EFEKTIFITAS PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SINDROM PREMENSTRUASI DI SMA TRI SAKTI
MEDAN TAHUN 2013
MARISKA NATALIA S 125102108
KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Efektifitas Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang Sindrom Premenstruasi di SMA Tri Sakti Medan Tahun 2013
Abstrak Mariska Natalia S
Latar Belakang: Pada masa remaja khususnya remaja putri akan mengalami perubahan fisik yang pesat, sebagai pertanda biologis dari kematangan seksual. Perubahan ini terjadi pada satu masa disebut masa pubertas, yang merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa reproduksi.Di Asia Pasifik, 63% penderita Premenstrual Sindrome (PMS) tidak pernah memeriksakan diri ke dokter karena menganggap bahwa PMS adalah sesuatu yang wajar dan harus dijalani.
Tujuan penelitian: Untuk menganalisis efektifitas penyuluhan terhadap pengetahuan remaja tentang sindrom premenstruasi,
Metodologi: Penelitian kuasi eksperimental dengan menggunakan rancangan/desain one group Pretest dan Post-test. Jumlah sampel 63 orang. Penelitian dilakukan bulan Maret-April 2013 di SMA Tri Sakti Medan. Pengambilan Sampel dilakukan dengan menggunakan SimpleRandom Sampling.
Hasil: Berdasarkan data demografi mayoritas responden berusia 16 tahun sebanyak 33 orang (50,8%), umur menarche mayoritas berusia 13 tahun sebanyak 29 orang (46%) sedangkan dari hasil uji statistik perbedaan nilaimean yang signifikan antara tingkat pengetahuan remaja sebelum dan sesudah mendapatkan penyuluhan dengan taraf signifikasi 0,000 p<0,05, Oleh sebab itu, Hipotesa penelitian yang mengatakan ada efek penyuluhan terhadap pengetahuan remaja tentang sindrom premenstruasi adalah diterima.
Kesimpulan: Dari hasil penelitian diperoleh bahwa setelah mendapat penyuluhan terdapat peningkatan skor pengetahuan mengenai Sindrom Premenstruasi. Diharapkan bagi tenaga kesehatan mampu meningkatkan dalam memberikan konseling, informasi, dan edukasi kesehatan khususnya tentang premenstrual syndromebagi remaja putri.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena atas karunia dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah yang berjudul “Efektifitas Penyuluhan Terhadap
Pengetahuan Remaja Tentang Sindrom Premenstruasi di SMA Tri Sakti
Medan Tahun 2013”.
Penulis menyadari bahwasanya dalam penulisan Karya Tulis
Ilmiah ini masih banyak terdapat kekurangan karena keterbatasan
kemampuan pengetahuan penulis. Untuk itu dengan kerendahan hati
penulis menerima segala kritik dan saran yang sifatnya membangun dari
para pembaca sekalian.
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak
menerima bantuan moril maupun materil dan bimbingan dari berbagai
pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep.Ns.M.Kep, selaku Ketua Program Studi
D-IV Bidan Pendidik dan sebagai penguji I dalam penyusunan Karya
Tulis Ilmiah.
3. dr. Isti Ilmiati Fujianti, M.Sc.CM-FM, Mpd.Ked, selaku dosen
pembimbing yang selalu sabar telah memberikan bimbingan dan
arahan kepada penulis dalam penyusunan pKarya Tulis Ilmiah ini
hingga dapat diselesaikan.
4. Dr.dr. M. Fidel Ganis Siregar, M.Ked (OG) Sp.OG.K, selaku dosen
5. Kepala Sekolah SMA Tri Sakti Medan yang telah memberikan izin
penulis untuk melakukan penelitian.
6. Seluruh Dosen dan staff administrasi Program Studi D-IV Bidan
Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang
telah memberikan pengarahan dan bimbingan serta ilmu kepada
penulis.
7. Kedua orang tua serta adik-adik saya tersayang yang telah
memberikan dorongan dan semangat kepada penulis dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Teman-teman Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang selama ini telah
memberi penulis semangat dan motivasi.
Akhir kata peneliti ucapkan terima kasih atas semua bantuan
yang diberikan, semoga kita semua selalu dalam berkat-Nya.
Medan, Juli 2013
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
E. Pertimbangan Etika Penelitian ... 30
F. Instrumen Penelitian ... 31
G. Uji Validitas dan Realibilitas ... 31
H. Prosedur Pengumpulan Data ... 31
I. Rencana Analisis Data ... 32
BAB V : HASIL DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 33
1.Analisis Univariat ... 33
a. Deskripsi Jawaban Responden Sebelum Penyuluhan ... 34
b. Deskripsi Jawaban Responden Sesudah Penyuluhan ... 36
c. Deskripsi Skor Pengetahuan Sebelum Penyuluhan ... 38
d. Deskripsi Skor Pengetahuan Sesudah Penyuluhan ... 39
2. Analisis Bivariat ... 40
a Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Penyuluhan ... 40
B. Pembahasan ... 41
2. Keterbatasan Penelitian ... 44 3. Implikasi Penelitian ... 45 BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR SKEMA
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Defenisi Operasional ... 26 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Remaja di SMA Tri Sakti
Medan Tahun 2013 ……….. 34
Tabel 5.1.1 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden sebelum diberikan penyuluhan di SMA Tri Sakti Medan Tahun 2013 ………... 36 Tabel 5.1.2 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden sesudah diberikan penyuluhan
di SMA Tri Sakti Medan Tahun 2013 ………... 38 Tabel 5.1.3 Distribusi Frekuensi Skor sebelum diberikan penyuluhan di SMA Tri
Sakti Medan Tahun 2013………... 39 Tabel 5.1.4 Distribusi FrekuensiSkor sesudah diberikan penyuluhan di SMA Tri
Sakti Medan Tahun 2013………... 40 Tabel 5.2 Hasil Uji Statistik Paired t-test pengetahuan remaja tentang Sindrom
Premenstruasi sebelum dan sesudah Diberikan penyuluhan di SMA Tri
Sakti Medan Tahun 2013………. 42
Tabel 5.2.1 Distribusi Nilai Rata-rata pengetahuan responden tentang Sindrom Premenstruasi sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan di SMA Tri
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 2 : Lembar Kuesioner
Lampiran 3 : Surat Izin Pengambilan Data Penelitian
Lampiran 4 : Surat Balasan Penelitian
Lampiran 5 : Master Tabel
Efektifitas Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang Sindrom Premenstruasi di SMA Tri Sakti Medan Tahun 2013
Abstrak Mariska Natalia S
Latar Belakang: Pada masa remaja khususnya remaja putri akan mengalami perubahan fisik yang pesat, sebagai pertanda biologis dari kematangan seksual. Perubahan ini terjadi pada satu masa disebut masa pubertas, yang merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa reproduksi.Di Asia Pasifik, 63% penderita Premenstrual Sindrome (PMS) tidak pernah memeriksakan diri ke dokter karena menganggap bahwa PMS adalah sesuatu yang wajar dan harus dijalani.
Tujuan penelitian: Untuk menganalisis efektifitas penyuluhan terhadap pengetahuan remaja tentang sindrom premenstruasi,
Metodologi: Penelitian kuasi eksperimental dengan menggunakan rancangan/desain one group Pretest dan Post-test. Jumlah sampel 63 orang. Penelitian dilakukan bulan Maret-April 2013 di SMA Tri Sakti Medan. Pengambilan Sampel dilakukan dengan menggunakan SimpleRandom Sampling.
Hasil: Berdasarkan data demografi mayoritas responden berusia 16 tahun sebanyak 33 orang (50,8%), umur menarche mayoritas berusia 13 tahun sebanyak 29 orang (46%) sedangkan dari hasil uji statistik perbedaan nilaimean yang signifikan antara tingkat pengetahuan remaja sebelum dan sesudah mendapatkan penyuluhan dengan taraf signifikasi 0,000 p<0,05, Oleh sebab itu, Hipotesa penelitian yang mengatakan ada efek penyuluhan terhadap pengetahuan remaja tentang sindrom premenstruasi adalah diterima.
Kesimpulan: Dari hasil penelitian diperoleh bahwa setelah mendapat penyuluhan terdapat peningkatan skor pengetahuan mengenai Sindrom Premenstruasi. Diharapkan bagi tenaga kesehatan mampu meningkatkan dalam memberikan konseling, informasi, dan edukasi kesehatan khususnya tentang premenstrual syndromebagi remaja putri.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
depan dimana terjadi perubahan fisik, mental, dan psikososial yang cepat dan
berrdampak pada berbagai aspek kehidupan selanjutnya (Eva Ellya, 2010).
Pada masa remaja khususnya remaja putri akan mengalami perubahan fisik
yang pesat, sebagai pertanda biologis dari kematangan seksual. Perubahan ini
terjadi pada satu masa disebut masa pubertas, yang merupakan masa transisi
antara masa kanak-kanak dan masa reproduksi (Winkjosastro, 2006).
Penelitian yang dilakukan oleh Pelayanan Kesehatan Ramah Remaja (PKRR)
dibawah naungan WHO tahun 2005 menyebutkan bahwa permasalahan remaja
putri di Indonesia adalah seputar permasalahan mengenai gangguan menstruasi
(38,45%), masalah gizi yang berhubungan dengan anemia (20,3%), gangguan
belajar (19,7%), gangguan psikologis (0,7%), serta masalah kegemukan (0,5%)
(Setiasih, 2007).
Pengetahuan dan sikap kesehatan reproduksi remaja memang dinilai masih
rendah, kurangnya pengetahuan tentang biologis dasar pada remaja
mencerminkan kurangnya pengetahuan tentang resiko yang berhubungan dengan
tubuh mereka dan cara menghindarinya (Pinem, 2009).
Menurut penelitian Tambing, Yane (2012) yang memperoleh angka
prevalensi kejadian Sindrom Premenstruasi sebesar 24,6% dengan tiga gejala
premenstruasi yang paling berat dirasakan oleh remaja adalah nyeri perut
Sebuah Penelitian oleh Deuster pada tahun 1994 yang berjudul Biological,
Social and Behavioral Factories Associated With Premenstrual Syndrome yang melibatkan 874 wanita di Virginia menemukan fakta bahwa mereka yang telah
menikah cenderung mempunyai resiko yang lebih kecil untuk mengalami
sindrom pramenstruasi (3,7%) daripada mereka yang tidak menikah (12,6%)
(Maulana, 2008).
Di Asia Pasifik, 63% penderita Premenstrual Sindrome (PMS) tidak pernah
memeriksakan diri ke dokter karena menganggap bahwa PMS adalah sesuatu
yang wajar dan harus dijalani. Padahal jika menyempatkan diri untuk
berkonsultasi ke tenaga kesehatan, maka dapat mengetahui tingkat keparahan
penyakit PMS, dan memperoleh perawatan yang paling sesuai dengan kondisi
tersebut (Proverawati dan Misaroh, 2010).
Ada banyak faktor yang diduga menjadi penyebab timbulnya PMS. Salah
satu faktor penyebab PMS yaitu kadar hormon progesteron rendah, kadar hormon
estrogen yang berlebihan, perubahan ratio kadar hormon estrogen/progesteron,
dan dimungkinkan berhubungan dengan faktor-faktor hormonal, genetik, sosial,
perilaku, biologis, dan psikis (Waluyo, 2009).
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis ingin meneliti, “Efektifitas
penyuluhan terhadap pengetahuan remaja tentang sindrom premenstruasi di SMA
Tri Sakti Medan”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah
adalah “Bagaimanakah efektifitas penyuluhan terhadap pengetahuan dan sikap
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Mengetahui efektifitas penyuluhan terhadap pengetahuan remaja tentang
Sindrom Premenstruasi.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pengetahuan remaja tentang Sindrom Premenstruasi
sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan. .
b. Menganalisis efektifitas penyuluhan terhadap pengetahuan remaja
sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan.
C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi bagi remaja
mengenai sindrom premenstruasi.
2. Manfaat Aplikatif
a.Praktik kebidanan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
remaja dalam menghadapi Sindrom Premenstruasi.
b.Penelitian Kebidanan
Dapat dijadikan masukan sebagai pengembangan penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penyuluhan Kesehatan 1. Pengertian
Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan
yangberlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan,
dimanaindividu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan
ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang
bisadilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok denganmeminta
pertolongan (Effendy, 2003).
2. Sasaran
Sasaran penyuluhan kesehatan mencakup individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat. Penyuluhan kesehatan pada individu dapat dilakukan di
rumah sakit,klinik, puskesmas, posyandu, keluarga binaan dan masyarakat
binaan. Penyuluhan kesehatan pada keluarga diutamakan pada keluarga
resiko tinggi, seperti keluarga yang menderita penyakit menular, keluarga
dengan sosial ekonomi rendah, keluargadengan keadaan gizi yang buruk,
keluarga dengan sanitasi lingkungan yang burukdan sebagainya.
Penyuluhan kesehatan pada sasaran kelompok dapat dilakukan pada
kelompokibu hamil, kelompok ibu yang mempunyai anak balita, kelompok
masyarakat yangrawan terhadap masalah kesehatan seperti kelompok lansia,
kelompok yang ada diberbagai institusi pelayanan kesehatan seperti anak
sekolah, pekerja dalamperusahaan dan lain-lain. Penyuluhan kesehatan pada
masyarakat nelayan, masyarakatpedesaan, masyarakat yang terkena wabah
dan lain-lain (Effendy, 2003).
3. Materi/pesan
Materi atau pesan yang disampaikan kepada sasaran hendaknya
disesuaikandengan kebutuhan kesehatan dari individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat,sehingga materi yang disampaikan dapat dirasakan langsung
manfaatnya. Materiyang disampaikan sebaiknya menggunakan bahasa yang
mudah dimengerti, tidakterlalu sulit untuk dimengerti oleh sasaran, dalam
penyampaian materi sebaiknyamenggunakan metode dan media untuk
mempermudah pemahaman dan untukmenarik perhatian sasaran (Effendy,
2003).
4. Metode
Menurut Notoatmodjo (2007), metode penyuluhan merupakan salah satu
faktoryang mempengaruhi tercapainya suatu hasil penyuluhan secara optimal.
Metodeyang dikemukakan antara lain :
1. Metode penyuluhan perorangan (individual)
Dalam penyuluhan kesehatan metode ini digunakan untuk membina
perilakubaru atau seseorang yang telah mulai tertarik pada suatu
perubahan perilaku atauinovasi. Dasar digunakan pendekatan individual
ini karena setiap orang mempunyaimasalah atau alasan yang
berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilakubaru tersebut. Bentuk
dari pendekatan ini antara lain:
a. Bimbingan dan penyuluhan
Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif.
penyelesaiannya. Akhirnyaklien akan dengan sukarela, berdasarkan
kesadaran dan penuh pengertian akanmenerima perilaku tersebut.
b. Wawancara
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan
penyuluhan.Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk
menggali informasimengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, ia
tertarik atau belummenerima perubahan, untuk mempengaruhi apakah
perilaku yang sudah atau akandiadopsi itu mempunyai dasar pengertian
dan kesadaran yang kuat, apabila belummaka perlu penyuluhan yang
lebih mendalam lagi.
2. Metode penyuluhan kelompok
Dalam memilih metode penyuluhan kelompok harus mengingat
besarnyakelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran.
Untuk kelompokyang besar, metodenya akan berbeda dengan kelompok
kecil. Efektifitas suatumetode akan tergantung pula pada besarnya sasaran
penyuluhan. Metode inimencakup :
a. Kelompok besar, yaitu apabila peserta penyuluhan lebih dari 15
orang. Metodeyang baik untuk kelompok ini adalah ceramah dan
seminar.
1). Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi
maupun rendah. Hal-halyang perlu diperhatikan dalam
menggunakan metode ceramah adalah :
Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri
menguasai materiapa yang akan diceramahkan, untuk itu penceramah
harus mempersiapkandiri. Mempelajari materi dengan sistematika
yang baik. Lebih baik lagikalau disusun dalam diagram atau skema
dan mempersiapkan alat-alatbantu pengajaran.
b. Pelaksanaan
Kunci keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila
penceramah dapat sasaran Untuk dapat menguasai sasaran
penceramah dapatmenunjukkan sikap dan penampilan yang
meyakinkan. Tidak bolehbersikap ragu-ragu dan gelisah. Suara
hendaknya cukup keras dan jelas.Pandangan harus tertuju ke seluruh
peserta. Berdiri di depan /dipertengahan,seyogianya tidak duduk dan
menggunakan alat bantu lihat semaksimalmungkin
2). Seminar
Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar deng
pendidikanmenengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian dari
seseorang ahli ataubeberapa orang ahli tentang suatu topik yang
dianggap penting dan dianggaphangat di masyarakat.
a. Kelompok kecil, yaitu apabila peserta penyuluhan kurang
dari 15 orang. Metodeyang cocok untuk kelompok ini adalah
diskusi kelompok, curah pendapat, bolasalju, memainkan
peranan, permainan simulasi.
3. Metode penyuluhan massa
Dalam metode ini penyampaian informasi ditujukan kepada
bersifat umum dalam arti tidakmembedakan golongan umur, jenis
kelamin, pekerjaan, status ekonomi, tingkatpendidikan dan
sebagainya, maka pesan kesehatan yang akan disampaikan
harusdirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa
tersebut. Padaumumnya bentuk pendekatan masa ini tidak langsung,
biasanya menggunakan mediamassa. Beberapa contoh dari metode ini
adalah . ceramah umum, pidato melalui mediamassa, simulasi, dialog
antara pasien dan petugas kesehatan, sinetron, tulisandimajalah atau
koran, bill board yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster
dansebagainya.
5. Alat Bantu dan Media Penyuluhan a. Alat Bantu Penyuluhan (Peraga)
Alat bantu penyuluhan adalah alat-alat yang digunakan oleh
penyuluh dalammenyampaikan informasi. Alat bantu ini sering disebut
alat peraga karena berfungsi membantu dan meragakan sesuatu dalam
proses penyuluhan (Notoatmodjo,2007). Alat peraga ini disusun
berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada padasetiap manusia itu
diterima atau ditangkap melalui panca indera. Semakin banyakindera yang
digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan
semakinjelas pula pengertian/pengetahuan yang diperoleh. Dengan kata
lain, alat peraga inidimaksudkan untuk mengerahkan indera sebanyak
mungkin kepada suatu objeksehingga mempermudah persepsi.Secara
terperinci, fungsi alat peraga adalah untuk menimbulkan minat
sasaran,mencapai sasaran yang lebih banyak, membantu mengatasi
kesehatan, membantu sasaran untukbelajar lebih banyak dan tepat,
merangsang sasaran untuk meneruskan pesan yangditerima kepada orang
lain, mempermudah memperoleh informasi oleh sasaran,mendorong
keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih mendalami
danakhirnya memberikan pengertian yang lebih baik, dan membantu
menegakkanpengertian yang diperoleh.
Pada garis besarnya ada 3 macam alat bantu penyuluhan yaitu :
a. Alat bantu lihat
Alat ini berguna dalam membantu menstimulasikan indera mata pada
waktu terjadinya penyuluhan. Alat ini ada 2 bentuk yaitu alat yang
diproyeksikanmisalnya slide, film dan alat yang tidak diproyeksikan
misalnya dua dimensi, tigadimensi, gambar peta, bagan, bola dunia,
boneka dan lain-lain.
b. Alat bantu dengar
Alat ini berguna dalam membantu menstimulasi indera pendengar, pada
waktuproses penyampaian bahan penyuluhan misalnya piringan hitam,
radio, pita suaradan lain-lain.
c. Alat bantu lihat-dengar
Alat ini berguna dalam menstimulasi indera penglihatan dan
pendengaran padawaktu proses penyuluhan, misalnya televisi, video
cassette dan lain-lain.Sebelum membuat alat-alat peraga kita harus merencanakan dan memilih alat peraga yang paling tepat untuk digunakan
dalam penyuluhan. Untuk itu perludiperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Tujuan pendidikan adalah untuk mengubah pengetahuan/pengertian,
pendapatdan konsep-konsep, mengubah sikap dan persepsi,
menanamkan tingkahlaku/kebiasaan yang baru.
b. Tujuan penggunaan alat peraga adalah sebagai alat bantu dalam
latihan/penataran/ penyuluhan, untuk menimbulkan perhatian
terhadap sesuatumasalah, mengingatkan sesuatu pesan/informasi
dan menjelqskan fakta-fakta,prosedur dan tindakan.
2. Persiapan penggunaan alat peraga
Semua alat peraga yang dibuatberguna sebagai alat bantu belajar
dan tetapharus diingat bahwa alat ini dapat berfungsi mengajar dengan
sendirinya. Kita harusmengemfangkan keterampilan dalam memilih,
mengadakan alat peraga secara tepatsehingga mempunyai hasil yang
maksimal.
b. Media Penyuluhan
Media penyuluhan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan
pesaninformasi yang ingin disampaikan oleh komunikator sehingga sasaran
dapatmeningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah
perilakunya kearah positif terhadap kesehatan.Penyuluhan kesehatan tak dapat
lepas dari media karena melalui media, pesan yang disampaikan dapat lebih
menarik dan dipahami, sehingga sasaran dapatmempelajari pesan tersebut
sehingga sampai memutuskan untuk mengadopsinya keperilaku yang positif.
Tujuan atau alasan mengapa media sangat diperlukan di dalam
pelaksanaanpenyuluhan kesehatan antara lain adalah :
a. Media dapat mempermudah penyampaian informasi.
c. Media dapat memperjelas informasi.
d. Media dapat mempermudah pengertian.
e. Media dapat mengurangi komunikasi verbalistik.
f. Media dapat menampilkan objek yang tidak dapat ditangkap dengan mata.
g. Media dapat memperlancar komunikasi.
Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan kesehatan, media ini
dibagimenjadi 3 yakni :
a. Media cetak
Media ini mengutamakan pesan-pesan visual, biasanya terdiri dari
gambaransejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna. Yang termasuk
dalam media iniadalah booklet, leaflet, flyer (selebaran), flip chart (lembar
balik), rubric atautulisan pada surat kabar atau majalah, poster, foto yang
mengungkapkan informasikesehatan. Ada beberapa kelebihan media cetak
antara lain tahan lama, mencakupbanyak orang, biaya rendah, dapat dibawa
kemana-mana, tidak perlu listrik,mempermudah pemahaman dan dapat
meningkatkan gairah belajar. Media cetakmemiliki kelemahan yaitu tidak dapat
menstimulir efek gerak dan efek suara danmudah terlipat.
b. Media elektronik
Media ini merupakan media yang bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan
didengardan penyampaiannya melalui alat bantu elektronika. Yang termasuk
dalam media ini adalah televisi, radio, video film, cassette, CD, VCD. Seperti
halnya mediacetak, media elektronik ini memiliki kelebihan antara lain lebih
mudah dipahami,lebih menarik, sudah dikenal masyarakat, bertatap muka,
mengikut sertakanseluruh panca indera, penyajiannya dapat dikendalikan dan
biayanya lebih tinggi,sedikit rumit, perlu listrik dan alat canggih untuk
produksinya, perlu persiapanmatang, peralatan selalu berkembang dan berubah,
perlu keterampilanpenyimpanan dan keterampilan untuk mengoperasikannya.
c. Media luar ruang
Media menyampaikan pesannya di luar ruang, bisa melalui media cetak
maupunelektronik misalnya papan reklame, spanduk, pameran, banner dan
televisi layarlebar. Kelebihan dari media ini adalah lebih mudah dipahami, lebih
menarik,sebagai informasi umum dan hiburan, bertatap muka, mengikut sertakan
seluruhpanca indera, penyajian dapat dikendalikan dan jangkauannya relatif
besar.Kelemahan dari media ini adalah biaya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu
alatcanggih untuk produksinya, persiapan matang, peralatan selalu berkembang
danberubah, memerlukan keterampilan penyimpanan dan keterampilan
untukmengoperasikannya.Media penyuluhan kesehatan yang baik adalah media
yang mampu memberikaninformasi atau pesan-pesan kesehatan yang sesuai
dengan tingkat penerimaansasaran, sehingga sasaran mau dan mampu untuk
mengubah perilaku sesuai dengan pesan yang disampaikan.
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penyuluhan
Keberhasilan suatu penyuluhan kesehatan dapat dipengaruhi oleh faktor
penyuluh, sasaran dan proses penyuluhan.
a) Faktor penyuluh, misalnya kurang persiapan, kurang menguasai materi yang
akandijelaskan, penampilan kurang meyakinkan sasaran, bahasa yang
digunakan kurang dapat dimengerti oleh sasaran, suara terlalu kecil dan
kurang dapatdidengar serta penyampaian materi penyuluhan terlalu monoton
b) Faktor sasaran, misalnya tingkat pendidikan terlalu rendah sehingga sulit
menerimapesan yang disampaikan, tingkat sosial ekonomi terlalu rendah
sehingga tidak begitu memperhatikan pesan-pesan yang disampaikan karena
lebih memikirkankebutuhan yang lebih mendesak, kepercayaan dan adat
kebiasaan yang telahtertanam sehingga sulit untuk mengubahnya, kondisi
lingkungan tempat tinggalsasaran yang tidak mungkin terjadi perubahan
perilaku.
c) Faktor proses dalam penyuluhan, misalnya waktu penyuluhan tidak sesuai
dengan waktu yang diinginkan sasaran, tempat penyuluhan dekat dengan
keramaiansehingga menggangu proses penyuluhan yang dilakukan, jumlah
sasaranpenyuluhan yang terlalu banyak, alat peraga yang kurang, metoda
yangdigunakan kurang tepat sehingga membosankan sasaran serta bahasa
yangdigunakan kurang dimengerti oleh sasaran.
B. Pengetahuan 1. Defenisi
Pengetahuan adalah merupakan hasil mengingat suatu hal termasuk
mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik disengaja maupun
tidak disengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau
pengamatan terhadap suatu objek tertentu (Wahit, dkk, 2006).
Menurut Notoatmodjo (2007), Pengetahuan adalah merupakan hasil
“tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu
objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu indra
2. Tingkatan Pengetahuan
Menurut Sunaryo (2004), tingkatan pengetahuan di dalam domain
kognitif, mencakup 6 tingkatan, yaitu:
a. Tahu
Tahu merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. Tahu artinya
dapat mengingat atau mengingat kembali suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Ukuran bahwa seseorang itu tahu, adalah ia
dapat menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, dan menyatakan.
b. Pemahaman
Memahami artinya kemampuan untuk menjelaskan dan
menginterpretasikan dengan benar tentang objek yang diketahui.
Seseorang yang telah paham tentang sesuatu harus dapat menjelaskan,
memberikan contoh, dan menyimpulkan.
c. Penerapan
Penerapan yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi dan kondisi nyata.
d. Analisis
Analisis artinya adalah kemampuan untuk menguraikan objek
kedalam bagian-bagian lebih kecil, tetapi masih di dalam suatu
struktur objek tersebut dan masih terkait satu sama lain.
e. Sintesis
Sintesis yaitu suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian
didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk
f. Evaluasi
Evaluasi yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu
objek, dapat menggunakan kriteria yang telah ada atau disusun
sendiri.
3. Klasifikasi Pengetahuan
Menurut Arikunto (2006) pengetahuan dikategorikan dengan kriteria:
a. Pengetahuan Baik apabila skor yang diperoleh>75%
b. Pengetahuan Cukup apabila skor yang diperoleh 60-70%
c. Pengetahuan Kurang Baik apabila skor yang diperoleh<60%
C. Remaja 1. Defenisi
Kata remaja berasal dari bahasa Latin adolescentia yang berarti
remaja yang mengalami kematangan fisik, emosi, mental, dan sosial. Masa
remaja merupakan masa berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di
mana individu tidak lagi merasa dibawah tingkatan orang dewasa, akan tetapi
sudah dalam tingkatan yang sama (Pieter, Zan Herri dan Lumongga, Namora,
2011).
WHO mendefenisikan remaja lebih bersifat konseptual, ada tiga
kriteria yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi, dengan batasan usia
antara 10-20 tahun, yang secara lengkap defenisi tersebut sebagai berikut:
a. Individu berkembang dari saat petama kali ia menunjukkan
taednda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
b. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari
c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh
keadaan yang relatif lebih mandiri (Sumiati, dkk, 2009)
Masa remaja terdiri dari:
a. Masa remaja awal (10-14 tahun)
Yang dimaksud dengan masa remaja awal (Early Adolescense) adalah
masa yang ditandai dengan berbagai perubahan tubuh yang cepat dan sering
mengakibatkan kesulitan dalam menyesuaikan diri, pada saat ini remaja
mulai mencari identitas diri.
b. Masa remaja pertengahan (15-16 tahun)
Remaja pertengahan (Middle Adolescence) adalah masa yang ditandai
dengan bentuk tubuh yang sudah menyerupai orang dewasa, meskipun
belum siap secara psikis, pada masa ini sering terjadi konflik karena remaja
sudah mulai ingin bebas mengikuti teman sebaya.
c. Masa remaja akhir (17-19 tahun).
Remaja akhir (Late Adolescence) adalah masa yang ditandai dengan
pertumbuhan biologis sudah melambat, tetapi masih berlangsung di tempat
lain, emosi, minat, konsentrasi, dan cara berpikir sudah mulai stabil serta
kemampuan untuk menyelesaikan masalah sudah meningkat.
2. Ciri-ciri masa remaja
Pieter, Zan Herri dan Lumongga, Namora (2011) mengemukakan ciri
masa remaja adalah sebagai berikut:
a. Sebagai periode peralihan
Peralihan berarti terputus atau berubah dari apa yang pernah
terjadi sebelumnya. Peralihan adalah proses perkembangan dari satu
perkembangan masa pubertas. Apa yang tertinggal pada satu tahap
akan memberikan dampak di masa akan datang.
b. Periode mencari identitas diri
Kini remaja merasa tidak puas lagi untuk sama dengan
teman-temannya. Remaja selalu mencari identitas diri guna menjelaskan
siapa dirinya, apa peranannya, apakah dia masih kanak-kanak atau
telah menjadi orang dewasa. Tugas penting yang dihadapi remaja
adalah menemukan jawaban dari pertanyaan mengenai dirinya,
mencakup keputusan, dan standar tindakan.
D. Sindrom Premenstruasi 1. Defenisi
Sindrom Premenstruasi(PMS) adalah suatu kondisi yang terdiri atas
beberapa gejala fisik, emosi dan perilaku yang dialami oleh seorang
perempuan sebelum datangnya siklus menstruasi, yang menyebabkan ia
mengalami gangguan dalam fungsi dan aktifitas sehari-hari, gejala-gejala
tersebut akan menghilang saat menstruasi tiba (Sylvia, 2010).
Sindrom Prementruasi merupakan kumpulan gejala fisik, psikologis, dan
emosi yang terkait dengan siklus menstruasi wanita dan secara konsisten
terjadi selam tahap luteal dari siklus menstruai akibat perubahan hormonal
yang berhubbungan dengan siklus saat ovulasi (pelepasan sel telur dari ovum)
dan menstruasi. Gejala-gejala tersebut biasanya terjadi secara reguler pada
7-10 hari sebelum datangnya menstruasi dan biasanya akan menghilang pada
saat menstruasi dimulai sampai beberapa hari seteleh menstruasi (Waluyo,
2. Etiologi/penyebab
Penyebab yang pasti dari premenstruasi sindrom belum diketahui, dapat
bersifat kompleks dan multifaktorial, yaitu berhubungan dengan faktor
hormonal, genetik, sosial, perilaku, biologis dan psikis, sebagai berikut:
a. Faktor hormonal yakni terjadi ketidakseimbangan antara hormon
estrogen dan progesteron.
b. Faktor kimiawi yakni berasal dari bahan-bahan kimiawi tertentu
didalam otak seperti serotonin (neurotransmitter), berubah-ubah
selama siklus menstruasi, serotonin sangat mempengaruhi suasana
hati.
c. Faktor genetik, yaitu insidensi sindrom premenstruasi dua kali lebih
tinggi pada kaembar satu telur dbandingkan kembar dua telur.
d. Faktor psikologis, yaitu stress sangat besar pengaruhnya terhadap
kejadian premenstruasi sindrom.
e. Faktor gaya hidup, yaitu pengaturan pola makan, kebiasaan merokok
dan minum alkohol dan kurang berolahraga.
f. Usia, PMS semakin sering dan mengganggu dengan bertambahnya
usia, terutama antara usia 30-45 tahun.
g. Defisiensi endorphin (Waluyo, 2009).
3. Tanda dan gejala
Adapun gejala sindrom pramenstruasi mencakup, yakni:
1. Gejala fisik, terdiri atas:
a. Payudara membengkak dan terasa nyeri
b. Perut membengkak dan menggembung, serta mengalami sembelit
c. Nyeri kepala dan migren
d. Membengkaknya tangan dan kaki
e. Bertambahnya berat badan
f. Otot menjadi kaku dan nyeri
g. Sendi-sendi kaku dan nyeri
h. Mual dan muntah
2. Gejala emosi dan perilaku:
a. Depresi
b. Cemas dan serangan panik
c. Sulit tidur
d. Perubahan minat dan gairah seksual
e. Mudah tersinggung
f. Bermusuhan dan marah yang meledak-ledak
g. Meningkatnya selera makan trehadap makanan-makanan tertentu
(terutama garam dan gula)
h. Meningkat dan menurunnya mood i. Sulit konsentrasi
j. Merasa lemah dan lelah (Sylvia, 2010)
4. Klasifikasi
Tipe dan gejala PMS bermacam-macam. Dr.Guy E. Abraham, ahli
kandungan dan kebidanan dari fakultas kedokteran UCLA, AS, membagi
PMS menurut gejalanya yakni PMS tipe A, H, C, dan D. Delapan puluh
persen gangguan PMS termasuk tipe A. Penderita tipe H sekitar 60%. PMS
mengalami gejala gabungan, misalnya tipe A dan D secara bersamaan. Setiap
tipe memiliki gejalanya sendiri, yakni:
a) PMS tipe A (Anxiety)
Ditandai dengan gejala seperti rasa cemas, sensitif, saraf tegang,
perasaan labil. Bahkan beberapa wanita mengalami depresi ringan
sampai sedang saat sebelum mendapat haid. Gejala ini timbul akibat
ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron: hormon estrogen
terlalu tinggi dibandingkan hormon progesteron. Pemberian hormon
progesteron kadang dilakukan untuk mengurangi gejala, tetapi beberapa
peneliti mengatakan, pada penderita PMS bisa jadi kekurangan vitamin
B6 dan magnesium. Penderita PMS A sebaiknya banyak mengkonsumsi
makanan berserat dan membatasi atau mengurangi minum kopi.
b) PMS tipe H (Hyperhydration)
Tipe ini memiliki gejala edema (pembengkakan), perut kembung,
nyeri pada buah dada, pembengkakan pada tangan dan kaki, peningkatan
berat badan sebelum haid. Gejala tipe ini dapat juga dirasakan bersamaan
dengan tipe PMS yang lain. Pembengkakan itu terjadi akibat
berkumpulnya air pada jaringan di luar sel (ekstrasel) karena tingginya
asupan garam atau gula pada diet penderita. Pemberian obat diuretika
untuk mengurangi retensi (penimbunan) air dan natrium pada tubuh
hanya mengurangi gejala yang ada. Untuk mencegah terjadinya gejala ini
penderita dianjurkan mengurangi asupan garam dan gula pada diet
c) PMS tipe C (Craving)
Tipe ini ditandai dengan rasa lapar ingin mengkonsumsi makanan
yang manis-manis (biasanya coklat) dan karbohidrat sederhana (biasanya
gula). Pada umumnya sekitar 20 menit setelah menyantap gula dalam
jumlah banyak, timbul gejala hipoglikemia seperti kelelahan, jantung
berdebar, pusing kepala yang terkadang sampai pingsan. Hipoglikemia
timbul karena pengeluaran hormon insulin dalam tubuh meningkat. Rasa
ingin menyantap makanan manis dapat disebabkan oleh stres, tinggi
garam dalam diet makanan, tidak terpenuhinya asam lemak esensial
(omega 6), atau kurangnya magnesium
d) PMS tipe D (Depression)
Tipe ini ditandai dengan gejala rasa depresi, ingin menangis, lemah,
gangguan tidur, pelupa, bingung, sulit dalam mengucapkan kata-kata
(verbalisasi), bahkan kadang-kadang muncul rasa ingin bunuh diri atau
mencoba bunuh diri. Biasanya PMS tipe D berlangsung bersamaan
dengan PMS tipe A, hanya sekitar 3% dari seluruh tipe PMS benar-benar
murni tipe D.PMS tipe D murni disebabkan oleh ketidakseimbangan
hormon progesteron dan estrogen, dimana hormon progesteron dalam
siklus haid terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon estrogennya.
Kombinasi PMS tipe D dan TIPE A dapat disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu stres, lkekurangan asam amino tyrosine, penyerapan dan
penyimpanan timbal di tubuh, atau kekurangan magnesium dan vitamin
B (terutama B6). Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung
vitamin B6 dan magnesium dapat membantu mengatasi gangguan PMS
5. Pencegahan dan Penanganan
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mencegah dan menangani
sindrom premenstruasi yaitu:
a) Edukasi dan konseling
Tatalaksana pertama kali adalah meyakinkan seorang wanita bahwa
wanita lainnya pun ada yang memiliki keluhan yang sama ketika
menstruasi. Pencatatan secara teratur siklus menstruasi setiap bulannya
dapat memberikan gambaran seorang wanita mengenai waktu terjadinya
sindrom premenstruasi. Sangat berguna bagi seorang wanita dengan
sindrom pramenstrusi untuk mengenali gejala yang akan terjadi sehingga
dapat mengantisipasi waktu setiap bulannya ketika ketidakstabilan emosi
sedang terjadi.
b) Modifikasi gaya hidup
Wanita dengan gejala ini sebaiknya mendiskusikan masalahnya
dengan orang terdekatnya, baik pasangan, teman, maupun keluarga.
Terkadang konfrontasi atau pertengkaran dapat dihindari apabila
pasangan maupun teman mengerti dan mengenali penyebab dari kondisi
tidak stabil wanita tersebut.
c) Diet (pola konsumsi)
Penurunan asupan garam dan karbohidrat (nasi, kentang, roti) dapat
mencegah edema (bengkak) pada beberapa wanita. Penurunan konsumsi
kafein (kopi) juga dapat menurunkan ketegangan, kecemasan dan
insomnia (sulit tidur). Pola makan disarankan lebih sering namun dalam porsi kecil karena berdasarkan bukti bahwa selama periode premenstruasi
badan, karena berat badan yang berlebihan dapat meningkatkan risiko
menderita sindrom premenstruasi (PMS).
d) Olahraga /latihan fisik
Olahraga berupa lari dikatakan dapat menurunkan keluhan
premenstrual syndrome. Berolahraga dapat menurunkan stress dengan cara memiliki waktu untuk keluar dari rumah dan pelampiasan untuk rasa
marah atau kecemasan yang terjadi. Beberapa wanita mengatakan bahwa
berolah raga ketika mereka mengalami pre-menstrual sindrom dapat
membantu relaksasi dan tidur di malam hari.
e) Obat-obatan
Apabila gejala premenstrual syndrome begitu hebatnya sampai
mengganggu aktivitas sehari-hari, umumnya modifikasi hidup jarang
berhasil dan perlu dibantu dengan obat-obatan.Asam mefenamat (500
mg, 3 kali sehari) berdasarkan penelitian dapat mengurangi gejala
premenstrual syndrome seperti dismenorea dan menoragia (menstruasi dalam jumlah banyak) namun tidak semua. Asam mefenamat tidak
diperbolehkan pada wanita yang sensitif dengan aspirin atau memiliki
risiko ulkus peptikum.Kontrasepsi oral dapat mengurangi gejala
premenstrual syndrome seperti dismenorea dan menoragia, namun tidak berpengaruh terhadap ketidakstabilan mood.
Pada wanita yang sedang mengkonsumsi pil KB namun mengalami
gejala premenstrual syndrome sebaiknya pil KB tersebut dihentikan
sampai gejala berkurang.Obat penenang seperti alparazolam atau
triazolam, dapat digunakan pada wanita yang merasakan kecemasan,
digunakan bagi mereka yang memiliki gejala premenstrual syndrome
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
A. Kerangka Konseptual
Kerangka Konsep Penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan
atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya atau antara variabel
yang satu dengan variabel lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoadmodjo,
2010)
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel independent, variabel
dependent. Variabel independent dalam penelitian ini adalah penyuluhan, variabel dependent adalah pengetahuan remaja tentang sindrom premenstruasi.
Bagan 3.1 Kerangka Konsep
Variabel Independent
Pre Test Post Test
Variabel Dependent Efektifitas
Penyuluhan
Pengetahuan remaja tentang sindrom pramenstruasi
setelah penyuluhan Pengetahuan remaja tentang
B. Hipotesis
Hipotesis didalam suatu penelitian berarti jawaban sementara peneliti,
patokan dugaan atau dalil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam
penelitian ini ditunjukkan hipotesa sebagai berikut:
Ha :
Ada efek penyuluhan terhadap pengetahuan remaja tentang sindrom
pramenstruasi.
C. Tabel Defenisi Operasional
N
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimental dengan menggunakan
rancangan/desain one group Pretest dan Post-test, dimana rancangan ini tidak
menggunakan kelompok perbandingan (kelompok) tetapi sesudah dilakukan
observasi pertama (pretest) yang memungkinkan peneliti dapat menguji
perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya perlakuan (Notoatmodjo,
2007). Rancangan ini dapat di gambarkan sebagai berikut :
Pretest Perlakuan Post-test
O1 = Pretest sebelum diberi perlakuan pada kelompok penyuluhan pada remaja
tentang sindrom pramenstruasi (Bulan Pertama)
O2 = Post-test setelah diberi perlakuan pada kelompok penyuluhan pada remaja
tentang sindrom pramenstruasi (Bulan Kedua)
X = Memberikan perlakuan dengan memberikan metode ceramah (Bulan
Kedua).
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas Xyang ada di
SMA Tri Sakti Medan yang berjumlah 75 orang pada bulan Maret 2013.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi siswi SMA
Tri Sakti Medan yang diperoleh melalui rumus dibawah ini (Hidayat, 2010).
n = � 1+(�2)
n = 75 1+75(0,052)
n = 118 11875
n = 63 orang
Keterangan :
N : Besarnya populasi
n : Besar sample
d : tingkat kepercayaan (ketetapan yang diinginkan) (0,05)
Jadi siswi kelas X di SMA Tri Sakti yang dijadikan sampel pada penelitian
adalah sebanyak 63 orang, dimana pengambilannya dilakukan secara Simple
Random Sampling.
Adapun kriteria sample sebagai berikut:
1. Kriteria Inklusi
Adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili sampel
penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel yaitu:siswi kelas X
2. Kriteria Ekslusi
Adalah kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili sampel
penelitian yang tidak memenuhi syarat sebagai sampel yaitu: siswi yang
bukan kelas X, yang tidak bersedia menjadi responden,dan tidak hadir
saat penelitian.
C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Tri Sakti Medan.Peneliti memilih lokasi ini
dengan pertimbangan adanya populasi yang mencukupi untuk dijadikan responden,
lokasi dapat dijangkau, serta belum pernah dilakukan penelitian yang sama
sebelumnya.
D. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2013 sampai dengan April 2013.
E. Pertimbangan Etik Penelitian
Penelitian dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari institusi
pendidik yaitu program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Sumatra
Utara dan izin dari Kepala Sekolah SMA Tri Sakti Medan. Dalam penelitian ini
terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan prinsip etik penelitian, yaitu:
Memberikan penjelasan kepada calon responden tentang tujuan penelitian,
menjelaskan manfaat penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian.
Apabila responden bersedia, maka calon responden dipersilahkan untuk
menandatangani informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka
calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri dari penelitian.
Responden juga berhak mengundurkan diri selama pengumpulan data berlangsung.
mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada
instrumen penelitian.
F. Instrumen Penelitian
Alat pengumpulan data yang digunakan berupa kuesioner, LCD, dan
proyektor. Kuesioner disusun secara terstruktur dan berbentuk pernyataan yang
harus dijawab responden. Kuesioner terdiri dari 19 soal bentuk pernyataan dimana
dalam pernyataan tersebut disediakan pilihan jawaban “benar” dan “salah” dan
responden diminta memilih salah satu jawaban tersebut. Apabila jawaban benar
skornya 1 dan apabila salah skornya 0.
G. Uji Validitas dan Uji Reabilitas 1. Uji Validitas
Uji validitas adalah uji yang dilakukan untuk menunjukan
tingkatkevaliditasannya dan kesahlian sebuah instrumen, yang mampu mengukur apa
yang dinginkan, sehingga dapat mengukur instrumen secara benar. Uji validitas
dilakukan secara content validity sebanyak dua kali yaitu dengan cara melakukan
konsultasi kepada dosen pembimbing d.an dokter spesialis kandungan yaitu Dr.dr.M.
Fidel Ganis Siregar, M valid Ked,OG, SpOG (K), sehingga instrument yang
digunakan tersebut dinyatakan valid dan mampu mengukur variable yang akan
diukur. Kuesioner dinyatakan valid dengan CVI (Content Validity Indeks)sebesar
0,86.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas instrumen dilakukan untuk mengukur tingkat kekonsistenan
jawaban yang diberikan responden. Atas pertanyaan dari kuesioner yang diujikan,
Uji realibilitas telah dilakukan pada 30 responden siswi yang mempunyai kriteria
realibilitas ini adalah 0,83 yang diperoleh dari 30 pertanyaan. Nilai yang didapatkan
menunjukkan instrument ini reliable.
H. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh responden
untuk mengetahui efektifitas penyuluhan terhadap pengetahuan remaja tentang
sindom premenstruasi di SMA Tri Sakti Medan. Prosedur pengumpulan data
dilakukan adalah : Mengajukan surat permohonan izin penelitian pada institusi
pendidikan program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatra Utara, dan mengajukan surat permohonan izin melaksanakan penelitian
kepada Kepala sekolah SMA Tri Sakti. Setelah mendapatkan izin untuk meneliti,
kemudian peneliti mendatangi sekolah SMA Tri Sakti, kemudian terlebih dahulu
peneliti memberikan kuesioner kepada responden sebagai hasil dari pre test
responden, lalu melakukan penyuluhan sebagai bentuk intervensi dalam melihat
perubahan pengetahuan responden mengeanai sindrom premenstruasi dan terakhir
datang kembali ke SMA Tri Saktimemberikan kuesioner kepada responden sebagai
hasil post test terhadap evaluasi penyuluhan yang telah diberikan.
I. Analisa Data
Setelah seluruh data terkumpul, maka dilakukan analisis data kembali dengan
memeriksa semua kuesioner apakah jawaban sudah lengkap atau benar (editing).
Kemudian data diberi kode (coding) untuk memudahkan peneliti dalam melakukan
analisis data dan pengolahan data serta pengambilan kesimpulan data yang
dimasukkan kedalam bentuk tabel. coding merupakan kegiatan memberikan kode
numerik pada data yang terdiri atas beberapa kategori. Processing Setelah data di
bivariat untuk mengetahui frekuensi dan persentase masing-masing variabel yang akan diteliti. Entry data dalam komputer dan dilakukan dengan menggunakan tehnik
komputerisasi.
Tahap terakhir yang sudah dilakukan yaitu cleaning yakni pemeriksaan semua
data yang telah dimasukkan kedalam program komputer guna menghindari terjadinya
kesalahan.Analisis data dilakukan menggunakan bantuan program yang disesuaikan,
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Analisis Univariat
Dilakukan dengan menyatakan hasil analisis tiap variabel dari hasilpenelitian.
Analisis dilakukan berdasarkan frekuensi, standar deviasi, danpresentase.
b. Analisis Bivariat
Sebelum dilakukan uji statistik maka data dilakukan uji kenormalanterlebih
dahulu menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Setelahdilakukan uji kenormalan
didapatkan hasil pengetahuan sebelum dan sesudahpenyuluhan data berdistribusi
BAB V PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian
Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian melalui pengumpulan
data yang dilakukan sejak bulan Maret - April 2013. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis efektifitas penyuluhan terhadap
pengetahuan remaja tentang sindrom premenstruasi. Hasil penelitian ini
menggambarkan tentang perbedaaan pengetahuan pada siswa remaja putri
kelas X SMA sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan.
1. Analisis Univariat
Analisis univariat menggambarkan data karakteristik responden
mencakup umur dan umur menstruasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik responden
mayoritas responden berusia 16 tahun sebanyak 32 orang (50,8%).
Sedangkan dari umur menstruasi mayoritas responden berusia 13 tahun
sebanyak 29 orang (46%). Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada
tabel 5.1 dibawah ini:
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Remaja di SMA Tri Sakti Medan Tahun 2013
a. Deskripsi jawaban responden sebelum diberikan penyuluhan
Berdasarkan hasil penelitian, distribusi jawaban responden mengenai
sindrom premenstruasi sindrom premenstruasi sebelum diberikan
penyuluhan, dari 19 pertanyaan terdapat 3 pertanyaan yang memiliki
persentase kecil dalam menjawab yang benar oleh 63 responden
mengenai sindrom premenstruasi adalah pertanyaan nomor 10,
Menjelang menstruasi semua wanita cenderung mudah marah, mudah tersinggung dan cemas sebanyak 2 orang (3,2%), pertanyaan nomor 17 Semakin usia bertambah gejala premenstrual syndrome semakin ringan sebanyak 11 orang (17,5%), dan pertanyaan nomor 18 Mengkonsumsi
Tabel 5.1.1
Distribusi Frekuensi Jawaban Responden sebelum diberikan penyuluhan di SMA Tri Sakti Medan Tahun 2013
No
Pertanyaan
Jawaban Benar Salah f % F %
1. Kumpulan gejala fisik dan psikologis yang terjadi 7-10 hari menjelang menstruasi disebut premenstrualsyndrome
53 84,1 10 15,9
2. Premenstrual syndrome terjadi setelah
mendapat haid. 44 69,8 19 30,2
3.
Gejala fisik yang muncul menjelang
menstruasi diantaranya perut kembung 63 100 - -
4.
Premenstrual syndrome biasanya terjadi 7-10
hari sebelum datang haid 44 69,8 19 30,2
5.
Perut terasa sakit merupakan gejala fisik yang
dirasakan menjelang menstruasi 63 100 - -
6.
Saat menjelang menstruasi wanita mengalami
payudara terasa kencang dan teraba keras 37 58,7 26 41,3 7. Buang air kecil sedikit merupakan gejala fisik
yang terjadi menjelang menstruasi 40 63,5 23 36,5 8. Otot/sendi menjadi kaku dan nyeri adalah hal
yang wajar menjelang menstruasi 54 85,7 9 14,3 9. Jerawat tidak biasa muncul menjelang
menstruasi 40 63,5 23 36,5
10 Menjelang menstruasi semua wanita cenderung mudah marah, mudah tersinggung dan cemas
2 3,2 61 96,8
11 Perasaan senang merupakan gejala psikologis
(mental) yang dialami menjelang menstruasi 47 74,6 16 25,4 12 Depresi/merasa tertekan sering muncul
menjelang menstruasi. Hal ini tidak normal 34 54,0 29 46,0 13 Gejala yang muncul pada semua wanita
menjelang menstruasi itu sama 33 52,4 30 47,6
14 Gejala-gejala fisik dan psikologis tersebut akan normal kembali dengan datangnya menstruasi
34 54,0 29 46,0
15 Kebiasaan makan makanan yang kadar gula tinggi, garam dan coklat dapat mengurangi gejala premenstrual syndrome
34 54,0 29 46,0
16 Kebiasaan merokok dan minum minuman alkohol dapat mengurangi gejala
premenstrual syndrome
51 17,5 12 82,5
17 Semakin usia bertambah gejala
premenstrualsyndrome semakin ringan 11 17,5 52 82,5 18 Mengkonsumsi buah dan sayuran hijau yang
banyak tidak dapat mengurangi gejala
premenstrual syndrome
31 49,2 32 50,8
11 9.
Mengkonsumsi ramuan tradisional atau obat anti nyeri dapat mengurangi resiko terjadinya
premenstrual syndrome
b. Deskripsi jawaban responden sesudah diberikan penyuluhan
Berdasarkan hasil penelitian, distribusi jawaban responden mengenai
sindrom premenstruasi sindrom premenstruasi setelah diberikan
penyuluhan, dari setiap pertanyaan terdapat peningkatan jawaban yang
benar oleh 63 responden, dan dilihat dari 3 pertanyaan yang memiliki
persentase kecil dalam menjawab yang benar oleh 63 responden sebelum
diberikan penyuluhan, terdapat peningkatan setelah diberikan penyuluhan
mengenai sindrom premenstruasi adalah pertanyaan nomor 10,
Menjelang menstruasi semua wanita cenderung mudah marah, mudah tersinggung dan cemas sebanyak 40 orang (63,5%), pertanyaan nomor 17 Semakin usia bertambah gejala premenstrual syndrome semakin ringan sebanyak 32 orang (50,8%), dan pertanyaan nomor 18 Mengkonsumsi
Tabel 5.1.2
Distribusi Frekuensi Jawaban Responden sesudah diberikanpenyuluhan di SMA Tri Sakti Medan Tahun 2013
No
Pertanyaan
Jawaban Benar Salah f % F %
1. Kumpulan gejala fisik dan psikologis yang terjadi 7-10 hari menjelang menstruasi disebut premenstrualsyndrome
63 100 - -
2. Premenstrual syndrome terjadi setelah
mendapat haid.
62 98,4 1 1,6
3.
Gejala fisik yang muncul menjelang
menstruasi diantaranya perut kembung 62 98,4 1 1,6
4.
Premenstrual syndrome biasanya terjadi
7-10 hari sebelum datang haid 63 100 - -
5.
Perut terasa sakit merupakan gejala fisik
yang dirasakan menjelang menstruasi 62 98,4 1 1,6
6.
Saat menjelang menstruasi wanita mengalami payudara terasa kencang dan teraba keras
58 92,1 5 7,9
7. Buang air kecil sedikit merupakan gejala
fisik yang terjadi menjelang menstruasi 55 87,3 8 12,7 8. Otot/sendi menjadi kaku dan nyeri adalah
hal yang wajar menjelang menstruasi 58 92,1 5 7,9 9. Jerawat tidak biasa muncul menjelang
menstruasi
56 88,9 7 11,1
10 Menjelang menstruasi semua wanita cenderung mudah marah, mudah tersinggung dan cemas
40 63,5 23 36,5
11 Perasaan senang merupakan gejala
psikologis (mental) yang dialami menjelang menstruasi
50 79,4 13 20,6
12 Depresi/merasa tertekan sering muncul
menjelang menstruasi. Hal ini tidak normal 34 54,0 29 46,0 13 Gejala yang muncul pada semua wanita
menjelang menstruasi itu sama 38 60,3 25 39,7
14 Gejala-gejala fisik dan psikologis tersebut akan normal kembali dengan datangnya menstruasi
32 50,8 31 49,2
15 Kebiasaan makan makanan yang kadar gula tinggi, garam dan coklat dapat mengurangi gejala premenstrual syndrome
41 65,1 22 34,9
16 Kebiasaan merokok dan minum minuman alkohol dapat mengurangi gejala
premenstrual syndrome
47 74,1 16 25,4
17 Semakin usia bertambah gejala
premenstrualsyndrome semakin ringan 32 50,8 31 49,2 18 Mengkonsumsi buah dan sayuran hijau yang
banyak tidak dapat mengurangi gejala
premenstrual syndrome
27 42,9 36 57,1
11 9.
Mengkonsumsi ramuan tradisional atau obat
c. Deskripsi skor pengetahuan remaja sebelum diberi penyuluhan
Berdasarkan hasil penelitian, pada tabel 5.1.3 menggambarkan skor
pengetahuan remaja mengenai sindrompremenstruasi di SMA Tri Sakti
Medan, sebelum diberikan penyuluhan dari 63 responden diperoleh skor
terendah adalah 6 sebanyak 1 orang (1,6%), sedangkan skor yang paling
banyak diperoleh 13 sebanyak 13 orang (20,6%).
Tabel 5.1.3
Distribusi frekuensi berdasarkan skor pengetahuan remajasebelum diberikan penyuluhan di SMA Tri Sakti
Medan Tahun 2013
d. Deskripsi skor pengetahuan remaja sesudah diberikan penyuluhan Berdasarkan hasil penelitian, pada tabel 5.1.4 menggambarkan skor
pengetahuan remaja mengenai sindrom premenstruasi di SMA Tri Sakti
Medan, sesudah diberikan penyuluhan dari 63 respondendiperoleh skor
terendah adalah 11 sebanyak 1 orang (22,2 %) , skor yang paling banyak
diperoleh 14 sebanyak 14 orang (22,2%)
Tabel 5.1.4
Distribusi frekuensi berdasarkan skor pengetahuan remajasesudah diberikan penyuluhan di SMA Tri Sakti
Medan Tahun 2013
2. Analisis Bivariat
a. Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Diberikan Penyuluhan
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.2 menunjukkan peningkatan
skor pengetahuan pada responden sebelum dan sesudah diberikan
penyuluhan, diperoleh nilai rata-rata (Mean) =11,19 dengan SD=2,285
sebelum diberi penyuluhan, sedangkan sesudah diberi penyuluhan
diperoleh mean=14,83 dengan SD=1,845. Dapat dilihat pada tabel 5.2.1
dibawah ini:
Tabel 5.2
Distribusi Nilai Rata-rata pengetahuan responden tentang Sindrom Premenstruasi sebelum dan sesudah
dilakukan penyuluhan Skor Pengetahuan
Sebelum penyuluhan Sesudah penyuluhan Mean SD Mean SD 11,19 2,285 14,83 1,845
b. Analisis Efektifitas Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang Sindrom Premenstruasi
Analisa bivariat dilakukan untuk melihat ada tidaknya perbedaan
signifikan terhadap pengetahuan pada siswi SMA sebelum dan sesudah
diberi penyuluhan.
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.2.1 menunjukkan bahwa
tingkatpengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan memiliki
perbedaan yang signifikan/bermakna. Hal ini didukung bahwa rata-rata
perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan
adalah sebesar -3,635, hal ini berarti pengetahuan sesudah penyuluhan
hasil perhitungan nilai t yang diperoleh sebesar 23,867 dengan nilai p
0,000 (<α=0,05). Nilai p≤α, maka keputusannya adalah Ha diterima
yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antaraskor pengetahuan
sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan mengenai sindrom
premenstruasi. Dari hipotesa yang dirumuskan maka akan diperoleh hasil
setelah dilakukan uji statistik dan dapat dibuktikan bahwa hipotesa
diterima dan dapat disimpulkan bahwa penyuluhan mengenai sindrom
premenstruasi berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan siswi
SMA. Dapat dilihat pada tabel 5.2.1 dibawah ini:
Tabel 5.2.1
Hasil Analisis Efektifitas Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang Sindrom Premenstruasi di SMA
Tri Sakti MedanTahun 2013
Variabel tingkat pengetahuan
Mean SD T p-value N
Sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan
-3,635 1,209 23,867 0,000 63
B. Pembahasan
Pada penelitian ini, peneliti membandingkan pengetahuan remaja
pada siswi SMA sebelum dan sesudah diberi penyuluhan.
1. Interpretasi Data dan Diskusi Hasil a. Karakteristik demografi Responden
Berdasarkan hasil penelitian karakteristik demografi responden,
mayoritas responden berusia 16 tahun (50,8%) dan mayoritas
responden dengan umur menstruasi 13 tahun (46%). Hasil ini
memasuki masa puber dimulai dari usia 10-14 tahun dan memasuki
masa remaja pertengahan pada usia 15-16 tahun. Remaja pertengahan
(Middle Adolescence) adalah masa yang ditandai dengan bentuk tubuh
yang sudah menyerupai orang dewasa, meskipun belum siap secara
psikis, pada masa ini sering terjadi konflik karena remaja sudah mulai
ingin bebas mengikuti teman sebaya.
b. Data Peningkatan Pengetahuan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh setelah dilakukan penyuluhan
mayoritas responden mengalami pengetahuan lebih baik, hal ini
menunjukkan peningkatan pengetahuan pada responden sebelum dan
sesudah diberikan penyuluhan, diperoleh nilai rata-rata (Mean) =11, 19
dengan SD=2,285 sebelum diberi penyuluhan, sedangkan sesudah diberi
penyuluhan diperoleh mean=14,83 dengan SD=1,845.
Pengetahuan adalah merupakan hasil mengingat suatu hal termasuk
mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik disengaja maupun
tidak disengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau
pengamatan terhadap suatu objek tertentu(Wahit, dkk, 2006)..
Penyuluhanadalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi
orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka
melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Dari batasan ini
tersirat unsur-unsur pendidikan yakni : a) input adalah sarana pendidikan,
b) proses (Upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain), c)
output (melakukan apa yang diharapkan atau perilaku). Sedangkan
pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan di dalam
Penyuluhan atau pendidikan kesehatan merupakan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, dapat dilihat dari hasil
penelitian tersebut hasil skor pengetahuan baik meningkat disebabkan
karena adanya penyuluhan dimana penyuluhan tersebut dapat menambah
pengetahuan remaja. Hal ini juga mungkin didukung dengan cara
penyampaian petugas yang mampu menyampaikan materi secara jelas
dan menarik sehingga dapat diikuti oleh responden dengan baik dan
tentunya media dan metode yang digunakan tepat sehingga dapat
membantu para remaja untuk memahami materi seperti halnya
memperlihatkan gambar dan memberikan leaflet pada masing-masing
responden. Dalam hal ini berarti penyuluhan kesehatan sangatlah penting
dalam meningkatkan pengetahuan remaja seperti halnya dikemukakan
oleh teori di atas.
Selama ini perhatian masyarakat hanya tertuju pada upaya peningkatan
fisik saja dan kurang memperhatikan non fisik, yang juga merupakan
faktor penentu dalam keberhasilan seorang remaja di kemudian
hari.Faktor mental emosional yang tidak diperhatikan menyebabkan
seorang remaja hanya sehat fisiknya, namun secara psikologis rentan
terhadap stress.
Pada penelitian oleh Siregar, Ganis Fidel M tahun 2012 yang berjudul
Tingkat Stress dan Karakteristik Mahasiswi Fakultas Kedokteran Yang
Mengalami Sindroma Premenstruasi serta Hubungannya terhadap
Prestasi Akademis diperoleh bahwa ada hubungan tingkat stress sebagai
Pada penelitian yang dilakukan oleh Badriyah tahun 2012 yang berjudul
Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Premenstrual Sindrom
(PMS) pada Siswi SMA 3 Seragen diperoleh hasil bahwa responden yang
berpengetahuan baik, sudah dapat menjawab pertanyaan dengan baik
karena responden sudah pernah mendapatkan penyuluhan kesehatan
reproduksi khususnya tentang PMS.
Menurut Widyastuti (2009), pembekalan pengetahuan tentang
perubahan yang terjadi secara fisik, kejiwaan, dan kematangan seksual
akan memudahkan remaja untuk memahami serta mengatasi berbagai
keadaan yang membingungkannya.
Dari hasil uji statistik menggunakan paired sample t-test
(t=23,995) terlihat perbedaan mean yang signifikan antara tingkat
pengetahuan remaja sebelum dan sesudah mendapatkan penyuluhan
tenang Sindrom Premenstruasi dengan taraf signifikasi 0,000 p<0,05.
Data ini menunjukkan bahwa Hipotesa penelitian yang mengatakan ada
efek penyuluhan terhadap pengetahuan remaja tentang sindrom
premenstruasi adalah diterima.Sehingga diperoleh dengan adanya
penyuluhan tentang sindrom premenstruasi remaja lebih tahu dan paham
tentang perubahan dan masalah yang muncul selama periode
menstruasinya dan dapat mengulang kembali hal telah disampaikan oleh
peneliti setelah di lakukan penelitian.
2. Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti merasakan masih banyak keterbatasan
yang dihadapi dalam melaksanakan penelitian, dari proses pengumpulan
yaitu adanya jam pelajaran yang diambil sewaktu penyuluhan sehingga
waktu yang dimiliki terbatas.
3. Implikasi Penelitian
Bagi pelayanan kebidanan diharapkan hasil penelitian ini dapat
dijadikan sebagai bahan informasi bagi tenaga kesehatan dalam
memberikan asuhan kesehatan reproduksi bagi remaja putri dalam
menghadapi sindrom premenstruasi. Untuk penelitian selanjutnya akan
lebih baik bukan hanya meneliti tingkat pengetahuan remaja saja tetapi
juga melalui sikap dan perilaku remaja dalam menggunakan pengetahuan
yang telah diperoleh mengenai gejala-gejala sindrom premenstruasi baik
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Karakteristik responden yakni mayoritas responden berusia 16 tahun
sebanyak 32 orang (50,8%), sedangkan umur menstruasi mayoritas
berusia 13 tahun sebanyak 29 orang (46%).
2. Dari deskripsi jawaban dan skor pengetahuan yang diperoleh terdapat
peningkatan sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan.
3. Hasil uji statistik yang diperoleh terdapat perbedaan nilai mean yang
signifikan antara tingkat pengetahuan remaja sebelum dan sesudah
mendapatkan penyuluhan tentang Sindrom Premenstruasi dengan taraf
signifikasi 0,000 p<0,05, Oleh sebab itu, Hipotesa penelitian yang
mengatakan ada perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan
penyuluhan tentang sindrom premenstruasi adalah diterima.
B. SARAN
1. Bagi Remaja Putri
Siswa putri yang memasuki usia remaja sangat perlu mendapat
informasi tentang kesehatan reproduksi khususnya Premenstrual
Sindrome sebagai bekal dalam menghadapi premenstrual syndrome sehingga memiliki perilaku yang positif terhadap reaksi perubahan
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan bagi tenaga kesehatan mampu meningkatkan dalam
memberikan konseling, informasi, dan edukasi kesehatan khususnya
tentang premenstrual syndrome.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar meneliti tidak sebatas
dalam pengetahuan tetapi juga perilaku yang mempengaruhi dalam
mengatasi gejala-gejala yang timbul saat mengalami premenstrual