• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektifitas Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang Sindrom Premenstruasi di SMA Tri Sakti Medan Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Efektifitas Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang Sindrom Premenstruasi di SMA Tri Sakti Medan Tahun 2013"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIFITAS PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SINDROM PREMENSTRUASI DI SMA TRI SAKTI

MEDAN TAHUN 2013

MARISKA NATALIA S 125102108

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

Efektifitas Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang Sindrom Premenstruasi di SMA Tri Sakti Medan Tahun 2013

Abstrak Mariska Natalia S

Latar Belakang: Pada masa remaja khususnya remaja putri akan mengalami perubahan fisik yang pesat, sebagai pertanda biologis dari kematangan seksual. Perubahan ini terjadi pada satu masa disebut masa pubertas, yang merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa reproduksi.Di Asia Pasifik, 63% penderita Premenstrual Sindrome (PMS) tidak pernah memeriksakan diri ke dokter karena menganggap bahwa PMS adalah sesuatu yang wajar dan harus dijalani.

Tujuan penelitian: Untuk menganalisis efektifitas penyuluhan terhadap pengetahuan remaja tentang sindrom premenstruasi,

Metodologi: Penelitian kuasi eksperimental dengan menggunakan rancangan/desain one group Pretest dan Post-test. Jumlah sampel 63 orang. Penelitian dilakukan bulan Maret-April 2013 di SMA Tri Sakti Medan. Pengambilan Sampel dilakukan dengan menggunakan SimpleRandom Sampling.

Hasil: Berdasarkan data demografi mayoritas responden berusia 16 tahun sebanyak 33 orang (50,8%), umur menarche mayoritas berusia 13 tahun sebanyak 29 orang (46%) sedangkan dari hasil uji statistik perbedaan nilaimean yang signifikan antara tingkat pengetahuan remaja sebelum dan sesudah mendapatkan penyuluhan dengan taraf signifikasi 0,000 p<0,05, Oleh sebab itu, Hipotesa penelitian yang mengatakan ada efek penyuluhan terhadap pengetahuan remaja tentang sindrom premenstruasi adalah diterima.

Kesimpulan: Dari hasil penelitian diperoleh bahwa setelah mendapat penyuluhan terdapat peningkatan skor pengetahuan mengenai Sindrom Premenstruasi. Diharapkan bagi tenaga kesehatan mampu meningkatkan dalam memberikan konseling, informasi, dan edukasi kesehatan khususnya tentang premenstrual syndromebagi remaja putri.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

karena atas karunia dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah yang berjudul “Efektifitas Penyuluhan Terhadap

Pengetahuan Remaja Tentang Sindrom Premenstruasi di SMA Tri Sakti

Medan Tahun 2013”.

Penulis menyadari bahwasanya dalam penulisan Karya Tulis

Ilmiah ini masih banyak terdapat kekurangan karena keterbatasan

kemampuan pengetahuan penulis. Untuk itu dengan kerendahan hati

penulis menerima segala kritik dan saran yang sifatnya membangun dari

para pembaca sekalian.

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak

menerima bantuan moril maupun materil dan bimbingan dari berbagai

pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep.Ns.M.Kep, selaku Ketua Program Studi

D-IV Bidan Pendidik dan sebagai penguji I dalam penyusunan Karya

Tulis Ilmiah.

3. dr. Isti Ilmiati Fujianti, M.Sc.CM-FM, Mpd.Ked, selaku dosen

pembimbing yang selalu sabar telah memberikan bimbingan dan

arahan kepada penulis dalam penyusunan pKarya Tulis Ilmiah ini

hingga dapat diselesaikan.

4. Dr.dr. M. Fidel Ganis Siregar, M.Ked (OG) Sp.OG.K, selaku dosen

(5)

5. Kepala Sekolah SMA Tri Sakti Medan yang telah memberikan izin

penulis untuk melakukan penelitian.

6. Seluruh Dosen dan staff administrasi Program Studi D-IV Bidan

Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang

telah memberikan pengarahan dan bimbingan serta ilmu kepada

penulis.

7. Kedua orang tua serta adik-adik saya tersayang yang telah

memberikan dorongan dan semangat kepada penulis dalam

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Teman-teman Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang selama ini telah

memberi penulis semangat dan motivasi.

Akhir kata peneliti ucapkan terima kasih atas semua bantuan

yang diberikan, semoga kita semua selalu dalam berkat-Nya.

Medan, Juli 2013

(6)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

E. Pertimbangan Etika Penelitian ... 30

F. Instrumen Penelitian ... 31

G. Uji Validitas dan Realibilitas ... 31

H. Prosedur Pengumpulan Data ... 31

I. Rencana Analisis Data ... 32

BAB V : HASIL DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 33

1.Analisis Univariat ... 33

a. Deskripsi Jawaban Responden Sebelum Penyuluhan ... 34

b. Deskripsi Jawaban Responden Sesudah Penyuluhan ... 36

c. Deskripsi Skor Pengetahuan Sebelum Penyuluhan ... 38

d. Deskripsi Skor Pengetahuan Sesudah Penyuluhan ... 39

2. Analisis Bivariat ... 40

a Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Penyuluhan ... 40

B. Pembahasan ... 41

(7)

2. Keterbatasan Penelitian ... 44 3. Implikasi Penelitian ... 45 BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN

(8)

DAFTAR SKEMA

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Defenisi Operasional ... 26 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Remaja di SMA Tri Sakti

Medan Tahun 2013 ……….. 34

Tabel 5.1.1 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden sebelum diberikan penyuluhan di SMA Tri Sakti Medan Tahun 2013 ………... 36 Tabel 5.1.2 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden sesudah diberikan penyuluhan

di SMA Tri Sakti Medan Tahun 2013 ………... 38 Tabel 5.1.3 Distribusi Frekuensi Skor sebelum diberikan penyuluhan di SMA Tri

Sakti Medan Tahun 2013………... 39 Tabel 5.1.4 Distribusi FrekuensiSkor sesudah diberikan penyuluhan di SMA Tri

Sakti Medan Tahun 2013………... 40 Tabel 5.2 Hasil Uji Statistik Paired t-test pengetahuan remaja tentang Sindrom

Premenstruasi sebelum dan sesudah Diberikan penyuluhan di SMA Tri

Sakti Medan Tahun 2013………. 42

Tabel 5.2.1 Distribusi Nilai Rata-rata pengetahuan responden tentang Sindrom Premenstruasi sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan di SMA Tri

(10)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 2 : Lembar Kuesioner

Lampiran 3 : Surat Izin Pengambilan Data Penelitian

Lampiran 4 : Surat Balasan Penelitian

Lampiran 5 : Master Tabel

(11)

Efektifitas Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang Sindrom Premenstruasi di SMA Tri Sakti Medan Tahun 2013

Abstrak Mariska Natalia S

Latar Belakang: Pada masa remaja khususnya remaja putri akan mengalami perubahan fisik yang pesat, sebagai pertanda biologis dari kematangan seksual. Perubahan ini terjadi pada satu masa disebut masa pubertas, yang merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa reproduksi.Di Asia Pasifik, 63% penderita Premenstrual Sindrome (PMS) tidak pernah memeriksakan diri ke dokter karena menganggap bahwa PMS adalah sesuatu yang wajar dan harus dijalani.

Tujuan penelitian: Untuk menganalisis efektifitas penyuluhan terhadap pengetahuan remaja tentang sindrom premenstruasi,

Metodologi: Penelitian kuasi eksperimental dengan menggunakan rancangan/desain one group Pretest dan Post-test. Jumlah sampel 63 orang. Penelitian dilakukan bulan Maret-April 2013 di SMA Tri Sakti Medan. Pengambilan Sampel dilakukan dengan menggunakan SimpleRandom Sampling.

Hasil: Berdasarkan data demografi mayoritas responden berusia 16 tahun sebanyak 33 orang (50,8%), umur menarche mayoritas berusia 13 tahun sebanyak 29 orang (46%) sedangkan dari hasil uji statistik perbedaan nilaimean yang signifikan antara tingkat pengetahuan remaja sebelum dan sesudah mendapatkan penyuluhan dengan taraf signifikasi 0,000 p<0,05, Oleh sebab itu, Hipotesa penelitian yang mengatakan ada efek penyuluhan terhadap pengetahuan remaja tentang sindrom premenstruasi adalah diterima.

Kesimpulan: Dari hasil penelitian diperoleh bahwa setelah mendapat penyuluhan terdapat peningkatan skor pengetahuan mengenai Sindrom Premenstruasi. Diharapkan bagi tenaga kesehatan mampu meningkatkan dalam memberikan konseling, informasi, dan edukasi kesehatan khususnya tentang premenstrual syndromebagi remaja putri.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

depan dimana terjadi perubahan fisik, mental, dan psikososial yang cepat dan

berrdampak pada berbagai aspek kehidupan selanjutnya (Eva Ellya, 2010).

Pada masa remaja khususnya remaja putri akan mengalami perubahan fisik

yang pesat, sebagai pertanda biologis dari kematangan seksual. Perubahan ini

terjadi pada satu masa disebut masa pubertas, yang merupakan masa transisi

antara masa kanak-kanak dan masa reproduksi (Winkjosastro, 2006).

Penelitian yang dilakukan oleh Pelayanan Kesehatan Ramah Remaja (PKRR)

dibawah naungan WHO tahun 2005 menyebutkan bahwa permasalahan remaja

putri di Indonesia adalah seputar permasalahan mengenai gangguan menstruasi

(38,45%), masalah gizi yang berhubungan dengan anemia (20,3%), gangguan

belajar (19,7%), gangguan psikologis (0,7%), serta masalah kegemukan (0,5%)

(Setiasih, 2007).

Pengetahuan dan sikap kesehatan reproduksi remaja memang dinilai masih

rendah, kurangnya pengetahuan tentang biologis dasar pada remaja

mencerminkan kurangnya pengetahuan tentang resiko yang berhubungan dengan

tubuh mereka dan cara menghindarinya (Pinem, 2009).

Menurut penelitian Tambing, Yane (2012) yang memperoleh angka

prevalensi kejadian Sindrom Premenstruasi sebesar 24,6% dengan tiga gejala

premenstruasi yang paling berat dirasakan oleh remaja adalah nyeri perut

(13)

Sebuah Penelitian oleh Deuster pada tahun 1994 yang berjudul Biological,

Social and Behavioral Factories Associated With Premenstrual Syndrome yang melibatkan 874 wanita di Virginia menemukan fakta bahwa mereka yang telah

menikah cenderung mempunyai resiko yang lebih kecil untuk mengalami

sindrom pramenstruasi (3,7%) daripada mereka yang tidak menikah (12,6%)

(Maulana, 2008).

Di Asia Pasifik, 63% penderita Premenstrual Sindrome (PMS) tidak pernah

memeriksakan diri ke dokter karena menganggap bahwa PMS adalah sesuatu

yang wajar dan harus dijalani. Padahal jika menyempatkan diri untuk

berkonsultasi ke tenaga kesehatan, maka dapat mengetahui tingkat keparahan

penyakit PMS, dan memperoleh perawatan yang paling sesuai dengan kondisi

tersebut (Proverawati dan Misaroh, 2010).

Ada banyak faktor yang diduga menjadi penyebab timbulnya PMS. Salah

satu faktor penyebab PMS yaitu kadar hormon progesteron rendah, kadar hormon

estrogen yang berlebihan, perubahan ratio kadar hormon estrogen/progesteron,

dan dimungkinkan berhubungan dengan faktor-faktor hormonal, genetik, sosial,

perilaku, biologis, dan psikis (Waluyo, 2009).

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis ingin meneliti, “Efektifitas

penyuluhan terhadap pengetahuan remaja tentang sindrom premenstruasi di SMA

Tri Sakti Medan”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah

adalah “Bagaimanakah efektifitas penyuluhan terhadap pengetahuan dan sikap

(14)

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengetahui efektifitas penyuluhan terhadap pengetahuan remaja tentang

Sindrom Premenstruasi.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pengetahuan remaja tentang Sindrom Premenstruasi

sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan. .

b. Menganalisis efektifitas penyuluhan terhadap pengetahuan remaja

sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan.

C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi bagi remaja

mengenai sindrom premenstruasi.

2. Manfaat Aplikatif

a.Praktik kebidanan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan

remaja dalam menghadapi Sindrom Premenstruasi.

b.Penelitian Kebidanan

Dapat dijadikan masukan sebagai pengembangan penelitian

(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penyuluhan Kesehatan 1. Pengertian

Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan

yangberlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan,

dimanaindividu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan

ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang

bisadilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok denganmeminta

pertolongan (Effendy, 2003).

2. Sasaran

Sasaran penyuluhan kesehatan mencakup individu, keluarga, kelompok

dan masyarakat. Penyuluhan kesehatan pada individu dapat dilakukan di

rumah sakit,klinik, puskesmas, posyandu, keluarga binaan dan masyarakat

binaan. Penyuluhan kesehatan pada keluarga diutamakan pada keluarga

resiko tinggi, seperti keluarga yang menderita penyakit menular, keluarga

dengan sosial ekonomi rendah, keluargadengan keadaan gizi yang buruk,

keluarga dengan sanitasi lingkungan yang burukdan sebagainya.

Penyuluhan kesehatan pada sasaran kelompok dapat dilakukan pada

kelompokibu hamil, kelompok ibu yang mempunyai anak balita, kelompok

masyarakat yangrawan terhadap masalah kesehatan seperti kelompok lansia,

kelompok yang ada diberbagai institusi pelayanan kesehatan seperti anak

sekolah, pekerja dalamperusahaan dan lain-lain. Penyuluhan kesehatan pada

(16)

masyarakat nelayan, masyarakatpedesaan, masyarakat yang terkena wabah

dan lain-lain (Effendy, 2003).

3. Materi/pesan

Materi atau pesan yang disampaikan kepada sasaran hendaknya

disesuaikandengan kebutuhan kesehatan dari individu, keluarga, kelompok

dan masyarakat,sehingga materi yang disampaikan dapat dirasakan langsung

manfaatnya. Materiyang disampaikan sebaiknya menggunakan bahasa yang

mudah dimengerti, tidakterlalu sulit untuk dimengerti oleh sasaran, dalam

penyampaian materi sebaiknyamenggunakan metode dan media untuk

mempermudah pemahaman dan untukmenarik perhatian sasaran (Effendy,

2003).

4. Metode

Menurut Notoatmodjo (2007), metode penyuluhan merupakan salah satu

faktoryang mempengaruhi tercapainya suatu hasil penyuluhan secara optimal.

Metodeyang dikemukakan antara lain :

1. Metode penyuluhan perorangan (individual)

Dalam penyuluhan kesehatan metode ini digunakan untuk membina

perilakubaru atau seseorang yang telah mulai tertarik pada suatu

perubahan perilaku atauinovasi. Dasar digunakan pendekatan individual

ini karena setiap orang mempunyaimasalah atau alasan yang

berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilakubaru tersebut. Bentuk

dari pendekatan ini antara lain:

a. Bimbingan dan penyuluhan

Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif.

(17)

penyelesaiannya. Akhirnyaklien akan dengan sukarela, berdasarkan

kesadaran dan penuh pengertian akanmenerima perilaku tersebut.

b. Wawancara

Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan

penyuluhan.Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk

menggali informasimengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, ia

tertarik atau belummenerima perubahan, untuk mempengaruhi apakah

perilaku yang sudah atau akandiadopsi itu mempunyai dasar pengertian

dan kesadaran yang kuat, apabila belummaka perlu penyuluhan yang

lebih mendalam lagi.

2. Metode penyuluhan kelompok

Dalam memilih metode penyuluhan kelompok harus mengingat

besarnyakelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran.

Untuk kelompokyang besar, metodenya akan berbeda dengan kelompok

kecil. Efektifitas suatumetode akan tergantung pula pada besarnya sasaran

penyuluhan. Metode inimencakup :

a. Kelompok besar, yaitu apabila peserta penyuluhan lebih dari 15

orang. Metodeyang baik untuk kelompok ini adalah ceramah dan

seminar.

1). Ceramah

Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi

maupun rendah. Hal-halyang perlu diperhatikan dalam

menggunakan metode ceramah adalah :

(18)

Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri

menguasai materiapa yang akan diceramahkan, untuk itu penceramah

harus mempersiapkandiri. Mempelajari materi dengan sistematika

yang baik. Lebih baik lagikalau disusun dalam diagram atau skema

dan mempersiapkan alat-alatbantu pengajaran.

b. Pelaksanaan

Kunci keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila

penceramah dapat sasaran Untuk dapat menguasai sasaran

penceramah dapatmenunjukkan sikap dan penampilan yang

meyakinkan. Tidak bolehbersikap ragu-ragu dan gelisah. Suara

hendaknya cukup keras dan jelas.Pandangan harus tertuju ke seluruh

peserta. Berdiri di depan /dipertengahan,seyogianya tidak duduk dan

menggunakan alat bantu lihat semaksimalmungkin

2). Seminar

Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar deng

pendidikanmenengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian dari

seseorang ahli ataubeberapa orang ahli tentang suatu topik yang

dianggap penting dan dianggaphangat di masyarakat.

a. Kelompok kecil, yaitu apabila peserta penyuluhan kurang

dari 15 orang. Metodeyang cocok untuk kelompok ini adalah

diskusi kelompok, curah pendapat, bolasalju, memainkan

peranan, permainan simulasi.

3. Metode penyuluhan massa

Dalam metode ini penyampaian informasi ditujukan kepada

(19)

bersifat umum dalam arti tidakmembedakan golongan umur, jenis

kelamin, pekerjaan, status ekonomi, tingkatpendidikan dan

sebagainya, maka pesan kesehatan yang akan disampaikan

harusdirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa

tersebut. Padaumumnya bentuk pendekatan masa ini tidak langsung,

biasanya menggunakan mediamassa. Beberapa contoh dari metode ini

adalah . ceramah umum, pidato melalui mediamassa, simulasi, dialog

antara pasien dan petugas kesehatan, sinetron, tulisandimajalah atau

koran, bill board yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster

dansebagainya.

5. Alat Bantu dan Media Penyuluhan a. Alat Bantu Penyuluhan (Peraga)

Alat bantu penyuluhan adalah alat-alat yang digunakan oleh

penyuluh dalammenyampaikan informasi. Alat bantu ini sering disebut

alat peraga karena berfungsi membantu dan meragakan sesuatu dalam

proses penyuluhan (Notoatmodjo,2007). Alat peraga ini disusun

berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada padasetiap manusia itu

diterima atau ditangkap melalui panca indera. Semakin banyakindera yang

digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan

semakinjelas pula pengertian/pengetahuan yang diperoleh. Dengan kata

lain, alat peraga inidimaksudkan untuk mengerahkan indera sebanyak

mungkin kepada suatu objeksehingga mempermudah persepsi.Secara

terperinci, fungsi alat peraga adalah untuk menimbulkan minat

sasaran,mencapai sasaran yang lebih banyak, membantu mengatasi

(20)

kesehatan, membantu sasaran untukbelajar lebih banyak dan tepat,

merangsang sasaran untuk meneruskan pesan yangditerima kepada orang

lain, mempermudah memperoleh informasi oleh sasaran,mendorong

keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih mendalami

danakhirnya memberikan pengertian yang lebih baik, dan membantu

menegakkanpengertian yang diperoleh.

Pada garis besarnya ada 3 macam alat bantu penyuluhan yaitu :

a. Alat bantu lihat

Alat ini berguna dalam membantu menstimulasikan indera mata pada

waktu terjadinya penyuluhan. Alat ini ada 2 bentuk yaitu alat yang

diproyeksikanmisalnya slide, film dan alat yang tidak diproyeksikan

misalnya dua dimensi, tigadimensi, gambar peta, bagan, bola dunia,

boneka dan lain-lain.

b. Alat bantu dengar

Alat ini berguna dalam membantu menstimulasi indera pendengar, pada

waktuproses penyampaian bahan penyuluhan misalnya piringan hitam,

radio, pita suaradan lain-lain.

c. Alat bantu lihat-dengar

Alat ini berguna dalam menstimulasi indera penglihatan dan

pendengaran padawaktu proses penyuluhan, misalnya televisi, video

cassette dan lain-lain.Sebelum membuat alat-alat peraga kita harus merencanakan dan memilih alat peraga yang paling tepat untuk digunakan

dalam penyuluhan. Untuk itu perludiperhatikan hal-hal sebagai berikut :

(21)

a. Tujuan pendidikan adalah untuk mengubah pengetahuan/pengertian,

pendapatdan konsep-konsep, mengubah sikap dan persepsi,

menanamkan tingkahlaku/kebiasaan yang baru.

b. Tujuan penggunaan alat peraga adalah sebagai alat bantu dalam

latihan/penataran/ penyuluhan, untuk menimbulkan perhatian

terhadap sesuatumasalah, mengingatkan sesuatu pesan/informasi

dan menjelqskan fakta-fakta,prosedur dan tindakan.

2. Persiapan penggunaan alat peraga

Semua alat peraga yang dibuatberguna sebagai alat bantu belajar

dan tetapharus diingat bahwa alat ini dapat berfungsi mengajar dengan

sendirinya. Kita harusmengemfangkan keterampilan dalam memilih,

mengadakan alat peraga secara tepatsehingga mempunyai hasil yang

maksimal.

b. Media Penyuluhan

Media penyuluhan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan

pesaninformasi yang ingin disampaikan oleh komunikator sehingga sasaran

dapatmeningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah

perilakunya kearah positif terhadap kesehatan.Penyuluhan kesehatan tak dapat

lepas dari media karena melalui media, pesan yang disampaikan dapat lebih

menarik dan dipahami, sehingga sasaran dapatmempelajari pesan tersebut

sehingga sampai memutuskan untuk mengadopsinya keperilaku yang positif.

Tujuan atau alasan mengapa media sangat diperlukan di dalam

pelaksanaanpenyuluhan kesehatan antara lain adalah :

a. Media dapat mempermudah penyampaian informasi.

(22)

c. Media dapat memperjelas informasi.

d. Media dapat mempermudah pengertian.

e. Media dapat mengurangi komunikasi verbalistik.

f. Media dapat menampilkan objek yang tidak dapat ditangkap dengan mata.

g. Media dapat memperlancar komunikasi.

Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan kesehatan, media ini

dibagimenjadi 3 yakni :

a. Media cetak

Media ini mengutamakan pesan-pesan visual, biasanya terdiri dari

gambaransejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna. Yang termasuk

dalam media iniadalah booklet, leaflet, flyer (selebaran), flip chart (lembar

balik), rubric atautulisan pada surat kabar atau majalah, poster, foto yang

mengungkapkan informasikesehatan. Ada beberapa kelebihan media cetak

antara lain tahan lama, mencakupbanyak orang, biaya rendah, dapat dibawa

kemana-mana, tidak perlu listrik,mempermudah pemahaman dan dapat

meningkatkan gairah belajar. Media cetakmemiliki kelemahan yaitu tidak dapat

menstimulir efek gerak dan efek suara danmudah terlipat.

b. Media elektronik

Media ini merupakan media yang bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan

didengardan penyampaiannya melalui alat bantu elektronika. Yang termasuk

dalam media ini adalah televisi, radio, video film, cassette, CD, VCD. Seperti

halnya mediacetak, media elektronik ini memiliki kelebihan antara lain lebih

mudah dipahami,lebih menarik, sudah dikenal masyarakat, bertatap muka,

mengikut sertakanseluruh panca indera, penyajiannya dapat dikendalikan dan

(23)

biayanya lebih tinggi,sedikit rumit, perlu listrik dan alat canggih untuk

produksinya, perlu persiapanmatang, peralatan selalu berkembang dan berubah,

perlu keterampilanpenyimpanan dan keterampilan untuk mengoperasikannya.

c. Media luar ruang

Media menyampaikan pesannya di luar ruang, bisa melalui media cetak

maupunelektronik misalnya papan reklame, spanduk, pameran, banner dan

televisi layarlebar. Kelebihan dari media ini adalah lebih mudah dipahami, lebih

menarik,sebagai informasi umum dan hiburan, bertatap muka, mengikut sertakan

seluruhpanca indera, penyajian dapat dikendalikan dan jangkauannya relatif

besar.Kelemahan dari media ini adalah biaya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu

alatcanggih untuk produksinya, persiapan matang, peralatan selalu berkembang

danberubah, memerlukan keterampilan penyimpanan dan keterampilan

untukmengoperasikannya.Media penyuluhan kesehatan yang baik adalah media

yang mampu memberikaninformasi atau pesan-pesan kesehatan yang sesuai

dengan tingkat penerimaansasaran, sehingga sasaran mau dan mampu untuk

mengubah perilaku sesuai dengan pesan yang disampaikan.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penyuluhan

Keberhasilan suatu penyuluhan kesehatan dapat dipengaruhi oleh faktor

penyuluh, sasaran dan proses penyuluhan.

a) Faktor penyuluh, misalnya kurang persiapan, kurang menguasai materi yang

akandijelaskan, penampilan kurang meyakinkan sasaran, bahasa yang

digunakan kurang dapat dimengerti oleh sasaran, suara terlalu kecil dan

kurang dapatdidengar serta penyampaian materi penyuluhan terlalu monoton

(24)

b) Faktor sasaran, misalnya tingkat pendidikan terlalu rendah sehingga sulit

menerimapesan yang disampaikan, tingkat sosial ekonomi terlalu rendah

sehingga tidak begitu memperhatikan pesan-pesan yang disampaikan karena

lebih memikirkankebutuhan yang lebih mendesak, kepercayaan dan adat

kebiasaan yang telahtertanam sehingga sulit untuk mengubahnya, kondisi

lingkungan tempat tinggalsasaran yang tidak mungkin terjadi perubahan

perilaku.

c) Faktor proses dalam penyuluhan, misalnya waktu penyuluhan tidak sesuai

dengan waktu yang diinginkan sasaran, tempat penyuluhan dekat dengan

keramaiansehingga menggangu proses penyuluhan yang dilakukan, jumlah

sasaranpenyuluhan yang terlalu banyak, alat peraga yang kurang, metoda

yangdigunakan kurang tepat sehingga membosankan sasaran serta bahasa

yangdigunakan kurang dimengerti oleh sasaran.

B. Pengetahuan 1. Defenisi

Pengetahuan adalah merupakan hasil mengingat suatu hal termasuk

mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik disengaja maupun

tidak disengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau

pengamatan terhadap suatu objek tertentu (Wahit, dkk, 2006).

Menurut Notoatmodjo (2007), Pengetahuan adalah merupakan hasil

“tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu

objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu indra

(25)

2. Tingkatan Pengetahuan

Menurut Sunaryo (2004), tingkatan pengetahuan di dalam domain

kognitif, mencakup 6 tingkatan, yaitu:

a. Tahu

Tahu merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. Tahu artinya

dapat mengingat atau mengingat kembali suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Ukuran bahwa seseorang itu tahu, adalah ia

dapat menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, dan menyatakan.

b. Pemahaman

Memahami artinya kemampuan untuk menjelaskan dan

menginterpretasikan dengan benar tentang objek yang diketahui.

Seseorang yang telah paham tentang sesuatu harus dapat menjelaskan,

memberikan contoh, dan menyimpulkan.

c. Penerapan

Penerapan yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi dan kondisi nyata.

d. Analisis

Analisis artinya adalah kemampuan untuk menguraikan objek

kedalam bagian-bagian lebih kecil, tetapi masih di dalam suatu

struktur objek tersebut dan masih terkait satu sama lain.

e. Sintesis

Sintesis yaitu suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian

didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk

(26)

f. Evaluasi

Evaluasi yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu

objek, dapat menggunakan kriteria yang telah ada atau disusun

sendiri.

3. Klasifikasi Pengetahuan

Menurut Arikunto (2006) pengetahuan dikategorikan dengan kriteria:

a. Pengetahuan Baik apabila skor yang diperoleh>75%

b. Pengetahuan Cukup apabila skor yang diperoleh 60-70%

c. Pengetahuan Kurang Baik apabila skor yang diperoleh<60%

C. Remaja 1. Defenisi

Kata remaja berasal dari bahasa Latin adolescentia yang berarti

remaja yang mengalami kematangan fisik, emosi, mental, dan sosial. Masa

remaja merupakan masa berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di

mana individu tidak lagi merasa dibawah tingkatan orang dewasa, akan tetapi

sudah dalam tingkatan yang sama (Pieter, Zan Herri dan Lumongga, Namora,

2011).

WHO mendefenisikan remaja lebih bersifat konseptual, ada tiga

kriteria yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi, dengan batasan usia

antara 10-20 tahun, yang secara lengkap defenisi tersebut sebagai berikut:

a. Individu berkembang dari saat petama kali ia menunjukkan

taednda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.

b. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari

(27)

c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh

keadaan yang relatif lebih mandiri (Sumiati, dkk, 2009)

Masa remaja terdiri dari:

a. Masa remaja awal (10-14 tahun)

Yang dimaksud dengan masa remaja awal (Early Adolescense) adalah

masa yang ditandai dengan berbagai perubahan tubuh yang cepat dan sering

mengakibatkan kesulitan dalam menyesuaikan diri, pada saat ini remaja

mulai mencari identitas diri.

b. Masa remaja pertengahan (15-16 tahun)

Remaja pertengahan (Middle Adolescence) adalah masa yang ditandai

dengan bentuk tubuh yang sudah menyerupai orang dewasa, meskipun

belum siap secara psikis, pada masa ini sering terjadi konflik karena remaja

sudah mulai ingin bebas mengikuti teman sebaya.

c. Masa remaja akhir (17-19 tahun).

Remaja akhir (Late Adolescence) adalah masa yang ditandai dengan

pertumbuhan biologis sudah melambat, tetapi masih berlangsung di tempat

lain, emosi, minat, konsentrasi, dan cara berpikir sudah mulai stabil serta

kemampuan untuk menyelesaikan masalah sudah meningkat.

2. Ciri-ciri masa remaja

Pieter, Zan Herri dan Lumongga, Namora (2011) mengemukakan ciri

masa remaja adalah sebagai berikut:

a. Sebagai periode peralihan

Peralihan berarti terputus atau berubah dari apa yang pernah

terjadi sebelumnya. Peralihan adalah proses perkembangan dari satu

(28)

perkembangan masa pubertas. Apa yang tertinggal pada satu tahap

akan memberikan dampak di masa akan datang.

b. Periode mencari identitas diri

Kini remaja merasa tidak puas lagi untuk sama dengan

teman-temannya. Remaja selalu mencari identitas diri guna menjelaskan

siapa dirinya, apa peranannya, apakah dia masih kanak-kanak atau

telah menjadi orang dewasa. Tugas penting yang dihadapi remaja

adalah menemukan jawaban dari pertanyaan mengenai dirinya,

mencakup keputusan, dan standar tindakan.

D. Sindrom Premenstruasi 1. Defenisi

Sindrom Premenstruasi(PMS) adalah suatu kondisi yang terdiri atas

beberapa gejala fisik, emosi dan perilaku yang dialami oleh seorang

perempuan sebelum datangnya siklus menstruasi, yang menyebabkan ia

mengalami gangguan dalam fungsi dan aktifitas sehari-hari, gejala-gejala

tersebut akan menghilang saat menstruasi tiba (Sylvia, 2010).

Sindrom Prementruasi merupakan kumpulan gejala fisik, psikologis, dan

emosi yang terkait dengan siklus menstruasi wanita dan secara konsisten

terjadi selam tahap luteal dari siklus menstruai akibat perubahan hormonal

yang berhubbungan dengan siklus saat ovulasi (pelepasan sel telur dari ovum)

dan menstruasi. Gejala-gejala tersebut biasanya terjadi secara reguler pada

7-10 hari sebelum datangnya menstruasi dan biasanya akan menghilang pada

saat menstruasi dimulai sampai beberapa hari seteleh menstruasi (Waluyo,

(29)

2. Etiologi/penyebab

Penyebab yang pasti dari premenstruasi sindrom belum diketahui, dapat

bersifat kompleks dan multifaktorial, yaitu berhubungan dengan faktor

hormonal, genetik, sosial, perilaku, biologis dan psikis, sebagai berikut:

a. Faktor hormonal yakni terjadi ketidakseimbangan antara hormon

estrogen dan progesteron.

b. Faktor kimiawi yakni berasal dari bahan-bahan kimiawi tertentu

didalam otak seperti serotonin (neurotransmitter), berubah-ubah

selama siklus menstruasi, serotonin sangat mempengaruhi suasana

hati.

c. Faktor genetik, yaitu insidensi sindrom premenstruasi dua kali lebih

tinggi pada kaembar satu telur dbandingkan kembar dua telur.

d. Faktor psikologis, yaitu stress sangat besar pengaruhnya terhadap

kejadian premenstruasi sindrom.

e. Faktor gaya hidup, yaitu pengaturan pola makan, kebiasaan merokok

dan minum alkohol dan kurang berolahraga.

f. Usia, PMS semakin sering dan mengganggu dengan bertambahnya

usia, terutama antara usia 30-45 tahun.

g. Defisiensi endorphin (Waluyo, 2009).

3. Tanda dan gejala

Adapun gejala sindrom pramenstruasi mencakup, yakni:

1. Gejala fisik, terdiri atas:

a. Payudara membengkak dan terasa nyeri

b. Perut membengkak dan menggembung, serta mengalami sembelit

(30)

c. Nyeri kepala dan migren

d. Membengkaknya tangan dan kaki

e. Bertambahnya berat badan

f. Otot menjadi kaku dan nyeri

g. Sendi-sendi kaku dan nyeri

h. Mual dan muntah

2. Gejala emosi dan perilaku:

a. Depresi

b. Cemas dan serangan panik

c. Sulit tidur

d. Perubahan minat dan gairah seksual

e. Mudah tersinggung

f. Bermusuhan dan marah yang meledak-ledak

g. Meningkatnya selera makan trehadap makanan-makanan tertentu

(terutama garam dan gula)

h. Meningkat dan menurunnya mood i. Sulit konsentrasi

j. Merasa lemah dan lelah (Sylvia, 2010)

4. Klasifikasi

Tipe dan gejala PMS bermacam-macam. Dr.Guy E. Abraham, ahli

kandungan dan kebidanan dari fakultas kedokteran UCLA, AS, membagi

PMS menurut gejalanya yakni PMS tipe A, H, C, dan D. Delapan puluh

persen gangguan PMS termasuk tipe A. Penderita tipe H sekitar 60%. PMS

(31)

mengalami gejala gabungan, misalnya tipe A dan D secara bersamaan. Setiap

tipe memiliki gejalanya sendiri, yakni:

a) PMS tipe A (Anxiety)

Ditandai dengan gejala seperti rasa cemas, sensitif, saraf tegang,

perasaan labil. Bahkan beberapa wanita mengalami depresi ringan

sampai sedang saat sebelum mendapat haid. Gejala ini timbul akibat

ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron: hormon estrogen

terlalu tinggi dibandingkan hormon progesteron. Pemberian hormon

progesteron kadang dilakukan untuk mengurangi gejala, tetapi beberapa

peneliti mengatakan, pada penderita PMS bisa jadi kekurangan vitamin

B6 dan magnesium. Penderita PMS A sebaiknya banyak mengkonsumsi

makanan berserat dan membatasi atau mengurangi minum kopi.

b) PMS tipe H (Hyperhydration)

Tipe ini memiliki gejala edema (pembengkakan), perut kembung,

nyeri pada buah dada, pembengkakan pada tangan dan kaki, peningkatan

berat badan sebelum haid. Gejala tipe ini dapat juga dirasakan bersamaan

dengan tipe PMS yang lain. Pembengkakan itu terjadi akibat

berkumpulnya air pada jaringan di luar sel (ekstrasel) karena tingginya

asupan garam atau gula pada diet penderita. Pemberian obat diuretika

untuk mengurangi retensi (penimbunan) air dan natrium pada tubuh

hanya mengurangi gejala yang ada. Untuk mencegah terjadinya gejala ini

penderita dianjurkan mengurangi asupan garam dan gula pada diet

(32)

c) PMS tipe C (Craving)

Tipe ini ditandai dengan rasa lapar ingin mengkonsumsi makanan

yang manis-manis (biasanya coklat) dan karbohidrat sederhana (biasanya

gula). Pada umumnya sekitar 20 menit setelah menyantap gula dalam

jumlah banyak, timbul gejala hipoglikemia seperti kelelahan, jantung

berdebar, pusing kepala yang terkadang sampai pingsan. Hipoglikemia

timbul karena pengeluaran hormon insulin dalam tubuh meningkat. Rasa

ingin menyantap makanan manis dapat disebabkan oleh stres, tinggi

garam dalam diet makanan, tidak terpenuhinya asam lemak esensial

(omega 6), atau kurangnya magnesium

d) PMS tipe D (Depression)

Tipe ini ditandai dengan gejala rasa depresi, ingin menangis, lemah,

gangguan tidur, pelupa, bingung, sulit dalam mengucapkan kata-kata

(verbalisasi), bahkan kadang-kadang muncul rasa ingin bunuh diri atau

mencoba bunuh diri. Biasanya PMS tipe D berlangsung bersamaan

dengan PMS tipe A, hanya sekitar 3% dari seluruh tipe PMS benar-benar

murni tipe D.PMS tipe D murni disebabkan oleh ketidakseimbangan

hormon progesteron dan estrogen, dimana hormon progesteron dalam

siklus haid terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon estrogennya.

Kombinasi PMS tipe D dan TIPE A dapat disebabkan oleh beberapa

faktor yaitu stres, lkekurangan asam amino tyrosine, penyerapan dan

penyimpanan timbal di tubuh, atau kekurangan magnesium dan vitamin

B (terutama B6). Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung

vitamin B6 dan magnesium dapat membantu mengatasi gangguan PMS

(33)

5. Pencegahan dan Penanganan

Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mencegah dan menangani

sindrom premenstruasi yaitu:

a) Edukasi dan konseling

Tatalaksana pertama kali adalah meyakinkan seorang wanita bahwa

wanita lainnya pun ada yang memiliki keluhan yang sama ketika

menstruasi. Pencatatan secara teratur siklus menstruasi setiap bulannya

dapat memberikan gambaran seorang wanita mengenai waktu terjadinya

sindrom premenstruasi. Sangat berguna bagi seorang wanita dengan

sindrom pramenstrusi untuk mengenali gejala yang akan terjadi sehingga

dapat mengantisipasi waktu setiap bulannya ketika ketidakstabilan emosi

sedang terjadi.

b) Modifikasi gaya hidup

Wanita dengan gejala ini sebaiknya mendiskusikan masalahnya

dengan orang terdekatnya, baik pasangan, teman, maupun keluarga.

Terkadang konfrontasi atau pertengkaran dapat dihindari apabila

pasangan maupun teman mengerti dan mengenali penyebab dari kondisi

tidak stabil wanita tersebut.

c) Diet (pola konsumsi)

Penurunan asupan garam dan karbohidrat (nasi, kentang, roti) dapat

mencegah edema (bengkak) pada beberapa wanita. Penurunan konsumsi

kafein (kopi) juga dapat menurunkan ketegangan, kecemasan dan

insomnia (sulit tidur). Pola makan disarankan lebih sering namun dalam porsi kecil karena berdasarkan bukti bahwa selama periode premenstruasi

(34)

badan, karena berat badan yang berlebihan dapat meningkatkan risiko

menderita sindrom premenstruasi (PMS).

d) Olahraga /latihan fisik

Olahraga berupa lari dikatakan dapat menurunkan keluhan

premenstrual syndrome. Berolahraga dapat menurunkan stress dengan cara memiliki waktu untuk keluar dari rumah dan pelampiasan untuk rasa

marah atau kecemasan yang terjadi. Beberapa wanita mengatakan bahwa

berolah raga ketika mereka mengalami pre-menstrual sindrom dapat

membantu relaksasi dan tidur di malam hari.

e) Obat-obatan

Apabila gejala premenstrual syndrome begitu hebatnya sampai

mengganggu aktivitas sehari-hari, umumnya modifikasi hidup jarang

berhasil dan perlu dibantu dengan obat-obatan.Asam mefenamat (500

mg, 3 kali sehari) berdasarkan penelitian dapat mengurangi gejala

premenstrual syndrome seperti dismenorea dan menoragia (menstruasi dalam jumlah banyak) namun tidak semua. Asam mefenamat tidak

diperbolehkan pada wanita yang sensitif dengan aspirin atau memiliki

risiko ulkus peptikum.Kontrasepsi oral dapat mengurangi gejala

premenstrual syndrome seperti dismenorea dan menoragia, namun tidak berpengaruh terhadap ketidakstabilan mood.

Pada wanita yang sedang mengkonsumsi pil KB namun mengalami

gejala premenstrual syndrome sebaiknya pil KB tersebut dihentikan

sampai gejala berkurang.Obat penenang seperti alparazolam atau

triazolam, dapat digunakan pada wanita yang merasakan kecemasan,

(35)

digunakan bagi mereka yang memiliki gejala premenstrual syndrome

(36)

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

A. Kerangka Konseptual

Kerangka Konsep Penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan

atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya atau antara variabel

yang satu dengan variabel lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoadmodjo,

2010)

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel independent, variabel

dependent. Variabel independent dalam penelitian ini adalah penyuluhan, variabel dependent adalah pengetahuan remaja tentang sindrom premenstruasi.

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Variabel Independent

Pre Test Post Test

Variabel Dependent Efektifitas

Penyuluhan

Pengetahuan remaja tentang sindrom pramenstruasi

setelah penyuluhan Pengetahuan remaja tentang

(37)

B. Hipotesis

Hipotesis didalam suatu penelitian berarti jawaban sementara peneliti,

patokan dugaan atau dalil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam

penelitian ini ditunjukkan hipotesa sebagai berikut:

Ha :

Ada efek penyuluhan terhadap pengetahuan remaja tentang sindrom

pramenstruasi.

C. Tabel Defenisi Operasional

N

(38)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimental dengan menggunakan

rancangan/desain one group Pretest dan Post-test, dimana rancangan ini tidak

menggunakan kelompok perbandingan (kelompok) tetapi sesudah dilakukan

observasi pertama (pretest) yang memungkinkan peneliti dapat menguji

perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya perlakuan (Notoatmodjo,

2007). Rancangan ini dapat di gambarkan sebagai berikut :

Pretest Perlakuan Post-test

O1 = Pretest sebelum diberi perlakuan pada kelompok penyuluhan pada remaja

tentang sindrom pramenstruasi (Bulan Pertama)

O2 = Post-test setelah diberi perlakuan pada kelompok penyuluhan pada remaja

tentang sindrom pramenstruasi (Bulan Kedua)

X = Memberikan perlakuan dengan memberikan metode ceramah (Bulan

Kedua).

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas Xyang ada di

SMA Tri Sakti Medan yang berjumlah 75 orang pada bulan Maret 2013.

(39)

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi siswi SMA

Tri Sakti Medan yang diperoleh melalui rumus dibawah ini (Hidayat, 2010).

n = � 1+(�2)

n = 75 1+75(0,052)

n = 118 11875

n = 63 orang

Keterangan :

N : Besarnya populasi

n : Besar sample

d : tingkat kepercayaan (ketetapan yang diinginkan) (0,05)

Jadi siswi kelas X di SMA Tri Sakti yang dijadikan sampel pada penelitian

adalah sebanyak 63 orang, dimana pengambilannya dilakukan secara Simple

Random Sampling.

Adapun kriteria sample sebagai berikut:

1. Kriteria Inklusi

Adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili sampel

penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel yaitu:siswi kelas X

(40)

2. Kriteria Ekslusi

Adalah kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili sampel

penelitian yang tidak memenuhi syarat sebagai sampel yaitu: siswi yang

bukan kelas X, yang tidak bersedia menjadi responden,dan tidak hadir

saat penelitian.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Tri Sakti Medan.Peneliti memilih lokasi ini

dengan pertimbangan adanya populasi yang mencukupi untuk dijadikan responden,

lokasi dapat dijangkau, serta belum pernah dilakukan penelitian yang sama

sebelumnya.

D. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2013 sampai dengan April 2013.

E. Pertimbangan Etik Penelitian

Penelitian dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari institusi

pendidik yaitu program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Sumatra

Utara dan izin dari Kepala Sekolah SMA Tri Sakti Medan. Dalam penelitian ini

terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan prinsip etik penelitian, yaitu:

Memberikan penjelasan kepada calon responden tentang tujuan penelitian,

menjelaskan manfaat penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian.

Apabila responden bersedia, maka calon responden dipersilahkan untuk

menandatangani informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka

calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri dari penelitian.

Responden juga berhak mengundurkan diri selama pengumpulan data berlangsung.

(41)

mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada

instrumen penelitian.

F. Instrumen Penelitian

Alat pengumpulan data yang digunakan berupa kuesioner, LCD, dan

proyektor. Kuesioner disusun secara terstruktur dan berbentuk pernyataan yang

harus dijawab responden. Kuesioner terdiri dari 19 soal bentuk pernyataan dimana

dalam pernyataan tersebut disediakan pilihan jawaban “benar” dan “salah” dan

responden diminta memilih salah satu jawaban tersebut. Apabila jawaban benar

skornya 1 dan apabila salah skornya 0.

G. Uji Validitas dan Uji Reabilitas 1. Uji Validitas

Uji validitas adalah uji yang dilakukan untuk menunjukan

tingkatkevaliditasannya dan kesahlian sebuah instrumen, yang mampu mengukur apa

yang dinginkan, sehingga dapat mengukur instrumen secara benar. Uji validitas

dilakukan secara content validity sebanyak dua kali yaitu dengan cara melakukan

konsultasi kepada dosen pembimbing d.an dokter spesialis kandungan yaitu Dr.dr.M.

Fidel Ganis Siregar, M valid Ked,OG, SpOG (K), sehingga instrument yang

digunakan tersebut dinyatakan valid dan mampu mengukur variable yang akan

diukur. Kuesioner dinyatakan valid dengan CVI (Content Validity Indeks)sebesar

0,86.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas instrumen dilakukan untuk mengukur tingkat kekonsistenan

jawaban yang diberikan responden. Atas pertanyaan dari kuesioner yang diujikan,

Uji realibilitas telah dilakukan pada 30 responden siswi yang mempunyai kriteria

(42)

realibilitas ini adalah 0,83 yang diperoleh dari 30 pertanyaan. Nilai yang didapatkan

menunjukkan instrument ini reliable.

H. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh responden

untuk mengetahui efektifitas penyuluhan terhadap pengetahuan remaja tentang

sindom premenstruasi di SMA Tri Sakti Medan. Prosedur pengumpulan data

dilakukan adalah : Mengajukan surat permohonan izin penelitian pada institusi

pendidikan program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatra Utara, dan mengajukan surat permohonan izin melaksanakan penelitian

kepada Kepala sekolah SMA Tri Sakti. Setelah mendapatkan izin untuk meneliti,

kemudian peneliti mendatangi sekolah SMA Tri Sakti, kemudian terlebih dahulu

peneliti memberikan kuesioner kepada responden sebagai hasil dari pre test

responden, lalu melakukan penyuluhan sebagai bentuk intervensi dalam melihat

perubahan pengetahuan responden mengeanai sindrom premenstruasi dan terakhir

datang kembali ke SMA Tri Saktimemberikan kuesioner kepada responden sebagai

hasil post test terhadap evaluasi penyuluhan yang telah diberikan.

I. Analisa Data

Setelah seluruh data terkumpul, maka dilakukan analisis data kembali dengan

memeriksa semua kuesioner apakah jawaban sudah lengkap atau benar (editing).

Kemudian data diberi kode (coding) untuk memudahkan peneliti dalam melakukan

analisis data dan pengolahan data serta pengambilan kesimpulan data yang

dimasukkan kedalam bentuk tabel. coding merupakan kegiatan memberikan kode

numerik pada data yang terdiri atas beberapa kategori. Processing Setelah data di

(43)

bivariat untuk mengetahui frekuensi dan persentase masing-masing variabel yang akan diteliti. Entry data dalam komputer dan dilakukan dengan menggunakan tehnik

komputerisasi.

Tahap terakhir yang sudah dilakukan yaitu cleaning yakni pemeriksaan semua

data yang telah dimasukkan kedalam program komputer guna menghindari terjadinya

kesalahan.Analisis data dilakukan menggunakan bantuan program yang disesuaikan,

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Analisis Univariat

Dilakukan dengan menyatakan hasil analisis tiap variabel dari hasilpenelitian.

Analisis dilakukan berdasarkan frekuensi, standar deviasi, danpresentase.

b. Analisis Bivariat

Sebelum dilakukan uji statistik maka data dilakukan uji kenormalanterlebih

dahulu menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Setelahdilakukan uji kenormalan

didapatkan hasil pengetahuan sebelum dan sesudahpenyuluhan data berdistribusi

(44)

BAB V PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian melalui pengumpulan

data yang dilakukan sejak bulan Maret - April 2013. Penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis efektifitas penyuluhan terhadap

pengetahuan remaja tentang sindrom premenstruasi. Hasil penelitian ini

menggambarkan tentang perbedaaan pengetahuan pada siswa remaja putri

kelas X SMA sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan.

1. Analisis Univariat

Analisis univariat menggambarkan data karakteristik responden

mencakup umur dan umur menstruasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik responden

mayoritas responden berusia 16 tahun sebanyak 32 orang (50,8%).

Sedangkan dari umur menstruasi mayoritas responden berusia 13 tahun

sebanyak 29 orang (46%). Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada

tabel 5.1 dibawah ini:

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Remaja di SMA Tri Sakti Medan Tahun 2013

(45)

a. Deskripsi jawaban responden sebelum diberikan penyuluhan

Berdasarkan hasil penelitian, distribusi jawaban responden mengenai

sindrom premenstruasi sindrom premenstruasi sebelum diberikan

penyuluhan, dari 19 pertanyaan terdapat 3 pertanyaan yang memiliki

persentase kecil dalam menjawab yang benar oleh 63 responden

mengenai sindrom premenstruasi adalah pertanyaan nomor 10,

Menjelang menstruasi semua wanita cenderung mudah marah, mudah tersinggung dan cemas sebanyak 2 orang (3,2%), pertanyaan nomor 17 Semakin usia bertambah gejala premenstrual syndrome semakin ringan sebanyak 11 orang (17,5%), dan pertanyaan nomor 18 Mengkonsumsi

(46)

Tabel 5.1.1

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden sebelum diberikan penyuluhan di SMA Tri Sakti Medan Tahun 2013

No

Pertanyaan

Jawaban Benar Salah f % F %

1. Kumpulan gejala fisik dan psikologis yang terjadi 7-10 hari menjelang menstruasi disebut premenstrualsyndrome

53 84,1 10 15,9

2. Premenstrual syndrome terjadi setelah

mendapat haid. 44 69,8 19 30,2

3.

Gejala fisik yang muncul menjelang

menstruasi diantaranya perut kembung 63 100 - -

4.

Premenstrual syndrome biasanya terjadi 7-10

hari sebelum datang haid 44 69,8 19 30,2

5.

Perut terasa sakit merupakan gejala fisik yang

dirasakan menjelang menstruasi 63 100 - -

6.

Saat menjelang menstruasi wanita mengalami

payudara terasa kencang dan teraba keras 37 58,7 26 41,3 7. Buang air kecil sedikit merupakan gejala fisik

yang terjadi menjelang menstruasi 40 63,5 23 36,5 8. Otot/sendi menjadi kaku dan nyeri adalah hal

yang wajar menjelang menstruasi 54 85,7 9 14,3 9. Jerawat tidak biasa muncul menjelang

menstruasi 40 63,5 23 36,5

10 Menjelang menstruasi semua wanita cenderung mudah marah, mudah tersinggung dan cemas

2 3,2 61 96,8

11 Perasaan senang merupakan gejala psikologis

(mental) yang dialami menjelang menstruasi 47 74,6 16 25,4 12 Depresi/merasa tertekan sering muncul

menjelang menstruasi. Hal ini tidak normal 34 54,0 29 46,0 13 Gejala yang muncul pada semua wanita

menjelang menstruasi itu sama 33 52,4 30 47,6

14 Gejala-gejala fisik dan psikologis tersebut akan normal kembali dengan datangnya menstruasi

34 54,0 29 46,0

15 Kebiasaan makan makanan yang kadar gula tinggi, garam dan coklat dapat mengurangi gejala premenstrual syndrome

34 54,0 29 46,0

16 Kebiasaan merokok dan minum minuman alkohol dapat mengurangi gejala

premenstrual syndrome

51 17,5 12 82,5

17 Semakin usia bertambah gejala

premenstrualsyndrome semakin ringan 11 17,5 52 82,5 18 Mengkonsumsi buah dan sayuran hijau yang

banyak tidak dapat mengurangi gejala

premenstrual syndrome

31 49,2 32 50,8

11 9.

Mengkonsumsi ramuan tradisional atau obat anti nyeri dapat mengurangi resiko terjadinya

premenstrual syndrome

(47)

b. Deskripsi jawaban responden sesudah diberikan penyuluhan

Berdasarkan hasil penelitian, distribusi jawaban responden mengenai

sindrom premenstruasi sindrom premenstruasi setelah diberikan

penyuluhan, dari setiap pertanyaan terdapat peningkatan jawaban yang

benar oleh 63 responden, dan dilihat dari 3 pertanyaan yang memiliki

persentase kecil dalam menjawab yang benar oleh 63 responden sebelum

diberikan penyuluhan, terdapat peningkatan setelah diberikan penyuluhan

mengenai sindrom premenstruasi adalah pertanyaan nomor 10,

Menjelang menstruasi semua wanita cenderung mudah marah, mudah tersinggung dan cemas sebanyak 40 orang (63,5%), pertanyaan nomor 17 Semakin usia bertambah gejala premenstrual syndrome semakin ringan sebanyak 32 orang (50,8%), dan pertanyaan nomor 18 Mengkonsumsi

(48)

Tabel 5.1.2

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden sesudah diberikanpenyuluhan di SMA Tri Sakti Medan Tahun 2013

No

Pertanyaan

Jawaban Benar Salah f % F %

1. Kumpulan gejala fisik dan psikologis yang terjadi 7-10 hari menjelang menstruasi disebut premenstrualsyndrome

63 100 - -

2. Premenstrual syndrome terjadi setelah

mendapat haid.

62 98,4 1 1,6

3.

Gejala fisik yang muncul menjelang

menstruasi diantaranya perut kembung 62 98,4 1 1,6

4.

Premenstrual syndrome biasanya terjadi

7-10 hari sebelum datang haid 63 100 - -

5.

Perut terasa sakit merupakan gejala fisik

yang dirasakan menjelang menstruasi 62 98,4 1 1,6

6.

Saat menjelang menstruasi wanita mengalami payudara terasa kencang dan teraba keras

58 92,1 5 7,9

7. Buang air kecil sedikit merupakan gejala

fisik yang terjadi menjelang menstruasi 55 87,3 8 12,7 8. Otot/sendi menjadi kaku dan nyeri adalah

hal yang wajar menjelang menstruasi 58 92,1 5 7,9 9. Jerawat tidak biasa muncul menjelang

menstruasi

56 88,9 7 11,1

10 Menjelang menstruasi semua wanita cenderung mudah marah, mudah tersinggung dan cemas

40 63,5 23 36,5

11 Perasaan senang merupakan gejala

psikologis (mental) yang dialami menjelang menstruasi

50 79,4 13 20,6

12 Depresi/merasa tertekan sering muncul

menjelang menstruasi. Hal ini tidak normal 34 54,0 29 46,0 13 Gejala yang muncul pada semua wanita

menjelang menstruasi itu sama 38 60,3 25 39,7

14 Gejala-gejala fisik dan psikologis tersebut akan normal kembali dengan datangnya menstruasi

32 50,8 31 49,2

15 Kebiasaan makan makanan yang kadar gula tinggi, garam dan coklat dapat mengurangi gejala premenstrual syndrome

41 65,1 22 34,9

16 Kebiasaan merokok dan minum minuman alkohol dapat mengurangi gejala

premenstrual syndrome

47 74,1 16 25,4

17 Semakin usia bertambah gejala

premenstrualsyndrome semakin ringan 32 50,8 31 49,2 18 Mengkonsumsi buah dan sayuran hijau yang

banyak tidak dapat mengurangi gejala

premenstrual syndrome

27 42,9 36 57,1

11 9.

Mengkonsumsi ramuan tradisional atau obat

(49)

c. Deskripsi skor pengetahuan remaja sebelum diberi penyuluhan

Berdasarkan hasil penelitian, pada tabel 5.1.3 menggambarkan skor

pengetahuan remaja mengenai sindrompremenstruasi di SMA Tri Sakti

Medan, sebelum diberikan penyuluhan dari 63 responden diperoleh skor

terendah adalah 6 sebanyak 1 orang (1,6%), sedangkan skor yang paling

banyak diperoleh 13 sebanyak 13 orang (20,6%).

Tabel 5.1.3

Distribusi frekuensi berdasarkan skor pengetahuan remajasebelum diberikan penyuluhan di SMA Tri Sakti

Medan Tahun 2013

(50)

d. Deskripsi skor pengetahuan remaja sesudah diberikan penyuluhan Berdasarkan hasil penelitian, pada tabel 5.1.4 menggambarkan skor

pengetahuan remaja mengenai sindrom premenstruasi di SMA Tri Sakti

Medan, sesudah diberikan penyuluhan dari 63 respondendiperoleh skor

terendah adalah 11 sebanyak 1 orang (22,2 %) , skor yang paling banyak

diperoleh 14 sebanyak 14 orang (22,2%)

Tabel 5.1.4

Distribusi frekuensi berdasarkan skor pengetahuan remajasesudah diberikan penyuluhan di SMA Tri Sakti

Medan Tahun 2013

(51)

2. Analisis Bivariat

a. Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Diberikan Penyuluhan

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.2 menunjukkan peningkatan

skor pengetahuan pada responden sebelum dan sesudah diberikan

penyuluhan, diperoleh nilai rata-rata (Mean) =11,19 dengan SD=2,285

sebelum diberi penyuluhan, sedangkan sesudah diberi penyuluhan

diperoleh mean=14,83 dengan SD=1,845. Dapat dilihat pada tabel 5.2.1

dibawah ini:

Tabel 5.2

Distribusi Nilai Rata-rata pengetahuan responden tentang Sindrom Premenstruasi sebelum dan sesudah

dilakukan penyuluhan Skor Pengetahuan

Sebelum penyuluhan Sesudah penyuluhan Mean SD Mean SD 11,19 2,285 14,83 1,845

b. Analisis Efektifitas Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang Sindrom Premenstruasi

Analisa bivariat dilakukan untuk melihat ada tidaknya perbedaan

signifikan terhadap pengetahuan pada siswi SMA sebelum dan sesudah

diberi penyuluhan.

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.2.1 menunjukkan bahwa

tingkatpengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan memiliki

perbedaan yang signifikan/bermakna. Hal ini didukung bahwa rata-rata

perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan

adalah sebesar -3,635, hal ini berarti pengetahuan sesudah penyuluhan

(52)

hasil perhitungan nilai t yang diperoleh sebesar 23,867 dengan nilai p

0,000 (<α=0,05). Nilai p≤α, maka keputusannya adalah Ha diterima

yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antaraskor pengetahuan

sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan mengenai sindrom

premenstruasi. Dari hipotesa yang dirumuskan maka akan diperoleh hasil

setelah dilakukan uji statistik dan dapat dibuktikan bahwa hipotesa

diterima dan dapat disimpulkan bahwa penyuluhan mengenai sindrom

premenstruasi berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan siswi

SMA. Dapat dilihat pada tabel 5.2.1 dibawah ini:

Tabel 5.2.1

Hasil Analisis Efektifitas Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang Sindrom Premenstruasi di SMA

Tri Sakti MedanTahun 2013

Variabel tingkat pengetahuan

Mean SD T p-value N

Sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan

-3,635 1,209 23,867 0,000 63

B. Pembahasan

Pada penelitian ini, peneliti membandingkan pengetahuan remaja

pada siswi SMA sebelum dan sesudah diberi penyuluhan.

1. Interpretasi Data dan Diskusi Hasil a. Karakteristik demografi Responden

Berdasarkan hasil penelitian karakteristik demografi responden,

mayoritas responden berusia 16 tahun (50,8%) dan mayoritas

responden dengan umur menstruasi 13 tahun (46%). Hasil ini

(53)

memasuki masa puber dimulai dari usia 10-14 tahun dan memasuki

masa remaja pertengahan pada usia 15-16 tahun. Remaja pertengahan

(Middle Adolescence) adalah masa yang ditandai dengan bentuk tubuh

yang sudah menyerupai orang dewasa, meskipun belum siap secara

psikis, pada masa ini sering terjadi konflik karena remaja sudah mulai

ingin bebas mengikuti teman sebaya.

b. Data Peningkatan Pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh setelah dilakukan penyuluhan

mayoritas responden mengalami pengetahuan lebih baik, hal ini

menunjukkan peningkatan pengetahuan pada responden sebelum dan

sesudah diberikan penyuluhan, diperoleh nilai rata-rata (Mean) =11, 19

dengan SD=2,285 sebelum diberi penyuluhan, sedangkan sesudah diberi

penyuluhan diperoleh mean=14,83 dengan SD=1,845.

Pengetahuan adalah merupakan hasil mengingat suatu hal termasuk

mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik disengaja maupun

tidak disengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau

pengamatan terhadap suatu objek tertentu(Wahit, dkk, 2006)..

Penyuluhanadalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi

orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka

melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Dari batasan ini

tersirat unsur-unsur pendidikan yakni : a) input adalah sarana pendidikan,

b) proses (Upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain), c)

output (melakukan apa yang diharapkan atau perilaku). Sedangkan

pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan di dalam

(54)

Penyuluhan atau pendidikan kesehatan merupakan salah satu faktor yang

dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, dapat dilihat dari hasil

penelitian tersebut hasil skor pengetahuan baik meningkat disebabkan

karena adanya penyuluhan dimana penyuluhan tersebut dapat menambah

pengetahuan remaja. Hal ini juga mungkin didukung dengan cara

penyampaian petugas yang mampu menyampaikan materi secara jelas

dan menarik sehingga dapat diikuti oleh responden dengan baik dan

tentunya media dan metode yang digunakan tepat sehingga dapat

membantu para remaja untuk memahami materi seperti halnya

memperlihatkan gambar dan memberikan leaflet pada masing-masing

responden. Dalam hal ini berarti penyuluhan kesehatan sangatlah penting

dalam meningkatkan pengetahuan remaja seperti halnya dikemukakan

oleh teori di atas.

Selama ini perhatian masyarakat hanya tertuju pada upaya peningkatan

fisik saja dan kurang memperhatikan non fisik, yang juga merupakan

faktor penentu dalam keberhasilan seorang remaja di kemudian

hari.Faktor mental emosional yang tidak diperhatikan menyebabkan

seorang remaja hanya sehat fisiknya, namun secara psikologis rentan

terhadap stress.

Pada penelitian oleh Siregar, Ganis Fidel M tahun 2012 yang berjudul

Tingkat Stress dan Karakteristik Mahasiswi Fakultas Kedokteran Yang

Mengalami Sindroma Premenstruasi serta Hubungannya terhadap

Prestasi Akademis diperoleh bahwa ada hubungan tingkat stress sebagai

(55)

Pada penelitian yang dilakukan oleh Badriyah tahun 2012 yang berjudul

Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Premenstrual Sindrom

(PMS) pada Siswi SMA 3 Seragen diperoleh hasil bahwa responden yang

berpengetahuan baik, sudah dapat menjawab pertanyaan dengan baik

karena responden sudah pernah mendapatkan penyuluhan kesehatan

reproduksi khususnya tentang PMS.

Menurut Widyastuti (2009), pembekalan pengetahuan tentang

perubahan yang terjadi secara fisik, kejiwaan, dan kematangan seksual

akan memudahkan remaja untuk memahami serta mengatasi berbagai

keadaan yang membingungkannya.

Dari hasil uji statistik menggunakan paired sample t-test

(t=23,995) terlihat perbedaan mean yang signifikan antara tingkat

pengetahuan remaja sebelum dan sesudah mendapatkan penyuluhan

tenang Sindrom Premenstruasi dengan taraf signifikasi 0,000 p<0,05.

Data ini menunjukkan bahwa Hipotesa penelitian yang mengatakan ada

efek penyuluhan terhadap pengetahuan remaja tentang sindrom

premenstruasi adalah diterima.Sehingga diperoleh dengan adanya

penyuluhan tentang sindrom premenstruasi remaja lebih tahu dan paham

tentang perubahan dan masalah yang muncul selama periode

menstruasinya dan dapat mengulang kembali hal telah disampaikan oleh

peneliti setelah di lakukan penelitian.

2. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti merasakan masih banyak keterbatasan

yang dihadapi dalam melaksanakan penelitian, dari proses pengumpulan

(56)

yaitu adanya jam pelajaran yang diambil sewaktu penyuluhan sehingga

waktu yang dimiliki terbatas.

3. Implikasi Penelitian

Bagi pelayanan kebidanan diharapkan hasil penelitian ini dapat

dijadikan sebagai bahan informasi bagi tenaga kesehatan dalam

memberikan asuhan kesehatan reproduksi bagi remaja putri dalam

menghadapi sindrom premenstruasi. Untuk penelitian selanjutnya akan

lebih baik bukan hanya meneliti tingkat pengetahuan remaja saja tetapi

juga melalui sikap dan perilaku remaja dalam menggunakan pengetahuan

yang telah diperoleh mengenai gejala-gejala sindrom premenstruasi baik

(57)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Karakteristik responden yakni mayoritas responden berusia 16 tahun

sebanyak 32 orang (50,8%), sedangkan umur menstruasi mayoritas

berusia 13 tahun sebanyak 29 orang (46%).

2. Dari deskripsi jawaban dan skor pengetahuan yang diperoleh terdapat

peningkatan sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan.

3. Hasil uji statistik yang diperoleh terdapat perbedaan nilai mean yang

signifikan antara tingkat pengetahuan remaja sebelum dan sesudah

mendapatkan penyuluhan tentang Sindrom Premenstruasi dengan taraf

signifikasi 0,000 p<0,05, Oleh sebab itu, Hipotesa penelitian yang

mengatakan ada perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan

penyuluhan tentang sindrom premenstruasi adalah diterima.

B. SARAN

1. Bagi Remaja Putri

Siswa putri yang memasuki usia remaja sangat perlu mendapat

informasi tentang kesehatan reproduksi khususnya Premenstrual

Sindrome sebagai bekal dalam menghadapi premenstrual syndrome sehingga memiliki perilaku yang positif terhadap reaksi perubahan

(58)

2. Bagi Tenaga Kesehatan

Diharapkan bagi tenaga kesehatan mampu meningkatkan dalam

memberikan konseling, informasi, dan edukasi kesehatan khususnya

tentang premenstrual syndrome.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar meneliti tidak sebatas

dalam pengetahuan tetapi juga perilaku yang mempengaruhi dalam

mengatasi gejala-gejala yang timbul saat mengalami premenstrual

Gambar

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Remaja
Tabel 5.1.1 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden sebelum diberikan penyuluhan di
Tabel 5.1.2 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden sesudah diberikanpenyuluhan
Tabel 5.1.3 Distribusi frekuensi berdasarkan skor pengetahuan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Seleksi berdasarkan usia dilaksanakan pada hari Kamis, 25 Juni 2015 Pukul

Important groups of environmental indicators are selected that characterise (a) the aquatic environment (nitrate and phosphorus leaching), (b) the soil (organic matter, biology

TARI KREASI 4 th

Tujuan Tugas: Mahasiswa dapat melakukan kegiatan pengambilan data lalu lintas dengan menggunakan metode survei dan melakukan analisis data lapangan secara benar.

Data dituliskan dengan lengkap, tidak menyebutkan metode/hukum yang digunakan sebagai dasar penyelesaian soal, pengolahan data dilakukan dengan langkah yang urut

International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XXXIX-B8, 2012 XXII ISPRS Congress, 25 August – 01 September 2012,

Implemented quality measures are a histogram depicting the deviations, a function to colour the registered point clouds differently in order to check the result manually

20 ANALIS TATA PRAJA S1/ILMU PEMERINTAHAN III/a 1 DISTRIK NGGUTI. 21 ANALIS TATA PRAJA S1/ILMU PEMERINTAHAN III/a 1