

perusahaan. Sebaliknya apabila kemungkinan terjadinya suatu kejadian

yang merugikan perusahaan telah diperhitungkan sebelum terjadi,

dampak yang ditimbulkan sudah diperkirakan dan pengaruh negatifnya

dapat diminimalisasi. Penerapan risk based auditing lebih memungkinkan perusahaan bersiap menghadapai risiko sekaligus

dengan antisipasi melindungi diri dari kemungkinan kerugian yang

dialami.

Secara lebih rinci tujuan risk based auditing adalah untuk memberikan keyakinan atau kepastian kepada Komite Audit, Dewan

Komisaris dan Direksi (Amin Widjaja Tunggal, 2008:96-97), bahwa:

a. Perusahaan telah memiliki proses manajemen risiko. Proses tersebut

(42)

27

b. Proses manajemen risiko dimaksud telah diintegrasikan oleh

manajemen perusahaan ke dalam semua tingkatan organisasi mulai dari

tingkat korporasi, divisi sampai unit kerja terkecil dan telah berfungsi

sebagaimana yang diinginkan

c. Kerangka kerja pengendalian internal (internal control framework) dan tata kelola yang baik (governance) yang ada telah tersedia secara cukup dan berfungsi secara baik guna mengendalikan risiko yang ada

d. Manajemen mampu mengidentifikasi dan menilai risiko yang ada

secara baik, serta telah memberikan tanggapan terhadap risiko tersebut

secara cukup dan efektif guna menurunkan dampak serta kemungkinan

terjadinya risiko ke tingkat yang dapat diterima oleh Dewan Komisaris

dan Direksi.

Manfaat utama risk based audit adalah sebagai berikut:

a. Evaluasi risiko bank yang lebih akurat melalui penilaian risiko inhern

dan proses manajemen risiko

b. Penekanan yang lebih fokus pada identifikasi awal atas risiko baru yang

muncul dalam perubahan sistem

c. Efektifitas biaya melalui fokus yang lebih tajam dalam proses penilaian

risiko

d. Pelaporan dan evaluasi penilaian risiko yang lebih continue dan current

(43)

28

Profesor Gerald Vinten dari City University Business School

(1991) dalam Amin Widjaja (2008:1) mendefinisikan internal auditing

sebagai berikut:

“Internal auditing is the recurrent comprehensive investigation into apparently healthy organizations with the objective of achieving an insight into the state of the organization and also its environment with the objective of achieving better control over its future operations.”

Menurut Amin Widjaja (2008:4) aktivitas internal audit menilai

dan memberi kontribusi terhadap perbaikan manajemen risiko,

pengendalian dan sistem tata kelola (governance system) yang berkaitan dengan:

a. Keandalan dan integritas dari informasi finansial dan operasional

b. Efektivitas dan efisiensi operasi

c. Pengamanan aktiva

d. Ketaatan terhadap peraturan, regulasi dan kontrak.

Audit Internal Berdasarkan Risiko (RBIA) adalah suatu metodologi

yang mana departemen audit internal menggunakannya untuk memberikan

keyakinan atau jaminan bahwa risiko akan dikelola di dalam suatu risk appetite (risiko yang dapat diterima oleh organisasi). Dengan kata lain, suatu proses yang mengelola risiko sampai pada suatu level yang

dipertimbangkan untuk dapat diterima oleh dewan direksi untuk bekerja

secara efektif dan efisien (Muh. Arief Effendi, 2003:1).

Metode ini terdiri dari lima bagian inti aturan audit internal yang

(44)

29

diketahui sebagai Enterprise-wide Risk Management (ERM) yang mengatur hal-hal sebagai berikut:

a. Memberikan keyakinan atau jaminan bahwa proses yang digunakan

oleh manajemen untuk mengidentifikasi semua risiko yang signifikan

berjalan dengan efektif

b. Memberikan keyakinan atau jaminan bahwa risiko secara benar telah

dinilai (diberi skor) oleh manajemen dalam hal memberikan

prioritasnya

c. Mengevaluasi proses manajemen risiko, untuk meyakinkan respon dari

setiap risiko adalah tepat dan sesuai dengan kebijakan organisasi

d. Mengevaluasi pelaporan atas risiko yang menjadi kunci utama, oleh

manajer ke Direktur, dan

e. Me-review manajemen atas risiko kunci oleh manajer untuk meyakinkan pengendalian diambil ke dalam operasional dan akan

di-monitoring.

Menurut Muh. Arief Effendi (2003:1) Risk Based Internal Audit

(RBIA) untuk selanjutnya diaplikasikan pada setiap risiko yang

mengancam tercapainya suatu tujuan organisasi. Disini akan meliputi

keuangan, risiko strategis dan operasional, baik internal organisasi maupun

eksternal organisasi menunjuk pada RBIA yang efektif, maka pemimpin

organisasi diharuskan untuk meyakinkan bahwa kerangka manajemen

(45)

30

a. Pemimpin organisasi harus mengidentifikasi dan menilai risiko yang

mengancam tujuan organisasinya dan mengembangkan suatu sistem

pengendalian internal, atau respon yang cocok lainnya, untuk

mengurangi ancaman ini sampai pada tingkat risiko yang rendah, atau

melaporkannya ke dewan direksi jika hal ini tidak memungkinkan

b. Risiko bawaan dilaporkan dan dinilai dalam berbagai cara yang

mengijinkan mereka untuk merangking ancaman yang ada

c. Pemimpin organisasi menemukan suatu risiko yang muncul bagi

organisasi seperti halnya suatu dasar risiko yang dapat secara mudah

diidentifikasi baik risiko yang tinggi maupun rendah

d. Tanggungjawab untuk memberikan jaminan pada kerangka manajemen

risiko akan didefinisikan. Hal ini termasuk mendefinisikan

tanggungjawab manajemen, eksternal audit, internal audit, dan setiap

fungsi lainnya yang memberikan jaminan, seperti HRD, keuangan, dan

bagian keamanan.

Salah satu tujuan dari risk based internal audit adalah untuk menguji bahwa sistem pengendalian internal akan mengurangi risiko

sampai ke tingkat yang rendah. Salah satu keuntungan dari risk based internal audit adalah tidak hanya seharusnya menyoroti risiko yang tidak secara tepat dikendalikan, risk based internal audit seharusnya menyoroti risiko yang sangat dikendalikan dan kemudian memakan sumber daya

(46)

31 Risk based internal audit memberikan keyakinan pada semua risiko, audit berbasis risiko dapat melibatkan area yang biasanya tidak

diuji. Area baru yang akan diaudit akan menjadi hal yang tidak biasa bagi

auditor, tidak hanya pada akhir ketika menyajikan temuan. Auditor akan

lebih memahami tentang praktek bisnis dan fasilitas dalam menerapkan

pengendalian yang sesuai.

Menurut Z. Dunil (2005:18) ada beberapa langkah pelaksanaan

audit berbasis risiko yang memberikan value added, diantaranya adalah: a. Memberikan arah kepada risiko yang dapat mempengaruhi posisi

keuangan perusahaan

b. Memberikan layanan atau membantu bank dalam mengelola risiko

bisnisnya

c. Komunikasi auditor dengan manajemen terhadap isu penting tentang

risiko

d. Meningkatkan identifikasi risiko yang mungkin terlewatkan

e. Meningkatkan identifikasi atas kemungkinan kecurangan, dan

f. Meningkatkan kualitas dan kecepatan pelaporan.

B. Keterkaitan Antar Variabel

1. Deposito Valas dengan Risk Based Internal Audit

Kenaikan suku bunga deposito berjangka pada semua bank

(47)

32

Astuti, 1999:1). Kenaikan suku bunga tersebut disebabkan antara lain oleh

hal-hal berikut:

a. Sebelum adanya program penjaminan dari pemerintah deposan

cenderung untuk menyimpan dananya pada bank-bank asing yang

dianggap lebih aman, meskipun dengan suku bunga yang lebih rendah

b. Dengan adanya program penjaminan pemerintah atas kewajiban

pembayaran bank-bank nasional, maka terjadilah aliran balik dana

masyarakat ke bank-bank nasional.

Disamping itu, adanya program penjaminan tersebut menyebabkan

risiko yang dihadapi oleh deposan pada setiap bank menjadi kurang lebih

sama, sehingga peranan suku bunga dalam menentukan pilihan bank bagi

deposan menjadi semakin menonjol. Oleh karena itu, timbul persaingan

diantara bank-bank yang berakibat naiknya suku bunga pasar uang antar

bank dan suku bunga deposito.

Adanya ekspektasi terhadap tingginya laju inflasi juga mendorong

bank-bank untuk menaikkan suku bunga agar suku bunga riil tetap positif,

dengan demikian memberikan daya tarik bagi masuknya aliran dana

masyarakat ke sistem perbankan.

Krisis kepercayaan yang sudah tidak rasional dari segi ekonomi itu

bukannya melanda segmen masyarakat yang tidak tahu apa-apa.

Kegelisahan yang terparah justru pada mereka yang well informed, yakni kelas menengah perkotaan (Bisnis Indonesia, 9 Februari 1998:1) dalam

(48)

33

memiliki asset financial. Merekalah yang mempengaruhi keadaan perekonomian Indonesia karena mereka dapat menggunakan assetnya yang

dapat ikut menentukan naik turunnya nilai uang. Kelas menengah keatas

perkotaan ini cepat bereaksi terhadap segala sesuatu hal yang dapat

merugikan atau menguntungkan assetnya. Sedangkan perlakuan terhadap

asset financial para menengah keatas perkotaan dapat mempengaruhi cepat atau tidak tercapainya stabilitas perekonomian Indonesia.

Menurut Dewi Astuti (1999:1) sebelum krisis moneter, pada saat

krisis moneter dan setelah reformasi dibidang perbankan terjadi pergeseran

perlakuan terhadap asset financial dan terdapat perbedaan perlakuan terhadap asset financial dari para Profesional di Surabaya yang diakibatkan oleh perbedaan jenis profesi dan perbedaan keadaan ekonomi.

Sarens and Beelde (2006) dalam (Habiburrochman, 2007:12) mengungkapkan bahwa terdapat perbedaan dalam persepsi internal auditor

tentang peran khusus mereka dalam manajemen risiko. Internal auditor

memainkan peran penting dalam membuat kesadaran yang tinggi atas

risiko dan kontrol dengan lebih memformalkan sistem manajemen risiko,

sehingga mempengaruhi cara kerjanya dalam menjalankan manajemen

risiko.

Perlu adanya pengawasan dari pihak audit internal dengan

menggunakan risk based internal audit. Deposito bank menanggung risiko, yaitu setiap kesempatan untuk memperoleh keuntungan dari usaha

(49)

34

kerugian. Audit Internal Berdasarkan Risiko (RBIA) adalah suatu

metodologi yang memberikan jaminan bahwa risiko dikelola sampai pada

suatu tingkat yang dapat diterima oleh organisasi. Dengan menerapkan

RBIA pada deposito valas, maka akan melindungi para deposan dari risiko

yang sewaktu-waktu dapat terjadi.

Ha1 : Deposito valas berpengaruh secara signifikan terhadap risk based

internal audit.

2. Letter of Credit dengan Risk Based Internal Audit

Menurut Nunu Nugraha (2008:8) dalam penelitiannya menyatakan

suatu hubungan pembayaran luar negeri diperlukan dalam penyelesaian

lalu lintas bayar-membayar antara para pihak yang mengadakan usaha

dimana mereka masing-masing berada di negara berlainan. Suatu

hubungan pembayaran luar negeri pada hakikatnya diperlukan dalam

penyelesaian transaksi-transaksi yang diadakan oleh para pihak, yaitu

dalam transaksi-transaksi perdagangan internasional yang meliputi

transaksi ekspor dan impor baik barang maupun jasa.

Dilihat dari sudut resultat-nya, suatu perdagangan luar negeri baru akan dapat dilaksanakan dengan baik apabila hubungan pembayarannya

dapat diselenggarakan dengan baik pula, secara acontrario suatu hubungan pembayaran luar negeri baru ada setelah adanya transaksi perdagangan

dengan luar negeri.

Sudah umum tentu para pihak dalam transaksi perdagangan

(50)

35

berjalan baik dan lancar tanpa adanya hambatan-hambatan apapun.

Keinginan yang demikian itu akan tampak lebih jelas dalam hal para pihak

mengharapkan diperolehnya keuntungan yang maksimal daripada hasil

transaksinya dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama. Terwujudnya

keuntungan yang maksimal bagi para pihak secara timbal balik merupakan

salah satu tujuan utama daripada transaksi yang mereka adakan sehingga

hasil itu baru akan nyata apabila cara pembayaran yang mereka tempuh

cukup baik dan terjamin.

Pada umumnya cara yang baik dan terjamin dimaksud yang lazim

ditempuh dalam perdagangan luar negeri adalah cara pembayaran yang

tidak langsung dalam arti melalui aktifitas perbankan, yaitu dengan

menggunakan transaksi letter of credit. Agar aktifitas perdagangan ini dapat berjalan dengan lancar untuk meningkatkan kepercayaan para

penggunanya maka perlu adanya risk based internal audit untuk mengontrol laju lalu lintas perdagangan melalui letter of credit, sehingga

dapat meningkatkan keyakinan para pengguna jasa perbankan dalam

menggunakan produk bank yang dikenal dengan nama letter of credit. Ha2 : Letter of Credit berpengaruh secara signifikan terhadap risk based

internal audit.

(51)

36 Tabel 2.1

Perbandingan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Sekarang

Nama Judul Variabel Metode

(52)

37 Tabel 2.1 (Lanjutan)

(53)

38 C. Model Penelitian

Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dapat

digambarkan seperti dibawah ini:

Sumber: Data Primer

Gambar 2.1

Model Pengaruh Variabel Independen Dengan Variabel Dependen

Bank

Menerapkan : PBI No. 5/8/PBI/2003 tentang pelaksanaan manajemen risiko

Deposito Valas

Letter of Credit

Risk Based Internal Audit

(54)

39 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh deposito valas dan

letter of cerdit terhadap risk based internal audit. Penelitian ini dilakukan di Bank Pemerintah dan Bank Swasta di Jakarta. Pengambilan data penelitian ini

dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder seperti; jurnal-jurnal,

buku-buku yang berkaitan dan data primer dengan memberikan kuesioner kepada

Auditor Internal, Asisten Manajer, dan Manajer.

B. Metode Penentuan Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut. Adapun metode yang digunakan dalam penentuan

sampel ini adalah Convenience Sampling. Convenience sampling adalah

metode pemilihan sampel berdasarkan kemudahan, dimana metode ini

memilih sampel dari elemen populasi yang datanya mudah diperoleh peneliti.

Elemen populasi yang dipilih sebagai subyek sampel adalah tidak terbatas

sehingga peneliti memiliki kebebasan untuk memilih sampel dengan cepat

(Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 2002:130). Bentuk sampling ini

termasuk ke dalam sampling non probabilitas dimana anggota unit sampel

yang ditarik mudah dihubungi atau didapat, tidak menyusahkan, mudah

(55)

40

penelitian ini adalah Auditor Internal, Asisten Manajer, dan Manajer yang

bekerja pada Bank Pemerintah dan Bank Swasta di Jakarta.

C. Metode Pengumpulan Data

Dilihat dari sumber datanya maka pengumpulan data dapat

menggunakan sumber data primer dan sumber data sekunder (Abdul Hamid,

2007:33). Dalam memperoleh data-data pada penelitian ini, maka peneliti

menggunakan dua cara yaitu penelitian pustaka dan penelitian lapangan.

1. Penelitian Pustaka (Library Research)

Kepustakaan merupakan bahan utama dalam penelitian data sekunder (Nur

Indriantoro dan Bambang Supomo, 2002:150). Peneliti memperoleh data

yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti melalui buku, jurnal,

skripsi, tesis, perpustakaan bank, internet dan perangkat lain yang

berkaitan dengan judul penelitian.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Data utama penelitian ini diperoleh melalui penelitian lapangan, peneliti

memperoleh data langsung dari pihak pertama (data primer). Pada

penelitian ini, yang menjadi subyek penelitian adalah auditor internal serta

pihak berkepentingan lainnya yang bekerja pada bank pemerintah dan

bank swasta. Peneliti memperoleh data dengan mengirimkan kuesioner

kepada bank pemerintah dan bank swasta secara langsung ataupun melalui

(56)

41 D. Metode Analisis Data

Metode analisis data menggunakan statistik deskriptif, uji kualitas data, uji

asumsi klasik dan uji hipotesis.

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskripstif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang

dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,

minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi)

(Imam Ghozali, 2009:30).

2. Uji Kualitas Data

Untuk melakukan uji kualitas data atas data primer ini, maka peneliti

melakukan uji reliabilitas dan validitas.

a. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang

merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner

dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap

pernyataan tersebut konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.

Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:

1) Repeated Measure atau pengukuran ulang.

2) One Shot atau pengukuran sekali saja, pengukurannya hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pernyataan lain atau

mengukur korelasi antar jawaban pernyataan.

Untuk mengukur reliabilitas digunakan uji statistik Cronbach Alfa (α).

Gambar

Tabel 4.17
Gambar 2.1 Model Pengaruh Variabel Independen Dengan Variabel
Kasus-Kasus Tentang Deposito Valas dan Tabel 1.1 Letter Of Credit
Tabel 2.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahun 1988 DARPA Neural Network Study membuat daftar berbagai aplikasi JST, yang diawali dengan aplikasi adaptive channel equalizer (1984), yang merupakan

[r]

Hasil penelitian Guntoro (2010) mendapatkan bahwa fermentasi biji kopi olah basah dengan mikroba probiotik yang diisolasi dari organ pencernaan luwak menghasilkan produk kopi yang

berupa bahan hukum digunakan sebagai pendukung. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari. responden tentang obyek yang diteliti sebagai data utamanya. Data

[r]

Title: * Abstract test suite seems to imply that a "Simple WFS" must implement remote resolve.. Seems reasonable to require A.2.17.1 - basically

Berdasarkan tujuan penelitian, rumusan masalah, dan pembahasan hasil penelitian, setelah dilakukan tindakan berupa penggunaan media VCD peristiwa menyentuh hati dan teknik Tangpitu

KEUANGAN TENTANG NOMOR 267 /PMK.010/2015 TENTANG KRITERIA DAN/ ATAU RINCIAN TERNAK, BAHAN PAKAN UNTUK PEMBUATAN PAKAN TERNAK DAN P.AN IKAN YANG ATAS IMPOR DAN/