• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Masyarakat Dalam Program Beras Miskin Untuk Keluarga Miskin Di Kelurahan Mutiara Kecamatan Kisaran Timur Kabupaten Asahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Respon Masyarakat Dalam Program Beras Miskin Untuk Keluarga Miskin Di Kelurahan Mutiara Kecamatan Kisaran Timur Kabupaten Asahan"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON MASYARAKAT DALAM PROGRAM BERAS MISKIN UNTUK KELUARGA MISKIN DI KELURAHAN MUTIARA KECAMATAN

KISARAN TIMUR KABUPATEN ASAHAN

Diajukan Oleh: PANDU NARO PUTRA

060902016

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Pandu Naro Putra, 060902016, Respon Masyarakat Dalam Program Beras Miskin Untuk Keluarga Miskin di Kelurahan Mutiara Kecamatan Kisaran Timur Kabupaten Asahan.

(Skripsi ini berisi 6 Bab, 109 Halaman, 1 Gambar, 49 Tabel, 38 Kepustakaan dan Lampiran)

ABSTRAK

Masyarakat Indonesia khususnya Sumatera Utara masih bergelut dengan kemiskinan, seperti yang dicatat oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Maret 2010 bahwa jumlah penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan mencapai 31,02 juta jiwa (13,33%) sedangkan di Sumatera Utara sendiri menurut hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang juga dilaksanakan pada bulan Maret 2010 jumlah penduduk miskin ada sebanyak 1.490.900 jiwa (11,31%). Oleh karena adanya kemiskinan itu, pemerintah membuat program untuk mengatasi masalah kemiskinan tersebut. Salah satunya adalah Program Beras Untuk Keluarga Miskin (Raskin) yaitu penyaluran beras bersubsidi kepada Rumah Tangga Miskin (RTM) yang menjadi sasaran dari program dengan harga Rp 1.600/ Kg di titik pendistribusian. Program Raskin ini tentunya akan mendapat respon dari masyarakat meskipun secara teori program tersebut akan mendapat respon yang positif. Namun, hal ini belum dapat dipastikan karena dalam menentukan Respon dapat dilihat dari tiga variabel yaitu persepsi, sikap dan partisipasi. Mengingat kondisi ini, setiap masyarakat di berbagai wilayah akan memiliki respon yang berbeda-beda terhadap suatu program yang diberikan oleh pemerintah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Respon Masyarakat Terhadap Program Raskin di Kelurahan Mutiara.

Metode penelitian menggunakan tipe deskriptif yaitu membuat gambaran kondisi secara menyeluruh tentang bagaimana respon masyarakat. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Mutiara dengan responden yang berjumlah 55 KK. Teknik pengumpulan data melalui angket kepada responden, observasi dan wawancara langsung kepada masyarakat serta instansi terkait yang bisa memperkuat data penelitian ini. Sedangkan metode analisis yang digunakan adalah deskriptif, data yang diperoleh dari penelitian diteliti dan jawaban-jawaban diklasifikasikan menurut macamnya serta ditabulasikan kedalam tabel frekuensi selanjutnya dianalisa dan menggunakan skala likert untuk mengukur variabel-variabelnya.

Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan dan dianalisis dapat disimpulkan bahwa secara rata-rata Program Raskin mendapat Respon Netral dari masyarakat dengan nilai 0,40. Terdiri dari persepsi dengan nilai 0,16 dan sikap dengan nilai 0,31 serta partisipasi dengan nilai 0,16. Masyarakat berharap program Raskin tetap dilanjutkan dan mutu beras dapat ditingkatkan menjadi lebih baik lagi.

(3)

NORTH SUMATERA OF UNIVERSITY

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE SCIENCE

Pandu Naro Putra, 060902016, Community Response In Rice Program For Poor Families In The Mutiara Village of Kisaran Timur Sub-District of the Asahan Regency.

(This paper contains six Chapters, 109 Pages, 1 Figure, 49 Tables, 38 Bibliography and Appendix)

ABSTRACT

Society of North Sumatera, Indonesia in particular is still struggling with poverty, as noted by the Central Statistics Agency (CSA) in March 2010 that the number of people living below the poverty line reached 31.02 million (13.33%) while in North Sumatera itself according the National Social Economic Survey (NSES), which also took place in March 2010 the number of poor people there are as many as 1,490,900 people (11.31%). Due to poverty, the government make programs to address the problem of poverty. One is the Rice Program for Poor Families (PF), namely the distribution of subsidized rice to Poor Households (PHH), which became the target of the program at a price of Rp 1,600 / kg at the distribution point. The Rice Program for Poor Families is certainly going to get a response from the community, even if in theory the program will receive a positive response. However, this has not been established because in determining the response can be seen from three variables: perception, attitude and participation. Given these conditions, every community in the various regions will have different responses to a given program by the government. This study aims to determine the Community Response Against the Rice Program for Poor Families at the Mutiara Village.

The research method using descriptive type which makes the overall picture of how the community response. The research was conducted in the Mutiara Village with respondents who numbered 55 families. The technique of collecting data through questionnaires to the respondents, observation and interviews directly to the public and related institutions that can strengthen this research data. While the method used is descriptive analysis, data obtained from the research study and the answers were classified according to kinds and tabulated into a frequency table and then analyzed using a likert scale to measure the variables.

Based on the data collected and analyzed can be concluded that on average the Rice Program for Poor Families program got a response from the community with a neutral value 0.40. Consists of the perception of the value of 0.16 and 0.31 as well as attitudes to the value of participation with a value of 0.16. Community hope the program continues and the quality of Rice Program for Poor Families can be improved to be even better.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya,

serta shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW sehingga skripsi yang berjudul: Respon

Masyarakat Dalam Program Beras Miskin Untuk Keluarga Miskin di Kelurahan Mutiara Kecamatan Kisaran Timur Kabupaten Asahan. Skripsi ini telah selesai

disusun untuk memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan

gelar Sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan, dan

saran-saran dari berbagai pihak untuk menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini,

penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang

telah membantu dan memberi dukungan serta bimbingan hingga selesainya skripsi ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Hairani Siregar, S.Sos, MSP selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan

Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Agus Suriadi, S.Sos, MA selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah

meluangkan waktu, pikiran dan perhatian secara ikhlas untuk membimbing serta

mengarahkan penulis dari persiapan hingga penyempurnaan skripsi ini.

4. Ibu Zuraidah selaku bagian Tata Usaha di FISIP USU yang telah banyak

membantu administrasi peneliti.

5. Bapak Anian selaku Lurah Mutiara yang telah membantu dalam penelitian di

(5)

6. Terima kasih buat kedua orang tua tercinta, H. Muhammad Syafe’i S.Sos, M.Si dan

Hj. Pitta Beliana Siregar. Buat kedua Kakanda dan Abangda saya, Vevy Julianti

S.Sos dan Afrina Aria Ningsih, SKG, Kak Inun, Briptu Antomi Saragih dan Briptu

Andre Aruan yang telah turut mendo’akan saya sehingga dapat menyelesaikan

kuliah di Departemen Ilmu Kesejahteran Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara di Medan.

7. Sahabat-sahabat yang lebih telah dahulu sarjana, Halim Murdani, S.Sos, Fahrur

Rozi Nasution, S.Sos, Muhammad Anwar Munthe, S.Sos, Erwin, S.Sos, Immanuel

Sembiring, S.Sos, Alfredo Damanik, S.Sos, Win Hally Sulubere, S.Sos, Ari Juniko

Sialagan, S.Sos, Ananta Hidayat Purba, S.Sos, Ade Zul Affandi, S.Sos, Mustaqim

Indra Jaya, S.Sos, Bobbi Simare-mare, S.Sos, Hermanto Sitindaon, S.Sos, Sari

Astika, S.Sos dan banyak lagi yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

membantu dan menyemangati saya.

8. Teman-teman terdekat penulis, Hilda Sari Affianti, SKG, Dian Harisa Afiliani,

Zulfa Khairani, Masdiana yang telah membantu saya yang telah membantu dan

mengemangati saya.

9. Sahabat-sahabat terbaik penulis Gassy, Beni, Ferri, Hammad, Opi, Ayu, Dahran,

Ikhwanul serta semua angkatan 2006 yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu.

10.Bapak-bapak dan sahabat-sahabat Pak Naryo, Pak Lundu, Sukron, Lakso dan

Abdul.

11.Teman-teman di Kisaran, Bobi Hartanto, Agus Muhrom, Bambang Kurniawan,

Kiki, Dimas, Manda, Zulham, Heri dan teman-teman lain yang tidak dapat saya

(6)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak memiliki kekurangan dalam

penyusunan skripsi ini karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang

dimiliki penulis. Kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan guna kesempurnaan

skripsi ini. Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, Juni 2011

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

2.3. Program Beras Miskin (Raskin) Untuk Keluarga Miskin ... 19

2.3.1. Penentuan Pagu dan Alokasi ... 21

2.3.1.1. Organisasi dan Penanggung Jawab Raskin ... 21

2.3.3.2. Penentuan RTS Penerima Manfaat ... 22

2.3.3.3. Musyawarah Desa/ Kelurahan ... 23

2.3.3.4. Mekanisme Distribusi ... 24

2.3.3.5. Administrasi Distribusi ... 25

2.3.3.6. Biaya Operasional Raskin ... 26

2.3.2. Mekanisme Pembayaran dan Administrasi HPB Raskin ... 26

2.3.3. Indikator Keberhasilan Program ... 27

2.3.4. Pengaduan Masyarakat ... 28

2.3.5. Pengawasan dan Sosialisasi Program ... 28

2.4. Kemiskinan ... 30

2.4.1. Indikator Kemiskinan di Indonesia ... 34

2.4.2. Dimensi Kemiskinan di Indonesia ... 36

2.4.3. Sasaran dan Fokus Penanggulangan Kemiskinan ... 39

2.5. Rumah Tangga Miskin ... 39

(8)

2.6.1. Pengertian Kesejahteraan Sosial ... 40

2.6.2. Pendekatan ... 42

2.7. Kerangka Pemikiran ... 45

2.8. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional ... 48

2.8.1. Defenisi Konsep ... 48

2.8.2. Defenisi Operasional ... 49

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 51

3.1. Tipe Penelitian ... 51

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 55

4.1. Sejarah Kelurahan ... 55

4.7. Peternakan, Perindustrian dan Kerajinan Tangan ... 64

4.8. Sistem Struktur Pemerintahan Kelurahan Mutiara ... 65

BAB V ANALISIS DATA ... 67

5.1. Identitas Umum Responden ... 67

5.2. Karakteristik Jawaban Responden ... 73

5.2.1. Persepsi Responden Terhadap Program Raskin ... 74

5.2.2. Sikap Responden Terhadap Program Raskin ... 82

5.2.3. Partisipasi Responden Terhadap Program Raskin ... 92

5.2.3.1. Distribusi Responden Berdasarkan Tentang Keikutsertaan Dalam Menikmati Hasil Program Raskin 92 5.3. Analisis Data Kuantitatif Responden Terhadap Program Raskin ... 98

5.3.1. Persepsi Responden Terhadap Program Raskin ... 99

5.3.2. Sikap Responden Terhadap Program Raskin ... 101

5.3.3. Partisipasi Responden Terhadap Program Raskin ... 103

BAB VI PENUTUP ... 105

6.1. Kesimpulan ... 105

6.2. Saran-saran ... 105

DAFTAR PUSTAKA ... 107

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Sampel Berdasarkan Lingkungan ... 53

2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 57

3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Usia ... 58

4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama... 59

5. Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku ... 60

6. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan ... 61

7. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kategori Keluarga Miskin ... 62

8. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 68

9. Distribusi Responden Berdasarkan Usia ... 68

10. Distribusi Responden Berdasarkan Agama ... 69

11. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan ... 70

12. Distribusi Responden Berdasarkan Suku ... 70

13. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak... 71

14. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 72

15. Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan Perbulan ... 73

16. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Program ... 74

17. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Manfaat Program ... 75

18. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tujuan Program ... 76

19. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Program Raskin di Kelurahan ... 77

20. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Program Selain Raskin ... 77

21. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Raskin ... 78

22. Distribusi Responden Berdasarkan Pemahaman Informasi Program ... 79

23. Distribusi Responden Berdasarkan Informasi Tim Program Raskin ... 80

24. Distribusi Responden Berdasarkan Tahun Menerima Program ... 80

25. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Raskin ... 81

26. Distribusi Responden Berdasarkan Pungutan Tambahan ... 82

27. Distribusi Responden Berdasarkan Penilaian Program ... 83

28. Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Informasi Sosialisasi Program ... 83

29. Distribusi Responden Berdasarkan Kelanjutan Program ... 84

30. Distribusi Responden Berdasarkan Bantuan Program ... 85

31. Distribusi Responden Berdasarkan Tentang Sosialisasi Kepada Rumah Tangga Sasaran ... 86

32. Distribusi Responden Berdasarkan Tentang Kecukupan Kebutuhan ... 87

33. Distribusi Responden Berdasarkan Tentang Pembelian ... 87

34. Distribusi Responden Berdasarkan Tentang Pengadaan Program... 88

35. Distribusi Responden Berdasarkan Ketergantungan ... 89

(10)

37. Distribusi Responden Berdasarkan Tentang Harga Raskin ... 90

38. Distribusi Responden Berdasarkan Tentang Tanggapan Mutu Beras ... 91

39. Distribusi Responden Berdasarkan Tentang Keikutsertaan Dalam Pelaksanaan Program ... 92

40. Distribusi Responden Berdasarkan Tentang Himbauan Pemerintah ... 93

41. Distribusi Responden Berdasarkan Tentang Penyuluhan ... 94

42. Distribusi Responden Berdasarkan Tentang Ikut Serta Pemeliharaan Program ... 94

43. Distribusi Responden Berdasarkan Tentang Ikut Serta Dalam Penilaian Program ... 95

44. Distribusi Responden Berdasarkan Tentang Ikut Serta Dalam Musyawarah Sebelum Program Disalurkan ... 96

45. Distribusi Responden Berdasarkan Tentang Ikut Serta Membantu Pada Waktu Pembagian Program Raskin ... 97

46. Distribusi Responden Berdasarkan Tentang Andil Masyarakat ... 97

47. Distribusi Responden Berdasarkan Tentang Persepsi ... 100

48. Distribusi Responden Berdasarkan Tentang Sikap ... 101

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner

2. Tabel Penskoran

3. Nama-nama Sampel Penerima Raskin

4. Surat Penelitian

5. Surat Keterangan Selesai Penelitian

6. Peta Kecamatan Kisaran Timur

(12)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Pandu Naro Putra, 060902016, Respon Masyarakat Dalam Program Beras Miskin Untuk Keluarga Miskin di Kelurahan Mutiara Kecamatan Kisaran Timur Kabupaten Asahan.

(Skripsi ini berisi 6 Bab, 109 Halaman, 1 Gambar, 49 Tabel, 38 Kepustakaan dan Lampiran)

ABSTRAK

Masyarakat Indonesia khususnya Sumatera Utara masih bergelut dengan kemiskinan, seperti yang dicatat oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Maret 2010 bahwa jumlah penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan mencapai 31,02 juta jiwa (13,33%) sedangkan di Sumatera Utara sendiri menurut hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang juga dilaksanakan pada bulan Maret 2010 jumlah penduduk miskin ada sebanyak 1.490.900 jiwa (11,31%). Oleh karena adanya kemiskinan itu, pemerintah membuat program untuk mengatasi masalah kemiskinan tersebut. Salah satunya adalah Program Beras Untuk Keluarga Miskin (Raskin) yaitu penyaluran beras bersubsidi kepada Rumah Tangga Miskin (RTM) yang menjadi sasaran dari program dengan harga Rp 1.600/ Kg di titik pendistribusian. Program Raskin ini tentunya akan mendapat respon dari masyarakat meskipun secara teori program tersebut akan mendapat respon yang positif. Namun, hal ini belum dapat dipastikan karena dalam menentukan Respon dapat dilihat dari tiga variabel yaitu persepsi, sikap dan partisipasi. Mengingat kondisi ini, setiap masyarakat di berbagai wilayah akan memiliki respon yang berbeda-beda terhadap suatu program yang diberikan oleh pemerintah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Respon Masyarakat Terhadap Program Raskin di Kelurahan Mutiara.

Metode penelitian menggunakan tipe deskriptif yaitu membuat gambaran kondisi secara menyeluruh tentang bagaimana respon masyarakat. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Mutiara dengan responden yang berjumlah 55 KK. Teknik pengumpulan data melalui angket kepada responden, observasi dan wawancara langsung kepada masyarakat serta instansi terkait yang bisa memperkuat data penelitian ini. Sedangkan metode analisis yang digunakan adalah deskriptif, data yang diperoleh dari penelitian diteliti dan jawaban-jawaban diklasifikasikan menurut macamnya serta ditabulasikan kedalam tabel frekuensi selanjutnya dianalisa dan menggunakan skala likert untuk mengukur variabel-variabelnya.

Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan dan dianalisis dapat disimpulkan bahwa secara rata-rata Program Raskin mendapat Respon Netral dari masyarakat dengan nilai 0,40. Terdiri dari persepsi dengan nilai 0,16 dan sikap dengan nilai 0,31 serta partisipasi dengan nilai 0,16. Masyarakat berharap program Raskin tetap dilanjutkan dan mutu beras dapat ditingkatkan menjadi lebih baik lagi.

(13)

NORTH SUMATERA OF UNIVERSITY

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE SCIENCE

Pandu Naro Putra, 060902016, Community Response In Rice Program For Poor Families In The Mutiara Village of Kisaran Timur Sub-District of the Asahan Regency.

(This paper contains six Chapters, 109 Pages, 1 Figure, 49 Tables, 38 Bibliography and Appendix)

ABSTRACT

Society of North Sumatera, Indonesia in particular is still struggling with poverty, as noted by the Central Statistics Agency (CSA) in March 2010 that the number of people living below the poverty line reached 31.02 million (13.33%) while in North Sumatera itself according the National Social Economic Survey (NSES), which also took place in March 2010 the number of poor people there are as many as 1,490,900 people (11.31%). Due to poverty, the government make programs to address the problem of poverty. One is the Rice Program for Poor Families (PF), namely the distribution of subsidized rice to Poor Households (PHH), which became the target of the program at a price of Rp 1,600 / kg at the distribution point. The Rice Program for Poor Families is certainly going to get a response from the community, even if in theory the program will receive a positive response. However, this has not been established because in determining the response can be seen from three variables: perception, attitude and participation. Given these conditions, every community in the various regions will have different responses to a given program by the government. This study aims to determine the Community Response Against the Rice Program for Poor Families at the Mutiara Village.

The research method using descriptive type which makes the overall picture of how the community response. The research was conducted in the Mutiara Village with respondents who numbered 55 families. The technique of collecting data through questionnaires to the respondents, observation and interviews directly to the public and related institutions that can strengthen this research data. While the method used is descriptive analysis, data obtained from the research study and the answers were classified according to kinds and tabulated into a frequency table and then analyzed using a likert scale to measure the variables.

Based on the data collected and analyzed can be concluded that on average the Rice Program for Poor Families program got a response from the community with a neutral value 0.40. Consists of the perception of the value of 0.16 and 0.31 as well as attitudes to the value of participation with a value of 0.16. Community hope the program continues and the quality of Rice Program for Poor Families can be improved to be even better.

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Kemiskinan merupakan situasi serba kekurangan yang terjadi bukan dikehendaki

oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat

pendidikan, produktivitas kerja, pendapatan, kesehatan dan gizi serta kesejahteraannya,

sehingga menunjukkan lingkaran ketidakberdayaan. Kemiskinan disebabkan oleh

terbatasnya sumber daya manusia yang dimiliki dan dimanfaatkan terutama dari tingkat

pendidikan formal maupun non formal dan membawa konsekuensi terhadap pendidikan

informal yang rendah (Supriatna, 2000:196).

Defenisi kemiskinan terbagi atas tiga yaitu kemiskinan relatif, kemiskinan absolut,

kemiskinan struktural dan kultural. Kemiskinan relatif merupakan kondisi masyarakat

karena kebijakan pembangunan yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan

masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan. Kemiskinan secara

absolut ditentukan berdasarkan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan pokok

minimum. Kemiskinan struktural dan kultural merupakan kemiskinan yang disebabkan

kondisi struktur dan faktor-faktor adat budaya dari suatu daerah tertentu yang

membelenggu seseorang (Sudantoko, 2009:43-46).

Kemiskinan merupakan masalah multidimensi yang penanganannya membutuhkan

keterkaitan berbagai pihak. Kemiskinan di Indonesia diiringi oleh masalah kesenjangan

baik antar golongan penduduk maupun pembangunan antar wilayah, yang diantaranya

ditunjukan oleh buruknya kondisi pendidikan dan kesehatan serta rendahnya pendapatan

dan daya beli, sebagaimana tercermin dari rendahnya angka Indeks Pembangunan Manusia

(15)

kemiskinan yang dijadikan sebagai ukuran resmi kondisi kemiskinan di Indonesia

(Sumodiningrat, 2009:5).

Bank Dunia (Situmorang) menggambarkan pengertian “sangat miskin” ini sebagai

orang yang hidup dengan pendapatan kurang dari USD 1 per hari dan “miskin” dengan

pendapatan kurang dari USD 2 per hari. Berdasarkan standar tersebut, ternyata 21% dari

penduduk dunia berada dalam keadaan “sangat miskin” dan lebih dari setengah penduduk

dunia masih disebut “miskin” pada tahun 2001. Garis kemiskinan (Sudantoko, 2009:52) di

Indonesia didekati dengan pengeluaran minimum makanan yang setara dengan 2.100 kilo

kalori per hari ditambah pengeluaran minimum bukan makanan berupa perumahan dan

fasilitasnya, sandang, kesehatan, pendidikan, transportasi dan barang-barang lainnya.

Tahun 2010 BPS mengeluarkan standar baru indikator kemiskinan nasional sebesar

Rp 211.000,- per bulan per orang yang diukur berdasarkan tingkat kebutuhan makanan dan

non makanan. Standarisasi BPS dipandang sebagai ketidakmampuan seseorang untuk

memenuhi kebutuhan dasarnya. Dimana indikatornya yang pertama adalah bahan

kebutuhan pokok yakni angka kecukupan gizi sebesar 2.100 kilo kalori per hari atau jika

diekuivalen dengan rupiah berlaku maka sekira Rp 5.000 per hari per kepala atau Rp

155.615 per bulan per kepala. Indikator yang kedua adalah kebutuhan non makanan yakni

sektor kesehatan, pendidikan dan transportasi. Ketiga sektor ini banyak diintervensi

pemerintah melalui program-program seperti Jamkesmas dan Bantuan Operasional

Sekolah (Okezone, 2010).

Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2010 sebesar 31,02 juta orang

(13,33 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2009 yang berjumlah

32,53 juta (14,15 persen), berarti jumlah penduduk miskin berkurang 1,51 juta jiwa.

Jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan turun lebih besar daripada daerah perdesaan.

(16)

0,81 juta orang, sementara di daerah perdesaan berkurang 0,69 juta orang. Persentase

penduduk miskin antara daerah perkotaan dan perdesaan tidak banyak berubah dari Maret

2009 ke Maret 2010. Pada Maret 2009, sebagian besar (63,38 persen) penduduk miskin

berada di daerah perdesaan begitu juga pada Maret 2010, yaitu sebesar 64,23 persen.

Selama Maret 2009 - Maret 2010, Garis Kemiskinan naik sebesar 5,72 persen, yaitu dari

Rp 200.262 per kapita per bulan pada Maret 2009 menjadi Rp 211.726 per kapita per bulan

pada Maret 2010 (BPS, 2010).

Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan pada bulan

Maret 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara

sebanyak 1.490.900 orang atau sebesar 11,31 persen terhadap jumlah penduduk

seluruhnya. Kondisi ini masih lebih baik jika dibandingkan dengan tahun 2009 yang

jumlah penduduk miskinnya sebanyak 1.499.700. Dengan demikian, ada penurunan

jumlah penduduk miskin sebanyak 8.800 orang atau persentasenya berkurang sebesar 0,20

poin. Penurunan jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara mengindikasikan

bahwa dampak dari program pengentasan kemiskinan yang dilakukan oleh pemerintah

cukup berperan dalam menurunkan penduduk miskin di daerah ini. Jumlah penduduk

miskin di Provinsi Sumatera Utara yang berada di daerah perdesaan pada Maret 2010

sebanyak 801.900 orang dan di daerah perkotaan sebanyak 689.000 orang. Jika

dibandingkan dengan penduduk yang tinggal pada masing-masing daerah tersebut, maka

persentase penduduk miskin di daerah pedesaan sebesar 11,29 persen, sedangkan di daerah

perkotaan sebesar 11,34 persen. Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat

dipengaruhi oleh garis kemiskinan, karena penduduk miskin adalah mereka yang memiliki

rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Pada bulan Maret

2010 garis kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara sebesar Rp. 222.898 per kapita per

(17)

bulan dan untuk daerah perdesaan sebesar Rp. 201.810 per kapita per bulan (BPS Sumut,

2010).

Melihat masih tingginya angka kemiskinan, penanggulangan kemiskinan adalah

sebuah kebijakan strategis yang mau tidak mau diambil oleh pemerintah selaku agen

pembangunan yang bertanggung jawab atas terselenggaranya perbaikan sosial pada

segenap lapisan masyarakat. Namun demikian, upaya penanggulangan kemiskinan

penduduk itu bersegi banyak. Analisis masalahnya tidak hanya layak ditujukan pada

perspektif masyarakat yang menerima program perbaikan sosial ekonomi. Tidak kurang

pentingnya adalah perlunya memberi perhatian khusus pada dinamika aparat pelaksana

program itu sendiri (Sarman, 2000:1).

Salah satu program yan diluncurkan pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan

adalah program Beras Untuk Keluarga Miskin (Raskin). Program Beras untuk Keluarga

Miskin (Raskin) adalah program nasional yang bertujuan membantu rumah tangga miskin

dalam memenuhi kecukupan kebutuhan pangan dan mengurangi beban finansial melalui

penyedia beras bersubsidi. Setiap rumah tangga menerima 15 Kg beras setiap bulan

dengan harga Rp. 1.000 per kilogram di titik distribusi. Selain itu tujuan Raskin juga

memberikan bantuan pangan/ beras kepada keluarga miskin dalam rangka mengatasi

masalah kekurangan gizi makro masyarakat guna memenuhi kebutuhan pangan pokoknya

penjualan beras pada tingkat harga bersubsidi dengan jumlah yang telah ditentukan

(Pemprov Sumut, 2003).

Program Raskin telah dimulai sejak tahun 1998. Program ini dilaksanakan secara

lintas sektoral dan dikoordinasikan oleh Tim Koordinasi Raskin Pusat. Perum Bulog

bertugas melakukan penyediaan dan penyaluran Raskin sampai di titik distribusi. Sasaran

Raskin adalah keluarga sangat miskin, miskin dan hampir miskin berdasarkan data dari

(18)

pengangkutan raskin dari titik distribusi sampai ke titik bagi dan penyaluran sampai

penerima manfaat melalui koordinasi oleh Tim Koordinasi Raskin Provinsi, Tim

Koordinasi Raskin kabupaten/ kota, kecamatan, aparat desa atau kelurahan serta bekerja

sama dengan lembaga musyawarah desa, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan tokoh

masyarakat. Tahun 2008 pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

menyepakati kenaikan harga beras untuk rakyat miskin (Raskin) menjadi Rp 1.600 per

kilogram dari yang berlaku saat ini Rp 1.000. Kenaikan harga Raskin itu disebabkan

adanya perluasan jangkauan sasaran Rumah Tangga Miskin (RTM) penerima Raskin dari

15,8 juta menjadi 19,1 juta pada tahun depan. Kebijakan kenaikan harga ini merupakan

penyegaran dari tujuan awal kebijakan dasar yakni harga Raskin ditetapkan 50% dari

harga beras yang berlaku di pasaran umum.

Program Raskin tidak hanya membantu ketahanan pangan pada tingkat rumah

tangga tetapi juga pada tingkat nasional dengan pembelian gabah dan beras yang

dihasilkan oleh para petani. Melalui pengadaan beras untuk raskin ini kita harapkan dapat

memacu produksi beras dalam negeri, sehingga swasembada beras tetap dapat

dipertahankan. Program Raskin serta program penanggulangan kemiskinan yang saat ini

sedang dilaksanakan merupakan bagian dari upaya pencapaian Millennium Development

Goals (MDG’s). Oleh karenanya keberhasilan program penanggulangan kemiskinan

merupakan tanggung jawab kita bersama, pemerintah pusat dan pemerintah daerah (Menko

Kesra, 2010).

Salah satu pemerintah daerah di Indonesia, lebih tepatnya salah satu pemerintah

daerah kabupaten di Provinsi Sumatera Utara, Pemerintah Daerah Kabupaten Asahan.

Menurut data demografis Kabupaten Asahan berdasarkan dari sumber BPS Kabupaten

Asahan (2010) pada tahun 2009 setelah terpisah dengan Kabupaten Batu Bara, jumlah

(19)

desa dan 27 kelurahan dengan luas wilayah daratan 3.719,45 Km² (371.945 Ha) dengan

tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Asahan 188,36 jiwa per Km2. Sebagian besar

penduduk bertempat tinggal di daerah pedesaan sebesar 70,58 persen dan sisanya 29,42

persen tinggal di daerah perkotaan. Jumlah rumah tangga sebanyak 168.019 rumah tangga

dan setiap rumah tangga rata-rata dihuni oleh sekitar 4,2 jiwa, sedangkan laju pertumbuhan

penduduk dari tahun 2000-2009 sebesar 1,71 persen. Dilihat dari kelompok umur,

persentase penduduk usia 0-14 tahun sebesar 35,17 persen, persentase penduduk usia

15-64 tahun sebesar 60,74 persen dan persentase penduduk usia 15-64 tahun ke atas sebesar 4,09

persen yang berarti jumlah penduduk usia produktif lebih besar dibandingkan penduduk

usia non produktif dengan rasio beban ketergantungan sebesar 64,64 artinya setiap 100

orang penduduk usia produktif menanggung sekitar 65 orang penduduk usia non produktif.

Total penduduk keluarga miskin di Kabupaten Asahan diperkirakan sebanyak 36.737

keluarga di tahun 2008 (Berita Sore, 2009) atau diperkirakan 14,92 persen di tahun 2008

dari total jumlah keseluruhan penduduk Kabupaten Asahan (Kabar Indonesia, 2008).

Pengeluaran rata-rata per kapita/ bulan penduduk Asahan tahun 2009, pada golongan

pengeluaran kurang dari Rp. 200.000 sebanyak 5,11 persen, golongan pengeluaran Rp.

200.000 sampai Rp. 299.999 sebanyak 26,66 persen. Kemudian pada golongan

pengeluaran Rp. 300.000 sampai Rp. 399.999 sebanyak 25,39 persen, golongan

pengeluaran Rp. 400.000 sampai Rp. 499.999 sebanyak 15,99 persen dan sebesar 26,85

persen golongan pengeluaran rumah tangga diatas Rp. 500.000. Pola konsumsi rumah

tangga berupa pengeluaran untuk makanan sebesar Rp. 274.630 dan pengeluaran untuk

bukan makanan sebesar Rp. 187.974 per kapita/ bulan (BPS, Kab. Asahan,2009).

Kecamatan Kisaran Timur menurut sumber resmi Pemerintah Kabupaten Asahan

(Pemkab Asahan, 2010) merupakan salah satu kecamatan dari 25 kecamatan di Kabupaten

(20)

sekitar 14.087 Rumah Tangga yang tersebar di 12 Kelurahan dengan luas wilayah 38,92

Km2. Dari hasil pendataan yang dilakukan oleh pihak kecamatan dan BPS Kabupaten

Asahan menunjukkan bahwa penduduk yang dikategorikan Rumah Tangga Miskin di

Kecamatan Kisaran Timur diperkirakan sebanyak 2.740 RTM (Kabar Indonesia, 2008).

Kelurahan Mutiara menurut sumber resmi Badan Pusat Statistik Kabupaten Asahan

(BPS. Kab. Asahan, 2010) merupakan salah satu kelurahan dari 12 kelurahan di

Kecamatan Kisaran Timur dengan jumlah penduduk pada tahun 2009 sekitar 6.717 jiwa

atau dengan jumlah rumah tangga sekitar 1.434 Rumah Tangga yang tersebar di 7

Lingkungan dengan luas wilayah 200 Ha (2 Km2). Program Raskin (Kantor Kelurahan

Mutiara, 2009) juga dilaksanakan di Kelurahan Mutiara Kecamatan Kisaran Timur

sebanyak 269 Kepala Keluarga yang tersebar di 7 Lingkungan, dengan adanya program

tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai bagaimana ”Respon Masyarakat

Dalam Program Beras Miskin Untuk Keluarga Miskin di Kelurahan Mutiara Kecamatan

Kisaran Timur Kabupaten Asahan“.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut: “Respon Masyarakat Dalam Program Beras Miskin

Untuk Keluarga Miskin di Kelurahan Mutiara Kecamatan Kisaran Timur Kabupaten Asahan”.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Respon

(21)

1.3.2 Manfaat Penelitian

Hasil temuan penelitian ini diharapkan dapat memiliki kegunaan sebagai berikut:

1. Dapat mengetahui respon masyarakat terhadap program beras miskin untuk

keluarga miskin di kelurahan mutiara Kecamatan Kisaran Timur Kabupaten

Asahan.

2. Dapat menjadi masukan bagi instansi atau lembaga terkait dan sumber informasi

pemerintah guna peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui program salah satu

upaya pemerintah untuk mengurangi beban pengeluaraan keluarga miskin

khususnya Pemerintah Kabupaten Asahan.

3. Dapat memberikan sumbangan positif terhadap khasanah keilmuan di Departemen

Ilmu Kesejahteraan Sosial.

4. Menambah wawasan ilmiah bagi peneliti, terutama yang berhubungan program

pemerintah dalam meningkatkan ketahanan pangan dan memberikan perlindungan

pada keluarga miskin melalui pendistribusian beras.

1.4Sistematika Penulisan

Adapun sistematika dalam penelitian ini sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, ruang

lingkup masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika

penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian dan teori-teori yang berkaitan dengan

penelitian, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi

(22)

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian,

populasi, tekhnik pengumpulan data dan tekhnik analisa data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian yang

berhubungan dengan masalah objek yang akan diteliti.

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil

penelitian dan analisisnya.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran atas penelitian

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Respon Masyarakat

Pada pengamatan berlangsung perangsang-perangsangan. Stimulus berarti

rangsangan dan respon berarti tanggapan. Rangsangan diciptakan untuk memunculkan

tanggapan. Respon lambat-laun tertanam atau diperkuat melalui percobaan yang

berulang-ulang (Djamarah, 2002:23).

Menurut pendekatan

kaitan Stimulus - Respon. Dalam hal ini berarti tingkah laku itu seperti reflek tanpa kerja

mental sama sekali. Pendekatan ini dipelopori oleh

oleh banyak ahli, seperti

1. Pendekatan Kognitif

Pendekatan

menanggapi stimulus sebelum melakukan reaksi. Individu menerima stimulus lalu

melakukan proses mental sebelum memberikan reaksi atas stimulus yang datang.

2. Pendekatan Psikoanalisa

Pendekatan

kehidupan individu sebagian besar dikuasai oleh

tingkah laku banyak didasari oleh hal-hal yang tidak disadari, seperti keinginan,

impuls, atau

dalam alam bawah sadar dan sewaktu-waktu akan menuntut untuk dikeluarkan.

(24)

Pendekatan fenomenologi ini lebih memperhatikan pada pengalaman subyektif

individu karena itu tingkah laku sangat dipengaruhi oleh pandangan individu

terhadap diri dan dunianya, konsep tentang dirinya, harga dirinya dan segala hal

yang menyangkut kesadaran atau aktualisasi dirinya. Hal ini berarti melihat tingkah

laku seseorang selalu dikaitkan dengan fenomena tentang dirinya.

Sedangkan respon atau tanggapan adalah kesan-kesan yang dialami jika

perangsang sudah tidak ada. Jadi, jika proses pengamatan sudah berhenti, dan hanya

tinggal kesan-kesannya saja, peristiwa sedemikian ini disebut tanggapan. Defenisi

tanggapan ialah gambaran ingatan dari pengamatan (B.F. Skinner dalam Kartono,

1994:57). Dalam hal ini untuk mengetahui respon masyarakat dapat dilihat melalui

persepsi, sikap dan partisipasi masyarakat. Jadi berbicara mengenai respon tidak terlepas

dari pembahasan persepsi, sikap dan partisipasi masyarakat.

Persepsi menurut Morgan, King dan Robinson adalah suatu proses diterimanya

suatu rangsangan (obyek, kualitas, hubungan antar gejala maupun peristiwa) dengan cara

melihat dan mendengar dunia disekitar kita. Dengan kata lain persepsi dapat juga

didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dialami manusia (Morgan, King dan Robinson

dalam Adi, 2000:105).

Jadi yang dimaksud dengan persepsi adalah suatu proses yang dimulai dari

penglihatan dan pendengaran hingga terbentuk tanggapan yang terjadi pada diri individu

sehingga individu sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera

yang dimilikinya (Mahmud, 1990:55). Sedangkan penglihatan dan pendengaran seseorang

dapat dilihat melalui dengan cara mencermati, memahami dan menilai segala sesuatu yang

terjadi di dalam lingkungan sehingga terbentuk tanggapan dari dirinya.

Fenomena lain yang terpenting dengan persepsi adalah atensi. Atensi adalah suatu

(25)

atensi ini menjadi bagian yang terpenting dalam proses persepsi. Sedangkan atensi itu

banyak mendasarkan diri pada proses yang disebut filtering atau proses untuk menyaring

informasi yang ada pada lingkungan, karena sensori channel kita tidak mungkin

memproses semua rangsangan yang berada pada lingkungan kita (Adi, 2000:14).

Hal-hal yang mempengaruhi atensi seseorang dapat dilihat dari faktor internal dan

faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi atensi adalah :

1. Motif dan kebutuhan.

2. Preparator set, yaitu kesiapan seseorang untuk berespon terhadap suatu input

sensori tertentu tetapi tidak pada input yang lain.

3. Minat (Interest).

Faktor eksternal yang mempengaruhi atensi adalah:

1. Intensitas dan ukuran. Misalnya makin keras suatu bunyi maka akan semakin

menarik perhatian seseorang.

2. Kontras dengan hal-hal baru.

3. Pengulangan.

4. Pergerakan (Adi, 2000:105).

Bila berbicara tentang respon tidak lepas dari perubahan konsep sikap. Sikap

merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku tertentu jika ia

menghadapi suatu rangsangan.

Perubahan sikap dapat menggambarkan bagaimana respon seseorang terhadap

objek-objek tertentu sepserti perubahan lingkungan atas situasi lain. Sikap yang muncul

dapat positif yakni cenderung menyenangi, mendekati, mengharapkan suatu objek, atau

muncul sikap negatif yakni menghindari, membenci suatu objek (Adi, 2000:178).

Sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau

(26)

orang tersebut untuk membuat respon atau berperilaku dalam cara yang tertentu yang

dipilihnya (Walgito, 1999:110).

Ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut:

a. Dalam sikap selalu terdapat hubungan subjek-objek. Tidak ada sikap yang tanpa

objek. Objek ini bisa berupa benda, orang, ideologi, nilai-nilai sosial, lembaga

masyarakat dan sebagainya.

b. Sikap tidak dibawa sejak lahir tetapi dipelajari dan dibentuk berdasarkan

pengalaman dan latihan.

c. Karena sikap dapat dipelajari, maka sikap dapat berubah-ubah, meskipun relatif

sulit berubah.

d. Sikap tidak menghilang walau kebutuhan sudah dipenuhi.

e. Sikap tidak hanya satu macam saja, melainkan sangat beragam sesuai dengan objek

yang menjadi pusat perhatiannya.

f. Dalam sikap tersangkut juga faktor motivasi dan perasaan (Adi, 2000:179).

Pendekatan partisipasi bertumpu pada kekuatan masyarakat untk secara aktif

berperan serta dalam proses pembangunan secara menyeluruh. Partisipasi aktif masyarakat

dalam pelaksanaan program pembangunan memerlukan kesadaran warga masyarakat akan

minat dan kepentingan yang sama. Strategi yang biasa diterapkan adalah melalui strategi

penyadaran. Untuk berhasilnya program pembangunan desa tersebut, warga masyarakat

dituntut untuk terlibat tidak hanya dalam aspek kognitif dan praktis tetapi juga ada

keterlibatan emosional pada program tersebut. Hal ini diharapkan dapat memberi kekuatan

dan perasaan untuk ikut serta alam gerakan perubahan yang mencakup seluruh bangsa.

Selain persepsi dan sikap, partisipasi juga menjadi hal yang sangat penting bahkan

mutlak diperlukan dalam mengukur respon. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat

(27)

sosialisai, persiapan, perencanaan, pelaksanaan, pemahaman, pengendalian, evaluasi

sehingga pengembangan atau perluasannya. Pendekatan partisipasi bertumpu pada

kekuatan masyarakat untuk secara aktif berperan serta dalam proses pembangunan secara

menyeluruh. Partisipasi atau keikutsertaan para pelaku dalam masyarakat untuk terlibat

dalam proses pembangunan ini akan membawa manfaat dan menciptakan pertumbuhan

ekonomi didaerah (Suprapto, 2007:8).

Partisipasi ditinjau dari fungsi yang diambil oleh masyarakat (pelaku) untuk suatu

program, fungsi yang dapat diambil oleh masyarakat dalam berpartisipasi antara lain ialah:

1) Berperan serta dalam menikmati hasil pembangunan. Karena semua sudah

dikerjakan oleh pihak luar maka masyarakat tinggal menerima berupa hasil

pembangunan misalnya gedung sekolah, pos Keluarga Berencana (KB),

pembibitan tanaman, masyarakat tinggal menerima bibitnya. Partisipasi ini jelas

mudah, namun menikmati belum berarti memelihara.

2) Berperan serta dalam melaksanakan program pembangunan hal ini terjadi karena

pihak luar masyarakat, sudah mengerjakan persiapan, perencanaan, dan

menyediakan semua kebutuhan program. Masyarakat tinggal melaksanakan, dan

setelah itu baru dapat menikmati hasilnya. Misalnya dalam membangun jalan,

masyarakat ikut serta meratakan jalan dan menata/ merapikan batu. Pemagaran

rumah, masyarakat tinggal memasang alat-alat/bahan yang sudah disediakan dan

lain-lain.

3) Berperan serta dalam memelihara hasil program. Fungsi ini lebih sulit, apalagi

kalau masyarakat tidak terlibat dalam pelaksanaan. Sulit, bukan saja karena tidak

mempunyai keterampilan, tetapi yang lebih penting karena mereka merasa tidak

memiliki program tersebut. Pada umumnya masyarakat bersedia memelihara satu

(28)

bahkan ikut menyumbang sebagian bahan. Contoh lain, masyarakat bersedia

menanam dan memelihara bibit tanaman dari proyek pembibitan kalau masyarakat

ikut berkorban atau berpartisipasi selama pembibitan dipersiapkan dan

dilaksanakan.

4) Berperan serta dalam menilai program. Fungsi ini kadang diambil masyarakat

karena diminta oleh penyelenggara program dan masyarakat merasa program tidak

sesuai dengan aspirasinya (Suprapto, 2007:11).

Dari beberapa fungsi diatas maka dapat diketahui bahwa partisipasi memiliki

hubungan/ kaitan dengan frekuensi dan kualitas yaitu:

1. Frekuensi

Kaitan Partisipasi dengan Frekuensi ialah bahwa partisipasi merupakan keterlibatan

masyarakat dimana keterlibatan tersebut harus memiliki frekuensi yang baik dan

teratur agar masyarakat dapat melaksanakan program pembangunan dengan penuh

persiapan, perencanaan, pemahaman dan evaluasi. Contoh: berperan serta dalam

bersosialisasi untuk menilai suatu program.

2. Kualitas

Kaitan partisipasi dengan kualitas ialah bahwa dalam melaksanakan suatu program

harus diperlukan sikap yang berkualitas pada masyarakat tersebut dan keterlibatan

masyarakat yang bertata laku dengan baik maka mereka akan menjadi

terinternalisasi dengan sikap dan nilai pribadi yang kondusif terhadap kualitas.

Contoh: berperan serta dalam melaksanakan suatu program.

Partisipasi masyarakat juga mengikutsertakakan masyarakat dalam proses

pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada dimasyarakat, pemilihan dan

(29)

upaya mengatasi masalah dan keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi

perubahan yang terjadi (Isbandi, 2007:27).

Partisipasi dapat dibagi menjadi 6 pengertian yaitu:

1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa ikut

serta dalam pengambilan keputusan.

2. Partisipasi adalah pemekaan (membuat peka) pihak masyarakat untuk

meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan untuk menanggapi

proyek-proyek pembangunan.

3. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang

ditentukannya sendiri.

4. Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau

kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk

melakukan hal itu.

5. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf

yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar supaya

memperoleh informasi mengenai konteks lokal dan dampak-dampak sosial.

6. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan dan

lingkungan mereka (Mikkelsen, 1999:64).

Jadi definisi partisipasi di atas dapat dibuat kesimpulan bahwa partisipasi adalah

keterlibatan aktif dari seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) secara sadar untuk

berkontribusi secara sukarela dalam program pembangunan dan terlibat mulai dari

perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan sampai pada tahap evaluasi.

Dalam merespon stimulus, tidak terlepas dari subjek dan objeknya. Subjek

(30)

Dalam hal ini yang menjadi subjeknya adalah masyarakat sasaran penerima manfaat

Raskin dan yang menjadi objeknya adalah program Raskin.

Masyarakat dalam bahasa Inggris adalah Society yang berasal dari kata Socius yang

artinya kawan. Hidup dalam masyarakat berarti adanya interaksi sosial dengan

orang-orang disekitar dan dengan demikian mengalami pengaruh dan mempengaruhi orang-orang lain.

Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa masyarakat merupakan kesatuan hidup

manusia yang berinteraksi menurut sistem adat-istiadat yang bersifat kontiniu dan terikat

oleh suatu rasa identitas bersama.

Koentjaraningrat menyatakan bahwa masyarakat adalah kesatuan hidup dari

makhluk-makhluk manusia yang terikat oleh suatu sistem adat-istiadat yang tertentu.

Sedangkan Selo Sumardjan menyatakan bahwa masyarakat ialah orang-orang yang hidup

bersama yang menghasilkan kebudayaan (Koentjaraningrat dalam Wahyu, 1996:59).

Unsur atau ciri masyarakat menurut konsep Horton dan Hunt adalah:

1. Kelompok manusia, yang sedikit banyak memiliki kebebasan dan bersifat kekal.

2. Menempati suatu kawasan.

3. Memiliki kebudayaan.

4. Memiliki hubungan dalam kelompok yang bersangkutan.

Sedangkan menurut Fairchild, unsur atau ciri masyarakat adalah:

1. Kelompok manusia.

2. Adanya keterpaduan atau kesatuan diri berlandasakan kepentingan utama.

3. Adanya pertahanan dan kekekalan diri.

4. Adanya kesinambungan.

5. Adanya hubungan yang pelik diantara anggotanya.

Diantara istilah masyarakat yang telah dikemukakan diatas, tidak terdapat

(31)

persamaannya. Namun yang utama, masyarakat itu merupakan kelompok atau kolektivitas

manusia yang melakukan antar hubungan, sedikit banyak bersifat kekal, berlandaskan

perhatian dan tumbuh bersama, serta telah melakukan jalinan secara berkesinambungan

dalam waktu yang relatif lama dan merupakan suatu sistem hidup bersama dimana mereka

menciptakan nilai, norma dan kebudayaan bagi kehidupan mereka (Horton, Hunt dan

Fairchild dalam Setiadi, 2007:80).

Dengan akhirnya bahwa masyarakat mengandung pengertian yang sangat luas dan

dapat meliputi seluruh umat manusia. Masyarakat terdiri dari berbagai kelompok besar

maupun kecil tergantung pada jumlah anggotanya. (Wahyu, 1996:60). Jadi yang dimaksud

dengan respon masyarakat adalah tingkah laku balas atau tindakan masyarakat yang

merupakan wujud dari persepsi dan sikap masyarakat terhadap suatu objek yang dapat

dilihat melalui proses pemahaman, penilaian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak

suka serta pemanfaatan terhadap objek tersebut.

2.2 Pengertian Program

Program adalah unsur pertama yang harus ada demi terciptanya suatu kegiatan. Di

dalam program dibuat beberapa aspek, disebutkan bahwa di dalam setiap program

dijelaskan mengenai:

1. Tujuan kegiatan yang akan dicapai.

2. Kegiatan yang diambil dalam mencapai tujuan.

3. Aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui.

4. Perkiraan anggaran yang dibutuhkan.

5. Strategi pelaksanaan.

Melalui program maka segala bentuk rencana akan lebih terorganisir dan lebih

(32)

“A programme is collection of interrelated project designed to harmonize and

integrated various action an activities for achieving averral policy abjectives” (suatu

program adalah kumpulan proyek-proyek yang berhubungan telah dirancang untuk

melaksanakan kegiatan-kegiatan yang harmonis dan secara integraft untuk mencapai

sasaran kebijaksanaan tersebut secara keseluruhan.

Menurut Charles O. Jones (1996:295), pengertian program adalah cara yang

disahkan untuk mencapai tujuan, beberapa karakteristik tertentu yang dapat membantu

seseorang untuk mengindentifikasi suatu aktivitas sebagai program atau tidak yaitu:

1. Program cenderung membutuhkan staf, misalnya untuk melaksanakan atau sebagai

pelaku program.

2. Program biasanya memiliki anggaran tersendiri, program kadang biasanya juga

diidentifikasikan melalui anggaran.

3. Program memiliki identitas sendiri, yang bila berjalan secara efektif dapat diakui

oleh publik.

Program terbaik didunia adalah program yang didasarkan pada model teoritis yang

jelas, yakni: sebelum menentukan masalah sosial yang ingin diatasi dan memulai

melakukan intervensi, maka sebelumnya harus ada pemikiran yang serius terhadap

bagaimana dan mengapa masalah itu terjadi dan apa yang menjadi solusi terbaik.

2.3 Program Beras Miskin (Raskin) Untuk Keluarga Miskin

Program Beras untuk Keluarga Miskin (Raskin) adalah program nasional yang

bertujuan membantu rumah tangga miskin dalam memenuhi kecukupan kebutuhan pangan

dan mengurangi beban finansial melalui penyedia beras bersubsidi. Setiap rumah tangga

menerima 15 Kg beras setiap bulan dengan harga Rp. 1.000 per kilogram di titik distribusi.

Selain itu tujuan Raskin juga memberikan bantuan pangan/ beras kepada keluarga miskin

(33)

kebutuhan pangan pokoknya penjualan beras pada tingkat harga bersubsidi dengan jumlah

yang telah ditentukan.

Tujuan program Raskin berdasarkan Pedum adalah menguangi beban pengeluaran

rumah tangga miskin melalui pemberian bantuan pemenuhan sebagiam kebutuhan pangan

dalam bentuk beras.

Program Raskin memiliki ciri spesifik yaitu :

1. Tidak disalurkan melalui pasar umum, tetapi penjualan langsung kepada penerima

manfaat (bersubsidi).

2. Jumlah beras yang disediakan tidak tergantung pada permintaan pasar, tetapi

berdasarkan kepada penerimaan jumlah keluarga penerima manfaat Raskin.

3. Tindak pelaksanaanya, Raskin melibatkan berbagai instansi sehingga untuk

memperlancar operasinya perlu adanya petunjuk pelaksanaan.

Program Raskin ditujukan kepada keluarga miskin dan rawan pangan dengan

mempertimbangkan kemampuan keuangan pemerintahan. Penerima manfaat yaitu

keluarga miskin didesa/kelurahan yang berhak menerima beras Raskin, yang menjadi

penerima manfaat dari program ini adalah :

a. Keluarga Prasejahtera (KPS) alasan ekonomi yaitu keluarga yang belum dapat

memenuhi indikator KPS yang ditetapkan oleh BKKBN, dengan bobot

pengkategorian lebih ditentukan pada alasan ekonomi indikator keluarga

prasejahtera alasan ekonomi yaitu :

1. Pada umumnya anggota keluarga belum mampu makan dua kali sehari.

2. Anggota keluarga belum memiliki pakaian yang berbeda untuk dirumah,

bekerja/sekolah dan berpergian.

(34)

b. Keluarga Sejahtera 1 (KS I) alasan ekonomi yaitu keluarga yang belum memenuhi

indikator KS I yang dietapkan oleh BKKBN, dengan bobot pengkategorian lebih

ditekankan pada alasan ekonomi, indikatornya adalah :

1. Paling kurang seminggu sekali keluarga makan daging/ikan/telur.

2. Setahun terakhir anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian

baru.

3. Luas tanah rumah paling kurang 8 m2 untuk tiap penghuni/jiwa.

2.3.1 Penentuan Pagu dan Alokasi

1. Kuantum Pagu Raskin Nasional ditetapkan berdasarkan besarnya subsidi

Pangan (Raskin) yang disediakan Pemerintah dalam APBN.

2. Gubernur selaku penanggung jawab tim koordinasi program Raskin provinsi,

mengalokasikan kuantum pagu Raskin kepada masing-masing pada data

kemiskinan BPS yang ditetapkan dalam keputusan Gubernur.

3. Berdasarkan pagu Raskin kabupaten/ kota, tim koordinasi program Raskin

masing-masing kabupaten/ kota mengaloksikan kuantum pagu Raskin kepada

masing-masing kecamatan dan desa/ kelurahan, dengan mengacu pada data

RTM dari BPS, dengan mempertibangkan kondisi objektif daerah yang

ditetapkan dalam keputusan Bupati/ Walikota.

4. Tim Raskin Provinsi dapat mengusulkan, kepada Gubernur untuk merelokasi

pagu Raskin ke kabupaten/ kota yang dinilai tidak dapat mendistribusikan beras

Program Raskin sesuai ketentuan yang telah ditetapkan.

2.3.1.1 Organisasi dan Penanggung Jawab Raskin

Penanggung jawab pelaksanaan dan pemantauan Raskin di tingkat provinsi adalah

(35)

Tim koordinasi Raskin di tingkat provinsi dan tingkat kabupaten/ kota yang terdiri dari

instansi terkait dan berbagai pihak yang dipandang perlu (Perguruan tinggi, LSM dan

institusi kemasyarakatan lainnya).

Penanggung jawab penyediaan dan pendistribusian beras Raskin dari gudang

Perum Bulog sampai titik ditribusi, maupun penyelesaian administrasi dan penyelesaian

pembayaran adalah Kasub Drive/ Kakanlog sesuai tingkatan wilayah operasionalnya.

Dalam pelaksanaannya, Kasub Divre/ Kakanlog membentuk Satgas Raskin, Pemkab/

Pemko setempat sesuai dengan tingkatan wilayahnya turut bertanggung jawab dalam

penyelesaian administrasi dan pembayaran Raskin.

Penanggung jawab data dasar untuk penetapan keluarga Sasaran Penerima Manfaat

Raskin adalah Kepala BKKBN setempat. Penanggung jawab penetapan jumlah kelurga

miskin dan kuantum beras adalah Gubernur/ Bupati/ Walikota sesuai tingkatan wilayahnya

sebagai hasil konsultasi teknis dengan instansi terkait dengan mempertimbangkan kondisi

objektif daerah yang bersangkutan.

Penanggung jawab pengesahan keluarga miskin yang menerima Raskin di setiap

titik distribusi adalah camat sebagai hasil musyawarah desa yang ditetapkan oleh kepala

desa yang ditetapkan oleh kepala desa/ lurah setempat. Penggung jawab penanganan

pengaduan masyarakat adalah kepala dinas/ badan BPM bersama-sama unsur-unsur

inspektorat dan pengawasan Drive/ Sub Divre/ Kanlog Bulog.

2.3.1.2 Penentuan Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat

1. Data dasar penentuan RTM sasaran adalah hasil pendapatan sosial ekonomi

BPS.

2. Prioritas penerima manfaat beras Raskin adalah untuk seluruh RTM dengan

kategori sangat miskin, miskin dan untuk seluruh RTM dengan kategori hampir

(36)

3. Dalam hal ini penurunan RTM sasaran kategori hampir miskin ditentukan

sesuai kondisi objektif di lapangan dan ditetapkan berdasarkan musyawarah

desa/kelurahan setempat.

4. Identitas RTM penerima manfaat Program Raskin, harus sesuai dengan daftar

nama dan alamat RTM yang telah ditetapkan BPS kabupaten/ kota.

2.3.1.3 Musyawarah Desa/ Kelurahan

1. Musyawarah Desa/ Kelurahan adalah forum komunikasi ditingkat

desa/kelurahan yang dipimpin Kepala Desa/ Lurah, dihadiri oleh perangkat

desa/kelurahan, lembaga pemberdayaan masyarakat dan tokoh agama untuk

mendapatkan kesepakatan tentang:

- Daftar nama RTM penerima manfaat

- Jadwal, waktu dan tempat distribusi

- Besaran biaya distribusi dari titik distribusi kepada RTM penerima

manfaat.

2. Musyawarah desa/kelurahan dilaksanakan secara periodik minimal 1 (satu)

tahun sekali dan diselenggarakan sebelum beras program Raskin di

distribusikan.

3. Hasil musyawarah desa/kelurahan dituangkan dalam berita acara musyawarah

desa/kelurahan yang ditandatangani kepala desa/lurah, badan permusyawaratan

Desa (BPD) dan diketahui oleh Camat setempat, dengan melampirkan daftar

nama-nama Rumah Tangga Miskin Penerima Manfaat (DPM-1) dan daftar

hadir peserta musyawarah.

4. Daftar nama-nama RTM hasil musyawarah desa/musyawarah kelurahan

ditempel dalam Papan Pengumuman desa/ kelurahan dan dilaporkan secara

(37)

5. Daftar Rumah Tangga Miskin/ Sasaran Penerima Manfaat (DPM-1) dijadikan

dasar sebagai penerbit Surat Permintaan Alokasi (SPA) oleh Bupati/ Walikota

kepada perum BULOG melalui Sub Drive setempat.

2.3.1.4 Mekanisme Distribusi

1. Bupati/ Walikota mengajukan Surat Permintaan Alokasi (SPA) kepada Kepala

Sub Divisi Regional Perum BULOG berdasarkan Alokasi pagu Raskin dan

Rumah Tangga sasaran penerima manfaat di masing-masing kecamatan/ desa/

kelurahan.

2. SPA yang tidak dapat dilayani sebagian atau seluruhnya dalam jangka waktu 3

(tiga) bulan, maka pagu dapat direlokasikan kedaerah lain dengan penerbitkan

SPA baru yang menunjukkan pada SPA yang tidak dapat dilayani,

3. Berdasarkan SPA, Sub Drive menerbitkan SPPB/ DO beras untuk

masing-masing kecamatan/ kelurahan/ desa kepada pelaksana Raskin. Apabila terdapat

tunggakan Harga Penjualan Beras (HPB) pada periode sebelumnya maka

penerbitan SPPB/ DO periode berikutnya ditangguhkan sampai ada pelunasan.

4. Berdasarkan SPPB/ DO, pelaksanaan Raskin mengambil beras digudang

penyimpanan Perum BULOG, mengangkut dan menyerahkan beras Raskin

kepada pelaksana Distribusi. Kualitas beras yang diserahkan, sesuai dengan

standar kualitas BULOG. Apabila tidak memenuhi standar kualitas maka beras

dikembalikan kepada pelaksana Raskin untuk ditukar/diganti.

5. Serah terima beras Raskin dari pelaksana Raskin kepada pelaksana distribusi di

titik Distribusi dibuktikan dengan Berita Acara Serah Terima (BAST) yang

merupakan pengalihan tanggung jawab.

(38)

7. Mekanisme distribusi secara rinci diatur dalam Pedoman Teknis Raskin

kabupaten/ kota. Disesuaikan dengan kondisi objektif masing-masing daerah.

2.3.1.5 Administrasi Distribusi

1. Penyerahan beras dititik Distribusi dituangkan dalam Berita Acara Serah

Terima (BAST) yang ditandatangani oleh Satker Sub Drive sebagai pihak yang

menyerahkan dan Pelaksanaan Distribusi Sebagai Pihak yang menerima beras.

BAST tersebut diketahui dan ditandatangani oleh Kepala Desa/ Lurah/ Camat

atau pejabat yang mewakili/ ditunjuk. Nama dan identitas penandatanganan

dicatumkan secara jelas dan dicap/ stempel/ desa/ kelurahan/ kecamatan.

2. Berdasarkan BAST, Sub Drive membuat rekapilutasi Berita Acara Raskin

masing-masing desa/ kelurahan (MBA-0) yang ditandatangani oleh Satker

Raskin Sub Drive dan Satker Raskin Kecamatan serta serta diketahui dan

ditandatangani oleh Camat atau pejabat yang mewakili/ditunjuk.

3. Berdasarkan MBA-0, Sub Drive membuat rekapilutasi Berita Acara

Pelaksanaan Raskin Kecamatan (MBA-1) yang ditandatangani oleh Kasub

Drive dan Bupati/Walikota atau pejabat yang mewakili, serta seorang saksi dari

Tim Program Raskin kabupaten/ kota. Nama dan identitas penandatanganan

dicantumkan secara jelas dan dicap/ stempel.

4. Pembuatan MBA-1 bisa dilakukan secara bertahap tanpa harus menunggu

selesainya seluruh pendistribusian bulan bersangkutan. Dengan demikian dalam

satu kabupaten/kota untuk bulan alokasi yang sama dimungkinkan dibuat lebih

dari satu (satu) MBA-1. MBA-1 Asli dikirimkan ke Drive provinsi dengan

dilampiri copy SPA dan Rekap SPPB/ DO Asli (MDO). Sebelum MBA-1

berikut lampirannya dikirim ke Drive propinsi, terlebih dahulu dilakukan

(39)

5. Selanjutnya dikirim ke kantor pusat Perum BULOG.\

2.3.1.6 Biaya Operasional Raskin

1. Biaya Operasi raskin disediakan untuk memenuhi kebutuhan biaya yang

berkaitan dengan pelaksanaan Raskin sampai dengan di Titik Distribusi

menjadi perum BULOG.

2. Pengeluaran biaya operasional Raskin dilakukan secara efisiensi.

3. Biaya Raskin terdiri dari biaya umum dan biaya operasional, termasuk pajak,

Biaya umum antara lain digunakan untuk pembuatan brosur, poster dan

lain-lain.

4. Biaya operasional terdiri dari biaya distribusi dan biaya pendukung. Biaya

distribusi meliputi biaya angkutan, pengemasan bila diperlukan, susut,

cadangan resiko (uang palsu dll). Biaya pendukung antara lain meliputi biaya

administrasi seperti ATK, materi, biaya transfer dan lain-lain. Biaya pendukung

selanjutnya pembuatan laporan, honor, biaya koordinasi dan biaya rapat, biaya

sosialisasi, monitoring dan evaluasi (yang tidak dibiayai dari APBN).

5. Ongkos dari titik distribusi sampai ke penerima manfaat di alokasikan dari

APBN setempat atau swadaya masyarakat.

Pengeluaran biaya operasional Raskin harus di pertanggung jawabkan dengan

dilengkapi bukti-bukti pengeluaran sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan realisasi

biaya operasional Raskin dilaporkan ke Drive Perum BULOG.

2.3.2 Mekanisme Pembayaran dan Administrasi HPB Raskin

a. Pembayaran Harga Penjualan Beras (HPB) Raskin dari Rumah Tangga sasaran

penerima manfaat kepada pelaksana Distribusi dilakukan secara tunai Rp.

(40)

b. Uang HPB Raskin tersebut langsung diserahkan kepada Satker Raskin Sub

Drive dan dibuatkan tanda terima pembayaran (kuitansi atau TT HPB Raskin)

rangkap 3 (tiga). Selanjutnya oleh Satker Raskin ditransfer di rekening milik

Sub Drive di bank pemerintah yang telah ditentukan.

c. Apabila uang HPB Raskin disetorkan langsung oleh pelaksana distribusi ke

rekening HPB Raskin milik perum BULOG Sub Drive, maka bukti setor asli

harus diserahkan oleh pelaksana distribusi kepada Satker Raskin Sub Drive

untuk kemudian diganti dengan tanda terima pembayaran (kuitansi atau model

TT HPB Raskin) rangkap 3 (tiga) oleh pelaksana Raskin. Pelaksana raskin

berkewajiban melakukan konfirmasi bukti setor tersebut pada Bank yang

bersangkutan. Tanda Terima Pembayaran tersebut dinyatakan sah oleh Bank

yang bersangkutan.

d. Bupati/Walikota selaku penanggung jawab program Raskin berkewajiban

menyediakan Dana Talangan untuk RTM yang tidak memiliki kemampuan

membayar tunai atau pelaksana distribusi yang belum menyetorkan HPB pada

bulan bersangkutan.

e. Pembiayaan distribusi beras Raskin berasal dari gudang perum BULOG sampai

titik distribusi menjadi beban perum BULOG sedangkan dari titik distribusi

samapai RTM sasaran penerima menjadi beban Bupati/ Walikota.

2.3.3 Indikator Keberhasilan Program

Indikator keberhasilan pelaksanaan program Raskin adalah tepat sasaran penerima

manfaat, tepat jumlah, tepat harga, tepat waktu dan tempat administrasi. Tepat sasaran

penerima manfaat artinya Raskin hanya diberikan kepada Rumah Tangga Sasaran

penerima manfaat hasil musyawarah desa/kelurahan yang terdaftar dalam Daftar Penerima

(41)

artinya jumlah beras Raskin yang merupakan hak Rumah Tangga Sasaran penerima

manfaat adalah sebanyak 15 Kg netto per RTM perbulan sesuai dengan hasil musyawarah

desa/kelurahan. Tepat harga artinya harga beras Raskin adalah Rp. 1.000/ Kg Netto

(sekarang Rp. 1600/ Kg) di titik distribusi. Tepat waktu artinya pelaksanaan distribusi

beras Rumah Tangga Sasaran penerima manfaat sesuai dengan rencana distribusi. Tepat

administasi artinya terpenuhinya persyaratan administrasi secara benar dan tepat waktu.

2.3.4 Pengaduan Masyarakat

a. Pengaduan masyarakat tentang kritik dan saran dan pendapat perbaikan

pelaksanaan program Raskin ditanggapi dan ditindaklanjuti secara fungsional yang

dikoordinasikan oleh Tim Program Raskin Provinsi dan Kabupaten/ Kota tingkatan

wilayahnya.

b. Tindak Lanjutamn pengaduan masyarakat secara teknis diselesaikan oleh

masing-masing instansi, SKPD pelaksana program Raskin dan stakeholder sesuai dengan

bidan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing.

c. Pengaduan masyarakat tentang pelaksanaan Raskin dapat berasal dari penerima

Raskin atau masyarakat umum secara langsung, namun dapat juga melalui media

massa (surat kabar, radio, televisi). Pengaduan dapat diperoleh melalui kotak pos,

fax, email, telepone, laporan dari institusi kemasyarakatan dan pertemuan dengan

lembaga independen, perguruan tinggi/institusi kemasyarakatan yang terkait

lainnya.

2.3.5 Pengawasan dan Sosialisasi Program

Pengawasan pelaksanaan program Raskin dilakukan secara fungsional sesuai

(42)

prinsipnya terbuka dan dilakukan melalui kepedulian dan pengaduan melalui Unit

Pengaduan Masyarakat (UPM) dan media massa.

Sosialisasi program Raskin bertujuan untuk menyebarluaskan informasi

mengenai program Raskin kepada RTM sasaran penerima manfaat, masyarakat dan

pelaksana program di tingkat provinsi, kabupaten/ kota, kecamatan dan desa/ kelurahan.

Sosialisasi program Raskin dilakukan oleh Tim Program Raskin tingkat pusat, provinsi,

kabupaten/ kota, desa/ kelurahan secara berjenjang dan dapat mengikutsertakan pihak lain

bilamana diperlukan.

Materi program Raskin yang disosialisasikan meliputi kebijakan program dan

pelaksanaan teknis tentang penetapan RTM sasaran penerima manfaat, mekanisme

distribusi, tugas dan fungsi serta tanggung jawab masing-masing pelaksana program dan

juga kewajiban RTM sasaran penerima manfaat, mekanisme dan administrasi pembayaran,

penyampaian kelurahan/pengaduan dari masyarakat serta penanganan tindak lanjutnya.

Sosialisasi program Raskin dapat juga dilakukan melalui media massa (cetak dan

elektronik), penyebaran pamflet, brosur dan berbagai forum pertemuan sosial

kemasyarakatan lainnya. Sosialisasi program Raskin merupakan salah satu kunci

keberhasilan pelaksanaan program Raskin, yang dapat dilakukan melalui berbagai cara

mana yang paling efektif dan memungkinkan agar masyarakat umum dan khususnya

masyarakat miskin dapat mengetahui secara persis latar belakang, kebijakan, mekanisme,

hak-hak dan kewajibannya. Lebih dari itu, masyarakat harus mengetahui kemana dan

bagaimana cara melaporkan atau mengadukan apabila ditemui adanya indikasi

penyimpanan Raskin melalui jalur Unit Pengaduan Masyarakat (UPM) yang tersedia

(43)

2.4 Kemiskinan

Konsepsi umum mengenai kemiskinan biasa terkait dengan masalah ketiadaan

sumber daya ekonomi dan sosial kultural karena informasi yang diperoleh hanya dari

dalam dan politik masyarakat tertentu. Ketiadaan modal sosial ekonomi inilah yang

kemudian membatasi gerak aktivitas dan aktualisasi diri setiap individu dan dinamika

sosial dalam masyarakat.

Kondisi kemiskinan merupakan masalah yang sampai hari ini tidak kunjung

selesai. Sebab memiliki problematika dan dinamika tersendiri dalam masyarakat. Terlebih

kemiskinan terkait dengan krisis sosial, ekonomi, dan politik (Syaifullah, 2008:9).

Ada 3 jenis kemiskinan yang merupakan suatu masalah di Indonesia:

1. Kemiskinan Relatif

Kemiskinan relatif merupakan kondisi masyarakat karena pengaruh kebijakan

pembangunan yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat

sehingga menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan. Standar minimum

disusun berdasarkan kondisi hidup suatu negara pada waktu tertentu dan perhatian

terfokus pada golongan penduduk “termiskin”, misalnya 20 persen atau 40 persen

dari total penduduk yang telah diurutkan menurut pendapatan/pengeluaran.

Kelompok ini merupakan penduduk relatif miskin. Dengan demikian ukuran

kemiskinan relatif sangat tergantung pada distribusi pendapatan/pengeluaran

penduduk sehingga menggunakan definisi ini berarti “orang miskin selalu hadir

bersama kita”. Dalam prakteknya, negara kaya mempunyai garis kemiskinan relatif

yang lebih tinggi dari pada negara miskin seperti yang dilaporkan oleh Ravallion

(1998:26). Paper tersebut menjelaskan mengapa, misalnya: angka kemiskinan

resmi (official figure) pada awal tahun 1990-an mendekati 15 persen penduduk

Gambar

Tabel 1. Sampel Berdasarkan Lingkungan
Tabel 2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Usia
Tabel 4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama
+7

Referensi

Dokumen terkait

Responden lain yang menyatakan perencanaan program beras untuk keluarga miskin ini kurang baik dikarenakan mereka merasa bahwa setiap program yang dibuat oleh pemerintah

Tujuan program Raskin menurut Bulog (2010) adalah untuk memenuhi sebagian kebutuhan pangan (beras) keluarga miskin dan sekaligus diharapkan dapat mengurangi beban

EVALUASI PELAKSANAAN PENDISTRIBUSIAN PROGRAM BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN (RASKIN) TAHUN 2011 DI KELURAHAN KEBONSARI.. KECAMATAN SUMBERSARI KABUPATEN JEMBER THE EVALUATION OF

Program beras untuk keluaga miskin atau yang biasa dikenal dengan istilah raskin merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mengurangi beban pengeluaraan keluarga miskin.Untuk

Harapan terbesar dari pelaksanaan program Raskin ini adalah sesuai dengan tujuan program Raskin yaitu mengurangi bebang pengeluaran Rumah Tangga Miskin melalui

Metode Penilaian Kelayakan Penerima Beras Dalam penilaian kelayakan penerima beras untuk keluarga miskin (Raskin) peneliti menggunakan metode direc (langsung) yaitu

Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM) Raskin adalah rumah tangga miskin di desa/kelurahan yang berhak menerima Raskin dan terdaftar dalam Daftar Penerima

Tujuan program Raskin menurut Bulog (2010) adalah untuk memenuhi sebagian kebutuhan pangan (beras) keluarga miskin dan sekaligus diharapkan dapat mengurangi beban