• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pengembangan Usaha Tanaman Hias Pakis Pada PT. Floribunda, Kecamatan Cibodas, Cianjur, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Pengembangan Usaha Tanaman Hias Pakis Pada PT. Floribunda, Kecamatan Cibodas, Cianjur, Jawa Barat"

Copied!
372
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENGEMBANGA

PADA PT. FLORIBUNDA

FAKULTAS EKONOM INSTITUT PERTANI

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA TANAMAN HIAS PAKIS

PADA PT. FLORIBUNDA, KECAMATAN CIBODAS,

CIANJUR, JAWA BARAT

SKRIPSI

ADELINE PUSPITASIWI H34062006

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

(2)

RINGKASAN

ADELINE PUSPITASIWI. Strategi Pengembangan Usaha Tanaman Hias Pakis pada PT. Floribunda, Kecamatan Cibodas, Cianjur, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan YANTI NURAENI MUFLIKH)

Indonesia dikenal sebagai pusat keragaman genetik Pakis dunia. Permintaan untuk tanaman hias Pakis meningkat tiap tahun. Salah satu sentra produksi Pakis di Indonesia adalah Kabupaten Cianjur dan PT. Floribunda adalah produsen utama Pakis di daerah tersebut. Perusahaan ini memproduksi Pakis dengan jenis yang baru ada di pasar untuk mengatasi kejenuhan pasar serta menciPT.akan permintaan baru, khususnya pada pemanfaatan Pakis sebagai daun potong. Produksi Pakis pada PT. Floribunda dimulai pada tahun 2007, dan permintaan untuk Pakis telah datang dari dalam dan luar negeri. Permintaan total tahun 2009 untuk Pakis daun potong pada PT. Floribunda sebesar 416.000 tangkai untuk enam jenis Pakis. Tanaman Pakis pada PT. Floribunda masih menyimpan banyak potensi, karena beragamnya jenis Pakis yang dimiliki PT. Floribunda serta pasar dalam negeri yang masih dapat digali terkait dengan adanya konsumen potensial. PT. Floribunda juga menghadapi persaingan dengan produsen produk substitusi Pakis, yakni berbagai jenis daun potong lain.

Berdasarkan kondisi tersebut, PT. Floribunda perlu mengembangkan usaha Pakisnya. Analisis formulasi strategi pengembangan usaha dimulai dengan menyusun faktor-faktor strategis internal dan eksternal yang dihadapi PT. Floribunda. Adapun tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, serta peluang dan ancaman pada PT. Floribunda, (2) menentukan prioritas strategi pengembangan usaha yang tepat untuk meraih peluang pasar yang saat ini belum dapat dipenuhi.

Penelitian dilaksanakan di PT. Floribunda pada bulan Februari-Mei 2010. Formulasi strategi pengembangan usaha dilakukan melalui tiga tahap. Tahap input (input stage) menggunakan analisis lingkungan bisnis internal dan eksternal untuk mendapatkan informasi mengenai faktor-faktor strategis yang dihadapi PT. Floribunda, serta matriks External Factor Evaluation(EFE) dan Internal Factor Evaluation (IFE). Tahap masukan (matching stage) menggunakan matriks Internal External (IE) dan matriks strength, weakness, opportunities and threat (SWOT). Tahap pengambilan keputusan dirumuskan dengan Proses Hirarki Analitis (PHA). Responden untuk pembobotan dan rating terdiri dari pemilik, kepala bidang produksi dan kepala bidang pemasaran, sedangkan responden untuk PHA adalah pemilik.

(3)

kebijakan yang mendukung usaha, serta banyaknya produk substitusi Pakis sebagai daun potong. PT. Floribunda memiliki kondisi internal dan eksternal yang kuat dan berada pada sel 1 matriks IE (3,09; 3,326).

(4)

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA TANAMAN HIAS PAKIS

PADA PT. FLORIBUNDA, KECAMATAN CIBODAS,

CIANJUR, JAWA BARAT

ADELINE PUSPITASIWI H34062006

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul Skripsi : Strategi Pengembangan Usaha Tanaman Hias Pakis Pada

PT. Floribunda, Kecamatan Cibodas, Cianjur, Jawa Barat

Nama : Adeline Puspitasiwi

NRP : H34062006

Disetujui, Pembimbing

Yanti Nuraeni Muflikh, SP, M. Agribuss NIP. 19800626 200501 2 004

Diketahui,

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi NIP. 19580908 198403 1 002

(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Strategi

Pengembangan Usaha Tanaman Hias Pakis pada PT. Floribunda, Kecamatan

Cibodas, Cianjur, Jawa Barat” adalah hasil karya sendiri dan belum diajukan

dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang

berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan

dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi

ini.

Bogor, Juli 2010

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 20 April 1988. Penulis

merupakan anak tunggal dari pasangan Bapak Budi Marwoto dan Ibunda Lia

Sanjaya.

Penulis menamatkan pendidikan dasar di SD Mardi Yuana Sindanglaya

Cipanas pada tahun 1994-2000. Pendidikan menengah pertama ditempuh pada

tahun 2000-2003 di SLTP Negeri 1 Pacet. Pendidikan menengah atas

dilaksanakan di SMA Negeri 1 Cianjur pada tahun 2003-2006.

Penulis menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada tahun 2006

melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen

Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada tahun 2007.

Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif sebagai anggota beberapa

organisasi mahasiswa yakni Himpunan Mahasiswa Peminat Agribisnis (HIPMA)

sebagai anggota dan Himpunan Mahasiswa Cianjur sebagai anggota. Penulis juga

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan

karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi

Pengembangan Usaha Tanaman Hias Pakis pada PT. Floribunda, Kecamatan

Cibodas, Cianjur, Jawa Barat”.

Penelitian ini bertujuan menganalisis kondisi lingkungan bisnis PT.

Floribunda serta merumuskan dan merekomendasikan strategi pengembangan

usaha tanaman Pakis yang tepat diterapkan PT. Floribunda.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini

akibat keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Namun demikian, semoga skripsi

ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak serta dapat menunjang perkembangan

ilmu pengetahuan dalam bidang strategi pengembangan usaha.

Bogor, Juli 2010

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai

bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan

penghargaan kepada:

1. Yanti Nuraeni Muflikh, SP, M Agribuss selaku dosen pembimbing atas

bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada

penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Anna Fariyanti selaku dosen penguji utama dan Arif Karyadi, SP

selaku dosen penguji departemen pada ujian sidang penulis yang telah

meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan

skripsi ini.

3. Febriantina Dewi, SP, MM yang telah menjadi pembimbing akademik

penulis di Departemen Agribisnis

4. Orangtua dan keluarga tercinta untuk setiap dukungan, cinta kasih dan doa

yang diberikan

5. Ibu Karen Tambayong beserta seluruh jajaran PT. Floribunda atas waktu,

kesempatan, informasi serta masukan dan dukungan yang diberikan

selama kegiatan penelitian

6. Pihak Balai Penelitian Tanaman Hias atas kesediaan dalam memberikan

informasi yang menunjang penelitian

7. Achmad Firdiyansyah Romadhona yang telah berkenan menjadi pembahas

pada seminar penulis, atas saran yang membangun serta dukungan kepada

penulis

8. Devi Mustikawati atas bantuannya dalam ujian sidang skripsi penulis

Bogor, Juli 2010

(10)

DAFTAR ISI

1.5. Ruang Lingkup Penelitian……….... 11

II TINJAUAN PUSTAKA………... 12

2.1. Klasifikasi Tanaman Hias di Indonesia………... 12

2.2. Agribisnis Tanaman Hias Pakis……….... 14

2.3. Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Usaha Tanaman Pakis………. 17

2.3. Penelitian Terdahulu……….... 19

III KERANGKA PENELITIAN……….……. 22

3.1. Kerangka Pemikiran teoritis………. 22

3.1.1. Visi, Misi, Tujuan Perusahaan………... 22

3.1.2. Pengertian dan Konsep Manajemen Strategi………. 22

3.1.3. Proses Perumusan Strategi………. 23

3.1.4. Strategi Pengembangan Usaha……….. 24

3.1.5. Analisis Lingkungan Usaha Tanaman Pakis……….. 26

3.1.5.1. Analisis Lingkungan Internal………... 26

3.1.5.2. Analisis Lingkungan Eksternal………. 27

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional………. 32

IV METODE PENELITIAN……… . 35

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian...………. 35

4.2. Metode Penentuan Responden………. 35

4.3. Data dan Primer dan Sekunder………. 36

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data………. 36

4.4.1. Analisis Lingkungan Usaha Tanaman Pakis……….. 41

4.4.2. Matriks IE………... 44

4.4.3. Analisis SWOT………... 45

4.4.4. Proses Hirarki Analitik (AHP)………... 46

V GAMBARAN UMUM INDUSTRI DAN PT. FLORIBUNDA 51 5.1. Sejarah Perkembangan PT. Floribunda……….. 51

5.2. Lokasi dan Letak Strategis……… 53

5.3. Struktur Organisasi Perusahaan……… 54

5.4. Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan……… 55

(11)

VI IDENTIFIKASI FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL 59

6.1. Analisis Internal PT. Floribunda……… 59

6.2. Analisis Eksternal PT. Floribunda………. 79

6.3. Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman.. 88

VII PERUMUSAN STRATEGI………. 105

7.1. Tahap Masukan (Input Stage)……….. 105

7.2. Tahap Pencocokan (matching Stage)……… 111

7.3. Tahap Pengambilan Keputusan (Decision Stage)…………. 122

VIII KESIMPULAN DAN SARAN………. 132

8.1. Kesimpulan……….. 132

8.2. Saran……… 132

DAFTAR PUSTAKA………..………. . 134

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Hortikultura Tahun

2005-2009……….. 1

2. Nilai Ekspor Tanaman Hias Indonesia Tahun 2008……….. 2

3. Perkembangan Produksi Beberapa Tanaman Hias Tahun 2005-2009……….. 3

4. Perbandingan Aspek Bisnis Pakis dan Tanaman Substitusinya…. 5 5. Permintaan Tanaman Pakis Dalam dan Luar Negeri pada 2009… 6 6. Perbandingan Aspek-Aspek Pengusahaan Pakis Di Tiga Wilayah Sentra Produksi Pakis………. 7

7. Permintaan dan Penawaran Komoditas Pakis PT. Floribunda Tahun 2009……… 9

8. Strategi Generik David……….. 25

9. Penilaian Bobot Faktor-Faktor Strategis Internal dan Eksternal... 42

10. Matrix IFE………. 43

11. Matrix EFE………. 44

12. Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan... 48

13. Contoh matriks perbandingan berpasangan………... 49

14. Nilai Indeks Random... 50

15. Persentase Luas Lahan PT. Floribunda Tahun 2010... 53

16. Pemanfaatan Lahan Pada PT. Floribunda... 60

17. Sarana dan Prasarana yang Dimiliki PT. Floribunda Tahun 2010.. 61

18. Tenaga Kerja Bidang Produksi PT. Floribunda (Orang)…………. 69

19. Tahapan Siklus Produksi Tanaman Pakis Kadaka (Bulan)……… 69

20. Harga Daun Potong Pakis Kadaka PT. Floribunda (Rp)………… 73

21. Daftar Konsumen dan Jumlah Pembelian Pakis Kadaka PT. Floribunda Selama Periode April-Juni 2010……….. 74

22. Penjualan Pakis Kadaka PT. Floribunda (Ikat)………. 75

23. Faktor Strategis Kekuatan dan Kelemahan Pada PT. Floribunda.. 102

24. Faktor Strategis Peluang dan Ancaman Pada Pt. Floribunda…… 103

25. Perhitungan Posisi Internal PT. Floribunda……….. 110

(13)

27. Hasil Pengolahan Horizontal Elemen Tujuan……… 124

28. Hasil Pengolahan Horizontal Elemen Faktor Terhadap Tujuan

Permintaan Dalam Negeri……….. 125

29. Pengolahan Horizontal Elemen Strategi Terhadap Tujuan

Memenuhi Permintaan Dalam Negeri……… 127

30. Pengolahan Horizontal Elemen Strategi terhadap Tujuan

Memenuhi Permintaan Ekspor………... 128

31. Hasil Rata-rata Terbobot Total………... 129

(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Peta Penyebaran Pakis Dunia………. 15

2. Model Komprehensif Manajemen Strategis……….. 24

3. Lingkungan Bisnis Eksternal………. 28

4. Konsep Competitive Strategy………. 31

5. Kerangka Pemikiran Operasional Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Tanaman Pakis PT. Floribunda………... 34

6. Sembilan Sel Matriks IE……… 44

7. Matriks SWOT………... 46

8. Struktur Hirarki AHP... 48

9. Struktur Organisasi PT. Floribunda... 54

10. Ruang Pembuatan Media... 65

11. Pembenihan Melalui Spora... 66

12. Pakis Kadaka yang Diproduksi PT. Floribunda……… 71

13. Matriks IE PT. Floribunda………..………….. 111

14. Matriks SWOT PT. Floribunda………. 115

15. Pakis Kadaka Prisklet Keriting dan Kadaka Roll yang Potensial Sebagai Daun Potong……… 117

16. Pakis yang Potensial Sebagai Tanaman Laskap Vertical Garden.. 117

17. Pakis yang Potensial Sebagai Tanaman Pot……….. 118

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Daftar Pertanyaan Wawancara Kondisi Internal dan

Eksternal PT. Floribunda………. 137

2. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal Usaha Tanaman Pakis PT. Floribunda……….. 141

3. Kuesioner Pemberian Bobot Terhadap Faktor Strategis Internal dan Eksternal Usaha Tanaman Pakis PT. Floribunda………. 145

4. Kuesioner Pemberian Bobot Untuk Menentukan Prioritas Strategi dengan AHP……… 149

5. Varietas Tanaman Hias yang Diproduksi PT. Floribunda Tahun 2009……… 153

6. Penjualan Tanaman Pakis PT. Floribunda (Ikat)………... 155

7. Sarana dan Prasarana PT. Floribunda……… 156

8. Perhitungan Posisi Internal PT. Floribunda……… 158

9. Perhitungan posisi Eksternal PT. Floribunda………. 159

(16)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri tanaman hias (florikultura) memiliki peran besar bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Kontribusi sektor florikultura terhadap perekonomian tercermin dari peningkatan beberapa indikator makro seperti Produk Domestik Bruto (PDB), penyerapan tenaga kerja dan jangkauan pemasaran. Kontribusi PDB tanaman hias sejak tahun 2005 terus meningkat hingga menghasilkan 4,864 milyar rupiah pada tahun 2009. Jumlah tersebut meningkat 6,8 persen dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan jumlah PDB tersebut antara lain disebabkan oleh peningkatan produksi serta nilai ekonomi dan nilai tambah yang cukup tinggi.1

Tabel 1.Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Hortikultura Tahun 2005-2009 Komoditas PDB Hortikultura (Rp Milyar)

2005 2006 2007 2008 2009

Buah-buahan 22.460 23.300 24.426 25.934 27.207 Sayuran 16.395 17.069 17.957 18.514 19.452

Biofarmaka 2.007 2.099 2.208 2.372 2.570

Tanaman Hias 3.334 4.051 4.281 4.554 4.864

TOTAL 44.196 46.519 48.872 51.374 51.093

Sumber : Direktorat Jendral Bina Produksi Hortikultura (2009a), Diolah

Tenaga kerja hortikultura mengalami peningkatan dari tahun 2005 hingga 2007 sebesar 125,8 persen dengan jumlah total pekerja 6.554.385 orang. Namun kemudian jumlahnya menurun sebesar 67,6 persen pada tahun 2008 atau hanya berjumlah 2.121.207 orang. Hal ini terkait dengan adanya krisis global yang berimbas pada meningkatnya harga produk impor, sementara daya beli tetap atau bahkan berkurang. Kondisi ini mempengaruhi ekspor tanaman hias, khususnya hortikultura dan kemudian juga berpengaruh terhadap jumlah penyerapan tenaga kerja subsektor hortikultura (Badan Pengembangan Sumber Daya Pertanian 2010).

1 Agus Wediyanto, Direktur Direktorat Tanaman Hias. Signifikan Peningkatan PDB

(17)

Pemasaran tanaman hias telah meluas ke mancanegara. Tanaman hias untuk keperluan ekspor terdiri atas berbagai jenis dan bentuk. Komoditas utama ekspor adalah bunga, kuncup bunga potong, tanaman hias daun, umbi, bonggol dan benih tanaman hias. Tanaman hias tersebut umumnya digunakan sebagai karangan bunga segar, dan non segar. Jangkauan pemasaran dan nilai ekspor tanaman hias ditunjukkan oleh Tabel 2.

Tabel 2.Nilai Ekspor Tanaman Hias Indonesia Tahun 2008

No Negara Tujuan Nilai (US$) Persentase (%)

1. Jepang 3.618.582 17,68

2. Cina 1.513.857 7,40

3. Belanda 1.485.385 7,25

4. Australia 877.349 4,28

5. Singapura 467.836 2,28

6. Republik of Korea 411.468 2,01

7. Amerika Serikat 389.108 1,90

8. Italy 335.304 1,63

9. Malaysia 327.465 1,60

10. Vietnam 282.913 1,38

11. Taiwan 223.675 1,09

12. Kanada 146.317 0,71

13. Korea 122.987 0,60

14. Perancis 114.509 0,56

15. Hongkong 69.073 0,33

16. Lainnya 10.084.888 49,26

JUMLAH 20.470.716 100

Sumber: Pusdatin (2008)

(18)

industri pariwisata, dan perkembangan pembangunan perkotaan yang memerlukan tanaman hias untuk keindahan dan kenyamanan taman (Pemerintah Kota Tomohon 2009).

Peningkatan permintaan ditandai dengan peningkatan produksi tanaman hias pada periode 2005-2009. Data pada Tabel 3 menunjukkan tren produksi yang meningkat untuk komoditas tanaman hias, baik tanaman pot, bunga potong, tanaman lanskap dan daun potong. Peningkatan produksi terbesar pada tahun 2005-2009 terjadi pada tanaman lanskap, kemudian daun potong pada tempat kedua. Peningkatan tren produksi daun potong terkait dengan perubahan tren rangkaian bunga, dimana daun kini bukan hanya digunakan sebagai pelengkap, tapi juga sebagai inti rangkaian2. Pemanfaatan daun potong juga semakin bervariasi, yakni sebagai elemen dekorasi pada ruangan untuk berbagai acara dan keperluan. Hal ini mendorong meningkatnya permintaan daun potong di pasaran. Sementara itu, pasokan daun potong masih relatif terbatas karena belum banyak petani yang mengusahakan tanaman hias daun dalam pemanfaatan sebagai daun potong secara khusus3.

Tabel 3.Perkembangan Produksi Beberapa Tanaman Hias Tahun 2005-2009 Komoditas

Tanaman Hias Satuan

Produksi (dalam Ribuan) % Kenaikan 2005 2006 2007 2008 2009

Tanaman pot Ton 23 24 26 27,9 30,1 30,8

Bunga potong Tangkai 173.240 176.997 198.948 215.548 235.156 35,7 Tanaman

Lanskap Pohon 752 936,1 950 1.055 1.214

61,4

Daun potong Batang 1.131 1.186,4 1.338 1.445 1.604 41,8

Sumber : Direktorat Jendral Bina Produksi Hortikultura (2009b), Diolah

Kontribusi yang diberikan sektor tanaman hias terhadap perekonomian tersebut masih dapat ditingkatkan mengingat Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam sektor tanaman hias dibanding negara lain. Negara Indonesia memiliki sumberdaya genetik yang melimpah, sumberdaya manusia (SDM)

2 Andy Djati Utomo, ketua Ikatan Perangkai Bunga Indonesia. Tren Baru Rangkaian

Flora. 2009. www.trubus-online.co.id [1 April 2010]

(19)

memadai dan agroklimat yang kondusif, dengan demikian apabila dikelola dengan baik kegiatan produksi tanaman hias dapat dilakukan secara lebih efisien bila dibandingkan negara lain.

Berdasarkan data Balai Penelitian Tanaman Hias (2009a), komoditas tanaman hias Indonesia terdiri atas 1000 jenis yang tersebar di seluruh wilayah tanah air. Namun, dengan banyaknya komoditas yang harus ditangani dan berbagai pertimbangan strategis lain, selama ini pengembangan hortikultura masih diprioritaskan pada beberapa komoditas unggulan. Berdasarkan data dari Balai Penelitian Biogenetika (2007), terdapat tiga lokasi koleksi dan pengembangan tanaman hias, antara lain Cipanas (33 jenis tanaman hias), Segunung (23 jenis tanaman hias dan Pasar Minggu (25 jenis tanaman hias).

Keunggulan komparatif yang dimiliki Indonesia perlu ditransformasikan menjadi keunggulan kompetitif melalui sentuhan inovasi terhadap sumberdaya genetik lokal. Menurut Saptana (2008), ada beberapa cara yang dapat ditempuh untuk menciptakan produk lokal yang berdaya saing internasional, antara lain dengan penciptaan inovasi produk melalui kegiatan penelitian dan pengembangan. Selain itu, produsen tanaman hias dalam negeri perlu mewujudkan keragaman produk, kualitas, kesinambungan pasokan, dan kuantitas yang sesuai dengan permintaan pasar atau preferensi konsumen.

Salah satu sumberdaya genetik lokal yang potensial dikembangkan sebagai komoditas unggulan florikultura ialah tanaman Pakis (fern). Berdasarkan kajian berbagai literatur diketahui bahwa Indonesia merupakan pusat keragaman genetik Pakis. Khoiriyah (2008) telah melakukan kajian ilmiah mengenai tanaman Pakis dan menemukan bahwa keragaman jenis Pakis berjumlah sekitar 10.000 varietas yang tersebar di seluruh dunia. Kekayaan varietas Pakis Indonesia berkisar antara 3000 varietas yang tersebar di seluruh wilayah tanah air. Pakis dapat dimanfaatkan menjadi beberapa produk, antara lain daun potong, tanaman lanskap dan tanaman pot. Umumnya Pakis dipasarkan dalam bentuk daun potong.

(20)

menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen, terutama pola daun yang unik yang tidak dimiliki daun dari jenis tanaman hias lain, misalnya Philodendron dan Palem yang saat ini telah banyak dimanfaatkan sebagai daun potong.

Tabel 4. Perbandingan Aspek Bisnis Pakis dengan Beberapa Tanaman Substitusinya

2 minggu 3-5 minggu 6-8 minggu

Nilai dibandingkan produk substitusinya, yakni empat hingga enam minggu sejak daun dipotong. Hal ini berbeda dengan jenis daun potong Philodendron yang hanya memiliki fase hidup dua minggu dan Palem yang memiliki fase hidup tiga hingga lima minggu sejak daun dipotong. Tingkat kesegaran dan ketahanan daun merupakan salah satu kriteria kualitas daun potong. Tanaman dengan fase hidup lama cenderung lebih disukai, terutama untuk keperluan daun dan bunga potong. Namun demikian, sumber daya genetik Pakis masih belum banyak dikembangkan

(21)

dan masih tersimpan di habitat aslinya. Dari total 3000 varietas Pakis di Indonesia, hanya sedikit yang dikembangkan sebagai daun potong, dan hanya dua jenis yang dikenal luas, yakni Leather Leaf dan Kadaka. Bila dibandingkan dengan Philodendron dan Palem, dimana telah banyak jenisnya yang dikembangkan, penjualan untuk jenis Pakis masih rendah dibanding kedua produk substitusinya. Hal ini menunjukkan potensi Pakis belum dimanfaatkan secara optimal.

Pengembangan Pakis diharapkan mampu menggerakkan pertumbuhan industri florikultura di dalam negeri. Pakis diproduksi untuk memenuhi permintaan dari dalam dan luar negeri (ekspor). Hingga saat ini permintaan dari negara-negara tujuan ekspor tersebut belum terpenuhi. Belum optimalnya jumlah permintaan dari dalam negeri menunjukkan potensi permintaan Pakis yang masih dapat digali dengan cara mengembangkan Pakis tersebut untuk dapat memenuhi selera dan kebutuhan konsumen dalam negeri. Hal tersebut menjadi peluang usaha bagi produsen Pakis Indonesia.

Tabel 5.Permintaan Tanaman Pakis Dalam dan Luar Negeri Tahun 2009

No Tujuan Jumlah Permintaan (000 tangkai) Persentase (%)

1. Jepang 150.000 75,7

2. Belanda 36.000 18,1

3 Eropa 10.000 5,05

4. Dalam Negeri 2.000 1,01

TOTAL 196.200 100

Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura (2009c), Nursery Floribunda (2009)

(22)

Tabel 6. Perbandingan Aspek-Aspek Pengusahaan Pakis di Tiga Wilayah Sentra

Pusat produksi tanaman hias Pakis di Cianjur ialah Cibodas. Pelaku usaha tanaman hias Pakis di Cibodas umumnya merupakan petani yang mengembangkan usaha Pakis dengan skala terbatas. Selain itu terdapat pelaku usaha skala industri berbadan hukum, yaitu PT. Floribunda. Produsen berskala kecil mengembangkan usaha Pakis dalam pemanfaatan sebagai tanaman pot dan tanaman lanskap, sedangkan produsen berbadan hukum mengembangkan Pakis sebagai daun potong, tanaman pot dan tanaman lanskap. Masing-masing pelaku usaha tersebut memiliki segmen pasar tersendiri. Perusahaan berbadan hukum memenuhi permintaan dalam jumlah besar (wholesale) dengan segmen pasar hotel, floris dan perangkai bunga yang ada di wilayah Bogor dan Jakarta. Petani lokal melayani pembelian individu dalam jumlah kecil dan eceran.

Produsen Pakis terbesar di Cibodas ialah PT. Floribunda. Dalam mengembangkan usaha Pakis, PT. Floribunda selalu memproduksi jenis Pakis baru dalam upaya mempertahankan posisi sebagai produsen di pasar domestik melalui kegiatan breeding dan eksplorasi plasma nutfah dari berbagai daerah di Indonesia. Hal tersebut juga dilakukan dalam upaya menghadapi persaingan dengan produsen daun potong dari jenis tanaman hias lainnya sebagai substitusi Pakis. PT. Floribunda menyadari kondisi permintaan untuk tanaman Pakis yang terus meningkat. Selain itu, terdapat potensi-potensi tanaman Pakis yang prospektif dikembangkan.

(23)

dipenuhi perusahaan. Plasma nutfah Pakis yang dimiliki PT. Floribunda juga berlimpah dan potensial untuk diterima pasar. Berdasarkan kondisi tersebut, PT. Floribunda perlu mengembangkan strategi khusus untuk mengembangkan usaha tanaman Pakis guna meraih peluang usaha yang ada di dalam dan luar negeri, serta menghadapi persaingan dengan produk sejenis sebagai substitusi Pakis.

1.2 Perumusan Masalah

PT. Floribunda mulai memproduksi Pakis tahun 2007 dan permintaan terus datang dari dalam dan luar negeri. Pemilihan tanaman Pakis sebagai fokus produksi merupakan bentuk komitmen untuk menghasilkan tanaman hias tropis berbasis sumberdaya dan kearifan lokal. Saat ini perusahaan mengupayakan enam jenis Pakis yang dimanfaatkan sebagai daun potong. Keenam jenis Pakis tersebut adalah Kadaka Keriting, Kadaka Udang, Kadaka Prisklet, Kadaka Tegak, Kadaka Ular dan Kadaka Silver. Jenis Pakis yang diproduksi PT. Floribunda merupakan jenis Pakis baru yang belum ada di pasar tanaman hias. Pemilihan jenis Pakis baru bertujuan menciptakan permintaan pasar dan mengatasi kejenuhan konsumen atas daun potong yang telah ada.

Visi PT. Floribunda adalah menjadi perusahaan penghasil tanaman hias tropis terdepan di Indonesia dalam menghasilkan produk inovatif yang berbasis sumberdaya genetik nasional. Dari visi tersebut kemudian dikembangkan misi PT. Floribunda. Misi tersebut antara lain menghasilkan produk tanaman hias tropis berbasis sumberdaya dan kearifan lokal, mengembangkan potensi perusahaan untuk meraih publisitas terbaik di Indonesia, mengelola aset dan menerapkan prinsip manajemen yang handal dengan menerapkan efisiensi, efektivitas dan akuntabilitas, membina jaringan kerjasama di bidang pengembangan tanaman hias tropis dengan berbagai pihak yang kompeten, dan mengembangkan sistem informasi dan promosi untuk memperkuat jaringan pemasaran.

(24)

dihadapi perusahaan dalam melaksanakan ekspor, antara lain rumitnya persyaratan ekpor dan adanya beberapa jenis Pakis yang telah dipatenkan oleh negara lain.

Tabel 7.Permintaan dan Penawaran Komoditas Pakis PT. Floribunda Tahun 2009 Pembeli/Buyer Permintaan

Pasar dalam negeri masih menyimpan potensi yang perlu dikembangkan oleh PT. Floribunda, terkait dengan peluang adanya konsumen potensial yang belum dijangkau PT. Floribunda akibat promosi yang kurang efektif. Dalam jangka pendek, perusahaan lebih memprioritaskan untuk menggali pasar domestik secara optimal. Peluang ekspor akan diraih saat perusahaan telah memiliki usaha dengan skala yang lebih besar, sehingga mampu untuk menanggulangi ancaman-ancaman yang dihadapi dalam melakukan ekspor, seperti penguasaan paten oleh negara lain dan rumitnya persyaratan ekspor.5

Dalam upaya meraih pasar di dalam negeri, PT. Floribunda menghadapi persaingan antara sesama produsen Pakis. Persaingan juga terjadi dengan produsen produk substitusi tanaman Pakis, yakni berbagai jenis daun potong yang berguna sebagai komponen dalam rangkaian bunga. Di Jawa Barat, banyak produsen yang telah memproduksi Pakis jenis Leather Leaf dan berbagai jenis daun potong lain, seperti Asparagus, Philodendron dan Puring. Perusahaan tersebut antara lain PT. Daun Mas Asri (Kabupaten Bogor), PT. Ijo Asri (Jakarta Barat), PT. Tropical Greeneries (Karawang), PT. Benara (Karawang), Wijaya Nursery (Bogor), PT. Bina Usaha Flora (Cianjur), Pesona Daun Mas Asri (Depok), Saung Mirwan (Cibinong), dan lain-lain.

5

(25)

Pesaing-pesaing tersebut memasok daun potong untuk target konsumen yang sama, yakni hotel, floris, dan perangkai bunga yang ada di wilayah Bogor dan Jakarta. Pesaing terbesar PT. Floribunda adalah PT. Daun Mas Asri yang memfokuskan produksi pada daun potong dengan harga rata-rata daun potong yang ditawarkan lebih rendah dari PT. Floribunda. Meskipun komoditas yang diproduksi berbeda, namun kedua perusahaan ini bersaing dalam rangka meraih pasar daun potong yang sama.

Usaha Pakis yang dijalankan oleh PT. Floribunda menunjukkan potensi besar, hal ini terlihat dari permintaannya yang terus mengalami peningkatan dan masih terbukanya pasar untuk dapat menerima produk Pakis PT. Floribunda. Kondisi usaha tanaman Pakis juga diiringi oleh persaingan dengan perusahaan sejenis yang menghasilkan daun potong sebagai produk substitusi Pakis. Menghadapi kondisi ini, PT. Floribunda membutuhkan strategi pengembangan usaha yang tepat bagi usaha tanaman Pakisnya. Dalam rangka menyusun strategi pengembangan usaha Pakisnya, PT. Floribunda terlebih dahulu memerlukan identifikasi mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan.

Berdasarkan uraian tersebut, berbagai permasalahan yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah:

1. Faktor-faktor apa saja yang menjadi kekuatan, kelemahan serta peluang dan ancaman pada PT. Floribunda?

2. Prioritas strategi apa yang tepat bagi PT. Floribunda dalam mengembangan usaha tanaman Pakis untuk meraih pasar yang saat ini belum dapat dipenuhi?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, serta peluang dan ancaman pada PT. Floribunda

(26)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Memberikan rekomendasi bagi perusahaan dalam menerapkan strategi pengembangan usaha yang tepat untuk meraih peluang yang ada saat ini 2. Memberikan kontribusi bagi ilmu dan pengetahuan khususnya di bidang

strategi pengembangan usaha

3. Menyediakan informasi bagi kegiatan penelitian selanjutnya yang terkait dengan strategi pengembangan usaha, khususnya tanaman hias

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Produk Tanaman Hias di Indonesia

Tanaman hias didefinisikan sebagai jenis tanaman tertentu, baik tanaman daun maupun tanaman bunga yang dapat ditata untuk memperindah lingkungan dan membuat suasana menjadi lebih artistik dan menarik. Tanaman hias berperan dalam menciptakan keselarasan alam sehingga menghasilkan suatu keindahan, kesejukan, kenyamanan dan kesinambungan kehidupan Berdasarkan pemanfaatan produknya, tanaman hias diklasifikasikan ke dalam empat kelompok produk, antara lain:

a. Bunga Potong

Tanaman hias yang bernilai ekonomis sebagai bunga potong harus memenuhi persyaratan tertentu, yakni berwarna indah, mulus, bersih, tidak bernoda dan baunya wangi tidak menyengat. Selain itu, bunga potong harus dapat bertahan lama setelah dipotong, tangkai bunga cukup panjang dan kuat, bunga tidak mudah rusak dalam pengepakan dan bunga dihasilkan oleh tanaman yang subur dan mudah berbunga tanpa mengenal musim. Beberapa jenis bunga potong yang terkenal di Indonesia adalah Anggrek, Krisan, Mawar, Anyelir, Gladiol dan Gerbera (Balai Penelitian Tanaman Hias 2009b).

b. Daun Potong

Nilai jual dari tanaman hias daun dipilih berdasarkan keindahan bentuk dan variasi warna, kemulusan dan ketegaran daun serta kekompakan susunan daun. Daun potong yang banyak dikembangbiakkan saat ini terdiri atas 29 jenis, termasuk Asparagus, Cordyline, Anthurium, Calathea, Palem Kuning, Waregu, Daun Salak, dan Andongijo, Kadaka dan Pakis . Warna daun potong tidak selalu hijau, tapi ada pula yang berwarna merah, hijau-kuning, perak-hijau dan ungu. Variasi warna daun ini berpeluang untuk menggantikan warna rangkaian yang berasal dari bunga (UPT Rawa Belong 2009b).

(28)

sehingga rangkaian lebih menarik dan tampak hidup. Daun potong menjadi elemen utama rangkaian, bukan hanya sebagai pelengkap.6

c. Tanaman Hias Pot

Konsumen tanaman hias pot akan melihat kekompakan dan keserasian tanaman dengan wadah/pot serta keindahan tanamannya. Dengan demikian, nilai estetika bagi tanaman hias pot bukan hanya ditentukan dari tanaman hias, namun juga dari keindahan pot yang digunakan. Jenis yang paling dikenal dari kelompok tanaman hias pot antara lain Anthurium, Aglaonema, Philodendron, Spatyphillum, Kaktus, Sukulen, Sanseviera, Euphorbia, Adenium, Anggrek dan Bonsai.

d. Tanaman Lanskap

Tanaman lanskap bertujuan memberikan nilai estetika pada suatu ruang khusus. Nilai estetika diperoleh dari perpaduan antara warna (daun, batang, bunga), bentuk fisik tanaman, tekstur tanaman, skala tanaman dan komposisi tanaman. Nilai estetika tanaman dapat diperoleh dari satu tanaman, sekelompok tanaman sejenis, kombinasi berbagai jenis tanaman dan kombinasi tanaman dengan elemen lanskap lainnya. Konsumen tanaman hias taman juga mempertimbangkan kemudahan tanaman untuk diintegrasikan dalam suatu desain taman, tidak banyak memerlukan pemeliharaan, tahan terhadap hama dan penyakit serta tidak terlalu banyak menggugurkan daun (Balai Penelitian Tanaman Hias 2009b). Selain bertujuan memberikan nilai estetika, tanaman hias lanskap juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan, memberikan efek visual dan psikologis dari kombinasi warna tanaman lanskap dan memberikan kesan yang terkandung dalam taman.

Berdasarkan lokasi tumbuhnya, tanaman hias dapat digolongkan menjadi tanaman hias tropis dan non tropis. Tanaman hias tropis umumnya dimanfaatkan sebagai tanaman hias daun potong, tanaman pot serta tanaman lanskap. Berbagai jenis tanaman tropis antara lain Athurium, Sansievera, serta berbagai jenis Pakis. Tanaman hias subtropis umumnya dimanfaatkan sebagai bunga potong karena warnanya yang beragam, fase hidupnya yang lebih tahan lama, tangkai kokoh, lebih panjang dan lurus serta bentuk yang lebih variatif (Bina UKM 2010).

(29)

Tanaman Pakis dapat dimanfaatkan untuk beberapa fungsi, antara lain sebagai daun potong, tanaman lanskap dan tanaman pot. Pakis sebagai daun potong digunakan sebagai elemen rangkaian bunga. Jenis Pakis yang umum dimanfaatkan sebagai daun potong adalah Leather Leaf. Dalam pemanfaatannya sebagai tanaman pot, jenis Pakis yang umum digunakan adalah Dicksonia Antartica (Pakis Monyet). Sebagai tanaman lanskap, beberapa jenis Pakis yang umum digunakan adalah jenis Pakis Haji. Potensi penggunaan tanaman Pakis masih terus dapat digali mengingat banyak jenisnya yang masih ada di habitat aslinya.7

2.2 Agribisnis Tanaman Hias Pakis

Tanaman Pakis merupakan tanaman daerah tropis dan sebagian wilayah subtropis. Wilayah penyebaran Pakis antara lain Asia Tenggara, Afrika Selatan, Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Total keragaman Pakis dunia sebanyak 10.000 varietas dan Indonesia memiliki lebih kurang 3000 varietas (Khoiriyah 2008). Penyebaran varietas Pakis merata di seluruh Indonesia, dengan pusat penyebaran terdapat di Papua. Penyebaran tanaman Pakis di Pulau Sumatera tercatat sebanyak 500 spesies, Pulau Kalimantan 1.000 spesies, Pulau Jawa-Bali/NTB/NTT 500 spesies, Pulau Sulawesi 500 spesies, Kepulauan Maluku 690 spesies dan Papua 2.000 spesies. Dalam menentukan jumlah perkiraan total spesies di setiap wilayah penyebaran tersebut boleh jadi ada tumpang tindih antara satu pulau dengan lainnya, namun ada juga spesies endemik yang ada pada satu pulau saja8. Penyebaran Pakis dunia terlihat pada Gambar 1.

7 Dr. Ir. Budi Marwoto MS, Peneliti Balai Penelitian Tanaman Hias. Pemanfaatan dan

Potensi Pakis. [10 Juni 2010]

(30)

Gambar 1.Peta Penyebaran Pakis Dunia

Sumber: www.cycadsforafrica.com

Menurut Wibowo dan Prasetya (1994), pengertian agribisnis mengacu pada semua aktivitas mulai dari pengadaan, prosessing, penyaluran sampai pada pemasaran produk yang dihasilkan oleh suatu usaha tani atau agroindustri yang saling terkait satu sama lain. Saragih (1998) mengemukakan bahwa pada sistem agribisnis terdiri atas empat subsistem, yaitu: (a) subsistem agribisnis hulu (downstream agribusiness), (b) subsistem agribisnis usahatani (on-farm agribusiness), (c) subsistem agribisnis hilir (upstream agribusiness), dan (d) subsistem jasa layanan pendukung agribisnis (supporting institution).

(31)

unggul atau sifat yang dikehendaki. Metabolit sekunder tanaman segera didapat tanpa perlu menunggu tanaman dewasa (Departemen Kehutanan 2009).

Subsistem agribisnis usahatani (on-farm agribusiness) mencakup kegiatan produksi yang menggunakan barang-barang modal dan sumberdaya alam untuk menghasilkan produk primer. Kegiatan usahatani juga perlu menerapkan SOP budidaya, manajemen produksi dan pengendalian mutu. Hal ini bertujuan menjaga kualitas dan standarisasi produk agar perusahaan mencapai hasil yang optimal.

Kualitas tanaman Pakis akan optimal jika proses produksi telah menggunakan teknik dan teknologi budidaya. Tanaman Pakis tumbuh optimal pada kondisi pencahayaan 45 persen, kondisi udara yang lembab serta pada kondisi tanah yang mengandung Fosfor dan bersifat agak masam. Untuk itu diperlukan modifikasi lingkungan tumbuh mikro bagi Pakis. Pertama, produsen perlu mengatur pencahayaan dengan menggunakan paranet 55 persen, artinya cahaya yang masuk adalah 45 persen. Kedua, diperlukan teknologi yang mengatur kelembaban udara, yakni melalui sistem irigasi terkendali. Ketiga, untuk membangun kondisi tanah yang sesuai, maka diperlukan asupan hara Nitrogen (N) dan Kalium (K) dalam dosis yang tepat.9

Subsistem agribisnis hilir (upstream agribusiness) terdiri dari kegiatan pengolahan dan pemasaran komoditas primer dan produk turunannya. Misalnya saja merangkai daun dan bunga potong menjadi karangan bunga serta memasarkannya dengan kemasan menarik hingga ke tangan konsumen. Agribisnis tanaman Pakis mengenal beberapa kegiatan dalam subsistem hilirnya, dimulai dari aktivitas pasca panen meliputi sortasi, grading, pengawetan dan pengemasan. Tanaman Pakis kemudian dipasarkan hingga sampai ke tangan konsumen.

Subsistem jasa layanan pendukung agribisnis (supporting institution) bertugas mendukung dan melayani serta mengembangkan kegiatan ketiga subsistem agribisnis lainnya, misalnya penyuluhan, konsultan, keuangan, dan penelitian (research and development). Selain itu, hal yang harus diperhatikan dalam subsistem jasa pelayanan penunjang adalah sistem regulasi yang mengatur bisnis dan indormasi yang diperlukan dalam rangka usaha.

(32)

2.3 Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Usahatani Tanaman Pakis Tanaman hias Pakis merupakan komoditas yang diperdagangkan baik ditingkat nasional maupun internasonal. Keberhasilan usahatani tanaman hias ditentukan oleh faktor pemilihan bahan baku, tingkat penguasaan teknologi dan adanya strategi pemasaran yang jitu. Dalam kegiatan pelaksanaan dan pengelolaan usaha tanaman hias banyak terdapat risiko-risiko usaha yang menjadi faktor kritis yang harus mendapat perhatian lebih, diantaranya (Bina UKM 2010):

1. Iklim, Tanah dan Air

Unsur iklim, tanah dan air sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan Pakis yang akan dibudidayakan. Ketersediaan air akan menentukan keberhasilan budidaya Pakis yang dipanen sepanjang tahun. Tanpa tersedianya air maka usahatani akan menjadi budidaya tradisional musiman. Syarat yang harus diperhatikan adalah bahwa air harus bebas dari hama penyakit serta benih gulma karena sistem irigasi yang digunakan adalah sistem perendaman atau irigasi tetes (drip irrigation).

2. Rumah Naungan

Pada daerah tropis, kecenderungan yang terjadi adalah iklim panas, intensitas cahaya matahari dan hujan yang tinggi, adanya hama dan penyakit tanaman, serta perubahan suhu dan kelembaban. Kelima hal ini merupakan risiko produksi yang dominan pada usaha Pakis. Membangun rumah naungan menjadi keharusan, dengan kualitas dan ukuran yang dapat disesuaikan dengan modal dan kondisi lapang. Tanaman Pakis hanya membutuhkan cahaya 45 persen, sehingga rumah naungan yang dibangun perlu dipasangi paranet 55 persen. Kelembaban udara juga perlu dijaga, karena Pakis tumbuh optimal pada lingkungan dengan tingkat kelembaban tinggi.

3. Tanaman Induk (Mother Plant)

(33)

selalu berada pada fase vegetatif, mendapat asupan hara yang cukup serta cukup dewasa pada saat diambil anakannya.

4. Sumber Daya Manusia (Human Resources)

PT. Floribunda perlu memiliki SDM yang mempunyai kemampuan dalam pengetahuan teknis mengenai produksi tanaman hias Pakis serta dapat berhubungan dengan karyawan lain. Di samping itu, faktor cinta pada pekerjaan dan keuletan menghadapi tantangan adalah faktor yang cukup dominan untuk meminimalisasi risiko yang berhubungan dengan SDM.

5. Tindakan Pasca Panen dan Distribusi

Karakteristik bunga pada umumnya mempunyai sifat mudah rusak (perishable) sehingga harus dikonsumsi dalam keadaan segar dan tidak cacat. Hal ini merupakan titik kritis yang memerlukan penanganan pasca panen yang baik, khususnya pengawetan (untuk memperpanjang fase hidup, misalnya dengan menyemprot daun potong Pakis dengan larutan air, gula dan pemutih) dan pengemasan. Sarana jalan yang baik, ketersediaan alat transportasi berupa cold storageserta kepastian pasar akan menjamin sistem distribusi yang baik, sehingga meminimumkan kerugian akibat kerusakaan produk.

6. Pemasaran

Pemasaran dapat menjadi titik kritis pada saat tercapainya tujuan penjualan perusahaan serta persaingan (kompetisi) dalam industri. Strategi dan taktik penjualan harus benar-benar terfokus. Dalam menyusun strategi pemasaran, perusahaan perlu menetapkan:

a. Jenis-jenis tanaman hias yang akan diproduksi, lebih baik jika menciptakan pasar atau tren dari jenis yang selama ini belum banyak ada di pasar

b. Segmen-segmen pasar yang dianggap efektif, di antaranya adalah floris, hotel, wholesaler, perkantoran, catering, dan bisnis real estate. Setiap segmen pasar memiliki pertimbangan masing-masing dalam membeli bunga potong.

c. Menyesuaikan skala produksi dan waktu panen berdasarkan tingkat permintaan yang dimiliki

(34)

potensial diterima pasar. Produsen juga harus mengetahui saat-saat tertentu dimana kebutuhan akan bunga meningkat. Hal tersebut penting diketahui, agar produksi dapat diserap pasar dengan baik. Saat-saat tersebut antara lain hari raya Lebaran, Natal, tahun baru, Imlek, 17 Agustus, Valentine dan bulan-bulan ramai pernikahan (seperti bulan haji menurut kalender Islam).

2.4 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai tanaman Pakis dan produk substitusinya telah banyak dilakukan. Penelitian tersebut dilakukan pada waktu yang berbeda dan mengkaji berbagai topik. Kajian mengenai strategi pemasaran tanaman hias daun potong telah dilakukan oleh Rositasari (2006). Alat analisis yang digunakan adalah matriks IFE, EFE, SWOT dan AHP. Industri florikultura memiliki karakteristik tren dan selera konsumen yang selalu berubah. Oleh karena itu, perusahaan membutuhkan strategi pemasaran yang tepat dalam kegiatan bisnisnya. Strategi yang diprioritaskan sebagai strategi pemasaran antara lain menetapkan harga yang fleksibel dan melakukan diversifikasi serta pengembangan produk.

Tanaman hias daun potong merupakan produk substitusi dari tanaman Pakis. Keduanya mempunyai fungsi yang sama dalam membentuk rangkaian tanaman hias. Usaha tanaman hias daun potong membutuhkan strategi pemasaran mengingat tren pasar yang selalu berubah. Sayangnya, target usaha perusahaan hanya berada pada lingkup dalam negeri, sehingga menutup kemungkinan perusahaan untuk meraih peluang ekspor yang terbuka lebar. Penelitian mengenai tanaman hias Pakis yang terdapat pada PT. Floribunda bertujuan untuk meraih peluang dalam memenuhi permintaan dari dalam dan luar negeri. Strategi pengembangan yang dihasilkan dapat digunakan sebagai acuan dalam pengembangan perusahaan sejenis guna menggali potensi dalam negeri serta meraih peluang ekspor.

(35)

ketidakpastian iklim. Perusahaan perlu menerapkan strategi untuk meminimalkan produksi, yakni dengan menetapkan pola penanaman terpadu, dan menjalankan kemitraan.

Usaha tanaman hias Pakis pada PF Floribunda juga menghadapi risiko produksi dalam kegiatan bisnisnya. Adanya risiko produksi sangat mempengaruhi pencapaian tujuan perusahaan untuk meraih peluang pasar. Penelitian mengenai risiko produksi dapat membantu dalam proses merumuskan strategi, yakni dengan mengoptimalkan budidaya dengan mempertimbangkan risiko produksi yang dihadapi.

Fauziah (2009) melakukan penelitian dalam skripsinya yang berjudul Formulasi Strategi Bersaing Usaha Tanaman Hias pada PT Istana Alam Dewi Tara, Kota Depok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa total skor matriks EFE (3,364) dan total skor matrix IFE (3,198) menempatkan posisi perusahaan pada kuadran 1 matrix IE (tumbuh dan kembangkan). Perusahaan memiliki posisi internal dan eksternal yang kuat, sehingga cocok untuk menerapkan strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk), dan strategi integrasi (integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi horizontal). Berdasarkan matriks SWOT dan QSPM, maka strategi beserta prioritasnya adalah: (1) melakukan diferensiasi produk, (2) mengembangkan usaha dengan intensifikasi lahan, (3) melakukan ekspektasi pasar dengan riset pemasaran, (4) melakukan diversifikasi usaha, (5) mengusahakan pasokan bibit lokal berkualitas, (6) pengembangan pasar dengan membuka pasar baru, (7) merestukturisasi perusahaan untuk memperjelas spesialisasi pekerjaan dan otoritas kerja.

(36)

untuk meraih peluang dan mempertahankan posisi sebagai market leader.Kajian mengenai strategi pengembangan tanaman usaha hias Pakis yang minim pesaing dapat menjadi acuan bagi perusahaan lain tentang pentingnya melihat peluang usaha dan cara meraih peluang tersebut.

Penelitian mengenai strategi pengembangan usaha tanaman hias dilakukan oleh Tambunan (2005) dalam skripsinya yang berjudul Strategi pengembangan usaha tanaman hias pada PT. Bina Usaha Flora di Cipanas, Cianjur. Alat analisis yang digunakan adalah matriks IFE, matriks EFE, Matriks IE, SWOT, dan Matriks QSP. Total skor pada matriks IFE dan EFE kemudian dipetakan ke dalam matriks IE. Hasilnya adalah perusahaan berada pada sel IV (growt and built). Hasil analisis SWOT dan prioritas dengan matriks QSP adalah strategi yang paling relevan berupa: (1) mendirikan floris atau retail di Jakarta, (2), menjalin kerjasama dengan pelanggan potensial, (3) melakukan segmentasi dan diferensiasi harga, dan (4) melakukan ekspansi pemasaran.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Lestari (2008) dalam skripsi yang berjudul Analisis Formulasi Strategi Pengembangan Tanaman Hias pada Galeri Tanaman Hias Kebun Raya Cibodas. Alat analisis yang digunakan adalah matriks IFE, matriks EFE, Matriks IE, SWOT, dan Matriks QSP. Galeri Kebun Raya Cibodas berada pada sel V matriks IE (hold and maintain). Hasil analisis SWOT dan matriks QSP menunjukkan prioritas strategi yang dijalankan perusahaan, antara lain: (1) berusaha meraih share lebih besar dari segmen pasar pengunjung Kebun Raya Cibodas, (2) memperbaiki kualitas produk, (3) melakukan pemasaran secara intensif dan terintegrasi, dan (4) mengembangkan penyediaan produk komplemen.

(37)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Proses merumuskan strategi melibatkan beberapa konsep teoritis yang menyampaikan informasi mengenai objek dan berperan sebagai dasar yang umum dalam melakukan penelitian. Suatu konsep merupakan sejumlah pengertian atau ciri yang berkaitan dengan peristiwa, objek, kondisi, situasi dan hal lain yang sejenis. Konsep-konsep diciptakan dengan menggolongkan dan mengelompokkan objek-objek atau peristiwa-peristiwa yang mempunyai ciri khas yang sama (Cooper dan Emory 1996).

3.1.1 Visi, Misi, Tujuan Perusahaan

Visi merupakan suatu cita-cita tentang keadaan di masa datang yang diinginkan untuk diwujudkan oleh semua personel perusahaan. Cita-cita yang ada dalam benak pendiri yang akan mewakili seluruh anggota perusahaan disebut dengan visi. Sedangkan misi merupakan suatu penjabaran secara tertulis mengenai visi sehingga mudah dimengerti atau jelas bagi seluruh staf perusahaan (Umar 1998). Misi di dalam perusahaan/organisasi menjadi sesuatu yang penting untuk membantu untuk lebih memfokuskan usaha pencapaian tujuan, membantu mencegah terjadinya konflik dalam organisasi, memberikan dasar bagi pengalokasian sumber daya, menetapkan kerangka tanggung jawab dalam perusahaan dan sebagai dasar dalam pengembangan organisasi.

Terdapat tiga tujuan ekonomis yang mendominasi arah strategik dari hampir semua organisasi bisnis, yakni kelangsungan hidup (survival), pertumbuhan (growth), dan kemampulabaan (profitability). Organisasi bisnis memiliki tujuan utama untuk memaksimalkan laba (Pierce dan Robinson 1997).

3.1.2 Pengertian dan Konsep Manajemen Strategi

(38)

keputusan, sehingga strategi berkembang menjadi manajemen strategi. Pengertian manajemen sendiri adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan terhadap upaya-upaya yang dilakukan anggota organisasi dan penggunaan segala macam sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan organisasi (Stoner 1992).

Umar (1998) menyatakan bahwa manajemen strategi adalah suatu seni dan ilmu dalam hal pembuatan (formulating), penerapan (implementing), dan evaluasi (evaluating) keputusan-keputusan strategis antar fungsi yang memungkinkan sebuah organisasi mencapai tujuannya di masa datang. Menurut Pearce and Robinson (1997), manajemen strategi bisa diartikan sebagai sekumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan formulasi dan implementasi rencana yang dirancang untuk mencapai sasaran-sasaran perusahan.

3.1.3 Proses Merumuskan Strategi

Proses manajemen strategi dibedakan menjadi tiga tahapan, yakni tahap formulasi, implementasi dan tahap evaluasi. Tahap formulasi meliputi pembuatan misi, pengidentifikasian peluang dan tantangan eksternal organisasi, penentuan kekuatan dan kelemahan internal, pembuatan sasaran jangka panjang, pembuatan pilihan-pilihan strategi, serta pengambilan keputusan strategi yang dipilih untuk diterapkan. Tahap formulasi strategi dibagi ke dalam tiga tahapan aktivitas, yaitu input stage, matching stage, dan decision stage(David 2006).

Tahap implementasi meliputi penentuan sasaran tahunan, pengelolaan kebijakan, pemotivasian pegawai serta pengalokasian sumber-sumber agar strategi yang diformulasikan dapat dilaksanakan. Termasuk di dalamnya adalah pengembangan kultur yang mendukung strategi, penciptaan struktur organisasi yang efektif, pengarahan usaha-usaha pemasaran, penyiapan anggaran, pengembangan dan pemanfaatan sistem informasi, serta mengkaitkan kompensasi pegawai dengan kinerja organisasi.

(39)

kegiatan utama pada tahap ini adalah menganalisa faktor-faktor eksternal dan internal sebagai basis strategi yang sedang berjalan, pengukuran kinerja, dan pengambilan tindakan perbaikan.

Gambar 2.Model Komprehensif Manajemen Strategis

Sumber : David (2006)

3.1.4 Strategi Pengembangan Usaha

Pearce dan Robinson (1997) menyatakan strategi sebagai suatu rencana yang berskala besar dan berorientasi kepada masa depan untuk berinteraksi dengan lingkungan persaingan guna mencapai sasaran-sasaran perusahaan. Menurut David (2006), strategi generik dapat diterapkan pada berbagai jenis, ukuran dan aktivitas organisasi. Strategi tersebut dapat dikelompokkan atas empat kelompok strategi, yaitu:

(40)

b. Strategi Intensif (Intensive Strategy). Strategi ini memerlukan usaha-usaha yang intensif untuk meningkatkan posisi persaingan perusahaan melalui produk yang ada.

c. Strategi Diversifikasi (Diversification Strategy). Strategi ini dimaksudkan untuk menambah produk-produk baru. Strategi ini semakin kurang populer, ditinjau dari sisi tingginya tingkat kesulitan manajemen dalam mengendalikan tingkat kesulitan perusahaan yang berbeda-beda.

d. Strategi bertahan (Defensive Strategy). Strategi ini bermaksud agar perusahaan melakukan tindakan-tindakan penyelamatan agar terlepas dari kerugian yang lebih besar, yang pada akhirnya adalah kebangkrutan

(41)

Porter (2006) juga merumuskan strategi bersaing yang berfokus kepada peningkatan posisi bersaing produk dan jasa perusahaan dalam industri atau segmen pasar tertentu yang dilayani perusahaan. Strategi bisnis mengatasi masalah bagaimana perusahaan dan unitnya dapat bersaing dalam bisnis dan industri.

3.1.5 Analisis Lingkungan Usaha Tanaman Pakis

Lingkungan bisnis (business environment) secara umum dapat dibedakan atas lingkungan eksternal dan lingkungan internal (Wheelen & Hunger 2000). Pearce & Robinson (2000) membedakan lingkungan bisnis atas lingkungan jauh, lingkungan industri dan lingkungan operasional. Lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan internal terdiri dari struktur (structure), budaya (culture) dan sumber daya (resources) yang dimiliki produsen tanaman Pakis (Wheelen & Hunger 2000).

3.1.5.1 Analisis Lingkungan Internal

Analisis internal merupakan perbandingan keberhasilan perusahaan dimasa lalu dengan kemampuan perusahaan dalam pencapaian saat ini untuk memprediksikan kemampuan perusahaan di masa yang akan datang (Pearce & Robinson 2003). Setiap perusahaan, khususnya PT. Floribunda perlu untuk meningkatkan kekuatan internalnya dalam mengembangkan usahanya, sehingga perusahaan dapat bertahan dan berkembang di dalam lingkungannya. Keunggulan ini biasa disebut dengan Sustainable Competitive Advantage (SCA). Untuk mengembangkan keunggulan internal ini terdapat tiga komponen lingkungan internal yang penting yaitu :

1. Sumberdaya (Resource)

2. Kemampuan Perusahaan (Capabilities) 3. Kompetensi Inti (Core Competencies)

(42)

Sumberdaya sering diartikan sebagai input yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk suatu proses produksi. Sumberdaya dapat dikelompokkan atas : 1. Tangible Resource, adalah sumberdaya yang mudah untuk diidentifikasi dan

dievaluasi serta dapat dilihat pada laporan keuangan yang meliputi sumberdaya keuangan, sumberdaya fisik dan organisasi

2. Intagible Resource, merupakan sumberdaya yang sulit untuk diidentifikasi dan dievaluasi seperti teknologi, inovasi, dan reputasi

3. Human Resource, yakni sumberdaya manusia dan kontribusinya terhadap organisasi

Capability adalah sekumpulan resource yang menampilkan suatu tugas atau aktifitas tertentu secara integratif. Pendekatan yang sering digunakan adalah pendekatan fungsional atau fungsi manajemen. Kombinasi resouceyang optimal akan menciptakan sinergi dan kapabilitas perusahaan yang lebih baik. Core competenciesadalah sesuatu yang dibangun berdasarkan capabilities danresource perusahaan sehingga membuat perusahaan dapat berjalan dengar baik. Kompetensi inti merupakan sumber kekuatan dan kemampuan perusahaan untuk dapat bertahan dan tumbuh. Core competencies perlu dikembangkan agar dapat menjadi distinctive competencies, yaitu kompetensi inti yang lebih superior dibandingkan pesaingnya (Hitt 2005).

3.1.5.2 Analisis Lingkungan Eksternal

Lingkungan eksternal adalah lingkungan diluar perusahaan yang terdiri dari kondisi dan kekuatan yang memberikan dampak pada pemilihan strategi dan menentukan situasi yang sedang terjadi.

A. Lingkungan Jauh

(43)

Ancaman

Sumber : Pearce dan Robinson (1997)

1. Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi suatu daerah atau negara dapat mempengaruhi iklim berbisnis perusahaan. Semakin buruk kondisi ekonomi, semakin buruk pula iklim berbisnis. Beberapa faktor kunci yang perlu diperhatikan dalam menganalisis ekonomi negara yang berpengaruh terhadap usaha adalah: (1) siklus bisnis, (2) tingkat inflasi, (3) suku bunga, (4) investasi, (5) harga-harga produk dan jasa, (6) produktivitas, dan (7) tenaga kerja (Umar 1998).

2. Faktor Sosial

Faktor sosial yang mempengaruhi suatu perusahaan mencakup keyakinan, nilai, sikap, opini yang berkembang, dan gaya hidup dari orang-orang di lingkungan di mana perusahaan beroperasi. Faktor-faktor ini biasanya dikembangkan dari kondisi kultural, ekologis, pendidikan, dan kondisi etnis. Seandainya faktor sosial berubah maka permintaan untuk berbagai produk dan aktivitas juga turut mengalami perubahan (Purnomo 1999).

3. Faktor Teknologi

Faktor teknologi merefleksikan peluang dan ancaman bagi perusahaan. Kemajuan teknologi dapat menciptakan pasar baru, perkembangan produk, merubah relative competitive cost, serta membuat barang dan jasa menjadi cepat digunakan. Perubahan teknologi dapat mengurangi atau menghilangkan perbedaan antar biaya perusahaan, menciptakan proses produksi yang lebih singkat,

Organisasi

(44)

menciptakan kelangkaan pada tenaga teknikal serta mampu merubah nilai-nilai dan harapan pada stakeholders (Purnomo 1999). Identifikasi faktor teknologi dilakukan untuk mengetahui apa saja teknologi yang digunakan dan bagaimana dampak pemakaian teknologi tersebut terhadap pengembangan usaha dan kondisi persaingan pada PT. Floribunda.

Menurut Umar (1998), teknologi tidak hanya mencakup penemuan-penemuan baru saja, tetapi juga meliputi cara-cara pelaksanaan atau metode-metode baru dalam mengerjakan suatu pekerjaan yang memberikan gambaran yang luas, meliputi mendesain, menghasilkan, dan mendistribusikan.

4. Faktor Politik

Menurut Purnomo (1999), arah dan stabilitas dari faktor politik dan hukum merupakan pertimbangan utama bagi manajer dalam memformulasikan strategi perusahaan. Faktor politik dan hukum yang diidentifikasi dalam usaha antara lain parameter-paremeter hukum dan bagaimana pengaturan perusahaan melalui keputusan perdagangan yang wajar, program perpajakan, penentuan upah minimum, kebijakan polusi dan harga, serta banyak tindakan lainnya yang bertujuan untuk melindungi karyawan, konsumen, masyarakat umum dan lingkungan.

B. Lingkungan Industri

Suatu industri mempunyai pengaruh yang kuat dalam menentukan aturan permainan persaingan bagi perusahaan. Menurut Purnomo (1999), lingkungan industri adalah tingkatan dari lingkungan eksternal organisasi yang menghasilkan komponen-komponen yang secara normal memiliki implikasi yang relatif lebih spesifik dan langsung terhadap operasionalisasi perusahaan. Aspek lingkungan industri akan lebih mengarahkan pada aspek persaingan dimana bisnis perusahaan berada.

(45)

1. Ancaman Pendatang Baru

Pendatang baru dalam industri dapat mengancam perusahaan. Hal ini disebabkan pendatang baru seringkali membawa kapasitas baru, keinginan merebut pangsa pasar, serta memiliki sumberdaya yang besar. Akibatnya harga dapat turun atau biaya meningkat sehingga mengurangi laba yang diperoleh. Selain itu, adanya pendatang baru dapat memaksa perusahaan yang sudah ada untuk lebih efektif dan efisien serta belajar untuk bersaing dalam dimensi baru (Purnomo 1999). Ada beberapa faktor penghambat pendatang baru yang masuk ke dalam suatu industri yang sering disebut hambatan masuk (entry barrier). Beberapa hal yang menjadi hambatan untuk memasuki industri antara lain skala ekonomi, diferensiasi produk, modal, biaya beralih pemasok, akses distribusi dan kebijakan pemerintah.

2. Persaingan Industri

Persaingan di antara pesaing yang ada biasanya berbentuk perlombaan untuk mendapatkan posisi dengan menggunakan taktik seperti persaingan harga, perang iklan, introduksi produk, dan meningkatkan pelayanan atau jaminan kepada pelanggan. Menurut Porter (1991), tingkat persaingan perusahaan di dalam suatu industri dipengaruhi beberapa faktor, antara lain: (1) jumlah kompetitor (jumlah, ukuran, dan kekuatannya), (2) tingkat pertumbuhan industri (cepat atau lambat), (3) karakteristik produk, (4) biaya tetap yang besar, (5) Kapasitas, dan (6) Hambatan keluar.

3. Ancaman Produk Pengganti/Substitusi

Perusahaan-perusahaan yang berada dalam suatu indutri tertentu akan bersaing dengan produk pengganti. Walaupun karakteristiknya berbeda, barang substitusi dapat memberikan fungsi atau jasa yang sama. Ancaman produk substitusi kuat apabila konsumen dihadapkan pada switching cost yang sedikit dan produk pengganti memiliki harga yang lebih murah atau kualitas yang sama, bahkan lebih tinggi (Umar 1998).

4. Kekuatan Tawar-menawar Pemasok

(46)

industri (Purnomo 1999). Beberapa faktor yang bisa membuat pemasok menjadi lebih kuat antara lain (1) jumlah pemasok yang sedikit, (2) produk bersifat unik, (3) tidak tersedia produk substitusi, dan (4) industri bukanlah pelanggan penting bagi pemasok.

Gambar 4.Konsep Competitive Strategy

Sumber : Porter (1991)

5. Kekuatan Tawar-menawar pembeli

Para pembeli cenderung akan membeli barang yang termurah yang dapat diperolehnya. Selain itu juga pembeli meminta kualitas yang tinggi, pelayanan yang lebih baik. Kekuatan tawar-menawar pembeli dapat mempengaruhi harga produk, meningkatan mutu dan pelayanan, serta mengadu perusahaan dengan kompetitornya untuk memperoleh pelanggan.

Beberapa faktor yang bisa membuat pembeli memiliki daya tawar yang kuat antara lain, (1) pembelian dalam jumlah besar, (2) produk yang dibeli standar dan tidak terdiferensiasi, (3) produk industri tidak terlalu penting untuk pembeli, dan (4) pembeli mengeluaran biaya peralihan yang kecil.

Ancaman Produk Pengganti

Kekuatan Tawar Pembeli Kekuatan Tawar

Pemasok

Ancaman Pendatang Baru Pendatang

Baru

Pesaing Industri

Persaingan diantara perusahaan yang ada

Pendatang Baru Pendatang

(47)

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Tanaman hias Pakis merupakan salah satu kekayaan alami Indonesia yang potensial untuk dikembangkan. Dari total keragaman 3000 jenis Pakis, hanya beberapa varietas saja yang dikembangkan oleh produsen Pakis di dalam negeri. Salah satu perusahaan yang memproduksi Pakis di Jawa Barat ialah PT. Floribunda. Perusahaan ini terletak di Cibodas yang merupakan sentra produksi Pakis di Jawa Barat.

PT. Floribunda memiliki visi untuk menjadi perusahaan penghasil tanaman hias tropis terdepan di Indonesia dalam menghasilkan produk inovatif yang berbasis sumberdaya genetik nasional. Salah satu misinya adalah menghasilkan produk tanaman hias tropis berbasis sumberdaya dan kearifan lokal, khususnya Pakis. Terdapat beberapa tujuan spesifik bagi PT. Floribunda dalam pengembangan usaha tanaman Pakis. Tujuan tersebut antara lain menghasilkan daun potong Pakis yang berdaya saing dan unik, meraih market share Pakis terbesar, mengelola aset secara efisien, efektif dan accountable, membina jaringan kerjasama dan memiliki jaringan pemasaran efektif.

Dalam menjalankan usahanya, perusahaan menghadapi beberapa permasalahan. Pertama, ketidakmampuan PT. Floribunda memenuhi permintaan yang ada, terkait dengan kelemahan yang dimiliki. Kedua, tanaman Pakis sendiri masih menyimpan potensi yang dapat digali oleh perusahaan, karena PT. Floribunda sebenarnya memiliki modal dasar pengembangan bisnis Pakis, yakni koleksi varietas Pakis yang dikumpulkan dari hasil observasi ke beberapa wilayah tanah air. Ketiga, PT. Floribunda memiliki komitmen untuk terus mengembangkan jenis Pakis baru dalam rangka mempertahankan posisinya di pasar, namun hal tersebut sulit dilakukan karena ketiadaan kegiatan penelitian dan pengembangan yang menunjang. Keempat, meskipun tidak ada perusahaan sejenis yang memproduksi Pakis Kadaka, namun perusahaan juga menghadapi kondisi persaingan dengan produsen substitusi tanaman Pakis, yakni daun potong jenis lainnya. Untuk mengatasi permasalahan yang ada, maka PT. Floribunda memerlukan strategi pengembangan yang tepat untuk usaha tanaman Pakis.

(48)

Pada akhirnya strategi tersebut dapat menjadi alternatif solusi yang dapat diimplementasikan oleh PT. Floribunda guna mencapai visi dan misinya.

Langkah pertama dalam penelitian ini adalah menganalisis lingkungan internal dan eksternal yang dihadapi perusahaan. Analisis lingkungan terdiri atas analisis internal dan eksternal. Analisis terhadap lingkungan internal meliputi kajian terhadap sumberdaya dan fungsi manajemen perusahaan. Analisis terhadap lingkungan eksternal meliputi kajian terhadap lingkungan makro yang mempengaruhi perusahaan (politik, ekonomi, sosial dan tekologi) dan kajian mengenai lingkungan persaingan industri tanaman hias Pakis di Jawa Barat.

(49)

PT. FLORIBUNDA

Visi: Menjadi perusahaan penghasil tanaman hias tropis terdepan di Indonesia dalam menghasilkan produk inovatif yang berbasis sumberdaya genetik nasional

Misi: 1. Menghasilkan produk tanaman hias tropis berbasis sumberdaya dan kearifan lokal

2. Mengembangkan potensi perusahaan untuk meraih publisitas terbaik di Indonesia

3. Mengelola aset dan menerapkan prinsip manajemen yang handal dengan menerapkan efisiensi, efektivitas dan akuntabilitas

4. Membina jaringan kerjasama di bidang pengembangan tanaman hias tropis dengan berbagai pihak yang kompeten

5. Mengembangkan sistem informasi dan promosi untuk memperkuat jaringan pemasaran

Tujuan Floribunda

1. Menghasilkan daun potong Pakis yang berdaya saing dan unik 2. Meraih market share Pakis terbesar 3. Mengelola aset secara efisien,

efektif dan accountable 4. Membina jaringan kerjasama 5. Memiliki jaringan pemasaran

efektif

1. Adanya persaingan dengan produk substitusi Pakis

2. Ketidakmampuan memenuhi

permintaan yang ada

3. Tanaman Pakis masih menyimpan potensi untuk dikembangkan

(50)

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada PT. Floribunda yang terletak di Cibodas, Cianjur. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa daerah Cianjur merupakan sentra Pakis terbesar di wilayah Jawa Barat, dengan total pengusahaan lahan budidaya Pakis seluas 10 Ha. Selain itu jenis tanaman yang diproduksi berbeda dibanding dengan sentra Pakis lainnya, terkait dengan adanya produsen Pakis di wilayah Cianjur, yakni PT. Floribunda yang merupakan produsen Pakis terbesar. Tanaman Pakis yang diproduksi umumnya merupakan jenis Pakis baru yang belum diproduksi perusahaan manapun. Saat ini PT. Floribunda menghadapi kendala internal dan eksternal dalam pengembangan usaha tanaman Pakis sehingga memerlukan strategi pengembangan usaha yang tepat.

Kegiatan pengumpulan dan pengolahan data dilaksanakan dari bulan Februari hingga Mei 2010. Penelitian mengenai strategi pengembangan usaha tanaman Pakis dibagi menjadi beberapa tahap penelitian dengan waktu yang berbeda untuk tiap tahap. Tahap pertama adalah wawancara dan analisis mengenai kondisi internal dan eksternal perusahaan. Tahap kedua adalah pengisian kuesioner oleh responden untuk menentukan faktor-faktor strategis internal dan eksternal yang dimiliki PT. Floribunda. Tahap selanjutnya adalah kuesioner untuk memberikan bobot serta rating pada setiap faktor strategis internal dan eksternal. Tahapan terakhir ialah pengisian kuesioner untuk menentukan strategi prioritas menggunakan AHP (Analitical Hierarchy Process).

4.2 Metode Penentuan Responden

Gambar

Gambar 1. Peta Penyebaran Pakis DuniaSumber: www.cycadsforafrica.com
Gambar 2. Model Komprehensif Manajemen Strategis
Tabel  8. Model Strategi Generik yang Dikembangkan David (2006)
Gambar 3. Lingkungan Bisnis EksternalSumber : Pearce dan Robinson (1997)
+7

Referensi

Dokumen terkait

No. Indonesia sebagai negara tropis dengan lahan pertanian dan perkebunan yang subur memberikan ciri khas sendiri bagi masyarakat dalam mengolah olahan

dahulu karena nantinya akan dijadikan bahan acuan untuk mengetahui bagaimana strategi dan bentuk pengembangan kelembagaan yang dilakukan oleh pesantren dalam bidang ekonomi,

antara permintaan dan penawaran terhadap produk-produk Cresh. Selanjutnya masalah yang dihadapi oleh Cresh adalah jaringan distribusi yang selama ini berjalan dalam usaha

Hasil perhitungan risiko diversifikasi pada Tabel 14 merupakan gambaran risiko yang dihadapi oleh PT Bina Usaha Flora dengan melakukan empat kombinasi usaha penjualan tanaman

Metode SWOT menghasilkan rumusan strategi: (1) memanfaatkan kompetisi antar pemasok untuk mendapatkan bahan baku dengan harga penawaran terendah, (2) meningkatkan produksi

Manfaat yang diharapkan dari penulisan tugas akhir ini adalah agar perusahaan dapat mengembangkan strategi pengembangan usaha dengan yang sesuai degan kekuatan dan

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Analisis Efektivitas

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi