RESPON MASYARAKAT DALAM PROGRAM BERAS MISKIN UNTUK KELUARGA MISKIN DI KELURAHAN MUTIARA KECAMATAN
KISARAN TIMUR KABUPATEN ASAHAN
Diajukan Oleh: PANDU NARO PUTRA
060902016
DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
Pandu Naro Putra, 060902016, Respon Masyarakat Dalam Program Beras Miskin Untuk Keluarga Miskin di Kelurahan Mutiara Kecamatan Kisaran Timur Kabupaten Asahan.
(Skripsi ini berisi 6 Bab, 109 Halaman, 1 Gambar, 49 Tabel, 38 Kepustakaan dan Lampiran)
ABSTRAK
Masyarakat Indonesia khususnya Sumatera Utara masih bergelut dengan kemiskinan, seperti yang dicatat oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Maret 2010 bahwa jumlah penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan mencapai 31,02 juta jiwa (13,33%) sedangkan di Sumatera Utara sendiri menurut hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang juga dilaksanakan pada bulan Maret 2010 jumlah penduduk miskin ada sebanyak 1.490.900 jiwa (11,31%). Oleh karena adanya kemiskinan itu, pemerintah membuat program untuk mengatasi masalah kemiskinan tersebut. Salah satunya adalah Program Beras Untuk Keluarga Miskin (Raskin) yaitu penyaluran beras bersubsidi kepada Rumah Tangga Miskin (RTM) yang menjadi sasaran dari program dengan harga Rp 1.600/ Kg di titik pendistribusian. Program Raskin ini tentunya akan mendapat respon dari masyarakat meskipun secara teori program tersebut akan mendapat respon yang positif. Namun, hal ini belum dapat dipastikan karena dalam menentukan Respon dapat dilihat dari tiga variabel yaitu persepsi, sikap dan partisipasi. Mengingat kondisi ini, setiap masyarakat di berbagai wilayah akan memiliki respon yang berbeda-beda terhadap suatu program yang diberikan oleh pemerintah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Respon Masyarakat Terhadap Program Raskin di Kelurahan Mutiara.
Metode penelitian menggunakan tipe deskriptif yaitu membuat gambaran kondisi secara menyeluruh tentang bagaimana respon masyarakat. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Mutiara dengan responden yang berjumlah 55 KK. Teknik pengumpulan data melalui angket kepada responden, observasi dan wawancara langsung kepada masyarakat serta instansi terkait yang bisa memperkuat data penelitian ini. Sedangkan metode analisis yang digunakan adalah deskriptif, data yang diperoleh dari penelitian diteliti dan jawaban-jawaban diklasifikasikan menurut macamnya serta ditabulasikan kedalam tabel frekuensi selanjutnya dianalisa dan menggunakan skala likert untuk mengukur variabel-variabelnya.
Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan dan dianalisis dapat disimpulkan bahwa secara rata-rata Program Raskin mendapat Respon Netral dari masyarakat dengan nilai 0,40. Terdiri dari persepsi dengan nilai 0,16 dan sikap dengan nilai 0,31 serta partisipasi dengan nilai 0,16. Masyarakat berharap program Raskin tetap dilanjutkan dan mutu beras dapat ditingkatkan menjadi lebih baik lagi.
NORTH SUMATERA OF UNIVERSITY
FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE SCIENCE
Pandu Naro Putra, 060902016, Community Response In Rice Program For Poor Families In The Mutiara Village of Kisaran Timur Sub-District of the Asahan Regency.
(This paper contains six Chapters, 109 Pages, 1 Figure, 49 Tables, 38 Bibliography and Appendix)
ABSTRACT
Society of North Sumatera, Indonesia in particular is still struggling with poverty, as noted by the Central Statistics Agency (CSA) in March 2010 that the number of people living below the poverty line reached 31.02 million (13.33%) while in North Sumatera itself according the National Social Economic Survey (NSES), which also took place in March 2010 the number of poor people there are as many as 1,490,900 people (11.31%). Due to poverty, the government make programs to address the problem of poverty. One is the Rice Program for Poor Families (PF), namely the distribution of subsidized rice to Poor Households (PHH), which became the target of the program at a price of Rp 1,600 / kg at the distribution point. The Rice Program for Poor Families is certainly going to get a response from the community, even if in theory the program will receive a positive response. However, this has not been established because in determining the response can be seen from three variables: perception, attitude and participation. Given these conditions, every community in the various regions will have different responses to a given program by the government. This study aims to determine the Community Response Against the Rice Program for Poor Families at the Mutiara Village.
The research method using descriptive type which makes the overall picture of how the community response. The research was conducted in the Mutiara Village with respondents who numbered 55 families. The technique of collecting data through questionnaires to the respondents, observation and interviews directly to the public and related institutions that can strengthen this research data. While the method used is descriptive analysis, data obtained from the research study and the answers were classified according to kinds and tabulated into a frequency table and then analyzed using a likert scale to measure the variables.
Based on the data collected and analyzed can be concluded that on average the Rice Program for Poor Families program got a response from the community with a neutral value 0.40. Consists of the perception of the value of 0.16 and 0.31 as well as attitudes to the value of participation with a value of 0.16. Community hope the program continues and the quality of Rice Program for Poor Families can be improved to be even better.
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya,
serta shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW sehingga skripsi yang berjudul: Respon
Masyarakat Dalam Program Beras Miskin Untuk Keluarga Miskin di Kelurahan Mutiara Kecamatan Kisaran Timur Kabupaten Asahan. Skripsi ini telah selesai
disusun untuk memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan
gelar Sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan, dan
saran-saran dari berbagai pihak untuk menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini,
penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang
telah membantu dan memberi dukungan serta bimbingan hingga selesainya skripsi ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Hairani Siregar, S.Sos, MSP selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan
Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Agus Suriadi, S.Sos, MA selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu, pikiran dan perhatian secara ikhlas untuk membimbing serta
mengarahkan penulis dari persiapan hingga penyempurnaan skripsi ini.
4. Ibu Zuraidah selaku bagian Tata Usaha di FISIP USU yang telah banyak
membantu administrasi peneliti.
5. Bapak Anian selaku Lurah Mutiara yang telah membantu dalam penelitian di
6. Terima kasih buat kedua orang tua tercinta, H. Muhammad Syafe’i S.Sos, M.Si dan
Hj. Pitta Beliana Siregar. Buat kedua Kakanda dan Abangda saya, Vevy Julianti
S.Sos dan Afrina Aria Ningsih, SKG, Kak Inun, Briptu Antomi Saragih dan Briptu
Andre Aruan yang telah turut mendo’akan saya sehingga dapat menyelesaikan
kuliah di Departemen Ilmu Kesejahteran Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara di Medan.
7. Sahabat-sahabat yang lebih telah dahulu sarjana, Halim Murdani, S.Sos, Fahrur
Rozi Nasution, S.Sos, Muhammad Anwar Munthe, S.Sos, Erwin, S.Sos, Immanuel
Sembiring, S.Sos, Alfredo Damanik, S.Sos, Win Hally Sulubere, S.Sos, Ari Juniko
Sialagan, S.Sos, Ananta Hidayat Purba, S.Sos, Ade Zul Affandi, S.Sos, Mustaqim
Indra Jaya, S.Sos, Bobbi Simare-mare, S.Sos, Hermanto Sitindaon, S.Sos, Sari
Astika, S.Sos dan banyak lagi yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu dan menyemangati saya.
8. Teman-teman terdekat penulis, Hilda Sari Affianti, SKG, Dian Harisa Afiliani,
Zulfa Khairani, Masdiana yang telah membantu saya yang telah membantu dan
mengemangati saya.
9. Sahabat-sahabat terbaik penulis Gassy, Beni, Ferri, Hammad, Opi, Ayu, Dahran,
Ikhwanul serta semua angkatan 2006 yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.
10.Bapak-bapak dan sahabat-sahabat Pak Naryo, Pak Lundu, Sukron, Lakso dan
Abdul.
11.Teman-teman di Kisaran, Bobi Hartanto, Agus Muhrom, Bambang Kurniawan,
Kiki, Dimas, Manda, Zulham, Heri dan teman-teman lain yang tidak dapat saya
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak memiliki kekurangan dalam
penyusunan skripsi ini karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang
dimiliki penulis. Kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan guna kesempurnaan
skripsi ini. Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.
Medan, Juni 2011
Penulis
DAFTAR ISI
2.3. Program Beras Miskin (Raskin) Untuk Keluarga Miskin ... 19
2.3.1. Penentuan Pagu dan Alokasi ... 21
2.3.1.1. Organisasi dan Penanggung Jawab Raskin ... 21
2.3.3.2. Penentuan RTS Penerima Manfaat ... 22
2.3.3.3. Musyawarah Desa/ Kelurahan ... 23
2.3.3.4. Mekanisme Distribusi ... 24
2.3.3.5. Administrasi Distribusi ... 25
2.3.3.6. Biaya Operasional Raskin ... 26
2.3.2. Mekanisme Pembayaran dan Administrasi HPB Raskin ... 26
2.3.3. Indikator Keberhasilan Program ... 27
2.3.4. Pengaduan Masyarakat ... 28
2.3.5. Pengawasan dan Sosialisasi Program ... 28
2.4. Kemiskinan ... 30
2.4.1. Indikator Kemiskinan di Indonesia ... 34
2.4.2. Dimensi Kemiskinan di Indonesia ... 36
2.4.3. Sasaran dan Fokus Penanggulangan Kemiskinan ... 39
2.5. Rumah Tangga Miskin ... 39
2.6.1. Pengertian Kesejahteraan Sosial ... 40
2.6.2. Pendekatan ... 42
2.7. Kerangka Pemikiran ... 45
2.8. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional ... 48
2.8.1. Defenisi Konsep ... 48
2.8.2. Defenisi Operasional ... 49
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 51
3.1. Tipe Penelitian ... 51
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 55
4.1. Sejarah Kelurahan ... 55
4.7. Peternakan, Perindustrian dan Kerajinan Tangan ... 64
4.8. Sistem Struktur Pemerintahan Kelurahan Mutiara ... 65
BAB V ANALISIS DATA ... 67
5.1. Identitas Umum Responden ... 67
5.2. Karakteristik Jawaban Responden ... 73
5.2.1. Persepsi Responden Terhadap Program Raskin ... 74
5.2.2. Sikap Responden Terhadap Program Raskin ... 82
5.2.3. Partisipasi Responden Terhadap Program Raskin ... 92
5.2.3.1. Distribusi Responden Berdasarkan Tentang Keikutsertaan Dalam Menikmati Hasil Program Raskin 92 5.3. Analisis Data Kuantitatif Responden Terhadap Program Raskin ... 98
5.3.1. Persepsi Responden Terhadap Program Raskin ... 99
5.3.2. Sikap Responden Terhadap Program Raskin ... 101
5.3.3. Partisipasi Responden Terhadap Program Raskin ... 103
BAB VI PENUTUP ... 105
6.1. Kesimpulan ... 105
6.2. Saran-saran ... 105
DAFTAR PUSTAKA ... 107
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Sampel Berdasarkan Lingkungan ... 53
2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 57
3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Usia ... 58
4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama... 59
5. Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku ... 60
6. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan ... 61
7. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kategori Keluarga Miskin ... 62
8. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 68
9. Distribusi Responden Berdasarkan Usia ... 68
10. Distribusi Responden Berdasarkan Agama ... 69
11. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan ... 70
12. Distribusi Responden Berdasarkan Suku ... 70
13. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak... 71
14. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 72
15. Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan Perbulan ... 73
16. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Program ... 74
17. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Manfaat Program ... 75
18. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tujuan Program ... 76
19. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Program Raskin di Kelurahan ... 77
20. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Program Selain Raskin ... 77
21. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Raskin ... 78
22. Distribusi Responden Berdasarkan Pemahaman Informasi Program ... 79
23. Distribusi Responden Berdasarkan Informasi Tim Program Raskin ... 80
24. Distribusi Responden Berdasarkan Tahun Menerima Program ... 80
25. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Raskin ... 81
26. Distribusi Responden Berdasarkan Pungutan Tambahan ... 82
27. Distribusi Responden Berdasarkan Penilaian Program ... 83
28. Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Informasi Sosialisasi Program ... 83
29. Distribusi Responden Berdasarkan Kelanjutan Program ... 84
30. Distribusi Responden Berdasarkan Bantuan Program ... 85
31. Distribusi Responden Berdasarkan Tentang Sosialisasi Kepada Rumah Tangga Sasaran ... 86
32. Distribusi Responden Berdasarkan Tentang Kecukupan Kebutuhan ... 87
33. Distribusi Responden Berdasarkan Tentang Pembelian ... 87
34. Distribusi Responden Berdasarkan Tentang Pengadaan Program... 88
35. Distribusi Responden Berdasarkan Ketergantungan ... 89
37. Distribusi Responden Berdasarkan Tentang Harga Raskin ... 90
38. Distribusi Responden Berdasarkan Tentang Tanggapan Mutu Beras ... 91
39. Distribusi Responden Berdasarkan Tentang Keikutsertaan Dalam Pelaksanaan Program ... 92
40. Distribusi Responden Berdasarkan Tentang Himbauan Pemerintah ... 93
41. Distribusi Responden Berdasarkan Tentang Penyuluhan ... 94
42. Distribusi Responden Berdasarkan Tentang Ikut Serta Pemeliharaan Program ... 94
43. Distribusi Responden Berdasarkan Tentang Ikut Serta Dalam Penilaian Program ... 95
44. Distribusi Responden Berdasarkan Tentang Ikut Serta Dalam Musyawarah Sebelum Program Disalurkan ... 96
45. Distribusi Responden Berdasarkan Tentang Ikut Serta Membantu Pada Waktu Pembagian Program Raskin ... 97
46. Distribusi Responden Berdasarkan Tentang Andil Masyarakat ... 97
47. Distribusi Responden Berdasarkan Tentang Persepsi ... 100
48. Distribusi Responden Berdasarkan Tentang Sikap ... 101
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuesioner
2. Tabel Penskoran
3. Nama-nama Sampel Penerima Raskin
4. Surat Penelitian
5. Surat Keterangan Selesai Penelitian
6. Peta Kecamatan Kisaran Timur
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
Pandu Naro Putra, 060902016, Respon Masyarakat Dalam Program Beras Miskin Untuk Keluarga Miskin di Kelurahan Mutiara Kecamatan Kisaran Timur Kabupaten Asahan.
(Skripsi ini berisi 6 Bab, 109 Halaman, 1 Gambar, 49 Tabel, 38 Kepustakaan dan Lampiran)
ABSTRAK
Masyarakat Indonesia khususnya Sumatera Utara masih bergelut dengan kemiskinan, seperti yang dicatat oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Maret 2010 bahwa jumlah penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan mencapai 31,02 juta jiwa (13,33%) sedangkan di Sumatera Utara sendiri menurut hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang juga dilaksanakan pada bulan Maret 2010 jumlah penduduk miskin ada sebanyak 1.490.900 jiwa (11,31%). Oleh karena adanya kemiskinan itu, pemerintah membuat program untuk mengatasi masalah kemiskinan tersebut. Salah satunya adalah Program Beras Untuk Keluarga Miskin (Raskin) yaitu penyaluran beras bersubsidi kepada Rumah Tangga Miskin (RTM) yang menjadi sasaran dari program dengan harga Rp 1.600/ Kg di titik pendistribusian. Program Raskin ini tentunya akan mendapat respon dari masyarakat meskipun secara teori program tersebut akan mendapat respon yang positif. Namun, hal ini belum dapat dipastikan karena dalam menentukan Respon dapat dilihat dari tiga variabel yaitu persepsi, sikap dan partisipasi. Mengingat kondisi ini, setiap masyarakat di berbagai wilayah akan memiliki respon yang berbeda-beda terhadap suatu program yang diberikan oleh pemerintah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Respon Masyarakat Terhadap Program Raskin di Kelurahan Mutiara.
Metode penelitian menggunakan tipe deskriptif yaitu membuat gambaran kondisi secara menyeluruh tentang bagaimana respon masyarakat. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Mutiara dengan responden yang berjumlah 55 KK. Teknik pengumpulan data melalui angket kepada responden, observasi dan wawancara langsung kepada masyarakat serta instansi terkait yang bisa memperkuat data penelitian ini. Sedangkan metode analisis yang digunakan adalah deskriptif, data yang diperoleh dari penelitian diteliti dan jawaban-jawaban diklasifikasikan menurut macamnya serta ditabulasikan kedalam tabel frekuensi selanjutnya dianalisa dan menggunakan skala likert untuk mengukur variabel-variabelnya.
Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan dan dianalisis dapat disimpulkan bahwa secara rata-rata Program Raskin mendapat Respon Netral dari masyarakat dengan nilai 0,40. Terdiri dari persepsi dengan nilai 0,16 dan sikap dengan nilai 0,31 serta partisipasi dengan nilai 0,16. Masyarakat berharap program Raskin tetap dilanjutkan dan mutu beras dapat ditingkatkan menjadi lebih baik lagi.
NORTH SUMATERA OF UNIVERSITY
FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE SCIENCE
Pandu Naro Putra, 060902016, Community Response In Rice Program For Poor Families In The Mutiara Village of Kisaran Timur Sub-District of the Asahan Regency.
(This paper contains six Chapters, 109 Pages, 1 Figure, 49 Tables, 38 Bibliography and Appendix)
ABSTRACT
Society of North Sumatera, Indonesia in particular is still struggling with poverty, as noted by the Central Statistics Agency (CSA) in March 2010 that the number of people living below the poverty line reached 31.02 million (13.33%) while in North Sumatera itself according the National Social Economic Survey (NSES), which also took place in March 2010 the number of poor people there are as many as 1,490,900 people (11.31%). Due to poverty, the government make programs to address the problem of poverty. One is the Rice Program for Poor Families (PF), namely the distribution of subsidized rice to Poor Households (PHH), which became the target of the program at a price of Rp 1,600 / kg at the distribution point. The Rice Program for Poor Families is certainly going to get a response from the community, even if in theory the program will receive a positive response. However, this has not been established because in determining the response can be seen from three variables: perception, attitude and participation. Given these conditions, every community in the various regions will have different responses to a given program by the government. This study aims to determine the Community Response Against the Rice Program for Poor Families at the Mutiara Village.
The research method using descriptive type which makes the overall picture of how the community response. The research was conducted in the Mutiara Village with respondents who numbered 55 families. The technique of collecting data through questionnaires to the respondents, observation and interviews directly to the public and related institutions that can strengthen this research data. While the method used is descriptive analysis, data obtained from the research study and the answers were classified according to kinds and tabulated into a frequency table and then analyzed using a likert scale to measure the variables.
Based on the data collected and analyzed can be concluded that on average the Rice Program for Poor Families program got a response from the community with a neutral value 0.40. Consists of the perception of the value of 0.16 and 0.31 as well as attitudes to the value of participation with a value of 0.16. Community hope the program continues and the quality of Rice Program for Poor Families can be improved to be even better.
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Kemiskinan merupakan situasi serba kekurangan yang terjadi bukan dikehendaki
oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat
pendidikan, produktivitas kerja, pendapatan, kesehatan dan gizi serta kesejahteraannya,
sehingga menunjukkan lingkaran ketidakberdayaan. Kemiskinan disebabkan oleh
terbatasnya sumber daya manusia yang dimiliki dan dimanfaatkan terutama dari tingkat
pendidikan formal maupun non formal dan membawa konsekuensi terhadap pendidikan
informal yang rendah (Supriatna, 2000:196).
Defenisi kemiskinan terbagi atas tiga yaitu kemiskinan relatif, kemiskinan absolut,
kemiskinan struktural dan kultural. Kemiskinan relatif merupakan kondisi masyarakat
karena kebijakan pembangunan yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan
masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan. Kemiskinan secara
absolut ditentukan berdasarkan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan pokok
minimum. Kemiskinan struktural dan kultural merupakan kemiskinan yang disebabkan
kondisi struktur dan faktor-faktor adat budaya dari suatu daerah tertentu yang
membelenggu seseorang (Sudantoko, 2009:43-46).
Kemiskinan merupakan masalah multidimensi yang penanganannya membutuhkan
keterkaitan berbagai pihak. Kemiskinan di Indonesia diiringi oleh masalah kesenjangan
baik antar golongan penduduk maupun pembangunan antar wilayah, yang diantaranya
ditunjukan oleh buruknya kondisi pendidikan dan kesehatan serta rendahnya pendapatan
dan daya beli, sebagaimana tercermin dari rendahnya angka Indeks Pembangunan Manusia
kemiskinan yang dijadikan sebagai ukuran resmi kondisi kemiskinan di Indonesia
(Sumodiningrat, 2009:5).
Bank Dunia (Situmorang) menggambarkan pengertian “sangat miskin” ini sebagai
orang yang hidup dengan pendapatan kurang dari USD 1 per hari dan “miskin” dengan
pendapatan kurang dari USD 2 per hari. Berdasarkan standar tersebut, ternyata 21% dari
penduduk dunia berada dalam keadaan “sangat miskin” dan lebih dari setengah penduduk
dunia masih disebut “miskin” pada tahun 2001. Garis kemiskinan (Sudantoko, 2009:52) di
Indonesia didekati dengan pengeluaran minimum makanan yang setara dengan 2.100 kilo
kalori per hari ditambah pengeluaran minimum bukan makanan berupa perumahan dan
fasilitasnya, sandang, kesehatan, pendidikan, transportasi dan barang-barang lainnya.
Tahun 2010 BPS mengeluarkan standar baru indikator kemiskinan nasional sebesar
Rp 211.000,- per bulan per orang yang diukur berdasarkan tingkat kebutuhan makanan dan
non makanan. Standarisasi BPS dipandang sebagai ketidakmampuan seseorang untuk
memenuhi kebutuhan dasarnya. Dimana indikatornya yang pertama adalah bahan
kebutuhan pokok yakni angka kecukupan gizi sebesar 2.100 kilo kalori per hari atau jika
diekuivalen dengan rupiah berlaku maka sekira Rp 5.000 per hari per kepala atau Rp
155.615 per bulan per kepala. Indikator yang kedua adalah kebutuhan non makanan yakni
sektor kesehatan, pendidikan dan transportasi. Ketiga sektor ini banyak diintervensi
pemerintah melalui program-program seperti Jamkesmas dan Bantuan Operasional
Sekolah (Okezone, 2010).
Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2010 sebesar 31,02 juta orang
(13,33 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2009 yang berjumlah
32,53 juta (14,15 persen), berarti jumlah penduduk miskin berkurang 1,51 juta jiwa.
Jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan turun lebih besar daripada daerah perdesaan.
0,81 juta orang, sementara di daerah perdesaan berkurang 0,69 juta orang. Persentase
penduduk miskin antara daerah perkotaan dan perdesaan tidak banyak berubah dari Maret
2009 ke Maret 2010. Pada Maret 2009, sebagian besar (63,38 persen) penduduk miskin
berada di daerah perdesaan begitu juga pada Maret 2010, yaitu sebesar 64,23 persen.
Selama Maret 2009 - Maret 2010, Garis Kemiskinan naik sebesar 5,72 persen, yaitu dari
Rp 200.262 per kapita per bulan pada Maret 2009 menjadi Rp 211.726 per kapita per bulan
pada Maret 2010 (BPS, 2010).
Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan pada bulan
Maret 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara
sebanyak 1.490.900 orang atau sebesar 11,31 persen terhadap jumlah penduduk
seluruhnya. Kondisi ini masih lebih baik jika dibandingkan dengan tahun 2009 yang
jumlah penduduk miskinnya sebanyak 1.499.700. Dengan demikian, ada penurunan
jumlah penduduk miskin sebanyak 8.800 orang atau persentasenya berkurang sebesar 0,20
poin. Penurunan jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara mengindikasikan
bahwa dampak dari program pengentasan kemiskinan yang dilakukan oleh pemerintah
cukup berperan dalam menurunkan penduduk miskin di daerah ini. Jumlah penduduk
miskin di Provinsi Sumatera Utara yang berada di daerah perdesaan pada Maret 2010
sebanyak 801.900 orang dan di daerah perkotaan sebanyak 689.000 orang. Jika
dibandingkan dengan penduduk yang tinggal pada masing-masing daerah tersebut, maka
persentase penduduk miskin di daerah pedesaan sebesar 11,29 persen, sedangkan di daerah
perkotaan sebesar 11,34 persen. Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat
dipengaruhi oleh garis kemiskinan, karena penduduk miskin adalah mereka yang memiliki
rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Pada bulan Maret
2010 garis kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara sebesar Rp. 222.898 per kapita per
bulan dan untuk daerah perdesaan sebesar Rp. 201.810 per kapita per bulan (BPS Sumut,
2010).
Melihat masih tingginya angka kemiskinan, penanggulangan kemiskinan adalah
sebuah kebijakan strategis yang mau tidak mau diambil oleh pemerintah selaku agen
pembangunan yang bertanggung jawab atas terselenggaranya perbaikan sosial pada
segenap lapisan masyarakat. Namun demikian, upaya penanggulangan kemiskinan
penduduk itu bersegi banyak. Analisis masalahnya tidak hanya layak ditujukan pada
perspektif masyarakat yang menerima program perbaikan sosial ekonomi. Tidak kurang
pentingnya adalah perlunya memberi perhatian khusus pada dinamika aparat pelaksana
program itu sendiri (Sarman, 2000:1).
Salah satu program yan diluncurkan pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan
adalah program Beras Untuk Keluarga Miskin (Raskin). Program Beras untuk Keluarga
Miskin (Raskin) adalah program nasional yang bertujuan membantu rumah tangga miskin
dalam memenuhi kecukupan kebutuhan pangan dan mengurangi beban finansial melalui
penyedia beras bersubsidi. Setiap rumah tangga menerima 15 Kg beras setiap bulan
dengan harga Rp. 1.000 per kilogram di titik distribusi. Selain itu tujuan Raskin juga
memberikan bantuan pangan/ beras kepada keluarga miskin dalam rangka mengatasi
masalah kekurangan gizi makro masyarakat guna memenuhi kebutuhan pangan pokoknya
penjualan beras pada tingkat harga bersubsidi dengan jumlah yang telah ditentukan
(Pemprov Sumut, 2003).
Program Raskin telah dimulai sejak tahun 1998. Program ini dilaksanakan secara
lintas sektoral dan dikoordinasikan oleh Tim Koordinasi Raskin Pusat. Perum Bulog
bertugas melakukan penyediaan dan penyaluran Raskin sampai di titik distribusi. Sasaran
Raskin adalah keluarga sangat miskin, miskin dan hampir miskin berdasarkan data dari
pengangkutan raskin dari titik distribusi sampai ke titik bagi dan penyaluran sampai
penerima manfaat melalui koordinasi oleh Tim Koordinasi Raskin Provinsi, Tim
Koordinasi Raskin kabupaten/ kota, kecamatan, aparat desa atau kelurahan serta bekerja
sama dengan lembaga musyawarah desa, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan tokoh
masyarakat. Tahun 2008 pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
menyepakati kenaikan harga beras untuk rakyat miskin (Raskin) menjadi Rp 1.600 per
kilogram dari yang berlaku saat ini Rp 1.000. Kenaikan harga Raskin itu disebabkan
adanya perluasan jangkauan sasaran Rumah Tangga Miskin (RTM) penerima Raskin dari
15,8 juta menjadi 19,1 juta pada tahun depan. Kebijakan kenaikan harga ini merupakan
penyegaran dari tujuan awal kebijakan dasar yakni harga Raskin ditetapkan 50% dari
harga beras yang berlaku di pasaran umum.
Program Raskin tidak hanya membantu ketahanan pangan pada tingkat rumah
tangga tetapi juga pada tingkat nasional dengan pembelian gabah dan beras yang
dihasilkan oleh para petani. Melalui pengadaan beras untuk raskin ini kita harapkan dapat
memacu produksi beras dalam negeri, sehingga swasembada beras tetap dapat
dipertahankan. Program Raskin serta program penanggulangan kemiskinan yang saat ini
sedang dilaksanakan merupakan bagian dari upaya pencapaian Millennium Development
Goals (MDG’s). Oleh karenanya keberhasilan program penanggulangan kemiskinan
merupakan tanggung jawab kita bersama, pemerintah pusat dan pemerintah daerah (Menko
Kesra, 2010).
Salah satu pemerintah daerah di Indonesia, lebih tepatnya salah satu pemerintah
daerah kabupaten di Provinsi Sumatera Utara, Pemerintah Daerah Kabupaten Asahan.
Menurut data demografis Kabupaten Asahan berdasarkan dari sumber BPS Kabupaten
Asahan (2010) pada tahun 2009 setelah terpisah dengan Kabupaten Batu Bara, jumlah
desa dan 27 kelurahan dengan luas wilayah daratan 3.719,45 Km² (371.945 Ha) dengan
tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Asahan 188,36 jiwa per Km2. Sebagian besar
penduduk bertempat tinggal di daerah pedesaan sebesar 70,58 persen dan sisanya 29,42
persen tinggal di daerah perkotaan. Jumlah rumah tangga sebanyak 168.019 rumah tangga
dan setiap rumah tangga rata-rata dihuni oleh sekitar 4,2 jiwa, sedangkan laju pertumbuhan
penduduk dari tahun 2000-2009 sebesar 1,71 persen. Dilihat dari kelompok umur,
persentase penduduk usia 0-14 tahun sebesar 35,17 persen, persentase penduduk usia
15-64 tahun sebesar 60,74 persen dan persentase penduduk usia 15-64 tahun ke atas sebesar 4,09
persen yang berarti jumlah penduduk usia produktif lebih besar dibandingkan penduduk
usia non produktif dengan rasio beban ketergantungan sebesar 64,64 artinya setiap 100
orang penduduk usia produktif menanggung sekitar 65 orang penduduk usia non produktif.
Total penduduk keluarga miskin di Kabupaten Asahan diperkirakan sebanyak 36.737
keluarga di tahun 2008 (Berita Sore, 2009) atau diperkirakan 14,92 persen di tahun 2008
dari total jumlah keseluruhan penduduk Kabupaten Asahan (Kabar Indonesia, 2008).
Pengeluaran rata-rata per kapita/ bulan penduduk Asahan tahun 2009, pada golongan
pengeluaran kurang dari Rp. 200.000 sebanyak 5,11 persen, golongan pengeluaran Rp.
200.000 sampai Rp. 299.999 sebanyak 26,66 persen. Kemudian pada golongan
pengeluaran Rp. 300.000 sampai Rp. 399.999 sebanyak 25,39 persen, golongan
pengeluaran Rp. 400.000 sampai Rp. 499.999 sebanyak 15,99 persen dan sebesar 26,85
persen golongan pengeluaran rumah tangga diatas Rp. 500.000. Pola konsumsi rumah
tangga berupa pengeluaran untuk makanan sebesar Rp. 274.630 dan pengeluaran untuk
bukan makanan sebesar Rp. 187.974 per kapita/ bulan (BPS, Kab. Asahan,2009).
Kecamatan Kisaran Timur menurut sumber resmi Pemerintah Kabupaten Asahan
(Pemkab Asahan, 2010) merupakan salah satu kecamatan dari 25 kecamatan di Kabupaten
sekitar 14.087 Rumah Tangga yang tersebar di 12 Kelurahan dengan luas wilayah 38,92
Km2. Dari hasil pendataan yang dilakukan oleh pihak kecamatan dan BPS Kabupaten
Asahan menunjukkan bahwa penduduk yang dikategorikan Rumah Tangga Miskin di
Kecamatan Kisaran Timur diperkirakan sebanyak 2.740 RTM (Kabar Indonesia, 2008).
Kelurahan Mutiara menurut sumber resmi Badan Pusat Statistik Kabupaten Asahan
(BPS. Kab. Asahan, 2010) merupakan salah satu kelurahan dari 12 kelurahan di
Kecamatan Kisaran Timur dengan jumlah penduduk pada tahun 2009 sekitar 6.717 jiwa
atau dengan jumlah rumah tangga sekitar 1.434 Rumah Tangga yang tersebar di 7
Lingkungan dengan luas wilayah 200 Ha (2 Km2). Program Raskin (Kantor Kelurahan
Mutiara, 2009) juga dilaksanakan di Kelurahan Mutiara Kecamatan Kisaran Timur
sebanyak 269 Kepala Keluarga yang tersebar di 7 Lingkungan, dengan adanya program
tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai bagaimana ”Respon Masyarakat
Dalam Program Beras Miskin Untuk Keluarga Miskin di Kelurahan Mutiara Kecamatan
Kisaran Timur Kabupaten Asahan“.
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut: “Respon Masyarakat Dalam Program Beras Miskin
Untuk Keluarga Miskin di Kelurahan Mutiara Kecamatan Kisaran Timur Kabupaten Asahan”.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Respon
1.3.2 Manfaat Penelitian
Hasil temuan penelitian ini diharapkan dapat memiliki kegunaan sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui respon masyarakat terhadap program beras miskin untuk
keluarga miskin di kelurahan mutiara Kecamatan Kisaran Timur Kabupaten
Asahan.
2. Dapat menjadi masukan bagi instansi atau lembaga terkait dan sumber informasi
pemerintah guna peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui program salah satu
upaya pemerintah untuk mengurangi beban pengeluaraan keluarga miskin
khususnya Pemerintah Kabupaten Asahan.
3. Dapat memberikan sumbangan positif terhadap khasanah keilmuan di Departemen
Ilmu Kesejahteraan Sosial.
4. Menambah wawasan ilmiah bagi peneliti, terutama yang berhubungan program
pemerintah dalam meningkatkan ketahanan pangan dan memberikan perlindungan
pada keluarga miskin melalui pendistribusian beras.
1.4Sistematika Penulisan
Adapun sistematika dalam penelitian ini sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, ruang
lingkup masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika
penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan uraian dan teori-teori yang berkaitan dengan
penelitian, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian,
populasi, tekhnik pengumpulan data dan tekhnik analisa data.
BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian yang
berhubungan dengan masalah objek yang akan diteliti.
BAB V : ANALISIS DATA
Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil
penelitian dan analisisnya.
BAB VI : PENUTUP
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran atas penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Respon Masyarakat
Pada pengamatan berlangsung perangsang-perangsangan. Stimulus berarti
rangsangan dan respon berarti tanggapan. Rangsangan diciptakan untuk memunculkan
tanggapan. Respon lambat-laun tertanam atau diperkuat melalui percobaan yang
berulang-ulang (Djamarah, 2002:23).
Menurut pendekatan
kaitan Stimulus - Respon. Dalam hal ini berarti tingkah laku itu seperti reflek tanpa kerja
mental sama sekali. Pendekatan ini dipelopori oleh
oleh banyak ahli, seperti
1. Pendekatan Kognitif
Pendekatan
menanggapi stimulus sebelum melakukan reaksi. Individu menerima stimulus lalu
melakukan proses mental sebelum memberikan reaksi atas stimulus yang datang.
2. Pendekatan Psikoanalisa
Pendekatan
kehidupan individu sebagian besar dikuasai oleh
tingkah laku banyak didasari oleh hal-hal yang tidak disadari, seperti keinginan,
impuls, atau
dalam alam bawah sadar dan sewaktu-waktu akan menuntut untuk dikeluarkan.
Pendekatan fenomenologi ini lebih memperhatikan pada pengalaman subyektif
individu karena itu tingkah laku sangat dipengaruhi oleh pandangan individu
terhadap diri dan dunianya, konsep tentang dirinya, harga dirinya dan segala hal
yang menyangkut kesadaran atau aktualisasi dirinya. Hal ini berarti melihat tingkah
laku seseorang selalu dikaitkan dengan fenomena tentang dirinya.
Sedangkan respon atau tanggapan adalah kesan-kesan yang dialami jika
perangsang sudah tidak ada. Jadi, jika proses pengamatan sudah berhenti, dan hanya
tinggal kesan-kesannya saja, peristiwa sedemikian ini disebut tanggapan. Defenisi
tanggapan ialah gambaran ingatan dari pengamatan (B.F. Skinner dalam Kartono,
1994:57). Dalam hal ini untuk mengetahui respon masyarakat dapat dilihat melalui
persepsi, sikap dan partisipasi masyarakat. Jadi berbicara mengenai respon tidak terlepas
dari pembahasan persepsi, sikap dan partisipasi masyarakat.
Persepsi menurut Morgan, King dan Robinson adalah suatu proses diterimanya
suatu rangsangan (obyek, kualitas, hubungan antar gejala maupun peristiwa) dengan cara
melihat dan mendengar dunia disekitar kita. Dengan kata lain persepsi dapat juga
didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dialami manusia (Morgan, King dan Robinson
dalam Adi, 2000:105).
Jadi yang dimaksud dengan persepsi adalah suatu proses yang dimulai dari
penglihatan dan pendengaran hingga terbentuk tanggapan yang terjadi pada diri individu
sehingga individu sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera
yang dimilikinya (Mahmud, 1990:55). Sedangkan penglihatan dan pendengaran seseorang
dapat dilihat melalui dengan cara mencermati, memahami dan menilai segala sesuatu yang
terjadi di dalam lingkungan sehingga terbentuk tanggapan dari dirinya.
Fenomena lain yang terpenting dengan persepsi adalah atensi. Atensi adalah suatu
atensi ini menjadi bagian yang terpenting dalam proses persepsi. Sedangkan atensi itu
banyak mendasarkan diri pada proses yang disebut filtering atau proses untuk menyaring
informasi yang ada pada lingkungan, karena sensori channel kita tidak mungkin
memproses semua rangsangan yang berada pada lingkungan kita (Adi, 2000:14).
Hal-hal yang mempengaruhi atensi seseorang dapat dilihat dari faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi atensi adalah :
1. Motif dan kebutuhan.
2. Preparator set, yaitu kesiapan seseorang untuk berespon terhadap suatu input
sensori tertentu tetapi tidak pada input yang lain.
3. Minat (Interest).
Faktor eksternal yang mempengaruhi atensi adalah:
1. Intensitas dan ukuran. Misalnya makin keras suatu bunyi maka akan semakin
menarik perhatian seseorang.
2. Kontras dengan hal-hal baru.
3. Pengulangan.
4. Pergerakan (Adi, 2000:105).
Bila berbicara tentang respon tidak lepas dari perubahan konsep sikap. Sikap
merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku tertentu jika ia
menghadapi suatu rangsangan.
Perubahan sikap dapat menggambarkan bagaimana respon seseorang terhadap
objek-objek tertentu sepserti perubahan lingkungan atas situasi lain. Sikap yang muncul
dapat positif yakni cenderung menyenangi, mendekati, mengharapkan suatu objek, atau
muncul sikap negatif yakni menghindari, membenci suatu objek (Adi, 2000:178).
Sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau
orang tersebut untuk membuat respon atau berperilaku dalam cara yang tertentu yang
dipilihnya (Walgito, 1999:110).
Ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut:
a. Dalam sikap selalu terdapat hubungan subjek-objek. Tidak ada sikap yang tanpa
objek. Objek ini bisa berupa benda, orang, ideologi, nilai-nilai sosial, lembaga
masyarakat dan sebagainya.
b. Sikap tidak dibawa sejak lahir tetapi dipelajari dan dibentuk berdasarkan
pengalaman dan latihan.
c. Karena sikap dapat dipelajari, maka sikap dapat berubah-ubah, meskipun relatif
sulit berubah.
d. Sikap tidak menghilang walau kebutuhan sudah dipenuhi.
e. Sikap tidak hanya satu macam saja, melainkan sangat beragam sesuai dengan objek
yang menjadi pusat perhatiannya.
f. Dalam sikap tersangkut juga faktor motivasi dan perasaan (Adi, 2000:179).
Pendekatan partisipasi bertumpu pada kekuatan masyarakat untk secara aktif
berperan serta dalam proses pembangunan secara menyeluruh. Partisipasi aktif masyarakat
dalam pelaksanaan program pembangunan memerlukan kesadaran warga masyarakat akan
minat dan kepentingan yang sama. Strategi yang biasa diterapkan adalah melalui strategi
penyadaran. Untuk berhasilnya program pembangunan desa tersebut, warga masyarakat
dituntut untuk terlibat tidak hanya dalam aspek kognitif dan praktis tetapi juga ada
keterlibatan emosional pada program tersebut. Hal ini diharapkan dapat memberi kekuatan
dan perasaan untuk ikut serta alam gerakan perubahan yang mencakup seluruh bangsa.
Selain persepsi dan sikap, partisipasi juga menjadi hal yang sangat penting bahkan
mutlak diperlukan dalam mengukur respon. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat
sosialisai, persiapan, perencanaan, pelaksanaan, pemahaman, pengendalian, evaluasi
sehingga pengembangan atau perluasannya. Pendekatan partisipasi bertumpu pada
kekuatan masyarakat untuk secara aktif berperan serta dalam proses pembangunan secara
menyeluruh. Partisipasi atau keikutsertaan para pelaku dalam masyarakat untuk terlibat
dalam proses pembangunan ini akan membawa manfaat dan menciptakan pertumbuhan
ekonomi didaerah (Suprapto, 2007:8).
Partisipasi ditinjau dari fungsi yang diambil oleh masyarakat (pelaku) untuk suatu
program, fungsi yang dapat diambil oleh masyarakat dalam berpartisipasi antara lain ialah:
1) Berperan serta dalam menikmati hasil pembangunan. Karena semua sudah
dikerjakan oleh pihak luar maka masyarakat tinggal menerima berupa hasil
pembangunan misalnya gedung sekolah, pos Keluarga Berencana (KB),
pembibitan tanaman, masyarakat tinggal menerima bibitnya. Partisipasi ini jelas
mudah, namun menikmati belum berarti memelihara.
2) Berperan serta dalam melaksanakan program pembangunan hal ini terjadi karena
pihak luar masyarakat, sudah mengerjakan persiapan, perencanaan, dan
menyediakan semua kebutuhan program. Masyarakat tinggal melaksanakan, dan
setelah itu baru dapat menikmati hasilnya. Misalnya dalam membangun jalan,
masyarakat ikut serta meratakan jalan dan menata/ merapikan batu. Pemagaran
rumah, masyarakat tinggal memasang alat-alat/bahan yang sudah disediakan dan
lain-lain.
3) Berperan serta dalam memelihara hasil program. Fungsi ini lebih sulit, apalagi
kalau masyarakat tidak terlibat dalam pelaksanaan. Sulit, bukan saja karena tidak
mempunyai keterampilan, tetapi yang lebih penting karena mereka merasa tidak
memiliki program tersebut. Pada umumnya masyarakat bersedia memelihara satu
bahkan ikut menyumbang sebagian bahan. Contoh lain, masyarakat bersedia
menanam dan memelihara bibit tanaman dari proyek pembibitan kalau masyarakat
ikut berkorban atau berpartisipasi selama pembibitan dipersiapkan dan
dilaksanakan.
4) Berperan serta dalam menilai program. Fungsi ini kadang diambil masyarakat
karena diminta oleh penyelenggara program dan masyarakat merasa program tidak
sesuai dengan aspirasinya (Suprapto, 2007:11).
Dari beberapa fungsi diatas maka dapat diketahui bahwa partisipasi memiliki
hubungan/ kaitan dengan frekuensi dan kualitas yaitu:
1. Frekuensi
Kaitan Partisipasi dengan Frekuensi ialah bahwa partisipasi merupakan keterlibatan
masyarakat dimana keterlibatan tersebut harus memiliki frekuensi yang baik dan
teratur agar masyarakat dapat melaksanakan program pembangunan dengan penuh
persiapan, perencanaan, pemahaman dan evaluasi. Contoh: berperan serta dalam
bersosialisasi untuk menilai suatu program.
2. Kualitas
Kaitan partisipasi dengan kualitas ialah bahwa dalam melaksanakan suatu program
harus diperlukan sikap yang berkualitas pada masyarakat tersebut dan keterlibatan
masyarakat yang bertata laku dengan baik maka mereka akan menjadi
terinternalisasi dengan sikap dan nilai pribadi yang kondusif terhadap kualitas.
Contoh: berperan serta dalam melaksanakan suatu program.
Partisipasi masyarakat juga mengikutsertakakan masyarakat dalam proses
pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada dimasyarakat, pemilihan dan
upaya mengatasi masalah dan keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi
perubahan yang terjadi (Isbandi, 2007:27).
Partisipasi dapat dibagi menjadi 6 pengertian yaitu:
1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa ikut
serta dalam pengambilan keputusan.
2. Partisipasi adalah pemekaan (membuat peka) pihak masyarakat untuk
meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan untuk menanggapi
proyek-proyek pembangunan.
3. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang
ditentukannya sendiri.
4. Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau
kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk
melakukan hal itu.
5. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf
yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar supaya
memperoleh informasi mengenai konteks lokal dan dampak-dampak sosial.
6. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan dan
lingkungan mereka (Mikkelsen, 1999:64).
Jadi definisi partisipasi di atas dapat dibuat kesimpulan bahwa partisipasi adalah
keterlibatan aktif dari seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) secara sadar untuk
berkontribusi secara sukarela dalam program pembangunan dan terlibat mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan sampai pada tahap evaluasi.
Dalam merespon stimulus, tidak terlepas dari subjek dan objeknya. Subjek
Dalam hal ini yang menjadi subjeknya adalah masyarakat sasaran penerima manfaat
Raskin dan yang menjadi objeknya adalah program Raskin.
Masyarakat dalam bahasa Inggris adalah Society yang berasal dari kata Socius yang
artinya kawan. Hidup dalam masyarakat berarti adanya interaksi sosial dengan
orang-orang disekitar dan dengan demikian mengalami pengaruh dan mempengaruhi orang-orang lain.
Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa masyarakat merupakan kesatuan hidup
manusia yang berinteraksi menurut sistem adat-istiadat yang bersifat kontiniu dan terikat
oleh suatu rasa identitas bersama.
Koentjaraningrat menyatakan bahwa masyarakat adalah kesatuan hidup dari
makhluk-makhluk manusia yang terikat oleh suatu sistem adat-istiadat yang tertentu.
Sedangkan Selo Sumardjan menyatakan bahwa masyarakat ialah orang-orang yang hidup
bersama yang menghasilkan kebudayaan (Koentjaraningrat dalam Wahyu, 1996:59).
Unsur atau ciri masyarakat menurut konsep Horton dan Hunt adalah:
1. Kelompok manusia, yang sedikit banyak memiliki kebebasan dan bersifat kekal.
2. Menempati suatu kawasan.
3. Memiliki kebudayaan.
4. Memiliki hubungan dalam kelompok yang bersangkutan.
Sedangkan menurut Fairchild, unsur atau ciri masyarakat adalah:
1. Kelompok manusia.
2. Adanya keterpaduan atau kesatuan diri berlandasakan kepentingan utama.
3. Adanya pertahanan dan kekekalan diri.
4. Adanya kesinambungan.
5. Adanya hubungan yang pelik diantara anggotanya.
Diantara istilah masyarakat yang telah dikemukakan diatas, tidak terdapat
persamaannya. Namun yang utama, masyarakat itu merupakan kelompok atau kolektivitas
manusia yang melakukan antar hubungan, sedikit banyak bersifat kekal, berlandaskan
perhatian dan tumbuh bersama, serta telah melakukan jalinan secara berkesinambungan
dalam waktu yang relatif lama dan merupakan suatu sistem hidup bersama dimana mereka
menciptakan nilai, norma dan kebudayaan bagi kehidupan mereka (Horton, Hunt dan
Fairchild dalam Setiadi, 2007:80).
Dengan akhirnya bahwa masyarakat mengandung pengertian yang sangat luas dan
dapat meliputi seluruh umat manusia. Masyarakat terdiri dari berbagai kelompok besar
maupun kecil tergantung pada jumlah anggotanya. (Wahyu, 1996:60). Jadi yang dimaksud
dengan respon masyarakat adalah tingkah laku balas atau tindakan masyarakat yang
merupakan wujud dari persepsi dan sikap masyarakat terhadap suatu objek yang dapat
dilihat melalui proses pemahaman, penilaian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak
suka serta pemanfaatan terhadap objek tersebut.
2.2 Pengertian Program
Program adalah unsur pertama yang harus ada demi terciptanya suatu kegiatan. Di
dalam program dibuat beberapa aspek, disebutkan bahwa di dalam setiap program
dijelaskan mengenai:
1. Tujuan kegiatan yang akan dicapai.
2. Kegiatan yang diambil dalam mencapai tujuan.
3. Aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui.
4. Perkiraan anggaran yang dibutuhkan.
5. Strategi pelaksanaan.
Melalui program maka segala bentuk rencana akan lebih terorganisir dan lebih
“A programme is collection of interrelated project designed to harmonize and
integrated various action an activities for achieving averral policy abjectives” (suatu
program adalah kumpulan proyek-proyek yang berhubungan telah dirancang untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang harmonis dan secara integraft untuk mencapai
sasaran kebijaksanaan tersebut secara keseluruhan.
Menurut Charles O. Jones (1996:295), pengertian program adalah cara yang
disahkan untuk mencapai tujuan, beberapa karakteristik tertentu yang dapat membantu
seseorang untuk mengindentifikasi suatu aktivitas sebagai program atau tidak yaitu:
1. Program cenderung membutuhkan staf, misalnya untuk melaksanakan atau sebagai
pelaku program.
2. Program biasanya memiliki anggaran tersendiri, program kadang biasanya juga
diidentifikasikan melalui anggaran.
3. Program memiliki identitas sendiri, yang bila berjalan secara efektif dapat diakui
oleh publik.
Program terbaik didunia adalah program yang didasarkan pada model teoritis yang
jelas, yakni: sebelum menentukan masalah sosial yang ingin diatasi dan memulai
melakukan intervensi, maka sebelumnya harus ada pemikiran yang serius terhadap
bagaimana dan mengapa masalah itu terjadi dan apa yang menjadi solusi terbaik.
2.3 Program Beras Miskin (Raskin) Untuk Keluarga Miskin
Program Beras untuk Keluarga Miskin (Raskin) adalah program nasional yang
bertujuan membantu rumah tangga miskin dalam memenuhi kecukupan kebutuhan pangan
dan mengurangi beban finansial melalui penyedia beras bersubsidi. Setiap rumah tangga
menerima 15 Kg beras setiap bulan dengan harga Rp. 1.000 per kilogram di titik distribusi.
Selain itu tujuan Raskin juga memberikan bantuan pangan/ beras kepada keluarga miskin
kebutuhan pangan pokoknya penjualan beras pada tingkat harga bersubsidi dengan jumlah
yang telah ditentukan.
Tujuan program Raskin berdasarkan Pedum adalah menguangi beban pengeluaran
rumah tangga miskin melalui pemberian bantuan pemenuhan sebagiam kebutuhan pangan
dalam bentuk beras.
Program Raskin memiliki ciri spesifik yaitu :
1. Tidak disalurkan melalui pasar umum, tetapi penjualan langsung kepada penerima
manfaat (bersubsidi).
2. Jumlah beras yang disediakan tidak tergantung pada permintaan pasar, tetapi
berdasarkan kepada penerimaan jumlah keluarga penerima manfaat Raskin.
3. Tindak pelaksanaanya, Raskin melibatkan berbagai instansi sehingga untuk
memperlancar operasinya perlu adanya petunjuk pelaksanaan.
Program Raskin ditujukan kepada keluarga miskin dan rawan pangan dengan
mempertimbangkan kemampuan keuangan pemerintahan. Penerima manfaat yaitu
keluarga miskin didesa/kelurahan yang berhak menerima beras Raskin, yang menjadi
penerima manfaat dari program ini adalah :
a. Keluarga Prasejahtera (KPS) alasan ekonomi yaitu keluarga yang belum dapat
memenuhi indikator KPS yang ditetapkan oleh BKKBN, dengan bobot
pengkategorian lebih ditentukan pada alasan ekonomi indikator keluarga
prasejahtera alasan ekonomi yaitu :
1. Pada umumnya anggota keluarga belum mampu makan dua kali sehari.
2. Anggota keluarga belum memiliki pakaian yang berbeda untuk dirumah,
bekerja/sekolah dan berpergian.
b. Keluarga Sejahtera 1 (KS I) alasan ekonomi yaitu keluarga yang belum memenuhi
indikator KS I yang dietapkan oleh BKKBN, dengan bobot pengkategorian lebih
ditekankan pada alasan ekonomi, indikatornya adalah :
1. Paling kurang seminggu sekali keluarga makan daging/ikan/telur.
2. Setahun terakhir anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian
baru.
3. Luas tanah rumah paling kurang 8 m2 untuk tiap penghuni/jiwa.
2.3.1 Penentuan Pagu dan Alokasi
1. Kuantum Pagu Raskin Nasional ditetapkan berdasarkan besarnya subsidi
Pangan (Raskin) yang disediakan Pemerintah dalam APBN.
2. Gubernur selaku penanggung jawab tim koordinasi program Raskin provinsi,
mengalokasikan kuantum pagu Raskin kepada masing-masing pada data
kemiskinan BPS yang ditetapkan dalam keputusan Gubernur.
3. Berdasarkan pagu Raskin kabupaten/ kota, tim koordinasi program Raskin
masing-masing kabupaten/ kota mengaloksikan kuantum pagu Raskin kepada
masing-masing kecamatan dan desa/ kelurahan, dengan mengacu pada data
RTM dari BPS, dengan mempertibangkan kondisi objektif daerah yang
ditetapkan dalam keputusan Bupati/ Walikota.
4. Tim Raskin Provinsi dapat mengusulkan, kepada Gubernur untuk merelokasi
pagu Raskin ke kabupaten/ kota yang dinilai tidak dapat mendistribusikan beras
Program Raskin sesuai ketentuan yang telah ditetapkan.
2.3.1.1 Organisasi dan Penanggung Jawab Raskin
Penanggung jawab pelaksanaan dan pemantauan Raskin di tingkat provinsi adalah
Tim koordinasi Raskin di tingkat provinsi dan tingkat kabupaten/ kota yang terdiri dari
instansi terkait dan berbagai pihak yang dipandang perlu (Perguruan tinggi, LSM dan
institusi kemasyarakatan lainnya).
Penanggung jawab penyediaan dan pendistribusian beras Raskin dari gudang
Perum Bulog sampai titik ditribusi, maupun penyelesaian administrasi dan penyelesaian
pembayaran adalah Kasub Drive/ Kakanlog sesuai tingkatan wilayah operasionalnya.
Dalam pelaksanaannya, Kasub Divre/ Kakanlog membentuk Satgas Raskin, Pemkab/
Pemko setempat sesuai dengan tingkatan wilayahnya turut bertanggung jawab dalam
penyelesaian administrasi dan pembayaran Raskin.
Penanggung jawab data dasar untuk penetapan keluarga Sasaran Penerima Manfaat
Raskin adalah Kepala BKKBN setempat. Penanggung jawab penetapan jumlah kelurga
miskin dan kuantum beras adalah Gubernur/ Bupati/ Walikota sesuai tingkatan wilayahnya
sebagai hasil konsultasi teknis dengan instansi terkait dengan mempertimbangkan kondisi
objektif daerah yang bersangkutan.
Penanggung jawab pengesahan keluarga miskin yang menerima Raskin di setiap
titik distribusi adalah camat sebagai hasil musyawarah desa yang ditetapkan oleh kepala
desa yang ditetapkan oleh kepala desa/ lurah setempat. Penggung jawab penanganan
pengaduan masyarakat adalah kepala dinas/ badan BPM bersama-sama unsur-unsur
inspektorat dan pengawasan Drive/ Sub Divre/ Kanlog Bulog.
2.3.1.2 Penentuan Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat
1. Data dasar penentuan RTM sasaran adalah hasil pendapatan sosial ekonomi
BPS.
2. Prioritas penerima manfaat beras Raskin adalah untuk seluruh RTM dengan
kategori sangat miskin, miskin dan untuk seluruh RTM dengan kategori hampir
3. Dalam hal ini penurunan RTM sasaran kategori hampir miskin ditentukan
sesuai kondisi objektif di lapangan dan ditetapkan berdasarkan musyawarah
desa/kelurahan setempat.
4. Identitas RTM penerima manfaat Program Raskin, harus sesuai dengan daftar
nama dan alamat RTM yang telah ditetapkan BPS kabupaten/ kota.
2.3.1.3 Musyawarah Desa/ Kelurahan
1. Musyawarah Desa/ Kelurahan adalah forum komunikasi ditingkat
desa/kelurahan yang dipimpin Kepala Desa/ Lurah, dihadiri oleh perangkat
desa/kelurahan, lembaga pemberdayaan masyarakat dan tokoh agama untuk
mendapatkan kesepakatan tentang:
- Daftar nama RTM penerima manfaat
- Jadwal, waktu dan tempat distribusi
- Besaran biaya distribusi dari titik distribusi kepada RTM penerima
manfaat.
2. Musyawarah desa/kelurahan dilaksanakan secara periodik minimal 1 (satu)
tahun sekali dan diselenggarakan sebelum beras program Raskin di
distribusikan.
3. Hasil musyawarah desa/kelurahan dituangkan dalam berita acara musyawarah
desa/kelurahan yang ditandatangani kepala desa/lurah, badan permusyawaratan
Desa (BPD) dan diketahui oleh Camat setempat, dengan melampirkan daftar
nama-nama Rumah Tangga Miskin Penerima Manfaat (DPM-1) dan daftar
hadir peserta musyawarah.
4. Daftar nama-nama RTM hasil musyawarah desa/musyawarah kelurahan
ditempel dalam Papan Pengumuman desa/ kelurahan dan dilaporkan secara
5. Daftar Rumah Tangga Miskin/ Sasaran Penerima Manfaat (DPM-1) dijadikan
dasar sebagai penerbit Surat Permintaan Alokasi (SPA) oleh Bupati/ Walikota
kepada perum BULOG melalui Sub Drive setempat.
2.3.1.4 Mekanisme Distribusi
1. Bupati/ Walikota mengajukan Surat Permintaan Alokasi (SPA) kepada Kepala
Sub Divisi Regional Perum BULOG berdasarkan Alokasi pagu Raskin dan
Rumah Tangga sasaran penerima manfaat di masing-masing kecamatan/ desa/
kelurahan.
2. SPA yang tidak dapat dilayani sebagian atau seluruhnya dalam jangka waktu 3
(tiga) bulan, maka pagu dapat direlokasikan kedaerah lain dengan penerbitkan
SPA baru yang menunjukkan pada SPA yang tidak dapat dilayani,
3. Berdasarkan SPA, Sub Drive menerbitkan SPPB/ DO beras untuk
masing-masing kecamatan/ kelurahan/ desa kepada pelaksana Raskin. Apabila terdapat
tunggakan Harga Penjualan Beras (HPB) pada periode sebelumnya maka
penerbitan SPPB/ DO periode berikutnya ditangguhkan sampai ada pelunasan.
4. Berdasarkan SPPB/ DO, pelaksanaan Raskin mengambil beras digudang
penyimpanan Perum BULOG, mengangkut dan menyerahkan beras Raskin
kepada pelaksana Distribusi. Kualitas beras yang diserahkan, sesuai dengan
standar kualitas BULOG. Apabila tidak memenuhi standar kualitas maka beras
dikembalikan kepada pelaksana Raskin untuk ditukar/diganti.
5. Serah terima beras Raskin dari pelaksana Raskin kepada pelaksana distribusi di
titik Distribusi dibuktikan dengan Berita Acara Serah Terima (BAST) yang
merupakan pengalihan tanggung jawab.
7. Mekanisme distribusi secara rinci diatur dalam Pedoman Teknis Raskin
kabupaten/ kota. Disesuaikan dengan kondisi objektif masing-masing daerah.
2.3.1.5 Administrasi Distribusi
1. Penyerahan beras dititik Distribusi dituangkan dalam Berita Acara Serah
Terima (BAST) yang ditandatangani oleh Satker Sub Drive sebagai pihak yang
menyerahkan dan Pelaksanaan Distribusi Sebagai Pihak yang menerima beras.
BAST tersebut diketahui dan ditandatangani oleh Kepala Desa/ Lurah/ Camat
atau pejabat yang mewakili/ ditunjuk. Nama dan identitas penandatanganan
dicatumkan secara jelas dan dicap/ stempel/ desa/ kelurahan/ kecamatan.
2. Berdasarkan BAST, Sub Drive membuat rekapilutasi Berita Acara Raskin
masing-masing desa/ kelurahan (MBA-0) yang ditandatangani oleh Satker
Raskin Sub Drive dan Satker Raskin Kecamatan serta serta diketahui dan
ditandatangani oleh Camat atau pejabat yang mewakili/ditunjuk.
3. Berdasarkan MBA-0, Sub Drive membuat rekapilutasi Berita Acara
Pelaksanaan Raskin Kecamatan (MBA-1) yang ditandatangani oleh Kasub
Drive dan Bupati/Walikota atau pejabat yang mewakili, serta seorang saksi dari
Tim Program Raskin kabupaten/ kota. Nama dan identitas penandatanganan
dicantumkan secara jelas dan dicap/ stempel.
4. Pembuatan MBA-1 bisa dilakukan secara bertahap tanpa harus menunggu
selesainya seluruh pendistribusian bulan bersangkutan. Dengan demikian dalam
satu kabupaten/kota untuk bulan alokasi yang sama dimungkinkan dibuat lebih
dari satu (satu) MBA-1. MBA-1 Asli dikirimkan ke Drive provinsi dengan
dilampiri copy SPA dan Rekap SPPB/ DO Asli (MDO). Sebelum MBA-1
berikut lampirannya dikirim ke Drive propinsi, terlebih dahulu dilakukan
5. Selanjutnya dikirim ke kantor pusat Perum BULOG.\
2.3.1.6 Biaya Operasional Raskin
1. Biaya Operasi raskin disediakan untuk memenuhi kebutuhan biaya yang
berkaitan dengan pelaksanaan Raskin sampai dengan di Titik Distribusi
menjadi perum BULOG.
2. Pengeluaran biaya operasional Raskin dilakukan secara efisiensi.
3. Biaya Raskin terdiri dari biaya umum dan biaya operasional, termasuk pajak,
Biaya umum antara lain digunakan untuk pembuatan brosur, poster dan
lain-lain.
4. Biaya operasional terdiri dari biaya distribusi dan biaya pendukung. Biaya
distribusi meliputi biaya angkutan, pengemasan bila diperlukan, susut,
cadangan resiko (uang palsu dll). Biaya pendukung antara lain meliputi biaya
administrasi seperti ATK, materi, biaya transfer dan lain-lain. Biaya pendukung
selanjutnya pembuatan laporan, honor, biaya koordinasi dan biaya rapat, biaya
sosialisasi, monitoring dan evaluasi (yang tidak dibiayai dari APBN).
5. Ongkos dari titik distribusi sampai ke penerima manfaat di alokasikan dari
APBN setempat atau swadaya masyarakat.
Pengeluaran biaya operasional Raskin harus di pertanggung jawabkan dengan
dilengkapi bukti-bukti pengeluaran sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan realisasi
biaya operasional Raskin dilaporkan ke Drive Perum BULOG.
2.3.2 Mekanisme Pembayaran dan Administrasi HPB Raskin
a. Pembayaran Harga Penjualan Beras (HPB) Raskin dari Rumah Tangga sasaran
penerima manfaat kepada pelaksana Distribusi dilakukan secara tunai Rp.
b. Uang HPB Raskin tersebut langsung diserahkan kepada Satker Raskin Sub
Drive dan dibuatkan tanda terima pembayaran (kuitansi atau TT HPB Raskin)
rangkap 3 (tiga). Selanjutnya oleh Satker Raskin ditransfer di rekening milik
Sub Drive di bank pemerintah yang telah ditentukan.
c. Apabila uang HPB Raskin disetorkan langsung oleh pelaksana distribusi ke
rekening HPB Raskin milik perum BULOG Sub Drive, maka bukti setor asli
harus diserahkan oleh pelaksana distribusi kepada Satker Raskin Sub Drive
untuk kemudian diganti dengan tanda terima pembayaran (kuitansi atau model
TT HPB Raskin) rangkap 3 (tiga) oleh pelaksana Raskin. Pelaksana raskin
berkewajiban melakukan konfirmasi bukti setor tersebut pada Bank yang
bersangkutan. Tanda Terima Pembayaran tersebut dinyatakan sah oleh Bank
yang bersangkutan.
d. Bupati/Walikota selaku penanggung jawab program Raskin berkewajiban
menyediakan Dana Talangan untuk RTM yang tidak memiliki kemampuan
membayar tunai atau pelaksana distribusi yang belum menyetorkan HPB pada
bulan bersangkutan.
e. Pembiayaan distribusi beras Raskin berasal dari gudang perum BULOG sampai
titik distribusi menjadi beban perum BULOG sedangkan dari titik distribusi
samapai RTM sasaran penerima menjadi beban Bupati/ Walikota.
2.3.3 Indikator Keberhasilan Program
Indikator keberhasilan pelaksanaan program Raskin adalah tepat sasaran penerima
manfaat, tepat jumlah, tepat harga, tepat waktu dan tempat administrasi. Tepat sasaran
penerima manfaat artinya Raskin hanya diberikan kepada Rumah Tangga Sasaran
penerima manfaat hasil musyawarah desa/kelurahan yang terdaftar dalam Daftar Penerima
artinya jumlah beras Raskin yang merupakan hak Rumah Tangga Sasaran penerima
manfaat adalah sebanyak 15 Kg netto per RTM perbulan sesuai dengan hasil musyawarah
desa/kelurahan. Tepat harga artinya harga beras Raskin adalah Rp. 1.000/ Kg Netto
(sekarang Rp. 1600/ Kg) di titik distribusi. Tepat waktu artinya pelaksanaan distribusi
beras Rumah Tangga Sasaran penerima manfaat sesuai dengan rencana distribusi. Tepat
administasi artinya terpenuhinya persyaratan administrasi secara benar dan tepat waktu.
2.3.4 Pengaduan Masyarakat
a. Pengaduan masyarakat tentang kritik dan saran dan pendapat perbaikan
pelaksanaan program Raskin ditanggapi dan ditindaklanjuti secara fungsional yang
dikoordinasikan oleh Tim Program Raskin Provinsi dan Kabupaten/ Kota tingkatan
wilayahnya.
b. Tindak Lanjutamn pengaduan masyarakat secara teknis diselesaikan oleh
masing-masing instansi, SKPD pelaksana program Raskin dan stakeholder sesuai dengan
bidan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing.
c. Pengaduan masyarakat tentang pelaksanaan Raskin dapat berasal dari penerima
Raskin atau masyarakat umum secara langsung, namun dapat juga melalui media
massa (surat kabar, radio, televisi). Pengaduan dapat diperoleh melalui kotak pos,
fax, email, telepone, laporan dari institusi kemasyarakatan dan pertemuan dengan
lembaga independen, perguruan tinggi/institusi kemasyarakatan yang terkait
lainnya.
2.3.5 Pengawasan dan Sosialisasi Program
Pengawasan pelaksanaan program Raskin dilakukan secara fungsional sesuai
prinsipnya terbuka dan dilakukan melalui kepedulian dan pengaduan melalui Unit
Pengaduan Masyarakat (UPM) dan media massa.
Sosialisasi program Raskin bertujuan untuk menyebarluaskan informasi
mengenai program Raskin kepada RTM sasaran penerima manfaat, masyarakat dan
pelaksana program di tingkat provinsi, kabupaten/ kota, kecamatan dan desa/ kelurahan.
Sosialisasi program Raskin dilakukan oleh Tim Program Raskin tingkat pusat, provinsi,
kabupaten/ kota, desa/ kelurahan secara berjenjang dan dapat mengikutsertakan pihak lain
bilamana diperlukan.
Materi program Raskin yang disosialisasikan meliputi kebijakan program dan
pelaksanaan teknis tentang penetapan RTM sasaran penerima manfaat, mekanisme
distribusi, tugas dan fungsi serta tanggung jawab masing-masing pelaksana program dan
juga kewajiban RTM sasaran penerima manfaat, mekanisme dan administrasi pembayaran,
penyampaian kelurahan/pengaduan dari masyarakat serta penanganan tindak lanjutnya.
Sosialisasi program Raskin dapat juga dilakukan melalui media massa (cetak dan
elektronik), penyebaran pamflet, brosur dan berbagai forum pertemuan sosial
kemasyarakatan lainnya. Sosialisasi program Raskin merupakan salah satu kunci
keberhasilan pelaksanaan program Raskin, yang dapat dilakukan melalui berbagai cara
mana yang paling efektif dan memungkinkan agar masyarakat umum dan khususnya
masyarakat miskin dapat mengetahui secara persis latar belakang, kebijakan, mekanisme,
hak-hak dan kewajibannya. Lebih dari itu, masyarakat harus mengetahui kemana dan
bagaimana cara melaporkan atau mengadukan apabila ditemui adanya indikasi
penyimpanan Raskin melalui jalur Unit Pengaduan Masyarakat (UPM) yang tersedia
2.4 Kemiskinan
Konsepsi umum mengenai kemiskinan biasa terkait dengan masalah ketiadaan
sumber daya ekonomi dan sosial kultural karena informasi yang diperoleh hanya dari
dalam dan politik masyarakat tertentu. Ketiadaan modal sosial ekonomi inilah yang
kemudian membatasi gerak aktivitas dan aktualisasi diri setiap individu dan dinamika
sosial dalam masyarakat.
Kondisi kemiskinan merupakan masalah yang sampai hari ini tidak kunjung
selesai. Sebab memiliki problematika dan dinamika tersendiri dalam masyarakat. Terlebih
kemiskinan terkait dengan krisis sosial, ekonomi, dan politik (Syaifullah, 2008:9).
Ada 3 jenis kemiskinan yang merupakan suatu masalah di Indonesia:
1. Kemiskinan Relatif
Kemiskinan relatif merupakan kondisi masyarakat karena pengaruh kebijakan
pembangunan yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat
sehingga menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan. Standar minimum
disusun berdasarkan kondisi hidup suatu negara pada waktu tertentu dan perhatian
terfokus pada golongan penduduk “termiskin”, misalnya 20 persen atau 40 persen
dari total penduduk yang telah diurutkan menurut pendapatan/pengeluaran.
Kelompok ini merupakan penduduk relatif miskin. Dengan demikian ukuran
kemiskinan relatif sangat tergantung pada distribusi pendapatan/pengeluaran
penduduk sehingga menggunakan definisi ini berarti “orang miskin selalu hadir
bersama kita”. Dalam prakteknya, negara kaya mempunyai garis kemiskinan relatif
yang lebih tinggi dari pada negara miskin seperti yang dilaporkan oleh Ravallion
(1998:26). Paper tersebut menjelaskan mengapa, misalnya: angka kemiskinan
resmi (official figure) pada awal tahun 1990-an mendekati 15 persen penduduk