i
PENGARUH DEPOSITO VALAS DAN
LETTER OF CREDIT
TERHADAP
RISK BASED INTERNAL AUDIT
(STUDI EMPIRIS PADA BANK PEMERINTAH DAN BANK
SWASTA DI JAKARTA)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: Fitri Akbariah NIM: 106082002605
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
ii
PENGARUH DEPOSITO VALAS DAN
LETTER OF CREDIT
TERHADAP
RISK BASED INTERNAL AUDIT
(STUDI EMPIRIS PADA BANK PEMERINTAH DAN BANK
SWASTA DI JAKARTA)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: Fitri Akbariah NIM: 106082002605
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Yahya Hamja., MM Hepi Prayudiawan., SE., Ak., MM NIP. 19490602 197803 1 001 NIP. 19720516 200901 1 006
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
iii
Hari ini Selasa Tanggal 18 Mei Tahun 2010 telah dilakukan Ujian Komprehensif
atas nama Fitri Akbariah NIM: 106082002605 dengan judul Skripsi
“PENGARUH DEPOSITO VALAS DAN LETTER OF CREDIT TERHADAP RISK BASED INTERNAL AUDIT (STUDI EMPIRIS PADA BANK PEMERINTAH DAN BANK SWASTA DI JAKARTA)”.
Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka
sudah dapat menempuh sidang skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 18 Mei 2010
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Hepi Prayudiawan., SE., Ak., MM Yessi Fitri SE., Ak., M.Si
Ketua Sekretaris
Dr. Amilin., SE., Ak., M.Si
iv
Hari ini Senin Tanggal 21 Juni Tahun 2010 telah dilakukan Sidang Skripsi atas
nama Fitri Akbariah NIM: 106082002605 dengan judul Skripsi “PENGARUH DEPOSITO VALAS DAN LETTER OF CREDIT TERHADAP RISK BASED INTERNAL AUDIT (STUDI EMPIRIS PADA BANK PEMERINTAH DAN BANK SWASTA DI JAKARTA)”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 21 Juni 2010
Tim Penguji Ujian Skripsi
Dr. Yahya Hamja, MM Hepi Prayudiawan., SE., Ak., MM
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Amilin., SE., Ak., M.Si Afif Sulfa., SE., Ak., M.Si
vi THE INFLUENCE OF FOREIGN CURRENCY DEPOSIT AND LETTER OF
CREDIT TO RISK BASED INTERNAL AUDIT
By: Fitri Akbariah ABSTRACT
This research aimed to identify and to test that influence foreign currency deposit and letter of credit to risk based internal audit. The research has been done in Jakarta with auditor intern, assistant manager and manager respondent working for Government Banks and Private Banks. Retrieval of sample has been using convenience sampling. Number of questionnaires propagated was 90 copies but only 69 copies question returned and 61 may be used. The data were analysis for hypothesis tester was done with multiple regression.
The result of research indicates that foreign currency deposit and letter of credit have significantly and simultaneously influence to risk based internal audit.
Keywords: foreign currency deposit, letter of credit, risk based internal audit
vii PENGARUH DEPOSITO VALAS DAN LETTER OF CREDIT TERHADAP
RISK BASED INTERNAL AUDIT
Oleh: Fitri Akbariah ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh deposito valas dan letter of credit terhadap risk based internal audit. Pada penelitian ini digunakan data primer dalam bentuk penyebaran kuesioner yang dilakukan di Jakarta dengan responden auditor internal, asisten manajer dan manajer yang bekerja pada Bank Pemerintah dan Bank Swasta. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan metode
convenience sampling. Kuesioner yang disebarkan berjumlah 90 tetapi kembali hanya 69 dan yang bisa diolah 61. Penganalisisan data untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan regresi berganda.
Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa deposito valas dan letter of credit berpengaruh signifikan dan simultan terhadap risk based internal audit.
viii KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
PENGARUH DEPOSITO VALAS DAN LETTER OF CREDIT TERHADAP RISK BASED INTERNAL AUDIT (STUDI EMPIRIS PADA BANK PEMERINTAH DAN BANK SWASTA DI JAKARTA).
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini terutama kepada:
1. Kedua orang tua yang selalu memberikan doa, bantuan dan dukungan terbesar dalam diri penulis, baik berupa moril maupun materil. Sehingga penulis menjadi lebih kuat dan selalu semangat serta tidak putus asa dalam menjalani hidup.
2. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
3. Bapak Hepi Prayudiawan., SE., Ak., MM selaku dosen Pembimbing Skripsi II yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Afif Sulfa, SE., Ak., M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi dan ibu Yessi Fitri SE., Ak., M.Si selaku Sekretaris Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
ix
7. Keluargaku yang telah menyemangati dan memberikan banyak inspirasi dalam menyelesaikan skripsi ini. Terutama untuk Opung yang selalu mengingatkan penulis untuk segera mengikuti ujian kompre dan sidang, uda Lena dan bou Romi yang selalu memberikan nasihat yang sangat berarti. 8. Abangku Bima Aria yang selalu menyemangati serta ikut andil membantu
dalam penyelesaian skripsi ini.
9. Adik-adikku yang sudah mau mendengarkan semua keluh kesah dalam membuat skripsi ini hingga tahap akhir.
10.Sahabat-sahabatku Galih, Intan, Mega, Nia dan Fenti (Team DURCHIN). Berkat kalian semangat ini selalu berapi-api. Intan terimakasih berkat bantuannya belajar sebelum ujian kompre.
11.Tante Keri, Tante Rita, Bou Romi, Omnya bang Bima, ibu Eni, mama Pandu yang telah membantu menyebarkan kuesioner, tanpa kalian mungkin waktu penyebaran kuesioner semakin panjang.
12.Rekan-rekan Akuntansi Audit, Akuntansi Manajemen dan Akuntansi Perpajakan angkatan 2006 yang telah memberikan dukungannya selama ini kepada penulis.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Jakarta, Juni 2010
x DAFTAR ISI
Halaman
Judul ... i
Lembar Pengesahan Skripsi ... ii
Lembar Pengesahan Uji Komprehensif ... iii
Lembar Pengesahan Uji Skripsi ... iv
Daftar Riwayat Hidup ... v
Abstract ... vi
Abstrak ... vii
Kata Pengantar ... viii
Daftar Isi ... x
Daftar Tabel ... xiii
Daftar Gambar ... xv
Daftar Lampiran ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
A. Tinjauan Literatur ... 10
xi
2. Letter of Credit ... 14
3. Risk Based Internal Audit...21
B. Keterkaitan Antara Variabel ... 31
1. Deposito Valas dengan Risk Based Internal Audit ... 31
2. Letter of Credit dengan Risk Based Internal Audit... 34
C. Model Penelitian ... 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 39
A. Ruang Lingkup Penelitian ... 39
B. Metode Penentuan Sampel ... 39
C. Metode Pengumpulan Data ... 40
1. Penelitian Pustaka ... 40
2. Penelitian Lapangan ... 40
D. Metode Analisis Data... 41
1. Statistik Deskriptif ... 41
2. Uji Kualitas Data ... 41
3. Uji Asumsi Klasik ... 42
4. Uji Hipotesis ... 44
E. Operasionalisasi Variabel ... 47
1. Deposito Valas ... 47
2. Letter of Credit ... 47
3. Risk Based Internal Audit ... 48
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 50
xii
1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 50
2. Karakteristik Profil Responden ... 52
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ... 56
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 56
2. Hasil Uji Kualitas Data... 57
3. Hasil Uji Asumsi Klasik... 61
4. Hasil Uji Hipotesis... 64
C. Pembahasan... 67
BAB V PENUTUP... 70
A. Kesimpulan ... 70
B. Implikasi ... 70
Daftar Pustaka ... 72
xiii Daftar Tabel
Halaman
Tabel 1.1 Kasus-kasus Tentang Deposito Valas dan Letter of Cerdit... 4
Tabel 2.1 Perbandingan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Sekarang... 36
Tabel 3.1 Tabel Operasionalisasi Variabel ... 48
Tabel 4.1 Data Distribusi Sampel Penelitian ... 50
Tabel 4.2 Data Sampel Penelitian... 51
Tabel 4.3 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 52
Tabel 4.4 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jabatan ... 53
Tabel 4.5 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir... 54
Tabel 4.6 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja 55 Tabel 4.7 Hasil Uji Statistik Deskriptif... 57
Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Variabel Deposito Valas... 58
Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Variabel Letter of Credit ... 58
Tabel 4.10 Hasil Uji Validitas Variabel Risk Based Internal Audit... 59
Tabel 4.11 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Deposito Valas... 59
Tabel 4.12 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Letter of Credit... 60
Tabel 4.13 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Risk Based Internal Audit... 60
Tabel 4.14 Hasil Uji Multikolonieritas... 61
xiv
Tabel 4.16 Hasil Uji Statistik t... 65
xv Daftar Gambar
Halaman
Gambar 2.1 Model Pengaruh Variabel Independen Dengan Variabel
Dependen... 38
Gambar 4.1 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 53
Gambar 4.2 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jabatan... 54
Gambar 4.3 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan
Terakhir... 55
Gambar 4.4 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja 56
Gambar 4.5 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot... 62
Gambar 4.6 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram... 62
xvi Daftar Lampiran
Halaman
Lampiran 1 Kuesioner Pengaruh Deposito Valas dan Letter of Credit
Terhadap Risk Based Internal Audit... 75
Lampiran 2 Daftar Jawaban Responden... 79
Lampiran 3 Hasil Uji Validitas... 87
Lampiran 4 Hasil Uji Reliabilitas Data... 92
Lampiran 5 Hasil Uji Regresi Linier Berganda... 95
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semakin berkembangnya industri perbankan membuat semakin
beragamnya kegiatan usaha yang dilakukan oleh bank. Beragam produk dari
bank telah banyak dilemparkan kepada masyarakat sehingga kegiatan usaha
bank itu sendiri menjadi semakin kompleks. Tentu saja dengan meningkatnya
kompleksitas dari kegiatan usaha bank maka semakin kompleks pula
risiko-risiko yang dihadapi oleh dunia perbankan.
Risiko-risiko perbankan yang ada antara lain yaitu: risiko pasar, risiko
kredit, risiko operasional dan risiko likuiditas. Semakin kompleksnya struktur
industri perbankan menyebabkan bertambahnya risiko-risiko lain yang akan
dihadapi, seperti risiko hukum, risiko reputasi, risiko strategik dan risiko
kepatuhan. Beragam risiko tersebut sangatlah menentukan tingkat kesehatan
perbankan yang pada akhirnya berpengaruh kepada tingkat kepercayaan
masyarakat umum (Surbakti, 2004 dalam Habiburrochman, 2007:2).
Menurut Embun Duriany (2003:9) pengertian bank menurut pasal 1
UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan
UU No. 10 tahun 1998 adalah:
2
Sejarah pengaturan dan pengawasan perbankan di Indonesia tidak
terlepas dari adanya keinginan untuk mengembangkan perbankan nasional
sekaligus untuk menanggulangi kejahatan perbankan yang menyertainya.
Pengawasan bank melalui audit terhadap bank pemerintah dilakukan
berlapis-lapis oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK), Kantor Akuntan Publik (KAP) termasuk oleh
Bank Indonesia (BI) sendiri.
Berbagai kasus perbankan yang banyak bermunculan menandai
pentingnya dilakukan pengelolaan atas risiko-risiko bank. Munculnya kasus
perbankan tersebut tidak hanya terjadi di dalam industri perbankan dalam
negeri tetapi juga terjadi di dunia perbankan internasional. Beberapa kasus
yang terjadi menimbulkan kerugian materil yang cukup besar seperti adanya
rekayasa terhadap pencatatan dan laporan keuangan, pembiayaan ekspor fiktif
dengan menggunakan Usance Letter of Credit dan penyalahgunaan wewenang oleh pemegang saham, komisaris, direksi dan pejabat bank. Selain
itu, terdapat pula contoh kasus-kasus lain seperti pembobolan dana Deposit On Call bank lain, penyalahgunaan Negotiable Certificate of Deposit (NCD)
milik nasabah untuk jaminan pencairan cash collateral credit, pencairan bilyet giro deposito tanpa sepengetahuan nasabah dan pemberian kredit
dengan agunan NCD fiktif (Embun Duriany, 2003:9).
Perkembangan industri perbankan di Indonesia secara garis besar
dapat dikelompokkan menjadi empat periode. Pertumbuhan yang sangat pesat
3
pada tahun 1997-1998, periode stabilisasi pada tahun 1999-2001 dan periode
pemulihan sejak 2002 yang ditandai dengan mulai berkembangnya kembali
industri perbankan dan perubahan strategi kegiatan industri perbankan
(Debora Christina, 2008:5).
Pada penelitian yang dilakukan hanya difokuskan pada kegiatan bank
yang berkaitan dengan transaksi luar negeri, yaitu berkaitan dengan deposito
valas dan Letter of Credit (L/C). Sebagai negara yang ekonominya terbuka dan mengandalkan ekspor sebagai penggerak pembangunan serta menganut
sistem devisa bebas (Bisnis Indonesia, 27/10/2003). Indonesia memiliki
hubungan ekonomi yang sangat erat dengan dunia internasional, apalagi
dengan terus menguatnya kecenderungan menyatukan ekonomi dunia.
Berbagai transaksi kita lakukan dengan pihak luar negeri, baik dibidang
perdagangan ekspor dan impor barang dan jasa maupun dalam bidang aliran
modal.
Dunia perbankan memiliki peranan yang sangat besar untuk
melakukan transaksi perdagangan tersebut, karena sebagian besar transaksi
tersebut dilakukan melalui dan menggunakan jasa perbankan. Untuk itu,
informasi keuangan yang lengkap, akurat dan tepat waktu, khususnya yang
berkaitan dengan transaksi valuta asing sangat diperlukan dalam
penyelenggaraan kegiatan perbankan. Ini diperlukan tidak saja untuk
mendukung peranan perbankan dalam lalu lintas barang dan jasa dengan
pihak luar negeri, tetapi juga bagi perkembangan usaha perbankan itu sendiri
4
Perkembangan globalisasi perekonomian dunia berlangsung sangat
cepat, hal tesebut ditandai dengan semakin terintegrasinya perekonomian.
Salah satu dampak yang muncul dari proses globalisasi, yaitu peningkatan
arus investasi dalam valuta asing baik berupa capital in-flow maupun capital out-flow (Embun Duriany, 2003:9).
Dibawah ini akan disajikan data mengenai kasus deposito valas dan
letter of credit yang terjadi pada Bank Swasta dan Pemerintah di Indonesia.
Tabel 1.1
Kasus-Kasus Tentang Deposito Valas dan Letter Of Credit
Tahun Kasus Jenis untuk Golden Key Group
Letter of credit Rp 1,3 triliun 2003 Pembobolan pada Bank BNI
berupa transaksi ekspor fiktif melalui surat letter of credit
Letter of credit Kurang lebih Rp 861 miliar
2005 Kasus transaksi Negotiable Certificate Deposit (NCD)
fiktif
Deposito valas Rp 153,5 miliar
2005 Penggelapan kredit Grup Gramarindo Mega Indonesia Marga Nusaphala Persada (CMNP)
Deposito valas 28 juta Dolar AS
2008 Dugaan letter of credit fiktif milik PT SPI terhadap Bank Century
Letter of credit Rp 225 miliar
2010 Mengenai kasus pencairan deposito valas tanpa seizin pemiliknya menggelapkan surat berharga, dan l/c fiktif pada Bank Century
Deposito valas,
letter of credit
Rp 3,4 triliun
5
Pada tahun 2006, suku bunga deposito relatif rendah. Biasanya,
investor tertarik mendepositokan uangnya dengan motif pengamanan, bukan
bertujuan mengincar tingkat kembalian (return) yang tinggi. Namun, pada situasi krisis, ketika pemerintah harus menetapkan kebijakan pengetatan
likuiditas, suku bunga akan dikerek naik dan tingkat bunga deposito juga
akan naik. Pada tahun 1998, pernah suku bunga deposito dipatok pada angka
60 persen. Jadi, dengan modal Rp 100 juta rupiah, seseorang dapat menikmati
pendapatan bunga (sebelum pajak) sampai Rp 5 Juta per bulan (William
Tanuwidjaja, 2006:11).
Memang keuntungan bunga nominal yang dapat diraih mencapai 60
persen setahun. Dibandingkan dengan laju inflasi (80 persen), maka suku
bunga riil yang akan diterima menjadi minus 20-an persen. Itu pun jika lolos
dari risiko dana tak bisa diambil karena banknya dilikuidasi oleh pemerintah
(William Tanuwidjaja, 2006:12).
Aktivitas-aktivitas di atas memerlukan audit untuk memastikan dalam
operasionalnya telah menerapkan risk management proses memadai. Pelaksanaan manajemen risiko diuraikan dalam Peraturan Bank Indonesia
No. 5/8/2003 tanggal 19/05/2003 dimana mulai Januari 2005 bank umum
diwajibkan menerapkan manajemen risiko, karena bank berada dalam bisnis
berisiko tinggi, dimana bank dalam menjalankan usahanya melakukan
penawaran jasa-jasa keuangan. Bank juga harus mengambil atau menerima
dan mengelola berbagai jenis risiko keuangan secara efektif agar dampak
6
moneter tahun 1997 terjadi karena belum diterapkannya manajemen risiko
(Embun Duriany, 2003:9).
Bank menjalankan atau menerapkan Peraturan Bank Indonesia Nomor
5/8/PBI/2003 tentang pelaksanaan manajemen risiko sehingga semua pihak di
dalam bank termasuk auditor internal wajib menjalankan hal tersebut. Untuk
mempermudah menjalankan peraturan-peraturan tersebut pendekatan audit
berbasis risiko mungkin menjadi salah satu pilihan yang baik.
Demi terciptanya kondisi bank yang sehat dan baik maka perlu sekali
diterapkannya manajemen risiko dengan melakukan audit yang dilaksanakan
oleh auditor internal. Audit internal yang objektif memerlukan alokasi sumber
daya. Sumber daya yang dimaksud mencakup sumber daya anggaran, sumber
daya manusia dan hari kerja efektif auditor internal (mandays) yang mengalami keterbatasan. Maka perlu pendekatan audit yang dapat membantu
kegiatan audit operasional dengan sumber daya yang tersedia. Oleh karena itu
pendekatan audit berbasis risiko merupakan alternatif untuk melakukan
fungsi audit internal bank berjalan secara efektif dan efisien. Dengan kata
lain, pelaksanaan audit internal bank berbasis risiko (Risk Based Internal Audit) merupakan konsekuensi dari penerapan manajemen risiko (Debora Christina, 2008:10).
Dimana auditor internal dipermudah dengan memfokuskan
pemeriksaan pada area dan aspek yang berisiko tinggi. Kemudian baru di
alokasikan pada tingkatan risiko lapis berikutnya, sangat menghemat tenaga
7
memeriksa area atau aspek kegiatan yang risikonya rendah, walaupun
diyakini berisiko rendah namun tidak berarti area dan aspek kegiatan tersebut
tidak diperiksa. Hanya saja frekuensi pemeriksaannya tidak setinggi pada area
dan aspek kegiatan yang berisiko tinggi (Habiburrochman, 2007:12).
Penelitian ini merujuk pada hasil penelitian yang dilakukan oleh
Debora Christina (2008). Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian
terdahulu adalah terdapat pada variabel penelitian dan obyek penelitian,
variabel yang digunakan pada penelitian terdahulu adalah pada aktivitas
pendanaan oleh audit internal bank sedangkan obyek penelitian tersebut
adalah para auditor internal beserta dewan direksi yang bekerja pada Bank
Negara Indonesia Pusat di Jakarta. Penelitian saat ini merubah variabel yang
digunakan oleh peneliti sebelumnya yaitu deposito valas dan letter of credit
dan obyek penelitian ini adalah auditor internal, asisten manajer, serta
manajer yang bekerja pada bank pemerintah dan bank swasta di Jakarta.
Perubahan variabel ini dilakukan sebab melihat dari fenomena risiko
yang terjadi terhadap transaksi perbankan khususnya pada transaksi luar
negeri. Oleh karena itu penulis menguji seberapa besar tingkat risiko yang
dapat terjadi pada deposito valas maupun letter of credit agar para auditor internal serta pihak-pihak tertentu dapat menghindari serta mengantisipasi risk based audit yang akan terjadi pada bank di Indonesia.
Penggunaan audit berbasis risiko ini merupakan salah satu jalan
pemerintah untuk memperbaiki kondisi bank yang ada di Indonesia.
8
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Deposito Valas dan Letter of Credit Terhadap Risk Based Internal Audit (Studi Empiris Pada Bank Pemerintah dan Bank Swasta di Jakarta).”
B. Perumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah deposito valas berpengaruh secara signifikan terhadap risk based internal audit?
2. Apakah letter of credit berpengaruh secara signifikan terhadap risk based internal audit?
3. Apakah deposito valas dan letter of credit berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap risk based internal audit?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk menemukan bukti empiris atas hal-hal
sebagai berikut:
1. Menguji pengaruh deposito valas terhadap risk based internal audit. 2. Menguji pengaruh letter of credit terhadap risk based internal audit. 3. Menguji pengaruh deposito valas dan letter of credit secara simultan
9 D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat bagi:
1. Auditor internal, sebagai pertimbangan bagi auditor internal untuk dapat
mengontrol risiko audit dalam perbankan, serta membangkitkan naluri
agar lebih bersikap konservatif dalam menjalankan tugasnya.
2. Bank, agar dapat berperan lebih aktif dalam melakukan pengawasan atas
risk based internal audit serta diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam rangka pengembangan dan peningkatan kualitas perbankan.
3. Masyarakat, sebagai sarana informasi tentang risk based internal audit
pada bank serta dapat menambah wawasan pada bidang akuntansi.
4. Peneliti, guna memperluas wawasan dan menambah referensi mengenai
auditing agar diperoleh hasil yang bermanfaat bagi peneliti dimasa yang
10 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur 1. Deposito Valas
Simpanan deposito merupakan salah satu simpanan (dana) pihak
ketiga yang dikeluarkan oleh bank. Bentuk lain simpanan pihak ketiga
adalah tabungan dan rekening koran (giro). Menurut Undang-Undang No.
10 tahun 1998 yang dimaksud dengan deposito adalah simpanan yang
penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan
perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. Artinya kontrak simpanan
deposito untuk jangka waktu 3 bulan antara nasabah dan bank baru dapat
dicairkan setelah berakhirnya masa kontrak (biasanya disebut tanggal jatuh
tempo) (UU no 10 tahun 1998, pasal 1 ayat 7) (Kasmir, 2001 dalam
Imbang J. Mangkuto, 2004:80).
Deposito merupakan simpanan yang memiliki jangka waktu
tertentu (jatuh tempo). Penarikannya pun dilakukan sesuai jangka waktu
tersebut. Sama halnya dengan deposito, deposito valas merupakan
simpanan yang memiliki jangka waktu tertentu, hanya jenis mata uang
yang disimpan saja yang berbeda. Pada deposito valas menggunakan
valuta asing atau menggunakan mata uang selain rupiah. Saat ini sudah ada
bank yang memberikan fasilitas deposito yang penarikannya dapat
11
nasabah. Dalam praktiknya jenis deposito terdiri dari deposito berjangka,
sertifikat deposito dan deposit on call.
Deposito berjangka adalah deposito yang diterbitkan menurut
jangka waktu tertentu. Jangka waktu deposito berjangka yang umum
adalah 1, 3, 6, 12, 18 dan 24 bulan. Atas simpanan deposito berjangka
tersebut, nasabah akan menerima pendapatan bunga yang telah disepakati
bersama dengan pihak bank. Pendapatan bunga tersebut merupakan
persentase atas jumlah pokok simpanan deposito berjangka dan dapat
diambil setiap bulannya atau pada saat jatuh tempo. Pendapatan bunga
tersebut dikarenakan pajak yang besarnya ditentukan oleh pemerintah
(Kasmir, 2001 dalam Imbang J. Mangkuto, 2004:81).
Suku bunga deposito yang ditetapkan oleh sebuah bank berlaku
untuk setiap periode tertentu yang disesuaikan dengan perkembangan
pasar dan kebutuhan dana bank yang bersangkutan. Suku bunga deposito
terdiri dari suku bunga counter yaitu suku bunga yang tercantum pada
papan bank bersangkutan atau media cetak dan suku bunga negosiasi.
Suku bunga negosiasi biasanya diberikan kepada nasabah besar dengan
tujuan agar dengan kelebihan suku bunga tersebut, deposan mau
menyimpan di bank yang bersangkutan (Johar Arifin, 2006:81).
Ada saat suku bunga harus dinaikkan, ada pula saat suku bunga
harus diturunkan. Jika nasabah dapat menebak dengan akurat, kapan suku
bunga naik atau kapan suku bunga turun, maka nasabah dapat menikmati
12
korelasi erat dengan naik-turunnya indeks pasar saham serta kurs mata
uang.
Suku bunga tidak akan selamanya dipatok dititik yang tinggi, juga
pada titik yang rendah. Justru ini merupakan peluang bagi investor untuk
mendapatkan keuntungan optimal dari suku bunga bank.
Naik turunnya suku bunga bank merupakan sesuatu yang sangat
biasa. Otoritas moneter biasanya menggunakan instrumen suku bunga
untuk melakukan intervensi terhadap perekonomian. Suku bunga tinggi
ditujukan untuk mengurangi JUB (Jumlah Uang Beredar) yang ada di
masyarakat, sehingga otoritas moneter dapat lebih mudah dalam
menjalankan tugasnya mengendalikan inflasi. Kebijakan suku bunga tinggi
atau TMP (Tight Money Policy) biasa disebut dengan istilah “uang ketat”. Dengan berkembangnya internasionalisasi ekonomi diseluruh dunia
dan didukung fleksibilitas pertukaran mata uang, lebih banyak perhatian
diberikan kepada transmisi kebijakan moneter yang bekerja melalui kanal
pertukaran net export. Kanal ini juga melibatkan efek tingkat suku bunga karena penurunan tingkat suku bunga riil dalam negeri, deposito dalam
negeri menjadi kurang menarik dibandingkan dengan deposito dalam mata
uang asing, sehingga mengakibatkan kejatuhan pada nilai deposito relatif
terhadap deposito dalam mata uang lain/depresiasi. Nilai mata uang dalam
negeri yang lebih rendah membuat barang-barang dalam negeri lebih
13
kenaikan pada eksper netto dalam menaikkan aggregat output (Amin Budi Pramuraharjo, 2005:19).
Menurut Pindyck, 2001 dalam Imbang J. Mangkuto
(2004:157-158), preferensi nasabah terhadap risiko dapat dibagi menjadi tiga
kelompok, yaitu: kelompok risiko tolak, kelompok risiko netral dan
kelompok risiko lebih. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
a. Kelompok risiko tolak
Kelompok nasabah yang tidak menyukai risiko atau selalu berusaha
menghindari risiko (risk averse) dalam menentukan penempatan (investasi) dananya. Risiko yang utama bagi kelompok ini adalah
berbentuk pendapatan tidak pasti (return) dan yang berbentuk gagal bayar (kredit). Kelompok ini umumnya menyukai investasi yang
memberikan pendapatan pasti (fixed income) seperti deposito, obligasi atau commercial paper. Untuk risiko kredit yang kecil, nasabah menyukai Sertifikat Bank Indonesia atau Treasury Bills di Amerika
serikat atau deposito berjangka yang dijamin oleh pemerintah.
b. Kelompok risiko netral
Kelompok ini bersikap lebih moderat atas faktor risiko dalam investasi
(risk neutral), namun demikian tidak mempunyai kecendrungan untuk memilih investasi yang risikonya tinggi. Diasumsikan bahwa kelompok
ini mempunyai informasi dan pemahaman yang lebih baik tentang
instrumen investasi keuangan berikut risiko-risikonya sehingga secara
14
instrumen investasi yang lebih mempunyai risiko. Sesuai dengan
meningkatnya risiko yang diambil maka nasabah kelompok ini
menginginkan tingkat pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan
pendapatan yang diperoleh dari instrumen bebas risiko.
c. Kelompok risiko lebih
Kelompok ini menyukai instrumen investasi dengan risiko tinggi (risk taker) dengan harapan tingkat pendapatan yang sangat tinggi pula. Seiring dengan meningkatnya preferensi terhadap risiko, tentunya perlu
diasumsikan bahwa kelompok ini mempunyai pengetahuan atau akses
kepada informasi yang cukup mengenai jenis-jenis risiko instrumen
yang ada. Risiko yang diambil oleh para investor kelompok ini adalah
risiko yang dapat diperhitungkan (calculated risk).
Kelompok risiko lebih harus dibedakan dengan kelompok yang
melakukan investasi tanpa memperhatikan risiko sama sekali. Karena
risiko selalu melekat ke dalam kegiatan investasi, dapat dikatakan bahwa
preferensi buta risiko dalam keputusan investasi adalah suatu tindakan
yang tidak sesuai dengan akal sehat. Maka kelompok buta risiko ini tidak
dipandang sebagai kelompok investasi yang layak karena bersifat
spekulatif semata.
2. Letter of Credit
Menurut Amir M.S (2005:1) Letter of Credit (L/C) merupakan suatu surat yang dikeluarkan oleh bank devisa atas permintaan importir
15
negeri yang menjadi relasi dari importir tersebut. Isi surat itu menyatakan
bahwa eksportir penerima L/C diberi hak oleh importir untuk menarik wesel (surat perintah untuk melunasi utang) atas bank pembuka untuk
sejumlah uang yang disebut dalam surat itu. Bank yang bersangkutan
menjamin untuk mengakseptir atau menghonorir wesel yang ditarik
tersebut asal sesuai dan memenuhi semua syarat yang tercantum di dalam
surat itu.
Menurut Nunu Nugraha (2008:2) Letter of Credit (L/C) yang diterbitkan oleh bank dengan segala macam sifat dan jenisnya. Dalam
transaksi jual beli antara eksportir dan importir, penggunaan L/C
merupakan cara yang paling aman bagi eksportir maupun importir, karena
adanya kepastian bahwa pembayaran akan dilakukan apabila syarat L/C
dipenuhi. Namun demikian, cara pembayaran ini biayanya relatif lebih
besar dibanding dengan cara pembayaran yang lain.
Bagi eksportir merupakan risiko besar mengirimkan barang bila
tidak ada jaminan pembayaran. Untuk mendapatkan jaminan tersebut
eksportir meminta kepada importir agar membuka L/C untuknya. L/C
inilah yang merupakan jaminan atas pelunasan barang yang akan dikirim
oleh eksportir. Jadi, untuk kepentingan eksportirlah L/C harus dibuka terlebih dahulu sebelum barang dikirim. Sebaliknya, pembukaan L/C
merupakan jaminan pula bagi importir bersangkutan untuk memperoleh
pengapalan barang secara utuh sesuai yang diinginkannya, sedangkan dana
16
dengan demikian dapat dikatakan bahwa L/C merupakan suatu instrumen yang ditawarkan bank devisa untuk memudahkan lalu lintas pembayaran
dalam transaksi perdagangan internasional (Amir M.S, 2005:2).
Atas L/C yang dibuka oleh importir, eksportir atau supplier di luar negeri diberi hak untuk menarik wesel sebesar nilai harga barang yang
dikirimnya atas nama importir. Wesel ini beserta dokumen-dokumen
pengapalan barangnya oleh eksportir diserahkan kepada bank koresponden
yang menjadi penerima L/C untuk diambil alih.
Untuk menjalankan tugas perantara dalam transaksi perdagangan
internasional yang dimaksud, suatu bank tentu saja tidak akan dapat
bekerja sendiri dan hal ini kiranya tidaklah mungkin apabila bank yang
bersangkutan memang menginginkan tugasnya sebagai perantara harus
berhasil baik. Untuk itu maka bank-bank tersebut harus mengadakan
hubungan koresponden dengan bank-bank di luar negeri terutama dengan
bank-bank yang dalam dunia perbankan dan perdagangan internasional
tidak diragukan lagi bonafiditas-nya serta moral dan financial
standing-nya. Oleh karena bank-bank di luar negeri tersebut seolah-olah merupakan
agen dari bank yang bersangkutan, maka hubungan dimaksud sering
dikenal dengan sebutan Agency Arrangement yang mengatur tentang cara-cara penyelesaian sehubungan dengan kepentingan-kepentingan yang
menyangkut kegiatan bank masing-masing.
Dilihat dari sifatnya (Nunu Nugraha, 2008:3) suatu hubungan
17
negeri dapat dilakukan dengan 3 macam cara, yaitu Depository Correspondent, Non Depository Correspondent dan One Side Correspondent. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
a. Depository Correspondent, yaitu suatu hubungan antara bank dengan bank di luar negeri dimana bank yang bersangkutan memelihara
rekening pada bank luar negeri tersebut
b. Non Depository Correspondent, yaitu suatu hubungan antara bank dengan bank di luar negeri dimana bank yang disebut pertama tidak
memelihara rekening pada bank di luar negeri itu
c. One Side Correspondent, yaitu suatu hubungan antara bank dengan bank di luar negeri tanpa pemeliharaan suatu rekening.
Peranan Letter of Credit (L/C) dalam perdagangan internasional (Amir M.S, 2005:1) ialah:
a. Memudahkan pelunasan pembayaran transaksi ekspor
b. Mengamankan dana yang disediakan importir untuk membayar barang
impor
c. Menjamin kelengkapan dokumen pengapalan.
Pihak-pihak yang terlibat dalam pembukaan suatu Letter of Credit (L/C) (Amir M.S, 2005:3-4) adalah:
a. Opener atau applicant, yaitu importir yang memiliki bantuan bank devisanya untuk membuka L/C guna keperluan penjual atau eksportir b. Opening atau issuing bank, yaitu bank devisa yang dimintai bantuannya
18
Nilai L/C sangat tergantung pada nama baik dan reputasi dari bank devisa yang membuka L/C tersebut
c. Advising atau bank penyampai amanat, opening bank membuka L/C
untuk eksportir yang menjadi koresponden dari opening bank tersebut. Bank koresponden ini berkewajiban untuk menyampaikan amanat yang
terkandung dalam L/C kepada eksportir yang berhak
d. Beneficiary atau penerima L/C, yaitu eksportir yang menerima pembukaan L/C dan diberi hak untuk menarik uang dari dana L/C yang tersedia itu
e. Negotiating bank, yaitu bank yang membayar dokumen tersebut.
Keuntungan Letter of Credit (L/C) bagi para eksportir dan importir (Amir M.S, 2005:5-7) dapat diuraikan sebagai berikut:
Keuntungan Letter of Credit (L/C) bagi eksportir: a. Kepastian pembayaran dan menghindari risiko
b. Penguangan dokumen dapat langsung dilakukan
c. Biaya yang dipungut bank untuk negosiasi dokumen relatif kecil bila
ada L/C
d. Terhindar dari risiko pembatasan transfer valuta
e. Kemungkinan memperoleh uang muka atau kredit tanpa bunga.
Sedangkan keuntungan Letter of Credit (L/C) bagi importir adalah:
a. Pembukaan L/C dapat diartikan bahwa opening bank meminjamkan nama baik dan reputasinya kepada importir sehingga dapat dipercayai
19
b. L/C merupakan jaminan bagi importir, bahwa dokumen atas barang yang dipesan akan diterimanya dalam keadaan lengkap dan utuh, karena
telah diteliti oleh bank yang sudah mempunyai keahlian dalam hal
tersebut
c. Importir dapat mencantumkan syarat-syarat untuk pengamanan yang
pasti akan dipatuhi oleh eksportir agar dapat menarik uang dari L/C
yang tersedia.
Mengenai hal ikhwal yang menyangkut kewajiban dan
tanggungjawab bank sebagai pihak yang berurusan dengan
dokumen-dokumen, telah diatur secara lengkap (Nunu Nugraha, 2008:4-5) dapat
dikemukakan sebagai berikut:
a. Bank wajib memeriksa semua dokumen dengan ketelitian yang wajar
untuk memperoleh kepastian bahwa dokumen-dokumen itu secara
formal telah sesuai dengan L/C
b. Bank yang memberi kuasa kepada bank lain untuk membayar, membuat
pernyataan tertulis pembayaran berjangka, mengaksep, atau
menegosiasi dokumen, maka bank yang memberi kuasa tersebut akan
terikat untuk me-reimburse
20
d. Penolakan dokumen harus diberitahukan dengan telekomunikasi atau
sarana tercepat dengan mencantumkan penyimpangan-penyimpangan
yang ditemui dan minta penegasan status dokumen tersebut
e. Issuing bank akan kehilangan hak menyangkut bahwa dokumen-dokumen itu tidak sesuai dengan syarat-syarat L/C
f. Bila bank pengirim dokumen menyatakan terdapat penyimpangan pada
dokumen dan memberitahukan bahwa pembayaran, pengaksepan, atau
penegosiasian dengan syarat atau berdasarkan indemnity telah dilakukannya
g. Bank-bank dianggap tidak terikat kewajiban atau tanggungjawab
mengenai:
1)Bentuk, kecukupan, ketelitian, keaslian, pemalsuan atau keabsahan
menurut hukum dari pada tiap-tiap dokumen
2)Syarat-syarat khusus yang tertera dalam dokumen-dokumen atau
yang ditambahkan pada bank
3)Uraian, kuantitas, berat, kualitas, kondisi, pengepakan, penyerahan,
nilai atau adanya barang-barang
4)Itikad baik atau tindakan-tindakan dan atau kealpaan, kesanggupan
membayar utang, pelaksanaan pekerjaan atau standing dari pada si pengirim
h. Bank-bank juga dianggap tidak terikat kewajiban atau tanggungjawab
atas akibat-akibat yang timbul karena kelambatan dan atau hilang dalam
21
i. Bank-bank tidak terikat kewajiban atau tanggungjawab sebagai akibat
yang timbul karena terputusnya bisnis mereka disebabkan hal-hal di
luar kekuasaanya
j. Bila bank mempergunakan jasa-jasa bank lain dalam melaksanakan
instruksi applicant, maka hal tersebut adalah atas beban dan risiko
applicant.
Menurut Amir M.S (2005:11) terdapat cara pembayaran ekspor
yang diizinkan pemerintah yaitu:
a. Advance payment (pembayaran tunai di muka) b. Open account (rekening terbuka)
c. Document against payment
d. Document against acceptance
e. Consigment transfer
f. Sight letter of credit
g. Usance letter of credit
h. Barter
i. Counter trade
j. Deferred payment
k. Cash on delivery (tunai pada waktu penyerahan). 3. Risk Based Internal Audit
Peraturan Bank Indonesia No. 5/8/PBI/2003 tentang penerapan
manajemen risiko bagi bank umum pasal 15 (2) mengatakan bahwa
22
manajemen risiko wajib dilakukan oleh satuan kerja audit intern.
Sementara itu, Pedoman Standar Sistem Pengendalian Intern untuk Bank
Umum menjelaskan peranan audit intern dalam kegiatan pengendalian dari
pengendalian intern. Kegiatan pengendalian intern ini didefinisikan
sebagai kebijakan, prosedur dan praktik yang memberikan keyakinan
pejabat dan pegawai bank bahwa arahan dewan komisaris dan direksi bank
telah dilaksanakan secara efektif. Kegiatan pengendalian tersebut akan
dapat membantu direksi termasuk komisaris Bank dalam mengelola dan
mengendalikan risiko yang dapat mempengaruhi kinerja atau
mengakibatkan kerugian bank (Muh Arief Effendi, 2003:1).
Risiko merupakan kemungkinan kerugian dari suatu investasi
sebagai akibat perubahan kondisi yang mempengaruhi nilai dari investasi
tersebut. Risiko mempunyai hubungan positif dan linier dengan return
yang diharapkan dari suatu investasi, sehingga semakin besar return yang diharapkan semakin besar pula risiko yang harus ditanggung oleh seorang
investor (Imbang J. Mangkuto, 2004:30).
Berdasarkan bahasa, risiko merupakan kemungkinan, bahaya,
kerugian akibat kurang menyenangkan dari sesuatu perbuatan usaha dan
sebagainya (Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, 2005:558). Sedangkan Mc
Namee (1998) mendefinisikan risiko sebagai ketidakpastian yang
menimbulkan dampak material perlu dikelola untuk menggunakan tujuan
23
Timbulnya suatu risiko disebabkan oleh suatu peristiwa (risk event)
yang didefinisikan sebagai munculnya kejadian yang dapat menciptakan
potensi kerugian atau hasil yang tidak diinginkan. Peristiwa penyebab
timbulnya risiko dapat berasal dari kejadian internal maupun eksternal.
Kejadian internal yang dimaksud adalah kejadian yang bersumber dari
dalam institusi itu sendiri, seperti kesalahan sistem, kesalahan manusia,
kesalahan prosedur dan lain-lain. Kejadian internal pada dasarnya dapat
dicegah agar tidak terjadi. Sebaliknya kejadian eksternal adalah kejadian
yang bersumber dari luar yang tidak mungkin dapat dihindari. Contoh dari
kejadian eksternal adalah bencana alam, kerusuhan atau perang, krisis
ekonomi global, krisis ekonomi regional, krisis ekonomi lokal, hingga
dampak sistematik yang ditimbulkan oleh masalah pada lembaga
keuangan atau bank lain. Peristiwa-peristiwa tersebut sulit diprediksi
seberapa jauh pengaruhnya terhadap sebuah bank.
Menurut Amin Widjaja Tunggal (2008:91-92) ada beberapa cara
yang dapat dilakukan oleh suatu organisasi dalam mengelola risiko sampai
ke tahap yang dapat diterima oleh manajemen, yaitu dihindari, dialihkan,
diterima, dikurangi dan dinaikkan. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
a. Dihindari (avoid)
Merancang ulang proses sebagai jalan untuk mengurangi risiko atau
menghindari aktifitas tersebut jika risiko tidak dapat dikurangi samapai
24
b. Dialihkan (transfer)
Mengalihkan risiko ke pihak lain, seperti; asuransi, outsourcing,
hedging atau lainnya c. Diterima (accept)
Menerima risiko yang ada karena biaya yang dikeluarkan tidak efektif
untuk mengurangi risiko
d. Dikurangi (reduce)
Menggunakan teknik untuk mengurangi dampak dan kemungkinan
terjadinya risiko, contohnya adalah mendiversifikasi portofolio
e. Dinaikkan (increase)
Menaikkan risiko dengan menghilangkan hambatan yang ada, hal ini
akan meningkatkan kesempatan dan mempertahankan risiko pada tahap
yang masih bisa diterima.
Menurut Kamus Besar Akuntansi (2008:83) Audit Risk adalah suatu kemungkinan dimana pemeriksaan tidak akan membuka
ketidakberesan dalam catatan keuangan akibat kecurangan, kelalaian atau
alasan-alasan lain. Misalnya teknik pengambilan sampel dari pemeriksa
tidak selalu membuka pos atau ayat yang tidak tepat, seperti pengeluaran
yang berlebihan. Selanjutnya, evaluasi kontrol internal dan pengujian atau
pengecekan tidak mungkin mendeteksi ketidakefisienan (deficiency). Pemeriksaan harus mencoba melindungi terhadap konsekuensi yang
25
mendapatkan surat perwakilan (representation letter) dan jaminan kesalahan praktik yang memadai.
Menurut Z. Dunil (2005:18) audit berbasis risiko adalah audit yang
difokuskan dan diprioritaskan pada risiko bisnis dan prosesnya serta
pengendalian terhadap risiko yang dapat terjadi.
Dalam konsep audit berbasis risiko, semakin tinggi risiko suatu
area, maka harus semakin tinggi pula perhatian dalam audit area tersebut.
Untuk mengidentifikasi suatu risiko bisnis, auditor harus memahami aspek
pengendalian dari bisnis termasuk memahami risiko dan pengendalian dari
sistem dalam mencapai sasaran dan tujuan organisasi.
Risk based audit merupakan metodologi audit untuk dapat memberikan pendapat yang independen dan obyektif kepada manajemen
(Amin Widjaja Tunggal, 2008:95). Tujuan risk based auditing (Amin Widjaja Tunggal, 2008:95-96) secara umum adalah mengurangi risiko,
mengantisipasi area dengan risiko potensial dan melindungi perusahaan.
Penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Mengurangi risiko
Dari audit risiko yang dilakukan dapat diungkapkan transaksi, produk
serta aktivitas perusahaan yang berisiko tinggi. Area yang berisiko
tinggi tersebut dapat dilihat apa yang menjadi penyebabnya. Sebab
risiko tinggi bisa terdapat pada proses, orang, sistem atau sebab dari
26
manajemen dapat mengurangi risiko dengan menjadikan atau
mengurangi risiko tersebut
2. Antisipasi area dengan risiko potensial
Audit berbasis risiko juga mengungkapkan area mana yang berpotensi
mempunyai risiko tinggi, yang mungkin belum disadari oleh auditee
yang bersangkutan
3. Melindungi perusahaan
Suatu kejadian yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan dapat
terjadi secara mendadak dan perusahaan tidak siap menghadapinya.
Akibat yang ditimbulkan mempunyai pengaruh yang besar pada
perusahaan. Sebaliknya apabila kemungkinan terjadinya suatu kejadian
yang merugikan perusahaan telah diperhitungkan sebelum terjadi,
dampak yang ditimbulkan sudah diperkirakan dan pengaruh negatifnya
dapat diminimalisasi. Penerapan risk based auditing lebih memungkinkan perusahaan bersiap menghadapai risiko sekaligus
dengan antisipasi melindungi diri dari kemungkinan kerugian yang
dialami.
Secara lebih rinci tujuan risk based auditing adalah untuk memberikan keyakinan atau kepastian kepada Komite Audit, Dewan
Komisaris dan Direksi (Amin Widjaja Tunggal, 2008:96-97), bahwa:
a. Perusahaan telah memiliki proses manajemen risiko. Proses tersebut
27
b. Proses manajemen risiko dimaksud telah diintegrasikan oleh
manajemen perusahaan ke dalam semua tingkatan organisasi mulai dari
tingkat korporasi, divisi sampai unit kerja terkecil dan telah berfungsi
sebagaimana yang diinginkan
c. Kerangka kerja pengendalian internal (internal control framework) dan tata kelola yang baik (governance) yang ada telah tersedia secara cukup dan berfungsi secara baik guna mengendalikan risiko yang ada
d. Manajemen mampu mengidentifikasi dan menilai risiko yang ada
secara baik, serta telah memberikan tanggapan terhadap risiko tersebut
secara cukup dan efektif guna menurunkan dampak serta kemungkinan
terjadinya risiko ke tingkat yang dapat diterima oleh Dewan Komisaris
dan Direksi.
Manfaat utama risk based audit adalah sebagai berikut:
a. Evaluasi risiko bank yang lebih akurat melalui penilaian risiko inhern
dan proses manajemen risiko
b. Penekanan yang lebih fokus pada identifikasi awal atas risiko baru yang
muncul dalam perubahan sistem
c. Efektifitas biaya melalui fokus yang lebih tajam dalam proses penilaian
risiko
d. Pelaporan dan evaluasi penilaian risiko yang lebih continue dan current
28
Profesor Gerald Vinten dari City University Business School
(1991) dalam Amin Widjaja (2008:1) mendefinisikan internal auditing
sebagai berikut:
“Internal auditing is the recurrent comprehensive investigation into apparently healthy organizations with the objective of achieving an insight into the state of the organization and also its environment with the objective of achieving better control over its future operations.”
Menurut Amin Widjaja (2008:4) aktivitas internal audit menilai
dan memberi kontribusi terhadap perbaikan manajemen risiko,
pengendalian dan sistem tata kelola (governance system) yang berkaitan dengan:
a. Keandalan dan integritas dari informasi finansial dan operasional
b. Efektivitas dan efisiensi operasi
c. Pengamanan aktiva
d. Ketaatan terhadap peraturan, regulasi dan kontrak.
Audit Internal Berdasarkan Risiko (RBIA) adalah suatu metodologi
yang mana departemen audit internal menggunakannya untuk memberikan
keyakinan atau jaminan bahwa risiko akan dikelola di dalam suatu risk appetite (risiko yang dapat diterima oleh organisasi). Dengan kata lain, suatu proses yang mengelola risiko sampai pada suatu level yang
dipertimbangkan untuk dapat diterima oleh dewan direksi untuk bekerja
secara efektif dan efisien (Muh. Arief Effendi, 2003:1).
Metode ini terdiri dari lima bagian inti aturan audit internal yang
29
diketahui sebagai Enterprise-wide Risk Management (ERM) yang mengatur hal-hal sebagai berikut:
a. Memberikan keyakinan atau jaminan bahwa proses yang digunakan
oleh manajemen untuk mengidentifikasi semua risiko yang signifikan
berjalan dengan efektif
b. Memberikan keyakinan atau jaminan bahwa risiko secara benar telah
dinilai (diberi skor) oleh manajemen dalam hal memberikan
prioritasnya
c. Mengevaluasi proses manajemen risiko, untuk meyakinkan respon dari
setiap risiko adalah tepat dan sesuai dengan kebijakan organisasi
d. Mengevaluasi pelaporan atas risiko yang menjadi kunci utama, oleh
manajer ke Direktur, dan
e. Me-review manajemen atas risiko kunci oleh manajer untuk meyakinkan pengendalian diambil ke dalam operasional dan akan
di-monitoring.
Menurut Muh. Arief Effendi (2003:1) Risk Based Internal Audit
(RBIA) untuk selanjutnya diaplikasikan pada setiap risiko yang
mengancam tercapainya suatu tujuan organisasi. Disini akan meliputi
keuangan, risiko strategis dan operasional, baik internal organisasi maupun
eksternal organisasi menunjuk pada RBIA yang efektif, maka pemimpin
organisasi diharuskan untuk meyakinkan bahwa kerangka manajemen
30
a. Pemimpin organisasi harus mengidentifikasi dan menilai risiko yang
mengancam tujuan organisasinya dan mengembangkan suatu sistem
pengendalian internal, atau respon yang cocok lainnya, untuk
mengurangi ancaman ini sampai pada tingkat risiko yang rendah, atau
melaporkannya ke dewan direksi jika hal ini tidak memungkinkan
b. Risiko bawaan dilaporkan dan dinilai dalam berbagai cara yang
mengijinkan mereka untuk merangking ancaman yang ada
c. Pemimpin organisasi menemukan suatu risiko yang muncul bagi
organisasi seperti halnya suatu dasar risiko yang dapat secara mudah
diidentifikasi baik risiko yang tinggi maupun rendah
d. Tanggungjawab untuk memberikan jaminan pada kerangka manajemen
risiko akan didefinisikan. Hal ini termasuk mendefinisikan
tanggungjawab manajemen, eksternal audit, internal audit, dan setiap
fungsi lainnya yang memberikan jaminan, seperti HRD, keuangan, dan
bagian keamanan.
Salah satu tujuan dari risk based internal audit adalah untuk menguji bahwa sistem pengendalian internal akan mengurangi risiko
sampai ke tingkat yang rendah. Salah satu keuntungan dari risk based internal audit adalah tidak hanya seharusnya menyoroti risiko yang tidak secara tepat dikendalikan, risk based internal audit seharusnya menyoroti risiko yang sangat dikendalikan dan kemudian memakan sumber daya
31 Risk based internal audit memberikan keyakinan pada semua risiko, audit berbasis risiko dapat melibatkan area yang biasanya tidak
diuji. Area baru yang akan diaudit akan menjadi hal yang tidak biasa bagi
auditor, tidak hanya pada akhir ketika menyajikan temuan. Auditor akan
lebih memahami tentang praktek bisnis dan fasilitas dalam menerapkan
pengendalian yang sesuai.
Menurut Z. Dunil (2005:18) ada beberapa langkah pelaksanaan
audit berbasis risiko yang memberikan value added, diantaranya adalah: a. Memberikan arah kepada risiko yang dapat mempengaruhi posisi
keuangan perusahaan
b. Memberikan layanan atau membantu bank dalam mengelola risiko
bisnisnya
c. Komunikasi auditor dengan manajemen terhadap isu penting tentang
risiko
d. Meningkatkan identifikasi risiko yang mungkin terlewatkan
e. Meningkatkan identifikasi atas kemungkinan kecurangan, dan
f. Meningkatkan kualitas dan kecepatan pelaporan.
B. Keterkaitan Antar Variabel
1. Deposito Valas dengan Risk Based Internal Audit
Kenaikan suku bunga deposito berjangka pada semua bank
32
Astuti, 1999:1). Kenaikan suku bunga tersebut disebabkan antara lain oleh
hal-hal berikut:
a. Sebelum adanya program penjaminan dari pemerintah deposan
cenderung untuk menyimpan dananya pada bank-bank asing yang
dianggap lebih aman, meskipun dengan suku bunga yang lebih rendah
b. Dengan adanya program penjaminan pemerintah atas kewajiban
pembayaran bank-bank nasional, maka terjadilah aliran balik dana
masyarakat ke bank-bank nasional.
Disamping itu, adanya program penjaminan tersebut menyebabkan
risiko yang dihadapi oleh deposan pada setiap bank menjadi kurang lebih
sama, sehingga peranan suku bunga dalam menentukan pilihan bank bagi
deposan menjadi semakin menonjol. Oleh karena itu, timbul persaingan
diantara bank-bank yang berakibat naiknya suku bunga pasar uang antar
bank dan suku bunga deposito.
Adanya ekspektasi terhadap tingginya laju inflasi juga mendorong
bank-bank untuk menaikkan suku bunga agar suku bunga riil tetap positif,
dengan demikian memberikan daya tarik bagi masuknya aliran dana
masyarakat ke sistem perbankan.
Krisis kepercayaan yang sudah tidak rasional dari segi ekonomi itu
bukannya melanda segmen masyarakat yang tidak tahu apa-apa.
Kegelisahan yang terparah justru pada mereka yang well informed, yakni kelas menengah perkotaan (Bisnis Indonesia, 9 Februari 1998:1) dalam
33
memiliki asset financial. Merekalah yang mempengaruhi keadaan perekonomian Indonesia karena mereka dapat menggunakan assetnya yang
dapat ikut menentukan naik turunnya nilai uang. Kelas menengah keatas
perkotaan ini cepat bereaksi terhadap segala sesuatu hal yang dapat
merugikan atau menguntungkan assetnya. Sedangkan perlakuan terhadap
asset financial para menengah keatas perkotaan dapat mempengaruhi cepat atau tidak tercapainya stabilitas perekonomian Indonesia.
Menurut Dewi Astuti (1999:1) sebelum krisis moneter, pada saat
krisis moneter dan setelah reformasi dibidang perbankan terjadi pergeseran
perlakuan terhadap asset financial dan terdapat perbedaan perlakuan terhadap asset financial dari para Profesional di Surabaya yang diakibatkan oleh perbedaan jenis profesi dan perbedaan keadaan ekonomi.
Sarens and Beelde (2006) dalam (Habiburrochman, 2007:12) mengungkapkan bahwa terdapat perbedaan dalam persepsi internal auditor
tentang peran khusus mereka dalam manajemen risiko. Internal auditor
memainkan peran penting dalam membuat kesadaran yang tinggi atas
risiko dan kontrol dengan lebih memformalkan sistem manajemen risiko,
sehingga mempengaruhi cara kerjanya dalam menjalankan manajemen
risiko.
Perlu adanya pengawasan dari pihak audit internal dengan
menggunakan risk based internal audit. Deposito bank menanggung risiko, yaitu setiap kesempatan untuk memperoleh keuntungan dari usaha
34
kerugian. Audit Internal Berdasarkan Risiko (RBIA) adalah suatu
metodologi yang memberikan jaminan bahwa risiko dikelola sampai pada
suatu tingkat yang dapat diterima oleh organisasi. Dengan menerapkan
RBIA pada deposito valas, maka akan melindungi para deposan dari risiko
yang sewaktu-waktu dapat terjadi.
Ha1 : Deposito valas berpengaruh secara signifikan terhadap risk based
internal audit.
2. Letter of Credit dengan Risk Based Internal Audit
Menurut Nunu Nugraha (2008:8) dalam penelitiannya menyatakan
suatu hubungan pembayaran luar negeri diperlukan dalam penyelesaian
lalu lintas bayar-membayar antara para pihak yang mengadakan usaha
dimana mereka masing-masing berada di negara berlainan. Suatu
hubungan pembayaran luar negeri pada hakikatnya diperlukan dalam
penyelesaian transaksi-transaksi yang diadakan oleh para pihak, yaitu
dalam transaksi-transaksi perdagangan internasional yang meliputi
transaksi ekspor dan impor baik barang maupun jasa.
Dilihat dari sudut resultat-nya, suatu perdagangan luar negeri baru akan dapat dilaksanakan dengan baik apabila hubungan pembayarannya
dapat diselenggarakan dengan baik pula, secara acontrario suatu hubungan pembayaran luar negeri baru ada setelah adanya transaksi perdagangan
dengan luar negeri.
Sudah umum tentu para pihak dalam transaksi perdagangan
35
berjalan baik dan lancar tanpa adanya hambatan-hambatan apapun.
Keinginan yang demikian itu akan tampak lebih jelas dalam hal para pihak
mengharapkan diperolehnya keuntungan yang maksimal daripada hasil
transaksinya dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama. Terwujudnya
keuntungan yang maksimal bagi para pihak secara timbal balik merupakan
salah satu tujuan utama daripada transaksi yang mereka adakan sehingga
hasil itu baru akan nyata apabila cara pembayaran yang mereka tempuh
cukup baik dan terjamin.
Pada umumnya cara yang baik dan terjamin dimaksud yang lazim
ditempuh dalam perdagangan luar negeri adalah cara pembayaran yang
tidak langsung dalam arti melalui aktifitas perbankan, yaitu dengan
menggunakan transaksi letter of credit. Agar aktifitas perdagangan ini dapat berjalan dengan lancar untuk meningkatkan kepercayaan para
penggunanya maka perlu adanya risk based internal audit untuk mengontrol laju lalu lintas perdagangan melalui letter of credit, sehingga
dapat meningkatkan keyakinan para pengguna jasa perbankan dalam
menggunakan produk bank yang dikenal dengan nama letter of credit. Ha2 : Letter of Credit berpengaruh secara signifikan terhadap risk based
internal audit.
36 Tabel 2.1
Perbandingan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Sekarang
Nama Judul Variabel Metode
37 Tabel 2.1 (Lanjutan)
38 C. Model Penelitian
Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dapat
digambarkan seperti dibawah ini:
Sumber: Data Primer
Gambar 2.1
Model Pengaruh Variabel Independen Dengan Variabel Dependen
Bank
Menerapkan : PBI No. 5/8/PBI/2003 tentang pelaksanaan manajemen risiko
Deposito Valas
Letter of Credit
Risk Based Internal Audit
39 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh deposito valas dan
letter of cerdit terhadap risk based internal audit. Penelitian ini dilakukan di Bank Pemerintah dan Bank Swasta di Jakarta. Pengambilan data penelitian ini
dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder seperti; jurnal-jurnal,
buku-buku yang berkaitan dan data primer dengan memberikan kuesioner kepada
Auditor Internal, Asisten Manajer, dan Manajer.
B. Metode Penentuan Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut. Adapun metode yang digunakan dalam penentuan
sampel ini adalah Convenience Sampling. Convenience sampling adalah
metode pemilihan sampel berdasarkan kemudahan, dimana metode ini
memilih sampel dari elemen populasi yang datanya mudah diperoleh peneliti.
Elemen populasi yang dipilih sebagai subyek sampel adalah tidak terbatas
sehingga peneliti memiliki kebebasan untuk memilih sampel dengan cepat
(Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 2002:130). Bentuk sampling ini
termasuk ke dalam sampling non probabilitas dimana anggota unit sampel
yang ditarik mudah dihubungi atau didapat, tidak menyusahkan, mudah
40
penelitian ini adalah Auditor Internal, Asisten Manajer, dan Manajer yang
bekerja pada Bank Pemerintah dan Bank Swasta di Jakarta.
C. Metode Pengumpulan Data
Dilihat dari sumber datanya maka pengumpulan data dapat
menggunakan sumber data primer dan sumber data sekunder (Abdul Hamid,
2007:33). Dalam memperoleh data-data pada penelitian ini, maka peneliti
menggunakan dua cara yaitu penelitian pustaka dan penelitian lapangan.
1. Penelitian Pustaka (Library Research)
Kepustakaan merupakan bahan utama dalam penelitian data sekunder (Nur
Indriantoro dan Bambang Supomo, 2002:150). Peneliti memperoleh data
yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti melalui buku, jurnal,
skripsi, tesis, perpustakaan bank, internet dan perangkat lain yang
berkaitan dengan judul penelitian.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Data utama penelitian ini diperoleh melalui penelitian lapangan, peneliti
memperoleh data langsung dari pihak pertama (data primer). Pada
penelitian ini, yang menjadi subyek penelitian adalah auditor internal serta
pihak berkepentingan lainnya yang bekerja pada bank pemerintah dan
bank swasta. Peneliti memperoleh data dengan mengirimkan kuesioner
kepada bank pemerintah dan bank swasta secara langsung ataupun melalui
41 D. Metode Analisis Data
Metode analisis data menggunakan statistik deskriptif, uji kualitas data, uji
asumsi klasik dan uji hipotesis.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskripstif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang
dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,
minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi)
(Imam Ghozali, 2009:30).
2. Uji Kualitas Data
Untuk melakukan uji kualitas data atas data primer ini, maka peneliti
melakukan uji reliabilitas dan validitas.
a. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner
dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap
pernyataan tersebut konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
1) Repeated Measure atau pengukuran ulang.
2) One Shot atau pengukuran sekali saja, pengukurannya hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pernyataan lain atau
mengukur korelasi antar jawaban pernyataan.
Untuk mengukur reliabilitas digunakan uji statistik Cronbach Alfa (α).