IMPLEMENTASI PROGRAM RASKIN
(BERAS UNTUK MASYARAKAT MISKIN)DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL (Studi pada Kelurahan Babura)
SKRIPSI
Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara
Oleh :
HENNI NURANISA 100921016
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini disetujui untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh:
Nama : Henni Nuranisa
NIM : 100921016
Departemen : Ilmu Administrasi Negara
Judul : Implementasi Program Raskin ( Beras untuk Masyarakat
Miskin ) di Kecamatan Medan Sunggal
Medan,19 Juli 2012
Dosen Pembimbing Ketua Departemen Ilmu
Administrasi Negara
Drs. M. Husni Thamrin Nasution, MSi Drs. M. Husni Thamrin Nasution, MSi NIP. 196401081991021001 NIP. 196401081991021001
Dekan FISIP USU
ABSTRAKSI
IMPLEMENTASI PROGRAM RASKIN (BERAS UNTUK MASYARAKAT MISKIN)
DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL ( Studi pada Kelurahan Babura )
Nama : Henni Nuranisa
NIM : 100921016
Departemen : Ilmu Administrasi Negara
Pembimbing : Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui tentang implementasi program Raskin atau Beras untuk Masyarakat Miskin, mengetahui dan mendeskripsikan proses implementasi program Raskin serta untuk mengetahui hambatan-hambatan yang terjadi dalam proses implementasi Raskin di Kelurahan Babura Kecamatan Medan Sunggal.
Adapun sumber data yang digunakan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah dengan melakukan wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif dengan analisa kualitatif.
Raskin merupakan salah satu program untuk menyejahterakan kehidupan masyarakat miskin dengan cara pemerintah menyediakan beras berkualitas sedang dengan harga murah untuk membantu pemenuhan kebutuhan makan masyarakat miskin sehari-hari. Program Raskin ini muncul karena masih banyak masyarakat Kelurahan Babura Kecamatan Medan Sunggal yang hidup di bawah garis kemiskinan masih mengalami kerawanan pangan. Dalam program Raskin ini, yang menjadi sasaran adalah rumah tangga miskin yang ada di wilayah Kelurahan Babura. Sasaran program Raskin ini meliputi penarik becak, tukang kayu, keluarga miskin dan sebagainya.
Keberhasilan implementasi program Raskin dilihat dari beberapa faktor, yakni komunikasi yang terdiri dari transmisi, kejelasan dan konsistensi. Sumber daya yang terdiri dari staf (sumber daya manusia), informasi, wewenang dan fasilitas kemudian disposisi serta struktur birokrasi.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT. yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi
Progam Raskin (Beras untuk Masyarakat Miskin) di Kecamatan Medan Sunggal”. Dan tak lupa
penulis panjatkan shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa umat Islam menuju agama Allah SWT.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan
dalam skripsi ini, baik dalam tata bahasa maupun ruang lingkup pembahasannya. Oleh sebab itu,
penulis mengharapkan adanya kritik ataupun saran serta masukan yang bersifat membangun dari
pembaca demi penyempurnaan skripsi ini.
Dalam masa perkuliahan tentunya ada banyak kenangan dan juga kesan yang tak
terlupakan, oleh sebab itu penulis juga ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh
pihak yang telah memberikan kesempatan, bantuan, bimbingan maupun petunjuk ataupun nasihat
kepada penulis terutama kepada:
1. Terima kasih kasih kepada Dekan FISIP USU, Prof. Dr. Badaruddin, MSi.
2. Terima kasih kepada Bapak Ketua Departemen Administrasi Negara Bapak Drs. M.
Husni Thamrin Nasution, MSi, yang telah membimbing saya dari awal perkuliahan
hingga saya mengakhiri kuliah saya di Departemen Administrasi Negara.
3. Terima kasih kepada Ibu Dra. Elita Dewi, M.Sp, yang merupakan Sekretaris Departemen
Administrasi Negara yang juga telah memberikan ilmunya kepada penulis dan
4. Terima kasih kepada Bapak Drs. M.Husni Thamrin Nasution, M.Si, selaku dosen
pembimbing. Penulis sangat berterima kasih atas kemudahan yang bapak berikan di
sela-sela kesibukan bapak dalam “tugas negara” sehingga skripsi ini selesai lebih cepat dari
perkiraan penulis.
5. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh dosen-dosenku di Departemen
Administrasi Negara mulai dari yang “nyeremin” hingga yang ngangenin yang saya
cintai dan saya hormati yang tidak bisa diuraikan satu persatu. Terima kasih banyak
karena telah membagikan ilmunya dan juga pengalamannya serta memberikan nilai yang
mungkin sudah sesuai dengan kapasitas yang saya miliki sehingga saya bisa
menyelesaikan studi S1. Permohonan maaf juga saya ucapkan kepada seluruh dosen yang
sempat mengajar saya atas segala tingkah laku ataupun perkataan yang tidak berkenan.
Kemudian untuk para administratur yang ada di Departemen AN, Kak Mega, Kak Dian,
bang Faisal, bang Arza dan semuanya yang telah membantu proses kelancaran
administrasi, saya ucapkan terima kasih banyak atas jasa dan bantuan yang telah
diberikan.
6. Terima kasih yang tak terhingga penulis ucapkan sekali lagi kepada Ibunda dan ayahanda
yang selalu mendukung penulis dengan doa-doa yang baik dan selalu memberikan
semangat dan inspirasi di saat penulis mulai lelah. Hanya Allah SWT yang mengetahui
seberapa besar rasa syukur penulis dan do’a yang penulis panjatkan kepada-Nya untuk
kebahagiaan kedua orangtua penulis.
7. Sahabat-sahabatku yang selalu memberikan kritik dan saran agar menjadi seseorang yang
8. Terima kasih kepada seluruh teman-teman Ekstensi A.N 2010 yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu namanya.
9. Terima kasih juga kepada teman-teman kerjaku yang selalu mendukungku untuk secepat
mungkin menyelesaikan skripsi ini dan selalu memberiku waktu-waktu “tergila” di saat
penulis merasa jenuh dan bosan : Kak Wiwit dan Kak Dwi.
10.Terima kasih terakhir penulis ucapkan kepada seluruh keluarga besar penulis atas
dukungan dan bantuan yang penulis butuhkan selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga amal baik semua yang telah membantu penulis
dalam penyusunan skripsi ini mendapatkan balasan dari Allah SWT. Tak lupa penulis meminta
maaf kepada semuanya apabila ada perkataan maupun perbuatan penulis yang pernah
menyinggung perasaan dan juga segala hal yang tidak berkenan dihati. Penulis juga berharap
semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Medan, Juli 2012
Penulis
DAFTAR ISI
1.1Latar Belakang Masalah……….………. 1
1.2Perumusan Masalah……… 4
1.5.2.1 Pengertian Implementasi... 9
1.5.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan………... 11
1.5.3 Beras Untuk Keluarga Miskin (RASKIN)……… 12
1.5.3.1Pengertian Raskin……….……….. 12
1.5.3.2Tujuan dan Sasaran Program RASKIN………….…………. 14
1.5.3.3Prinsip Pengelolaan……….... 15
1.5.3.4Penentuan Pagu……….. 15
1.5.3.6Penentuan Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat….... 16
1.5.3.7Mekanisme Distribusi Raskin……….. 17
1.6 Definisi Konsep…….……….. ……… 18
1.7Sistematika Penulisan……… 20
BAB 2 METODE PENELITIAN
BAB 3 DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 3.1 Profil Kelurahan Babura……….………. 25
3.2 Visi dan Misi Kelurahan Babura……….……… 25
3.3 Demografi Penduduk………..………. 26
3.4 Sarana dan Prasarana………..………. 28
3.5 Keadaan Sosial………..……….. 30
3.6 Pengorganisasian………..………... 30
BAB 4 PENYAJIAN DATA 4.1 Identitas Informan……….…..…. 41
4.2 Distribusi Jawaban Responden tentang Implementasi Program Raskin di Kelurahan Babura……….. 45
5.1.1 Standar dan Sasaran Kebijakan………..……… 62
5.1.2 Sumber Daya………...….……….. 63
5.1.3 Komunikasi dan Koordinasi Antar Instansi Terkait…………....……….. 65
5.1.4 Disposisi Implementor………..……….… 66
5.2 Jaminan Keamanan Pemenuhan Kebutuhan Pokok…………....……… 67
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan………. 69 6.2 Saran………...……… 70
ABSTRAKSI
IMPLEMENTASI PROGRAM RASKIN (BERAS UNTUK MASYARAKAT MISKIN)
DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL ( Studi pada Kelurahan Babura )
Nama : Henni Nuranisa
NIM : 100921016
Departemen : Ilmu Administrasi Negara
Pembimbing : Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui tentang implementasi program Raskin atau Beras untuk Masyarakat Miskin, mengetahui dan mendeskripsikan proses implementasi program Raskin serta untuk mengetahui hambatan-hambatan yang terjadi dalam proses implementasi Raskin di Kelurahan Babura Kecamatan Medan Sunggal.
Adapun sumber data yang digunakan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah dengan melakukan wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif dengan analisa kualitatif.
Raskin merupakan salah satu program untuk menyejahterakan kehidupan masyarakat miskin dengan cara pemerintah menyediakan beras berkualitas sedang dengan harga murah untuk membantu pemenuhan kebutuhan makan masyarakat miskin sehari-hari. Program Raskin ini muncul karena masih banyak masyarakat Kelurahan Babura Kecamatan Medan Sunggal yang hidup di bawah garis kemiskinan masih mengalami kerawanan pangan. Dalam program Raskin ini, yang menjadi sasaran adalah rumah tangga miskin yang ada di wilayah Kelurahan Babura. Sasaran program Raskin ini meliputi penarik becak, tukang kayu, keluarga miskin dan sebagainya.
Keberhasilan implementasi program Raskin dilihat dari beberapa faktor, yakni komunikasi yang terdiri dari transmisi, kejelasan dan konsistensi. Sumber daya yang terdiri dari staf (sumber daya manusia), informasi, wewenang dan fasilitas kemudian disposisi serta struktur birokrasi.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kemerdekaan merupakan hasil perjuangan bangsa Indonesia oleh generasi
terdahulu.Namun bukan berarti perjuangan berakhir di titik ini saja, karena akhir dari perjuangan
merebut kemerdekaan menjadi langkah baru bagi generasi selanjutnya untuk mempertahankan
serta mengisi kemerdekaan dengan pembangunan di segala bidang kehidupan.Pembangunan
dapat diartikan sebagai suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang
berencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara, dan pemerintah, menuju
modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (Siagian, 1983:2-3).
Konsep pembangunan sosial juga dapat dilihat kaitannya dalam rangka upaya
mewujudkan cita-cita negara Kesejahteraan (Welfare State).Konsep tersebut bersumber dari
pemahaman tentang fungsi negara. Dalam Welfare State, negara tidak lagi hanya bertugas
memelihara ketertiban dan menegakkan hukum, tetapi terutama adalah meningkatkan
kesejahteraan warganya (Ndraha dalam Boediono,2006:313). Dalam pandangan tersebut, negara
dituntut untuk berperan aktif dalam mengusahakan kesejahteraan rakyatnya, yang didorong oleh
pengakuan atau kesadaran bahwa rakyat berhak memperoleh kesejahteraan sesuai harkat dan
martabatnya sebagai manusia.
Indonesia masih menghadapi masalah kemiskinan dan kerawanan pangan.Masalah ini
berbagai sektor baik di tingkat pusat maupun daerah.Upaya-upaya tersebut telah dicantumkan
menjadi salah satu program prioritas dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2008.
Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2002 tentang Kebijakan Perberasan menginstruksikan
Menteri dan Kepala Lembaga Pemerintah Non Departemen tertentu, serta Gubernur dan
Bupati/Walikota seluruh Indonesia untuk melakukan upaya peningkatan pendapatan petani,
ketahanan pangan, pengembangan ekonomi pedesaan dan stabilitas ekonomi nasional. Secara
khusus kepada Perum Bulog diinstruksikan untuk menyediakan dan menyalurkan beras
bersubsidi bagi kelompok masyarakat miskin dan rawan pangan yang penyediaannya
mengutamakan pengadaan beras dan gabah dalam negeri.
Program Raskin (Program Penyaluran Beras Untuk Keluarga Miskin) adalah sebuah
program dari pemerintah. Program ini dilaksanakan di bawah tanggung jawab Departemen
Dalam Negeri dan Perum Bulog sesuai dengan SKB (Surat Keputusan Bersama) Menteri Dalam
Negeri dengan Direktur Utama Perum Bulog Nomor : 25 Tahun 2003 dan Nomor :
PKK-12/07/2003, yang melibatkan instansi terkait, Pemerintah Daerah dan masyarakat.
Program Raskin ini sebenarnya diawali dengan Program Operasi Pasar Khusus Beras
pada tahun 1998. Operasi ini merupakan tindak lanjut dari adanya krisis ekonomi pada
pertengahan tahun 1997, disertai kemarau kering serta bencana kebakaran hutan dan ledakan
serangan hama belalang dan hama wereng coklat yang telah menyebabkan penurunan produksi
pangan secara nyata. Penurunan ini dipicu kenaikan harga pupuk dan obat pemberantas hama
yang cukup tinggi. Harga beras kemudian semakin meningkat naik sejak bulan Mei 1997 dan
mencapai puncaknya sekitar Mei - Juni 1998. Program Raskin dilaksanakan sebagai konsekuensi
pusat. Kenaikan harga BBM tersebut jelas berdampak pada naiknya harga bahan pangan
(sembilan bahan pokok), salah satunya beras.
Program Raskin ini bertujuan untuk mengurangi beban pengeluaran dari rumah tangga
miskin sebagai bentuk dukungan dalam meningkatkan ketahanan pangan dengan memberikan
perlindungan sosial beras murah dengan jumlah maksimal 15 Kg/rumah tangga miskin/bulan
dengan masing-masing seharga Rp. 1600,00/Kg (Netto) di titik distribusi. Program ini mencakup
di seluruh provinsi, sementara tanggung jawab dari distribusi beras dari gudang sampai ke titik
distribusi di pegang oleh Perum Bulog
Tujuan mulia pemerintah untuk memberikan bantuan pada keluarga miskin tidak luput
dari penyimpangan.Menurut pemantauan di lapangan, ada empat masalah dalam penyaluran
program raskin.Pertama, mengenai salah sasaran.Program raskin yang semestinya disalurkan
atau dijual kepada keluarga-keluarga miskin ternyata (banyak juga yang) jatuh pada kelompok
masyarakat lain (keluarga sejahtera).Salah sasaran ini banyak disebabkan oleh human error, di
mana para petugas lapangan justru membagi-bagikan kupon raskin pada keluarga dekat atau
teman kerabatnya.Bahkan tidak sedikit keluarga sejahtera yang "menagih jatah" beras murah
tersebut. Menurut Lembaga Penelitian SMERU, Raskin menjangkau 52,6% rumah tangga
miskin, namun rumah tangga tidak miskin yang terjangkau juga relative tinggi, yakni 36,9%.
Bahkan World Bank (2006 : 215) melaporkan bahwa Raskin lebih banyak diterima oleh rumah
tangga bukan miskin.
Kedua, jumlah beras yang dibagikan sering tidak sesuai dengan apa yang telah
diprogramkan. Jumlah raskin yang dijual kepada masyarakat (miskin) sudah pasti berkurang
karena pembagian beras, sering tidak diukur dalam bentuk kilogram (sesuai dengan program)
diprogramkan. Kekurangan jumlah itu juga terjadi karena petugas lapangan berusaha untuk
bertindak adil dengan membagikan raskin kepada (hampir) seluruh warga, termasuk yang tidak
menerima kupon.
Ketiga, berhubungan dengan masalah sebelumnya, yakni disebabkan kesalahan data
jumlah keluarga miskin.Hal ini terjadi akibat masih buruknya koordinasi antara birokrasi baik
dari pusat, provinsi, kabupaten/kota, hingga desa, atau kelurahan. Akibatnya, kuantitas (jumlah)
keluarga miskin yang didata bisa lebih besar atau lebih sedikit dari yang sebenarnya, sehingga
Raskin yang dibagikan akan berdampak pada kekurangan atau (bahkan) kelebihan jatah.
Keempat, harga yang tidak sesuai dengan perencanaan awal. Naiknya harga raskin yang
harus ditebus warga disebabkan oleh alasan yang seringkali dimunculkan para petugas untuk
menjawab ketidaktersediaan dana untuk pengangkutan (distribusi beras atau biaya transportasi),
pengadaan kantong plastik, dan lain-lain. Akibatnya, biaya ini dibebankan kepada warga,
sehingga tidak heran kalau harga awal berbeda dengan harga di lapangan
(http://newspaper:pikiran-rakyat.com).
Fakta tentang masih banyaknya masyarakat miskin yang tidak terserap dan terdata untuk
merasakan program Raskin tersebut juga terdapat di Kelurahan Babura Kecamatan Medan
Sunggal. Saat ini masih ada rakyat miskin di Kelurahan Babura Kecamatan Medan Sunggal yang
belum mendapatkan kepastian terhadap beras untuk masyarakat miskin. Hal ini merupakan satu
bagian dari bentuk diskriminasi terhadap rakyat miskin dalam memperoleh Raskin.
Dari paparan Implementasi Program Raskin tersebut dapat disimpulkan bahwa
penyaluran raskin amat rentan terhadap kesalahan, penyelewengan, dan bahkan
manipulasi.Dengan melihat banyaknya permasalahan dalam penyaluran raskin kepada Rumah
“Implementasi Program Raskin (Beras Untuk Masyarakat Miskin) di Kecamatan Medan Sunggal
(studi kasus Kelurahan Babura)”.
1.2 Perumusan Masalah
Untuk mempermudah penelitian ini nantinya dan agar penelitian ini memiliki arah yang
jelas dalam menginterpretasikan fakta dan data ke dalam penulisan skripsi, maka terlebih dahulu
dirumuskan permasalahan yang akan diteliti. Berdasarkan pada uraian latar belakang masalah di
atas, maka penulis merumuskan permasalahan pokok penelitian ini adalah:
“Bagaimana Implementasi Program Raskin (Beras Untuk Masyarakat Miskin) di
Kecamatan Medan Sunggal.”
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui implementasi Program Raskin di Kecamatan Medan Sunggal.
2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan hambatan-hambatan yang terjadi dalam proses
implementasi beras untuk masyarakat miskin di Kelurahan Babura.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini akan memberikan manfaat bagi berbagai pihak baik secara langsung maupun
tidak langsung. Adapun manfaat-manfaat tersebut adalah:
1. Secara teoritis /akademis, hasil dari penelitian diharapkan dapat memperkaya khasanah
kepustakaan pendidikan, khususnya mengenai implementasi program jaminan kesehatan,serta
dapat menjadi bahan masukan bagi mereka yang berminat menindaklanjuti hasil penelitian ini
dengan mengambil kancah penelitian yang berbeda dan dengan informan penelitian yang
lebih banyak.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan akan dapat dijadikan sebagai kontribusi
1.5 Kerangka Teori
Sebagai titik tolak atau landasan berfikir dalam menyoroti atau memecahkan
permasalahan perlu adanya pedoman teoritis yang dapat membantu.Untuk itu perlu disusun
kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana
masalah tersebut disoroti. Selanjutnya, teori merupakan serangkaian asumsi, konsep, konstruksi,
definisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara
merumuskan hubungan antara konsep (Singarimbun, 1999:37).
Berdasarkan rumusan di atas, maka dalam bab ini penulis akan mengemukakan teori,
pendapat, gagasan yang akan dijadikan titik tolak landasan berfikir dalam penelitian ini.
1.5.1 Kebijakan Publik
1.5.1.1. Pengertian Kebijakan
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri dan harus dapat berinteraksi
dengan orang lain. Di dalam setiap interaksi itu kadang kala membawa masalah.Pemerintah
sebagai penyelenggara pemerintahan yang mencakup segala sendi kehidupan bermasyarakat
harus dapat mengatasi masalah-masalah yang timbul tersebut yakni dengan lahirnya
kebijakan-kebijakan tapi kadang kala, kebijakan-kebijakan itu tidak dapat menjawab kebutuhan masyarakat dan
menyelesaikan permasalahan yang ada.
Menurut H. Hugh Heglo (dalam Abidin 2004:21) kebijakan adalah suatu tindakan yang
bermaksud untuk mencapai tujuan tertentu.Sedangkan Anderson (dalam Islamy 1997:4)
mendefinisikan kebijakan sebagai serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang
diikuti dan dilaksanakan oleh seorang pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan suatu
Carl I. Friedrick dikutip oleh Riant D. Nugroho (2004 : 4) mendefinisikannya sebagai:
Serangkaian tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu
lingkungan tertentu, dengan ancaman dan peluang yang ada dimana kebijakan yang diusulkan
tersebut ditujukan untuk memanfaatkan potensi sekaligus mengatasi hambatan yang ada rangka
mencapai tujuan tertentu.
Kebijakan dapat pula diartikan sebagai bentuk ketetapan yang mengatur yang dikeluarkan
oleh seseorang yang memiliki kekuasaan.Jika ketetapan tersebut memiliki sasaran kehidupan
orang banyak atau masyarakat luas, maka kebijakan itu dikategorikan sebagai kebijakan
publik.Dalam perkembangan Ilmu Administrasi Negara, baik di negara berkembang bahkan di
negara maju sekalipun, kebijakan publik merupakan masalah politik yang menarik untuk dikaji
dan dibahas.
Dari kedua penjelasan di atas dapat ditarik konsep dasar bahwa kebijakan itu adalah
prosedur memformulasikan sesuatu berdasarkan aturan tertentu yang kemudian digunakan
sebagai alat untuk memecahkan permasalahan dalam mencapai suatu tujuan.Dalam setiap
kebijakan pasti membutuhkan orang-orang sebagai perencana atau pelaksana kebijakan maupun
objek dari kebijakan itu sendiri. Sebagaimana penjelasan Irfan Islamy (1999:5) kebijakan adalah
suatu program kegiatan yang dipilih oleh seorang atau sekelompok orang dan dapat dilaksanakan
serta berpengaruh terhadap sejumlah besar orang dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu
Dari beberapa pandangan tentang kebijakan negara tersebut, dengan mengikuti paham
bahwa kebijakan negara itu adalah serangkaian tindakan yang ditetapkan dan dilaksanakan oleh
pemerintah yang mempunyai tujuan atau berorientasi pada tujuan tertentu demi kepentingan
seluruh rakyat, maka (M. Irfan Islamy 1999:20) menguraikan beberapa elemen penting dalam
1. bahwa kebijakan publik itu dalam bentuk perdananya berupa penetapan tindakan-tindakan
pemerintah
2. bahwa kebijakan publik itu tidak cukup hanya dinyatakan tetapi dilaksanakan dalam bentuk
yang nyata
3. bahwa kebijakan publik, baik untuk melakukan sesuatu apapun tidak melakukan sesuatu itu
mempunyai dan dilandasi maksud dan tujuan tertentu
4. bahwa kebijakan publik itu harus senantiasa ditujukan bagi kepentingan seluruh anggota
masyarakat.
Menurut Anderson (dalam Tangkilisan 2003:2) kebijakan publik adalah pengembangan
dari kebijakan yang dilakukan oleh institusi pemerintah dan aparaturnya dari pernyataan tersebut
dapat dikatakan bahwa:
a. Kebijakan pemerintah selalu mempunyai tujuan tertentu atau merupakan tindakan yang
berorientasi pada tujuan.
b. Kebijakan berisi tindakan-tindakan atau pola-pola tindakan pejabat-pejabat pemerintah.
c. Kebijakan itu merupakan apa yang benar-benar dilakukan pemerintah, jadi bukan apa yang
baru menjadi maksud atau pernyataan pemerintah untuk melakukan sesuatu.
d. Kebijakan pemerintah ini dilandaskan pada perundang-undangan dan bersifat memaksa.
Dalam konsep lainnya seorang pakar bernama William N. Dunn (1994) mengatakan
proses analisis kebijakan publik merupakan serangkaian aktivitas intelektual yang dilakukan
dalam proses kegiatan yang bersifat politis. Aktivitas politis itu nampak pada serangkaian
kegiatan yang mencakup penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan,
Korten (dalam Tangkilisan 2003:7) mengatakan bahwa suatu kebijakan berhasil
ditentukan oleh hubungan dari tiga aspek yaitu : jenis kebijakan, penerima kebijakan dan
organisasi pelaksana kebijakan. Organisasi pelaksana kebijakan harus mampu merumuskan apa
yang menjadi ekspresi kebutuhan calon penerima kebijakan atau kelompok sasaran dalam sebuah
kebijakan. Ini dimaksudkan agar penerima kebijakan memerlukan persyaratan teknis yang harus
dipenuhi oleh organisasi pelaksana.Setiap jenis kebijakan memerlukan persyaratan teknis yang
berbeda sesuai dengan sifat kebijakan.Oleh karena itu, organisasi pelaksana harus memiliki
kompetensi supaya dapat dapat berhasil. Selanjutnya outcome dari suatu kebijakan harus sesuai
dengan kebutuhan masyarakat penerima kebijakan atau target group supaya kebijakan tersebut
terasa manfaatnya. Apabila outcome kebijakan tidak seperti yang dikehendaki masyarakat
penerima kebijakan, maka terjadi pemborosan biaya kebijakan.
1.5.2 Implementasi Kebijakan 1.5.2.1. Pengertian Implementasi
Dalam kamus Webster (Wahab, 1997:64) pengertian implementasi dirumuskan secara
pendek, dimana “to implementation" (mengimplementasikan) berarti “to provide means for
carrying out; to give practical effect to” (menyajikan alat bantu untuk melaksanakan;
menimbulkan dampak/berakibat sesuatu).
Selanjutnya Mazmanian dan Sabatier (dalam Wahab 1997:65) menjelaskan lebih lanjut
tentang konsep implementasi kebijakan yakni memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah
program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi
kebijakan, yaitu kejadian-kejadian atau kegiatan yang timbul setelah disahkannya
pedoman-pedoman kebijakan negara, yaitu mencakup baik usaha-usaha untuk mengadministrasikannya
Menurut Wahab (1991 : 45), implementasi kebijakan merupakan aspek penting dari
keseluruhan proses kebijakan, implementasi kebijakan tidak hanya sekedar bersangkut paut
dengan mekanisme penjabaran keputusan-keputusan politik ke dalam prosedur-prosedur rutin
lewat saluran-saluran birokrasi melainkan lebih dari itu. Ini menyangkut masalah konflik,
keputusan dari siapa dan memperoleh apa dari suatu kebijakan.
Ia juga mengatakan bahwa dalam implementasi, khususnya yang dilibatkan oleh banyak
organisasi pemerintah, sebenarnya dapat dilihat dari 3 (tiga) sudut pandang yakni :
1. Pemrakarsa kebijakan/pembuat kebijakan (the center atau pusat)
2. Pejabat-pejabat pelaksana di lapangan (the periphery)
3. Aktor-aktor perorangan di luar badan-badan pemerintah kepada siapa program- program itu
diwujudkan, yakni kelompok-kelompok sasaran (target group)" (Wahab, 1997 : 63).
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa fungsi implementasi kebijakan adalah untuk
membentuk suatu hubungan yang memungkinkan tujuan-tujuan atau sasaran kebijakan negara
diwujudkan sebagai “Outcome“ (hasil akhir) kegiatan kegiatan yang dilakukan pemerintah.
Sebab itu, fungsi implementasi mencakup pula penciptaan apa yang dalam ilmu kebijakan negara
disebut “Policy delivery system” (sistem penyampaian/penerusan kebijakan negara) yang
biasanya terdiri dari cara-cara atau sarana tertentu yang dirancang/didesain secara khusus serta
diarahkan menuju tercapainya tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang dikehendaki (Wahab;
1990 : 123-124).
Menurut Ripley &Franklin(1986:54) ada dua hal yang menjadi fokus perhatian dalam
implementasi, yaitu compliance (kepatuhan) dan what”s happening (Apa yang terjadi).
Kepatuhan menunjuk pada apakah para implementor patuh terhadap prosedur atau standard
proses implementasi itu dilakukan, hambatan apa yang muncul, apa yang berhasil dicapai,
mengapa dan sebagainya.
Sementara itu Cleaves (dalam Wahab 1991 : 125) menyatakan bahwa keberhasilan atau
kegagalan implementasi dapat dievaluasi dari sudut kemampuannya secara nyata dalam
meneruskan/mengoperasionalkan program-program yang telah dirancang sebelumnya.
Sebaliknya, keseluruhan proses implementasi kebijakan dapat dievaluasikan dengan cara
mengukur atau membandingkan antara hasil akhir dari program-program tersebut dengan
tujuan-tujuan kebijakan.
Berdasarkan pada pendapat tersebut di atas, tampak bahwa implementasi kebijakan tidak
hanya terbatas pada tindakan atau perilaku badan alternatif atau unit birokrasi yang bertanggung
jawab untuk melaksanakan program dan menimbulkan kepatuhan dari target grup, namun lebih
dari itu juga berlanjut dengan jaringan kekuatan politik sosial ekonomi yang berpengaruh pada
perilaku semua pihak yang terlibat dan pada akhirnya terdapat dampak yang diharapkan maupun
yang tidak diharapkan.
1.5.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan
Menurut George C. Edward III, implementasi kebijakan adalah tahap pembuatan kebijakan
antara pembentukan kebijakan dan konsekuensi-konsekuensi kebijakan bagi masyarakat yang
dipengaruhinya. Jika suatu kebijakan tidak tepat atau tidak dapat mengurangi masalah yang
merupakan sasaran dari kebijakan, maka kebijakan itu mungkin akan mengalami kegagalan
sekalipun kebijakan itu diimplementasikan dengan sangat baik. Sementara itu, suatu kebijakan
yang cemerlang mungkin juga akan mengalami kegagalan jika kebijakan tersebut kurang
Dalam pandangan Edward III, implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat faktor yang
saling berhubungan satu sama lain, yakni:
1. Komunikasi
Secara umum, Edwards membahas tiga hal penting dalam proses komunikasi kebijakan yakni
transmisi, konsistensi dan kejelasan.
1) Transmisi; Pengetahuan implementor tentang program Raskin dan waktu
pelaksanaannya.
2) Kejelasan; Pengetahuan implementor tahap-tahap pelaksanaan program Raskin.
3) Konsistensi; Pelaksanaan program Raskin sesuai dengan peraturan yang ada.
2. Sumber Daya
1) Staf; Ketersedian Sumber Daya Manusia (SDM) dalam proses Implementasi program
Raskin.
2) Informasi; Ketaatan implementor dalam melaksanakan program Raskin sesuai dengan
peraturan yang berlaku, artinya sesuai dengan petunjuk teknis (juknis) dan petunjuk
pelaksana (juklak).
3) Wewenang; Hak masing-masing implementor dalam mengimplementasikan Raskin.
4) Fasilitas; fasilitas yang dimiliki Kantor Kelurahan Babura yang mendukung
pengimplementasian program Raskin.
3. Disposisi
1) Komitmen yang dimiliki aparatur Kantor Kelurahan Babura dalam pelaksanaan program
2) Kejujuran aparatur Kantor Kelurahan Babura terkait tugas dan fungsinya sebagai
pelaksana program Raskin.
4. Struktur Birokrasi
Menurut Edwards, ada dua karakteristik utama dari birokrasi, yakni prosedur-prosedur
kerja ukuran-ukuran dasar atau sering disebut sebagai standard operating procedures (SOP) dan
fragmentasi.
a. Standards Operating Procedures (SOP) adalah prosedur-prosedur kerja ukuran dasarnya.
Dengan menggunakan SOP, para pelaksana dapat memanfaatkan waktu yang tersedia.
b. Fragmentasi
Fragmentasi mengakibatkan pandangan-pandangan yang sempit dari banyak lembaga
birokrasi.
1.5.3 Beras Untuk Keluarga Miskin (RASKIN) 1.5.3.1. Pengertian Raskin
Program Raskin (Program Penyaluran Beras Untuk Keluarga Miskin) adalah sebuah
program dari pemerintah. Program tersebut adalah sebuah upaya untuk mengurangi beban
pengeluaran dari rumah tangga miskin sebagai bentuk dukungan dalam meningkatkan ketahanan
pangan dengan memberikan perlindungan sosial beras murah dengan jumlah maksimal 15
kg/rumah tangga miskin/bulan dengan masing-masing seharga Rp. 1.600,00 per kg (netto) di
titik distribusi.Program ini mencakup di seluruh provinsi, sementara tanggung jawab dari
distribusi beras dari gudang sampai ke titik distribusi di kelurahan dipegang oleh Perum Bulog.
1. Tim Koordinasi program Raskin tingkat Provinsi adalah tim koordinasi yang ditetapkan
berdasarkan keputusan Gubernur dan terdiri dari unsur pemerintah daerah Provinsi (Biro
Sarana Perekonomian, Biro Bina Produksi, BPMD, Bappeda, BPS (Badan Pusat Statistik),
BKKBN, Perum Bulog, Divisi Regional, Kepolisian, Kejaksaan serta stakeholders yang
terkait.
2. Tim Koordinasi Divisi Regional (Divre) Provinsi adalah satuan kerja Perum Bulog Divre
Provinsi yang dibentuk Kadivre yang bertugas dan bertanggung jawab mengkoordinasi dalam
pelaksanaan Program Raskin di Sub Divre.
3. Satker Raskin adalah satuan kerja Perum Bulog Sub Divre yang dibentuk
Kasub Divre yang bertugas dan bertanggung jawab mengangkut beras dari gudang Perum
Bulog sampai dengan titik distribusi dan menyerahkan kepada pelaksana distribusi.
4. Tim Koordinasi Raskin Kecamatan adalah tim yang dibentuk di tingkat Kecamatan yang
dipimpin oleh Camat sebagai ketua yang beranggotakan unsur Kecamatan, Polsek, Pengelola
Program KB Kecamatan dan Koordinator Sensus Kecamatan (KSK) yang bertugas
mengkoordinir pelaksanaan Program Raskin di Kecamatan.
5. Pelaksana Distribusi adalah Kelompok Kerja (Pokja) di titik distribusi yang dibentuk
berdasarkan musyawarah Desa/Kelurahan yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala
Desa/Lurah, terdiri dari Aparat Desa/ Kelurahan, Lembaga Masyarakat, dan unsur-unsur
masyarakat yang bertugas dan bertanggung jawab mendistribusikan Raskin kepada penerima
manfaat Raskin.
6. Titik Distribusi (TD) adalah tempat atau lokasi penyerahan beras oleh Satuan Kerja (Satker)
penerima manfaat Raskin atau lokasi lain yang ditetapkan atas dasar kesepakatan secara
tertulis antara Pemerintah Daerah dan Sub Divre.
7. Rumah Tangga Miskin (RTM) adalah penerima manfaat Program Raskin di Desa/Kelurahan
sesuai hasil pendataan Sosial Ekonomi tahun 2005 BPS dengan kategori sangat miskin,
miskin, dan sebagian hampir miskin.
8. Musyawarah Desa/Kelurahan adalah forum komunikasi di tingkat Desa/Kelurahan untuk
menetapkan RTM yang berhak menerima Raskin.
9. Beras Standar Kualitas Bulog adalah beras kualitas medium, kondisi baik dan tidak berhama.
10. Unit Pengaduan Masyarakat (UPM) adalah lembaga yang ditetapkan dengan Keputusan
Gubernur di Provinsi dan Keputusan Bupati/Walikota di Kabupaten/Kota yang berfungsi
menerima dan menindak lanjuti pengaduan masyarakat, baik langsung maupun tidak langsung
termasuk media cetak dan elektronik.
1.5.3.2 Tujuan dan Sasaran Program RASKIN 1. Tujuan
Tujuan Program Raskin adalah mengurangi beban pengeluaran Rumah Tangga Miskin
melalui pemenuhan sebagian kebutuhan pangan pokok dalam bentuk beras.
2. Sasaran
Sasaran Program Raskin Tahun 2010 adalah berkurangnya beban pengeluaran 17,5 juta
RTS berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) melalui pendistribusian beras bersubsidi
sebanyak 2,73 juta ton selama setahun dengan harga tebus Rp 1.600 per kg netto di Titik
Distribusi.
Prinsip pengelolaan Raskin adalah suatu nilai-nilai dasar yang selalu menjadi landasan atau
acuan dalam setiap pengambilan keputusan maupun tindakan yang akan diambil dalam
pelaksanaan rangkaian kegiatan Raskin. Nilai-nilai dasar tersebut diyakini mampu mendorong
terwujudnya tujuan Raskin. Keberpihakan kepada Rumah Tangga Miskin (RTM), yang
maknanya mendorong RTM untuk ikut berperan aktif dalam perencanaan, pelaksanaan,
pengendalian dan pelestarian seluruh kegiatan Raskin baik di desa dan kecamatan, termasuk
menerima manfaat atau menikmati hasilnya. Transparansi, yang maknanya membuka akses
informasi kepada lintas pelaku Raskin terutama masyarakat penerima Raskin, yang harus tahu,
memahami dan mengerti (www.bapeda- jabar.go.id).
1.5.3.4 Penentuan Pagu
a. Pagu Raskin Nasional dialokasikan ke provinsi di seluruh Indonesia oleh Tim Koordinasi
Raskin Pusat berdasarkan data RTS dari BPS dan kuantum Pagu Raskin Nasional sesuai
dengan Undang Undang No. 47 tahun 2009 tentang APBN 2010.
b. Pagu Raskin Provinsi dialokasikan ke kabupaten/kota oleh Tim Koordinasi Raskin Provinsi
yang dituangkan dalam Keputusan Gubernur. Untuk Sumatera Utara ini sendiri dituangkan
dalam Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor :501/670/K/ Tahun 2009 tanggal 2
Maret 2009 tentang penetapan Pagu beras Raskin untuk RTM Kabupaten/kota se-Sumatera
Utara Tahun 2009 dan mendapat alokasi pagu RTM sebanyak 86.323 RTM yang
masing-masing memperoleh beras Raskin sebanyak 15 Kg /RTM/perbulan dengan harga Rp.1.600/Kg.
1.5.3.5 Pembiayaan Operasional
Pemerintah Provinsi menyediakan anggaran untuk pembinaan, koordinasi, monitoring dan
evaluasi Raskin dari APBD setempat. Pemerintah Kabupaten/Kota mengalokasikan anggaran
Manfaat Raskin) yang bersumber dari APBD dengan tetap mendorong keterlibatan/partisipasi
masyarakat. Disamping itu anggaran Daerah hendaknya diarahkan juga untuk pembinaan UPM,
koordinasi, monitoring dan evaluasi Raskin di tingkat Kabupaten/Kota.
1.5.3.6 Penentuan Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat
a. RTM yang berhak mendapatkan Raskin adalah RTM yang terdaftar dalam PPLS 08 BPS
sebagai RTS di desa/kelurahan.
b.Dalam rangka mengakomodir adanya dinamika RTM ditingkat desa/kelurahan, maka perlu
dilakukan Mudes/Muskel untuk menetapkan kebijakan lokal:
1. Melakukan verifikasi nama RTS hasil PPLS 08 BPS yang sudah tidak layak atau pindah
alamat keluar desa/kelurahan dapat diganti oleh RTM yang belum terdaftar sebagai RTS.
Sedangkan untuk RTS yang meninggal dunia diganti oleh salah satu anggota rumah
tangganya. Apabila RTS yang meninggal dunia merupakan rumah tangga tunggal (tidak
memiliki anggota rumah tangga) dapat digantikan RTM yang belum terdaftar.
2. RTM yang belum terdaftar sebagai RTS hasil PPLS 08 BPS dan butir 1) diatas, yang
dinilai layak sesuai kriteria RTS BPS dapat diberikan Raskin.
c. RTS BPS yang telah diverifikasi dan hasil Mudes/Muskel yang memutuskan nama rumah
tangga penerima manfaat Raskin tersebut butir b. diatas dimasukkan dalam daftar RTS-PM
sesuai model DPM-1, yang ditetapkan oleh kepala desa/lurah dan disahkan oleh camat.
d. Data RTS-PM Raskin di desa/kelurahan direkap di tingkat kecamatan dan dilaporkan kepada
Tim Koordinasi RASKIN Kabupaten/Kota.
1. Bupati/walikota mengajukan Surat Permintaan Alokasi (SPA) kepada kepala Sub Divisi
Regional Perum Bulog berdasarkan alokasi pagu Raskin dan rumah tangga sasaran penerima
manfaat di masing-masing Kecamatan/Desa/Kelurahan.
2. SPA yang tidak dapat dilayani sebagian atau seluruhnya dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan,
maka pagu dapat direlokasikan ke daerah lain dengan menerbitkan SPA baru yang menunjuk
pada SPA yang tidak dapat dilayani.
3. Berdasarkan SPA, Sub Divre menerbitkan SPPB DO beras untuk masing-masing
Kecamatan/Desa/Kelurahan kepada pelaksana Raskin. Apabila terdapat tunggakan Harga
Penjualan Beras (HPB) pada periode sebelumnya maka penerbitan SPPB DO periode
berikutnya ditangguhkan sampai ada pelunasan.
4. Berdasarkan SPPB DO, pelaksana Raskin mengambil beras di gudang penyimpanan Perum
Bulog, mengangkut dan menyerahkan beras Raskin kepada pelaksana distribusi di titik
distribusi. Kualitas beras yang diserahkan, sesuai dengan standar kualitas Bulog. Apabila
tidak memenuhi standar kualitas Bulog, maka beras dikembalikan kepada pelaksana Raskin
untuk ditukar/diganti.
5. Serah terima beras Raskin dari pelaksana Raskin kepada pelaksana
distribusi di titik distribusi dibuktikan dengan Berita Acara Serah Terima (BAST) yang
merupakan pengalihan tanggung jawab.
6. Pelaksana distibusi menyerahkan beras kepada Rumah Tangga Miskin.
7. Mekanisme distribusi secara rinci diatur dalam Pedoman Teknis Raskin Kabupaten/Kota
dengan kondisi objektif masing-masing daerah. (Sumber : Buku Pedoman Umum Raskin
Kriteria Untuk Menentukan Keluarga/Rumah Tangga Miskin Menurut Badan Pusat Statistik
(BPS) yaitu sebagai berikut :
1. Luas bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang.
2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan.
3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa
diplester.
4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain.
5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan.
7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah.
8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu
9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun
10.Hanya sanggup makan satu/dua kali dalam sehari
11.Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik
12.Sumber penghasilan kepala keluarga adalah petani dengan luas lahan 500m², buruh tani,
nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan
di bawah Rp 600.000 per bulan
13.Pendidikan tertinggi kepala keluarga : tidak bersekolah/tidak tamat SD/hanya SD
14.Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp. 500.000,-
(Lima Ratus Ribu Rupiah), seperti sepeda motor kredit/non-kredit, emas, ternak, kapal motor,
atau barang modal lainnya.
Konsep adalah istilah atau definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak
kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial
(Singarimbun, 1999:33).Tujuannya adalah untuk memudahkan pemahaman dan menghindari
terjadinya interpretasi ganda dari variabel yang diteliti. Oleh karena itu, untuk mendapatkan
batasan yang jelas dari masing-masing konsep yang akan diteliti maka penulis mengemukakan
definisi konsep seperti dibawah ini, yaitu:
1. Implementasi adalah suatu proses untuk melaksanakan kebijakan menjadi suatu tindakan
kebijakan dari politik ke dalam administrasi.
2. Program Beras miskin adalah sebuah program pemerintah dalam upaya meningkatkan
ketahanan pangan dan memberikan perlindungan kepada keluarga miskin melalui
pendistribusian beras dalam jumlah dan harga tertentu yang diharapkan dapat berdampak
langsung terhadap peningkatan kesejahteraan dan ketahanan pangan keluarga miskin dan
secara tidak langsung berdampak terhadap peningkatan gizi, peningkatan kesehatan,
pendidikan produktivitas keluarga miskin.
Jadi, pengertian implementasi program beras miskin adalah suatu proses pengembangan
kebijakan pemerintah dalam upaya meningkatkan ketahan pangan dan memberikan perlindungan
kepada keluarga miskin melalui pendistribusian beras dalam jumlah dan harga tertentu dalam
rangka peningkatan kesejahteraan dan ketahanan pangan keluarga miskin.
Adapun yang menjadi indikator dari implementasi Program Raskin adalah:
1. Standar dan Sasaran Kebijakan meliputi:
a. Tingkat kesesuaian data RTS (Rumah Tangga Sasaran) penerima raskin sesuai dengan
b. Tingkat kesesuaian jumlah raskin yang diterima RTS berdasarkan pedoman umum raskin,
yakni sebesar 15Kg/RTM/Bulan selama 12 bulan
c. Tingkat kesesuaian harga tebus raskin oleh RTM berdasarkan standar pedoman umun
Raskin yakni Rp 1.600,00,-
d. Kelayakan Beras Raskin untuk dikonsumsi
2. Sumber Daya, yaitu meliputi:
a. Sumber daya manusia, yaitu kemampuan para pengelola Program Raskin untuk
melaksanakan tugas dan fungsinya.
b. Sumber daya finansial yaitu merupakan dana yang disediakan pemerintah untuk pengadaan
Raskin dan ketersediaan dana dari masyarakat penerima manfat itu sendiri untuk menebus
Beras Raskin ini.
3. Komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas, yaitu meliputi sosialisasi internal
(pelaksana/pengelola Program Raskin), dan sosialisasi eksternal (masyarakat penerima
raskin), serta koordinasi antara instansi terkait.
4. Disposisi, yakni karakteristik yang dimiliki oleh implementor seperti kejujuran, kemauan
dalam menjalankan kebijakan tersebut.
Adapun tujuan dari peningkatan kesejahteraan masyarakat adalah untuk meningkatkan
kualitas hidup manusia secara menyeluruh yang mencakup (Suharto:2005) :
a. Peningkatan standar hidup melalui seperangkat pelayanan sosial dan jaminan sosial
segenap lapisan masyarakat.
b. Peningkatan keberdayaan melalui penetapan system dan kelembagaan ekonomi, sosial dan
c. Penyempurnaan kebebasan dan pilihan-pilihan kesempatan sesuai aspirasi, kemampuan
dan standar kemanusiaan/kemasyarakatan.
1.7 Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, kerangka teori, definisi konsep, definisi operasional, sistematika
penulisan.
BAB II : METODE PENELITIAN
Berisikan metode penelitian, lokasi penelitian, populasi, sampel, teknik
pengumpulan data, dan teknik analisa data.
BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Berisikan gambaran umum mengenai lokasi penelitian, batas wilayah, penduduk,
sosial budaya, serta hal-hal yang berkaitan dengan penelitian.
BAB IV : PENYAJIAN DATA
Berisikan penyajian data dari jawaban responden yang diperoleh dari lapangan
dan menganalisisnya.
BAB V : ANALISA DATA
Berisikan analisa data dari jawaban responden yang diperoleh dari lapangan dan
menganalisisnya.
Berisikan kesimpulan dan saran mengenai implementasi program Raskin di
BAB II
METODE PENELITIAN
2.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitan ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan
kualitatif.sebagaimana dikatakan Nawawi (1990:60) bahwa metode deskriptif memusatkan
perhatian terhadap masalah-masalah atau fenomena yang ada pada saat penelitan dilakukan atau
bersifat aktual, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki
sebagaimana adanya diiringi dengan rasional yang akurat.
Berdasarkan pemahaman di atas, penelitian ini menggambarkan fakta-fakta dan
menjelaskan bagaimana implementasi Program Bantuan Beras Untuk Masyarakat Miskin
(Raskin) bagi penduduk yang tinggal di Kecamatan Medan Sunggal dan mencoba menganalisis
untuk kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh.
2.2 Lokasi Penelitian
Adapun yang menjadi lokasi penelitian ini adalah Kantor Kelurahan Babura Kecamatan
Medan Sunggal, Jalan Sei Batanghari No.84 Medan.
2.3 Informan Penelitian
Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membahas generalisasi dari hasil
penelitiannya.Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan
sample. Subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian ditentukan dengan
sengaja, subjek penelitian ini menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang
Dalam informasi ini, penulis menggunakan informan kunci (key informan) dan informan
utama. Informan kunci adalah mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok
yang diperlukan dalam penelitian, sedangkan informan utama adalah mereka yang terlibat
langsung dalam interaksi sosial yang sedang diteliti (Suyanto,2005:172).
Informan penelitian dipilih berdasarkan teknik purposive sampling, yaitu penentuan
informan yang tidak didasarkan atas strata, kedudukan atau wilayah, tetapi didasarkan pada
adanya tujuan tertentu yang tetap berhubungan dengan masalah penelitian.
1. yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah :
a. Masyarakat yang menerima manfaat Raskin yang tinggal di Kelurahan Babura Kecamatan
Medan Sunggal.
2. Sedangkan yang menjadi informan utama adalah :
a. Kepala Kelurahan Babura Kecamatan Medan Sunggal.
b.
c. Satker Raskin yang dibentuk oleh Kasub Divre.
2.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua macam data menurut klasifikasi jenis
sumbernya, yakni :
1. Teknik Pengumpulan Data Primer
pengumpulan data Primer tersebut dilakukan dengan instrumen sebagai berikut :
a. metode wawancara, yakni teknik pengumpulan data dengan mengajikan
pertanyaan-pertanyaan langsung kepada pihak yang berhubungan dengan penelitian.
b. metode observasi, yaitu pelaksanaan pengamatan secara langsung terhadap
2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder
a. Penelitian kepustakaan yaitu, dengan mengumpulkan data dan informasi melalui literatur
yang relevan dengan judul penelitian seperti buku-buku, artikel dan makalah yang
memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.
b. Studi Dokumentasi, yaitu dengan cara memperoleh data dan melalui pengkajian dan
penelaahan terhadap catatan penulis maupun dokumen-dokumen yang berkaitan dengan
masalah-masalah yang di teliti.
2.5 Teknik Analisa Data
Sesuai dengan metodologi penelitian, teknik analisa data yang dipergunakan dalam
penelitian ini dengan menggunakan teknik kualitatif.Menurut Farid (1997:152) bahwa analisa
kualitatif adalah analisa terhadap data yang diperoleh berdasarkan kemampuan nalar peneliti
dalam menghubung-hubungkan fakta, data dan informasi.Jadi, teknik analisa data kualitatif,
yaitu dengan menyajikan hasil wawancara, observasi dan melakukan analisa terhadap masalah
yang ditemukan di lapangan.Sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang diteliti
BAB III
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
3.1 Profil Kelurahan Babura
Kelurahan Babura adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Medan
Sunggal Kota Medan. Kelurahan ini terdiri dari sepuluh lingkungan yang masing-masing
dikepalai oleh kepala lingkungan, yaitu :
a. Lingkungan I yang berada Sei Simare
b. Lingkungan II yang berada di Sei Batanghari
c. Lingkungan III
d. Lingkungan IV
e. Lingkungan V
f. Lingkungan VI
g. Lingkungan VII
h. Lingkungan VIII yang berada di Sei Musi
i. Lingkungan XI yang berada di Sei Bengawan
j. Lingkungan X
3.2 Visi dan Misi Kelurahan Babura 1. Visi Kantor Kelurahan Babura
Visi adalah cara pandang jauh kedepan, kemana instansi pemerintah harus dibawa
agar dapat eksis, antisipatif dan inovatif. Secara umum visi adalah pandangan ideal
Visi Kantor Kelurahan Babura adalah “ Terciptanya masyarakat yang
sejahtera.”
2. Misi Kantor Kelurahan Babura
Misi adalah suatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh instansi pemerintah
sesuai visi yang ditetapkan, agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil
dengan baik.
Sejalan dengan visi, maka misi Kelurahan Babura Kecamatan Medan Sunggal
Kota Medan adalah :
1. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dengan kualitas yang prima
2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
3.3Demografi Penduduk
Tabel 3.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Usia
No Tingkat Usia Jumlah (Jiwa)
Dari tabel di atas diketahui bahwa jumlah penduduk yang paling banyak adalah
kelompok 21 – 40 tahun sebanyak 267 jiwa dan jumlah penduduk yang paling sedikit berusia 0 –
Tabel 3.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa)
1 Usia 7 – 45 Tahun tidak pernah sekolah 17
2 Pernah sekolah SD tetapi tidak tamat 25
3 TamatSD sederajat 50
4 SLTP / sederajat 10
5 SLTA / sederajat 100
6 D- 1 -
7 D - 2 -
8 D - 3 11
9 S - 1 140
Jumlah 353
Sumber : BPS Kota Medan 2012
Dari tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar penduduk adalah tamatan S-1, yakni
mencapai 140 orang, diikuti dengan tamatan SLTA sebanyak 100 orang, dan sebagian kecil
Tabel 3.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Pokok
NO Mata pencaharian pokok Jumlah (orang)
1 Buruh / swasta 231
Sumber : BPS Kota Medan 2012
Dari tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar penduduk bermata pencaharian
sebagian buruh sebanyak 231 orang, sedangkan sebagian kecil sebagai TNI / Polri, yakni
sebanyak 1 orang.
3.4 SARANA DAN PRASARANA
Tabel 3.4 Prasarana Air Bersih
No Prasarana Air Bersih Jumlah Pengguna (kk)
1 Sumur Gali 253 253
2 PAM 206 206
Jumlah 459 459
Dari tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar penduduk di Kelurahan Babura masih
menggunakan sumur gali dengan jumlah 253 unit dengan pengguna sebanyak 253 KK dan yang
telah menggunakan jasa PAM sebanyak 206 KK.
Tabel 3.5 Prasarana Kesehatan
No Prasarana Kesehatan Jumlah (unit)
1 Puskesmas 1
2 Posyandu 5
3 Tempat dokter praktek 4
Jumlah 10
Sumber : BPS Kota Medan 2012
Dari tabel di atas diketahui bahwa sarana dan prasarana kesehatan di Kelurahan Babura
berjumlah, yakni posyandu 5 unit, puskesmas 1 unit, dan tempat praktek dokter berjumlah 4 unit.
Tabel 3.6 Prasarana Pendidikan
No Prasarana Pendidikan Jumlah (unit)
1 TK -
2 SD/Sederajat 1
3 SLTP/Sederajat -
4 SLTA/Sederajat -
Jumlah 1
Sumber :BPS Kota Medan 2012
Dari tabel di atas diketahui sarana dan prasarana pendidikan di Kelurahan Babura, yakni
3.5 Keadaan Sosial
Tabel 3.7 Tingkat Kemiskinan
No Kategori Jumlah (orang)
1 Keluarga Prasejahtera 100
2 Keluarga Prasejahtera Tahap 1 53
3 Keluarga Prasejahtera Tahap 2 55
4 Keluarga Prasejahtera Tahap 3 120
5 Keluarga Prasejahtera Tahap 3 plus 56
Jumlah 384
Sumber :BPS Kota Medan 2012
3.6 PENGORGANISASIAN
Dalam rangka pelaksanaan program Raskin tahun 2011 dipandang perlu mengatur
organisasi pelaksana program Raskin. Untuk mengefektifkan pelaksanaan program dan
pertanggungjawabannya, dibentuk Tim Koordinasi Raskin di tingkat pusat sampai kecamatan
dan Pelaksana Distribusi Raskin di tingkat desa/kelurahan serta tim lainnya sesuai kebutuhan
yang diatur dan ditetapkan melalui keputusan pejabat yang berwenang. Penanggung jawab
pelaksanaan program Raskin di pusat adalah Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat,
di provinsi adalah gubernur, di kabupaten/kota adalah bupati/walikota, di kecamatan adalah
camat dan di desa/kelurahan adalah kepala desa/lurah.
A. Tim Koordinasi Raskin Pusat
Tim Koordinasi Raskin Pusat beranggotakan unsur dari Kementerian Koordinator Bidang
Kesejahteraan Rakyat, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Negara
Keuangan, Departemen Dalam Negeri, Departemen Sosial, Departemen Pertanian, Badan Pusat
Statistik (BPS), Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), dan Perum BULOG.
1. Kedudukan
Tim Koordinasi Raskin Pusat berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada
Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat.
2. Tugas
Melaksanakan koordinasi kebijakan perencanaan dan anggaran, pelaksanaan, fasilitasi,
monitoring dan evaluasi serta menerima pengaduan dari masyarakat tentang pelaksanaan
program Raskin.
3. Fungsi
Mengkoordinasikan dan merumuskan kebijakan Raskin sebagai bagian dari kebijakan
penanggulangan kemiskinan.
4. Struktur dan Keanggotaan Tim Koordinasi Raskin Pusat
Tim Koordinasi Raskin Pusat terdiri dari Pengarah, Pelaksana dan Sekretariat. Pengarah
terdiri dari Ketua dari unsur Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan
Anggota terdiri dari unsur Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Departemen
Dalam Negeri, Departemen Keuangan, Departemen Sosial, Kementerian Negara
Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, BPS,
BPKP dan Perum BULOG.
B. Tim Koordinasi Raskin Provinsi
Gubernur bertanggung jawab atas pelaksanaan program Raskin di wilayahnya dengan
1. Kedudukan
Tim Koordinasi Raskin Provinsi adalah pelaksana program Raskin di provinsi, yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada gubernur.
2. Tugas
Tim Koordinasi Raskin Provinsi mempunyai tugas melakukan koordinasi perencanaan,
anggaran, pelaksanaan distribusi, monitoring dan evaluasi serta menerima pengaduan dari
masyarakat tentang pelaksanaan program Raskin.
3. Fungsi
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Tim Koordinasi Raskin Provinsi
mempunyai fungsi :
a. Koordinasi perencanaan program Raskin di provinsi.
b. Penyusunan Pedoman Pelaksanaan Program Raskin.
c. Fasilitasi lintas pelaku, komunikasi interaktif, dan penyebarluasan informasi program
Raskin
d. Pembinaan terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi Tim Koordinasi Raskin
Kabupaten/Kota.
e. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program Raskin di kabupaten/kota.
Tim Koordinasi Raskin Provinsi terdiri dari penanggung jawab, ketua, sekretaris, dan
beberapa bidang antara lain: perencanaan, pelaksanaan distribusi, monev dan pengaduan
masyarakat, yang ditetapkan dengan keputusan Bupati/ Walikota.
Tim Koordinasi Raskin Provinsi beranggotakan unsur-unsur instansi terkait di tingkat
provinsi antara lain Setda (Sekertaris Daerah), Bappeda (Badan Perencanaan dan Pembangunan
Badan Pusat Statistik, badan/dinas/kantor yang berwenang dalam ketahanan pangan, Perwakilan
BPKP dan Divisi Regional/Sub Divisi Regional Perum BULOG serta lembaga lain sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan.
C.Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota
Bupati/Walikota sebagai penanggung jawab program Raskin di tingkat kabupaten/kota
bertanggung jawab atas pengalokasian Pagu Raskin bagi seluruh RTS-PM Raskin, penyediaan
dan pendistribusian beras, penyelesaian pembayaran HPB (Hasil Penjualan beras) dan
adminstrasi distribusi Raskin di wilayahnya. Untuk penyelenggaraan program Raskin di
wilayahnya, bupati/walikota membentuk Tim Koordinasi Raskin sebagai berikut :
1. Kedudukan
Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota adalah pelaksana program Raskin di kabupaten/kota,
yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada bupati/walikota.
2. Tugas
Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota mempunyai tugas melakukan koordinasi
perencanaan, anggaran, pelaksanaan distribusi, monitoring dan evaluasi serta menerima
pengaduan dari masyarakat tentang pelaksanaan program Raskin.
3. Fungsi
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota mempunyai
fungsi :
1. Perencanaan program Raskin di Kabupaten/ kota
3. Pembinaan terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi Tim koordinasi Raskin kecamatan dan
pelaksanaa distribusi raskin di desa/ Kelurahan
4. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan raskin di kecamatan, desa/kota
Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota terdiri dari penanggung jawab, ketua, sekretaris,
dan beberapa bidang antara lain: Perencanaan, Pelaksanaan Distribusi, Monev dan Pengaduan
Masyarakat, yang ditetapkan dengan keputusan bupati/walikota.
Keanggotaan Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota terdiri dari unsur-unsur instansi terkait di
tingkat kabupaten/kota antara lain Setda, Bappeda, badan/dinas/lembaga yang berwenang dalam
pemberdayaan masyarakat, Dinas Sosial, Badan Pusat Statistik, badan/dinas/kantor yang
berwenang dalam ketahanan pangan, Divre/Subdivre /Kansilog Perum BULOG dan lembaga lain
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.
D. Tim Koordinasi Raskin Kecamatan
Camat sebagai penanggung jawab di tingkat kecamatan bertanggung jawab atas
pelaksanaan distribusi Raskin, penyelesaian pembayaran HPB dan adminstrasi distribusi Raskin
di wilayahnya. Untuk penyelenggaraan program Raskin di wilayahnya, camat membentuk Tim
koordinasi Raskin sebagai berikut :
1. Kedudukan
Tim Koordinasi Raskin Kecamatan adalah pelaksana program Raskin di kecamatan,
2. Tugas
Tim Koordinasi Raskin Kecamatan mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan,
mengendalikan, sosialisasi, monitoring, dan evaluasi pelaksanaan program Raskin serta
melaporkan hasilnya kepada Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota.
3. Fungsi
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Tim Koordinasi Raskin Kecamatan mempunyai
fungsi :
a. Perencanaan distribusi program Raskin di kecamatan.
b. Fasilitasi lintas pelaku, komunikasi interaktif, dan penyebarluasan informasi program Raskin
di kecamatan.
c. Pembinaan terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi Pelaksana Distribusi Desa/Kelurahan.
d. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program Raskin di desa/kelurahan.
Tim Koordinasi Raskin Kecamatan terdiri dari penanggung jawab yaitu camat, ketua
yaitu sekretaris kecamatan, sekretaris yaitu Kasi Kesejahteraan Sosial, dan anggota terdiri dari
aparat Kecamatan, Koordinator Statistik Kecamatan (KSK), anggota Satker Raskin dan pihak
terkait yang dipandang perlu.
E. Pelaksana Distribusi Raskin di Desa/Kelurahan
Kepala desa/lurah sebagai penanggung jawab di tingkat desa/kelurahan bertanggung
jawab atas pelaksanaan distribusi Raskin, penyelesaian pembayaran HPB dan adminstrasi
distribusi Raskin di wilayahnya. Untuk pelaksanaan distribusi Raskin di wilayahnya, kepala
desa/lurah dapat memilih dan menetapkan salah satu dari 3 alternatif Pelaksana Distribusi Raskin
1. Kelompok Kerja
2. Warung Desa
3. Kelompok Masyarakat
Pembentukan Pokmas dan Warung Desa diatur dalam Pedoman Teknis tersendiri yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Pedum Raskin.
a. Kedudukan
Pelaksana Distribusi Raskin berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada
kepala desa/lurah.
b. Tugas
1.Menerima dan mendistribusikan beras Raskin dari Satker Raskin dan
menyerahkan/menjual kepada RTS-PM Raskin di Titik Distribusi (TD).
2.Menerima Hasil Penjualan Beras (HPB) dari RTS-PM Raskin secara tunai dan
menyetorkan ke rekening Bank yang ditunjuk Divre/Subdivre/Kansilog Perum BULOG
atau menyetor secara tunai kepada Satker Raskin.
3.Menyelesaikan administrasi distribusi Raskin yaitu Berita Acara Serah Terima (BAST)
dan Daftar Penjualan Beras sesuai model DPM-2.
c. Fungsi
1. Pendistribusian Raskin kepada RTS-PM Raskin.
2. Penerimaan uang hasil penjualan beras Raskin secara tunai dari RTS-PM Raskin dan
penyetorannya kepada Satker Raskin atau ke rekening bank yang ditetapkan
Divre/Subdivre/Kansilog Perum Bulog.
F. Satuan Kerja Raskin 1. Kedudukan
Satker Raskin berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada
Kadivre/Kasubdivre/Kakansilog Perum BULOG sesuai tingkatannya.
2. Organisasi
Satker Raskin terdiri dari :
a. Ketua
b. Anggota :
1. Pegawai Perum BULOG yang ditetapkan melalui Surat Perintah (SP)
Kadivre/Kasubdivre/Kakansilog Perum BULOG.
2. Tenaga bantuan yang ditetapkan oleh ketua satker atas sepengetahuan
Kadivre/Kasubdivre/Kakansilog Perum BULOG.
3. Tugas dan Kewenangan
Satker Raskin mempunyai tugas, kewenangan dan tanggung jawab
A. Ketua :
1. Mempunyai kewenangan mengangkat dan memberhentikan tenaga bantuan di wilayah
kerjanya atas sepengetahuan Kadivre/Kasubdivre/Kakansilog Perum BULOG.
2. Mempunyai tugas dan bertanggung jawab atas pelaksanaan distribusi, penyelesaian HPB, dan
administrasi Raskin.
B. Anggota mempunyai tugas membantu dan bersama ketua sebagai berikut :
1. Mendistribusikan beras dari gudang Perum BULOG sampai dengan TD dan menyerahkan
2. Menerima uang HPB atau bukti setor bank dari Pelaksana Distribusi Raskin dan menyetorkan
ke rekening HPB Bulog.
3. Menyelesaikan administrasi distribusi Raskin yaitu Delivery Order (DO), BAST, Rekap
BAST di kecamatan (model MBA-0) dan pembayaran HPB (Tanda Terima/kuitansi dan Bukti
Setor Bank) serta mengumpulkan DPM- 2 dari TD.
4. Melaporkan pelaksanaan tugas antara lain : realisasi jumlah distribusi beras, setoran HPB dan
BAST di wilayah kerjanya kepada Kadivre/Kasubdivre/ Kakansilog Perum BULOG secara
BAB IV PENYAJIAN DATA
Setelah dilakukan penelitian dan pengumpulan data di lapangan, baik melalui wawancara
dan pengamatan langsung, maka diperoleh berbagai data dari informan kunci dan informan
utama dalam kaitannya dengam Implementasi Program Raskin (Beras Untuk Masyarakat miskin)
di Kelurahan Babura Kecamatan Medan Sunggal. Data yang diperoleh selama penelitian
disajikan dalam bentuk analisis data dengan menggunakan tabel frekuensi dan persentase yang
kemudian akan diinterpretasikan.
Adapun penyajian data berisikan tentang data karakteristik responden serta data variabel
penelitian.Penyajian data mengenai karakteristik responden adalah untuk mengetahui spesifikasi
(ciri-ciri) khusus yang dimiliki responden, yaitu jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan,
penghasilan perbulan, pengeluaran perbulan.Sedangkan penyaikan data variable penelitian
adalah untuk menjawab permasalahan-permasalahan dalam penelitian.
Data-data yang penulis peroleh melalui data primer akan penulis sajikan dalam bentuk
narasi atau deskripsi sesuai dengan kenyataan di lapangan. Adapun data-data primer tersebut
adalah berupa narasi hasil wawancara langsung dari pihak-pihak yang terlibat dalam program
Raskin ini. Informasi yang digali meliputi berbagai aspek terkait Implementasi Program Raskin
seperti penyalurannya, jumlah beras, harga beras, Sumber daya, sosialisasi, komunikasi,
4.1 Identitas Informan
Tabel 4.1 Distribusi Data Informan Berdasarkan Jenis Kelamin
NO Jenis kelamin frekuensi Persentase
1 Laki-laki 30 60%
2 Perempuan 20 40%
Jumlah 50 100%
Sumber : Kuesioner Penelitian 2011
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas informan berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 30 orang (60%), sedangkan sisanya adalah perempuan sebanyak 20 orang (40%).
Dengan demikian, para penerima Raskin ini lebih banyak adalah laki-laki, karena mereka yang
terdaftar dalam kartu Raskin sebagai Kepala Keluarga.
Tabel 4.2 Distribusi Data Informan berdasarkan Usia
No Usia Frekuensi Persentase
1 17 – 25 Tahun - 0%
2 26 – 34 Tahun 10 20%
3 35 – 43 Tahun 20 40%
4 44 – 52 Tahun 11 22%
5 53 Dst 9 18%
Jumlah 50 100%
Dari tabel dapat dilihat bahwa informan terbanyak adalah mereka yang memiliki usia
35-43 tahun, yaitu sebanyak 20 orang (40%), kemudian usia 44-52 tahun sebanyak 11 orang (22%),
26-34 tahun sebanyak 6 orang (18%) dan 17-25 tahun tidak ada (0%). Walaupun usia tidak
mempengaruhi responden dalam mendapatkan Raskin, dilihat yang mendapatkan bantuan Raskin
adalah usia yang sudah berkelurga dan mempunyai anak.
Tabel 4.3 Distribusi Data Informan Berdasarkan Pendidikan
NO Pendidikan terakhir Frekuensi Persentase
1 Tidak tamat SD 15 30%
2 SD 30 60%
3 SLTP 3 6%
4 SLTA 2 4%
5 DII - -
Jumlah 50 100%
Sumber : Kuesioner Penelitian 2011
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas informan adalah yang memiliki tingkat
pendidikan terakhir SD, yaitu sebanyak 30 orang (60%).SLTP sebanyak 3 orang (6%), tidak
tamat SD sebanyak 15 orang (30%), dan tamat SLTA sebanyak 2 orang (4%).Dapat dilihat
bahwa tingkat pendidikan di Kelurahan Babura masih relatif rendah untuk minatnya melanjutkan