• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Ekstrakurikuler Mahasiswa di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Ekstrakurikuler Mahasiswa di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER MAHASISWA DI FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SKRIPSI

OLEH:

Dwi Rahmadani

(091101044)

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT atas

selesainya skripsi dengan judul “Analisa Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Kegiatan Ekstrakurikuler Mahasiswa di Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara” sebagai tugas akhir yang harus dipenuhi di Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara Medan.

Pada saat penyelesaian skripsi ini peneliti mengucapkan terima kasih yang

setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan serta

dorongan kepada peneliti.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada yang terhormat :

1. dr. Dedi Ardinata, M.kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara.

2. Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

3. Yessi Ariani, S.Kep.Ns, M.Kep selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan saran dalam

penulisan skripsi ini.

4. Rika Endah Nurhidayah, S.Kp, M.Pd. selaku dosen penguji I.

5. Ikram, S.Kep.Ns, M.Kep selaku dosen penguji II.

6. Ikhsanudin A.Harahap S.Kp, MNS selaku dosen pembimbing akademik.

7. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas Keperawatan Sumatera Utara

(3)

8. Kepada kedua orangtua saya, Ayahanda Trimanto yang selalu menjadi

penyemangat dan yang selalu setia memberikan nasehat dan petuah yang sampai

sekarang menjadi penyemangat penulis di setiap waktu, kepada ibunda

Nurhajidah yang senantiasa selalu mendoakan, memberikan semangat dan

motivasi, serta dukungan materi kepada penulis. Terimakasih juga kepada papa

Baleo Lompo Barita Siregar dan Ibu Srimuliati Harahap yang selalu mendoakan

dan memberikan masukan kepada penulis hingga selesai dan teruntuk

Almh.Kakakku tercinta Septia Susanti yang selalu menjadi penyemangatku

(4)

Peneliti menyadari dalam pembuatan skripsi ini masih dirasakan kurang

sempurna. Karena itu peneliti menerima segala kritik dan saran dari semua pihak

guna penyempurnaan skripsi ini. Akhirnya, penulis mengucapkan terimakasih

kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Medan, Juli 2013

Penulis

(5)

Title : The Analysis of the Factors Influencing Student’s Extracurricular Activity at Faculty of Nursing, University of Sumatera Utara

Name : Dwi Rahmadani

Student Reg. Number : 091101044

Department : Nursing

Academic Year : 2013

ABSTRACT

Extracurricular is an off-learning hour acitivities carried out either inside or outside of campus. The factors influencing the extracurricular activities are, among other thing, interest, motivation, and learning preocess. The purpose of this descriptive correlation study was to analyze the factors influencing the extracurricular activities and to find out the the relationship of the factors with the extracurricular activities. The population of this study was the regular 2010-2012 intake students of Faculty of Nursing, University of Sumatera and 199 of the were selected to be the samples for this study through proportional random sampling technique. The result of this study conducted in May at Faculty of Nursing, University of Sumatera showed that majority of the students (79.4%) were interested in attending the extracurricular activities, 87.4% were motivated, and 56.8% said that the the learning process they were currently doing was effective. The result of Spearman correlation statistic test showed that the p-value of interest to extracurricular activity was 0.000, the p-value of motivation to extracurricular activity was 0.002, and p-value of learning process to extracurricular activity was 0.000. The conclusion drawn is that majority of the students of Faculty of Nursing, University of Sumatera had high interest and motivation in extracurricular activity and the students said that the process of learning they were taking was effective. The result of this study is expected to provide a useful input to the faculty to develop the interest and motivation of students in attending extracurricular activities and the faculty can provide its support to the extracurricular activities.

(6)

Judul : Analisa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Ekstrakurikuler Mahasiswa di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Nama : Dwi Rahmadani NIM : 091101044

Jurusan : Keperawatan

Tahun Akademik : 2013

Abstrak

Ekstrakurikuler adalah kegiatan diluar jam pelajaran yang dilakukan, baik di kampus ataupun di luar kampus. Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan ekstrakurikurikuler diantaranya adalah minat, motivasi, dan proses pembelajaran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan ekstrakurikuler dan mencari hubungan dari faktor-faktor tersebut dengan kegiatan ekstrakurikuler. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi. Pada penelitian ini populasinya adalah mahasiswa reguler angkatan 2010-2012 Fakultas keperawatan Universitas Sumatera Utara. Ada sebanyak 199 orang mahasiswa yang diambil menjadi sample penelitian dengan menggunakan tehnik “proportional random sampling”. Penelitian ini dilakukan bulan Mei di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa berminat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler (79,4%), termotivasi berjumlah (87,4%), dan (56,8%) menyatakan proses pembelajaran yg saat ini mereka jalani sudah efektif. Dari hasil uji statistik spearman correlation diperoleh nilai p-value minat dengan kegiatan ekstrakurikuler sebebsar 0,000, nilai p-value motivasi dengan kegiatan ekstrakurikuler sebesar 0,002, dan nilai p-value proses pembelajaran dengan kegiatan ekstrakurikuler sebesar 0,000. Dapat disimpulkan bahwa mayoritas mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara memiliki minat dan motivasi yang tinggi terhadap kegiatan ekstrakurikuler dan mahasiswa menyatakan proses pembelajaran yang sudah efektif. Diharapkan memberikan masukan yang berguna bagi Fakultas untuk mengembangkan minat dan motivasi mahasiswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dan fakultas dapat memberikan dukungan dalam kegitatan ekstrakurikuler.

(7)

DAFTAR ISI

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kegiatan Ekstrakurikuler ... 6

BAB 3. KERANGKA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual ... 30

3.2 Defenisi Operasional ... 31

3.3 Hipotesa ... 33

BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ... 34

4.2 Populasi, Sampel ... 34

(8)

4.2.2. Sampel ... 34

BAB V. Hasil dan Pembahasan 5.1 Hasil Penelitian ... 44 BAB VI. Kesimpulan dan Saran 6.1 Kesimpulan ... 59

1. Lembar Persetujuan Responden 2. Kuisioner Data Demografi

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tabel Definisi Operasional Variabel Penelitian... 31 Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik mahasiswa yang Menjadi Responden... 45 Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Minat, Motivasi dan Proses Pembelajaran di Fakultas Keperawatan USU terhadap kegiatan Ekstrakurikuler... 46 Tabel 4. Distribusi Frekuensi Persentase Kegiatan Ekstrakurikuler... 47 Tabel 5.Hasil uji statistik spearman correlation minat dengan kegiatan

(10)

DAFTAR SKEMA

Skema 3.1 Kerangka penelitian terhadap analisa faktor-faktor yang mempengaruhi

kegiatan ekstrakurikuler di Fakultas Keperawatan

(11)

Title : The Analysis of the Factors Influencing Student’s Extracurricular Activity at Faculty of Nursing, University of Sumatera Utara

Name : Dwi Rahmadani

Student Reg. Number : 091101044

Department : Nursing

Academic Year : 2013

ABSTRACT

Extracurricular is an off-learning hour acitivities carried out either inside or outside of campus. The factors influencing the extracurricular activities are, among other thing, interest, motivation, and learning preocess. The purpose of this descriptive correlation study was to analyze the factors influencing the extracurricular activities and to find out the the relationship of the factors with the extracurricular activities. The population of this study was the regular 2010-2012 intake students of Faculty of Nursing, University of Sumatera and 199 of the were selected to be the samples for this study through proportional random sampling technique. The result of this study conducted in May at Faculty of Nursing, University of Sumatera showed that majority of the students (79.4%) were interested in attending the extracurricular activities, 87.4% were motivated, and 56.8% said that the the learning process they were currently doing was effective. The result of Spearman correlation statistic test showed that the p-value of interest to extracurricular activity was 0.000, the p-value of motivation to extracurricular activity was 0.002, and p-value of learning process to extracurricular activity was 0.000. The conclusion drawn is that majority of the students of Faculty of Nursing, University of Sumatera had high interest and motivation in extracurricular activity and the students said that the process of learning they were taking was effective. The result of this study is expected to provide a useful input to the faculty to develop the interest and motivation of students in attending extracurricular activities and the faculty can provide its support to the extracurricular activities.

(12)

Judul : Analisa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Ekstrakurikuler Mahasiswa di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Nama : Dwi Rahmadani NIM : 091101044

Jurusan : Keperawatan

Tahun Akademik : 2013

Abstrak

Ekstrakurikuler adalah kegiatan diluar jam pelajaran yang dilakukan, baik di kampus ataupun di luar kampus. Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan ekstrakurikurikuler diantaranya adalah minat, motivasi, dan proses pembelajaran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan ekstrakurikuler dan mencari hubungan dari faktor-faktor tersebut dengan kegiatan ekstrakurikuler. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi. Pada penelitian ini populasinya adalah mahasiswa reguler angkatan 2010-2012 Fakultas keperawatan Universitas Sumatera Utara. Ada sebanyak 199 orang mahasiswa yang diambil menjadi sample penelitian dengan menggunakan tehnik “proportional random sampling”. Penelitian ini dilakukan bulan Mei di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa berminat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler (79,4%), termotivasi berjumlah (87,4%), dan (56,8%) menyatakan proses pembelajaran yg saat ini mereka jalani sudah efektif. Dari hasil uji statistik spearman correlation diperoleh nilai p-value minat dengan kegiatan ekstrakurikuler sebebsar 0,000, nilai p-value motivasi dengan kegiatan ekstrakurikuler sebesar 0,002, dan nilai p-value proses pembelajaran dengan kegiatan ekstrakurikuler sebesar 0,000. Dapat disimpulkan bahwa mayoritas mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara memiliki minat dan motivasi yang tinggi terhadap kegiatan ekstrakurikuler dan mahasiswa menyatakan proses pembelajaran yang sudah efektif. Diharapkan memberikan masukan yang berguna bagi Fakultas untuk mengembangkan minat dan motivasi mahasiswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dan fakultas dapat memberikan dukungan dalam kegitatan ekstrakurikuler.

(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Maryati (2008), pendidikan mempunyai peranan yang

sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama

bagi pembangunan bangsa dan negara. Berdasarkan Undang-Undang Republik

Indonesia nomor 20 tahun 2003, Bab II pasal 3 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan

mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman

dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,

memiliki pengetahuan dan keterampilan , kesehatan jasmani dan rohani,

kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

kemasyarakatan dan kebangsaan. Sedangkan tujuan pendidikan pada umumnya

ialah menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik untuk

mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal sehingga dapat

mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan

pribadinya dan kebutuhan masyarakat (Dazefa, 2010).

Mahasiswa yang berpendidikan adalah sosok yang semestinya kritis,

logis, berkemauan tinggi , respect dan tanggap terhadap permasalahan umat

dan bangsa, mau bekerja keras, belajar terus menerus, mempunyai nyali

(14)

masyarakat serta spiritualis dan konsisten dalam mengaktualisasikan nilai-nilai

kepada Tuhan Yang Maha Esa.Dengan konsep itulah, mahasiswa semestinya

bergerak dan menyadari dirinya akan eksistensi sebagai mahasiswa.

Mahasiswa yang belajar tidaklah hanya sebatas mengejar gelar akademis atau

nilai indeks prestasi (IP) yang tinggi dan mendapat penghargaan cumlaude,

lebih dari itu mahasiswa harus bergerak bersama rakyat dan pemerintah untuk

membangun bangsa, atau paling tidak dalam lingkup yang paling mikro, ada

suatu kemauan untuk mengembangkan civitas/perguruan tinggi dimana ia

kuliah. Misalnya dengan ikut serta/aktif di Organisasi Mahasiswa, baik itu

Organisasi Intra kampus (BEM dan UKM) ataupun Organisasi Ekstra kampus,

ekstrakurikuler, serta aktif dalam kegiatan-kegiatan lain yang mengarah pada

pembangunan bangsa (Waris, 2010).

Menurut Hapsari (2010) kegiatan di masa remaja sering hanya

berkisar pada kegiatan kuliah dan seputar usaha menyelesaikan urusan di

rumah, selain urusan tersebut remaja memiliki banyak waktu luang. Waktu

luang tanpa kegiatan yang berarti akan menimbulkan gagasan untuk mengisi

waktu luang dengan berbagai bentuk kegiatan. Apabila remaja melakukan

kegiatan yang positif tentu tidak akan menimbulkan masalah. Namun, jika

waktu luang tersebut digunakan untuk melakukan kegiatan yang negatif maka

lingkungan dapat terganggu. Sanchezruiz (2010) menyatakan bahwa pengisian

waktu luang yang baik dengan cara menyesuaikan dengan umur remaja, masih

merupakan masalah bagi kebanyakan remaja. Kebosanan dan perasaan enggan

(15)

Menurut Depdiknas (2005), Pengisian waktu luang bagi mahasiswa

dapat dilakukan dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan

ekstrakurikuler bermakna untuk memperluas pengetahuan mahasiswa, dalam

arti memperkaya, mempertajam, serta memperbaiki pengetahuan para

mahasiswa yang berkaitan dengan mata kuliah sesuai dengan program

kurikulum yang ada. Adapun tujuan yang hendak dicapai dengan

mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler antara lain mengembangkan

mahasiswa untuk menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan,

sehat jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri serta

memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Dengan

melihat tujuan tersebut, tentunya diperlukan suatu proses pendidikan di kampus

yang bisa mengembangkan semua aspek yang diperlukan bagi mahasiswa

(Dazefa, 2010).

Faktor-faktor yang memperngaruhi ekstrakurikuler meliputi minat,

motivasi dan, proses pembelajaran. Adapun kegiatan ekstra kurikuler yang

terdapat di dalam Fakultas Keperawatan USU antara lain Pemerintahan

Mahasiswa (PEMA), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), forkis, club tari, club

futsal, paduan suara.

Hasil wawancara dari 10 mahasiswa Fakultas Keperawatan USU

bahwa ekstrakurikuler yang ada di Fakultas Keperawatan tidak aktif dan

mahasiswa keperawatan tidak terlihat antusias untuk mengikuti kegiatan

(16)

pembelajaran Fakultas Keperawatan USU yang kebanyakan menyita waktu

sehingga mahasiswa hanya mempunyai waktu luang yang sempit untuk

melakukan aktivitas di luar jam kuliah seperti mengikuti kegiatan

ekstrakurikuler. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk menganalisa

faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan ekstrakurikuler di Fakultas Keperawatan

USU.

1.2 Tujuan Penelitian 1.2.1 Tujuan Umum

Menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan ekstrakurikuler

mahasiswa di Fakultas Keperawatan USU.

1.2.2. Tujuan khusus

Bertujuan untuk mengidentifikasi :

a. Mengidentifikasi Minat, motivasi dan proses pembelajaran

Mahasiswa di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

b. Hubungan minat dengan kegiatan ekstrakurikuler

c. Hubungan motivasi dengan kegiatan ekstrakurikuler

d. Hubungan sistem pembelajaran dengan kegiatan ekstrakurikuler

1.3 Pertanyaan Penelitian

a. Apakah ada hubungan minat dengan kegiatan ekstrakurikuler ?

b. Apakah ada hubungan motivasi dengan kegiatan ekstrakurikuler ?

c. Apakah ada hubungan proses pembelajaran dengan kegiatan

(17)

1.4Manfaat Penelitian

Hasil ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1.4.1 Bagi Fakultas

Sebagai bahan masukan yang berguna untuk mengembangkan

minat dan motivasi mahasiswa dalam mengikuti kegiatan

ekstrakurikuler

1.4.2 Bagi Pendidikan

Sebagai bahan masukan yang berguna untuk mengidentifikasi

faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan ekstrakurikuler

mahasiswa di fakultas keperawatan USU

1.4.3 Bagi Peneliti lanjut

Dapat sebagai bahan acuan dalam pembuatan penelitian

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kegiatan Ekstrakurikuler 2.1.1. Pengertian Ekstrakurikuler

Menurut Depdiknas (2003), kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan

pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling. Untuk membantu

pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat

mereka. Pengembangan ini dapat dilakukan melalui kegiatan yang secara khusus

diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan

dan berkewenangan di kampus (Dazefa, 2010).

Menurut Mahoney (2005), mengemukakan manfaat positif tentang

keterlibatan dalam kegiatan ekstrakurikuler bagi remaja, keterlibatan

menghubungkan kegiatan untuk hasil-hasil yang positif pada hal sosial, emosional,

dan akademis. Menurut Mahoney (2005) kegiatan ekstrakurikuler merupakan

kegiatan bersama yang dilakukan di kampus, namun sebagai kegiatan tambahan

dan bukan merupakan kegiatan utama di kampus, tetapi memiliki tujuan jelas yang

berguna pada pengembangan anak. Sebagian besar kegiatan ekstrakurikuler

dilakukan setelah jam kuliah, meskipun beberapa kampus melakukannya

kegiatannya di akhir pekan, terutama pada sekolah menengah. Ekstrakurikuler

merupakan wadah pembentuk karakter mahasiswa dalam lingkungan kampus yang

(19)

melalui berbagai aktivitas, baik yang terkait langsung maupun tidak langsung

dengan materi kurikulum. Orang yang terlibat dengan kegiatan ekstrakurikuler di

masa kecil menengah juga memiliki hasil psikososial dan akademik yang lebih

positif. Keterlibatan ekstrakurikuler dapat mempengaruhi persepsi pengembangan

diri, kepentingan aktivitas, atau kerjasama jangka panjang dalam kegiatan selama

masa remaja (Dazefa, 2010).

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2002:291) ekstrakurikuler itu

adalah : “suatu kegiatan yang berada di luar program yang tertulis di dalam

kurikulum seperti latihan kepemimpinan dan pembinaan mahasiswa”. Kegiatan

ekstrakurikuler sendiri dilaksanakan diluar jam pelajaran wajib. Kegiatan ini

memberi keleluasaan waktu dan memberikan kebebasan kepada mahasiswa,

terutama dalam menentukan jenis kegiatan yang sesuai dengan bakat serta minat

mereka (Azhari, 2012).

Menurut Sayotte (2010), kegiatan ekstrakurikuler adalah upaya untuk

mempersiapkan mahasiswa untuk memiliki kemampuan intelektual, emosional,

spiritual, dan sosial. Melalui pengembangan aspek-aspek tersebut diharapkan

mahasiswa dapat menghadapi dan mengatasi berbagai perkembangan dan

perubahan yang terjadi dalam lingkungan pada lingkup terkecil dan terdekat,

hingga lingkup yang lokal, nasional, regional, bahkan global. Karena sasaran

kompetensi yang diharapkan itu meliputi jangkauan kompetensi yang amat luas,

berupa aspek intelektual, sikap emosional, dan keterampilan, maka pada akhirnya

kegiatan ekstrakurikuler menjadi tidak terbatas pada program untuk membantu

(20)

pembentukan kepribadian yang utuh termasuk di dalamnya pengembangan minat

dan bakat mahasiswa. Program kegiatan ekstrakurikuler dengan demikian harus

dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menunjang kegiatan kurikuler, maupun

pengembangan pembentukan kepribadian (Dazefa, 2010).

Berdasarkan dari penjelasan tentang pengertian ekstrakurikuler tersebut,

maka dapat disimpulkan bahwa ekstrakurikuler adalah kegiatan diluar jam

pelajaran yang dilakukan, baik di kampus ataupun di luar kampus, dengan tujuan

untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan mahasiswa, mengenal hubungan

antara berbagai pelajaran, menyalurkan bakat dan minat, serta melengkapi upaya

pembinaan manusia seutuhnya.

2.1.2. Fungsi Ekstrakurikuler

Fungsi kegiatan ekstrakurikuler seperti tercantum dalam petunjuk

pelaksanaan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler Depdikbud (1995 : 134) yaitu :

“kegiatan ekstrakurikuler dimaksudkan untuk mengaitkan pengetahuan yang

diperoleh dalam program kurikulum dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan

serta usaha pemantapan dan pembentukan kepribadian siswa agar terpadu kea rah

kemampuan mandiri, percaya diri dan kreatif” (Dazefa, 2010).

2.1.3. Tujuan Ekstrakurikuler

Menurut Lutan (2000), kegiatan ekstrakurikuler bertujuan agar mahasiswa

dapat memperdalam dan memperluas pengetahuan, mengenal hubungan antar

berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat dan minat, serta melengkapi upaya

pembinaan manusia seutuhnya dalam arti: Beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan

(21)

sehat jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri, memiliki rasa

tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (Dazefa, 2010).

Selain itu tujuan ekstrakurikuler jugxa untuk lebih memantapkan pendidikan

kepribadian dan untuk lebih mengaitkan antara pengetahuan yang diperoleh dalam

program kurikulum dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan.

2.1.4. Misi Kegiatan Ekstrakurikuler

Menurut Mahoney (2005), misi dari kegiatan ekstrakurikuler pada

umumnya adalah untuk mendukung pengembangan seperti inisiatif, kemampuan

kepemimpinan, kemampuan organisasi, dan kemampuan pemecahan masalah

sosial, dan hal-hal yang tidak dipelajari di kelas belajar kebanyakan. Jika misi

kampus adalah untuk membantu mahasiswa menjadi anggota masyarakat yang

produktif dan untuk menikmati hidup dengan prioritas akademik yang jelas, maka

berbeda dengan kegiatan ekstrakurikuler. Misi khusus dari kegiatan ekstrakurikuler

adalah sebagai berikut:

a. Kegiatan ekstrakurikuler secara langsung mendukung karya akademis. Hal

ini meningkatkan keterampilan yang dialihkan ke ruang kelas, atau

menyediakan konteks untuk aplikasi praktis keterampilan belajar di ruang

kelas.

b. Kegiatan ekstrakurikuler adalah kompensasi dan secara tidak langsung

mendukung kegiatan akademik. Pada kegiatan ini mahasiswa dapat

mengikutinya dengan lebih santai daripada saat mengikuti kegiatan

(22)

c. Kegiatan ekstrakurikuler bersifat komplementer terhadap perkembangan

remaja. Kegiatan ekstrakurikuler mempunyai aspek-aspek lain dari

perkembangan remaja seperti pemecahan masalah sosial, perencanaan

strategis dan pengorganisasian, dan pelatihan kepemimpinan.

d. Kegiatan ekstrakurikuler membantu dalam pekerjaan akademis atau tugas

tugas remaja lainnya.

e. Kegiatan ekstrakurikuler adalah netral terhadap aspek-aspek lain dari

kehidupan remaja, dapat mempengaruhi secara positif atau negative

(Dazefa, 2010).

2.1.5 Tahapan Kegiatan Ekstrakurikuler

Menurut Mahoney (2005), kegiatan ekstrakurikuler biasanya bergerak

melalui empat tahapan, yaitu:

a. Bermain Spontan (Spontaneous Play)

Kegiatan ekstrakurikuler merupakan organisasi mandiri sehingga

membutuhkan negosiasi dan pemecahan masalah secara spontan.

b. Permainan Rekreasi (Recreational Games)

Kegiatan ekstrakurikuler berpusat pada kebugaran, keterampilan membina

hubungan dengan koordinasi, persahabatan, dan bermain.

c. Rekreasi Tim (Recreational Team Sports)

Kegiatan ekstrakurikuler mengedepankan pengembangan keterampilan

(23)

d. Kompetisi Elit (Elite Competition)

Dalam kegiatan ekstrakurikuler, usaha dan keadilan subordinasi dapat

melihat keterampilan kinerja dan prestasi (Dazefa, 2010).

2.1.6. Manfaat Kegiatan Ekstrakurikuler

Mahoney (2005), menyatakan bahwa berpartisipasi dalam kegiatan

ekstrakurikuler akan mempengaruhi secara positif perkembangan selama masa

remaja dalam jangka pendek dan jangka panjang. Manfaat kegiatan ekstrakurikuler

antara lain:

a. Membantu remaja memperoleh pendidikan pada hal kepercayaan dan

keterampilan kognitif yang dibutuhkan untuk memahami peran pekerjaan

orang dewasa.

b. Bekerja melalui isu-isu identitas personal dan sosial.

c. Memperoleh keterampilan interpersonal yang dibutuhkan untuk membentuk

hubungan sosial yang sehat dan untuk berhasil di dunia kerja.

d. keterampilan emosi dan perilaku yang dibutuhkan untuk menjadi orang

Memperbaiki dewasa yang independen (Dazefa, 2010).

2.1.7. Manfaat Keterlibatan Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler

Menurut Mahoney (2005), manfaat keterlibatan dalam kegiatan

ekstrakurikuler adalah sebagai berikut:

a. Peningkatan Tingkat Pendidikan dan Prestasi.

Partisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler meningkatkan pencapaian

(24)

sekolah, kinerja akademik yang lebih baik, meningkatkan kompetensi

interpersonal, dan aspirasi yang lebih tinggi untuk masa depan.

b. Mengurangi Masalah Perilaku.

Partisipasi dalam kegiatan organisasi dikaitkan dengan berkurangnya

masalah perilaku pada masa remaja dan menjadi dewasa muda. Partisipasi

kegiatan ekstrakurikuler terkait dengan rendahnya tingkat kenakalan seperti

penggunaan alkohol dan obat-obatan, agresi, perilaku antisosial, dan

kejahatan.

c. Meningkatkan Kemampuan Psikososial.

Partisipasi ekstrakurikuler secara positif berhubungan dengan penyesuaian

psikososial pada lingkungan remaja. Partisipasi ini terkait dengan rendahnya

tingkat emosi negatif seperti perasaan depresi dan kecemasan pada masa

remaja. Motivasi untuk belajar dan tinggi self-efficacy ini terkait dengan

partisipasi (Dazefa, 2010).

2.1.8. Jenis Kegiatan Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler tentu berbeda-beda jenisnya, karena banyak hal

yang memang berkaitan dengan kegiatan siswa selain dari kegiatan inti. Dengan

beberapa kegiatan ekstrakurikuler yang ada, mahasiswa dapat memilih kegiatan

yang sesuai dengan kemampuan dan minat masing-masing. Beberapa jenis kegiatan

ekstrakurikuler yang diprogramkan di sekolah dijelaskan oleh Mahoney (2005)

(25)

a. Keterlibatan Prososial (Prosocial Activities)

Kegiatan kelompok atau partisipasi dalam kegiatan sukarelawan dan jenis

pelayanan masyarakat. Tujuan kegiatan ini adalah memberikan pencerahan

dan motivasi kepada peserta, untuk meningkatkan kecerdasan emosional

dan kecerdasan spiritual untuk menciptakan lingkungan yang efektif,

harmonis terhadap diri sendiri dan terhadap semua pihak.

b. Tim Olahraga (Team Sports)

Partisipasi pada satu atau lebih tim olahraga sekolah. Olahraga merupakan

suatu kegiatan yang dapat membina seseorang untuk dapat menjadi sehat

atau menjadikan lebih baik dari sebelumnya. Dengan olahraga dapat

berpengaruh terhadap kesehatan fisik yang merupakan faktor utama dalam

kehidupan. Dengan sehatnya tubuh dan fisik maka setidaknya mental kita

akan lebih kuat atau sehat juga

c. Pertunjukan Seni (Performing Arts)

Partisipasi dalam band kampus, drama, atau menari. Tujuan yang hendak

dicapai adalah memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk terlibat

dalam berbagai pengalaman apresiasi maupun pengalaman berkreasi untuk

menghasilkan suatu produk berupa benda nyata yang bermanfaat langsung

bagi kehidupan siswa. Mahasiswa berkreasi menciptakan berbagai kesenian

secara sistematis, sehingga diperoleh pengalaman konseptual, pengalaman

apresiatif dan pengalaman kreatif. Berdasarkan Depdiknas (2003), jenis

kegiatan ekstrakurikuler ini meliputi Drum Band, Kreasi Seni Budaya, dan

(26)

d. Kelompok Akademik (Academic Clubs)

Partisipasi dalam perdebatan, ilmu pengetahuan, atau mentoring. Tujuan

yang hendak dicapai dari kegiatan ini adalah pengembangan sikap ilmiah,

kejujuran dalam memecahkan gejala alam maupun sosial yang ditemui

dengan kepekaan yang tinggi dengan metode yang sistematis, objektif,

rasional dan berprosedur sehingga akan didapatkan kompetensi untuk

mengembangkan diri dalam kehidupan (Dazefa, 2010).

Berdasarkan Depdiknas (2003), jenis kegiatan ekstrakurikuler ini meliputi

Kegiatan Ilmiah Remaja, kegiatan penguasaan keilmuan, penelitian, dan

kemampuan akademik.’

2.1.9. Hasil Kegiatan Ekstrakurikuler

Hasil dari kegiatan ekstrakurikuler dapat digolongkan ke dalam tiga

kategori utama:

a. Pengurangan antisosial perilaku atau peningkatan perilaku prososial,

pencegahan perilaku negatif, peningkatan perilaku positif, dan pengurangan

kejahatan.

b. Peningkatan kesempatan untuk ekspresi diri dan pengembangan keterampilan.

c. Peningkatan prestasi sekolah yang berhubungan dengan persiapan akademik,

(27)

2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mengikuti Kegiatan Ektrakurikuler

2.2.1 Minat

Menurut Slameto (2003), minat pada dasarnya adalah penerimaan akan

suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Minat adalah rasa

lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang

menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara

diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut,

semakin besar minatnya (Djaali, 2008). Minat merupakan sumber motivasi yang

mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu yang diinginkannya (Herijulianti,

Svasti Indriani & Artini, 2001). Minat berhubungan dengan sesuatu yang

menguntungkan dan dapat menimbulkan kepuasan bagi dirinya. Kesenangan

merupakan minat yang sifatnta sementara. Adapun minat yang bersifat tetap dan

ada unsur memenuhi kebutuhan dan memberikan kepuasan. Semakin sering minat

diekspresikan dalam kegiatan akan semakin kuat minat tersebut, sebaliknya minat

akan menjadi pupus kalau tidak ada kesempatan untuk mengekspresikannya

(Yudrik Jahja, 2011).

Minat dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang

melihat cirri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan

keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri (Sardiman, 2000). Minat lebih

tetap (persistent) karena minat memuaskan kebutuhan yang penting dalam

(28)

Kegiatan ekstrakurikuler dapat meningkatkan keterampilan interpersonal

remaja. Melalui kegiatan ekstrakurikuler remaja menjalin hubungan interpersonal

dengan teman sebaya anggota ekstrakurikuler yang diikuti, senior dan Pembina

ekstrakurikuler. Bagi remaja yang memiliki kompetensi interpersonal rendah,

afiliasi dengan peer dalam kegiatan ekstrakurikuler dapat meningkatkan

penerimaan sosial dan popularitas, menurunkan alienasi sosial, mengembangkan

identitas sosial dan menurunkan perilaku antisosial (Eder & Parker dalam

Mahoney, 2003). Kesadaran banyak manfaat yang bisa diperoleh dari kegiatan

ekstrakurikuler akan meningkatkan minat mahasiswa terhadap kegiatan

ekstrakurikuler.

Menurut Andayani (2008), Minat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler

merupakan kecenderungan mahasiswa untuk mengikuti kegiatan akademik yang

diselenggarakan kampus di luar jam pelajaran. Remaja yang memiliki minat yang

tinggi dalam kegiatan ekstrakurikuler menguasai keterampilan intelektual dan

konsep yang penting bagi kecakapan sosial (Hurlock, 2002, h. 209 - 210). Pengisian

waktu luang dengan kegiatan positif dan produktif seperti kegiatan ekstrakurikuler

dapat memperkecil peluang terbentuknya tingkah laku agresif (Hapsari, 2010).

Dengan demikian bahwa minat adalah keinginan atau kemauan yang

menetap dalam diri seseorang untuk merasa tertarik pada sesuatu hal tertentu dan

merasa senang berada dalam bidang tersebut. Minat merupakan kekuatan

pendorong yang menyebabkan seseorang memberikan perhatiannya terhadap

sesuatu. Bila seseorang berminat terhadap sesuatu objek, maka akan dapat kelihatan

(29)

objek tersebut. Maka bisa dikatakan bahwa keberhasilan melaksanakan pekerjaan

mempunyai hubungan dengan minat (Mustaqim, 2001).

2.2.2 Motivasi

Motivasi berasal dari bahasa Latin “movere”, yang berarti menggerakkan.

Berdasarkan pengertian ini, makna motivasi menjadi berkembang. Wlodkowski

(1985) menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau

menimbulkan perilaku tertentu, dan yang member arah serta ketahanan

(persintence) pada tingkah laku tersebut (Eveline, Hartini, 2010).

Secara sederhana, motivasi dapat diartikan sebagai dorongan. Secara teknis, istilah

motivasi dalam psikologi diartikan sebagai berikut :

1. Seluruh proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong timbulnya kekuatan

pada diri individu; sikap yang dipengaruhi untuk mencapai suatu tujuan

(Wulyo, 1990).

2. Suatu variabel yang turut digunakan untuk menimbulkan faktor-faktor tertentu

di dalam organisme, yang membangkitkan, mengelola, mempertahankan, dan

menyalurkan tingkah laku menuju satu sasaran (Chaplin J.P, 2001).

3. Suatu kekuatan yang mendorong atau menarik yang tercermin dalam tingkah

laku yang konsisten menuju tujuan tertentu (Lusi, 1996).

Menurut Purwanto (1988, dalam Nursalam, 2002) motivasi adalah segala

sesuatu yang mendorong seseorang melakukan pekerjaan atau menjalankan

kekuasaan terutama dalam berprilaku. Motivasi juga disimpulkan sebagai perilaku

(30)

dan pengabdian ataupun kinerja perawat untuk memberi pelayanan yang terbaik

(Achmad, 2007).

Motivasi berpengaruh dalam belajar, misalnya mahasiswa termotivasi

belajar untuk mendapatkan prestasi di kampus. Prestasi merupakan salah satu

tujuan yang dicapai. Prestasi yang baik akan mengangkat nama mahasiswa.

Ekstrakurikuler merupakan langkah awal bagi seorang mahasiswa untuk

mengembangkan bakat yang dimilikinya. Melalui kegiatan ekstrakurikuler para

mahasiswa dapat mengasah kemampuan yang dimilikinya untuk menjadi seseorang

yang berprestasi ke jenjang yang lebih tinggi (Aribowo, 2012).

Jenis- jenis Motivasi

Secara umum, motivasi ada dua macam yang dikenal, yaitu Motivasi

intrinsik (datang dari dalam diri individu) dan motivasi ekstrinsik (datang dari

lingkungan).

Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri individu,

yaitu semacam dorongan yang bersumber dari dalam diri, tanpa harus menunggu

rangsangan dari luar. Motivasi intrinsik merupakan dorongan atau rangsangan yang

bersifat konstan dan biasanya tidak mudah dipengaruhi oleh lingkungan luar. Oleb

karena itu, para ahli sependapat bahwa motivasi intrinsik akan sangat berpengaruh

terhadap perubahan perilaku.

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh adanya

rangsangan atau dorongan dari luar. Rangsangan tersebut bisa dimanifestasikan

(31)

bersangkutan. Kelemahan dan motivasi ini adalah harus senantiasa didukung oleh

lingkungan, fasilitas orang yang mengawasi, sebab kesadaran dari dalam diri

individu itu belum tumbuh (Budi tandean, 2008).

Sedangkan Achmad (2007), mengklasifikasikan motivasi menjadi dua, yaitu

motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik yaitu motivasi internal

yang timbul dari dalam diri pribadi seseorang itu sendiri, seperti sistem nilai yang

dianut, harapan, minat, cita-cita, dan aspek lain yang secara internal melekat pada

seseorang. Sedangkan motivasi ekstrinsik yaitu motivasi eksternal yang muncul

dari luar diri pribadi seseorang, seperti kondisi lingkungan kelas, kampus, adanya

ganjaran berupa hadiah (reward) bahkan karena merasa takut oleh hukuman

(punishment) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi).

Ada juga ahli yang menggolongkan motivasi itu menjadi dua macam atas

dasar isi dan persangkutpautannya, yaitu : Motivasi jasmaniah, seperti misalnya

refleks, instink, otomatisme, nafsu, hasrat, dan sebagainya dan motivasi rohaniah.

yaitu kemauan.

2.2.3 Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran adalah proses yang di dalamnya terdapat kegiatan

interaksi antara dosen-mahasiswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung

dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman, 2001). Dalam

proses pembelajaran dosen dan mahasiswa merupakan dua komponen yang tidak

dapat dipisahkan. Antara dua komponen tersebut harus terjalin interaksi yang saling

(32)

Menurut Hasibuan (1988) pola pembelajaran yang efektif adalah pola

pembelajaran yang di dalamnya terjadi interaksi dua arah antara dosen dan

mahasiswa, artinya dosen tidak harus selalu menjadi pihak yang lebih dominan,

pada pola pembelajaran ini dosen tidak boleh hanya berperan sebagai pemberi

informasi tetapi juga bertugas dan bertanggung jawab sebagai pelaksana yang harus

menciptakan situasi memimpin, merangsang dan menggerakkan mahasiswa secara

aktif. Selain itu dosen harus dapat menimbulkan keberanian mahasiswa baik untuk

mengeluarkan idenya atau sekedar hanya untuk bertanya, hal ini disebabkan karena

mengajar bukanlah hanya suatu aktivitas yang sekedar menyampaikan informasi

kepada mahasiswa, melainkan suatu proses yang menuntut perubahan peran

seorang dosen dari informator menjadi pengelola belajar yang bertujuan untuk

membelajarkan mahasiswa agar terlibat secara aktif sehingga terjadi

perubahan-perubahan tingkah laku mahasiswa sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan pada

umumnya (Pujiastuti, 2012).

Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

Kurikulum (Menurut SK Mendiknas No. 232/U/2000 Ps. 1 butir 6) adalah

seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi maupun bahan kajian dan

pelajaran serta cara penyampaiannya dan penilaiannya yang digunakan sebagai

pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di perguruan tinggi.

Sedangkan yang dimaksud dengan kompetensi (dalam SK Mendiknas No.

045/U/2002, Ps. 21) adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggungjawab

(33)

dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu. Jadi kurikulum

berbasis Kompetensi ialah kurikulum yang disusun berdasarkan atas

elemen-elemen kompetensi yang dapat menghantarkan peserta didik untuk mencapai

kompetensi utama, kompetensi pendukung, dan kompetensi lain sebagai a method

of inquiry yang diharapkan. Yang dimaksud dengan method inquiry diantaranya

suatu etode pembelajaran yang menumbuhkan hasrat besar untuk ingin tahu,

meningkatkan kemampuan untuk menggunakan atribut kompetensi guna

menentukan pilihan jalan kehidupan masyarakat, meningkatkan cara belajat

sepanjang hayat. Dengan kata lain, KBK adalah kurikulum yang menitikberatkan

pada pencapaian kompetensi lulusan. Dalam Taxonomi Bloom kompetensi terdiri

dari kognitif meliputi pengetahuan, Afektif meliputi sikap, nilai, minat, dan

psikomotorik yang mencakup keterampilan.

Sailah (2008) menyatakan bahwa kurikulum berbasis kompetensi berupaya

untuk mensinergikan hard skills. Untuk mengimplementasikannya diperlukan

keberanian untuk berubah, kreativitas dosen dalam mengoptimalkan sumberdaya

fasilitas dan kemauan serta komitmen yang kuat dari pemimpin perguruan tinggi

untuk menerapkannya. Apabila ingin memberikan pendidikan berkarakter dan

berkualitas, maka kebijakan dalam mengatur team teaching (tatap muka dalam tim

dosen, bukan berarti giliran mengajar dalam satu mata kuliah), mengatur

penjadwalan, menyediakan fasilitas ruangan dan alat, komitmen, dan insentif bagi

dosen yang memadai. Adapun cirri-ciri kurikulum berbasis kompetensi (dalam

(34)

1. Menyatakan secara jenis rincian kompetensi peserta didik sebagai

luaran proses pembelajaran

2. Materi ajar dan proses pembelajaran dirancang dengan orientasi pada

pencapaian kompetensi dan berfokus pada minat peserta didik (Student

Centered Learning)

3. Lebih mensinergikan dan mengintegrasikan penguasaan ranah kognitif,

psikomotorik dan afektif.

4. Proses penilaian hasil beajar lebih ditekankan pada kemampuan untuk

berkreasi secara procedural atas dasar pemahaman penerapan, analisis, dan

evaluasi yang benar pula

5. Disusun oleh penyelenggara pendidikan tinggi dan pihak-pihak

berkepentingan terhadap lulusan pendidikan tinggi (masyarakat profesi dan

pengguna lulusan).

Metode Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

a. Metode Ceramah

Yang dimaksud dengan ceramah ialah penerangan dan penuturan secara

lisan. Dalam pelaksanaan ceramah untuk menjelaskan uraiannya, pengajar dapat

menggunakan alat bantu seperti gambar-gambar. Tetapi metode utama,

berhubungan antara pengajar dengan pembelajar ialah berbicara. Peranan dalam

metode ceramah adalah mendengarkan dengan teliti dan mencatat pokok-pokok

(35)

Dengan ceramah, persiapan satu-satunya bagi pengajar adalah buku

catatanya. Pada seluruh jam pelajaran ia berbicara sambil berdiri atau

kadang-kadang duduk. Cara ini paling sederhana dalam pengaturan kelas, jika

dibandingkan dengan metode demonstrasi di mana pengajar harus membagi

kelas ke dalam beberapa kelompok, ia harus merubah posisi kelas dan

sebagainya

b. Metode Tutorial

Menurut Thoyib dalam sofan (1990:72) mengatakan bahwa tutor adalah:

Tutorial (tutoring) adalah bantuan atau bimbingan belajar yang bersifat akademik

oleh tutor kepada mahasiswa untuk membantu kelancaran proses belajar mandiri

mahasiswa secara perorangan atau kelompok berkaitan dengan materi ajar.

Tutorial dilaksanakan secara tatap muka atau jarak jauh berdasarkan konsep

belajar mandiri.

Sedangkan menurut Zainalchoiri (2001) mengemukakan bahwa “tutor

adalah seseorang atau beberapa orang peserta didik yang ditunjuk dan ditugaskan

untuk membantu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar”.

Dari pernyataan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa tutor adalah orang

yang mempunyai kemampuan untuk mengajar, membimbing dan membantu siswa

(36)

c. Metode Skill Lab

Menurut Bradshaw & Lowenstein (2011), pengajaran dalam skill lab

mengkombinasikan metode tradisional yang terbaik dari instruksi-instruksi

dengan bukti teknologi terbaru. Tanpa menghiraukan kompleksitas dari

keterampilan, kemahiran dimulai dengan instruksi yang mendidik dan praktik di

laboratorium dengan menggunakan alat dan manikin. Selain itu, mahasiswa

disediakan peralatan dan mungkin bisa dilanjutkan di rumah.

Pelaksanaan skill lab dilakukan dalam kelompok yang terdiri dari tiga

sampai lima orang yang bekerja dengan skenario dam manikin atau simulator

pasien yang terpercaya, mengidentifikasi indicator untuk bermacam-macam

keterampilan, mengumpukan apa yang dibutuhkan, menampilkan keterampilan,

menilai dan mengobservasi efek yang timbul, dan mendokumentasikan serta

melaporkan prosedur dan efeknya. Walaupun hanya satu mahassiwa yang

melakukan praktik, tetapi mahasiswa lain dalam grup harus berpartisipasi

misalnya dalam berdiskusi dengan fasilitator. Hal yang penting dalam skill lab

adalah bagaimana mahasiswa bisa mengambil bagian ketika harus mengambil

bagian dalam perawatan penyakit tertentu dan kebutuhan apa yang harus

terpenuhi beserta responnya.

Debriefing dalam skill lab diadakan dengan pertimbangan karena

debriefing merupakan proses yang penting. Mahasiswa dan fasilitator berdiskusi

tentang bagaimana cara mengaplikasikan teori ke praktik, memperbaiki kesalahan,

menjawab pertanyaan, mengidentifikasi kebutuhan belajar, dan mampu

(37)

Skill lab juga terdapat evaluasi untuk keterampilan yang khusus sebagai

bagian penilaian akhir yang diadakan di akhir semester. Mahasiswa dinilai

keterampilannya untuk mengetahui apakah mahasiswa sudah menguasai

keterampilan tersebut atau tidak. Apabila tidak mampu, akan diadakan remedial

untuk menilai kembali kemampuan mahasiswa.

d. Metode Praktikum

Dalam kamus umum, pembelajaran praktikum dapat diartikan sebagai

suatu metode mendidik untuk belajar dengan mempraktekkan segala aktifitas

dalam proses belajar mengajar untuk menguasai keahlian. Menurut Tjipto

Utomo (1985:109) menyatakan bahwa “bentuk kegiatan praktikum sangat

efektif untuk mencapai tujuan pengajaran secara bersamaan, yaitu keterampilan

kognitif, afektif dan psikomotor”. Pembelajaran dengan metode praktikum

mengarahkan pada kreatifitas mencari dan menggunakan alat dan bahan yang

mungkin digunakan dalam pembelajaran. Disini mahasiswa dituntut untuk

berfikir kreatif agar praktikum yang ia lakukan berhasil.

Menurut hasil penelitian bahwa salah satu fakultas di perguruan tinggi

khususnya di universitas Hang tuah Surabaya adalah fakultas kedokteran.

Mahasiswa yang mengambil program studi kedokteran akan menempuh metoda

pembelajaran KBK (Kurikulum Berbasi Kompetensi) seperti CBL (Consep

Based Learning) yaitu proses pembelajaran yang menuntut pendidikan yang

penuh kompetensi dan praktek klinik yang ketat. Kondidi tersebut menuntut

(38)

telah diterapkan tersebut. Hal ini dikarenakan pada masa SMU pola

pembelajaran tentu berbeda.

Selain program-program yang telah disebutkan di atas, mahasiswa juga

mengikuti kuliah pakar, tutorial, praktikum, skill lab, data searching and

collecting, kerja lapangan, konsultasi pakar, Evaluasi dan penelitian akhir.

Kondisi tersebut tentu menuntut mahasiswa untuk bertanggung jawab

menyelesaikan tugas-tugas yang di bebankan tepat waktu. Selain itu mahasiswa

juga dituntut untuk mampu membagi waktu antara belajar dengan keluarga atau

teman, memiliki keyakinan untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam

setiap mata kuliah yang dibebankan serta memiliki prioritas pada tugas-tugas

mana yang harus dikerjakan terlebih dahulu atau materi-materi mana yang harus

dipelajari terlebih dahulu untuk menempuh ujian. Mahasiswa juga dituntut

memiliki keyakinan untuk menyelesaikan semua mata kuliah yang dibebankan

sehingga dinyatakan lulus dalam yudisium. Mahasiswa dinyatakan lulus

yudisium apabila lulus semua mata kuliah yang disajikan pada semester tersebut.

Mahasiswa yang lulus yudisium dapa melanjutkan ke semester berikutnya.

Sebaliknya apabila mahasiswa tidak lulus yudisium (salah satu mata kuliah

mendapatkan nilai E), maka mahasiswa tidak lulus atau tidak dapat melanjutkan

ke semester berikutnya.

Oleh karena itu mahasiswa dituntut untuk bertanggung jawab dengan

tugas-tugas yang dibebankan dan mampu mengatur diri sendiri dengan

kebutuhan-kebutuhan di kampus. Selain itu mahasiswa juga harus mampu

(39)

bekerjasama dengan teman-teman sekelompok atau sekelas dan mampu

memprioritaskan pekerjaan atau kegiatan yang harus diselesaikan terlebih

dahulu.

2.3 Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)

Prestasi Belajar adalah hasil usaha dari semua kegiatan yang dilakukan mahasiswa baik dari belajar, pengalaman dan latihan dari suatu kegiatan.

Penilaian terhadap keberhasilan studi mahasiswa untuk setiap mata kuliah

merupakan komponen tugas, Ujian Tengah Semester (UTS), Ujian AKhir

Semester (UAS) serta komponen penilaian lazimnya disebut dengan Indek

Prestasi. Indeks Prestasi (IP) adalah nilai rata-rata yang diperoleh mahasiswa

setelah menempuh sejumlah mata kuliah. Indeks Prestasi dibedakan menjadi IP

semester dan IP Kumulatif.

1. IP semester adalah IP yang perhitungannya berdasarkan mata kuliah-

matakuliah yang ditempuh selama satu semester tertentu.

2. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) adalah IP yang perhitungannya berdasarkan

seluruh mata kuliah yang telah ditempuh (Octaviana, 2012).

2.4 UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa)

Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) merupakan wadah kegiatan

mahasiswa untuk menyalurkan dan mengembangkan bakat dan minatnya

masing-masing, dan keanggotaannya bersifat sukarela sesuai dengan kesamaan

(40)

diatur secara mandiri oleh pengurus UKM bersama BEM dibawah arahan

pimpinan universitas (Unindra, 2007).

Tugas pokok UKM adalah merencanakan dan melaksanakan kegiatan

ekstra kurikuler pada tingkat universitas yang bersifat lintas fakultas/program

studi dalam bidang kegiatan tertentu sesuai dengan tugas dan tanggung

jawabnya. Fungsi UKM adalah sebagai wahana untuk melaksanakan dan

mengembangkan kegiatan ekstra kurikuler tertentu di tingkat universitas yang

bersifat lintas fakultas/program studi, baik yang bersifat penalaran dan

keilmuan, minat dan bakat, kesejahteraan, maupun pengabdian pada

(41)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1Kerangka Penelitian.

Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk menganalisa faktor-faktor

yang mempengaruhi Kegiatan Ekstrakurikuler mahasiswa di Fakultas Keperawatan

USU. Ekstrakurikuler merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan

pelayanan konseling. Untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan

kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka. Pengembangan ini dapat dilakukan

melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga

kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di kampus.

Skema 3.1 Kerangka penelitian terhadap analisa faktor-faktor yang mempengaruhi

kegiatan ekstrakurikuler di Fakultas Keperawatan USU. Faktor-faktor yang

mempengaruhi ekstrakurikuler

• Minat

• Motivasi

• Proses

(42)
(43)
(44)

Tabel 3.2 Defenisi operasioal Analisa Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan

ekstrakurikuler di Fakultas Keperawatan USU.

3.3Hipotesa

Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang positif antara

minat, motivasi, dan proses pembelajaran dengan kegiatan ekstrakurikuler

mahasiswa di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, yang berarti

(45)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif korelasi yang

bertujuan untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan

ekstrakurikuler mahasiswa di Fakultas Keperawatan USU.

4.2 Populasi dan Sampel 4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang akan diteliti.

Populasi dapat berupa orang, benda, gejala atau wilayah yang ingin

diketahui oleh peneliti. Peneliti dapat menentukan sendiri kriteria – kriteria

yang ada pada populasi yang akan diteliti (Setiadi, 2007). Populasi pada

penelitian ini adalah seluruh mahasiswa reguler Fakultas Keperawatan USU

angkatan 2010, 2011 dan 2012. Berdasarkan data dari Fakultas Keperawatan

USU bagian kemahasiswaan bahwa jumlah mahasiswa reguler angkatan

2010, 2011 dan 2012 berjumlah 396 Orang.

4.2.2 Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi terjangkau yang memenuhi

kriteria penelitian dan dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui

sampling. Sampel juga harus bersifat representatif, maksudnya sampel dapat

(46)

populasi penelitian. Semakin banyak sampel, maka hasil penelitian mungkin

akan lebih representatif dan dapat memberikan gambaran tentang populasi

yang sesungguhnya. Besar dan kecilnya sampel sangat dipengaruhi oleh

rancangan dan ketersediaan subjek dari penelitian tersebut. Dengan kata lain

semakin besar sampel, semakin mengurangi angka kesalahan. Penentuan

jumlah sampel yang dilakukan menggunakan teknik simple random

sampling dapat menggunakan rumus :

Keterangan:

n = besar sampel

N= besar populasi

d = tingkat signifikansi (0,05)

(Dikutip dari Zainuddin M, 2000 dalam Nursalam, 2008)

Pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah random sampling,

jumlah sampel sesuai dengan jumlah kuesioner yang dikembalikan oleh

responden (responden rate) yaitu 199 orang.

Langkah menentukan jumlah sampel secara berimbang untuk

subpopulasi dilakukan dengan cara proportional sampling dengan

menggunakan rumus : n = N

1 + N (d)2

�1 = ��

(47)

Keterangan:

�1 = ukuran sampel tiap strata

�� = ukuran populasi tiap strata

� = populasi

� = ukuran sampel

(Dikutip dari Setiawan N, 2007)

Sampel dalam penelitian ini meliputi mahasiswa S1 jalur A

Angkatan 2010 sejumlah 63 orang, mahasiswa S1 jalur A Angkatan 2011

sejumlah 66 orang dan mahasiswa S1 jalur A Angkatan 2012 sejumlah 70

orang.

Jumlah populasi dan sampel pada tiap kelompok kelas dapat dilihat

pada tabel di bawah ini :

No. Program Populasi Sampel

1. S1 Jalur A Angkatan 2010 126 63

2. S1 Jalur A Angkatan 2011 131 66

3. S1 Jalur A Angkatan 2012 139 70

Jumlah Total 396 199

4.3 Lokasi dan waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Keperawatan USU. Adapun

fakultas ini dipilih karena pertimbangan proses pembelajaran yang ada di

(48)

untuk melakukan kegiatan ekstrakurikuler. Waktu penelitian dilaksanakan

pada bulan Maret 2013.

4.4 Pertimbangan Etik

Dalam penelitian ini dilakukan pertimbangan etik, yaitu memberi

penjelasan kepada calon responden penelitian tentang tujuan penelitian dan

prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka

responden dipersilahkan untuk menandatanganin informed consent. Tetapi

jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk

menolak dan mengundurkan diri selama proses pengumpulan data

berlangsung. Penelitian ini tidak menimbulkan resiko bagi individu yang

menjadi responden, baik resiko fisik maupun psikis. Kerahasiaan catatan

mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama

responden pada instrumen dan peneliti memusnahkan instrument peneliti

setelah proses penelitian selesai. Data-data yang diperoleh dari responden

juga hanya digunakan untuk kepentingan peneliti.

4.5 Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan

alat pengumpulan data berupa kuesioner. Kuesioner ini disusun sendiri oleh

peneliti dengan berpedoman pada konsep dan tinjauan teoritis, jenis

kuesioner ini yaitu dengan skala guttman. Kuesioner penelitian terdiri dari

(49)

a. Kuesioner Data Demografi

Kuesioner data demografi meliputi: jenis kelamin, agama, suku bangsa,

ekstrakurikuler yang diikuti dan IPK. Data demografi ini diperlukan

untuk membantu peneliti dalam menganalisa faktor-faktor yang

mempengaruhi kegiatan ekstrakurikuler mahasiswa di Fakultas

Keperawatan USU

b. Kuesioner Minat

Kuesioner minat berisi tentang pernyataan untuk mengidentifikasi

minat responden dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Kuesioner

ini terdiri dari 13 pernyataan, 4 pernyataan negatif dengan jawaban ya =

0 ,Tidak = 1 dan 9 pernyataan positif dengan jawaban ya = 1 , tidak = 0.

Nilai terendah yang mungkin dicapai adalah 0 dan yang tertinggi adalah

13.

c. Kuesioner Motivasi

Kuesioner motivasi berisi tentang pernyataan untuk mengidentifikasi

motivasi responden dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.

Kuesioner ini terdiri dari 9 pernyataan, 3 pernyataan negatif dengan

jawaban ya = 0 , Tidak = 1 dan 6 pernyataan positif dengan jawaban ya

= 1 , tidak = 0. Nilai terendah yang mungkin dihcapai adalah 0 dan

(50)

d. Kuesioner Proses pembelajaran

Kuesioner proses pembelajaran berisi tentang pernyataan untuk

mengidentifikasi proses pembelajaran yang diikuti oleh responden

seperti sistem KBK. Kuesioner ini terdiri dari 15 pernyataan, 11

pernyataan negatif dengan jawaban ya = 0 , Tidak = 1 dan 4 pernyataan

positif dengan jawaban ya = 1 , tidak = 0. Nilai terendah yang mungkin

dicapai adalah 0 dan yang tertinggi adalah 15.

Untuk penerapan pernyataan jika dijawab ya akan diberi nilai 1 dan

tidak diberi nilai 0. Berdasarkan rumus statistic sudjana (2001)

P = ������� ������ �����

Maka kriteria penerapan dengan rentang sebesar 33 (selisih nilai

tertinggi dan terendah) dan banyak kelas 2 sehingga panjang kelas

adalah 17. Maka nilai dari masing-masing kategori penerapan adalah

dikategorikan sebagai berikut:

7 – 13 dikategorikan sebagai minat

0 – 6 dikategorikan sebagai tidak minat

5 – 9 dikategorikan termotivasi

0 – 4 dikategorikan tidak termotivasi

8 – 15 dikategorikan efektif

(51)

4.6 Validitas dan Reliabilitas Instrumen 4.61. Uji Validitas

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa

yang diinginkan dan dapat mengungkap data variabel yang diteliti secara

tepat (Nursalam, 2009). Instrumen dalam penelitian ini berbentuk kuesioner

yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan studi literature. Oleh karena

itu, perlu dilakukan uji validitas instrumen dilakukan dengan uji content

validity oleh dosen pembimbing.

4.6.2. Uji Reliabilitas

Instrumen atau alat ukur yang baik adalah alat ukur yang

memberikan hasil yang sama bila digunakan beberapa kali pada kelompok

sampel (Azwar, 2003). Uji reliabilitas untuk kuesioner analisa faktor-faktor

yang mempengaruhi kegiatan ekstrakurikuler di fakultas keperawatan USU

setelah pengumpulan data terhadap seluruh responden. Uji reliabilitas untuk

kuesioner analisa faktor – faktor yang mempengaruhi kegiatan

ekstrakurikuler di Fakultas Keperawatan USU akan dilakukan setelah

pengumpulan data dengan menggunakan analisa Kuder-Richardson

(KR-20) yaitu proses perhitungan yang didasarkan pada analisis butir yang

digunakan untuk pengukuran instrumen pengetahuan dengan rumus (dikutip

dalam Pratiknya, 2008):

Koefisien realibilitas = � � �−1�×�

(52)

Keterangan:

n = Jumlah butir uji

v-t = Varians total

p = Proporsi banyaknya subyek yang menjawab pada butir tertentu

q = (1-p)

Suatu instrumen dikatakan reliabel jika hasil reliabilitasnya 0,70

(Riwidikdo, 2008).

Instrumen pada penelitian ini memiliki hasil reliabel sebagai berikut :

�=� �

� −1� �

��2− ∑ �� ��2 �

= �37 36� �

44,8965−6,9311 144,8965 �

= 37

36 (0.84562) = 0,86

∑ �� = 6.931 ��2 = 44.8965

n = 37

4.7Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan

(53)

1. Setelah mendapat ijin dari Dekan Fakultas Keperawatan USU

tempat dilakukannya penelitian, peneliti mengadakan pendekatan

terhadap calon responden untuk mendapatkan persetujuannya

sebagai sampel penelitian.

2. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan kuesioner.

3. Sebelum membagikan kuesioner, terlebih dahulu peneliti

menanyakan apakah responden mengikuti kegiatan ekstrakurikuler

atau tidak dan apakah responden memliki niat untuk mengikuti

kegiatan ekstrakurikuler.

4. Sebelum mengisi kuesioner, responden terlebih dahulu diberi

penjelasan dan menandatanganin informed concent sebagai tanda

persetujuan menjadi responden penelitian.

5. Responden menjawab pertanyaan yang terdapat pada lembaran

kuesioner sesuai dengan petunjuk pada masing-masing bagian.

6. Mengingatkan responden untuk mengisi kuesioner sesuai dengan

apa yang dialami, dirasakan, dilakukan oleh responden dan harus

diisi sendiri.

7. Setelah diisi, kuesioner dikumpulkan kembali oleh peneliti dan

diperiksa kelengkapannya.

4.8 Analisa Data

Semua data yang telah terkumpul dianalisa melalui beberapa tahapan.

(54)

mmastikan bahwa semua pilihan dalam kuesioner telah diisi sesuai dengan

petunjuk. Tahap kedua adalah kode (coding) yaitu memberi angka tertentu pada

kuesioner untuk mempermudah analisa data pada waktu melakukan tabulasi

analisa data. Selanjutnya pengolahan data dilakukan dengan sistem

komputerisasi menggunakan analisa deskriptif yang disajikan dalam bentuk

narasi, tabel distribusi frekuensi dan persentase.

4.8.1 Analisa Univariat

Analisa univariat menggunakan analisa desktiptif, yaitu analisa yang

dimaksudkan untuk mendeskripsikan variabel penellitian. Analisa data

kategorik (Suku, agama, jenis kelamin, minat, motivasi dan proses

pembelajaran mahasiswa) dijelaskan dengan nilai dari jumlah dan hasil

presentasi dengan menggunakan tabel. Sedangkan untuk analisa data numeric

seperti IPK dianalisa dengan mean, median, modus dengan 95% confident

interval mean.

4.8.2 Analisa Bivariat

Analisa data bivariat bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungn

yang signifikan antara dua variabel (hastono, 2007, Yusra, 2010). Uji statistik

untuk analisa bivariat disajikan melalui tabel berikut.

Tabel. 3 Analisa Uji Bivariat

Variabel Independen Variabel Dependen Uji Statistik

Minat Ekstrakurikuler Korelasi Spearman

Motivasi Ekstrakurikuler Korelasi Spearman

(55)

Pada penelitian ini menggunakan uji rank spearman untuk menganalisis

hubungan antara masing-masing variabel bebas dan variabel terikat. Dasar

pengambilan keputusan (berdasarkan tingkat kemaknaan) :

a. Jika tingkat kemaknaan >0,05 maka Ho diterima

b. Jika tingkat kemaknaan <0,005 maka Ho ditolak

Nilai koefisien korelasi (rho) berkisar antara 0-1. Nilai 0 menunjukkan tidak

ada hubungan dan nilai 1 menunjukkan hubungan yang sempurna. Batasan

nilai koefisien korelasi yang diperoleh untuk menentukan besarnya hubungan

adalah sebagai berikut:

0,00 – 0,199 : Sangat lemah

0,20 – 0,399 : Lemah

0,40 – 0,599 : Sedang

0,60 – 0,799 : Kuat

(56)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini diuraikan tentang hasil penelitian setelah pengumpulan data

yang dilakukan sejak tanggal 30 mei sampai dengan 4 juni 2013 di Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Hasil penelitian ini menggambarkan

karakteristik responden, dan faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan

ekstrakurikuler.

5.1.1 Data Demografi Responden

Berdasarkan data yang diperoleh mayoritas responden bersuku batak

dengan jumlah 101 responden (50,8%). Berdasarkan jenis kelamin, maka diperoleh

data mayoritas responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 173 responden

(86,9%). Berdasarkan agama, mayoritas agama islam yaitu 127 responden (63,8%).

Mayoritas responden mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sebanyak 106 responden

(53,3%). Mayoritas responden memiliki rentang IPK 2,76-3,50 yaitu 142 responden

(71,4%).

Hasil penelitian tentang karakteristik responden tersebut dapat dilihat pada

(57)

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Mahasiswa Reguler

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang menjadi responden

(n=199)

Karakteristik F %

Suku

Jawa 41 20,6

Batak 101 50,8

Minang 18 9,0

Melayu 7 3,5

Nias 14 7,0

Aceh 18 9,0

Jenis Kelamin

Laki-laki 26 13,1

Perempuan 173 86,9

Agama

Islam 127 63,8

Katolik 8 4,0

Protestan 64 32,2

Ekstrakurikuler

Mengikuti 106 53,3

Tidak mengikuti 93 46,7

IPK

3,51 – 4,00 49 24,6

2,76 – 3,50 142 71,4

(58)

5.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kegiatan Ekstrakuriuler

5.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Gambaran Minat, motivasi dan proses pembelajaran Terhadap Kegiatan Ekstrakurikuler

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa Fakultas

Keperawatan USU (79.4%) berminat untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler,

(87.4%) mayoritas responden termotivasi terhadap kegiatan ekstrakuriuler, dan

(79.5%) mayoritas responden berpendapat bahwa proses pembelajaran saat ini

sudah efektif terhadap kegiatan ekstrakurikuler (Tabel 5.2).

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi dan Persentase Minat, Motivasi dan Proses Pembealajaran

mahasiswa di Fakultas Keperawatan USU terhadap Kegiatan ekstrakurikuler

Faktor-faktor yang mempengaruhi

F %

Minat

Minat 158 79.4

Tidak minat 41 20.6

Total 199 100

Motivasi

Termotivasi 174 87.4

Tidak termotivasi 25 12.6

Total 199 100

Proses Pembelajaran

Efektif 158 79.4

Tidak efektif 41 20.6

(59)

5.3 Kegiatan Ekstrakurikuler

5.3.1 Karakteristik Gambaran Mahasiswa yang Mengikuti dan tidak Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa Fakultas

Keperawatan USU (53,3%) mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dan (46,7%) tidak

mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Mayoritas mahasiswa yang mengikuti kegiatan

ekstrakurikuler menurut jenis ekstrakurikulernya (15,6%) memilih lain-lain yang

terdiri di dalamnya Kegiatan Mahasiswa Kristen (KMK), pramuka dan gamdiksi

(Tabel 5.3).

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi dan Persentase Kegiatan Ekstrakurikuler (n=199)

Kegiatan Ekstrakurikuler F %

Mengikuti 106 53.3

Tidak mengikuti 93 46.7

Total 199 100

5.4 Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan ekstrakurikuler mahasiswa di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Hasil uji statistik menggunakan spearman correlation memperlihatkan nilai

koefisien korelasi sebesar 0,295 dengan nilai p-value pada kolom sig(2-tailed)

Gambar

Tabel. 3 Analisa Uji Bivariat
Tabel  5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Mahasiswa Reguler
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Minat, Motivasi dan Proses Pembealajaran
Tabel 5.3

Referensi

Dokumen terkait

Pada tabel 3 terlihat pertumbuhan produksi telur burung puyuh tertinggi diperoleh pada perlakuan jumlah pintu makan 100% (E), sama banyak dengan. jumlah burung

Meskipun pemerintah pusat harus bertanggung jawab secara keseluruhan atas administrasi pajak, pemerintah daerah secara bertahap harus menjadi lebih

Untuk menghilangkan benturan tersebut maka digunakan algoritma fuzzy evolusi dengan menggunakan jumlah populasi 100 dan jumlah generasi 200, sehingga diperoleh jadwal

Hasil penelitian ini konsisten dengan Merdiyat, Ahmad, dan Putri, 2012 serta Septia, 2015 yang menunjukkan hasil bahwa kebijakan dividentidak berpengaruh signifikan

diukur dengan : kepercayaan yang diberikan kepada nasabah untuk Bagian prioritas sangat baik, staf bagian Prioritas dalam melakukan pelayanan semua nasabah dilakukan

Hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) khususnya pasal 2 ayat (4) yang menyebutkan

Kekhwatiran tentang dampak penipisan lapisan ozon yang akan membahayakan kelangsungan hidup manusia, pada tahun 1986 dalam pertemuan internasional dihasilkan suatu perjanjian di

KISI-KISI SOAL UK PPGT PRODI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN TAHUN 2016 3 Standar Kompetensi Guru. Kompetensi Kompetensi Inti Guru Kompetensi